Anda di halaman 1dari 16

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

INDUSTRI OLAHRAGA, KEMISKINAN, DAN PENGANGGURAN


(Apresiasi Industri Mikro Sektor Olahraga di Pulau Jawa)

Oleh:
Agus Kristiyanto1

ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan fakta


aktual tentang: (1) profil industri olahraga di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Jawa Timur; dan (2) apresiasi pelaku usaha industri olahraga terhadap upaya
pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran. Wilayah yang
diteliti meliputi beberapa kota/kabupaten terpilih di Propinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Penentuan wilayah ini merupakan bentuk sampling
area yang dikembangkan secara purposif sampling dan mengacu pada
pertimbangan memilih kantung-kantung industri olahraga di wilayah tertentu.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, akhirnya terpilih beberapa kota/kabupaten
di ketiga propinsi tersebut, yaitu: Majalengka (Jawa Barat), Solo (Jawa
Tengah), Karanganyar(Jawa Tengah), Sukoharjo(Jawa Tengah), Nganjuk
(Jawa Timur), Ponorogo (Jawa Timur), dan Madiun (Jawa Timur). Industri yang
disurvey meliputi industri peralatan, pakaian, dan jasa olahraga yang berjumlah
17 industri.
Kesimpulan: (1) Komposisi pekerja di sektor industri olahraga
adalah: di Jawa Barat meliputi 58 % pekerja laki-laki dan 42 % pekerja
perempuan; di Jawa Tengah, 75 % pekerja laki-laki dan 25 % pekerja
perempuan; dan di Jawa Timur, pekerja laki-laki 62,7 % dan 37,3 % pekerja
perempuan. ; (2) Penghasilan pekerja di industri barang dan jasa olahraga
di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebagian besar adalah
berkisar Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,- per bulan dengan tanggungan
keluarga rata-rata 3 orang. Artinya, bekerja di sektor industri olahraga
belum bisa menjanjikan, apalagi banyak pekerja home industri olahraga
yang digaji di bawah Rp. 500.000,- per bulan. Jadi, industri olahraga secara
faktual sekedar memberikan lapangan pekerjaan sampingan bagi sebagian
masyarakat, namun belum berdampak secara besar bagi pengentasan
kemiskinan dan peningkatan pengangguran.

Kata-kata Kunci: Industri Olahraga, Home Industri Olahraga, Kemiskinan, dan


penganguran.

1
Agus Kristiyanto adalah dosen pada Jurusan POK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
(UNS).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Pendahuluan

Upaya membedah dan menggali potensi bisnis olahraga melalui ranah


industri olahraga, dewasa ini menjadi sesuatu yang semakin mengemuka. Hal
tersebut bukan sebatas bermakna usaha komersialisasi olahraga, melainkan
suatu tahapan rasional membangun olahraga pada sisi pemberdayaan potensi
ekonomi. Sektor olahraga dengan segenap dimensinya tentunya harus
memungkinkan berkembang mandiri secara ekonomi. Persoalan memajukan
olahraga dan penggalangan dana adalah dua hal yang terus terkait, bagai dua
sisi mata uang.
Era industri olahraga telah mulai bergulir di Indonesia dengan
munculnya salah satu Deputi Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Industri
Olahraga di lingkungan Kantor Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga
(Kemenegpora). Keberadaan deputi ini seperti menjawab tantangan dunia
bahwa olahraga sesungguhnya telah menjadi aspek penting dalam kehidupan
masyarakat yang siap disandingkan dengan aspek-aspek lain sebagai sebuah
komoditi industri.
Pada Bagian Penjelasan Umum atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomer 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional,
ditegaskan bahwa : “ keterbatasan sumber pendanaan merupakan
permasalahan khusus dalam kegiatan keolahragaan di Indonesia. Hal ini
semakin terasa dengan perkembangan olahraga modern yang menuntut
pengelolaan, pembinaan dan pengembangan keolahragaan didukung oleh
anggaran yang memadai. Kebijakan tentang sistem pengalokasian dana di
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah dalam bidang keolahragaan sesuai dengan kemampuan
anggaran harus dilaksanakan agar pembinaan dan pengembangan
keolahragaan nasional dapat berjalan lancar. Selain itu, sumber daya dari
masyarakat perlu dioptimalkan, antara lain melalui peran serta masyarakat

commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

dalam pengadaan dana, pengadaan/pemeliharaan prasarana dan sarana, dan


dalam industri olahraga”.
Rintisan dan pengembangan industri olahraga di Indonesia bukan
sesuatu yang baru. Namun keberadaan industri olahraga tersebut baru sebatas
pada industri musiman yang berkembang secara alamiah dan kurang
tertangani secara serius. Semangat dan keinginan pemerintah untuk
memperbaiki keadaan masa depan olahraga yang lebih baik, dilakukan melalui
usaha membenahi seluruh komponen inti yang menopang kemajuan olahraga
secara menyeluruh. Salah satu keseriusan pemerintah adalah dengan
memberikan payung hukum yang lebih kuat melalui pemberlakuan Undang-
undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN).
Payung hukum tersebut juga mengatur tentang Industri Olahraga.
Permasalahan Industri Olahraga dalam Undang-undang Sistem
Keolahragaan Nasional diatur dalam Bab XVI. Pengertian dan batasan Industri
Olahraga adalah kegiatan bisnis bidang olahraga dalam bentuk produk barang
dan / atau jasa. Setiap pelaksanaan industri olahraga yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan / atau masyarakat wajib memperhatikan
tujuan keolahragaan nasional serta prinsip penyelenggaraan kegiatan olahraga
(pasal 78). Industri olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana yang
diproduksi, diperjualbelikan, da/atau disewkan untuk masyarakat (pasal 79 ayat
1).
Dampak industri olahraga ke depan seharusnya tidak sebatas pada
upaya untuk mencukupi dimensi internal keolahragaan, melainkan diharapkan
lebih menggeliatkan serta memperbaiki harkat dan martabat masyarakat secara
keseluruhan. Kemajuan Industri olahraga tidak hanya dinikmati oleh kalangan
industri dan komunitas atau insan-insan olahraga semata, melainkan
diharapkan manfaatnya merambah sampai ke masyarakat secara luas. Industri
olahraga merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat dan
pembangunan masyarakat. Oleh karena itu tidaklah berlebihan manakala
commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

potensi industri olahraga jika digali dan dikembangkan, dapat menjadi sebuah
solusi bagi upaya pengentasan kemiskinan dan persoalan pengangguran. Ada
apa dengan kemiskinan dan pengangguran ?
Kemiskinan dan pengangguran merupakan sebuah kompleksitas yang
senantiasa menjadi persoalan bangsa-bangsa di dunia ini, terlebih lagi di
negara yang sedang berkembang, seperti di Indonesia. Pertumbuhan jumlah
penduduk tidak sebanding dengan kesempatan kerja yang tersedia. Akhirnya
jumlah pengangguran semakin meningkat dan jumlah penduduk miskin juga
semakin bertambah. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan belum
membaiknya krisis dan belum stabilnya ekonomi makro, yang mengakibatkan
banyak orang kehilangan pekerjaan sebagai korban dari Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK).
Masalah kemiskinan dan pengangguran tetap akan menghantui
Indonesia untuk lima tahun yang akan datang. Paling banyak bisa diciptakan
situasi serta kondisi di mana orang mempunyai harapan. Pada waktu ini maka
harapan ini pun masih langka. Nyatanya, beberapa pengukuran consumers
index, dari Bank Indonesia dan lainnya, masih di bawah 100, artinya, harapan
serba mineur. ( M. Sadli, Business News, Senin 8 Agustus 2005).
Berdasarkan catatan dari berbagai sumber, jumlah penduduk miskin di
Indonesia adalah sebesar 15 % pada tahun 2005, sedangkan akhir tahun 2006,
penduduk miskin di Indonesia sebesar 13,3 % (Nurhadi, 2007). Secara
proporsional prosentasenya mungkin menurun namun secara absolut-
kuantitatif, jumlah penduduk miskin di Indonesia kemungkinan tidak berkurang.
Bagaimana dengan angka pengangguran ?
Angka pengangguran pemuda secara nasional adalah sebesar 16,7 %.
Secara nasional angka penggangguran laki-laki sebesar 13,9 %, sedangkan
pengangguran perempuan sebesar 21,3 %. Angka pengangguran di perkotaan
lebih besar daripada di desa. Penggangguran di perkotaan sebesar 20,7 % dan
penggangguran di pedesaan 13,6 %. (Data Kemenegpora dan BPS, 2006).
commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

Kebangkitan industri olahraga haruslah mengarah pada ikhtiar nyata


dari bagian yang tak terpisahkan dari upaya mengentaskan kemiskinan dan
mengatasi pengangguran di Indonesia. Model kemitraan perlu dijalin dan
langkah-langkah koordinatif harus ditempuh untuk menggali potensi,
meningkatkan kemampuan serta peluang bagi perkembangan industri
olahraga. Industri olahraga merupakan bagian integral dari industri nasional
dalam membuka lapangan kerja serta peluang usaha. Prinsip yang perlu
dikembangkan adalah: mulai dari hal yang kecil, mulai dari solusi sederhana,
dan mulai dari sekarang!.
Industri olahraga didefinisikan oleh Pitts, Fielding dan Miller sebagai
“semua produksi barang , jasa, tempat, orang-orang, dan pemikiran yang
ditawarkan kepada pelanggan, yang berkaitan dengan olahraga. (Pitts,
Fielding, and Miller, 1994).Ozanian mengatakan bahwa ; “Olahraga tidak hanya
bisnis besar saja. Olahraga adalah salah satu dari industri yang tercepat
bertumbuh-kembangnya di Amerika, dan adalah yang jalin menjalin dengan
setiap aspek ekonomi – dari media dan pakaian sampai pada makanan dan
periklanan ............. olahraga ada dimana-mana , dibarengi dengan suatu
bunyi dering mesin kasir uang yang tak putus-putusnya” (Onzanian, 1995).
Kondisi Industri yang memiliki peluang untuk dikembangkan di
Indonesia menurut Harsuki (2007) adalah meliputi : (1) Industri barang olahraga
(sporting goods industry); (2) Olahraga amatir (yang dibawah KOI /KONI dan
Induk organisasi cabang olahraga); (3) Olahraga profesional (Tinju, Golf, Balap
mobil & motor); (4) Kompleks olahraga ( Gelora Bung Karno, Gelanggang
rekreasi Jaya Ancol); (5) Sponsor berbadan hukum ; yang telah banyak
mendanai kegiatan olahraga; (6) Media berita olahraga baik cetak maupun
penyiaran.
Industri olahraga merupakan upaya kolektif dari berbagai pihak untuk
mengembangkan perilaku ekonomi antara produsen dan konsumen dengan
dijembatani oleh bentuk-bentuk produksi barang atau jasa olahraga. Perilaku
commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

ekonomi tersebut berpotensi bagi upaya pengentasan kemiskinan dan


penaggulangan pengangguran. Pengentasan kemiskinan dan penanggulangan
pengangguran dapat dilakukan melalui pendekatan, yaitu (1) pendekatan
peningkatan pendapatan, dan (2) pengurangan beban.
Kedua pendekatan tersebut ditopang oleh empat pilar utama, yaitu (1)
penciptaan kesempatan, (2) pemberdayaan masyarakat, (3) peningkatan
kemampuan, dan (4) perlindungan sosial. Kedua pendekatan dan keempat pilar
tersebut bertumpu pada perencanaan, penganggaran APBN dan APBD serta
perbankan/lembaga keuangan non-bank, swasta dan masyarakat.
Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran harus dilakukan
secara bersama-sama dan saling sinergi antara level nasional dan daerah.
Pada level nasional, maka antara pemerintah pusat melalui departemen /LPND
dan DPR, dunia usaha dan masyarakat/NGO/PT harus bahu-membahu dengan
memobilisasi sumberdaya dan otoritas secara seimbang. Demikian pula pada
level daerah, maka pemerintah daerah melalui dinas-dinas dan DPRD, dunia
usaha lokal, masyarakat miskin/masyarakat luas/NGO/PT juga harus bahu
membahu dengan memobilisasi sumberdaya dan otoritas secara seimbang.
Kedua level tersebut harus secara sinergis menanggulangi kemiskinan pada
levelnya.
Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dideskripsikan
tersebut, akhirnya dapat diformulasikan masalah sebagai berikut: (1)
bagaimanakah profil industri olahraga di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur ?; (2) bagaimakah apresiasi pelaku usaha industri olahraga tentang
keterkaitan peran pemerintah dan memperkuat dampak industri olahraga
terhadap upaya pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran
?; dan (3) bagaimanakah hasil kajian dampak industri olahraga terhadap
pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran?
Kajian tersebut kendati merupakan langkah kecil yang sederhana,
namun memiliki nilai manfaat untuk menelaah secara lebih cermat tentang
commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

aspek pragmatis industri olahraga dalam mengentaskan kemiskinan dan


penanggulangan pengangguran. Lebih dari itu, kajian tersebut juga bermanfaat
untuk kepentingan perbaikan bentuk dan arah kebijakan pengembangan
industri olahraga ke depan, agar lebih relevan dan memiliki nilai solusif,
terutama untuk mengentaskan kemiskinan dan memecahkan masalah
pengangguran.

Metode Penelitian

Wilayah yang diteliti meliputi beberapa kota/kabupaten terpilih di


Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur di Negara Indonesia .
Penentuan wilayah ini merupakan bentuk sampling area yang dikembangkan
secara purposif sampling dan mengacu pada pertimbangan memilih kantung-
kantung industri olahraga di wilayah tertentu. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, akhirnya terpilih beberapa kota/kabupaten di ketiga propinsi tersebut,
yaitu: Majalengka (Jawa Barat), Solo (Jawa Tengah), Karanganyar(Jawa
Tengah), Sukoharjo(Jawa Tengah), Nganjuk (Jawa Timur), Ponorogo (Jawa
Timur), dan Madiun (Jawa Timur).
Definisi operasional berkenaan dengan definisi tentang: (1) dampak (2)
Industri olahraga, (3) kemiskinan, (4) pengentasan kemiskinan, dan (5)
penanggulangan pengangguran, Dampak adalah pengaruh kuat yang
mendatangkan akibat, baik akibat positif maupun akibat negatif, secara
langsung maupun tidak langsung. Industri olahraga adalah semua produksi
barang , jasa, tempat, orang-orang, dan pemikiran yang ditawarkan kepada
pelanggan, yang berkaitan dengan olahraga. Industri Olahraga adalah kegiatan
bisnis bidang olahraga dalam bentuk produk barang dan / atau jasa.
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
dasar minimal untuk dapat hidup layak. Pengentasan kemiskinan (poverty
Allevation) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan usaha

commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat. Penangulangan


pengangguran adalah upaya memperluas kesempatan kerja sebagai
konsekwensi dari pertumbuhan ekonomi yang tercipta.
Instrumen pengumpulan data dikembangkan berdasarkan indikator-
indikator yang telah berhasil dirumuskan. Instrumen meliputi: (1) Kisi-kisi, (2)
Data Kontrol Industri olahraga, (3) Angket atau kuesioner terstruktur, dan (4)
lembar observasi atau lembar pengamatan.

Hasil

Hasil penelitian merupakan deskripsi data tentang respon para pelaku


usaha industri olahraga sesuai dengan wilayah yang dikaji. Respon yang
dimaksud berkaitan dengan tanggapan responden atas pertanyaan/pernyataan
angket. Berdasarkan institusi industri olahraga yang telah di survey di beberapa
wilayah di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur telah tercatat
bahwa jumlah pelaku usaha/ pekerja/ pengrajin/ instruktur adalah sebagai
berikut: Jawa barat berjumlah 200 orang pekerja, Jawa Tengah 92 orang, dan
Jawa Timur 102 orang.
Secara ideal jumlah responden yang harus merespon angket adalah
sejumlah tersebut. Namun demikian dalam kenyataannya tidak mudah
mendapatkan responden dalam jumlah yang lengkap. Dengan demikian
analisis respon responden hanya dilakukan pada angket yang telah
dikumpulkan, yakni : Jawa Barat 58 responden, Jawa Tengah 42 responden,
dan Jawa Timur 48 responden.

commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

Jumlah Responden yang diteliti

70
60
50
40 Jumlah Responden
30 yang diteliti
20
10
0
Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur

Analisis dan Pembahasan

Analisis dan pembahasan meliputi: (1) profil industri olahraga, dan (2)
respon pelaku usaha industri olahraga.

Profil Industri Olahraga

Hasil analisis profil industri olahraga di Majalengka khususnya di PT


Sinjaraga Santika Sport, yang mempoduk bola sepak, bola basket, dan bola
volley, maka dapat diperoleh informasi yang cukup kuat, bahwa kegiatan
industri olahraga dapat memberikan lapangan kerja sebanyak 200 orang
pekerja. Penghasilan pekerja rata-rata berkisar Rp. 500.000,- s/d Rp.
1.000.000,- per bulannya. Rata-rata tanggungan tiap pekerja adalah 3 orang.
Dengan demikian, penghasilan pekerja di industri olahraga tersebut sangat
minimal. Salah satu hal yang sangat menarik adalah bahwa kesetaraan gender
dalam industri tersebut sangan baik, karena memperkerjakan karyawan pria
sejumlah 116 (58 %) dan perempuan 84 (42 %) . Sebuah perbandingan yang
lumayan proporsional.

commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Kesetaraan Gender Di Sektor


Usaha Kecil Industri Olahraga

42% Laki-laki
58% Perempuan

Dari 10 (sepuluh) industri olahraga yang disurvey di Surakarta dan


sekitarnya (Solo, Sukoharjo, dan Karanganyar) meliputi 4 industri yang
bergerak pada layanan jasa kebugaran, 1 industri peralatan panahan, 2 industri
shutlle cock, 1 industri peralatan lengkap olahraga dan, 2 industri konveksi
pakaian khusus olahraga.
Jumlah pekerja industri olahraga pada 10 industri olahraga yang
disurvey adalah sejumlah 92 orang, dengan komposisi pekerja laki-laki
sebanyak 69 orang (75 %) dan pekerja perempuan sebanyak 23 orang (25 %).
Pada umumnya industri berupa industri perorangan dengan tenaga kerja
berkualifikasi SLTA ke bawah. Khusus untuk jasa kebugaran, para instruktur
sebagian besar berkualifikasi sarjana (S1), namun mereka berpenghasilan di
bawah Rp. 1.000.000,- karena mereka umumnya bekerja free lance dan part
time.
Bentuk Industri olahraga di Surakarta tetap dapat eksis, walaupun
penghasilan rata-rata pekerja di bawah Rp. 1.000.000,- dengan tanggungan
keluarga 3 orang. Beberapa industri perorangan atau home industry bahkan

commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

hanya mampu menggaji pekerjanya maksimal Rp. 500.000,-, karena gaji yang
diberikan amat bergantung pada order atau pesanan.
Industri di Jawa Tengah, merupakan industri rumahan (home industry)
yang berkembang dalam segmen usaha kecil, bahkan usaha mikro. Sebagian
besar usaha hanya merupakan kegiatan bisnis sampingan yang masih bersifat
musiman dengan volume produksi usaha sesuai trend pesanan masyarakat.
Profil industri olahraga di Propinsi Jawa Timur mengkaji sampel industri
yang meliputi kota/kabupaten Nganjuk, Madiun, dan Ponorogo. Masing-masing
kota/kabupaten hanya diambil dua industri rumahan (home industry) yang
menjadi ciri khas industri olahraga di Jawa Timur. Sebagai industri rumahan,
maka industri di ketiga kota tersebut mempekerjakan relatif sedikit karyawan,
karena volume produksi sangat tergantung pada omzet yang bersifat musiman.
Keenam industri rumahan tersebut jika digabung, maka jumlah pekerja
yang aktif bermatapencaharian dalam industri tersebut berjumlah 102 orang,
dengan komposisi pekerja 64 orang pekerja laki-laki dan 38 pekerja
perempuan. Pekerja laki-laki sebesar 62,7 %, pekerja perempuan sebesar 37,3
%. Penghasilan mereka rata-rata di bawah Rp. 1.000.000,- per bulan, bahkan
beberapa industri yang kecil volume produksinya hanya mampu membayar
pekerjanya sebesar Rp. 500.000,- per bulan. Hal tersebut jelas bukan
merupakan penghasilan yang layak, terlebih lagi mereka memiliki tanggungan
3-4 orang dalam keluarganya.

Respon Pelaku Usaha

Beberapa respon penting yang merupakan apresiasi pelaku usaha


industri olahraga dan dampak bagi pengentasan kemiskinan maupun
penanggulangan pengangguran. Apresiasi tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Industri olahraga memberikan kesempatan peluang usaha yang
cukup menjanjikan (77,8 %); (2) Pemerintah pusat/daerah berperan dalam
commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

mengkomunikasikan tentang peluang usaha bidang industri olahraga (83,3 %);


(3) Pemerintah telah berperan kuat dalam penciptaan suasana kondusif bagi
pengembangan industri olahraga (77,8 %); (4) Kebijakan yang jelas tentang
pengembangan industri olahraga penting sekali untuk memperkuat sektor riil
(83,4 %); (5) Bantuan teknis oleh pemerintah sangat diperlukan oleh sektor riil
industri olahraga, terutama pada proses produksi (100 %); (6) Industri olahraga
di masyarakat pedesaan dikembangkan melalui bentuk home industry (83,3 %);
(7) Tenaga kerja bidang industri olahraga seharusnya tenaga yang terlatih dan
terdidik secara khusus (94,5 %); (8) Penguatan lembaga Pendidikan dan
Latihan (Diklat) perlu dilakukan sebagai bagian penting dari kebijakan
pengembangan industri olahraga di masyarakat (100 %); (9) Untuk turut
mengentaskan kemiskinan dan mengatasi pengangguran, usaha industri
olahraga dikembangkan secara khusus agar berkualitas (94,4 %); (10)
Pengembangan industri olahraga telah berkembang sebelum ada keterlibatan
pemerintah (92,8 %); (11) Usaha bidang industri olahraga akan membantu
dalam penciptaan lapangan kerja di masyarakat secara meyakinkan (85,7 %);
dan (12) Perlindungan sosial dan rasa aman perlu diberikan kepada para
pelaku usaha industri olahraga (92,8 %);

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan tersebut di atas, maka hasil


pembahasan dan disimpulkan sebagai berikut:
Industri olahraga merupakan upaya kolektif dari berbagai pihak untuk
mengembangkan perilaku ekonomi antara produsen dan konsumen dengan
dijembatani oleh bentuk-bentuk produksi barang atau jasa olahraga. Perilaku
ekonomi tersebut berpotensi bagi upaya pengentasan kemiskinan dan
penaggulangan pengangguran;

commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Profil industri barang dan atau jasa olahraga yang disurvey meliputi
industri yang ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kota yang
disurvey meliputi: Majalengka, Solo, Sukoharjo, Karanganyar, Nganjuk, Madiun,
dan Ponorogo. Jumlah yang disurvey di Jawa Barat sejumlah 1 industri yang
mempekerjakan 100 orang; di Jawa Tengah sejumlah 10 industri barang dan
jasa olahraga yang mempekerjakan sejumlah 92 orang; di Jawa Timur 6
industri pakaian dan peralatan olahraga yang mempekerjakan 102 orang;
Komposisi pekerja di sektor industri olahraga adalah: di Jawa Barat
meliputi 58 % pekerja laki-laki dan 42 % pekerja perempuan; di Jawa Tengah,
75 % pekerja laki-laki dan 25 % pekerja perempuan; dan di Jawa Timur,
pekerja laki-laki 62,7 % dan 37,3 % pekerja perempuan;
Penghasilan pekerja di industri barang dan jasa olahraga di Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebagian besar adalah berkisar Rp. 500.000,-
s/d Rp. 1.000.000,- per bulan dengan tanggungan keluarga rata-rata 3 orang.
Dengan fakta yang demikian, maka dapat dipahami bahwa secara riil bekerja di
sektor industri belum bisa menjanjikan, apalagi banyak pekerja home industri
olahraga yang digaji di bawah Rp. 500.000,- per bulan. Jadi, industri olahraga
secara faktual sekedar memberikan lapangan pekerjaan sampingan bagi
sebagian masyarakat, namun belum berdampak secara besar bagi
pengentasan kemiskinan dan peningkatan pengangguran.

Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat disampaikan dari hasil pengkajian tentang


dampak industri olahraga terhadap pengentasan kemiskinan dan
penanggulangan pengangguran adalah sebagai berikut:
Industri olahraga adalah industri yang berpotensi besar untuk
menggerakkan perilaku ekonomi masyarakat secara kolektif. Dengan demikian
industri olahraga berpotensi sebagai sektor yang dapat memberikan dampak
commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

signifikan bagi pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran.


Industri olahraga sekarang baru merupakan ”raksasa yang sedang tidur” yang
perlu digugah melalui serangkaian kebijakan sistematis dari pemerintah pusat
dan daerah, masyarakat, dan investor.
Pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran
dilakukan dengan cara meningkatkan kontribusi perintisan industri olahraga
terhadap proses pertumbuhan ekonomi, baik secara lokal maupun makro.
Terjadinya proses pengentasan kemiskinan dan penyediaan lapangan
pekerjaan merupakan konsekwensi dari membaiknya pertumbuhan ekonomi
lokal dan makro.
Kecenderungan (Trend) kebutuhan peralatan olahraga dan jasa
olahraga produk/karya bangsa sendiri perlu terus digalakkan dalam rangka
untuk memicu dan memacu kebutuhan dan perilaku pasar yang dapat
memperbasar volume produk dan layanan jasa olahraga domestik.
Bimbingan teknis dan penyaluran modal khusus amat diperlukan oleh
para pelaku usaha industri olahraga yang pada umumnya selama ini hanya
”bermain” di sektor usaha kecil dan mikro dengan sirkulasi permodalan yang
tidak signifikan untuk menggairahkan indikator perkonomian secara umum.
Kegiatan Pendidikan dan Latihan (Diklat) perlu terus dilakukan untuk
memberikan visi, inovasi pemikiran, serta pengembangan kemampuan
kewirausahaan olahraga yang lebih mumpuni, karena ke depan para pelaku
usaha industri dan jasa olahraga harus memiliki daya saing yang tinggi. Mereka
tidak boleh puas hanya dengan mempertahankan konsep usaha yang
tradisional sebagaimana yang selama ini mereka lakukan sebagaimana yang
dilakukan oleh pendahulu mereka. Zaman berubah, strategi usaha juga harus
selalu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan tersebut.
Perintisan pembangunan sentra industri olahraga perlu diupayakan di
kantung-kantung wilayah yang berpotensial untuk pengembangan industri
barang dan atau jasa olahraga. Perintisan tersebut dilengkapi dengan
commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

Research and Development ( R & D ), karena merintis sebuah industri apapun


bukan sekadar mendirikan, melainkan juga terkait dengan aspek
keberlangsungan (sustainable) dalam jangka panjang yang memerlukan
perencanaan manajerial program yang baik untuk seluruh komponennya.

Daftar Pustaka

Bomer Pasaribu, 2002. ”Puncak Krisis Ketenagakerjaan”. Dalam http://www.


nasional-m@polarhome.com .

Chamber, Robert, 1987. Pembangunan Desa Mulai dari Belakang. Jakarta:


LP3ES.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Life Skills – Pendidikan Kecakapan


Hidup. Jakarta : Depdiknas.

Edi. Suharto, 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian


Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Bandung: Refika Aditama.

Eni Haryati, 2003. Pembangunan Masyarakat Desa dan Penanggulangan


Kemiskinan. Disertasi S3 Program Pascasarjana UGM Yogyakarta,
tidak dipublikasi.

Hardjono Notodihardjo, 1992. Pendidikan Tinggi dan Tenaga Kerja Tingkat


Tinggi di Indonesia. Jakarta : UI Press.

Harsuki, 2007. ”Manajemen Sentra Industri Olahraga”. Makalah. Yogyakarta:


Universitas Negeri Yogakarta.

Hendra Esmara, 1986. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta:


Gramedia.

Jenkins, M. 1993. ”Extending Social Security Protection to the Entire


Population: Problem and Issues”. Dalam International Social Security
Review, 46 (2):3-20.

Kelompok PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia), 1992. Prospek


Kesempatan Kerja Bagi Tenaga Terdidik. Jakarta : Puslitbang
Depnaker.

commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

Muljani A. Nurhadi, 1995. Perencanaan Pendidikan Menghadapi Tantangan


Masa Depan. Makalah. Yogyakarta : HIPIIS Cabang Yogyakarta.

Nurhadi, 2007. Mengembangkan Jaminan Sosial, Mengentaskan Kemiskinan.


Yogyakarta: Media Wacana.

Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun


2006. Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga dan Badan
Pusat Statistika.

Prijono Tjipto Heriyanto, 1989. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta


: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI.

Satori, 2002. ”Implementasi Life Skills dalam Konteks Pendidikan di Sekolah”


dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Nomor 034, Januari 2002.

Sri Edi Swasono, 2004. ”Memerangi Kemiskinan dan Pengangguran:. Dalam


http:// www.suarapembaruan.com/news/2004/9/22/index.html.

Sutrisno R. Pardoen, 1990. Produktivitas Eksternal Program Pendidikan


Perguruan Tinggi. Jakarta : Pusat Penelitian UNIKA Atmajaya.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem


Keolahragaan Nasional. Jakarta: Biro Humas dan Hukum Kementerian
Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Wahyudi Ruwiyanto, 1994. Peranan Pendidikan dalam Pengentasan


Masyarakat Miskin: Pendekatan Analisis Organisasi Secara Kuantitatif.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

commit to user

Makalah untuk Proceeding Konvensi Nasional Penjas- Bandung 24-25 Nopember 2008

Anda mungkin juga menyukai