Anda di halaman 1dari 53

Kota Surakarta

60 bahasa
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
"Surakarta" dan "Solo" dialihkan ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat Surakarta
(disambiguasi) dan Solo (disambiguasi).
Koordinat:  7.5567545°S 110.8213985°E

Kota Surakarta
 Sala
 Solo

Kota

Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacaraka ꦯꦹꦫꦏꦂꦡ
 • Hanacaraka nama alternatif ꦯꦴꦭ
 • Pegon ‫سوراكارته‬
Dari atas searah jarum jam: Tugu Pamandengan, Keraton Surakarta
Hadiningrat, Taman Sriwedari, Pasar Gede
Harjonagoro, Citywalk Ngarsopuro, Gedung Bank Indonesia, Jalan
Slamet Riyadi.

Lambang

Julukan: 
 Kota Budaya[1][2]
 Kota Kuliner[3][4]
 Kota Batik[2][5]
Motto: 
Rinaras dadi trus manunggal
꧋ꦫꦶꦤꦫꦱ꧀ꦢꦢꦶꦠꦿꦸꦱ꧀ꦩꦤꦸꦔ꧀ꦒꦭ꧀꧉
(Jawa) (1946 Masehi)[a]
Mulat sarira angrasa wani
ꦩꦸꦭꦠ꧀ꦱꦫꦶꦫꦲꦁꦫꦱꦮꦤꦶ [7]

Wikimedia | © OpenStreetMap
Peta

Kota Surakarta
Peta
Tampilkan peta Jawa Tampilkan peta Indonesia Tampilkan
semua
Koordinat:  7°34′0″S 110°49′0″E

Negara  Indonesia
Provinsi Jawa Tengah

Tanggal berdiri 16 Juni 1946


Dasar hukum UU No. 16/SD tahun 1946
Hari jadi 17 Februari 1745 (umur 278)

Jumlah satuan pemerintahan tampil

Daftar

Pemerintahan
 • Wali Kota Gibran Rakabuming Raka
 • Wakil Wali Kota Drs. Teguh Prakosa
 • Sekretaris Daerah Ir. Ahyani, M.A.
 • Ketua DPRD Budi Prasetyo, S.Sos.
Luas
 • Total 44,04 km2 (17,00 sq mi)
Peringkat 86

Ketinggian tertinggi 98 m (322 ft)


Ketinggian terendah 93 m (305 ft)

Populasi
 (2022)[8]
 • Total 579.212
 • Peringkat 27
 • Kepadatan 11.861/km2 (30,720/sq mi)
 • Peringkat kepadatan 8

Demografi
 • Agama Islam 78,95%
Kristen 20,73%
— Protestan 13,75%
—Katolik 6,98%
Buddha 0,22%
Hindu 0,06%
Konghucu 0,02%
Lainnya 0,006%[9]
 • Bahasa Jawa, Indonesia
 • IPM  82,62 (2021)
Sangat Tinggi[10]

Zona waktu UTC+07:00 (WIB)

Kode pos 57100


Kode BPS 33.72

Kode area telepon (+62) 271


Pelat kendaraan AD xxxx **A/*H/*S/*U

Kode Kemendagri 33.72 

Kode SNI 7657-2010 SKT

DAU Rp 880.832.566.000,- (2020)[11]

Semboyan daerah Berseri


"Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah"

Slogan pariwisata The Spirit of Java


Flora resmi Sirih[butuh rujukan]
Fauna resmi Punai penganten[butuh rujukan]
Situs web www.surakarta.go.id

Wikibooks memiliki buku di:


Wisata:Solo

Surakarta (Jawa: ꦯꦹꦫꦏꦂꦡ, translit. Surakarta, pengucapan bahasa Jawa: [surɔˈkart̪ ɔ])


atau Solo (Jawa: ꦯꦴꦭ, translit. Sala, pengucapan bahasa Jawa: [sɔlɔ]) adalah kota di Jawa
Tengah, Indonesia, dengan penduduk 522.364 jiwa (2020), kepadatan 11.861,00/km2[8],
dan luas 44,04 km2. Kota ini juga merupakan kota terbesar ketiga di pulau Jawa bagian
Selatan setelah Bandung dan Malang menurut jumlah penduduk. Sisi Timur kota ini
dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo.
Kota ini termasuk dalam kawasan Solo Raya, sebagai kota utama.
Bersama dengan Yogyakarta, Surakarta merupakan pewaris Kerajaan Mataram
Islam yang dipecah melalui Perjanjian Giyanti, pada tahun 1755, dimana Surakarta
menjadi kediaman Susuhunan Pakubuwana dan Adipati Mangkunegara.

Nama[sunting | sunting sumber]
"Sala" adalah satu dari tiga[butuh rujukan] dusun yang dipilih oleh Sri Susuhunan Paku Buwana
II atas saran dari Tumenggung Hanggawangsa, Tumenggung Mangkuyudha, serta
komandan pasukan Belanda, J.A.B. van Hohendorff, ketika akan mendirikan istana
baru, setelah perang suksesi Mataram Islam terjadi di Kartasura.[12] Seiring waktu,
karena penyebutan "Sala" dianggap sulit oleh orang Belanda, nama ini berubah
menjadi "Solo".[13] Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi Keraton
Surakarta, pusat pemerintahan baru Kasultanan Mataram Islam di Desa Sala.[12]
Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi formal-pemerintahan,
sedangkan nama Sala/Solo lebih merujuk kepada penyebutan umum yang
dilatarbelakangi oleh aspek kultural. Kata Sura dalam Bahasa Jawa berarti "keberanian"
dan karta berarti "makmur"; dengan harapan bahwa Surakarta menjadi tempat dimana
penghuninya adalah orang-orang yang selalu berani berjuang untuk kebaikan serta
kemakmuran negara dan bangsa.[14] Dapat pula dikatakan bahwa
nama Surakarta merupakan permainan kata dari Kartasura. Kata sala, nama yang
dipakai untuk desa tempat istana baru dibangun, adalah nama pohon suci asal India,
yaitu pohon sala Shorea robusta).[butuh rujukan]
Ketika Indonesia masih menganut Ejaan van Ophuysen, nama kota ini
dieja Soerakarta. Dalam aksara Jawa modern, ditulis ꦱꦸꦫꦏꦂꦠ atau ꦯꦸꦫꦑꦂꦡ.

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Masa Pra-Kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Sejarah Surakarta dan Karaton Surakarta Hadiningrat
Eksistensi kota ini dimulai saat Sinuhun Paku Buwana II, raja Kasultanan Mataram
Islam, memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, sebuah desa yang
tidak jauh dari tepi Bengawan Solo, karena istana Kartasura hancur akibat serbuan
pemberontak. Sunan Pakubuwana II membeli tanah dari lurah Desa Sala, yaitu Kyai
Sala, sebesar 10.000 ringgit (gulden Belanda) untuk membangun istana Mataram yang
baru. Secara resmi, istana Mataram Islam yang baru dinamakan Karaton Surakarta
Hadiningrat dan mulai ditempati tanggal 20 Februari 1745.[14] Perjanjian Giyanti yang
ditanda-tangani oleh Sinuhun Paku Buwana III, Belanda, dan Pangeran
Mangkubumi pada 13 Februari 1755 membagi wilayah Mataram menjadi dua
yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.[15] Selanjutnya wilayah
Kasunanan Surakarta semakin berkurang, karena Perjanjian Salatiga yang diadakan
pada 17 Maret 1757 menyebabkan Raden Mas Said diakui sebagai seorang pangeran
merdeka dengan wilayah kekuasaan berstatus kadipaten, yang disebut dengan
nama Kadipaten Mangkunegaran Surakarta (Pura Mangkunegaran Surakarta). Sebagai
penguasa Mangkunegaran, Raden Mas Said bergelar Adipati Mangkunegara I.
Daerah Istimewa Surakarta[sunting | sunting sumber]
Setelah berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, pada 1
September 1945 Sinuhun Paku Buwana XII mengeluarkan maklumat bahwa Nagari
Surakarta Hadiningrat mendukung dan berada di belakang pemerintah Republik
Indonesia.[16] Selama 10 bulan, Surakarta berstatus sebagai daerah istimewa setingkat
provinsi, yang dikenal sebagai Daerah Istimewa Surakarta. Status Daerah Istimewa
Surakarta secara yuridis diatur dalam Penetapan Pemerintah No. 16/SD Tahun 1946
dan Surat Wakil Presiden tanggal 12 September 1949. [17]
Karesidenan Surakarta[sunting | sunting sumber]
Selanjutnya, karena berkembang gerakan antimonarki di Surakarta serta kerusuhan,
penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat Daerah Istimewa Surakarta, pada
tanggal 16 Juni 1946 pemerintah membekukan status Daerah Istimewa yang
dimiliki Daerah Istimewa Surakarta dan menghilangkan kekuasaan politik Raja Nagari
Surakarta dan Adipati Nagari Surakarta yang berkedudukan di Karaton Surakarta
Hadiningrat dan Kadipaten Mangkunegaran Surakarta (Pura Mangkunegaran
Surakarta).[17] Status Raja Nagari Surakarta (SDISKS Paku Buwana) dan Adipati Nagari
Surakarta, Mangkunegaran (KGPAA. SIJ. Mangkunegara) menjadi simbol budaya di
tengah masyarakat serta kedudukan keraton dan pura diubah menjadi pusat
pengembangan seni dan budaya Jawa. Kemudian Surakarta ditetapkan menjadi tempat
kedudukan dari residen, yang memimpin Karesidenan Surakarta dengan wilayah seluas
5.677 km². Karesidenan Surakarta terdiri dari daerah-daerah Kota Praja
Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten
Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali.[18] Tanggal 16
Juni 1946 diperingati sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta modern. [19]
Kota Surakarta[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia
referensi ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan
kaki atau pranala luar.
Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan pada tanggal 4 Juli 1950, Surakarta
menjadi kota di bawah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Semenjak berlakunya UU
Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi pemerintahan
daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom.

Geografi[sunting | sunting sumber]
Hidrogeologi[sunting | sunting sumber]

Aliran sungai Bengawan Solo.

Surakarta terletak di dataran rendah di ketinggian 105 m dpl dan di pusat kota 95 m dpl,
dengan luas 44,1 km2 (0,14 % luas Jawa Tengah). Surakarta berada sekitar 65 km timur
laut Yogyakarta, 100 km tenggara Semarang dan 260 km barat daya Surabaya serta
dikelilingi oleh Gunung Merbabu (tinggi 3145 m) dan Merapi (tinggi 2930 m) di bagian
barat, dan Gunung Lawu (tinggi 3265 m) di bagian timur. Agak jauh di selatan
terbentang Pegunungan Sewu. Tanah di sekitar kota ini subur karena dikelilingi
oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di Jawa, serta dilewati oleh Kali Anyar, Kali
Pepe, dan Kali Jenes.[20] Mata air bersumber dari lereng gunung Merapi, yang
keseluruhannya berjumlah 19 lokasi, dengan kapasitas 3.404 l/detik. Ketinggian rata-
rata mata air adalah 800-1.200 m dpl. Pada tahun 1890 – 1827 hanya ada 12 sumur di
Surakarta. Saat ini pengambilan air bawah tanah berkisar sekitar 45 l/detik yang
berlokasi di 23 titik. Pengambilan air tanah dilakukan oleh industri dan masyarakat,
umumnya ilegal dan tidak terkontrol.[21]
Sampai dengan Maret 2006, PDAM Surakarta memiliki kapasitas produksi sebesar
865,02 liter/detik. Air baku berasal dari sumber mata air Cokrotulung, Klaten (387
liter/detik) yang terletak 27 km dari kota Solo dengan elevasi 210,5 di atas permukaan
laut dan yang berasal dari 26 buah sumur dalam, antara lain di Banjarsari, dengan total
kapasitas 478,02 liter/detik. Selain itu total kapasitas resevoir adalah sebesar 9.140
m3.Dengan kapasitas yang ada, PDAM Surakarta mampu melayani 55,22% masyarakat
Surakarta termasuk kawasan hinterland dengan pemakaian rata-rata 22,42 m 3/bulan.[22]
Tanah di Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral muda yang tinggi sebagai
akibat aktivitas vulkanik Merapi dan Lawu. Komposisi ini, ditambah dengan
ketersediaan air yang cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini sangat baik
untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri, seperti tembakau dan tebu.
Namun, sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan pariwisata berkembang pesat
sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk kegiatan industri dan
perumahan penduduk.
Iklim dan Topografi[sunting | sunting sumber]
Menurut klasifikasi iklim Koppen, Surakarta memiliki iklim muson tropis. Sama seperti
kota-kota lain di Indonesia, musim hujan di Solo dimulai bulan Oktober hingga Maret,
dan musim kemarau bulan April hingga September. Rata-rata curah hujan di Solo
adalah 1700–2200 mm, dan bulan paling tinggi curah hujannya adalah Desember,
Januari, dan Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-
rata 30 derajat Celsius. Suhu udara tertinggi adalah 32,5 derajat Celsius, sedangkan
terendah adalah 21,0 derajat Celsius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS
dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240
derajat.[23]
sembunyiData iklim Surakarta, Jawa tengah, Indonesia
Tahu
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
n
Rekor
31 32 32 33 32 32 32 32 34 35 35 32 35
tertinggi °C
(88) (90) (90) (91) (90) (90) (90) (90) (93) (95) (95) (90) (95)
(°F)
Rata-rata 31.4 30.9 31.6 32.4 32.9 31.7 31.23
30.1 30.2 30.5 31.1 31.1 30.9
tertinggi °C (88.5 (87.6 (88.9 (90.3 (91.2 (89.1 (88.2
(86.2) (86.4) (86.9) (88) (88) (87.6)
(°F) ) ) ) ) ) ) 3)
Rata-rata 26.9 26.5 25.9 25.4 25.7 26.6 27.4 26.9 26.4
26.2 26.3 26.4 26.6
harian °C (80.4 (79.7 (78.6 (77.7 (78.3 (79.9 (81.3 (80.4 (79.5
(79.2) (79.3) (79.5) (79.9)
(°F) ) ) ) ) ) ) ) ) 2)
Rata-rata 22.4 21.9 20.8 19.9 20.9 21.9 21.61
22.3 22.4 22.3 20 22.2 22.3
terendah °C (72.3 (71.4 (69.4 (67.8 (69.6 (71.4 (70.8
(72.1) (72.3) (72.1) (68) (72) (72.1)
(°F) ) ) ) ) ) ) 7)
Rekor
20 20 18 20 18 16 17 16 17 18 20 20 16
terendah °C
(68) (68) (64) (68) (64) (61) (63) (61) (63) (64) (68) (68) (61)
(°F)
324 319 293 224 145 86 54 42 51 120 212 260 2.130
Presipitasi m
(12.7 (12.5 (11.5 (8.82 (5.71 (3.39 (2.13 (1.65 (2.01 (4.72 (8.35 (10.2 (83,8
m (inci)
6) 6) 4) ) ) ) ) ) ) ) ) 4) 8)

