Anda di halaman 1dari 15

HALAMAN SAMPUL

MAKALAH
JENIS-JENIS INDUSTRI OLAHRAGA

Nama: Nuning Aisyah Sumroti


Nim: 2047711019
Mata Kuliah: Praktikum Industri Olahraga
Dosen Pengampu: Khoirul Anwar, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA


STKIP PGRI BANGKALAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya, tugas mata
kuliah T dan P Tenis Meja dengan judul “ Jenis-Jenis Industri Olahraga” dikerjakan dengan
baik dan tepat waktu. Makalah ini merupakan tugas individu yang wajib dilalui sesuai jadwal
dengan Kurikulum Program Studi Pendidikan Olahraga, STKIP PGRI Bangkalan. Dalam
penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu
dukungannya, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
2. Kedua orang tua yang telah membantu memberi dukungan dan segala upaya agar
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Dosen pengampu Khoirul Anwar, M.Pd mata kuliah Praktikum Industri Olahraga.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih sangat jauh dari ketidak
sempurnaan. Oleh karena itu, penulis selalu terbuka akan kritik dan saran dari pembaca yang
dapat membantu membuat makalah ini dengan lebih baik. Atas perhatiannya kami sampaikan
terima kasih.

Bangkalan, 5 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHSAN .......................................................................................................................... 3
A. Jenis-Jenis Industri Olahraga .................................................................................................. 3
B. Jenis-Jenis Industri Olahraga .................................................................................................. 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan revolusi industri yang pertama terjadi ketika ditemukannya mesin
uap sehingga terjadi perubahan tenaga manusia dan hewan digantikan dengan mesin
uap. Selama dua abad setelah revolusi industri pada tahun pertama terjadi peningkatan
rata-rata pendapatan per kapita negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat.
Campur tangan pemerintah menyangkut kepentingan olahraga sangat
dipengaruhi oleh ideologi negara, nilai, serta falsafah negara dan lembaga negara.
Ideologi pertama adalah konservatisme. Ideologi konservatis menekankan kepada
tradisi serta hal-hal yang sudah lumrah dan diterima secara umum. Pemerintahan yang
konservatis cenderung membuat aturan bagaimana masyarakat seharusnya hidup, dan
menyensor jika ada karya seni yang dinilai menyimpang dari aturan. Sisi positif dari
pemerintahan yang konservatif dalam bidang olahraga adalah pemerintah tidak segan
untuk memberikan sanksi dan hukuman kepada atlet yang melanggar aturan, semisal
memakai doping.
Selain itu, pemerintahan yang konservatif percaya bahwa sektor swasta
merupakan salah satu kunci kemajuan sehingga mereka mendukung serta melindungi
industri melalui regulasinya. Namun demikian, dalam pandangan pemerintah yang
konservatif, olahraga merupakan perwujudan dari nilai-nilai sosial, tidak semata-mata
hanya untuk mencari keuntungan. Ideologi yang kedua adalah reformisme, atau biasa
disebut dengan sosial demokrasi. Kaum reformis berpedoman pada kesejahteraan sosial
dan kesetaraan. Pemerintahan yang reformis berusaha keras untuk menjadi sentral
dalam segala urusan, dan kekuatan dari sentralisasi tersebut digunakan untuk mencapai
rekayasa sosial secara positif. Kaum reformis menganggap bahwa olahraga dapat
menjadi alat untuk pengembangan sosial dan karena berpedoman pada kesetaraan,
maka mereka ingin agar olahraga menjadi bidang yang inklusif sehingga olahraga dapat
diikuti oleh penyandang disabilitas, kaum migran yang berbicara dengan banyak
bahasa, dan juga kaum perempuan. Kebijakan kaum reformis lebih mengarah kepada
pengembangan olahraga di tingkat akar rumput masyarakat, bukan dikendalikan oleh
kaum elit. Ideologi ketiga adalah neoliberalisme. Pemerintahan yang neoliberal
memberikan kebebasan pada warganya untuk mengorganisir kehidupan sosial mereka
serta berusaha mencari keuntungan tanpa campur tangan pemerintah. Pemerintahan
neoliberal tidak mengutamakan perusahaan milik negara karena mereka menganggap
bahwa privatisasi akan mencapai efisiensi dan keuntungan yang besar, terlebih lagi
mereka pun menerapkan deregulasi industri. Pemerintahan yang berpaham neoliberal
menganggap bahwa olahraga merupakan salah satu kendaraan untuk mencapai tujuan
pertumbuhan ekonomi. Pemerintah membuat suatu kebijakan olahraga terkait dengan
kepentingan kaum elit untuk mengembangkan industri olahraga yang keuntungannya
disalurkan untuk pengembangan komunitas olahraga. Ideologi yang keempat
adalah sosialisme. Kaum sosialis beranggapan bahwa privatisasi serta pasar yang
regulasinya tidak diatur oleh pemerintah akan mengakibatkan ketidaksetaraan ekonomi
serta keterasingan kaum pekerja terhadap pekerjaannya. Mereka menganggap bahwa
olahraga merupakan lembaga sosial yang sangat penting, dan peraturan mengenai

1
olahraga sebaiknya ditetapkan oleh pemerintah untuk menciptakan keadilan. Selain itu,
bantuan pemerintah pun sangat dibutuhkan dalam hal pengembangan serta perbaikan
fasilitas olahraga. Agar industri olahraga dapat berkembang, maka dibutuhkan
kolaborasi atau kerja sama dari berbagai pihak seperti pemerintah baik Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah daerah dalam mendukung kegiatan olahraga dan menyokong
infrastruktur olahraga; perusahaan swasta; organisasi induk olahraga; klub pendukung
atau penggemar atlet; serta media massa sebagaimana yang tercantum dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No.3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis industri?
2. Apa saja jenis-jenis industri olahraga?
C. Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis industri.
2. Mengetahui jenis-jenis industri olahraga.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-Jenis Industri Olahraga
Jenis industry dapat dikelompokan berdasarkan beberapa hal diantaranya
bahan bakunya, jumlah tenaga kerjanya, klasifikas- inya, bahan mentahnya,
proses produksinya, hasil produksinya, modalnya, dan berdasarkan
produktivitasnya. Jenis-jenis industri tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Dr.
Sigit Nugroho, 2019):
1. Jenis Industri berdasarkan Bahan Baku
Jenis industry berdasarkan bahan bakunya dapat dibedakan menjadi dua, di
antaranya yaitu:
a. Industri ekstraktif, industry yang bahan bakunya diambil langsung dari
alam sekitar seperti pertanian, kehutanan, pertambangan, dan perikanan.
b. Industri nonekstraktif, industry yang bahan bakunya di dapat dari tempat
lain selain dari alam sekitar atau dari industry lain. Industri nonekstraktif
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Industri Reproduksi. Industri yang mengambil bahan baku dari
hasil alam tetapi selalu melakukan pemulihan kembali.
2) Industri Fasilitatif (Jasa). Industri fasilitatif, industri yang produk
utamanya berbentuk jasa yang kemudian dijual kepada para
konsumennya. Industri Fasilitatif industri yang bergerak di bidang
pelayanan atau jasa, baik untuk melayani dan menunjang aktivitas
industri yang lain maupun langsung memberikan pelayanan/jasa
kepada konsumen. Contoh industri jasa, yaitu: asuransi, bursa
efek, perbankan, transportasi, akodasi, pendidikan, perdagangan,
perawatan kesehatan, dan telekomunikasi.
3) Industri Manufaktur. Manufaktur berasal dari dua kata bahasa
Latin manus dan factus. Manus berarti tangan dan factus adalah
mengerjakan. Jadi, manufaktur ada- lah proses pembuatan produk
yang dikerjakan dengan menggunakan tangan. Pengertian
manufaktur saat ini secara umum adalah proses pembuatan produk
dengan bantuan mesin dan pengontrolan bahkan dikerjakan
secara otomatis penuh, tetapi tetap melalui pengawa- san secara
manual. Contoh industri manufaktur, yaitu industri semen, obat-
obatan, otomotif, elektronika, pakaian, makanan, minuman,
tekstil, sepatu, dan barang keperluan rumah tangga. Perbedaan
dasar antara kedua jenis industri jasa dan industri manufaktur
adalah se- perti berikut:
a) Industri manufaktur mempunyai kemungkinan kecil dalam
hal kontak langsung dengan konsumen karena aktivitas

3
industrinya lebih banyak dilakukan dalam suatu pabrik
sedangkan industri jasa memiliki pegawai khusus yang
bertugas untuk melayani para konsumen.
b) Industri manufaktur merupakan industri yang mengolah
bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga dapat digunakan
oleh para konsumen dan masyarakat umum, sedangkan
industri jasa yang menyediakan pelayanan jasa kepada
konsumen yang membutuhkan.
c) Produk dari industry manufaktur bersifat tahan lama dan
bersifat fisik (memiliki wujud) sedangkan industri jasa tidak
berwujud.
d) Hasil keluaran (produk) dari industri manufaktur dapat
disimpan dengan jangka waktu tertentu sedangkan hasil dari
industri jasa hanya dapat dinikmati.
e) Jangka waktu kerja industri manufaktur relatif lebih lama
jika dibandingkan dengan industri jasa.
2. Jenis Industri Bedasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Jenis-jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, dibedakan menjadi empat
di antaranya yaitu:
a. Industri rumah tangga, industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerjanya
antara 1 sampai dengan 4 orang.
b. Industri kecil, industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerjanya antara
5 sampai dengan 19 orang.
c. Industri sedang atau industri menengah, industri yang jumlah karyawan
atau tenaga kerjanya antara 20 sampai dengan 99 orang.
d. Industri besar, industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerjanya antara
100 orang atau bahkan lebih.
3. Jenis Industri Berdasarkan Klasifikasi dari Departemen Perindustrian
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Indonesia No.19/M/I/1986,
industri diklasifikasi menjadi empat antara lain, yaitu:
a. Industri kimia dasar, contohnya: industri semen, obat-obatan, pupuk,
kertas, ban, dan sebagainya.
b. Industri mesin dan logam dasar, contohnya: industri pesawat terbang,
kendaraan bermotor, industri tekstil, besi baja, mesin, komunikasi, dan
sebagainya.
c. Industri kecil, contohnya: industri roti, makanan ringan, es, minyak goreng
curah, kompor minyak, dan sebagainya.
d. Aneka industri, contohnya: industri pakaian, industri ma- kanan dan
minuman, dan sebagainya.
4. Jenis Industri Berdasarkan Bahan Mentah
Industri berdasarkan bahan mentah dibedakan menjadi dua, di antaranya yaitu:

4
a. Industri agraris merupakan jenis industri yang pengolahan bahan
mentahnya dari hasil pertanian. Contohnya industri minyak goreng, teh,
gula, dan kopi
b. Industri nonagraris merupakan jenis industri yang peng- olahan bahan
mentahnya dari hasil pertambangan. Contoh industri besi, baja, dan semen.
5. Jenis Industri Berdasarkan Proses Produksi
Industri berdasarkan tahapan proses produksinya dibedakan menjadi dua, di
antaranya yaitu:
a. Industri hulu merupakan jenis industri yang dalam tahap produksinya
mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi sebuah barang setengah
jadi. Contoh: industri kayu olahan, plat seng, lembaran karet, dan baja
batangan.
b. Industri hilir merupakan jenis industri yang dalam tahapan produksinya
mengolah barang setengah jadi menjadi bahan jadi atau siap pakai. Contoh:
industri garmen, sepatu, dan kendaraan.
6. Jenis Industri Berdasarkan Hasil Produksi
Industri berdasarkan hasil produksinya dapat dibedakan menjadi dua, di
antaranya yaitu:
a. Industri berat yaitu jenis industri yang menghasilkan sebuah mesin dan
alat produksi. Contoh industri alat berat, mesin, dan alat transportasi.
b. Industri ringan yaitu jenis industri yang menghasilkan sebuah barang
jadi yang langsung dipakai. Contoh industri makanan, minuman, dan obat-
obatan.
7. Jenis Industri Berdasarkan Modal
Jenis-jenis industri berdasarkan besar-kecilnya modal, antara lain:
a. Industri padat modal yaitu industri yang dibangun dengan modal yang
jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya.
b. Industri padat karya yaitu industri yang lebih dititik berat- kan pada
sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta
pengoperasiannya.
8. Jenis Industri Berdasarkan Produktivitasnya
Jenis-jenis industri berdasarkan produktivitas perorangan, antara lain:
a. Industri Primer merupakan jenis industry yang barang- barang
produksinya bukan merupakan hasil olahan lang- sung atau tanpa diolah
terlebih dahulu. Industri primer diklasifikasikan sebagai industri ekstraktif
dan genetik.
1) Industri Ekstraktif. Industri ini mengacu pada ekstrak- tif atau
menarik barang dari sumber daya alam seperti tanah, air, udara
dan penciptaan kegunaan di dalam- nya. Contoh industri
ekstraktif: pertambangan, pene- bangan, berburu, dan
memancing.

5
2) Industri Genetik. Industri ini terkait dengan pertum- buhan dan
perkembangan flora dan fauna dengan mengalikan spesies
tanaman serta pembiakan hewan tertentu. Contoh industri
genetika: pembibitan tana- man, kehutanan, dan peternakan
(dosenekonomi.com).
b. Industri Sekunder, industri yang bahan mentahnya diolah, yang nantinya
hasil dari olahan tersebut akan menghasil- kan barang-barang untuk diolah
kembali.
c. Industri Tersier, industri yang produk atau barangnya berupa layanan
jasa.
d. Industri Kuarter melibatkan industri riset dan pengemba- ngan, misalnya
Informasi Teknologi (TI).

B. Jenis-Jenis Industri Olahraga


1. Industri Pakaian olahraga
Industri pakaian olahraga menjadi industri baru yang harus didukung karena
mempunyai nilai persatuan, edukasi, dan sportivitas (Himawan, A dan Hapsari,
D.K., 2017). Namun demikian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam industry
pakaian (koveksi) olahraga masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala,
terutama dalam hal produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia,
desain dan teknoloi, permodalan, serta iklim usaha (Keperin, 2017).
Pemasarana pakaian olahraga merupakan identitas unik dalam sebuah produk
olahraga dengan integritas yang otentik untuk membangun citra produk yang kuat.
Pemsaran olahraga terdiri dari merk, positioning dan diferensiasi dengan dilengkapi
dengan brand identity, brand integrity, dan rand image. Merk merupakan identitas
dalam benak konsumen. Pemasaran (marketing concept) merupakan kunci untuk
mewujudkan tujuan organisasi terletak pada kemampuan organisasi dalam
menciptakan, memberikan dan mengomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar
sasaran secara efektif dibandingkan dengan pesaing (Huei-Fu Lu, 2020).
Pertumbuhan industri pakaian olahraga tentunya akan memunculkan industri
kreatif dalam penyediaan sarana dan prasarana sehingga akan menumbuhkan daya
saing baikk di industri lokal maupun internasional (Keperin, 2017). Industri pakaian
olahraga menjadi generasi keempat selain industri media, industri kreatif dan
industri digital, yang mempunyai prospek pada masa mendatang. Bisa juga
penggabungan dari industri tersebut menghasilkan sesuatu yang berbeda (Marwan,
2020).
Sementara itu, yang dimaksud dengan olahraga sebagai media adalah pe-
manfaatan olahraga sebagai media pemasaran produk. Para produsen menyadari
bahwa olahraga bak magnet yang mampu menyedot perhatian banyak orang dari
segala lapisan, baik sebagai partisipan maupun sebagai penonton. Oleh karena itu,
banyak perusahaan besar yang tidak ragu-ragu lagi untuk menjadi sponsor dalam
setiap penyelenggaraan event olahraga untuk memasarkan produknya. Misalnya,
perusahaan minuman Coca-Cola menjadi sponsor pertandingan sepak bola Piala
Dunia, perusahaan elektronik LG mau menjadi sponsor balap mobil Formula 1, dan
perusahaan rokok Djarum berani menjadi sponsor utama kompetisi sepak bola Liga

6
Super Indonesia. Kendatipun mereka harus mengeluarkan biaya yang besar untuk
menggelar event olahraga tersebut, keuntungan yang akan mereka peroleh dari
event olahraga tersebut jauh lebih besar lagi. Istilah pasar meliputi semua pelanggan
potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu
turut dalam pertukaran untuk me-menuhi kebutuhan atau keinginan. Besarnya pasar
bergantung pada jumlah orang yang memiliki kebutuhan, punya sumber daya yang
diminati orang lain, dan mau menawarkan sumber daya itu untuk ditukar supaya
dapat memenuhi kebutuhan mereka (Nugroho, 2005: 78). Olahraga sebagai pasar
berarti olahraga menjadi pelanggan sebuah produk perusahaan tertentu. Cabang
olahraga atletik merupakan pasar dari perusahaan sepatu Nike yang berhasil
mengungguli Adidas dalam mengidentifikasi segmen pasar. Nike berhasil
meningkatkan angka.
Pemasaran olahraga tidak hanya berbicara tentang mengelola pemasarannya
tetapi juga bagaimana mengelola entertainment menjadi sebuah produk pemasar-
an, baik secara teknis maupun nonteknis. NBA, liga bola basket Amerika ter-
kemuka di dunia, dari sisi teknis mereka menampilkan permainan tim yang meng-
hibur, yang kadang-kadang sudah keluar dari pakem/text boox. Semua itu sengaja
dilakukan untuk menghibur dan memiliki nilai jual agar timnya digemari oleh para
fans. Dari sisi nonteknis, penonton bola basket dapat melihat gerakan cheerleader
yang atraktif dan menghibur di sela-sela waktu istirahat pemain yang juga memiliki
nilai jual sehingga keseluruhan acara NBA memiliki daya jual yang bagus di mata
beberapa perusahaan agar menanamkan investasi mereka di Liga Bola basket
tersebut.
2. Industri suplemen olahraga
Suplemen dikecualikan jika mencantumkan satu atau lebih zat doping pada labelnya
atau jika labelnya berisi peringatan khusus untuk atlet yang dites narkoba. Dari
suplemen nutrisi olahraga yang dipilih sebelumnya ini, kami membuat pilihan
pembelian yang terdistribusi secara merata (Erik Duiven, 2021). Kelompok ini
umumnya memahami, kualitas hidup dan prestasi juga sangat ditentukan oleh
terpenuhinya seluruh komponen gizi. Karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan
mineral tidak boleh kurang ditelan jika tak ingin kalahan. Perbedaannya ada pada
detail. Pada sumber asupan gizi tersebut, seperti halnya (tetapi tidak terbatas) pada
vitamin dan mineral. Adalah kebetulan sejarah yang amat menguntungkan dunia
olahraga ketika penemuan, kajian, dan perkembangan pengetahuan tentang vitamin
dimulai 1912, sudah seabad silam. Di kurun-kurun itu pula, belasan tahun setelah
Olimpiade modern digelar pada 1896, olahraga prestasi terus bergerak
mengukuhkan posisinya dalam interaksi antarbangsa.
Maka, upaya peningkatan prestasi olahraga memperoleh satu senjata baru untuk
digunakan: vitamin. Bisa dibilang, komunitas pertama yang langsung
memanfaatkan setiap penemuan-penemuan dan pengetahuan baru tentang vitamin
adalah masyarakat olahraga, di samping komunitas medis tentu saja.
Dalam satu perbincangan membahas soal suplemen, Mury Kuswari yang Ketua
Umum Asosiasi Nutrisionis Olahraga dan Kebugaran Indonesia (ANOKI) serta-
merta menyodorkan sebuah diagram yang isinya mengejutkan. Dalam diri
komunitas olahraga itu sendiri terdapat perbedaan cara pandang terhadap suplemen.

7
Banyak atlet, pelatih, orangtua tentu saja dengan dukungan kalangan industri
suplemen secara langsung ataupun tidak langsung memulai rezim zat gizi olahraga
(sports nutrition) dengan menempatkan suplemen, juga sebagai kebutuhan awal.
Hal ini bisa jadi berarti, pola makan seperti biasa (yang belum tentu telah
memenuhi kriteria asupan seimbang) tetap dilanjutkan, tetapi hal itu disadari
tidaklah mencukupi untuk kebutuhan peningkatan dan perkembangan prestasi dan
latihan. Atau, pola makan dan kebutuhan zat gizi semula dilanjutkan dengan jumah
yang ditingkatkan, tetapi praktik itu disadari tidak akan mencukupi karena terbentur
pada” waktu” yang tetap 24 jam. Kasarnya, waktu yang sehari itu harus dibagi untuk
latihan spesifik cabang olahraga, latihan fisik sebagai pendukung, ditambah
aktivitas sebagaimana warga lainnya: bekerja atau sekolah, istirahat, kegiatan
sosial, dan makan. Jika sekali mengasup sepiring makan siang menghabiskan waktu
30 menit, misalnya, berapa waktu tambahan yang diperlukan untuk menghabiskan
dua piring. Belum lagi, jika orang kebanyakan makan tiga kali dalam sehari, banyak
atlet telah ”dididik” untuk memiliki jumlah waktu makan yang lebih banyak.
Misalnya, tiga kali makan pokok termasuk sarapan, sekian kali kudapan bergizi
(sebelum atau pascalatihan), dan sekali memasok zat gizi bermutu (antara lain kaldu
atau protein seperti susu) sebelum tidur.
Atlet sejak mereka berstatus atlet pelajar memang mesin energi yang besar. Hal
itu, antara lain, dicontohkan oleh pengasuh klub renang AS, Rivertown Aquatics,
dalam situs mereka. Seorang perenang, misalnya, memerlukan energi hingga 10
kalori dalam semenit latihan. Jika seorang perenang putra usia 14 tahun berlatih
satu jam dalam sehari, kebutuhan energinya lebih banyak hingga 500 kilokalori
dibandingkan kebutuhan remaja normal. Jika latihan dua jam, bisa lebih banyak 800
kalori (dengan K besar yang menunjukkan kilokalori) (Aziz, 2018).
3. Industri alat olahraga
Kelompok ini mencakup usaha pembuatan alat-alat olahraga, seperti bola sepak,
bola basket, bola volley, raket tenis, raket bulu tangkis, net volley, net pingpong,
stik golf, stik hockey, meja pingpong, ski bindings dan poles (galah), sepatu ski,
papan layar dan papan selancar, peralatan untuk olahraga memancing termasuk
jaring penyerok, peralatan untuk berburu, panjat gunung, sarung tangan dan tutup
kepala olahraga dari kulit, ice skate, roller skate, busur dan panah, peralatan untuk
olahraga ketangkasan, peralatan gimnastik (senam), peralatan pusat kebugaran
(fitness centre) atau peralatan atletik dan matras. Yang tidak termasuk dalam
kelompok ini adalah usaha pembuatan layar perahu (13929), pakaian olahraga
(14111), pakaian kuda (15123), sepatu olahraga (15202), senjata untuk olahraga
(25200), sepeda olahraga (30921), kapal/sampan olahraga (30120), meja
billiard/perlengkapan bowling (32401), cambuk dan pecut (32903) (Policy, 2023).
4. Industri event olahraga
Salah satu unsur penting industri olahraga yang dapat berkembang menjadi
orientasi industri adalah event. Event olahraga mengandung dua aspek sebagai
faktor penting yang menjamin bergulirnya industri di bidang keolahragaan, yaitu
bagaimana membangun olahraga (internal) dan bagaimana menjual olahraga (eks-
ternal). Aspek internal melibatkan partisipasi masyarakat dan perangkat infra-
struktur (tools), sebagai pembangun event olahraga (entertainer), sedangkan aspek

8
eksternal meliputi publik, media, dan partner, sebagai penjual event olahraga yang
bermutu (IAAF, 2003, dalam Lumintuarso, 2005: 7).
Partisipasi berarti suatu upaya untuk mempertunjukkan partisipan olahraga
dengan mengembangkan kualitasnya dengan tujuan untuk membuat olahraga
bernilai tinggi. Tools adalah semua yang terlibat membantu partisipan, seperti:
organisasi, infrastruktur, training, dan komunikasi untuk menjamin pelaksanaan
event sehingga dapat memberikan citra yang positif ditinjau dari segi atraktivitas,
sportivitas, dan prestasi. Sasaran eksternal adalah bagaimana menjual olahraga
dengan mengacu pada aspek publik, yaitu masyarakat umum yang mengikuti event
dan kegiatan olah-raga secara langsung atau melalui media. Media merupakan alat
bantu olahraga untuk menghubungkan dengan publik melalui sistem hubungan
kerja sama (hak siar, berita, dll.). Media dapat berupa media elektronik, cetak, dan
fotografi, serta teknologi informasi, yang meliputi internet, press, broadcasting.
Partner adalah kelompok masyarakat yang menyumbangkan uang/dana untuk
olahraga. Mereka itu adalah sponsor, pemerintah, dan pemegang saham penyiaran.
Salah satu syarat supaya barang/jasa laku jual dan diakui pasar, barang/jasa
tersebut harus memiliki kualitas yang baik. Kualitas event olahraga dibangun oleh
faktor internal (partisipan dan tools) dan didukung oleh faktor eksternal (publik,
media, dan partner). Penyelenggaraan event olahraga hanya akan diketahui oleh
masyarakat luas kalau itu dipublikasikan melalui media massa, baik cetak maupun
elektronik. Media massa bersedia memromosikan event olahraga yang berkualitas
tinggi karena itu memunyai nilai jual yang tinggi pula, dengan harapan ia akan
memeroleh keuntungan dari pihak sponsor yang mendanai event tersebut.
sebuah komoditas, dapat pula sebagai media pemasaran, atau bahkan sebagai
pasar itu sendiri (Anwar dan Saryono, 2005: 105). Pada saat ini, olahraga sudah
menjadi sebuah komoditas yakni layaknya sebagai barang yang laku untuk diperjual
belikan. Pangsa pasarnya pun relatif tinggi, baik itu berupa sebuah komoditas
entertainment (dalam bisnis pertunjukkan) maupun sebagai komoditas yang dijual
untuk dilakukan sebagai sebuah aktivitas rekreatif, terapi, prestasi, atau untuk
menjaga kebugaran (fitness).
Menurut Akadun (2004: 7) ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
menjadikan event olahraga sebagai lahan bisnis, di antaranya: (1) masyarakat sudah
memiliki kesadaran bahwa olahraga dapat membugarkan tubuh dan jiwa,
meningkatkan kecerdasan, meningkatkan produktivitas kerja, dan mengurangi
biaya perawatan kesehatan, (2) tingkat kesejahteraan masyarakat sudah relatif
tinggi sehingga masyarakat tidak hanya bergelut dengan pemenuhan kebutuhan
primer, tetapi sudah memerlukan kebutuhan tersier, seperti rekreasi dan tontonan,
(3) para penguasa sudah menyadari potensi dan peluang bisnis dari sebuah event
olahraga, dan (4) pemilik modal, pengurus organisasi keolahragaan, dan pelaku
olahraga memunyai jiwa wirausaha, di samping mencintai olahraga dan rela ber-
korban baik tenaga maupun materi.
5. Industri media olahraga
"Pemuda selaku generasi penerus dan agen perubahan bangsa harus dapat
menjadi ujung tombak industri dan bisnis olahraga. Dengan demikian Indonesia
tidak hanya berjaya pada industri olahraga di pasar nasional, tetapi juga pada pasar
global," kata Faisal Abdullah dalam keterangan resminya, Selasa (4/5), di acara

9
Webinar Pelatihan Pengembangan Bisnis dan Industri Olahraga untuk Pemuda
Tahun 2021. Penggunaan media sosial bisa menjadi langkah pengembangan
industri olahraga dengan menggaet kalangan pemuda sedang menikmati masa
mudanya untuk hal-hal yang positif (Fauzi, 2021).
6. Industri fitnes center
Industri gym dan fitness center di Indonesia selama ini didominasi oleh
jaringan waralaba gym global. Namun beberapa tahun terakhir, jaringan gym lokal
juga mulai menampakkan eksistensinya. Salah satunya adalah Fitness Plus
Indonesia, jaringan mega gym lokal dengan konsep premium full service yang saat
ini telah memiliki 9 cabang di Bali. Fitness Plus didirikan oleh Dith Satyawan, atlet
nasional sekaligus fitnesspreneur yang telah menggeluti bisnis pusat kebugaran
selama 15 tahun.
Formula bisnis yang dikembangkan Dith mengandalkan strategi pemasaran
yang inovatif dan biaya operasional yang efisien. Bahkan saat banyak gym yang
tutup di masa pandemi, Fitness Plus justru melakukan ekspansi dengan membuka 4
cabang baru di Bali dan 2 cabang baru di Sidoarjo dan Surabaya.
Keunggulan Fitness Plus juga tercermin pada kinerja keuangannya yang
bertumbuh dengan sehat. Hal ini menarik perhatian LandX, platform crowdfunding
berbasis properti terbesar di Indonesia, untuk mendukung ekspansi Fitness Plus ke
kota besar lainnya di Indonesia (Khoirunnisa, 2022).
Usaha kebugaran ataupun menjual produk yang berkaitan dengan dunia fitness,
rupanya sudah menjadi komoditi jasa yang belakangan ini banyak digunakan
masyarakat, khususnya bagi mereka yang memiliki mobilitas tinggi, kebugaran
sudah menjadi modal utama yang paling dasar sebelum mereka menjalani aktifitas
profesinya sehari-hari.
Fitness Center memang bukanlah satu-satunya pusat kebugaran yang ada saat
ini. Ada banyak usaha sejenis yang saat ini tumbuh dan berkembang. Namun Hero
27 Fitness Center memiliki ciri khas bila dibanding dengan layanan sejenis lainnya
yakni tersedianya layanan instruktur yang bisa membimbing aktivitas kebugaran
disebuah kantor sehingga aktivitas tersebut dapat dilakukan tanpa meninggalkan
area perkantoran.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Industri olahraga adalah “setiap produk, barang, servis, tempat, orang-orang
dengan pemikiran yang ditawarkan pada publik berkaitan dengan olahraga. Kegiatan
olahraga memiliki nilai kepada kehidupan manusia, baik nilai ideologi, politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Nilai-nilai olahraga itu mempengaruhi keberhasilan
pembangunan nasional, termasuk pembangunan ekonomi dan kualitas sumber daya
manusia. Bahkan dapat dikatakan sistem manajemen dan pembinaan olahraga
merupakan bagian integral pembangunan kualitas sumber daya manusia. Dari
penjelasan di atas bahwa jenis-jenis industri dalam olahraga perlunya pencapaian yang
tinggi dalam mengola sebuah barang dalam olahraga yang dapat menciptakan hal-hal
baru yang perlu di publikasikan dikalangan masyarakat maupun sosial media.
B. Saran
Pelaku dan pakar olahraga hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan dalam
mendalami jenis-jenis industri olahraga dalam menciptakan bisnis sangat mungkin dan
diperlukan. Mereka tidak dapat berjalan sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga.
Karena itu hendaknya menggandeng pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan
rencana bisnis yang matang dan dapat diandalkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Akadun. (2004). “Bisnis dan Manajemen Olahraga.” Suara Merdeka. (9 Septem-ber 2004).
Hlm. 7.
Anwar, Hamid dan Saryono. (2005). “Sport Marketing sebagai Penjawab Masalah Klasik
Kekurangan Dana dalam Olahraga.” Proceeding Seminar Nasional. Yogyakarta: FIK
UNY.
Aziz, Y. S. (2018). Sumplemen Gizi Seimbang Atlet. Retrieved from Kompas.com.
Dr. Sigit Nugroho, M. (2019). Industri Olahraga. Universitas Negeri Yogyakarta: Publish.
Erik Duiven, L. J. (2021). Zat Doping yang Tidak Dideklarasikan Sangat Prevalen dalam
Suplemen Nutrisi Olahraga Komersial. Jurnal oF Sports Science & Medicine.
Fauzi, A. (2021, 05 Rabu). Pengembangan Industri Olahraga Dapat Manfaatkan Media
Sosial. Retrieved from Media Indonesia:
https://mediaindonesia.com/olahraga/403044/pengembangan-industri-olahraga-dapat-
manfaatkan-media-sosial
Himawan, A dan Hapsari, D.K., (2017). Kemenperin Punya Delapan Rencana Aksi Untuk
Sekor Industri 2018. https://www.suara.
Huei-Fu Lu (2020). The Economic Challege and Opprtunity of Sport Industri in Taiwan. Jurnal
Setentific Research. http:// dx.doiorg/10.4236/me.2012.31007. Published Online
Januari 2012 (http://www.SciRp.org/journal/me).
Khoirunnisa, D. (2022, 05 Jumat). Jaringan Lokal Kini Ramaikan Industri Gym dan Fitness
Center di Indonesia. Retrieved from Bangsa Online:
https://bangsaonline.com/berita/104721/jaringan-lokal-kini-ramaikan-industri-gym-
dan-fitness-center-di-indonesia?page=2
Nugroho, Agung. (2005). “Bisnis Industri Olahraga dan Strategi Pemasaran.” Proceeding
Seminar Nasional. Yogyakarta: FIK UNY.
Policy, C. (2023). 32300) Industri Alat Olahraga. Retrieved from Klik Direktori:
https://www.klikdirektori.com/cat/32300-industri-alat-olahraga/

12

Anda mungkin juga menyukai