Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IPTEKNI DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPU:
Yulizar Bila, S.Pd.I, M.Ed

Disusun Oleh

Muhammad Alfajri Rahali (22027101)

JURUSAN SENI RUPA


PRODI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan IPTEK di zaman ini semakin terasa pesat dan diperlukan manusia.
Perkembangan IPTEK merupakan hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan IPTEK.
Manusia modern sudah sangat bergantung kepada produk-produk IPTEK. Sukar untuk
dibayangkan manusia modern hidup tanpa menggunakan produk-produk IPTEK. Keperluan
hidup harian manusia modern mulai dari makan, minum, tidur, tempat tinggal, tempat bekerja,
alat-alat transportasi, sampai alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan,kesehatan dan semua aspek
kehidupan manusia tidak terlepas dari produk IPTEK
Kita mengakui bahwa IPTEK memang telah mengambil peranan penting dalam pembangunan
tamadun atau peradaban material manusia. Penemuan-penemuan IPTEK telah memberikan
bermacam-macam kemudahan pada manusia. Dan Islam berperan penting dalam
perkembangan IPTEK, bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan IPTEK.
Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam
pemanfaatan IPTEK, bagaimana pun juga bentuknya. IPTEK yang boleh dimanfaatkan, adalah
yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan IPTEK yang tidak boleh dimanfaatkan,
adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Dengan IPTEK dalam Islam, kita perlu
mengembangkan potensi dan memanfaatkan sumber daya alam dengan tetap berpegang teguh
kepada al-Qur’an dan as-sunnah sebagai rasa syukur kita terhadap sumber daya alam yang
beranekaragam diciptakan untuk kita semua.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian IPTEK dan seni?


2. Bagaimana integrasi iman, ilmu, teknologi dan seni dalam Islam?
3. Apakah keutamaan orang yang berilmu?
4. Apakah tanggungjawab ilmuwan terhadap lingkungan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian IPTEK dan Seni.


2. Mengetahui pandangan Islam terhadap integrasi iman, ilmu, teknologi, dan seni.
3. Mengetahui peran utama orang yang berilmu.
4. Mengetahui tanggungjawab ilmuwan terhadap lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian IPTEK dan Seni


2.1.1 IPTEK

Definisi IPTEK sebagai singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah
sesuatu yang sangat berkaitan dengan teknologi. Dalam sudut pandang filsafat ilmu,
ilmu dengan pengetahuan sangat berbeda maknanya. Ilmu adalah pengetahuan yang
sudah diklasifikasikan, disistemasi dan di interpretasikan sehingga menghasilkan
kebenaran obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah, sedangkan
Pengetahuan adalah apa saja yang diketahui oleh manusia baik melalui panca indra,
instuisi, pengalaman maupun firasat. Jadi Ilmu pengetahuan adalah himpunan
pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar
serta diterima oleh akal. (Saifulloh,2009).

Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses
yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Teknologi dibuat atas dasar ilmu
pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Kata teknologi
sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses
penemuan saintifik yang baru ditemukan.

Dalam dunia ekonomi, teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang
dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang
diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi). Oleh karena itu,
kita dapat melihat perubahan teknologi pada saat pengetahuan teknik kita meningkat.

Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai
hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi
juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak
netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah
letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi. Teknologi dapat membawa
dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya
dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan
manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.

Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak
boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal
budinya berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam
pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) tingkat kebenarannya
bersifat mutlak, karena bersumber dari Allah. Ada pula ilmu yang bersifat perolehan
(aquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi, karena bersumber dari akal
pikiran manusia.

Islam, agama yang sesuai dengan fitrah semula jadi manusia,maka syariatnya bukan
saja mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian
membangun dan membina peradaban, bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar
selamat dan menyelamatkan baik di dunia terlebih lagi di akhirat kelak.

Ilmu sangat penting dalam kehidupan. Rasulullah pernah bersabda bahwa untuk hidup
bahagia di dunia ini manusia memerlukan ilmu dan untuk hidup bahagia di akhirat pun
manusia memerlukan ilmu. Untuk bahagia di dunia dan di akhirat, manusia juga
memerlukan ilmu. Jadi kita harus menuntut ilmu, baik ilmu untuk keselamatan dunia,
terlebih lagi ilmu yang membawa kebahagiaan di akhirat. Atas dasar itulah Islam
mewajibkan menuntui Ilmu. Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat.” (HR. Ibnu Abdul Barr)

Bahkan dalam Islam menuntut ilmu itu dilakukan tanpa batasan atau jangka waktu
tertentu, ilmu mesti dilakukan sejak dalam buaian hingga ke liang lahad. Ini diberitahu
oleh Rasulullah dengan sabdanya :
“Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga ke liang lahad”

Pesatnya perkembangan Sains dan Teknologi semakin terasa dari hari ke hari. Banyak
hasil dari perkembangan Sains dan Teknologi yang tadinya diluar angan-angan
manusia sudah menjadi keperluan harian manusia. Contohnya : penyampaian
informasi yang dahulu memerlukan waktu hingga berbulan-bulan, kini dengan adanya
telepon, handphone, internet dapat sampai ke tujuan hanya dalam beberapa detik saja,
bahkan pada masa yang (hampir) bersamaan. Melalui TV, satelit dan alat komunikasi
canggih lainnya, kejadian di satu tempat di permukaan bumi atau di angkasa dekat
permukaan bumi dapat diketahui oleh umat manusia di seluruh dunia dalam masa yang
bersamaan. Selain dalam bidang komunikasi, perkembangan dalam bidang lain pun
seperti material, alat-alat transportasi, alat-alat rumah tangga, bioteknologi,
kedokteran dan lain-lain begitu maju dengan pesat. Kita mengakui bahwa sains dan
teknologi memang telah mengambil peranan penting dalam pembangunan peradaban
material atau lahiriah manusia. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Imron 190-
191 :

Artinya: ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.
Dari ayat ini dapat kita lihat, bahwa melalui pengamatan, kajian dan pengembangan
sains dan teknologi, Allah menghendaki manusia dapat lebih merasakan kebesaran,
kehebatan dan keagungan Nya. Betapa hebatnya alam ciptaan Allah, yang kebesaran
dan keluasannya-pun manusia belum sepenuhnya mengetahui, maka sudah tentu Maha
hebat lagi Allah yang menciptakannya.

2.1.2 Seni

Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi
bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki
identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni
yang lepas dari nilai-nilai keTuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa
nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi
orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.

Seni adalah sebuah keindahan yang dapat mengungkap rasa sampai jauh kedalam jiwa
seseorang. Jadi, apabila pernah merasakan sebuah getaran keindahan yang begitu
dalam dan membuat kita tidak dapat lagi melupakannya maka artinya kita sudah dapat
menangkap arti kata seni dalam arti yang sebenarnya. Kata “seni” adalah sebuah kata
yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang
berbeda. Konon kata seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa
Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilmu di Eropa mengatakan
“ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah
kegiatan. Pandangan Islam tentang seni.Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan
keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya
ini. Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh
jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya.
Allah berfirman dalam surat Al-Qaaf ayat 6 :
Artinya: “Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun
retak-retak?” [QS 50: 6].

2.2 Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi, dan Seni

Dalam pandangan Islam ,antara agama,Ilmu pengetahuan ,teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yg disebut
dinul Islam.
Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak(iman ,ilmu,
dan amal shalih). Sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim
(14:24-25)
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg
baik(Dinul Islam) seperti sebatang pohon yg baik,akarnya kokoh(menghujam ke
bumi)dan cabangnya menjulang ke langit.pohon itu mengeluarkan buahnya setiap
musim dg seizin Tuhannya.Allah membuat perumpamaan –perumpamaan itu agar
manusia selalu ingat.

Ayat di atas menganalogikan bangunan Dienul Islam bagaikan sebatang pohon yang
baik, iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menopang tegaknya
ajaran Islam. Ilmu diidentikkan dengan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/
cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik
dengan teknologi dan seni.

Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan
memberikan jaminan kebaikan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi
lingkungannya. Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak
akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan
alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri. (M.
Saifulloh, 2009).

2.3 Keutamaan Orang yang Berilmu

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaan karena
dibekali dengan seperangkat potensi, dan potensi yang paling utama adalah akal,
dengan akal manusia mampu melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni. Bagi orang yang berakal dan senantiasa bernalar untuk mengembangkan
ilmunya, Allah menyebutnya dengan sebutan Ulil Albab (Qs. Ali imron:190)

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan Siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

Tentang keutamaan orang yang berilmu, di dalam Al-Qur’an surat Al Mujadalah:11,


Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.
Derajat yang diberikan Allah berupa kemuliaan pangkat, kedudukan, jabatan, harta dan
kelapangan hidup. Jika manusia ingin mendapatkan derajat yang tinggi dari Allah,
manusia harus berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas keimanan dan
keilmuannya dengan keikhlasan dan hanya untuk mencari ridha Allah semata.