Rata-rata hari
20 20 18 15 11 7 4 3 4 10 14 17 143
hujan

% kelembap
82 82 81 78 77 74 74 71 69 73 77 82 76.7
an

Rata-rata
sinar
158 172 179 195 219 230 241 287 285 239 221 180 2.606
matahari
bulanan

Sumber #1: Climate-Data.org[24]

Sumber #2: Weatherbase[25][26]

Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]


Cakrawala Surakarta pada siang hari.

Kota Surakarta terletak di antara 110 45` 15" - 110 45` 35" Bujur Timur dan 70` 36" -
70` 56" Lintang Selatan dan berbatasan dengan Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar
dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di
sebelah selatan.[23] Di masing-masing batas kota terdapat Gapura Kasunanan yang
didirikan sekitar tahun 1931–1932 pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana
X di Kasunanan Surakarta. Gapura Kasunanan didirikan sebagai pembatas sekaligus
pintu gerbang masuk ibu kota kerajaan (Kota Surakarta) dengan wilayah sekitar.
Gapura Kasunanan tidak hanya didirikan di jalan penghubung, namun juga didirikan di
pinggir sungai Bengawan Solo yang pada waktu itu menjadi dermaga dan tempat
penyeberangan (di Mojo/Silir).
Ukuran Gapura Kasunanan terdiri dari dua ukuran yaitu berukuran besar dan kecil.
Gapura Kasunanan ukuran besar didirikan di jalan besar. Gapura Kasunanan ukuran
besar bisa dilihat di Grogol (selatan), Jajar (barat), dan Jurug (timur). Sedangkan
Gapura Kasunanan ukuran kecil bisa dilihat di daerah RS Kandang Sapi (utara), jalan
arah Baki di Solo Baru (selatan), Makamhaji (barat), dan di Mojo/Silir. Gapura
Kasunanan besar juga memiliki prasasti waktu pendirian gapura.

Utara Kabupaten Karanganyar

Timur Kabupaten Karanganyar

Selatan Kabupaten Sukoharjo

Barat Colomadu, Karanganyar, Kabupaten Boyolali

Tata Kota[sunting | sunting sumber]


Penataan perkotaan Surakarta mengacu pada Rencana Strategis yang disusun oleh
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang kota. Kini, kota Surakarta mulai banyak
berbenah dalam tata ruang kota. Salah satu program yang dilakukan oleh pemerintah
adalah pemerataan infrastruktur dan fasilitas umum di seluruh kelurahan.
Tata ruang kota Surakarta diawali dengan pindahnya Keraton Kartasura menuju desa
Sala, yang kelak menjadi kota Surakarta. Pangeran Mangkubumi mendesain tata ruang
kota dengan konsep catur gatra tunggal seperti yang dilakukan oleh leluhurnya, Sultan
Agung Hanyokrokusumo. Keraton dibangun berdampingan dengan alun-alun kota,
masjid, pasar dan cepuri atau benteng pertahanan. Alun-alun mengapit keraton di
bagian utara dan selatan. Tepat di barat alun-alun utara berdiri Masjid Ageng.
Keberadaan pasar terdapat di sisi timur laut keraton, yang bernama Pasar Gede
Harjonagoro. Sedangkan benteng cepuri keraton masih berdiri kokoh di dalam komplek
keraton hingga saat ini.
Memasuki abad ke-20, Surakarta mulai mendapat pengaruh Belanda dalam tata ruang.
Belanda membangun benteng di selatan pasar, serta penjara di sisi barat laut keraton.
Belanda juga membangun gereja, kantor telegraf (kini menjadi Kantor Pos Besar
Surakarta) dan bank (kini menjadi kantor Bank Indonesia). Tepat di sisi utara bangunan
ini terdapat Tugu Pemandengan yang menjadi titik nol kilometer kota.
Kota Satelit[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga
isinya tidak bisa dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan
menambahkan referensi yang layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak
tersedia referensi ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala
luar.

Surakarta dan kota-kota satelitnya (Kartasura, Solo


Baru, Palur, Colomadu, Baki, Ngemplak) adalah kawasan yang saling berintegrasi satu
sama lain. Kawasan Solo Raya ini unik karena dengan luas kota Surakarta sendiri yang
hanya 44 km persegi dan dikelilingi kota-kota penyangganya yang masing-masing
luasnya kurang lebih setengah dari luas kota Surakarta dan berbatasan langsung
membentuk satu kesatuan kawasan kota besar yang terpusat.
Solo Baru (Soba) merupakan kawasan yang dimekarkan dari kota Solo. [butuh rujukan] Solo
baru selain sebagai salah satu kota satelit dari Kota Surakarta juga merupakan
kawasan permukiman bagi para pekerja atau pelaku kegiatan ekonomi di kawasan Kota
Surakarta. Di Solo Baru banyak terdapat perumahan sedang dan mewah, maka dari itu
Solo Baru juga merupakan kawasan permukiman elit. Di Solo Baru juga terdapat pasar
swalayan Carrefour. Pandawa waterboom yang merupakan waterboom terbesar
di Jawa Tengah dan Yogyakarta terdapat di kawasan ini. Meskipun termasuk dalam
wilayah Kabupaten Sukoharjo tetapi secara ekonomi dan politis Solo Baru lebih dekat
ke Kota Surakarta, karena letak wilayah kotanya yang langsung berbatasan dengan
Kota Surakarta, bahkan pernah ada wacana tentang penggabungan wilayah wilayah
kota satelit di sekitar Surakarta termasuk Solo Baru untuk dimasukkan ke dalam
wilayahnya. Luas wilayah Kota Surakarta beserta wilayah-wilayah kota penyangganya
saat ini sekitar 150 km² dengan jumlah penduduknya sekitar 1 juta jiwa.

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah. Sebelum bergabung dengan Indonesia,
Surakarta diperintah oleh Sunan Surakarta dan Adipati Mangkunegaran. Semasa
dikuasai oleh Belanda, Surakarta dikenal sebagai sebuah Vorstenland atau wilayah
kerajaan. Penguasa Kasunanan Surakarta saat ini adalah Sunan Pakubuwana XIII, dan
penguasa Praja Mangkunegaran saat ini adalah Adipati Mangkunegara X. Kedua
penguasa monarki seremonial ini tidak memiliki kekuasaan politik di Surakarta. Dengan
berbagai pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal 16
Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta modern. [19]
Kecamatan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Surakarta
Kota Surakarta memiliki 5 kecamatan dan 54 kelurahan dengan kode pos 57110 hingga
57157. Per tahun 2010, jumlah penduduk di lima kecamatan Surakarta adalah 500.642
yang terdiri atas 243.363 pria dan 257.279 wanita (sex rasio 94.59) dengan tingkat
kepadatan penduduk di Surakarta adalah 11.370 jiwa/km², yang merupakan kepadatan
tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan Jawa Tengah hanya 992 jiwa/km²). [27] Pada tahun
2017, jumlah penduduknya diperkirakan sebesar 562.269 jiwa dan luas wilayah 46,01
km² dengan kepadatan 12.220 jiwa/km².[28][29]
Kelurahan paling barat adalah Karangasem, Laweyan, paling utara Kadipiro, Banjarsari,
paling timur Jebres, Jebres, paling selatan Joyotakan, Serengan. Kota Surakarta dan
kabupaten di sekelilingnya
seperti, Karanganyar, Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, secara kolektif
masih sering disebut sebagai eks-Karesidenan Surakarta.
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Surakarta, adalah sebagai berikut:

Kode Kecamatan Jumlah Daftar


Kemendagri Kelurahan Kelurahan

 Banyuanyar
33.72.05 Banjarsari 15  Banjarsari
 Gilingan
 Joglo
 Kadipiro
 Keprabon
 Kestalan
 Ketelan
 Manahan
 Mangkubumen
 Nusukan
 Punggawan
 Setabelan
 Sumber
 Timuran
33.72.04 Jebres 11  Gandekan
 Jagalan
 Jebres
 Kepatihan Kulon
 Kepatihan Wetan
 Mojosongo
 Pucang Sawit
Kode Kecamatan Jumlah Daftar
Kemendagri Kelurahan Kelurahan

 Purwodiningratan
 Sewu
 Sudiroprajan
 Tegalharjo
33.72.01 Laweyan 11  Bumi
 Jajar
 Karangasem
 Kerten
 Laweyan
 Pajang
 Panularan
 Penumping
 Purwosari
 Sondakan
 Sriwedari
33.72.03 Pasar Kliwon 10  Baluwarti
 Gajahan
 Joyosuran
 Kampung Baru
 Kauman
 Kedung Lumbu
 Mojo
 Pasar Kliwon
 Sangkrah
 Semanggi
33.72.02 Serengan 7  Danukusuman
 Jayengan
 Joyotakan
 Kemlayan
 Kratonan
 Serengan
 Tipes
 TOTAL 54

Daftar Wali Kota[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Daftar Wali Kota Surakarta
Berikut merupakan daftar Wali Kota Surakarta.[30]

Mulai Akhir
No Wakil Wali Perio
Potret Wali Kota menjab menjab Partai Ref.
. Kota de
at at
R. T. 19 Mei 15 Juli
1   N/A 1 [ket. 1]

Sindoeredjo 1946 1946

Partai
14
Iskak 15 Juli Nasional
2 Novemb   Soediro 2
Tjokroadisurjo 1946 Indonesi
er 1946[b]
a

Majelis
Syuro
14 13
Muslimi
3 Sjamsoeridjal Novemb Januari   N/A 3 [ket. 2]

n
er 1946 1949[c]
Indonesi
a

14
Soedjatmo 10 Juli
4 Januari Militer   N/A 4
Soemowerdojo 1949
1949

Soeharjo 10 Juli 1 Mei


5 Militer   N/A 5
Soerjopranoto 1949 1950

1
K. Ng. Soebekti 1 Mei
6 Agustus   N/A 6 [ket. 3]

Poesponoto 1950
1951
1 1
7
Agustus Oktober [ket. 4]

(1951)
1951 1955
Muhammad
7 Saleh Militer   N/A
Werdisastro
1 17
8
Oktober Februari
(1955)
1955 1958

Partai
17 10
Oetomo Komunis
8 Februari Novemb   N/A 9 [ket. 5]

Ramelan Indonesi
1958 er 1965[d]
a

11 6
Raden
9 Januari Novemb Militer   N/A 10
Koesnandar
1968 er 1973

6
Indrijo Jatmo 9 Mei
10 Novemb   N/A 11 [31]

Pranoto 1974
er 1973

Soemari 9 Mei 12
11 1980   N/A
Wongsopawiro 1974 (1975)

Soekatmo
13
12 Prawirohadisebr 1980 1985   N/A
(1980)
oto
14
1985 1990   N/A
(1985)
13 H. R. Hartomo
15
1990 1995   N/A
(1990)

Kolonel Inf
16
14 (Purn.) Imam 1995 1999 Militer   N/A
(1995)
Soetopo

Partai
Demokra
si
10 April 10 April 17
15 Slamet Suryanto Indonesi   J. Suprapto [32][33]

2000 2005 (2000)


a
Perjuang
an

28 Juli 28 Juli Partai 18


2005 2010 Demokra (2005)
si
F. X. Hadi
16 Joko Widodo Indonesi  
Rudyatmo
1 a
28 Juli Perjuang
Oktober [ket. 6]

2010 an
2012
19
(2010)
19
28 Juli Partai
Oktober [34]

2015 Demokra
2012
si Achmad
F. X. Hadi
17 Indonesi   Purnomo (201
Rudyatmo
a 3–2021)
17 17 Perjuang 20
Februari Februari an (2015)
2016 2021
Partai
Demokra
26 si
Gibran Petahan Teguh 21 [ket. 7]
18 Februari Indonesi  
Rakabuming a Prakosa (2020) [35][36]

2021 a
Perjuang
an

Legenda
   Non-Partisan/Penugasan Pemerintah
   Partai Nasional Indonesia
   Majelis Syuro Muslimin Indonesia
   Partai Komunis Indonesia
   Militer
   Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Pelaksana tugas Wali Kota[sunting | sunting sumber]
Berikut daftar Pelaksana Tugas Wali Kota yang menggantikan Wali Kota petahana
yang sedang cuti kampanye atau dalam masa transisi.

