36 bahasa
Halaman
Pembicaraan
Baca
Sunting
Sunting sumber
Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya
dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan
cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa
saja dipertentangkan dan dihapus.
Cari sumber: "Kota Sukabumi" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR
"Sukabumi" beralih ke halaman ini. Untuk kabupaten bernama sama,
lihat Kabupaten Sukabumi. Untuk kegunaan lain, lihat Sukabumi (disambiguasi).
Kota Sukabumi
Kota
Transkripsi bahasa daerah
Bendera
Lambang
Julukan:
Kota Mochi
Sang Mutiara dari Priangan Barat
Motto:
Kota Sukabumi
Peta
Negara Indonesia
Daftar
Pemerintahan
Luas
• Total 48,33 km2 (18,66 sq mi)
Populasi
(2021)[2]
• Total 353.455
• Kepadatan 7.313/km2 (18,940/sq mi)
Demografi
• Agama Islam 95,62%
Kristen 3,03%
- Protestan 2,12%
- Katolik 0,91%
Buddha 0,91%
Hindu 0,02%
Lainnya 0,42%[3]
• Bahasa Sunda, Indonesia
• IPM 74,60 (2021)
Tinggi[4]
DAU Rp523.911.846,00 (2020)[5]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Dari Distrik Menjadi Gemeente (Kota Praja)[sunting | sunting sumber]
Sejarah Kota dan Kabupaten Sukabumi bermula dari pembukaan lahan perkebunan
kopi di wilayah Priangan barat di masa pemerintahan kolonial VOC.[7][8] Karena besarnya
permintaan akan komoditas kopi di Eropa, pada 1709 Gubernur Jenderal Abraham van
Riebeeck mulai membuka perkebunan kopi di daerah Tjibalagoeng (Bogor), Tjiandjoer
(Cianjur), Djogdjogan, Pondok Kopo, dan Goenoeng Goeroeh.[9] Perkebunan kopi di
kelima daerah ini lalu mengalami perluasan dan peningkatan di era pemerintahan
Gubernur Jenderal Hendrick Zwaardecroon (1718-1725), di mana Bupati Tjiandjoer
saat itu, Wira Tanu III mendapatkan perluasan wilayah dari Zwaardecroon dengan
syarat adanya pembukaan ladang-ladang kopi baru di wilayah tersebut. [10][11]
Seiring waktu, kawasan sekitar perkebunan kopi di Goenoeng Goeroeh berkembang
menjadi beberapa pemukiman kecil, salah-satunya adalah kampung Tjikole. Pada
1776, Bupati Tjiandjoer Wira Tanu VI membentuk Kepatihan Tjikole yang merupakan
pendahulu dari Kabupaten Sukabumi saat ini. Kepatihan Tjikole terdiri dari enam distrik
yaitu Distrik Goenoeng Parang, Tjimahi, Tjiheoelang, Tjitjoeroeg, Djampang Koelon,
dan Djampang Tengah. Pusat kepatihannya berada di Tjikole karena dipandang
memiliki lokasi yang sangat strategis untuk komunikasi antara Batavia
dan Tjiandjoer yang saat itu merupakan ibu kota dari Karesidenan Priangan.
Penggunaan nama Soekaboemi[sunting | sunting sumber]
Andries de Wilde
Nama "Soekaboemi" pertama kali digunakan pada tanggal 13 Januari 1815 dalam
catatan arsip Hindia Belanda oleh Andries de Wilde, seorang ahli bedah dan
administrator perkebunan kopi dan teh berkebangsaan Belanda (Preanger Planter)
yang membuka lahan perkebunan di Kepatihan Tjikole.
Dalam laporan surveinya, de Wilde mencantumkan nama Soeka Boemi sebagai tempat
ia menginap di Kepatihan Tjikole. De Wilde lalu mengirim surat kepada
temannya Nicolaus Engelhard[12] yang menjabat sebagai administrator Hindia Belanda,
[13]
di mana ia meminta Engelhard untuk mengajukan penggantian nama Kepatihan
Tjikole menjadi Kepatihan Soekaboemi kepada Stamford Raffles, Gubernur Hindia
Belanda saat itu.
Terdapat dua pendapat mengenai asal nama Sukabumi yang digunakan oleh de Wilde.
Pendapat pertama mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa
Sunda, yaitu Suka dan Bumen (Menetap) yang bermakna suatu kawasan yang disukai
untuk menetap karena iklim Sukabumi yang sejuk. Pendapat kedua mengatakan bahwa
nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa Sanskerta, yaitu Suka (kesenangan,
kebahagiaan, kesukaan) dan Bhumi (Bumi, Tanah) sehingga nama Sukabumi memiliki
arti "Bumi yang disenangi" atau "Bumi yang disukai".
De Wilde lalu menjual kembali tanahnya di Soekaboemi kepada pemerintah Hindia
Belanda pada 1823.[14] Lokasi strategis Soekaboemi di antara Batavia dan Bandung dan
hasil buminya yang banyak menyumbang pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda
merupakan faktor dibangunnya jalur kereta api dari Boeitenzorg ke Soekaboemi yang
terhubung pada 1882. Jalur yang dibangun oleh perusahaan Staatspoorwagen ini
menjadi pusat distribusi pengangkutan hasil bumi seperti teh, kopi, dan kina
ke Pelabuhan Tanjung Priok di Batavia.
Soekaboemi merupakan tempat percetakan surat kabar Tionghoa pertama di Indonesia
yaitu Li Po pada tahun 1901 yang berbahasa Melayu-Mandarin.
Kota Praja Soekaboemi[sunting | sunting sumber]
Status Soekaboemi sebagai kota sendiri dimulai pada 1 April 1914, di mana
pemerintahan Hindia Belanda meresmikan Soekaboemi sebagai gemeente (kota praja)
karena populasi bangsa Eropa yang cukup signifikan. Tanggal 1 April dipilih untuk
memperingati kemenangan kelompok Geuzen (leluhur bangsa Belanda) dalam merebut
kota Brielle dari tangan Spanyol dalam Perang Delapan Puluh Tahun yang terjadi pada
1 April 1572. Pemerintahan kota Soekaboemi sendiri baru terbentuk di pada 1 Mei
1926, dengan burgemeester (wali kota) pertamanya George François Rambonnet.
Selama masa terbentuknya kota praja sampai ke pendudukan Jepang, terjadi
pembangunan Soekaboemi Treinstation (Stasiun Sukabumi), Moskee te
Soekaboemi (Masjid Agung Sukabumi), Pinkstergemeente (Gereja
Pantekosta), Rooms-katholieke kerk (Gereja Katolik Santo Yoseph), Bethelkerk (Gereja
Bethel), Bataksche kerk (HKBP Pasundan), Waterkrachtwerk Oebroeg (PLTA
Ubrug), Onderstation Lemboersitoe (Gardu Induk Lembursitu),
dan Politieschool (Sekolah Pembentukan Perwira).[15][16][17]
Menjelang akhir kekuasaan Hindia Belanda, Soekaboemi menjadi tempat tujuan
pengasingan bagi beberapa tokoh nasional Indonesia seperti Mohammad Hatta, Sutan
Syahrir dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Pernah juga diadakan pertemuan diplomatik
antara Ichizo Kobayashi sebagai perwakilan dari Jepang dengan Hubertus van
Mook pada Oktober 1940 yang membahas mengenai kerja sama dagang antara
Jepang dan Hindia Belanda.[18]
Soekaboemi di era pendudukan Jepang[sunting | sunting sumber]
Di pertengahan masa Perang Dunia Kedua, Kekaisaran Jepang melancarkan serangan
ke Hindia Belanda pada 8 Desember 1941, di mana Soekaboemi jatuh ke tangan
Jepang pada tanggal 7 Maret 1942. Di masa pendudukan Jepang, Soekaboemi menjadi
tempat pertemuan Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir dengan perwakilan Jepang
untuk membahas mengenai masa depan Hindia Belanda, tetapi keduanya malah
menjadi tahanan kota. Soekaboemi juga menjadi salah satu tempat
penahanan tawanan perang dari Amerika Serikat dan Australia di Indonesia.[19][20]
Perubahan Nama Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
No Nama Pemerintahan Keterangan
Geografi[sunting | sunting sumber]
Dago, kawasan kuliner di kota Sukabumi
Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat serta bagian barat
daya dari wilayah Priangan pada koordinat 106° 45’ 50’’ Bujur Timur dan 106° 45’ 10’’
Bujur Timur, 6° 49’ 29’’ Lintang Selatan dan 6° 50’ 44’’ Lintang Selatan, terletak di
kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 m di atas
permukaan laut, dengan suhu maksimum 29 °C.
Kota ini terletak 120 km sebelah selatan Jakarta dan 96 km sebelah barat Bandung,
dan wilayahnya berada di sekitar timur laut wilayah Kabupaten Sukabumi serta secara
administratif wilayah kota ini seluruhnya berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Sukabumi. Kota Sukabumi secara budaya merupakan bagian dari wilayah Priangan
Barat.
Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Wilayah Kota Sukabumi berdasarkan PP No. 3 Tahun 1995 adalah 48,423 km² yang
terbagi dalam 5 kecamatan dan 33 kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor
15 Tahun 2000 tanggal 27 September 2000, wilayah administrasi Kota Sukabumi
mengalami pemekaran menjadi 7 kecamatan dengan 33 kelurahan. Kecamatan Baros
dimekarkan menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Baros, Kecamatan Cibeureum, dan
Kecamatan Lembursitu. Pada tahun 2010 Kota Sukabumi terdiri dari 7 kecamatan,
meliputi 33 kelurahan, 350 RW, dan 1.521 RT.
Wali Kota[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Daftar Wali Kota Sukabumi
Kota Sukabumi dipimpin oleh seorang wali kota yang dipilih langsung setiap 5 tahun
sekali. Dalam menjalankan pemerintahan wali kota dibantu oleh wakil wali kota, para
staf ahli dan berbagai perangkat seperti sekretariat daerah, badan-badan serta dinas-
dinas. Saat ini Kota Sukabumi dipimpin oleh Achmad Fahmi sebagai wali kota
dan Andri Setiawan Hamami sebagai wakil wali kota yang menjabat di masa periode
2018-2023.[21]
Wakil
Mulai Akhir Prd
No Wali Kota Ket. Wali
jabatan jabatan .
Kota
Mr. G.F.
1 1926 1933
Rambonnet
20 Andri
Achmad
22 September petahana Setiawan
Fahmi
2018 Hamami
PKB 1 0
Gerindra 4 6
PDI-P 6 4
Golkar 6 6
NasDem 1 3
PKS 3 5
PPP 3 2
PAN 3 3
Hanura 4 1
Demokrat 4 5
Jumlah Partai 10 9
Kecamatan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Sukabumi
Kota Sukabumi memiliki 7 kecamatan dan 33 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah
penduduknya mencapai 334.033 jiwa dengan luas wilayah 48,25 km² dan sebaran
penduduk 6.923 jiwa/km².[24][25]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Sukabumi, adalah sebagai berikut:
Baros
32.72.05 Baros 4 Jayamekar
Jayaraksa
Sudajaya Hilir
32.72.07 Cibeureum 4 Babakan
Kode Kecamatan Jumlah Daftar
Kemendagri Kelurahan Kelurahan
Cibeureumhilir
Limusnunggal
Sindangpalay
32.72.02 Cikole 6 Cikole
Cisarua
Gunungparang
Kebonjati
Selabatu
Subangjaya
32.72.03 Citamiang 5 Cikondang
Citamiang
Gedongpanjang
Nanggeleng
Tipar
32.72.01 Gunungpuyuh 4 Gunungpuyuh
Karamat
Karangtengah
Sriwidari
32.72.06 Lembursitu 5 Cikundul
Cipanengah
Lembursitu
Sindangsari
Situmekar
32.72.04 Warudoyong 5 Benteng
Dayeuhluhur
Nyomplong
Sukakarya
Warudoyong
TOTAL 33
Demografi[sunting | sunting sumber]
Kependudukan[sunting | sunting sumber]
Peta administrasi Kota Sukabumi
Tahu Jumlah
n penduduk [26][27]
2021 353.455
2018 340.756
2015 318.117
2010 298.681
2005 280.373
2000 252.420
1999 242.976
1998 241.396
Suku bangsa[sunting | sunting sumber]
Ketenagakerjaan[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Penanggulangan Bencana Kota Sukabumi tercatat bahwa jumlah pencari kerja yang
terdaftar pada tahun 2010 mencapai 8.699 orang, yang terdiri dari 4.129 pencari kerja
laki-laki dan 4.570 perempuan. Sedangkan pencari kerja yang berhasil ditempatkan
sebanyak 2.014 orang. Jumlah Pencari Kerja yang telah ditempatkan menurut tingkat
pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2010 meliputi lulusan SMP 510 orang, lulusan SMA
967 orang, lulusan jenjang Diploma 155 orang, dan Sarjana 123 orang.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi pada 2010
adalah 5.733 orang yang terdiri dari Golongan I 213 orang, Golongan II 1.630 orang,
Golongan III 2.209 orang, dan Golongan IV 1.681 orang. Berdasarkan tingkat
pendidikan S3 3 orang, S2 205 orang, S1 2.070 Orang, DIV 21 Orang, DIII/DII/DI 1.496
orang, SMA 1.584 orang, SMP 183 orang, dan SD 171 orang.
Perekonomian[sunting | sunting sumber]
Pendidikan[sunting | sunting sumber]
Di kota ini telah berdiri beberapa perguruan tinggi di antaranya STIE Penguji sebagai
perguruan tinggi tertua di Sukabumi, lalu Politeknik Sukabumi, Politeknik BBC,
Universitas Muhammadyah Sukabumi (UMMI), Institut Manajemen Wiyata Indonesia
(IMWI), Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra (STT NSP), AMIK CBI, Universitas Bina
Sarana Informatika (UBSI), STMIK PASIM, STIE PASIM, STIKES Sukabumi, STAI
Al_Masturiyah, STAI Darusalam, STISIP Widyapuri Mandiri, STISIP Syamsul Ulum,
STIE PGRI, STKIP PGRI, STAI Sukabumi, STAI Syamsul 'Ulum, STIBA Arayyah, STH
Pasundan juga sekolah lanjutan yang berbasis pendidikan Islam yaitu MA
Baiturrahman.
Pada tahun 2010 di Kota Sukabumi terdapat 56 Taman Kanak-Kanak, 123 Sekolah
Dasar, 35 SMP, 16 SMA, dan 21 SMK yang meliputi sekolah negeri dan swasta.
Sementara itu murid yang tertampung di TK pada tahun 2010/2011 sebanyak 2.648
siswa, murid SD sebanyak 33.785 siswa, murid SMP negeri sebanyak 11.174 siswa,
murid SMP swasta sebanyak 3.086 siswa, murid SMA negeri dan swasta sebanyak
7.858 siswa dan sebanyak 10.999 murid SMK negeri dan swasta.
Kesehatan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Daftar Rumah Sakit di Kota Sukabumi
Nama Tip
№ Kode Jenis Alamat
Rumah Sakit e
Transportasi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Daftar Stasiun Kereta Api di Kota Sukabumi
Stasiun Sukabumi.
Kota Sukabumi terhubung dengan stasiun kereta api, yakni Stasiun Sukabumi. Stasiun
ini menjadi salah satu pintu utama masuk ke Kota Sukabumi, khususnya dari wilayah
sekitar Jabodetabek. Selain stasiun kereta api, sarana transportasi bus antar kota dan
provinsi, juga tersedia di kota ini.
Bus Bandara DAMRI
o Pool Damri Sukabumi–Bandara Internasional Soekarno-Hatta
KA Pangrango
o PG Sukabumi–Bogor
KA Siliwangi
o SW Sukabumi–Cipatat
Bus
Dapat diakses melalui Terminal K.H. Ahmad Sanusi Kota Sukabumi yang melayani
transportasi angkutan kota, angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) ke Jawa
Barat (Palabuhanratu, Cianjur, Bandung, Banjar, Pangandaran, Bogor, dan Bekasi) dan
angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) (DKI Jakarta, Sumatra, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali).
Kuliner[sunting | sunting sumber]
Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Lompat ke:a b "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun
2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 Juli
2019. Diakses tanggal 2 Juli 2022.
2. ^ Lompat ke:a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri
2021" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05.
Diakses tanggal 2 Juli 2022.
3. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kota
Sukabumi". www.sp2010.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-14. Diakses
tanggal 9 September 2020.
4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021" (pdf). www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 2 Juli 2022.
5. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A
2020" (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 3 Agustus 2021.
6. ^ Nugraha Setia. 2017. Kota Sukabumi: Dari Distrik menjadi Gemeente (1815-1914). Jurnal
Patanjala. 9(3): 423-438
7. ^ Beekman, E. M. (1988). Fugitive Dreams: An Anthology of Dutch Colonial Literature.
University of Massachusetts Press. hlm. 90. ISBN 0870235753.
8. ^ Brommer, Bea (2015). To My Dear Pieternelletje:Grandfather and Granddaughter in VOC
Time, 1710-1720. Leiden: Brill. hlm. 19. ISBN 9789004293328.
9. ^ Danasasmita, Saleh (1983). Sejarah Bogor, Volume 1. Bogor: Pemerintah Daerah
Kotamadya DT II Bogor. hlm. 85.
10. ^ Klaveren, N. A. (1983). The Dutch Colonial System in the East Indies. Springer.
hlm. 60. ISBN 9789401768481.
11. ^ Kumar, Ann (1997). Java and Modern Europe: Ambiguous Encounters. Routledge.
hlm. 292. ISBN 1138863149.
12. ^ Breman, Jan (2014). Keuntungan Kolonial Dari Kerja Paksa: Sistem Priangan Dari Tanam
Paksa Kopi di Jawa 1920-1870. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 129. ISBN 9789794618745.
13. ^ "Inventaris van de collectie Engelhard 1750-1832" (PDF). Diarsipkan dari versi
asli (PDF) tanggal 2015-09-18. Diakses tanggal 2016-09-06.
14. ^ Klaveren, N. A. (1983). The Dutch Colonial System in the East Indies. Springer.
hlm. 103. ISBN 9789401768481.
15. ^ Paulus, Jozias (1989). Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië.
16. ^ Van Diessen, J. R. (1998). Stedenatlas Nederlands-Indië. Asia Maior.
hlm. 9. ISBN 9789074861120.
17. ^ Ligthart, Th (1926). De Indische bodem. Volkslectuur. hlm. 174.
18. ^ Mook, Hubertus Johannes (1944). The Netherlands Indies and Japan: Battle on Paper,
1940-1941. W. W. Norton, Incorporated.
19. ^ Spiller, Harry (2009). American POWs in World War II: Twelve Personal Accounts of
Captivity by Germany and Japan. McFarland. hlm. 182. ISBN 9780786453733.
20. ^ De Jong, Louis (2003). The Collapse of a Colonial Society (Verhandelingen Van Het
Koninklijk Instituut Voor Taal-, Land- En Volkenkunde). University of Washington Press.
hlm. 91. ISBN 9789067182034.
21. ^ "Profil – Portal Resmi Kota Sukabumi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-03.
Diakses tanggal 2019-03-18.
22. ^ Inilah.com: Anggota DPRD Kota Sukabumi dilantik[pranala nonaktif permanen], diakses 26 Juli 2015
23. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Sukabumi 2019-2024
24. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah
Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
25. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi
asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
26. ^ Lompat ke:a b http://www.sukabumikota.go.id Diarsipkan 2007-07-01 di Wayback
Machine. BAB II Perkembangan Kota Sukabumi Diarsipkan 2010-12-25 di Wayback
Machine.
27. ^ "Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi". sukabumikota.bps.go.id (dalam bahasa Inggris).
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-26. Diakses tanggal 2017-04-25.
28. ^ "Karakteristik Penduduk Jawa Barat Hasil Sensus Penduduk
2000" (pdf). www.jabar.bps.go.id. 1 November 2001. hlm. 72. Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2023-01-19. Diakses tanggal 2 Juli 2022.
29. ^ http://www.sukabumikota.go.id Diarsipkan 2007-07-01 di Wayback Machine. BAB IV
Program dan kegiatan Strategis Diarsipkan 2011-11-03 di Wayback Machine.
30. ^ "Nasi uduk ungu dijadikan ikon Kota Sukabumi" Diarsipkan 2013-11-05 di Wayback
Machine., Antara
31. ^ "Kuliner ala Kota Sukabumi" Diarsipkan 2016-04-18 di Wayback Machine., Pikiran Rakyat
Pranala luar