Mata Kuliah
RISET OPERASIONAL
Disusun oleh:
Lukmanulhakim Almamalik
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan karunia Nya modul mata
kuliah Riset Operasional ini dapat kami selesaikan dan sajikan.
Modul mata kuliah Riset Operasional ini dimaksudkan sebagai salah satu media belajar
bagai mahasiswa Politeknik Piksi Ganesha dalam mata kuliah Riset Operasional, sehingga
diharapkan mahasiswa bisa lebih memahami materi Riset Operasional yang diberikan
dosen di dalam kelas.
Modul ini terbagi menjadi 11 bab, dimana urutan per bab disesuaikan dengan sistematika
silabus Riset Operasional yang diberikan kepada mahasiswa.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan rekan pengajar di Politeknik Piksi
Ganesha, yang telah memberikan dorongan sehingga modul Riset Operasional ini selesai
dibuat. Penulis menyadari bahwa isi modul ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
saran dan kritik untuk perbaikan modul ini akan penulis terima dengan senang hati.
Akhir kata, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi yang mempelajarinya.
Daftar Isi
Hal
1. Pengantar Riset Operasional
2. 9
3. Programa Linier: Solusi Grafik 16
4. Programa Linier: Solusi Simplex 24
5. Programa Linier: Solusi Simplex Minimasi dan 37
Tipe Programa Linier Iregular
6. 46
7. 52
8. Programa Linier: Masalah Penugasan 65
9. Teknik Perencanaan dan Jaringan Kerja: Teori Jaringan Kerja 72
10. Teknik Perencanaan dan Jaringan Kerja: Critical Path Method 76
(CPM)
11. Teknik Perencanaan dan Jaringan Kerja: PERT 84
1
Pengantar Riset Operasional
B. Uraian Materi
• Pada masa Perang Dunia II, angkatan perang Inggris membentuk suatu tim yang
terdiri dari para ilmuan dan ahli militer untuk mempelajari strategi memenangkan
perang melawan Jerman. Tim yang dibentuk bertujuan menentukan penggunaan
sumber daya kemiliteran yang terbatas untuk dapat bekerja paling efektif. Dalam
bekerjanya tim melakukan riset menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menentukan
penggunaan sumber sumber yang terbatas tersebut.
• Setelah perang selesai, potensi komersialnya segera disadari oleh kalangan industri.
Pengembangannya telah menyebar dengan cepat, terutama di belahan benua Amerika,
terutama di Amerika Serikat.
• Sedemikian pesat perkembangannya sampai saat ini, Riset Operasional telah
digunakan dalam hampir seluruh kegiatan, baik di perguruan tinggi, dunia usaha,
pemerintahan, program kesehatan, maupun organisasi jasa.
• Dalam literatur manajemen, Riset Operasional sering juga dinamakan dengan
.
• Tujuan adalah hasil akhir yang hendak dicapai yang dilakukan dengan cara memilih
suatu tindakan yang paling tepat dari suatu sistem (permasalahan) yang dipelajari.
Dalam bidang bisnis (atau perusahaan), tujuan diartikan sebagai usaha untuk
atau . Sementara itu
dalam bidang bidang lain yang sifatnya non profit, tujuan tersebut dapat berupa
.
• Ketika tujuan telah didefinisikan, tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah
. Dalam hal ini,
kualitas pemilihan tindakan tersebut akan sangat bergantung pada
.
• Untuk dapat menentukan tindakan tindakan yang mungkin dilakukan, haruslah
diidentifikasi yang dapat dikendalikan oleh pengambil
keputusan. Tentu saja tingkat keberhasilan dalam mengidentifikasi variabel variabel
ini pun akan sangat bergantung pada kemampuan si pengambil keputusan.
• Sebuah model keputusan semata mata merupakan alat untuk ”meringkaskan” sebuah
masalah keputusan dengan cara yang memungkinkan identifikasi dan evaluasi yang
sistematis terhadap semua pilihan keputusan dari suatu masalah.
• Model adalah gambaran ideal dari suatu situasi (dunia) nyata, sehingga sifatnya yang
kompleks dapat disederhanakan. Jenis jenis model yang biasa digunakan:
a. Model,model ikonis/fisik
Penggambaran fisik dari suatu sistem, baik dalam bentuk ideal maupun dalam
skala yang berbeda. Contoh 1.1: foto, peta, mainan anak anak, maket,
histogram.
b. Model analog/diagramatis
Model model ini dapat menggambarkan situasi situasi yang dinamis, dan
model ini lebih banyak digunakan daripada model model ikonis karena
sifatnya yang dapat dijadikan analogi bagi karakteristik sesuatu yang
dipelajari. Contoh 1.2: urva distribusi frekuensi pada statistik, flow chart,
peta dengan bermacam macam warna untuk menggambarkan kondisi
sebenarnya.
c. Model simbolis/matematika
Penggambaran dunia nyata melalui simbol simbol matematis. Model ini
menggunakan seperangkat simbol matematik untuk menunjukkan komponen
komponen dari sistem nyata. Namun demikian, sistem nyata tidak selalu dapat
diekspresikan dalam rumusan matematik.
Model matematik dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
dan . Model deterministik dibentuk dalam situasi
penuh kepastian, sedangkan model probabilistik meliputi kasus kasus dimana
diasumsikan penuh ketidakpastian. Contoh 1.3: Persamaan garis lurus y = ax +
b; persamaan linier z = x1+x2+x3
d. Model simulasi
Model model yang meniru tingkah laku sistem dengan mempelajari interaksi
komponen komponennya. Karena tidak memerlukan fungsi fungsi matematis
secara eksplisit untuk merealisasikan variabel variabel sistem, maka model model
simulasi ini dapat digunakan untuk memecahkan sistem kompleks yang tidak
dapat diselesaikan secara matematis. Namun model model ini tidak dapat
memberikan solusi yang benar benar optimum. Contoh 1.4: Simulator pesawat,
simulator bisnis.
e. Model heuristik
Kadang kadang formulasi matematis bersifat sangat kompleks untuk dapat
memberikan suatu solusi yang pasti, atau mungkin suatu solusi optimum dapat
diperoleh, akan tetapi memerlukan proses perhitungan yang sangat panjang dan
tidak praktis. Untuk mengatasi kasus seperti ini dapat digunakan ,
yaitu suatu metode pencarian yang didasarkan atas intuisi atau aturan aturan
empiris untuk memperoleh solusi yang lebih baik daripada solusi solusi yang
telah dipelajari sebelumnya.
• Pembentukan model adalah esensi dari pendekatan Riset Operasi karena solusi dari
pendekatan ini tergantung pada ketepatan model yang dibuat. Dalam Riset Operasi,
model yang paling banyak digunakan adalah model matematis/simbolis, disamping
banyak juga digunakan model model simulasi dan heuristik.
• Pembentukan model yang cocok hanyalah salah satu tahap dari aplikasi Riset
Operasional. Pola dasar penerapan Riset Operasional terhadap suatu masalah dapat
dipisahkan menjadi beberapa tahap. Berikut adalah tahapan tahapan untuk
memecahkan persoalan dalam riset operasional.
a. Merumuskan Masalah
Sebelum solusi terhadap suatu permasalahan dipikirkan, pertama kali yang harus
dilakukan adalah .
Definisi masalah yang tidak baik akan menyebabkan tidak diperolehnya
penyelesaian atas suatu masalah atau penyelesaian yang tidak tepat. Dalam
perumusan masalah ini ada tiga pertanyaan penting yang harus dijawab, terutama
dikaitkan dengan Riset Operasional:
1) , yaitu unsur unsur dalam persoalan yang dapat dikendalikan
oleh pengambil keputusan. Ia sering disebut sebagai instrumen.
2) . Penetapan tujuan membantu pengambil keputusan memusatkan
perhatian pada persoalan dan pengaruhnya terhadap organisasi. Tujuan ini
diekspresikan dalam variabel keputusan.
3) adalah pembatas pembatas terhadap alternatif tindakan yang tersedia.
b. Pembentukan Model
Sesuai dengan definisi permasalahannya, kelompok peneliti Riset Operasional
tersebut harus menentukan model yang paling cocok untuk mewakili sistem yang
bersangkutan. Model tersebut harus merupakan ekspresi kuantitatif dari tujuan dan
batasan batasan persoalan dalam bentuk variabel keputusan. Dalam
memformulasikan permasalahan, biasanya digunakan model analitik, yaitu model
matematik yang menghasilkan persamaan. Jika pada suatu situasi yang sangat rumit
tidak diperoleh model analitik, maka perlu dikembangkan suatu model simulasi.
c. Pemecahan Model
Pada tahap ini, bermacam macam teknik dan metode solusi kuantitatif yang
merupakan bagian utama dari Riset Operasional memasuki proses. Penyelesaian
masalah sesungguhnya merupakan penerapan satu atau lebih teknik teknik ini
terhadap model. Seringkali, solusi terhadap model berarti nilai nilai variabel
keputusan yang mengoptimumkan salah satu fungsi tujuan dengan nilai fungsi
tujuan lain yang dapat diterima.
d. Validasi Model
Sebuah model adalah absah jika, walaupun tidak secara pasti mewakili sistem
tersebut dan dapat memberikan prediksi yang wajar dari kinerja sistem tersebut.
Suatu metode yang biasa digunakan untuk menguji validitas model adalah dengan
membandingkan kinerjanya dengan data masa lalu yang tersedia. Model dikatakan
valid jika dengan kondisi input yang serupa dapat menghasilkan kembali kinerja
seperti masa lampau. Masalahnya adalah bahwa tidak ada yang menjamin kinerja
masa depan akan berlanjut meniru cerita lama.
• Penyelesaian kelima langkah yang dijelaskan di atas bukan berarti proses ini telah
selesai. Hasil model dan keputusan hasil yang tersedia memberikan umpan balik pada
model awal.
6. Metode,Metode Umum Mencari Solusi
• Pada umumnya, terdapat tiga metode untuk mencari solusi terhadap model Riset
Operasi, yaitu:
a.
b. , dan
c. .
c. Riset Operasional .
2
Programa Linier
B. Uraian Materi
1. Pendahuluan
a. Variabel keputusan
• Variabel keputusan berupa yang menggambarkan tingkatan
aktivitas perusahaan.
Contoh 2.1: Perusahaan elektronika ingin menjual sebanyak x1 buah radio, x2
buah televisi, dan x3 buah lemari es, dimana x1, x2, dan x3 adalah lambang yang
menunjukkan jumlah variabel setiap item yang tidak diketahui. Nilai akhir dari
x1, x2, dan x3 sesuai dengan pengarahan perusahaan, dan merupakan keputusan.
b. Fungsi Tujuan
• Fungsi Tujuan merupakan hubungan matematika linier yang menjelaskan
fungsi tujuan dalam terminologi variabel keputusan.
• Fungsi tujuan selalu mempunyai salah satu target, yaitu
(misalkan untuk kasus perusahaan adalah
produksi).
c. Batasan Model
• Batasan Model merupakan hubungan linier dari variabel variabel keputusan,
menunjukkan keterbatasan sumber daya permasalahan tersebut.
Contoh 2.2: Besarnya biaya maksimum yang dikeluarkan oleh PT. XYZ untuk
kegiatan pemasaran pada tahun ini adalah Rp 15.000.000,00. Tenaga kerja
yang tersedia untuk memproduksi kue dan roti di perusahaan ini hanya 100 jam
tenaga kerja per minggu.
Sebagai tambahan informasi: tersedia 40 jam tenaga kerja dan 120 kg tanah liat setiap hari
untuk produksi. Masalah ini akan dirumuskan sebagai model program linier dengan
mendefinisikan secara terpisah setiap komponen model dan menggabungkan komponen
komponen tersebut dalam satu model.
%
Langkah 1: Mengenali Variabel Keputusan
• Keputusan yang dihadapi manajemen dalam masalah ini adalah berapa jumlah genteng
dan jumlah bata yang harus diproduksi setiap hari. Ada dua variabel keputusan yang
dicari yaitu . Untuk itu, kita dapat menyatakannya
dengan memisalkan bahwa x1 adalah jumlah genteng dan x2 adalah jumlah bata yang
diproduksi setiap hari.
x1 = jumlah genteng yang diproduksi
x2 = jumlah bata yang diproduksi
Langkah 2: Memformulasikan fungsi tujuan
• Tujuan perusahaan adalah ingin . Laba perusahaan adalah
jumlah total dari laba setiap genteng dan setiap bata.
• Laba dari genteng ditentukan oleh perkalian antara , Rp 4/unit,
dengan jumlah genteng yang diproduksi, yaitu x1. Begitu pula dengan laba dari bata
ditentukan oleh perkalian antara laba setiap bata, Rp 5/unit, dengan jumlah bata yang
diproduksi, x2.
• Dengan demikian, total laba adalah dalam pemodelan ini dilambangkan dengan Z,
dapat dijelaskan secara matematika sebagai berikut.
Z = # $%&'()&*+.
• Dengan menempatkan terminologi di depan fungsi laba,
penggambaran tujuan perusahaan untuk memaksimumkan laba dapat ditulisakan
sebagai berikut:
Memaksimumkan Z = 4x1+5 x2
dimana Z merupakan total laba tiap hari (Rp)
4x1 = laba dari genteng (dalam Rp)
5x2 = laba dari bata (dalam Rp)
• Dengan demikian, maka Formulasi Model Program Linier yang lengkap untuk
masalah ini adalah:
Memaksimumkan Z = 4x1+5 x2
terbatas pada
1x1 + 2x2 ≤ 40
4x1 + 3x2 ≤ 120
x1 , x2 ≥ 0
Berdasarkan resep yang ada, campuran ” , tersebut harus terdiri dari paling sedikit 200
kg daging ayam, paling sedikit 400 kg daging sapi, dan tidak lebih dari 300 kg cereal.
Perusahaan ingin mengetahui pencampuran optimal dari bahan bahan yang dapat
. Formulasikan model program linier untuk masalah ini.
%
Langkah 1: Mengenali Variabel Keputusan
• Untuk mengidentifikasi setiap bagian dari model secara terpisah, mulai dengan
variabel keputusan. (Variabel keputusannya adalah ingin mengetahui banyaknya
masing masing bahan campuran , ,).
x1 = jumlah kg daging ayam
x2 = jumlah kg daging sapi
x3 = jumlah kg cereal
C. Tugas
Kerjakan latihan latihan soal di bawah ini!
1) Dua produk dihasilkan menggunakan tiga mesin. Waktu masing masing mesin
yang digunakan untuk menghasilkan kedua produk dibatasi hanya 10 jam per hari.
Waktu produksi dan keuntungan per unit masing masing produk ditunjukkan tabel
di bawah ini :
Produk Waktu produksi (menit)
Mesin 1 Mesin 2 Mesin 3 Mesin 4
1 10 6 8 2
2 5 20 15 3
2) Perusahaan ABCD akan memproduksi dua macam benda, yaitu Produk I dan
Produk II. Untuk memproduksi setiap unit produk I diperlukan bahan baku A
sebanyak 40 kg dan bahan baku B sebanyak 25 kg serta bahan baku C sebanyak 80
kg. Sedangkan untuk memproduksi setiap unit produk II diperlukan bahan baku A
sebanyak 30 kg dan bahan baku B sebanyak 40 kg serta bahan baku C sebanyak 50
kg. Jumlah bahan baku yang disediakan perusahaan masing masing adalah bahan
baku A sebanyak 3000 kg dan bahan baku B sebanyak 1500 kg serta bahan baku C
sebanyak 3600 kg. Sumbangan terhadap laba dan biaya tetap (yang dihitung
dengan harga jual persatuan dikurangi biaya variabel per satuan) setiap unit produk
I sebesar Rp 150,00 dan setiap unit produk II Rp 120,00.
Buat Formulasi Model dari permasalahan di atas. Agar masalah dapat dipahami
a. Susunlah dalam bentuk tabel berikut.
Bahan Kebutuhan Bahan Baku/unit
Kapasitas
Baku Produk I Produk II
A
B
C
Laba
3) Sebuah perusahaan ingin menentukan berapa banyak masing masing dari tiga
produk yang berbeda yang akan dihasilkan dengan tersedianya sumber daya yang
terbatas agar diperoleh keuntungan maksimum. Kebutuhan tenaga kerja dan bahan
baku serta sumbangan keuntungan masing masing produk adalah sebagai berikut:
Tersedia 240 jam kerja dan bahan mentah sebanyak 400 kg. Buat formulasi model
program linier untuk permasalahan ini!
5) PT Kue Enak memproduksi tiga jenis roti kering, yaitu pia, bolukismis dan
coklatkeju dengan keuntungan tiap jenis produk masing masing Rp 150, Rp 400
dan Rp 600. Setiap minggu ditetapkan minimum produksi roti pia 25 unit, bolu
kismis 130 unit dan coklat keju 55 unit. Ketiga jenis roti memerlukan pemrosesan
tiga kali yaitu penyiapan bahan, peracikan dan pengovenan seperti terlihat pada
tabel berikut:
B. Uraian Materi
1. Pendahuluan
• Pada dasarnya, metode metode yang dikembangkan untuk memecahkan model
Programa linier adalah ditujukan untuk mencari solusi dari beberapa pilihan solusi
yang dibentuk oleh persamaan pembatas, sehingga diperoleh nilai fungsi tujuan yang
optimum.
• Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menyelesaikan persoalan persoalan
Programa Linier (PL), yaitu dengan 1) ! dan 2)
• Pada bab ini akan dipelajari solusi grafik programa linier.
2. Solusi Grafik
• Persoalan Programa Linier dapat diilustrasikan dan dipecahkan secara grafik jika
persoalan ini hanya memiliki .
• Model Programa Linier dengan tiga variabel penggambarannya sangat sulit, sedangkan
untuk model yang lebih dari tiga variabel tidak bisa dibuat grafik sama sekali.
• Meskipun permasalahan dengan dua variabel jarang terjadi dalam dunia nyata, akan
tetapi penafsiran geometris dari metode grafik ini sangat bermanfaat untuk memahami
metode pemecahan yang umum melalui algoritma simpleks yang akan dibicarakan
kemudian.
dimana
x1 = jumlah genteng yang diproduksi
x2 = jumlah bata yang diproduksi
x2
40
30
20
10
0
10 20 30 40 x1
b.
• Langkah pertama dalam menggambar grafik untuk model Programa Linier adalah
memperlihatkan batasan batasan dalam grafik. Kedua batasan digambarkan sebagai
garis lurus dan masing masing garis dibuat dalam grafik.
! " ! "
a. b.
Gambar 3.2 a. Grafik dari batasan tenaga kerja
b. Grafik dari batasan untuk tanah liat
• Prosedur yang paling mudah untuk menggambarkan garis lurus ini adalah dengan
cara menentukan dua titik pada garis dan menarik garis lurus melalui titik titik
tersebut.
• Untuk persamaan batasan tenaga kerja, x1 + 2x2 = 40 (gambar 3.2a), satu titik
akan diperoleh jika salah satu titiknya bernilai 0. Untuk itu:
jika x1 = 0, kita masukkan (substitusikan) nilai x1 = 0 ke dalam persamaan
x1 + 2x2 = 40, sehingga akan dihasilkan nilai x2 = 20, dan titik ini
berpotongan dengan sumbu x2.
jika x2 = 0, kita masukkan (substitusikan) nilai x2 = 0 ke dalam persamaan
x1 + 2x2 = 40, sehingga akan dihasilkan nilai x1 = 40, dan titik ini
berpotongan dengan sumbu x1.
• Untuk persamaan: 4x1 + 3x2 = 120 , untuk batasan tanah liat (gambar 3.2b).
jika x1 = 0, maka x2 = 40 , berpotongan dengan sumbu x2.
jika x2 = 0, maka x1 = 30 , berpotongan dengan sumbu x1.
• Garis pada grafik gambar 3.2 menunjukkan grafik kedua persamaan ini. Akan tetapi
garis pada grafik 3.2 tersebut masih berupa garis sebuah batasan dan tidak
menunjukkan seluruh batasan seperti gambar 3.3.
#
! ≤
! ≤
a b
Gambar 3.3 Grafik dengan daerah batasan
.- $ / +
• Untuk menguji ketepatan dari daerah batasan, cek setiap satu titik yang berada di
dalam dan di luar daerah. Sebagai contoh, ambil dua buah titik A dan B, masing
masing berada di dalam dan di luar daerah, seperti dapat dilihat pada gambar 3.3a.
Titik uji A pada gambar 3.3a, yang merupakan perpotongan dari x1 = 10 dan x2 =
10. Masukkan nilai nilai ini ke dalam batasan tenaga kerja, sehingga diperoleh hasil
sebagai berikut.
10 + 2x (10) ≤ 40
30 ≤ 40
• Titik B jelas berada di luar daerah batasan karena nilai x1 dan x2 menghasilkan
kuantitas 100, yang melebihi 40. Hal yang sama juga dapat dilakukan pada gambar
3.3b, sehingga kombinasi dari kedua garis tersebut dapat dilihat pada grafik 3.4.
Daerah batasan kedua
model grafik
• Sekarang perhatikan gambar 3.5. Daerah di dalam garis tebal pada gambar 3.5
merupakan daerah yang berlaku untuk batasan kedua model karena daerah ini
merupakan satu satunya daerah dalam grafik yang berisi nilai nilai yang dapat
memenuhi kedua batasan secara simultan (daerah solusi yang layak).
• Beberapa titik dalam daerah solusi yang layak akan menghasilkan laba maksimum
bagi perusahaan tersebut.
d. . .
Langkah berikutnya adalah menentukan titik dalam daerah solusi yang layak yang
menghasilkan laba terbesar.
• Untuk memulai menganalisis solusi, . .
. Sebagai contoh, jika laba Z adalah 80,
fungsi tujuannya adalah sebagai berikut.
80 = 4x1+5 x2
• Seperti halnya garis batasan, persamaan ini juga digambarkan sebagai garis seperti
pada gambar 3.6.
" !
• Selanjutnya geser garis tersebut menjauhi titik origin (0,0). Laba meningkat jika
fungsi tujuan menjauhi titik (0,0). Laba maksimum yang akan dicapai adalah pada
titik dimana garis fungsi tujuan merupakan yang terjauh dari titik pangkal dan
masih menyentuh suatu titik dalam daerah solusi yang layak.
• Dari gambar 3.6 didapatkan bahwa solusi optimal dicapai di titik B.
Langkah ketiga dalam pendekatan solusi grafik adalah mencari nilai x1 dan x2 ketika
titik solusi optimal diperoleh. Koordinat x1 dan x2 dapat langsung diperoleh dari grafik
seperti gambar 3.8 adalah x1 =24 dan x2 = 8. Dengan demikian fungsi tujuan
Z= 4 x 24 + 5 x 8 = 136.
#
• Secara umum, solusi grafik masalah minimasi mempunyai cara yang sama dengan
masalah maksimasi, kecuali untuk sedikit perbedaan.
! "
! "
• Langkah berikutnya adalah menentukan titik optimal. Solusi optimal untuk masalah
minimasi adalah juga pada batasan daerah solusi yang layak, akan tetapi batas daerah
solusi terdiri dari titik titik terdekat dari titik pangkal (titik orijin).
• Solusi optimal terdapat pada salah satu titik yang terekstrim pada batas daerah solusi.
Dalam hal ini titik sudut yang menunjukkan tingkat ekstrim pada batas solusi yang
terdekat pada titik pangkal, tiga titik sudut A, B, dan C dan garis fungsi tujuan.
• Pada saat fungsi tujuan bergeser mengarah ke titik pangkal, titik terakhir yang
tersentuh dalam daerah solusi adalah titik yang layak. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai terendah telah dicapai.
• Langkah terakhir dalam pendekatan solusi secara grafik adalah mencari nilai x1 dan x2
pada titik A.
• Solusi optimalnya adalah dengan mensubstitusikan nilai A pada fungsi tujuan
Z = 6x1 + 3x2 (Coba Anda hitung sendiri!)
C. Tugas
2. memaksimumkan Z = 5 x1 + x2
terbatas pada
3x1 + 4 x2 = 24
x1 ≤ 8
x1 + 3x2 ≤ 12
x1 , x2 ≥ 0
3. meminimumkan Z = 8 x1 + 6 x2
terbatas pada
4x1 + 2x2 ≤ 20
6x2 + 4x2 ≤ 12
x1 + x2 ≥ 6
x1 , x2 ≥ 0
4. meminimumkan Z = 5 x1 + 2 x2
terbatas pada
6 x1 + x2 ≥ 6
4 x1 + 3 x2 ≥ 2
x1 + 2 x2 ≥ 4
x1 , x2 ≥ 0
4. Programa Linier: Solusi Simplex
B. Uraian Materi
1. Pendahuluan
.
• Metode simplex memberikan suatu prosedur standar untuk mentransformasikan
batasan pertidaksamaan berjenis ≤ ke dalam bentuk persamaan (=).
• Transformasi ini dicapai dengan cara menambahkan suatu variabel baru yang
dinamakan dengan variabel . ( ), diberi notasi s, dari sisi kiri
batasan ( ).
" & ' : Penambahan Variabel Slack
*
" & # Formulasi Model Programa Linier Dengan Penambahan Variabel Slack
Kembali pada contoh permasalahan sebelumnya, kasus Perusahaan Tembikar PT. XYZ
dengan formulasi model berikut:
• Penambahan suatu variabel pengurang (s) pada setiap pertidaksamaan batasan di atas
akan menghasilkan persamaan persamaan berikut:
x1 + 2x2 + s1 = 40 jam tenaga kerja
4x1 + 3x2 + s2 = 120 kg tanah liat
• Dari contoh di atas, x1 = 5 genteng dan, x2 = 10 bata mencerminkan suatu solusi yang
belum menggunakan seluruh jumlah jam tenaga kerja dan tanah liat.
• Untuk membuat 5 genteng dan 10 bata hanya memerlukan 25 jam tenaga kerja. Hal ini
berarti masih ada 15 jam tenaga kerja yang belum terpakai. Begitu juga dengan tanah
liat yang digunakan untuk memproduksi 5 genteng dan 10 bata masih menyisakan 70
kg tanah liat.
• Dengan demikian, secara umum . .
-
• Dalam contoh di atas, s1 mencerminkan jumlah jam tenaga kerja yang belum terpakai,
sedangkan s2 mencerminkan jumlah kg tanah liat yang belum terpakai.
• Sumber sumber yang tidak terpakai secara penuh akan muncul pada saat x1 = 0 dan x2
= 0 (di titik orijin (0,0). Dengan demikian jika nilai x1 = 0 dan x2 = 0 tersebut
disubstitusikan ke persamaan batasan model, maka hasilnya adalah
x1 + 2x2 + s1 = 40 0 + 2.(0) + s1 = 40
4x1 + 3x2 + s2 = 120 4.(0) + 3. (0) + s2 = 120
• Karena tidak ada produksi pada titik orijin (titik asal (0,0)), berarti semua sumber
sumber daya tersebut tidak terpakai, jadi variabel pengurang sama dengan jumlah total
tiap sumber yang tersedia, yaitu: s1 = 40, s2 = 120.
0 -
Pertimbangan berikutnya adalah efek dari variabel variabel pengurang yang baru ini
terhadap fungsi tujuan. Fungsi tujuan dalam contoh tersebut adalah:
Z = Rp (4x1+5 x2)
• Koefisien 4 dan 5 merupakan masing masing merupakan kontribusi laba untuk tiap
genteng dan bata. Lalu apa kontribusi dari variabel s1 dan s2?
• Variabel .
.
• Laba baru akan diperoleh hanya jika sumber sumber digunakan untuk menghasilkan
genteng dan bata.
• Dengan menggunakan variabel pengurang, fungsi tujuan dapat dituliskan sebagai
berikut:
Memaksimumkan Z = 4x1 + 5 x2 + 0.s1 + 0.s2
1 -
Seperti pada variabel keputusan (x1 dan x2), variabel juga hanya dapat memiliki nilai
non negatif karena sumber yang bernilai negatif adalah tidak mungkin.
• Dengan demikian maka untuk formulasi model ini, non negatifnya adalah:
x1 , x2 , s1 , s2 ≥ 0
• Formulasi model Programa Linier sekarang untuk kasus contoh di atas adalah
memaksimumkan Z = 4x1+5 x2 + 0s1 + 0s2
terbatas pada x1 + 2x2 + s1 = 40
4x1 + 3x2 + s2 = 120
x1 , x2 , s1 , s2 ≥ 0
• Setelah kedua batasan ini diubah ke dalam bentuk persamaan, maka untuk menentukan
nilai dari variabel pada tiap titik solusi persamaan persamaan batasan dapat dipecahkan
secara simultan.
• Pada contoh tersebut, terdapat dua persamaan dengan empat variabel yang tidak
diketahui (yaitu: $&' &* + $'
*+), suatu situasi yang membuat solusi simultan secara langsung tidak memungkinkan.
Perhatikan kembali kedua persamaan batasan contoh di atas.
x1 + 2x2 + s1 = 40
4x1 + 3x2 + s2 = 120
• &
.
• Jumlah variabel yang diberi nilai nol adalah n,m, dimana
sedangkan (
!).
• Untuk contoh model ini berarti n = 4 variabel dan m = 2 batasan, sehingga dua dari
empat variabel tersebut diberi nilai nol (yaitu, 4 – 2 = 2).
• Sebagai contoh, misalkan x1 = 0 dan s1 = 0, maka kedua persamaan batasan tersebut
akan menghasilkan seperti di bawah ini.
x1 + 2x2 + s1 = 40
0 + 2x2 + 0 = 40
x2 = 40
dan
4 x1 + 3 x2 + s2 = 120
4.(0) + 3 (40) + s2 = 120
s2 = 60
• Solusi ini berhubungan dengan titik A pada gambar 4.1. Grafik pada gambar 4.1
memperlihatkan bahwa pada titik A, dimana x1 = 0, x2 = 20, s1 = 0, dan s2 = 60 adalah
solusi yang diperoleh jika diselesaikan dengan memecahkan persamaan simultan.
• Solusi ini nyata sebagai suatu solusi fisibel dasar.
! ! "
"
" "
" "
" "
" "
"
"
! ! "
"
#
"
"
"
"
% $
Gambar 4.1 Solusi pada titik titik A, B, C, dan D
• Suatu solusi fisibel dasar adalah solusi yang memenuhi batasan model.
•
.
• Biasanya, sebanyak m variabel mempunyai nilai solusi yang positif, namun, bila satu
dari m variabel mempunyai nilai nol, solusi fisibel dasar dinyatakan mengalami
.
• Langkah langkah metode simplex dilakukan dalam suatu kerangka tabel, atau disebut
dengan tabel simplex.
• Tabel simplex adalah +
• Tabel ini juga mengatur model ke dalam suatu bentuk yang memungkinkan untuk
penerapan langkah langkah matematis menjadi lebih mudah.
• Bentuk umum tabel simplex awal dengan judul kolom dan baris diperlihatkan pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1 Tabel Awal (Secara Umum)
cj
Variabel Kuantitas
x1 ... xn ... s1 ... sn
dasar (solusi)
zj
cj zj
Langkah 1: .
Untuk persoalan Perusahaan Tembikar PT. XYZ, hasil transformasi modelnya adalah
sebagai berikut. (lihat & #)
Langkah 2: + !
.
• Tabel simplex awal untuk model Perusahaan Tembikar PT. XYZ, dengan berbagai
judul kolom dan baris diperlihatkan pada tabel 4.2.
Langkah 3: , ) !
Tabel 4.2 Tabel Simplex
cj
Variabel Kuantitas
dasar (solusi) x1 x2 s1 s2
& ' (& '
) ' * +
,- +
, , ,
zj
cj zj
1) Tahap pertama dalam mengisi tabel 4.2 adalah menuliskan variabel variabel model
sepanjang . Kedua variabel keputusan ditulis terlebih dahulu
dengan mengikuti urutan besarnya subskripnya, diikuti dengan variabel pengurang
yang juga ditulis mengikuti urutan besarnya subskripnya. Langkah ini menghasilkan
suatu baris berisi x1 , x2 , s1 , s2 dalam tabel 4.2.
2) Tahap berikutnya adalah menentukan suatu solusi fisibel dasar. Dengan kata lain, dua
variabel manakah yang akan membentuk solusi fisibel dasar dan variabel mana yang
akan diberi nilai nol?
• & 2
.
• Pada titik orijin tersebut (x1 = 0 dan x2 = 0), yang merupakan variabel variabel dalam
! untuk kasus ini adalah s1 dan s2. Dengan demikian, jika nilai x1 = 0
dan x2 = 0, maka kita substitusikan nilai nilai tersebut pada kedua persamaan batas,
hasilnya adalah
x1 + 2x2 + s1 = 40 0 + 2.(0) + s1 = 40
s1 = 40 jam
• Dengan kata lain, pada titik orijin, dimana tidak ada produksi, semua sumber sumber
tersebut tidak terpakai, dan variabel s1 dan s2, yang membentuk solusi fisibel dasar.
• Dalam tabel 4.3 ditulis di bawah kolom variabel dasar dengan nilai nilainya masing
masing 40 dan 120 ditulis di bawah kolom kuantitas ( ).
• Karena tabel simplex awal selalu dimulai dengan solusi pada titik orijin, maka
variabel variabel dasar pada titik orijin adalah variabel pengurang, s1 dan s2.
• 3
-
• Selanjutnya isi nilai cj, yaitu: koefisien koefisien fungsi tujuan, yang mencerminkan
kontribusi pada keuntungan (atau biaya) untuk setiap variabel xj atau sj pada fungsi
tujuan. Sepanjang baris teratas dimasukkan nilai nilai cj , yaitu 4, 5, 0, dan 0 untuk
setiap variabel, seperti ditunjukkan pada tabel 4.4.