Pelaksana tugas Mulai Akhir Wali Kota


Potret Masa Ket.
Wali Kota jabatan jabatan Definitif

Th. J. Soemantha 25 Oktober 11 Januari Oetomo


— [ket. 8]
(Penjabat) 1965 1968 Ramelan

Tedjo Suminto 1999 10 April 2000 — Transisi


(Penjabat)

Anwar Cholil 11 April 2005 28 Juli 2005 — [37]


Transisi
(Penjabat)

F. X. Hadi 1 Oktober 19 Oktober 20


Rudyatmo Joko Widodo
2012 2012 (2010)
(Pelaksana tugas)
Budi Suharto 5 Agustus 30 Desember
— [ket. 9]
Transisi
(Penjabat) 2015 2015

Budi Yulistianto 31 Desember 17 Februari


— [39]
Transisi
(Penjabat) 2015 2016

Ahyani 17 Februari 26 Februari


— [40]
Transisi
(Pelaksana harian) 2021 2021

Keterangan

1. ^ Diangkat menjadi Wali Kota Surakarta oleh Komite Nasional Indonesia Daerah
Kota Surakarta. Dilantik ditengah pertentangan antara Pemerintah Daerah Istimewa
Kasunanan dengan Mangkunegaran
2. ^ Presiden dan Menteri Dalam Negeri tidak hadir dalam pelantikan, sehingga
Sjamsoeridjal melantik dirinya sendiri sebagai Wali Kota merangkap Residen,
meskipun pelantikan dapat dilakukan oleh Wali Kota merangkap Residen pendahulu
3. ^ Dilantik bersamaan dengan dihapusnya Pemerintahan Daerah Militer Karesidenan
Surakarta berdasarkan Instruksi MBKD Nomor 3/S.T>d.In/50
4. ^ Menjabat Wali Kota berdasarkan Surat Keputusan Mendagri No. U.P.14/2/25 dan
SKEP Presiden RI No.416/16/M
5. ^ Periode Pemerintah Daerah Kotapraja Surakarta. Berlakunya Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1957 hingga Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965
6. ^ Wali Kota Joko Widodo mengundurkan diri setelah terpilih sebagai Gubernur DKI
Jakarta
7. ^ Wali Kota pertama yang tetap dikawal oleh Pasukan Pengamanan Presiden
dikarenakan termasuk dalam keluarga presiden
8. ^ Dilantik berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor UP.47/3/20-
1534 dan diikuti dengan Surat Perintah Nomor PRINT-853/10/1965 tanggal 25
Oktober 1965 dari Pangdam VII/Diponegoro yang berisi penugasan sebagai Wali
Kota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta menggantikan sementara Oetomo
Ramelan yang terlibat dalam Gerakan 30 September
9. ^ Meninggal dunia saat menjabat[38]

Wali kota Surakarta sejak 26 Februari 2021 dijabat oleh Gibran


Rakabuming dengan wakil wali kota Teguh Prakosa. Sebelumnya jabatan ini
dijabat oleh F.X. Hadi Rudyatmo yang telah menjabat selama dua periode.

APBD[sunting | sunting sumber]
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang biasa disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. APBD merupakan salah satu instrumen kebijakan
yang digunakan pemerintah daerah sebagai alat untuk membiayai pelaksanaan
pemerintahan, pelayanan publik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah. Secara umum APBD terbagi dalam 3 akun besar yaitu akun
Pendapatan, akun Belanja dan akun Pembiayaan. Akun Pendapatan dalam
APBD berisi sumber-sumber pendapatan pemerintah daerah dalam satu tahun
anggaran dari Pendapatan Asli DAerah (PAD), Dana Perimbangan (Daper) dan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Belanja adalah seluruh belanja
pemerintah daerah yang dialokasikan untuk satu tahun anggaran. Pembiayaan
adalah sejumlah pembiayaan yang dikelola pemerintah daerah dalam satu tahun
anggaran yang digunakan untuk menutup defisit anggaran.

Sejarah APBD Kota Surakarta

Tahu
Pendapatan Belanja Pembiayaan
n

2016 1.739.755.264.000 1.795.120.219.000 55.364.955.000

2017 1.739.877.018.000 1.814.341.049.000 74.464.031.000

2018 1.795.725.874.000 1.905.769.955.034 110.044.081.034

2019 1.928.886.728.000 2.001.997.784.000 73.111.056.000

2020 2.019.861.148.959 2.109.290.676.959 89.429.528.000

Dewan Perwakilan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surakarta
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Surakarta dalam tiga periode
terakhir.

Jumlah Kursi dalam Periode

Partai Politik
2009–
2014–2019 2019–2024
2014
  PDI-P 15  24  30
  PKS 4  5  5
  Golkar 4  4  3
  PAN 4  4  3
  Gerindra (baru) 2  3  3
  PSI (baru) 1

  Demokrat 7  3  0
  Hanura (baru) 2  1  0
  PPP 0  1  0
  PDS 2
Jumlah Anggota 40  45  45
Jumlah Partai 8  8  6

Kecamatan[sunting | sunting sumber]

Balai kota Surakarta.

Artikel utama: Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Surakarta


Kota Surakarta memiliki 5 kecamatan dan 54 kelurahan dengan kode pos 57110
hingga 57157. Per tahun 2010, jumlah penduduk di lima kecamatan Surakarta
adalah 500.642 yang terdiri atas 243.363 pria dan 257.279 wanita (sex rasio
94.59) dengan tingkat kepadatan penduduk di Surakarta adalah 11.370
jiwa/km², yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan Jawa
Tengah hanya 992 jiwa/km²).[41] Pada tahun 2017, jumlah penduduknya
diperkirakan sebesar 562.269 jiwa dan luas wilayah 46,01 km² dengan
kepadatan 12.220 jiwa/km².[28][29]
Kelurahan paling barat adalah Karangasem, Laweyan, paling utara Kadipiro,
Banjarsari, paling timur Jebres, Jebres, paling selatan Joyotakan, Serengan.
Kota Surakarta dan kabupaten di sekelilingnya
seperti, Karanganyar, Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, secara
kolektif masih sering disebut sebagai eks-Karesidenan Surakarta.
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Surakarta, adalah sebagai berikut:
Kode Kecamatan Jumlah Daftar
Kemendagri Kelurahan Kelurahan

 Banyuanyar
33.72.05 Banjarsari 15  Banjarsari
 Gilingan
 Joglo
 Kadipiro
 Keprabon
 Kestalan
 Ketelan
 Manahan
 Mangkubumen
 Nusukan
 Punggawan
 Setabelan
 Sumber
 Timuran
33.72.04 Jebres 11  Gandekan
 Jagalan
 Jebres
 Kepatihan Kulon
 Kepatihan Wetan
 Mojosongo
 Pucang Sawit
 Purwodiningratan
 Sewu
 Sudiroprajan
 Tegalharjo
33.72.01 Laweyan 11  Bumi
 Jajar
 Karangasem
 Kerten
 Laweyan
 Pajang
 Panularan
 Penumping
 Purwosari
 Sondakan
 Sriwedari
33.72.03 Pasar Kliwon 10  Baluwarti
 Gajahan
 Joyosuran
 Kampung Baru
 Kauman
 Kedung Lumbu
 Mojo
 Pasar Kliwon
 Sangkrah
Kode Kecamatan Jumlah Daftar
Kemendagri Kelurahan Kelurahan

 Semanggi
33.72.02 Serengan 7  Danukusuman
 Jayengan
 Joyotakan
 Kemlayan
 Kratonan
 Serengan
 Tipes
 TOTAL 54

Julukan dan Semboyan[sunting | sunting sumber]

Logo branding pariwisata Kota Surakarta: Solo, the Spirit of Java.

Surakarta memiliki semboyan "Berseri". "Berseri" sendiri adalah akronim dari


"Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah", sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota.
Untuk kepentingan pemasaran pariwisata, Surakarta mengambil slogan
pariwisata Solo, The Spirit of Java (Jiwanya Jawa)[42] sebagai upaya pencitraan
kota Surakarta sebagai pusat kebudayaan Jawa. Slogan Solo The Spirit of
Java diperoleh dari hasil sayembara yang diadakan oleh Pemerintah Kota
Surakarta pada 4 Oktober sampai 14 November 2005 yang dimenangkan oleh
Dwi Endang Setyorini (warga Giriroto, Ngemplak, Boyolali). Logonya, dikerjakan
oleh perusahaan periklanan pemenang pitching (tender), yaitu Freshblood
Indonesia (Surakarta) dan didampingi oleh tim konsultan desain Optimaxi
(Jakarta) di bawah pengawasan GTZ dalam rangkaian program Regional
Economic Development (RED) atau GTZ-RED.
Perancangan logo berlangsung sekitar enam bulan di Surakarta. Selama masa
itu diselenggarakan sesi konsultasi dengan Badan Koordinasi Antar Daerah
(BKAD) dan tokoh masyarakat, yang puncak sosialisasinya digelar di Ballroom
Hotel Quality (The Sunan Hotel saat ini), dihadiri beragam kalangan sebagai
representasi wilayah Solo Raya.
Tim perancang bekerja dengan bekal slogan hasil sayembara dan dituntut
menjabarkan konsep Spirit of Java dalam wujud visual. Identitas visual yang
berupa tulisan ”Solo” beserta slogan di bawahnya dengan aksen huruf ”O”
berbentuk relung diperoleh dari ekstraksi konsep visual yang merefleksikan
kesan Jawa dalam tampilannya. Relung dalam logo bisa saja mengingatkan
orang pada ornamen keris, batik, atau mebel yang merujuk pada wilayah
(Jawa).[43]
Selain itu Kota Surakarta juga memiliki beberapa julukan, antara lain Kota Batik,
Kota Budaya, Kota Liwet. Penduduk Surakarta disebut sebagai wong Solo, dan
istilah putri Solo juga banyak digunakan untuk menyebut wanita yang memiliki
karakteristik mirip wanita dari Surakarta.

Demografi[sunting | sunting sumber]

Abdi dalem Keraton Surakarta mengenakan busana Jawi Jangkep Sowan Keraton. Suku


Jawa merupakan etnis mayoritas di Kota Surakarta, dan Surakarta merupakan kota pusat
pengembangan dan pelestarian kebudayaan Jawa.

Salah satu sensus paling awal yang dilakukan di wilayah Karesidenan


Surakarta (Residentie Soerakarta) pada tahun 1885 mencatat terdapat
1.053.985 penduduk, termasuk 2.694 orang Eropa dan 7.543 orang Tionghoa.
Wilayah seluas 5.677 km² tersebut memiliki kepadatan 186 penduduk/km².
Ibukota karesidenan tersebut sendiri pada tahun 1880 memiliki 124.041
penduduk.[44]
Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2010 adalah 503.421 jiwa, terdiri
dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, yang tersebar di lima kecamatan yang
meliputi 51 kelurahan dengan daerah seluas 44,1 km2. Perbandingan
kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-
laki. Angka ketergantungan penduduknya sebesar 66%. Catatan dari tahun
1880 [45] memberikan cacah penduduk 124.041 jiwa. Pertumbuhan penduduk
dalam kurung 10 tahun terakhir berkisar 0,565 % per tahun.[46] Tingkat kepadatan
penduduk di Surakarta adalah 11.370 jiwa/km 2, yang merupakan kepadatan
tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan Jawa Tengah hanya 992 jiwa/km 2).[47]
Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Surakarta merupakan
kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas
wilayah ke-13 terkecil, dan populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5
kota administratif di Indonesia.
Daftar kecamatan di Surakarta

K
Na
o %
ma L % Laju
N P Han Tra d l Pen Kep
kec u pen pert
o et acar nslit e u dud ada
am a dud umb
. a aka erasi P a uk tan
ata s uk uhan
o s
n
s

ꦨꦚ꧀
Banjar Banjar 571 14,8 33,6 157.4 31,45 10.630
1
sari
ꦗꦂꦱ sari 30 1 3% 38 % /km2
0,25
ꦫꦶ

ꦗꦺꦧ
571 12,5 28,5 138.6 27,69 11.019
2 Jebres ꦿꦺꦱ Jèbrès
20 8 7% 24 % /km2
0,88

Lawey ꦭꦮꦶ Lawiya 571 19,6 86.31 17,24 10.002


3 8,64 -0,21
an ꦪꦤ꧀ n 40 2% 5 % /km2

ꦥꦱꦂ
Pasar 
ꦏ꧀ꦭ Pasar 571 10,9 74.14 14,80 15.383
4 Kliwo 4,82 -0,07
n ꦶꦮꦺ Kliwon 10 5% 5 % /km2
ꦴꦤ꧀

ꦱꦼꦫ
Sereng Sěrèng 571 7,24 44.12 13.830
5
an
ꦺꦔꦤ an 50
3,19
% 0
8,81%
/km2
-0,59

 Berdasarkan sensus 2010 [1]

Kecamatan terpadat di Surakarta adalah Pasar Kliwon, yang luasnya hanya


sepersepuluh luas keseluruhan Surakarta, sedangkan Laweyan merupakan
kecamatan dengan kepadatan terendah. Laju pertumbuhan penduduk Surakarta
selama 2000-2010 adalah 0,25%, jauh di bawah laju pertumbuhan penduduk
Jawa Tengah sebesar 0,46%.
Jika wilayah penyangga Surakarta juga digabungkan secara keseluruhan (Solo
Raya: Surakarta, Kartasura, Colomadu, Ngemplak, Baki, Grogol, Palur), maka
luasnya adalah 130 km². Penduduknya lebih dari 800.000 jiwa.[butuh rujukan]
Keberagaman[sunting | sunting sumber]

Masjid Agung Surakarta.

