Disusun Oleh :
Kelas 3D
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Makalah...............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Isu-isu Strategis UU No 3 tentang SKN dan Implementasi Kebijakannya.....3
B. Pembinaan Olahraga di Masyarakat................................................................6
C. Pembaharuan sistem Penyelenggaraan Multievent : PON, Sea Games, Asian
Game dan Olimpiade (Sejarah, Penyelenggara, Tujuan, dan Peserta).................8
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1
3. Apa dan bagaimana Pembaharuan Sistem Penyelanggaraan Multievent :
PON, Sea Game, Asian Game dan Olimpiade ( Sejarah, Penyelanggara,
tujuan dan peserta)?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui Isu-isu Strategis UU No. 3 tentang SKN dan
implementasi Kebijakannya.
2. Mengetahui Pembinaan Olahraga di Masyarakat
3. Mengetahui Pembaharuan sistem Penyelenggaraan
Multievent : PON, Sea Games, Asian Game dan Olimpiade
(Sejarah, Penyelenggara, Tujuan, dan Peserta)?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Development Index (SDI) (KEMENPORA, 2018). SDI merupakan metode
pengukuran yang diklaim sebagai alternative baru untuk mengukur kemajuan
pembangunan olahraga. SDI adalah indeks gabungan yang mencerminkan
keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat dimensi dasar, yaitu
ruang terbuka, sumber daya manusia, partisipasi warga masyarakat, dan derajat
kebugaran jasmani (Mutohir & Maksum, 2007).
Salah satu cara untuk meningkatkan indeks pengembangan olahraga
adalah program yang mengharuskan warganya melakukan aktivitas olahraga lebih
aktif lagi setiap bulan, minggu hingga harinya, yang tentunya didukung oleh
kebijakan pemerintah yang berlandaskan UU no.3 tahun 2005 tentang SKN. Oleh
karena itu, akar dari permasalahan rendahnya tingkat SDI yang terjadi di
Indonesia khususnya di Kota Bandung bisa ditanggulangi dengan penguatan
implementasi aturannya yang harus diterapkan secara lebih efektif lagi (Mutohir
& Maksum, 2007). Dalam UU no.3 tahun 2005 tentang SKN sebenarnya sudah
diatur mengenai bagaimana cara mengantisipasi permasalahan yang sedang terjadi
saat ini, sesuai yang telah dijelaskan diatas. Dengan demikian begitu pentingnya
implementasi UU no.3 tahun 2005 tentang SKN sebagai dasar aturan main untuk
penyelenggaraan dan pengembangan olahraga di Indonesia. Pengembangan
olahraga diukur berdasarkan apa yang terjadi saat ini di lingkungan masyarakat.
Namun perlu diketahui lebih lanjut bahwa saat ini pun sedang terdapat isu global
yang sangat hangat diperbincangkan yaitu mengenai Sport for Development and
Peace (SDP) yang dicanangkan oleh PBB dalam deklarasinya mengenai
Sustainable Development Goals (SDGs) (Hasselgård & Straume, 2015). Intisari
dari SDP yaitu bagaimana olahraga ini menjadi sebuah alat dalam pemersatu
bangsabangsa agar terciptanya perdamaian dunia (Mwaanga & Adeosun, 2019).
Sehingga perbedaan-perbedaan yang ada seperti agama, budaya, status sosial yang
biasanya dibalut oleh permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia seperti
rasisme, bisa diminimalkan melalui pendekatan olahraga (Mwaanga & Prince,
2016).
4
pembangunan olahraga. SDI adalah indeks gabungan yang mencerminkan
keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat dimensi dasar, yaitu
ruang terbuka, sumber daya manusia, partisipasi warga masyarakat, dan derajat
kebugaran jasmani (Mutohir & Maksum, 2007).
Salah satu cara untuk meningkatkan indeks pengembangan olahraga
adalah program yang mengharuskan warganya melakukan aktivitas olahraga lebih
aktif lagi setiap bulan, minggu hingga harinya, yang tentunya didukung oleh
kebijakan pemerintah yang berlandaskan UU no.3 tahun 2005 tentang SKN. Oleh
karena itu, akar dari permasalahan rendahnya tingkat SDI yang terjadi di
Indonesia khususnya di Kota Bandung bisa ditanggulangi dengan penguatan
implementasi aturannya yang harus diterapkan secara lebih efektif lagi (Mutohir
& Maksum, 2007). Dalam UU no.3 tahun 2005 tentang SKN sebenarnya sudah
diatur mengenai bagaimana cara mengantisipasi permasalahan yang sedang terjadi
saat ini, sesuai yang telah dijelaskan diatas. Dengan demikian begitu pentingnya
implementasi UU no.3 tahun 2005 tentang SKN sebagai dasar aturan main untuk
penyelenggaraan dan pengembangan olahraga di Indonesia. Pengembangan
olahraga diukur berdasarkan apa yang terjadi saat ini di lingkungan masyarakat.
Namun perlu diketahui lebih lanjut bahwa saat ini pun sedang terdapat isu global
yang sangat hangat diperbincangkan yaitu mengenai Sport for Development and
Peace (SDP) yang dicanangkan oleh PBB dalam deklarasinya mengenai
Sustainable Development Goals (SDGs) (Hasselgård & Straume, 2015). Intisari
dari SDP yaitu bagaimana olahraga ini menjadi sebuah alat dalam pemersatu
bangsabangsa agar terciptanya perdamaian dunia (Mwaanga & Adeosun, 2019).
Sehingga perbedaan-perbedaan yang ada seperti agama, budaya, status sosial yang
biasanya dibalut oleh permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia seperti
rasisme, bisa diminimalkan melalui pendekatan olahraga (Mwaanga & Prince,
2016).
5
B. Pembinaan Olahraga di Masyarakat
Keterpurukan olahraga kita di Busan pada Asian Games XIV yang lalu,
telah mendorong penulis untuk memikirkan sebab-sebabnya. Pokok persoalan yang
mengemuka, ternyata terletak pada kesalahan kita dalam menata sistem pembinaan
olahraga kita. Selama ini, proses pembinaan olahraga kita lebih diwarnai corak
potong kompas (crash program), sehingga tidak pernah memperlihatkan hasil yang
konsisten. Kemajuan mungkin tetap ada, tetapi sulit dipertahankan konsistensinya.
Apa yang dapat penulis pahami, masyarakat olahraga kita masih salah dalam
mengimplementasikan pola pembinaan yang dikatakannya mengikuti pola piramid.
Model pembinaan bentuk segi tiga atau sering disebut pola piramid
seharusnya berporos pada proses pembinaan yang bersinambung. Dikatakan
bersinambung (kontinum) karena pola itu harus didasari cara pandang (paradigma)
yang utuh dalam memaknai program pemassalan dan pembibitan dengan program
pembinaan prestasinya. Artinya, program tersebut memandang penting arti
pemassalan dan pembibitan yang bisa jadi berlangsung dalam program pendidikan
jasmani yang baik, diperkuat dengan program pengembangannya dalam kegiatan
klub olahraga sekolah, dimatangkan dalam berbagai aktivitas kompetisi intramural
dan idealnya tergodok dalam program kompetisi interskolastik, serta dimantapkan
melalui pemuncakan prestasi dalam bentuk training camp bagi para bibit atlet yang
sudah terbukti berbakat.
Dengan demikian, corak ini dapat dipastikan agak berbeda dari yang
ditempuh dalam pembinaan olahraga di Indonesia umumnya, misalnya program
PPLP dan Ragunan, yang biasanya melupakan arti penting dari program penjas dan
program olahraga rekreasi, tetapi langsung diorientasikan kepada puncak tertinggi
dari model piramid. Yang ada bukan gambar pola piramid, tetapi lebih berupa
gambar sebuah pencil (orang lebih suka menyebutnya sebagai flag pole model yang
berarti model tiang bendera). Secara tradisional, program pengajaran pendidikan
jasmani digambarkan sebagai lantai dasar dari sebuah segitiga sama kaki, atau yang
sering disebut sebagai bentuk piramid. Tepat di atasnya terdapat program olahraga
rekreasi, atau lajim pula disebut program klub olahraga. Sedangkan di puncak
segitiga terletak program olahraga prestasi. Isu dan Kontroversi Gender dalam
Olahraga
6
Olahraga Prestasi
Program Klub Olahraga
Program Pendidikan Jasmani
7
C. Pembaharuan sistem Penyelenggaraan Multievent : PON, Sea Games, Asian Game
dan Olimpiade (Sejarah, Penyelenggara, Tujuan, dan Peserta)
Beberapa waktu lalu, The Economist, terbitan London menulis, bahwa Olahraga
adalah sarana untuk menghibur milyaran manusia. Akan tetapi penyelenggaraan pesta
olahraga dapat dikatakan sebagai sebuah perdagangan dunia. Kepentingan ekonomi
adalah sebuah realitas yang selalu diperhitungkan oleh negara penyelenggara pesta
tersebut. Negara-negara penyelenggara Olimpiade seringkali mengeluarkan dana yang
tidak sedikit untuk mempersiapkan pesta olahraga tersebut. Akan tetapi mereka
mempunyai target–target lain seperti keuntungan dari sisi ekonomi. Komite Olimpiade
Internasional (OIC) selalu menginginkan negara penyelenggara supaya mempersiapkan
8
pesta olahraga yang terbaik. Untuk itu, negara-negara penyelenggara Olimpiade selalu
memikul dana yang cukup besar untuk mempersiapkan pesta olahraga dunia yang terbaik.
