Anda di halaman 1dari 220

DAFTAR ISi

DAFTARISI ................................................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vii
BABI.PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang................ .................... . ............. . . ............ . . ...... ...................... ..... . 1
1.2. Maksud dan tujuan ......... . . ... ....... . .... ....... ...... .... . .......... ....................................... 1
1.3. Ruang Lingkup ............. ....... ................................... ............ ..... ........................... 1
1.4. Pengertian.......................... ...... ............................................. ............................. 2
1.5. Acuan Norrnatif....................................................................................... ............ 4
BAB 11. PERTIMBANGAN PEMIUHAN TEROWONGAN
2.1. Umum ................................................................................................................ 5
2.2. Dasar pemilihan Terowongan............................................................................. 6
2.2.1 Urutan Kerja Prinsip Pelaksanaan Bendungan ................................. ...... 6
2.2.2 Bangunan Pelengkap dan Penunjang Bendungan .................................. 6
2.2.3 Bangunan Pengaliran atau bukan non-pengaliran .................................. 12
2.2.4 Pemilihan Metode Penggalian Berdasarkan Kondisi Geologis................ 12
2.3. Pemilihan Bentuk Terowongan.............·.............................................................. 13
2.3.1 Fungsi dan Manfaat Terowongan............................................................ 13
2.3.2 Kondisi Geologi dan Geohidrologi........................................................... 15
2.3.3 Kompetensi dan Konvergensi Massa Batuan.......................................... 17 ·
2.3.3.1 Bentuk terowongan konvensional ......................... .................... 17
2.3.3.2 Bentuk terowongan non-konvensional...................................... 17
2.3.4 Metode konstruksi terowongan ............................................................... 19
2.3.4.1 Metode konvensional................................................................ 19
2.3.4.2 Metode non-konvensional..:...................................................... 19
2.3.5 Modus Kegagalan Penerowongan dan Kerusakan Terowongan............. 19
2.4. Pemilihan Dimensi Terowongan ......................................................................... 22
2.4.1 Persyaratan dimensi terowongan............................................................ 22
2.4.2 Pertimbangan pemilihan dimensi terowongan......................................... 22
BAB Ill. PENGUKURAN TEROWONGAN
3.1. Umum ................................................................................................................ 24
3.2. Pengukura Kerangka Dasar ............................. ........ ......................................... 24
3.2.1 Sistem Kerangka Dasar Nasional ................................................... .... .... 24
3.2.2 Sistem Kerangka Dasar Pengukuran di Bendungan ............................... 27
3.2.2.1 Metode Jaringan Segitiga .............. ....... ........... .................... ..... 28
3.2.2.2 Metode Traverse ...................................................................... 30
3.2.2.3 Metode Khusus Lainnya ........................................................... 32
3.3. Pengukuran Terowongan pada Bendungan ....................................................... 33
3.3.1 Rule Terowongan Secara Umum............................................................ 33
3.3.2 Kriteria Pekerjaan Topografi untuk Perencanaan Terowongan ............... 34
3.4. Pengukuran Dalam Pelaksanaan Terowonan..................................................... 36
3.4.1 Tahapan Pekerjaan................................................................................. 36
BAB III

PENGUKURAN TEROWONGAIII

3.1. Umum
Pekerjaan pengukuran terowongan berbeda dengan pengukuran di atas permukaan tanah dan
memerlukan ketelitian yang tinggi, karena beberapa hal yaitu :
,- pengukuran berada di bawah tanah.
,- dirintangi oleh pekerjaan konstruksi.
,- penglihatan yang lemah.
,- kondisi pencapaian yang terbatas.

Ketelitian pengukuran tingkat tinggi diperlukan, karena tata letak terowongan selalu berdasarkan
konfigurasi geometrik dari lintasan terbuka yang berorientasi pada satu titik. Pengukuran
menjadi lebih sulit bila azimuth dibawa melewati udara yang terperangkap di dalam ruangan
bertekanan. Pengukuran terowongan pada kedalaman 30�40 m di bawah permukaan tanah
melalui sumuran dengan unting-unting optis atau mekanis, titik ikat akan bergeser posisinya.

Penandaan titik ukur juga berbeda dibanding di permukaan, semua berada di atas kepala dan
alat ukur harus distel di bawah titik dibanding di atas titik ikat. Faktor-faktor di atas memberikan
pengaruh buruk pada kesalahan penutup dan memerlukan kerangka triangulasi permukaan
sebagai basis untuk tata letak terowongan dan harus lebih teliti.

3.2. Pengukuran Kerangka Dasar


3.2.1, Sistem Kerangka Dasar Nasional
Bendungan sebagai bangunan air bertumpu atau bersandar pada tanah/bantala yang
sepenuhnya bergantung pada morfologi sungai sehingga disyaratkan berbagai tata letak
komponennya digambar dalam peta topografi, sebagai data dasar. Mempertimbangkan tingkat
keperluan peta topografi sejak tahap perencanaan hingga tahap operasi & pemeliharaan, maka
dapat dibuat suatu kriteria antara skala yang diperlukan, tingkat keperluan dan ketersediaan di
Indonesia khususnya, seperti terangkum dalam tabel 2.

24
Tabel2 Kebutuhan PETA Topografi Untuk Bendungan.

No. Uraian Keperluan Skala Ketersediaan

}
1. Daerah Aliran Sungai Menghitung luas tang- Dipublikasi oleh
(DAS) dan Stasiun kapan hujan dan plot bila belum ada JANTOP AD dan
Pengukuran Hujan,
dll.
stasiun penakar
hujan. '' '"·"'"
1 : 100.000,
1 : 250.000,
BAKOSURTANAL serta
Copy di P,G.
1 : 500.000 dan Dikenal sebagai peta
}
1 : 1.000.000 TPC keluaran Depar-
temen Perhubungan.
2. Daerah Genangan Menghitung tam- 1 : 25.000 Perbesaran
Waduk. pungan waduk, luas 1 : 50.000 (publikasi)
dan genangan sebagai 1 : 10.000 Diukur langsung
Area proyek termasuk kurva kapasitas sesuai 1 : 5.000 } dengan metode long-
rencana kuari dan tinggi desain cross (tacimetri).
tempat bahan tanah bendungan. Peta rincian dan peta
(borrow area), Pembebasan tanah 1 : 1000 kepemilikan dengan
serta tempat pembu- daerah genangan dan pengukuran bersistem
angan (spoil bank). sabuk hijau serta pe- dan terkoordinasi
masangan patok batas dengan Bnl.
genangan.
3. Tapak Bendungan, - Menetapkan tata letak 1 : 1000 Hasil pengukuran
terdiri tubuh ben- bendungan meliputi atau topografi dengan
dungan utama dan sumbu bendungan, 1 : 500 kerangka dasar jaring
sub-dam atau dyke bangunan utama tergantung triangulasi atau lin-
bila ada. appurtenant dan dimensi tasan poligon dengan
pendukung. bendungan. datum (X, Y, Z) dalam
- Mempersiapkan posisi satu sistem, terutama
sumbu (as) bangunan terhadap peta genang-
dan patok : beton pe- an dan daerah pela-
ngikat serta peletakan yanan lainnya.
di lapangan (setting Pemetaan rinci de-
out) serta stasiun atau ngan plancet (plane
chainage di lapangan. table) atau tacimeter.
4. Bangunan pelengkap Tahap desain 1 : 200 Pengukuran detail
(appurtenant) dan - tata letak, 1 : 100 dengan plancet di-
penunjang, seperti sumbu detail - potongan tunjang pengukuran
pelimpah, pengelak, - galian dan batas- melintang potongan-potongan
bangunan pengambil- batasnya. skala H : I/ melintang dan me-
an, kuari, borrow area. - dimensi untuk per- = 1 : 1 atau 1 : > 1 manjang dengan
hitungan detail. - potongan tacimetri, pita ukur
Tahap implementasi memanjang dan sipat datar teliti.
- patok-patok batas. skala H : I/=
- sumbu 1 : 1 atau 1 : > 1
- potongan-potongan tergantung medan
- marka dan gambar
(bouw plank). penyajian.

25
Rentang skala peta yang dipakai dalam tahapan penyiapan data dasar untuk pembangunan
bendungan dari skala 1 : 100.000 hingga skala detail 1 : 100 perlu penetapan sistem
kesatuannya dalam koordinat (X,Y) dan elevasi (Z).
Peta topografi bersistem berskala besar seperti 1 : 50.000 dan 1 : 100.000 yang dipublikasikan
di Indonesia, terdapat 2 edisi, yaitu :
(a) Peta Topografi Edisi Lama mempergunakan sistem koordinat kartesius dengan proyeksi
polihedris (polyeder) atau dikenal sebagai koordinat persegi-empat, terutama peta lama
berskala 1 : SO.ODO di pulau Jawa.


N
d � ...
q
35 36 37 38 39 Peta topografi ini
be rasa.1.. d
. ..a.ri. peta
6°N

terestris berskala
I

1: 20.000 buatan
5°40'N

Belanda tahun 1913,


II

kemudian dikem­
5°20'N

bangkan dengan
III
37/';NIII arahan US Army
5° N

tahun 1943
dengan sistem pro­
0°20 N

yeksi Lambert dan


XVIII

spheroid Bessel
QON

menjadi peta topo­


XIX

grafi bersistem
0°20 N

1: 50.000 di pulau
JAKVRTA Jawa.
106 ° 48'27,79"E Grenwich.

Gambar 16 : Sistem Koordinat persegi-empat datar


di Indonesia (sumber: Suyono. S, 1997).

Skala 1 : 100.000 di luar Jawa dan skala 1 : 250.000 di Papua.


Peta topografi model lama mempunyai konfigurasi kontur yang jelas, sehingga mudah dan
teliti untuk studi meja inventarisasi potensi sumber daya air dan skrutinasi skema bendung
dan bendungan untuk fungsi PLTA.
Tercatat pada tahun 1981�1983, kemudian tahun 1998�2000, PT. PLN melakukan studi
masterplan potensi PLTA di Indonesia dengan peta dasar edisi lama ini.
(b) Peta Topografi Edisi Baru oleh Sadan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
(BAKOSURTANAL) mencakup seluruh wilayah Indonesia dalam Peta Rupabumi Indonesia
berskala 1 : 25.000 dan 1 : 50.000.
Adapun sistem kerangka dasar yang dipakai mempergunakan proyeksi Universal Traverse
Mercator (UTM) yang banyak dipakai di dunia seiring kemajuan foto udara.
Sistem grid yang dipakai grid geografi dan UTM dengan datum horisontal Datum Geodesi
Nasional (DGN) di pulau Jawa dan Datum Indonesia (DI), sedang datum vertikal muka laut di
Tanjungpriok Jakarta (TTG) untuk pulau Jawa dan di luar Jawa contoh di pulau Lombok di muka
laut di Lembar.

26

Anda mungkin juga menyukai