Klenteng Tien Kok Sie.

Bangunan ibadah bersejarah di Surakarta beragam, yang mencerminkan


keberagaman kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Surakarta, mulai dari
masjid terbesar dan paling sakral yang terletak di bagian barat Alun-alun Utara
Keraton Kasunanan, Surakarta, yaitu Masjid Agung Surakarta yang dibangun
sekitar tahun 1763 atas prakarsa dari Sunan Pakubuwana III, Masjid Al Wustho
Mangkunegaran, Masjid Laweyan yang merupakan masjid tertua di Surakarta,
[48]
 Gereja St. Petrus di Jl. Slamet Riyadi, Gereja St. Antonius Purbayan, hingga
Tempat Ibadah Tri Dharma Tien Kok Sie, Vihara Am Po Kian, dan Sahasra Adhi
Pura.[49]
Selain dihuni oleh Suku Jawa, ada banyak pula penduduk beretnis Tionghoa,
dan Arab yang tinggal di Surakarta. Walaupun tidak ada data pasti berapa
jumlah masing-masing kepercayaan maupun etnis penduduk dalam sensus
terakhir (2010), namun mereka banyak membaur di tengah-tengah warga
Surakarta pada umumnya.
Perkampungan Arab menempati tiga wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Pasar
Kliwon, Semanggi dan Kedung Lumbu di Kecamatan Pasar
Kliwon[50] Penempatan kampung Arab secara berkelompok tersebut sudah diatur
sejak zaman dulu untuk mempermudah pengurusan bagi etnis asing di
Surakarta dan demi terwujudnya ketertiban dan keamanan. Etnis Arab mulai
datang di Pasar Kliwon diperkirakan sejak abad ke-19. Terbentuknya
perkampungan di Pasar Kliwon, selain disebabkan oleh adanya politik
permukiman pada masa kerajaan, juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah
kolonial. Warto dalam penelitiannya menyebutkan pada tahun 1984, jumlah
keturunan Arab adalah 1.877 jiwa, sementara jumlah warga Tionghoa adalah
103 jiwa. Berdasarkan data monografi kelurahan Pasar Kliwon tahun 2005,
menyebutkan bahwa jumlah keturunan Arab adalah 1.775 jiwa, sedangkan
keturunan Tionghoa adalah 135 jiwa. Dari data tersebut dapat dilihat adanya
penurunan jumlah penduduk keturunan Arab di Pasar Kliwon. Hal ini disebabkan
karena lahan di kelurahan Pasar Kliwon semakin sempit sehingga terjadi
perpindahan di daerah lain.[51]
Sementara itu perkampungan Tionghoa banyak terfokus di wilayah Balong,
Coyudan, dan Keprabon. Hal ini dapat dilihat dengan adanya bangunan-
bangunan kelenteng dan tempat ibadah, seperti Kelenteng Tien Kok Sie. [52]
Agama[sunting | sunting sumber]
<div style="border:solid transparent;position:absolute;width:100px;line-height:0;

Agama di Surakarta

  Islam (78.95%)
  Protestan (13.75%)
  Katolik (6.98%)
  Buddha (0.22%)
  Hindu (0.06%)
  Lainnya (0.03%)

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Institut Seni Indonesia Surakarta, perguruan tinggi negeri di Kota Surakarta.


Universitas Sebelas Maret, salah satu perguruan tinggi negeri favorit di Indonesia.

Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik) pada tahun ajaran 2010/2011


terdapat 68.153 siswa dan 869 sekolah di Surakarta, dengan perincian: 308
TK/RA, 292 SD/MI, 97 SMP/MTs, 56 SMA/MA, 46 SMK, 54 PT, dan 16 sekolah
lain.[53] Di bidang pendidikan ini pula, selain terdapat sekolah-sekolah formal, juga
terdapat lembaga penyelenggara pendidikan non formal, yaitu Lembaga
Pendidikan Belarina Privat yang membuka kursus bimbingan belajar. Di
Surakarta terdapat dua universitas besar, yaitu Universitas Sebelas
Maret (UNS), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS),keduanya memiliki
lebih dari 0 mahasiswa aktif dan termasuk katagori 50 universitas terbaik di
Indonesia. Demikian pula terdapat Universitas Islam Negeri Raden Mas Said
Surakarta dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta . Selain itu terdapat 52
universitas swasta lainnya seperti Unisri ( Universitas Slamet Riyadi ),
Universitas Tunas Pembangunan, Universitas Setia Budi, STIKES
Muhammadiyah, Universitas Islam Batik, Universitas Bina Sarana Informatika
(UBSI) Kampus Surakarta dll. Surakarta juga kini menjadi tempat tujuan studi
para lulusan SMA dari seluruh Indonesia [54]

Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Industri batik menjadi salah satu industri khas Surakarta. Sentra kerajinan batik
dan perdagangan batik antara lain di Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer serta
beberapa pasar batik tradisional lain menjadi salah satu pusat perdagangan
batik di Indonesia. Perdagangan di Surakarta berada di bawah naungan Dinas
Industri dan Perdagangan[55]
Selain Pasar Klewer, Surakarta juga memiliki banyak pasar tradisional, di
antaranya Pasar Gedhe (Pasar Besar), Pasar Legi, dan Pasar Kembang. Pasar-
pasar tradisional yang lain menggunakan nama-nama dalam bahasa Jawa,
antara lain nama pasaran (hari) dalam Bahasa Jawa: Pasar Pon, Pasar Legi,
sementara Pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan nama pasarnya
sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah. Selain itu ada pula pasar barang antik
yang menjadi tujuan wisata, yaitu Pasar Triwindu/Windu Jenar (setiap Sabtu
malam diubah menjadi Pasar Ngarsopuro) serta Pasar Keris dan Cenderamata
Alun-Alun Utara Keraton Surakarta.
Pusat bisnis kota Surakarta terletak di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Beberapa
bank, hotel, pusat perbelanjaan, restoran internasional, hingga tujuan wisata dan
hiburan terletak di sepanjang jalan protokol ini, termasuk Graha Soloraya, Loji
Gandrung (rumah dinas wali kota). Pada hari minggu pagi, jalanan Slamet
Riyadi khusus ditutup bagi kendaraan bermotor, untuk digunakan sebagai
ajang Solo Car Free Day, sebagai bagian dari tekad pemda untuk mengurangi
polusi. Beberapa mal modern di Surakarta antara lain IBGADGETSTORE, SSI
Solo, Solo Square, Solo Grand Mall (SGM), Solo Paragon, Solo Center Point
(SCP), Singosaren Plaza, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade
Center (BTC), Hartono Mall Solo Baru, Pusat Perbelanjaan Luwes (Ratu Luwes,
The Park Mall, Transmart, Sami Luwes, Luwes Sangkrah, Luwes Gading, Luwes
Nusukan, Luwes Mojosongo, Luwes Palur), dan Palur Plaza.

Pusat perdagangan batik di Pusat Grosir Solo.

Sebagai salah satu kota yang maju, tentu saja di Surakarta juga telah berdiri
usaha penginapan dari mulai homestay, losmen, bintang kelas melati hingga
hotel berbintang 4 (empat) dan 5 (lima) diantaranya adalah Red Planet (hotel
bintang 2, Mangkubumen), Amarelo Hotel (hotel bintang 3, Kemlayan), Grand
Amira Hotel (hotel bintang 2, Pasar Kliwon), Amaris Hotel (hotel bintang
2, Sriwedari), Grand Orchid Hotel (hotel bintang 3, Timuran), The Sunan Hotel
(hotel bintang 4, Kerten), Hotel Sahid Jaya (hotel bintang 5, Timuran), Simple In
Solo (hotel bintang 1, Manahan), Novotel (hotel bintang 4, Timuran), Hotel Alila
(Bintang 5, Farokah), Aston Hotel-Pop & Harris Hotel (Bintang 3, Purwosari),
Swissbellin (Bintang 3, Saripetodjo)
Surakarta memiliki beberapa pabrik yang mempekerjakan karyawan dalam
jumlah yang besar antara lain Sritex, Konimex, dan Jamu Air Mancur. Selain itu
masih ada banyak pabrik-pabrik lain di zona industri Palur. Industri batik juga
menjadi salah satu industri khas Surakarta.

Layanan Publik[sunting | sunting sumber]


Beberapa rumah sakit bersejarah antara lain RS Kadipolo dan Rumah Sakit
Panti Kosala (Kandang Sapi). Sementara rumah sakit lain dengan
fasilitas UGD 24 jam antara lain RSUD Moewardi, RS PKU Muhammadiyah, RS
Islam Surakarta (Yarsis), RS Kustati, RS Kasih Ibu, RS Panti Waluyo, RS Brayat
Minulyo, dan RS Dr. Oen Solo Baru. RS Ortopedi Dr. Soeharso adalah salah
satu pusat ortopedi terkemuka di Indonesia yang pernah menjadi pusat rujukan
tulang nasional.[butuh rujukan]
Surakarta juga memiliki beberapa taman, antara lain Taman Balekambang,
Taman Tirtonadi, Taman Sekartaji, Taman Sriwedari, yang juga merangkap
sebagai tempat hiburan, tempat pagelaran musik dangdut dan wayang orang,
tepatnya di Gedung Wayang Orang Sriwedari. Tempat ini menyajikan seni
pertunjukan daerah wayang orang yang menyajikan cerita wayang berdasarkan
pada cerita Ramayana dan Mahabarata. Pada kesempatan tertentu juga digelar
cerita-cerita wayang orang gabungan antara wayang orang sriwedari dengan
wayang orang RRI Surakarta dan bahkan dengan seniman-seniman wayang
orang Jakarta, Semarang, ataupun Surabaya. [56] Tempat hiburan umum lainnya
adalah Kebun Binatang Jurug (Taman Satwataru Jurug), yaitu salah satu dari
kebun binatang terbesar dan tertua di Indonesia.
Tempat pemakaman umum (TPU) di Surakarta antara lain adalah TPU
Purwoloyo, TPU Utoroloyo, TMP Kusuma Bakti, TPU Pucang Sawit, dan
pemakaman Tionghoa yang terletak di kecamatan Jebres, TPU Bonoloyo,
Astana Utara Nayu, dan Astana Bibis Luhur yang terletak di kecamatan
Banjarsari, TPU Pracimoloyo maupun TPU Daksinoloyo di perbatasan
Kabupaten Sukoharjo.[57] Karena jumlah lahannya yang terbatas, saat ini banyak
anggota masyarakat yang memilih untuk menguburkan orang yang sudah
meninggal di pemakaman-pemakaman yang terletak di luar batas kota
Surakarta, misalnya pemakaman Kristen di Jeruksawit, Karanganyar,
[58]
 kompleks pemakaman Delingan di Karanganyar, dll. Khusus bagi raja-raja
keraton Surakarta, bagi raja yang meninggal akan dimakamkan di pemakaman
hereditas di Makam Imogiri di puncak sebuah bukit 12 km di sebelah selatan
Yogjakarta[59]
Kode area untuk kota Surakarta adalah 0271 (+6271). Telepon umum koin/kartu
jarang dijumpai, sebagai gantinya, beberapa wartel tersebar di berbagai sudut
kota. Selain itu mereka juga biasanya menjual pulsa prabayar. Warnet juga
banyak dijumpai di berbagai tempat, sedangkan beberapa tempat sudah mulai
menyediakan fasilitas Wi-Fi untuk para pengunjungnya.

Kesehatan[sunting | sunting sumber]
Rumah Sakit[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Daftar rumah sakit di Kota Surakarta
Kota Surakarta dan wilayah sekitarnya mempunyai beberapa rumah sakit, di
antaranya:

 Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi


 Rumah Sakit Umum Daerah Ngipang
 Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno
 Rumah Sakit Islam Kustati
 Rumah Sakit Islam Yarsis Surakarta
 Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta
 Rumah Sakit Panti Waluyo
 Rumah Sakit Slamet Riyadi (DKT)
 Rumah Sakit AURI Adi Sumarmo
 Rumah Sakit Muhammadiyah Surakarta
 Rumah Sakit Kasih Ibu
 Rumah Sakit Brayat Minulyo
 Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru
 Rumah Sakit Jiwa Surakarta
 Rumah Sakit Jiwa Panti Rapih
 Rumah Sakit Bersalin Triharsi
 Rumah Sakit Jiwa Surakarta
 Rumah Sakit Jiwa Saraf Puri Waluyo
 Rumah Sakit Jiwa Dewantoro
 Rumah Sakit Indriati Solo baru
 Rumah Sakit UNS
 Rumah Sakit UMS
 Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)[sunting | sunting
sumber]
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) di Surakarta antara lain:

 Puskesmas Pajang
 Puskesmas Penumping
 Puskesmas Purwosari
 Puskesmas Jayengan
 Puskesmas Kratonan
 Puskesmas Gajahan
 Puskesmas Sangkrah
 Puskesmas Purwodiningratan
 Puskesmas Ngoresan
 Puskesmas Sibela
 Puskesmas Pucangsawit
 Puskesmas Nusukan
 Puskesmas Manahan
 Puskesmas Gilingan
 Puskesmas Banyuanyar
 Puskesmas Setabelan
 Puskesmas Gambirsari

Olahraga[sunting | sunting sumber]
Stadion Manahan, stadion terbesar di Surakarta.

Kota Surakarta memiliki sejarah olahraga yang cukup lama. Tahun 1923 di


Surakarta telah terbentuk klub sepak bola, salah satu klub yang pertama di
Indonesia yang kala itu masih bernama Hindia Belanda, yang bernama Persis
Solo. Persis Solo adalah raksasa sepak bola di Hindia Belanda yang masih
eksis hingga saat ini, Persis pernah menjuarai kompetisi Perserikatan sebanyak
7 kali dan saat ini bermain di Divisi Utama Liga Indonesia. Selain Persis Solo,
tercatat beberapa klub sepak bola lain pernah hadir di Surakarta, antara
lain Arseto Solo, Pelita Solo, Persijatim Solo FC, dan terakhir adalah
kontestan Liga Primer Indonesia, Solo FC yang baru terbentuk pada tahun 2010.
Kedua tim sepak bola yang masih eksis saat ini, yaitu Persis Solo dan Solo FC,
bermarkas di Stadion Manahan, sebuah stadion tipe Stadion Madya Olimpiade
kategori B+ dan salah satu stadion terbaik di Jawa Tengah yang pernah
beberapa kali menjadi tempat penyelenggaraan even olahraga tingkat nasional
dan internasional. Di stadion yang memiliki kapasitas 25.000 penonton ini antara
lain pernah menjadi tempat pertandingan Liga Champions AFC
2007 karena Persik tidak punya stadion kandang memadai, final Piala Indonesia
2010, pembukaan Liga Primer Indonesia musim pertama pada 15 Januari 2011,
[60]
 dan menjadi penyelenggara ASEAN Paragames 2011. Jika awalnya Manahan
merupakan tanah lapang tempat olahraga memanah, stadion ini beberapa kali
berubah fungsinya, mulai dari tempat balapan kuda (dengan kandang-kandang
kuda di kampung Kestalan dan Setabelan, serta di kompleks keraton), hingga
saat ini difungsikan sebagai lapangan sepak bola dan ketika malam hari dan hari
Minggu berubah menjadi kawasan sosial bagi warga kota Surakarta.
Kebudayaan serta olahraga memanah dan pacuan kuda sendiri saat ini sudah
sangat jarang ditemukan di kota Surakarta. [61]
Pada tahun 1948, Surakarta juga dipercaya untuk menyelenggarakan pertama,
yang tanggal pembukaannya masih diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional.
Pada kejuaraan itu, Surakarta yang berlaga mewakili Karesidenan
Surakarta berhasil merebut gelar juara umum.
Sedangkan hingga tahun 2009, Surakarta juga memiliki satu-satunya klub
basket profesional di Jawa Tengah, yaitu Bhinneka Solo. Beberapa gelanggang
olahraga di kota Surakarta antara lain Stadion Manahan dan Stadion
Sriwedari untuk olahraga sepak bola dan GOR Bhinneka, yang kini berganti
nama menjadi Stadion Sritex.

Transportasi[sunting | sunting sumber]

Becak adalah salah satu moda transportasi paling umum di Surakarta.

Kota Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur
Semarang-Ngawi, yang menjadikan posisinya yang strategis sebagai kota
transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur selatan Jawa juga terhubung di
kota ini. Kota ini dilintasi oleh Jalan Nasional Rute 15 yang menghubungkan
antara Surabaya dan Yogyakarta, jaringan Jalan Tol Trans Jawa yang
menghubungkan Surakarta dengan Jakarta; Semarang; dan Surabaya via jalan
tol, serta jalan provinsi yang menghubungkan Surakarta dengan kota-kota lain di
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Surakarta merupakan kota yang terkurung
daratan, sehingga tidak memiliki moda transportasi air.
Taksi[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

Taksi adalah salah satu moda transportasi yang sering dijumpai. Dari bandara,
turis dapat memesan tiket dengan menyebutkan tujuannya dan membayar
ongkos taksi di muka. Beberapa jasa pelayanan taksi antara lain Aravia
(636468), Solo Central Taksi (728728), Kosti (664504,856300), Mahkota Ratu
(655666). Sementara itu beberapa persewaan mobil juga dapat ditemu di
bandara.
Jasa transportasi tradisional yang terkenal lainnya adalah becak, yang dikayuh
dengan tenaga manusia. Angkutan umum dalam kota yang lain mencakup bus
kota, angkot, dan andong.
Bus[sunting | sunting sumber]
Batik Solo Trans di Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo.

Terminal bus besar kota ini bernama Terminal Tirtonadi yang beroperasi 24 jam


karena merupakan jalur antara yang menghubungkan angkutan bus dari Jawa
Timur (terutama Surabaya dan Banyuwangi) dan Jawa Barat (Bandung). Selain
Tirtonadi, terdapat pula dua terminal untuk angkutan lokal: Terminal
Harjodaksino di sisi selatan kota (dulu merupakan terminal bus antarkota) dan
Terminal Tipes di sisi barat kota. Selain itu, dua terminal penunjang terdapat
pula di sekitar kota namun berada di luar pengelolaan pemerintah kota, yaitu
Terminal Kartasura di barat, yang terhubung ke Jakarta dan Surabaya, dan
Terminal Palur di timur kota.
Selain itu pada tahun 2010 diluncurkan angkutan umum massal bus Batik Solo
Trans. Saat ini bus rapid transit Batik Solo Trans telah memiliki 6 koridor bus
dan 6 Layanan Pengumpan (feeder).[62]
Kereta Api[sunting | sunting sumber]

Stasiun Solo Balapan.

Stasiun kereta api utama bernama Stasiun Solo Balapan yang merupakan salah


satu stasiun besar tertua di Indonesia (dibangun 1873) yang
menghubungkan Yogyakarta (barat), Semarang (utara), dan Surabaya (timur),
dan terletak berdekatan dengan terminal bus Tirtonadi, suatu hal yang jarang
dijumpai di Indonesia. Hubungan perjalanan dari setasiun ini cukup baik,
mencakup semua kota besar di Jawa secara langsung dan hampir dalam semua
kelas. Di Kota Surakarta juga terdapat tiga stasiun kereta api lain. Stasiun Solo
Jebres dipakai sebagai stasiun perhentian untuk kereta-kereta api kelas
ekonomi atau kereta api relasi Semarang-Madiun. Stasiun Solo-Kota (Sangkrah)
merupakan stasiun perhentian untuk jalur KA Purwosari-Wonogiri. Stasiun
Purwosari di tepi barat kota merupakan stasiun cabang
menuju Wonogiri (selatan). Dulu Purwosari juga merupakan stasiun
pemberhentian untuk jurusan Boyolali (barat). Kereta api ekspres ke Jakarta
memakan waktu tempuh 10 jam, sementara kereta api ekspres ke Surabaya
memakan waktu tempuh 5 jam. Kereta api ekspres yang melalui Surakarta
antara lain: Argo Lawu, Argo Dwipangga, Bima dan Gajayana (dari/ke Jakarta,
dengan AC), Argo Wilis dan Lodaya (dari/ke Bandung), Argo Wilis
dan Sancaka (dari/ke Surabaya). Kereta bisnis malam Senja Utama Solo juga
melayani transportasi dari/ke Jakarta.

Bus rel Batara Kresna di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta

Selain itu transportasi Surakarta juga memiliki keunikan tersendiri karena


merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki rel kereta api yang
paralel dengan jalan raya, tepatnya di sepanjang jalan protokol Slamet Riyadi. Di
jalur ini terdapat rel Bus rel Batara Kresna dan juga difungsikan sebagai jalur
kereta api wisata Sepur Kluthuk Jaladara yang berhenti di Loji Gandrung (kantor
wali kota Surakarta) dan Kampung Batik Kauman. [63]
Becak, Delman dan Ojek[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

1. Becak adalah angkutan tradisional yang masih beroperasi di kota


Surakarta. Becak merupakan kendaraan angkut multi fungsi,
dapat untuk mengangkut penumpang dan bisa juga dikondisikan
sebagai alat angkutan barang. Becak di kota Surakarta memiliki
kekhasan model lebih lebar dibandingkan dengan becak-becak
tradisional di tempat-tempat lain semisal becak Surabaya dan
becak Makassar. Meskipun sudah banyak alat angkut penumpang
yang beroperasi, becak masih bisa eksis bertahan dan memiliki
segmen pasar tersendiri. Becak di kota Surakarta adalah becak
dengan tenaga manual yang artinya becak di kota Surakarta tidak
dimodifikasi sebagaimana becak Medan dan bentor (becak motor)
di Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara).
2. Delman juga termasuk salah satu transportasi tradisional angkut
multi fungsi yang masih beroperasi di kota Surakarta. Pangkalan
delman terbesar di kota Surakarta berada di dekat lapangan
Banjarsari dan Pasar Legi. Saat ini populasi transportasi ini sudah
menyusut cukup signifikan. Seringkali delman atau andong ini
digunakan untuk memeriahkan acara wisuda di beberapa
universitas dan perguruan tinggi si seputar kota Surakarta. Selain
itu delman juga biasa digunakan untuk event-event pariwisata
mengantarkan para turis berkeliling kota Surakarta.
3. Ojek adalah transportasi alternatif yang biasanya menggunakan
kendaraan bermotor roda dua. Ojek ini bisa dibilang cukup besar
pangsa pasarnya di kota Surakarta. Apalagi dengan kondisi lalu-
lintas kota Surakarta yang semakin ramai dan cenderung padat
menyebabkan banyak orang mulai melirik ojek sebagai alternatif
kendaraan transportasi yang cepat murah dan anti kemacetan.
Tahun 2016 ini salah satu perusahaan ojek online sudah
membuka layanan di kota Surakarta.
Transportasi Udara[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo (kode SOC, dulu bernama "Panasan")


terletak 14 kilometer di sebelah utara kota Surakarta. Secara administratif
bandar udara ini terletak di Boyolali. Bandara ini terhubung ke Jakarta (8-
penerbangan sehari),Denpasar -Bali, Kuala Lumpur serta Arab Saudi (pada
musim haji). Bandara Adi Sumarmo saat ini menjadi salah satu hub atau
bandara pengumpul maskapai Lion Air. Waktu tempuh perjalanan udara dengan
Jakarta berlangsung sekitar satu jam. Beberapa operator penerbangan yang
melayani rute dari/ke kota Surakarta antara lain Garuda Indonesia, Sriwijaya
Air, Lion Air, Air Asia, Malaysia Airlines, Batik Air dan Super Air Jet. Bandara Adi
Sumarmo juga menjadi pusat pemberangkatan dan penerimaan haji untuk
wilayah Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dari Asrama
Haji Donohudan, Boyolali.

Pariwisata[sunting | sunting sumber]
Halaman Kori Kamandungan Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Surakarta juga dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang biasa didatangi oleh
wisatawan dari kota-kota besar. Biasanya wisatawan yang berlibur
ke Yogyakarta juga akan singgah di Surakarta, atau sebaliknya. Tujuan wisata
utama kota Surakarta adalah Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran, dan
kampung-kampung batik serta pasar-pasar tradisionalnya. Wisata sejarah bekas
pabrik gula bernama De Tjolomadoe, Colomadu, Karanganyar
Di Surakarta terdapat beberapa citywalk yang ditujukan untuk pejalan kaki dan
pengendara sepeda, antara lain di koridor Ngarsopuro, di sepanjang Jalan
Slamet Riyadi (sepanjang 6–7 km dan selebar 3 m), dan di sepanjang Jalan
Perintis Kemerdekaan. Tempat-tempat yang ditunjuk sebagai citywalk tidak
boleh dilalui oleh kendaraan bermotor.
Sepur Kluthuk Jaladara[sunting | sunting sumber]

Tampak Sepur Kluthuk Jaladara sedang berhenti di depan Loji Gandrung.

Kereta api uap Jaladara (atau Sepur Kluthuk Jaladara dalam bahasa Jawa)


dioperasikan berkat kerja sama antara PT Kereta Api Indonesia
(Persero) dengan Pemerintah Kota Surakarta. Kereta ini menjadi salah satu
daya tarik wisata kota Surakarta, dilihat dari lintasan yang dilaluinya.
Kereta ini menggunakan jalur kereta api Purwosari–Wonogiri–
Baturetno petak Purwosari-Solo Kota yang dimana jalur rel di petak ini
berdampingan dengan jalan Slamet Riyadi. Dengan menggunakan rangkaian
berisi dua atau tiga kereta penumpang dan ditarik lokomotif uap C 12 atau D
14 dan D 52, wisatawan akan diajak melihat beberapa tempat-tempat penting di
sepanjang jalan Slamet Riyadi serta ikon kota Surakarta, seperti Keraton
Surakarta, Loji Gandrung (rumah dinas Wali Kota Surakarta), Kawasan
Ngarsopuro, dan Gladak.
Wisata Alam[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.
Wisata-wisata alam di sekitar Surakarta antara lain Kawasan
Wisata Tawangmangu (berada di Kabupaten Karanganyar), Kawasan Wisata
Selo (berada di Kabupaten Boyolali), Umbul Ponggok di Kabupaten Klaten dan
juga Umbul Manten, Agrowisata Kebun Teh Kemuning, Air Terjun Jumog, Air
Terjun Parang Ijo, Air Terjun Segoro Gunung, Grojogan Sewu, dan lain-lain.
Selain itu di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di lereng Gunung Lawu, terdapat
beberapa candi peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha, seperti Candi
Sukuh, Candi Cetho, Candi Monyet. Selain itu ada juga Candi Plaosan, Candi
Sewu yang berada di Kabupaten Klaten, dan lain-lain.
Festival dan Perayaan[sunting | sunting sumber]
Setiap tahun pada tanggal-tanggal tertentu Keraton Surakarta dan Pura
Mangkunegaran mengadakan berbagai macam perayaan yang menarik.
Perayaan tersebut pelaksanaannya berdasarkan pada penanggalan Jawa.
Kirab Pusaka Malam 1 Sura[sunting | sunting sumber]
Acara ini diselenggarakan oleh Keraton Surakarta dan Pura
Mangkunegaran pada malam hari menjelang tanggal 1 Sura. Acara ini ditujukan
untuk merayakan Tahun Baru Jawa 1 Sura. Rute yang ditempuh oleh kirab yang
diselenggarakan oleh Keraton Surakarta kurang lebih sejauh 3 km yaitu Keraton
Surakarta - Alun-Alun Utara - Gladag - Jl. Mayor Kusmanto - Jl. Kapten Mulyadi -
Jl. Veteran - Jl. Yos Sudarso - Jl. Slamet Riyadi - Gladag kemudian kembali ke
Keraton Surakarta lagi. Pusaka-pusaka yang memiliki daya magis tersebut
dibawa oleh para abdi dalem yang berbusana Jawi Jangkep. Peserta kirab yang
berada di barisan paling depan adalah sekelompok kerbau albino (kebo bule)
bernama keturunan kerbau pusaka Kyai Slamet, sedangkan barisan para
pembawa pusaka berada di belakangnya.[64]
Sekaten[sunting | sunting sumber]

Suasana kirab gunungan saat Grebeg Mulud di Keraton Surakarta.

Sekaten diadakan setiap bulan Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi


Muhammad SAW. Pada tanggal 12 Mulud diselenggarakan Grebeg Mulud.
Kemudian diadakan pesta rakyat selama dua minggu. Selama dua minggu ini
pesta rakyat diadakan di Alun-Alun Utara. Pesta rakyat menyajikan pasar
malam, arena permainan anak dan pertunjukan-pertunjukan seni dan akrobat.
Pada hari terakhir sekaten, diadakan kembali acara grebeg di Alun-Alun Utara.
Upacara sekaten diadakan pertama kali pada masa pemerintahan Kesultanan
Demak.[65]
Grebeg Sudira[sunting | sunting sumber]
Grebeg Sudira diadakan untuk memperingati Tahun Baru Imlek dengan
perpaduan budaya Tionghoa-Jawa. Festival yang dimulai sejak 2007 ini biasa
dipusatkan di daerah Pasar Gedhe dan Balong (di Kelurahan Sudiroprajan) dan
Balai Kota Surakarta.[66]
Grebeg Mulud[sunting | sunting sumber]
Diadakan setiap tanggal 12 Mulud untuk memperingati hari Maulud Nabi
Muhammad SAW. Grebeg Mulud merupakan bagian dari perayaan Sekaten.
Dalam upacara ini para abdi dalem dengan berbusana Jawi Jangkep Sowan
Keraton mengarak gunungan (pareden) dari Keraton Surakarta ke Masjid Agung
Surakarta. Gunungan terbuat dari berbagai macam sayuran dan penganan
tradisional. Setelah didoakan oleh ngulamadalem (ulama keraton), satu buah
gunungan kemudian akan diperebutkan oleh masyarakat pengunjung dan satu
buah lagi dibawa kembali ke keraton untuk dibagikan kepada para abdi dalem. [67]
Tinggalandalem Jumenengan[sunting | sunting sumber]

Tarian Sakral Bedhaya Ketawang.

Diadakan setiap tanggal 2 Ruwah untuk memperingati hari ulang tahun


penobatan Sri Susuhunan Surakarta. Dalam acara ini sang raja duduk di
atas dampar (singgasana) di Pendapa Agung Sasana Sewaka dengan dihadap
oleh para abdi dalem dan bangsawan sambil menyaksikan tari sakral, Tari
Bedhaya Ketawang, yang ditarikan oleh sembilan remaja putri yang belum
menikah. Para penari terdiri dari para wayahdalem, sentanadalem, dan kerabat
raja lainnya atau dapat juga penari umum yang memenuhi persyaratan-
persyaratan yang telah ditentukan.[68]
Grebeg Pasa[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

Grebeg ini diadakan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal. Acara ini
berlangsung setelah melakukan Salat Ied. Prosesi acaranya sama dengan
Grebeg Mulud yaitu para abdi dalem mengarak gunungan dari Keraton
Surakarta ke Masjid Agung Surakarta untuk didoakan oleh ulama keraton
kemudian dibagikan kepada masyarakat pengunjung.
Syawalan[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

Syawalan mulai diadakan satu hari setelah Hari Raya Idul Fitri dan berlangsung
di Taman Satwataru Jurug di tepi Bengawan Solo. Pada puncak acara yaitu
"Larung Gethek Jaka Tingkir" diadakan pembagian ketupat pada masyarakat
pengunjung. Pada acara syawalan juga diadakan berbagai macam pertunjukan
kesenian tradisional.
Grebeg Besar[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

Berlangsung pada hari Idul Adha (tanggal 10 Besar). Upacara sama dengan
prosesi gunungan pada Grebeg Pasa dan Grebeg Mulud.
Solo Batik Carnival[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.
Suasana Solo Batik Carnival.

Karnaval Batik Solo atau Solo Batik Carnival adalah sebuah festival tahunan


yang diadakan oleh pemerintah Kota Surakarta dengan menggunakan batik
sebagai bahan utama pembuatan kostum. Para peserta karnaval akan membuat
kostum karnaval dengan tema-tema yang di tentukan. Para peserta akan
mengenakan kostumnya sendiri dan berjalan di atas catwalk yang berada di
Jalan Slamet Riyadi. Karnaval ini diadakan setiap tahun pada bulan Juni sejak
tahun 2008.
Solo Batik Fashion[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

Demikian pula Solo Batik Fashion adalah sebuah peragaan busana batik


tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah di tempat-tempat terbuka
supaya dapat dinikmati oleh segenap warga Surakarta. Peragaan batik ini
diadakan setiap tahun pada bulan Juli sejak tahun 2009.
Wisata Kuliner[sunting | sunting sumber]

Deretan penjual makanan tradisional Surakarta di Galabo.

Solo atau Surakarta dan sekitarnya terkenal dengan banyaknya jajanan kuliner
tradisional. Di antara lain : Sate Kambing, Nasi Liwet, Timlo Solo, Nasi
Gudeg, Gudeg Ceker, Pecel nDeso, Cabuk Rambak, Bestik Solo, Selat
Solo, Mie Ayam, Bakso Solo, Srabi Solo, Intip, Tengkleng, Roti Mandarin, Sosis
Solo, Kambing Guling, Sate Buntel, Sate Kere, Sup Matahari, Bakmi Ketoprak,
dll.[69]
Beberapa minuman khas Surakarta antara lain: Wedang asle yaitu minuman
hangat dengan nasi ketan, wedang dawet gempol pleret (gempol terbuat dari
sejenis tepung beras, sedangkan pleret terbuat dari ketan dan gula merah),
jamu beras kencur, yaitu jamu kesehatan yang berbeda dari jamu yang lain
karena rasanya yang manis, dll.[70] Sementara itu, koridor Gladag setiap malam
diubah menjadi pusat jajanan terbesar di Kota Surakarta dengan
nama Galabo (Gladang Langen Bogan)[71]
Seluruh makanan dan jajanan tradisional tersebut tidak lepas dari tradisi
kuliner keplek ilat (memanjakan lidah) yang telah ada sejak masa
Susuhunan Pakubuwana II. Kedekatan Pakubuwana II dengan VOC membuat
kuliner Surakarta berkembang pesat dan adaptif terhadap gaya masakan dari
luar, seperti Eropa, Tionghoa, maupun Arab. [72]
Arsitektur dan Peninggalan Sejarah[sunting | sunting sumber]

Suasana Pasar Klewer.

Karena sejarahnya, terdapat banyak bangunan bersejarah di Surakarta, mulai


dari bangunan ibadah, bangunan umum, keraton, hingga bangunan militer.
Selain Keraton Surakarta (dibangun 1745) dan Pura Mangkunagaran (dibangun
1757), terdapat pula Benteng Vastenburg peninggalan Belanda,[73] dan Loji
Gandrung yang saat ini digunakan sebagai kediaman Wali Kota Surakarta.
Sebelumnya, bangunan peninggalan Kolonial yang sampai saat ini masih utuh
kondisinya ini selain digunakan sebagai tempat kediaman pejabat pemerintah
Belanda, juga sering digunakan untuk dansa-dansi gaya Eropa dan bangsawan
Jawa, sehingga disebut sebagai “Gandrung”.[74]
Pada tahun 1997 telah didata 70 peninggalan sejarah di Surakarta yang meliputi
tempat bersejarah, rumah tradisional, bangunan kolonial, tempat ibadah, pintu
gerbang, monumen, furnitur jalan, dan taman kota. [75]
Lansekap kota Surakarta juga dikenal tidak memiliki bangunan pencakar langit.
Namun sejak 2010, di Surakarta terdapat sebuah apartemen pencakar langit,
yaitu Solo Paragon.
Museum dan perpustakaan[sunting | sunting sumber]
Museum Radya Pustaka, museum tertua di Indonesia.

Museum batik yang terlengkap di Indonesia, yaitu House of Danar Hadi, dan


museum tertua di Indonesia, yaitu Museum Radya Pustaka, terletak di Jalan
Slamet Riyadi, Surakarta. Museum Radya Pustaka yang dibangun pada
tanggal 28 Oktober 1890 oleh KRA. Sosrodiningrat IV, pepatih dalem pada
masa pemerintahan Sunan Pakubuwana IX dan Sunan Pakubuwana X,
museum ini memiliki artefak-artefak kuno kebudayaan Jawa dan bertempat di
kompleks Taman Wisata Budaya Sriwedari.[76] Selain itu ada pula Museum
Keraton Surakarta (termasuk perpustakaan Sasana Pustaka), Museum Pura
Mangkunegaran (termasuk perpustakaan Reksa Pustaka), Museum
Pers, Museum Sangiran (terletak di Kabupaten Sragen), dan Museum Lukis
Dullah.
Selain museum, terdapat pula sebuah situs budaya bernama Balai Sudjatmoko.
Bangunan ini adalah rumah Sudjatmoko yang di dalamnya masih bisa dilihat
karya-karya dan peninggalan Sudjatmoko baik dalam bentuk buku, kacamata,
toga, dan foto-foto asli dokumenter koleksi pribadi keluarga Sudjatmoko. Balai
Sudjatmoko difungsikan oleh pengelolanya sebagai pusat apresiasi baik
pementasan, pertunjukan, pameran, bedah buku dan sarasehan. Para seniman
juga diberi kesempatan luas untuk memanfaatkan Balai Sudjatmoko untuk
melakukan apresiasi seni dalam bentuk pameran baik pameran lukisan, patung,
kriya sampai dengan pameran pendidikan. Di samping itu, Balai ini juga dapat
dijadikan sebagai alternatif wahana pembelajaran bagi orang non seni. [77]

Budaya[sunting | sunting sumber]

Wayang orang yang ditampilkan di Gedung Wayang Orang Sriwedari.


Surakarta dikenal sebagai salah satu inti kebudayaan Jawa karena secara
tradisional merupakan salah satu pusat politik dan pengembangan tradisi Jawa.
Kemakmuran wilayah ini sejak abad ke-19 mendorong berkembangnya berbagai
literatur berbahasa Jawa, tarian, seni boga, busana, arsitektur, dan bermacam-
macam ekspresi budaya lainnya. Orang mengetahui adanya "persaingan"
kultural antara Surakarta dan Yogyakarta, sehingga melahirkan apa yang
dikenal sebagai "Gaya Surakarta" dan "Gaya Yogyakarta" di bidang busana,
gerak tarian, seni tatah kulit (wayang), pengolahan batik, gamelan, dan
sebagainya.
Bahasa[sunting | sunting sumber]

Papan nama Jalan Slamet Riyadi ditulis menggunakan aksara Jawa.

R. Ng. Ranggawarsita adalah pujangga besar sastra dan budaya Jawa yang lahir dan hidup
di Surakarta. Ia dianggap sebagai pujangga besar terakhir tanah Jawa.

