(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan 6B)
Dosen Pengampu : Drs Ali Hamzah & Firdausi S.Si., M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Denia Liza Halimi (11190170000071)
Andita Mayangsari (11190170000075)
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan
dan rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Serta shalawat dan
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah ini ditujukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Matematika dengan judul “Islam
Dan Iptek Kelautan – Kedirgantaraan - Pengindraan Jauh - Khusus Sda Dan Lingkungan
Hidup – Bioteknologi – Kloning, Industrialisasi Sebagai Tantangan Umat, Teknologi
Hisab Dan Ru’yah, Hikmah Isyra’mi’raj Dan Iptek ”
Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun berkat
masukan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat teratasi. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs Ali Hamzah & Firdausi S.Si.,
M.Pd, selaku dosen pengampu dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan, khususnya penulis sendiri dan umumnya pada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan baik pada teknis
penulisan dan materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu di harapkan
kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
ABSTRAK
Islam And Marine Science & Technology – Airport - Remote Sensing - Specially
Sda And Environment – Biotechnology – Cloneing, Industrialization As A Challenge To
The People, Hisab And Ru'yah Technology, obviously this developments in science and
technology influence many methods of 'Raj' And Its science and technology. Marine,
Aerospace, Remote Sensing, Especially Natural Resources and Environment,
Biotechnology, and Cloning. Even the development of science and technology affects
industrialization in this country. Industrialization usually occurs in the early part of
economic development. In less developed countries, primary sectors such as agriculture
and mining contribute significantly to output and employment in the economy. Many
people take advantage of this for personal gain or other negative things. Even though all
our deeds and deeds in this world will clearly be held accountable and will be judged on
the Day of Judgment. There are many positive things we can do to increase our good deeds
on the day of reckoning, such as being grateful. Fasting will help us to restrain our
desires, so that it can help us in goodness. But behind the development of science and
technology that we feel today, it turns out that there are things that affect it. Isra'' mi''raj
done by the Prophet supported the development of science and technology. It brings
science to us people at this time. There are many lessons that we can take from the
Prophet, which of course brings wisdom to us as his people.
Kata kunci : Islam marine, aerospace, remote sensing, Islam and the environment,
biotechnology, cloning, industrialization, reckoning technology, rukyah technology,
science and technology, wisdom
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPTEK pada abad ini adalah ilmu yang sangat sering kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Bahkan perkembangan IPTEK mewujudkan perkembangan industrialisasi.
Perkembangan tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi kita sebagai umat muslim. Tak
jarang kita harus menahan hawa nafsu demi menjadi umat yang taat. Kelak akan datang
hari dimana semua amal perbuatan kita di dunia ini akan ditimbang.
Namun, perkembangan IPTEK juga terpengaruh dari hal-hal yang dilakukan nabi
pada zaman dahulu. Isra' mi'raj adalah salah hatu hal yang mendukung perkembangan
IPTEK pada zaman ini.
B. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Apa Itu hubungan Islam dan IPTEK?
2. Apa Itu industrialisasi?
3. Apa Itu hisab dan ru'yah?
4. Apa Itu Isra' mi'raj?
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui apa itu hubungan Islam dan IPTEK.
2. Mengetahui apa itu industrialisasi.
3. Mengetahui apa itu hisab dan ru'yah.
4. Mengetahui apa itu hikmah isra' mi'raj dan IPTEK.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Potensi laut
Indonesia merupakan negara kelutan, dengan luas lautan lebih dari 70,8%,
sering disebut Benua Maritim, menyimpan kekayaan laut yang tidak terbatasi, dan
sampai saat ini masih banyak yang belum di manfaatkan dengan baik. Allah juga
telah memperingati umat manusia bahwa laut harus dipelajari, bagaimana supaya
tidak tenggelam, sebagai contoh nabu Nuh as. Diselamatkan dengan kapal sebagai
hasil dari IPTEK
1. Industrialisasi
Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah
sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga
bisa diartikan sebagai suatu keadaan di mana masyarakat berfokus pada ekonomi yang
meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang
semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi di mana perubahan
sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.
Dalam Industrialisasi ada perubahan filosofi manusia di mana manusia mengubah
pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas (tindakan didasarkan
atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada moral, emosi,
kebiasaan atau tradisi). Menurut para peniliti ada faktor yang menjadi acuan modernisasi
industri dan pengembangan perusahaan. Mulai dari lingkungan politik dan hukum yang
menguntungkan untuk dunia industri dan perdagangan, bisa juga dengan sumber daya alam
yang beragam dan melimpah, dan juga sumber daya manusia yang cenderung rendah
biaya, memiliki kemampuan dan bisa beradaptasi dengan pekerjaannya.
Lebih jelasnya, hisab berarti hitungan, perhitungan, arithmetic (ilmu hitung), calculus
(hitung), computation (perhitungan), calculation (perhitungan), estimation (penilaian,
perhitungan), appraisal (penaksiran). Semua makna tersebut terkait dengan kegiatan
menghitung seperti tersurat dalam al-Qur‟an surat Yunus ayat 5, Al-Isra ayat 12 dan Ar-
Rahman ayat 5. Oleh sebab itu, ilmu hisab bermakna ilmu hitung atau arithmetic, yaitu
suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk pehitungan.
Selanjutnya dengan berfokus pada makna diatas, hisab sering disinonimkan dengan
kata falak, miqat, rasdu, haiah hingga astronomi. Adapun secara istilah, kata hisab sendiri
memiliki beragam definisi pula, diantaranya menurut Muhyidin Khazin yang memaknai
hisab atau falak sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit
khususnya Bumi, Bulan, dan Matahari pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk
diketahui posisi benda langit antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu
di permukaanbumi.
Sementara itu, istilah hisab adalah perhitungan benda-benda langit untuk mengetahui
kedudukannya pada suatu saat yang diinginkan. Apabila hisab ini dalam penggunaannya
dikhususkan pada hisab waktu atau hisab awal bulan maka yang dimaksudkan adalah
menentukan kedudukan matahari atau bulan sehingga diketahui kedudukan matahari dan
bulan tersebut pada bola langit pada saat-saat tertentu.
Adapun pokok bahasan dalam ilmu ini adalah menentukan waktu dan posisi benda
langit yang secara langsung ataupun tidak memiliki implikasi terhadap pelaksanaan ibadah
yang terikat dengan waktu. Hingga obyek kajian ilmu ini adalah berkisar pada penentuan
arah kiblat, awal waktu shalat, awal bulan (yakni bulan-bulan hijriyah khususnya
ramadhan, syawwal dan dzulhijjah) serta penentuan gerhana matahari dan bulan.
Sedangkan perangkat keilmuan, pendekatan, tata cara dan metode yang digunakan
tentu saja tidak stagnan dan selalu berkembang dari masa ke masa sesuai perkembangan
keilmuan dan teknologi manusia. Maka wajar jika hisab yang kita pahami dan praktekkan
pada saat ini berbeda dengan karya ulama terdahulu dalam kitab klasik, terlebih dengan
masa awal kelahiran Islam di kurun abad ke-7 hingga 8 Masehi.
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud ilmu hisab dalam pembahasan ini adalah
ilmu hisab sebagai ilmu falak yang digunakan umat Islam dalam menjalani kegiatan
ibadah. Ia hanya memberikan hasil perhitungan terkait persoalan waktu dan posisi saja, dan
tidak dapat mengatakan secara rinci bahwa hilal (bulan) pada posisi tertentu pasti atau
mustahil dapat terlihat.
Rukyat menurut bahasa berasal dari kata ra’a, yara, ra’yan, wa ru’yatan yang
bermakna melihat, mengerti, menyangka, menduga dan mengira, to see, to behold
(melihat), perceive (merasa), notice, observe, (memperhatikan/melihat) dan discern
(melihat). Dalam khazanah fiqh, kata rukyah lazim disertai dengan kata hilal sehingga
menjadi rukyatul hilal yang berarti melihat hilal (bulan baru). Rukyatul hilal ini berkaitan
erat dengan masalah ibadah terutama ibadah puasa. Hal ini sesuai dengan hadits nabi yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim:
ْ ُصْ ُو ْموالُِرْ ؤيَتِهَوَأفِْطُرْ والُِرْ ؤيَتِهَفِْإنُ َّغ َمع ْلَيُ ْكمفََْأ ِكمل
ُواال َِّعدَةثَالَث
“Apabila kamu melihat hilal, maka berpuasalah dan bila kamu melihat hilal maka
berbukalah, jika berawan (tidak bisa melihatnya) maka sempurnakanlah hitungan bulan
Sya’ban menjaga tiga puluh (30).”
ُص ُوموالُِرْ ؤيَتِهَوَأفِْطُروالُِرْ ؤيَتِهَفِْإنُغيَِّبَع ْلَيُ ْك َمفَْأ ِكملُواِ َّع َدةَ ْشعبَاَنثَالثَِي
“Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berharirayalah karena melihatnya, jika
hilal hilang dari penglihatanmu maka sempurnakan bilangan Sya’ban sampai tiga puluh
hari. (HR. Bukhari No.1909).”
Rukyah menurut istilah adalah melihat hilal pada saat matahari terbenam tannggal 29
bulan Qamariyyah. Kalau hilal berhasil dirukyah maka sejak matahari terbenam tersebut
sudah dihitung bulan baru, kalau tidak terlihat maka malam itu dan keesokan harinya
masih merupakan bulan yang berjalan dengan digenapkan (istikmal) menjadi 30hari.
Sedangkan pengetahuan tentang nama-nama hari dalam seminggu sudah ada sejak
5.000 tahun sebelum masehi yang masing-masing diberi nama dengan nama-nama benda
langit, Matahari untuk hari ahad, Bulan untuk hari senin, Mars untuk hari selasa,
Merkurius untuk hari rabu, Jupiter untuk hari kamis, Venus untuk hari jum‟at, dan
Saturnus untuk hari sabtu.14Kemudian pada abad 20 SMjuga telah ditemukan alat untuk
mengetahui gerak matahari dan benda-benda langit lainnya di negri Tionghoa 15dan
berlanjut pada asumsi Phytagoras 580-500 SM (bumi berbentuk bola bulat), Heraklitus dari
Pontus 388-315 SM (bumi berputar pada sumbunya, Mercurius dan Venus mengelilingi
matahari dan matahari mengelilingi bumi),16kemudian Aristarchus dari Samos 310-230
SM (Pengukuran jarak bumi dan matahari, dan menyatakan bumi beredar mengelilingi
matahari), dan Eratosthenes dari Mesir 276-196 SM (sudah dapat menghitung keliling
bumi).17Dari situ dapat disimpulkan bahwa sejak sebelum masehi ternyata sudah tampak
adanya persoalan hisab rukyah walaupun dalam kemasan yang berbeda.
Kemajuan peradaban suatu bangsa atau wilayah pada dasarnya memang sangat
dipengaruhi oleh kemajuan pengetahuan yang dicapai di zamannya. Begitu pula dalam
ranah kajian ilmu hisab atau falak yang pernah menjadi bagian dari golden age kebudayaan
dan peradaban Islam. Namun tidak bisa dipungkiri kalau perkembangan keilmuan selalu
bersifat melengkapi dan bahkan menjadi antithesis dari penemuan dari manusia di zaman
atau peradaban sebelumnya yang banyak menggunakan petunjuk gerakan benda langit
sebagai pedoman atau ramalan kehidupan mereka. Meski demikian, bangsa ini sudah
mampu mengetahui kapan terjadinya gerhana dengan petunjuk rasi bintang. Dalam bentuk
sederhana, mereka pun sudah menciptakan tabel-tabel kalender khusus untuk pergantian
musim, waktu, bulan, gerhana dan pemetaan langit. Masyarakat Babilonia juga yang
merumuskan penetapan waktu dalam satu hari sebanyak 24 jam. Dimana satu jam adalah
60 Menit dan satu menit adalah 60 detik, mereka menyebutnya dengan sebutan hukum
Sittiny yaitu hukum per-enam puluh. Karena mereka menganggap bahwa keadaan bumi
adalah bulat dan berbentuk lingkaran 360 derajat dan pembagiannya habis dengan 60.
Selain itu, mereka juga telah menetapkan peredaran bulan mengelilingi bumi
membutuhkan waktu 29. 530594hari.
Setelah Babilonia, terdapat bangsa Mesir Kuno yang mampu menangkap fenomena
alam berupa pasang surutnya sungai Nil yang ditandai dengan munculnya bintang Sirius di
sebelah selatan setiap tanggal 19 tamuz atau juli. Selain itu terdapat pula bangsa
Mesopotamia, Cina, India, Perancis serta Yunani yang memunculkan teori dan warna baru
dalam perkembangan astronomi manusia.
Dari fase ini, agaknya Yunani yang banyak berpengaruh dalam perkembangan
astronomi dan keilmuan falak (hisab) Arab. Saat Masa kejayaan Yunani berakhir, pusat
peradaban dan perkembangan ilmu dunia memang berpusat pada dunia Timur yang
notabene di bawah kekuasaan Islam. Masa ini tergolong cukup lama dibanding peradaban
lain yakni selama kurang lebih 14 abad. Fakta sejarah menyatakan, masa Golden age dunia
Islam memang berbanding terbalik dengan dunia Barat yang berada dalam masa kegelapan
(dalam keilmuan Filsafat biasa dikatakan sebagai fase skolastik) dan berada di bawah
kontrol gereja. Berfokus pada perkembangan falak di dunia Islam, Donald Routledge
sebagaimana dikutip Anton Ramdan membaginya dalam 4 periode secara spesifik,
yakni20:
Periode 700 M – 825M
Yakni masa penerjemahan buku-buku astronomi dari India dan Yunani seperti Zij al-
Sindhind, Almagest karya Ptolemy dan penulisan buku astronomi Zij ala Sinin al-Arab
oleh Muhammad al-Fazari pada 790 M.
Menariknya, dari pembagian fase periode ini, tidak banyak ditemukan literatur
dan referensi yang menjelaskan detail terkait perkembangan keilmuan ini di kurun
abad awal hijriah. Padahal fase ini adalah masa kehidupan nabi Muhammad dan
sahabat atau tabi‟in yangotomatis adalah masa ayat-ayat al-Quran dan hadis masih
berproses turun dan berdialektika. Artinya, saat itu umat Islam mengalami fase
perpindahan yang cukup signifikan, dari keyakinan nenek moyang menuju agama
samawi terakhir, dari aktifitas sosial dan keagamaan warisan turun temurun menuju pola
interaksi yang digariskan dalam al-Quran, khususnya taklif terkait ibadah tertentu
yang sangat terikat dengan waktu dan otomatis terkait dengan keilmuan falak danhisab.
Nabi Muhammad saw. diutus pada masyarakat Makkah pada saat itu sudah
berkembang menjadi sentral perdagangan dan transaksi keuangan yang cukup ramai
dengan pola kesukuan dan stratifikasi sosial yang demikian kental. Hal tersebut membuat
jalan dakwah nabi menjadi sulit, yang puncaknya adalah pemboikotan terhadap nabi dan
pengikutnya yang mengakibatkan wafatnya orang-orang yang sangat dicintai dan
diseganiya. Maka tantangan dakwah semakin hebat menimpa nabi dan pengikutnya, pada
akhirnya menghantarkan nabi untuk berhijrah ke Madinah.
Berdasarkan catatan sejarah, shalat baru diwajibkan pada 16 bulan sebelum nabi
hijrah ke Madinah pada peristiwa Isra‟Mi‟raj.27Sedangkan puasa Ramadhan sebagai
ibadah wajib bagi umat Islam diwajibkan pada tahun kedua Hijriah. Adapun aturan dan
syariah lain yang terikat waktu sebagaimana hukum ‘iddah juga baru diturunkan di periode
Madinah. Ini menegaskan bahwa ibadah dan kewajiban keagamaan yang menuntut
penguasaan dan kemahiran “membaca” langit baru-baru hadir sekitar di paruh akhir masa
kenabian.
Saat itu, bangsa Arabkhususnya umat Islam disatu sisi memang terkenal dengan
kelebihan kecerdasan dalam menghafal, namun di sisi lain tergolong kurang dalam
kecakapan membaca, menulis dan berhitung.Ibnu Hajar menyatakan bahwa tidak
bisa menulis dan berhitung dalam teks hadis ini dimaknai sebagai secara umum, artinya
masih terdapat sahabat yang mengenal baca tulis meski jarang. Selanjutnya hisab disini
dimaknai pula sebagai hisab bintang-bintang dan peredarannya. Hingga nabi mengaitkan
hukum puasa dan lainnya dengan rukyah untuk menghindarkan umat dari kesulitan dalam
melakukan hisab peredaran bintang-bintang tersebut.28Hal yang layak diamati dari teks ini
adalah bahwa nabi Muhammad sendiri sudah menyadari bahwa perhitungan akan
peredaran bintang dan benda angkasa lainnya adalah bukan hal yang mustahil, meski
secara pengetahuan umat Islam belum mencapai fase tersebut.
Pada masa Rasulullah saw, proses melihat (rukyat) hilal sangat sederhana, yaitu
cukup dengan menanti matahari terbenam di hari ke 29 kemudian mencari bulan sabit, jika
ada dua orang yang melihatnya, sudah bisa dipastikan malam ini adalah tanggal satu
(pergantian hari di kalender hijriah terjadi ketika maghrib). jika hilal tidak terlihat,
bilangan bulan akan digenapkan menjadi 30 hari sehingga, esok hari masih tanggal 30
bulan yang sama. Tanggal satuakan jatuh besok sore, cara ini sangat sederhana dan sangat
cocok dengan keadaan umat islam pada masa itu yang sebagian besar buta
huruf(ummiy).29 bulan Sya’ban. Kami tidak tahu, surat itu Sya’ban tahun ini ataukah
tahun kemarin.”
Adapun terkait penentuan bulan pertama dalam kalender ini diputuskan pada bulan
Muharram, berdasar usul Utsman bin „Affan hal ini didasarkan pada beberapa argument,
yakni:
Muharam merupakan bulan pertama dalam kalender masyarakatArab dimasasilam.
Pada bulan ini, kaum muslimin baru saja menyelesaikan ibadah yang besar yaitu haji
kebaitullah.
Pertama kali munculnya tekad untuk hijrah adalah terjadi di bulan Muharam. Karena pada
bulan sebelumnya, Dzulhijah, beberapamasyarakat Madinah melakukan Baiat Aqabah
yang kedua.
Dari sini dapat dipahami bahwa di masa sahabat, perlahan keilmuan hisab mulia tertata
dengan baik yang aplikasi positifnya tidak hanya dalam penentuan waktu ibadah, namun
juga bermanfaat bagi kepentingan ekonomi, politik, dan pranata sosial dalam skup lebih
luas. Di masa ini, umat Islam yang mampu membaca dan menulis juga lebih banyak. Hal
ini terindikasikan dari finalnya pembukuan al-Quran dan disalin dalam beberapa mushaf.
Serta mulai diidekannya kodifikasi hadis sebagai antisipasi dari bermunculannya hadis-
hadis palsu.
Dahulu Nabi Muhammad SAW sangat sulit untuk berdakwah, dalam keadaan penuh
rintangan yang sangat berat dalam mengemban amanah risalah illahi. Lalu allah
memperjalankan Nabi sampai kepada langit ketujuh dan menemui Allah. Inilah sampai
saat ini peristiwa tersebut seringkali diperingati oleh sebagian besar orang muslim sebagai
peringatan Isra’ Mi’raj.
Pendapat para ulama mengenai Isra’ Mi’raj diantaranya ada pendapat Ibnu Sa’ad dan
yang lainnya dan dirajihkan (dikuatkan) oleh An-Nawawi dan Ibnu Hajar mengenai
perbedaan waktu Isra’ Mi’raj, Ibnu hajar berkata “Sesungguhnya Isra’ Mi’raj terjadi dalam
waktu satu malam dengan jasad dan fisik rasulallah SAW dalam keadaan beliau tersadar,
terjadi setelah diangkat menjadi nabi” pendapat inilah yang dipegangi mayoritas ulama ahli
hadits, ahli fiqih dan ilmu kalam. Masalah perbedaan ini ada beberapa pendapat yang
berbeda di kalangan ulama. Seperti dikatakan oleh Al-Qadhi Iyadh, bahwa para ulama
berbeda pendapat tentang Isra’ Mi’raj Rasulallah. Di antaranya:
a. Ada yang mengatakan Isra’ Mi’raj dilakukan dengan ruh saja.
b. Isra’ Mi’raj dilakukan dengan ruh dan jasad.
c. Isra’ Mi’raj dilakukan ruh dan jasad dan Mi’raj ruh saja.
d. Ada juga yang mengatakan bahwa semua itu hanya mimpi saja.
e. Ada yang mengatakan Isra’ Mi’raj berupa kasyaf (diperlihatkan dengan membuka hijab)
f. Yang terakhir ada yang mengatakan Isra’ Mi’raj dilakukan dengan cara penguraian
molekul-molekul sebagaimana zat kimia.
Ketika dibawakan kepada rasulallah SAW khamr dan susu, Rasul memilih susu.
Menunjukan bahwa memang islamau dinn atau agama yang sesuai fitrah. Diwajibkan juga
shalat fardhu pada malam Mi’raj merupakan bukti betapa penting rukun islam sebagai
tuntunan bagi umat muslim. Maka dari itu, shalat dikatakan bisa menjauhi kita bahkan bisa
membebaskan kita dari godaan, nafsu syahwat dan cinta dunia. Itulah hikmah atau
pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa Isra’ Mi’raj. Semoga dengan adanya peristiwa
ini bisa menambah iman kita kepada Allah SWT, kitab-Nya, nabi-nabi-Nya, para malaikat-
Nya, hari akhir, serta qadha dan qadharnya.
Inilah uraian singkat dari pada perjalanan isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Adapun hikmah terpenting dari peristiwa Isra’ Mi’raj ini adalah:
a. Hikmah pertama yaitu manusia tidak boleh berputus asa dari Rahmat Allah SWT. Seberat
apapun masalah yang dihadapinya, seterpuruk apapun kehidupannya maka orang tidak
boleh mati sebelum kematian itu benar-benar datang, dan jiwa tak boleh runtuh sebelum
ruh lepas dari jasadnya.
b. Himah kedua yaitu Peristiwa Isra’ Mi’raj menginagtkan kita kembali tentang ibadah yaitu
Shalat dalam islam, bahwa sebelum melakukan ibadah tersebut harus suci hati dan fisiknya
secara sempurna untuk mendapatkan rasa spiritual yang harmonis dengan Allah SWT.
c. Hikmah ketiga yaitu semangat memenuhi majid untuk beribadah dan tidak hanya shalat
ibadah lainnya juga bisa kita lakukan seperti membaca al-qur’an karna jauh daripada itu
Isra’ Mi’raj mencoba untuk mengembalikan fungsi masjid sebagaimana difungsikan oleh
Rasulalllah pada masa awalnya.
4. Pengertian IPTEK
IPTEK adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi seiring dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih dan mendukung
terciptanya teknologi baru. Kemjuan teknologi telah mempengaruhi kehidupan ini dan
tidak bisa dihindari, karena IPTEK memberikan manfaat dan memudahkan pekerjaan. Rasa
ingin tahu manusia makin hari makin meningkat tentang apapun yang ada di dunia, lalu
seiring dengan kemajuan berfikir manusia dewasa ini, ilmu pengetahuan berkembang
sangat cepat. Perkembangan ilmu pengetahuan telah memasuki hampir seluruh bidang
kehidupan masyarakat modern. Di sisi lain, ilmu pengetahuan dan teknologi dan industri
memang telah membantu cara kerja manusia dan mempercepat informasi, akan tetapi
IPTEK juga mengancam keberlangsungan hidup manusia, dampak yang paling nyata
adalah umat manusia jatuh pada kemiskinan, kelaparan dan lain hal ditengah banyak orang
yang mendewa-dewakan kecaggihan IPTEK untuk menghapus penderitaan manusia.
Di tengah maraknya kemajuan IPTEK serta dampak positif dan negatifnya, islam
hadir dengan tuntunan menurut ajaran Al-Quran dengan melakukan proses berfikir dan
berdzikir serta memanfaatkan anugerah Allah SWT yang dilimpahkan kepada manusia.
Karena itu, kita tidak mampu membendung laju ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terus mengalami kemajuan, kita hanya mampu mengendalian nafsu kita mengikuti
petunjuk Ilahi dan fitrah kemanusiaan. Karena pengetahuan dan kapasitas otak manusia
untuk menampung ilmu-ilmu Allah, serta semua kemampuan manusia sangat terbatas.
5. Hikmah IPTEK
Pada akhirnya, sains mempersembahkan sikap yang ‘merendahkan diri’ kepada Sang
Khaliq melalui rancangan megah-Nya alam semesta. Sains yang mengantarkan kita kepada
hikmah melalui produk dan prosesnya. Hikmah seharusnya menjadi tujuan puncak atau
tujuan utama dalam menuntut ilmu, yaitu berada pada tingkatan hati. Mengutip dari Alfred
North Whitehead, seorang matematikawan sekaligus filsuf asal Inggris-AS, bahwa
manusia akan jadi lebih bijaksana jika ia berilmu pengetahuan. Tetapi berilmu pengetahuan
saja tidak cukup untuk menjadikan ia orang yang bijaksana. Albert Einstein menambahkan,
bahwa kebijaksanaan bukanlah hasil dari pembelajaran yang singkat, akan tetapi didapat
dengan upaya terus-menerus sepanjang hidup.
Sains dan alam semesta mengajarkan pokok-pokok hikmah dari berbagai sudut
pandang berikut ini:
1. Sains dan Pandangan Ajaib
Dari alam semesta kita belajar menghayati kecanggihan dan keluarbiasaan rancangan Sang
Pencipta. Kita contohkan dari yang sekecil atom hingga alam semesta yang luas, dari
ukuran-ukuran angka yang tak termaknai, semua itu menjadi sarana untuk merenungi
ciptaan-Nya.yang rapi dan teliti.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Perkembangan IPTEK saat ini jelas mempengaruhi banyak hal, pada makalah ini
perkembangan IPTEK mempengaruhi Kelautan, Kedirgantaraan, Pengindraan Jauh,
Khusus Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bioteknologi, dan Kloning. Bahkan
perkembangan IPTEK mempengaruhi bidang industrialisasi pada negri ini. Industrialisasi
biasanya terjadi pada bagian awal pembangunan ekonomi.
Namun, dibalik perkembangan IPTEK yang kita rasakan saat ini, ternyata ada hal-
hal yang mempengaruhinya. Isra' mi'raj yang dilakukan Rasulullah mendukung
perkembangan IPTEK. Hal tersebut membawa ilmu pengetahuan bagi kita umatnya pada
saat ini. Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari perjalanan Rasulullah tersebut, yang
tentunya membawa kebaikan untuk kita sebagai umatnya.
B. Saran
Kami selaku penyusun makalah menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan
dalam penulisan makalah. Kami melihat bahwa perkembangan IPTEK dalam sejarah islam
dari segi manapun sangatlah luas dan berkembang. Kami menyarankan kepada pembaca
agar mencari sumber bacaan lain dari makalah ini, baik dari buku ataupun refrensi lainnya
yang dapat ditemukan di internet. Agar pembaca mampu memahami tema makalah yang
kami angkat pada kesempatan kali ini. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Taneko, Soleman, 1990, Struktur dan Proses Sosial, Jakarta: Rajawali Press.
Afwan, B., Suryani, N., & Ardianto, D. T. (2020, May). Analisis Kebutuhan Pembelajaran
Sejarah Di Era Digital. In PROCEEDING.
Effendi, H. Dkk. (2020). Buku Model Pembelajaran Sejarah Islam Berbasis Kebhinnekaan
(PSI-BK) Sebagai Daya Tangkal Radikalisme di Perguruan Tinggi. Pekalongan PT
Nasya Expanding Management. NEM. Pekalongan.
Mu’amalah, K. (2020). Merdeka Belajar sebagai Metode Pendidikan Islam dan Pokok
Perubahan (Analisis Pemikiran KH Hamim Tohari Djazuli). Jurnal Tawadhu, 4(1),
977-994.
Siregar, N., Sahirah, R., & Harahap, A. A. (2020). Konsep Kampus Merdeka Belajar di Era
Revolusi Industri 4.0. Fitrah: Journal of Islamic Education, 1(1), 141-157.
Sugiyono.(2016). MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatifKualitatifdanr&d.
edisi ke-24.Alfabeta, Bandung
Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta : Pustaka Jaya,
1981.
Depag, Himpunan Keputusan Menteri Agama tentang Penetapan Tanggal 1 Ramadan dan
1 Syawal tahun 1381 –1418 h / 1962-1997 M.
Fatah, Rohadi Abdul, Almanak Hisab rukyat, Jakarta: Badan Hisab rukyat Depag RI, 2010.
Hambali, Slamet, Pengantar Ilmu Falak, Menyimak Proses Pembentukan Alam
Semesta, Yogyakarta : Bismillah Publisher. Cet. Ke I. 2012.
Hamid, Abu Hamdan Abdul jalil bin Abdul, Fathu rauful manan, Kudus, Menara Kudus,
t.th.
Hollander, H. G Den, Beknopt Leerboekje der Cosmografie, terj. I Made Sugita, Jakarta,
J.B. Wolters Groningen, 1951.
Wardiwarsito, Kamus Jawa Kuno (Kawi) – Indonesia, Jakarta : Nusa Indah, 1978.
Ma‟shum, Badiatul Mitsal, Jombang : t.th.
Mark R.Woodward, Jalan Baru Islam Memetakan Paradigma Mutakhir Islam Indonesia,
terj. Ihsan Ali Fauzi, Bandung: Mizan, cet. Ke-1, 1998.
Marsito, Enciclopedia Britanicca, London, Chicago, 1768. Maskufa, Ilmu Falaq, Jakarta :
Gaung Persada, 2009.
MUI Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalender Islam Sultan Agung adalah Kalender
Nasional, Yogyakarta : Offset, 1987.
Nur, Muhammad, Pedoman Perhitungan awal Bulan Kamariyah, Jakarta : depag RI, 1983.
Shidiqi, Naurrozaman, Fiqh Indonesia, Penggagas, dan Gagasannya, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1995.
Sudharta, Tjokorda rai, I Gusti Oka Hermawan, W. Winda Winaban, Kalender 301 Tahun,
Jakarta : Balai Pustaka,1984.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/1432
http://digilib.uinkhas.ac.id/1686/
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj5yq-
bs6_2AhVkgdgFHd HBE8QFnoECB0QAQ&url=https%3A%2F%2Fojs.unsiq.ac.id
%2Findex.php%2Fmq%2Farticle%2Fdownload
%2F899%2F473&usg=AOvVaw2HzmXZS5UF67pi6c8TpAAY
http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/alt/article/view/428
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub/article/view/2192
https://www.google.co.id/books/edition/Kejadian_Isra_Mi_raj/UWbdDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=hikmah+isra+mi%27raj&pg=PA52&printsec=frontcover
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/1432
http://digilib.uinkhas.ac.id/1686/
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj5yq-
bs6_2AhVkgdgFHd HBE8QFnoECB0QAQ&url=https%3A%2F%2Fojs.unsiq.ac.id
%2Findex.php%2Fmq%2Farticle%2Fdownload
%2F899%2F473&usg=AOvVaw2HzmXZS5UF67pi6c8TpAAY
http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/alt/article/view/428
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub/article/view/2192
https://www.google.co.id/books/edition/Kejadian_Isra_Mi_raj/UWbdDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=hikmah+isra+mi%27raj&pg=PA52&printsec=frontcover