KATA PENGANTAR
Semoga modul ini dapat bermanfaat, terutama bagi peningkatan kapasitas SDM
Lembaga Pengelola Wilayah di Indonesia.
Sungai adalah wadah atau penampung dan penyalur alamiah dari aliran air
dengan segala yang terbawa dari Daerah Aliran Sungai (DAS) ke tempat
yang lebih rendah dan berakhir di laut, atau tempat-tempat dan wadah-
wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara
dengan dibatasi kanan kirinya sepanjang pengalirannya oleh garis
sempadan.
Sungai salah satu sumber daya air yang banyak dibutuhkan manusia untuk
berbagai keperluan diantaranya adalah untuk penyediaan air baku untuk
pertanian, air minum, industri, Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) dan lain-lain.
Dengan bertambahnya penduduk maka kebutuhan air akan semakin
meningkat, namun ketersediaan air di sungai tidak meningkat bahkan
menurun sehingga kebutuhan air tidak tercukupi, bahkan akan terjadi banjir
Salah satu tugas pengelolaan sumber daya air tersebut adalah melakukan
operasi dan pemeliharaan dengan baik agar fungsi bangunan tersebut
digunakan seoptimal mungkin dan umur bangunannya sesuai yang
direncanakan.
Berbagai upaya dari pemerintah untuk mengelola sumber daya air tersebut
agar dapat dikelola dengan sebaik-baiknya diantaranya melalui pendekatan
peraturan perundangan dengan telah terbitnya Peraturan Pemerintah No. 35
tahun 1991 tentang sungai, Permen PU No. 63/1993 tentang garis
sempadan sungai, Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang sumber daya
air, dan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2008 tentang pengelolaan
sumber daya air.
1.4.1.
Sungai:
adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari
mata air sampai muara dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan.
1.4.2.
Garis sempadan sungai:
adalah garis batas luar pengamanan sungai.
1.4.3.
Daerah sempandan sungai:
adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
1.4.4.
Daerah sempadan danau/waduk:
adalah kawasan tertentu disekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
1.4.5.
Daerah manfaat sungai:
adalah mata air, palung sungai dan daerah sepandan yang telah dibebaskan.
1.4.6.
Daerah penguasaan sungai:
1.4.7.
Bekas sungai:
adalah sungai yang tidak berfungsi lagi.
1.4.8.
Tepi sungai:
adalah batas luar palung sungai yang mempunyai variasi bentuk.
1.4.9.
Kawasan perkotaan
adalah wilayah kawasan yang mempumyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, layanan sosial dan
kegiatan ekonomi.
1.4.10.
Tanggul:
adalah bangunan pengendali sungai yang dibangun dengan persyaratan teknis
tertentu untuk melindungi daerah sekitar sungai terhadap limpasan air sungai.
1.4.11.
Bangunan sungai:
adalah bangunan yang berfungsi untuk perlindungan, pengembangan,
penggunaan dan pengendalian sungai.
1.4.12.
Alur sungai:
adalah bagian sungai, dataran banjir dan daerah yang berdekatan yang
bermanfaat untuk melancarkan aliran sungai.
1.4.13.
Sumber daya air
adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.
1.4.14.
Air
1.4.15.
Air permukaan:
adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
1.4.16.
Gundukan-gundukan pasir / kerikil (point bar):
adalah timbunan tanah aluvial yang berada dialur sungai, terdiri dari pasir dan
krikil, hampir tanpa ada tanaman penutup diatasnya, biasanya ditemukan
ditikungan dalam suatu belokan alur sungai.
1.4.17.
Gosong-gosong endapan sedimen (braid bar):
adalah alur kecil atau pulau kecil yang membagi aliran sungai pada kondisi aliran
normal.
1.4.18.
Lantai muka fleksibel (flexible apron):
adalah material pelindung yang dihamparkan pada dasar sungai untuk melindungi
bangunan dari gerusan (scouring). Survei kedalaman dasar pada hamparan
flexible apron dapat mengetahui tendensi terjadinya gerusan dan kemungkinan
penanganannya.
1.4.19.
Pemeliharaan sungai:
adalah kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan pada alur sungai dan bangunan
yang ada untuk memelihara serta menjaga fungsi sungai dan bangunan sesuai
dengan tingkat layanan yang direncanakan.
1.4.20.
Program pemeliharaan:
adalah rancangan pekerjaan pemeliharaan disusun secara sistematis yang
meliputi macam kegiatan, biaya dan jadual pelaksanaan.
1.4.22.
Instansi pengelola sungai:
adalah badan yang berwenang mengelola sungai sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai.
1.4.23.
Prasarana sumber daya air:
adalah bangunan air beserta bangunan lain yang menunjang kegiatan
pengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun tidak langsung.
1.4.24.
Daerah aliran sungai:
adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami yang batas di
darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
1.4.25.
Pengelola sumber daya air:
adalah institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan sumber
daya air.
1.4.26.
Operasi sungai:
adalah usaha pengaturan dan pengelolaan sumber daya air dan sumber daya
alam yang ada di sungai untuk tujuan pendayagunaan secara optimum.
1.4.27.
Patok Tetap Utama = PTU:
adalah patok tetap yang dipasang sepanjang sungai dengan jarak tertentu,
digunakan untuk penetapan titik tetap pengukuran penampang melintang sungai,
yang mempunyai nomor, nama, bulan dan tahun pembuatan.
1.4.29.
Patok sementara :
patok yang dibuat dari kayu dengan ukuran tertentu, yang digunakan sebagai
tempat menyimpan koordinat planimetris serta ketinggian di lokasi pengukuran
dan pemetaan, untuk jangka waktu yang tidak lama.
1.4.30.
Data ukur:
data asli, yang diperoleh dari hasil pembacaan alat ukur.
1.4.31.
Deskripsi patok tetap:
pemaparan letak, dan elevasi patok tetap dengan gambar serta kata-kata.
1.4.32.
Morfologi sungai:
adalah ilmu yang mempelajari ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
geometri, jenis, sifat dan perilaku sungai dengan segala aspek perubahannya
dalam dimensi ruang dan waktu, yang menyangkut sifat dinamik sungai dan
lingkungannya yang saling berkaitan.
1.5 Rangkuman
Sungai dan bangunannya yang telah dibangun pemerintah harus kita ukur kembali
termasuk survei sempadan sungai sebagai data base dalam rangka untuk
dilakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan.
Ruas sungai secara umum dibagi menjadi 3 (tiga) bagian (zone) yang
masing-masing zone memiliki karakteristik yang berbeda beda sehingga
kegiatan operasi dan pemeliharaan berbeda. Pembagian zone tersebut
adalah :
1. Bagian atas (upstream), adalah sungai bagian hulu yang terletak dilereng
gunung sehingga kecepatan alirannya masih tinggi. Kecepatan aliran
pada bagian hulu ini biasanya cukup tinggi diperkirakan sekitar ± 10 m/dt
sehingga biasanya terjadi pengikisan tanah yang cukup besar yang
mengakibatkan terjadinya degradasi dasar sungai. Maka pada zone hulu
ini bisa disebut zone pengikisan.
Pengaruh iklim dalam bentuk intensitas dan pola curah hujan dan temperatur
memberikan input air kepada system. Dibawah pengaruh kondisi vegetasi
dan tata guna lahan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berkaitan erat
dengan sifat tanah, input air mengalami proses menjadi output air yang
berupa debit aliran sungai.
Disamping input air juga menghasilkan output berupa muatan sedimen yang
jumlah dan sifatnya dipengaruhi oleh sifat tanah pada DAS. Dengan besaran
dan pola debit aliran air dan muatan sedimen dan kondisi geologi dari DAS,
terjadi proses pembentukan morfologi yang dinamik.