Bahasa yang digunakan di Surakarta adalah Bahasa Jawa Dialek Mataraman


dengan varian Surakarta. Dialek Mataraman juga dituturkan di
daerah Yogyakarta, Semarang, Madiun, hingga sebagian besar Kediri.
Meskipun demikian, varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai "varian halus"
karena penggunaan kata-kata krama yang meluas dalam percakapan sehari-
hari, lebih luas daripada yang digunakan di tempat lain. Bahasa Jawa varian
Surakarta digunakan sebagai standar Bahasa Jawa nasional (dan internasional,
seperti di Suriname). Beberapa kata juga mengalami spesifikasi, seperti
pengucapan kata "inggih" ("ya" bentuk krama) yang penuh (/iŋgɪh/), berbeda
dari beberapa varian lain yang melafalkannya "injih" (/iŋdʒɪh/), seperti di
Yogyakarta dan Magelang. Dalam banyak hal, varian Surakarta lebih mendekati
varian Madiun-Kediri, daripada varian wilayah Jawa Tengahan lainnya. [butuh rujukan]
Walaupun dalam kesehariannya masyarakat Surakarta menggunakan bahasa
nasional bahasa Indonesia, tetapi sejak kepemimpinan wali kota Joko
Widodo maka bahasa Jawa mulai digalakkan kembali penggunaannya di
tempat-tempat umum, termasuk pada plang nama-nama jalan dan nama-nama
instansi pemerintahan dan bisnis swasta.
Surakarta juga berperan dalam pembentukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional Indonesia. Pada tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh
tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di
Surakarta. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada
saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki
Hajar Dewantara.[78] Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan
yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa
Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:

 mengganti Ejaan van Ophuysen,


 mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan
 menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
dalam Badan Perwakilan.
Pernikahan Adat[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

Pernikahan adat Surakarta juga memiliki ciri-ciri yang khusus, mulai dari


lamaran, persiapan pernikahan, hingga upacara siraman dan midodareni.
Tarian[sunting | sunting sumber]

Tiga orang penari sedang menari di Pura Mangkunegaran.


Surakarta memiliki beberapa tarian daerah seperti Bedhaya (Ketawang,
Dorodasih, Sukoharjo, dll.) dan Srimpi (Gandakusuma dan Sangupati). Tarian ini
masih dilestarikan di lingkungan Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran
sebagai pusat pengembangan dan pelestarian kebudayaan Jawa. Tarian seperti
Bedhaya Ketawang misalnya, secara resmi hanya ditarikan sekali dalam
setahun untuk menghormati Sri Susuhunan Surakarta sebagai pemimpin Kota
Surakarta.[79]
Batik[sunting | sunting sumber]
Batik adalah kain dengan corak atau motif tertentu yang dihasilkan dari
bahan malam khusus (wax) yang dituliskan atau di cap pada kain tersebut,
meskipun kini sudah banyak kain batik yang dibuat dengan proses cetak.
Surakarta memiliki banyak corak batik khas, seperti Sidomukti dan Sidoluruh.
[80]
 Beberapa usaha batik terkenal adalah Batik Keris, Batik Danarhadi, dan Batik
Semar. Sementara untuk kalangan menengah dapat mengunjungi pusat
perdagangan batik di kota ini berada di Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo (PGS),
Beteng Trade Center (BTC), atau Ria Batik. Selain itu di
kecamatan Laweyan juga terdapat Kampung Batik Laweyan, yaitu kawasan
sentra industri batik yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Pajang tahun 1546.
[81]
 Kampun batik lainnya yang terkenal untuk para turis adalah Kampung Batik
Kauman. Produk-produk batik Kampung Kauman dibuat menggunakan bahan
sutra alam dan sutra tenun, katun jenis premisima dan prima, rayon. Keunikan
yang ditawarkan kepada para wisatawan adalah kemudahan transaksi sambil
melihat-lihat rumah produksi tempat berlangsungnya kegiatan membatik.
Artinya, pengunjung memiliki kesempatan luas untuk mengetahui secara
langsung proses pembuatan batik bahkan untuk mencoba sendiri
mempraktikkan kegiatan membatik.[82]
Batik Surakarta memiliki ciri pengolahan yang khas: warna kecoklatan (sogan)
yang mengisi ruang bebas warna, berbeda dari gaya Yogyakarta yang ruang
bebas warnanya lebih cerah. Pemilihan warna cenderung gelap, mengikuti
kecenderungan batik pedalaman. Jenis bahan batik bermacam-macam, mulai
dari sutra hingga katun, dan cara pengerjaannya pun beraneka macam, mulai
dari batik tulis hingga batik cap. Setiap tahunnya Surakarta juga
mengadakan Karnaval Batik Solo dan mulai tahun 2010 pemerintah kota
Surakarta mengoperasikan bus yang bercorak batik bernama Batik Solo Trans.
Budaya Populer[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

Sungai Bengawan Solo menjadi inspirasi dari lagu yang diciptakan


oleh Gesang pada tahun 1940-an. Lagu ini menjadi populer di negara-negara di
Asia. Selain itu, sungai ini pun telah menjadi judul tiga film, yaitu dua film
berjudul "Bengawan Solo" tahun 1949 dan 1971, serta satu film berjudul Di Tepi
Bengawan Solo (1951). Film-film lain yang mengambil tema Surakarta antara
lain adalah: Putri Solo (1953) dan Bermalam di Solo (1962).

Media[sunting | sunting sumber]
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.
Artikel utama: Media di Kota Surakarta
Ada beberapa surat kabar yang beroperasi di daerah Surakarta, antara lain Solo
Pos, Radar Solo (grup Jawapos), dan Joglosemar (surat kabar Jogja, Solo,
Semarang). Selain itu ada pula puluhan stasiun radio di Surakarta dan beberapa
televisi lokal yang beroperasi di Surakarta, seperti TATV (Terang Abadi Televisi)
dan MTA TV.

Tokoh-Tokoh dari Surakarta[sunting | sunting sumber]


Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

Sunan Pakubuwana X (memerintah tahun 1893-1939), raja terbesar Kasunanan Surakarta dan


salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.

Tokoh-tokoh dari Surakarta meliputi raja-raja Kasunanan Surakarta dan Praja


Mangkunegaran, antara lain Mangkunegara I (Raden Mas Said atau Pangeran
Sambernyawa), Mangkunegara IV, yang pada masa pemerintahannya
membawa Mangkunegaran menuju puncak kejayaan, Mangkunegara VII,
serta Pakubuwana VI, yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro,
dan Pakubuwana X, yang mendukung pergerakan Sarekat Islam dan Budi
Utomo. Pahlawan dari Surakarta antara lain: Albertus Soegijopranoto, Uskup
Agung Semarang, Dr. Muwardi, Kiai Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang
Islam, R. Maladi, Menteri Penerangan, Menteri Pemuda dan Olahraga, dan
Ketua PSSI, Jenderal GPH. Djatikusumo, Kepala Staf TNI Angkatan Darat yang
pertama (1948-1949), Muljadi Djojomartono, Menteri Sosial dan tokoh
Muhammadiyah, Achmad Baiquni, ahli atom indonesia, Dr. Suharso, ahli
ortopedi, lalu Dr. Supomo, Menteri Hukum dan HAM dan salah satu arsitek UUD
1945, Ir. Sedyatmo, pencipta struktur cakar ayam, Ir. Sutami, Menteri Pekerjaan
Umum dan insinyur gedung DPR/MPR, dan Slamet Riyadi, dan dalam
pemerintahan, Presiden Joko Widodo juga berasal dari Surakarta.
Dari bidang politik terdapat antara lain mantan ketua MPR Amien
Rais dan Wiranto, sedangkan dari bidang seni dan sastra ada sederet tokoh,
antara lain Sapardi Djoko Damono, Basuki Abdullah, Gesang, Luluk
Purwanto, Radjiman Wedyodiningrat, Basuki, Rangga Warsita, Rendra, Teguh
Srimulat, Waljinah, Djudjuk Djuariah, Widji Thukul, Wahjoe
Sardono, Nunung, Yasadipura I, Yasadipura II, Didi Kempot, Setiawan Djodi,
dan Mamiek Prakoso. Dari bidang olahraga terdapat petenis Wynne Prakusya,
pelari tercepat di Asia Tenggara, Suryo Agung Wibowo, pembalap Formula
1 Rio Haryanto, grandmaster Edhi Handoko, serta pebulu tangkis Icuk
Sugiarto, Rudy Gunawan, dan Bambang Suprianto .

Kota kembar[sunting | sunting sumber]


  Montana, Bulgaria[83][84]
  Bilbao, Spanyol[butuh rujukan]
  Algiers, Algeria[butuh rujukan]
  Sheffield, Inggris[butuh rujukan]
  Blitar, Indonesia[butuh rujukan]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]


1. ^ Motto daerah ini bersifat implisit dan merupakan sengkalan dari hari berdirinya
Kota Surakarta modern pada tanggal 16 Juni 1946.[6]
2. ^ Didesak oleh badan-badan perjuangan, sehingga pada 8 Oktober 1946 Iskak
mengundurkan diri dan meninggalkan Kota Surakarta. Iskak bersama wakilnya,
Soediro diperintahkan oleh Pemerintah Pusat untuk kembali memimpin sesuai
dengan Penetapan Pemerintah Nomor 21/S.D tanggal 22 Oktober 1946. Pada 9
November 1946, ia diculik oleh golongan tertentu.
3. ^ Pada 3 Oktober 1949, Sjamsoeridjal bersama dengan Sekretaris Ongko, Kepala
Jawatan Sosial Soeprapto, dan Kepala Jawatan Penerangan Soetomo ditangkap
oleh tentara Belanda
4. ^ Diberhentikan sementara pada 23 Oktober 1965, kemudian diberhentikan secara
tidak terhormat pada 10 November 1965

Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ "Perkuat Sebagai Kota Budaya, Kota Solo Gelar Festival Kebudayaan Jawa
2021". Diarsipkan  dari versi asli tanggal 2022-07-02. Diakses tanggal  2022-07-02.
2. ^ Lompat ke:a b "Solo: Kota yang Menjadikan Batik Sebagai Identitas
Kotanya".  Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-16. Diakses tanggal 2022-07-
02.
3. ^ "Terkenal Kota Kuliner, Apa Makanan Khas Solo yang Belum Kamu
Coba?".  Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-03. Diakses tanggal 2022-07-02.
4. ^ "25 Makanan Khas Solo, Kota Kuliner di Jawa Tengah".  Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2022-07-02. Diakses tanggal  2022-07-02.
5. ^ "Solo Kota Batik". Diarsipkan  dari versi asli tanggal 2022-07-02. Diakses
tanggal 2022-07-02.
6. ^ "Perda No. 2 Tahun 1955"  (PDF). Pemerintah Kota Surakarta. Jaringan
Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional. Diarsipkan  (PDF)  dari versi asli
tanggal 2021-12-20. Diakses tanggal  2022-02-20.
7. ^ "Semboyan dan Slogan Kota Solo Beserta Makna dan Artinya".  Diarsipkan dari
versi asli tanggal 2022-07-02. Diakses tanggal  2022-07-02.
8. ^ Lompat ke:a b "Kota Surakarta Dalam Angka 2021"  (pdf). Badan Pusat Statistik
Kota Surakarta. hlm.  3, 51. Diarsipkan  dari versi asli tanggal 2021-04-17. Diakses
tanggal 17 April  2021.
9. ^ "Salinan arsip".  Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05. Diakses
tanggal 2022-10-14.
10. ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan 2019-2020". Badan Pusat
Statistik.  Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 17
April  2021.
11. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A
2020"  (PDF). Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. (2020). Diakses
tanggal 17 April  2021.
12. ^ Lompat ke:a b Siregar, Vitrianda Hilba (17 Februari 2021).  "Solo, Sala, atau
Surakarta, Manakah yang Benar?".  Okezone.com. hlm.  2.  Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2022-01-22. Diakses tanggal  22 Januari  2022.
13. ^ Siregar, Vitrianda Hilba (17 Februari 2021). "Solo, Sala, atau Surakarta, Manakah
yang Benar?".  Okezone.com. hlm.  1.  Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-22.
Diakses tanggal  22 Januari  2022.
14. ^ Lompat ke:a b "Kompleks Bangunan Keraton Surakarta". Diarsipkan  dari versi asli
tanggal 2022-06-01. Diakses tanggal  2022-05-29.
15. ^ "Cikal Bakal Keraton Kasultanan Yogyakarta". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal
2019-10-30. Diakses tanggal  2019-10-30.
16. ^ "Saksi Luruskan Sejarah Keistimewaan Surakarta: Saksi berharap Karesidenan
Surakarta terpisah dari Provinsi Jawa Tengah". Diarsipkan  dari versi asli tanggal
2019-10-30. Diakses tanggal  2019-10-30.
17. ^ Lompat ke:a b "Keraton Surakarta Tuntut Status Istimewa". Diarsipkan  dari versi
asli tanggal 2020-06-19. Diakses tanggal  2019-10-30.
18. ^ "Soal Provinsi Solo Raya, Jateng Tak Akan Rela Melepaskan". Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2019-10-30. Diakses tanggal  2019-10-30.
19. ^ Lompat ke:a b "Selayang Pandang Kota Surakarta". Diarsipkan  dari versi asli
tanggal 2019-10-30. Diakses tanggal  2019-10-30.
20. ^ "Solo Kota Kita: Sampai ke Ujung Sungai". Diarsipkan dari versi asli tanggal
2011-12-10. Diakses tanggal  2011-11-27.
21. ^ (Inggris) PDAM Solo: The Greater Surakarta[pranala nonaktif permanen]
22. ^ Produksi air[pranala nonaktif permanen]
23. ^ Lompat ke:a b "Batas Administratif Kota Solo". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal
2011-10-31. Diakses tanggal  2011-07-06.
24. ^ "Surakarta Climate". Climate-Data.org. Diakses tanggal 20 Agustus 2020.
25. ^ "Surakarta, Indonesia". Diakses tanggal 20 Agustus 2020.
26. ^ "Solo, Jawa Tengah, Indonesia". Diakses tanggal 20 Agustus 2020.
27. ^ http://www.bps.go.id/hasilSP2010/jateng/3372.pdf
28. ^ Lompat ke:a b "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang
Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses
tanggal 3 Oktober 2019.
29. ^ Lompat ke:a b "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data
Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik
Indonesia. Diarsipkan dari versi asli  (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses
tanggal 15 Januari 2020.
30. ^ "Sejarah Pemerintahan Kota Surakarta". Pemerintah Kota Surakarta. Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika Pemkot Surakarta. 2013. Diakses
tanggal 16 Desember 2017.[pranala nonaktif permanen]
31. ^ "Sejarah Berdirinya Universitas Sebelas Maret".  Universitas Sebelas Maret.
Museum UNS. Diakses tanggal  20 Juni  2021.
32. ^ "Jelang Akhir Masa Jabatan Wali Kota (1): "Diwarisi" Kota yang Porak
Poranda". Suara Merdeka. Surakarta. 22 Februari 2016. Diakses tanggal 10
Maret  2016. [pranala nonaktif permanen]
33. ^ Syahirul, Anas (11 Oktober 2004). "Walikota Solo Diperiksa Polisi". Tempo.co.
Diakses tanggal  20 Juni  2021.
34. ^ "FX Hadi Rudyatmo Resmi Gantikan Jokowi Jadi Wali Kota
Surakarta".  Detik.com. 19 Oktober 2012. Diakses tanggal 20 Juni 2021.
35. ^ Zamani, Labib (26 Februari 2021). Arief, Teuku Muhammad Valdy, ed. "Ganjar
Resmi Lantik Gibran Jadi Wali Kota Solo".  Kompas.com. Diakses tanggal  20
Juni 2021.
36. ^ Erika Nugraheny, Dian (26 Februari 2021). "Resmi Dilantik Jadi Wali Kota, Gibran
dan Bobby Tetap Dikawal Paspampres". Kompas.com. Diakses tanggal 20
Juni 2021.
37. ^ "Mantan Wakil Walikota Solo Tolak Hadiri Sertijab Plh".  Detik.com. 11 April 2005.
Diakses tanggal  20 Juni  2021.
38. ^ BREAKING NEWS: Pejabat Wali kota Solo Meninggal Dunia Tribun Jateng.
Diakses pada 30 Desember 2015
39. ^ Abriyani, Ayu (31 Desember 2015). Asfar, Adib M, ed. "Pj. Wali Kota Solo
Meninggal: Budi Yulistianto Resmi Gantikan Alm. Budi Suharto, Sekda Masih
Kosong". Solopos. Diakses tanggal  16 Desember  2017.
40. ^ Zamani, Labib. Arief, Teuku Muhammad Valdy, ed.  "Ganjar Tunjuk Sekda Solo
Ahyani Jadi Plh Wali Kota".  Kompas.com. Diakses tanggal  2021-02-23.
41. ^ http://www.bps.go.id/hasilSP2010/jateng/3372.pdf
42. ^ "Solo The Spirit of Java Menangi Lomba Slogan". Suara Merdeka. 2013-05-
17. http://www.suaramerdeka.com/harian/0605/03/slo06.htm Diarsipkan 2015-09-24
di Wayback Machine.. Accessed: 2013-05-17. (Archived by WebCite® at)
43. ^ "Sisi Lain Spirit of Java". Diarsipkan  dari versi asli tanggal 2015-12-08. Diakses
tanggal 2013-06-17.
44. ^ (Jerman) Seite aus Meyers Konversationslexikon: Suppeditieren - Surate:
Surakarta Diarsipkan 2012-03-11 di Wayback Machine.
45. ^ Surakarta Diarsipkan 2012-03-11 di Wayback Machine., dalam Retrobibliothek
Online dari Meyers Knversationslexikon, Leipzig & Wien. 1885-1892
46. ^ "PDAM Solo: Profil". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2009-02-08. Diakses
tanggal 2011-03-03.
47. ^ "Salinan arsip"  (PDF).  Diarsipkan  (PDF) dari versi asli tanggal 2010-11-13. Diakses
tanggal 2011-07-06.
48. ^ "Masjid Laweyan, Tertua di Solo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-27.
Diakses tanggal  2011-07-06.
49. ^ "Sahasra Adhi Pura". Diarsipkan  dari versi asli tanggal 2022-03-20. Diakses
tanggal 2011-01-06.
50. ^ "Kampung Arab di Kota Semarang dan Surakarta". Diarsipkan dari  versi
asli tanggal 2014-07-22. Diakses tanggal  2011-07-06.
51. ^ "Zunainingsih, Memik (2010) Sekolah Islam Diponegoro Surakarta Tahun 1966-
2005. Other thesis, UNS". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2011-07-21. Diakses
tanggal 2011-07-06.
52. ^ Nilai-nilai Simbolik Prosesi Ritual Etnis China di Kelenteng Tien Kok Sie
53. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2011-06-21. Diakses
tanggal 2010-08-30.
54. ^ "Daftar universitas swasta di Surakarta". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2011-
08-30. Diakses tanggal  2010-08-30.
55. ^ "Dinas Industri dan Perdagangan". Diarsipkan  dari versi asli tanggal 2011-08-27.
Diakses tanggal  2011-07-06.
56. ^ "Gedung Wayang Orang". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-31. Diakses
tanggal 2011-07-06.
57. ^ "DPRD Solo tolak serahkan dua makam perbatasan". Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2011-11-03. Diakses tanggal  2011-07-06.
58. ^ "Beberapa Dimensi Pelayanandi GKJ Nusukan". Diarsipkan dari versi asli tanggal
2014-08-10. Diakses tanggal  2011-07-06.
59. ^ "Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri". Diarsipkan  dari versi asli tanggal 2011-
07-24. Diakses tanggal  2011-07-06.
60. ^ (Inggris) The Jakarta Post: Welcome LPI Diarsipkan 2011-01-12 di Wayback
Machine.
61. ^ "Menengok Manahan Tempo Doeloe". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2012-01-
19. Diakses tanggal 2011-07-06.
62. ^ "Rute Bus Solo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-03-11. Diakses
tanggal 2011-12-09.
63. ^ "Calon Jalan untuk Sepur Berlokomotif Uap". Diarsipkan dari versi asli tanggal
2010-03-11. Diakses tanggal  2010-06-23.
64. ^ "Peringatan Malam Satu Suro - Rumah Belajar". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal
2019-10-30. Diakses tanggal  2019-10-30.
65. ^ (Inggris) The Jakarta Post: ‘Sekaten’: Celebrating the Prophet’s
birthday Diarsipkan 2011-02-21 di Wayback Machine.
66. ^ "The Jakarta Post: A Javanese-Chinese 'Imlek' for Solo". Diarsipkan dari  versi
asli tanggal 2011-02-11. Diakses tanggal  2011-03-03.
67. ^ "Grebeg Maulud dan Cara Syiar Islam Para Wali". Diarsipkan  dari versi asli
tanggal 2019-10-30. Diakses tanggal  2019-10-30.
68. ^ "Sejarah Tari Bedhaya Ketawang dan Makna Filosofisnya".  Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2019-10-30. Diakses tanggal  2019-10-30.
69. ^ "Wisata Kuliner". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-31. Diakses
tanggal 2011-07-06.
70. ^ "Solo Culinary". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2011-07-22. Diakses
tanggal 2011-07-06.
71. ^ "Gladag Langen Bogan - Galabo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-22.
Diakses tanggal  2011-07-06.
72. ^ "Keplek Ilat dan Pawon Anget".  Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-17.
Diakses tanggal  2022-12-17.
73. ^ "Benteng Vastenburg". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-27. Diakses
tanggal 2011-07-06.
74. ^ "Loji Gandrung". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2011-10-31. Diakses
tanggal 2011-07-06.
75. ^ (Inggris) The Jakarta Post: Surakarta surveying its cultural
heritage Diarsipkan 2011-03-04 di Wayback Machine.
76. ^ "Museum Radya Pustaka". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2012-01-19. Diakses
tanggal 2011-07-06.
77. ^ "Balai Soedjatmoko". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2011-10-31. Diakses
tanggal 2011-07-06.
78. ^ "Sejarah Bahasa Indonesia". Diarsipkan  dari versi asli tanggal 2011-09-25.
Diakses tanggal  2011-08-17.
79. ^ "Solo's Classical Court Dance". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2009-09-24.
Diakses tanggal  2009-05-12.
80. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2009-05-04. Diakses
tanggal 2009-05-12.
81. ^ "Kampung Batik Laweyan". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2011-10-31. Diakses
tanggal 2011-07-06.
82. ^ "Kampung Batik Kauman". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-28. Diakses
tanggal 2011-07-06.
83. ^ "Surakarta dan Montana, Bulgaria Menjadi Kota Kembar". Portal Nasional
Republik Indonesia. 21-10-2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-05-08.
Diakses tanggal 25-01-2010.
84. ^ "Sister City Montana – Surakarta". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-04-13.
Diakses tanggal  2011-07-06.

Daftar Pustaka[sunting | sunting sumber]


 Miksic, John (general ed.), et al. (2006) Karaton Surakarta. A look into
the court of Surakarta Hadiningrat, central Java (First published: 'By
the will of His Serene Highness Paku Buwono XII'. Surakarta:
Yayasan Pawiyatan [|Kabudayan Karaton Surakarta], 2004) Marshall
Cavendish Editions Singapore ISBN 981-261-226-2
 Soeharto, G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. "Ucapan, Pikiran dan
Tindakan Saya". 1988. PT Citra Lamtoro Gung.
 Paku Buwono XII (Sunan of Surakarta), A. Mutholi'in, "Kraton
Surakarta", Yayasan Pawiyatan Kabudayan Karaton Surakarta, 2004
 Nancy K. Florida, Javanese literature in Surakarta manuscripts / Vol. 1
Introduction and manuscripts of the Karaton Surakarta, Cornell
University, Ithaca, N.Y. Southeast Asia Program (SEAP), 1993.
 Nancy K. Florida, Javanese literature in Surakarta manuscripts / Vol. 2
Manuscripts of the Mangkunagaran Palace, Cornell University Ithaca,
NY : Southeast Asia Program (SEAP), 2000.
 Nancy K. Florida, "Writing the past, inscribing the future: history as
prophesy in colonial Java", Duke University Press, 1995
 Richard Anderson Sutton, "Traditions of gamelan music in Java:
musical pluralism and regional identity", CUP Archive, 1991
 Clara Brakel-Papenhuijzen, "Classical Javanese dance: the Surakarta
tradition and its terminology", KITLV Press, 1995
 The domestication of desire: Women, wealth, and modernity in Java
(1998) Brenner, Suzanne April. Princeton, N.J.: Princeton University
Press.
 Kraton and Kumpeni: Surakarta and Yogyakarta, 1830-1870 (1994)
Houben, V. J. H.. Leiden: KITLV Press.
 Prelude to revolution: Palaces and politics in Surakarta, 1912-1942
(1987) Larson, George D.. Dordrecht, Holland and Providence, R.I.,
U.S.A.: Foris Publications.
 Solo in the new order: Language and hierarchy in an Indonesian city
(1986) Siegel, James T.. Princeton, N.J.: Princeton University Press.
 Pakubuwono's kraton of Surakarta: Short guide to Surakarta's
grandeur : the palace of the Susuhunans Pakubuwono (1980) No
contributors listed. Jakarta: Proyek Pengembangan Sarana Wisata
Budaya Jakarta.
 Miftah Sanaji, "Wisata Kuliner Makanan Daerah Khas Solo",
Gramedia 2009, ISBN 978-979-22-5209-5
 "Ekspedisi Bengawan Solo", Laporan Jurnalistik Kompas, Kompas
2009, ISBN 978-979-709-390-7
 Linda Carolina Brotodjojo, "Jajanan Kaki Lima Khas Solo", Gramedia
2008, ISBN 978-979-22-4143-3
 Izharry Agusjaya Moenzir, "Gesang", Gramedia 2010, ISBN 978-979-
22-5911-7

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Wikivoyage memiliki panduan wisata Solo.

Wikimedia Commons memiliki media mengenai Surakarta.

 Gambar pada pranala luar

Klik pranala guna melihat gambar

Foto-foto Solo di Flickr

Video tentang Solo dan sekitarnya

 (Indonesia) Situs web resmi 


Kabupaten Boyolali Kabupaten Karanganyar Kabupaten Karanganyar

Kabupaten Boyolali   Kota Surakarta   Kabupaten Karanganyar

Kabupaten Klaten Kabupaten Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo

tampil
 l

 b

 s
Topik Surakarta

tampil
 l

 b

 s
Topik Surakarta

sembunyi
 l

 b

 s
Solo Raya

abupaten Boyolali Kabupaten Kabupaten Klaten Kabupaten Sragen Kabupaten Sukoharjo Kabupaten Wonogiri Kota Surakarta

Karanganyar

tampil
 l

 b

 s
Jawa Tengah

tampil
 l

 b

 s
Topik mengenai Jawa

tampil
Pengawasan otoritas 
Kategori: 
 Pages with empty portal template
 Kota Surakarta
 Kota di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai