Anda di halaman 1dari 21

Kota Sukabumi

36 bahasa
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya
dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan
cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa
saja dipertentangkan dan dihapus.
Cari sumber: "Kota Sukabumi" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR
"Sukabumi" beralih ke halaman ini. Untuk kabupaten bernama sama,
lihat Kabupaten  Sukabumi. Untuk kegunaan lain, lihat Sukabumi (disambiguasi).

Kota Sukabumi

Kota

Transkripsi bahasa daerah

 • Aksara Sunda ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ

 • Sani Widal Gunahuyi


Dari atas, kiri ke kanan: Masjid Agung Sukabumi, Lapang Merdeka,
Stasiun Kereta Api Sukabumi

Bendera

Lambang

Julukan: 

Kota Mochi
Sang Mutiara dari Priangan Barat

Motto: 

Reugreug pageuh répéh rapih


(Sunda) Teguh, kukuh, damai, rukun
Peta

Kota Sukabumi

Peta

Tampilkan peta Jawa Barat Tampilkan peta Jawa

Tampilkan peta Indonesia Tampilkan semua

Koordinat:  6.9320004°S 106.9185638°E

Negara  Indonesia

Provinsi Jawa Barat

Tanggal berdiri 14 Agustus 1950[1]


Dasar hukum UU Nomor 17 Tahun 1950[1]

Hari jadi 1 April 1914

Jumlah satuan pemerintahan tampil

Daftar

Pemerintahan

 • Wali Kota Achmad Fahmi

 • Wakil Wali Kota Andri Hamami

 • Sekretaris Daerah Dida Sembada

 • Ketua DPRD Kamal Suherman

Luas

 • Total 48,33 km2 (18,66 sq mi)

Ketinggian 584 m (1,916 ft)

Populasi

 (2021)[2]

 • Total 353.455

 • Kepadatan 7.313/km2 (18,940/sq mi)

Demografi

 • Agama Islam 95,62%
Kristen 3,03%
- Protestan 2,12%
- Katolik 0,91%
Buddha 0,91%
Hindu 0,02%
Lainnya 0,42%[3]
 • Bahasa Sunda, Indonesia

 • IPM  74,60 (2021)
Tinggi[4]

Zona waktu UTC+07:00 (WIB)

Kode pos 431xx

Kode area telepon +62266

Pelat kendaraan F xxxx S* / T*

Kode Kemendagri 32.72 

Kode SNI 7657-2010 SKB

DAU Rp523.911.846,00 (2020)[5]

Situs web www.sukabumikota.go.id

Sukabumi (Sunda: ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ, bahasa Widal: Gunahuyi) adalah sebuah kota yang


berada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini merupakan bagian
dari enklave Kabupaten Sukabumi. Luas wilayah kota Sukabumi urutan ketiga terkecil
di Jawa Barat setelah Kota Cirebon dan Kota Cimahi, yakni 48,33 km². Jumlah
penduduk kota Sukabumi pada tahun 2021 sebanyak 353.455 jiwa, kota ini adalah
Sang Mutiara dari Priangan Barat, meskipun tidak seluas kota Tasikmalaya.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Dari Distrik Menjadi Gemeente (Kota Praja)[sunting | sunting sumber]

Rumah sakit di Sukabumi pada 1920-an


Kota Sukabumi merupakan suatu wilayah di Jawa Barat yang mengalami
perkembangan pesat dibandingkan daerah lainnya. Pada awalnya, Sukabumi adalah
permukiman penduduk bagian dari wilayah pemerintahan District Goenoeng Parang,
Onderafdeeling Tjiheulang yang merupakan bagian dari Afdeeling Tjiandjoer,
Residentie Preanger (Regeerings Almanaks tahun 1872). Dalam catatan arsip Hindia
Belanda, nama Sukabumi atau Soekaboemi pertama kali digunakan oleh Andries de
Wilde, seorang ahli bedah dan administratur perkebunan kopi dan teh yang
berkebangsaan Belanda.
Sukabumi yang berawal dari sebuah distrik berkembang menjadi gemeente (kota
praja). Perkembangan ini mungkin terjadi dikarenakan letak wilayah Sukabumi yang
strategis terutama setelah dibangun jalan raya pos oleh Gubernur Jenderal Herman
Willem Daendels. Keberadaan perkebunan teh yang berada di Sukabumi menjadi faktor
penarik penduduk sekitar untuk datang ke Sukabumi. Mereka datang mengadu nasib
untuk meningkatkan taraf hidupnya. Akhirnya, Sukabumi tumbuh menjadi pusat
perekonomian.
Penduduk yang berada di Sukabumi dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan
ekonominya di pasar lokal. Barang-barang tersebut dihasilkan oleh penduduk di
pedalaman dan akan diperjualbelikan di pasar. Wilayah Sukabumi akhirnya tumbuh
dengan sistem hukum dan berkembang ke arah kosmopolitan seperti yang
dikemukakan Weber. Kondisi ini menjadikan pertimbangan Pemerintahan Hindia
Belanda untuk membangun lintasan jalan kereta api yang
menghubungkan Batavia dengan Sukabumi.
Jalur kereta api tersebut memberikan banyak keuntungan bagi perkebunan teh yang
memerlukan transportasi yang murah dan cepat untuk menjual hasil perkebunan ke
pabrik ataupun kota. Dengan lintasan jalan kereta api ini kehidupan sosial ekonomi
masyarakat semakin berkembang. Pemerintah Hindia Belanda juga membangun
sejumlah irigasi untuk pertanian di wilayah Sukabumi. Tidak kurang dari 17 tangki air
melintas di atas jalan raya yang menghubungkan Bogor dengan Cianjur melalui
Sukabumi.
Bangsa Eropa berlomba-lomba datang ke Sukabumi untuk berinventasi. Hal itu
disebabkan banyaknya hal menarik yang dapat dikembangkan. Kehadiran dan
komposisi penduduk Eropa membawa dampak besar dalam perubahan Sukabumi
menjadi sebuah gemeente. Kebijakan desentralisasi dan perubahan pemerintahan
negeri (bestuurshervorming) memberi ruang bagi mereka untuk menjadikan Sukabumi
sebagai daerah otonom.[6]
Pembukaan Perkebunan[sunting | sunting sumber]
Pasar di Sukabumi pada 1920-an

Sejarah Kota dan Kabupaten Sukabumi bermula dari pembukaan lahan perkebunan
kopi di wilayah Priangan barat di masa pemerintahan kolonial VOC.[7][8] Karena besarnya
permintaan akan komoditas kopi di Eropa, pada 1709 Gubernur Jenderal Abraham van
Riebeeck mulai membuka perkebunan kopi di daerah Tjibalagoeng (Bogor), Tjiandjoer
(Cianjur), Djogdjogan, Pondok Kopo, dan Goenoeng Goeroeh.[9] Perkebunan kopi di
kelima daerah ini lalu mengalami perluasan dan peningkatan di era pemerintahan
Gubernur Jenderal Hendrick Zwaardecroon (1718-1725), di mana Bupati Tjiandjoer
saat itu, Wira Tanu III mendapatkan perluasan wilayah dari Zwaardecroon dengan
syarat adanya pembukaan ladang-ladang kopi baru di wilayah tersebut. [10][11]
Seiring waktu, kawasan sekitar perkebunan kopi di Goenoeng Goeroeh berkembang
menjadi beberapa pemukiman kecil, salah-satunya adalah kampung Tjikole. Pada
1776, Bupati Tjiandjoer Wira Tanu VI membentuk Kepatihan Tjikole yang merupakan
pendahulu dari Kabupaten Sukabumi saat ini. Kepatihan Tjikole terdiri dari enam distrik
yaitu Distrik Goenoeng Parang, Tjimahi, Tjiheoelang, Tjitjoeroeg, Djampang Koelon,
dan Djampang Tengah. Pusat kepatihannya berada di Tjikole karena dipandang
memiliki lokasi yang sangat strategis untuk komunikasi antara Batavia
dan Tjiandjoer yang saat itu merupakan ibu kota dari Karesidenan Priangan.
Penggunaan nama Soekaboemi[sunting | sunting sumber]

Andries de Wilde

Nama "Soekaboemi" pertama kali digunakan pada tanggal 13 Januari 1815 dalam
catatan arsip Hindia Belanda oleh Andries de Wilde, seorang ahli bedah dan
administrator perkebunan kopi dan teh berkebangsaan Belanda (Preanger Planter)
yang membuka lahan perkebunan di Kepatihan Tjikole.
Dalam laporan surveinya, de Wilde mencantumkan nama Soeka Boemi sebagai tempat
ia menginap di Kepatihan Tjikole. De Wilde lalu mengirim surat kepada
temannya Nicolaus Engelhard[12] yang menjabat sebagai administrator Hindia Belanda,
[13]
 di mana ia meminta Engelhard untuk mengajukan penggantian nama Kepatihan
Tjikole menjadi Kepatihan Soekaboemi kepada Stamford Raffles, Gubernur Hindia
Belanda saat itu.
Terdapat dua pendapat mengenai asal nama Sukabumi yang digunakan oleh de Wilde.
Pendapat pertama mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa
Sunda, yaitu Suka dan Bumen (Menetap) yang bermakna suatu kawasan yang disukai
untuk menetap karena iklim Sukabumi yang sejuk. Pendapat kedua mengatakan bahwa
nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa Sanskerta, yaitu Suka (kesenangan,
kebahagiaan, kesukaan) dan Bhumi (Bumi, Tanah) sehingga nama Sukabumi memiliki
arti "Bumi yang disenangi" atau "Bumi yang disukai".
De Wilde lalu menjual kembali tanahnya di Soekaboemi kepada pemerintah Hindia
Belanda pada 1823.[14] Lokasi strategis Soekaboemi di antara Batavia dan Bandung dan
hasil buminya yang banyak menyumbang pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda
merupakan faktor dibangunnya jalur kereta api dari Boeitenzorg ke Soekaboemi yang
terhubung pada 1882. Jalur yang dibangun oleh perusahaan Staatspoorwagen ini
menjadi pusat distribusi pengangkutan hasil bumi seperti teh, kopi, dan kina
ke Pelabuhan Tanjung Priok di Batavia.
Soekaboemi merupakan tempat percetakan surat kabar Tionghoa pertama di Indonesia
yaitu Li Po pada tahun 1901 yang berbahasa Melayu-Mandarin.
Kota Praja Soekaboemi[sunting | sunting sumber]
Status Soekaboemi sebagai kota sendiri dimulai pada 1 April 1914, di mana
pemerintahan Hindia Belanda meresmikan Soekaboemi sebagai gemeente (kota praja)
karena populasi bangsa Eropa yang cukup signifikan. Tanggal 1 April dipilih untuk
memperingati kemenangan kelompok Geuzen (leluhur bangsa Belanda) dalam merebut
kota Brielle dari tangan Spanyol dalam Perang Delapan Puluh Tahun yang terjadi pada
1 April 1572. Pemerintahan kota Soekaboemi sendiri baru terbentuk di pada 1 Mei
1926, dengan burgemeester (wali kota) pertamanya George François Rambonnet.
Selama masa terbentuknya kota praja sampai ke pendudukan Jepang, terjadi
pembangunan Soekaboemi Treinstation (Stasiun Sukabumi), Moskee te
Soekaboemi (Masjid Agung Sukabumi), Pinkstergemeente (Gereja
Pantekosta), Rooms-katholieke kerk (Gereja Katolik Santo Yoseph), Bethelkerk (Gereja
Bethel), Bataksche kerk (HKBP Pasundan), Waterkrachtwerk Oebroeg (PLTA
Ubrug), Onderstation Lemboersitoe (Gardu Induk Lembursitu),
dan Politieschool (Sekolah Pembentukan Perwira).[15][16][17]
Menjelang akhir kekuasaan Hindia Belanda, Soekaboemi menjadi tempat tujuan
pengasingan bagi beberapa tokoh nasional Indonesia seperti Mohammad Hatta, Sutan
Syahrir dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Pernah juga diadakan pertemuan diplomatik
antara Ichizo Kobayashi sebagai perwakilan dari Jepang dengan Hubertus van
Mook pada Oktober 1940 yang membahas mengenai kerja sama dagang antara
Jepang dan Hindia Belanda.[18]
Soekaboemi di era pendudukan Jepang[sunting | sunting sumber]
Di pertengahan masa Perang Dunia Kedua, Kekaisaran Jepang melancarkan serangan
ke Hindia Belanda pada 8 Desember 1941, di mana Soekaboemi jatuh ke tangan
Jepang pada tanggal 7 Maret 1942. Di masa pendudukan Jepang, Soekaboemi menjadi
tempat pertemuan Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir dengan perwakilan Jepang
untuk membahas mengenai masa depan Hindia Belanda, tetapi keduanya malah
menjadi tahanan kota. Soekaboemi juga menjadi salah satu tempat
penahanan tawanan perang dari Amerika Serikat dan Australia di Indonesia.[19][20]
Perubahan Nama Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
No Nama Pemerintahan Keterangan