• Nilai nilai cj pada sisi kiri tabel adalah kontribusi keuntungan dari variabel variabel
yang termasuk pada solusi fisibel dasar, dalam hal ini s1 dan s2. Variabel variabel ini
dituliskan pada sisi kiri tabel dengan tujuan digunakan untuk menghitung nilai pada
baris zj.
• Kolom kolom di bawah tiap variabel (x1 , x2 , s1 , s2) mengikuti koefisien variabel
keputusan dan variabel pengurang dalam persamaan batasan model, dan hasilnya
dapat dilihat pada tabel 4.5.
4
• Nilai pada baris zj dihitung dengan jalan mengalikan tiap nilai kolom cj (pada sisi kiri)
dengan tiap kolom variabel (di bawah x1, x2, s1, dan s2), dan kemudian menjumlahkan
tiap set nilai nilai ini satu persatu. Nilai zj ini ditunjukkan dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6 Tabel Simplex dengan nilai nilai cj
cj 4 5 0 0
Variabel Kuantitas
dasar x1 x2 s1 s2
0 s1 40 1 2 1 0
0 s2 120 4 3 0 1
zj 0 0 0 0 0
cj zj / 8)
"
Nilai baris zj di bawah kolom kuantitas; nilai baris zj di bawah kolom x1
cj kuantitas cj x1
0 X 40 =0 0 x 1 =0
0 X 120 =0 0 x 4 =0
zq =0 zq =0
. 4
• Baris cj zj dihitung dengan jalan mengurangkan nilai baris zj dari nilai nilai baris
(teratas) cj. Sebagai contoh, pada kolom x1, nilai cj zj dihitung sebagai 4 – 0 = 4. Nilai
ini seperti juga nilai cj zj lainnya ditunjukkan pada tabel 4.7.
• Tabel 4.7 adalah tabel simplex awal yang lengkap dengan semua nilai yang telah terisi.
Tabel 4.7 mencerminkan solusi pada titik orijin, dengan nilai x1 = 0, x2 = 0, s1 = 40 dan
s2 = 120.
• Solusi ini jelas tidak optimal karena tidak ada keuntungan yang diperoleh. Jadi kita
ingin berpindah ke suatu titik solusi yang akan memberikan solusi lebih baik. Dengan
kata lain, kita ingin memproduksi salah satu dari beberapa genteng (x1) atau beberapa
bata (x2).
! 5 -
• Pada umumnya, nilai pada baris cj zj mencerminkan kenaikan bersih per unit variabel
non dasar yang masuk ke dalam solusi dasar.
• Secara alamiah, kita ingin memperoleh sebanyak mungkin keuntungan, mengingat
tujuan utamanya adalah memaksimumkan laba.
• Dengan demikian, kita memasukkan variabel yang akan memberikan kenaikan bersih
terbesar terhadap laba per unit.
• Pada tabel 4.8 kita )#
karena variabel tersebut memiliki kenaikan bersih terbesar terhadap laba per unit, dan
merupakan nilai positif tertinggi pada baris cj zj.
• .
-
& '
• Kolom x2 yang diberi garis terang pada tabel 4.8 disebut kolom pemutar (pivot
column).
5
• Dalam contoh permasalahan ini, setiap solusi fisibel dasar hanya terdiri dari dua
variabel yang diberi nilai nol, dan satu dari dua variabel dasar yang ada, s1 atau s2 akan
meninggalkan solusi dan menjadi nol.
• Untuk menentukan variabel dasar mana yang harus keluar menjadi variabel non dasar
dalam metode ini, caranya adalah dengan mencari nilai terkecil dari hasil
pembagian antara nilai kuantitas dari variabel solusi dasar terhadap nilai koefisien dari
kolom pemutar.
• Dengan demikian maka, variabel dasar yang keluar pada tabel 4.8 adalah variabel s1.
Baris s1 yang diarsir terang pada tabel 4.8 dinyatakan sebagai baris pemutar (pivot
row).
• .
1
Tabel 4.9 memperlihatkan tabel simplex ke dua dari variabel solusi dasar fisibel
yang baru, yaitu x2 dan s2 berikut koefisien cj yang berhubungan.
Tabel 4.9 Variabel Dasar dan nilai cj untuk tabel Simplex Kedua
cj 4 5 0 0
Variabel Kuantitas
Dasar x1 x2 s1 s2
5 x2
0 s2
zj
cj zj
• Nilai baris yang beragam dalam tabel kedua dihitung menggunakan beberapa formula
simplex.
1. Untuk baris x2 yang disebut baris pemutar tabel baru, dihitung dengan membagi tiap
nilai dalam baris pemutar pada tabel pertama terhadap angka pemutar.
nilai baris pemutar " (nilai baris pemutar tabel lama /angka pemutar)
tabel baru
2. Untuk menghitung nilai baris lainnya (dalam hal ini hanya ada satu baris) digunakan
formula yang berbeda.
Tabel simplex kedua diselesaikan dan dilengkapi dengan jalan menghitung baris zj
dan cj – zj sama seperti perhitungan pada tabel pertama.
Baris zj dihitung dengan jalan menjumlahkan hasil kali nilai kolom cj dengan semua
nilai kolom lainnya.
Kolom
kuantitas zq = (5) . (20) + (0) . (60) = 100
x1 z1 = (5) . (1/2) + (0) . (5/2) = 5/2
x2 z2 = (5) . (1) + (0) . (0) = 5
s1 z3 = (5) . (1/2) + (0) . ( 3/2) = 5/2
s2 z4 = (5) . (0) + (0) . (1) = 0
Nilai baris zj dan nilai baris cj zj dimasukkan ke dalam tabel untuk melengkapi tabel
simplex kedua yang ditunjukkan dalam tabel 4.11.
Tabel 4.11 di atas masih belum memberikan solusi optimal. Untuk mendapatkan tabel
simplex solusi optimal, langkah langkah seperti sebelumnya perlu dilakukan.
&6
• Untuk menentukan variabel non dasar yang masuk menjadi variabel dasar dan variabel
dasar yang keluar menjadi variabel non dasar, dilakukan perhitungan seperti
sebelumnya.
1. Menentukan variabel yang masuk
Variabel non dasar yang masuk ditentukan dengan cara mencari nilai baris cj zj
yang tertinggi, seperti dapat dilihat pada tabel 4.12.
2. Variabel yang keluar
Variabel dasar yang keluar ditentukan dengan cara membagi nilai kuantitas dari
variabel solusi dasar terhadap nilai kolom pemutar. Dan variabel dasar yang keluar
adalah variabel yang mempunyai hasil bagi nonnegatif terkecil, seperti dapat dilihat
pada tabel 4.12.
Baris pemutar tabel baru (x1) dalam tabel simplex ketiga dihitung dengan
menggunakan formula yang sama seperti sebelumnya.
Jadi semua nilai nilai baris pemutar lama dibagi dengan 5/2 sebagai angka pemutar,
hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.13.
Nilai nilai baris lainnya (x2) dihitung seperti yang diperlihatkan pada tabel .
Perhitungan Nilai Baris x2 yang Baru
Nilai nilai yang baru ini, seperti baris zj dan nilai baris cj zj yang baru, diperlihatkan dalam
tabel ke tiga yang lengkap dalam tabel 4.14.
• Untuk menentukan variabel yang masuk berdasarkan pengamatan pada baris cj zj, kita
lihat bahwa suatu variabel non dasar tidak akan menghasilkan kenaikan bersih positif
terhadap laba dimana semua nilai baris cj zj pada saat itu nol atau negatif. Ini berarti
solusi optimal telah tercapai.
Jadi solusinya adalah
x1 = 24 genteng
x2 = 8 bata
Z = Rp 136
C. Tugas
1. Perusahaan XYZ menghasilkan dua macam jenis barang, yaitu Produk I dan Produk
II. Untuk memproduksi setiap unit Produk I diperlukan bahan baku A sebanyak 1
satuan, bahan baku B sebanyak 2 satuan. Sedangkan untuk memproduksi setiap unit
Produk II diperlukan bahan baku A sebanyak 1 satuan, bahan baku B sebanyak 1
satuan. Jumlah bahan baku yang disediakan perusahaan masing masing sebanyak
600 satuan untuk bahan baku A dan sebanyak 1000 satuan untuk bahan baku B.
Harga jual setiap produk masing masing adalah Produk I sebesar 150 satuan dan
Produk II sebesar 100 satuan. Anda diminta bantuan untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
B. Uraian Materi
1. Pendahuluan
• Secara umum, langkah langkah metode simplex yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya digunakan untuk semua tipe masalah programa linier.
• / 0 )
" 1 ' Penyelesaian masalah minimasi progama linier menggunakan metode simplex.
Diketahui formulasi model Programa Linier minimasi sebagai berikut.
Meminimumkan Z = 6x1 + 3x2
terbatas pada
2 x1 + 4 x2 ≥ 16
4 x1 + 3 x2 ≥ 24
x1 , x2 ≥ 0
Cari solusinya menggunakan Metode Simpleks
%
7 dari proses simplex adalah mengubah semua batasan pertidaksamaan ≥
ke bentuk persamaan (=) dengan ( )
dan ! .
•
.
• Dengan demikian transformasi model masalah minimasi secara lengkapnya adalah:
• Pembentukan tabel simplex awal untuk model minimasi dilakukan dengan cara yang
sama seperti untuk model maksimasi, . . .
• Pada baris akhir tabel simplex, tidak lagi menghitung cj – zj , melainkan menghitung
zj – cj, yang mencerminkan penurunan biaya per unit bersih, dan kemudian dipilih
nilai positif terbesar untuk penentuan variabel yang masuk dan kolom pemutar.
• Pilihan lain, kita tetap dapat menghitung cj – zj dan tetap kita memilih nilai negatif
terbesar sebagai kolom pemutar.
• Namun agar tetap konsisten dalam aturan untuk memilih kolom pemutar, kita akan
tetap menggunakan zj – cj.
& 2
• Tabel simplex awal model minimasi di atas ditunjukkan pada tabel 5.1. (Catatan: lihat
cara memasukkan parameter,parameter seperti contoh pada bab 4 sebelumnya)
cj Variabel Kuantitas 6 3 0 0 M M
dasar (solusi)
x1 x2 s1 s2 A1 A2
M A1 16 2 4 1 0 1 0
M A2 24 4 3 0 1 0 1
zj 40 M 6M 7M M M M M
zj cj 6M 6 7M 3 M M 0 0
• Pada tabel 5.1, kolom x2 dipilih sebagai kolom pemutar karena 7M 3 adalah nilai
positif terbesar pada baris zj – cj, (&* ).
• A1 dipilih sebagai variabel dasar yang keluar (baris pemutar) karena hasil bagi sebesar
(16/4) = 4 untuk baris ini merupakan nilai positif terendah. ( '
)
&
• Tabel simplex kedua dibentuk menggunakan formula simplex yang telah diperkenalkan
pada bab 4, ditunjukkan pada tabel 5.2.
&
• Pada tabel 5.3 tabel simplex ketiga, x1 menggantikan A2.
• Kedua kolom A1 dan A2 telah dihilangkan karena kedua variabel artifisial tersebut telah
meninggalkan solusi.
• Sampai di sini (tabel 5.3) solusi optimal belum dipenuhi, karena pada baris zj – cj masih
ada yang bernilai positif. (solusi optimal terpenuhi jika nilai (zj – cj) semuanya nol atau
negatif.
