Anda di halaman 1dari 16

TATA CARA DAN KRITERIA

PASIEN MASUK DAN KELUAR PICU


Oleh : dr. Esther Iriani Hutapea, Sp.A,.(K)
Pengertian
Kriteria pasien masuk PICU adalah batasan pasien yang dapat
dirawat di PICU.

Kriteria pasien keluar PICU adalah batasan pasien yang sudah


tidak memerlukan pemantauan dan perawatan intensif di PICU
sehingga bisa dirawat di ruang rawat non-intensif.
PASIEN PICU
 Pasien yang dirawat di picu adalah pasien yang memerlukan
intervensi medis segera, pasien yang memerlukan pengelolaan
fungsi system organ secara terkoordinasi dan berkelanjutan
sehingga dapat dilakukan pengawasan
 Indikasi pasien kritis yaitu pasien yang secara fisiologis tidak
stabil
 Sebelum dimasukkan ke picu keluarga pasien harus diedukasi
secara lengkap
 Membuat panduan kriteria pasien masuk dan keluar picu
 Bila picu penuh dibuat penundaan atau dirujuk ke rumash sakit
lain
 Setiap pasien yang masuk picu wajib di pasang kateter dan NGT

20XX presentation title 3


PRIORITAS PASIEN MASUK PICU
Prioritas 1
Anak sakit kritis yang dengan terapi intensif dapat sembuh sempurna, tumbuh dan
berkembang sesuai potensi genetiknya.
Prioritas 2
Anak sakit kritis dengan penyakit dasar yang secara medis belum dapat ditanggulangi
namun dengan terapi intensif keadaan kritis dapat ditanggulangi sepenuhnya hingga
anak dapat kembali pada keadaan semula.
Prioritas 3
Anak sakit kritis dengan penyakit dasar yang menyebabkan anak tidak mengalami
tumbuh kembang optimal dan tidak mempunyai kontak dengan lingkungannya.
Prioritas 4
Anak sakit kritis dengan prognosis sangat buruk sehingga dengan terapi intensif pun
proses kematian tidak dapat dicegah.
Indikasi Rawat PICU:
Sistim Respirasi
 Kebutuhan penggunaan ventilator mekanik invasif maupun non-invasif
 Gangguan sistim respirasi progresif dengan risiko gagal napas tipe 1 atau tipe 2 yang
ditandai secara klinis dan/atau berdasarkan analisis gas darah (AGD) arteri ditemukan
pCO2 >50 mmHg dan/atau pO2 <60 mmHg
 Kebutuhan terapi oksigen dengan FiO2 >50%
 Status asmatikus
 Pasca pemasangan trakeostomi
 Pasien yang memerlukan tindakan bronkoskopi di tempat (bed side)
 Barotrauma akut

20XX presentation title 5


Sistim Kardiovaskular
- Renjatan/syok: ditandai oleh takikardi, hipotensi, capillary refill time >2 detik,
dan/atau diuresis <1 ml/kg/jam (anak >30 kg) atau <0,5 ml/kg/jam (anak <30 kg)
- Pasca henti jantung dan resusitasi jantung paru
- Aritmia yang mengancam nyawa
- Gagal jantung yang belum teratasi
- Pasien dalam terapi inotropik infus kontinu dan pemantauan ketat hemodinamik
Perlu pemantauan tekanan darah invasif dan tekanan vena sentral

20XX presentation title 6


Sistim Neurologi
 Status epileptikus, status konvulsivus
 Kejang yang membutuhkan antikonvulsan intravena kontinu
 Penurunan kesadaran berat (GCS <8) dan gangguan neurologis lain yang potensial tidak
dapat mempertahankan jalan napas/respirasi adekuat
 Trauma kapitis berat
 Disfungsi neuromuskular progresif
 Meningitis atau ensefalitis dengan depresi neurologis, gangguan metabolik, atau
hormonal
 Tekanan tinggi intrakranial dengan defisit neurologis
 Trauma spinal (spinal injury)
 Pasca operasi bedah syaraf, pemasangan VP-shunt
20XX presentation title 7
Sistim Hematologi dan Onkologi
 Anemia berat: Hgb < 5 g/dL dengan gangguan hemodinamik dan/atau distress napas yang
memerlukan FiO2 >50%
 Perdarahanan masif yaitu perdarahan >30% volume darah pasien
 Hiperleukositosis >100.000/uL
 Sindrom vena cava superior dengan sesak berat atau gangguan hemodinamik

Gastrointestinal
 Perdarahan akut dan masif saluran cerna
 Pasien yang memerlukan endoskopi atau pasca endokopi darurat
 Gagal hati akut: SGPT >1000 U/L, INR >1,5, pemanjangan PT dan APTT >1,5 kali kontrol,
disertai ensefalopati

20XX presentation title 8


Endokrin dan Metabolik
Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
Gangguan elektrolit berat:
Hiperkalemia > 7 mEq/L, atau K>5,5 mEq/L disertai palpitasi, kelemahan otot, dan
gambaran EKG terdapat tall T, pemendekan interval QT dan depresi ST.
Hipokalemia < 2,5 mEq/L, atau <3,5 mEq/L disertai gejala klinis berupa palpitasi,
kelemahan otot, gelombang EKG flat atau inverted T.
Hiponatremia <120 mEq/L, atau <135 mEq/L disertai klinis penurunan kesadaran
dan/atau kejang.
Hipernatremia >145 mEq/L disertai klinis penurunan kesadaran dan/atau kejang.
Hipokalsemia <8,5 mEq/L, atau Ca ion < 1 mmol/L
Hiperkalsemia >10,5 mEw/L, atau Ca ion >2,6 mmol/L
Hipoglikemia <40 mg/dL, atau Hiperglikemia >200 mg/dL disertai klinis penurunan
kesadaran dan/atau kejang.
Asidosis metabolik berat: pH <7,1, HCO3 <15, BE < -9
Inborn error of metabolism dengan kegawatan gangguan elektrolit berat
20XX presentation title 9
Ginjal dan Saluran Kemih
Gagal ginjal disertai penurunan kesadaran, hiperkalemia
>7 mEq/L, dan/atau hipokalsemia (Ca darah <8,5 mEq/L
atau Ca ion <1 mmol/L)
Kebutuhan hemodialisis, dialisis peritoneal atau renal
replacement therapy dalam keadaan kondisi respirasi
dan/atau hemodinamik tidak stabil, dalam topangan
ventilator, butuh oksigen dengan FiO2 >50%, dalam terapi
inotropik/vasokontriktor.
Rhabdomiolisis akut
Bedah
Pasca bedah besar atau berisiko: bedah saraf, kraniofasial, ortopedi,
spinal, kardiovaskular, toraks, THT, trauma multipel, transplantasi
organ
Bedah umum dengan gangguan hemodinamik dan respirasi,
kehilangan darah dalam jumlah besar (perdarahan >30% volume
darah) dan hemodinamik tidak stabil durante dan pasca operasi
Gangguan lainnya yang mengancam nyawa
Intoksikasi dengan potensi kegagalan organ
Trauma elektrik atau trauma lingkungan: luka bakar >10% LPT dengan
gangguan hemodinamik dan/atau respirasi
Gigitan ular berbisa

20XX presentation title 11


Permintaan Alih Rawat/Konsul dari ruangan/unit intra-RSUD Merauke:
1. DPJP yang akan mengalih rawat pasien membuat surat konsul/permintaan alih rawat pasien ke PICU
2. DPJP/perawat yang mengonsultasikan/mengalih rawat pasien menghubungi DPJP/nomor kontak
PICU untuk menginformasikan mengenai permintaan alih rawat ke PICU.
3. DPJP PICU memutuskan menerima pasien masuk PICU berdasarkan pertimbangan:
a. Ada tidaknya indikasi rawat pasien di PICU (lihat Indikasi Rawat di PICU)
b. Ketersediaan tempat, tenaga dan peralatan yang dibutuhkan untuk perawatan pasien di PICU
c. Skala prioritas (Lihat Batasan Prioritas Rawat di PICU)
1. Tim PICU mempersiapkan tempat dan peralatan yang dibutuhkan:
a. Tempat tidur
b. Monitor tanda vital
c. Peralatan pendukung yang dibutuhkan untuk perawatan pasien: ventilator/CPAP/HFNC
infusion/syringe pump, mesin suction, Lembar Pemantuan Pasien PICU, alat ukur antropometeri, dan
peralatan lainnya sesuai kebutuhan.
1. Tim PICU memberitahu kepada DPJP/perawat yang meminta alih rawat pasien bahwa tempat sudah
siap.
2. Petugas ruang asal pasien mengantarkan pasien ke ruang PICU.
3. Petugas ruang asal pasien dan petugas ruang PICU melakukan serah terima pasien.
20XX presentation title 12
Rujukan dari Luar RSUD Merauke

1. Admisi dari RS perujuk menghubungi admisi RSUD Merauke untuk menyampaikan


rencana rujuk/permintaan tempat perawatan di PICU RSUD Merauke.
2. Admisi RSUD Merauke menghubungi ruang PICU untuk menyampaikan rencana

rujuk/permintaan tempat perawatan di PICU RSUD Merauke.


3. Petugas PICU yang menerima informasi permintaan tempat menghubungi DPJP

PICU untuk melaporkan adanya permintaan rujukan ini.


4. DPJP PICU memutuskan menerima pasien masuk PICU berdasarkan pertimbangan:

a. Ada tidaknya indikasi rawat pasien di PICU


b. Ketersediaan tempat, tenaga dan peralatan yang dibutuhkan untuk perawatan pasien
di PICU
c. Skala prioritas
1. Admisi RSUD Merauke menginformasikan kembali ke RS perujuk bahwa ada tempat

perawatan di PICU.
2. Admisi RSUD Merauke menginformasikan ke IGD RSUD Merauke mengenai rencana

rujukan pasien yang akan masuk melalui IGD


20XX presentation title 13
1. Tim PICU mempersiapkan tempat dan peralatan yang dibutuhkan:
a. Tempat tidur
b. Monitor tanda vital
c. Peralatan pendukung yang dibutuhkan untuk perawatan pasien: ventilator/CPAP/HFNC,
infusion/syringe pump, mesin suction, Lembar Pemantuan Pasien PICU, alat ukur
antropometeri, dan peralatan lainnya yang dibutuhkan.
1. Tim PICU memberitahu kepada Admisi/IGD bahwa tempat telah siap.
2. Admisi RSUD Merauke menginformasikan kembali ke RS perujuk bahwa tempat
perawatan di PICU telah siap.
3. RS Perujuk menginformasikan ke IGD RSUD Merauke kalau pasien akan ditransfer.
4. Pasien diterima di IGD RSUD Merauke dan serah terima pasien rujukan dilakukan antar
dokter/petugas yang mengantar dan dokter jaga IGD.
5. Dokter IGD melakukan pemeriksaan lengkap pasien dan melaporkan ke DPJP PICU.
6. Pasien ditransfer ke PICU setelah DPJP PICU menyatakan pasien bisa ditransfer.
7. Pasien diterima di PICU dan serah terima pasien dilakukan antara dokter/petugas IGD
dan petugas PICU.
Tatacara Pasien Keluar PICU:
Pasien alih rawat inap ke ruangan lainnya di lingkungan RSUD
Merauke
1. DPJP PICU menetapkan bahwa pasien tidak lagi memerlukan
perawatan PICU (penilaian sistim organ), menulis dalam instruksi
dokter dan menginformasikan ke pasien/keluarga pasien. Resume
pindah dibuat bila terdapat pergantian DPJP.
2. Perawat PICU menghubungi ruang rawat yang dituju mengenai
rencana alih rawat pasien serta menyiapkan rekam medik pasien
dan formulir transfer pasien.
3. Petugas ruang rawat yang dituju menyiapkan tempat untuk pasien
dan menginformasikan bila ruangan telah siap.
4. Petugas ruang rawat yang dituju datang menjemput pasien. Serah
terima pasien dilakukan di PICU saat pasien dijemput petugas.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai