Anda di halaman 1dari 272

ii

Andai Aku Tidak Menikah Dengannya

Narasumber :
Dr. Syafiq Riza Basamalah, MA
Penyusun :
Dedi Saputra
Editor, Penyunting Akhir :
Dedi Saputra
Sumber :
Buku Andai Aku Tidak Menikah Dengannya
Rumaysho
Almanhaj
Muslimah
Firanda
Muslim.or.id
DLL

Penerbit : DS BOOK

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, kepadaNya kita memuji, mohon


pertolongan, mohon ampunan, dan mohon perlindungan
dari bahaya diri kita dan buruknya amal-amal perbuatan
kita. Barang siapa yang diberi petunjuk Allah ta’ala maka
tiada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang
sesat maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk
kecuali dengan izin Allah-

Dan bahwasanya saya bersaksi tiada ilah yang berhak


disembah kecuali Allah ta’ala semata, tiada sekutu
bagiNya, dan saya bersaksi bahwasanya Muhammad
adalah hamba dan utusanNya. Wahai orang-orang yang
beriman! Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-
benarnya taqwa kepadaNya dan janganlah kamu mati
kecuali dalam keadaan muslim.

Wahai manusia! Bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah


menciptakan kamu dari diri yang satu (adam), dan (Allah)
menciptakan pasangannya (hawa) dari (diri)nya; dan dari
keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada Allah yang
dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah)
hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu

iv
menjaga dan mengawasimu. Wahai orang-orang yang
beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah
perkataan yang benar.

Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan


mengampuni dosa-dosamu dan barangsiapa menaati Allah
dan rasulNya maka sungguh dia menang dengan
kemenangan yang agung.

Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah kitab Allah


(Al qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Muhammad shallallahu’alaihiwasalam, dan seburuk-buruk
perkara (dalam urusan agama) adalah yang diada-adakan,
dan semua yang diada-adakan itu adalah bid’ah, dan
semua bid’ah itu sesat, dan semua kesesatan tempatnya di
neraka.

Sungguh kita sangat butuh kepada orang yang selalu


mengarahkan kepada kebaikan, di zaman yang penuh
dekadensi moral dan perilaku merajalela di tengah-tengah
masyarakat, dunia menjadi gelap gulita di pandangan
orang-orang shalih, tatanan hidup menjadi porak poranda,
kaki orang-orang yang teguh pendirian banyak yang
tergelincir, sehingga banyak orang yang di pagi hari
beriman, pada sore harinya menjadi kafir. Betapa sekarang
ini sangat dibutuhkan orang-orang yang bisa
mengendalikan tangan-tangan jahil dan sesat untuk
diarahkan kepada jalan lurus dengan bentuk nasihat dan
pengarahan, baik melalui tulisan, buku, agar umat meraih
hidayah dan berada dijalan lurus dan petunjuk utusan Rabb
alam semesta.

v
Pernikahan adalah suatu perjanjian besar, suatu
pertanggung jawaban yang berat bagi seorang laki-laki
yang mana dia mengambil seorang wanita dari kedua
orangtuanya untuk hidup bersamanya dalam sebuah
bahtera yang bernama rumah tangga yang dipimpin
lehnya. Namun realitanya berapa banyak perempuan yang
harapannya hanya mimpi kebahagiannya menguap seperti
embun segar ketika disapa mentari pagi.

Hari-harinya bak neraka yang panas dan membakar hati,


KDRT sudah menjadi santapannya sepanjang hari. Mawar
yang indah itu hidup dibumi yang kering kerontang tanpa
air yang menyinari. sudah saatnya seorang suami
memahami tabiat seorang istri. Jangan biarkan airmatanya
menetes di pipi. Jadikanlah ia hiasan terindah yang dimiliki.
Jangan sampai terbeitik dihatinya perkataan, "Andai aku
tidak menikah dengannya"

vi
Pendahuluan

Setelah mendengar banyaknya curhatan dari para istri


yang suaminya tak seindah harapan, rumah tangganya
pun tak sehangat yang dibayangkan, apalagi munculnya
suami-suami yang sok alim di depan umum, hafalan ayat
dan haditsnya sudah lumayan . Namun tatkala berada di
rumah, ia adalah penjahat berbaju koko. Ditambah
maraknya buku-buku yang ditujukan kepada kaum Hawa
agar mereka menjadi istri yang baik dan shalihah,
mengabdi kepada suaminya, sedang suaminya sendiri tak
shalih.

Belum lagi semaraknya kajian yang diselenggarakan


dengan tema untuk ibu-ibu agar mereka lebih ta’at dan
patuh kepada suami, dan kurangnya buku-buku yang
ditujukan kepada kaum lelaki agar mereka memperbaiki
diri, bercermin kepada sang Nabi dan menjadi suami
sejati. Karena semua alasan itulah dan atas berkat taufik
ilahi dengan segala keterbatasan diri, aku ingin
memberikan sumbangsih.

“Aku menulis sebagai seorang putra yang memiliki


seorang ibu,

vii
Sebagai Seorang ayah yang memiliki putri-putri,

Sebagai seorang saudara yang memiliki tiga saudari,

Sebagai seorang suami yang memiliki seorang istri.”

Aku ingin ayahku memperlakukan ibundaku dengan cara


yang baik dan bijak. Aku berharap kelak tatkala putri-
putriku menikah, suaminya menjadi pemimpin dan
nahkoda yang baik nan shalih bagi mereka. Aku ingin agar
kakak dan adik-adikku dihormati, disayangi dan dilindungi
oleh suami mereka. Dan aku pun berusaha mewujudkan
apa yang aku tulis ini ke dalam bahtera rumah tanggaku,
walaupun mungkin banyak kekuranganku di sana – sini,
kuharap semoga istriku memaafkanku.

Akhi! Begitulah panggilan yang akan mengiringi tulisanku,


karena buku ini aku peruntukkan kepada para nahkoda
dalam bahtera kehidupan ini. Ketahuilah bahwa istrimu
menikah denganmu dan menerimamu sebagai suami
karena memandang kepada indahnya akhlaqmu dan
baiknya hatimu, dengan harapan engkau dapat
menggendongnya menuju ke taman-taman yang indah
nan memikat. Namun setekah mereka meningalkan segala
kesenangannya untuk menjadi:

Pelayan di rumahmu,

Penjaga di istanamu,

Penghibur di vilamu,

viii
Perawat untuk anak-anakmu,

Koki dan juru masak di dapurmu,

Ternyata impiannya menguap begitu saja,

Angan-Angannya malah sirna bak ditelan bumi.

Telah banyak buku-buku dan kajian-kajian yang ditujukan


kepada para istri, agar mereka menjadi lebih baik. Agar
mereka seperti Khadijah dan ‘Aisyah, agar mereka tidak
banyak menuntut, agar mereka menerima dan bersyukur
(Qana’ah pen).

Mungkin kau juga telah membelikan beberapa buku


semacam itu untuknya. Tapi mungkin belum banyak buku-
buku dan kajian-kajian yang dikhususkan untuk kaum
lelaki, agar mereka dapat mencontoh Nabi Muhammad
shalallaahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya, yang tidak
banyak meminta haknya, namun lebih banyak melakukan
tugas dan kewajiban serta memberikan hak-hak para istri.

Perempuan ibarat gelas-gelas kaca yang sensitif, ia harus


diperlakukan dengan cara yang halus dan penuh kehati-
hatian dalam memegang dan membersihkannya.

Bila kau sedikit kasar biasanya gelas itu akan tergores, dan
bila kau lebih kasar lagi ia bisa terjatuh dan pecah
berkeping-keping. Ketika itu kau baru tersadar bahwa
dirimu telah kehilangan sebuah gelas kebahagiaan, yang
bila kau berusaha untuk merekatkannya kembali, ia susah
untuk kembali kepada asalnya.”

ix
ِ ‫رفقا ب ِ الْ ق َ َو‬
ِ‫ار ي ِْر‬
Lembutlah kepada kaca-kaca (maksudnya para
perempuan)1.

“… Maka demi melanjutkan pesan Nabi shalallaahu ‘alaihi


wa sallam di atas, aku membuat tulisan ini yang
sebelumnya pernah menjadi bahan kajian umum di
sebuah masjid di Jakarta. Semoga dapat menggugah hati
yang terlena, membangunkan jiwa yang tidur,
melunakkan qalbu yang keras dan menyirami bunga yang
layu.”2

1
HR. al-Bukhari V/2294 no 5856, Muslim IV/1811 no 2323, An-Nasa’i
dalam Sunan Al-Kubro VI/135 no 10326.
2
Muqadimah dari DR Syafiq Riza Basalamah dalam bukunya “Andai
Aku Tidak Menikah Dengannya”

x
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ..................................................... iv
Pendahuluan .................................................................... vii
Daftar Isi .......................................................................... xi
BAB I ................................................................................ 2
DUNIA TEMPAT UNTUK BERAMAL DAN
BERSABAR ..................................................................... 2
HARTA YANG PALING MULIA ...................................... 10
1. Lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah
menjadikan seorang hamba akan senantiasa diingat
oleh Allah. ............................................................... 11
2. Hati yang bersyukur kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala ................................................................. 14
3. Istri Yang Sholehah ....................................... 16
Setengah Agamamu Telah di Sempurnakan ............... 21
Demi Hidup Bahagia.................................................... 27
Malam Penguburan Cinta ........................................... 37
“Malam Pernikahan Adalah Malam Penyemian Cinta”
..................................................................................... 41
Bahtera Rumah Tanggaku Hampir Pecah ................... 42
Andai Aku Tidak Menikah Dengannya ........................ 65

xi
Aku Ingin Berbisik........................................................ 66
Suami adalah Nahkoda ............................................... 67
Janji Teguh Nan Sakral ................................................ 75
BAB II............................................................................. 80
Tak Kenal Maka Tak Sayang.......................................... 80
Mengenal Perempuan ................................................ 80
Dari Tulang Rusuk Yang Bengkok ................................ 93
Penampilan ................................................................. 99
...................................................................................... 108
BAB III ......................................................................... 108
Menyirami Bunga Yang Layu ...................................... 108
Setengah Isi Setengah Kosong .................................. 109
Manjakan Istrimu Dengan Kata-Kata Indah .............. 124
Khususkan Waktu Untuk Berbincang Dengannya .... 128
Hargai Pendapatnya .................................................. 143
Jangan Suka Membandingkan .................................. 147
Berikan Kepadanya Kewenangan Mengatur Rumah 149
Istri Memerlukan Hiburan ......................................... 154
Rekreasi Bersama Keluarga....................................... 155
Membantu Pekerjaan Rumah ................................... 158
Bersolek dan Masuk Rumah dengan Senyuman ...... 160
Romantis di Meja Makan .......................................... 168

xii
Romantis Dikendaraan .............................................. 172
Romantis di Atas Ranjang ......................................... 174
Memberhentikan Pasukan Untuk Sang istri ............. 177
Ungkapkan Cintamu .................................................. 180
Persembahkan Untuknya Hadiah ............................. 182
Ucapkan Terimakasih ................................................ 183
Istri Bukan Pembantu................................................ 198
Menebar Dusta, Meraih Bahagia .............................. 200
Istrimu Bukan Bidadari .............................................. 204
Berapa Kali Engkau Memaafkan Istri? ...................... 219
Bermain Tarik Ulur .................................................... 223
Jangan Mencari-Cari Kesalahan (Tajassus) ............... 229
Kecup Dirinya Sebelum Meninggalkan Rumah ......... 232
Gandeng Tangannya Menuju Pintu Surga ................ 233
Jadilah Insan Terbaik ................................................. 238
...................................................................................... 245
Bab IV ........................................................................... 245
Menyingkap Tirai ......................................................... 245
Daftar Pustaka : ............................................................. 256

xiii
1
BAB I

DUNIA TEMPAT UNTUK BERAMAL DAN


BERSABAR
Jika kita keluar rumah, kita akan menyaksikan bahwa
kebanyakan manusia –mungkin juga diri kita–
memandang dunia sebagai tujuan hidupnya. Belum yang
kita saksikan di kota-kota baik di pinggiran jalan, di
kendaraan; di bus-bus, kereta maupun lainnya. Kita akan
menyaksikan bahwa yang terlintas di benaknya hanyalah
“Bagaimana caranya agar bisa hidup enak di dunia ini”,
tidak lebih dari itu. Seakan-akan tidak pernah terlintas di
hati ini bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan
bahwa Allah menjadikan dunia ini sebagai ladang untuk
beramal. Kita akan melihat manusia bermegah-megahan
dalam segala hal sampai tidak sempat lagi beramal. Allah
berfirman:

ِ‫ }ِ َح ت َّى ِ ُز ْر ت ُمُِ ِ الْ َم ق َ ا ب ِ َر‬1 { ِ ِ‫{ أ َلْ َه ا ك ُ مُِ ِ ال ت َّكَ ا ث ُ ُر‬2}


“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu-sampai
kamu masuk ke dalam kubur.” (QS. At Takaatsur: 1-2)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

2
ِ ِ‫اآلخ َر ةِِ ِ إ ِ لَِّ ِ ِم ث ْ ُلِ ِ َمِ ا ِ ي َ ْج ع َ ُلِ ِ أ َح د ُك ُ ْم‬ ِ ِ ‫َم ا ِ ال د ُّن ْ ي َ ا ِ ف ِ ي‬
ْ ُ‫أ‬
‫ِ ف َ لْ ي َ ن ْ ظ ُ ْرِ ِ ب ِ َمِ ِ ي َ ْر ِج ُع ؟‬. ِ ِ‫ص ب ُ ع َ هُِِ ف ِ ي ِ الْ ي َ ِم‬
“Dunia dibanding akhirat, tidak lain seperti salah seorang
di antara kamu menyelupkan jarinya ke dalam lautan
(kemudian diangkat), lalu lihatlah yang menempel
darinya?”3

Sesungguhnya kehidupan dunia adalah negeri ujian dan


penuh dengan cobaan. Tidaklah seorang hamba hidup di
dunia kecuali dia akan diuji dan nantinya akan kembali
kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman ;

ِ َِ‫يِ ِ الَِّ ِذ ي ن‬
َ ‫يِ ِ ال َّ ِذ ي نَِ ِ أ َسَ ا ءُ وا ِ ب ِ َم ا ِ ع َ ِم ل ُوا ِ َو ي َ ْج ِز‬
َ ‫لِ ي َ ْج ِز‬
‫ح سْ ن َى‬ ُ ْ ‫أ َ ْح سَ ن ُوا ِ ب ِ ال‬
“Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan
dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik dengan pahala yang lebih baik“ (QS An-Najm : 31).

ِ ِ‫تِ ِ َو ن َ بْ ل ُ و ك ُ ْمِ ِ ب ِ ال ش َّ ِرِ ِ َو ال ْ َخ ي ِْر‬


ِ ‫ك ُ ُّلِ ِ ن َ فْ سِ ِ ذ َ ا ئ ِ ق َ ةُِ ِ ال ْ َم ْو‬
َِ‫ف ِ ت ْ ن َةِ ِ َو إ ِ ل َ ي ْ ن َا ِ ت ُ ْر َج ع ُ و ن‬
“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan“ (QS Al-Anbiya’ :35).

3
HR. Muslim

3
Ujian dan cobaan dalam hidup di dunia terkadang berupa
kelapangan dan kenikmatan, namun terkadang juga
berupa kesempitan dan musibah. Bisa berupa sehat
maupuan kondisi sakit, bisa berupa kekayaan maupun
kemiskinan. Seorang mukmin akan menghadapi ujian
dalam dua keadaan : kondisi susah dan kondisi senang.

Dalam setiap ujian yang menimpa manusia akan selalu


ada kebaikan. Oleh karena itu dalam sebuah hadits dari
sahabat Anas radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda

ِ ْ‫ع َ َج ب ا ِ لِ لْ ُم ْؤ ِم ِنِ ِ !! ِ َلِ ِ ي َ ق‬


ِ َِ‫ض ي ِ اّللَُِّ ِ ل َ هُِ ِ شَ يْئ ا ِ إ ِ َّلِ ِ كَ ا ن‬
ُِ‫َخ ي ْر ا ِ ل َ ه‬
“Sungguh menakjubkan seorang mukmin. Tidaklah Allah
menetapkan kepadanya sesuatu kecuali itu merupakan
kebaikan baginya“4

Perkataan Nabi (‫ ) شَ يْ ئ ًا‬mencakup segala kondisi, baik itu


ujian berupa kesusahan maupun kesenganan. Seorang
mukmin dalam setiap kondisi ujian yang dihadapai akan
senantiasa dalam kebaikan. Seorang mukmin yang
mendapat taufik dari Allah, jika sedang diuji oleh Allah
dengan kesusahan dan kesempitan seperti sakit, miskin,
dan musibah lainnya akan menghadapinya dengan sabar.
Dengan kondisi ujian semacam ini, seorang mukmin akan
mendapat kebaikan berupa pahala orang-orang yang

4
HR Ahmad

4
sabar. Jika Allah mengujinya dengan kesenangan dan
kemudahan seperti diberi kondisi sehat dan kekayaan
harta , maka seorang mukmin akan menjadi orang yang
bersyukur kepada Allah sehingga dia mendapat kebaikan
berupa pahala orang-orang yang bersyukur.

Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits dari Suhaib bin


Sinan radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ِ ِ‫ْس‬َ ‫ع َ َج ب ا ِ ِِل َ ْم ِرِ ِ ال ْ ُم ْؤ ِم ِنِ ِ !! ِ إ ِ َّنِ ِ أ َ ْم َر هُِ ِ ك ُ ل َّ هُِ ِ َخ ي ْرِ ِ َو ل َ ي‬


َ َ ‫كِ ِ ِِل َ َح دِ ِ إ ِ َّلِ ِ لِ لْ ُم ْؤ ِم ِنِ ِ ؛ ِ إ ِ ْنِ ِ أ‬
ِ ِ‫ص ا ب َ ت ْ هُِ ِ سَ َّر ا ءُِ ِ ش َ كَ َر‬ َ ‫ذ َا‬
ِ َِ‫ص ب َ َرِ ِ ف َ كَ ا ن‬
َ ِ ُِ‫ض َّر ا ء‬ َ ِ ُِ‫ص ا ب َ ت ْ ه‬ َ َ ‫ ِ َو إ ِ ْنِ ِ أ‬، ِ ُِ‫ف َ كَ ا نَِ ِ َخ ي ْر ا ِ ل َ ه‬
ُِ‫َخ ي ْر ا ِ ل َ ه‬
“Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Segala
sesuatu yang terjadi padanya semua merupakan kebaikan.
Ini terjadi hanya pada orang mukmin. Jika mendapat
sesuatu yang menyenangkan dia bersyukur, maka itu
kebaikan baginya. Jika mendapat keburukan dia bersabar,
maka itu juga kebaikan baginya“5

Seorang mukin dalam kondisi kesusahan akan mendapat


kebaikan berupa pahala orang yang bersabar dan dalam
kondisi lapang dan senang akan mendpat kebaikan berupa
pahala orang yang bersyukur. Senantiasa berubah-ubah

5
HR Muslim

5
kondisinya antara sabar dan syukur. Allah Ta’ala berfirman
dalam empat tempat di dalam Al-Qur’an :

َ ِ ِِ‫كِ ِ َآل َ ي َ اتِ ِ ل ِ ك ُ ل‬


ِ‫ص ب َّارِ ِ ش َ ك ُ ور‬ َ ِ‫إ ِ َّنِ ِ ف ِ ي ِ ذ َ ل‬
“Sesungguhnya dalam yang demikian itu terdapat tanda-
tanda bagi orang yang bersabar dan bersyukur“

Firman Allah ini terdapat dalam surat Ibrahim ayat 5,


Luqman ayat 31, Saba’ ayat 19, dan Asy-Syuura ayat 33.
Allah Ta’ala menyebutkan dua keadaan yang agung ini
yaitu sabar tatakala menghadapi musibah dan bersyukur
tatakala memperoleh nikmat.

Hendaknya seorang mukimin mengetahui bahwasnya


ketika Allah Ta’ala memberikan kelapangan pada seorang
hamba berupa nikmat harta, sehat, anak, dan kenikmatan
lainnya bukan merupakan bukti bahwa Allah meridhoi
dan memberi kemuliaan kepada hamba tersebut.
Demikian pula kesempitan yang diperoleh seorang hamba
berupa kekurangan harta, musibah sakit, dan musibah
lainnya tidak menunjukkan bahwa Allah tidak ridho atau
sedang menghinakan hamba tersebut. Ini merupakan
persangkaan sebagian manusia yang telah Allah nafikan
dalam firman-Nya :

ِ ُِ‫اْل نْ سَ ا ُنِ ِ إ ِ ذ َ ا ِ َم ا ِ ا ب ْ ت َ ََل هُِ ِ َر ب ُّ هُِ ِ ف َ أ َكْ َر َم هُِ ِ َو ن َ ع َّ َم ه‬


ِ ْ ِ ‫ف َ أ َ َّم ا‬
ِ ِ‫ )ِ َو أ َ َّم اِ إ ِ ذ َ ا ِ َم اِ ا ب ْ ت َ ََل هُِِ ف َ ق َ د َ َر‬15 ( ِِ‫ف َ ي َ ق ُو ُلِ ِ َر ب ِ يِ أ َكْ َر َم ِن‬
ِ‫عَ ل َ يْ هِِ ِ ِر ْز ق َ هُِِ ف َ ي َ ق ُو ُلِ ِ َر ب ِ ي ِ أ َهَا ن َ ِن‬

6
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia
dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia
akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun
bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka
dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS Al-Fajr : 15-
16)

Allah Ta’ala menafikan persangkaan hamba-Nya tersebut


dalam ayat selanjutnya dengan berfirman : { ‫( } ك َ َّلا‬Sekali-
kali tidak demikian), maksudnya bahwa persangkaan
mereka keliru dan tidak benar. Barangsiapa yang Allah
lapangkan baginya berupa harta, kesehatan, anak, dan
kenikmatan lainnya bukan merupakan bukti keridhoan
Allah dan kemuliaan orang tersebut. Demikian pula
barangsiapa yang Allah beri kesempitan bukan
menunjukkan bahwa Allah menghinakan orang tersebut.
Apapun kondisi seorang hamba semuanya adalah ujian
dan cobaan. Terkadang Allah memberi ujian kepada
hamba berupa harta, kesehatan, keselamatan, dan
kenikmatan lainnya dan terkadang Allah memberi ujian
kepada hamba berupa kemiskinan, sakit, dan kondisi
lainnya.

Para ulama berbeda pendapat manakah yang lebih utama


di sisi Allah : orang kaya yang bersyukur atau orang miskin
yang bersabar? Yang benar bahwasanya yang paling
utama di antara keduanya adalah yang paling bertakwa
kepada Allah. Jika mereka sama-sama bertakwa maka
akan mendapat balasan yang sama. Orang yang pertama,
Allah mengujinya dengan kekayaan dan dia bersyukur,

7
adapun orang yang kedua Allah uji dengan kemiskinan dan
dia bersabar. Masing-masing dari keduanya telah
melakukan bentuk penghambaan kepada Allah seusai
dengan tuntutan kondisi ujian yang dialaminya sehingga
keduanya mendapat keberuntungan. Ini merupakan
keberuntungan dan kemenangan berupa pahala bagi
orang yang bersyukur dan orang yang bersabar.

Tempat kembalinya seluruh manusia adalah kepada Allah


Ta’ala. Oleh karena itu Allah menutup ayat-Nya dengan
berfirman :

َِ‫َو إ ِ ل َ ي ْ ن َا ِ ت ُ ْر َج ع ُ و ن‬
“Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan“ (QS Al-
Anbiya’ :35)

Maksudnya bahwa seluruh manusia akan mendapat ujian


di dunia kemudian semuanya akan kembali kepada Allah,
agar orang-orang yang berbuat kebaikan mendapat
balasan atas kebaikannya dan orang-orang yang berbuat
keburukan mendapat hukuman atas keburukannya.

Sungguh sangat sedikit sekali orang yang memiliki


pandangan “Dunia adalah ladang tempat beramal”
sebagai persiapan menuju negeri yang kekal, yaitu akhirat.
Padahal inilah pandangan yang benar terhadap dunia yang
seharusnya dimiliki oleh setiap insan. Oleh karena itu, ia
pun menjadikan berbagai fasilitas yang ada sebagai sarana
untuk memperbanyak amal shalih.

8
Sungguh indah ucapan penyair berikut,

‫ا ِ َنا ا ِ للاِا ِع ب َ ا د ًاا ف ُ طَ ن َا ااااااااا طَ ل َ ق ُواا ال د ُّن ْ ي َ ا ا َو َخ ا ف ُوا ا ْ ل ف ِ ت َن َا‬

ْ َ‫ن َ ظ َ ُر ْو ا ا ف ِ يْ َه ا ا عَ ل ِ ُم ْو ا ااااااااا ا َن َ َه ا ا ل َ يْ س‬
‫تا ا ل ِ َح يا ا َو ط َ ن ً ا‬

َ ‫َج ع َ ل ُ ْو هَاا ل ُ َج ةاًا َو ا ت َ َخ ذ ُ ْو ااااا‬


‫ص ا لِ َحاا ا ْ ال َ عْ َم ا ِلاا ف ِ ي ْهاا َا س ُ ف ُ ن ً ا‬

“Sesungguhnya Allah memiliki hamba yang cerdas,

Mereka melepaskan dunia dan takut akan terfitnah,

Mereka melihat dunia itu dengan sebenarnya,

Maka sadarlah mereka bahwa ia tidak pantas

dijadikan tempat menetap,

Mereka pun menjadikan dunia sebagai samudera,

dan menjadikan amal yang shalih sebagai bahtera.”

Oleh karena itu sudah sepantasnya kita memiliki sikap


Zuhud terhadap dunia.”

9
Ali bin Abi Thalib berkata, “Sesungguhnya dunia akan
pergi meninggalkan dan akhirat akan datang
menyongsong. Masing-masing dari keduanya memiliki
anak-anak, jadilah kalian anak-anak akhirat, jangan
menjadi anak-anak dunia, karena sesungguhnya hari ini
adalah (waktu) beramal dan belum dihisab, sedangkan
nanti adalah hisab dan tidak lagi bisa beramal.”

Abdullah bin ‘Aun berkata, “Sesungguhnya orang-orang


sebelum kamu menjadikan untuk dunia ini sisanya (dari
bekerja) untuk akhirat, namun kamu menjadikan untuk
akhirat kamu sisanya (dari bekerja) untuk duniamu.”

HARTA YANG PALING MULIA

Sesungguhnya harta simpanan yang terbaik, yang


Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam kabarkan kepada
kita adalah tiga perkara, sebagaimana Al-Imam Al-Baihaqi
meriwayatkan di dalam sunannya dan dishahihkan oleh
Syaikh Albani Rahimahullah. Kata Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam:

ِ ِ‫ض ل ُ هُِ ِ لِ سَ انِ ِ ذ َ ا ِك رِ ِ َو ق َ ل ْ بِ ِ شَا ِك رِ ِ َو زَ ْو َج ةِ ِ ُم ْؤ ِم ن َة‬


َ ْ‫أ َف‬
ِ‫ت ُ ِع ي ن ُ هُِِ عَ ل َ ى ِ إ ِ ي َم ا ن ِ ِه‬

10
“Harta terbaik adalah lisan yang berdzikir, hati yang
bersyukur dan istri mu’minah yang membantu
keimanannya (suami).”6

Dan dalam riwayat yang lain, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi


wa Sallam bersabda:

ِ ِ‫لِ ي َ ت َّ ِخ ذِْ ِ أ َ َح د ُك ُ ْمِ ِ ق َ ل ْ ب ا ِ ش َا ِك ر ا ِ َو لِ سَ ان ا ِ ذ َ ا ِك ر ا ِ َو َز ْو َج ة‬


ْ ِ ِ‫ُم ْؤ ِم ن َةِ ِ ت ُ ِع ي ُنِ ِ أ َ َح د َ ك ُ ْمِ ِ عَ ل َ ى ِ أ َ ْم ِر‬
ِِ‫اآل ِخ َر ة‬
“Hendaknya salah seorang dari kalian mengambil harta
simpanan berupa hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir
dan isteri mukminah yang menolong salah seorang dari
kalian dalam urusan akhiratnya.”7

Inilah kata Rasulullah, tiga perkara yang merupakan


sebaik-baiknya harta simpanan.

1. Lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah


menjadikan seorang hamba akan senantiasa
diingat oleh Allah.

Apabila Allah mengingat seorang hamba, tentunya Allah


akan berikan kepada dia berbagai macam karunia dan
rahmatNya, diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
inayah dan taufiqNya. Lisan yang senantiasa berdzikir
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, hatinya pun akan

6
HR. Tirmidzi
7
HR. Ibnu Majah

11
terjaga daripada godaan setan. Karena disebutkan dalam
hadits riwayat Imam Ahmad, bahwasannya berdzikir itu
bagaikan benteng yang kokoh, yang membentengi
seorang daripada musuhnya. Sementara musuh kita
adalah setan.

Lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah, hatinya


senantiasa bening dan diberikan oleh Allah kekuatan
untuk menjalankan syariatNya. Sebagaimana disebutkan
dalam hadits, ada seorang laki-laki berkata:

َ َ ‫تا ا عَ ل‬
‫ ا‬، ‫يا ا‬ ْ ‫اْل س َّْل ِما ا ق َ دْا ا ك َ ث ُ َر‬ ْ ‫ي َ ا ا َر س ُ ْو َلا ا للااِ ا إ ِ َنا ا ش ََر ا ئ ِ َعا ا‬
ُ َ ‫ي ءا ا أ َت َش َ ب‬
‫ا الاَ ا ي َ زَ ا ُلا ا‬: ‫ثا ا ب ِ هِا ا ؟ ا ق َ ا َلا ا‬ ْ ِ ‫ف َ أ َن ْ ب ِ ئ ْ ن‬
ْ َ ‫يا ا ِم ن ْ َه ا ا ب ِ ش‬
ِ‫كا ا َر طْ ب ًا ا ِم ْنا ا ِذ كْ ِرا ا للاا‬ َ ُ ‫لِ سَ ا ن‬
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam
sudah banyak pada kami. Beritahukanlah kepada kami
sesuatu yang kami bisa berpegang teguh kepadanya ?’
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Hendaklah
lidahmu senantiasa berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla”8

Ketika orang ini mengadu kepada Rasulullah tentang


syariat Islam yang banyak yang tentunya kita pun sulit
untuk menghafal seluruhnya, ia minta satu kuncinya,
maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menyebutkan kunci semua, yaitu lisan yang senantiasa
basah dengan dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

8
HR. Tirmidzi

12
Itu menunjukkan orang yang senantiasa lisannya basah
dengan dzikir kepada Allah, Allah akan berikan kekuatan ia
untuk menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi
laranganNya. Lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, Allah akan angkat derajatnya dan
Allah akan gugurkan dosa-dosanya. Karena ketika
seseorang mengucapkan Subhanallah, Allah tuliskan
untuknya 20 derajat, Allah gugurkan darinya 20 dosa dan
Allah tuliskan untuknya 20 kebaikan.

Lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah, Allah


tanamkan untuknya pohon-pohon di surga. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam
Ahmad dalam musnadnya, ketika Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam Isra’ Mi’raj, Rasulullah bertemu dengan
Nabi Ibrahim di langit yang ketujuh. Lalu Nabi Ibrahim
berkata kepada Rasulullah:

َ َ ‫ئِ ِ أ ُ َّم ت‬
ِ ِ‫كِ ِ ِم ن ِ ي ِ ال س َّ َل َ َمِ ِ َو أ َ ْخ ب ِ ْر ه ُ ْمِ ِ أ َ َّن‬ ْ ‫ ِ أ َقْ ِر‬،ُ ‫ي َ ا ِ ُم َح َّم د‬
ِ ِ‫ِ َو أ َ َّن‬، ‫ِ َو أ َن َّ َه اِ ق ِ ي ع َ ان‬، ‫ال َج ن َّ ةَِِ ط َ ي ِ ب َ ةُِِ ال ت ُّ ْر ب َ ةِِِ ع َ ذ ْ ب َ ةُِِ ال َم ا ِء‬
ِ ُِ‫ِغ َر ا س َ َه اِ س ُ ب ْ َح ا نَِِ للاِِِ َو ال َح ْم دِ ُِ للِِِ َو لَِِ إ ِ ل َ هَِِ إ ِ لَِِّ للاُِِ َو للا‬
ِ‫أ َكْ ب َ ُر‬
“Wahai Muhammad, sampaikan salam dariku untuk
umatmu. Beritahu mereka bahwa surga itu debunya
harum. Airnya segar. Dan surga itu datar. Tanamannya
adalah kalimat: Subhaanallahi wal hamdu lillaahi laa ilaaha
illaahu wallaahu akbar (Maha Suci Allah, segala puji bagi

13
Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah,
dan Allah Maha Besar).”9

Maka lisan yang senantiasa banyak berdzikir kepada Allah,


hakikatnya ia sedang menanam pohon-pohon dan
tanaman-tanaman di surga untuk dirinya sendiri. Lisan
yang senantiasa berdzikir kepada Allah, Allah jaga lisannya
dari mengucapkan kata-kata yang dimurkai oleh Allah.
Sehingga ia jauh dari berghibah, ia jauh dari berdusta, ia
jauh dari mengucapkan kata-kata yang dimurkai dan tidak
disukai oleh Allah.

2. Hati yang bersyukur kepada Allah Subhanahu wa


Ta’ala

adalah hati yang mengakui bahwa semua nikmat yang


yang ia peroleh berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hati tersebut senantiasa meyakini bahwa sekecil apapun
nikmat yang ia rasakan akan ditanya oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Hati tersebut kemudian berpikir bagaimana ia
menggunakan nikmat-nikmat yang banyak tersebut untuk
mensyukuri Allah, untuk menaati Allah.

Ketika ia diberikan oleh Allah kenikmatan, ia senantiasa


berpikir, “apa jawaban saya di hadapan Allah dengan
nikmat-nikmat yang saya peroleh tersebut?” Sehingga
sebelum ia menggunakan kenikmatan tersebut, hati

9
HR. Ahmad

14
tersebut berpikir, “apakah yang saya gunakan ini dalam
kerinduan Allah atau tidak?”

Hati yang bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,


hati yang senantiasa qanaah dengan yang Allah berikan
kepadanya walaupun sedikit. Ia tidak pernah merasa
serakah dan rakus, ia tahu dan ia sangat yakin bahwasanya
sesuatu yang Allah berikan kepadanya itu yang terbaik
untuknya. Sehingga akhirnya hatinya tidak pernah
berangan-angan dan berkhayal untuk mendapatkan
kehidupan dunia yang lebih banyak lagi.

Hati yang bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala


adalah hati yang selalu berucap dan berterima kasih
kepada Allah. Disaat ia makan, hati tersebut yakin
bahwasanya inilah nikmat Allah, maka lisannya pun
berucap Alhamdulillah. Makanya Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ْ ِِ‫إ ِ َّنِِ اّللََِِّ ل َ ي َ ْر ضَ ىِ عَ ْنِِ الْ ع َ ب ْ ِدِِ أ َ ْنِِ ي َ أ ْك ُ َل‬


ِ ُِ‫اِل َكْ ل َ ةَِِ ف َ ي َ ْح َم د َ ه‬
َ ‫عَ ل َ ي ْ َه ا ِ أ َ ْوِ ِ ي َ شْ َر‬
‫بِ ِ ال ش َّ ْر ب َ ةَِ ِ ف َ ي َ ْح َم د َ هُِِ عَ ل َ يْ َه ا‬
“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-
Nya yang mengucapkan tahmid (Alhamdulillah) sesudah
makan dan minum.”10

Hati tersebut penuh rasa syukur kepada Allah, hati


tersebut senantiasa berharap agar semua nikmat-nikmat
yang Allah berikan tersebut menjadi pahala untuk dirinya.

10
HR. Muslim

15
Hati yang senantiasa takut kepada Allah, berharap akan
karunia dan nikmatNya, berharap akan surgaNya,
berharap akan keridhaanNya.

Hati tersebut takut kepada Allah, takut akan adzabNya dan


kemurkaanNya. Hati tersebut senantiasa ia gantungkan
harapannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati yang
penuh tawakal kepada Allah, hati yang dipenuhi dengan
cinta kepada Allah, hati yang senantiasa berharap kepada
Allah. Sehingga akhirnya cintai ia karena Allah, benci ia
karena Allah, keinginan ia hanya mengharapkan ridha
Allah, dia tidak mengharapkan pujian manusia, ia tidak
mengharapkan kehidupan dunia dari amal shalihnya,
demikian hati yang bersyukur kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

3. Istri Yang Sholehah

Istri shalihah, sebuah predikat mulia yang diimpikan setiap


suami yang beriman kepada Allah Ta’ala dan hari Akhir.
Demikian pula gelar ukhrawi ini idealnya menjadi obsesi
setiap wanita. Untuk meraih figur mulia ini, salah satu kiat
yang harus dilakukan seorang wanita adalah taat dan
menghargai suaminya dalam rangka ketaatan pada Allah
Ta’ala. Itulah seindah-indah perhiasan dunia yang
Rasulullah disebutkan dalam haditstnya:

ُِ‫ال د ُّن ْ ي َ ا ِ َم ت َاع ِ َو َخ يْ ُرِ ِ َم ت َاعِ ِ ال د ُّن ْ ي َ ا ِ الْ َم ْر أ َةِ ُِ ال صَّ ا لِ َح ة‬


ِ

16
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah
wanita shalihah.”11

Istri yang shalihah adalah yang senantiasa berpikir


bagaimana bakti ia kepada suaminya. Istri yang shalihah
adalah yang berusaha bagaimana menjadikan suaminya
sebagai jalan dirinya untuk masuk kepada surga Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Al-Imam Al-Bazzar
meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam kedatangan seorang wanita yang ingin bertanya
kepadanya karena ada kebutuhan. Lalu Rasulullah
bersabda kepadanya:

“Apakah kamu memiliki suami?”

Wanita itu menjawab, “punya wahai Rasulullah”

Kata Rasulullah, “bagaimana sikap kamu terhadap


suamimu?”

Wanita itu berkata, “Aku terus bersungguh-sungguh untuk


mentaati suamiku keculi aku yang tidak mampu ya
Rasulullah”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ِ‫ك‬
ِ ‫كِ ِ َو ن َا ُر‬ ِ ْ‫ف َ ا ن ْ ظ ُ ِر ي ِ أ َيْ نَِ ِ أ َن‬
ِ ُ ‫تِ ِ ِم ن ْ هُِِ ف َ إ ِن َّ َم ا ِ ه ُ َوِ ِ َج ن َّ ت‬

11
HR. Muslim

17
“Lihatlah oleh kamu bagaimana kamu dimata suamimu,
karena suamimu adalah surga atau nerakamu”12

Istri yang senantiasa berpikir bagaimana ia berusaha


mentaati suaminya dalam kebaikan dan membantu
suaminya dalam ketaatan. Sebagaimana disebutkan
dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menyebut tentang suami istri yang apabila suaminya
bangun diwaktu malam, ia shalat malam lalu ia bangunkan
istrinya untuk shalat malam, lalu keduanya shalat malam.
Kata Rasulullah:

ِ ُِ‫ص ل َّ ىِ َو أ َيْ ق َ ظَِِ ا ْم َر أ َت َه‬


َ َ ‫ج َلِِ ق َ امَِِ ِم نَِِ الل َّ ي ْ ِلِِ ف‬ُ ‫َر ِح مَِِ اّللَُِِّ َر‬
ِ َُِّ‫شِ ِ ف ِ ى ِ َو ْج ِه َه ا ِ الْ َم ا َءِ ِ َر ِح َمِ ِ اّلل‬ َّ ‫تِ ِ َر‬ ْ َ ‫تِ ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ أ َب‬
ْ َّ ‫ص ل‬
َ َ‫ف‬
ِ ‫تِ ِ َز ْو َج َه ا‬ ْ َ ‫تِ ِ َو أ َيْ ق َ ظ‬
ْ َّ ‫ص ل‬
َ َ ‫تِ ِ ِم نَِ ِ الل َّ ي ْ ِلِ ِ ف‬ ْ ‫ا ْم َر أ َةِ ِ ق َ ا َم‬
ِ‫تِ ِ ف ِ ى ِ َو ْج ِه ِهِ ِ الِْ َم ا َء‬ ْ َّ ‫ص ل َّ ى ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ أ َب َ ى ِ َر ش‬
َ َ‫ف‬
“Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun
di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan
istrinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau
bangun, ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah juga
merahmati seorang perempuan yang bangun di waktu
malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya.
Bila suami enggan untuk bangun, ia pun memercikkan air
ke wajahnya.”13

12
HR. Ahmad
13
HR. An Nasa’i

18
Allah merahmati istri yang membantu suaminya untuk
mentaati Allah, Allah merahmati suami yang membantu
istrinya untuk mentaati Allah.

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ِ‫ت‬ِ َ ‫ج َه ا ِ ع َ ن ْ َه ا ِ َر اضِ ِ د َ َخ ل‬ ْ َ ‫أ َي ُّ َم ا ِ ا ْم َر أ َةِ ِ َم ا ت‬


ُ ‫تِ ِ َو َز ْو‬
َِ‫الْ َج ن َّ ة‬
“Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya
ridha padanya, maka ia akan masuk surga.”14

Yang dimaksudkan dengan hadits di atas adalah jika


seorang wanita beriman itu meninggal dunia lantas ia
benar-benar memperhatikan kewajiban terhadap
suaminya sampai suami tersebut ridha dengannya, maka
ia dijamin masuk surga. Bisa juga makna hadits tersebut
adalah adanya pengampunan dosa atau Allah
meridhainya.15

Begitu pula ada hadits dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ia


berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

14
HR. Tirmidzi no. 1161 dan Ibnu Majah no. 1854. Abu Isa Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan
15
Nuzhatul Muttaqin karya Prof. Dr. Musthofa Al Bugho, hal. 149

19
ِ ‫تِ ِ ش َ ْه َر هَا‬ ْ ‫ص ا َم‬ َ ‫تِ ِ ال ْ َم ْر أ َةِ ُ ِ َخ ْم س َ َه ا ِ َو‬ ِ َّ ‫ص ل‬َ ِ ‫إ ِ ذ َا‬
ِ ‫خ لِ ى‬ُ ْ ‫تِ ِ َز ْو َج َه ا ِ ق ِ ي َلِ ِ ل َ َه ا ِ ا د‬ ْ َ‫تِ ِ ف َ ْر َج َه ا ِ َو أ َط َ ا ع‬
ْ َ‫َو َح ف ِ ظ‬
ِ ْ ‫ىِ ِ أ َب َْو ا بِِ ِ الْ َج ن َّ ِةِ ِ ِش ئ‬
ِ‫ت‬ ِ َ ‫الْ َج ن َّ ةَِ ِ ِم ْنِ ِ أ‬
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu,
juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-
betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan
benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada
wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam
surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.”16

Dengan ketaatan seorang istri, maka akan langgeng dan


terus harmonis hubungan kedua pasangan. Hal ini akan
sangat membantu untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Islam pun memuji istri yang taat pada suaminya. Bahkan


istri yang taat suami itulah yang dianggap wanita terbaik.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

ِ ِ‫يِ ِ الن ِ سَ ا ِء‬ ُّ َ ‫ص ل َّ ى ِ اّللَُِّ ِ عَ ل َ يْ هِِ ِ َو سَ ل َّ َمِ ِ أ‬


َ ِ َِِّ‫ق ِ ي َلِ ِ ل ِ َر س ُ و ِلِ ِ اّلل‬
ِ ِ‫ط ي ع ُ هُِِ إ ِ ذ َ اِ أ َ َم َرِِ َو َل‬ ِ ُ ‫َخ ي ْرِِ ق َ ا َلِِ ال َّ ت ِ يِ ت َس ُ ُّر هُِِ إ ِ ذ َ اِ ن َ ظَ َرِِ َو ت‬
ُِ‫ت ُ َخ ا لِ ف ُ هُِِ ف ِ ي ِ ن َ فْ ِس َه ا ِ َو َم ا لِ َه ا ِ ب ِ َم ا ِ ي َ كْ َر ه‬
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab
beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat

16
HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al
Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih

20
suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak
menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga
membuat suami benci”17

Demikianlah ini adalah merupakan sebaik-baik harta


simpanan yang kita simpan di dunia ini untuk kehidupan
akhirat kelak.

Setengah Agamamu Telah di Sempurnakan

Di zaman ini tidak ragu lagi penuh godaan di sana-sini. Di


saat wanita-wanita sudah tidak lagi memiliki rasa malu. Di
saat kaum hawa banyak yang tidak lagi berpakaian sopan
dan syar’i. Di saat perempuan lebih senang menampakkan
betisnya daripada mengenakan jilbab yang menutupi
aurat. Tentu saja pria semakin tergoda dan punya niatan
jahat, apalagi yang masih membujang. Mau membentengi
diri dari syahwat dengan puasa amat sulit karena ombak
fitnah pun masih menjulang tinggi. Solusi yang tepat di
kala mampu secara fisik dan finansial adalah dengan
menikah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

17
HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih

21
‫ ف َ لْ ي َ ت َّقِ للا َ ف ِ ي‬، ‫ف الدِ يْ ِن‬ ْ َ ‫ج ال ع َ بْد ف َ ق َ د ْ كَ َّم لَ ن‬
َ ‫ص‬ َ ‫إ ِ ذ َ ا ت َ َز َّو‬
‫ف ال ب َ ا ق ِ ي‬
ِ ‫ص‬
ْ ِ ‫الن‬
“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan
separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah
pada separuh yang lainnya.”18

Pernikahan merupakan sunnatullah yang berlaku pada


setiap nabi dan rasul berdasarkan Firman Allah
subhanallahu ta’ala :

َِ‫ي ءِ ِ َخ ل َ قْ ن َا ِ َز ْو َج ي ْ ِنِ ِ ل َ ع َ ل َّ ك ُ ْمِ ِ ت َذ َك َّ ُر ْو ن‬


ْ َ ‫َو ِم ْنِ ِ ك ُ لِِ ِ ش‬
“Dan Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan,
agar kalian mengingat (kebesaran Allah).” (QS Adz-
Dzariyat : 49)

ِ ِ‫ض‬ُ ‫ال َ ْر‬ ْ ُِِ‫جِِ ك ُ ل َّ َه اِ ِم َّم اِ ت ُ ْۢنْ ب ِ ت‬


َ ‫ال َ ْز َو ا‬ ْ ‫س ُ ب ْحٰ نَِِ ال َّ ِذ‬
ْ َِِ‫يِِ َخ ل َ ق‬
َِ‫س ِه ْمِ ِ َو ِم َّم ا ِ َلِ ِ ي َ عْ ل َ ُم ْو ن‬ِ ُ ‫َو ِم ْنِ ِ ا َن ْ ف‬
“Mahasuci (Allah) Yang telah menciptakan semuanya
berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan
oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui.” (QS Yasin : 36)

18
HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625

22
ِ ‫كِ ِ َو َج ع َ لْ ن َا ِ ل َ هُ ْمِ ِ ا َ ْز َو اج ا‬ َ ِ ‫َو ل َ ق َ دِْ ِ ا َ ْر سَ ل ْ ن َا ِ ُر س ُ َلِ ِ ِم ْنِ ِ ق َ بْ ل‬
ِ ِ‫يِ ِ ب ِ اٰ ي َ ةِ ِ ا َِّلِ ِ ب ِ ا ِ ذ ْ ِن‬ ْ
َ ِ ‫َّو ذ ُ ِرِ ي َّةِ ِ ۗ َو َم ا ِ كَ ا نَِ ِ لِ َر س ُ ْو لِ ِ ا َ ْنِ ِ ي َّأ ت‬
ِ‫اّللِِ ِ ۗ ل ِ ك ُ لِِ ِ ا َ َج لِ ِ ِك ت َاب‬ ٰ
“Dan sungguh Kami mengutus beberapa rasul sebelum
kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan
keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang rasul
mendatangkan suatu ayat (mukjizat), melainkan dengan
izin Allah. Tiap-tiap waktu (telah) ada catatan (ketetapan)
baginya.” (QS Ar-Ra’d: 38)

Begitu juga pernikahan merupakan tanda-tanda


kekuasaan Allah yang menunjukkan kesempurnaan
rububiyah (mengakui Allah sebagai pencipta, pemberi
rizki, penguasa dan pengatur jagad raya) dan Allah-lah
yang paling berhak disembah sebagaimana FirmanNya :

ِ ‫س ك ُ ْمِ ِ ا َ ْز َو اج ا‬ ِ ُ ‫َو ِم ْنِ ِ ٰا ٰي ت ِ هِ ِ ا َ ْنِ ِ َخ ل َ قَِ ِ ل َ ك ُ ْمِ ِ ِم ْنِ ِ ا َن ْ ف‬


ِ ِ‫ي‬ْ ِ ‫س ك ُ ن ُ ْو ا ِ ا ِ ل َ ي ْ َه ا ِ َو َج ع َ َلِ ِ ب َ ي ْ ن َ ك ُ ْمِ ِ َّم َو د َّةِ ِ َّو َر ْح َم ةِ ِ ۗ ا ِ َّنِ ِ ف‬
ْ َ ‫لِ ت‬
َِ‫كِ ِ َلٰ ٰي تِ ِ لِ ق َ ْو مِ ِ ي َّ ت َف َ ك َّ ُر ْو ن‬َ ِ‫ٰذ ل‬
“Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)Nya adalah Dia
menciptakan pasang-pasangan untuk kalian dari jenis
kalian sendiri, agar kalian cenderung (dan merasa
tenteram) kepadanya, dan Dia menjadikan diantara kalian
rasa kasih dan sayang.” (QS Ar-Rum: 21).

Allah Ta’ala menjelaskan bahwa pernikahan merupakan


bagian dari karunia Allah kepada makhluk karena dengan

23
melalui pernikahan mereka dikaruniai anak dan cucu
sebagaimana firman Allah subhanallahu Ta’ala :

ِ ِ‫س ك ُ ْمِِ ا َ ْز َو اج اِ َّو َج ع َ َلِِ ل َ ك ُ ْمِِ ِم ْن‬ ِ ُ ‫اّللُِِ َج ع َ َلِِ ل َ ك ُ ْمِِ ِم ْنِِ ا َن ْ ف‬
ٰ ‫َو‬
ِ ِ‫ت‬ِ ۗ ‫اج ك ُ ْمِ ِ ب َ ن ِ يْ نَِ ِ َو َح ف َ د َ ةِ ِ َّو َر زَ ق َ ك ُ ْمِ ِ ِم نَِ ِ الط َّ ي ِ ٰب‬ ِ ‫ا َ ْز َو‬
ِ‫اّللِِ ِ ه ُ ْمِ ِ ي َ كْ ف ُ ُر ْو َن‬ ِ ‫ط ِلِ ِ ي ُ ْؤ ِم ن ُ ْو نَِ ِ َو ب ِ ن ِ ع ْ َم‬
ٰ ِ ِ‫ت‬ ِ ‫ا َف َ ب ِ ال ْ ب َ ا‬
“Allah menjadikan bagi kalian istri-istri dari jenis kalian
sendiri dan menjadikan bagi kalian dari istri-istri kalian itu
anak-anak dan cucu-cucu,dan memberi kalian rizki dari
yang baik-baik. Maka apakah yang batil yang mereka
Imani, dan nikmat Allah mereka ingkari?” (QS An-Nahl: 72)

Termasuk cara Islam mendorong nikah mengajak umatnya


untuk segera menikah dan memberikan sebab-sebab
kemudahan bagi pemeluknya sebagaimana sabda Nabi
shalallahu ‘alaihi wassallam, dari ‘Abdullah bin Mas’ud
Radhiyallahu anhu. Ia menuturkan: “Kami bersama Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pemuda yang tidak
mempunyai sesuatu, lalu beliau bersabda kepada kami:

َِ ِ‫ ِ َم ِنِ ِ ا سْ ت َطَ ا عَِ ِ ِم ن ْ ك ُ مُِ ِ ال ْ ب َ ا َء ة‬، ِ ‫ي َ ا ِ َم عْ شَ َرِ ِ ال ش َّ ب َ ا ب‬


ِ ، ِ ‫ص ُنِ ِ لِ لْ ف َ ْر ج‬ َ ‫ص ِرِ ِ َو أ َ ْح‬ َ َ ‫َضِ ِ لِ ل ْ ب‬ ُّ ‫ ِ ف َ إ ِن َّ هُِ ِ أ َغ‬، ‫ج‬ ْ ‫ف َ لْ ي َ ت َ َز َّو‬
ِ‫ ِ ف َ إ ِن َّ هُِِ ل َ هُِ ِ ِو َج اء‬، ‫ط ْعِ ِ فَِ ع َ ل َ ي ْ ِهِ ِ ب ِ ال صَّ ْو ِم‬
ِ َ ‫ َو َم ْنِ ِ ل َ ْمِ ِ ي َ سْ ت‬.
“Wahai sekalian para pemuda! Barangsiapa diantara
kalian mampu menikah, maka menikahlah, karena
demikian itu lebih menundukkan pandangan dan lebih
menjaga kemaluan, barangsiapa tidak mampu (menikah),

24
maka hendaknya berpuasa, sebab hal itu bisa menjadi
penekan hawa nafsu.”19

Pernikahan merupakan aturan Allah dan jalan yang terbaik


untuk melestarikan kehidupan serta untuk memperoleh
keturunan sehingga tatanan kehidupan bertahan, setelah
masing-masing mengenal peranan positif dan tugas
rumah tangga yang mulia untuk merealisasikan tujuan
tersebut.

Keutamaan menikah adalah untuk menyempurnakan


separuh agama dan kita tinggal menjaga diri dari
separuhnya lagi. Kenapa bisa dikatakan demikian? Para
ulama jelaskan bahwa yang umumnya merusak agama
seseorang adalah kemaluan dan perutnya. Kemaluan yang
mengantarkan pada zina, sedangkan perut bersifat
serakah. Nikah berarti membentengi diri dari salah
satunya, yaitu zina dengan kemaluan. Itu berarti dengan
menikah separuh agama seorang pemuda telah terjaga,
dan sisanya, ia tinggal menjaga lisannya.

Al Mula ‘Ali Al Qori rahimahullah dalam Mirqotul Mafatih


Syarh Misykatul Mashobih berkata bahwa sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam “bertakwalah pada separuh
yang lainnya”, maksudnya adalah bertakwalah pada sisa
dari perkara agamanya. Di sini dijadikan menikah sebagai
separuhnya, ini menunjukkan dorongan yang sangat
untuk menikah.

19
HR Bukhari no 5063 : Muslim no 1401

25
Al Ghozali rahimahullah (sebagaimana dinukil dalam kitab
Mirqotul Mafatih) berkata, “Umumnya yang merusak
agama seseorang ada dua hal yaitu kemaluan dan
perutnya. Menikah berarti telah menjaga diri dari salah
satunya. Dengan nikah berarti seseorang membentengi
diri dari godaan syaithon, membentengi diri dari syahwat
(yang menggejolak) dan lebih menundukkan pandangan.”

Al Qurthubi rahimahullah berkata, “Siapa yang menikah


berarti telah menyempurnakan setengah agamanya.
Karena itu bertaqwalah kepada Allah untuk setengah yang
kedua.” Makna hadis ini bahwa nikah akan melindungi
orang dari zina. Sementara menjaga kehormatan dari zina
termasuk salah satu yang mendapat jaminan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan surga.
Beliau mengatakan, ‘Siapa yang dilindungi Allah dari dua
bahaya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga,
yaitu dilindungi dari dampak buruk mulutnya dan
kemaluannnya.’20

Maka saat ingin menikah hendaknya benar-benar selektif


dalam memilih calon pendamping hidup, carilah yang
benar-benar baik akhlak dan agamanya. Dan mintalah
pertimbangan kepada orang-orang bijak, orang-orang yg
paham agama, bertakwa, serta terpercaya (ustadz, orang
tua, tokoh agama setempat, dll) mengenai sang calon
tersebut, agar didapatkan kesimpulan yang obyektif,

20
Tafsir al-Qurthubi, 9/327

26
bukan hanya subyektif, dan bisa jadi mereka mengetahui
apa yang tidak kita ketahui.

Demi Hidup Bahagia

Indahnya ketika akad telah dikumandangkan, berjuta doa


membanjiri pasangan pasutri baru yang sedang dilanda
asmara. Keharmonisan rumah tangga telah terbayang
indah nan penuh warna. Euforia walimatul ‘urs semakin
menambah suasana berbunga-bunga. Menikah
merupakan dambaan setiap insan manusia. Menikah juga
tak hanya sarana menyalurkan cinta dan nafsu belaka
tanpa menuai pahala dari Allah Ta’ala. Menjadi keluarga
yang bahagia, penuh dengan rasa cinta dalam rumah
tangga merupakan impian dan idaman. Sungguh indah
bersanding dengan seorang yang didambakan. Maka tak
heran jika ada yang memasang berlembar-lembar kriteria
diajukan demi mendapatkan pasangan yang diimpikan.

Mematok seabrek kriteria bukanlah hal yang salah, karena


setiap orang mengidamkan pasangan terbaik sebagai
pasangan hidupnya demi kebahagiaan rumah tangga
kelak. Namun, ingatlah bahwa kriteria-kriteria itu
bukanlah harga mutlak. Karena tidak ada manusia yang
sempurna di dunia. Layaknya matahari dan bulan, mereka
sama-sama memiliki fungsi sendiri-sendiri. Bulan datang
ketika malam tiba memberikan penerangan dalam
kegelapan malam. Pun dengan matahari yang datang

27
memberikan cahaya terbaiknya untuk menghangatkan
bumi pertiwi.

Berharap pahala dari kehidupan rumah tangga, mendapat


keturunan yang shalih dan shalihah. Menjadi taman untuk
mendirikan syari’at agama pertama bagi anak-anaknya.
Janganlah keinginan menikah yang telah menghujam
dalam hati sirna karena terlalu tingginya patokan kriteria
yang diajukan. Jikalau ternyata tidak ditemukan yang
sama dengan kriteria yang diinginkan, maka tidak boleh
merugikan dirinya dengan menunda-nunda pernikahan
demi menunggu dan mendapatkan yang sama persis
dengan keinginannya. Sehingga ia tidak sadar dangan
kondisinya sendiri yang telah berada pada ambang waktu
untuk harus menikah. Sungguh hal yang sangat merugikan
jika standar yang diinginkan tertalu tinggi malah menjadi
duri bagi dirinya sendiri maupun orang-orang
disekitarnya.

“Apabila engkau mendamba seorang yang berbudi tanpa


cela, mungkinkah kiranya gaharu menebarkan wanginya
tanpa asap?”21

Kalimat di atas telah menyadarkan dan mengajari kita,


bahwa tidak mungkin seseorang akan mendapatkan
pasangan yang sempurna tanpa cela.

Setiap orang yang telah berkeluarga, tentu menginginkan


kebaikan dan kebahagiaan dalam kehidupannya bersama

21
Majma’ Al-Hikam wal Amtsal fi Asy-Syi’r Al-‘Arabi

28
istri dan anak-anaknya. Hal ini sebagai perwujudan rasa
cintanya kepada mereka, yang kecintaan ini merupakan
fitrah yang Allah tetapkan pada jiwa setiap manusia. Allah
Ta’ala berfirman,

{ ِ َِ‫تِ ِ ِم نَِ ِ الن ِ سَ ا ِءِ ِ َو ال ْ ب َ ن ِ ي ن‬


ِ ‫ح بُِّ ِ ال ش َّ هَ َو ا‬ ِ َّ ‫ُز ي ِ نَِ ِ لِ ل ن‬
ُ ِ ِ‫اس‬
ِ ِ‫يرِ ِ ال ْ ُم ق َ نْ طَ َر ةِِ ِ ِم نَِ ِ ال ذ َّه َ بِِ ِ َو الْ فِ ضَّ ِةِ ِ َو ال ْ َخ ي ْ ِل‬
ِ ‫ط‬ ِ ‫َو الْ ق َ ن َا‬
ِ ِِ‫كِ ِ َم ت َا عُِ ِ الْ َح ي َ ا ة‬ َ ِ ‫ثِ ِ ذ َ ل‬ ِ ‫اِل َن ْ ع َ ا ِمِ ِ َو ال ْ َح ْر‬
ْ ‫الْ ُم س َ َّو َم ِةِ ِ َو‬
ِِ‫ح سْ ُنِ ِ ال ْ َم آ ب‬ ُ ِ ُِ‫} ال د ُّن ْ ي َ ا ِ َو اّللَُِّ ِ ِع ن ْ د َ ه‬
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga)” (QS Ali ‘Imran:14)

Bersamaan dengan itu, nikmat keberadaan istri dan anak


ini sekaligus juga merupakan ujian yang bisa
menjerumuskan seorang hamba dalam kebinasaan. Allah
mengingatkan hal ini dalam firman-Nya.

{ ِ ِ‫اج ك ُ ْمِ ِ َو أ َ ْو ل ِد ك ُ ْم‬ ِ ‫ي َ ا ِ أ َي ُّ َه ا ِ ال َّ ِذ ي نَِ ِ آ َم ن ُوا ِ إ ِ َّنِ ِ ِم ْنِ ِ أ َ ْز َو‬


ِ‫} عَ د ُو اِ ِ ل َ ك ُ ْمِ ِ ف َ ا ْح ذ َ ُر و ه ُ ْم‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara
isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…”
(QS At Taghaabun:14)

29
Makna “menjadi musuh bagimu” adalah melalaikan kamu
dari melakukan amal shaleh dan bisa menjerumuskanmu
ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah Ta’ala22

Seorang kepala keluarga yang benar-benar mencintai dan


menyayangi istri dan anak-anaknya hendaknya menyadari
bahwa cinta dan kasih sayang sejati terhadap mereka
tidak diwujudkan dengan hanya mencukupi kebutuhan
duniawi dan fasilitas hidup mereka. Akan tetapi yang lebih
penting dari semua itu pemenuhan kebutuhan rohani
mereka terhadap pengajaran dan bimbingan agama yang
bersumber dari petunjuk al-Qur-an dan sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.

1. Membina Rumah Tangga Dengan Agama

Allah Ta’ala berfirman,

‫ي َ ا ِ أ َي ُّ َه ا ِ ال َّ ِذ ي نَِ ِ آ َ َم ن ُوا ِ ق ُوا ِ أ َنْ ف ُ س َ ك ُ ْمِ ِ َو أ َهْ ل ِ ي ك ُ ْمِ ِ ن َار ا‬


“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka.” (QS. At- Tahrim: 6)

Adh-Dhahak dan Maqatil mengenai ayat di atas,

ِ ِِ‫ِ ِم ْنِِ ق ُ َر ا ب َ ت ِ هِِِ َو إ ِ َم ا ئ ِ ه‬،ُ ‫قِِ عَ ل َ ىِ الم سْ ل ِ ِمِِ أ َ ْنِِ ي ُع َ ل ِ مَِِ أ َهْ ل َ ه‬
ُّ ‫َح‬
ُِ‫ ِ َو َم ا ِ ن َ َه ا ه ُ مُِ ِ للاُِ ِ ع َ ن ْ ه‬، ‫ضِ ِ للاُِ ِ عَ ل َ ي ْ ِه ْم‬ َ ‫ ِ َم ا ِ ف َ َر‬،ِ ‫َو ع َ ب ِ يْ ِد ه‬
“Menjadi kewajiban seorang muslim untuk mengajari
keluarganya, termasuk kerabat, sampai pada hamba

22
Tafsir Ibnu Katsir (4/482)

30
sahaya laki-laki atau perempuannya. Ajarkanlah mereka
perkara wajib yang Allah perintahkan dan larangan yang
Allah larang.”23

Kepala rumah tangga yang baik mengajak anaknya untuk


shalat sebagaimana yang suri tauladan kita perintahkan,

ِ ِ ِِ‫ُم ُر وا ِ أ َ ْو ل َ د َ ك ُ ْمِ ِ ب ِ ال صَّ َل َ ةِِ ِ َو ه ُ ْمِ ِ أ َب ْ ن َا ءُِ ِ س َ ب ْع‬


ِ َِ‫س ن ِ ي ن‬
َِ‫س ن ِ ي ن‬ِ ِ ِ‫ض ِر ب ُو ه ُ ْمِ ِ عَ ل َ ي ْ َه ا ِ َو ه ُ ْمِ ِ أ َبْ ن َا ءُِ ِ عَ شْ ِر‬
ْ ‫َو ا‬
“Perhatikanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan
shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Jika mereka telah
berumur 10 tahun, namun mereka enggan, pukullah
mereka.”24

Coba perhatikan nikmatnya jika rumah tangganya dibina


dengan agama. Sungguh nikmat dan sejuk. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyuruh suami-istri
untuk shalat malam bareng,

ِ ُِ‫ص ل َّ ىِ َو أ َي ْ ق َ ظَِِ ا ْم َر أ َت َه‬َ َ ‫امِِ ِم نَِِ الل َّ ي ْ ِلِِ ف‬َ َ ‫ج َلِِ ق‬ ُ ‫َر ِح مَِِ للاُِِ َر‬
ِ َِ‫ ِ َو َر ِح م‬، ‫ض َحِ ِ ف ِ ي ِ َو ْج ِه َه ا ِ ال ْ َم ا َء‬ َ َ ‫تِ ِ ن‬ْ َ ‫ ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ أ َب‬، ‫ت‬
ْ َّ ‫ص ل‬
َ َ‫ف‬
ِ ‫تِِ َز ْو َج َه ا‬ ْ َ ‫تِِ َو أ َيْ ق َ ظ‬ْ َّ ‫ص ل‬
َ َ ‫تِِ ِم نَِِ الل َّ ي ْ ِلِِ ف‬ْ ‫للاُِِ ا ْم َر أ َةِِ ق َ ا َم‬
ِ‫تِ ِ ف ِ ي ِ َو ْج ِه ِهِ ِ ا ل ْ َم ا َء‬ ْ ‫ص ل َّ ى ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ أ َب َ ى ِ ن َ ضَ َح‬ َ َ‫ف‬

23
HR. Ath-Thabari, dengan sanad shahih dari jalur Said bin Abi
‘Urubah, dari Qatadah. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 321
24
HR. Abu Daud, no. 495; Ahmad, 2: 180. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini shahih

31
“Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun di
waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia
membangunkan istrinya lalu si istri mengerjakan shalat.
Bila istrinya enggan untuk bangun, ia percikkan air di
wajah istrinya. Semoga Allah merahmati seorang wanita
yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan
ia membangunkan suami lalu si suami mengerjakan
shalat. Bila suaminya enggan untuk bangun, ia percikkan
air di wajah suaminya.”25

2. Istri Taat Pada Suaminya

Rumah tangga akan berbahagia, jika istri itu taat pada


suami. Karena istri seperti inilah yang akan menyenangkan
hati suami,

ِ ِ‫يِ ِ الن ِ سَ ا ِء‬ ُّ َ ‫ص ل َّ ى ِ اّللَُِّ ِ عَ ل َ يْ هِِ ِ َو سَ ل َّ َمِ ِ أ‬


َ ِ َِِّ‫ق ِ ي َلِ ِ ل ِ َر س ُ و ِلِ ِ اّلل‬
ِ ِ‫ط ي ع ُ هُِِ إ ِ ذ َ اِ أ َ َم َرِِ َو َل‬ ِ ُ ‫َخ ي ْرِِ ق َ ا َلِِ ال َّ ت ِ يِ ت َس ُ ُّر هُِِ إ ِ ذ َ اِ ن َ ظَ َرِِ َو ت‬
ُِ‫ت ُ َخ ا لِ ف ُ هُِِ ف ِ ي ِ ن َ فْ ِس َه ا ِ َو َم ا لِ َه ا ِ ب ِ َم ا ِ ي َ كْ َر ه‬
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab
beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat
suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak

HR. Abu Daud, no. 1450; An-Nasa’i, no. 1611. Al-Hafizh Abu Thahir
25

mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan

32
menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga
membuat suami benci.”26

Bahkan istri yang seperti inilah yang akan dapat jaminan


masuk surga lewat pintu surga mana saja yang ia mau.
Disebutkan dalam hadits,

ِ ‫تِ ِ ش َ ْه َر هَا‬ ْ ‫ص ا َم‬ َ ‫تِ ِ ال ْ َم ْر أ َةِ ُ ِ َخ ْم س َ َه ا ِ َو‬ ِ َّ ‫ص ل‬َ ِ ‫إ ِ ذ َا‬


ِ ‫خ لِ ى‬ُ ْ ‫تِ ِ َز ْو َج َه ا ِ ق ِ ي َلِ ِ ل َ َه ا ِ ا د‬ ْ َ‫تِ ِ ف َ ْر َج َه ا ِ َو أ َط َ ا ع‬
ْ َ‫َو َح ف ِ ظ‬
ِ ْ ‫ىِ ِ أ َب َْو ا بِِ ِ الْ َج ن َّ ِةِ ِ ِش ئ‬
ِ‫ت‬ ِ َ ‫الْ َج ن َّ ةَِ ِ ِم ْنِ ِ أ‬
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu,
juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-
betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan
benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada
wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam
surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.”27

3. Punya Banyak Anak

Karena makin banyak anak, makin banyak yang


mendo’akan. Namun dituntut anak tersebut adalah anak
yang shalih.

26
HR. An-Nasai, no. 3231; Ahmad, 2: 251. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih
27
HR. Ahmad, 1: 191; Ibnu Hibban, 9: 471. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth
mengatakan bahwa hadits ini shahih

33
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ِ‫اْل نْ سَ ا ُنِ ِ ا ن ْ ق َ طَ َعِ ِ ع َ َم ل ُ هُِ ِ إ ِ َّلِ ِ ِم ْنِ ِ ث َ ََل ث َةِ ِ ِم ْن‬


ِ ْ ِ ِ‫ت‬َ ‫إ ِ ذ َ ا ِ َم ا‬
َ ِ ِ‫ار ي َ ةِ ِ َو ِع لْ مِ ِ ي ُن ْ ت َف َ ُعِ ِ ب ِ هِِ ِ َو َو ل َ د‬
ِ ‫ص ا ل ِ حِ ِ ي َ د ْ ع ُ و‬ ِ ‫ص د َ ق َ ةِ ِ َج‬
َ
ُِ‫ل َ ه‬
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah,
ilmu yang diambil manfaatnya, atau doa anak yang
shalih.”28

Dari Ma’qil bin Yasaar, ia berkata, “Ada seseorang yang


menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata,
“Aku menyukai wanita yang terhormat dan cantik, namun
sayangnya wanita itu mandul (tidak memiliki keturunan).
Apakah boleh aku menikah dengannya?” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak.”

Kemudian ia mendatangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam untuk kedua kalinya, masih tetap dilarang. Sampai
ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketiga
kalinya, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ج وا ِ ال ْ َو د ُو دَِ ِ ال ْ َو ل ُو دَِ ِ ف َ إ ِن ِ ى ِ ُم كَ ا ث ِ رِ ِ ب ِ ك ُ مُِ ِ اِل ُ َم م‬


ُ ‫ت َ َز َّو‬

28
HR. Muslim no. 1631

34
“Nikahilah wanita yang penyayang yang subur punya
banyak keturunan karena aku bangga dengan banyaknya
umatku pada hari kiamat kelak.”29

4. Menafkahi Dengan Cukup

Salah satu kenapa rumah tangga tidak bahagia dan sering


bertengkar, karena sang suami tidak menafkahi istri
dengan cukup dan istri juga tidak pengertian terhadap
situasi suaminya. Tetapi suami harus terus untuk berusaha
untuk mencukupi keperluan keluarga.

Dari Mu’awiyah Al Qusyairi radhiyallahu ‘anhu, ia


bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengenai kewajiban suami pada istri, lantas Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ – ِ ِ‫ت‬ َ ‫أ َ ْنِ ِ ت ُطْ ِع َم َه ا ِ إ ِ ذ َ ا ِ طَ ِع ْم‬


َ ْ ‫تِ ِ َو ت َكْ س ُ َو هَا ِ إ ِ ذ َ ا ِ ا كْ ت َسَ ي‬
ِ َِ‫ض ِر بِِ ِ ال ْ َو ْج هَِ ِ َو لَِ ِ ت ُق َ ب ِ ْحِ ِ َو ل‬ْ َ ‫تِ ِ – ِ َو لَِ ِ ت‬ َ ْ‫أ َ ِوِ ِ ا كْ ت َس َ ب‬
ِ ْ‫ج ْرِ ِ إ ِ لَِّ ِ ف ِ ى ِ ال ْ ب َ ي‬
ِ‫ت‬ ُ ‫ت َ ْه‬
“Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan.
Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau
berpakaian -atau engkau usahakan-, dan engkau tidak
memukul istrimu di wajahnya, dan engkau tidak menjelek-

29
HR. Abu Daud no. 2050 dan An Nasai no. 3229. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa hadits tersebut hasan

35
jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka
nasehat) selain di rumah”30

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Hindun


binti ‘Utbah, istri dari Abu Sufyan, telah datang berjumpa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan itu orang
yang sangat pelit. Ia tidak memberi kepadaku nafkah yang
mencukupi dan mencukupi anak-anakku sehingga
membuatku mengambil hartanya tanpa
sepengetahuannya. Apakah berdosa jika aku melakukan
seperti itu?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫كِ ِ َو ي َ كْ ف ِ ى ِ ب َ ن ِ ي‬
ِ‫ك‬ ِ ‫خ ِذ ى ِ ِم ْنِ ِ َم ا ل ِ ِهِ ِ ب ِ ال ْ َم ع ْ ُر و‬
ِ ‫فِ ِ َم ا ِ ي َ كْ ف ِ ي‬ ُ
“Ambillah dari hartanya apa yang mencukupi anak-
anakmu dengan cara yang patut.”31

5. Kurangi lah marah-marah, karena bisa


menimbulkan perceraian

Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda,

30
HR. Abu Daud, no. 2142. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan shahih
31
HR. Bukhari, no. 5364; Muslim, no. 1714

36
ِ ِ‫تِ ِ زَ ْو َج َه ا ِ طَ َل َ ق ا ِ ف ِ ى ِ غ َ ي ِْرِ ِ َم ا ِ ب َ أ ْس‬
ْ َ ‫أ َي ُّ َم ا ِ ا ْم َر أ َةِ ِ سَ أ َل‬
ِِ‫ف َ َح َرِ امِ ِ عَ ل َ ي ْ َه ا ِ َر ا ئ ِ َح ةُِ ِ الْ َج ن َّ ة‬
“Wanita mana saja yang meminta talak (cerai) tanpa ada
alasan yang jelas, maka haram baginya mencium bau
surga.”32

Ingat pula kata Ibnu Taimiyah,

ِ ِ ِ‫َو ال د ََّو ا مُِ ِ أ َق ْ َو ى ِ ِم ْن‬


ِ‫ال ب ْ ت ِ د َ ا ِء‬
“Meneruskan lebih kuat daripada memulai.”33

Yang jelas, jika ingin mewujudkan rumah tangga bahagia,


berjalanlah di atas al-quran dan sunnah Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam.

Malam Penguburan Cinta

Bagi pengantin baru, malam pertama adalah malam yang


paling ditunggu. Di malam pertama tersebut pasangan
pengantin baru benar-benar merasakan deg-degan, malu
dan banyak perasaan lainnya, karena mereka mungkin
baru pertama kali saling berpegangan apalagi

32
HR. Abu Daud, no. 2226; Tirmidzi, no. 1187; Ibnu Majah, no. 2055.
Abu Isa At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Al-Hafizh
Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih
33
Majmu’ Al-Fatawa, 32: 148

37
bersentuhan badan. Berbeda bagi mereka yang telah
menjalin hubungan cinta sebelum menikah, mereka yang
berpacaran dan telah melakukan perbuatan nista sebelum
akad nikah diucapkan.

Orang-orang Barat memiliki falsafat, “Malam pernikahan


adalah malam penguburan cinta” (malam pengantin). Ya,
karena mereka telah merasakan apa-apa yang seharusnya
diperbolehkan setelah menikah. Berbagai rayuan dan
godaan syaitan telah ditebar, api pujian dan sanjungan
telah dikobarkan sehingga yang tersisa pada malam itu
hanyalah abu dan api dalam sekam, itulah hakikat
pergaulan bebas.

Sehingga pernikahan bagi mereka hanya sekedar


melegalkan hubungan yang selama ini sudah terjalin
selama bertahun-tahun. Telah berduaan dengan pacarnya
bertahun-tahun, makan bersama, bertamasya bersama,
bahkan tidur bersama. Ketika itu, maka malam pernikahan
bukanlah sesuatu yang spesial bagi mereka, karena
semuanya sudah pernah dicoba bahkan semuanya sudah
selesai. Malam itu adalah mimpi buruk yang ini segera
mereka usir dari kehidupan mereka.

Berbeda dengan mereka yang menikah tanpa melalui


proses pacaran seperti dalam agama Islam, bagi mereka
malam pengantin adalah malam penyemaian cinta.
Malam itu benih cinta mulai ditanam dan disiram. Hari-
harinya penuh dengan siraman air kasih sayang yang
membuat benih itu tumbuh dan berkembang. Saling

38
berpegangan, berpelukan, fase memadu kasih baru saja
dimulai pada malam yang indah itu.

Adapun Islam mengatur dan menganjurkan adab-adab


untuk malam pertama pengantin :

1. Suami mengucapkan salam kepada istri,


sebagaimana contoh dari Nabi shallalahu alaihi wa
sallam.
2. Mencandai istri dengan memberikan minuman
atau manisan, atau dengan candaan dan obrolan
ringan yang mubah supaya suasana tidak agak
“tegang”.
3. Meletakkan tangan di kening/kepala istri dan
berdoa:

ِ ‫كِ ِ َخ ي َْر هَا ِ َو َخ ي َْرِ ِ َم ا ِ َج ب َ ل ْ ت َهَ ا‬


َ ُ ‫الل َّ هُ مَِّ ِ إ ِ ن ِ ي ِ أ َسْأ َل‬
ِ ‫كِ ِ ِم ْنِ ِ ش َِر هَا ِ َوِ ِم ْنِ ِ ش َِرِ ِ َم ا‬ َ ِ ‫عَ ل َ يْ هِِ ِ َو أ َع ُ و ذِ ُ ِ ب‬
ِِ‫َج ب َ ل ْ ت َ َه ا ِ عَ ل َ ي ْ ه‬
“Allahummaa innii as-aluka min khairihaa wa
khairi maa jabaltahaa alaihi. Wa ‘audzubika min
syarrihaa wa syarri maa fiihaa wa syarri maa
jabaltahaa alaihi” (Ya Allah, aku memohon
kebaikannya dan kebaikan tabiat yang ia bawa.
Dan aku berlindung dari kejelekannya dan
kejelekan tabiat yang ia bawa.)34

34
HR. Bukhari

39
4. Shalat dua rakaat bersama istri (riwayat dari para
salaf). Lebih menenangkan hati keduanya dan
mengurangi “ketegangan” (Bacaan boleh
dikeraskan, suami sebagai imam, jadi perbaiki
tahsin sebelumnya ya, supaya kesan pertama…
mempesona)
5. Disunnahkan bersiwak atau sikat gigi sebelumnya
6. Membaca doa akan berjima. Pendapat terkuat
hanya dibaca oleh suami, dan istri harus sering
mengingatkan suami agar membacanya.
insyaAllah sudah hapal doanya
Bocoran:

ِ ‫ ِ ا َلل َّ هُ مَِّ ِ َج ن ِ بْ ن َا ِ ال ش َّ ي ْ طَ ا نَِ ِ َو َج ن ِ بِِ ِ ال ش َّ ي ْ طَ اِ َ ِ َم ا‬،ِ ‫ب ِ سْ ِمِ ِ للا‬


‫ َر زَ قْ ت َن َا‬.
“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah,
jauhkanlah aku dari syaitan dan jauhkanlah syaitan
dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada
kami.”35
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Maka, apabila Allah menetapkan lahirnya seorang
anak dari hubungan antara keduanya, niscaya
syaitan tidak akan membahayakannya selama-
lamanya.”
7. Jika ingin mengulangi (biasanya penganten baru),
maka disunnahkan wudhu atau mandi jika ingin
mengulangi, pendapat terkuat adalah suami saja

35
HR. Bukhari-Muslim

40
yang melakukan (jangan lupa sebelum tidur, jika
belum mandi wajib, sebaiknya wudhu dalam
pendapat lain boleh tayammum)

“Malam Pernikahan Adalah Malam Penyemian


Cinta”

Malam itu benih cinta ditanam dan disiram..

Hari-harinya penuh dengan siraman air kasih sayang yang


membuat benih itu tumbuh dan berkembang..

Rayuan dan godaan serta kata-kata cinta mulai


ditebarkan,karena sebelumnya kata-kata itu tabu buat
mereka berdua..

Saling berpegangan,berpelukan,fase memadu kasih baru


saja dimulai pada malam yang indah itu..

Bila kau mencari cinta yang sejati..

Kasih sayang yang suci..

Kemesraan yang hakiki..

Asmara yang tiada henti..

41
Pacaran yang diridhoi..

Adanya hanya dalam ikatan janji dengan kalimat illahi


Rabbi..

Didepan sang wali tanpa harus sembunyi-sembunyi..

Rasakan setelahnya gejolak hati..

Yang dipenuhi dengan keridhoan kepada Rabbi..

Dan api asmara yang tak tertandingi..

Tanyakan kepada yang memiliki bukti..

Bahtera Rumah Tanggaku Hampir Pecah

Berumah tangga bagaikan mengarungi lautan lepas


menuju satu pulau impian. Tiada lautan tak berombak dan
tiada samudra tanpa badai. Jikalah nahkoda arif dan bijak
memandu, bisa membaca kompas, mengetahui gejala
alam dan badai, mengukur kemampuan kapal, tidak
memuat beban melebihi kapasitas, membagi tugas
dengan baik kepada seluruh anggota, niscaya mereka kan
sampai ke pulau idaman dengan selamat. Jika nahkoda
tidak faham mengemudi, membaca arah angin,
menghindari badai maupun karang, alamat kapal kan
segera tenggelam.

42
Rumah tangga itu memang seperti biduk yang sedang
berlayar. Seperti kapal yang mengarungi samudera
kehidupan. Dalam pelayaran menghadapi macam-macam
kejadian. Ada angin semilir sepoy-sepoy. Nikmat dan
menyenangkan. Menghadapi angina yang kencang.
Menghadapi hujan dan angin kencang. Menghadapi badai.
Badai kecil ataupun badai besar. Suasana malam yang
gelap dan siang yang terang. Itulah gambaran kehidupan.
Sehingga rumah tangga memang bagaikan kapal yang
mengarungi samudera kehidupan. Suatu saat ia akan
berakhir mendarat. Kehidupan juga akan berakhir.

Perlu nahkoda

Islam menetapkan bahwa suami adalah nakhoda rumah


tangga.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ِ َُِّ‫الر َج ا ُلِ ِ ق َ َّو ا ُم و نَِ ِ ع َ ل َ ى ِ الن ِ سَ ا ِءِ ِ ب ِ َم ا ِ ف َ ضَّ َلِ ِ اّلل‬ ِ


َ ْ ُ ْ َ
ِ ِ‫ب َ عْ ضَ هُ ْمِ ِ عَ ل ى ِ ب َ عْ ضِ ِ َو ب ِ َم ا ِ أ ن ف َ ق وا ِ ِم نِ ِ أ ْم َو ا ل ِ ِه ْم‬َ
ِ َُِّ‫ص ا لِ َح ا تُِ ِ ق َ ا ن ِ ت َاتِ ِ َح ا ف ِ ظَ اتِ ِ لِ ل ْ غ َ ي ْ بِِ ِ ب ِ َم ا ِ َح فِ ظَِ ِ اّلل‬ َّ ‫ف َ ال‬
ِ ِ‫ج ُر و ه ُ َّن‬ ُ ْ‫الَل ت ِ ي ِ ت َ َخ ا ف ُ و نَِ ِ ن ُ ش ُ وزَ ه ُ َّنِ ِ ف َ ِع ظ ُ و ه ُ َّنِ ِ َو ا ه‬ َّ ‫َو‬
ِ ‫ض ِر ب ُو ه ُ َّنِ ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ أ َطَ عْ ن َ ك ُ ْمِ ِ ف َ ََلِ ِ ت َب ْ غ ُوا‬ ْ ‫اج عِِ ِ َو ا‬ َ ‫ف ِ ي ِ ال ْ َم‬
ِ ‫ض‬
‫عَ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ س َ ب ِ يَلِ ِ إ ِ َّنِ ِ اّللََِّ ِ كَ ا نَِ ِ عَ لِ ي ًّا ِ ك َ ب ِ ير ا‬
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.
Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka
(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta

43
mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar.” (QS. An Nisaa’ : 34)

Jadi untuk lingkup terkecil, suami adalah pemimpin dalam


keluarga. Dia harus menjadi nakhoda kapal yang berlayar.
Siapa awaknya? Tentu tergantung siapa yang menjadi
bagian dari rumah tangganya. Istrinya, anak-anaknya,
mungkin orang tua yang ada dalam tanggungannya,
mungkin kerabatnya yang tidak mampu dan menumpang
di rumah itu, mungkin anak-anak yatim yang
dipeliharanya. Semakin banyak anggota keluarganya,
maka suami harus semakin piawai menjalankan
biduk/kapal rumah tangganya ini. Ketika ia berpoligami,
anggota rumah tangganya akan bertambah banyak. Maka
suami harus bersiap-siap. Nakhoda bertanggungjawab
atas perbekalan seluruh awak kapal. Istri berperan
sebagai manajer yang memenuhi keperluan seluruh awak
kapal. Karena nakhoda bertanggungjawab mengendalikan
dan harus selalu melihat ke depan. Ke sekitarnya, ke
lautan lepas, untuk selalu berkonsentrasi agar kapal
menuju tujuannya. Nakhoda harus berkonsentrasi
terhadap bahaya yang menghadang laju kapalnya, jangan
sampai tabrakan, jangan sampai menabrak karang. Jangan

44
sampai salah arah angin sehingga kapal bisa terbalik.
Makanya suami berperan seperti ini. Semuanya dalam
rangka melindungi seluruh anggota keluarga. Istri
memperhatikan seluruh keperluan di dalam. Siapa awak
kapal yang belum terpenuhi makanan, pakaian,
pendidikan, kesehatan dll. Istri menjaga agar perabotan
rapi, indah dan efektif digunakan. Dia juga bertanggung
jawab terhadap kebersihan. Dia bisa mendampingi
nakhoda untuk dimintai pendapat. Karena dia adalah
asisten utama nakhoda. Dia bisa memberi masukan kalau
misalnya ada bahaya. Tetapi dia bukan yang memutuskan.
Dia hanya asisten terdekat dan orang kepercayaan utama
sang nakhoda. Itu pengandaiannya.

Kalau kapal karam, siapa yang salah?

Yang paling bersalah tentu adalah nakhoda. Walaupun


bisa jadi sumber masalah berasal dari asistennya, atau
awak yang lain. Misalnya, kondisi kapal tidak nyaman.
Dalam rumah tangga keperluan keluarga tidak terpenuhi.
Kaptennya lapar, awak kala sengsara karena misalnya istri
mengabaikan urusannya. Perbekalan ada tapi tidak
disiapkan. Tapi bisa jadi juga, kelaparan ini karena sang
nakhoda tidak membawa bekal apa-apa. Tidak punya
uang, tidak berusaha memancing untuk mendapatkan
makanan dll. Atau nakhodanya terlalu galak, sehingga
awaknya semua ngambek. Dan kalau yang ngambek
asisten, maka urusan semakin runyam. Bisa-bisa seluruh
penumpang tidak makan. Sekalipun saya melihat
karamnya kapal karena kepemimpinan tidak mampu

45
mengendalikan. Suami belum bisa menjadi pemimpin
yang baik. Istrinya membangkang dia tidak bisa
mengendalikan. Istrinya melakukan maksiat ia diamkan.
Salah satu kesalahannya adalah karena tidak menyiapkan
asisten yang baik. Misalnya menikah dengan seorang istri
yang masih lugu, belum punya bekal ilmu agama,
modalnya hanya cantik saja. Di situlah sebenarnya suami
sebagai nakhoda kapal harus siap-siap mendidik istrinya
secara baik agar bisa menjadi asisten yang baik. Kalau
tidak, dia akan kesusahan sendiri. Makanya dikatakan
mendapatkan istri yang baik, istri yang sholihah yang
punya pemahaman agama baik dan ketaatan yang baik,
berarti sudah mendapatkan separuh agamanya. Itu berarti
suami sangat mudah menjalankan perannya sebagai
nakhoda. Apalagi seorang istri yangsholihah akan
membantu suaminya dalam kebaikan. Ia akan measehati
suaminya kalau kapal mulai salah arah. Ia akan
mengingatkan kalau di depan ada karang tajam. Ia akan
mengingatkan bahwa kea rah sana ada badai besara
baiknya kita menghindari dulu. Ia akan mendampingi
suaminya ketika biduk rumah tangganya menghadapi
badai kehidupan yang besar. Mislanya suami sakit parah
atau suami di PHK, atau suami ditipu sehingga usahanya
bangkrut, Maka istri sholihah akan selalu berada di sisi
suaminya dengan setia. Menjadi kawannya yang paling
dipercaya dan tidak pernah meninggalkannya sampai
badai berlalu. Maka bersyukurlah siapapun suami yang
punya istri seperti ini. Berarti Allah telah menolong dalam
urusan agama.

46
Apa yang perlu disiapkan?

Menyiapkan bekal. Belajar bagaimana kewajiban seorang


suami. Tanggung jawab pemimpin rumah tangga.
Tanggung jawab terhadap seluruh anggota keluarga.
Kalau yang perempuan belajar bagaimana kewajiban dan
tanggung jawab seorang istri terhadap suaminya. Belajar
bagaimana menjalankan kewajiban sebagai seorang ibu.
Seperti: merawat kehamilan, melahirkan (Wiladah),
menyusui (radha’ah), mengasuh anak kecil (hadhanah),
mendidik anak usia dini. Yang terpenting adalah keduanya
memahami apa tujuan berumah tangga. Mau kemana.
Islam mengajarkan bahwa berumah tangga itu dalam
rangka menyempurnakan agama. Meraih ridho Allah SWT.
Islam juga memberikan arah dan rambu-rambu yang jelas.
Siapa yang jadi nakhoda, siapa ynag jadi asisten utama.
Bagaimana cara agar tujuan tercapai. Aturan mainnya.
Sebenarnya mudah saja. Kalau tujuan berumah tangga
sama-sama meraih ridho Allah dan menggapai sakinah
mawaddah wa rahmah, insya Allah masing-masing akan
berusaha sebaik-baiknya.

Saat bahteraku hampir pecah

Ketika bahtera rumah tangga mengarungi laut kehidupan,


dalam upaya meraih keridhaan Allah Subhanahu wa
Ta’ala, tidak sedikit riak dan ombak yang harus dihadapi,
bahkan gulungan gelombang dan badai. Setelah bertahun-
tahun menjalani kehidupan rumah tangga, ternyata
terkadang sebagian pasutri belum meraih kebahagiaan
yang diharapkan. Dan tidak jarang juga setelah bertahun-

47
tahun menjalani bahtera rumah tangga akhirnya berakhir
dengan pecah dan tenggelamnya bahtera tersebut…

Berikut ini adalah usaha-usaha yang mungkin bisa


dilakukan untuk memperindah kehidupan rumah
tangga…, agar rumah terasa seperti surga dunia…bukan
sebaliknya menjadi neraka dunia…

Diantara kiat-kiat yang mungkin untuk dilakukan dan


direnungkan adalah :

Pertama : Masing-masing dari pasutri berusaha


memperbaiki hubungannya kepada Allah. Barang siapa
yang indah hubungannya dengan Allah, maka Allah akan
memperindah hubungannya dengan makhlukNya,
diantaranya Allah yang akan memperindah hubungannya
dengan pasangan dan belahan hatinya.

ِ ِ‫ت‬ ِ َ ‫ ِ كَ ا ن‬: ِ‫عَ ْنِ ِ َم عْ ق ِ ِلِ ِ بْ ِنِ ِ ع ُ ب َ يْ ِدِ ِ اّللَِِّ ِ ال ْ َج َز ِر يِ ِ ِ ق َ ا َل‬


ِ ‫ ِ َو إ ِ ذ َ ا‬، ‫ت‬ ِ ‫ص ْو ا ِ ب ِ َه ِذ هِِ ِ ال ْ كَ لِ َم ا‬ َ ‫الْ ع ُ ل َ َم ا ءُِ ِ إ ِ ذ َ ا ِ ال ْ ت َق َ ْو ا ِ ت َ َو ا‬
ِ ِ‫ص ل َ َح‬ ْ َ ‫ِ َم ْنِِ أ‬: ُِ‫بِِ ب ِ َه اِ ب َ عْ ضُ هُ ْمِِ إ ِ ل َ ىِ ب َ ع ْ ضِِ أ َن َّ ه‬ َ َ ‫غَا ب ُواِ كَ ت‬
ْ َ ِ‫ ِ َو َم ْنِ ِ أ‬،ُ ‫ص ل َ َحِ ِ اّللَُِّ ِ ع َ ََل ن ِ ي َ ت َه‬
ِ ُِ‫ص ل َ َحِ ِ َم ا ِ ب َ ي ْ ن َ ه‬ ْ َ ‫سَ ِر ي َر ت َهُِ ِ أ‬
ِ َِّ‫ِ َو َم ِنِِ ا هْ ت َم‬، ‫اس‬ ِ َّ ‫َو ب َ ي ْ نَِِ اّللَِِِّ كَ ف َ ا هُِِ اّللَُِِّ َم اِ ب َ ي ْ ن َ هُِِ َو ب َ يْ نَِِ ال ن‬
ِ ِ ِ‫ب ِ أ َ ْم ِر‬
ُِ‫آخ َر ت ِ هِِ ِ كَ ف َ ا هُِِ اّللَُِّ ِ أ َ ْم َرِ ِ د ُن ْ ي َ ا ه‬
Dari Ma’qil bin ‘Ubaidillah Al-Jazariy, ia berkata : “Para
ulama dahulu jika mereka bertemu maka mereka saling
mewasiatkan dengan kalimat-kalimat berikut ini dan jika

48
mereka tidak bertemu maka mereka saling menuliskan
surat satu kepada yang lainnya bahwasanya :

(1) Barang siapa yang memperbaiki rahasianya (kondisinya


yang tidak diketahui dan tidak dilihat oleh orang lain-pen)
maka Allah akan memperbaiki luarannya (yaitu kondisinya
yang nampak dan terlihat oleh orang lain-pen)

(2) Barang siapa yang memperbaiki hubungan antara ia


dengan Allah maka Allah yang akan mengatur/mengurus
tentang hubungan antara dia dengan manusia

(3) Barang siapa yang memperhatikan perkara akhiratnya


maka Allah akan mengatur urusan dunianya”36

Jika seorang suami/istri meluruskan dan memperbaiki


hubungannya dengan Allah, baik ibadah lahiriah maupun
ibadah hati/batinnya kepada Allah maka Allah akan
memperbaiki hubungan antara dia dengan pasangan
hidupnya (suami/istrinya).

Bukankah Allah yang telah berfirman :

ِ ‫ضِِ َج ِم يع ا‬ ِ ‫اِلر‬ ْ ِ‫تِِ َم اِ ف ِ ي‬ َ ْ ‫فِِ ب َ ي ْ نَِِ ق ُ ل ُ و ب ِ ِه ْمِِ ل َ ْوِِ أ َنْ ف َ ق‬


َ َّ ‫َو أ َل‬
َ َّ ‫تِ ِ ب َ يْ نَِ ِ ق ُ ل ُ و ب ِ ِه ْمِ ِ َو ل َ ِك َّنِ ِ اّللََِّ ِ أ َل‬
ِ‫فِ ِ ب َ يْ ن َ هُ ْم‬ َ ْ‫َم ا ِ أ َل َّ ف‬
“Dan (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang-
orang yang beriman). walaupun kamu membelanjakan
semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu

36
Kitab Al-Ikhlash karya Ibnu Abid Dunya hal 54 atsar no 25

49
tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi
Allah telah mempersatukan hati mereka” (QS Al-Anfaal :
63)

Ini menunjukkan bahwa yang bisa menyatukan hati, yang


bisa menjadikan saling mencintai hanyalah Allah
subhanaahu wa ta’aala. Karenanya jika seseorang
memperbaiki hubungannya dengan Allah “Pencipta,
Penguasa, dan Pengatur hati” maka Allah akan
memperindah hubungannya dengan pasangan hidupnya.

Kedua : Berusaha untuk menjadikan kehidupan rumah


tangga sebagai bentuk kerjasama antara pasutri untuk
meraih akhirat. Jika orientasi pasutri adalah akhirat maka
akan jadilah kehidupan rumah tangga mereka berdua
langgeng dan penuh kebahagiaan. Akan tetapi kapan saja
orientasi salah satu dari pasutri adalah dunia semata maka
akan menghantarkan penderitaan dalam kehidupan
berumah tangga. Karenanya butuh kerjasama (ta’aawun)
antara suami dan istri dalam beribadah dan saling
mengingatkan akan akhirat. Sungguh indah jika terjalin
kerjasama antara pasutri dalam mengingat akhirat. Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ُِ‫ص ل َّ ىِ َو أ َي ْ ق َ ظَِِ ا ْم َر أ َت َه‬


َ َ ‫امِِ ِم نَِِ ال ل ي ْ ِلِِ ف‬ َ َ ‫ج َلِِ ق‬ ُ ‫َر ِح مَِِ للاُِِ َر‬
ِ َِ‫ِ َوِ ِ َر ِح م‬. ِ‫ض َحِ ِ ف ِ ي ِ َو ْج ِه َه ا ِ ال ْ َم ا َء‬ َ َ ‫تِ ِ ن‬ ْ َ ‫ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ أ َب‬, ِ‫ت‬
ْ َّ ‫ص ل‬
َ َ‫ف‬
ِ ‫تِِ َز ْو َج َه ا‬ ْ َ‫تِِ َو أ َي ْ ق َ ظ‬ْ َّ ‫ص ل‬
َ َ ‫تِِ ِم نَِِ ال ل ي ْ ِلِِ ف‬ ْ ‫للاُِِ ا ْم َر أ َةِِ ق َ ا َم‬
ِ‫ض َح ت ِ ف ِ ي ِ َو ْج ِه ِهِ ِ ال ْ َم ا َء‬ َ َ ‫ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ أ َب َ ى ِ ن‬, ‫ص لَِّ ى‬ َ َ‫ف‬

50
“Semoga Allah merahmati seorang lelaki (suami) yang
bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia
membangunkan istrinya hingga istrinya pun shalat. Bila
istrinya enggan, ia percikkan air ke wajahnya. Dan semoga
Allah merahmati seorang wanita (istri) yang bangun di
waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia
membangunkan suaminya hingga suaminya pun shalat.
Bila suaminya enggan, ia percikkan air ke wajahnya.”37

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

ِ ‫ص ل َّ ى‬
َ ِ ِ‫ص ل َّ ي َ ا ِ أ َ ْو‬
َ َ ‫ج ُلِ ِ أ َهْ ل َ هُِِ ِم نَِ ِ الل ي ْ ِلِ ِ ف‬
ُ ‫إ ِ ذ َ ا ِ أ َيْ ق َ ظَِ ِ ال َّر‬
ِ ‫ ِ ك ُ ت ِ ب َ ا ِ في ِ ال ذ َّ ا ِك ِر يْ نَِ ِ َو ال ذ َّ ا ِك َر ا‬،‫َر كْ ع َ ت َيْ ِنِ ِ َج ِم ي ْع ا‬
ِ‫ت‬
“Apabila seorang lelaki (suami) membangunkan istrinya di
waktu malam hingga keduanya mengerjakan shalat atau
shalat dua rakaat semuanya, maka keduanya dicatat
termasuk golongan laki-laki dan perempuan yang
berzikir.”38

Dalam riwayat yang dikeluarkan An-Nasa`i disebutkan


dengan lafadz:

ِ ‫ص ل َّ ي َ ا‬
َ َ ‫ج ُلِِ ِم نَِِ الل ي ْ ِلِِ َو أ َيْ ق َ ظَِِ ا ْم َر أ َت َهُِِ ف‬
ُ ‫إ ِ ذ َ اِ ا سْ ت َيْ ق َ ظَِِ ال َّر‬
ِ ‫ِ ك ُ ت ِ ب َ ا ِ ِم نَِ ِ ال ذ َّا ِك ِر يْ نَِ ِ للاَِ ِ ك َ ث ِ يْر ا ِ َو ال ذ َّا ِك َر ا‬, ِ‫َر كْ ع َ ت َيْ ِن‬
ِ‫ت‬
“Apabila seorang lelaki (suami) bangun di waktu malam
dan ia membangunkan istrinya lalu keduanya

37
HR Abu Dawud no 1308
38
HR Abu Dawud no 1309

51
mengerjakan shalat dua rakaat, maka keduanya dicatat
termasuk golongan laki-laki dan perempuan yang banyak
mengingat/berdzikir kepada Allah.”

Ketiga : Masing-masing pasutri harus merasa memiliki


tanggung jawab.

Istri bukanlah seperti baju yang dibeli, yang jika seorang


lelaki tidak suka atau bosan maka langsung ditanggalkan,
atau disumbangkan kepada orang lain, atau bila perlu
dibuang begitu saja. Bukan juga seperti mobil yang jika si
pemiliknya sudah bosan maka tinggal dijual meskipun
harus rugi beberapa juta. Istri adalah seorang teman hidup
yang dimiliki melalui tali akad nikah yang suci dan
sakral…istri merupakan amanah dan beban yang akan
dimintai pertanggung jawaban oleh Allah.

Jika seseorang yang membeli mobil dia sadar bahwasanya


mobilnya tidak bisa hanya dipakai saja terus-menerus,
akan tetapi mobil tersebut butuh perawatan dan
perbaikan…maka bagaimana lagi dengan istri. Jangan
sampai seorang lelaki hanya ingin beristri dan hanya
memikirkan perkara-perkara yang enak-enak saja tanpa
merasa bertanggung jawab sebagai seorang suami yang
seharusnya…bertanggung jawab untuk menafkahi lahir
dan batin…, menyisihkan waktu untuk keluarga (istri dan
anak-anak)…, berusaha mengenal apa saja hak-hak istri
dalam Islam untuk ia tunaikan.

Demikian juga sang istri, harus sadar bahwasanya tatkala


ia menerima lamaran sang lelaki maka ia berarti telah

52
menerima setumpuk kewajiban sebagai seorang istri…,
berusaha mengenal hak-hak suaminya…, jangan sampai ia
hanya ingin menjadi permaisuri…akan tetapi tidak mau
berperan dengan peranan pembantu yang menjalankan
kerjaan-kerjaan ibu rumah tangga.

Keempat : Pasangan kita adalah orang yang paling berhak


untuk kita baiki

Ini adalah perkara yang harus selalu tertanam dalam


benak setiap pasutri. Istri adalah orang yang paling berhak
untuk dilembuti…, dihormati…, dihargai…, diberikan
hadiah…, diramah-tamahi dengan tutur kata yang
terlembut dan budi pekerti yang termulia…karena istrilah
yang paling banyak berkorban untuk suami…

Renungkanlah…seorang lelaki melamar seorang gadis


perawan yang hidup dengan kemanjaan di rumahnya,
penuh dengan kasih sayang orang tuanya…dilayani dan
dipenuhi kebutuhannya oleh kedua orang tuanya…bahkan
terkadang di rumah orang tuanya ada
pembantunya…Lantas iapun dikeluarkan dari rumah
orang tuanya untuk hidup bersanding dengan seorang
lelaki yang asing sebelumnya baginya…lantas ia harus
mengurus kasur dan tempat tidur sang suami…, mengurus
dapur sang suami…, mengandung anak-anaknya dengan
berbagai kesulitan dan penderitaan…, harus mencuci baju
suaminya…harus ini dan itu…semuanya harus ia lakukan.

Ini semua harus menjadikan sang istri sebagai orang yang


paling berhak untuk dibaiki oleh sang suami. Bayangkan

53
seorang lelaki yang memiliki 3 orang anak, lantas istrinya
meninggal dunia, maka berapa pembantu yang harus ia
bayar…pembantu, babysitter…??

Yang menyedihkan adalah seorang suami yang sangat


lembut dan menghormati temannya akan tetapi jika
dihadapan istrinya maka ia bertutur kata seenaknya tanpa
ada penghormatan dan penghargaan terhadap jasa-jasa
istrinya.

Demikian pula seorang suami adalah orang yang paling


berhak untuk dihormati dan dituruti oleh seorang istri…,
suamilah yang telah bekerja keras mencari
nafkah…suaminyalah yang sabar mendengarkan keluh
kesahnya…suaminyalah yang telah sabar merawatnya
tatkala ia sakit…suaminyalah yang begitu hangat
membelainya tatkala ia lemah dalam kondisi
mengandung….dan lain-lain… dan suaminyalah pintu
terbesar dan terlebar yang memasukannya ke
kebahagiaan abadi di akhirat kelak…

Maka sungguh memilukan dan menyayat hati suaminya


jika sang istri begitu lemah lembut dan tertawa jika
berbicara dengan teman-temannya, lantas tatkala
berbicara dengan suaminya dengan pembicaraan yang
datar apalagi kasar.

Kelima : Tidak ada yang sempurna…

Barang siapa yang mengharapkan kesempurnaan di dunia


ini, maka ia hanyalah mengharapkan sesuatu yang

54
mustahil. Karena sesungguhnya Allah hanya menciptakan
kesempurnaan kenikmatan di surga kelak, agar seorang
muslim sadar dan selalu merindukan kesempurnaan di
akhirat. Jika nampak kesalahan dan kekurangan pada
pasangan hidup maka segera ingatlah kebaikan-
kebaikannya dan juga jasa-jasanya serta kelebihan-
kelebihannya. Jangan sampai seseorang didominasi oleh
syaitan yang berusaha menjadikan seseorang hanya
mengingat kejelekan dan keburukan

Keenam : Berusaha selalu mencintai pasangan hidup kita


karena Allah

Tentu kita mencintai pasangan hidup kita dengan cinta


tabiat (yaitu lelaki mencintai seorang wanita dan
sebaliknya). Akan tetapi cinta yang dibangun hanya karena
cinta tabi’at tidak akan pernah langgeng. Jika perkara yang
kita hasratkan pada pasangan hidup kita telah pudar atau
hilang maka hilang pula kecintaan kita. Apalagi ternyata
ada wanita/lelaki yang lebih menarik hasrat kita daripada
pasangan hidup kita, maka akan memudarlah kecintaan
kita, dan akan mulai berpaling ke lain hati.

Berbeda halnya jika cinta yang secara tabi’at ini kita hiasi
dengan kecintaan karena Allah… maka kecintaan ini akan
lebih langgeng dan akan lebih menumbuhkan kepuasan
dan kebahagiaan dalam hati. Kita mencintai pasangan
hidup kita karena Allah…karena ingin mewujudkan
kehidupan mesra dan bahagia yang diperintahkan oleh
Allah….

55
Jika pilihan pasangan hidup hanya dilandaskan perasaan,
cinta, dan syahwat…, maka bisa jadi kondisi seseorang
sebagaimana perkataan seorang penyair :

ِ َِ‫ضِ ِ أ َشْ ق َ ى ِ ِم ْنِ ِ ُم ِح بِ ِ َو إ ِ ْنِ ِ َو َج د‬


ِ ‫ف َ َم ا ِ ف ِ ي ِ ا ِل َ ْر‬
ِ ‫ح ل ْ َوِ ِ ال ْ َم ذ َ ا‬
ِ‫ق‬ ُ ِ ‫الْ هَ َو ى‬
Tidak di dunia ini yang lebih sengsara daripada seorang
yang mencintai…

Meskipun nafsu jiwanya telah mendapatkan manisnya


rasa cinta…

ِ‫ت َ َر ا هُِ ِ با َ ِك ي ا ِ ف ِ ي ِ ك ُ لِِ ِ ِح ي ْنِ ِ َم َخ ا ف َ ةَِ ِ ف ُ ْر ق َ ةِ ِ أ َ ْوِ ِ ا شْ ت ِ ي َ اق‬


Engkau melihatnya menangis setiap saat…

Karena takut akan perpisahan atau karena kerinduan…

ِ ِ‫ف‬َ ‫ف َ ي َ ب ْ ِك ي ِ إ ِ ْنِ ِ ن َأ َ ْو ا ِ ش َْو ق ا ِ إ ِ ل َ ي ْ ِه م ِ َو ي َ ب ْ ِك ي ِ إ ِ ْنِ ِ د َن َْو ا ِ َخ ْو‬


ِ ‫الْ فِ َر ا‬
ِ‫ق‬
Ia menangis jika jauh darinya karena kerinduan…

Dan ia juga menangis jika dekat karena takut


perpisahan…

ِ ‫س َخ ُنِ ِ ع َ ي ْ ن َ ي ْ ِهِ ِ ِع نْ دَِ ِ ال ْ فِ َر ا‬


ِ َِ‫قِ ِ َو ت َسْ َخ ُنِ ِ عَ يْ ن َ هُِ ِ ِع نْ د‬ ْ ْ‫فَت‬
ِ َ ‫الط َّ َل‬
ِ‫ق‬
Matanya berlinang air mata tatkala perpisahan….dan
matanya juga berlinang air mata tatkala perceraian…

56
Akan tetapi jika mencintai pasangan hidup dibangun atas
kecintaan dan agama serta tujuan akhirat, maka insya
Allah keberkahan akan meliputi kebahagiaan rumah
tangga.

Ketujuh : Hiasilah kecantikan dengan manisnya akhlak

Kecantikan paras wanita merupakan dambaan dan impian


seorang suami, akan tetapi kenyataannya akhlak seorang
wanita lebih mendominasi kecantikannya di mata suami.
Jika akhlaknya buruk maka pudarlah kecantikan dan
indahnya paras tersebut…

Apa manfaatnya paras yang cantik jika hari-hari dipenuhi


dengan teriakan suara istri…tidak pernah
bersyukur…banyak menuntut…, tidak ‘nurut’…, dll

Sebaliknya dengan indahnya akhlak seorang istri maka


sangat bisa memoles dan mempercantik parasnya di mata
suaminya…

Lebih indah lagi paras yang cantik dihiasi dengan


keindahan akhlak….

Jika sang istri telah tua dan mengeriput…maka yang tersisa


di mata suaminya hanyalah akhlak yang indah…yang tidak
akan terlupakan…yang menjadikan sang suami setia…dan
mungkin tidak akan pindah ke lain hati…

Kedelapan : Tinggalkan metode “Studi Banding”.

57
Diantara perkara yang sangat menyakitkan seorang suami
adalah jika istrinya membanding-bandingkan dirinya
dengan lelaki lain, atau dengan suami orang lai. Apalagi
jika pembandingan tersebut dimaksudkan untuk
menyalahkan atau merendahkan dan menjatuhkan sang
suami.

Bisa jadi perbandingan tersebut dari sisi ketampanan, atau


perawakan tubuh, atau harta dan kekayaan, atau dari sisi
perhatian dan lain sebagainya … Secara naluri hal ini tentu
sangat dibenci oleh sang suami yang merasa direndahkan
oleh istrinya. Dan hal ini termasuk perkara yang sangat
memicu perceraian. Demikian juga sebaliknya seorang
istri terlebih lagi sangat sakit hatinya jika sang suami
membanding-bandingkan dirinya dengan wanita lain,
apalagi istri orang lain. Sungguh pilu dan tersayat-sayat
hatinya.

Karenanya jika seseorang ingin menegur kesalahan atau


kekurangan yang ada pada pasangannya, maka janganlah
teguran tersebut dengan metode “studi banding” akan
tetapi dengan cara yang lain…

Kesembilan : Berusaha merubah suasana sesekali untuk


menghilangkan kebosanan dan kejenuhan.

Merubah suasana bisa dengan berbagai cara, bisa dengan


mencari suasana indah di luar rumah…atau bisa dengan
merubah suasana di dalam rumah. Bercinta tidak mesti
selalu di kamar tidur, akan tetapi bisa di ruangan lain…

58
Dan tidak ada salahnya sesekali bersafar berdua tanpa
membawa anak-anak…agar bisa menghidupkan kembali
suasana mesra antara suami istri. Dan jika memiliki
kelebihan harta maka semakin indah lagi jika bisa
berumroh berdua atau berhaji berdua…. Merupakan
pemandangan yang indah dan romatis tatkala saya
mendapati pasangan suami istri yang sudah cukup
berumur (sekitar 50 tahunan) lalu mereka berdua
berumroh bersama. Sungguh indah “berpacaran” setelah
menikah…dan juga sungguh indah “berpacaran kembali”
di masa tua…

Kesepuluh : Sesekali berbicara dengan pasangan tentang


nostalgia-nostalgia indah atau yang lucu dan
berkesan…yang ini akan sangat memupuk rasa cinta
diantara pasutri.

Ingatlah kisah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang


mengajak Aisyah lomba lari, lalu ternyata Nabi kalah
dalam lomba pertama tersebut. Sebabnya karena Aisyah
masih remaja ditambah dengan perawakan tubuh yang
ringan. Kekalahan Nabi dalam lomba lari ini senantiasa
dalam nostalgia Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menunggu sehingga
tatkala tubuh Aisyah mulai gemuk maka ketika itu Nabi
mengajaknya untuk lomba lari lagi. Ternyata pada lomba
yang kedua Nabi yang menang, seraya Nabi berkata
َ ْ ‫“ ” هَ ِذ هِا ا ب ِ ت ِ ل‬Ini sebagai tebusan
kepada Aisyah “ ‫كا ا ال س َ بْ ق َ ِةا‬
kekalahan lomba yang pertama”. Lihatlah…ternyata Nabi
terus mengenang nostalgia yang indah tersebut. Lomba

59
lari antara Nabi dan Aisyah, antara seorang suami dan
istri…tentunya merupakan nostalgia yang penuh
kemesraan…terus diingat oleh Nabi hingga menunggu
tubuh Aisyah agak gemuk baru Nabi mengajaknya
berlomba lari kembali.

Kesebelas : Membiasakan diri untuk mengucapkan kata-


kata cinta dan panggilan-panggilan sayang diantara
pasutri, dan tidak perlu canggung meskipun di hadapan
orang lain. Jangan pelit untuk mengirim sms kepada istri
dengan berkata “Aku mencintaimu…”. Sepertinya ini
perkara yang ringan akan tetapi ini sangat berkesan di hati
istri. Demikian juga sebaliknya..

Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh


seorang sahabat : “Siapakah yang paling anda cintai?”.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tidak
canggung menjawab : “Aisyah”

Tidak ada salahnya jika sedikit bergombal ria terhadap


istrinya (selama tidak berlebihan). Gombalan tersebut
ternyata sering menumbuhkan dan mempererat rasa
cinta. Dan ternyata sebagian para wanita tetap saja suka -
meskipun ia menyadari suaminya sering gombal-.

Berikut ini contoh gombalan seorang penyair yang


menggambarkan kecintaan yang sangat mendalam
terhadap istrinya yang sangat sholehah:

ِ ُّ ‫ أ ُ ِح ب‬..……… ِ ِ‫ت‬
ِ ْ‫كِ ِ ك َ يْ ف َ َم ا ِ ك ُ ن‬
ِ‫ت‬ ِ ُّ ‫أ ُ ِح ب‬
ِ ْ‫كِ ِ ِم ث ْ ل َ َم ا ِ أ َن‬

60
Istriku…, aku mencintaimu apa adanya dirimu…aku
mencintaimu bagaimanapun juga kondisimu

‫تِ ِ َح ب ِ ي ْ ب َ ت ِ ي ِ أ َن ِ ت‬
ِ ْ‫ارِ ِ … أ َن‬
َ ‫ص‬َ ِ ‫ َو َم ْه َم ا ِ كَ ا نَِ ِ َم ْه َم ا‬..
Apapun yang terjadi engkau tetaplah kekasihku

ِ ْ ‫تِ ِ َح ب ِ ي ْ ب َ ت ِ ي ِ أ َن‬
ِ‫ت‬ ِ ْ‫ َز ْو َج ت ِ ي ِ … أ َن‬..
Istriku…, engkaulah kasih dan cintaku

ِ ِْ‫ ل َ ق َ د‬. … ‫تِ ِ لَِ ِ أ َ ْخ شَى ِ عَ ذ ُ ْو لِ ِ ه َ ُّم هُِ ِ َم ق ْ ت ِ ي‬ ِ ْ‫َح َل َ ل ِ ي ِ أ َن‬


ِِ‫ص لِ ِ غ َ ي ِْرِ ِ ُم ن ْ ب َ ت‬ْ ‫أ َ ِذ نَِ ِ ال َّز َم ا ُنِ ِ ل َ ن َا ِ ب ِ َو‬
Kekasihku aku tidak pernah khawatir dirimu adalah
seorang istri yang hobinya hanya memarahiku…

Sungguh zaman telah mengizinkan kita untuk bersatu


dengan sambungan yang tidak terputuskan…

ِ ِ‫ح سْ ِنِ ِ الْ ف َ ع ْ ِل‬ ُ ِ ‫ح بَِّ ِ ف ِ ى ِ ق َ ل ْ ب ِ ي ِ ب‬ ُ ْ ‫تِ ِ ال‬ ِ ْ‫سَ ق َ ي‬


ِ ِ‫ْش‬ُ ‫ص ف ُو ِ ال ْ ع َ ي‬ ِ ْ ‫بِ ِ ال س َّ ع ْ دِ ُِ إ ِ ْنِ ِ ِغ ب‬
ْ َِ‫تِ ِ َو ي‬ ُ ْ‫ ي َ ِغ ي‬. … ِ‫ت‬ِ ‫َو ال س َّ ْم‬
ِ‫ت‬ِ ْ ‫إ ِ ْنِ ِ ِج ئ‬
Engkau menyiram hatiku dengan indahnya akhlak dan
perangaimu…

Sungguh kebahagiaan sirna tatkala engkau pergi dan


kehidupan menjadi indah jika engkau datang….

61
ِ ِ‫ك‬ ِ ْ‫ار ي ِ كَ ا ِد حِ ِ َح ت َّى ِ إ ِ ذ َ ا ِ َم ا ِ ع ُ د ْ تُِ ِ لِ ل ْ ب َ ي‬
ِ ُ ‫تِ … ل َ ق ِ ي ْ ت‬ ِ ‫ن َ َه‬
ِ ‫َايِ ِ إ ِ ذ َ ا ِ ت َب َ س َّ ْم‬
ِ‫ت‬ َ ‫ضن‬ َ ِ ‫ ف َ ا ن ْ َجِ ل َ ى ِ ع َ ن ِ ي‬..
Siang hariku terasa kacau hingga tatkala aku kembali ke
rumah..

dan tatkala melihatmu maka dengan senyumanmu


sirnalah semua gundah gulana dan kegelisahanku…

ِ ُّ ‫تِ ِ … أ ُ ِح ب‬
ِ ْ‫كِ ِ ك َ ي ْ ف َ َم ا ِ ك ُ ن‬
ِ‫ت‬ ِ ُّ ‫أ ُ ِح ب‬
ِ ْ‫كِ ِ ِم ث ْ ل َ َم ا ِ أ َن‬
Istriku…, aku mencintaimu apa adanya dirimu…aku
mencintaimu bagaimanapun juga kondisimu

ِ ‫تِ ِ … ف َ أ َسْ ع َ ى‬ ِ ‫يِ ِ ال ْ َح ي َ ا ةِ ُِ إ ِ ذ َ ا ِ ب ِ َه ا ِ ي َ ْو ماِ ِ ت َب َ َّر ْم‬ ُ ْ‫ض ي‬


َ ِ ‫قِ ِ ب‬ ِ َ‫ت‬
ِ ْ‫َج ا ِه داِ ِ َح ت َّى ِ أ ُ َح ق ِ قَِ ِ َم ا ِ ت َ َم ن َّ ي‬
ِ‫ت‬
Terasa sempit kehidupan ini jika sehari saja engkau
gelisah..

Maka aku akan berusaha untuk bisa mewujudkan


impianmu

ِ ْ‫ح بِِ ِ َم ا ِ ِع ش‬
ِ ِ‫ت‬ ُ ْ ‫ف ِءِ ِ ال‬ ْ ‫تِ ِ ف َ ل ْ ت َ ْه ن ِ ئي ِ ب ِ ِد‬ ِ ْ‫هَ ن َا ئ ِ ي ِ أ َن‬
ِ‫ت‬ِ َ ‫ضِ ِ َو ال ن َّ ب‬ ْ ِ ِ‫ ف َ ُر ْو َح ا ن َا ِ ق َ ِدِ ِ ا ئ ْ ت َل َ ف َ ا ِ ك َ ِم ث ْ ِل‬.…
ِ ‫اِل َ ْر‬
Kebahagiaanku adalah engkau maka berbahagialah
engkau dengan hangatnya cintaku selama hidupmu…

Maka sungguh kedua ruh kita telah bersatu sebagaimana


bersatunya tanah dan tanaman…

62
ِ ِ‫ب‬ ِ َ ‫ ي‬.… ِ‫س يِ َو ُم لْ ِه َم ت ِ ي‬
ُ ْ‫ط ي‬ ِ ْ‫ف َ ي َ اِ أ َ َم ل ِ يِ َو ي َ اِ س َ ك َ ن ِ يِ َو ي َ اِ أ ُن‬
ِ‫ت‬
ِ ْ‫ط ب‬ ِ ِ ِ‫اِل َي َّا مُِ ِ إ ِ ْن‬
ْ ِ ِ‫ت‬
ِ َ‫ض اق‬
َ ِ ‫ْشِ ِ َم ْه َم ا‬ُ ‫الْ ع َ ي‬
Wahai harapanku…wahai ketenanganku…wahai
ketenteramanku dan pemberi ilham dalam hidupku…

Kehidupanku menjadi indah meskipun bagaimanapun


sulitnya hari-hari jika engkau baik

Keduabelas : Berusaha menunjukkan penghormatan dan


penghargaan kepada kerabat keluarga pasangan. Jika
seseorang menghormati dan melayani keluarga dan
kerabat pasangannya maka hal ini merupakan bentuk
pelayanan dan penghargaan kepada pasangannya
tersebut. Ini adalah jasa yang akan sangat dihargai oleh
pasangannya. Maka pasangannya tersebut akan semakin
cinta kepadanya dan akan semakin siap berkorban
kepadanya.

Ketigabelas : Bermu’amalah dengan istri bukan dengan


“keperkasaan dan kejantanan” akan tetapi dengan
kelembutan dan kehangatan.

Seorang suami janganlah menjadi seorang diktator di


rumahnya sehingga menimbulkan suasana “ketakutan”
bagi istri. Jika dia ingin mengarahkan istrinya maka tidak
perlu menggunakan kekerasan dan kejantanannya. Akan
tetapi hendaknya ia memperhatikan sang istri sebagai
seorang wanita yang berhati lembut dan perasa.
Bukankah tujuan dari nasehat adalah perubahan sifat istri
ke arah atau akhlak yang lebih baik??. Maka apakah

63
perubahan tersebut diperoleh dengan kekerasan dan
paksaan??. Kalaupun terjadi perubahan maka itu bukan
dibangun di atas kesadaran akan tetapi di atas
“ketakutan”

Keempatbelas : Kapan seorang istri merasa sangat


disayang oleh suaminya maka sang istri akan semakin
ikhlas dan semangat dalam melayani suami.

Banyak wanita cantik yang suaminya tidak tampan


membuktikan bahwa ternyata ketampanan lelaki
bukanlah nomor satu bagi para wanita….bahkan bisa jadi
nomor ke 4 atau ke 10..…, ketampanan bisa terkalahkan
dengan budi pekerti, atau harta, atau kedudukan…

Seorang istri tidak begitu membutuhkan ketampanan


anda…akan tetapi membutuhkan anda untuk
menjadikannya merasa bahwa ia adalah nomor 1 di hati
anda…

Pintarlah para suami bertutur kata…bermanis-manis


kata…romantis, dll. Ingatlah wanita senang untuk dipuji…,
pujilah kecantikannya…, pujilah masakannya…, pujilah dia
karena Allah…Yang memerintahkan untuk menciptakan
kehidupan harmonis dan agamis dalam keluarga…pujilah
dia niscaya dia akan lebih mencintaimu dan lebih
menservismu. Sebaliknya pula, kapan seorang seuami
merasa bahwa istrinya sangat mencintainya maka ia akan
lebih percaya dan sayang kepada istrinya. Karenanya
selain suami yang romantis, demikian juga istri
menyambut keromantisan suami dengan tutur kata yang

64
indah yang menunjukkan kasih sayang akan tetapi tetap
dengan aroma penghormatan dan penghargaan kepada
suami.39

Andai Aku Tidak Menikah Dengannya

Saat menikah, wanita memiliki harapan bahwa


pernikahannya akan menjadi surga dunia, penuh
kebahagiaan dan keindahan, rumahku surgaku. Namun
terkadang kenyataan tak seindah harapan. Ternyata sifat
suaminya tak sebaik yang diperkirakan. Atau seiring
berjalannya waktu, sikap sang suami kepada sang istri
menjadi semakin buruk. Keras, kasar, egois, pemarah,
tidak romantis, tidak bertanggungjawab, suka memukul,
tidak punya waktu untuk istri, dan sifat-sifat buruk lain.
Maka akhirnya bisa terbetik penyesalan mengapa dulu
mau menikah dengannya, dan berkata dalam hati: “Andai
Aku Tidak Menikah Dengannya”.

Begitu juga sebaliknya bisa terjadi pada sang suami.


Setelah sekian lama menikah, dan ternyata sikap sang istri
tidak sebaik yg diharapkan, atau sikap istri berubah
menjadi buruk seiring berjalannya waktu, bisa terbetik
penyesalan mengapa dulu mau menikah dengannya, dan

39
https://firanda.com/1026-jurus-jurus-melanggengkan-
keharmonisan-pasutri.html

65
berkata dalam hati: “Andai Aku Tidak Menikah
Dengannya”.

Aku Ingin Berbisik

Aku adalah seorang wanita yang telah menikah. Dulu aku


sangat ingin memilih suami yang berakhlak dan beragama.
Sehingga aku pun menikah dengan seorang pemuda yang
kupandang sholeh dan berakhlak. Hubungan kami pada
awalnya baik-baik saja.

Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, suamiku mulai


bersikap buruk sedikit demi sedikit, hingga hidupku
berubah menjadi neraka. Dia mulai menyusahkan
keluargaku, sengaja menghina mereka, menyambut
mereka dengan dingin, tidak lagi menghiraukan aku dan
bersikap kasar padaku, meskipun aku secara bertahap
telah menerapkan berbagai metode dari nasihat hingga
omelan, kemudian boikot dan kemarahan. Terkadang aku
terpaksa tidak memperdulikannya, tetapi dengan semua
itu dia malah semakin kasar, dan tidak melihat apa pun
kecuali dirinya dan keinginannya. Dia juga tidak
mengabulkan hasratku sebagai suami yang selalu
membimbing aku dalam kebaikan. Aku telah sering
berusaha menasihatinya dengan cara yang lebih baik,
tetapi tidak ada gunanya. Sehari dia taat, kemudian
kembali seperti sebelumnya. Dia merasa yakin – seperti
yang dia sangka – bahwa aku tidak akan menceraikannya;

66
yang pertama karena sulitnya untuk menikah lagi, yang
kedua karena ketergantunganku dengan anak-anak. Tiada
satu metode pun melainkan telah kutetapkan
terhadapnya, dengan tujuan untuk mengadakan
perbaikan; dari mulai nasihat, ucapan yang lembut,
kemarahan hingga boikot.

Tetapi semua itu tiada guna. Pernah aku berpikir untuk


memberitahu keluarganya, namun aku khawatir mereka
tidak akan percaya dan berdiam diri. Aku bingung dengan
urusanku ini dan hidupku menjadi hitam legam meskipun
aku adalah orang yang optimis. Aku menginginkan
bantuan orang lain, apa yang harus kulakukan? Dulu aku
selalu mendoakan kebaikan baginya, tetapi sekarang aku
mendoakan kecelakaan untuknya, karena pada
prakteknya dia telah mengubah hidupku menjadi
keputusasaan, kebinasaan dan neraka.

Suami adalah Nahkoda

Mengarungi lautan kehidupan dengan bahtera rumah


tangga selalu saja ada hambatannya, sebentar-sebentar
gelombang datang menerjang, sebentar-sebentar ada
badai kecil yang menghempas, tak jarang kadang ada
angin topan yang melanda, membuat bahtera seolah
limpung, terseok, bahkan bisa saja paling parah hancur
berkeping-keping.

67
Seorang nahkoda, ibarat sebagai sang pemandu jalannya
bahtera harus selalu berusaha menyiapkan segala
sesuatunya agar setiap saat badai ujian itu datang,
bahtera akan tetap bisa bertahan dan berlayar.

Sang suami,sebagai seorang nahkoda harus selalu


berusaha menambah ilmu, mengasah kearifan,
menggurinda egonya, menghaluskan budi baiknya,
memperkuat tanggungjawabnya agar selalu sejalan
dengan segenap penghuni bahtera yang dibawanya.
Terkadang pula, sang nahkoda pun harus berhenti sejenak
untuk meminta nasihat kepada para awaknya,
menanyakan amanahnya selama ini sudah benar atau
masih jauh dari dermaga yang dituju.

Suami perlu mendapatkan porsi pengakuan, bahwa


dirinya adalah sang nahkoda, dirinya adalah sang direktur,
sang penanggung jawab, selamat dan tidaknya bahtera
rumah tangga, sukses dan gagalnya keluarga, bahagia dan
kesedihan awaknya adalah tanggung jawabnya.

Allah Ta’ala berfiman :

ٰ ِ ِ‫لر َج ا ُلِ ِ ق َ َّو ا ُم ْو نَِ ِ ع َ ل َ ى ِ الن ِ سَ ۤا ِءِ ِ ب ِ َم ا ِ ف َ ضَّ َل‬


ِ ُِ‫اّلل‬ ِ َ‫ا‬
ِ‫ض هُ ْمِ ِ عَ ٰل ى ِ ب َ ع ْ ضِ ِ َّو ب ِ َم اِ ِ ا َنْ ف َ ق ُ ْو ا ِ ِم ْنِ ِ ا َ ْم َو ا لِ ِه ْم‬
َ ْ‫ۗ ب َ ع‬
“Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita
disebabkan Allah telah melebihkan sebagian mereka
(kaum pria) di atas sebagian yang lain (kaum wanita) dan
disebabkan kaum pria telah membelanjakan sebagian dari
harta mereka…” (QS An-Nisa: 34)

68
Ayat di atas sering dibacakan oleh suami-suami yang
bernotabennya mengaji. Kalau suami yang tidak mengaji,
biasanya akan marah-marah dan mengumpat demi untuk
menundukkan istri yang kadang kala kurang berbakti, atau
menentang perintah suami, atau tidak mau memperbaiki
diri.

Ayat diatas adalah benar kalam illahi yang harus di yakini


dan diresapi didalam hati, sehingga suami haruslah bijak
dalam membacakannya agar tidak terjadi bergejolakan
dalam rumah tangga. Dan yang perlu di camkan dalam
benak semua lelaki, bahwa sebagai Qawwam (pemimpin)
ada tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Perhatian dan dukungan

2. Perlindungan

3. Perbaikan dan pengarahan40

Maka inti dari penjelasan ayat diatas adalah seorang


suami itu harus memiliki kriteria sebagai pemimpin yang
tidak hanya memprioritaskan kepentingan pribadinya
tanpa mengedepankan hak-hak dari pasangannya, seperti
yang tercantum dalan 3 kriteria diatas, sehingga istri akan
senang dan ikhlas dalam melaksanakan kewajibannya
kepada pemimpin yang dirindu hati.

40
Aysarut Tafasir, Abu Bakar al Jazair

69
Wahai akhi, jangan bermudah-mudah membacakan ayat
diatas kepada istri, sedangkan engkau belum melakukan
tugasmu sebagai pemimpin.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Laki-lakilah yang


seharusnya mengurusi kaum wanita. Laki-laki adalah
pemimpin bagi kaum wanita, sebagai hakim bagi mereka
dan laki-lakilah yang meluruskan apabila menyimpang
dari kebenaran. Lalu ayat (yang artinya), ’Allah
melebihkan sebagian mereka dari yang lain’, maksudnya
adalah Allah melebihkan kaum pria dari wanita. Hal ini
disebabkan karena laki-laki adalah lebih utama dari
wanita dan lebih baik dari wanita. Oleh karena itu,
kenabian hanya khusus diberikan pada laki-laki, begitu
pula dengan kerajaan yang megah diberikan pada laki-
laki. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa
sallam, ”Tidak akan bahagia suatu kaum apabila mereka
menyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dari hadits ‘Abdur
Rohman bin Abu Bakroh dari ayahnya.41

Asy Syaukani rahimahullah juga mengatakan bahwa


maksud ’qowwamuna’ dalam ayat ini: laki-laki seharusnya
yang jadi pemimpin bagi wanita.42

Syaikh ‘Abdur Rahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah


berkata, “Kaum prialah yang mengurusi kaum wanita agar
wanita tetap memperhatikan hak-hak Allah Ta’ala yaitu

41
Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim pada tafsir surat An Nisaa’ ayat 34
42
Fathul Qodir pada tafsir surat An Nisaa’ ayat 34

70
melaksanakan yang wajib, mencegah mereka dari
berbuat kerusakan. Kaum laki-laki berkewajiban pula
mencari nafkah, pakaian dan tempat tinggal kaum
wanita.”43

Demikian indahnya tuturan kalam Ilahi di atas


menetapkan tatanan hidup yang pasti mengantarkan
kepada kebahagiaan. Namun manusia yang durjana ingin
mengubah keindahan tatanan tersebut. Akibatnya
musibah datang silih berganti dan malapetaka semakin
meluas. Wanita yang seharusnya tunduk di bawah
kepemimpinan pria menjadi sebaliknya, ia yang
memimpin. Padahal Rasululallah Shalallahu alaihi
wassallam jauh sebelumnya telah berpesan dalam
sabdanya yang agung :

Abu Bakrah berkata,

ِ ِ‫ل َ َّم ا ِ ب َ ل َ َغِ ِ َر س ُ و َلِ ِ اّللَِِّ ِ – ِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ – ِ أ َ َّن‬
ِ« ِ ِ‫تِ ِ ِك س َْر ى ِ ق َ ا َل‬ َ ْ‫سِ ِ ق َ دِْ ِ َم ل َّ ك ُ وا ِ عَ ل َ ي ْ ِه ْمِ ِ ب ِ ن‬ ِ َ ‫أ َهْ َلِ ِ ف‬
َ ‫ار‬
ِ‫» ل َ ْنِ ِ ي ُ فْ لِ َحِ ِ ق َ ْو مِ ِ َو ل َّ ْو ا ِ أ َ ْم َر ه ُ مُِ ِ ا ْم َر أ َة‬
“Tatkala ada berita sampai kepada Nabi shallallahu ’alaihi
wa sallam bahwa bangsa Persia mengangkat putri Kisro
(gelar raja Persia dahulu) menjadi raja, beliau shallallahu
’alaihi wa sallam lantas bersabda, ”Tidak akan bahagia

43
Taisir Karimir Rahman

71
suatu kaum apabila mereka menyerahkan kepemimpinan
mereka kepada wanita”44

Wanita hanya diperbolehkan menjadi pemimpin di


rumahnya, itu pun di bawah pengawasan suaminya, atau
orang yang sederajat dengannya. Mereka memimpin
dalam hal yang khusus yaitu terutama memelihara diri,
mendidik anak dan memelihara harta suami yang ada di
rumah. Tujuan dari ini semua adalah agar kebutuhan
perbaikan keluarga teratasi oleh wanita sedangkan
perbaikan masyarakat nantinya dilakukan oleh kaum laki-
laki. Allah Ta’ala berfirman,

ِ ِِ‫جِ ِ الْ َج ا ِه ل ِ ي َّ ة‬ َ ‫َو ق َ ْر نَِ ِ ف ِ ي ِ ب ُي ُو ت ِ ك ُ َّنِ ِ َو َلِ ِ ت َب َ َّر ْج نَِ ِ ت َب َ ُّر‬


ِ ََِّ‫ط عْ نَِ ِ اّلل‬ ِ َ ‫اِل ُو ل َ ى ِ َو أ َق ِ ْم نَِ ِ ال صَّ ََل ةِ َ ِ َو آِ َت ِ ي نَِ ِ ال َّز كَ ا ةِ َ ِ َو أ‬ ْ
ِ ِ‫سِِ أ َهْ َل‬ َ ‫الر ْج‬ ِ ُِِ‫بِِ ع َ ن ْ ك ُ م‬ َ ‫َو َر س ُ و ل َ هُِِ إ ِ ن َّ َم ا ِ ي ُِر ي دِ ُِ اّللَُِِّ ل ِ ي ُ ذ ْ ِه‬
‫تِ ِ َو ي ُط َ ِه َر ك ُ ْمِ ِ ت َطْ ِه ير ا‬ ِ ْ‫الْ ب َ ي‬
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmudan janganlah
kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahuludan dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu,
hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-
bersihnya.” (QS. Al Ahzab: 33)

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

44
HR. Bukhari no. 4425

72
ِ ِ‫ىِ ِ َم سْ ئ ُو ل َ ة‬ ِ ْ‫َو ال ْ َم ْر أ َةِ ُِ ف ِ ى ِ ب َ ي‬
َ ْ‫تِ ِ َز ْو ِج َه ا ِ َر ا ِع ي َ ةِ ِ َو ه‬
‫عَ ْنِ ِ َر ِع ي َّ ت ِ َه ا‬
“Dan wanita menjadi pemimpin di rumah suaminya, dia
akan dimintai pertanggungjawaban mengenai orang yang
diurusnya.”45

Sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga, perlu


diketahui bahwa seorang laki-laki memiliki beberapa
kelebihan ketimbang wanita. Allah Ta’ala berfirman :

ِ‫لر َج ا ِلِ ِ عَ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ د َ َر َج ةِ ِ َو اّللَُِّ ِ عَ ِز يزِ ِ َح ِك يم‬


ِ ِ‫َو ل‬
“Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan
kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah: 228)

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

َِ ِ‫ج دَِِ ِل َ َح دِ ِ ِل َ َم ْر تُِ ِ ال ْ َم ْر أ َة‬


ُ ْ‫ل َ ْوِ ِ ك ُ نْ تُِ ِ آ ِم ر ا ِ أ َ َح د ا ِ أ َ ْنِ ِ ي َ س‬
‫ج دَِ ِ ل ِ َز ْو ِج َه ا‬ُ ْ‫أ َ ْنِ ِ ت َس‬
“Andai aku memerintah seseorang sujud kepada yang lain,
tentu akan aku perintahkan wanita sujud kepada
suaminya.”46

Menjadi seorang pemimpin tentu merupakan hal yang


cukup berat. Karena sebagai seorang pemimpin ia

45
HR. Bukhari no. 2409
46
HR. Tirmidzi no. 1159. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shohih

73
memiliki tanggung jawab besar untuk kemaslahatan
orang-orang yang dipimpinnya. Dan dalam rumah tangga,
yang berkewajiban menjadi seorang pemimpin ialah
suami.

Sebagai seorang suami, ia diberi tanggung jawab untuk


memberi nafkah anggota keluarganya. Maka, diperlukan
usaha untuk mencapainya. Rintangan pasti akan ditemui
dalam perjalanan menuju keberkahan itu. Seperti halnya,
rezeki yang haram. Biasanya hal ini juga datang secara
tiba-tiba walau kita tak memintanya. Di sinilah kekuatan
iman seorang pemimpin keluarga itu diuji.

Jika, ujian itu dapat dilalui dengan selamat, maka insya


Allah bahtera rumah tangga akan terbina dengan baik.
Namun sebaliknya, kita tidak akan mendapatkan
kenyamanan dan ketenangan jika memakan makanan dari
rezeki yang haram. Selain itu, akan ada dampak
perubahan sikap dari istri dan anak-anak kita. Karena,
berawal dari rezeki yang haram, akan memengaruhi
karakteristk seseorang dengan cenderung kepada hal
yang negatif.

Sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga, suami


wajib menyejahterakan anggota keluarganya. Selain tadi
memberi nafkah, juga memberikan kenyamanan dan
ketenangan di dalam istana berumahtangga. Ya, hal inilah
yang menjadi idaman para wanita. Yakni, menciptakan
suasana berumah tangga yang harmonis.

74
Jika badai menghantam, dengan sebuah cobaan dalam
rumah tangga, maka pemimpin itu harus bijak. Ia harus
bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan baik dan
penuh wibawa. Artinya, ia bertanggung jawab untuk
menyelesaikan suatu masalah itu tanpa ada pihak yang
tersakiti. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga keutuhan
rumah tangga

Janji Teguh Nan Sakral

Pernikahan bukanlah sekedar ikatan di atas buku hijau


dengan stempei KUA.

Bukan pula hanya ucapan ijab dan qobul antara wali dan
mempelai pria plus mahar dan dua saksi.

Namun,pernikahan adalah mahkota kehormatan yang


terjalin di atas perjanjian yang sangat kuat.

Allah menyebutnya dengan kalimat “Miitsaaqan


Ghalidhan”.

Penamaan seperti ini telah Allah sebutkan di dalam Al


Qur’an sebanyak tiga kali perjanjian yang berbeda,namun
semuanya adalah perjanjian-perjanjian yang agung dan
luhur.

75
 Yang pertama: Perjanjian Allah dengan para
utusannya agar mereka menyeru ummat manusia
kepada tauhid.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِ ِ‫كِ ِ َو ِم ْنِ ِ ن ُّ ْو ح‬ َ ْ‫َو ا ِ ذِْ ِ ا َ َخ ذ ْ ن َا ِ ِم نَِ ِ ال ن َّ ب ِ ي نَِ ِ ِم ي ْ ث َا ق َ هُ ْمِ ِ َو ِم ن‬


ِ ِ‫َّو ا ِ ب ْٰر هِ ي َْمِِ َو ُم ْو ٰس ىِ َو ِع يْ س َ ىِ ا بْ ِنِِ َم ْر ي َ َمِ ِ ۖ َو ا َ َخ ذ ْ ن َاِ ِم ن ْ هُ ْم‬
ِ‫ِم ي ْ ث َاق ا ِ غَ ل ِ ي ْظ ا‬
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari
Nabi-Nabi dan dari kamu (sendiri),dari Nuh,Ibrahim,Musa
dan ‘Isa putera Maryam,dan Kami telah mengambil dari
mereka perjanjian yang teguh.”(QS.Al-ahzaab :7)

 Yang kedua: Perjanjian Allah dengan Bani Israil


agar mereka patuh kepada Allah dan
menjalankan hukum-hukum Taurat.

Allah berfirman:

ِ ‫خ ل ُوا‬ ُ ِ ِْ‫َو َر ف َ ع ْ ن َا ِ ف َ ْو ق َ هُ مُِ ِ الط ُّ و َرِ ِ ب ِ ِم ي ْ ث َا ق ِ ِه ْمِ ِ َو ق ُ ل ن َا ِ ل َ هُ ْمِ ِ ا د‬


ِ ْ‫ج د اِ َو ق ُ لْ ن َاِ ل َ هُ ْمِِ َلِِ ت َعْ د ُواِ ف ِ يِ ال س َّ ب‬
ِ ‫تِِ َو أ َ َخ ذ ْ ن َا‬ َّ ُ ‫بِِ س‬ َ ‫الْ ب َ ا‬
‫ِم ن ْ هُ ْمِ ِ ِم ي ْ ث َاق ا غَ ل ِ ي ْظ ا‬
“Dan telah kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit
Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami
ambil dari) mereka.Dan Kami perintahkan kepada mereka
:”Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud”,dan Kami
perintahkan (pula) kepada mereka :”Janganlah kamu

76
melanggar peraturan mengenai hari Sabtu “,dan Kami
telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.”
(QS.An-Nisaa’ :154)

 Yang ketiga: Perjanjian yang diambil oleh para


perempuan dari suami-suami mereka

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

‫َو أ َ َخ ذ ْ نَِ ِ ِم ن ْ ك ُ ْمِ ِ ِم ي ْ ث َاق ا غ َ لِ ي ْظ ا‬


“Dan istri-istri kalian telah mengambil dari kalian suatu
perjanjian yang kuat.” (QS.An-Nisaa’ : 21)

Miitsaaqan Ghalidhan maknanya ,mereka telah


mengambil perjanjian yang berat yang ditekankan
dengan penekanan tambahan,dengannya sulit
melanggarnya,seperti sebuah baju yang tebal yang sulit
merobeknya.”47

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ ِ‫ ِ ف َ إ ِن َّ ك ُ ْمِ ِ أ َ َخ ذ ْ ت ُ ُم ْو ه ُ َّنِ ِ ب ِ أ َ َم ا ِن‬، ِ ِ ‫اّللَِ ِ ف ِ ي ِ الن ِ سَ ا‬


ٰ ِ ‫ف َ ا ت َّق ُوا‬
ٰ ِ ِ‫و ا سْ ت َ ْح ل َ لْ ت ُ ْمِ ِ ف ُ ُر ْو َج هُ َّنِ ِ ب ِ كَ لِِ َم ِة‬،
ِِ‫اّلل‬ َ ِ ِِ‫اّلل‬
ٰ
“Bertaqwalah kepada Allah dalam perkara perempuan-
perempuan itu,sesungguhnya kalian telah mengambil

47
Mahasin Ta’wil 3/57

77
mereka dengan amanah Allah,dan halal bagi kalian
kemaluan mereka dengan kalimat Allah.”48

Saudaraku…coba renungkan betapa agungnya


pernikahan.

Bagaimana mungkin tidak disebut berpindahnya


kepemilikan sebagai perjanjian yang teguh dan kuat,ketika
urusannya adalah berpindahnya surga seseorang kepada
orang ain yang tidak pernah punya andil dalam merawat
dan membesarkannya.

“Orangtuanya telah menyerahkan putrinya kepadamu


sepenuhnya.

Padahal,kau tidak pernah turut andil daam melahirkannya


ke dunia ini.

Ibunya selama 9 bulan dengan penuh lemah di atas


kelemahannya mengandung istrimu itu.

Kau tidak pernah turut campur dalam memberikan


perhatian dan kasih sayang.

Kau juga tidak pernah merasakan suka duka dalam


membesarkan perempuan yang sekarang menjadi istrimu.

48
HR.Muslim no 1218

78
Tatkala dia sakit, tatkala dia menangis,tatkala dia
sedih,tatkala dia berduka, kau tak pernah hadir pada hari-
hari itu.

Kemudian kau datang untuk meminangnya,momen itu


adalah peristiwa yang cukup berat bagi orang tuanya.

Anak yang dibesarkan dengan cinta daan kasih sayang


akan dilepas dari dekapan mereka,dikeluarkan dari istana
mereka.

Diserahkan kepadamu,yang merekapun tak dapat


memastikan,bagaimana kelak hidupnya bersamamu.

Namun karena perintah Illahi,dengan segala resiko yang


harus diterima,kaupun dinikahkan.

Dengan satu harapan,sebagai suami kau dapat


menggantikan posisi keduanya, merawat, menjaga,
mencitai dan membuatnya bahagia.”

Pada hakekatnya kau telah mengambil perjanjian yang


akan kau pertanggungjawabkan di dunia sebelum di
akhirat.

Bukan sekedar kertas hijau biasa dengan stempel KUA


yang dapat kau gandakan di percetakan,dan bisa
hilang,terbakar atau kau buang kapan kau bosan
dengannya.

Tapi…, Miitsaaqan Ghalidhan

79
BAB II

Tak Kenal Maka Tak Sayang


Mengenal Perempuan

Wanita adalah mahluk ciptaan tuhan yang tahan banting


kesabarannya jauh di atas lelaki Dia akan menjadi setia jika
dia merasa nyaman dan ada yang melindungi dia. Karena
kelemahannya adalah dia perlu tempat bersandar jika
lelah dan berteduh jika kehujanan atau kepanasan yang
menyayanginya lahir dan bathin. Lelaki yang bisa
memberikan nasehat, perhatian seperti pohon yang
berdiri kokoh dengan daun yang rindang tanpa lelah
memberikan keteduhan bagi yang bersandar dan
berteduh dibawahnya, maka dia akan selalu
memenangkan hati wanita. Wanita akan tidak nyaman
dengan lelaki yang tidak punya pendirian apalagi sering
memarahi wanita. Ibaratnya perahu dengan penumpang
dan nahkodanya. Jika penumpangnya adalah wanita maka
nahkoda adalah lelaki itu sendiri, penumpang akan
nyaman jika dia tahu nahkodanya akan membawa dia
kemana, saat badai menerpa ditengah laut kehidupan

80
disitu penumpang ini butuh keyakinan dari nahkodanya
jika dia akan baik-baik saja. Tanpa harus berkata tetapi
dengan langkah-langkah pasti dari penyelamatan yang dia
rencanakan dan lakukan maka penumpang ini akan
percaya kalau dia ada di perahu yang tepat. Wanita suka
pujian dan juga mengargai koreksi jika disampaikan
dengan penuh kasih sayang.

Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam


memperlakukannya akan merusak keindahannya,
menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu
tak berseri. Ia ibarat selembar sutra yang mudah robek
oleh terpaan badai, terombang-ambing oleh hempasan
angin dan basah kuyup meski oleh setitik air. Oleh
karenanya, jangan biarkan hatinya robek terluka karena
ucapan yang menyakitkan karena hatinya begitu lembut,
jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup
karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dengan
menawarkan setangkup ketenangan dan ketentraman.
Sebaiknya tidak sekali-kali membuatnya menangis oleh
sikap yang mengecewakan, karena biasanya tangis itu
tetap membekas di hati meski airnya tak lagi membasahi
kelopak matanya.

Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke


dasarnya untuk mendapatkan kecantikan sesungguhnya.
Karenanya, melihat dengan tanpa membuka tabir hatinya
niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu
mengelabui mata. Orang perlu berjuang menyusur
ombak, menahan arus dan menantang semua bahayanya

81
untuk bisa meraihnya. Dan tentu untuk itu, orang harus
memiliki bekal yang cukup sehingga layak dan pantas
mendapatkan mutiara indah itu.

Wanita itu separuh dari jiwa yang hilang. Maka orang


harus mencarinya dengan seksama, memilihnya dengan
teliti, melihat dengan hati-hati sebelum menjadikannya
pasangan jiwa. Karena jika salah, ia tidak akan menjadi
sepasang jiwa yang bisa menghasilkan bunga-bunga cinta,
melainkan noktah merah menyemai pertikaian. Ia tak
akan bisa menyamakan langkah, selalu bertolak pandang
sehingga tak memberikan kenyamanan dan keserasian. Ia
tak mungkin menjadi satu hati meski seluruh daya
dikerahkan untuk melakukannya. Dan yang jelas ia tak bisa
menjadi cermin diri disaat lengah atau larut.

Wanita memiliki kekuatan luar biasa yang tak pernah


dipunyai lawan jenisnya dengan lebih baik. Yakni kekuatan
cinta, empati dan kesetiaan. Dengan cintanya ia
menguatkan langkah orang-orang yang bersamanya,
empatinya membangkitkan mereka yang jatuh dan
kesetiaannya tak lekang oleh waktu, tak lebur oleh
perubahan.

Dan wanita adalah sumber kehidupan. Yang


mempertaruhkan hidupnya untuk sebuah kehidupan
baru, yang dari dadanya dialirkan air susu yang
menghidupkan. Sehingga semua pengorbanannya itu
layak menempatkannya pada kemuliaan surga, juga
keagungan penghormatan.

82
Sebelum datang Islam, seluruh umat manusia
memandang hina kaum wanita. Jangankan
memuliakannya, menganggapnya sebagai manusia saja
tidak. Orang-orang Yunani menganggap wanita sebagai
sarana kesenangan saja. Orang-orang Romawi
memberikan hak atas seorang ayah atau suami menjual
anak perempuan atau istrinya. Orang Arab memberikan
hak atas seorang anak untuk mewarisi istri ayahnya.
Mereka tidak mendapat hak waris dan tidak berhak
memiliki harta benda. Hal itu juga terjadi di Persia, Hidia
dan negeri-negeri lainnya.49

Orang-orang Arab ketika itu pun biasa mengubur anak-


anak perempuan mereka hidup-hidup tanpa dosa dan
kesalahan, hanya karena ia seorang wanita! Allah
berfirman tentang mereka,

ِِ‫َو إ ِ ذ َ اِ ب ُ ِش َرِِ أ َ َح د ُه ُ ْمِِ ب ِ ا ِْل ُنْ ث َىِ ظ َ َّلِِ َو ْج هُ هُِِ ُم س َْو د ًّاِ َو ه ُ َو‬
ِ ِِ‫ش َرِ ِ ب ِ ه‬ِ ُ ‫ار ى ِ ِم نَِ ِ الْ ق َ ْو ِمِ ِ ِم ْنِ ِ س ُ و ِءِ ِ َم ا ِ ب‬ َ ‫ ِ ي َ ت َ َو‬. ِ ِ‫ظ يم‬ ِ َ‫ك‬
ِ ِ‫س ك ُ هُِ ِ عَ ل َ ى ِ ه ُ ونِ ِ أ َ ْمِ ِ ي َ د ُس ُّ هُِ ِ ف ِ ي ِ ال ت ُّ َر ا بِِ ِ أ َ َلِ ِ سَ ا َء‬ِ ‫أ َي ُ ْم‬
َِ‫َم ا ِ ي َ ْح ك ُ ُم و ن‬
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan
(kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah)
mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan
dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita
yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan

Lihat al Mar`ah, Qabla wa Ba’da al Islam, Maktabah Syamilah,


49

Huquq al Mar`ah fi al Islam: 9-14

83
memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah
akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?.
Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan
itu.” (QS. An-Nahl : 58)

Muhammad al Thahir bin Asyur mengatakan, “Mereka


mengubur anak-anak perempuan mereka, sebagian
mereka langsung menguburnya setelah hari kelahirannya,
sebagian mereka menguburnya setelah ia mampu
berjalan dan berbicara. Yaitu ketika anak-anak
perempuan mereka sudah tidak bisa lagi disembunyikan.
Ini adalah diantara perbuatan terburuk orang-orang
jahiliyyah. Mereka terbiasa dengan perbuatan ini dan
menganggap hal ini sebagai hak seorang ayah, maka
seluruh masyarakat tidak ada yang mengingkarinya.” 50

Kemudian cahaya Islam pun terbit menerangi kegelapan


itu dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, memerangi segala bentuk
kezaliman dan menjamin setiap hak manusia tanpa
terkecuali. Perhatikan Allah berfirman tentang bagaimana
seharusnya memperlakukan kaum wanita dalam ayat
berikut:

ِِ‫ي َ اِ أ َي ُّ َه اِ ال َّ ِذ ي نَِِ آ َم ن ُوا ِ َلِ ِ ي َ ِح ُّلِِ ل َ ك ُ ْمِِ أ َ ْنِ ِ ت َ ِر ث ُواِ ال ن ِ سَ ا َء‬


ِ ْ ‫كَ ْر ه اِ َو َلِِ ت َعْ ضُ ل ُ و ه ُ َّنِِ لِ ت َذ ْ ه َ ب ُواِ ب ِ ب َ ع‬
ِ ِ‫ضِِ َم اِ آ ت َي ْ ت ُ ُم و ه ُ َّن‬
ِ ِ‫اح ش َةِ ِ ُم ب َ ي ِ ن َةِ ِ َو عَ ا ِش ُر و ه ُ َّن‬ ِ َ ‫إ ِ َّلِ ِ أ َ ْنِ ِ ي َ أ ْت ِ ي نَِ ِ ب ِ ف‬

50
al Tahrir wa al Tanwir: 14/185

84
ِ ‫ب ِ ال ْ َم ع ْ ُر و‬
ِ ‫فِ ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ ك َ ِر هْ ت ُ ُم و ه ُ َّنِ ِ ف َ ع َ سَ ى ِ أ َ ْنِ ِ ت َكْ َر ه ُ وا‬
‫شَ ي ْئ ا ِ َو ي َ ْج ع َ َلِ ِ اّللَُِّ ِ ف ِ ي ِهِ ِ َخ ي ْر ا ِ ك َ ث ِ ير ا‬
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu
mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah
kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil
kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan
keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara
patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan
yang banyak.” (QS. An Nisa : 19)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering


mengingatkan dengan sabda-sabdanya agar umat Islam
menghargai dan memuliakan kaum wanita. Di antara
sabdanya:

‫ا ِ سْ ت َ ْو صُ وا ِ ب ِ ال ن ِ سَ ا ِءِ ِ َخ يْر ا‬
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada
para wanita.”51

‫َخ يْ ُر ك ُ ْمِ ِ َخ ي ْ ُر ك ُ ْمِ ِ ِلِ َهْ ل ِ ِهِ ِ َو أ َن َا ِ َخ ي ْ ُر ك ُ ْمِ ِ ِل َهْ لِ ى‬

51
HR Muslim: 3729

85
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap
istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap
istriku.”52

Dr. Abdul Qadir Syaibah berkata, “Begitulah kemudian


dalam undang-undang Islam, wanita dihormati, tidak
boleh diwariskan, tidak halal ditahan dengan paksa, kaum
laki-laki diperintah untuk berbuat baik kepada mereka,
para suami dituntut untuk memperlakukan mereka
dengan makruf serta sabar dengan akhlak mereka.” 53

Setelah sebelumnya orang-orang jahiliyah memandang


wanita sebagai musibah, Islam memandang bahwa wanita
adalah karunia Allah. Bersamanya kaum laki-laki akan
mendapat ketenangan, lahir maupun batinnya. Darinya
akan muncul energi positif yang sangat bermanfaat
berupa rasa cinta, kasih sayang dan motivasi hidup. Laki-
laki dan wanita menjadi satu entitas dalam bingkai rumah
tangga. Kedunya saling membantu dalam mewujudkan
hidup yang nyaman dan penuh kebahagian, mendidik dan
membimbing generasi manusia yang akan datang. Allah
berfirman,

ِ ‫س ك ُ ْمِ ِ أ َ ْز َو اج ا‬ ِ ُ ‫َو ِم ْنِ ِ آ ي َ ا ت ِ هِِ ِ أ َ ْنِ ِ َخِ ل َ قَِ ِ ل َ ك ُ ْمِ ِ ِم ْنِ ِ أ َنْ ف‬
ِ ‫لِ ت َسْ ك ُ ن ُوا ِ إ ِ ل َ ي ْ َه ا ِ َو َج ع َ َلِ ِ ب َ ي ْ ن َ ك ُ ْمِ ِ َم َو د َّةِ ِ َو َر ْح َم ةِ ِ إ ِ َّنِ ِ ف ِ ي‬
َِ‫كِ ِ َآل ي َ اتِ ِ لِ ق َ ْو مِ ِ ي َ ت َف َ ك َّ ُر و ن‬
َ ِ‫ذ َ ل‬

52
HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-
shahihah”: 285
53
Huquq al Mar`ah fi al Islam: 10-11

86
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS.
Al Rum : 21)

ِ ِ‫س ك ُ ْمِِ أ َ ْز َو اج اِ َو َج ع َ َلِِ ل َ ك ُ ْمِِ ِم ْن‬ ِ ُ ‫َو اّللَُِِّ َج ع َ َلِِ ل َ ك ُ ْمِِ ِم ْنِِ أِ َن ْ ف‬
ِ ‫اج ك ُ ْمِ ِ ب َ ن ِ ي نَِ ِ َو َح ف َ د َ ةِ ِ َو َر زَ ق َ ك ُ ْمِ ِ ِم نَِ ِ الط َّ ي ِ ب َ ا‬
ِ ِ‫ت‬ ِ ‫أ َ ْز َو‬
َِ‫تِ ِ اّللَِِّ ِ ه ُ ْمِ ِ ي َ كْ ف ُ ُر و ن‬
ِ ‫ط ِلِ ِ ي ُ ْؤ ِم ن ُو نَِ ِ َو ب ِ ن ِ ع ْ َم‬ ِ ‫أ َف َ ب ِ ال ْ ب َ ا‬
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu,
anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang
baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?.” (QS. An Nahl
: 72)

ِ‫ه ُ َّنِ ِ لِ ب َ اسِ ِ ل َ ك ُ ْمِ ِ َو أ َن ْ ت ُ ْمِ ِ لِ ب َ اسِ ِ ل َ هُ َّن‬


“Mereka (istri-istri) adalah pakaian bagimu, dan kamupun
adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al Baqarah: 187)

Sebagaimana laki-laki, hak-hak wanita juga terjamin


dalam Islam. Pada dasarnya, segala yang menjadi hak laki-
laki, ia pun menjadi hak wanita. Agamanya, hartanya,
kehormatannya, akalnya dan jiwanya terjamin dan
dilindungi oleh syariat Islam sebagaimana kaum laki-laki.
Diantara contoh yang terdapat dalam al Qur`an adalah:

87
wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam
beribadah dan mendapat pahala:

ِ ِ‫تِ ِ ِم ْنِ ِ ذ َكَ رِ ِ أ َ ْوِ ِ أ ُن ْ ث َى ِ َو ه ُ َو‬ِ ‫ص ا ل ِ َح ا‬ َّ ‫َو َم ْنِ ِ ي َ ع ْ َم ْلِ ِ ِم نَِ ِ ال‬
‫خ ل ُ و نَِ ِ ال ْ َج ن َّ ةَِ ِ َو َلِ ِ ي ُظْ ل َ ُم و نَِ ِ ن َ ق ِ ير ا‬ َ ِ ‫ُم ْؤ ِم نِ ِ ف َ أ ُو ل َ ئ‬
ُ ْ ‫كِ ِ ي َ د‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik
laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman,
maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak
dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An Nisa : 124)

Wanita juga memiliki hak untuk dilibatkan dalam


bermusyawarah dalam soal penyusuan:

َ ِ ‫ف َ إ ِ ْنِ ِ أ َ َر ا د َ ا ِ ف‬
ِ ِ‫ص الِ ِ عَ ْنِ ِ ت َ َر اضِ ِ ِم ن ْ هُ َم ا ِ َو ت َشَا ُو رِ ِ ف َ ََل‬
‫حِ ِ عَ ل َ ي ْ ِهِ َم ا‬
َ ‫ج ن َا‬
ُ
“Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya.” (QS. Al Baqarah : 233)

Wanita berhak mengadukan permasalahannya kepada


hakim:

ِ ‫كِِ ف ِ يِ َز ْو ِج َه اِ َو ت َشْ ت َ ِك ي‬ َ ُ ‫ق َ دِِْ س َ ِم َعِِ اّللَُِِّ ق َ ْو َلِِ ال َّ ت ِ يِ ت ُ َجِ ا ِد ل‬


ِ‫ص ير‬ ِ َ ‫إ ِ ل َ ىِ اّللَِِِّ َو اّللَُِِّ ي َ سْ َم ُعِِ ت َ َح ا ُو َر ك ُ َم اِ إ ِ َّنِِ اّللََِِّ س َ ِم يعِِ ب‬
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita
yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang
suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan
Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua.

88
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. Al Mujadilah : 1)

Dan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,


diriwayatkan beberapa kasus pengaduan wanita
kepadanya.

Wanita adalah partner laki-laki dalam peran beramar


makruf nahi munkar dan ibadat yang lainnya:

ِ ِ‫َو ال ْ ُم ْؤ ِم ن ُ و نَِ ِ َو ال ْ ُم ْؤ ِم ن َا تُِ ِ ب َ ع ْ ضُ هُ ْمِ ِ أ َ ْو لِ ي َ ا ءُِ ِ ب َ ع ْ ض‬


ِ ‫ي َ أ ْ ُم ُر و نَِِ ب ِ ال ْ َم عْ ُر و‬
ِ َِ‫فِِ َو ي َ ن ْ هَ ْو نَِِ ع َ ِنِِ ال ْ ُم ن ْ ك َ ِرِِ َو ي ُ ق ِ ي ُم و ن‬
ِ ُِ‫ط ي ع ُ و نَِ ِ اّللََِّ ِ َو َر س ُ و ل َ ه‬ ِ ُ ‫ص ََل ةِ َ ِ َو ي ُ ْؤ ت ُو نَِ ِ ال َّز كَ ا ةِ َ ِ َو ي‬
َّ ‫ال‬
َ ِ ‫أ ُو ل َ ئ‬
ِ‫كِ ِ س َ ي َ ْر َح ُم هُ مُِ ِ اّللَُِّ ِ إ ِ َّنِ ِ اّللََِّ ِ عَ ِز يزِ ِ َح ِك يم‬
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan)
yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al Taubah : 71)

Allah juga berfirman tentang hak wanita:

ِ ِ‫لر َج ا ِل‬ ِ ‫َو ل َ هُ َّنِ ِ ِم ث ْ ُلِ ِ ال َّ ِذ ي ِ ع َ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ ب ِ الْ َم عْ ُر و‬


ِ ِ ‫فِ ِ َو ل‬
ِ‫عَ ل َ ي ْ ِهِ َّنِ ِ د َ َر َج ةِ ِ َو اّللَُِّ ِ ع َ ِز يزِ ِ َح ِك يم‬

89
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi laki-
laki, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al Baqarah : 228)

Ibnu Katsir berkata, “Maksud ayat ini adalah bahwa


wanita memiliki hak atas laki-laki, sebagaimana laki-laki
atas mereka. Maka, hendaknya masing-masing dari
keduanya menunaikan hak yang lainnya dengan cara yang
makruf.”54

Muhammad al Thahir bin ‘Asyur berkata, “Ayat ini adalah


deklarasi dan sanjungan atas hak-hak wanita.”55

Selain menjamin hak-hak wanita, Islam pun menjaga kaum


wanita dari segala hal yang dapat menodai
kehormatannya, menjatuhkan wibawa dan merendahkan
martabatnya. Bagai mutiara yang mahal harganya, Islam
menempatkannya sebagai makhluk yang mulia yang harus
dijaga. Atas dasar inilah kemudian sejumlah aturan
ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dan agar
berikutnya, kaum wanita dapat menjalankan peran
strategisnya sebagai pendidik umat generasi mendatang.

Muhammad Thahir ‘Asyur rahimahullah berkata, “Agama


Islam sangat memperhatikan kebaikan urusan wanita.
Bagaimana tidak, karena wanita adalah setengah dari

54
Tafsir al Qur`an al Adzim: 1/609
55
al Tahrir wa al Tanwir: 2/399

90
jenis manusia, pendidik pertama dalam pendidikan jiwa
sebelum yang lainnya, pendidikan yang berorientasi pada
akal agar ia tidak terpengaruh dengan segala pengaruh
buruk, dan juga hati agar ia tidak dimasuki pengaruh
setan…

Islam adalah agama syariat dan aturan. Oleh karena itu ia


datang untuk memperbaiki kondisi kaum wanita,
mengangkat derajatnya, agar umat Islam (dengan
perannya) memiliki kesiapan untuk mencapai kemajuan
dan memimpin dunia.”56

Di antara aturan yang khusus bagi wanita adalah aturan


dalam pakaian yang menutupi seluruh tubuh wanita.
Aturan ini berbeda dengan kaum laki-laki. Allah
memerintahkan demikian agar mereka dapat selamat dari
mata-mata khianat kaum laki-laki dan tidak menjadi fitnah
bagi mereka.

ِ ِ‫كِ ِ َو ن ِ سَ ا ِء‬ َ ِ ‫كِ ِ َو ب َ ن َا ت‬ َ ‫اج‬ِ ‫يِ ِ ق ُ ْلِ ِ ِِل َ ْز َو‬ ُّ ِ ‫ي َ ا ِ أ َي ُّ َه ا ِ ال ن َّ ب‬


ِ ‫كِ ِ أ َد ْ ن َى‬َ ِ ‫الْ ُم ْؤ ِم ن ِ ي نَِ ِ ي ُ د ْ ن ِ ي نَِ ِ عَ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ ِم ْنِ ِ َج ََل ب ِ ي ب ِ ِه َّنِ ِ ذ َ ل‬
‫أ َ ْنِ ِ ي ُع ْ َر فْ نَِ ِ ف َ ََلِ ِ ي ُ ْؤ ذ َ يْ نَِ ِ َو كَ ا نَِ ِ اّللَُِّ ِ غَ ف ُ ور ا ِ َر ِح يم ا‬
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnyake seluruh
tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.

56
al Tahrir wa al Tanwir: 2/400-401

91
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al Ahzab : 59)

Wanita pun diperintah oleh Allah untuk menjaga


kehormatan mereka di hadapan laki-laki yang bukan
suaminya dengan cara tidak bercampur baur dengan
mereka, lebih banyak tinggal di rumah, menjaga
pandangan, tidak memakai wangi-wangian saat keluar
rumah, tidak merendahkan suara dan lain-lain.

ِ ِ‫جِ ِ ال ْ َج ا ِه لِ ي َّ ِة‬
َ ‫َو ق َ ْر نَِ ِ ف ِ ي ِ ب ُي ُو ت ِ ك ُ َّنِ ِ َو َلِ ِ ت َب َ َّر ْج نَِ ِ ت َب َ ُّر‬
‫اِل ُو ل َ ى‬ ْ
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah
kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al Ahzab : 33)

Semua syariat ini ditetapkan oleh Allah dalam rangka


menjaga dan memuliakan kaum wanita, sekaligus
menjamin tatanan kehidupan yang baik dan bersih dari
prilaku menyimpang yang muncul akibat hancurnya sekat-
sekat pergaulan antara kaum laki-laki dan wanita.
Merebaknya perzinahan dan terjadinya pelecehan seksual
adalah diantara fenomena yang diakibatkan karena kaum
wanita tidak menjaga aturan Allah diatas dan kaum laki-
laki sebagai pemimpin dan penanggungjawab mereka lalai
dalam menerapkan hukum-hukum Allah atas kaum
wanita.

92
Dari Tulang Rusuk Yang Bengkok

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِِ‫ض ل َ ع‬ ِ ِ ِ‫تِ ِ ِم ْن‬ ْ َ ‫خ لِ ق‬ُ َِ ِ‫ ِ ف َ إ ِ َّنِ ِ ال ْ َم ْر أ َة‬، ِ ِ‫ا سْ ت َ ْو صُ وا ِ ب ِ ال ن ِ سَ ا ِء‬


ِ ِ‫ت‬ َ ْ ‫ِ ف َ إ ِ ْنِِ ذ َ ه َ ب‬، ُِِ‫الض ل َ عِِِ أ َعْ َل َ ه‬ِ ِ‫ى ءِِ ف ِ ى‬ ْ َ ‫جِِ ش‬ َ ‫ ِ َو إ ِ َّنِِ أ َع َْو‬،
ِ ، ِ ِ‫ج‬ َ ‫ ِ َو إ ِ ْنِ ِ ت َ َر كْ ت َهُِ ِ ل َ ْمِ ِ ي َ زَ ْلِ ِ أ َع َْو‬، ِ ُِ‫ت ُقِ ي ُم هُِ ِ كَ س َ ْر ت َه‬
ِ‫ف َ ا سْ ت َ ْو صُ وا ِ ب ِ ال ن ِ سَ ا ِء‬
“Berbuat baiklah pada para wanita. Karena wanita
diciptakan dari tulang rusuk. Yang namanya tulang rusuk,
bagian atasnya itu bengkok. Jika engkau mencoba untuk
meluruskannya (dengan kasar), engkau akan
mematahkannya. Jika engkau membiarkannya, tetap saja
tulang tersebut bengkok. Berbuat baiklah pada para
wanita.”57

Sering kita mendengar bahwa “wanita itu bengkok”


seperti tulang rusuk. Tentu mungkin ada yang bertanya-
tanya maksudnya apa? Apakah dia benar-benar diciptakan
dari tulang rusuk nabi Adam? Atau sifatnya yang memang
“bengkok” dan perlu diluruskan oleh laki-laki?

Memang benar terdapat beberapa hadis yang


menjelaskan bahwa “wanita diciptakan dari tulang rusuk

57
HR. Bukhari, no. 3331 dan Muslim, no. 1468

93
yang bengkok”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

ِ ‫كِ ِ عَ ل َ ى‬ َ َ ‫ ِ ل َ ْنِ ِ ت َسْ ت َقِ يْمَِ ِ ل‬, ِ‫ض ل َ ع‬ِ ِ ِ‫تِ ِ ِم ْن‬ ُ ِ َ ِ‫إ ِ َّنِ ِ ال ْ َم ْر أ َة‬
ْ َ ‫خ لِ ق‬
َ ْ ‫ ِ ف َ إ ِ ِنِ ِ ا سْ ت َ ْم ت َع‬, ِ‫طَ ِر يْ ق َ ة‬
َ ْ ‫تِ ِ ب ِ َه ا ِ ا ِ سْ ت َ ْم ت َع‬
ِ ‫تِ ِ ب ِ َه ا ِ َو ف ِ ي ْ َه ا‬
ِ ‫تِ ِ ت ُق ِ ي ْ ُم َه ا ِ كَ سَ ْر ت َ َه ا ِ َو كَ سْ ُر هَا‬ َ ْ ‫ ِ َو إ ِ ْنِ ِ ذ َ ه َ ب‬, ِ‫ِع َو ج‬
‫طَ َلَِ ق ُ َه ا‬
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, ia
tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau
ingin bernikmat-nikmat dengannya maka engkau bisa
bernikmat-nikmat dengannya namun padanya ada
kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk
meluruskannya, engkau akan memecahkannya. Dan
pecahnya adalah talaknya.”58

Beliau juga bersabda,

ِ ِ‫تِ ِ ِم ْن‬ ُ َِ ِ‫ ِ ف َ إ ِ َّنِ ِ ال ْ َم ْر أ َة‬،‫س ت َ ْو صُ ْو ا ِ ب ِ ال ن ِ سَ ا ِءِ ِ َخ يْر ا‬


ْ َ ‫خ لِ ق‬ ْ ‫ا‬
ِ َ‫ ِ ال ْ َم ْر أ َةِ ُِ ك‬- ِ‫ َو ف ِ ي ِ ِر َو ا ي َ ة‬- ِ… ِ ِ‫ض ل َ ع‬
ِِ‫الض ل َ ع‬ ِ
“Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita
(para istri), karena wanita itu diciptakan dari tulang
rusuk…” Dalam satu riwayat: “Wanita itu seperti tulang
rusuk….”59

58
HR. Muslim
59
HR. Al-Bukhari dan Muslim

94
Maksud tulang rusuk laki-laki yaitu tulang rusuk Nabi
Adam ‘alaihissalaam, sebagaimana dalam Al-Quran. Allah
Ta’ala berfirman,

ِ ِ‫اسِ ِ ا ت َّق ُو اِْ ِ َر ب َّ ك ُ مُِ ِ ال َّ ِذ ي ِ َخ ل َ ق َ ك ُ م ِ ِم ن ِ ن َّ ف ْ س‬


ُ َّ ‫ي َ ا ِ أ َي ُّ َه ا ِ ال ن‬
ِ ِ‫ثِ ِ ِم ن ْ هُ َم ا ِ ِر َج ال‬ َّ َ ‫اح د َ ةِ ِ َو َخ ل َ قَِ ِ ِم ن ْ َه ا ِ َز ْو َج َه ا ِ َو ب‬ ِ ‫َو‬
ُ َّ
ِ ِِ‫ك َ ث ِ يراِ ِ َو ن ِ سَ اء ِ َو ا ت َّق ُ و اِْ ِ اّللَِ ِ ال ِذ ي ِ ت َسَ اء ل و نَِ ِ ب ِ ه‬
ِ‫َو ا ِل َ ْر َح امَِ ِ إ ِ َّنِ ِ اّللَِ ِ كَ ا نَِ ِ عَ ل َ ي ْ ك ُ ْمِ ِ َر ق ِ يبا‬
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.” (Q.S An-Nisaa: 1)

Jika melihat penjelasan ulama, maka makna bengkok


adalah:

 Makna hakiki, yaitu benar tercipta dari tulang


rusuk yang bengkok,
 Makna yang menggambarkan sifat wanita, yaitu
“kebengkokan” yang perlu diluruskan oleh suami
mereka dan wali laki-laki mereka serta dijaga,
karena memang wanita terkadang lebih
mengutamakan perasaan daripada akal mereka.

95
Berikut penjelasan ulama mengenai “kebengkokan
wanita”, Fatwa Al-Lajnah Ad-Da`imah (semacam MUI di
Saudi):

“Dzahir hadits menunjukkan bahwa wanita (yang


dimaksud di sini adalah Hawa ) diciptakan dari tulang
rusuk Adam. Pengertian seperti ini tidaklah menyelisihi
hadits lain yang menyebutkan penyerupaan wanita
dengan tulang rusuk. Bahkan diperoleh faedah dari hadits
yang ada bahwa wanita serupa dengan tulang rusuk. Ia
bengkok seperti tulang rusuk karena memang ia berasal
dari tulang rusuk. Maknanya, wanita itu diciptakan dari
tulang rusuk yang bengkok maka tidak bisa disangkal
kebengkokannya. Apabila seorang suami ingin
meluruskannya dengan selurus-lurusnya dan tidak ada
kebengkokan padanya niscaya akan mengantarkan pada
perselisihan dan perpisahan. Ini berarti memecahkannya.
Namun bila si suami bersabar dengan keadaan si istri yang
buruk, kelemahan akalnya dan semisalnya dari
kebengkokan yang ada padanya niscaya akan
langgenglah kebersamaan dan terus berlanjut pergaulan
keduanya. Hal ini diterangkan para pensyarah hadits ini,
di antaranya Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari
(6/368) semoga Allah Ta’ala merahmati mereka semua.
Dengan ini diketahuilah bahwa mengingkari penciptaan
Hawa dari tulang rusuk Adam tidaklah benar.” 60

60
Fatwa no. 20053, kitab Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-
Ilmiyyah wal Ifta`, 17/10

96
Seorang wanita memiliki sisi kelembutan yang lebih besar
daripada laki-laki. Maka, wanita dikenal sebagai orang
yang paling perasa. Artinya, segala permasalahan
kehidupan kebanyakan disangkut pautkan dengan
perasaan. Sehingga, tak sedikit orang yang mengatakan
bahwa wanita itu sangat mudah untuk menangis.

Dapat dikatakan bahwa wanita dengan tulang rusuk yang


paling bengkok itu ada kaitannya. Sifat yang dimiliki tulang
rusuk tersebut sama halnya dengan seorang wanita.
Wanita itu perasa, maka ketika kita terus mencoba untuk
mengarahkannya kepada hal yang baik, terkadang
seorang wanita malah semakin parah dalam berperilaku.
Maknanya, ia malah semakin menjauh dari perbuatan
yang seharusnya.

Hanya saja, jika kita membiarkan wanita dalam keadaan


yang tidak baik, maka selamanya ia akan seperti itu. Di
sinilah titik tersulit yang menjadi persoalan bagi seorang
wanita. Karena perasaanya begitu peka, ketika ada orang
yang terlalu menekannya pada kebaikan ia malah
berontak. Namun, ketika dibiarkan ia merasa tidak
dipedulikan, sehingga tetap saja dalam keadaan yang ia
hadapi saat itu.

Oleh sebab itu, dalam menghadapi seorang wanita perlu


adanya perlakuan khusus yang tidak disamakan seperti
halnya laki-laki. Wanita menginginkan perlakuan yang baik
dari orang lain. Ia tidak ingin terlalu dikeraskan, apalagi
sampai tidak dipedulikan. Maka, perlu ada sikap yang
benar-benar pas sesuai dengan keadaan wanita itu.

97
Karenanya suami selayaknya memaklumi kebengkokan
wanita dan bersabar. Misalnya ketika sensitif datang
bulan, maka selayaknya suami mengingat kebaikan-
kebaikan istri yang merawat anak-anak dan bersabar di
dalam rumah untuk suami.

Ingat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِ ُِ‫ي ءِ ِ إ ِ لَِّ ِ زَ ا ن َ هُِ ِ َو لَِ ِ ي ُن ْ َز ع‬


ْ َ ‫الر ف ْ قَِ ِ لَِ ِ ي َ ك ُ ْو نَِ ِ ف ِ ي ِ ش‬
ِ ِ ِ‫إ ِ َّن‬
ُِ‫ي ءِ ِ إ ِ لَِّ ِ شَا ن َ ه‬
ْ َ ‫ِم ْنِ ِ ش‬
“Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu
melainkan ia akan menghiasinya (menjadikan sesuatu itu
indah). Tidaklah dihilangkan kelembutan itu dari sesuatu
melainkan akan memperjeleknya.”61

Demikian pula para istri, juga harus sadar bahwa


terkadang dia bengkok dan mungkin sering menyusahkan
suami, membentak suami dan kadang jarang bersyukur
dengan kebaikan suami.

Dalam hadits lainnya disebutkan,

ِ ْ‫ط ي ِ عَ ل َ ى ِ ال ْ ع ُن‬
ِ ِ‫ف‬ ِ ْ ‫الر ف‬
ِ ْ‫قِ ِ َم ا ِ لَِ ِ ي ُ ع‬ ِ ِ ‫ط ي ِ عَ ل َ ى‬
ِ ْ ‫َو ي ُع‬
ِ ِ ‫ط ي ِ عَ ل َ ى‬
ُِ‫س َو ا ه‬ ِ ْ ‫َو َم ا ِ لَِ ِ ي ُ ع‬

61
HR. Muslim, no. 2594

98
“Dan Allah memberikan kepada sikap lembut itu dengan
apa yang tidak Dia berikan kepada sikap kaku/ kasar dan
dengan apa yang tidak Dia berikan kepada selainnya.”62

Ingat juga bahwa kebanyakan penduduk neraka adalah


wanita, karena seringnya mengingkari kebaikan suami.

Penampilan

Berhias, bagian dari nikmat Allah yang diberikan kepada


para hamba-Nya. Fitrah sehat manusia, menuntut mereka
agar selalu merawat dirinya, berpenampilan menarik di
hadapan orang lain, sehingga dia lebih dihargai. Karena
itulah, Allah mencela orang musyrik yang tidak mau
memakai baju ketika thawaf, dengan alasan ibadah,

َ ‫ق ُ ْلِ ِ َم ْنِ ِ َح َّر َمِ ِ ِز ي ن َ ةَِ ِ اّللَِِّ ِ ال َّ ت ِ ي ِ أ َ ْخ َر‬


ِ ِِ‫جِ ِ ل ِ ِع ب َ ا ِد ه‬
ِ‫ق‬ِ ‫الر ْز‬ ِ ِ َِ‫تِ ِ ِم ن‬ ِ ‫َو الط َّ ي ِ ب َ ا‬
“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan
dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-
hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki
yang baik?” (QS Al A’raf: 32)

Allah memuliakan perhiasan di tangan manusia, dengan


Allah sebut ’zinatullah’ perhiasan dari Allah. Untuk
menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan perhiasan

62
HR. Muslim, no. 2593

99
ini dan menghalalkannya untuk para hamba-Nya. Yang
sekaligus menjelaskan kepada manusia bahwa hukum
masalah perhiasan kembali kepada Allah bukan kepada
selainnya.63

Istri Berhias Untuk Suami

Terlebih bagi para wanita, yang Allah ciptakan sebagai


pasangan lelaki bani Adam, fitrah berhias berperan
penting dalam hidupnya. Bahkan fitrah ini bisa
mengendalikan kebahagiaan kehidupan rumah
tangganya. Isteri Harus Berhias Dan Mempercantik Diri
Untuk Suami, Selalu Tersenyum Dan Tidak Bermuka
Masam Di Hadapan Suaminya, Juga Jangan Sampai Ia
Memperlihatkan Keadaan Yang Tidak Disukai oleh
Suaminya.

Seorang isteri tidak boleh meremehkan kebersihan


dirinya, sebab kebersihan merupakan bagian dari iman.
Dia harus selalu mengikuti sunnah, seperti membersihkan
dirinya, mandi, memakai minyak wangi dan merawat
dirinya agar ia selalu berpenampilan bersih dan harum di
hadapan suaminya, hal ini menyebabkan terus
berseminya cinta kasih di antara keduanya dan kehidupan
ini akan terasa nikmat.

Berhias untuk suami adalah dianjurkan selagi dalam batas-


batas yang tidak dilarang oleh syari’at, seperti mencukur

63
Zinatul Mar’ah Muslimah, hlm. 9

100
alis, menyambung rambut, mentato tubuhnya dan
lainnya.

Seorang isteri ideal selalu nampak ceria, lemah lembut


dan menyenangkan suami. Jika suami pulang ke rumah
setelah seharian bekerja, maka ia mendapatkan sesuatu
yang dapat menenangkan dan menghibur hatinya. Jika
suami mendapati isteri yang bersolek dan ceria
menyambut kedatangannya, maka ia telah mendapatkan
ketenangan yang hakiki dari isterinya.

Allah Ta’ala berfirman:

ِ ‫س ك ُ ْمِ ِ أ َ ْز َو اج ا‬ ِ ُ ‫َو ِم ْنِ ِ آ ي َ ا ت ِ هِِ ِ أ َ ْنِ ِ َخ ل َ قَِ ِ ل َ ك ُ ْمِ ِ ِم ْنِ ِ أ َنْ ف‬


ِ ‫لِ ت َسْ ك ُ ن ُواِ إ ِ ل َ ي ْ َه اِ َوِ َج ع َ َلِِ ب َ ي ْ ن َ ك ُ ْمِِ َم َو د َّةِِ َو َر ْح َم ةِ ِ ِۚ إ ِ َّنِِ ف ِ ي‬
َ ِ‫ٰذ َ ل‬
َِ‫كِ ِ َآل ي َ اتِ ِ لِ ق َ ْو مِ ِ ي َ ت َف َ ك َّ ُر و ن‬
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir.” (QS Ar-Ruum : 21)

Hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan


predikat sebagai wanita terbaik, ketika sang istri bisa
menyenangkan hati suaminya. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

101
ditanya, ’Ya Rasulullah, wanita seperti apakah yang paling
baik?’ Beliau bersabda,

ِ ُِ‫ِ َو َلِِ ت ُ َخ ا لِ ف ُ ه‬، ‫ط ي ع ُ هُِِ إ ِ ذ َ اِ أ َ َم َر‬


ِ ُ ‫ِ َو ت‬، ‫ال َّ ت ِ يِ ت َس ُ ُّر هُِِ إ ِ ذ َ اِ ن َ ظَ َر‬
ُِ‫س َه ا ِ َو َم ا ل ِ َه ا ِ ب ِ َم ا ِ ي َ كْ َر ه‬ِ ْ‫ف ِ ي ِ ن َ ف‬
“Wanita yang menyenangkan suaminya apabila dilihat,
mentaati suaminya ketika diperintah, tidak melakukan
perbuatan yang membuat suaminya marah, dan tidak
membelanjakan harta yang membuat suaminya benci.”64

Imam as-Sindi menjelaskan,

ِ ‫ح سْ ِنِ ِ أ َ ْخ ََل ق َه ا‬ ُ ِ ‫ح سْ ن ِ َه ا ِ ظَ ا ِه ر ا ِ أ َ ْوِ ِ ل‬ ُ ِ ‫يِ ِ ل‬ْ َ ‫إ ِ ذ َ ا ِ ن َ ظَ َرِ ِ ؛ ِ أ‬


‫ط ن ا ِ َو د َ َو ام ِ ا ِ شْ ت ِ غ َال َه ا ِ ب ِ طَ ا عَ ةِِ ِ اّللَِّ ِ َو ال ت َّق ْ َو ى‬ِ ‫بَا‬
”Menyenangkan suaminya apabila dilihat” karena dia
indah dari luar, baik akhlaknya dari dalam, sibuk
melakukan ketaatan kepada Allah dan bertaqwa kepada-
Nya.”65

Suami Berhias Untuk Istri

Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa bersolek


dan berhias adalah tugas dan pekerjaan kaum wanita saja.
Seorang istri menurut mereka, harus pandai bersolek dan
berhias untuk suaminya. Sedangkan suami tidak perlu
melakukan hal yang sama untuk istrinya. Padahal seorang

64
HR. Ahmad 7421, Nasai 3231, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth
65
Hasyiyah as-Sindi, 6/68

102
suami juga dituntut agar memperhatikan penampilannya
di hadapan sang istri.

Allah Shubhanahu wa ta’ala berfirman,

ِ ‫يِ ِ عَ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ ب ِ ال ْ َم ع ْ ُر ْو‬


ِۖ‫ف‬ ْ ‫ِۗۗ َو ل َ هُ َّنِ ِ ِم ث ْ ُلِ ِ ال َّ ِذ‬
“Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang makruf. (QS al-Baqarah
: 228)

Sebagaimana suami sangat menginginkan penampilan


yang menarik dari istrinya, begitu pula istri juga memiliki
hak yang sama atas penampilan suaminya. Sesungguhnya
seorang istri senang jika mencium aroma harum dari
suaminya, melihat penampilannya yang menawan, dan
pakaiannya yang rapi. Sebaliknya, suami juga senang hal
itu ada pada istrinya. Istrinya juga akan takjub pada
suaminya dengan sesuatu yang membuat suami takjub
pada istrinya.

Banyak suami yang berbuat salah ketika tidak


memerhatikan penampilan untuk istrinya. Ia juga salah
ketika menyangka bahwa istri akan takjub kepada suami
dalam setiap keadaannya. Baik ketika bajunya kotor,
aromanya tidak wangi, atau dalam kondisi tidak bersih.
Perlu diingat, wanita adalah makhluk yang memiliki
perasaan, pandangan, harapan, sebagaimana laki-laki.
Bahkan, mungkin itu lebih besar daripada laki-laki.
Sehingga seorang suami tidak pantas menelantarkan

103
perasaan dan sensitifitas istri dengan bersikap masa
bodoh terhadap penampilannya.

Islam memerintahkan untuk senantiasa memperbaharui


wudhu ketika ingin melakukan shalat lima waktu. Islam
juga menganjurkan mandi dan berpakaian yang bersih
ketika hendak melaksanakan shalat Jum’at. Semua ini
menegaskan perhatian Islam terhadap kebersihan dan
keindahan dalam berpenampilan.

Rasulullah juga senang berhias untuk istrinya, termasuk


memakai parfum pada pakaiannya. Beliau bersabda,

ِ ‫ِ النساء ِ والطيب ِ وجعل ِ قرة‬: ‫حبب ِ إليِ ِ من ِ الدنيا‬


‫عيني ِ في ِ الصَلة‬
“Aku dikarunia rasa cinta dari dunia kalian: wanita dan
wangi-wangian dan dijadikan shalat sebagai penyejuk
mataku”66

Seorang istri merasakan apa yang dirasakan suami dan


yang paling kuat dirasakannya adalah dalam sisi ini.
Namun, terkadang perasaan malu mencegahnya untuk
menyampaikan kekurangan itu kepada suaminya. Karena
itulah, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Aku berhias untuk istriku sebagaimana aku juga senang
jika ia berhias untukku.” Sedangkan Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, seorang shahabat yang sangat kuat
dalam mengikuti petunjuk Rasulullah, juga melakukan hal

66
HR. An Nasa’i no. 3879 dan Ahmad no. 11845

104
itu dan berkata, “Apakah kamu tidak menyukai hal itu dari
istrimu?”

Perhatian seorang suami pada aroma tubuh, penampilan,


dan kebersihan badannya termasuk perkara yang
membuat seorang istri lebih mencintai suami, tertarik,
senang untuk duduk bersamanya, gembira ketika
melihatnya, dan dekat dengannya. Dan itu semua dapat
meningkatkan keharmonisan dan kecintaan antara
keduanya.

Diceritakan ada seorang lelaki berambut kusut masai dan


berdebu bersama istrinya menemui khalifah Al-Faruq,
Umar bin Khaththab. Sang istri mengadukan suaminya
kepada khalifah. Umar pun memahami ketidaksenangan
wanita itu pada suaminya. Beliau lalu menyuruh suaminya
untuk mandi, menyisir rambut, dan memotong kuku-
kukunya. Ketika lelaki tersebut masuk kembali ke ruangan
itu, Umar menyuruhnya agar berjalan menuju istrinya dari
depan. Istrinya pun merasa asing dengannya dan
berpaling darinya. Setelah mengenali bahwa lelaki tadi
adalah suaminya, ia pun menghadap kepada suaminya
dan menarik tuduhannya. Setelah itu Umar berkata,
“…Seperti itulah seharusnya. Berbuatlah kalian untuk
mereka (para istri). Karena demi Allah, sungguh mereka
senang jika kalian berhias sebagaimana kalian juga
senang jika mereka berhias untuk kalian.”

Beginilah Islam menggariskan metode menyegarkan


perasaan dan hubungan cinta supaya istri selalu menjadi
pengharum rumah tangga. Dengan begitu, kegembiraan,

105
kebahagiaan, dan kesenangan pun menyebar ke segenap
penjurunya. Dengan itu pula, spirit seorang suami
tersegarkan kembali, sehingga tak akan lemah hanya
karena lama berpisah atau bunga telah layu. Karena itu,
suami istri harus saling membantu menumbuhkan spirit,
kegembiraan, dan kekuatan.

Diantara sarana menjaga kebersihan dan penampilan


indah di hadapan istri adalah bersungguh-sungguh untuk
melaksanakan sunnah-sunnah fitrah dan hal-hal yang
tidak menyalahi syariat yang menjadikan seorang suami
dicintai istrinya. Di antara sunah fitrah yaitu memotong
kuku, mencabut bulu ketiak, memotong bulu kemaluan,
mandi dan merapikan rambut.

Dalam hadits Ummu Zar’ diceritakan, ada seorang wanita


gemuk yang memuji suaminya, ‘Suamiku, jika disentuh
bagaikan kelinci dan aromanya seperti kunyit,’
maksudnya, jika disentuh, badan suaminya lembut seperti
bulu kelinci. Ada yang berkata, ‘Wanita itu tenteram dan
senang dengan hal itu karena akhlak suaminya yang baik
dan karakternya yang lembut. Keringatnya wangi karena
sering mandi dan memakai wewangian.

Jika seorang istri menggambarkan suaminya sebagai orang


yang bagus dalam berhias dan selalu wangi, tentu kedua
hal itu memainkan peranan yang besar bagi seorang istri.
Bahkan, bagi setiap wanita karena fitrah yang lurus
menyenangi hal itu.

106
Berikut ini surat nasihat dan cinta dari seorang istri untuk
suaminya:

“Wahai Abu Abdullah…, engkau adalah lelaki yang tidak


memerhatikan kebersihan pakaian dan penampilan. Aku
tidak pernah melihatmu menggosok gigi. Siwak telah
tiada di sakumu sejak beberapa bulan yang lalu, padahal
ia adalah sunah Rasulullah. Lalu, dimanakah kebersihan
yang telah dianjurkan Rasulullah? Jangan marah dan
instropeksilah! Seandainya kondisiku seperti kondisimu
sekarang ini, apa yang akan engkau lakukan?”

Berhias merupakan faktor penting yang dapat


mendatangkan kebahagian suami istri. Hal ini dapat
menjadi spirit dalam hubungan mereka berdua. Juga
dapat mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan bagi
keduanya.”-

Sebab, masing-masing akan melihat pasangannya dalam


bentuk dan penampilan yang segar. Dengan itu, mereka
dapat mengusir kebosanan dan hidup menjadi lebih
hidup.

107
BAB III

Menyirami Bunga Yang Layu


“Biasanya, tatkala layar baru dikibarkan dan kapal akan
berlayar, nahkoda dan awak kapalnya akan menebar
senyum kegembiraan seraya melambaikan tangan kepada
orang-orang yang ditinggalnya. Namun setelah berhari-
hari di tengah laut suasana mulai berubah; suhu udara
yang memanas, ombak yang bergulung-gulung
menghantam kapal, senyum mulai hilang dari bibir, kerut
di kening berlipat-lipat, kata-kata yang kasar sesekali
terlontarkan, sehingga menambah ketidaknyamanan
berada di atas kapal.

Begitulah gambaran pengantin baru: rumah senantiasa


berisi bunga-bunga cinta, sapaan mesra kerap dilontarkan
oleh suami kepada permaisuri, panggilan sayang dan cinta
terpantulkan dari dinding-dinding dan memperindah bilik-
bilik istana, tamannya berisikan bunga-bunga yang harum
semerbak dengan warna-warni yang menawan hati.

Namun setelah berlalu beberapa masa, cat indah di


dindingnya mulai mengelupas, taman bunganya mulai
layu dan berganti dengan rumput-rumput liar yang
mengganggu, sapaan mesra telah berubah dengan
panggilan yang penuh sindiran dan hinaan. Padahal suami

108
bila di luar rumah dapat membungkus kekesalannya
dengan senyum yang menghias di bibir dan dengan kata-
kata yang indah penuh penghormatan.

Sejatinya istri lebih berhak mendapatkan kata-kata yang


indah berbungku cinta dan kasih sayang. Istri lebih layak
mendapatkan keromantisan, karena dia adalah
pendamping kita yang dari pagi hingga pagi kembali
bersama kita.”

Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam bersabda,

َ ُِِ‫الْ كَ ل ِ َم ةُِِ الط َّ ي ِ ب َ ة‬


ِ‫ص د َ ق َ ة‬
“… Perkataan yang baik adalah sedekah …”67

Setengah Isi Setengah Kosong

Wahai saudara dan saudariku…Bila memandang gelas


yang berisikan air setengahnya, maka sebagian orang akan
berkata, “Setengahnya kosong” dan sebagian lain
berucap, “Setengahnya isi”. Termasuk orang yang
manakah Anda?

Bila yang pertama, maka ini sebuah indikasi bahwa anda


adalah orang yang hidup dengan kacamata pesimis, selalu
memandang kepada kekurangan, dan biasanya orang

67
HR Al-Bukhari nomor 2989

109
yang seperti itu, hidupnya senantiasa berbalut kesusahan
dan bermantel kesengsaraan, karena dirinya lupa
memandang kepada isi yang terdapat di dalam gelas
tersebut, walaupun hanya separuh.

Adapun insan yang berkata “Setengah isi”, maka ini salah


satu petunjuk bahwa dia adalah orang yang optimis
karena ia memandang lewat kacamata isi. Ia tidak perlu
peduli dengan setengahnya yang kosong, karena
bagaimanapun gelas itu ada isinya, dan ia berucap,
“Alhamdulillah, masih ada isinya”.

Seringkali angin bertiup tidak sesuai dengan keinginan


nelayan, tapi nelayan yang handal adalah yang dapat
menyikapinya dengan cerdik dan menjadikannya sebagai
peluang untuk menempa diri serta ladang untuk lebih
banyak mendapatkan ikan dan buruan, karena realita
harus dihadapi.

Tak ada gading yang tak retak, engkau bukan malaikat dan
istrimu bukan bidadari, bila ada yang kurang dari istrimu
maklumillah, bukankah masih banyak kebaikannya yang
dapat menutupi kekurangannya, dan dirimu memiliki
kewajiban untuk membenahinya dengan sabar, telaten
dan balutlah nasehatmu dengan cinta dan kasih sayang.

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ِ‫ى‬
َ ‫ض‬ ِ ‫خ ل ُ ق ا ِ َر‬ُ ِ ‫لَِ ِ ي َ فْ َر ْكِ ِ ُم ْؤ ِم نِ ِ ُم ْؤ ِم ن َةِ ِ إ ِ ْنِ ِ كَ ِر هَِ ِ ِم ن ْ َه ا‬
ِ‫ِم ن ْ َه ا ِ آ َخ َر‬

110
“Janganlah seorang mukmin(suami) membenci seorang
mukminah(yang menjadi istrinya). Jika si pria membenci
suatu akhlak pada si wanita, maka hendaklah ia melihat
sisi lain yang ia ridhoi”68

Dan Allah memerintahkan kepada kita untuk mengauli


para istri dengan cara yang ma'ruf (patut), Allah berfirman
:

ِ ‫َو عَ ا ِش ُر و ه ُ َّنِ ِ ب ِ ال ْ َم عْ ُر و‬
ِ ‫فِ ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ ك َ ِر هْ ت ُ ُم و ه ُ َّنِ ِ ف َ ع َ س َ ى‬
‫أ َ ْنِ ِ ت َكْ َر ه ُ وا ِ شَ يْئ ا ِ َو ي َ ْج ع َ َلِ ِ اّللَُِّ ِ ف ِ ي ِهِ ِ َخ ي ْر ا ِ ك َ ث ِ ير ا‬
"Dan pergaulilah mereka dengan cara yang patut.
Kemudian bila membenci mereka, (maka bersabarlah)
karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal
Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS.
An Nisa : 19)

Mungkin anda memiliki cara indah dalam menasehati


istri… berbagilah!

Dengan segala niat baik, suami berusaha untuk


menyenangkan istrinya, namun dalam mengemudi
bahtera kehidupan kadang sang nahkoda berbuat
kesalahan(wajar ia manusia), tapi jangan lupa, iapun telah
banyak berbuat baik, apa tidak pantas kesalahannya itu
dihapuskan oleh kebaikannya yang banyak, atau malah

68
HR. Muslim no. 1469

111
sebaliknya, sehari kemarau melupakan hujan sepanjang
tahun.

Kalau anda termasuk yang terakhir, maka ketahuilah


bahwa itu salah satu sebab kenapa banyak wanita yang
menjadi penghuni api neraka. Apa kamu mau menjadi
penghuni api neraka?? Rasululloh shollallohu alaihi wa
sallam bersabda :

َ َّ ‫أ ُ ِر ي تُِ ِ ال ن‬
ِ » َِ‫ ِ ي َ كْ ف ُ ْر ن‬، ُ‫ارِ ِ ف َ إ ِذ َ ا ِ أ َكْ ث َ ُرِ ِ أ َهْ ل ِ َه ا ِ ال ن ِ سَ ا ء‬
ِ ، ‫ش ي َر‬ ِ َ ‫ِ ”ِ ي َ كْ ف ُ ْر نَِ ِ ال ع‬: ِ‫ِ أ َي َ كْ ف ُ ْر نَِ ِ ب ِ اّللَّ ِ؟ ِ ق َ ا َل‬: ِ‫ق ِ ي َل‬
َ ْ‫ ِ ل َ ْوِ ِ أ َ ْح س َ ن‬، ‫َو ي َ كْ ف ُ ْر نَِ ِ ا ِْل ْح سَ ا َن‬
ِ ِ‫تِ ِ إ ِ ل َ ى ِ إ ِ ْح د َ ا ه ُ َّن‬
َ ِْ‫ِ َم ا ِ َر أ َي ْ تُِ ِ ِم ن‬: ِ‫ت‬
ِ ِ‫ك‬ ْ َ ‫ ِ ق َ ا ل‬،‫كِ ِ شَ يْئ ا‬ َ ْ ‫تِ ِ ِم ن‬ْ َ ‫ ِ ث ُمَِّ ِ َر أ‬، ‫ال د َّهْ َر‬
ُِّ‫َخ ي ْر ا ِ ق َ ط‬
“Neraka diperlihatkan kepadaku, ternyata mayoritas
penghuninya adalah kaum wanita karena mereka berbuat
kufur”, beliau ditanya: “apakah karena mereka kufur
kepada Alloh?”, beliau menjawab: “Mereka mengkufuri
suami dan mengingkari kebaikannya, seandainya engkau
berbuat baik pada salah seorang dari mereka sepanjang
masa kemudian ia melihat sesuatu yang tidak ia sukai
darimu, ia akan mengatakan: “Aku sama sekali tidak
pernah melihat satu kebaikanpun darimu.”69

Kau tidak pernah membahagiakanku!!! Titik.

69
HR. al-Bukhori no. 29

112
Suamimu adalah manusia biasa, yang punya kekurangan
yang harus kau maafkan dan keistimewaan yang tidak
boleh kau abaikan, dengannya bahtera itu akan terus
berlabuh sampai ke pantai kebahagiaan kau inginkan.
Belajar dari istri Nabi Isma'il agar hidupmu lebih bermakna

Pada suatu saat, Nabi Ibrahim datang ingin menjenguk


Nabi Ismail ‘alaihimassalam. Namun, beliau hanya
berjumpa dengan istri Nabi Ismail saja. Nabi Ibrahim
bertanya kepada wanita tersebut tentang kepergian
suaminya. Istrinya menjawab, “Dia sedang mencari nafkah
untuk kami.”

Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang keadaan mereka.


“Kami dalam kondisi yang buruk dan hidup dalam
kesempitan dan kemiskinan.” Jawab sang Istri.

Mendengar jawaban tersebut, sebelum pulang Nabi


Ibrahim berpesan kepada wanita itu untuk menyampaikan
salam kepada Nabi Ismail dan berpesan agar Nabi Ismail
mengganti pegangan pintunya.

Ketika Nabi Ismail pulang, beliau bertanya kepada istrinya,


“Adakah tadi orang yang bertamu?”

Istrinya menjawab, “Ada, seorang tua yang yang sifatnya


seperti ini dan seperti itu, dan istrinya pun menceritakan
peristiwa tadi dan menyampaikan pesan Nabi Ibrahim
kepada suaminya.

113
Mendengar hal tersebut, Nabi Ismail pun berkata kepada
istrinya, “Itu tadi adalah bapakku. Ia menyuruhku untuk
menceraikanmu, maka kembalilah engkau kepada orang
tuamu.” Nabi Ismail pun menceraikan istrinya, sesuai
dengan pesan Nabi Ibrahim dan kemudian menikah lagi
dengan seorang wanita dari Bani Jurhum juga. Setelah
beberapa waktu berlalu, Nabi Ibrahim kemudian kembali
mengunjungi Nabi Ismail. Namun, Nabi Ismail tidak ada di
rumah. Nabi Ibrahim pun menemui istri Nabi Ismail yang
baru. Beliau bertanya dimana Nabi Ismail sekarang.
Istrinya menjawab “bahwa Nabi Ismail sedang mencari
nafkah.” Nabi Ibrahim juga bertanya tentang keadaan
mereka. Wanita itu menjawab “bahwa keadaan mereka
baik-baik saja dan berkecukupan, sambil kemudian
memuji Allah azza wa jalla.”

Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang makanan serta


minuman mereka. Wanita itu menjawab “bahwa
makanan mereka adalah daging, adapun minuman
mereka adalah air.” Maka Nabi Ibrahim mendoakan
kedua hal ini, “Ya Allah berkatilah mereka pada daging
dan air.”

Setelah itu, Nabi Ibrahim pun pergi dari rumah Nabi Ismail.
Namun, sebelumnya beliau berpesan kepada wanita itu
agar Nabi Ismail mengkukuhkan pegangan pintunya.

Ketika Nabi Ismail pulang, beliau bertanya kepada istrinya,


“Adakah tadi orang yang bertamu?” Istrinya menjawab,
“Ada, seorang tua yang berpenampilan bagus.” Dia
memuji Nabi Ibrahim. “Ia bertanya kepadaku tentang

114
dirimu, maka aku jelaskan keadaanmu kepadanya. Dia
juga bertanya tentang kehidupan kita, dan aku jawab
bahwa kehidupan kita baik-baik saja.”

Nabi Ismail kemudian bertanya, “Apakah dia memesankan


sesuatu kepadamu?” Istrinya kembali menjawab, “Ya. Ia
menyampaikan salam kepadamu dan menyuruhku
mengokohkan (bendol anak tangga) pintumu.”

Nabi Ismail berkata, “Itu adalah ayahku dan engkau


adalah pegangan pintu tersebut. Beliau menyuruhku
untuk tetap menikahimu (menjagamu).”

Kedua wanita itu menjadi istri nabi Isam'il yang pertama


memandang dengan kaca mata kesusahan, maka
hidupnya susah, yang kedua memandang dengan kaca
mata keindahan, diapun hidup senang dan bersyukur.

Yang pertama adalah pasangan yang membuat hidup


berantakan, sehingga lebih baik meninggalkannya.

Yang kedua adalah pasangan yang membuat hidup


tertata, dengan segala kekurangannya namun tetap segala
puji bagi Allah.

Bila istrimu suka menyakitimu

Ada sebagian istri yang mungkin belum berbakti pada


suaminya, maka bagi yang memiliki istri seperti ini
bersabarlah, sebagaimana Nabi Isma'il telah bersabar dan
hiburlah hatimu dengan mengingat bidadari yang sedang
menanti, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

115
ِ ُِ‫تِِ َز ْو َج ت ُه‬ ْ َ ‫لَِِ ت ُ ْؤ ِذ يِ ا ْم َر أ َةِِ َز ْو َج َه اِ ف ِ يِ ال د ُّنْ ي َ اِ إ ِ لَِِّ ق َ ا ل‬
ِ ‫ ِ ف َ إ ِن َّ َم ا‬, ِ ُِ‫كِ ِ للا‬ ِ َ ‫ ِ ق َ ا ت َل‬, ِ ِ‫ ِ لَِ ِ ت ُ ْؤ ِذ يْ ِه‬: ِ ِ‫ح ْو ِرِ ِ الْ ِع يْ ِن‬
ُ ْ ‫ِم نَِ ِ ال‬
‫كِ ِ إ ِ ل َ ي ْ ن َا‬ ِ َ ‫ش كُِ ِ أ َ ْنِ ِ ي ُ ف‬
ِ َ ‫ار ق‬ ِ ‫كِ ِ د َ ِخ ي ْلِ ِ ي ُْو‬ َ َ ‫ه ُ َوِ ِ ِع نْ د‬
“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia
melainkan istrinya dari kalangan bidadari akan berkata,
“Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah
memusuhimu. Dia (sang suami) hanyalah orang asing yang
sedang singgah di sisimu; hampir saja ia akan
meninggalkanmu menuju kepada kami”.70

Bila Suami Nikah Lagi

Jangan grusak-grusuk minta cerai. Jangan berhenti


menghirup udara segar yang diciptakan Allah.

Jangan menjadikan pernikahannya yang kedua seakan


kiamat yang telah bangkit. Ingatlah kiamat belum terjadi,
gunung-gunung masih tegar menjulang tinggi, walaupun
sebagian ada yang meletus. Bintang-bintang belum
bertabrakan, Dajjal belum keluar. Dan Mentari belum
terbit dari arah barat. Ingat kiamat belum dekat. Jangan
berfikiran yang macam-macam, tariklah nafas dalam-
dalam Dan katakan:

‫للا ِ للا ِ ربي ِ ل ِ أشرك ِ ب ه ِ شيئا‬

70
HR. Tirmidzi no. 1174 dan Ahmad 5: 242. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih

116
Tatalah hatimu dan pandanglah dengan kaca mata
setengah isi.

Iya… katakan gelas itu setengah isi…karena ia memang ada


isinya, walaupun hanya setengah.

Bila gejolak di hati begitu membara, dan pikiran buruk


berkata:

“suamiku sudah tidak cinta lagi padaku.

Suamiku tidak setia pada janji sucinya nya

Suamiku tak tahu diri, tak tahu balas budi.

Tidak lagi romantis, bunga-bunga taman cintaku kering


dan layu, daun-daunnya berguguran, seakan kemarau
panjang telah menghampirinya.”

Sehingga hal itu membuat anda melihat dunia ini bak


medan perang yang telah porak-poranda dihantam oleh
meriam dan rudal, hancur lebur tiada kebaikan lagi yang
bisa dipungut.

Saat itu katakan Alhamdulillah, nikmat Allah banyak, dan


suamiku belum mati, bila dia mati aja niscaya tidak akan
separah ini, dan akupun akan menerima takdir ilahi bila ia
harus pergi, dan suamiki sekarang belum mati dan
pernikahannyapun karena takdir ilahi dan catatan Rabbi.

Kemudian… Pikirkanlah bangunan yang telah dibangun


berdua selama ini Rumah tangga yang telah dibina

117
bersama-sama. Suami anda sedang membangun rumah
yang lain, tapi jangan engkau menghancurkan rumah yang
sudah ada, karena dirimu termasuk pilar penting dan
berharga yang telah susah payah membangunnya. Sejak
suami masih kere, sejak belum punya apa-apa, sampai ia
sukses memiliki harta benda yang meruah. Apakah anda
akan kabur berlari meninggalkan semua itu, dan
menyerahkan semuanya pada istri kedua, yang baru saja
hadir dalam rumah baru sang suami ???

Bila berfikir cintanya akan dibagi

Merenunglah sejenak, bukankah sejak dahulu cinta suami


telah terbagi, perhatian suami telah bercabang,
persentase terbesar adalah untuk ibundanya yang telah
melahirkannya, surga untuknya.

Kemudian Ayahandanya yang telah membesarkan dan


berusaha untuk dirinya Adik-kakaknya yang terlahir dari
satu rahim yang sama.

Anak-anaknya yang menjadi buah hati dan belahan jiwa


baginya.

Pekerjaannya, kantornya dan yang lain dan lainnya…

Dan selama ini anda enjoy saja, walau memang kadang


perasaan iri datang menghampiri.

Maka renungkanlah, kehadiran wanita lain dalam hidup


suami, yang dalam koridor dibolehkan oleh sang Pencipta,

118
moga menjadi pernak-pernik kehidupan yang
membuatnya lebih indah.

Kalau dulu kejengkelan suami ditumpahkan kepada anda


sendiri, sekarang anda juga telah berbagi.

Kalau dahulu harus melayani suami sendiri walaupun


sedang lelah, sekarang ada yang membatu.

Kalau dulu ketika anda sakit anda harus tetap bekerja,


sekarang moga dengan hadirnya saudari seiman di
rumahtanggaku dapat meringankan tugas-tugas dan
pekerjaanku.

Istri kedua suamiku itu adalah juga ciptaan Ilahi.

Ia juga saudariku, walaupun tidak dari satu rahim ummi

Tapi persaudaraanku dengannya terlahirkan sejak iman


bersemi

Aku harus menata hati.

Kehadirannya tidak boleh mengusik apalagi merusak


ketaqwaanku.

Moga kesabaranku dan keridahaan berbuah kesejukan di


dalam dirii

Dan surga firdaus bersama sang Nabi.

Bila berfikir duitnya akan dibagi

119
Ingatlah bahwa sebelum menikah anda telah memiliki rizki
sendiri

Setelah menikah rizki anda lewat suami

Dan ketika menikah suami juga suka berbagi, dan hal itu
tidak mengurangi rizki anda

Dan Wanita lain juga punya rizki sendiri-sendiri.

Ingat kiamat belum terjadi …

Kalau piring harus berterbangan, lapangkan dadamu

Seorang yang memiliki istri lebih dari satu, harus memiliki


5 jenset kesabaran dan ketabahan, bila tidak, maka
cukuplah dengan satu istri, lihatlah kesabaran nabi
shallallahu 'alahi wa sallam menghadapi istri-istrinya.

Imam Bukhari Meriwayatkan dari Anas bin Malik, ia


berkata: “Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah berada di tempat sebagian istrinya. Lalu salah satu
dari Ummul Mukminin mengirim piring yang berisi
makanan, maka istri Nabi yang sedang berada di
rumahnya memukul tangan pelayan itu, sehingga jatuhlah
piring tersebut dan pecah. Kemudian Nabi memunguti
pecahan piring dan makanan, sambil mengatakan: ((‫غَا َرتْاا‬
‫“ )) ُأ ُّم ُك ْام‬Ibu kalian cemburu.” Lalu beliau menahan pelayan
tersebut sampai beliau menggantinya dengan piring milik
istri yang beliau sedang di rumahnya. Lalu beliau
memberikan piring yang utuh kepada istri yang piringnya

120
pecah, dan menahan piring yang sudah pecah di rumah
istri yang telah memecahkan piring tersebut.”"

Di depan tamu-tamunya, melakukan suatu perbuatan


yang mungkin dianggap sangat memalukan, tapi beliau
dengan damai menanggapinya seraya berkata, "Ibunda
kalian lagi cemburu".

Tidak ada intimidasi, tiada ancaman, tiada marah, karena


itulah tabiat wanita yang harus diterima oleh seorang
lelaki.

Bagi yang istrinya minta cerai

Ketahuliah bahwa orang tuanya telah menyerahkan dia


sepenuhnya kepadamu.

Tanpa ada paksaan, bahkan engkaulah yang melamar dan


memintanya, tanpa intimidasi.

Dan dirimu telah menerima semua beban yang diserahkan


dengan ucapanmu :

‫قبلت ِ نكاحها ِ وتزويجها ِ بالمهر ِ المذكور‬


"Aku terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang
disebutkan."

Hanya dengan sebuah ucapan ia menjadi milikmu.

Dan kau menerimanya, Menerima wanita itu dengan


segala kelebihan dan kekurangannya.

121
Padahal….

Kamu tidak pernah turut andil dalam melahirkannya ke


dunia ini.

Ibunya selama 9 bulan dengan penuh lemah di atas


kelemahannya mengandung istrimu itu.

Kamu tidak pernah turut campur dalam membesarkan


dan merawatnya.

Kamu juga tidak pernah merasakan suka duka dalam


membesarkan wanita yang sekarang menjadi istrimu.

Dan tatkala kau datang untuk meminangnya, moment itu


adalah suatu hal yang cukup berat bagi orang tua.

Anak yang dicintai dan dibesarkan akan dilepas dari


dekapan mereka,

Diserahkan kepadamu, yang entah merekapun tidak


dapat memastikan, bagaimana kelak hidupnya
bersamamu.

Namun karena perintah ilahi dan amaran Rabbi, dengan


segala resiko yang harus diterima, kaupun dinikahkan.

Dengan satu harapan kau dapat menggantikan posisi


keduanya, merawat, menjaga, mencintai dan
membuatnya bahagia.

Sekarang kenapa dia minta cerai???

122
Suatu pilihan yang tidak mudah bagi seorang wanita.

Maka Koreksilah dirimu…

Ingatlah kau juga manusia yang tak luput dari dosa

Bila dia berbuat salah, kaupun juga pernah.

Mungkin kau tidak lagi memperhatikannya

Mungkin kau sudah lupa dengan amanat yang Allah


berikan padamu

Mungkin ada kata-katamu yang menyakiti hatinya.

Ada tingkahmu yang menoreh luka.

Mungkin kau sudah tak dekat lagi kepada Sang pencipta.

Carilah jawaban-jawaban, untuk kenapa istrimu meminta


cerai

Perbaiki dirimu, Mintalah maaf padanya,!

Berjanjilah kau akan berusaha untuk lebih baik untuknya

Katakan cintamu tak pernah pudar, namun kesibukan


yang melalaikanmu

Bukalah lembaran baru kembali, Seperti tatkala kau


menerimanya dari ayahnya.

123
Dan katakan, insyaAllah kita akan terus bersama sampai
ajal yang memisahkan dan berjumpa kembali di pintu
surga.

Tulislah sebuah surat dan katakan:

Maafkan bila aku terus mencintaimu. Tapi bisakah kau


menghentikan badai? Aku tak bisa. Aku bahkan tak kuasa
membendung gemuruh di hatiku sendiri . Aku ingin
bersamamu, selamanya..

Manjakan Istrimu Dengan Kata-Kata Indah

Salah satu yang dilupakan dalam hubungan suami istri


adalah saling memuji satu dan lainnya. Istri lupa memuji
suami dan suami lupa memuji istrinya. Karena pujian
seperti ini bisa membangkitkan hubungan yang mungkin
makin redup.

Pujian pada istri adalah bagian dari berbuat maruf yang


diperintahkan dalam ayat,

ِ ‫َو عَ ا ِش ُر و ه ُ َّنِ ِ ب ِ ال ْ َم عْ ُر و‬
ِ‫ف‬
“Dan bergaullah dengan mereka (istri-istri kalian) dengan
baik.” (QS. An Nisa’: 19).

ِ ‫َو ل َ هُ َّنِ ِ ِم ث ْ ُلِ ِ ال َّ ِذ ي ِ عَ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ ب ِ ال ْ َم عْ ُر و‬


ِ‫ف‬

124
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” (QS. Al
Baqarah: 228).

Pujian pada istri tanda baiknya seorang suami padanya.


Apalagi melihat perjuangan istri di rumah dengan
mendidik anak dan mengurus berbagai urusan rumah
tangga seperti mencuci, memasak dan memperhatikan
kebutuhan suami.

Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َخ ي ْ ُر ك ُ ْمِ ِ َخ يْ ُر ك ُ ْمِ ِ ِل َهْ لِ هِِ ِ َو أ َن َا ِ َخ يْ ُر ك ُ ْمِ ِ ِل َهْ ل ِ ى‬


“Sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada
keluarganya. Sedangkan aku adalah orang yang paling
berbuat baik pada keluargaku”71

Ibnu Katsir rahimahullah berkata mengenai surat An Nisa’


ayat 19 di atas, “Berkatalah yang baik kepada istri kalian,
perbaguslah amalan dan tingkah laku kalian kepada istri.
Berbuat baiklah sebagai engkau suka jika istri kalian
bertingkah laku demikian.”72

71
HR. Tirmidzi no. 3895, Ibnu Majah no. 1977, Ad Darimi 2: 212, Ibnu
Hibban 9: 484. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih
72
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 3: 400

125
Berbuat ma’ruf adalah kalimat yang sifatnya umum,
tercakup di dalamnya seluruh hak istri.

Lihatlah contoh Nabi kita, beliau memanggil ‘Aisyah


radhiyallahu ‘anha, sang istri tercinta dengan panggilan
Humaira, artinya wahai yang pipinya kemerah-merahan.
Karena putihnya ‘Aisyah, jadi pipinya biasa nampak
kemerah-merahan.

Dari ‘Aisyah, ia berkata,

ُ ِ ‫د َ َخ َلِ ِ ال َح ب َ ش َ ةُِِ الم س ِْج دَِِ ي َ ل ْ ع َ ب ُْو نَِ ِ ف َ ق َ ا َلِ ِ ل ِ ي ِ ي َ ا‬


ِ ‫ح َم ي َْر اء‬
‫أ َت ُ ِح ب ِ يْ نَِ ِ أ َ ْنِ ِ ت َن ْ ظ ُ ِر ي‬
“Orang-orang Habasyah (Ethiopia) pernah masuk ke
dalam masjid untuk bermain, lantas Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memanggilku, “Wahai Humaira (artinya:
yang pipinya kemerah-merahan), apakah engkau ingin
melihat mereka?”73

Lihatlah bagaimana panggilan sayang tetap melekat pada


suri tauladan kita yang mulia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam.

Jadi bukan kata-kata jelek atau merendahkan yang keluar


dari mulut seorang suami.

Dari Mu’awiyah Al Qusyairi radhiyallahu ‘anhu, ia


bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

73
HR. An Nasai dalam Al Kubro 5: 307

126
mengenai kewajiban suami pada istri, lantas Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ – ِ ِ‫ت‬ َ ‫أ َ ْنِ ِ ت ُطْ ِع َم َه ا ِ إ ِ ذ َ ا ِ طَ ِع ْم‬


َ ْ ‫تِ ِ َو ت َكْ س ُ َو هَا ِ إ ِ ذ َ ا ِ ا كْ ت َسَ ي‬
ِ َِ‫ض ِر بِِ ِ ال ْ َو ْج هَِ ِ َو لَِ ِ ت ُق َ ب ِ ْحِ ِ َو ل‬ْ َ ‫تِ ِ – ِ َو لَِ ِ ت‬ َ ْ‫أ َ ِوِ ِ ا كْ ت َس َ ب‬
ِ ْ‫ج ْرِ ِ إ ِ لَِّ ِ ف ِ ى ِ ال ْ ب َ ي‬
ِ‫ت‬ ُ ‫ت َ ْه‬
“Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan.
Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau
berpakaian -atau engkau usahakan-, dan engkau tidak
memukul istrimu di wajahnya, dan engkau tidak menjelek-
jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka
nasehat) selain di rumah”74

Pujian dari suami pada istrinya tidak butuh biaya atau


ongkos mahal. Yang dibutuhkan adalah ketulusan dan rasa
cinta pada pasangan. Memberi pujian dapat diungkapkan
dengan kalimat-kalimat ringan, seperti: “Masakan Sayang
hari ini luar biasa, loh!”

Masa dengan pekerjaan istri yang begitu berat di rumah


tidak ada satu pun pujian dari suami yang disematkan
untuknya, walau dengan memuji masakan, sifat rajin, atau
penampilan cantinya.

Ingatlah bahwa pujian sangat signifikan berpengaruh


terhadap perasaan pasangan, khususnya bagi istri yang
akan merasa dihargai, dipercayai dan dihormati oleh

74
HR. Abu Daud no. 2142. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan shahih

127
suaminya. Tanpa pujian atau perhatian, mungkin yang ada
hanya kecenderungan untuk saling mencela dan
merendahkan pasangan.

Khususkan Waktu Untuk Berbincang Dengannya

Carilah waktu efektif untuk berbincang dengannya setiap


hari, bicaralah yang ringan, dengarkan cerita-cerita ‘tak
penting’ nya itu. Ketika istri tidak mendapatkan tempat
untuk curhat pada suaminya maka dia akan cari tempat
lain, dan repotnya diluaran sana itu begitu banyak
‘relawan’ yang bersedia mendengarkan curhat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa duduk dan


menyimak curhatan dan cerita ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
sampai pun kisah itu panjang. Di antara cerita ‘Aisyah pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dikisahkan dalam hadits
yang lumayan panjang berikut ini.

ِ ِ‫سِ ِ إ ِ ْح د َ ى ِ عَ شْ َر ةِ َ ِ ا ْم َر أ َة‬ َ َ ‫تِ ِ َج ل‬ْ َ ‫عَ ْنِ ِ عَ ا ئ ِ شَ ةَِ ِ ق َ ا ل‬


ِ َ ‫ف َ ت َع َ ا هَ د ْ نَِ ِ َو ت َع َ ا ق َ د ْ نَِ ِ أ َ ْنِ ِ لَِ ِ ي َ كْ ت ُ ْم نَِ ِ ِم ْنِ ِ أ َ ْخ ب‬
ِ ِ‫ار‬
ِ ‫أ َ ْز َو‬
‫اج ِه َّنِ ِ ش َ ي ْئ ا‬
Sebelas orang wanita berkumpul lalu mereka berjanji dan
bersepakat untuk tidak menyembunyikan sedikit pun
cerita tentang suami mereka.

128
ِ ِ‫تِ ِ اِل ُ ْو ل َ ى ِ َز ْو ِج ي ِ ل َ ْح مُِ ِ َج َم لِ ِ غ َثِ ِ عَ ل َ ى ِ َر أ ْ ِس‬ ِ َ‫قَال‬
ِ‫َج ب َ لِ ِ لَِ ِ س َ ْه َلِ ِ ف َ ي ُْر ت َق َ ى ِ َو لَِ ِ س َ ِم يْ نَِ ِ ف َ ي ُن ْ ت َق َ ُل‬
Wanita pertama berkisah, “Sesungguhnya suamiku adalah
daging unta yang kurus yang berada di atas puncak
gunung yang tanahnya berlumpur yang tidak mudah
untuk didaki dan dagingnya juga tidak gemuk untuk
diambil.

[Maksud perkataan di atas: Si wanita memisalkan


suaminya dengan daging yang kurus, sedikit dagingnya.
Lalu daging tersebut diletakkan di atas gunung yang terjal
yang sulit didaki. Daging unta berbeda dengan daging
domba atau kambing yang terasa lebih enak. Artinya, si
istri ingin menyatakan sulitnya bergaul dengan suaminya.
Ia tidak mengerti bagaimana cara yang baik untuk
berbicara dengan suaminya karena suaminya buruk
perangainya. Sudah dengan usaha keras, si istri ingin
berhubungan baik dengan suaminya, ia tidak bisa meraih
dan bersenang-senang dengannya.]

ِ ِ‫افِ ِ أ َ ْن‬
ُ ‫ثِ ِ َخ ب َ َر هُِ ِ إ ِ ن ِ ي ِ أ َ َخ‬ ُّ ُ ‫تِ ِ ال ث َا ن ِ ي َ ةُِ ِ َز ْو ِج ي ِ لَِ ِ أ َب‬
ْ َ‫قَال‬
ُِ‫لَِ ِ أ َذ َ َر هُِِ إ ِ ْنِ ِ أ َذ ْ ك ُ ْر هُِِ أ َذ ْ ك ُ ْرِ ِ عُِ َج َر هُِ ِ َو ب ُ َج َر ه‬
Wanita kedua berkisah, “Mengenai suamiku, aku tidak
akan menceritakannya karena jika aku berkisah
tentangnya aku khawatir aku (tidak mampu)
meninggalkannya. Jika aku menyebutkan tentangnya
maka aku akan menyebutkan urat-uratnya yang muncul di
tubuhnya dan juga perutnya”.

129
[Maksud perkataan di atas: Ia mengisyaratkan bahwa
suaminya itu penuh dengan ‘aib. Jika diceritakan, ia
khawatir tidak akan ada ujungnya kisah tentang suaminya
karena saking banyaknya ‘aib suaminya. Jika aibnya
disebut maka akan nampak aib luar seperti urat di badan
dan dalam tubuhnya seperti urat di perut. Ada pula yang
menafsirkan, jika si istri menceritakan aib suaminya, maka
ia khawatir akan berpisah darinya. Karena jika sampai
ketahuan, suaminya akan menceraikannya dan ia khawatir
karena masih ada anak dan hubungan dengan suaminya.]

ِ ِ‫ط ْقِ ِ أ ُطَ ل َّ ْق‬ ُ َّ ‫تِ ِ ال ث َّا ل ِ ث َةُِِ َز ْو ِج ي ِ الْ ع َ ش َ ن‬


ِ ْ ‫قِ ِ إ ِ ْنِ ِ أ َن‬ ْ َ‫قَال‬
ِ‫تِ ِ أ ُعَ ل َّ ْق‬ْ ُ ‫َو إ ِ ْنِ ِ أ َسْ ك‬
Wanita ketiga berkisah, “Suamiku tinggi, jika aku berucap
maka aku akan dicerai, dan jika aku diam maka aku akan
tergantung”.

[Maksud perkataan di atas: Ia memaksudkan suaminya


adalah suami yang berperangai buruk atau ada yang
mengatakan bahwa suaminya itu egois (mementingkan
diri sendiri). Ia mengetahui jika ia mengeluh kepada
suaminya maka sang suami langsung menceraikannya.
Namun jika ia berdiam diri maka ia akan tersiksa karena
seperti wanita yang tidak bersuami padahal ia bersuami.]

ِ ِ‫تِ ِ ال َّر ا ب ِ ع َ ةُِ ِ َز ْو ِج ي ِ كَ ل َ يْ ِلِ ِ ت ِ َه ا َم ةَِ ِ لَِ ِ َح َّرِ ِ َو لَِ ِ ق َ َّر‬


ِ َ‫قَال‬
َِ‫َو لَِ ِ َم َخ ا ف َ ةَِ ِ َو لَِ ِ سَ آ َم ة‬

130
Wanita keempat berkisah, “Suamiku seperti malam di
Tihamah, tidak panas dan tidak dingin, tidak ada
ketakutan dan tidak ada rasa bosan”.

[Maksud perkataan di atas: Tihamah adalah suatu daerah


yang ma’ruf. Malam di sana seimbang (tidak panas dan
tidak dingin), cuacanya bagus dan bersahabat. Jadi si
wanita menyifati suaminya yang pelembut dan
berperangai baik. Si wanita selalu tentram, tidak penuh
kekhawatiran ketika berada di sisi suaminya. Suaminya
tidak ada rasa bosan dengannya. Istrinya merasakan
keadaannya di sisi suaminya seperti keadaan penduduk
Tihamah, suaminya menikmati hubungan dengannya
seperti kenikmatan di Tihamah yang tidak panas dan tidak
dingin serta dalam cuaca yang bersahabat.]

ِ ِ‫ج‬َ ‫تِ ِ ال ْ َخ ا ِم س َ ةُِ ِ َز ْو ِج ي ِ إ ِ ْنِ ِ د َ َخ َلِ ِ ف َ ِه دَِ ِ َو إ ِ ْنِ ِ َخ َر‬


ِ َ‫قَال‬
َِ‫أ َ ِس دَِ ِ َو لَِ ِ ي َ سْأ َ ُلِ ِ ع َ َّم ا ِ عَ ِه د‬
Wanita kelima berkisah, “Suamiku jika masuk rumah
seperti macan dan jika keluar maka seperti singa dan tidak
bertanya apa yang telah diperbuatnya (yang
didapatinya)”.

[Maksud perkataan di atas: Cerita si wanita bisa jadi


sebuah pujian, bisa jadi suatu celaan. Apabila yang
dimaksud adalah pujian, maka ada beberapa tafsiran.
Tafsiran pertama, suaminya disifatkan seperti macan
karena biasa menundukkan dan menjima’ istrinya.
Aritnya, istrinya begitu disayangi sampai si suami tidak

131
kuat tatkala memandangnya. Jika keluar dari rumah, ia
adalah seorang yang gagah seperti singa. Jika datang, ia
biasa membawa makanan, minuman dan pakaian, jangan
ditanya di mana ia memperolehnya. Tafsiran kedua, masih
sebagai pujian. Jika ia memasuki rumah, seperti macan,
yaitu ia tidak pernah mengomentari apa yang terjadi di
rumah, adakah yang cacat, dan tidak banyak komentar.
Jika ia keluar dari rumah, ia begitu perkasa seperti singa.
Ia tidak banyak bertanya apa yang terjadi. Maksudnya
adalah si suami begitu bergaul dengan istri meskipun ia
melihat kekurangan yang nampak pada istrinya.

Adapun jika maksud perkataan si wanita adalah celaan,


dapat ditafsirkan ia mensifati suaminya ketika suaminya
masuk ke dalam rumah seperti macan, yaitu bersikap
kasar, tidak ada muqoddimah atau ancang-ancang
sebelum hubungan intim. Juga ia memaksudkan bahwa
suaminya memiliki perangai buruk, sering menyiksa dan
memukulnya tanpa bertanya padanya. Jika suaminya
keluar dan istrinya dalam keadaan sakit lalu ia kembali,
tidak ada perhatiannya padanya dan anak-anaknya.]

ِ ِ‫ب‬ َ ‫فِ ِ َو إ ِ ْنِ ِ ش َِر‬ َّ َ ‫تِ ِ ال س َّ ا ِد سَ ةُِ ِ َز ْو ِج ي ِ إ ِ ْنِ ِ أ َك َ َلِ ِ ل‬


ِ َ‫قَال‬
َّ َ‫جِ ِ الْ ك‬
ِ َِ‫فِ ِ لِ ي َ عْ ل َ م‬ ُ ِ‫فِ ِ َو لَِ ِ ي ُْو ل‬ َّ َ ‫ض طَ َج َعِ ِ الْ ت‬ َّ َ ‫ا شْ ت‬
ْ ‫فِ ِ َو إ ِ ِنِ ِ ا‬
ِ‫ث‬َّ َ ‫الْ ب‬
Wanita keenam berkisah, “Suamiku jika makan maka
banyak menunya dan tidak ada sisanya, jika minum maka
tidak tersisa, jika berbaring maka tidur sendiri sambil

132
berselimutan, dan tidak mengulurkan tangannya untuk
mengetahui kondisiku yang sedih”.

[Maksud perkataan di atas: Ia mensifati suaminya yang


biasa menyantap makanan apa saja dan banyak minum.
Jika ia tidur, ia sering menjauh dari istrinya dan tidur
sendirian. Ia pun tidak berusaha mengetahui keadaan
istrinya yang sedih. Intinya, ia menyifati suaminya dengan
banyak makan dan minum, serta sedikit jima’
(berhubungan intim). Ini menunjukkan celaan.]

ِ ُِ‫تِ ِ ال س َّ ا ب ِ ع َ ةُِِ َز ْو ِج ي ِ غ َ ي َ ا ي َ ا ءُِ ِ أ َ ْوِ ِ ع َ ي َ ا ي َ ا ءُِ ِ ط َ ب َ ا ق َ ا ء‬ ِ َ‫قَال‬


ِ‫ك‬ِ َ ‫كِ ِ أ َ ْوِ ِ َج َم َعِ ِ ك ُ َلًِّ ِ ل‬ ِ َّ ‫كِ ِ أ َ ْوِ ِ ف َ ل‬
ِ ‫ك ُ ُّلِ ِ د َ اءِ ِ ل َ هُِ ِ د َ اءِ ِ ش َ َّج‬
Wanita ketujuh berkisah, “Suamiku bodoh yang tidak
pandai berjimak, semua penyakit (aib) dia miliki, dia
melukai kepalamu, melukai badanmu, atau
mengumpulkan seluruhnya untukmu”.

[Maksud perkataan di atas: Ia menjelaskan bahwa


suaminya tidak kuat berhubungan intim dengan istrinya.
Jika ia berbicara, ia biasa menyakiti kepala. Jika ia
berhubungan intim, ia biasa memukul kepala dan melukai
jasad.]

ِ ِ‫ح‬
ُ ْ‫الر ي‬
ِ ‫بِ ِ َو‬ َ َ ‫سِ ِ أ َ ْر ن‬ ُّ ‫تِ ِ ال ث َّا ِم ن َ ةُِِ َز ْو ِج ي ِ الْ َم‬
ُّ ‫سِ ِ َم‬ ِ َ‫قَال‬
ِ‫ب‬َ َ ‫حِ ِ َز ْر ن‬
ُ ْ‫ِر ي‬
Wanita kedelapan berkisah, “Suamiku sentuhannya
seperti sentuhan kelinci dan baunya seperti bau zarnab
(tumbuhan yang baunya harum)”.

133
[Maksud perkataan di atas: Suaminya selalu bersikap
lemah lembut dan bersikap baik pada istrinya.]

ِ ِ‫س ع َ ةُِِ َز ْو ِج ي ِ َر ف ِ يْ ُعِ ِ ال ْ ِع َم ا ِدِ ِ ط َ ِو ي ْ ُلِ ِ الن ِ َج ا ِد‬ ِ َ‫قَال‬


ِ ‫تِ ِ ال ت َّا‬
ِ ْ ‫بِ ِ الْ ب َ ي‬
ِ‫تِ ِ ِم نَِ ِ ال ن َا ِد‬ ُ ْ‫ظ يْ مُِ ِ ال َّر َم ا ِدِ ِ ق َ ِر ي‬
ِ َ‫ع‬
Wanita kesembilan berkisah, “Suamiku tinggi tiang
rumahnya, panjang sarung pedangnya, banyak abunya,
dan rumahnya dekat dengan bangsal (tempat
pertemuan)”.

[Maksud perkataan di atas: Suaminya itu termasuk orang


terpandang, banyak tamu yang mengunjunginya sehingga
ia pun biasa menyembelih hewan untuk menyambut
tamunya. Ia pun dianggap mulia oleh keluarganya.
Suamiya pun biasa didatangi oleh orang-orang yang ingin
curhat berbagai masalah dan persoalan mereka. Ia
terkenal dengan sifatnya yang mulia, orang yang
terpandangan, berakhlak mulia dan memiliki pergaulan
yang baik dengan sesama]

ِ ‫تِِ الْ ع َ ا ِش َر ةِ ُِ َز ْو ِج يِ َم ا لِ كِِ َو َم اِ َم ا ل ِ ك ؟ِ َم اِل كُِِ َخ يْر‬ ِ َ‫قَال‬


ِ ُِ‫كِ ِ ق َ ل ِ يْ َل َ ت‬ ِ ‫ار‬ ِ َ ‫كِ ِ ل َ هُِ ِ إ ِ ب ِ لِ ِ كَ ث ِ ي َْر ا تُِ ِ ال ْ َم ب‬َ ِ‫ِم ْنِ ِ ذ َ ل‬
ِ ِ‫تِ ِ الْ ُم ْز ِه ِرِ ِ أ َي ْ ق َ َّنِ ِ أ َن َ هُ َّن‬
َ ‫ ِ َو إ ِ ذ َ ا ِ س َ ِم ع ْ نَِ ِ صَ ْو‬، ِ ‫ار ح‬ ِ َ‫الْ َم س‬
ُِ‫ه ََو ا لِ ك‬
Wanita kesepuluh berkisah, “Suamiku (namanya) adalah
Malik, dan siapakah gerangan si Malik? Malik adalah lebih
baik dari pujian yang disebutkan tentangnya. Ia memiliki
unta yang banyak kandangnya dan sedikit tempat

134
gembalanya, dan jika unta-unta tersebut mendengar kayu
dari tukang jagal maka unta-unta tersebut yakin bahwa
mereka akan disembelih.”

[Maksud perkataan di atas: Suaminya memiliki banyak


unta sebagai persiapan untuk menyambut tamu. Artinya,
suaminya memiliki akhlak mulia, ia sering memuliakan
para tamu dengan pemuliaan yang luar biasa].

ِ ِ‫تِ ِ ال ْ َح ا ِد ي َ ةَِ ِ عَ شْ َر ةِ َ ِ َز ْو ِج ي ِ أ َب ُْوِ ِ زَ ْر عِ ِ ف َ َم ا ِ أ َب ُْو‬


ِ َ‫قَال‬
ِ ِ‫يِ ِ َو َم َلِ َ ِ ِم ْنِ ِ ش َ ْح ِم‬ َّ َ ‫ح لِ يِ ِ أ ُذ ُن‬ َ ‫زَ ْر ع ؟ ِ أ َن‬
ُ ِ ِ‫َاسِ ِ ِم ْن‬
‫سي‬ ِ ْ‫ج َح ن ِ ي ِ ف َ ب َ َج ْح تُِ ِ إ ِ ل َ ى ِ ن َ ف‬ َّ َ ‫يِ ِ َو ب‬
َّ َ ‫عَ ضُ د‬
Wanita kesebelas berkisah, “Suamiku adalah Abu Zar’.
Siapa gerangan Abu Zar’? Dialah yang telah memberatkan
telingaku dengan perhiasan dan telah memenuhi lemak di
lengan atas tanganku dan menyenangkan aku, maka aku
pun gembira.”

[Maksud perkataan di atas: Maksudnya yaitu suaminya


Abu Zar’ memberikannya perhiasan yang banyak dan
memperhatikan dirinya serta menjadikan tubuhnya padat
(montok). Karena jika lengan atasnya padat maka
tandanya tubuhnya semuanya padat. Hal ini
menjadikannya gembira. Merupakan sifat suami yang baik
adalah menghiasi dan mempercantik istrinya dengan
perhiasan dan memberikan kepada istrinya makanan
pilihan. Sesungguhnya hal ini menjadikan sang istri
menjadi sangat mencintai suaminya karena merasakan
perhatian suaminya dan sayangnya suaminya kepadanya.

135
Para wanita sangat suka kepada perhiasan emas, dan ini
merupakan hadiah yang paling baik yang diberikan kepada
wanita. Tubuh yang berisi padat (tidak kurus dan tidak
gemuk) merupakan sifat kecantikan seorang wanita.]

ِ ْ‫َو َج د َن ِ ي ِ ف ِ ي ِ أ َهْ ِلِ ِ غ ُ ن َ ي ْ َم ةِ ِ ب ِ ِش قِ ِ ف َ َج ع َ ل َ ن ِ ي ِ ف ِ ي ِ أ َه‬


. ِ ِ‫ل‬
ِ َِ‫ ِ ف َ ِع نْ د َ هُِ ِ أ َق ُ ْو ُلِ ِ ف َ َل‬، ‫ط يْطِ ِ َو د َ ا ئ ِ سِ ِ َو َم ن َق‬ ِ َ ‫ص ِه ي ْلِ ِ َو أ‬
َ
َ
ُ َّ ‫بِ ِ ف َ أ ت َق َ ن‬
ِ‫ح‬ َ
ُ ‫حِ ِ َو أ شْ َر‬ َ ُ َ ُ
ُ َّ ‫أ ق َ ب‬
ُ َّ ‫حِ ِ َو أ ْر ق دِ ُِ ف َ أ ت َصَ ب‬
Ia mendapatiku pada peternak kambing-kambing kecil
dalam kehidupan yang sulit, lalu ia pun menjadikan aku di
tempat para pemilik kuda dan unta, penghalus makanan
dan suara-suara hewan ternak. Di sisinya aku berbicara
dan aku tidak dijelek-jelekan, aku dibiarkan tidur di pagi
hari, aku minum hingga aku puas dan tidak pingin minum
lagi.

[Maksud perkataan di atas: Maksudnya yaitu Abu Zar’


mendapatinya dari keluarga yang menggembalakan
kambing-kambing kecil yang menunjukan keluarga
tersebut kurang mampu dan menjalani hidup dengan
susah payah. Lalu Abu Zar’ memindahkannya ke
kehidupan keluarga yang mewah yang makanan mereka
adalah makanan pilihan yang dihaluskan. Mereka memiliki
kuda-kuda dan onta-onta serta hewan-hewan ternak
lainnya. Jika ia berbicara di hadapan suaminya maka
suaminya Abu Zar’ tidak pernah membantahnya dan tidak
pernah menghinakan atau menjelekkannya karena
mulianya suaminya tersebut dan sayangnya pada dirinya.
Ia tidur di pagi hari dan tidak dibangunkan karena sudah

136
ada pembantu yang mengurus urusan rumah. Ia minum
hingga puas sekali dan tidak ingin minum lagi yaitu
suaminya telah memberikannya berbagai macam
minuman seperti susu, jus anggur, dan yang lainnya.
Merupakan sifat suami yang baik adalah membantu
istrinya diantaranya dengan mendatangkan pembantu
yang bisa membantu tugas-tugas rumah tangga istrinya.]

. ِِ‫ِ ف َ َم اِ أ ُمُِِّ أ َب ِ يِ َز ْر عِِ ؟ِ ع ُ ك ُ ْو ُم َه اِ ِر د َ اح‬، ‫أ ُمُِِّ أ َب ِ يِ زَ ْر ع‬


ِ‫َو ب َ ي ْ ت ُ َه ا ِ ف َ سَ اح‬
ِ ُِ‫ض َج ع ُ ه‬ ْ ‫ ِ ف َ َم ا ِ ا بْ ُنِ ِ أ َب ِ ي ِ َز ْر ع ؟ ِ َم‬، ‫ا بْ ُنِ ِ أ َب ِ ي ِ َز ْر ع‬
ِ ‫ك َ َم س َ لِِ ِ ش َطْ ب َ ةِ ِ َو ي ُ شْ ب ِ ع ُ هُِ ِ ِذ َر ا عُِ ِ ال ْ َج ف ْ َر ةِِ ِ ب ِ ن ْ تُِ ِ أ َب ِ ي‬
ِ ُِ‫ ِ ف َ َم ا ِ ب ِ نْ تُِ ِ أ َب ِ ي ِ زَ ْر ع ؟ ِ ط ُ ْو عُِ ِ أ َب ِ يِْ َه ا ِ َو ط ُ ْو ع‬، ‫زَ ْر ع‬
ِ ‫ار ي َ ةُِ ِ أ َب ِ ي‬ ِ ‫ار ت ِ َه ا ِ َج‬ َ ‫أ ُ ِم َه ا ِ َو ِم ْل ءُِ ِ ِك سَ ا ئ ِ َه ا ِ َو غ َ ي ْ ظُِ ِ َج‬
ُّ ُ ‫ار ي َ ةُِِ أ َب ِ يِ َز ْر ع ؟ِ لَِِ ت َب‬
ِ ‫ثِِ َح ِد يْ ث َن َاِ ت َب ْ ث ِ ي ْث ا‬ ِ ‫ِ ف َ َم اِ َج‬، ‫زَ ْر ع‬
‫ثِ ِ ِم ي ْ َر ت َن َا ِ ت َن ْ ق ِ ي ْث ا ِ َو لَِ ِ ت َ ْم َلِ ُِ ب َ ي ْ ت َن َا ِ ت َع ْ ِش يْش ا‬
ُ ِ ‫َو لَِ ِ ت ُن َق‬
Ibu Abu Zar’. Siapakah gerangan Ibu Abu Zar’?, yang
mengumpulkan perabotan rumah, dan memiliki rumah
yang luas.

[Maksud perkataan di atas: Ibu suaminya adalah wanita


yang kaya raya yang memiliki banyak perabot rumah
tangga didukung dengan rumahnya yang besar dan luas.
Hal ini menunjukan bahwa sang ibu adalah orang yang
sangat baik yang selalu memuliakan tamu-tamunya. Di
antara sifat istri yang sholehah hendaknya ia
menghormati ibu suaminya dan memahami bahwa ibu

137
suaminyalah yang telah melahirkan suaminya yang telah
banyak berbuat baik kepadanya. Kemudian hendaknya
tidak ada permusuhan antara seorang istri yang sholehah
dan ibu suaminya. Dan sesungguhnya tidak perlu adanya
permusuhan karena pada hakekatnya tidak ada motivasi
yang mendorong pada hal itu jika keduanya menyadari
bahwa masing-masing memiliki hak-hak khusus yang
berbeda yang harus ditunaikan oleh sang suami.]

ِ ُِ‫ض َج ع ُ ه‬ ْ ‫ ِ ف َ َم ا ِ ا ب ْ ُنِ ِ أ َب ِ ي ِ زَ ْر ع ؟ ِ َم‬، ‫ا بْ ُنِ ِ أ َب ِ ي ِ زَ ْر ع‬


ِِ‫ك َ َم س َ لِِ ِ ش َطْ ب َ ةِ ِ َو ي ُ شْ ب ِ ع ُ هُِِ ِذ َر ا عُِ ِ ال ْ َج فْ َر ة‬
Putra Abu Zar’, siapakah gerangan dia? Tempat tidurnya
adalah pedang yang terhunus keluar dari sarungnya, ia
sudah kenyang jika memakan lengan anak kambing
betina.

[Maksud perkataan di atas: Putra suaminya adalah anak


yang gagah dan tampan serta pemberani, tidak gemuk
karena sedikit makannya, tidak kaku dan lembut, namun
sering membawa alat perang dan gagah tatkala
berperang.]

ِ ‫ ِ فَِ َم ا ِ ب ِ ن ْ تُِ ِ أ َب ِ ي ِ زَ ْر ع ؟ ِ ط ُ ْو عُِ ِ أ َب ِ يْ َه ا‬، ‫ب ِ نْ تُِ ِ أ َب ِ ي ِ زَ ْر ع‬


‫َو ط ُ ْو عُِ ِ أ ُ ِم َه ا ِ َو ِم ْل ءُِ ِ ِك سَ ا ئ ِ َه ا ِ َو غ َ ي ْ ظُِ ِ َج ا َر ت ِ َه ا‬
Putri Abu Zar’, siapakah gerangan dia? Taat kepada
ayahnya dan ibunya, tubuhnya segar montok, membuat
madunya marah kepadanya.

138
[Maksud perkataan di atas: Ia adalah seorang putri yang
berbakti kepada kedua orang tuanya sehingga
menjadikannya adalah buah hati kedua orangtuanya. Ia
seorang putri yang cantik dan disenangi suaminya hingga
menjadikan istri suaminya yang lain cemburu dan marah
kepadanya karena kecantikannya tersebut.]

ِ ِ‫ث‬ُّ ُ ‫ار ي َ ةُِِ أ َب ِ ي ِ زَ ْر ع ؟ ِ لَِ ِ ت َب‬ ِ ‫ ِ ف َ َم ا ِ َج‬، ‫ار ي َ ةُِِ أ َب ِ ي ِ َز ْر ع‬ ِ ‫َج‬


ُِ ِ‫ثِ ِ ِم يْ َر ت َن َا ِ ت َنْ قِ يْث ا ِ َو لَِ ِ ت َ ْم َل‬
ُ ِ ‫َح ِد يْ ث َن َا ِ ت َب ْ ث ِ ي ْث ا ِ َو لَِ ِ ت ُن َق‬
‫ش يْش ا‬ ِ ْ‫ب َ ي ْ ت َن َا ِ ت َع‬
Budak wanita Abu Zar’, siapakah gerangan dia? Ia
menyembunyikan rahasia-rahasia kami dan tidak
menyebarkannya, tidak merusak makanan yang kami
datangkan dan tidak membawa lari makanan tersebut,
serta tidak mengumpulkan kotoran di rumah kami.

[Maksud perkataan di atas: Budak wanita tersebut adalah


orang yang terpercaya bisa menjaga rahasia dan amanah.
Seluruh kejadian atau pembicaraan yang terjadi di dalam
rumah tidak tersebar keluar rumah. Ia sangat jauh dari
sifat khianat dan sifat mencuri. Dia juga pandai menjaga
diri sehingga jauh dari tuduhan tuduhan sehingga ia tidak
membawa kotoran (tuduhan-tuduhan jelek) dalam rumah
kami.]

139
َ ِ‫ضِ ِ ف َ ل َ ق‬
ِ ِ‫ي‬ ُ ‫خ‬ َّ ‫بِ ِ ت ُ َم‬ ُ ‫جِ ِ أ َب ُو ِ َز ْر عِ ِ َو ا ِل َ ْو طَ ا‬ َ ‫تِ ِ َخ َر‬ ْ َ‫قَال‬
ِ ِ‫ت‬ِ ‫ا ْم َر أ َةِ ِ َم ع َ َه ا ِ َو ل َ د َ ا ِنِِ ل َ هَ اِ كَ الْ ف َ ْه د َيْ ِنِ ِ ي َ ل ْ ع َ ب َ ا ِنِ ِ ِم ْنِ ِ ت َ ْح‬
‫ص ِر هَا ِ ب ِ ُر َّم ا ن َ ت َيْ ِنِ ِ ف َ طَ ل َّ ق َ ن ِ ي ِ َو ن َ ك َ َح َه ا‬ْ ‫ِخ‬
Keluarlah Abu Zar’ pada saat tempat-tempat
dituangkannya susu sedang digoyang-goyang agar keluar
sari susunya, maka ia pun bertemu dengan seorang wanita
bersama dua orang anaknya seperti dua ekor macan.
Mereka berdua sedang bermain di dekatnya dengan dua
buah delima. Maka iapun lalu menceraikanku dan
menikahi wanita tersebut.

[Maksud perkataan di atas: Abu Zar’ suatu saat keluar di


pagi hari pada waktu para pembantu dan para budak
sedang sibuk bekerja dan diantara mereka ada yang
sedang menggoyang-goyangkan (mengocok-ngocok) susu
agar keluar sari susu tersebut. Kemudian ia bertemu
dengan seorang wanita yang memiliki dua orang anak
yang menunjukan bahwa wanita tersebut adalah wanita
yang subur. Hal ini merupakan sebab tertariknya Abu Zar’
untuk menikahi wanita tersebut, karena orang Arab
senang dengan wanita yang subur untuk memperbanyak
keturunan. Dan sang wanita memiliki dua anak yang masih
kecil-kecil yang menunjukan bahwa wanita tersebut masih
muda belia. Akhirnya Abu Zar’pun menikahi wanita
tersebut dan mencerai Ummu Zar’]

ِ ‫بِِ ش َِر ي ًّاِ َو أ َ َخ ذَِِ َخ‬


ِ ‫ط ي ًّا‬ َ ‫ج َلِِ س َ ِر ي اِ َر ِك‬ ُ ‫ف َ ن َ ك َ ْح تُِِ ب َ عْ د َ هُِِ َر‬
ِ ِ‫يِ ِ ن َ ع َ م ا ِ ث َ ِر ي ا ِ َو أ َعْ طَ ا ن ِ ي ِ ِم ْنِ ِ ك ُ لِِ ِ َر ا ئ ِ َح ة‬ َ ‫َو أ َ َر ا‬
َّ َ ‫حِ ِ عَ ل‬

140
ِ ِ‫تِ ِ ف َ ل َ ْو‬ ِ َ ‫َز ْو ج ا ِ َو ق َ ا َلِ ِ ك ُ ل ِ ي ِ أ ُمَِّ ِ زَ ْر عِ ِ َو ِم ي ِْر ي ِ أ َهْ ل‬
ْ َ ‫كِ ِ ق َ ا ل‬
ِ ‫ص غ َ َرِِ آ ن ِ ي َ ةِِِ أ َب ِ ي‬ْ َ ِ‫ي ءِِ أ َعْ طَ ا ن ِ يْ ِهِِ َم اِ ب َ ل َ َغِِ أ‬
ْ َ‫َج َم ع ْ تُِِ ك ُ َّلِِ ش‬
ِ‫زَ ْر ع‬
Setelah itu aku pun menikahi seoerang pria yang
terkemuka yang menunggang kuda pilihan balap. Ia
mengambil tombak khotthi lalu membawa tombak
tersebut untuk berperang dan membawa ghonimah
berupa onta yang banyak sekali. Ia memberiku sepasang
hewan dari hewan-hewan yang disembelih dan berkata,
“Makanlah wahai Ummu Zar’ dan berkunjunglah ke
keluargamu dengan membawa makanan”. Kalau
seandainya aku mengumpulkan semua yang diberikan
olehnya maka tidak akan mencapai belanga terkecil Abu
Zar’.

[Maksud perkataan di atas: Ummu Zar’ setelah itu


menikahi seorang pria yang gagah perkasa yang sangat
baik kepadanya hingga memberikannya makanan yang
banyak, demikian juga pemberian-pemberian yang lain,
bahkan ia memerintahkannya untuk membawa
pemberian-pemberian tersebut kepada keluarga Ummu
Zar’. Namun meskipun demikian Ummu Zar’ kurang
merasa bahagia dan selalu ingat kepada Abu Zar’.

Yang membedakan antara Abu Zar’ dan suaminya yang


kedua adalah Abu Zar’ selalu berusaha mengambil hati
istrinya, ia tidak hanya memenuhi kebutuhan istrinya akan
tetapi kelembutannya dan kasih sayangnyalah yang telah

141
memikat hati istrtinya. Ditambah lagi Abu Zar’ adalah
suami pertama dari sang wanita.]

ِ ‫تِ ِ عَ ا ئ ِ شَ ةُِِ ق َ ا َلِ ِ َر س ُ ْو ُلِ ِ للاِِ ِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم‬


ْ َ‫قَال‬
ِ‫كِ ِ كَ أ ِبي ِ زَ ْر عِ ِ ِِل ُ ِمِ ِ زَ ْر ع‬
ِ َ ‫ك ُ نْ تُِ ِ ل‬
‘Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata, “Aku bagimu seperti Abu Zar’ bagi Ummu Zar’.

Dalam riwayat lain Aisyah berkata

ِ‫يِ ِ ِم ْنِ ِ أ َب ِ ي ِ َز ْر ع‬ َ ْ‫ي َ ا ِ َر س ُ ْوِ َلِ ِ للاِِ ِ ب َ ْلِ ِ أ َن‬


َّ َ ‫تِ ِ َخ ي ْرِ ِ إ ِ ل‬
“Wahai Rasulullah, bahkan engkau lebih baik kepadaku
dari pada Abu Zar’”75

Kisah yang panjang di atas menunjukkan tipe-tipe suami,


ada yang berakhlak mulia yang patut kita tiru dan ada yang
perangangainya buruk yang harus kita jauhi.

Kisah ini juga menunjukan bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam adalah orang yang selalu sayang dan
perhatian kepada Aisyah. Berbeda dengan sebagian suami
yang kasih sayangnya kepada istrinya hanya pada waktu-
waktu tertentu saja, dan pada waktu-waktu yang lain tidak
demikian. Kisah ini juga mengandung pelajaran bahwa
sebaiknya suami berusaha untuk memperhatikan dan
menyimak curhatan istrinya, meskipun agak lama seperti
dalam kisah ini.

75
HR. An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubro 5: 358, no. 9139

142
Hargai Pendapatnya

Laki-laki mempunyai jiwa pemimpin, maka seorang suami


berhak mengatur rumah tangganya. Tapi suami yang bijak,
dia tidak akan meninggikan egonya. Normalnya, sebagai
manusia seorang suami juga tak luput dari kesalahan. Dan
dia butuh masukan yang baik dari seorang istri.

Ingatlah, ilmu itu luas. Dan luasnya seluas langit, dan bumi.
Maka, untuk urusan rumah tangga tidak selalu suami yang
lebih paham. Ada bagian yang lain yang sang istri lebih tau.
Sebagai seorang pendamping bagi suami, tentu istri
memiliki hak untuk andil dalam bagian mengatur rumah
tangga. Meskipun hanya dalam bagian memberi masukan
atau nasehat kepada suami.

Ingatlah, wanita terdapat kelembutan padanya. Dan dia


yang selalu memperhatikan suami apapun keadaannya.
Sebagai orang yang mendampingi di keseharian suami,
tentu istri tau segala kondisi dan keluh kesah suami.
Disinilah suami membutuhkan pendapat istri. Dia tidak
mungkin berjalan sendiri tanpa peduli apa yang ada di
benak istrinya.

Seorang istri, tidak hanya berhak memberi masukan


kepada suaminya. Tapi dia juga butuh di dengar keluh
kesahnya. Dia butuh pengertian dari suami. Jadi, suami
lebih patut untuk bersikap bijaksana.

143
Maka tak elok jika suami mendapat saran dari istri lalu
membalasnya dengan ucapan "aku ini suamimu dan aku
lebih tau apa yang harus ku lakukan." Padahal, jika suami
mau menimbang, bisa jadi itu masukan yang baik. Andai
masukan itu keliru, harusnya suami tetap memilih kata
yang baik untuk membantahnya. Jangan membalas
dengan ucapan yang menyakiti hatinya.

Yang sering terlupakan dari seorang suami, dia asyik


dengan kehidupannya. Sering kurang peduli dengan
keadaan istrinya. Apakah dia sedang butuh curhat atau
memiliki ide yang ingin di sampaikan. Sampai harinya
habis, dan esok terulang kembali seperti itu lagi. Dengan
begitu, banyak hal penting yang terlewatkan oleh suami.
Padahal, mengajak istri berbicara dapat mendatangkan
ilmu pengetahuan. Karena bisa jadi ada banyak ilmu yang
di miliki istri tapi tidak d miliki suami, atau bisa jadi
sebaliknya.

Mengajak ngobrol sang istri juga menumbuhkan kasih


sayang, karena akan saling mengetahui keluh kesahnya.
Mengajak ngobrol istri juga dapat menumbuhkan
semangat yang baru untuk bekerja. Dan memotivasi untuk
memberi tanggung jawab yang lebih. Mengajak ngobrol
sang istri juga menjadi semakin tau kepribadiannya.

Maka suami yang bijak adalah yang peduli, dan selalu


memberi perhatian untuk istrinya. Jangan biarkan ia
menangis sendirian, bersedih hatinya sementara kau asyik
dengan duniamu. Andai pendapatmu dengan apa yang
kamu lakukan itu benar wahai para suami, belum tentu itu

144
baik di mata istri. Bisa jadi apa yang kau lakukan adalah
sia-sia yang mungkin akan melukai hati istrimu.

Andai pendapatmu cukuplah ilmu yang kau miliki untuk


mengatur urusan rumah tanggamu, tentu itu pandangan
yang keliru. Ilmu itu luasnya seluas langit dan bumi, dan
selalu berubah kebutuhannya seiring bergulirnya waktu.
Tidak ada buruknya kau mengambil ilmu dari istrimu
walau itu untuk keperluan rumah tangga. Dan dia akan
merasa lebih di hargai olehmu.

Apa imbal balik perlakuan suami terhadap istri? Jika suami


itu bijak kepada istrinya, maka istri akan semakin hormat
pada suami. Jika dia berlaku buruk, lambat laun cinta di
hati kepada suami akan memudar.

Ingatlah nasehat yang diberikan oleh Ummul Mukminin


Ummu Salamah radhiyallahu anhu kepada Nabi Shalallahu
Alaihi wassalam. Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah menandatangani perjanjian Hudaibiyah,
beliau berkata kepada para sahabatnya,

‫ ِ ث ُمَِّ ِ ا ْح ل ِ ق ُوا‬،‫ق ُ و ُم وا ِ ف َ ا ن ْ َح ُر وا‬


“Berdirilah dan semebelihlah hewan kurban kalian.
Setelah itu gundulilah kepala kalian.”

Tak ada seorang pun dari mereka yang melaksanakan


perintah nabi. Hingga beliau merasa perlu mengulangi
perintahnya sampai tiga kali. Walaupun demikian, masih
belum ada yang melakukannya. Karena mereka berat

145
dengan putusan Perjanjian Hudaibiyah, dan mereka masih
berharap Rasulullah berubah pikiran atau turun wahyu
kepada beliau. Melihat keadaan itu, Nabi pun masuk ke
tenda menemui istrinya, Ummu Salamah. Beliau ceritakan
keadaan para sahabatnya kepada istrinya. Ummu Salamah
merespon curahan hati beliau dengan mengatakan,

ِ ‫يا ِ نبي ِ للا ِ أتح بُِّ ِ ذلك؟ ِ اخرج ِ ثم ِ ل ِ تك لِ م ِ أحد ا ِ منهم‬


‫كلمة ِ حتى ِ تنحر ِ ب ُ د ْ ن َك ِ وتدعو ِ حالقك ِ فيحلقك‬
“Wahai Nabi Allah kalau Anda mau, keluarlah tanpa
berbicara dengan seorang pun dari mereka. Kemudian
sembelihlah hewan Anda. Panggil tukang cukur Anda, dan
cukurlah rambut Anda.”

Nabi pun keluar tanpa berbicara sepatah kata pun kepada


mereka hingga beliau melakukan apa yang dianjurkan
Ummu Salamah. Beliau semebelih hewannya. Memanggil
tukang cukurnya dan mencukur rambutnya. Saat melihat
beliau melakukan itu, para sahabat pun berdiri dan
menyembelih hewan mereka. Sebagian mereka mencukur
sebagian yang lain. Mereka sibuk melakukan yang
demikian76

Para sahabat sadar bahwa keputusan beliau tak lagi


berubah. Dan tidak turun wahyu tentang hal ini. Ibnu
Hajar rahimahullah mengatakan, “Anjurannya kepada

76
Ibnu Katsir: as-Sirah an-Nabawiyah, 3/334

146
nabi pada hari Hudaibiyah ini menunjukkan kecerdasan
akalnya dan benarnya pandangannya.”77

Jangan Suka Membandingkan

Istrimu adalah rizkimu..

Istrimu adalah pilihanmu...

Istrimu adalah takdirmu..

Maka jangan memandang kepada selain milikmu.

Dan jangan membanding-bandingkannya dengan wanita


yang bukan milikmu.

Begitu pula sebaliknya untuk para istri, tidak layak


baginya untuk membandingkan suaminya dengan lelaki
lain.

Sebagian suami tatkala membandingkan istrinya dengan


wanita yang dalam pandangannya lebih sempurna
daripada istrinya, ia berdalih bahwa hal itu dilakukannya
demi memotivasi istrinya. Namun terkadang tujuan
dibalik itu adalah untuk melampiaskan emosi dan
memojokkan istrinya.

77
Ibnu Jakar al-Asqalani: al-Ishobah fi Tamyiz ash-Shahabah 8/224

147
Cobalah berdiam sejenak untuk merenungkan akibat dan
dampak buruk yang ditimbulkan dari perbuatannya ini,
apakah tujuan untuk memotivasi istrinya akan tercapai?
Atau malah membuat luka hati istrinya, merusak
perasaannya, mengotori kesuciannya, menghancurkan
harapannya.

Wanita manakah yang sudi dibanding-bandingkan?

Kau bukan wanita, tapi pada dasarnya dirimu juga tidak


suka bila dibanding-bandingkan dengan lelaki lainnya,
walaupun luka akibat perbandingan itu tidak separah luka
di hati seorang wanita yang diciptakan lebih perasa
daripada lelaki. Kebanyakan manusia tatkala melakukan
perbandingan, dia tidak objektif, dia hanya melihat
kepada satu atau dua sisi dari orang yang dijadikan
tandingan, dan ini adalah perbandingan yang tidak adil.

Bisa jadi istri kita memiliki banyak kelebihan dari sisi yang
berbeda, dan kebanyakan orang hanya melihat kulitnya
saja, sedangkan suami mengenal istrinya, kulit dan isinya.
Sebagaimana istilah yang terkenal rumput tetangga selalu
lebih hijau dari rumput sendiri.

Yang kau perlukan bila melihat sesuatu yang kau sukai


dari dirinya, berikanlah nasihat dan bimbingan untuknya,
dan sebelum itu katakan padanya bahwa kau pun ingin
menjadi lebih baik untuknya, sebutkanlah kelebihan-
kelebihannya, sanjunglah ia dengan kata-kata yang
menyejukkan jiwa, lalu hantarkan keinginanmu darinya
tanpa membandingkannya dengan wanita lain, maka

148
dengan itu kau telah memotivasinya untuk lebih baik
tanpa menyayat hatinya.

Berikan Kepadanya Kewenangan Mengatur Rumah

Ukhti… Perlu dipahami bahwa tempat terbaik bagi wanita


adalah di rumah. Wanita karir tentu tidak punya prinsip
demikian. Mereka menganggap bahwa tempat mereka
adalah di kantoran, berangkat pagi, pulang sore atau
bahkan malam. Tak tahu masihkah ada waktu untuk
melayani suami, atau memperhatikan anak-anak. Padahal
wanita yang betah di rumah dipuji oleh Allah sebagaimana
disebutkan dalam ayat,

ِ ِ‫جِ ِ ال ْ َج ا ِه لِ ي َّ ِة‬
َ ‫َو ق َ ْر نَِ ِ ف ِ ي ِ ب ُي ُو ت ِ ك ُ َّنِ ِ َو َلِ ِ ت َب َ َّر ْج نَِ ِ ت َب َ ُّر‬
‫اِل ُو ل َ ى‬ْ
“Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan
janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala
jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).

Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas bahwa janganlah


wanita keluar rumah kecuali ada hajat seperti ingin
menunaikan shalat di masjid selama memenuhi syarat-
syaratnya.78

78
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 182

149
Alasan wanita lebih baik di rumah, menjadi IRT (Ibu Rumah
Tangga) karena wanita itu aurat. Disebutkan dalam hadits
dari ‘Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ ‫ ِ َو إ ِ ن َّ َه ا ِ إ ِ ذ َ ا ِ َخ َر َج‬، ‫إ ِ َّنِ ِ ال ْ َم ْر أ َةِ َِ ع َ ْو َر ة‬


ِ ‫تِ ِ ِم ْنِ ِ ب َ ي ْ ت ِ َه ا‬
ِ ‫ِ َم ا ِ َر آ ن ِ ي ِ أ َ َح دِ ِ إ ِ ل‬: ِ‫ا سْ ت َشْ َر ف َ َه ا ِ ال ش َّ يْ طَ ا ُنِ ِ ف َ ت َق ُ و ُل‬
ُ ‫ ِ َو أ َقْ َر‬،ُ ‫أ َعْ َج ب ْ ت ُه‬
ْ ‫بِ ِ َم ا ِ ت َك ُ و ُنِ ِ إ ِ ل َ ى ِ اّللَِِّ ِ إ ِ ذ َ ا ِ كَ ا ن‬
ِ ‫َتِ ِ ف ِ ي‬
‫ق َ ع ْ ِرِ ِ ب َ ي ْ ت ِ َه ا‬
“Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar
rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan
yang paling dekat dengan Allah adalah ketika dia berada
di dalam rumahnya”.79

Wanita yang betah di rumah inilah yang lebih menjaga diri.


Wanita karir begitu bebas bergaul dengan lawan jenis di
kantor, tanpa kenal batas. Padahal Allah Ta’ala memuji
wanita yang menjaga dirinya,

َُِّ‫ف َ ال صَّ ا لِ َح ا تُِ ِ ق َ ا ن ِ ت َاتِ ِ َح ا ف ِ ظَ اتِ ِ لِ ل ْ غ َ ي ْ بِِ ِ ب ِ َم ا ِ َح فِ ظَِ ِ اّلل‬


“Sebab itu maka wanita yang shalih, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
ada” (QS. An Nisa’: 34).

Ath Thobari berkata dalam kitab tafsirnya (6: 692),


“Wanita tersebut menjaga dirinya ketika tidak ada
suaminya, juga ia menjaga kemaluan dan harta suami. Di

79
HR. Ibnu Khuzaimah no. 1685 dan Tirmidzi no. 1173. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih

150
samping itu, ia wajib menjaga hak Allah dan hak selain
itu.”

Ukhti … Wanita yang terbaik adalah yang taat pada suami,


menunaikan kewajiban sebagai istri dan menyenangkan
suami. Adapun wanita karir tidak bisa sepenuhnya
memenuhi tugasnya sebagai istri dan ibu bagi anak-anak.
Padahal telah dipuji wanita yang punya sifat baik seperti
yang kami sebutkan. Dalam hadits dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

ِ ِ‫يِ ِ الن ِ سَ ا ِء‬ ُّ َ ‫ص ل َّ ى ِ اّللَُِّ ِ عَ ل َ يْ هِِ ِ َو سَ ل َّ َمِ ِ أ‬َ ِ َِِّ‫ق ِ ي َلِ ِ ل ِ َر س ُ و ِلِ ِ اّلل‬
َ
ِ ِ‫ط ي ع ُ هُِِ إ ِ ذ َ ا ِ أ َم َر‬ ِ ُ ‫َخ ي ْرِ ِ ق َ ا َلِ ِ ال َّ ت ِ ي ِ ت َس ُ ُّر هُِ ِ إ ِ ذ َ ا ِ ن َ ظَ َرِ ِ َو ت‬
ُِ‫س َه ا ِ َو َم ا ل ِ َه ا ِ ب ِ َم ا ِ ي َ كْ َر ه‬ ِ ْ‫َو َلِ ِ ت ُ َخ ا لِ ف ُ هُِِ ف ِ ي ِ ن َ ف‬
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab
beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat
suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak
menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga
membuat suami benci”80

Ukhti… Wanita yang terbaik adalah yang


bertanggungjawab untuk mengurus rumah dan anak-
anaknya. Sedangkan wanita karir terlalu sibuk pada
pekerjaan dan karir, sehingga pendidikan terhadap anak

80
HR. An Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih

151
dilalaikan. Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

ِ ، ِ ِ‫ ِ ف َ ا ِْل َم ا مُِ ِ َر اع‬، ِ ِِ‫ك ُ ل ُّ ك ُ ْمِ ِ َر اعِ ِ َو َم سْ ئ ُولِ ِ عَ ْنِ ِ َر ِع ي َّ ت ِ ه‬


ِ ِ‫ج ُلِ ِ ف ِ ى ِ أ َهْ لِ ِه‬
ُ ‫ ِ َو ال َّر‬، ِ ِ‫َو هْ َوِ ِ َم سْ ئ ُولِ ِ ع َ ْنِ ِ َر ِع ي َّ ت ِ ِه‬
ِ ‫ ِ َو ال ْ َم ْر أ َةِ ُِ ف ِ ى‬، ِ ِ‫ ِ َو هْ َوِ ِ َم سْ ئ ُولِ ِ عَ ْنِ ِ َر ِع ي َّ ت ِ ِه‬، ِ ِ‫َر اع‬
‫ىِ ِ َم سْ ئ ُو ل َ ةِ ِ عَ ْنِ ِ َر ِع ي َّ ت ِ َه ا‬ َ ْ‫تِ ِ َز ْو ِج َه ا ِ َر ا ِع ي َ ةِ ِ َو ه‬ِ ْ‫ب َ ي‬
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya.
Kepala negara adalah pemimpin dan ia akan dimintai
pertanggungjawaban mengenai kepemimpinan pada
rakyatnya. Kepala keluarga adalah pemimpin bagi
keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban
mengenai kepemimpinannya tersebut. Seorang wanita
menjadi pemimpin di rumah suaminya, ia akan dimintai
pertanggungjawaban mengenai hal itu.”81

Ukhti… Wanita yang terbaik adalah yang pandai menerima


pemberian suami, begitu pula ridha dengan yang sedikit.
Namun ini sulit ditemukan pada wanita karir. Bila gajinya
lebih tinggi dari suami, ia akan sulit menghargai
pemberian suami yang relatif kecil. Padahal sulit
berterima kasih seperti itu yang membuat banyak wanita
disiksa di neraka. Na’udzu billah. Dalam hadits muttafaqun
‘alaih disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

81
HR. Bukhari no. 2409

152
ِ ُِ‫ارِ ِ ف َ ل َ ْمِ ِ أ َ َرِ ِ كَ ال ْ ي َ ْو ِمِ ِ َم ن ْ ظ َ ر ا ِ ق َ طُِّ ِ َو َر أ َيْ ت‬
َ َّ ‫َو َر أ َيْ تُِ ِ ال ن‬
ِ: ِ‫ِ ل ِ َمِ ِ ي َ ا ِ َر س ُ ْو َلِ ِ للا ِ؟ ِ ق َ ا َل‬: ‫ِ ق َ ا ل ُوا‬. ِ‫أ َكْ ث َ َرِ ِ أ َهْ ل ِ َه ا ِ الن ِ سَ ا َء‬
ِ َ ‫ِ ي َ كْ ف ُ ْر نَِ ِ الْ ع‬: ِ‫ِ ي َ كْ ف ُ ْر نَِ ِ ب ِ ا لل ِ؟ ِ ق َ ا َل‬: ِ‫ِ ق ِ ي ْ َل‬. ِ‫ب ِ ك ُ فْ ِر ِه َّن‬
ِ ِ‫ش ي َْر‬
ِ ِ‫لىِ ِ إ ِ ْح د َ ا ه ُ َّن‬ َ ِْ‫ ِ ل َ ْوِ ِ أ َ ْح س َ ن‬، ‫َو ي َ كْ ف ُ ْر نَِ ِ ا ْ ِْل ْح سَ ا َن‬
َ ِ ‫تِ ِ إ‬
ِ ِ‫ك‬َ ْ‫ِ َم ا ِ َر أ َي ْ تُِ ِ ِم ن‬: ِ‫ت‬ ْ َ ‫كِ ِ شَ يْئ ا ِ ق َ ا ل‬ َ ْ ‫تِ ِ ِم ن‬ ْ َ ‫ ِ ث ُمَِّ ِ َر أ‬، ‫ال د َّهْ َر‬
ُِّ‫َخ ي ْر ا ِ ق َ ط‬
“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali
melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat
ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.”
Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi
mayoritas penghuni neraka, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang
bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur
kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan)
mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan
(suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah
seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu
saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan
di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali
belum pernah melihat kebaikan darimu’.”82

Yang penulis pernah baca, ada seorang wanita karir yang


sampai memutuskan berhenti bekerja dengan
memberikan alasan:

82
HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907

153
- Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak
ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji
saya dengan gaji suami saya.
- Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk
menghargai nafkah yang diberikan suami saya.

- Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk


memenuhi hak-hak suami saya dan lebih serius
mengurus anak-anak.

Jangan bersedih jika Anda memutuskan untuk menjadi


Ibu Rumah Tangga (IRT). Karena Andalah wanita pilihan,
mulia dan terbaik…

Istri Memerlukan Hiburan

Tugas istri di rumah itu sudah begitu berat, apalagi


menjadi seorang ibu rumah tangga dan mengurus anak-
anak. Juga tambah lagi suami biasanya rewel. Di akhir
pekan seperti ini, tentu saja istri butuh akan hiburan. Kalau
mau tahu bahwa memberikan hiburan itu penting,
contohlah dan ambil suri tauladan dari Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dari hadits muttafaqun ‘alaih, ‘Aisyah
berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pada suatu hari berada di pintu kamarku. Saat
itu anak-anak Habasyah (dari Ethiopia) sedang bermain
(perang-perangan) di masjid dan Rasul shallallahu ‘alaihi

154
wa sallam menutup-nutupi dengan kain rida’nya ketika
aku melihat bagaimana mereka bermain.”83

Lihat saja bagaimana sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam yang sangat baik pada istrinya. Itu bukan maksud
melarang Aisyah untuk menonton hiburan, namun itu
adalah bentuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermain
dengan Aisyah, menghibur istrinya. Beliau masih
memberikan kesempatan pada Aisyah untuk melihat
permainan anak Habasyah yang sedang bermain perang di
masjid.

Rekreasi Bersama Keluarga

Saat libur atau akhir pekan merupakan saat yang baik


untuk bepergian atau rekreasi bersama keluarga. Terlebih
dengan kesibukan sehari-hari yang membuat waktu
bersama keluarga menjadi berkurang, sehingga berlibur
bersama seluruh anggota keluarga merupakan kegiatan
yang dapat semakin mempererat hubungan antar anggota
keluarga.

Setiap orang menyukai aktivitas yang menyenangkan


seperti rekreasi apalagi jika dilakukan bersama seluruh
anggota keluarga. Rekreasi bersama keluarga umumnya
relatif jarang dilakukan karena setiap anggota keluarga

83
HR. Bukhari, no. 454; Muslim, no. 892, 17

155
memiliki jadwal dan kesibukan masing-masing. Oleh
karena itu rekreasi bersama keluarga bisa menjadi salah
satu momen yang paling penting dan berkesan bagi
sebuah keluarga. Apa manfaat rekreasi bersama keluarga?
Berikut beberapa manfaat mengadakan rekreasi keluarga.

1. Membahagiakan Keluarga

Setiap orangtua ingin memberikan kebahagiaan yang


dapat dirasakan oleh semua anggota keluarga. Salah satu
cara membahagiakan seluruh anggota keluarga adalah
dengan rekreasi.

2. Mendapatkan Relaksasi

Setiap anggota keluarga pasti memiliki kegiatan rutin


harian yang dapat menyebabkan ketegangan mental.
Rekreasi bisa menjadi sarana yang tepat untuk relaksasi
mengendurkan otot dan syaraf.

3. Mengurangi Stress

Rekreasi bermanfaat mengurangi stress karena bayak


pikiran. Saat rekreasi orang akan melupakan segala
kesibukan dan beban pikiran karena aktivitas harian yang
melelahkan dan membosankan.

4. Meningkatkan Rasa Kebersamaan

Rekreasi bersama keluarga dapat meningkatkan rasa


kebersamaan antar individu dalam keluarga. Saat rekreasi
bersama setiap anggota keluarga akan bekerjasama,

156
saling menghargai, saling membantu serta memiliki
komunikasi yang lebih intensif.

5. Membuat Kenangan Tak Terlupakan

Kadang kita tidak menyadari bahwa waktu berjalan


dengan sangat cepat. Rekreasi bisa jadi merupakan salah
satu kesempatan terbaik untuk mengabadikan saat-saat
bersama dengan keluarga melalui rekaman foto dan
video. Nanti, di saat anak-anak telah dewasa memiliki
keluarga yang terpisah dari keluarga orangtua, kenangan
ini akan tetap tak terlupakan.

6. Meningkatkan Kualitas Hidup

Kualitas hidup dan kesejahteraan tidak selalu diukur


dengan kemakmuran ekonomi. Rekreasi keluarga dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan image positif bagi
setiap anggota keluarga. Anak anda akan bangga jika ia
pernah mengunjungi tempat rekreasi seperti teman-
temannya. Anda mungkin pernah merasa iri pada keluarga
lain yang yang memiliki tingkat kemakmuran lebih rendah
dari keluarga anda tetapi mereka lebih sering rekreasi
bersama.

7. Memperluas Wawasan

Rereasi bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk


memperluas wawasan pengetahuan mengenai alam,
budaya, sejarah, sains, dan lain sebagainya.

157
Membantu Pekerjaan Rumah

Suami terbaik adalah yang paling baik pada keluarganya,


contohnya selalu membantu urusan istri di rumah.
Membantu pekerjaan istri di rumah termasuk bentuk
berbuat baik dari suami pada istri dan menunjukkan
keluhuran akhlak suami. Coba lihat bagaimanakah contoh
dari suri tauladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika beliau berada di rumah.

ِ – ِ ِ‫ى‬ ُّ ِ ‫عَ ِنِ ِ ا ِلِ َس َْو ِدِ ِ ق َ ا َلِ ِ سَ أ َل ْ تُِ ِ عَ ا ئ ِ شَ ةَِ ِ َم ا ِ كَ ا نَِ ِ ال ن َّ ب‬
ِ َِ‫تِ ِ كَ ا ن‬ ْ َ ‫ص ن َ ُعِ ِ ف ِ ى ِ أ َهْ لِ هِِ ِ ق َ ا ل‬
ْ َ ‫صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ – ِ ي‬
ِ ‫تِ ِ ال صَّ َل َ ةِ ُِ ق َ امَِ ِ إ ِ ل َ ى‬ِ ‫ض َر‬ َ ‫ ِ ف َ إ ِذ َ ا ِ َح‬، ِ ِ‫ف ِ ى ِ ِم ْه ن َ ِةِ ِ أ َهْ لِ ِه‬
ِِ‫ال صَّ َل َ ة‬
Dari Al-Aswad, ia bertanya pada ‘Aisyah, “Apa yang Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan ketika berada di
tengah keluarganya?” ‘Aisyah menjawab, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membantu pekerjaan
keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu shalat, beliau
berdiri dan segera menuju shalat.”84

Dalam Syarh Al-Bukhari karya Ibnu Batthol rahimahullah


disebutkan bahwa Al-Muhallab menyatakan, inilah
pekerjaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya.
Hal ini wujud tanda ketawadhu’an (kerendahan hati)
beliau, juga supaya umatnya bisa mencontohnya.

84
HR. Bukhari, no. 6039

158
Karenanya termasuk sunnah Nabi, hendaklah seseorang
bisa mengurus pekerjaan rumahnya, baik menyangkut
perkara dunia dan agamanya.

As-Sindi rahimahullah dalam catatan kaki untuk Shahih Al-


Bukhari menyatakan bahwa membantu urusan rumah
termasuk kebiasaan (sunnah) orang-orang shalih.
Ketawadhu’an inilah yang nanti akan membuat Allah
meninggikan derajat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َُِّ‫ض َعِ ِ أ َ َح دِ ِ ِ َّّللِِ ِ إ ِ لَِّ ِ َر ف َ ع َ هُِِ اّلل‬


َ ‫َو َم ا ِ ت َ َو ا‬
“Tidaklah seseorang tawadhu’ (merendahkan hati) karena
Allah melainkan Dia akan meninggikan derajatnya.”85

Yang paling penting lagi, membantu istri di rumah akan


membuat seorang suami makin dicintai. Tak percaya?
Silakan buktikan dengan membantunya saat masak, saat
berbelanja, menyetrika termasuk juga dalam mengurus
anak-anak.

Ingatlah suami terbaik adalah suami yang paling baik pada


istri, anak dan keluarganya. Dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َخ ي ْ ُر ك ُ ْمِ ِ َخ يْ ُر ك ُ ْمِ ِ ِل َهْ لِ هِِ ِ َو أ َن َا ِ َخ يْ ُر ك ُ ْمِ ِ ِل َهْ ل ِ ى‬

85
HR. Muslim, no. 2588

159
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pada
keluarganya. Aku sendiri adalah orang yang paling baik
pada keluargaku.”86

Bersolek dan Masuk Rumah dengan Senyuman

Memperhatikan penampilan tubuh dan penampilan


pakaian memiliki dampak positif yang cukup besar dalam
menjaga kelestarian kehidupan rumah tangga. Sang istri
berusaha berpenampilan menarik dengan pakaian yang
menawan dan wewangian yang menggoda, demikian juga
sang suami berusaha berpenampilan menawan di
hadapan sang istri. Maka sungguh indah kehidupan ini.
Bayangkan lagi jika setiap hari demikian pemandangan
kehidupan rumah tangga. Apalagi jika kedua sejoli
berusaha dalam kondisi seperti ini tatkala setiap kali
bersua, sungguh romantis...

Namun kenyataan yang terjadi di zaman ini, para wanita


banyak yang berpenampilan untuk orang lain, bahkan
terkadang sebagian suami yang bejat merasa bangga jika
istrinya berpenampilan ayu dihadapan orang lain agar ia
mengiklankan bahwa ia mempunyai istri yang ayu.
Demikian juga sebaliknya dengan sang suami yang hanya
berpenampilan dan berwewangian jika bersua dengan

86
HR. Tirmidzi, no. 3895. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
hadits ini shahih

160
sahabat-sahabatnya, rekan bisnisnya, adapun jika
bertemu dengan istrinya maka ia tidak peduli dengan
pakaiannya yang kusut, aroma tubuhnya yang bau,
dan….dan… Maka bagaimankah kehidupan rumah tangga
langgeng dengan penuh keromantisan jika kondisinya
seperti ini?

Sebagian para suami yang lalai, mereka menyangka bahwa


istri-istri mereka saja yang wajib untuk menghias diri dan
beraroma sedap dihadapan mereka untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Adapun mereka, maka tidak perlu
untuk menghias diri dan merapikan tubuh, Apakah
mereka lupa bahwa istri-istri mereka juga butuh dengan
ketampanan mereka? Butuh untuk memandang
pemandangan yang indah? Butuh untuk menghirup aroma
yang segar dan wangi?

Ibnu Katsir berkata tatkala menafsirkan firman Allah

ِ ‫َو عَ ا ِش ُر و ه ُ َّنِ ِ ب ِ ال ْ َم عْ ُر و‬
ِ ِ‫ف‬

“Dan bergaullah dengan mereka dengan baik.” (QS. An-


Nisa :19)

“….Indahkanlah penampilan kalian semampu kalian.


Sebagaimana engkau menyenangi ia (istrimu) berhias diri
maka hendaknya engkau juga berbuat demikian
dihadapannya. Allah berfirman

161
ِ ‫َو ل َ هُ َّنِ ِ ِم ث ْ ُلِ ِ ال َّ ِذ ي ِ عَ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ ب ِ ال ْ َم عْ ُر و‬
ِ ِ‫ف‬
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang sepatutnya.” (QS. Al-
Baqarah :228).87

Ibnu Abbas berkata,

ِ َِ‫إ ِ ن ِ ي ِ أ ُ ِح بُِّ ِ أ َ ْنِ ِ أ َت َ َز ي َّ نَِ ِ لِ لْ َم ْر أ َةِِ ِ كَ َم ا ِ أ ُ ِح بُِّ ِ أ َ ْنِ ِ ت َت َ َز ي َّ ن‬


ِ ِ‫لِ ي ِ ِِل َ َّنِ ِ للاَِ ِ ت َع َ ا ل َ ى ِ ي َ ق ُ ْو ُلِ ِ َو ل َ هُ َّنِ ِ ِم ث ْ ُلِ ِ ال َّ ِذ ي ِ ع َ ل َ ي ْ ِه َّن‬
ِ ‫ب ِ ال ْ َم ع ْ ُر ْو‬
ِ‫ف‬
“Sesungghnya aku senang berhias untuk istriku
sebagaimana aku suka ia berhias untukku karena Allah
berfirman “Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
sepatutnya”88

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu memperhatikan


penampilannya jika bertemu dengan istri-istrinya.

ِ ‫يِ ِ صلى‬ َّ ِ ‫ِ أ َ َّنِ ِ ال ن َّ ب‬: ِ ‫عن ِ عائشة ِ رضي ِ للا ِ عنها ِ قالت‬
ِ ‫للا ِ عليه ِ وسلم ِ كَ ا نَِ ِ إ ِ ذ َ ا ِ د َ َخ َلِ ِ ب َ ي ْ ت َهُِ ِ ب َ د َ أِ َِ ب ِ السِ َو ا‬
ِ‫ك‬

87
Tafsir Ibnu Katsir I/467
88
Atsar riwayat At-Thobari di tafsirnya II/453, Al-Baihaqi dalam As-
Sunan Al-Kubro VII/295 no 14505, dan Ibnu Abi Syaibah di
Mushonnafnya IV/196 no 19263

162
Dari Aisyah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika
masuk ke rumahnya maka yang pertama kali beliau
lakukan adalah bersiwak”89

ِ ِ‫ي‬ ُّ ِ ‫ِ …ِ كَ ا نَِ ِ ال ن َّ ب‬: ِ ‫عن ِ عائ شة ِ رضي ِ للا ِ عنها ِ قالت‬


ِ ُِ‫صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ ي َ شْ ت َدُِِّ عَ ل َ يْ هِِ ِ أ َ ْنِ ِ ت ُ ْو َج دَِ ِ ِم نْ ه‬
ِ ِ‫ك‬ َ ْ‫تِ ِ عَ ا ئ ِ ش َ ةُِِ لِ سَ ْو د َ ةِ َِ إ ِ ذ َ ا ِ د َ َخ َلِ ِ عَ ل َ ي‬ ْ َ ‫حِ ِ …ِِ ف َ ق َ ا ل‬ ُ ْ‫الر ي‬ ِ
ِ ِ‫ت‬ ْ َ َ
َ ‫كِ ِ ف َ ق ْو لِ ي ِ ل ـ هُِ ِ ي َ ا ِ َر س ُ ْو َلِ ِ للاِِ ِ أ كَ ل‬ ُ ْ َّ
َ ‫ف َ إ ِن هُِِ س َ ي َ د ْ ن ُ ْوِ ِ ِم ن‬
ِ ِِ‫ ِ ف َ ق ُ ْو لِ ي ِ ل َ ـ هُِ ِ َم ا ِ هَ ِذ ه‬، ِ َِ‫َم غ َا ف ِ ي َْرِ ِ ؟ ِ فَِ إ ِن َّ هُِِ سَ ي َ ق ُ ْو ُلِ ِ ل‬
ْ َ ‫ص ةَِ ِ ق َ ا ل‬
ِ ‫تِ ِ ل َ هُِ ِ ي َ ا‬ َ ْ‫حِ ِ ؟ ِ …ِ ف َ ل َ َّم ا ِ د َ َخ َلِ ِ عَ ل َ ى ِ َح ف‬ ُ ْ‫الر ي‬ ِ
َ َ َ
ِ ِ‫كِ ِ ِم ن هُِ ِ ؟ ِ ق ا َلِ ِ لِ ِ َح ا َج ةِ ِ لِ ي ِ ب ِ ِه‬ ْ َ َ َ ِ
َ ْ ‫َر س ُ ْو َلِ ِ للاِ ِ أ لِ ِ أ سْ ق ِ ي‬
ْ َ ‫تِ ِ ت َق ُ ْو ُلِ ِ س َ ْو د َ ةِ ُِ س ُ ب ْ َح ا نَِ ِ للاِِ ِ ل َ ق َ دِْ ِ َح َر ْم ن َا هُِِ ق َ ا ل‬
ِ ِ‫ت‬ ْ َ‫ِقَال‬،
‫ق ُلِْ تُِ ِ ل َ َه ا ِ ا ُسْ ك ُ ت ِ ي‬
Dari Aisyah berkata, (yaitu dalam kisah pengharaman
madu) “…Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat merasa
berat jika ditemukan darinya bau (yang tidak enak)…”,
maka Aisyah berkata kepada Saudah, “Jika Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuimu maka ia akan
mendekatimu (mencumbuimu) maka katakanlah
kepadanya, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
apakah engkau makan magofir (yaitu tumbuhan yang
memiliki bau yang tidak enak)?, maka ia akan berkata,
“Tidak”, lalu katakanlah, “Kalau begitu ini bau
apaan?”….tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menemui Hafshoh maka Hafshohpun berkata

89
HR Muslim I/220 no 253

163
keapadanya, “Aku tuangkan madu buatmu?”, Rasulullah
berkata, “Aku tidak pingin madu tersebut”. Saudah
berkata, “Mahasuci Allah, kita telah menjadikannya
mengharamkan madu”. Aisyah berkata kepada Saudah,
“Diamlah!!!”90

Bahkan tidaklah mengapa jika seorang suami sengaja


untuk memiliki pakaian yang agak mahal sedikit demi
menjaga penampilannya di hadapan istrinya selama tidak
sampai derajat pemborosan. Anas bin Malik berkata

ِ ‫كَ ا نَِ ِ أ َ َح بُِّ ِ الث ِ ي َ ا بِِ ِ إ ِ ل َ ى ِ ال ن َّ ب ِ يِ ِِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم‬


َ ِ‫أ َ ْنِ ِ ي َ ل ْ ب َ سَ َه ا ِ ال ْ ِح ب َ َر ة‬
“Pakaian yang paling senang dipakai oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Hibaroh.”91

Berkata Ibnu Baththol, “Hibaroh adalah pakaian dari


negeri Yaman yang terbuat dari kain Quthn. Dan ia
merupakan pakaian termulia di sisi mereka”92

Berkata Al-Qurthubi, “Dinamakan Hibaroh karena pakaian


tersebut ‫ ت ُ َحبِ ُار‬yaitu menghias dan mengindahkan
(pemakainya)”93

90
HR Al-Bukhari VI/2556 no 6571
91
HR Al-Bukhari no 5476 dan Muslim no 2079
92
Fathul Bari X/277
93
Fathul Bari X/277

164
Bahkan tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
wafat beliau tidak meninggalkan kain yang indah ini.
Aisyah berkata

َ ِ ‫أ َ َّنِ ِ َر س ُ ْو َلِ ِ للاِِ ِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ ِح ي ْ نَِ ِ ت ُ ُو ف‬


ِ ِ‫ي‬
ِ‫يِ ِ ب ِ ب َُر ِدِ ِ ِح ب َ َر ة‬
َ ‫س ُ ِج‬
Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tatkala wafat beliau ditutupi dengan kain hibaroh.94

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


memerintahkan untuk berhias dan berpenampilan rapi
dan bersih. Tatkala beliau melihat seseorang memakai
pakaian yang usang maka beliau berkata kepadanya,
“Apakah engkau memiliki harta?”, orang itu berkata, “Iya
Rasulullah, aku memiliki seluruh jenis harta (yaitu yang
dikenal saat itu)”.95 Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata kepadanya

َ ْ‫كِ ِ للاُِ ِ َم الِ ِ ف َ لْ ي َُرِ ِ أ َث َ ُر هُِ ِ عَ ل َ ي‬


ِ‫ك‬ َ ‫ف َ إ ِذ َ ا ِ آ ت َا‬
“Jika Allah memberikan harta kepadamu maka hendaknya
terlihat tanda harta tersebut pada dirimu.”96

Ibnu Hajar mengomentari hadits ini, “Yaitu hendaknya ia


memakai pakaian yang sesuai dengan kondisinya yaitu
baju yang indah dan bersih agar orang-orang yang

94
HR Al-Bukhari no 5477
95
Hasyiah As-Sindi VIII/181
96
HR An-Nasai no 5223 dan dshahihkan oleh Syaikh Al-Albani

165
membutuhkan tahu keadaannya untuk meminta
kepadanya. Dengan tetap memperhatikan niat (yang baik
dan tidak untuk bersombong ria-pen) serta tidak sampai
pada derajat pemborosan”97

Tidak ragu lagi bahwa berpenampilan cantik di hadapan


suami adalah suatu kebaikan. Ini bukan hanya pada malam
pertama pernikahan saja, namun setiap saat. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

ِ ِ‫يِ ِ الن ِ سَ ا ِء‬ ُّ َ ‫ص ل َّ ى ِ اّللَُِّ ِ عَ ل َ يْ هِِ ِ َو سَ ل َّ َمِ ِ أ‬َ ِ َِِّ‫ق ِ ي َلِ ِ ل ِ َر س ُ و ِلِ ِ اّلل‬
ِ ِ‫ط ي ع ُ هُِِ إ ِ ذ َ ا ِ أ َ َم َر‬ ِ ُ ‫َخ ي ْرِ ِ ق َ ا َلِ ِ ال َّ ت ِ ي ِ ت َس ُ ُّر هُِ ِ إ ِ ذ َ ا ِ ن َ ظَ َرِ ِ َو ت‬
ُِ‫س َه ا ِ َو َم ا ل ِ َه ا ِ ب ِ َم ا ِ ي َ كْ َر ه‬ ِ ْ‫َو َلِ ِ ت ُ َخ ا لِ ف ُ هُِِ ف ِ ي ِ ن َ ف‬
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab
beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat
suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak
menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga
membuat suami benci”98

As Sindiy mengatakan mengenai hadits di atas, yaitu


wanita tersebut berpenampilan menawan secara lahir dan
berakhlak baik secara batin.

Ibnu Qudamah berkata dalam Al Mughni, “Disebut


kecantikan di sini karena cantik itulah yang lebih

97
Fathul Bari X/260
98
HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih

166
menentramkan jiwa dan lebih menundukkan pandangan
suami (tidak melirik pada wanita lain), itu pun akan
menyempurnakan rasa cinta suami istri. Oleh karena itu
dituntut adanya nazhor (memandangi calon pasangan)
sebelum nikah.”

Wanita terbaik adalah wanita yang selalu menampakkan


kecantikan pada suaminya. Kecantikan itulah yang
membuat suami senang dan tentram.

Wanita terbaik juga yang selalu berusaha menghadirkan


seni dalam menyambut detik-detik awal suami masuk
rumah. Dia memberikan seulas senyum dan renyah tawa
ketika tamu yang dinanti telah tiba.

Adakah di dunia ini tamu yang berhak mendapatkan


penghormatan yang lebih tinggi daripada suami?

Tanggung jawab wanita ideal adalah menjadi istri yang


dicintai dan rela berkorban.

Senyum mengembangnya menyempurnakan keindahan


rumah yang menjadi istananya, dunia impian suami yang
haus akan perempuan yang menaunginya dan sebagai
pohon rindang yang menjadi tempat berteduh.

Sebagai penyambutan pamungkas, dia harus mengatur


kondisi psikologisnya, sehingga tidak menyambut
suaminya sesuai dengan raut muka yang nampak pada
sang suami ketika baru pulang atau tidak serius dalam
melayaninya, sementara suami tampak jengkel.

167
Dia harus yakin bahwa suaminya berusaha lari dari
panasnya sengatan kehidupan menuju ketenangan jiwa
dan kedamaian hati, karena terkadang senyum dan
kegembiraan hilang dari raut wajah sang suami.

Di sini, penulis tidak bermaksud merusak keindahan


gambaran di atas dengan mengangkat cerminan wanita
yang sibuk dengan urusan rumah saat suaminya datang,
sementara anak-anaklah yang menyambut ayah mereka,
meneruskan pembicaraan di telepon ketika suaminya tiba,
asyik duduk di depan layar televisi atau sibuk membaca
majalah sehingga dia menjadi orang yang terakhir kali
dalam memberi salam kepada suaminya.

Atau bahkan melewati batas kesopanan, seorang istri


hanya bengong menanti suami yang memberikan salam
kepadanya.

Barangsiapa yang berani berbuat seperti itu, maka tidak


perlu kaget jika suatu ketika suaminya berangkat kerja,
sementara dia tidur dengan pulas. Oleh karena itu, wahai
para istri, sambutlah suami dengan sepenuh hati.

Romantis di Meja Makan

Romantis di meja makan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam, romantis di meja makan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan

168
sedikitpun. Kalau beliau suka beliau makan, tidak suka
beliau tinggalkan.

Kadang kala istri kita masak, kita lihat asin, “eh, gimana
masak nggak enak seperti ini”. Jangan, Nabi tidak pernah
melakukan ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
kalau memang kita rasakan nggak enak, mungkin kurang
pas (bilang ke istri), “ya Allah sepertinya aku kenyang ini
dik, minta maaf lah, aku lagi tidak nafsu makan”, minta
maaf sama istri.

Tidak perlu mencela makanan, ada suami yang kalau


makan (bilang), “makanan apaan ini” ditumpahin. Hati –
hati Nabi tidak pernah mencela makanan, itu rizki dari
Allah, alhamdulillah ada itu rizki, maka jangan dicela, kalau
tidak suka tinggalkan. Minta maaf sama istri, katakan “aku
kok kayaknya lagi kurang pas sama ini”. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, Aisyah cerita, Nabi yang
sudah tua, udah umurnya di atas 55 tahun, sudah hampir
60 tahun. Kata Aisyah radhiyallahuanhuma

ِ‫بِ ِ َو أ َن َا ِ َح ا ئ ِ ض‬
ُ ‫ك ُ نْ تُِ ِ أ َشْ َر‬
“Pernah suatu hari aku minum, aku minum dalam kondisi
haid”, kata Aisyah, kemudian gelasnya kuberikan ke Nabi,
Nabi pegang gelasnya, Nabi minum dari tempat mulutku
minum.”

Nabi minum dari tempat mulutnya minum, bukan dicari


(untuk dihindari), kalau kita kan “Nah ini ada bekasnya
istri nih,”

169
Nabi minum dari tempat istrinya. Apalagi sekarang ini
kalau di rumah mungkin istri kita pakai lipstik, kelihatan itu
tempat minumnya kan, kita ambil, nggak perlu punya
gelas 2, jadi suami istri itu cukup gelasnya berapa? Satu!.
Itu Nabi gantian sama Aisyah, kemudian diletakkan
mulutnya di tempat mulutnya Aisyah.

Kemudian Aisyah cerita,

ِ‫قِ ِ ال ْ ع َ ْر قَِ ِ َو أ َن َا ِ َح ا ئ ِ ض‬
ُ ‫َو أ َت َع َ َّر‬
“dalam kondisi haid”

Ingat, sedang tidak suci maksudnya, dalam kondisi haid


Aisyah makan daging, daging yang ada tulangnya digigit,
kemudian di serahkan ke Nabi,

َ َ ‫ص ل َّ ى ِ اّللَُِّ ِ عَ ل َ يْ هِِ ِ َوِ سَ ل َّ َمِ ِ ف َ ي‬


ِ ُِ‫ض ُعِ ِ ف َ ا ه‬ َّ ِ ‫ث ُمَِّ ِ أ ُن َا ِو ل ُ هُِِ ال ن َّ ب‬
َ ِ ِ‫ي‬
ِ‫ي‬
َّ ِ ‫ض عِِ ِ ف‬ ِ ‫عَ ل َ ى ِ َم ْو‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan
mulutnya di tempat aku menggigit daging itu”

Sampai seperti itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,


jadi kalau bisa makan sepiring berdua bersama istri kita,
insya Allah itu akan lebih menghidupkan sunah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian sunah yang lain ini di meja makan yang kadang


kala terlupakan, bahkan termasuk sunah yang di

170
tinggalkan, dalam hadist Bukhori & Muslim, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

ِ ِ‫إ ِ ذ َ ا ِ أ َك َ َلِ ِ أ َ َح د ُك ُ ْمِ ِ ف َ ََلِ ِ ي َ ْم س َ ْحِ ِ ي َ د َ هُِ ِ َح ت َّى ِ ي َ لْ ع َ ق َ َه ا ِ أ َ ْو‬


‫ي ُل ْ ِع ق َ َه ا‬
“Kalau seorang diantara kalian makan, jangan diusap
tangannya, jangan dicuci tanganmu, sampai dia menjilati
tanganmu, atau dijilatkan tanganmu.”

MasyaAllah, jadi itu sunah Nabi yang terkadang hilang


sekarang ini, jadi kalau seumpamanya suami lagi makan,
ibu – ibu nih suaminya lagi makan masya Allah, mau dicuci
tangannya atau mau dijilatin suaminya bilang;

“Bang biar anna yang jilatin tangan abang”

Sunnah ya akhi dan ukhti, iya fadhol nggak apa – apa, ada
istri kita lagi makan, kita jilatin tangannya, boleh apa nggak
boleh?

“Yah jijik tapinya”

Nggak, lihat itu bagaimana kedokteran sekarang ini di jari


– jari kita itu ada enzim, enzim apa itu kata mereka, yang
bisa membuat pencernaan lebih baik daripada makan
pakai sendok, itu kata dokter. Tapi yang jelas ini sunah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kadang kala kita
lihat istri kita itu, anak kita lagi makan, kemudian
tangannya banyak coklat diapain sama istri kita? Dipegang
dijilatin tangannya tuh, subhanallah, itu sunah yang

171
kadang kala terlupakan. Hadist ini diriwayatkan imam
Bukhori dan Muslim.

Tapi sunah ini jangan dilakukan di restoran, suami istri


karena mau romantis – romantisan, makan, setelah
makan suaminya ngomong “Dik, kau jilatin ini dik” yah,
jangan lah. Usahakan karena ma’ruf ya, karena sesuatu
yang datang dari hati, di rumah pun jangan memerintah,
“”dik sini dik, eh mana, sini – sini, nih jilatin dulu” yaahh..
itu bukan romantis kalau gitu, itu penghinaan.

Romantis Dikendaraan

Sesekali ketika mengajak keluar sang istri, bantulah istri


untuk menaiki kendaraanya. Semisal naik mobil, maka
yang bisa dilakukan adalah membukakan pintu mobil
untuk istri. Atau jika naik sepeda motor, suami bisa
memasangkan helm untuk istrinya. Sebuah hadis yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim mengisahkan sikap
romantis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Suatu
hari istri Rasulullah, Shafiyyah binti Huyyay bin Akhtab
ingin menaiki seekor unta. Dengan sangat bersahaja,
Rasulullah kemudian duduk di sisi unta beliau sambil
menekuk salah satu lututnya. Lalu istri beliau itu
meletakkan kakinya di atas lutut Nabi hingga naik ke atas
unta.

172
ِ ِ‫ي‬ُّ ِ ‫عن ِ أنس ِ بن ِ مالك ِ رضي ِ للا ِ عنه ِ قال ِ ق َ ِد َمِ ِ ال ن َّ ب‬
ِ ِ‫صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ َخ ي ْ ب َ َرِ ِ ف َ ل َ َّم ا ِ ف َ ت َ َحِ ِ للاُِ ِ ع َ ل َ يْ ِه‬
ِ ِ‫ح ي َ ي ِ ب ْ ِن‬ ُ ِ ِ‫ت‬ِ ْ ‫ص ف ِ ي َّ ةَِ ِ ب ِ ن‬َ ِ ِ‫ص نَِ ِ ذ ُ ِك َرِ ِ ل َ ـ ُه ِ َج َم ا ُل‬ ْ ‫الْ ِح‬
ِ ‫َتِ ِ عَ ُر ْو س ا‬ ْ ‫ج َه ا ِ َو كَ ا ن‬ َ َ ‫أ َ ْخ ط‬
ُ ‫بِ ِ َو ق َ دِْ ِ ق ُ ت ِ َلِ ِ زَ ْو‬
ِ ِِ‫ص ط َ ف َ ا هَا ِ َر س ُ ْو ُلِ ِ للاِِ ِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ لِ ن َ فْ ِس ه‬ ْ ‫فَا‬
ِ‫… ث ُمَِّ ِ َخ َر ْج ن َا ِ إ ِ ل َ ى ِ ال ْ َم ِد ي ْ ن َ ِة‬
ِ ‫قال ِ ف َ َر أ َيْ تُِ ِ َر س ُ ْو َلِ ِ للاِِ ِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ ي َ ْح ِو ي‬
ِ ِ‫ض ُع‬ َ َ ‫سِ ِ ِع نْ دَِ ِ ب َ ِع ي ِْر هِِ ِ ف َ ي‬ ُ ِ‫ل َ َه ا ِ َو َر ا َء هُِ ِ ب ِ ِع ب َ ا َء ةِ ِ ث ُمَِّ ِ ي َ ْج ل‬
ِ ‫ص ف ِ ي َّ ةُِ ِ ِر ْج ل َ َه ا ِ عَ ل َ ى ِ ُر كْ ب َ ت ِ ِهِ ِ َح ت َّى‬ َ ِ ِ‫ض ُع‬ َ َ ‫ُر كْ ب َ ت َهُِِ ف َ ت‬
َ َ‫ت َ ْرِ ك‬
ِ‫ب‬
Dari Anas bin Malik berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mendatangi Khoibar, tatkala Allah memenangkan
beliau untuk membuka benteng (menguasai) Khoibar
disebutkan kepada beliau tentang cantiknya Sofiah bin
Huyai bin Akhthob dan suami Shofiah telah tewas dan
tatkala itu Sofiyah masih pengantin baru. Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memilihnya untuk
menjadi istrinya. Lalu keluarlah kami menuju kota
Madinah… Anas berkata, “Aku melihat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mempersiapkan kelambu di atas onta
untuk Sofiyah lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
duduk di dekat onta lalu meletakan lutut beliau, lalu

173
Sofiyah menginjakkan kakinya di atas lutut beliau untuk
naik di atas onta…”.99

Subhanallah, dari riwayat diatas kita bisa ketahui


bagaimana perlakuan Rasulullah kepada istrinya. Beliau
memperlakukan istrinya bak seorang putri raja. Di zaman
sekarang, Istilah yang cukup akrab di telinga kita “Ladies
First” ternyata sudah dilakukan Rasulullah sejak berabad-
abad yang lalu, disaat kebudayaan lain di dunia saat itu
menganggap wanita sebagai makhluk hina, bahkan
diragukan statusnya sebagai “manusia”.

Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu


mendalam yang menunjukkan ketawadhu’an beliau.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selaku pemimpin
yang berjaya dan seorang Nabi yang diutus- memberikan
teladan kepada umatnya bahwa bersikap tawadhu’
kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai
tumpuan, membantu pekerjaan rumah, membahagiakan
istri, sama sekali tidak mengurangi derajat dan kedudukan
beliau.

Romantis di Atas Ranjang

Waktu malam adalah waktu untuk istirahat di rumah,


tidak menyibukkan diri dengan berbagai pekerjaan,

99
HR Al-Bukhari II/778 no 2120, III/1059 no 2736

174
apalagi untuk kegiatan yang tidak ada manfaatnya. Dan
itulah kodrat manusia. Terdapat hadis dari Abu Barzah
Radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

ِ َِ‫أ َ َّنِ ِ َر س ُ و َلِ ِ اّللَِِّ ِ – ِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ – ِ ك َ ا ن‬


َ ‫ي َ كْ َر هُِِ ال ن َّ ْو مَِ ِ ق َ ب ْ َلِ ِ الْ ِع ش َا ِءِ ِ َو ال ْ َح ِد ي‬
‫ثِ ِ ب َ عْ د َ هَا‬
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci
tidur sebelum shalat isya dan ngobrol setelah isya.100

Hadist ini menunjukkan bahwa tidak diperkenankannya


seseorang untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat
setelah sholat isya seperti nongkrong dengan teman,
bersenda gurau dengan teman, tetapi alangkah baiknya
bagi seorang suami atau istri untuk meluangkan waktunya
untuk bermesra-mesraan. Diantara adab dan muamalah
antara suami dan istri yang sesuai sunnah Nabi Shollallahu
‘alaihi wa Sallam serta mendapat pahala InsyaAllah serta
menambah keromantisan berumah tangga adalah
bercengkrama, ngobrol, cerita, berbincang atau kombur
dengan istri sebelum tidur. Dalilnya adalah sebuah hadits
Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam yang diriwayatkan dari
shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma.
Beliau Radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

ِ ‫ص ل َّ ى‬
َ ِ ِِ‫ثِ ِ َر س ُ ْو ُلِ ِ للا‬ َ َّ ‫يِ ِ َمِ ي ْ ُم ْو ن َ ةَِ ِ ف َ ت َ َح د‬
ْ ِ ‫تِ ِ ِع نْ دَِ ِ َخ ا ل َ ت‬
ُّ ِ ‫ب‬
َِ‫للاُِ ِ عَ ل َ ي ْ ِهِ ِ َوِ ِ سَ ل َّ مَِ ِ َم َعِ ِ أ َهْ لِ ِهِ ِ ِس ا عَ ةِ ِ ث ُمَِّ ِ َر ق َ د‬

100
HR. Bukhari 568, Muslim 1496, dan yang lainnya

175
“(Suatu malam) aku menginap di rumah bibiku Maimunah
(istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam). Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berbincang-bincang dengan
istrinya (Maimunah) beberapa saat kemudian beliau
tidur”101

Mau itu obrolannya yang sudah pernah didengar


beberapa kali, akan tetapi tetap saja seorang suami
hendaknya mendengarkan curhatan sang istri lalu
memberikan kata-kata yang romantis kepada istrinya
diatas ranjang. Dan diantara romantis Nabi Shalallahu
alaihi wassallam beliau membelai istrinya diatas ranjang
dan beliau tidur satu selimut dengan istrinya.

Imam Ahmad pernah meriwayatkan, bahwa “Rasulullah


Shalallahu alaihi wassallam, sering mendatangi istrinya
satu persatu dan membelainya dengan lembut, sebelum
akhirnya tinggal di tempat istirnya yang kebagian giliran.”
Kalau rasulullah yang punya kesibukan ekstra memimpin
ummat sempat membelai istrinya, kenapa kita tidak?
Membelai istri akan membangkitkan kemesraan dan
keakraban, terutama saat berhubungan intim. Dengan
begitu Rasulullah memberi contoh praktis bagi kita untuk
tetep menjaga kemesraan dengn istri.

Dari Atha bin Yasar: “Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu


alaihi wassallam dan Aisyah radhiyallahuanha biasa mandi
bersama dalam satu bejana. Ketika Baginda sedang
berada dalam satu selimut dengan Aisyah, tiba-tiba Aisyah

101
HR.Bukhori no. 117, 4569, Muslim no. 763.

176
‫‪bangkit. Rasul kemudian bertanya “Mengapa engkau‬‬
‫‪bangkit ?” Aisyah menjawab “Karena aku sedang haidh‬‬
‫‪wahai Rasulullah. Kemudian Rasulullah Shalallahu alaihi‬‬
‫‪wassallam berkata “Kalau begitu pergilah, lalu berkainlah‬‬
‫‪dan dekatlah kembali denganku.” Aisyah pun masuk lalu‬‬
‫‪berselimut bersama beliau,”102‬‬

‫‪Memberhentikan Pasukan Untuk Sang istri‬‬

‫‪Berdasarkan hadist :‬‬

‫َخ َر ْج ن َا ِ َم َعِ ِ َر س ُ ْو ِلِ ِ للاِِ ِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ ف ِ ي ِ‬


‫ار هِِ ِ َح ت َّى ِ إ ِ ذ َ ا ِ ك ُ ن َّ ا ِ ب ِ ال ْ ب َ يْ د َ ا ِءِ ِ أ َ ْوِ ِ ب ِ ذ َ ا ِ‬
‫تِ ِ‬ ‫ضِ ِ أ َسْ ف َ ِ‬ ‫ب َ عْ ِ‬
‫ْشِ ِ ا ن ْ ق َ طَ َعِ ِ ِع قْ دِ ِ ل ِ ي ِ ف َ أ َق َ امَِ ِ َر س ُ ْو ُلِ ِ للاِِ ِ صلى ِ للا ِ‬ ‫الْ َج ي ِ‬
‫اسِ ِ َم ع َ هُِِ‬ ‫امِ ِ ال ن َّ ُ‬ ‫عليه ِ وسلم ِ عَ ل َ ى ِ الْ ت ِ َم ا ِس ِهِ ِ َو أ َق َ َ‬
‫اسِ ِ إ ِ ل َ ى ِ أ َب ِ ي ِ ب َ كْ رِ ِ‬ ‫َو ل َ يْ س ُ ْو ا ِ عَ لَِ ى ِ َم اءِ ِ ف َ أ َت َى ِ ال ن َّ َ‬
‫تِ ِ عَ ا ئ ِ ش َ ة ُ؟ ِ‬ ‫ص نَعَ ْ‬ ‫قِ ِ ف َ ق َ ا ل ُ ْو ا ِ أ َلَِ ِ ت َ َر ى ِ َم ا ِ َ‬ ‫الص دِ ي ْ ِ‬ ‫ِ‬
‫اسِ ِ‬ ‫تِ ِ ب ِ َر س ُ ْو ِلِ ِ للاِِ ِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ َو ال ن َّ ِ‬ ‫أ َق َ ا َم ْ‬
‫ْسِ ِ َم ع َ هُ ْمِ ِ َم اءِ ِ ف َ َج ا َءِ ِ أ َب ُْوِ ِ ب َ كْ رِ ِ‬ ‫َو ل َ يْ س ُ ْو ا ِ عَ ل َ ى ِ َم اءِ ِ َو ل َ ي َ‬
‫اض ُعِ ِ َر أ ْ ِس ِهِ ِ‬ ‫َو َر س ُ ْو ُلِ ِ للاِِ ِِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ َو ِ‬
‫تِ ِ َر س ُ ْو َلِ ِ للاِِ ِ صلى ِ‬ ‫َامِ ِ ف َ ق َ ا َلِ ِ َح ب َ سْ ِ‬ ‫عَ ل َ ى ِ ف َ ِخ ِذ ي ِ ق َ دِْ ِ ن َ‬
‫ْسِ ِ‬‫اسِ ِ َو ل َ يْ س ُ ْو ا ِ عَ ل َ ى ِ َم اءِ ِ َو ل َ ي َ‬ ‫للا ِ عليه ِ وسلم ِ َو ال ن َّ َ‬
‫تِ ِ عَ ا ئ ِ شَ ةُِِ ف َ ع َ ا ت َب َ ن ِ ي ِ أ َب ُْوِ ِ ب َ كْ رِ ِ َو ق َ ا َلِ ِ‬ ‫َم ع َ هُ ْمِ ِ َم اءِ ِ ف َ ق َ ا ل َ ْ‬
‫‪102‬‬
‫‪HR Sa’id bin Manshur‬‬

‫‪177‬‬
ِ ‫َم ا ِ شَا َءِ ِ للاُِ ِ أ َ ْنِ ِ ي َ ق ُ ْو ُلِ ِ َو َج ع َ َلِ ِ ي َ طْ ع ُن ُن ِ ي ِ ب ِ ي َ ِد هِِ ِ ف ِ ي‬
ِ ِ‫كِ ِ إ ِ لَِّ ِ َم كَ ا ُن‬ ِ ‫اص َر ت ِ ي ِ ف َ َلَِ ِ ي َ ْم ن َ ع ُن ِ ي ِ ِم نَِ ِ ال ت َّ َح ُّر‬ ِ ‫َخ‬
َ َ ‫َر س ُ ْو ِلِ ِ للاِِ ِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ عَ ل َ ى ِ ف َ ِخ ِذ ي ِ ف َ ق‬
ِ ِ‫ام‬
ِ ‫ص ب َ َحِ ِ عَ ل َ ى‬ ْ َ ‫َر س ُ ْو ُلِ ِ للاِِ ِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ ِح ي ْ نَِ ِ أ‬
ِ ِ‫غَ ي ِْرِ ِ َم اءِ ِ ف َ أ َنْ َز َلِ ِ للاُِ ِ آ ي َ ةَِ ِ ال ت َّي َ ُّم ِمِ ِ } ف َ ت َيَِ َّم ُم ْو ا {ِ ف َ ق َ ا َل‬
ِ ِ‫يِ ِ ب َ أ َ َو ِلِ ِ ب َ َر ك َ ت ِ ك ُ ْمِ ِ ياِ َِ آ َل‬
َ ِ‫ض ي ِْرِ ِ َم ا ِ ه‬ َ ‫ح‬ ُ ْ ‫أ ُسَ ي ْ دِ ُِ ب ْ ِنِ ِ ال‬
ِ ِ‫تِ ِ ف َ ب َ ع َ ث ْ ن َا ِ الْ ب َ ِع ي َْرِ ِ ال َّ ِذ ي ِ ك ُ نْ تُِ ِ ع َ ل َ ي ِ ِه‬ ْ َ ‫أ َب ِ ي ِ ب َ كْ رِ ِ ق َ ا ل‬
ُِ‫ص بْ ن َا ِ ال ْ ِع ق ْ دَِ ِ ت َ ْح ت َه‬
َ َ ‫فَأ‬
Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada sebagian safar beliau (yaitu tatkala Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para sahabatnya
berangkat berperang melawan kaum yahudi kabilah bani
Mushtholiq103) , hingga tatkala kami sampai di Al-Baidaa’
di Dzatuljaisy kalung milikku terputus maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berhenti untuk mencari
kalung tersebut, dan orang-orang yang beserta beliaupun
ikut terhenti, padahal mereka tatkala itu tidak dalam
keadaan bersuci. Maka orang-orangpun pada
berdatangan menemui Abu Bakar As-Shiddiq dan berkata,
“Tidakkah engkau lihat apa yang telah diperbuat Aisyah, ia
menyebabkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
orang-orang berhenti padahal mereka tidak dalam
keadaan bersuci”. Maka Abu Bakar menemuiku dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berbaring
meletakan kepalanya di atas pahaku dan beliau telah

103
Fathul Bari I/432

178
tertidur. Lalu ia berkata, “Engkau telah menyebabkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti padahal
orang-orang dalam keadaan tidak bersuci dan mereka
tidak memiliki air”. Aisyah berkata, “Maka Abu Bakar
mencelaku dan berkata dengan perkataannya lalu ia
memukul pinggangku dengan tangannya. Dan tidaklah
mencegahku untuk bergerak (karena kesakitan) kecuali
karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
sedang tidur di atas pahaku. Lalu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bangun tatkala subuh dalam keadaan
tidak bersuci lalu Allah turunkan ayat tayammum {‫}فَتَيَ َم ُم ْوا‬
(Bertayammumlah..). Berkata Usaid bin Al-Hudhoir, “Ini
bukanlah awal barokah kalian wahai keluarga Abu Bakar”.
Aisyah berkata, “Lalu kami mengutus unta yang tadinya
aku naik di atasnya maka kami mendapati ternyata kalung
(yang hilang) terdapat di bawah unta tersebut”.104

Lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


memberhentikan pasukan perangnya yang sedang
berangkat untuk menyerang orang-orang Yahudi hanya
untuk mencari kalung Aisyah yang jatuh.

Bahkan Rasulullah memerintahkan sebagian sahabatnya


yang dipimpin oleh Usaid bin Al-Hudhoir untuk mencari
kalung tersebut105. Bahkan disebutkan bahwa kalung

104
HR Al-Bukhari I/127 no 327
105
Berkata Ibnu Hajar, “Dalam riwayat Muslim, ((Maka Nabi mengutus
sekelompok sahabatnya untuk mencari kalung tersebut)), dan dalam
riwayat Abu Dawud, ((Maka Nabi mengutus Usaid bin Al-Hudhoir dan
sekelompok orang bersamanya)). Maka penggabungan dari kedua

179
Aisyah yang hilang nilainya murah, ada yang mengatakan
nilainya hanya dua belas dirham.106 Apalagi di tengah
malam dan para sahabat dalam keadaan tidak bersuci,
apalagi mereka tidak membawa air.

Ini semua menunjukan bagaimana perhatian Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tawadhu’ beliau kepada
istri-istri beliau. Yang sungguh sangat disayangkan
sebagian suami sangat pelit terhadap istrinya, bukan
hanya pelit terhadap hartanya, bahkan pelit terhadap
waktunya. Seakan-akan waktunya sangat berharga tidak
pantas untuk dihabiskan bersama istrinya. Sebagian suami
sangat tidak sabar untuk menemani istrinya belanja.

Ungkapkan Cintamu

Ungkapan rasa saying, rasa cinta memang dibutuhkan


untuk bisa saling mendukung dan menarik secara
emosional. Rasulullah shallallahu alaihi wa salam juga
menyatakan cinta untuk istri-istri beliau dihadapan
mereka maupun di hadapan para sahabat lainnya. Salah
satu kalimat cinta romantis Rasulullah shallallahu alaihi wa

riwayat ini yaitu Usaid adalah pemimpin para sahabat yang ditugaskan
oleh Nabi untuk mencari kalung tersebut…” (Al-Fath I/435)
106
Syarh Az-Zarqooni I/160 dan Umdatul Qoori’ IV/3

180
sallam adalah untuk Aisyah radhiyallahu anha. Aisyah
berkata kepada Rasulullah:

ِ ِ‫ِ ك َ ع ُ ق ْ د َ ةِِ ِ الْ َح ب ْ ِل‬: ِ‫كِ ِ ل ِ ي؟ ِ ق َ ا َل‬


َ ُّ ‫ح ب‬
ُ ِ ِ‫ْف‬ َ ‫ِ ك َ ي‬: ِِ‫ي َ ا ِ َر س ُ و َلِ ِ للا‬
ِ: ِ‫ْفِ ِ ال ْ ع ُ قْ د َ ةِ ُِ ي َ ا ِ َر س ُ و َلِ ِ للا ِ؟ ِ ق َ ا َل‬َ ‫ِ ك َ ي‬: ِ‫ف َ ك ُ ن ْ تُِ ِ أ َق ُ و ُل‬
‫يِ ِ عَ ل َ ى ِ َح ا ل ِ َه ا‬َ ‫ِ ِه‬: ِ‫ف َ ي َ ق ُو ُل‬
“Wahai Rasulullah, bagaimana rasa cintamu untukku?
Beliau bersabda: Cintaku untukmu seperti ikatan tali.
Maka akupun bertanya: Ikatan seperti apa itu wahai
Rasulullah? Maka beliau menjawab: “Seperti ikatan tali
yang takkan pernah lepas.”107

Maka Aisyah radhiyallahu anha tertawa dan tersenyum


manis kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Dalam hal ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga
menyatakan cinta beliau kepada Aisyah di hadapan para
sahabat-sahabat beliau. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam ditanya:

َ ْ ‫اسِ ِ أ َ َح بُِّ ِ إ ِ ل َ ي‬
ِ: ‫ ِ ف َ قيل‬، ِ »ُِ‫ِ « عَ ا ئ ِ شَ ة‬: ِ‫ك ؟ ِ ق َ ا َل‬ ُّ َ ‫أ‬
ِ َّ ‫يِ ِ ال ن‬
‫ِ أ َب ُو هَا‬: ِ‫الر َج ا ِل ؟ ِ ف َ ق َ ا َل‬
ِ ِ َِ‫ِم ن‬
“Siapa yang paling engkau cintai wahai Rasulullah ? Beliau
menjawab: Yang paling aku cintai adalah Aisyah. Maka
beliau ditanya lagi: Kalau dari kalangan lelaki, maka siapa
? Maka beliau menjawab: “Ayahnya Aisyah (Abu Bakr)”108

107
HR. Abu Nu’aim Al-Asbahani dalam Hilyah Al-Aulia 2/44
108
HR. Al-Bukhari, Tirmidzi, dll

181
Maka sangat dianjurkan bagi kita untuk menyatakan cinta
kepada istri-istri kita, karena itu akan membuat
kecintaannya bertambah untuk kita. Dan sebaik-baik
perbuatan adalah perbuatan Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam.

Persembahkan Untuknya Hadiah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, tahaadu tahaabbu,

‫ت َ َه ا د َ ْو ا ِ ت َ َح ا ب ُّوا‬
“Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling
mencintai.”109

Memberi hadiah merupakan salah satu bentuk perhatian


seorang suami kepada istrinya, atau istri kepada
suaminya. Terlebih bagi istri, hadiah dari suami
mempunyai nilai yang sangat mengesankan. Hadiah tidak
harus mahal, tetapi sebagai simbol perhatian suami
kepada istri. Seorang suami yang ketika pulang membawa
sekedar oleh-oleh kesukaan istrinya, tentu akan membuat
sang isteri senang dan merasa mendapat perhatian. Dan

109
HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod, no. 594. Hadits ini
dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’, no. 1601. Syaikh
Musthofa Al-‘Adawi dalam catatan kaki Fiqh Al-Akhlaq menyatakan
bahwa sanad haditsnya hasan dengan syawahidnya

182
seorang suami, semestinya lebih mengerti apa yang lebih
disenangi oleh isterinya. Oleh karena itu, para suami
hendaklah menunjukkan perhatian kepada istri,
diungkapkan dengan memberi hadian meski sederhana.

Ucapkan Terimakasih

Selayaknyalah seorang suami untuk memberikan apresiasi


kepada sang istri walaupun hanya dengan perkataan:
“Jazakillahu khoiran (semoga Allah memberikan pahala
kebaikan kepadamu) ya istriku sayangku” atau
“Barakallahu fiki (semoga Allah memberikan keberkahan
kepadamu)” dengan disertai senyuman dan kelembutan
tentunya.

Kadang kita lupa sebagai seorang suami kurang


memperhatikan atau bahkan tidak pernah mengapresiasi
kerja keras istri kita karena gengsi dan simbol ke”AKU”an
yang melekat pada sosok seorang suami kepala rumah
tangga. Persepsi yang telah melekat atau menghujam di
hati kita adalah bahwa kerja keras kita “Jauh lebih banting
tulangnya” daripada istri anak-anak kita. Padahal sifat
fitrahnya seorang istri adalah “ingin diperhatikan, ingin
disayangi dan ingin diberikan apresiasi.”

Saudaraku, mari kita cermati bersama anjuran dari


Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam untuk
mengucapkan balasan kebaikan berupa doa kebaikan

183
“Jazakallahu khoiran” (buat kamu - satu laki-laki) dan
“Jazakillah khoiran” (bagi kamu - satu perempuan) serta
“Jazakumullah khoiran” (bagi antum/kalian) :

ِ َُِّ‫ص ل َّ ى ِ اّلل‬ َ ِ ِِ‫ِ ق َ ا َلِ ِ َر س ُ و ُلِ ِ للا‬: ِ‫عَ ْنِ ِ أ ُسَ ا َم ةَِ ِ بْ ِنِ ِ َز ي ْدِ ِ ق َ ا َل‬
ِ ِ‫ِ َم ْنِ ِ صُ ن ِ َعِ ِ إ ِ ل َ يْ ِهِ ِ َم عْ ُر وفِ ِ ف َ ق َ ا َل‬: َِ‫عَ ل َ يْ هِِ ِ َو سَ ل َّ م‬
ِ‫كِ ِ اّللَُِّ ِ َخ يْر ا ِ ف َ ق َ دِْ ِ أ َبْ ل َ َغِ ِ ف ِ ي ِ ال ث َّن َا ِء‬
َ ‫ِ َج زَ ا‬: ِ‫لِ ف َ ا ِع لِ ِه‬
Dari Usamah bin Zaid, dia berkata, “Telah bersabda
Rasulullah Shallallahu’alahi wassalam “Barangsiapa yang
diperlakukan dengan baik (diberi kebaikan) kemudian dia
mengucapkan “JAZAAKALLAHU KHOIRAN” (semoga Allah
memberikan balasan kebaikan kepadamu) maka
sesungguhnya dia telah memberikan pujian yang
terbaik.”110

Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam bersabda:

ِ ‫ ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ ل َ ْمِ ِ ت َ ِج د ُوا ِ َم ا‬،ُ ‫َم ْنِ ِ أ َت َى ِ إ ِ ل َ ي ْ ك ُ ْمِ ِ َم ع ْ ُر وف ا ِ ف َ كَ ا ف ِ ئ ُو ه‬


ِ ِْ‫ ِ َح ت َّى ِ ت َعْ ل َ ُم وا ِ أ َ ْنِ ِ ق َ د‬،ُ ‫ ِ ف َ ا د ْ ع ُ وا ِ ل َ ه‬،ُ ‫ت ُكَ ا ف ِ ئ ُو ه‬
ُِ‫كَ ا ف َ أ ْت ُ ُم و ه‬
“Barangsiapa yang datang kepada kalian dengan
kebaikan maka balaslah ia, jika kalian tidak mendapatkan
sesuatu untuk membalasnya maka doakanlah kebaikan

110
HR. At-Tirmidzi no. 2035, Shohih Lihat Shohihul Jami-ush
Shoghiir oleh Syaikh Albani no. 6368

184
baginya hingga kalian merasa telah membalas
kebaikannya.”111

Contoh sederhana yang terjadi dalam kehidupan sehari-


hari, salah satunya yaitu : “Ketika kita pulang kerja,
kemudian sang istri telah menyiapkan makanan dan
minuman kepada kita, pernahkah kita mengucapkan
“Jazakillah khoiran” atau “Barakallahu fiki” atau paling
tidak “Terima kasih” “Matur nuwun” atas jerih payah dan
kerja kerasnya dalam menyiapkan makanan dan
minuman???…”

Terkadang balasan kita malah sebaliknya “Mah …kok


masakanannya kurang asin…,ga tau apa abis pulang kerja
lapar capek…kenapa belum masak juga? (sambil
cembetut, kedua alisnya naik ke atas kayak wiper mobil
(pembersih kaca mobil) yang dah kucel macet diatas ”
(kalau terbiasa dengan kondisi seperti ini maka bisa jadi
jawaban dari si Istri – “Dah sana makan aja sendiri beli KFC
atau masak mie sendiri…aku capek tauuuuu, ngurus ini
ngurus itu, datang-datang dibentakin...” – (Sambil nunjuk
ke hidung cembetut juga, alisnya tak kalah dari wiper
mobil yang pertama – macetnya lama lagi tidak bisa balik
lagi kebawah harus diperbaiki secara manual (seperti
wiper mobil-mobil tua di Saudi).

111
HR. Ahmad no. 5365, Abu Dawud no. 5109, An-Nasai no. 2567 Dari
Shahabat Ibnu Umar radhiallahu'anhuma, dishohihkan Syaikh Albani
dalam Silsilah Ahaadits Ash Shohihah no. 254

185
Wahai saudaraku, janganlah engkau berlaku layaknya
seorang diktator yang “Memaksa” dan “Menyiksa” lagi
“Kasar dan Bengis”. Lihatnya bagaimana Suri Tauladan kita
Nabi Shallallahu’alaihi wassalam bersabda:

‫َو ا سْ ت َ ْو صُ وا ِ ب ِ ال ن ِ سَ ا ِءِ ِ َخ ي ْر ا‬
"Dan hendaklah engkau sekalian melaksanakan wasiatku
untuk berbuat baik kepada para wanita”112

Hikmahnya dari pembahasan diatas adalah:

Pertama

Ketika kita dapat memberikan apresiasi berupa doa


kebaikan kepada istri kita (berupa ucapan jazakillahu
khoiran atau barakallahu fiki) itu akan membuat semakin
langgengnya dan semakin suburnya ladang rumah tangga
kita. Karena doa kebaikan tersebut adalah hadiah yang
paling mudah kita berikan kepada istri kita. Dan ketika
Allah mudahkan untuk saling berbalas hadiah berupa doa
kebaikan diatas maka pastilah cinta di dalam bahtera
rumah tangga kita akan semakin kokoh lagi subur.

Silahkan saudaraku yang semoga Allah memberikan


limpahan ilmu kepadamu menyimak hadits yang mulia
berikut:

112
HR. Al-Bukhori no 5186 dan Muslim no. 1468

186
َ ِ - ِ ِِ‫عَ ْنِ ِ أ َب ِ ي ِ ه ُ َر ي َْر ةِ َِ عَ ْنِ ِ ال ن َّ ب ِ ي‬
ِ ِ‫ص ل َّ ى ِ اّللَُِّ ِ عَ ل َ يْ ِه‬
‫ِ ت َ َه ا د َ ْو ا ِ ت َ َح ا ب ُّوا‬: ِ‫ ِ ق َ ا َل‬- ِ ِ‫َو سَ ل َّ َم‬
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, dari Nabi
Shallallahu’alaihi wassalam, beliau bersabda: “Salinglah
kalian memberikan hadiah niscaya kalian akan saling
mencintai.”113

Kedua

Doa kebaikan dan ucapan jazakillah khoiran kepada istri


kita merupakan bentuk syukur kita kepada Allah atas
nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya, sebagaimana
hadits:

ِ َُِّ‫ص ل َّ ى ِ اّلل‬ َ ِ ِِ‫ِ ق َ ا َلِ ِ َر س ُ و ُلِ ِ للا‬: ِ‫عَ ْنِ ِ أ َب ِ ي ِ ه ُ َر ي َْر ةِ َِ ق َ ا َل‬
َ َّ ‫ِ َم ْنِ ِ لَِ ِ ي َ شْ ك ُ ُرِ ِ ال ن‬: ِ‫عَِ ل َ يْ هِِ ِ َو سَ ل َّ َم‬
ََِّ‫اسِ ِ لَِ ِ ي َ شْ ك ُ ُرِ ِ اّلل‬
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, dia berkata,
Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam telah bersabda:
“Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia maka
ia tidak bersyukur kepada Allah”.114

Syukur itu adalah sebuah kata yang mencakup setiap apa-


apa yang diketahui sebagai bentuk ketaatan kepada Allah,

113
HR. Al-Bukhori dalam kitab Adabul Mufrod no. 594, dihasankan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil no. 1601
114
HR. Abu Dawud no. 4811, At-Tirmidzi no. 1954, Al-Bukhori dalam
Adabul Mufrod no. 218, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-
Shohihah no. 416

187
mendekatkan diri kepada-Nya, dan bersikap ihsan
(melakukan kebaikan semata-mata karena Allah) kepada
manusia. Imam al-Khoththobi berkata : “Tentang hadits
diatas dapat difahami dengan dua pemahaman. Salah
satunya yaitu orang yang tabiatnya dan kebiasaanya itu
mengingkari nikmat/pemberian (yang diberikan
kepadanya) dari orang lain dan tidak berterima
kasih/bersyukur kepadanya, maka tentunya ia akan kufur
mengingkari nikmat dari Allah dan tidak bersyukur
kepada-Nya. Pemahaman yang lainnya adalah bahwa
Allah tidak menerima syukurnya seorang hamba atas
kebaikan yang dilakukannya manakala hamba itu tidak
bersyukur kepada kebaikan yang diperolehnya dari orang
lain bahkan mengingkari kebaikan-kebaikannya dan ini
merupakan hubungan antara kedua macam syukur
tersebut (Barangsiapa yang bersyukur kepada pemberian
dari manusia maka ia telah bersyukur kepada
nikmat/pemberian dari Allah)”.115

Ketiga

Melembutkan hati. Ucapan kebaikan berupa jazakillah


khoiran kepada istri kita itu akan melembutkan hati kita
dan istri kita. Orang yang mampu mengucapkan ucapan
kebaikan tersebut berarti dia telah mengurangi dan
mengikis “Keegoisan”nya karena dia telah mampu untuk
berbagi ucapan kebaikan kepada orang lain, sedangkan
ketika istri mendengarkan untaian kalimat kebaikan

115
Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud (Syaikh Adzim Aabaady,
cet Darul Kutub al-Ilmiyyah,13/114)

188
tersebut ia akan merasa disanjung, diperhatikan dan
disayang. Lama-kelamaan sang istripun akan belajar untuk
menerima kebaikan yang tulus dari sang suami (yang
mungkin dahulu tidak pernah bergulir satu katapun dari
mulutnya untuk mengucapkan kata-kata kebaikan
tersebut). Sehingga apabila sang Suami menginginkan
agar ajakan kebaikannya ditaati oleh istrinya, selayaknya
baginya untuk memulai menyulam anyaman kalimat-
kalimat kebaikan yang mengandung doa seperti tersebut
di atas. Hal tersebut diatas sebagaimana Hadits sang
Pemilik Akhlaq yang Mulia Rasulullah Shallallahu’alaihi
wassalam berikut,

ِ ْ ‫الر ف‬
ِ ‫قِ ِ َم ا‬ ِ ِ ‫ط ي ِ عَ ل َ ى‬ِ ْ‫الر ف ْ قَِ ِ َو ي ُ ع‬
ِ ِ ُِّ‫إ ِ َّنِ ِ اّللََِّ ِ َر ف ِ يقِ ِ ي ُِح ب‬
ِ ‫ط ي ِ عَ ل َ ى ِ َم ا‬ ِ ْ ‫ط ي ِ عَ ل َ ى ِ ال ْ ع ُن‬
ِ ْ ‫فِ ِ َو َم ا ِ لَِ ِ ي ُع‬ ِ ْ ‫لَِ ِ ي ُع‬
ُِ‫ِس َو ا ه‬
"Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan Dia mencintai
sikap lemah lembut, dan Allah akan memberikan pada
sikap lembah lembut sesuatu (ganjaran kebaikan) yang
tidak Dia berikan kepada sikap yang keras, dan juga akan
memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap
yang lainnya."116

Dalam sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam yang


lainnya;

116
HR. Muslim no. 2593 dari Aisyah Radhiallahu’anha

189
ِ ُِ‫ي ءِ ِ إ ِ لَِّ ِ زَ ا ن َ هُِ ِ َو لَِ ِ ي ُن ْ َز ع‬
ْ َ ‫الر ف ْ قَِ ِ لَِ ِ ي َ ك ُ و ُنِ ِ ف ِ ي ِ ش‬
ِ ِ ِ‫إ ِ َّن‬
ُِ‫ي ءِ ِ إ ِ لَِّ ِ شَا ن َ ه‬
ْ َ ‫ِم ْنِ ِ ش‬
"Sesungguhnya kelembutan itu tidak berada pada sesuatu
melainkan ia akan menghiasinya (dengan kebaikan) dan
tidak dihilangkan kelembutan itu darinya kecuali akan
membuatnya menjadi buruk."117

Keempat

Ucapan-ucapan kebaikan tersebut adalah pintu gerbang


sang Suami untuk memulai bimbingannya kepada
keluarganya dengan cara yang mudah dan ilmiyah. Ketika
Sang Suami terbiasa untuk mengucapkan jazakillahu
khoiran atau barakallahu fiki atau ucapan kebaikan yang
lainnya kepada istrinya maka anak-anaknya pun akan
berusaha meniru dan mempraktekannya. Dengan begitu
sang Suami telah memulai dakwahnya dengan sesuatu
yang mudah.

Tidaklah selayaknya bagi seorang Suami yang bertaqwa


untuk memberatkan istrinya seperti “Pokoknya besuk
kamu harus pake jilbab…apa kata orang kalau kamu terus-
terusan tidak pake jilbab…Kalo kamu tidak mau berarti
kita pisah” (Dalam keadaan marah menghentakkan
tangannya ke meja, matanya merah berkobar penuh
amarah dan mengancam istrinya dengan jari
telunjuknya…Allahu Musta’aan).

117
HR. Muslim no. 2593 dari Aisyah Radhiallahu’anha

190
Wahai saudaraku semoga Allah memuliakanmu…
renungkanlah bahwa istrimu itu adalah ladangmu untuk
meraih surga, selayaknyalah engkau bimbing dia dengan
kelembutan dan mulailah dengan sesuatu yang mudah.
Engkau ingin selamat namun jalan yang engkau tempuh
justru mendatangkan petaka bagimu. Ingatlah sosok
tubuh yang lemah dari istrimu itu tercipta dari tulang
rusuk yang bengkok sebagaimana Rasulullah
Shallallahu’alahi wassalam bersabda:

ِ ‫َو عَ ْنِ ِ أ َب ِ ي ِ ه ُ َر ي َْر ةِ َِ رضي ِ للا ِ عنه ِ عَ ِنِ ِ ا َل ن َّ ب ِ يِِ ِ صلى‬


ِ, ِ ‫ِ َو ا سْ ت َ ْو صُ وا ِ ب ِ ال ن ِ سَ ا ِءِ ِ َخ ي ْر ا‬: ِ ِ‫للا ِ عليه ِ وسلم ِ ق َ ا َل‬
ِ ‫ي ءِ ِ ف ِ ي‬ْ َ‫جِ ِ ش‬ َ ‫ِ َو إ ِ َّنِ ِ أ َع َْو‬, ِ ِ‫ض ل َ ع‬ ِ ِ ِ‫خ لِ قْ نَِ ِ ِم ْن‬ ُ ِ ِ‫ف َ إ ِن َّ هُ َّن‬
َ ْ‫ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ ذ َ ه َ ب‬, ِ ُِ‫لض ل َ عِِ ِ أ َع ََْل ه‬
ِ ِ‫ِ َو إ ِ ْن‬, ِ ُِ‫تِ ِ ت ُقِ ي َم هُِ ِ كَ سَ ْر ت َه‬ ِ َ‫ا‬
‫ِ ف َ ا سْ ت َ ْو صُ وا ِ ب ِ ال ن ِ سَ ا ِءِ ِ َخ يْر ا‬, ِ ِ‫ج‬ َ ‫ت َ َر كْ ت َهُِِ ل َ ْمِ ِ ي َ َز ْلِ ِ أ َع َْو‬
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Dan hendaklah
engkau sekalian melaksanakan wasiatku untuk berbuat
baik kepada para wanita. Sebab mereka itu diciptakan
dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok
ialah yang paling atas. Jika engkau meluruskannya berarti
engkau mematahkannya dan jika engkua
membiarkannya, ia tetap akan bengkok. Maka hendaklah
kalian melaksanakan wasiatku untuk berbuat baik kepada
wanita."118

118
HR. Al-Bukhori no 5186 dan Muslim no. 1468, lafazh tersebut
milik Al-Bukhori.

191
Wahai saudaraku semoga Allah memudahkan urusan-
urusan kebaikanmu … selayaknya bagimu untuk memulai
menanami ladangmu (membimbing istrimu) dengan
sesuatu yang mudah terlebih dahulu dan jangan engkau
persulit.

Hal itu sebagaimana nasehat Rasulullah Shallallahu’alaihi


wassalam kepada Abu Musa Al-Asy'ary dan Mu'adz bin
Jabal radhiallahu’anhuma ketika Beliau Shallallahu’alaihi
wassalam mengutus keduanya ke Yaman, beliau
Shallallahu'alaihi wassalam bersabda;

َ َ‫س َر ا ِ َو لَِ ِ ت ُع َ ِس َر ا ِ َو ب َ ِش َر ا ِ َو لَِ ِ ت ُن َ ف ِ َر ا ِ َو تِ َط‬


ِ َِ‫او عَ ا ِ َو ل‬ ِ َ‫ي‬
‫ت َ ْخ ت َل ِ ف َ ا‬
"Permudahlah dan jangan persulit, berilah kabar gembira
dan jangan membuat mereka lari, bersatulah dan jangan
berpecah belah.”119

Kelima

Dengan membiasakan untuk mengucapkan ucapan-


ucapan kebaikan tersebut berarti hal tersebut akan
mengikis kebiasaan-kebiasaan lama yang jelek seperti
mengumpat, berbicara kasar, berkata jorok dan kotor
apalagi beradu jotos. Contoh kebiasaan jelek tersebut
sering kita dengar ada seorang suami yang berkata “Puih,
kok masakannya keasinan, dasar gak becus masak,
bisanya Cuma minta duit, istri macam apa kamu

119
HR. Al-Bukhori no. 3038 dan Muslim no. 1733

192
itu”…sambil berkacak pinggang memegang pentungan
berupa kata-kata yang kasar, kumis menegang dan jidat
berkerut ke atas seperti kerutan parut, matanya memerah
seperti letupan bara api, bibirnya tidak henti-hentinya
mengumpat dan mencaci istrinya yang telah berusaha
susah payah memasak dan mengurus anak-anaknya”.

Wahai saudaraku yang semoga Allah memuliakanmu


simaklah hadits yang mulia dari Ibnu Mas'ud
Radhiyallaahu 'anhu berkata Rasulullah Shallallaahu `alaihi
wa sallam bersabda;

ِ َ ‫ْسِ ِ ال ْ ُم ْؤ ِم ُنِ ِ ب ِ الط َّ ع َّ ا ِنِ ِ َو لَِ ِ الل َّ ع َّ ا ِنِ ِ َو لَِ ِ ال ْ ف‬


ِ ِ‫اح ِش‬ َ ‫لَي‬
ِ‫َو لَِ ِ ال ْ ب َ ِذ ي ِء‬
"Seorang mukmin itu bukanlah orang yang suka
mengumpat, melaknat dan tidak pula yang berkata keji
lagi kotor."120

Hadits Mulia yang lainnya:

Dari al-Harits bin Wahb al-Khuza’i, ia mengatakan: Aku


mendengar Nabi Shallallaahu `alaihi wa sallam bersabda:

120
HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 332, At-Tirmidzi no.
1977 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 1/12. Dishohihkan oleh
Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahaadits Ash-shohihah no. 320

193
ِ ِ‫ض ِع ف‬ َ َ ‫ض ِع يفِ ِ ُم ت‬ َ ِ ِ‫ ِ ك ُ ُّل‬، ‫أ َ َلِ ِ أ ُ ْخ ب ِ ُر ك ُ ْمِ ِ ب ِ أ َهْ ِلِ ِ ال َج ن َّ ِة‬
ِ ِ‫ ِ أ َ َلِ ِ أ ُ ْخ ب ِ ُر ك ُ ْمِ ِ ب ِ أ َهْ ِل‬،ُ ‫ل َ ْوِ ِ أ َقْ سَ َمِ ِ عَ ل َ ى ِ اّللَِِّ ِ َِل َب َ َّر ه‬
ِ‫ ِ ك ُ ُّلِ ِ ع ُ ت ُلِ ِ َج َّو اظِ ِ ُم ت َك َ ب ِِ ر‬، ‫ار‬ ِ َّ ‫ال ن‬
“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang ahli Surga,
(yaitu setiap orang yang lemah lagi dilemahkan, yang
seandainya bersumpah kepada Allah, niscaya sumpahnya
akan dipenuhi. Maukah aku kabarkan kepada kalian
tentang ahli Neraka, yaitu setiap orang yang bengis, kasar
lagi sombong.”121

Keenam

Dengan membiasakan mengucapkan doa kebaikan diatas


maka seorang suami telah menjauhkan Kufr Ashiir dari
istrinya. Kufr Ashiir adalah pengingkaran/kedurhakaan
istri terhadap nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah
melalui suaminya. Contoh yang kita bisa lihat sehari-hari
adalah ucapan seorang istri "Kamu ini Suami macam apa
sih, kerjaannya cuma marah-marah, membentak-
bentak...dari awal nikah sampe sekarang cuma bisanya
marah-marah, Kamu kayak orang bengis yang nggak
pernah ada kebaikannya sama sekali...aku muak" (sambil
kacak pinggang seperti mau adu jotos, tangannya pun
mengepal, otot-otot dahinya keluar memerah
menunjukkan "Tegangan Tinggi/High Voltage") Lihatlah
simbol kemarahan yang dipake oleh sang istri -"Kamu"

121
HR. Al-Bukhari no. 4918, Muslim no. 2853, at-Tirmidzi no. 2605,
dan Ahmad no. 18728

194
(kasar sekali) "Nggak pernah ada kebaikannya sama
sekali" (Ultra kasarnya). Padahal sebenarnya sang suami
telah berusaha untuk menjalankan perannya sebagai
kepala rumah tangga, namun karena tidak memakai cara
dan metode yang lemah lembut lagi ma'ruf akhirnya
menyebabkan akumulatifnya bom waktu yang dapat
meledak kapan saja dan dimana saja yang dipicu oleh
kesalahan sepele lagi berkepanjangan.

Oleh karena itu saudaraku yang semoga Allah


memuliakanmu simaklah nasehat yang mulia berupa
hadits yang shohih berikut ini:

ِ َِِّ‫جِ ِ َر س ُ و ُلِ ِ اّلل‬ َ ‫ِ َخ َر‬: ِ‫ ِ ق َ ا َل‬، ِ ‫خ د ِْر ي‬ ُ ‫عَ ْنِ ِ أ َب ِ ي ِ س َ ِع يدِ ِ ال‬
ِ ‫ض َح ى ِ أ َ ْوِ ِ ف ِ طْ رِ ِ إ ِ ل َ ى‬ ْ َ ‫ص ل َّ ى ِ للاُِ ِ عَ ل َ يْ هِِ ِ َو سَ ل َّ مَِ ِ ف ِ ي ِ أ‬َ
ِ ِ‫ِ « ي َ ا ِ َم ع ْ ش ََر‬: ِ‫ ِ ف َ ق َ ا َل‬، ‫ ِ ف َ َم َّرِ ِ عَ ل َ ى ِ ال ن ِ سَ ا ِء‬،‫ص ل ى‬ َّ َ ‫ال ُم‬
ِ » ِ‫ار‬ ِ َّ ‫ال ن ِ سَ ا ِءِ ِ ت َصَ د َّقْ نَِ ِ ف َ إ ِن ِ ي ِ أ ُ ِر ي ت ُك ُ َّنِ ِ أ َكْ ث َ َرِ ِ أ َهْ ِلِ ِ ال ن‬
ِ ، ‫ِ « ت ُكْ ث ِ ْر نَِ ِ الل َّ ع ْ َن‬: ِ‫ِ َو ب ِ َمِ ِ ي َ ا ِ َر س ُ و َلِ ِ اّللَّ ِ؟ ِ ق َ ا َل‬: َِ‫ف َ ق ُ لْ ن‬
ِ ِ‫تِ ِ عَ ق ْ ل‬ ِ ‫صا‬ َ ِ ‫ ِ َم ا ِ َر أ َيْ تُِ ِ ِم ْنِ ِ ن َا ق‬، ‫ش ي َر‬ ِ َ ‫َو ت َكْ ف ُ ْر نَِ ِ ال ع‬
ِ ، » ِ‫از ِمِ ِ ِم ْنِ ِ إ ِ ْح د َ ا ك ُ َّن‬ ِ ‫ج ِلِ ِ ال َح‬ ُ ‫بِ ِ لِ ل ُ بِِ ِ ال َّر‬ َ َ ‫َو ِد ينِ ِ أ َذ ْ ه‬
ِ ‫ص ا ُنِ ِ ِد ي ن ِ ن َا ِ َو عَ قْ لِ ن َا ِ ي َ ا ِ َر س ُ و َلِ ِ اّللَِِّ ؟‬ َ ْ‫ِ َو َم ا ِ ن ُ ق‬: َِ‫ق ُ لْ ن‬
ِ ِِ‫فِ ِ ش َ هَ ا د َ ة‬ ِ ‫ص‬ ْ ِ ‫ْسِ ِ ش َ َه ا د َ ةِ ُِ ال َم ْر أ َةِِ ِ ِم ث ْ َلِ ِ ن‬َ ‫ِ « أ َل َ ي‬: ِ‫ق َ ا َل‬
ِ ِ‫ص ا ِن‬ َ ْ‫كِ ِ ِم ْنِ ِ ن ُ ق‬ ِ ِ‫ِ « ف َ ذ َ ل‬: ِ‫ ِ ق َ ا َل‬،‫ِ ب َ ل َ ى‬: َِ‫ج ِلِ » ِ ق ُ لْ ن‬ ُ ‫ال َّر‬
ِ » ِ‫ص ِلِ ِ َو ل َ ْمِ ِ ت َصُ ْم‬ َ ُ ‫تِ ِ ل َ ْمِ ِ ت‬ ْ ‫ض‬ َ ‫ْسِ ِ إ ِ ذ َ ا ِ َح ا‬ َ ‫ ِ أ َل َ ي‬،‫عَ قْ ل ِ َه ا‬
َ ْ ‫كِ ِ ِم ْنِ ِ ن ُ ق‬
‫ص ا ِنِ ِ ِد ي ن ِ َه ا‬ ِ ِ ‫ِ « ف َ ذ َ ل‬: ِ‫ ِ ق َ ا َل‬،‫ِ ب َ ل َ ى‬: َِ‫» ق ُ لْ ن‬
Dari Abu Sa’id al Khudriy radhiyallahu anhu, ia berkata:
“Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

195
keluar pada hari raya Idul Adha atau Idul Fitri menuju
tempat shalat dan melalui sekelompok wanita. Beliau
bersabda, ’Wahai kaum wanita bersedekahlah,
sesungguhnya aku telah diperlihatkan bahwa kalian
adalah mayoritas penghuni neraka.’ Mereka bertanya,
’Mengapa wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ’Kalian
banyak melaknat dan durhaka terhadap suami. Dan
tidaklah aku menyaksikan orang yang memiliki
kekurangan akal dan agama yang dapat menghilangkan
akal kaum laki-laki yang setia daripada salah seorang
diantara kalian. Mereka bertanya, ’Apa yang dimaksud
dengan kekurangan agama dan akal kami wahai
Rasulullah?’ Beliau menjawab, ’Bukankah kesaksian
seorang wanita sama dengan separuh dari kesaksian
seorang pria?’ Mereka menjawab,’Benar.’ Beliau berkata
lagi, ’Bukankah apabila wanita mengalami haidh maka
dia tidak melakukan shalat dan puasa?’ Mereka
menjawab, ’Benar.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata, ’itulah (bukti) kekurangan agamanya
(wanita)."122

Manakala seorang suami mengajarkan kebaikan dan


memberikan apresiasi berupa ucapan doa jazakillah
khoiran terhadap kebaikan yang dilakukan oleh seorang
istri walaupun itu hanya sepele maka (bisa dikatakan
secara otomatis) akan memberikan imbas efek positif
yang memungkinkan sang istri untuk berusaha belajar

122
HR. Al-Bukhari no. 304

196
bagaimana membalas kebaikan yang telah dilakukan
suaminya.

Ketujuh

Dengan memberikan doa kebaikan berupa ucapan


jazakillah khoiran kepada sang istri maka sang suami telah
melindungi dan tidak menelantarkan hak dari istrinya,
karena apresiasi dari kerja keras dan pengorbanan
seorang istri haruslah dihargai dengan penghargaan yang
tinggi lagi mulia. Hal itu sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu’alaihi wassalam:

ِ ِ‫ِ ال ْ ي َ ت ِ ي ِم‬: ِ‫قِ ِ ال ضَّ ِع ي ف َ يْ ِن‬ ُ ‫إ ِ ن ِِ ي ِ أ ُ َح ِر‬


َّ ‫جِ ِ عَ ل َ ي ْ ك ُ ْمِ ِ َح‬
ِِ‫َو ال ْ َم ْر أ َة‬
“Sesungguhnya aku mengkhawatirkan atas kalian
(menelantarkan) akan hak dua golongan yang lemah:
(yaitu) anak yatim dan wanita.”123

Pintu cinta itu harus diketuk dengan kelembutan.

Ketika "pakaian tercinta" bersusah payah berikanlah


senyum sambutan. Sambutan yang mengandung cinta
penuh kebaikan

123
HR. Ibnu Majah no. 3678, Ahmad no. 9666, Ibnu Hibban (Mawaridz
Adz-Zhom’an) no. 1266, al-Hakim no. 211, Ia menshahihkannya dan
disetujui oleh adz-Dzahabi, serta dihasankan oleh Syaikh al-Albani
dalam as-Silsilah ash-Shahiihah no. 1015)

197
Pupuklah "ladang tercinta" dengan pupuk ilmu mudah lagi
tak memberatkan

Wahai saudaraku yang semoga Allah senantiasa


memberikanmu hidayah untuk istiqamah dalam
menuntut ilmu syar'i...mari kita terapkan ucapan-ucapan
kebaikan tersebut agar bahtera rumah tangga kita disinari
dengan tautan doa kebaikan sehingga Allah meridhoi istri
- ladang - pakaian - kita sebagai istri kita kelak di Surga
Yang Indah lagi Abadi.

Istri Bukan Pembantu

Ketika pagi menyapa dalam keadaan buta, istri yang


Antum cintai sudah terbangun. Ia mempersiapkan semua
keperluan Antum sebelum beranjak kerja, kemudian
membangunkan Antum dengan sentuhan lembut
sepenuh cintanya.

Menyiapkan air hangat untuk mandi, sarapan agar


tenagamu penuh, dan pakaian yang telah dicuci bersih,
disetrika rapih, dan disemproti minyak wangi. Iya, istri
Antum melakukan itu sejak hari pertama pernikahan,
hingga kini. Silakan hitung, berapa lama masanya? Berapa
banyak yang harus ia korbankan untuk melakukan hal itu?

Setelah Antum pergi, yang sebelumnya dilepas dengan


doa yang tak putus, senyum yang senantiasa merekah,

198
wajah yang sumringah, dan salam lembut penuh doa,
pahamilah satu hal; tengah mengantri sekian daftar
kerjaan yang harus dikerjakan oleh istri yang Anda sayangi
itu.

Rumah, harus segera dibersihkan. Mulai menyapu,


mengepel lantai, jendela, merapikan kamar tidur, mencuci
piring, pakaian, dan masih banyak pekerjaan ‘remeh’ lain
yang tidak mungkin dan akan sangat melelahkan jika
didetail satu persatu.

Setelahnya, ia bergegas untuk mempersiapkan sarapan


anak-anak yang hendak beranjak ke sekolah. Jika pun
hanya satu anak; sadarilah bahwa ia tidak akan mau
mengonsumsi makanan yang sama setiap paginya. Belum
lagi jika anak kita lebih dari satu; pertama nasi goreng,
kedua nasi uduk, ketiga lontong sayur, dan sebagainya.

Bukankah itu amat melelahkan dan jauh lebih banyak dari


tugas Antum di kantor mana pun antum bekerja dengan
jabatan setinggi apa pun?

Lalu, setelah istri Antum satu-satunya itu seharian


menyelesaikan pekerjaan rumahnya, di senja hari Antum
pulang dengan membawa lelah, ia pun harus
mempersiapkan diri dengan penampilan terbaik untuk
menyambut Antum. Pasalnya, jika Antum pulang
sementara keadaannya awut-awutan tak jelas, ekspresi
Antum langsung kecut, cemberut, dan tak ‘berminat’
dengannya!

199
Maka, jika Antum ingin belajar menjadi suami yang baik,
cobalah pahami posisi dan kesibukannya yang padat
merayap itu. Cukup memahami, jika Antum tak kuasa
menggerakkan anggota badan untuk membantu sebab
merasa sudah sibuk di luar dan cukup dengan peran
sebagai pencari nafkah.

Dengan pemahaman yang baik, saat pulang di senja hari


saat rumah berantakan itu, minimal Antum tidak akan
mengatakan dengan nada Bos, “Kamu ngapain aja sih?
Tahu gak kalau Aku tuh kelelahan? Seharian mencari
nafkah untuk kamu dan anak-anak. Ngertiin Aku dong!?”

Sebab, istri Antum adalah pendamping hidup, belahan


jiwa, penasihat yang bijak; bukan pembantumu!

Menebar Dusta, Meraih Bahagia

“Tinggalkanlah dusta, karena dusta akan mengantarkan


kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan
kepada neraka.”

Kiranya seperti itulah makna salah satu pesan Nabi


shallallahu 'alaihi wasallam, namun ternyata ada dusta
yang boleh, bahkan itu adalah bumbu penyedap untuk
kehidupan suami istri. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda,

200
ِ ‫ِ يحدث ِ الرجل ِ امرأته‬: ‫ل ِ يصلح ِ الكذب ِ إل ِ في ِ ثَلث‬
ِ ‫ليرضيها ِ والكذب ِ في ِ الحرب ِ والكذب ِ ليصلح ِ بين‬
‫الناس‬
”Tidak dibenarkan berdusta kecuali dalam tiga hal:
”Seorang laki-laki yang berbicara kepada istrinya demi
menyenangkan hatinya, dusta dalam peperangan dan
dusta untuk memperbaiki hubungan manusia (yang
sedang berseteru).”124

Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti ‘Uqbah


radhiyallahu Ta’ala ‘anha, beliau berkata,

ِ َِ‫ص ل َّ ى ِ للاُِ ِ عَ ل َ يْ ِهِ ِ َو سَ ل َّ م‬ َ ِ َِِّ‫َم ا ِ س َ ِم عْ تُِ ِ َر س ُ و َلِ ِ اّلل‬


ِ َِ‫ ِ كَ ا ن‬، ‫ي ءِ ِ ِم نَِ ِ الْ ك َ ِذ بِِ ِ إ ِ َّلِ ِ ف ِ ي ِ ثِ َ ََل ث‬ ْ َ ‫صِ ِ ف ِ ي ِ ش‬ ُ ‫ي ُ َر ِخ‬
ِ‫ص ل َّ ى ِ للاُِ ِ عَ ل َ يْ ِهِ ِ َو سَ ل َّ َمِ ِ ي َ ق ُ و ُل‬
َ ِ َِِّ‫َر س ُ و ُلِ ِ اّلل‬
“Tidaklah aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memberikan keringanan sedikit pun berkaitan
dengan perkataan dusta kecuali dalam tiga perkara.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

ِ: ِ‫ ِ ي َ ق ُ و ُل‬، ‫اس‬ ِ َّ ‫حِ ِ ب َ يْ نَِ ِ ال ن‬ ْ ُ ‫ج ُلِ ِ ي‬


ُ ِ‫ص ل‬ ُ ‫ ِ ال َّر‬،‫َلِ ِ أ َع ُ د ُّهُِ ِ كَ ا ِذ ب ا‬
ِ: ِ‫ج ُلِ ِ ي َ ق ُ و ُل‬ُ ‫ ِ َو ال َّر‬، ‫ح‬ َ ‫ص ََل‬ ْ ‫اْل‬ِ ْ ِ ِ‫الْ ق َ ْو َلِ ِ َو َلِ ِ ي ُِر ي دِ ُِ ب ِ هِِ ِ إ ِ َّل‬
ُِ ِ‫ ِ َو الْ َم ْر أ َة‬،ُ ‫ثِ ِ ا ْم َر أ َت َه‬ُ ِ‫ج ُلِ ِ ي ُ َح د‬ ُ ‫ ِ َو ال َّر‬، ِ‫ف ِ ي ِ ال ْ َح ْر ب‬
‫ثِ ِ زَ ْو َج َه ا‬ُ ِ‫ت ُ َح د‬

124
HR. Tirmidzi no. 1939, dan dihasankan oleh al-Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 2834

201
“Tidaklah termasuk bohong: (1) Jika seseorang
(berbohong) untuk mendamaikan di antara manusia, dia
mengatakan suatu perkataan yang tidaklah dia
maksudkan kecuali hanya untuk mengadakan perdamaian
(perbaikan); (2) Seseorang yang berkata (bohong) ketika
dalam peperangan; dan (3) Seorang suami yang berkata
kepada istri dan istri yang berkata kepada suami.”125

Demikian juga dalam masalah ini terdapat hadis khusus


yang diriwayatkan dari ‘Atha bin Yasar, beliau berkata,

ِ ‫ِ يا‬: ِ ‫جاء ِ رجل ِ إلى ِ النبي ِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم ِ فقال‬
ِ ‫ِ هل ِ علي ِ جناح ِ أن ِ أكذب ِ على ِ أهلي ِ ؟‬: ِ ‫رسول ِ للا‬
ِ ‫ِ يا ِ رسول ِ للا‬: ِ ‫ ِ فَل ِ يحب ِ للا ِ الكذب ِ قال‬، ِ ‫ِ ل‬: ِ ‫قال‬
‫ِ ل ِ جناح ِ عليك‬: ِ ‫استصلحها ِ و ِ أستطيب ِ نفسها ِ !ِ قال‬

“Ada seseorang yang datang menemui Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah
aku berdosa jika aku berdusta kepada istriku?’

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Tidak boleh,


karena Allah Ta’ala tidak menyukai dusta.’

Orang tersebut bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, (dusta


yang aku ucapkan itu karena) aku ingin berdamai dengan

125
HR. Abu Dawud no. 4921, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani

202
istriku dan aku ingin senangkan hatinya.’ Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, ‘Tidak ada dosa atasmu.’126

Tapi perlu digaris bawahi, bahwa kebolehan ini bukan


secara mutlak, yang diperbolehkan adalah dusta yang
tujuannya memperbaiki hubungan dan menyenangkan
hati, seperti seorang suami yang mengatakan kepada
istrinya:

“KAU ADALAH PEREMPUAN TERINDAH UNTUKKU

RONA WAJAHMU SELALU MEMBAYANGI JALAN-JALANKU

AKU TAK KUASA BILA TAK MELIHAT WAJAHMU

AKU AKAN SELALU ADA UNTUKMU, SAYANG!!!

MASAKANMU TIADA YANG MENANDINGINYA”

Begitu pula sang istri kepada suaminya.

Inilah dusta yang seharusnya dipelajari oleh para pasutri,


karena didalamnya mengandung banyak hikmah, dan
inilah gombal yang kadang kala sebagian suami sulit untuk
mengungkapkannya, oleh karena itu harus ada latihan.

126
HR. Al-Humaidi dalam Musnad-nya no. 329. Hadits ini dinilai
shahih oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 498

203
Istrimu Bukan Bidadari

Kehidupan rumah tangga memang penuh dengan


dinamika, lika-liku, dan pasang surut. Kadang senang, dan
kadang bersedih. Tidak jarang, Antum tersenyum di
hadapan pasangan Anda, dan kadang kala Antum
cemberut dan bermasam muka.

Bukankah demikian, Saudaraku?

Berbagai tantangan dan tanggung jawab dalam rumah


tangga senantiasa menghiasi hari-hari Antum. Semakin
lama umur pernikahan Antum, maka semakin berat dan
bertambah banyak perjuangan yang harus Antum
tunaikan. Tanggung jawab terhadap putra-putri,
pekerjaan, karib kerabat, masyarakat, dan lain
sebagainya.

Di antara tanggung jawab yang tidak akan pernah lepas


dari kehidupan Antum ialah tanggung jawab terhadap
pasangan hidup Antum. Sebelum menikah, sah-sah saja
Antum sebagai calon suami membayangkan bahwa
pasangan hidup Antum cantik rupawan, bangsawan, kaya
raya, patuh, pandai mengurus rumah, penyayang,
tanggap, sabar, dan berbagai gambaran indah.

Bukankah demikian, Saudaraku?

204
ِ ‫حِ ِ ال ْ َم ْر أ َةِ ُِ ِل َ ْر ب َ عِ ِ ل ِ َم ا ل ِ َه ا ِ َو ل ِ َح س َ ب ِ َه ا ِ َو ل ِ َج َم ا لِ َه ا‬
ُ َ ‫ت ُن ْ ك‬
ِ‫ك‬ ْ َ ‫تِ ِ الدِ ي ِنِ ِ ت َ ِر ب‬
َ ‫تِ ِ ي َ د َ ا‬ ِ ‫َو لِ ِد ي ن ِ َه ا ِ ف َ اظْ ف َ ْرِ ِ ب ِ ذ َ ا‬
“Biasanya, seorang wanita dinikahi karena empat
pertimbangan: harta kekayaannya, kedudukannya,
kecantikannya, dan agamanya. Maka, hendaknya engkau
lebih memilih wanita yang beragama, niscaya engkau
beruntung.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Al-Qurthubi menjelaskan makna hadits ini dengan


berkata, “Empat pertimbangan inilah yang biasanya
mendorong seorang lelaki untuk menikahi seorang
wanita. Dengan demikian, hadits ini sebatas kabar
tentang fakta yang terjadi di masyarakat, dan bukan
perintah untuk menjadikannya sebagai pertimbangan.
Secara tekstual pun, hadits ini menunjukkan bahwa
dibolehkan menikahi seorang wanita dengan keempat
pertimbangan itu. Akan tetapi, hendaknya pertimbangan
agama lebih didahulukan.”

Keterangan al-Qurthubi ini semakna dengan hadits yang


diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin Amr al-‘Ash
radhiyallahu ‘anhu, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

ِ ِ‫ح سْ ن ُهُ َّنِ ِ أ َ ْن‬ُ ِ ‫ح سْ ن ِ ِه َّنِ ِ ف َ ع َ س َ ى‬ ُ ‫لَِ ِ ت َ َز َّو‬


ُ ِ ‫ج و ا ِ الن ِ سَ ا َءِ ِ ل‬
ِ ‫ج و ه ُ َّنِ ِ ِِل َ ْم َو ا لِ ِه َّنِ ِ ف َ ع َ س َ ى‬ ُ ‫ي ُْر ِد ي َ هُ َّنِ ِ َو لَِ ِ ت َ َز َّو‬
ِ ‫ج و ه ُ َّنِ ِ عَ ل َ ى‬ ُ ‫أ َ ْم َو ا ل ُهُ َّنِ ِ أ َ ْنِ ِ ت ُطْ ِغ ي َ هُ َّنِ ِ َو ل َ ِك ْنِ ِ ت َ َز َّو‬
ِ‫ض ُل‬َ ْ ‫الدِ ي ِنِ ِ َو َِل َ َم ةِ ِ َخ ْر َم ا ءُِ ِ سَ ْو د َ ا ءُِ ِ ذ َ ا تُِ ِ ِد ينِ ِ أ َف‬

205
‘Janganlah engkau menikahi wanita hanya karena
kecantikan parasnya, karena bisa saja parasnya yang
cantik menjadikannya sengsara. Jangan pula engkau
menikahinya karena harta kekayaannya, karena bisa saja
harta kekayaan yang ia miliki menjadikan lupa daratan.
Akan tetapi, hendaklah engkau menikahinya karena
pertimbangan agamanya. Sungguh, seorang budak
wanita berhidung pesek dan berkulit hitam, tetapi ia
patuh beragama, lebih utama dibanding mereka
semua.'”127

Akan tetapi, sekarang, setelah Antum menikah,


terwujudkah seluruh impian dan gambaran yang dahulu
terlukis dalam lamunan Antum?

Bila benar-benar seluruh impian Antum terwujud pada


pasangan hidup Antum, maka saya turut mengucapkan
selamat berbahagia di dunia dan akhirat. Bila tidak, maka
tidak perlu berkecil hati atau kecewa. Saudaraku,
besarkan hati Anda, karena nasib serupa tidak hanya
menimpa Anda seorang, tetapi juga menimpa kebanyakan
umat manusia.

ِ ِ‫ِ ق َ ا َلِ ِ َر س ُ و ُل‬: ِ‫يِ ِ للاُِ ِ ع َ ن ْ هُِِ ق َ ا َل‬ ِ ‫عَ ْنِ ِ أ َب ِ ى ِ ُم و س َ ى ِ َر‬
َ ‫ض‬
ِ ِ َِ‫ِ كَ ُم َلِ ِ ِم ن‬: ِ‫ص ل َّ ى ِ للاُِ ِ عَ ل َ يْ هِِ ِ َو سَ ل َّ َم‬
ِ ِ‫الر َج ا ِل‬ َ ِ َِِّ‫اّلل‬

127
HR. Ibnu Majah; oleh al-Albani dinyatakan sebagai hadits yang
lemah

206
ُِ ِ‫ ِ َو ل َ ْمِ ِ ي َ كْ ُم ْلِ ِ ِم نَِ ِ الن ِ سَ ا ِءِ ِ إ ِ لَِّ ِ آ ِس ي َ ةُِِ ا ْم َر أ َة‬، ‫ك َ ث ِ ير‬
ِ َِ‫ض َلِ ِ عَ ا ئ ِ شَ ة‬ ْ َ ‫ ِ َو إ ِ َّنِ ِ ف‬، ‫ ِ َو َم ْر ي َ مُِ ِ ب ِ ن ْ تُِ ِ ِع ْم َر ا َن‬، ‫ف ِ ْر ع َ ْو َن‬
ِ‫ض ِلِ ِ ال ث َّ ِر ي ِدِ ِ عَ ل َ ى ِ سَ ا ئ ِ ِرِ ِ الط َّ ع َ ا ِم‬ ْ َ ‫عَ ل َ ى ِ الن ِ سَ ا ِءِ ِ كَ ف‬
Abu Musa radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Banyak lelaki yang
berhasil menggapai kesempurnaan, sedangkan tidaklah
ada dari wanita yang berhasil menggapainya kecuali
Asiyah istri Fir’aun dan Maryam binti Imran.
Sesungguhnya, kelebihan Aisyah dibanding wanita lainnya
bagaikan kelebihan bubur daging128 dibanding makanan
lainnya.”129

Saudaraku, berbahagia dan berbanggalah dengan


pasangan hidup Anda, karena pasangan hidup Anda
adalah wanita terbaik untuk Anda! Anda tidak percaya,
Silakan Anda membuktikannya. Bacalah sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini, lalu terapkanlah
pada istri Anda.

ِ ِ‫ي‬ ِ ‫خ ل ُ ق ا ِ َر‬
َ ‫ض‬ ُ ِ ‫لَِ ِ ي َ فْ َر ْكِ ِ ُم ْؤ ِم نِ ِ ُم ْؤ ِم ن َةِ ِ إ ِ ْنِ ِ كَ ِر هَِ ِ ِم ن ْ َه ا‬
ِ‫ِم ن ْ َه ا ِ آ َخ َر‬

128
Para ulama pensyarah hadits menjelaskan bahwa bubur daging
adalah makanan paling istimewa di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, terlebih-lebih bubur daging mudah pembuatannya dan
selanjutnya mudah pula menelannya.
129
Muttafaqun ‘alaihi

207
“Tidak pantas bagi lelaki yang beriman untuk
meremehkan wanita yang beriman. Bila ia tidak menyukai
satu perangai darinya, pasti ia puas dengan perangainya
yang lain.”130

Saudaraku, Anda kecewa karena istri Anda kurang pandai


memasak? Tidak perlu khawatir, karena ternyata istri
Anda adalah penyayang.

Anda kurang puas dengan istri Anda yang kurang pandai


mengurus rumah dan kurang sabar? Tidak usah berkecil
hati, karena ia begitu cantik rupawan.

Anda berkecil hati karena istri Anda kurang cantik? Segera


besarkan hati Anda, karena ternyata istri Anda subur
sehingga Anda mendapatkan karunia keturunan yang
shalih dan shalihah. Coba Anda bayangkan, betapa besar
penderitaan Anda bila Anda menikahi wanita cantik akan
tetapi mandul. Demikianlah seterusnya.

Tidak etis dan tidak manusiawi bila Anda hanya pandai


mengorek kekurangan istri, namun Anda tidak mahir
dalam menemukan kelebihan-kelebihannya. Buktikan
Saudaraku, bahwa Anda benar-benar seorang suami yang
berjiwa besar, sehingga Anda peka dan lihai dalam
membaca kelebihan pasangan Anda.

130
HR. Muslim

208
Dahulu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu peka dan
mahir dalam membaca segala hal, termasuk suasana hati
istrinya. Aisyah mengisahkan,

ِ ‫ِ إ ِ ن ِ ي‬: ِ‫ص ل َّ ى ِ للاُِ ِ عَ ل َ يْ ِهِ ِ َوِ ِ سَ ل َّ َم‬


َ ِ َِِّ‫ق َ ا َلِ ِ ل ِ ي ِ َر س ُ و ُلِ ِ اّلل‬
ِ ِ‫ي‬َّ َ ‫تِ ِ عَ ل‬ِ ْ ‫ ِ َو إ ِ ذ َ ا ِ ك ُ ن‬، ‫اض ي َ ة‬ ِ ‫تِ ِ ع َ ن ِ ي ِ َر‬ ِ ْ‫َِل َعْ ل َ مُِ ِ إ ِ ذ َ ا ِ ك ُ ن‬
ِ ، ِ‫ك‬َ ِ ‫فِ ِ ذ َ ل‬ُ ‫ِ ف َ ق ُ ل ْ تُِ ِ ِم ْنِ ِ أ َيْ نَِ ِ ت َعْ ِر‬: ِ‫ت‬ ْ َ ‫ِ ق َ ا ل‬. ِ ‫ض ب َ ى‬ ْ َ‫غ‬
ِ َِ‫كِ ِ ت َق ُ و لِ ي ْ نَِ ِ ل‬ ِ َّ ‫اض ي َ ةِ ِ ف َ إ ِن‬
ِ ‫تِ ِ ع َ ن ِ ي ِ َر‬ ِ ْ ‫ِ أ َ َّم ا ِ إ ِ ذ َ ا ِ ك ُ ن‬: ِ‫ف َ ق َ ا َل‬
ِ ِِ‫تِ ِ لَِ ِ َو َر ب‬ ِ ْ‫ض ب َ ى ِ ق ُل‬ ْ َ‫تِ ِ غ‬ِ ْ ‫ ِ َو إ ِ ذ َ ا ِ ك ُ ن‬، ‫َو َر بِِ ِ ُم َح َّم د‬
ِ ‫ ِ َم ا‬،ِ َّ‫ِ ق ُ لْ تُِ ِ أ َ َج ْلِ ِ َو اّللَِِّ ِ ي َ ا ِ َر س ُ و َلِ ِ اّلل‬: ِ‫ت‬ ْ َ ‫ِ ق َ ا ل‬. ِ‫يم‬
َ ِ‫إ ِ ب َْر ا ه‬
َ ‫ج ُرِ ِ إ ِ لَِّ ِ ا سْ َم‬
ِ‫ك‬ ُ ْ‫أ َ ه‬
“Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepadaku, ‘Sungguh, aku mengetahui bila
engkau ridha kepadaku, demikian pula bila engkau sedang
marah kepadaku.’ Spontan, Aisyah bertanya, ‘Darimana
engkau dapat mengetahui hal itu?’ Rasulullah menjawab,
‘Bila engkau sedang ridha kepadaku, maka ketika engkau
bersumpah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan
Muhammad. Adapun bila engkau sedang dirundung
amarah, maka ketika engkau bersumpah, engkau berkata,
‘Tidak, demi Tuhan Ibrahim.’’ Mendengar penjelasan ini,
Aisyah menimpalinya dan berkata, ‘Benar, sungguh demi
Allah, wahai Rasulullah, ketika aku marah, tiada yang aku
tinggalkan, kecuali namamu saja.’”131

131
Muttafaqun ‘alaihi

209
Demikianlah teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau begitu peka dengan suasana hati istrinya, sehingga
beliau bisa membaca isi hati istrinya dari ucapan
sumpahnya. Walaupun Aisyah berusaha untuk
menyembunyikan isi hatinya, tetap bermanis muka,
senantiasa berada di sanding Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, dan berbicara seperti biasa, namun Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat menebak suasana
hatinya dari perubahan cara bersumpahnya. Luar biasa,
perhatian, kejelian, dan kepekaan yang tidak ada
bandingnya. Tidak mengherankan, bila beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َخ ي ْ ُر ك ُ ْمِ ِ َخ يْ ُر ك ُ ْمِ ِ ِِل َهْ ل ِ هِِ ِ َو أ َن َا ِ َخ يْ ُر ك ُ ْمِ ِ ِِل َهْ ل ِ ي‬


“Orang terbaik di antara kalian ialah orang yang terbaik
dalam memperlakukan istrinya, dan aku adalah orang
terbaik di antara kalian dalam memperlakukan istriku.”132

Bagaimana dengan Anda, Saudaraku? Dengan apa Anda


dapat mengenali dan meraba suasana hati pasangan
Anda?

Saudaraku, tidak ada salahnya bila sejenak Anda kembali


memutar lamunan dan gambaran tentang istri ideal dan
idaman yang pernah singgah dalam benak Anda.
Selanjutnya, bandingkan gambaran istri idaman Anda

132
HR. At-Tirmidzi

210
dengan gambaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang kaum wanita berikut ini,

ِ َ‫الْ َم ْر أ َةِ ُِ ك‬
ِ ِ‫ ِ َو إ ِ ِن‬،‫ ِ إ ِ ْنِ ِ أ َق َ ْم ت َ َه ا ِ كَ س َ ْر ت َ َه ا‬، ِ ِِ‫الض ل َ ع‬
ِ‫تِ ِ ب ِ َه ا ِ َو ف ِ ي َه ا ِ ِع َو ج‬ َ ْ ‫تِ ِ ب ِ َه ا ِ ا سْ ت َ ْم ت َع‬
َ ْ ‫ا سْ ت َ ْم ت َع‬
“Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Bila engkau ingin
meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah,
dan bila engkau bersenang-senang dengannya, niscaya
engkau dapat bersenang-senang dengannya, sedangkan
ia adalah bengkok.”133

Pada riwayat lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

ِ ‫كِ ِ ال ْ َم ْر أ َةِ ُِ عَ ل َ ى ِ َخ ل ِ ي ق َ ةِ ِ َو‬


ِ ‫اح د َ ةِ ِ َو إ ِ ن َّ َم ا‬ َ َ ‫لَِ ِ ت َسِْ ت َق ِ ي مُِ ِ ل‬
ِ ‫الض ل َ ُعِ ِ إ ِ ْنِ ِ ت ُقِ ْم َه ا ِ ت َكْ ِس ْر هَا ِ َو إ ِ ْنِ ِ ت َت ْ ُر كْ َه ا‬ ِ َ‫يِ ِ ك‬ َ ‫ِه‬
ِ‫ت َسْ ت َ ْم ت ِ ْعِ ِ ب ِ َه ا ِ َو ف ِ ي َه ا ِ ِع َو ج‬
“Tidak mungkin istrimu kuasa bertahan dalam satu
keadaan. Sesungguhnya, wanita itu bak tulang rusuk. Bila
engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau
menjadikannya patah. Adapun bila engkau biarkan begitu
saja, maka engkau dapat bersenang-senang dengannya,
(tetapi hendaklah engkau ingat) ia adalah bengkok.”134

Nah, sekarang, silakan Anda mengorek memori Anda


tentang wanita pendamping hidup Anda. Temukan

133
Muttafaqun ‘alaihi
134
HR. Ahmad

211
berbagai kelebihan padanya, dan selanjutnya
tersenyumlah, karena ternyata istri Anda memiliki banyak
kelebihan. Lalu, bila pada suatu hari Anda merasa tergoda
oleh kecantikan wanita lain, maka ketahuilah bahwa
sesuatu yang dimiliki oleh wanita itu ternyata juga telah
dimiliki oleh istri Anda. Maka, bergegaslah untuk
membuktikan hal ini pada istri Anda. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ْ ‫إ ِ ذ َ ا ِ َر أ َى ِ أ َ َح د ُك ُ مُِ ِ ا ْم َر أ َةِ ِ ف َ أ َعْ َج ب َ ت ْ هُِِ ف َ لْ يَِ أ‬


ِ ِ‫تِ ِ أ َهْ ل َ هُِِ ف َ إ ِ َّن‬
‫َم ع َ َه ا ِ ِم ث ْ َلِ ِ ال َّ ِذ ي ِ َم ع َ َه ا‬
“Bila engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat
hatimu, maka segeralah datangi istrimu! Sesungguhnya,
istrimu memiliki seluruh hal yang dimiliki oleh wanita yang
engkau lihat itu.”135

Demikianlah caranya agar Anda dapat senantiasa puas


dan bangga dengan pasangan hidup Anda. Anda selalu
dapat merasa bahwa ladang Anda tampak hijau, sehijau
ladang tetangga, dan bahkan lebih hijau. Selamat
berbahagia dengan pasangan hidup yang telah Allah
karuniakan kepada Anda. Semoga Allah memberkahi
bahtera rumah tangga Anda.

Sebaliknya, sebagai calon istri, Anda juga berhak untuk


mendambakan pasangan hidup yang tampan, gagah, kaya
raya, pandai, berkedudukan tinggi, penuh perhatian, setia,
penyantun, dermawan, dan lain sebagainya. Betapa

135
HR. At-Tirmidzi

212
indahnya gambaran rumah tangga Anda, dan betapa
istimewanya pasangan hidup Anda, andai gambaran Anda
ini dapat terwujud. Bukankah demikian, Saudariku?

Saudariku, setelah Anda menikah, benarkah seluruh


kriteria suami ideal yang pernah menghiasi lamunan Anda
ini terwujud pada pasangan hidup Anda?

Bila benar terwujud, maka saya ucapkan selamat


berbahagia di dunia dan akhirat, dan bila tidak, maka tidak
perlu berkecil hati.

Besarkan hatimu, wahai Saudariku! Percayalah, bahwa


pada pasangan hidup Anda ternyata terdapat banyak
kelebihan. Bila selama ini, Saudari ciut hati karena suami
Anda miskin harta, maka tidak perlu khawatir, karena ia
penuh dengan perhatian dan tanggung jawab.

Bila selama ini, Saudari kecewa karena suami Anda


ternyata kurang tampan, maka percayalah bahwa ia setia
dan bertanggung jawab.

Andai selama ini, Saudari kurang puas karena suami Anda


kurang perhatian dengan urusan dalam rumah, tetapi ia
begitu membanggakan dalam urusan luar rumah.

Juga, andai selama ini, sikap suami Anda terhadap Anda


kurang simpatik, maka tidak perlu hanyut dalam duka dan
kekecawaan, karena ia masih punya jasa baik yang tidak
ternilai dengan harta. Ternyata, selama ini, suami Anda

213
telah menjaga kehormatan Anda, menjadi penyebab Anda
merasakan kebahagiaan menimang putra-putri Anda.

Saudariku, Anda tidak perlu hanyut dalam kekecewaan


karena suatu hal yang ada pada diri suami Anda. Betapa
banyak kelebihan-kelebihan yang ada padanya.
Berbahagia dan nikmatilah kedamaian hidup rumah
tangga bersamanya.

Berlarut-larut dalam kekecewaan terhadap suatu


perangai suami Anda dapat menghancurkan segala
keindahan dalam rumah tangga Anda. Bukan hanya
hancur di dunia, bahkan berkelanjutan hingga di akhirat
kelak.

Saudariku, simaklah peringatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam berikut ini. Agar anda dapat menjadikan bahtera
rumah tangga Anda seindah dambaan Anda.

ِ: ِ‫ ِ ق ِ ي َل‬، ‫ارِ ِ ف َ إ ِذ َ ا ِ أ َكْ ث َ ُرِ ِ أ َهْ ل ِ َه ا ِ الن ِ سَ ا ءُِ ِ ي َ كْ ف ُ ْر َن‬ َ َّ ‫أ ُ ِر ي تُِ ِ ال ن‬


ِ َِ‫ ِ َو ي َ كْ ف ُ ْر ن‬، ‫ش ي َر‬ ِ َ ‫ِ ي َ كْ ف ُ ْر نَِ ِ ال ْ ع‬: ِ‫أ َي َ كْ ف ُ ْر نَِ ِ ب ِ اّللَّ ِ؟ ِ ق َ ا َل‬
َ ْ‫ ِ ل َ ْوِ ِ أِ َ ْح س َ ن‬، ‫ا ِْل ْح سَ ا َن‬
ِ َِّ‫تِ ِ إ ِ ل َ ى ِ إ ِ ْح د َ ا ه ُ َّنِ ِ ال د َّهْ َرِ ِ ث ُم‬
ُِّ‫كِ ِ َخ يْر ا ِ ق َ ط‬ َ ْ ‫ِ َم ا ِ َر أ َي ْ تُِ ِ ِم ن‬: ِ‫ت‬ ْ َ ‫ ِ ق َ ا ل‬،‫كِ ِ ش َ ي ْئ ا‬ َ ْ‫تِ ِ ِم ن‬ْ َ ‫َر أ‬
“Aku diberi kesempatan untuk menengok ke dalam
neraka, dan ternyata kebanyakan penghuninya ialah para
wanita, akibat ulah mereka yang selalu kufur/ingkar.”
Spontan, para shahabat bertanya, “Apakah yang engkau

214
maksud adalah mereka kufur/ingkar kepada Allah?”
Beliau menjawab, “Mereka terbiasa ingkar terhadap
perilaku baik, dan ingkar terhadap jasa baik. Andai engkau
berbuat baik kepada mereka seumur hidupmu, lalu ia
mendapatkan suatu hal padamu, niscaya mereka begitu
mudah berkata, ‘Aku tidak pernah mendapatkan kebaikan
sedikit pun darimu.’”136

Anda mendambakan kebahagian dalam rumah tangga?

Temukanlah bahwa kebahagian hidup dan berumah


tangga terletak pada genggaman tangan suami Anda.
Pandai-pandailah membawa diri, sehingga suami Anda
rela membentangkan kedua telapak tangannya, dan
memberikan kebahagian berumah tangga kepada Anda.

Percayalah Saudariku, suami Anda adalah pasangan


terbaik untuk Anda.

ِ ‫تِ ِ ش َ ْه َر هَا‬ ْ ‫ص ا َم‬ َ ‫تِ ِ ال ْ َم ْر أ َةِ ُِ َخ ْم سَ َه ا ِ َو‬ ِ َّ ‫ص ل‬


َ ِ ‫إ ِ ذَِ ا‬
ُ ْ ‫تِ ِ َز ْو َج َه ا ِ ق ِ ي َلِ ِ ل َ َه ا ِ ا ُد‬
ِ ‫خ لِ ي‬ ْ َ‫تِ ِ ف َ ْر َج َه ا ِ َو أ َط َ ا ع‬ ْ َ‫َو َح ف ِ ظ‬
ِ ْ ‫الْ َج ن َّ ةَِ ِ ِم ْنِ ِ أ َيِ ِِ أ َب َْو ا بِِ ِ الْ َج ن َّ ِةِ ِ ِش ئ‬
ِ‫ت‬
“Bila seorang istri telah mendirikan shalat lima waktu,
berpuasa bulan Ramadan, menjaga kesucian dirinya, dan
taat kepada suaminya, niscaya kelak akan dikatakan

136
Muttafaqun ‘alaihi

215
kepadanya, ‘Silakan engkau masuk ke surga dari pintu
mana pun yang engkau suka.’”137

Tidakkah Anda mendambakan termasuk orang-orang


mukminah yang mendapatkan kebebasan masuk surga
dari pintu yang mana pun?

Saudaraku, mungkin selama ini Anda bersama pasangan


hidup Anda, terus berusaha mencari pola rumah tangga
yang dapat mendatangkan kebahagiaan untuk Anda
berdua.

Anda berhasil menemukannya?

Bila Anda berhasil, maka saya ucapkan selamat


berbahagia. Adapun bila belum, maka segera temukan
kunci keberhasilan rumah tangga Anda pada firman Allah
berikut,

ِ ِ‫لر َج ا ِل‬ ِ ‫َو ل َ هُ َّنِ ِ ِم ث ْ ُلِ ِ ال َّ ِذ ي ِ عَ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ ب ِ ال ْ َم عْ ُر و‬


ِ ِ‫فِ ِ َو ل‬
ِ‫عَ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ د َ َر َج ة‬
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi,
para suami mempunyai kelebihan satu tingkat daripada
istrinya.” (QS. al-Baqarah: 228)

Hak pasangan Anda setimpal dengan kewajiban yang ia


tunaikan kepada Anda. Semakin banyak Anda menuntut

137
HR. Ahmad dan lainnya

216
hak Anda, maka semakin banyak pula kewajiban yang
harus Anda tunaikan untuknya.

Shahabat Abdullah bin ‘Abbas memberikan contoh nyata


dari aplikasi ayat ini dalam rumah tangganya. Pada suatu
hari, beliau berkata, “Sesungguhnya, aku senang untuk
berdandan demi istriku, sebagaimana aku pun senang bila
istriku berdandan demiku, karena Allah Ta’ala telah
berfirman,

ِ ‫َو ل َ هُ َّنِ ِ ِم ث ْ ُلِ ِ ال َّ ِذ ي ِ عَ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ ب ِ ال ْ َم عْ ُر و‬


ِ‫ف‬
‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.’

Aku pun tidak ingin menuntut seluruh hakku atas istriku,


karena Allah juga telah berfirman,

ِ‫لر َج ا ِلِ ِ عَ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ د َ َر َج ة‬


ِ ِ‫َو ل‬
‘Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan satu
tingkat daripada istrinya.’”138

Bagaimana dengan dirimu, wahai saudara dan saudariku?


Kapankah Anda berdandan? Ketika sedang berada di
rumah atau ketika hendak keluar rumah? Selama ini,
sejatinya, untuk siapa Anda berdandan? Benarkah Anda
berdandan untuk pasangan Anda, ataukah Anda
berdandan dan tampil menawan untuk orang lain?

138
HR. Ibnu Abi Syaibah dan ath-Thabari

217
Saudaraku, bahu-membahu, saling melengkapi
kekurangan, dan saling pengertian adalah salah satu
prinsip dasar dalam membangun rumah tangga. Tidak
layak bagi Anda untuk berperan sebagai penonton setia
ketika pasangan Anda sedang mengerjakan pekerjaannya.
Usahakan sebisa Anda untuk turut menyelesaikan
pekerjaannya. Demikianlah, dahulu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mencontohkan dalam rumah tangga
beliau. Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan,

َ ‫ ِ ف َ إ ِذ َ ا ِ س َ ِم َعِ ِ ا ِل َذ َ ا نَِ ِ َخ َر‬، ِ‫كَ ا نَِ ِ ف ِ ي ِ ِم ْه ن َ ِةِ ِ أ َهْ لِ ه‬


ِ‫ج‬
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan
sebagian pekerjaan istrinya, dan bila beliau mendengar
suara azan dikumandangkan, maka beliau bergegas
menuju ke mesjid.”139

Constance Gager, ketua studi sekaligus asisten profesor di


Montclair State University, Montclair, New Jersey,
mengadakan penelitian tentang hubungan perilaku
suami-istri dengan keromantisan dalam bercinta. Ia
mengelompokkan para suami yang menjadi objek
penelitiannya ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama
adalah suami-suami yang tidak peduli dan jarang
membantu pekerjaan istri. Kelompok kedua adalah suami-
suami yang sering turut serta dalam mengerjakan
pekerjaan rumah tangga istri.

139
HR. Bukhari

218
Hasilnya luar biasa! Suami di kelompok kedua, yaitu yang
sering membantu pekerjaan istrinya, terbukti lebih
romantis dan lebih sering memadu cinta dengan
pasangannya. Hubungan yang harmonis dan indah, begitu
kental dalam rumah tangga mereka.

Sejatinya, penemuan ini bukanlah hal baru, karena secara


logika, suami yang dengan rendah hati membantu
pekerjaan istrinya pastilah lebih dicintai oleh istrinya.
Tentunya, ini memiliki hubungan erat dengan
keromantisan suami-istri dalam bercinta. Sebaliknya, istri
yang peduli dengan pekerjaan suami, pun akan mengalami
hal yang sama.

Berapa Kali Engkau Memaafkan Istri?

Mari kita renungkan hadits berikut: Dari ‘Abdullah bin


Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

ِ – ِ ‫جاء ِ رجل ِ إلى ِ النبي ِ – ِ صلى ِ للا ِ عليه ِ وسلم‬


ِ ،‫ِ يا ِ رسول ِ للا ِ كم ِ نعفو ِ عن ِ الخادم؟ ِ فصمت‬: ‫فقال‬
ِ ‫ ِ فلما ِ كان ِ في ِ الثالثة‬،‫ثم ِ أعاد ِ عليه ِ الكَلم ِ فصمت‬
‫ِ اعفوا ِ عنه ِ في ِ كل ِ يوم ِ سبعين ِ مرة‬: ‫قال‬
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, lalu ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, berapa kali
kita memaafkan pembantu?’ Lalu beliau pun diam.

219
Kemudian orang itu mengulang pertanyaannya. Dan Nabi
pun masih diam. Lalu yang ketiga kalinya beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Maafkanlah dia
(pembantu) setiap hari tujuh puluh kali.”140

Hidup itu indah dengan hati yang bersih dari duri, yang
selalu memaafkan kesalahan istri, namun bila ternyata
ada istri yang setelah 70 kali dimaafkan dalam setiap
harinya dengan dibalut arahan yang penuh kelembutan,
tetap berbuat kesalahan yang kadang kala tidak bisa
ditoleransi lagi, maka Allah pun telah memberikan arahan
dan tahapan-tahapan yang harus ditempuh dalam
memberikan terapi bagi istri yang seperti ini. Sebagaimana
firman-Nya:

ِ ِ‫ج ُر و ه ُ َّن‬ ُ ْ‫الَل ت ِ ي ِ ت َ َخ ا ف ُو نَِ ِ ن ُ ش ُ وزَ ه ُ َّنِ ِ ف َ ِع ظ ُ و ه ُ َّنِ ِ َو ا ه‬ َّ ‫َو‬


ِ ِ‫ض ِر ب ُو ه ُ َّنِ ِ ۖ ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ أ َط َ عْ ن َ ك ُ ْمِ ِ ف َ ََل‬
ْ ‫اج عِِ ِ َو ا‬ ِ ‫ض‬ َ ‫ف ِ ي ِ ال ْ َم‬
‫ت َب ْ غ ُوا ِ عَ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ س َ ب ِ يَلِ ِ ۗ ِ إ ِ َّنِ ِ اّللََِّ ِ كَ ا نَِ ِ عَ لِ ي ًّا ِ ك َ ب ِ ير ا‬
“Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan nusyuz-
nya (ketidakpatuhannya), maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka ,dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar.” (QS. An-Nisaa’: 34)

140
HR.Abu Dawud, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah
no.488

220
Jadi…

Tahapan pertama:

Nasehat yang santun penuh hikmah, tanpa harus


mengangkat suara sehingga tetangga mendengarnya, dan
tidak pula dilakukan di depan orang lain, tapi carilah waktu
dan tempat yang tepat. Namun jika nasehat yang berbalut
kasih-sayang belum membuahkan hasil, maka langkah
berikutnya…

Tahapan kedua:

Hajr yakni tidak mengajaknya berbicara dan tidak


berhubungan intim dengannya, dan bila langkah ini juga
tidak mujarab, bahkan istri semakin menjadi-jadi, maka…

Tahapan ketiga:

Diperbolehkan bagi para suami untuk memukulnya


dengan pukulan yang berdasarkan kebaikan, bukan
memukul untuk melampiaskan emosi kepadanya. Pukulan
yang diperbolehkan adalah yang tidak meninggalkan
bekas, dan tidak boleh pula memukul wajah. Ini dilakukan
kalau kiranya akan memberikan manfaat, tapi kalau tidak
maka tidak perlu.

Pada hakikatnya suami yang mencintai istrinya, yang telah


memberikan hak-haknya niscaya tatkala pada suatu hari ia
mendiamkan istrinya, sang istri akan segera merasakan
adanya perubahan signifikaan pada diri suaminya. Namun
bila ternyata suami memang jarang bercakap-cakap

221
dengan istri maka istri tidak akan tanggap dan sadar
bahwa ia sedang dalam fase hajr. Dan suami yang memang
jarang menggauli istrinya, tatkala ia memberikan
pelajaran kepadaanya dengan tidak menjima’nya maka
tatkala itu istri akan biasa-biasa saja.

Sebagaimana suami yang baik ketika dia memukul istrinya


di telapak tangannya dengan pena yang tidak
menyakitkan, pada hakikatnya yang terasa sakit buat istri
bukanlah tangannya, tapi dalam hatinya.Dan ketika itu
biasanya ia akan segera tanggap dan sadar bahwa ada
yang tidak disukai oleh suami darinya. Sebagaimana
‘Aisyah radhiyallahu ‘aanha tanggap dengan adanya
perubahan di mimik Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Namun bila memang sudah biasa terjadi
percekcokan di dalam rumah bahkan kerap kali piring
berterbangan plus baku hantam di rumah, maka memukul
istri pada waktu itu tidak akan memberikan perubahan
pada dirinya.

Jadi yang harus dirubah dari awal adalah dirimu wahai


suami; jadilah kau yang baik dan bijak terhadap istrimu,
niscaya ketika kau membimbing istrimu diapun akan
tanggap terhadapmu.

Sebagian orang bijak berkata, ”Sesungguhnya hati itu


seperti kertas, yang bila diremas tentu tidak akan kembali
rata seperti semula.”

Memang perkataan ini benar, maka buanglah kertas yang


telah diremas itu dan ambillah lembaran baru untuk

222
memuai kehidupan yang baru. Dan bila nanti di kemudian
hari kertas itu diremas lagi, buanglah dan ambillah yang
baru lagi.

Lagi, lagi dan lagi…

Insyaa Allah kau akan bahagia.

Bermain Tarik Ulur

Teori ‘tarik ulur’ sebagai sebuah ‘resep’ keutuhan rumah


tangga. Hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad
Shalallahu alaihi wassallam :

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memisahkan diri dari


istri-istri beliau selama 29 malam dikarenakan rahasia
beliau yang disebarkan oleh Hafshah kepada ‘Aisyah141,

141
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ِ ‫ضِ ِ أ َز ٰ َو ِج هِِ ۦ ِ َح ِد ي ٗث ا ِ ف َ ل َ َّم ا‬ ِ ‫يِ ِ إ ِ ل َ ٰىِ ِ ب َ ع‬ ُّ ِ ‫َو إ ِ ذِ ِ أ َس َ َّرِ ِ ٱ ل ن َّ ب‬


ِ ‫فِ ِ ب َ ع ضَ هُِۥ‬ َ ‫ن َ ب َّأ َتِ ِ ب ِ ِهِ ۦ ِ َو أ َظ َه َر هُِِ ٱ ّللَُِّ ِ عَ ل َ ي ِهِ ِ ع َ َّر‬
ِ ِ‫ضِ ِ ف َ ل َ َّم ا ِ ن َ ب َّأ َهَا ِ ب ِ هِِ ۦ ِ ق َ ا ل َ تِ ِ َم ن‬ۖ ‫ضِ ِ ع َ ْۢنِ ِ ب َ ع‬ َ ‫َو أ َعِ َر‬
ۖ
َ ِ ‫كِ ِ ٰهَ ذ َ اِ ِ ق َ ا َلِ ِ ن َ ب َّأ َن‬
٣ ِ ِ‫يِ ِ ٱ ل ع َ ل ِ ي مُِ ِ ٱ ل َخ ب ِ ي ُر‬ َ َ ‫أ َ ْۢن ب َ أ‬

“Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah


seorang dari istrinya suatu peristiwa. Maka ketika istrinya itu

223
beliau menyatakan, “Aku tidak akan masuk menemui
mereka selama sebulan.” Beliau sangat marah terhadap
mereka karena merekalah yang menyebabkan Allah ‘azza
wa jalla mencela beliau.142

mengabarkan rahasia tersebut (kepada istri yang lain).” (QS at-


Tahrim: 3)

Mayoritas ahli tafsir berkata bahwa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam yang dimaksud dalam ayat adalah Hafshah. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan satu rahasia kepadanya dan
memintanya agar tidak memberitahukan kepada seorang pun.
Ternyata Hafshah menceritakan rahasia tersebut kepada Aisyah
radhiallahu ‘anha. (Taisir Al-Karimir Rahman, hlm. 873)
142
Allah subhanahu wa ta’ala mencela Khalil-Nya yang mulia
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau mengharamkan
dirinya untuk menyentuh budak wanitanya bernama Mariyah atau
ketika beliau mengharamkan dirinya minum madu, karena
memerhatikan perasaan sebagian istrinya, sebagaimana kisahnya
ma’ruf (dalam kitab-kitab tafsir dan selainnya -pen.). Allah subhanahu
wa ta’ala menurunkan ayat -Nya:

ِ ‫كِ ِ ت َب ت َ ِغ ي‬َ ۖ َ ‫يِ ِ لِ َمِ ِ ت ُ َح ِر مُِ ِ َم اِ ِ أ َ َح َّلِ ِ ٱ ّللَُِّ ِ ل‬ ُّ ِ ‫ٰي َ أ َي ُّ َه ا ِ ٱ ل ن َّ ب‬


َ ‫ ِ ق َ دِ ِ ف َ َر‬١ ِ ِ‫كِ ِ َوِ ٱ ّللَُِّ ِ غَ ف ُ ورِ ِ َّر ِح يم‬
ِ ِ‫ض‬ َ ۚ ‫تِ ِ أ َز ٰ َو ِج‬ َ ‫ضا‬ َ ‫َم ر‬
َ َّ
ِ‫ٱ ّللَُِّ ِ ل َ ك ُ مِ ِ ت َ ِح ل ةَِ ِ أ ي ٰ َم نِِ ك ُ ۚمِ ِ َوِ ٱ ّللَُِّ ِ َم و ل َ ٰى ك ُ ۖم‬

“Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang Allah


halalkan bagiku karena engkau ingin mencari keridhaan istri-istrimu.
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sungguh Allah
telah mewajibkan kalian untuk membebaskan diri dari sumpah
kalian.” (QS at-Tahrim: 1-2)

224
‘Umar berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang
menyusahkanmu dari perkara wanita? Bila engkau
menceraikan mereka, maka sungguh Allah bersamamu,
para malaikatnya, Jibril dan Mikail. Aku, Abu Bakr dan
kaum mukminin bersamamu.”

Ketika telah lewat waktu 29 malam, beliau pertama kali


masuk menemui ‘Aisyah. “Wahai Rasulullah, bukankah
engkau telah bersumpah untuk tidak masuk menemui
kami selama sebulan, sementara waktu yang kuhitung
baru berjalan 29 malam,” tanya ‘Aisyah mengingatkan
beliau.

“Bulan ini lamanya 29 malam,” jawab beliau.

Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan ayat


takhyir143, ‘Aisyah-lah yang paling pertama dari istri beliau

143
Yaitu ayat Allah subhanahu wa ta’ala,

ِ ‫عَ س َ ٰىِ ِ َر ب ُّ هُِ ۥ ِ إ ِ ن ِ طَ ل َّ ق َ ك ُ َّنِ ِ أ َن ِ ي ُب ِد ل َ هُِۥ ِ أ َز ٰ َو ج ا ِ َخ ي ٗر ا‬


ِ‫ِم ن ك ُ َّن‬
“Jika Nabi menceraikan kalian, mudah-mudahan Rabbnya akan
menggantikan untuknya istri-istri yang lebih baik daripada kalian.” (QS
at-Tahrim: 5)

Yakni janganlah kalian mengangkat diri kalian di hadapan beliau,


karena jika beliau menceraikan kalian tidaklah berat/sempit
perkaranya bagi beliau dan tidaklah beliau dipaksa untuk terus
bersama kalian. Bahkan beliau akan dapatkan pengganti kalian dan
Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan kepada beliau istri-istri

225
yang beliau tawarkan pilihan maka ‘Aisyah memilih tetap
bersama beliau. Setelahnya beliau pun memberikan
pilihan kepada istri-istri beliau yang lain maka mereka
semuanya mengucapkan seperti yang diucapkan ‘Aisyah
(semuanya memilih tetap bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam).”144

Teori ini mari kita jabarkan, Peganglah seutas tali yang


agak panjang, Lalu perhatikan tali tersebut, dan
rentangkan tali agak panjang. Ujung tali satu di tangan
kanan, ujung tali satunya di tangan kiri. Yang kanan adalah
mempelai lelaki dan yang kiri adalah mempelai wanita.
Kemudian diikatkan dalam ikatan pernikahan, lalu ikatkan
ujung-ujung tali itu menjadi satu. Ikat kuat. Tali itu
sekarang menjadi sebuah lingkaran, ikatan erat itu telah
menyatukan tali itu, membalik ketentuan atas mereka
yang terikat, yang awalnya haram menjadi halal, berharap
dari ikatan erat itu masing-masing mendapatkan
ketenangan hati dan jiwa, ya itulah sejatinya tujuan
pernikahan.

Lantas di mana teori ‘tarik ulur’ itu. Begini, dalam


lingkaran (tali) ikatan itu kau akan menghadapi banyak
masalah. Maka bersabarlah, jika suamimu menarik tali itu
maka ulurlah bagian yang kau pegang, sebaliknya jika
bagian tali yang kau pegang kau tarik maka sudah

yang lebih baik daripada kalian, baik dalam hal agama maupun dalam
keelokan paras. (Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 873)

144
HR. al-Bukhari no. 4913, 5191 dan Muslim no. 1479

226
seharusnya suamimu mengulurnya, tarik dan uluran itu
akan membuat tali itu berputar konstan, kau mengulur
sejatinya kau pun menarik di sisi lainnya. Jika suami dan
istri sama-sama menariknya keras percayalah tali itu akan
putus… bahtera rumah tangga itu akan hancur… maka
bersabarlah dalam permainan tarik ulur tali itu.

Para suami, haruslah bersabar dalam menghadapi istri,


mereka tabiatnya memang begitu, kadang ‘ngambek’ tak
jelas. Perasaan mereka memang lebih dominan dari akal
mereka. Mereka itu pencemburu, semua dicemburui,
kadang cemburu dengan ibu kita, adik kakak kita, kadang
cemburu sama teman kantor, saudara kita. Kadang
mereka cemburu dengan laptop, televisi dan handphone
yang kita punya. Bahkan ada seorang istri yang berkata
“Sayang… andaikan aku jadi HPmu itu, begitu senangnya
hati ini… dipencet sana dipencet sini…”. Dan akhirnya
(terpaksa) suami tersebut memijiti punggungnya.
Suaminya tahu dia capek sekaligus memenuhi
keinginannya dipencat pencet seperti HP tersebut.

Jadi bersabarlah menghadapi mereka, jika dia marah,


ngambek tak jelas ulur saja talimu. Begitu dia lengah maka
tarik lagi.

Begitu juga para istri, sabarlah…

Mereka itu pemimpin, selama baik dan tidak melanggar


aturan Allah patuhi saja suamimu itu, karena dia jalan
surgamu. Jika dia marah, bersabarlah… suami itu memang
begitu, egois, amarahnya terkadang seperti badai… bisa

227
menghancurkan satu kota sekali terjang… tapi sesaat saja.
Permasalahan di rumah tangga itu seperti sebuah simpul
tali, yang hanya bisa diselesaikan secara perlahan dengan
kesabaran, sedikit-sedikit ditarik sisi-sisinya sehingga
simpul itu terbuka, permasalahan bisa selesai. Badai
amarah suami itu hanya bisa menghempaskan simpul tali
saja, melemparkannya jauh, tapi percayalah badai amarah
sesaat itu takkan mampu membuka simpul tali
(permasalahan) itu, jadi jika kau tahu terori ini para istri,
maka bersabarlah.

Berumah tangga itu tidak gampang, penuh kewajiban dan


tanggung jawab yang harus dipahami masing-masing.
Apalagi suami, sebagai pemimpin. Di manapun pemimpin
itu punya 3 tugas utama, melindungi, mengayomi dan
memperbaiki. Suami itu punya kewajiban melindungi,
memberi perlindungan dari panas, hujan, bahaya
terhadap anak dan istrinya. Kemudian suami itu harus
mengayomi, bersahabat, jangan jaim di hadapan anak
istri, berpihaklah kepada mereka. Yang terakhir ini yang
paling berat, suami itu harus mampu memperbaiki diri dan
juga anak istrinya. Menjadi tanggungjawabnya jika ada
yang salah di rumah itu yang harus diperbaikinya.

Bermain tarik ulurlah dengan pasanganmu dirumah, jika


dia tarik kita ulur, jika dia lengah tarik lagi, dapatkan lagi
posisimu…

228
Jangan Mencari-Cari Kesalahan (Tajassus)

Mencari kesalahan atau memata-matai (tajassus) orang


lain hukumnya terlarang. Dilarang oleh Allah dalam al-
Quran dan oleh Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam hadis. Allah berfirman,

ِ َّ ‫ي َ اأ َي ُّ َه ا ِ ال َّ ِذ ي نَِ ِ آ َم ن ُوا ِ ا ْج ت َن ِ ب ُوا ِ ك َ ث ِ ير ا ِ ِم نَِ ِ الظ‬


ِ ِ‫نِ ِ إ ِ َّن‬
‫ضِ ِ الظ َّ ِنِ ِ إ ِ ثِْ مِ ِ َو َلِ ِ ت َ َج س َّ س ُ وا‬ َ ْ‫ب َ ع‬
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-
sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.”
(QS. Al-Hujurat: 12)

Umumnya, orang melakukan mata-mata, cari-cari info


kesalahan (tajassus), karena dia suudzan kepada korban
yang di-mata-matai. Sehingga tindakan tajassus, bisa
dipastikan diiringi dengan suudzan. Karena itulah, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggandengkan dua
larangan ini dalam hadisnya,

ِ ‫بِ ِ الْ َح ِد ي‬
ِ ِ‫ ِ َل‬، ‫ث‬ ُ َ ‫ ِ ف َ إ ِ َّنِ ِ الظ َّ َّنِ ِ أ َكْ ذ‬، ‫إ ِ ي َّا ك ُ ْمِ ِ َو الظ َّ َّن‬
‫ ِ َو َلِ ِ ت َ َح س َّ س ُ وا‬،‫ت َ َج س َّ س ُ وا‬
“Hindarilah berprasangka, karena berprasangka itu
ucapan yang paling dusta. Dan jangan melakukan tajassus

229
(memata-matai) dan tahassus (mengorek-ngorek
berita).”145

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberikan


ancaman, orang yang mencari-cari aib orang lain, maka
Allah akan membeberkan kesalahannya. Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫لَِ ِ ت ُ ْؤ ذ ُوا ِ ال ْ ُم سْ ل ِ ِم ي نَِ ِ َو لَِ ِ ت ُع َ ي ِ ُر و ه ُ ْمِ ِ َو لَِ ِ ت َت َّب ِ ع ُوا‬


ِ ِ‫ ِ ف َ إ ِن َّ هُِ ِ َم ْنِ ِ ت َت َب َّ َعِ ِ عَ ْو َر ةِ َِ أ َ ِخ ي هِِ ِ الْ ُم سْ لِ ِم‬، ‫عَ ْو َر ا ت ِ ِه ْم‬
ِ ُِ‫ض ْح ه‬َ ْ‫ ِ َو َم ْنِ ِ ت َت َب َّ َعِ ِ اّللَُِّ ِ عَ ْو َر ت َهُِ ِ ي َ ف‬،ُ ‫ت َت َب َّ َعِ ِ اّللَُِّ ِ ع َ ْو َر ت َه‬
ِ‫فِ ِ َر ْح لِ ِه‬ ِ ‫َو ل َ ْوِ ِ ف ِ ي ِ َج ْو‬
“Janganlah kalian menyakiti sesama muslim, jangan
menghina mereka, dan jangan mencari-cari kesalahan
mereka. Karena orang yang mencari kesalahan
saudaranya sesama muslim, maka Allah akan mencari-
cari kesalahannya dan membeberkannya, meskipun dia
bersembunyi di rumahnya.”146

Zaid bin Wahb bercerita,

Ada orang yang digelendeng di hadapan Ibnu Mas’ud, “Si


A ini di jenggotnya ada tetesan khamr.”

Lalu Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

145
HR. Ahmad 7858 dan Bukhari 5143
146
HR. Turmudzi 2032 dan dishahihkan al-Albani

230
ِ ‫ِ ولكن ِ إن ِ يظهر ِ لنا ِ منه‬, ‫إنا ِ قد ِ نهينا ِ عن ِ التجسس‬
‫شيء ِ نأخذه ِ منه‬
“Kita dilarang untuk tajassus, namun jika dia terang-
terangan minum khamr, kita akan menghukumnya.”147

Dan semua dalil ini sifatnya umum. Semua bentuk tajassus


kepada sesama muslim, pada asalnya hukumnya dilarang.
Sehingga tak terkecuali, antar-suami istri. Imam Ibnu
Utsaimin pernah ditanya tentang orang yang memasang
rekaman untuk memata-matai istrinya. Jawab beliau,

ِ ‫رأيي ِ في ِ هذا ِ أنه ِ من ِ التجسس ِ ول ِ يجوز ِ ِلحدِ ِ أن‬


ِ ‫يتجسس ِ على ِ أحد ِ ؛ ِ ِلنه ِ ليس ِ لنا ِ إل ِ الظاهر ِ ولو‬
ِ ‫ذهبنا ِ نتجسس ِ على ِ الناس ِ لتعبنا ِ تعباِ ِ عظيماِ ِ في‬
‫طريق ِ التجسس ِ وتعبت ِ ضمائرنا ِ فيما ِ نسمع ِ ونرى‬
“Menurutku ini termasuk tajassus. Dan tidak boleh bagi
siapapun untuk melakukan tajassus kepada sesama
muslim. Karena yang boleh kita perhatikan hanya bagian
lahiriyah.”148

Suami anda, istri anda, semua muslim. Dan sesama


muslim tidak boleh saling memata-matai atau melakukan
tindakan apapun dalam rangka mencari-cari kesalahan
orang lain. Termasuk antara suami-istri. Anda menikah
untuk membangun kebahagiaan. Bagaimana mungkin

147
HR. Abu Daud 4890
148
Fatawa al-Liqa’ as-Syahri, no. 50

231
anda bisa berbahagia, sementara anda saling curiga?
Rumah mewah ibarat neraka jika saling curiga di
dalamnya. Sebaliknya, gubug tua bisa menjadi surga,
ketika suami istri bisa saling mencintai.

Kecup Dirinya Sebelum Meninggalkan Rumah

Untuk para suami, jangan lupakan kebiasaan ini sebelum


berangkat bekerja, sebelum berangkat bekerja di pagi,
biasakanlah cium anak dan istri.

Dengan begitu ada kebahagiaan yang mereka dapatkan


dari ayah tercinta. Cium kening mereka satu persatu dan
ciumilah pipi kanan dan pipi kiri mereka dengan penuh
kelembutan hati.

Berpamitan dengan cara berciuman adalah salah satu


bentuk kasih sayang seorang ayah kepada anaknya dan
seorang suami kepada istrinya.

Terkadang kita sering meremehkan hal kecil yang satu itu.


Ciuman sering kita lupakan dalam keseharian kita. Kita
terlampau pelit memberikan kecupan dikening kepada
buah hati kita.

Padahal ciuman adalah salah satu sarana untuk


menyampaikan rasa sayang kepada mereka. Dengan
begitu akan ada kedamaian dihati mereka. Kecupan

232
lembut dan mesra dari suami kepada istri atau dari
seorang ayah kepada anak-anaknya sangat diperlukan.

Ketika berangkat di pagi hari, anak dan istrimu masih


tertidur. Tentu ada cara lembut untuk membangunkan
mereka. Ciumilah satu persatu mereka seraya berkata
dengan penuh kelembutan, “Ayah berangkat ya sayang “.

Gandeng Tangannya Menuju Pintu Surga

Dalam berumah tangga, seorang suami memiliki


kewajiban-kewajiban yang harus dia tunaikan kepada
istrinya. Kewajiban tersebut tidak hanya berkaitan dengan
nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), sebagaimana
yang disangka oleh sebagian (atau banyak) suami. Akan
tetapi, terdapat kewajiban penting yang banyak dilalaikan
oleh para suami, yaitu mendidik dan mengajarkan perkara
atau kewajiban-kewajiban dalam agama kepada istrinya.

Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafidzahullahu Ta’ala berkata,


“Seorang suami hendaknya mendidik (mengajarkan)
istrinya hal-hal yang bermanfaat untuk perkara agama
dan dunianya.”149

Kemudian beliau berdalil dengan firman Allah Ta’ala,

149
Fiqh Ta’aamul baina Az-Zaujain, hal. 10

233
ِ ‫ي َ ا ِ أ َي ُّ َه ا ِ ال َّ ِذ ي نَِ ِ آ َم ن ُوا ِ ق ُوا ِ أ َنْ ف ُ س َ ك ُ ْمِ ِ َو أ َهْ ل ِ ي ك ُ ْمِ ِ ن َار ا‬
ِ ِ‫ار ةِ ُِ عَ ل َ ي ْ َه ا ِ َم ََل ئ ِ كَ ةِ ِ ِغ ََل ظ‬ َ ‫اسِ ِ َو ال ْ ِح َج‬ ُ َّ ‫َو ق ُو د ُهَا ِ ال ن‬
ِ ‫ِش د َ ا دِ ِ َلِ ِ ي َ عْ صُ و نَِ ِ اّللََِّ ِ َم ا ِ أ َ َم َر ه ُ ْمِ ِ َو ي َ ف ْ ع َ ل ُ و نَِ ِ َم ا‬
َِ‫ي ُ ْؤ َم ُر و ن‬
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
(dan anakmu) dan istrimu dari api neraka, yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka. Dan mereka selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6)

Begitu pula pesan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


kepada Malik bin Huwairits radhiyallahu ‘anhu, setelah
Malik dan rombongannya datang ke Madinah untuk
khusus belajar agama kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam selama kurang lebih dua puluh hari. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada Malik bin
Huwairits ketika mau pulang ke kampung asalnya,

ِ ِ‫ ِ ف َ أ َق ِ ي ُم وا ِ ف ِ ي ِه ْمِ ِ َو عَ ل ِ ُم و ه ُ ْم‬، ‫ار ِج ع ُوا ِ إ ِ ل َ ى ِ أ َهْ ل ِ ي ك ُ ْم‬ ْ


ِ‫َو ُم ُر و ه ُ ْم‬
“Kembalilah ke istrimu, tinggallah di tengah-tengah
mereka, ajarkanlah mereka, dan perintahkanlah
mereka.”150

150
HR. Bukhari no. 631, 7246, dan Muslim no. 674

234
Perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِ‫َو عَ ل ِ ُم و ه ُ ْم‬
“Ajarkanlah mereka”; berkaitan dengan pengajaran
(agama) secara teoritis. Istri dididik dan diajarkan tentang
kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan perkara
agama, misalnya perkara shalat, menutup aurat, adab
berbicara dan keluar rumah, mendidik anak sesuai syariat,
dan perkara-perkara agama yang lainnya.

Juga mengajarkan kepada istri tentang haidh dan nifas,


karena banyaknya kewajiban agama yang berkaitan
dengan perkara ini. Seorang suami hendaknya bisa
mengajarkan dan memberi tahu istrinya, apakah ini darah
haidh, ataukah darah istihadhah (darah penyakit),
sehingga istri mengetahui kapan shalat dan kapan tidak
shalat. Sedangkan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,

ِ‫َو ُم ُر و ه ُ ْم‬
“Perintahkanlah mereka”; ini lebih berkaitan dengan
praktek (pengamalan) di dunia nyata. Karena tidak semua
istri yang sudah diajarkan secara teoritis kemudian
mengamalkannya. Sehingga menjadi kewajiban suami
adalah mengingatkan, menegur dan memerintahkan istri
ketika dia jumpai istrinya lalai dalam melaksanakan
perkara-perkara yang wajib baginya.

235
Syaikh ‘Abdul ‘Adzim Al-Badawi hafidzhahullahu Ta’ala
berkata, “Di antara hak istri yang menjadi kewajiban
suami adalah suami memerintahkan istri untuk
menegakkan agamanya dan menjaga shalatnya. Hal ini
berdasarkan firman Allah Ta’ala,

‫ص ط َ ب ِ ْرِ ِ عَ ل َ ي ْ َه ا‬
ْ ‫ص ََل ةِِ ِ َو ا‬ َ َ ‫َو أ ْ ُم ْرِ ِ أ َهْ ل‬
َّ ‫كِ ِ ب ِ ال‬
“Dan perintahkanlah kepada istrimu untuk mendirikan
shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”151
(QS. Thaaha: 132)”

Peran suami adalah sebagai pendidik dalam keluarganya.


Fungsi sebagai pendidik dalam keluarga ini tidaklah bisa
berjalan sebagaimana mestinya kalau suami suka atau
hobi “keluyuran” ke luar rumah, meninggalkan anak dan
istri tanpa ada kebutuhan yang mendesak. Misalnya,
suami yang hobi naik gunung sampai berhari-hari,
traveling (hanya sekedar jalan-jalan tanpa ada keperluan
khusus), atau hobi-hobi yang lain sehingga suami banyak
meninggalkan anak dan istri di rumah dan tidak
mengawasi mereka secara langsung.

Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


berpesan,

ِ‫ف َ أ َق ِ ي ُم وا ِ ف ِ ي ِه ْم‬
“Tinggallah di tengah-tengah mereka.”

151
Al-Wajiiz fi Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz, hal. 356

236
Jika suami tidak mampu mengajarkan agama kepada istri,
maka kewajiban suami adalah mencarikan seseorang
(misalnya, ustadz atau ustadzah) yang bisa mengajarkan
perkara agama kepada istrinya. Atau suami mengizinkan
istrinya untuk menghadiri majelis ilmu (pengajian)
sehingga istri bisa belajar perkara agamanya. Dan jika ada
kebutuhan mendesak untuk meminta fatwa berkaitan
dengan kejadian yang dialami istri (misalnya, apakah
darah yang keluar adalah darah haidh ataukah bukan),
maka kewajiban suami adalah menanyakan kepada orang
yang berilmu tentangnya.

Syaikh ‘Abdul ‘Adzim Al-Badawi hafidzhahullahu Ta’ala


berkata, “Hak istri yang menjadi kewajiban suami adalah
suami mengajarkan istri mengajarkan perkara-perkara
dharuri (yang wajib diketahui) berkaitan dengan perkara
agama, atau suami mengijinkan istri untuk menghadiri
majelis ilmu. Karena kebutuhan istri untuk memperbaiki
agamanya dan membersihkan (menyucikan) jiwanya
tidaklah lebih remeh dibandingkan kebutuhan istri
terhadap makanan dan minuman yang wajib dipenuhi
oleh suami. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

ِ ‫ي َ ا ِ أ َي ُّ َه ا ِ ال َّ ِذ ي نَِ ِ آ َم ن ُوا ِ ق ُوا ِ أ َنْ ف ُ س َ ك ُ ْمِ ِ َو أ َهْ ل ِ ي ك ُ ْمِ ِ ن َار ا‬


َ ‫اسِ ِ َو ال ْ ِح َج‬
ُ ِ‫ار ة‬ ُ َّ ‫َو ق ُو د ُهَا ِ ال ن‬
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
(dan anakmu) dan istrimu dari api neraka, yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahriim: 6)

237
Istri termasuk dalam cakupan kata “ahlun” (dalam ayat di
atas). Sehingga suami wajib menjaga istri dari api neraka
dengan iman dan amal shalih. Sedangkan amal shalih itu
harus dengan bekal ilmu dan ma’rifat (pengetahuan),
sehingga memungkinkan bagi istri untuk menunaikan dan
melaksanakannya sesuai dengan apa yang dituntut oleh
syariat.”152

Jadilah Insan Terbaik

Wahai para suami renungkanlah sabda dan nasihat Nabi


kalian Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam, suami
teladan umat ini,

‫َخ ي ْ ُر ك ُ ْمِ ِ َخ يْ ُر ك ُ ْمِ ِ ِِل َهْ ل ِ ِهِ ِ َو أ َن َا ِ َخ يْ ُر ك ُ ْمِ ِ ِِل َهْ ل ِ ي‬


“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya dan
aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap
istriku”153

Beliau shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda

152
Al-Wajiiz fi Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz, hal. 356
153
HR At-Thirmidzi no 3895 dari hadits Aisyah dan Ibnu Majah no 1977
dari hadits Ibnu Abbas dan dishahihakan oleh Syaikh Al-Albani (lihat
As-Shahihah no 285)

238
ُ ِ ِ‫أ َكْ َم ُلِ ِ الْ ُم ْؤ ِم ن ِ يْ نَِ ِ إ ِ ي ْ َم ان ا ِ أ َ ْح سَ ن ُهُ ْم‬
ِ ِ‫خ ل ُ ق ا ِ َو ِخ ي َ ا ُر ك ُ ْم‬
‫خ ل ُق ا‬
ُ ِ ِ‫ِخ ي َ ا ُر ك ُ ْمِ ِ ل ِ ن ِ سَ ا ئ ِ ِه ْم‬
“Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum
mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di
antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang
terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya”.154

Hadits yang sangat agung ini banyak dilalaikan oleh para


suami, padahal hadits ini dengan sangat jelas
menunjukkan bahwa menjadi seorang suami yang terbaik
bagi istrinya merupakan tanda baiknya seseorang, tidak
cuma sampai di sini, bahkan merupakan tanda
sempurnanya keimanan.

Oleh karena itu Imam Malik berkata, “Wajib bagi seorang


suami berusaha untuk menjadikan dirinya dicintai oleh
istri-istrinya hingga ialah yang menjadi orang yang paling
mereka cintai”155

Berkata Syaikh Abdul Malik Romadhoni: “Hadits ini adalah


hadits yang sangat agung, banyak orang lalai akan
agungnya kandungan hadits ini. Tatkala wanita adalah
sosok yang lemah maka seorang lelaki diuji dengan
wanita, karena barangsiapa yang akhlaknya sombong dan

154
HR At-Thirmidzi no 1162 dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Majah
no 1987 dari hadits Abdullah bin ‘Amr, dan dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani (lihat As-Shahihah no 284)
155
Faidhul Qodiir III/496, Al-Munawi berkata, “Di kitab Tadzkiroh
Ibnu ‘Irooq, dari Imam Malik ia berkata….

239
keras maka akan nampak akhlaknya tersebut tatkala ia
menguasai orang lain. Dan seburuk-buruk penguasaan
adalah terhadap sosok yang lemah yang berada dibawah
kekuasaannya. Orang yang akhlaknya buruk dan rendah
serta kurang kasih sayangnya akan terungkap akhlaknya
tatkala ia bermu’amalah dengan orang-orang yang
lemah. Bahkan sikap menguasai (semena-mena) terhadap
orang-orang yang lemah adalah (pada hakikatnya)
merupakan sikap sosok yang lemah (kepribadiannya).
Kalau mereka memang kuat (kepribadiannya) dalam
akhlak mereka maka hati mereka tidak akan keras
terhadap orang-orang yang membutuhkan kasih sayang.
Barangsiapa yang bisa menguasai dirinya tatkala
berhadapan (bermu’amalah) dengan mereka (orang–
orang yang lemah) maka akan nampaklah kemuliaannya.
Oleh karena itu Al-Mubarokfuri berkata dalam Tuhfatul
Ahwadzi (IV/273) tatkala menjelaskan lafal hadits yang
kedua (di atas), “Karena mereka (para wanita) merupakan
tempat untuk meletakkan kasih sayang disebabkan
lemahnya mereka”156

Sebagian orang bingung kenapa seorang yang baik


terhadap istirinya maka ia merupakan orang yang terbaik?

Berkata As-Sindi, “Dan bisa jadi orang yang disifati dengan


sifat ini (baik terhadap istri) akan mendapatkan taufiq

156
Al-Mau’idzoh Al-Hasanah hal 75

240
(dari Allah) pada seluruh amalan sholeh hingga jadilah ia
terbaik secara mutlaq”157

Berkata Asy-Syaukani, “Sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa


sallam “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istri-
istri mereka” dan juga pada hadits yang lain “Sebaik-baik
kalian adalah yang terbaik terhadap istrinya”, pada kedua
hadits ini ada peringatan bahwasanya orang yang tingkat
kebaikannya tertinggi dan yang paling berhak untuk
disifati dengan kebaikan adalah orang yang terbaik bagi
istrinya. Karena istri adalah orang yang berhak untuk
mendapatkan perlakuan mulia, akhlak yang baik,
perbuatan baik, pemberian manfaat dan penolakan
kemudhorotan. Jika seorang lelaki bersikap demikian
maka dia adalah orang yang terbaik, namun jika
keadaannya adalah sebaliknya maka dia telah berada di
sisi yang lain yaitu sisi keburukan.

Banyak orang yang terjatuh dalam kesalahan ini, engkau


melihat seorang pria jika bertemu dengan istrinya maka ia
adalah orang yang terburuk akhlaknya, paling pelit, dan
yang paling sedikit kebaikannya. Namun jika ia bertemu
dengan orang lain (selain istrinya) maka ia akan bersikap
lemah lembut, berakhlak mulia, hilang rasa pelitnya, dan
banyak kebaikan yang dilakukannya. Tidak diragukan lagi
barangsiapa yang demikian kondisinya maka ia telah
terhalang dari taufiq (petunjuk) Allah dan telah

157
Sebagaimana dinukil oleh Syaikh Abdul Malik Romadhoni dalam
Al-Mau’idzoh Al-Hasanah hal 75

241
menyimpang dari jalan yang lurus. Kita memohon
keselamatan kepada Allah.”158

Berkata Syaikh Abdul Malik, “Betapa banyak kita dapati


seseorang tatkala bertemu dengan sahabatnya di tempat
kerja maka ia akan bersifat mulia dan lembut, namun jika
ia kembali ke rumahnya maka jadilah orang yang pelit,
keras, dan menakutkan !!!, padahal orang yang paling
berhak untuk ia lembuti dan ia baiki adalah
istrinya…hakikat seseorang lebih terungkap di rumahnya
daripada tatkala ia di luar rumah. Ini merupakan kaidah
yang baku. Rahasia kaidah ini adalah karena seseorang
bisa menampak-nampakkan akhlak yang baik tatkala ia di
luar rumah dan ia bisa bersabar dalam menampakan
akhlak yang baik tersebut karena waktu pertemuannya
dengan orang-orang di luar rumahnya hanyalah sebentar.
Ia bertemu dengan seseorang setengah jam, dengan
orang yang kedua selama satu jam, dan dengan orang
yang ketiga lebih cepat atau lebih lama, sehingga ia
mampu sabar berhadapan dengan mereka dengan
menampak-nampakan akhlak yang baik dan sosok
palsunya yang bukan sosok aslinya sebagaimana yang
dilakukan oleh sebagian pegawai…akan tetapi ia tidak
mampu bertahan di atas kepribadian yang bukan asli di
rumahnya sepanjang hidupnya…

158
Nailul Author VI/360

242
Akhlak asli seseorang bisa diperiksa tatkala ia di
rumahnya, di situlah akan tampak sikap kerasnya dari
sikap kelembutannya, terungkap sikap pelitnya dari sikap
kedermawanannya, terungkap sikapnya yang terburu-
buru dari sikap kesabarannya, bagaimanakah ia
bermu’amalah dengan ibunya dan ayahnya?? Betapa
banyak sikap durhaka di zaman ini..!!! …Maka kenalilah
(hakikat) dirimu di rumahmu !!, bagaimanakah
kesabaranmu tatkala engkau menghadapi anak-
anakmu??, tatkala menghadapi istrimu??, bagaimana
kesabaranmu menjalankan tanggung jawab rumah
tangga??. (Dan camkanlah bahwa) orang yang tidak bisa
mengatur rumah tangganya bagaimana ia bisa memimpin
umat??, inilah rahasia sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa
sallam “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi
istrinya”159

Sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam di atas bukanlah


perkara yang aneh, karena seorang muslim –siapapun juga
orangnya- tidak akan bisa memperoleh sifat yang mulia di
tengah-tengah masyarakat kaum muslimin kecuali jika
setelah mampu untuk bermu’amalah dengan baik di
keluarganya. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan
bagian terkecil dalam masyarakat, jika ia mampu untuk
bermu’amalah dengan baik di keluarganya maka seakan-
akan hal ini merupakan persaksian baginya bahwa ia telah

159
Al-Mau’idzoh Al-Hasanah hal 77-79

243
siap (ahli) untuk menjadi bagian yang bermanfaat bagi
masyarakat.160

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin, “Sikap engkau terhadap


istrimu hendaknya sebagaimana harapan engkau akan
sikap suami putrimu sendiri. Maka sikap bagaimanakah
yang kau harapkan dari lelaki tersebut untuk menyikapi
putrimu??, apakah engkau ridho jika ia menyikapi putrimu
dengan kasar dan kaku?. Jawabannya tentulah tidak. Jika
demikian maka janganlah engkau menyikapi putri orang
lain dengan sikap yang engkau tidak ridho jika diarahkan
kepada putrimu sendiri. Ini merupakah kaidah yang
hendaknya diketahui setiap orang….”161

Oleh karena itu penulis mencoba untuk mengingatkan


kepada kaum muslimin untuk berusaha menjadi orang
yang terbaik bagi istri-istri mereka

160
Al-Asaaliib An-Nabawiyah fi mu’aalajah al-musykilah az-zaujiyah
hal 17
161
Asy-Syarhul Mumti’ XII/381

244
Bab IV

Menyingkap Tirai
Islam telah menetapkan syariat yang mengandung
berbagai macam mutiara hikmah, pengarahan dan solusi
bagi berbagai macam permasalahan dalam pernikahan,
sehingga suami dan isteri bisa menikmati hidup bahagia
bersama, dan masing-masing merasa tenang dan
tenteram asal semua pihak mau merealisasikan ajaran
Islam.

Di antara pengarahan Islam terhadap kehidupan rumah


tangga adalah sebagai berikut:

1. Menghindarkan rumah tangga dari segala perkara yang


menjadi sebab terjadinya thalak. Baik sebab yang datang
dari pihak suami, isteri, keluarga atau pihak lain yang ingin
membuat keruh suasana rumah tangga.

2. Sebelum menikah hendaknya berfikir masak-masak dan


bermusyawarah dengan orang yang ahli atau memiliki
pengalaman, harus memperlajari sebaik mungkin kondisi
calon isteri atau suami dan jangan hanya tertarik dengan
penampilan lahir atau ketampanan saja, sehingga
menghasilkan pandangan yang kerdil dan tidak
menyentuh kepada pokok masalah.

245
3. Bermusyawarah dengan orang lain setelah menikah dan
terjadi pertengkaran serta percekcokan di antara suami
dan isteri.

4. Mempelajari ilmu yang bermanfaat, beramal salih,


membaca, mendengarkan berita-berita bermanfaat,
kaset-kaset murattal dan ceramah agama yang bisa
menambah kwalitas dan mutu keimanan kepada Allah,
dan tidak terbawa oleh budaya rusak dan akhlak tercela,
hingga bisa bersabar dan tabah dalam menghadapi
berbagai sikap semena-mena dan penelantaran hak-hak
rumah tangga dari masing-masing pihak, karena semua itu
akan diganti oleh Allah dengan sesuatu yang lebih bagus.

5. Jika ada orang yang tidak mengenal etika agama dan


akhlak sehingga hak-haknya terlantar, tidak bisa
bersyukur terhadap nikmat dan pemberian, maka
hendaknya bersikap arif dan bijak untuk kepentingan
masa depan rumah tangga, jangan sampai muncul
berbagai bentuk tindakan tidak terpuji yang bisa merusak
keutuhan rumah tangga.

6. Mengambil pelajaran dari kasus dan peristiwa


perceraian orang lain, mempelajari berbagai sebab dan
faktor yang mengakibatkan percekcokan sampai terjadi
perceraian, sebab orang yang berbahagia adalah orang
yang mengambil pelajaran dari peristiwa orang lain, dan
orang yang celaka adalah orang mengambil pelajaran dari
peristiwa yang menimpa diri sendiri.

246
7. Bersikap lapang dada untuk menerima kekurangan dan
kelemahan masing-masing serta berusaha menumbuhkan
rasa kasih sayang dan sikap pemaaf. Dan semua pihak
yang dimintai maaf hendaklah segera memberikan maaf,
agar hati kembali bercahaya dan bersih dari perasaan
jengkel, kesal dan dengki.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

ِ ‫أ َ َلِ ِ أ ُ ْخ ب ِ ُر ك ُ ْمِ ِ ب ِ ن ِ سَ ا ئ ِ ك ُ ْمِ ِ في ِ ال َج ن َّ ِة ؟ ِ ق ُ ل ْ ن َا ِ ب َ لى ِ ي َ ا‬


ِ ‫ ِ ق َ ا َلِ ِ َو د ُْو دِ ِ َو ل ُ ْو دِ ِ غضبت ِ أ َ ْوِ ِ أسي ِ إ ِ ل َ ي ْها‬،‫َر س ُ ْو َلِ ِ للا‬
ِ َِ‫كِ ِ ل‬ َ ‫تِ ِ هذه ِ ي َ ِد ي ِ في ِ ي َ ِد‬ ْ َ ‫ج ها ِ ق َ ا ل‬ ُ ‫بِ ِ َز ْو‬ َ َ‫أ َ ْوِ ِ غَ ض‬
‫ضى‬َ ‫أ َكْ ت َ ِح ُلِ ِ ب ِ غ َ ْم ضِ ِ حتى ِ ت َ ْر‬
“Maukah aku khabarkan kepada kalian tentang isteri
kalian yang berada di surga? Kami berkata,”Ya, wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda, “Dia adalah wanita yang
sangat mencintai lagi pandai punya anak, bila sedang
marah atau sedang kecewa atau suaminya sedang marah
maka ia berkata: Inilah tanganku aku letakkan di
tanganmu dan aku tidak akan memejamkan mata
sebelum engkau ridha kepadaku.”162

8. Keyakinan seseorang bahwa dia selalu berada di pihak


yang benar sehingga tidak berusaha mencari kekurangan
dan kesalahannya, serta selalu marah melihat kekurangan
yang lain dan tidak mau menerima nasehat dan
pengarahan orang lain, selalu berusaha membela diri atau

162
HR At Thabrani

247
menyerang pihak lain, maka demikian itu membuka pintu
percekcokan dan pertengkaran serta enggan berdamai.

9. Sebelum menikah hendaknya melihat kepada wanita


yang dilamarnya karena demikian sebagai jembatan dan
sarana menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dengan
orang yang belum dikenal.

Dari Mughirah bin Syu’bah bahwa beliau meminang salah


seorang wanita maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda kepadanya.

ُِِ‫ِ أ ُنْ ظ ُ ْرِ ِ إليها ِ ف َ إ ِن َّ ه‬: ‫ِ ل ِ قال‬: ‫تِ ِ إليها؟ ِ قال‬ َ ‫أ َن َ ظ َ ْر‬
‫أ َ ْج د َ ُرِ ِ أ َ ْنِ ِ ييؤدم ِ ب َ ي ْ ن َ ك ُ َم ا‬
“Sudahkah kamu melihatnya? Ia berkata,”Tidak.” Beliau
bersabda,”Lihatlah kepadanya, karena hal itu akan
membuat kekal diantara kamu berdua.”163

10. Bagi orang yang hendak menikah hendaknya hati-hati


dalam mencari jodoh hingga menemukan calon yang
benar-benar bagus yang sesuai dengan harapannya,
sehingga mampu mewujudkan kehidupan damai, bahagia
dan tenteram. Jika salah satu pihak timbul kebencian
maka tidak cepat menjatuhkan vonis thalak karena di balik
kekurangan insya Allah ada kelebihan, sebagaimana sabda
Rasulullah.

163
HR Nasa’i, Tirmidzi dan Ibnu Majah serta dihasankan oleh Tirmidzi

248
ِ ِ‫ي‬ ِ ‫لَِ ِ يفرك ِ ُم ؤ ِم نِ ِ ُم ْؤ ِم ن َةِ ِ إ ِ ْنِ ِ كَ ِر هَِ ِ ِم ن ْ ها ِ َخ ل ْ قاِ ِ َر‬
َ ‫ض‬
ُِ‫ِم ن ْ ها ِ آ َخ َرِ ِ أ َ ْوِ ِ ق َ ا َلِ ِ غَ ي َْر ه‬
“Janganlah seorang mukmin benci kepada seorang
mukminah, sebab jika benci kepada salah satu perangai
maka akan rela dengan akhlak yang lain atau beliau
bersabda yang lainnya”. [HR Muslim].

11. Jika seorang suami ingin memiliki isteri yang berakhlak


mulia, hati yang penuh dengan rasa cinta, selalu tanggap
dan suka berhias untuk suami, hendaklah dia juga berlaku
seperti itu agar hatinya terpengaruh dan selalu menaruh
rasa hormat.

12. Menjauhkan diri dari pandangan yang diharamkan,


karena yang demikian itu merupakan panah iblis yang bisa
menjerumuskan diri kepada perbuatan haram, atau sang
suami kurang puas dan merendahkan isteri sehingga
muncul percekcokan dan pertengkaran.

13. Telpon bisa menjadi sebab segala bentuk kehancuran


dan musibah rumah tangga, karena membawa hanyut
wanita pelan-pelan ke dalam kerusakan dan fitnah, hingga
berani keluar rumah sesuka hatinya tanpa ada yang
mengawasi dan memantau, serta tanpa ditemani mahram

249
ketika pergi ke pasar atau rumah sakit atau yang lainnya,
hingga timbul berbagai musibah dan bencana yang
menimpa manusia baik laki-laki atau perempuan.

14. Bersikap wajar dalam mengawasi isteri dan selalu


mengambil jalan tengah antara memata-matai dan
bersikap was-was dan antara sikap lalai dan cemburu
buta.

15. Kemesraan, kebahagian dan ketenangan hidup isteri


bersama suami adalah sesuatu yang paling mahal dan
tidak ada yang bisa menandinginya walau dengan orang
tua dan keluarga. Dengan modal itu segala problem
kejiwaan dan gangguan mental seperti kesepian akibat
jauh dari keluarga bisa terobati. Tidak sepantasnya
seorang gadis menolak lamaran laki-laki yang sesuai dan
cocok baik dari sisi agama, akhlak dan tabiat.

16. Seorang isteri wajib bersikap baik dan menaruh kasih


sayang kepada keluarga dan kerabat suami karena
demikian itu bagian dari berbuat baik kepada suaminya
sehingga kecintaan suami kepadanya semakin dalam.

17. Sikap merugikan atau memperkeruh rumah tangga


baik dari pihak suami atau isteri sebagai tanda hilangnya
muru’ah dan adab yang bisa merusak popularitas dan
nama baik pelakunya, sehingga dia menjadi orang yang
dibenci dan dijauhi baik dari kalangan orang dekat, orang
jauh, tetangga dan teman karib.

250
18. Termasuk langkah menghidupkan sunnah sahabat dan
salafus salih orang tua hendaknya melamar pemuda salih
untuk puterinya dan membantu meringankan beban biaya
pernikahan, sebagaimana riwayat dari Umar bin
Khaththab, beliau berkata, “Saya datang kepada Utsman
bin Affan untuk menawarkan Hafshah maka ia berkata,”
Saya akan pikirkan dahulu”. Saya (Umar) menunggu
beberapa malam lalu ia bertemu denganku dan ia
berkata,” Untuk sementara saya tidak punya keinginan
untuk menikah”. Umar berkata,” Saya bertemu Abu Bakar
As Shiddiq dan saya berkata kepadnya,” Jika engkau
setuju maka aku akan menikahkanmu dengan Hafshah
binti Umar. Abu Bakar terdiam dan tidak memberi
jawaban apa-apa. Aku menahan perasaan dari Abu Bakar
sebagaimana Utsman lalu setelah aku menunggu
beberapa malam Rasulullah melamar Hafshah dan saya
menikahkan dia dengan beliau. Lalu aku bertemu Abu
Bakar dan dia berkata,” Barang kali kamu kecewa
denganku ketika engkau menawarkan Hafshah kepadaku
tapi aku tidak memberi jawaban apapun”. Umar berkata,”
Aku berkata,” Ya”. Abu Bakar berkata,” Bukan saya tidak
mau menanggapi tawaranmu, namun saya telah
mengetahui bahwa Rasulullah pernah menyebutnya dan
aku tidak mau menyebarkan rahasia Rasulullah. Jika
seandainya Rasulullah tidak menikahinya maka aku akan
menerima tawaranmu itu”.164

164
HR Bukhari

251
19. Menerapkan ajaran Islam dalam rangka untuk
memelihara dan menjaga keutuhan rumah tangga serta
merasa tanggung jawab terhadap pendidikan agama
keluarga.

Dari Ibnu Umar bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda.

ِ ِ‫ ِ َوِ ِ ا ِل َ ِم ي ْ ُر‬، ِ‫ك ُ ل ُّ ك ُ ْمِ ِ َر اعِ ِ َوِ ِ ك ُ ل ُّ ك ُ ْمِ ِ َم سِْ ُؤ ْو لِ ِ ع َ ْنِ ِ َر ِع ي َّ ت ِ ه‬


ُِ ِ‫الر َج ا ُلِ ِ َر اعِ ِ عَ لى ِ أ َهْ ِلِ ِ ب َ يْ ت ِ ِهِ ِ َوِ ِ ال َم ْر أ َة‬ ِ ِ ِ‫َر اعِ ِ َو‬
‫تِ ِ َز ْو ِج َه ا‬
ِ ْ ‫َر ا ِع ي َّةِ ِ على ِ ب َ ي‬
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggung jawaban atas kepemimpinannya dan imam
adalan pemimpin, dan orang laki-laki adalah pemimpin
bagi keluarganya, dan wanita adalah penanggung jawab
atas rumah suami dan anaknya. Dan setiap kalian adalah
pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggung
jawaban atas kepemimpinannya”.165

20. Memilih tetangga yang baik dan menjauhi tentangga


yang buruk, terutama menjauhkan isteri dan anak sebab
tetangga bisa memberi pengaruh besar baik dari sisi
kebaikan dan keburukan. Rasulullah telah menafikan iman
dari orang yang tidak memberi rasa aman kepada
tetangganya, sebagaimana sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam.

165
HR Bukhari

252
ِ ِ‫ ِ ق ِ يْ َل‬، ‫َو للاِِ ِ لَِ ِ ي ُ ْؤ ِم ُنِ ِ َو للاِِ ِ لَِ ِ ي ُ ْؤ ِم ُنِ ِ َو للاِِ ِ لَِ ِ ي ُ ْؤ ِم ُن‬
َ ‫َم ْنِ ِ ي َ ا ِ َر س ُ َلِ ِ للا؟ ِ قال ِ الذي ِ ي َ أ ْ َم ُنِ ِ َج‬
ُِ‫ار هُِ ِ ب َ َو ا ئ ِ ق َ ه‬
“Demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman
dan demi Allah ia tidak beriman. Ditanyakan: Siapakah
wahai Rasulullah? Beliau bersabda,”Orang yang
tetangganya tidak merasa aman dengannya.”166

Ahli hikmah mengatakan,”Pilihlah tetangga lebih dahulu,


baru rumah”.

21. Ketika seorang isteri tidak taat, membangkang dan


berperangai buruk maka sang suami boleh menggunakan
kekuasaannya sesuai dengan ketentuan syariat sebagai
berikut:

Langkah pertama, memberi nasihat dengan baik.

Langkah kedua, jika tidak mau menerima nasihat maka ia


boleh mengangkat penengah untuk mendamaikan pihak
yang sedang sengketa sebagaimana firman Allah.

ِ ِ‫ج ُر و ه ُ َّن‬ ُ ْ‫َو ا ل َّت ِ ي ِ ت َ َخ ا ف ُ و نَِ ِ ن ُ ش ُ وزَ ه ُ َّنِ ِ ف َ ِع ظ ُ و ه ُ َّنِ ِ َو ا ه‬


ِ َِ‫ض ِر ب ُو ه ُ َّنِ ِ ف َ إ ِ ْنِ ِ أ َط َ ع ْ ن َ ك ُ ْمِ ِ ف َ َل‬
ْ ‫اج عِِ ِ َو ا‬ِ ‫ض‬ َ ‫ف ِ ي ِ ال ْ َم‬
ِ ، ِ ‫ت َب ْ غ ُوا ِ عَ ل َ ي ْ ِه َّنِ ِ س َ ب ِ يَلِ ِ إ ِ َّنِ ِ للاَِ ِ كَ ا نَِ ِ عَ ل ِ ي ًّا ِ ك َ ب ِ ير ا‬
ِ ِِ‫َو إ ِ ْنِ ِ ِخ ف ْ ت ُ ْمِ ِ ِش ق َ ا قَِ ِ ب َ يِْ ن ِ ِه َم ا ِ ف َ ا ب ْ ع َ ث ُوا ِ َح كَ م ا ِ ِم ْنِ ِ أ َهْ لِ ه‬

166
HR Bukhari dan Muslim

253
ْ ِ ‫َو َح ك َ م ا ِ ِم ْنِ ِ أ َهْ ل ِ َه آ ِ إ ِ ن ِ ي ُِر ي د َ آ ِ إ‬
ِ ِ ‫ص َل َ ح ا ِ ي َُو ف‬
ِ ُِ‫قِ ِ للا‬
، ِ ‫ب َ ي ْ ن َ هُ َم آ ِ إ ِ َّنِ ِ للاَِ ِ كَ ا نَِ ِ عَ لِ يم ا ِ َخ ب ِ ير ا‬
“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya maka
nasehatilah maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah
mereka di termpat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Dan jika kamu khawatir
ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah
seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam
dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua
orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan
niscaya Allah memberi taufik kepada suami isteri itu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”. (QS An Nisa’ :34-35).

22. Meskipun Islam memberi kekuasaan bagi laki-laki


untuk menjatuhkan sanksi kepada isteri, namun Islam juga
memberi peringatan keras kepada kaum laki-laki agar
tidak menyalahgunakan kekuasaan tersebut, dan
menghindari sebisa mungkin sanksi pukulan. Nabi pernah
ditanya,”Apakah hak isteri atas suami?” Maka Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

َ ‫أ َ ْنِ ِ ت ُطْ ِع مهاِ َِ إ ِ ذ َ ا ِ ط َ ِع ْم‬


َ ْ ‫تِ ِ َوِ ِ ت َكْ س ُ ْو ها ِ إ ِ ذ َ ا ِ ا كْ ت َسَ ي‬
ِ ِ‫تِ ِ َو‬
ِ ‫الو ْج هَِ ِ َوِ ِ لَِ ِ ت ُق َ ب ِ ْحِ ِ َوِ ِ لَِ ِ تهجر ِ إ لَِّ ِ في‬ َ ِ ِْ‫ض ِر ب‬ ْ َ ‫لَِ ِ ت‬
ِ‫ت‬
ِ ْ‫ال ب َ ي‬

254
“Jika kamu makan berilah dia makan, bila kamu
berpakaian berilah dia pakaian, jangan memukul bagian
wajah, jangan mencela dan janganlah kamu mendiamkan
kecuali di rumah saja.”167

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

ِ ُِ‫ ِ ف َ ل َ ع َ ل َّ ه‬، ‫يعمد ِ أ َ َح د ُك ُ ْمِ ِ ف َ ي َ ْج لِ دِ ُِ ا ْم َر أ َت َهُِ ِ ِج لْ دَِ ِ ال ع َ ب ْ ِد‬


ِ ِ ِ‫اج ع ُ َه ا ِ ِم ْن‬
ِِ‫آخ ِرِ ِ ي َ ْو ِم ه‬ ِ ‫ض‬ َ ُ‫ي‬
“Di antara kalian ada yang sengaja mendera isterinya
seperti mendera budak lalu tidur bersama dengannya di
akhir harinya”.168

167
HR Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah
168
HR Muttafaqun alaih

255
Daftar Pustaka :

Buku Andai Aku Tidak Menikah Dengannya karya


Ust.Syafiq Riza Basamalah,

https://temanshalih.com/andai-aku-tidak-menikah-
dengannya-review/

https://rumaysho.com/8865-selalu-cantik-di-hadapan-
suami-bisakah.html

https://muslim.or.id/21300-tak-perlu-sedih-dengan-
status-ibu-rumah-tangga.html

https://muslimah.or.id/3779-boleh-berhias-tapi-etika-
berhias-wanita-muslimah.html

https://rumaysho.com/15770-suami-terbaik-suami-yang-
selalu-membantu-istri-di-rumah.html

https://muslimah.or.id/28-tidur-cantik-sesuai-tuntunan-
rasulullah.html

https://konsultasisyariah.com/23735-ngobrol-dengan-
istri-berpahala.html

https://alhijroh.com/fiqih-tazkiyatun-nafs/cerita-
sebelum-tidur-yang-berpahala/

https://almanhaj.or.id/4207-sekilas-tentang-istri-istri-
rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html

256
https://firanda.com/265-suami-sejati-bag-4-akhlak-
rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam-terhadap-istri-
istri-beliau-bag-2.html

https://firanda.com/263-suami-sejati-bag-3-qakhlak-
rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam-terhadap-istri-
istri-beliauq.html

https://rumaysho.com/8896-pujilah-istrimu.html

https://muslim.or.id/21333-panggilan-mesra-seakan-
sirna.html

https://almanhaj.or.id/2622-kiat-kiat-mempererat-cinta-
suami-isteri.html

https://muslim.or.id/5286-ketika-layar-telah-
berkembang.html

https://almanhaj.or.id/2865-solusi-menghadapi-
problem-rumah-tangga-sesuai-ajaran-islam.html

https://firanda.com/259-suami-sejati-bag1-qsurat-dari-
suami-buat-para-suamiq.html

https://muslim.or.id/35908-masuk-surga-bersama-
keluarga.html

https://islamidia.com/manfaat-mencium-anak-dan-istri-
sebelum-keluar-rumah-atau-berangkat-bekerja/

257
https://muslim.or.id/19535-larangan-tajassus-mencari-
cari-kesalahan-orang-lain.html

https://wanitasalihah.com/berapa-kali-engkau-
memaafkan-istri/

https://muslimah.or.id/644-istriku-bukan-bidadari-tapi-
aku-pun-bukan-malaikat.html

https://muslim.or.id/44851-berbohong-kepada-suami-
atau-kepada-istri-yang-diperbolehkan.html

http://www.salamdakwah.com/artikel/1095-menebar-
dusta-meraih-bahagia

https://konsultasisyariah.com/30317-hukum-mematai-
matai-pasangan.html

https://muslim.or.id/47427-kewajiban-suami-kepada-
istri-untuk-mengajarkan-perkara-agama.html

258
259

Anda mungkin juga menyukai