Dari uraian tersebut diatas jelas kebanyakan persoalan sungai seperti banjir,
pengamanan tebing, pengaturamn aliran dan lain-lain kebanyakan terdapat
pada sungai bagian bawah dan dibagian tengah, sedang dibagian atas (hulu)
kita dihadapkan pada persoalan berhubungan dengan pengendalian aliran
supaya tidak akan banyak mengadakan pengikisan.
Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari bentuk sungai atau ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan bentuk, jenis, sifat dan perilaku sungai
dengan segala aspek perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu yang
Banyak variabel yang mempengaruhi morfologi sungai antara lain: debit air
dan angkutan sedimen, aspek-aspek dari interaksi tersebut adalah antara
lain:
1. Agradasi dan degradasi dasar sungai. Yaitu naiknya atau turunnya
elevasi dasar dalam suatu ruas sungai. Gejala-gejala tersebut
sesungguhnya hasil dari suatu perubahan suply angkutan sedimen tanpa
kesesuaian dengan debit air. Agradasi terjadi jika sedimen masuk lebih
besar dari sedimen yang terangkut, dan akan terjadi degradasi jika
sedimen yang datang lebih kecil dari sedimen yang terangkut.
2. Pergeseran lebar sungai. Lebar sungai mengalami perubahan yang terus
menerus terutama disebabkan oleh variasi jumlah air yang harus
dialirkan pada saat-saat tertentu, dimana kejadian banjir yang
mempunyai debit extrim dapat menyebabkan perubahan pada lebar
sungai.
3. Erosi tebing sungai. Selain dari perlebaran yang akan menaikkan
kemampuan alur menyalurkan debit banjir, tebing sungai dapat tererosi
oleh suatu gerakan horizontal (yang berupa meandering atau pun
braiding) alur sungai pada saat aliran kecil (dimana debit kecil
berlangsung lama), oleh adanya degradasi atau agradasi, pertimbunan
tebing yang berlawanan (biasanya ditikungan dalam) dan juga oleh suatu
pembentukan ambang sungai braided.
4. Gerusan di sekitar bangunan. Kombinasi dari aspek-aspek negative
sungai diatas dan ditambah oleh adanya bangunan persungaian akan
dapat menghasilkan gerusan local yang sangat merusak.
2.6 Rangkuman
Tujuan instruksional khusus adalah dengan mempelajari pada bab III modul
ini setelah selesai pengikuti pelatihan peserta dapat menerangkan dan dapat
melaksanakan pengukuran sungai beserta bangunannya seperti bendung,
sabo dam, tanggul, pelindung tebing, krib dan bangunan lainnya. Dengan
pengukuran ini didapatkan data geometrik sungai dan bangunannya
sehingga dapat diketahui perubahan morfologinya dengan membandingkan
hasil pengukuran yang dilakukan sebelumnya. Dengan data tersebut dapat
digunakan untuk perencanaan pemeliharaannya.
Lokasi pengukuran sungai adalah lokasi pada ruas sungai, alur sungai dan
bangunan sungai yang berpontensi terjadi perubahan/rusak yang
mengakibatkan kondisi sungai berubah/tidak stabil sehingga aliran sungai
menjadi tidak terkendali yang akibatnya sumberdaya sungai tersebut tidak
dapat dimanfaatkan dan justru sebaliknya membahayakan bagi kehidupan
masyarakat. Pengukuran tersebut dilakukan di lokasi:
1. Lokasi alur sungai setiap jarak ± 1000 m atau dilokasi tertentu yang
diindikasikan terjadi degradasi atau agradasi.
2. Alur sungai yang terjadi kelongsoran tebing atau longsornya tanggul.
3. Bangunan sungai yang terjadi kerusakan sehingga tidak berfungsi
sebagaimana yang direncanakan.
4. Lokasi yang terjadi pergeseran/perubahan alur.
5. Lokasi yang terdapat penambangan galian golongan C.
2. Persiapan teknik yang lain adalah titik ikat dalam satu wilayah sungai
(SWS) harus satu datum, bila dalam satu SWS terdapat 2 titik ikat
datum atau lebih maka di SWS tersebut harus diintegrasikan dulu
menjadi satu datum agar terdapat keseragam sehingga tidak terjadi
kerancuan dalam menetapkan elevasi.
3.6.2 Pengukuran
Selain PTU juga dapat dipasang PTP yang dipasang dengan interval
tertentu (misalnya tiap 200 m) pada lokasi yang diperlukan.
Galian C
: PTU
: PTP
Gambar 3.1 Contoh lokasi pengukuran tampang lintang pada lokasi penambangan
pasir (Galian C)
3. Muara sungai
Pemantauan (monitoring) penampang melintang muara sungai beserta
gosong-gosong pasirnya (sand bars) harus dilakukan sekali setahun
pada musim kemarau. Pengukuran dimulai dari muara sungai ke arah
hulu sekurang-kurangnya 1000 m atau sampai dengan penggal sungai
yang sudah tidak terpengaruh air laut. Pengukuran harus melingkupi
seluruh timbunan pasir yang menutupi muara. Pengukuran penampang
melintang minimum di tiga lokasi, dengan jarak tertentu sesuai dengan
kebutuhan (misalnya . 200 m atau 2 kali lebar sungai), pada lokasi yang
tetap.
2B=200 m 2B=200 m
laut
Gosong gosong
B
pasir
1000 m
: PTU
: PTP
Gambar 3.2 Contoh lokasi pengukuran tampang lintang pada muara sungai
Pelindung
tebing
Fleksible
apron
100m 10m
300 m 50 m
700 m 200 m
1000 m 500 m
Flexible
apron : PTU
: PTP
10m
100 m
300 m 50 m
700 m 200 m
1000 m 500 m
: PTU
: PTP
3.7 Penggambaran
Dari data pengukuran yang telah dihasilkan dari lapangan setelah dilakukan
pengolahan dan perhitungan yang berpedoman pada Pedoman pengukuran
dan pemetaan teristik sungai tidak kami sajikan, data yang dihasilkan
digunakan untuk penggambaran. Penggambaran ini dapat dilakukan dengan
cara manual dan dianjurkan dilakukan dengan cara digital misalnya dengan
program AutoCad.
2. Penampang memanjang
a. Jenis kertas :
Jenis kertas yang digunakan adalah kalkir yang faktor penyusutan dan
pemuaiannya sangat kecil.
b. Ukuran kertas :
1) ukuran kertas bisa menggunakan ukuran A1 atau A0.
2) garis tepi sebelah dalam digambar dengan ketebalan 0,3 mm
3) garis tepi sebelah luar digambar dengan ketebalan 0,5 mm.
4) jarak antara garis tepi sebelah dalam dan garis tepi sebelah luar
sebesar 3 cm.
c. Garis dan angka :
1) garis kolom tempat penulisan ketinggian detail, jarak detail, dan
referensi ketinggian, digambar dengan ketebalan 0,2 mm.
2) jarak antara garis mendatar yang membatasi ruang penulisan
sebesar 1 cm.
3) semua angka ditulis dengan ketebalan 0,2 mm.
4) semua huruf ditulis dengan ketebalan 0,3 mm.
5) garis tegak yang menunjukkan ketinggian tiap detail dari garis
referensi ketinggian digambar dengan ketebalan 0,1 mm.
6) garis yang menghubungkan ketinggian titik-titik detail penampang
memanjang digambar dengan ketebalan 0,3 mm.
d. Indeks skala :
1) indeks skala dibuat dua macam yaitu indeks skala grafis dan
indeks skala numeris.
2) indeks skala ini ditaruh di atas blok judul.
e. Blok judul :
Blok judul ditaruh di sudut bawah sebelah kanan dari tiap lembar
gambar.
3.10 Rangkuman
Sungai beserta bangunannya perlu dipasang patok tetap utama dan patok
tetap pembantu dilokasi disisi kiri dan sisi kanan sungai agar memudahkan
untuk pengukuran kembali dalam mengetahui perubahan geometrik
sungainya.
3.11 Latihan 1
Cocokan jawaban anda dengan bahan ajar bab I, bab II dan bab III dan
bahan bacaan yang lain hasilnya akan mencerminkan tingkat penguasaan
anda.
Rumus :
1 Sungai bertanggul
(diukur dr kaki tanggul 5m 3m Ps 6
luar
Formulir untuk mencatat hasil survei sungai digunakan formulir survei sungai
lihat Lampiran D.
4.10 Rangkuman
4.11 Latihan 2
Cocokan jawaban anda dengan bahan ajar bab IV dan bahan bacaan yang
lain hasilnya akan mencerminkan tingkat penguasaan anda.
Rumus :
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban anda yang benar X 100 %
4
Arti tingkat penguasaan anda yang tercapai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89 % = baik
70% - 79 % = sedang
0% - 69% = kurang
Kalau hasil jawaban mencapai diatas 80% , peserta pelatihan dapat
melanjutkan kegiatan praktek lapangan, tetapi bila tingkat penguasaan anda
masih dibawah 80%. anda harus mengulangi kegiatan pembelajaran bab IV
dan bab V hingga anda dapat menjawab mencapai diatas 80%.
Setelah hasil tes soal latihan 1 dan latihan 2 sudah mencapai nilai rata-rata
diatas 80% dapat melanjutkan praktek lapangan.
Untuk evaluasi hasil pelatihan yang telah dilakukan antara teori dan praktek
nilainya kita asumsikan untuk teori 40% dan praktek 60%.
Bagian Tengah
Bagian Bawah
Upstream
Middlestream
Downstream
Dasar sungai setelah
terkikis
pengendapan
- Pengikisan dasar
dan tebing sungai
Cara yang Pengendalian sungai (river training)
dilakukan Membuat stabil alur-
alur aliran
BBWSBS
BS. 2 Ki.
TH. 2010
KETERANGAN :
BBWS
BS
PTP
BS. 2 Ki. 2010
+ 600
KETERANGAN :
TMA Banjir Debit > 50 tahunan Tinggi Jagaan
װ װ
TMA Banjir Rencana
װ װ
Kedalaman
TMA Banjir Tahunan
Garis sempadan
Garis sempadan
Tanggul Tanggul
Tepi Sungai
Tepi Sungai
TMA Normal
Palung
(d) (d)
Daerah Manfaat Sungai
Daerah Sempadan Sungai Daerah Sempadan Sungai
Daerah Penguasaaan Sungai
(d) = Jarak tepi kaki tanggul ke garis sempadan
TMA Banjir Debit > 50 tahunan
װ װ
Tinggi Jagaan
TMA Banjir Rencana
װ װ
Kedalaman
TMA Banjir Tahunan
Gar is Sempadan
Gar is Sempadan
Tepi Sungai
Tepi Sungai
TMA Normal
Palung
Parapet
Parapet
(d) (d)
Daerah Manfaat Sungai
Daerah Sempadan Sungai Daerah Sempadan Sungai
Daerah Penguasaaan Sungai
(d) = Jarak tepi parapet ke garis sempadan
TMA Banjir Debit > 50 tahunan
װ װ
Tinggi Jagaan
װ TMA Banjir Rencana
װ
Garis Sempadan
Garis Sempadan
Tepi Sungai
Tepi Sungai
Kedalaman
TMA Banjir Tahunan
TMA Normal
Palung
(d) (d)
Daerah Manfaat Sungai
(d) = jarak tepi sungai ke garis sempadan
TMA Banjir Debit > 50 tahunan
װ װ
Tinggi Jagaan
װ TMA Banjir Rencana
װ
Garis Sempadan
Garis Sempadan
Tepi Sungai
Tepi Sungai
Kedalaman
Bantaran Bantaran
TMA Banjir Tahunan
TMA Normal
Palung
(d) (d)
Daerah Manfaat Sungai
Daerah Sempadan Sungai Daerah Sempadan Sungai
(d) = jarak tepi sungai ke garis sempadan Daerah Penguasaan Sungai
Lembar :………………….
1 No. identitas