Dan kelebihan mereka yang beriman lagi berilmu dibandingkan orang yang beriman
tapi tidak berilmu sangat nampak dalam hadits Abu Ad-Darda` di atas yaitu:
1. Dia akan dinaungi oleh para malaikat dengan sayap-sayap mereka.
2. Segala sesuatu akan memintaampunkan dosanya kepada Allah mulai makhluk yang
berada di bawah lautan sampai makhluk yang ada di atas langit (para malaikat).
3. Dia diibaratkan sebagai bulan yang menerangi alam semesta, sementara orang yang
hanya beriman tapi tidak berilmu hanya diibaratkan sebagai bintang yang hanya
menerangi dirinya sendiri.
4. Mereka adalah pewaris para nabi, dan cukuplah ini menunjukkan keutamaan mereka.
5. Dia bisa mengajarkan ilmunya kepada orang lain, yang dengannya pahala akan terus
mengalir kepadanya -sampai walaupun dia telah meninggal- selama ilmu yang
diajarkan masih diamalkan oleh orang-orang setelahnya.

Dan kelima perkara ini tidak akan didapatkan oleh orang yang hanya beriman tapi
tidak berilmu (ahli ibadah). Karenanya sangat wajar sekali kalau Allah tidak
menyamakan kedudukan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu karena
mereka adalah mujahid yang memperbaiki dirinya, memperbaiki orang lain, dan
melindungi agama Allah dari setiap perkara yang bisa merusaknya, berbeda halnya
dengan ahli ibadah yang kebaikannya hanya terbatas pada dirinya.
Bahkan dalam ayat lain Allah memberikan penghargaan secara khusus kepada orang-
orang berilmu dalam firmanNya surat Az Zumar: 9

Artinya : “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-


orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang berakallah yang dapat menerima
pelajaran”

Imam Az Zamakhsyari mengutip sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan


orang-orang berilmu dari orang-orang yang tidak berilmu.

“Jarak antara seorang alim (orang yang berilmu) dan seorang abid (tukang ibadah yang
tidak berilmu) adalah seratus derajat/tingkat. Jarak diantara dua tingkat itu adalah
perjalanan kuda selama 70 tahun” (HR Abu Ya’la dan Ibnu Adi).

“Keutamaan seorang alim atas seorang abid bagaikan keutamaan bulan purnama atas
seluruh bintang-bintang” (HR Ashabu as-Sunan)

“Pada hari kiamat nanti ada tiga golongan yang akan memberi syafa’at, para nabi, lalu
para ulama, lalu para syuhada” (HR Ibnu Majah, Abu Ya’la, Ibnu Adi, al Aqili dan al
Baihaqi).

Kata Az Zamakhsyari, agungnya martabat orang-orang berilmu berdasarkan kesaksian


Rasulullah adalah berada diantara para nabi dan para syuhada. Kini jelaslah bahwa
ilmu menjadi sebab naiknya derajat seseorang, bukan nilai rapor, gelar-gelar
akademis, ijazah atau sertifikat.

Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain.
Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat.
Maka dari itu, kita harus menguasai IPTEK, dan memanfaatkan perkembangan IPTEK
untuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada
Allah SWT. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan
kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila (1) mendekatkan
pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya, (2) dapat membantu umat
merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik), (3) dapat memberikan pedoman bagi
sesama, (4) dapat menyelesaikan persoalan umat.

2.4 Tanggungjawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan

Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai ‘abdun’ (hamba Allah) dan
sebagai khalifah Allah dibumi. Esensi “abdun’ adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah sedangkan esensi khalifah adalah
tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan
sosial maupun lingkungan alam. Keengganan manusia menghambakan diri kepada
Allah swt sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang
diberikan oleh Sang Pencipta berupa potensi yang sempurna yang tidak diberikan
kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal dan keikhlasan manusia
menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah kehambaan kepada sesama
manusia termasuk kepada dirinya.

Allah berfirman dalam surat QS. Asy-Syams ayat 8


Artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.”

Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah memberikan petunjuk berupa agama


sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan
ketaqwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah, serta
berfungsi sebagai khalifah/wakil Allah dimuka bumi agar manusia mampu
mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan
tempat tinggalnya. Sehingga manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi,
menggali sumber daya alam serta dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya,
akan tetapi manusia juga harus dapat menyadari terlebih dahulu bahwa potensi
sumber daya alam akan habis terkuras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh
karena itu, manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar
terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.

Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan


dan teknologi yang memadai. Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak
disebabkan karena ulah tangan manusia sendiri (QS. Ar rum:41). Mereka banyak
menghianati perjanjian kepada Allah. Mereka tidak menjaga amanat sebagai
khalifah yang bertugas unuk menjaga dan melestarikan alam ini.
Dengan memiliki ilmu pengetahuan kita pasti bisa tidak akan mengeksploitasi
alam ini secara berlebihan paling hanya kebutuhan primernya bukan untuk
memenuhi kepuasan hawa nafsu saja. Untuk itu dalam melaksanakan tanggung
jawabnya, manusia diberikan keistimewaan berupa kebebasan untuk memilih dan
berkreasi sekaligus untuk menghadapkannya dengan tuntutan kodratnya sebagai
makhluk psikofisik. Namun ia akan sadar akan keterbatasannya yang menurut
ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah swt baik dalam konteks ketaatan
terhadap perintah beribadah secara langsung maupun dalam kontes ketaatan
terhadap sunnatullah “hukum alam” perpaduan antara ibadah dan khalifah akan
mewujudkan manusia yang ideal yakni manusia yang selamat di dunia dan di
akhirat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
pancaindra, intuisi dan firasat yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan
diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan
dapat diuji ulang secara ilmiah.

Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah
pekerjaan manusia. Pada mulanya, teknologi tercipta berdasarkan niat dan tujuan dari si
pencipta teknologi tersebut.Bila sebuah teknologi dapat diciptakan dengan tujuan yang
baik, maka tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Sehingga
teknologi tersebut dapat bermanfaat bagi para penggunanya. Dalam penggunaan berbagai
macam teknologi yang ada, harus mampu dalam menganalisis dampak positif dan dampak
negatif yang ditimbulkan dari teknologi tersebut. Pengembangan IPTEK yang lepas dari
keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat
bagi umat manusia dan alam lingkungannya.

Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya serta
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi
bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik
dengan kebenaran. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena
ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi.

Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut
Dienul Islam yang mengandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan
kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan.

Bagi orang-orang yang berilmu, Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman dan berilmu. Derajat yang diberikan Allah berupa kemuliaan pangkat,
kedudukan, jabatan, harta dan kelapangan hidup. Jika manusia ingin mendapatkan derajat
yang tinggi dari Allah, manusia harus berupaya semaksimal mungkin meningkatkan
kualitas keimanan dan keilmuannya dengan keikhlasan dan hanya untuk mencari ridha
Allah semata.

Fungsi utama manusia yaitu, abdun: ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran
dan keadilan, dan khalifah: tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya,
baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Allah memberikan petunjuk berupa
agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan
ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Manusia
mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan
keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.

3.2 Saran

• Dalam penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, lebih baik untuk mampu memilah
nilai positif dan negatif yang diberikan dari teknologi tersebut.
• Dalam penggunaan teknologi, mampu mengendalikan diri sehingga tidak menimbulkan
kerusakan bagi lingkungan sekitar, atau dengan kata lain, lingkungan di mana populasi-
populasi berada.
• Sebagai manusia yang memiliki dasar keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan
mampu memanfaatkan teknologi sesuai dengan koridor-koridor Islam, sehingga tidak
menjadi suatu yang mudharat.
• Dalam suatu penciptaan sebuah teknologi, lebih baik tidak ada sesuatu yang
disembunyikan dalam segala sesuatu tentang teknologi tersebut. Baik dari segi proses
penciptaannya, tujuan penciptaannya, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.docstoc.com/docs/25951740/IPTEKSENI-DALAM-ISLAM
http://hamamsite.blogspot.com/2009/10/iptek-dan-seni-menurut-pandangan-islam.html
http://irfanwineers.wordpress.com/2011/11/23/integrasi-imanilmuteknologi-dan-seni/
www.wikipedia.org
http://www.si.its.ac.id/kurikulum/materi/iptek/manusialingkungan.html
www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/91

Anda mungkin juga menyukai