Staatsblad (Berita negara) 1914 no.


1 Gemeente Soekaboemi 310-311
Tahun 1914-1942

2 Soekaboemi Shi Pendudukan Jepang tahun 1942-1945

3 Kota Kecil Sukabumi UU No. 17 Tahun 1950

4 Kota Praja Sukabumi UU No. 1 Tahun 1957

5 Kota Madya Sukabumi UU No. 18 Tahun 1965

Kota Madya Daerah Tingkat II


6 UU No. 5 Tahun 1974
Sukabumi

UU No. 22 tahun 1999


7 Kota Sukabumi
UU No. 32 Tahun 2003

Geografi[sunting | sunting sumber]
Dago, kawasan kuliner di kota Sukabumi

Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat serta bagian barat
daya dari wilayah Priangan pada koordinat 106° 45’ 50’’ Bujur Timur dan 106° 45’ 10’’
Bujur Timur, 6° 49’ 29’’ Lintang Selatan dan 6° 50’ 44’’ Lintang Selatan, terletak di
kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 m di atas
permukaan laut, dengan suhu maksimum 29 °C.
Kota ini terletak 120 km sebelah selatan Jakarta dan 96 km sebelah barat Bandung,
dan wilayahnya berada di sekitar timur laut wilayah Kabupaten Sukabumi serta secara
administratif wilayah kota ini seluruhnya berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Sukabumi. Kota Sukabumi secara budaya merupakan bagian dari wilayah Priangan
Barat.

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Wilayah Kota Sukabumi berdasarkan PP No. 3 Tahun 1995 adalah 48,423 km² yang
terbagi dalam 5 kecamatan dan 33 kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor
15 Tahun 2000 tanggal 27 September 2000, wilayah administrasi Kota Sukabumi
mengalami pemekaran menjadi 7 kecamatan dengan 33 kelurahan. Kecamatan Baros
dimekarkan menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Baros, Kecamatan Cibeureum, dan
Kecamatan Lembursitu. Pada tahun 2010 Kota Sukabumi terdiri dari 7 kecamatan,
meliputi 33 kelurahan, 350 RW, dan 1.521 RT.
Wali Kota[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Daftar Wali Kota Sukabumi

Kantor Walikota Sukabumi

Kota Sukabumi dipimpin oleh seorang wali kota yang dipilih langsung setiap 5 tahun
sekali. Dalam menjalankan pemerintahan wali kota dibantu oleh wakil wali kota, para
staf ahli dan berbagai perangkat seperti sekretariat daerah, badan-badan serta dinas-
dinas. Saat ini Kota Sukabumi dipimpin oleh Achmad Fahmi sebagai wali kota
dan Andri Setiawan Hamami sebagai wakil wali kota yang menjabat di masa periode
2018-2023.[21]

Wakil
Mulai Akhir Prd
No Wali Kota Ket. Wali
jabatan jabatan .
Kota

Mr. G.F.
1 1926 1933
Rambonnet

20 Andri
Achmad
22 September petahana Setiawan
Fahmi
2018 Hamami

Dewan Perwakilan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sukabumi
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Sukabumi dalam dua periode terakhir.
[22][23]

Jumlah Kursi dalam Periode


Partai Politik
2014-2019 2019-2024

PKB 1  0

Gerindra 4  6

PDI-P 6  4

Golkar 6  6
NasDem 1  3

PKS 3  5

PPP 3  2

PAN 3  3

Hanura 4  1

Demokrat 4  5

Jumlah Anggota 35  35

Jumlah Partai 10  9

Kecamatan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Sukabumi
Kota Sukabumi memiliki 7 kecamatan dan 33 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah
penduduknya mencapai 334.033 jiwa dengan luas wilayah 48,25 km² dan sebaran
penduduk 6.923 jiwa/km².[24][25]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Sukabumi, adalah sebagai berikut:

Kode Kecamatan Jumlah Daftar


Kemendagri Kelurahan Kelurahan

 Baros
32.72.05 Baros 4  Jayamekar
 Jayaraksa
 Sudajaya Hilir
32.72.07 Cibeureum 4  Babakan
Kode Kecamatan Jumlah Daftar
Kemendagri Kelurahan Kelurahan

 Cibeureumhilir
 Limusnunggal
 Sindangpalay
32.72.02 Cikole 6  Cikole
 Cisarua
 Gunungparang
 Kebonjati
 Selabatu
 Subangjaya
32.72.03 Citamiang 5  Cikondang
 Citamiang
 Gedongpanjang
 Nanggeleng
 Tipar
32.72.01 Gunungpuyuh 4  Gunungpuyuh
 Karamat
 Karangtengah
 Sriwidari
32.72.06 Lembursitu 5  Cikundul
 Cipanengah
 Lembursitu
 Sindangsari
 Situmekar
32.72.04 Warudoyong 5  Benteng
 Dayeuhluhur
 Nyomplong
 Sukakarya
 Warudoyong
 TOTAL 33

Demografi[sunting | sunting sumber]
Kependudukan[sunting | sunting sumber]
Peta administrasi Kota Sukabumi

Perkembangan penduduk di Kota Sukabumi selama periode 1998-2002 terus


meningkat, dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,75 %.[26] Sementara pada
tahun 2021, jumlah penduduk kota Sukabumi sebanyak 353.455 jiwa.

Tahu Jumlah
n penduduk [26][27]

2021  353.455

2018  340.756

2015  318.117

2010  298.681

2005  280.373

2000  252.420

1999  242.976

1998 241.396
Suku bangsa[sunting | sunting sumber]

Pencak Silat, sebuah olahraga yang digemari masyarakat Sukabumi

Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2000, sebagian besar penduduk Kota


Sukabumi adalah orang Sunda, yakni 92,21%. Diikuti oleh suku Jawa dan Tionghoa.
Beberapa diantaranya terdapat orang Betawi, Batak, Minangkabau, dan suku lainnya
dengan jumlah yang sedikit. Berikut adalah besaran penduduk Kota Sukabumi
berdasarkan suku bangsa sesuai data Sensus Penduduk tahun 2000;[28]

No Suku Jumlah (2000) %

1 Sunda 231.888 92,21%

2 Jawa 7.235 2,88%

3 Tionghoa 5.465 2,17%

4 Betawi 1.364 0,54%

5 Batak 1.361 0,54%

6 Minangkabau 504 0,20%

7 Suku lainnya 3.655 1,46%

Kota Sukabumi 251.472 100%


Catatan: Suku Lainnya sudah termasuk suku-suku sisanya yang membentuk populasi
Kota Sukabumi seperti orang Banten, dan Cirebon.

Ketenagakerjaan[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Penanggulangan Bencana Kota Sukabumi tercatat bahwa jumlah pencari kerja yang
terdaftar pada tahun 2010 mencapai 8.699 orang, yang terdiri dari 4.129 pencari kerja
laki-laki dan 4.570 perempuan. Sedangkan pencari kerja yang berhasil ditempatkan
sebanyak 2.014 orang. Jumlah Pencari Kerja yang telah ditempatkan menurut tingkat
pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2010 meliputi lulusan SMP 510 orang, lulusan SMA
967 orang, lulusan jenjang Diploma 155 orang, dan Sarjana 123 orang.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi pada 2010
adalah 5.733 orang yang terdiri dari Golongan I 213 orang, Golongan II 1.630 orang,
Golongan III 2.209 orang, dan Golongan IV 1.681 orang. Berdasarkan tingkat
pendidikan S3 3 orang, S2 205 orang, S1 2.070 Orang, DIV 21 Orang, DIII/DII/DI 1.496
orang, SMA 1.584 orang, SMP 183 orang, dan SD 171 orang.

Perekonomian[sunting | sunting sumber]

Gedung Olahraga Merdeka Sukabumi

Jika dilihat dari kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota Sukabumi masih relatif kecil yaitu berada
di bawah 20 persen setiap tahunnya.[29] Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian,
Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kota Sukabumi pada tahun 2010,
diketahui bahwa perusahaan yang memilki SIUP mengalami peningkatan sebesar
7,67 % yaitu dari 4.899 perusahaan pada tahun 2009 menjadi 5.275 perusahaan pada
tahun 2010. Dari sebanyak 5.275 perusahaan yang memiliki SIUP tersebut terdiri dari
154 perusahaan besar, 519 perusahaan menengah dan 4.602 perusahaan kecil.
Sedangkan jumlah perusahaan yang mengajukan Permintaan Tanda Daftar
Perusahaan pada tahun 2010 mengalami penurunan sebanyak 32,35 % dibanding
tahun 2009. Dari sejumlah 366 perusahaan yang mengajukan Tanda Daftar
Perusahaan, tercatat sebanyak 50 perusahaan berbentuk badan usaha PT, 8
perusahaan berbentuk Koperasi, 110 perusahaan berbentuk CV, 197 perusahaan
berbentuk PO dan ada 1 perusahaan berbentuk BUL.
Grand Hotel Selabintana (1900-1935)

Kegiatan perhotelan di Kota Sukabumi dapat dilihat dari banyaknya perusahaan


akomodasi dan tamu yang menginap. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan akomodasi
di Kota Sukabumi sebanyak 33 buah yang terdiri dari 598 kamar dan 875 tempat tidur.
Sementara itu banyaknya tamu yang menginap pada tahun 2010 sebanyak 107.679
orang yang terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 2.794 orang dan wisatawan
nusantara sebanyak 104.885 orang. Jumlah tamu yang menginap tersebut 35,54% jika
dibandingkan dengan tahun 2009 yang berjumlah 38.275 orang. Jika dilihat per
kecamatan, dapat diketahui bahwa tamu yang menginap di hotel, masih didominasi di
wilayah Kecamatan Cikole, yaitu mencapai 68.94%. Hal ini dimungkinkan karena
wilayah Kecamatan Cikole berada di pusat Kota Sukabumi.
Sedangkan kegiatan pariwisata di Kota Sukabumi relatif masih sangat kecil. Secara
keseluruhan hanya tercatat 2 objek wisata, 47 penginapan remaja, 6 kolam renang
serta beberapa usaha pariwisata lainnya yang meliputi biliar, golf, karaoke, dan
ketangkasan.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]
Di kota ini telah berdiri beberapa perguruan tinggi di antaranya STIE Penguji sebagai
perguruan tinggi tertua di Sukabumi, lalu Politeknik Sukabumi, Politeknik BBC,
Universitas Muhammadyah Sukabumi (UMMI), Institut Manajemen Wiyata Indonesia
(IMWI), Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra (STT NSP), AMIK CBI, Universitas Bina
Sarana Informatika (UBSI), STMIK PASIM, STIE PASIM, STIKES Sukabumi, STAI
Al_Masturiyah, STAI Darusalam, STISIP Widyapuri Mandiri, STISIP Syamsul Ulum,
STIE PGRI, STKIP PGRI, STAI Sukabumi, STAI Syamsul 'Ulum, STIBA Arayyah, STH
Pasundan juga sekolah lanjutan yang berbasis pendidikan Islam yaitu MA
Baiturrahman.
Pada tahun 2010 di Kota Sukabumi terdapat 56 Taman Kanak-Kanak, 123 Sekolah
Dasar, 35 SMP, 16 SMA, dan 21 SMK yang meliputi sekolah negeri dan swasta.
Sementara itu murid yang tertampung di TK pada tahun 2010/2011 sebanyak 2.648
siswa, murid SD sebanyak 33.785 siswa, murid SMP negeri sebanyak 11.174 siswa,
murid SMP swasta sebanyak 3.086 siswa, murid SMA negeri dan swasta sebanyak
7.858 siswa dan sebanyak 10.999 murid SMK negeri dan swasta.

Kesehatan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Daftar Rumah Sakit di Kota Sukabumi

Nama Tip
№ Kode Jenis Alamat
Rumah Sakit e

RSUD Islam Al- Jalan Pelabuhan №18, Lembursitu, Kec.


1. 3272075 RSUD D
Mulk Lembursitu, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43169

RSUD Raden Jalan Rumah Sakit №1, Cikole, Kec. Cikole, Kota


2. 3272014 RSUD B
Syamsudin Sukabumi, Jawa Barat 43111

RS Assyifa Jalan Jend. Sudirman №3, Gunungpuyuh, Kec.


3. 3272051 RS C
Sukabumi Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43123

RS Bhayangkara Jalan Aminta Azmali №59, Sriwidari, Kec.


4. 3272025 RS C
Setukpa Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43121

RS Kartika Jalan Ahmad Yani №18, Nyomplong, Kec.


5. 3272062 RS D
Kasih Warudoyong, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43131

Jalan Gudang №24, Kebonjati, Kec. Cikole, Kota


6. 3272036 RS Ridogalih RS D
Sukabumi, Jawa Barat 43113

Transportasi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Daftar Stasiun Kereta Api di Kota Sukabumi

Stasiun Sukabumi.

Kota Sukabumi terhubung dengan stasiun kereta api, yakni Stasiun Sukabumi. Stasiun
ini menjadi salah satu pintu utama masuk ke Kota Sukabumi, khususnya dari wilayah
sekitar Jabodetabek. Selain stasiun kereta api, sarana transportasi bus antar kota dan
provinsi, juga tersedia di kota ini.

 Bus Bandara DAMRI
o Pool Damri Sukabumi–Bandara Internasional Soekarno-Hatta
 KA Pangrango
o PG  Sukabumi–Bogor
 KA Siliwangi
o SW  Sukabumi–Cipatat
 Bus
Dapat diakses melalui Terminal K.H. Ahmad Sanusi Kota Sukabumi yang melayani
transportasi angkutan kota, angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) ke Jawa
Barat (Palabuhanratu, Cianjur, Bandung, Banjar, Pangandaran, Bogor, dan Bekasi) dan
angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) (DKI Jakarta, Sumatra, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali).

Kuliner[sunting | sunting sumber]

Mochi, oleh-oleh khas dari Kota Sukabumi.

Beberapa kuliner khas kota Sukabumi di antaranya adalah Nasi uduk ungu,[30] mochi,


Roti Priangan,[31] Bubur Ayam Sukabumi, bolu pisang, mi leor, ciwang (aci bawang), dan
deblo.

Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Lompat ke:a b "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun
2014"  (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari  versi asli  (PDF)  tanggal 12 Juli
2019. Diakses tanggal  2 Juli 2022.
2. ^ Lompat ke:a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri
2021"  (visual).  www.dukcapil.kemendagri.go.id.  Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05.
Diakses tanggal  2 Juli 2022.
3. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kota
Sukabumi". www.sp2010.bps.go.id. Diarsipkan  dari versi asli tanggal 2022-09-14. Diakses
tanggal 9 September  2020.
4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021"  (pdf). www.bps.go.id.  Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal  2 Juli 2022.
5. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A
2020"  (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal  3 Agustus  2021.
6. ^ Nugraha Setia. 2017. Kota Sukabumi: Dari Distrik menjadi Gemeente (1815-1914). Jurnal
Patanjala. 9(3): 423-438
7. ^ Beekman, E. M. (1988). Fugitive Dreams: An Anthology of Dutch Colonial Literature.
University of Massachusetts Press. hlm. 90.  ISBN  0870235753.
8. ^ Brommer, Bea (2015).  To My Dear Pieternelletje:Grandfather and Granddaughter in VOC
Time, 1710-1720. Leiden: Brill. hlm.  19. ISBN 9789004293328.
9. ^ Danasasmita, Saleh (1983). Sejarah Bogor, Volume 1. Bogor: Pemerintah Daerah
Kotamadya DT II Bogor. hlm.  85.
10. ^ Klaveren, N. A. (1983). The Dutch Colonial System in the East Indies. Springer.
hlm. 60.  ISBN  9789401768481.
11. ^ Kumar, Ann (1997).  Java and Modern Europe: Ambiguous Encounters. Routledge.
hlm. 292.  ISBN  1138863149.
12. ^ Breman, Jan (2014).  Keuntungan Kolonial Dari Kerja Paksa: Sistem Priangan Dari Tanam
Paksa Kopi di Jawa 1920-1870. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 129.  ISBN  9789794618745.
13. ^ "Inventaris van de collectie Engelhard 1750-1832"  (PDF). Diarsipkan dari versi
asli  (PDF) tanggal 2015-09-18. Diakses tanggal  2016-09-06.
14. ^ Klaveren, N. A. (1983). The Dutch Colonial System in the East Indies. Springer.
hlm. 103.  ISBN  9789401768481.
15. ^ Paulus, Jozias (1989).  Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië.
16. ^ Van Diessen, J. R. (1998). Stedenatlas Nederlands-Indië. Asia Maior.
hlm. 9. ISBN 9789074861120.
17. ^ Ligthart, Th (1926).  De Indische bodem. Volkslectuur. hlm. 174.
18. ^ Mook, Hubertus Johannes (1944). The Netherlands Indies and Japan: Battle on Paper,
1940-1941. W. W. Norton, Incorporated.
19. ^ Spiller, Harry (2009). American POWs in World War II: Twelve Personal Accounts of
Captivity by Germany and Japan. McFarland. hlm. 182.  ISBN  9780786453733.
20. ^ De Jong, Louis (2003). The Collapse of a Colonial Society (Verhandelingen Van Het
Koninklijk Instituut Voor Taal-, Land- En Volkenkunde). University of Washington Press.
hlm. 91.  ISBN  9789067182034.
21. ^ "Profil – Portal Resmi Kota Sukabumi". Diarsipkan  dari versi asli tanggal 2019-02-03.
Diakses tanggal  2019-03-18.
22. ^ Inilah.com: Anggota DPRD Kota Sukabumi dilantik[pranala nonaktif permanen], diakses 26 Juli 2015
23. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Sukabumi 2019-2024
24. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah
Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal  3 Oktober  2019.
25. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari  versi
asli  (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
26. ^ Lompat ke:a b http://www.sukabumikota.go.id Diarsipkan 2007-07-01 di Wayback
Machine. BAB II Perkembangan Kota Sukabumi Diarsipkan 2010-12-25 di Wayback
Machine.
27. ^ "Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi". sukabumikota.bps.go.id  (dalam bahasa Inggris).
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-26. Diakses tanggal  2017-04-25.
28. ^ "Karakteristik Penduduk Jawa Barat Hasil Sensus Penduduk
2000"  (pdf). www.jabar.bps.go.id. 1 November 2001. hlm.  72. Diarsipkan  dari versi asli
tanggal 2023-01-19. Diakses tanggal  2 Juli 2022.
29. ^ http://www.sukabumikota.go.id Diarsipkan 2007-07-01 di Wayback Machine. BAB IV
Program dan kegiatan Strategis Diarsipkan 2011-11-03 di Wayback Machine.
30. ^ "Nasi uduk ungu dijadikan ikon Kota Sukabumi" Diarsipkan 2013-11-05 di Wayback
Machine., Antara
31. ^ "Kuliner ala Kota Sukabumi" Diarsipkan 2016-04-18 di Wayback Machine., Pikiran Rakyat
Pranala luar

Anda mungkin juga menyukai