Anda di halaman 1dari 31

ISLAM DAN IPTEK KELAUTAN – KEDIRGANTARAAN - PENGINDRAAN

JAUH - KHUSUS SDA DAN LINGKUNGAN HIDUP – BIOTEKNOLOGI –


KLONING, INDUSTRIALISASI SEBAGAI TANTANGAN UMAT, TEKNOLOGI
HISAB DAN RU’YAH, HIKMAH ISYRA’MI’RAJ DAN IPTEK

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan 6B)
Dosen Pengampu : Drs Ali Hamzah & Firdausi S.Si., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Denia Liza Halimi (11190170000071)
Andita Mayangsari (11190170000075)
Salsa Shofia Rahmi (11200170000071)
Muhammad Irfan Riswandi (11210170000011)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan
dan rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Serta shalawat dan
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah ini ditujukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Matematika dengan judul “Islam
Dan Iptek Kelautan – Kedirgantaraan - Pengindraan Jauh - Khusus Sda Dan Lingkungan
Hidup – Bioteknologi – Kloning, Industrialisasi Sebagai Tantangan Umat, Teknologi
Hisab Dan Ru’yah, Hikmah Isyra’mi’raj Dan Iptek ”
Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun berkat
masukan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat teratasi. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs Ali Hamzah & Firdausi S.Si.,
M.Pd, selaku dosen pengampu dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan, khususnya penulis sendiri dan umumnya pada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan baik pada teknis
penulisan dan materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu di harapkan
kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini.

Depok, 15 Maret 2022.

Penulis
ABSTRAK

Islam adalah agama yang berhubungan dengan banyak hal. Segala hal di dunia ini
sudah tertulis dalam kitab Al-Qur'an jauh sebelum dunia menjadi seperti saat ini. IPTEK
(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan salah satu hal yang saling mendukung
dalam Islam, bahkan peran Islam dalam perkembangan IPTEK adalah bahwa Syariah
Islam harus dijadikan standar pemanfaatan IPTEK. Beriringan dengan perkembangan
IPTEK, industrialisasi pun ikut berkembang sehingga tak jarang perkembangan tersebut
menjadi tantangan bagi kita sebagai umat muslim. Apa yang kita lakukan di dunia ini jelas
akan kita pertanggungjawabkan di akhirat kelak, maka hadirlah hari dimana kita akan
dihisab setelah kita wafat nanti. Hal ini pun jelas tertulis dalam Al-Qur'an. Nabi
Muhammad sebagai nabi bagi umat muslim pun meninggalkan sejarah yang saat ini
berhubungan dengan perkembangan IPTEK . Isra' Mi'raj adalah hal yang dilakukan
Rasulullah saw yang mendukung perkembangan IPTEK di dunia ini.

Kata kunci : IPTEK, syariah, isra' mi'raj, masalah umat, industrilisasi.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
IPTEK pada abad ini adalah ilmu yang sangat sering kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Bahkan perkembangan IPTEK mewujudkan perkembangan
industrialisasi. Perkembangan tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi kita sebagai
umat muslim. Tak jarang kita harus menahan hawa nafsu demi menjadi umat yang
taat. Kelak akan datang hari dimana semua amal perbuatan kita di dunia ini akan
ditimbang.
Namun, perkembangan IPTEK juga terpengaruh dari hal-hal yang dilakukan
nabi pada zaman dahulu. Isra' mi'raj adalah salah hatu hal yang mendukung
perkembangan IPTEK pada zaman ini.

B. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Apa Itu hubungan Islam dan IPTEK?
2. Apa Itu industrialisasi?
3. Apa Itu hisab dan ru'yah?
4. Apa Itu Isra' mi'raj?

C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui apa itu hubungan Islam dan IPTEK.
2. Mengetahui apa itu industrialisasi.
3. Mengetahui apa itu hisab dan ru'yah.
4. Mengetahui apa itu hikmah isra' mi'raj dan IPTEK.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam dan IPTEK Kelautan-Kedirgantaraan-Pengindraan Jauh-Khusus


Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup-Bioteknologi-Kloning
1. Islam dan Iptek kelautan
a. Potensi laut
Indonesia merupakan negara kelutan, dengan luas lautan lebih dari 70,8%,
sering disebut Benua Maritim, menyimpan kekayaan laut yang tidak terbatasi,
dan sampai saat ini masih banyak yang belum di manfaatkan dengan baik.
Allah juga telah memperingati umat manusia bahwa laut harus dipelajari,
bagaimana supaya tidak tenggelam, sebagai contoh nabu Nuh as. Diselamatkan
dengan kapal sebagai hasil dari IPTEK

b. Kelautan dan IPTEK


Dengan teknologi tinggi maka air laut sebenarnya merupakan sumber air
tawar yang sangat diperlukan untuk proses kehidupan manusia seperti yang
telah digunakan di Kuwait dan arab Saudi. Kelautan dengan segala kekayaan
yang ada di dalamnya termasuk migas seperti yang dilakukan oleh penambang
migas di bawah dasar laut. Semua ini sbenarnya telah ada di dalam Al-Qur’an.

c. Islam dan Iptek Kedirgantaraan


Dirgantara adalah ruang beserta isinya diatas permukaan bumi sampai tak
terhingga, yang terdiri dari ruang udara dan ruang antariksa. Ruang udara
adalah ruang di atas permukaan bumi sampai beberapa puluh kilo meter dan
diatasnya adalah ruang antariksa yang merupakan ruang yang berada di aras
ruang udara sampai tak terhingga. Sebagai salah satu contoh kemjuan iptek
kedirgantaraan tersebut adalah iptek satelit.

B. Islam dan pengindraan jauh (khusus untuk SDA dan lingkungan)


1. Pengindraan jauh
Adapun pengindraan jauh (Indraja) secara umum didefinisikan sebagai
suatu cara untuk memperoleh informasi suatu obyek tanpa kontak langsung dengan
obyek tersebut, dan secara khusus didefinisikan sebagai suatu cara untuk
mendeteksi radiasi gelombang elektromagnit baik yang di pantulkan, dipancarkan
dan atau dihamburkan oleh suatu obyek tanpa kontak langsung dengan obyek
tersebut.
Iptek pengindraan jauh dapat mendeteksi dan merekam SDA dan
lingkungan hidup secara sistematis dan mencakup daerah yang luas. Dalam
spektrum pengindraan, pada daerah inframerah termal dapat mengindra malam
maupun siang hari dan gelombang mikro yang dapat menembus awan akan mampu
memberikan data atau informasi tentang SDA dan lingkungsn hidup secara tepat,
lengkap, dan baru.
Ada beberapa satelit indraja yang sekarang ini masih atau sedang
beroperasi, baik satelit sumber alam maupun satelit lingkungan dan cuaca. Satelit
alam misalnya antara lain:
a. Satelit landsat
b. Satelit SPOT
c. Satelit ERS
d. Satelit MOS
e. Satelit JERS
f. Satelit NOAA
g. Satelit GMS

