Anda di halaman 1dari 6

AIRWAY MANAGEMENT, MESIN DAN ALAT ANESTESI, PENGELOLAAN

PRE ANESTESI DAN POST ANESTESI.


Terdapat beberapa persarafan yang mensarafi saluran nafas bagian atas :
1. Glossofaringeal nerve : faring, tonsil dan bagian dari palatum mole
2. Nervus vagus : menginervasi airway bagian bawah glottis
3. Bagian superior nervus vagus yang terbagi atas external dan internal : menginervasi
bagian laring (epiglottis sampai vocal cord)
4. Recurrent karingeal nerve : menginervasi bagian laring – trakea

Efek jika terdapat ganggaun innervasi :


Routine airway management :

1.airway assessment

2. preparation and equipment check

3. patient positioning

4. preoksigenisasi

5. bvm

6. intubasi (jika diindikasikan)

7. konfirmasi penempatan ett

8. intraoperative manajemen dan kesulitan

9. ekstubasi

Airway assessment :

Untuk menilai apakah pasien sulit untuk diintubasi atau sulit untuk di ventilasi :

1. Membuka mulut : jika bukaan mulut > 3 cm, makan pasien akan dengan mudah diintubasi
dan ventilasi
2. Upper lip bite test
3. Skoring mallapati :
4. Jarak thyromental : jarak antara dagu dan adams apel harus > 3 jari
5. Lingkar leher : ukuran lingkar leher > 27 kecurigaan untuk visualisasi bukaan glotis

Guideline ukuran ett :


Terdapat beberapa indikasi diberikannya premedikasi :

1.mengurangi kecemasan

2. mengurangi nyeri

3. mengurangi kebutuhan obat obatan anestetik

4. mengurangi sekresi saluran pernafasan

5. menyebabkan amnesia

6. mengurangi kejadian mual – muntah pasca operasi

7. membantu pengosongan lambung, mengurangi produksi asam lambung atau meningkatkan ph


asam lambung

8. mencegah refleks refleks yang tidak diinginkan

Pencegahan ansietas -> menyebabkan produksi dan pelepasan katekolamin darah yang memicu
tonus simatis -> peningkatan laju darah dan jantung -> tatalaksana : pemberian anti ansiolitik ,
dimana anti ansiolitik bersifat sedative.

Namun karena ada sedikit efek vasodilatasi -> hati hati apabila diberikan pasien dengan hipotensi,
kesadaran dibawah normal, pjb, hipertensi pulmonal

Pencegahan Penyulit nafas -> biasanya penyulitnya adalah hipersekresi saliva, bronkonstriksi,
laringospasme, bisa juga berhubungan dengan asma bronchial atau hipersensitivitas -> tatalaksana :
pemberian b 2 agonis via inhalasi

Pencegahan Pneumonia Aspirasi

Terdapat beberapa pasien yang memiliki resiko pneumonia aspirasi seperti:

1. Refluk esophagitis
2. Pasien hamil besar
3. Pasien dengan tumor intra abdomen
4. Pasien emergensi dengan puasa tidak adekuat

Untuk tatalaksananya dapat diberikan metolproklamid dan jugaantagonis H2

Mengurangi nyeri -> dapat diberikan obat golongan nsaid (hati hati tanda perdarahan dan
bronkospasme)

Premedikasi di kamar bedah


biasanya diberikan obat anti emetic untuk mengatasi akibat anestesia tertentu, dimana mual dan
muntah pasca bedah dapat diakibatkan karena tehnik atau anestesia tertentu. Obat anestesi yang
sering menyebabkan mual adalah golongan opiat dan anestesi inhalasi. Pembedahan laparoskopik
abdomen juga dapat menyebabkan komplikasi mual dan muntah. Pada saat intraoperative mual bisa
timbul akibat hipotensi yang disebabkan karena anestesi spinal atau akibat penarikan vicera
abdomen. Pemberian obat antisialogog juga dapat diberikan untuk mengurangi sekresi jalan nafas,
terutama pasien yang mendapat terapi ketamin atau pasien yang akan mengalami prosedur awake
laringoskopi, baik laringoskopi langsung ataupun memakai serat optic.

Ada beberapa prosedur yang dapat menyebabkan refleks vagal :

1. Penarikan otot mata


2. Penarikan omentum
3. Laringoskopi serta intubasi yang kurang dalam.

Obat yang sering diberikan untuk premedikasi :

1. Benzodiazepin
2. Opioid
3. Fenotiazin
4. Antikolinergik
5. Beta Blocker
6. Clonidin dan deksmedetomidin
7. Antagonis Reseptor H2, PPI
8. Antagonis Serotonin
9. Metoklorperamid

PERSIAPAN PRE ANESTESI

Klasifikasi ASA :

Asa I : Pasien normal dan sehat fisik dan mental

Asa II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak ada keterbatasan fungsional

Asa III : Pasien dengan penyakit sistemik sedang hingga berat yang menyebabkan keterbatasan

Fungsi.

Asa IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam hidup dan menyebabkan

keterbatasan fungsi

Asa V : Pasien yang tidak dapat hidup/ bertahan dalam 24 jam dengan atau tanpa operasi.

Kelas E : Bila operasi dilakukan cito

 Pasien bumil dan perokok otomatis masuk ke asa II, Pasien dengan dm, ht uncontrolled
masuk ke asa III

Prediksi keadaa jelek dan spesifik


Untuk prediksi kondisi jantung pada operasi non bedah, prediktornya dapat dihitung dengan indeks
goldman :

Poor medical status disini adalah :

Pao2 : <8

Pco2> 6.5

Kalium < 3

Hco3<20

Urea > 7.5

Kreatinin > 270

Sgot abnormal

Penyakit hepar kronis

Anda mungkin juga menyukai