Anda di halaman 1dari 16

Profesi Ners

LAPORAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“MOBILISASI DINI PASCA OPERASI DI RUANG EDELWEIS”

KELOMPOK 5 :

1. Gusvita Sari 23091033

2. Hafizah Usna 23091036

3. Wahyu Alvin Khoir 23091038

4. Desinta Widianti 23091041

PRESEPTOR AKADEMIK :

Ns. Bayu Saputra, M.Kep

PRESEPTOR KLINIK :

Ns. Hendri Yulandra Arif, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU

2023
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MOBILISASI DINI PASCA OPERASI DI RUANG EDELWEIS

A. Penyelenggaraan Pelayanan HCU

Penyelenggaraan pelayanan HCU harus memperhatikan ketersediaan SDM Kesehatan,


sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia di rumah sakit serta beban kerja pelayanan,
pelayanan, memperhatikan memperhatikan tata letak ruangan/bangunan ruangan/bangunan
dan kemudahan kemudahan akses dengan unit pelayanan lain yang terkait.

1. Pelayanan HCU

Pelayanan HCU adalah tindakan medis yang dilaksanakan melalui pendekatan Tim
multidisiplin yang terdiri dari Dokter Spesialis dan Dokter serta dibantu oleh Perawat yang
bekerja secara interdisiplin dengan fokus pelayanan pengutamaan pada pasien yang
membutuhkan pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat sesuai dengan standar
prosedur operasional yang berlaku di Rumah Sakit. Pelayanan HCU meliputi pemantauan
pasien secara ketat, menganalisis hasil pemantauan dan melakukan tindakan pemantauan
dan melakukan tindakan medik dan asuhan medik dan asuhan keperawatan.

Ruang lingkup pemantauan yang harus dilakukan antara lain:

a. Tingkat kesadaran.
b. Fungsi pernapasan Fungsi pernapasan dan sirkulasi dengan dan sirkulasi dengan
interval waktu minimal interval waktu minimal 4 (empat) jam 4 (empat) jam atau
disesuaikan dengan keadaan pasien.
c. Oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara terus menerus.
d. Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8 (delapan) jam atau
disesuaikan dengan keadaan pasien.

Tindakan medik dan asuhan keperawatan Tindakan medik dan asuhan keperawatan yang
dilakuka yang dilakukan adalah: n adalah:

a. Bantuan Hidup Dasar / Basic Life Support (BHD/BLS) dan Bantuan Hidup
Lanjut/Advanced Life Support (BHL/ALS)
b. jalan nafas (Airway): Membebaskan jalan nafas (sampai dengan melakukan intubasi
endotrakeal).
c. Pernafasan/ventilasi (Breathing) :
d. Mampu melakukan bantuan nafas (breathing support). Sirkulasi (Circulation) :
1) Mampu melakukan resusitasi cairan
2) Mampu melakukan defibrilasi
3) Mampu melakukan kompresi jantung luar
e. Terapi oksigen.
f. Penggunaan Penggunaan obat-obatan obat-obatan untuk pemeliharaan/ pemeliharaan/
stabilisasi stabilisasi (obat inotropik, inotropik, obat anti nyeri, obat aritmia jantung,
obat-obat yang bersifat vasoaktif, dan lain-lain).
g. Nutrisi enteral atau parenteral.
h. Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien.
i. Evalusi seluruh tindakan dan pengobatan yang telah diberikan.

B. Indikasi Masuk dan Indikasi Keluar

Penentuan indikasi pasien yang masuk ke HCU dan keluar dari HCU serta pasien yang
tidak dianjurkan untuk dirawat di HCU ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria masuk

Pasien yang masuk ke HCU harus sesuai dengan kriteria yang telah dit ia yang telah
ditetapkan oleh Rumah etapkan oleh Rumah Sakit ‘Aisyiyah Siti Fatimah’Tulangan,
antara lain :

1. Pada pasien dewasa digunakan penilaian dengan skor NEWS. Skor ≥ 7 :


dipertimbangkan masuk HCU untuk observasi secara dipertimbangkan masuk HCU
untuk observasi secara kontinue.

2. Untuk pasien anak digunakan penilaian dengan skor Ped NEWS, bila skor ≥ 6, pasien
dipertimbangkan masuk HCU untuk observasi ketat.

3. Hasil laboratorium (hasil terkini) :

a. Nilai natrium serum < 110 mEq/L atau > 170 Nilai natrium serum < 110 mEq/L
atau > 170 mEq /L. mEq /L.
b. Nilai kalium serum < serum < 2.5 mEq/L atau mEq/L atau > 6.0 mEq/L, dengan
mEq/L, dengan tanda-tanda tanda-tanda gangguan gangguan jantung.
c. PaO2 < 50 mmHg dengan menggunakan suplementasi PaO2 < 50 mmHg dengan
menggunakan suplementasi oksigen sungkup muka 6 lpm. gen sungkup muka 6
lpm.
d. pH < 7.1 atau pH > 7.7 dengan gangguan gangguan metabolik metabolik disertai
disertai gangguan gangguan metabolic metabolic lainnya.
e. Kadar glukosa serum > 800 mg/dl disertai gangguan metabolik lainnya.
f. Kadar kalsium serum > 15 mg/dl disertai Kadar kalsium serum > 15 mg/dl disertai
gangguan me gangguan metabolik lainnya. tabolik lainnya.
g. Tingkat keracunan obat atau substansi kimia lain yang mempengaruhi pasien
secara hemodinamik/ neurologik.
h. Cardiac Troponin T positif.
i. Hitung trombosit < 40,000 dengan tanda perdarahan aktif dan atau gangguan
hemodinamik (syok).
j. Kadar Keton >1 mmol/L

4. Radiografi/ Ultrasonografi/CT scan (hasil terkini)


a. Perdarahan vaskuler serebral, kontusio atau perdarahan subarachnoid dengan
perubahan status mental atau tanda atau tanda-tanda neurologis, cedera kepala
sedang sampai sedang sampai berat.
b. Aspirasi berat, kongestif paru (kor pulmonale), hematothoraks, pneumothoraks
dengan hemodinamik yang tidak stabil.
c. Fraktur cervical dan daerah wajah dengan ancaman gagal napas.
d. Fraktur pelvis, robeknya kandung kemih, hati, varises esofagus atau uterus dengan
hemodinamik yang tidak stabil.
e. Aneurisma aorta disekti.

5. Elektrokardiogram

a. Infark Myocardial dengan aritmia kompleks, ketidakstabilan hemodinamik atau


gagal jantung kongestif.
b. Ventrikular Ekstra Sistole Maligna Bigemini, Salvo, Multifokal/Multiform, R on
T yang berpotensi menjadi Takikardi Ventrikuler atau Fibrilasi Ventrikel.
c. Blok jantung komplit dengan hemodinamik yang tidak stabil, stabil, LBBB
komplit baru. LBBB komplit baru.

1.1 Indikasi Masuk

a. Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadi
komplikasi.

b. Pasien yang memerlukan perawatan perioperatif. Contoh kasus indikasi pasien masuk
HCU berdasarkan system organ tubuh :

1) SISTEM PERNAPASAN

 Gangguan pernafasan yang memerlukan fisiotherapi intensif dan agresif

2) SISTEM KARDIOVASKULER

 Miokard Infark dengan hemodinamik stabil


 Gangguan irama jantung dengan hemodinamik stabil
 Hypertensi urgency tanpa gagal organ target
 Gangguan irama jantung yang memerlukan pacu jantung
sementara/menetap dengan hemodinamika stabil.
 Gagal jantung kongestif NYHA Class I dan II.
 Hipertensi "urgensi" tanpa ada gagal organ target

3) SISTEM SARAF

 Cedera kepala ringan / sedang dengan hemodinamik stabil


 Stroke yang stabil dan memerlukan tirah baring dan memerlukan
pemeliharaan jalan nafas secara khusus
 Cedera sumsum tulang belakang stabil
4) SISTEM PENCERNAAN

 Perdarahan saluran cerna bagian atas tanpa hypotensi


 Perdarahan saluran cerna bagian atas yang mau berespon terhadap
pemberian cairan

5) SISTEM ENDOKRIN

 KAD dengan pemberian insulin konstan


 Hypoglikemi dengan hemodinamik stabil

6) PEMBEDAHAN

 Pasca bedah dengan hemodinamik stabil tapi masih memerlukan resusitasi


cairan

7) KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

 Preeklamsi pada kehamilan / pasca persalinan

1.2. Kriteria pasien yang tidak memperlukan HCU memperlukan HCU

1. Pasien mati batang otak (MBO), kecuali yang merupakan donor organ
2. Pasien prioritas 1 atau 2 yang menolak perawatan / tindakan agresif di HCU
3. Pasien dengan keadaan vegetatif atau permanen
4. Pasien dengan keadaan stabil dengan resiko yang rendah untuk menjadi berbahaya
5. Pasien dalam stadium akhir ( End – Stage ) penyakit – penyakit

1.3. Kriteria pasien keluar dari HCU

1. Apabila kegawatan penyebab masalah kesehatan pasien sudah teratasi.


2. Skor NEWS pada pasien dewasa sudah < 7 atau terdapat < 3 pada salah satu
parameter.
3. Sudah mendapat persetujuan dari Dokter Penanggung Jawab Pela awab Pelayanan
(DPJP). yanan (DPJP).
4. Hasil pemeriksaan diagnostic dalam batas normal atau sudah mendekati normal.
5. Keluhan nyeri dada/tidak nyaman yang telah hilang atau berkurang selama
minimal 12 jam.
6. EKG menunjukkan irama sinus normal atau Atrial fibrilasi dengan klinis dan
hemodinamik stabil. Tanpa menggunakan obat untuk memacu kontraksi jantung
(inotropik dan atau vasoaktif) atau hanya satu obat untuk memacu jantung dengan
dosis minimal.
7. Tekanan darah > 90/60 mmHg.
8. Tekanan darah < 140/90 mmHg untuk pasien tanpa hypertensi dan Tekanan Darah
< 160/100 mmHg untuk pasien dengan riwayat hipertensi emergensi.
9. HR : < 100 x / menit , > 60 x / HR : < 100 x / menit , > 60 x / menit dengan hasil
menit dengan hasil EKG yang tidak mengancam jiwa EKG yang tidak mengancam
jiwa
10. Terapi atau pemantauan intensif tidak diharapkan bermanfaat atau tidak
memberikan hasil pada pasien sedangkan pasien pada waktu itu tidak
menggunakan bantuan mekanis khusus ( seperti ventilasi mekanis ), misalnya:
a. Pasien mengalami mengalami MBO ( Brainsterm Brainsterm Death )
b. Pasien mencapai stadium akhir ( Ards Stadium Ak Pasien mencapai stadium
akhir ( Ards Stadium Akhir )
11. Dalam hal ini pengeluaran pasien dari ICU dilakukan setelah memberitahu dan
disetujui oleh keluarga terdekat pasien.
12. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut ICU ( Keluar Paks njut
ICU ( Keluar Paksa )
13. Pasien hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada pasien yang lebih
gawat lagi yang memerlukan terapi dan observasi yang lebih intensif.

Tabel 1.1 National Early Warning Score (NEWS)

Catatan :

 Pasien dalam Pasien dalam pengaruh sedasi, pengaruh sedasi, penilaian kesadaran
penilaian kesadaran disesuaikan . disesuaikan .
 Pasien gagal napas hiperkapnea sehubungan dengan PPOK, target saturasi O2 88-
92%. Skor pasien tetap dicatat bila saturasi O2 < 92% pasien tetap dicatat bila
saturasi O2 < 92%, kecual , kecuali penilaian dilakukan oleh klinisi i penilaian
dilakukan oleh klinisi yang kompeten dan target saturasi O2 kompeten dan target
saturasi O2 pasien sudah tertul pasien sudah tertulis dalam rekam medis. is dalam
rekam med
 Semua suplementasi oksigen, harus dicantumkan.
Tabel 1.2 Respon klinis terhadap penggunaan NEWS
Skor NEWS Frekuensi Monitoring Respon klinis
0 ≥ per 12 jam Lanjutkan monitoring dengan skor NEWS
1-4 ≥ 4-6 jam  Tentukan perawat yang harus melakukan
pengkajian
 Tentukan perawat yang dapat mengambil
keputusan apabila terdapat kebutuhan
penambahan observasi penambahan observasi
dan atau terjadi perubahan klinis
≥ 5 atau 3 ≥ satu jam  Perawat segera melapor ke Dokter Jaga
pada salah  Pengkajian segera dilakukan oleh Dokter Jaga
satu parameter  Pasien dipindahkan ke ruang perawatan
dengan Monitor

C. Inforedconent

1. Sebelum pasien dimasukkan di HIGH CARE UNIT( HCU ), pasien dan atau
ketuarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar
pertimbangan pertimbangan mengapa mengapa pasien harus mendapatkan
mendapatkan perawatan perawatan di ruang HCU, serta berbagai macam berbagai
macam tindakan kedo tindakan kedokteran yang kteran yang mungkin diiakuk
mungkin diiakukan selama an selama pasien dirawat pasien dirawat di ruang HCU
serta prognosa penyakit yang diderita pasien
2. Penjelasan tersebut diberikan oleh petugas IGDatau dokter yang bertugas pada saat itu
3. Setelah mendapatkan penjelasan , pasien dan atau keluarganya bisa menerima atau
tidak bisa menerima.
4. Pernyataan pasien dan atau ketuarganya tersebut harus dinyatakan dalam formulir
yang ditanda tangani.
5. Pasien dan keluarga Pasien dan keluarga harus memematuhi peraturan di harus
memematuhi peraturan di RS sesuai dengan RS sesuai dengan yang tertera tertera di
General Concent ( terlampir )

D. Alur Pelayanan

Pasien yang mendapatkan pelayanan HCU dapat berasal dari:

1. Pasien dapat berasal dari ICU

2. Pasien dapat berasal dari iGD

3. Pasien dapat berasal dari Kamar Operasi

4. Pasien dapat berasal dari bangsal (Ruang Rawat Inap)


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MOBILISASI DINI PASCA OPERASI DI RUANG EDELWEIS

Pokok bahasan : Mobilisasi Dini Pasca Operasi di Ruang Edelweis

Sub pokok bahasan : Mobilisasi Dini Pasca Operasi

Waktu : 10.00 – 10.45 WIB (45 Menit).

Hari / Tanggal : Jumat, 27 Oktober 2023

Tempat : RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, Ruang Edelweis

Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien post operasi
A. Latar Belakang.

Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga kesehatan untuk
terus meningkatkan kuantitatif dan pelayanan dalam upaya mencapai tujuan
pembangunan kesehatan. Walaupun pengetahuan semakin berkembang tapi bisa saja
dalam menangani suatu penyakit tidak begitu efisien, terutama dengan pasien post
operasi harus memerlukan penanganan yang kompetent. Pada pasien post operasi
laparatomi misalnya, seorang pasien memerlukan perawatan yang maksimal demi
mempercepat proses kesembuhan luka pasca bedah bahkan penyembuhan fisik pasien
itu sendiri. Pengembalian fungsi fisik pasien post-op laparatomi dilakukan segera
setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektf serta latihan mobilisasi dini.

Masalah yang sering terjadi pada post operasi adalah ketika pasien merasa terlalu
sakit atau nyeri dan faktor lain yang menyebabkan mereka tidak mau melakukan
mobilisasi dini dan memilih untuk istirahat di tempat tidur (Kozier et al, 2005). Dalam
masa hospitalisasi, pasien sering memilih untuk tetap di tempat tidur sepanjang hari,
meskipun kondisi mereka mungkin membolehkan untuk melakukan aktivitas atau
pergerakan lain (Berger & Williams, 2006). Banyak pasien dirumah sakit yang harus
menjalani imobilisasi, apakah harus tirah baring karena terapi atau karena penyakit
yang diderita. Salah satunya adalah pasien yang telah menjalani prosedur operasi.
Padahal hampir semua jenis pembedahan, setelah 24-48 jam pertama paska bedah,
pasien dianjurkan untuk segera meninggalkan tempat tidur atau melakukan mobilisasi
dini (Kozier et al, 2005). Menurut Oldmeadow et al (2006) ambulasi dini dianjurkan
segera pada 48 jam pasien paska operasi.

Pasien post operasi memerlukan perawatan yang maksimal untuk mempercepat


pengembalian fungsi tubuh. Hal ini dilakukan segera setelah operasi dengan latihan
napas dan batuk efektif dan mobilisasi dini. Perawatan post oprasi merupakan bentuk
perawatan yang diberikan kepada pasien yang telah menjalani operasi pembedahan.
Tujuan perawatannya adalah mengurangi komplikasi, meminimalkan nyeri,
mempercepat penyembuhan, mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin
seperti sebelum operasi, mempertahankan konsep diri dan mempersiapkan pulang, hal
ini dilakukan sejak pasien masih di ruang pulih sadar (Arif, 2010). Post operasi
laparatomi yang tidak mendapatkan perawatan maksimal setelah pasca bedah dapat
memperlambat penyembuhan pasien itu sendiri. Laporan Departement Kesehatan
Indonesia (DEPKES RI), tindakan pembedahan meningkat dari 162 pada tahun 2005
menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun 2007.

Dengan melihat kondisi pasien post operasi yang memerlukan perawatan maka perlu
dilakukannya intervensi dengan maksud untuk mengurangi tegangan melalui latihan
pernapasan dan mobilisasi dini untuk mempercepat proses kesembuhan dan
kepulangan pasien serta dapat memberikan kepuasan atas perawatan yang diberikan.

B. Tujuan.

1. Tujuan Umum.

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang


mobilisasi dini post operasi.

2. Tujuan Khusus.

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta akan mampu :

a. Menjelaskan pengertian mobilisasi dini post operasi.


b. Menjelaskan tujuan mobilisasi dini post operasi.
c. Menjelaskan macam-macam mobilisasi post operasi.
d. Menjelaskan rentang gerak dalam mobilisasi.
e. Menjelaskan manfaat mobilisasi dini.
f. Menjelaskan kerugian bila tidak melakukan mobilisasi.
g. Menjelaskan indikasi dilakukannya mobilisasi dini post operasi.
h. Menjelaskan kontraindikasi dilakukannya mobilisasi dini post operasi.
i. Menjelaskan tahap-tahap mobilisasi dini post operasi.

C. Metode dan Media.

1. Metode.

a. Ceramah.
b. Diskusi dan Tanya Jawab.
c. Demonstrasi.

2. Media.

1. Leaflet.
2. Laptop.
3. Slide Power Point (PPT).
4. Infokus.

D. Waktu dan Tempat.

Hari /Tanggal : Jumat, 27 Oktober 2023.


Jam : 10.00 – 10.45 WIB.
Tempat : RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, Ruang Edelweis.

E. Pengorganisasian.

a. Penyaji : Menyampaikan materi.


b. Fasilitator : Memotivasi peserta untuk bertanya.
c. Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari
awal sampai akhir.
d. Peserta Penyuluhan : Mendengarkan materi penyuluhan.

F. Setting Tempat (Gambar /Denah Ruangan).

Keterangan :

: Fasilitator : Peserta

: Moderator

: Penyaji
G. Kegiatan Penyuluhan.

No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta


1. 10.00 – 10.10 Persiapan (Pre Interaksi)
(10 Menit) Persiapan Pasien.
 Peserta diberitahu
tujuan penyuluhan.
 Melakukan kontrak
waktu dan pelaksanaan.
 Mengecek kesiapan dan
kondisi peserta untuk
penyuluhan.

Persiapan Peralatan.
 Menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan
seperti leaflet, laptop,
PPT, dll.
 Mencek kembali
kelengkapan peralatan
yang akan
dipergunakan.
2. 10.10 – 10.15 Pembukaan (Orientasi).
(5 Menit)  Memberi salam.  Menjawab salam.
 Menjelaskan tujuan  Mendengarkan.
penyuluhan.
 Menyebutkan materi  Memperhatikan.
pokok bahasan yang
akan disampaikan.
3. 10.15 – 10.35 Pelaksanaan. Menyimak dan memperhatikan
(20 Menit) Menjelaskan materi tanya jawab.
penyuluhan secara berurutan
dan teratur.
Materi :
 Pengertian mobilisasi
dini post operasi.
 Tujuan mobilisasi dini
post operasi.
 Macam-macam
mobilisasi.
 Rentang gerak dalam
mobilisasi.
 Manfaat mobilisasi
dini.
 Kerugian bila tidak
melakukan mobilisasi.
 Indikasi dilakukannya
mobilisasi dini post
operasi.
 Kontraindikasi
dilakukannya
mobilisasi dini post
operasi.
 Pedoman pelaksanaan
mobilisasi.
 Tahap-tahap mobilisasi
dini.
4. 10. 35 – Evaluasi. Feedback (respon balik).
10.40  Menyimpulkan inti
(5 Menit) penyuluhan.
 Menyampaikan secara
singkat materi
penyuluhan.
 Memberi kesempatan
kepada klien untuk
menjawab pertanyaan
yang dilontarkan.
5. 10.40 – 10.45 Terminasi. Menjawab salam.
(5 Menit)  Menyimpulkan materi
penyuluhan yang telah
disampaikan.
 Menyampaikan
terimakasih atas
perhatian dan waktu
yang telah diberikan
kepada peserta.
 Mengucapkan salam.

H. Evaluasi.

1. Evaluasi Struktur.

a. Persiapan media yang digunakan (leafleat,SAP).


b. Persiapan tempat yang digunakan.
c. Kontrak waktu.
d. Persiapan satuan acara penyuluhan (SAP).

2. Evaluasi Proses.

a. Selama penyuluhan peserta aktif memperhatikan penjelasan yang


disampaikan.
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang
disampaikan.
c. Selama penyuluhan peserta aktif menjawab pertanyaan yang diajukan.

3. Evaluasi Hasil Akhir.

Diharapkan semua peserta penyuluhan dapat :

a. Pengertian mobilisasi dini post operasi.


b. Tujuan mobilisasi dini post operasi.
c. Macam-macam mobilisasi.
d. Rentang gerak dalam mobilisasi.
e. Manfaat mobilisasi dini.
f. Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi.
g. Indikasi dilakukannya mobilisasi dini post operasi.
h. Kontraindikasi dilakukannya mobilisasi dini post operasi.
i. Pedoman pelaksanaan mobilisasi.
j. Tahap-tahap mobilisasi dini.
REFERENSI

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta: EGC

Beyer, Dudes (1997). The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2nd: Brown Co
Biston.

Merdewati, L. 2018. Mobilisasi Dini Pasca Operasi di Ruang Irna Bedah Pria. Padang :
Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai