Anda di halaman 1dari 16

PERAN PEMERINTAH, MASYARAKAT (CLUB

OLAHRAGA) DAN SWASTA TERHADAP OLAHRAGA


MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Sosiologi Olahraga

Disusun Oleh :
Kelas 3D

Sopwan Sawalludin Ma’mur 182191021


Mukhlis Sulam Mudrika 182191111
Aa Rizal Agustiana 182191101
Fahmi Hidayat 182191210

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan


sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Sosiologi
Olahraga. Makalah yang berjudul “PERAN PEMERINTAH,
MASYARAKAT (CLUB OLAHRAGA) DAN SWASTA
TERHADAP OLAHRAGA”. Tanpa pertolongannya tentu kami tidak
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.


Untuk itu, kami mengucapkan permohonan maaf apabila terdapat
kesalahan dalam makalah ini. Kami pun berharap pembaca makalah ini
dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di kemudian
hari kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

Tasikmalaya, 23 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Makalah...............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Isu-isu Strategis UU No 3 tentang SKN dan Implementasi Kebijakannya.....3
B. Pembinaan Olahraga di Masyarakat................................................................6
C. Pembaharuan sistem Penyelenggaraan Multievent : PON, Sea Games, Asian
Game dan Olimpiade (Sejarah, Penyelenggara, Tujuan, dan Peserta).................8
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peran pemerintah daerah dalam olahraga merupakan konsekueni dari
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menyatakan bahwa desentralisasi dimaknai sebagai penyerahan wewenang
pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Salah satu tugas pemerintahan pusat yang diserahkan kepada daerah
mengenai bidang keolahragaan yang memerlukan penanganan, pelayanan dan
bimbingan yang cepat untuk meningkatkan prestasi suatu daerah dilihat dari
bidang olahraga
Pentingnya olahraga bagi kehidupan manusia bukan lagi menjadi rahasia
umum, olahraga menjadi suatu kegiatan rutinitas yang mampu membuat tubuh
seseorang menjadi sehat dan bugar. Olahraga juga merupakan kegiatan yang
tidak terpisahklan bagi setiap kehidupan manusia dan juga merupakan suatu
bentuk aktivitas yang terencana dan terstruktur yang dimiliki oleh setiap individu
manusia. Olahraga menjadi kebutuhan dan hak setiap warga negara yang harus
dilayani oleh pemerintah. Undang-Undang RI No 3 Tahun 2005 Tentang Sistem
Keolahragaan Nasional

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah si atas, penulis merumuskan rumusan


masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana isu-isu strategis UU No 3 Tentang SKN dan Implementasi


kebijakannya?
2. Apa dan bagaimana Pembinaan Olahraga di Masyarakat?

1
3. Apa dan bagaimana Pembaharuan Sistem Penyelanggaraan Multievent :
PON, Sea Game, Asian Game dan Olimpiade ( Sejarah, Penyelanggara,
tujuan dan peserta)?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui Isu-isu Strategis UU No. 3 tentang SKN dan
implementasi Kebijakannya.
2. Mengetahui Pembinaan Olahraga di Masyarakat
3. Mengetahui Pembaharuan sistem Penyelenggaraan
Multievent : PON, Sea Games, Asian Game dan Olimpiade
(Sejarah, Penyelenggara, Tujuan, dan Peserta)?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Isu-isu Strategis UU No 3 tentang SKN dan Implementasi Kebijakannya

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah terdapat kebijakan tersebut yang


tentunya sudah ditetapkan oleh pemerintah dan Presiden saat itu. Tepatnya pada
tahun 2005 sebuah kebijakan ditetapkan melalui Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UU No. 3
Tahun 2005 tentang SKN) (Ma’mun, 2019). Ini merupakan upaya pemerintah
Indonesia untuk melakukan pengembangan/pembangunan nasional melalui
olahraga. Jika kita melihat dengan pergerakan Negara-negara yang sudah
dianggap maju oleh dunia seperti Korea Selatan dan Jepang ini, sebenarnya
Indonesia pun tidak tertinggal jauh mengenai isu global yang sedang
diperbincangkan ini (Ma’mun, 2016).
Hal ini mengungkapkan bahwa pentingnya keberadaan Undang-Undang
No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional sebagai aturan dasar
dalam pembangunan nasional melalui olahraga. Namun yang perlu digarisbawahi
adalah bagaimana implementasinya di Indonesia sendiri mengenai kebijakan yang
mengarah kepada pergeseran paradigma ‘pengembangan olahraga’ menjadi
‘pengembangan melalui olahraga’. Apakah sudah berjalan sebagaimana mestinya
ataukah belum. Aspek kesehatan merupakan salah satu bidang indikator dalam
pembangunan nasional suatu Negara, dengan Negara tersebut memiliki
masyarakat yang sehat berarti Negara tersebut sudah bisa dikatakan sebagai
Negara maju (Rowe, 2015).
Dalam pengimplementasian kebijakan tentunya memerlukan suatu sistem
untuk menerapkan paradigma ‘pembangunan melalui olahraga’ tersebut melalui
suatu kebijakan yang tentunya dirancang, ditetapkan serta diaplikasikan oleh
pemerintah sebagai pihak yang berwenang untuk melakukan hal tersebut (Won &
Hong, 2015), yang tentunya memiliki fungsi sebagai pemangku kebijakan dalam
sistem pemerintahan suatu Negara. Terdapat instrumen untuk mengukur indeks
pembangunan olahraga di Indonesia dan dikenal dengan istilah Sport

3
Development Index (SDI) (KEMENPORA, 2018). SDI merupakan metode
pengukuran yang diklaim sebagai alternative baru untuk mengukur kemajuan
pembangunan olahraga. SDI adalah indeks gabungan yang mencerminkan
keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat dimensi dasar, yaitu
ruang terbuka, sumber daya manusia, partisipasi warga masyarakat, dan derajat
kebugaran jasmani (Mutohir & Maksum, 2007).
Salah satu cara untuk meningkatkan indeks pengembangan olahraga
adalah program yang mengharuskan warganya melakukan aktivitas olahraga lebih
aktif lagi setiap bulan, minggu hingga harinya, yang tentunya didukung oleh
kebijakan pemerintah yang berlandaskan UU no.3 tahun 2005 tentang SKN. Oleh
karena itu, akar dari permasalahan rendahnya tingkat SDI yang terjadi di
Indonesia khususnya di Kota Bandung bisa ditanggulangi dengan penguatan
implementasi aturannya yang harus diterapkan secara lebih efektif lagi (Mutohir
& Maksum, 2007). Dalam UU no.3 tahun 2005 tentang SKN sebenarnya sudah
diatur mengenai bagaimana cara mengantisipasi permasalahan yang sedang terjadi
saat ini, sesuai yang telah dijelaskan diatas. Dengan demikian begitu pentingnya
implementasi UU no.3 tahun 2005 tentang SKN sebagai dasar aturan main untuk
penyelenggaraan dan pengembangan olahraga di Indonesia. Pengembangan
olahraga diukur berdasarkan apa yang terjadi saat ini di lingkungan masyarakat.
Namun perlu diketahui lebih lanjut bahwa saat ini pun sedang terdapat isu global
yang sangat hangat diperbincangkan yaitu mengenai Sport for Development and
Peace (SDP) yang dicanangkan oleh PBB dalam deklarasinya mengenai
Sustainable Development Goals (SDGs) (Hasselgård & Straume, 2015). Intisari
dari SDP yaitu bagaimana olahraga ini menjadi sebuah alat dalam pemersatu
bangsabangsa agar terciptanya perdamaian dunia (Mwaanga & Adeosun, 2019).
Sehingga perbedaan-perbedaan yang ada seperti agama, budaya, status sosial yang
biasanya dibalut oleh permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia seperti
rasisme, bisa diminimalkan melalui pendekatan olahraga (Mwaanga & Prince,
2016).

4
pembangunan olahraga. SDI adalah indeks gabungan yang mencerminkan
keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat dimensi dasar, yaitu
ruang terbuka, sumber daya manusia, partisipasi warga masyarakat, dan derajat
kebugaran jasmani (Mutohir & Maksum, 2007).
Salah satu cara untuk meningkatkan indeks pengembangan olahraga
adalah program yang mengharuskan warganya melakukan aktivitas olahraga lebih
aktif lagi setiap bulan, minggu hingga harinya, yang tentunya didukung oleh
kebijakan pemerintah yang berlandaskan UU no.3 tahun 2005 tentang SKN. Oleh
karena itu, akar dari permasalahan rendahnya tingkat SDI yang terjadi di
Indonesia khususnya di Kota Bandung bisa ditanggulangi dengan penguatan
implementasi aturannya yang harus diterapkan secara lebih efektif lagi (Mutohir
& Maksum, 2007). Dalam UU no.3 tahun 2005 tentang SKN sebenarnya sudah
diatur mengenai bagaimana cara mengantisipasi permasalahan yang sedang terjadi
saat ini, sesuai yang telah dijelaskan diatas. Dengan demikian begitu pentingnya
implementasi UU no.3 tahun 2005 tentang SKN sebagai dasar aturan main untuk
penyelenggaraan dan pengembangan olahraga di Indonesia. Pengembangan
olahraga diukur berdasarkan apa yang terjadi saat ini di lingkungan masyarakat.
Namun perlu diketahui lebih lanjut bahwa saat ini pun sedang terdapat isu global
yang sangat hangat diperbincangkan yaitu mengenai Sport for Development and
Peace (SDP) yang dicanangkan oleh PBB dalam deklarasinya mengenai
Sustainable Development Goals (SDGs) (Hasselgård & Straume, 2015). Intisari
dari SDP yaitu bagaimana olahraga ini menjadi sebuah alat dalam pemersatu
bangsabangsa agar terciptanya perdamaian dunia (Mwaanga & Adeosun, 2019).
Sehingga perbedaan-perbedaan yang ada seperti agama, budaya, status sosial yang
biasanya dibalut oleh permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia seperti
rasisme, bisa diminimalkan melalui pendekatan olahraga (Mwaanga & Prince,
2016).

5
B. Pembinaan Olahraga di Masyarakat

Keterpurukan olahraga kita di Busan pada Asian Games XIV yang lalu,
telah mendorong penulis untuk memikirkan sebab-sebabnya. Pokok persoalan yang
mengemuka, ternyata terletak pada kesalahan kita dalam menata sistem pembinaan
olahraga kita. Selama ini, proses pembinaan olahraga kita lebih diwarnai corak
potong kompas (crash program), sehingga tidak pernah memperlihatkan hasil yang
konsisten. Kemajuan mungkin tetap ada, tetapi sulit dipertahankan konsistensinya.
Apa yang dapat penulis pahami, masyarakat olahraga kita masih salah dalam
mengimplementasikan pola pembinaan yang dikatakannya mengikuti pola piramid.
Model pembinaan bentuk segi tiga atau sering disebut pola piramid
seharusnya berporos pada proses pembinaan yang bersinambung. Dikatakan
bersinambung (kontinum) karena pola itu harus didasari cara pandang (paradigma)
yang utuh dalam memaknai program pemassalan dan pembibitan dengan program
pembinaan prestasinya. Artinya, program tersebut memandang penting arti
pemassalan dan pembibitan yang bisa jadi berlangsung dalam program pendidikan
jasmani yang baik, diperkuat dengan program pengembangannya dalam kegiatan
klub olahraga sekolah, dimatangkan dalam berbagai aktivitas kompetisi intramural
dan idealnya tergodok dalam program kompetisi interskolastik, serta dimantapkan
melalui pemuncakan prestasi dalam bentuk training camp bagi para bibit atlet yang
sudah terbukti berbakat.
Dengan demikian, corak ini dapat dipastikan agak berbeda dari yang
ditempuh dalam pembinaan olahraga di Indonesia umumnya, misalnya program
PPLP dan Ragunan, yang biasanya melupakan arti penting dari program penjas dan
program olahraga rekreasi, tetapi langsung diorientasikan kepada puncak tertinggi
dari model piramid. Yang ada bukan gambar pola piramid, tetapi lebih berupa
gambar sebuah pencil (orang lebih suka menyebutnya sebagai flag pole model yang
berarti model tiang bendera). Secara tradisional, program pengajaran pendidikan
jasmani digambarkan sebagai lantai dasar dari sebuah segitiga sama kaki, atau yang
sering disebut sebagai bentuk piramid. Tepat di atasnya terdapat program olahraga
rekreasi, atau lajim pula disebut program klub olahraga. Sedangkan di puncak
segitiga terletak program olahraga prestasi. Isu dan Kontroversi Gender dalam
Olahraga

6
Olahraga Prestasi
Program Klub Olahraga
Program Pendidikan Jasmani

Model Konseptual Hubungan antara Penjas dan Olahraga Program pengajaran


pendidikan jasmani adalah tempat untuk mengajarkan keterampilan, strategi,
konsep-konsep, serta pengetahuan esensial yang berkaitan dengan hubungan antara
kegiatan fisik dengan perkembangan fisik, otot dan syaraf, kognitif, sosial serta
emosional anak. Ini berarti bahwa program pendidikan jasmani yang baik bertindak
sebagai dasar yang kokoh dan solid untuk seluruh program olahraga dan aktivitas
fisik di sekolah dan masyarakat. Pada tahap kedua, program olahraga yang bersifat
rekreasi (dalam klub olahraga sekolah) merupakan upaya pengembangan dan
perluasan program pendidikan jasmani yang sifatnya inklusif untuk semua anak.
Pada program rekreasi inilah para siswa diperkenankan untuk memilih cabang
olahraga yang diminatinya, serta disesuaikan dengan potensi atau bakat dirinya.
Program ini di Indonesia lazim disebut program ekstra-kurikuler, yang seharusnya
menyediakan kegiatan-kegiatan olahraga di luar struktur kurikulum dan program
pendidikan jasmani.

7
C. Pembaharuan sistem Penyelenggaraan Multievent : PON, Sea Games, Asian Game
dan Olimpiade (Sejarah, Penyelenggara, Tujuan, dan Peserta)

Berdasarkan uraian didalam UU nomor 03 Tahun 2005 tentang Sistem


Keolahragaan Nasional, ruang lingkup keolahragaan Indonesia meliputi olahraga
pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi. Pada kegiatan olahraga prestasi,
dewasa ini mengalami perubahan secara evolusioner sebagai akibat pengaruh dari
kekuatan-kekuatan eksternal yang bersumber pada sistem politik dan ekonomi.
Penyelenggaraan event olahraga atau pertandingan olahraga baik yang bersifat multi
event atau single event, secara kontinyu dn dalam waktu tertentu dilangsungkan di
Indonesia, kategori multi event olahraga seperti Sea Games, PON, Pomnas, Popnas,
Porcanas, sedangkan kategori single event seperti Kejurnas Tae Kwon Do, Kejurnas
Renang Kelompok Umur, Indonesia Super Liga, dan masih banyak nama dan jenis event
yang diselenggarakannya. Kajian pada penulisan ini menfokuskan apakah event olahraga
atau pertandingan olahraga memiliki konstribusi tingkat pendapatan penduduk
sekitarnya? Secara kasat mata sumbangan atau kontribusi yang positif bagi
daerah/provinsi dan masyarakat sekitar area tempat penyelenggaraan, misalnya
ketersediaan venuc/stadion sepakbola, sebab sebelum ada event olahraga venuc/stadion
olahraga sepakbola belum dimiliki, tetapi karena adanya event olahraga seperti PON di
tempat tersebut dibangunkan venuc/stadion sepakabola. Selesai PON, secara umum
provinsi tempat event olahraga peluang memiliki gedung olahraga bertaraf internasional
terbuka lebar, tentunya berpengaruh posisitf pada aspek usaha pembinaan atlet cabang
olahraga dapat berjalan lebih baik karena venuc/gedung latihan cabang olahraga tersebut
telah dibangun. Konstribusi lain yang masih dipertanyakan adalah apakah event olahraga
berkonstribusi terhadap tingkat pendapatan penduduk sekitarnya?.

Beberapa waktu lalu, The Economist, terbitan London menulis, bahwa Olahraga
adalah sarana untuk menghibur milyaran manusia. Akan tetapi penyelenggaraan pesta
olahraga dapat dikatakan sebagai sebuah perdagangan dunia. Kepentingan ekonomi
adalah sebuah realitas yang selalu diperhitungkan oleh negara penyelenggara pesta
tersebut. Negara-negara penyelenggara Olimpiade seringkali mengeluarkan dana yang
tidak sedikit untuk mempersiapkan pesta olahraga tersebut. Akan tetapi mereka
mempunyai target–target lain seperti keuntungan dari sisi ekonomi. Komite Olimpiade
Internasional (OIC) selalu menginginkan negara penyelenggara supaya mempersiapkan

8
pesta olahraga yang terbaik. Untuk itu, negara-negara penyelenggara Olimpiade selalu
memikul dana yang cukup besar untuk mempersiapkan pesta olahraga dunia yang terbaik.
Pada tahun 2000, Australia sebagai tuan rumah Olimpiade, mengeluarkan dana milyaran
dolar Amerika untuk membangun stadion olahraga, hotel dan infrastruktur yang berkaitan
dengan pesta olahraga tersebut. Pada tahun 2004, Yunani juga mengeluarkan dana lebih
dari sepuluh miliyar dolar Amerika. Pada tahun 2008, Cina mengeluarkan dana yang
paling spektakuler dibanding dengan negara-negara lainnya.

Negeri Tirai Bambu ini merogoh dana lebih dari 40 milyar dolar Amerika. Di
Olimpiade Beijing, sepuluh perusahaan bekerjasama dengan pemerintah Cina. Dari
sepuluh perusahaan itu, tujuh perusahaan berasal dari Cina, sedangkan tiga lainnya
berasal dari luar negara ini. Dengan memanfaatkan momentum penting tersebut,
perusahaan-perusahaan tersebut berupaya mengeruk keuntungan sangat besar. Bahkan
sejumlah perusahaan pakaian dan makanan berusaha menggunakan momentum besar itu
untuk memasarkan produk-produk mereka. Lembaga Riset Ekonomi Cina menyebutkan
income bersih dari penyelenggaraan Olimpiade itu mencapai dua milyar dolar Amerika.
Diprediksikan, income Beijing dari Olimpiade tahun 2008 akan mencapai lima milyar
dolar Amerika. Pada tahun 2004, melalui penyelenggaraan Olimpiade, negara Yunani
mengambil keuntungan empat milyar dolar Amerika. Adapun Inggris dari
penyelenggaraan pesta olahraga Olimpiade yang akan digelar pada tahun 2012, Menurut
pusat data Negara Cina selesai olimpiade negara Cina mengalami kenaikan (0,5 %)
perkembangan produksi bruto nasional pada setiap tahunnya di banding pada tahun-tahun
sebelumnya. Indonesia memang belum pernah menyelenggarakan olimpiade, tetapi kelas
dibawah olimpiade kawasan Asia adalah Sea Games, dan level nasional adalah PON, jika
setiap penyelenggaraan multi event olahraga perpedoman seperti penyelenggaraan
olimpiade, maka negara Indonesia dengan adanya Sea Games tahun 2011 di Jakarta dan
di Palembang yang lalu pastilah memberikan keuntungan pada pendapatan bruto
nasional, dan event PON tentunya pula memberikan tambahan pendapatan APBD
provinsi tempat penyelenggara, walau sampai saat penulisan belum dapat dikemukakan,
tetapi kalau melihat gebyar PON XVIII/2012 Riau lalu yang dapat diakses lewat KONI,
bahwa penyelenggaraan PON 2012 Riau mampu memberikan konstribusi.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan
sebagai berikut.
1. Sosiologi olahraga adalah ilmu yang mempelajari hubungan ( interaksi ) manusia
dalam masyarakat olahraga secara khusus dan masyarakat olahraga dengan
masyarakat lainnya serta aspek – sosiologis yang menyertainya.
2. Tujuan sosiologi olahraga adalah untuk memeriksa olahraga bidang tindakan dalam
hubungannya dengan struktur internal dan memposisikan di dalam masyarakat
yaitu struktur eksternal
B. Saran
Sejalan dengan simpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1. Penerapan ilmu sosiologi olahraga sebagai bagian dari kehidupan sosial budaya.
2. Olahraga sebagai fenomena sosial maka dari itu pelaku olahraga itu sendiri agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Para pelaku olahraga dan masyarakat sebaiknya menjada nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhan Gilang (2020). Implementasi Kebijakan Olahraga Pendidikan


sebagai Upaya Pembangunan Melalui Olahraga Berdasarkan Undang-
Undang Sistem Keolahragaan Nasional

Mutumanikam, N. R. (2013). Issn 1411-0016. Bidang Sport Science &


Penerapan Iptek Olahraga KONI Pusat, Vol. 1 No., 48.

Marsudi Imam, The Contribution of Sports Event to The Income Level of


Locals Around

11
12
13

Anda mungkin juga menyukai