Anda di halaman 1dari 387

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkah, rahmat, dan karunia-Nya,
Penyusunan Suplemen III Farmakope Indonesia Edisi V ini dapat diselesaikan dan diterbitkan pada tahun 2018.

Suplemen III Farmakope Indonesia Edisi V disusun untuk melengkapi persyaratan mutu bahan baku obat dan
sediaan obat yang beredar di Indonesia, yang telah menyesuaikan dan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi, khususnya dalam standardisasi bahan baku obat, sediaan obat,
metode, dan prosedur analisis, serta perkembangan standar tingkat internasional.

Suplemen III Farmakope Indonesia Edisi V merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Farmakope Indonesia
Edisi V yang telah diterbitkan pada tahun 2014, terdiri dari 199 monografi yaitu 2 monografi baru dan 197
monografi dengan perubahan; 7 lampiran dengan perubahan; 21 pereaksi baru; dan 11 pereaksi dengan
perubahan.

Terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan dan penerbitan Suplemen III Farmakope Indonesia Edisi V ini. Masukan, kritik, dan saran bagi
penyempurnaan standar ini di masa mendatang sangat kami harapkan.

Jakarta,
Direktur Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan,

Dra. Engko Sosialine Magdalene, Apt, M.Biomed.


NIP. 196101191988032001.

- iii -
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………. iii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………….. v
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 01.07/MENKES/123/2018 Tentang
Panitia Penyusun Suplemen III Farmakope Indonesia Edisi V Tanggal 26 Februari 2018 ………………... vii
Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.04.1.23.04.16.1668 Tahun 2016 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Penyusunan Suplemen III
Farmakope Indonesia Edisi V………………………………………………………………………………. xiv
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/457/2018 Tentang
Pemberlakuan Suplemen III Farmakope Indonesia Edisi V Tanggal 24 Agustus 2018…………………… xviii
Shading yang Menunjukkan Perubahan pada Farmakope………………………………………………….. xxii
Daftar Monografi………………………..………………………..………………………..……………….. 2391
Daftar Lampiran………………………..………………………..………………………..………………… 2393
Daftar Perubahan………………………..………………………..………………………..………………... 2394
1. Monografi Baru………………………..………………………..………………………..….......... 2394
2. Monografi dengan Perubahan………………………..………………………..…………………... 2394
3. Lampiran dengan Perubahan………………………..………………………..………………….... 2414
4. Pereaksi Baru………………………..………………………..…………………............................ 2414
5. Pereaksi dengan Perubahan……………………………………………………………………….. 2415
Ketentuan Umum Perubahan 2416
Monografi………………………..………………………..…………………................................................ 2417
Lampiran………………………..………………………..………………….................................................. 2726
Pereaksi, Indikator dan Larutan………………………..………………………..…………………............... 2753
Indeks………………………..………………………..…………………...................................................... I.1

-v-
HEB'JE[,',fi,ffiffiX
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.O 1 .07lMENKBS/ 123 I 2OL8
TENTANG
PANITIA PENYUSUN SUPLEMEN III FARMAKOPE INDONESIA EDISI V

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :4. bahwa Farmakope Indonesia Edisi V yang telah


dilengkapi dengan Suplemen I dan Suplemen II perlu
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang disusun dalam bentuk Suplemen III
Farmakope Indonesia Edisi V;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Panitia
Penyusun Suplemen III Farmakope Indonesia Edisi V;

Mengingat : 1. Ordonansi Obat Keras (Sfaafsblad Nomor 4I9 tahun


19ae);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun L997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 36711;
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2OO9 tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun ZOOtg Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5062);
-2-

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2OO9 Nomor L44, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatari
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 378 1);
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
108/MENKES/SK/IV l2OL4 tentang Pemberlakuan
Farmakope Indonesia Edisi V;
7 . Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2OI5 Nomor 1508);
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK. O2.02l MENKES / 366 120 15 tentang Pemberlakuan
Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi V;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK. O1 .07 / MENKES / 664 I 2OL7 tentang Pemberlakuan
Suplemen II Farmakope Indonesia Edisi V;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PANITIA
PENYUSUN SUPLEMEN III FARMAKOPE INDONESIA EDISI
V.
KESATU Susunan keanggotaan Panitia Penyusun Suplemen III
Farmakope Indonesia Edisi V tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini,
KEDUA Panitia Penyusun Suplemen III Farmakope Indonesia Edisi
V sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu yang
selanjutnya disebut Panitia, bertugas:
1. memberikan arahan penyusunan Suplemen III
Farmakope Indonesia Edisi V;
3-

2. membahas dan menetapkan seluruh naskah yang


akan dimuat dalam Suplemen III Farmakope Indonesia
Edisi V; dan
3. memberikan rekomendasi kepada Direktur Jenderal
yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan atas hasil
pembahasan seluruh naskah Suplemen III Farmakope
Indonesia Bdisi V.
KETIGA Dalam melaksanakan tugasnya Panitia bertanggung jawab
kepada Menteri Kesehatan melalui Direktur Jenderal yang
tugas dan tanggung jawabnya di bidang kefarmasian dan
alat kesehatan.
KEEMPAT Segala biaya yang timbul dalam pelaksanaan tugas Panitia
dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun
Anggaran 2018.
KELIMA Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Februari 2018

MENTBRI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

NILA OBLOEK
-4-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.O 1.07lMENKES/ t23 I 2Or8
TENTANG
PANITIA PENYUSUN SUPLEMEN III
FARMAKOPE INDONESIA EDISI V

PANITIA PENYUSUN SUPLEMEN III FARMAKOPE INDONESIA EDISI V

Pelindung Menteri Kesehatan


Pengarah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Ketua I Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Ketua II Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA,
BPOM
Sekretaris I Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Sekretaris II Direktur Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT, BPOM

I. Seksi- seksi
a. Tata Nama, Farmasi Umum dan Perundang-undangan
Ketua : Dra. A. Retno Tyas Utami, M.Epid, Apt
Anggota : 1. Dra. Kustantinah, M.App.Sc, Apt
2. Drs. Richard Pandjaitan, SKM, Apt
3. Dr. Dra. Agusdini Banun, S.Apt., MARS
4. Dra. Nurma Hidayati, M.Epid, Apt
5. Dra. Sri Utami Ekaningtyas, MM, Apt
6. Drs. Arustiyono, MPH, Apt
7. Dra. Augusttne Zaini, M.Si, Apt
8. Sundoyo, SH, MKM, M.Hum
9. Budi Djanu Purwanto, SH, MH
10. Reni, S.Si, Apt
1 1. Dra. Hasti Kusuma, Apt
12. Aan Risma Uli Nainggolan, Apt, M.Si
13. Daryani, S.Si, M.S
-5-

b. Biologi/ Mikrobiologr
Ketua Prof. Dr. Wahyono, SU, Apt
Anggota 1. Prof. Dr. Ernawati Sinaga, MS, Apt
2. Dr. Isnaeni, MS, Apt
3. Dr. Debbie S. Retnoningrum, Apt
4. Drs. Wusmin Tambunan, M.Si, Apt
5. Dra. Kusmiaty, M.Pharm, Apt
6. Dra. Sumaria Sudian, M.Si, Apt
7. Dra. Dwi Retno, M.Si
B. Dra. Sutanti Siti Namtini, Apt, PhD
9. Drs. Riza Sultoni, MM., Apt.
10. Dra. Ika Prawahyu, M.Biomed
1 1. Dra. Herlina Budi, M.Si, Apt
12. Henny Setiawati, S.Si, Apt
13. Lusitawati, S.Si, M.Si
c. Farmaseti ka/Teknologi Farmasi
Ketua Prof. Dr. Achmad Fudholi, DEA, Apt
Anggota 1. Dr. Hasan Rachmat, Apt
2. Dr. Marline Abdassah, Apt
3. Dra. Esti Hendradi, Apt, PhD
4. Drs. Basuki Hadi, MM, Apt
5. Dra. Anny Sulistyowati, Apt
6. Dra. Ernawati Mangunatmaja, Apt
7. Drs. Irmanto Z. Ganin, M.Si, Apt
8. Ida Warni, Amd
9. Septi Hanna Dwisari, S.Farm, Apt
10. Dra. Berlian Hatulusan Hutagalung
11 . Ikka Tjahyaningruffi, S.Si., Apt.
d. Farmakokinetik/Biofarmasi
Ketua : Prof. Dr. Yeyet Cahyati Sumirtapura, Apt
Anggota : 1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt, MS
2. Drs. Didik Hasmono, MS, Apt
3. Dr. Iskandarsyah, MS, Apt
4. Dra. Hermini Tetrasari, M.Si, Apt
5. Dra. Ati Setiawati, M.Si, Apt
6. Drs. Siam Subagyo, M.Si, Apt
-6-

7. Dra. Mirawati Siregar, M.Si, Apt


8. Dra. Neviyenti, Apt
9. Dra. T. Rosalin, Apt
10. Dra. Rita Aritonang, Apt
1 1. Desmaniar, S.Si, Apt
12. Anggrida Saragih, S.Si, Apt
13. Sofiana Sari, S.Farm, Apt
e. Kimia Analisis/Kimia Farmasi/Bahan Pembanding
Ketua : Prof. Dr. Slamet Ibrahim, DEA, Apt
Anggota : 1. Prof. Dr. rer. nat. H. M. Yuwono, MS, Apt
2. Prof. Dr. Sugeng Riyanto, MS, Apt
3. Drs. JA. Kawira, Apt
4. Prof. Harmita, Apt
5. Drs. Janahar Murad, Apt
6. Drs. Syahrial Tahir, MM, Apt
7. Drs. Sudjaswadi Wirjowidagdo, Apt
B. Dra. Nani Sukasediati, M.Sc, Apt
9. Dra. Anggraini Armyn, MM, Apt
10. Dra. Dini Prapti Karyati, M.Si, Apt
1 1. Dra. Hariati Wiratningrum, M.Si, Apt
L2. Tanti Yulianti, M.Si, Apt
13. Dra. Arum Prasetyaningtias, M.Si, Apt
14. Lilik Budiarti, S.Si, Apt

II. Dewan Redaksi


Ketua Dra. Sadiah, Apt., M.Kes
Wakil Ketua Dr. Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., MARS
Sekretaris Drs. Riza Sultoni, Apt, MM
Anggota 1. Drs. Richard Pandjaitan, SKM, Apt
2. Dra. Augustrne Zanni, M.Si, Apt
3. Dra. Nani Sukasediati, M.Sc, Apt
4. Drs. Janahar Murad, Apt
5. Drs. Wusmin Tambunan, M.Si, Apt
6. Drs. Siam Subagro, M.Si, Apt
7. Drs. Syahrial Tahir, MM, Apt
8. Endang Lukitosari
-7 -

III. Sekretariat
Ketua Drs. Riza Sultoni, Apt, MM
Wakil Ketua Muhammad Zulfikar Biruni, Apt
Anggota 1. Wenny Indriasari, M.Si., Apt
2. Eduward Gunawan, S.Si., Apt
3. Mutiara Djayanis Tia, S.Farm., Apt
4. Abni Rachmi Nopitasari, S.Farm., Apt
5. Ari Ariefah H., S.Farm., Apt
6. Arie Restiati, SST., M.Si
7. Mariza Isriani, S.Si., Apt
8. Rr. Alvira Widjayo, S.Far., Apt
9. Hasti Ristina Sari, S.Farm., Apt
10. Teza Dwi Aditya

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
l

NILA OELOEK I

l
1
“SHADING” YANG MENUNJUKKAN PERUBAHAN PADA FARMAKOPE

Shading pada teks farmakope digunakan untuk menandai bagian yang mengalami perubahan, penghilangan atau
penambahan.

Jika terdapat perubahan pada suatu parameter maka pada awal parameter yang diubah dituliskan kata Perubahan.
Jika terdapat penambahan parameter, dituliskan Tambahan persyaratan. Untuk parameter yang dihilangkan pada
awal parameter dituliskan Hilangkan persyaratan.

Contoh:
Perubahan
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.

Tambahan persyaratan
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,25 unit Endotoksin FI per mg amoksisilin, jika pada etiket tertera
amoksisilin steril atau harus dilakukan proses sterilisasi untuk pembuatan sediaan injeksi.

Hilangkan persyaratan
Jarak lebur <1021> Antara 195º dan 199º.

xxii
– 2391 –

DAFTAR MONOGRAFI

1 Akseroftol 35 Disopiramida
2 Aloksiprin 36 Doksorubisin Hidroklorida
3 Tablet Aloksiprin 37 Doksorubisin Hidroklorida untuk Injeksi
4 Alopurinol 38 Droperidol
5 Suspensi Oral Alumina dan Magnesia 39 Efedrin Hidroklorida
6 Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan 40 Tablet Efedrin Hidroklorida
Simetikon 41 Ekonazol Nitrat
7 Salep Amfoterisin B 42 Emetin Hidroklorida
8 Amobarbital Natrium 43 Injeksi Emetin Hidroklorida
9 Injeksi Amobarbital Natrium 44 Enfluran
10 Amoksisilin Natrium 45 Ergometrin Maleat
11 Tablet Ampisilin 46 Tablet Ergometrin Maleat
12 Antazolin Hidroklorida 47 Tablet Ergotamin Tartrat dan Kofein
13 Apomorfin Hidroklorida 48 Tablet Eritromisin
14 Tablet Asam Aminokaproat 49 Salep Eritromisin
15 Tablet Asam Asetilsalisilat 50 Eritromisin Etilsuksinat
16 Tablet Asam Asetilsalisilat Didapar 51 Tablet Eritromisin Etilsuksinat
17 Tablet Efervesen Asam Asetilsalisilat untuk 52 Eritromisin Stearat
Larutan Oral 53 Tablet Eritromisin Stearat
18 Asam Salisilat 54 Estradiol Sipionat
19 Asam Valproat 55 Etilmorfin Hidroklorida
20 Larutan Oral Asam Valproat 56 Etinil Estradiol
21 Asebutolol Hidroklorida 57 Fenilefrin Hidroklorida
22 Krim Asiklovir 58 Fenitoin
23 Azatadin Maleat 59 Fenitoin Natrium
24 Azatioprin 60 Suspensi Oral Fenitoin
25 Azitromisin 61 Fenoterol Hidrobromida
26 Tablet Azitromisin 62 Flufenazin Enantat
27 Azitromisin untuk Suspensi Oral 63 Flukloksasilin Natrium
28 Benzokain 64 Fluokortolon Heksanoat
29 Bupivakain Hidroklorida Dalam Injeksi 65 Fluokortolon Pivalat
Dekstrosa 66 Tablet Fluoksetin
30 Deksametason Natrium Fosfat 67 Fluosinolon asetonida
31 Tablet Deksklorfeniramin Maleat 68 Flurasepam Hidroklorida
32 Dekualinium Klorida 69 Flurbiprofen Natrium
33 Dibekasin Sulfat 70 Furosemida
34 Difenoksilat Hidroklorida 71 Injeksi Furosemida
– 2392 –

72 Tablet Furosemida 112 Tablet Levotiroksin Natrium


73 Tablet Gemfibrosil 113 Larutan Oral-Topikal Lidokain Hidroklorida
74 Gentian Violet 114 Linestrenol
75 Hidrokuinon 115 Loratadin
76 Hiosin Hidrobromida 116 Tablet Lorazepam
77 Injeksi Hiosin Hidrobromida 117 Magnesium Oksida
78 Tablet Hiosin Hidrobromida 118 Manitol
79 Idoksuridin 119 Mepiramin Maleat
80 Indometasin 120 Merkaptopurin
81 Kapsul Indometasin 121 Metamizol Natrium
82 Iodum 122 Metaproterenol Sulfat
83 Isoniazid 123 Tablet Metildopa
84 Tablet Lepas Lambat Isosorbid Mononitrat 124 Metilprednisolon Asetat
85 Kalium Permanganat 125 Metil Salisilat
86 Kalium Guaiakolsulfonat 126 Metiltestosteron
87 Kamfer 127 Injeksi Metoklopramida
88 Kaolin Ringan 128 Tablet Metoklopramida
89 Kaptopril 129 Metoprolol Tartrat
90 Karbamazepin 130 Injeksi Metronidazol
91 Suspensi Oral Karbamazepin 131 Tablet Metronidazol
92 Tablet Karbamazepin 132 Mikonazol Nitrat
93 Karisoprodol 133 Morfin Hidroklorida
94 Ketokonazol 134 Nadolol
95 Tablet Ketorolak Trometamin 135 Nafazolin Nitrat
96 Tablet Khlordiazepoksida Hidroklorida 136 Tablet Naproksen Natrium
97 Klorokuin Sulfat 137 Natrium Hidrogen Karbonat
98 Tablet Klaritromisin 138 Injeksi Natrium Hidrogen Karbonat
99 Klemastin Fumarat 139 Tablet Natrium Hidrogen Karbonat
100 Klofazimin 140 Natrium Klorida
101 Kapsul Klofazimin 141 Injeksi Natrium Klorida Majemuk
102 Klomifen Sitrat 142 Natrium Nitroprusida
103 Klorheksidin Hidroklorida 143 Natrium Salisilat
104 Klorokuin 144 Natrium Sitrat
105 Kodein Fosfat 145 Natrium Tiosulfat
106 Kodein Hidroklorida 146 Injeksi Natrium Tiosulfat
107 Kokain Hidroklorida 147 Neomisin Sulfat
108 Kresol 148 Neostigmin Bromida
109 Kuinidin Sulfat 149 Neostigmin Metilsulfat
110 Kuinin Hidroklorida 150 Injeksi Neostigmin Metilsulfat
111 Levodopa 151 Nikotinamida
– 2393 –

152 Nitrazepam 176 Sefotaksim Natrium


153 Tablet Noretisteron 177 Kapsul Sefradin
154 Garam Oralit 178 Sianokobalamin
155 Injeksi Pankuronium Bromida 179 Tablet Siklofosfamida
156 Parasetamol 180 Siklosporin
157 Perfenazin 181 Larutan Oral Siklosporin
158 Pilokarpin Hidroklorida 182 Sisplatin
159 Pirantel Pamoat 183 Sisplatin untuk Injeksi
160 Piridostigmin Bromida 184 Sistein Hidroklorida
161 Povidon Iodum 185 Sulfadimidin
162 Tablet Prazosin Hidroklorida 186 Sulfametoksazol
163 Prednison 187 Tablet Telmisartan
164 Prometazin Teoklat 188 Tetrahidrozolin Hidroklorida
165 Propilen Glikol 189 Tetrakain
166 Propiliodon 190 Tetrakain Hidroklorida
167 Propiltiourasil 191 Timerosal
168 Protamin Sulfat 192 Timol
169 Injeks Protamin Sulfat 193 Timolol Maleat
170 Pseudoefedrin Hidroklorida 194 Tiopental Natrium untuk Injeksi
171 Repaglinida 195 Triheksifenidil Hidroklorida
172 Tablet Repaglinida 196 Valsartan
173 Riboflavin 5’-Natrium Fosfat 197 Zink Klorida
174 Salbutamol Sulfat 198 Zink Sulfat
175 Salisilamida 199 Zink Undesilat

DAFTAR LAMPIRAN

<61> Uji Efektifitas Antimikroba


<291> Uji Identifikasi Umum
<321> Uji Batas Arsen
<511> Penetapan Kadar Vitamin A
<861> Isi Minimum
<1231> Uji Disolusi
<1271> Wadah
– 2394 –

DAFTAR PERUBAHAN

MONOGRAFI BARU

1 Injeksi Amobarbital Natrium


2 Bupivakain Hidroklorida Dalam Injeksi Dekstrosa

MONOGRAFI DENGAN PERUBAHAN

Akseroftol Hidrazin (tambahan)


Nama kimia Senyawa sejenis (tambahan)
BM Penetapan kadar
Definisi Wadah dan penyimpanan
Penandaan (tambahan)
Suspensi Oral Alumina dan Magnesia
Aloksiprin Definisi
Baku pembanding (tambahan)
Identifikasi Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon
Logam berat Definisi
Salisilat terikat Natrium
Asam asetilsalisilat bebas Penetapan kadar polidimetilsiloksan
Penetapan kadar aluminium
Penetapan kadar salisilat total Salep Amfoterisin B
Air
Tablet Aloksiprin Wadah dan penyimpanan
Baku pembanding (tambahan)
Identifikasi Amobarbital Natrium
Salisilat bebas Judul
Salisilat terikat Definisi
Penetapan kadar Pemerian
Penandaan (tambahan) Kelarutan
Identifikasi
Alopurinol Susut pengeringan
Definisi Syarat lain
Baku pembanding Penetapan kadar
Kemurnian kromatografi (hilangkan) Wadah dan penyimpanan
Cemaran senyawa organik mudah menguap
(hilangkan)
– 2395 –

Amoksisilin Natrium Apomorfin Hidroklorida


Nama kimia Definisi
Definisi Pemerian
Baku pembanding Baku pembanding
Definisi Identifikasi
Hasil degradasi (hilangkan) Rotasi jenis
Senyawa sejenis (tambahan) Susut pengeringan
Asam 2-etilheksanoat Hasil urai (hilangkan)
Natrium klorida (hilangkan) Cemaran umum (hilangkan)
Sterilitas (hilangkan) Cemaran organik (tambahan)
Pirogen (hilangkan) Penetapan kadar
Endotoksin bakteri (tambahan)
Penetapan kadar Tablet Asam Aminokaproat
Wadah dan penyimpanan Baku pembanding
Identifikasi
Tablet Ampisilin Disolusi
Baku pembanding
Identifikasi Tablet Asam Asetilsalisilat
Susut pengeringan (hilangkan) Definisi
Air Baku pembanding
Penetapan kadar Identifikasi
Wadah dan penyimpanan Asam salisilat bebas
Penandaan (tambahan) Penetapan kadar
Wadah dan penyimpanan
Antazolin Hidroklorida
Nama kimia Asam Salisilat
BM Definisi
Pemerian Baku pembanding
Kelarutan Identifikasi
Identifikasi Jarak lebur (hilangkan)
Kejernihan larutan (tambahan) Sulfat
Warna dan akromisitas (tambahan) Logam berat
pH (hilangkan) Zat mudah terarangkan (hilangkan)
Keasaman-kebasaan (tambahan) Kemurnian kromatografi (hilangkan)
Susut pengeringan Cemaran organik (tambahan)
Sisa pemijaran Penetapan kadar
Logam berat (tamabahan)
Senyawa sejenis (tambahan) Asam Valproat
Baku pembanding
Identifikasi
– 2396 –

Indeks bias (hilangkan) Keasaman atau kebasaan (hilangkan)


Kemurnian kromatografi (hilangkan) Batas merkaptopurin (hilangkan)
Cemaran organik (tambahan) Cemaran organik (tambahan)
Cemaran senyawa organik mudah menguap Penetapan kadar
(hilangkan)
Penetapan kadar Azitromisin
Rumus molekul dan BM
Larutan Oral Asam Valproat Definisi
Judul Pemerian
Definisi Kelarutan (tambahan)
Identifikasi Baku pembanding
Penetapan kadar Identifikasi
Sifat hablur
Asebutolol Hidroklorida Air
Baku pembanding Cemaran organik
Identifikasi Penetapan kadar
Jarak lebur (hilangkan) Penandaan
Kemurnian kromatografi (hilangkan)
Cemaran organik (tambahan) Tablet Azitromisin
Penetapan kadar Baku pembanding
Disolusi
Krim Asiklovir Senyawa sejenis (hilangkan)
Definisi Cemaran organik (tambahan)
Baku pembanding Penetapan kadar
Identifikasi
Batas mikroba (tambahan) Azitromisin untuk Suspensi Oral
Isi minimum (tambahan) Baku pembanding
Guanin Air (hilangkan)
Penetapan kadar Penetapan kadar

Azatadin Maleat Benzokain


Identifikasi Baku pembanding
Kemurnian kromatografi (hilangkan) Identifikasi
Cemaran organik (tambahan) Jarak lebur (hilangkan)
Penetapan kadar Reaksi (hilangkan)
Zat mudah terarangkan (hilangkan)
Azatioprin Cemaran umum (hilangkan)
Definisi Cemaran organik (tambahan)
Baku pembanding Penetapan kadar
Identifikasi
– 2397 –

Dekualinium Klorida Pemerian


Nama kimia Kelarutan
Pemerian Identifikasi
Kelarutan Pirogen (hilangkan)
Baku pembanding Daya hipotensif (hilangkan)
Identifikasi Toksisitas abnormal (hilangkan)
Kejernihan larutan (tambahan) Sterilitas (hilangkan)
Warna dan akromisitas (tambahan) Kejernihan larutan (tambahan)
Keasaman-kebasaan (tambahan) Rotasi optik (tambahan)
Senyawa sejenis (tambahan) Logam berat (tambahan)
Alkaloid lain (hilangkan) Susut pengeringan
Amina non kuaterner (hilangkan) Penetapan potensi
Susut pengeringan Wadah dan penyimpanan (tambahan)
Sisa pemijaran
Zat mudah terarangkan (tambahan) Difenoksilat Hidroklorida
Penetapan kadar Nama kimia
Baku pembanding
Deksametason Natrium Fosfat Identifikasi
BM Jarak lebur (hilangkan)
Definisi Cemaran umum (hilangkan)
Baku pembanding Cemaran organik (tambahan)
Identifikasi Penetapan kadar
Rotasi jenis Wadah dan penyimpanan
Air
Etanol Disopiramida
Ion fosfat Nama kimia
Batas deksametason bebas Pemerian
Kemurnian kromatografi Kelarutan
Cemaran organik Baku pembanding
Penetapan kadar Identifikasi
Logam berat (tambahan)
Tablet Deksklorfeniramin Maleat Susut pengeringan
Disolusi Sisa pemijaran
Penetapan kadar Senyawa sejenis
Wadah dan penyimpanan Penetapan kadar
Wadah dan penyimpanan (tambahan)
Dibekain Sulfat
Nama kimia Doksorubisin Hidroklorida
Rumus molekul Baku pembanding
Definisi Identifikasi
– 2398 –

Kemurnian kromatografi (hilangkan) Baku pembanding


Cemaran organik (tambahan) Identifikasi
Aseton dan etanol Jarak lebur (hilangkan)
Penetapan kadar Cemaran organik
Penetapan kadar
Doksorubisin Hidroklorida untuk Injeksi
Baku pembanding Emetin Hidroklorida
Identifikasi Definisi
Syarat lain Baku pembanding
Keseragaman sediaan (tambahan) Wadah dan penyimpanan
Cemaran organik (tambahan)
Penetapan kadar Injeksi Emetin Hidroklorida
Wadah dan penyimpanan Baku pembanding
Identifikasi
Droperidol Sefaelin
Identifikasi
Jarak lebur (hilangkan) Enfluran
4,4´-bis[1,2,3,6-tetrahidro-4-(2-okso-1- Jarak destilasi (hilangkan)
benzimi dazolinil)-1-piridil] butirofenon
Ergometrin Maleat
Efedrin Hidroklorida Baku pembanding
BM Rotasi jenis
Pemerian Alkaloida sejenis
Baku pembanding
Rotasi jenis Tablet Ergometrin Maleat
Cemaran senyawa organik mudah menguap Baku pembanding
(hilangkan) Alkaloid sejenis
Cemaran umum
Tablet Ergotamin Tartrat dan Kofein
Tablet Efedrin Hidroklorida Definisi
Baku pembanding Baku pembanding
Keseragaman sediaan (tambahan) Identifikasi
Senyawa sejenis Disolusi
Penetapan kadar Ergotaminin dan cemaran senyawa sejenis
ergotamin lainnya (tambahan)
Ekonazol Nitrat Teofilin dan cemaran senyawa sejenis kofein
Nama kimia lainnya (tambahan)
Definisi Penetapan kadar
Pemerian Wadah dan penyimpanan
Kelarutan
– 2399 –

Salep Eritromisin Estradiol Sipionat


Baku pembanding Baku pembanding
Identifikasi Identifikasi
Air Jarak lebur (hilangkan)
Penetapan potensi (hilangkan) Rotasi jenis
Penetapan kadar (tambahan) Cemaran organik (tambahan)
Wadah dan penyimpanan Penetapan kadar

Tablet Eritromisin Etilmorfin Hidroklorida


Identifikasi Nama kimia
Kelarutan
Eritromisin Etilsuksinat Identifikasi
Definisi pH (hilangkan)
Baku pembanding Warna dan akromisitas (tambahan)
Sifat hablur Keasaman-kebasaan (tambahan)
pH (hilangkan) Senyawa sejenis
Senyawa sejenis (tambahan) Penetapan kadar
Penetapan potensi (hilangkan)
Penetapan kadar (tambahan) Etinil Estradiol
Penandaan (tambahan) Rumus bangun
BM
Tablet Eritromisin Etilsuksinat Baku pembanding
Baku pembanding Identifikasi
Identifikasi Rotasi jenis
Disolusi Penetapan kadar
Air (hilangkan)
Fenilefrin Hidroklorida
Eritromisin Stearat Definisi
Baku pembanding Baku pembanding
pH (hilangkan) Identifikasi
Senyawa sejenis (tambahan) Jarak lebur (hilangkan)
Penetapan potensi (hilangkan) Rotasi jenis
Penetapan kadar (tambahan) Klorida dan sulfat
Keton (hilangkan)
Tablet Eritromisin Stearat Kemurnian kromatografi (hilangkan)
Baku pembanding Cemaran organik (tambahan)
Identifikasi Kandungan klorida (hilangkan)
Disolusi Penetapan kadar
– 2400 –

Fenitoin Penetapan kadar


Baku pembanding Wadah dan penyimpanan
Identifikasi
Kejernihan dan warna larutan (hilangkan) Flufenazin Enantat
Batas benzofenon (hilangkan) Pemerian
Kemurnian kromatografi (hilangkan) Kelarutan
Cemaran organik (tambahan) Baku pembanding
Cemaran senyawa organik mudah menguap Penetapan kadar
(hilangkan)
Penetapan kadar Flukloksasilin Natrium
Nama kimia
Fenitoin Natrium Kelarutan
Baku pembanding Baku pembanding
Identifikasi Identifikasi
Kejernihan dan warna larutan (hilangkan) Kejernihan larutan (tambahan)
Senyawa organik pH
Penetapan kadar Sterilitas (hilangkan)
Diklorometan (hilangkan)
Suspensi Oral Fenitoin Senyawa penyerap iodum (hilangkan)
Baku pembanding N,N Dimetilanilin (tambahan)
Identifikasi Asam 2-etilheksanoat (tambahan)
Disolusi Senyawa sejenis (tambahan)
Cemaran organik (tambahan) Penetapan kadar
Penetapan kadar Wadah dan penyimpanan
Wadah dan penyimpanan
Fluokortolon Heksanoat
Fenoterol Hidrobromida Pemerian
Nama kimia Baku pembanding
Definisi Identifikasi
Pemerian Steroid asing sejenis (hilangkan)
Kelarutan Senyawa sejenis (tambahan)
Baku pembanding
Identifikasi Fluokortolon Pivalat
pH Nama kimia
Kejernihan larutan Pemerian
Warna dan akromisitas Kelarutan
Besi Baku pembanding
Fenon (hilangkan) Identifikasi
Enansiomer (SR)- dan (RS)- (hilangkan) Titik lebur (hilangkan)
Senyawa sejenis (tambahan) Serapan cahaya (hilangkan)
– 2401 –

Susut pengeringan Penetapan kadar dan batas asam 2-(4-


Steroid asing sejenis (hilangkan) bifenilil)propionate (hilangkan)
Senyawa sejenis (tambahan) Senyawa sejenis A flurbiprofen (tambahan)
Penetapan kadar Penetapan kadar (tambahan)

Tablet Fluoksetin Furosemida


Definisi Baku pembanding
Baku pembanding Identifikasi
Identifikasi Susut pengeringan
Disolusi Cemaran organik
Cemaran organik Cemaran senyawa organik mudah menguap
Penetapan kadar (hilangkan)
Wadah dan penyimpanan
Fluosinolon asetonida
Rumus molekul dan BM Injeksi Furosemida
Baku pembanding Baku pembanding
Identifikasi Senyawa sejenis B furosemida
Cemaran organik (tambahan) Penetapan kadar
Penetapan kadar
Penandaan (tambahan) Tablet Furosemida
Baku pembanding
Flurasepam Hidroklorida Senyawa sejenis B furosemida
BM Penetapan kadar
Pemerian
Kelarutan Garam oralit
Baku pembanding Definisi
Identifikasi Pemerian (hilangkan)
Air (tambahan) Identifikasi
Susut pengeringan (hilangkan) Keseragaman sediaan
Batas ion fluorida Isi minimum (hilangkan)
Senyawa sejenis Penetapan kadar
Penetapan kadar natrium
Flurbiprofen Natrium Penetapan kadar kalium
Nama kimia Penetapan kadar klorida
Rumus molekul dan BM Penetapan kadar sitrat
Definisi Penetapan kadar glukosa
Baku pembanding Wadah dan penyimpanan
Identifikasi Penandaan (hilangkan)
Rotasi jenis
– 2402 –

Tablet Gemfibrosil Penetapan kadar


Baku pembanding Wadah dan penyimpanan
Identifikasi
Cemaran organik (tambahan) Kapsul Indometasin
Penetapan kadar Baku pembanding
Identifikasi
Gentian Violet Disolusi
Nama kimia Penetapan kadar
Zink
Cemaran organik Iodum
Rumus molekul dan BM
Hidrokuinon Kelarutan
Pemerian Identifikasi
Baku pembanding
Identifikasi Isoniazid
Penetapan kadar Pemerian
Kelarutan
Hiosin Hidrobromida Baku pembanding
Baku pembanding Identifikasi
Identifikasi Jarak lebur (hilangkan)
Jarak lebur (hilangkan) Cemaran senyawa organik mudah menguap
Air (hilangkan)
Cemaran organik (tambahan)
Tablet Hiosin Hidrobromida Penetapan kadar
Baku pembanding
Penetapan kadar Tablet Lepas Lambat Isosorbid Mononitrat
Identifikasi
Idoksuridin Disolusi
Kelarutan Cemaran organik
Baku pembanding Penetapan kadar
Identifikasi
Penetapan kadar Kalium Permanganat
Penetapan kadar
Indometasin
Nama kimia Kalium Guaiakolsulfonat
Definisi Judul monografi
Baku pembanding Baku pembanding
Identifikasi Identifikasi
Susut pengeringan Penetapan kadar
Cemaran organik (tambahan)
– 2403 –

Kamfer Disolusi
Kelarutan Cemaran organik (tambahan)
Rotasi jenis Penetapan kadar
Kejernihan larutan Wadah dan penyimpanan
Sisa senyawa tidak mudah menguap Penandaan (tambahan)
Penandaan (tambahan)
Karisoprodol
Kaolin Ringan Nama kimia
Identifikasi Baku pembanding
Susut pemijaran Identifikasi
Klorida Jarak lebur (hilangkan)
Sisa pemijaran (tambahan)
Kaptopril Meprobamat (hilangkan)
Kelarutan Cemaran organik (tambahan)
Baku pembanding Penetapan kadar
Rotasi jenis Wadah dan penyimpanan
Zat sejenis (hilangkan)
Senyawa sejenis (tambahan) Ketokonazol
Cemaran senyawa organik mudah menguap BM
(hilangkan) Baku pembanding
Identifikasi
Karbamazepin Jarak lebur (hilangkan)
Nama kimia Rotasi jenis
Baku pembanding Cemaran senyawa organik mudah menguap
Identifikasi (hilangkan)
Keasaman Kemurnian kromatografi (hilangkan)
Kemurnian kromatografi (hilangkan) Cemaran organik (tambahan)
Cemaran organik (tambahan) Penetapan kadar
Penetapan kadar
Tablet Ketorolak Trometamin
Suspensi Oral Karbamazepin Baku pembanding
Baku pembanding Identifikasi
Identifikasi Keseragaman sediaan
Cemaran organik (tambahan) Cemaran organik (tambahan)
Penetapan kadar Penetapan kadar

Tablet Karbamazepin Tablet Khlordiazepoksida Hidroklorida


Baku pembanding Definisi
Identifikasi Baku pembanding
Air (hilangkan) Senyawa sejenis
– 2404 –

Penetapan kadar Baku pembanding


Identifikasi
Khlorokuin Sulfat Kemurnian kromatografi (hilangkan)
Nama kimia Cemaran organik (tambahan)
Rumus molekul dan BM Penetapan kadar
Definisi
Kelarutan Kapsul Klofazimin
Baku pembanding Baku pembanding
Identifikasi Identifikasi
Kejernihan larutan (tambahan) Kemurnian kromatografi (hilangkan)
Warna dan akromisitas (tambahan) Cemaran organik (tambahan)
Timbal (hilangkan) Penetapan kadar
Klorida (hilangkan) Wadah dan penyimpanan
Sisa pemijaran
Logam berat (tambahan) Klomifen Sitrat
Senyawa sejenis Identifikasi
Penetapan kadar Isomer-Z
Wadah dan penyimpanan Senyawa sejenis (hilangkan)
Cemaran organik (tambahan)
Tablet Klaritromisin Penetapan kadar
Baku pembanding Wadah dan penyimpanan
Disolusi
Susut pengeringan Larutan Klorheksidin Glukonat
Cemaran organik (tambahan) Nama kimia
Penetapan kadar Rumus molekul dan BM
Baku pembanding
Klemastin Fumarat Pemerian (tambahan)
BM Kelarutan (tambahan)
Pemerian Identifikasi
Baku pembanding Bobot jenis
Identifikasi Cemaran organik
Kejernihan dan warna larutan Penetapan kadar
pH
Kemurnian kromatografi (hilangkan) Klorheksidin Hidroklorida
Cemaran organik (tambahan) Definisi
Penetapan kadar Baku pembanding
Identifikasi
Klofazimin Cemaran organik
Definisi p-kloroanilin
Kelarutan Penetapan kadar
– 2405 –

Klorokuin Kuinidin Sulfat


BM BM
Baku pembanding Pemerian
Identifikasi Kelarutan
Wadah dan penyimpanan Identifikasi
Rotasi jenis
Kodein Fosfat Cemaran organik
Rumus molekul dan BM Dihidrokuinidin sulfat
Baku pembanding Cemaran senyawa organik mudah menguap
Morfin (hilangkan)
Kemurnian kromatografi Penetapan kadar
Wadah dan penyimpanan
Kuinin Hidroklorida
Kodein Hidroklorida Baku pembanding
Definisi Identifikasi
Kelarutan Warna dan akromisitas
Baku pembanding pH
Identifikasi Cemaran organik
Kejernihan larutan Penetapan kadar
Warna dan akromisitas
Keasaman atau kebasaan Levodopa
Rotasi jenis BM
Sisa pemijaran (hilangkan) Identifikasi
Sulfat Cemaran organik
Air (tambahan) Penetapan kadar
Morfin (hilangkan)
Senyawa sejenis Tablet Levotiroksin Natrium
Penetapan kadar Definisi
Baku pembanding
Kokain Hidroklorida Identifikasi
Baku pembanding Disolusi
Natrium liotironin
Kresol Penetapan kadar
Pemerian Penandaan (tambahan)
Kelarutan
Jarak destilasi Larutan Oral-Topikal Lidokain Hidroklorida
Hidrokarbon Baku pembanding
Fenol Identifikasi
Cemaran organik (tambahan)
Penetapan kadar
– 2406 –

Wadah dan penyimpanan Kejernihan larutan (tambahan)


Konduktivitas (tambahan)
Linestrenol Batas mikroba (tambahan)
Definisi Endotoksin bakteri (tambahan)
Baku pembanding Keasaman (hilangkan)
Kejernihan larutan (tambahan) Susut pengeringan
Jarak lebur (hilangkan) Klorida (hilangkan)
Rotasi jenis Sulfat (hilangkan)
Susut pengeringan Arsen (hilangkan)
Sisa pemijaran (hilangkan) Gula mereduksi
Senyawa sejenis Nikel (tambahan)
Penetapan kadar Penetapan kadar
Penandaan (tambahan)
Loratadin
Baku pembanding Mepiramin Maleat
Jarak lebur (hilangkan) Senyawa sejenis
Senyawa sejenis (hilangkan) Cemaran senyawa organik mudah menguap
Cemaran organik (tambahan) (hilangkan)
Penetapan kadar
Wadah dan penyimpanan Merkaptopurin
Penandaan (tambahan) BM
Baku pembanding
Tablet Lorazepam Identifikasi
Baku pembanding Sisa pemijaran (tambahan)
Disolusi Air
Keseragaman sediaan Cemaran organik (tambahan)
Senyawa sejenis (hilangkan) Penetapan kadar
Wadah dan penyimpanan
Magnesium Oksida
Sisa pemijaran Metamizol Natrium
Alkali bebas dan garam laut Judul monografi
Kalsium Pemerian
Penetapan kadar Kelarutan (tambahan)
Penandaan Baku pembanding (tambahan)
Identifikasi
Manitol Natrium bisulfit (hilangkan)
Definisi Kejernihan larutan (tambahan)
Baku pembanding Warna dan akromisitas (tambahan)
Identifikasi Keasaman-kebasaan (tambahan)
Rotasi jenis (hilangkan) Sulfat (tambahan)
– 2407 –

Arsen (hilangkan) Injeksi Metoklopramida


Susut pengeringan Judul monografi
Cemaran organik (tambahan) Penetapan kadar
Penetapan kadar
Wadah dan penyimpanan Tablet Metoklopramida
Judul monografi
Metaproterenol Sulfat Baku pembanding
Identifikasi Identifikasi
Cemaran senyawa organik mudah menguap
(hilangkan) Metoprolol Tartrat
Definisi
Metil Salisilat Baku pembanding
Definisi Identifikasi
Baku pembanding (tambahan) Kemurnian kromatografi (hilangkan)
Identifikasi Cemaran organik (tambahan)
Logam berat Penetapan kadar
Penetapan kadar Wadah dan penyimpanan
Penandaan (tambahan)
Injeksi Metronidazol
Tablet Metildopa Baku pembanding
Baku pembanding Identifikasi
Disolusi Cemaran organik (tambahan)
Penetapan kadar Penetapan kadar
Wadah dan penyimpanan
Metilprednisolon Asetat
Baku pembanding Tablet Metronidazol
Kemurnian kromatografi (tambahan) Baku pembanding
Penetapan kadar Identifikasi
Wadah dan penyimpanan Disolusi
Keseragaman sediaan
Metiltestosteron Cemaran organik (tambahan)
BM Penetapan kadar
Definisi Wadah dan penyimpanan
Baku pembanding
Identifikasi Mikonazol Nitrat
Jarak lebur (hilangkan) BM
Kemurnian kromatografi (hilangkan) Baku pembanding
Cemaran organik (tambahan) Kemurnian kromatografi (hilangkan)
Penetapan kadar Cemaran organik (tambahan)
Cemaran umum (hilangkan)
– 2408 –

Morfin Hidroklorida Natrium Bikarbonat


Definisi Baku pembanding (hilangkan)
Kelarutan Identifikasi
Baku pembanding (tambahan) Karbonat
Identifikasi Karbonat normal
Kejernihan larutan Klorida dan sulfat
Warna dan akromisitas Sulfat (hilangkan)
Keasaman-kebasaan Sulfur (tambahan)
Rotasi jenis Aluminium
Mekonat (hilangkan) Arsen
Susut pengeringan (hilangkan) Kalium
Air (tambahan) Magnesium
Sisa pemijaran Tembaga
Senyawa sejenis (hilangkan) Besi
Cemaran organik (tambahan) Logam berat
Penetapan kadar Amonia
Senyawa organik
Nadolol
Definisi Injeksi Natrium Hidrogen Karbonat
Baku pembanding Judul monografi
Identifikasi Definisi
Komposisi rasemat Baku pembanding
Kemurnian kromatografi (hilangkan) Wadah dan penyimpanan
Cemaran organik (tambahan)
Penetapan kadar Tablet Natrium Hidrogen Karbonat
Judul monografi
Nafazolin Nitrat
Identifikasi Natrium Klorida
Suhu lebur (hilangkan) Baku pembanding (tambahan)
Warna dan akromisitas Aluminium
Susut pengeringan Besi
N-(naftilasetil)etilendiamin (hilangkan) Besi (II) sianida
Cemaran organik (tambahan) Fosfat
Magnesium dan logam alkali tanah
Tablet Naproksen Natrium Nitrit
Baku pembanding Sulfat
Identifikasi Sterilitas
Cemaran organik (tambahan) Penandaan
Penetapan kadar
– 2409 –

Injeksi Natrium Klorida Majemuk Kelarutan


Penetapan kadar kalsium
Penetapan kadar klorida Neostigmin Metilsulfat
Penandaan (tambahan) Baku pembanding
Identifikasi
Natrium Nitroprusida
Nama kimia Injeksi Neostigmin Metilsulfat
Baku pembanding Baku pembanding
Identifikasi
Natrium Salisilat
Kelarutan Nikotinamida
Baku pembanding (tambahan) Baku pembanding
Identifikasi Identifikasi
Cemaran senyawa organik mudah menguap pH (hilangkan)
(hilangkan) Senyawa sejenis (hilangkan)
Cemaran senyawa organik mudah menguap
Natrium Sitrat (hilangkan)
Nama kimia Penetapan kadar
Identifikasi
Tartrat Nitrazepam
Logam berat Baku pembanding
Penandaan (tambahan) Identifikasi
Suhu lebur (hilangkan)
Natrium Tiosulfat Logam berat (hilangkan)
Nama kimia Senyawa sejenis (hilangkan)
Rumus molekul dan BM Cemaran organik (tambahan)
Identifikasi
Arsen (hilangkan) Tablet Noretisteron
Disolusi
Injeksi Natrium Tiosulfat Penetapan kadar
Definisi Penandaan (tambahan)

Neomisin Sulfat Injeksi Pankuronium Bromida


Baku pembanding Definisi
Identifikasi Pemerian (hilangkan)
pH Baku pembanding
Syarat lain Identifikasi
Endotoksin bakteri (tambahan)
Neostigmin Bromida Bahan partikulat dalam injeksi (tambahan)
Pemerian Senyawa sejenis (hilangkan)
– 2410 –

Cemaran organik (tambahan) Pirantel Pamoat


Penetapan kadar Baku pembanding
Wadah dan penyimpanan Identifikasi
Besi
Parasetamol Senyawa sejenis (hilangkan)
Definisi Asam pamoat
Baku pembanding Cemaran organik (tambahan)
Identifikasi Penetapan kadar
Jarak lebur (hilangkan) Wadah dan penyimpanan
Air (hilangkan)
Susut pengeringan (tambahan) Piridostigmin Bromida
Klorida (hilangkan) Baku pembanding
Sulfat (hilangkan) Susut pengeringan
Sulfida (hilangkan) Cemaran senyawa organik mudah menguap
Zat mudah terarangkan (hilangkan) (hilangkan)
p-Kloroasetanilida (hilangkan)
Cemaran organik (tambahan) Povidon Iodum
Penetapan kadar Pemerian
Sisa pemijaran
Perfenazin Kandungan nitrogen
Baku pembanding Ion iodida
Kejernihan dan warna larutan (hilangkan)
Identifikasi Tablet Prazosin Hidroklorida
Jarak lebur (hilangkan) Baku pembanding
Susut pengeringan Senyawa sejenis (tambahan)
Cemaran umum (hilangkan) Penetapan kadar
Cemaran organik (tambahan) Penandaan (tambahan)
Penetapan kadar
Prednison
Pilokarpin Hidroklorida BM
Definisi Definisi
Baku pembanding Baku pembanding
Identifikasi Air
Jarak lebur (hilangkan) Cemaran organik
Rotasi jenis Penetapan kadar
Zat mudah terarangkan Wadah dan penyimpanan
Cemaran organik (tambahan) Penandaan (hilangkan)
Cemaran umum (hilangkan)
Penetapan kadar Prometazin Teoklat
Wadah dan penyimpanan Nama kimia
– 2411 –

Pemerian Metilmerkuri (tambahan)


Kelarutan Sulfat
Identifikasi Nitrogen (hilangkan)
Senyawa sejenis Kemurnian kromatografi (tambahan)
Penetapan kadar
Propilen Glikol Wadah dan penyimpanan
Baku pembanding
Identifikasi Injeksi Protamin Sulfat
Dietilen glikol dan etilen glikol (tambahan) Definisi
Sulfat Baku pembanding
Arsen (hilangkan) Identifikasi
Cemaran senyawa organik mudah menguap pH (tambahan)
(hilangkan) Bahan partikulat dalam injeksi (tambahan)
Penetapan kadar Penetapan kadar
Wadah dan penyimpanan
Propiliodon
Wadah dan penyimpanan Pseudoefedrin Hidroklorida
Baku pembanding
Propiltiourasil Rotasi jenis
Pemerian pH
Baku pembanding Cemaran organik
Cemaran umum Penetapan kadar

Injeksi Propranolol Hidroklorida Repaglinida


Definisi Definisi
Baku pembanding Pemerian
Penetapan kadar Baku pembanding
Identifikasi
Tablet Propranolol Hidroklorida Rotasi jenis (hilangkan)
Baku pembanding Susut pengeringan
Keseragaman sediaan Cemaran organik
Penetapan kadar Kemurnian enansiomer (tambahan)
Penetapan kadar
Protamin Sulfat Wadah dan penyimpanan
Definisi
Baku pembanding Tablet Repaglinida
Identifikasi (tambahan) Baku pembanding
Endotoksin bakteri (tambahan) Identifikasi
pH (tambahan) Disolusi
Uji batas besi (tambahan) Susut pengeringan (hilangkan)
– 2412 –

Cemaran organik Kapsul Sefradin


Penetapan kadar Baku pembanding
Identifikasi
Riboflavin 5’-Natrium Fosfat Penetapan kadar
Judul monografi Penandaan (tambahan)
Rumus kimia
Definisi Sianokobalamin
Baku pembanding Definisi
Identifikasi Baku pembanding
Rotasi jenis Identifikasi
pH Pseudo sianokobalamin (hilangkan)
Fosfat bebas Senyawa sejenis (tambahan)
Riboflavin bebas dan riboflavin difosfat Penetapan kadar
Lumiflavin
Penetapan kadar Tablet Siklofosfamida
Baku pembanding
Salbutamol Sulfat Identifikasi
Baku pembanding Disolusi
Keseragaman sediaan
Salisilamida Penetapan kadar
Baku pembanding Wadah dan penyimpanan
Identifikasi
Kemurnian kromatografi (hilangkan) Siklosporin
Cemaran organik (tambahan) Definisi
Cemaran senyawa organik mudah menguap Baku pembanding
(hilangkan) Cemaran organik
Penetapan kadar
Sefotaksim Natrium
Definisi Larutan Oral Siklosporin
Pemerian Baku pembanding
Baku pembanding Identifikasi
Kejernihan dan warna larutan (hilangkan) Etanol
Kemurnian kromatografi (hilangkan) Penetapan kadar
Syarat lain (hilangkan)
Sterilitas (tambahan) Sisplatin
Endotoksin bakteri (tambahan) BM
Cemaran organik (tambahan) Baku pembanding
Penetapan kadar Identifikasi
Penandaan (tambahan) Perbandingan kemurnian ultraviolet
– 2413 –

Sisplatin untuk Injeksi Penetapan kadar


Baku pembanding
Identifikasi Tetrakain Hidroklorida
Larutan terkonstitusi Definisi
Wadah dan penyimpanan Baku pembanding
Identifikasi
Sistein Hidroklorida Syarat lain
Nama kimia Kemurian kromatografi (hilangkan)
BM Cemaran organik (tambahan)
Susut pengeringan Penetapan kadar
Sulfat
Senyawa sejenis Timerosal
Penetapan kadar Definisi
Baku pembanding
Sulfadimidin Identifikasi
Baku pembanding Zat larut dalam eter (hilangkan)
Penetapan kadar Ion raksa
Zat mudah terarangkan (hilangkan)
Sulfametoksazol Cemaran organik (tambahan)
Baku pembanding Penetapan kadar
Cemaran organik
Timol
Tablet Telmisartan Baku pembanding (tambahan)
Baku pembanding Identifikasi
Disolusi
Penetapan kadar Timolol Maleat
Penandaan (tambahan) Definisi
Baku pembanding
Tetrahidrozolin Hidroklorida Identifikasi
Baku pembanding Kemurnian kromatografi (hilangkan)
Cemaran umum Cemaran organik (tambahan)
Perubahan
Tetrakain
BM Tiopental Natrium untuk Injeksi
Definisi Baku pembanding
Baku pembanding Identifikasi (tambahan)
Identifikasi Keseragaman sediaan (tambahan)
Jarak lebur (hilangkan) Sterilitas (tambahan)
Kemurnian kromatografi (hilangkan) Penetapan kadar
Cemaran organik (tambahan) Wadah dan penyimpanan
– 2414 –

Triheksifenidil Hidroklorida Wadah dan penyimpanan


Baku pembanding
pH (tambahan) Zink Klorida
Klorida (hilangkan) Pemerian
Kemurnian kromatografi (hilangkan) Alkali dan alkali tanah
Cemaran organik (tambahan) Cemaran senyawa organik mudah menguap
Penetapan kadar (hilangkan)

Valsartan Zink Sulfat


Nama kimia Rumus molekul
Baku pembanding Keasaman
Uji batas senyawa sejenis A valsartan Penandaan (tambahan)
Uji batas senyawa sejenis B valsartan,
senyawa sejenis C valsartan dan senyawa Zink Undesilat
sejenis lainnya BM
Penetapan kadar Identifikasi
Penetapan kadar

LAMPIRAN DENGAN PERUBAHAN

<61> Uji Efektifitas Antimikroba


<291> Uji Identifikasi Umum
<321> Uji Batas Arsen
<511> Penetapan Kadar Vitamin A
<861> Isi Minimum
<1231> Disolusi
<1271> Wadah

PEREAKSI BARU

1. Amonium pirolidinditiokarbamat P 9 Gliserin P


2. Asam oktansulfonat, garam natrium 10 Gliserin basa LP
3 Asam trifluoroasetat P 11 Hitam eriokrom T, LP
4 Alizarin Natrium Sulfonat P 12 Hitam erioikrom T, encer
5 Alizarin Natrium Sulfonat LP 13 Kalium biftalat P
6 Asam 1-naftilasetat 14 Kalium besi(III) sianida LP
7 Besi(III) sulfat P 15 Larutan baku nikel LP
8 N-Etilmaleimid P 16 Merah metil LP 2
– 2415 –

17 Metanol bebas aldehida P 20 Tioasetamida gliserin basa LP


18 Metenamin P 21 Zirkonil nitrat P
19 Natrium tosilkloramida P

PEREAKSI DENGAN PERUBAHAN

1 Asam asetat encer LP 7 1,10-Fenantrolin P


2 Asam hidroklorida encer LP 8 Fenantrolin monohidroklorida monohidrat P
3 Asam nitrat encer LP 9 Heksamin P
4 Asam sulfat encer LP 10 Kloramin T P
5 Dapar borat pH 8,0 11 Tembaga(II) tartrat alkali LP
6 Dapar borat pH 9,0
KETENTUAN UMUM
2416

Perubahan
Baku Pembanding FI Baku Pembanding FI adalah senyawa yang telah disetujui keabsahan penggunaannya
sebagai pembanding dalam pengujian dan penetapan kadar berdasarkan FI (seperti tertera pada Baku Pembanding
Farmakope Indonesia <11>). Jika suatu pengujian atau penetapan kadar monografi perlu menggunakan baku
pembanding dan bukan Baku Pembanding FI, maka dapat digunakan suatu bahan yang memenuhi semua
persyaratan dalam monografi. Jika etiket baku pembanding tidak mencantumkan potensi atau kadar tertentu, maka
kemurniannya dianggap 100,0% pada penggunaan resmi. Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi
atau ketentuan umum, penggunaan baku pembanding mengacu pada petunjuk yang tertera pada sertifikat pengujian
(contoh: Baku pembanding yang dinyatakan “tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan”, untuk penetapan
kuantitatif tetapkan kadar air secara titrimetri, misalnya secara Karl Fischer atau timbang apa adanya dengan
ketentuan 1 mg setara dengan 925 µg).
MONOGRAFI
– 2417 –

AKSEROFTOL Larutan uji Jika dalam bentuk cairan, larutkan


Vitamin A sejumlah volume yang setara dengan lebih kurang
Retinol 5 mg Vitamin A dalam metilena klorida P hingga
Axerophtol 10 ml. Jika dalam bentuk padat, timbang sejumlah zat
setara dengan lebih kurang 5 mg Vitamin A,
Perubahan masukkan ke dalam corong pisah, tambahkan 75 ml
3,7-Dimetil-9(2,6,6-trimetil-1-sikloheksana-1-il)- air, kocok kuat selama 1 menit. Ekstraksi dengan
2,4,6,8-nonatetraena-1-ol [68-26-8] 10 ml metilena klorida P dengan mengocok selama
C20H30O BM 286,46 1 menit dan sentrifus untuk menjernihkan ekstrak
metilena klorida.
Vitamin A mengandung tidak kurang dari 95,0%, Prosedur Totolkan secara terpisah 15 µl Larutan
C20H30O, (vitamin A alkohol) dari jumlah yang tertera baku dan 10 µl Larutan uji pada lempeng
pada etiket. Vitamin A dapat mengandung vitamin A kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
atau ester vitamin A yang dibentuk dari asam lemak kromatografi yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase
yang dapat dimakan terutama asam asetat dan asam gerak merambat hingga 10 cm. Angkat lempeng,
palmitat. Vitamin A dapat diencerkan dengan minyak tandai batas rambat, biarkan kering di udara. Semprot
yang dapat dimakan atau dapat dicampur dengan zat dengan asam fosfomolibdat LP: bercak biru hijau
pembawa atau zat tambahan padat yang dapat yang terjadi menunjukkan adanya vitamin A. Harga
dimakan dan dapat mengandung zat antimikroba, zat Rf vitamin A dalam bentuk alkohol, asetat, dan
pendispersi, dan antioksidan. palmitat berturut-turut adalah 0,1; 0,45; 0,7.

Pemerian Dalam bentuk cair berupa minyak; Perbandingan serapan Tidak kurang dari 0,85.
berwarna kuning muda sampai merah; dapat Tetapkan perbandingan serapan yang telah dikoreksi
membeku pada pendinginan. Dalam bentuk padat [A325] terhadap serapan yang diamati (A325) seperti
mempunyai bentuk sesuai dengan pengencer yang tertera pada Penetapan Kadar Vitamin A <511>.
ditambahkan. Praktis tidak berbau atau sedikit berbau
ikan; tidak berasa; dan tengik. Tidak stabil terhadap Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
udara dan cahaya. Metode Kromatografi seperti tertera pada Penetapan
Kadar Vitamin A <511> menggunakan sejumlah zat
Kelarutan Dalam bentuk cair tidak larut dalam air yang ditimbang saksama.
dan dalam gliserin; sangat larut dalam kloroform dan
dalam eter; larut dalam etanol mutlak dan dalam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
minyak nabati. Dalam bentuk padat dapat terdispersi rapat, sebaiknya dalam gas inert, terlindung cahaya.
dalam air.
Tambahan persyaratan
Perubahan Penandaan Pada etiket harus dicantumkan bentuk
Baku pembanding Retinil Asetat BPFI (C22H32O2 zat aktif, zat antimikroba, bahan pendispersi,
BM 328,49); buang sisa yang tidak digunakan setelah antikoksi, dan atau bahan lain yang ditambahkan, dan
ampul dibuka. Simpan dalam lemari pendingin, aktivitas vitamin A yang setara dengan jumlah retinol,
terlindung cahaya. Retinil Palmitat BPFI (C36H60O2 dalam mg per gram. Aktivitas vitamin A dapat
BM 524,86); tidak boleh dikeringkan sebelum dinyatakan dalam unit FI berdasarkan 1 unit setara
digunakan. Buang sisa yang tidak digunakan setelah dengan 0,3 µg aktivitas biologi semua bentuk trans
dibuka. Simpan dalam lemari pendingin, terlindung isomer retinol.
cahaya.

Perubahan ALOKSIPRIN
Identifikasi Aloxiprine
A. Pada 1 ml larutan zat dalam kloroform P yang
mengandung lebih kurang 6 µg vitamin A, Aloksiprin [9014-67-9]
tambahkan 10 ml antimon(III) klorida LP: segera
terjadi warna biru tidak stabil. Aloksiprin mengandung tidak kurang dari 7,5%
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada dan tidak lebih dari 8,5% aluminium (Al) dan tidak
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. kurang dari 79,0% dan tidak lebih dari 87,4%
Fase gerak Campuran sikloheksana P-eter P (4:1). salisilat total, dihitung sebagai asam o-
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. asetilsalisilat, C 9H8O4, masing-masing dihitung
Larutan baku Larutkan Retinil Asetat BPFI dan terhadap zat kering.
Retinil Palmitat BPFI dalam metilena klorida P,
masing-masing setara dengan lebih kurang 0,2 mg Pemerian Serbuk halus; putih atau agak merah
per ml retinol. muda.
– 2418 –

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol, gelombang serapan maksimum 308 nm. Hitung
dan dalam eter. jumlah, C7H6O3, dengan serapan jenis (1%, 1 cm)
adalah 293.
Tambahan persyaratan
Baku pembanding Asam Salisilat BPFI; tidak boleh Perubahan
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam Asam asetilsalisilat bebas Tidak lebih dari 0,5% di
wadah tertutup rapat. hitung terhadap salisilat total; lakukan penetapan
sebagai berikut: Pada sejumlah zat yang setara
Perubahan dengan 1,0 g salisilat total, tambahkan 50 ml eter P
Identifikasi kering, kocok selama 30 menit. Saring dengan cepat
A. Didihkan 1 g zat dengan 20 ml asam melalui kertas saring lipat, masukkan ke dalam labu
hidroklorida 2 N, dinginkan, saring dan simpan tentukur 100-ml, bilas kertas saring beberapa kali
filtrat. Larutkan residu yang diperoleh dalam 10 ml dengan eter P kering, encerkan dengan eter P kering
natrium hidroksida 0,1 N dan netralkan dengan asam sampai tanda. Ukur serapan pada panjang gelombang
asetat 1 N. Pada 1 ml larutan menunjukkan reaksi serapan maksimum 278 nm; serapan tidak lebih dari
Salisilat cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi 0,36.
Umum <291>.
B. Filtrat pada Identifikasi A menunjukkan reaksi Perubahan
Aluminium sebagai berikut: Asam Salisilat Tidak lebih dari 0,15% dihitung
Pereaksi tioasetamida Pada 0,2 ml tioasetamida LP terhadap salisilat total; Ukur serapan asam
tambahkan 1 ml campuran 15 ml natrium hidroksida asetilsalisilat pada panjang gelombang serapan
P 8,5%, 5 ml air, dan 20 ml gliserol P 85%, panaskan maksimum 308 nm; serapan tidak lebih dari 0,50.
dalam penangas air selama 20 detik, dinginkan dan
gunakan segera. Perubahan
Prosedur Pada filtrat tambahkan 0,5 ml asam Penetapan kadar
hidroklorida P 7,3% dan 0,5 ml Pereaksi Aluminium Timbang saksama lebih kurang 2 g zat,
tioasetamida: terbentuk endapan putih gelatinous masukkan ke dalam krus silika yang telah ditara,
yang akan larut dengan penambahan natrium panaskan perlahan-lahan sampai senyawa organik
hidroksida P 8,5%. Tambahkan amonium klorida P terurai dan pijarkan sampai bobot tetap pada suhu
10,7%: endapan putih gelatinous terbentuk kembali. 1000º. Tiap g sisa pemijaran setara dengan 529,2 mg
Al.
Perubahan
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari Perubahan
10 bpj; lakukan penetapan menggunakan 2,0 g zat Salisilat total
dan 2 ml Larutan baku timbal (10 bpj). Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Salisilat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan air hingga
lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada kadar lebih kurang 0,05%. Pipet 4 ml larutan,
tekanan tidak lebih dari 5,25 mmHg, menggunakan masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan
1 g zat. 4 ml besi(III) klorida LP, diamkan selama 30 menit,
encerkan dengan air sampai tanda.
Perubahan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
Salisilat terikat Tidak lebih dari 9,5% dihitung 250 mg zat, masukkan ke dalam gelas piala yang
sebagai asam salisilat, C7H6O3, dibandingkan sesuai, tambahkan 50 ml larutan natrium hidroksida
terhadap asam o-asetilsalisilat yang ditetapkan 1 N, didihkan perlahan-lahan sampai larut.
dengan cara sebagai berikut: pada 100 mg zat, Dinginkan, tambahkan 50 ml air, atur pH antara 2,40
masukkan ke dalam corong pisah yang sesuai, dan 2,50 dengan asam hidroklorida 1 N, pindahkan ke
tambahkan 40 ml larutan natrium florida P 0,5% dalam labu tentukur 500-ml, encerkan dengan air
dalam asam hidroklorida 0,1 N, kocok selama sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu
5 menit. Diamkan 10 menit sambil sering dikocok. tentukur 50-ml, tambahkan 4 ml besi(III) klorida LP,
Ekstraksi enam kali tiap kali dengan 20 ml diamkan selama 30 menit, encerkan dengan air
diklorometana P, saring kumpulan ekstrak sampai tanda.
diklorometana melalui natriumsulfat anhidrat P, Blangko Pipet 4 ml besi(III) klorida LP ke dalam
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, bilas labu tentukur 50-ml, encerkan dengan air sampai
natrium sulfat anhidrat P dengan 30 ml tanda.
diklorometana P dan encerkan bilasan dengan Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
diklorometana P sampai tanda. Pipet 20 ml larutan ke uji pada panjang gelombang serapan maksimum
dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan 530 nm, menggunakan Blangko. Hitung salisilat total
diklorometana P sampai tanda. Ukur pada panjang sebagai C9H8O4.
– 2419 –

Tiap 1 g asam salisilat cepat melalui kertas saring lipat, bilas kertas saring
setara dengan 1,305 g C9H8O4 beberapa kali dengan eter P kering. Tambahkan pada
kumpulan filtrat dan bilasan, 10 ml natrium
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup hidroksida 1 N, goyangkan dan campur, uapkan eter
baik. di atas tangas air. Dinginkan, atur pH antara 2,40 dan
2,50 dengan asam hidroklorida 1 N, masukkan ke
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air
TABLET ALOKSIPRIN sampai tanda. Pipet 20 ml larutan, masukkan ke
Aloxiprin Tablets dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 4,0 ml
besi(III) klorida LP, encerkan dengan dapar asetat
Tablet Aloksipirin mengandung salisilat total tidak pH 2,45 sampai tanda. Biarkan selama 30 menit, bila
kurang dari 92,5% dan tidak lebih dari 107,5% perlu saring.
dihitung sebagai asam o-asetilsalisilat, C9H8O4, dari Blangko Pipet 4 ml besi (III) klorida LP ke dalam
jumlah yang tertera pada etiket. labu tentukur 50-ml, encerkan dengan dapar asetat
pH 2,45 sampai tanda.
Tambahan persyaratan Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
Baku pembanding Asam Salisilat BPFI; tidak boleh baku pada panjang gelombang serapan maksimum
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam 530 nm: Serapan Larutan uji tidak boleh lebih besar
wadah tertutup rapat. dari serapan Larutan baku.

Perubahan Perubahan
Identifikasi Timbang 500 mg serbuk tablet, Salisilat terikat Tidak lebih dari 15,0%, dihitung
masukkan ke dalam gelas piala yang sesuai, sebagai asam salisilat, C7H6O3, terhadap Salisilat
tambahkan 5 ml asam hidroklorida P, didihkan dan total. Lakukan penetapan dengan cara sebagai
dinginkan, saring. Bilas residu dengan 20 ml air, berikut: Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
kumpulkan filtrat dan hasil bilasan. Gunakan larutan setara dengan 150 mg Salisilat total, masukkan ke
yang diperoleh untuk pengujian sebagai berikut: dalam corong pisah yang sesuai, tambahkan 40 ml
A. Aluminium larutan natrium fluorida P 0,5% dalam asam
Pereaksi tioasetamida Pada 0,2 ml tioasetamida LP hidroklorida 0,1 N, kocok selama 5 menit. Diamkan
tambahkan 1 ml campuran 15 ml natrium hidroksida 10 menit sambil sering dikocok. Ekstraksi enam kali
P 8,5%, 5 ml air, dan 20 ml gliserol P 85%, panaskan tiap kali dengan 20 ml kloroform P, saring kumpulan
dalam penangas air selama 20 detik, dinginkan dan ekstrak kloroform melalui natrium sulfat anhidrat P,
gunakan segera. masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, bilas
Prosedur Pada filtrat tambahkan 0,5 ml asam natrium sulfat anhidrat P dengan 30 ml kloroform P
hidroklorida P 7,3% dan 0,5 ml Pereaksi tioasetamida: dan encerkan dengan kloroform P sampai tanda.
terbentuk endapan putih gelatinous yang akan larut Pipet 20 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml,
dengan penambahan natrium hidroksida P 8,5%. encerkan dengan kloroform P sampai tanda. Ukur
Tambahkan amonium klorida P 10,7%: endapan putih serapan larutan pada panjang gelombang serapan
gelatinous terbentuk kembali. maksimum 308 nm. Hitung jumlah asam salisilat,
B. Netralkan larutan dengan natrium hidroksida C7H6O3, dengan serapan jenis (1%, 1 cm) adalah 293.
1 N, larutan menunjukkan reaksi Salisilat Cara A
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 5 menit.

Perubahan Perubahan
Salisilat bebas Tidak lebih dari 1,5%, dihitung Penetapan kadar
terhadap Salisilat total. Penetapan dilakukan dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
cara sebagai berikut: Salisilat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan air hingga
Salisilat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur kadar lebih kurang 0,05%. Pipet 4 ml larutan,
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan air hingga masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan
kadar lebih kurang 0,036%. Pipet 5 ml larutan, 35 ml dapar asetat pH 2,45 dan 4,0 ml besi(III)
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan klorida LP, encerkan dengan air sampai tanda.
4,0 ml besi(III) klorida LP, encerkan dengan dapar Diamkan selama 30 menit.
asetat pH 2,45 sampai tanda. Diamkan selama 30 Larutan uji Timbang dan serbukkan 20 tablet.
menit, encerkan dengan air sampai tanda. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet, setara
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk dengan lebih kurang 300 mg Salisilat total, masukkan
tablet setara dengan 600 mg Salisilat total, masukkan ke dalam gelas piala yang sesuai, tambahkan 50 ml
ke dalam gelas piala yang sesuai, tambahkan 50 ml natrium hidroksida 1 N, didihkan hati-hati selama
eter P kering, kocok selama 30 menit. Saring dengan 15 menit, sambil sesekali digoyang. Dinginkan, atur
– 2420 –

pH antara 2,40 dan 2,50 dengan penambahan asam Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
hidroklorida 1 N, masukkan ke dalam labu tentukur telah dikeringkan, didispersikan dalam kalium bromida
500-ml, encerkan dengan air sampai tanda. Saring P, menunjukkan maksimum pada bilangan gelombang
sebagian suspensi; pipet 5 ml filtrat ke dalam labu yang sama seperti pada Alopurinol BPFI.
tentukur 50-ml, tambahkan 35 ml dapar asetat pH
2,45 dan 4,0 ml besi(III) klorida LP, encerkan dengan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
air sampai tanda. Diamkam selama 30 menit. lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Blangko Pipet 4 ml besi(III) klorida LP ke dalam 105º selama 5 jam.
labu tentukur 50-ml, encerkan dengan dapar asetat
pH 2,45 sampai tanda. Hilangkan persyaratan
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan Kemurnian kromatografi Tidak lebih dari 0,2%;
uji pada panjang gelombang serapan maksimum lakukan penetapan secara Kromatografi lapis tipis
530 nm, menggunakan Blangko. Hitung salisilat total seperti tertera pada Kromatografi <931>.
sebagai, C9H8O4, dalam serbuk tablet. Fase gerak Kocok 200 ml n-butanol P dan 200 ml
amonium hidroksida 6 N, buang lapisan bawah dan
Tiap 1 g asam salisilat tambahkan 20 ml n-butanol P pada lapisan atas.
setara dengan 1,305 g C9H8O4 Larutan baku Timbang saksama sejumlah 3-
amino-4 karboksamidopirazol Hemisulfat BPFI,
Tambahan persyaratan larutkan dalam amonium hidroksida 6 N hingga kadar
Penandaan Pada etiket tertera kandungan senyawa 50 µg per ml.
aloksiprin dan kesetaraan jumlah salisilat dihitung Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 250 mg
sebagai asam o-asetilsalisilat, C9H8O4. zat, larutkan dalam campuran amonium hidroksida
6 N-natrium hidroksida 1 N (9:1) hingga 10,0 ml,
campur.
ALOPURINOL Prosedur Totolkan masing-masing secara terpisah
Allopurinol 10 l Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
kromatografi selulosa setebal 0,16 mm yang
mengandung indikator fluoresensi. Masukkan lempeng
ke dalam bejana yang berisi Fase gerak, biarkan
merambat hingga 1 cm di bawah ujung lempeng,
angkat dan keringkan di udara, amati di bawah
cahaya ultraviolet; intensitas bercak lain selain bercak
utama dari Larutan uji tidak lebih besar dari bercak
utama Larutan baku.
1H-Pirazol[3,4-d]pirimidin-4-ol [315-30-0]
C5H4N4O BM 136,11
Hilangkan persyaratan
Cemaran senyawa organik mudah menguap
Perubahan
<471> Metode V Memenuhi syarat.
Alopurinol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.
tidak lebih dari 102,0%, C5H4N4O, dihitung terhadap
zat kering.
Tambahan persyaratan
Hidrazin Tidak lebih dari 10 bpj. [Catatan Dalam
Pemerian Serbuk halus putih hingga hampir putih;
kondisi berikut, hidrazin dalam zat uji akan bereaksi
berbau lemah.
dengan benzaldehida membentuk benzalazin.]
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
etanol; larut dalam larutan kalium hidroksida dan
<931>.
dalam natrium hidroksida; praktis tidak larut dalam
Larutan natrium hidroksida 2 N Timbang lebih
kloroform dan dalam eter.
kurang 8,5 g natrium hidroksida P, larutkan dalam
100 ml air.
Perubahan
Pengencer Campuran Larutan natrium hidroksida
Baku pembanding Alopurinol BPFI; tidak boleh
2 N-metanol P (1:1).
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
Larutan benzaldehida Buat larutan benzaldehida P
wadah tertutup rapat; Senyawa Sejenis A Alopurinol
40 mg per ml dalam Pengencer. Buat segera sebelum
BPFI; Senyawa Sejenis B Alopurinol BPFI; Senyawa
digunakan.
Sejenis C Alopurinol BPFI; Senyawa Sejenis D
Larutan hidrazin Timbang saksama lebih kurang
Alopurinol BPFI; Senyawa Sejenis E Alopurinol
10 mg hidrazin sulfat P, masukkan ke dalam labu
BPFI.
tentukur 50-ml, larutkan dengan Pengencer, sonikasi
selama 2 menit dan encerkan dengan Pengencer
– 2421 –

sampai tanda. Encerkan larutan secara kuantitatif dan Larutan uji pada suhu 8°, menggunakan autosampler
jika perlu bertahap dengan Pengencer hingga kadar berpendingin.] Lakukan penetapan dengan cara
lebih kurang 2,0 µg per ml. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku Pipet 5 ml Larutan hidrazin, Kromatografi <931>.
masukkan ke dalam labu yang sesuai, tambahkan Larutan A Larutkan lebih kurang 1,25 g kalium
4 ml Larutan benzaldehida, campur dan diamkan fosfat monobasa P dalam 1000 ml air, saring dan
selama 2,5 jam pada suhu ruang. Tambahkan 5,0 ml awaudarakan.
heksana P dan kocok selama 1 menit. Diamkan Larutan B Gunakan metanol P.
hingga lapisan terpisah dan gunakan lapisan atas Fase gerak Gunakan variasi campuran
(heksana). Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 250 mg Sistem kromatografi.
zat, masukkan ke dalam labu yang sesuai dan Pengencer Campuran Larutan A–Larutan B
larutkan dengan 5,0 ml Pengencer. Tambahkan 4 ml (90:10).
Larutan benzaldehida, campur dan diamkan selama Larutan baku persediaan Timbang saksama
2,5 jam pada suhu ruang. Tambahkan 5,0 ml masing-masing lebih kurang 5 mg Alopurinol BPFI,
heksana P dan kocok selama 1 menit. Biarkan hingga Senyawa Sejenis A Alopurinol BPFI, Senyawa Sejenis
lapisan terpisah dan gunakan lapisan atas (heksana). B Alopurinol BPFI, Senyawa Sejenis C Alopurinol
Blangko Buat campuran 5,0 ml Pengencer dan 4 ml BPFI, Senyawa Sejenis D Alopurinol BPFI, dan
Larutan benzaldehida, diamkan selama 2,5 jam pada Senyawa Sejenis E Alopurinol BPFI, masukkan ke
suhu ruang. Tambahkan 5,0 ml heksana P dan kocok dalam labu tentukur100-ml. Tambahkan 2,0 ml
selama 1 menit. Diamkan hingga lapisan terpisah dan natrium hidroksida 0,1 N, segera sonikasi dengan
gunakan lapisan atas (heksana). digoyang selama tidak lebih dari 1 menit hingga
Fase gerak Campuran heksana P-isopropil alkohol larut, tambahkan 80 ml Pengencer, lanjutkan sonikasi
P (95:5). Saring dan awaudarakan. selama 5 menit. Encerkan dengan Pengencer sampai
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tanda. [Catatan Larutan stabil selama 48 jam jika
tinggi dilengkapi dengan detektor 310 nm dan kolom disimpan pada suhu 8°.]
berukuran 4,0 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
L10 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur yang
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per sesuai, encerkan dengan Pengencer hingga kadar
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, alopurinol lebih kurang 0,5 µg per ml dan masing-
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak masing senyawa sejenis lebih kurang 0,5 µg per ml.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg
benzaldehida dan benzalazin tidak kurang dari 2,0; zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
waktu retensi relatif benzaldehida dan benzalazin tambahkan 5,0 ml natrium hidroksida 0,1 N untuk
berturut-turut adalah l,0 dan 0,8; simpangan baku melarutkan, segera sonikasi sambil digoyang selama
relatif untuk puncak benzalazin pada penyuntikan tidak lebih dari 1 menit, tambahkan 80 ml Pengencer
ulang tidak lebih besar dari 15,0 %. dan lanjutkan sonikasi selama 5 menit. Encerkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan Pengencer sampai tanda.
volume sama (lebih kurang 20 µl) Blangko, Larutan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
Rekam kromatogram tidak kurang dari dua kali berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
waktu retensi puncak benzaldehida dan ukur semua L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
respons puncak. Hitung jumlah dalam bpj hidrazin kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per
dalam zat dengan rumus: menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:

 32,05   CS   rU  Waktu Larutan A Larutan B Eluasi


1000        (menit) (%) (%)
 130,12  C
   T   rS  0-30
30-35
9070
70
1030
30
gradien linier
isokratik
1000 adalah koefisien konversi dari µg per ml ke bpj; 35-36 7090 3010 gradien linier
32,05 dan 130,12 berturut-turut adalah bobot molekul 36-46 90 10 kesetimbangan
hidrazin dan hidrazin sulfat; CS adalah kadar dalam kembali
µg per ml hidrazin sulfat dalam Larutan hidrazin; CT
adalah kadar dalam mg per ml alopurinol dalam Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons kromatogram dan ukur semua respons puncak seperti
puncak benzalazin dari Larutan uji dan Larutan baku. tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara senyawa
sejenis B alopurinol dan senyawa sejenis C
Tambahan persyaratan
alopurinol tidak kurang dari 0,8 dan faktor ikutan
Cemaran organik [Catatan Simpan dan masukkan
untuk puncak alopurinol tidak lebih dari 1,5.
Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku, dan
– 2422 –

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah hidroksida 0,1 N dan segera encerkan secara
volume sama (lebih kurang 40 µl) Larutan baku dan kuantitatif dengan Fase gerak hingga kadar masing-
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam masing 0,05 mg per ml. Pipet 1 ml masing-masing
kromatogram dan ukur semua respons puncak. dari ketiga larutan, masukkan ke dalam labu tentukur
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat 100-ml yang sama, encerkan dengan Fase gerak
dengan rumus: sampai tanda, kocok.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
 ri   Cs  Alopurinol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
      100 yang sesuai, larutkan dengan sejumlah kecil natrium
 rS   Cu  hidroksida 0,1 N dan encerkan segera dengan Fase
gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
ri dan rs berturut-turut adalah respons puncak masing- Encerkan larutan secara kuantitatif dengan Fase gerak
masing cemaran dalam Larutan uji dan Larutan hingga kadar alopurinol lebih kurang 0,08 mg per ml.
baku; Cs adalah kadar masing-masing cemaran dalam Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
mg per ml Larutan baku; Cu adalah kadar alopurinol zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang dalam 5,0 ml natrium hidroksida 0,1 N, encerkan
ditimbang. [Catatan Untuk cemaran yang tidak segera dengan Fase gerak sampai tanda dan kocok.
diketahui, rS adalah respon puncak alopurinol dalam Encerkan larutan secara kuantitatif dengan Fase gerak
Larutan baku.] Masing-masing cemaran dan jumlah hingga kadar zat lebih kurang 0,08 mg per ml.
semua cemaran tidak lebih dari batas yang tertera Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pada Tabel. tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
Tabel L1. Laju alir lebih kurang 1,8 ml per menit. Lakukan
Waktu Retensi Batas kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
Cemaran rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak
Relatif (%)
Senyawa Sejenis A seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
0,62 0,2 senyawa sejenis B alopurinol dan senyawa sejenis C
Alopurinol
Senyawa Sejenis C alopurinol tidak kurang dari 1,1 dan antara senyawa
0,79 0,2 sejenis C alopurinol dan alopurinol tidak kurang dari
Alopurinol
Senyawa Sejenis B 6,0 [Catatan Untuk tujuan identifikasi, waktu retensi
0,81 0,2 relatif senyawa sejenis B alopurinol, senyawa sejenis
Alopurinol
Alopurinol 1,0 - C alopurinol dan alopurinol berturut-turut 0,7; 0,8
Senyawa Sejenis D dan 1,0.] Lakukan kromatografi terhadap Larutan
4,4 0,2 baku, rekam kromatogram dan ukur semua respons
Alopurinol
Senyawa Sejenis E puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
4,8 0,2 baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih besar
Alopurinol
Etil-(E/Z)-3-(2- dari 2,0 %.
karbetoksi-2- Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
6,5 0,2 volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
sianoetenil)amino-1H-
pirazol-4-karboksilat Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Cemaran lain - 0,1 kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Total Cemaran - 1,0 persentase alopurinol, C5H4N4O, dalam zat dengan
rumus:
Perubahan
Penetapan kadar [Catatan Tempatkan Larutan  rU   CS 
kesesuaian sistem, Larutan baku, Larutan uji pada       100
autosampler berpendingin dengan suhu 8°.] Lakukan  rS   CU 
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Larutkan lebih kurang 1,25 g kalium rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
fosfat monobasa P dalam 1000 ml air, saring dan Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuian menurut Alopurinol BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi adalah kadar alopurinol dalam mg per ml Larutan uji
<931>. berdasarkan bobot yang ditimbang.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Alopurinol BPFI, Senyawa Sejenis B Perubahan
Alopurinol BPFI, Senyawa Sejenis C Alopurinol Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
BPFI, masukkan ke dalam tiga labu tentukur terpisah baik, dalam suhu ruang.
yang sesuai, larutkan dengan sejumlah kecil natrium
– 2423 –

SUSPENSI ORAL ALUMINA DAN perlahan. Dinginkan, tambahkan air hingga 250 ml,
MAGNESIA saring: 20 ml filtrat menunjukkan sulfat tidak lebih
Alumina and Magnesia Oral Suspension dari 0,4 ml asam sulfat 0,02 N.

Perubahan Syarat lain Memenuhi syarat uji Arsen dan Logam


Suspensi Oral Alumina dan Magnesia mengandung berat seperti tertera pada Gel Aluminium Hidroksida.
aluminium hidroksida, Al(OH)3, dan magnesium
hidroksida, Mg(OH)2, masing-masing tidak kurang Penetapan kadar aluminium hidroksida
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
yang tertera pada etiket. Mengandung perisa dan tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium
antimikroba yang sesuai. Kalium Sulfat.
Larutan uji Kocok suspensi oral dalam kemasan
Identifikasi asli, ukur saksama sejumlah volume suspensi oral
A. Pada larutan yang mengandung 5 g zat uji setara dengan lebih kurang 1200 mg aluminium
dalam 10 ml asam hidroklorida 3 N, tambahkan hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala yang
5 tetes merah metil LP. Panaskan hingga mendidih sesuai. Tambahkan 20 ml air, aduk dan tambahkan
dan tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga secara perlahan 10 ml asam hidroklorida P. Jika
warna larutan berubah menjadi kuning tua. Lanjutkan perlu panaskan secara perlahan hingga larut,
pemanasan selama 2 menit, saring: filtrat dinginkan dan saring, masukkan ke dalam labu
menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera pada tentukur 200-ml. Cuci penyaring dengan air,
Uji Identifikasi Umum <291>. masukkan ke dalam labu tentukur, encerkan dengan
B. Cuci endapan yang diperoleh dari uji air sampai tanda.
Identifikasi A dengan larutan panas amonium klorida Prosedur Pipet 10 ml Larutan uji, masukkan ke
20 mg per ml. Larutkan endapan dalam asam dalam gelas piala 250 ml, tambahkan 20,0 ml air,
hidroklorida P: larutan menunjukkan reaksi sambil terus diaduk, tambahkan 25,0 ml Titran
Aluminium seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum dinatrium edetat dan 20 ml dapar asam asetat-
<291>. amonium asetat LP. Panaskan hingga mendekati titik
didih selama 5 menit. Dinginkan, tambahkan 50 ml
Batas mikroba <51> Angka lempeng total tidak etanol P dan 2 ml ditizon LP, campur. Titrasi dengan
lebih dari 100 unit koloni per ml. Uji Escherichia coli zink sulfat 0,05 M LV hingga warna berubah dari
memberikan hasil negatif. hijau violet menjadi merah muda. Lakukan penetapan
blangko.
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang setara dengan 3,900 mg Al(OH)3
dihitung dengan rumus:
Penetapan kadar magnesium hidroksida
0,550,0385 A  0,8(0,0343 M )
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar aluminium hidroksida.
Larutan hitam eriokrom Larutkan 200 mg hitam
0,0385 dan 0,0343 berturut-turut adalah kapasitas eriokrom T P dalam campuran 15 ml trietanolamina P
penetralan asam teoritis Al(OH)3 dan Mg(OH)2 dalam dan 5 ml etanol mutlak P, campur.
mEq; A dan M berturut-turut adalah jumlah Al(OH)3 Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara
dan Mg(OH)2 dalam mg, yang dihitung berdasarkan dengan lebih kurang 40 mg magnesium hidroksida,
jumlah yang tertera pada etiket. masukkan ke dalam gelas piala 400 ml, tambahkan
200 ml air dan 20 ml trietanolamina P, aduk.
pH <1071> Antara 7,3 dan 8,5. Tambahkan 10 ml dapar amonia-amonium klorida
LP dan 3 tetes Larutan hitam eriokrom T, dinginkan
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,14%; lakukan larutan dalam tangas es hingga suhu 3°-4, angkat.
penetapan dengan melarutkan 5,0 g zat dalam sedikit Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV hingga
mungkin volume asam nitrat P yang dibutuhkan, warna biru. Lakukan penetapan blangko.
tambahkan 1 ml asam berlebih, kemudian tambahkan
air hingga 100 ml dan saring: 10 ml filtrat Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
menunjukkan klorida tidak lebih dari 1,0 ml asam setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2
hidroklorida 0,02 N.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan rapat, hindari dari pembekuan.
penetapan dengan melarutkan 5,0 g suspensi dalam
5 ml asam hidroklorida 3 N dengan pemanasan Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar
aluminium hidroksida setara dengan jumlah gel
– 2424 –

aluminium hidroksida kering, tiap mg gel kering dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang
setara dengan 0,765 mg aluminium hidroksida, dihitung dengan rumus:
Al(OH)3.
0,55( FA  A)  0,8( FM  M )
SUSPENSI ORAL ALUMINA, MAGNESIA
FA dan FM berturut-turut adalah kapasitas penetralan
DAN SIMETIKON asam teoritis aluminium hidroksida, Al(OH)3,
Alumina, Magnesia and Simethicone Oral (0,0385) dan magnesium hidroksida, Mg(OH)2,
Suspension (0,0343) dalam mEq; A dan M berturut-turut adalah
jumlah aluminium hidroksida, Al(OH)3, dan
Perubahan magnesium hidroksida, Mg(OH)2, dalam mg, yang
Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon dihitung berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
mengandung aluminium hidroksida, Al(OH)3, dan
magnesium hidroksida, Mg(OH)2, masing-masing pH <1071> Antara 7,0 dan 8,6.
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0%
dan mengandung polidimetilsiloksan [-(CH3)2SiO-]6 Tambahan persyaratan
tidak kurang dari 85,0% dan tidak lebih dari 115,0% Natrium
dari jumlah yang tertera pada etiket. Larutan kalium klorida Buat larutan kalium klorida
P dalam air yang mengandung 38 mg per ml.
Baku pembanding Polidimetilsiloksan BPFI; Blangko Campurkan 4,0 ml asam hidroklorida 1 N
Setelah ampul dibuka, simpan dalam wadah tertutup dan 10,0 ml Larutan kalium klorida ke dalam labu
rapat. tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan persediaan natrium klorida Timbang
Perubahan saksama sejumlah natrium klorida P yang telah
Identifikasi dikeringkan pada suhu 105 selama 2 jam, larutkan
A. Spektrum serapan inframerah zat menunjukkan dalam air, encerkan secara bertahap dengan air
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama hingga diperoleh larutan dengan kadar 25,42 µg per
seperti pada Polidimetilsiloksan BPFI. Lakukan ml (10 µg per ml natrium).
penetapan menggunakan sel 0,5 mm dan Larutan uji Larutan baku Buat pada saat akan digunakan. Ke
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam dalam dua labu tentukur 100-ml, masukkan masing-
polidimetilsiloksan. masing 4 ml asam hidroklorida 1 N dan 10 ml
B. Pada larutan yang mengandung 5 g zat uji Larutan kalium klorida. Ke dalam labu pertama
dalam 10 ml asam hidroklorida 3 N, tambahkan tambahkan 5,0 ml Larutan persediaan natrium
5 tetes merah metil LP, panaskan hingga mendidih klorida, ke dalam labu yang lain tambahkan 10,0 ml
dan tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga Larutan persediaan natrium klorida, encerkan
warna larutan berubah menjadi kuning tua, lanjutkan dengan air hingga kadar beturut-turut 0,5 µg per ml
pemanasan selama 2 menit, saring: filtrat dan 1,0 µg per ml Natrium.
menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera pada
Uji Identifikasi Umum <291>. Perubahan
C. Cuci endapan yang diperoleh dari uji Larutan uji Kocok suspensi oral dalam kemasan
Identifikasi B dengan larutan panas amonium klorida asli, masukkan 5,0 ml suspensi ke dalam labu
P (1 dalam 50), larutkan endapan dalam asam tentukur 100-ml. Tambahkan 50 ml asam
hidroklorida P, bagi menjadi 2 bagian: pada bagian klorida 1 N, didihkan selama 15 menit, dinginkan
pertama, tambahkan tetes demi tetes amonium hingga suhu ruang, encerkan dengan air sampai
hidroksida 6 N hingga terbentuk endapan gelatin tanda. Saring, buang beberapa ml filtrat pertama,
berwarna putih, tidak larut dalam amonium masukkan 5,0 ml filtrat ke dalam labu tentukur
hidroksida 6 N berlebih. Pada bagian yang lain 100-ml yang berisi 10 ml Larutan kalium klorida,
tambahkan tetes demi tetes natrium hidroksida 1 N encerkan dengan air sampai tanda.
hingga terbentuk endapan gelatin berwarna putih, Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
yang larut dalam natrium hidroksida 1 N berlebih, Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
hingga larutan keruh. Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Ukur secara berurutan serapan Larutan baku dan
Batas mikroba <51> Angka lempeng total tidak Larutan uji pada garis emisi natrium 589,0 nm
lebih dari 100 koloni per ml. Uji Escherichia coli menggunakan spektrofotometer serapan atom yang
memberikan hasil negatif. dilengkapi dengan lampu “hollow cathode” natrium
dan nyala asetilena-udara, lakukan penetapan
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang blangko. Buat kurva linier serapan Larutan baku
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang terhadap kadar natrium dalam µg per ml. Dari grafik
yang diperoleh, tetapkan kadar natrium, C, dalam µg
– 2425 –

per ml Larutan uji. Hitung jumlah dalam mg natrium Perubahan


yang digunakan dengan rumus: Penetapan kadar polidimetilsiloksan
Blangko Campurkan 10 ml toluena P dan 0,5 g
Perubahan natrium sulfat anhidrat P, sentrifus hingga diperoleh
CDF beningan.
N Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume
suspensi oral setara dengan lebih kurang 50 mg
simetikon, masukkan ke dalam botol bulat bermulut
C adalah kadar natrium dalam µg per ml dari Larutan
sempit dan bertutup ulir 120 ml, masukkan 40 ml
uji; D adalah faktor pengencer dari Larutan uji
natrium hidroksida 0,1 N, goyang hingga terdispersi.
(2000); F adalah faktor konversi (0,001 mg per µg);
Tambahkan 25 ml toluena P, tutup botol dengan
N adalah volume suspensi oral yang digunakan untuk
sumbat inert, kocok selama 15 menit pada pengocok
membuat Larutan uji (5 ml).
resiprokal (lebih kurang 200 osilasi per menit dan
goyangan 382 mm). Masukkan campuran ke dalam
Penetapan kadar aluminium hidroksida
corong pisah 125 ml, biarkan mengendap. Ambil
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
5 ml lapisan organik di bagian atas, masukkan ke
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium
dalam tabung reaksi 15 ml bertutup ulir yang berisi
Kalium Sulfat.
lebih kurang 0,5 g natrium sulfat anhidrat P. Tutup
Larutan uji Kocok suspensi oral dalam kemasan
tabung, kocok kuat-kuat, sentrifus hingga diperoleh
asli, ukur saksama sejumlah volume suspensi oral
beningan jernih.
setara dengan lebih kurang 800 mg aluminium
Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Larutan
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala.
uji, dengan melarutkan lebih kurang 50 mg
Tambahkan 20 ml air, aduk dan tambahkan secara
Polidimetilsiloksan BPFI yang ditimbang saksama
perlahan 10 ml asam hidroklorida P. Jika perlu
dalam wadah berisi 25,0 ml toluena P, tambahkan 40 ml
panaskan secara perlahan hingga larut, dinginkan,
natrium hidroksida 0,1 N, tambahkan air sejumlah
saring dan masukkan air cucian ke dalam labu
volume sama dengan suspensi oral yang digunakan.
tentukur 200-ml. Cuci penyaring dengan air,
Prosedur Ukur secara bersamaan serapan Larutan
masukkan air cucian ke dalam labu, encerkan dengan
baku dan Larutan uji dalam sel 0,5 mm pada panjang
air sampai tanda.
gelombang serapan maksimum 7,9 µm menggunakan
Prosedur Pipet 10 ml Larutan uji, masukkan ke
spektrofotometer inframerah. Lakukan penetapan
dalam gelas piala 250 ml, tambahkan 20 ml air,
blangko. Hitung persentase, polidimetilsiloksan, [-
sambil terus diaduk tambahkan 25,0 ml Titran
(CH3)2SiO-]n, dalam suspensi oral yang digunakan,
dinatrium edetat dan 20 ml dapar asam asetat-
dengan rumus:
amonium asetat LP, panaskan hingga mendekati titik
didih selama 5 menit. Dinginkan, tambahkan 50 ml
etanol P dan 2 ml ditizon LP, campur. Titrasi dengan  AU   WS 
      100
zink sulfat 0,05 M LV hingga warna berubah dari
 AS   WU 
hijau violet menjadi merah muda. Lakukan penetapan
blangko.
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
setara dengan 3,900 mg Al(OH)3. dan Larutan baku; WS adalah bobot dalam mg
Polidimetilsiloksan BPFI dari Larutan baku; WU
Penetapan kadar magnesium hidroksida adalah bobot dalam mg simetikon dari Larutan uji
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Penetapan kadar aluminium hidroksida.
Larutan hitam eriokrom T Lakukan seperti tertera Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
pada Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam rapat, hindari dari pembekuan.
Suspensi Oral Alumina dan Magnesia.
Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar
dengan lebih kurang 40 mg magnesium hidroksida, aluminium hidroksida setara dengan jumlah
masukkan ke dalam gelas piala 400 ml, tambahkan aluminium hidroksida gel kering, tiap mg gel kering
200 ml air dan 20 ml trietanolamina P, aduk. setara dengan 0,765 mg aluminium hidroksida,
Tambahkan 10 ml Dapar amonia-amonium klorida Al(OH)3, serta kadar natrium, jika kadarnya lebih
LP dan 3 tetes Larutan hitam eriokrom T, dinginkan besar dari 1 mg per ml.
larutan dalam tangas es hingga suhu 3°-4, angkat.
Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV hingga
warna biru. Lakukan penetapan blangko. SALEP AMFOTERISIN B
Amphotericin B Ointment
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M Salep Amfoterisin B adalah Amfoterisin B dalam dasar
setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2 salep yang sesuai, mengandung Amfoterisin B,
– 2426 –

C47H73NO17, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Baku pembanding Amobarbital BPFI; lakukan
dari 125,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam sebelum
digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
Perubahan Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
Baku pembanding Amfoterisin B BPFI; lakukan penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5 mmHg menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
pada suhu 60º selama 3 jam sebelum digunakan. simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
cahaya, di lemari pembeku. dalam lemari pembeku.

Isi minimum <861> Memenuhi syarat. Kesempurnaan melarut Campurkan 1,0 g zat
dengan 10 ml air bebas karbon dioksida P: setelah
Perubahan 1 menit, larutan jernih dan bebas dari padatan yang
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 1,0%; lakukan tidak larut.
penetapan menggunakan 20 ml campuran toluena P-
metanol P (7:3) sebagai ganti metanol P. Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah residu yang
Penetapan kadar Lakukan penetapan amfoterisin B diperoleh dari Penetapan kadar dan didispersikan
seperti tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum
secara Mikrobiologi <131>. Timbang saksama hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
sejumlah salep setara dengan 30 mg amfoterisin B, pada Amobarbital BPFI.
tambahkan 10,0 ml eter P dalam labu Erlenmeyer B. Pijarkan 200 mg zat. Pada residu tambahkan
bersumbat kaca yang sesuai, biarkan selama 1 jam asam secara bertahap sampai larut. Larutan uji
dengan sesekali dikocok. Tambahkan 20,0 ml dimetil menunjukkan reaksi Natrium seperti pada Uji
sulfoksida P, kocok secara mekanik selama 10 menit. Identifikasi Umum <291>.
Encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
dimetil sulfoksida P hingga kadar lebih kurang 20 µg pH <1021> Tidak lebih dari 11,0; Lakukan penetapan
per ml. Encerkan larutan dengan dapar nomor 10 menggunakan larutan yang digunakan pada
hingga diperoleh Enceran larutan uji dengan kadar Kesempurnaan melarut <901>.
yang setara dengan aras dosis tengah baku.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%,
Perubahan lakukan pengeringan menggunakan 1 g zat yang
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat ditimbang saksama pada suhu 105º selama 4 jam.
dilipat atau dalam wadah tertutup baik.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 30 bpj.

Tambahan monografi Syarat lain Jika pada etiket tertera amobarbital


AMOBARBITAL NATRIUM natrium steril, harus memenuhi syarat Sterilitas <71>
Amobarbital Sodium dan Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada
Amobarbital natrium untuk Injeksi. Jika pada etiket
tertera amobarbital natrium harus diproses lebih
lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi, harus
memenuhi syarat Endotoksin bakteri <201> seperti
tertera pada Amobarbital natrium untuk Injeksi.

Natrium 5-etil-5-isopentilbarbiturat [64-43-7] Penetapan kadar Timbang saksama 500 mg zat,


C11H17N2NaO3 BM 248,25 larutkan dengan 15 ml air di dalam corong pisah yang
sesuai. Tambahkan 2 ml asam hidroklorida P, kocok
Amobarbital natrium mengandung tidak kurang dari dan ekstraksi amobarbital yang dibebaskan dengan
98,5% dan tidak lebih dari 100,5%, C11H17N2NaO3, 25 ml kloroform P. Uji kesempurnaan ekstraksi
dihitung terhadap zat kering. menggunakan tambahan 10 ml kloroform P, dan
uapkan pelarut hingga pelarut habis: residu tidak lebih
Pemerian Serbuk dan granul putih, rapuh, tidak dari 0,5 mg. Saring kumpulan ekstrak melalui
berbau, rasa pahit dan higroskopis. penyaring kaca ke dalam gelas piala yang telah
ditara, cuci corong pemisah dengan kloroform P.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; larut dalam Campur filtrat dan cairan pencuci, kemudian uapkan
etanol; praktis tidak larut dalam eter dan dalam menggunakan penangas uap dengan bantuan udara
kloroform; jika dibiarkan, larutan ini terurai, dan mengalir. Keringkan residu pada 105º selama
akan dipercepat dengan pemanasan. 30 menit, dinginkan, timbang: berat residu yang
– 2427 –

diperoleh dikalikan dengan 1,097 menunjukan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%,
berat amobarbital natrium, C 11 H 17 N 2 NaO 3 . lakukan pengeringan menggunakan 1 g zat pada suhu
105º selama 4 jam.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. Sterilitas <71> Memenuhi syarat.

Penandaan Jika digunakan untuk penggunaan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
sediaan injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril
atau harus melalui proses lebih lanjut untuk Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
pembuatan sediaan injeksi. Injeksi.

Penetapan kadar
Tambahan Monografi Larutan uji Timbang saksama serbuk dari
AMOBARBITAL NATRIUM UNTUK amobarbital natrium untuk injeksi setara 500 mg
INJEKSI amobarbital natrium, masukkan ke dalam corong
Amobarbital Sodium for Injection pisah yang sesuai, larutkan dengan 15 ml air.
Tambahkan 2 ml asam hidroklorida P dan kocok.
Amobarbital natrium untuk injeksi adalah Ekstraksi dengan 25 ml kloroform P. Saring ekstrak
amobarbital natrium yang sesuai untuk penggunaan kloroform melalui penyaring kaca ke dalam gelas
parenteral. Mengandung amobarbital natrium, piala yang telah ditara, cuci corong pisah dengan
C11H17N2NaO3, tidak kurang dari 98,5% dan tidak kloroform. Gunakan filtrat campuran ekstrak
lebih dari 100,5% dari jumlah yang tertera pada kloroform dan cairan pencuci.
etiket, dihitung terhadap zat kering. Uji kesempurnaan ekstraksi Pindahkan larutan
yang tersisa ke dalam corong pisah, ekstraksi
Baku pembanding Amobarbital BPFI; lakukan menggunakan 10 ml kloroform P dan uapkan hingga
pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam sebelum pelarut habis: residu tidak lebih dari 0,5 mg.
digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat. Prosedur Uapkan Larutan uji pada tangas uap
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, dengan bantuan udara mengalir. Keringkan residu
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk pada 105º selama 30 menit, dinginkan dan timbang.
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, Hitung persentase amobarbital natrium,
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan C11H17N2NaO3, dalam serbuk amobarbital natrium
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka untuk injeksi yang digunakan dengan rumus:
dalam lemari pembeku.
 WR   248,25 
Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan larutan      100
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera  WS   226,27 
pada Injeksi.
WR adalah bobot residu dari hasil uji dalam mg; WS
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,4 unit adalah bobot amobarbital natrium dalam mg Larutan
Endotoksin BPFI per mg amobarbital natrium. uji; 248,25 dan 226,27 adalah bobot molekul
amobarbital natrium dan amobarbital.
Kesempurnaan melarut Campur 1,0 g serbuk
amobarbital natrium untuk injeksi dengan 10 ml air Perubahan
bebas karbon dioksida P: setelah 1 menit, larutan Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
jernih dan bebas dari padatan yang tidak larut. padatan steril tidak tembus cahaya seperti tertera
pada Injeksi.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan AMOKSISILIN NATRIUM
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Amoxicillin Sodium
seperti pada Amobarbital BPFI.
B. Pijarkan 200 mg zat. Pada residu tambahkan
asam secara bertahap sampai larut. Larutan uji
menunjukkan reaksi Natrium seperti pada Uji
Identifikasi Umum <291>.

pH <1021> Tidak lebih dari 11,0. Lakukan penetapan


menggunakan larutan amobarbital natrium setara Natrium-(2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2-amino-2-(4-
100 mg per ml dalam air bebas karbon dioksida P. hidroksifenil asetil]amino]-3,3-dimetil-7-okso-4-tia-
– 2428 –

1-azabisiklo[3,2,0]heptan-2-karboksilat [34642-77- kering di udara dan paparkan dengan uap iodum P


8] hingga bercak tampak. Bercak utama yang diperoleh
C16H18N3NaO5S BM 387,4 dari Larutan uji mempunyai harga Rf, warna dan
ukuran yang sama dengan bercak utama yang
Perubahan diperoleh dari Larutan baku A. Kromatogram
Amoksisilin Natrium mengandung tidak kurang dari Larutan baku B menunjukkan dua bercak yang
89,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C16H18N3NaO5S, terpisah dengan sempurna.
dihitung terhadap zat anhidrat. C. Masukkan lebih kurang 2 mg zat ke dalam
tabung reaksi dengan ukuran panjang lebih kurang
Pemerian Serbuk putih atau hampir putih; sangat 150 mm dan diameter dalam 15 mm. Basahkan
higroskopis. dengan 0,05 ml air dan tambahkan 2 ml asam sulfat-
formaldehida LP goyangkan tabung: larutan praktis
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; agak sukar tidak berwarna. Panaskan tabung dalam tangas air
larut dalam etanol mutlak; sangat sukar larut dalam selama 1 menit: terjadi warna kuning tua.
aseton. D. Menunjukkan reaksi Natrium cara B seperti
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Perubahan
Baku pembanding Amoksisilin Natrium BPFI; Perubahan
Amoksisilin Trihidrat BPFI; Ampisilin Trihidrat Kejernihan larutan <881> Tidak lebih opalesen dari
BPFI; Sefadroksil BPFI; Endotoksin BPFI; [Catatan Suspensi padanan II; Timbang saksama lebih kurang
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus 1,0 g zat, larutkan dalam 10,0 ml air: larutan tidak
hati-hati untuk menghindari kontaminasi.] boleh lebih keruh dari Suspensi padanan II. Larutan
Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari awal berwarna merah muda, setelah 5 menit, ukur
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan serapan pada 430 nm: serapan tidak lebih besar dari
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku. 0,20.

Perubahan pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan penetapan


Identifikasi menggunakan larutan 2,0 g zat dalam 20 ml air
Lakukan identifikasi A, D atau B, C, D bebas karbon dioksida P.
A. Timbang 250 mg zat, larutkan dalam 5 ml air,
tambahkan 0,5 ml asam asetat encer LP, aduk dan Rotasi jenis <1081> Antara +240º dan +290º
diamkan dalam tangas es selama 10 menit. Saring dihitung terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan
dan bilas residu dengan 2 sampai 3 ml campuran air- menggunakan 62,5 mg zat yang dilarutkan dalam
aseton P (1:9). Keringkan dalam oven pada suhu 60 larutan kalium biftalat P 0,4% hingga 25,0 ml.
selama 30 menit. Spektrum serapan inframerah residu
yang didispersikan dalam kalium bromida P Hilangkan persyaratan
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Hasil degradasi Tidak lebih dari 9,0%; lakukan
gelombang yang sama seperti pada Amoksisilin penetapan sebagai berikut: Pada 250 mg zat,
Trihidrat BPFI. tambahkan 25 ml dapar pH 9,0 dan 0,5 ml anhidrat
B. Lakukan penetapan secara Kromatografi lapis asetat P, aduk selama 3 menit. Tambahkan 10 ml
tipis seperti tertera pada Kromatografi <281>. dapar asetat pH 4,6. Segera titrasi dengan raksa(II)
Fase gerak Campuran aseton P dan larutan nitrat 0,02 M LV. Tetapkan titik akhir secara
amonium asetat P 15,4%, atur pH hingga 5,0 dengan potensiometrik, menggunakan elektroda baku
penambahan asam asetat glasial P (10:90). raksa(I) sulfat dan elektroda indikator platina atau
Penjerap Campuran silika gel P yang tersilanisasi. raksa. Abaikan infleksi awal pada kurva titrasi.
Larutan baku A Larutkan 25,0 mg Amoksisilin Hitung persentase hasil degradasi (D), C16H18N3NaO5S,
Trihidrat BPFI dalam 10 ml larutan natrium dalam zat dengan rumus:
bikarbonat P 4,2%.
Larutan baku B Larutkan 25,0 mg Amoksisilin 0,7748n
Trihidrat BPFI dan 25,0 mg Ampisilin Trihidrat BPFI
dalam 10 ml natrium bikarbonat LP. m
Larutan uji Larutkan 25 mg zat dalam 10 ml
natrium bikarbonat LP. m adalah bobot dalam g zat uji; n adalah volume
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing dalam ml raksa (II) nitrat 0,02 M LV yang digunakan.
1,0 µl Larutan baku A, Larutan Baku B, dan Larutan
uji pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng Tambahan persyaratan
ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak dan Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
biarkan Fase gerak merambat hingga 15 cm. Angkat Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lempeng, tandai batas rambat, biarkan lempeng Kromatografi <931>.
– 2429 –

Dapar Larutan kalium fosfat monobasa 0,2 N, atur Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku B,
pH hingga 5,0 dengan penambahan natrium rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
hidroksida encer LP. Encerkan 25 ml larutan hingga tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
100 ml. amoksisilin dan sefadroksil tidak kurang dari 2,0.
Fase gerak A Campuran asetonitril P-Dapar Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
(1:99). volume sama (lebih kurang 50 μl) Larutan baku B,
Fase gerak B Campuran asetonitril P-Dapar (1:4). Larutan baku C, mengikuti eluasi isokratik; dan
Fase gerak Gunakan variasi Fase gerak A dan Larutan baku D, Larutan uji B, dan Blangko
Fase gerak B seperti tertera pada Sistem mengikuti eluasi gradien ke dalam kromatograf,
kromotografi. Jika perlu lakukan penyesuaian rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Dari kromatogram Larutan baku D lakukan
Kromatografi <931>. identifikasi cemaran: waktu retensi relatif cemaran
Larutan baku A Timbang saksama 30,0 mg C, amoksisilin dimer (cemaran J; n=1), dan
Amoksisilin Trihidrat BPFI, masukan ke dalam labu amoksisilin trimer (cemaran J n=2), berturut-turut
tentukur 50-ml, larutkan dan encerkan dengan Fase lebih kurang 3,4; 4,1; dan 4,5 relatif terhadap
gerak A sampai tanda. amoksisilin. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Larutan baku B Timbang saksama 4,0 mg baku B, rekam kromatogram dan ukur respons
Sefadroksil BPFI, masukan ke dalam labu tentukur puncak; resolusi, R, antara puncak amoksisilin dan
50-ml, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak A sefadroksil minimum 2,0; Jika perlu, atur
sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu perbandingan Fase gerak A dan Fase gerak B.
tentukur 100-ml, tambahkan 5,0 ml Larutan baku A, Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
encerkan dengan Fase gerak A sampai tanda. lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
Larutan baku C Pipet 2 ml Larutan baku A ke
dalam labu tentukur 20-ml, encerkan dengan Fase Tabel
gerak A sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam Cemaran Batas
labu tentukur 20-ml, encerkan dengan Fase gerak A Cemaran J (n=1) Tidak lebih dari 3 kali respons
sampai tanda. puncak utama Larutan baku C
Larutan baku D Timbang saksama 200 mg (3 %)
Amoksisilin trihidrat BPFI, tambahkan 1,0 ml air, Masing-masing Tidak lebih dari 2 kali respons
kocok dan tambahkan tetes demi tetes natrium cemaran lain puncak utama Larutan baku C
hidroksida encer LP, sampai larut. pH larutan kurang (2 %)
lebih 8,5. Simpan larutan pada suhu ruang selama Total cemaran Tidak lebih dari 9 kali respons
4 jam. Pipet 0,5 ml larutan ke dalam labu tentukur puncak utama Larutan baku C
50-ml, encerkan dengan Fase gerak A sampai tanda. (9 %)
Blangko Gunakan Fase gerak A. Abaikan respons puncak 0,1 kali respons puncak
Larutan uji A Timbang saksama lebih kurang utama
30 mg zat, masukan ke dalam labu tentukur 50-ml, Larutan baku C (0,1%).
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak A sampai
tanda. Dimetilanilina <362> Tidak lebih dari 20 bpj.
Larutan uji B Timbang saksama lebih kurang
30 mg zat, masukan ke dalam labu tentukur 20-ml, Perubahan
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak A sampai Asam 2-etilheksanoat Tidak lebih dari 0,8%.
tanda. Buat larutan segera sebelum digunakan. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja seperti tertera pada Kromatografi <931>.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Larutan baku internal Larutkan 100 mg 3-asam
berukuran 4,6 mm × 25 cm, berisi bahan pengisi L1 sikloheksilpropionat dalam 100 ml sikloheksana P.
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang Larutan baku Larutkan 75 mg asam 2-etil
1,0 ml per menit. Kromatograf diprogram sebagai heksanoat dalam Larutan baku internal hingga
berikut: 50,0 ml. Pipet 1 ml larutan, tambahkan 4,0 ml asam
hidroklorida P. Kocok kuat selama 1 menit. Biarkan
Waktu Fase gerak A Fase gerak B lapisan memisah, jika perlu lakukan sentrifugasi,
(menit) (%) (%) gunakan lapisan atas.
0 - tR 92 8 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 300 mg
tR – (tR + 25) 92  0 8  100 zat, masukkan ke dalam labu tentukur, tambahkan
(tR + 25) - (tR + 40) 0 100 4,0 ml asam hidroklorida P. Kocok kuat dengan 1 ml
(tR + 40) - (tR + 55) 92 8 Larutan baku internal selama 1 menit. Biarkan
tR adalah waktu retensi amoksisilin yang diperoleh lapisan memisah, jika perlu lakukan sentrifugasi,
dari Larutan baku C. gunakan lapisan atas.
– 2430 –

Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi Perubahan


detektor ionisasi nyala dan kolom leburan silika Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
0,53 mm x 10 meter dilapisi makrogol 20.000
2-nitrotereftalat (G35) setebal 1,0 μm. Gunakan gas Perubahan
helium P sebagai gas pembawa dengan laju alir 10 ml Pirogen <231> Memenuhi syarat, lakukan penetapan
per menit. Suhu injektor 200°, suhu detektor 300° menggunakan dosis uji 1 ml per kg yang
dan atur suhu kolom sebagai berikut: mengandung 20 mg zat uji per ml dalam air untuk
injeksi P.
waktu suhu kenaikan
suhu Keterangan Tambahan persyaratan
(menit) () (/menit) Endotoksin Bakteri <201> Tidak lebih dari
0-2 40 - isotermal 0,25 unit Endotoksin FI per mg, jika digunakan untuk
2-7,3 40  200 30 gradien linear pembuatan sediaan parenteral tanpa prosedur
7,3-10,3 200 - isotermal sterilisasi lebih lanjut.

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Perubahan


volume sama (lebih kurang 1 μl) Larutan baku dan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kromatogram, ukur semua respons puncak. Hitung Kromatografi <931>.
persentase asam 2-etilheksanoat dengan rumus: Dapar, Fase gerak A, Fase gerak B, Larutan baku
A, Larutan uji A, Lakukan seperti tertera pada
Senyawa sejenis.
 RU   CS 
      100 Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
 RS   CU  Senyawa sejenis. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku A, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak, seperti tertera pada Prosedur:
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang 6 kali
puncak asam 2-etilheksanoat terhadap baku internal tidak lebih dari 1,0%.
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
2-etilheksanoat dalam mg per ml Larutan baku; CU volume sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku A
adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji dan Larutan uji A ke dalam kromatograf, rekam
berdasarkan bobot yang ditimbang. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase Amoksisilin natrium, C16H18N3NaO5S,
Hilangkan persyaratan dalam zat dengan rumus:
Natrium klorida Tidak lebih dari 2,0 % dihitung
terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan sebagai
 rU   CS   387,4 
berikut: Larutkan 1,000 g dalam 50 ml air dan          100
  365,41 
tambahkan 10 ml asam nitrat encer P. Titrasi dengan
perak nitrat 0,1 N LV. Tetapkan titik akhir secara
 rS   CU
potensiometrik, menggunakan elektrode indikator
perak dan elektrode baku raksa(I) sulfat atau rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
elektrode lain yang sesuai. Larutan uji A dan Larutan baku A; CS adalah kadar
Amoksisilin Trihidrat BPFI setara amoksisilin dalam
Tiap ml perak nitrat 0,1 N mg per ml Larutan baku A; CU adalah kadar zat
setara dengan 5,845 mg NaCl dalam mg per ml Larutan uji A berdasarkan bobot
yang ditimbang; 387,4 dan 365,41 berturut-turut
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari adalah bobot molekul amoksisilin natrium dan
20 bpj; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat amoksisilin.
dan 2 ml Larutan baku timbal (10 bpj).
Perubahan
Perubahan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%; lakukan rapat. Jika bahan steril, simpan dalam wadah steril
penetapan menggunakan 400 mg. tertutup rapat dan bersegel.

Hilangkan persyaratan
Amoksisilin Natrium yang dimaksud untuk TABLET AMPISILIN
pembuatan sediaan parenteral tanpa prosedur Ampicillin Tablets
sterilisasi lebih lanjut harus memenuhi tambahan
persyaratan berikut: Tablet Ampisilin mengandung sejumlah Ampisilin
(anhidrat atau trihidrat) setara dengan tidak kurang
– 2431 –

dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0%, lebih dari 4,0%, serbuk tablet kunyah tidak lebih dari
C16H19N3O4S, dari jumlah yang tertera pada etiket. 3,0%. Jika tablet mengandung ampisilin trihidrat
serbuk untuk obat hewan tidak lebih dari 13,0%.
Perubahan Lakukan pengeringan menggunakan 100 mg serbuk
Baku pembanding Ampisilin anhidrat BPFI; tablet dalam hampa udara pada tekanan tidak lebih
Lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas dari 5 mmHg pada suhu 60º selama 3 jam.
fosfor pentoksida P pada suhu ruang hingga bobot
tetap sebelum digunakan. Simpan dalam wadah Perubahan
tertutup rapat, dalam lemari pendingin. Ampisilin Air <1031>Metode I Kadar air dalam masing-masing
trihidrat BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan jenis tablet tidak lebih dari batas yang tertera pada
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan Tabel sebagai berikut:
kelembaban, dalam lemari pendingin.
Tabel
Perubahan Jenis tablet Bentuk ampisilin Batas (%)
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada Bukan tablet Tidak lebih
Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Anhidrat
kunyah dari 4,0
Fase gerak Campuran aseton P-toluena P-asam Bukan tablet
asetat glasial P-air (650:100:25:100). Trihidrat 9,5-12,0
kunyah
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. Tidak lebih
Pengencer Campuran aseton P-asam hidroklorida Tablet kunyah Anhidrat
dari 3,0
0,1 N (4:1). Tidak lebih
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Tablet kunyah Trihidrat
dari 5,0
Ampisilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 5 mg per ml. Perubahan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk Penetapan kadar
tablet, larutkan dan encerkan dengan Pengencer Larutan baku Buat seperti tertera pada Penetapan
hingga kadar lebih kurang 5 mg per ml. kadar Antibiotik secara Iodometri <521>,
Penampak bercak Larutan ninhidrin P 3 mg per ml menggunakan Ampisilin BPFI.
dalam etanol P. Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 5 tablet
Prosedur Totolkan masing-masing 2 µl Larutan ampisilin ke dalam bejana blender kaca berkecepatan
baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi. tinggi yang berisi sejumlah air yang diukur saksama,
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi blender selama 4±1 menit. Pipet sejumlah volume
berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat larutan ini, encerkan secara kuantitatif dan bertahap
hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat hingga kadar lebih kurang 1,25 mg per ml.
lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering. Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
Semprot lempeng dengan Penampak bercak dan dalam Penetapan Kadar Antibiotik secara Iodometri
panaskan lempeng pada suhu 90º selama 15 menit: <521>. Hitung persentase ampisilin, C16H19N3O4S,
harga Rf, bercak utama Larutan uji sesuai dengan pada tiap tablet dengan rumus:
Larutan baku.
 1 
Disolusi <1231> B  I   F1      F2  100
Media disolusi: 900 ml air  2   CU 
Alat Tipe 1: 100 rpm
Waktu: 45 menit B adalah volume dalam ml natrium tiosulfat 0,01 N
Prosedur Lakukan penetapan jumlah ampisilin, LV yang digunakan pada penetapan Blangko; I adalah
C16H19N3O4S, yang terlarut dengan mengukur volume dalam ml natrium tiosulfat 0,01 N LV yang
serapan filtrat alikot jika perlu encerkan dengan digunakan pada Inaktivasi dan Titrasi Larutan uji; F1
Media disolusi dan serapan larutan baku Ampisilin adalah faktor yang dihitung dalam Penetapan Kadar
BPFI dalam media yang sama secara Antibiotik secara Iodometri <521>; CU adalah kadar
spektorofotmetri. ampisilin dalam mg per ml Larutan uji seperti yang
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak tertera pada etiket; F2 adalah faktor konversi (0,001
kurang dari 75% (Q) ampisilin, C16H19N3O4S, dari mg per µg).
jumlah yang tertera pada etiket.
Perubahan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, simpan pada suhu ruang terkendali.
Hilangkan persyaratan
Susut pengeringan <1121>. Jika tablet mengandung Tambahan persyaratan
ampisilin anhidrat, serbuk bukan tablet kunyah tidak Penandaan Pada etiket dicantumkan bentuk
ampisilin anhidrat atau trihidrat. Etiket untuk tablet
– 2432 –

kunyah menyatakan tablet harus dikunyah sebelum karbon dioksida P, jika perlu panaskan pada suhu
ditelan. 60°, dinginkan dan encerkan sampai 100 ml dengan
pelarut yang sama.

ANTAZOLIN HIDROKLORIDA Warna dan Akromisitas <1291> Metode III warna


Antazoline Hydrochloride larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W7;
lakukan penetapan menggunakan larutan 2,0% dalam
air bebas karbon dioksida P.

Suhu lebur <1021> Metode II Lebih kurang 240º,


disertai peruraian.

Hilangkan persyaratan
Perubahan pH <1071> 5,0-6,5; lakukan penetapan
N- benzil-N-[(4,5 dihidro-1H-imidazol-2-il)metil] menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
anilina hidroklorida [2508-72-7]
C17H19N3.HCl BM 301,8 Tambahan persyaratan
Keasaman-kebasaan Pada 10 ml larutan seperti
Antazolin Hidroklorida mengandung tidak kurang tertera pada Kejernihan larutan, tambahkan 0,2 ml
dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%, larutan merah metil P. Dibutuhkan tidak lebih dari
C17H19N3.HCl, dihitung terhadap zat kering. 0,1 ml asam hidroklorida 0,01 N atau natrium
hidroksida 0,01 N untuk mengubah warna indikator.
Perubahan
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih. Perubahan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Perubahan lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; larut dalam menggunakan 1 g zat.
etanol; sukar larut dalam metilena klorida.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Baku pembanding Antazolin Hidroklorida BPFI; Gunakan residu hasil susut pengeringan.
Xilometazolin Hidroklorida BPFI.
Tambahan persyaratan
Perubahan Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari
Identifikasi 20 bpj. Lakukan penetapan dengan menggunakan 1 g
Lakukan identifikasi A dan D atau B, C, dan D. zat dan 2 ml Larutan baku timbal 10 bpj.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Senyawa sejenis. Lakukan penetapan dengan cara
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
sama seperti pada Antazolin Hidroklorida BPFI. Kromatografi <931>.
B. Amati Kromatogram yang diperoleh pada Uji Fase gerak Campuran dietilamina P-metanol P-etil
Senyawa sejenis. Letak, warna, dan ukuran bercak asetat P (5:10:85).
utama Larutan uji B sesuai dengan bercak Larutan Penjerap Campuran silika gel P GF 254. Panaskan
baku B. pada suhu 110° selama 15 menit sebelum digunakan.
C. Pada 5 ml larutan zat yang disiapkan sebagai Penampak bercak Buat campuran besi(III) klorida
berikut: larutkan 2,0 g zat dalam air bebas karbon P 20% dan kalium besi(III) sianida P 0,5% (1:1).
dioksida P, jika perlu panaskan pada suhu 60°, Larutan uji A Larutkan dan encerkan 100 mg zat
dinginkan dan encerkan sampai 100 ml dengan dalam 5,0 ml metanol P.
pelarut yang sama, tambahkan natrium hidroksida P Larutan uji B Pipet 1 ml Larutan uji A dan
8,5% tetes demi tetes hingga larutan alkalis, saring. encerkan dengan metanol P hingga 5,0 ml.
Cuci endapan dua kali, tiap kali dengan 10 ml air, Larutan baku A Pipet 0,5 ml Larutan uji A dan
keringkan dengan tekanan udara rendah dalam encerkan dengan metanol P hingga 100,0 ml.
desikator, meleleh pada suhu 119°-123°. Larutan baku B Larutkan dan encerkan 20 mg
D. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera Antazolin Hidroklorida BPFI dalam 5,0 ml metanol P.
pada Uji Identifikasi Umum <291>. Larutan baku C Larutkan 20 mg Xilometazolin
Hidroklorida BPFI dalam 1,0 ml Larutan uji A dan
Tambahan persyaratan encerkan dengan metanol P hingga 5,0 ml.
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
penetapan menggunakan larutan yang disiapkan 5 l Larutan uji A, Larutan uji B, Larutan baku A,
sebagai berikut: larutkan 2,0 g zat dalam air bebas Larutan baku B, dan Larutan baku C pada lempeng
– 2433 –

kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana Perubahan


kromatografi yang berisi Fase gerak dan biarkan Identifikasi
Fase gerak merambat hingga tiga per empat tinggi A. Spektrum serapan inframerah zat yang
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
biarkan Fase gerak menguap selama 15 menit. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Amati dibawah cahaya UV 254 nm: Larutan baku C sama seperti Apomorfin Hidroklorida BPFI .
harus memberikan dua bercak utama yang terpisah. B. Buat larutan zat 10 mg per ml dalam air bebas
Semprot dengan Penampak bercak dan amati segera: karbon dioksida P. Pipet 2 ml larutan, tambahkan
bercak lain selain bercak utama Larutan uji tidak lebih 0,1 ml asam nitrat P. Campur dan saring. Filtrat
intensif dari bercak utama Larutan baku A (0,5%). menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>.
Perubahan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang Perubahan
250 mg zat, larutkan dalam 100 ml etanol P, Rotasi jenis <1081> Antara -48 dan -52, dihitung
tambahkan 0,1 ml fenoftalein LP dan titrasi dengan pada suhu 20; lakukan penetapan menggunakan
kalium hidroksida etanolat 0,1 N LV. larutan yang mengandung 10 mg per ml enceran
asam hidroklorida P (2,06 g per liter).
Tiap ml kalium hidroksida etanolat 0,1 N LV
setara dengan 30,18 mg C17H19N3.HCl Warna larutan Masukkan 100 mg zat ke dalam
tabung reaksi yang sesuai, tambahkan 10 ml air bebas
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup oksigen yang dingin, kocok secara perlahan hinggá
baik, terlindung cahaya. larut: amati segera warna larutan yang diperoleh tidak
boleh lebih intensif dari warna larutan baku yang
dibuat sebagai berikut: Larutkan 5 mg Apomorfin
APOMORFIN HIDROKLORIDA Hidroklorida BPFI dalam 100,0 ml air. Pipet 1 ml
Apomorphine Hydrochloride larutan ini ke dalam tabung yang ukurannya sama
dengan tabung untuk larutan uji, encerkan dengan 6 ml
air, tambahkan 1 ml larutan natrium bikarbonat P
(1 dalam 20), tambahkan 0,50 ml iodum LP. Diamkan
selama 30 detik, tambahkan 0,60 ml larutan natrium
tiosulfat P (1 dalam 40) dan encerkan dengan air
hingga 10 ml.
6aß-Aporfin-10,11-diol hidroklorida hemihidrat
[41372-20-7] Perubahan
C17H17NO2.HCl.½H20 BM 312,79 Susut pengeringan <1121> Antara 2,0% dan 4,2%;
Anhidrat [314-19-2] BM 303,79 lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.

