Naratif Populer
Pelaporan KKL2023
Membangun Indonesia
Dari Desa
PENULIS:
Yusriadi, Saripaini, Tuti Alawiyah, Siti Muslikah, Zainal Arifin,
Ismail Ruslan, Tatik Hanjarsari, Nursieh, Heriansyah, Mita Hairani
Perpustakaan Nasional:
Katalog dalam Terbitan (KDT)
PENULIS:
Yusriadi, Saripaini, Tuti Alawiyah, Siti Muslikah, Zainal Arifin, Ismail
Ruslan, Tatik Hanjarsari, Nursieh, Heriansyah, Mita Hairani
Editor:
Fahmi Ichwan & Saripaini
Diterbitkan Oleh:
IAIN Pontianak Press
Jl. Letjend. Soeprapto No.19 Pontianak 78121
Telp./Fax. (0561) 734170
A
lhamdulillah kami haturkan kepada Allah
swt atas segala kenikamatan, kemudahan
dan hidayah yang telah diberikan. Hanya
dengan karunia-Nyalah pada akhirnya buku Membangun
Indonesia Dari Desa, telah terselesaikan.
Buku yang ada di tangan pembaca merupakan hasil
kolaborasi tulisan naratif populer tentang Sejarah, Profil
dan perkembangan desa yang ada di Kalimantan Barat.
Dalam Buku ini terdapat 13 bagian tema tulisan: Pertama
tentang gambaran umum desa, Bagian kedua Kehidupan
Sosial Masyarakat, Bagian Ketiga tentang Pendidikan
Desa, Bagian Keempat Profil Tokoh Masyarakat, Bagian
Kelima Tentang Ekonomi Desa, Bagian Keenam Kulin-
er, Bagian Ke Tujuh Tentang Adat Kebudayaan, Bagian
Kedelapan Etnik, Bagian Kesembilan, Permainan Rakyat
Bagian Kesepuluh Pengobatan Tradisional, Bagian Kese-
belas tentang Cerita Rakyat, Bagian Kedua Belas tentang
Narasi Kegiatan dan ketiga Belas tentang Keagamaan.
Akhirnya, karena buku ini hanyalah produk ijtihadi
Membangun Indonesia Dari Desa | 3
pemikiran manusia yang memiliki banyak kekurangan,
maka Tim Penulis menyadari tulisan ini jauh dari sempur-
na. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat mem-
banggun dari semua pihak sangat diharapkan demi terca-
painya sebuah kesempurnaan atau paling tidak mendekati
kesempurnaan karena kesempurnaan yang sebenarnya ha-
nyalah milik Allah semata.
Bagian 3. PENDIDIKAN
5. Berkunjung ke SD dan SMP SATAP (Satu Atap)
Siti Muslikha.......................................................................................... 33
6. Pendidikan di Kapuas Hulu
Zainal Aripin.......................................................................................... 38
Bagian 6. KULINER
11. Temet Bagi Orang Kapuas Hulu
Yusriadi,................................................................................................ 73
Membangun Indonesia Dari Desa | 5
12. Tempoyak
Tatik Hanjarsari...................................................................................... 76
Bagian 8. ETNIK
15. Orang Cina Di Desa Dabong
Saripainii,.............................................................................................. 99
13 KEAGAMAAN
22. Kegiatan Keagamaan di Sri Wangi
Saripaini................................................................................................ 185
P
erjalanan menuju Desa Dabong dari pelabuhan
Rasau Jaya dengan menggunakan motor air
memakan waktu kurang lebih 7 jam perjala-
nan sedangan jika melalui jalur darat dapat menggunakan
sepeda motor yang memakan waktu sekitar 3 jam perjala-
nan, dengan infrastuktur jalan yang kurang baik.
Jalan penghubung antara Desa Dabong dengan Rasu
Jaya ini dibangun sekitar tahun 2000-an, jalan inilah yang
menghubungkan Desa Dabong dengan Rasau Jaya dan
dengan adanya jalan ini (jalan penghubung antara Desa
Dabong dengan Rasau Jaya) sedikit membuka Desa Da-
bong yang terisolir selama ini sebuah desa yang hanya
bisa dijangkau dengan menggunakan transportasi air yang
menyita waktu yang cukup lama.
Kemudian pada tahun 2010 jalan-jalan di perkam-
pungan desa diperbaiki dari yang awalnya hanya jalan
tanah dibangun menjadi jalan semen yang lebarnya ku-
SEJARAH DAN
PERKEMBANGAN
DESA DABONG
Oleh: Saripaini
M
enurut beberapa informan yang diwawan-
carai Dabong telah dibuka lebih dari 200
tahun yang lalu oleh Juragan Muham-
mad Saleh. Bahkan wilayah Dabong lebih dahulu dibu-
ka dibandingkan dengan wilayah Kubu. Desa Dabong
terletak di kecamatan Kubu. konon desa ini adalah desa
tua. Desa ini terdapat pumukiman diperkirakan pada tahun
1780 an.
Penjajahan Belanda terhadap tanah air kita selama
kurang lebih 350 tahun menimbulkan penderitaan dan
kesengsaraan lahir dan bathin bagi bangsa Indonesia.
Ketakutan yang menghantui rakyat Indonesia. Sehingga
diambillah keputusan untuk hijrah ke tempat yang lebih
aman. Salah satu daerah yang dianggap aman pada saat itu
adalah daerah Sembuluk yang jauh dari jangkauan penja-
Membangun Indonesia Dari Desa | 13
jah sehingga datanglah satu kelompok yang bermukim di
tempat tersebut dan ketika wilayah sekitar pemukiman itu
dinganggap aman dari jangkauan penjahan maka orang-
orang ini memberanikan diri untuk pergi mendekati laut
untuk memenuhi tuntutan ekonominya sehingga mereka
merasa bahwa dipesisir laut aman untuk di tempati. Akh-
irnya beberapa orangpun berani untuk bermukim di pesisir
pantai salah satu nama tokoh yang disebut-sebut tinggal
di wilayah Dabong sebelum kedatangan Juragan Muham-
mad Saleh adalah Ibrahim Kahar.
Tidak lama waktu berselang datanglah seorang pe-
laut dari Daik Riau yang bernama Muhammad Saleh atau
lebih dikenal dengan gelar Juragan Muhammad Saleh
karena selain sorang pelaut beliau juga seorang Juragan
kapal. Setelah menemukan wilayah ini akhirya Juragan
Muhammad Saleh pun tinggal dan metap diwilayah yang
saat ini kita kenal dengan nama Dabong.
Setelah itu juragan Muhammad Saleh membuka
wilayah ini secara resmi dan hingga kini diakui bahwa ju-
ragan Muhammad Salehlah yang membuka Desa Dabong.
Begitu pula dengan penamaan Desa Dabong. Juragan Mu-
hammad Salehlah yang memberikan nama Dabong pada
desa ini dalam asal mula nama Dabong terdapat dua versi
yang berbeda yakni, pertama, Dabong berasal dari suara
ombak ketika menghentam sebuah kayu yang berbunyi
“bong gedebong”. Kedua, Dabong diambil dari nama
kayu yang banyak terdapat wilayah ini. Yakni kayu “nibo-
ng”. Untuk saat ini belum terdapat kebenaran yang tepat
dalam asal kata dabong.
Pada masa itu Juragan Muhammad Saleh sangat ter-
kenal karena memiliki kekuatan yang tidak dimiliki orang
banyak. Kekeramatan beliau selalu diceritakn oleh anak
cucunya hingga saat ini. Dalam kehidupan sehari-harin-
14 | Membangun Indonesia Dari Desa
ya Juragan Muhammad Saleh memiliki seorang Istri yang
hingga saat ini tidak diketahui siapa namanya dan memi-
liki empat orang anak yang bernama, Ali, Usman Umar
dan salah satu di antaranya adalah seorang anak permpuan
kemudian beberapa anaknya meninggalkan tanah kelahi-
rannya dan menikah, sehingga mereka menjadi orang kota.
Sedangkan anak perempuannya tidak memiliki keturunan
atau generasi penerus.
Itulah sejarah lisan yang diyakani oleh para tetua Da-
bong sebagai cikal-bakal berdiri nya Desa Dabong.
Luas wilayah dan infrasuktur jalan untuk menuju
wilayah Dabong menjadi salah satu penghambat perkem-
bangan wilayah ini. Perekonomian penduduk wilayah Da-
bong awalnya adalah ada hasil bumi berupa kelapa dan
sebagian adalah nelayan.
Dahulu di Desa Dabong banyak terdapat parit-parit
kecil untuk petani mengeluarkan kelapanya dari kebun
namun sekitar 60 tahun yang lalu wilayah ini mendapat-
kan musibah saat itu ada gelombang besar yang melanda
wilayah Dabong yang membuat pagong tak mempu men-
ahanya (tanggul jebol), akibat peristiwa ini menyebabkan
pohon-pohon kelapa di kebun penduduk Dabong menjadi
mati karena terendam air asin. Penduduk Dabong pun ban-
yak yang pindah menninggal wilayah ini (Dabong) dan
hanya tersisa beberapa kepala keluarga saja yang tinggal.
Setelah peristiwa itu berlalu, wilayah yang dipenuhi
dengan pohon kelapa berubah menjadi wilayah yang ban-
yak ditumbuhi oleh bakau. Dan saat ini pohon-pohon
bakau itu telah dilindungi oleh pemerintah, dan kemudian
dikenal sebagai hutan lindung.
Sementara kelapa yang sempat menjadi penopang
hidup penduduk hanyalah tingggal tunggul di antara hutan
mangerove. Sungai-sungai yang awalnya hanya 5 meter
Membangun Indonesia Dari Desa | 15
yang dibuat secara manual untuk mengeluarkan kelapa
kini menjadi semakin melebar dan sampai saat ini lebar
sungai mencapai telah mencapai kurang lebih 60 meter.
Peristiwa ini memiliki dampak besar bagi wilayah Dabong
dan penduduk yang tinggal di dalamnya serta mengaham-
bat perkemabangan Dabong.
Setelah kejadian itu menjadi nelayan adalah pilihan
utama bagi para penduduk. Salah satu alat ukur kemak-
muran masyarakat di suatu wilayah dapat dilihat dari ke-
makmuran penduduk yang tinggal di dalamnya. Walau
Desa Dabong telah dibuka ratusan tahun yang lalu namun
jumlah penduduk Desa Dabong tidak begitu ramai kera-
maian yang terlihat saat ini bermula pada tahun 2000an
apalagi ketika kedatang transmigrasi.
GANG REMBULAN
Oleh: Tuti Alawiyah
K
ali ini, tugas tidak dapat dilaksanakan den-
gan lancar. Pak RT tidak ada. Beliau masih
bekerja. Saya hanya bertemu anaknya yang
menjadi lawan bincangan pada waktu menjelang Asar ini.
Penghuni rumah itu pun menyarankan menemui Reni.
Menurut anak Pak RT Kak Reni lebih tahu data warga di
sini.
Saya hubungi Kak Reni melalui via WA. Sembari
mencari rumah sesuai petunjuk anak Pak RT. Namun, WA
nya tidak aktif. Saya putuskan kembali ke rumah RT saja.
Lebih baik menunggu di sini.
Untunglah tiga gang yang akan saya data rumahnya
sudah jelas wilayahnya. Semuanya hanya perlu lurus saja.
Susunan rumah sudah sejajar,karena di sini sudah seper-
ti perumahan. Seperti Gang Rembulan, sekitar 200 meter
saja panjang rumah yang berada di gang ini.
Lokasi tempat sudah jelas. Jalan menuju ke gang ini
juga beraspal. Mulus saja, bisalah berjalan kaki. Karena
Membangun Indonesia Dari Desa | 19
posisi rumah semuanya tersusun rapi dan berdekatan. Lay-
aknya sebuah komplek.
“Pak Rahmad sudah kembali.” pandangan saya
menuju luar rumah.
Tanpa berbasa-basi saya menjelaskan maksud ke-
datangan. Beliau langsung paham dan kembali menaiki
motor king menuju rumah Kak Reni.
Posisi rumah tak jauh, berada di pertengahan dian-
tara wilayah gang ini. Dari rumah Pak Rahmad berada pal-
ing ujung hanya lima menitan saja pakai motor.
Terlihat coklat tua mewarnai dinding luar rumah.
Rumahnya bertingkat satu. Ada teras berukuran kecil. Dan
terdapat dua pintu.
Awalnya saya merasa bingung kenapa harus me-
nemui Kak Reni. Padahal beliau sendiri ketua RT nya.
Ternyata, Pak Rahmad mengandalkan Kak Reni sebagai
perwakilan warganya yang dipercaya dalam penyimpanan
data ruta.
“Assalamu’alaikum” ucap saya.
“Ayok Dek, masok dulu” ucap Kak Reni setelah
diberitahu oleh Pak Rahmad maksud kedatangan saya.
Saya masuk ke dalam. Ia pun bersigap bersemangat
sangat senang bisa membantu.
“Ape dek yang bise Kakak bantu?” tanyanya berse-
mangat.
Saya pun menunjukkan surat tugas survei. Men-
jelaskan kembali maksud dan tujuan kedatangan. Tentu
saja, hal pertama meminta data warga setempat.
Ternyata, ia tak memiliki data ruta sesuai urutan ru-
mah yang ada. Hanya tahu nama warganya saja bertem-
pat tinggal di sini.Lebih lagi, hanya tahu nama panggilan.
Dan tidak ada catatan nama-nama warga secara lengkap.
Oleh: Saripaini
S
eperti kata pepatah dimana bumi berpijak disi-
tu langit di junjung. Tapi tidak berarti meng-
ganti identitas agar menjadi sama, menghargai
dan memaklumi mungkin lebih tepat. Asing memang, tapi
tak mesti merasa aneh, minimalisir asumsi dan persepsi
negatif. Karena hanya akan membuat rumit.
Piyansa’ adalah salah satu perkampungan Dayak
yang terletak di ujung Sekadau. Jangan bayangkan ten-
tang orang primitif kulit hitam berbusana seadanya, muka
coreng moreng dan membawa sumpit di punggung. Itu
gambaran salah. Walau perkampungan tengah hutan, be-
lum mendapat penerangan, tidak pandai mengoprasikan
android, bukan berarti mereka primitif dalam sandang
papan pangan. Normal seperti orang yang tinnggal diper-
kampungan pada umumnya. Punya rumah semen atap
seng dan punya sepeda motor. Bahkan tak ada kendala be-
rarti dalam hal komunikasi dan interaksi, sebab mereka
24 | Membangun Indonesia Dari Desa
pandai dan mengerti dengan bahasa Indonesia dari muda
hingga tua.
“Berani ke sini sendiri?” tanya seorang tua padaku
dengan ramah.
“Berani Yi, “ jawabku lekat dengan senyum.
Aku sempat terdiam dan berpikir ketika kekek tua
itu mempertanyakan keberanianku mendatangi wilayah
mereka seorang diri. Rasanya itu wajar untuk dipertanya-
kan, mengingat medan dan suasana alam yang harus di-
tempuh untuk menuju perkampungan Piyansa’ cukup sulit
ditambah lagi pandagan mereka mengenai status gender
sebagai seorang perempuan. Tapi entah mengapa setelah
dua kali berkunjung ke Piyansa’, kadar ketakutan dan rasa
was-was yang pernah berdomisili dalam pikiran mulai
berkurang. Walau harus diakui suasana perkampungann-
ya agak ngeri, jelas di sana ada banyak anjing berkeliaran
dimana-mana, ada babi, berbeda dengan suasana perkam-
pungan orang Melayu.
Kali ke tiga ke Piyansa’, setelah Selasa dan Minggu
baru berlalu. Mereka menerimaku dengan tangan terbu-
ka. Terasa sangat dihargai. Terlagi hari Minggu kemarin.
Kedatanganku diumumkan di gereja, kemudian mereka
menunggu di rumah, beberapa anak kecil ikut mengan-
tar ke rumah tangga terpilih. Kami menjadi rombongan.
Menyenangkan.
Huru-hara paska pemilihan kepala daerah (pilkada)
di luar sana masih hangat. Sensitifitas agama dan antar
etnis pribumi Kalimantan Barat berada pada titik rawan
konflik. Menegangkan. Sesekali pembicaraan menyentuh
titik sensitif yang dikemas dalam candaan kemudian be-
rakhir dengan tawa begitu saja. Kenapa? Mungkin karena
aku tak terlalu peduli dengan urusan politik, benci konflik.
BERKUNJUNG KE SD
DAN SMP SATAP (SATU ATAP)
Oleh: Siti Muslikha
R
abu, 29 Oktober 2014. Kami memutuskan
untuk melakukan kunjungan ke sekolah yang
berada di Pulau Lemukutan yang kebetulan
sekolah tersebut berada di wilayah Melanau Timu Desa
Pulau Lemukutan Kecamatan Sungai Raya Kepulauan
Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Kunjungan
kami bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai se-
kolah. Bagaimana sistem pendidikan di sekolah tersebut.
Pagi itu, bang Ali Januardi, kak Heni dan saya yang
berkesempatan untuk berkunjung ke SD, SMP SATAP
(Satu Atap) Pulau Lemukutan. Kami melihat-lihat dahulu
keadaan sekolah. Kelas-kelas yang terdapat di sekolah se-
belum menuju ke kantor dan ruangan guru sekolah.
Kami juga membaca visi dan misi berdirinya SD
SMP SATAP (Satu Atap) Pulau Lemukutan yang tertulis
di sebuah spanduk kecil yang dengan sengaja ditempel di
dinding bagian luar ruangan sekolah. Agar setiap kali pe-
***
Sebelum berdirinya SD, SMP SATAP (Satu Atap)
ini dahulunya pernah berdiri Sekolah Rakyat (SR). Semen-
jak Pulau lelukutan berpenghuni pada tahun 1928 menurut
penuturan Kepala Desa (Kades). Jadi nenek moyang orang
Pulau Lemukutan tidak ada yang buta aksara. Rata-rata
memiliki kemampuan untuk menulis dan menghitung.
Menurut penuturan Pak Zainal Sekolah Rakyat
(SR) didirikan pada tahun 1947 oleh H. Naim. Pak Zainal
merupakan satu-satunya orang tertua di Pulau Lemuku-
tan. Bisa dibilang bapaknya Pulau Lemukutan. Kami bisa
mendapatkan informasi mengenai Pulau Lemukutan dari
beliau. Pada saat itu Belanda melarang untuk mendirikan
sekolah karena Belanda tidak ingin rakyat Indonesia itu
***
Sebenarnya kunjungan kami siang itu adalah in-
gin menemui Kepala Sekolah SD, SMP SATAP (Satu
Atap) Pulau Lemukutan. Tujuan kami menemui beliau
untuk mengulik informasi mengenai sekolah. Namun,
kami diberi kesempatan untuk dapat masuk dan bertatap
muka langsung dengan para siswa yang kebetulan siang
***
PENDIDIKAN
DI KAPUAS HULU
Oleh: Zainal Aripin
P
endidikan di Sungai Besar bisa dikatakan
maju, karena di kampung ini sudah berdiri be-
berapa sekolah. Mulai dari level pendidikan
terendah yakni PAUD sampai tingkat SMP. Adapun gu-
ru-guru yang mengajar di sekolahpsekolah yang ada di
Sungai Besar dari berbagai macam kampung yang ada di
Kapuas Hulu seperti dari Nanga Semangut, Nanga Suruk,
Temuyuk, Riam Piyang, Sungai Tutup, Nanga Yen, Pu-
tussibau dan termasuk juga ada beberapa warga Sungai
Besar yang mengajar pada beberapa sekolah tersebut.
Seperti yang mengajar pada sekolah PAUD mereka ada-
lah ibu-ibu muda warga Sungai Besar baik dari penduduk
asli maupun warga dari kampung lain yang telah menikah
dengan warga Sungai Besar.
Saya coba menyambangi sekolah-sekolah yang
ada di kampung ini satu persatu mulai dari PAUD (pen-
didikan Anak Usia Dini), SD (Sekolah Dasar), dan SMP
APAK: AMPUNG
DAN PEMAIN BOLA
Oleh:Yusriadi
A
pak sangat terkenal. Sering kali, di ma-
na-mana, saya menyebut nama Apak un-
tuk memperkenalkan diri. Sering juga orang
bertanya saya anak siapa dan setelah saya sebutkan nama
Apak, orang itu mengangguk-angguk tanda mengenalnya.
Di kalangan masyarakat di wilayah Pengkadan,
Apak dikenal dengan nama Pala Kampung Ebhong. Mak-
sudnya, Kepala Kampung Ebhong. Pala itu bentuk singkat
dari kepala. Beliau disapa atau dipanggil Ampung. Bentuk
pendek dari kepala kampung.
Selain dikenal sebagai kepala kampung, Apak juga
dikenal sebagai pemain bola. Saya bertemu dengan be-
berapa orang di Pontianak, yang kenal Apak sebagai bek
tangguh. Apak, sekalipun badannya relatif kecil, tetapi
memiliki kecepatan dan kekuatan fisik.
M
ASYAKAT di desa Temajuk dan Telok
Melano sudah biasa menggunakan mata
uang Rupiah dan Ringgit sebagai alat tu-
kar dalam aktivitas ekonomi. Pelaku ekonomi di dua neg-
ara tidak akan menolak jika pembeli menggunakan mata
uang asal negaranya masing-masing.
Para pedagang dari Temajuk berbelanja beras merk
masjid, gula, tepung Blue Key dan minuman soda ke Telok
Melano (Malaysia). Makanan pokok ini selalu dibeli un-
tuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari warga
Temajuk.
Sebelum tahun 2012, masyarakat desa Temajuk ha-
rus menggunakan perahu menyeberangi lautan menuju
Paloh atau desa terdekat jika ingin berbelanja kebutuhan
pokok. Namun tidak setiap waktu mereka dapat menye-
berangi lautan. Pada bulan Oktober - Maret ombak di lau-
tan sangat tinggi hingga mencapai 3-4 meter.
Membangun Indonesia Dari Desa | 61
Ada juga masyarakat yang tetap berangkat ke Paloh
untuk berbelanja mesti ombak besar dan angin kencang,
resikonya perahu terbalik. Mereka juga berangkat, jika
kondisi darurat seperti membawa orang sakit, ibu-ibu
yang perlu penanganan khusus karena akan melahirkan.
“Kami tidak punya pilihan, apapun resikonya tetap
berangkat ke Paloh. Kadang ada ibu-ibu yang melahir-
kan di dalam perahu, ada juga yang tidak tertolong dan
meninggal dunia,” kata Pak Atong.
Jalur lain yang juga menjadi pilihan masyarakat
adalah melalui pinggir pantai, dengan catatan jika air laut
dalam kondisi surut. Jika air surutnya malam hari, maka
mereka terpaksa menempuh jalur tersebut dengan ber-
bekal penerangan seadanya.
Hingga tahun 2012, masyarakat di desa Temajuk
masih terisolir. Tidak ada akses jalan untuk sepeda motor
atau mobil menuju ke kecamatan Paloh.
Lahan di kiri kanan antara desa Temajuk dengan
Liku, ibukota Kecamatan Paloh masih banyak dijumpai
hutan belukar dengan pohon-pohon besar.
Berbelanja di negara tetangga bukanlah keinginan
masyarakat Temajuk. Beratnya kondisi alam membuat
mereka tidak punya pilihan, selain berbelanja di Melano
(Malaysia).
Pada saat bertransaksi, pedagang-pedagang Malay-
sia selalu menggunakan mata uang Ringgit. Jika pedagang
Indonesia berbelanja di Telok Melano menggunakan Ru-
piah, selalu dikonversi ke dalam Ringgit.
Saya, Pak Yusriadi dan satu orang pemandu dari
Indonesia, berkesempatan berkunjung ke Telok Melano,
Malaysia. Kami ingin membuktikan apakah benar jika
warga Indonesia berbelanja di Telok Melano dapat meng-
EKONOMI
MASYARAKAT TEMAJUK
Oleh: Aini R
Oleh: Ismail
T
EMAJUK merupakan salah satu wilayah
hutan yang potensial. Hutan lebat dan kayu-
kayu besar yang bagus mengundang minat
warga dari berbagai daerah.
Pada tahun 1970-an akhir, memasuki tahun 1980-an,
17 orang warga datang ke wilayah ini, menebang kayu dan
membuka hutan. Kayu-kayu seperti jenis resak, tekam,
dll., dikeluarkan dari hutan digesek menjadi balok dan di-
jual ke Sematan, Malaysia.
Setelah periode pertama usaha kayu ini, rombon-
gan pulang ke daerahnya masing-masing di sekitar Paloh.
Beberapa saat kemudian mereka kembali lagi dengan tu-
juan menetap. Lahan yang luas di Temajuk, lingkungan
laut yang potensi ikannya banyak, menarik kedatangan
10 orang lelaki kuat dan kemudian menetap di sini. Rom-
bongan ini dipimpin Pak Pari, yang kemudian hari dikenal
dengan nama H. Sapari.
68 | Membangun Indonesia Dari Desa
Lokasi sekitar Camar Bulan sekarang dipilih se-
bagai wilayah pemukiman karena di sini pantainya lebih
landai dan diperkirakan cukup aman. Sebab, tidak jauh
dari pemukiman ini ada kamp tentara di Tanjung Bende-
ra. Faktor keamanan ini perlu dipikirkan karena pada ta-
hun 1980an di wilayah hutan sekitar Temajuk, terutama di
bukit Panggi, ditemukan jejak gerombolan komunis, (ada
juga yang menyebutnya sebagai sisa-sisa PGRS-Paraku).
Pada masa awal warga membuka lahan dikawal oleh ten-
tara.
Tetapi, jika melihat apa yang terjadi di tingkat inter-
nasional, sebenarnya, kehadiran tentara tidak terlepas dari
persoalan perbatasan antara Indonesia - Malaysia. Seperti
diketahu, pada tahun 1977 diadakan pertemuan membahas
tapal batas kedua negara tetangga itu. Pada tahun 1979,
patok-patok batas yang bisa dilihat hari ini, ditancapkan.
Patok inilah kemudian yang menjadi “batas fisik” antara
wilayah Camar Bulan dan Melano. Kehadiran tentara
pada masa itu lebih didasarkan pada konteks menjaga per-
batasan. Tentara juga melaksanakan kegiatan ABRI ma-
suk desa (AMD) di Camar Bulan. Pada masa itu tentara
membangun rumah untuk penduduk. Ada 20 unit yang
dibangun kala itu.
Pada perkembangan selanjutnya, pembukaan lahan
di Temajuk diatur: lahan hanya boleh dibuka 2 hektar dan
setelah dibuka harus ditanam. Lahan yang dibuka tetapi
tidak ditanam tidak bisa menjadi hak milik siapa yang
membukanya. Orang yang datang kemudian boleh memi-
liki dan menggunakan lahan terbiar seperti itu.
Lahan di sekitar pantai Camar Bulan memang bukan
lahan yang subur. Tanah berpasir membuat tidak semua
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu tidak
Oleh: Yusriadi
S
eorang teman melakukan penelitian terhadap
temet atau kerupuk basah. Dia menceritakan
sejarah dan bagaimana proses produksi dilaku-
kan. Penelitian ini sungguh menarik. Menarik karena te-
met merupakan salah satu makanan khas Kapuas Hulu,
daerah asal saya, dan tidak ditemukan di daerah perairan
yang lain.
Secara pribadi saya juga tertarik karena saya men-
genal makanan ini sejak kecil. Saya tahu cara membuatn-
ya, dan saya juga dapat menikmati. Temet tentu saja san-
gat enak.
Setelah presentasi hasil penelitian selesai dan ada
komentar dari sejumlah pembahas dan ilmuan yang hadir
di forum itu, saya mendapatkan berbagai inspirasi. Perlu
sebuah penelitian yang mendalam seputar makanan khas
ini.
TEMPOYAK PUNGGUR
S
eperti yang kita tahu, jika kalimantan itu kaya
akan sumber dayanya, dan itu termasuk dengan
kuliner khas yang menjadi salah satu ciri khu-
sus yang dimiliki oleh pulau kalimantan ini. Salah satunya
adalah durian. Tapi disini saya tidak membahas tentang
buah durian yang memang banyak terdapat di pulau kali-
mantan. Saya disini akan membahas tentang durian yang
menjadi kuliner khas yang dimiliki oleh pulau kalimantan.