Pada tahun 2000, Australia sebagai tuan rumah Olimpiade, mengeluarkan dana milyaran
dolar Amerika untuk membangun stadion olahraga, hotel dan infrastruktur yang berkaitan
dengan pesta olahraga tersebut. Pada tahun 2004, Yunani juga mengeluarkan dana lebih
dari sepuluh miliyar dolar Amerika. Pada tahun 2008, Cina mengeluarkan dana yang
paling spektakuler dibanding dengan negara-negara lainnya.
Negeri Tirai Bambu ini merogoh dana lebih dari 40 milyar dolar Amerika. Di
Olimpiade Beijing, sepuluh perusahaan bekerjasama dengan pemerintah Cina. Dari
sepuluh perusahaan itu, tujuh perusahaan berasal dari Cina, sedangkan tiga lainnya
berasal dari luar negara ini. Dengan memanfaatkan momentum penting tersebut,
perusahaan-perusahaan tersebut berupaya mengeruk keuntungan sangat besar. Bahkan
sejumlah perusahaan pakaian dan makanan berusaha menggunakan momentum besar itu
untuk memasarkan produk-produk mereka. Lembaga Riset Ekonomi Cina menyebutkan
income bersih dari penyelenggaraan Olimpiade itu mencapai dua milyar dolar Amerika.
Diprediksikan, income Beijing dari Olimpiade tahun 2008 akan mencapai lima milyar
dolar Amerika. Pada tahun 2004, melalui penyelenggaraan Olimpiade, negara Yunani
mengambil keuntungan empat milyar dolar Amerika. Adapun Inggris dari
penyelenggaraan pesta olahraga Olimpiade yang akan digelar pada tahun 2012, Menurut
pusat data Negara Cina selesai olimpiade negara Cina mengalami kenaikan (0,5 %)
perkembangan produksi bruto nasional pada setiap tahunnya di banding pada tahun-tahun
sebelumnya. Indonesia memang belum pernah menyelenggarakan olimpiade, tetapi kelas
dibawah olimpiade kawasan Asia adalah Sea Games, dan level nasional adalah PON, jika
setiap penyelenggaraan multi event olahraga perpedoman seperti penyelenggaraan
olimpiade, maka negara Indonesia dengan adanya Sea Games tahun 2011 di Jakarta dan
di Palembang yang lalu pastilah memberikan keuntungan pada pendapatan bruto
nasional, dan event PON tentunya pula memberikan tambahan pendapatan APBD
provinsi tempat penyelenggara, walau sampai saat penulisan belum dapat dikemukakan,
tetapi kalau melihat gebyar PON XVIII/2012 Riau lalu yang dapat diakses lewat KONI,
bahwa penyelenggaraan PON 2012 Riau mampu memberikan konstribusi.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan
sebagai berikut.
1. Sosiologi olahraga adalah ilmu yang mempelajari hubungan ( interaksi ) manusia
dalam masyarakat olahraga secara khusus dan masyarakat olahraga dengan
masyarakat lainnya serta aspek – sosiologis yang menyertainya.
2. Tujuan sosiologi olahraga adalah untuk memeriksa olahraga bidang tindakan dalam
hubungannya dengan struktur internal dan memposisikan di dalam masyarakat
yaitu struktur eksternal
B. Saran
Sejalan dengan simpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1. Penerapan ilmu sosiologi olahraga sebagai bagian dari kehidupan sosial budaya.
2. Olahraga sebagai fenomena sosial maka dari itu pelaku olahraga itu sendiri agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Para pelaku olahraga dan masyarakat sebaiknya menjada nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
12
13