• Pada tabel 5.3, kolom s1 dipilih sebagai kolom pemutar karena 3/5 adalah nilai positif
terbesar pada baris zj – cj.
• x1 dipilih sebagai variabel dasar yang keluar (baris pemutar) karena baris tersebut
memiliki rasio positif terkecil sebesar 16.
• Dalam pemilihan baris ini, nilai 4 untuk baris x2 tidak diperhitungkan karena yang
dipilih adalah nilai positif atau nol. Jika yang dipilih baris x2 hal ini akan menyebabkan
s1 memiliki nilai kuantitas yang negaitf pada tabel keempat, dan nilai ini tidak layak.
&6
• Tabel 5.4 merupakan tabel simplex yang optimal, dimana tidak satupun terdapat nilai
positif pada baris zj – cj. Solusi optimalnya adalah
x1 = 0
s1 = 16
x2 = 8
s2 = 0
Z = 24
1
x1 , x2 , s1 , s2 , A1, A2 ≥ 0
7 membuat tabel simplex awal. Tabel 5.5 merupakan tabel simplex awal.
• x2 adalah variabel yang masuk (nilai cj – zj nya paling besar); A2 adalah variabel
yang keluar (perbandingan antara kuantitas/koefisien kolom pemutar yang
berhubungan paling kecil; 80/8=10).
• Tabel 5.6 adalah tabel simplex kedua.
• x1 adalah variabel yang masuk (nilai cj – zj nya paling besar) ; s2 adalah variabel
yang keluar (perbandingan antara kuantitas/koefisien kolom pemutar yang
berhubungan paling kecil; 20/1).
• Tabel 5.7 adalah tabel simplex ketiga.
• s1 adalah variabel yang masuk (nilai cj – zj nya paling besar); A1 adalah variabel
yang keluar (perbandingan antara kuantitas/koefisien kolom pemutar yang
berhubungan paling kecil; 5/(1/8)).
• Tabel 5.8 adalah tabel simplex optimal.
• Ada beberapa masalah khusus program linier yang akan dijelaskan berikut, yaitu
permasalahan permasalahan , ,
.
$
Gambar 5.1 Solusi optimal majemuk model PT XYZ.
C. Tugas
Kerjakan latihan latihan soal di bawah menggunakan solusi simplex!
1. Meminimumkan Z = 5 x1 + 2 x2
terbatas pada
6 x1 + x2 ≥ 6
4 x1 + 3 x2 ≥ 2
x1 + 2 x2 ≥ 4
x1 , x2 ≥ 0
2. Meminimumkan Z = 2x1 + 3x2
terbatas pada
2x1 + 3x2 ≤ 1
x1 + x2 = 2
x1 , x2 ≥ 0
3. Meminimumkan Z = 20x1 + 10x2
terbatas pada
x1 + x2 = 150
x1 ≥ 40
x2 ≥ 20
x1 , x2 ≥ 0
4. Memaksimumkan Z = x1 + x2
terbatas pada
x1 x2 ≥ 1
x1 + 2x2 ≤ 4
x1 , x2 ≥ 0
6. Analisis Post Optimal
B. Uraian Materi
1. Pendahuluan
• Begitu solusi suatu masalah Programa Linier telah ditemukan, mungkin kita
cenderung untuk berhenti menganalisis model tersebut. Analisis lebih jauh atas solusi
optimal akhir justru dapat menghasilkan informasi yang lebih berguna.
• Solusi optimal dari suatu model programa linier dapat dianalisis dengan dua cara,
yaitu:
a. Merumuskan dan menginterpretasikan dari model.
b. Menganalisis dampak yang terjadi pada solusi optimal atas perubahan
perubahan yang terjadi pada koefisien koefisien batasan model dan fungsi
tujuan. Proses ini dikenal dengan .
• Dual adalah suatu bentuk alternatif model berisi informasi mengenai nilai nilai sumber
yang biasanya membentuk sebagai batasan model.
• Setiap model programa linier mempunyai dua bentuk: Primal dan Dual.
• Bentuk asli dari progama linier disebut .
• Contoh model pada bab bab sebelumnya adalah model model primal.
• Dual adalah bentuk alternatif model yang dikembangkan sepenuhnya dari bentuk
primal.
Kebutuhan sumber
Sumber Meja Kursi Jumlah yang
tersedia
Tenaga Kerja 2 jam 4 jam 40 jam
Kayu 18 kubik 18 kubik 216 kubik
Gudang penyimpanan 24 m2 12 m2 240 m2
Perusahaan ingin mengetahui berapa banyak meja dan kursi yang harus diproduksi untu
memaksimumkan keuntungan. Model tersebut diformulasikan sebagai berikut:
Memaksimumkan Z = 160 x1 + 200 x2
Terbatas pada:
2 x1 + 4 x2 ≤ 40 jam tenaga kerja
18 x1 + 18 x2 ≤ 216 kubik kayu
24 x1 + 12 x2 ≤ 240 m2 tempat penyimpanan
x1 , x2 ≥ 0
dimana
x1 = jumlah meja yang diproduksi
x2 = jumlah kursi yang diproduksi
Dalam model tersebut merupakan model maksimasi untuk mendapatkan nilai laba
sebanyak banyaknya.
Dalam model dual ini yang analisis ditinjau dengan meminimumkan biaya sekecil
kecilnya.
• Hubungan khusus antara primal dan dual yang diperlihatkan pada contoh di sini adalah
sebagai berikut.
1) . ' 0 # 0 $ berhubungan dengan batasan model primal. Untuk setiap
batasan dalam primal terdapat satu variable dual. Sebagai contoh, dalam kasus ini
primal mempunyai tiga batasan, karena itu dual memiliki tiga variabel keputusan.
2) Nilai kuantitas pada sisi kanan pertidaksamaan batasan primal merupakan koefisien
fungsi tujuan dual. Nilai nilai batasan primal, yaitu 40, 216, dan 240 membentuk
fungsi tujuan dual:
Z = 40 y1 + 216 y2 + 240 y3
3) Koefisien batasan model primal merupakan koefisien variable keputusan dual.
Contoh batasan tenaga kerja dalam primal mempunyai koefisien 2 dan 4. Nilai nilai
ini merupakan koefisien variable y1 dalam batasan model dual: 2 y1 dan 4 y1
4) Koefisien fungsi tujuan primal, yaitu 160 dan 200 mewakili kebutuhan batasan
model (nilai kualitas pada sisi kanan batasan) dual.
• Hubungan antara primal dual dapat diamati dengan cara membandingkan
bentuk kedua model tersebut seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Primal Dual
Memaksimumkan Meminimumkan
Terbatas pada:
Terbatas pada
2 x1 + 4 x2 ≤ 40
18 x1 + 18 x2 ≤ 216 2 y1 + 18 y2 + 24 y3 ≥ 160
24 x1 + 12 x2 ≤ 240
4 y1 + 18 y2 + 12 y3 ≥ 200
x1 , x2 ≥ 0 y1 , y2 , y3 ≥ 0
2
2 x1 + x2 ≥ 25
Sama halnya dengan batasan b.1, batasan terakhir (c) ini harus diubah ke dalam
bentuk batasan primal standar (kasus maksimasi batasan primal standar harus ≤ 0).
Untuk itu batasan terakhir harus dikalikan dengan bilangan ( 1), sehingga diperoleh
batasan primal standarnya adalah
2 x1 x2 ≤ 25
• Dengan demikian, maka model primal bentuk standar dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Memaksimumkan Zp = 10x1 + 6x2
Terbatas pada
x1 + 4 x2 ≤ 40
3x1 + 2 x2 ≤ 60
3x1 2 x2 ≤ 60
2 x1 x2 ≤ 25
x1 , x2 ≥ 0
4. Penggunaan Dual
• Manfaat utama dari dual bagi pengambil keputusan terletak pada informasi yang
dihasilkan, antara lain tentang sumber sumber model serta mereka dapat melihat
alternatif permasalahan dari sisi yang berbeda.
• Seringkali manajer tidak terlalu menaruh perhatian pada laba akan tetapi lebih pada
penggunaan sumber sumber karena manajer lebih sering mempunyai kendala atas
penggunaan sumber sumber daripada atas akumulasi laba.
• Solusi dual memberikan informasi kepada manajer mengenai nilai dari sumber sumber
yang terutama penting dalam pengambilan keputusan untuk menentukan apakah perlu
menambah sumber sumber serta biaya yang harus dikeluarkan untuk tambahan
tersebut.
5. Analisis Sensitivitas
• Setelah ditemukan penyelesaian optimal dari suatu masalah Programa Linier, kadang
kadang dirasa perlu untuk mengkaji lebih jauh berbagai kemungkinan seandainya
terjadi perubahan perubahan pada koefisien koefisien di dalam model pada saat tabel
optimal telah diseselaikan.
• Jika hal itu terjadi, seseorang dapat saja memutuskan untuk menghitung kembali dari
awal dengan masalah baru (karena perubahan koefisien tertentu).
• Tentu saja apabila cara ini dilakukan akan memakan waktu yang lama karena ia harus
menghitung segala sesuatunya kembali.
• Untuk menghindarinya biasanya digunakan suatu cara yang dinamakan analisis
sensitivitas, yang pada dasarnya memanfaatkan kaidah kaidah metode simplex primal
dual semaksimal mungkin.
• Karena analisis dilakukan setelah dicapainya penyelesaian optimal, maka analisis ini
sering disebut pula: ( .
• Tujuan analisis sensitivitas adalah mengurangi perhitungan perhitungan dan
menghindari perhitungan ulang, apabila terjadi perubahan perubahan satu atau
beberapa koefisien model Progama Linier pada saat penyelesaian optimal telah dicapai.
• Pada dasarnya perubahan perubahan yang mungkin terjadi setelah dicapainya
penyelesaian optimal terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a. Keterbatasan kapasitas sumber daya. Dengan kata lain, nilai kanan fungsi fungsi
batasan.
b. Koefisien koefisien fungsi tujuan.
c. Koefisien koefisien teknis fungsi fungsi batasan, yaitu koefisien koefisien yang
menunjukkan berapa bagian kapasitas sumber yang ”dikonsumsi” oleh satu satuan
kegiatan.
d. Penambahan variabel variabel baru.
e. Penambahan batasan baru.
C. Tugas
Buat Formulasi Model Dual dari Model Primal Berikut
1. Meminimumkan Z = 5 x1 + 2 x2
terbatas pada
6 x1 + x2 ≥ 6
4 x1 + 3 x2 ≥ 2
x1 + 2 x2 ≥ 4
x1 , x2 ≥ 0
3. Memaksimumkan Z = x1 + x2
terbatas pada
x1 x2 ≥ 1
x1 + 2x2 ≤ 4
x1 , x2 ≥ 0
7. Memaksimumkan Z = 4 x1 + 5 x2
terbatas pada
x1 + 2 x2 ≤ 10
6 x1 + 6 x2 ≤ 36
x2 ≤ 4
x1 , x2 ≥ 0
8. Meminimumkan Z = 8 x1 + 6 x2
terbatas pada
4 x1 + 2 x2 ≥ 10
6 x1 + 4x2 ≤ 12
x1 + x2 ≥ 6
x1 , x2 ≥ 0
B. Uraian Materi
1. Pendahuluan
Xmn
Sm Tn
Gambar 7.1 Model transportasi dari sebuah jaringan dengan m sumber dan n tujuan
2. Model Transportasi
• Model transportasi diformulasikan menurut karakteristik karakteristik unik
permasalahannya sebagai berikut:
a. Suatu barang dipindahkan dari sejumlah sumber ke tempat tujuan dengan biaya
seminimum mungkin.
b. Atas barang tersebut tiap sumber dapat memasok suatu jumlah yang tetap dan tiap
tempat tujuan mempunyai jumlah permintaan yang tetap.
• Meskipun model transportasi umum ini dapat diterapkan pada berbagai permasalahan,
namun yang paling lazim adalah penerapan pada transportasi barang.
• Persoalan transportasi merupakan bagian dari bentuk persoalan program linier khusus
yang disebut persoalan aliran jaringan kerja. Jaringan kerja adalah susunan titik
(disebut node) dan garis (disebut anak panah) yang menghubungkan node node.
• Contoh fisik jaringan kerja meliputi kota dan jalan yang menghubungkannya, jaringan
kerja distribusi air (anak panahnya adalah pipa dan nodenya adalah stasiun pemompaan
dan titik percabangan dari pipa besar ke pipa kecil).
Secara umum, model dalam persoalan transportasi dapat digambarkan dalam suatu
tabel yang menunjukkan sisi penawaran (kapasitas persediaan) dan jumlah permintaan,
serta biaya transportasi dari masing masing sumber ke masing masing tujuan.
Keterangan :
Si = Tempat ke i asal barang (sumber)
m = Jumlah tempat asal (sumber)
Tj = Tempat ke j, Tujuan Barang
n = Jumlah tempat tujuan
Xij = Jumlah barang yang akan didistribusikan dari sumber Si ke tujuan Tj
aij = Biaya distribusi 1 unit barang dari Si ke Tj
ai = Jumlah seluruh barang (kapasitas persediaan) dari Si
bj = Kapasitas Kebutuhan barang di Tj
x ij ≥ 0
Penyelesaian awal (pengisian tabel tahap pertama) dapat dilakukan dengan 3 cara:
a. Metode North West Corner
b. Metode Least Cost
c. Metode Vogel
3) Lakukan Cek Optimalisasi
a. Metode Stepping Stone
b. Modified Distribution Method (Modi)
4) Lakukan Perbaikan Tabel
5) Kembali ke Langkah 3
PABRIK DISTRIBUTOR
D E F
A 20 5 8
B 15 20 10
C 25 10 19
Tentukan pendistribusian yang optimal (jumlah pengiriman motor dari tiap pabrik ke tiap
distributor, dengan total biaya minimal)
%
Model Programa Linier dari masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.
X11 = Jumlah motor yang dikirim dari A ke D
X12 = Jumlah motor yang dikirim dari A ke E
X13 = Jumlah motor yang dikirim dari A ke F
X21 = Jumlah motor yang dikirim dari B ke D
X22 = Jumlah motor yang dikirim dari B ke E
X23 = Jumlah motor yang dikirim dari B ke F
X31 = Jumlah motor yang dikirim dari C ke D
X32 = Jumlah motor yang dikirim dari C ke E
X33 = Jumlah motor yang dikirim dari C ke F
Formulasi Model:
Meminimumkan Z = 20X11 + 5X12 + 8X13+ 15X21 + 20X22 + 10X23+ 25X31 +10X32+19 X33
Terbatas pada
X11 + X12 + X13 = 90
X21 + X22 + X23 = 60
X31 + X32 + X33 = 50
X11 + X21 + X31 = 50
X12 + X22 + X32 = 110
X13 + X23 + X33 = 40
X11, X12,..., X33 ≥ 0
Ke D E F Kapasitas
Dari Pabrik
ai
A 20 5 8 90
X11 X12 X13
B 15 20 10 60
X21 X22 X23
C 25 10 19 50
X31 X32 X33
Kebutuhan
Gudang 50 110 40
bj
• ! 9 $!9 +
Metode optimasi dari pojok kiri atas ke pojok kanan bawah.
a. Pengisian sel dimulai dari sudut kiri atas tabel (yaitu sel X11). Bandingkan
persediaan di S1 dengan kebutuhan di T1, yaitu masing masing a1 dan b1.
Cari X11 = min (a1, b1) pilih nilai paling minimal antara a1 dan b1.
• Bila a1 > b1, maka X11 = b1. Teruskan ke sel X12, kemudian tentukan nilai
X12 = min (a1 b1 , b2).
• Bila a1 < b1, maka X11 = a1. Teruskan ke sel X21, kemudian tentukan nilai
X21 = min (b1 – a1 , a2).
• Bila a1 = b1, buat X11 = b1. Teruskan ke sel X22.
b. Teruskan langkah tersebut, setahap demi setahap menjauhi sudut kiri atas, hingga
akhirnya harga telah dicapai pada sudut kanan bawah.
Ke D E F Kapasitas
Dari Pabrik (ai)
A 50 20 40 5 8 90
X11 X12 X13
B 15 60 20 10 60
X21 X22 X23
C 25 10 10 40 19 50
X31 X32 X33
Kebutuhan
Gudang 50 110 40
bj
• 7
Mencari dan memenuhi yang biayanya terkecil dulu
Cara ongkos baris terkecil
a. Kita mulai dari baris a1. Kita mencari ongkos terkecil pada baris ini. Misalkan
terjadi pada kolom Tk. Kemudian tentukan X1k = min (a1, bk).
Jika X1k = a1, tinggalkan baris a1 dan teruskan ke baris a2.
Jika X1k = bk, tinggalkan kolom Tk dan tentukan ongkos terkecil pada baris a1
kembali. Kalau ini terjadi pada kolom 1, maka buatlah X11 = min (a1 – b1k, b1).
Teruskan proses ini hingga baris a1 telah terpenuhi dan sesudah itu pindah ke baris
a2.
Ke D E F Kapasitas
Dari Pabrik (ai)
A 20 90 5 8 90
X11 X12 X13
B 20 15 20 40 10 60
X21 X22 X23
C 30 25 20 10 19 50
X31 X32 X33
Kebutuhan
Gudang bj 50 110 40
Z = 5 (90) + 10 (20) + 10 (40) + 15 (20) + 25 (30) = 450 + 200 + 400 + 300 + 750 = 2100
•
Metode Vogel merupakan metode yang lebih mudah dan lebih cepat untuk mengatur
alokasi dari beberapa sumber ke daerah tujuan.
Tahap tahap penyelesaian metode vogel adalah sebagai berikut:
a. Tentukan selisih ongkos terkecil dan kedua terkecil dari dan
Kebutuhan 50 110 50 = 60 40
Perbedaan 20 15 = 5 20 5=15 10 XAE=60
kolom 8=2 Hilangkan
kolom E
Kebutuhan 50 40
Perbedaan 20 15 = 5 10 8=2 XAF=30
kolom Hilangkan
baris A
B 15 10 60 15 10 = 5
Kebutuhan 50 XBD=50
(40 30)=10 XBF=10
Biaya Transportasinya adalah
Z = 10 (50) + 5 (60) + 8 (30) + 15 (50) + 10 (10) = 500+300+240+750+100 =1890
3) Cek Optimalitas
Cek optimalitas dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan Metode atau
Metode MODI (modified distribution)
•
Misalkan tabel awal yang digunakan adalah hasil dari metode NWC
Ke D E F Kapasitas
Dari Pabrik (ai)
A 50 20 40 5 8 90
B 15 60 20 10 60
C 25 10 10 40 19 50
Kebutuhan
Gudang bj 50 110 40
Perbaikan 2
Ke D E F Kapasitas
Dari Pabrik (ai)
A 20 90 50 5 40 8 90
X11 X12 X13
B 50 15 10 20 10 60
X21 X22 X23
C 25 10 50 10 40 19 50
X31 X32 X33
Kebutuhan
Gudang bj 50 110 40
Perbaikan 3
Ke D E F Kapasitas
Dari Pabrik (ai)
A 20 50 60 5 40 30 8 90
X11 X12 X13
B 50 15 10 20 10 10 60
X21 X22 X23
C 25 50 10 19 50
X31 X32 X33
Kebutuhan
Gudang 50 110 40
Bj
Karena harga cij sudah tidak ada yang negatif, maka tabel sudah optimal
• $ 5 +
a. Gunakan tabel awal (misalkan diambil dari tabel NWC)
Tabel awal (diambil dari metode NWC)
Ke D E F Kapasitas
Dari K1 K2 K3 Pabrik (ai)
A 50 20 40 5 8 90
R1
B 15 60 20 10 60
R2
C 25 10 10 40 19 50
R3
Kebutuhan
Gudang bj 50 110 40
A D = R1 + K1 = 20
A E = R1 + K2 = 5
B E = R2 + K2 = 20
C E = R3 + K2 = 10
C F = R3 + K3 = 19
Dari persamaan di atas, hitung K1 dan R1 dicari dengan cara memberi baris R1 = 0.
Nilai baris A = R1 = 0
Mencari nilai kolom K1:
R1 + K1 = C11
0 + K1 = 20, nilai kolom D = K1 = 20
Ke D E F Kapasitas
Dari K1=20 K2=5 K3=14 Pabrik (ai)
A 50 20 40 5 8 90
R1=0
B 15 60 20 10 60
R2=15
C 25 10 10 40 19 50
R3=5
Kebutuhan
Gudang bj 50 110 40
BD 15 – 15 – 20 20
CD 25 – 5 – 20 0
AF 8 – 0 – 14 6
BF 10 – 15 – 14 19
(Suatu sel dikatakan optimal jika indeks perbaikannya ≥ 0, jika belum pilih yang
negatifnya terbesar)
Ke D E F Kapasitas
Dari K1=20 K2=5 K3=14 Pabrik (ai)
A 50 20 40 90 5 8 90
R1=0 +
B 50 15 60 10 20 10 60
R2=15 +
C 25 10 10 40 19 50
R3=5
Kebutuhan
Gudang bj 50 110 40
Ke D E F Kapasitas
Dari K1=20 K2=5 K3=14 Pabrik (ai)
A 20 90 5 8 90
R1=0
B 50 15 10 20 10 60
R2=15
C 25 10 10 40 19 50
R3=5
Kebutuhan
Gudang 50 110 40
Bj
AD 20 – 0 – 20 0
AF 8– 0– 14 6
BF 10 – 15 – 14 19
CD 25–5 – 20 0
Ke D E F Kapasitas
Dari K1=20 K2=5 K3=14 Pabrik (ai)
A 20 60 5 30 8 90
R1=0
B 50 15 20 10 10 60
R2=15
C 25 50 10 19 50
R3=5
Kebutuhan
Gudang 50 110 40
Bj
AD 20 – 0 – 20 0
BE 20 2 5 13
CD 25 5 13 7
CF 19 5 8 6
C. Tugas
1. Sebuah perusahaan penggilingan beras memiliki 30 truk beras di Karawang dan 60 truk
di Cirebon. Sementara itu dari Bogor, Bandung dan Garut telah datang pesanan beras
masing masing 20, 36, dan 34 truk. Pimpinan perusahaan menginginkan suatu rencana
pengangkutan yang paling murah, berdasarkan ongkos angkutan seperti pada tabel
berikut (per truk):
Ke Bogor Bandung Garut
Dari
Karawang $42 $55 $60
Roma 38 10 18
Paris 34 22 25
B. Uraian Materi
1. Pendahuluan
• Model penugasan merupakan kasus khusus dari model transportasi, dimana
sejumlah m sumber ditugaskan ke sejumlah n tujuan (satu sumber untuk satu
tujuan), sedemikian sehingga didapat ongkos total yang minimum.
• Biasanya yang dimaksud dengan sumber adalah pekerja, sedangkan yang dimaksud
dengan tujuan adalah mesin/pekerjaan.
• Salah satu metode yang digunakan untuk Penugasan adalah metode Hungarian.
• Penggambaran umum persoalan penugasan dapat dilihat pada tabel 8.1
2
..
2. Masalah Minimasi
Berikut adalah contoh Penugasan Masalah Minimasi.
" 7'
• Suatu perusahaan mempunyai 4 karyawan dengan tingkat produktivitas berbeda
dan 4 jenis pekerjaan yang berbeda beda. Biaya penugasan tiap karyawan untuk
pekerjaan yang berbeda beda tersebut dapat dilihat pada tabel 8.2
B 14 16 21 17
C 25 20 23 20
D 17 18 18 16
B 14 16 21 17 '&
C 25 20 23 20 #8
D 17 18 18 16 '4
A 0 5 3 2=1 7
B 0 2 7 2=5 3
C 5 0 3 2=1 0
D 1 2 2 2=0 0 nilai 2 kolom
III
B 0 2 5 3
C 5 0 1 0
D 1 2 0 0
Dari tabel 8.6 ada tiga garis yang meliputi seluruh nilai nol dibandingkan
dengan empat baris atau kolom, sehingga masih diperlukan revisi matriks.
B 0 21 51 31
C 5 0 1 0
D 1 2 0 0
A 0 4 0 6
B 0 1 4 2
C 5 0 1 0
D 1 2 0 0
Dalam table 8.8 dibutuhkan 4 garis untuk meliput seluruh nilai nol atau sama
dengan jumlah baris/kolom, sehingga penugasan telah optimal.
3. Masalah Maksimasi
• Metode penugasan Hungarian untuk minimasi juga dapat diterapkan untuk
penugasan yang menyangkut maksimasi.
• Dalam masalah maksimasi, matriks elemen elemen menunjukkan tingkat
keuntungan (indeks produktivitas).
• Efektivitas pelaksanaan tugas oleh karyawan secara individual diukur dengan
jumlah kontribusi keuntungan.
" 7#
• Suatu perusahaan memiliki 5 karyawan dan masing masing karyawan tersebut
dapat mengerjakan 5 jenis pekerjaan yang ada di perusahaan tersebut. Adapun
keuntungan dari hasil pekerjaan mereka adalah berbeda beda, seperti dapat terlihat
pada tabel 8.9.
B 14 10 9 15 13
C 9 8 7 8 12
D 13 15 8 16 11
E 10 13 14 17 17
• Langkah Penyelesaian:
1. Seluruh elemen dalam setiap baris dikurangi dengan nilai maksimum dalam
baris yang sama. Prosedur ini menghasilkan matriks Opportunity Loss.
Karyawan
B 1 5 6 0 2
C 3 4 5 4 0
D 3 1 8 0 5
E 7 4 3 0 0
2. Dari hasil langkah 1, pilih elemen terkecil dari tiap tiap kolom untuk
mengurangi elemen elemen pada kolom yang sama, maka diperoleh matriks
total opportunity loss, seperti tabel 8.11.
B 0 4 3 0 2
C 2 3 2 4 0
D 2 0 5 0 5
E 6 3 0 0 0
Tabel 8.12 Matriks opportunity loss dengan jumlah garis = jumlah baris
Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)
I II III IV V
A 2 0 0 5 0
Karyawan
B 0 4 3 0 2
C 0 1 0 2 0
D 2 0 5 0 5
E 6 3 0 0 0
Hasil penyelesaian pada tabel 8.12 di atas telah optimal karena banyaknya
jumlah garis = banyaknya jumlah kolom = banyaknya jumlah baris.
4 Masalah Ketidakseimbangan
• Jika ada penambahan pekerjaan, akan tetapi tidak diimbangi penambahan pekerja,
maka dalam model Penugasan Hungarian, penyelesaiannya harus ditambah Variabel
Semu ( ).
• Pada contoh minimasi di atas ada penambahan pekerjaan V, sehingga harus
ditambah dengan Karyawan Semu supaya dapat dilakukan penyelesaian.
B 14 16 21 17 15
C 25 20 13 20 27
D 17 18 18 16 18
DummyE 0 0 0 0 0
C. Tugas
1. Sebuah perusahaan pengecoran logam mempunyai empat jenis mesin, yaitu M1, M2,
M3, dan M4. Setiap jenis mesin mempunyai kapasitas yang berbeda dalam
pengoperasiannya. Dalam minggu mendatang perusahaan medapatkan pesanan untuk
menyelesaikan empat jenis pekerjaan yaitu J1, J2, J3, dan J4. Biaya pengoperasian
setiap pekerjaan oleh keempat mesin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Mesin
M1 M2 M3 M4
J1 210 150 180 130
J2 140 160 200 190
Job
Produk
Celana Rok Hem Baju Safari
A 210 150 180 130
Karyawati
PELANGGAN
TEKNISI
Wing Andre Yani Kris
Rudi 3 6 7 10
Efer 5 6 3 8
Algi 2 8 4 16
Hasan 8 6 5 9
9. Teknik Perencanaan dan Jaringan Kerja:
Teori Jaringan Kerja
A. Tujuan Kompetensi Khusus
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik perencanaan dan jaringan kerja
B. Uraian Materi
1. Pendahuluan
• Manajemen Projek secara lambat laun telah menjadi suatu bidang baru dengan
berkembangnya dua teknik analisis yang dipergunakan untuk perencanaan,
penjadualan, dan pengawasan suatu projek, yaitu " (CPM) dan
9 +* : (PERT).
• Salah satu tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan waktu terpendek yang
diperlukan untuk merampungkan proyek, atau menentukan , yaitu jalur
dalam jaringan yang membutuhkan waktu penyeleseian paling lama.
• Penentuan itu sangat penting karena jalur itu meliputi kegiatan kegiatan yang
perlu diawasi secara sangat hati hati agar proyek diselesaikan pada waktunya.
$
Kegiatan C hanya dapat dimulai setelah kejadian
A dan B selesai. Kegiatan A dan B boleh
# berlangsung bersama sama; kegiatan A dan B
berakhir pada kejadian yang sama.
$
Bila dua kejadian yang dimulai pada kejadian
# yang sama dan berakhir pada kejadian yang
sama pula, maka kegiatan tersebut tidak boleh
berimpit.
benar
,# $
salah
$
Dalam suatu jaringan kerja tidak boleh
# terjadi suatu loop.
Nomor kejadian terkecil adalah nomor kejadian awal dan nomor kejadian
terbesar adalah nomor kejadian akhir.
" ;'
Suatu pabrik merencanakan untuk mengembangkan dan memasarkan komputer mini dari
jenis baru. Kegiatan pengembangan dan pemasaran dapat dilihat pada tabel 9.3.
%
Gambar diagram jaringan kerja tabel
' 1
C. Tugas
. ' . + * ' + * - '+ +5* + +*
- * + + - * 9 : 1 . ' . '+ )+
'+ 4 * + - '+ +* * 5+'+ +
* - .
' . 0 ' + 9 + ; '
& + 1 1 * (
# 1 * * '+ +5 +
$ 0 - + 5 + ; ' '
% 9 (+ & ; ' '
< < + * + * ; ' '
1 =) 0 ' * 5 + ; ' 0,
: + ; ' ,
*+
5 9 + 4 ' + 5 1,
: 5 +
> '+ * ) 5,
. ? ' * ) * ) - * 9: '+ .
(
#
$
% #,$
< %
@ <,?
?
. ? ' * ) * ) - * 9: '+ .
. Tabel 9.6 merupakan tabel yang memuat kegiatan perencanaan yang dibutuhkan untuk
membangun rumah. ' '+ )+ '+ 4 * + - '+ +*
* 5+'+ + * - .
. ? ' * ) * ) - * 9: '+ .
B. Uraian Materi
• Model jaringan CPM tersusun atas dua komponen utama, yaitu titik titik
(nokta/lingkaran) dan garis garis (cabang/anak panah). Garis menunjukan jenis
kegiatan dari suatu proyek, sementara titik menunjukan awal atau akhir suatu kegiatan,
atau biasa dinamakan .
Dalam analisis CPM, suatu lingkaran tertentu dikatakan terealisasi jika semua keiatan
yang berakhir pada lingkaran itu telah dirampungkan. Sebagai contoh, lingkaran 2
akan terealisasi pada akhir bulan ke 2 (setelah dua bulan). Pada waktu itu, pencarian
dana dapat dimulai. Pembangunan rumah dapat dimulai setelah bulan ke 3 berakhir.
Pada kasus ini pembangunan rumah dapat dirampungkan paling cepat pada akhir
bulan ke 9.
Gambar 10.1 Jaringan Pembangunan Rumah dan Waktu Kegiatan
• Ada suatu aturan dalam membuat model jaringan CPM, yaitu dua atau lebih kegiatan
tak dapat secara serentak berawal dan berakhir pada lingkaran yang sama. Sebagai
contoh perhatikan suatu proyek yang dijadualkan seperti pada tabel 10.1.
• Model jaringan yang ditunjukan pada Gambar 10.1 adalah salah karena menyimpang
dari aturan. Kesalahannya adalah bahwa b1 dan b2 muncul dari lingkaran a dan juga
berakhir pada lingkaran yang sama, yaitu lingkaran 3.
Gambar 10.1 Jaringan Pembangunan Rumah dan Waktu Kegiatan yang Salah
. $7 +
Telah disebutkan bahwa sasaran utama analisis CPM adalah menentukan waktu
terpendek yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek atau menentukan
waktu yang diperlukan untuk suatu jalur kritis, yaitu jalur waktu terlama.
Untuk menjelaskan lintasan kritis lihat lagi model jaringan terakhir. Jaringan
tersebut memiliki 4 pilihan jalur, sebut saja A,B,C dan D, seperti disajikan pada
tabel 10.2 (waktu kegiatan diletakan di atas anak panah).
3 2 0 1 1 1
B 1 2 3 4 5 6 7 8 bulan
3 1 3 1
C 1 2 4 6 7 8 bulan
3 1 1 1 1
D 1 2 4 5 6 7 7 bulan
Dengan menjumlahkan seluruh waktu kegiatan pada setiap jalur diperoleh panjang
jalur waktu.
Jalur A merupakan jalur waktu terlama, yaitu 9 bulan, maka jalur A merupakan
, sehingga waktu tersingkat untuk merampungkan proyek ini adalah 9
bulan.
• Penjadualan Kegiatan Atau Events
Analisis CPM juga bertujuan menentukan jadual kegiatan/ yang
menerangkan kapan kegiatan ini dimulai dan berakhir.
Penjadualan itu juga dapat digunakan untuk menentukan lintasan kritis (sekaligus
waktu minimum yang diperlukan untuk menyelsesaikan proyek) dan kegiatan apa
yang dapat ditunda dan berapa lama.
Dimana i adalah nomor lingkaran awal dari semua kegiatan yang berakhir ada
lingkaran j dan tij adalah waktu kegiatan i j
dimana j adalah lingkaran akhir dari semua kegiatan yang berawal pada lingkaran i
" '8 #
LT6 = min {LT7 – t67} = min {9 1} = 8 bulan
LT5 = min {LT6 – t56} = min {8 1} = 7 bulan
LT4 = min {LT6 – t46 , LT5 – t45}
= min {8 3 , 7 1}
= min 5 bulan
LT semua lingkaran pada kasdusau yang dipelajari disajikan pada Gambar 12.6
" '8 $
S12 = LT2 – ET1 – t12 = 3 – 0 – 3= 0
S23 = LT3 – ET2 – t23 = 5 – 3 – 2= 0
S34 = LT4 – ET3 – t34 = 5 – 5 – 0= 0
S46 = LT6 – ET4 – t46 = 8 – 5 – 3= 0
S67 = LT7 – ET6 – t67 = 9 – 8 – 1= 0
S24 = LT4 – ET2 – t24 = 5 – 3 – 1= 1
untuk seluruh kegiatan ditunjukan pada gambar 10.5. terlihat bahwa S24=1
artinya kegiatan 2 4 dapat tertunda 1 bulan, tanpa memperlambat penyelesaian
proyek.
Semua kegiatan kegiatan yang slacknya adalah nol berarti kegiatan kegiatan itu
tidak dapat ditunda jika proyek ingin diselesaiakan dengan waktu minimum.
Gambar 10.5 menunjukan bahwa semua kegiatan kritis memiliki slack tidak sama
dengan nol. Sementara semua kegiatan lainnya memiliki slack tidak sama dengan
nol. Kesimpulannya, akan meliputi seluruh kegiatan dengan
sama dengan nol.
Gambar 10.5 Jaringan Dengan Slack, Anak Panah Tebal
Menunjukkan Critical Path
Gambar 10.6 menunjukan bahwa S45 dan S56 adalah 1 bulan. Ini artinya, yang dapat
ditunda hanya salah satu kegiatan, yaitu 1 bulan, tetapi bukan kedua kegiatan
masing masing 1 bulan. Slack untuk kedua kegiatan ini dinamakan ,
artinya dua kegiatan berurut 4 5 dan 5 6 dapat tertunda 1 bulan tanpa
memperlambat penyelesaian proyek.
• 0 0 ( 0)
Waktu tercepat untuk bisa memulai pekerjaan, jadi sama dengan 0
• 7 2 0 ( 7)
Waktu yang paling lambat untuk dimulai suatu kegiatan, jadi sama dengan 7
C. Tugas
& + 1 1 * (
' 1 *
* '+ +5 +
0 0 - + 5 + ; ' '
9 (+ & ; ' '
< + * + * '
; '
1 =) 0 ' * 5 + ; ' 0,
: + ; ' ,
*+
5 9 + 4 ' 1,
+ 5
5 +
) '+ * ) 5,
. $ * - ,< , , 0*.
(
#
$
% #,$
< %
@ <,?
?
. $ * - ,< , , 0*.
B. Uraian Materi
Pada bab 11, waktu kegiatan ini diasumsikan diketahui dengan pasti, sehingga
merupakan suatu nilai tunggal atau model jaringan CPM yang merupakan model
deterministik.
Dalam prakteknya, waktu kegiatan demikian jarang ditemui. Pada umumnya,
projek yang disederhanakan dalam jaringan bersifat khas, karena itu sering tidak
memiliki dasar yang kuat untuk memastikan waktu kegiatan kegiatan yang terlibat.
Jika kasusnya waktu kegiatan merupakan variabel acak yang memiliki distribusi
, maka digunakan PERT sebagai pengganti CPM.
PERT mengasumsikan bahwa penyelesaian kegiatan mengikuti 0
dengan rata rata (tij) dan varian (vij) seperti berikut:
a + 4m + b
t ij =
6
2
b−a
v ij =
6
dimana
t = taksiran ekspektasi waktu (waktu yang diharapkan) akan terjadi
a = taksiran waktu yang optimistik
b = taksiran waktu yang pesimistik
m = taksiran waktu yang kebanyakan terjadi (modus)
Contoh 11.1
Tabel 11.1 merupakan perkiraan waktu kegiatan yang terlibat dalam pembangunan
rumah berikut rata rata dan variansinya. ET dan LT setiap lingkaran serta
ditunjukkan pada gambar 11.1. Dengan mengamati gambar 11.1 terlihat
bahwa meliputi kegiatan yang memiliki sama dengan nol yaitu
1 2 3 4 5 (anak panah tebal).
1 2 5 8 17 9 4
1 3 7 10 13 10 1
2 3 3 5 7 5 4/9
2 4 1 3 5 3 4/9
3 4 4 6 8 6 4/9
3 5 3 3 3 3 0
4 5 3 4 5 4 1/9
Gambar 11.1 Jaringan Dengan ET, dan LT dan Slack
Telah disebutkan bahwa waktu projek (tp) mengikuti distribusi normal yang
rata ratanya , adalah jumlah rata rata waktu kegiatan kritis, sehingga
= t12 +t23 + t24 + t25
=9 +5 + 6 + 4
= 24 minggu
Dan variannya, σ2, adalah jumlah varians waktu kegiatan kritis, sehingga
σ2 = v12+v23+v34+v45
= 4+4/9+4/9+1/9
= 5 minggu
Dengan asumsi waktu projek mengikuti distribusi normal dan nilai nilai
parameternya diketahui, maka dengan bantuan kurva normal standaed dapat
dibuat pernyataan probabilitas tentang waktu penyelesaian proyek melebihi 25
minggu, developer akan dikenakan denda sebagai berikut.
25 −
P(tp > 25) = P z >
σ2
25 − 24
= P (z > )
5
= P (z > 0,4472)
= 0,5 – 0,1736
= 0,3264
Jadi peluang proyek dirampungkan sebelum 25 minggu adalah 0,6736 ( = 1 0,3264) atau
peluang developer tidak mampu menyelesaikan dalam 25 minggu, sehingga harus
membayar denda adalah 0,3264 seperti ditunjukan pada gambar 11.2.
= 5
0,3264
=24 25 tp
DESKRIPSI SINGKAT :
Mata kuliah ini bermaksud untuk memperkenalkan riset operasional mulai dari latar belakang munculnya riset operasional
sampai dengan teknik teknik riset operasional dan penggunaannya dengan bantuan komputer. Materi materi pokok yang
akan dibahas dalam mata kuliah ini antara lain meliputi: falsafah dasar riset operasional serta hubungannya dengan
pengambilan keputusan dan penggunaan komputer, memahami dan memformulasikan model untuk memecahkan alokasi
sumber daya yang terbatas menggunakan Program Linier dengan teknik grafik, metode simplex, transportasi, dan
penugasan. Disamping itu beberapa teknik lain seperti analisis jaringan kerja CPM/PERT, pengambilan keputusan dipelajari
dalam mata kuliah ini.
TUJUAN KOMPTENSI UMUM :
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan akan dapat: 1) menjelaskan latar belakang sejarah dan falsafah dasar
riset operasional, 2) memahami dan memformulasikan model untuk memecahkan alokasi sumber daya yang terbatas
menggunakan metode programma linier, transportasi, model penugasan, dan analisis jaringan kerja CPM/PERT.
.
PRASYARAT :
Untuk dapat mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa sudah mengambil mata kuliah Probabilitas dan Statistik dan Aljabar Linier
2. Mahasiswa mampu • Pengantar • Permasalahan alokasi sumber daya terbatas Ceramah Papan tulis
memahami dan Programa Linear • Bentuk baku model Programa Linier. Diskusi Infocus
menjelaskan • Formulasi Model • Karakteristik Masalah Programa Linier. Tugas Laptop
permasalahan alokasi Programa Linier • Sifat Model Programa Linier.
sumber daya terbatas ke
dalam pemodelan
Programa Linier.
No Tujuan Pokok Sub Pokok Bahasan Metode Alat Bantu Pustaka
Kompetensi Bahasan
Khusus
1, 2, 3,4
3 Mahasiswa mampu • Permasalahan Programa Linier yang dapat Ceramah Papan tulis
memahami • Solusi grafik dipecahkan dengan metode grafik Diskusi Infocus
danmenyelesaikan Programa Linier • Teknik Memecahkan Persoalan Programa Laptop
permasalahan programa Linier dengan Solusi Grafik.
linier menggunakan • Menggambarkan fungsi kendala dan tujuan
metode grafik pada sumbu koordinat XY dan mampu
menentukan solusi optimal.
• Solusi Maksimasi dan Minimasi dua dimensi
dengan grafis.
1, 2, 3,4
4 Mahasiswa mampu • Solusi Programa • Pengertian Metode Simplex. Ceramah Papan tulis
memahami dan mampu Linier dengan • Formulasi Model Programa Linier dalam Diskusi Infocus
menyelesaikan Metode Primal bentuk baku. Laptop
permasalahan Simpleks • Solusi Persamaan Simultan Model Programa
menggunakan metode Linier
simplex • Metode Simplex menggunakan Tabel
simpleks.
• Variabel Slack
• Penentuan solusi optimal menggunakan tabel
simplex
• Permasalahan Minimasi Porgrama Linier 1, 2, 3,4
5&6 Mahasiswa mampu • Solusi Simplex dengan Metode Simplex: Variabel Artifisial, Ceramah Papan tulis
memahami dan mampu Programa Linier Variabel Big M. Diskusi Infocus
menyelesaikan Minimasi • Tabel Simplex Permasalahan Minimasi Laptop
permasalahan • Penggunaan Programa Linier.
menggunakan metode bentuk solusi awal • Permasalahan Batasan Campuran
simplex buatan • Kasus kasus khusus dalam aplikasi metode
simpleks.
No Tujuan Pokok Sub Pokok Bahasan Metode Alat Bantu Pustaka
Kompetensi Bahasan
Khusus
7 Mahasiswa mampu • Solusi permasalahan primal dan dual. 1, 2, 3,4
memahami dan • Primal dan Dual • Interpretasi ekonomi permasalahan dual. Ceramah Papan tulis
menjelaskan tentang • Analisis • Analisis sensitivitas atau post optimal. Diskusi Infocus
Dualitas, Analisis Sensitivitas dan Laptop
Sensitivitas, dan Post Post Optimal.
Opimal
8 UTS
9 & 10 Mahasiswa mampu • Pengertian model • Definisi dan aplikasi model transportasi. 1, 2, 3,4
memahami dan transportasi Solusi awal metode transportasi Ceramah Papan tulis
menjelaskan penggunaan • Solusi metode • North West Corner (NWC). Diskusi Infocus
metode transportasi metode • The Least Cost (LC). Laptop
• Vogel’s Aproximation Methods
• Optimalitas
• Stepping Stones
• MODI
11 Mahasiswa mampu • Model penugasan • Model penugasan menggunakan metode 1, 2, 3,4
memahami dan Hungarian. Ceramah Papan tulis
menjelaskan penggunaan • Solusi optimal menggunakan Metode Diskusi Infocus
metode penugasan Hungarian, maksimasi dan mininasi. Laptop
Daftar Pustaka
1. Bernard W. Taylor III, (1996). Sains Manajemen, Edisi keempat, Jakarta Salemba Empat
2. Hamdy A. Taha. (1992). ( , , MacMillan.
3. Sri Mulyani. Riset Operasional. LPEM, UI.
4. Tjutju, T. & Dimyati, A., (2002), Operation Research, Edisi Lima, Sinar Baru Algasindo Bandung.