Kalimantan memiliki buah musiman yang terkenal
dengan gelar raja buahnya, yaitu buah Durian. Durian ini
merupakan komoditas yang paling banyak diminati oleh
sebagian kalangan pecinta buah. Namun, ada beberapa
orang yang memang tidak bisa memakan raja buah ini
dikarenakan bau buahnya yang agak menyengat. Tapi ada
berbagai cara yang mungkin menjadi alternatif untuk me-
nikmati raja buah ini. Berbagai inovasi banyak diciptakan
untuk lebih menikmati buah durian tanpa harus memakan-
76 | Membangun Indonesia Dari Desa
nya secara langsung, dan hal ini menjadi sebuah peluang
usaha bagi yang menciptakannya.
Sebelum itu, kita akan membahas berbagai hal dan
bagian umum tentang buah berduri dengan rasa manis
yang menggugah selera (untuk sebagian orang).
Buah durian, buah berduri dengan nama latin Du-
rio Zibethinus memiliki kulit berduri dengan daging buah
yang seperti disekat pada setiap sisinya. Biji dikotilnya
akan menciptakan pohon dengan daun yang memiliki dua
warna dimasing-masing sisinya (atas hijau, bawah kuning
keemasan). Dapat tumbuh hingga ketinggian 22-25 meter.
Bunganya biasa akan keluar dari setiap batang tua dengan
3 hingga 10 kuntum dalam satu malai (satu kelompok).
Daun berbentung lonjong dan berakar papan (akarnya
tumbuh menipis ke bawah dari pangkal pohon). Tumbu-
han ini, sebenarnya memiliki tumbuhan dengan marga
Durio yang sama contohnya buah Lai. Namun, di sini ha-
nya akan membahas “Sang Raja Buah”.
Tumbuhan Durian, adalah tumbuhan yang bisa di-
jumpai di Asia Tenggara. Tersebar diberbagai daerah, teru-
tama di daerah Kalimantan yang merupakan pusat terbesar
plasma nutfah Durian. Ada juga negara lain yang memiliki
budidaya Durian, seperti Thailand dan Filipina.
Selain di Kalimantan, buah durian juga terdapat
dibeberapa pulau lain seperti, Sumatra, Mindanado, dan
Semenanjung Malaya (walau lebih melimpah di pulau Ka-
limantan).
Buah Durian adalah buah musiman sehingga banyak
orang yang sering menunggu-nunggu kapan datangnya
musim buah ini. Pohon buah durian biasanya akan ber-
buah dua kali dalam setahun dengan masa istirahat selama
dua-tiga bulan. Dan biasanya buah ini akan muncul pada
Oleh: Saripaini
A
dat kelahiran yang hidup di antara penduduk
Desa Dabong telah mengalami proses penya-
ringan panjang, sehingga ditemukanlah mod-
el adat istiadat sebagaimana yang ditampilakan hari ini.
Tradisi sebagai suatu konsep sejarah yang memiliki
asal-usul pelaksanaan hingga dijadikan warisan yang di-
turunkan kepada anak cucu, dengan demikian dapatlah
dipahami bahwa tradisi sebagai suatu paradigma kultur-
al untuk melihat dan memberi makna terhadap kenyataan
yang terjadi. Pada adat kelahiran yang berlaku di Desa Da-
bong ada dua suku yang berpengaruh besar pada pelaksa-
naan tradisi ini yakni Melayu-Bugis dengan pembawaan
nuansa Islami.
Tradisi kelahiran pada penduduk Desa Dabong dimu-
lai dari pelaksanaan berlenggang pada saat usia kadungan
menginjak 7 bulan, basuh lantai, naik ayun dan gunting
a. Berlenggang
Berlenggang (syukuran tujuh bulanan). Jika dilihat
dari penamaan adat kebiasaan yang dilakukan penduduk
Dabong Berlenggang adalah nama yang sukuran yang
dilakukan oleh orang Melayu-Bugis. Dalam pelaksanaan-
nya ritual adat yang menyamar dalam bentuk kebiasaan
ini tidak jauh berbeda dengan pelaksaan ritual adat ber-
lenggang yang dilakukan oleh nenek moyang terdahulu
pada umumnya. Tujuan dari pelaksanaan adat kebiasaan
belenggang yang biasa dilakukan dengan mengadakan
pengajian serta meminta doa dari para tamu undangan
agar bayi yang dilahirkan sehat, menjadi anak sholeh atau
sholeha, serta doa-doa baik lainnya dan tak lupa doa untuk
ibu yang akan melahirkan agar lancar dalam proses bersa-
linnya. Kemudian ada pembacaan air dengan doa selamat
dan do’tolak bala untuk ibu yang akan melahirkan mandi.
Sedangkan pada kebudayaan yang sebenarnya yakni
yang dilakukan oleh leluhur terdahulu adalah untuk me-
minta keselamatan kepada roh nenek moyang yang mer-
eka yakini akan terjadi hal yang tidak diinginkan jika itu
tidak dilakukan. Disilah telah terdapat perbedaan perubah-
an makna dan tujuan adat istiadat tersebut disebabkan oleh
proses panjang yang berlangsung tanpa disadari.
Tidak ada pemberatan pada pelaksanaan tradisi ber-
lenggang. Tradisi ini dilakukan sesuai dengan kondisi
ekonomi. Jika mengami ekonomi lemah biasanya pen-
duduk Dabong hanya meminta air tolak bala untuk si ibu
b. Basuh lantai
Basuh lantai merupakan adat istiadat orang Bugis da-
lam pelaksanaan ritual ini adalah pembasuan lantai tempat
ibu melahirkan. Lantai itulah yang dicuci dengan meng-
gunakan air di dalam air tersebut terdapat perlengkapan
yakni langir yang direndam di dalam air yang akan digu-
nakan untuk membasuh lantai yang ini disebut air langir.
Ritual ini (basuh lantai) dipimpin oleh orang yang pandai
atau biasanya di pimpin oleh seorang dukun beranak yang
menangani ketika ibu ketika proses melahirkan.
Dalam tradisi basuh lantai keluarga peneyelengara
acara akan memanggil tetangga sesuai dengan kemam-
puan ekonominya sebagai ungkapan rasa syukur atas ke-
lahiran bayinya. Taradisi basuh lantai pada penduduk Da-
bong umumnya dilakukan bersamaan dengan tradisi naik
ayun dan gunting rambut.
c. Naik Ayun
Tradisi naik ayun masih bisa ditemukan namun da-
lam pelaksaannya sekarang telah di permudah maksudnya
di dalam pelaksaannya ada rangkaian yang tidak dipakai
atau terjadinya pengurangan perlengkapan. Jika biasanya
orang Bugis mengantungkan beberapa jenis makanan
pada ayunan bayi seperti pisang,ketupat, dan lepat leng-
kap dengan kain bewarna kuning.
Dalam perorientasian adat kebiasaan naik ayun pada
mayarakat Dabong adalah tidak ditemukan pisang,ketupat,
d. Gunting Rambut
Gunting rambut pada masyarakat Dabong sangat
jelas ada pengaruhi oleh Melayu,Bugis dan Islam. Unsur
Islami pada tradisi ini terdapat pada awal acara yang di-
awali dengan pembacaan serakal Al-Barzanji yang ber-
tujuan untuk mendapatkan syfa’at dari Nabi Muhammad
SAW. Bagi yang akan digunting rambutnya dipersiapkan
sebagai berikut:
• Al-Barzanji
• Kendi yang terbuat dari kelapa muda (Tempat
potongan rambut bayi yang telah digunting)
• kain kuning (Menyelimuti bayi dibawa kepa-
da orang yang akan menggunting rambutnya.)
• Beretih (Menghamburkan sebagai simbol
ucapan selamat ketika serakal dan sebelum
mengunting rambut bayi.)
• Beras kuning (Menghamburkan sebagai sim-
bol ucapan selamat ketika serakal dan sebe-
lum mengunting rambut bayi.)
• Tepung tawar (beras yang ditumbuk dengan
kunyit, yang kemudian setelah halus dicam-
purkan dengan air)
• Daun juang-juang (Daun yang dipakai untuk
TRADISI PERNIKAHAN
WARGA SUNGAI BESAR
Oleh: Zainal Aripin
ORANG CINA
DI DESA DABONG
Oleh: Saripaini
O
1. Kedatangan Orang Cina (Tionghoa)
rang Tionghoa umumnya dikenal sebagai
suatu kelompok yang berasal dari negeri
Cina. Sehingga di tanah rantaunya mereka
lebih akrab dengan nama negeri asalnya yakni orang Cina
namun di Desa Dabong sendiri orang Tionghoa lebih akr-
ab disebut orang Cin.
Para imigran dari negeri Cina ini mulai menjelajahi
Nusantara sebagai wilayah imigrasinya sejak abad ke-16
sampai kira-kira pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-
sembilan belas orang Tionghoa kesempatan bisnis baru
dalam perdagangan, pertambangan, dan perkebunan, saat
ini orang Tionghoa hampir ada pada setiap negeri di dun-
ia yang diperkirakan berjumlah kira-kira dua puluh dua
juta berada di Malaysia, Singapura, Indonesia, Filipina
dan Muangthai.12 Dalam penjelahan ini mereka mengikut
Membangun Indonesia Dari Desa | 99
sertakan kebudayaan suku-bangsanya dari tanah leluhur
sebagai perangkat-perangkat identitas di wilayah peran-
tauan.
Berikutnya kembali terjadi gelombang-gelombang
imigran dari negeri Cina ke Nusantara pada tahun 1850
sampai 1930 yang membawa perantau ini sampai di Bor-
neo Barat atau Kalimantan Barat dan ada yang sampai ke
pelosok Kalimantan Barat seperti Sembuluk13, Padang
Tikar dan tersebar di beberapa wilayah sekitar. Kelompok
ini kemudian tinggal dan menetap di tanah perantauann-
ya. Koentjaraningrat (ed) dalam buku Yang berjudul “Ma-
nusia dan Kebudayaan di Indonesia” bahwa orang Hakka
(Khek) merupakan suku bangsa Cina yang paling banyak
merantau kesebrang lautan. Kelompok imigran ini berasal
dari propinsi Kwantung.
Perantauan orang khek dilatar belakangi oleh tun-
tutan ekonomi mereka yang amat lemah dan harapan
kehidupan yang lebih baik di tanah perantauan. Karena
kelompok ini merupakan kelompok yang paling miskin di
antara Para perantau Tionghoa lainnya.
Setelah beberapa generasi di tanah perantauan salah
seorang keturunan Tionghoa Sembuluk kemudian me-
nikah dengan seorang wanita Tionghoa yang baru berimi-
grasi ke wilayah Padang Tikar 14. Kemudian kelompok
ini akhirnya mereka untuk pindah ke wilayah Dabong15
perpindahan ini terjadi pada tahun 1963 inilah kelompok
Tionghoa pertama yang menetap di wilayah Dabong. Per-
pindahan ini dilakukan dengan tujuan agar lebih mudah
untuk menggeluti pekerjaannya sebagai nelayan melihat
letak Dabong dianggap setrategis untuk dijadikan tempat
tinggal sebagai nelayan karena lebih dekat dengan laut.
Kedatangan orang Tionghoa dari Sembuluk ke Da-
1. He Yau Ngou
2. He Hui Lan
3. Lim Jakuang
4. He Tong Ni
5. Huam Tek Cheng
6. Gus No
7. Lim Sun Pheng
8. Lim Cui Cheng
9. Ho Min Ku
10.Tan Ju Thian
11.Gou Young Meng
12.Hi A Khoi
13.Wang mou khun
2. Kepercayaan Beragama
Pada umumnya di Indonesia orang Tionghoa itu me-
meluk agama Buddha. Dan sebagagian besar orang di neg-
eri Cina memeng lebih banyak masyarakatnya yang me-
meluk agama Buddha. Di Inonesia orang Tionghoa tidak
hanya memeluk agama Buddha tetapi ada juga yang me-
meluk agama Kristen, Khatolik, Islam.Begitu pula orang
Tionghoa yang tinggal di Desa Dabong saat ini yang seba-
gian besar dari mereka memeluk agama Buddha dan han-
ya beberapa yang memeluk agama Kristen Khatolik.
Dalam penentuan kepercayaan beragama pada orang
Tionghoa seorang dapat dengan bebas untuk memilih
agama apapun setelah mereka berakal atau sekitar anak
berusia 12 tahun saat inilah waktu mereka memilih ke-
percayaan atau agama apapun yang dipilihnya tanpa pen-
garuh dari siapun.
Manfaat perminan
b) Melatih kelincahan
PRIMADONA MASA
KANAK-KANAK
Oleh:Saripaini
A
pa yang terlintas di benak kalian ketika
mendengar kalimat “Permainan Tradision-
al”? Barangkali sebagian orang akan ti-
ba-tiba mengajak ingatan mereka kembali menjejaki ma-
sa-masa kecil berapa tahun silam, masa dimana mereka
tertawa riang sambil dengan asyik bermain permaianan
tradisional, berkelompok membentuk lingkaran bermain
Bue Car, atau berjejer menjaga benteng dalam permain-
an Bentengan, atau malah berlari riang bermain Slodor,
berjingkrak-jingkrak main Tabak dan masih banyak lagi
permainan-permainan lain yang tak kalah menyenangkan
dari game-game modern, kelompok orang ini biasanya di-
huni oleh generasi yang menikmati masa kecilnya di Ta-
hun 2000 an kebawah, meski mungkin ada segelintir dari
Membangun Indonesia Dari Desa | 115
generasi di atasnya yang juga akrab dengan permainan
tradisional. Sebagian lagi barangkali akan bergeming tak
paham ketika mendengar nama- nama permainan itu diu-
capkan, Sibuk mencari tahu, bertanya sana sini soal apa
dan seperti apakah gerangan permainan trdisional itu.
Saya adalah salah satu dari sekian banyak orang
tumbuh di tengah keseruan permainnan tradisional, ada
beberapa nama permainan yang sampai saat ini melekat
diingatan, dan ketika mengingatnya membuat saya merasa
ingin kembali kemasa dimana permainan itu masih menja-
di primadona bagi kami. Berikut diantaranya :
Nanggok
Kalian bisa temui gerombolan anak-anak ber-
duyun-duyun bergegas ke sungai atau parit-parit sawah,
derai tawa meningkahi langkah kaki-kaki kecil mereka
yang cekatan. Ada yang tidak beralas kaki, ada yang tidak
memakai baju. Kulit-kulit legam tersengat matahari. Mun-
gkin kalian bertanya tanya siapa mereka dan hendak ke-
mana? Mereka itu adalah anak-anak kampung yang yang
hendak Nanggok. Ya, nanggok. Cara menangkap ikan pal-
ing menyenangkan bagi kami, anak-anak kampung. Tidak
ada kail dan umpan dalam kegiatan ini, kami hanya meng-
gunakan tudung saji atau jaring untuk menangkap (nag-
gok) ikan-ikan itu.
Kami turun dengan riang ke parit-parit kecil yang
airnya dangkal dan mengepung ikan dari dua sisi. Seba-
gian bertugas menggiring ikan agar berenang ke arah jar-
ing, sebagian lagi memegang jaring menunggu ikan-ikan
itu masuk untuk kemudian mengangkatnya. Kami berseru
seru senang apabila banyak ikan yang terperangkap, dan
tertawa geli saat tak ada satupun ikan yang kami dapat.
Benteng
Di kampung kami, kampung pak sela, desa retok ke-
camatan kuala mandor B kabupaten kubu raya, permainan
ini biasanya dimulai dengan membagi para pemain menja-
di dua bagian tim, satu tim biasanya terdiri dari 5 sampai 8
orang atau disesuaikan dengan jumlah pemain yang ingin
bermain. Lalu masing-masing tim memilih dua pilar/tiang
sebagai benteng tempat mereka berkumpul dan berlindung
dari serangan tim lawan. Cara bermainnya adalah dengan
menyerang, menangkap tim lawan yang berada di luar
area aman, juga mengatur siasat untuk saling merebut ben-
teng lawan masing masing, apabila salah satu dari anggota
tim tertangkap maka dia menjadi tawanan dan di bawa ke
area benteng lawan, dan tim yang anggota nya tertangkap
memiliki kesempatan untuk membebaskan temannya yang
tertawan, yaitu dengan cara menjemputnya. Tim dianggap
menjadi pemenang apabila sudah berhasil merebut benteng
Slodor
Di daerah lain barangkali permainan ini memiliki
nama yang berbeda-beda, seperti gobak sodor misalnya,
namun pada dasarnya dari sekian nama yang berbeda-be-
da itu, permainan ini memiliki aturan yang kurang lebih
sama. di daerah kami kampung permainan ini lebih dike-
nal dengan sebutan slodor, salah satu permaina tradisional
yang sering dimainkan di lapangan terbuka, seperti hala-
man sekolah atau lapangan volly dan bulu tangkis, slodor
biasa dimainkan oleh anak laki-laki maupun perempuan.
Para pemain terdiri dari dua tim, ada tim penjaga
dan ada tim lawan (yang dijaga)Bentuk area permainan-
nya menyerupai lapangan bulu tangkis atau volly, hanya
saja ada perbedaan pada letak garis-garis yang terdapat
didalamnya. Dalam permainan slodor ada dua macam
garis, yakni garis horizontal dan vertikal. Biasanya ada
5 hingga 6 garis horinzontal, atau sesuaikan dengan jum-
Tabak
Tabak sama dengan Engklek, hanya berbeda dari
segi penamaan, di kampung kami desa Retok, kuala man-
dor B kabupaten kubu raya, sebagian menyebut engklek
dengan nama Tabak. Satu dari sekian banyak permain-
an tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak, di
kampung kami sebagian besar peminat permainan jenis
ini adalah perempuan namun ada beberapa anak laki-laki
yang kadang ikut bermain.
Tabak merupakan permainan sederhana namun
menyenangkan. Ya, kita tidak butuh alat-alat yang rumit
untuk sekedar memainkannya, kita hanya butuh membuat
beberapa garis-garis untuk membentuk pola tabak yang
diinginkan.
Di kampung kami tabak memiliki beberapa jenis,
tabak rumah misalnya, tabak yang memiliki pola area
permainan menyerupai bentuk rumah dengan arsitektur
atap segitiga, Atau tabak disko yang memiliki pola area
permainan menyerupai bentuk kincir angin dengan lima
Bue Car
Permainan ini biasa disebut juga bola bekel, seperti
halnya tabak permainan bue car di kampung kami lebih
banyak diminati oleh perempuan, meski ada juga anak laki
laki yang ikut memainkannya, permainan jenis ini lebih
sering dimainkan perorangan walaupun kadang ada juga
yang memainkannya dengan membentuk tim, iaa juga
dilakukan secara berurutan antar pemain, dan untuk me-
nentukan siapa yang lebih dulu harus memulai biasanya
penentuannya melalui hompimpa, jika pemain hanya dua
orang maka penentuannya melalui suit.
Permainan ini menggunakan beberapa biji buah
karet kering atau kerikil, biasanya biji berjumlah 5-10
buah, Cara memainkannya ialah seorang pemain lebih da-
hulu melakukan tampik kemudiaan memilih satu biji car
lalu melambungkannya keatas diikuti dengaan menabur-
kan biji car yang lain hingga terserak di lantai, selama satu
biji itu melambung pemain harus mengambil biji yang
terserak, pengambilan sesuai dengan tingkatan yang di
tentukan dalam peraturan. biasanya dimulai dari tingkatan
satu/bue satu, lalu bue dua dan setsrusnya. Jika salah atau
terjatuh maka ia dinyatakan gagal dan harus memberikan
kesempatan kepada pemain lainya.
PENGOBATAN TRADISIONAL
DI DESA KUALA SECAPAH
Oleh:Nursieh
D
esa Kuala Secapah itulah desaku, tempat aku
dilahirkan pada tahun 1999. Nuansa kota ke-
cil, atau lebih tepatnya nuansa pinggir kota
Mempawah. Desa, namun tidak seperti persepsi banyak
kebun, bahkan ladang yang menghijau. Melainkan polusi
namun tidak terlalu tercemar. Dan aku merasa beruntung
berada dan hidup di desaku itu karena perumahan pen-
duduknya tidak berbentuk perkumuhan. Kehidupan dan
perumahan di desaku sudah tertata rapi bahkan jalan-jalan
pun bersih. aku menyebutnya desa bukan kampung karena
warga dari kecil yang saya tahu warga bahkan pejabat desa
menyebut tempat tinggal saya itu dengan sebutan desa bu-
kan kampung sehingga sampai saat ini sangat lazim dise-
but desa dan seperti aneh jika disebut kampung. Tidak ka-
Membangun Indonesia Dari Desa | 125
lah pentingnya meskipun kehidupan di desaku penduduk
tidak melupakan sebagian khas tradisional. Misalnya ada-
lah bentuk pengobatan tradisional diantaranya yang perta-
ma Daun Sirih penyembuh sakit gigi. Penduduk desa Kua-
la Secapah khususnya suku Madura menggunakan daun
sirih untuk mengurangi rasa sakit bahkan menghilangkan
sakit gigi.
Daun sirih 1 lembar dihangatkan diatas api kecil
setelah terasa hangat kemudian daun sirih yang hangat itu
ditempelkan pada bagin pipi tempat gigi tersebut sakit .
Diamkan beberapa menit hingga rasa sakit berkurang.
Daun sirih juga berguna untuk mengobati keputihan pada
wanita. Ambillah 7 lembar atau secukupnya, lalu rebuslah
daun sirih tersebut ke dalam air kurang lebih sekitar 2,5
liter air mendidih. Gunakan air rebusan daun sirih tersebut
selagi hangat untuk membasuh atau membersihkan sekitar
kemaluan.
Bawang Merah obat demam. Kebiasaan penduduk
desa Kuala Secapah juga menggunakan bawang merah
untuk mengurangi demam panas pada anak maupun dewa-
sa bahkan orang tua. Bawang merah dikupas dan dibuang
kulitnya kemudian dilukai sedikit lalu dioleskan pada dahi
bahkan bisa seluruh bagian tubuh. Maka rasa panas pun
akan terasa berkurang karena aku juga pernah melakukan
hal demikian.
Ternyata untuk mendapatkan obat oralit untuk pen-
yakit diare tidaklah susah. Membuatnya dapat menggu-
nakan bahan-bahan didapur yaitu garam dengan campu-
ran gula kemudian dilarutkan dalam air yang hangat. Lalu
minum secara teratur dan tidak berlebihan. Selain dengan
larutan gula dan garam ada daun salam yang dapat digu-
nakan untuk obat diare yaitu ambil beberapa daun salam
Oleh: Yusriadi
A
da sebuah kisah pada zaman dahulu kala.
Ada seorang pemuda, Bamai namanya. Dia
hidup di langit bersama kedua orang tuanya.
Bamai tidak memiliki teman bermain yang sebaya.
Sebagai orang langit, Bamai bisa melihat ke bawah,
ke bumi. Di bumi dia melihat banyak orang berkumpul.
Dia pun ingin berkumpul bersama manusia di bumi.
Lalu, pada suatu hari dia memohon kepada orang
tuanya agar diizinkan turun ke bawah (dunia, bumi). “O,
Yah, aku mau bermain bersama mereka di bawah.”
Orang tua Bamai semula tidak mengizinkan. “Tak
boleh,” kata mereka.
Mereka tidak ingin Bamai bergaul dengan manusia,
karena dunia dan kehidupannya yang berbeda.Tetapi,
Bamai mendesak. Hari ini tak berhasil, besok dicoba
Membangun Indonesia Dari Desa | 137
lagi. Besok tak berhasil, lusanya dicoba lagi. Begitulah
seterusnya dia meminta kepada orang tuanya. “Oh,
Yah, Mak, mengapalah kalian melarang aku bermain-
main? Senang hatiku kalau bisa bermain dengan teman,
dibandingkan di sini, sendiri”.
“Tak kasihankah kalian dengan keadaanku?”
tambahnya.
Didesak terus, akhirnya dengan berat hati, orang tua
setuju.
“Kalau memang itu maumu, turunlah kamu kebumi.
Tapi, kamu hanya sebentar saja di bawah. Kalau sudah
puas bermain, kamu harus pulang. Kalau kamu tidak mau
pulang, nanti kamu akan kena sumpah,” pesan ayahnya.
“Iyalah, Yah. Kalau sudah selesai bermain-main,
aku pulang,” janji Bamai.
Dia tidak bertanya tentang bentuk sumpah, dan tidak
pula takut pada sumpah yang disebutkan ayahnya. Rasa
senang karena diizinkan turunkan ke bumi membuat dia
tidak memikirkan hal-hal lain di kemudian hari.
Bamai turun di sebuah kampung dan bermain
bersama sejumlah anak manusia. Teman-teman Bamai
itu di antaranya: Simpai Omas, Semumang, Buku’ Tobu,
Menteri Ulu Balang, dan Abang Ntomu, menerima
kehadiran Bamai. Walaupun, mereka tahu Bamai bukan
manusia seperti mereka, tetapi perlakuan mereka pada
pemuda itu sama seperti teman-teman yang lain. Tidak
ada bedanya.
Macam-macamlah permainan dan kegiatan mereka;
berburu, kemudian memanjat, setelah itu berenang, dan
lain-lain. Bamai mengikuti semuanya kegiatan itu. Puas
benar hatinya. Hingga dia tidak ingat pada orang tuanya
D
ahulu kala tinggallah seorang ibu hamil ber-
sama dua orang anaknya yang masih kecil.
Anak pertama berusia lima tahun dan anak
kedua berusia dua tahun. Begitu malang nasib ibu terse-
but, di saat mengandung anak ketiga ia harus menghidupi
anak-anaknya seorang diri , tanpa dampingan sang suami.
Pada kondisi yang sedang hamil tersebut ibu tentu masih
membutuhkan perhatian dan kasih sayang suami, akan
tetapi hal tersebut tidak dapat dirasakannya lagi sebab sua-
mi tercinta sudah tiada di dunia ini.
Suaminya tidak bisa bersama-sama menanti kelahi-
ran calon anak ketiga dan tidak bisa membesarkan buah
hati mereka bersama-sama. Akan tetapi inilah kehidupan
di dunia yang sementara, ia harus ikhlas dan tetap kuat
serta semangat dalam mengarungi kehidupan selanjutnya
demi masa depan anak-anaknya.
PERJALANAN
KE TAPAL BATAS
K
eesokan harinya, mentari bersinar cerah
menyambut kami. Setelah sarapan Bang
Ojie datang untuk mengantar kami. Aku
dan Khorijil bersiap-siap karena kami hari ini meminta di-
antar ke Melano, Malasyia, sedangkan yg lainnya ingin ke
kantor desa. Bang Ojie mengantar mereka terlebih dahulu,
sedangkan kami menunggu di rumah anak nekwan.
Sambil menunggu, kami berbincang dengan pak
long, mak long, pak ngah dan kak ning. Yang paling aku
ingat dari pembicaraan itu adalah kata-kata pak long saat
bercanda pada kami. Dimana kata kata itu juga aku temu-
kan pada pakaian yang dijual di Resort Camar Bulan de-
pan rumah terbalik. Kata kata itu adalah “ Suami yang
baik adalah yang memiliki 1 istri. 1 istri di Temajuk, 1
istri di Melano, dan satu istri di Paloh” kami pun tertawa
mendengar kelakarnya.
KEGIATAN KEAGAMAAN
DI SRI WANGI
Oleh : Saripaini
S
alat berjamaah di masjid Baitil Ilmi. Setelah
salat magrib ada sebuah aktivitas keagamaan
yang berlangsung di surau Baitil Ilmi yakni
proses belajar dan mengajar membaca kitab suci Alqu-
ran. Siapa saja boleh belajar dan siapa saja boleh menga-
jar asalkan tahu mengaji. Dimulai dari anak kecil, remaja
awal, ibu-ibu, hingga nenek-nenek sekali pun boleh bela-
jar tak ada modal lain yang harus dikeluarkan selain ke-
mauan dan rasa ingin tahu yang tinggi.
Pada saat pertama kali salat berjamaah di surau Bait-
il Ilmi terdapat dua shaf laki-laki dan 2 saf perem puan.
Begitu pula pada saat waktunya mangaji maka jumlah
orang yang datang ke surau menjadi sedikit lebih ramai
karena ada penambahan mereka hanya datang untuk be-
lajar mengaji. Salah satu yang menarik sepasang mataku
ialah seorang wanita muda yang datang dengan menggen-