C. Islam dan lingkungan hidup


1. Lingkungan hidup
Al-Qur’an memberikan petunjuk, pada manusia, adan dan hawa, diciptakan setelah
makhluk lainnya tersedia lebih dulu, seperti bumi dengan laut, hutan, hewan
dengan manusia. Dari zaman ke zaman, manusia dan alam hidup saling
memerlukan. Namun, karena keperluan manusia yang tambah beragam bumi di
rusak tanpa ada upaya memperbakinya Kembali.
2. Kesatuan alam semesta
Matahari, bulan dan planet-planet di tata surya sangat erat kaitannya antara satu
dengan lainnya. Tanpa matahari dengan sinarnya kehidupan di bumi tidak aka
nada.
3. Manusia dan alam
Pada hakikatnya manusia dan alam itu satu, dan berada dalam hukum atau aturan
yang satu yakni hukum alam.
4. Batas alam semesta
Batas alam semesta dan tuhan ditandai dengan perubahan
5. Manusia dan tugas
Tujuan manusia hidup di bumi ada pada firman allah dalam surat adz-dzariyat ayat
56 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”

6. Manusia dan kemandirian


Sesudah adam (bapak manusia) dan hawa (ibu manusia) teruji di surga, maka
keduanya diperintahkan turun ke bumi sebagai khalifah (wakil) Allah.
7. Allah maha kaya
Allah maka kaya dan kuasa, bijak dan alim, bagi-Nya serba tidak terbatas
8. Allah pemelihara
Kesadaran lingkungan
a. Memperbaiki kerusakan
Terjadinya kerusakan lingkungan dapat disebabkan ada yang karena
alamiah ada pula yang karena ulah manusia. Oleh karena itu, apabila kita tidak
dapat memperbaiki kerusakan yang ada di bumi, janganlah merusak apa yang
sudah ada di bumi dengan kepentingan kita sendiri sebagai manusia.
b. Bumi telah tua renta
Keserakahan manusia mengeksploitasi kulit dan isi bumi secara semena-
mena telah menyebabkan bumi nyaris “bangkrut”, miskin dan kering tak
mempunyai apa-apa lagi.
c. Kekayaan bumi
Betapa banyaknya kekayaan bumi menyangkut keragamaan hidup
(biodiversitasi). Sedihnya, biodiversitasi yang demikian banyak, kini berangsur
lenyap.
D. Islam, Bioteknologi dan cloning
1. Islam dan bioteknologi
Ketika beberapa media massa mengangkat cloning sebagai tanda “kemajuan” ilmu
pengetahuan di bidang rekayasa genetic, berbagai respon kemudian bermunculan
antara pro dan kontra. Menurut KBBI yang dimaksud dengan bioteknologi adalah
teknologi yang menyangkut jasad hidup. Sedang biotek adalah manfaatkan system
biologi untuk menghasilkan barang dan jasa bagi kepentingan manusia. Aplikasi
teknologi serta industrial dari biologi molekuler inilah yang dikenal sebagai
bioteknologi modern, kegiatan ilmiah dari bioteknologi modern ini meliputi:
ekperimen, rekayasa genetic, eksperimen transgeni, analisis genetic, sintesis
protein dan lainnya.

2. Islam dan cloning


Cloning dan permasalahannya. Klon berasal dari kata ynani artinya tangkai. Klon
adalah suatu populasi sela tau organisme yang terbentuk dari pembelahan yang
berulang (aseksual) daru satu sela tau organisme. Cloning adalah proses reproduksi
makhluk yang sama genolipik. Cloning dalam pandangan islam terhadap manusia
adalah suatu proses “penciptaan” manusia melalui jalur aseksual.

E. Industrialisasi Sebagai Tantangan Umat

1. Industrialisasi
Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang
mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan di mana masyarakat
berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam
(spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah
bagian dari proses modernisasi di mana perubahan sosial dan perkembangan
ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.
Dalam Industrialisasi ada perubahan filosofi manusia di mana manusia
mengubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas
(tindakan didasarkan atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi
mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan atau tradisi). Menurut para peniliti ada
faktor yang menjadi acuan modernisasi industri dan pengembangan perusahaan.
Mulai dari lingkungan politik dan hukum yang menguntungkan untuk dunia
industri dan perdagangan, bisa juga dengan sumber daya alam yang beragam dan
melimpah, dan juga sumber daya manusia yang cenderung rendah biaya, memiliki
kemampuan dan bisa beradaptasi dengan pekerjaannya.

2. Masalah Sosial Ekonomi


Tjokroamidjoyo (1983:1), yakni sebagai suatu perubahan sosial budaya,
maka industrialisasi sebagai suatu aspek dalam pembangunan akan merubah
struktur dan fungsi sosial masyarakat. Dikatakan demikian, oleh sebab mereka
yang merupakan pendatang dan berfungsi sebagai karyawan pabrik tidak
diberikan fasilitas perumahan oleh perusahaan di mana mereka bekerja. Namun
karena pembangunannya tidak ditata dengan baik maka pada akhirnya
menyebabkan terjadinya lingkungan yang kumuh.
Skenarionya bermula dari adanya pembangunan pabrik-pabrik yang tidak
sedikit memerlukan lahan untuk pembangunan- nya. Untuk itu maka sebagian
besar usahawan membelinya dari masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dan karena tanah tersebut sangat diperlukan, maka tidak jarang mereka
membelinya dengan harga yang cukup tinggi. Situasi tersebut. Namun dalam
makalah ini penulis tidak memasukkan dampak krisis ekonomi yang terjadi saat
ini. Walaupun demikian, kiranya beberapa masalah tersebut dapat dianggap
sebagai masalah-masalah yang penting ditinjau dari kondisi sosial ekonomi

3. Pendekatan Umat Dalam Memecahkan Masalah

Secara internal adalah daya gerak yang berupa pendapatan-pendapatan baru


di lapangan teknik, perjuangan- perjuangan perseorangan untuk memperoleh
tanah dan kekuasaan, perumusan baru dari faham-faham orang-orang kritis yang
dianugerahi bakat-bakat istimewa, tekanan jumlah penduduk atas mata
pencaharian, dan barangkali perubahan-perubahan iklim. Perubahan secara
ekternal, untuk sebagian terdapat dalam lingkungan pergaulan itu sendiri dan
untuk sebagian lagi terletak dalam kekuatan ekspansi peradaban. David C
McClelland menyatakan bahwa impulse (dorongan) yang menyebabkan
terjadinya pertumbuhan ekonomi dan modernisasi adalah virus mental, yaitu
suatu cara berfikir tertentu yang lebih jarang dijumpai tetapi apabila terjadi pada
diri seseorang, cenderung untuk menyebabkan orang itu bertingkah laku secara
giat. Deskripsi dari Margono Slamet walaupun membicarakan kekuatan
pendorong, tetapi haruslah dipandang sebagai suatu stimulus yang mendorong
terjadi perubahan, oleh karena keempat faktor tersebut memang sebagai faktor
yang mendorong terjadinya perubahan.

4. Ubah Tantangan Menjadi Peluang


Mengacuhkan tantangan dan menjadi keras kepala tentu bukan solusi yang
bijak di situasi sekarang ini. Mengingat pelanggan bisa mengganti preferensi
mereka dengan mudah (bahkan jauh lebih mudah dibandingkan 1 dekade lalu).
Jika bukan Anda yang melakukannya, maka kompetitor lah yang akan
melakukan. Karena itu, penting bagi anda untuk jeli melihat tantangan yang ada
lalu mengubahnya menjadi peluang baru yang bisa menumbuhkan perusahaan
anda lebih jauh. Sasana digital memberikan solusi untuk Anda yang tengah
berjuang dalam membangun bisnis di era revolusi industri.

F. Teknologi Hisab dan Ru'yah


1. Pengertian Hisab dan Ru'yah
Hisab berasal dari bahasa Arab hisban, hisaaban atau hisaabatan yang
bermakna menghitung. Kata ini cukup populer dalam bahasa Arab dan memiliki
beragam bentuk dan makna. Jika diartikan menghitung, kata ini berakar dari fi’il
madihasaba yahsubu. Berbeda jika dari bentuk hasiba yahsabu, bentukan kata ini
diartikan sebagai menduga, menyangka atau mengira.

Secara etimologi hisab berasal dari kata hasiba-yahsabu- husbanan/hisaban


yang artinya perhitungan dan dalam bahasa Inggris berbentuk arithmatic. Secara
istilah ilmu hisab adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk
perhitungan atau lebih sederhana adalah ilmu hitung.

Lebih jelasnya, hisab berarti hitungan, perhitungan, arithmetic (ilmu hitung),


calculus (hitung), computation (perhitungan), calculation (perhitungan), estimation
(penilaian, perhitungan), appraisal (penaksiran). Semua makna tersebut terkait
dengan kegiatan menghitung seperti tersurat dalam al-Qur‟an surat Yunus ayat 5,
Al-Isra ayat 12 dan Ar-Rahman ayat 5. Oleh sebab itu, ilmu hisab bermakna ilmu
hitung atau arithmetic, yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang seluk
beluk pehitungan.

Selanjutnya dengan berfokus pada makna diatas, hisab sering disinonimkan


dengan kata falak, miqat, rasdu, haiah hingga astronomi. Adapun secara istilah,
kata hisab sendiri memiliki beragam definisi pula, diantaranya menurut Muhyidin
Khazin yang memaknai hisab atau falak sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari lintasan benda-benda langit khususnya Bumi, Bulan, dan Matahari
pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit
antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaanbumi.
Sementara itu, istilah hisab adalah perhitungan benda-benda langit untuk
mengetahui kedudukannya pada suatu saat yang diinginkan. Apabila hisab ini
dalam penggunaannya dikhususkan pada hisab waktu atau hisab awal bulan maka
yang dimaksudkan adalah menentukan kedudukan matahari atau bulan sehingga
diketahui kedudukan matahari dan bulan tersebut pada bola langit pada saat-saat
tertentu.

Adapun pokok bahasan dalam ilmu ini adalah menentukan waktu dan posisi
benda langit yang secara langsung ataupun tidak memiliki implikasi terhadap
pelaksanaan ibadah yang terikat dengan waktu. Hingga obyek kajian ilmu ini
adalah berkisar pada penentuan arah kiblat, awal waktu shalat, awal bulan (yakni
bulan-bulan hijriyah khususnya ramadhan, syawwal dan dzulhijjah) serta penentuan
gerhana matahari dan bulan.

Sedangkan perangkat keilmuan, pendekatan, tata cara dan metode yang


digunakan tentu saja tidak stagnan dan selalu berkembang dari masa ke masa sesuai
perkembangan keilmuan dan teknologi manusia. Maka wajar jika hisab yang kita
pahami dan praktekkan pada saat ini berbeda dengan karya ulama terdahulu dalam
kitab klasik, terlebih dengan masa awal kelahiran Islam di kurun abad ke-7 hingga
8 Masehi.
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud ilmu hisab dalam pembahasan ini
adalah ilmu hisab sebagai ilmu falak yang digunakan umat Islam dalam menjalani
kegiatan ibadah. Ia hanya memberikan hasil perhitungan terkait persoalan waktu
dan posisi saja, dan tidak dapat mengatakan secara rinci bahwa hilal (bulan) pada
posisi tertentu pasti atau mustahil dapat terlihat.

Rukyat menurut bahasa berasal dari kata ra’a, yara, ra’yan, wa ru’yatan yang
bermakna melihat, mengerti, menyangka, menduga dan mengira, to see, to behold
(melihat), perceive (merasa), notice, observe, (memperhatikan/melihat) dan discern
(melihat). Dalam khazanah fiqh, kata rukyah lazim disertai dengan kata hilal
sehingga menjadi rukyatul hilal yang berarti melihat hilal (bulan baru). Rukyatul
hilal ini berkaitan erat dengan masalah ibadah terutama ibadah puasa. Hal ini sesuai
dengan hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

ْ ‫ت ِ َه ِفإْنغَّ َمع َل ْ ي ْكمفَأ َ ْ كِمل‬


‫واال ِّ ِع َ دَةثَالَث‬ ْ َ ‫ت ِ هَوأ‬
ِ َ‫ف ِ ط ْروا ِل ْرؤي‬ ِ َ‫صو ْموا ِل ْرؤي‬
ْ
“Apabila kamu melihat hilal, maka berpuasalah dan bila kamu melihat hilal maka
berbukalah, jika berawan (tidak bisa melihatnya) maka sempurnakanlah hitungan
bulan Sya’ban menjaga tiga puluh (30).”

‫ث َي‬
ِ ‫نث َ ال‬ َّ ِ‫ي ِ بَع َل ْ ي ْك َمفأ َ ْ كِملوا‬
َ َ ‫عدَة َ ْشعبَا‬ َّ ‫ت ِ َه ِفإْنغ‬ ْ َ ‫ت ِ هَوأ‬
ِ َ‫ف ِ طروا ِل ْرؤي‬ ِ َ‫صوموا ِل ْرؤي‬
“Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berharirayalah karena
melihatnya, jika hilal hilang dari penglihatanmu maka sempurnakan bilangan
Sya’ban sampai tiga puluh hari. (HR. Bukhari No.1909).”

Rukyah menurut istilah adalah melihat hilal pada saat matahari terbenam
tannggal 29 bulan Qamariyyah. Kalau hilal berhasil dirukyah maka sejak matahari
terbenam tersebut sudah dihitung bulan baru, kalau tidak terlihat maka malam itu
dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang berjalan dengan digenapkan
(istikmal) menjadi 30hari.

Rukyah dimaksudkan untuk menentukan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan


Dzulhijjah. Dua bulan yang pertama berkaitan dengan ibadah puasa dan ketiga
bekaitan dengan ibadah haji. Keberhasilan rukyatul hilal sangat bergantung pada
kondisi ufuk disebelah barat tempat peninjau, posisi hilal dan kejelian mata.
Rukyah disini adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan
bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat
dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.
Namun, tidak selamanya hilal dapat terlihat. Jika selang waktu antara ijtimak
dengan terbenamnya matahari terlalu pendek, maka secara ilmiah/teori hilal
mustahil terlihat, karena iluminasi cahaya Bulan masih terlalu suram dibandingkan
dengan "cahaya langit" sekitarnya. Kriteria bahwa hilal dapat terlihat tanpa alat
bantu jika minimal jarak sudut (arc of light) antara bulan-matahari sebesar 7derajat.

2. Ruang Lingkup Hisab dan Ru'yah


Kajian hisab dan rukyah yang menjadi pembahasan dalam tulisan ini
sebagaimana dibeberapa literatur setidaknya ada 5 hal yang dikaji, yaitu:
a. Waktu shalat
b. Arah kiblat
c. Awal bulan kamariyah
d. Terjadinya gerhana, dan
e. Penanggalan (kalender).

5. Hisab Ru'yah dalam Lintasan Sejarah


Secara historis, rukyah lebih dulu ada dan berkembang dibandingkan dengan
hisab. Rukyah adalah satu-satunya cara dalam menentukan awal bulan Qamariyyah
sejak masa sebelum Islam. Merujuk pada penemu pertama ilmu hisab atau
astronomi (nabi Idris),12sebagaimana disebutkan dalam setiap mukadimah kitab-
kitab falak tampak bahwa wacana (persoalan) hisab rukyah sudah ada sejak zaman
itu atau bahkan lebih awal. Karena suatu temuan baru biasanya merupakan suatu
respon atau tanggapan dari suatu persoalan yang muncul dalam suatu masyarakat.
Sehingga kemunculan hisab rukyah dalam telusuran sejarah dapat diyakini muncul
sebelum temuan ilmu falak itu sendiri.

Sedangkan pengetahuan tentang nama-nama hari dalam seminggu sudah ada


sejak 5.000 tahun sebelum masehi yang masing-masing diberi nama dengan nama-
nama benda langit, Matahari untuk hari ahad, Bulan untuk hari senin, Mars untuk
hari selasa, Merkurius untuk hari rabu, Jupiter untuk hari kamis, Venus untuk hari
jum‟at, dan Saturnus untuk hari sabtu.14Kemudian pada abad 20 SMjuga telah
ditemukan alat untuk mengetahui gerak matahari dan benda-benda langit lainnya di
negri Tionghoa 15dan berlanjut pada asumsi Phytagoras 580-500 SM (bumi
berbentuk bola bulat), Heraklitus dari Pontus 388-315 SM (bumi berputar pada
sumbunya, Mercurius dan Venus mengelilingi matahari dan matahari mengelilingi
bumi),16kemudian Aristarchus dari Samos 310-230 SM (Pengukuran jarak bumi
dan matahari, dan menyatakan bumi beredar mengelilingi matahari), dan
Eratosthenes dari Mesir 276-196 SM (sudah dapat menghitung keliling
bumi).17Dari situ dapat disimpulkan bahwa sejak sebelum masehi ternyata sudah
tampak adanya persoalan hisab rukyah walaupun dalam kemasan yang berbeda.

Kemajuan peradaban suatu bangsa atau wilayah pada dasarnya memang


sangat dipengaruhi oleh kemajuan pengetahuan yang dicapai di zamannya. Begitu
pula dalam ranah kajian ilmu hisab atau falak yang pernah menjadi bagian dari
golden age kebudayaan dan peradaban Islam. Namun tidak bisa dipungkiri kalau
perkembangan keilmuan selalu bersifat melengkapi dan bahkan menjadi antithesis
dari penemuan dari manusia di zaman atau peradaban sebelumnya yang banyak
menggunakan petunjuk gerakan benda langit sebagai pedoman atau ramalan
kehidupan mereka. Meski demikian, bangsa ini sudah mampu mengetahui kapan
terjadinya gerhana dengan petunjuk rasi bintang. Dalam bentuk sederhana, mereka
pun sudah menciptakan tabel-tabel kalender khusus untuk pergantian musim,
waktu, bulan, gerhana dan pemetaan langit. Masyarakat Babilonia juga yang
merumuskan penetapan waktu dalam satu hari sebanyak 24 jam. Dimana satu jam
adalah 60 Menit dan satu menit adalah 60 detik, mereka menyebutnya dengan
sebutan hukum Sittiny yaitu hukum per-enam puluh. Karena mereka menganggap
bahwa keadaan bumi adalah bulat dan berbentuk lingkaran 360 derajat dan
pembagiannya habis dengan 60. Selain itu, mereka juga telah menetapkan
peredaran bulan mengelilingi bumi membutuhkan waktu 29. 530594hari.

Setelah Babilonia, terdapat bangsa Mesir Kuno yang mampu menangkap


fenomena alam berupa pasang surutnya sungai Nil yang ditandai dengan
munculnya bintang Sirius di sebelah selatan setiap tanggal 19 tamuz atau juli.
Selain itu terdapat pula bangsa Mesopotamia, Cina, India, Perancis serta Yunani
yang memunculkan teori dan warna baru dalam perkembangan astronomi manusia.

Dari fase ini, agaknya Yunani yang banyak berpengaruh dalam perkembangan
astronomi dan keilmuan falak (hisab) Arab. Saat Masa kejayaan Yunani berakhir,
pusat peradaban dan perkembangan ilmu dunia memang berpusat pada dunia Timur
yang notabene di bawah kekuasaan Islam. Masa ini tergolong cukup lama
dibanding peradaban lain yakni selama kurang lebih 14 abad. Fakta sejarah
menyatakan, masa Golden age dunia Islam memang berbanding terbalik dengan
dunia Barat yang berada dalam masa kegelapan (dalam keilmuan Filsafat biasa
dikatakan sebagai fase skolastik) dan berada di bawah kontrol gereja. Berfokus
pada perkembangan falak di dunia Islam, Donald Routledge sebagaimana dikutip
Anton Ramdan membaginya dalam 4 periode secara spesifik, yakni20:
• Periode 700 M – 825M
Yakni masa penerjemahan buku-buku astronomi dari India dan Yunani
seperti Zij al-Sindhind, Almagest karya Ptolemy dan penulisan buku
astronomi Zij ala Sinin al-Arab oleh Muhammad al-Fazari pada 790 M.

• Periode 825 M – 1025M


Yakni di masa pemerintahan Abbasiyyah dengan adanya Baitul Hikmah
yang menjadi wadah lahir dan berkembangnya pengetahuan dan peradaban
Islam. Dari masa ini muncullah nama al-Khawarizmi, al-Farghani,
Muhammad Ibnu Musa hingga matematikawan dan astronom Abu Wafa
Muhammad ibnu Muhammad al-Buzjani.

• Periode 1025 M – 1450M


Di masa ini Islam memiliki Ibnu al-Haitham yang mempelopori ilmu
astronomi 21berdasar penelitian dengan teleskop, al-Biruni dengan magnum
opusnya kitab al-Qanun al-Mas’udi, Ulugh Beg dan sebagainya.

• Periode 1450 M – 1900M


Masa ini adalah masa kemunduran keilmuan falak dan astronomi Islam
yang ironisnya bersamaan dengan menggeliatnya dunia keilmuan di
Barat pasca masa Renaisense. Di masa ini tidak banyak penemuan
astronomi yang berarti dan penting selain pendirian observatorium
astronomi di Istambul oleh Taqi al-Din bin Ma‟ruf.

Menariknya, dari pembagian fase periode ini, tidak banyak


ditemukan literatur dan referensi yang menjelaskan detail terkait
perkembangan keilmuan ini di kurun abad awal hijriah. Padahal fase ini
adalah masa kehidupan nabi Muhammad dan sahabat atau tabi‟in
yangotomatis adalah masa ayat-ayat al-Quran dan hadis masih
berproses turun dan berdialektika. Artinya, saat itu umat Islam
mengalami fase perpindahan yang cukup signifikan, dari keyakinan
nenek moyang menuju agama samawi terakhir, dari aktifitas sosial dan
keagamaan warisan turun temurun menuju pola interaksi yang
digariskan dalam al-Quran, khususnya taklif terkait ibadah tertentu
yang sangat terikat dengan waktu dan otomatis terkait dengan keilmuan
falak danhisab.

• Hisab Rukyah pada Masa Nabi Muhammad saw

Nabi Muhammad saw. diutus pada masyarakat Makkah pada saat itu
sudah berkembang menjadi sentral perdagangan dan transaksi keuangan
yang cukup ramai dengan pola kesukuan dan stratifikasi sosial yang
demikian kental. Hal tersebut membuat jalan dakwah nabi menjadi sulit,
yang puncaknya adalah pemboikotan terhadap nabi dan pengikutnya yang
mengakibatkan wafatnya orang-orang yang sangat dicintai dan diseganiya.
Maka tantangan dakwah semakin hebat menimpa nabi dan pengikutnya,
pada akhirnya menghantarkan nabi untuk berhijrah ke Madinah.

Kehadiran nabi di Madinah diterima dengan tangan terbuka oleh


saudaranya sesama muslim, tetapi tidak demikian dengan mereka yang
belum memeluk Islam. Mereka merasa terusik dengan kehadirannya itu.
Untuk terciptanya kebersamaan, saling menghormati dan rasa memiliki
Madinah maka nabi menggagas dibuatnya perjanjian yang dikenal dengan
“Piagam Madinah”.Madinah pada waktu itu dikenal sebagai daerah transit
perdagangan dari Syam dan sekitarnya menuju Makkah. Maka, penanggalan
sudah dikenal oleh penduduk Madinah jauh sebelum nabi datang. Ada dua
sistem penanggalan yang mereka kenal yaitu penanggalan Yahudi dan
sistem penanggalan Syamsiyah yang menekankan pada keajegan perubahan
musim tanpa memperhatikan perubahan harinya dan penanggalan warisan
nenek moyang dengan sistem penanggalan Qomariyah.

Berdasarkan catatan sejarah, shalat baru diwajibkan pada 16 bulan


sebelum nabi hijrah ke Madinah pada peristiwa Isra‟Mi‟raj.27Sedangkan
puasa Ramadhan sebagai ibadah wajib bagi umat Islam diwajibkan pada
tahun kedua Hijriah. Adapun aturan dan syariah lain yang terikat waktu
sebagaimana hukum ‘iddah juga baru diturunkan di periode Madinah. Ini
menegaskan bahwa ibadah dan kewajiban keagamaan yang menuntut
penguasaan dan kemahiran “membaca” langit baru-baru hadir sekitar di
paruh akhir masa kenabian.

Saat itu, bangsa Arabkhususnya umat Islam disatu sisi memang


terkenal dengan kelebihan kecerdasan dalam menghafal, namun di sisi lain
tergolong kurang dalam kecakapan membaca, menulis dan
berhitung.Ibnu Hajar menyatakan bahwa tidak bisa menulis dan berhitung
dalam teks hadis ini dimaknai sebagai secara umum, artinya masih terdapat
sahabat yang mengenal baca tulis meski jarang. Selanjutnya hisab disini
dimaknai pula sebagai hisab bintang-bintang dan peredarannya. Hingga
nabi mengaitkan hukum puasa dan lainnya dengan rukyah untuk
menghindarkan umat dari kesulitan dalam melakukan hisab peredaran
bintang-bintang tersebut.28Hal yang layak diamati dari teks ini adalah
bahwa nabi Muhammad sendiri sudah menyadari bahwa perhitungan akan
peredaran bintang dan benda angkasa lainnya adalah bukan hal yang
mustahil, meski secara pengetahuan umat Islam belum mencapai fase
tersebut.
Pada masa Rasulullah saw, proses melihat (rukyat) hilal sangat
sederhana, yaitu cukup dengan menanti matahari terbenam di hari ke 29
kemudian mencari bulan sabit, jika ada dua orang yang melihatnya, sudah
bisa dipastikan malam ini adalah tanggal satu (pergantian hari di kalender
hijriah terjadi ketika maghrib). jika hilal tidak terlihat, bilangan bulan akan
digenapkan menjadi 30 hari sehingga, esok hari masih tanggal 30 bulan
yang sama. Tanggal satuakan jatuh besok sore, cara ini sangat sederhana
dan sangat cocok dengan keadaan umat islam pada masa itu yang sebagian
besar buta huruf(ummiy).29 bulan Sya’ban. Kami tidak tahu, surat itu
Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.”

Dari sini, Khalifah „Umar akhirnya mengumpulkan sahabat dan


bermusyawarah tentang urgennya keberadaan kalender. Terdapat empat
usulan tentang awal waktu perhitungan kalender ini, yakni berdasar tahun
kelahiran nabi Muhammad saw, tahun diutusnya nabi sebagai Rasul, tahun
hijrahnya nabi Muhammad ke Madinah dan tahun wafat beliau. Dari
perdebatan dan diskusi panjang pada akhirnya „Umar menyetujui usul dan
argumentasi „Ali bin Abi Thalib agar berdasar tahun hijrahnya nabi
Muhammad.

Adapun terkait penentuan bulan pertama dalam kalender ini


diputuskan pada bulan Muharram, berdasar usul Utsman bin „Affan hal ini
didasarkan pada beberapa argument, yakni:
• Muharam merupakan bulan pertama dalam kalender
masyarakatArab dimasasilam.
• Pada bulan ini, kaum muslimin baru saja menyelesaikan ibadah yang
besar yaitu haji kebaitullah.
• Pertama kali munculnya tekad untuk hijrah adalah terjadi di bulan
Muharam. Karena pada bulan sebelumnya, Dzulhijah,
beberapamasyarakat Madinah melakukan Baiat Aqabah yang kedua.
Dari sini dapat dipahami bahwa di masa sahabat, perlahan keilmuan
hisab mulia tertata dengan baik yang aplikasi positifnya tidak hanya dalam
penentuan waktu ibadah, namun juga bermanfaat bagi kepentingan
ekonomi, politik, dan pranata sosial dalam skup lebih luas. Di masa ini,
umat Islam yang mampu membaca dan menulis juga lebih banyak. Hal ini
terindikasikan dari finalnya pembukuan al-Quran dan disalin dalam
beberapa mushaf. Serta mulai diidekannya kodifikasi hadis sebagai
antisipasi dari bermunculannya hadis- hadis palsu.

G. Hikmah Isra' Mi'raj dan IPTEK


1. Pengertian Hikmah
Hikmah seharusnya menjadi tujuan utama dalam menuntut ilmu, yaitu berada
pada hati yang menuntut ilmu. Kutipan ayat berikut menjelaskan bahwa hikmah
adalah sebuah anugerah yang diberikan dari Allah SWT kepada hambaNya. “Allah
memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
diberi hikmah maka sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada
yang dapat mengambil pelajaran melainkan orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah:
269)
Hikmah memiliki banyak pengertian. Prof. Abdullah Shahab dalam
ceramahnya yang mempunyai judul “Menggapai Hikmah” (sumber: youtube.com)
sebuah buku yang saya baca membuat kesimpulan sebagai berikut, bahwa hikmah
adalah upaya:
a. Mencari petunjuk arah di dalam kesesatan
b. Menangkap cahaya di dalam kegelapan
c. Menjadikan kesalahan sebagai ‘stepping stone’ menuju ketakwaan
d. Mencari penyelesaian dalam persoalan
e. Memilih jalan yang benar ketika jalan mulai berpencar
f. Melihat di balik fenomena menjangkau hakikat

2. Pengertian Isra' Mi'raj


Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW di waktu malam hari
dari Masjid Al-Haram (Mekkah) ke masjid Al-Aqsha (Palestina) yang telah
difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 1. Sedangkan
Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad SAW dari masjidil Aqsha ke langit sampai
ke sidratul muntaha terus sampai ke tempat yang paling tinggi untuk menghadap
Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Najm ayat 13-18 dan
diriwayatkan dalam banyak hadiits shahih.

Dahulu Nabi Muhammad SAW sangat sulit untuk berdakwah, dalam keadaan
penuh rintangan yang sangat berat dalam mengemban amanah risalah illahi. Lalu
allah memperjalankan Nabi sampai kepada langit ketujuh dan menemui Allah.
Inilah sampai saat ini peristiwa tersebut seringkali diperingati oleh sebagian besar
orang muslim sebagai peringatan Isra’ Mi’raj.

Pendapat para ulama mengenai Isra’ Mi’raj diantaranya ada pendapat Ibnu
Sa’ad dan yang lainnya dan dirajihkan (dikuatkan) oleh An-Nawawi dan Ibnu Hajar
mengenai perbedaan waktu Isra’ Mi’raj, Ibnu hajar berkata “Sesungguhnya Isra’
Mi’raj terjadi dalam waktu satu malam dengan jasad dan fisik rasulallah SAW
dalam keadaan beliau tersadar, terjadi setelah diangkat menjadi nabi” pendapat
inilah yang dipegangi mayoritas ulama ahli hadits, ahli fiqih dan ilmu kalam.
Masalah perbedaan ini ada beberapa pendapat yang berbeda di kalangan ulama.
Seperti dikatakan oleh Al-Qadhi Iyadh, bahwa para ulama berbeda pendapat
tentang Isra’ Mi’raj Rasulallah. Di antaranya:
a. Ada yang mengatakan Isra’ Mi’raj dilakukan dengan ruh saja.
b. Isra’ Mi’raj dilakukan dengan ruh dan jasad.
c. Isra’ Mi’raj dilakukan ruh dan jasad dan Mi’raj ruh saja.
d. Ada juga yang mengatakan bahwa semua itu hanya mimpi saja.
e. Ada yang mengatakan Isra’ Mi’raj berupa kasyaf (diperlihatkan dengan
membuka hijab)
f. Yang terakhir ada yang mengatakan Isra’ Mi’raj dilakukan dengan cara
penguraian molekul-molekul sebagaimana zat kimia.

3. Hikmah Isra' Mi'raj


Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi setelah Rasulallah SAW menimpa ujian yang
bertubu-tubi, hikmah dari peristiwa ini adalah untuk memperteguh semangat
Rasulallah SAW. Juga sebagai isyarat bahwa semua penderitaan yang Rasulallah
alami bukan karena Allah SWT meninggalkannya, akan tetapi sunatullah bagi
orang-orang yang dicintai-Nya. Kita sebagai umat Rasulallah harus percaya bahwa
Allah SWT bukan meninggalkan kita akan tetapi menguji keimanan, kesabaran
kita, Allah SWT ingin menaikkan derajat kita jika mampu melewatinya.

Ketika dibawakan kepada rasulallah SAW khamr dan susu, Rasul memilih
susu. Menunjukan bahwa memang islamau dinn atau agama yang sesuai fitrah.
Diwajibkan juga shalat fardhu pada malam Mi’raj merupakan bukti betapa penting
rukun islam sebagai tuntunan bagi umat muslim. Maka dari itu, shalat dikatakan
bisa menjauhi kita bahkan bisa membebaskan kita dari godaan, nafsu syahwat dan
cinta dunia. Itulah hikmah atau pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa Isra’
Mi’raj. Semoga dengan adanya peristiwa ini bisa menambah iman kita kepada
Allah SWT, kitab-Nya, nabi-nabi-Nya, para malaikat-Nya, hari akhir, serta qadha
dan qadharnya.

Inilah uraian singkat dari pada perjalanan isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Adapun hikmah terpenting dari peristiwa Isra’ Mi’raj ini adalah:
a. Hikmah pertama yaitu manusia tidak boleh berputus asa dari Rahmat Allah
SWT. Seberat apapun masalah yang dihadapinya, seterpuruk apapun
kehidupannya maka orang tidak boleh mati sebelum kematian itu benar-benar
datang, dan jiwa tak boleh runtuh sebelum ruh lepas dari jasadnya.
b. Himah kedua yaitu Peristiwa Isra’ Mi’raj menginagtkan kita kembali tentang
ibadah yaitu Shalat dalam islam, bahwa sebelum melakukan ibadah tersebut
harus suci hati dan fisiknya secara sempurna untuk mendapatkan rasa spiritual
yang harmonis dengan Allah SWT.
c. Hikmah ketiga yaitu semangat memenuhi majid untuk beribadah dan tidak
hanya shalat ibadah lainnya juga bisa kita lakukan seperti membaca al-qur’an
karna jauh daripada itu Isra’ Mi’raj mencoba untuk mengembalikan fungsi
masjid sebagaimana difungsikan oleh Rasulalllah pada masa awalnya.

4. Pengertian IPTEK
IPTEK adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi seiring dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih dan
mendukung terciptanya teknologi baru. Kemjuan teknologi telah mempengaruhi
kehidupan ini dan tidak bisa dihindari, karena IPTEK memberikan manfaat dan
memudahkan pekerjaan. Rasa ingin tahu manusia makin hari makin meningkat
tentang apapun yang ada di dunia, lalu seiring dengan kemajuan berfikir manusia
dewasa ini, ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat. Perkembangan ilmu
pengetahuan telah memasuki hampir seluruh bidang kehidupan masyarakat
modern. Di sisi lain, ilmu pengetahuan dan teknologi dan industri memang telah
membantu cara kerja manusia dan mempercepat informasi, akan tetapi IPTEK juga
mengancam keberlangsungan hidup manusia, dampak yang paling nyata adalah
umat manusia jatuh pada kemiskinan, kelaparan dan lain hal ditengah banyak orang
yang mendewa-dewakan kecaggihan IPTEK untuk menghapus penderitaan
manusia.

Di tengah maraknya kemajuan IPTEK serta dampak positif dan negatifnya,


islam hadir dengan tuntunan menurut ajaran Al-Quran dengan melakukan proses
berfikir dan berdzikir serta memanfaatkan anugerah Allah SWT yang dilimpahkan
kepada manusia. Karena itu, kita tidak mampu membendung laju ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terus mengalami kemajuan, kita hanya mampu mengendalian
nafsu kita mengikuti petunjuk Ilahi dan fitrah kemanusiaan. Karena pengetahuan
dan kapasitas otak manusia untuk menampung ilmu-ilmu Allah, serta semua
kemampuan manusia sangat terbatas.

Ilmu pengetahuan dalam perspektif Al-Quran cara memperolehnya dengan


cara mempergunakan akal untuk berfikir, mengkaji, mengamati, hati untuk beriman
dan berdzikir dan fisik sarana untuk menerapkan ilmu. Tujuan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam perspektif Al-Quran adalah untuk mencapai kesejahteraan,
keselamatan, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan untuk dapat digunakan
dalam menjalankan tugas manusia berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits . serta
terhindar dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak tepat guna
yang mengakibatkan kerusakan di berbagai aspek kehidupan.

5. Hikmah IPTEK
Pada akhirnya, sains mempersembahkan sikap yang ‘merendahkan diri’
kepada Sang Khaliq melalui rancangan megah-Nya alam semesta. Sains yang
mengantarkan kita kepada hikmah melalui produk dan prosesnya. Hikmah
seharusnya menjadi tujuan puncak atau tujuan utama dalam menuntut ilmu, yaitu
berada pada tingkatan hati. Mengutip dari Alfred North Whitehead, seorang
matematikawan sekaligus filsuf asal Inggris-AS, bahwa manusia akan jadi lebih
bijaksana jika ia berilmu pengetahuan. Tetapi berilmu pengetahuan saja tidak
cukup untuk menjadikan ia orang yang bijaksana. Albert Einstein menambahkan,
bahwa kebijaksanaan bukanlah hasil dari pembelajaran yang singkat, akan tetapi
didapat dengan upaya terus-menerus sepanjang hidup.

Sains dan alam semesta mengajarkan pokok-pokok hikmah dari berbagai


sudut pandang berikut ini:
1. Sains dan Pandangan Ajaib
Dari alam semesta kita belajar menghayati kecanggihan dan keluarbiasaan
rancangan Sang Pencipta. Kita contohkan dari yang sekecil atom hingga alam
semesta yang luas, dari ukuran-ukuran angka yang tak termaknai, semua itu
menjadi sarana untuk merenungi ciptaan-Nya.yang rapi dan teliti.

2. Figur-Figur di Balik Sains


Dari pengalaman dan pemikiran para ilmuwan, kita belajar pandangan mereka
tentang kebijaksanaan. Kita juga belajar bagaimana jejak-jejak kehidupan
mereka yang penuh inspirasi.

3. Sains dan Model Kehidupan


Alam semesta juga menyajikan model yang dapat kita teladani dalam
kehidupan. Nasihat-nasihat bijak alam semesta dapat disarikan dari
perumpamaan tentang alam, beragam aktivitas makhluk hidup, dan hukum-
hukum dalam sains.

4. Sains dari Hulu ke Hilir


Sebuah ilmu pengetahuan tidak dapat kita nikmati dengan sekejap, ia
memerlukan ilmu dari cabang-cabang lain yang berproses seiring waktu.
Seorang pencari ilmu tidak boleh berputus asa dalam belajar, karena setiap
orang dapat memiliki ‘saham pahala’ atas perkembangan ilmu pengetahuan.
Siapapun yang mempelajari sains dengan penuh keikhlasan akan memperoleh
manfaat dan pahalanya.

5. Sains dan Takdir


Kehidupan sebagaimana alam semesta, ia berjalan berdasarkan ukuran dan
takdir yang digariskan. Sains adalah pintu gerbang untuk mempelajari takdir
Allah. Dengan mengenali ketentuan-ketentuan yang berlaku pada alam semesta,
seseorang akan terbiasa menyikapi takdir-takdir dalam kehidupan. Harapannya,
seseorang yang memahami takdir akan akan selalu menemukan hikmah dari
segala hal yang menimpa dirinya.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Perkembangan IPTEK saat ini jelas mempengaruhi banyak hal, pada makalah
ini perkembangan IPTEK mempengaruhi Kelautan, Kedirgantaraan, Pengindraan
Jauh, Khusus Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bioteknologi, dan
Kloning. Bahkan perkembangan IPTEK mempengaruhi bidang industrialisasi pada
negri ini. Industrialisasi biasanya terjadi pada bagian awal pembangunan ekonomi.

Di negara yang kurang berkembang, sektor primer seperti pertanian dan


pertambangan berkontribusi signifikan terhadap output dan lapan kerja di dalam
perekonomian. Banyak orang yang memanfaatkan hal tersebut untuk mendapat
keuntungan pribadi atau hal negatif lainnya. Padahal semua amal dan perbuatan kita
di dunia ini jelas akan diminta pertanggungjawaban dan kelak akan dihisab pada hari
akhir. Banyak hal positif yang bisa kita lakukan untuk memperbanyak amal baik kita
pada hari hisab kelak, seperti berpuasa. Berpuasa akan membantu kita menahan hawa
nafsu, sehingga dapat membantu kita dalam berbuat kebaikan.

Namun, dibalik perkembangan IPTEK yang kita rasakan saat ini, ternyata ada
hal-hal yang mempengaruhinya. Isra' mi'raj yang dilakukan Rasulullah mendukung
perkembangan IPTEK. Hal tersebut membawa ilmu pengetahuan bagi kita umatnya
pada saat ini. Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari perjalanan Rasulullah
tersebut, yang tentunya membawa kebaikan untuk kita sebagai umatnya.

B. Saran
Kami selaku penyusun makalah menyadari bahwa masih banyak sekali
kekurangan dalam penulisan makalah. Kami melihat bahwa perkembangan IPTEK
dalam sejarah islam dari segi manapun sangatlah luas dan berkembang. Kami
menyarankan kepada pembaca agar mencari sumber bacaan lain dari makalah ini,
baik dari buku ataupun refrensi lainnya yang dapat ditemukan di internet. Agar
pembaca mampu memahami tema makalah yang kami angkat pada kesempatan kali
ini. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bryant, Coralie, 2000, Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang, Jakarta:


LP3ES.

Korten, David, 1999, Pembangunan Berdimensi Kerakyatan, Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

Taneko, Soleman, 1990, Struktur dan Proses Sosial, Jakarta: Rajawali Press.

Tjokroamidjojo, Bintoro, 1989, Teori Strategi Pembangunan Nasional, Jakarta: Gunung


Agung.

Afwan, B., Suryani, N., & Ardianto, D. T. (2020, May). Analisis Kebutuhan Pembelajaran
Sejarah Di Era Digital. In PROCEEDING.

ARIFIN, S., & Muslim, M. O. H. (2020). Tantangan Implementasi Kebijakan “Merdeka


Belajar, Kampus Merdeka” pada Perguruan Tinggi Islam Swasta di Indonesia. Jurnal
Pendidikan Islam Al-Ilmi, 3(1).

Effendi, H. Dkk. (2020). Buku Model Pembelajaran Sejarah Islam Berbasis Kebhinnekaan
(PSI-BK) Sebagai Daya Tangkal Radikalisme di Perguruan Tinggi. Pekalongan PT
Nasya Expanding Management. NEM. Pekalongan.

Dekker, I. N. (1975). Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Malang: Almamater.

Kusworo, Budi. The Implementation of Islam as Rahmah Li Al-'Alamin in Indonesia:


Contributions, Challenges and Opportunitie.AJIS : Academic Journal of Islamic
Studies vol. 2, no. 2, 2017 Postgraduate of STAIN Curup – Bengkulu | p-ISSN 2580-
3174, e-ISSN 2580-3190 Available online:
http://journal.staincurup.ac.id/index.php/AJIS.
Laksana, S. D. (2016). Integrasi Empat Pilar Pendidikan (UNESCO) Dan Tiga Pilar
Pendidikan Islam. AL-IDARAH: JURNAL KEPENDIDIKAN ISLAM, 6(1).

McCullagh, C. (2004). Logic of History, Perspektif Posmodernisme. Yogyakarta: Lilin


Persada Press.

Mu’amalah, K. (2020). Merdeka Belajar sebagai Metode Pendidikan Islam dan Pokok
Perubahan (Analisis Pemikiran KH Hamim Tohari Djazuli). Jurnal Tawadhu, 4(1),
977-994.

Mustaghfiroh, S. (2020). Konsep “Merdeka Belajar” Perspektif Aliran Progresivisme John


Dewey. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3(1), 141-147.

Sesfao, M. (2020, March). Perbandingan Pemikiran Pendidikan Paulo Freire Dengan


Ajaran Tamansiswa Dalam Implementasi Merdeka Belajar. In Seminar Nasional
Pendidikan (Vol. 1, No. 1).

Siregar, N., Sahirah, R., & Harahap, A. A. (2020). Konsep Kampus Merdeka Belajar di Era
Revolusi Industri 4.0. Fitrah: Journal of Islamic Education, 1(1), 141-157.

Sugiyono.(2016). MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatifKualitatifdanr&d.
edisi ke-24.Alfabeta, Bandung

Tohir, M. (2020). Merdeka Belajar: Kampus Merdeka.

Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta : Pustaka Jaya,
1981.

Depag, Himpunan Keputusan Menteri Agama tentang Penetapan Tanggal 1 Ramadan dan
1 Syawal tahun 1381 –1418 h / 1962-1997 M.

Diponingrat, K. Wardan, Hisab Hakiki, Jogyakarta: Toko Pandu, 1955.


Direktorat Jendral Bimas Islam dan Penyelengara Haji Direktorat Pembinaan Peradian
Agama, Selayang Pandang Hisab Rukyah, Jakarta: 2004.

Fatah, Rohadi Abdul, Almanak Hisab rukyat, Jakarta: Badan Hisab rukyat Depag RI, 2010.
Hambali, Slamet, Pengantar Ilmu Falak, Menyimak Proses Pembentukan Alam
Semesta, Yogyakarta : Bismillah Publisher. Cet. Ke I. 2012.

Hambali, Slamet, Almanak Sepanjang Masa, Semarang : Fakultas Syari‟ah IAIN


Walisongo, 1978.

Hamid, Abu Hamdan Abdul jalil bin Abdul, Fathu rauful manan, Kudus, Menara Kudus,
t.th.

Hollander, H. G Den, Beknopt Leerboekje der Cosmografie, terj. I Made Sugita, Jakarta,
J.B. Wolters Groningen, 1951.

Wardiwarsito, Kamus Jawa Kuno (Kawi) – Indonesia, Jakarta : Nusa Indah, 1978.
Ma‟shum, Badiatul Mitsal, Jombang : t.th.

Manshur, KH Mas, Sullamun Nayyirain, Jakarta: Al-Manshuriyah, 1988.

Mark R.Woodward, Jalan Baru Islam Memetakan Paradigma Mutakhir Islam Indonesia,
terj. Ihsan Ali Fauzi, Bandung: Mizan, cet. Ke-1, 1998.

Marsito, Enciclopedia Britanicca, London, Chicago, 1768. Maskufa, Ilmu Falaq, Jakarta :
Gaung Persada, 2009.

MUI Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalender Islam Sultan Agung adalah Kalender
Nasional, Yogyakarta : Offset, 1987.

Nur, Muhammad, Pedoman Perhitungan awal Bulan Kamariyah, Jakarta : depag RI, 1983.
Shidiqi, Naurrozaman, Fiqh Indonesia, Penggagas, dan Gagasannya, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1995.
Sudharta, Tjokorda rai, I Gusti Oka Hermawan, W. Winda Winaban, Kalender 301 Tahun,
Jakarta : Balai Pustaka,1984.

https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/1432

http://digilib.uinkhas.ac.id/1686/

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8
&ved=2ahUKEwj5yq-bs6_2AhVkgdgFHd
HBE8QFnoECB0QAQ&url=https%3A%2F%2Fojs.unsiq.ac.id%2Findex.php%2Fm
q%2Farticle%2Fdownload%2F899%2F473&usg=AOvVaw2HzmXZS5UF67pi6c8T
pAAY

http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/alt/article/view/428

http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub/article/view/2192

https://www.google.co.id/books/edition/Kejadian_Isra_Mi_raj/UWbdDwAAQBAJ?h
l=id&gbpv=1&dq=hikmah+isra+mi%27raj&pg=PA52&printsec=frontcover

https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/1432

http://digilib.uinkhas.ac.id/1686/

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8
&ved=2ahUKEwj5yq-bs6_2AhVkgdgFHd
HBE8QFnoECB0QAQ&url=https%3A%2F%2Fojs.unsiq.ac.id%2Findex.php%2Fm
q%2Farticle%2Fdownload%2F899%2F473&usg=AOvVaw2HzmXZS5UF67pi6c8T
pAAY

http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/alt/article/view/428

http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub/article/view/2192
https://www.google.co.id/books/edition/Kejadian_Isra_Mi_raj/UWbdDwAAQBAJ?hl=id
&gbpv=1&dq=hikmah+isra+mi%27raj&pg=PA52&printsec=frontcover

Anda mungkin juga menyukai