Anda di halaman 1dari 23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Model Pengembangan
Berdasarkan kajian teori, metode penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah metode penelitian Research and Development (R&D). Metode
penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah
metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tertentu.1 Produk yang dihasilkan dari pengembangan ini
berupa soal-soal matematika dengan indikator kemampuan literasi matematika
yang memuat komponen PISA berbasis konteks ke-Islaman. Model penelitian
pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pengembangan Robert Maribe Branch, yaitu ADDIE (Analysis, Design,
Development, Implementation, Evaluation).2

B. Prosedur Pengembangan
Prosedur merupakan tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti sebelum
melakukan penelitian pengembangan.3 Prosedur pengembangan pada penelitian
ini meliputi subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data pada setiap tahapan. Pada prosedur penelitian dan
pengembangan terdapat beberapa tahapan yang harus dikerjakan dalam suatu
penelitian berdasarkan teori dari beberapa ahli. Model pengembangan yang
digunakan berdasarkan teori R&D Robert Maribe Branch menggunakan 5
tahapan, yaitu ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation). Berdasarkan model pengembangan yang digunakan, berikut
adalah penjabaran dari kelima tahapan pengembangan tersebut.

1
Risa Nur Sa’adah dan Wahyu, Metode Penelitian R&D (Research and Development),
(Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi, 2020), h.12
2
Ibid., h.61
3
Yudi Hari R, dan Sugianti, Penelitian Pengembangan Model ADDIE dan r2D2: Teori dan
Praktek, (Pasuruan: Lembaga Academic & Research Institute, 2020), Cet. Ke-1, h.33
1. Tahap Analisis (Analysis)
Tahap analisis merupakan tahap dimana peneliti mengumpulkan data
dengan mencari informasi terkait suatu masalah sehingga dapat ditemukan
produk apa yang perlu dikembangkan. Pada tahap ini dilakukan analisis
perlunya pengembangan instrumen tes, yaitu meliputi analisis kurikulum, buku
pelajaran, sumber materi belajar yang digunakan di sekolah, dan analisis
mengenai penggunaan indikator literasi matematis dalam proses pembelajaran.
Teknik pengumpulan data pada tahap ini adalah wawancara dan penyebaran
angket kepada guru matematika kelas VIII MTs/SMPI.
Wawancara adalah pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan
secara lisan, dan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara itu telah
dipersiapkan secara tuntas, dilengkapi dengan instrumennya. 4 Dalam penelitian
ini, wawancara digunakan untuk analisis kurikulum, dan analisis materi serta
sumber buku yang digunakan siswa pada proses pembelajaran di kelas VIII
MTs/SMPI. Adapun Instrumen yang digunakan pada proses wawancara adalah
pedoman wawancara dengan indikator seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara
No. Indikator
1. Kurikulum dan buku sumber yang digunakan saat
pembelajaran
2. Materi yang telah dipelajari di kelas VIII semester II
3. Kesulitan peserta didik dalam pembelajaran matematika
4. Penggunaan soal yang memuat indikator kemampuan literasi
matematis pada pembelajaran matematika
5. Materi yang berkaitan dengan Islam di kelas VIII
6. Pendapat guru terhadap pengembangan instrumen
kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman

Kemudian selain wawancara, pada tahap ini juga menggunakan


penyebaran angket. Angket adalah pengumpulan data berbentuk pengajuan
pertanyaan atau pernyataan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan atau
pernyataan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.5 Pada tahap ini, angket yang

4
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2015), h.29
5
Ibid, h.30
digunakan adalah angket yang berisikan pernyataan terkait indikator
kemampuan literasi matematis untuk analisis pengunaan indikator kemampuan
literasi matematis dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas VIII
MTs/SMPI. Adapun instrumen yang digunakan pada proses penyebaran angket
adalah lembar angket atau kuesioner yang berisikan pernyataan terkait indikator
kemampuan literasi matematis (KLM) dengan kisi-kisi angket seperti pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Angket
Indikator
No. Kegiatan/Kemampuan Siswa
KLM
1. Memilih model yang tepat
2. Mengidentifikasi aspek-aspek matematika dari suatu masalah
3. Menentukan struktur matematika denga memahami masalah
4. Menyerdehanakan situasi agar mudah digunakan dalam analisis
5. Mengidentifikasi kendala dan asumsi dibalik pemodelan
matematika
6. Merepresentasikan situasi secara matematis
1. Formulate 7. Merepresentasikan masalah
8. Memahami dan menjelaskan hubungan matematika
9. Menerjemahkan masalah ke dalam bahasa matematika
10. Mengenali aspek-aspek permasalahan yang telah diketahui oleh
konsep matematika
11. Menggunakan alat hitung untuk menggambarkan hubungan
matematika
12. Menyusun instruksi terurut untuk memecahkan masalah
1. Melakukan perhitungan sederhana
2. Menarik kesimpulan sederhana
3. Memilih strategi yang tepat
4. Menyusun dan menerapkan strategi
5. Menggunakan alat-alat matematika
6. Menggunakan fakta matematika, aturan, algoritma, dan struktur
2. Employ matematika
7. Memanipulasi angka, grafik dan data statistik
8. Membuat diagram matematika
9. Menggunakan dan mengubah diantara representasi
10. Membuat generalisasi
11. Merefleksikan argumen matematika
12. Mengevaluasi makna dari pola yang diamati
1. Menafsirkan informasi yang disajikan dalam bentuk grafik
2. Mengevaluasi hasil matematika
3. Interpret 3. Menafsirkan hasil matematika
4. Mengevaluasi kelayakan solusi matematika
5. Memahami bagaimana dunia nyata berdampak pada hasil
6. Menjelaskan mengapa hasil matematis masuk akal
Indikator
No. Kegiatan/Kemampuan Siswa
KLM
7. Memahami cakupan dan batasan konsep matematis
8. Mengkritisi dan mengidentifikasi batas-batas model
9. Menggunakan kemampuan berpikir matematik dan
komputasional untuk membuat prediksi

Teknik analisis data pada tahap ini diperlukan pedoman penilaian angket
penggunaan indikator kemampuan literasi matematis yang ditetapkan seperti pada
tabel 3.3.
Tabel 3.3
Penilaian Angket Penggunaan Indikator Kemampuan Literasi Matematis
Kriteria SL SR KK JR TP
Skor 5 4 3 2 1
Keterangan:
SL = Selalu
SR = Sering
KK = Kadang-Kadang
JR = Jarang
TP = Tidak Pernah

Kemudian untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh melalui angket


dapat menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut. 6
𝑋
𝑃= 𝑥100%
𝑋𝑖
Keterangan:
P = Persentase skor
X = Jumlah skor yang diperoleh
Xi = Jumlah Skor Maksimum

Untuk menentukan kategori hasil penilaian angket berdasarkan persentase yaitu


sebagai berikut.7
a. Menentukan persentase skor ideal (skor maksimum) = 100%
b. Menentukan persentase skor terendah (skor minimum) = 0%
c. Menentukan range, yaitu 100 – 0 = 100%

6
Gede Puja Dewantara, dkk, “Pengembangan Media Pembelajaran Trainer Elektronika
Dasar Untuk Siswa SMK”, Jurnal Pendidikan Teknik Elektro Undiksha, Vol.9 No.3, (Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha, 2020), h.175
7
Ibid., h.176
d. Menetapkan kelas interval, yaitu 5 (Selalu, Sering, Kadang-Kadang, Jarang,
Tidak Pernah)
100
e. Menentukan panjang interval, yaitu = 20%
5

Berdasarkan perhitungan maka tabel distribusi rangen persentase mengenai


kategori penggunaan indikator kemampuan literasi matematis siswa dalam proses
pembelajaran di sekolah ditetapkan pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kategori Persentase Penggunaan Indikator Kemampuan Literasi Matematis
Skor Persentase (%) Interpretasi
80 < 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 100 Selalu
60 < 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 80 Sering
40 < 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 60 Kadang-Kadang
20 < 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 40 Jarang
0 ≤ 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 20 Tidak Pernah

2. Tahap Perancangan (Design)


Setelah melakukan tahap analisis, dilanjutkan dengan tahap perancangan
yang merupakan strategi dalam merancang dan mengembangkan suatu produk
dengan mengidentifikasi bagian-bagian yang diperlukan pada proses
pengembangan. Subjek dalam tahap perancangan pada penelitian ini adalah
peneliti sekaligus pengembang instrumen. Adapun hal yang dilakukan pada
tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Menentukan Bentuk Tes
Dalam penelitian ini, pengembangan instrumen tes kemampuan literasi
matematis yang digunakan adalah tes subjektif, yaitu tes dalam bentuk uraian
(essai). Tes uraian (essai) sangat membantu siswa untuk dapat memaksimalkan
segala pengetahuan yang dimiliki dalam tulisan untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan, dibanding dengan bentuk lain (pilihan ganda, benar salah, dll)
bentuk ini sangat fleksibel.8 Tes uraian juga menuntut siswa untuk dapat
mengekspresikan pikiran mereka dalam menjawab soal tes sehingga sangat

8
Siswanto, “Penggunaan Tes Essay Dalam Evaluasi Pembelajaran”, Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, Vol. 5 No. 1, (2006), h. 55-61
sesuai digunakan untuk instrumen tes dengan indikator kemampuan literasi
matematis,
b. Penetapan Tujuan Tes
Tujuan tes yang ditetapkan hasil pengembangan instrumen dalam penelitian
ini dapat digunakan sebagai tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif diberikan
di akhir satu pokok bahasan, sedangkan tes sumatif diberikan di akhir pelajaran
atau semester. Fungsi dari tes formatif adalah untuk perbaikan proses
pembelajaran, sedangkan fungsi dari tes sumatif adalah untuk menilai hasil
jangka panjang dari suatu proses pembelajaran.
c. Kisi-Kisi Tes
Kisi-kisi merupakan suatu format yang terdapat informasi di dalamnya
untuk dijadikan pedoman dalam menulis dan merakit soal menjadi instrumen
tes.9 Kisi-kisi tes dalam pengembangan instrumen pada penelitian ini terbagi
menjadi dua, yaitu kisi-kisi instrumen tes berdasarkan pemetaan indikator
kemampuan literasi matematis dan kisi-kisi instrumen tes berdasarkan
pemetaan situasi soal. Kisi-kisi instrumen tes berdasarkan pemetaan indikator
kemampuan literasi matematis mencakup Materi, Kompetensi Dasar (KD),
Indikator Soal, Indikator Kemampuan Literasi Matematis, dan Nomor Butir
Soal. Sedangkan kisi-kisi instrumen tes berdasarkan pemetaan situasi soal
mencakup Materi, Komponen PISA (Content, Context, Process, Level),
Konteks Ke-Islaman, Kategori Soal, dan Butir Soal. Instrumen tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes kemampuan literasi
matematis berbasis konteks ke-Islaman untuk siswa kelas VIII MTs/SMPI.
Soal yang dikembangkan berjumlah 30 soal uraian (essai), yaitu 10 situasi soal
dengan masing-masing soal memiliki 3 pertanyaan terkait indikator
kemampuan literasi matematis, yaitu Formulate, Employ, dan Interpret.
d. Penulisan Soal
Setelah membuat kisi-kisi instrumen tes, langkah selanjutnya yaitu
penulisan butir soal berupa penjabaran kisi-kisi instrumen tes yang telah dibuat

9
Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2015), h.69
dan penjabaran mengenai indikator kemampuan literasi matematis. Dalam
penulisan soal, peneliti mengembangkan 10 situasi soal dengan masing-masing
situasi soal memiliki 3 pertanyaan uraian terkait indikator kemampuan literasi
matematis yang disusun sesuai dengan kisi-kisi instrumen tes yang telah
dibuat, sehingga jumlah soal yang dikembangkan berjumlah 30 soal uraian
(essai). Instrumen tes tersebut dikembangkan dengan ketelitian bentuk soal
agar soal mudah dipahami dan tidak menghasilkan makna ganda (ambigu).

3. Tahap Pengembangan (Development)


Tahap pengembangan merupakan kegiatan untuk mengembangkan
instrumen dalam suatu penelitian kemudian mengujikan produk tersebut
sehingga dihasilkan produk yang dibutuhkan dalam penelitian. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah mengembangkan atau memproduksi instrumen
tes dan merevisi instrumen tes yang telah di evaluasi oleh validator, kemudian
dilakukan uji coba terbatas. Adapun penjelasan mengenai kegiatan pada tahap
pengembangan setelah selesai pembuatan instrumen tes adalah sebagai berikut.
a. Penyusunan Instrumen Tes
Setelah merancang instrumen tes, selanjutnya adalah menyusun
instrumen tes yang telah dirancang pada tahap design. Instrumen tes yang
dikembangkan sebanyak 10 situasi soal dengan kesesuaian materi,
kompetensi dasar (KD), indikator soal, indikator kemampuan siswa,
komponen PISA dan konteks ke-Islaman yang dipilih. Kemudian, masing-
masing situasi soal memiliki 3 pertanyaan uraian yang dikembangkan sesuai
dengan indikator kemampuan literasi matematis, yaitu formulate, employ,
dan interpret. Sehingga total instrumen tes yang dikembangkan berjumlah
30 pertanyaan uraian, dengan masing-masing indikator kemampuan literasi
matematis formulate, employ, dan interpret memiliki total 10 pertanyaan.
b. Pembuatan Angket Respon Siswa
Setelah membuat instrumen tes, selanjutnya adalah membuat angket
respon siswa. Tujuan pembuatan angket respon siswa adalah untuk
mengetahui tanggapan siswa mengenai instrumen tes yang telah
dikembangkan. Dari hasil tanggapan siswa mengenai angket respon siswa
dapat diketahui mengenai isi, ketertarikan siswa dan manfaat dari instrumen
tes yang telah dikembangkan. Adapun pernyataan yang dimuat dalam
angket respon siswa dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Angket Respon Siswa
No. Pernyataan
1. Materi yang diberikan pada soal sesuai dengan materi kelas VIII
2. Bahasa yang digunakan pada soal mudah dipahami
3. Konteks yang digunakan pada soal mudah dipahami
4. Soal yang diberikan berbeda dari soal matematika biasanya
5. Soal yang diberikan menarik
6. Soal yang diberikan menantang
7. Soal yang diberikan sulit dikerjakan
8. Soal yang diberikan menuntut siswa mempelajari materi islam
Soal yang diberikan menambah pengetahuan siswa tentang ke-
9.
Islaman
Soal yang diberikan dapat meningkatkan keyakinan siswa terhadap
10.
agamanya
Soal yang diberikan membuat siswa lebih mudah beradaptasi
11.
dengan situasi dan kondisi di sekolah

c. Validasi Ahli
Setelah instrumen telah selesai dibuat, hal yang perlu dipertimbangkan
dalam penyusunan dan pengembangan instrumen adalah validasi atau
validitas. Validasi pada tahap ini merupakan validasi isi, yaitu menunjuk
pada sejauh mana instrumen tersebut menggambarkan atau mencerminkan
isi yang dikehendaki.10 Pada penelitian ini, validasi isi pada instrumen
dilihat dari aspek materi, bahasa, dan konteks ke-Islaman yang dinilai dan
dikoreksi oleh ahli bidang studi, ahli pengukuran, dan para pakar yang
memiliki keahlian yang relevan dengan bidang kajiannya.11
Teknik pengumpulan data pada tahap validasi isi adalah lembar validasi
ahli yang akan diisi oleh validator sesuai dengan bidangnya/keahliannya,

10
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2013), h.244
11
Ibid., h.245
lembar validasi yang dibuat terbagi menjadi tiga, yaitu lembar validasi ahli
materi, lembar validasi ahli bahasa, dan lembar validasi ahli agama Islam.
Lembar validasi ahli materi berisikan pernyataan sesuai dengan komponen
instrumen tes yang dideskripsikan di dalam kajian teori. Pernyataan pada
lembar validasi ahli bahasa merujuk pada skripsi Yuhyi Yanto agar bahasa
yang digunakan tidak memiliki makna ganda dan dapat dipahami oleh
pembaca.12 Lembar validasi ahli agama Islam berisikan pernyataan sesuai
dengan konteks ke-Islaman yang dipilih dan dideskripsikan di dalam kajian
teori. Subjek pada tahap validasi ahli adalah beberapa dosen matematika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beberapa guru Matematika kelas VIII
MTs/SMPI, dan guru Qur’an Hadits kelas VIII MTs/SMPI. Adapun kisi-
kisi mengenai lembar validasi instrumen tes oleh ahli materi, bahasa, dan
agama Islam dapat dilihat pada tabel 3.6, 3.7, dan 3.8.
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Validasi Instrumen Tes oleh Ahli Materi
No. Pernyataan
1. Kesesuaian kompetensi dasar dengan materi soal
2. Kesesuaian indikator soal dengan soal
3. Kesesuaian indikator kemampuan siswa dengan
soal
4. Kesesuaian Content PISA dengan soal
5. Kesesuaian Context PISA dengan soal
6. Kesesuaian konteks ke-Islaman dengan soal
7. Kesesuaian Process PISA dengan soal
8. Kesesuaian Level PISA dengan soal
9. Kesesuaian Indikator Literasi matematis dengan
soal
10. Kecukupan informasi pada soal

Tabel 3.7
Kisi-Kisi Validasi Instrumen Tes oleh Ahli Bahasa

No. Pernyataan
1. Penggunaan ejaan dan tanda baca sesuai PUEBI
2. Kalimat memiliki makna ganda
3. Efektivitas penggunaan Bahasa

12
Yuhyi Yanto, “Pengembangan Instrumen Tes Matematika Terintegrasi Konsep
Keislaman”, Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (2020), h.45
No. Pernyataan
4. Gambar yang disajikan jelas dan sesuai pada soal
5. Kesesuaian pemilihan kata pada soal
6. Terdapat petunjuk/informasi yang jelas untuk
mengerjakan soal

Tabel 3.8
Kisi-Kisi Validasi Instrumen Tes oleh Ahli Agama Islam
No. Pernyataan
1. Kebenaran ayat Al-Qur’an yang dikutip
2. Kesesuaian isi kandungan ayat Al-Quran yang
digunakan
3. Kebenaran Hadits yang dikutip
4. Kesesuaian isi kandungan Hadits yang digunakan
5. Kesesuaian isi cerita nabi yang digunakan
6. Kesesuaian isi cerita peristiwa sehari-hari yang
digunakan

Setelah validator menilai dan mengkoreksi lembar validasi yang


diberikan, selanjutnya akan dilakukan analisis. Teknik analisis data pada
tahap validasi ahli diperlukan pedoman skor angket validasi ahli. Adapun
pedoman skor angket validasi ahli dapat diukur menggunakan Skala Likert
dengan skor terkecil 1 dan skor terbesar adalah 4. Pernyataan yang dibuat
pada angket dibedakan menjadi dua, yaitu pernyataan positif dan negatif,
adapun pedoman skor validasi ahli dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel 3.9
Pedoman Skor Validasi Instrumen Tes oleh Ahli
Kriteria
Pernyataan
Sangat Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Tidak Sesuai
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4

Setelah memberikan skor pada lembar validasi ahli selanjutnya adalah


menganalisis hasil lembar validasi ahli. Aiken tahun 1985 merumuskan
formula Aiken’s V untuk menghitung content validity coefficient yang
didasarkan pada hasil penilaian dari panel ahli sebanyak n orang terhadap
suatu item dari segi sejauh mana item tersebut mewakili konstrak yang
diukur sebagai berikut.13
∑(𝑟 − 𝑙𝑜 )
𝑉=
[𝑛(𝑐 − 1)]
Keterangan:
r = angka yang diberikan oleh penilai
𝑙𝑜 = angka penilaian validitas terendah
c = angka penilaian validitas yang tertinggi
n = banyaknya ahli dan praktisi yang melakukan penilaian (banyaknya
penilai)

Hasil dari analisis validasi ahli dapat dijadikan sebagai acuan atau
bahan pertimbangan revisi dan dapat mengetahui tingkat kevalidan dari
instrumen yang telah dibuat berupa kelebihan dan kekurangan dari aspek
materi, bahasa, dan konteks ke-Islaman.

d. Uji Coba Terbatas


Setelah melakukan uji validitas ahli, selajutnya adalah melakukan uji coba
terbatas. Uji coba terbatas ini merupakan tahapan uji coba yang dilakukan
terhadap kelompok kecil dari peserta didik kelas VIII MTs/SMPI. Pada proses
uji coba terbatas, beberapa siswa kelas VIII MTs/SMPI diberikan instrumen
tes kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman yang sudah
dikembangkan, divalidasi, dan direvisi. Uji coba terbatas bertujuan untuk dapat
melihat keefektifan instrumen dengan mencatat kelebihan dan kekurangan
instrumen dari segi waktu, materi, tingkat kesukaran dan kriteria instrumen
berdasarkan tanggapan siswa untuk setiap item soal sebelum melakukan
implementasi atau uji coba skala besar.14 Hasil analisis dari uji coba terbatas
dapat diketahui apakah instrumen sudah dapat diimplementasikan atau diuji
cobakan dalam lingkup skala besar atau belum. Adapun analisis yang
dilakukan pada uji coba terbatas adalah sebagai berikut.

13
Lewis R. Aiken, “Three Coefficients For Analyzing The Reliability And Validity Of
Ratings”, Educational and Psychological Measurement, (Malibu: Pepperdine University, 1985),
h.132-133
14
Nana S. Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2012), h. 152
1) Waktu pengerjaan soal
Instrumen tes yang akan diuji cobakan berjumlah 10 situasi soal
dengan masing-masing situasi soal memiliki 3 pertanyaan uraian, sehingga
jumlah soal yang dijawab oleh siswa adalah 30 soal uraian. Analisis ini
bertujuan untuk melihat apakah siswa mampu menyelesaikan 30 soal
uraian dengan waktu yang ditetapkan atau tidak, dilihat dari persentase
total soal yang dikerjakan dan tidak dikerjakan oleh siswa. Analisis
persentase dalam penelitian ini menggunakan rumus perhitungan sebagai
berikut.15
𝑋
𝑃= 𝑥100%
𝑋𝑖
Keterangan:
P = Persentase skor
X = Jumlah skor yang diperoleh
Xi = Jumlah Skor Maksimu

2) Materi
Analisis materi bertujuan untuk melihat apakah jawaban siswa sesuai
dengan apa yang diharapkan atau tidak serta dapat mengetahui apakah siswa
sudah mengenal materi yang diberikan atau belum dilihat dari kriteria
penilaian yang diperoleh dari skor siswa. Kategori dalam kriteria penilaian
siswa dapat dilihat pada tabel 3.10.16
Tabel 3.10
Kriteria Penilaian
Skor Kategori
X≥X ̅ + 1,5 SBi Sangat Baik
̅
X <X≤̅ X + 1,5 SBi Baik
̅
X <X≤̅ X − 1,5 SBi Kurang Baik
̅ − 1,5 SBi < X
X Tidak Baik

15
Gede Puja Dewantara, dkk, “Pengembangan Media Pembelajaran Trainer Elektronika
Dasar Untuk Siswa SMK”, Jurnal Pendidikan Teknik Elektro Undiksha, Vol.9 No.3, (Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha, 2020), h.175
16
Nur Khoiri Hidayati, “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Inquiry Berbasis Siklus
Belajar 5E Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Peserta Didik
Kelas XI”, Skripsi: UNY, 2017, h.62
Keterangan:
X = Skor Siswa
̅
X = Nilai Rata-Rata (Mean) = ½ Skor Maksimal17
SBi = Standar Devisiasi (Simpangan Baku) = 1/6 Skor Maksimal 18

3) Tingkat Kesukaran Soal


Instrumen tes yang dikembangkan telah dikategorikan tingkat
kesukaran pada setiap butir soal, sehingga analisis tingkat kesukaran pada
setiap butir soal ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat kesukaran
yang telah dikategorikan peneliti sudah sesuai atau belum. Teknik analisis
tingkat kesukaran butir soal uraian pada penelitian ini menggunakan rumus
perhitungan sebagai berikut.19
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝑀𝑒𝑎𝑛 =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑠
𝑀𝑒𝑎𝑛
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Tingkat kesukaran soal dapat diklasifikasikan seperti pada tabel 3.11.
Tabel 3.11
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Kategori
0,00 − 0,30 Sulit
0,31 − 0,70 Sedang
0,71 − 1,00 Mudah

4) Kriteria Soal berdasarkan Tanggapan Siswa


Analisis ini bertujuan untuk mengetahui persentase tanggapan siswa
untuk setiap butir soal, sehingga dapat diketahui apakah instrumen yang
dikembangkan dapat dipergunakan siswa dalam proses pembelajaran atau

17
Ibid., h.57
18
Ibid., h.58
19
Ardhi Prabowo, “Pengukuran Tingkat Kesukaran Soal Uraian”, Jurnal Ilmiah, Pelatihan,
dan Kegiatan Profesional, 2016, diakses dari https://blog.unnes.ac.id pada tanggal 01 Oktober 2022
pukul 17:38 WIB
tidak. Analisis persentase tanggapan siswa untuk dapat mengetahui kriteria
soal digunakan rumus perhitungan sebagai berikut.20
𝑋
𝑃= 𝑥100%
𝑋𝑖
Keterangan:
P = Persentase skor
X = Jumlah skor yang diperoleh
Xi = Jumlah Skor Maksimum
Adapun kriteria tiap butir soal berdasarkan tanggapan siswa dapat
dilihat pada tabel 3.12.21
Tabel 3.12
Kriteria Butir Soal
Skor Persentase (%) Interpretasi
76 ≤ 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 100 Layak
51 ≤ 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 75 Cukup Layak
26 ≤ 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 50 Kurang Layak
0 ≤ 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 25 Tidak Layak

4. Tahap Implementasi (Implementation)


Tahap implementasi merupakan tahap pengujian atau penggunaan produk
setelah produk tersebut sudah layak untuk digunakan di lapangan. Pada tahap
ini dilakukan uji coba lapangan, yaitu implementasi yang dilakukan terhadap
instrumen yang sudah selesai dikembangkan dan divalidasi oleh ahli. Uji coba
lapangan melibatkan subjek dalam kelompok besar siswa kelas VIII
MTs/SMPI. Instrumen yang digunakan pada tahap ini adalah produk yang
sudah selesai dikembangkan, divalidasi, dan diuji coba terbatas, yaitu
instrumen tes kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman. Hal
yang dilakukan siswa pada tahap ini adalah mengisi instrumen tes kemampuan
literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman yang telah dikembangkan dan
ditetapkan waktu pengerjaannya. Setelah mengisi instrumen tes kemampuan

20
Gede Puja Dewantara, dkk, “Pengembangan Media Pembelajaran Trainer Elektronika
Dasar Untuk Siswa SMK”, Jurnal Pendidikan Teknik Elektro Undiksha, Vol.9 No.3, (Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha, 2020), h.175
21
Ibid., h.176
literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman, hal selanjutnya yang dilakukan
oleh siswa adalah mengisi angket respon siswa mengenai instrumen tes yang
telah dikerjakan. Angket ini digunakan untuk mengumpulkan data dan
informasi secara tertulis tentang tanggapan siswa terhadap instrumen tes
kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman.
Setelah melakukan uji coba skala besar akan didapatkan data berupa
jawaban siswa yang mengerjakan instrumen tes dan data respon siswa terhadap
instrumen tes yang telah diberikan. Teknik analisis data pada tahap
implementasi terbagi menjadi dua, yaitu analisis uji coba instrumen tes dan
analisis angket respon siswa. Adapun pejelasan mengenai teknik analisis data
adalah sebagai berikut.
a. Analisis uji coba instrumen tes
Data yang didapatkan dari jawaban siswa terhadap instrumen tes
kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman bertujuan untuk
untuk melihat kualitas instrumen tes dengan menguji validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran, dan daya beda.
1) Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah setiap butir soal
kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman yang
dikembangkan valid atau tidak valid. Butir soal yang diujikan berbentuk
soal uraian (essai) berupa 10 soal dengan masing-masing soal memiliki 3
pertanyaan uraian (essai) terkait indikator literasi matematis. Pada
penelitian ini, analisis uji validitas menggunakan pendekatan Rasch model
dengan aplikasi Winstep. Uji validitas butir soal dengan menggunaan
software Winstep adalah dengan memeriksa butir soal misfit atau tidak fit.
Butir soal dikatakan valid apabila butir soal tersebut dinyatakan fit. Batas
item dinyatakan fit jika memenuhi syarat:22
• Nilai Outfit Mean Square (MNSQ) yang diterima : 0,5 < MNSQ < 1,5.

22
Jamilah Ahmad, “Curiosity Towards Stem Education: A Questionnaire For Primary School
Students”, Journal Of Baltic Science Education, Vol.20, No.2, 2021, h.294
Nilai Outfit Mean Square (MNSQ) memperlihatkan ukuran keacakan
yaitu distori dalam sistem pengukuran. Secara statistik mean-square
adalah nilai statistik chi-kuadrat yang dibagi dengan derajat bebas dan
nilainya selalu positif.23
• Nilai Outfit Z-standard (ZSTD) yang diterima -2,0 < ZSTD <+2,0.
Nilai Outfit Z-standard (ZSTD) adalah uji t untuk hipotesis, hasilnya
adalah nilai z yaitu penyimpangan unit. Menjelaskan
ketidakmungkinan data yaitu signifikansinya jika data memang sesuai
dengan model.24
• Nilai Point Measure Correlation (Pt Measure Corr) yang diterima :
0,4 < Pt Measure Corr < 0,85.
Nilai Point Measure Correlation (Pt Measure Corr) pada prnsipnya
sama dengan korelasi point-biserial dalam teori tes klasik. Parameter
ini menunjukkan daya diskriminasi item.25
Nilai Point Measure Correlation (Pt Measure Corr) yang diterapkan
dalam penelitian ini sesuai dengan pernyataan Azwar dalam skripsi Gina
Ayu yang mengatakan bahwa “Suatu item dikatakan valid jika koefisien
korelasinya minimal 0,30”.26 Jadi dalam penelitian ini, uji validitas suatu
butir soal mencakup persyaratan seperti pada tabel 3.13.
Tabel 3.13
Kriteria Validitas Butir Soal
Statistik Nilai
Outfit MNSQ 0,5 < MNSQ < 1,5
Outfit ZSTD -2,0 < ZSTD <+2,0
Pt Measure Corr Pt Measure Corr > 0,30

Selain menganalisis ketiga syarat di atas, diperlukan juga analisis


unidimensionalitas instrumen pada aplikasi Winstep, bertujuan untuk

23
Anisa Herawaty, “Pengaruh Citra Merek Terhadap Loyalitas Konsumen Pasmira
Gresik”, Undergraduate Thesis, Universitas Muhammadiyah Gresik, 2017, h.66
24
Ibid, h.66-67
25
Ibid, h.67
26
Gina Ayu Afriyanti, “Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Penyesuaian
Sosial Peserta Didik”, Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia, 2017, h.37
menyatakan apakah instrumen tes yang dikembangkan mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur.27 Analisis unidimensionalitas
dilihat dari nilai Raw variance explained by measure, adapun nilai
interpretasinya dapat dilihat pada tabel 3.14.28
Tabel 3.14
Interpretasi Raw Variance Explained by Measure
Nilai Interpretasi
>20% Baik
>40% Sangat Baik
>60% Istimewa

2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan jika sebuah instrumen tes telah diuji
validitasnya dan dikatakan valid. Tujuan dilakukannya uji reliabilitas ini
untuk mengetahui sejauh mana soal kemampuan literasi matematis
berbasis konteks ke-Islaman memberikan hasil tes yang tetap atau
konsisten. Analisis uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan
pendekatan Rasch Model dengan aplikasi Winstep versi 3.73 yang dapat
melihat tiga jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas item, reliabilitas person,
serta reliabilitas interaksi antara person dengan item menggunakan rumus
Alpha Cronbach. Interpretasi dari koefisien reliabilitas dapat dilihat pada
Tabel 3.15, dan 3.16.29
Tabel 3.15
Interpretasi Reliabilitas Person dan Item
Koefisien Nilai Interpretasi
< 0,67 Lemah
Reliabilitas 0,67 − 0,80 Cukup
Item dan 0,81 − 0,90 Bagus
Person 0,91 − 0,94 Bagus Sekali
> 0,94 Istimewa

27
M. Safihin, “Pengembangan Tes Menggunakan Model RASCH Materi Gaya Untuk SMA”,
Artikel Penelitian: UNTAN PONTIANAK, 2019, h.7
28
Jamilah Ahmad, “Curiosity Towards Stem Education: A Questionnaire For Primary School
Students”, Journal Of Baltic Science Education, Vol.20, No.2, 2021, h.295
29
Ibid.
Tabel 3.16
Interpretasi Reliabilitas Interaksi antara Person dengan Item
Koefisien Nilai Interpretasi
< 0,5 Sangat Rendah
< 0,6 Rendah
Alpha Cronbach 0,6 − 0,7 Cukup
(KR-20)
0,7 − 0,9 Tinggi
0,9 − 1,0 Sangat Tinggi

3) Uji Tingkat Kesukaran


Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk melihat apakah setiap butir
soal kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman yang
dikembangkan termasuk soal yang mudah, sedang, atau sukar. Analisis
tingkat kesukaran menggunakan pendekatan Rasch model dengan aplikasi
Winstep dapat diketahui melalui item measure dan item map. Klasifikasi
tingkat kesukaran butir soal menggunakan Winsteps didasarkan pada
kombinasi dari nilai standar deviasi (SD) dan nilai rata-rata logit
(measure) terbagi menjadi 4 kategori seperti pada tabel 3.17.30
Tabel 3.17
Interpretasi Tingkat Kesukaran
Nilai Logit (Measure) Kategori
𝑀𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 < −𝑆𝐷 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 Sangat Mudah
−𝑆𝐷 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 ≤ 𝑀𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 ≤ 0 Mudah
0 ≤ 𝑀𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 ≤ 𝑆𝐷 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 Sulit
𝑀𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 > 𝑆𝐷 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 Sangat Sulit

4) Uji Daya Beda


Uji daya pembeda dilakukan untuk melihat sejauh mana soal
kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman yang
dikembangkan dapat membedakan siswa yang memiliki tingkat
pemahaman yang tinggi dan siswa yang memiliki tingkat pemahaman
yang rendah. Teknik analisis uji daya beda pada penelitian ini dengan

30
Susdelina, dkk, “Analisis Kualitas Instrumen Pengukuran Pemahaman Konsep Persamaan
Kuadrat Melalui Teori Tes Klasik dan Rasch Model”, Jurnal Kiprah, Vol.1 No.1, 2018, h.45
menggunakan pendekatan Rasch Model pada aplikasi Winstep, untuk
dapat membedakan kemampuan siswa yang tinggi dan rendah digunakan
analisis pada tingkat abilitas individu.31
Abilitas siswa dapat dikelompokkan dengan menggunakan standar
deviasi (SD) dan nilai rata-rata logit (measure). Nilai logit yang tinggi
menunjukkan tingkat kemampuan menyelesaikan soal yang tinggi dan
sebaliknya, nilai logit yang rendah menunjukkan tingkat kemampuan
menyelesaikan soal yang rendah. Menurut Sumintono & Widhiarso dalam
Jurnal Efty H. Tyas, dkk mengatakan bahwa “Berdasarkan hasil
pemodelan RASCH dengan menggunakan aplikasi winstep 3.75 ada tiga
kategori tingkat abilitas siswa yaitu tinggi, sedang, dan rendah”.32
Persamaan lain untuk mengidentifikasi kelompok tingkat
kemampuan siswa dapat dilihat berdasarkan indeks separasi person.
Interpretasi indeks separasi person dan item yang baik dapat dilihat pada
tabel 3.1833, semakin besar nilai separasi maka kualitas instrumen dalam
hal keseluruhan person dan item semakin bagus, karena dapat
mengidentifikasi kelompok person dan item.34
Tabel 3.18
Interpretasi Separation Person dan Item
Separation Person >2 Baik
Separation Item >3 Baik

b. Analisis angket respon siswa


Analisis angket respon siswa bertujuan untuk melihat tanggapan siswa
dan manfaat yang diperoleh dari instrumen tes kemampuan literasi
matematis berbasis konteks ke-Islaman. Data yang diperoleh berasal dari

31
Ibid, h.46
32
Efty H. Tyas, dkk, “Analisis Soal Pilihan Ganda dengan Menggunakan Pemodelan RASCH
untuk Mengukur Kemampuan Siswa dalam Mengurutkan Bilangan Pecahan di Sekolah Dasar”,
PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol.7 No.2, 2020, h.6-7
33
Jamilah Ahmad, “Curiosity Towards Stem Education: A Questionnaire For Primary School
Students”, Journal Of Baltic Science Education, Vol.20, No.2, 2021, h.295
34
Susdelina, dkk, “Analisis Kualitas Instrumen Pengukuran Pemahaman Konsep Persamaan
Kuadrat Melalui Teori Tes Klasik dan Rasch Model”, Jurnal Kiprah, Vol.1 No.1, 2018, h.46
hasil angket respon siswa mengenai intrumen tes. Hasil angket respon
siswa akan dideskripsikan dan di analisis menggunakan rumus perhitungan
persentase sebagai berikut.35
𝑋
𝑃= 𝑥100%
𝑋𝑖
Keterangan:
P = Persentase skor
X = Jumlah skor yang diperoleh
Xi = Jumlah Skor Maksimum

5. Tahap Evaluasi (Evaluation)


Tahap evaluasi pada penelitian ini untuk mengetahui kualitas produk
instrumen tes yang dikembangkan sudah siap diproduksi dan layak untuk
digunakan oleh guru matematika kelas VIII MTs/SMPI atau belum dengan
melihat kriteria yang sudah ditetapkan. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan
adalah mengevaluasi hasil dari setiap tahapan, yaitu tahap analysis, design,
development, dan implementation. Kegiatan evaluasi yang dilakukan adalah
menganalisis dan merevisi setiap tahapan dengan tujuan agar menghasilkan
instrumen tes yang baik dan layak untuk dapat digunakan. Apabila instrumen
yang dibuat telah memenuhi kriteria, selanjutnya disusun menjadi sebuah
instrumen tes yang layak digunakan, namun jika belum memenuhi kriteria dapat
dilakukan perbaikan pada instrumen yang memerlukan perbaikan atau revisi
instrumen berdasarkan masukan dan hasil uji coba untuk dapat menghasilkan
soal tes yang layak digunakan sebagai instrumen yang baik.

C. Kajian Produk Akhir


Kajian produk akhir pada penelitian ini adalah menghasilkan instrumen tes
kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman. Hasil analisis
kelayakan instrumen tes pada penelitian ini terbagi menjadi empat, yaitu uji

35
Gede Puja Dewantara, dkk, “Pengembangan Media Pembelajaran Trainer Elektronika
Dasar Untuk Siswa SMK”, Jurnal Pendidikan Teknik Elektro Undiksha, Vol.9 No.3, (Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha, 2020), h.175
validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran, dan uji daya beda dengan
menggunakan pendekatan rasch model aplikasi Winsteps. Kemudian, terdapat
angket respon siswa yang digunakan untuk melihat hasil tanggapan dan respon
siswa mengenai instrumen tes, serta dapat dilihat sisi baik dan buruknya
instrumen tes kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman yang
telah dikembangkan.
Selain menguji kelayakan intrumen tes dan melihat tanggapan siswa
mengenai instrumen tes, pada penelitian ini dilakukan analisis faktor konteks
ke-Islaman beserta butir soal yang memiliki kontribusi yang besar terhadap
instrumen tes kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman.
Analisis ini dilakukan menggunakan analisis Confirmatory Factor Analysis
(CFA) dengan bantuan aplikasi AMOS graphic. CFA merupakan metode
analisis faktor untuk menguji variabel dapat mewakili construct atau faktor
yang terbentuk sebelumnya.36 CFA dapat dibedakan menjadi dua, yaitu First-
Order CFA dan Second-Order CFA. Pada First-Order CFA suatu variabel laten
diukur berdasarkan beberapa indikator yang dapat diukur secara langsung.
Sedangkan, pada Second-Order CFA suatu variabel laten memiliki indikator-
indikator dimana indikator-indikator tersebut tidak dapat diukur secara
langsung, melainkan melalui variabel laten lain.37
Penelitian yang dilakukan oleh Sari menggunakan metode Second-Order
CFA bertujuan untuk melihat pengaruh terhadap variabel-variabel pada first
order dan second order berdasarkan nilai loading factor pada grafik. Penelitian
lain, Efendi menggunakan metode CFA untuk mengetahui indikator-indikator
yang berkontribusi paling besar dalam variabel laten dan menunjukkan semua
nilai loading factor berpengaruh secara signifikan terhadap variabel-variabel
laten pada first-order CFA dan second-order CFA.38 Berdasarkan pernyataan

36
Kartika Mayasari, dll, “Second Order Confirmatpry Factor Analysis Pada Kepuasan
Pengguna Aplikasi iTani”, Informatika Pertanian, Vol.29, No.1, 2020, h.34
37
Ida Lailatul Choiriyah, “Confirmatory Factor Analysis Pada Indikator Penilaian Program
Pelayanan Kesehatan Dalam Survei Publik Monitoring dan Evaluasi Implementasi Otonomi Daerah
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014”, Tugas Akhir Program Studi S-1 Statistika, (Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2015), h.7-10
38
Ibid, h.20-21
tersebut, penelitian ini menggunakan analisis Second-Order CFA untuk melihat
kontribusi konteks ke-Islaman yang paling besar terhadap instrumen tes
kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman, karena konteks ke-
Islaman tidak dapat diukur secara langsung melainkan melalui indikator-
indikator lain, yaitu melalui butir soal.
Analisis Second-Order CFA pada penelitian ini dilihat dari nilai loading
factor (𝜆) dalam grafik. Semakin tinggi nilai loading faktor maka variabel laten
tersebut semakin dominan atau berkontribusi lebih besar terhadap instrumen tes
kemampuan literasi matematis berbasis konteks ke-Islaman, hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Kartika Mayasari, dkk yang menunjukkan
nilai loading faktor pada variabel laten yang tertinggi merupakan variabel laten
yang paling dominan membentuk variabel laten utama. 39

39
Kartika Mayasari, dll, “Second Order Confirmatpry Factor Analysis Pada Kepuasan
Pengguna Aplikasi iTani”, Informatika Pertanian, Vol.29, No.1, 2020, h.40
Gambar 3.1.
Alur Model Pengembangan ADDIE

Analysis

1. Analisis kurikulum
2. Analisis sumber belajar dan materi
belajar
3. Analisis penggunaan indikator
kemampuan literasi matematis

Implementation Design

1. Uji coba lapangan 1. Menentukan bentuk tes


(skala besar) 2. Penetapan tujuan tes
2. Analisis angket respon 3. Kisi-kisi tes
siswa 4. Penulisan soal
Evaluation

Mengevaluasi instrumen tes dengan


menganalisis dan merevisi instrumen
tes sesuai masukkan dan saran dari
validator ahli, dosen pembimbing, dan
respon siswa.

Development

1. Pembuatan instrumen tes


2. Pembuatan angket respon
siswa
3. Uji validasi ahli
4. Uji coba terbatas

Anda mungkin juga menyukai