Perubahan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


Apomorfin hidroklorida mengandung tidak kurang
dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,5%, Hilangkan persyaratan
C17H17NO2.HCl, dihitung terhadap zat kering. Hasil urai Kocok 100 mg zat dengan 5 ml eter P:
warna larutan tidak lebih intensif dari merah pucat.
Perubahan
Pemerian Hablur kecil berkilauan, putih sampai Hilangkan persyaratan
putih keabu-abuan atau serbuk putih; tidak berbau. Di Cemaran umum <481>
udara terbuka dan terpapar cahaya perlahan-lahan Larutan baku Gunakan pelarut metanol P.
berubah menjadi hijau. Larutan dalam air bereaksi Larutan uji Gunakan pelarut metanol P.
netral terhadap lakmus. Fase gerak Buat campuran 1-butanol P-air- asam
format P (7:2:1).
Kelarutan Larut dalam air pada suhu 80º; sangat Penampak bercak Buat campuran segar besi(III)
sukar larut dalam kloroform dan dalam eter; agak klorida P 10%-kalium heksasianoferat(III) P 5% (2:1).
sukar larut dalam air dan dalam etanol. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
hingga Fase gerak merambat lebih kurang 8 cm di
Perubahan atas garis penotolan. [Catatan Waktu merambat
Baku pembanding Apomorfin Hidroklorida BPFI; antara 1,5 sampai 2 jam.] Angkat lempeng, biarkan
Bentuk hemihidrat, higroskopis. Simpan dalam kering pada suhu ruang selama 1 jam sebelum
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari disemprot.
pendingin.
– 2434 –

Tambahan persyaratan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam


Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
Kromatografi <931>. dengan rumus:
Pengencer Campuran asam asetat glasial P dan
air (1:99).  ri   CS  1
Larutan A Buat larutan 1,1 g per liter natrium          100
1-oktanasulfonat P, atur pH hingga lebih kurang 2,2  rS   CU  F
dengan penambahan enceran asam fosfat P (1:1).
Larutan B Gunakan asetonitril P. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dari Larutan uji; rS adalah respons puncak apomorfin
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem dari Larutan baku; CS adalah kadar Apomorfin
kromatografi. Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama CU adalah kadar apomorfin hidroklorida dalam mg
sejumlah Apomorfin Hidroklorida BPFI dan boldina, per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga ditimbang; F adalah faktor respons relatif seperti
kadar masing-masing lebih kurang 0,25 mg per ml. tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan total
[Catatan Boldina adalah 2,9-dihidroksi-1,10- cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
dimetoksiaporfin.] Tabel. Abaikan puncak lebih kecil dari 0,05%.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Apomorfin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan Tabel
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 2,5 g Nama Waktu Faktor Batas
per ml. retensi respons
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku, relatif relatif (%)
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih Morfin 0,4 0,11 0,15
kurang 0,14 g per ml. [Catatan Respons puncak Apomorfin 1,0 - -
larutan ini setara dengan larutan yang mengandung Cemaran lain - 1,0 0,10
1,25 g per ml morfin hidroklorida, dengan Total cemaran - - 0,5
memperhitungkan faktor respons relatif cemaran
seperti tertera pada Tabel.] Perubahan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga 250 mg zat, larutkan dalam campuran 5,0 ml asam
kadar lebih kurang 2,5 mg per ml. hidroklorida 0,01 N dan 50 ml etanol P. Titrasi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dengan natrium hidroksida 0,1 N LV. Catat volume
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom yang ditambahkan antara dua titik pertama infleksi.
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
“end-capped” dengan ukuran partikel 5 µm. Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
Pertahankan suhu kolom pada 35 dan laju alir lebih setara dengan 30,38 mg C17H17NO2.HCl
kurang 1,5 ml per menit. Kromatograf diprogram
sebagai berikut: Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya.
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
0 85 15
2 85 15 TABLET ASAM AMINOKAPROAT
32 68 32 Aminocaproic Acid Tablets
37 68 32
Tablet Asam Aminokaproat mengandung Asam
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Aminokaproat, C6H13NO2, tidak kurang dari 95,0%
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara pada etiket.
puncak boldina dan apomorfin tidak kurang dari 2,5.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, Perubahan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Baku pembanding Asam Aminokaproat BPFI; tidak
tertera pada Prosedur: Perbandingan “signal to boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
noise” tidak kurang dari 10. [Catatan Waktu retensi wadah tertutup rapat.
relatif untuk boldina dan apomorfin berturut-turut
lebih kurang 0,9 dan 1,0.] Perubahan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Identifikasi Triturasi 2 tablet dengan 10 ml air dan
volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan saring ke dalam 100 ml aseton P. Goyang campuran,
– 2435 –

biarkan selama 15 menit hingga menghablur Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
sempurna. Saring melalui penyaring kaca masir rapat.
dengan porositas sedang dan cuci hablur dengan
25 ml aseton P. Hilangkan sisa pelarut dalam hampa
udara dan keringkan pada suhu 105 selama TABLET ASAM ASETILSALISILAT
30 menit, dinginkan. Spektrum serapan inframerah Tablet Asetosal
residu yang didispersikan dalam kalium bromida P Acetylsalicylic Acid Tablets
menunjukkan maksimum pada bilangan gelombang
yang sama seperti pada Asam Aminokaproat BPFI. Perubahan
Tablet Asam Asetilsalisilat mengandung Asam
Tambahan persyaratan Asetilsalisilat, C9H8O4, tidak kurang dari 90,0% dan
Disolusi <1231> tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
Media disolusi: 900 ml air etiket. Tablet dengan kandungan asam asetilsalisilat
Alat tipe 1: 100 rpm lebih besar dari 81 mg tidak mengandung pemanis
Waktu: 45 menit atau perisa lain. [Catatan Tablet salut enterik
Dapar Larutkan 6,185 g asam borat P dan 7,930 g memenuhi syarat Tablet Lepas Tunda Asam
kalium klorida P dalam lebih kurang 1000 ml air, Asetilsalisilat.]
tambahkan 60 ml natrium hidroksida 1,0 N, campur.
Encerkan dengan air hingga 2000 ml, campur dan Perubahan
jika perlu atur pH hingga 9,5±0,1 dengan Baku Pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI;
penambahan natrium hidroksida 1,0 N. lakukan pengeringan di atas silika gel selama 5 jam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup
Aminokaproat BPFI, larutkan dan encerkan dengan rapat. Asam Salisilat BPFI; tidak boleh dikeringkan
air hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup
Larutan uji Saring sejumlah alikot dengan rapat.
penyaring yang sesuai.
Blangko Gunakan air Perubahan
Prosedur Pipet masing-masing 1 ml Larutan uji, Identifikasi
Larutan baku, dan Blangko, masukkan ke dalam A. Gerus 1 tablet, didihkan dengan 50 ml air
3 labu tentukur 50-ml yang terpisah. Tambahkan ke selama 5 menit, dinginkan dan tambahkan 1 atau
dalam masing-masing labu 20,0 ml Dapar dan 3,0 ml 2 tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna lembayung
larutan segar -naftokuinon 4-natrium sulfonat P merah.
(1 dalam 500), goyang hingga tercampur dan B. Kocok sejumlah serbuk tablet setara lebih
letakkan ketiga labu tentukur di dalam tangas air pada kurang 500 mg asam asetilsalisilat dengan 10 ml
suhu 65±5º selama 45 menit. Dinginkan, encerkan etanol P selama beberapa menit, sentrifus, tuang
dengan air sampai tanda. Hitung persentase asam beningan dan uapkan hingga kering. Keringkan
aminokaproat, C6H13NO2, yang terlarut dengan residu dalam hampa udara pada suhu 60 selama
mengukur serapan Larutan uji dan Larutan baku 1 jam. Spektrum serapan inframerah residu yang
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
kurang 460 nm terhadap larutan blangko. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak seperti pada Asam Asetilsalisilat BPFI.
kurang dari 75% (Q), C6H13NO2, dari jumlah yang
tertera pada etiket. Disolusi <1231>
Media disolusi: 500 ml Dapar asetat 0,05 M yang
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. dibuat dengan mencampur 2,99 g natrium asetat P
dan 1,66 ml asam asetat glasial P dengan air hingga
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak 1000 ml dan pH 4,500,05.
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah Alat tipe 1: 50 rpm
serbuk tablet setara dengan lebih kurang 500 mg Waktu: 30 menit
asam aminokaproat, masukkan ke dalam gelas piala, Prosedur Lakukan penetapan jumlah asam
tambahkan lebih kurang 100 ml asam asetat glasial asetilsalisilat, C9H8O4, yang terlarut dengan mengukur
P, panaskan perlahan-lahan hingga larut dan serapan filtrat alikot, jika perlu diencerkan dengan
dinginkan. Tambahkan 10 tetes larutan kristal violet P Media disolusi dan serapan larutan baku Asam
dalam klorobenzena P (1 dalam 500), titrasi dengan Asetilsalisilat BPFI dalam media yang sama pada
asam perklorat 0,1 N LV dalam dioksan P hingga panjang gelombang titik isobestik asam asetilsalisilat
terjadi warna biru. Lakukan penetapan blangko. dan asam salisilat pada 2652 nm [Catatan Larutan
baku dibuat segar. Gunakan etanol P tidak lebih dari
Tiap ml asam perklorat 0,1 N 1% volume total untuk melarutkan baku pembanding
setara dengan 13,12 mg C6H13NO2 sebelum diencerkan dengan Media disolusi.]
– 2436 –

Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang 10 manik kaca; kocok kuat selama lebih
kurang dari 80% (Q) asam asetilsalisilat, C9H8O4, kurang 10 menit dan sentrifus.
dari jumlah yang tertera pada etiket. Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji
persediaan, encerkan secara kuantitatif dalam
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Pengencer (1:9). Simpan sisa larutan persediaan
untuk uji Asam salisilat bebas.
Asam salisilat bebas Tidak lebih dari 0,3%. Untuk Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tablet salut tidak lebih dari 3,0%. tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera berukuran 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
pada Penetapan Kadar. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan
Larutan baku Larutkan sejumlah Asam Salisilat kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
BPFI yang ditimbang saksama seperti tertera pada kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pembuatan Larutan baku dalam Penetapan kadar pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih besar dari
hingga kadar lebih kurang 0,015 mg per ml. 2,0; simpangan baku relatif tidak lebih dari 2,0%.
Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
seperti tertera pada Penetapan Kadar. volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons jumlah dalam mg asam asetilsalisilat, C9H8O4, dalam
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi serbuk tablet dengan rumus:
relatif asam salisilat dan asam asetilsalisilat berturut- r 
turut lebih kurang 0,7 dan 1,0; resolusi, R, antara 200C   U 
asam salisilat dan asam asetilsalisilat tidak kurang  rS 
dari 2,0; simpangan baku relatif asam salisilat pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 4,0% C adalah kadar Asam Asetilsalisilat BPFI dalam mg
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
dalam Penetapan kadar. Hitung persentase asam respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
salisilat, C7H6O3, dalam serbuk tablet dengan rumus:
Perubahan
 C   rU  Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
2000      rapat. Tablet salut dengan kandungan asam
 QA   rS  asestilsalisilat lebih kecil atau sama dengan 81 mg
yang diberi pemanis dan perisa, disimpan dalam
C adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam mg per ml wadah berkapasitas tidak lebih dari 36 tablet.
Larutan baku; QA adalah jumlah dalam mg asam
asetilsalisilat, C9H8O4, dalam serbuk tablet yang
digunakan seperti tertera pada Penetapan kadar; rU TABLET ASAM ASETILSALISILAT
dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam DIDAPAR
salisilat dari Larutan uji dan Larutan baku. Tablet Asetosal Didapar
Buffered Acetylsalicylic Acid Tablets
Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Tablet Asam Asetilsalisilat Didapar mengandung
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Asam Asetilsalisilat dan bahan pendapar yang sesuai.
Kromatografi <931>.
Tablet mengandung Asam Asetilsalisilat, C9H8O4,
Fase gerak Larutkan 2 g natrium 1-heptansulfonat P
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dalam campuran 850 ml air dan 150 ml asetonitril P.
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Atur hingga pH 3,4 dengan penambahan asam asetat
glasial P. Saring dan awaudarakan.
Perubahan
Pengencer Campuran asetonitril P-asam format P
Baku Pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI;
(99:1).
lakukan pengeringan di atas silika gel selama 5 jam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup
Asetilsalisilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
rapat. Asam Salisilat BPFI; tidak boleh dikeringkan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
rapat.
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang 100 mg
Perubahan
asam asetilsalisilat, masukkan ke dalam wadah yang
Identifikasi
sesuai. Tambahkan 20,0 ml Pengencer dan lebih
A. Gerus 1 tablet, didihkan dengan 50 ml air
selama 5 menit, dinginkan dan tambahkan 1 atau
– 2437 –

2 tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna lembayung turut lebih kurang 0,7 dan 1,0; resolusi, R, antara
merah. asam salisilat dan asam asetilsalisilat tidak lebih dari
B. Kocok sejumlah serbuk halus tablet setara 2,0; simpangan baku relatif asam salisilat pada
dengan lebih kurang 500 mg asam asetilsalisilat penyuntikan ulang tidak lebih dari 4,0%
dengan 10 ml kloroform P selama beberapa menit, Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
sentrifus, tuang beningan yang jernih dan uapkan dalam Penetapan kadar. Hitung persentase asam
hingga kering. Keringkan residu dalam hampa udara salisilat, C7H6O3, dalam serbuk tablet dengan rumus:
pada suhu 60 selama 1 jam: Spektrum serapan
inframerah residu yang didisperikan dalam kalium  C   rU 
bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada 2000     
bilangan gelombang yang sama seperti pada Asam  QA   rS 
Asetilsalisilat BPFI.
C adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam mg per ml
Perubahan Larutan baku; QA adalah jumlah dalam mg asam
Disolusi <1231> asetilsalisilat, C9H8O4, dalam serbuk tablet yang
Media disolusi: 500 ml Dapar asetat 0,05 M yang digunakan seperti tertera pada Penetapan Kadar; rU
dibuat dengan mencampur 2,99 g natrium asetat dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam
trihidrat dan 1,66 ml asam asetat glasial P dengan salisilat dari Larutan uji dan Larutan baku.
air hingga 1000 ml dengan pH 4,500,05.
Alat tipe 2: 75 rpm. [Catatan Untuk tablet multi Perubahan
lapis, jika perlu gunakan baja tahan karat berbentuk Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
spiral untuk menahan tablet.] Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Waktu: 30 menit. Kromatografi <931>.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah asam Fase gerak Larutkan 2 g natrium 1-heptansulfonat
asetilsalisilat yang terlarut dengan mengukur serapan P dalam campuran 850 ml air dan 150 ml asetonitril P,
alikot yang jika perlu diencerkan dengan Media tambahkan asam asetat glasial P hingga pH 3,4.
disolusi pada panjang gelombang titik isobestik asam Pengencer Campuran asetonitril P dan asam
asetilsalisilat dan asam salisilat pada 2652 nm. format P (99:1).
Bandingkan dengan larutan baku Asam Asetilsalisilat Larutan baku Larutkan sejumlah Asam
BPFI yang telah diketahui kadarnya dalam media Asetilsalisilat BPFI yang ditimbang saksama, dengan
yang sama. [Catatan Larutan baku dibuat pada saat Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
akan digunakan. Dapat digunakan metanol tidak Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
melebihi 1% dari volume total untuk melarutkan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
baku pembanding sebelum diencerkan dengan media sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang 100 mg
disolusi.] asam asetilsalisilat, masukkan ke dalam wadah yang
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak sesuai. Tambahkan 20,0 ml Pengencer dan lebih
kurang dari 80 % (Q), C9H8O4, dari jumlah yang kurang 10 manik kaca; kocok kuat-kuat selama lebih
tertera pada etiket. kurang 10 menit dan sentrifus.
Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. persediaan encerkan secara kuantitatif dengan
9 bagian volume Pengencer. Simpan sisa larutan
Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang persediaan untuk uji Asam salisilat bebas.
dari 1,9 mEq asam diperlukan untuk tiap 325 mg Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
asam asetilsalisilat dalam tablet. tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
berukuran 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
Asam salisilat bebas Tidak lebih dari 3,0%. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan
Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
pada Penetapan Kadar. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Larutan baku Larutkan sejumlah Asam Salisilat BPFI pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0;
yang ditimbang saksama seperti pada pembuatan simpangan baku relatif tidak lebih dari 2,0%.
Larutan baku yang tertera pada Penetapan kadar hingga Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lebih kurang 0,015 mg per ml. volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan
Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
seperti tertera pada Penetapan Kadar. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada jumlah dalam mg asam asetil salisilat, C9H8O4, dalam
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap serbuk tablet dengan rumus:
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
r 
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi 200  C   U 
relatif asam salisilat dan asam asetilsalisilat berturut-  rS 
– 2438 –

C adalah kadar Asam Asetilsalisilat BPFI dalam mg Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah rapat.
respons puncak dari Larutan Uji dan Larutan baku.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup ASAM SALISILAT


rapat. Salicylic Acid

TABLET EFERVESEN ASAM


ASETILSALISILAT UNTUK LARUTAN
ORAL
Tablet Efervesen Asetosal untuk Larutan
Oral Asam salisilat [69-72-7]
Acetylsalicylic Acid Effervescent Tablet for C7H6O3 BM 138,12
Oral Solution
Perubahan
Asam Salisilat mengandung tidak kurang dari 98,0%
Tablet Efervesen Asam Asetilsalisilat untuk Larutan
dan tidak lebih dari 102,0%, C7H6O3, dihitung
Oral mengandung Asam Asetilsalisilat dan campuran terhadap zat kering.
efervesen asam organik yang sesuai dan logam alkali
bikarbonat dan atau karbonat. Tablet mengandung Pemerian Hablur putih; biasanya berbentuk jarum
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, halus atau serbuk halus putih; rasa agak manis, tajam
C9H8O4, dari jumlah yang tertera pada etiket. dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan
tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami
Perubahan dapat berwarna kekuningan atau merah muda dan
Baku Pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI; berbau lemah mirip mint.
lakukan pengeringan di atas silika gel selama 5 jam
sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam benzena,
rapat. Asam Salisilat BPFI; tidak boleh dikeringkan larut dalam air mendidih; mudah larut dalam etanol
sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup dan dalam eter; agak sukar larut dalam kloroform.
rapat.
Tambahan persyaratan
Perubahan Baku pembanding Fenol BPFI; Simpan dalam
Identifikasi wadah tertutup rapat, terlindung dari udara dan
A. Larutkan 1 tablet dalam lebih kurang 50 ml cahaya, dalam lemari pendingin. Asam Salisilat
asam hidroklorida 1 N, didihkan selama lebih kurang BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
5 menit, biarkan dingin. Pada 2 ml larutan tambahkan tertutup rapat. Senyawa sejenis A Asam Salisilat
2 atau 3 tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna BPFI; Senyawa sejenis B Asam Salisilat BPFI.
lembayung merah.
B. Tambahkan lebih kurang setengah tablet pada Perubahan
50 ml air dalam labu, tutup segera dengan sumbat Identifikasi
yang dilengkapi dengan pipa sehingga gas yang A. Spektrum serapan inframerah zat yang
terbentuk mengalir ke dalam kalsium hidroksida LP: didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
terbentuk endapan putih. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Asam salisilat BPFI.
Waktu larut Dua tablet larut sempurna dalam 180 ml B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
air pada suhu 17,52,5º dalam waktu 5 menit. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
diperoleh pada Penetapan kadar.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Hilangkan persyaratan
Jarak lebur <1021> Antara 158º dan 161º.
Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang
dari 5,0 mEq asam yang diperlukan untuk 1 tablet.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama
Salisilat bebas Tidak lebih dari 8,0%; lakukan 3 jam.
penetapan seperti tertera pada uji Asam salisilat bebas
dalam Tablet Asam Asetilsalisilat Didapar. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%.
Penetapan kadar Lakukan seperti tertera pada Klorida <361> Tidak lebih dari 0,014%; lakukan
Penetapan kadar dalam Tablet Asam Asetilsalisilat penetapan menggunakan larutan uji yang dibuat
Didapar.
– 2439 –

sebagai berikut: panaskan 1,5 g zat dalam 75 ml air Tambahan persyaratan


hingga larut, dinginkan, tambahkan air sampai Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
volume semula dan saring: 25 ml filtrat tidak lebih Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
keruh dari 0,10 ml asam hidroklorida 0,020 N. Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran metanol P-asam asetat
Perubahan glasial P-air (40:1:60), yang dibuat dengan
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,02%; lakukan menambahkan 10 ml asam asetat glasial P ke dalam
penetapan sebagai berikut: larutkan 1,0 g zat dalam larutan yang berisi 400 ml metanol P dan 600 ml air.
campuran etanol P-air (1:1): tidak lebih keruh dari Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
0,2 ml asam sulfat 0,020 N. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan Pengencer Buat campuran metanol P-asam asetat
penetapan dengan melarutkan 1 g zat dalam 25 ml glasial P-air (70:4:30).
aseton P, tambahkan 2 ml air. Tambahkan 1,2 ml Larutan identifikasi puncak Timbang saksama
tioasetamida-gliserin basa LP dan 2 ml dapar asetat sejumlah Fenol BPFI, larutkan dalam Pengencer
pH 3,5, diamkan selama 5 menit: warna yang terjadi hingga diperoleh kadar lebih kurang 0,01 mg per ml.
tidak lebih gelap dari larutan pembanding yang dibuat Larutan baku Timbang saksama masing-masing
dari 25 ml aseton P ditambah 2 ml Larutan baku sejumlah Senyawa sejenis A Asam Salisilat BPFI,
timbal, yang diperlakukan sama. Senyawa Sejenis B Asam Salisilat BPFI, Fenol BPFI,
dan Asam Salisilat BPFI, larutkan dan encerkan
Hilangkan persyaratan dengan Pengencer hingga kadar berturut-turut lebih
Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg kurang 0,05 mg per ml; 0,025 mg per ml; 0,01 mg per
zat dalam 5 ml asam sulfat LP: larutan tidak lebih ml; dan 0,5 mg per ml.
berwarna dari Larutan padanan C. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
Hilangkan persyaratan kadar 50 mg per ml. Sonikasi sampai larut sempurna.
Kemurnian kromatografi Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Pelarut Campuran kloroform P-metanol P (9:1). tinggi dilengkapi dengan detektor 270 nm dan kolom
Fase gerak Campuran sama banyak n-butanol P berukuran 4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1
yang telah dijenuhkan dengan amonium hidroksida P dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
dan aseton P. 0,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam Larutan baku dan Larutan identifikasi puncak, rekam
Salisilat BPFI, larutkan dalam Pelarut hingga kadar kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
2,5 mg per ml. pada Prosedur: resolusi, R, antara masing-masing
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran puncak terhadap Larutan baku tidak kurang dari 2,0.
Larutan baku dalam Pelarut hingga diperoleh kadar Identifikasi masing-masing puncak menggunakan
masing-masing 0,375 mg per ml; 0,25 mg per ml; dan waktu retensi relatif seperti tertera pada Tabel.
0,05 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Tabel
larutkan dalam Pelarut hingga kadar 50 mg per ml. Waktu retensi Batas
Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti Nama
relatif (%)
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara
terpisah masing-masing 20 µl Larutan uji dan Senyawa sejenis A 0,35 0,1
Enceran larutan baku pada lempeng kromatografi asam salisilat
silika gel setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke Senyawa sejenis B 0,45 0,05
dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak asam salisilat
hingga merambat lebih kurang tiga per empat tinggi Fenol 0,50 0,02
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan Asam salisilat 1,0 -
biarkan menguap dengan bantuan aliran udara Cemaran lain - 0,05
hangat. Amati lempeng di bawah cahaya ultraviolet Total cemaran - 0,2
254 nm dan 366 nm; semprotkan dengan larutan
besi(III) klorida P (1 dalam 60) dan panaskan pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
suhu 60º selama 3 menit. Pada setiap langkah volume sama (lebih kurang 2 l) Larutan baku dan
visualisasi, bandingkan intensitas setiap bercak lain Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan uji dengan bercak utama Enceran larutan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
baku: tidak ada satupun bercak lain yang lebih persentase masing-masing cemaran dengan rumus:
intensif dari bercak utama Enceran larutan baku
dengan kadar 0,375 mg per ml dan jumlah intensitas  ri   CS 
      100
semua bercak lain Larutan uji tidak lebih dari 2,0%.
 rS   Cu 
– 2440 –

ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
masing-masing cemaran dalam Larutan Uji dan Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam
Larutan baku; CS adalah kadar baku cemaran dalam Salisilat BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
mg per ml Larutan baku dan Cu adalah kadar asam adalah kadar asam salisilat dalam mg per ml Larutan
salisilat dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
bobot yang ditimbang. Hitung persentase masing-
masing cemaran lain dalam zat yang ditimbang Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
dengan rumus : tertutup baik.

 ri   CS 
     100 ASAM VALPROAT
 rS   Cu  Valproic Acid

ri adalah respon puncak masing-masing cemaran lain


dari Larutan uji; rS adalah respon puncak Senyawa
sejenis B asam salisilat BPFI dari Larutan baku; CS
adalah kadar Senyawa sejenis B asam salisilat BPFI
dalam mg per ml Larutan baku; Cu adalah kadar asam
salisilat dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan Asam propilvalerat [99-66-1]
bobot yang ditimbang. C8H16O2 BM 144,21

Perubahan Asam Valproat mengandung, C8H16O2, tidak kurang


Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% dihitung
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada terhadap zat anhidrat.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran metanol P-asam asetat Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna hingga
glasial P-air (40:1:60), yang dibuat dengan kuning pucat; agak kental; bau khas.
menambahkan 10 ml asam asetat glasial P ke dalam
larutan yang berisi 400 ml metanol P dan 600 ml air. Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan natrium hidroksida 1 N, dalam metanol, dalam
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti etanol, dalam aseton, dalam kloroform, dalam
tertera pada Kromatografi <931>. benzena, dalam eter, dan dalam n-heptana; sukar larut
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam dalam asam hidroklorida 0,1 N.
Salisilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. Jika Perubahan
perlu lakukan sonikasi. Baku pembanding Asam Valproat BPFI; Sesudah
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, ampul dibuka, simpan dalam wadah tertutup rapat.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Senyawa Sejenis A Asam Valproat BPFI; Senyawa
kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. Jika perlu lakukan Sejenis B Asam Valproat BPFI.
sonikasi.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Perubahan
dilengkapi dengan detektor 270 nm dan kolom 4,6 mm Identifikasi
x 10 cm berisi bahan pengisi L1, dengan ukuran A. Spektrum serapan inframerah zat yang
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. diteteskan dalam lempeng natrium klorida P atau
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,5; Asam Valproat BPFI.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak B Waktu retensi puncak utama kromatogram
lebih dari 0,73%. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah diperoleh pada Penetapan kadar.
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan uji dan
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons Hilangkan persyaratan
puncak utama. Hitung persentase asam salisilat, Indeks bias <100>Lebih kurang 1,423 pada suhu
C7H6O3, dalam zat dengan rumus: 20º.

 rU   CS  Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%.


     100
 rS   CU  Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
– 2441 –

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari berturut-turut adalah 0,38; 0,52; 1,0; dan 1,64;
20 bpj. resolusi, R, antara asam butirat dan asam valerat tidak
kurang dari 23,0; efisiensi kolom untuk asam valerat
Hilangkan persyaratan tidak kurang dari 100.000 lempeng teoritis; faktor
Kemurnian kromatografi Sistem kromatografi ikutan asam valerat tidak lebih dari 1,5. Respons
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas relatif puncak senyawa sejenis A asam valproat tidak
seperti tertera pada Kromatografi <931>. kurang dari 0,01% terhadap respons puncak asam
Kromatograf dilengkapi dengan detektor ionisasi valproat.
nyala dan kolom 2 mm x 1,8 m berisi 10% fase diam Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih
G34 pada partikel penyangga SIA 80 mesh-100 mesh. kurang 0,5 µl) Larutan uji ke dalam kromatograf,
Pertahankan suhu kolom, injektor, dan detektor rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
berturut turut pada lebih kurang 140º, 225º, 235º. Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
Gunakan helium P kering sebagai gas pembawa dengan rumus :
dengan laju alir lebih kurang 50 ml per menit.
Lakukan penyuntikan ulang dua kali (lebih kurang  ri 
1 µl) Asam Valproat BPFI, rekam kromatogram dan    100
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:  rT 
respons puncak dan waktu retensi asam valproat pada
kromatogram berturut-turut tidak boleh berbeda lebih ri adalah respon puncak masing-masing cemaran; rT
dari 1% dan 3%. adalah total semua respon puncak.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih
kurang 1 µl) zat ke dalam kromatograf, rekam Hilangkan persyaratan
kromatogram dan ukur respons puncak: perbandingan Cemaran senyawa organik mudah menguap
respon puncak asam valproat terhadap jumlah semua <471> Metode V Memenuhi syarat.
respons puncak tidak kurang dari 0,98. Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.

Tambahan persyaratan Perubahan


Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
0,3%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Kromatografi <931>.
gas seperti tertera pada Kromatografi <931>. Dapar Buat larutan natrium fosfat monobasa P
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama 3,5 g per liter dalam air. Atur pH hingga 3,5 dengan
sejumlah Senyawa Sejenis A Asam Valproat BPFI, penambahan asam fosfat P.
asam butirat dan asam valerat, masukkan ke dalam Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (50:50).
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
dengan asam valproat hingga kadar berturut-turut penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
0,1 µl per ml, 1,0 µl per ml, dan 1,0 µl per ml. tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Gunakan sejumlah zat. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi sejumlah Senyawa Sejenis B Asam Valproat BPFI
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 0,32 mm x dan Asam Valproat BPFI, masukkan ke dalam labu
60 m berisi fase diam G25 setebal 0,3 µm. tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
Pertahankan suhu injektor pada 240º dan detektor Fase gerak hingga kadar berturut-turut 50 µg per ml
pada 260º. Atur suhu kolom seperti Tabel di bawah dan 0,5 mg per ml.
ini : Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Valproat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
suhu kenaikan suhu waktu ditahan yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Fase
awal suhu akhir pada suhu gerak hingga kadar 0,5 mg per ml.
() (/menit) () akhir (menit) Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
145 0 145 48 masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
145 5 190 - larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar 0,5 mg per ml.
Gunakan helium P sebagai gas pembawa dengan laju Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
alir lebih kurang 150 ml per menit. Lakukan tinggi dilengkapi dengan detektor UV 215 nm, kolom
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, 4,6 mm x 15,0 cm berisi bahan pengisi L7 dengan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per
tertera pada Prosedur: waktu retensi senyawa sejenis menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
A asam valproat antara 41 menit dan 50 menit; waktu kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
retensi relatif asam butirat, asam valerat, asam respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
valproat, dan senyawa sejenis A asam valproat resolusi, R, antara puncak asam valproat dan puncak
– 2442 –

senyawa sejenis B asam valproat tidak kurang dari Perubahan


2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tertera pada Prosedur: factor ikutan tidak lebih dari Kromatografi <931>.
1,5; simpangan baku relatif tidak lebih dari 1,0 %. Dapar Buat larutan natrium fosfat monobasa P
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 3,5 g per liter. Atur pH hingga 3,5 dengan
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan penambahan asam fosfat P.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Fase gerak Buat campuran asetonitril P–Dapar
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung (45:55). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
persentase asam valproat, C8H16O2, dalam zat dengan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
rumus: tertera pada Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran asetonitril P–air (45 : 55)
 rU   CS  Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
     100 sejumlah Asam Valproat BPFI dan Senyawa sejenis B
 rS   CU  Asam Valproat BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Pengencer hingga kadar berturut-turut 0,5 mg per ml
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam dan 50 µg per ml.
Valproat BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
adalah kadar asam valproat dalam mg per ml Valproat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Pengecer
hingga kadar 0,5 mg per ml.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kaca, baja Larutan uji Pipet sejumlah volume larutan oral,
tahan karat atau polietilena, tertutup rapat. encerkan dengan Pengencer hingga kadar 0,5 mg per
ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Perubahan Judul dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
LARUTAN ORAL ASAM VALPROAT berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
Valproic Acid Oral Solution 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
Larutan Oral Asam Valproat mengandung Asam ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Valproat, C8H16O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak resolusi, R, antara asam valproat dan senyawa sejenis
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada B asam valproat tidak kurang dari 2,0 Lakukan
etiket. Sediaan ini dibuat dengan bantuan natrium kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
hidroksida. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5;
Perubahan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Baku pembanding Asam Valproat BPFI; Sesudah lebih dari 1,0%. Waktu retensi relatif senyawa sejenis
ampul dibuka, simpan dalam wadah tertutup rapat. B asam valproat dan asam valproat berturut-turut 0,9
Senyawa sejenis B Asam Valproat BPFI. dan 1,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Perubahan volume sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan
Identifikasi Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
dengan Larutan baku seperti tertera pada Penetapan persentase asam valproat, C8H16O2, dalam larutan
oral dengan rumus:
Kadar.
B. Masukkan sejumlah volume larutan oral, setara
dengan lebih kurang 250 mg asam valproat ke dalam  rU   CS 
corong pisah. Tambahkan 40 ml air dan 2 ml asam      100
hidroklorida P, kocok dan ekstraksi dengan 40 ml  rS   CU 
n-heptana P. Saring lapisan n-heptana melalui wol
kaca ke dalam gelas piala dan uapkan pelarut di atas rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
tangas uap dengan mengalirkan udara hingga pelarut Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam
Valproat BPFI dalam mg per ml Larutan baku; dan
habis. Masukkan 2 tetes residu ke dalam tabung
CU adalah kadar asam valproat dalam mg per ml
reaksi yang mengandung 0,5 ml larutan kalium iodida
Larutan uji berdasarkan jumah yang tertera pada
(1 dalam 50) dan larutan kalium iodat (1 dalam 25): etiket.
terjadi larutan warna kuning.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,0. rapat.
– 2443 –

ASEBUTOLOL HIDROKLORIDA Fase gerak Buat campuran air-butanol P-asam


Acebutolol Hydrochloride asetat glasial P (50:40:10), kocok dan biarkan
sampai terpisah. Gunakan lapisan atas.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Asebutolol Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg
per ml.
Larutan baku 1 Pipet 3 ml Larutan baku ke dalam
(±)-3’-Asetil-4’-[2-hidroksi-3-(isopropilamino) propoksi]- labu tentukur 100-ml, encerkan dengan metanol P
butiranilida monohidroklorida [34381-68-5] sampai tanda.
C18H28N2O4. HCl BM 372,89 Larutan baku 2 Campur 5 ml Larutan baku 1 dan
10 ml metanol P.
Asebutolol Hidroklorida mengandung tidak kurang Larutan uji 1 Timbang sejumlah zat, larutkan dan
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
C18H28N2O4.HCl, dihitung terhadap zat kering. kurang 10 mg per ml.
Larutan uji 2 Encerkan 1 ml Larutan uji 1 dengan
Pemerian Serbuk hablur putih atau agak putih. metanol P hingga 10 ml.
Melebur antara 141° dan 144°. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
20 l Larutan baku, Larutan uji 1, Larutan uji 2,
Kelarutan Larut dalam air dan dalam etanol; sangat Larutan baku 1, dan Larutan baku 2 pada lempeng
sukar larut dalam aseton dan dalam metilena klorida; kromatografi silika gel setebal 0,25 mm dan biarkan
praktis tidak larut dalam eter. bercak kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatografi yang berisi Fase gerak dan biarkan Fase
Perubahan gerak merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng.
Baku pembanding Asebutolol Hidroklorida BPFI, Angkat lempeng, tandai batas rambat dan biarkan
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan kering. Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet:
dalam wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis A harga Rf bercak utama Larutan uji 2 sesuai dengan
Asebutolol BPFI; Senyawa Sejenis B Asebutolol Larutan baku. Tidak terdapat bercak lain selain bercak
BPFI; Senyawa Sejenis I Asebutolol BPFI.
utama dari Larutan uji 1 yang lebih intensif dari
bercak utama Larutan baku 1 (0,3%), tidak lebih dari
Perubahan
2 bercak sekunder dari Larutan uji 1 lebih intensif dari
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang bercak utama Larutan baku 2 (0,1%) dan jumlah
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan semua cemaran dari Larutan uji 1 tidak lebih dari
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama 0,5%.
seperti pada Asebutolol Hidroklorida BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Tambahan persyaratan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan cara
diperoleh pada Penetapan kadar. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara B seperti Kromatografi <931>.
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Fase gerak
Larutan A Campur 2,0 ml asam fosfat P dan 3,0 ml
Perubahan trietilamina P, encerkan dengan air sampai 1 liter.
pH <1031> Antara 4,5 dan 7,0; lakukan penetapan Larutan B Buat campuran asetonitril P–Larutan A
menggunakan larutan zat 10 mg per ml. (1 : 1).
Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama
Hilangkan persyaratan sejumlah Senyawa Sejenis A Asebutolol BPFI,
Jarak lebur <1021> Antara 140º dan 144º. masukkan dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan
dengan asetonitril P lebih kurang 50% dari total
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari volume dan encerkan dengan Larutan A sampai tanda
20 bpj. hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml.
Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
sejumlah Senyawa Sejenis B Asebutolol BPFI,
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. masukkan dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan
dengan asetonitril P lebih kurang 50% dari total
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
volume dan encerkan dengan Larutan A sampai tanda
Hilangkan persyaratan hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml.
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan Larutan baku A Timbang saksama sejumlah
dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera Asebutolol Hidroklorida BPFI, masukkan dalam labu
pada Kromatografi <931>. tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
– 2444 –

Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,002 mg per puncak masing-masing cemaran dalam Larutan baku
ml. B, Larutan baku C, dan Larutan baku D; CS adalah
Larutan baku B Timbang saksama sejumlah kadar masing-masing senyawa sejenis dalam mg per
Senyawa Sejenis I Asebutolol BPFI, masukkan dalam ml Larutan baku B, Larutan baku C atau Larutan
baku D; CU adalah kadar asebutolol hidroklorida
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang ditimbang.
0,004 mg per ml. Hitung persentase cemaran lain dalam zat dengan
Larutan baku C Pipet sejumlah volume Larutan rumus:
baku persediaan 1, encerkan dengan Larutan A
hingga kadar lebih kurang 0,002 mg per ml.
 ri   CS 
Larutan baku D Pipet sejumlah volume Larutan       100
baku persediaan 2, encerkan dengan Larutan A
hingga kadar lebih kurang 0,004 mg per ml.
 rS   CU 
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah volume
Larutan baku A dan Larutan baku B, masukkan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan dari Larutan uji; rS adalah respons puncak asebutolol
Larutan A hingga kadar masing-masing lebih kurang dari Larutan baku A; CS adalah kadar Asebutolol
0,4 µg per ml. Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan baku A;
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, CU adalah kadar asebutolol hidroklorida dalam mg
masukkan dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
dan encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih ditimbang. Masing-masing cemaran dan total
kurang 2 mg per ml cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Tabel .
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
berukuran 4,0 mm × 12,5 cm berisi bahan pengisi L1 Tabel
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Waktu retensi Batas
Cemaran
kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1,2 ml per relatif (%)
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: Senyawa sejenis B
0,72 0,2
asebutolol
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) Senyawa sejenis I
0,91 0,2
0 98 2 asebutolol
2 98 2 Asebutolol 1,00 -
30,5 10 90 Senyawa sejenis A
1,48 0,1
41 10 90 asebutolol
Cemaran lain - 0,10
Total cemaran - 0,5
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,05%
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
asebutolol dan Senyawa Sejenis I Asebutolol BPFI Perubahan
tidak kurang dari 7,0. Lakukan kromatografi terhadap Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku A, rekam kromatogram dan ukur Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Kromatografi <931>.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Fase gerak Buat campuran metanol P-larutan
lebih dari 2,0%. natrium dodesil sulfat 0,3%-asam asetat glasial P
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah (675:325:20), saring dan awaudarakan. Jika perlu
volume sama (lebih kurang 25 μl) Larutan baku A, lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Larutan baku B, Larutan baku C, Larutan baku D, seperti tertera pada Kromatografi <931>, hingga
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam waktu retensi asebutolol antara 4 menit dan 7 menit.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Hitung persentase senyawa sejenis A asebutolol atau Asebutolol Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
senyawa sejenis B asebutolol atau senyawa sejenis I dengan air hingga kadar lebih kurang 0,14 mg per ml.
asebutolol dalam zat dengan rumus: Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih
 ri   CS 
      100 kurang 0,14 mg per ml.
 rS   CU  Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi
yang sesuai dalam Larutan uji; rS adalah respons
– 2445 –

terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Larutan baku Timbang saksama sejumlah guanin,
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N, jika perlu
efisiensi kolom tidak kurang dari 1500 lempeng encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,5 dan natrium hidroksida 0,1 N hingga kadar lebih kurang
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak 2 μg per ml.
lebih dari 0,73%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan
volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase guanin dalam krim dengan rumus:
persentase asebutolol hidroklorida, C18H28N2O4.HCl,
dalam zat dengan rumus :  ri   CS 
     100
 rU   CS   rS   CU 
      100
 rS   CU  ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak guanin
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak guanin dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar kadar asiklovir dalam mg per ml Larutan uji
Asebutolol Hidroklorida BPFI dalam mg per ml berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan baku; CU adalah kadar asebutolol
hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji Perubahan
berdasarkan bobot yang ditimbang. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Kromatografi <931>.
rapat, pada suhu ruang terkendali. Fase gerak Buat larutan asam asetat 0,02 N-
asetonitril P (98:2), saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
KRIM ASIKLOVIR sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Acyclovir Cream Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang sejumlah
Asiklovir BPFI dan guanin, larutkan dalam asam
Perubahan hidroklorida 0,1 N; jika perlu encerkan secara
Krim Asiklovir mengandung Asiklovir, C8H11N5O3, kuantitatif dan bertahap dengan asam hidroklorida
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% 0,1 N hingga kadar masing-masing lebih kurang
dari jumlah yang tertera pada etiket. 0,1 mg per ml.
Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang sejumlah
Perubahan guanin, larutkan dalam asam hidroklorida 0,1 N; jika
Baku pembanding Asiklovir BPFI; tidak boleh perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar lebih kurang
2 µg per ml.
Perubahan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asiklovir
Identifikasi Waktu retensi puncak utama BPFI, larutkan dalam asam hidroklorida 0,1 N; jika
kromatogram dari Larutan uji sesuai dengan Larutan perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar lebih kurang
0,1 mg per ml.
Tambahan persyaratan Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara
Batas mikroba <51> Uji terhadap Staphylococcus dengan lebih kurang 10 mg asiklovir, masukkan ke
aureus dan Pseudomonas aeruginosa memberikan dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan
hasil negatif. dengan asam hidroklorida 0,1 N sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Tambahan persyaratan tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
Perubahan terhadap Larutan kesesuaian sistem 1, rekam
Guanin Tidak lebih dari 2,0%; lakukan penetapan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti pada Prosedur: waktu retensi relatif guanin dan
tertera pada Kromatografi <931>. asiklovir berturut-turut lebih kurang 0,6 dan 1,0;
Fase gerak, Larutan uji dan Sistem kromatografi resolusi, R antara puncak guanin dan puncak asiklovir
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
– 2446 –

penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Lakukan Identifikasi


kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem 2, A. Spektrum serapan inframerah zat yang
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. sama seperti pada Azatadin Maleat BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat (40 µg
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan per ml) dalam asam hidroklorida-metanol LP 0,25 N
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam menunjukkan maksimum hanya pada panjang
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung gelombang yang sama seperti pada Azatadin Maleat
persentase asiklovir, C8H11N5O3, dalam krim dengan BPFI.
rumus:
Tambahan persyaratan
 rU   CS  Identifikasi
     100 C. Waktu retensi puncak utama kromatogram
 rS   CU  Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Asiklovir BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
adalah kadar asiklovir dalam mg per ml Larutan uji 60º selama 3 jam.
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,1%.
Perubahan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Hilangkan persyaratan
rapat, pada suhu antara 15 dan 25 di tempat kering. Kemurnian kromatografi Tidak kurang dari 98,0%.
Lakukan penetapan menggunakan Kromatografi lapis
tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
AZATADIN MALEAT Fase gerak Buat campuran toluena P-isopropanol
Azatadine Maleate P-dietilamina P (10:10:1).
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Azatadin
Maleat BPFI, larutkan dalam campuran toluena P-
metanol P (1:1) hingga kadar lebih kurang 7 mg per
ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dalam campuran toluena P-metanol P (1:1)
hingga kadar lebih kurang 7 mg per ml.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
100 µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
6,11-Dihidro-11-(1-metil-4-piperidilidena)-5H- kromatografi yang berisi Fase gerak hingga Fase
benzo[5,6]siklohepta[1,2-b]piridin maleat (1:2) gerak merambat lebih kurang tiga per empat tinggi
[3978-86-7] lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
C20H22N2.2C4H4O4 BM 522,55 biarkan Fase gerak menguap. Amati di bawah cahaya
UV 254 nm dan tandai bercak utama. Kerok bercak
Azatadin Maleat mengandung tidak kurang dari utama dari setiap lintasan titik penotolan. Masukkan
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, secara terpisah ke dalam tabung sentrifuga bersumbat
C20H22N2.2C4H4O4, dihitung terhadap zat kering. kaca. [Catatan Lakukan hati-hati untuk memisahkan
bercak utama dari bercak lain yang berdekatan.]
Pemerian Serbuk putih sampai krem muda; tidak Dengan cara yang sama kerok sejumlah yang sama
berbau. Melebur pada lebih kurang 153º. silika gel pada bagian yang bersih dan sejajar dengan
bercak, masukkan ke dalam tabung sentrifuga yang
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol, lain. Ke dalam masing-masing tabung tambahkan
dalam kloroform dan dalam metanol; praktis tidak 15,0 ml campuran metanol P-asam hidroklorida
larut dalam benzena dan dalam eter. 0,5 N (4:1), kocok kuat-kuat selama lebih kurang
15 menit dan sentrifus. Ukur serapan beningan yang
Baku pembanding Azatadin Maleat BPFI; tidak didapat dari Larutan uji dan Larutan baku pada
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
rapat. 284 nm, menggunakan larutan yang diperoleh dari
– 2447 –

bagian yang bersih dari lempeng sebagai blangko. Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
Hitung kemurnian kromatografi dengan rumus: dengan rumus:

A   CS   ri   CS 
100   U          100
 AS   CU   rS   CU 
AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
uji dan Larutan baku; CS dan CU berturut-turut adalah dari Larutan uji; rS adalah respons puncak azatadin
kadar dalam mg per ml Larutan baku dan Larutan dari Larutan baku; CS adalah kadar Azatadin Maleat
uji. BPFI dalam mg per ml Larutan baku; dan CU adalah
kadar azatadin maleat dalam mg per ml Larutan uji
Tambahan persyaratan berdasarkan bobot yang ditimbang.
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
lebih dari 0,10% untuk total cemaran tidak lebih dari Perubahan
2,0%. Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
0,05%.Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Kromatografi <931>.
<931>. Larutan A Buat larutan amonium asetat P dalam
Larutan A, Larutan B, dan Fase gerak Lakukan air 3,854 g per liter, atur pH hingga 7.6 dengan
seperti tertera pada Penetapan kadar. penambahan amonium hidroksida P 25%, saring
Larutan baku persediaan Timbang saksama melalui penyaring yang sesuai dengan porositas
sejumlah Azatadin Maleat BPFI, masukkan dalam 0,2 µm.
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan Larutan B Buat campuran asetonitril P– metanol P
dengan air hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per ml. (20 : 80).
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur yang dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
sesuai, encerkan dengan air hingga kadar lebih kromatografi.
kurang 0,001 mg per ml. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Azatadin
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Maleat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang
masukkan dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan sesuai, larutkan dan encerkan dengan air hingga
dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
1,0 mg per ml. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
tinggi dilengkapi dengan detektor 237 nm dan kolom larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11 kurang 0,5 mg per ml.
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kolom pada 45°. Laju alir lebih kurang 1,2 ml per tinggi dilengkapi dengan detektor 237 nm dan kolom
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) kolom pada 45°. Laju alir lebih kurang 1,2 ml per
0 80 20 menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
7,0 70 30
12,0 60 40 Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
14,0 50 50 0 80 20
16,0 30 70 7,0 70 30
18,0 30 70 12,0 60 40
18,1 80 20 14,0 50 50
20,0 80 20 16,0 30 70
18,0 30 70
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam 18,1 80 20
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 20,0 80 20
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
volume sama (lebih kurang 3 µl) Larutan baku dan pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih 1,5;
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
kromatogram dan ukur semua respons puncak. lebih dari 0,73%.
– 2448 –

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
volume sama (lebih kurang 3 l) Larutan baku dan sama seperti pada Azatioprin BPFI.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti yang
persentase azatadin maleat, C20H22N2.2C4H4O4, diperoleh pada Penetapan kadar.
dalam zat dengan rumus:
Hilangkan persyaratan
 rU   CS  Keasaman atau kebasaan Kocok 2,0 g zat dengan
      100 100 ml air selama 15 menit, saring: untuk
 rS   CU  menetralkan 20,0 ml filtrat, diperlukan tidak lebih
dari 0,10 ml asam hidroklorida 0,020 N atau tidak
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama lebih dari 0,10 ml natrium hidroksida 0,020 N,
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar menggunakan merah metil LP sebagai indikator.
Azatadin Maleat BPFI dalam mg per ml Larutan
baku; CU adalah kadar azatadin maleat dalam mg per Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
ml Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
105º selama 5 jam.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik. Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,1%.

Hilangkan persyaratan
AZATIOPRIN Batas Merkaptopurin Tidak lebih dari 1,0%.
Azathioprine Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis
tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Butanol P yang telah dijenuhkan
dengan amonium hidroksida 6 N.
Penjerap Selulosa mikrokristal setebal 0,25 mm.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Azatioprin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
amonium hidroksida 6 N hingga kadar lebih kurang
20 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
6-[(1-Metil-4-nitroimidazol-5-il)tio]purina larutkan dan encerkan dengan amonium hidroksida
[446-86-6] 6 N hingga kadar lebih kurang 20 mg per ml.
C9H7N7O2S BM 277,26 Larutan merkaptopurin Timbang saksama
sejumlah Merkaptopurin BPFI, larutkan dan
Perubahan encerkan dengan amonium hidroksida 6 N hingga
Azatioprin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan kadar lebih kurang 200 µg per ml, dihitung sebagai
tidak lebih dari 102,0%, C9H7N7O2S, dihitung zat anhidrat.
terhadap zat kering. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
5 µl Larutan baku, Larutan uji, dan Larutan
Pemerian Serbuk kuning pucat; tidak berbau. merkaptopurin pada lempeng kromatografi.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam larutan yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak
alkali hidroksida encer; agak sukar larut dalam asam merambat sampai lebih kurang 15 cm dari titik
mineral encer; sangat sukar larut dalam etanol dan penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan
dalam kloroform. biarkan kering. Amati bercak di bawah cahaya UV
254 nm dan 366 nm: bercak lain selain bercak utama
Perubahan
Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak Larutan
Baku pembanding Azatioprin BPFI; tidak boleh
merkaptopurin.
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan pada
Tambahan persyaratan
suhu ruang terkendali. Senyawa Sejenis A Azatioprin
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
BPFI; Merkaptopurin BPFI; Senyawa Sejenis G
Azatioprin. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Perubahan Dapar Buat larutan natrium fosfat monobasa P
Identifikasi 2,76 gram per liter. Atur pH hingga 2,5 dengan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang penambahan asam fosfat P.
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Larutan A Buat campuran metanol P-Dapar (5:95).
– 2449 –

Larutan B Buat campuran metanol P-Dapar Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
(60:40). sistem, rekam kromatogram dan ukur semua respons
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem antara senyawa sejenis A azatioprin dan
Kromatografi. merkaptopurin tidak kurang dari 2; antara senyawa
Pengencer Buat larutan natrium hidroksida P 0,8 g sejenis G azatioprin dan azatioprin tidak kurang dari 2.
per liter dalam air. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan kesesuaian sistem persediaan A Timbang volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan
saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Azatioprin Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
BPFI dan Merkaptopurin BPFI ke dalam labu kromatogram dan ukur semua respons puncak.
tentukur yang sesuai. Tambahkan Pengencer hingga Hitung persentase masing-masing cemaran lain,
35% volume labu dan encerkan dengan Dapar dalam zat dengan rumus:
sampai tanda. Larutan mengandung senyawa sejenis
A azatioprin dan merkaptopurin dengan kadar
 ri   CS 
masing-masing 0,2 mg per ml.       100
Larutan kesesuaian sistem persediaan B Timbang  rS   CU 
saksama sejumlah Senyawa Sejenis G Azatioprin
BPFI dan Azatioprin BPFI ke dalam labu tentukur
yang sesuai. Tambahkan Pengencer hingga 35% ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
volume labu dan encerkan dengan Dapar sampai dari Larutan uji; rs adalah respons puncak azatioprin
tanda. Larutan mengandung senyawa sejenis G dari Larutan baku; CS adalah kadar Azatioprin
azatioprin dan azatioprin dengan kadar masing- BPFIdalam mg per ml Larutan baku; CU adalah
masing 0,1 mg per ml kadar zat dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
Larutan kesesuaian sistem Pipet 1 ml Larutan bobot yang ditimbang. Masing-masing cemaran dan
kesesuaian sistem persediaan A dan 2 ml Larutan jumlah cemaran tidak lebih dari batas seperti tertera
kesesuaian sistem persediaan B ke dalam labu pada Tabel.
tentukur 100-ml. Tambahkan 35 ml Pengencer dan
encerkan dengan Dapar sampai tanda. Larutan Tabel
mengandung senyawa sejenis A azatioprin, Waktu retensi relatif Batas
merkaptopurin, senyawa sejenis G azatioprin dan Cemaran
(menit) (%)
azatioprin dengan kadar masing-masing 0,002 mg per Senyawa sejenis A
ml. 0,3 0,15
azatioprin
Larutan baku persediaan Timbang saksama Merkaptopurin 0,4 0,15
sejumlah Azatioprin BPFI ke dalam labu tentukur
Senyawa sejenis G
yang sesuai. Tambahkan Pengencer hingga 35% 0,97 0,10
azatioprin
volume labu dan encerkan dengan Dapar sampai
Azatioprin 1,0 -
tanda hingga diperoleh kadar azatioprin lebih kurang
Cemaran yang tidak
0,1 mg per ml. - 0,10
diketahui
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Dapar hingga kadar Total cemaran - 0,5
Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,05%.
azatioprin lebih kurang 0,1 g per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat ke
dalam labu tentukur yang sesuai. Tambahkan Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Pengencer hingga 35% volume labu dan encerkan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dengan Dapar sampai tanda. Larutan mengandung
Kromatografi <931>.
azatioprin dengan kadar 0,1 mg per ml.
Larutan A Buat larutan natrium 1-heptansulfonat P
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
1,6 g per liter dalam air.
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
Fase gerak Buat campuran metanol P-Larutan A
4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L11 dengan
(30:70). Atur pH hingga 3,5±0,1 dengan penambahan
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada
asam hidroklorida 1 N. Saring dan awaudarakan. Jika
30°. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per menit.
perlu, lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Kromatogram diprogram sebagai berikut:
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
sejumlah Azatioprin BPFI, masukkan ke dalam labu
0 100 0
tentukur yang sesuai. Tambahkan metanol P hingga
5 100 0
25% volume labu dan 1% ammonium hidroksida P.
15 0 100
Goyang dan sonikasi selama 2 menit sampai larut.
20 0 100
Encerkan dengan metanol P sampai tanda. Larutan
mengandung azatioprin dengan kadar 0,5 mg per ml.
– 2450 –

Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Perubahan


persediaan, encerkan dengan air hingga kadar Azitromisin adalah zat anhidrat atau mengandung
azatioprin 0,1 mg per ml. satu atau dua molekul air. Azitromisin mengandung
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg tidak kurang dari 945 µg per mg dan tidak lebih dari
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. 1030 µg per mg, C38H72N2O12, dihitung terhadap zat
Tambahkan 25 ml metanol P dan 1,0 ml amonium anhidrat.
hidroksida P ke dalam labu, goyang dan sonikasi
selama 2 menit sampai larut. Encerkan dengan Perubahan
metanol P sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
labu tentukur 50-ml dan encerkan dengan air sampai
tanda. Larutan mengandung azatioprin dengan kadar Tambahan persyaratan
0,1 mg per ml. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi mudah larut dalam etanol mutlak dan dalam metilen
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm klorida.
x 30 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1,8 ml per Perubahan
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Baku pembanding Azitromisin BPFI; tidak boleh
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2 dalam lemari pembeku. Azaeritromisin A BPFI; N-
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Demetilazitromisin BPFI; Desosaminilazitromisin
tidak lebih dari 0,73%. BPFI; Senyawa Sejenis F Azitromisin.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Perubahan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Identifikasi
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung A. Spektrum serapan inframerah zat yang
persentase azatioprin, C9H7N7O2S, pada zat dengan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
rumus: maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Azitromisin BPFI. Jika spektrum
zat dan baku menunjukkan perbedaan, larutkan zat
 rU   CS 
      100 dan baku pembanding secara terpisah dalam metanol
P volume sama, uapkan hingga kering pada tangas air
 rS   CU  dan keringkan pada suhu 80º dalam hampa udara
selama 30 menit. Gunakan residu untuk penetapan.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Azatioprin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU diperoleh pada Penetapan kadar.
adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
berdasarkan bobot yang ditimbang. Rotasi jenis <1081> Antara -45 dan -49; lakukan
penetapan menggunakan larutan zat 20 mg per ml
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dalam etanol mutlak P pada suhu 20.
rapat, tidak tembus cahaya.
Perubahan
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat; kecuali jika
AZITROMISIN pada etiket dinyatakan sebagai bentuk amorf,
Azithromycin sebagian besar partikel tidak menunjukkan refraksi
ganda dan posisi ekstinksi.

pH <1071> Antara 9,0 dan 11,0; lakukan penetapan


menggunakan larutan zat 2 mg per ml dalam
campuran metanol P-air (1:1).

Perubahan
Air <1031> Metode I Jika pada etiket tertera:
anhidrat, tidak lebih dari 2,0%; dihidrat, antara 4,0%
dan 5,0%; monohidrat, antara 1,8% dan 4,0%, kecuali
Perubahan jika memenuhi syarat Susut pengeringan antara 4,0%
9-Deokso-9a-aza-9a-metil-9a-homoeritromisin A dan 6,5%.
C38H72N2O12 [83905-01-5] BM 748,98
C38H72N2O12.H2O [121470-24-4] BM 767,00 Susut pengeringan Jika pada etiket dinyatakan
C38H72N2O12.2H2O [117772-70-0] BM 785,02 sebagai azitromisin monohidrat dengan kadar air
– 2451 –

antara 4,0% dan 6,5%; lakukan penetapan dengan kelarutan. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
cara Analisis termal <741> [Catatan Jumlah zat yang Larutan ini mengandung lebih kurang 0,33 mg per ml
digunakan untuk penetapan dapat disesuaikan azitromisin.
dengan kepekaan alat.] Tetapkan persentase zat Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
mudah menguap dengan alat analisis termogravimetri tinggi dilengkapi dengan detektor elektrokimia
yang sesuai dan telah dikalibrasi menggunakan lebih amperometrik dengan elektroda ganda karbon seperti
kurang 10 mg zat yang ditimbang saksama. Panaskan kaca dengan cara elektroda satu yang diatur pada
antara suhu ruang dan 150 dengan kenaikan suhu +0,70 V dan elektroda dua yang diatur pada +0,82 V
10 per menit dengan aliran gas nitrogen P 35 ml per lebih kurang 28, suhu autosampler 5°. Kolom
menit. Dari termogram yang diperoleh tetapkan titik berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L49
infleksi dari dua tahap kehilangan bobot pada 70 dan dengan ukuran partikel 3 m. Laju alir lebih kurang
130: antara suhu ruang dan titik infleksi pada 70 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
kehilangan bobot tidak lebih dari 4,5% dan antara Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur semua
titik infleksi antara 70 dan 130 kehilangan bobot respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
antara 1,8% dan 2,6%. resolusi, R, antara puncak azitromisin dan
azaeritromisin A tidak kurang dari 3,0; faktor ikutan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,3%; untuk azitromisin tidak lebih dari 2,0 dan N-
lakukan penetapan dengan cara: pada zat yang telah demetilazitromisin tidak lebih dari 2,5; simpangan
diarangkan, basahkan dengan 2 ml asam nitrat P dan baku relatif untuk azitromisin, azaeritromisin A, N-
5 tetes asam sulfat P. demetilazitromisin, dan desosaminilazitromisin pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%.
Hilangkan persyaratan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari volume sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan
25 bpj. Larutan uji ke dalam kromatograf. Lakukan
kromatografi selama tidak kurang dari 3,3 kali waktu
Perubahan eluasi puncak azitromisin dari Larutan baku, rekam
Cemaran organik Catatan Lakukan Uji 1 jika kromatogram dan ukur semua respons puncak.
terdapat cemaran senyawa eritromisin A oksim dan Hitung persentase desosaminilazitromisin dan N-
eritromisin A iminoeter. demetilazitromisin dalam zat dengan rumus:
[Catatan Gunakan air dengan tahanan tidak kurang
dari 18 Mohm-cm.] Lakukan penetapan dengan cara  ri   CS 
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada       F  100
Kromatografi <931>.  rS   CU 
UJI 1 ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Larutan A Buat larutan kalium fosfat dibasa P yang sesuai dari Larutan uji; rS adalah respons
20 mM. puncak senyawa sejenis yang sesuai dari Larutan
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A- baku; CS adalah kadar baku pembanding yang sesuai
asetonitril P (750:250), atur pH hingga 10,55±0,05 dalam g per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat
dengan penambahan kalium hidroksida 5 N. Saring dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
dan awaudarakan. ditimbang, dan F adalah faktor konversi (0,001 mg
Larutan baku persediaan Timbang saksama per g). Hitung persentase cemaran lain dalam zat
sejumlah Desosaminilazitromisin BPFI, N- dengan rumus:
Demetilazitromisin BPFI, Azaeritromisin A BPFI, dan
Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
 ri   CS 
asetonitril P hingga kadar berturut-turut lebih kurang       F 100
45 µg per ml;105 µg per ml;150 µg per ml; dan  rS   CU 
160 µg per ml. Jika perlu sonikasi sampai larut.
Larutan baku Pipet 4 ml Larutan baku persediaan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain
ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan dari Larutan uji; rS adalah respons puncak azitromisin
Fase gerak sampai tanda. Larutan ini mengandung dari Larutan baku; CS adalah kadar Azitromisin BPFI
Desosaminilazitromisin BPFI, Demetilazitromisin dalam g per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat
BPFI, Azaeritromisin A BPFI, dan Azitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
dengan kadar berturut-turut lebih kurang 0,9 µg per ditimbang, dan F adalah faktor konversi (0,001 mg
ml; 2,1 µg per ml;3,0 µg per ml; dan 3,2 µg per ml.
per g). Masing-masing cemaran dan total cemaran
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel 1.
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
tambahkan asetonitril P hingga 5% volume total
labu, jika perlu sonikasi untuk meningkatkan
– 2452 –

Tabel 1 seperti tertera pada Prosedur: perbandingan puncak


Cemaran Waktu retensi Batas terhadap lembah tidak kurang dari 1,4. Hitung
relatif (%) perbandingan puncak terhadap lembah menggunakan
Eritromisin A iminoeter 0,19 0,5 rumus:
Desosaminilazitromisin 0,29 0,3
Eritromisin A oxime 0,37 0,5  HP 
N-demetilazitromisin 0,49 0,7  
Azaeritromisin A 0,80 1,0  HV 
Azitromisin 1,0 -
3-Deoksiazitromisin Hp adalah tinggi puncak desosaminilazitromisin
2,33 1,0
(azitromisin B) dihitung dari garis dasar dan HV adalah kurva
Total cemaran - 3,0
terendah yang memisahkan desosaminilazitromisin
dan puncak senyawa sejenis F azitromisin. Lakukan
UJI 2
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Catatan Lakukan Uji 1 jika terdapat cemaran kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
senyawa eritromisin A oxime dan eritromisin A pada Prosedur: faktor ikutan puncak azitromisin
iminoeter. antara 0,8 dan 1,5.
Larutan A Buat larutan kalium fosfat dibasa P Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
1,8 mg per ml, atur pH hingga 8,9 dengan
volume sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan
penambahan natrium hidroksida 1 N atau asam fosfat
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
10 %, saring dan awaudarakan.
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Larutan B Buat campuran asetonitril P-metanol P
Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
(3:1), saring dan awaudarakan.
Larutan C Buat larutan amonium fosfat monobasa rumus:
P 1,73 mg per ml, atur pH hingga 10,0±0,05 dengan
penambahan amonia LP.  ri   CS   100 
Larutan D Buat campuran metanol P-asetonitril P -       P  F1   
Larutan C (7:6:7).  rS   CU   F2 
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
kromatografi. Larutan uji; rS adalah respons puncak azitromisin
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama dalam Larutan baku; CS adalah kadar Azitromisin
secara terpisah sejumlah Senyawa Sejenis F BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah
Azitromisin BPFI dan Desosaminilazitromisin BPFI, kadar zat dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
larutkan dan encerkan dengan Larutan D hingga bobot yang ditimbang; P adalah potensi Azitromisin
kadar berturut-turut lebih kurang 0,0165 mg per ml BPFI dalam µg per mg; F1 adalah unit faktor konversi
dan 0,027 mg per ml. dalam 0,001 mg per µg dan F2 adalah faktor respons
Larutan baku Timbang saksama sejumlah relatif seperti tertera pada Tabel 2. Masing-masing
Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang
Larutan D hingga kadar lebih kurang 86 g per ml. tertera pada Tabel 2.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Larutan D hingga Tabel 2
kadar lebih kurang 8,6 mg per ml. Waktu Faktor Batas
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Komponen retensi respons
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom relatif relatif (%)
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi Azitromisin-N-oksida 0,29 0,43 0,5
L1 dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu 3’-(N,N-Didemetil)-3’-N-
kolom pada 60. Laju alir lebih kurang 1 ml per 0,37 1,7 0,5
formilazitromisin
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: 3’-(N,N-Didemetil)
azitromisin 0,43 1,0 0,5
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) (aminoazitromisin)
0 50 50 Senyawa sejenis F
25 45 55 0,51 3,8 0,5
azitromisin
30 40 60 Desosaminilazitromisin 0,54 1,0 0,3
80 25 75 3’-N-{4-
81 50 50
(asetilamino)fenilsulfoni 0,55 12 0,15
93 50 50
l}-3’, 3’-
didemetilazitromisin
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
N-Demetilazitromisin 0,61 1,0 0,7
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
– 2453 –

Azitromisin C (3’’-O- Larutan mengandung azitromisin dan azaeritromisin


0,73 1,0 0,5
demetilazitromisin) A masing-masing 0,5 mg per ml.
3’-De(dimetilamino)-3’- Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
0,76 1,5 0,5
oksoazitromisin tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom
3’-N-{4- berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
(asetilamino)fenilsulfoni 0,79 10 0,5 L67 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
l}-3’-demetilazitromisin kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1 ml per
Azaeritromisin A 0,83 1,0 0,5 menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Cemaran P Azitromisin 0,92 1,0 0,2 kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
Azitromisin 1,0 - - semua respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
2-Desetil-2- resolusi, R antara puncak azaeritromisin A dan
1,23 1,0 0,5 azitromisin tidak kurang dari 3,0. Lakukan
propilazitromisin
3’-N-Demetil-3’-N-[(4- kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
metilfenil)sulfonil]azitro 1,26 5 0,5 kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
misin pada Prosedur: faktor ikutan puncak azitromisin
3-Deoksiazitromisin antara 0,8 dan 1,5; simpangan baku relatif pada
1,31 1,0 1,0 penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,10% untuk
(azitromisin B)
Cemaran yang tidak azitromisin. [Catatan Waktu retensi relatif untuk
- 1,0 0,2 azaeritromisin A dan azitromisin berturut-turut
diketahui
Total cemaran - - 3,0 adalah 0,7 dan 1,0.]
[Catatan Abaikan puncak yang tereluasi sebelum Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
azitromisin N-oksida dan sesudah 3- volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan
Deoksiazitromisin (Azitromisin B). Abaikan puncak Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dengan respons puncak kurang dari 0,1 kali respons kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
puncak azitromisin dalam Larutan baku (0,1%).] jumlah dalam g azitromisin, C38H72N2O12, dalam
tiap mg zat dengan rumus:
Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara  rU   CS 
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada       P
Kromatografi <931>.  rS   CU 
Larutan A Buat larutan kalium hidroksida P 10 N.
Larutan B Buat larutan kalium fosfat dibasa P rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
6,7 g per liter, atur pH hingga 11,0 dengan dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
penambahan Larutan A. Azitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
Larutan C Buat larutan kalium fosfat dibasa P adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
6,7 g per liter, atur pH hingga 8,0 dengan berdasarkan bobot yang ditimbang, dan P adalah
penambahan asam fosfat P. potensi Azitromisin BPFI dalam µg per mg
Fase gerak Campuran asetonitril P-Larutan B azitromisin.
(60:40), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tertera pada Kromatografi <931>. rapat.
Pengencer Campuran asetonitril P-Larutan C
(60:40). Perubahan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Penandaan Pada etiket tertera anhidrat, monohidrat
Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur atau dihidrat. Bentuk amorf juga dicantumkan. Jika
yang sesuai. Larutkan dengan asetonitril P sejumlah pada etiket sediaan tertera mengandung azitromisin,
2% volume labu, encerkan dengan Pengencer sampai maka yang dimaksud adalah azitromisin anhidrat,
tanda hingga diperoleh kadar larutan 0,53 mg per ml. C38H72N2O12. Pada etiket harus dicantumkan uji
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, cemaran organik yang digunakan jika tidak
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai. menggunakan Uji 1.
Larutkan dengan asetonitril P sejumlah 2% volume
labu, encerkan dengan Pengencer sampai tanda
hingga diperoleh kadar larutan 0,53 mg per ml. TABLET AZITROMISIN
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Azitromisin BPFI dan Azaeritromisin A
Azithromycin Tablets
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
Tablet Azitromisin mengandung Azitromisin,
Larutkan dengan asetonitril P sejumlah 5% volume
C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
labu, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
– 2454 –

Perubahan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung


Baku pembanding Azitromisin BPFI; tidak boleh persentase dari azitromisin, C38H72N2O12, yang
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, terlarut dengan rumus:
dalam lemari pembeku. Azaeritromisin A BPFI;
Senyawa Sejenis F Azitromisin BPFI;  rU   CS 
Desosaminilazitromisin BPFI.       V  100
 rS   L 
Identifikasi Waktu retensi puncak utama
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
baku yang diperoleh pada Penetapan kadar. Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar dalam
mg per ml Larutan baku; L adalah jumlah azitromisin
Perubahan dalam mg per tablet yang tertera pada etiket; V adalah
Disolusi volume Media disolusi, 900 ml.
Media disolusi: 900 ml dapar fosfat pH 6,0 Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Alat tipe 2: 75 rpm kurang dari 80% (Q), C38H72N2O12, dari jumlah yang
Waktu: 30 menit tertera pada etiket.
Lakukan penetapan jumlah azitromisin yang
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan A Buat campuran kalium fosfat dibasa P Hilangkan persyaratan
4,4 mg per ml dan natrium 1-oktansulfonat P 0,5 mg Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi cair kinerja
per ml dan atur pH hingga 8,20±0,05 dengan tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
penambahan asam fosfat P. [Catatan Gunakan alat gelas aktinik rendah.
Fase gerak Gunakan campuran asetonitril P- Dinginkan Larutan baku dan Larutan uji segera
metanol P-Larutan A (9:3:8). Saring dan setelah pembuatan dan selama analisa, gunakan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian autosampler yang telah didinginkan diatur pada suhu
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada 4°. Larutan harus dianalisa tidak lebih dari 24 jam
Kromatografi <931>. setelah disiapkan.]
Pengencer Buat larutan kalium fosfat dibasa P Dapar Amonium fosfat pH 10, Pengencer A, dan
17,5 mg per ml, atur pH hingga 8,00±0,05 dengan Larutan resolusi Lakukan seperti tertera pada
penambahan asam fosfat P. Buat campuran larutan Penetapan Kadar.
ini-asetonitril P (80:20). Larutan A Masukkan 1,8 g natrium fosfat dibasa P ke
Larutan baku persediaan Timbang saksama dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dengan air
sejumlah Azitromisin BPFI, larutkan dalam Media sampai tanda. Saring melalui penyaring dengan
disolusi hingga kadar L/1000 mg per ml. L adalah porositas 0,45 μm dan awaudarakan.
jumlah dalam mg per tablet yang tertera pada etiket. Larutan B Buat campuran asetonitril P dan
Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan metanol P (75:25) saring dan awaudarakan.
dengan Pengencer hingga diperoleh kadar L/2000 mg Fase gerak Gunakan variasi campuran antara
per ml. L adalah jumlah zat dalam mg per tablet yang Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
tertera pada etiket. kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
penyaring dengan porositas 0,45 μm. Encerkan filtrat Kromatografi <931>.
dengan Pengencer hingga kadar L/2000 mg per ml. L Pengencer A Buat campuran Dapar amonium-
adalah jumlah zat dalam mg per tablet yang tertera fosfat pH 10-metanol P-asetonitril P (35:35:30).
pada etiket diasumsikan terlarut sempurna. Pengencer B Buat campuran dapar amonium fosfat
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja pH 10 dan metanol P (1:1).
tinggi dilengkapi detektor 210 nm dan kolom Blangko Gunakan Pengencer A.
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 Larutan baku persediaan Timbang saksama
dengan ukuran partikel 5 μm. Pertahankan suhu sejumlah Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu
kolom pada 50°. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per tentukur yang sesuai, tambahkan Pengencer A hingga
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, 75% dari volume labu tentukur, lakukan sonikasi
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti hingga larut dan encerkan dengan Pengencer A
tertera pada Prosedur: faktor ikutan azitromisin tidak hingga kadar azitromisin lebih kurang 4 mg per ml.
lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif puncak Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
azitromisin pada penyuntikan ulang tidak lebih dari persediaan, encerkan dengan Pengencer A hingga
2,0%. kadar lebih kurang 0,02 mg per ml.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan sensitivitas sistem Encerkan Larutan baku
volume sama (lebih kurang 50 μl) Larutan baku dan secara kuantitatif dengan Pengencer A, hingga kadar
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam lebih kurang 0,004 mg per ml.
– 2455 –

Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang adalah respons puncak untuk Azitromisin yang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk diperoleh dari Larutan baku; (P/1000) adalah potensi
tablet yang setara dengan 1335 mg Azitromisin, dari Azitromisin, dikonversi dari μg per mg menjadi
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan mg per mg Azitromisin BPFI; dan F adalah faktor
75 ml asetonitril P dan sonikasi selama lebih kurang respons relatif seperti yang tertera pada Tabel.
15 menit. Kocok kuat selama tidak kurang dari Cemaran spesifik dan yang tidak diketahui memenuhi
15 menit. Biarkan dingin hingga suhu ruang, encerkan batas yang tertera pada Tabel. Abaikan respons
dengan asetonitril P sampai tanda, campur. Sentrifus puncak yang sesuai dengan puncak Blangko.
selama 15 menit. Pipet 3 ml beningan ke dalam labu
tentukur 10-ml, encerkan dengan Pengencer B sampai Tabel
tanda. Larutan mengandung lebih kurang 4 mg Waktu Faktor Batas
azitromisin per ml. Saring melalui penyaring dengan Komponen retensi respons
porositas 0,45 μm. relatif relatif (%)
Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi cair Azitromisin 3’-N-oksida 0,28 0,45 0,5
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi 3’-(N,N-didemetil)-3’-
<931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi 0,38 1,9 1,0
N-formilazitromisin
detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi 3’-(N,N-
bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 μm. Laju didemetil)azitromisin 0,40 0,52 0,5
alir lebih kurang 0,8 ml per menit. Pertahankan suhu (aminoazitromisin)
kolom pada 60° dan suhu “autosampler” pada 4°. Desosaminilazitromisin 0,47 1,1 0,5
Kromatograf diprogram sebagai berikut: Senyawa sejenis
0,53 4,8 0,5
Azitromisin F1
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi 3’-N-
(menit) (%) (%) 0,57 0,53 0,7
Demetilazitromisin
0-25 50 50 Isokratik 3’-De(dimetilamino)-3’-
25-30 50→45 50→55 Gradien Linier 0,78 1,6 0,5
oksoazitromisin
30-40 45→40 55→60 Gradien Linier 6-Demetilazitromisin
40-55 40→35 60→65 Gradien Linier 0,82 - -
(azaeritromisin A)2
55-60 35 65 Isokratik Azitromisin 1,0 - -
60-61 35→50 65→50 Gradien Linier 3-Deoksiazitromisin
61-70 50 50 Kesetimbangan 1,3 - -
(azitromisin B)2
3’-N-demetil-3’-N-[(4-
Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas metilfenil)sulfonil]azitr 1,4 - -
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak omisi2
seperti tertera pada Prosedur: perbandingan “signal Cemaran yang tidak
to noise” untuk puncak azitromisin tidak kurang dari - 1,0 0,2
spesifik
10. Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, Total cemaran - - 3,0
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Tambahan persyaratan
azaeritromisin A dan azitromisin tidak kurang dari Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
2,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan larutan azitromisin
Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan terlindung cahaya sebelum digunakan. Dinginkan
ulang tidak lebih dari 10,0%. Larutan baku dan Larutan uji segera setelah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah pembuatan dan selama analisa, gunakan
volume sama (lebih kurang 100 μl) Blangko dan autosampler berpendingin diatur pada suhu 4°.
Larutan uji ke dalam kromatograf dan ukur respons Larutan harus dianalisa tidak lebih dari 24 jam
semua puncak. Hitung persentase masing-masing setelah disiapkan.]
senyawa sejenis dalam serbuk tablet dengan rumus: Larutan A Buat campuran air dan amonium
hidroksida P (2000:1,2), atur pH hingga 10,5.
C   ri   P  1 Larutan B Buat campuran asetonitril P-metanol P-
100   S         amonium hidroksida P (1800:200:1,2).
 CU   rS   1000   F  Fase gerak Gunakan variasi campuran antara
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
CS adalah kadar Azitromisin dalam mg per ml kromatografi.
Larutan baku; CU adalah kadar Azitromisin dalam mg Dapar Buat larutan amonium fosfat monobasa P
per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera 1,7 gram per liter, atur pH hingga 10 dengan
pada etiket; ri adalah respons puncak dari masing- penambahan amonium hidroksida P.
masing cemaran yang diperoleh dalam Larutan uji; rS
– 2456 –

Pengencer A Buat campuran metanol P- kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
asetonitril P-Dapar (35:30:35). respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Pengencer B Buat campuran metanol P-Dapar resolusi, R, antara puncak desoaminilazitromisin dan
(1:1). senyawa sejenis F azitromisin tidak kurang dari 1.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
sejumlah Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dengan asetonitril P hingga kadar 0,4 mg per ml. pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Aduk dan sonikasi sampai larut. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
persediaan, encerkan dengan Pengencer A hingga volume sama (lebih kurang 100 μl) Blangko dan
kadar lebih kurang 0,02 mg per ml. Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Larutan sensitivitas Encerkan Larutan baku secara kromatogram dan ukur semua respons puncak.
kuantitatif dengan Pengencer A, hingga kadar lebih Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
kurang 0,004 mg per ml. serbuk tablet dengan rumus:
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
saksama secara terpisah sejumlah Senyawa Sejenis F
 ri   CS   100 
Azitromisin BPFI dan Desoaminilazitromisin BPFI,       P  F1   
larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga  rS   CU   2 
F
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per ml.
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah volume
Larutan kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Pengencer A hingga kadar senyawa sejenis F Larutan uji; rS adalah respons puncak azitromisin
azitromisin dan desoaminilazitromisin lebih kurang Larutan baku; CS adalah kadar Azitromisin BPFI
0,028 mg per ml. dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama yang tertera pada etiket; P adalah potensi Azitromisin
sejumlah serbuk tablet yang setara dengan 1430 mg BPFI dalam µg per mg; F1 adalah unit faktor konversi
azitromisin, masukkan ke dalam labu tentukur dalam 0,001 mg per µg dan F2 adalah faktor respons
100-ml. Tambahkan 75 ml asetonitril P dan sonikasi relatif seperti yang tertera pada Tabel. Cemaran
selama tidak kurang 15 menit. Kocok secara mekanik spesifik dan yang tidak diketahui memenuhi batas
selama tidak kurang dari 15 menit. Biarkan dingin yang tertera pada Tabel. Abaikan respons puncak
hingga suhu ruang, encerkan dengan asetonitril P yang sesuai dengan puncak Blangko.
sampai tanda, campur.
Larutan uji Sentrifus Larutan uji persediaan Tabel
selama tidak kurang dari 15 menit. Pipet 7 ml Waktu Faktor Batas
beningan ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan Nama retensi respons
dengan Pengencer B sampai tanda. Larutan relatif relatif (%)
mengandung lebih kurang 4 mg azitromisin per ml. Azitromisin N-oksida 0,20 0,42 1,0
Blangko Gunakan Pengencer A. 3’-(N,N-didemetil)-3’-N-
0,29 1,7 1,0
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja formilazitromisin
tinggi dilengkapi detektor 210 nm dan kolom 3’-(N,N-
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan didemetil)azitromisin 0,34 0,49 0,5
ukuran partikel 3,5 μm. Pertahankan suhu kolom (aminoazitromisin)
pada 50° dan suhu “autosampler” pada 4°. Laju alir Senyawa sejenis F
0,42 4,3 1,0
lebih kurang 1,2 ml per menit. Kromatograf azitromisin
diprogram sebagai berikut: Desosaminilazitromisin 0,46 1,1 0,5
N-Demetilazitromisin 0,50 0,54 0,7
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) 3’-De(dimetilamino)-3’-
0 54 46 0,87 1,4 1,0
oksoazitromisin
20 54 46 Azaeritromisin A 0,94 - -
35 10 90 Azitromisin 1,0 - -
35,1 54 46 2-Desetil-2-propilazitromisin 1,10 - -
40 54 46 3’-N-demetil-3’-N-[(4-
metilfenil)sulfonil]azitromisi 1,11 - -
Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, n
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti 3-Deoksiazitromisin
tertera pada Prosedur: perbandingan “signal to 1,14 - -
(azitromisin B)
noise” untuk puncak azitromisin tidak kurang dari Cemaran yang tidak spesifik - 1,0 0,2
10. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Total cemaran - - 5,0
– 2457 –

Perubahan AZITROMISIN UNTUK SUSPENSI ORAL


Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Azithromycin for Oral Suspension
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Azitromisin untuk Suspensi Oral adalah campuran
Dapar Masukkan 4,6 gram kalium fosfat monobasa P kering dari Azitromisin dan satu atau lebih dapar,
ke dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dengan air pemanis, pengencer, zat anti kempal dan perisa.
sampai 900 ml. Atur pH hingga 7,5 dengan penambahan Azitromisin untuk Suspensi Oral mengandung
natrium hidroksida 1 N, encerkan dengan air sampai azitromisin, C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0%
tanda. dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar pada etiket.
(65:35), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Perubahan
tertera pada Kromatografi <931>. Baku pembanding Azitromisin BPFI; tidak boleh
Larutan baku Timbang saksama sejumlah dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan wadah tertutup rapat, dalam lemari pembeku.
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. Azaeritromisin A BPFI.
Kocok dan sonikasi untuk melarutkan.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Identifikasi Waktu retensi puncak utama
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
tablet, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar azitromisin lebih kurang 1 mg per ml. Kocok Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
dan sonikasi untuk melarutkan. Untuk sediaan padat dalam wadah dosis tunggal.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1, dengan
ukuran partikel 5 μm. Pertahankan suhu kolom pada pH <1071>Antara 9,0 dan 11,0 untuk sediaan padat
50°. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan yang dikemas dalam wadah dosis tunggal: lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam penetapan menggunakan suspensi terkonstitusi
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera seperti yang tertera pada etiket; antara 8,5 dan 11,0
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; dan untuk sediaan padat yang dikemas dalam wadah dosis
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak ganda: lakukan penetapan menggunakan suspensi
lebih dari 2,0%. terkonstitusi seperti yang tertera pada etiket.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 μl) Larutan baku dan Hilangkan persyaratan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,5%.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase azitromisin, C38H72N2O12, dalam serbuk Perubahan
tablet dengan rumus: Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
 ru   CS  Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan air dengan
      P  F  100 tahanan tidak kurang dari 18 Mohm-cm.]
 rS   CU  Fase gerak Larutkan 5,8 g kalium fosfat
monobasa P dalam 2130 ml air, tambahkan 870 ml
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asetonitril P. Atur pH hingga 11,0±0,1 dengan
azitromisin yang diperoleh dari Larutan uji dan penambahan lebih kurang 6 ml kalium hidroksida
Larutan baku. CS adalah kadar Azitromisin BPFI 10 N, saring melalui penyaring yang sesuai dan
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
azitromisin dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
jumlah yang tertera pada etiket; P adalah potensi Kromatografi <931>.
Azitromisin BPFI dalam μg per mg; F adalah adalah Pengencer Larutkan 2,2 g kalium fosfat
faktor konversi (0,001 mg per g). monobasa P dalam 1590 ml air, tambahkan berturut-
turut 600 ml isopropil alkohol P, 480 ml etanol P,
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah dan 330 ml asetonitril P. Atur pH hingga 8,40,1
tertutup rapat pada suhu ruang terkendali. dengan penambahan kalium hidroksida 10 N dan
kocok secara mekanik selama 30 menit.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur yang sesuai. Larutkan dan encerkan dengan
– 2458 –

asetonitril P hingga kadar 0,165 mg per ml. [Catatan 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L29
Jika perlu, lakukan sonikasi.] dengan ukuran partikel 5 m. Atau menggunakan
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku kolom berisi bahan pengisi L49 dengan ukuran
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai, partikel 3 m tanpa kolom pelindung. Laju alir lebih
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi
kurang 3,3 µg per ml. terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Larutan uji persediaan 1 (bila dikemas dalam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
wadah dosis tunggal) Masukkan isi wadah pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
azitromisin untuk suspensi oral ke dalam labu azaeritromisin A dan puncak azitromisin tidak kurang
tentukur yang sesuai. Tambahkan sejumlah volume dari 2,5; waktu retensi relatif azaeritromisin A dan
Pengencer hingga lebih kurang 70% volume labu dan azitromisin pada kolom L29 berturut-turut lebih
kocok secara mekanik selama 30 menit. Encerkan kurang 0,7 dan 1,0 dan pada kolom L49 lebih kurang
dengan Pengencer sampai tanda. Larutan ini 0,8 dan 1,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
mengandung azitromisin lebih kurang 2 mg per ml. baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Masukkan 40 ml suspensi tersebut ke dalam tabung seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak
sentrifuga bersumbat dan sentrifus selama lebih azitromisin antara 0,9 dan 1,5; efisiensi kolom tidak
kurang 20 menit. Gunakan beningan. kurang dari 1000 lempeng teoritis dan simpangan
Larutan uji 1 Pipet sejumlah Larutan uji baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
persediaan 1 ke dalam labu tentukur yang sesuai, 2,0%.
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kurang 3,2 µg per ml. volume sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan
Larutan uji persediaan 2 (bila dikemas dalam Larutan uji 1 atau Larutan uji 2 ke dalam
wadah dosis ganda) Konstitusikan azitromisin untuk kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
suspensi oral seperti yang tertera pada etiket. Ukur puncak utama. Bila dikemas dalam wadah dosis
saksama suspensi segar dan bebas gelembung udara tunggal, hitung persentase azitromisin, C38H72N2O12,
ke dalam labu tentukur yang sesuai. Tambahkan dalam azitromisin untuk suspensi oral dengan rumus:
sejumlah volume Pengencer hingga lebih kurang
70% volume labu tentukur dan kocok secara mekanik
 rU   CS 
selama 30 menit, encerkan dengan Pengencer sampai       P  F  100
tanda. Larutan mengandung azitromisin lebih kurang
 rS   CU 
0,4 mg per ml. Masukkan lebih kurang 40 ml
suspensi ke dalam tabung sentrifuga bersumbat dan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
sentrifus selama lebih kurang 20 menit. Gunakan
Larutan uji 1 dan Larutan baku; CS adalah kadar
beningan.
Azitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
Larutan uji 2 Pipet sejumlah Larutan uji
adalah kadar azitromisin dalam mg per ml Larutan
persediaan 2 ke dalam labu tentukur yang sesuai,
uji 1 berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; P
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
adalah potensi azitromisin dalam µg per mg
kurang 4 µg per ml.
Azitromisin BPFI; F adalah faktor konversi,
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
0,001 mg per µg. Bila dikemas dalam wadah dosis
saksama sejumlah Azaeritromisin A BPFI, larutkan
ganda, hitung persentase azitromisin, C38H72N2O12,
dalam asetonitril P sejumlah 10% volume labu,
dalam azitromisin untuk suspensi oral dengan rumus:
kemudian goyang dan sonikasi sampai larut,
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda hingga
kadar larutan 0,16 mg per ml.  rU   CS 
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan       P  F  100
uji persediaan dan Larutan kesesuaian sistem  rS   CU 
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
azitromisin dan azaeritromisin A berturut-turut lebih Larutan uji 2 dan Larutan baku; CS adalah kadar
kurang 3,3 µg per ml dan 3,2 µg per ml. Azitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja adalah kadar azitromisin dalam mg per ml Larutan
tinggi dilengkapi dengan detektor elektrokimia uji 2 berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; P
amferometer dengan elektroda ganda karbon seperti adalah potensi azitromisin dalam µg per mg
kaca dengan cara elektroda satu yang diatur pada Azitromisin BPFI; F adalah faktor konversi, 0,001
+0,70±0,05 V dan elektroda dua yang diatur pada mg per µg.
+0,82±0,05 V dengan arus latar belakang optimal
85±15 nanoamper dan kolom pelindung berukuran Perubahan
4,6 mm x 5 cm yang berisi bahan pengisi L29 dengan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
ukuran partikel 5 m dan kolom analitik berukuran rapat.
– 2459 –

BENZOKAIN dan 1 tetes natrium hidroksida 0,1 N: terjadi warna


Benzocaine merah.

O Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%.


Lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P
O CH3 selama 3 jam.

H2N Hilangkan persyaratan


Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg
Etil p– aminobenzoat 94-09-7 zat dalam 5 ml asam sulfat LP: warna larutan tidak
C9H11NO2 BM 165,19 lebih dari Larutan Padanan A seperti tertera pada
Warna dan Akromisitas <1291>.
Benzokain mengandung, C9H11NO2, tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

Pemerian Hablur atau serbuk hablur putih. Tidak Klorida Ke dalam larutan 200 mg zat dalam 5 ml
berbau; stabil di udara dan memberikan anestetik lokal etanol P, yang telah diasamkan dengan beberapa tetes
di lidah. asam nitrat encer P, tambahkan beberapa tetes perak
nitrat LP: tidak segera terbentuk kekeruhan.
Perubahan
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut Logam berat <371> Metode III. Tidak lebih dari
dalam alkohol, dalam kloroform, dan dalam eter; 10 bpj.
agak sukar larut dalam minyak almon dan minyak
zaitun; larut dalam asam encer. Hilangkan persyaratan
Cemaran umum <481>Total cemaran umum tidak
Perubahan lebih dari 1%.
Baku pembanding Benzokain BPFI; tidak boleh Larutan baku Gunakan etanol mutlak P sebagai
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam pelarut.
wadah tertutup rapat. Asam Aminobenzoat BPFI; Etil Larutan uji Gunakan etanol mutlak P sebagai
4-nitrobenzoat BPFI. pelarut.
Volume penotolan: 10 l
Perubahan Fase gerak Kloroform P yang mengandung 0,75%
Identifikasi etanol mutlak P sebagai pengawet, dalam bejana
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah tanpa penjenuhan.
dikeringkan di atas fosfor pentoksida P selama 3 jam Penampak bercak Gunakan penampak bercak
dan didispersikan dalam kalium bromida P nomor 1.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Benzokain BPFI. Tambahan persyaratan
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
diperoleh pada Penetapan kadar. Kromatografi <931>.
Larutan A Encerkan 1,0 ml asam trifluoroasetat P
Hilangkan persyaratan dalam 1 liter air.
C. Larutkan lebih kurang 20 mg zat dalam 10 ml air Larutan B Gunakan pelarut asetonitril P.
dengan bantuan beberapa tetes asam hidroklorida 3 N Fase gerak Gunakan variasi campuran antara
dan tambahkan 5 tetes larutan natrium nitrit P Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
(1 dalam 10), kemudian tambahkan 2 ml larutan kromatografi.
100 mg 2-naftol P dalam 5 ml natrium hidroksida Pengencer Buat campuran Larutan A dan
1 N: terbentuk endapan merah jingga. Larutan B (1:1).
Larutan baku persediaan Timbang saksama secara
Hilangkan persyaratan terpisah sejumlah Benzokain BPFI, Asam
Jarak lebur <1021>Metode I: Antara 88º dan 92º, Aminobenzoat BPFI, dan Etil 4-nitrobenzoat BPFI,
rentang antara awal dan akhir melebur tidak lebih larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
dari 2º. kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per ml.
Sonikasi selama 2-5 menit sampai larut dan encerkan
Hilangkan persyaratan dengan Pengencer sampai tanda.
Reaksi Larutkan 1,0 g zat dalam 10 ml etanol Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
netral P: terbentuk larutan jernih. Encerkan larutan ini persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga kadar
dengan 10 ml air, tambahkan 2 tetes Fenolftalein LP
– 2460 –

benzokain, asam aminobenzoat, dan etil 4-nitrobenzoat Tabel


masing-masing lebih kurang 1 g per ml. Nama Waktu retensi relatif Batas
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, (menit) (%)
larutkan dengan Pengencer hingga kadar 1 mg per Asam 0,29 0,10
ml. Sonikasi selama 2-5 menit sampai larut, encerkan aminobenzoat
dengan Pengencer sampai tanda. Benzokain 1,0 -
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Etil 4- 2,1 0,10
dilengkapi detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm x nitrobenzoat
25 cm berisi bahan pengisi L7, dengan ukuran Cemaran yang - 0,10
partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per tidak diketahui
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: Total cemaran - 1,0
Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%.
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
Perubahan
0 90 10 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
34 50 50 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
35 90 10 Kromatografi <931>.
38 90 10 Larutan A Buat campuran air-trietilamina P-asam
asetat P (980:1:20). Atur pH antara 2,95 dan 3,0.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Fase gerak Buat campuran Larutan A-metanol P
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera (60:40). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
pada Prosedur: resolusi, R, antara 2 puncak tidak penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
kurang dari 10; simpangan baku relatif dari masing- tertera pada Kromatografi <931>.
masing puncak benzokain, asam aminobenzoat, dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
etil 4-nitrobenzoat tidak lebih dari 2,0%. Benzokain BPFI, larutkan dan encerkan secara
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kuantitatif, jika perlu bertahap dengan Fase gerak
volume sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan hingga kadar lebih kurang 0,024 mg per ml.
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
kromatogram dan ukur semua respons puncak. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Hitung persentase asam aminobenzoat dan etil 4- kadar lebih kurang 0,024 mg per ml.
nitrobenzoat dengan rumus: Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 285 nm dan kolom
 ri   CS  2,0 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11 dengan
      100 ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 0,2 ml
 rS   CU  per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak
aminobenzoat atau etil 4-nitrobenzoat dari Larutan benzokain tidak lebih dari 2,0; simpangan baku relatif
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Aminobenzoat BPFI atau Etil 4-nitrobenzoat BPFI Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dalam mg per ml Larutan baku; dan CU adalah kadar volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan
benzokain dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
bobot yang ditimbang. kromatogram dan ukur respons puncak benzokain.
Hitung persentase masing-masing cemaran lain, Hitung persentase, benzokain, C9H11NO2, dalam zat
dengan rumus: dengan rumus:

 ri   CS   rU   CS 
      100       100
 rS   CU   rS   CU 
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak benzokain Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
dari Larutan baku; CS adalah kadar Benzokain BPFI Benzokain BPFI dalam mg per ml Larutan baku dan
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar CU adalah kadar benzokain dalam mg per ml Larutan
benzokain dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
bobot yang ditimbang. Masing-masing cemaran dan
jumlah cemaran tidak lebih dari batas yang tertera Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
pada Tabel. tertutup baik.
– 2461 –

Tambahan monografi lempeng di bawah sinar ultraviolet 254 nm: harga Rf


BUPIVAKAIN HIDROKLORIDA DALAM bercak utama Larutan uji sesuai dengan bercak
INJEKSI DEKSTROSA utama Larutan baku A dan Larutan baku C yang
Bupivacaine Hydrochloride in Dextrose berdekatan. Semprot lempeng dengan Penampak
bercak 1, panaskan pada suhu 90º selama 5 menit,
Injection
dan amati lempeng: harga Rf bercak utama Larutan
uji berwarna ungu biru sesuai dengan bercak utama
Bupivakain Hidroklorida dalam Injeksi Dekstrosa
Larutan baku B yang berdekatan. Dinginkan
adalah larutan steril bupivakain hidroklorida dan
lempeng, semprot dengan Penampak bercak 2, amati
dekstrosa dalam Air untuk Injeksi. Mengandung
lempeng: bupivakain menunjukkan bercak ungu biru
bupivakain hidroklorida, C18H28N2O.HCl, dan
pada latar belakang merah muda kekuningan (warna
dekstrosa, C6H12O6, masing-masing tidak kurang dari
salem) dan dekstrosa menunjukkan bercak agak
93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang
memudar: harga Rf bercak bupivakain pada Larutan
tertera pada etiket. Tidak mengandung pengawet.
uji sesuai dengan bercak yang diperoleh pada
Larutan baku A dan Larutan baku C yang
Baku pembanding Bupivakain Hidroklorida BPFI;
berdekatan.
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
B. Waktu retensi relatif puncak utama
tertutup rapat. Dekstrosa BPFI; lakukan pengeringan
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
pada suhu 105º selama 16 jam sebelum digunakan.
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Simpan dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari
pendingin. Higroskopis, dalam kelembaban relatif di
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,8 unit
atas 70%. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
Endotoksin BPFI per mg bupivakain hidroklorida.
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi
pH <1071> Antara 4,0 dan 6,5.
semua isi, simpan larutan dalam lemari pendingin
dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
Persyaratan lain Memenuhi syarat seperti tertera
belum dibuka dalam lemari pembeku.
pada Injeksi.
Identifikasi
Penetapan kadar bupivakain hidroklorida
A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
pada Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<281>.
<931>.
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
Dapar Larutkan 1,94 g kalium fosfat monobasa P
Fase gerak Campuran butil alkohol P-air-etanol
dan 2,48 g kalium fosfat dibasa P dalam 1000 ml air.
mutlak P-asam asetat glasial P (6:2:1:1).
Jika perlu atur pH hingga 6,8 dengan kalium
Larutan baku A Larutkan dan encerkan
hidroksida 1 N atau asam fosfat 1 M.
Bupivakain Hidroklorida BPFI dalam air hingga
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (65:35).
kadar seperti tertera pada etiket.
Larutan baku B Larutkan dan encerkan Jika perlu atur pH hingga 7,70,2 dengan
Dekstrosa BPFI dalam air hingga kadar seperti penambahan asam fosfat 1 M. Saring melalui
tertera pada etiket. penyaring membran 1 m atau lebih halus dan
Larutan baku C Campur Larutan baku A dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Larutan baku B hingga diperoleh kadar bupivakain menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
hidroklorida dan dekstrosa seperti tertera pada etiket. Kromatografi <931>.
Larutan uji Gunakan sejumlah zat. Larutan baku internal Buat larutan dibutil ftalat P
Penampak bercak 1 Larutkan 20 mg 1,3- dalam metanol P dengan kadar lebih kurang 1,3 mg
naftalendiol P dalam 10 ml etanol mutlak P yang per ml.
berisi 0,2 ml asam sulfat P. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang
Penampak bercak 2 Campurkan sejumlah volume 50 mg Bupivakain Hidroklorida BPFI, masukkan ke
sama larutan platina klorida P (3 dalam 1000) dan dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dalam 10,0 ml
larutan kalium iodida P (6 dalam 100). air, jika perlu sonikasi. Tambahkan 10,0 ml Larutan
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing baku internal dan encerkan dengan metanol P sampai
10 µl Larutan uji, Larutan baku A, dan Larutan baku tanda.
C, serta 1 µl masing-masing Larutan uji dan Larutan Larutan uji Pipet saksama sejumlah volume injeksi
baku B pada lempeng kromatografi, keringkan setara dengan 50 mg bupivakain hidroklorida,
dengan aliran udara hangat. Masukkan lempeng ke masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak dan 10,0 ml Larutan baku internal, encerkan dengan
biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per empat metanol P sampai tanda dan campur.
tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
rambat, keringkan dengan aliran udara hangat. Amati
– 2462 –

dilengkapi dengan detektor 263 nm, kolom 4 mm x Perubahan


30 cm, berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang Garam dinatrium 9-Fluoro-11β,17,21-trihidroksi-
2 ml per menit. Suntikkan Larutan baku, rekam 16-metilpregna-1,4-diena-3,20-dion 21-(dihidrogen
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera fosfat) [2392-39-4]
pada Prosedur: resolusi, R, antara bupivakain C22H28FNa2O8P BM 516,40
hidroklorida dan dibutil ftalat tidak kurang dari 2,0
dan simpangan baku relatif perbandingan puncak
bupivakain hidroklorida terhadap puncak dibutil Deksametason Natrium Fosfat mengandung,
ftalat tidak lebih dari 1,0%. C22H28FNa2O8P, tidak kurang dari 97,0% dan tidak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah lebih dari 102,0%, dihitung terhadap zat anhidrat dan
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan bebas pelarut.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Waktu Pemerian Serbuk hablur, putih atau agak kuning;
retensi relatif bupivakain hidroklorida dan dibutil tidak berbau atau bau lemah etanol; sangat
ftalat berturut-turut adalah lebih kurang 1,0 dan 1,2. higroskopis.
Hitung persentase bupivakain hidroklorida,
C18H28N2O.HCl, dalam volume injeksi dengan Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam
rumus: etanol; sangat sukar larut dalam dioksan; tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter.
 RU   CS 
      100 Perubahan
 RS   CU  Baku pembanding Deksametason BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons wadah tertutup rapat. Deksametason Natrium Fosfat
puncak bupivakain hidroklorida terhadap baku BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
internal Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
kadar Bupivakain Hidroklorida BPFI dihitung pendingin. Higroskopis. Betametason Natrium Fosfat
terhadap zat anhidrat dalam mg per ml Larutan baku; BPFI; Asetonitril Untuk Penetapan Etanol BPFI (2%
CU adalah kadar bupivakain hidroklorida dalam mg v/v); Etanol Untuk Penetapan Etanol BPFI (2% v/v).
per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
pada etiket. Perubahan
Identifikasi
Penetapan kadar dekstrosa Tetapkan sudut putar A. Spektrum serapan inframerah zat yang
injeksi menggunakan tabung polarimeter yang sesuai didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
seperti tertera pada Penetapan Rotasi <1081>. Hitung maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
persentase (g per 100 ml) dekstrosa, C6H12O6, dalam
sama seperti pada Deksametason Sodium Fosfat
injeksi dengan rumus:
BPFI. Jika spektrum menunjukkan perbedaan,
larutkan zat uji dan baku secara terpisah dengan
 100 
   A R sejumlah kecil etanol, uapkan dalam tangas air
hingga kering dan ulangi pengujian.
 52,9  B. Sisa pemijaran menunjukkan reaksi Fosfat
100 adalah persentase; 52,9 adalah titik tengah dari seperti tertera pada Uji identifikasi umum <291>.
rentang rotasi jenis untuk dekstrosa anhidrat, dalam
derajat; A adalah 100 mm dibagi dengan panjang Tambahan persyaratan
tabung polarimeter, dalam mm; R adalah rotasi yang Identifikasi
diamati, dalam derajat. C. Sisa pemijaran menunjukkan reaksi Natrium
seperti tertera pada Uji identifikasi umum <291>.
Perubahan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Perubahan
tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I. Rotasi jenis <1081> Antara +74ºmsampai +82°,
dihitung terhadap zat anhidrat dan bebas pelarut.
Lakukan penetapan menggunakan larutan 10 mg zat
DEKSAMETASON NATRIUM FOSFAT per ml.
Dexamethasone Sodium Phosphate
pH <1071> Antara 7,5 dan 10,5. Lakukan penetapan
menggunakan larutan 10 mg per ml.

Perubahan
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 10,0%.
– 2463 –

Perubahan deksametason natrium sulfat dalam mg per ml


Etanol Kandungan C2H5OH tidak lebih dari 1,5%. Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Perubahan
Larutan baku internal Pipet 5 ml Asetonitril Untuk Ion fosfat Tidak lebih dari 1,0% fosfat (PO4).
Penetapan Etanol BPFI, masukkan ke dalam labu Larutan A Larutan amonium molibdat P 50 mg per
tentukur 200-ml, encerkan dengan air sampai tanda. ml dalam asam sulfat 1 N.
Larutan mengandung asetonitril 0,4 mg per ml. Larutan B Larutkan 350 mg p-metilaminofenol
Larutan baku persediaan Pipet 25 ml Etanol Untuk sulfat P dalam 50 ml air, tambahkan 20 g natrium
Penetapan Etanol BPFI, masukkan ke dalam labu bisulfit P, kocok sampai larut, encerkan dengan air
tentukur 2000-ml, encerkan dengan air sampai tanda. hingga 100 ml.
Larutan mengandung etanol lebih kurang 0,20 mg per Larutan baku persediaan Buat larutan kalium
ml. fosfat monobasa P kering 1,4 mg per ml setara
Larutan baku Pipet 10 ml Larutan baku dengan 0,10 mg per ml ion fosfat (PO4).
persediaan dan 5,0 ml Larutan baku internal, Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan,
masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, tambahkan
dengan air sampai tanda. 10 ml air dan 5 ml asam sulfat 2 N. Tambahkan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 125 mg masing-masing 1 ml Larutan A dan Larutan B,
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan air sampai tanda. Diamkan pada
tambahkan 5,0 ml Larutan baku internal, encerkan suhu ruang selama 30 menit. Siapkan larutan ini
dengan air sampai tanda. Larutan mengandung bersamaan dengan Larutan uji.
deksametason natrium fosfat lebih kurang 5,0 mg per Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
ml. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi dalam campuran 10 ml air dan 5 ml asam sulfat 2 N,
dengan detektor ionisasi nyala, kolom leburan silika jika perlu hangatkan. Tambahkan masing-masing
0,53 mm x 30 m dilapisi 3,0 µm fase diam G43. Gas 1 ml Larutan A dan Larutan B, encerkan dengan air
pembawa adalah hidrogen P, dengan perbandingan sampai tanda dan diamkan pada suhu ruang selama
“split” 2:1 dan kecepatan aliran gas lebih kurang 30 menit.
36 cm per detik. Pertahankan suhu injektor pada 210° Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
dan suhu detektor 280°. Atur suhu kolom sebagai uji dengan sel 1-cm pada panjang gelombang
berikut: 730 nm, menggunakan air sebagai blangko: serapan
Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku .
Suhu Kenaikan Suhu Waktu suhu akhir
awal suhu akhir dipertahankan Hilangkan persayaratan
(°) (°/menit) (menit) Batas Deksametason bebas Tidak lebih dari 1,0%.
50 - 50 5 Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
50 50 200 4 kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan A Buat larutan 7,5 ml trietilamina P dalam
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam 1000 ml air. Atur pH hingga 5,4 dengan penambahan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera asam fosfat P.
pada Prosedur: resolusi, R, antara etanol dan Fase gerak. Buat campuran metanol P-Larutan A
asetonitril tidak kurang dari 2,0; dan simpangan baku (26:74), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
relatif untuk etanol pada penyuntikan ulang tidak penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
lebih dari 3,0%. tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama (lebih Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama
kurang 0,4 µl) Larutan baku dan Larutan uji ke sejumlah Deksametason Fosfat BPFI, masukkan ke
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan
respons puncak. Hitung persentase etanol dalam zat encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
dengan rumus: kurang 500 µg per ml.
Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama
 RU   CS  sejumlah Deksametason Fosfat BPFI, masukkan ke
      100 dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan
 RS   CU  encerkan dengan campuran air dan metanol P (1 : 1)
hingga kadar lebih kurang 500 µg per ml.
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons Larutan baku Pipet 10,0 ml Larutan baku
puncak etanol terhadap baku internal pada Larutan persediaan 1 dan 1,0 ml Larutan baku persediaan 2
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar etanol dalam ke dalam labu tentukur 100-ml. Encerkan dengan
mg per ml Larutan baku; dan CU adalah kadar Fase gerak sampai tanda, hingga kadar
– 2464 –

Deksametason Fosfat BPFI 50 µg per ml dan kadar Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg
Deksametason BPFI 0,5 µg per ml. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, dan encerkan dengan Larutan 1 sampai tanda.
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
tanda hingga kadar lebih kurang 50 µg per ml. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Larutan kesesuaian sistem Buat larutan 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir
Deksametason Fosfat BPFI dan Deksametason BPFI lebih kurang 1 ml per menit. Pertahankan suhu kolom
dalam Fase gerak hingga kadar masing-masing pada 40°. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
berturut-turut 50 µg per ml dan 20 µg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Waktu Larutan 1 Larutan 2
Eluasi
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom (menit) (%) (%)
4,5 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L11 dengan 0 90 10 Kesetimbangan
ukuran partikel 5 µm, laju alir lebih kurang 1,2 ml 0 – 3,5 90 10 Isokratik
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan 3,5 – 23,5 9060 1040 Gradien linier
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur 23,5–34,5 605 4095 Gradien linier
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 34,5–59,5 5 95 Isokratik
resolusi, R, antara puncak deksametason fosfat dan 59,5 – 60 590 9510 Gradien linier
deksametason tidak kurang dari 1,8; efisiensi kolom
tidak kurang dari 900 lempeng teoritis; faktor ikutan Lakukan kromatografi terhadap Larutan uji, rekam
puncak analit tidak lebih dari 1,6; simpangan baku kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak utama dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah cemaran terdekat tidak kurang dari 1,0 dan
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam lebih dari 4,0%.
kromatogram dan ukur respons puncak deksametason. Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang
Hitung persentase deksametason, C22H29FO5, dalam 15 l) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
zat dengan rumus: kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
 rU  C S  dengan rumus:
    100
 rS  CU 
r 
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
100   i 
deksametason dari Larutan uji dan Larutan baku. CS
 rs 
adalah kadar Deksametason BPFI dalam µg per ml
Larutan baku; CU adalah kadar Deksametason dalam ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rs
µg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang adalah jumlah semua respons puncak.
ditimbang.
Tambahan persyaratan
Hilangkan persyaratan Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tidak lebih dari 1,0% dan jumlah semua cemaran Kromatografi <931>.
tidak lebih dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan Dapar Buat larutan amonium asetat P dalam air
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera kadar 7,0 g per liter.
pada Kromatografi <931>. Larutan A Campur 300 ml Dapar dan 350 ml air,
Dapar asetat Larutkan 7 g amonium asetat P atur pH hingga 3,8 dengan penambahan asam asetat
dalam 1000 ml air, atur pH hingga 4,0 dengan 5 M, tambahkan 350 ml metanol P.
penambahan asam asetat glasial P. Larutan B Atur pH 300 ml Dapar hingga 4,0
Larutan 1 Buat campuran metanol P-air-Dapar dengan penambahan asam asetat 5 M, tambahkan
asetat (7:7:6), saring dan awaudarakan. 700 ml metanol P.
Larutan 2 Buat campuran metanol P-Dapar asetat Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
(7:3), saring dan awaudarakan. dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Fase gerak Gunakan campuran Larutan 1 dan kromatografi.
Larutan 2 seperti tertera pada Sistem kromatografi. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sejumlah Deksametason Natrium Fosfat BPFI dan
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. Betametason Natrium Fosfat BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Larutan A hingga kadar masing-
masing lebih kurang 0.02 mg per ml.
– 2465 –

Larutan baku Timbang saksama sejumlah 16 (17) a-17 R-


Deksametason Natrium Fosfat BPFI, larutkan dan homodeksametason natrium 0,8 1,0 0,2
encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih fosfat
kurang 1 µg per ml. 13 (17) a-
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, homodeksametason natrium 0,92 1,0 0,2
larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga fosfat
kadar lebih kurang 1 mg per ml. Betametason natrium fosfat 0,95 1,0 0,2
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Deksametason natrium
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 1,00 - -
fosfat
berukuran 4,6 mm x 12,5 cm yang berisi bahan Deksametason etil ester 1,20 1,0 0,3
pengisi L7 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan Deksametason 1,37 1,2 0,5
suhu kolom pada 30. Laju alir 1 ml per menit. Asam fluoroandrostadin
Kromatograf diprogram sebagai berikut: 1,41 1,0 0,3
karboksilat
Deksametason natrium
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) 2,10 1,0 0,1
fosfat diester
0 90 10 Masing-masing cemaran
3,5 90 10 - 1,0 0,10
lain yang tidak spesifik
23,5 60 40 Total Cemaran - - 1,0
34,5 5 95 Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%.
50 5 95
Perubahan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Kromatografi <931>.
deksametason natrium fosfat dan betametason natrium Fase gerak Campur 520 ml air dengan 2 ml asam
fosfat tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi
fosfat P. Atur suhu hingga 20, atur pH hingga 2,6
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
dengan penambahan natrium hidroksida LP. Campur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
larutan ini dengan 36 ml tetrahidrofuran P dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
364 ml metanol P. Saring dan awaudarakan. Jika
lebih dari 5,0%.
perlu lakukan penyesuaian menurut
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Kesesuaian sistem seperti tertera pada
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan uji dan
Kromatografi <931>.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur semua
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
respons puncak. Hitung persentase masing-masing
cemaran dalam zat dengan rumus: saksama masing-masing lebih kurang 2 mg
Deksametason Natrium Fosfat BPFI dan
Deksametason BPFI, masukkan ke dalam labu
 ri   CS  1
         100 tentukur 100-ml, larutkan dengan 2 ml
 rS   CU  F tetrahidrofuran P, encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan Fase
deksametason fosfat dari Larutan baku; CS adalah gerak hingga kadar lebih kurang 2 µg per ml.
kadar Deksametason Natrium Fosfat BPFI dalam µg Larutan baku Timbang saksama sejumlah
per ml Larutan baku; CU adalah kadar deksametason Deksametason Natrium Fosfat BPFI, larutkan dan
natrium fosfat dalam µg per ml Larutan uji encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
berdasarkan bobot yang ditimbang; F adalah faktor kurang 0,06 mg per ml.
respons relatif. Masing-masing cemaran dan jumlah Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Tabel . kadar lebih kurang 0,06 mg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Tabel tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Waktu Faktor Batas 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
Nama retensi respons ukuran partikel 7 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml
relatif relatif (%) per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
16 (17) a- kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
homodeksametason natrium 0,5 1,0 0,2 respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
fosfat resolusi, R, antara puncak deksametason natrium
16 (17) a-homobetametason fosfat dan deksametason tidak kurang dari 6,0.
0,6 1,0 0,2 Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
natrium fosfat
– 2466 –

kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera dimetilformamida P hingga 15,0 ml. Campur dan jika
pada Prosedur: simpangan baku relatif tidak lebih perlu sentrifus: rotasi optik menggunakan tabung
dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi deksametason 100-mm dan dikoreksi melalui penetapan blangko
natrium fosfat dan deksametason berturut-turut larutan adalah antara +0,24º dan +0,35º (berbeda dari
adalah 1,0 dan 2,0.] Klorfeniramin maleat).
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Perubahan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Disolusi <1231>
kromatogram 3 kali waktu retensi deksametason Media disolusi: 500 ml air
natrium fosfat dan ukur respons puncak utama. Alat tipe 2: 50 rpm
Hitung persentase deksametason natrium fosfat, Waktu: 45 menit
C22H28FNa2O8P, dalam zat dengan rumus: Lakukan penetapan jumlah deksklorfeniramin maleat,
C16H19ClN2.C4H4O4, yang terlarut dengan cara
 rU   CS  Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
     100 <931>.
 rS   CU  Larutan A Larutan natrium hidroksida P
(1 dalam 2).
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Larutan baku internal Timbang sejumlah
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar deksbromfeniramin maleat, larutkan dan encerkan
Deksametason Natrium Fosfat BPFI dalam mg per dengan air hingga kadar lebih kurang 90 µg per ml.
ml Larutan baku; CU adalah kadar deksametason Larutan baku persediaan Timbang saksama
natrium fosfat dalam mg per ml Larutan uji sejumlah Deksklorfeniramin Maleat BPFI, larutkan
berdasarkan bobot yang ditimbang. dan encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
bertahap dengan air hingga kadar lebih kurang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 12,5 µg per ml.
baik. Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan
ke dalam tabung sentrifuga 50 ml, tambahkan 10,0 ml
air dan 1,0 ml Larutan baku internal, campur. Atur
TABLET DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT pH hingga 11±0,1 dengan penambahan Larutan A,
Dexchlorpheniramine Maleate Tablet tambahkan 3,0 ml heksana P untuk kromatografi dan
kocok menggunakan alat mekanik selama 3 menit,
Tablet Deksklorfeniramin Maleat mengandung sentrifus dan gunakan beningan lapisan heksana.
deksklorfeniramin maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, tidak Larutan uji Pipet 15 ml alikot ke dalam tabung
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari sentrifuga 50 ml, tambahkan 1,0 ml Larutan baku
jumlah yang tertera pada etiket. internal, campur. Atur pH hingga 11±0,1 dengan
penambahan Larutan A tambahkan 3,0 ml heksana P
Baku pembanding Deksklorfeniramin maleat BPFI; untuk kromatografi dan kocok menggunakan alat
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah mekanik selama 3 menit, sentrifus dan gunakan
tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari beningan lapisan heksana.
pendingin. Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 2 mm x 1,8
Identifikasi m berisi bahan pengisi 1,2% fase G16 dan 0,5%
A. Memenuhi syarat uji Identifikasi Basa Nitrogen kalium hidroksida pada penyangga S1AB. Gas
Organik <261>. pembawa helium dipertahankan pada laju alir lebih
B. Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan kurang 60 ml per menit. Suhu kolom, injektor dan
150 mg deksklorfeniramin maleat dengan 100 ml detektor dipertahankan berturut-turut pada suhu 205º,
asam asetat 1 N selama 10 menit, saring melalui 250º, dan 250º. Lakukan kromatografi terhadap
penyaring kaca masir ke dalam labu yang sesuai. Atur Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
pH filtrat hingga 11 dengan penambahan natrium puncak seperti pada Prosedur: waktu retensi relatif
hidroksida P (1 dalam 10) dan ekstraksi larutan enam deksklorfeniramin dan deksbromfeniramin
kali, tiap kali dengan 100 ml heksana P, saring berturut-turut adalah lebih kurang 0,7 dan 1,0;
setiap ekstrak heksana menggunakan penyaring yang resolusi, R, antara deksklorfeniramin dan
sesuai untuk memberikan hasil pemisahan heksana deksbromfeniramin tidak kurang dari 1,9 dan
dari fase air dengan baik. Pekatkan kumpulan ekstrak simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
di atas tangas uap, masukkan ke dalam wadah yang lebih dari 2,0%.
sesuai, dan uapkan hingga hampir kering. Masukkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
residu berminyak dengan penambahan empat kali, volume sama (lebih kurang 2 μl) Larutan baku dan
tiap kali dengan 3 ml dimetilformamida P, ke dalam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
gelas ukur bersumbat kaca dan encerkan dengan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
– 2467 –

jumlah deksklorfeniramin maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, Deksklorfeniramin Maleat BPFI dalam µg per ml


yang terlarut dengan menggunakan perbandingan Larutan baku; CU adalah kadar deksklorfeniramin
respons puncak. maleat dalam µg per ml Larutan uji berdasarkan
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak jumlah yang tertera pada etiket.
kurang dari 75% (Q) deksklorfeniramin maleat,
C16H19ClN2.C4H4O4, dari jumlah yang tertera pada Perubahan
etiket. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, pada suhu ruang terkendali.
Keseragaman sediaan<911> Memenuhi syarat.

Perubahan DEKUALINIUM KLORIDA


Penetapan kadar Dequalinium Chloride
Pengencer Asam hidroklorida encer P (1 dalam
120).
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Deksklorfeniramin maleat BPFI, larutkan
dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang
0,4 mg per ml.
Larutan baku Pipet 10,0 ml Larutan baku
persediaan ke dalam corong pisah. Atur pH hingga
11 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N dan Perubahan
dinginkan. Ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 50 ml 1,1’-(dekan-1,10-diil)bis(4-amino-2-metil
heksana P. Kocok masing-masing bagian selama kuinolinium)diklorida [522-51-0]
2 menit sebelum fase dipisahkan dan campurkan C30H40Cl2N4 BM 527,6
ekstrak heksana dalam corong pisah kedua. Ekstraksi
ekstrak heksana dua kali, tiap kali dengan 40 ml Dekualinium Klorida mengandung tidak kurang dari
Pengencer, masukkan ekstrak Pengencer ke dalam 95,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C30H40Cl2N4,
labu tentukur 100-ml, tambahkan Pengencer sampai dihitung terhadap zat kering.
tanda. Saring larutan ke dalam labu Erlemeyer
bersumbat kaca. Buang beberapa ml filtrat pertama. Pemerian Serbuk putih krem; higroskopis.
Larutan ini mengandung deksklorfeniramin maleat
40 µg per ml. Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam etanol.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk halus Tambahan persyaratan
tablet setara dengan lebih kurang 8 mg Baku pembanding Dekualinium Klorida BPFI;
deksklorfeniramin maleat, masukkan ke dalam corong Dekualinium Klorida untuk Uji Kinerja BPFI.
pisah 250-ml. Campur dengan 50 ml air selama
10 menit. Atur pH hingga 11 dengan penambahan Perubahan
larutan natrium hidroksida P (1 dalam 10) dan Identifikasi
dinginkan hingga suhu ruang. Ekstraksi campuran dua Lakukan identifikasi B dan E atau A, C, D, dan E
kali, tiap kali dengan 75 ml heksana P, campurkan A. Larutkan dan encerkan lebih kurang 10 mg zat
ekstrak tersebut ke dalam corong pisah kedua. Ekstraksi dengan air hingga 100 ml. Pipet 10 ml larutan dan
ekstrak heksana tiga kali, tiap kali dengan 50 ml encerkan dengan air hingga 100 ml. Ukur serapan
Pengencer, masukkan ekstrak pengencer ke dalam labu pada panjang gelombang 230–350 nm: serapan
tentukur 200-ml. Tambahkan Pengencer sampai tanda. maksimum pada panjang gelombang 240 nm dan
Larutan ini mengandung deksklorfeniramin maleat 326 nm, serta berupa bahu pada 336 nm.
40 µg per ml. Perbandingan serapan A240/A326 =1,56 :1,80;
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan Perbandingan serapan A326/A336 = 1,12 : 1,30.
uji pada panjang gelombang serapan maksimum 264 B. Spektrum serapan inframerah zat yang
nm menggunakan sel 1-cm. Gunakan Pengencer didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
sebagai blangko. Hitung persentase, deksklorfeniramin maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, dalam zat dengan rumus: sama seperti pada Dekualinium Klorida BPFI.
C. Larutkan 0,2 g zat dalam 90 ml air bebas
 AU   CS  karbon dioksida P, bila perlu dengan pemanasan, dan
      100 encerkan hingga 100 ml. Pada 5 ml larutan
 AS   CU  tambahkan 5 ml larutan kalium besi(III) sianida P
5%: terbentuk endapan berwarna kuning.
AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan D. Larutkan 0,2 g zat dalam 90 ml air bebas
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar karbon dioksida P, bila perlu dengan pemanasan, dan
– 2468 –

encerkan hingga 100 ml. Pada 10 ml larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tambahkan 1 ml asam nitrat encer P, terbentuk volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku B
endapan putih. Saring dan gunakan filtrat untuk uji dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
identifikasi E. kromatogram tidak kurang dari 5 kali waktu retensi
E. Menunjukkan reaksi Klorida cara A seperti dekualinium klorida dan ukur semua respons puncak:
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Cemaran A tidak lebih dari 0,5 kali respons puncak
utama Larutan baku B (1%); total cemaran selain
Tambahan persyaratan cemaran A tidak lebih dari 5 kali puncak utama
Kejernihan larutan <881> Harus jernih dan tidak Larutan baku B (10%); abaikan respons puncak
berwarna. Lakukan penetapan menggunakan larutan kurang dari 0,025 kali respons puncak utama Larutan
yang dibuat sebagai berikut: Larutkan 0,2 g zat dalam baku B (0,05%).
90 ml air bebas karbon dioksida P, bila perlu dengan
pemanasan dan encerkan dengan pelarut yang sama Hilangkan persyaratan
hingga 100 ml. Alkaloid lain Larutkan 200 mg zat dalam 20 ml air
dan larutan dibagi dua. Tambahkan beberapa tetes
Tambahan persyaratan amonium hidroksida 6 N pada bagian pertama dan
Warna dan Akromisitas <1291> Metode III tidak beberapa tetes kalium bikromat LP pada bagian
berwarna; lakukan penetapan menggunakan larutan kedua: tidak terjadi kekeruhan pada kedua larutan.
2,0% dalam air bebas karbon dioksida P.
Hilangkan persyaratan
Perubahan Amina non kuaterner Tidak lebih dari 1,0%,
Keasaman-kebasaan Larutkan 0,2 g zat dalam 90 ml dihitung sebagai 4-aminokuinaldina, C10H10N2;
air bebas karbon dioksida P, bila perlu panaskan dan lakukan penetapan sebagai berikut: Kocok 1 g zat
encerkan hingga 100 ml. Ke dalam 5 ml larutan dengan 45 ml air selama 5 menit, tambahkan 5 ml
tambahkan 0,1 ml biru bromotimol LP sebagai asam nitrat 2 N, kocok selama 10 menit, saring
indikator: tidak lebih dari 0,2 ml asam hidroklorida melalui kapas penyerap. Pindahkan 20 ml filtrat ke
0,01 N LV atau natrium hidroksida 0,01 N LV dalam corong pisah, tambahkan 20 ml natrium
diperlukan untuk mengubah warna larutan. hidroksida 1 N, ektraksi 2 kali tiap kali menggunakan
50 ml eter P, cuci masing-masing ekstrak dengan
Tambahan persyaratan 5 ml air dan ekstraksi masing larutan eter secara
Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara kuantitatif berturut-turut dengan 20 ml, 20 ml, dan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 5 ml asam hidroklorida 1 N. Kumpulkan ekstrak
Kromatografi <931>. asam, encerkan dengan asam hidroklorida 1 N hingga
Fase gerak Buat larutan 2 g natrium 50,0 ml, ukur serapan larutan pada panjang
heksansulfonat P dalam 300 ml air, atur pH hingga gelombang 319 nm dan 326,5 nm. Serapan pada
4,0 dengan penambahan asam asetat P, tambahkan 319 nm tidak lebih kecil dari serapan pada panjang
700 ml metanol P. gelombang 326,5 nm. Hitung persentase
Larutan baku A Timbang saksama lebih kurang dekualinium, C10H10N2, dengan rumus:
10 mg Dekualinium Klorida untuk Uji Kinerja BPFI,
masukkan dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan 0 ,387a  0 ,306b
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan baku B Timbang saksama lebih kurang a adalah serapan jenis pada 319 nm; b adalah serapan
10 mg Dekualinium Klorida BPFI, masukkan dalam jenis pada 326,5 nm.
labu tentukur 10-ml, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda. Pipet 1 ml larutan ke dalam Perubahan
labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,0%;
sampai tanda. lakukan pengeringan pada suhu 105º pada tekanan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 mg tidak lebih dari 5 mmHg selama 3 jam, menggunakan
zat, masukkan dalam labu tentukur 10-ml, larutkan 1 g zat.
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Perubahan
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%,
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir menggunakan 1 g zat.
lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku B, rekam kromatogram dan Tambahan persyaratan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 20 mg zat
perbandingan puncak terhadap lembah antara dalam 2 ml asam sulfat P: setelah 5 menit warna
cemaran B dan dekualinium klorida tidak kurang dari larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan V4.
2,0.
– 2469 –

Perubahan Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.


Penetapan kadar [Catatan Untuk menghindari Larutan baku Timbang saksama sejumlah
pemanasan berlebih pada media reaksi, aduk Dibekasin Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
sempurna dan segera hentikan titrasi setelah titik air hingga kadar 20 mg per ml.
akhir.] Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Timbang saksama lebih kurang 200 mg zat, larutkan larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar 20 mg
dalam 5 ml asam format anhidrat P, tambahkan per ml.
50 ml anhidrat asetat P. Titrasi secara potensiometri Penampak bercak Larutan ninhidrin P 0,2% dalam
dengan asam perklorat 0,1 N LV. butanol P jenuh air
Prosedur Totolkan masing-masing 5 µl Larutan
Tiap ml asam perklorat 0,1 N baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi.
setara dengan 26,38 mg C30H40Cl2N4 Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
berisi Fase gerak dan biarkan Fase gerak merambat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 10 cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan
rapat. kering di udara. Semprot lempeng dengan Penampak
bercak, panaskan pada suhu 100º selama 10 menit: Rf
dan warna bercak (ungu coklat) dari Larutan uji
DIBEKASIN SULFAT sesuai Larutan baku.
Dibekacin Sulfate B. Tambahkan 1 tetes barium klorida LP ke dalam
5 ml larutan zat (1 dalam 50): terbentuk endapan
H
CH2OH
O H
putih.
H
NH2 H
HO
H HO
Hilangkan persyaratan
CH2NH2 Pirogen <231> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
O H
H
H O . xH2SO4
menggunakan dosis uji 1 ml per kg yang
H2N mengandung 10 mg zat per ml dalam Air untuk
O

H Injeksi.
H
OH H
H
H
NH2
NH2
Hilangkan persyaratan
Daya hipotensif <191> Memenuhi syarat; lakukan
Perubahan penetapan menggunakan larutan 3,0 mg zat per ml.
3-Amino-3-deoksi--D-glukopiranosil-(1→6)-[2,6-
diamino-2,3,4,6-tetradeoksi--D-eritro- Hilangkan persyaratan
heksapiranosil-(1→4)]-2-deoksi-D-streptamina Toksisitas abnormal Memenuhi seperti tertera pada
sulfat [58580-55-5] Uji Reaktifitas Biologi secara in-vivo <251>; lakukan
C18H37N5O8.xH2SO4 penetapan menggunakan larutan 1,0 mg zat per ml.

Dibekasin Sulfat adalah garam sulfat dari derivat Hilangkan persyaratan


bekanamisin. Mengandung potensi tidak kurang dari Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
640 µg (potensi) dan tidak lebih dari 740 µg (potensi)
dibekasin per mg dihitung dari zat yang telah Tambahan persyaratan
dikeringkan. Potensi dibekasin sulfat dinyatakan Kejernihan larutan Jernih, tidak berwarna hingga
sebagai potensi dibekasin (C18H37N5O8: 451,52). kuning pucat; lakukan penetapan menggunakan
larutan 0,3 gram zat per ml.
Pemerian Serbuk putih hingga putih kekuningan.
pH <1071> 6,0 sampai 8,0; lakukan penetapan
Kelarutan Larut dalam air; praktis tidak larut dalam menggunakan larutan 50 mg zat per ml.
etanol, dalam aseton, dan dalam pelarut organik lain.
Tambahan persyaratan
Baku pembanding Dibekasin Sulfat BPFI; lakukan Rotasi optik <1081> Antara +96º dan +106º,
pengeringan, pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
pada suhu 60º tidak lebih dari 3 jam. Lakukan penetapan menggunakan 0,1 gram zat per
ml dalam air.
Perubahan
Identifikasi Tambahan persyaratan
A. Lakukan Kromatografi Lapis Tipis seperti tertera Logam berat <371>Metode ITidak lebih dari 20 bpj.
pada Kromatografi <931>. Lakukan penetapan menggunakan 1,0 gram zat dan
Fase gerak Campuran amonium hidroksida P- 2 ml Larutan baku timbal.
metanol P (1:1)
– 2470 –

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau.
Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat, pada Larutan jenuh mempunyai pH lebih kurang 3,3.
tekanan tidak melebihi 0,67 kPa, suhu 60º selama
3 jam. Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam
isopropanol; mudah larut dalam kloroform; larut
Perubahan dalam metanol; agak sukar larut dalam etanol dan
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera dalam aseton; praktis tidak larut dalam eter dan
pada Penetapan Potensi Antibiotik secara dalam heksana.
Mikrobiologi <131>, menggunakan metode lempeng
silinder. Perubahan
Media Gunakan MEDIA 2 seperti tertera pada Baku pembanding Difenoksilat Hidroklorida BPFI;
Media dalam Penetapan Potensi Antibiotik secara lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
Mikrobiologi <131>. sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Mikroba uji Gunakan Bacillus subtilis ATCC 6633. rapat. Senyawa Sejenis A Difenoksilat BPFI.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Dibekasin Sulfat BPFI yang telah Perubahan
dikeringkan, setara potensi 20 mg larutkan dan Identifikasi
encerkan dengan enceran dapar fosfat pH 6,0, A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
(1 dalam 2) hingga 50,0 ml. Larutan disimpan pada dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
suhu antara 5º dan 15º dan dapat digunakan dalam P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
waktu 30 hari. gelombang yang sama seperti pada Difenoksilat
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Hidroklorida BPFI.
persediaan, encerkan dengan dapar fosfat 0,1 M pH B. Larutan jenuh menunjukkan reaksi Klorida
8,0 hingga diperoleh potensi 20 µg per ml dan 5 µg seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
per ml berturut-turut sebagai larutan baku kadar
tinggi dan kadar rendah [Catatan Larutan dibuat Hilangkan persyaratan
segar.] Jarak lebur <1021> Antara 220º dan 226º.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat setara
potensi 20 mg dengan air hingga 50,0 ml. Pipet Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
sejumlah larutan, tambahkan dapar fosfat 0,1 M pH lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.
8,0 hingga diperoleh potensi 20 µg per ml dan 5 µg
per ml berturut-turut sebagai larutan baku kadar Hilangkan persyaratan
tinggi dan kadar rendah. Cemaran umum <481>
Larutan uji Gunakan pelarut kloroform P.
Tambahan persyaratan Larutan baku Gunakan pelarut kloroform P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Fase gerak Buat campuran kloroform P-
rapat. sikloheksana P-etanol mutlak P-asam format P
(50:40:10:1).
Penampak bercak Gunakan teknik penampak
DIFENOKSILAT HIDROKLORIDA bercak nomor 17 seperti tertera pada Cemaran Umum
Diphenoxylate Hydrochloride <481>, kemudian segera amati di bawah cahaya
ultraviolet gelombang pendek.
Batas Jumlah intensitas dari semua titik sekunder
yang diperoleh dari Larutan uji tidak lebih dari 1,0%.

Tambahan persyaratan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Perubahan Larutan A Atur pH 900 ml air hingga 2,3 dengan
Etil1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-fenilspiperidin-4- penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air
karboksilathidroklorida[3810-80-8] hingga 1 liter.
C30H32N2O2.HCl BM 489,05 Larutan B Gunakan pelarut asetonitril P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran antara
Difenoksilat Hidroklorida mengandung tidak kurang Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
C30H32N2O2.HCl, dihitung terhadap zat kering. menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
– 2471 –

Pengencer Buat campuran asetonitril P-Larutan A Tabel


(50:50). Waktu retensi relatif Batas
Cemaran
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama (menit) (%)
sejumlah Difenoksilat Hidroklorida BPFI dan Asam difenoksilat 0,8 0,15
Senyawa Sejenis A Difenoksilat BPFI, larutkan dan (senyawa sejenis A
encerkan dengan Pengencer hingga kadar berturut- difenoksilat)
turut lebih kurang 1,0 mg per ml dan 0,005 mg per Difenoksilat 1,0 -
ml. Sonikasi selama 2 menit sampai larut. Cemaran yang - 0,10
Larutan baku Timbang saksama sejumlah tidak diketahui
Difenoksilat Hidroklorida BPFI, larutkan dan Total cemaran - 0,5
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%.
kurang 1,0 g per ml.
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku, Perubahan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
kurang 0,5 g per ml. 400 mg zat, larutkan dalam 40 ml etanol P.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Tambahkan 5,0 ml asam hidroklorida 0,01 N, titrasi
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga dengan natrium hidroksida etanolat 0,1 N LV seperti
kadar lebih kurang 1,0 mg per ml. Sonikasi selama tertera pada Titrimetri <711>. Tentukan titik akhir
2 menit sampai larut. secara potensiometri dengan membaca volume
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja diantara dua titik infleksi
tinggi dilengkapi detector 210 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran Tiap ml natrium hidroksida etanolat 0,1 N
partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 2,0 ml per setara dengan 48,91 mg C30H32N2O2.HCl
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Perubahan
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
0 75 25 baik, terlindung cahaya. Simpan pada suhu ruang.
5 75 25
40 15 85
DISOPIRAMIDA
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Disopyramide
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
puncak senyawa sejenis A difenoksilat dan puncak
difenoksilat tidak kurang dari 5,0. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera dan enansiomer
pada Prosedur: perbandingan “signal to noise” tidak
kurang dari 10.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Perubahan
kromatogram dan ukur respons semua puncak. (2RS)-4-[bis(1-metiletil)amino]-2-fenil-2-(piridil-2-
Hitung persentase masing-masing cemaran dengan il)butanamida [3737-09-5]
rumus: C21H29N3O BM 339,5

 ri   CS  Disopiramida mengandung tidak kurang dari 98,5%


      100 dan tidak lebih dari 101,5%, C21H29N3O, dihitung
 rS   CU  terhadap zat kering.

Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.


ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Larutan uji; rS adalah respons puncak difenoksilat Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
dari Larutan baku; CS adalah kadar Difenoksilat metilena klorida; larut dalam etanol.
Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
CU adalah kadar difenoksilat hidroksida dalam mg per Perubahan
ml Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Baku pembanding Disopiramida BPFI; lakukan
Masing-masing cemaran dan jumlah cemaran tidak pengeringan pada suhu 80° di atas fosfor
lebih dari batas yang tertera pada Tabel .
– 2472 –

pentoksida P pada tekanan tidak kurang dari 5 mmHg Larutan baku A Timbang saksama lebih kurang
selama 2 jam, sebelum digunakan. 20,0 mg Disopiramida BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur 10-ml, larutkan dan encerkan dengan
Perubahan metanol P sampai tanda.
Identifikasi Larutan baku B Pipet 0,5 ml Larutan uji B,
Lakukan identifikasi B atau A dan C. masukkan ke dalam labu tentukur 20-ml, encerkan
A. Timbang saksama lebih kurang 40 mg zat, dengan metanol P sampai tanda.
masukkan dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
encerkan dengan asam sulfat P 5 g per liter metanol P 10 µl larutan di atas pada lempeng kromatografi.
sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini, masukkan dalam Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
labu tentukur 50-ml encerkan dengan pelarut yang yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak
sama sampai tanda. Ukur serapan pada panjang merambat sampai 15 cm. Angkat lempeng, tandai
gelombang antara 240 nm dan 350 nm. Larutan batas rambat, keringkan dalam aliran udara hangat
menunjukkan serapan maksimum pada 269 nm dan dan amati bercak di bawah cahaya ultraviolet
bahu pada 263 nm. Serapan jenis pada panjang 254 nm: bercak lain selain bercak utama Larutan uji
gelombang maksimum adalah 190 hingga 210. A tidak boleh lebih intensif dari bercak utama
B. Buat larutan 50 g per liter dalam metilena Larutan baku B.
klorida P. Teteskan 50 µl larutan pada cakram kalium
bromida P yang telah dikeringkan pada suhu 60° Perubahan
selama 1 jam. Spektrum serapan inframerah zat Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan 130 mg zat, larutkan dalam 30 ml asam asetat
gelombang yang sama seperti pada Disopiramida BPFI. anhidrat P, tambahkan 0,2 ml larutan 1-naftol-
benzein P 2% dalam asam asetat anhidrat. Titrasi
Tambahan persyaratan dengan asam perklorat 0,1 N LV sampai terjadi
C. Harga Rf dan ukuran bercak utama Larutan uji B perubahan warna dari kuning ke hijau.
sesuai dengan Larutan baku A seperti diperoleh pada
penetapan Senyawa sejenis. Semprot lempeng dengan Tiap ml asam perklorat 0,1 N setara dengan
kalium iodobismutat encer LP; Harga Rf, ukuran dan 16,97mg C21H29N3O
warna bercak utama Larutan uji B sesuai dengan
Larutan baku A. Tambahan persyaratan
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Tambahan persyaratan tertutup baik, terlindung cahaya.
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari
10 bpj. Lakukan penetapan dengan menggunakan
2,0 g zat dan 2 ml Larutan baku timbal 10 bpj. DOKSORUBISIN HIDROKLORIDA
Doxorubicin Hydrochloride
Perubahan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5 %;
lakukan pengeringan pada suhu 80º di atas fosfor
pentoksida P pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg
selama 2 jam, menggunakan 1 g zat.

Perubahan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2 %,
lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.

Perubahan
Perubahan
Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
(8S,10S)-10-[(3-Amino-2,3,6-trideoksi--L-likso-
Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
heksopiranosil) oksi]-8-glikoloil-7,8,9,10-tetrahidro-
Kromatografi <931>
6,8,11-trihidroksi-1-metoksi-5,12-naftasenedion
Fasa gerak Campuran amonia P-aseton P-
hidroklorida [25316-40-9]
sikloheksana P (1:30:30).
C27H29NO11.HCl BM 579,98
Penjerap Campuran silika gel P GF254.
Larutan uji A Timbang saksama lebih kurang 0,20 g
Doksorubisin Hidroklorida mengandung tidak kurang
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
C27H29NO11.HCl, dihitung terhadap zat anhidrat,
Larutan uji B Pipet 1 ml Larutan uji A, masukkan
bebas pelarut. [Perhatian Hati-hati jangan terhirup
ke dalam labu tentukur 10-ml, encerkan dengan
partikel doksorubisin hidroklorida dan hindari
metanol P sampai tanda.
pemaparan pada kulit.]
– 2473 –

Pemerian Serbuk amorf atau hablur, merah jingga; Kromatografi <931>.[Catatan Larutan mengandung
higroskopis. doksorubisin harus terlindung dari cahaya.]
Fase gerak, Pengencer, dan Larutan kesesuaian
Kelarutan Larut dalam air, dalam larutan natrium sistem. Lakukan seperti tertera pada Penetapan
klorida 0,9%, dan dalam metanol; praktis tidak larut kadar.
dalam kloroform, dalam eter, dan dalam pelarut Larutan baku Timbang saksama sejumlah
organik lain. Doksorubisin Hidroklorida BPFI, Doksorubisinon
BPFI, Daunorubisin Hidroklorida BPFI, dan
Perubahan Daunorubisinon BPFI, masukkan ke dalam labu
Baku pembanding Doksorubisin Hidroklorida tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan pada lemari Pengencer hingga kadar masing-masing lebih kurang
pembeku, terlindung cahaya dan diamkan pada suhu 0,002 mg per ml.
ruang sebelum dibuka. Aseton BPFI; Daunorubisin Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Hidroklorida BPFI; Daunorubisinon BPFI; larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
Doksorubisinon BPFI; Epirubisin Hidroklorida kadar lebih kurang 0,4 mg per ml
BPFI. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Identifikasi Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang resolusi, R, antara doksorubisin dan epirubisin tidak
diperoleh pada Penetapan kadar. kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Tambahan Persyaratan puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
B. Spektrum serapan inframerah zat yang baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
didispersikan dalam kalium bromida P hanya 5,0 %.
menunjukkan maksimum pada bilangan gelombang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
yang sama seperti pada Doksorubisin Hidroklorida volume sama (lebih kurang 2 μl) Larutan baku dan
BPFI. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B, dan C kromatogram dan ukur semua respons puncak.
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Hitung persentase doksorubisinon dalam zat dengan
rumus:
pH <1071> Antara 4,0 dan 5,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan yang mengandung 5 mg per ml.
 rU   CS 
      P  100
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 4,0%.
 rS   CU 
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat; kecuali jika
pada etiket dinyatakan sebagai bentuk amorf, ru dan rS berturut-turut adalah respons puncak
sebagian besar partikel tidak menunjukkan posisi doksorubisinon dalam Larutan uji dan Larutan baku;
“birefringence and extinction”. CS adalah kadar Doksorubisinon BPFI dalam mg per
ml Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin
Hilangkan persyaratan hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji
Kemurnian kromatografi Jumlah cemaran tidak berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah potensi
lebih dari 2,0%. Lakukan penetapan seperti tertera doksorubisinon dalam mg per mg Doksorubisinon
pada Penetapan kadar, kecuali gunakan Larutan uji BPFI. Hitung persentase daunorubisinon dalam zat
yang dibuat dengan melarutkan zat uji dalam Fase dengan rumus:
gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. Dari
kromatogram Larutan uji, hitung persentase cemaran  rU   CS 
    P  100
dengan rumus:
 rS   CU 
 
 S 
100    ru dan rS berturut-turut adalah respons puncak
S r daunorubisinon dalam Larutan uji dan Larutan
baku; CS adalah kadar Daunorubisinon BPFI dalam
S adalah jumlah respons puncak lain selain puncak mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
utama; r adalah respons puncak utama. doksorubisin hidroklorida dalam mg per ml Larutan
uji berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah
Tambahan persyaratan potensi daunorubisinon dalam mg per mg
Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
– 2474 –

Daunorubisinon BPFI. Hitung persentase Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
daunorubisin dalam zat dengan rumus: zat, larutkan dalam 3,0 ml Larutan baku internal.
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
 rU   CS  dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 4 mm x
      P  F  100 2 m berisi bahan pengisi 8%-10% fase cair G16 dan
 rS   CU  2% kalium hidroksida P pada penyangga S1A
100 mesh sampai 120 mesh. Pertahankan suhu kolom
ru dan rS berturut-turut adalah respons puncak pada lebih kurang 60º, gunakan helium P sebagai gas
daunorubisin dalam Larutan uji dan Larutan baku; pembawa. [Catatan Atur suhu kolom dan laju alir
CS adalah kadar Daunorubisin BPFI dalam mg per ml gas pembawa sehingga dioksan P tereluasi dalam
Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin waktu lebih kurang 6 menit.] Lakukan kromatografi
hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah potensi respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
daunorubisin dalam µg per mg Daunorubisin resolusi, R, antara puncak yang berdekatan tidak
Hidroklorida BPFI; F adalah faktor konversi, kurang dari 2,0; faktor ikutan puncak etanol tidak
0,001 mg per µg. Hitung persentase masing-masing lebih dari 1,5; simpangan baku relatif perbandingan
cemaran lain dalam zat dengan rumus: respons puncak aseton dengan dioksan dan etanol
dengan dioksan pada penyuntikan ulang tidak lebih
dari 4,0%. [Catatan Waktu retensi relatif untuk
 ri   CS 
      P  F 100 aseton, etanol dan dioksan berturut-turut lebih
 rS   CU  kurang 0,2; 0,5 dan 1,0.]
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain sama (lebih kurang 1 µl) Larutan baku dan Larutan
dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
doksorubisin dalam Larutan baku; CS adalah kadar ukur respons puncak utama. Hitung persentase bobot
Doksorubisin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; aseton, (CH3COCH3), dan etanol, (C2H5OH), dalam
CU adalah kadar doksorubisin hidroklorida dalam mg zat dengan rumus:
per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
ditimbang; P adalah potensi doksorubisin dalam µg  RU   C A   DU 
         100
per mg Doksorubisin Hidroklorida BPFI; F adalah
 RS   CD   WU 
faktor konversi, 0,001 mg per µg. Masing-masing
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan puncak
Tabel.
analit (aseton atau etanol) terhadap puncak dioksan
yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan baku: CA
Tabel
adalah kadar aseton atau etanol dalam mg per ml
Waktu retensi Batas
Nama Larutan baku; CD adalah kadar dioksan dalam mg per
relatif (%)
ml Larutan baku; DU adalah bobot dioksan dalam mg
Doksorubisin 1,0 - Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; WU
Epirubisin 1,05 - adalah bobot zat dalam mg Larutan uji berdasarkan
Doksorubisinon 1,08 0,5 bobot yang ditimbang.
Daunorubisin 1,23 0,5
Daunorubisinon 1,35 0,5 Perubahan
Cemaran lain - 0,5 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Total cemaran - 2,0 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan A Encerkan 1,0 ml asam trifluoroasetat P
Perubahan
hingga 1000 ml air. Kadar larutan lebih kurang 0,1%.
Aseton dan Etanol Aseton tidak lebih dari 0,5%;
Larutan B Buat campuran asetonitril P–metanol P–
jumlah aseton dan etanol tidak lebih dari 2,5%.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas asam trifluoroasetat P (800:200:1).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
Larutan baku internal Buat larutan dioksan P
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
dalam air dengan kadar 1 mg per ml.
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Aseton
Pengencer Buat campuran Larutan A–Larutan B
BPFI dan etanol mutlak P, masukkan dalam labu
tentukur yang sesuai, encerkan dengan Larutan baku (50:50). [Catatan Larutan mengandung doksorubisin
harus terlindung cahaya.]
internal hingga kadar berturut-turut 0,2 mg per ml
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
dan 0,3 mg per ml.
sejumlah Doksorubisin Hidroklorida BPFI dan
– 2475 –

Epirubisin Hidroklorida BPFI masukkan ke dalam etiket dinyatakan sebagai bentuk amorf, yang harus
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan disimpan pada lemari pembeku.
dengan Pengencer hingga kadar masing-masing lebih
kurang 0,1 mg per ml. Penandaan Jika bentuk amorf, cantumkan pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah etiket.
Doksorubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 0,1 mg per ml. DOKSORUBISIN HIDROKLORIDA UNTUK
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
INJEKSI
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 0,1 mg per ml. Doxorubicin Hydrochloride for Injection
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Doksorubisin Hidroklorida untuk Injeksi adalah
berukuran 2,1 mm × 10 cm, berisi bahan pengisi L1, campuran steril doksorubisin hidroklorida dan
dengan ukuran partikel 1,7 µm. Pertahankan suhu laktosa. Mengandung doksorubisin hidroklorida,
kolom pada 35 dan suhu “autosampler” pada 4. C27H29NO11.HCl, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
Laju alir lebih kurang 0,5 ml per menit. Kromatograf lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada
diprogram sebagai berikut : etiket. [Perhatian Hati-hati, jangan terhirup partikel
doksorubisin hidroklorida dan hindari pemaparan
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) pada kulit.]
0 90 10
15 25 75 Perubahan
16 25 75 Baku pembanding
16,1 90 10 Doksorubisin Hidroklorida BPFI; tidak boleh
18 90 10 dikeringkan. Simpan pada lemari pembeku,
terlindung cahaya dan diamkan pada suhu ruang
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sebelum dibuka. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua
doksorubisin dan epirubisin tidak kurang dari 1,5. isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera belum dibuka dalam lemari pembeku.
pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan 1,5; Daunorubisinon BPFI; Doksorubisinon BPFI;
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Epirubisin BPFI.
lebih dari 0,73%.[Catatan Waktu retensi relatif
doksorubisin dan epirubisin berturut-turut adalah 1,0 Tambahan persyaratan
dan 1,05.] Identifikasi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
sama (lebih kurang 2 μl) Larutan baku dan Larutan uji Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur diperoleh pada Penetapan kadar.
respons puncak utama. Hitung persentase doksorubisin B.Spektrum serapan ultraviolet zat menunjukkan
hidroklorida, C27H29NO11.HCl, dalam zat dengan rumus: maksimum dan minimum pada panjang gelombang
yang sama seperti pada Doksorubisin hidroklorida
 rU   CS  BPFI seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
      P  F  100
 rS   CU  Larutan Terkonstitusi Pada waktu digunakan
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera
rU dan rS berturut-turut adalah respons doksorubisin pada Injeksi.
dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
kadar Doksorubisin Hidroklorida BPFI dalam mg per Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,2 unit
ml Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin Endotoksin FI per mg doksorubisin hidroklorida.
hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji Lakukan penetapan menggunakan larutan
berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah potensi Doksorubisin Hidroklorida untuk Injeksi dengan
doksorubisin dalam µg per mg Doksorubisin kadar 1,1 mg per ml.
Hidroklorida BPFI; F adalah faktor konversi,
0,001 mg per µg. Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
dengan Prosedur uji menggunakan penyaringan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup membran, menggunakan seluruh isi yang secara
rapat, pada suhu ruang terkendali, kecuali jika pada aseptik dilarutkan dalam 200 ml Cairan A.
– 2476 –

pH <1071> Antara 4,5 dan 6,5; lakukan penetapan  ru   CS 


menggunakan larutan terkonstitusi seperti tertera       P  100
pada etiket, menggunakan air sebagai pengencer.  rS   CU 

Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 4,0%; larutan ru dan rS berturut-turut adalah respons puncak
uji lakukan seperti untuk bahan higroskopis. daunorubisinon dalam Larutan uji dan Larutan
baku; CS adalah kadar Daunorubsisinon BPFI dalam
Perubahan mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
Syarat lain Memenuhi syarat Penandaan seperti doksorubisin hidroklorida dalam mg per ml Larutan
tertera pada Injeksi. uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; P
adalah potensi daunorubisinon dalam mg per mg
Tambahan persyaratan Daunorubisinon BPFI. Hitung persentase cemaran
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. lain dalam doksorubisin hidroklorida untuk injeksi
dengan rumus:
Tambahan persyaratan
Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan cara  ri   CS 
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada       P  F  100
Kromatografi <931>.  rS   CU 
Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuaian sistem,
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Penetapan kadar. [Catatan Lindungi larutan yang dalam Larutan uji; rS adalah respon puncak
mengandung doksorubisin dari cahaya.] doksorubisin dalam Larutan baku; CS adalah kadar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Doksorubisin hidroklorida BPFI dalam mg per ml
Doksorubisin Hidroklorida BPFI, Doksorubisinon Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin
BPFI, dan Daunorubisinon BPFI, masukkan ke hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji
dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; P adalah
encerkan dengan Pengencer hingga kadar masing- potensi doksorubisin dalam µg per mg Doksorubisin
masing lebih kurang 0,002 mg per ml. Hidroklorida BPFI; F adalah faktor konversi 0,001
Larutan uji Tambahkan 5 ml Pengencer ke dalam mg per µg. Masing-masing cemaran dan total
kemasan doksorubisin hidroklorida untuk injeksi, cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
pindahkan isi kemasan ke dalam labu tentukur yang Tabel sebagai berikut:
sesuai, bilas kemasan tidak kurang dari tiga kali
dengan Pengencer, kemudian campur bilasan dalam Tabel
labu tentukur. Encerkan dengan Pengencer sampai Waktu retensi Batas
Nama
tanda. Larutan ini mengandung lebih kurang 0,4 mg relatif (%)
per ml berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Doksorubisin 1,0 -
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Epirubisin 1,05 -
volume sama (lebih kurang 2 μl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Doksorubisinon 1,08 0,5
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Daunorubisinon 1,35 0,5
Hitung persentase doksorubisinon dalam Masing-masing
- 0,5
doksorubisin hidroklorida untuk injeksi dengan cemaran lain
rumus: Total cemaran - 2,0

Perubahan
 ru   CS 
      P  100 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
 rS   CU  Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
ru dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan A Pipet 1 ml asam trifluoroasetat P,
doksorubisinon dalam Larutan uji dan Larutan baku; encerkan dengan air sampai 1 liter. Kadar larutan
CS adalah kadar Doksorubisinon BPFI dalam mg per lebih kurang 0,1%.
ml Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin Larutan B Buat campuran asetonitril P–metanol P–
hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji asam trifluoroasetat P (800:200:1).
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; P adalah Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
potensi doksorubisinon dalam mg per mg dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Doksorubisinon BPFI. Hitung persentase kromatografi.
daunorubisinon dalam doksorubisin hidroklorida Pengencer Buat campuran Larutan A–Larutan B
untuk injeksi dengan rumus: (50:50). [Catatan Lindungi larutan yang
mengandung doksorubisin dari cahaya.]
– 2477 –

Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama adalah kadar Doksorubisin Hidroklorida BPFI dalam
sejumlah Doksorubisin Hidroklorida BPFI dan mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam
Epirubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang
dengan Pengencer hingga kadar masing-masing tertera pada etiket; P adalah potensi doksorubisin
0,1 mg per ml. dalam µg per mg Doksorubisin hidroklorida BPFI; F
Larutan baku Timbang saksama sejumlah adalah faktor konversi 0,001 mg per µg.
Doksorubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih Perubahan
kurang 0,1 mg per ml. Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
Larutan uji Tambahkan 5 ml Pengencer ke dalam Padatan Steril seperti tertera pada Injeksi, kecuali
kemasan doksorubisin hidroklorida untuk injeksi, wadah untuk dosis ganda untuk pengambilan tidak
pindahkan isi kemasan dan masukkan ke dalam labu lebih dari 100 ml yang dikonstitusikan seperti tertera
tentukur yang sesuai. Bilas kemasan tidak kurang dari pada etiket. Simpan vial yang belum direkonstitusi
3 kali dengan Pengencer, kemudian campur bilasan pada suhu ruang terkendali, terlindung cahaya.
dalam labu tentukur. Encerkan dengan Pengencer
sampai tanda hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
ml berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket . DROPERIDOL
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Droperidol
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm atau
detektor “diode array” dengan rentang 190 nm- O

400 nm untuk Identifikasi B. Kolom berukuran N CH2CH2CH2C F

2,1 mm × 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan N O


ukuran partikel 1,7 µm. Pertahankan suhu kolom
pada 35 dan autosampler pada 4°. Laju alir lebih NH

kurang 0,5 ml per menit. Kromatograf diprogram


sebagai berikut: 1-[1-[3-(p-Fluorobenzoil)propil]-1,2,3,6-tetrahidro-
4-piridil]-2-benzimidazolinon [548-73-2]
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) C22H22FN3O2 BM 379,43
0 90 10
15 25 75 Droperidol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
16 25 75 tidak lebih dari 102,0%, C22H22FN3O2, dihitung
16,1 90 10 terhadap zat yang dikeringkan dalam hampa udara
18 90 10 pada 70° selama 4 jam.

Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Pemerian Serbuk hablur atau amorf, putih sampai
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak agak kecoklatan.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
doksorubisin dan epirubisin tidak kurang dari 1,5. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam dalam kloroform; sukar larut dalam etanol dan dalam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera eter.
pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan 1,5 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Perubahan
lebih dari 0,73%.[Catatan Waktu retensi relatif Baku pembanding Droperidol BPFI; tidak boleh
doksorubisin dan epirubisin berturut-turut adalah 1,0 dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
dan 1,05.] wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah pendingin.
volume sama (lebih kurang 2 μl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Perubahan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Identifikasi
persentase doksokrubisin hidroklorida, A. Serapan inframerah zat yang didispersikan
C27H29NO11.HCl, dalam doksorubisin hidroklorida dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum
untuk injeksi dengan rumus: hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
pada Droperidol BPFI.
 rU   CS  B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 15 µg per
      P  F  100 ml dalam campuran asam hidroklorida 0,1 N-
 rS   CU  isopropanol P (1 dalam 10) menunjukkan maksimum
dan minimum pada panjang gelombang yang sama
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak seperti pada Droperidol BPFI.
doksorubisin dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS
– 2478 –

Hilangkan persyaratan Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol;
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 147º dan 150º. tidak larut dalam eter.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;


lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu Perubahan
70º selama 4 jam. Baku pembanding Efedrin Hidroklorida BPFI; tidak
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.

Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. Perubahan


Identifikasi
Perubahan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
4,4´-bis[1,2,3,6-tetrahidro-4-(2-okso-1-benzimi didispersikan dalam kalium bromida P hanya
dazolinil)-1-piridil] butirofenon Tidak lebih dari menunjukkan maksimum pada bilangan gelombang
1,5%. yang sama seperti pada Efedrin Hidroklorida BPFI.
Larutan uji Timbang saksama 30,0 mg zat, B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada
larutkan dalam 70 ml isopropanol P dalam labu Uji Identifikasi Umum <291>.
tentukur 100-ml. Tambahkan 10,0 ml asam
hidroklorida 0,1 N, encerkan dengan isopropanol P
Keasaman-kebasaan Larutkan 1,0 g zat dalam 20 ml
sampai tanda.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji pada panjang air dan tambahkan 1 tetes merah metil LP. Jika
gelombang serapan maksimum lebih kurang 330 nm, larutan berwarna kuning, akan berubah menjadi
terhadap blangko campuran asam hidroklorida 0,1 N merah pada penambahan tidak lebih dari 0,10 ml asam
dan isopropanol P (1 dalam 10), menggunakan sel sulfat 0,02 N. Jika larutan berwarna merah muda,
1-cm: serapan tidak lebih dari 0,7 (setara dengan berubah menjadi kuning pada penambahan tidak
batas 1,5%). lebih dari 0,20 ml natrium hidroksida 0,02 N.

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang Jarak lebur <1021> Metode I Antara 217° dan 220°.
240 mg zat yang telah dikeringkan, larutkan dalam
50 ml asam asetat glasial P. Tambahkan p- Perubahan
naftolbenzein LP dan titrasi dengan asam perklorat Rotasi jenis <1081> Antara –33,0° dan –35,5°;
0,1 N LV, lakukan penetapan blangko dan koreksi lakukan penetapan menggunakan larutan yang
bila perlu.
mengandung 50 mg per ml dalam air.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 37,94 mg C22H22FN3O2 Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya, berisi nitrogen, di tempat Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
sejuk.
Sulfat Larutkan 50 mg zat dalam 40 ml air,
tambahkan 1 ml asam hidroklorida 3 N dan 1 ml
EFEDRIN HIDROKLORIDA barium klorida LP: tidak terjadi kekeruhan dalam
Ephedrine Hydrochloride 10 menit.

Perubahaan Hilangkan persyaratan


Cemaran senyawa organik mudah menguap
<471> Metode I Memenuhi syarat; lakukan
penetapan menggunakan Larutan uji dengan kadar
20 mg per ml dan Larutan baku dengan kadar dua
kali dari yang ditetapkan.
(-)-Efedrin hidroklorida [50-98-6]
C10H15NO.HCl BM 201,69 Tambahan persyaratan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Efedrin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
98,0% dan tidak lebih dari 100,5%, C10H15NO.HCl, Kromatografi <931>.
dihitung terhadap zat kering. Dapar Larutan ammonium asetat 11,60 gram per
liter atur pH hingga 4,0 dengan penambahan asam
Pemerian Serbuk atau hablur halus, putih; tidak asetat glasial P.
berbau; terpengaruh oleh cahaya. Fase gerak metanol P-dapar (6:94) Larutan
kesesuaian sistem. Timbang saksama sejumlah
Efedrin Hidroklorida BPFI dan Pseudoefedrin
– 2479 –

Hidroklorida BPFI larutkan dalam fase gerak Perubahan


masing-masing 0,1 mg per ml. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
Larutan sensitivitas Timbang saksama sejumlah 150 mg zat, masukkan ke dalam labu erlenmeyer,
Efedrin hidroklorida BPFI larutkan dalam fase gerak tambahkan 50 ml etanol P. Tambahkan 5 ml Asam
hingga kadar 3,8 µg per ml. hidroklorida 0,01 N Titrasi dengan Natrium
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Efedrin hidroklorida 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara
hidroklorida BPFI, larutkan dalam fase gerak hingga potensiometri.
kadar 30 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat Tiap ml Natrium hidroksida 0,1 N
larutkan dan encerkan dengan fase gerak hingga setara dengan 20,17 mg C10H15NO.HCl
kadar 7,5 mg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tinggi dilengkapi dengan detektor 257 nm dan kolom baik, tidak tembus cahaya.
baja tahan karat 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi
L11 dengan ukuran partikel 3 m. Laju alir lebih
kurang 1,0 ml per menit. TABLET EFEDRIN HIDROKLORIDA
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Ephedrine Hydrochloride Tablets
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Tablet Efedrin Hidroklorida mengandung Efedrin
efedrin dan pseudoefedrin tidak kurang dari 2,0. Hidroklorida, C10H15NO.HCl, tidak kurang dari
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam 92,5% dan tidak lebih dari 107,5% dari jumlah yang
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera tertera pada etiket.
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. Lakukan Perubahan
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas rekam Baku pembanding Efedrin Hidroklorida BPFI; tidak
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
pada Prosedur “signal to noise” tidak kurang dari 10. wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Identifikasi
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Tambahan persyaratan
kromatogram dan ukur semua respons puncak. A. Kocok sejumlah tablet yang setara dengan 0,1 g
Hitung persentase masing-masing cemaran, dengan efedrin hidroklorida dengan 20 ml asam hidroklorida
rumus: 0,1 N, saring, cuci filtrat dua kali, masing-masing
dengan 20 ml kloroform P, buang lapisan kloroform.
 ri   CS  1 Basahkan lapisan air dengan amonia 5 N dan
      100 ekstraksi dua kali, masing-masing dengan 30 ml
 rS   CU  F campuran kloroform P-etanol P (3:1), keringkan
ekstrak dengan natrium sulfat anhidrat P, saring dan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran uapkan dengan tekanan 15 mmHg sampai diperoleh
dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak Efedrin volume terkecil. Siapkan cakram kalium bromida
Hidroklorida BPFI dalam Larutan baku; CS adalah 0,3 g, teteskan larutan kloroform pada permukaan
kadar Efedrin hidroklorida BPFI dalam mg per ml cakram dan panaskan pada 50° selama 2 menit.
Larutan baku; CU adalah kadar efedrin hidroklorida Serapan inframerah zat menunjukkan bilangan
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang gelombang yang sama dengan Efedrin Hidroklorida
ditimbang; F adalah faktor respons relatif. Lihat BPFI.
Tabel sebagai berikut: B. Pada uji Senyawa sejenis, bercak utama
kromatogram yang diperoleh dari Enceran larutan uji
Nama senyawa Waktu Faktor Batas I sesuai dengan Larutan baku.
retensi respons
relatif relatif (%) Perubahan
Efedrin 1,0 - - C. Sejumlah serbuk tablet setara dengan 400 mg
Pseudoefedrin 1,1 - - efedrin hidroklorida digerus dua kali, tiap kali dengan
α-Asetilbenzil 1,4 2,5 0,2 10 ml kloroform P, buang kloroform. Maserasi residu
alcohol dengan 30 ml etanol P hangat selama 20 menit,
Cemaran lain - 1,0 0,1 saring, uapkan filtrat di atas tangas air; keringkan
yang tidak residu pada suhu 80º. Larutkan 10 mg residu dalam
spesifik 1 ml air, tambahkan 0,1 ml tembaga(II) sulfat P 10%
Total cemaran - - 0,5 dan 1 ml natrium hidroksida 5 N: terjadi warna ungu.
Tambahkan 1 ml eter P dan kocok: lapisan eter
– 2480 –

berwarna ungu dan lapisan air berwarna biru. L1 dengan ukuran partikel 10 m. Laju alir lebih
kurang 2,0 ml per menit.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Tablet. sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Tambahan persyaratan respons puncak utama. Hitung persentase efedrin
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. hidroklorida, C10H15NO.HCl, dalam tablet dengan
rumus:
Perubahan
 rU   CS 
Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis      100
seperti tertera pada Kromatografi <931>.  rS   CU 
Penjerap Campuran silika gel G.
Fase gerak Campuran isopropanol P-amonium rU dan rS berturut turut adalah respons puncak efedrin
hidroksida 13,5 M-kloroform P (80:15:5). hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
Penampak bercak Ninhidrin LP. adalah kadar Efedrin Hidroklorida BPFI dalam mg
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk per ml Larutan baku dan CU adalah kadar efedrin
tablet setara dengan 100 mg efedrin hidroklorida, hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji
ekstraksi dengan 5 ml metanol P, saring. berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Enceran larutan uji I Pipet 1 ml Larutan uji ke
dalam labu tentukur 10-ml, encerkan dengan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
metanol P sampai tanda. baik, tidak tembus cahaya.
Enceran larutan uji II Pipet 1 ml Larutan uji ke
dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan
metanol P sampai tanda.
EKONAZOL NITRAT
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Efedrin
Hidroklorida BPFI, larutkan dalam metanol P
Econazole Nitrate
hingga kadar lebih kurang 2 mg per ml.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
10 µl Larutan uji, Enceran larutan uji I, Enceran
larutan uji II dan Larutan baku pada lempeng
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatografi berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak
merambat hingga 15 cm. Angkat lempeng, tandai
batas rambat dan biarkan kering di udara, semprot
dengan Penampak bercak dan panaskan pada suhu
110° selama 5 menit. Bercak lain selain bercak utama Perubahan
pada Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak (±)-1-[2,4-dikloro-ß-[(p-klorobenzil)oksi]fenetil]-
Enceran larutan uji II. Abaikan bercak dengan warna imidazol mononitrat [24169-02-6]
lebih lemah dari warna lapisan lempeng. C18H15Cl3N2O.HNO3 BM 444,70
Perubahan Ekonazol Nitrat mengandung tidak kurang dari 98,0%
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dan tidak lebih dari 102,0%, C18H15Cl3N2O.HNO3,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dihitung terhadap zat kering.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran natrium dioktil sulfosuksinat Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih,
0,005 M dalam campuran asam asetat glasial P-air- agak berbau.
metanol P (1:35:65) saring dan awaudarakan.
Larutan baku Buat larutan Efedrin Hidroklorida Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam
BPFI 0,1% dalam metanol P 60%. eter; sukar larut dalam etanol; agak sukar larut dalam
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang kloroform; larut dalam metanol.
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara dengan lebih kurang 50 mg efedrin Perubahan
hidroklorida, masukkan dalam labu tentukur 50-ml, Baku pembanding Ekonazol Nitrat BPFI; tidak
tambahkan 30 ml metanol P, kocok selama 10 menit, boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
tambahkan air hingga tanda. Saring melalui wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa
penyaring serat kaca yang sesuai, gunakan filtrat. Sejenis A Ekonazol BPFI; Senyawa Sejenis B
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Ekonazol BPFI; Senyawa Sejenis C Ekonazol BPFI.
tinggi dilengkapi dengan detektor 263 nm dan kolom
baja tahan karat 4,6 mm x 20 cm berisi bahan pengisi
– 2481 –

Perubahan sejenis C ekonazol dari Larutan uji; rS adalah


Identifikasi respons puncak senyawa sejenis A ekonazol,
A. Spektrum serapan inframerah zat yang senyawa sejenis B ekonazol atau senyawa sejenis C
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan ekonazol dari Larutan baku; CS adalah kadar
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Senyawa Sejenis A Ekonazol BPFI; Senyawa Sejenis
sama seperti pada Ekonazol Nitrat BPFI. B Ekonazol BPFI; atau Senyawa Sejenis C Ekonazol
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram BPFI dalam mg per ml Larutan baku dan CU adalah
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang kadar ekonazol nitrat dalam mg per ml Larutan uji
diperoleh pada Penetapan kadar. berdasarkan bobot yang ditimbang. Hitung
C. Kocok 10 mg zat dengan 5 ml air, dinginkan persentase cemaran tidak spesifik lainnya dalam zat
dalam es hingga terbentuk suspensi, tambahkan dengan rumus :
0,4 ml larutan kalium klorida (1 dalam 10), 0,1 ml
difenilamin LP dan tambahkan 5 ml asam sulfat P  ri   CS 
tetes demi tetes sambil dikocok: terjadi warna biru      100
terang.  rS   CU 
Hilangkan persyaratan ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak masing-
Jarak lebur <1021> Antara 162º dan 166º, disertai masing cemaran dari Larutan uji dan Larutan baku;
peruraian. CS adalah kadar Ekonazol Nitrat BPFI dalam mg per
ml Larutan baku; CU adalah kadar ekonazol nitrat
Tambahan persyaratan dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan cara ditimbang.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Masing-masing cemaran dan jumlah cemaran tidak
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
kadar.
Larutan baku Timbang saksama masing-masing Tabel
sejumlah Senyawa Sejenis A Ekonazol BPFI; Waktu retensi Batas (%)
Senyawa Sejenis B Ekonazol BPFI; Senyawa Sejenis Nama
relatif
C Ekonazol BPFI dan Ekonazol Nitrat BPFI,
Senyawa sejenis A 0,2 0,375
larutkan dan encerkan dalam metanol P hingga kadar
ekonazol
berturut-turut lebih kurang 0,02 mg per ml; 0,02 mg
Senyawa sejenis B 0,6 0,375
per ml; 0,02 mg per ml; dan 0,01 mg per ml.
ekonazol
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Senyawa sejenis C 0,8 0,375
larutkan dan encerkan dalam metanol P hingga kadar
ekonazol
lebih kurang 10 mg per ml.
Ekonazol 1,0 -
Sistem komatografi Lakukan seperti tertera pada
Cemaran lain tidak - 0,10
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
spesifik
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Total cemaran - 2,0
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
antara puncak Senyawa Sejenis C Ekonazol BPFI dan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
ekonazol tidak kurang dari 3,0; simpangan baku
lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot
relatif pada penyuntikan ulang untuk senyawa sejenis
tetap.
A ekonazol; senyawa sejenis B ekonazol; senyawa
sejenis C ekonazol dan ekonazol tidak lebih dari 3 %;
Sisa pemijaran <301> Metode I Tidak lebih dari 0,1%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Hitung persentase senyawa sejenis A ekonazol;
Kromatografi <931>.
senyawa sejenis B ekonazol; atau senyawa sejenis C
Larutan A Buat larutan amonium asetat P
ekonazol dalam zat dengan rumus:
0,77 gram per liter.
Larutan B Campuran metanol P-Larutan A
 rU   CS  (20:80).
     100 Larutan C Campuran asetonitril P-metanol P
 rS   Ci  (60:40).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
rU adalah respons puncak senyawa sejenis A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
ekonazol, senyawa sejenis B ekonazol atau senyawa kromatografi.
– 2482 –

Pengencer Campuran metanol P-air (40:60). Perubahan


Larutan baku Timbang saksama sejumlah Emetin dihidroklorida [316-42-7]
Ekonazol Nitrat BPFI, larutkan dan encerkan dalam C29H40N2O4.2HCl BM 553,56
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per ml.
Jika perlu lakukan sonikasi. Emetin Hidroklorida adalah garam hidroklorida dari
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, alkaloid yang diperoleh dari Ipecac atau dibuat dengan
larutkan dan encerkan dalam Pengencer hingga kadar metilasi sefaelin atau secara sintetik. Mengandung
lebih kurang 0,4 mg per ml. Jika perlu lakukan tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,5%,
sonikasi. C29H40N2O4.2HCl, dihitung terhadap zat anhidrat.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom Pemerian Serbuk hablur putih atau agak kekuningan;
4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan tidak berbau; dipengaruhi cahaya.
ukuran partikel 3m. Pertahankan suhu kolom pada
lebih kurang 35º. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Perubahan
Waktu (menit) Larutan B (%) Larutan C (%) Baku pembanding Emetin Hidroklorida BPFI;
0 60 40 lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot
25 10 90 tetap sebelum digunakan. Sefaelin Hidrobromida
27 10 90 BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga
27.1 60 40 bobot tetap sebelum digunakan.
30 60 40
Identifikasi
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera dikeringkan pada suhu 105 selama 2 jam dan
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; dan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
lebih dari 0,73%. sama seperti pada Emetin Hidroklorida BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 50 µg per
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji ml zat dalam asam sulfat 0,5 N menunjukkan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur maksimum dan minimum hanya pada panjang
respons puncak utama. Hitung persentase ekonazol gelombang yang sama seperti pada Emetin
nitrat, C18H15Cl3N2O.HNO3, dalam zat dengan rumus: Hidroklorida BPFI.
C. Larutan 50 mg per ml zat menunjukkan reaksi
 rU   CS  Klorida cara A, B, C seperti tertera pada Uji
     100 Identifikasi Umum <291>.
 rS   CU 
Air <1031> Metode I Antara 15,0% dan 19,0%.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
ekonazol dari Larutan uji dan Larutan baku; CS Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
adalah kadar Ekonazol Nitrat BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; CU adalah kadar ekonazol nitrat dalam Keasaman Larutkan 100 mg zat dalam 10 ml air,
mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang tambahkan 1 tetes merah metil LP dan titrasi dengan
ditimbang. natrium hidroksida 0,020 N LV: diperlukan tidak
lebih dari 0,5 ml agar terjadi warna kuning.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik, terlindung cahaya. Sefaelin Tidak lebih dari 2%. [Catatan Lakukan
pengujian dalam cahaya redup hingga eluasi
selesai.] Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
EMETIN HIDROKLORIDA tertera pada Kromatografi <931>.
Emetine Hydrochloride Fase gerak Campuran kloroform P-dietilamina P
(9:1)
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Sefaelin
Hidrobromida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
metanol P hingga kadar 0,23 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
kadar 10 mg per ml.
– 2483 –

Penampak bercak Larutkan 300 mg p- Perubahan


nitroanilina P dalam 25 ml asam hidroklorida 2 N Identifikasi
dan dinginkan hingga suhu lebih kurang 4. A. Uapkan 1 ml volume injeksi pada tangas uap
Tambahkan dengan perlahan-lahan 5 ml larutan hingga kering. Spektrum serapan inframerah residu
natrium nitrit P (1 dalam 25), pertahankan agar suhu yang didispersikan dalam kalium bromida P,
tetap lebih kurang 4. Larutan harus dibuat segar. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing gelombang yang sama seperti pada Emetin
10 µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng Hidroklorida BPFI.
kromatografi silika gel. Masukkan lempeng ke dalam B. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B, C
bejana kromatografi berisi Fase gerak, biarkan seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
merambat hingga 12 cm di atas garis penotolan.
Angkat lempeng, keringkan di udara selama pH <1071> Antara 3,0 dan 5,0.
20 menit. Semprot dengan natrium hidroksida 2,5 N
dan panaskan pada suhu 50 selama 5 menit. Semprot Perubahan
dengan Penampak bercak: tiap bercak sefaelin Sefaelin Tidak lebih dari 2%; Bercak Sefaelin dalam
Larutan uji tidak lebih besar atau lebih kuat dari Larutan uji tidak lebih besar dan tidak lebih intensif
bercak Larutan baku. dari bercak Larutan baku [Catatan Lakukan
pengujian dalam cahaya redup hingga eluasi
selesai.] Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
tertera pada Kromatografi <931>.
150 mg zat, larutkan dalam 5 ml asam asetat
Larutan baku, Penampak bercak Lakukan seperti
glasial P, jika perlu hangatkan. Biarkan dingin,
tertera pada Sefaelin dalam Emetin Hidroklorida.
tambahkan 10 ml dioksan P, 5 ml raksa(II) asetat LP Larutan uji Uapkan sejumlah volume injeksi pada
dan 3 tetes kristal violet LP, titrasi dengan asam tangas uap sampai kering dengan dialiri nitrogen P.
perkorat 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko dan Larutkan sisa dalam metanol P hingga kadar lebih
koreksi bila perlu. kurang 10 mg per ml.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Sefaelin
Tiap ml asam perklorat 0,1 N dalam Emetin Hidroklorida.
setara dengan 27,68 mg C29H40N2O4.2HCl
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,4 unit
Perubahan Endotoksin FI per mg emetin hidroklorida.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya, simpan pada suhu 25° Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
masih boleh disimpan pada suhu antara 15° dan 30°. Injeksi.

Penetapan kadar Pipet sejumlah volume injeksi setara


INJEKSI EMETIN HIDROKLORIDA dengan lebih kurang 120 mg emetin hidroklorida,
Emetine Hydrochloride Injection masukkan dalam alat pengekstraksi yang cocok berisi
20 ml air. Tambahkan amonium hidroklorida 6 N
hingga larutan bereaksi alkalis kuat dan ekstraksi
Injeksi Emetin Hidroklorida adalah larutan steril
dengan eter P hingga 0,5 ml lapisan air yang sedikit
Emetin Hidroklorida dalam Air untuk Injeksi. diasamkan dengan asam hidroklorida P tidak
Mengandung emetin hidroklorida anhidrat, memberikan endapan dengan penambahan beberapa
C29H40N2O4.2HCl, setara dengan emetin hidroklorida tetes kalium raksa(II) iodida LP. Uapkan kumpulan
tidak kurang dari 84,0% dan tidak lebih dari 94,0% ekstrak eter di atas tangas uap, biarkan beberapa ml
dari jumlah yang tertera pada etiket. eter yang tersisa menguap secara spontan.
Tambahkan pada residu 2 ml etanol P netral, 30,0 ml
Perubahan asam sulfat 0,02 N LV, hangatkan hati-hati hingga
Baku pembanding Emetin Hidroklorida BPFI; larut, dinginkan, tambahkan merah metil LP dan
lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot titrasi kelebihan asam dengan natrium hidroksida
tetap sebelum digunakan. Sefaelin Hidrobromida 0,02 N LV.
BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga
bobot tetap sebelum digunakan. Endotoksin BPFI; Tiap ml asam sulfat 0,02 N
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi setara dengan 5,536 mg C29H40N2O4.2HCl
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan tunggal, tidak tembus cahaya, sebaiknya dari kaca
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku. Tipe I.
– 2484 –

ENFLURAN Klorida <361> Kocok 25 ml zat dengan 25 ml air


Enflurane selama 5 menit dan biarkan cairan terpisah sempurna.
Pisahkan lapisan air, pada lapisan air tambahkan
F F F 1 tetes asam nitrat P dan 5 tetes perak nitrat LP:
opalesensi yang dihasilkan tidak lebih keruh dari
H C O C C H
yang dihasilkan oleh larutan yang mengandung
0,35 ml asam hidroklorida 0,020 N.
F F Cl

(±)-2-Kloro-1,1,2-trifluoroetil difluorometil eter Ion fluorida Tidak lebih dari 10 µg per ml.
[13838-16-9] [Catatan Untuk seluruh pengujian gunakan
C3H2ClF5O BM 184,49 peralatan plastik.]
Dapar Larutkan 110 g natrium klorida P dan 1 g
Enfluran mengandung tidak kurang dari 99,9% dan natrium sitrat P dalam 700 ml air dalam labu
tidak lebih dari 100,0% C3H2ClF5O. tentukur 2000-ml. Tambahkan hati-hati 150 g
natrium hidroksida P dan kocok hingga larut.
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak Dinginkan hingga suhu ruang, sambil diaduk,
berwarna, stabil; bau lemah, tidak mudah terbakar. tambahkan hati-hati 450 ml asam asetat glasial P
pada larutan dingin. Dinginkan, tambahkan 600 ml
Kelarutan Sukar larut dalam air; bercampur dengan isopropanol P, encerkan dengan air sampai tanda; pH
pelarut organik, lemak, dan minyak. larutan antara 5,0 dan 5,5.
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
Perubahan kurang 221 mg natrium fluorida P yang telah
Baku pembanding Enfluran BPFI; tidak boleh dikeringkan pada suhu 150º selama 4 jam, masukkan
dikeringkan, setelah ampul dibuka, simpan dalam ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan lebih
wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya, terhindar kurang 20 ml air, kocok hingga larut. Tambahkan
dari paparan panas. 1,0 ml larutan natrium hidroksida P (1 dalam 2500),
encerkan dengan air sampai tanda. Tiap ml larutan
Perubahan mengandung 1 mg ion fluorida. Simpan dalam wadah
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang tertutup rapat, dari bahan plastik.
diteteskan dalam lempeng natrium klorida P atau Larutan baku Buat satu seri pengenceran Larutan
kalium klorida P menunjukkan maksimum hanya baku persediaan secara kuantitatif dan jika perlu
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada bertahap dengan Dapar hingga diperoleh larutan
Enfluran BPFI. dengan kadar 1 µg per ml, 3 µg per ml, 5 µg per ml,
dan 10 µg per ml.
Bobot jenis <981> Tidak kurang dari 1,516 dan tidak Larutan uji persediaan Kocok sejumlah zat dengan
lebih dari 1,519. air (1:1) selama 5 menit, biarkan cairan terpisah
sempurna. Gunakan lapisan air.
Hilangkan persyaratan Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
Jarak destilasi <1011> Metode II Antara 55,5° dan encerkan dengan Dapar (1:1).
57,5°, jika perlu gunakan faktor koreksi 0,041° per Prosedur Ukur potensial Larutan baku dan
mm. Larutan uji dalam mV seperti tertera pada Titrimetri
<711> menggunakan pH meter yang mempunyai
Indeks bias <1001> Tidak kurang dari 1,3020 dan kepekaan lebih kurang 0,2 mV dan dilengkapi dengan
tidak lebih dari 1,3038 pada suhu 20°. sistem elektrode ion spesifik fluorida-kalomel
berlapis kaca. [Catatan Pada waktu pengukuran,
Keasaman-kebasaan Kocok 20 ml zat dengan 20 ml celupkan elektrode ke dalam larutan yang telah
air bebas karbon dioksida P selama 3 menit dan dipindahkan ke dalam gelas piala 150 ml berisi
biarkan lapisan terpisah: untuk menetralkan lapisan pengaduk magnetik berlapis politetrafluoroetilen. Aduk
air diperlukan tidak lebih dari 0,10 ml natrium selama 1-2 menit hingga tercapai keseimbangan, rekam
hidroksida 0,010 N atau tidak lebih dari 0,60 ml asam potensial. Bilas dan keringkan elektrode setiap
hidroklorida 0,010 N dengan indikator ungu pengukuran, hati-hati agar kristal elektrode ion
bromokresol LP. spesifik tidak rusak.] Buat kurva baku logaritma
kadar ion fluorida Larutan baku dalam µg per ml
Air <1031> Metode I tidak lebih dari 0,14% terhadap potensial dalam mV. Tentukan kadar ion
fluorida dalam µg per ml Larutan uji, berdasarkan
Residu tidak menguap Tidak lebih dari 2 mg; hasil pengukuran potensial Larutan uji dan kurva
uapkan 10,0 ml zat dalam cawan penguap yang telah baku.
ditara pada suhu ruang dan keringkan residu pada
suhu 50º selama 2 jam.
– 2485 –

Perubahan Pemerian Serbuk hablur halus, putih sampai putih


Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara keabu-abuan atau kuning pucat; lama-kelamaan
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi berwarna gelap jika terpapar cahaya; tidak berbau.
<931>.
Larutan uji Gunakan enfluran. Kelarutan Agak larut dalam air; sukar larut dalam
Sistem kromatografi Kromatograf gas yang etanol; tidak larut dalam eter dan dalam kloroform.
dilengkapi dengan detektor penghantar panas dan
kolom baja tahan karat 4 mm x 3 m berisi bahan Perubahan
Baku pembanding Ergometrin Maleat BPFI; Tidak
pengisi 20% fase diam G4 pada partikel penyangga boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
S1A 60 mesh-80 mesh. Pertahankan suhu injektor wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Lakukan
pada suhu lebih kurang 200º dan suhu kolom diatur pengerjaan pada kelembapan tidak lebih dari 25%.
secara terprogram dengan kenaikan suhu 6º per menit Higroskopis.
dari 60º sampai 125º. Gunakan helium P kering
sebagai gas pembawa dengan laju alir 60 ml per Identifikasi
menit. Atur suhu kolom seperti Tabel di bawah ini: A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Tabel maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Suhu Kenaikan Suhu Pertahankan sama seperti pada Ergometrin Maleat BPFI.
awal suhu Akhir suhu akhir B. Spektrum serapan ultraviolet 20 µg per ml
selama dalam etanol P menunjukkan maksimum dan
(°) (° per menit) (°) (menit) minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
60 6 125 0 pada Ergometrin Maleat BPFI, daya serap masing-
masing dihitung terhadap zat kering pada panjang
Prosedur Suntikkan sejumlah volume Larutan uji gelombang serapan maksimum 311 nm, berbeda
(lebih kurang 30 µl) ke dalam kromatograf, rekam tidak lebih dari 3,0%.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. C. Harga Rf bercak utama berwarna biru dari
Hitung persentase enfluran dalam zat dengan rumus: Larutan uji sesuai dengan harga Rf Larutan baku
seperti tertera pada pengujian Alkaloida sejenis.
 ri 
   100 Rotasi jenis <1081> Antara +51o dan +56o, lakukan
penetapan menggunakan larutan yang mengandung
 rT  5 mg per ml.
ri adalah respons puncak enfluran dan rT adalah
jumlah semua respons puncak. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 80o selama 3 jam.
rapat, tidak tembus cahaya, dan terlindung dari panas
berlebih. Perubahan
Alkaloida sejenis Tidak lebih dari 2,0%. [Catatan
Lakukan pengujian segera, terlindung dari cahaya
ERGOMETRIN MALEAT matahari dan sedikit mungkin cahaya buatan.]
Ergonovin Maleat Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Ergometrine Maleate Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-air
(75:25:3). Lakukan penjenuhan selama 30 menit.
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
Pengencer Campuran etanol P-amonium
hidroksida P (9:1).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Ergometrin Maleat BPFI, larutkan dan encerkan
Garam 9,10-Didehidro-N-[(S)-2-hidroksi-1-metiletil]- dengan Pengencer hingga kadar 10 mg per ml.
6-metilergolina-8ß-karboksamida maleat (1:1) [129- Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
51-1]
Larutan baku dalam Pengencer hingga kadar lebih
C19H23N3O2.C4H4O4 BM 441,48
kurang 0,20 mg per ml; 0,10 mg per ml; dan 0,05 mg
Ergometrin Maleat mengandung tidak kurang dari per ml. Gunakan segera setelah pembuatan.
97,0% dan tidak lebih dari 103,0%, Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
C19H23N3O2.C4H4O4, dihitung terhadap zat kering. larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kadar 10 mg per ml. Gunakan segera setelah
pembuatan.
– 2486 –

Penampak bercak Larutkan 1 g p-dimetilamino Perubahan


benzaldehida P dalam campuran dingin 50 ml asam Baku pembanding Ergometrin Maleat BPFI; Tidak
hidroklorida P dan 50 ml etanol P. boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Lakukan
5 µl Larutan baku, semua Enceran larutan baku, pengerjaan pada kelembapan tidak lebih dari 25%.
dan Larutan uji pada lempeng kromatografi. Higroskopis.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
Identifikasi Harga Rf bercak utama warna biru yang
berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat diperoleh pada Larutan uji sesuai dengan Larutan
15 cm di atas garis penotolan. Angkat lempeng, baku seperti tertera pada uji Alkaloida sejenis.
biarkan fase gerak menguap. Semprot lempeng
dengan Penampak bercak. Segera keringkan dengan Disolusi <1231>
dialiri nitrogen P selama 2 menit. Harga Rf bercak Media: 900 ml air
utama Larutan uji sesuai dengan harga Rf Larutan Alat tipe 1: 100 rpm
baku. Bandingkan bercak lain selain bercak utama Waktu: 45 menit
pada Larutan uji, dengan bercak Enceran larutan Prosedur Lakukan penetapan jumlah ergonovin
baku. Bercak dari Enceran larutan baku 0,20 mg per maleat, C19H23N3O2.C4H4O4, yang terlarut dengan
ml; 0,10 mg per ml; dan 0,05 mg per ml setara pengukuran secara spektrofluorometri, jika perlu
dengan 2,0%, 1,0%, dan 0,50% cemaran. encerkan alikot dengan Media disolusi dan larutan
baku Ergometrin Maleat BPFI dalam media yang
sama pada panjang gelombang eksitasi 322 nm dan
Penetapan kadar
panjang gelombang emisi 428 nm.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Toleransi Dalam 45 menit harus larut tidak kurang
Ergometrin Maleat BPFI, larutkan dalam air hingga dari 75% (Q) ergonovin maleat, C19H23N3O2.C4H4O4,
kadar lebih kurang 40 µg per ml. dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
tambahkan air sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ini,
encerkan dengan air hingga 100,0 ml. Perubahan
Prosedur Pipet 5,0 ml masing-masing Larutan Alkaloid sejenis Tidak lebih dari 5,0% [Catatan
baku, Larutan uji, dan air sebagai blangko ke dalam Lakukan pengujian segera, terlindung dari cahaya
masing-masing Erlenmeyer. Masing-masing tambahkan matahari langsung dan sedikit mungkin cahaya
10,0 ml p-dimetilaminobenzaldehida LP, aduk terus- lampu.] Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
menerus, diamkan selama 20 menit. Ukur segera tertera pada Kromatografi <931>.
Penampak bercak Larutkan secara hati-hati
serapan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang
800 mg p-dimetilaminobenzaldehida P dalam
gelombang serapan maksimum lebih kurang 555 nm. campuran etanol P-asam sulfat P (101:11).
Hitung kadar dalam mg ergometrin maleat, Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-
C19H23N3O2.C4H4O4, dalam zat dengan rumus: amonium hidroksida P (75:25:1).
Penjerap Gunakan silika gel P setebal 0,25 mm.
A  Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
C   U  kurang 25 mg Ergometrin Maleat BPFI, masukkan
 AS  ke dalam corong pisah, kocok dengan 10 ml air,
tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga bereaksi
C adalah kadar Ergometrin Maleat BPFI dalam µg basa terhadap kertas lakmus P. Ekstraksi 3 kali, tiap
per ml Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah kali dengan 10 ml kloroform P. Uapkan kumpulan
serapan Larutan uji dan Larutan baku. ekstrak dengan bantuan aliran gas nitrogen P tanpa
pemanasan, hingga kering. Larutkan dan encerkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup residu dengan 10,0 ml Fase gerak.
Larutan baku A, B, C dan D Pipet sejumlah
rapat, tidak tembus cahaya, di tempat sejuk. volume Larutan baku, encerkan dengan Fase gerak
hingga kadar seperti tertera pada Tabel berikut:

TABLET ERGOMETRIN MALEAT Tabel


Ergometrine Maleate Tablets Larutan Pengenceran Kadar Perbandingan
Ergonovine Maleate Tablets baku (µg RS dengan Larutan
uji
Tablet Ergometrin Maleat mengandung ergometrin per ml) (%)
maleat, C19H23N3O2.C4H4O4, tidak kurang dari 90,0% A (1 dalam 20) 125 5.0
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera B (1 dalam 33) 75 3.0
C (1 dalam 25 1.0
pada etiket.
100)
D (1 dalam 12.5 0.5
200)
– 2487 –

Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk TABLET ERGOTAMIN TARTRAT DAN
tablet setara dengan lebih kurang 5 mg ergometrin KOFEIN
maleat, masukkan ke dalam corong pisah, kocok Ergotamine Tartrate and Caffeine Tablet
dengan 10 ml air, tambahkan amonium hidroksida
6 N hingga bereaksi basa terhadap kertas lakmus P. Perubahan
Ekstraksi 3 kali, tiap kali dengan 10 ml kloroform P. Tablet Ergotamin Tartrat dan Kofein mengandung
Uapkan kumpulan ekstrak dengan dialiri gas nitrogen P ergotamin tartrat, (C33H35N5O5)2.C4H6O6 dan kofein,
tanpa pemanasan, hingga kering. Larutkan residu C8H10N4O2, masing-masing tidak kurang dari 90,0%
dalam 2,0 ml Fase gerak. dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing pada etiket. [Catatan Selama melakukan prosedur
20 µl Larutan uji dan Larutan baku A, B, C, dan D berikut ini lindungi zat uji, Baku pembanding, dan
pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke larutan yang mengandung bahan tersebut dengan
dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak biarkan melakukan prosedur langsung tanpa penundaan, di
Fase gerak merambat hingga tiga per empat tinggi bawah cahaya redup atau menggunakan peralatan
lempeng. Angkat lempeng dan biarkan Fase gerak kaca aktinik rendah.]
menguap dalam aliran udara dingin. Amati bercak
dibawah cahaya ultraviolet. Semprot lempeng dengan Perubahan
Penampak bercak dan tandai bercak utama dan Baku pembanding Ergotamin Tartrat BPFI;
bercak lain berwarna biru. Bandingkan intensitas Lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
bercak lain selain bercak utama dari Larutan uji 60 selama 4 jam sebelum digunakan, simpan dalam
dengan bercak utama Larutan baku: jumlah intensitas wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
bercak lain Larutan uji tidak lebih dari 5,0% pembeku, higroskopis. Kofein BPFI; tidak boleh
senyawa sejenis. dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya. Ergotaminin BPFI. Teofilin BPFI.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Perubahan
Kromatografi <931>. Identifikasi Waktu retensi puncak ergotamin dan
Dapar fosfat 0,05 M, Fase gerak, dan Sistem kofein pada kromatogram Larutan uji sesuai dengan
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan Larutan baku seperti yang diperoleh pada Penetapan
kadar dalam Injeksi Ergometrin Maleat. kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Ergometrin Maleat BPFI, larutkan dalam Fase gerak Perubahan
hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per ml. Disolusi <1231>
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Media disolusi: 900 ml larutan 10 g per liter asam
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tartrat. Gunakan larutan segar d- atau l- asam tartrat
tablet setara dengan lebih kurang 1 mg ergometrin P. Jangan gunakan campuran rasemat.
maleat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, Alat tipe 2: 75 rpm
Waktu: 30 menit
tambahkan 25 ml Fase gerak, sonikasi selama
Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan cara
5 menit, dinginkan pada suhu ruang, encerkan dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Fase gerak sampai tanda dan sentrifus. Gunakan
Kromatografi <931>.
beningan seperti tertera pada Prosedur. Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak,
Prosedur Lakukan penetapan menurut Prosedur Pengencer, Larutan baku, Larutan kesesuaian sistem,
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Injeksi Sistem kromatografi, dan Kesesuaian sistem lakukan
Ergometrin Maleat. Hitung jumlah dalam mg seperti tertera pada Penetapan kadar.
ergometrin maleat, C19H23N3O2.C4H4O4, dalam Larutan uji Saring alikot melalui penyaring
serbuk tablet dengan rumus: membran yang sesuai dan buang filtrat pertama.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
r  volume sama (lebih kurang 60 μl) Larutan baku dan
50C  U  Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
 rS  kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase kofein, C8H10N4O2, yang tertera
C adalah kadar Ergometrin Maleat BPFI, dalam mg pada etiket yang terlarut dengan rumus:
per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
respons puncak utama Larutan uji dan Larutan baku.  rU 
  CS  V     100
1

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup  rS  L
baik.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak kofein
pada panjang gelombang 254 nm dari Larutan uji dan
Larutan baku; CS adalah kadar Kofein BPFI dalam
– 2488 –

mg per ml Larutan baku; V adalah volume Media kurang 0,2 g per ml. Simpan dalam lemari
disolusi, 900 ml, dan L adalah kadar kofein yang pendingin, gunakan dalam 24 jam.
tertera pada etiket dalam mg per tablet. Hitung Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
persentase ergotamin tartrat, (C33H35N5O5)2.C4H6O6, dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
yang tertera pada etiket yang terlarut dengan rumus: setara dengan lebih kurang 10 mg ergotamin tartrat,
masukkan ke dalam labu yang sesuai. Tambahkan
 rU 
  CS  V     100
1 25,0 ml Pengencer ke dalam labu dan jika perlu
 sonikasi. Biarkan larutan stabil pada suhu ruang.
 rS   
L Sentrifugasi, saring beningan melalui penyaring
membran yang sesuai dan buang tidak kurang dari
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak 3 ml filtrat pertama. Larutan mengandung 0,4 mg per
ergotamin pada panjang gelombang 435 nm dari ml ergotamin tartrat. Simpan dalam lemari pendingin,
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar gunakan dalam 1 jam.
Ergotamin Tartrat BPFI dalam mg per ml Larutan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
baku; V adalah volume Media disolusi, 900 ml dan L tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
adalah kadar ergotamin tartrat yang tertera pada etiket 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
dalam mg per tablet. ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1,3 ml
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak per menit dan pertahankan suhu “autosampler” pada
kurang dari 70% (Q) ergotamin tartrat, 5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
(C33H35N5O5)2.C4H6O6, dan tidak kurang dari 75% rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
(Q) kofein, C8H10N4O2, dari jumlah yang tertera pada tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
etiket. penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara ergotamin
Tambahan persyaratan dan ergotaminin tidak kurang dari 1,5. Lakukan
Ergotaminin dan cemaran senyawa sejenis kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam
ergotamin lainnya Lakukan penetapan dengan cara kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pada Prosedur: perbandingan “signal to noise” tidak
Kromatografi <931>. kurang dari 10. [Catatan Waktu retensi relatif tertera
Dapar Buat larutan ammonium karbonat P 0,93 g pada Tabel 1.]
per liter, saring melalui penyaring membran yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sesuai. Tambahkan 6,7 ml per liter dietilamina P. volume sama (lebih kurang 60 l) Larutan baku dan
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
(50:60). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan kromatogram selama 3,9 kali waktu retensi ergotamin
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase
tertera pada Kromatografi <931>. masing-masing cemaran dalam tablet dengan rumus:
Pengencer Campuran asetonitril P-metanol P
(50:50).  ri   CS 
Larutan baku persediaan Timbang saksama       100
sejumlah Ergotamin Tartrat BPFI, masukkan ke  rS   CU 
dalam labu tentukur yang sesuai dan tambahkan
asetonitril P sebanyak 10% volume labu. Tambahkan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Pengencer sebanyak 66% volume akhir labu dan jika Larutan uji; rS adalah respons puncak ergotamin dari
perlu sonikasi. Biarkan larutan stabil pada suhu ruang Larutan baku; CS adalah kadar Ergotamin Tartrat
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah
Larutan mengandung 0,4 mg per ml ergotamin tartrat. kadar ergotamin tartrat dalam mg per ml Larutan uji
Simpan dalam lemari pendingin, gunakan dalam berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Masing-
24 jam. masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku batas yang tertera pada Tabel 1.
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 0,004 mg per ml. Simpan dalam Tabel 1
lemari pendingin, gunakan dalam 24 jam. Waktu retensi Batas
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Nama
relatif (%)
sejumlah Ergotaminin BPFI, larutkan dan encerkan Ergotamin 1,0 -
dengan Larutan baku hingga kadar lebih kurang Cemaran lain 1,55 1,5
0,04 mg per ml. Simpan dalam lemari pendingin, Ergotaminin 2,85 2,0
gunakan dalam 24 jam. Masing-masing
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku, - 0,5
cemaran
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih Total cemaran - 4,0
– 2489 –

Tambahan persyaratan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam


Teofilin dan cemaran senyawa sejenis kofein kromatogram dan ukur semua respons puncak.
lainnya Lakukan penetapan dengan cara Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada serbuk tablet dengan rumus:
Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan natrium asetat anhidrat P  ri   CS  1
       100
1,6 g per liter, atur pH hingga 4,5 dengan r  C 
 S   U  F
penambahan asam asetat glasial P.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar
(95:5). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Larutan uji; rS adalah respons puncak kofein dari
tertera pada Kromatografi <931>. Larutan baku; CS adalah kadar Kofein BPFI dalam
Larutan baku persediaan Timbang saksama mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar kofein
sejumlah Kofein BPFI, masukkan ke dalam labu dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah
tentukur yang sesuai dan tambahkan Fase gerak yang tertera pada etiket dan F adalah faktor respons
sebanyak 66% volume labu. Sonikasi tidak kurang relatif seperti tertera pada Tabel 2. Masing-masing
dari 10 menit dan biarkan larutan stabil pada suhu cemaran dan jumlah cemaran tidak lebih dari batas
ruang. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. yang tertera pada Tabel 2. Abaikan puncak lebih
Larutan mengandung 0,2 mg per ml kofein. kecil dari 0,05%.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga Tabel 2
kadar lebih kurang 0,002 mg per ml. Nama Waktu Faktor Batas
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama retensi respon (%)
sejumlah Teofilin BPFI, larutkan dan encerkan relatif relatif
dengan Larutan baku hingga kadar lebih kurang Kofein 1,0 - -
0,002 mg per ml. Teofilin 1,3 1,2 0,1
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku, 1,3,9-Trimetilxantin 1,7 1,2 0,1
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar kofein Formil 1,3-dimetil- 1,9
2,4 0,1
lebih kurang 0,1 g per ml. 5,6- diaminurasil
Masing-masing 1,0
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan - 0,2
cemaran
tidak kurang dari 10 tablet. Timbang saksama Total cemaran - - 0,4
sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang 250 mg
kofein, masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml dan
tambahkan Fase gerak sebanyak 66% volume labu. Perubahan
Sonikasi selama tidak kurang dari 45 menit dengan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sesekali kocok dan biarkan larutan stabil pada suhu Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
ruang. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Kromatografi <931>.
Larutan mengandung 1 mg per ml kofein. Dapar Campuran trietilamina P-asam sulfat P-air
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, (4:0,5:2000). Atur pH hingga 3,0 dengan
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih penambahan asam sulfat 1 N atau natrium hidroksida
kurang 0,2 mg per ml. Saring melalui penyaring 1 N.
membran yang sesuai dan buang filtrat pertama. Larutan A Campuran asetonitril P-Dapar (15:85).
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan B Campuran asetonitril P-Dapar (42:58).
tinggi dilengkapi dengan detektor 265 nm dan kolom Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L3 dengan dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 ml per kromatografi.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku Pengencer Buat larutan asam tartrat P 10 g per
selama 3 kali waktu retensi kofein, rekam liter. Gunakan larutan segar d- atau l- asam tartrat,
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera jangan gunakan campuran rasemat.
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Larutan baku persediaan ergotamin tartrat
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Lakukan Timbang saksama sejumlah Ergotamin Tartrat BPFI,
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai dan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tambahkan Pengencer sebanyak 66% volume labu.
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara kofein dan
Sonikasi selama 5 menit dan biarkan larutan stabil
teofilin tidak kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan sensitivitas, rekam kromatogram pada suhu ruang. Encerkan dengan Pengencer sampai
dan ukur respons puncak seperti tertera pada tanda. Larutan mengandung 0,2 mg per ml ergotamin
Prosedur: perbandingan “signal to noise” tidak tartrat.
kurang dari 10. [Catatan Waktu retensi relatif tertera Larutan baku persediaan Timbang saksama
pada Tabel 2.] sejumlah Kofein BPFI, masukkan ke dalam labu
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tentukur yang sesuai dan tambahkan Pengencer
volume sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan sebanyak 66% volume labu. Sonikasi selama 5 menit
– 2490 –

dan biarkan larutan stabil pada suhu ruang. persentase kofein, C8H10N4O2, dalam serbuk tablet
Tambahkan Larutan baku persediaan ergotamin dengan rumus:
tartrat secukupnya dan encerkan dengan Pengencer
sampai tanda. Larutan berturut-turut mengandung  rU   CS 
0,01 mg per ml ergotamin tartrat dan 1 mg per ml       100
kofein.  rS   CU 
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak kofein
kadar ergotamin tartrat dan kofein berturut-turut lebih pada panjang gelombang 254 nm dari Larutan uji dan
kurang 0,001 mg per ml dan 0,1 mg per ml. Larutan baku; CS adalah kadar Kofein BPFI dalam
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar kofein
sejumlah Ergotaminin BPFI, larutkan dan encerkan dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah
yang tertera pada etiket. Hitung persentase ergotamin
dengan Larutan baku hingga kadar lebih kurang
tartrat, (C33H35N5O5)2.C4H6O6, dalam serbuk tablet
0,001 mg per ml. dengan rumus:
Larutan uji persediaan Masukkan tidak kurang
dari 10 tablet ke dalam labu tentukur 1000-ml.
 rU   CS 
Tambahkan Pengencer sebanyak 66% volume labu.       100
Kocok secara mekanik selama tidak kurang dari  rS   CU 
45 menit untuk membantu melarutkan. Jika perlu
longgarkan dan kencangkan penutup beberapa kali rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
selama di kocok untuk mengurangi tekanan. ergotamin pada panjang gelombang 435 nm dari
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Gunakan Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
dalam 9 jam. Ergotamin Tartrat BPFI dalam mg per ml Larutan
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, baku; CU adalah kadar ergotamin tartrat dalam mg
encerkan dengan Pengencer hingga kadar ergotamin per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
tartrat dan kofein berturut-turut lebih kurang pada etiket.
0,001 mg per ml dan 0,1 mg per ml. Saring
menggunakan penyaring membran yang sesuai dan Perubahan
gunakan filtrat dalam 9 jam. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja baik, tidak tembus cahaya, simpan pada suhu ruang
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm (untuk terkendali.
kofein) serangkai dengan detektor fluorometer pada
panjang gelombang eksitasi 250 nm dan panjang
gelombang emisi 435 nm. Kolom 4,6 mm x 25 cm TABLET ERITROMISIN
berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5 m. Erythromycin Tablet
Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Kromatograf
diprogram sebagai berikut: Perubahan
Tablet Eritromisin mengandung eritromisin,
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) C37H67NO13, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
0 100 0 dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
12 0 100 [Catatan Tablet Eritromisin Salut Enterik memenuhi
17 0 100 syarat Tablet Lepas Tunda Eritromisin.]
17,5 100 0
25 100 0
Baku pembanding Eritromisin BPFI; tidak boleh
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian dikeringakan sebelum digunakan, biarkan hingga
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak suhu kamar sebelum ampul dibuka. Setelah dibuka,
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara timbang segera dan buang sisa. Higroskopis. Simpan
ergotamin dan ergotaminin tidak kurang dari 1,5. dalam lemari pembeku.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Perubahan
pada Prosedur: fakor ikutan untuk ergotamin tidak Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif masing- tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis
masing untuk kofein dan ergotamin pada penyuntikan <281>.
ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi Fase gerak Campuran metanol P-kloroform P
relatif untuk kofein, ergotamin, ergotaminin berturut- (85:15).
turut 1,0; 2,6 dan 2,8.] Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Eritromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
volume sama (lebih kurang 60 μl) Larutan baku dan metanol P hingga kadar 2,5 mg per ml.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
– 2491 –

Larutan uji Serbukkan sejumlah tablet, tambahkan Tambahkan 300 ml Dapar nomor 3 dan campur
metanol P secukupnya hingga diperoleh larutan yang selama 3 menit. Lakukan penetapan seperti tertera
mengandung setara dengan lebih kurang 2,5 mg pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
eritromisin per ml. Mikrobiologi <131>, menggunakan sejumlah volume
Penampak bercak Buat campuran etanol P-4- larutan yang diukur saksama, encerkan bertahap
metoksi-benzaldehida P-asam sulfat P (90:5:5). dengan Dapar nomor 3 hingga diperoleh larutan uji
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing dengan kadar yang diperkirakan sama dengan aras
10 µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng dosis tengah larutan baku.
kromatografi silika gel setebal 0,25 mm. Masukkan
lempeng ke dalam bejana kromatografi tanpa lapisan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kertas saring yang berisi Fase gerak, biarkan Fase rapat.
gerak merambat lebih kurang 7 cm dari garis
penotolan. Angkat lempeng, biarkan Fase gerak
menguap dan semprot lempeng dengan Penampak SALEP ERITROMISIN
bercak. Panaskan lempeng pada 100o selama Eryhtromycin Ointment
10 menit dan amati kromatogram eritromisin yang
tampak sebagai bercak hitam hingga ungu: harga Rf Salep Eritromisin adalah eritromisin dalam dasar
bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai salep yang sesuai. Mengandung eritromisin,
dengan Larutan baku. C37H67NO13, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 125,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 ml Dapar fosfat 0,05 M pH Perubahan
6,8. Baku pembanding Eritromisin BPFI; tidak boleh
Alat tipe 2: 50 rpm. dikeringakan sebelum digunakan, biarkan hingga
Waktu: 60 menit. suhu kamar sebelum ampul dibuka. Setelah dibuka,
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, jika perlu encerkan timbang segera dan buang sisa. Higroskopis. Simpan
dengan Media disolusi hingga diperoleh kadar lebih dalam lemari pembeku. Eritromisin B BPFI;
kurang 0,28 mg eritromisin per ml. Eritromisin C BPFI; Senyawa Sejenis N Eritromisin
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Eritromisin BPFI, (N-demetileritromisin A), C36H65NO13 BM
BPFI, larutkan dalam metanol P (tidak lebih dari 1 ml 719,91.
metanol untuk tiap 14 mg Eritromisin BPFI) dan encerkan
dengan air hingga kadar larutan lebih kurang 0,56 mg per Identifikasi
ml. Segera sebelum digunakan, encerkan larutan ini dengan A. Masukkan sejumlah salep setara dengan lebih
air hingga kadar lebih kurang 0,28 mg per ml. kurang 5 mg eritromisin ke dalam corong pisah berisi
Prosedur Masukkan masing-masing 5,0 ml 50 ml heksana P. Kocok hingga larut. Ekstraksi
Larutan uji dan Larutan baku ke dalam labu tentukur 3 kali, tiap kali dengan 20 ml metanol P. Kumpulkan
25-ml, tambahkan masing-masing 2,0 ml air, biarkan ekstrak metanol dalam gelas piala dan uapkan sampai
selama 5 menit sambil sesekali digoyang. Tambahkan kering. Larutkan residu dalam 2 ml metanol P.
15,0 ml natrium hidroksida 0,25 N, encerkan dengan Lakukan seperti tertera pada Identifikasi dalam Tablet
Media disolusi sampai tanda. Panaskan pada suhu 60o Eritromisin, mulai dengan “Larutan baku”.
selama 5 menit, biarkan dingin. Lakukan penetapan
jumlah, C37H67NO13, dengan mengukur serapan Tambahan persyaratan
Larutan uji dan Larutan baku pada panjang B. Waktu retensi puncak eritromisin A, eritromisin
gelombang serapan maksimum lebih kurang 236 nm B, dan eritromisin C kromatogram Larutan uji sesuai
menggunakan larutan blangko yang dibuat dengan dengan Larutan baku, Larutan baku eritromisin B,
cara yang sama kecuali 2,0 ml air diganti dengan dan Larutan baku eritromisin C seperti diperoleh
2,0 ml asam sulfat 0,5 N. pada Penetapan kadar.
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
kurang dari 70% (Q) eritromisin, C37H67NO13, dari Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
jumlah yang tertera pada etiket.
Perubahan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%; lakukan
penetapan menggunakan 20 ml campuran toluena P–
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; metanol P (7:3) sebagai pengganti metanol P dalam
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler,
bejana titrasi.
dalam hampa udara pada suhu 60o selama 3 jam
menggunakan lebih kurang 100 mg serbuk tablet.
Tambahan persyaratan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Penetapan potensi Masukkan tidak kurang dari
4 tablet ke dalam blender berkecepatan tinggi berisi Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
200 ml metanol P dan campur selama 3 menit. Kromatografi <931>.
– 2492 –

Larutan A Buat campuran asetonitril P–air eritromisin C, eritromisin A, dan eritromisin B


(90:10). Saring dan awaudarakan. Simpan dalam berturut-turut lebih kurang 0,4; 0,5; 1,0; dan 1,6;
wadah terlindung dari udara dengan mengalirkan resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis N-
helium P. eritromisin dan eritromisin C tidak kurang dari 0,6,
Larutan B Ke dalam 1000 ml air yang antara eritromisin C dan eritromisin A tidak kurang
diawaudarakan, tambahkan 0,5 ml larutan natrium dari 2,5, dan antara eritromisin A dan eritromisin B
hidroksida P (1 dalam 2) menggunakan siring yang tidak kurang dari 2,5. Lakukan kromatografi terhadap
sesuai dan jarum yang meminimalkan paparan udara. Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Awaudarakan dan simpan dalam wadah terlindung puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
dari udara dengan mengalirkan helium P. puncak utama tidak lebih dari 2; simpangan baku
Larutan C Gunakan air yang diawaudarakan, relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3%.
simpan dalam wadah terlindung dari udara dengan [Catatan Matikan detektor elektrokimia sebelum
mengalirkan helium P. menghentikan aliran fase gerak.]
Pengencer Campuran metanol P–air (50:50). Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Fase gerak Buat campuran Larutan A-Larutan C - volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku,
Larutan B (56:37:7) dari masing-masing wadah Larutan baku eritromisin B, dan eritroimisin C dan
menggunakan sistem pompa yang sesuai, jika perlu Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
seperti tertera pada Kromatografi <931>. persentase eritromisin A dalam salep dengan rumus:
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
 CP   rU 
Eritromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,66 mg per ml. 0,1    
Larutan baku eritromisin B dan eritromisin C  W   rS 
Timbang saksama sejumlah Eritromisin B BPFI dan
Eritromisin C BPFI, larutkan dan encerkan dengan C adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per ml
Pengencer hingga kadar masing-masing lebih kurang Larutan baku; P adalah persentase eritromisin A
34 µg per ml. dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot salep dalam
Larutan kesesuaian sistem Masukkan lebih kurang g yang disiapkan untuk Larutan uji; rU dan rS
2 mg Senyawa Sejenis N Eritromisin BPFI ke dalam berturut-turut adalah respons puncak eritromisin A
labu tentukur 10-ml, tambahkan 0,4 ml Larutan baku dari Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase
dan 6 ml Larutan baku eritromisin B, dan eritromisin eritromisin B dan eritromisin C dalam salep dengan
C, campur. Encerkan dengan Larutan baku rumus:
eritromisin B dan eritromisin C sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep
 CP   rU 

setara dengan lebih kurang 60 mg eritromisin, 0,0001  
masukkan ke dalam corong pisah 125 ml. Tambahkan  W   rS 
50 ml heksana P, kocok hingga larut. Ekstraksi
4 kali, tiap kali dengan 20 ml Pengencer. Kumpulkan C adalah kadar Eritromisin B BPFI dan Eritromisin
ekstrak dalam labu tentukur 100-ml, encerkan ekstrak C BPFI dalam µg per ml Larutan baku eritromisin B
dengan Pengencer sampai tanda. Saring dengan dan eritromisin C; P adalah persentase eritromisin B
penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm. dan eritromisin C dalam Eritromisin BPFI; W adalah
Gunakan filtrat jernih sebagai Larutan uji. bobot salep dalam gram Larutan uji; rU dan rS
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja berturut-turut adalah respons puncak eritromisin B
tinggi dilengkapi dengan detektor elektrokimia, dan eritromisin C dari Larutan uji dan Larutan baku
dengan elektroda kaca karbon yang dilengkapi eritromisin B dan eritromisin C.
dengan tiga “gaskets” (pelindung), kolom pelindung Hitung persentase eritromisin dalam salep dengan
berukuran 4 mm x 5 cm berisi bahan pengisi L50 menambahkan persentase eritromisin A, eritromisin
dengan ukuran partikel 8 µm dan kolom berukuran B, dan eritromisin C yang diperoleh.
4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L50 dengan
ukuran partikel 8 µm. Detektor elektrokimia yang Hilangkan persyaratan
digunakan dengan model amperometrik dengan skala Penetapan potensi Masukkan sejumlah salep yang
10 nC, dengan hasil 1 V pada skala penuh, waktu ditimbang saksama setara dengan lebih kurang 5 mg
kenaikan 0,6 detik, polaritas positif, potensial E = 0,9 eritromisin ke dalam corong pisah yang berisi 50 ml
V; t1 = 400 ms; E2 = 0,9 V; t2 = 100 ms; E3 = -0,9 heksana P. Kocok hingga larut. Ekstraksi 4 kali, tiap
V; t3 = 100 ms. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per kali dengan 20 ml campuran metanol P-air (4:1).
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Kumpulkan ekstrak ke dalam labu tentukur 100-ml,
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur encerkan dengan larutan metanol P-air sampai tanda.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan
retensi relatif senyawa sejenis N-eritromisin, Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi <131>
– 2493 –

menggunakan sejumlah volume larutan yang diukur 1,0 mm, menunjukkan maksimum hanya pada
saksama, encerkan secara kuantitatif dengan Dapar bilangan gelombang yang sama seperti pada
nomor 3 hingga diperoleh larutan uji dengan kadar Eritromisin Etilsuksinat BPFI.
yang diperkirakan sama dengan aras dosis tengah
larutan baku. Perubahan
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat, kecuali
Perubahan dalam penandaan dinyatakan dalam bentuk amorf.
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat
dilipat, tertutup rapat, sebaiknya pada suhu ruang Hilangkan persyaratan
terkendali. pH <1071> Antara 6,0 dan 8,5; lakukan penetapan
menggunakan suspensi 1% dalam air.

ERITROMISIN ETILSUKSINAT Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%; lakukan
penetapan menggunakan 20 ml metanol P yang
Erythromycin Ethylsuccinate
mengandung 10% imidazol P sebagai pengganti
metanol P di dalam bejana titrasi.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%;


lakukan pemijaran pada suhu 550 ± 50o, basahkan
sisa pengarangan dengan 2 ml asam nitrat P dan
5 tetes asam sulfat P.

Tambahan pesyaratan
Senyawa sejenis Kadar eritromisin A enol eter,
eritromisin A, eritromisin B, eritromisin C,
eritromisin N-etilsuksinat adalah tidak lebih dari
Perubahan 3,0%; kadar senyawa sejenis lain selain dari
Eritromisin 2’-(etilsuksinat)[1264-62-6] eritromisin A enol eter, eritromisin A, eritromisin B,
C43H75NO16 BM 862,05 eritromisin C, eritromisin N-etilsuksinat adalah tidak
lebih dari 3,0%. Lakukan penetapan dengan cara
Eritromisin Etilsuksinat terutama terdiri dari ester 2’- Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
etilsuksinat dari eritromisin A, mempunyai jumlah Kromatografi <931>.
persentase eritromisin A, eritromisin B, dan Gunakan kromatogram Larutan uji dan Larutan
eritromisin C tidak kurang dari 76,5 %, dihitung baku 2 yang diperoleh dari Penetapan kadar. Hitung
terhadap zat anhidrat. persentase senyawa sejenis lain yang mempunyai
respons terbesar, selain eritromisin A, eritromisin B,
Pemerian Serbuk hablur putih atau sedikit kuning; eritromisin C dan eritromisin A enol eter, dalam zat
tidak berbau atau praktis tidak berbau; praktis tidak dengan rumus:
berasa.
C P  r 
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah 50   S 2    i 
larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam  W   rS 2 
polietilenglikol 400.
CS2 adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per ml
Perubahan Larutan baku 2; P adalah persentase eritromisin A
Baku pembanding Eritromisin BPFI; tidak boleh dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam
dikeringakan sebelum digunakan, biarkan hingga mg Larutan uji; ri adalah respons puncak senyawa
suhu kamar sebelum ampul dibuka. Setelah dibuka, sejenis selain eritromisin A, eritromisin B, eritromisin
C, eritromisin A enol eter, atau senyawa sejenis
timbang segera dan buang sisa. Higroskopis. Simpan
eritromisin N-etilsuksinat pada kromatogram Larutan
dalam lemari pembeku. Eritromisin B BPFI;
uji; rS2 adalah respons puncak eritromisin A pada
Eritromisin C BPFI; Senyawa Sejenis N Eritromisin
kromatogram Larutan baku 2. Hitung persentase
BPFI,(N-demetileritromisin A),C36H65NO13 BM 719,91;
eritromisin A enol eter dalam zat, dengan rumus:
Eritromisin Etilsuksinat BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, di tempat  50   C S 2 P   rE 

  
dingin.  11   W   rS 2 
Perubahan CS2 adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per ml
Identifikasi Spektrum serapan inframerah larutan Larutan baku 2; 11 adalah faktor respons eritromisin
dalam kloroform P (1 dalam 100) menggunakan sel
A enol eter terhadap eritromisin A; P adalah
– 2494 –

persentase eritromisin A dalam Eritromisin BPFI; W dalam lemari pendingin sebelum digunakan. Jangan
adalah bobot zat dalam mg Larutan uji; rE adalah gunakan larutan ini setelah 8 jam dibuat.
respons puncak eritromisin A enol eter pada Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 115 mg
kromatogram Larutan uji; rS2 adalah respons puncak zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml,
eritromisin A pada kromatogram Larutan baku 2. tambahkan 25,0 ml metanol P, kocok hingga larut.
Hitung persentase eritromisin N-etilsuksinat dalam zat, Tambahkan 20 ml Pereaksi hidrolisis, biarkan pada
dengan rumus: suhu ruang selama lebih kurang 12 jam untuk
hidrolisis. Encerkan dengan Pereaksi hidrolisis
 50   C S 2 P   rN  sampai tanda.
      Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
 7,4   W   rS 2  tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L21
CS2 adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per ml dengan ukuran partikel 1000 Å dan pertahankan suhu
Larutan baku 2; 7,4 adalah faktor respons eritromisin kolom pada lebih kurang 70. Laju alir lebih kurang
N-etilsuksinat terhadap eritromisin A; P adalah 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
persentase eritromisin A dalam Eritromisin BPFI; W Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
adalah bobot zat dalam mg Larutan uji; rN adalah ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
respons puncak eritromisin N-etilsuksinat pada urutan elusi adalah senyawa sejenis N eritromisin (N-
kromatogram Larutan uji; rS2 adalah respons puncak dimetil eritromisin A), eritromisin C, eritromisin A
eritromisin A pada kromatogram Larutan baku 2. dan eritromisin B; dan resolusi, R, antara puncak
senyawa sejenis N eritromisin dan puncak eritromisin
C tidak kurang dari 0,8 dan antara puncak senyawa
Tambahan persyaratan sejenis N eritromisin dan puncak eritromisin A tidak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kurang dari 5,5. Lakukan kromatografi terhadap
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan eritromisin A enol eter, rekam kromatogram
Kromatografi <931>. dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Pereaksi hidrolisis Buat larutan kalium fosfat Prosedur: atur durasi sehingga waktu retensi relatif
dibasa P dalam air (2 dalam 100), atur pH hingga puncak eritromisin A enol eter antara 4,3 dan 4,7
8,0 dengan penambahan asam fosfat P. waktu retensi eritromisin A. Lakukan kromatografi
Dapar pH 8,0 Buat larutan kalium fosfat dibasa P terhadap Larutan baku 1, rekam kromatogram dan
dalam air (3,5 dalam 100), atur pH hingga 8,0 ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
dengan penambahan asam fosfat P. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Dapar pH 3,5 Pada 20 ml Dapar pH 8,0 tambahkan lebih dari 1,0%.
asam fosfat P hingga pH 3,5. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Fase gerak Buat campuran Dapar pH 8,0-air volume sama (lebih kurang 200 l) Larutan baku 1,
(50:400), tambahkan 175 ml isobutil alkohol P dan Larutan baku 2 dan Larutan uji ke dalam
30 ml asetonitril P. Encerkan dengan air sampai kromatograf, rekam kromatogram sampai terlihat
1000 ml. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut puncak eritromisin A enol eter, jika ada. Ukur
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi respons puncak. Hitung persentase eritromisin A
<931>. [Catatan Gunakan larutan berikut segera dalam zat dengan rumus:
setelah dibuat atau dalam 1 hari jika disimpan dalam
lemari pendingin.]  C  P   rU 
Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang 50   S 1    
50 mg Eritromisin BPFI, masukkan ke dalam labu  W   rS 1 
tentukur 25-ml, tambahkan 12,5 ml metanol P, kocok
hingga larut, encerkan dengan Pereaksi hidrolisis CS1 adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per ml
sampai tanda. Larutan baku 1; P adalah persentase eritromisin A
Larutan baku 2 Timbang saksama masing-masing dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam
lebih kurang 5 mg Eritromisin B BPFI dan mg Larutan uji; rU dan rS1 berturut-turut adalah
Eritromisin C BPFI, masukkan ke dalam labu respons puncak eritromisin A dari Larutan uji dan
tentukur 50-ml, tambahkan 25,0 ml metanol P, kocok Larutan baku 1. Hitung persentase eritromisin B dan
hingga larut. Tambahkan 2,5 ml Larutan baku 1, eritromisin C dalam zat dengan rumus:
encerkan dengan Pereaksi hidrolisis sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem Masukkan lebih kurang  C  P   rU 
2 mg Senyawa Sejenis N Eritromisin BPFI dalam 50   S 2    
20 ml Larutan baku 2.  W   rS 2 
Larutan eritromisin A enol eter Larutkan lebih
kurang 10 mg Eritromisin BPFI dalam 2 ml CS2 adalah kadar Eritromisin B BPFI atau Eritromisin
metanol P. Tambahkan 10 ml Dapar pH 3,5 biarkan C BPFI dalam mg per ml dalam Larutan baku 2;
selama lebih kurang 30 menit. Simpan larutan di P adalah persentase eritromisin B atau eritromisin C
dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam
– 2495 –

mg Larutan uji; rU dan rS2 berturut-turut adalah Waktu: 45 menit.


respons puncak eritromisin B dan eritromisin C dari Larutan A Buat larutan besi(III) klorida P dengan
Larutan uji dan Larutan baku 2. kadar 25 mg per ml.
Larutan B Tambahkan 325 ml asam sulfat P ke
Hilangkan persyaratan dalam 173 ml air dingin secara perlahan dan aduk
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera dengan kecepatan konstan. Tambahkan 2 ml Larutan
pada Penetapan Potensi Antibiotik secara A dan 1 g p-dimetilaminobenzaldehida, aduk hingga
Mikrobiologi <131>, menggunakan sejumlah zat larut. Gunakan larutan pada hari pembuatan. Simpan
yang ditimbang saksama, larutkan dalam metanol P dalam wadah aktinik rendah.
hingga kadar lebih kurang 1 mg eritromisin per ml. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Encerkan larutan secara kuantitastif menggunakan Eritromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Dapar nomor 3 untuk memperoleh larutan uji dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang 0,44 mg
kadar diperkirakan setara dengan aras dosis tengah per ml, jika perlu sonifikasi hingga larut. Gunakan
larutan baku. larutan dalam waktu 5,5 jam.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup penyaring yang sesuai dengan porositas 0,5 µm atau
rapat. lebih kecil. Buang 5 ml filtrat pertama.
Prosedur Ke dalam 3 labu Erlenmeyer bersumbat
Tambahan persyaratan kaca terpisah, tambahkan masing-masing 2,0 ml
Penandaan Eritromisin etilsuksinat bentuk bukan Larutan baku, Larutan uji, dan blangko. Letakkan
kristal harus dinyatakan dalam penandaan sebagai labu dalam tangas es selama 15 menit. Tambahkan
bentuk amorf. Sediaan yang menggunakan 10,0 ml Larutan B ke dalam tiap labu Erlenmeyer
eritromisin etilsuksinat bentuk amorf harus diberi dengan rentang waktu tepat 1 menit dan segera
penandaan yang sesuai. pindahkan dari tangas es dan tutup tiap labu. Biarkan
pada suhu ruang selama 30 menit. Lakukan
penetapan jumlah, C37H67NO13, yang terlarut, dengan
TABLET ERITROMISIN ETILSUKSINAT mengukur serapan Larutan baku dan Larutan uji
Eryhtromycin Ethylsuccinate Tablet secara berurutan dengan rentang tepat 1 menit
menggunakan blangko pada panjang gelombang
Tablet Eritromisin Etilsuksinat mengandung serapan maksimum lebih kurang 480 nm. Hitung
Eritromisin Etilsuksinat setara dengan eritromisin, persentase eritromisin, C37H67NO13, yang terlarut
C37H67NO13, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dengan rumus:
dari 120,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
 AU  1
Perubahan    CS  V  P  F     100
Baku pembanding Eritromisin BPFI; tidak boleh  AS   L
dikeringakan sebelum digunakan, biarkan hingga
suhu kamar sebelum ampul dibuka. Setelah dibuka, AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
timbang segera dan buang sisa. Higroskopis. Simpan dan Larutan baku; Cs adalah kadar Eritromisin BPFI
dalam lemari pembeku. Eritromisin Etilsuksinat dalam mg per ml Larutan baku; V adalah volume
BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah Media disolusi, 900 ml; P adalah potensi Eritromisin
tertutup rapat, terlindung cahaya, di tempat dingin. BPFI dalam µg per mg; F adalah faktor konversi
0,001 mg per µg; L adalah kadar eritromisin yang
Perubahan tertera pada etiket dalam mg per tablet.
Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
tertera pada Kromatografi <931>. kurang dari 75% (Q), C37H67NO13, dari jumlah yang
Larutan baku dan Prosedur Lakukan seperti tertera tertera pada etiket.
pada Identifikasi dalam Suspensi Oral Eritromisin
Etilsuksinat. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan uji Serbukkan sejumlah tablet, tambahkan
metanol P secukupnya hingga diperoleh larutan yang Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 4,0%;
mengandung setara dengan lebih kurang 2,5 mg lakukan pengeringan dalam hampa udara pada
eritromisin per ml. Kocok selama lebih kurang tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60 o
30 menit. Sentrifus campuran dan gunakan beningan selama 3 jam, menggunakan lebih kurang 100 mg zat.
yang jernih. [Catatan Tablet kunyah dibebaskan dari persyaratan
ini.]
Perubahan
Disolusi <1231> Hilangkan persyaratan
Media disolusi: 900 ml asam hidroklorida 0,01 N. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 5,0% [Hanya
Alat tipe 2: 50 rpm. untuk tablet kunyah].
– 2496 –

Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
Mikrobiologi <131>, menggunakan tidak kurang dari Hilangkan persyaratan
4 tablet, lumatkan selama 4±1 menit dalam blender pH <1071> Antara 6,0 dan 11,0; lakukan penetapan
kaca kecepatan tinggi dengan metanol P secukupnya menggunakan suspensi 1% dalam air.
yang diukur saksama hingga diperoleh larutan
persediaan mengandung eritromisin setara tidak lebih Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 4,0%; lakukan
dari 5 mg per ml. Encerkan larutan persediaan ini penetapan menggunakan 20 ml metanol P
secara kuantitatif dengan Dapar nomor 3 hingga mengandung 10% imidazol P sebagai pengganti
diperoleh larutan uji yang mempunyai kadar dalam labu titrasi.
diperkirakan setara dengan aras dosis tengah larutan
baku. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; sisa
pengarangan dibasahkan dengan 2 ml asam nitrat P
Perubahan dan 5 tetes asam sulfat P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya dan kelembapan pada suhu Tambahan persyaratan
di bawah 30° Senyawa sejenis Kadar pseudoeritromisin A enol
eter adalah tidak lebih dari 3,0%. Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
ERITROMISIN STEARAT tertera pada Kromatografi <931>.
Erythromycin Stearate Gunakan kromatogram Larutan uji dan Larutan
baku 2 seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Eritromisin stearat (garam) [643-22-1] Hitung persentase senyawa sejenis lain yang
C37H67NO13.C18H36O2 BM 1018,40 mempunyai respons terbesar, selain eritromisin A,
eritromisin B, eritromisin C, eritromisin A enol eter,
Perubahan dan pseudoeritromisin A enol eter dalam zat dengan
Eritromisin Stearat adalah garam asam stearat dari rumus:
eritromisin, dengan asam stearat berlebih.  C  P   ri 
Mempunyai persentase eritromisin A, eritromisin B, 30   S 2    
dan eritromisin C tidak kurang dari 55,0 %, dihitung  W   rS 2 
terhadap zat anhidrat.
CS2 adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per ml
Pemerian Serbuk atau hablur, putih agak kuning; Larutan baku 2; P adalah persentase eritromisin A
tidak berbau atau sedikit berbau tanah; dan rasa agak dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam
pahit. mg Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-
masing senyawa sejenis selain eritromisin A,
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam eritromisin B, eritromisin C, eritromisin A enol eter,
etanol, dalam kloroform, dalam metanol, dan dalam dan pseudoeritromisin A enol eter pada kromatogram
eter. Larutan uji; rS2 adalah respons puncak eritromisin A
pada kromatogram Larutan baku 2. Hitung
Perubahan persentase eritromisin A enol eter dalam, dengan
Baku pembanding Eritromisin BPFI; tidak boleh rumus:
dikeringakan sebelum digunakan, biarkan hingga
suhu kamar sebelum ampul dibuka. Setelah dibuka,  30   CS 2  P   rE 

timbang segera dan buang sisa. Higroskopis. Simpan   
dalam lemari pembeku. Eritromisin B BPFI;  11   W   rS 2 
Eritromisin C BPFI; Senyawa Sejenis N Eritromisin
BPFI, [N-demetil-eritromisin A],(C36H65NO13 BM 11 adalah faktor respons eritromisin A enol eter
719,91). Eritromisin Stearat BPFI; tidak boleh terhadap eritromisin A; CS2 adalah kadar Eritromisin
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam BPFI dalam mg per ml Larutan baku 2; P adalah
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari persentase eritromisin A dalam Eritromisin BPFI; W
pendingin. adalah bobot zat dalam mg Larutan uji; rE adalah
respons puncak eritromisin A enol eter pada
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang kromatogram Larutan uji; rS2 adalah respons puncak
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan eritromisin A pada kromatogram Larutan baku 2.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Hitung persentase pseudoeritromisin A enol eter
seperti pada Eritromisin Stearat BPFI. dalam zat, dengan rumus:
– 2497 –

 30   CS 2  P   rP  melalui penyaring dengan porositas 0,2 µm atau lebih


      halus. Gunakan filtrat jernih.
 6,6   W   rS 2  Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
6,6 adalah faktor respons pseudoeritromisin A enol berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi
eter terhadap eritromisin A; CS2 adalah kadar L21dengan ukuran partikel 1000 Å. Laju alir lebih
Eritromisin BPFI dalam mg per ml kurang 2 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada
Larutan baku 2; P adalah persentase eritromisin A 70. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku 2,
dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
mg Larutan uji; rP adalah respons puncak tertera pada Prosedur: urutan zat terelusi adalah
pseudoeritromisin A enol eter pada kromatogram senyawa sejenis N eritromisin, eritromisin C,
Larutan uji; rS2 adalah respons puncak eritromisin A eritromisin A, eritromisin B; resolusi, R, antara
pada kromatogram Larutan baku 2. senyawa sejenis N eritromisin dan eritromisin C tidak
kurang dari 0,8, antara senyawa sejenis N eritromisin
dan eritromisin C tidak kurang dari 5,5; Lakukan
Hilangkan persyaratan
kromatografi terhadap Larutan eritromisin A enol
Penetapan potensi Lakukan seperti tertera pada
eter, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Penetapan potensi dalam Eritromisin Etilsuksinat.
seperti tertera pada Prosedur: [Catatan atur waktu
kromatografi hingga meliputi waktu retensi puncak
Tambahan persyaratan eritormisin A enol eter antara 4,3-4,7 kali puncak
Penetapan kadar Eritromisin B tidak lebih dari eritromisin A.] Lakukan kromatografi terhadap
12,0%, eritromisin C tidak lebih dari 5,0%. Lakukan Larutan baku 1, rekam kromatogram dan ukur
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Dapar pH 8,0 Buat larutan kalium fosfat dibasa P lebih dari 2.0%
(2 dalam 100), atur pH hingga 8,0 dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
penambahan asam fosfat P. volume sama (lebih kurang 100 l) Larutan baku 1,
Dapar pH 9,0 Buat larutan kalium fosfat dibasa P Larutan baku 2, dan Larutan uji ke dalam
(3.5 dalam 100), atur pH hingga 9,0 dengan kromatograf, lakukan kromatografi hingga meliputi
penambahan kalium hidroksida LP atau asam fosfat P waktu retensi puncak eritromisin A enol eter, rekam
encer (1 dalam 10). kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Dapar pH 3.5 Pipet 20 ml Dapar pH 8,0, atur pH persentase eritromisin A dalam zat dengan rumus :
hingga 3.5 dengan penambahan asam fosfat P.
Fase gerak Campur 50 ml Dapar pH 9,0, 400 ml
 C  P   rU 
air, 175 ml butil alkohol tersier P, 30 ml 30   S 1    
asetonitril P, masukkan ke dalam labu tentukur  W   rS 1 
1000-ml, encerkan dengan air sampai tanda. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian CS1 adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per ml
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan baku 1; P adalah persentase eritromisin A
[Catatan Gunakan larutan segera, atau dalam waktu dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam
1 hari jika disimpan dalam lemari pendingin.] mg Larutan uji; rS dan rS1 berturut-turut adalah
Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang respons puncak eritromisin A pada Larutan uji dan
40 mg Eritromisin BPFI, masukkan ke dalam Larutan baku 1. Hitung persentase eritromisin B dan
Erlenmeyer, tambahkan 5,0 ml metanol P, goyang eritromisin C dalam zat dengan rumus :
sampai larut. Tambahkan 5,0 ml Dapar pH 8,0,
campur.
 C  P   rU 
Larutan baku 2 Timbang saksama masing-masing 30   S 2    
6 mg Eritromisin BPFI, Eritromisin B BPFI,  W   rS 2 
Eritromisin C BPFI, dan Senyawa Sejenis N
Eritromisin, masukkan ke dalam Erlenmeyer 50-ml, CS2 adalah kadar eritromisin B atau eritromisin C
tambahkan 15,0 ml Dapar pH 8,0, campur. dalam mg per ml Larutan baku 2; P adalah
Larutan eritromisin A enol eter Larutkan lebih persentase eritromisin B atau eritromisin C dalam
kurang 5 mg Eritromisin BPFI dalam 1 ml Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg
metanol P. Tambahkan 5 ml Dapar pH 3,5, campur Larutan uji; rU dan rS2 berturut-turut adalah respons
dan biarkan selama 30 menit. puncak analit pada Larutan uji dan Larutan baku 2.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 165 mg
zat, masukkan ke dalam Erlenmeyer 100-ml, Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tambahkan 15,0 ml metanol P, goyang sampai larut. rapat.
Tambahkan 15,0 ml Dapar pH 8,0, campur. Biarkan
suspensi mengendap, saring sejumlah beningan
– 2498 –

TABLET ERITROMISIN STEARAT metanol P hingga kadar lebih kurang 14 mg per ml.
Erythromycin Stearate Tablet Encerkan secara kuantitatif dengan air hingga kadar
lebih kurang 0,56 mg per ml.
Tablet Eritromisin Stearat mengandung eritromisin Larutan baku Pada hari digunakan, encerkan
stearat setara dengan eritromisin, C37H67NO13, setara 25,0 ml Larutan baku persediaan dengan air hingga
dengan tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 50,0 ml.
120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Larutan uji Setelah 120 menit, ambil sejumlah
alikot, saring dan jika perlu encerkan dengan Media
Perubahan disolusi hingga kadar lebih kurang 0,28 mg
Baku pembanding Eritromisin BPFI; tidak boleh eritromisin per ml.
dikeringakan sebelum digunakan, biarkan hingga Prosedur Pipet masing-masing 5 ml Larutan baku
suhu kamar sebelum ampul dibuka. Setelah dibuka, ke dalam dua labu tentukur 25-ml, satu labu tentukur
timbang segera dan buang sisa. Higroskopis. Simpan digunakan sebagai blangko larutan baku. Dengan
dalam lemari pembeku. Eritromisin Stearat BPFI; cara yang sama, pipet masing-masing 5 ml Larutan
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan uji ke dalam dua labu tentukur 25-ml, satu labu
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam tentukur digunakan sebagai blangko larutan uji. Ke
lemari pendingin. dalam labu yang digunakan sebagai blangko,
tambahkan 2,0 ml asam sulfat 0,5 N dan ke dalam
Perubahan labu yang lain tambahkan 2,0 ml air. Biarkan selama
Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti 5 menit sambil sekali-kali digoyang. Ke dalam semua
tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis labu tambahkan masing-masing 15,0 ml natrium
tipis <281>. hidroksida 0,25 N, encerkan dengan Media disolusi
Fase gerak Campuran metanol P-kloroform P sampai tanda. Panaskan labu di dalam tangas air pada
(85:15) suhu 600,5o selama 5 menit, dan dinginkan.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Lakukan penetapan jumlah, C37H67NO13, yang terlarut
Eritromisin stearat BPFI dan larutan dalam dengan mengukur serapan Larutan uji dan Blangko
metanol P hingga kadar lebih kurang 8 mg per ml. pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Larutan uji Pada sejumlah serbuk tablet tambahkan kurang 236 nm.
metanol P hingga kadar setara dengan lebih kurang Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut tidak
5 mg per ml. Kocok selama 30 menit; sentrifus kurang dari 75% (Q) eritromisin C37H67NO13, dari
campuran dan gunakan beningan sebagai Larutan uji. jumlah yang tertera pada etiket.
Penampak bercak 1 Larutan 2’,7’-diklorofluoresein P
dalam metanol P (1 dalam 500). Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Penampak bercak 2 Campuran etanol dehidrat P-p-
metoksibenzaldehida P-asam sulfat P (90:5:5). Penetapan potensi Masukkan tidak kurang dari
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 4 tablet dalam blender berkecepatan tinggi berisi
20 µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng 200 ml metanol P dan campur selama 3 menit.
kromatografi silika gel setebal 0,25 mm dan biarkan Tambahkan 300 ml Dapar nomor 3 dan campur
kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana yang selama 3 menit. Lakukan penetapan seperti tertera
tidak dilapisi kertas, berisi Fase gerak. Biarkan Fase pada Penetapan potensi Antibiotik secara
gerak merambat lebih kurang 9 cm. Angkat lempeng, Mikrobiologi <131> menggunakan sejumlah volume
tandai batas rambat, biarkan menguap. Semprot larutan yang diukur saksama, encerkan bertahap
lempeng dengan Penampak bercak 1 dan amati di dengan Dapar nomor 3 hingga diperoleh larutan uji
bawah cahaya ultraviolet pada panjang gelombang dengan kadar yang diperkirakan sama dengan aras
366 nm: harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dosis tengah larutan baku.
dengan Larutan baku. Semprot lempeng dengan
Penampak bercak 2. Panaskan pada suhu 100o selama Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
10 menit dan amati kromatogram, eritromisin tampak rapat.
sebagai bercak ungu hingga hitam: harga Rf bercak
utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. ESTRADIOL SIPIONAT
Estradiol Cypionate
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler
dalam hampa udara pada suhu 60o selama 3 jam
menggunakan lebih kurang 100 mg serbuk tablet.

Perubahan
Disolusi <1231>
Media: 900 ml dapar fosfat 0,05 M pH 6,8.
Alat tipe 2: 100 rpm. Perubahan
Waktu: 120 menit. Estradiol 17-siklopentanapropionat [313-06-4]
Larutan baku persediaan Timbang saksama C26H36O3 BM 396,56
sejumlah Eritromisin BPFI, larutkan dalam
– 2499 –

Estradiol Sipionat mengandung tidak kurang dari dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang
97,0% dan tidak lebih dari 103,0%, C26H36O3, 0,5 g per ml.
dihitung terhadap zat kering. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga
Pemerian Serbuk hablur putih sampai praktis putih; kadar 1 mg per ml.
tidak berbau atau berbau lemah. Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam etanol, Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
dalam aseton, dalam kloroform dan dalam dioksan; ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
agak sukar larut dalam minyak nabati. resolusi, R, antara puncak estradiol sipionat dengan
puncak estradiol-9-ene sipionat tidak kurang dari 1,5.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas,
Perubahan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Baku pembanding Estradiol Sipionat BPFI; lakukan tertera pada Prosedur: perbandingan “signal to
pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam sebelum noise” tidak kurang dari 10. [Catatan Waktu retensi
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan relatif tertera pada Tabel.]
terlindung cahaya. Estradiol BPFI; tidak boleh Prosedur Suntikkan sejumlah volume lebih kurang
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, 25 μl Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
terlindung cahaya. Campuran Estradiol Sipionat kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Untuk Kesesuaian Sistem BPFI. Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
rumus:
Perubahan  ri   1 
      100
Identifikasi  
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah  rT   F 
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rT
P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
adalah total semua respons puncak; F adalah faktor
gelombang yang sama seperti pada Estradiol Sipionat respon relatif seperti tertera pada Tabel. Masing-
BPFI. masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai batas yang tertera pada Tabel.
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada
Penetapan kadar. Tabel
Nama Waktu Faktor Batas
Hilangkan persyaratan retensi respon
Jarak lebur <1021> Antara 149o dan 153o. relatif relatif (%)
Estradiol 0,22 1,0 0,15
Perubahan Estradiol-9-ene 0,93 2,5 0,15
Rotasi jenis <1081> Antara +39o dan +44o; lakukan sipionat
penetapan menggunakan larutan 20 mg per ml dalam Estradiol sipionat 1,0 - -
dioksan P. 4-Metilestradiol 1,3 1,0 0,15
sipionat
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Estradiol 1,9 1,0 0,15
lakukan pengeringan pada suhu 105ºselama 4 jam. disipionatc
Masing-masing
- 1,0 0,10
cemaran
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%
terhadap puncak estradiol sipionat.
Tambahan persyaratan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Perubahan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi <931>. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan A, Larutan B, Fase gerak dan Sistem
Kromatografi <931>.
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar. Larutan A Gunakan asetonitril P.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Larutan B Gunakan air.
sejumlah Campuran Estradiol Sipionat Untuk Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Kesesuaian Sistem BPFI dan Estradiol BPFI, dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
kadar berturut-turut lebih kurang 1 mg per ml dan menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
2 g per ml. Kromatografi <931>.
Larutan sensitivitas Timbang saksama sejumlah Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Estradiol Sipionat BPFI, larutkan dan encerkan sejumlah Campuran Estradiol Sipionat Untuk
– 2500 –

Kesesuaian Sistem BPFI, larutkan dan encerkan Perubahan


dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 1 mg 7,8-Didehidro-4,5α-epoksi-3-etoksi-17-metilmorfinan-
per ml. 6α-ol hidroklorida dihidrat [125-30-4]
Larutan baku Timbang saksama sejumlah C19H23NO3.HCl.2H2O BM 385,9
Estradiol Sipionat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 1 mg Perubahan
per ml. Etilmorfin Hidroklorida mengandung tidak kurang
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%,
larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga C19H23NO3.HCl.2H2O, dihitung terhadap zat anhidrat.
kadar 1 mg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih.
tinggi dilengkapi detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L26 dengan ukuran Kelarutan Larut dalam air dan dalam etanol; tidak
partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. larut dalam sikloheksana.
Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Baku pembanding Etilmorfin Hidroklorida BPFI.
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
0 70 30 Perubahan
Identifikasi Lakukan identifikasi A dan D atau B, C,
25 70 30
dan D.
30 100 0 A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
40 100 0 dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
41 70 30 P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
50 70 30 gelombang yang sama seperti pada Etilmorfin
Hidroklorida BPFI.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian B. Masukkan 500 mg zat ke dalam tabung reaksi,
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak tambahkan 6 ml air dan 15 ml natrium hidroksida
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara 0,1 N, gores dinding tabung dengan pengaduk kaca,
puncak estradiol sipionat dengan puncak estradiol-9- terbentuk endapan hablur putih. Kumpulkan endapan,
ene sipionat tidak kurang dari 1,5. Lakukan cuci dengan air, larutkan dalam 20 ml air, panaskan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam pada suhu 80°, saring dan dinginkan dalam es.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Keringkan hablur di dalam hampa udara selama
12 jam. Suhu lebur antara 85° dan 89°.
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
C. Campur 10 mg zat dengan 1 ml asam sulfat P
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,10 %. [Catatan dan 0,05 ml larutan besi(III) klorida heksahidrat P
Waktu retensi relatif tertera pada Tabel.] 1,3%. Panaskan di atas tangas air: terjadi warna biru,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tambahkan 0,05 ml asam nitrat P: terjadi warna
volume sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan merah.
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam D. Larutan 2% menunjukkan reaksi Klorida cara A
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
persentase estradiol sipionat, C26H36O3, dalam zat
dengan rumus: Hilangkan persyaratan
pH <1071> Antara 4,3 dan 5,7; lakukan penetapan
 rU   CS 
     100 menggunakan larutan 2%.
 rS   CU  Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
penetapan menggunakan larutan zat 2,0% dalam air
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak bebas karbon dioksida P.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Estradiol Sipionat BPFI dalam mg per ml Larutan Tambahan persyaratan
baku; CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan Warna dan Akromisitas <1291> Metode III warna
uji berdasarkan bobot yang ditimbang. larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W6;
lakukan penetapan menggunakan larutan 2,0% dalam
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup air bebas karbon dioksida P.
rapat, tidak tembus cahaya.
Tambahan persyaratan
Keasaman-Kebasaan Pada 10 ml larutan zat 2 %
ETILMORFIN HIDROKLORIDA dalam air bebas karbon dioksida P, tambahkan 0,05
ml larutan merah metil P dan 0,2 ml asam
Ethylmorphine Hydrochloride hidroklorida 0,02 N: larutan menjadi merah.
Tambahkan 0,4 ml larutan natrium hidroksida
0,02 N: larutan menjadi kuning.
– 2501 –

Rotasi jenis <1081> Antara -102° dan -105°; Tabel


lakukan penetapan menggunakan larutan zat 2% Nama Waktu retensi Batas
dalam air bebas karbon dioksida P. relatif
Cemaran A 2,5 Tidak lebih dari respons
Air <1031> Metode I Antara 8,0% dan 10,0%; puncak utama Larutan
lakukan penetapan menggunakan 250 mg zat. baku A (0,2%)
Cemaran B 0,7 Tidak lebih dari respons
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; puncak utama Larutan
lakukan penetapan menggunakan 1 g zat. baku A (0,2%)
Cemaran C 0,8 Tidak lebih dari respons
Perubahan puncak utama Larutan
Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara baku C (0,5%)
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Cemaran D 1,3 Tidak lebih dari respons
Kromatografi <931>. puncak utama Larutan
Dapar Tambahkan 1,25 g natrium heptansulfonat P baku A (0,2%)
pada campuran 12,5 ml asam asetat glasial P dan 5 ml Masing- - Tidak lebih dari 0,5 kali
larutan trietilamina P 20% dalam metanol P-air (1:1). masing respons puncak utama
Encerkan hingga 1000 ml dengan air. cemaran lain Larutan baku A (0,1%)
Fase gerak Campuran Dapar-metanol P (55:45). Total -
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Tidak lebih dari 2,5 kali
cemaran
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti respons puncak utama
selain
tertera pada Kromatografi <931>. Larutan baku A (0,5%)
cemaran C
Larutan baku A Pipet 1 ml Larutan uji, encerkan Abaikan respons puncak kurang dari 0,25 kali
dengan Fase gerak hingga 25,0 ml. Pipet 1 ml larutan ini respons puncak utama Larutan baku A (0,05%)
dan encerkan dengan Fase gerak hingga 20,0 ml.
Larutan baku B Larutkan 12,5 mg Kodein BPFI Perubahan
dalam 5,0 ml Fase gerak. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
Larutan baku C Pipet 0,5 ml Larutan baku B dan 300 mg zat, larutkan dalam campuran 5 ml asam
encerkan dengan Fase gerak hingga 100,0 ml. hidroklorida P 0,01 N dan 30 ml etanol P. Titrasi
Larutan baku D Pipet 1 ml Larutan uji, tambahkan secara potensiometri dengan natrium hidroksida 0,1
1 ml Larutan baku B dan encerkan dengan Fase N LV. Catat volume titran yang digunakan antara dua
gerak hingga 50,0 ml. titik infleksi.
Larutan uji Larutkan 50,0 mg zat dalam 20,0 ml
Fase gerak. Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja setara dengan 34,99 mg C19H24ClNO3
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
kolom berukuran 4,6 mm × 25 cm berisi bahan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
pengisi L7 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir baik, terlindung cahaya.
lebih kurang 1 ml per menit. Pertahankan suhu
kolom pada 30°. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku D, rekam kromatogram dan ukur ETINIL ESTRADIOL
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Ethinyl Estradiole
resolusi, R, antara puncak etilmorfin dengan puncak
cemaran C tidak kurang dari 5. Waktu retensi
etilmorfin lebih kurang 6,2 menit; waktu retensi
relatif cemaran B, C, D, dan A (terhadap etil morfin)
berturut-turut 0,7; 0,8; 1,3; dan 2,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku A,
Larutan baku B, Larutan baku C, Larutan baku D,
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, lakukan Perubahan
kromatografi selama empat kali waktu retensi
19-Nor-17-pregna-1,3,5(10)-trien-20-ina-3,17-diol
etilmorfin, rekam kromatogram dan ukur semua
[57-63-6]
respons puncak. Masing-masing cemaran dan jumlah
C20H24O2 BM 296,40
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Tabel.
Etinil Estradiol mengandung tidak kurang dari 97,0%
dan tidak lebih dari 102,0% ,C20H24O2, dihitung
terhadap zat kering
– 2502 –

Pemerian Serbuk hablur, putih sampai putih krem; Fase gerak sampai tanda. Larutan ini mengandung
tidak berbau. lebih kurang 0,2 mg per ml.
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam etanol, zat, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak nabati, kadar lebih kurang 1,0 mg per ml.
dan dalam larutan alkali hidroksida tertentu. Larutan uji Pipet 10 ml Larutan uji persediaan ke
dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 5,0 ml
Larutan baku internal dan encerkan dengan Fase
Perubahan
gerak sampai tanda. Larutan mengandung lebih
Baku pembanding Etinil Estradiol BPFI; tidak kurang 0.2 mg per ml.
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Lakukan tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
penanganan pada tempat kering. 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
Perubahan terhadap Larutan baku, ukur respons puncak seperti
Identifikasi tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
A. Spektrum serapan inframerah zat yang etilparaben dan puncak etinil estradiol tidak kurang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan dari 4,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi
sama seperti pada Etinil Estradiol BPFI. relatif etilparaben dan etinil estradiol berturut-turut
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 50 µg per lebih kurang 0,6 dan 1,0.]
ml dalam etanol P menunjukkan maksimum dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti volume sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan
pada larutan Etinil Estradiol BPFI; daya serap Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
masing-masing dihitung terhadap zat kering pada kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang persentase etinil estradiol, C20H24O2, dalam zat
281 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. dengan rumus:
Jarak lebur <1021> Antara 180º dan 186º. Dapat
 RU   CS 
juga berbentuk modifikasi polimorfik, melebur antara       100
142º dan 146º.  RS   CU 
Perubahan RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
Rotasi jenis <1081> Antara -28,0º dan -29,5º, puncak etinil estradiol dan etilparaben dalam Larutan
lakukan penetapan menggunakan larutan 50 mg per uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Etinil
ml zat dalam piridina P tidak berwarna, diambil dari Estradiol BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
wadah yang baru dibuka. Jika perlu lakukan sonikasi. adalah kadar etinil estradiol dalam mg per ml Larutan
uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Perubahan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Wadah dan penyimpanan Dalam wadah bukan
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam. logam, tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.
Tambahan persyaratan
Kesempurnaan melarut Larutkan 100 mg zat dalam
5 ml etanol P: larutan jernih dan bebas dari zat padat
FENILEFRIN HIDROKLORIDA
tidak larut. Phenylephrine Hydrochloride

Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (1:1),
saring dan awaudarakan, jika perlu lakukan (-)-m-Hidroksi-α-[(metilamino)metil]benzil alkohol
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti hidroklorida [61-76-7]
tertera pada Kromatografi <931>. C9H13NO2.HCl BM 203,67
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
etilparaben P, larutkan dan encerkan dengan Fase Perubahan
gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. Fenilefrin Hidroklorida mengandung tidak kurang
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
10 mg Etinil Estradiol BPFI, masukkan ke dalam C9H13NO2.HCl, dihitung terhadap zat kering.
labu tentukur 50-ml, tambahkan 10 ml Fase gerak;
5,0 ml Larutan baku internal dan encerkan dengan Pemerian Hablur putih atau praktis putih; tidak
berbau; berasa pahit.
– 2503 –

Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol. Penampak bercak 1 Larutan jenuh
p-nitrobenzendiazonium tetrafluoroborat P.
Perubahan Penampak bercak 2 Larutan natrium karbonat P
Baku pembanding Fenilefrin Hidroklorida BPFI; (1 dalam 10).
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam Fenilefrin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam
lemari pendingin. Senyawa Sejenis C Fenilefrin metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
BPFI; Senyawa Sejenis D Fenilefrin; Senyawa
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
Sejenis E Fenilefrin; Norfenilefrin Hidroklorida
BPFI. Larutan baku dalam metanol P hingga kadar
berturut-turut 500 µg per ml ; 250 µg per ml; 100 µg
Identifikasi per ml dan 50 µg per ml.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Larutan uji Timbang saksama sejumlah fenilefrin
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan hidroklorida, larutkan dalam metanol P hingga kadar
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang lebih kurang 50 mg per ml.
sama seperti pada Fenilefrin Hidroklorida BPFI. Prosedur Lakukan penetapan dengan cara
B. Larutan zat 10 mg per ml menunjukkan reaksi Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Klorida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum Kromatografi <931>. Totolkan secara terpisah
<291>. masing-masing 5 µl Larutan uji, Larutan baku, dan
Enceran Larutan baku pada lempeng kromatografi
Tambahan persyaratan silika gel setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng
C. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada n-butanol P-air-asam format P (7:2:1) hingga
Penetapan kadar. merambat tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
lempeng, keringkan dengan aliran udara panas. Amati
Hilangkan persyaratan lempeng di bawah cahaya ultraviolet pada panjang
Jarak lebur <1021> Antara 140º dan 145º. gelombang 254 nm. Semprot lempeng Penampak
bercak 1 kemudian dengan Penampak bercak 2.
Perubahan Bandingkan intensitas bercak lain selain bercak
Rotasi jenis <1081> Antara -43 dan -47; lakukan utama Larutan uji dengan bercak utama Larutan
penetapan menggunakan larutan 50 mg per ml dalam baku dan Enceran Larutan baku. Jumlah intensitas
air. bercak lain Larutan uji setara dengan tidak lebih dari
1,0% senyawa sejenis dan tidak satupun cemaran
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; lebih dari 0,5%.
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam.
Tambahan persyaratan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Perubahan Kromatografi <931>.
Klorida dan Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,20%; Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak,
lakukan penetapan sebagai berikut: Larutkan 50 mg Pengencer, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
zat dalam 25 ml air, kekeruhan larutan tidak lebih tertera pada Penetapan kadar.
kuat dari larutan baku 0,10 ml asam sulfat 0,020 N Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Fenilefrin Hidroklorida BPFI, Norfenilefrin
Hilangkan persyaratan Hidroklorida BPFI dan Senyawa Sejenis C Fenilefrin
Keton Larutkan 200 mg zat dalam 1 ml air, BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
tambahkan 2 tetes natrium nitroferisianida LP, 1 ml hingga kadar fenilefrin hidroklorida lebih kurang
natrium hidroksida 1 N dan 0,6 ml asam asetat 1,0 mg per ml dan kadar norfenilefrin hidroklorida
glasial P: warna larutan yang terjadi tidak lebih tua dan senyawa sejenis C fenilefrin masing-masing
dari warna larutan pembanding yang mengandung 10 g per ml.
1 ml aseton P encer (1 dalam 2000). Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Fenilefrin Hidroklorida BPFI, Norfenilefrin
Hilangkan persyaratan Hidroklorida BPFI, Senyawa Sejenis C Fenilefrin
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan BPFI, Senyawa Sejenis D Fenilefrin BPFI, Senyawa
dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera Sejenis E Fenilefrin BPFI, larutkan dan encerkan
pada Kromatografi <931>. dengan Pengencer hingga kadar masing-masing
Fase gerak Campuran n-butanol P-air- 0,001 mg per ml.
asam format P. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Penjerap Campuran Silika gel P setebal larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
0,25 mm. kadar lebih kurang 1,0 mg per ml.
– 2504 –

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada berdasarkan bobot yang ditimbang. Hitung persentase
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap senyawa sejenis E fenilefrin sebagai basa bebas
Larutan kesesuaian sistem rekam kromatogram dan dalam zat dengan rumus:
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R antara norfenilefrin dan fenilefrin tidak
 rU   CS   M r1 
kurang dari 1,5 dan antara fenilefrin dan senyawa          100
sejenis C fenilefrin tidak kurang dari 1,5. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku rekam
 rS   CU   M r2 
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada senyawa sejenis E fenilefrin dari Larutan uji dan
penyuntikan ulang untuk norfenilefrin, fenilefrin, Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis E
senyawa sejenis C fenilefrin, senyawa sejenis D Fenilefrin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
fenilefrin dan senyawa sejenis E fenilefrin tidak lebih adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
dari 5%. berdasarkan bobot yang ditimbang; Mr1 adalah bobot
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah molekul senyawa sejenis E fenilefrin sebagai basa
volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan bebas (255,31); Mr2 adalah bobot molekul senyawa
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam sejenis E fenilefrin sebagai garam hidroklorida
kromatogram dan ukur semua respons puncak. (291,77). Hitung persentase masing-masing cemaran
Hitung persentase norfenilefrin sebagai basa bebas lain pada zat dengan rumus:
pada zat dengan rumus:

 ri   CS 
 rU   CS   M r1        100
         100
 rS   CU 
 rS   CU   r2 
M
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari Larutan uji; rs adalah respons puncak fenilefrin
norfenilefrin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS dari Larutan baku; CS adalah kadar Fenilefrin
adalah kadar Norfenilefrin Hidroklorida BPFI dalam Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang berdasarkan bobot yang ditimbang. Masing-masing
ditimbang; Mr1 adalah bobot molekul norfenilefrin cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang
sebagai basa bebas (153,18); Mr2 adalah bobot tertera pada Tabel.
molekul norfenilefrin sebagai garam hidroklorida
(189,64). Hitung persentase senyawa sejenis C Tabel
fenilefrin sebagai basa bebas dalam zat dengan Waktu retensi Batas
rumus: Nama
relatif (%)
Norfenilefrin 0,9 0,10
 rU   CS   M r1  Fenilefrin 1,0 -
         100 Senyawa sejenis C fenilefrin 1,3 0,1
 rS   CU   r2 
M Senyawa sejenis D fenilefrin 3,8 0,10
Senyawa sejenis E fenilefrin 4,0 0,1
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Masing-masing cemaran
- 0,10
senyawa sejenis C fenilefrin dari Larutan uji dan lain
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis C Total cemaran - 0,2
Fenilefrin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%.
adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
berdasarkan bobot yang ditimbang; Mr1 adalah bobot Hilangkan persyaratan
molekul senyawa sejenis C fenilefrin sebagai basa Kandungan klorida Tidak kurang dari 17,0% dan
bebas (165,19); Mr2 adalah bobot molekul senyawa tidak lebih dari 17,7%, dihitung terhadap zat yang
sejenis C fenilefrin sebagai garam hidroklorida telah dikeringkan. Lakukan penetapan sebagai
(201,65). Hitung persentase senyawa sejenis D berikut: Timbang saksama lebih kurang 300 mg zat,
fenilefrin dalam zat dengan rumus: larutkan dalam 5 ml air. Tambahkan 5 ml asam asetat
glasial P dan 50 ml metanol P kemudian eosin Y LP.
 rU   CS  Titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV.
      100
 rS   CU  Tiap ml perak nitrat 0,1 N
setara dengan 3,545 mg klorida

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Perubahan


senyawa sejenis D fenilefrin dari Larutan uji dan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis D Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Fenilefrin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU Kromatografi <931>.
adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
– 2505 –

Dapar Larutkan 3,25 g garam natrium asam FENITOIN


1-oktansulfonat P ke dalam 1 liter air, atur pH hingga Phenytoin
2,8 dengan penambahan asam fosfat 3 M.
Larutan A Campuran asetonitril P-Dapar (10:90).
Larutan B Campuran asetonitril P-Dapar (90:10).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Pengencer Buat campuran Larutan A-Larutan B
(80:20). 5,5-Difenilhidantoin [57-41-0]
Larutan baku Timbang saksama sejumlah C15H12N2O2 BM 252,27
Fenilefrin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,4 mg Fenitoin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
per ml. tidak lebih dari 102,0%, C15H12N2O2, dihitung
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, terhadap zat kering.
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 0,4 mg per ml. Pemerian Serbuk putih; tidak berbau. Melebur pada
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja suhu lebih kurang 295°.
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
4,0 mm × 5,5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam
ukuran partikel 3 µm. Pertahankan suhu kolom pada etanol panas; sukar larut dalam etanol dingin, dalam
45. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. klorofrom dan dalam eter.
Kromatogram diprogram sebagai berikut:
Perubahan
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) Baku pembanding Fenitoin BPFI; tidak boleh
0 93 7 dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
3 93 7 terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Fenitoin BPFI;
13 70 30 Senyawa Sejenis B Fenitoin BPFI; Benzofenon BPFI.
14 93 7
16 93 7 Hilangkan persyaratan
Kejernihan dan warna larutan Larutkan 1,0 g zat
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku rekam dalam campuran 5 ml natrium hidroksida 1 N dan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 20 ml air: larutan jernih dan tidak lebih tua dari
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,9 dan kuning pucat.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 0,73%. Identifikasi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
sama seperti pada Fenitoin BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase fenilefrin hidroklorida, C9H13NO2.HCl,
Tambahan persyaratan
dalam zat dengan rumus:
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada
 rU   CS  Penetapan kadar.
      100
 rS   CU  Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
fenilefrin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
adalah kadar Fenilefrin Hidroklorida BPFI dalam mg 20 bpj.
per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg
per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang Hilangkan persyaratan
ditimbang. Batas benzofenon Tidak lebih dari 0,1%. Lakukan
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup tinggi seperti tertera pada kromatografi.
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25º, Fase gerak dan Larutan uji Buat seperti tertera
masih diperbolehkan pada suhu antara 15º dan 30º. pada Kemurnian kromatografi.
– 2506 –

Larutan baku Timbang saksama sejumlah  C  r 


benzofenon, larutkan dalam metanol P, jika perlu 100  i 
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan  D  rS 
metanol P hingga kadar lebih kurang 1,0 g per ml.
Sistem kromatografi Gunakan sistem yang sama C adalah kadar Fenitoin BPFI dalam g per ml
seperti tertera pada Kemurnian kromatografi kecuali: Larutan baku; D adalah kadar fenitoin dalam g per
suntikkan Larutan baku 3 kali dan rekam respons ml Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan masing cemaran dan rS respons puncak fenitoin
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Larutan baku.
5,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Tambahan persyaratan
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kromatogram dan ukur respons semua puncak. Waktu Kromatografi <931>.
retensi relatif fenitoin dan benzofenon masing- Fase gerak, Pengencer, dan sistem kromatografi
masing lebih kurang 0,25 dan 1,0. Hitung persentase Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
benzofenon dalam zat uji dengan rumus: Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin
BPFI, Senyawa Sejenis A Fenitoin BPFI, Senyawa
Sejenis B Fenitoin BPFI, dan Benzofenon BPFI,
C  r 
100     U  larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
 D   rS  kadar berturut-turut 1g per ml; 5 g per ml; 9 g per
ml; dan 1 g per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
C adalah kadar benzofenon dalam g per ml Larutan
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
baku; D adalah kadar fenitoin dalam g per ml
kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
puncak benzofenon yang diperoleh dari Larutan uji
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
dan Larutan baku.
tertera pada Prosedur: perbandingan “signal to
noise” tidak kurang dari 10 dan simpangan baku
Hilangkan persyaratan relatif pada penyuntikan ulang untuk puncak fenitoin
Kemurnian kromatografi Jumlah cemaran tidak
tidak lebih dari 5,0%. [Catatan waktu retensi relatif
lebih dari 0,9%, tidak termasuk benzofenon.
lihat pada Tabel.]
Fase gerak Buat seperti tertera pada Penetapan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kadar.
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Fenitoin BPFI, larutkan dalam metanol P, jika perlu
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
metanol P hingga kadar lebih kurang 10 g per ml.
dengan rumus:
Larutan uji Gunakan Larutan uji A, seperti tertera
pada Penetapan kadar.
Larutan resolusi Buat larutan benzoin dalam  ri   CS 
metanol P hingga kadar lebih kurang 10 g per ml.
      100
Larutkan 10 mg Fenitoin BPFI dalam 10,0 ml larutan  rS   CU 
benzoin.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Larutan uji; rs adalah respons puncak cemaran dari
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom Larutan baku; CS adalah kadar cemaran dalam mg per
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ml Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1,5 ml ml Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Hitung persentase masing-masing cemaran lain
resolusi dan rekam respons puncak seperti tertera dalam zat dengan rumus:
pada Prosedur: waktu retensi relatif fenitoin dan
benzoin berturut-turut adalah lebih kurang 0,75 dan  ri   CS 
1,0 dan resolusi, R, tidak kurang dari 1,5.       100
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah  rS   CU 
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain
kromatogram dan ukur respons semua puncak. dari Larutan uji; rs adalah respons puncak fenitoin
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam dari Larutan baku; CS adalah kadar Fenitoin BPFI
Larutan uji dengan rumus: dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
– 2507 –

ditimbang. Masing-masing cemaran dan jumlah Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku rekam
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Tabel. pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Tabel lebih dari 0,73%.
Nama Waktu retensi Batas Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
relatif (%) volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan
Senyawa sejenis A Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
0,14 0,5
fenitoin kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Senyawa sejenis B 0,53 persentase fenitoin, C15H12N2O2, dalam zat dengan
0,9
fenitoin rumus:
Fenitoin 1,0 -
Benzofenon 2,11 0,1  rU   CS 
Benzil 2,23 -       100
Masing-masing cemaran
- 0,10  rS   CU 
lain
Total cemaran - 0,9 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%. Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Fenitoin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
Hilangkan persyaratan adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
Cemaran senyawa organik mudah menguap berdasarkan bobot yang ditimbang.
<471> Metode V Memenuhi syarat.
Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat.
Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada FENITOIN NATRIUM
Kromatografi <931>.
Phenytoin Sodium
Larutan A Buat larutan kalium fosfat monobasa
0,05 M. Atur pH hingga 2,5 dengan penambahan
asam fosfat P.
Larutan B Campuran metanol P-asetonitril P
(60:40).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. 5,5-Difenilhidantoin garam natrium [630-93-3]
Pengencer Buat campuran Larutan B-air (1:1). C15H11N2NaO2 BM 274,25
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer Fenitoin Natrium mengandung tidak kurang dari
hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml. Jika perlu 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C15H11N2NaO2,
lakukan sonikasi untuk melarutkan. dihitung terhadap zat kering.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga Pemerian Serbuk putih; tidak berbau; agak
kadar lebih kurang 0,2 mg per ml. Jika perlu lakukan higroskopis; secara bertahap menyerap karbon
sonikasi untuk melarutkan. dioksida dari udara.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom Kelarutan Mudah larut dalam air, larutan biasanya
4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan agak keruh karena terhidrolisa sebagian dan
ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menyerap karbon dioksida; larut dalam etanol; praktis
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: tidak larut dalam eter dan dalam kloroform.

Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) Perubahan


0 60 40 Baku pembanding
23 60 40 Fenitoin BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan
38 42 58 dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
45 30 70 Senyawa sejenis A Fenitoin BPFI; Senyawa sejenis B
50 30 70 Fenitoin BPFI; Fenitoin Natrium BPFI; lakukan
51 60 40 pengeringan pada suhu 105˚ selama 4 jam sebelum
55 60 40 digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
– 2508 –

Perubahan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,


Identifikasi larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
A. Spektrum serapan inframerah zat yang kadar lebih kurang 1 mg per ml.
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Lakukan kromatografi terhadap Larutan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
sama seperti pada Fenitoin Natrium BPFI. semua respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
B. Menunjukkan reaksi nyala api Natrium seperti resolusi, R, antara puncak fenitoin dan benzoin tidak
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan A Larutkan lebih kurang 2,7 g asam Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur semua
metoksifenilasetat P dalam 6 ml larutan respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
tetrametilammonium hidroksida P. Tambahkan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
20 ml etanol mutlak P. masing-masing senyawa tidak lebih dari 5,0%.
Larutan B Timbang saksama sejumlah ammonium [Catatan Waktu retensi relatif fenitoin dan benzoin
karbonat P, larutkan dan encerkan dengan air hingga berturut-turut adalah 1,0 dan 1,3].
kadar lebih kurang 158 mg per ml. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji Pijarkan 1 g zat dan dinginkan. volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan
Tambahkan 2 ml air ke dalam residu, netralkan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
larutan dengan asam hidroklorida P. Saring dan kromatogram dan ukur semua respons puncak.
encerkan filtrat dengan air hingga volume 4 ml. Hitung persentase Senyawa sejenis A Fenitoin,
Prosedur Pada 0,1 ml Larutan uji tambahkan Senyawa sejenis B Fenitoin, dan Benzofenon dalam
1,5 ml Larutan A, dinginkan di dalam air es selama zat dengan rumus:
30 menit: terbentuk endapan kristal putih,
voluminous. Pindahkan ke dalam air suhu 20 dan  rU   CS 
aduk selama 5 menit: endapan tidak menghilang.       100
Tambahkan 1 ml ammonia LP: endapan terlarut  rS   CU 
sempurna. Tambahkan 1 ml Larutan B: tidak
terbentuk endapan.
rU adalah respons puncak senyawa sejenis A fenitoin,
Tambahan persyaratan senyawa sejenis B fenitoin atau benzofenon dari
C. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai Larutan uji; rs adalah respons puncak senyawa
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada sejenis A fenitoin, senyawa sejenis B fenitoin atau
Penetapan kadar. benzofenon dari Larutan baku; CS adalah kadar analit
yang sesuai dalam g per ml Larutan baku; CU
Hilangkan persyaratan adalah kadar fenitoin natrium dalam g per ml
Kejernihan dan warna larutan Larutkan 1,0 g zat Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
dalam 20 ml air bebas karbon dioksida P, tambahkan Hitung persentase cemaran lain dalam zat dengan
natrium hidroksida 0,1 N hingga diperoleh larutan rumus:
jernih dan tidak berwarna: diperlukan tidak lebih dari
4,0 ml.
 ri   CS   M r1 
         100
Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 2,5%;  rS   CU   Mr2 
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam.

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
20 bpj. dari Larutan uji; rS adalah respons puncak fenitoin
Tambahan persyaratan dari Larutan baku; CS adalah kadar Fenitoin BPFI
Senyawa organik Lakukan penetapan dengan cara dalam g per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dalam g per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
Kromatografi <931>. ditimbang; Mr1 adalah bobot molekul fenitoin natrium
Fase gerak, Larutan kesesuaian system, dan sistem (274,25) dan Mr2 adalah bobot molekul fenitoin
kromatografi, Lakukan seperti tertera pada (252,27). Masing-masing cemaran dan jumlah
Penetapan kadar. cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Tabel.
benzofenon, Fenitoin BPFI, Senyawa sejenis A
Fenitoin BPFI dan Senyawa sejenis B Fenitoin BPFI, Tabel
larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan jika Nama Waktu retensi Batas
perlu bertahap dengan Fase gerak hingga kadar relatif (%)
berturut-turut lebih kurang 0,5 µg per ml; 1 µg per Senyawa sejenis A
ml; 9 µg per ml dan 9 µg per ml. 0,5 0,5
fenitoin
– 2509 –

Senyawa sejenis B berdasarkan bobot yang ditimbang; Mr1 adalah bobot


0,6 0,9
fenitoin molekul fenitoin natrium (274,25) dan Mr2 adalah
Fenitoin 1,0 - bobot molekul fenitoin (252,27).
Benzofenon 2,9 0,1
Masing-masing cemaran Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
- 0,10
lain rapat
Total cemaran - 0,9

Perubahan SUSPENSI ORAL FENITOIN


Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Phenytoin Oral Suspension
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Suspensi Oral Fenitoin adalah suspensi fenitoin
Dapar Buat larutan amonium fosfat monobasa dalam media yang sesuai. Mengandung fenitoin,
0,05 M. Atur pH hingga 2,5 dengan penambahan C15H12N2O2, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih
asam fosfat P. dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P-
metanol P (45:35:20), saring dan awaudarakan. Jika Perubahan
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Baku pembanding Fenitoin BPFI; tidak boleh
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin terlindung cahaya. Senyawa sejenis A Fenitoin;
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak Senyawa sejenis B Fenitoin.
hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per ml.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Perubahan
sejumlah Fenitoin BPFI dan benzoin, larutkan dan Identifikasi
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar berturut- A. Kocok sejumlah volume suspensi oral fenitoin
turut lebih kurang 0,1 mg per ml dan 0,15 mg per ml. setara dengan lebih kurang 100 mg fenitoin dengan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, 50 ml campuran eter P dan kloroform P (1 dalam 2)
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga dalam corong pisah. Uapkan ekstrak sampai kering
kadar 0,05 mg per ml. dan keringkan dalam hampa udara pada suhu 105º
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja selama 4 jam. Spektrum serapan inframerah dari
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 2 mg sampai 4 mg residu yang didispersikan dalam
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan 200 mg kalium bromida P, menunjukan maksimum
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan pada Fenitoin BPFI.
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
resolusi, R, antara puncak fenitoin dan puncak diperoleh pada Penetapan kadar.
benzoin tidak kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Perubahan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor Disolusi<1231>
ikutan tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif pada Media disolusi: 900 ml Dapar 1
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. [Catatan Alat tipe 2: 35 rpm.
waktu retensi relatif untuk fenitoin dan benzoin Waktu: 60 menit.
berturut-turut adalah 1,0 dan 1,3]. Lakukan penetapan jumlah fenitoin terlarut dengan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan pada Kromatografi <931>.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, Dapar 1 Larutan 36,3 g tris (hidroksimetil)
ukur respons puncak utama. Hitung persentase aminometana P dan 60 g natrium lauril sulfat P
fenitoin natrium, C15H11N2NaO2, dalam zat dengan dalam 6000 ml air, atur pH hingga 7,5 dengan
rumus: penambahan asam hidroklorida P, awaudarakan.
Dapar 2 Larutkan 2,76 g natrium fosfat
 rU   CS   M r1  monobasa P dalam 1000 ml air.
         100 Fase gerak Buat campuran metanol P-
 rS   CU   M r2  asetonitril P-Dapar 2 (27:23:50). Atur pH hingga 3,0
dengan penambahan asam fosfat P.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
Fenitoin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; larutkan dalam metanol P sejumlah 3% volume labu,
CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
– 2510 –

encerkan dengan Media disolusi sampai tanda. Larutan Tambahan persyaratan


mengandung 0,14 mg per ml. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji Kocok suspensi dengan baik lebih Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kurang 100 kali pengocokan. [Catatan Tetapkan Kromatografi <931>.
bobot jenis suspensi oral dan gunakan dalam Pengencer, Fase gerak, dan Sistem kromatografi
perhitungan jumlah dalam mg, fenitoin yang Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
terlarut.] Ambil lebih kurang 5 ml suspensi Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin
menggunakan siring 5 ml, kemudian timbang BPFI, Senyawa Sejenis A Fenitoin BPFI, dan
saksama. Turunkan posisi dayung, kosongkan hati- Senyawa Sejenis B Fenitoin BPFI, larutkan dan
hati tiap siring ke bagian dasar tiap labu disolusi yang encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
berisi Media disolusi. Jalankan alat. Timbang dengan Pengencer hingga kadar berturut-turut lebih
kembali tiap siring, hitung jumlah suspensi yang kurang 1 µg per ml; 9 µg per ml; dan 9 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah suspensi
dimasukkan ke dalam tiap labu disolusi. Pada akhir
oral, encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
waktu 60 menit, pipet 4 ml alikot dari tiap labu kurang 1 mg per ml.
disolusi, saring melalui penyaring nilon dengan Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
porositas 0,45 µm yang sudah dibasahi dengan Media kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
disolusi. [Catatan Jika perlu encerkan dengan Media pada Prosedur: perbandingan “signal to noise” tidak
disolusi hingga kadar sama dengan Larutan baku.] kurang dari 10 dan simpangan baku relatif pada
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0% untuk
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom puncak fenitoin. [Catatan Waktu retensi relatif
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir tertera pada Tabel.]
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase senyawa sejenis A fenitoin dan senyawa
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% untuk
sejenis B fenitoin, dalam suspensi oral dengan rumus:
fenitoin.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
 ri   CS 
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan       100
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam  rS   CU 
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase fenitoin, C15H12N2O2, yang terlarut dengan ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak masing-
rumus : masing cemaran yang sesuai dari Larutan uji dan
Larutan baku; CS adalah kadar masing-masing
 rU  cemaran yang sesuai dalam mg per ml Larutan baku
  CS  V  D  
d  1
      100 dan CU adalah kadar fenitoin dalam mg per ml Larutan
 rS  W   L  uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Hitung
persentase masing-masing cemaran lain dalam
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak fenitoin suspensi oral dengan rumus :
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Fenioin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; V  ri   CS 
adalah volume Media disolusi, 900 ml; D adalah faktor
      100
pengenceran (jika Larutan uji diencerkan); d adalah  rS   CU 
bobot jenis dalam gram per ml suspensi oral; W adalah
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
bobot dalam gram suspensi oral yang digunakan; L
lain dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
adalah jumlah dalam mg per ml suspensi oral yang
fenitoin dari Larutan baku; CS adalah kadar Fenitoin
tertera pada etiket. BPFI dalam mg per ml Larutan baku:CU adalah
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak kadar fenitoin dalam mg per ml Larutan uji
kurang dari 80% (Q) fenitoin, C15H12N2O2, dari berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Masing-
jumlah yang tertera pada etiket. masing cemaran dan jumlah cemaran tidak lebih dari
batas yang tertera pada Tabel.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Untuk suspensi oral yang dikemas dalam wadah dosis Tabel
tunggal. Nama Waktu retensi Batas
relatif (%)
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat. Seyawa sejenis A 0,14 0,9
Untuk suspensi oral yang dikemas dalam wadah dosis fenitoin
ganda. Seyawa sejenis B 0,53 0,9
fenitoin
– 2511 –

Fenitoin 1,0 - rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak


Masing-masing - 0,10 fenitoin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
cemaran lain kadar Fenitoin BPFI dalam mg per ml Larutan baku
Total cemaran - 0,9 dan CU adalah kadar fenitoin dalam mg per ml
Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%. Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket.
Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Perubahan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. rapat. Simpan dalam suhu ruang terkendali,
Larutan A Buat larutan kalium monobasa fosfat terlindung cahaya dan hindari pembekuan.
0,05 M, atur pH hingga 2,5 dengan penambahan asam
fosfat P. Penandaan Pada etiket wadah dosis ganda
Larutan B Campuran metanol P-asetonitril P (60:40). dicantumkan pernyataan bahwa pasien harus
Pengencer Campuran Larutan B-air (1:1). menggunakan takaran yang tepat.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian seperti FENOTEROL HIDROBROMIDA
tertera pada Kesesuaian sistem dalam Kromatografi Fenoterol Hidrobromide
<931> .
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
hingga diperoleh kadar 0,2 mg per ml. Jika perlu
lakukan sonikasi untuk membantu melarutkan.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah volume
suspensi setara dengan 20 mg fenitoin, masukkan ke
dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan 20 ml
metanol P, larutkan dan encerkan dengan Pengencer Perubahan
sampai tanda. Jika perlu lakukan sonikasi untuk (1RS)-1-(3,5-Dihidroksifenil)-2-[[(1RS)-2-(4-
membantu melarutkan. hidroksifenil)-1- metiletil]amino]etanol
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja hidrobromida [1944-12-3]
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom C17H21NO4.HBr BM 384,3
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1, dengan
ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per Fenoterol Hidrobromida mengandung tidak kurang
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut : dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%,
C17H21NO4.HBr, dihitung terhadap zat kering.
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih.
0 60 40
23 60 40
Kelarutan Larut dalam air dan dalam etanol P.
38 42 58
45 30 70
Perubahan
50 30 70
Baku pembanding Fenoterol Hidrobromida BPFI;
51 60 40
Fenoterol untuk identifikasi (berisi Cemaran B
55 60 40
dan C).
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Perubahan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Identifikasi
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan
Lakukan identifikasi B dan E atau A, C, D, dan E.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
A. Spektrum serapan ultraviolet larutan 0,01%
lebih dari 0,73%.
dalam asam hidroklorida P 7,3% pada panjang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
gelombang antara 230 nm dan 350 nm menunjukkan
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
serapan maksimum pada panjang gelombang 275 nm
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dan bahu pada 280 nm. Serapan jenis antara 80 dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
86.
persentase fenitoin, C15H12N2O2, dalam suspensi oral
B. Spektrum serapan inframerah zat yang
dengan rumus:
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
 rU   CS  sama seperti pada Fenoterol Hidrobromida BPFI.
     100 C. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
 rS   CU  pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis
<281>.
– 2512 –

Fase gerak Campuran amonium hidroksida P– kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
air–metanol bebas aldehida P (1,5:10:90). <931>.
Penjerap Campuran silika gel P. Fase gerak Buat campuran natrium fosfat dibasa
Larutan baku Timbang saksama 10 mg Fenoterol 0,067 M-metanol P-kalium fosfat monobasa 0,067 M
Hidrobromida BPFI, larutkan dan encerkan dengan (105:46:1), atur pH 8,5 dengan asam fosfat P, saring
10,0 ml etanol P. dan awaudarakan.
Larutan uji Timbang saksama 10 mg zat, larutkan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dan encerkan dengan 10,0 ml etanol P. larutkan dalam air hingga kadar 0,25%.
Penampak bercak Gunakan larutan kalium Larutan baku Timbang saksama Fenoterol
permanganat P 1%. hidrobromida BPFI, larutkan dalam air hingga kadar
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 0,25%.
2 l Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng Prosedur Suntikkan secara terpisah Larutan baku
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana dan Larutan uji ke dalam kromatograf, yang
kromatografi berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
merambat 15 cm. Angkat lempeng, tandai batas 4,6 mm x 20 cm berisi bahan pengisi L1. Dalam
rambat, keringkan. Semprot dengan Penampak kromatogram Larutan baku terdapat puncak
bercak: harga Rf, warna dan ukuran bercak utama enansiomer (SR)- dan (RS)- segera setelah puncak
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. utama. Atur sensitivitas alat hingga tinggi puncak
D. Larutkan 10 mg zat dalam 50 ml dinatrium enansiomer (SR)- dan (RS)- tidak kurang dari 10%
tetraborat P 2%. Tambahkan 1 ml 4-aminofenazon P dari defleksi skala penuh. Ukur tinggi puncak
1%, 10 ml larutan kalium besi(III) sianida P 0,2%, enansiomer (SR)- dan (RS)- dengan membuat garis
dan 10 ml metilena klorida P. Kocok dan biarkan tegak lurus dari puncak ke garis dasar yang
memisah: terjadi warna coklat kemerahan pada menyinggung lembah diantara dua puncak tersebut.
lapisan bawah. Hitung kadar enansiomer (SR)- dan (RS)- zat uji
E. Menunjukkan reaksi Bromida cara B dan C terhadap enansiomer (SR)- dan (RS)- Fenoterol
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Hidrobromida BPFI. Pengujian memenuhi syarat jika
tinggi lembah di antara puncak enansiomer (SR)- dan
Perubahan (RS)- dari puncak utama kurang dari 4% dari defleksi
pH <1071> Antara 4,2 dan 5,2; lakukan penetapan skala penuh dan waktu retensi puncak utama kurang
menggunakan larutan 4% dalam air bebas karbon dari 20 menit.
dioksida P.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Perubahan lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan tetap menggunakan 1,0 g zat.
penetapan menggunakan larutan 4,0% dalam air
bebas karbon dioksida P. Perubahan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%;
Perubahan lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat.
Warna dan akromisitas <1291> Metode III Warna
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W7; Tambahan persyaratan
lakukan penetapan menggunakan larutan 4,0% dalam Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
air bebas karbon dioksida P. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. [Catatan Larutan dibuat
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari segar.]
10 bpj; lakukan penetapan menggunakan 4 g zat dan Fase gerak Larutkan 24 g dinatrium hidrogen
4 ml Larutan baku timbal (10 bpj) sebagai larutan fosfat anhidrat P dalam 1000 ml air. Campur 69
baku. bagian larutan ini dengan 1 bagian larutan kalium
dihidrogen fosfat P 9 g per 1000 ml, atur pH hingga
Perubahan 8,5 dengan penambahan asam fosfat P dan
Besi <331>Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan tambahkan 35 bagian metanol P. Saring dan
penetapan menggunakan residu Sisa pemijaran yang awaudarakan.
dilarutkan dalam 2,5 ml asam hidroklorida P 7,3% Larutan uji Larutkan 24,0 mg zat dalam air hingga
dan encerkan dengan air hingga 10 ml. 20,0 ml.
Larutan baku A Larutkan 24,0 mg Fenoterol
Hilangkan persyaratan Hidrobromida BPFI (berisi cemaran A) dalam
Fenon Serapan larutan 4% pada 330 nm tidak lebih 20,0 ml air.
dari 0,42. Larutan baku B Larutkan isi vial baku
pembanding Fenoterol untuk identifikasi (berisi
Hilangkan persyaratan Cemaran B dan Cemaran C) dengan 1 ml air.
Enansiomer (SR)- dan (RS)-Tidak lebih dari 4 %; Larutan baku C Encerkan 10,0 ml Larutan uji
lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair dengan air hingga 50,0 ml. Encerkan 1,0 ml larutan
ini dengan air hingga 100,0 ml.
– 2513 –

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Tiap ml perak nitrat 0,1 N


tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom setara dengan 38,43 mg C17H22BrNO4
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per Perubahan
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung
A, rekam kromatogram dan ukur respons puncak cahaya.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
puncak fenoterol dan cemaran A tidak kurang dari
3,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku B, FLUFENAZIN ENANTAT
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Fluphenazine Enantate
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
cemaran B dan cemaran C tidak kurang dari 1,5.
Waktu retensi relatif cemaran terhadap fenoterol
(waktu retensi lebih kurang 7 menit) yang tertera
pada Tabel.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan uji,
Larutan baku A, Larutan baku B, dan Larutan baku C
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 3 kali 2-[4-[3-[2-(Trifluorometil) fenotiazin-10-il]
waktu retensi fenoterol, ukur semua respons puncak. Propel]-1-piperazinil]etil heptanoat [2746-81-8]
Masing-masing cemaran dan jumlah cemaran tidak C29H38F3N3O2S BM 549,69
lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
Flufenazin Enantat mengandung tidak kurang dari
Tabel 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%, C29H38F3N3O2S,
Nama Waktu retensi Batas dihitung terhadap zat kering.
relatif
Cemaran A 1,3 4,0% dihitung Perubahan
terhadap Larutan Pemerian Cairan kental, jernih sampai sedikit keruh,
baku A kuning pucat sampai kuning jingga; bau khas; tidak
Cemaran B 2,0 Tidak lebih dari stabil terhadap cahaya kuat, stabil di udara pada suhu
respons puncak ruang.
utama Larutan baku
C (0,2%) Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam
Cemaran C 2,2 Tidak lebih dari 1,5 etanol, dalam kloroform, dan dalam eter.
kali respons puncak
utama Larutan baku Baku pembanding Flufenazin Enantat
C (0,3%) Dihidroklorida BPFI; tidak boleh dikeringkan
Masing-masing - Tidak lebih dari 0,5 sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
cemaran lain kali respons puncak rapat dan terlindung cahaya. [Catatan Selama
utama Larutan baku melakukan prosedur berikut ini, lindungi zat uji,
C (0,10%) Baku pembanding, dan larutan yang mengandung
Total cemaran - Tidak lebih dari 1,5 bahan tersebut dengan melakukan prosedur langsung
selain cemaran kali respons puncak tanpa penundaan, di bawah cahaya redup atau
A utama Larutan baku menggunakan peralatan kaca aktinik rendah.]
C (0,3%)
Abaikan respons puncak 0,25 kali respons puncak Perubahan
utama Larutan baku C (0,05%). Identifikasi
A. Masukkan lebih kurang 50 mg zat dan lebih
Perubahan kurang 50 mg Flufenazin Enantat Dihidroklorida
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang BPFI secara terpisah ke dalam tabung sentrifus kecil
600 mg zat, larutkan dalam 50 ml air, tambahkan bersumbat kaca. Perlakukan tiap tabung sebagai
5 ml asam nitrat 2 N, 25 ml perak nitrat 0,1 N LV berikut: Tambahkan 1,5 ml larutan natrium
dan 2 ml amonium besi(III) sulfat LP. Kocok dan hidroksida P (1 dalam 250) dan campur. Tambahkan
titrasi dengan amonium tiosianat 0,1 N LV hingga 2 ml karbon disulfida P, kocok kuat selama 2 menit
dan sentrifus. Keringkan bagian bawah berupa
terjadi warna jingga. Lakukan penetapan blangko.
lapisan bening dengan menyaring melewati 2 g
Selisih titran penetapan blangko dan uji adalah
natrium sulfat anhidrat P. Spektrum serapan
jumlah perak nitrat yang digunakan.
inframerah zat dalam sel 0,1 mm menunjukkan
– 2514 –

maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Flukloksasilin Natrium mengandung tidak kurang
sama seperti pada Flufenazin Enantat Dihidroklorida dari 95,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
BPFI. C19H16ClFN3NaO5S, dihitung terhadap zat anhidrat.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg per
ml dalam asam hidroklorida metanolat (8,5 dalam Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih;
1000), menunjukkan maksimum dan minimum pada higroskopis.
panjang gelombang yang sama seperti pada
Flufenazin Enantat Dihidroklorida BPFI; daya serap Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam metanol
molar masing-masing dihitung terhadap zat kering, dan larut dalam etanol.
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 258 nm, berbeda tidak lebih dari 2,5%. Perubahan
Baku pembanding Flukloksasilin Natrium BPFI;
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Kloksasilin BPFI; Dikloksasilin BPFI.
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
60º selama 3 jam. Perubahan
Identifikasi
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Lakukan identifikasi A dan D atau B, C dan D.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 30 bpj. didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Cemaran umum <481> sama seperti pada Flukloksasilin Natrium BPFI.
Larutan uji Gunakan pelarut etanol P. B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Larutan baku Gunakan pelarut etanol P. lapis tipis seperti tertera pada Identifikasi secara
Fase gerak Buat campuran etanol P-asam asetat kromatografi lapis tipis <281>.
glasial P-air (3:1:1). Penjerap Campuran silika gel P tersilanisasi.
Penampak bercak Gunakan teknik penampak Larutan amonium asetat Buat larutan amonium
bercak nomor 1. asetat P 154 g per liter, atur pH hingga 5,0 dengan
penambahan asam asetat glasial P.
Perubahan Fasa gerak Campuran aseton P-larutan amonium
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang asetat (3:7).
500 mg zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial Larutan uji Larutkan 25 mg zat dalam 5 ml air.
P, tambahkan 1 tetes kristal violet LP, titrasi dengan Larutan baku A Larutkan 25 mg Flukloksasilin
asam perklorat 0,1 N LV, sampai titik akhir hijau- Natrium BPFI dalam 5 ml air.
biru. Lakukan penetapan blangko. Larutan baku B Larutkan sejumlah 25 mg masing-
masing Kloksasilin Natrium BPFI, Dikloksasilin
Tiap ml asam perklorat 0,1 N Natrium BPFI, dan Flukloksasilin Natrium BPFI
setara dengan 27,49 mg C29H38F3N3O2S dalam 5 ml air.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 1 µl Larutan baku A, Larutan baku B, dan Larutan uji
rapat, tidak tembus cahaya. pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak, biarkan
Fase gerak merambat hingga 15 cm di atas garis
FLUKLOKSASILIN NATRIUM penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
Flucloxacillin Sodium keringkan dan paparkan pada uap iodin P hingga
bercak terlihat: harga Rf, warna dan ukuran bercak
utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku A.
Kromatogram Larutan baku B menunjukkan 3 bercak
yang jelas terpisah .
C. Sejumlah 2 mg zat uji dalam tabung reaksi
ukuran 150 mm x 15 mm, basahi dengan 0,05 ml air
dan tambahkan 2 ml asam sulfat-formaldehida LP.
Goyang tabung untuk mencampur: terjadi warna
kuning kehijauan. Letakkan tabung reaksi pada tangas
Perubahan
air selama 1 menit: terjadi warna kuning.
Natrium (2S,5R,6R)-6-[[[3-(2-kloro-6-fluorofenil)-5-
D. Menunjukkan reaksi Natrium cara A dan D
metilisoksazol-4-il]karbonil]amino]-3,3-dimetil-7- seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
okso-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0]heptan-2-karboksilat
monohidrat [1847-24-1] Tambahan persyaratan
C19H16ClFN3NaO5S.H2O BM 493,9 Kejernihan larutan <881> Harus jernih; serapan
pada panjang gelombang 430 nm tidak lebih dari
– 2515 –

0,04. Lakukan penetapan menggunakan larutan 10% dengan 1 ml Larutan baku internal selama 1 menit.
dalam air bebas karbon dioksida P. Biarkan lapisan memisah, jika perlu lakukan
sentrifugasi, gunakan lapisan atas.
Perubahan Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan detektor ionisasi nyala dan kolom leburan silika
menggunakan larutan 10% dalam air bebas karbon 0,53 mm x 10 meter dilapisi makrogol 20.000
dioksida P. 2-nitrotereftalat (G35) setebal 1,0 μm. Gunakan gas
helium sebagai gas pembawa dengan laju alir 10 ml
Rotasi jenis <1081> Antara +158 dan +168; per menit. Suhu injektor 200°, suhu detektor 300°
lakukan penetapan menggunakan larutan 1%. dan atur suhu kolom sebagai berikut:
Hilangkan persyaratan
waktu suhu kenaikan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; jika digunakan
untuk pembuatan sediaan parenteral. suhu Keterangan
(menit) () (/menit)
Hilangkan persyaratan 0-2 40 - isotermal
Diklorometana Tidak lebih dari 0,2% b/b; lakukan 2-7,3 40  200 30 gradien
penetapan secara Kromatografi gas seperti tertera linear
pada Kromatografi <931>, menggunakan larutan 7,3-10,3 200 - isotermal
dalam air yang mengandung (1) diklorometana
0,020% dan 1,2-dikloroetana 0,020% sebagai larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
baku internal, (2) zat uji 10%, (3) zat uji 10 % dan volume sama (lebih kurang 1 μl) Larutan baku dan
larutan baku internal 0,020%. Kromatograf gas Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dilengkapi dengan kolom kaca 4 mm x 1,5 m berisi kromatogram dan ukur semua respons puncak.
bahan penyangga tanah diatome yang tersilanisasi Hitung persentase asam 2-etilheksanoat dengan
dan dicuci dengan asam, berukuran 100 mesh sampai
rumus:
120 mesh, disalut dengan polietilen glikol 1000 P
10% dan pertahankan suhu pada 60. Hitung
persentase diklorometana menggunakan bobot  RU   CS 
1,325 g per ml pada suhu 20º.       100
 RS   CU 
Hilangkan persyaratan
Senyawa penyerap iodum Tidak lebih dari 5,0%,
dihitung terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
sebagai berikut: larutkan 125 mg zat dalam dapar puncak asam 2-etilheksanoat terhadap baku internal
fosfat pH 7,0 hingga volume 25 ml. Pipet 10 ml dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
larutan ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 10 ml 2-etilheksanoat dalam mg per ml Larutan baku; CU
dapar fosfat pH 4,0 dan 10 ml iodum 0,02 N LV dan adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
titrasi segera dengan natrium tiosulfat 0,01 N LV berdasarkan bobot yang ditimbang.
menggunakan indikator kanji LP yang ditambahkan
mendekati titik akhir. Lakukan penetapan blangko. Air <1031> Metode I Antara 3,0% dan 4,5%;
lakukan penetapan menggunakan 300 mg zat.
Tiap ml natrium tiosulfat 0,01 N
setara dengan 0,524 mg senyawa penyerap iodum Pirogen <231> Memenuhi syarat; jika digunakan
untuk pembuatan sediaan parentral lakukan
Tambahan persyaratan penetapan menggunakan dosis uji 1 ml per kg bobot
N,N Dimetilanilina <362> Tidak lebih dari 20 bpj. kelinci yang mengandung flukloksasilin natrium
20 mg per ml dalam air untuk Injeksi P.
Tambahan persyaratan
Asam 2-etilheksanoat Tidak lebih dari 0,8%; Tambahan persyaratan
lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas, Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku internal Larutkan 100 mg 3-asam
Kromatografi <931>.
sikloheksilpropionat dalam 100 ml sikloheksana P.
Larutan baku Larutkan 75 mg asam 2-etil Dapar Larutan kalium dihidrogen fosfat P 2,7 g per
heksanoat dalam Larutan baku internal hingga liter, atur pH hingga 5,0 dengan penambahan natrium
50,0 ml. Pipet 1 ml larutan, tambahkan 4,0 ml asam hidroksida P 8,5%.
hidroklorida 33% v/v. Kocok kuat selama 1 menit. Fase Gerak Campuran asetonitril P-Dapar (25:75),
Biarkan lapisan memisah, jika perlu lakukan saring dan awaudarakan.
sentrifugasi, gunakan lapisan atas. Larutan uji A Larutkan 50 mg zat dalam Fase
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 300 mg gerak dan encerkan dengan Fase gerak hingga
zat, masukkan ke dalam labu tentukur, tambahkan 50,0 ml.
4,0 ml asam hidroklorida 33% v/v. Kocok kuat
– 2516 –

Larutan uji B Pipet 5 ml Larutan uji A, encerkan FLUOKORTOLON HEKSANOAT


dengan Fase gerak hingga 50,0 ml. Fluokortolon Kaproat
Larutan baku A Larutkan 50,0 mg Flukloksasilin Fluocortolone Hexanoate
Natrium BPFI dalam 50,0 ml Fase gerak. Encerkan
5,0 ml larutan dengan Fase gerak hingga 50,0 ml.
Larutan baku B Pipet 5 ml Larutan baku A,
encerkan dengan Fase gerak hingga 50,0 ml.
Larutan baku C Larutkan 5 mg masing-masing 6α-
Flukloksasilin Natrium BPFI dan Kloksasilin Natrium
BPFI dalam 50,0 ml Fase gerak.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 4,0 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran Fluoro-11β-hydroxy-16α-methyl-3,20-dioxopregna-
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per menit. 1,4-dien-21-il hexanoate [303-40-2]
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku C C28H39FO5 BM 474,6
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
puncak kloksasilin (puncak pertama) dengan Fluokortolon Heksanoat mengandung tidak kurang
flukloksasilin (puncak kedua) tidak kurang dari 2,5. dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%, C28H39FO5,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dihitung terhadap zat kering.
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan uji A,
Larutan baku B, dan Larutan baku C ke dalam Perubahan
kromatograf, rekam kromatogram 6 kali waktu retensi Pemerian Serbuk hablur, putih sampai putih krem.
flukloksasilin, ukur semua respons puncak. Masing-
masing cemaran A, B, C, D, E tidak lebih besar dari Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam
respons puncak utama Larutan baku B (1,0%). Total eter; sangat sukar larut dalam etanol dan dalam
respons puncak cemaran tidak lebih dari 5 kali respons metanol; sukar larut dalam aseton dan dalam 1,4-
puncak utama Larutan baku B (5%). Abaikan respons dioksan.
puncak kurang dari 0,05 kali respons puncak utama
Larutan baku B (0,05%). Perubahan
Baku pembanding Fluokortolon Heksanoat BPFI;
Perubahan Fluokortolon Pivalat BPFI.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Perubahan
Kromatografi <931>. Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
Dapar, Fase gerak, Larutan baku, dan Larutan uji didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
Lakukan seperti pada Senyawa sejenis. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada sama seperti pada Fluokortolon Heksanoat BPFI.
Senyawa sejenis. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku A seperti tertera pada Prosedur: Serapan cahaya Perbandingan serapan larutan uji
simpangan baku relatif pada enam kali penyuntikan yang tertera dalam Penetapan kadar, pada panjang
ulang tidak lebih dari 1,0%. gelombang serapan maksimum 242 nm terhadap
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 263 nm adalah antara 2,15 dan 2,35.
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan uji B dan
Larutan baku A ke dalam kromatograf, rekam Rotasi jenis <1081> Antara +97º dan +103º, lakukan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung penetapan menggunakan larutan 1% dalam 1,4-
persentase flukloksasilin natrium, C19H16ClFN3NaO5S, dioksan P yang dibuat dengan bantuan pemanasan.
dalam zat dengan rumus:
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
 rU   CS  lakukan pengeringan pada suhu 105° hingga bobot
      100 tetap, menggunakan 1 g zat.
 rS   CU 
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji B dan Larutan baku A; CS adalah kadar Hilangkan persyaratan
Flukloksasilin Natrium BPFI dalam mg per ml Steroid asing sejenis Lakukan Kromatografi lapis
Larutan baku A; CU adalah kadar flukloksasilin tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
natrium dalam mg per ml Larutan uji B berdasarkan Totolkan secara terpisah pada lempeng silika gel G
bobot yang ditimbang. 3 µl larutan dalam aseton P yang mengandung (1) zat
0,50% dan 1 µl dari masing-masing larutan dalam
Perubahan campuran kloroform P dan metanol P (9:1) yang
Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup mengandung (2) Fluokortolon Heksanoat BPFI 1,5%
rapat, pada suhu tidak lebih dari 25º. Jika akan dan (3) Prednison BPFI; Prednisolon Asetat BPFI;
digunakan untuk pembuatan sediaan parenteral, harus Kortison Asetat BPFI; Deoksikorton Asetat BPFI.
disimpan dalam wadah steril dan disegel. Masing-masing 0,030%. Masukkan lempeng ke
– 2517 –

dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan FLUOKORTOLON PIVALAT


dengan fase gerak campuran 1,2-dikloroetana P- Fluocortolone Pivalate
metanol P-air (95:5:0,2) hingga merambat 15 cm di Perubahan
atas garis penotolan. Angkat lempeng, biarkan fase
gerak menguap, panaskan pada suhu 105º selama
10 menit, dinginkan dan semprot dengan biru
tetrazolium alkali LP. Harga Rf warna dan intensitas
bercak utama larutan (1) sesuai dengan larutan (2).
Tidak ada bercak lain selain bercak utama dari
larutan (1) yang lebih intensif dari bercak yang
diperoleh pada larutan (3).

Tambahan persyaratan
Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara 6α-Fluoro-11β-hidroksi-16α-metil-3,20-
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dioksopregna-1,4-diena-21-il 2,2-dimetilpropanoat
Kromatografi <931>. [29205-06-9]
Fase gerak Campuran metanol P-air-asetonitril P C27H37FO5 BM 460,6
(25:32:50). Saring dan awaudarakan.
Pengencer Campuran air-asetonitril P (1:9). Fluokortolon pivalat mengandung, C27H37FO5, tidak
Larutan uji 1 Buat larutan zat 0,04% dalam kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%,
Pengencer. dihitung terhadap zat kering.
Larutan uji 2 Pipet 1 ml Larutan uji 1, ke dalam
labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Pengencer Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih.
sampai tanda.
Larutan baku Buat larutan yang mengandung Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat sukar
masing-masing 0,002% Fluokortolon Pivalat BPFI dan larut dalam etanol; mudah larut dalam metilena
Fluokortolon Heksanoat BPFI dalam Pengencer. klorida dan dalam dioksan.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 242 nm dan kolom Perubahan
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Baku pembanding Fluokortolon Pivalat BPFI;
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml Noretisteron BPFI; Prednisolon Heksanoat BPFI;
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Senyawa Sejenis A Fluokortolon; Senyawa Sejenis B
uji 2, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Fluokortolon; Senyawa Sejenis C Fluokortolon;
seperti tertera pada Prosedur: atur sensitivitas sistem Senyawa Sejenis D Fluokortolon.
sehingga tinggi puncak utama sedikitnya 50% dari
skala penuh. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Perubahan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Identifikasi
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara dua Lakukan identifikasi A dan B atau B, C dan D.
puncak utama tidak kurang dari 6,0. A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan uji 1 dan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Larutan uji 2 ke dalam kromatograf, rekam sama seperti pada Fluokortolon Pivalat BPFI.
kromatogram 2 kali waktu retensi fluokortolon B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
heksanoat dan ukur semua respons puncak. Respons lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
puncak sekunder pada kromatogram Larutan uji 1 Penjerap Gunakan silika gel F254.
tidak lebih besar dari respons puncak utama Larutan Fase gerak Campuran air-metanol P-eter P-
uji 2 (1%); total respons puncak sekunder pada metilena klorida P (1,2:8:15:77). (Tambahkan
kromatogram Larutan uji 1 tidak lebih besar dua kali campuran air dan metanol P, ke dalam campuran
respons puncak utama Larutan uji 2 (2%). Abaikan eter P dan metilena klorida P).
respons puncak kurang dari 0,025 kali respons Pengencer Campuran metilena klorida P dan
puncak utama Larutan uji 2 (0,025%). metanol P (9:1).
Larutan baku A Larutkan 20 mg Fluokortolon
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang Pivalat BPFI dalam 20 ml Pengencer.
15 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, Larutan baku B Larutkan 10 mg Noretisteron BPFI
larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. dalam 10 ml Larutan baku A.
Pipet 20 ml larutan ini, masukkan ke dalam labu Larutan uji Larutkan 10 mg zat dalam 10 ml
tentukur 100-ml dan encerkan dengan metanol P Pengencer.
sampai tanda. Ukur serapan pada panjang gelombang Penampak bercak Buat larutan asam sulfat P dalam
serapan maksimum lebih kurang 242 nm. Hitung etanol P secara hati-hati dengan mencampurkan 20 ml
jumlah dalam mg, C28H39FO5, serapan jenis pada asam sulfat P dalam 60 ml etanol P, dinginkan dan
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang encerkan dengan etanol P hingga 100 ml. Buat segar.
242 nm adalah 340. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
5 µl Larutan baku A, Larutan baku B, dan Larutan
Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah terlindung uji pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng
cahaya. ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak,
– 2518 –

biarkan Fase gerak merambat lebih dari 15 cm. 1,5% dalam pelarut campuran kloroform P-metanol P
Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan di (9:1).
udara dan amati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm:
ukuran dan harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai Tambahan persyaratan
dengan bercak utama Larutan baku A. Semprot Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
lempeng dengan Penampak bercak, panaskan pada Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
suhu 120° selama 10 menit hingga bercak terlihat, Kromatografi <931>.
dinginkan, amati di bawah cahaya tampak dan Fase gerak Campuran metanol P-asetonitril P- air
ultraviolet 365 nm: ukuran dan harga Rf warna bercak (25:30:32).
dan warna fluoresensi bercak utama Larutan uji Larutan uji Timbang saksama 10 mg zat, masukkan
sesuai dengan bercak utama Larutan baku A. ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan encerkan
Kesesuaian sistem Pada kromatogram Larutan baku dengan asetonitril P sampai tanda.
B terdapat dua bercak yang terpisah sempurna. Larutan baku A Pipet 1 ml Larutan uji ke dalam
C. Pada 1 mg zat, tambahkan 2 ml campuran asam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan asetonitril P
sulfat P dan asam asetat glasial P (3:2) dan panaskan sampai tanda.
di atas tangas air selama 1 menit: terjadi warna merah. Larutan baku B Timbang saksama masing-masing
Tambahkan 5 ml air: warna menjadi merah 2 mg Fluokortolon Pivalat BPFI dan Prednisolon
lembayung. Heksanoat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
D. Campurkan lebih kurang 5 mg zat dengan 45 mg 100-ml, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P
magnesium oksida P, pijarkan dalam krus sampai sampai tanda.
warna residu menjadi hampir putih (biasanya kurang Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dari 5 menit). Dinginkan dan tambahkan 1 ml air, dilengkapi dengan detektor 243 nm dan kolom 4,6 mm
0,05 ml fenolftalain LP, dan lebih kurang 1 ml asam x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
hidroklorida P 7,3%, untuk membuat larutan menjadi partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit.
tidak berwarna. Saring dan tambahkan ke dalam filtrat Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku B,
campuran 0,1 ml alizarin natrium sulfonat LP dan rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak
0,1 ml larutan zirkonil nitrat P 0,1% dalam campuran seperti pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
40 ml air dan 60 ml asam klorida P. fluokortolon pivalat dan prednisolon heksanoat tidak
E. LP yang dibuat segar. Campur dan diamkan kurang dari 5,0.
selama 5 menit. Bandingkan warna Larutan uji dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
blangko yang disiapkan dengan cara yang sama. volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku A dan
Larutan uji berwarna kuning dan blangko berwarna Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
merah. kromatogram selama tidak kurang dari dua kali waktu
eluasi fluokortolon pivalat dan ukur semua respons
Hilangkan persyaratan puncak. Masing-masing cemaran tidak lebih dari
Titik lebur <1021> Metode I Lebih kurang 187º. respons puncak utama Larutan baku A (1%); total
cemaran tidak lebih dari dua kali respons puncak
Hilangkan persyaratan utama Larutan baku A (2%); abaikan respons puncak
Serapan cahaya Perbandingan serapan larutan yang 0,025 kali dari luas puncak utama dari Larutan baku A
dibuat dengan cara seperti tertera pada Penetapan (0,025%).
kadar pada panjang gelombang serapan maksimum
242 nm terhadap 263 nm adalah antara 2,15 sampai Perubahan
2,35. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
30 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
Rotasi optik <1081> Antara +100 dan +105, larutkan dan encerkan dengan etanol mutlak P
lakukan penetapan menggunakan larutan 1% zat sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini, masukkan ke
kering dalam 1,4-dioksan P. dalam labu tentukur 100-ml dan encerkan dengan
etanol mutlak P sampai tanda. Ukur serapan pada
Perubahan panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; 242 nm. Hitung persentase fluokortolon pivalat,
lakukan pengeringan pada suhu 105° hingga bobot C27H37FO5, dalam zat; serapan jenis adalah 350.
tetap, menggunakan 1 g zat.
Penyimpanan Dalam wadah terlindung cahaya.
Perubahan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Lakukan penetapan menggunakan 1 g zat. TABLET FLUOKSETIN
Fluoxetine Tablet
Hilangkan persyaratan
Steroid asing sejenis Lakukan seperti tertera pada Perubahan
Fluokortolon Heksanoat, menggunakan 1 µl larutan Tablet Fluoksetin mengandung Fluoksetin
Hidroklorida, setara dengan fluoksetin, C17H18F3NO,
– 2519 –

tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%  rU   CS   M r1 


dari jumlah yang tertera pada etiket.         100
 rS   CU   M r2 
Baku pembanding Fluoksetin Hidroklorida BPFI;
Tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Senyawa Sejenis B Fluoksetin BPFI.
Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; CU adalah kadar fluoksetin dalam mg
Identifikasi
per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
A. Masukkan 1 tablet ke dalam wadah yang sesuai,
larutkan dalam 10 ml kloroform P dan saring. Bilas pada etiket; Mr1 adalah bobot molekul fluoksetin
wadah dengan 5 ml kloroform P dan saring, uapkan 309,33; Mr2 adalah bobot molekul fluoksetin
kumpulan filtrat dalam lemari asam dengan bantuan hidroklorida 345,79.
aliran udara dan pemanasan pada suhu rendah sampai Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak
kering. Spektrum serapan inframerah residu yang kurang dari 80% (Q) fluoksetin, C17H18F3NO, dari
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan jumlah yang tertera pada etiket.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Fluoksetin Hidroklorida BPFI. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.

Tambahan persyaratan Perubahan


B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
diperoleh pada Penetapan kadar. Kromatografi <931>.
Larutan A Larutkan 6,5 g natrium 1-oktansulfonat
Perubahan P dalam 1000 ml air, tambahkan 2,9 ml asam fosfat P
Disolusi <1231> dan atur pH hingga 3,0 dengan penambahan natrium
Media disolusi: 1000 ml asam hidroklorida 0,1 N hidroksida 5 N.
Alat tipe 1: 100 rpm Fase gerak Buat campuran Larutan A-asetonitril P
Waktu: 15 menit (57:43), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Lakukan penetapan jumlah fluoksetin, penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
C17H18F3NO, yang terlarut dengan Kromatografi cair tertera pada Kromatografi <931>.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Larutan identifikasi kemurnian Timbang saksama
<931>. 22 mg Fluoksetin Hidroklorida BPFI, masukkan
Larutan A, Fase gerak dan Larutan kesesuaian dalam labu tentukur 10-ml, encerkan dengan asam
sistem Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. sulfat 1 N sampai tanda. Panaskan pada suhu lebih
Larutan baku Buat larutan Fluoksetin Hidroklorida kurang 85 selama 3 jam dan dinginkan sampai suhu
BPFI dalam Media disolusi hingga kadar mendekati ruang. Kadar larutan lebih kurang 2,2 mg per ml
Larutan uji.
fluoksetin hidroklorida. [Catatan Larutan
Larutan uji Gunakan 20 ml alikot yang telah
mengandung aminometil-1-fenilpropanol atau 3-
disaring.
metilamino-1-fenilpropan-1-ol atau α-[2-
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
(metilamino)etil]benzenemetanol.]
tinggi dilengkapi dengan detektor 227 nm dan kolom
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
4,6 mm x 7,5 cm berisi bahan pengisi L7 dengan
sejumlah Senyawa Sejenis B Fluoksetin BPFI dan
ukuran partikel 3,5 µm. Pertahankan suhu kolom
Fluoksetin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
pada 38. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
labu tentukur 10-ml, tambahkan 0,2 ml Larutan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
identifikasi kemurnian dan encerkan dengan Fase
sistem, rekam kromatogran dan ukur respons puncak
gerak sampai tanda. Kadar senyawa sejenis B
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
fluoksetin dan fluoksetin hidroklorida berturut-turut
puncak fluoksetin dan puncak 4-trifluorometilfenol
lebih kurang 0,001 mg per ml dan 0,015 mg per ml.
tidak kurang dari 2,0; faktor ikutan untuk puncak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
fluoksetin tidak lebih dari 1,7; dan simpangan baku
Fluoksetin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
0,015 mg per ml.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku,
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
persentase fluoksetin, C17H18F3NO, yang terlarut
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
dengan rumus:
kurang 0,2 µg per ml fluoksetin hidroklorida.
Larutan uji Masukkan 10 tablet ke dalam labu
tentukur yang sesuai, tambahkan Fase gerak lebih
– 2520 –

kurang setengah dari volume akhir, sonikasi selama Perubahan


10 menit, kocok sampai larut dan encerkan dengan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Fase gerak hingga kadar fluoksetin lebih kurang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
2 mg per ml. Saring dengan penyaring yang sesuai Kromatografi <931>.
dan gunakan filtrat. Larutan A Larutkan 7,1 g natrium 1-
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja pentansulfonat P dalam 1000 ml air, tambahkan
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 2,9 ml asam asetat glasial P dan atur pH hingga 5,0
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7 dengan dengan penambahan natrium hidroksida 5 N.
ukuran partikel 3,5 μm. Pertahankan suhu kolom Fase gerak Buat campuran metanol P-Larutan A
pada 30. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. (67:33), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak tertera pada Kromatografi <931>.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Larutan kesesuaian sistem persediaan Buat larutan
aminometil-1-fenilpropanol dan senyawa sejenis B 4-trifluorometilfenol dalam Fase gerak dengan kadar
fluoksetin tidak kurang dari 4,5. Lakukan lebih kurang 0,2 mg per ml.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera sejumlah Fluoksetin Hidroklorida BPFI, masukkan
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. . Lakukan sejumlah volume Larutan kesesuaian sistem
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam persediaan, larutkan dan encerkan dengan Fase
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera gerak hingga kadar fluoksetin hidroklorida dan
pada Prosedur: perbandingan “signal to noise” tidak 4-trifluorometilfenol berturut-turut 0,11 dan 0,02 mg
kurang dari 10. per ml.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan baku Timbang saksama sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Fluoksetin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg
kromatogram dan ukur semua respons puncak tidak per ml.
kurang dari tiga kali waktu retensi fluoksetin. Hitung Larutan uji persediaan Masukkan 10 tablet ke
persentase masing-masing cemaran dalam serbuk dalam labu tentukur 1000-ml. Tambahkan 500 ml
tablet dengan rumus: Fase gerak dan kocok untuk menghancurkan tablet.
Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda dan
sonikasi selama 10 menit.
 ri   CS   M r1 
        100 Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
 rS   CU   r2 
M
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar fluoksetin
lebih kurang 0,1 mg per ml berdasarkan jumlah yang
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari tertera pada etiket. Saring dengan penyaring yang
Larutan uji dan rS adalah respons puncak fluoksetin sesuai dan gunakan filtrat.
dari Larutan baku; CS adalah kadar Fluoksetin Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan baku; tinggi dilengkapi dengan detektor 227 nm dan kolom
CU adalah kadar fluoksetin dalam mg per ml Larutan 4,6 mm x 7,5 cm berisi bahan pengisi L7 dengan
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; Mr1 ukuran partikel 3,5 μm. Pertahankan suhu kolom
dan Mr2 berturut-turut adalah bobot molekul pada 38. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
fluoksetin, 309,33 dan fluoksetin hidroklorida Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
345,79. Masing-masing cemaran dan jumlah cemaran sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel. seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
puncak fluoksetin dan puncak 4-trifluorometilfenol
Tabel tidak kurang dari 4,0; faktor ikutan untuk puncak
Nama Waktu retensi Batas fluoksetin tidak lebih dari 1,7 dan simpangan baku
relatif (%) relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Aminometil-1- 0,19 0,25 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
fenilpropanol volume sama (lebih kurang 10 μl) Larutan uji dan
Senyawa sejenis B 0,26 0,25 Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
fluoksetin kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Fluoksetin 1,0 - persentase fluoksetin, C17H18F3NO, dalam tablet
Masing-masing - 0,25 dengan rumus:
cemaran lain
Total cemaran - 0,80  rU   CS   M r1 
         100
 rS   CU   Mr2 
– 2521 –

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam mg per ml diperoleh pada Penetapan kadar.
Larutan baku; CU adalah kadar fluoksetin dalam mg
per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera Rotasi jenis <1081> Antara +98º dan +108º, dihitung
pada etiket; Mr1 dan Mr2 masing-masing adalah bobot terhadap zat kering; lakukan penetapan menggunakan
molekul fluoksetin, 309,33 dan fluoksetin larutan 10 mg per ml dalam metanol P.
hidroklorida, 345,79.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup untuk bentuk anhidrat dan tidak lebih dari 8,5%
rapat dan dalam suhu ruang terkendali. untuk bentuk hidrat; lakukan pengeringan dalam
hampa udara pada suhu 105º selama 3 jam.

FLUOSINOLON ASETONIDA Tambahan persyaratan


Fluocinolone Acetonide Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
lebih dari 1%, tidak lebih dari 1 puncak lebih besar
dari 0,5%. Jumlah total cemaran tidak lebih dari
2,5%. Abaikan puncak yang lebih kecil dari 0,05%
dari puncak fluosinolon asetonida dalam Larutan
baku. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>. [Catatan Pastikan larutan terlindung dari
cahaya selama pengujian berlangsung.]
Perubahan Fase gerak Buat campuran asetonitril P–air
6α,9-Difluoro-11β,16α,17,21-tetrahidroksipregna- (45:55) dengan cara mencampurkan 450 ml
1,4-diena-3,20-dion, siklik 16,17-asetal dengan asetonitril P dan 500 ml air. Biarkan mencapai
aseton [67-73-2] kesetimbangan, tambahkan air hingga 1000 ml.
C24H30F2O6 BM 452,49 Saring dan awaudarakan.
Dihidrat BM 488,53 Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Fluosinolon Asetonida BPFI, larutkan dan encerkan
Fluosinolon Asetonida berbentuk anhidrat atau dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang
mengandung 2 molekul air; mengandung tidak 0,025 mg per ml.
kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0%, Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
C24H30F2O6, dihitung terhadap zat kering. larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga
kadar lebih kurang 2,5 mg per ml.
Pemerian Serbuk hablur; putih atau praktis putih; Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
tidak berbau; stabil di udara. Meleleh pada suhu lebih sejumlah Fluosinolon Asetonida BPFI dan
kurang 270º dengan peruraian. Triamsinolon Asetonida BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur yang sesuai. Larutkan dalam
Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam asetonitril P sebanyak 45% volume labu dan
metanol; sukar larut dalam eter dan dalam kloroform. encerkan dengan air sampai tanda hingga kadar
masing-masing 0,25 mg per ml.
Perubahan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Baku pembanding Fluosinolon Asetonida BPFI; tinggi dilengkapi dengan detektor 238 nm dan kolom
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
105º selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per
wadah tertutup rapat, higroskopis, penanganan pada menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
tempat kering, terlindung cahaya. kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Perubahan resolusi, R, antara puncak triamsinolon asetonida dan
Identifikasi fluosinolon asetonida tidak kurang dari 2,0. [Catatan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah Waktu retensi relatif triamsinolon asetonida dan
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
fluosinolon asetonida berturut-turut 0,85 dan 1,0.]
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
gelombang yang sama seperti pada Fluosinolon
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Asetonida BPFI. Jika ada perbedaan, larutkan zat uji
dan baku pembanding masing-masing dalam etil pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
asetat P, uapkan larutan sampai kering dan ulangi penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%.
penetapan menggunakan residu. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Lakukan
– 2522 –

kromatografi selama 4 kali waktu retensi fluosinolon rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
asetonida, rekam kromatogram dan ukur semua dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
respons puncak. Hitung persentase masing-masing Fluosinolon Asetonida BPFI dalam mg per ml
cemaran dalam zat dengan rumus: Larutan baku; CU adalah kadar fluosinolon asetonida
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
ditimbang.
 ri   CS 
      100
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
 rS   CU  baik.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Tambahan persyaratan
dari Larutan uji; rS adalah respon puncak fluosinolon Penandaan Pada etiket dicantumkan bentuk hidrat
asetonida dari Larutan baku; CS adalah kadar atau anhidrat.
Fluosinolon Asetonida BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; CU adalah kadar fluosinolon dalam mg
per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang FLURASEPAM HIDROKLORIDA
ditimbang. Flurazepame Hydrochloride
Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran asetonitril P-tetrahidrofuran P
(13:10).
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-
tetrahidrofuran P (77:13:10), saring dan Perubahan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian 7-Kloro-1-[2-(dietilamino)etil]-5-(o-fluorofenil)-1,3-
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada dihidro-2H-1,4-benzodiazepin-2-on dihidroklorida
Kromatografi <931> [1172-18-5]
Larutan baku Timbang saksama sejumlah C21H23ClFN3O.2HCl BM 460,80
Fluosinolon Asetonida BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur yang sesuai. Larutkan dalam Flurasepam Hidroklorida mengandung tidak kurang
Pengencer sebanyak 23% volume labu dan encerkan dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%,
dengan air sampai tanda, hingga diperoleh kadar C21H23ClFN3O. 2HCl, dihitung terhadap zat kering.
lebih kurang 0,2 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Pemerian Serbuk hablur; agak putih sampai kuning;
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai. tidak berbau atau sedikit berbau. Larutan dalam air
Larutkan dalam Pengencer sebanyak 23% volume bereaksi asam terhadap lakmus. Melebur pada lebih
labu dan encerkan dengan air sampai tanda hingga kurang 212º disertai peruraian.
kadar lebih kurang 0,2 mg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol;
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom sukar larut dalam isopropanol dan dalam kloroform.
4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1, dengan
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 2,5 ml Perubahan
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Baku pembanding Flurasepam Hidroklorida BPFI;
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, pada
lebih dari 1,5; simpangan baku relatif pada
desikator dalam lemari pendingin. Senyawa sejenis C
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
Flurasepam BPFI. Senyawa sejenis F Flurasepam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan BPFI
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Perubahan
persentase fluosinolon asetonida, C24H30F2O6, dalam Identifikasi
zat dengan rumus: A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
 rU   CS 
     100 gelombang yang sama seperti pada Flurasepam
Hidroklorida BPFI. [Catatan Tidak boleh digerus
 rS   CU  kuat, akan terjadi peruraian.]
– 2523 –

B. Spektrum serapan ultraviolet 10 µg per ml air. Tambahkan 1,0 ml larutan natrium hidroksida P
dalam campuran asam sulfat P-metanol P (1 dalam (1 dalam 2500) dan encerkan dengan air sampai
36) menunjukkan maksimum dan minimum pada tanda. Larutan mengandung 1 mg ion fluorida per ml.
panjang gelombang yang sama seperti Flurasepam Simpan dalam wadah plastik tertutup rapat.
Hidroklorida BPFI; daya serap masing-masing Larutan baku Encerkan bertahap dan kuantitatif
dihitung terhadap zat anhidrat pada panjang sejumlah Larutan baku persediaan dengan Dapar pH
5,25 hingga diperoleh masing-masing 100 ml larutan
gelombang serapan maksimum lebih kurang 239 nm
dengan kadar 1 µg per ml; 3 µg per ml; 5 µg per ml
berbeda tidak lebih dari 3,0%. dan 10 µg per ml.
C. Lakukan penetapan seperti tertera pada Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1,0 g
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
Totolkan masing-masing 10 l larutan dalam larutkan dan encerkan dengan Dapar pH 5,25 sampai
metanol P yang mengandung (1) zat uji 3 mg per ml tanda.
dan (2) Flurasepam Hidroklorida BPFI 3 mg per ml Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada
pada lempeng kromatografi campuran silika gel P Titrimetri <711> ukur segera secara bersamaan
setebal 0,25 mm, biarkan bercak mengering. potensial dalam mV Larutan baku dan Larutan uji
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi menggunakan pH meter dengan reprodusibilitas
yang telah dijenuhkan dengan fase gerak etil asetat minimum ± 0,2 mV, dilengkapi dengan sistem
P-amonium hidroksida P (200:1) dan biarkan fase elektroda ion spesifik kalomel fluorida berlapis kaca
gerak merambat lebih kurang tiga per empat tinggi [Catatan Pada saat pengukuran, celupkan elektroda
lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase gerak dalam larutan dengan pengaduk magnetik yang
menguap. Amati dan tandai bercak di bawah cahaya dilapisi politetrafluoroetilen dalam gelas piala
ultraviolet 254 nm: harga Rf bercak utama yang 150 ml, aduk dengan pengaduk magnetik yang
diperoleh dari larutan (1) sesuai dengan yang diisolasi bagian atas sampai tercapai keseimbangan
(1 menit hingga 2 menit) dan catat potensial. Bilas
diperoleh dari larutan (2).
dan keringkan elektroda diantara pengukuran
D. Pada 2 ml larutan (1 dalam 20) tambahkan 1 ml
dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan kristal
asam nitrat 2 N: larutan menunjukkan reaksi Klorida elektroda ion spesifik.] Gambarkan hubungan
cara A, B, dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi logaritma kadar ion fluorida Larutan baku dalam µg
Umum <291>, menggunakan 5 tetes perak nitrat LP. per ml terhadap potensial dalam mV. Dari hasil
pengukuran potensial Larutan uji dan kurva baku,
Tambahan persyaratan tentukan kadar ion fluorida larutan uji dalam µg per
Air <1031> Metode IA Tidak lebih dari 0,5% ml.

Hilangkan persyaratan Hilangkan persyaratan


Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,5%; Cemaran senyawa organik mudah menguap
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu <471> Metode I Memenuhi syarat.
60º di atas silika gel P selama 4 jam. Lindungi
terhadap cahaya. Perubahan
Senyawa sejenis Senyawa sejenis C flurasepam tidak
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. lebih dari 0,1% dan Senyawa sejenis F flurasepam
tidak lebih dari 0,1%. Lakukan penetapan dengan
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
20 bpj. pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran metanol P-amonium
Perubahan asetat P 1 % (80:20), saring dan awaudarakan, jika
Batas ion fluorida Tidak lebih dari 0,05%. [Catatan perlu lakukan Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Lakukan penetapan menggunakan peralatan dari Kromatografi <931>.
plastik.] Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Dapar pH 5,25 Timbang lebih kurang 110 g Senyawa Sejenis C Flurasepam BPFI dan Senyawa
natrium klorida P dan 1 g natrium sitrat P, masukkan Sejenis F Flurasepam BPFI, larutkan dan encerkan
ke dalam labu tentukur 2000-ml, larutkan dalam secara bertahap dengan metanol P hingga kadar
700 ml air. Tambahkan dengan hati-hati 150 g masing-masing 2 µg per ml. [Catatan Buat larutan
natrium hidroksida P, kocok hingga larut. Dinginkan segar setiap akan digunakan.]
hingga suhu ruang. Tambahkan dengan hati-hati Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
450 ml asam asetat glasial P sambil diaduk dan zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml,
dinginkan. Tambahkan 600 ml isopropil alkohol P tambahkan metanol P sampai tanda. [Catatan Buat
dan encerkan dengan air sampai tanda: pH larutan larutan pada saat digunakan.]
antara 5,0 dan 5,5. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih sejumlah Flurasepam Hdroklorida BPFI dan
kurang 221 mg natrium fluorida P, masukkan ke 2-amino-5-klorobenzofenon, larutkan dan encerkan
dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dalam 20 ml secara kuantitatif dan bertahap dengan metanol P
– 2524 –

hingga kadar berturut-turut 150 µg per ml dan 60 µg Perubahan


per ml. Flurbiprofen Natrium mengandung tidak kurang dari
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 97,0% dan tidak lebih dari 103.0%,
tinggi dilengkapi dengan detektor 239 nm dan kolom C15H12FNaO2.2H2O.
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi Tambahan persyaratan
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam Pemerian Serbuk hablur berwarna putih.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: resolusi, R, antara 2-amino-5- Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut
klorobenzofenon dan flurasepam tidak kurang dari 2. dalam aseton, dalam alkohol dehidrat, dalam eter dan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam dalam metanol; larut dalam asetonitril.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Perubahan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Baku pembanding Flurbiprofen BPFI; tidak boleh
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan wadah tertutup rapat. Flurbiprofen Natrium BPFI;
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam lakukan pengeringan dalam hampa udara pada
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung tekanan tidak lebih dari 1 mmHg di atas fosfor
persentase senyawa sejenis C flurasepam dan pentoksida P dalam tabung pengering pada suhu 60º
senyawa sejenis F flurasepam dalam zat dengan selama 18 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
rumus: wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis A
Flurbiprofen BPFI.
C   rU 

2,5    Perubahan
W   rS  Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
C adalah kadar dalam µg per ml Senyawa Sejenis C dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral
Flurasepam BPFI atau Senyawa Sejenis F P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Flurasepam BPFI dari Larutan baku; W adalah bobot gelombang yang sama seperti pada Flurbiprofen
dalam mg zat yang digunakan; rU dan rS berturut-turut Natrium BPFI.
adalah respons puncak senyawa sejenis yang sesuai B. Spektrum serapan ultraviolet 10 µg per ml
dari Larutan uji dan Larutan baku dalam dapar pH 6,0 yang mengandung 2,42 g
natrium fosfat monobasa P dan 660 mg natrium
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang fosfat dibasa P dalam air hingga 1000 ml
600 mg zat, masukkan ke dalam gelas piala 250 ml, menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
larutkan dengan 80 ml asam asetat glasial P dan gelombang yang sama seperti pada Flurbiprofen
tambahkan 20 ml raksa(II) asetat LP. Titrasi dengan Natrium BPFI. Serapan jenis masing-masing dihitung
asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara terhadap zat yang telah dikeringkan pada panjang
potensiometrik menggunakan sistem elektroda gelombang serapan maksimum lebih kurang 246 nm
kalomel kaca. Lakukan penetapan blangko dan berbeda tidak lebih dari 3,0%.
koreksi bila perlu. C. Residu hasil pemijaran menunjukkan reaksi
Natrium seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
Tiap ml asam perklorat 0,1 N <291>.
setara dengan 23,04 mg C21H23ClFN3O.2HCl
Perubahan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Rotasi jenis <1081> Antara -0,45º dan + 0,45º.
rapat dan tidak tembus cahaya. Lakukan penetapan menggunakan 50 mg per ml
dalam metanol P.

Susut pengeringan <1121> Tidak kurang dari 11,3%


FLURBIPROFEN NATRIUM dan tidak lebih dari 12,5%; lakukan pengeringan
Flurbiprofen Sodium dalam hampa udara pada tekanan tidak lebih dari
1 mmHg di atas fosfor pentoksida P dalam tabung
pengering pada suhu 60º selama 18 jam sebelum
digunakan, menggunakan lebih kurang 300 mg zat.

Perubahan
Logam berat <371> Metode III 10 bpj.

Perubahan Hilangkan persyaratan


Natrium (±)-2-(2-Fluoro-4-bifenilil) propionat Penetapan kadar dan Batas asam 2-(4-bifenilil)
dihidrat propionat
C15H12FNaO2.2H2O BM 302,27 Pelarut Buat campuran metanol P-air (2:1).
Anhidrat BM 266,25
– 2525 –

Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-asam flurbiprofen anhidrat; C adalah kadar Flurbiprofen
asetat glasial P (500:490:10), saring melalui BPFI dalam mg per ml Larutan baku; W adalah
penyaring dengan porositas 0,5 μm atau lebih kecil bobot dalam mg flurbiprofen natrium yang digunakan
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian untuk pembuatan Larutan uji; rU dan rS berturut-turut
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada adalah luas puncak flurbiprofen Larutan uji dan
Kromatografi <931>. Larutan baku 1. Hitung persentase asam 2-(4-
Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama bifenilil) Propionat dalam flurbiprofen natrium
sejumlah Flurbiprofen BPFI, larutkan dalam dengan rumus:
metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Larutan baku 1 Pipet 5,0 ml Larutan baku
C   rU 

persediaan 1 ke dalam labu tentukur 100-ml, 200.000  
encerkan dengan Pelarut sampai tanda. Larutan W   rS 
mengandung flurbiprofen 0,05 mg per ml.
Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama C adalah kadar Asam 2(4-bifenilil) Propionat BPFI
sejumlah Asam 2-(4-Bifenilil) Propionat BPFI, dalam mg per ml Larutan baku 2; W adalah bobot
larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang dalam mg natrium flurbiprofen yang digunakan untuk
0,15 mg per ml. pembuatan Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah
Larutan baku 2 Masukkan 5,0 ml Larutan baku luas puncak asam 2-(4-bifenilil) propionat Larutan
persediaan 2 ke dalam labu tentukur 200-ml, uji dan Larutan baku 2: tidak lebih dari 1,5%.
encerkan dengan Pelarut sampai tanda. Larutan
mengandung asam 2-(4-bifenilil) Propionat 0,75 μg Tambahan Persyaratan
per ml. Senyawa sejenis A Flurbiprofen Tidak lebih dari
Larutan resolusi Masukkan 5,0 ml Larutan baku 1,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
persediaan 1 dan 2,0 ml Larutan baku persediaan 2 cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan <931>.
Pelarut sampai tanda. Pengencer, Fase gerak, Larutan uji, dan Larutan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera pada
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, Penetapan kadar.
larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai Larutan baku Gunakan sejumlah Larutan baku
tanda. Masukkan 5,0 ml larutan ke dalam labu Senyawa Sejenis A Flurbiprofen, seperti tertera pada
tentukur 100-ml dan encerkan dengan Pelarut sampai Penetapan kadar
tanda. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. kecuali lakukan kromatografi
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi terhadap Larutan baku dan Larutan kesesuaian
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4 mm sistem.
x 30 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi volume sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan
terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
resolusi, R, antara puncak asam 2-(4-bifenilil) persentase senyawa sejenis A flurbiprofen dalam
Propionat dan flurbiprofen tidak kurang dari 1,0. natrium flurbiprofen dengan rumus:
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku 1,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
C  r 
tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak analit 200     U 
tidak lebih dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada  W   rS 
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah C adalah kadar Senyawa Sejenis A Flurbiprofen BPFI
volume (lebih kurang 20 μl) Larutan baku 1, Larutan dalam mg per ml Larutan baku; W adalah bobot
baku 2 dan Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur dalam mg natrium flurbiprofen yang digunakan untuk
luas puncak utama. Hitung persentase, pembuatan Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah
C15H12FNaO2.2H2O, dalam natrium flurbiprofen respons puncak senyawa sejenis A flurbiprofen dari
dengan rumus: Larutan uji dan Larutan baku.

 302,28   200.000C   rU  Tambahan Persyaratan


     Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
 244,26   W   rS  Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
302,28 dan 244,26 berturut-turut adalah bobot Pengencer Campuran metanol P-air (500:250)
molekul flurbiprofen natrium dihidrat dan
– 2526 –

Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-asam BPFI dalam µg per ml Larutan baku; W adalah bobot
asetat glasial P (50:49:1), saring dan awaudarakan. dalam mg natrium flurbiprofen dari Larutan uji; rU
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian dan rS berturut-turut adalah respons puncak
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. flurbiprofen dari Larutan uji dan Larutan baku.
Larutan baku Senyawa Sejenis A Flurbiprofen
persediaan Timbang saksama sejumlah Senyawa Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Sejenis A Flurbiprofen BPFI, larutkan dan encerkan baik.
dengan metanol P hingga kadar 150 µg per ml.
Larutan baku Senyawa Sejenis A Flurbiprofen
Pipet 1 ml Larutan baku Senyawa Sejenis A FUROSEMIDA
Flurbiprofen persediaan ke dalam labu tentukur Furosemide
200-ml. Encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Flurbiprofen BPFI, larutkan dan encerkan
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg
per ml.
Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan
ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
Pengencer sampai tanda. Asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoilantranilat [54-
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih 31-9]
kurang 100 mg flurbiprofen natrium, masukkan ke C12H11ClN2O5S BM 330,74
dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan
dengan metanol P sampai tanda. Furosemida mengandung tidak kurang dari 98,0%
Larutan uji Pipet 5 ml Larutan uji persediaan ke dan tidak lebih dari 101,0%, C12H11ClN2O5S,
dalam labu tentukur 100-ml kedua, kocok hingga dihitung terhadap zat kering.
larut, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem Pipet 5 ml Larutan Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir
baku persediaan dan 2 ml Larutan baku Senyawa kuning; tidak berbau.
Sejenis A Flurbiprofen persediaan ke dalam labu
tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan dengan Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut
Pengencer sampai tanda. dalam aseton, dalam dimetilformamida dan dalam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada larutan alkali hidroksida; larut dalam metanol; agak
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi sukar larut dalam etanol; sukar larut dalam eter;
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom sangat sukar larut dalam kloroform.
4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7, dengan
ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 2 ml
Perubahan
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Baku pembanding Furosemida BPFI; tidak boleh
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
flurbiprofen dan puncak flurbiprofen tidak kurang pendingin. Senyawa Sejenis A Furosemida BPFI;
dari 1,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Senyawa Sejenis B Furosemida BPFI.
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak Identifikasi
lebih dari 2,5; simpangan baku relatif pada A. Spektrum serapan inframerah zat yang
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan sama seperti pada Furosemida BPFI.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Hilangkan Persyaratan
persentase flurbiprofen, C15H12FNaO2.2H2O, dalam B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 8 µg per
zat dengan rumus: ml dalam natrium hidroksida 0,02 N menunjukkan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang
 302,27   C   rU  yang sama seperti pada Furosemida BPFI; daya
200          serap masing-masing dihitung terhadap zat kering
 244,27   W   rS  pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 271 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.
302,27 dan 244,27 berturut-turut adalah bobot C. Larutkan lebih kurang 0,5 mg per ml zat dalam
molekul flurbiprofen natrium dihidrat dan metanol P. Masukkan 1 ml larutan ke dalam labu,
flurbiprofen anhidrat; C adalah kadar Flurbiprofen tambahkan 10 ml asam hidroklorida 2,5 N dan
– 2527 –

refluks di atas tangas uap selama 15 menit. tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Dinginkan, tambahkan 15 ml natrium penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
hidroksida 1 N dan 5 ml larutan natrium nitrit P Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
1 mg per ml. Biarkan selama 3 menit, tambahkan volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
5 ml larutan amonium sulfamat P 5 mg per ml, Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
campur dan tambahkan 5 ml larutan N-1- kromatogram dan ukur semua respons puncak
naftiletilendiamina dihidroklorida P 1 mg per ml yang [Catatan Waktu eluasi tidak kurang dari 2,5 kali
dibuat segar: terjadi warna merah sampai merah ungu. waktu retensi puncak furosemida.] Jumlah semua
respons puncak pada 254 nm sebelum puncak
Tambahan persyaratan furosemida dari kromatogram Larutan uji tidak lebih
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram besar dari respons puncak senyawa sejenis B
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang furosemida dari kromatogram Larutan baku pada 254
diperoleh pada Penetapan kadar. nm. Jumlah respons puncak pada 272 nm setelah
C. Spektrum serapan ultraviolet puncak utama puncak furosemida dari kromatogram Larutan uji
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang tidak lebih besar dari respons puncak senyawa sejenis
diperoleh pada Penetapan kadar. A furosemida dari kromatogram Larutan baku pada
272 nm.
Perubahan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Hilangkan persyaratan
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam. Cemaran senyawa organik mudah menguap
<471> Metode V Memenuhi syarat.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari Hilangkan persyaratan
20 bpj. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
600 mg zat, larutkan dalam 50 ml dimetilformamida
Tambahan persyaratan P yang telah ditambah 3 tetes biru bromotimol LP
Cemaran organik Senyawa sejenis B furosemida dan sebelumnya telah dinetralkan dengan natrium
hidroksida 0,1 N. Titrasi dengan natrium hidroksida
tidak lebih dari 0,5% dan senyawa sejenis A
0,1 N LV sampai titik akhir berwarna biru.
furosemida tidak lebih dari 0,5%. [Catatan Lindungi
larutan Furosemida dari cahaya.] Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair setara dengan 33,07 mg C12H11ClN2O5S
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>. Tambahan persyaratan
Fase gerak, Larutan A, Pengencer, dan Larutan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera pada Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Penetapan kadar. Kromatografi <931>.
Larutan baku Buat larutan yang mengandung Fase gerak Campuran tetrahidrofuran P-asam
masing-masing 5,0 μg per ml Senyawa Sejenis A asetat glasial P–air (300:10:700). Saring dan
Furosemida BPFI dan Senyawa Sejenis B awaudarakan.
Furosemida dalam Pengencer. Pengencer Larutkan 22 ml asam asetat glasial P
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, dalam labu tentukur 1000-ml. Encerkan dengan
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga campuran asetonitril P-air (50:50) sampai tanda.
kadar 1,0 mg per ml. Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Furosemida BPFI dan Senyawa Sejenis A
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Furosemida BPFI dalam Pengencer sehingga
272 nm. [Catatan Cemaran asam 2,4-dikloro-5- diperoleh larutan dengan kadar berturut-turut 20 µg
sulfamoilbenzoat tidak memberikan respons pada 272 per ml dan 12 µg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
nm dan cemaran asam 2,4-bis(furfurilamino–5-
Furosemida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
sulfamoilbenzoat memberikan serapan sangat kuat
Pengencer hingga kadar 0,2 mg per ml.
pada 254 nm. Furosemida memberikan respons pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
254 nm.] Kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
L1. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kadar 0,2 mg per ml.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara furosemida larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
dan Senyawa sejenis A Furosemida tidak kurang dari kadar lebih kurang 1,0 mg per ml.
2,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti dilengkapi dengan detektor 272 nm untuk identifikasi
– 2528 –

C gunakan detektor ”diode array” dengan rentang dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air
200 nm-400 nm, kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan sampai tanda. Encerkan 2,0 ml larutan ini dengan
pengisi L1 dengan ukuran partikerl 5 µl, laju alir natrium hidroksida 0,02 N dalam labu tentukur 100-
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi ml kedua sampai tanda. Larutkan lebih kurang 10 mg
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam Furosemida BPFI dalam 6,0 ml natrium hidroksida
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 0,1 N dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan air
pada Prosedur: resolusi antara furosemida dan sampai tanda. Encerkan secara kuantitatif 2,0 ml
Senyawa sejenis A furosemida, R, tidak kurang dari larutan ini dengan natrium hidroksida 0,02 N untuk
1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, memperoleh larutan baku dengan kadar 8 µg per ml:
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti spektrum serapan ultraviolet menunjukkan maksimum
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada dan minimum pada panjang gelombang yang sama.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73 %.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 3,6 unit
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Endotoksin FI per mg furosemida.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung pH <1071> Antara 8,0 dan 9,3.
persentase furosemida, C12H11ClN2O5S, dalam zat
dengan rumus : Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi volume kecil.
 rU   CS 
      100 Tambahan persyaratan
 rS   CU  Senyawa sejenis B Furosemida Tidak lebih dari
2,5%. [Catatan Lindungi larutan furosemida dari
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak cahaya.] Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Furosemida BPFI dalam mg per ml Larutan baku; Kromatografi <931>.
CU adalah kadar furosemida dalam mg per ml Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuaian sistem,
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Cemaran organik dalam Furosemida.
Perubahan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Sejenis B Furosemida BPFI, masukkan ke dalam labu
baik, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25°, tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
diperbolehkan disimpan pada suhu antara 15° dan Pengencer hingga kadar lebih kurang 10,0 µg per ml.
30°. Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
dengan lebih kurang 10 mg furosemida, masukkan ke
dalam labu tentukur 10-ml, tambahkan Pengencer
INJEKSI FUROSEMIDA sampai tanda.
Furosemide Injection Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan
Injeksi Furosemida adalah larutan steril Furosemida Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dalam Air untuk Injeksi, dibuat dengan penambahan kromatogram dan ukur respons puncak. Respons
natrium hidroksida P. Mengandung furosemida, puncak pada Larutan uji tidak lebih dari respons
C12H11ClN2O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak puncak senyawa sejenis B furosemida Larutan baku
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada dengan waktu retensi yang sama pada 254 nm.
etiket. .
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Perubahan Injeksi.
Baku pembanding Furosemida BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam Perubahan
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari Penetapan kadar [Catatan Lindungi larutan
pendingin. Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat furosemida dari cahaya.] Lakukan penetapan dengan
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua pada Kromatografi <931>.
isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuaian sistem
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
belum dibuka dalam lemari pembeku. Senyawa Cemaran organik dalam Furosemida.
Sejenis A Furosemida BPFI; Senyawa Sejenis B Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Furosemida BPFI. Furosemida BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
Perubahan hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per ml.
Identifikasi Masukkan sejumlah volume injeksi
setara dengan lebih kurang 40 mg furosemida ke
– 2529 –

Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara disolusi dan serapan larutan baku Furosemida BPFI
dengan lebih kurang 10 mg furosemida, masukkan ke dalam media yang sama, pada panjang gelombang
dalam labu tentukur 10-ml, tambahkan Pengencer titik isosbestik lebih kurang 274 nm.
sampai tanda. Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kurang dari 80% (Q) furosemida, C12H11ClN2O5S,
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan dari jumlah yang tertera pada tiket.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak pada 254 nm. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Hitung jumlah dalam mg furosemida,
C12H11ClN2O5S, dalam tiap ml injeksi yang Perubahan
digunakan dengan rumus: Senyawa sejenis B Furosemida Tidak lebih dari
0,8%. [Catatan Lindungi larutan furosemida dari
C  r  cahaya.] Lakukan penetapan dengan cara
10      U  Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
 V   rS  Kromatografi <931>.
Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuian sistem
C adalah kadar Furosemida BPFI dalam mg per ml dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan baku; V adalah volume injeksi yang Cemaran organik dalam Furosemida.
digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah respons Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
puncak utama dari Larutan uji dan Larutan baku. sejenis B Furosemida BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Pengencer hingga kadar 8,0 µg per ml.
tunggal atau dosis ganda, tidak tembus cahaya, dari Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
kaca Tipe I. tablet setara lebih kurang 10 mg furosemida,
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
TABLET FUROSEMIDA Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Furosemide Tablets volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Tablet Furosemida mengandung Furosemida, kromatogram dan ukur respons puncak. Respons
C12H11ClN2O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak puncak pada Larutan uji tidak lebih dari respons
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada puncak senyawa sejenis B furosemida Larutan baku
etiket. dengan waktu retensi yang sama pada 254 nm.

Perubahan Perubahan
Baku pembanding Furosemida BPFI; tidak boleh Penetapan kadar [Catatan Lindungi larutan
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam furosemida dari cahaya.] Lakukan penetapan dengan
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pendingin. Senyawa Sejenis A Furosemida BPFI; pada Kromatografi <931>.
Senyawa Sejenis B Furosemida BPFI. Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuian sistem
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi Masukkan sejumlah serbuk tablet setara Cemaran organik dalam Furosemida.
dengan lebih kurang 40 mg furosemida ke dalam labu Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tentukur 100-ml. Tambahkan 25 ml natrium
Furosemida BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
hidroksida 0,1 N, biarkan selama 30 menit, dengan
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
sekali-kali dikocok. Encerkan dengan air sampai
Pengencer hingga kadar 1,0 mg per ml.
tanda. Saring larutan, buang 10 ml filtrat pertama,
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
pipet 2,0 ml filtrat ke dalam labu tentukur 100-ml
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
kedua. Tambahkan natrium hidroksida 0,02 N sampai
tanda, lanjutkan seperti uji Identifikasi yang tertera tablet setara lebih kurang 50 mg furosemida,
pada Injeksi Furosemida, mulai dari “Larutkan lebih masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan
kurang 10 mg Furosemida BPFI”. 30 ml Pengencer, sonikasi selama 10 menit.
Tambahkan Pengencer sampai tanda, saring, buang
Disolusi <1231> 10 ml filtrat pertama.
Media disolusi: 900 ml dapar fosfat pH 5,8. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Alat tipe 2: 50 rpm. volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
Waktu: 60 menit. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Prosedur Lakukan penetapan jumlah, kromatogram dan ukur respons puncak pada 254 nm.
C12H11ClN2O5S, yang terlarut dengan mengukur Hitung jumlah dalam mg furosemida,
serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Media C12H11ClN2O5S, dalam serbuk tablet dengan rumus:
– 2530 –

r  Larutan baku Encerkan sejumlah volume Larutan


50C   U  baku persediaan dengan larutan natrium hidroksida
1 N hingga kadar mendekati Larutan uji yang telah
 rS  disaring dan diencerkan.
Larutan uji Saring sejumlah alikot dengan
C adalah kadar Furosemida BPFI dalam mg per ml penyaring yang sesuai, encerkan dengan natrium
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons hidroksida 1 N.
puncak utama Larutan uji dan Larutan baku. Prosedur Lakukan penetapan jumlah gemfibrosil,
C15H22O3, yang terlarut dengan mengukur serapan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup alikot, jika perlu encerkan dengan natrium hidroksida
baik, tidak tembus cahaya. 1 N dan serapan Larutan baku pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 276 nm.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
TABLET GEMFIBROSIL kurang dari 80% (Q) gemfibrosil, C15H22O3, dari
Gemfibrozil Tablets jumlah yang tertera pada etiket.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


Tablet Gemfibrosil mengandung gemfibrosil,
C15H22O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Tambahan persyaratan
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
lebih dari 0,17%. Total cemaran tidak lebih dari
Perubahan 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Baku pembanding Gemfibrosil BPFI; tidak boleh cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam <931>.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, dan
pendingin. Larutan baku persediaan Lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar.
Perubahan Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Identifikasi persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
A. Timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan kadar lebih kurang 0,05 mg per ml.
lebih kurang 100 mg gemfibrosil. Tambahkan 10 ml Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
natrium hidroksida 0,1 N, kocok. Saring ke dalam dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tabung sentrifus 50-ml dan asamkan dengan asam tablet setara dengan 500 mg gemfibrosil, masukkan
sulfat 3 N agar terbentuk endapan. Sentrifus dan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan lebih
buang beningan. Bilas endapan dengan sejumlah kurang 40 ml Fase gerak, sonikasi dan kocok selama
volume kecil air dan biarkan kering di udara. 20 menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda
Spektrum serapan endapan yang didispersikan dalam dan saring.
kalium bromida P, yang sebelumnya dikeringkan di Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku,
atas silika gel P selama 4 jam, menunjukkan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang kurang 0,005 mg per ml.
sama seperti pada Gemfibrosil BPFI. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram tinggi dilengkapi dengan detektor 276 nm dan kolom
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
diperoleh pada Penetapan kadar. dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
1 ml per menit. Lakukan eluasi tidak kurang dari
Perubahan 3 kali waktu retensi gemfibrosil. Lakukan
Disolusi <1231> kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
Media disolusi: 900 ml dapar fosfat 0,2 M pH 7,5 rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
yang dibuat dengan melarutkan 545 g kalium fosfat tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
monobasa P dalam 5 liter air, tambahkan 131 g gemfibrosil dan 2,5-silenol tidak kurang dari 8,0;
natrium hidroksida P, encerkan dengan air hingga simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih kurang 19,5 liter dan campur. Atur pH hingga lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi terhadap
7,5 dengan penambahan asam fosfat 1 N atau natrium Larutan sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur
hidroksida 1 N, encerkan dengan air hingga 20 liter. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Alat tipe 2: 50 rpm. Perbandingan “signal to noise” tidak kurang dari 10.
Waktu: 30 menit. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan
Gemfibrosil BPFI, larutkan dalam sejumlah metanol P.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Encerkan dengan Media disolusi hingga kadar lebih
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
kurang 0,33 mg per ml. [Catatan Larutkan baku
pembanding dalam sejumlah metanol tidak lebih dari Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
1% dari volume Larutan baku persediaan.] serbuk tablet dengan rumus:
– 2531 –

 ri   CS   rU   CS 
     100       100
 rS   CU   rS   CU 
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dari Larutan uji; rS adalah respon puncak gemfibrosil Larutan uji dan Larutan baku;CS adalah kadar
dari Larutan baku; CS adalah kadar Gemfibrosil Gemfibrosil BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah adalah kadar gemfibrosil dalam mg per ml Larutan
kadar zat dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan uji berdasakan jumlah yang tertera pada etiket.
jumlah yang tertera pada etiket.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Perubahan tertutup rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. GENTIAN VIOLET
Fase gerak Masukkan 800 ml metanol P ke dalam Gentian Violet
labu tentukur 1000-ml, tambahkan 10 ml asam asetat
glasial P, encerkan dengan air sampai tanda. Saring
dan awaudarakan.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Gemfibrosil BPFI dan 2,5-silenol,
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar berturut-turut lebih kurang 0,2 mg per ml dan
0,05 mg per ml. Perubahan
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah [4-[Bis[p-(dimetilamino)fenil]metilena]-2,5-
Gemfibrosil BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur sikloheksadian-1-iliden]dimetilamonium klorida [548-
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan metanol P 62-9]
hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. C25H30ClN3 BM 407,98
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur yang Gentian Violet mengandung tidak kurang dari 96,0%
sesuai, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda dan tidak lebih dari 100,5%, C25H30ClN3, dihitung
hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml. terhadap zat anhidrat.
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama Pemerian Serbuk; hijau gelap atau kepingan berkilau
sejumlah serbuk tablet setara dengan 100 mg hijau; mengkilat metalik; bau lemah.
gemfibrosil, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
ml, tambahkan lebih kurang 80 ml metanol P, kocok Kelarutan Agak sukar larut dalam air; larut dalam
hingga larut. Encerkan dengan metanol P sampai etanol, dalam gliserin dan dalam kloroform; tidak
tanda dan saring. larut dalam eter.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih Identifikasi
kurang 0,2 mg per ml. A. Tambahkan lebih kurang 1 mg zat dalam 1 ml
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja asam sulfat P: larut dalam asam disertai terjadinya
tinggi dilengkapi dengan detektor 276 nm dan kolom warna jingga atau merah coklat. Bila larutan
berukuran 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. diencerkan secara hati-hati dengan air, warna berubah
Laju alir lebih kurang 0,8 ml per menit. Lakukan menjadi coklat, kemudian hijau dan akhirnya biru.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, B. Larutkan 20 mg zat dalam 10 ml air dan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tambahkan 5 tetes asam hidroklorida P. Pada 5 ml
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak larutan tersebut teteskan asam tanat LP: terbentuk
gemfibrosil dan 2,5-silenol tidak kurang dari 8,0. endapan biru tua.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam C. Pada sisa larutan yang diperoleh pada Uji
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Identifikasi B, tambahkan lebih kurang 500 mg
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada serbuk zink P, hangatkan campuran: larutan segera
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. tidak berwarna. Tambahkan 1 tetes larutan tidak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah berwarna tersebut ke atas kertas saring yang ditetesi
volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan amonium hidroksida 6 N: terjadi warna biru pada
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam daerah kontak kedua tetesan.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase gemfibrosil, C15H22O3, dalam serbuk tablet Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 7,5%.
dengan rumus:
– 2532 –

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,5%. dan nyala udara–asetilena, menggunakan air sebagai
blangko: serapan Larutan uji tidak lebih besar dari
Zat tidak larut dalam etanol Tidak lebih dari 1,0%; serapan Larutan baku yang masing-masing telah
lakukan penetapan sebagai berikut: Timbang saksama dikoreksi terhadap larutan blangko.
1,0 g zat, didihkan dengan 50 ml etanol P
menggunakan pendingin balik selama 15 menit. Perubahan
Saring melalui krus penyaring yang telah ditara, cuci Cemaran Organik Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan
residu pada penyaring dengan etanol P panas hingga penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis
cairan pencuci tidak berwarna ungu, keringkan krus seperti tertera pada Kromatografi <931>.
pada suhu 105º selama 1 jam . Fase gerak Lapisan atas yang dipisahkan dari
campuran air-butil alkohol P-asam asetat glasial P
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj; (100:80:20).
lakukan penetapan sebagai berikut: Campur 300 mg Penjerap Campuran silika gel P yang telah
zat dengan masing-masing 2,5 g serbuk kalium nitrat dioktadesilinasi setebal 0,25 mm.
P dan natrium karbonat anhidrat P, panaskan Larutan uji A Larutan zat 1 mg per ml dalam
campuran dalam krus hingga zat organik teroksidasi metanol P.
sempurna. Larutkan residu yang telah dingin dalam Larutan uji B Pipet sejumlah volume
15 ml asam sulfat 2 N dan uapkan larutan dengan Larutan uji A, encerkan dengan metanol P hingga
pemanasan hingga timbul uap putih berlebihan, kadar 0,01 mg per ml.
larutkan residu dalam 35 ml air. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
5 µl Larutan uji A dan Larutan uji B pada lempeng
Timbal <401> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan kromatografi, biarkan mengering. Masukkan lempeng
penetapan menggunakan larutan uji sebagai berikut: ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak dan
Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu Kjeldahl kecil, biarkan Fase gerak merambat lebih kurang tiga per
tambahkan 5 ml asam sulfat P dan masukkan corong empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase
kecil ke dalam labu. Putar labu perlahan-lahan hingga gerak menguap dan amati bercak: Pada Larutan uji A
asam sulfat membasahi zat dengan sempurna, menunjukkan bercak utama dan jika ada bercak lain
kemudian panaskan perlahan-lahan hingga karbonisasi pada Larutan uji A tidak lebih intensif dari bercak
sempurna. Dinginkan residu dan tambahkan 5 ml utama Larutan uji B.
asam nitrat P, panaskan perlahan-lahan hingga
timbul asap putih berlebihan. Biarkan dingin dan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
tambahkan 5 ml asam nitrat P, panaskan kembali 400 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer
hingga terjadi asap putih. Dinginkan, kemudian 300 ml, tambahkan 25 ml air dan 10 ml asam
tambahkan 25 ml air dengan hati-hati dan didihkan hidroklorida P. Ganti udara dalam labu dengan
beberapa menit. Setelah dingin, netralkan larutan karbon dioksida P, alirkan gas karbon dioksida P
melalui labu selama pengujian. Tambahkan 50,0 ml
terhadap kertas lakmus dengan amonium hidroksida
titan(III) klorida 0,1 N LV, panaskan hingga
P, tambahkan 5 ml asam nitrat P. Pindahkan larutan mendidih, lanjutkan pendidihan perlahan-lahan
ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air selama 10 menit sambil sesekali digoyang. Dinginkan
secukupnya sampai tanda. Gunakan 20 ml larutan larutan, tambahkan 5 ml larutan amonium tiosianat P
sebagai larutan uji. Lakukan penetapan blangko. (1 dalam 10) dan titrasi dengan besi(III) amonium
sulfat 0,1 N LV sampai terjadi warna merah lemah.
Zink Tidak lebih dari 0,05%. Lakukan penetapan blangko.
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
kurang 1 g zink P, masukkan ke dalam labu tentukur Tiap ml titan(III) klorida 0,1 N
1000-ml, tambahkan 50 ml asam nitrat P, campur setara dengan 20,40 mg C25H30ClN3
sampai larut. Encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan
dengan air hingga kadar zink 0,50 µg per ml. HIDROKUINON
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang Hydroquinone
500 mg zat dalam krus yang telah ditara. Abukan
dalam alat pengabuan suhu rendah hingga bobot
tetap. Pipet 10 ml asam nitrat 6 N ke dalam krus,
panaskan hingga abu larut. Masukkan larutan ke
dalam labu tentukur 500-ml, encerkan dengan air
sampai tanda. Buat larutan blangko pereaksi Hidrokuinon [123-31-9]
Prosedur Ukur serapan Larutan baku, Larutan uji, C6H6O2 BM 110,11
dan larutan blangko pada pita emisi zink 213,9 nm
menggunakan spektrofotometer serapan atom seperti Hidrokuinon mengandung tidak kurang dari 99,0%
tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya dan tidak lebih dari 100,5%, C6H6O2, dihitung
<1191> dilengkapi dengan lampu tabung katoda zink terhadap zat anhidrat.
– 2533 –

Perubahan HIOSIN HIDROBROMIDA


Pemerian Berbentuk jarum halus, putih; mudah Skopolamin Hidrobromida
menjadi gelap jika terpapar cahaya dan udara. Hyoscine Hydrobromide
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan
dalam eter.

Perubahan
Baku pembanding Hidrokuinon BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Ester 6β,7β-epoksi-1 αH,5αH-tropan-3α-ol(-)-
tropat hidrobromida trihidrat [6533-68-2]
Perubahan C17H21NO4.HBr.3H2O BM 438,31
Identifikasi Anhidrat [114-49-8] BM 384,27
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Hiosin Hidrobromida mengandung tidak kurang dari
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang 98,5% dan tidak lebih dari 102,0%, C17H21NO4.HBr,
sama seperti pada Hidrokuinon BPFI. dihitung terhadap zat anhidrat.
B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera [Perhatian Bahan beracun, tangani dengan sangat
pada Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis hati-hati.]
<281>. Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µl
larutan dalam metanol P yang mengandung 1 mg per Pemerian Hablur tidak berwarna atau putih atau
ml zat uji dan Hidrokuinon BPFI; pada lempeng serbuk granul putih; tidak berbau dan agak merekah
kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. di udara kering.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan fase gerak Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol;
metanol P-kloroform P (50:50) dan biarkan fase sukar larut dalam kloroform; tidak larut dalam eter.
gerak merambat hingga tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, Perubahan
biarkan fase gerak menguap dan panaskan di atas Baku pembanding Hiosin Hidrobromida BPFI;
lempeng pemanas atau diamkan di bawah lampu lakukan pengeringan pada suhu 83º selama 2 jam,
hingga timbul bercak: harga Rf bercak utama yang kemudian pada suhu 105º selama 3 jam sebelum
diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
dari Larutan baku. terlindung cahaya.
C. Spektrum serapan larutan zat (1 dalam 40.000)
dalam metanol P menunjukkan serapan maksimum Perubahan
pada panjang gelombang lebih kurang 293±2 nm. Identifikasi
A. Larutkan 3 mg zat dalam 1 ml etanol P dan
Jarak lebur <1021> Antara 172° dan 174°. uapkan di atas tangas uap hingga kering. Larutkan
residu dalam 0,5 ml kloroform P, tambahkan 200 mg
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. kalium bromida P yang sebelumnya dikeringkan pada
suhu 105º selama 30 menit dan aduk selama 5 menit.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%. Biarkan kloroform menguap hingga kering dan aduk,
diperoleh residu berupa serbuk mengalir. Keringkan
Perubahan residu dalam penangas uap selama 5 menit, kemudian
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang segera dicetak. Spektrum serapan inframerah residu
250 mg zat, larutkan dalam campuran 100 ml air dan yang didispersikan dalam kalium bromida P,
10 ml asam sulfat 0,1 N, tambahkan 3 tetes menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
difenilamin LP dan titrasi dengan serium(IV) sulfat gelombang yang sama seperti pada Hiosin
0,1 N LV hingga warna merah lembayung. Lakukan Hidrobromida BPFI.
penetapan blangko dan lakukan koreksi jika perlu. B. Pada 1 ml larutan zat (1 dalam 20), tambahkan
beberapa tetes klor LP, kocok dengan 1 ml kloroform
Tiap ml serium(IV) sulfat 0,1 N P: lapisan kloroform berwarna kecoklatan.
setara dengan 5,506 mg C6H6O2
Hilangkan persyaratan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Jarak lebur <1021> Antara 195º dan 199º; lakukan
rapat dan tidak tembus cahaya. penetapan menggunakan zat yang telah dikeringkan
pada hampa udara selama 24 jam dan kemudian pada
suhu 105º selama 2 jam.
– 2534 –

Perubahan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,


Rotasi jenis <1081> Antara -24º dan -26º, dihitung terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan
terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
menggunakan larutan zat yang mengandung hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
50 mg per ml. Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
pH <1071> Antara 4,0 dan 5,5; lakukan penetapan vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
menggunakan larutan zat (1 dalam 20).
Identifikasi
Perubahan A. Masukkan sejumlah volume injeksi setara
Air <1031>Metode III Tidak lebih dari 13,0%; dengan lebih kurang 3 mg hiosin hidrobromida ke
lakukan pengeringan dalam dua tahap. Tahap dalam corong pisah 50 ml. Jika perlu encerkan
pertama keringkan pada suhu 80º selama 2 jam, dengan air hingga 10 ml. Tambahkan 0,2 ml
dilanjutkan pada suhu 105º selama 3 jam. amonium hidroksida P dan ekstraksi dengan 25 ml
kloroform P. Tambahkan 50 ml eter P pada larutan
Sisa pemijaran <301> Dapat diabaikan; lakukan kloroform dan lewatkan campuran melalui kolom
penetapan menggunakan 100 mg zat. kromatografi 25 mm x 25 cm yang disumbat wol
kaca pada dasar tabung, berisi 2 g tanah diatome
Apoatropin Pada 15 ml larutan zat (1 dalam 100) murni yang sebelumnya telah dicampur dengan 1 ml
tambahkan 0,05 ml kalium permanganat 0,1 N LV: asam fosfat 0,2 N yang dijenuhkan dengan natrium
warna larutan tidak hilang semua dalam waktu 5 bromida P. Eluasi dengan 25 ml eter P jenuh air dan
menit. buang eluat. Eluasi dengan 100 ml kloroform P jenuh
air, kumpulkan eluat dan uapkan hingga hampir
Alkaloid asing lain Pada 1 ml larutan zat (1 dalam kering. Larutkan residu dalam 1 ml etanol P dan
20) tambahkan beberapa tetes amonium hidroksida lanjutkan seperti tertera pada Identifikasi A dalam
6 N: tidak terbentuk kekeruhan. Tambahkan kalium Hiosin Hidrobromida, mulai dari “dan uapkan di atas
hidroksida 1 N pada 1 ml larutan lainnya: hanya tangas uap hingga kering”.
terbentuk sedikit kekeruhan putih. B. Pada sejumlah volume injeksi, tambahkan
perak nitrat LP: terbentuk endapan putih kekuningan,
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang tidak larut dalam asam nitrat P tetapi sukar larut
750 mg zat, larutkan dalam campuran 30 ml asam dalam amonium hidroksida 6 N.
asetat glasial P dan 10 ml raksa(II) asetat LP,
hangatkan hingga larut sempurna. Dinginkan larutan Tambahan persyaratan
hingga suhu ruang, tambahkan 2 tetes kristal violet Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 555,0
LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. unit Endotoksin FI per mg hiosin hidrobromida.
Lakukan penetapan blangko.
pH <1071> Antara 3,5 dan 6,5.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 38,43 mg C17H21NO4.HBr Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya. Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
INJEKSI HIOSIN HIDROBROMIDA <931>.
Injeksi Skopolamin Hidrobromida Dapar pH 9,0 Larutkan 34,8 g kalium fosfat dibasa
Hyoscine Hydrobromide Injection P, dalam 900 ml air, atur pH hingga 9,0 dengan
penambahan asam hidroklorida 3 N atau natrium
Injeksi Hiosin Hidrobromida adalah larutan steril hidroksida 1 N, tetapkan secara elektrometrik,
Hiosin Hidrobromida dalam Air untuk Injeksi. jika perlu dengan pengadukan.
Mengand ung Hio sin Hid robro mid a, Larutan baku internal Larutkan dan encerkan lebih
C17H21NO4.HBr.3H2O, tidak kurang dari 90,0% dan kurang 25 mg homatropin hidrobromida dengan air
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada dalam labu tentukur 50-ml sampai tanda. Larutan
etiket. dibuat segar tiap hari.
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
Perubahan kurang 10 mg Hiosin Hidrobromida BPFI,
Baku pembanding Hiosin Hidrobromida BPFI; masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
lakukan pengeringan pada suhu 83º selama 2 jam, dan encerkan dengan air sampai tanda. Larutan dibuat
kemudian pada suhu 105º selama 3 jam sebelum segar tiap hari.
– 2535 –

Larutan baku Pipet 10 ml Larutan baku dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
persediaan ke dalam corong pisah, tambahkan yang tertera pada etiket.
2,0 ml Larutan baku internal dan 5,0 ml dapar pH
9, atur pH hingga 9,0 dengan penambahan natrium Perubahan
hidroksida 1 N secara hati-hati jangan sampai Baku pembanding Hiosin Hidrobromida BPFI;
berlebih. Segera ekstraksi dua kali, tiap kali dengan lakukan pengeringan pada suhu 83º selama 2 jam,
10 ml metilena klorida P, saring ekstrak melalui 1 g kemudian pada suhu 105º selama 3 jam sebelum
natrium sulfat anhidrat P ke dalam gelas piala 50 ml, digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
uapkan dengan aliran nitrogen hingga volume 2,0 ml. terlindung cahaya.
Larutan uji persediaan Masukkan sejumlah
volume injeksi yang diukur saksama, setara dengan Identifikasi Masukkan sejumlah serbuk tablet setara
lebih kurang 10 mg hiosin hidrobromida ke dalam dengan lebih kurang 3 mg hiosin hidrobromida ke
labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai dalam corong pisah 50 ml, tambahkan 10 ml air dan
tanda. kocok selama 2 menit. Lanjutkan penetapan seperti
Larutan uji Pipet 10 ml Larutan uji persediaan ke tertera pada Identifikasi A dalam Injeksi Hiosin
dalam corong pisah, lakukan seperti tertera pada Hidrobromida, mulai dari ”tambahkan 0,2 ml
Larutan baku dimulai dengan “tambahkan 2,0 ml amonium hidroksida P”.
Larutan baku internal”
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 15 menit;
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 2 mm lakukan penetapan tanpa menggunakan cakram.
x 1,8 m berisi bahan pengisi 3% fase cair G3 pada
partikel penyangga S1AB. Pertahankan suhu kolom Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
pada 225 dan gunakan nitrogen P sebagai gas
pembawa dengan laju alir lebih kurang 25 ml per Perubahan
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak serbuk tablet setara dengan lebih kurang 1,0 mg
homatropin dan Hiosin tidak kurang dari 5; faktor hiosin hidrobromida, masukkan ke dalam corong
ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku relatif pisah yang berisi 5 ml Dapar pH 9,0, tambahkan
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%; dengan pipet 2,0 ml Larutan baku internal yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dibuat seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
volume sama (lebih kurang 1 l) Larutan uji dan Injeksi Hiosin Hidrobromida. Atur pH hingga 9,0
Larutan baku ke dalam kromatograf. Rekam dengan penambahan natrium hidroksida 1 N.
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung Ekstraksi 2 kali, tiap kali dengan 10 ml
jumlah dalam mg Hiosin hidrobromida, metilena klorida P, saring ekstrak ke dalam gelas
C17H21NO4.HBr.3H2O, dalam injeksi dengan rumus: piala 50 ml melalui 1 g natrium sulfat anhidrat P
dalam corong bersumbat kapas. Uapkan ekstrak
Perubahan dengan aliran gas nitrogen hingga lebih kurang
2,0 ml. Gunakan larutan ini sebagai Larutan uji dan
R 
1,141W   U  lanjutkan penetapan seperti tertera pada
 RS  Penetapan kadar dalam Injeksi Hiosin
Hidrobromida. Hitung jumlah dalam mg hiosin
hidrobromida, C17H21NO4.HBr.3H2O, dalam serbuk
W adalah bobot Hiosin Hidrobromida BPFI dalam
tablet dengan rumus:
mg Larutan baku; 1,141 adalah perbandingan bobot
molekul hiosin hidrobromida trihidrat terhadap hiosin
Perubahan
hidrobromida anhidrat; RU adalah perbandingan
respons puncak hiosin hidrobromida terhadap baku W   R 
internal dalam Larutan uji dan RS adalah
1,141     U 
 10   RS 
perbandingan respons puncak Hiosin Hidrobromida
BPFI terhadap baku internal dalam Larutan baku.
W adalah bobot Hiosin Hidrobromida BPFI dalam
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tidak mg Larutan baku; 1,141 adalah perbandingan bobot
tembus cahaya, dosis tunggal atau dosis ganda, molekul hiosin hidrobromida trihidrat terhadap hiosin
sebaiknya dari kaca Tipe I. hidrobromida anhidrat; RU adalah perbandingan
respons puncak hiosin hidrobromida terhadap baku
internal dalam Larutan uji dan RS adalah
perbandingan respons puncak Hiosin Hidrobromida
TABLET HIOSIN HIDROBROMIDA
BPFI terhadap baku internal dalam Larutan baku.
Scopolamine Hydrobromide Tablet
Tablet Hiosin Hidrobromida mengandung Hiosin Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Hidrobromida, C17H21NO4.HBr.3H2O, tidak kurang rapat, tidak tembus cahaya.
– 2536 –

IDOKSURIDIN Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


Idoxuridine rapat, tidak tembus cahaya.

INDOMETASIN
Indomethacin

2’ – Deoksi-5-iodouridin [54-42-2]
C9H11IN2O5 BM 354,10

Idoksuridin mengandung tidak kurang dari 98,0%


dan tidak lebih dari 101,0%, C9H11IN2O5, dihitung Asam 1-(p-klorobenzoil)-5-metoksi-2-metilindol-3-
terhadap zat kering. asetat [53-86-1]
C19H16ClNO4 BM 357,79
Pemerian Hablur atau serbuk putih; praktis tidak
berbau. Perubahan
Indometasin mengandung tidak kurang dari 98,0%
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam etanol; dan tidak lebih dari 102,0%, C19H16ClNO4, dihitung
praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. terhadap zat kering

Perubahan Pemerian Serbuk hablur, polimorf kuning pucat


Baku pembanding Idoksuridin BPFI; lakukan hingga kuning kecoklatan; tidak berbau atau hampir
pengeringan dalam hampa udara pada tekanan tidak tidak berbau. Peka terhadap cahaya; meleleh pada
lebih dari 5 mmHg pada suhu 60° selama 2 jam. suhu lebih kurang 162°.
Perubahan Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar
Identifikasi larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan
dalam minyak mineral P menunjukkan maksimum Perubahan
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
Baku pembanding Indometasin BPFI; tidak boleh
pada Idoksuridin BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
(35 µg per ml) dalam dapar pH 12,0 (dibuat dari wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa
7,46 g kalium klorida P dan 24 ml natrium sejenis A Indometasin; Senyawa sejenis B
hidroksida 1 N yang dilarutkan dalam 2000 ml air) Indometasin.
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama seperti pada larutan Perubahan
Idoksuridin BPFI; daya serap masing-masing Identifikasi
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, hanya A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
untuk Larutan uji, pada panjang gelombang serapan didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
maksimum lebih kurang 279 nm berbeda tidak lebih maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
dari 2,0%. sama seperti pada Indometasin BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat 25 µg
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; per ml dalam campuran asam hidroklorida P-
lakukan penetapan menggunakan 500 mg zat yang metanol P (1 dalam 120) menunjukkan maksimum
dikeringkan dalam hampa udara pada suhu 60˚ dan minimum pada panjang gelombang yang sama
selama 2 jam. seperti pada Indometasin BPFI: daya serap masing-
masing dihitung terhadap zat kering pada panjang
Perubahan gelombang serapan maksimum lebih kurang 318 nm
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang berbeda tidak lebih dari 3,0%.
250 mg zat, larutkan dalam 20 ml dimetilformamida P C. Pola difraksi sinar-X seperti tertera pada
yang telah dinetralkan dengan natrium metoksida Difraksi sinar-X <811> sesuai dengan Indometasin
toluena 0,1 N LV, tambahkan larutan 3 mg per ml
BPFI.
biru timol P dalam metanol P sebagai indikator.
Titrasi dengan natrium metoksida toluena 0,1 N LV
hingga berwarna biru. Hati-hati terhadap penyerapan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
karbon dioksida dari udara. Lakukan penetapan lakukan pengeringan pada tekanan kurang dari
blangko dan koreksi jika perlu. 5 mmHg pada suhu 100˚ selama 2 jam.

Tiap ml natrium metoksida 0,1 N Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
setara dengan 35,41 mg C9H11IN2O5
– 2537 –

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari Tabel


20 bpj. Waktu retensi Keberterimaan
Nama
relatif (%)
Tambahan persyaratan Senyawa sejenis 0,24 0,1
Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan cara A indometasin
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Senyawa sejenis 0,37 0,5
Kromatografi <931>. B indometasin
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Pengencer, dan Indometasin 1,0 -
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Cemaran lain - 0,10
Penetapan kadar. non-spesifik
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Total cemaran - 1,0
Indometasin BPFI; Senyawa sejenis A Indometasin,
dan Senyawa sejenis B Indometasin, larutkan dalam Perubahan
Pengencer hingga kadar berturut-turut 0,002 mg per Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
ml; 0,002 mg per ml dan 0,01 mg per ml. Jika perlu
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lakukan sonikasi.
Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga Larutan A Gunakan Asam format 0,1%.
kadar lebih kurang 2,0 mg per ml. Jika perlu lakukan Larutan B Gunakan asetonitril P.
sonikasi. Fase gerak Campuran Larutan A-Larutan B
Kesesuaian sistem Lakukan kromatografi terhadap (55:45). Saring dan awaudarakan.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons Pengencer Buat campuran Larutan A-Larutan B
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, (55:45). Atur pH hingga 8,0 dengan penambahan
antara puncak senyawa sejenis B indometasin dan natrium hidroksida 0,2 N.
senyawa sejenis A indometasin tidak kurang dari 2,0; Larutan baku Timbang saksama sejumlah
faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku Indometasin BPFI, larutkan dan encerkan dalam
relatif pada penyuntikan ulang untuk senyawa sejenis Pengencer hingga kadar 0,5 mg per ml. Jika perlu
A indometasin dan senyawa sejenis B indometasin lakukan sonikasi.
tidak lebih dari 5,0%. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah larutkan dan encerkan dalam Pengencer hingga kadar
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan 0,5 mg per ml. Jika perlu lakukan sonikasi.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
kromatogram dan ukur semua respons puncak. sejumlah Indomestasin BPFI; Senyawa sejenis A
Hitung persentase tiap cemaran spesifik dalam zat Indometasin BPFI, dan Senyawa sejenis B
dengan rumus: Indometasin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer hingga diperoleh kadar berturut-turut
 ri   CS  2,0 mg per ml; 0,002 mg per ml dan 0,01 mg per ml.
      100 Jika perlu lakukan sonikasi.
 rS   CU  Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
spesifik dari Larutan uji; rS adalah respons puncak ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada
senyawa sejenis yang sesuai dari Larutan baku; CS lebih kurang 30º. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per
adalah kadar Indometasin BPFI dalam mg per ml menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Larutan baku; CU adalah kadar indometasin dalam kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
ditimbang. Hitung persentase masing-masing resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis B
cemaran non-spesifik dalam zat dengan rumus: indometasin dan senyawa sejenis A indometasin tidak
kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap
 ri   CS  Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
      100 puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
 rS   CU  tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%. [Catatan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Waktu retensi relatif senyawa sejenis A indometasin
non-spesifik dari Larutan uji; rS adalah respons dan senyawa sejenis B indometasin berturut-turut
puncak indometasin dari Larutan baku; CS adalah 0,24 dan 0,37.]
kadar Indometasin BPFI dalam mg per ml Larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
baku; CU adalah kadar indometasin dalam mg per ml volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Masing-masing cemaran dan jumlah cemaran tidak kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
– 2538 –

persentase indometasin, C19H16ClNO4, dalam zat udara. Masukkan lempeng ke dalam bejana
dengan rumus: kromatografi berisi campuran kloroform P-metanol P
(4:1). Biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per
 rU   CS  empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas
     100 rambat, biarkan Fase gerak menguap dan amati di
 rS   CU  bawah cahaya ultraviolet 254 nm: intensitas dan
harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan
Larutan baku.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
indometasin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
Disolusi <1231>
adalah kadar Indometasin BPFI dalam mg per ml
Media disolusi: 750 ml campuran dapar fosfat pH
Larutan baku; CU adalah kadar indometasin dalam
7,2-air (1:4).
mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
Alat tipe 1: 100 rpm.
ditimbang.
Waktu: 20 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah indometasin,
Perubahan
C19H16ClNO4, yang terlarut dengan mengukur serapan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan
baik, tidak tembus cahaya.
serapan larutan baku Indometasin BPFI dalam media
yang sama pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 318 nm.
KAPSUL INDOMETASIN Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
Indomethacin Capsule kurang dari 80% (Q) indometasin, C19H16ClNO4, dari
jumlah yang tertera pada etiket.
Kapsul Indometasin mengandung Indometasin,
C19H16ClNO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada Prosedur keseragaman kandungan
etiket. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Indometasin BPFI, larutkan dalam campuran metanol
Perubahan P-dapar fosfat pH 7,0 (1:1) hingga kadar lebih
Baku pembanding Indometasin BPFI; tidak boleh kurang 25 g per ml.
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam Larutan uji Masukkan isi 1 kapsul ke dalam labu
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. tentukur 100-ml, tambahkan 10 ml air dan biarkan
selama 10 menit, kocok sesekali. Tambahkan 60 ml
Perubahan metanol P, kocok selama 10 menit, encerkan dengan
Identifikasi metanol P sampai tanda dan sentrifus. Encerkan
A. Kocok sejumlah isi kapsul, setara dengan lebih sejumlah larutan jernih secara kuantitatif, jika perlu
kurang 50 mg indometasin, dengan 10 ml aseton P bertahap dengan campuran metanol P-dapar fosfat
selama lebih kurang 2 menit, saring. Masukkan 5 ml
pH 7,0 (1:1) hingga kadar lebih kurang 25 g per ml.
filtrat ke dalam labu bertutup, tambahkan 20 ml air
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
dan kocok selama lebih kurang 2 menit hingga
baku pada panjang gelombang serapan maksimum
terbentuk endapan dan menghablur. Saring dan
lebih kurang 318 nm terhadap blangko campuran
kumpulkan hablur. Keringkan hablur di udara,
metanol P-dapar fosfat pH 7,0 (1:1). Hitung jumlah
kemudian keringkan pada tekanan kurang dari
dalam mg indometasin, C19H16ClNO4, dalam kapsul
5 mmHg pada suhu 100˚ selama 2 jam; spektrum
dengan rumus:
serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang  TC   AU 

 
 D   AS
sama seperti pada Indometasin BPFI yang telah
dihablurkan kembali dengan cara sama dari larutan 
25 mg per 5 ml aseton P.
B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera T adalah jumlah Indometasin dalam mg per kapsul
pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada etiket; C adalah kadar
<281>. Indometasin BPFI dalam g per ml Larutan baku; D
Larutan baku Timbang saksama sejumlah adalah kadar indometasin dalam g per ml Larutan
Indometasin BPFI, larutkan dan encerkan dengan uji; AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan
metanol P hingga kadar 1 mg per ml. uji dan Larutan baku.
Larutan uji Kocok sejumlah isi kapsul setara
dengan 25 mg indometasin dalam 25 ml metanol P, Perubahan
saring. Penetapan kadar
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing Larutan baku Timbang saksama lebih kurang
2 l Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng 25 mg Indometasin BPFI, masukkan ke dalam labu
kromatografi silika gel, keringkan dengan aliran tentukur 200-ml, larutkan dalam 2 ml metanol P dan
– 2539 –

encerkan dengan dapar fosfat pH 7,2 sampai tanda. Perubahan


Pipet 25 ml larutan ke dalam corong pisah dan Identifikasi
ekstraksi 3 kali, tiap kali dengan 25 ml metilena A. Larutan zat (1 dalam 1000) dalam kloroform P
klorida P. Saring ekstrak melalui kapas, kumpulkan dan dalam karbon disulfida P berwarna lembayung.
filtrat ke dalam labu tentukur 100-ml, bilas penyaring B. Pada larutan jenuh, tambahkan kanji-kalium
dengan metilena klorida P dan encerkan dengan iodida LP: terjadi warna biru. Bila campuran
metilena klorida P sampai tanda. Kadar Larutan baku dididihkan warna akan hilang, tetapi timbul lagi
lebih kurang 31 g per ml. setelah campuran dingin, kecuali dididihkan dalam
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari waktu lama.
20 kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
bersihkan cangkang kapsul dan timbang saksama, Sisa penguapan Tidak lebih dari 0,05%; lakukan
hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama penetapan menggunakan 5,0 g zat dalam cawan
sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang porselen yang telah ditara, panaskan di atas tangas
25 mg indometasin, masukkan ke dalam labu uap hingga iodum habis menguap dan keringkan pada
tentukur 200-ml, tambahkan 2 ml metanol P, kocok suhu 105˚ selama 1 jam.
selama 10 menit, encerkan dengan dapar fosfat
pH 7,2 sampai tanda. Masukkan lebih kurang 50 ml Klorida atau bromida Tidak lebih dari 0,028%,
ke dalam tabung sentrifuga dan sentrifus selama dihitung sebagai klorida; lakukan penetapan sebagai
15 menit. Pipet 25 ml beningan ke dalam corong berikut: Triturat 250 mg serbuk halus dengan 10 ml
pisah 125 ml dan ekstraksi 3 kali tiap kali dengan air, saring. Tambahkan tetes demi tetes asam sulfit
25 ml metilena klorida P. Saring ekstrak melalui bebas klorida P, yang telah diencerkan dengan
kapas ke dalam labu tentukur 100-ml, bilas penyaring beberapa bagian volume air, hingga warna iodum
dengan metilena klorida P, encerkan dengan metilena benar-benar hilang. Tambahkan 5 ml amonium
klorida P sampai tanda. hidroksida 6 N, kemudian 5 ml perak nitrat LP sedikit
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan demi sedikit. Saring, asamkan filtrat dengan asam
baku pada panjang gelombang serapan maksimum nitrat P; larutan yang terjadi tidak lebih keruh dari
lebih kurang 318 nm terhadap blangko metilena larutan pembanding yang dibuat dengan jumlah
klorida P. Hitung jumlah dalam mg indometasin, pereaksi yang sama, ditambah dengan 0,10 ml asam
C19H16ClNO4, dalam kapsul dengan rumus: hidroklorida 0,020 N, tanpa penambahan asam sulfit P.

A  Penetapan kadar Serbukkan dan timbang saksama


0,8 C   U  lebih kurang 500 mg zat dalam labu bersumbat kaca
 AS  yang telah ditara, tambahkan 1 g kalium iodida P
yang dilarutkan dalam 5 ml air. Encerkan dengan air
C adalah kadar Indometasin BPFI dalam µg per ml hingga lebih kurang 50 ml, tambahkan 1 ml asam
Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah hidroklorida 3 N. Titrasi dengan natrium tiosulfat
serapan Larutan uji dan Larutan baku. 0,1 N LV, menggunakan 3 ml indikator kanji LP.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Tiap ml natrium tiosulfat 0,1 N
baik. setara dengan 12,69 mg I

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


IODUM rapat.
Iodine

Perubahan ISONIAZID
Iodum [7553-56-2] Isoniazid
I2 BM 253,81

Iodum mengandung tidak kurang dari 99,8% dan


tidak lebih dari 100,5% I.

Pemerian Keping atau granul; berat; hitam keabu-


abuan; bau khas; berkilau seperti metal.
Asam isonikotinat hidrazida [54-85-3]
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut C6H7N3O BM 137,14
dalam karbon disulfida, dalam kloroform, dalam
karbon tetraklorida dan dalam eter; larut dalam etanol
Isoniazid mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
dan dalam larutan iodida; agak sukar larut dalam
tidak lebih dari 102,0%, C6H7N3O, dihitung terhadap
gliserin.
zat kering.
– 2540 –

Perubahan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,


Pemerian Hablur tidak berwarna atau putih, atau larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
serbuk hablur putih; tidak berbau, perlahan-lahan kadar 1,0 mg per ml.
dipengaruhi oleh udara dan cahaya. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar [Catatan Kecuali untuk
Kelarutan Mudah larut dalam air; agak sukar larut kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan
dalam etanol; sukar larut dalam kloroform dan sangat detektor 266 nm.] Lakukan kromatografi terhadap
sukar larut dalam eter. Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Perubahan resolusi, R, antara pasangan puncak yang berdekatan
Baku pembanding Isoniazid BPFI; tidak boleh tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
pendingin. baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
5,0%.
Perubahan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Identifikasi volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan kromatogram dan ukur semua respons puncak.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
sama seperti pada Isoniazid BPFI. dengan rumus:
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti yang
 ri   CS  1 
diperoleh pada Penetapan kadar.          100
 rS   CU  F
Hilangkan persyaratan
Jarak lebur <1021> Antara 170˚ dan 173˚. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak isoniazid
pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5; lakukan penetapan dari Larutan baku; CS adalah kadar Isoniazid BPFI
menggunakan larutan zat (1 dalam 10). dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; ditimbang; F adalah faktor respons relatif seperti
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam. tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan total
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Tabel. Abaikan semua puncak yang kurang dari
0,05%.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
20 bpj. Tabel
Nama Waktu Faktor Batas
Hilangkan persyaratan retensi respons
Cemaran senyawa organik mudah menguap relatif relatif (%)
<471> Metode I Memenuhi syarat; lakukan
Isoniasin 0,50 0,69 0,1
penetapan menggunakan Larutan uji dengan kadar
Isoniazid 1,0 1,0 -
20 mg per ml dan Larutan baku dengan kadar dua
Isonikotinamida 1,4 0,70 0,1
kali dari yang ditetapkan.
Pikolinohidrazida 2,1 1,2 0,1
Isonikotinonitril 3,9 0,74 0,1
Tambahan persyaratan
Cemaran yang tidak
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara - 1,0 0,10
diketahui
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Total cemaran - - 2,0
Kromatografi <931>.
Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti tertera
Perubahan
pada Penetapan kadar.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sejumlah Isoniazid BPFI, isoniasin, isonikotinamida,
Kromatografi <931>.
pikolinohidrazida, dan isonikotinonitril, larutkan dan
Dapar Buat larutan natrium fosfat monobasa P
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar masing-
13,6 g per liter. Atur pH hingga 6,9 dengan
masing lebih kurang 1,0 g per ml.
penambahan natrium hidroksida 10 N. Tambahkan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
trietanolamina P 30 mg per liter.
Isoniazid BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
gerak hingga kadar lebih kurang 1,0 g per ml.
– 2541 –

Fase gerak Campuran Dapar-metanol P (95:5). BPFI. Senyawa Sejenis A Isosorbid Mononitrat
Saring dan awaudarakan. Encer BPFI.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Isoniazid Klorida BPFI, larutkan dan encerkan Perubahan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang Identifikasi
0,32 mg per ml. A. Lakukan penetapan seperti tertera pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis <281>.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Lakukan uji A seperti tertera pada Identifikasi dalam
kadar lebih kurang 0,32 mg per ml. Tablet Isosorbid Mononitrat.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom (95:5).
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Penjerap Campuran Silika gel P.
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1,5 ml Penampak bercak Larutkan 1 g kanji P dalam
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan 100 ml air mendidih, dinginkan, tambahkan 0,5 g
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak kalium iodida P, aduk sampai larut.
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
lebih dari 2 untuk puncak isoniazid dan simpangan Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dan
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari encerkan dengan etanol mutlak P hingga kadar lebih
0,73%. kurang 0,5 mg per ml.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan dari 20 tablet. Timbang sejumlah serbuk setara
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam dengan lebih kurang 120 mg isosorbid mononitrat,
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung masukkan ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan
persentase isoniazid, C6H7N3O, dalam zat dengan 50 ml etanol mutlak P, sonikasi selama 10 menit,
rumus: sentrifus. Encerkan secara kuantitatif 10 bagian
 rU   CS  beningan dengan 50 bagian etanol mutlak P.
      100 Prosedur Totolkan secara terpisah 20 l Larutan
 rS   CU  uji dan Larutan baku pada lempeng kromatografi.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak
isoniazid dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng.
adalah kadar Isoniazid BPFI dalam mg per ml Angkat lempeng dan tandai batas rambat, biarkan
Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per ml lempeng kering di udara. Amati lempeng di bawah
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. cahaya UV 254 nm dan tandai bercak yang sesuai
dengan Larutan baku. Semprot bercak dengan
Perubahan penampak bercak dan sinari dengan cahaya UV
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 254 nm selama lebih kurang 10 menit. Bercak
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25º, isosorbid mononitrat dan nitrat-nitrat lain terlihat
masih diperbolehkan antara 15º dan 30º. sebagai bercak ungu dengan latar belakang putih
sampai ungu muda.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
TABLET LEPAS LAMBAT ISOSORBID Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
MONONITRAT diperoleh pada Penetapan kadar.
Isosorbide Mononitrate Extended-Release
Perubahan
Tablets Disolusi <1231>
UJI 1
Tablet Lepas Lambat Isosorbid Mononitrat Media disolusi: 900 ml air.
mengandung Isosorbid Mononitrat, C6H9NO6, tidak Alat tipe 2: 50 rpm, tablet diletakkan
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari dalam“sinker” berbentuk spiral yang dibuat dari baja
jumlah yang tertera pada etiket. tahan karat dengan diameter 0,8 mm, panjang 25,4
cm dengan diameter lingkaran lebih kurang 0,72 cm
Baku pembanding Isosorbid BPFI Setelah ampul dan tinggi lebih kurang 2,5 cm.
dibuka simpan dalam wadah tertutup rapat; [Catatan Waktu: 1 jam, 2 jam, 4 jam, 8 jam, dan 12 jam.
Baku pembanding berikut adalah campuran kering Lakukan penetapan jumlah isosorbid mononitrat,
dari suatu zat aktif dan zat tambahan yang sesuai C6H9NO6, yang terlarut dengan cara Kromatografi
untuk keamanan penggunaan. Untuk penggunaan cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kuantitatif, hitung konsentrasi zat aktif berdasarkan Kromatografi <931>.
pada kandungan yang tertera pada etiket.] Isosorbid
Dinitrat Encer BPFI. Isosorbid Mononitrat Encer
– 2542 –

Fase gerak Campuran air-metanol P (7:3), saring adalah jumlah dalam mg isosorbid mononitrat yang
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian diambil pada pengambilan sampel sebelumnya dan L
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada adalah jumlah dalam mg per tablet seperti tertera
Kromatografi <931>. pada etiket.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada
Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dalam Tabel Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>.
Media disolusi, encerkan secara kuantitatif dan jika Persentase jumlah isosorbid mononitrat, C6H9NO6,
perlu bertahap dengan Media disolusi hingga kadar yang terlarut pada waktu tertentu, sesuai dengan tabel
lebih kurang L/1000 L adalah jumlah dalam mg per di bawah ini.
tablet seperti yang tertera pada etiket.
Larutan uji Saring sejumlah volume alikot melalui Waktu (jam) Jumlah terlarut (%)
penyaring nilon dengan porositas 0,45 µm, buang 1 15-35
4 ml-6 ml filtrat pertama. 2 28-48
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 4 43-68
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm, kolom 8 65-90
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir 12 tidak kurang dari 80
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur UJI 2
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Jika pada etiket tercantum bahwa sediaan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak memenuhi Uji Disolusi 2, lakukan uji disolusi di
lebih dari 1,5 %. bawah ini.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Media disolusi: 500 ml cairan lambung buatan LP
volume sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan (tanpa enzim).
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Alat tipe 2: 50 rpm.
kromatogram dan ukur respons puncak. Pada waktu i Waktu: 1 jam, 2 jam, 6 jam, dan 12 jam.
jam, hitung jumlah dalam mg isosorbid mononitrat, Lakukan penetapan jumlah, C6H9NO6, yang terlarut
C6H9NO6, yang terlarut (ADi) dengan rumus: dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran air-metanol P (3:2), saring
 rU  dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
   CS  V
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
 rS  Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari sejumlah Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan
Larutan uji dan Larutan baku pada waktu i jam; CS dan encerkan secara kuantitatif, jika perlu bertahap
adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per ml dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang
Larutan baku; V adalah volume dalam ml media 1,2 mg per ml.
disolusi dalam bejana disolusi pada tiap pengambilan Larutan baku Lakukan pengenceran Larutan baku
sampel. Hitung jumlah dalam mg isosorbid persediaan dengan Media disolusi hingga kadar lebih
mononitrat, C6H9NO6, yang diambil pada kurang 60 µg per ml untuk tablet yang mengandung
pengambilan sampel sebelumnya dengan rumus: 30 mg isosorbid mononitrat dan 120 µg per ml untuk
tablet yang mengandung 60 mg isosorbid mononitrat.
 VS  Larutan uji Saring sejumlah volume alikot melalui
 AD   V  penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm.
 i Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm, kolom
AD adalah jumlah dalam mg isosorbid mononitrat 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
yang terlarut pada tiap titik pengambilan sampel; ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml
VS adalah volume dalam ml sampel yang diambil; per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Vi adalah volume dalam ml media disolusi dalam baku, rekam kromatogram dan ukur respon puncak
bejana disolusi pada setiap pengambilan sampel. seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
Hitung persentase isosorbid mononitrat, C6H9NO6, pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0 %.
yang terlarut pada tiap pengambilan sampel dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
rumus:
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
 AD  AR  kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
  100
 L  jumlah dalam mg isosorbid mononitrat, C6H9NO6,
yang terlarut pada tiap pengambilan sampel dengan
rumus:
AD adalah jumlah dalam mg isosorbid mononitrat
yang terlarut pada tiap titik pengambilan sampel; AR
– 2543 –

 rU (i )  dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang


 C 0,12 mg per ml.
 rS  S Larutan baku Untuk tablet yang mengandung
 
60 mg isosorbid mononitrat, gunakan Larutan baku
CS adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per persediaan tanpa pengenceran. Untuk tablet yang
ml Larutan baku; rU(i) adalah respons puncak dari mengandung 30 mg isosorbid mononitrat, pipet
Larutan uji pada tiap pengambilan sampel ke-i dan rS 25 ml Larutan baku persediaan ke dalam labu
adalah respons puncak isosorbid mononitrat dari tentukur 50-ml. Encerkan dengan Media disolusi
Larutan baku. Hitung persentase isosorbid sampai tanda.
mononitrat yang terlarut pada tiap pengambilan Larutan uji Gunakan sejumlah alikot yang telah
sampel dengan rumus: disaring melalui penyaring dengan porositas
0,45 μm.

Waktu  Ci V0  i  1Vt   i 1
j 1
C jVt 100
L
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1 ml per
Ci adalah kadar isosorbid mononitrat yang dilepaskan
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
pada tiap titik waktu i, dalam mg per ml; V0 adalah
volume awal dalam ml media; Vt adalah volume rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
sampel dalam ml yang diambil pada tiap tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
pengambilan sampel; Cj adalah kadar isosorbid penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
mononitrat yang dilepaskan dalam mg per ml, pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
waktu j, dan L adalah jumlah isosorbid mononitrat volume sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan
dalam mg per tablet seperti yang tertera pada etiket. Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung kadar
Tabel Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>. dalam mg per ml isosorbid mononitrat yang terlarut
Persentase jumlah, C6H9NO6, yang terlarut pada pada tiap pengambilan sampel dengan rumus:
waktu tertentu, sesuai dengan tabel di bawah ini.
 rU (i ) 
   CS
Waktu (jam)
1
Jumlah terlarut (%)
25-45
 rS 
2 35-60
CS adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per
6 65-90
ml Larutan baku; rU(i) adalah respons puncak Larutan
12 tidak kurang dari 80
uji pada titik waktu i; rS adalah respons puncak
Larutan baku. Hitung persentase isosorbid
UJI 3 mononitrat yang terlarut pada tiap pengambilan
Jika pada etiket tercantum bahwa sediaan sampel dengan rumus:
memenuhi Uji Disolusi 3, lakukan uji disolusi di

  100
bawah ini.
Waktu  Ci V0  i  1Vt  
i 1
Media disolusi: 500 ml cairan lambung buatan LP j 1
C jVt
(tanpa enzim). L
Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 1 jam, 2 jam, 6 jam, dan 12 jam. Ci adalah kadar isosorbid mononitrat yang dilepaskan
Lakukan penetapan jumlah isosorbid mononitrat, pada tiap titik waktu i, dalam mg per ml; V0 adalah
volume awal dalam ml media; Vt adalah volume
C6H9NO6, yang terlarut dengan cara Kromatografi
sampel dalam ml yang diambil pada tiap
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
pengambilan sampel; Cj adalah kadar isosorbid
<931>.
mononitrat yang dilepaskan dalam mg per ml, pada
Dapar Masukkan lebih kurang 15,4 g amonium
waktu j dan L adalah jumlah dalam mg per tablet
asetat P dan 11,5 ml asam asetat P ke dalam labu seperti yang tertera pada etiket.
tentukur 1000-ml yang berisi 500 ml air, atur pH Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada
hingga 4,7 dengan penambahan asam asetat P. Tabel Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>.
Encerkan dengan air sampai tanda. Persentase jumlah, C6H9NO6, yang terlarut pada
Fase gerak Campuran air-metanol P-Dapar waktu tertentu, sesuai dengan tabel di bawah ini.
(6:3:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Waktu (jam) Jumlah terlarut (%)
tertera pada Kromatografi <931>. 1 20-40
Larutan baku persediaan Timbang saksama 2 30-50
sejumlah Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan 6 70-90
dan encerkan secara kuantitatif, jika perlu bertahap 12 tidak kurang dari 85
– 2544 –

Tambahan persyaratan
UJI 4 Hasil 3
Jika pada etiket tercantum bahwa sediaan memenuhi C3  V  2  VS  C2  C1  VS   1  100
Uji Disolusi 4, lakukan uji disolusi di bawah ini. L
Media disolusi: 500 ml natrium klorida P 0,2%
dalam asam hidroklorida 0,1 N. Hasil 4
Alat tipe 2: 50 rpm, dengan ‘sinker’ keranjang C4  V  3  VS   C3  C2  C1   VS    1   100
(lihat gambar 2a pada lampiran Uji Disolusi <1231>). L
Waktu: 1 jam, 2 jam, 6 jam, dan 12 jam.
Lakukan penetapan jumlah isosorbid mononitrat, Ci adalah kadar isosorbid mononitrat yang diambil
C6H9NO6, yang terlarut dengan cara Kromatografi pada tiap titik waktu i, dalam mg per ml; V adalah
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi volume media (500 ml); VS adalah volume sampel
<931>. dalam ml yang diambil dari media dan L adalah
Fase gerak Campuran air-metanol P (820:180), jumlah dalam mg per tablet seperti yang tertera pada
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan etiket.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada
tertera pada Kromatografi <931>. Tabel Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Persentase jumlah, C6H9NO6, yang terlarut pada
Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dalam waktu tertentu, sesuai dengan tabel di bawah ini.
Media disolusi, encerkan secara kuantitatif dan jika
perlu bertahap dengan Media disolusi hingga kadar Titik Waktu Jumlah terlarut
lebih kurang L/500. L adalah jumlah dalam mg per waktu (i) (jam) (%)
tablet seperti tertera pada etiket. 1 1 20-40
Larutan uji Gunakan sejumlah alikot yang telah 2 2 30-55
disaring melalui penyaring yang sesuai. 3 6 60-90
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi 4 12 tidak kurang dari 85
dilengkapi dengan detektor 220 nm, kolom 4,6 mm x
15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel UJI 5
5 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Jika pada etiket tercantum bahwa sediaan memenuhi
Pertahankan suhu kolom pada 30. Lakukan Uji Disolusi 5, lakukan uji disolusi di bawah ini.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Media disolusi: 900 ml asam hidroklorida 0,1 N.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Alat tipe 2: 50 rpm, dengan ‘sinker’ berbentuk
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada helik.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Waktu: 1 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 10 jam.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Lakukan penetapan jumlah, C6H9NO6, yang terlarut
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam tertera pada Kromatografi <931>.
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung kadar Fase gerak Campuran air-metanol P (850:150),
dalam mg per ml isosorbid mononitrat, C6H9NO6, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
dari bejana pada tiap pengambilan sampel dengan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
rumus: tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
 rU (i )  sejumlah Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan
   CS dalam Media disolusi, encerkan secara kuantitatif dan
 rS  jika perlu bertahap dengan Media disolusi hingga
kadar lebih kurang 0,033 mg per ml. Tambahkan
rU(i) adalah respons puncak Larutan uji pada titik Media disolusi sampai 60% volume, kocok selama 30
waktu i; rS adalah respons puncak Larutan baku; menit, sonikasi selama 5 menit dan encerkan dengan
CS adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per Media disolusi sampai tanda.
ml Larutan baku. Hitung persentase isosorbid Larutan baku Timbang saksama sejumlah
mononitrat, C6H9NO6, yang terlarut pada tiap Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dalam
pengambilan sampel dengan rumus: Media disolusi, encerkan secara kuantitatif dan jika
perlu bertahap dengan Media disolusi hingga kadar
Hasil 1 lebih kurang 0,067 mg per ml. Tambahkan Media
1 disolusi sampai 60% volume, kocok selama 30 menit,
C1  V     100 sonikasi selama 5 menit dan encerkan dengan Media
L
disolusi sampai tanda.
Hasil 2 Larutan uji Gunakan sejumlah alikot yang telah
C2  V  VS   C1  VS   1   100 disaring melalui penyaring yang sesuai.
L
– 2545 –

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Titik Waktu Jumlah terlarut


tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm, kolom waktu (i) (jam) (%)
4 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan 1 1 20-40
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per 2 2 30-50
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan 3 4 50-70
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur 4 6 65-85
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 5 10 tidak kurang dari 80
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0% dan faktor ikutan tidak lebih dari 1,5. UJI 6
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Jika pada etiket tercantum bahwa sediaan memenuhi
volume sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Uji Disolusi 6, lakukan uji disolusi di bawah ini.
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Media disolusi, Alat tipe, Waktu, Fase gerak,
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Pada Larutan baku, Larutan uji, Kesesuaian sistem, dan
waktu i jam, hitung kadar dalam mg per ml isosorbid Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Uji
mononitrat, C6H9NO6, dari bejana pada tiap 1.
pengambilan sampel dengan rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan
 rU (i )  Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
   CS kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung kadar
 rS  dalam mg per ml isosorbid mononitrat, C6H9NO6, dari
bejana pada tiap pengambilan sampel dengan rumus:
rU(i) adalah respons puncak Larutan uji pada titik
waktu i; rS adalah respons puncak Larutan baku; CS  rU (i ) 
adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per ml    CS
 rS 
Larutan baku. Hitung persentase isosorbid
mononitrat, C6H9NO6, yang terlarut pada tiap rU(i) adalah respons puncak Larutan uji pada titik
pengambilan sampel dengan rumus: waktu i; rS adalah respons puncak Larutan baku; CS
Hasil 1 adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per ml
1 Larutan baku. Hitung persentase isosorbid
C1  V     100 mononitrat, C6H9NO6, yang terlarut pada tiap
L pengambilan sampel dengan rumus:
Hasil 2
Hasil 1
C2  V   C1  VS   1  100 1
L C1  V     100
L
Hasil 3
Hasil 2
C3  V   C2  C1   VS   1   100
L C2  V   C1  VS   1  100
L
Hasil 4
Hasil 3
C4  V   C3  C2  C1  VS   1  100
 L C3  V   C2  C1   VS   1   100
L
Hasil 5
C5  V   C4  C3  C2  C1  VS   1  100
Hasil 4
L C4 V   C3  C2  C1 VS   1  100
L
Ci adalah kadar isosorbid mononitrat yang diambil
pada tiap titik waktu i, dalam mg per ml; V adalah Hasil 5
volume media (900 ml); Vs adalah volume sampel
dalam ml yang diambil dari media dan L adalah C5 V   C4  C3  C2  C1 VS   1  100
jumlah dalam mg per tablet seperti tertera pada etiket. L
Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada
Ci adalah kadar isosorbid mononitrat yang diambil
Tabel Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>.
pada tiap titik waktu i, dalam mg per ml; V adalah
Persentase jumlah, C6H9NO6, yang terlarut pada volume media (900 ml); Vs adalah volume sampel
waktu tertentu, sesuai dengan tabel di bawah ini. dalam ml yang diambil dari media dan L adalah
jumlah dalam mg per tablet seperti yang tertera pada
etiket.
– 2546 –

Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada kromatogram semua Larutan baku tidak lebih intensif
Tabel Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>. dari bercak pada kromatogram Larutan baku 3
Persentase jumlah, C6H9NO6, yang terlarut pada [Catatan Harga Rf isosorbid dan isosorbid
waktu tertentu, sesuai dengan tabel di bawah ini. mononitrat berturut-turut lebih kurang 0,2 dan 0,6.]
Jika intensitas bercak pada kromatogram Larutan uji
Titik Waktu Jumlah terlarut hampir sama seperti bercak pada kromatogram
waktu (i) (jam) (%) Larutan baku 3, encerkan Larutan uji dengan
1 1 15-35 asetonitril P (1:1), ulangi uji dan bandingkan
2 2 30-50 intensitas bercak isosorbid dari enceran Larutan uji
3 4 50-70 dengan intensitas bercak yang diperoleh dari semua
4 8 75-95 Larutan baku, yang telah dikoreksi tingkat
5 12 tidak kurang dari 80 persentasenya sesuai pengenceran Larutan uji.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat UJI 2


Keseragaman kandungan. Lakukan seperti tertera Senyawa sejenis A isosorbid mononitrat; isosorbid
pada Penetapan kadar, kecuali gunakan 1 tablet dinitrat masing-masing tidak lebih dari 0,25%. Total
sebagai pengganti serbuk tablet dalam Larutan uji. cemaran lain tidak lebih dari 0,25%; Total cemaran
termasuk senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan
Perubahan isosorbid dinitrat tidak lebih dari 0,5%. Lakukan
Cemaran organik penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
UJI 1 tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Masing-masing cemaran tidak lebih dari 1,0 %. Fase gerak Campuran air-metanol P (75:25),
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Kromatografi <931>. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Fase gerak Campuran toluena P-etil asetat P- tertera pada Kromatografi <931>.
isopropil alkohol P (53:32:15). Larutan baku senyawa sejenis A isosorbid
Penjerap Silika gel P setebal 0,25 mm. mononitrat persediaan Timbang saksama sejumlah
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Isosorbid Mononitrat Encer
Isosorbid BPFI, larutkan dan encerkan secara BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif, jika
kuantitatif, jika perlu bertahap dengan asetonitril P perlu bertahap dengan air hingga kadar lebih kurang
hingga kadar lebih kurang 0,0125 mg per ml. 0,3 mg per ml.
Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah Larutan baku Isosorbid dinitrat persediaan
Isosorbid BPFI, larutkan dan encerkan secara
Timbang saksama sejumlah Isosorbid Dinitrat Encer
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan asetonitril
BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif, jika
P hingga kadar lebih kurang 0,025 mg per ml.
Larutan baku 3 Timbang saksama sejumlah perlu bertahap dengan metanol P hingga kadar lebih
Isosorbid BPFI, larutkan dan encerkan secara kurang 0,15 mg per ml.
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan asetonitril P Larutan baku persediaan Pipet Larutan baku
hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per ml. senyawa sejenis A isosorbid mononitrat persediaan
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dan Larutan baku Isosorbid dinitrat persediaan ke
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk dalam labu tentukur yang sesuai. Encerkan dengan air
tablet setara dengan lebih kurang 100 mg isosorbid hingga kadar masing-masing 6,0 µg per ml.
mononitrat, masukkan ke dalam wadah yang sesuai. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Tambahkan 20,0 ml asetonitril P, sonikasi selama sejumlah Isosorbid Mononitrat Encer BPFI setara
10 menit, sentrifus. Larutan mengandung isosorbid dengan lebih kurang 24 mg isosorbid mononitrat,
mononitrat lebih kurang 5 mg per ml. Gunakan masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
beningan. 10,0 ml Larutan baku persediaan dan 20 ml
Penampak bercak Larutkan 1,25 g kalium metanol P, encerkan dengan air sampai tanda.
permanganat P dan 10 g natrium hidroksida P dalam Larutan baku Pipet 10 ml Larutan baku
500 ml air. Larutan ini dibuat segar untuk tiap lempeng. persediaan dan 20 ml metanol P ke dalam labu
Panaskan lempeng pada suhu 105° selama 5 menit. tentukur 100-ml. Encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Totolkan secara terpisah 20 l Larutan Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
uji dan Larutan baku pada lempeng kromatografi. dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
tablet setara dengan lebih kurang 60 mg isosorbid
yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak
mononitrat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml.
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng.
Angkat lempeng dan tandai batas rambat, keringkan Tambahkan 40 ml metanol P, sonikasi selama lebih
lempeng dengan udara hangat selama lebih kurang kurang 30 menit dengan pendinginan. Hangatkan
10 menit, masukkan lempeng dalam penampak sampai suhu ruang, encerkan dengan metanol P
bercak dan panaskan lempeng pada suhu 105° selama sampai tanda. Sentrifus pada lebih kurang 3000 rpm
5 menit. Beberapa bercak pada kromatogram Larutan selama 10 menit. Pipet 10 ml beningan, masukkan ke
uji dengan harga Rf yang sesuai dengan bercak pada dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan air
– 2547 –

sampai tanda. Saring melalui penyaring dengan menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
porositas 0,45 μm atau lebih kecil. Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan baku A Timbang saksama sejumlah
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom Senyawa Sejenis A Isosorbid Mononitrat Encer
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif, jika
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi perlu bertahap dengan air hingga kadar lebih kurang
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam 0,15 mg per ml.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan baku B Timbang saksama sejumlah
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, masukkan ke
sejenis A isosorbid mononitrat dan puncak isosorbid dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dalam air,
mononitrat tidak kurang dari 1,0. [Catatan Waktu tambahkan sejumlah volume metanol P lebih kurang
retensi relatif untuk senyawa sejenis A isosorbid 20% dari volume labu, encerkan dengan air hingga
mononitrat, isosorbid mononitrate, dan isosorbid kadar lebih kurang 0,12 mg per ml.
dinitrat berturut-turut lebih kurang 0,9; 1,0 dan 5,6.] Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam sejumlah Isosorbid Mononitrat Encer BPFI setara
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera dengan lebih kurang 30 mg isosorbid mononitrat,
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml. Larutkan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 10% untuk dalam air, tambahkan 10 ml Larutan baku senyawa
senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan isosorbid sejenis A isosorbid mononitrat, tambahkan 50 ml
dinitrat. metanol P, encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan ini mengandung isosorbid mononitrat dan
volume sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan senyawa sejenis A isosorbid mononitrat berturut turut
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam lebih kurang 0,12 mg per ml dan 0,006 mg per ml.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Hitung persentase senyawa sejenis A isosorbid dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
mononitrat dan isosorbid dinitrat dalam tablet dengan tablet setara dengan lebih kurang 60 mg isosorbid
rumus: mononitrat, masukkan ke dalam labu tentukur
 rU   CS  100-ml, tambahkan 50 ml metanol P, sonikasi selama
     100 lebih kurang 30 menit dengan pendinginan.
 rS   CU  Hangatkan sampai suhu ruang, encerkan dengan
metanol P sampai tanda. Sentrifus pada lebih kurang
rU adalah respons puncak Senyawa sejenis A 3000 rpm selama 10 menit. Pipet 10 ml beningan,
isosorbid mononitrat atau isosorbid dinitrat dari masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan
Larutan uji; rS adalah respons puncak Senyawa dengan air sampai tanda. Larutan mengandung lebih
Sejenis A Isosorbid Mononitrat BPFI atau Isosorbid kurang 0,12 mg per ml. Saring larutan melalui
Dinitrat BPFI dari Larutan baku;CS adalah kadar penyaring dengan porositas 0,45μm atau lebih kecil.
Senyawa Sejenis A Isosorbid Mononitrat BPFI atau Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Isosorbid Dinitrat Encer BPFI dalam μg per ml tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per ml 4 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi
etiket. Hitung persentase masing-masing cemaran terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
lain (selain senyawa sejenis A isosorbid mononitrat kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
atau isosorbid dinitrat) dalam zat dengan rumus: pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
sejenis A isosorbid mononitrat dan puncak isosorbid
 ri  mononitrat tidak kurang dari 1,5. Lakukan
   100 kromatografi terhadap Larutan baku B, rekam
r 
 T  kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
dari Larutan uji; rT adalah jumlah semua respons lebih dari 1,5%.
puncak dari Larutan uji. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku B
Perubahan dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada persentase isosorbid mononitrat, C6H9NO6, dalam
Kromatografi <931>. serbuk tablet dengan rumus:
Fase gerak Campuran air-metanol P (8:2), saring
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
– 2548 –

 rU   CS  Perubahan
     100 Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g
 rS   CU  zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml.
Tambahkan untuk tiap mg kalium permanganat
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari 2,13 mg natrium oksalat P yang ditimbang saksama
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar dan telah dikeringkan pada suhu 110º hingga bobot
isosorbid mononitrat dalam mg per ml Larutan baku tetap. Tambahkan 150 ml air dan 20 ml asam sulfat
B; CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji 7 N, panaskan hingga suhu lebih kurang 80º, titrasi
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. kelebihan asam oksalat dengan kalium permanganat
0,03 N LV, hitung jumlah dalam mg kalium
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup permanganat, KMnO4, dalam zat dengan rumus:
rapat. Simpan pada suhu antara 20° dan 30°.
[(F1 x WS) – (VS x N x F2)] x (100/W)
Perubahan
Penandaan Jika dilakukan lebih dari 1 Uji disolusi F1 adalah faktor kesetaraan kalium permanganat
pada etiket harus dicantumkan Uji disolusi yang 0,4718 mg untuk 1 mg natrium oksalat; WS adalah
digunakan jika tidak menggunakan Uji 1 bobot natrium oksalat yang digunakan dalam mg; VS
adalah volume titran yang digunakan dalam ml; N
adalah normalitas titran yang digunakan dalam mEq
per ml; F2 adalah faktor kesetaraan kalium
KALIUM PERMANGANAT
permanganat 31,61 mg per mEq dan W adalah bobot
Potassium Permanganate zat uji dalam mg.
KMnO4 [7722-64-7] BM 158,03
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik.
Kalium Permanganat mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 100,5%, KMnO4, dihitung
terhadap zat kering.
[Perhatian Penanganan kalium permanganat harus
Perubahan judul monografi
hati-hati, dapat terjadi ledakan yang berbahaya bila KALIUM GUAIAKOLSULFONAT
terjadi kontak dengan zat organic atau zat mudah Potassium Guaiacolsulfonate
teroksidasi baik sebagai larutan atau dalam keadaan
kering.]

Pemerian Hablur; ungu tua, hampir tidak tembus


oleh cahaya yang diteruskan dan berwarna biru
metalik mengkilap oleh cahaya yang dipantulkan,
kadang-kadang disertai warna merah tembaga tua; stabil Perubahan
di udara. Kalium hidroksimetoksibenzensulfonat hemihidrat
[78247-49-1]
Kelarutan Larut dalam air; mudah larut dalam air Kalium hidroksimetoksibenzensulfonat anhidrat
mendidih. C7H7KO5S.½H2O BM 251,30
C7H7KO5S BM 242,30
Identifikasi Larutan pekat berwarna merah
lembayung tua dan larutan sangat encer berwarna Kalium guaiakolsulfonat mengandung tidak kurang
merah muda; menunjukkan reaksi Permanganat dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C7H7KO5S,
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. dihitung terhadap zat anhidrat.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Pemerian Serbuk hablur atau hablur putih; tidak
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 18 jam. berbau; rasa pahit. Oleh pengaruh udara dan cahaya,
warna perlahan-lahan menjadi merah muda; larutan
Zat tak larut Tidak lebih dari 0,2%; lakukan dalam air memberikan reaksi netral terhadap
penetapan sebagai berikut: Larutkan 2,0 g zat dalam lakmus P.
150 ml air yang telah dihangatkan hingga suhu tangas
uap, saring segera dengan krus penyaring porositas Kelarutan Mudah larut dalam air; agak sukar larut
medium yang telah ditara. Cuci penyaring tiga kali, dalam etanol; tidak larut dalam eter.
tiap kali dengan 50 ml air hangat, keringkan krus
penyaring dan residu pada suhu 105º selama 3 jam:
residu tidak lebih dari 4 mg.
– 2549 –

Perubahan  Au   CS 
Baku pembanding Kalium Guaiakolsulfonat BPFI;      100
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan  AS   CU 
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
lemari pendingin. AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku; CS adalah kadar Kalium
Perubahan Guaiakolsulfonat BPFI dalam g per ml Larutan
Identifikasi baku; CU adalah kadar zat dalam g per ml Larutan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
dikeringkan pada suhu 105° selama 18 jam dan
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang baik, tidak tembus cahaya.
sama seperti pada Kalium Guaiakolsulfonat BPFI
pada daerah spektrum antara 7 µm dan 13 µm. Tambahan persyaratan
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 50 µg per Penandaan Pada etiket dicantumkan bentuk
ml yang dibuat seperti tertera pada Penetapan kadar, anhidrat.
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama seperti pada Kalium
Guaiakolsulfonat BPFI.
KAMFER
C. Larutan zat (1 dalam 10) menunjukkan reaksi
Kalium seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum Camphor
<291>.

Air <1031> Metode I Antara 3,0% dan 6,0%.

Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj.

Sulfat Pada 10 ml larutan zat (1 dalam 20)


tambahkan 5 tetes barium klorida LP dan asamkan Perubahan
dengan asam hidroklorida P: tidak terbentuk 2-Bornanon [76-22-2]
kekeruhan dalam 1 menit. C10H16O BM 152,23

Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan Kamfer adalah suatu keton yang diperoleh dari
penetapan dengan melarutkan 1,0 g zat dalam 1 ml Cinnamomum camphora (Linne) Nees et Ebermaier
asam asetat 1 N, encerkan dengan air hingga 25 ml. (Fam Lauraceae) (kamfer alam) atau dibuat secara
sintetik (kamfer sintetik).
Perubahan
Penetapan kadar Pemerian Hablur, granul atau masa hablur; putih,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kalium atau tidak berwarna; jernih; bau khas tajam; rasa
Guaiakolsulfonat BPFI, larutkan dan encerkan pedas dan aromatik; menguap perlahan-lahan pada
dengan Blangko hingga kadar lebih kurang 50 µg per suhu ruang; bobot jenis lebih kurang 0,99.
ml.
Blangko campuran air dan dapar fosfat pH 7,0 Kelarutan Sukar larut dalam air; sangat mudah larut
(1 dalam 10). dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam eter;
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih mudah larut dalam karbon disulfida, dalam heksana,
kurang 250 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.
500-ml, larutkan dalam 400 ml air dan encerkan
dengan air sampai tanda. Jarak lebur <1021> Antara 174 O dan 179 O.
Larutan uji Pipet 10 ml Larutan uji persediaan ke
dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan dapar fosfat Rotasi jenis <1081> Antara +41O dan +43O untuk
pH 7,0 sampai tanda. kamfer alam; lakukan penetapan menggunakan
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan larutan 100 mg per ml dalam etanol P.
baku pada panjang gelombang serapan maksimum Kamfer sintetik, tidak optik aktif.
lebih kurang 279 nm. Hitung persentase kalium
guaiakolsulfonat, C7H7KO5S, dalam zat dengan Tambahan persyaratan
rumus: Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
penetapan menggunakan larutan 100 mg per ml
dalam heksana P.
– 2550 –

Sisa senyawa tidak mudah menguap Tidak lebih B. Menunjukkan reaksi silikat sebagai berikut:
dari 0,05 %; lakukan penetapan dengan cara timbang lebih kurang 0,25 g zat, masukkan ke dalam
panaskan 2,0 g zat dalam cawan yang telah ditara di krus timbal atau krus platina, tambahkan 10 mg
atas tangap uap hingga tersublimasi sempurna. natrium florida P dan beberapa tetes asam sulfat P,
Keringkan residu pada suhu 120º selama 3 jam, aduk dengan bantuan kawat tembaga hingga
dinginkan dan timbang: bobot tidak lebih dari terbentuk campuran yang kental. Tutup wadah dengan
1,0 mg. lapisan plastik transparan, tambahkan setetes air dan
panaskan dengan hati-hati: terbentuk lingkaran putih
Halogen Tidak lebih dari 0,035%; campur 100 mg dengan cepat disekitar tetesan air.
zat yang telah dihaluskan dengan 200 mg natrium C. Gerus 2 g zat dengan 2 ml air: terbentuk
peroksida (Na2O2; 90-95%) dalam tabung reaksi campuran yang mudah mengalir.
kaca keras bersih, kering, diameter dalam lebih
kurang 25 mm dan panjang 20 cm. Gantung tabung Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,5%;
dengan sudut lebih kurang 45º dengan menjepit lakukan pengeringan pada suhu 105º hingga bobot
tabung pada ujung atas dan panaskan tabung tetap, menggunakan 1 g zat.
perlahan-lahan, mulai dekat ujung atas sampai
bagian bawah hingga pembakaran sempurna. Perubahan
Larutkan residu dalam 25 ml air hangat, asamkan Susut pemijaran <1111> Tidak lebih dari 15,0%.
dengan asam nitrat P dan saring ke dalam tabung Lakukan pemijaran pada suhu 600°, menggunakan
lain. Cuci tabung reaksi dan penyaring 2 kali, tiap 1 g zat.
kali dengan 10 ml air panas. Tambahkan hasil cucian
ke dalam filtrat. Pada filtrat tambahkan 0,50 ml perak Perubahan
nitrat 0,10 N, encerkan dengan air hingga 50 ml: Klorida <361> Tidak lebih dari 330 bpj; Lakukan
larutan yang diperoleh tidak lebih keruh dari blangko penetapan sebagai berikut: Didihkan 1,0 g zat dengan
yang dibuat dengan jumlah pereaksi yang sama 80 ml air dan 20 ml asam nitrat 2 N menggunakan
ditambah 0,050 ml asam hidroklorida 0,020 N. kondensor refluks selama 5 menit, dinginkan dan
saring. 15 ml filtrat memenuhi Uji batas klorida
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup <361>.
rapat, hindarkan dari panas berlebih.
Arsen <321> Metode III Tidak lebih dari 2 bpj;
Tambahan pesyaratan lakukan penetapan dengan mendispersikan 500 mg
Penandaan Pada etiket dicantumkan berasal dari zat dalam 25 ml air.
sumber alam atau sintetik.
Logam berat <371> Metode II Tidak lebih dari
20 bpj; lakukan penetapan menggunakan 12 ml
KAOLIN RINGAN larutan yang dibuat sebagai berikut: Refluks 6,0 g zat
Light Kaolin dalam 70 ml air dan 10 ml asam hidroklorida P di
atas tangas air selama 15 menit dan saring. Pada
Kaolin ringan adalah aluminium silika hidrat alam; 40 ml filtrat tambahkan 0,5 ml asam nitrat P dan
bebas dari sebagian besar cemaran dengan cara uapkan hingga hampir kering. Tambahkan 20 ml air,
elutriasi dan dikeringkan; mengandung zat 2 g amonium klorida P, dan 2 g amonium tiosianat P.
pendispersi yang sesuai. Ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 10 ml campuran
amilalkohol P-eter P volume sama. Pada lapisan air
Pemerian Serbuk putih, ringan; tidak mengandung tambahkan 2 g asam sitrat P dan encerkan dengan air
butiran kasar; tidak atau hampir tidak berbau. hingga 60 ml. Gunakan Larutan baku timbal (1 bpj)
sebagai pembanding.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam
asam mineral. Perubahan
Partikel kasar Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
Perubahan penetapan sebagai berikut: masukkan 5 g zat ke
Identifikasi dalam tabung tertutup, (ukuran lebih kurang 35 mm x
A. Ke dalam krus logam, masukkan 0,5 g zat, 16 cm), tambahkan 60 ml larutan natrium pirofosfat
tambahkan 1 g kalium nitrat P dan 3 g natrium P 1%, kocok baik-baik dan diamkan selama 5 menit.
karbonat P, panaskan hingga campuran melebur, Pipet 50 ml pada lebih kurang 5 cm di bawah
biarkan dingin. Masukkan 20 ml air mendidih ke permukaan cairan. Pada sisa cairan, tambahkan 50 ml
dalam residu, kocok dan saring. Bilas residu dengan air, kocok, diamkan selama 5 menit dan pipet 50 ml
50 ml air dan tambahkan 1 ml asam hidroklorida P seperti yang dilakukan sebelumnya. Ulangi dengan
dan 5 ml air, kocok dan saring kembali. Masukkan 1 cara yang sama dan kumpulkan suspensi hingga
ml larutan natrium hidroksida P 42% ke dalam filtrat, diperoleh 400 ml. Pindahkan sisa cairan ke dalam
saring. Pada filtrat tambahkan 3 ml larutan amonium cawan penguap dan uapkan di atas tangas air hingga
klorida P 10,7%: terbentuk endapan seperti gelatin. kering, kemudian keringkan pada suhu 105 o hingga
bobot tetap.
– 2551 –

Partikel halus Dispersikan 5 g zat dalam 250 ml air Rotasi jenis <1081> Antara -125º dan -134º,
dengan pengocokan kuat selama 2 menit dalam labu lakukan penetapan menggunakan larutan dalam
bertutup, tuang segera ke dalam tabung kaca diameter etanol mutlak P yang mengandung 10 mg per ml.
5 cm dan pipet 20 ml ke dalam cawan kaca. Uapkan
hingga kering dan keringkan pada suhu 105º hingga Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari
bobot tetap. Biarkan sisa suspensi pada suhu 20º 1,0 %; lakukan pengeringan dalam hampa udara
selama 4 jam dan pipet 20 ml tepat 5 cm di bawah pada suhu 60º selama 3 jam.
permukaan, tanpa mengganggu sedimen pindahkan
ke dalam cawan kaca. Uapkan hingga kering dan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2 %.
keringkan pada suhu 105º hingga bobot tetap. Bobot
sisa bagian kedua tidak kurang dari 70% terhadap Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
bobot sisa bagian pertama. 30 bpj.

Perubahan Hilangkan persyaratan


Zat terlarut Tidak lebih dari 0,5%; lakukan Zat sejenis Tidak lebih dari 0,1 %. Lakukan
penetapan sebagai berikut: refluks 2 g zat dalam penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti
100 ml asam hidroklorida 0,2 N selama 5 menit, tertera pada Kromatografi <931>.
dinginkan dan saring. Uapkan 50 ml filtrat hingga Cemaran (Asam 3-merkapto-2-metilpropanoat).
kering dan pijarkan residu pada suhu 600º selama Pereaksi sililasi Buat larutan tert-
30 menit. butildimetilklorosilan dalam N-metil-N-tert-butil
dimetil sililtrifluoro asetamida (1 dalam 100).
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Larutan baku internal Masukkan lebih kurang
baik. 0,4 ml asam 3-merkaptopropanoat ke dalam labu
tentukur 10-ml, encerkan dengan metilena klorida P
sampai tanda.
KAPTOPRIL Larutan baku Timbang saksama sejumlah Garam
Captopril dari Asam 3-merkapto-2-metilpropanoat dan 1,2-
Difeniletilamina BPFI, larutkan dalam metilena
klorida P dan encerkan dengan metilena klorida P
hingga kadar lebih kurang 12 mg per ml. [Catatan
Buat segar bila hendak digunakan. Larutan ini stabil
selama lebih kurang 5 jam].
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Perubahan Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
1-[(2S)-3-Merkapto-2-metilpropionil]-L-prolina dengan detektor ionisasi nyala, pertahankan suhu
[62571-86-2] pada lebih kurang 310º dan kolom kapiler silika
C9H15NO3S BM 217,29 0,32 mm x 15 mm dilapisi 1 µm fase diam G27 dan
pemisahan sistem injeksi dilapisi dengan wol kaca
Kaptopril mengandung tidak kurang dari 97,5 % dan yang telah disililasi dengan perbandingan pemisahan
tidak lebih dari 102,0 %, C9H15NO3S, dihitung lebih kurang 25:1, pertahankan suhu lebih kurang
terhadap zat kering. 250º. Pertahankan suhu kolom pada 125º selama
11 menit setelah penyuntikan, naikkan suhu
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih; 30º per menit hingga 300º dan pertahankan selama
bau khas seperti sulfida. Melebur pada suhu 104º 8 menit. Gunakan helium P sebagai gas pembawa
sampai 110º. dan laju alir lebih kurang 1,7 ml per menit pada
125º, selanjutnya laju alir lebih kurang
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam metanol, 25 ml per menit.
dalam etanol, dan dalam kloroform. Prosedur Pada dua tabung vial yang bertutup ulir
masukkan masing-masing 0,5 ml metilena klorida P.
Tambahkan 25,0 µl Larutan baku pada salah satu
Perubahan tabung. Masukkan lebih kurang 100 mg kaptopril
Baku pembanding Kaptopril BPFI; tidak boleh pada tabung kedua dan campur. Tambahkan 15,0 μl
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam Larutan baku internal dan 0,4 ml Pereaksi sililasi
wadah tertutup rapat. Kaptopril disulfida BPFI; pada tiap tabung, tutup rapat tabung dengan penutup
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan ulir dan campur hati-hati dengan pengocok vortex.
dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari pendingin. Letakkan tabung pada lempeng pemanas pada suhu
60º selama 30 menit, angkat dan biarkan dingin.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang Suntikkan1,0 µl Larutan baku ke dalam kromatograf
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan dan rekam luas puncak dari larutan baku internal dan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang garam dari asam 3-merkapto-2-metilpropanoat dan
sama seperti pada Kaptopril BPFI. 1,2-difenil-etilamina (MMPA). Perbandingan
simpangan baku relatif luas puncak MMPA dan luas
– 2552 –

puncak larutan baku internal pada penyuntikan ulang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tidak lebih dari 2,0%. Waktu retensi relatif derivat volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
silil dari larutan baku internal dan derivat silil dari Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
MMPA berturut-turut adalah lebih kurang 0,85 dan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
1,0. Dengan cara yang sama suntikkan sejumlah Hitung persentase kaptopril disulfida dalam zat
volume 1,0 µl Larutan uji. Hitung persentase asam dengan rumus:
3-merkapto-2-metilpropanoat dalam kaptopril dengan
rumus:
 rU   CS 
      100
 120,17   2,5C   Ru   rS   CU 
    
 317,45   W   Rs  rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
kaptopril disulfida dalam Larutan uji dan Larutan
120,17 dan 317,45 berturut-turut adalah bobot baku; CS adalah kadar Kaptopril disulfida BPFI
molekul asam 3-merkapto-2-metilpropanoat dan dalam µg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
MMPA; C adalah kadar Garam dari Asam 3- kaptopril dalam µg per ml Larutan uji berdasarkan
merkapto-2-metilpropanoat dan 1,2-Difeniletilamina bobot yang ditimbang. Kaptopril disulfida tidak
BPFI dalam mg per ml Larutan baku; W adalah lebih dari 1,0%. Bandingkan respons puncak selain
bobot kaptopril dalam mg; Rs dan Ru berturut-turut pelarut, kaptopril dan kaptopril disulfida dari
adalah perbandingan luas puncak asam 3-merkapto-2- Larutan uji dengan respons puncak utama Larutan
metilpropanoat dan baku internal dalam Larutan uji baku: respons puncak masing-masing cemaran tidak
dan Larutan baku. lebih dari 40% respons puncak utama Larutan baku
(0,2%), total semua respons puncak cemaran tidak
Tambahan persyaratan lebih dari respons puncak utama Larutan baku
Cemaran oganik Lakukan penetapan dengan cara (0,5%).
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatrografi <931>. Hilangkan peryaratan
Larutan A Buat campuran tetrahidrofluran dalam Cemaran senyawa organik mudah menguap
metanol P (9 dalam 100), saring dan awaudarakan. <471> Metode I Memenuhi syarat.
Larutan B Buat larutan asam fosfat (1 dalam
2000), saring dan awaudarakan. Penetapan kadar
Fase gerak Buat campuran Larutan A-Larutan B Titran kalium iodat 0,1 N LV. Larutkan 3,567 g
(33:67). Jika perlu lakukan penyesuaian menurut kalium iodat P yang telah dikeringkan pada 110º
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi hingga bobot tetap, dalam air hingga 1000,0 ml.
<931>. Prosedur Timbang saksama lebih kurang 300 mg
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer bertutup
Kaptopril BPFI, Kaptopril disulfida BPFI, dan asam kaca berisi 100 ml air, larutkan, tambahkan 10 ml
3-asetiltio-2-metilpropanoat, larutkan dan encerkan asam sulfat 3,6 N, 1 g kalium iodida P dan 2 ml
dalam metanol P hingga kadar masing-masing kanji LP. Titrasi dengan Titran kalium iodat 0,1 N
0,1 mg per ml. Pipet larutan ini, encerkan dengan LV sampai warna biru lemah yang bertahan selama
metanol P hingga kadar masing-masing 10 µg per tidak kurang dari 30 detik. Lakukan penetapan
ml. blangko dan koreksi bila perlu.
Larutan baku[Catatan Gunakan alat gelas aktinik
rendah.] Timbang saksama sejumlah Kaptopril Tiap ml kalium iodat 0,1 N
disulfida BPFI, larutkan dan encerkan dalam setara dengan 21,73 mg C9H15NO3S
metanol P hingga kadar lebih kurang 10 µg per ml.
Larutan uji [Catatan Gunakan alat gelas aktinik Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rendah.] Timbang saksama lebih kurang rapat.
50 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
25-ml, larutkan dan encerkan dengan metanol P
sampai tanda dan segera digunakan KARBAMAZEPIN
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Carbamazepine
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak kaptopril
dan asam 3-asetiltio-2-metilpropanoat tidak kurang
dari 3,0; waktu retensi relatif kaptopril, asam 3-
asetiltio-2-metilpropanoat dan kaptopril disulfida 5H-Dibenz[b,f]azepina-5-karboksamida [298-46-4]
berturut-turut 0,32; 0,42 dan 1,0. C15H12N2O BM 236,27
– 2553 –

Karbamazepin mengandung tidak kurang dari 98,0% Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
dan tidak lebih dari 102,0%, C15H12N2O, dihitung 10 bpj.
terhadap zat kering.
Hilangkan persyaratan
Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih. Kemurnian kromatografi Tidak lebih dari 0,2%
untuk cemaran tunggal dan tidak lebih dari 0,5%
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam untuk cemaran total dengan menggunakan Cara I
etanol dan dalam aseton.
dan II.
Perubahan Cara I
Baku pembanding Karbamazepin BPFI; tidak Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan Penetapan kadar.
dalam wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis A Larutan resolusi Timbang sejumlah fenitoin dan
Karbamazepin BPFI; Senyawa Sejenis B Karbamazepin BPFI, larutkan dalam metanol P
Karbamazepin BPFI. hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,6 mg per
ml dan 0,2 mg per ml. Encerkan bertahap dengan
Perubahan Fase gerak hingga kadar masing-masing lebih
Identifikasi kurang 60 µg per ml dan 20 µg per ml.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Larutan baku Timbang saksama sejumlah
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan Karbamazepin BPFI, larutkan dalam metanol P.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Encerkan bertahap dengan metanol P hingga kadar
sama seperti pada Karbamazepin BPFI. lebih kurang 4 µg per ml.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang larutkan dalam metanol P hingga kadar
diperoleh pada Penetapan kadar. 4,0 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Difraksi sinar–X <811> Difraksi sinar-X Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
menunjukkan pola yang sama seperti pada tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
Karbamazepin BPFI. 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. [Catatan
Cuci kolom dengan 50 hingga 100 ml metanol P,
Perubahan sebelum dan sesudah di gunakan.] Laju alir lebih
Keasaman Tambahkan 2,0 g zat ke dalam 40,0 ml kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi
air, kocok selama 15 menit dan saring melalui kertas terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan
saring. Pipet 10,0 ml filtrat, tambahkan 1 tetes ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
fenolflalein LP sebagai indikator, titrasi dengan resolusi, R, antara puncak fenitoin dan karbamazepin
natrium hidroksida 0,01 N LV. Lakukan penetapan tidak kurang dari 2,8 dan simpangan baku relatif
blangko dan koreksi jika perlu: tidak lebih dari pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
1,0 ml natrium hidroksida 0,01 N diperlukan untuk Waktu retensi relatif fenitoin dan karbamazepin
tiap 1,0 g karbamazepin. berturut-turut adalah lebih kurang 0,7 dan 1,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Kebasaan Pada 10,0 ml filtrat di atas tambahkan volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
1 tetes merah metil LP dan titrasi dengan asam Larutan uji ke dalam kromatrograf dan ukur respons
hidroklorida 0,01 N LV, lakukan penetapan blangko puncak. Hitung persentase tiap puncak selain puncak
dan koreksi jika perlu: tidak lebih dari 1,0 ml asam karbamazepin dalam zat, dengan rumus:
hidroklorida 0,01 N diperlukan untuk setiap 1,0 g
zat.
C   rU 
100  S   
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;  CU   rS 
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.
CS adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; ml Larutan baku; CU adalah kadar karbamazepin
lakukan penetapan menggunakan 2,0 g zat. dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot
yang ditimbang; rU dan rS berturut-turut adalah
Perubahan respons puncak selain puncak karbamazepin dalam
Klorida dan sulfat <361> Klorida Tidak lebih dari Larutan uji dan Larutan baku.
0,014%; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat
dalam 20,0 ml air, didihkan selama 10 menit, Cara II
dinginkan, tambahkan air hingga 20,0 ml dan saring: Fase gerak Buat campuran air-metanol P-
10,0 ml filtrat menunjukkan klorida tidak lebih dari asetonitril P (10:7:3), saring dan awaudarakan. Jika
0,10 ml asam hidroklorida 0,020 N.
– 2554 –

perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. larutkan dalam metanol P sejumlah 50% volume
Larutan resolusi Timbang sejumlah iminostilbena akhir, encerkan dengan air hingga diperoleh kadar
dan Karbamazepin BPFI dalam metanol P hingga 1,0 mg per ml. Saring melalui penyaring dengan
kadar berturut-turut lebih kurang 12,5 µg per ml dan porositas 0,02 µm atau yang sesuai. Lakukan
5,0 µg per ml. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Karbamazepin BPFI, larutkan dalam metanol P, pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
encerkan secara bertahap dengan metanol P hingga sejenis A karbamazepin dan karbamazepin tidak
kadar lebih kurang 4 µg per ml. kurang dari 1,7 dan simpangan baku relatif pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
larutkan dalam metanol P hinga kadar Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
4,0 mg per ml. volume sama (lebih kurang 2 µl) Larutan baku dan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir rumus:
lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan
 ri   CS 
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:       100
resolusi, R, antara puncak karbamazepin dan  rS   CU 
iminostilbena tidak kurang dari 10,0 dan simpangan
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
2,0%. Waktu retensi relatif karbamazepin dan spesfik dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
iminostilbena berturut-turut adalah lebih kurang 0,3 masing-masing baku pembanding yang sesuai dari
dan 1,0. Larutan baku; CS adalah kadar baku pembanding
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah yang sesuai dalam mg per ml Larutan baku;
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan CU adalah kadar karbamazepin dalam mg per ml
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung Hitung persentase masing-masing cemaran tidak
persentase tiap puncak selain puncak karbamazepin spesifik dalam zat dengan rumus:
dalam zat uji dengan rumus:

C   rU   ri   CS 
100  S          100
 CU   rS   rS   CU 

CS adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
ml Larutan baku; CU adalah kadar karbamazepin tidak spesifik dari Larutan uji; rS adalah respons
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot puncak karbamazepin dari Larutan baku; CS adalah
yang ditimbang; rU dan rS berturut-turut adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per ml Larutan
respons puncak selain puncak karbamazepin dalam baku; CU adalah kadar karbamazepin dalam mg per
Larutan uji dan Larutan baku. ml Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
Tambahan persyaratan lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Tabel
Kromatrografi <931>. Nama Waktu retensi Batas
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Pengencer, dan relatif (%)
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Senyawa sejenis A 0,96 0,2
Penetapan kadar. karbamazepin
Larutan baku persediaan Timbang saksama Karbamazepin 1,00 -
sejumlah Karbamazepin BPFI; Senyawa sejenis A Senyawa sejenis B 1,45 0,2
Karbamazepin BPFI, dan Senyawa sejenis B karbamazepin
Karbamazepin BPFI, masukkan ke dalam labu Cemaran lain tidak - 0,2
tentukur yang sesuai, tambahkan metanol P sejumlah spesifik
50% volume akhir dan encerkan dengan air hingga Total cemaran - 0,5
kadar masing-masing 0,02 mg per ml. Abaikan setiap puncak cemaran yang kurang dari
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku 0,05%
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
diperoleh kadar masing-masing 0,002 mg per ml.
– 2555 –

Perubahan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam


Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada persentase karbamazepin, C15H12N2O, dalam zat
Kromatrografi <931>. dengan rumus:
Larutan A Tambahkan 0,5 ml trietilamina P dan
0,5 ml asam format P dan air hingga 1000 ml.
 rU   CS 
Larutan B Tambahkan 0,25 ml asam format P      100
dengan metanol P hingga 1000 ml.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
 rS   CU 
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada karbamazepin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
Kromatografi <931>. adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per ml
Pengencer Campuran metanol P-air (50:50). Larutan baku; CU adalah kadar karbamazepin dalam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
Karbamazepin BPFI, larutkan dalam metanol P ditimbang.
sejumlah 50% volume akhir, encerkan dengan air
hingga diperoleh kadar 0,1 mg per ml. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, rapat.
larutkan dan encerkan dengan metanol P sejumlah
50% volume akhir, encerkan dengan air hingga
kadar lebih kurang 0,1 mg per ml. Saring melalui SUSPENSI ORAL KARBAMAZEPIN
penyaring dengan porositas 0,2 µm atau yang sesuai. Carbamazepine Oral Suspension
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
saksama sejumlah Karbamazepin BPFI dan Senyawa Suspensi Oral Karbamazepin mengandung
Sejenis A Karbamazepin BPFI, larutkan dan encerkan karbamazepin, C15H12N2O, tidak kurang dari 90,0%
dengan metanol P sejumlah 50% volume akhir, dan tidak lebih dari 110,0%, dari jumlah yang tertera
encerkan dengan air hingga kadar masing-masing pada etiket.
0,02 mg per ml.
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan Perubahan
kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan Baku pembanding Karbamazepin BPFI; tidak
Pengencer hingga diperoleh kadar karbamazepin dan boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
senyawa sejenis A karbamazepin masing-masing lebih dalam wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis A
kurang 0,002 mg per ml. Karbamazepin BPFI; Senyawa Sejenis B
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Karbamazepin BPFI.
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
2,1 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L10 dengan Tambahan persyaratan
ukuran partikel 1,8 m. Pertahankan suhu kolom Identifikasi
pada lebih kurang 40º. Laju alir lebih kurang 0,3 ml A. Masukkan 5 ml suspensi oral ke dalam corong
per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut : pisah yang berisi 20 ml natrium hidroksida 0,1 N dan
ekstraksi dengan 25 ml kloroform P. Lewatkan
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) ekstrak melalui kertas saring yang berisi natrium
0,0 80 20 sulfat anhidrat P ke dalam gelas piala. Bilas natrium
3,0 80 20 sulfat anhidrat dengan 10 ml kloroform P dan
12,0 60 40 tambahkan bilasan ke dalam ekstrak. Uapkan ekstrak
18,0 45 55 kloroform dengan bantuan aliran nitrogen P sampai
20,0 45 55 kering. Larutkan residu dalam 10 ml metilena klorida
20,1 80 20 P. Spektrum serapan inframerah larutan ini
23,0 80 20 menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Karbamazepin
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian BPFI.
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
puncak senyawa sejenis A karbamazepin dan diperoleh pada Penetapan kadar.
karbamazepin tidak kurang dari 1,7. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Batas mikroba <51> Angka Lempeng Total tidak
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera lebih dari 1x102 koloni per g, uji terhadap Salmonella
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan sp dan Escherichia coli memberikan hasil negatif.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 0,73%. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah untuk suspensi oral yang dikemas dalam wadah dosis
volume sama (lebih kurang 2 µl) Larutan baku dan tunggal.
– 2556 –

Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat masing cemaran dan jumlah cemaran tidak lebih dari
untuk suspensi oral yang dikemas dalam wadah dosis batas yang tertera pada Tabel
ganda.
Tabel
Tambahan persyaratan Waktu retensi Batas
Cemaran
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara relatif (%)
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Senyawa sejenis A 0,96 -
Kromatografi <931>. karbamazepin
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Pengencer, dan Karbamazepin 1,00 -
Sistem kromatografi lakukan seperti tertera pada Senyawa sejenis B 1,45 0,2
Penetapan kadar. karbamazepin
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Masing-masing cemaran tidak - 0,2
Karbamazepin BPFI, Senyawa Sejenis A spesifik
Karbamazepin BPFI, dan Senyawa Sejenis B Total Cemaran - 0,5
Karbamazepin BPFI. masukkan ke dalam labu Abaikan respons puncak cemaran yang lebih kecil
tentukur yang sesuai. Larutkan dan encerkan dengan dari 0,05%.
Pengencer hingga kadar masing-masing lebih
kurang 0,002 mg per ml. Perubahan
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
suspensi oral yang baru dikocok setara dengan lebih Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kurang 50 mg karbamazepin, masukkan ke dalam Kromatografi <931>.
labu tentukur 50-ml, tambahkan lebih kurang 35 ml Larutan A Tambahkan 0,5 ml trietilamina P dan 0,5
Pengencer, kocok secara mekanik selama lebih ml asam format P ke dalam 1000 ml air.
kurang 30 menit, sonikasi selama lebih kurang Larutan B Tambahkan 0,25 ml asam format P ke
2 menit, encerkan dengan Pengencer sampai tanda dalam 1000 ml metanol P.
dan kocok selama 5 menit, saring melalui penyaring Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan
dengan porositas 0,2 µm. Larutan ini mengandung Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika
1,0 mg per ml. Lakukan kromatografi terhadap perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Larutan baku, rekam komatogram dan ukur respons seperti tertera pada Kromatografi <931> .
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, Pengencer Gunakan metanol P.
antara puncak senyawa sejenis A karbamazepin dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
karbamazepin tidak kurang dari 1,7; simpangan baku Karbamazepin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. yang sesuai. Larutkan dan encerkan dengan Pengencer
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
volume sama (lebih kurang 2 µl) Larutan baku dan Larutan uji Timbang saksama sejumlah volume
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam suspensi oral yang baru dikocok setara dengan lebih
kromatogram dan ukur semua respons puncak. kurang 20 mg karbamazepin, masukkan ke dalam labu
Hitung persentase senyawa sejenis B karbamazepin, tentukur 200-ml, tambahkan lebih kurang 140 ml
dalam suspensi oral dengan rumus: Pengencer, kocok secara mekanik selama lebih kurang 30
menit, sonikasi selama lebih kurang 2 menit, encerkan
dengan Pengencer sampai tanda. Saring melalui
 ru   CS 
     100 penyaring dengan porositas 0,2 µm.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
 rS   CU  sejumlah Karbamazepin BPFI dan Senyawa Sejenis A
Karbamazepin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak yang sesuai. Larutkan dan encerkan dengan Pengencer
senyawa sejenis B karbamazepin dari Larutan uji dan hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,002 mg per
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa sejenis B ml.
Karbamazepin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
CU adalah kadar karbamazepin dalam mg per ml dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 2,1 mm x
Larutan uji dihitung berdasarkan jumlah yang tertera 10 cm berisi bahan pengisi L10 dengan ukuran partikel
pada etiket. Hitung persentase masing-masing 1,8 m Pertahankan suhu kolom pada 40º. Laju alir lebih
cemaran tidak spesifik dalam suspensi oral dengan kurang 0,3 ml per menit. Kromatograf diprogram sebagai
rumus: berikut:
 ru   CS 
     100 Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
 rS   CU  0,0 80 20
3,0 80 20
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran tidak 12,0 60 40
spesifik dari Larutan uji; rS adalah respons puncak 18,0 45 55
karbamazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar 20,0 45 55
Karbamazepin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU 20,1 80 20
adalah kadar karbamazepin dalam mg per ml Larutan uji 23,0 80 20
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Masing-
– 2557 –

Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Tambahan persyaratan


sistem, rekam komatogram dan ukur respons puncak B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
puncak senyawa sejenis A karbamazepin dan diperoleh pada Penetapan kadar.
karbamazepin tidak kurang dari 1,7. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
komatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Hilangkan persyaratan
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 5,0%; lakukan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak penetapan sebagai berikut: Serbukkan 20 tablet dan
lebih dari 1,0%. timbang saksama lebih kurang 1,5 g serbuk dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah cawan penguap yang telah ditara. Lakukan
volume sama (lebih kurang 2 µl) Larutan baku dan pengeringan pada suhu 120º selama 2 jam.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Perubahan
persentase karbamazepin, C15H12N2O, dalam suspensi
oral dengan rumus: Disolusi <1231>
UNTUK TABLET KUNYAH 100 mg
UJI 1 Jika memenuhi uji ini pada etiket
 rU   CS 
     100 dicantumkan memenuhi Disolusi Uji 1.
Media disolusi: 900 ml air yang mengandung
 rS   CU  natrium lauril sulfat P 1%.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Alat tipe 2: 75 rpm.
karbamazepin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS Waktu : 60 menit.
adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per ml Prosedur Lakukan penetapan jumlah
Larutan baku; CU adalah kadar karbamazepin dalam karbamazepin, C15H12N2O, yang terlarut dengan
mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan dengan
tertera pada etiket. Media disolusi dan serapan larutan baku
Karbamazepin BPFI dalam media yang sama pada
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
tertutup rapat, tidak tembus cahaya, hindari 288 nm. [Catatan Dapat digunakan sejumlah
pembekuan dan panas berlebih.
metanol P tidak lebih dari 1% dari jumlah volume
akhir Larutan baku untuk melarutkan karbamazepin.]
TABLET KARBAMAZEPIN Hitung persentase karbamazepin, C15H12N2O, yang
Carbamazepine Tablet terlarut dengan rumus :

Tablet Karbamazepin mengandung karbamazepin,  AU 


  CS  V    100
1
C15H12N2O, tidak kurang dari 92,0% dan tidak lebih 
dari 108,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.  AS  L
Perubahan
Baku pembanding Karbamazepin BPFI; tidak AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dan Larutan baku; CS adalah kadar Karbamazepin
dalam wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis A BPFI dalam mg per ml larutan baku; V adalah
Karbamazepin BPFI; Senyawa Sejenis B volume Media disolusi; L adalah jumlah dalam mg
Karbamazepin BPFI; 9-Metilakridina BPFI. per tablet seperti yang tertera pada etiket.
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
Perubahan kurang dari 75% (Q) karbamazepin, C15H12N2O, dari
Identifikasi
A. Sejumlah serbuk tablet, setara dengan lebih jumlah yang tertera pada etiket. Gunakan Tabel
kurang 250 mg karbamazepin, masukkan ke dalam Penerimaan seperti tertera pada Uji Disolusi <1231>,
gelas piala 50 ml, tambahkan 15 ml aseton P, dengan pengecualian sebagai berikut: pada S2 tidak
didihkan selama 5 menit. Saring selagi panas ke satu unit pun yang kurang dari Q-5%; pada S3 tidak
dalam gelas piala kedua, cuci penyaring 2 kali, tiap satu unit pun yang kurang dari Q-10% dan tidak lebih
kali dengan 5 ml aseton P panas. Uapkan dengan dari 2 dari 24 unit sediaan yang kurang dari Q-5%.
aliran nitrogen P hingga lebih kurang 5 ml dan
dinginkan dalam tangas es sampai terbentuk hablur. UNTUK TABLET 200 MG
Saring hablur, cuci dengan 3 ml aseton P dinginkan UJI 2 Jika memenuhi uji ini, pada etiket
dan keringkan dalam hampa udara pada suhu 70º
selama 30 menit: Spektrum serapan inframerah dicantumkan memenuhi Disolusi Uji 2.
hablur yang didispersikan dalam minyak mineral P Media disolusi, Alat dan Prosedur lakukan seperti
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan tertera pada Uji 1.
gelombang yang sama seperti pada Karbamazepin Waktu : 15 dan 60 menit.
BPFI. Prosedur Lakukan penetapan jumlah
karbamazepin, C15H12N2O, yang terlarut seperti
– 2558 –

tertera pada Uji 1. Hitung kadar (Ci) karbamazepin, Waktu : 15 dan 60 menit.
C15H12N2O, yang terlarut dari setiap labu pada Prosedur Lakukan penetapan jumlah
masing-masing waktu sampling (i) dengan rumus: karbamazepin, C15H12N2O, yang terlarut seperti
tertera pada Uji 1. Hitung kadar (Ci) karbamazepin,
C15H12N2O, yang terlarut dari setiap labu pada
 AU 
   CS masing-masing waktu sampling (i) dengan rumus:
 AS 
 AU 
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji    CS
dan Larutan baku; CS adalah kadar Karbamazepin
BPFI dalam mg per ml larutan baku. Hitung
 AS 
persentase karbamazepin, C15H12N2O, yang terlarut
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
pada masing-masing waktu sampling (i) dengan dan Larutan baku; CS adalah kadar Karbamazepin
rumus: BPFI dalam mg per ml larutan baku. Hitung
persentase karbamazepin, C15H12N2O, yang terlarut
i = 15 menit pada masing-masing waktu sampling (i) dengan
1 rumus:
Ci  V     100
L i = 15 menit
i = 60 menit 1
C1  V     100
L
C2  V2   C1  VS  1  100
L i = 60 menit

C1 adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per C2  V2   C1  VS   1  100
ml pada waktu sampling 1; V adalah volume Media
disolusi (900 ml); L adalah jumlah dalam mg per
L
tablet seperti yang tertera pada etiket; V2 adalah
C1 adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam
volume Media disolusi dalam ml pada waktu
sampling 2; VS adalah volume Larutan uji pada setiap mg per ml pada waktu sampling 1; V adalah volume
waktu sampling. Toleransi Lihat Tabel 1. Media disolusi (900 ml); L adalah jumlah dalam mg
per tablet seperti yang tertera pada etiket; V2 adalah
Tabel 1 volume Media disolusi dalam ml pada waktu
sampling 2; VS adalah volume Larutan uji pada setiap
Sampling Waktu (menit) Jumlah zat terlarut
waktu sampling. Toleransi Lihat Tabel 2.
1 15 45% - 75% Tabel 2
2 60 Tidak kurang dari Sampling Waktu (menit) Jumlah zat terlarut
75%. 1 15 60% - 85%
2 60 Tidak kurang dari 75%
Gunakan Tabel Penerimaan 2 seperti tertera pada Uji
disolusi <1231> dengan pengecualian berikut: untuk Gunakan Tabel Penerimaan 2 seperti tertera pada Uji
waktu 15 menit, pada L2 tidak satu unit pun yang disolusi <1231> dengan pengecualian berikut: untuk
lebih dari 5% dari jumlah yang tertera pada etiket di waktu 15 menit, pada L2 tidak satu unitpun yang
luar tiap rentang penerimaan yang dinyatakan; pada lebih dari 5% dari jumlah yang tertera pada etiket di
L3, tidak satu unitpun lebih dari 10% dari jumlah luar tiap rentang penerimaan yang dinyatakan; pada
yang tertera pada etiket di luar tiap rentang L3 tidak satu unitpun lebih dari 10% dari jumlah
penerimaan yang dinyatakan dan tidak lebih dari 2 yang tertera pada etiket di luar tiap rentang
dari 24 unit sediaan yang lebih dari 5% dari jumlah penerimaan yang dinyatakan dan tidak lebih dari 2
yang tertera pada etiket di luar tiap rentang dari 24 unit sediaan yang lebih dari 5% dari jumlah
penerimaan yang dinyatakan. Untuk waktu 60 menit yang tertera pada etiket di luar tiap rentang
pada L2 tidak satu unit pun yang kurang dari Q-5%; peneriman yang dinyatakan. Untuk waktu 60 menit
pada L3 tidak satu unit pun yang kurang dari Q-10% pada L2 tidak satu unitpun yang kurang dari Q-5%;
dan tidak lebih dari 2 dari 24 unit sediaan yang
pada L3 tidak satu unitpun yang kurang dari Q-10%
kurang dari Q-5%.
dan tidak lebih dari 2 dari 24 unit sediaan yang
kurang dari Q-5%.
UJI 3 Jika memenuhi uji ini pada etiket
dicantumkan memenuhi Disolusi Uji 3.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Media disolusi, Alat, dan Prosedur Lakukan
seperti tertera pada Uji 1.
– 2559 –

Tambahan persyaratan masing cemaran tidak spesifik dalam tablet dengan


Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara rumus:
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
 ri   CS 
Fase gerak, Pengencer, dan Larutan kesesuaian       100
sistem, lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.  rS   CU 
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Karbamazepin BPFI, Senyawa Sejenis B
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Karbamazepin BPFI, dan 9-metilakridina BPFI.
tidak spesifik dari Larutan uji; rS adalah respons
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
puncak karbamazepin dari Larutan baku; CS adalah
Larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
kadar Karbamazepin BPFI dalam µg per ml Larutan
kadar masing-masing lebih kurang 0,02 mg per ml.
baku; CU adalah nominal kadar karbamazepin dalam
Jika perlu lakukan sonikasi untuk membantu
mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang
kelarutan.
tertera pada etiket. Masing-masing cemaran dan
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
jumlah cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
pada Tabel 3.
kadar masing-masing lebih kurang 0,001 mg per ml.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Tabel 3
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Waktu Batas
tablet, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Cemaran
retensi relatif (%)
tambahkan Pengencer lebih kurang 50% dari volume
akhir labu. Sonikasi selama 15 menit, biarkan dingin 9-metilakridina 0,54 0,19
sampai suhu ruang. Encerkan dengan Pengencer Senyawa sejenis A 0,87 -
hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml, saring melalui karbamazepin
menyaring yang sesuai, buang beberapa ml filtrat Karbamazepin 1,0 -
pertama. Senyawa sejenis B 3,1 0,19
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada karbamazepin
Penetapan kadar kecuali waktu eluasi tidak kurang Masing-masing cemaran - 0,13
dari 3,5 kali waktu retensi karbamazepin. Lakukan tidak spesifik
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, Total Cemaran - 0,30
rekam komatogram dan ukur respons puncak seperti Abaikan respons puncak cemaran yang kurang dari
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak 0,05%.
senyawa sejenis A karbamazepin dan karbamazepin
tidak kurang dari 1,7. Lakukan kromatografi terhadap Perubahan
Larutan baku, rekam komatogram dan ukur respons Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
baku relatif pada penyuntikan ulang, masing-masing Kromatografi <931>.
untuk karbamazepin, senyawa sejenis B Fase gerak Buat campuran 1000 ml metanol P-
karbamazepin dan 9-metilakridina tidak lebih dari tetrahidrofuran P-air (12:3:85), tambahkan
10,0%. 0,22 ml asam format P, campur, kemudian
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tambahkan 0,5 ml trietilamina P dan campur. Saring
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
kromatogram tidak kurang dari 3,5 kali waktu retensi Kromatografi <931>.
karbamazepin dan ukur respons puncak. Hitung Pengencer Campuran metanol P-air (50:50).
persentase senyawa sejenis B karbamazepin atau Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
9-metilakridina dalam tablet dengan rumus: saksama sejumlah Karbamazepin BPFI dan Senyawa
Sejenis A Karbamazepin BPFI, masukkan ke dalam
 ri   CS  labu tentukur yang sesuai. Larutkan dan encerkan
      100 dengan metanol P hingga kadar berturut-turut lebih
 rS   CU  kurang 0,1 mg per ml dan 0,5 mg per ml. Jika perlu
lakukan sonikasi untuk meningkatkan kelarutan.
ri adalah adalah respons puncak senyawa sejenis B Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah volume
karbamazepin atau 9-metilakridina dari Larutan uji; rS Larutan kesesuaian sistem persediaan, masukkan ke
adalah adalah respons puncak senyawa sejenis B dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan
karbamazepin atau 9-metilakridina dari Larutan Pengencer sampai tanda hingga kadar berturut-turut
baku; CS adalah kadar Senyawa sejenis B lebih kurang 0,01 mg per ml dan 0,05 mg per ml.
Karbamazepin BPFI atau 9-metilakridina dalam µg Larutan baku persediaan Timbang saksama
per ml Larutan baku; CU adalah kadar karbamazepin sejumlah Karbamazepin BPFI, Larutkan dan
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
yang tertera pada etiket. Hitung persentase masing-
– 2560 –

kurang 2 mg per ml. Jika perlu lakukan sonikasi KARISOPRODOL


untuk meningkatkan kelarutan. Carisoprodol
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Pengencer sampai
tanda hingga kadar 0,2 mg per ml.
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
tidak kurang dari 20 tablet. masukkan ke dalam labu
tentukur yang sesuai, tambahkan metanol P 80% dari
volume akhir labu, sonikasi selama lebih kurang
15 menit. Biarkan dingin sampai suhu ruang, Perubahan
encerkan dengan metanol P sampai tanda, campur ()-2-Metil-2-propil-1,3-propanadiol karbamat
dan saring, buang sejumlah ml filtrat pertama. isopropilkarbamat [78-44-4]
Nominal kadar karbamazepin lebih kurang 2 mg per C12H24N2O4 BM 260,33
ml.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, Karisoprodol mengandung tidak kurang dari 98,0%
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, dan tidak lebih dari 102,0%, C12H24N2O4, dihitung
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih terhadap zat kering.
kurang 0,2 mg per ml seperti yang tertera pada etiket
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Pemerian Serbuk hablur putih; bau khas lemah; rasa
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom pahit.
4,0 atau 4,6 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L10,
dengan ukuran partikel 7 µm. Laju alir lebih kurang Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut
1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam aseton.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Perubahan
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A Baku pembanding Karisoprodol BPFI; tidak boleh
karbamazepin dan karbamazepin tidak kurang dari dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
1,7. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, tertutup rapat, dalam lemari pendingin. Senyawa
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Sejenis A Karisoprodol BPFI; Meprobamat BPFI.
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Perubahan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Identifikasi
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku d,an A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Larutan uji ke dalam kromatograf, lakukan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
kromatografi selama 1,6 kali waktu retensi maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
karbamazepin, rekam kromatogram dan ukur respons sama seperti pada Karisoprodol BPFI.
puncak utama. Hitung persentase karbamazepin, B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
C15H12N2O, dalam tablet dengan rumus: Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
 rU   CS 
     100 Hilangkan persyaratan
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 91 dan 94.
 rS   CU 
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar 60º selama 3 jam.
Karbamazepin BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji Tambahan persyaratan
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

Perubahan Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari


Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 10 bpj.
rapat, sebaiknya dari kaca. Terlindung cahaya dan
kelembapan. Simpan dalam suhu ruang terkendali. Hilangkan persyaratan
Meprobamat Tidak lebih dari 0,5%. Lakukan
Perubahan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Penandaan Pada etiket harus dicantumkan uji disolusi Kromatografi <931>.
yang digunakan, jika tidak menggunakan Uji 1. Faser gerak Buat campuran kloroform P-aseton P
(4:1).
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
– 2561 –

Larutan baku Timbang sejumlah Meprobamat Tabel. Masing-masing cemaran dan total cemaran
BPFI, larutkan dalam kloroform P hingga kadar tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
1 mg per ml.
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam Tabel
kloroform P hingga kadar 100 mg per ml. Nama Waktu Faktor Batas
Prosedur Totolkan secara terpisah berturut-turut retensi respon
10 µl Larutan uji dan 5 µl Larutan baku pada relatif relatif
lempeng kromatografi. Biarkan bercak mengering di (menit) (F) (%)
udara. Masukkan lempeng ke dalam bejana Senyawa sejenis A 0,19 0,06 0,1
kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase karisoprodol
gerak dan biarkan Fase gerak merambat tiga per Meprobamat 0,24 0,08 0,1
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase Karisoprodol 0,86 1,4 0,1
gerak menguap dan semprot lempeng dengan monokarbamat
antimon triklorida LP kemudian dengan larutan Karisoprodol 1,0 - 0,1
furfural P dalam kloroform P (3 dalam 100) hingga Cemaran lain - 1,0 0,1
timbul satu atau lebih bercak hitam. Panaskan Total cemaran - - 1,0
lempeng pada suhu 110° selama 15 menit: bercak
lain selain bercak utama Larutan uji dengan harga RF Perubahan
yang sesuai tidak lebih intensif dari bercak Larutan Penetapan Kadar Lakukan penetapan dengan cara
baku. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Tambahan persyaratan Pengencer Campuran asetonitril P-air (50:50).
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Larutan A Campuran asetonitril P-air (25:75).
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan B Gunakan asetonitril P.
Kromatografi <931>. Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Pengencer, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
Penetapan kadar. menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kromatografi <931>.
Karisoprodol BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Pengencer hingga kadar lebih kurang 10 µg per ml. sejumlah Senyawa Sejenis A Karisoprodol BPFI,
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Meprobamat BPFI, dan Karisoprodol BPFI, larutkan
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
kadar lebih kurang 50 mg per ml. [Catatan Sonikasi masing-masing lebih kurang 0,125 mg per ml.
untuk membantu kelarutan.] Lakukan kromatografi Larutan baku Timbang saksama sejumlah
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam Karisoprodol BPFI, encerkan dengan Pengencer
kromatogram dan ukur semua respons puncak seperti hingga kadar lebih kurang 2,5 mg per ml.
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Senyawa Sejenis A Karisoprodol BPFI dan larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
meprobamat tidak kurang dari 1,5. Lakukan kadar lebih kurang 2,5 mg per ml.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Sistem kromatografi. Kromatograf cair kinerja
kromatogram dan ukur semua respons puncak seperti tinggi dilengkapi dengan detektor 200 nm dan kolom
tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak 4,6 mm x 15 cm, berisi bahan pengisi L1, dengan
karisoprodol tidak lebih dari 2,5; simpangan baku ukuran partikel 4 µm. Pertahankan suhu kolom pada
relatif puncak karisoprodol pada tiga kali 30, laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit.
penyuntikan tidak lebih dari 5,0%. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 25 µl) Larutan uji dan Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. 0 100 0
Hitung persentase tiap cemaran dalam zat dengan 35 100 0
rumus: 36 80 20
 ri   CS  1 51 80 20
        100 52 100 0
 rS   CU  F 60 100 0

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
dalam Larutan uji; rs adalah respons puncak sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
karisoprodol dalam Larutan baku; CS adalah kadar seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Karisoprodol BPFI dalam mg per ml Larutan baku; Senyawa sejenis A Karisoprodol BPFI dan
CU adalah kadar karisoprodol dalam mg per ml meprobamat tidak kurang dari 1,5. Lakukan
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; F kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
adalah faktor respons relatif seperti tertera pada kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
– 2562 –

pada Prosedur: faktor ikutan puncak karisoprodol B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
tidak lebih dari 2,5; simpangan baku relatif puncak Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
karisoprodol Laruan baku tidak lebih dari 2,0%. diperoleh pada Penetapan kadar.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan Hilangkan persyaratan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Jarak lebur <1021> Antara 148º dan 152º.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Rotasi jenis <1081> Antara -1 dan +1; lakukan
persentase karisoprodol, C12H24N2O4, dalam zat penetapan pada suhu 20º menggunakan larutan yang
dengan rumus: mengandung 40 mg per ml zat dalam metanol P.

 rU   CS  Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;


      100 lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
 rS   CU  80º selama 4 jam.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%;
karisoprodol dari Larutan uji dan Larutan baku; CS lakukan penetapan menggunakan 2 g zat.
adalah kadar Karisoprodol BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; CU adalah kadar karisoprodol dalam Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari
mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang 20 bpj.
ditimbang.
Hilangkan persyaratan
Perubahan Cemaran senyawa organik mudah menguap
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup <471> Metode IV Memenuhi syarat.
rapat, pada suhu ruang.
Hilangkan persyaratan
Kemurnian kromatografi Lakukan Kromatografi
KETOKONAZOL lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Ketoconazole Fase gerak Campuran n-heksana P-etil asetat P-
metanol P-air-asam asetat glasial P (42:40:15:2:1).
Tidak dijenuhkan.
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg
zat, larutkan dalam 3,0 ml kloroform P.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Ketokonazol BPFI, larutkan dalam kloroform P
hingga kadar 10 mg per ml.
Enceran larutan baku Encerkan sejumlah Larutan
Perubahan baku dengan kloroform P hingga kadar 0,1 mg per
(±) cis-1-Asetil-4-[p-[[2-(2,4-diklorofenil)- ml.
2-(imidazol-1-ilmetil)-1,3-dioksolan-4-il] Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
metoksi]fenil) piperazina [65277-42-1] 10 µl Larutan uji, 10 µl Larutan baku, dan 2 µl
C26H28Cl2N4O4 BM 531,43 Enceran larutan baku pada lempeng kromatografi
dan biarkan bercak mengering. Masukkan lempeng
Ketokonazol mengandung tidak kurang dari 98,0% ke dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak
dan tidak lebih dari 102,0%, C26H28Cl2N4O4, dihitung dan biarkan merambat sampai tiga per empat tinggi
terhadap zat kering. lempeng. Angkat lempeng dan keringkan dengan
aliran udara kering. Uapi lempeng dengan uap
Perubahan iodum P dalam bejana tertutup, tandai bercak: ukuran
Baku pembanding Ketokonazol BPFI; tidak boleh dan harga RF bercak utama Larutan uji sama dengan
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam Larutan baku. Bercak lain selain bercak utama
wadah tertutup rapat. Terkonazol BPFI. Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak utama
Enceran larutan baku.
Tambahan persyaratan
Identifikasi Tambahan persyaratan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan lebih dari 0,10%, total cemaran tidak lebih dari 2,0%.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
sama seperti pada Ketokonazol BPFI. kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
– 2563 –

Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak, 2 ml per menit. Kromatograf diprogram sebagai
Pengencer, dan Sistem kromatografi lakukan seperti berikut:
tertera pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
Ketokonazol BPFI dan Terkonazol BPFI, larutkan 0 100 0
dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar 20 0 100
masing-masing lebih kurang 0,01 mg per ml. 25 0 100
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, 26 100 0
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga 30 100 0
kadar lebih kurang 10,0 mg per ml.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: resolusi, R, antara ketokonazol dan pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan
terkonazol tidak kurang dari 2,0; simpangan baku simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
relatif pada penyuntikan ulang untuk puncak lebih dari 0,73%.
ketokonazol tidak lebih dari 5,0%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan uji dan
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan uji dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
kromatogram dan ukur semua respons puncak. persentase ketokonazol, C26H28Cl2N4O4, dalam zat
Abaikan puncak yang kurang dari 0,05%. Hitung dengan rumus:
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
rumus:
 rU   CS 
     100
 ri   CS   rS   CU 
     100
 rS   CU 
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari Ketokonazol BPFI dalam mg per ml Larutan baku
Larutan uji; rS adalah respons puncak ketokonazol dan CU adalah kadar ketokonazol dalam mg per ml
dari Larutan baku; CS adalah kadar Ketokonazol Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang .
BPFI dalam mg per ml Larutan baku dan CU adalah
kadar ketokonazol dalam mg per ml Larutan uji Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
berdasarkan bobot yang ditimbang. baik.

Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara TABLET KETOROLAK TROMETAMIN
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Ketorolac Tromethamine Tablet
Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan tetrabutil ammonium hidrogen Tablet Ketorolak Trometamin mengandung ketorolak
sulfat P dalam air dengan kadar 3,4 mg per ml. trometamin, C15H13NO3.C4H11NO3, tidak kurang dari
Larutan A Campuran asetonitril P–Dapar (5:95). 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
Larutan B Campuran asetonitril P–Dapar (50:50). tertera pada etiket.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Perubahan
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian Baku pembanding Ketorolak Trometamin BPFI:
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
Kromatografi <931>. dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Ketorolak BPFI. Senyawa Sejenis
Ketokonazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan B Ketorolak BPFI. Senyawa Sejenis C Ketorolak
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml. BPFI dan Senyawa Sejenis D Ketorolak BPFI.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga Perubahan
kadar lebih kurang 0,1 mg per ml. Identifikasi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
berukuran 4,6 mm × 10 cm, berisi bahan pengisi L1 diperoleh pada Penetapan kadar.
dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang
– 2564 –

Tambahan persyaratan Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada


B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji dan etiket.
Larutan baku memberikan maksimum dan minimum
pada panjang gelombang yang sama seperti yang Tambahan persyaratan
diperoleh pada Penetapan kadar. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Disolusi <1231> Kromatografi <931>.
Media disolusi: 600 ml air. Fase gerak, Pelarut, Larutan kesesuian sistem,
Alat tipe 2: 50 rpm. Larutan uji, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
Waktu: 45 menit. tertera pada Penetapan kadar.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah ketorolak Larutan baku Gunakan Larutan kesesuaian sistem
trometamin, C15H13NO3.C4H11NO3, yang terlarut seperti tertera pada Penetapan kadar.
dengan mengukur serapan alikot, jika perlu Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
diencerkan dengan Media disolusi dan serapan volume sama (lebih kurang 100 μl) Larutan uji dan
larutan baku Ketorolak Trometamin BPFI yang Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
diketahui kadarnya dalam media yang sama pada kromatogram dan ukur semua respons puncak.
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
322 nm. serbuk tablet dengan rumus:
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) ketorolak trometamin,  ri   CS 
C15H13NO3.C4H11NO3, dari jumlah yang tertera pada      100
etiket.  rS   CU 

Perubahan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari


Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Larutan uji; rS adalah respons puncak masing-masing
Prosedur keseragaman kandungan. cemaran dari Larutan baku; CS adalah kadar masing-
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu masing cemaran dalam mg per ml Larutan baku; CU
tentukur yang sesuai untuk memperoleh kadar adalah kadar ketorolak dalam mg per ml Larutan uji
ketorolak trometamin setara dengan lebih kurang berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Hitung
0,1 mg per ml.Tambahkan sejumlah air lebih kurang persentase cemaran lain dalam serbuk tablet dengan
10% dari volume labu dan sonikasi hingga tablet rumus:
hancur. Tambahkan sejumlah metanol P hingga lebih  ri 
kurang 40% dari volume labu dan sonikasi lebih    100
kurang 10 menit untuk melarutkan ketorolak  rT 
trometamin. Dinginkan hingga suhu ruang dan
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Sentrifus
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
atau biarkan mengendap. Pipet 6 ml beningan,
Larutan uji; rT adalah jumlah seluruh respons puncak
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml dan
pada Larutan uji. Masing-masing cemaran dan total
encerkan dengan metanol P sampai tanda.
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Tabel.
Ketorolak Trometamin BPFI, larutkan dan encerkan
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 12 µg Tabel
per ml. Nama Waktu retensi Batas
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan relatif (%)
baku pada panjang gelombang serapan maksimum Senyawa Sejenis A
lebih kurang 322 nm, menggunakan metanol P 0,5 0,5
Ketorolak
sebagai blangko. Hitung persentase ketorolak Senyawa Sejenis B
trometamin, C15H13NO3.C4H11NO3, dalam tiap tablet 0,8 0,5
Ketorolak
dengan rumus: Ketorolak 1,0 -
Senyawa Sejenis C
1,2 0,8
 AU   CS  Ketorolak
     100 Senyawa Sejenis D
 AS   CU  Ketorolak
2,6 0,5
Cemaran lain yang tidak
- 0,5
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji diketahui
dan Larutan baku; CS adalah kadar Ketorolak Total cemaran - 1,0
Trometamin BPFI dalam µg per ml Larutan baku; CU
adalah kadar ketorolak trometamin dalam µg per ml
– 2565 –

Perubahan ketorolak trometamin, C15H13NO3.C4H11NO3, dalam


Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara serbuk tablet dengan rumus:
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
 rU   CS 
Fase gerak Buat campuran metanol P–air– asam      100
asetat glasial P (55:44:1). Saring dan awaudarakan.  rS   CU 
Pengencer Campuran metanol P–air (1:1)
[Catatan lindungi seluruh larutan dari cahaya.]
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
Larutan baku persediaan Timbang saksama
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
sejumlah Ketorolak Trometamin BPFI, larutkan dan
Ketorolak Trometamin BPFI dalam mg per ml
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
Larutan baku dan CU adalah kadar ketorolak dalam
kurang 0,24 mg per ml.
mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
tertera pada etiket.
persediaan, encerkan dengan metanol P hingga kadar
lebih kurang 24 µg per ml.
Perubahan
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
saksama sejumlah Ketorolak Trometamin BPFI,
baik, pada suhu ruang terkendali, terlindung cahaya
Senyawa Sejenis A Ketorolak BPFI, Senyawa Sejenis
dan kelembapan yang berlebihan.
B Ketorolak BPFI, Senyawa Sejenis C Ketorolak
BPFI, dan Senyawa Sejenis D Ketorolak BPFI,
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
kadar masing-masing lebih kurang 25 µg per ml. TABLET KLORDIAZEPOKSIDA
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan HIDROKLORIDA
kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan Chlordiazepoxide Hydrochloride Tablets
metanol P hingga kadar masing-masing lebih kurang
0,25 µg per ml. Tablet klordiazepoksida hidroklorida mengandung
Larutan uji persediaan Masukkan 10 tablet ke dalam klordiazepoksida hidroklorida setara dengan
labu tentukur yang sesuai, untuk memperoleh kadar klordiazepoksida, C16H14ClN3O, tidak kurang dari
setara dengan lebih kurang 0,2 mg per ml ketorolak 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
trometamin. Tambahkan sejumlah air lebih kurang tertera pada etiket.
10% dari volume labu dan sonikasi hingga tablet
hancur. Tambahkan sejumlah metanol P hingga lebih Perubahan
kurang 40% dari volume labu dan sonikasi lebih Baku pembanding Klordiazepoksida Hidroklorida
kurang 10 menit untuk melarutkan ketorolak BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan,
trometamin. Dinginkan hingga suhu ruang dan simpan dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Sentrifus pendingin; 2-Amino-5-klorobenzofenon BPFI.
atau biarkan mengendap.
Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji Identifikasi
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga A. Spektrum serapan ultraviolet larutan yang
kadar lebih kurang 0,02 mg per ml. diperoleh pada Penetapan kadar dan telah diencerkan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dengan asam hidroklorida 0,1 N (1:2), pada panjang
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom gelombang antara 230 nm dan 350 nm menunjukkan
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan dua serapan maksimum pada 246 nm dan 308 nm.
ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1,2 ml B. Ke dalam sejumlah serbuk tablet setara dengan
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan 200 mg klordiazepoksida, tambahkan 4 ml asam
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur hidroklorida 2 N panas, panaskan pada suhu 100°
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: selama 10 menit, dinginkan dan saring. Sejumlah
resolusi, R, antara puncak ketorolak dan puncak 2 ml filtrat menunjukkan reaksi Amina aromatis
senyawa sejenis B ketorolak, serta antara ketorolak primer seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
dan senyawa sejenis C ketorolak tidak kurang dari <291>: terbentuk endapan kemerahan.
1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, C. Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti 25 mg khlordiazepoksida dengan 2,5 ml air,
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari tambahkan 0,5 ml amonium hidroksida 6 N, campur,
1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan biarkan selama 5 menit, saring. Asamkan filtrat
ulang tidak lebih dari 1,5%. [Catatan Waktu retensi dengan asam nitrat 2 N: larutan memberikan reaksi
relatif senyawa sejenis B ketorolak dan ketorolak Klorida cara A dan D seperti tertera pada Uji
berturut-turut lebih kurang 0,8 dan 1,0.] Identifikasi Umum <291>.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 μl) Larutan uji dan Perubahan
Larutan baku ke dalam kromatograf selama 3,8 kali Cemaran organik [Catatan selama melakukan
waktu retensi keterolak, rekam kromatogram dan penetapan, hindarkan cahaya langsung dan larutan
ukur respons puncak utama. Hitung persentase
– 2566 –

harus dibuat segar.] Lakukan Kromatografi lapis AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. dan Larutan baku; CS adalah kadar Klordiazepoksida
Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P- Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
amonium hidroksida 13,5 N (85:14:1). CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
Penjerap Gunakan silika gel GF254. berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Penampak bercak 1 Buat larutan segar natrium
nitrit P 1% dalam asam hidroklorida 1 N. Perubahan
Penampak bercak 2 Buat larutan segar N-(1-naftil)- Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya.
etilendiamina dihidroklorida P 0,4% dalam etanol P.
Pengencer Buat larutan segar aseton P- amonium
hidroksida 13,5 N-air (90:2:8).
KLOROKUIN SULFAT
Larutan uji 1 Timbang saksama sejumlah serbuk
Chloroquine Sulphate
tablet setara 100 mg klordiazepoksida, kocok dengan
10 ml Pengencer, biarkan mengendap dan
enaptuangkan beningan.
Larutan uji 2 Encerkan 5 bagian volume Larutan
uji 1 hingga 100 bagian volume Pengencer.
Larutan uji 3 Encerkan 1 bagian volume Larutan
uji 1 hingga 100 bagian volume Pengencer.
Larutan uji 4 Timbang saksama sejumlah 2-
Amino-5-klorobenzofenon BPFI, larutkan dan 4-(7-Kloro-4-kuinolilamino)pentil-dietilamina sulfat
encerkan dengan Pengencer hingga kadar 0,01%. monohidrat [132-73-0]
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing C18H26ClN3.H2SO4.H2O BM 436,0
2 µl dan 20 µl Larutan uji 1; 2 µl Larutan uji 2 dan
Larutan uji 3; 20 µl Larutan uji 4. Masukkan Perubahan
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah Klorokuin Sulfat mengandung tidak kurang dari
dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan Fase gerak 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%
merambat hingga lebih kurang tiga per empat tinggi C18H26ClN3.H2SO4, dihitung terhadap zat anhidrat.
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
biarkan Fase gerak kering di udara dan amati di Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih.
bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Bercak lain selain
bercak utama dari 2 µl Larutan uji 1 tidak lebih Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam
intensif dari bercak Larutan uji 2 (5%) dan tidak metanol, sangat sukar larut dalam etanol.
lebih dari 1 bercak yang lebih intensif dari bercak
Larutan 3 (1%). Semprot dengan Penampak bercak Perubahan
1, keringkan dan semprot dengan Penampak bercak Baku pembanding Khlorokuin Sulfat BPFI; tidak
2: bercak bewarna ungu yang sesuai dengan 2-amino- boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
5-klorobenzofenon dari 20 µl Larutan uji 1 tidak wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
lebih intensif dari bercak Larutan uji 4 (1%).
Perubahan
Perubahan Identifikasi
Penetapan kadar Lakukan identifikasi B dan D atau A, C, dan D.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah A. Larutkan 0,1 g zat dalam 100-ml air. Pipet
Klordiazepoksida Hidroklorida BPFI, larutkan dan 1 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga dengan air sampai tanda. Ukur serapan pada panjang
diperoleh larutan dengan kadar setara klordiazepoksida gelombang antara 210 nm dan 370 nm. Larutan
0,0020%. menunjukkan serapan maksimum pada panjang
Larutan uji Kocok 10 tablet utuh dengan 150 ml gelombang 220 nm; 235nm; 256 nm; 329 nm; dan
asam hidroklorida 0,1 N selama 20 menit, tambahkan 342 nm. Serapan jenis pada masing-masing panjang
asam hidroklorida 0,1 N hingga 250 ml dan saring. gelombang maksimum berturut-turut adalah 730-810;
Encerkan 10 ml filtrat dengan asam hidroklorida 430-470; 370-410; 400-440; dan 430-470.
0,1 N hingga kadar setara dengan klordiazepoksida B. Larutkan secara terpisah 0,1 g zat dan
0,0020%. Klorokuin sulfat BPFI dalam 10 ml air. Tambahkan
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan 2 ml natrium hidroksida P 8,5%. Ekstraksi 2 kali,
uji pada panjang gelombang serapan maksimum masing-masing dengan 20 ml metilena klorida P,
308 nm. Hitung persentase klordiazepoksida, gabungkan lapisan organik, bilas dengan air,
C16H14ClN3O, dalam zat dengan rumus: keringkan dengan natrium sulfat anhidrat P, uapkan
hingga kering dan larutkan residu secara terpisah
 AU   CS  masing-masing dengan 2 ml metilena klorida P.
      100 Spektrum serapan inframerah zat menunjukkan
 AS   CU  maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Klorokuin Sulfat BPFI.
– 2567 –

C. Larutkan 25 mg zat dalam 20 ml air, Encerkan dengan air hingga 50 ml, tambahkan 0,1 ml
tambahkan 8 ml asam pikrat P yang dibuat dari larutan yang dibuat dengan melarutkan 10 g natrium
0,25 ml natrium hidroksida 10 N dan encerkan sulfida P dalam air secukupnya hingga 100 ml, saring
dengan larutan jenuh asam pikrat P dalam air hingga dan campur. Bandingkan warna kedua larutan dengan
100 ml: terbentuk endapan. Bilas endapan dengan air, cara yang sesuai, seperti dengan refleksi cahaya dari
kemudian dengan etanol P dan terakhir bilas dengan dasar putih melalui tabung Nessler. Warna larutan
eter P. Residu melebur pada suhu antara 206º- 209º. tabung pertama tidak lebih intensif dari warna larutan
D. Menunjukkan reaksi Sulfat cara A dan D tabung kedua.
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Hilangkan persyaratan
Tambahan persyaratan Klorida Tidak lebih dari 350 bpj; lakukan penetapan
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan sebagai berikut:
penetapan menggunakan larutan 2,0 g zat dalam Larutan uji Larutkan 300 mg zat dalam 30 ml air.
25 ml air bebas karbon dioksida P. Pada 15 ml larutan ini tambahkan 1 ml asam nitrat
2 N, campur.
Tambahan persyaratan Larutan pembanding Encerkan 1,0 ml larutan
Warna dan Akromisitas <1291> Metode III warna natrium klorida P 0,0824% dalam labu tentukur
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan V5 100-ml dengan air sampai tanda (5 bpj Cl). Pipet
atau X5; lakukan penetapan menggunakan larutan 10 ml larutan ini, tambahkan 5 ml air dan 1 ml asam
2,0 g zat dalam 20 ml air bebas karbon dioksida P. nitrat 2 N, campur.
Prosedur Tuangkan masing-masing Larutan uji
pH <1071> 4,0 sampai 5,0. dan Larutan pembanding ke dalam tabung reaksi
yang berisi 1 ml perak nitrat 0,1 N. Biarkan larutan
Hilangkan persyaratan selama 5 menit, terlindung cahaya: opalesensi
Timbal Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan penetapan Larutan uji tidak lebih intensif dari Larutan
sebagai berikut: Panaskan dengan hati-hati 2,0 g zat pembanding jika diamati dari arah horizontal dengan
selama 10 menit dengan 8 ml air dan 6 ml asam latar belakang hitam.
nitrat P dalam labu alas bulat berleher panjang.
Dinginkan, tambahkan 4 ml asam sulfat P dan Perubahan
panaskan sampai campuran menjadi gelap. Lanjutkan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
pemanasan dengan penambahan asam nitrat P tetes lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.
demi tetes sampai cairan menjadi tidak berwarna dan
terbentuk uap belerang trioksida berwarna putih. Air <1031> Metode I Antara 3,0% sampai 5,0%;
Tambahkan 3 ml air, uapkan hati-hati sampai lakukan penetapan menggunakan 500 mg zat.
terbentuk uap putih lagi, dinginkan dan encerkan
dengan air sampai 18 ml. Tambahkan dan larutkan Tambahan persyaratan
2 g asam sitrat P, basakan dengan amonia LP dan Logam berat <371> Metode II Memenuhi syarat.
tambahkan 1 ml larutan kalium sianida PbT P. Tidak lebih dari 20 bpj. Lakukan penetapan dengan
Pindahkan ke dalam corong pisah, tambahkan 10 ml menggunakan 12 ml larutan yang dibuat sebagai
larutan ditizon P, kocok kuat dan buang lapisan berikut: 2 g zat yang dilarutkan dalam 10 ml air,
bawah. Ulangi ekstraksi dua kali, tiap kali dengan tambahkan 5 ml amonium pekat P, kocok dengan
5 ml larutan ditizon P. Jika setelah ekstraksi ketiga, 40 ml eter P. Saring lapisan air dan netralkan filtrat
lapisan kloroform berwarna merah terang, lanjutkan dengan asam asetat glasial P. Panaskan diatas tangas
ekstraksi dengan 5 ml larutan ditizon P sampai warna air untuk menghilangkan eter P. Biarkan dingin,
pereaksi tidak lagi berubah menjadi merah terang. kemudian encerkan dengan air sampai 20,0 ml.
Cuci kumpulan larutan kloroform dengan 10 ml air Gunakan larutan baku timbal (2 bpj) sebagai
dan kemudian ekstraksi dua kali, tiap kali dengan pembanding.
10 ml asam hidroklorida 2 N. Cuci kumpulan larutan
asam dengan 10 ml kloroform P dan buang Perubahan
kloroform. Pindahkan larutan ke dalam tabung Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis
Nessler dan basakan dengan amonia LP. Dalam seperti tertera pada Kromatografi <931>.
tabung Nessler yang kedua campurkan 2 ml asam Fase gerak Campuran dietilamina P- sikloheksana
asetat P dengan 20 ml asam hidroklorida 2 N, P-metilena klorida P (10:40:50).
basakan dengan amonia LP dan tambahkan 4 ml Penjerap Campuran silika gel GF254.
Larutan baku timbal (10 bpj Pb). Lakukan penetapan Larutan uji Timbang 500 mg zat, masukkan ke
sebagai berikut: tambahkan 1 ml larutan kalium dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan encerkan
sianida PbT P, larutan tidak boleh lebih dari opalesen dengan air sampai tanda.
lemah. Jika warna larutan berbeda, samakan dengan Larutan baku A Pipet 1 ml Larutan uji ke dalam
menambah beberapa tetes larutan gula karamel yang labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai
sangat encer atau zat lain yang tidak reaktif. tanda.
– 2568 –

Larutan baku B Pipet 5 ml Larutan baku A ke Media disolusi: 900 ml Dapar natrium asetat
dalam labu tentukur 10-ml, encerkan dengan air 0,1 M.
sampai tanda. Alat tipe 2: 50 rpm.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing Waktu: 30 menit
2 µl Larutan uji, Larutan baku A, dan Larutan baku Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem,
B pada lempeng kromatografi. Masukkan ke dalam Kesesuaian sistem, dan Sistem kromatografi Lakukan
bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Fase gerak, biarkan merambat hingga tiga per empat Larutan baku persediaan Timbang saksama
tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan kering di sejumlah Klaritromisin BPFI, larutkan dan encerkan
udara. Amati lempeng di bawah cahaya ultraviolet dengan Dapar hingga diperoleh kadar 625 µg per ml.
254 nm. Bercak lain selain bercak utama dari Larutan Kocok dan sonikasi agar larut sempurna.
uji tidak lebih intensif dari bercak Larutan baku A Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
(1,0%) dan tidak satupun bercak lebih intensif dari persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
bercak yang diperoleh dari Larutan baku B (0,5%). kadar 125 µg per ml. Saring dengan penyaring yang
sesuai.
Perubahan Larutan uji Gunakan alikot yang diencerkan secara
Penetapan kadar Timbang saksama 400 mg zat, kuantitatif dengan Fase gerak hingga kadar
tambahkan 50 ml asam asetat anhidrat P. Lakukan klaritromisin lebih kurang 125 g per ml.
titrasi dengan asam perklorat 0,1 M, tetapkan titik Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
akhir secara potensiometrik. volume sama (lebih kurang 20 µl hingga 50 µl)
Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
Tiap ml asam perklorat 0,1 M rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
setara dengan 41,8 mg C18H28CIN3O4S Hitung persentase klaritromisin, C38H69NO13, yang
terlarut berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket
Perubahan dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya.
 rU   CS 
     100
 rS   CU 
TABLET KLARITROMISIN
Clarithromycin Tablets
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
klaritromisin dari Larutan uji dan Larutan baku;
Tablet Klaritromisin mengandung klaritromisin,
CS adalah kadar klaritromisin dalam µg per ml
C38H69NO13, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan baku; CU adalah kadar klaritromisin dalam
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
µg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang
tertera pada etiket.
Perubahan
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Baku pembanding Klaritromisin BPFI; tidak boleh
kurang dari 80% (Q) klaritromisin, C38H69NO13, dari
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
jumlah yang tertera pada etiket.
dalam lemari pembeku. Bersifat higroskopis.
Klaritromisin untuk Identifikasi BPFI; Senyawa
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Sejenis A Klaritromisin BPFI.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 6,0%;
Identifikasi Waktu retensi puncak utama lakukan pengeringan sejumlah serbuk tablet dalam
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan hampa udara dengan tekanan tidak lebih dari
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. 5 mmHg pada suhu 110° selama 3 jam.
Perubahan Tambahan persyaratan
Disolusi <1231> Lakukan penetapan dengan cara Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatografi <931>.
Dapar natrium asetat 0,1 M Larutkan 13,61 g Larutan A Larutkan 4,76 g kalium fosfat monobasa
natrium asetat trihidrat P dalam air. Siapkan larutan P dalam 1000 ml air. Atur pH hingga 4,4 dengan
lain dengan mengencerkan 5,7 ml asam asetat glasial penambahan asam fosfat P (1 dalam 10) atau 4,5%
P dengan air hingga 1 liter. Campurkan kedua larutan Kalium hidroksida.
dan atur pH hingga 5,0 encerkan dengan air hingga Larutan B Gunakan asetonitril P.
1000 ml. Atur pH hingga 5,0 dengan penambahan Pengencer Campuran asetonitril P-air (1:1).
asam asetat 0,1 M. Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
– 2569 –

kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
Kromatografi <931>. klaritromisin dalam Larutan baku 2; CS adalah
Larutan baku persediaan Timbang saksama klaritromisin dalam mg per ml Larutan baku 2;
sejumlah Klaritromisin BPFI, masukkan ke dalam CU adalah kadar klaritromisin dalam mg per ml
labu tentukur yang sesuai, larutkan dalam asetonitril Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
P hingga 50% dari volume akhir dan encerkan etiket. F adalah faktor respons relatif seperti tertera
dengan air hingga kadar lebih kurang 1,5 mg per ml. pada Tabel. Tidak lebih dari empat cemaran lebih
Larutan baku 1 Pipet sejumlah Larutan baku besar dari 0,4%; tidak satupun cemaran lebih besar
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga dari 1,0%. Total cemaran tidak lebih dari 3,5%.
kadar lebih kurang 0,075 mg per ml. Abaikan setiap puncak cemaran yang kurang dari
Larutan baku 2 Pipet sejumlah Larutan baku 1, 0,1%.
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 0,0075 mg per ml. Tabel
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk Nama Waktu Faktor
tablet, larutkan dan encerkan dengan Pengencer retensi respons
hingga kadar lebih kurang 1,5 mg per ml. Lakukan relatif relatif
sonikasi dan saring dengan penyaring yang sesuai. Cemaran klaritromisin I 0,38 1,0
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Cemaran klaritromisin 0,42 1,0
tinggi dilengkapi dengan detektor 205 nm dan kolom A(klaritromisin F)
4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Cemaran klaritromisin I 0,63 1,0
ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1,1 ml Cemaran klaritromisin L 0,74 1,0
per menit. Pertahankan suhu kolom pada 40°. Cemaran klaritromisin B 0,79 1,0
Kromatograf diprogram seperti pada tabel berikut : Cemaran klaritromisin M 0,81 1,0
Cemaran klaritromisin C 0,89 1,0
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) Cemaran klaritromisin D 0,96 1,0
0 75 25 Klaritromisin 1,0 -
32 40 60 Cemaran klaritromisin N 1,15 1,0
34 40 60 Senyawa sejenis A 1,27 1,0
36 75 25 klaritromisin
42 75 25 Cemaran klaritromisin F 1,33 1,0
Cemaran klaritromisin P 1,35 1,0
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku 1, Cemaran klaritromisin O 1,38 1,0
rekam komatogram dan ukur respons puncak seperti Cemaran klaritromisin K 1,59 1,0
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari Cemaran klaritromisin G 1,72 3,7
1,7. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Cemaran klaritromisin H 1,82 6,7
kesesuaian sistem, rekam komatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Perubahan
perbandingan puncak terhadap lembah tidak kurang Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dari 3,0 antara klaritromisin dan senyawa sejenis D Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
klaritromisin, dihitung menggunakan rumus : Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran metanol P-kalium
 HP  fosfat monobasa 0,067 M (13:7), atur pH hingga 4,0
  dengan penambahan asam fosfat P, saring melalui
 HV  penyaring membran yang sesuai dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian, menurut Kesesuaian
HP adalah tinggi puncak cemaran klaritromisin D sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dihitung dari garis dasar; HV adalah kurva terendah Larutan baku persediaan Timbang saksama
yang memisahkan puncak cemaran klaritromisin D sejumlah Klaritromisin BPFI, larutkan dan encerkan
dan puncak klaritromisin. dengan metanol P hingga kadar 625 g per ml.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Kocok dan jika perlu sonikasi untuk proses
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku 2 melarutkan.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
kromatogram dan ukur semua respons puncak. persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat kadar 125 g per ml. Saring melalui penyaring
dengan rumus: membran yang sesuai.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Buat larutan
 ri   CS  1  Senyawa Sejenis A Klaritromisin BPFI dalam
         100 metanol P dengan kadar lebih kurang 625 g per ml.
 
 rS   CU  F 
– 2570 –

Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan Perubahan


baku persediaan, encerkan hingga kadar klaritromisin (+)-(2R)-2-[2-[[[(R)-p-Kloro-α-metil-α-fenilbenzil]-
lebih kurang 125 g per ml dan Pipet sejumlah oksi]etil]-1-metilpirolidina fumarat (1:1) [14976-57-9]
Larutan kesesuaian sistem persediaan, encerkan C21H26ClNO.C4H4O4 BM 459,96
dengan Fase gerak hingga kadar senyawa sejenis A
klaritromisin lebih kurang 125 g per ml. Klemastin Fumarat mengandung tidak kurang dari
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
serbuk tablet klaritromisin, larutkan dan encerkan C21H26ClNO.C4H4O4, dihitung terhadap zat kering.
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 4 mg
per ml. Kocok secara mekanik selama 30 menit Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih;
hingga terdispersi dan biarkan partikel yang tidak tidak berbau. Larutan bereaksi asam terhadap lakmus.
larut mengendap.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, dalam
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kloroform; sukar larut dalam metanol.
kurang 120 g per ml. Saring larutan melalui
penyaring membran dengan porositas 0,5 m atau Perubahan
lebih halus. Baku pembanding Klemastin Fumarat BPFI; tidak
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm, kolom wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. 4-
pelindung berisi bahan pengisi L1 dan kolom Klorobenzofenon BPFI.
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 ml per Perubahan
menit dan pertahankan suhu kolom pada 50°. Identifikasi
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian A. Spektrum serapan inframerah zat yang
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
klaritromisin dan senyawa sejenis A klaritromisin sama seperti pada Klemastin Fumarat BPFI.
berturut-turut lebih kurang 0,75 dan 1,0; resolusi, R, B. Waktu retensi puncak fumarat dan klemastin
antara klaritromisin dan senyawa sejenis A pada kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
klaritromisin tidak kurang dari 2,0. Lakukan baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Hilangkan persyaratan
pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,9 dan 1,5 dan Kejernihan dan warna larutan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Larutan uji Larutkan 100 mg zat dalam 10,0 ml
lebih dari 2,0%. metanol P.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan pembanding Campur 2,5 ml natrium
volume sama (lebih kurang 20 µl hingga 50 µl) klorida 0,00002 M; 2,5 ml air; 5,0 ml asam nitrat
Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, 2,5 N dan 1,0 ml perak nitrat 0,1 N. Gunakan larutan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. ini dalam waktu 5 menit.
Hitung persentase klaritromisin, C38H69NO13, dalam Larutan padanan warna Campur 1 bagian volume
serbuk tablet dengan rumus : Larutan padanan C seperti tertera pada Warna dan
Akromisitas <1291> dengan 3 bagian volume air.
Prosedur Masukkan Larutan uji, Larutan
 rU  C S  pembanding, dan 10,0 ml Larutan padanan warna
    100 secara terpisah ke dalam tabung reaksi diameter lebih
 rS  CU  kurang 12 mm. Amati Larutan uji dan Larutan
pembanding secara horizontal dengan latar belakang
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama hitam: Larutan uji lebih jernih atau tidak lebih keruh
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar dari Larutan pembanding. Amati Larutan uji dan
klaritromisin dalam g per ml Larutan baku; CU Larutan padanan warna secara horizontal dengan
adalah kadar klaritromisin dalam g per ml Larutan latar belakang putih: Larutan uji tidak berwarna atau
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. tidak lebih intensif dari Larutan padanan warna.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Perubahan


rapat. pH <1071> Antara 3,2 dan 4,2; lakukan penetapan
menggunakan suspensi 100 mg per ml.

KLEMASTIN FUMARAT Perubahan


Clemastine Fumarate Rotasi jenis <1081> Antara +15,0º dan +18,0º,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan
penetapan menggunakan larutan dalam metanol P
yang mengandung 10 mg per ml, pada suhu 20º.
– 2571 –

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama
lakukan pengeringan pada suhu 105º sampai bobot sejumlah Klemastin Fumarat BPFI larutkan dan
tetap. encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih
kurang 0,14 mg per ml. Jika perlu lakukan sonikasi
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari agar larut sempurna.
20 bpj. Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama
sejumlah 4-Klorobenzofenon BPFI, larutkan dan
Hilangkan persyaratan encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan kurang 0,14 mg per ml. Jika perlu lakukan sonikasi
dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera agar larut sempurna.
pada Kromatografi <931>. Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku
Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P- persediaan 1, encerkan dengan Larutan A hingga
amonium hidroksida P (90:40:1). kadar klemastin fumarat lebih kurang 0,14 µg per ml.
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Larutan baku Timbang saksama sejumlah persediaan 1 dan Larutan baku persediaan 2,
Klemastin Fumarat BPFI, larutkan dalam campuran encerkan dengan Larutan A hingga kadar klemastin
kloroform P dan metanol P (1:1) hingga kadar 20 mg fumarat dan 4-klorobenzofenon berturut-turut lebih
per ml. kurang 0,28 µg per ml dan 0,36 µg per ml.
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Larutan baku dalam campuran kloroform P dan larutkan dan encerkan dalam Larutan A hingga kadar
metanol P (1:1) hingga kadar 0,10 mg per ml; lebih kurang 0,28 mg per ml.
0,08 mg per ml; 0,06 mg per ml; 0,04 mg per ml; dan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
0,02 mg per ml sesuai dengan 0,5%; 0,4%; 0,3%; tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
0,2%; dan 0,1% Larutan baku. 4,6 mm x 5 cm berisi bahan pengisi L7 dengan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg ukuran partikel 1,8 m. Laju alir lebih kurang 1,2 ml
zat, larutkan dalam 5,0 ml campuran kloroform P dan per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
metanol P (1:1).
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
5 µl Larutan uji, Larutan baku, dan Enceran Larutan 0 100 0
baku pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng 3 100 0
ke dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak 3,1 0 100
dan biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per 18 0 100
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase 18,1 100 0
gerak menguap, semprot lempeng dengan Dragendorff 25 100 0
LP, kemudian disemprot dengan hidrogen peroksida P
3%. Amati kromatogram: harga RF warna dan Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas
intensitas bercak utama Larutan uji sesuai dengan dan Larutan baku, rekam komatogram dan ukur
bercak utama Larutan baku. Jumlah intensitas bercak respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
lain selain bercak utama dari Larutan uji tidak lebih resolusi, R, antara klemastin dan 4-klorobenzofenon
dari 1,0%, dan tidak ada intensitas bercak lain selain tidak kurang dari 1,5; simpangan baku relatif pada
bercak utama yang lebih dari 0,5%, dibandingkan penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%;
terhadap Enceran Larutan baku. perbandingan “signal to noise” klemastin dari
Larutan baku tidak kurang dari 50.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Tambahan persyaratan
volume sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Kromatografi <931>. persentase 4-klorobenzofenon dalam zat dengan
Dapar Larutkan 4,1 g kalium fosfat monobasa P rumus:
dalam 1000 ml air. Atur pH hingga 4,0 dengan
penambahan asam fosfat P.
 ru   CS 
Larutan A Campuran metanol P-asetonitril P-      100
Dapar (35:35:30).  rS   CU 
Larutan B Campuran metanol P-asetonitril P-
Dapar (40:37,5:22,5). ru dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A 4-klorobenzofenon dari Larutan uji dan Larutan
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem baku; CS adalah kadar 4-Klorobenzofenon BPFI
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian dalam µg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada klemastin fumarat dalam µg per ml Larutan uji
Kromatografi <931>.
– 2572 –

berdasarkan bobot yang ditimbang. Hitung persentase rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
cemaran lainnya dalam zat dengan rumus: klemastin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
adalah kadar Klemastin Fumarat BPFI dalam mg per
ml Larutan baku; CU adalah kadar klemastin fumarat
 ri   CS 
      100 dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
 rS   CU  ditimbang.

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tidak spesifik lain dari Larutan uji; rS adalah respons rapat, tidak tembus cahaya, pada suhu tidak lebih dari
puncak klemastin dari Larutan baku; CS adalah kadar 25°.
Klemastin fumarat BPFI dalam mg per ml Larutan
baku; CU adalah kadar klemastin fumarat dalam mg
per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang KLOFAZIMIN
ditimbang. Clofazimin

Tabel
Cemaran Waktu retensi Batas
relatif (%)
Asam fumarat 0,5 -
Klemastin 1,0 -
4-klorobenzofenon 1,7 0,15
Masing-masing cemaran lain - 0,10
Total cemaran - 1,0 3-(p-Kloroanilino)-10-(p-klorofenil)-2,10-dihidro-2-
Abaikan puncak dengan area kurang dari 0,05% (isopropilimino)fenazin [2030-63-9]
C27H22Cl2N4 BM 473,40
Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Perubahan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Klofazimin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
Kromatografi <931>. tidak lebih dari 102,0%, C27H22Cl2N4, dihitung
Dapar Larutkan 4,1 g kalium fosfat monobasa P terhadap zat kering.
dalam 1000 ml air. Atur pH hingga 4,0 dengan Pemerian Hablur merah tua, melebur pada suhu
penambahan asam fosfat P. lebih kurang 217° disertai peruraian.
Fase gerak Buat campuran metanol P- asetonitril
P-Dapar (35:35:30). Saring dan awaudarakan. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kloroform dan dalam benzena; agak sukar larut dalam
Klemastin Fumarat BPFI, larutkan dan encerkan etanol, dalam aseton dan dalam etil asetat.
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang
0,28 mg per ml. Perubahan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Baku pembanding Klofazimin BPFI; tidak boleh
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
kadar lebih kurang 0,28 mg per ml.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom Sejenis B Klofazimin BPFI.
4,6 mm x 5 cm berisi bahan pengisi L7 dengan
ukuran partikel 1,8 µm. Laju alir lebih kurang 1,2 ml Perubahan
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Identifikasi
baku selama tiga menit, rekam kromatogram dan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: didispersikan dalam kalium bromida P atau
faktor ikutan tidak lebih dari 1,8; simpangan baku menggunakan attenuated total reflectance (ATR),
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah gelombang yang sama seperti pada Klofazimin BPFI.
volume sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku dan B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung diperoleh pada Penetapan kadar.
persentase klemastin fumarat, C21H26ClNO.C4H4O4,
dalam zat dengan rumus: Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam.
 rU   CS 
     100 Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
 rS   CU 
– 2573 –

Hilangkan persyaratan gerak hingga kadar berturut-turut 0,5 mg per ml dan


Kemurnian kromatografi Lakukan Kromatografi 1,5 µg per ml.
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Fase gerak Campuran metilena klorida P-n- sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
propilalkohol P (10:1). seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Larutan amonia Dibuat segar, pipet 1,0 ml puncak klofazimin dan senyawa sejenis B klofazimin
amonium hidroksida P ke dalam labu tentukur tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap
100-ml, encerkan dengan air sampai tanda. Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Penjerap Gunakan lempeng kromatografi silika gel puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
P setebal 0,25 mm. Segera sebelum digunakan uapi baku relatif pada penyuntikan ulang untuk puncak
lempeng dengan uap amonia selama 30 menit dengan klofazimin tidak lebih dari 2,8% dan untuk puncak
menggantungkan lempeng dalam bejana kromatografi senyawa sejenis B klofazimin tidak lebih dari 2,0.
yang berisi lebih kurang 25 ml Larutan amonia Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
[Catatan Cegah agar lempeng tidak terkena cairan.] volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Klofazimin BPFI, larutkan dalam metilena klorida P kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
hingga diperoleh Larutan baku A dengan kadar persentase senyawa sejenis B klofazimin dalam zat
0,5 mg per ml. Encerkan masing-masing sejumlah dengan rumus:
volume Larutan baku A dengan metilena klorida P
untuk membuat Larutan baku B dengan kadar
0,25 mg per ml dan Larutan baku C dengan kadar  ru   CS 
0,1 mg per ml.
      100
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,  rS   CU 
larutkan dalam metilena klorida P hingga kadar lebih
kurang 50 mg per ml. ru dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing senyawa sejenis B klofazimin dari Larutan uji dan
5 µl Larutan uji, Larutan baku A, Larutan baku B, Larutan baku; CS adalah kadar Klofazimin BPFI
dan Larutan baku C pada jarak yang sama, 2,5 cm dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
dari tepi bawah lempeng, biarkan bercak mengering. klofazimin dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi bobot yang ditimbang. Hitung persentase masing-
yang berisi Fase gerak dan biarkan Fase gerak masing cemaran lain dalam zat dengan rumus:
merambat hingga lebih kurang tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase gerak
 ri   CS 
menguap. Amati lempeng di bawah cahaya ultraviolet       100
254 nm dan bandingkan intensitas bercak lain dalam  rS   CU 
kromatogram Larutan uji dengan bercak utama dari
kromatogram Larutan baku tersebut: tidak ada bercak
lain dari kromatogram Larutan uji, lebih besar atau ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
lebih intensif dari bercak utama yang diperoleh dari tidak spesifik dari Larutan uji; rS adalah respons
Larutan baku A (1,0%) dan jumlah intensitas bercak puncak klofazimin dari Larutan baku; CS adalah
lain dari Larutan uji tidak lebih dari 2,0%. kadar Klofazimin BPFI dalam mg per ml Larutan
baku; CU adalah kadar klofazimin dalam mg per ml
Tambahan persyaratan Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Cemaran organik Lakukan Kromatografi cair Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
<931>.
Dapar, Fase gerak, dan Sistem kromatografi Tabel
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. Waktu Batas
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Nama
retensi relatif (%)
Klofazimin BPFI dan Senyawa Sejenis B Klofazimin Senyawa sejenis B 0,81 1,0
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
klofazimin
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,5 µg per
Klofazimin 1,00 -
ml dan 5,0 µg per ml.
Cemaran lain tidak spesifik - 0,10
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Total cemaran - 2,0
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. Abaikan puncak cemaran yang kurang dari 0,05%
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Klofazimin BPFI dan Senyawa Sejenis B Perubahan
Klofazimin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
– 2574 –

Dapar Larutkan sejumlah natrium dodesil sulfat P; Perubahan


tetrabutilamonium hidrogen sulfat P, dan dinatrium Identifikasi
hidrogen fosfat P dalam 900 ml air. Atur pH hingga A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
3,0 dengan penambahan asam fosfat P encer (8,5%), dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada
encerkan dengan air hingga kadar berturut-turut lebih Penetapan kadar.
kurang 4,5 mg per ml; 1,7 mg per ml; dan 1,8 mg per B. Spektrum serapan ultraviolet puncak utama
ml . pada Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar yang diperoleh pada Penetapan kadar.
(65:35). Saring dan awaudarakan.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Disolusi <1231>
Klofazimin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase Media disolusi: 500 ml air.
gerak hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per ml. Alat tipe 2: 50 rpm.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Waktu: 15 menit.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Prosedur Masukkan 1 kapsul ke dalam bejana
kadar lebih kurang 0,05 mg per ml. disolusi dan biarkan kapsul tenggelam pada dasar
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja bejana sebelum dayung diputar. Amati kapsul dan
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom rekam waktu yang diperlukan untuk setiap cangkang
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan kapsul pecah.
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1,0 ml Toleransi Memenuhi syarat jika seluruh kapsul
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan yang diuji pecah tidak lebih dari 15 menit. Jika 1 atau
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak 2 kapsul pecah lebih dari 15 menit tetapi kurang dari
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak 30 menit, ulangi pengujian menggunakan 12 kapsul.
klofazimin tidak lebih dari 1,5; simpangan baku Dari total 18 kapsul yang diuji tidak boleh lebih dari
relatif puncak klofazimin pada penyuntikan ulang 2 kapsul yang pecah lebih dari 15 menit tetapi kurang
tidak lebih dari 0,73%. dari 30 menit.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Hilangkan persyaratan
persentase klofazimin, C27H22Cl2N4, dalam zat dengan Kemurnian kromatografi Lakukan Kromatografi
rumus: lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan amonia, Penjerapan Prosedur Lakukan
 rU   CS 
     100 seperti tertera pada Kemurnian kromatografi dalam
 rS   CU  Klofazimin.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Klofazimin BPFI, larutkan dalam metilena klorida P
klofazimin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS hingga kadar lebih kurang 5 mg per ml (Larutan baku
adalah kadar Klofazimin BPFI dalam mg per ml A). Encerkan sejumlah Larutan Baku A dengan
Larutan baku; CU adalah kadar klofazimin dalam mg metilena klorida P hingga kadar 0,1 mg per ml
per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang (Larutan baku B) dan 0,04 mg per ml (Larutan baku
ditimbang. C).
Larutan uji Timbang saksama isi kapsul setara
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dengan lebih kurang 500 mg klofazimin, tambahkan
rapat, tidak tembus cahaya, pada suhu ruang. 25 ml metilena klorida P dan 25 ml natrium
hidroksida 0,1 N dan sonikasi selama 30 menit.
Ambil lapisan metilena klorida dan saring melalui
natrium sulfat anhidrat P.
KAPSUL KLOFAZIMIN
Clofazimine Capsules Tambahan persyaratan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kapsul Klofazimin mengandung klofazimin, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
C27H22Cl2N4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Kromatografi <931>.
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, dan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Perubahan Penetapan kadar.
Baku pembanding Klofazimin BPFI; tidak boleh Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam Klofazimin BPFI dan Senyawa Sejenis B Klofazimin
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
Sejenis B Klofazimin BPFI. hingga kadar berturut-turut 0,5 g per ml dan 5 g
per ml.
– 2575 –

Larutan uji Larutan mengandung klofazimin dalam Perubahan


Fase gerak dengan kadar 0,5 mg per ml yang dibuat Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sebagai berikut: Keluarkan tidak kurang dari 20 isi Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kapsul, campurkan. Timbang saksama sejumlah serbuk Kromatografi <931>.
isi kapsul setara dengan 500 mg klofazimin, masukkan Dapar Timbang saksama sejumlah natrium dodesil
ke dalam labu Erlenmeyer 250-ml. Tambahkan 50 ml sulfat P, tetrabutilamonium hidrogen sulfat P, dan
Fase gerak secara bertahap, kocok dan pindahkan dinatrium hidrogen sulfat P, larutkan dalam air
secara kuantitatif ke dalam labu tentukur 1000-ml. hingga kadar berturut-turut 4,5 mg per ml,
Ulangi proses hingga isi kapsul pindah seluruhnya dan 1,7 mg per ml dan 1,8 mg per ml. Atur pH hingga 3,0
tambahkan Fase gerak sampai tanda. Aduk dengan dalam 90% volume dengan penambahan enceran
kecepatan tinggi hingga larutan homogen dan saring. asam fosfat P (lebih kurang 8,5%), sebelum
Lakukan kromatografi terhadap Larutan diencerkan dengan air sampai tanda.
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (65:35).
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Saring dan awaudarakan.
resolusi, R antara puncak klofazimin dan senyawa Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejenis B klofazimin tidak kurang dari 2,0. Lakukan sejumlah Klofazimin BPFI dan Senyawa Sejenis B
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Klofazimin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Fase gerak hingga kadar berturut-turut 0,5 mg per ml
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada dan 1,5 g per ml.
penyuntikan ulang untuk puncak klofazimin tidak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
lebih dari 2,8%. Klofazimin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah gerak hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per ml.
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji persediaan Larutan mengandung
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam klofazimin dalam Fase gerak dengan kadar 0,5 mg
kromatogram dan ukur semua respons puncak. per ml yang dibuat sebagai berikut: Keluarkan tidak
Hitung persentase senyawa sejenis B klofazimin kurang dari 20 isi kapsul, campurkan. Timbang
dalam isi kapsul dengan rumus: saksama sejumlah serbuk isi kapsul setara dengan
500 mg klofazimin, masukkan ke dalam labu
 rU   CS  Erlenmeyer 250-ml. Tambahkan 50 ml Fase gerak
     100 secara bertahap, kocok dan pindahkan secara
 rS   CU  kuantitatif ke dalam labu tentukur-1000 ml. Ulangi
proses hingga isi kapsul pindah seluruhnya dan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak tambahkan Fase gerak sampai tanda. Aduk dengan
senyawa sejenis B klofazimin dari Larutan uji dan kecepatan tinggi hingga larutan homogen.
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis B Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan
Klofazimin BPFI dalam mg per ml Larutan baku dan dalam Fase gerak dengan kadar 0,05 mg per ml yang
CU adalah kadar klofazimin dalam mg per ml Larutan dibuat sebagai berikut: saring 20 ml Larutan uji
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. persediaan ke dalam gelas piala. Pipet 1 ml larutan
Hitung persentase masing-masing cemaran lain yang telah disaring ke dalam labu tentukur 10-ml dan
dalam isi kapsul dengan rumus: encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
 ri   CS  tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm [Catatan
     100 Untuk uji identifikasi B, gunakan detektor
 rS   CU  ”diode array” dengan rentang 190 nm-400 nm.] dan
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak klofazimin 1,0 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
dari Larutan baku; CS adalah kadar Klofazimin BPFI Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
klofazimin dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
resolusi, R antara klofazimin dan senyawa sejenis B
jumlah yang tertera pada etiket. Masing-masing
cemaran dan jumlah cemaran tidak lebih dari batas klofazimin tidak kurang dari 2,0. Lakukan
yang tertera pada Tabel. Abaikan puncak lebih kecil kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
dari 0,05%. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan untuk puncak
Tabel klofazimin tidak lebih dari 1,5; simpangan baku
Nama Waktu retensi Batas relatif pada penyuntikan ulang untuk puncak
relatif (%) klofazimin tidak lebih dari 1,0 %.
Senyawa sejenis B 0,81 1,0 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
klofazimin volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
Klofazimin 1,00 - Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram
Cemaran yang tidak - 0,10 dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
diketahui klofazimin, C27H22Cl2N4, dalam isi kapsul dengan
Total cemaran - 2,0 rumus:
– 2576 –

Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%.


 rU   CS 
      100
 rS   CU  Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
20 bpj.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Perubahan
klofazimin dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS
Isomer–Z 30,0%-50,0%. Lakukan penetapan
adalah kadar Klofazimin BPFI dalam mg per ml
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per ml
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji, Larutan
etiket.
kesesuaian sistem, dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar.
Perubahan
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik. kurang 50 l) Larutan uji ke dalam kromatograf,
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase Isomer-Z dalam zat dengan rumus:
KLOMIFEN SITRAT
Clomiphene Citrate  rz 
   100
 ri 
rz adalah respons puncak isomer-Z dari Larutan uji;
ri adalah jumlah semua respons puncak dari Larutan
uji.
2-[p-(2-Kloro-1,2-difenilvinil)fenoksi]trietilamina
sitrat (1:1) [50-41-9] Hilangkan persyaratan
C26H28ClNO.C6H8O7 BM 598,08 Senyawa sejenis Senyawa sejenis A klomifen tidak
lebih dari 2,0%; tiap cemaran tidak lebih dari 0,5%
Klomifen Sitrat mengandung tidak kurang dari dan jumlah cemaran tidak lebih dari 2,0%. Lakukan
98,0% dan tidak lebih dari 102,0% campuran isomer penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
geometrik (E)- dan (Z)- dari klomifen sitrat, tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
C26H28ClNO.C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat. Fase gerak, Larutan uji, dan Larutan kesesuaian
Mengandung tidak kurang dari 30,0% dan tidak sistem Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
lebih dari 50,0% isomer-Z [(Z)-2-[4-(2-kloro-1,2- Larutan baku Timbang saksama sejumlah
difeniletenil)fenoksi]-N,N-dietiletan-amina 2-hidroksi- Klomifen Sitrat BPFI, larutkan dalam Fase gerak,
1,2,3-propanatrikarboksilat (1:1). encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
hingga kadar lebih kurang 1,0 g per ml.
Pemerian Serbuk putih sampai kuning pucat; tidak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
berbau. tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L26. Laju alir
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
kloroform; mudah larut dalam metanol; agak sukar terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
larut dalam etanol; tidak larut dalam eter. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk senyawa
Perubahan sejenis A klomifen, isomer-Z, dan isomer-E berturut-
Baku pembanding Klomifen Sitrat BPFI; tidak turut adalah lebih kurang 0,9; 1,0 dan 1,2; resolusi, R,
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
antara senyawa sejenis A klomifen dan isomer-Z
rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
tidak kurang dari 1,0 dan resolusi, R, antara isomer-Z
Senyawa Sejenis A Klomifen BPFI.
dan isomer-E tidak kurang dari 1,5. Lakukan
Perubahan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Identifikasi kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
A. Spektrum serapan inframerah zat yang pada Prosedur; efisiensi kolom tidak kurang dari
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan 2000 lempeng teoritis untuk isomer-E; faktor ikutan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang tidak lebih dari 3,0 untuk isomer-E dan simpangan
sama seperti pada Klomifen Sitrat BPFI. baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
B. Spektrum serapan ultraviolet 20 g per ml 2,0% untuk isomer-E dan isomer-Z.
dalam asam hidroklorida 0,1 N menunjukkan Prosedur Suntikkan sejumlah volume
maksimum dan minimum pada panjang gelombang (lebih kurang 50 l) Larutan uji ke dalam
yang sama seperti pada Klomifen Sitrat BPFI. kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
C. Menunjukkan reaksi Sitrat seperti tertera pada puncak. Hitung persentase tiap cemaran dalam zat uji
Uji Identifikasi Umum <291>. dengan rumus:
– 2577 –

r  kurang dari 15. Lakukan kromatografi terhadap


100 i  Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
 rS  puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
baku relatif pada penyuntikan ulang dari total puncak
ri adalah respons puncak tiap cemaran; rs adalah isomer (E) dan (Z) tidak lebih dari 5,0%.
jumlah respons semua puncak. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 μl) Larutan uji dan
Tambahan persyaratan Larutan baku ke dalam kromatograf. Rekam
Cemaran organik Lakukan Kromatografi cair kromatogram dan ukur respons puncak masing-
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi masing cemaran. Hitung persentase masing-masing
<931>.[Catatan Gunakan semua peralatan gelas cemaran dalam zat dengan rumus:
aktinik rendah.]
Dapar Buat campuran asetonitril P– dietilamina P-  ri   CS  1
air (40:0,8:60). Atur pH hingga 6,2 dengan         100
penambahan asam fosfat P.  rS   CU  F
Larutan A Campuran Dapar–air (90 : 10).
Larutan B Gunakan Dapar ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dari Larutan uji; rS adalah jumlah respons puncak
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem isomer (E) dan (Z) klomifen dari Larutan baku;
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian CS adalah kadar Klomifen Sitrat BPFI dalam mg per
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada ml Larutan baku; CU adalah kadar klomifen sitrat
Kromatografi <931>. dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
Larutan baku Timbang saksama sejumlah ditimbang; F adalah faktor respons relatif seperti
Klomifen Sitrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan tertera pada tabel.
Dapar hingga kadar lebih kurang 0,025 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Tabel
larutkan dan encerkan dengan Dapar hingga kadar Waktu Faktor Batas
lebih kurang 1,25 mg per ml. Cemaran retensi respons
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang relatif relatif (%)
saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Klomifen BPFI, Klomifen benzofenon 0,10 0,51 1,0
larutkan dan encerkan dengan Dapar hingga kadar analog
lebih kurang 0,28 mg per ml. Klomifen tritilfenon 0,13 1,0 1,0
Larutan kesesuaian sistem Timbang lebih kurang analog
12,5 mg Klomifen Sitrat BPFI, masukkan ke dalam Klomifen keto analog 0,33 1,0 1,0
labu tentukur 10-ml, tambahkan 1,0 ml Larutan Senyawa sejenis A 0,92 1,0 2,0
kesesuaian sistem persediaan dan encerkan dengan klomifen
Dapar sampai tanda hingga kadar Klomifen Sitrat Klomifen isomer (Z) 0,98 - -
BPFI dan Senyawa sejenis A Klomifen BPFI berturut- Klomifen isomer (E) 1,00 - -
turut lebih kurang 1,25 mg per ml dan 2-kloroklomifen 1,57 1,0
0,028 mg per ml. 1,0
2-kloroklomifen 1,63 1,0
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 4-kloroklomifen 1,70 1,0
tinggi dilengkapi dengan detektor 233 nm dan kolom 1,0
4-kloroklomifen 1,77 1,0
4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L7, dengan Deskloroklomifen 2,36 0,77
ukuran partikel 2,6 µm. Pertahankan suhu kolom klorofenil analog
pada 30°. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. 1,0
Deskloroklomifen 2,48 0,77
Kromatograf diprogram sebagai berikut: klorofenil analog
Waktu Faktor Batas
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) Cemaran retensi respons
0 100 0 relatif relatif (%)
3,0 100 0 Benzilklomifen 2,67 0,74 0,15
23,0 0 100 Benzilklomifen 2,76 0,81 0,15
33,0 0 100 Cemaran lain tidak - 1,0 0,10
33,5 100 0 spesifik
40,0 100 0 Total cemaran - - 2,5
Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Perubahan
seperti tertera pada Prosedur: perbandingan tinggi Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
puncak senyawa sejenis A klomifen terhadap lembah Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
antara senyawa sejenis A klomifen dan klomifen tidak
– 2578 –

Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan semua Perubahan


peralatan gelas aktinik rendah.] Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Fase gerak Buat campuran metanol P–air- tertutup baik pada suhu ruang terkendali.
trietilamina P (55:45:0,3) saring dan awaudarakan.
Atur pH hingga 2,5 dengan penambahan asam fosfat
P. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut KLORHEKSIDIN HIDROKLORIDA
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi Chlorhexidine Hydrochloride
<931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Klomifen Sitrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 50 µg per ml.
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
zat, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 0,5 mg per ml, saring. 1,1’-Heksametilenbis [5-(p-klorofenil)biguanida]
Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji dihidroklorida [3697-42-5]
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga C22H30Cl2N10 .2HCl BM 578,37
kadar lebih kurang 50 µg per ml.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Perubahan
sejumlah Senyawa Sejenis A Klomifen BPFI dan Klorheksidin Hidroklorida mengandung tidak kurang
Klomifen Sitrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C22H30Cl2N10
Fase gerak hingga kadar berturut-turut lebih kurang .2HCl, dihitung terhadap zat kering.
2 µg per ml dan 50 µg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih.
tinggi dilengkapi dengan detektor 233 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L26. Laju alir Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan dalam
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi propilen glikol; sangat sukar larut dalam etanol.
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Perubahan
pada Prosedur: resolusi, R, antara senyawa sejenis A Baku pembanding Klorheksidin BPFI; simpan
klomifen dan isomer-Z tidak kurang dari 1,0 dan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
resolusi, R, antara isomer-Z dan isomer-E tidak lemari pendingin. Klorheksidin Asetat BPFI; tidak
kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap boleh dikeringkan sebelum digunakan, lakukan
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons pengerjaan pada tempat kering. Simpan dalam wadah
puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
tidak kurang dari 2000 lempeng teoritis untuk pendingin. p-Kloroanilina BPFI. Campuran
isomer-E; faktor ikutan tidak lebih dari 3,0 untuk Kesesuaian Sistem Klorheksidin BPFI.
isomer-E dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% untuk Perubahan
isomer-E dan isomer-Z. [Catatan waktu retensi Identifikasi
relatif untuk senyawa sejenis A klomifen, isomer-Z, A. Larutan uji Larutkan 300 mg zat dalam 10 ml
dan isomer-E berturut-turut adalah lebih kurang 0,9, asam hidroklorida 6 N, tambahkan 40 ml air, saring
1,0 dan 1,2.] jika perlu dan dinginkan larutan dalam tangas es.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Tambahkan natrium hidroksida 10 N tetes demi tetes
volume sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan sambil diaduk sampai diperoleh larutan yang bersifat
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam basa terhadap kertas kuning tiazol P dan tambahkan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung 1 ml berlebih. Saring, cuci endapan dengan air
persentase klomifen sitrat, C26H28ClNO.C6H8O7, sampai endapan bebas basa, hablurkan kembali
dalam zat dengan rumus: dalam etanol P 70%, keringkan pada suhu 105°
selama 1 jam.
 rUE  rUZ   CS  Larutan Baku Buat larutan 5 mg per ml
      100 Klorheksidin BPFI dalam etanol P 70%, hablurkan
 rSE  rSZ   CU  kembali larutan, dan keringkan pada suhu 105°
selama 1 jam.
rUE dan rUZ berturut-turut adalah respons puncak Spektrum serapan inframerah residu yang
isomer-E dan isomer-Z dari Larutan uji; rSE dan rSZ didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
berturut-turut adalah respons puncak isomer-E dan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada residu Khlorheksidin BPFI.
isomer-Z dari Larutan baku. CS adalah kadar
B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada
Klomifen Sitrat BPFI dalam µg per ml Larutan
Uji Identifikasi Umum <291>.
baku; CU adalah kadar klomifen sitrat dalam µg per
ml Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
– 2579 –

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0 %; Waktu (menit) Larutan C (%) Larutan D (%)
lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot 0 100 0
tetap. 2 100 0
32 80 20
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. 37 80 20
47 70 30
Perubahan 54 70 30
Cemaran organik [Catatan Simpan Larutan
kesesuaian sistem, Larutan uji dan Enceran larutan uji Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
pada suhu tidak lebih dari 12.] sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan A Buat larutan asam trifluoroasetat seperti tertera pada Prosedur: perbandingan puncak
0,1% (v/v) dalam asetonitril P. terhadap lembah antara klorheksidin urea dan
Larutan B Buat larutan asam trifluoroasetat 0,1% klorheksidin guanidin tidak kurang dari
(v/v) dalam air. 2,0.
Larutan C Campuran Larutan A-Larutan B (20:80). Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan D Campuran Larutan A-Larutan B (90:10). volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan uji dan
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan C Enceran larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dan Larutan D seperti tertera pada Sistem kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian seperti persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
tertera pada Kesesuaian sistem dalam Kromatografi rumus:
<931>.
 ri 
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama    D  100
sejumlah Campuran Kesesuaian Sistem Klorheksidin  rS 
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan C
hingga kadar lebih kurang 5,0 mg per ml. Lihat Tabel
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
1 untuk waktu retensi relatif dari komponen utama
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
campuran.
klorheksidin dari Enceran larutan uji; D adalah
faktor pengenceran yang digunakan untuk membuat
Tabel 1
Enceran larutan uji, 0,01. Masing-masing cemaran
Komponen campuran kesesuaian Waktu retensi dan jumlah cemaran tidak lebih dari batas yang
sistem klorheksidin BPFI relatif tertera pada Tabel 2.
Klorheksidin oksazinon analog 0,23
Klorheksidin amina 0,25 Tabel 2
Klorheksidin guanidin 0,35 Waktu retensi Batas
Klorheksidin urea 0,36 Nama
relatif (%)
p-klorofenil urea 0,5
Klorheksidin guanidin 0,35 0,15
Klorheksidin nitril 0,6
Klorheksidin nitril 0,6 0,15
Klorheksidin dimer 0,85
Klorheksidin dimer 0,85 0,2
o-klorheksidin 0,90
o-klorheksidin dan cemaran
Cemaran lain 0,91 0,90-0,91 0,4
spesifik yang tidak diketahui
Klorheksidin glusitil triazin 0,96
Klorheksidin 1,0 -
Khlorheksidin 1,0
Oksoklorheksidin 1,4 0,4
Oksokhlorheksidin 1,4
Masing-masing cemaran lain - 0.10
Total cemaran - 1.0
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dan encerkan dengan Larutan C hingga kadar lebih
Perubahan
kurang 1,3 mg per ml.
p-kloroanilina Tidak lebih dari 500 bpj; lakukan
Enceran larutan uji Encerkan 1,0 ml Larutan uji
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
dengan Larutan C hingga 100,0 ml.
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
kesesuaian sistem, Sistem kromatografi, dan
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 yang telah
Kesesuaian sistem lakukan seperti tertera pada
dideaktivasi basa dengan ukuran partikel 5 µm. Laju
Penetapan kadar.
alir lebih kurang 1,0 ml per menit. Pertahankan suhu Larutan baku Timbang saksama sejumlah p-
kolom pada 30 dan “autosampler” tidak lebih dari Kloroanilina BPFI, larutkan dan encerkan dengan
12º. Kromatograf diprogram sebagai berikut: Larutan A hingga kadar lebih kurang 1 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga
kadar lebih kurang 2 mg per ml.
– 2580 –

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 10 45 55


volume sama (lebih kurang 50 μl) Larutan baku dan 15 45 55
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 16 100 0
kromatogram dan ukur respons puncak p-kloroanilina. 21 100 0
Hitung jumlah dalam ppm p-kloroanilina, dalam zat
dengan rumus: Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
 rU   CS  seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
      0 ,001 106 puncak klorheksidin dan p-kloroanilina tidak kurang
 rS   CU  dari 3 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 0,73% untuk klorheksidin dan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak p- 5,0% untuk p-kloroanilina. [Catatan waktu retensi
kloroanilina dari Larutan uji dan Larutan baku; CS relatif klorheksidin dan p-kloroanilina berturut-turut
adalah kadar p-kloroanilina dalam µg per ml Larutan lebih kurang 1,0 dan 1,3.]
baku; CU adalah kadar khlorheksidin hidroklorida Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang volume sama (lebih kurang 50 μl) Larutan baku dan
ditimbang. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Perubahan persentase klorheksidin hidroklorida, C22H30Cl2N10.2HCl,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dalam zat dengan rumus:
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.  rU   CS   M r1 
Larutan A Larutkan 27,6 g natrium fosfat          100
monobasa P dan 10 ml trietilamina P dalam 1500 ml  rS   CU   Mr2 
air. Atur pH hingga 3,0 dengan penambahan asam
fosfat P dan encerkan dengan air hingga 2000 ml. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Buat campuran asetonitril P dan larutan ini (3:7). klorheksidin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
Larutan B Gunakan asetonitril P adalah kadar Klorheksidin Asetat BPFI dalam µg per
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A ml Larutan baku; CU adalah kadar klorheksidin
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem hidroklorida dalam µg per ml Larutan uji
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian berdasarkan bobot yang ditimbang; Mr1 adalah bobot
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada molekul klorheksidin hidroklorida 578,37 dan Mr2
Kromatografi <931>.
adalah bobot molekul klorheksidin asetat 625,55.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Klorheksidin Asetat BPFI, larutkan dan
encerkan dalam Larutan A hingga kadar lebih kurang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
50 µg per ml. baik, tidak tembus cahaya.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Klorheksidin Asetat BPFI dan
p-Kloroanilina BPFI, larutkan dan encerkan dengan KLOROKUIN
Larutan A hingga kadar berturut-turut lebih kurang Chloroquine
50 µg per ml dan 1 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, H
N
N CH3
larutkan dalam Larutan A hingga kadar lebih kurang
50 µg per ml. N CH3
CH3

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja


setara dengan 15,99 mg C18H26ClN3 Cl

Perubahan Perubahan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 7-Kloro-4-[[4-()-1-metilbutil]amino] kuinolin [54-
baik. Simpan pada suhu 25 masih diperbolehkan 05-7]
pada suhu antara 15 dan 30. C18H26ClN3 BM 319,87
tinggi dilengkapi dengan detektor 239 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 yang telah Klorokuin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
dideaktivasi basa dengan ukuran partikel 5 µm. Laju tidak lebih dari 102,0%, C18H26ClN3, dihitung
alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Pertahankan suhu terhadap zat kering .
kolom pada 40º. Kromatograf diprogram sebagai
berikut: Pemerian Serbuk hablur putih atau sedikit kuning,
tidak berbau, rasa pahit.
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
0 100 0 Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; larut dalam
9 100 0 asam encer, dalam kloroform dan dalam eter.
– 2581 –

Perubahan Perubahan
Baku pembanding Klorokuin Fosfat BPFI; lakukan Garam 7,8-Didehidro-4,5α-epoksi-3-metoksi-17-
pengeringan pada suhu 105º selama 16 jam sebelum metil morfinan-6α-ol fosfat (1:1) hemihidrat [41444-
digunakan. Lakukan pengerjaan pada tempat kering, 62-6]
simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung C18H21NO3.H3PO4.½H2O BM 406,37
cahaya, dalam lemari pendingin. C18H21NO3.H3PO4. Anhidrat [52-28-8] BM 397,37

Perubahan Kodein Fosfat mengandung tidak kurang dari 99,0%


Identifikasi dan tidak lebih dari 101,5%, C18H21NO3.H3PO4,
A. Basa nitrogen organik <261> dihitung terhadap zat anhidrat.
Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Uji
Basa nitrogen organik <261>, kecuali menggunakan Pemerian Hablur berbentuk jarum, halus, berwarna
kloroform P sebagai pengganti karbon disufida P. putih atau serbuk hablur berwarna putih; tidak
Larutan uji Larutkan 35 mg zat dalam 4 ml berbau; peka terhadap cahaya; larutannya bersifat
kloroform P dan saring melalui penyaring kering. asam terhadap lakmus.
Larutan ini mengandung khlorokuin 8,75 mg per ml;
Prosedur Segera ukur serapan Larutan baku dan Kelarutan Mudah larut dalam air; sangat mudah
Larutan uji pada panjang gelombang antara 7 µm dan larut dalam air panas; sukar larut dalam etanol tetapi
15 µm menggunakan sel 1-mm dengan kloroform P akan lebih larut dalam etanol mendidih.
sebagai blangko. Spektrum serapan inframerah
Larutan uji menunjukkan maksimum hanya pada Perubahan
bilangan gelombang yang sama seperti pada Larutan Baku pembanding Kodein Fosfat BPFI, bentuk
baku. hemihidrat dari kodein fosfat; tidak boleh
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat 10 µg dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
per ml dalam larutan asam hidroklorida P (1 dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
1000) menunjukkan maksimun dan minimum pada
panjang gelombang yang sama dengan larutan Identifikasi
Klorokuin Fosfat BPFI yang diukur dengan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
cara yang sama. Perbandingan serapan pada 343 nm didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
dan 329 nm adalah antara 1,00 dan 1,15. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Kodein Fosfat BPFI.
Jarak lebur <1021> 87°-92° B. Netralkan larutan zat (1 dalam 50) tambahkan
amonium hidroksida 6 N, tambahkan perak nitrat
Susut Pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; LP; terbentuk endapan kuning perak fosfat yang
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam. larut dalam asam nitrat 2 N dan dalam amonium
hidroksida 6 N.
Sisa Pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
Keasaman Larutkan 100 mg zat dalam 20 ml air,
Perubahan titrasi dengan natrium hidroksida 0,010 N sampai pH
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 5,4 menggunakan pH meter: diperlukan tidak lebih
250 mg zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial dari 1,0 ml natrium hidroksida 0,010 N.
P, tambahkan kristal violet LP dan titrasi dengan
asam perklorat 0,1 N LV. Lakukan penetapan
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%.
blangko dan koreksi bila perlu.
Klorida Pada 10 ml larutan zat (1 dalam 100) yang
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
telah diasamkan dengan asam nitrat P, tambahkan
setara dengan 15,99 mg C18H26ClN3
beberapa tetes perak nitrat LP: tidak segera
terbentuk opalesensi.
Perubahan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Sulfat Pada 10 ml larutan zat (1 dalam 100)
baik. Simpan pada suhu 25 masih diperbolehkan
tambahkan beberapa tetes barium klorida LP: tidak
pada suhu antara 15 dan 30.
segera terbentuk kekeruhan.

Perubahan
KODEIN FOSFAT Morfin Larutkan lebih kurang 50 mg
Codeine Phosphate kalium besi(III) sianida dalam 10 ml air, tambahkan
1 tetes besi(III) klorida LP dan 1 ml larutan kodein
fosfat (1 dalam 100): tidak segera terjadi warna biru.
– 2582 –

Perubahan Perubahan
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan Identifikasi
Kemurnian kromatografi seperti tertera pada Kodein, Lakukan identifikasi A dan D atau B, C, D, dan E.
kecuali penggunaan campuran asam hidroklorida A. Spektrum serapan inframerah zat yang
0,01 N-etanol dehidrat (4:1). Gunakan etanol didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
dehidrat untuk penyiapan Larutan A, Larutan B, dan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Larutan C. sama seperti pada Kodein Hidroklorida BPFI.
B. Pada 5 ml larutan zat 4% dalam air bebas
Perubahan karbon dioksida P, tambahkan 1 ml campuran larutan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang natrium hidroksida P 42%-air (1:1), lakukan
1 g zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P, kristalisasi, jika perlu gosokkan batang pengaduk
jika perlu hangatkan sebentar agar larut. Titrasi pada dinding wadah dan dinginkan dalam tangas es.
dengan asam perklorat 0,1 N LV, tentukan titik Cuci endapan dengan air dan keringkan pada suhu
akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan 100° sampai 105°. Endapan melebur antara 155°-
blangko dan koreksi bila perlu. 159°.
C. Timbang lebih kurang 10 mg zat, tambahkan
Tiap ml asam peklorat 0,1 N 1 ml asam sulfat P dan 0,05 ml larutan
setara dengan 39,74 mg C18H21NO3.H3PO4 besi(III) klorida P 1,3% dan panaskan di atas tangas
air: terjadi warna biru. Tambahkan 0,05 ml asam
nitrat P, warna larutan berubah menjadi merah.
Perubahan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Tambahan persyaratan
rapat dan terlindung cahaya. Simpan pada suhu tidak D. Menunjukkan reaksi Klorida cara A seperti
lebih dari 40°. tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
E. Menunjukkan reaksi Alkaloid seperti tertera
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
KODEIN HIDROKLORIDA Perubahan
Codeine Hydrochloride Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
penetapan menggunakan larutan zat 4,0% dalam air
bebas karbon dioksida P.

Perubahan
Warna dan Akromisitas <1291> Metode III Warna
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W6;
lakukan penetapan menggunakan larutan zat 4,0%
dalam air bebas karbon dioksida P.
7,8-Didehidro-4,5α-epoksi-3-metoksi-17-
metilmorfinan-6α-ol hidroklorida dihidrat Perubahan
[1422-07-7] Keasaman atau kebasaan Pada 5 ml larutan zat 4%
C18H22ClNO3.2H2O BM 371,9 dalam air bebas karbon dioksida P, tambahkan
0,05 ml merah metil LP dan 0,2 ml asam
Perubahan hidroklorida 0,02 N, terjadi warna merah.
Tambahkan 0,4 ml natrium hidroksida 0,02 N, warna
Kodein hidroklorida mengandung C18H22ClNO3 tidak larutan berubah menjadi kuning.
kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%,
dihitung terhadap zat anhidrat. Perubahan
Rotasi jenis <1081> antara -117 sampai -121
Pemerian Hablur kecil tidak berwarna atau serbuk (untuk anhidrat); lakukan penetapan menggunakan
hablur kecil berwarna putih atau hampir putih. 5 ml larutan zat 4% dalam air bebas karbon dioksida
P yang diencerkan dengan air hingga 10 ml.
Kelarutan Larut dalam air; sukar larut dalam etanol;
praktis tidak larut dalam sikloheksana. Hilangkan persyaratan
Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari
0,1%; lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.
Perubahan
Baku pembanding Kodein Hidroklorida BPFI. Perubahan
Senyawa sejenis A Kodein BPFI. Senyawa sejenis B Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan
Kodein BPFI. Senyawa sejenis C Kodein BPFI. penetapan menggunakan 5 ml larutan zat 4% dalam
Senyawa sejenis D Kodein BPFI. Senyawa sejenis E air bebas karbon dioksida P yang diencerkan dengan
Kodein BPFI. air hingga 20 ml.
– 2583 –

Tambahan persyaratan Tabel


Air <1031> Antara 8,0% dan 10,5%; lakukan Cemaran Waktu retensi Batas
penetapan menggunakan 250 mg zat. relatif
Cemaran A 2,0 Tidak lebih dari 2
Hilangkan persyaratan kali respons puncak
Morfin Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan utama Larutan baku
seperti tertera pada Warna dan Akromisitas <1291> B (1,0%)
Metode II dengan melarutkan 100 mg zat dalam Cemaran B 0,6 Tidak lebih dari 2
asam hidroklorida 0,1 N secukupnya hingga kali respons puncak
diperoleh 5 ml larutan, tambahkan 2 ml larutan utama Larutan baku
natrium nitrit P 1%, biarkan selama 15 menit dan C (0,2%)
tambahkan 3 ml amonium hidroksida 6 N; warna Cemaran C 2,3 Tidak lebih dari 2
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan U4. kali respons puncak
utama Larutan baku
Perubahan C (0,2%)
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Cemaran D 3,6 Tidak lebih dari 2
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada kali respons puncak
Kromatografi <931>. utama Larutan baku
Fase gerak Larutkan 1,08 g natrium oktanasulfonat C (0,2%)
P dalam campuran 20 ml asam asetat glasial P dan Cemaran E 0,7 Tidak lebih dari 2
250 ml asetonitril P, encerkan dengan air hingga kali respons puncak
1000 ml. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan utama Larutan baku
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera C (0,2%)
pada Kromatografi <931>. Masing- - Tidak lebih dari
Larutan uji Timbang saksama 100 mg zat dan masing respons puncak
100 mg natrium oktanasulfonat P, masukkan ke cemaran utama Larutan baku
dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan encerkan lain C (0,10%)
dengan Fase gerak sampai tanda. Total - Tidak lebih dari 10
Larutan baku A Timbang saksama lebih kurang cemaran, kali respons puncak
5 mg Senyawa Sejenis A Kodein BPFI, masukkan ke selain utama Larutan baku
dalam labu tentukur 5-ml, larutkan dan encerkan Cemaran A C (1,0%)
dengan Fase gerak sampai tanda. Abaikan respons puncak 0,5 kali respons puncak
Larutan baku B Encerkan 1,0 ml Larutan baku A utama Larutan baku C (0,05%).
dengan Fase gerak hingga 20,0 ml.
Larutan baku C Encerkan 1,0 ml Larutan uji Perubahan
dengan Fase gerak hingga 50,0 ml. Encerkan 5,0 ml Penetapan kadar Timbang saksama 300 mg zat,
larutan ini dengan Fase gerak hingga 100,0 ml. larutkan dalam campuran 5 ml asam klorida 0,01 N
Larutan baku D Tambahkan 0,25 ml Larutan uji dan 30 ml etanol P, titrasi dengan natrium hidroksida
ke dalam 2,5 ml Larutan baku A. 0,1 N LV, tentukan titik akhir secara potensiometrik
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dengan membaca volume diantara dua titik infleksi.
tinggi dilengkapi dengan detektor 245 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 “end- Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
capped” dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih setara dengan 33,59 mg C18H22ClNO3
kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku D, rekam kromatogram dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: rapat dan terlindung cahaya.
resolusi, R, antara puncak kodein dengan senyawa
sejenis A kodein tidak kurang dari 3,0. Waktu retensi
relatif cemaran terhadap kodein (waktu retensi lebih KOKAIN HIDROKLORIDA
kurang 6 menit) tertera pada Tabel. Cocaine Hydrochloride
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan uji,
Larutan baku A, Larutan baku B, dan Larutan baku C
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 10 kali
waktu retensi kodein, ukur semua respons puncak.
Cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Tabel.

Perubahan
Metil3-hidroksi-1H,5αH-tropan-2-karboksilat
benzoate(ester) hidroklorida [53-21-4]
C17H21NO4.HCl BM 339,81
– 2584 –

Kokain Hidroklorida mengandung C17H21NO4.HCl Kokain-isoatropil Encerkan 5 ml larutan zat


tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% (1 dalam 50) dengan 80 ml air dalam gelas piala,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. tambahkan 0,2 ml amonium hidroksida 6 N, aduk
dengan kuat selama 5 menit dan sesekali gores
Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur dinding sebelah dalam gelas piala dengan batang
putih. pengaduk: terbentuk hablur kokain dan beningan
jernih.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, mudah
larut dalam etanol; larut dalam kloroform dan dalam Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
gliserin; tidak larut dalam eter. 500 mg zat, larutkan dalam campuran 40 ml asam
asetat glasial P dan 10 ml raksa(II) asetat LP.
Perubahan Tambahkan 2 tetes merah kuinaldin LP dan titrasi
Baku pembanding Kokain Hidroklorida BPFI; dengan asam perklorat 0,1 N LV. Lakukan
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan penetapan blangko.
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
Identifikasi setara dengan 33,98 mg C17H21NO4.HCl
A. Memenuhi syarat seperti tertera pada
Identifikasi Basa Nitrogen Organik <261>, Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
menggunakan natrium karbonat LP sebagai baik, tidak tembus cahaya.
pengganti natrium hidroksida 1 N.
B. Ke dalam 5 ml larutan zat (1 dalam 50)
tambahkan 5 tetes larutan kromium trioksida P KRESOL
(1 dalam 20): terbentuk endapan kuning yang segera Cresol
larut kembali jika dikocok perlahan-lahan.
Tambahkan 1 ml asam hidroklorida P: terbentuk Kresol [1319-77-3]
hablur jingga yang mantap. C7H8O BM 108,14
C. Ke dalam larutan lebih kurang 10 mg zat dalam
2 tetes air tambahan 1 ml kalium permanganat 0,1 N: Kresol adalah campuran isomer kresol, diperoleh dari
terbentuk hablur ungu, kelihatan ungu kecoklatan ter batu bara atau dari minyak tanah.
bila dikumpulkan pada penyaring dan mempunyai
sifat khas, berkelompok membentuk hablur merah Perubahan
ungu dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran Pemerian Cairan dengan sifat pembiasan tinggi,
lemah. tidak berwarna atau kekuningan sampai kuning
D. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera kecokelatan atau agak merah muda; lama kelamaan
pada Uji Identifikasi Umum <291>. dan oleh pengaruh cahaya warna menjadi lebih gelap;
bau seperti fenol atau kadang-kadang berbau
Rotasi jenis <1081> Antara -71º dan -73º; lakukan empireumatik; larutan jenuh bersifat netral atau
penetapan menggunakan larutan yang mengandung sedikit asam terhadap lakmus.
setara 20 mg per ml.
Kelarutan Agak sukar larut dalam air, biasanya
Keasaman Larutkan 500 mg zat dalam 10 ml air,
membentuk larutan keruh; larut dalam larutan alkali
tambahkan 1 tetes merah metil LP dan titrasi dengan
hidroksida; dapat bercampur dengan etanol, dengan
natrium hidroksida 0,020 N LV: diperlukan tidak
lebih dari 0,50 ml hingga bewarna kuning. eter dan dengan gliserin.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Identifikasi Pada larutan jenuh tambahkan beberapa
lakukan pengeringan diatas silika gel P selama tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna lembayung
3 jam. kebiruan.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Bobot jenis <981> Antara 1,030 dan 1,038.

Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg Perubahan


zat dalam 5 ml asam sulfat P: warna larutan tidak Jarak destilasi <1011> Metode II Tidak kurang dari
lebih intensif dari Larutan padanan F. 90% terdestilasi antara suhu 195 dan 205.

Kokain-sinamil dan zat mereduksi lainnya Ke Perubahan


dalam 5 ml larutan zat (1 dalam 50) tambahkan Hidrokarbon Larutan zat (1 dalam 60) menunjukkan
0,3 ml asam sulfat 1 N dan 0,10 ml kalium kekeruhan tidak lebih dari kekeruhan yang dihasilkan
permanganat 0,10 N: terjadi warna ungu yang tidak larutan pembanding yang dibuat dengan mencampur
hilang dalam dalam waktu 30 menit. 58 ml air; 1,5 ml asam sulfat 0,02 N, dan 1 ml larutan
– 2585 –

barium klorida P (100 mg per m). Bandingkan kedua dan diamkan selama 16 jam, selama waktu tersebut,
larutan setelah larutan pembanding dikocok dan tabung yang ditambah formaldehida P menjadi
diamkan selama 5 menit. berwarna kuning, sedangkan dua tabung lain
berwarna merah jingga.
Perubahan Pipet 20 ml dari tiap tabung yang mengandung
Fenol Tidak lebih dari 5,0%, C6H6O; lakukan Larutan baku, masukkan masing-masing secara
penetapan sebagai berikut: terpisah ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
Larutan A Alirkan gelembung udara ke dalam 5 ml Larutan A, kemudian tambahkan air sampai
asam nitrat P sampai tidak berwarna, kemudian tanda. Masukkan kedua larutan tersebut secara
campur 1 bagian volume asam dengan 4 bagian terpisah ke dalam buret yang diberi tanda B1 dan B2
volume air. berturut-turut menunjukkan larutan yang tidak
Larutan baku Timbang lebih kurang 1 g fenol P, ditambah formaldehida dan larutan yang ditambah
larutkan dalam 100 ml air, tetapkan kadar, C6H6O, formaldehida.
sebagai berikut: pipet 4 ml larutan ini ke dalam labu Pipet 10 ml masing-masing dari dua tabung yang
iodum, tambahkan 30,0 ml brom 0,1 N LV dan 5 ml mengandung Larutan uji ke dalam tabung
asam hidroklorida P; tutup segera. Kocok labu pembanding warna 50 ml, yang diberi tanda
selama 30 menit, diamkan selama 15 menit, N1 dan N2, berturut-turut menunjukkan larutan yang
tambahkan segera 5 ml larutan kalium iodida P tidak ditambah formaldehida dan larutan yang
(200 mg per ml) hindarkan agar uap brom tidak ditambah formaldehida. Tambahkan pada tabung N1
keluar, tutup segera. Kocok kuat, buka sumbat labu, larutan berwarna merah jingga dari buret B1 dan
bilas sumbat dan leher labu dengan sedikit air. tambahkan pada tabung N2 sejumlah volume yang
Tambahkan 1 ml kloroform P, kocok dan titrasi sama larutan kuning dari buret B2 hingga warna
iodum yang dibebaskan dengan natrium tiosulfat dalam tabung N1 sesuai dengan tabung N2 bila dilihat
0,1 N LV, menggunakan 3 ml kanji LP sebagai pada kolorimeter. Hitung persentase fenol dalam zat
indikator. Lakukan penetapan blangko. uji dengan rumus:
V
Tiap 1 ml brom 0,1 N setara dengan 5
1,569 mg C6H6O. W

Encerkan sejumlah volume larutan ini dengan air V adalah volume dalam ml Larutan baku yang
hingga kadar fenol 250 µg per ml. digunakan dari buret B1; W adalah bobot zat dalam g.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 2,5 g
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tambahkan 10 ml larutan natrium hidroksida P rapat, tidak tembus cahaya.
(100 mg per ml), encerkan dengan air sampai tanda.
Pipet 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 200-ml,
tambahkan 45 ml air dan 1 tetes jingga metil LP, KUINIDIN SULFAT
netralkan larutan dengan menambahkan tetes demi Quinidines Sulfate
tetes Larutan A, kemudian encerkan dengan air
sampai tanda.
Prosedur Pipet masing-masing 5 ml Larutan uji
yang telah dinetralkan ke dalam dua tabung reaksi
20 x 180 mm, tandai pada volume 25 ml. Pipet dan
masukkan masing-masing 5 ml Larutan baku ke
dalam dua tabung reaksi lain dengan jenis dan ukuran
sama dengan tabung di atas. Ke dalam tiap tabung Perubahan
tambahkan 5 ml pereaksi Millon LP melalui dinding Garam kuinidin sulfat (2:1) dihidrat [6591-63-5]
dalam tabung, campur. Masukkan tabung secara Anhidrat [50-54-4]
bersamaan ke dalam tangas air mendidih beserta (C20H24N2O2)2.H2SO4.2H2O BM 782,94
raknya sehingga ujung tabung tidak menyentuh dasar (C20H24N2O2)2.H2SO4 BM 746,93
tangas. Pertahankan tangas pada suhu didih selama
tepat 30 menit. Angkat segera tabung dari tangas, Kuinidin Sulfat adalah garam sulfat dari alkaloid
dinginkan segera dengan memasukkan ke dalam yang diperoleh dari beberapa jenis tanaman Cinchona
tangas air dingin selama tidak kurang dari 10 menit. dan hibridanya dan dari tanaman Remijia pedunculata
Tambahkan pada tiap tabung masing-masing 5 ml Flückiger (Familia Rubiaceae) atau diperoleh dari
Larutan A dan campur. Tambahkan pada salah satu kuinin. Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tabung dari kedua pasangan tabung tersebut masing- tidak lebih dari 101,0% garam alkaloid total, dihitung
masing 3 ml larutan formaldehida P 2%, tambahkan sebagai, (C20H24N2O2)2.H2SO4, terhadap zat anhidrat.
air ke semua tabung sampai tanda, kocok kuat-kuat
– 2586 –

Pemerian Hablur putih, bentuk seperti jarum, halus Fase gerak Campuran kloroform P-aseton P-
atau serbuk putih, halus, kadang-kadang berbentuk dietilamina P (50:40:10).
massa menggumpal; tidak berbau; menjadi gelap bila Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
terpapar cahaya. Larutan baku A Timbang saksama sejumlah
Kuinidin Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam etanol; etanol encer P hingga kadar lebih kurang 6 mg per ml.
agak sukar larut dalam kloroform; tidak larut dalam Larutan baku B Encerkan sejumlah Larutan baku
eter. Larutannya dalam air bersifat netral atau alkalis A dengan etanol encer P hingga kadar lebih kurang
terhadap lakmus. 0,06 mg per ml.
Larutan baku C Timbang saksama sejumlah
Perubahan Kuininon BPFI dan kinkonin, larutkan dan encerkan
Baku pembanding Kuinidin Sulfat BPFI; tidak boleh dengan etanol encer P hingga kadar berturut-turut
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam lebih kurang 0,05 mg per ml (setara dengan 0,06 mg
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Kuininon sebagai sulfat) dan 0,10 mg per ml (setara dengan
BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. 0,12 mg sebagai sulfat).
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
cahaya. larutkan dan encerkan dengan etanol encer P, hingga
kadar lebih kurang 6 mg per ml.
Perubahan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
Identifikasi 10 µl, Larutan baku A, Larutan baku B, Larutan baku
A. Larutan zat 0,5 mg per ml dalam larutan asam C dan Larutan uji pada lempeng kromatografi.
sulfat P (1 dalam 350) menunjukkan fluoresensi biru Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
terang yang hilang pada penambahan beberapa tetes berisi Fase gerak yang tidak dijenuhkan, biarkan
asam hidroklorida P. Fase gerak merambat hingga lebih kurang 15 cm di
B. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai atas garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas
dengan harga Rf bercak utama Larutan baku seperti rambat dan biarkan kering di udara. Semprot lempeng
yang diperoleh pada Cemaran Organik. dengan asam asetat glasial P. Tandai bercak yang
C. Larutan zat 20 mg per ml yang dibuat dengan tampak pada pengamatan di bawah cahaya ultraviolet
penambahan beberapa tetes asam hidroklorida P 366 nm, semprot dengan larutan kalium iodoplatinat
menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B, dan C seperti LP: Bercak Larutan uji tidak lebih besar atau lebih
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. intensif dari bercak Larutan baku C pada harga Rf
yang sama. Selain bercak tersebut dan bercak yang
Perubahan mempunyai harga Rf sama dengan kuinidin sulfat dan
Rotasi jenis <1081> Antara +275º dan +288º, dihidrokuinidin sulfat (2 bercak dari Larutan baku A),
dihitung terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan tiap bercak tambahan yang berfluoresensi tidak lebih
menggunakan larutan zat 20 mg per ml dalam asam besar atau lebih intensif dari bercak utama Larutan
hidroklorida 0,1 N. baku B. Semprot lempeng dengan larutan
kaliumiodoplatinat LP bercak larutan uji tidak lebih
Air <1031> Metode I Antara 4,0% dan 5,5%. besar atau lebih intensif dari bercak Larutan baku C.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Perubahan


Dihidrokuinidin sulfat Tidak lebih dari 20,0%.
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
10 bpj. tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan A Tambahkan 35,0 ml asam
Senyawa tak larut dalam kloroform-etanol Tidak metanasulfonat P ke dalam 20,0 ml asam asetat
lebih dari 2 mg (0,1%); lakukan penetapan sebagai glasial P, encerkan dengan air hingga 500 ml.
berikut: hangatkan 2 g zat dalam 15 ml campuran Larutan B Encerkan10,0 ml dietilamina P dalam air
kloroform P-etanol mutlak P (2:1) pada suhu lebih hingga 100 ml.
kurang 50º selama 10 menit. Saring melalui Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Larutan
penyaring kaca masir yang telah ditara, menggunakan B - Larutan A – air (100:20:20:860). Atur pH hingga
pengisap secara perlahan. Cuci penyaring lima kali, 2,6 dengan penambahan dietilamina LP. Saring dan
tiap kali dengan 10 ml campuran kloroform-etanol awaudarakan.
tersebut di atas, keringkan pada suhu 105º selama Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
1 jam dan timbang. masing-masing sejumlah Kuinidin sulfat BPFI dan
dihidrokuinidin hidroklorida, masukkan ke dalam
Perubahan labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
Cemaran organik Lakukan Kromatografi lapis tipis dengan metanol P lebih kurang 10% volume labu.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda hingga
kadar masing-masing lebih kurang 0,2 mg per ml.
– 2587 –

Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Baku pembanding Kuinin Sulfat BPFI; Kuinidin
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak Sulfat BPFI.
hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Perubahan
tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan kolom Identifikasi
3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Lakukan A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif <281>.
kuinidin dan dihidrokuinidin berturut-turut adalah Fase gerak Campuran dietilamina P-eter P-
lebih kurang 1 dan 1,5; resolusi, R, antara kuinidin toluena P (10:24:40).
dan dihidrokuinidin tidak kurang dari 2,5 dan Penjerap Gunakan silika gel P.
simpangan baku relatif respons puncak tidak lebih Larutan baku Larutkan 100 mg Kuinin Sulfat BPFI
dari 2,0%. dalam 10,0 ml metanol P.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang Larutan uji Larutkan 100 mg zat dalam 10,0 ml
50 µl) Larutan uji ke dalam kromatogram, rekam metanol P.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Penampak bercak Gunakan iodoplatinat LP.
Respons puncak dihidrokuinidin tidak lebih besar Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
dari 0,25 dari puncak kuinidin. 5 µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
Hilangkan persyaratan kromatografi berisi Fase gerak dan biarkan Fase
Cemaran senyawa organik mudah menguap gerak merambat hingga 15 cm di atas garis
<471> Metode I Memenuhi syarat. penotolan. Angkat lempeng, keringkan pada aliran
udara selama 15 menit dan ulangi eluasi. Keringkan
Perubahan lempeng pada suhu 105º selama 30 menit, biarkan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang hingga dingin dan semprot lempeng dengan
200 mg zat, larutkan dalam 20 ml asam asetat glasial iodoplatinat LP: harga Rf, warna dan ukuran bercak
P, panaskan jika perlu dan dinginkan larutan. utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
Tambahkan 20 ml anhidrida asetat P dan 4 tetes p- B. Pada 5 ml larutan 10 mg zat dalam 10 ml air,
naftolbenzein LP. Titrasi dengan asam perklorat tambahkan 0,2 ml air brom LP dan 1 ml amonium
0,1 N LV menggunakan mikro buret 10 ml hingga hidroksida 2 N: terjadi warna hijau.
warna hijau. Lakukan penetapan blangko dan koreksi C. Larutkan 100 mg zat dalam 3 ml asam sulfat
jika perlu. encer P dan encerkan dengan air hingga 100 ml;
amati dengan sinar ultraviolet pada panjang
Tiap ml asam perklorat 0,1 N gelombang 366 nm: menunjukkan fluoresensi biru
setara dengan 24,90 mg garam alkaloid total, kuat yang hampir hilang pada penambahan 1 ml asam
dihitung sebagai (C20H24N2O2)2.H2SO4 hidroklorida P.
D. Menunjukkan reaksi Klorida cara A dan D
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
baik, tidak tembus cahaya.
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
penetapan menggunakan larutan zat 2,0% dalam air
KUININ HIDROKLORIDA bebas karbon dioksida P.
Quinine Hydrochloride
Perubahan
Warna dan akromisitas <1291> Metode III Warna
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W6.
Lakukan penetapan menggunakan larutan zat 2,0%
dalam air bebas karbon dioksida P.

Perubahan
pH <1071> Antara 6,0 dan 6,8; lakukan penetapan
menggunakan larutan zat 1% dalam air bebas karbon
(8S,9R)-6’-Metoksikinkonan-9-ol hidroklorida dioksida P.
dihidrat [6119-47-7]
C20H24N2O2.HCl.2H2O BM 396,9 Rotasi jenis <1081> Antara -245º dan -258º:
Kuinin hidroklorida mengandung tidak kurang dari lakukan penetapan menggunakan larutan zat kering
99,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C20H24N2O2.HCl, 2% dalam asam hidroklorida 0,1 N.
dihitung terhadap zat kering.
Susut pengeringan <1121> Antara 6,0%-10,0%;
Pemerian Hablur jarum halus seperti sutera, tidak lakukan pengeringan pada suhu 105º hingga bobot
berwarna; kadang-kadang berkelompok. tetap, menggunakan 1 g zat.
Kelarutan Larut dalam air; mudah larut dalam
etanol.
– 2588 –

Perubahan seperti tertera pada Prosedur: perbandingan distribusi


Barium Pada 15 ml larutan zat 2,0% dalam air bebas massa puncak kuinidin antara 3,5 dan 4,5 dihitung
karbon dioksida P tambahkan 1 ml asam sulfat encer terhadap waktu retensi tiourea pada kromatogram
LP dan diamkan larutan selama tidak kurang dari Larutan baku E, jika perlu atur jumlah asetonitril P
15 menit: larutan tidak lebih keruh dari campuran dalam Fase gerak sehingga memenuhi Kesesuaian
15 ml larutan zat 2,0% dan 1 ml air. sistem. Waktu retensi relatif dihidrokuinin terhadap
kuinin lebih kurang 1,4; waktu retensi relatif kuinidin
Sulfat <361> Tidak lebih dari 500 bpj; lakukan terhadap dihidrokuinidin lebih kurang 1,5.
penetapan menggunakan larutan zat 2,0% dalam air Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
bebas karbon dioksida P. volume sama (10 µl) larutan yang telah disiapkan ke
dalam kromatograf, rekam kromatogram
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%, 2,5 kali waktu retensi kuinin, ukur semua respons
lakukan penetapan menggunakan 1 g zat. puncak. Dari kromatogram Larutan baku A
identifikasi puncak kuinin dan dihidrokuinin, dari
Perubahan kromatogram Larutan baku B identifikasi
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara puncak kuinidin dan dihidrokuinidin. Dari
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada kromatogram Larutan baku C identifikasi puncak
Kromatografi <931>. kuinidin, kuinin, dihidrokuinidin, dan dihidrokuinin
Fase gerak Larutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa dengan membandingkan waktu retensi masing-
P dan 3,0 g heksilamina P dalam 700 ml air, atur pH masing puncak tersebut dengan puncak yang
hingga 2,8 dengan penambahan asam fosfat P 10%, diperoleh dari Larutan baku A dan Larutan baku B.
tambahkan 60 ml asetonitril P dan encerkan dengan dihidrokuinin tidak lebih dari 10%, masing-masing
air hingga 1000 ml. Saring dan awaudarakan. Jika cemaran lain yang tereluasi sebelum kuinin tidak
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian lebih dari 5%, masing-masing cemaran lainnya tidak
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. lebih dari 2,5%. Abaikan respons puncak kurang dari
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg respons puncak Larutan baku D (0,2%).
zat, larutkan dalam 5 ml Fase gerak, jika perlu
panaskan perlahan-lahan, encerkan dengan Fase Perubahan
gerak hingga 10,0 ml. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
Larutan baku A Buat larutan Kuinin Sulfat BPFI 250 mg zat, larutkan dalam 50 ml etanol P,
dalam Fase gerak dengan cara yang sama seperti tambahkan 5,0 ml asam hidroklorida 0,01 N. Titrasi
Larutan uji. dengan natrium hidroksida 0,1 N LV, tetapkan titik
Larutan baku B Buat larutan Kuinidin Sulfat BPFI akhir secara potensiometrik, dengan membaca
dalam Fase gerak dengan cara yang sama seperti volume diantara dua titik infleksi.
Larutan uji.
Larutan baku C Campur sejumlah volume sama Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
Larutan baku A dan Larutan baku B. setara dengan 36,09 g C20H25ClN2O2
Larutan baku D Pipet 1 ml Larutan baku A,
encerkan dengan Fase gerak hingga 10,0 ml. Pipet Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
1 ml larutan, encerkan dengan Fase gerak hingga baik dan terlindung cahaya.
50,0 ml.
Larutan baku E Larutkan sejumlah tiourea P
dalam Fase gerak hingga kadar 1,0 mg per ml. LEVODOPA
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Levodopa
tinggi dilengkapi dengan detektor 250 nm untuk
mengamati kromatogram Larutan baku E, detektor
316 nm untuk mengamati kromatogram larutan
lainnya dan kolom baja tahan karat 4,6 mm x 15 cm-
25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel
5-10 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku C, (-)-3-(3,4-Dihidroksifenil)-L-alanin [59-92-7]
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti C9H11NO4 BM 197,19
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Levodopa mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
kuinin dan kuinidin tidak kurang dari 3,0; resolusi, R, tidak lebih dari 102,0%, C9H11NO4, dihitung terhadap
antara puncak dihidrokuinin dan kuinin tidak kurang zat kering.
dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku D, rekam kromatogram dan ukur respons Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih;
puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan tidak berbau. Dalam keadaan lembab teroksidasi
”signal to noise” antara puncak utama tidak kurang dengan cepat oleh oksigen udara dan warna menjadi
dari 4. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku lebih gelap.
B, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
– 2589 –

Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
asam hidroklorida 3 N; tidak larut dalam etanol. dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak
levodopa dalam Larutan baku; CS adalah kadar
Perubahan Levodopa BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
Baku pembanding Levodopa BPFI; tidak adalah kadar levodopa dalam mg per ml Larutan uji
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam berdasarkan bobot yang ditimbang, dan F adalah
wadah tertutup rapat, dalam lemari pendingin. faktor respons relatif masing-masing cemaran seperti
L-Tirosin BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan total
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. cemaran tidak lebih dari batas seperti tertera pada
Senyawa Sejenis B Levodopa BPFI. Tabel berikut:
Tabel
Perubahan Cemaran Waktu Faktor Batas
Identifikasi retensi respons
A. Spektrum serapan inframerah zat yang relatif relatif (F) (%)
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan Senyawa sejenis 0,9 0,41 0,1
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang A levodopa
sama seperti pada Levodopa BPFI. Levodopa 1,0 - -
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram L-Tirosin 1,3 0,44 0,1
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Senyawa sejenis 1,6 0,83 0,5
diperoleh pada Penetapan kadar. B levodopa
1-Veratrilglisin 2,7 0,76 0,1
Perubahan Cemaran lain - 1,0 0,1
Rotasi jenis <1081> Antara -160 dan -167; lakukan tidak diketahui
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai Total cemaran - - 1,1
berikut: Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan Perubahan
dalam 10 ml asam hidroklorida 1 N, tambahkan 5 g Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
metenamin P, goyang hingga larut dan tambahkan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi seperti tertera pada
asam hidroklorida 1 N sampai tanda. Diamkan di Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi semua
tempat gelap pada suhu 25 selama 3 jam dan ukur larutan dari cahaya dan pertahankan suhu pada 10°
rotasi. sampai disuntikkan pada kromatograf.]
Pengencer Buat larutan asam trifloroasetat P 0,1%.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Fase gerak Buat campuran Pengencer-
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam. tetrahidrofuran P (97:3). Saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari sejumlah Levodopa BPFI, Senyawa Sejenis B
20 bpj. Levodopa BPFI, dan L-Tirosin BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer hingga diperoleh kadar
Perubahan masing-masing lebih kurang 10 µg per ml.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Levodopa BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi semua Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per ml.
larutan dari cahaya dan pertahankan suhu pada 10° Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 mg
sampai disuntikkan pada kromatograf.] zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
Pengencer, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
Larutan baku, Larutan uji, dan Sistem kromatografi kadar lebih kurang 0,4 mg per ml.
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per
kromatogram dan ukur semua respons puncak. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
dengan rumus: respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
retensi relatif levodopa, L-tirosin, dan senyawa
sejenis B levodopa berturut-turut lebih kurang 1,0;
 ri   CS  1
         100 1,3; dan 1,6; resolusi, R, antara puncak levodopa dan
 rS   CU  F L-tirosin tidak kurang dari 3,0; faktor ikutan tidak
– 2590 –

lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan baku persediaan Buat larutan Levotiroksin
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan BPFI dalam metanol P dengan kadar lebih kurang
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 0,1 mg per ml.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan
persentase levodopa, C9H11NO4, dalam zat dengan dengan Media disolusi hingga diperoleh kadar yang
rumus: diperkirakan sama dengan Larutan uji.
Larutan uji [Catatan Sebelum digunakan periksa
 rU   CS  penyerapan penyaring terhadap kehilangan obat.]
      100 Gunakan alikot yang disaring menggunakan
 rS   CU  penyaring yang sesuai.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar 4,6 mm x 25 cm dan berisi bahan pengisi L1. Laju
Levodopa BPFI dalam mg per ml Larutan baku dan alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan
CU adalah kadar levodopa dalam mg per ml Larutan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
uji berdasarkan bobot yang ditimbang.. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup simpangan baku relatif levotiroksin pada penyuntikan
rapat, tidak tembus cahaya, di tempat kering dan ulang tidak lebih dari 4,0%.
terlindung dari panas berlebih. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 800 µl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
TABLET LEVOTIROKSIN NATRIUM kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Levothyroxine Sodium Tablets jumlah levotiroksin natrium, C15H10I4NNaO4, yang
terlarut.
Perubahan Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Tablet Levotiroksin Natrium mengandung levotiroksin kurang dari 70% (Q) levotiroksin natrium,
natrium, C15H10I4NNaO4, tidak kurang dari 95,0% dan C15H10I4NNaO4, dari jumlah yang tertera pada etiket.
tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket. UJI 2
Jika produk memenuhi persyaratan uji ini, maka
Perubahan pada etiket dicantumkan “Memenuhi syarat UJI 2”
Baku pembanding Levotiroksin BPFI; tidak boleh Media disolusi, Sistem kromatografi, dan Kesesuaian
dikeringkan; Simpan dalam wadah tertutup rapat, sistem Lakukan seperti tertera pada UJI 1.
terlindung cahaya. Liotironin BPFI; Simpan dalam Waktu: 15 menit.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak
pendingin. kurang dari 80% (Q) levotiroksin natrium,
C15H10I4NNaO4, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Perubahan
Identifikasi Waktu retensi puncak utama Larutan uji UJI 3
sesuai dengan puncak levotiroksin Larutan baku yang Jika produk memenuhi persyaratan uji ini, maka
diperoleh pada Penetapan kadar. pada etiket dicantumkan “Memenuhi syarat UJI 3”.
Media disolusi, Alat, Waktu, Larutan baku, dan
Perubahan Larutan uji Lakukan seperti tertera pada UJI 1.
Disolusi <1231> [Catatan Semua wadah yang [Catatan Larutan baku disaring seperti pada Larutan
berhubungan langsung dengan larutan yang uji.] Lakukan penetapan jumlah levotiroksin natrium
mengandung levotiroksin natrium terbuat dari kaca.] yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
UJI I tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Media disolusi: 500 ml asam hidroklorida 0,01 N Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (35:65)
yang mengandung natrium lauril sulfat P 0,2%. yang mengandung 0,5 ml asam fosfat P per liter,
Alat tipe 2: 50 rpm. saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Waktu: 45 menit . penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Prosedur Lakukan penetapan jumlah levotiroksin tertera pada Kromatografi <931>.
natrium yang terlarut dengan cara Kromatografi cair Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom
<931>. 4,6 mm x 25 cm dan berisi bahan pengisi L10 dengan
Fase gerak Buat campuran metanol P dan asam ukuran partikel 5 µm, pertahankan suhu kolom pada
fosfat P 0,1% (60:40), saring dan awaudarakan. Jika 30º. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan
– 2591 –

kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera volume sama (lebih kurang 500 µl) Larutan baku dan
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
lebih dari 4,0%. jumlah levotiroksin natrium, C15H10I4NNaO4, yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah terlarut.
volume sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kurang dari 80% (Q) levotiroksin natrium
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung C15H10I4NNaO4, dari jumlah yang tertera pada etiket.
jumlah levotiroksin natrium, C15H10I4NNaO4, yang
terlarut. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) levotiroksin natrium, Perubahan
C15H10I4NNaO4, dari jumlah yang tertera pada etiket. Liotironin natrium Tidak lebih dari 2,0% liotironin
[Catatan Gunakan Larutan uji 2 untuk tablet yang
UJI 4 memenuhi persyaratan uji disolusi 3]; lakukan
Jika produk memenuhi persyaratan uji ini, maka Kromatograf cair kinerja tinggi seperti tertera pada
pada etiket dicantumkan “Memenuhi syarat UJI 4”. Kromatografi <931>.
[Catatan Jangan gunakan pengaduk bentuk dayung Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji, Sistem
dengan pelapis sintetik.] kromatografi, dan Kesesuaian sistem Lakukan seperti
Media disolusi: 500 ml asam hidroklorida 0,01 N tertera pada Penetapan kadar.
(untuk tablet yang pada etiketnya tercantum Prosedur Hitung persentase natrium liotironin,
mengandung levotiroksin natrium antara C15H11I3NNaO4, dalam serbuk tablet dengan rumus:
25 µg dan 175 µg) dan 900 ml asam hidroklorida  rU   CS   672,96 
0,01 N (untuk tablet yang pada etiketnya tercantum          100
mengandung levotiroksin natrium 200 µg atau 300 µg).  rS   CU   650,98 
Alat tipe 2: 75 rpm.
Waktu: 45 menit. rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
Prosedur Lakukan penetapan jumlah levotiroksin liotironin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
natrium yang terlarut dengan cara Kromatografi cair adalah kadar Liotironin BPFI dalam µg per ml
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Larutan baku; CU adalah kadar natrium levotiroksin
<931>.
dalam µg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air- asam
yang tertera pada etiket; 672,96 dan 650,98 berturut-
ortofosfat P (500:700:2), saring dan awaudarakan.
turut adalah bobot molekul natrium liotironin dan
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
bobot molekul liotironin.
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
Perubahan
kurang 100 mg Levotiroksin BPFI, masukkan ke
Penetapan kadar [Catatan Gunakan Larutan uji 2
dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan 80 ml
untuk tablet yang memenuhi persyaratan uji disolusi
etanol P dan 1 ml asam hidroklorida 1 N, sonikasi
3.] Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
selama 2 menit, encerkan dengan etanol P sampai
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
tanda.
<931>.
Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (4:6)
dengan campuran etanol P-air (1:1) hingga diperoleh
yang mengandung 0,5 ml asam fosfat P per liter.
larutan dengan kadar levotiroksin 0,01 mg per ml.
Saring dan awaudarakan.
Encerkan larutan ini dengan Media disolusi hingga
Larutan A Larutkan 400 mg natrium hidroksida P
diperoleh kadar yang diperkirakan sama dengan
dalam 500 ml air. Dinginkan dan tambahkan
Larutan uji.
500 ml metanol P.
Larutan uji Gunakan hasil sentrifus alikot.
Pengencer Buat campuran metanol P-air (6:4)
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
yang mengandung 0,5 ml asam fosfat P per liter.
tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom
Larutan baku persediaan Levotiroksin Timbang
4,0 mm x 12,5 cm dan berisi bahan pengisi L7. Laju
saksama sejumlah Levotiroksin BPFI, larutkan dan
alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan
encerkan jika perlu secara bertahap menggunakan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutan A hingga kadar 0,4 mg per ml.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Larutan baku persedian Liotironin Timbang
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan
saksama sejumlah Liotironin BPFI, larutkan dan
simpangan baku relatif levotiroksin pada penyuntikan
encerkan jika perlu secara bertahap menggunakan
ulang tidak lebih dari 4,0%.
Larutan A hingga kadar 0,4 mg per ml. Buat larutan
(1:100) menggunakan Fase gerak.
– 2592 –

Larutan baku Buat campuran Larutan baku Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
persediaan Levotiroksin dan Larutan baku rapat, tidak tembus cahaya.
persediaan Liotironin, encerkan jika perlu secara
bertahap dengan Fase gerak hingga kadar Penandaan Pada etiket harus dicantumkan uji
levotiroksin 10 µg per ml dan kadar liotironin 0,2 µg disolusi yang digunakan kecuali jika menggunakan
per ml. Uji 1.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara dengan lebih kurang 100 µg natrium LARUTAN ORAL-TOPIKAL LIDOKAIN
levotiroksin, masukkan ke dalam tabung sentrifuga, HIDROKLORIDA
tambahkan 2 manik kaca, pipet 10 ml Fase gerak ke Larutan Oral-Topikal Lignokain Hidroklorida
dalam tabung dan campur Kocok dengan pengaduk Lidocaine Hydrochloride Oral Topical Solution
vorteks selama 3 menit. Sentrifus hingga diperoleh
beningan, jika perlu saring. Larutan oral-topikal lidokain hidroklorida mengandung
Larutan uji 2 (Untuk tablet yang memenuhi lidokain hidroklorida, C14H22N2O.HCl, tidak kurang
persyaratan uji disolusi 3) Masukkan sejumlah tablet dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah
(sesuai tabel di bawah) dalam wadah yang sesuai, yang tertera pada etiket. Mengandung aroma yang
tambahkan 100,0 ml Pengencer, kocok secara sesuai dan atau pemanis.
mekanik selama lebih kurang 30 menit atau tablet
hancur sempurna. Saring melalui penyaring PTFE Perubahan
dengan ukuran partikel 0,45 µm. Baku pembanding Lidokain BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
Tabel wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
Kekuatan Tablet Jumlah pendingin. Senyawa Sejenis H Lidokain BPFI.
(µg per tablet natrium levotiroksin) Tablet Senyawa Sejenis A Ropivakain BPFI.
<100 20
100 sampai <200 15 Identifikasi
200 atau lebih 10 A. Masukkan sejumlah volume larutan setara
dengan lebih kurang 300 mg lidokain hidroklorida ke
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dalam corong pisah. Ekstraksi empat kali, tiap kali
dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom dengan 15 ml kloroform P, buang lapisan kloroform.
4,6 mm x 25 cm dan berisi bahan pengisi L10. Laju Tambahkan 2 ml natrium hidroksida 2 N ke dalam
alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan lapisan air dalam corong pisah. Ekstraksi empat kali,
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam tiap kali dengan 15 ml kloroform P. Kumpulkan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera ekstrak kloroform, uapkan dengan aliran udara hangat
pada Prosedur: resolusi, R, antara liotironin dan hingga kering. Larutkan hablur yang terbentuk dalam
levotiroksin tidak kurang dari 5,0; simpangan baku heksana P, uapkan dengan aliran udara hangat dan
relatif puncak levotiroksin pada penyuntikan ulang keringkan residu dalam hampa udara di atas silika gel
tidak lebih dari 2,0%. P selama 24 jam; spektrum serapan inframerah residu
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah yang diperoleh dan didispersikan dalam kalium
volume sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam bilangan gelombang yang sama seperti pada
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Lidokain BPFI.
persentase levotiroksin natrium, C15H10I4NNaO4,
dalam serbuk tablet dengan rumus: Tambahan persyaratan
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
 rU   CS   798,85  Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
         100 diperoleh pada Penetapan kadar.
 rS   CU   776,87 
pH<1071> Antara 5,0 dan 7,0
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Tambahan persyaratan
Levotiroksin BPFI dalam µg per ml Larutan baku; CU Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
adalah kadar natrium levotiroksin dalam µg per ml
Kromatografi <931>.
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Larutan A, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem
etiket; 798,85 dan 776,87 berturut-turut adalah bobot
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
molekul natrium levotiroksin dan bobot molekul
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Lidokain
levotiroksin.
BPFI, Senyawa Sejenis H Lidokain BPFI, Senyawa
– 2593 –

Sejenis A Ropivakain BPFI, masukkan ke dalam labu hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; 270,80
Fase gerak hingga kadar zat berturut-turut adalah adalah bobot molekul lidokain hidroklorida; 234,34
0,0043 mg per ml; 0,005 mg per ml; 0,00065 mg per adalah bobot molekul lidokain. Masing-masing
ml. cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, tertera pada Tabel.
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Tabel
kadar lebih kurang 5 mg per ml. Waktu retensi Batas
Cemaran
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada relatif (%)
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap Senyawa sejenis H 0,33 0,1
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan lidokain
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Dimetilanilina 0,37 0,01
resolusi, R, antara senyawa sejenis H Lidokain dan Lidokain 1,0 -
senyawa sejenis A ropivakain tidak kurang dari 1,5. Masing-masing - 0,10
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam cemaran lain
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Total cemaran - -
pada Prosedur: simpangan baku relatif lidokain pada Abaikan puncak lebih kurang dari 0,05%.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Perubahan
volume sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Kromatografi <931>.
Hitung persentase senyawa sejenis H lidokain dalam Larutan A Buat larutan kalium fosfat monobasa P
zat dengan rumus: dengan kadar 4,85 g per liter, atur pH hingga 8,00
dengan penambahan natrium hidroksida 10 N.
 rU   CS  Fase gerak Buat campuran asetonitril P– Larutan
      100 A (30:70). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
 rS   CU  lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
ru dan rs adalah respons puncak senyawa sejenis H Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
lidokain pada Larutan uji dan Larutan baku; CS saksama sejumlah Lidokain BPFI, Senyawa Sejenis H
adalah kadar Senyawa Sejenis H Lidokain BPFI Lidokain BPFI, Senyawa Sejenis A Ropivakain BPFI,
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
lidokain hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji tambahkan sejumlah volume kecil asetonitril P, goyang
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Hitung hingga larut, encerkan dengan Fase gerak sampai
persentase dimetilanilina dalam zat dengan rumus: tanda hingga kadar berturut turut 0,043 mg per ml;
0,05 mg per ml; 0,0065 mg per ml.
 rU   CS   157,64  Larutan kesesuaian sistem Pipet 2 ml Larutan
         100 kesesuaian sistem persediaan ke dalam labu tentukur
 rS   CU   121,18 
20-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Lidokain
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
dimetilanilina pada Larutan uji dan Larutan baku; CS
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
adalah kadar Senyawa Sejenis A Ropivakain BPFI
kadar lebih kurang 0,85 mg per ml.
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
Larutan uji Pipet sejumlah volume larutan oral-
lidokain dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
topikal lidokain hidroklorida, encerkan dengan Fase
jumlah yang tertera pada etiket; 157,64 dan 121,18
gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
berturut-turut adalah bobot molekul senyawa sejenis A
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
ropivakain dan bobot molekul dimetilanilina. Hitung
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
persentase cemaran lain dalam zat dengan rumus:
4,6 mm x 15 cm, berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 3,5 µm. Pertahankan suhu kolom
 ri   CS   270,80  pada 45o. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
         100
 rS   CU   234,34  Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
system, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
ri adalah respon puncak masing-masing cemaran pada seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Larutan uji; rS adalah respons puncak lidokain pada puncak senyawa sejenis H lidokain dan senyawa
Larutan baku; CS adalah kadar Lidokain BPFI dalam sejenis A ropivakain tidak kurang dari 1,5. Lakukan
mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar lidokain kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
– 2594 –

kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Perubahan


pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; Identifikasi
simpangan baku relatif pada penyuntikkan ulang tidak Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan
lebih dari 2,0%. dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji pada Linestrenol BPFI.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung persentase lidokain Hilangkan persyaratan
hidroklorida, C14H22N2O.HCl, dalam tiap ml larutan B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 1% dalam
oral-topikal dengan rumus: metanol P, tidak menunjukkan maksimum pada
rentang panjang gelombang antara 230 nm-350 nm.
 rU   CS   270,80  C. Lakukan penetapan seperti tertera pada
         100 Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
 rS   CU   234,34  Fase gerak Campuran heptana P-aseton P (80:20)
Pelarut Campuran kloroform P-metanol P (9:1)
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan baku Timbang sejumlah Linestrenol BPFI,
lidokain pada Larutan uji dan Larutan baku; CS larutkan dalam Pelarut hingga kadar 0,25%.
adalah kadar Lidokain BPFI dalam mg per ml Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
Larutan baku; CU adalah kadar lidokain hidroklorida Pelarut hingga kadar 0,25%.
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah Larutan verifikasi Campuran volume sama
yang tertera pada etiket; 270,80 dan 234,34 berturut- Larutan baku dan Larutan uji.
turut adalah bobot molekul lidokain hidroklorida dan Prosedur Totolkan masing-masing 2 µl Larutan
lidokain. baku, Larutan uji, dan Larutan verifikasi pada jarak
yang sama 2,5 cm dari tepi lempeng kromatografi
Perubahan silika gel G setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
rapat, pada suhu ruang terkendali. dengan Fase gerak, biarkan merambat 10 cm di atas
garis penotolan. Angkat lempeng, panaskan pada
suhu 105° selama 10 menit, semprot dengan larutan
LINESTRENOL asam sulfat etanol P 20%. Panaskan lagi pada suhu
Lynestrenol 105° selama 10 menit, biarkan dingin, amati lempeng
pada sinar biasa dan di bawah cahaya ultraviolet 365
nm. Bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji
sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan baku dan
bercak utama Latutan verifikasi berupa bercak
tunggal yang kompak.
D. Larutkan 1 mg zat dalam 1 ml asam sulfat P:
terjadi warna jingga. Tambahkan 4 ml air, kemudian
6 ml asam sulfat P: larutan memberikan fluoresensi
kuning kehijauan bila diamati di bawah cahaya
19-Nor-17-pregn-4-en-20-in-17-ol [52-76-6] ultraviolet 254 nm.
C20H28O BM 284,4
Tambahan persyaratan
Perubahan Kejernihan larutan <881> Harus jernih dan tidak
Linestrenol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan berwarna.
tidak lebih dari 102,0%, C20H28O, dihitung terhadap
zat kering. Hilangkan persyaratan
Jarak lebur <1021> Metode II Antara 160 dan
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih. 164.

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam Perubahan


aseton dan dalam etanol. Rotasi jenis <1081> Antara -9,5 sampai -11;
lakukan penetapan menggunakan larutan zat kering
Perubahan 3,6% dalam etanol P.
Baku pembanding Linestrenol BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam Perubahan
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
pendingin. lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot
tetap, menggunakan 500 mg zat.
– 2595 –

Hilangkan persyaratan cemaran utama Larutan


Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. lain baku A (0,1%)
Total - Tidak lebih dari 10
Perubahan cemaran kali respons
Cemaran organik Lakukan Kromatografi gas seperti puncak utama
tertera pada Kromatografi <931>. Larutan baku A
Larutan uji Larutkan 250 mg zat dalam 25,0 ml etil (1,0%)
asetat P. Abaikan respons puncak 0,5 kali respons puncak
Larutan baku A Encerkan 1,0 ml Larutan uji dengan utama Larutan baku A (0,05%). Abaikan puncak sisa
etil asetat P hingga 100,0 ml. Encerkan 1 ml larutan degradasi yang mungkin muncul dari sistem injeksi.
ini dengan etil asetat P hingga 10,0 ml.
Larutan baku B Larutkan 10 mg Linestrenol untuk Perubahan
identifikasi BPFI (mengandung cemaran A, B, dan C) Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
dalam 10,0 ml etil asetat P. 150 mg zat, larutkan dalam 40 ml tetrahidrofuran P,
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi tambahkan 5 ml larutan perak nitrat P 10% dan
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom leburan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV, tetapkan
silika 0,32 mm x 50 m dilapisi 1,0 µm fase diam G43 titik akhir secara potensiometrik menggunakan
{poli(dimetil)(difenil)siloksan}. Gunakan helium P indikator elektroda kaca dengan pembanding
sebagai gas pembawa, dengan laju alir gas lebih elektroda “double junction” perak-perak klorida
kurang 3,0 ml per menit dan perbandingan split 34:1. dengan larutan kalium nitrat jenuh sebagai cairan
Pertahankan suhu injektor pada 150° dan suhu “junction”. Lakukan penetapan blangko.
detektor 300°. Atur suhu kolom seperti tabel di
bawah ini: Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
setara dengan 28,44 mg C20H28O
Waktu (menit) Suhu (°)
0 - 30 80 → 230 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
30-32 230 → 310 rapat dan terlindung cahaya.
32-42 310

Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku B, LORATADIN


rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Loratadine O O CH3
tertera pada Prosedur: perbandingan puncak terhadap
lembah (Hp/Hv) tidak kurang dari 2,5; Hp adalah N

tinggi puncak cemaran B dari garis dasar dan Hv


adalah tinggi di atas garis dasar dari titik terendah
N
kurva pemisah puncak linestrenol. Waktu retensi
linestrenol lebih kurang 38 menit. Waktu retensi Cl

masing-masing cemaran tertera pada Tabel.


Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama
Etil 4-(8-kloro-5,6-dihidro-11H-benzo[5,6] siklo hepta
Larutan baku A dan Larutan uji (lebih kurang 1 µl)
[1,2-b]piridin-11-ilidena)-1-piperidinkarboksilat
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
[79794-75-5]
semua respons puncak. Cemaran tidak lebih dari
C22H23ClN2O2 BM 382,88
batas yang tertera pada Tabel.

Tabel Loratadin mengandung tidak kurang dari 98,5% dan


Cemaran Waktu retensi Batas tidak lebih dari 101,0%, C22H23ClN2O2, dihitung
relatif terhadap zat kering.
Sisa 0,97 -
degradasi Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
Cemaran A 0,99 Tidak lebih dari 3
kali respons Perubahan
puncak utama Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam
Larutan baku A metanol, dalam aseton, dalam kloroform, dan dalam
(0,3%) toluena.
Cemaran B 1,005 -
Cemaran C 1,01 Tidak lebih dari 2 Perubahan
kali respons Baku pembanding Loratadin BPFI; tidak boleh
puncak utama dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
Larutan baku A wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
(0,2%) pendingin; Senyawa Sejenis A Loratadin BPFI.
Masing- - Tidak lebih dari Senyawa Sejenis B Loratadin BPFI,
masing respons puncak
– 2596 –

Identifikasi seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif


A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 4,0%.
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
seperti pada Loratadin BPFI. kromatogram dan ukur seluruh respons puncak
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji dan respons puncak utama Larutan baku.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Hitung persentase masing-masing cemaran terhadap
tertera pada Penetapan kadar. lorotadin dengan rumus:

Hilangkan persyaratan  10.000  C  ri 



  
 W  F  rS
Jarak lebur <1021> Antara 132 dan 137.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 100 hingga bobot C adalah kadar Loratadin BPFI dalam mg per ml
tetap. Larutan baku; F adalah faktor respons relatif masing-
masing cemaran, jika diketahui F adalah 0,25 untuk
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. 4-(8-kloro-11-fluoro-6,11-dihidro-5H-benzo[5,6]
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari siklohepta [1,2-b] piridin-11-il)-1-piperidinkarboksilat
10 bpj. etil; ri adalah respons puncak untuk masing-masing
cemaran Larutan uji; rS adalah respons puncak
Hilangkan persyaratan loratadin dalam Larutan baku; W adalah jumlah
Senyawa sejenis Senyawa sejenis A loratadin dan loratadin dalam mg yang digunakan dalam Larutan
senyawa sejenis B loratadin masing-masing tidak uji berdasarkan bobot yang ditimbang: ditemukan
lebih dari 0,1%; masing-masing cemaran lain tidak tidak lebih dari 0,2% dari 4-(8-kloro-11-fluoro-6,11-
lebih dari 0,1%; dan cemaran total tidak lebih dari dihidro-5H-benzo [5,6] siklohepta [1,2-b]piridin-11-il)-1-
0,3%. [Catatan Berdasarkan alur sintesa, lakukan uji piperidinkarboksilat etil; tidak lebih dari 0,1%
1 atau uji 2. Uji 2 direkomendasikan jika 4,8-dikloro- cemaran lain; total cemaran tidak lebih dari 0,3%.
6,11-dihidro-H-benzo[5,6] siklohepta [1,2-b]piridin-
11-on merupakan senyawa sejenis yang potensial.] UJI 2
Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Larutan A Larutkan 0,96 g garam natrium asam
tertera pada Kromatografi <931>. 1-pentanasulfonat P dalam 900 ml air. Atur pH
hingga 3,00±0,05 dengan larutan asam fosfat P
UJI 1 (1:10), encerkan dengan air sampai 1000 ml, saring
Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera dan awaudarakan.
pada Penetapan kadar. Larutan B Gunakan Asetonitril P.
Larutan baku persediaan Buat seperti Larutan Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
baku pada Penetapan kadar. dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan kromatografi, jika perlu lakukan penyesuaian seperti
ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan pada Kesesuaian sistem.
Pengencer sampai tanda. Jika perlu lakukan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Loratadin BPFI, Senyawa Sejenis A Loratadin BPFI,
pengenceran secara kuantitatif dan bertahap hingga
dan Senyawa Sejenis B Loratadin BPFI. Larutkan
kadar lebih kurang 0,8 µg per ml. dalam metanol P dan encerkan secara kuantitatif, jika
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada perlu secara bertahap dengan metanol P hingga
Penetapan kadar. diperoleh larutan dengan kadar masing-masing lebih
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kurang 0,1 mg per ml. Pipet 1 ml larutan ke dalam
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi labu tentukur 10-ml, tambahkan 2 ml Larutan A
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom encerkan dengan metanol P sampai tanda hingga
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7 dengan diperoleh larutan dengan kadar masing-masing lebih
ukuran partikel 5 µm. Suhu kolom dipertahankan kurang 0,01 mg per ml.
antara 25-35, laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
Lakukan kromatografi terhadap Larutan uji, rekam 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera dan larutkan dalam 2 ml metanol P. Tambahkan 2 ml
Larutan A dan encerkan dengan metanol P sampai
pada Prosedur:waktu retensi relatif 4-(8-kloro-11-
tanda.
fluoro-6,11-dihidro-5H-benzo[5,6]siklohepta[1,2- Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
b] piridin-11-il)-1 piperidin- karboksilat etil dan tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
loratadin berturut-turut adalah lebih kurang 0,79 dan 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
1,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1,2 ml
rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
– 2597 –

Waktu Larutan A Larutan B Elusi etoksikarbonil-4-


(menit) (%) (%) piperidinil]11-
0 75 25 Isokratik hidroksi-5H-
0-20 75→50 25→50 gradien linier benzo[5,6]
20-30 50→40 50→60 gradien linier siklohepta-[1,2-
30-35 40→30 60→70 gradien linier b]piridin
35-45 30 70 Isokratik 4,8-Dikloro-6,11- 1,83 1,08
45-50 30→75 70→25 tahap gradien dihidro-11-[N-
etoksikarbonil-4-
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam piperilidena-5H-
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera benzo[5,6]
pada Prosedur: waktu retensi relatif dan faktor siklohepta-[1,2-
respons: lihat Tabel; resolusi, R, antara senyawa b]piridin
sejenis A loratadin dan senyawa sejenis B loratadin Loratadin 1,0 1,0
tidak kurang dari 1,5; dan simpangan baku relatif
respons puncak loratadin pada penyuntikan ulang Tambahan persyaratan
tidak lebih dari 10%. Cemaran Organik
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih UJI 1
kurang 20 l) Larutan uji, rekam kromatogram dan [Catatan Berdasarkan proses sintesa dapat
ukur respons puncak. Hitung persentase masing- digunakan Prosedur 1 atau Prosedur 2. Prosedur 2
masing cemaran loratadin dengan rumus: direkomendasikan jika 4,8-dikloro-5,6-dihidro-11H-
benzo[5,6]siklohepta[1,2-b]piridin-11-on adalah
 ri  senyawa sejenis yang potensial.]
 100  Cs
    Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera
 F  Cr  r
 S

 pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
CS adalah kadar Loratadin BPFI dalam mg per ml Loratadin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Larutan baku, Cr adalah kadar loratadin dalam mg Pengencer hingga kadar 0,8 µg per ml.
per ml larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang, Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
F adalah faktor respons relatif seperti ditunjukkan larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
dalam tabel (F = 1,0 untuk cemaran yang tidak kadar 0,4 mg per ml.
diketahui); ri adalah respons puncak dari masing- Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
masing cemaran dalam Larutan uji; rS adalah respons tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
puncak loratadin dalam Larutan baku. 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7, dengan
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada
Tabel 25-35. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
Senyawa sejenis Waktu retensi Faktor respons Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku; rekam
relatif relatif (F) kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
terhadap terhadap pada Prosedur: simpangan baku relatif tidak lebih
loratadin loratadin dari 4,0%.
Senyawa sejenis 0,50 1,00 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
loratadin A volume sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan
Senyawa sejenis 0,53 0,89 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
loratadin B kromatogram dan ukur semua respons puncak.
8-Kloro-6,11- 0,70 0,60 Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
dihidro-5H- dengan rumus:
benzo[5,6]
siklohepta-[1,2-
b]piridin-11-on  ri   CS  1
8-kloro-6,11- 0,75 0,46          100
dihidro-11-[N-  rS   CU  F
metil-4-
piperidinil] 11- ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
hidroksi-5H- dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak
benzo[5,6] loratadin dalam Larutan baku; CS adalah kadar
siklohepta-[1,2-
Loratadin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
b]piridin
4,8-Dikloro-6,11- 1,23 0,92 adalah kadar loratadin dalam mg per ml Larutan uji
dihidro- 5H- berdasarkan bobot yang ditimbang; dan F adalah
benzo[5,6] faktor respons relatif seperti tertera pada Tabel.
siklohepta-[1,2- Masing-masing cemaran dan jumlah cemaran tidak
b]piridin-11-on lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
8-kloro-6,11- 1,60 0,42
dihidro-11-[N-
– 2598 –

Tabel  ri   CS  1
Waktu Faktor Batas          100
Nama retensi respons  rS   CU  F
relatif relatif (%)
Fluoroloratadin 0,79 0,25 0,2 ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Loratadin 1,0 - - Larutan uji; rS adalah respons puncak loratadin
Cemaran lain - 1,0 0,1 Larutan baku; CS adalah kadar Loratadin BPFI dalam
Total cemaran - - 0,3 mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar loratadin
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
UJI 2 ditimbang; F adalah faktor respons relatif seperti
Larutan A Timbang 0,96 g natrium 1- tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan total
pentansulfonat P, masukkan ke dalam labu tentukur cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
1000-ml, larutkan dengan 900 ml air. Atur pH Tabel.
hingga 3,000,05 menggunakan asam fosfat P (1 Tabel
dalam 10) encerkan dengan air sampai tanda. Nama Waktu Faktor Batas
Larutan B Gunakan asetonitril P. retensi respons
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A relatif relatif (%)
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Senyawa sejenis 0,50 1,00 0,1
kromatografi. A loratadin
Larutan baku persediaan Pada labu tentukur yang Senyawa sejenis 0,53 0,89 0,1
sesuai masukkan Loratadin BPFI, Senyawa sejenis A B loratadin
Loratadin BPFI, dan Senyawa sejenis B Loratadin Senyawa sejenis 0,70 0,60 0,1
BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga C loratadin
kadar masing-masing 0,1 mg per ml. Hidroksi deasil 0,75 0,46 0,1
Larutan baku Pipet 1 ml Larutan baku persediaan analog
ke dalam labu tentukur 10-ml, tambahkan 2 ml Loratadin 1,00 - -
Larutan A, encerkan dengan metanol sampai tanda. Diklorobenzo- 1,23 0,92 0,1
Larutan mengandung Loratadin BPFI, Senyawa siklohetapiridinon
sejenis A Loratadin BPFI, dan Senyawa sejenis B Hidroksiloratadin 1,60 0,42 0,1
Loratadin BPFI masing-masing dengan kadar 4-Kloroloratadin 1,83 1,08 0,1
0,01 mg per ml. Cemaran yang - 1,0 0,10
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg tidak diketahui
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan Total cemaran - - 0,3
dengan 2 ml metanol P. Tambahkan 2,0 ml Larutan
A dan encerkan dengan metanol P sampai tanda hingga Perubahan
kadar 10 mg per ml. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Kromatografi <931>.
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1, dengan Dapar A Larutan kalium fosfat dibasa
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,2 ml 0,01 M. Masukkan lebih kurang 1,74 g kalium fosfat
per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: dibasa anhidrat P ke dalam labu tentukur 1000-ml
dan encerkan dengan air sampai tanda.
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) Dapar B Larutan kalium fosfat dibasa 0,6 M.
0 75 25 Masukkan lebih kurang 105 g kalium posfat dibasa
20 50 50 anhidrat P ke dalam labu tentukur 1000-ml dan
30 40 60 encerkan dengan air sampai tanda.
35 30 70 Asam hidroklorida 0,05 N Masukkan 500 ml air ke
45 30 70 dalam labu tentukur 1000-ml. Tambahkan 83 ml
50 75 25 asam hidroklorida P, encerkan dengan air sampai
tanda. Pipet 50 ml larutan ini ke dalam labu tentukur
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku; rekam 1000-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol P-
pada Prosedur: resolusi, R, antara Senyawa sejenis A Dapar A(60:60:70), atur pH hingga 7,2 dengan
Loratadin BPFI dan Senyawa sejenis B Loratadin penambahan larutan asam fosfat P 10%, saring dan
BPFI tidak kurang dari 1,5; simpangan baku relatif awaudarakan.
untuk puncak loratadin tidak lebih dari 10%. Pengencer Masukkan 400 ml asam hidroklorida
Prosedur Suntikkan lebih kurang 20 µl Larutan uji 0,05 N dan Dapar B ke dalam labu tentukur 1000-ml,
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur encerkan dengan campuran asetonitril P-metanol P
semua respons puncak. Hitung persentase masing- (1:1) sampai tanda.
masing cemaran dalam zat dengan rumus:
– 2599 –

Larutan baku Timbang saksama sejumlah Perubahan


Loratadin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Identifikasi
Pengencer hingga kadar lebih kurang A. Timbang saksama sejumlah serbuk halus tablet
0,4 mg per ml. setara dengan lebih kurang 15 mg lorazepam,
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, tambahkan 40 ml aseton P, aduk selama 5 menit.
larutkan dengan Pengencer, bila perlu encerkan Saring melalui kertas saring dengan porositas sangat
secara kuantitatif dan bertahap hingga kadar lebih halus yang sebelumnya telah dicuci dengan aseton P.
kurang 0,4 mg per ml. Uapkan filtrat di atas tangas uap dengan aliran udara
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja hingga kering. Larutkan residu dalam 1 ml
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom aseton P, ta mb a h ka n 20 ml 2,2,4-
4,6 mm x 15 cm, berisi bahan pengisi L7 dengan trimetilpentana P. Panaskan larutan di atas lempeng
ukuran partikel 5 µm, pertahankan suhu kolom antara pemanas perlahan-lahan hingga mendidih dan uapkan
25-35, laju alir lebih kurang 1 ml per menit. hingga volume lebih kurang 10 ml. Angkat larutan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam dari lempeng pemanas, uapkan dengan aliran udara
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera hingga kering. Keringkan residu dalam hampa udara
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada pada suhu 60 selama 1 jam: spektrum serapan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. inframerah residu yang didispersikan dalam minyak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah mineral P menunjukkan maksimum hanya pada
volume sama (lebih kurang 15 l) Larutan baku dan bilangan gelombang yang sama seperti pada
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Lorazepam BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
persentase loratadin, C22H23ClN2O2, dalam zat dengan puncak utama Larutan baku yang diperoleh
dengan rumus: pada Penetapan kadar.

 rU   CS  Perubahan
      100 Disolusi <1231>
 rS   CU  Media disolusi: 500 ml air.
Alat tipe 1: 100 rpm.
ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak utama Waktu: 30 menit dan 60 menit.
Larutan uji dan Larutan baku;CS adalah kadar Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan cara
Loratadin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
adalah kadar loratadin dalam mg per ml Larutan uji Kromatografi <931>.
berdasarkan bobot yang ditimbang. Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar, kecuali
Perubahan penggunaan volume injeksi 50 µl.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Larutan baku Timbang saksama Lorazepam BPFI,
baik, simpan pada suhu antara 2°-30. tambahkan etanol P untuk melarutkan lorazepam
tidak lebih dari 10% dari jumlah volume Larutan
Tambahan persyaratan baku. Tambahkan Media disolusi sampai tanda.
Penandaan Jika tidak menggunakan Cemaran Larutan uji Gunakan alikot, saring menggunakan
organik uji 1, pada etiket harus dicantumkan uji penyaring yang sesuai.
Cemaran organik yang digunakan. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
TABLET LORAZEPAM kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Lorazepam Tablets persentase lorazepam, C15H10Cl2N2O2, yang terlarut.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Tablet lorazepam mengandung lorazepam, kurang dari 60% (Q) dan dalam waktu 60 menit harus
C15H10Cl2N2O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak larut tidak kurang dari 80% (Q), C15H10Cl2N2O2, dari
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada jumlah yang tertera pada etiket.
etiket.
Perubahan
Perubahan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Baku pembanding Lorazepam BPFI; tidak boleh Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa <931>.
sejenis A Lorazepam BPFI. Senyawa sejenis B Pengencer, Fase gerak, Larutan baku, dan
Lorazepam BPFI. Senyawa Sejenis C Lorazepam Sistem kromatografi Lakukan seperti pada Penetapan
BPFI. Senyawa Sejenis D Lorazepam BPFI. Senyawa kadar.
Sejenis E Lorazepam BPFI.
– 2600 –

Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
tentukur yang sesuai, tambahkan sejumlah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan merambat
Pengencer setara dengan 50% volume labu, sonikasi 2 cm-3 cm dari batas atas lempeng. Angkat lempeng
selama 10 menit dan kocok secara mekanik selama tandai batas rambat dan biarkan mengering selama
20 menit. Encerkan dengan Pengencer sampai tanda, 30 menit. Amati lempeng di bawah cahaya ultraviolet
sentrifus sebagian dari larutan selama 10 menit pada 254 nm. Bandingkan intensitas bercak lain selain
2000 rpm. Kadar larutan lebih kurang 0,1 mg per ml bercak utama dari Larutan uji dengan bercak utama
lorazepam. dari Larutan baku dan Enceran Larutan baku [Catatan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Harga Rf dan intensitas bercak Senyawa sejenis C
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan lorazepam BPFI dalam Larutan baku mendekati
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam meskipun tidak perlu terlalu tepat dengan salah satu
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung dari bercak lain selain bercak utama dari Larutan uji.]
persentase lorazepam, C15H10Cl2N2O2, dalam serbuk Jumlah intensitas semua bercak lain selain bercak
tablet dengan rumus: utama dari Larutan uji tidak lebih dari 4,0%.
B. Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
 rU   CS  halus tablet setara dengan 25,0 mg lorazepam,
      100 masukkan ke dalam tabung sentrifuga 15 ml,
 rS   CU  tambahkan 2,5 ml aseton P, tutup tabung dan
sentrifus, gunakan beningan.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Sejenis B Lorazepam BPFI, larutkan dalam aseton P
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar hingga kadar 100 g per ml.
Lorazepam BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU Prosedur Totolkan secara terpisah 50 l Larutan uji
adalah kadar lorazepam dalam mg per ml Larutan uji dan 10 l Larutan baku pada Penjerap. Biarkan bercak
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatografi yang dijenuhkan dengan Fase gerak,
Hilangkan persyaratan biarkan merambat tidak kurang dari 10 cm di atas titik
Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
seperti tertera pada Kromatografi <931>. biarkan kering di udara. Semprot tipis dengan asam
Fase gerak Campuran kloroform P-dioksan P- sulfat 2 N, keringkan pada suhu 105 selama 15 menit
asam asetat glasial P (91:5:4) dan semprot berturut-turut dengan larutan natrium
Penjerap Lempeng kromatografi silika gel P nitrit P (1 dalam 1000), larutan amonium sulfamat P
setebal 0,25 mm yang sebelumnya telah dicuci (1 dalam 200), dan larutkan N-(1-naftil) etilendiamina
dengan campuran kloroform P-etil asetat P- dihidroklorida P (1 dalam 1000), keringkan lempeng
metanol P (2:1:1) dengan aliran udara setiap kali setelah penyemprotan.
A. Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk Amati lempeng di bawah cahaya tampak. Bercak dari
halus tablet setara dengan 4,0 mg lorazepam, Larutan uji tidak lebih besar atau tidak lebih intensif
masukkan ke dalam penyaringan kaca masir. dari bercak utama dari Larutan baku pada harga Rf
Ekstraksi dua kali tiap kali dengan 1 ml yang sesuai, yang menunjukkan tidak lebih dari 0,1%
kloroform P, kemudian dua kali, tiap kali dengan Senyawa sejenis B lorazepam.
1 ml metanol P. Kumpulkan filtrat dalam tabung
sentrifuga. Uapkan filtrat dengan aliran gas nitrogen Tambahan persyaratan
pada suhu ruang hingga kering. Larutkan residu Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
dalam 2,0 ml kloroform P dan sentrifus, gunakan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
beningan. Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa Dapar Larutan natrium asetat trihidrat P dalam air
sejenis C lorazepam BPFI, Senyawa sejenis D dengan kadar 67,7 g per liter. Atur pH 5,00,5
lorazepam BPFI, dan Senyawa sejenis E lorazepam dengan asam asetat glasial P.
BPFI, larutkan dalam kloroform P hingga kadar Fase gerak Buat campuran asetonitril P-asam
masing-masing 1,0 mg per ml. asetat glasial P-air (50:1,2:50), saring dan
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
dari Larutan baku dalam kloroform P, hingga menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
diperoleh larutan dengan kadar 40 g per ml, 20 g Kromatografi <931>.
per ml, dan 10 g per ml. Pengencer Campuran metanol P-Dapar (75:25)
Prosedur Tidak lebih dari 30 menit setelah Larutan baku Timbang saksama sejumlah
pembuatan, totolkan secara terpisah masing-masing Lorazepam BPFI, larutkan dan encerkan dengan
50 l Larutan uji, Larutan identifikasi, Larutan baku, Pengencer hingga kadar lebih kurang 1,6 µg per ml.
Enceran larutan baku A, dan Enceran larutan baku B Larutan identifikasi puncak Larutan yang
pada Penjerap dan biarkan bercak kering. Masukkan mengandung 0,16 mg per ml Lorazepam BPFI;
– 2601 –

masing-masing 1,6 µg per ml Senyawa Sejenis A 1,7 - -


Senyawa sejenis A lorazepam
Lorazepam BPFI; Senyawa Sejenis B Lorazepam
BPFI; Senyawa sejenis C Lorazepam BPFI; Senyawa Senyawa sejenis E lorazepam 1,9 1,3 0,5
Sejenis D Lorazepam BPFI; Senyawa Sejenis E Senyawa sejenis C lorazepam 2,1 1,0 3,0
Lorazepam BPFI dalam Pengencer. Senyawa sejenis B lorazepam 5,5 1,0 0,2
Larutan uji Timbang saksama sejumlah Cemaran lain yang tidak - 1,0 0,2
serbuk tablet setara dengan 21,3 mg lorazepam ke diketahui
dalam labu tentukur 25-ml. Tambahkan 20 ml Total cemaran - - 4,0
Pengencer, kocok selama 15 menit, jangan
diencerkan sampai tanda. Sentrifus pada 2000 rpm Perubahan
selama 15 menit, saring beningan melalui membran Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
polietersulfon dengan porositas 0,45 µm. Encerkan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
filtrat dengan Pengencer. Kadar larutan lebih kurang Kromatografi <931>.
0,16 mg per ml lorazepam. Fase gerak Buat campuran asetonitril P-asam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja asetat glasial P-air (40:0,4:60), saring dan
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom awaudarakan.
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1, dengan Pengencer Campuran metanol P - air (85:15).
ukuran partikel lebih kurang 5 µm. Pertahankan suhu Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kolom pada 5. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lorazepam BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Alat dilengkapi dengan pendingin wadah sampel, Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
suhu diatur pada 4. Lakukan kromatografi terhadap Larutan uji Masukkan 20 tablet ke dalam labu
Larutan identifikasi puncak, rekam kromatogram dan tentukur 100-ml, tambahkan 50 ml Pengencer,
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: sonikasi selama 10 menit dan kocok secara mekanik
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A selama 20 menit, encerkan dengan Pengencer sampai
lorazepam dan senyawa sejenis E lorazepam tidak tanda, kocok dan sentrifus sebagian volume larutan
kurang dari 1,2. Lakukan kromatografi terhadap pada 2000 rpm selama 10 menit. Encerkan beningan
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,1 mg
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan lorazepam per ml.
tidak lebih dari 2,0; simpangan baku relatif tidak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
lebih dari 5%; waktu retensi relatif lihat Tabel. tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan ukuran partikel 5 µm.Laju alir lebih kurang 1 ml per
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
kromatogram dan ukur respons puncak utama. rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Lakukan kromatografi selama tidak kurang dari tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
50 menit. Hitung persentase masing-masing cemaran penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%; faktor
dalam serbuk tablet dengan rumus: ikutan tidak lebih dari 2,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
 ri   CS  1 volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan
         100 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
 rS   CU  F kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase lorazepam, C15H10Cl2N2O2, dalam serbuk
ri adalah respon puncak masing-masing cemaran tablet dengan rumus:
Larutan uji; rS adalah respons puncak lorazepam
Larutan baku; CS adalah kadar Lorazepam BPFI  rU   CS 
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar       100
lorazepam dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan  rS   CU 
jumlah yang tertera pada etiket; F adalah faktor
respon relatif masing-masing cemaran seperti tertera ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak utama
pada Tabel. Masing-masing cemaran dan total Larutan uji dan Larutan baku. CS adalah kadar
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Lorazepam BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
Tabel. adalah kadar lorazepam dalam mg per ml Larutan uji
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Tabel
Waktu Faktor Batas Perubahan
Nama retensi respon Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
relatif relatif (%) rapat, tidak tembus cahaya.
Lorazepam 1,0 1,0 -
Senyawa sejenis D lorazepam 1,4 1,0 0,5
– 2602 –

MAGNESIUM OKSIDA tentukur 200-ml yang berisi 4 ml Larutan lantanum,


Magnesium Oxide encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Kalsium
Magnesium Oksida [1309-48-4] dalam Magnesium Karbonat. Hitung persentase
MgO BM 40,30 kalsium dalam zat dengan rumus:

Magnesium oksida mengandung tidak kurang dari  0,001CV 


100 
96,0% dan tidak lebih dari 100,5%, MgO, setelah  W 
dipijarkan.
C adalah kadar; 0,001 adalah konversi dari µg per ml
Pemerian Serbuk atau serbuk granul putih; sangat ke mg per ml; V adalah volume Larutan uji dalam ml;
ruah atau relatif padat. W adalah jumlah magnesium oksida dalam mg yang
digunakan untuk membuat Larutan uji.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam
asam encer; tidak larut dalam etanol. Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj;
pengujian menggunakan larutan yang dibuat sebagai
Identifikasi Larutan dalam asam klorida encer P, berikut: Larutkan 2,0 g zat dalam 35 ml asam
menunjukkan reaksi Magnesium cara A seperti tertera hidroklorida 3 N, uapkan larutan di atas tangas uap
pada Uji Identifikasi Umum <291>. sampai kering. Menjelang akhir penguapan, aduk
terus untuk menghancurkan residu hingga diperoleh
Perubahan serbuk kering. Larutkan residu dalam 20 ml air,
Sisa pemijaran <1111> Tidak lebih dari 10%; uapkan hingga kering dengan cara yang sama.
penetapan dilakukan sebagai berikut: timbang Larutkan kembali residu dalam 20 ml air, jika perlu
saksama lebih kurang 500 mg sampai 1000 mg zat, di saring dan encerkan dengan air hingga 40 ml. Pada
dalam krus platina yang telah ditara, lakukan 20 ml larutan tambahkan air hingga 25 ml.
pemijaran pada rentang suhu 800º-900º(±25º) hingga
bobot tetap. Besi <331> Tidak lebih dari 0,05%; larutan uji dibuat
sebagai berikut: Didihkan 40 mg zat dengan 5 ml
Perubahan asam nitrat 2 N selama 1 menit. Dinginkan, encerkan
Alkali bebas dan garam larut Tidak lebih dari dengan air hingga 50 ml. Encerkan 25 ml larutan
2,0%; penetapan dilakukan sebagai berikut: didihkan dengan air hingga 45 ml dan tambahkan 2 ml asam
2,0 g zat dalam 100 ml air selama 5 menit dalam hidroklorida P.
gelas piala bertutup, saring dalam keadaan panas.
Biarkan sampai dingin, masukkan dalam labu Kerapatan serbuk ruahan dan serbuk mampat
tentukur 100-ml dan encerkan dengan air sampai <891> Metode I Lakukan seperti tertera pada
tanda. Pada 50 ml larutan tambahkan merah metil LP prosedur Kerapatan serbuk ruahan.
dan titrasi dengan asam sulfat 0,1 N LV: diperlukan
tidak lebih dari 2,0 ml. Uapkan 25 ml sisa larutan Perubahan
hingga hampir kering dan keringkan pada suhu 105º Penetapan kadar
selama 1 jam: residu tidak boleh lebih dari 10 mg. Amonium hidroksida encer Timbang saksama lebih
kurang 67 g amonium hidroksida P (lebih kurang
Zat tidak larut asam Tidak lebih dari 0,1%; 75 ml), masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
penetapan dilakukan sebagai berikut: Campur 2 g zat larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
dengan 75 ml air, tambahkan sedikit asam Dapar Timbang lebih kurang 5,4 g amonium
hidroklorida P, kocok sampai larut sempurna, klorida P masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
didihkan selama 5 menit. Jika terdapat zat tidak larut, larutkan dengan 20 ml air. Atur pH hingga lebih
saring dan cuci dengan air, hingga air cucian bebas kurang 10 dengan penambahan Amonium hidroksida
dari klorida, pijarkan. encer, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji persedian Pijarkan sejumlah magnesium
Perubahan oksida hingga bobot tetap pada rentang suhu 800º-
Kalsium Tidak lebih dari 1,1%. 900º(±25º). Timbang saksama lebih kurang 320 mg
Asam klorida encer, Larutan lantanum, Larutan zat yang sudah dipijarkan, masukkan ke dalam labu
baku, Blangko Lakukan seperti tertera pada Kalsium tentukur 100-ml, larutkan dalam 20 ml asam
dalam Magnesium Karbonat. hidroklorida 2 N, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji Masukkan 250 mg zat yang baru Larutan uji Pipet 20 ml Larutan uji persediaan,
dipijar ke dalam gelas piala, biarkan selama 1 jam masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml,
dalam rentang suhu 800º-900º(±25º). Tambahkan encerkan dengan air hingga volume 300 ml. Larutan
30 ml Asam hidroklorida encer, aduk hingga larut, uji setara dengan 64 mg magnesium oksida yang
jika perlu panaskan. Pindahkan larutan ke dalam labu telah dipijarkan.
– 2603 –

Prosedur Masukkan 10 ml Dapar dan Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam
50 mg indikator hitam mordant campur P ke dalam larutan basa; sukar larut dalam piridina; sangat sukar
Larutan uji, panaskan hingga suhu 40°. Lakukan larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam eter.
titrasi dengan natrium edetat 0,1 M LV hingga terjadi
warna biru pada titik akhir. Lakukan penetapan Perubahan
blangko, catat volume pemakaian natrium edetat Baku pembanding Manitol BPFI; tidak boleh
0,1 M LV (VS). Hitung volume pemakaian natrium dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
edetat 0,1 M dalam ml (VCa) dengan rumus : wadah tertutup rapat. Endotoksin BPFI; [Catatan
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
 W  LCa   hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
VCa    Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
 FCa  100  pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku
W adalah bobot magnesium oksida yang telah
dipijarkan dalam mg dari Larutan uji; LCa adalah Perubahan
kadar kalsium dalam persen seperti yang diperoleh Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
pada Uji batas kalsium; FCa adalah bobot kalsium didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
setara dengan 1 ml natrium edetat 0,1 M LV, maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
4,008 mg. Hitung persentase magnesium oksida, sama seperti pada Manitol BPFI. Jika terjadi
MgO, dalam zat dengan rumus: perbedaan lakukan pengukuran serapan inframerah
dari residu yang diperoleh sebagai berikut:
Larutan baku Larutkan 25 mg Manitol BPFI
 FMgO 
V S  VCa      100

dalam 0,25 ml air tanpa pemanasan. Larutan jernih.
 W  Uapkan hingga kering dengan pemanasan
menggunakan “microwave oven” 600 W–700 W
VS adalah volume titran dalam ml yang digunakan selama 20 menit atau panaskan dalam oven pada suhu
oleh Larutan uji; VCa adalah volume titran dalam ml 100o selama 1 jam, lakukan pengeringan secara
yang digunakan oleh kalsium; FMgO adalah bobot bertahap dalam hampa udara hingga diperoleh residu
magnesium oksida setara dengan 1 ml natrium edetat kering putih, tidak lengket atau serbuk kekuningan.
0,1 M, 4,030 mg; W adalah bobot magnesium oksida Larutan uji Larutkan 25 mg zat dalam 0,25 ml air
yang telah dipijarkan dalam mg dari Larutan uji. tanpa pemanasan. Larutan jernih. Uapkan hingga
kering dengan pemanasan menggunakan “microwave
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup oven” 600–700 W selama 20 menit, atau panaskan
rapat. dalam oven pada suhu 100o selama 1 jam, lakukan
pengeringan secara bertahap dalam hampa udara
Penandaan Pada etiket cantumkan rentang hingga diperoleh residu kering putih, tidak lengket
kerapatan serbuk ruahan. atau serbuk kekuningan.

Perubahan
MANITOL Jarak lebur <1021> Antara 165º dan 170.
Mannitol
Hilangkan persyaratan
Rotasi jenis <1081> Antara +137º dan +145º;
lakukan penetapan menggunakan larutan yang dibuat
sebagai berikut: Masukkan lebih kurang 1 g zat yang
ditimbang saksama ke dalam labu tentukur 100-ml,
tambahkan 40 ml larutan amonium molibdat P
(1 dalam 10), jika perlu saring terlebih dahulu.
D-Manitol [69-65-8] Tambahkan 20 ml asam sulfat 1 N, encerkan dengan
C6H14O6 BM 182,17 air sampai tanda.

Perubahan Tambahan persyaratan


Manitol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan Kejernihan larutan Larutan jernih dan tidak
tidak lebih dari 102,0%, C6H14O6, dihitung terhadap berwarna; kejernihan sama dengan air atau opalesen
zat kering. tidak lebih dari Suspensi baku dan warna tidak lebih
intensif dari Larutan baku.
Pemerian Serbuk hablur putih atau granul mengalir Larutan hidrazin sulfat Buat larutan hidrazin sulfat
bebas; tidak berbau; rasa manis. P 10,0 mg per ml, biarkan selama 4 jam–6 jam.
– 2604 –

Larutan metenamin Timbang 2,5 g metenamin P, Perubahan


masukkan dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca, Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
larutkan dalam 25 ml air. lakukan penetapan menggunakan 1,000 g zat yang
Suspensi opalesen primer Tambahkan 25,0 ml dikeringkan pada suhu 105º selama 4 jam.
Larutan hidrazin sulfat pada Larutan metenamin,
campur dan biarkan selama 24 jam. Larutan stabil Hilangkan persyaratan
selama 2 bulan, simpan dalam wadah kaca bebas dari Klorida <361> Tidak lebih dari 0,007%; pengujian
permukaan kasar. Larutan tidak boleh lengket pada dilakukan menggunakan 2,0 g zat, kekeruhan yang
kaca dan harus dicampur sempurna sebelum terjadi tidak lebih keruh dari 0,20 ml asam
digunakan. hidroklorida 0,020 N.
Baku opalesen Encerkan 15,0 ml Suspensi
Hilangkan persyaratan
opalesen primer dengan air sampai 1000 ml. Larutan Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,01%; pengujian
dibuat segar dan dapat disimpan sampai 24 jam. dilakukan menggunakan 2,0 g zat, kekeruhan yang
Suspensi baku Tambahkan 95,0 ml air terjadi tidak lebih keruh dari 0,20 ml asam sulfat
pada 5,0 ml Baku opalesen. Campur dan kocok 0,020 N.
sebelum digunakan.
Larutan baku Pipet 3,0 ml besi(III) klorida LK, Hilangkan persyaratan
3,0 ml kobalt(II) klorida LK, 2,4 ml tembaga(II) sulfat Arsen <321> Metode II Tidak lebih dari 1 bpj.
LK ke dalam labu tentukur 1000 ml. Encerkan dengan
asam hidroklorida P 1% sampai tanda. Perubahan
Larutan uji Buat larutan zat mengandung manitol Gula mereduksi Tidak lebih dari 0,1% sebagai
glukosa.
100,0 mg per ml. Larutan tembaga sulfat Buat larutan tembaga(II)
Prosedur Bandingkan warna, kejernihan, dan sulfat P dalam air dengan kadar 69,2 mg per ml.
opalesen sejumlah volume sama Suspensi baku, Larutan kalium natrium tartrat Larutkan 173 g
Larutan baku, dan Larutan uji. kalium natrium tartrat P dan 50 g natrium hidroksida
P dalam 400 ml air. Panaskan sampai mendidih,
Tambahan persyaratan biarkan dingin dan encerkan dengan air bebas karbon
Konduktivitas Tidak lebih dari 20 µS per cm pada dioksida P sampai 500 ml.
suhu 25. Lakukan penetapan menggunakan 20,0 g Larutan tembaga-tartrat Campur sejumlah volume
zat yang dilarutkan dalam air bebas karbon dioksida sama Larutan tembaga sulfat dan Larutan kalium
natrium tartrat segera sebelum digunakan.
P yang disiapkan dengan cara pemanasan pada suhu Prosedur Timbang 7,0 g zat, tambahkan 15 ml air.
40-50. Setelah dingin ukur konduktivitas larutan Didihkan secara perlahan dengan 40 ml Larutan
sambil diaduk perlahan dengan pengaduk magnetik. tembaga-tartrat selama 3 menit dan biarkan selama
2 menit: terbentuk endapan. Saring melalui penyaring
Tambahan persyaratan kaca masir 10 µm–16 µm (dilapisi dengan tanah
Batas mikroba <51> Angka Lempeng Total tidak diatome) atau penyaring kaca masir 5 µm–10 µm.
lebih dari 103 koloni per g; total angka kapang dan Bilas residu dengan air panas (50-60) sampai air
khamir tidak lebih dari 102 koloni per g. Uji terhadap bilasan tidak bersifat basa dan saring melalui
Escherichia coli memberikan hasil negatif. Jika penyaring kaca masir, buang semua filtrat. Larutkan
endapan dalam 20 ml larutan besi(III) sulfat (larutkan
digunakan untuk penggunaan parenteral Angka
50 g besi(III) sulfat P dalam air, tambahkan 200 ml
Lempeng Total tidak lebih dari 102 koloni per g. asam sulfat P, tambahkan air hingga 1000 ml), saring
melalui penyaring kaca masir, bilas saringan dengan
Tambahan persyaratan 15 ml–20 ml air. Campur bilasan dan filtrat, panaskan
Endotoksin bakteri <201> Jika digunakan untuk sampai 80, titrasi dengan kalium permanganat
pembuatan sediaan injeksi tanpa proses penghilangan 0,02 M LV: warna hijau berubah menjadi merah
endotoksin lebih lanjut memenuhi syarat: tidak lebih muda, warna bertahan sekurang-kurangnya selama
dari 4 unit Endotoksin FI untuk sediaan parenteral 10 detik.
dengan kadar manitol 100 g per liter atau kurang;
tidak lebih dari 2,5 unit Endotoksin FI untuk sediaan Tambahan peryaratan
parenteral dengan kadar manitol lebih dari 100 g per Nikel Tidak lebih dari 1 bpj.
Larutan uji Suspensikan 10,0 g zat dalam 30 ml
liter. asam asetat encer P (115 g per liter-125 g per liter),
tambahkan air, kocok hingga larut. Encerkan dengan
Hilangkan persyaratan air sampai 100,0 ml. Tambahkan 2,0 ml larutan jenuh
Keasaman Larutkan 5,0 g zat dalam 50 ml air bebas amonium pirolidinditio karbamat (lebih kurang 10 g
karbon dioksida P, tambahkan 3 tetes fenolftalein LP, per liter) dan 10,0 ml metil isobutil keton P jenuh air,
titrasi dengan natrium hidroksida 0,020 N LV sampai kocok selama 30 detik lindungi dari cahaya. Biarkan
titik akhir warna merah muda: diperlukan tidak lebih lapisan memisah, gunakan lapisan metil isobutil
dari 0,30 ml natrium hidroksida 0,020 N untuk keton.
netralisasi.
– 2605 –

Larutan baku Buat tiga larutan baku seperti tertera Total - 2,0 Tidak lebih
pada Larutan uji tanpa zat uji, pada ketiga larutan cemaran besar dari
baku tambahkan berturut-turut 0,5 ml, 1,0 ml, dan puncak
1,5 ml larutan baku nikel (10 bpj). utama
Blangko Lakukan seperti tertera pada Larutan uji, Larutan
tanpa zat uji, menggunakan metil isobutil keton P baku B
jenuh air. Abaikan puncak cemaran lebih kecil dari 0,05%; setiap
Prosedur Ukur serapan Larutan baku, Larutan uji, puncak yang lebih besar dari puncak utama Larutan
Blangko secara berurutan pada garis emisi baku C.
232,0 nm dengan Spektrofotometer Serapan Atom
seperti tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Perubahan
Cahaya <1191> , dilengkapi dengan lampu “hollow- Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
cathode” nikel, menggunakan nyala asetilena–udara. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Buat kurva kalibrasi serapan Larutan baku terhadap
Kromatografi <931>.
kadar nikel dalam µg per ml. Dari kurva yang
diperoleh hitung kadar nikel, Ni, dalam µg per ml Fase gerak Air yang telah diawaudarakan.
Larutan uji. Larutan kesesuaian sistem A Timbang saksama
sejumlah sorbitol dan Manitol BPFI, masukkan ke
Tambahan persyaratan dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara encerkan hingga kadar masing-masing 25,0 mg per ml.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan kesesuaian sistem B Timbang sejumlah
Kromatografi <931>. maltitol dan isomalt, masukkan dalam labu tentukur
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem A, Larutan yang sesuai, larutkan dan encerkan hingga kadar
kesesuaian sistem B, Larutan baku B, Larutan baku masing-masing 1,0 mg per ml.
C, Larutan uji, Sistem kromatografi Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar. Larutan baku A Timbang saksama sejumlah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Manitol BPFI, masukkan dalam labu tentukur yang
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku B, sesuai, larutkan dan encerkan hingga kadar 50,0 mg
Larutan C dan Larutan uji ke dalam kromatograf, per ml.
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak. Larutan baku B Pipet 2,0 ml Larutan uji,
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
yang digunakan. Masing-masing cemaran dan total dengan air sampai tanda.
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Larutan baku C Pipet 0,5 ml Larutan baku B,
Tabel. masukkan ke dalam labu tentukur 20-ml, encerkan
dengan air sampai tanda.
Tabel
Larutan uji Buat larutan zat dengan kadar manitol
Cemaran Waktu retensi Batas Keterangan
relatif (menit) (%) 50,0 mg per ml.
Isomalt 0,60 - Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
(puncak tinggi dilengkapi dengan detektor indeks bias yang
pertama) dipertahankan pada suhu tetap dan kolom
Maltitol 0,69 - 7,8 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L19.
Isomalt 0,73 - Pertahankan suhu kolom pada 85°±2º, suhu detektor
(puncak pada 40°, laju alir lebih kurang 0,5 ml per menit.
kedua) Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Manitol 1,0 sistem A, rekam kromatogram dan ukur respons
Sorbitol 1,2 2,0 Tidak lebih puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
besar dari
puncak antara puncak sorbitol dan manitol tidak kurang dari
utama 2,0.
Larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
baku B volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku A
Cemaran - 0,10 Tidak lebih dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
yang tidak besar dua kromatogram selama tidak kurang dari 1,5 kali waktu
diketahui kali dari retensi manitol dan ukur respons puncak utama.
puncak [Catatan Waktu retensi manitol lebih kurang
utama 20 menit.] Hitung persentase manitol, C6H14O6,
Larutan dalam zat dengan rumus:
baku C
Total isomalt - 2,0 Tidak lebih
dan maltitol besar dari  rU   CS 
puncak       100
utama  rS   CU 
Larutan
baku B
– 2606 –

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Larutan uji dan Larutan baku A; CS adalah kadar lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas
Manitol BPFI dalam mg per ml Larutan baku A; fosfor pentoksida P selama 5 jam.
CU adalah kadar manitol dalam mg per ml Larutan
uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Perubahan


baik. Cemaran organik
Uji 1
Tambahan persyaratan Lakukan penetapan secara Kromatografi lapis tipis
Penandaan Untuk pembuatan sediaan parenteral, seperti tertera pada Kromatografi <931>.
pada etiket harus tertera kadar maksimum endotoksin Fase gerak Campuran etilasetat P-dietilamina P-n-
bakteri. heksana P-metanol P (93:7:1:1).
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Mepiramin Maleat BPFI, larutkan dalam campuran
MEPIRAMIN MALEAT metanol P-amonium hidroksida P (200:1)
Pirilamin Maleat hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per ml. Encerkan
Pyrilamine Maleat dengan pelarut yang sama hingga diperoleh Larutan
baku A, B, dan C dengan komposisi sebagai berikut:

Larutan Pengenceran Kadar baku Persentase


baku pembanding (%, untuk
mg per ml pembanding
2-[[2-(Dimetilamino)etil](p-metoksibenzil)-amino]- dengan
piridin maleat (1:1) [59-33-6] Larutan uji)
C17H23N3O.C4H4O4 BM 401,46 A (1 dalam 4) 0,1 0,5
B (3 dalam 20) 0,06 0,3
Mepiramin maleat mengandung tidak kurang dari C (1 dalam 20) 0,02 0,1
98,0% dan tidak lebih dari 100,5%,
C17H23N3O.C4H4O4, dihitung terhadap zat kering, Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
pentoksida P selama 5 jam. larutkan dalam campuran metanol P-amonium
hidroksida P (200:1) hingga kadar lebih kurang
20 mg per ml.
Pemerian Serbuk hablur putih, biasanya berbau
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
lemah. Larutan bersifat asam terhadap lakmus.
10 l Larutan uji dan Larutan baku A, B, dan C pada
lempeng kromatografi campuran silika gel. [Catatan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah
Lempeng telah dilalui Fase gerak selama 2 jam dan
larut dalam etanol dan dalam kloroform; sukar larut dikeringkan.] Masukkan ke dalam bejana
dalam eter dan dalam benzena. kromatografi, biarkan Fase gerak merambat hingga
tiga per empat tinggi lempeng, angkat lempeng dan
Baku pembanding Mepiramin Maleat BPFI; simpan biarkan kering di udara, amati lempeng di bawah
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. cahaya ultraviolet 254 nm. Bercak lain selain bercak
utama pada kromatogram dari Larutan uji tidak lebih
Identifikasi besar atau intensif dari bercak utama Larutan baku A
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah (0,5%) dan jumlah semua bercak lain kecuali bercak
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida utama dari Larutan uji tidak lebih dari 1,0%.
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Mepiramin Tambahan persyaratan
Maleat BPFI. Uji 2
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat 10 µg Masing-masing cemaran tidak lebih dari 0,3% dan
per ml dalam asam sulfat 0,5 N, menunjukkan total cemaran tidak lebih dari 1,0%; lakukan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
yang sama seperti pada Mepiramin Maleat BPFI; tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
daya serap masing-masing dihitung terhadap zat Fase gerak Campuran amonium asetat
kering pada panjang gelombang lebih kurang 0,01 M-metanol P-trietilamina P (40:60:0,1), saring
236 nm dan 312 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%. dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Suhu lebur <1021> Metode I Antara 99º dan 103º. Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Mepiramin Maleat BPFI, masukkan ke dalam labu
– 2607 –

tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Merkaptopurin mengandung tidak kurang dari 97,0%
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 g per ml. dan tidak lebih dari 102,0%, C5H4N4S, dihitung
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg terhadap zat anhidrat.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai Pemerian Serbuk hablur, warna kuning, tidak berbau
tanda, kocok. atau praktis tidak berbau. Melebur pada suhu tidak
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja lebih dari 308°, disertai peruraian.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
berukuran 4,0 mm x 30 cm yang berisi bahan pengisi Kelarutan Tidak larut dalam air, dalam aseton dan
L11. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per menit. Lakukan dalam eter; larut dalam etanol panas dan dalam larutan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam alkali encer; sukar larut dalam asam sulfat 2 N.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Perubahan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. Baku pembanding Merkaptopurin BPFI; tidak boleh
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
kurang 20 µl) Larutan uji ke dalam kromatograf, wadah tertutup rapat, dalam lemari pendingin.
lakukan kromatograf selama 25 menit. Rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Perubahan
[Catatan Abaikan respons puncak maleat yang Identifikasi
terelusi dekat dengan puncak pelarut.] Hitung A. Spektrum serapan inframerah zat yang
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
rumus: maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Merkaptopurin BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
C r 
10.000      i  Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti yang
 W   rS  diperoleh pada Penetapan kadar.

C adalah kadar Mepiramin Maleat BPFI dalam mg Tambahan persyaratan


per ml Larutan baku; W adalah bobot zat dalam mg Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
yang digunakan dalam Larutan uji; ri adalah respons
puncak masing-masing cemaran; rS adalah respons Perubahan
puncak utama Larutan baku. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 12,0%;
lakukan penetapan menggunakan 0,3 g zat
Hilangkan persyaratan dalam 30 ml metanol P dan 5 g asam salisilat P
Cemaran senyawa organik mudah menguap sebagai media.
<471> Metode I Memenuhi syarat.
Fosfor Tidak lebih 100 bpj; lakukan penetapan
Perubahan sebagai berikut: Panaskan 200 mg zat dengan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 ml asam sulfat 15 N dalam tabung reaksi besar,
400 mg zat yang telah dikeringkan, larutkan dalam secara berkala tambahkan asam nitrat P tetes demi
50 ml asam asetat glasial P. Tambahkan 1 tetes tetes secara hati-hati. Lanjutkan pemanasan hingga
kristal violet LP dan titrasi dengan asam perklorat semua cairan praktis menguap dan residu tidak
0,1 N LV sampai warna hijau biru. Lakukan berwarna. Pindahkan residu ke dalam labu tentukur
penetapan blangko dan koreksi jika perlu. 25-ml dengan bantuan sedikit air, tambahkan 1 ml
asam sulfat 15 N, 0,5 ml asam nitrat P,
Tiap ml asam perklorat 0,1 N 0,75 ml amonium molibdat LP dan 1 ml asam
setara dengan 20,07 mg C17H23N3O.C4H4O4. aminonaftolsulfonat LP, kemudian encerkan dengan
air sampai tanda. Diamkan campuran selama 5 menit,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup ukur serapan larutan pada panjang gelombang
rapat, tidak tembus cahaya. 750 nm terhadap blangko yang diperlakukan sama.
Serapan larutan ini tidak lebih besar dari serapan 2 ml
larutan baku fosfat yang diperlakukan sama mulai
MERKAPTOPURIN dari “tambahkan 1 ml asam sulfat 15 N”. Larutan
baku fosfat mengandung 43,96 µg kalium fosfat
Mercaptopurine monobasa P kering per ml, setara dengan 10 µg P
(0,010%).

Tambahan persyaratan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Perubahan Larutan A Buat larutan asam format P 0,1% dalam
Purin-6-tiol monohidrat [6112-76-1] air.
C5H4N4S.H2O BM 170,19 Larutan B Campuran metanol P-Larutan A (2:98).
C5H4N4S [50-44-2] BM 152,18
Larutan C Campuran metanol P-Larutan A (1:1).
– 2608 –

Fase gerak Gunakan variasi campuran CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
Larutan B dan Larutan C seperti tertera pada Sistem berdasarkan bobot yang ditimbang; F adalah faktor
Kromatografi. respons relatif masing-masing cemaran seperti tertera
Larutan baku persediaan Timbang saksama pada Tabel.
sejumlah Merkaptopurin BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih Tabel
kurang 0,06 mg per ml. [Catatan Gunakan metanol P Cemaran Waktu retensi Faktor Batas
setara dengan 2,5% volume akhir untuk relatif respon
membantu melarutkan.] (menit) relatif (%)
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Senyawa sejenis A 0,54 6,3 0,15
persediaan, encerkan dengan Larutan B hingga kadar didanosin
merkaptopurin lebih kurang 1,2 g per ml. Merkaptopurin 1,00 - -
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku, Merkaptopurin 2,90 4,4 0,15
encerkan dengan Larutan B hingga kadar disulfida
merkaptopurin lebih kurang 0,06 g per ml. Cemaran yang - 1,0 0,10
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, tidak diketahui
larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga Total cemaran - - 0,5
kadar lebih kurang 0,12 mg per ml. [Catatan Abaikan puncak cemaran lebih kecil dari 0,05%.
Suntikkan Larutan uji dalam 1 jam setelah
pembuatan.] Perubahan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan kolom Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
4,6 mm × 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Kromatografi <931>.
ukuran partikel 3 µm. Pertahankan suhu kolom pada Larutan A Buat larutan amonium asetat P
30° dan “autosampler” pada 4. Laju alir lebih 0,77 g per liter dalam air.
kurang 1,0 ml per menit. Kromatogram diprogram Fase gerak Buat campuran metanol P -Larutan A
sebagai berikut: (25:75).
Larutan baku persediaan Larutan mengandung
Waktu (menit) Larutan B (%) Larutan C (%) merkaptopurin 0,2 mg per ml dalam campuran air-
0 100 0 metanol P (1:1) yang dibuat sebagai berikut:
8 100 0 Timbang saksama sejumlah Merkaptopurin BPFI,
20 0 100 masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai dan
25 0 100 tambahkan metanol P hingga 50% volume labu
27 100 0 tentukur. Kocok secara mekanik hingga larut dan
30 100 0 encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera kadar merkaptopurin 0,02 mg per ml.
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan Larutan uji persediaan Timbang saksama 25 mg
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak zat, pindahkan ke dalam labu tentukur 50-ml.
lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi terhadap Tambahkan 25 ml metanol P, kocok secara mekanik
Larutan sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur selama lebih kurang 45 menit dan encerkan dengan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: air sampai tanda. Pipet 20 ml larutan ke dalam labu
perbandingan “signal to noise” tidak kurang dari 10. tentukur 25-ml dan encerkan dengan Fase gerak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sampai tanda.
volume sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
kromatogram dan ukur semua respons puncak. kadar lebih kurang 0,02 mg per ml.
Hitung persentase masing-masing cemaran lain, Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dalam zat dengan rumus: tinggi dilengkapi dengan detektor 325 nm dan kolom
4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L68 dengan
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 ml
 ri   CS  1
         100 per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
 rS   CU  F baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif tidak lebih
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dari 0,73%.
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
merkaptopurin dari Larutan baku; CS adalah kadar
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan
Merkaptopurin BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
– 2609 –

Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam A. Spektrum serapan inframerah zat yang
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
persentase merkaptopurin, C5H4N4S, dalam zat maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
dengan rumus: sama seperti pada Metamizol Natrium BPFI.
B. Larutkan 50 mg zat dalam 1 ml hidrogen
 rU   CS  peroksida P: terjadi warna biru yang dengan cepat
      100 memudar dan berubah menjadi merah intens dalam
 rS   CU  beberapa menit.

Tambahan persyaratan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
C. Masukkan 100 mg zat dalam tabung reaksi,
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
tambahkan beberapa manik kaca dan larutkan zat
Merkaptopurin BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
dalam 1,5 ml air. Tambahkan 1,5 ml asam
CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
hidroklorida P 7,3% kemudian pada ujung terbuka
berdasarkan bobot yang ditimbang.
tabung, tempatkan kertas saring yang telah dibasahi
larutan kalium iodat P 20 mg dalam 2 ml kanji LP.
Perubahan
Panaskan perlahan, uap belerang dioksida yang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
terjadi mewarnai kertas saring menjadi biru. Setelah
rapat, terlindung cahaya, pada suhu ruang.
pemanasan perlahan selama 1 menit, ambil batang
pengaduk dengan setetes larutan asam kromotropak P
1%, garam natrium dalam asam sulfat P dan
Perubahan judul tempatkan pada ujung terbuka tabung: dalam
DIPIRON 10 menit terjadi warna biru-violet pada tetesan
Metampiron pereaksi.
Metamizol natrium D. Menunjukkan reaksi Natrium seperti tertera
Dipyrone pada Uji Identifikasi Umum <291>, menggunakan
0,5 ml larutan zat 5,0% dalam air bebas karbon
dioksida P.

Hilangkan persyaratan
Natrium bisulfit Larutkan 100 mg zat dalam 10 ml
air; larutan jernih, tambahkan biru bromotimol LP;
larutan berwarna hijau.

Tambahan persyaratan
Perubahan Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
Natrium [(1,5-dimetil-3-okso-2-fenil-2,3-dihidro-1H- penetapan menggunakan larutan zat 5,0% dalam air
pirazol-4-il)-N-metilamino] metansulfonat monohidrat bebas karbon dioksida P.
[5907-38-0]
C13H16N3NaO4S.H2O BM 351,4 Tambahan persyaratan
Warna dan akromisitas <1291> Metode III warna
Dipiron mengandung tidak kurang dari 99,0% dan larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan V6;
tidak lebih dari 101,0%, C13H16N3NaO4S, dihitung lakukan penetapan menggunakan larutan 5,0% dalam
terhadap zat kering. air bebas karbon dioksida P segera setelah disiapkan.

Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih. Tambahan persyaratan


Keasaman kebasaan Pada 5 ml larutan zat 5,0%
Tambahan persyaratan dalam air bebas karbon dioksida P, tambahkan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, larut dalam 0,1 ml fenolftalein LP: larutan tidak berwarna.
etanol, praktis tidak larut dalam metilena klorida. Diperlukan tidak lebih dari 0,1 ml natrium hidroksida
0,02 N untuk mengubah warna indikator menjadi
Tambahan persyaratan merah muda.
Baku Pembanding Metamizol Natrium BPFI;
Senyawa Sejenis A Metamizol BPFI; Senyawa Sejenis Tambahan persyaratan
B Metamizol BPFI; Senyawa Sejenis C Metamizol Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan
BPFI; Senyawa Sejenis D Metamizol BPFI; Senyawa penetapan menggunakan 150 mg zat dalam 15 ml air.
Sejenis E Metamizol BPFI.
Hilangkan persyaratan
Perubahan Arsen <321> Tidak lebih dari 2 bpj.
Identifikasi
Lakukan identifikasi A dan D atau B, C, dan D.
– 2610 –

Perubahan semua respons puncak. Hitung persentase masing-


Susut pengeringan <1121> Antara 4,9% dan 5,3%; masing senyawa sejenis.
lakukan pengeringan pada suhu 105º hingga bobot Masing-masing senyawa sejenis dan total cemaran
tetap menggunakan 1 g zat. tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.

Perubahan Tabel
Logam berat <371> Metode II Tidak lebih dari Waktu retensi Batas
20 bpj. Gunakan 12 ml larutan segar yang dibuat Nama
relatif
dengan melarutkan 2,0 g zat dalam 20,0 ml air. Senyawa 0,7 -
Sebagai pembanding Larutan baku timbal 2 bpj. sejenis A
Senyawa 0,8 Tidak lebih dari 1,5 kali
Tambahan persyaratan sejenis E respons puncak utama
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Larutan baku D (0,15%)
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Metamizol 1 -
Kromatografi <931> [Catatan Gunakan larutan Senyawa 2,5 Tidak lebih dari 5 kali
segar.] sejenis C respons puncak utama
Dapar Buat campuran larutan natrium dihidrogen Larutan baku D (0,5%)
fosfat P 6 mg per ml- trietilamina P (1000:1), atur pH Cemaran lain - Tidak lebih dari 0,5 kali
hingga 7,0 dengan penambahan natrium hidroksida P respons puncak utama
42%. Larutan baku D (0,05%)
Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P Total - Tidak lebih dari 5 kali
(72:28), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan cemaran respons puncak utama
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Larutan baku D (0,5%)
tertera pada Kromatografi <931>. Abaikan respons puncak kurang dari 0,3 kali respons
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg puncak utama Larutan baku D (0,03%).
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan
dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. Perubahan
Larutan baku A Timbang saksama lebih kurang Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
5 mg Senyawa sejenis A Metamizol BPFI, masukkan 200 mg zat, larutkan dalam 10 ml asam hidroklorida
ke dalam labu tentukur 10-ml. Larutkan dan encerkan 0,01 N yang sebelumnya telah didinginkan dalam air
dalalm metanol P sampai tanda. es. Segera titrasi perlahan dengan iodum 0,05 N LV,
Larutan baku B Pipet 1 ml Larutan baku A ke setiap penambahan iodum larutkan endapan yang
dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase terbentuk dengan pengocokan menggunakan
gerak sampai tanda. Pipet 1 ml larutan ini, masukkan pengaduk magnet. Mendekati akhir titrasi, tambahkan
ke dalam labu tentukur 10-ml yang berisi 5,0 mg 2 ml larutan kanji P dan lanjutkan titrasi hingga
Senyawa sejenis E Metamizol BPFI, larutkan. terjadi warna biru tidak kurang dari 2 menit. Suhu
Encerkan dengan metanol P sampai tanda. larutan selama titrasi dipertahankan tidak lebih dari
Larutan baku C Larutkan 40 mg zat dalam 20,0 ml 10°.
metanol P, didihkan di bawah refluks selama
10 menit. Diamkan hingga suhu ruang dan encerkan Tiap ml iodum 0,05 N
dengan metanol P hingga 20,0 ml. setara dengan 16,67 mg C13H16N3NaO4S
Larutan baku D Encerkan 1 ml Larutan baku A
dengan metanol P hingga 100,0 ml. Perubahan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom baik, terlindung cahaya.
berukuran 4,6 mm × 5 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 1,8 µm. Laju alir lebih kurang
1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap METAPROTERENOL SULFAT
Larutan baku B rekam kromatogram dan ukur semua Metaproterenol Sulfate
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
perbandingan puncak dan bahu (Hp/Hv) tidak kurang
dari 3,0. Hp adalah tinggi puncak senyawa sejenis A
dari garis dasar dan Hv adalah tinggi di atas garis
dasar dari titik terendah kurva pemisah puncak
senyawa sejenis A dari puncak senyawa sejenis E.
Waktu retensi relatif senyawa sejenis terhadap
(
metamizol tertera pada Tabel. (waktu retensi
±)-3,5-Dihidroksi-α-[(isopropilamino)metil] benzil
metamizol lebih kurang 2 menit)
alkohol sulfat (2:1) [5874-97-5]
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
(C11H17NO3)2.H2SO4 BM 520,59
volume sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku B, C,
D, dan Larutan uji ke dalam kromatograf, lakukan
Metaproterenol sulfat mengandung tidak kurang
kromatografi selama empat setengah kali waktu
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
retensi metamizol, rekam kromatogram dan ukur
(C11H17NO3)2.H2SO4, dihitung terhadap zat anhidrat,
bebas isopropanol dan bebas metanol.
– 2611 –

Pemerian Serbuk hablur, putih hingga hampir piridina P, campur dan diamkan selama 1 jam.
putih. Encerkan dengan piridina P sampai tanda. Pipet
5 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml,
Kelarutan Mudah larut dalam air. encerkan dengan piridina P sampai tanda, larutan
mengandung lebih kurang 30 µg per ml.
Perubahan
Larutan baku metanol Buat seperti tertera pada
Baku pembanding Metaproterenol Sulfat BPFI;
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, Larutan baku isopropanol menggunakan lebih
higroskopis. Simpan dalam wadah tertutup rapat, kurang 100 mg metanol P yang ditimbang saksama,
terlindung cahaya. Lakukan pengerjaan di tempat larutan mengandung lebih kurang 10 µg per ml.
kering. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
Identifikasi larutkan dalam lebih kurang 2 ml air, encerkan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dengan piridina P sampai tanda.
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 2 mm x
bilangan gelombang yang sama seperti pada 2 m berisi bahan pengisi 0,1% fase diam G25 pada
Metaproterenol Sulfat BPFI partikel penyangga S7, dengan ukuran 80 mesh
B. Pada larutan 10 mg per ml tambahkan 1 tetes
hingga 100 mesh. Pertahankan suhu injektor dan
besi(III) klorida LP: terjadi warna ungu.
C. Menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B, dan C detektor berturut-turut pada lebih kurang 150º dan
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. 250º. Suhu kolom diprogram mulai pada suhu 40º
D. Waktu retensi puncak utama kromatogram selama 2 menit, naikkan lebih kurang 15º per menit
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti hingga 200º dan pertahankan suhu pada 200º
yang diperoleh pada Penetapan kadar. selama 10 menit. Gunakan helium P sebagai gas
pembawa dengan laju alir lebih kurang 15 ml per
pH <1071> Antara 4,0 dan 5,5; lakukan penetapan menit.
menggunakan larutan 100 mg per ml. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 2 µl) Larutan uji,
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%. Larutan baku isopropanol, dan Larutan baku
metanol ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
dan ukur respons puncak. Hitung jumlah dalam mg
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari isopropanol dan metanol dalam zat dengan rumus:
10 bpj.
r 
Besi <331> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan 0,1C   u 
penetapan dengan melarutkan 2,0 g zat dalam 45 ml  rs 
air dan tambahkan 2 ml asam hidroklorida P.
C adalah kadar isopropanol dalam µg per ml
Perubahan Larutan baku isopropanol atau kadar metanol
Metaproteronon sulfat Tidak lebih dari 0,1%; dalam µg per ml Larutan baku metanol; ru dan rs
lakukan Spektrofotometri seperti tertera pada berturut-turut adalah respons puncak analit dalam
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>:
daya serap larutan 9,0 mg per ml pada panjang Larutan uji dan Larutan baku isopropanol atau
gelombang 328 nm, tidak lebih dari 0,009. Larutan baku metanol.

Hilangkan persyaratan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Cemaran senyawa organik mudah menguap Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
<471> Metode I Memenuhi syarat; lakukan pada Kromatografi <931>.
penetapan menggunakan Larutan uji dengan kadar Larutan A Larutkan 11,9 g natrium fosfat dibasa
20 mg per ml dan Larutan baku dengan kadar dua anhidrat P dalam air hingga 1000 ml.
kali Larutan uji. Larutan B Larutkan 9,1 g kalium fosfat
monobasa P dalam air hingga 1000 ml.
Isopropanol dan metanol Tidak lebih dari 0,3% Fase gerak Buat campuran Larutan A-Larutan B-
isopropanol dan tidak lebih dari 0,1% metanol.
metanol P (735:140:125), saring dan awaudarakan.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan baku isopropanol Timbang saksama Metaproterenol Sulfat BPFI, masukkan ke dalam
lebih kurang 300 mg isopropanol, masukkan ke labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
dalam labu tentukur 100-ml yang berisi lebih dengan asam hidroklorida 0,01 N hingga kadar
kurang 10 ml air dan encerkan dengan air sampai 2 mg per ml.
tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
tentukur 100-ml, tambahkan lebih kurang 85 ml 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
– 2612 –

50-ml, larutkan dan encerkan dengan asam Perubahan


hidroklorida 0,01 N sampai tanda. Disolusi <1231>
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Media disolusi: 900 ml asam hidroklorida 0,1 N.
tinggi dilengkapi dengan detektor 278 nm, kolom Alat tipe 2: 50 rpm.
pelindung 4,6 mm x 5 cm berisi bahan pengisi L7 Waktu: 20 menit
dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 Larutan baku Larutan Metildopa BPFI dalam
dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih Media disolusi.
kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi Larutan uji Pipet sejumlah alikot, encerkan dengan
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan Media disolusi hingga kadar sama dengan Larutan
ukur respons puncak seperti tertera pada baku.
Prosedur: efisiensi kolom puncak analit tidak Prosedur Lakukan penetapan jumlah, C10H13NO4,
kurang dari 500 lempeng teoritis; faktor ikutan yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat
puncak analit tidak lebih dari 3,0 dan simpangan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
baku relatif pada penyuntikkan ulang tidak lebih gelombang serapan maksimum lebih kurang
dari 2,0%. 280 nm dan menggunakan Media disolusi sebagai
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah blangko. Hitung persentase metildopa, C10H13NO4,
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku yang terlarut.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
kromatogram dan ukur respons puncak utama. kurang dari 80% (Q) C10H13NO4, dari jumlah yang
Hitung jumlah dalam mg metaproterenol sulfat, tertera pada etiket.
(C11H17NO3)2.H2SO4, dalam zat dengan rumus:
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
r 
50C   u  Perubahan
 rs  Penetapan kadar
Larutan A Larutkan 1 g besi(II)sulfat P, 2 g kalium
C adalah kadar Metaproterenol Sulfat BPFI dalam natrium tartrat P, dan 100 mg natrium bisulfit P
mg per ml Larutan baku;ru dan rs berturut-turut dalam air hingga 100 ml. Larutan dibuat segar.
adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan Larutan B Timbang saksama sejumlah amonium
baku. asetat P, masukkan ke dalam labu tentukur yang
sesuai, larutkan dan encerkan dengan etanol P 20%
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup hingga kadar 50 g per liter. Atur pH hingga 8,5
rapat, tidak tembus cahaya. dengan amonium hidroksida 6 N.
Larutan baku Larutkan sejumlah Metildopa BPFI
dalam asam sulfat 0,1 N hingga kadar metildopa
TABLET METILDOPA anhidrat lebih kurang 1 mg per ml.
Methyldopa Tablets Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
Tablet metildopa mengandung metildopa, C10H13NO4, serbuk tablet setara dengan lebih kurang 100 mg
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% metildopa, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
dari jumlah yang tertera pada etiket. tambahkan 50 ml asam sulfat 0,1 N, goyang kuat
selama 15 menit, tambahkan asam sulfat 0,1 N
Perubahan sampai tanda. Saring, buang 20 ml filtrat pertama.
Baku pembanding Metildopa BPFI; tidak boleh Blangko Gunakan air.
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam Prosedur Pipet masing-masing 5 ml Larutan uji,
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Larutan baku, dan Blangko ke dalam tiga labu
tentukur 100-ml yang terpisah. Pada tiap labu
Perubahan tambahkan 5 ml Larutan A dan encerkan dengan
Identifikasi Larutan B sampai tanda. Ukur serapan kedua larutan
A. Pada lebih kurang 10 mg serbuk halus tablet pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
tambahkan 3 tetes larutan ninhidrin dalam asam kurang 520 nm terhadap Blangko. Hitung persentase
sulfat P (1 dalam 250): terjadi warna ungu tua dalam metildopa, C10H13NO4, dalam tablet dengan rumus:
waktu 5 menit hingga 10 menit. Tambahkan 3 tetes
air: warna berubah menjadi kuning kecoklatan pucat.  Au   CS 
B. Pada lebih kurang 10 mg serbuk halus tablet       100
tambahkan 2 ml asam sulfat 0,1 N dan 2 ml Larutan  As   CU 
A yang dibuat seperti tertera pada Penetapan kadar,
kemudian tambahkan 0,25 ml amonium hidroksida Au dan As berturut-turut adalah serapan Larutan uji
6 N, dan campur: segera terjadi warna ungu tua. dan Larutan baku; CS adalah kadar Metildopa BPFI
– 2613 –

dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar D. Masukkan lebih kurang 5 mg dalam tabung
metildopa dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan reaksi, tambahkan 2 ml kalium hidroksida etanol LP
jumlah yang tertera pada etiket. dan panaskan di dalam tangas air mendidih selama
5 menit. Dinginkan dan tambahkan 2 ml asam sulfat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup P (1 dalam 3,5) dan didihkan hati-hati selama lebih
baik. kurang 1 menit; terjadi bau etil asetat.

Rotasi jenis <1081> Antara +97º dan +105º, lakukan


METILPREDNISOLON ASETAT penetapan menggunakan larutan zat dalam dioksan P
Methylprednisolone Acetate yang mengandung 10 mg per ml.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;


lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.

Tambahan peryaratan
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
lebih dari 1,0% dan total cemaran tidak lebih dari
2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
11β,17,21-Trihidroksi-6α-metilpregna-1,4-diena- cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
3,20-diona 21-asetat [53-36-1) <931>.
C24H32O6 BM 416,51 Fase gerak Campuran air-tetrahidrofuran P
(149:51), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Metilprednisolon asetat mengandung tidak kurang penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%, C24H32O6, tertera pada Kromatografi <931>.
dihitung terhadap zat kering. Pengencer Buat campuran air-tetrahidrofuran P-
asetonitril P-asam asetat glasial P (499:250:250:1)
Pemerian Serbuk hablur, putih atau praktis putih; Larutan baku Timbang saksama Metilprednisolon
tidak berbau; melebur pada suhu lebih kurang 225º Asetat BPFI, larutkan dalam sejumlah Pengencer,
disertai peruraian. jika perlu sonikasi, encerkan dengan Pengencer
hingga diperoleh kadar lebih kurang 20 µg per ml.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dioksan; agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol, larutkan dalam sejumlah Pengencer, jika perlu
dalam kloroform, dan dalam metanol; sukar larut sonikasi, encerkan dengan Pengencer hingga
dalam eter. diperoleh kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Perubahan tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Baku pembanding Metilprednisolon Asetat BPFI; 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
lemari pembeku. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
simpangan baku relatif untuk penyuntikan ulang tidak
Identifikasi lebih dari 5,0%.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Larutan uji. Rekam kromatogram dan ukur semua
seperti pada Metilprednisolon Asetat BPFI. respons puncak. Hitung persentase masing-masing
B. Spektrum serapan ultraviolet 10 µg per ml cemaran dalam zat dengan rumus:
etanol P menunjukkan maksimum dan minimum
pada panjang gelombang yang sama seperti pada  ri   CS 
Metilprednisolon Asetat BPFI: daya serap masing-       100
masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan  rS   CU 
pada panjang gelombang maksimum lebih kurang
243 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Larutan uji; rS adalah respons puncak
Hilangkan persyaratan metilprednisolon asetat dari Larutan baku; CS adalah
Identifikasi kadar Metilprednisolon asetat BPFI dalam mg per ml
C. Larutkan lebih kurang 5 mg dalam 2 ml asam Larutan baku; CU adalah kadar metilprednisolon
sulfat P; terjadi warna merah anggur.
– 2614 –

asetat dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan Perubahan


bobot yang ditimbang. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25,
Perubahan masih diperbolehkan disimpan pada suhu antara 15
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dan 30.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran n-butil klorida P- METIL SALISILAT
n-butil klorida P jenuh air-tetrahidrofuran P- Methyl Salicylate
metanol P-asam asetat glasial P (95:95:14:7:6).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Saring dan
awaudarakan.
Larutan baku internal Buat larutan prednison 6 mg
per ml dengan cara sebagai berikut: Masukkan
prednison ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
asam asetat glasial P 3% dari volume labu, sonikasi. Metil salisilat [119-36-8]
Tambahkan perlahan kloroform P sampai tanda, C8H8O3 BM 152,15
sonikasi hingga larut.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Perubahan
Metilprednisolon Asetat BPFI, masukkan ke dalam Metil salisilat diproduksi secara sintetik atau
labu tentukur yang sesuai. Tambahkan Larutan baku diperoleh dari maserasi dan dilanjutkan dengan
internal 5% dari volume labu, encerkan dengan destilasi uap daun Gaultheria procumbens L. (Familia
kloroform P sampai tanda kocok hingga larut, hingga Ericaceae) atau kulit batang Betula lenta L (Familia
diperoleh kadar 0,2 mg per ml. Betulaceae). Mengandung tidak kurang dari 98,0%
Larutan uji Buat larutan zat uji dengan cara seperti dan tidak lebih dari 100,5%, C8H8O3.
yang tertera pada Larutan baku.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Pemerian Cairan, tidak berwarna, kekuningan atau
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom kemerahan, berbau khas seperti gandapura. Mendidih
4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir lebih antara 219º dan 224º disertai peruraian.
kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam etanol
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu dan dalam asam asetat glasial.
retensi relatif metilprednisolon asetat dan prednison
berturut-turut lebih kurang 1,0 dan 1,3; resolusi, R, Tambahan persyaratan
antara puncak metilprednisolon asetat dan puncak Baku pembanding Metil Salisilat BPFI; Simpan
prednison tidak kurang dari 2,5; simpangan baku dalam wadah tertutup rapat setelah ampul dibuka,
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. terlindung cahaya. Asam Salisilat BPFI. Senyawa
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sejenis A Metil Salisilat BPFI.
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Perubahan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Identifikasi
persentase metilprednisolon asetat, C24H32O6, dalam A. Spektrum serapan inframerah zat yang
zat dengan rumus: diteteskan dalam lempeng natrium klorida P atau
kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
 RU   CS 
      100 Metil Salisilat BPFI
 RS   CU 
Tambahan persyaratan
Identifikasi
Ru dan Rs berturut-turut adalah perbandingan respons B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
puncak metilprednisolon asetat dan prednison dalam Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar diperoleh pada Penetapan kadar.
metilprednisolon asetat BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; CU adalah kadar metilprednisolon Kelarutan dalam etanol 70% Larutkan satu bagian
asetat dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan volume metil salisilat sintetik atau metil salisilat
bobot yang ditimbang. alamiah dalam 7 bagian volume etanol 70%: sedikit
berkabut.
– 2615 –

Bobot jenis <981> Metil salisilat sintetik antara Perubahan


1,180 dan 1,185; metil salisilat alamiah antara 1,176 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dan 1,182. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Perubahan Fase gerak Buat campuran metanol P-asam fosfat P
Rotasi jenis <1081> Metil salisilat sintetik dan yang 0,1% (55:45).
berasal dari Betula tidak optik aktif. Metil salisilat Pengencer Gunakan metanol P.
dari Gaultheria sedikit memutar ke kiri, rotasi jenis Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
tidak lebih dari -1,5 dalam tabung 100 mm. sejumlah Metil Salisilat BPFI dan Senyawa Sejenis A
Metil Salisilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Hilangkan persyaratan Pengencer hingga kadar berturut-turut 150 µg per ml
Indeks bias <1001> Antara 1,535 dan 1,538; lakukan dan 3 µg per ml.
penetapan pada suhu 20º. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Metil
Salisilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Perubahan Pengencer hingga kadar berturut-turut 150 µg per ml.
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
20 bpj.
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kadar berturut-turut 150 µg per ml.
Tambahan pesyaratan
Asam salisilat dan dimetil 4-hidroksiisoftalat Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Asam salisilat tidak lebih dari 0,1% dan dimetil 4- dilengkapi dengan detektor 237 nm dan kolom
hidroksiisoftalat tidak lebih dari 0,5%; Lakukan 4,6 mm x 7,5 cm berisi bahan pengisi L7 dengan
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja ukuran partikel 3,5 µm. Pertahankan suhu kolom
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. pada suhu ruang. Laju alir lebih kurang 1 ml per
Fase gerak, Pengencer, Larutan uji, dan Sistem menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kromatografi Lakukan seperti pada Penetapan kadar. kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Salisilat BPFI, Metil Salisilat BPFI, Senyawa Sejenis resolusi, R, antara puncak metil salisilat dan dimetil
A Metil Salisilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan 4-hidroksiisoftalat tidak kurang dari 1,5. Lakukan
Pengencer hingga kadar berturut-turut 0,15 µg per ml; kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
0,15 µg per ml; 0,75 µg per ml. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Sistem kromatografi Lakukan kromatografi pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5;
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: lebih dari 0,5%. [Catatan Waktu retensi metilsalisilat
resolusi, R, antara puncak asam salisilat dan metil dan dimetil 4-hidroksiisoftalat berturut-turut 1,0 dan
salisilat tidak kurang dari 4; antara metil salisilat dan 1,2.]
dimetil 4-hidroksiisoftalat tidak kurang dari 2; Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
lebih dari 3% untuk ketiga puncak. [Catatan Waktu Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
retensi asam salisilat, metil salisilat, dan dimetil 4- kromatogram dan ukur respons puncak utama.
hidroksiisoftalat berturut-turut 0,6; 1,0; dan 1,2.] Lakukan kromatografi selama 7 menit. Hitung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah pesentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan rumus:
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
pesentase masing-masing cemaran dalam zat dengan  rU   CS 
     100
rumus:
 rS   CU 
 ri   C S 
      100
 rS   CU  rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak metal
salisilat dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam kadar Metil Salisilat BPFI dalam µg per ml Larutan
salisilat atau dimetil 4-hidroksiisoftalat Larutan uji baku; CU adalah kadar metal salisilat dalam µg per ml
dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam Salisilat Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
BPFI atau Senyawa Sejenis A Metil Salisilat BPFI
dalam µg per ml Larutan baku; CU adalah kadar metil Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
salisilat dalam µg per ml Larutan uji berdasarkan rapat.
bobot yang ditimbang.
– 2616 –

METILTESTOSTERON kloroform P-metanol P (9:1) hingga kadar 20 mg per


Methyltestosterone ml.
Enceran larutan baku Buat pengenceran Larutan
baku dalam campuran kloroform P-metanol P (9:1)
hingga kadar 0,20 mg per ml dan 0,10 mg per ml
setara dengan l,0% dan 0,5% terhadap Larutan uji.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih
kurang 10 mg Testosteron BPFI, larutkan dalam
0,5 ml Larutan baku, encerkan dengan campuran
kloroform P-metanol P (9:1) hingga 10,0 ml.
Perubahan Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
17β-Hidroksi-17-metilandrost-4-en-3-on [58-18-4] tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara
C20H30O2 BM 302,45 terpisah masing-masing 5 µl Larutan uji, Larutan
baku, Enceran larutan baku, dan Larutan kesesuaian
Metiltestosteron mengandung tidak kurang dari sistem pada lempeng kromatografi silika gel setebal
97,0% dan tidak lebih dari 103,0%, C20H30O2, 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
dihitung terhadap zat kering. kromatografi berisi fase gerak campuran butil asetat
P-heksana P-asam asetat glasial P (70:30:1) hingga
Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih atau putih fase gerak merambat lebih kurang tiga per empat
krem; tidak berbau dan stabil di udara, agak tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase gerak
higroskopis. Dipengaruhi cahaya. menguap. Amati di bawah cahaya ultraviolet pada
panjang gelombang 254 nm. Pengujian absah bila
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam kromatogram dari Larutan kesesuaian sistem
etanol, dalam metanol, dalam eter, dan dalam pelarut menunjukkan dua bercak yang terpisah dengan jelas.
organik lain; agak sukar larut dalam minyak nabati. Bandingan intensitas bercak lain selain bercak utama
dari Larutan uji dengan bercak utama dari Larutan
Perubahan baku dan Enceran larutan baku: jumlah intensitas
Baku pembanding Metiltestosteron BPFI: lakukan bercak lain dari Larutan uji tidak lebih dari 1,0% dan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º tidak ada satupun bercak lain yang lebih besar dari
selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam 0,5%.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
pendingin. Testosteron BPFI; lakukan pengeringan Tambahan persyaratan
dalam hampa udara di atas fosfor pentoksida P Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam lebih dari 0,5% dan total cemaran tidak lebih dari
wadah tertutup rapat, dalam lemari pendingin. 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Perubahan <931>.
Identifikasi Larutan A Campuran metanol P-air (55:45), saring
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dan awaudarakan.
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida Larutan B Gunakan metanol P
P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
gelombang yang sama seperti pada Metiltestosteron dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
BPFI. kromatografi.
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang larutkan dan encerkan dalam metanol P hingga kadar
diperoleh pada Penetapan kadar. lebih kurang 0,5 mg per ml.
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan
Hilangkan persyaratan uji, encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
Jarak lebur <1021> Antara 162º dan 167º . kurang 5 µg per ml
Rotasi jenis <1081> Antara +79º dan +85º; lakukan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
penetapan menggunakan larutan 10 mg per ml dalam tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
etanol P. 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1, dengan
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut :
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam.
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
Hilangkan persyaratan 0 100 0
Kemurnian kromatografi 20 60 40
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji, 40 0 100
larutkan dalam campuran kloroform P-metanol P 45 0 100
(9:1) hingga kadar 20 mg per ml. 60 100 0
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Metiltestosteron BPFI, larutkan dalam campuran
– 2617 –

Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian metiltestosteron tidak kurang dari 2,0; waktu retensi
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak relatif testosteron dan metiltestosteron berturut-turut
seperti tertera pada Prosedur: perbandingan “signal lebih kurang 0,8 dan 1,0.
to noise” puncak metiltestosteron tidak kurang dari Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
100. Lakukan kromatografi terhadap Larutan uji, volume sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%; pesentase metiltestosteron, C20H30O2, dalam zat
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih dengan rumus:
kurang 5 µl) Larutan uji ke dalam kromatograf,
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
 rU   CS 
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat      100
dengan rumus:
 rS   CU 
 ri 
  100 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
 rT  metiltestosteron dari Larutan uji dan Larutan baku;
CS adalah kadar Metiltestosteron BPFI dalam mg per
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari ml Larutan baku; CU adalah kadar metiltestosteron
Larutan uji; rT adalah jumlah semua respons puncak dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
Larutan uji. [Catatan Abaikan semua puncak yang ditimbang.
kurang dari 0,05%.]
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Perubahan baik, tidak tembus cahaya.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Tambahan persyaratan
Kromatografi <931>. Penandaan Pada etiket tertera bentuk sintetik atau
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air hasil destilasi dari tanaman Gaultheria procumbens L
(55:45), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan atau Betula lenta L.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Perubahan judul monografi
sejumlah Metiltestosteron BPFI, larutkan dan INJEKSI METOKLOPRAMIDA
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih Metoclopramide Injection
kurang 0,25 mg per ml.
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku Perubahan
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga Injeksi metoklopramida adalah larutan steril
kadar lebih kurang 20 µg per ml. metoklopramida hidroklorida, C14H22ClN3O2.HCl.H2O
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang dalam Air untuk injeksi. Setara dengan
saksama sejumlah Testosteron BPFI, larutkan dalam metoklopramida, C14H22ClN3O2, tidak kurang dari
metanol P hingga kadar lebih kurang 250 µg per ml. 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
Larutan kesesuaian sistem Encerkan 4 ml Larutan tertera pada etiket.
kesesuaian sistem persediaan dengan Larutan baku
hingga 50 ml. Perubahan
Larutan uji persediaan Timbang sejumlah zat, Baku pembanding Metoklopramida Hidroklorida
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
kadar lebih kurang 0,50 mg per ml. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji cahaya; Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
kadar lebih kurang 20 µg per ml. untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
tinggi dilengkapi dengan detektor 241 nm dan kolom gunakan dalam waktu 14 hari, simpan vial yang
4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih belum dibuka dalam lemari pembeku.
kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Perubahan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Identifikasi
efisiensi kolom tidak kurang dari 2000 lempeng A.Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,7; dan dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Penetapan kadar.
lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi terhadap B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: gelombang yang sama dengan Larutan baku seperti
resolusi, R, antara puncak testosteron dan yang diperoleh pada Penetapan kadar.
– 2618 –

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,5 unit tetrametilamonium hidroksida P dalam metanol P
Endotoksin FI per mg metoklopramida. (1 dalam 5), campur. Atur pH hingga 6,5 dengan
asam asetat glasial P, saring dan awaudarakan. Jika
pH <1071> Antara 2,5 dan 6,5. perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat, seperti Larutan baku persediaan Timbang saksama
tertera pada Injeksi volume kecil. sejumlah Metoklopramida Hidroklorida BPFI,
larutkan dalam asam fosfat 0,01 M hingga kadar
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada metoklopramida hidroklorida lebih kurang 0,9 mg per
Injeksi. ml.
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
persediaan, encerkan dengan asam fosfat 0,01 M
Tambahan persyaratan
hingga kadar 45 µg per ml Metoklopramida
Cemaran organik Tidak lebih dari 0,5%; Lakukan Hidroklorida BPFI setara dengan lebih kurang 40 µg
penetapan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja metoklopramida per ml.
Tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih
Fase gerak Buat larutan natrium 1-heksansulfonat kurang 12,5 mg benzensulfonamida P, masukkan ke
0,01 M dalam campuran asetonitril P–air (60:40), atur dalam labu tentukur 25-ml, tambahkan 15 ml metanol
pH hingga lebih kurang 4,0 dengan penambahan asam P dan kocok hingga larut. Encerkan dengan asam
asetat glasial P. fosfat 0,01 M sampai tanda, campur. Pipet 5 ml
Larutan baku Timbang saksama sejumlah larutan ini dan 5 ml Larutan baku persediaan ke
Metoklopramida Hidroklorida BPFI, larutkan dan dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan asam
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih fosfat 0,01 M sampai tanda, campur.
kurang 5,5 µg per ml. Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, larutkan dengan lebih kurang 40 mg metoklopramida,
dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
kurang 1,0 mg per ml. dengan asam fosfat 0,01 M sampai tanda. Pipet 10 ml
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
tinggi dilengkapi dengan detektor 265 nm dan kolom dengan asam fosfat 0,01 M sampai tanda hingga
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi kadar 40 µg per ml.
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm atau “diode
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur array” [Catatan Gunakan detektor “diode array”
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor untuk Uji Identifikasi Cara B.] dan kolom 4,6 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
ikutan tidak lebih dari 1,8 dan simpangan baku relatif
1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan waktu retensi relatif benzensulfonamida dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam metoklopramida berturut-turut 0,7 dan 1,0; resolusi,
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung R, antara puncak benzensulfonamida dan puncak
persentase masing-masing cemaran dalam injeksi metoklopramida tidak kurang dari 1,5. Lakukan
dengan rumus: kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan puncak metoklopramida
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
ru adalah respons puncak cemaran dari Larutan uji; rs Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
adalah respons puncak metoklopramida dari Larutan volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
baku; CS adalah kadar Metoklopramida Hidroklorida Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
BPFI dalam µg per ml Larutan baku; CU adalah kadar kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
metoklopramida dalam µg per ml Larutan uji persentase metoklopramida, C14H22ClN3O2, per ml
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. 299,80 injeksi dengan rumus:
adalah bobot molekul metoklopramida; 336,26 adalah
bobot molekul dari metoklopramida hidroklorida.

Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan secara ru adalah respons puncak cemaran dari Larutan uji; rs
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada adalah respons puncak metoklopramida dari Larutan
Kromatografi <931>. baku; CS adalah kadar Metoklopramida Hidroklorida
Fase gerak Larutkan 2,7 g natrium asetat P dalam BPFI dalam µg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
500 ml air, tambahkan 500 ml asetonitril P dan 2 ml
– 2619 –

metoklopramida dalam µg per ml Larutan uji Fase gerak Buat larutan natrium 1-heksansulfonat
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. 299,80 0,01 M dalam campuran asetonitril P–air (60:40), atur
adalah bobot molekul metoklopramida; 336,26 adalah pH hingga lebih kurang 4,0 dengan penambahan asam
bobot molekul dari metoklopramida hidroklorida. asetat glasial P.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Perubahan Metoklopramida Hidroklorida BPFI, larutkan dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
tunggal atau dosis ganda, tidak tembus cahaya, kurang 5,5 µg per ml.
sebaiknya dari kaca Tipe I. Simpan dalam suhu ruang Larutan uji Timbang sejumlah serbuk tablet setara
terkendali. [Catatan Injeksi yang mengandung zat dengan 100 mg metoklopramida, kocok dengan 20 ml
antioksidan tidak perlu terlindung cahaya.] metanol P selama 5 menit, saring dengan penyaring
yang sesuai. Buang beberapa ml filtrat pertama. Pipet
sejumlah filtrat, encerkan dengan Fase gerak hingga
Perubahan judul monografi kadar lebih kurang 1,0 mg per ml.
TABLET METOKLOPRAMIDA Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Metoclopramide Tablets tinggi dilengkapi dengan detektor 265 nm dan kolom
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
Tablet metoklopramida mengandung metoklopramida L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
hidroklorida C14H22ClN3O2.HCl.H2O, setara dengan kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi
metoklopramida, C14H22ClN3O2, tidak kurang dari terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
tertera pada etiket.
ikutan tidak lebih dari 1,8 dan simpangan baku relatif
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%
Perubahan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Baku pembanding Metoklopramida Hidroklorida
BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
cahaya; kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
Perubahan rumus:
Identifikasi
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji ru adalah respons puncak cemaran dari Larutan uji; rs
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang adalah respons puncak metoklopramida dari Larutan
gelombang yang sama dengan Larutan baku seperti baku; CS adalah kadar Metoklopramida Hidroklorida
yang diperoleh pada Penetapan kadar. BPFI dalam µg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
metoklopramida dalam µg per ml Larutan uji
Disolusi <1231> berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. 299,80
Media disolusi: 900 ml air. adalah bobot molekul metoklopramida; 336,26 adalah
Alat tipe 1: 50 rpm. bobot molekul dari metoklopramida hidroklorida.
Waktu: 30 menit
Prosedur Lakukan penetapan jumlah Perubahan
metoklopramida, C14H22ClN3O2, yang terlarut dengan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan dengan kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Media disolusi dan serapan larutan baku kromatografi <931>.
Metoklopramida Hidroklorida BPFI yang diketahui Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian
kadarnya dalam media yang sama pada panjang system, dan Sistem kromatografi Buat seperti tertera
gelombang serapan maksimum lebih kurang 309 nm. pada Penetapan kadar dalam injeksi Metoklopramida.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
kurang dari 75% (Q), C14H22ClN3O2, dari jumlah kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
yang tertera pada etiket. serbuk tablet setara dengan lebih kurang 40 mg
metoklopramida, masukkan ke dalam labu tentukur
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. 100-ml, tambahkan lebih kurang 70 ml asam fosfat
0,01 M dan sonikasi selama 5 menit. Dinginkan
Tambahan persyaratan hingga suhu ruang, encerkan dengan asam fosfat
Cemaran organik Tidak lebih dari 0,5%; Lakukan 0,01 M sampai tanda. Saring larutan melalui
penetapan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja penyaring 0,45 µm, buang filtrat pertama. Pipet
Tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
– 2620 –

10 ml filtrat ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
dengan asam fosfat 0,01 M sampai tanda. sama seperti pada Metoprolol Tartrat BPFI.
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
pada Penetapan kadar Injeksi Metoklopramida. Hitung Tambahan persyaratan
jumlah dalam mg metoklopramida, C14H22ClN3O2, Identifikasi
dalam serbuk tablet dengan rumus: B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar.

Rotasi jenis <1081> Antara +6,5 dan +10,5;


ru adalah respons puncak cemaran dari Larutan uji; rs lakukan penetapan pada suhu 20 menggunakan
adalah respons puncak metoklopramida dari Larutan larutan zat dengan kadar 20 mg per ml.
baku; CS adalah kadar Metoklopramida Hidroklorida
BPFI dalam µg per ml Larutan baku; CU adalah kadar Perubahan
metoklopramida dalam µg per ml Larutan uji pH <1071> Antara 6,0 dan 7,0; lakukan penetapan
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. 299,80 menggunakan larutan 100 mg per ml.
adalah bobot molekul metoklopramida; 336,26 adalah
bobot molekul dari metoklopramida hidroklorida. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 60 selama 4 jam.
rapat, tidak tembus cahaya.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

METOPROLOL TARTRAT Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari


Metoprolol Tartrate 10 bpj.

Hilangkan persyaratan
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran kloroform P-
Garam 1-(Isopropilamino)-3-[p-(2-metoksietil) metanol P-amonium hidroksida P (80:15:2),
fenoksi]-2-propanol (2:1) dekstro-tartrat [56392-17- jenuhkan bejana kromatografi selama 1,5 jam.
7] Penampak bercak Buat larutan kalium iodida P (1
(C15H25NO3)2.C4H6O6 BM 684,81 dalam 100) dan larutan kanji (gerus 3 g dalam 10 ml
air dingin, tambahkan ke dalam 90 ml air mendidih
Perubahan disertai pengadukan). Sebelum digunakan, campur
Metroprolol tartrat mengandung tidak kurang dari masing-masing 10 ml larutan dengan 3 ml etanol P.
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, Larutan baku Timbang saksama sejumlah
(C15H25NO3)2.C4H6O6, dihitung terhadap zat kering. Metoprolol Tartrat BPFI, larutkan dan encerkan
secara kuantitatif dalam metanol P hingga kadar
Pemerian Serbuk hablur, putih. masing-masing 1,0 mg per ml; 0,5 mg per ml; 0,2 mg
per ml; dan 0,1 mg per ml.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larut dalam metilena klorida, dalam kloroform, dan larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
dalam etanol; sukar larut dalam aseton; tidak larut kadar lebih kurang 100 mg per ml.
dalam eter. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
5 µl masing-masing kadar Larutan baku dan Larutan
Perubahan uji pada lempeng kromatografi silika gel P setebal
Baku pembanding Metoprolol Tartrat BPFI; tidak 0,25 mm, masukkan lempeng ke dalam bejana
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam kromatografi yang berisi Fase gerak, biarkan Fase
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa gerak merambat hingga lebih kurang tiga per empat
Sejenis A Metoprolol BPFI. Senyawa Sejenis B tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas
Metoprolol BPFI. Senyawa Sejenis C Metoprolol BPFI. rambat, keringkan dalam lemari asam dengan aliran
Senyawa Sejenis D Metoprolol BPFI. udara panas hingga bau amoniak hilang (selama lebih
kurang 45 menit). Masukkan gelas piala berisi 0,5 g
Identifikasi kalium permanganat P ke dalam bejana dan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang tambahkan 5 ml asam hidroklorida 6 N, biarkan
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukan tercapai kesetimbangan selama 5 menit. Masukkan
– 2621 –

lempeng ke dalam bejana selama 5 menit. Angkat Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa sejenis
lempeng, diamkan di udara mengalir selama 1 jam Metoprolol BPFI yang sesuai atau Metoprolol Tartrat
dan semprot dengan Penampak bercak. Jika terlihat BPFI (untuk menghitung cemaran yang tidak
bercak lain, selain bercak utama pada kromatogram spesifik) dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah
Larutan uji, kadar masing-masing bercak dihitung kadar metoprolol tartrat dalam mg per ml Larutan uji
dengan membandingkan terhadap bercak Larutan berdasarkan bobot yang ditimbang. Masing-masing
baku: dengan kadar 1,0 mg per ml; 0,5 mg per ml; cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang
0,2 mg per ml dan 0,1 mg per ml masing-masing tertera pada Tabel.
sesuai dengan cemaran 1,0%; 0,5%; 0,2%; dan 0,1%.
Persyaratan cemaran dipenuhi jika cemaran dalam Tabel
Larutan uji tidak lebih dari 1,0%. Cemaran Waktu retensi Batas
relatif (%)
Tambahan persyaratan Senyawa sejenis C 0,65 0,10
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara metoprolol
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi seperti tertera pada Senyawa sejenis B 0,72 0,10
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan semua metoprolol
larutan dalam 48 jam.] Senyawa sejenis A 0,83 0,10
Dapar, Fase gerak, dan Larutan uji Lakukan metoprolol
seperti tertera pada Penetapan kadar. Metoprolol 1,00 -
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa sejenis D 4,78/5,00 0,10
Metoprolol Tartrat BPFI, Senyawa sejenis A metoprolol
Metoprolol BPFI, Senyawa sejenis B Metoprolol Masing-masing cemaran - 0,10
BPFI, Senyawa sejenis C Metoprolol BPFI, Senyawa lain yang tidak spesifik
sejenis D Metoprolol BPFI, larutkan dan encerkan Total cemaran - 0,50
dengan Fase gerak hingga kadar masing-masing Abaikan seluruh puncak asam tartrat pada waktu
lebih kurang 1 µg per ml. retensi relatif lebih kurang 0,17.
Larutan kesesuian sistem Timbang saksama
sejumlah Metoprolol Tartrat BPFI, Senyawa sejenis Perubahan
A Metoprolol BPFI, Senyawa sejenis B Metoprolol Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
BPFI, Senyawa sejenis C Metoprolol BPFI, larutkan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan seluruh
masing-masing lebih kurang 5 µg per ml. larutan dalam 48 jam.]
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Dapar Buat larutan 1,3 g per liter natrium dodesil
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap sulfat dalam asam fosfat P 0,1%.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: (400:600). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
resolusi, R, antara senyawa sejenis A metoprolol dan lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
senyawa sejenis B metoprolol tidak kurang dari 1,5; seperti tertera pada Kromatografi <931>.
antara senyawa sejenis B metoprolol dan senyawa Larutan baku Timbang saksama sejumlah
sejenis C metoprolol tidak kurang dari 2,5. Lakukan Metoprolol Tartrat BPFI, larutkan dan encerkan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 1 mg per ml.
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kadar lebih kurang 1 mg per ml.
volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tinggi dilengkapi dengan detektor 223 nm dan kolom
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7, dengan
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada
rumus: 30°. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
 ri   CS  kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
      100 pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2;
 rS   CU  simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 0,73%.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji; rS adalah respons puncak senyawa volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan
sejenis metoprolol yang sesuai atau metoprolol Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
(untuk menghitung cemaran yang tidak spesifik) dari kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
– 2622 –

persentase metoprolol tartrat, (C15H25NO3)2.C4H6O6, Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
dalam zat dengan rumus: Injeksi.

 rU   CS  Tambahan Persyaratan
      100 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
 rS   CU  Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Fase gerak dan Larutan kesesuaian sistem
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Metoprolol Tartrat BPFI dalam mg per ml Larutan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
baku; CU adalah kadar metoprolol tartrat dalam mg Metronidazol BPFI dan Senyawa sejenis A Tinidazol
per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
ditimbang. hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,75 g
per ml.
Perubahan Larutan uji Ukur saksama sejumlah larutan injeksi,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu ruang Tambahkan Fase gerak sampai 50% volume labu.
terkendali. Sonikasi selama 2 menit, encerkan dengan Fase
gerak sampai tanda hingga kadar lebih kurang 500 g
per ml. Saring larutan menggunakan penyaring yang
INJEKSI METRONIDAZOL sesuai dengan porositas 0,45 m. Gunakan filtrat.
Metronidazole Injection Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Injeksi Metronidazol adalah larutan steril, isotonis, Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
dalam Air untuk Injeksi yang didapar, mengandung ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
metronidazol, C6H9N3O3, tidak kurang dari 90,0% resolusi, R, antara puncak metronidazol dan senyawa
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera sejenis A tinidazol tidak kurang dari 4,0. Lakukan
pada etiket. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Perubahan pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Baku pembanding Metronidazol BPFI; lakukan penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%
pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, volume sama (lebih kurang 30 l) Larutan baku dan
terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus kromatogram dan ukur semua respons puncak.
hati-hati untuk menghindari kontaminasi.] Hitung persentase senyawa sejenis A tinidazole
Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari dalam injeksi dengan rumus:
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
 rU   CS 
Senyawa sejenis A Tinidazol BPFI.       100
 rS   CU 
Perubahan
Identifikasi
A. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji ru dan rS berturut-turut adalah respon puncak senyawa
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang sejenis A tinidazol dari Larutan uji dan Larutan
gelombang yang sama dengan Larutan baku seperti baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis A Tinidazol
yang diperoleh pada Penetapan kadar. BPFI dalam g per ml Larutan baku; CU adalah
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram kadar metronidazol dalam g per ml Larutan uji
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Hitung
diperoleh pada Penetapan kadar. persentase masing-masing cemaran lain dalam injeksi
dengan rumus:
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari
0,35 unit Endotoksin FI per mg metronidazol.  ri   CS 
      100
pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0.  rS   CU 
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi volume kecil. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Larutan uji; rs adalah respons puncak metronidazol
– 2623 –

dari Larutan baku; CS adalah kadar Metronidazol Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
BPFI dalam g per ml Larutan baku; CU adalah volume sama (lebih kurang 30 l) Larutan baku dan
kadar metronidazol dalam g per ml Larutan uji Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Masing- kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
masing cemaran dan jumlah cemaran tidak lebih dari persentase metronidazol, C6H9N3O3, dalam injeksi
batas yang tertera pada Tabel. dengan rumus:

Tabel  rU   CS 
Cemaran Waktu retensi Batas       100
relatif  rS   CU 
(menit) (%)
Senyawa sejenis A 0,7 0,15
rU dan rS berturut-turut adalah respon puncak dari
tinidazol
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Metronidazol 1,0 -
Metronidazol BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
Cemaran hasil urai yang CU adalah kadar metronidazol dalam mg per ml
- 0,15
tidak diketahui Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Total cemaran - 2,0 etiket.
Perubahan Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada tunggal, kaca Tipe I atau Tipe II atau dalam wadah
Kromatografi <931>. plastik yang sesuai, terlindung cahaya. Simpan pada
Fase gerak Buat campuran air-metanol P (80:20), suhu ruang terkendali.
saring dan awaudarakan. Jila perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>. TABLET METRONIDAZOL
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Metronidazole Tablets
Metronidazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang Tablet metronidazol mengandung metronidazol,
0,03 mg per ml. C6H9N3O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
sejumlah Metronidazol BPFI dan Senyawa Sejenis A
Tinidazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase Perubahan
gerak hingga kadar metronidazol dan senyawa sejenis Baku pembanding Metronidazol BPFI; lakukan
A tinidazol berturut-turut lebih kurang 1 µg per ml pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum
dan 2 µg per ml digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Larutan uji Ukur saksama sejumlah larutan injeksi, terlindung cahaya. Senyawa sejenis A Tinidazol BPFI.
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, dan
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda hingga Perubahan
kadar lebih kurang 0,03 mg per ml. Identifikasi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja A. Larutkan sejumlah serbuk tablet dan encerkan
tinggi dilengkapi dengan detektor 319 nm dan kolom dengan asam hidroklorida P (1 dalam 100) hingga
berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi kadar metronidazol 15 mg per ml. Kocok selama
L7 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih beberapa menit dan saring. Pipet sejumlah filtrat,
kurang 1 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada encerkan dengan larutan asam sulfat P dalam
30°. [Catatan Untuk Uji Identifikasi Cara A, gunakan metanol P (1 dalam 350) hingga kadar metronidazol
detektor diode array pada panjang gelombang 210 lebih kurang 20 g per ml. Spektrum serapan
nm-800 nm .] Lakukan kromatografi terhadap ultraviolet larutan menunjukkan maksimum dan
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan minimum hanya pada panjang gelombang yang sama
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: seperti pada Metronidazol BPFI.
waktu retensi relatif lihat pada Tabel; resolusi, R B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
antara puncak metronidazol dan senyawa sejenis A Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
tinidazol tidak kurang dari 4,0. Lakukan diperoleh pada Penetapan kadar.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Perubahan
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan Disolusi<1231>
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Media disolusi: 900 ml asam hidroklorida 0,1 N
lebih dari 1,0% Alat tipe 1: 100 rpm
Waktu: 60 menit
– 2624 –

Prosedur Lakukan penetapan jumlah metronidazol, kadar metronidazol dalam mg per tablet yang tertera
C6H9N3O3, yang terlarut dengan mengukur serapan pada etiket.
alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan
serapan larutan baku Metronidazol BPFI dalam Tambahan Persyaratan
media yang sama pada panjang gelombang serapan Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
maksimum lebih kurang 278 nm. Lakukan penetapan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dengan menggunakan Media disolusi sebagai Kromatografi <931>.
blangko. Fase gerak Buat campuran air-metanol P (80:20),
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak saring dan awaudarakan. Jila perlu lakukan
kurang dari 85% (Q), C6H9N3O3, dari jumlah yang penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada etiket. Hitung persentase metronidazol, tertera pada Kromatografi <931>.
C6H9N3O3, yang terlarut dengan rumus: Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Metronidazol BPFI dan Senyawa Sejenis A Tinidazol
 AU 
  C S  V     D  100
1 BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
 hingga kadar berturut-tutut 0,5 g per ml dan 2,5 g
 AS  L per ml.
Larutan uji Serbukkan tidak kurang dari 20 tablet,
timbang saksama sejumlah serbuk tablet, masukkan
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
ke dalam labu tentukur yang sesuai. Tambahkan Fase
dan Larutan baku; Cs adalah kadar Metronidazol
gerak sampai 80% volume labu. Sonikasi selama
BPFI dalam mg per ml Larutan baku; V adalah
10 menit, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
volume Media disolusi, 900 ml; L adalah kadar
Saring larutan menggunakan saringan yang sesuai.
metronidazol dalam mg per tablet yang tertera pada
etiket; D adalah faktor pengenceran alikot. Gunakan filtrat sebagai Larutan uji. Larutan
mengandung metronidazol lebih kurang 500 g per
Perubahan ml.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Pengencer Gunakan asam hidroklorida P (1 dalam tinggi dilengkapi dengan detektor 319 nm dan kolom
100). berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah L7 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
Metronidazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan kurang 1 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada
Pengencer hingga kadar lebih kurang 20 g per ml. 30°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Larutan uji persediaan Masukkan satu tablet ke rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan 100 ml tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif lihat pada
Pengencer, kocok selama 30 menit. Encerkan dengan Tabel; resolusi, R antara puncak metronidazol dan
Pengencer sampai tanda. Saring, buang 15 ml filtrat senyawa sejenis tinidazol A tidak kurang dari 4,0;
pertama. Pipet sejumlah filtrat, encerkan secara simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
kuantitatif dengan Pengencer hingga kadar lebih lebih dari 3,0%.
kurang 200 g per ml. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, volume sama (lebih kurang 30 l) Larutan baku dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar 20 g per Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
ml. kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Prosedur Ukur serapan secara spektrofotometri Hitung persentase senyawa sejenis A tinidazol dalam
Larutan uji dan Larutan baku pada panjang tiap tablet dengan rumus:
gelombang serapan maksimum lebih kurang 278 nm,
menggunakan Pengencer sebagai blangko. Hitung  rU   CS 
jumlah dalam mg, C6H9N3O3, dalam tablet dengan       100
rumus:  rS   CU 

 AU   CS  rU dan rS berturut-turut adalah respon puncak


      L senyawa sejenis A tinidazol dari Larutan uji dan
 AS   CU  Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis A
Tinidazol BPFI dalam g per ml Larutan baku; CU
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji adalah kadar metronidazol dalam g per ml Larutan
dan Larutan baku; CS adalah kadar Metronidazol uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
BPFI dalam g per ml Larutan baku; CU adalah kadar Hitung persentase masing-masing cemaran lain
metronidazol dalam g per ml Larutan uji dalam tiap tablet dengan rumus:
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; L adalah
– 2625 –

 ri   CS  rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak


      100 metronidazol dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
 rS   CU  adalah kadar Metronidazol BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; CU adalah kadar metronidazol dalam
mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
tertera pada etiket.
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
metronidazol dari Larutan baku; CS adalah kadar
Perubahan
Metronidazol BPFI dalam g per ml Larutan baku;
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
CU adalah kadar metronidazol dalam g per ml baik, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu ruang
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada terkendali.
etiket. Masing-masing cemaran dan jumlah cemaran
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.

Tabel
MIKONAZOL NITRAT
Nama Waktu retensi Batas Miconazole Nitrate
relatif (%)
Senyawa sejenis A 0,7 0,5
tinidazol
Metronidazol 1,0 -
Cemaran lain - 0,10
Total cemaran - 2,0

Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Perubahan
Kromatografi <931>.
1-[2,4-Dikloro-β-[(2,4-diklorobenzil)oksi] fenetil]
Fase gerak Buat campuran air-metanol P (80:20),
imidazolmononitrat [22832-87-7]
saring dan awaudarakan. Jila perlu lakukan
C18H14CI4N2O.HNO3 BM 479,14
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Mikonazol Nitrat mengandung tidak kurang dari
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
Metronidazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
C18H14CI4N2O.HNO3, dihitung terhadap zat kering.
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
Larutan uji persediaan Masukkan 10 tablet utuh
Pemerian Serbuk hablur, putih atau praktis putih;
atau yang sudah digerus ke dalam labu tentukur yang
berbau lemah. Melebur pada suhu 178º sampai 183º
sesuai, tambahkan metanol P, kocok secara mekanik
disertai peruraian.
selama 30 menit, atau sampai tablet hancur, encerkan
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 10 mg
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam
per ml. Diamkan larutan hingga bagian yang tidak
isopropanol; tidak larut dalam eter; sukar larut dalam
larut mengendap.
etanol, dalam kloroform, dan dalam propilen glikol;
Larutan uji Encerkan beningan Larutan uji
agak sukar larut dalam metanol; larut dalam
persediaan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
dimetilformamida; mudah larut dalam dimetilsulfoksida.
kurang 0,5 mg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Perubahan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Baku pembanding Mikonazol Nitrat BPFI; lakukan
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir
pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam sebelum
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
terlindung cahaya. Ekonazol nitrat BPFI; tidak boleh
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
ikutan tidak lebih dari 2 dan simpangan baku relatif
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Perubahan
volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Identifikasi
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
persentase metronidazol, C6H9N3O3, dalam tiap tablet P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
dengan rumus : gelombang yang sama seperti pada Mikonazol Nitrat
BPFI.
 rU   CS  B. Spektrum serapan ultraviolet larutan
      100 400 µg per ml dalam campuran asam hidroklorida
 rS   CU  0,1 N–isopropanol P (1 dalam 10) menunjukkan
– 2626 –

maksimum dan minimum hanya pada panjang menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
gelombang yang sama seperti pada Mikonazol Nitrat kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
BPFI. respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi,
R, antara ekonazol dan mikonazol tidak kurang dari
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; 10; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam. tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi relatif
ekonazol dan mikonazol berturut-turut 0,5 dan 1,0.]
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan uji
Hilangkan persyaratan persediaan dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
Kemurnian kromatografi Cemaran tidak lebih dari rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
0,25%. Abaikan puncak ion nitrat dan puncak lain yang lebih
Larutan uji Timbang saksama 100 mg zat uji, larutkan kecil dari 0,2 kali respons puncak utama. Respons
dalam campuran kloroform P-metanol P (1:1), encerkan masing-masing puncak cemaran selain puncak utama
dengan pelarut yang sama hingga 10,0 ml. pada Larutan uji persediaan tidak lebih dari respons
Larutan baku Timbang saksama sejumlah puncak utama Larutan uji (0,25%). Total respons
Mikonazol Nitrat BPFI, larutkan dalam campuran puncak selain puncak utama dari Larutan uji
kloroform P-metanol P (1:1) hingga kadar 10 mg per persediaan tidak lebih dari 2 kali respons puncak
ml. utama Larutan uji (0,5%).
Enceran larutan baku Encerkan Larutan baku
dengan pelarut yang sama hingga kadar 25 µg per ml. Hilangkan persyaratan
Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti Cemaran umum <481>
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan masing- Larutan uji Gunakan pelarut metanol P.
masing 50 µl Larutan uji,Larutan baku, dan Enceran Larutan baku Gunakan pelarut metanol P.
larutan baku pada lempeng kromatografi silika gel P Fase gerak Buat campuran toluena P-isopropanol
setebal 0,25 mm. Masukkan ke dalam bejana P-amonium hidroksida P (70:29:1) dalam bejana
kromatografi yang berisi fase gerak campuran n- yang tidak dijenuhkan.
heksana P-kloroform P-metanol P-amonium Penampak bercak Gunakan teknik penampak
hidroklorida P (60:30:10;1) yang dibuat segar, bercak nomor 3, dilanjutkan penyemprotan dengan
biarkan fase gerak merambat lebih kurang tiga per hidrogen peroksida LP. [Catatan Tutup lempeng
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase kromatografi lapis tipis dengan lempeng kaca untuk
gerak menguap dan semprot lempeng dengan larutan memperlambat pemudaran bercak].
iodum P (1 dalam 20) dalam kloroform P: harga Rf
bercak utama dari Larutan uji sesuai dengan harga Rf Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
bercak utama dari Larutan baku: dan tiap bercak lain 350 mg zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial
selain bercak utama dari Larutan uji mempunyai P dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV.
ukuran atau intensitas tidak lebih dari bercak utama Tentukan titik akhir secara potensiometrik,
dari Enceran larutan baku. menggunakan sistem elektroda kalomel-kaca. Lakukan
penetapan blangko.
Tambahan persyaratan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Tiap ml asam perklorat 0,1 N
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada setara dengan 47,92 mg C18H14CI4N2O.HNO3
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran metanol P-asetonitril P- Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
amonium asetat 0,2 M (32:30:38), saring dan baik, terlindung cahaya.
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. MORFIN HIDROKLORIDA
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah Morphine Hydrochloride
zat, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar mikonazol nitrat 10 mg per ml.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar 25 µg per
ml.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Mikonazol Nitrat BPFI dan Ekonazol nitrat
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
hingga kadar masing-masing 25 µg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Perubahan
dilengkapi dengan detektor 235 nm, dan kolom 7,8-Didehidro-4,5α-epoksi-17-metilmorfinan-3,6α-
4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1, dengan diol hidroklorida trihidrat [6055-06-7]
ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 2 ml per C17H19NO3.HCl.3H2O BM 375,8
– 2627 –

Morfin hidroklorida mengandung tidak kurang dari atau W6; lakukan penetapan menggunakan larutan zat
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C17H19NO3.HCl, 2% dalam air bebas karbon dioksida P.
dihitung terhadap zat anhidrat.
Perubahan
Pemerian Hablur mengkilap, berbentuk kubus tak Rotasi jenis <1081> Antara -110º sampai -115º
berwarna atau serbuk hablur; putih atau hampir putih. terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan
menggunakan larutan zat 2% dalam air bebas karbon
Kelarutan Larut dalam air, sedikit larut dalam dioksida P.
etanol, praktis tidak larut dalam toluena.
Hilangkan persyaratan
Mekonat Tidak lebih dari 0,2%. Pada 10 ml larutan
Tambahan persyaratan
2% tambahkan 1 ml asam hidroklorida P dan 0,1 ml
Baku pembanding Morfin Hidroklorida Trihidrat
larutan besi(III) klorida heksahidrat P 10,5%.
BPFI. Senyawa Sejenis B Morfin Hidroklorida BPFI. Serapan pada panjang gelombang 480 nm tidak lebih
Senyawa Sejenis C Morfin Hidroklorida BPFI. dari 0,05, sebagai pembanding gunakan 10 ml air
Senyawa Sejenis E Morfin Hidroklorida BPFI. yang disiapkan dengan cara yang sama.
Senyawa Sejenis F Morfin Hidroklorida BPFI.
Morfin untuk kesesuaian sistem BPFI. Hilangkan persyaratan
Susut pengeringan <1121> 12,0% sampai 15,0%;
Perubahan lakukan pengeringan pada suhu 130º hingga bobot
Identifikasi tetap, menggunakan 500 mg zat.
Lakukan identifikasi A dan E atau B, C, D dan E.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Tambahan persyaratan
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Air <1031> Metode Ia Antara 12,5% dan 15,5%,
bilangan gelombang yang sama seperti pada Morfin lakukan penetapan menggunakan 0,10 g zat.
Hidroklorida Trihidrat BPFI.
B. Larutan persediaan Larutkan 25,0 mg zat dalam Perubahan
25,0 ml air. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%;
Larutan A Encerkan 10,0 ml Larutan persediaan lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat.
dengan air hingga 100,0 ml.
Larutan B Encerkan 10,0 ml Larutan persediaan Hilangkan persyaratan
dengan natrium hidroksida 0,1 N hingga 100,0 ml. Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis
Prosedur Serapan Larutan A dan Larutan B pada seperti tertera pada Kromatografi <931>.
panjang gelombang antara 250 nm dan 350 nm Larutan (1) Larutkan 100 mg zat dalam campuran
menunjukkan maksimum pada panjang gelombang etanol P-air (1:1) hingga 10 ml.
285 nm untuk Larutan A dan 298 nm untuk Larutan Larutan (2) Larutkan 50 mg kodein fosfat P dalam
B. Serapan jenis Larutan A antara 37 dan 43 dan 5 ml larutan (1) dan encerkan 0,1 ml larutan ini dengan
serapan jenis Larutan B antara 64 dan 72. campuran etanol P-air (1:1) hingga 10 ml.
C. Pada lebih kurang 1 mg zat dalam cawan Prosedur Totolkan secara terpisah 10 µl Larutan
porselen, tambahkan 0,5 ml asam sulfat- (1) dan Larutan (2) pada lempeng kromatografi silika
formaldehida LP; terjadi warna ungu yang berubah gel G. Masukkan lempeng ke dalam bejana
menjadi lembayung. kromatografi yang berisi fase gerak etanol 70% P–
D. Menunjukkan reaksi Alkaloid seperti tertera toluena P-aseton P-amonium hidroksida P
pada Uji Identifikasi Umum <291>. (35:35:32,5:2,5). Angkat lempeng, keringkan dalam
E. Menunjukkan reaksi Klorida cara A seperti udara yang mengalir, semprot dengan kalium
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. iodobismutat asetat LP, keringkan selama 15 menit
dalam udara yang mengalir dan semprot dengan
Perubahan hidrogen peroksida LP. Bercak kodein berwarna abu-
Keasaman-kebasaan Pada 10 ml larutan 2% dalam abu kebiruan dan bercak morfin berwarna merah
air bebas karbon dioksida P tambahkan 0,05 ml muda. Pada kromatogram Larutan (1) bercak yang
merah metil LP: diperlukan tidak lebih dari 0,2 ml setara dengan kodein tidak lebih intensif dari bercak
natrium hidroksida 0,02 N atau 0,2 ml asam kodein pada Larutan (2) dan bercak sekunder tidak
hidroklorida 0,02 N untuk merubah warna larutan. lebih intensif dari bercak morfin yang dihasilkan dari
Larutan (2). Uji memenuhi syarat bila kromatogram
Perubahan dari Larutan (2) menunjukkan bercak kodein jelas
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan terpisah dari bercak utama.
penetapan menggunakan larutan zat 2% dalam air
bebas karbon dioksida P. Tambahan persyaratan
Cemaran organik Lakukan penetapan secara
Perubahan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Warna dan Akromisitas <1291> Metode III Warna Kromatografi <931>.
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan V6 Pengencer Larutan asam asetat P 1 %
– 2628 –

Larutan uji Timbang saksama 125 mg zat, A (0,2%)


masukkan dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Senyawa 0,95 - -
Larutan A Buat larutan natrium heptansulfonat P sejenis F
dengan kadar 1,01 g per liter, atur pH hingga 2,6 Masing- - - Tidak lebih dari
dengan penambahan asam fosfat P 50%. masing respons puncak
Larutan B Gunakan metanol P. cemaran utama Larutan baku
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A lain A (0,2%)
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Total - - Tidak lebih dari 5
Larutan baku A Pipet 1 ml Larutan uji, encerkan cemaran kali respons puncak
dengan Pengencer hingga 100,0 ml. Pipet 2 ml larutan utama Larutan baku
ini, encerkan dengan Pengencer hingga 10,0 ml. A (1,0%)
Larutan baku B Timbang saksama 5 mg Morfin untuk Abaikan respons puncak kurang dari 0,25 kali
kesesuaian sistem BPFI (mengandung senyawa sejenis B, respons puncak utama Larutan baku A (0,05%).
C, E, dan F) dalam 2,0 ml Pengencer.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Perubahan
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
kolom berukuran 4,6 mm × 15 cm berisi bahan 300 mg zat, larutkan dalam campuran 5 ml asam
pengisi L1 “end capped” dengan ukuran partikel hidroklorida 0,01 N dan 30 ml etanol P. Titrasi
5 µm. Pertahankan suhu kolom pada 35°. Laju alir dengan natrium hidroksida 0,1 N LV. Tentukan titik
lebih kurang 1,5 ml per menit. Kromatograf akhir secara potensiometrik dengan membaca volume
diprogram sebagai berikut: diantara dua titik infleksi.

Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N


Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
setara dengan 32,18 mg C17H20ClNO3
0-2 85 15
2-35 85→50 15→50 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
35-40 50 50 baik, terlindung cahaya.

Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku B,


rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti NADOLOL
tertera pada Prosedur: perbandingan puncak Nadolol
terhadap lembah (Hp/Hv) dari senyawa sejenis F dan
morfin tidak kurang dari 2; Hp adalah tinggi puncak
senyawa sejenis F dari garis dasar dan Hv adalah
tinggi di atas garis dasar dari titik terendah kurva
pemisah puncak senyawa sejenis F dari morfin.
Waktu retensi relatif senyawa sejenis terhadap
morfin (waktu retensi lebih kurang 12,5 menit) tertera
pada Tabel. 1-(tert-Butilamino)-3-[(5,6,7,8-tetrahidro-cis-6,7-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume dihidroksi-1-naftil)oksi]-2-propanol [42200-33-9]
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan uji dan Larutan baku C17H27NO4 BM 309,40
A ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
semua respons puncak. Masing-masing senyawa sejenis Perubahan
dan jumlah senyawa sejenis tidak lebih dari batas yang Nadolol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tertera pada Tabel. tidak lebih dari 102,0%, C17H27NO4, dihitung
terhadap zat kering.
Tabel
Nama Waktu Faktor Batas Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih;
retensi koreksi praktis tidak berbau.
relatif
Senyawa 1,9 0,25 Tidak lebih dari 2 Kelarutan Mudah larut dalam etanol dan dalam
sejenis B kali respons puncak metanol; larut dalam air pada pH 2; sukar larut dalam
utama Larutan baku kloroform, dalam metilena klorida, dalam isopropil
A (0,4%) alkohol, dan dalam air (antara pH 7 dan 10); tidak
Senyawa 1,6 0,4 Tidak lebih dari larut dalam aseton, dalam benzena, dalam eter, dalam
sejenis C respons puncak heksana, dan dalam trikloroetana.
utama Larutan baku
A (0,2%) Perubahan
Senyawa 1,1 0,5 Tidak lebih dari Baku pembanding Nadolol BPFI; tidak boleh
sejenis E respons puncak dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
utama Larutan baku wadah tertutup rapat.
– 2629 –

Identifikasi masing 100 l Larutan baku, dua kali 100 l Larutan


A. Spektrum serapan inframerah zat yang uji dan 100 l Pelarut sebagai blangko. Keringkan
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan dengan aliran udara dingin. Masukkan lempeng ke
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak
seperti pada Nadolol BPFI. dan biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan Fase
Tambahan persyaratan gerak menguap. Amati bercak pita di bawah cahaya
Identifikasi ultraviolet 254 nm. Tetapkan letak bercak pita
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai nadolol dengan membandingkan terhadap Larutan
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada baku. Tandai bercak pita nadolol dan daerah cemaran
Penetapan kadar. yang telah terpisah pada Larutan uji, juga daerah
yang sejajar dengan larutan tersebut pada lempeng
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; blangko. Kerok silika gel masing-masing pada bercak
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu pita nadolol pada setiap kromatogram dari Larutan
60 selama 3 jam. uji, masukkan ke dalam masing-masing tabung
sentrifuga 50-ml, demikian pula kerok silika gel dari
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. daerah yang sejajar dengan bercak pita nadolol pada
lempeng blangko, masukkan ke dalam tabung
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari sentrifuga 50 ml ke tiga. Kerok silika gel pada bercak
30 bpj. pita gabungan cemaran pada tiap lempeng dari
Larutan uji, masukkan ke dalam tabung sentrifuga
Perubahan 50 ml, demikian pula halnya, kerok silika gel dari
Komposisi rasemat Kandungan rasemat A antara daerah yang sejajar dengan bercak pita nadolol pada
40% dan 60%. Buat dispersi zat yang telah lempeng blangko, masukkan ke dalam tabung
dikeringkan dalam minyak mineral P, atur ketebalan sentrifuga 50 ml ke enam. Tambahkan 30,0 ml
hingga serapan inframerah pada bilangan gelombang etanol P ke dalam masing-masing 2 tabung yang
6,3 m antara 0,60,1. Rekam spektrum serapan pada berisi campuran kerokan nadolol dan tabung ke tiga
bilangan gelombang 6 m sampai 9 m, menggunakan yang berisi campuran kerokan blangko. Tambahkan
minyak mineral P sebagai blangko. Hitung persentase 10,0 ml etanol P ke dalam masing-masing 2 tabung
rasemat A dalam zat dengan rumus: yang berisi campuran kerokan cemaran dan ke dalam
tabung ke enam yang berisi kerokan blangko. Kocok
selama 60 menit dan sentrifus, ukur serapan beningan
 AA   F 
      100 pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
 B   Aav
A  kurang 278 nm, menggunakan etanol P sebagai
blangko. Hitung persentase cemaran dengan rumus:
AA adalah serapan sebelum dikoreksi pada bilangan
gelombang serapan maksimum lebih kurang  Ai 
7,90 m dari rasemat A; AB adalah serapan sebelum 100
 A  3A 
dikoreksi pada bilangan gelombang serapan  i u 
maksimum lebih kurang 8,00 m dari rasemat B; F
adalah fraksi rasemat dalam campuran rasemat A dan Ai adalah serapan rata-rata dari cemaran yang
B (1:1), 0,5; Aav adalah harga rata-rata serapan (AA/AB) dikoreksi terhadap blangko; AU adalah serapan rata-
dalam campuran rasemat A dan B (1:1), 0,9. rata nadolol yang dikoreksi terhadap blangko.

Hilangkan persyaratan Tambahan persyaratan


Kemurnian kromatografi Cemaran tidak lebih dari Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran aseton P-kloroform P- Larutan A Lakukan seperti tertera pada Penetapan
amonium hidroksida 2 N (8:1:1) kadar.
Pelarut Campuran metanol P-kloroform P (1:1). Fase gerak Gunakan variasi campuran
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
500 mg zat, larutkan dalam 10,0 ml Pelarut. Kromatografi.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Nadolol Pengencer Campuran asetonitril P-Larutan A (15:85).
BPFI, larutkan dalam Pelarut, hingga kadar lebih Larutan baku Timbang saksama sejumlah Nadolol
kurang 50 mg per ml. [Catatan Larutan baku ini BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
hanya digunakan untuk identifikasi nadolol.] hingga kadar lebih kurang 0,007 mg per ml. Sonikasi
Prosedur Bagi lempeng kromatografi silika gel P jika perlu untuk melarutkan.
setebal 0,25 mm, menjadi empat bagian sama besar, Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku,
bagian pertama untuk Larutan baku, 2 bagian encerkan dengan Pengencer hingga kadar nadolol
berikutnya untuk Larutan uji dan bagian terakhir lebih kurang 0,35 g per ml.
untuk blangko. Totolkan dalam bentuk pita masing-
– 2630 –

Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Perubahan


larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kadar lebih kurang 0,7 mg per ml. Sonikasi dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sesekali kocok dengan tangan untuk melarutkan. Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan A Buat larutan asam trifluoroasetat P 0,1%.
Penetapan kadar. Kromatogram diprogram sebagai Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Larutan A
berikut: (150:850). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Waktu (menit) Larutan A (%) Asetonitril (%) seperti tertera pada Kromatografi <931>.
0 85 15 Larutan baku Timbang saksama sejumlah Nadolol
3 85 15 BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
7 50 50 hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml. Sonikasi
10 50 50
dan sesekali kocok dengan tangan untuk melarutkan.
10,5 85 15
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
15 85 15
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 0,2 mg per ml. Sonikasi dan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku rekam
sesekali kocok dengan tangan untuk melarutkan.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
tinggi dilengkapi dengan detektor 270 nm dan kolom
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Lakukan
4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam
ukuran partikel 3,5 µm. Pertahankan suhu kolom
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: perbandingan “signal to noise” tidak pada 30 dan laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
kurang dari 10. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan
volume sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
lebih dari 0,73%.
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Hitung persentase masing-masing cemaran lain
dalam zat dengan rumus: volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram selama tidak kurang dari 1,7 kali waktu
 ri   CS  1 retensi puncak nadolol dan ukur respons puncak
       100
utama. Hitung persentase nadolol, C17H27NO4, dalam
 rS   CU  F zat dengan rumus:

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran  rU   CS 


dari Larutan uji; rs adalah respons puncak nadolol       100
dari Larutan baku; CS adalah kadar Nadolol BPFI  rS   CU 
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat
dalam mg per ml Larutan uji; F adalah faktor respons
relatif seperti tertera pada Tabel. Masing-masing rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
cemaran dan jumlah cemaran tidak lebih dari batas Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
yang tertera pada Tabel. Nadolol BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
Tabel berdasarkan bobot yang ditimbang.
Nama Waktu Faktor Batas
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
retensi respons
baik.
relatif relatif (%)
Nadolol alkohol 0,78 1,35 0,20
Nadolol 1,00 - -
Analog metoksi 1,53 1,07 0,20 NAFAZOLIN NITRAT
nadolol Naphazoline Nitrate
Nadolol dimer 1,76 1,11 0,20
Analog gliserol diaril 1,83 1,42 0,20
Analog naftil 2,03 3,85 0,20
Dideoksi nadolol 2,10 0,78 0,20
Cemaran lain - 1,00 0,10
Total cemaran - - 0,50
Abaikan puncak lebih kecil dari 0,05%
– 2631 –

Perubahan Perubahan
2-(Naftalen-1-ilmetil)-4,5-dihidro-1H-imidazol nitrat Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
[5144-52-5] lakukan pengeringan pada suhu 105, hingga bobot
C14H15N3O3 BM 273,3 tetap menggunakan 1 g zat.

Nafazolin nitrat mengandung tidak kurang dari 99,0% Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1 %;
dan tidak lebih dari 101,0%, C14H15N3O3, dihitung lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.
terhadap zat kering.
Hilangkan persyaratan
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih. N-(naftilasetil)etilendiamin Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; larut dalam pada Kromatografi <931>.
etanol. Fase gerak Campuran metanol P-amonium
hidroksida P (100:1,5).
Perubahan Larutan 1 Buat larutan zat 2,0% dalam metanol P.
Baku pembanding Nafazolin Nitrat BPFI; Senyawa Larutan 2 Buat larutan Nafazolin Nitrat BPFI
sejenis A Nafazolin BPFI. 2,0% dan Naftilasetilendiamin Hidroklorida 0,010%
dalam metanol P.
Perubahan Prosedur Totolkan secara terpisah 10 l Larutan 1
Identifikasi dan Larutan 2 pada lempeng kromatografi silika gel
Lakukan identifikasi C atau A, B dan D. G. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
A. Lakukan penetapan suhu lebur seperti tertera yang berisi Fase gerak dan lakukan pengembangan.
pada Penetapan jarak lebur atau suhu lebur <1021>: Semprot lempeng dengan larutan ninhidrin P 0,5%
titik lebur zat antara 167° dan 170°. dalam metanol P. Panaskan lempeng pada suhu 100
B. Spektrum serapan larutan 0,005% dalam asam hingga 105 selama 10 menit. Bercak N-(naftilasetil)
hidroklorida 0,01 N pada panjang gelombang antara etilendiamin yang diperoleh dari Larutan 2 lebih
230 nm dan 350 nm menunjukkan 4 serapan intensif dari bercak yang sesuai dari Larutan 1. Uji
maksimum pada lebih kurang 270 nm, 280 nm, memenuhi syarat, jika kromatogram dari Larutan 2
287 nm, dan 291 nm. Perbandingan serapan A270/A280 menunjukkan bercak N-(naftilasetil) etilendiamin
antara 0,82 dan 0,86, A291/A280 antara 0,65 dan 0,69. yang terpisah sempurna dari bercak utama.
C. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Tambahan persyaratan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
seperti pada Nafazolin Nitrat BPFI.
Kromatografi <931>.
D. Larutkan 45 mg zat dalam 2 ml air. Tambahkan
Fase gerak Larutkan 1,1 g natrium oktanasulfonat
1 ml asam sulfat P. Kocok hati-hati dan dinginkan.
P dalam campuran 5 ml asam asetat glasial P,
Tambahkan 1 ml besi(II) sulfat LP tetes demi tetes
300 ml asetonitril P dan 700 ml air. Saring dan
melalui dinding tabung: terjadi warna coklat pada
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
batas dua cairan.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Hilangkan persyaratan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Suhu lebur <1021> Metode I Antara 167 dan 170.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
tanda.
penetapan menggunakan larutan zat 1% dalam air
Larutan baku A Timbang saksama lebih kurang
bebas karbon dioksida P.
5 mg asam 1-naftilasetat P, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-ml. Larutkan dalam Fase gerak,
Perubahan
tambahkan 5,0 ml Larutan uji, encerkan dengan
Warna dan akromisitas <1291> Metode III Tidak
Fase gerak sampai tanda.
boleh berwarna: lakukan penetapan menggunakan
Larutan baku B Timbang saksama lebih kurang
larutan zat 1% dalam air bebas karbon dioksida P.
5 mg Senyawa Sejenis A Nafazolin BPFI, masukkan
ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
Perubahan
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet
pH <1071> Antara 5,0 dan 6,5; lakukan penetapan
5 ml larutan ini, masukkan ke dalam labu tentukur
menggunakan larutan zat 1% dalam air bebas karbon
100-ml, encerkan denan Fase gerak sampai tanda.
dioksida P.
Larutan baku C Pipet 2 ml Larutan uji, masukkan
ke dalam labu tentukur 10-ml, encerkan dengan Fase
Klorida <361> Tidak lebih dari 330 bpj; lakukan
gerak sampai tanda. Pipet 1 ml larutan ini, masukkan
penetapan menggunakan larutan zat 1% dalam air
bebas karbon dioksida P.
– 2632 –

ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan TABLET NAPROKSEN NATRIUM


Fase gerak sampai tanda. Naproxen Sodium Tablet
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
Tablet naproksen natrium mengandung naproksen
4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 deaktifasi
natrium, C14H13NaO3, tidak kurang dari 90,0% dan
“end-capped” dengan ukuran partikel 4 µm dan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
ukuran pori 6 nm. Laju alir lebih kurang 1 ml per
etiket.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
A, rekam kromatogram dan ukur semua respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, Perubahan
antara puncak nafazolin dan senyawa sejenis B Baku pembanding Naproksen Natrium BPFI;
nafazolin tidak kurang dari 5,0. Waktu retensi relatif lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
terhadap nafazolin lebih kurang 14 menit. Waktu 105˚ selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
retensi relatif senyawa sejenis tertera pada Tabel. wadah tertutup rapat, bersifat higroskopis. Lakukan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah pengerjaan pada tempat kering. Senyawa Sejenis A
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku A, Naproksen BPFI. Senyawa Sejenis L Naproksen
Larutan baku B, Larutan baku C, dan Larutan uji ke BPFI.
dalam kromatograf, rekam kromatogram 3 kali waktu
retensi nafazolin, ukur semua respons puncak. Perubahan
Masing-masing senyawa sejenis dan jumlah senyawa Identifikasi
sejenis tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel. A. Masukkan sejumlah serbuk halus tablet setara
dengan lebih kurang 250 mg naproksen natrium ke
Tabel dalam tabung sentrifuga, tambahkan 12 ml air dan
Nama Waktu Batas 1 ml asam hidroklorida P: terbentuk endapan putih
retensi yang padat. Sentrifus campuran: beningan
relatif menunjukkan reaksi Natrium cara A dan B seperti
Senyawa sejenis A 0,76 Tidak lebih dari tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
respons puncak B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
utama Larutan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
baku B (0,5%) diperoleh pada Penetapan kadar.
Senyawa sejenis D 1,24 -
Senyawa sejenis B 1,27 - Tambahan persyaratan
Identifikasi
Senyawa sejenis C 2,8 - C. Spektrum serapan ultraviolet puncak utama
Masing-masing - Tidak lebih dari Larutan uji menunjukkan maksimum dan minimum
cemaran lain 0,5 kali respons hanya pada panjang gelombang yang sama dengan
puncak utama puncak utama Larutan baku seperti yang diperoleh
Larutan baku C pada Penetapan kadar.
(0,10%)
Total cemaran - Tidak lebih dari 5 Perubahan
kali respons Disolusi <1231>
puncak utama Media disolusi: 900 ml Dapar fosfat 0,1 M pH 7,4
Larutan baku C yang dibuat dengan melarutkan 2,62 g natrium fosfat
(1,0%) monobasa P dan 11,50 g natrium fosfat dibasa
Abaikan respons puncak kurang dari 0,25 kali respons anhidrat P dalam air sampai 1000 ml.
puncak utama Larutan baku C (0,05%). Abaikan Alat tipe 2: 50 rpm.
puncak ion nitrat. Waktu: 45 menit
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Perubahan Naproksen Natrium BPFI, larutkan dalam Media
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang disolusi hingga kadar lebih kurang 50 g per ml.
200 mg zat, larutkan dalam 30 ml asam asetat Prosedur Lakukan penetapan jumlah naproksen
anhidrat P. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, natrium, C14H13NaO3, yang terlarut dengan mengukur
tetapkan titik akhir secara potensiometrik. serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Media
disolusi dan serapan Larutan baku pada panjang
Tiap ml asam perklorat 0,1 N gelombang serapan maksimum lebih kurang 332 nm,
setara dengan 27,33 mg C14H15N3O3 menggunakan media disolusi sebagai blangko.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kurang dari 80% (Q), C14H13NaO3, dari jumlah yang
baik, terlindung cahaya. tertera pada etiket.
– 2633 –

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Waktu (menit) Dapar (%) Asetonitril (%)
0 85 15
Tambahan persyaratan 5 85 15
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara 25 60 40
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 45 50 50
Kromatografi <931>. 50 85 15
Dapar Buat larutan 1,36 gram per liter kalium 60 85 15
fosfat monobasa P, atur pH hingga 6,5 dengan
penambahan trietilamina P. Saring melalui penyaring Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
membran dengan porositas 0,45 μm. sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Pengencer Campuran Dapar-asetonitril P (50:50). seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Fase gerak Gunakan variasi campuran dapar dan puncak naproksen dan senyawa sejenis A naproksen
asetonitril P seperti tertera pada Sistem kromatografi. tidak kurang dari 6,0. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
sejumlah Naproksen Natrium BPFI, larutkan dan puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
encerkan dengan Pengencer hingga diperoleh kadar baku relatif masing-masing puncak naproksen,
lebih kurang 5 mg per ml. Pipet sejumlah larutan ke senyawa sejenis A naproksen, dan senyawa sejenis L
dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan naproksen tidak lebih dari 5,0%.
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
0,05 mg per ml. volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
sejumlah Senyawa Sejenis A Naproksen BPFI, kromatogram dan ukur semua respons puncak.
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga Hitung persentase senyawa sejenis A naproksen atau
kadar lebih kurang 0,01 mg per ml. senyawa sejenis L naproksen dalam serbuk tablet
Larutan baku persediaan 3 Timbang saksama dengan rumus:
sejumlah Senyawa Sejenis L Naproksen BPFI,
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
 rU   CU 
kadar lebih kurang 0,01 mg per ml.       100
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku  rS   CS 
persediaan 1, Larutan baku persediaan 2, dan
Larutan baku persediaan 3, encerkan dengan rU adalah respons puncak senyawa sejenis A
Pengencer hingga kadar naproksen natrium 1,0 g naproksen atau senyawa sejenis L naproksen dari
per ml, senyawa sejenis A naproksen dan senyawa Larutan uji; rs adalah respon puncak senyawa sejenis
sejenis L naproksen masing-masing 0,5 g per ml. A naproksen atau senyawa sejenis L naproksen dari
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis A
baku persediaan 1 dan Larutan baku persediaan 2, Naproksen BPFI atau Senyawa Sejenis L Naproksen
encerkan dengan Pengencer hingga kadar naproksen BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah
natrium dan senyawa sejenis A naproksen berturut- kadar naproksen natrium dalam mg per ml Larutan
turut lebih kurang 0,5 mg per ml dan 0,5 g per ml. uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan uji persediaan Timbang dan serbuk Hitung persentase masing-masing cemaran lain
haluskan tidak kurang dari 5 tablet. Timbang saksama dalam serbuk tablet dengan rumus:
sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang
2750 mg naproksen natrium, masukkan ke dalam
 ri   CS  1
labu tentukur 500-ml. Tambahkan 250 ml Pengencer          100
dan sonikasi selama 20 menit sambil sesekali  rS   CU  F
dikocok. Dinginkan hingga suhu ruang dan encerkan
dengan Pengencer sampai tanda. Saring melalui
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
penyaring membran dengan porositas 0,45 µm. Kadar
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak naproksen
naproksen natrium lebih kurang 5,5 mg per ml.
dari Larutan baku; CS adalah kadar Naproksen
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
Natrium BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
adalah kadar naproksen dalam mg per ml Larutan uji
kurang 0,55 mg per ml.
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; F adalah
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
faktor respons relatif seperti tertera pada Tabel.
tinggi dilengkapi dengan detektor 236 nm dan kolom
Masing-masing cemaran dan jumlah cemaran tidak
4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L7 dengan
lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1,0 ml
per menit. Pertahankan suhu kolom pada 40°.
Kromatograf diprogram sebagai berikut:
– 2634 –

Tabel kromatogram tidak kurang dari 2 kali waktu retensi


Waktu Faktor Batas naproksen dan ukur respons puncak utama. Hitung
Nama retensi respons persentase naproksen natrium, C14H13NaO3, dalam zat
relatif relatif
(%) dengan rumus :
Senyawa sejenis A 0,63 - 0,2
naproksen  rU   CS 
Naproksen 1,00 - -       100
Senyawa sejenis L 2,32 - 0,2  rS   CU 
naproksen
Naproksen metil 3,19 1,0 0,2
ester rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Masing-masing - 1,0 0,2 dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
cemaran lain Naproksen Natrium BPFI dalam mg per ml Larutan
Total cemaran - - 1,5 baku; CU adalah kadar naproksen dalam mg per ml
Abaikan puncak lebih kecil dari “LOQ” (0,004% Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
untuk masing-masing cemaran lain dan naproksen etiket.
metil ester; 0,002% untuk senyawa sejenis A
naproksen; 0,006% untuk senyawa sejenis L Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
naproksen). baik.
Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Perubahan judul monografi
pada Kromatografi <931>. NATRIUM HIDROGEN KARBONAT
Fase gerak Buat campuran asetonitril P–air-asam Natrium Bikarbonat
asetat glasial P (450:540:10). Saring dan Sodium Hydrogen Carbonate
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Mononatrium karbonat [144-55-8]
Kromatografi <931>. NaHCO3 BM 84,01
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Naproksen Natrium BPFI, larutkan dan encerkan Natrium hidrogen karbonat mengandung tidak kurang
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5%, NaHCO3,
per ml. dihitung terhadap zat kering.
Larutan uji persediaan Timbang dan serbuk
haluskan tidak kurang dari 5 tablet. Timbang saksama Pemerian Serbuk hablur, putih. Stabil di udara
sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang kering, tetapi dalam udara lembab secara perlahan-
2750 mg naproksen natrium, masukkan ke dalam lahan terurai. Larutan yang dibuat segar dalam air
labu tentukur 500-ml. Tambahkan 75 ml air dan dingin tanpa dikocok, bersifat basa. Kebasaan
sonikasi hingga terdispersi sempurna. Tambahkan bertambah bila larutan didiamkan, digoyang kuat atau
250 ml Fase gerak dan sonikasi selama 30 menit dipanaskan.
sambil sesekali dikocok. Dinginkan hingga suhu
ruang dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Kelarutan Larut dalam air; tidak larut dalam etanol.
Saring melalui penyaring membran dengan porositas
0,45 µm. Kadar naproksen natrium lebih kurang Hilangkan persyaratan
5,5 mg per ml. Baku pembanding Natrium bikarbonat BPFI;
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar naproksen
natrium lebih kurang 0,1 mg per ml Identifikasi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi A. Larutan menunjukkan reaksi Natrium cara A dan B
dilengkapi dengan detektor “diode array” 254 nm seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum < 291>.
dan kolom 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
L7 dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih Tambahan persyaratan
kurang 1,2 ml per menit. Lakukan kromatografi Identifikasi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur B. Larutan menunjukkan reaksi Bikarbonat seperti
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
ikutan tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,25%;
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah lakukan pengeringan di atas silika gel P selama
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan 4 jam, menggunakan lebih kurang 4 g zat yang
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam ditimbang saksama.
– 2635 –

Zat tidak larut Larutkan 1 g zat dalam 20 ml air: kurang 10 g zat uji yang telah ditimbang saksama ke
melarut sempurna dan jernih. dalam labu. Tutup kembali labu, lanjutkan pengaliran
karbon dioksida lembab selama lebih kurang
Perubahan 30 detik, tutup kran masuk karbon dioksida dan
Karbonat (Bila pada penandaan dimaksudkan untuk sistem ventilasi. Aduk kuat-kuat larutan dalam labu
digunakan dalam hemodialisis.) Tidak lebih dari sampai penyerapan karbon dioksida selesai, catat
0,23%. volume yang diserap dari pembacaan buret.
Alat (lihat gambar) Terdiri dari labu 50 ml Normalkan kembali tekanan udara dalam alat dengan
berlengan samping yang dihubungkan dengan sumber membuat sama tinggi permukaan Larutan pengganti
karbon dioksida lembab yang dialirkan melalui dalam penampung dan dalam buret, hentikan
larutan jenuh natrium bikarbonat P, di atas labu pengadukan. Buka sistem ventilasi dan alirkan
dilengkapi dengan tabung keluar. Labu dihubungkan karbon dioksida P lembab melalui sistem. Tutup kran
dengan sistem ventilasi dan buret berskala dan karbon dioksida dan sistem ventilasi, aduk kuat-kuat
penampung yang dilengkapi dengan pipa T. larutan dalam labu sampai penyerapan karbon
Pereaksi larutan jenuh natrium bikarbonat. dioksida selesai. Tentukan jumlah volume, V, dalam
Campur lebih kurang 20 g natrium bikarbonat P dan ml, karbon dioksida yang diserap setelah
100 ml air, biarkan kristal yang tidak larut penambahan zat uji ke dalam labu. Hitung persentase
mengendap. Gunakan beningan. karbonat dalam zat uji dengan rumus:
Larutan pengganti Larutkan 100 g natrium klorida
P dalam 350 ml air, tambahkan lebih kurang 1 g  273V 6001P  
 
 [22400273 T 760W ] 
natrium bikarbonat P dan 1 ml jingga metil LP.
Setelah natrium bikarbonat larut, tambahkan asam
sulfat 6 N sampai warna larutan menjadi merah
muda. Gunakan larutan ini untuk mengisi penampung V adalah total volume karbon dioksida yang diserap
pada alat. dalam ml; P adalah tekanan udara ruangan dalam
mmHg; T adalah suhu ruang; W adalah jumlah zat uji
yang digunakan dalam g. [Catatan Pertahankan suhu
tetap selama pengukuran volume karbon dioksida
yang diserap.]

Perubahan
Karbonat normal Larutkan dengan menggoyangkan
secara perlahan-lahan 1 g zat dalam 20 ml air pada suhu
tidak lebih dari 15, tambahkan 2,0 ml asam
hidroklorida 0,1 N dan 2 tetes fenolftalein LP: larutan
tidak segera berwarna merah muda lemah.

Perubahan
Klorida dan Sulfat <361> Klorida tidak lebih dari
Prosedur Tambahkan 25 ml Larutan jenuh natrium
0,015%; lakukan penetapan menggunakan 350 mg zat,
bikarbonat ke dalam labu 50 ml, bilas sistem dengan
setara dengan 1,5 ml asam hidroklorida 0,0010 N.
mengalirkan karbon dioksida P lembab melalui
lengan samping labu. Tutup kran masuk karbon
Hilangkan persyaratan
dioksida dan sistem ventilasi, aduk Larutan jenuh
Sulfat Tidak lebih dari 0,015%; lakukan penetapan
natrium bikarbonat sampai tidak ada lagi penyerapan
menggunakan 1,0 g zat bandingkan kekeruhan
karbon dioksida yang dapat dilihat dari pembacaan
dengan 0,15 ml asam sulfat 0,020 N.
buret. Pertahankan tekanan udara dalam alat dengan
mengatur Larutan pengganti sama tinggi pada
Tambahan persyaratan
penampung dan pada buret, berdasarkan pembacaan
Sulfur Tidak lebih dari 0,015%.
buret. Buka sistem ventilasi dan alirkan lagi karbon
Larutan uji Larutkan 2,0 g zat dalam 20 ml air,
dioksida P lembab melalui lengan samping labu.
uapkan dengan pendidihan hingga 5 ml. Tambahkan
Tutup kran masuk karbon dioksida P dan sistem
1 ml larutan Brom LP uapkan sampai kering dan
ventilasi, aduk kuat-kuat Larutan jenuh natrium
dinginkan. Larutkan residu dalam 10 ml asam
bikarbonat sampai tidak ada lagi penyerapan karbon
hidroklorida 3 N, uapkan sampai kering dan
dioksida yang tercatat. Ulangi prosedur penyerapan
dinginkan. Larutkan residu dalam 5 ml asam
karbon dioksida mulai dengan “Buka sistem
hidroklorida 3 N, uapkan sampai kering dan
ventilasi..” sampai perubahan pembacaan buret tidak
dinginkan. Larutkan residu dalam 10 ml air, atur pH
lebih dari 0,2 ml. Hentikan pengadukan, alirkan lagi
sampai 2, dengan penambahan asam hidroklorida 3 N
karbon dioksida lembab melalui lengan samping
atau amonium hidroksida 6 N. Jika perlu untuk
labu, angkat tutup labu dan segera masukkan lebih
– 2636 –

mendapatkan larutan jernih, saring larutan, cuci Perubahan


penyaring dua kali masing-masing dengan 2 ml air. Kalsium (Bila pada penandaan dimaksudkan untuk
Encerkan dengan air sampai 20 ml. penggunaan hemodialisis) Tidak lebih dari 0,01%
Larutan baku Pada 0,30 ml asam sulfat 0,020 N kalsium. [Catatan Larutan baku dan Larutan uji bila
tambahkan 1 ml asam hidroklorida 0,06 N, encerkan perlu dimodifikasi, untuk mendapatkan larutan
dengan air sampai 20 ml. dengan kadar yang sesuai hingga hubungan antara
Prosedur Tambahkan 1 ml larutan barium klorida kadar dan serapan merupakan kurva linier.]
Larutan kalium klorida Buat larutan 10 mg per ml
LP pada Larutan uji dan Larutan baku, campur dan
larutan kalium klorida P dalam asam hidroklorida 0,36 N.
diamkan selama 30 menit: kekeruhan Larutan uji Larutan baku Masukkan 249,7 mg kalsium
tidak lebih intens dari Larutan baku. karbonat P yang sebelumnya dikeringkan pada suhu
300 selama 3 jam dan didinginkan dalam desikator
Perubahan selama 2 jam, ke dalam labu tentukur 100-ml.
Aluminium (Bila pada penandaan dimaksudkan Larutkan dalam 6 ml asam klorida 6 N, tambahkan
untuk digunakan dalam hemodialisis.) Tidak lebih 1 g kalium klorida P, encerkan dengan air sampai
dari 2 bpj. [Catatan Larutan baku dan Larutan uji tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur
bila perlu dimodifikasi, untuk mendapatkan larutan 100-ml kedua, encerkan dengan Larutan kalium
dengan kadar yang sesuai hingga hubungan antara klorida sampai tanda. Larutan ini mengandung
kadar dan serapan merupakan kurva linier.] 100 g kalsium per ml. Pipet 2 ml; 3 ml; 4 ml; dan
Pengencer asam nitrat Encerkan 40 ml asam nitrat 5 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml yang
P dengan air hingga 1000 ml. berbeda, masing-masing berisi 6 ml asam
Larutan baku Masukkan 2,0 g aluminium P ke hidroklorida 6 N, encerkan dengan Larutan kalium
dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 50 ml asam klorida sampai tanda. Larutan baku ini berturut-turut
hidroklorida 6 N, goyang agar aluminium dan asam mengandung 2,0 g; 3,0 g; 4,0 g; dan 5,0 g
kontak sempurna, biarkan reaksi berjalan sampai kalsium per ml.
aluminium terlarut sempurna. Encerkan dengan air Larutan uji Masukkan 3,0 g zat ke dalam labu
sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 6 ml asam hidroklorida
tentukur 1000-ml, encerkan dengan air sampai tanda. 6 N dan 1 g kalium klorida P, encerkan dengan air
sampai tanda.
Pipet 10 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml,
Blangko Gunakan Larutan kalium klorida
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Pipet Prosedur Lakukan penetapan secara
1 ml; 2 ml; dan 4 ml larutan ini ke dalam labu Spektrofotometri Serapan Atom seperti tertera pada
tentukur 100-ml yang berbeda, encerkan masing- Spektrofotometri dan hamburan cahaya <1191>.
masing dengan Pengencer sampai tanda. Larutan ini Spektrofotometer serapan atom dilengkapi dengan
masing-masing mengandung 0,01 µg; 0,02 µg; dan lampu katoda “hollow” kalsium, nyala nitrooksida-
0,04 µg aluminium per ml. asetilena. Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1,0 g pada garis emisi 422,7 nm menggunakan Larutan
zat, masukkan ke dalam labu tentukur plastik 100-ml. kalium klorida sebagai blangko. Gambar titik
Tambahkan dengan hati-hati 4 ml asam nitrat P. hubungan serapan Larutan baku terhadap kadar
Sonikasi selama 30 menit dan encerkan dengan air kalsium dalam g per ml, tarik garis lurus melalui
sampai tanda. keempat titik di atas. Dari kurva yang diperoleh,
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan tentukan jumlah kalsium dalam g per ml Larutan
uji pada garis emisi aluminium pada 309,3 nm uji. Hitung persentase kalsium dalam zat uji dengan
dengan spektrofotometer serapan atom yang sesuai, rumus:
yang dilengkapi dengan lampu tabung katode C   100
aluminium dan pemanas listrik tanpa api,
menggunakan Pengencer sebagai blangko.
CU 
Gambarkan titik hubungan serapan Larutan baku
terhadap kadar aluminium dalam µg per ml, tarik C adalah kadar kalsium dalam g per ml Larutan uji
garis lurus melalui ketiga titik tersebut. Dari kurva berdasarkan bobot yang ditimbang; CU adalah kadar
yang didapat, tentukan jumlah dalam µg Al per ml natrium bikarbonat dalam dalam g per ml Larutan
Larutan uji. Hitung jumlah aluminium dalam bpj, uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
dalam zat uji dengan mengalikan harga yang
diperoleh dengan 100. Magnesium (Bila pada penandaan dimaksudkan
untuk penggunaan hemodialisis) Tidak lebih dari
Perubahan 0,004%. [Catatan Larutan baku dan Larutan uji bila
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 2 bpj; perlu dimodifikasi, untuk mendapatkan larutan
lakukan penetapan menggunakan larutan 1,5 g zat dengan kadar yang sesuai hingga hubungan antara
dalam 20 ml asam sulfat 7 N dan tambahkan 35 ml kadar dan serapan merupakan kurva linier.]
air. Larutan kalium klorida, Larutan uji, dan Blangko
Prosedur Lakukan penetapan dengan mengabaikan Lakukan seperti tertera pada uji Kalsium.
penambahan 20 ml asam sulfat 7 N.
– 2637 –

Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 1,0 g sampai tanda. Larutan ini mengandung 10,0 g
magnesium, masukkan ke dalam gelas piala 250 ml tembaga per ml. Simpan dalam botol polietilena.
yang mengandung 20 ml air, dengan hati-hati Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 5,0 g
tambahkan 20 ml asam hidroklorida P, jika perlu zat, masukkan ke dalam labu tentukur plastik 100-ml,
hangatkan sampai reaksi sempurna. Pindahkan tambahkan hati-hati 4 ml asam nitrat P. Sonikasi
larutan ini ke dalam labu tentukur 1000-ml yang selama 30 menit, encerkan dengan air sampai tanda.
mengandung 10 g kalium klorida P, encerkan dengan
Larutan uji “spike” Pipet 10 ml Larutan uji,
air sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam
labu tentukur 100-ml yang mengandung 1 g kalium tambahkan 20 µl Larutan baku. Larutan ini
klorida P dan encerkan dengan air sampai tanda. mengandung 0,02 µg per ml tembaga yang
Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml ditambahkan.
kedua, encerkan dengan Larutan kalium klorida Blangko Gunakan Pengencer.
sampai tanda. Larutan ini mengandung 10,0 µg per Prosedur Lakukan penetapan secara
ml magnesium. Pipet larutan ini 2 ml; 3 ml; 4 ml; dan Spektrofotometri Serapan Atom seperti tertera pada
5 ml masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml yang Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
berbeda, yang masing-masing mengandung 6 ml Spektrofotometer serapan atom dilengkapi dengan
asam hidroklorida 6 N, encerkan dengan Larutan lampu “hollow-cathode” tembaga, secara pemanasan
kalium klorida sampai tanda. Larutan baku ini elektrik pada garis emisi tembaga pada 324,7 nm.
masing-masing mengandung 0,2 µg per ml; 0,3 µg Ukur serapan Larutan uji, Larutan uji “spike” dan
per ml; 0,4 µg per ml; dan 0,5 µg per ml magnesium. Blangko. Gambar titik hubungan serapan Larutan
Prosedur Lakukan penetapan secara baku terhadap kadar tembaga dalam g per ml, tarik
Spektrofotometri Serapan Atom seperti tertera pada garis lurus melalui keempat titik di atas. Dari kurva
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Spektrofotometer serapan atom dilengkapi dengan yang diperoleh, tentukan jumlah tembaga dalam g
lampu “hollow-cathode” magnesium, nyala asetilena- per ml Larutan uji. Hitung jumlah tembaga dalam bpj
udara pada garis emisi magnesium 285,2 nm. Ukur zat uji yang digunakan dengan rumus:
serapan Larutan baku dan Larutan uji menggunakan
Larutan kalium klorida sebagai blangko. Gambar C  10 6
titik hubungan serapan Larutan baku terhadap kadar
magnesium dalam g per ml, tarik garis lurus melalui
CU 
keempat titik di atas. Dari kurva yang diperoleh,
tentukan jumlah magnesium dalam g per ml C adalah kadar tembaga dalam g per ml Larutan uji
Larutan uji. Hitung persentase magnesium dalam zat berdasarkan bobot yang ditimbang; CU adalah kadar
uji yang digunakan dengan rumus: natrium bikarbonat dalam dalam g per ml Larutan
uji berrdasarkan bobot yang ditimbang.
C   100
CU  Perubahan
Besi <331> (Bila pada penandaan dimaksudkan
untuk penggunaan hemodialisis) Tidak lebih dari
C adalah kadar magnesium dalam g per ml Larutan 5 bpj. Lakukan penetapan secara Spektrofotometri
uji berdasarkan bobot yang ditimbang; CU adalah UV-Vis pada panjang gelombang 480 nm seperti
kadar natrium bikarbonat dalam g per ml Larutan tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya
uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
<1191>.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 2,0 g
zat, masukkan ke dalam gelas piala, netralkan dengan
Perubahan
asam hidroklorida P, catat volume asam yang
Tembaga (Bila pada penandaan dimaksudkan untuk
digunakan. Pindahkan larutan ke dalam labu tentukur
penggunaan hemodialisis) Tidak lebih dari 1 bpj.
25-ml, bilas dengan air.
[Catatan Larutan baku dan Larutan uji bila perlu
Larutan baku Pipet 1 ml Larutan baku besi ke
dimodifikasi, untuk mendapatkan larutan dengan
dalam labu tentukur 25-ml dan tambahkan sejumlah
kadar yang sesuai hingga hubungan antara kadar
volume sama asam hidroklorida P yang digunakan
dan serapan merupakan kurva linier.]
pada pembuatan Larutan uji.
Pengencer Lakukan pengenceran 40 ml asam
Blangko Gunakan sejumlah volume sama asam
nitrat P dengan air sampai 1000 ml.
hidroklorida P seperti yang digunakan pada
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang
pembuatan Larutan uji, masukkan ke dalam labu
1,0 g tembaga, masukkan ke dalam labu tentukur
tentukur 25-ml.
1000-ml, larutkan dalam 20 ml asam nitrat P,
Prosedur Ke dalam Larutan baku, Larutan uji, dan
encerkan dengan asam nitrat 0,2 N sampai tanda.
Blangko tambahkan 50 mg hablur amonium
Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur
peroksidisulfat P dan 2 ml larutan amonium tiosianat
1000-ml kedua, encerkan dengan asam nitrat 0,2 N
LP, encerkan dengan air sampai tanda. Segera ukur
serapan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang
– 2638 –

gelombang serapan maksimum lebih kurang 480 nm 30º. Laju alir lebih kurang 0,43 ml per menit.
menggunakan spektrofotometer yang sesuai: serapan Kromatograf diprogram sebagai berikut :
Larutan uji tidak lebih besar dari pada serapan
Larutan baku. Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
0 7 93
Perubahan 26 7 93
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 5 bpj; 26,1 70 30
lakukan penetapan menggunakan larutan yang dibuat 34 70 30
sebagai berikut: Timbang saksama lebih kurang 4,0 g
zat, masukkan ke dalam gelas piala yang sesuai, Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
tambahkan 5 ml air dan 19 ml asam hidroklorida 3 N, sistem, rekam komatogram dan ukur respons puncak
panaskan sampai mendidih, pertahankan suhu selama seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
1 menit. Tambahkan 1 tetes fenolftalein LP, kemudian natrium dan ion amonium tidak kurang dari 4,0; faktor
amonium hidroksida 6 N secukupnya tetes demi tetes ikutan ion amonium tidak lebih dari 1,5; perbandingan
sampai larutan berwarna merah muda lemah. “signal to noise” ion amonium tidak kurang dari 75;
Dinginkan, pindahkan ke dalam labu tentukur 25-ml, waktu retensi relatif natrium dan ion amonium
encerkan dengan air sampai tanda. berturut-turut adalah lebih kurang 1,0 dan 1,3.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Perubahan volume sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan
Amonia Lakukan penetapan dengan cara Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada kromatogram dan ukur respons puncak utama:
Kromatografi <931>. Tidak lebih dari 20 bpj. respons ion amonium dalam Larutan uji tidak lebih
[Catatan Gunakan air dengan resistivitas tidak besar dari respons ion amonium dalam Larutan baku.
kurang dari 18 megaohm-cm untuk penyiapan
seluruh larutan.] Perubahan
Larutan A Larutan asam metansulfonat 100 mM Senyawa organik (Bila pada penandaan
dalam air. dimaksudkan untuk penggunaan hemodialisis) Tidak
Larutan B Gunakan air. lebih dari 0,01%.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A Larutan perak sulfat Timbang sejumlah perak
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem sulfat P, larutkan dan encerkan dengan asam sulfat P
kromatografi. [Catatan Lakukan kembali hingga kadar lebih kurang 11 g per liter.
kesetimbangan sistem ke kondisi awal. Sebagai Larutan indikator Timbang sejumlah 1,10-
alternatif, fase gerak dapat dibuat secara elektrolitik fenantrolina P dan besi(II) sulfat P, larutkan dan
menggunakan pelarut generator otomatis.] encerkan dengan air hingga kadar berturut-turut
Larutan baku Buat larutan ion amonium dengan 14,85 mg per ml dan 6,95 mg per ml.
kadar 0,02 µg per ml dari larutan baku ion amonium P. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, 850,3 mg kalium biftalat P yang sebelumnya digerus
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih perlahan-lahan dan dikeringkan pada suhu 120
kurang 1 mg per ml. selama 2 jam, masukkan ke dalam labu tentukur
Larutan kesesuaian sistem persediaan A Timbang 1000-ml, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet
saksama sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan 6 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
air hingga diperoleh kadar lebih kurang 10 mg per dengan air sampai tanda. Tiap ml larutan ini
ml. mengandung setara dengan 0,06 mg senyawa organik
Larutan kesesuaian sistem persediaan B Timbang per ml. Pipet 40 ml larutan ini ke dalam labu refluks
saksama sejumlah amonium klorida P, larutkan dan 500 ml.
encerkan dalam air hingga kadar lebih kurang 3 µg Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 g
per ml setara dengan 1 µg per ml ion amonium. zat, masukkan ke dalam labu refluks 500 ml,
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan tambahkan 20 ml air, goyangkan. Tambahkan hati-
kesesuaian sistem persediaan A dan Larutan hati 20 ml asam sulfat P, goyangkan. [Perhatian
kesesuaian sistem persediaan B, larutkan dan Lakukan di dalam lemari asam.]
encerkan dengan air hingga kadar natrium hidrogen Blangko Tambahkan 40 ml air, masukkan ke dalam
karbonat dan ion amonium berturut-turut lebih labu refluks 500 ml.
kurang 1 mg per ml dan 0,02 µg per ml. Prosedur Lakukan terhadap masing-masing
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan baku, Larutan uji, dan Blangko sebagai
tinggi dilengkapi dengan detektor “conductivity with berikut: Pada masing-masing labu, tambahkan 1 g
suppression”. Menggunakan kolom pelindung 3 mm raksa(II) sulfat P dan lebih kurang 5 butir batu didih
x 5 cm berisi bahan pengisi L84 dengan ukuran kaca. Dinginkan labu di dalam tangas es, tambahkan
partikel 5m dan kolom analitik 3 mm x 25 cm berisi 5 ml Larutan perak sulfat. Sambil digoyang perlahan-
lahan dalam tangas es, tambahkan 25,0 ml kalium
bahan pengisi L84 dengan ukuran partikel 5m. dikromat 0,025 N LV dan 70 ml Larutan perak sulfat
Pertahankan suhu kolom pada 40º dan detektor pada
– 2639 –

sedikit demi sedikit. Pasang kondensor dengan aliran Perubahan


air dingin, kemudian refluks selama 2 jam. Biarkan Baku pembanding Endotoksin BPFI;[Catatan
dingin selama 10 menit, bilas kondensor dengan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
50 ml air, kumpulkan air bilasan dalam labu. hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
Tambahkan air secukupnya ke dalam labu sampai Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
volume lebih kurang 350 ml. Tambahkan 3 tetes pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
Larutan indikator, titrasi pada suhu ruang dengan vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
besi(II) amonium sulfat 0,07 N LV sampai warna
larutan berubah dari biru kehijauan menjadi coklat Identifikasi Menunjukkan reaksi Natrium cara A dan
kemerahan. Hitung jumlah kesetaraan senyawa B dan reaksi Bikarbonat seperti tertera pada Uji
organik dalam mg, dalam Larutan baku dengan Identifikasi Umum <291>.
rumus:
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,0 unit
VB VS  8 N Endotoksin FI per mEq.

pH <1071> Antara 7,0 dan 8,5.


VB danVS berturut-turut adalah volume dalam ml
besi(II) amonium sulfat 0,07 N LV yang diperlukan Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
pada titrasi Blangko dan Larutan baku; N adalah tertera pada Injeksi volume kecil.
normalitas besi(II) amonium sulfat LV; Dalam sistem
yang baik diperoleh harga antara 2,328 dan 2,424 mg. Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Hitung jumlah kesetaraan senyawa organik dalam mg Injeksi.
dalam zat dengan rumus:
Perubahan
VB VU   8 N Penetapan kadar Ukur saksama sejumlah volume
injeksi setara dengan lebih kurang 3 g natrium
VB dan VU berturut-turut adalah volume dalam ml bikarbonat, tambahkan merah metil LP, titrasi dengan
besi(II) amonium sulfat 0,07 N LV yang diperlukan asam hidroklorida 1 N LV. Tambahkan asam
pada titrasi Blangko dan Larutan uji; N adalah perlahan-lahan sambil tetap diaduk hingga larutan
normalitas besi(II) amonium sulfat LV. berwarna merah muda lemah. Panaskan larutan
hingga mendidih, dinginkan dan lanjutkan titrasi
Perubahan hingga warna larutan merah muda tidak hilang
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 3 g setelah dididihkan.
zat, campur dengan 100 ml air, tambahkan merah
metil LP, titrasi dengan asam hidroklorida 1 N LV. Tiap ml asam hidroklorida 1 N
Tambahkan asam perlahan-lahan sambil terus diaduk setara dengan 84,01 mg NaHCO3
sampai larutan berwarna merah muda lemah.
Panaskan larutan hingga mendidih, dinginkan dan Perubahan
lanjutkan titrasi sampai warna larutan merah muda Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
lemah tidak hilang setelah dididihkan. tunggal dari kaca Tipe I atau wadah plastik. Simpan
dalam suhu ruang terkendali.
Tiap ml asam hidroklorida 1 N
setara dengan 84,01 mg NaHCO3 Penandaan Pada etiket dinyatakan kadar total dalam
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mOsmol per liter, bila volume lebih kecil dari 100 ml
baik. atau pada etiket dinyatakan tidak untuk disuntikkan
langsung tetapi harus diencerkan sebelum digunakan,
Penandaan Bila dimaksudkan untuk penggunaan pada etiket dapat dinyatakan kadar total osmolar
hemodialisis, pada penandaan harus dicantumkan. dalam mOsmol per ml.

Perubahan judul monografi Perubahan judul monografi


INJEKSI NATRIUM HIDROGEN TABLET NATRIUM HIDROGEN
KARBONAT KARBONAT
Injeksi Natrium Bikarbonat Tablet Natrium Bikarbonat
Sodium Hydrogen Carbonate Injection Sodium Hydrogen Carbonate Tablets

Injeksi natrium bikarbonat adalah larutan steril Tablet natrium bikarbonat mengandung natrium
natrium bikarbonat dalam Air untuk Injeksi. pH bikarbonat, NaHCO3, tidak kurang dari 95,0% dan
larutan dapat disesuaikan dengan menambahkan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
karbon dioksida P. Mengandung, NaHCO3, tidak etiket.
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%, dari
jumlah yang tertera pada etiket. [Catatan Injeksi ini Identifikasi Larutan dari sejumlah tablet
tidak boleh digunakan bila terdapat endapan.] menunjukkan reaksi Natrium cara A dan B dan reaksi
Bikarbonat seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
<291>.
– 2640 –

Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 30 menit, LP, kocok dan biarkan sampai mengental, akan
lakukan penetapan menggunakan cairan asam terbentuk endapan putih. Sentrifus, Cuci endapan tiga
lambung buatan LP sebagai pengganti air. kali dengan 1 ml air dan buang air pencuci. Lakukan
penetapan ini dengan cepat dalam cahaya redup,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. abaikan jika beningan tidak terlalu jernih.
Suspensikan endapan dalam 2 ml air dan tambahkan
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak 1,5 ml amonium hidroksida 10 N. Larutan
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada Uji
serbuk yang setara dengan lebih kurang 2 g natrium Identifikasi Umum <291>.
bikarbonat, larutkan dalam 100 ml air, tambahkan
merah metil LP, titrasi dengan asam hidroklorida 1 N Tambahan persyaratan
LV. Tambahkan asam perlahan-lahan sambil tetap Kejernihan larutan Larutkan 20,0 g zat dalam air
diaduk hingga larutan berwarna merah muda lemah. bebas karbon dioksida P, encerkan dengan pelarut
Panaskan larutan hingga mendidih, dinginkan dan yang sama sampai 100,0 ml. Larutan jernih atau tidak
lanjutkan titrasi hingga warna larutan merah muda berwarna.
tidak hilang setelah dididihkan.
Perubahan
Tiap ml asam hidroklorida 1 N Keasaman atau kebasaan Pada 20 ml larutan yang
setara dengan 84,01 mg NaHCO3 disiapkan untuk uji Kejernihan Larutan, tambahkan
0,1 ml bromtimol biru LP; membutuhkan tidak lebih
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dari 0,5 ml asam hidroklorida 0,01 N atau natrium
baik.
hidroksida 0,01 N untuk mengubah warna larutan.

Perubahan
NATRIUM KLORIDA Barium Setiap opalesen dalam Larutan uji tidak
Sodium Chloride lebih intens dibandingkan dengan Larutan
pembanding.
Natrium klorida [7647-14-5] Larutan uji Pada 5 ml larutan yang disiapkan untuk
NaCl BM 58,44 uji Kejernihan larutan, tambahkan 2 ml asam sulfat
2 N dan 5 ml air.
Perubahan Larutan pembanding Pada 5 ml larutan lain yang
Natrium klorida mengandung tidak kurang dari disiapkan untuk uji Kejernihan larutan, tambahkan
99,0% dan tidak lebih dari 100,5%, NaCl, dihitung 7 ml air. Diamkan selama 2 jam.
terhadap zat kering.
Perubahan
Pemerian Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau Aluminium (Jika pada etiket tercantum untuk
serbuk hablur putih; rasa asin. pembuatan larutan dialisis peritonial, larutan
hemodialisis atau larutan hemofiltrasi) Tidak lebih
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam dari 0,2 bpj.
gliserin; sukar larut dalam etanol. Dapar Timbang 50 g amonium asetat P, masukkan
ke dalam labu tentukur 250-ml, larutkan dalam
Tambahan persyaratan 150 ml air, atur pH hingga 6,0 dengan penambahan
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan asam asetat glasial P, encerkan dengan air sampai
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus tanda.
hati-hati untuk menghindari kontaminasi.] Larutan baku aluminium Masukkan 352 mg
Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari aluminium kalium sulfat dalam labu tentukur 100-ml,
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. tambahkan beberapa ml air, aduk untuk melarutkan,
Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari tambahkan 20 ml asam sulfat encer LP, encerkan
pembeku. dengan air sampai tanda dan campur. Segera sebelum
digunakan, pipet 1 ml larutan ini ke dalam labu
Perubahan tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Identifikasi Larutan baku Pipet 2 ml Larutan baku aluminium,
A. Memenuhi persyaratan. Larutan menunjukkan 10 ml Dapar dan 98 ml air, masukkan ke dalam
reaksi Natrium cara A dan B, seperti tertera pada Uji corong pisah yang sesuai. Ekstraksi campuran ini
Identifikasi Umum <291>. seperti pada Larutan uji, encerkan kumpulan ekstrak
yang diperoleh dengan kloroform P sampai tanda.
Tambahan persyaratan Larutan uji Larutkan 20,0 g zat dalam 100 ml air,
Identifikasi tambahkan 10 ml Dapar. Ekstraksi larutan ini tiga
B. Larutkan lebih kurang 3 mg natrium klorida kali masing-masing dengan 20 ml, 20 ml, dan 10 ml
dalam 2 ml air. Asamkan larutan ini dengan asam larutan 8-hidroksikinolin P 0,5% dalam kloroform P
nitrat encer P dan tambahkan 0,4 ml perak nitrat secara berurutan, kumpulkan ekstrak kloroform ke
– 2641 –

dalam labu tentukur 50-ml. Encerkan kumpulan Prosedur Pada Larutan baku dan Larutan uji,
ekstrak yang diperoleh dengan kloroform P sampai tambahkan 4 ml Larutan asam sulfomolibdat LP,
tanda. 0,1 ml campuran 1 ml Timah(II) klorida pekat,
Blangko Siapkan campuran 10 ml Dapar dan asam LP dan 10 ml asam hidroklorida 2 N. Setelah
100 ml air. Ekstraksi campuran ini seperti pada 10 menit, bandingkan warna dari setiap 20 ml
Larutan uji, encerkan kumpulan ekstrak yang larutan; warna pada Larutan uji tidak lebih intens dari
diperoleh dengan kloroform P sampai tanda. warna Larutan baku.
Prosedur Tetapkan intensitas fluoresensi dari
Larutan uji dan Larutan baku pada fluorometer Perubahan
dengan panjang gelombang eksitasi 392 nm dan Iodida Lembabkan 5 g zat dengan menambahkan
panjang gelombang emisi 518 nm menggunakan tetes demi tetes campuran 0,15 ml larutan natrium
Blangko yang memberikan angka nol pada alat. nitrit P (100 mg per ml), 2 ml asam sulfat 1 N, 25 ml
Fluoresensi Larutan uji tidak melebihi Larutan baku. kanji LP dan 25 ml air. Setelah 5 menit, periksa zat
pada cahaya alami: tidak terjadi warna biru.
Perubahan
Arsen <371> Metode I Tidak lebih dari 1 bpj.
Perubahan
Bromida Tidak lebih dari 100 bpj. [Catatan Siapkan
Perubahan
Larutan baku dan Larutan uji secara berturut-turut.]
Besi Tidak lebih dari 2 bpj;
Larutan uji Gunakan 10 ml larutan dari uji Larutan baku Pipet 5 ml Larutan kalium bromida P
Kejernihan Larutan. 3 µg per ml, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml,
Larutan baku Segera sebelum digunakan encerkan tambahkan 2,0 ml merah fenol LP pH 4,7 dan 1,0 ml
1 bagian Larutan baku besi seperti tertera pada Besi kloramin T P (0,1 mg per ml), campur segera. Setelah
<331> dengan air menjadi 10 bagian. Larutan setara 2 menit tambahkan 0,15 ml natrium tiosulfat 0,1 N
dengan 1 µg per ml besi. Campur 4 ml larutan dan dan encerkan dengan air sampai tanda.
6 ml air. Larutan uji Pipet 0,5 ml larutan yang disiapkan
Prosedur Pada masing-masing Larutan uji dan untuk uji Kejernihan Larutan ke dalam labu tentukur
Larutan baku tambahkan 2 ml larutan asam sitrat P 10-ml, tambahkan 4,0 ml air, 2,0 ml merah fenol LP
(200 mg per ml) dan 0,1 ml asam tioglikolat P, pH 4,7, dan 1,0 ml kloramin T P (0,1 mg per ml),
campur. Basakan dengan amonium hidroksida P dan campur segera. Setelah 2 menit tambahkan 0,15 ml
encerkan dengan air hingga 20 ml. Setelah 5 menit, natrium tiosulfat 0,1 N dan encerkan dengan air
warna merah muda Larutan uji tidak lebih intensif sampai tanda.
dari Larutan baku. Prosedur Lakukan penetapan dengan cara
Spektrofotometer cahaya tampak seperti tertera pada
Perubahan Spektrofotometri dan hamburan cahaya <1191>. Ukur
Besi (II) sianida Larutkan 2,0 g zat dalam 6 ml air. serapan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang
Tambahkan 0,5 ml campuran 5 ml larutan Besi (III) gelombang serapan maksimum 590 nm, menggunakan
amonium sulfat P (10 mg per ml dalam 2,5 g per liter blangko air. Serapan Larutan uji tidak lebih besar dari
asam sulfat P) dan 95 ml larutan besi(II) sulfat P Larutan baku.
(1 dalam 100), tidak terjadi warna biru dalam 10 menit.
Tambahan persyaratan
Tambahan persyaratan Kalium (Jika tercantum pada etiket untuk pembuatan
Fosfat Tidak lebih dari 25 bpj. sediaan injeksi, larutan dialisis peritonial, larutan
Larutan baku persediaan fosfat Timbang saksama hemodialisis, atau larutan hemofiltrasi.) Tidak lebih
sejumlah kalium fosfat monobasa P, larutkan dalam dari 500 bpj. [Catatan Jika perlu, Larutan baku dan
air hingga kadar lebih kurang 0,716 mg per ml. Larutan uji dapat dimodifikasi untuk memperoleh
Larutan baku fosfat Pipet sejumlah Larutan baku larutan dengan kadar yang terletak pada garis linier
persediaan fosfat, encerkan dengan air hingga kadar atau pada area kerja instrumen.]
lebih kurang 7,16 µg per ml. Siapkan larutan segar. Larutan baku Timbang 1,144 g kalium klorida P
Larutan baku Pipet 2 ml Larutan baku fosfat ke yang telah dikeringkan pada suhu 105° selama 3 jam,
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml. Larutkan
sampai tanda. dan encerkan dengan air sampai tanda. Larutan ini
Larutan uji Pipet 2 ml larutan yang disiapkan mengandung kalium setara dengan 600 µg per ml.
untuk uji Kejernihan larutan ke dalam labu tentukur Encerkan larutan hingga diperoleh tidak kurang dari
100-ml, encerkan dengan air sampai tanda. 3 kadar Larutan baku, sehingga kadar Larutan uji
Larutan asam sulfomolibdat Larutkan dengan berada pada rentang kadar Larutan baku.
pemanasan 2,5 g amonium molibdat P dalam 20 ml Larutan uji Timbang 1,0 g zat, masukkan ke dalam
air. Encerkan 28 ml asam sulfat P dengan 50 ml air, labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan dengan
dinginkan. Campur kedua larutan dan encerkan air sampai tanda, campur.
dengan air sampai 100 ml.
– 2642 –

Prosedur Lakukan penetapan dengan cara Larutan baku Pada 1,5 ml Larutan baku sulfat,
Spektrofotometri Serapan Atom seperti tertera pada tambahkan 1 ml Larutan barium klorida, kocok,
Spektrofotometri dan hamburan cahaya <1191>. diamkan selama 1 menit. Pada 2,5 ml suspensi yang
Ukur tidak kurang tiga kali, intensitas emisi dari dihasilkan, tambahkan 15 ml Larutan baku sulfat dan
Larutan uji dan Larutan baku menggunakan nyala 0,5 ml asam asetat 5 N, campur.
asetilena-udara, pada panjang gelombang 766,5 nm. Larutan uji Pada 1,5 ml Larutan baku sulfat,
Siapkan kurva kalibrasi dari nilai rata-rata yang tambahkan 1 ml Larutan barium klorida, kocok,
diperoleh dari pembacaan Larutan baku dan tetapkan diamkan selama 1 menit. Pada 2,5 ml suspensi yang
kadar kalium dalam Larutan uji. dihasilkan, tambahkan 15 ml Larutan natrium klorida
dan 0,5 ml asam asetat 5 N, campur. Setelah 5 menit
Perubahan kekeruhan pada Larutan uji tidak lebih keruh dari
Magnesium dan logam alkali tanah Tidak lebih yang dihasilkan oleh Larutan baku.
dari 100 bpj, dihitung sebagai kalsium.
Dapar amonia-amonium klorida pH 10,0 Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 5 bpj.
Timbang 5,4 g amonium klorida P masukkan ke
dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dalam 20 ml Perubahan
air, tambahkan 20 ml amonium hidroksida P dan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
encerkan dengan air sampai tanda. lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam,
Prosedur Pada 200 ml air, tambahkan 0,1 g menggunakan 1,0 g zat.
hidroksilamin hidroklorida P, 10 ml Dapar amonia-
amonium klorida pH 10,0, 1 ml zink sulfat 0,1 M dan Tambahan persyaratan
0,15 g eriokrom hitam P. Panaskan sampai lebih Endotoksin bakteri <201> Memenuhi syarat uji
kurang 40°. Titrasi larutan ini dengan dinatrium Endotoksin bakteri seperti tertera pada sediaan yang
edetat 0,01 M LV sampai warna ungu berubah menggunakan natrium klorida. Jika pada etiket tertera
menjadi warna biru tua yang jelas. Tambahkan 10,0 g natrium klorida harus diproses lebih lanjut untuk
natrium klorida P dalam 100 ml air pada larutan ini. pembuatan sediaan injeksi, tingkat endotoksin bakteri
Jika warna berubah menjadi ungu, titrasi larutan memenuhi syarat uji Endotoksin bakteri <201> dalam
dengan dinatrium edetat 0,01 M LV sampai titik akhir rentang dosis yang sesuai seperti tertera pada
berwarna biru tua. Volume dinatrium edetat 0,01 M monografi sediaan yang menggunakan natrium
yang digunakan pada titrasi kedua tidak lebih dari klorida.
2,5 ml.
Tambahan persyaratan
Tambahan persyaratan Sterilitas Jika pada etiket tertera natrium klorida
Nitrit steril, memenuhi syarat Uji Sterilitas <71> dalam
Larutan uji Pada 10 ml larutan yang disiapkan untuk rentang dosis yang sesuai seperti tertera pada
uji Kejernihan larutan, tambahkan 10 ml air. monografi sediaan yang menggunakan natrium
Prosedur Lakukan penetapan dengan cara klorida.
Spektrofotometri UV seperti tertera pada
Spektrofotometri dan hamburan cahaya <1191>. Perubahan
Ukur serapan larutan pada panjang gelombang 354 Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
nm; serapan tidak lebih dari 0,01. 50 mg zat, larutkan dalam 50 ml air. Titrasi dengan
perak nitrat 0,1 N LV seperti tertera pada Titrimetri
Perubahan <711>. Tetapkan titik akhir secara potensiometrik.
Sulfat [Catatan Semua larutan yang digunakan
dalam penetapan ini harus disiapkan menggunakan Tiap ml perak nitrat 0,1 N
air destilasi.] Tidak lebih dari 200 bpj. setara dengan 5,844 mg NaCl
Larutan baku sulfat Masukkan 181 mg kalium
sulfat P ke dalam labu tentukur-100 ml, tambahkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
beberapa ml air, aduk untuk melarutkan, encerkan baik.
dengan air sampai tanda. Segera sebelum digunakan,
pipet 10 ml larutan ke dalam labu tentukur 1000-ml, Perubahan
encerkan dengan air sampai tanda, campur. Larutan Penandaan Cantumkan pada etiket jika natrium
ini mengandung 10 µg sulfat per ml. klorida dimaksudkan untuk penggunaan pembuatan
Larutan natrium klorida Timbang sejumlah sediaan injeksi, larutan dialisis peritonial, larutan
natrium klorida P, larutkan dalam air hingga kadar hemodialisis atau larutan hemofiltrasi. Cantumkan
lebih kurang 50 mg per ml. pada etiket, bahwa natrium klorida harus mengalami
Larutan barium klorida Timbang sejumlah barium proses lebih lanjut selama penyiapan bentuk sediaan
klorida P, larutkan dalam air hingga kadar lebih injeksi untuk memastikan tingkat yang dapat diterima
kurang 250 mg per ml. dari endotoksin bakteri. Untuk natrium klorida steril
harus dinyatakan pada etiket.
– 2643 –

INJEKSI NATRIUM KLORIDA MAJEMUK tambahkan 100 ml air dan tambahkan hati-hati 50 ml
INJEKSI RINGER asam hidroklorida P, campur dan biarkan dingin,
Sodium Chloride Composition Injection encerkan dengan air sampai tanda.
Blangko Pipet 5 ml Larutan lantanum klorida ke
Injeksi Ringer adalah larutan steril natrium klorida, dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air
kalium klorida, dan kalsium klorida dalam Air untuk sampai tanda.
Injeksi, tiap 100 ml mengandung tidak kurang dari Larutan persediaan kalsium Masukkan 499,5 mg
323,0 mg dan tidak lebih dari 354,0 mg natrium (Na, kalsium karbonat baku primer ke dalam labu tentukur
setara dengan tidak kurang dari 820,0 mg dan tidak 200-ml dan tambahkan 10 ml air. Tambahkan hati-hati
lebih dari 900,0 mg, NaCl), tidak kurang dari 5 ml asam hidroklorida encer LP, goyang sampai
14,9 mg dan tidak lebih dari 16,5 mg kalium (K, kalsium karbonat larut, encerkan dengan air sampai
setara dengan tidak kurang dari 28,5 mg dan tidak tanda. Larutan ini mengandung kalsium, Ca, 1000 g
lebih dari 31,5 mg, KCl), tidak kurang dari 8,20 mg per ml.
dan tidak lebih dari 9,80 mg kalsium (Ca, setara Larutan baku Ke dalam 3 labu tentukur 100-ml
dengan tidak kurang dari 30,0 mg dan tidak lebih dari masing-masing berisi 5,0 ml Larutan lantanum
36,0 mg, CaCl2.2H2O) dan tidak kurang dari klorida, tambahkan 1,0 ml; 1,5 ml; 2,0 ml Larutan
523,0 mg dan tidak lebih dari 580,0 mg klorida (Cl, persediaan kalsium. Encerkan tiap labu dengan asam
sebagai NaCl, KCl, dan CaCl2.2H2O). Injeksi Ringer klorida encer LP sampai tanda. Masing-masing
tidak boleh mengandung bahan antimikroba. larutan mengandung kalsium, Ca, 10,0 g per ml;
[Catatan Injeksi Ringer mengandung ion kalsium, 15,0 g per ml; dan 20,0 g per ml.
klorida, kalium, dan natrium berturut-turut setara Larutan uji Pipet 20 ml injeksi Ringer setara dengan
dengan lebih kurang 4,5 meq; 156 meq; 4 meq, dan lebih kurang 1,8 mg kalsium, Ca. Ke dalam labu
147,5 meq per liter. Larutkan 8,6 g natrium klorida; tentukur 100-ml berisi 5,0 ml Larutan lantanum
300 mg kalium klorida, dan 330 mg kalsium klorida klorida, encerkan dengan air sampai tanda.
dalam Air untuk Injeksi hingga 1000 ml, saring Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
hingga jernih, masukkan dalam wadah yang sesuai uji pada garis emisi kalsium pada 422,7 nm, dengan
dan sterilkan.] spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi
dengan lampu tabung katode kalsium dan nyala
Perubahan asetilena udara, terhadap blangko. Gambarkan kurva
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan dari serapan larutan baku terhadap kadar kalsium
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati- dalam g per ml, dengan menghubungkan 3 titik.
hati untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi Hitung kadar kalsium dalam mg per 100 ml injeksi
semua isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan yang digunakan, dengan rumus:
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang 0,5  C 
belum dibuka dalam lemari pembeku.
C adalah kadar kalsium dalam g per ml Larutan uji.
Identifikasi Untuk Natrium dan Kalium dengan
reaksi nyala; untuk Kalsium dengan reaksi amonium
Penetapan kadar kalium
oksalat; untuk Klorida dengan reaksi Klorida cara A,
Larutan baku persediaan Timbang 190,7 mg
atau B, atau C seperti tertera pada Uji Identifikasi
kalium klorida P yang sebelumnya telah dikeringkan
Umum <291>.
pada suhu 105 selama 2 jam, larutkan dalam 50 ml
air, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml,
Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih
encerkan dengan air sampai tanda. Tiap ml larutan
dari 0,5 unit Endotoksin FI per ml.
mengandung 100 g kalium.
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5. Larutan baku Larutkan 1,093 g natrium klorida P
ke dalam 100,0 ml air, masukkan masing-masing
Logam berat <371> Tidak lebih dari 0,3 bpj; 10,0 ml larutan ini ke dalam 5 labu tentukur 100-ml
lakukan penetapan dengan menguapkan 67 ml hingga berisi 10,0 ml larutan bahan pembasah nonionik
lebih kurang 20 ml, tambahkan 2 ml asam asetat 1 N (1 dalam 500) yang sesuai. Pada salah satu labu,
dan encerkan dengan air hingga 25 ml. tambahkan dengan air sampai tanda dan gunakan
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada sebagai blangko. Ke dalam labu masukkan berturut-
Injeksi. turut 5,0 ml; 10,0 ml; 15,0 ml; dan 20,0 ml Larutan
baku persediaan, encerkan dengan air sampai tanda.
Perubahan Larutan uji Pipet 10,0 ml injeksi Ringer ke dalam
Penetapan kadar kalsium [Catatan Kadar larutan labu tentukur 100-ml, tambahkan 10,0 ml larutan
baku dan larutan uji dapat dimodifikasi untuk bahan pembasah nonionik yang sesuai (1 dalam 500),
memperoleh kurva spektrofotometer serapan atom.] encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan lantanum klorida Masukkan 17,69 g Kurva baku Atur fotometer nyala hingga
lantanum klorida ke dalam labu tentukur 200-ml, transmitans maksimum pada panjang gelombang
– 2644 –

lebih kurang 766 nm dan transmitans nol NATRIUM NITROPRUSIDA


menggunakan blangko, kemudian transmitans 100% Sodium Nitroprusside
menggunakan Larutan baku yang paling pekat. Ukur
transmitans semua Larutan baku dan buat kurva Perubahan
transmitans terhadap kadar kalium. Dinatrium pentasianonitrosilferat(2-) dihidrat [13755-38-
Prosedur Atur alat seperti tertera pada Kurva baku, 9]
ukur transmitans Larutan uji dan hitung kadar kalium Dinatrium pentasianonitrosilferat(2-) anhidrat [14402-
dalam mg per 100 ml injeksi. 89-2]
Na2[Fe(CN)5NO].2H2O BM 297,95
Penetapan kadar natrium Na2[Fe(CN)5NO] BM 261,92
Larutan baku persediaan Timbang 254,2 mg
natrium klorida P yang sebelumnya telah dikeringkan Natrium nitroprusida mengandung tidak kurang dari
pada suhu 105 selama 2 jam, larutkan dalam 50 ml 99,0%, Na2[Fe(CN)5NO].2H2O.
air, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml,
encerkan dengan air sampai tanda. Tiap ml larutan Pemerian Serbuk atau hablur, coklat kemerahan;
mengandung 100 g natrium. praktis tidak berbau.
Larutan baku Masukkan masing-masing 10,0 ml
larutan bahan pembasah nonionik (1 dalam 500) yang Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam
sesuai ke dalam 5 labu tentukur 100-ml. Pada salah etanol; sangat sukar larut dalam kloroform; tidak
satu labu, tambahkan air sampai tanda dan gunakan larut dalam benzena.
sebagai blangko. Ke dalam 4 labu lain berturut-turut
masukkan 5,0 ml; 10,0 ml; 15,0 ml; dan 20,0 ml Perubahan
Larutan baku persediaan, encerkan dengan air Baku pembanding Natrium Nitroprusida BPFI;
sampai tanda. bentuk dihidrat, tidak boleh dikeringkan sebelum
Larutan uji Pipet 5,0 ml injeksi Ringer ke dalam digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
labu tentukur 1000-ml berisi 100,0 ml larutan bahan terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
pembasah nonionik (1 dalam 500) yang sesuai, Endotoksin BPFI; [Perhatian Bersifat pirogenik,
encerkan dengan air sampai tanda. penanganan vial dan isi harus hati-hatiuntuk
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
Kurva baku dan Prosedur dalam Penetapan kadar simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
kalium, atur fotometer nyala hingga transmitans dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
maksimum pada panjang gelombang lebih kurang dalam lemari pembeku
589 nm. Hitung kadar natrium dalam mg per 100 ml
injeksi. Identifikasi
A. [Catatan Gunakan alat kaca aktinik rendah
Perubahan pada penetapan ini.] Spektrum serapan pada
Penetapan kadar klorida Pipet 10 ml injeksi Ringer 350 nm-700 nm dari larutan (1 dalam 135)
ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 10 ml asam menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
asetat glasial P, 75 ml metanol P dan 3 tetes eosin Y gelombang yang sama seperti pada Natrium
LP, kemudian lakukan titrasi dengan menggunakan Nitroprusida BPFI.
perak nitrat 0,1 N LV sambil dikocok hingga titik akhir B. Larutkan 5 mg zat dalam 2 ml air, tambahkan
warna merah muda. 2 tetes aseton P dan 0,5 ml natrium hidroksida 2 N:
terjadi warna jingga, warna akan berubah
Tiap ml perak nitrat 0,1 N menjadi lembayung dengan penambahan 2 ml
setara dengan 3,545 mg Cl asam asetat P.
C. Larutan zat (1 dalam 4) menunjukkan reaksi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kaca atau nyala untuk Natrium seperti tertera pada Uji
plastik dosis tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I atau Identifikasi Umum <291>.
Tipe II.
Air <1031> Metode I Antara 9,0% dan 15,0%.
Tambahan persyaratan
Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar total Zat tidak larut Tidak lebih dari 0,01%; lakukan
osmolar dalam mOsmol per liter. Jika volume sediaan penetapan sebagai berikut: larutkan 10,0 g zat dalam
kurang dari 100 ml, etiket dapat mencantumkan kadar 50 ml air, panaskan di atas tangas uap selama
osmolar total dalam mOsmol per ml. 30 menit, saring, kemudian cuci residu dengan air
dan keringkan pada suhu 105 hingga bobot tetap:
residu tidak lebih dari 1 mg.
– 2645 –

Klorida Tidak lebih dari 0,02%; lakukan penetapan Larutan baku sulfat Larutkan 15 mg natrium sulfat
sebagai berikut: anhidrat P dalam air hingga 100,0 ml. Tiap ml
Larutan baku klorida Larutkan 42,4 mg kalium larutan mengandung 0,1 mg sulfat. Pipet 5 ml
klorida P dalam air hingga 100,0 ml. Tiap ml larutan Larutan baku sulfat ke dalam labu alas datar berskala
mengandung 0,2 mg klorida. 250 ml, encerkan hingga volume sama dengan
Prosedur Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu volume Larutan uji.
Erlenmeyer 250 ml dan pipet 1 ml Larutan baku Larutan uji Larutkan 5,0 g zat dalam air hingga
klorida ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml yang lain, 250,0 ml, saring larutan ke dalam labu alas datar
tambahkan ke dalam masing-masing labu 85 ml air. berskala 250 ml.
Ke dalam labu yang berisi zat uji tambahkan 15 ml Prosedur Ke dalam masing-masing labu Larutan
larutan tembaga(II) sulfat P (83 dalam 1000), campur uji dan Larutan baku tambahkan 10 tetes asam asetat
dan biarkan partikel yang tidak larut mengendap. glasial P dan 5 ml barium klorida 1 N, diamkan
Tambahkan dengan hati-hati larutan tembaga(II) selama 10 menit. Letakkan kedua labu pada lampu
sulfat P (83 dalam 1000) ke dalam labu yang berisi fluoresensi: Larutan uji tidak lebih keruh dari
larutan baku klorida, sambil dicampur hingga Larutan baku sulfat.
diperoleh warna sesuai dengan warna pada labu
pertama. Saring isi masing-masing labu dan buang Syarat lain Jika pada etiket tertera natrium
25 ml filtrat pertama. Ke dalam masing-masing 10 ml nitroprusida adalah steril, harus memenuhi syarat uji
filtrat selanjutnya, tambahkan 2 ml asam nitrat P dan Sterilitas <71> dan Endotoksin bakteri seperti tertera
campur. Kemudian tambahkan masing-masing 1 ml pada Natrium Nitroprusida untuk Injeksi. Jika pada
perak nitrat 1 N, campur: Larutan uji tidak lebih
etiket tertera natrium nitroprusida harus diproses
keruh dari Larutan baku klorida.
lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi, harus
memenuhi syarat Endotoksin bakteri <201> seperti
Besi(III) sianida Tidak lebih dari 0,02%, lakukan
tertera pada Natrium Nitroprusida untuk Injeksi.
penetapan sebagai berikut: Larutkan 500 mg zat
dalam 20 ml amonium asetat LP yang telah
diatur pH hingga 4,62 dengan penambahan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
asam asetat 1 N. Bagi larutan ini menjadi 2 bagian 500 mg zat, larutkan dalam 130 ml air bebas klorida
(A dan B) dalam masing-masing labu tentukur P. Titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV. Tetapkan
50-ml. Tambahkan ke dalam labu B 1,0 ml larutan titik akhir secara potensiometrik, menggunakan
segar kalium besi(III) sianida P, mengandung elektrode perak-perak klorida.
78 µg per ml. Ke dalam kedua labu tambahkan
5 ml larutan besi(II) amonium sulfat P (1 dalam Tiap ml perak nitrat 0,1 N
1000), encerkan dengan air sampai tanda. Diamkan setara dengan 14,90 mg Na2[Fe(CN)5NO].2H2O
kedua labu selama 1 jam dan ukur segera serapan
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kurang 720 nm, menggunakan larutan blangko yang rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25º,
dibuat dengan melarutkan 250 mg zat dalam 10 ml masih diperbolehkan antara 15º dan 30º.
amonium asetat LP (pH 4,62) dan encerkan dengan
air hingga 50 ml. Serapan larutan dalam labu A tidak Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan
lebih besar dari serapan larutan dalam labu B injeksi, pada etiket dinyatakan steril atau harus
dikurangi dengan serapan larutan dalam labu A. diproses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan
injeksi.
Besi(II) sianida Tidak lebih dari 0,02%, lakukan
penetapan sebagai berikut: Larutkan 2,0 g zat dalam
40 ml air, bagi larutan menjadi 2 bagian (A dan B), NATRIUM SALISILAT
dalam masing-masing labu tentukur 50-ml. Ke dalam Sodium Salicylate
labu B tambahkan 2 ml larutan segar kalium besi(II)
sianida P, mengandung 200 µg per ml. Ke dalam
kedua labu tambahkan masing-masing 0,2 ml
besi(III) klorida LP, encerkan dengan air sampai
tanda. Diamkan selama tepat 20 menit dan ukur
serapan pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 695 nm, menggunakan larutan blangko Perubahan
yang dibuat dengan melarutkan 1,0 g zat dalam air Natrium salisilat [54-21-7]
hingga 50 ml. Serapan larutan dalam labu A tidak C7H5NaO3 BM 160,10
lebih dari serapan larutan dalam labu B dikurangi
serapan larutan dalam labu A. Natrium salisilat mengandung tidak kurang dari
99,5% dan tidak lebih dari 100,5%, C7H5NaO3,
Sulfat Tidak lebih dari 0,01%. dihitung terhadap zat anhidrat.
– 2646 –

Pemerian Serbuk mikrohablur atau amorf atau menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
keping, tidak berwarna, atau merah muda lemah; Kromatografi <931>.
tidak berbau atau bau khas lemah, dan dipengaruhi Larutan baku persediaan Timbang saksama
cahaya. Larutan segar zat (1 dalam 10) bereaksi sejumlah Natrium Salisilat BPFI, Senyawa Sejenis A
netral atau asam terhadap lakmus. Asam Salisilat BPFI, Senyawa Sejenis B Asam
Salisilat BPFI, dan Fenol BPFI, larutkan dan
Kelarutan Mudah larut secara perlahan dalam air encerkan dengan Fase gerak hingga kadar berturut-
dan dalam gliserin; sangat mudah larut dalam air turut 0,125 mg per ml; 0,25 mg per ml; 0,125 mg per
mendidih dan dalam etanol mendidih; larut secara ml; dan 0,05 mg per ml.
perlahan dalam etanol. Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
Tambahan persyaratan kadar Natrium Salisilat BPFI, Senyawa Sejenis A
Baku pembanding Natrium salisilat BPFI; tidak Asam Salisilat BPFI, Senyawa Sejenis B Asam
boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam Salisilat BPFI, dan Fenol BPFI berturut-turut 1,25 µg
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Fenol BPFI. per ml; 2,5 µg per ml; 1,25 µg per ml; dan 0,5 µg per
Senyawa Sejenis A Asam Salisilat BPFI. Senyawa ml.
Sejenis B Asam Salisilat BPFI. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Identifikasi kadar lebih kurang 2,5 mg per ml.
A. Larutan 50 mg per ml menunjukkan reaksi Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Natrium cara A dan B, dan reaksi Salisilat seperti tinggi dilengkapi dengan detektor 212 nm dan
tertera pada Uji Identifikasi Umum < 291>. kolom 2,1 mm x 5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 1,7 µm. Laju alir lebih kurang 0,2 ml
Tambahan persyaratan per menit. Pertahankan suhu kolom pada 30°.
Identifikasi Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
B. Spektrum serapan inframerah zat yang kromatogram dan ukur respons puncak; resolusi, R,
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan antara puncak senyawa sejenis A asam salisilat dan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang fenol tidak kurang dari 3,0. Antara puncak fenol dan
sama pada Natrium salisilat BPFI. senyawa sejenis B asam salisilat tidak kurang dari
C. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai 3,0. Simpangan baku relatif masing- masing puncak
dengan Larutan baku seperti tertera pada Penetapan tidak lebih dari 2%.
kadar. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 2 μl) Larutan baku dan
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Sulfit atau Tiosulfat Tambahkan 1 ml asam persentase senyawa sejenis A asam salisilat dan
hidroklorida P ke dalam larutan 1,0 g zat dalam senyawa sejenis B asam salisilat atau fenol dalam zat
20 ml air, saring. Diperlukan tidak lebih dari 0,15 ml dengan rumus:
iodum 0,10 N untuk menghasilkan warna kuning pada  ri   CS 
filtrat.       100
 rS   CU 
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari
20 bpj; lakukan penetapan sebagai berikut: larutkan
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak
2 g dalam 46 ml air, tambahkan 4 ml asam
senyawa sejenis A asam salisilat, senyawa sejenis B
hidroklorida 3 N sambil tetap diaduk, saring, dan
asam salisilat atau fenol dari Larutan uji dan Larutan
gunakan 25 ml filtrat.
baku; CS adalah kadar senyawa sejenis A asam
salisilat, senyawa sejenis B asam salisilat atau fenol
Hilangkan persyaratan
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
Cemaran senyawa organik mudah menguap
natrium salisilat dalam mg per ml Larutan uji
<471> Metode I Memenuhi syarat.
berdasarkan bobot yang ditimbang.
Tambahan persyaratan
Hitung persentase cemaran lain dalam zat dengan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
rumus:
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran metanol P-asam  ri   CS 
trifluoroasetat P-air (40:0,1:60). Saring dan       100
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian  rS   CU 
– 2647 –

ri adalah respons puncak cemaran lain dari Larutan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
uji; rs adalah respons puncak senyawa sejenis B baik, tidak tembus cahaya.
asam salisilat dari Larutan baku; CS adalah kadar
senyawa sejenis B asam salisilat dalam mg per ml
Larutan baku; CU adalah kadar natrium salisilat NATRIUM SITRAT
dalam mg per ml Larutan uji. Masing-masing Sodium Citrate
cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas
yang tertera pada Tabel.

Tabel
Waktu retensi Batas
Nama
relatif (%) Perubahan
Senyawa sejenis A Trinatrium sitrat (anhidrat) [68-04-2]
0,3 0,1 Trinatrium sitrat (dihidrat) [6132-04-3]
asam salisilat
Fenol 0,4 0,02 C6H5Na3O7 BM 258,07
C6H5Na3O7..2H2O BM 294,10
Senyawa sejenis B
0,6 0,005
asam salisilat Natrium sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung
Asam salisilat 1,0 - dua molekul air berbentuk hidrat, mengandung tidak
Cemaran lain - 0,05 kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5%,
Total cemaran - 0,2 C6H5Na3O7, dihitung terhadap zat anhidrat.

Perubahan Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur


Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara putih.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kelarutan Dalam bentuk hidrat mudah larut dalam
air; sangat mudah larut dalam air mendidih; tidak
Fase gerak Buat campuran metanol P-asam larut dalam etanol.
trifluoroasetat P-air (40:0,1:60). Saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian Perubahan
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Identifikasi
Kromatografi <931>. A. Larutan zat 50 mg per ml menunjukkan reaksi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Natrium seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
Natrium Salisilat BPFI, larutan dan encerkan dengan <291>.
Fase gerak hingga kadar 0,04 mg per ml. B. Larutan 50 mg per ml menunjukkan reaksi
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Sitrat seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
larutan dan encerkan dengan Fase gerak hingga <291>.
C. Pada pemijaran, menghasilkan residu alkali
kadar 0,04 mg per ml. yang mengeluarkan gelembung gas bila ditambahkan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja asam hidroklorida 3 N.
tinggi dilengkapi dengan detektor 212 nm,
kolom 2,1 mm x 5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Kebasaan Larutan 1,0 g zat dalam 20 ml air bereaksi
ukuran partikel 1,7 µm. Pertahankan suhu kolom pada basa terhadap kertas lakmus P, tambahkan 0,20 ml
30º. Laju alir lebih kurang 0,2 ml per menit. Lakukan asam sulfat 0,1 N, kemudian tambahkan 1 tetes
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam fenolftalein LP: tidak terjadi warna merah muda.
kromatogram dan ukur respons puncak; resolusi, R,
tidak lebih dari 0,73%; faktor ikutan antara 0,8 dan 1,8. Air <1031> Metode III Tidak lebih dari 1,0% untuk
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah bentuk anhidrat; antara 10,0% dan 13,0% untuk
volume sama (lebih kurang 2 µl) Larutan baku dan bentuk hidrat; lakukan pengeringan pada suhu 180
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
selama 18 jam.
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase natrium salisilat, C7H5NaO3,
Tartrat Pada larutan 1 g zat dalam 2 ml air dalam
dalam zat dengan rumus:
tabung reaksi, tambahkan 1 ml kalium asetat LP dan
1 ml asam asetat 6 N. Gores dinding tabung dengan
 rU   CS  batang kaca: tidak terbentuk endapan kristal.
      100
 rS   CU  Perubahan
Logam berat <371> [Catatan Gunakan tabung
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
pembanding 50 ml untuk pembuatan Larutan baku,
natrium salisilat dari Larutan uji dan Larutan baku;
Larutan uji, dan Larutan pembanding.]
CS adalah kadar Natrium Salisilat BPFI dalam mg per
Larutan baku Pipet 1 ml Larutan baku timbal,
ml Larutan baku; CU adalah kadar natrium salisilat
tambahkan 11 ml air.
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
Larutan uji persediaan Buat larutan natrium sitrat
ditimbang.
anhidrat dengan kadar 88 mg per ml.
– 2648 –

Larutan uji Gunakan 12 ml Larutan uji 40 sampai 45 selama 16 jam, menggunakan lebih
persediaan. kurang 1,0 g zat yang ditimbang saksama.
Larutan pembanding Pipet 1 ml Larutan baku,
tambahkan 11 ml Larutan uji persediaan. Hilangkan persyaratan
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj;
Prosedur dalam Uji batas logam berat <371>. lakukan penetapan tanpa penambahan 20 ml asam
Abaikan pengenceran hingga 50 ml. sulfat 7 N, menggunakan larutan yang dibuat sebagai
berikut: Campur 1,0 g zat dengan 10 ml air dalam
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang labu generator arsin. Tambahkan 15 ml asam nitrat
350 mg zat yang telah dikeringkan pada suhu 180 P dan 5 ml asam perklorat P, campur dan panaskan
selama 18 jam, masukkan ke dalam gelas piala hati-hati hingga terbentuk asap asam perklorat.
250 ml. Tambahkan 100 ml asam asetat glasial P, Dinginkan, bilas dinding labu dengan air, panaskan
aduk sampai larut sempurna dan titrasi dengan asam lagi hingga terbentuk asap. Dinginkan lagi, bilas
perklorat 0,1 N LV, tentukan titik akhir secara dinding labu dan panaskan hingga terbentuk asap.
potensiometrik. Lakukan penetapan blangko dan Dinginkan, encerkan dengan air hingga 52 ml dan
koreksi bila perlu. tambahkan 3 ml asam klorida P.

Tiap ml asam perklorat 0,1 N Kalsium Larutkan 1 g zat dalam 20 ml air dan
setara dengan 8,602 mg C6H5Na3O7 tambahkan beberapa ml amonium oksalat LP: tidak
terbentuk kekeruhan.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
penetapan dengan melarutkan 1 g zat dalam 10 ml
Tambahan persyaratan air, tambahkan perlahan-lahan 5 ml asam
Penandaan Pada etiket tertera bentuk anhidrat atau hidroklorida 3 N, uapkan di atas tangas uap hingga
hidrat. hampir kering dan panaskan residu pada suhu 150
selama 1 jam. Tambahkan 15 ml air pada residu,
didihkan hati-hati selama 2 menit dan saring.
NATRIUM TIOSULFAT Panaskan filtrat hingga mendidih, tambahkan air
Sodium Thiosulfate brom LP secukupnya hingga larutannya jernih dan
terdapat sedikit kelebihan brom. Didihkan sampai
Perubahan kelebihan brom hilang, dinginkan hingga suhu ruang,
Dinatrium tiosulfat pentahidrat [10102-17-7] tambahkan 1 tetes fenolftalein LP dan netralkan
Dinatrium tiosulfatanhidrat [7772-98-7] dengan natrium hidroksida 1 N. Encerkan dengan air
Na2S2O3.5H2O BM 248,18 hingga 25 ml.
Na2S2O3 BM 158,11
Perubahan
Natrium tiosulfat mengandung tidak kurang dari Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
99,0% dan tidak lebih dari 100,5%, Na2S2O3, 800 mg zat, larutkan dalam 30 ml air. Atur pH antara
dihitung terhadap zat anhidrat. 6,2 dan 6,7 menggunakan asam hidroklorida 3 N atau
natrium hidroksida 3N. Titrasi dengan iodum 0,1 N
Pemerian Hablur besar, tidak berwarna atau serbuk LV, tambahkan 3 ml kanji LP pada saat mendekati
hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan titik akhir.
mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari 33.
Larutan netral atau basa lemah terhadap kertas Tiap ml iodum 0,1 N
lakmus. setara dengan 15,81 mg Na2S2O3

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; tidak larut Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam etanol. rapat.

Perubahan
Identifikasi INJEKSI NATRIUM TIOSULFAT
A. Pada larutan zat 100 mg per ml tambahkan Sodium Thiosulfate Injection
beberapa tetes iodum LP: warna hilang.
B. Pada larutan zat 100 mg per ml menunjukkan Perubahan
reaksi Natrium cara A dan B, seperti tertera pada Uji Injeksi natrium tiosulfat adalah larutan steril natrium
Identifikasi Umum < 291>. tiosulfat dalam Air untuk Injeksi bebas karbon
dioksida. Mengandung natrium tiosulfat pentahidrat,
Tambahan persyaratan Na2S2O3.5H2O, tidak kurang dari 95,0% dan tidak
C. Pada larutan zat 100 mg per ml menunjukkan lebih dari 105,0%, dari jumlah yang tertera pada
reaksi Tiosulfat seperti tertera pada Uji Identifikasi etiket.
Umum < 291>.
Perubahan
Air <1031> Metode III Antara 32,0% dan 37,0%; Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
– 2649 –

hati-hati untuk menghindari kontaminasi.] Kelarutan Mudah larut dalam air; sangat sukar larut
Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari dalam etanol; tidak larut dalam aseton, dalam
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. kloroform, dan dalam eter.
Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
pembeku. Perubahan
Baku pembanding Neomisin Sulfat BPFI; lakukan
Identifikasi Memenuhi uji Identifikasi seperti tertera pengeringan dalam hampa udara, pada tekanan tidak
pada Natrium Tiosulfat. lebih dari 5 mmHg pada suhu 60 selama 3 jam,
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,03 unit rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku.
Endotoksin FI per mg natrium tiosulfat. Higroskopis. Endotoksin BPFI; [Perhatian Bersifat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
pH <1071> Antara 6,0 dan 9,5. untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua
isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
Injeksi. belum dibuka dalam lemari pembeku.
Perubahan Perubahan
Penetapan kadar Ukur saksama sejumlah volume Identifikasi
injeksi setara dengan lebih kurang 1 g natrium A. Memenuhi Identifikasi seperti tertera pada
tiosulfat, masukkan ke dalam wadah yang sesuai, atur Prosedur untuk basitrasin, neomisin, dan polimiksin
pH antara 6,2 dan 6,7 menggunakan asam B dalam Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis
hidroklorida 3N atau natrium hidroksida 3N. <281>.
Encerkan dengan air hingga lebih kurang 20 ml dan B. Larutkan lebih kurang 10 mg zat dalam
titrasi dengan iodum 0,1 N LV, tambahkan 3 ml kanji 1 ml air, tambahkan 5 ml asam sulfat 15 N dan
LP pada saat mendekati titik akhir. panaskan pada suhu 100 selama 100 menit. Biarkan
dingin, tambahkan 10 ml xilena P, kocok selama
Tiap ml iodum 0,1 N 10 menit. Biarkan memisah dan enaptuangkan
setara dengan 24,82 mg Na2S2O3.5H2O lapisan xilena. Pada lapisan xilena tambahkan 10 ml
p-bromoanilina LP, kocok: terjadi warna merah
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis muda terang setelah didiamkan.
tunggal dari kaca Tipe I. C. Larutan zat (1 dalam 20) menunjukkan reaksi
Sulfat cara A, B, dan C seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>.
NEOMISIN SULFAT
Neomycin Sulfate pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan yang mengandung 33 mg
Perubahan neomisin per ml.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 8,0%;


lakukan pengeringan dalam hampa udara pada
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60
selama 3 jam, menggunakan lebih kurang 100 mg zat.

Perubahan
Syarat lain Jika pada etiket tertera neomisin sulfat
Neomisin Sulfat [1405-10-3] steril, memenuhi syarat Uji sterilitas <71> dan
Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada
Neomisin sulfat adalah garam sulfat dari neomisin, Neomisin untuk injeksi. Jika pada etiket tertera
zat antibakteri yang dihasilkan oleh pertumbuhan neomisin sulfat harus diproses lebih lanjut untuk
Streptomyces fradiae Waksman (Familia pembuatan sediaan injeksi, memenuhi syarat uji
Streptomycetaceae), atau campuran dari dua atau Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada
lebih bentuk garam. Mempunyai potensi setara Neomisin untuk injeksi. Jika digunakan untuk sediaan
dengan tidak kurang dari 600 g neomisin per mg, non parenteral steril tidak perlu uji Endotoksin
dihitung terhadap zat kering. bakteri.

Pemerian Serbuk, putih sampai agak kuning atau Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
padatan kering mirip es; tidak berbau atau praktis pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
tidak berbau; higroskopis; larutannya memutar Mikrobiologi <131>.
bidang polarisasi ke kanan.
– 2650 –

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Tiap ml asam perklorat 0,1 N
rapat, tidak tembus cahaya. setara dengan 30,32 mg C12H19BrN2O2

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


rapat.
NEOSTIGMIN BROMIDA
Neostigmine Bromide
NEOSTIGMIN METILSULFAT
Neostigmine Methylsulfate
Perubahan

(m-Hidroksifenil)trimetilamonium bromida dimetil


karbamat [114 - 80 - 7]
C12H19BrN2O2 BM 303,20

Neostigmin bromida mengandung tidak kurang dari (m-Hidroksifenil) trimetilamonium metil sulfat
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C12H19BrN2O2, dimetilkarbamat [51-60-5]
dihitung terhadap zat kering. C13H22N2O6S BM 334,39

Perubahan Neostigmin metilsulfat mengandung tidak kurang


Pemerian Serbuk hablur putih. dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
C13H22N2O6S, dihitung terhadap zat kering.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; larut dalam Perubahan
etanol. Baku pembanding Neostigmin Metilsulfat BPFI;
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan
Baku pembanding Neostigmin Bromida BPFI; tidak dalam wadah tertutup rapat. Higroskopis.
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat. Higroskopis. Perubahan
Identifikasi
Identifikasi A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Neostigmin
gelombang yang sama seperti pada Neostigmin Metilsulfat BPFI.
Bromida BPFI. B. Masukkan lebih kurang 1 mg zat ke dalam
B. Larutan zat (1 dalam 50) menunjukkan reaksi cawan porselen kecil, tambahkan 2 ml air dan
Bromida cara A dan B seperti tertera pada Uji 0,5 ml larutan natrium hidroksida P (2 dalam 5),
Identifikasi Umum <291>. uapkan di atas tangas uap hingga kering. Pindahkan
residu ke dalam tabung reaksi kecil, panaskan segera
Jarak lebur <1021> Antara 171º dan 176º, disertai di dalam tangas cairan yang sesuai sampai 250,
peruraian. lanjutkan pemanasan pada suhu yang sama selama
lebih kurang 30 detik. Dinginkan, larutkan residu
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; dalam 0,5 ml air, dinginkan dalam air es dan
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam. tambahkan 1 ml asam diazobenzensulfonat LP:
terjadi warna merah ceri.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,15%. C. Campurkan lebih kurang 20 mg zat dengan
500 mg natrium karbonat P di dalam krus kecil dan
Sulfat Larutkan 250 mg zat dalam 10 ml air, panaskan campuran hingga melebur. Didihkan massa
tambahkan 1 ml asam hidroklorida 3 N dan 1 ml yang telah lebur dengan 10 ml air hingga hancur dan
barium klorida LP: tidak segera terbentuk kekeruhan. saring. Tambahkan ke dalam filtrat beberapa tetes air
brom LP, panaskan hingga mendidih, asamkan
Perubahan dengan asam hidroklorida P, dan didihkan untuk
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang menghilangkan kelebihan brom: larutan yang
750 mg zat, larutkan dalam campuran 70 ml asam diperoleh menunjukkan reaksi Sulfat seperti tertera
asetat glasial P dan 20 ml raksa(II) asetat LP, pada Uji Identifikasi Umum <291>.
tambahkan 4 tetes kristal violet LP, titrasi dengan
asam perklorat 0,1 N LV hingga titik akhir berwarna Jarak lebur <1021> Antara 144 dan 149; lakukan
biru. Lakukan penetapan blangko dan koreksi bila penetapan terhadap zat yang telah dikeringkan pada
perlu. suhu 105 selama 3 jam.
– 2651 –

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; pH <1071> Antara 5,0 dan 6,5.
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam,
menggunakan lebih kurang 300 mg zat yang Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera
ditimbang saksama. pada Injeksi.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Penetapan kadar
Klorida Pada 10 ml larutan zat (1 dalam 50) Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tambahkan 1 ml asam nitrat 2 N dan 1 ml perak Neostigmin Metilsulfat BPFI, larutkan dalam air dan
nitrat LP: tidak segera terjadi opalesensi. encerkan hingga kadar lebih kurang 40 g per ml.
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi yang
Ion Sulfat Pada 10 ml larutan zat (1 dalam 50) setara dengan lebih kurang 2 ml neostigmin
tambahkan 1 ml asam hidroklorida 3 N dan 1 ml metilsulfat ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan
barium klorida LP: tidak segera terbentuk kekeruhan. air sampai tanda.
Prosedur Pipet 10 ml Larutan uji dan Larutan baku
Perubahan masing-masing ke dalam corong pisah 125 ml,
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
100 mg zat, masukkan ke dalam labu Kjeldahl tambahkan 15 ml larutan yang dibuat dengan
500 ml, larutkan dalam 150 ml air, tambahkan melarutkan 25 mg heksanitrodifenilamina P dalam
40 ml natrium hidroksida 2,5 N. Hubungkan labu metilena klorida P hingga 250 ml, tanpa digerus atau
dengan alat destilasi dengan kondensor yang bagian dipanaskan. Kemudian tambahkan 10 ml natrium
ujungnya tercelup dalam 25 ml larutan asam borat P hidroksida 5 N, kocok kuat selama 30 detik. Ekstraksi
(1 dalam 25), destilasi hingga diperoleh destilat lebih lapisan air 3 kali, tiap kali dengan 15 ml metilena
kurang 150 ml, tambahkan ungu metil LP ke dalam klorida P, kumpulkan lapisan metilena klorida dalam
larutan dan titrasi dengan asam sulfat 0,02 N LV. labu tentukur 100-ml, tambahkan metilena klorida P
Lakukan penetapan blangko dan koreksi bila perlu. sampai tanda. Segera ukur serapan masing-masing
larutan pada panjang gelombang serapan maksimum
Tiap ml asam sulfat 0,02 N
setara dengan 6,688 mg C13H22N2O6S lebih kurang 420 nm, menggunakan metilena klorida P
sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg neostigmin
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup metilsulfat, C13H22N2O6S, per ml injeksi dengan rumus:
rapat.

INJEKSI NEOSTIGMIN METILSULFAT


Neostigmine Methylsulfate Injection AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku; C adalah kadar Neostigmin
Injeksi neostigmin metilsulfat adalah larutan steril
Metilsulfat BPFI dalam g per ml Larutan baku; V
neostigmin metilsulfat dalam Air untuk Injeksi.
adalah volume dalam ml injeksi.
Mengandung neostigmin metilsulfat, C13H22N2O6S,
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
dari jumlah yang tertera pada etiket.
tunggal atau dosis ganda, terlindung cahaya.
Perubahan
Baku pembanding Neostigmin Metilsulfat BPFI;
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan NIKOTINAMIDA
dalam wadah tertutup rapat. Higroskopis. Niasinamida
Niacinamide
Perubahan
Identifikasi Masukkan sejumlah volume injeksi
setara dengan 1 mg neostigmin metilsulfat ke dalam
cawan porselen kecil. Jika perlu, uapkan hingga 2 ml,
tambahkan 0,5 ml larutan natrium hidroksida P
(2 dalam 5), uapkan di atas tangas uap hingga kering.
Pindahkan residu ke dalam tabung reaksi kecil, Piridina-3-karboksamida [98-92-0]
panaskan segera di dalam tangas air yang sesuai C6H6N2O BM 122,12
sampai 250, lanjutkan pemanasan pada suhu yang
sama selama lebih kurang 30 detik. Dinginkan, Nikotinamida mengandung tidak kurang dari 98,5%
larutkan residu dalam 0,5 ml air, dinginkan dalam air dan tidak lebih dari 101,5%, C6H6N2O, dihitung
es dan tambahkan 1 ml asam diazobenzensulfonat terhadap zat kering.
LP: terjadi warna merah ceri.
– 2652 –

Pemerian Serbuk hablur putih; tidak berbau atau Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
praktis tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat
netral terhadap kertas lakmus. Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 200 mg
zat dalam 5 ml asam sulfat P: larutan berwarna tidak
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol; lebih intensif dari Larutan padanan A.
larut dalam gliserin.
Hilangkan persyaratan
Perubahan Cemaran senyawa organik mudah menguap
Baku pembanding Nikotinamida BPFI; tidak boleh <471> Metode I Memenuhi syarat.
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat, dalam lemari pendingin. Niasin Perubahan
BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Simpan dalam wadah tertutup rapat. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Perubahan Fase gerak Buat larutan natrium 1-heptana
Identifikasi sulfonat 0,005 Mmetanol P (70:30), saring dan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang awaudarakan.
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Larutan baku Timbang saksama lebih kurang
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama 50 mg Nikotinamida BPFI, masukkan ke dalam labu
seperti pada Nikotinamida BPFI. tentukur 100-ml, larutkan dalam lebih kurang 3 ml
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 20 µg per air, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet
ml menunjukkan maksimum dan minimum pada sejumlah larutan, encerkan dengan Fase gerak hingga
panjang gelombang yang sama seperti pada diperoleh kadar 0,04 mg per ml.
Nikotinamida BPFI; perbandingan A245/A262 adalah Larutan baku niasin Buat dengan cara yang sama
antara 0,63 dan 0,67. seperti Larutan baku menggunakan Niasin BPFI
hingga kadar niasin sama dengan kadar nikotinamida
Hilangkan persyaratan pada Larutan baku.
Identifikasi Didihkan 100 mg zat dengan 1 ml Larutan uji Buat dengan cara yang sama seperti
natrium hidroksida 2 N: terjadi bau amoniak. Larutan baku.
Larutan kesesuaian sistem Campur sejumlah
Jarak lebur <1021> Antara 128 dan 131. volume sama Larutan baku dan Larutan baku niasin.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Hilangkan persyaratan tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5; lakukan penetapan kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
menggunakan larutan zat 5%. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem;
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari resolusi, R, antara puncak niasin dan nikotinamida
30 bpj. tidak kurang dari 3,0. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Hilangkan persyaratan puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
seperti tertera pada Kromatografi <931>. 2,0%.
Fase gerak Campuran kloroform P-etanol mutlak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
P-air (48:45:4). volume sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan
Larutan 1 Timbang saksama sejumlah zat, larutkan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dalam etanol P 50% hingga kadar 8%. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Larutan 2 Encerkan Larutan 1 dengan etanol P persentase nikotinamida, C6H6N2O, dalam zat dengan
50% hingga kadar 0,020%. rumus:
Prosedur Totolkan secara terpisah 5 µl Larutan 1  rU   CS 
dan Larutan 2 pada lempeng kromatografi       100
silika gel GF254. Masukkan lempeng ke dalam bejana  rS   CU 
kromatografi berisi Fase gerak dan biarkan Fase
gerak merambat hingga 10 cm di atas garis rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat, Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
biarkan fase gerak menguap dan amati di bawah Nikotinamida BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
cahaya ultraviolet 254 nm. Bercak lain selain bercak Cu adalah kadar Nikotinamida dalam mg per ml
utama Larutan 1 tidak lebih intensif dari bercak Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Larutan 2.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; rapat.
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama
4 jam.
– 2653 –

NITRAZEPAM dan 2 ml Larutan baku timbal (10 bpj Pb) sebagai


Nitrazepam larutan baku.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;


lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam,
menggunakan 1 g zat.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%;


lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.
7-Nitro-5-fenil-1,3-dihidro-2H-1,4-benzodiazepin-2-
on [146-22-5] Hilangkan persyaratan
C15H11N3O3 BM 281,3 Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis
seperti tertera pada Kromatografi <931>, terlindung
Nitrazepam mengandung tidak kurang dari 99,0% cahaya; lakukan penetapan menggunakan larutan
dan tidak lebih dari 101,0%, C15H11N3O3, dihitung segar.
terhadap zat kering. Larutan 1 Timbang saksama sejumlah zat uji,
larutkan dalam aseton P hingga kadar 2,0%.
Perubahan Larutan 2 Encerkan Larutan 1 dengan aseton P
Pemerian Serbuk hablur, putih atau kuning. hingga kadar 0,0020%.
Larutan pembanding I Timbang saksama sejumlah
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sukar larut 2-amino-5-nitrobenzofenon BPFI, larutkan dalam
dalam etanol. aseton P hingga kadar 0,0020%.
Larutan pembanding II Timbang saksama sejumlah
Perubahan 3-amino-6-nitro-4-fenil-2-kuinolona BPFI, larutkan
Baku pembanding Nitrazepam BPFI; Klonazepam dalam aseton P hingga kadar 0,0020%.
BPFI. Prosedur Totolkan secara terpisah 10 l Larutan 1,
Larutan 2, Larutan pembanding I, dan Larutan
Perubahan pembanding II pada lempeng kromatografi silika gel
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang GF 254. Masukkan lempeng ke dalam bejana
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukan kromatografi yang telah dijenuhkan dengan fase
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama gerak nitrometana P-etil asetat P (85:15), hingga
seperti pada Nitrazepam BPFI. merambat 12 cm di atas garis penotolan. Angkat
lempeng, biarkan fase gerak menguap dan amati
Hilangkan persyaratan dibawah cahaya ultraviolet 254 nm. Bercak pada
Identifikasi kromatogram Larutan 1 yang sesuai dengan
A. Pengukuran dilakukan pada larutan segar, 2-amino-5-nitrobenzofenon dan 3-amino-6-nitro-4-
terlindung cahaya. Spektrum serapan ultraviolet fenil-2 kuinolon, tidak lebih intensif dari bercak
larutan 0,0005% dalam larutan asam sulfat P 0,5% Larutan 2 dan Larutan pembanding I dan bercak lain
dalam metanol P pada panjang gelombang 230 nm selain bercak utama yang diperoleh dari Larutan 1
sampai 350 nm menunjukkan maksimum hanya pada tidak lebih intensif dari bercak Larutan pembanding II.
280 nm; serapan jenis pada panjang gelombang 280
nm adalah 890 sampai 950. Tambahan persyaratan
B. Larutan 20 mg zat dalam campuran 5 ml asam Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
hidroklorida P dan 10 ml air. Didihkan selama Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
5 menit, dinginkan dan tambahkan 2 ml larutan Kromatografi <931>. [Catatan Lakukan penetapan
natrium nitrit P 0,1%. Biarkan selama 1 menit, terlindung cahaya.]
tambahkan larutan asam sulfamat P 0,5%. Campur Larutan A Buat larutan natrium dihidrogen fosfat P
dan biarkan 1 menit, tambahkan 1 ml larutan N-(1- 7,8 g per liter, atur pH hingga 3,0 dengan penambahan
Naftil) etilendiamina dihidroklorida P 0,1%; terjadi asam fosfat P.
warna merah. Larutan B Gunakan asetonitril P.
C. Larutkan 10 mg zat dalam 1 ml metanol P, Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
hangatkan jika perlu dan tambahkan 0,05 ml natrium dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
hidroksida 2 N: terjadi warna kuning intensif. kromatografi.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
Hilangkan persyaratan 50 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
Suhu lebur <1021> Metode I Antara 226 dan 230. 20-ml, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P
sampai tanda.
Hilangkan persyaratan Larutan baku A Pipet 1 ml Larutan uji, masukkan
Logam berat <371> Metode VI Tidak lebih dari ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
20 bpj; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat asetonitril P sampai tanda. Pipet 1 ml larutan ini,
– 2654 –

masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, encerkan Perubahan judul monografi


dengan asetonitril P sampai tanda. TABLET NORETILSTERON
Larutan baku B Timbang saksama lebih kurang Tablet Noretindron
2 mg Klonazepam BPFI, masukkan ke dalam labu Norethindrone Tablets
tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan dengan
asetonitril P sampai tanda. Pipet 1 ml larutan ini, Tablet noretilsteron mengandung noretilsteron,
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, encerkan C20H26O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dengan Larutan uji sampai tanda. dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 270 nm dan kolom Baku pembanding Noretilsteron BPFI; tidak boleh
4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom 40°. wadah tertutup rapat.
Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Kromatograf
diprogram sebagai berikut: Identifikasi Campur sejumlah serbuk tablet setara
dengan lebih kurang 50 mg noretilsteron dengan
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) 15 ml heksana P, aduk sesekali selama 15 menit.
0-3 65 35 Sentrifus, enaptuangkan dan buang larutan heksana.
3-10 65 → 50 35→50 Ekstraksi residu 2 kali, tiap kali dengan 10 ml
10-20 50 50 heksana P. Sentrifus, enaptuangkan dan buang
larutan heksana. Tambahkan 25 ml kloroform P pada
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku B, residu, kocok selama 1 menit sampai 2 menit dan
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak saring. Uapkan hingga lebih kurang 3 ml, tambahkan
seperti tertera pada Prosedur: perbandingan puncak beberapa ml heksana P untuk mempercepat
dan lembah (Hp/Hv) tidak kurang dari 4,0; penghabluran dan uapkan filtrat hingga kering.
Hp adalah tinggi puncak klonazepam dari garis dasar Spektrum serapan inframerah residu yang
dan Hv adalah tinggi di atas garis dasar dari titik didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
terendah kurva pemisah puncak klonazepam dari maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
puncak nitrazepam; waktu retensi relatif klonazepam seperti pada Noretilsteron BPFI.
terhadap nitrazepam (waktu retensi lebih kurang
9 menit) lebih kurang 1,1. Perubahan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Disolusi <1231>
volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan uji dan UJI 1
Larutan baku A ke dalam kromatograf, rekam Media disolusi: 500 ml natrium lauril sulfat P
kromatogram dan ukur semua respons puncak: 0,09% dalam asam hidroklorida 0,1 N yang
masing-masing cemaran lain tidak lebih dari respons diawaudarakan.
puncak utama Larutan baku A (0,1%); Alat tipe 2: 75 rpm
total cemaran tidak lebih dari 2 kali respons puncak Waktu: 30 menit
utama Larutan baku A (0,2%); abaikan Prosedur Lakukan penetapan jumlah noretilsteron,
respons puncak 0,5 kali respons puncak utama dari C20H26O2, yang terlarut dengan cara Kromatografi cair
Larutan baku A (0,05%). kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P–air (2:3).
Perubahan Saring dan awaudarakan.
Penetapan kadar Lakukan penetapan secara Titrasi Larutan baku persediaan Timbang saksama
Bebas Air <711>. Timbang saksama lebih kurang sejumlah Noretilsteron BPFI, larutkan dan
250 mg zat, larutkan dalam 25 ml anhidrat asetat P. encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
Titrasi dengan asam perklorat 0,1 M LV, tetapkan kurang 0,07 mg per ml. Jika perlu lakukan sonikasi
titik akhir secara potensiometrik. untuk membantu melarutkan.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Tiap ml asam perklorat 0,1 M persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga
setara dengan 28,13 mg C15H11N3O3 kadar lebih kurang L/500 mg per ml. L adalah jumlah
noretilsteron dalam mg per tablet yang tertera pada
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup etiket.
baik, terlindung cahaya. Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui
penyaring dengan porositas 0,45 µm.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7 dengan
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
– 2655 –

Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons Sistem kromatografi 2 Kromatograf cair kinerja
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
3,0%. ukuran partikel 3 µm atau 3,5 µm. Laju alir lebih
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi
volume sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
persentase noretilsteron, C20H26O2, yang terlarut lebih dari 3,0%.
dengan rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan
 rU  Larutan uji pada Uji 1 atau Uji 2 ke dalam
  C S  V     100
1
 kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
 rS  L puncak utama. Hitung persentase noretilsteron,
C20H26O2, yang terlarut dengan rumus:
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
noretilsteron dari Larutan uji dan Larutan baku;
 rU 
  C S  V     100
1
CS adalah kadar noretilsteron dalam mg per ml 
Larutan baku; V adalah volume Media disolusi, 500  rS   
L
ml; L adalah jumlah noretilsteron dalam mg per
tablet yang tertera pada etiket. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak noretilsteron dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
kurang dari 80% (Q), C20H26O2, dari jumlah yang adalah kadar noretilsteron dalam mg per ml Larutan
tertera pada etiket. baku;V adalah volume Media disolusi, 500 ml; L
adalah jumlah noretilsteron dalam mg per tablet yang
UJI 2 tertera pada etiket.
Jika sediaan memenuhi uji ini, pada etiket harus Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
dicantumkan “memenuhi Uji 2 Disolusi FI”. kurang dari 80% (Q), C20H26O2, dari jumlah yang
Media disolusi: 500 ml natrium lauril sulfat P tertera pada etiket.
0,09% dalam asam hidroklorida 0,1 N yang
diawaudarakan. Tambahan persyaratan
Alat tipe 2: 75 rpm Disolusi
Waktu: 45 menit Uji 3
Prosedur Lakukan penetapan jumlah noretilsteron, Jika sediaan memenuhi uji ini, pada etiket harus
C20H26O2, yang terlarut dengan cara Kromatografi dicantumkan “memenuhi Uji 3 Disolusi FI”.
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Media disolusi: 500 ml natrium lauril sulfat P
<931>. 0,5% dalam asam hidroklorida 0,1 N yang
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-dapar diawaudarakan.
fosfat 0,02 M pH 6,0 (35:65). Saring dan Alat tipe 2: 75 rpm
awaudarakan. Waktu: 20 menit
Larutan baku persediaan Timbang saksama Prosedur Lakukan penetapan jumlah noretilsteron,
sejumlah Noretilsteron BPFI, larutkan dan encerkan C20H26O2, yang terlarut dengan cara Kromatografi cair
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,028 kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
mg per ml. Jika perlu lakukan sonikasi untuk Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air
membantu melarutkan. (50:50). Saring dan awaudarakan.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Larutan baku persediaan Timbang saksama
persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga sejumlah Noretilsteron BPFI, larutkan dan
kadar lebih kurang L/500 mg per ml. L adalah jumlah encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
noretilsteron dalam mg per tablet yang tertera pada kurang 0,028 mg per ml. Jika perlu lakukan sonikasi
etiket. untuk membantu melarutkan.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
penyaring dengan porositas 0,45 µm atau sentrifus persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga
paling sedikit 10 ml alikot dan gunakan beningan. kadar lebih kurang L/500 mg per ml. L adalah jumlah
Sistem kromatografi Gunakan salah satu sistem noretilsteron dalam mg per tablet yang tertera pada
berikut: etiket.
Sistem kromatografi 1 Kromatograf cair kinerja Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui
tinggi dilengkapi dengan detektor 200 nm dan kolom penyaring dengan porositas 0,45 µm atau sentrifus
4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan alikot dan gunakan beningan.
ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
menit. tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
– 2656 –

4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1, dengan menggunakan Blangko larutan pereaksi pada
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,3 ml panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
per menit. Pertahankan suhu kolom pada 30°. 380 nm. Hitung persentase noretilsteron, C20H26O2,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam dalam serbuk tablet dengan rumus:
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan  AU  AUB  CS
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak   100
lebih dari 3,0%. AS CU
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan AU, AUB, dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam uji, Blangko larutan uji, dan Larutan baku; CS adalah
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung kadar Noretilsteron BPFI dalam µg per ml Larutan
persentase noretilsteron, C20H26O2, yang terlarut baku; CU adalah kadar noretilsteron dalam mg per ml
dengan rumus: Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket.
 rU 
  C S  V     100
1
 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
 rS   
L
baik.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Tambahan persyaratan
noretilsteron dari Larutan uji dan Larutan baku; Penandaan Jika tidak menggunakan Uji Disolusi 1,
CS adalah kadar noretilsteron dalam mg per ml cantumkan uji disolusi yang digunakan.
Larutan baku;V adalah volume Media disolusi,
500 ml; L adalah jumlah noretilsteron dalam mg per
tablet yang tertera pada etiket.
GARAM ORALIT
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q), C20H26O2, dari jumlah yang Oral Rehydration Salts
tertera pada etiket.
Perubahan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Garam oralit adalah campuran serbuk kering
mengandung:
Perubahan Natrium klorida (NaCl) 2,6 g
Penetapan kadar Trinatrium sitrat dihidrat (C6H5Na3O7.2H2O) 2,9 g
Larutan A Larutkan 1,0 g isoniazida P dalam Kalium klorida (KCl) 1,5 g
1000 ml metanol anhidrat P, tambahkan 1,3 ml asam Glukosa anhidrat (C6H12O6) 13,5 g
hidroklorida P, campur. [Catatan Sebelum digunakan larutkan campuran
Larutan baku persediaan Timbang saksama dalam 1 liter air.]
sejumlah Noretilsteron BPFI, larutkan dan encerkan Sebagai alternatif trinatrium sitrat dihidrat dapat
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 14 μg diganti dengan natrium hidrogen karbonat,
per ml. (NaHCO3), 2,5 g per liter. Untuk alasan stabilitas
Larutan baku Pipet 10 ml Larutan baku disarankan mengemas natrium hidrogen karbonat
persediaan, tambahkan 2,0 ml Larutan A. Campur, dalam wadah terpisah. Glukosa anhidrat dapat diganti
tutup dan diamkan selama 30 menit. dengan glukosa monohidrat, (C6H12O6.H2O), 14,85 g
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan per liter. Dapat mengandung zat tambahan dalam
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama jumlah minimal, untuk memperbaiki karakteristik
sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang aliran serbuk dan atau rasa.
0,7 mg noretilsteron, masukkan ke dalam labu tentukur Garam oralit mengandung tidak kurang dari 90,0%
50-ml, tambahkan metanol anhidrat P sampai tanda. dan tidak lebih dari 110,0% jumlah ekivalen natrium
Campur dan diamkan selama 10 menit sambil sesekali Na+, kalium K+, klorida Cl-, dan sitrat C6H5O73- dari
dikocok, saring. Gunakan filtrat. jumlah yang tertera pada etiket. Mengandung glukosa
Larutan uji Pipet 10 ml Larutan uji persediaan, anhidrat, C6H12O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
tambahkan 2,0 ml Larutan A, campur, tutup, dan lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
diamkan selama 30 menit. etiket.
Blangko larutan uji Pipet 10 Larutan uji
persediaan, tambahkan 2,0 ml metanol P, campur. Hilangkan persyaratan
Blangko larutan pereaksi Pipet 10 ml metanol P Pemerian Serbuk hablur putih; tidak berbau.
tambahkan 2,0 ml Larutan A, campur, tutup, dan
diamkan selama 30 menit. Perubahan
Prosedur Ukur serapan Blangko larutan uji Identifikasi
menggunakan metanol P sebagai blangko, kemudian A. Bila dipanaskan serbuk akan meleleh, awalnya
ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku berwarna kuning kemudian coklat, mengembang, dan
hangus, menimbulkan bau gula terbakar.
– 2657 –

B. Larutkan isi satu wadah dalam 250 ml air: dengan jumlah ekivalen natrium Na+, kalium K+,
menunjukkan reaksi Natrium seperti tertera pada Uji klorida Cl, dan bikarbonat HCO3 [atau sitrat
Identifikasi Umum <291>. C6H5O73]. [Lihat Tabel].
C. Pada 5 ml Larutan Uji identifikasi B, tambahkan
4 tetes natrium kobaltnitrit P 10%: terbentuk endapan mg ekivalen dari masing-masing
jingga kuning (kalium). gram komponen
D. Pada 5 ml Larutan Uji identifikasi B Komponen Na +
K +
Cl- HCO3 C6H5O7
menunjukkan reaksi Klorida cara A seperti tertera  3
pada Uji Identifikasi Umum <291>. Natrium 393 - 606, - -
E. Pada 5 ml larutan Uji identifikasi B yang telah klorida ,4 6
dinetralkan menunjukkan reaksi Sitrat seperti tertera Kalium - 524, 475, - -
pada Uji Identifikasi Umum <291>. klorida 4 6
F. Tambahkan beberapa tetes larutan Natrium 273 - - 726, -
Uji identifikasi B pada 5 ml tembaga(II) tartrat alkali bikarbonat ,6 4
LP panas: terbentuk banyak endapan merah Natrium 267 - - - 732,8
(glukosa). sitrat ,2
anhidrat
Hilangkan persyaratan Natrium 234 - - - 643,0
Identifikasi sitrat ,5
Bila mengandung natrium bikarbonat, pada waktu dihidrat
melarut membentuk gelembung dan gas yang
menunjukkan reaksi Bikarbonat seperti tertera pada
Uji Identifikasi Umum <291>.
Perubahan
Penetapan kadar [Catatan Lakukan semua
Perubahan
penetapan kadar menggunakan 1 kemasan. Jika
Keseragaman sediaan Timbang saksama isi 20
jumlah tidak mencukupi dapat digunakan kemasan
kemasan yang dipilih secara acak, tentukan bobot
lain dari bets yang sama untuk penetapan kadar
rata-rata isi kemasan. Perbedaan bobot isi tiap
sitrat dan glukosa.]
kemasan terhadap bobot rata-rata: tidak lebih dari
Larutan A Timbang saksama lebih kurang 8 g
2 kemasan individual lebih dari 5% dan tidak satupun
serbuk oralit, larutkan dan encerkan dengan air
kemasan lebih dari 10%.
hingga 500 ml.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
Perubahan
lakukan pengeringan pada suhu 50º hingga bobot
Penetapan kadar natrium
tetap.
Larutan uji Pipet 3 ml Larutan A, encerkan dengan
air hingga 500 ml.
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,8. Lakukan penetapan
Larutan baku Timbang 508,4 mg natrium klorida
menggunakan larutan yang direkonstitusikan seperti
P yang telah dikeringkan pada suhu 130°
tertera pada etiket.
hingga bobot tetap, larutkan dan encerkan dengan air
hingga 1000 ml (larutan mengandung 0,2 mg Na+ per
Hilangkan persayaratan
ml).
Isi minimum <861> Dengan persyaratan sebagai
Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
berikut: Bobot bersih rata-rata isi dari 10 wadah tidak
Spektrofotometer serapan atom yang sesuai seperti
kurang dari jumlah yang tertera pada etiket dan bobot
tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya
bersih isi dari 10 wadah masing-masing tidak kurang
<1191>. Gunakan panjang gelombang emisi dan
dari 95% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah yang
absorpsi lebih kurang 589 nm. Tiap g natrium klorida
tertera pada etiket. Jika tidak lebih dari satu wadah
dan trinatrium sitrat dihidrat setara dengan berturut-
yang bobot bersih isi kurang dari 95% tapi tidak
turut 0,3934 g dan 0,2345 g Na+.
kurang dari 90% atau lebih dari 105%, tetapi tidak
lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket,
Perubahan
lakukan penetapan bobot bersih isi dari 20 wadah
Penetapan kadar kalium
tambahan. Bobot bersih rata-rata dari 30 wadah tidak
Larutan uji Pipet 3 ml Larutan A, encerkan dengan
kurang dari jumlah yang tertera pada etiket dan tidak
air hingga 500 ml.
lebih dari satu wadah yang bobot bersihnya kurang
Larutan baku Timbang 190,6 mg kalium
dari 95% tapi tidak kurang dari 90% atau lebih dari
klorida P yang telah dikeringkan pada suhu
105% tetapi tidak lebih dari 110% dari jumlah yang
130° hingga bobot tetap, larutkan dan encerkan
tertera pada etiket. [Catatan Dalam melakukan
dengan air hingga 1000 ml (larutan mengandung
penetapan kadar natrium dan kalium; klorida,
0,1 mg K+ per ml).
bikarbonat, dan sitrat dihitung dari jumlah total
Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
natrium klorida, kalium klorida, natrium bikarbonat
Spektrofotometer serapan atom yang sesuai seperti
atau natrium sitrat yang tertera pada etiket setara
yang tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan
– 2658 –

Cahaya <1191>. Gunakan panjang gelombang emisi INJEKSI PANKURONIUM BROMIDA


dan absorpsi lebih kurang 767 nm. Tiap g kalium Pancuronium Bromide Injection
klorida setara dengan 0,5245 g K+.
Perubahan
Perubahan Injeksi pankuronium bromida adalah larutan steril yang
Penetapan kadar klorida mengandung pankuronium bromida, C35H60Br2N2O4,
Titrasi 20 ml Larutan A dengan perak nitrat 0,1 N LV dalam Air untuk Injeksi tidak kurang dari 92,0% dan
menggunakan kalium kromat P 10% sebagai indikator. tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket. Mengandung bahan pengatur tonisitas yang sesuai.
Tiap ml perak nitrat 0,1 N Perubahan
setara dengan 3,545 mg Cl-. Baku pembanding Pankuronium Bromida BPFI;
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
Tiap g natrium klorida dan kalium klorida berturut- dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
turut setara dengan 0,6066 g dan 0,4756 g, Cl-. lemari pendingin. Higroskopis. Senyawa Sejenis A
Pankuronium Bromida BPFI; Senyawa Sejenis B
Perubahan Pankuronium Bromida BPFI; Senyawa Sejenis C
Penetapan kadar sitrat Pankuronium Bromida BPFI; Vekuronium Bromida
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 2,8 g BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa udara di
serbuk oralit, tambahkan 80 ml asam asetat glasial P, atas fosfor pentoksida P selama 3 jam sebelum
panaskan pada suhu 50°, dinginkan. Encerkan dengan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
asam asetat glasial P hingga 100 ml dan diamkan terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
selama 10 menit. Higroskopis.
Prosedur Lakukan Titrasi bebas air seperti tertera
pada Titrimetri <711>. Pipet 20 ml beningan Larutan Hilangkan persyaratan
uji, tambahkan 0,25 ml 1-naftol-benzena LP. Titrasi Identifikasi
Larutan uji dengan asam perklorat 0,1 N LV. A. Pada sejumlah volume injeksi setara lebih
kurang 5 mg pankuronium bromida, jika perlu
Tiap ml asam perklorat 0,1 N encerkan dengan air hingga 10 ml, tambahkan 10 ml
setara dengan 6,303 g C6H5O73- 1,2-dikloroetana P dan 1 ml jingga metil LP. Kocok,
sentrifus, biarkan lapisan memisah dan asamkan
Tiap g natrium sitrat setara dengan 0,6430 g, lapiasn organik dengan asam sulfat 1 M: terjadi
C6H5O73-. warna merah.
B. Menunjukkan reaksi Bromida cara B dan C
Perubahan seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Penetapan kadar glukosa
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 8,0 g Tambahan persyaratan
serbuk oralit, larutkan dengan 40 ml air, tambahkan
Identifikasi
0,2 ml amonium hidroksida P 10% dan encerkan
C. Waktu retensi puncak utama kromatogram
dengan air hingga 50 ml. Campur dan diamkan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
selama 30 menit.
diperoleh pada Penetapan kadar.
Prosedur Lakukan penetapan rotasi optik dan
hitung jumlah glukosa anhidrat, C6H12O6, dalam g
dengan mengalikan hasil pembacaan rotasi optik pH <1071> 3,8 sampai 4,2.
dalam derajat dengan 0,9477.
Tambahan persyaratan
Perubahan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 50 unit
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Endotoksin FI per mg pankuronium bromida.
rapat, kedap udara. Dianjurkan kemasan berlapis
aluminium. Tambahan persyaratan
Bahan partikulat dalam injeksi <751> Memenuhi
Penandaan Mencantumkan nama dan jumlah dalam syarat untuk injeksi volume kecil.
g setiap komponen dalam wadah dosis satuan atau
jumlah dalam g garam dalam wadah satuan ganda, Hilangkan persyaratan
serta berat bersih setiap wadah dan petunjuk untuk Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis
konstitusi. Sisa larutan tidak digunakan setelah seperti tertera pada Kromatografi <931>.
24 jam dari konstitusi. Pada etiket kemasan dosis Fase gerak Lapisan atas campuran n-butanol P-
tunggal, mencantumkan tidak dibuka sampai waktu amonium klorida P 20%-piridina P-asam asetat
digunakan. glasial P (60:48:40:12) yang dibuat dengan
mengocok campuran.
Pelarut Larutan natrium klorida P 0,9%
– 2659 –

Larutan baku 1 Timbang sejumlah Dakuronium senyawa sejenis B pankuronium bromida, senyawa
Bromida BPFI, larutkan dengan Pelarut hingga kadar sejenis C pankuronium bromida, dan vekuronium
0,010%. bromida lebih kurang 0,02 mg per ml.
Larutan baku 2 Timbang sejumlah Pankuronium Larutan uji Ukur saksama sejumlah zat, encerkan
Bromida BPFI, larutkan dengan Pelarut hingga kadar dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1,0 mg
0,0020%. per ml.
Larutan baku 3 Timbang sejumlah Pankuronium Larutan supresi Gunakan tetrabutilamonium
Bromida BPFI, larutkan dengan Pelarut hingga kadar hidroksida 0,15 N.
0,20%. Supresor Gunakan membran supresor kationik
Larutan resolusi Campuran sejumlah volume sama 4 mm atau yang setara.
Larutan baku 1 dan Larutan baku 3. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji Sejumlah volume injeksi, jika perlu tinggi dilengkapi dengan detektor “conductivity with
encerkan dengan Pelarut, hingga diperoleh suppression”, kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan
pankuronium bromida 0,20%. pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan
Prosedur Totolkan secara terpisah ke lima larutan suhu kolom pada 35° dan detektor 40°. Laju alir
masing-masing 5 l pada lempeng kromatografi silika lebih kurang 0,75 ml per menit. Laju alir supresor
gel P setebal 0,25 mm dengan jarak yang sama lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
2,5 cm. Masukkan segera lempeng ke dalam bejana terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
kromatografi dengan tutup tidak diberi lemak, yang respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak merambat ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku relatif
sampai 1 cm sebelum tepi atas lempeng. Angkat tidak lebih dari 10,0%. Lakukan kromatografi terhadap
lempeng, biarkan fase gerak menguap dan panaskan Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
pada suhu 120 selama 1 jam. Dinginkan sampai ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur;
suhu ruang, semprot lempeng dengan asam sulfat resolusi, R, antara senyawa sejenis B pankuronium dan
etanol LP 10%, panaskan pada suhu 120 selama senyawa sejenis A pankuronium tidak kurang dari 1,5
1 jam. Bercak yang diperoleh dari Larutan uji tidak dan antara senyawa sejenis C pankuronium dan
lebih intensif dari bercak dakuronium bromida yang vekuronium tidak kurang dari 1,5. Waktu retensi relatif
diperoleh dari Larutan baku 1. Bercak lain selain masing-masing senyawa sejenis tertera pada Tabel.
bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji tidak Masing-masing cemaran dan jumlah cemaran tidak
lebih intensif dari bercak yang diperoleh dari Larutan lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
baku 2. Uji ini absah jika ada dua bercak utama yang
berbeda nyata pada Larutan resolusi. Tabel
Nama Waktu retensi Batas
Tambahan persyaratan relatif (%)
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Senyawa sejenis B 0,70 3,0
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pankuronium
Kromatografi <931>. Senyawa sejenis A 0,78 0,4
Pengencer dan Larutan baku persediaan Lakukan pankuronium
seperti tertera pada Penetapan kadar. Senyawa sejenis F 0,90 -
Fase gerak Buat campuran asetonitril P– vekuronium
metanol P–asam hidroklorida 0,024 N (125:180:695). Pankuronium 1,0 -
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Senyawa sejenis C 1,47 2,0
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti pankuronium
tertera pada Kromatografi <931>. Vekuronium 1,69 -
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Masing-masing produk - 0,2
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga degradasi lain
kadar lebih kurang 0,02 mg per ml. Total produk degradasi - 5,0
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Pankuronium Bromida BPFI, Senyawa Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sejenis A Pankuronium Bromida BPFI, Senyawa volume sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan
sejenis B Pankuronium Bromida BPFI, Senyawa Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
sejenis C Pankuronium Bromida BPFI, dan kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Vekuronium Bromida BPFI, masukkan masing- Hitung persentase masing-masing senyawa sejenis
masing ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dalam injeksi dengan rumus:
dengan asetonitril P sejumlah 2% dari volume labu.
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda, sonikasi  ri   CS 
selama 3 menit. Larutan mengandung pankuronium       100
bromida lebih kurang 1,0 mg per ml dan masing-  rS   CU 
masing senyawa sejenis A pankuronium bromida,
– 2660 –

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Perubahan


dari Larutan uji; rS adalah respons puncak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
pankuronium dari Larutan baku; CS adalah kadar tunggal atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I,
Pankuronium bromida BPFI dalam mg per ml tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. Simpan
Larutan baku; dan CU adalah kadar pankuronium dalam lemari pendingin pada suhu 2 sampai 8,
terlindung cahaya.
bromida dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
jumlah yang tertera pada etiket.
PARASETAMOL
Perubahan Asetaminofen
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Paracetamol
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Pengencer Gunakan asam hidroklorida 0,0024 N.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol P-
Pengencer (125:220:655). Saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama 4’-Hidroksiasetanilida [103-90-2]
sejumlah Pankuronium Bromida BPFI, masukkan ke C8H9NO2 BM 151,16
dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dengan
asetonitril P sejumlah 2% dari volume labu. Perubahan
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda, sonikasi Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0%
selama 3 menit. Kadar lebih kurang 1,0 mg per ml. dan tidak lebih dari 102,0%, C8H9NO2, dihitung
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku terhadap zat kering.
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 0,1 mg per ml. Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa
Larutan uji Ukur saksama sejumlah larutan injeksi, sedikit pahit.
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 0,1 mg per ml. Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam
Larutan supresi Gunakan tetrabutilamonium natrium hidroksida 1 N; mudah larut dalam etanol.
hidroksida 0,15 N.
Supresor Gunakan membran supresor kationik Perubahan
4 mm atau yang setara. Baku pembanding Parasetamol BPFI; tidak boleh
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
tinggi dilengkapi dengan detektor “conductivity with tertutup rapat, terlindung cahaya. 4-Aminofenol BPFI;
suppression”, kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
suhu kolom pada 35° dan detektor 40°. Laju alir lebih Senyawa Sejenis B Parasetamol BPFI. Senyawa
kurang 0,75 ml per menit. Laju alir supresor lebih Sejenis C Parasetamol BPFI. Senyawa Sejenis D
kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi Parasetamol BPFI. Senyawa Sejenis J Parasetamol
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur BPFI.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif Perubahan
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. Identifikasi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah A. Spektrum serapan inframerah zat yang
volume sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Larutan uji ke dalam kromatograf, lakukan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
kromatografi selama 2 kali waktu retensi seperti pada Parasetamol BPFI.
pankuronium, rekam kromatrogram dan ukur respons B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
puncak utama. Hitung persentase pankuronium Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
bromida, C35H60Br2N2O4, dalam injeksi dengan diperoleh pada Penetapan kadar.
rumus:
Hilangkan persyaratan
C. Memenuhi uji Identifikasi secara Kromatografi
 rU   CS 
     100 Lapis Tipis <281>, gunakan larutan 1 mg per ml
 rS   CU  dalam metanol P dan fase gerak metilena klorida P-
metanol P (4:1).
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Hilangkan persyaratan
Pankuronium Bromida BPFI dalam mg per ml Jarak lebur <1021> Antara 168 dan 172.
Larutan baku; dan CU adalah kadar pankuronium
bromida dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
jumlah yang tertera pada etiket. Hilangkan persyaratan
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
– 2661 –

Tambahan persyaratan relatif 4-aminofenol dan parasetamol berturut-turut


Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; adalah 0,6 dan 1,0.]
lakukan pengeringan pada suhu 105° hingga bobot Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tetap. volume sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Hilangkan persyaratan persentase 4-aminofenol dalam zat dengan rumus:
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,014%; lakukan
penetapan dengan cara sebagai berikut: Kocok  rU   CS 
1,0 g zat dengan 25 ml air, saring, tambahkan 1 ml       100
asam nitrat 2 N dan 1 ml perak nitrat LP; larutan  rS   CU 
menunjukkan kandungan klorida tidak lebih dari
larutan 0,20 ml asam hidroklorida 0,020 N.
rU adalah respons puncak 4-aminofenol dari Larutan
Hilangkan persyaratan uji; rs adalah respons puncak dari Larutan baku ; CS
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,02%; lakukan adalah kadar 4-Aminofenol BPFI dalam µg per ml
penetapan sebagai berikut: Kocok 1,0 g zat dengan Larutan baku; dan CU adalah kadar parasetamol
25 ml air, saring, tambahkan 2 ml asam asetat dalam µg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
1 N dan 2 ml barium klorida LP: kekeruhan yang ditimbang.
terjadi tidak lebih dari 0,20 ml asam sulfat 0,020 N.
Hilangkan persyaratan
Hilangkan persyaratan p-Kloroasetanilida Tidak lebih dari 10 bpj. Lakukan
Sulfida Masukkan lebih kurang 2,5 g zat ke dalam penetapan dengan cara Kromatografi Lapis Tipis
gelas piala 50 ml, tambahkan 5 ml etanol P, dan seperti tertera pada Kromatografi <931>.
1 ml asam hidroklorida 3 N. Basakan sepotong kertas Fase gerak Campuran heksana P-aseton P (75:25).
timbal(II) asetat P dengan air dan letakkan pada Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
bagian bawah kaca arloji. Tutup gelas piala dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kaca arloji sedemikian hingga kertas timbal(II) asetat p-kloroasetanilida P, larutkan dalam eter P
P dekat dengan bagian gelas piala untuk menuang. hingga kadar lebih kurang 10 g per ml.
Panaskan pada lempeng pemanas sampai hampir Larutan uji Timbang saksama 1,0 g zat, masukkan
mendidih: tidak terjadi warna atau bercak pada ke dalam tabung sentrifuga 15 ml bersumbat kaca,
kertas. tambahkan 5,0 ml eter P, kocok selama 30 menit dan
sentrifus dengan kecepatan 1000 rpm selama
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 15 menit atau sampai diperoleh pemisahan sempurna.
10 bpj. Prosedur Totolkan secara terpisah 200 µl Larutan
uji (5×40 µl) hingga diameter totolan tidak lebih dari
Hilangkan persyaratan 10 mm dan 40 µl Larutan baku pada lempeng
Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
zat dalam 5 ml asam sulfat LP; warna larutan tidak kromatografi berisi Fase gerak tanpa penjenuhan,
lebih tua dari Larutan padanan A seperti tertera pada biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per empat
Warna dan akromisitas <1291>. tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat
dan keringkan di udara, amati bercak di bawah
Perubahan cahaya ultraviolet 254 nm. Pada harga Rf yang sesuai
4-Aminofenol bebas Tidak lebih dari 0,005%. dengan bercak utama Larutan baku ukuran dan
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair intensitas bercak Larutan uji, tidak lebih besar dari
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. bercak utama Larutan baku.
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, dan Sistem
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan Tambahan persyaratan
kadar. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 4- Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Aminofenol BPFI, larutkan dan encerkan dengan Kromatografi <931>.
metanol P hingga kadar lebih kurang 1,25 µg per ml. Larutan A Buat campuran metanol P-air-asam
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, asetat glasial P (50:950:1).
larutkan dan encerkan dalam metanol P hingga kadar Larutan B Buat campuran metanol P-air- asam
lebih kurang 25 mg per ml. asetat glasial P (500:500:1).
Sistem kromatografi Lakukan kromatografi terhadap Fase gerak Gunakan variasi campuran
Larutan baku, rekam kromatogram seperti tertera pada Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada
Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan Sistem kromatografi.
ulang tidak lebih dari 5,0%. [Catatan Waku retensi Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
Sejenis D Parasetamol BPFI dan Senyawa Sejenis J
– 2662 –

Parasetamol BPFI, larutkan dan encerkan dengan C, dan D parasetamol dan cemaran lain dalam zat
metanol P hingga kadar berturut-turut 1,25 µg per ml dengan rumus:
dan 0,25 µg per ml.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama  ri   CS  1
sejumlah Parasetamol BPFI, Senyawa Sejenis B          100
Parasetamol BPFI, dan Senyawa Sejenis C  rS   CU  F
Parasetamol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
metanol P hingga kadar berturut-turut lebih kurang ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
20 µg per ml, 80 µg per ml, dan 80 µg per ml. Larutan uji; rs adalah respons puncak senyawa sejenis
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, D parasetamol dari Larutan baku; CS adalah kadar
larutkan dan encerkan dalam metanol P hingga kadar
Senyawa Sejenis D Parasetamol BPFI dalam g per
lebih kurang 25 mg per ml.
ml Larutan baku; CU adalah kadar parasetamol dalam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
g per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
ditimbang; dan F adalah faktor respons relatif seperti
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan
L7 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
jumlah cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
kurang 0,9 ml per menit. Pertahankan suhu kolom
Tabel.
pada 40°. Kromatograf diprogram sebagai berikut:

Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)


Tabel
0 82 18
Waktu Faktor Batas
8 82 18
Cemaran retensi respons
53 0 100
relatif relatif (%)
58 0 100
Parasetamol 0,43 - -
59 82 18
Senyawa sejenis B
73 82 18 0,67 1,2 0,05
parasetamol
Senyawa sejenis C
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian 0,71 0,38 0,05
parasetamol
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Senyawa sejenis D
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R antara puncak 1,0 1,0 0,05
parasetamol
parasetamol dan senyawa sejenis B parasetamol tidak
Senyawa sejenis J
kurang dari 2,0, antara puncak senyawa sejenis B 1,73 - 0,001
parasetamol
parasetamol dan senyawa sejenis C parasetamol tidak
Masing-masing
kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap - 1,0 0,05
cemaran lain
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Total Cemaran - - 0,1
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
untuk puncak senyawa sejenis D parasetamol tidak
Perubahan
lebih dari 2,0; simpangan baku relatif pada penyuntikan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
ulang senyawa sejenis D parasetamol tidak lebih dari
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
5,0%.
Kromatografi <931>.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan A Buat larutan mengandung kalium fosfat
volume sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku dan
monobasa anhidrat P 1,7 g per liter dan natrium
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
fosfat dibasa anhidrat P 1,8 g per liter.
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Larutan B Gunakan metanol P.
Hitung persentase senyawa sejenis J parasetamol
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan
dalam zat dengan rumus:
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
 rU   CS  Parasetamol BPFI, larutkan dan encerkan
      100 dengan metanol P hingga kadar lebih kurang
 rS   CU  0,1 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
senyawa sejenis J parasetamol dari Larutan uji dan kadar lebih kurang 0,1 mg per ml. [Catatan Gunakan
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis J peralatan gelas aktinik rendah untuk Larutan uji.]
Parasetamol BPFI dalam g per ml Larutan baku; Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dan CU adalah kadar parasetamol dalam g per ml dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm ×
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. 10 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 3,5
Hitung persentase masing-masing senyawa sejenis B, µm. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per menit. Pertahankan
– 2663 –

suhu kolom pada 35°. Kromatograf diprogram sebagai Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut
berikut: dalam etanol dan dalam kloroform; larut dalam
aseton.
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
0,0 99 1 Perubahan
3,0 99 1 Baku pembanding Perfenazin BPFI; lakukan
7,0 19 81 pengeringan dalam hampa udara pada suhu 65
7,1 99 1 selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
10,0 99 1 wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Perfenazin
Sulfoksida BPFI. Senyawa Sejenis B Perfenazin
BPFI.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Hilangkan persyaratan
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan Kejernihan dan warna larutan Larutkan 500 mg
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
zat dalam 25 ml metanol P: larutan jernih dan warna
lebih dari 1,0%.
tidak lebih dari kuning muda. [Catatan Selama
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pengujian lindungi zat uji, baku pembanding, dan
volume sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku dan
larutan yang mengandung perfenazin dengan cara
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
melakukan pengujian tanpa ditunda, di bawah
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
cahaya redup atau menggunakan peralatan kaca
persentase parasetamol, C8H9NO2, dalam zat dengan
aktinik rendah.]
rumus:
Perubahan
 rU   CS  Identifikasi
      100 A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
 rS   CU  dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P,
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama gelombang yang sama seperti pada Perfenazin BPFI.
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Parasetamol BPFI dalam mg per ml Larutan baku; Enceran larutan uji sesuai dengan Larutan baku
dan CU adalah kadar parasetamol dalam mg per ml seperti tertera pada Cemaran organik.
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Hilangkan persyaratan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Jarak lebur <1021> Metode I Antara 94 dan 100.
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu ruang,
terlindung dari kelembaban dan panas. Perubahan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
PERFENAZIN 65 selama 4 jam.
Perphenazine
Sisa pemijaran <301>Tidak lebih dari 0,1%.

Hilangkan persyaratan
Cemaran umum <481>
Larutan uji Gunakan pelarut campuran aseton P-
metanol P (3:1).
Larutan baku Larutan Perfenazin Sulfoksida BPFI
dalam pelarut campuran aseton P-metanol P (3:1),
4-[3-(2-Klorofenotiazin-10-il)propil]-1- kecuali larutan dengan kadar 0,01 mg per ml diganti
piperazinetanol [58-39-9] dengan larutan kadar 0,02 mg per ml.
C21H26ClN3OS BM 403,97 Fase gerak Buat campuran aseton P-amonium
hidroksida P (95:5).
Perfenazin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan Penampak bercak Gunakan teknik penampak
tidak lebih dari 102%, C21H26ClN3OS, dihitung bercak nomor 1.
terhadap zat kering.
Tambahan persyaratan
Pemerian Serbuk, putih sampai putih krem; tidak Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
berbau. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. [Catatan Larutan dibuat segar
dan lindungi dari cahaya.]
– 2664 –

Larutan A Buat campuran asetonitril P dan larutan kadar Perfenazin BPFI dalam mg per ml
natrium fosfat monobasa dihidrat P 7 gram per liter Larutan baku; CU adalah kadar perfenazin dalam mg
(35:65). per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
Larutan B Gunakan asetonitril P. ditimbang; F adalah faktor respons relatif seperti
Fase gerak Gunakan variasi campuran tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan total
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
kromatografi. Tabel.
Larutan kesesuaian sistem Buat larutan mengandung
Perfenazin BPFI, Perfenazin Sulfoksida BPFI, dan Tabel
Senyawa Sejenis B Perfenazin BPFI dalam Larutan A Waktu Faktor Batas
hingga kadar berturut-turut 2 mg per ml; 0,002 mg per Cemaran retensi respon
ml; dan 0,002 mg per ml. relatif relatif (%)
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Perfenazin Perfenazin 0,3 1,6 0,2
BPFI, larutkan dan encerkan dalam Larutan A hingga sulfoksida
kadar lebih kurang 0,002 mg per ml. Senyawa sejenis 0,8 1,0 0,5
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan B perfenazin
encerkan dalam Larutan A hingga kadar lebih kurang Perfenazin 1,0 - -
2 mg per ml. Cemaran lain - 1,0 0,10
Enceran larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji, Total cemaran - - 1,0
encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih
kurang 0,002 mg per ml. Perubahan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
tinggi dilengkapi dengan detektor 245 nm dan kolom 150 mg zat, larutkan dalam 25 ml asam asetat glasial
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan P, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Titik akhir
ukuran partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang 1,3 ml ditentukan secara potensiometri. Lakukan penetapan
per menit. Pertahankan suhu kolom pada 30°. blangko.
Kromatograf diprogram sebagai berikut:

Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)


0 100 0
5 100 0 V adalah volume titran yang digunakan untuk
10 80 20 Larutan uji; B adalah volume titran yang digunakan
33 30 70 untuk blangko; N adalah normalitas titran dalam meq
48 100 0 per ml; F adalah kesetaraan bobot perfenazin
(202,0 meq per ml); W adalah bobot zat dalam mg.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara rapat, tidak tembus cahaya.
puncak perfenazin dan senyawa sejenis B perfenazin
tidak kurang dari 3,0. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons PILOKARPIN HIDROKLORIDA
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan Pilocarpine Hydrochloride
tidak lebih dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%. Pilokarpin monohidroklorida [54-71-7]
Prosedur [Catatan Enceran larutan uji digunakan C11H16N2O2.HCI BM 244,72
untuk Uji Identifikasi B] Suntikkan secara terpisah
sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan Perubahan
baku, Larutan uji, dan Enceran larutan uji ke dalam Pilokarpin hidroklorida mengandung tidak kurang dari
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C11H16N2O2.HCI,
respons puncak. Hitung persentase masing-masing dihitung terhadap zat kering.
cemaran dalam zat dengan rumus:
Pemerian Hablur tidak berwarna, agak transparan,
 ri   CS  1 tidak berbau; rasa agak pahit; higroskopis dan
       100 dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap
 rS   CU  F kertas lakmus.

ri adalah respons puncak masing-masing Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah
cemaran dari Larutan uji; rs adalah respons larut dalam etanol; sukar larut dalam kloroform; tidak
puncak perfenazin dari Larutan baku; CS adalah larut dalam eter.
– 2665 –

Perubahan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah


Baku pembanding Pilokarpin Hidroklorida BPFI; volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup kromatogram tidak kurang dari 5 kali waktu retensi
rapat, terlindung cahaya dan kelembaban, dalam pilokarpin dan ukur semua respons puncak. Hitung
lemari pendingin. persentase masing-masing cemaran dengan rumus:

Identifikasi  ri   CS 
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah       100
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral  rS   CU 
P menunjukan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Pilokarpin ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Hidroklorida BPFI. Larutan uji; rS adalah respons puncak pilokarpin dari
B. Larutan 50 mg per ml zat menunjukan reaksi Larutan baku; Cs adalah kadar Pilokarpin
Klorida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
<291>. Cu adalah kadar pilokarpin hidroklorida dalam mg per
ml Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Hilangkan persyaratan Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih
Jarak lebur <1021> Antara 199° dan 205°,rentang dari batas yang tertera pada Tabel .
antara awal yang setara dan akhir peleburan tidak
lebih dari 3°.
Tabel
Rotasi jenis <1081> Antara +88,5° dan +91,5°,
Waktu Batas
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan Cemaran
penetapan menggunakan larutan 20 mg per ml. retensi relatif (%)
Isopilokarpin 0,94 1,0
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 3,0%; Pilokarpin 1,00 -
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam. Asam pilokarpat 1,15 0,5
Asam isopilokarpat 1,19 0,1
Zat mudah terarangkan <411> Larutan 50 mg per ml Cemaran lain - 0,1
dalam asam sulfat P: warna larutan tidak lebih gelap Total cemaran - 1,0
dari Larutan padanan B. Abaikan cemaran kurang dari 0,05%.

Tambahan persyaratan Uji 2 Alkaloid lain Larutan zat 10 mg per ml dalam


Cemaran organik air, larutan dibagi dua. Tambahkan beberapa tetes
Uji 1 Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan amonium hidroksida 6 N pada bagian pertama dan
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tambahkan beberapa tetes kalium bikromat LP pada
pada Kromatografi <931>. bagian kedua: tidak terjadi kekeruhan pada kedua
Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian larutan.
sistem, dan Larutan uji Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar Hilangkan persyaratan
Larutan sensitivitas Encerkan sejumlah Larutan Cemaran umum <481> Tidak lebih dari 1%.
baku dengan air hingga kadar lebih kurang Larutan uji Gunakan pelarut etanol mutlak P.
0,25 µg per ml. Larutan baku Gunakan pelarut etanol mutlak P.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Fase gerak Buat campuran heksana P-etanol
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm mutlak P-amonium hidroksida P (70:30:1).
x 15 cm berisi bahan pengisi L11 dengan ukuran Penampak bercak Gunakan teknik penampak
partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per menit. bercak nomor17.
Pertahankan suhu kolom pada 35°. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, Perubahan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
isopilokarpin dan pilokarpin tidak kurang dari 1,5. Kromatografi <931>.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, Dapar Buat larutan kalium fosfat dibasa P 4,4 g
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti per liter, atur pH hingga 6,5±0,1 dengan penambahan
tertera pada Prosedur: perbandingan “signal to noise” asam fosfat P.
puncak pilokarpin tidak kurang dari 10. Lakukan Fase gerak Buat campuran asetonitril P–metanol P–
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Dapar (2:35:63).
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan baku Timbang saksama sejumlah Pilokarpin
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
– 2666 –

hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. Jika perlu (E)-1,4,5,6-tetrahidro-1-metil-2-[2-(2-tienil)vinil]
sonikasi. pirimidina 4,4’-metilenbis[3-hidroksi-2-naftoat]
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama (1:1) [22204-24-6]
sejumlah Pilokarpin Hidroklorida BPFI, masukkan C11H14N2S . C23H16O6 BM 594,68
ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dengan
air sejumlah 10% dari volume labu. Jika perlu Pirantel pamoat mengandung tidak kurang dari
sonikasi. Tambahkan natrium hidroksida 0,1 N 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%, C34H30N2O6S,
sejumlah 10% dari volume labu dan tambahkan dihitung terhadap zat kering.
segera asam hidroklorida 0,1 N sejumlah volume
sama dan campur. Encerkan dengan air sampai tanda. Pemerian Padatan berwarna kuning hingga cokelat.
[Catatan Kadar awal Pilokarpin Hidroklorida BPFI
adalah 0,5 mg per ml. Isopilokarpin terbentuk dalam Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan
penyiapan Larutan kesesuaian sistem.] dalam metanol; larut dalam dimetilsulfoksida; sukar
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larut dalam dimetilformamida.
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih
kurang 0,5 mg per ml. Jika perlu sonikasi. Perubahan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Baku pembanding Pirantel Pamoat BPFI; Simpan
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya,
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11 dengan dalam lemari pendingin. Asam Pamoat BPFI;
ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 ml Keringkan dalam hampa udara pada suhu 100°
per menit. Pertahankan suhu kolom pada 35°. selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis A Pirantel
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak BPFI.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
puncak isopilokarpin dan pilokarpin tidak kurang dari Perubahan
1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Identifikasi
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti A. Spektrum serapan inframerah zat yang
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
ulang tidak lebih dari 2,0%. sama seperti pada Pirantel Pamoat BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 16 µg per
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan ml dalam metanol P, menunjukkan maksimum dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam minimum pada panjang gelombang yang sama
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung seperti pada Pirantel Pamoat BPFI.
persentase pilokarpin hidroklorida, C11H16N2O2.HCl, C. Waktu retensi puncak utama pirantel basa dan
dalam zat dengan rumus: asam pamoat pada Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
 rU   CS 
      100 Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
 rS   CU  Lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
60 selama 3 jam.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%;
Pilokarpin Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Lakukan penetapan menggunakan 1,33 g zat.
Larutan baku; Cu adalah kadar pilokarpin
hidrokloida dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
bobot yang ditimbang. 50 bpj.

Perubahan Besi <331> Tidak lebih dari 75 bpj; lakukan penetapan


Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup menggunakan sisa dari uji Sisa pemijaran, tambahkan
rapat, tidak tembus cahaya, simpan dalam suhu campuran asam hidroklorida P-asam nitrat P (3:2)
ruang. dan uapkan di atas tangas uap hingga kering.
Larutkan sisa dalam 2 ml asam hidroklorida P dengan
pemanasan hati-hati. Tambahkan 18 ml asam
hidroklorida P, encerkan dengan air hingga 50 ml.
PIRANTEL PAMOAT Encerkan 5,0 ml larutan dengan air hingga 47 ml.
Pyrantel Pamoate
Hilangkan persyaratan
Senyawa sejenis
A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
kertas seperti tertera pada Kromatografi <931>.
– 2667 –

Fase gerak Campuran etil asetat P-butanol P-air udara selama10 menit dan amati di bawah cahaya
(10:1:1). ultraviolet: harga Rf bercak utama yang diperoleh
Dapar glisina-natrium klorida-asam hidroklorida dari Larutan 1 sesuai dengan yang diperoleh dari
Campur 3 bagian volume larutan yang mengandung Larutan 3 dan tidak ada bercak lain pada kromatogram
glisina P dan natrium klorida P masing-masing 0,3 M Larutan 1 selain bercak utama yang lebih besar dan
dengan 7 bagian asam hidroklorida 0,3 N. intensif dari bercak utama Larutan 2.
Penjerap Kertas saring Whatman nomor 1
atau yang sejenis 18 cm x 56 cm diimpregnasikan Perubahan
dengan larutan segar yang dibuat dengan mencampur Asam pamoat Antara 63,4% dan 67,3%, dihitung
7 bagian aseton P dan 3 bagian Dapar glisina- terhadap zat kering.
natrium klorida-asam hidroklorida. Tekan merata Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
kertas yang sudah diimpregnasi diantara pengering seperti tertera pada Penetapan kadar.
putih tidak berfluoresensi untuk menghilangkan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
kelebihan pelarut. Pamoat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
Pelarut Campuran kloroform P-metanol P- gerak hingga kadar lebih kurang 52 µg per ml.
amonium hidroksida P (50:50:5). Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Larutan 1 Larutan zat dengan kadar pirantel larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
20 mg per ml dalam Pelarut. kadar lebih kurang 80 µg per ml.
Larutan 2 Larutan zat dengan kadar pirantel Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
0,2 mg per ml dalam Pelarut. volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
Larutan 3 Larutan Pirantel Pamoat BPFI dengan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kadar pirantel 20 mg per ml dalam Pelarut. kromatogram dan ukur respons puncak seperti pada
Larutan 4 Larutan Pirantel Pamoat BPFI dengan Penetapan kadar. Hitung persentase asam pamoat,
kadar pirantel 0,2 mg per ml dalam Pelarut. C23H16O6, dalam zat dengan rumus:
Prosedur Totolkan masing-masing 20 μl keempat
larutan pada kertas kromatografi. Masukkan kertas ke  rU   CS 
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan       100
dengan Fase gerak dan kembangkan secara menurun  rS   CU 
seperti tertera pada Kromatografi <931> selama
16 jam sampai 20 jam. Angkat kertas, keringkan di rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam
udara selama 10 menit, masukkan ke dalam lemari pamoat dalam Larutan uji dan Larutan baku;
pengering dengan udara mengalir dan keringkan pada CS adalah kadar Asam Pamoat BPFI dalam µg per ml
suhu 60° selama 30 menit. Amati di bawah cahaya Larutan baku dan CU adalah kadar pirantel pamoat
ultraviolet 254 nm: harga Rf bercak utama yang dalam µg per ml Larutan uji berdasarkan bobot
diperoleh dari Larutan 1 sesuai dengan yang yang ditimbang.
diperoleh dari Larutan 3 dan tidak ada bercak lain
pada kromatogram Larutan 1 selain bercak utama Tambahan persyaratan
yang lebih besar dan intensif dari bercak utama Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan 2. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Kromatografi <931>.
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. Pengencer Buat campuran asam asetat glasial P-
Fase gerak Campuran etil asetat P-metanol P- dietilamina P- air (5:2:5).
dietilamina P (200:50:15). Fase gerak Buat campuran asetonitril P dan
Pelarut Campuran kloroform P-metanol P- Pengencer (92,8:7,2). Saring dan awaudarakan.
amonium hidroksida P (50:50:5). [Catatan Siapkan larutan segera sebelum digunakan
Larutan 1 Larutan zat dengan kadar pirantel dan lindungi dari cahaya pada setiap tahapan.]
20 mg per ml dalam Pelarut. Larutan baku persediaan Timbang sejumlah Pirantel
Larutan 2 Larutan zat dengan kadar pirantel pamoat BPFI, larutkan dalam Pengencer sebanyak 7%
0,2 mg per ml dalam Pelarut. dari volume total, encerkan dengan asetonitril P hingga
Larutan 3 Larutan Pirantel Pamoat BPFI dengan kadar lebih kurang 0,8 mg per ml
kadar pirantel 20 mg per ml dalam Pelarut. Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Larutan 4 Larutan Pirantel Pamoat BPFI dengan persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar pirantel 0,2 mg per ml dalam Pelarut. kadar lebih kurang 4 µg per ml.
Prosedur Totolkan masing-masing 100 μl keempat Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
larutan pada lempeng kromatografi silika gel P Senyawa Sejenis A Pirantel BPFI larutkan dalam
setebal 0,25 mm. Larutan baku persediaan sebanyak 5% volume akhir.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi Encerkan dengan Pengencer hingga kadar senyawa
sejenis A pirantel 0,2 mg per ml dan pirantel pamoat
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan
40 µg per ml. Pipet sejumlah larutan ini dan encerkan
Fase gerak merambat sampai 2 cm dari batas atas dengan Pengencer hingga kadar senyawa sejenis A
lempeng. Angkat lempeng dan biarkan kering di
– 2668 –

pirantel lebih kurang 4 µg per ml dan pirantel pamoat Total cemaran lain - - 0,3
0,8 µg per ml. Total cemaran - - 1,0
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
Pengencer sebanyak 7% dari volume total, encerkan Perubahan
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang Penetapan kadar [Catatan Gunakan peralatan gelas
0,8 mg per ml. aktinik rendah dalam penyiapan larutan pirantel
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja pamoat, jika tidak lindungi larutan dari cahaya
tinggi dilengkapi dengan detektor 288 nm dan kolom terang berlebih yang tidak perlu. Lakukan penetapan
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir tanpa penundaan.] Lakukan penetapan dengan cara
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam Kromatografi <931>.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Fase gerak Buat campuran asetonitril P-asam asetat
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak pirantel glasial P-dietilamina P-air (92,8:3:1,2:3), saring dan
dan senyawa sejenis A pirantel tidak kurang dari 4,0; awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
faktor ikutan puncak pirantel tidak lebih dari 1,5; Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
simpangan baku relatif puncak pirantel pada <931> [Catatan Penambahan jumlah asetonitril P pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%. Fase gerak dapat meningkatkan waktu retensi.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Penambahan jumlah asam asetat P, dietilamina P, dan
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku, air pada Fase gerak dapat menurunkan waktu retensi.
Larutan kesesuaian sistem, dan Larutan uji ke dalam Jika Fase gerak perlu penyesuaian, pertahankan
kromatograf, rekam kromatogram 4 kali waktu retensi perbandingan antara asam asetat P-dietilamina P-air
pirantel dan ukur respons puncak. [Catatan Abaikan (1:0,4:1).]
respons puncak pada Larutan uji kurang dari Larutan baku Timbang saksama sejumlah Pirantel
0,1 respons puncak utama Larutan baku.] Hitung Pamoat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
persentase senyawa sejenis A pirantel dalam zat gerak hingga kadar lebih kurang 80 µg per ml.
dengan rumus: Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
 rU   CS  kadar lebih kurang 80 µg per ml.
      100 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
 rS   CU  tinggi dilengkapi dengan detektor 288 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
senyawa sejenis A pirantel dalam Larutan uji dan terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
Larutan kesesuaian sistem; Cs adalah kadar Senyawa respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Sejenis A Pirantel BPFI dalam µg per ml Larutan resolusi, R, antara puncak pirantel dan asam pamoat
kesesuaian sistem; Cu adalah kadar pirantel pamoat tidak kurang dari 10,0; efisiensi kolom tidak kurang
dalam µg per ml Larutan Uji berdasarkan bobot yang dari 8000 lempeng teoritis puncak pirantel; faktor
ditimbang. Hitung persentase Cemaran B atau ikutan puncak pirantel tidak lebih dari 1,3; dan
cemaran lain dalam zat dengan rumus: simpangan baku relatif puncak pirantel pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
 ri   CS  1
         100 volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
 rS   CU  F Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram yang diperoleh pada tenggang waktu
tidak kurang dari 2,5 kali waktu retensi pirantel dan
ri adalah respons puncak cemaran B atau ukur respons puncak utama. Waktu retensi relatif
cemaran lainnya dalam Larutan uji; rs adalah respons asam pamoat dan pirantel berturut-turut adalah lebih
puncak pirantel dalam Larutan baku; Cs adalah kadar kurang 0,6 dan 1,0. Hitung persentase pirantel
Pirantel Pamoat BPFI dalam µg per ml Larutan pamoat, C34H30N2O6S, dalam zat dengan rumus:
baku; Cu adalah kadar pirantel pamoat dalam µg per
ml Larutan Uji berdasarkan bobot yang ditimbang; F
adalah faktor respons relatif seperti tertera pada  rU   CS 
Tabel. Masing-masing cemaran tidak lebih dari batas       100
yang tertera pada Tabel.  rS   CU 
Tabel rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Waktu retensi Batas pirantel dalam Larutan uji dan Larutan baku;
Cemaran F CS adalah kadar Pirantel Pamoat BPFI dalam
relatif (%)
Asam Pamoat 0,5 - - mg per ml Larutan baku dan CU adalah kadar pirantel
Pirantel (E-isomer) 1,0 - - pamoat dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
Senyawa sejenis A bobot yang ditimbang.
1,3 - 0,5
Pirantel
Cemaran B 1,8 2,5 0,2 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Cemaran lain - 1,0 0,1 baik, tidak tembus cahaya.
– 2669 –

PIRIDOSTIGMIN BROMIDA Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


Pyridostigmine Bromide
Cemaran umum <481>
Penjerap Lempeng selulosa dengan indikator
fluoresen.
Larutan uji Gunakan metanol P.
Larutan baku Gunakan metanol P.
Fase gerak Buat campuran metanol P-air (1:1).
Penampak bercak Gunakan teknik penampak
bercak nomor 1.
3-Hidroksi-1-metilpiridinium bromida
dimetil karbamat [101-26-8] Hilangkan persyaratan
C9H13BrN2O2 BM 261,12 Cemaran senyawa organik mudah menguap
<471> Memenuhi syarat.
Piridostigmin Bromida mengandung tidak kurang
dari 98,5% dan tidak lebih dari 100,5%, Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
C9H13BrN2O2, dihitung terhadap zat kering. 850 mg zat, larutkan dalam 80 ml asam asetat glasial
P. Tambahkan 25 ml raksa(II) asetat LP dan 2 tetes
Pemerian Serbuk hablur putih hingga praktis putih; merah kuinaldin LP. Titrasi dengan asam perklorat
bau khas enak; higroskopis. dioksan 0,1 N LV hingga tidak berwarna. Lakukan
penetapan blangko, jika perlu lakukan koreksi.
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan
dalam kloroform; agak sukar larut dalam heksana; Tiap ml asam perklorat 0,1 N
praktis tidak larut dalam eter. setara dengan 26,11 mg C9H13BrN2O2
Perubahan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Baku pembanding Piridostigmin Bromida BPFI; rapat.
lakukan pengeringan dalam desikator hampa udara di
atas fosfor pentoksida P pada suhu 100º selama
4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah POVIDON IODUM
tertutup rapat. Setelah dibuka simpan dalam Povidone Iodine
desikator, dalam lemari pendingin.

Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Piridostigmin Polimer 1-vinil-2-pirolidinon,bersenyawa dengan
Bromida BPFI. iodum [25655-41-8]
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (C6H9NO)n.xI
35 µg per ml dalam asam hidroklorida 0,1 N
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang Povidon iodum adalah senyawa kompleks dari iodum
gelombang yang sama seperti pada Piridostigmin dengan povidon. Mengandung tidak kurang dari 9,0%
Bromida BPFI; serapan jenis masing-masing, dan tidak lebih dari 12,0%, iodum (I), dihitung
dihitung terhadap zat kering, pada panjang terhadap zat kering.
gelombang serapan maksimum lebih kurang 269 nm
berbeda tidak lebih dari 3,0%. Perubahan
C. Masukkan lebih kurang 100 mg zat ke dalam Pemerian Serbuk amorf, coklat kekuningan hingga
tabung reaksi, tambahkan 0,6 ml natrium hidroksida coklat kemerahan; bau khas lemah. Larutan bereaksi
1 N: terjadi warna jingga. Panaskan: warna berubah asam terhadap kertas lakmus.
menjadi kuning dan uap larutan membirukan kertas
lakmus merah P. Kelarutan Larut dalam air dan dalam etanol; praktis
D. Larutan zat (1 dalam 50) menunjukkan reaksi tidak larut dalam kloroform, dalam karbon
Bromida cara A dan B seperti tertera pada Uji tetraklorida, dalam eter, dalam heksana, dan dalam
Identifikasi Umum <291>. aseton.

Jarak lebur <1021> Antara 154 dan 157; lakukan Perubahan


penetapan menggunakan zat yang telah dikeringkan. Identifikasi
A. Tambahkan 1 tetes larutan zat 100 mg per ml
Perubahan pada campuran 1 ml kanji LP dan 9 ml air: terjadi
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; warna biru tua.
lakukan pengeringan dalam desikator hampa udara, B. Sebarkan 1 ml larutan zat 100 mg per ml di atas
di atas fosfor pentoksida P pada suhu 100 selama lempeng kaca 20 cm x 20 cm dan diamkan semalam
4 jam. di udara terbuka pada suhu ruang dengan kelembaban
– 2670 –

rendah: terbentuk lapisan, kering, coklat dan mudah TABLET PRAZOSIN HIDROKLORIDA
larut dalam air. Prazosin Hydrochloride Tablets
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 8,0%; Tablet prazosin hidroklorida mengandung prazosin
Lakukan penetapan menggunakan 5,0 g zat, hidroklorida, setara dengan prazosin, C19H21N5O4,
keringkan pada suhu 105º hingga perbedaan antara tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dua kali penimbangan berturut-turut dalam jangka dari jumlah yang tertera pada etiket.
waktu 1 jam tidak lebih dari 5,0 mg.
Tambahan persyaratan
Perubahan Baku pembanding Prazosin BPFI. Prazosin
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,025%; Hidroklorida BPFI.
Lakukan penetapan menggunakan 2 g zat.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah residu
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam
20 bpj. kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Perubahan Prazosin BPFI. Residu diperoleh dengan cara:
Kandungan nitrogen <581> Metode II Tidak kurang Timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan
dari 9,5% dan tidak lebih dari 11,5%, dihitung 10 mg prazosin, kocok dengan campuran 10 ml
terhadap zat kering. diklorometana P dan 10 ml kalium hidroksida
0,05 N, saring lapisan organik melalui kapas, uapkan
Perubahan hingga kering dan lakukan pengeringan pada tekanan
Ion iodida Tidak lebih dari 6,6%, dihitung terhadap tidak lebih dari 15 mmHg pada suhu 60º selama
zat kering. 2 jam.
Penetapan iodum total Timbang saksama lebih
kurang 500 mg zat, larutkan dalam 100 ml air dalam Perubahan
labu Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan natrium bisulfit Keseragaman kandungan Untuk tablet mengandung
LP hingga warna iodum hilang. Tambahkan 25,0 ml prazosin kurang dari 2 mg atau 2% harus memenuhi
perak nitrat 0,1 N LV dan 10 ml asam nitrat P, syarat seperti tertera pada Tablet. Lakukan penetapan
campur. Titrasi kelebihan perak nitrat dengan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
amonium tiosianat 0,1 N LV menggunakan indikator tertera pada Kromatografi <931>.
besi(III) ammonium sulfat LP. Lakukan penetapan Pelarut Campuran metanol P-asam asetat glasial
blangko. P-air (96:2:2).
Fase gerak Buat larutan dietilamina P 0,01%
Tiap ml perak nitrat 0,1 N dalam Pelarut. Saring dan awaudarakan. Jika perlu
setara dengan 12,69 mg I. lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Dari persentase iodum total yang dihitung terhadap Larutan baku Timbang saksama sejumlah Prazosin
zat kering, dikurangi persentase iodum dari Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Penetapan kadar iodum diperoleh persentase ion Pelarut hingga kadar 0,0022%.
iodida. Larutan uji Kocok satu tablet selama 1 jam dalam
sejumlah Pelarut hingga kadar prazosin 0,002%,
Perubahan sentrifus dan gunakan beningan.
Penetapan kadar iodum Timbang saksama lebih Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kurang 5 g zat, masukkan ke dalam gelas piala tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
400 ml dan tambahkan 200 ml air. Tutup gelas piala baja tahan karat 4 mm x 20 cm berisi bahan pengisi
dan aduk dengan pengaduk mekanik pada suhu ruang L3 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
selama tidak lebih dari 1 jam untuk melarutkan. kurang 1 ml per menit.
Segera titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tambahkan 3 ml kanji LP saat mendekati titik akhir. volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
Lakukan penetapan blangko dan koreksi jika perlu. Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
Tiap ml natrium tiosulfat 0,1 N jumlah dalam mg prazosin, C19H21N5O4, dalam tablet.
setara dengan 12,69 mg I
Tambahan persyaratan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
rapat. Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
– 2671 –

Fase gerak Campuran etil asetat P-dietilamina P PREDNISON


(95:5). Prednisone
Penjerap Gunakan silika gel GF254.
Pengencer Campuran kloroform P-dietilamina P
(95:5).
Larutan 1 Kocok sejumlah serbuk tablet setara
dengan lebih kurang 2 mg prazosin dengan 2 ml
Pengencer, sentrifus, saring beningan melalui
penyaring politetrafloroetilen (PTFE) dengan
porositas 0,5 μm. Perubahan
Larutan 2 Pipet 1 ml Larutan 1, masukkan ke 17,21-Dihidroksipregna-1,4-diena-3,11,20-trion [53-
dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan 03-2]
Pengencer sampai tanda. C21H26O5 BM 358,44
Larutan 3 Pipet 2 ml Larutan 2, masukkan ke
dalam labu tentukur 5-ml, encerkan dengan Prednison mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
Pengencer sampai tanda. tidak lebih dari 102,0%, C21H26O5, dihitung terhadap
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing zat anhidrat.
20 µl Larutan 1, Larutan 2, dan Larutan 3 pada
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam Pemerian Serbuk hablur putih atau praktis putih,
bejana kromatografi berisi Fase gerak, biarkan Fase tidak berbau; melebur pada suhu 230° disertai
gerak merambat hingga 15 cm. Angkat lempeng, peruraian.
tandai batas rambat, biarkan kering di udara dan
amati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Pada Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sukar larut
kromatogram Larutan 1, intensitas bercak sekunder dalam etanol, dalam kloroform, dalam dioksan, dan
tidak lebih besar dari bercak pada Larutan 2; dan dalam metanol.
tidak lebih dari dua bercak lain dengan intensitas
lebih besar dari bercak Larutan 3. Perubahan
Baku pembanding Prednison BPFI; tidak boleh
Perubahan dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara wadah tertutup rapat.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Identifikasi
Fase gerak, Larutan baku, dan Sistem A. Spektrum serapan inframerah zat yang
kromatografi Lakukan seperti tertera pada penetapan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
Keseragaman kandungan. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang seperti pada Prednison BPFI. Apabila terjadi
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk perbedaan, larutkan zat uji dan baku pembanding
tablet setara dengan lebih kurang 2 mg prazosin, masing-masing dalam methanol P, uapkan larutan
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan tersebut sampai kering dan ulangi pengujian
dan encerkan dengan campuran metanol P-asam menggunakan sisa penguapan.
asetat glasial P-air (96:2:2) sampai tanda, kocok B. Larutkan lebih kurang 6 mg zat dalam 2 ml
selama 30 menit, sentrifus dan gunakan beningan. asam sulfat P, biarkan selama 5 menit: terjadi warna
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah jingga. Tuangkan larutan ke dalam 10 ml air: terjadi
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan perubahan warna mula-mula kuning kemudian
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam perlahan-lahan menjadi hijau kebiruan.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
kandungan prazosin, C19H21N5O4, dalam tablet. Rotasi jenis <1081> Antara +167° dan +175°,
lakukan penetapan menggunakan larutan 5 mg per
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup ml dalam dioksan P.
baik, terlindung cahaya.
Sisa pemijaran <301> Dapat diabaikan; lakukan
Tambahan persyaratan penetapan menggunakan 100 mg zat.
Penandaan Pada etiket tertera kandungan zat aktif
setara dengan prazosin. Perubahan
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%.

Perubahan
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak lebih
dari 1,5% dan total cemaran tidak lebih dari 2,0%.
– 2672 –

Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
<931>. 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
Fase gerak Buat campuran kloroform P- lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
metanol P (98:2), saring dan awaudarakan. Jika perlu terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
seperti tertera pada Kromatografi <931>. waktu retensi asetanilida dan prednison berturut-
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, turut adalah lebih kurang 6 menit dan 8 menit;
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga resolusi, R, antara puncak prednison dan asetanilida
kadar 1,25 mg per ml. tidak kurang dari 3; simpangan baku relatif pada
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
6,0 mm x 4,0 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
terhadap Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur kromatogram dan ukur respons puncak utama.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Hitung persentase prednison, C21H26O5, dengan
efisiensi kolom tidak kurang dari 2500 lempeng rumus:
teoritis dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%.  RU   CS 
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih       100
kurang 5 µl) Larutan uji ke dalam kromatograf,  RS   CU 
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
dengan rumus: respons puncak prednison dan asetanilida Larutan
uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Prednison
 ri  BPFI dalam µg per ml Larutan baku; CU adalah
 100 kadar prednison dalam µg per ml Larutan uji
 rT  berdasarkan bobot yang ditimbang.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dan rT adalah jumlah semua respon puncak. Perubahan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Perubahan baik. Terlindung cahaya dan kelembaban, simpan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara pada suhu ruang terkendali.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Hilangkan persyaratan
Fase gerak Buat campuran air-tetrahidrofuran P Penandaan Pada etiket dicantumkan hidrat atau
bebas peroksida-metanol P (688:250:62), saring dan anhidrat.
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. PROMETAZIN TEOKLAT
Pengencer Campuran metanol P-air (1:1). Promethazine teoclate
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Prednison BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar 0,2 mg per ml.
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
asetanilida, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
hingga kadar lebih kurang 110 µg per ml.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan dan Larutan baku internal, encerkan
dengan Pengencer hingga kadar berturut-turut 20 µg
per ml dan 11 µg per ml. Larutan dibuat segar. Perubahan
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah Garam (RS)-dimetil(2-fenotiazin-10-ilpropil) amina
zat, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga dari 8-kloroteofilin [17693-51-5]
kadar 0,2 mg per ml. C17H20N2S.C7H7ClN4O2 BM 499,0
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan
dan Larutan baku internal, encerkan dengan Prometazin teoklat mengandung tidak kurang dari
Pengencer hingga kadar berturut-turut 20 µg per ml 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%,
dan 11 µg per ml. Larutan dibuat segar. C17H20N2S.C7H7ClN4O2, dihitung terhadap zat kering.

Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.


– 2673 –

Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; agak sukar Kromatografi <931>. [Catatan Larutan harus dibuat
larut dalam etanol; dan praktis tidak larut segar.]
dalam eter. Fase gerak Campuran sikloheksana P-aseton P-
dietilamina P (85:10:5).
Baku pembanding Prometazin BPFI; Isoprometazin Penjerap Gunakan silika gel 60 F254.
BPFI. Pengencer Campuran metanol P-dietilamina P
(95:5).
Identifikasi Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
A. Kocok 150 mg zat dengan 2,5 ml air, larutkan dalam Pengencer hingga kadar 2,0%.
tambahkan 1 ml amonia 5 N dan ekstraksi dengan Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah
30 ml eter P. Cuci ekstrak eter dengan 10 ml air, Isoprometazin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam
keringkan dengan natrium sulfat anhidrat P dan Pengencer hingga kadar 0,020%.
uapkan eter hingga kering. Larutkan residu dalam Larutan baku 2 Pipet 1 ml Larutan uji, masukkan
1 ml kloroform P. Spektrum serapan inframerah ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan
larutan ini menunjukkan maksimum hanya pada Pengencer sampai tanda.
bilangan gelombang yang sama seperti pada Larutan baku 3 Pipet 1 ml Larutan uji, masukkan
Prometazin BPFI. ke dalam labu tentukur 500-ml, encerkan dengan
C. Larutkan 5 mg zat dalam 2 ml asam sulfat P, Pengencer sampai tanda.
biarkan selama 5 menit: terjadi warna merah. Prosedur Totolkan masing-masing 10 µl Larutan
D. Kocok 400 mg zat dengan 10 ml air, tambahkan uji dan Larutan baku 1, 2, 3 pada lempeng
4 ml amonia LP, ekstraksi dua kali, tiap kali dengan kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
30 ml eter P dan tambahkan 4 ml asam hidroklorida kromatografi berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak
P ke dalam lapisan air. Saring endapan putih, cuci merambat hingga 12 cm. Angkat lempeng, tandai
dengan air dan keringkan pada suhu 105°. Larutkan batas rambat, biarkan kering di udara. Amati di
10 mg endapan dalam 1 ml asam hidroklorida P, bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Bercak dalam
tambahkan 100 mg kalium klorat P dan uapkan kromatogram Larutan uji yang sesuai dengan
hingga kering: terjadi endapan berwarna kemerahan isoprometazin, tidak lebih intensif dari bercak
dan berubah menjadi ungu dengan paparan uap kromatogram Larutan baku 1 (1%); bercak sekunder
amonia LP. lain tidak lebih intensif dari bercak kromatogram
Larutan baku 2 (0,5%); tidak lebih dari 3 bercak
Hilangkan persyaratan lebih intensif dari bercak kromatogram Larutan baku
Identifikasi 3 (0,2%). Abaikan bercak lain pada garis penotolan.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 0,0014%
dalam etanol mutlak P yang mengandung 0,01% v/v Penetapan kadar Lakukan penetapan secara Titrasi
amonium hidroksida P, pada panjang gelombang Bebas Air <711>. Timbang saksama lebih kurang 1 g
230 nm-350 nm, menunjukkan maksimum pada zat, larutkan dalam 200 ml aseton P, titrasi dengan
255 nm: serapan pada 255 nm lebih kurang 1,1. asam perklorat 0,1 N LV menggunakan indikator
E. Lebur 50 mg sisa pada uji D dengan 500 mg 3 ml larutan jenuh jingga metil P dalam aseton P.
natrium karbonat anhidrida P, didihkan dengan 5 ml
air, asamkan dengan asam nitrat P (terhadap kertas Tiap ml asam perklorat 0,1 N
lakmus) dan saring, Filtrat menunjukkan reaksi setara dengan 49,90 mg C17H20N2S.C7H7ClN4O2
Klorida cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik, terlindung cahaya.
Klorida Tidak lebih dari 350 bpj; lakukan penetapan
menggunakan 300 mg zat, kocok dengan 30 ml air
selama 2 menit dan saring. 15 ml filtrat memenuhi PROPILEN GLIKOL
syarat Uji Batas Klorida <361>, menggunakan 2 ml Propylene Glycol
asam nitrat P untuk mengganti 1 ml asam nitrat 2 N.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;


lakukan pengeringan pada suhu 105° hingga bobot
tetap, menggunakan lebih kurang 1 g zat.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. 1,2-Propandiol [57-55-6]


C3H8O2 BM 76,09
Perubahan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Propilen glikol mengandung tidak kurang dari 99,5%,
Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada C3H8O2.
– 2674 –

Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak
khas; praktis tidak berbau; menyerap air pada udara seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
lembab. lihat Tabel. [Catatan Waktu retensi propilen glikol
adalah 4 menit].
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan
aseton, dan dengan kloroform; larut dalam eter dan Tabel
dalam beberapa minyak esensial; tidak dapat Waktu retensi
bercampur dengan minyak lemak. Komponen
relatif
Etilen glikol 0,8
Perubahan Propilen glikol 1,0
Baku pembanding Propilen Glikol BPFI; Setelah Baku internal 1,7
ampul dibuka, simpan dalam wadah tertutup rapat. Dietilen glikol 2,4
Dietilen glikol BPFI; Setelah ampul dibuka, buang
sisa. Etilen glikol BPFI; Setelah ampul dibuka, resolusi, R, antara puncak etilen glikol dan propilen
simpan dalam wadah tertutup rapat dalam desikator. glikol tidak kurang dari 5.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 1,0 µl Larutan uji
Perubahan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Identifikasi [Catatan Memenuhi persyaratan Uji respons puncak.
Identifikasi cara A, B dan C]
C. Waktu retensi puncak propilen glikol pada
A. Spektrum serapan inframerah dari lapisan tipis
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
diperoleh pada Dietilen glikol dan etilen glikol.
gelombang yang sama seperti pada Propilen Glikol
BPFI.
Bobot jenis <981> Antara 1,035 dan 1,037.
Tambahan persyaratan
B. Dietilen glikol dan Etilen glikol Masing- Perubahan
masing tidak lebih dari 0,10%; Lakukan penetapan Keasaman Tambahkan 1 ml fenolftalein LP pada
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada 50 ml air, tambahkan natrium hidroksida 0,10 N
Kromatografi <931>. hingga terbentuk larutan berwarna merah muda yang
Pengencer Metanol P menetap selama 30 detik. Tambahkan 10 ml zat yang
Larutan baku Buat larutan baku Propilen diukur saksama, titrasi dengan natrium hidroksida
Glikol BPFI, Etilen Gikol BPFI, Dietilen Glikol BPFI 0,10 N LV hingga warna merah muda timbul kembali
dan 2,2,2-trikloroetanol (baku internal) dalam dan menetap selama 30 detik: diperlukan tidak lebih
metanol P dengan kadar berturut-turut 2,0 mg per ml; dari 0,20 ml natrium hidroksida 0,10 N.
0,050 mg per ml; 0,050 mg per ml; dan 0,10 mg per
ml. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,2%.
Larutan uji Buat larutan propilen glikol
dan 2,2,2-trikloroetanol (baku internal) dalam Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 3,5 mg;
metanol P dengan kadar berturut-turut 50 mg per ml lakukan penetapan sebagai berikut: Panaskan 50 g zat
dan 0,10 mg per ml. dalam cawan dangkal 100 ml yang sudah ditara
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi sampai memijar, biarkan terbakar tanpa pemanasan
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom lebih lanjut dalam tempat bebas aliran udara.
leburan silika 0,53 mm x 30 m dilapisi fase Dinginkan, basahkan residu dengan 0,5 ml asam
diam G43 dengan ukuran partikel 3,0 µm dan sulfat P dan pijarkan hingga bobot tetap.
“split liner” di deaktifasi dengan wol kaca.
Suhu injektor dan detektor berturut-turut 220 Klorida <361> Tidak lebih dari 70 bpj; lakukan
dan 250. Kolom dikondisikan pada suhu yang penetapan menggunakan 1 ml zat: kekeruhan yang
diprogram seperti berikut: terjadi tidak lebih intensif dari 0,10 ml asam
hidroklorida 0,020 N.
Suhu Kenaikan Suhu Waktu suhu akhir
awal suhu akhir dipertahankan Perubahan
(º) (º/menit) (º) (menit) Sulfat <361> Tidak lebih dari 60 bpj; lakukan
100 - 100 4 penetapan menggunakan 5,0 ml zat: kekeruhan yang
100 50 120 10 terjadi tidak lebih intensif dari 0,30 ml asam sulfat
120 50 220 6 0,020 N.

Gunakan helium P sebagai gas pembawa, laju Hilangkan persyaratan


alir lebih kurang 4,5 ml per menit dengan Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj.
tipe injeksi “split flow” perbandingan lebih kurang
10:1. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
– 2675 –

Logam berat <371> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih;
penetapan menggunakan campuran 4,0 ml zat dengan tidak berbau atau berbau lemah.
air hingga 25 ml.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam
Hilangkan persyaratan aseton, dalam etanol, dan dalam eter.
Cemaran senyawa organik mudah menguap
<471> Metode IV Memenuhi syarat. Identifikasi
A. Panaskan 100 mg zat dengan beberapa tetes
Perubahan asam sulfat P: terbentuk uap berwarna lembayung.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara B. Refluks 1 g zat dengan 10 ml natrium hidroksida
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi 1 N selama 30 menit, tambahkan 10 ml air, tambahkan
<931>. asam hidroklorida P sampai bereaksi asam terhadap
Larutan uji Gunakan zat kertas lakmus P, terbentuk endapan asam 3,5-diiodo-4-
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi okso-1(4H)-piridinasetat, cuci dengan air dan
dengan detektor konduktivitas panas, dan kolom keringkan pada suhu 105º: suhu lebur lebih kurang
4 mm x 1 m berisi bahan pengisi 5% G16 pada 245º.
partikel penyangga S5. Pertahankan suhu injektor dan
detektor berturut-turut 240° dan 250°. Kenaikan suhu Keasaman Larutkan 1,0 g zat dalam 40 ml
kolom diatur rata-rata 5° per menit mulai dari 120° n-propanol P panas yang telah dinetralkan terhadap
hingga 200°. Gunakan helium P sebagai gas fenolftalein LP, dinginkan, diamkan dalam tangas es
pembawa. Waktu retensi untuk propilen glikol lebih selama 15 menit sambil sesekali dikocok. Saring,
kurang 5,7 menit dan untuk ke 3 isomer dipropilen cuci residu dengan n-propanol P netral. Kumpulkan
glikol, jika ada, berturut-turut lebih kurang 8,2 menit; filtrat dan hasil cucian, tambahkan indikator
9,0 menit dan 10,2 menit. fenolftalein LP. Titrasi dengan natrium hidroksida
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih 0,050 N LV sampai warna merah muda yang mantap
kurang 10 µl) Larutan uji ke dalam kromatograf, selama 15 detik: diperlukan tidak lebih dari 0,15 ml.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak.
Hitung persentase propilen glikol, C3H8O2, dalam at Jarak lebur <1021> Antara 187° dan 190°.
dengan rumus:
Iodum dan Iodida Tidak lebih dari 0,01%, I;
 rU  lakukan penetapan sebagai berikut: kocok 2,4 g zat
   100 dengan 30 ml air selama 15 menit, saring.
 r  r 
 U i  Pada 10 ml filtrat tambahkan 1 ml asam nitrat 2 N,
1 ml larutan natrium nitrit P (1 dalam 500), dan
2 ml kloroform P. Kocok dan sentrifus: warna ungu
rU adalah respons puncak propilen glikol dari Larutan pada lapisan kloroform tidak lebih kuat dari warna
uji; ∑ri adalah jumlah respons puncak masing-masing campuran 6 ml air dan 4 ml larutan kalium iodida P
cemaran individual tidak termasuk udara dan air dari (2,6 dalam 100.000) yang diperlakukan dengan cara
zat uji. yang sama.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
rapat. lakukan pengeringan pada suhu 105° hingga bobot
tetap.

PROPILIODON Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


Propyliodone
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari
20 bpj.

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang


15 mg zat, lakukan persiapan penetapan seperti
tertera pada Pembakaran dengan Labu Oksigen
Propil 3,5-diiodo-4-okso-1(4H)-piridinasetat [587- <501> menggunakan campuran 10 ml larutan
61-1] natrium hidroksida P (1 dalam 100) dan 1 ml larutan
C10H11I2NO3 BM 447,01 segar natrium bisulfit P (1 dalam 100) sebagai cairan
penjerap. Jika pembakaran selesai, tambahkan
beberapa ml air sekitar sumbat labu, longgarkan
Propiliodon mengandung tidak kurang dari 99,0%
sumbat, kemudian bilas sumbat, pembawa zat uji dari
dan tidak lebih dari 101,0%, C10H11I2NO3, dihitung
platina dan dinding labu dengan lebih kurang 20 ml
terhadap zat kering.
air, yang ditambahkan sedikit demi sedikit.
– 2676 –

Tambahkan 1 ml larutan pengoksidasi yang dibuat Jarak lebur <1021> Antara 218º dan 221º.
dengan menambahkan 5 ml brom P pada 100 ml
larutan natrium asetat P dalam asam asetat glasial P Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
(1 dalam 10). Sumbat labu, kocok kuat selama lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.
1 menit. Tambahkan 0,5 ml asam format P, kocok
kuat selama 1 menit. Buka sumbat dan bilas sumbat, Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
pembawa zat uji dari platina dan dinding labu dengan
sejumlah kecil air. Alirkan gas nitrogen P ke dalam Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan
labu untuk menghilangkan oksigen dan sisa brom. penetapan menggunakan 200 mg zat.
Tambahkan 500 mg kalsium iodida P, goyang sampai
larut, tambahkan 3 ml asam sulfat 2 N, goyang dan Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari
diamkan selama 2 menit. Titrasi dengan natrium 20 bpj.
tiosulfat 0,02 N LV, tambahkan 3 ml kanji LP saat
mendekati titik akhir. Perubahan
Cemaran umum <481> Memenuhi syarat.
Larutan uji Gunakan metanol P.
Tiap ml natrium tiosulfat 0,02 N Larutan baku Gunakan metanol P.
setara dengan 0,7450 mg C10H11I2NO3 Volume penotolan 10 µl.
Fase gerak Buat campuran toluena P-etil asetat P-
Perubahan asam format P (50:45:5) dalam bejana yang tidak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dijenuhkan.
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25, Penampak bercak Gunakan teknik penampak
penyimpanan masih diperbolehkan antara 15 dan bercak nomor 1.
30.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
300 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer
PROPILTIOURASIL 500 ml dan tambahkan 30 ml air. Tambahkan 30 ml
Propylthiouracil natrium hidroksida 0,1 N LV dari buret, panaskan
hingga mendidih dan kocok hingga larut. Bilas labu
Perubahan Erlenmeyer dengan sejumlah air, tambahkan 50 ml
perak nitrat 0,1 N LV sambil diaduk, didihkan
perlahan-lahan selama 7 menit, dinginkan hingga
suhu ruang. Lanjutkan titrasi dengan natrium
hidroksida 0,1 N LV dan tetapkan titik akhir secara
potensiometrik, menggunakan elektrode kaca
kalomel.
6-Propil- 2-tiourasil [51-52-5]
C7H10N2OS BM 170,23 Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
setara dengan 8,512 mg C7H10N2OS
Propiltiourasil mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 100,5%, C7H10N2OS, dihitung Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
terhadap zat kering. baik, tidak tembus cahaya.

Pemerian Hablur atau serbuk hablur; putih; terasa


seperti tepung jika disentuh; rasa pahit. PROTAMIN SULFAT
Protamine Sulfate
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam kloroform
dan dalam eter; agak sukar larut dalam etanol; larut Perubahan
dalam amonium hidroksida, dan dalam alkali Protamin Sulfat adalah campuran yang dimurnikan
hidroksida. dari peptida yang dihasilkan dari sperma atau
testis ikan salmon, yang mempunyai kekuatan
Perubahan menetralkan heparin. Tiap mg protamin sulfat dapat
Baku pembanding Propiltiourasil BPFI; tidak boleh menetralkan tidak kurang dari 100 unit Heparin FI,
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam dihitung terhadap zat kering. Mengandung tidak
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
Protamin Sulfat dihitung terhadap zat kering.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Perubahan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Baku pembanding Heparin Natrium untuk
seperti pada Propiltiourasil BPFI. Penetapan Kadar BPFI; tidak boleh dikeringkan
sebelum digunakan. Simpan dalam lemari pembeku.
– 2677 –

Higroskopis. Rekonstitusi seluruh isi ampul. Tambahan persyaratan


Protamin Sulfat BPFI; simpan dalam lemari Uji batas besi <331> Tidak lebih dari 10 bpj.
pembeku, rekonstitusi seluruh isi ampul.
Tambahan persyaratan
Tambahan persyaratan Metilmerkuri Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
Identifikasi penetapan menggunakan prosedur yang telah
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram divalidasi. [Catatan Pengujian metilmerkuri tidak
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperlukan jika total merkuri kurang dari batas
diperoleh pada Penetapan kadar. metilmerkuri.]
B. Menunjukan reaksi Sulfat seperti tertera pada
Uji identifikasi umum <291>. Perubahan
C. Bioidentitas Masing-masing mg protamin sulfat Sulfat <361> Tidak kurang dari 16% dan tidak lebih
netral tidak kurang dari 100 unit Heparin BPFI dalam dari 22%, dihitung terhadap zat kering; lakukan
zat kering. penetapan sebagai berikut: Timbang saksama lebih
Larutan uji A Timbang saksama sejumlah zat, kurang 150 mg zat, masukkan ke dalam labu
larutkan dalam air hingga kadar lebih kurang Erlenmeyer, larutkan dalam 75 ml air, tambahkan
0,15 mg per ml. 5 ml asam hidroklorida 3 N, panaskan hingga
Larutan uji B Encerkan 2,0 ml Larutan uji A, mendidih. Dalam keadaan mendidih tambahkan
dengan air sampai 3,0 ml. perlahan-lahan 10 ml barium klorida LP, tutup dan
Larutan uji C Encerkan 1,0 ml Larutan uji A, panaskan labu Erlenmeyer di atas tangas uap selama
dengan air sampai 3,0 ml. 1 jam. Saring, cuci endapan dengan beberapa bagian
Titran Timbang saksama sejumlah Heparin air panas, keringkan dan pijarkan hingga bobot tetap.
Natrium untuk Penetapan Kadar BPFI, larutkan Bobot barium sulfat dikalikan dengan 0,4117
dalam air hingga kadar lebih kurang 80 unit-120 unit menunjukkan bobot sulfat yang terdapat dalam
Heparin FI per ml.
protamin sulfat yang diuji.
Prosedur [Catatan Titrasi tiap Larutan uji duplo.]
Masukkan sejumlah volume Larutan uji ke dalam sel
Hilangkan persyaratan
kolorimeter yang sesuai dan atur untuk pengukuran
Nitrogen Tidak kurang dari 22,5% dan tidak lebih
pada panjang gelombang cahaya tampak yang sesuai.
dari 25,5%, N, dihitung terhadap zat kering; lakukan
Tambahkan Titran dalam sejumlah volume kecil
penetapan seperti tertera pada Penetapan Kadar
hingga loncatan serapan yang tajam. Catat volume
Titran yang ditambahkan. Lakukan penetapan kadar Nitrogen <581> Metode II.
triplo hingga diperoleh 18 penetapan. Hitung jumlah
unit Heparin FI dalam volume titran yang Tambahan persyaratan
ditambahkan pada titik akhir per mg protamin sulfat. Spektrum serapan Lakukan penetapan seperti
Hitung unit Heparin FI yang dinetralkan per mg tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya
protamin sulfat dengan menggunakan rumus: <1191>. Ukur serapan ultraviolet larutan zat 1% pada
panjang gelombang antara 260 nm dan 280 nm,
menggunakan air sebagai blangko. Perbedaan serapan
 VT  CT 
  antara larutan zat dan blangko tidak lebih dari 0,1.
 VS  CS 
Tambahan persyaratan
Residu pelarut Memenuhi syarat.
VT adalah volume titran dalam ml yang ditambahkan;
CT adalah kadar titran dalam unit Heparin FI per ml;
Tambahan persyaratan
VS adalah volume dalam ml Larutan uji; CS adalah
Kemurnian kromatografi Tidak kurang dari 92%.
kadar protamin sulfat dalam mg per ml. Hitung
potensi protamin sulfat sebagai rata-rata dari 18 Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
penetapan. Hitung tiga simpangan baku untuk hasil kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
yang diperoleh dengan tiap Larutan uji. Hitung tiga Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan baku,
simpangan baku untuk hasil yang diperoleh dengan Larutan uji, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
tiap tiga penetapan kadar. Penetapan kadar absah jika tertera pada Penetapan kadar.
tiap-tiap simpangan baku dari enam simpangan baku Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih
tidak lebih dari 5% dari simpangan baku rata-rata. kurang 100 µl) Larutan uji, rekam kromatogram dan
ukur semua respons puncak. Hitung persentase
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5%; kemurnian protamin sulfat dari empat puncak
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam. protamin peptida dengan rumus:

Tambahan persyaratan  rU 1  rU 2  rU 3  rU 4 
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 7,0 unit    100
Endotoksin FI per mg.  rT 
– 2678 –

rU1 adalah respons puncak protamin peptida 1 dari integrasi vertikal ke bawah. Hitung persentase
Larutan uji; rU2 adalah respons puncak protamin protamin sulfat, yang digunakan dengan rumus:
peptida 2 dari Larutan uji; rU3 adalah respons puncak
protamin peptida 3 dari Larutan uji; rU4 adalah  rU   C S 
respons puncak protamin peptide 4 dari Larutan uji;   r      100
rT adalah jumlah semua respons puncak dari Larutan  S   CU 
uji.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Perubahan Protamin Sulfat BPFI dalam mg per ml Larutan baku
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dan CU adalah kadar protamin sulfat dalam mg per ml
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Kromatografi <931>.
Larutan A Buat larutan natrium fosfat 0,3 M, atur
Perubahan
pH hingga 1,8. Saring melalui penyaring membran Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dengan porositas 0,45 µm dan awaudarakan sebelum rapat dan bersegel. Simpan pada suhu ruang
digunakan.
terkendali atau suhu antara 2 dan 8.
Larutan B Campuran Larutan A-asetonitril P
(93,5:6,5).
Fase gerak Gunakan variasi campuran
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem INJEKSI PROTAMIN SULFAT
kromatografi. Protamine Sulfate Injection
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Protamin
Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan asam Perubahan
hidroklorida 0,01 N hingga kadar 0,5 mg per ml. Injeksi Protamin Sulfat adalah larutan steril protamin
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, sulfat isotonik. Tiap mg zat yang digunakan dalam
larutkan dan encerkan dengan asam hidroklorida pembuatan injeksi dapat menetralkan tidak kurang
0,01 N hingga kadar 0,5 mg per ml. dari 100 unit Heparin FI, dihitung terhadap zat
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kering. Mengandung Protamin Sulfat tidak kurang
tinggi dilengkapi dengan detektor 214 nm dan kolom dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1, dengan yang tertera pada etiket.
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada
55. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Pemerian Larutan tidak berwarna, dapat berbau
Kromatograf diprogram seperti pada tabel berikut: pengawet.

Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) Perubahan


Baku pembanding Heparin Natrium untuk
0 85 15
Penetapan Kadar BPFI; tidak boleh dikeringkan
15 55 45
sebelum digunakan. Simpan dalam lemari pembeku.
25 55 45
Higroskopis. Rekonstitusi seluruh isi ampul.
30 85 15
Protamin Sulfat BPFI; simpan dalam lemari
pembeku, rekonstitusi seluruh isi ampul. Endotoksin
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dan isi harus hati-hati untuk menghindari
pada Prosedur: resolusi, R, antara protamin peptida 1
kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, simpan larutan
dan 2 tidak kurang dari 2,0. Waktu retensi
dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu
kromatogram dari Larutan baku harus menunjukan
14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
empat puncak utama (urutan elusi: protamin peptida
pembeku.
1, 2, 3, 4), waktu elusi protamin peptida 4 tidak
kurang dari 15 menit. [Catatan Lihat kromatogram
Tambahan persyaratan
baku yang tersedia dengan Protamin Sulfat BPFI.];
Identifikasi
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
A. Waktu retensi empat puncak utama
lebih dari 2,0% untuk jumlah area enam
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
kromatogram terintegrasi dari Larutan baku,
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
menggunakan integrasi vertikal ke bawah.
B. Menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B dan C
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
volume sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku
(tidak kurang dari enam injeksi) dan Larutan uji ke
Perubahan
dalam kromatograf, rekam kromatogram selama
Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih
30 menit dan ukur semua respons puncak
dari 7,0 Unit Endotoksin FI per mg.
menggunakan skala penuh sebanding dengan
ketinggian puncak terbesar dan menggunakan
– 2679 –

Tambahan persyaratan  rU   C S 
Bahan partikulat dalam injeksi <751> Memenuhi   r      100
syarat untuk volume kecil injeksi.  S   CU 
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Perubahan Protamin Sulfat BPFI dalam mg per ml
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Larutan baku dan CU adalah kadar protamin sulfat
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah
Kromatografi <931>. yang tertera pada etiket.
Larutan A Buat larutan natrium fosfat 0,3 M,
atur pH hingga 1,8. Saring melalui penyaring Perubahan
membran dengan porositas 0,45 µm, awaudarakan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
sebelum digunakan. tunggal atau dosis ganda sebaiknya dari kaca
Larutan B Campuran Larutan A-asetonitril P Tipe I. Simpan pada suhu ruang terkendali
(93,5:6,5). atau suhu antara 2 dan 8.
Fase gerak Gunakan variasi campuran
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Penandaan Pada etiket cantumkan perkiraan
kromatografi. kapasitas netralisasi dalam Unit Heparin FI.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Protamin Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
asam hidroklorida 0,01 N hingga kadar 0,5 mg per PSEUDOEFEDRIN HIDROKLORIDA
ml. Pseudoephedrine Hydrochloride
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan asam hidroklorida
0,01 N hingga kadar 0,5 mg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 214 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1, dengan
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada
55. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Perubahan
Kromatograf diprogram seperti pada tabel berikut : (+)-Pseudoefedrin hidroklorida [345-78-8]
C10H15NO.HCl BM 201,69
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
0 85 15 Pseudoefedrin Hidroklorida mengandung tidak
15 55 45 kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
25 55 45 C10H15NO.HCl, dihitung terhadap zat kering.
30 85 15
Pemerian Hablur putih atau serbuk putih, serbuk
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam halus putih atau hampir putih; bau khas lemah.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: resolusi, R, antara protamin peptida 1 Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah
dan 2 tidak kurang dari 2,0; waktu retensi larut dalam etanol; agak sukar larut dalam kloroform.
kromatogram dari Larutan baku harus menunjukan
empat puncak utama (urutan elusi: protamin peptida Perubahan
1, 2, 3, 4), waktu elusi protamin peptida 4 tidak Baku pembanding Pseudoefedrin Hidroklorida
kurang dari 15 menit. [Catatan Lihat kromatogram BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
baku yang tersedia dengan Protamin Sulfat BPFI]; Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak cahaya. Efedrin Sulfat BPFI; lakukan pengeringan
lebih dari 2,0% untuk jumlah area enam pada suhu 105° selama 3 jam sebelum digunakan.
kromatogram terintegrasi dari Larutan baku, Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
menggunakan integrasi vertikal ke bawah. cahaya.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku Identifikasi
(tidak kurang dari enam injeksi) dan Larutan uji ke A. Spektrum serapan inframerah zat
dalam kromatograf, rekam kromatogram selama yang telah didispersikan dalam kalium
30 menit dan ukur semua respons puncak, bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada
menggunakan skala penuh sebanding dengan bilangan gelombang yang sama seperti pada
ketinggian puncak terbesar dan menggunakan Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI.
integrasi vertikal ke bawah. Hitung persentase B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada
protamin sulfat, dalam injeksi dengan rumus: Uji Identifikasi Umum <291>
– 2680 –

Jarak lebur <1021> Metode I Antara 182 dan 186; pada Prosedur: waktu retensi relatif efedrin dan
rentang antara awal dan akhir peleburan tidak lebih pseudoefedrin berturut-turut adalah lebih kurang 0,9
dari 2. dan 1,0; resolusi, R, antara puncak efedrin dan
pseudoefedrin tidak kurang dari 2; faktor ikutan
Rotasi jenis <1081> Antara +61,0 dan +62,5; puncak pseudoefedrin tidak lebih dari 2,0; dan
lakukan penetapan menggunakan larutan yang simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
mengandung 50 mg per ml. lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pH <1071> Antara 4,6 dan 6,0; lakukan penetapan volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
menggunakan larutan yang mengandung 50 mg per ml. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; persentase pseudoefedrin hidroklorida, C10H15NO.HCl,
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. dalam zat dengan rumus:

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.  rU   CS 


      100
Perubahan  rS   CU 
Cemaran organik Total cemaran tidak lebih dari
2,0%. Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. rU dan rS berturut turut adalah respons puncak
Gunakan kromatogram Larutan uji, hitung persentase Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
setiap cemaran dalam zat yang digunakan dengan Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dalam mg per ml
rumus: Larutan baku; CU adalah kadar pseudoefedrin
hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji
 ri  berdasarkan bobot yang ditimbang.
   100
 rT  Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran;
dan rT adalah jumlah semua respons puncak dalam
kromatogram. REPAGLINIDA
Repaglinide
Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan trietilamina-asam fosfat Campur 5 ml
trietilamina P dengan 1000 ml air. Atur pH hingga
6,8 dengan penambahan asam fosfat P.
Fase gerak Buat campuran Larutan trietilamina-
asam fosfat-metanol P (90:10), saring dan (+)-2-Etoksi-α-[[(S)-α-isobutil-o-piperidinobenzil]
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian karbamoil]-p-asam toluat [135062-02-1].
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada C27H36N2O4 BM 452,59
Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Perubahan
sejumlah Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dan Repaglinida mengandung tidak kurang dari 98,0%
Efedrin Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan dan tidak lebih dari 102,0%, C27H36N2O4, dihitung
air hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,1 mg terhadap zat kering.
per ml dan 0,002 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Pemerian Padatan putih sampai hampir putih,
Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI, larutkan dan meleleh pada lebih kurang 132°-136°.
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang
0,1 mg per ml. Kelarutan Larut dalam metanol.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih Perubahan
kurang 0,1 mg per ml. Baku pembanding Repaglinida BPFI; tidak boleh
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
tinggi dilengkapi dengan detektor 206 nm dan kolom wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa
3,0 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11. Laju alir Sejenis A Repaglinida BPFI. Senyawa Sejenis B
lebih kurang 0,6 ml per menit. Lakukan kromatografi Repaglinida BPFI. Senyawa Sejenis C Repaglinida
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam BPFI. Senyawa Sejenis E Repaglinida BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
– 2681 –

Perubahan Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)


Identifikasi 0 50 50
A. Spektrum serapan inframerah zat yang 2 30 70
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan 8 30 70
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama 12 5 95
seperti pada Repaglinida BPFI. 15 5 95
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan kesesuaian sistem
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
seperti yang diperoleh pada Kemurnian enansiomer.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Hilangkan persyaratan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 10%.
Rotasi jenis <1081> Antara +6,3° dan +7,3°;
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lakukan penetapan pada suhu 20°, menggunakan
volume sama (lebih kurang 5 µl) Larutan identifikasi,
larutan 50 mg per ml dalam metanol P.
Larutan uji dan Larutan baku ke dalam kromatograf,
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
lakukan pengeringan pada suhu 105° sampai bobot
dengan rumus:
tetap.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%;  ri   CS  1 


         100
lakukan penetapan pada suhu 600°± 25°.  
 rS   CU  F 
Logam berat <231> Metode III Tidak lebih dari
10 bpj. ri adalah respons puncak masing-masing
cemaran dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
Perubahan repaglinida dari Larutan baku; CS adalah kadar
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan repaglinida dalam mg per ml Larutan baku; CU
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
tertera pada Kromatografi <931>. berdasarkan bobot yang ditimbang; F adalah faktor
Larutan A Buat larutan kalium fosfat respons relatif seperti tertera pada Tabel. Masing-
monobasa P (3 dalam 1000). Atur pH hingga 7,0 masing cemaran dan jumlah cemaran tidak lebih dari
dengan penambahan natrium hidroksida 1 N, saring batas yang tertera pada Tabel.
dan awaudarakan.
Larutan B Gunakan metanol P, saring dan Tabel
awaudarakan. Nama Waktu retensi Faktor Batas
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan relatif respons
A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem (menit) relatif (%)
Kromatografi. Asam 4- 0,15 1,4 0,1
Larutan identifikasi Timbang saksama sejumlah (Karboksimetil)-
Repaglinida BPFI, Senyawa Sejenis A Repaglinida 2- etoksibenzoat
BPFI, Senyawa Sejenis B Repaglinida BPFI, Senyawa Senyawa sejenis 0,31 1,7 0,1
Sejenis C Repaglinida BPFI, larutkan dan encerkan B repaglinida
dengan metanol P hingga kadar repaglinida lebih kurang Senyawa sejenis 0,96 1,0 0,1
6 mg per ml dan masing-masing senyawa sejenis lebih C repaglinida
kurang 60 µg per ml. Repaglinida 1,0 - -
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Senyawa sejenis 1,6 0,5 0,1
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga A repaglinida
kadar lebih kurang 6 mg per ml. Repaglinida etil 1,9 1,3 0,1
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan uji, encerkan ester
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,06 mg Cemaran yang - 1,0 0,1
per ml. tidak diketahui
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Total cemaran - - 0,5
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
4,6 mm × 12,5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Tambahan persyaratan
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada Kemurnian enansiomer Lakukan penetapan dengan
45° dan laju alir lebih kurang 1 ml per menit. cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Kromatogram diprogram sebagai berikut: pada Kromatografi <931>. [Catatan Semua larutan
yang mengandung repaglinida terlindung dari cahaya.]
– 2682 –

Dapar Larutkan 1 g kalium fosfat monobasa P dalam Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis E
1 liter air. Atur pH hingga 4,7 dengan penambahan Repaglinida BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
asam fosfat P atau natrium hidroksida 2 N. CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
Larutan A Gunakan Dapar. berdasarkan bobot yang ditimbang.
Larutan B Gunakan asetonitril P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Perubahan
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Kromatografi <931>.
sejumlah Repaglinida BPFI dan Senyawa Sejenis E Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa P
Repaglinida BPFI, larutkan dalam metanol P hingga (1 dalam 1000) dan atur pH hingga 2,5 dengan
kadar berturut-turut lebih kurang 1,0 mg per ml dan penambahan asam fosfat P.
0,02 mg per ml. Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa (80:20), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Sejenis E Repaglinida BPFI, larutkan dalam metanol penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
P hingga kadar lebih kurang 2,0 g per ml. tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Larutan baku Timbang saksama sejumlah
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga Repaglinida BPFI, larutkan dalam metanol P,
kadar lebih kurang 1,0 mg per ml. encerkan dengan metanol P secara kuantitatif dan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi jika perlu bertahap hingga kadar lebih kurang
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 4,0 mm 0,5 mg per ml.
× 10 cm berisi bahan pengisi L41 dengan ukuran Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per menit. larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
Kromatogram diprogram sebagai berikut: kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 4,6 mm
0 80 20 x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
4 60 40 partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada 45° dan
6 60 40 laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
[Catatan Lakukan kesetimbangan setelah pemasangan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
kolom sebagai berikut: gunakan air, tingkatkan laju pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
alir secara perlahan dari 0,2 ml per menit sampai penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%.
0,5 ml per menit. Pertahankan laju alir pada 0,5 ml Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
per menit selama 5 menit. Kolom dicuci dengan air volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan uji dan
selama 1 jam dengan laju alir 1 ml per menit dan Larutan baku ke dalam kromatograf. Rekam
selama 1 jam dengan Fase gerak pada komposisi awal kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
sebelum analisis pertama.] persentase repaglinida, C27H36N2O4, dalam zat
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian dengan rumus:
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara  rU   CS 
repaglinida dan senyawa sejenis E repaglinida tidak       100
kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap  rS   CU 
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
[Catatan Waktu retensi relatif repaglinida dan senyawa Repaglinida BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
sejenis E repaglinida berturut-turut 1,0 dan 1,5.] CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah berdasarkan bobot yang ditimbang.
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Perubahan
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Hitung persentase senyawa sejenis E repaglinida rapat, terlindung cahaya.
dalam zat dengan rumus:

 rU   CS  TABLET REPAGLINIDA
      100 Repaglinide Tablets
 rS   CU 
Tablet Repaglinida mengandung repaglinida,
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak C27H36N2O4, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih
senyawa sejenis E repaglinida dari Larutan uji dan dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
– 2683 –

Perubahan 4,0 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan


Baku pembanding Repaglinida BPFI; tidak boleh ukuran partikel 10 µm. Pertahankan suhu kolom pada
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam 40 dan laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Sejenis A Repaglinida BPFI. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,5 dan 2,0; dan
Perubahan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Identifikasi lebih dari 2,0%.
A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pada Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
<281>. Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur respons
Fase gerak Campuran toluena P-metilena puncak utama. Hitung persentase repaglinida,
klorida P-metanol P (2:2:1) C27H36N2O4, yang terlarut dengan rumus :
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
setara dengan 10 mg repaglinida, masukkan ke dalam  rU   CS 
wadah yang sesuai, tambahkan 10 ml campuran       V  100
metanol P-metilena klorida P (1:1), kocok selama  rS   L 
15 menit dan sentrifus. Harga Rf dan warna bercak
utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji repaglinida dari Larutan uji dan Larutan baku;
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang CS adalah kadar Repaglinida BPFI dalam mg per ml
gelombang yang sama dengan Larutan baku seperti Larutan baku; L adalah jumlah repaglinida yang
diperoleh pada Penetapan kadar. tertera pada etiket dalam mg per tablet; V adalah
Media disolusi, 900 ml.
Tambahan persyaratan Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
C. Waktu retensi puncak utama kromatogram kurang dari 70% (Q) repaglinida, C27H36N2O4, dari
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti yang jumlah yang tertera pada etiket.
diperoleh pada Penetapan kadar.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Perubahan
Disolusi <1231> Lakukan penetapan dengan cara Hilangkan persyaratan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 6,0%;
Kromatografi <931>. lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam
Media disolusi: 900 ml dapar pH 5,0 yang dibuat menggunakan 2 g serbuk tablet yang ditimbang
dengan mencampur 10,2 g asam sitrat monohidrat P saksama.
dan 18,16 g natrium fosfat dibasa dihidrat P dengan
1000 ml air. Perubahan
Alat tipe 2: 75 rpm Cemaran organik Jumlah semua cemaran tidak
Waktu: 30 menit lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara
Dapar Buat larutan kalium fosfat dibasa P Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
(1,5 dalam 1000), atur pH hingga 2,3 dengan Kromatografi <931>.
penambahan asam fosfat P. Dapar pH 4,0, Dapar pH 2,5, Pengencer, Fase
Fase gerak Campuran asetonitril P–Dapar- gerak, Larutan baku 1, Larutan baku 2, Larutan uji
metanol P (49:40:11). Saring dan awaudarakan. Larutan kesesuaian sistem persediaan, dan Larutan
Larutan baku persediaan Timbang saksama kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera pada
sejumlah Repaglinida BPFI, larutkan dan encerkan Penetapan kadar.
dengan metanol P hingga kadar 44 µg per ml. Larutan baku 3 Pipet 2,5 ml Larutan baku 2 ke dalam
Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan labu tentukur 1000-ml, encerkan dengan Pengencer
ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 25 ml sampai tanda. Kadar larutan 0,2 µg per ml.
metanol P, encerkan dengan Media disolusi sampai Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tanda. Jika perlu encerkan lagi dengan Media disolusi tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom
sehingga kadar repaglinida sesuai dengan Larutan 4,0 mm x 6 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
uji. ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada
Larutan uji Alikot yang disaring dengan penyaring 40° dan laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
yang sesuai. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
tinggi dilengkapi dengan detektor fluorometri seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
pada panjang gelombang eksitasi 244 nm dan puncak repaglinida dan senyawa sejenis A
panjang gelombang emisi 348 nm dan kolom repaglinida tidak kurang dari 7,0; faktor ikutan antara
– 2684 –

0,8 dan 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
baku 3, rekam kromatogram dan ukur respons puncak tinggi dilengkapi dengan detektor 245 nm atau dioda
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif “array” dan kolom 4,0 mm x 6 cm berisi bahan
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10%. pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. [Catatan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Gunakan detektor dioda “array” untuk Uji
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku 3 Identifikasi Cara B.] Pertahankan suhu kolom pada
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 40° dan laju alir 1 ml per menit. Lakukan
kromatogram dan ukur semua respons puncak. kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tablet dengan rumus: tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
senyawa sejenis A repaglinida dan repaglinida tidak
 ri   CS  kurang dari 7,0; faktor ikutan puncak repaglinida
      100 antara 0,8 dan 2,0. Lakukan kromatografi terhadap
 rS   CU  Larutan baku 2, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Larutan uji; rS adalah respons puncak repaglinida lebih dari 2,0%.
Larutan baku 3; CS adalah kadar Repaglinida BPFI Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dalam mg per ml Larutan baku 3 dan CU adalah kadar volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku 2
repaglinida dalam µg per ml Larutan uji berdasarkan dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
jumlah yang tertera pada etiket. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase repaglinida, C27H36N2O4, dalam tablet
Perubahan dengan rumus:
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada  rU   CS 
Kromatografi <931>.       100
Dapar pH 4,0 Buat larutan amonium fosfat  rS   CU 
monobasa P (2 dalam 1000) dan atur pH hingga 4,0
dengan penambahan asam fosfat P. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Dapar pH 2,5 Buat larutan amonium fosfat repaglinida dari Larutan uji dan Larutan baku 2; CS
monobasa P (2 dalam 1000) dan atur pH hingga 2,5 adalah kadar Repaglinida BPFI dalam µg per ml
dengan penambahan asam fosfat P. Larutan baku 2 dan CU adalah kadar repaglinida
Pengencer Campuran metanol P-Dapar pH 4,0 dalam µg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah
(7:3). yang tertera pada etiket.
Fase gerak Buat campuran metanol P–Dapar pH
2,5 (7:3), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti rapat.
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah
Repaglinida BPFI, larutkan dalam metanol P hingga Perubahan judul monografi
kadar lebih kurang 800 µg per ml. RIBOFLAVIN 5’-NATRIUM FOSFAT
Larutan baku 2 Pipet 5 ml Larutan baku 1 ke Riboflavin 5’-Phosphate Sodium
dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan
Pengencer sampai tanda.
Larutan uji Masukkan 8 tablet ke dalam
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 80 µg
per ml. Aduk selama 20 menit dengan pengaduk
magnetik, saring atau sentrifus sebagian larutan.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
saksama Senyawa Sejenis A Repaglinida BPFI, Perubahan
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga Riboflavin 5’-(natrium hidrogen fosfat),dihidrat
kadar 80 µg per ml. Anhidrat [130-40-5]
Larutan kesesuaian sistem Pipet 1 ml Larutan C17H20N4NaO9P.2H2O BM 514,36
kesesuaian sistem persediaan ke dalam labu tentukur C17H20N4NaO9P BM 478,33
50-ml, tambahkan 5,0 ml Larutan baku 1, encerkan
dengan Pengencer sampai tanda. Diperoleh kadar Riboflavin 5’-Natrium Fosfat mengandung tidak
Repaglinida BPFI dan Senyawa Sejenis A kurang dari 73,0% dan tidak lebih dari 79,0%,
Repaglinida BPFI, berturut-turut lebih kurang 80 µg C17H20N4O6, dihitung terhadap zat kering.
per ml dan 1,6 µg per ml.
– 2685 –

Pemerian Serbuk hablur halus; kuning jingga; bau Prosedur Pipet masing-masing 10,0 ml Larutan
lemah; higroskopis; dalam keadaan kering tidak baku, Larutan uji dan air, masukkan ke dalam labu
dipengaruhi cahaya, dalam larutan dipengaruhi Erlenmeyer 50 ml yang berbeda, tambahkan 10,0 ml
cahaya terjadi peruraian cepat. Larutan asam molibdat dan 5,0 ml Larutan besi(II)
sulfat ke dalam tiap labu. Ukur serapan larutan pada
Kelarutan Agak sukar larut dalam air. panjang gelombang maksimum lebih kurang
700 nm: serapan Larutan uji tidak lebih besar dari
Perubahan Larutan baku.
Baku pembanding Riboflavin Fosfat BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor Perubahan
pentoksida P pada suhu 100º selama 5 jam sebelum Riboflavin bebas dan riboflavin difosfat [Catatan
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Selama penetapan terlindung dari cahaya dan
terlindung cahaya. Riboflavin BPFI; tidak boleh gunakan peralatan kaca aktinik rendah.] Riboflavin
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam bebas tidak lebih dari 6,0% dan Riboflavin difosfat
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari tidak lebih dari 6,0% sebagai Riboflavin, dihitung
pendingin. terhadap zat kering. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Perubahan Kromatografi <931>.
Identifikasi Fase gerak Buat campuran metanol P dan kalium
A. Larutan 0,01 mg per ml zat dalam air dengan fosfat monobasa 0,054 M (15:85), saring dan
cahaya transmisi: larutan berwarna kuning pucat awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
kehijauan dan pada panjang gelombang 366 nm: menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
menunjukkan fluoresensi hijau kekuningan intensif, Kromatografi <931>.
yang hilang setelah ditambah asam mineral atau Larutan baku Timbang saksama lebih kurang
alkali. 60 mg Riboflavin BPFI, masukkan ke dalam labu
B. Pada 500 mg zat tambahkan 10 ml asam nitrat tentukur 250-ml, larutkan hati-hati dalam 1 ml asam
P, uapkan campuran di atas tangas air hingga kering, hidroklorida P, encerkan dengan air sampai tanda.
pijarkan sisa hingga karbon hilang. Larutkan residu Pipet sejumlah volume larutan ini, encerkan dengan
dalam 5 ml air, saring; filtrat menunjukkan reaksi Fase gerak hingga kadar 9,6 µg per ml.
Natrium dan Fosfat seperti tertera pada Uji Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Identifikasi Umum <291>. Larutkan dan encerkan dalam air hingga kadar 2 mg
per ml. Pipet sejumlah larutan ini, encerkan dengan
Rotasi jenis <1081> Antara +37,0° dan +42,0°, Fase gerak hingga kadar 160 µg per ml.
dihitung terhadap zat kering; lakukan penetapan Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah
dalam waktu 15 menit menggunakan larutan yang Riboflavin Fosfat BPFI dalam air hingga kadar 2 mg
mengandung 15 mg per ml dalam asam hidroklorida per ml. Encerkan larutan ini dengan Fase gerak
5 N. hingga kadar 160 µg per ml.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pH <1071> Antara 5,0 dan 6,5; lakukan penetapan tinggi dilengkapi dengan detektor fluorometer, yang
menggunakan larutan zat 10 mg per ml. diatur pada panjang gelombang eksitasi pada 440 nm
dan filter emisi pada 470 nm atau atur pada lebih
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,5%; kurang 530 nm untuk detector fluoresen yang
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas menggunakan monokromator untuk pemilihan
fosfor pentoksida P pada suhu 100° selama 5 jam. panjang gelombang emisi, kolom 3,9 mm x 30 cm
berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 ml
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 25,0%. per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
Fosfat bebas Tidak lebih dari 1% sebagai PO4; respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
lakukan penetapan sebagai berikut: retensi riboflavin 5’-monofosfat lebih kurang
Larutan asam molibdat Encerkan 25 ml larutan 20 menit sampai 25 menit dan waktu retensi relatif
amonium molibdat P 70 mg per ml dengan air untuk masing-masing senyawa tertera pada tabel
hingga 200 ml. Pada larutan ini tambahkan perlahan- berikut:
lahan 25 ml asam sulfat 7,5 N, campur.
Larutan besi(II) sulfat Buat larutan segar besi(II) Nama Waktu retensi relatif
sulfat P 100 mg per ml dalam asam sulfat 0,15 N. Riboflavin 3’4’-difosfat 0,23
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kalium Riboflavin 3’5’-difosfat 0,39
fosfat monobasa P, larutkan dan encerkan hingga Riboflavin 4’5’-difosfat 0,58
kadar 44,0 µg per ml. Riboflavin 3’-monofosfat 0,70
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Riboflavin 4’-monofosfat 0,87
larutkan dan encerkan hingga kadar 3 mg per ml. Riboflavin 5’-monofosfat 1,00
Riboflavin 1,63
– 2686 –

resolusi, R, antara puncak riboflavin 4’-monofosfat Perubahan


dan riboflavin 5’-monofosfat tidak kurang dari 1,0 Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
dan simpangan baku relatif dari respons riboflavin Spektrofotometri seperti tertera pada Spektrofotometri
5’-monofosfat pada penyuntikan ulang tidak lebih dan Hamburan Cahaya <1191>.
dari 1,5%. [Catatan Selama penetapan seluruh larutan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah terlindung dari cahaya aktinik dan gunakan
peralatan dari kaca aktinik rendah.]
volume sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam 35 mg Riboflavin BPFI, masukkan ke dalam labu
kromatogram dan ukur respons puncak dari Larutan Erlenmeyer 250 ml, tambahkan 20 ml piridina P dan
baku dan Larutan uji, tetapkan puncak yang akan 75 ml air, kocok sampai larut. Masukkan larutan ke
diukur dari kromatogram Larutan uji dengan dalam labu tentukur 1000-ml, encerkan dengan air
membandingkan waktu retensi dengan puncak dari sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu
kromatogram Larutan kesesuaian sistem. Hitung tentukur 1000-ml kedua, tambahkan lebih kurang
persentase riboflavin bebas dalam zat dengan rumus: 4 ml asam sulfat 0,1 N agar diperoleh pH larutan
antara 5,9 dan 6,1, encerkan dengan air sampai tanda
hingga kadar lebih kurang 0,35 µg per ml.
 rU   CS 
      100 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
 rS   CU  zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml,
tambahkan 20 ml piridina P dan 75 ml air, kocok
hingga larut. Masukkan larutan ke dalam labu
rU adalah respons puncak riboflavin bebas dalam tentukur 1000-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji; rS adalah respons puncak riboflavin Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur
dalam Larutan baku; CS adalah kadar Riboflavin 1000-ml kedua, tambahkan lebih kurang 4 ml asam
BPFI dalam µg per ml Larutan baku dan CU adalah sulfat 0,1 N agar diperoleh pH larutan antara 5,9 dan
kadar riboflavin 5’-natrium fosfat dalam µg per ml 6,1, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Blangko Lakukan seperti tertera pada Larutan uji
Hitung persentase riboflavin difosfat dalam zat yang tanpa zat uji.
digunakan dengan rumus: Prosedur Ukur intensitas fluoresensi maksimum
Larutan baku, Larutan uji, dan Blangko pada panjang
gelombang emisi lebih kurang 530 nm, menggunakan
 rU   CS 
      100 panjang gelombang eksitasi lebih kurang 440 nm.
 rS   CU  Hitung persentase riboflavin, C17H20N4O6, dalam zat
dengan rumus:
rU adalah jumlah respons puncak 3 riboflavin difosfat
 IU   CS 
dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak       100
riboflavin dalam Larutan baku; CS adalah kadar  IS   CU 
Riboflavin BPFI dalam µg per ml Larutan baku dan
CU adalah kadar riboflavin 5’-natrium fosfat dalam IU dan IS berturut-turut adalah intensitas fluorosensi
µg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
ditimbang. Riboflavin BPFI dalam µg per ml Larutan baku; CU
adalah kadar riboflavin 5’-natrium fosfat dalam µg
Perubahan per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
Lumiflavin Tidak lebih dari 0,025. Lakukan ditimbang.
penetapan secara Spektrofotometri seperti tertera
pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
<1191>. rapat, tidak tembus cahaya.
Kloroform bebas etanol Kocok 20 ml kloroform P
secara hati-hati dengan 20 ml air selama 3 menit,
pisahkan lapisan kloroform dan cuci dua kali, masing- SALBUTAMOL SULFAT
masing dengan 20 ml air. Saring kloroform melalui Albuterol Sulfat
kertas saring, kemudian kocok selama 5 menit dengan Albuterol Sulfate
5 g natrium sulfat anhidrat P, biarkan selama 2 jam
dan enaptuangkan atau saring. Garam α’-[(tert-butilamino)metil]-4-hidroksi-m-
Larutan uji Lakukan penetapan menggunakan xilena-α,α’-diol sulfat (2:1) [51022-70-9]
35 mg zat, kocok dengan 10 ml kloroform bebas (C13H21NO3)2.H2SO4 BM 576,70
etanol selama 5 menit, saring
Blangko Gunakan Kloroform bebas etanol. Salbutamol Sulfat mengandung tidak kurang dari
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Blangko 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%,
pada panjang gelombang maksimum lebih kurang (C13H21NO3)2.H2SO4, dihitung terhadap zat anhidrat.
440 nm. Koreksi serapan Larutan uji terhadap
Blangko. Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
– 2687 –

Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam Larutan amonium asetat 0,05±0,01 M Larutkan
etanol, dalam kloroform, dan dalam eter. 3,85 g amonium asetat P dalam 1000 ml air, campur.
Fase gerak Buat campuran air-amonium asetat
Baku pembanding Salbutamol Sulfat BPFI; tidak 0,05±0,01 M-isopropanol P [(65:30:(5±1)] atur pH
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam hingga 4,5±0,3 dengan penambahan asam asetat P
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa tetes demi tetes.
Sejenis A Salbutamol BPFI . Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
Salbutamol Sulfat BPFI dan Senyawa Sejenis A
Identifikasi Salbutamol BPFI larutkan dalam air, encerkan secara
A. Spektrum serapan inframerah zat yang kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Fase
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan gerak hingga kadar berturut-turut 0,140 mg per ml
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang dan 0,030 mg per ml.
sama seperti pada Salbutamol Sulfat BPFI. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 80 µg per Salbutamol Sulfat BPFI larutkan dan encerkan
ml dalam asam hidroklorida 0,1 N, menunjukkan secara kuantitatif dengan air hingga kadar lebih
maksimum dan minimum pada panjang gelombang kurang 0,6 mg per ml.
yang sama seperti pada Salbutamol Sulfat BPFI. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 60 mg
C. Kocok sejumlah zat setara dengan 4 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
salbutamol dengan 10 ml air dan saring, filtrat larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B, dan C seperti Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. tinggi dilengkapi dengan detektor UV 276 nm dan
D. Waktu retensi puncak utama kromatogram kolom 4,6 mm x 20 cm berisi bahan pengisi L10.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan
yang diperoleh pada Penetapan kadar. kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. pada Prosedur: resolusi, R, antara salbutamol dan
senyawa sejenis A salbutamol tidak kurang dari 1,5;
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 1,5%.
Perubahan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji
lebih dari 0,5 % dan total cemaran tidak lebih dari ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
2,0%. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
tertera pada Kromatografi <931>. salbutamol sulfat, (C13H21NO3)2.H2SO4, dalam zat
Fase gerak Buat campuran metil isobutil keton P- dengan rumus:
isopropil alkohol P-etil asetat P-air-amonium
hidroksida P (50:45:35:18:3).
Penampak bercak Uap Iodum P.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Salbutamol
Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dalam metanol P rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
hingga kadar lebih kurang 0,10 mg per ml. Larutan uji dan Larutan baku. C adalah kadar
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Salbutamol Sulfat BPFI dalam mg per ml Larutan
larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang baku;
20 mg per ml.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
10 µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng baik, tidak tembus cahaya.
kromatografi silika gel P tebal 0,25 mm. Masukkan
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah
berisi dengan Fase gerak, biarkan merambat hingga SALISILAMIDA
lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
Salicylamide
lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering dan
paparkan lempeng dalam uap iodum: ukuran dan
intensitas bercak selain bercak utama dari Larutan
uji, tidak lebih besar dan tidak lebih intensif dari
Larutan baku.

Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 2-Hidroksibenzamida [65-45-2]
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada C7H7NO2 BM 137,14
Kromatografi <931>.
– 2688 –

Salisilamida mengandung tidak kurang dari 98,0% 0,20 mg per ml: 0,15 mg per ml; 0,10 mg per ml dan
dan tidak lebih dari 102,0%, C7H7NO2, dihitung 0,05 mg per ml.
terhadap zat anhidrat. Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara
Perubahan terpisah masing-masing 10 µl Larutan uji, Larutan
Pemerian Serbuk hablur putih; tidak berbau. baku, dan Enceran larutan baku pada jarak yang
sama, pada lempeng kromatografi silika gel setebal
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam 0,25 mm dan keringkan bercak dengan udara
kloroform; larut dalam etanol dan dalam propilen mengalir. Masukkan lempeng ke dalam bejana
glikol; mudah larut dalam eter dan dalam larutan kromatografi yang telah dijenuhkan dengan fase
basa. gerak n-butilasetat P-kloroform P-asam format P
(6:4:2) hingga merambat tiga per empat tinggi
Perubahan lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat fase
Baku pembanding Salisilamida BPFI; tidak boleh gerak, biarkan fase gerak menguap, amati di bawah
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam cahaya ultraviolet 254 nm dan tandai bercak. Bercak
wadah tertutup rapat. Asam salisilat BPFI. Senyawa lain kecuali bercak utama Larutan uji tidak boleh
sejenis B asam salisilat BPFI. lebih intensif dari bercak utama Enceran larutan
baku dan intensitas total semua bercak lain Larutan
Perubahan uji tidak lebih besar dari 1% dibanding bercak utama
Identifikasi Enceran larutan baku kadar 0,15 mg per ml.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Perubahan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
seperti pada Salisilamida BPFI. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Hilangkan persyaratan Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Pengencer, dan
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 16 µg per Larutan kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera
ml dalam metanol P menunjukkan maksimum dan pada Penetapan kadar.
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti Larutan baku Timbang saksama Salisilamida BPFI
pada Salisilamida BPFI; daya serap masing-masing dan Asam salisilat BPFI, larutkan dan encerkan
dihitung terhadap zat anhidrat pada panjang dalam Pengencer hingga kadar masing- masing
gelombang serapan maksimum lebih kurang 302 nm 0,001 mg per ml.
berbeda tidak lebih dari 3%. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
C. Pada 5 ml larutan 20 mg per ml dalam etanol P, larutkan dan encerkan dalam Pengencer hingga kadar
tambahkan beberapa tetes besi(III) klorida LP: terjadi 1,0 mg per ml. Saring melalui penyaring yang sesuai
warna lembayung. dengan porositas 0,2 µm.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Tambahan persyaratan Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Penetapan kadar. resolusi, R, antara senyawa sejenis B asam salisilat
dan salisilamida tidak kurang dari 1,5. Lakukan
Jarak lebur <1021> Antara 139 dan 142. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. pada Prosedur: simpangan baku relatif tidak lebih
dari 2,8%.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 1 l) Larutan baku dan
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
10 bpj. kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase asam salisilat dalam zat dengan
Hilangkan persyaratan rumus:
Kemurnian kromatografi
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang  rU   CS 
200 mg, larutkan dalam 10,0 ml metanol P.       100
Larutan baku Timbang saksama sejumlah  rS   CU 
Salisilamida BPFI, larutkan dalam metanol P hingga
kadar 1,0 mg per ml. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran salisilat dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
larutan baku dalam metanol P hingga kadar
– 2689 –

kadar Asam salisilat BPFI dalam mg per ml Larutan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
baku; CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan tinggi dilengkapi dengan detektor 300 nm dan kolom
uji berdasarkan bobot yang ditimbang. 2,1 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
Hitung persentase masing-masing cemaran lain ukuran partikel 1,8 µm. Pertahankan suhu kolom
dalam zat dengan rumus: pada 35º. Laju alir lebih kurang 0,3 ml per menit.
Kromatograf diprogram sebagai berikut:
 ri   C S 
      100 Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
 rS   C U  0,0 92 8
6,0 55 45
6,5 5 95
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
8,0 5 95
Larutan uji; rS adalah respons puncak salisilamida
8,01 92 8
dalam Larutan baku; CS adalah kadar Asam salisilat
12,0 92 8
BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah
kadar zat dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
bobot yang ditimbang. Masing-masing cemaran dan
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Tabel.
puncak senyawa sejenis B asam salisilat dengan
puncak salisilamida tidak kurang dari 1,5. Lakukan
Tabel
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Nama Waktu retensi Batas
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
relatif (%)
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Senyawa sejenis B asam 0,93 - penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%.
salisilat Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing
Salisilamida 1,00 - sejumlah volume sama (lebih kurang 1 µl) Larutan
Asam salisilat 1,33 0,1 baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Cemaran yang tidak kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
- 0,1
diketahui persentase salsilamida, C7H7NO2, dengan rumus:
Total cemaran - 1
Abaikan puncak lebih kecil dari 0,05%  rU   CS 
      100
Hilangkan persyaratan  rS   CU 
Cemaran senyawa organik mudah menguap
<471> Metode V Memenuhi syarat. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Salisilamida BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
Perubahan CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara berdasarkan bobot zat yang ditimbang.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan A Buat larutan asam formiat P 0,1% baik.
dalam air.
Larutan B Asetonitril P
Pengencer Campuran Asetonitril P-air (50:50) SEFOTAKSIM NATRIUM
Fase gerak Gunakan variasi campuran Cefotaxime Sodium
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Salisilamida BPFI dan Senyawa sejenis B
asam salisilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar berturut-turut 1,0 mg per ml
dan 0,001 mg per ml.
Perubahan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Natrium (6R,7R)-7 –[2-(2-amino – 4-tiazolil)
Salisilamida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
glioksilamido]-3 (hidroksimetil)-8-okso-5-tia-1-
Pengencer hingga kadar 0,2 mg per ml.
azabisiklo [4,2,0] okt-2-ene-2-karboksilat 72-(Z) -(O-
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
metiloksim), asetat (ester) [64485-93-4]
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
C16H16 N5NaO7 S2 BM 477,45
kadar 0,2 mg per ml. Saring melalui penyaring yang
sesuai dengan porositas 0,2 µm.
– 2690 –

Sefotaksim Natrium mengandung setara tidak kurang hitung persentase masing-masing cemaran dengan
dari 916 g per mg dan tidak lebih dari 964 g per rumus:
mg sefotaksim, C16H17N5O7S2, dihitung terhadap zat
kering.  ri 
  100
Pemerian Serbuk hablur hampir putih sampai r 
 is c 
r
kuning pucat.
ri adalah respons puncak cemaran; ris adalah jumlah
Kelarutan Mudah larut dalam air, sukar larut dalam respons puncak semua cemaran; rc adalah respons
pelarut organik. puncak utama sefotaksim [Catatan Abaikan puncak
cemaran yang kurang dari 0,1%]. Tiap cemaran
Perubahan tidak lebih dari 1,0% dan cemaran total tidak lebih
Baku pembanding Sefotaksim Natrium BPFI; tidak dari 3,0%.
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari Hilangkan persyaratan
pendingin. Higroskopis. Senyawa Sejenis E Syarat lain Bila dinyatakan steril pada etiket,
Sefotaksim BPFI. Sefetamet BPFI. Endotoksin BPFI; memenuhi syarat Sterilitas <71>, lakukan penetapan
dengan Penyaringan membran seperti tertera pada
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
Uji sterilitas dari produk yang diuji dan Endotoksin
isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
bakteri seperti tertera pada Injeksi Sefotaksim. Bila
Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari dalam etiket tertera Sefotaksim natrium dimaksudkan
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan untuk diproses lebih lanjut selama penyiapan bentuk
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku sediaan injeksi, memenuhi syarat Endotoksin bakteri
seperti tertera pada Sefotaksim Injeksi.
Hilangkan persyaratan
Kejernihan dan warna larutan Masukkan 2,5 g zat Tambahan persyaratan
ke dalam labu tentukur 25-ml. Larutkan dan encerkan Sterilitas <71> Bila dinyatakan steril pada etiket,
dengan air bebas karbon dioksida sampai tanda, memenuhi syarat Sterilitas <71>, lakukan penetapan
campur, terbentuk larutan jernih. Ukur segera serapan dengan Penyaringan membran seperti tertera pada
larutan pada panjang gelombang lebih kurang Uji sterilitas sediaan dari produk yang diuji.
430 nm, menggunakan air bebas karbon dioksida
sebagai blangko, serapan tidak lebih dari 0,20. Tambahan persyaratan
Masukkan 10 ml larutan ke dalam tabung reaksi, Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari
tambahkan 1 ml asam asetat glasial P. Campur dan 0,20 unit Endotoksin FI per mg sefotaksim. Bila
amati segera, larutan jenih. dalam etiket tertera sefotaksim natrium steril atau
dimaksudkan untuk diproses lebih lanjut, memenuhi
Identifikasi syarat Endotoksin bakteri <201>.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Tambahan persyaratan
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
Cemaran organik
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan UJI 1
gelombang yang sama seperti Sefotaksim Natrium Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
BPFI. kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai <931>. Catatan Lakukan Uji 1 jika terdapat
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada cemaran senyawa N-formil sefotaksim dan sefotaksim
Penetapan kadar. dioksim.]
C. Menunjukkan reaksi natrium seperti tertera pada Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan
Uji Identifikasi Umum <291>. kesesuaian sistem, Larutan sensitivitas, Larutan
baku, Larutan uji, Sistem kromatografi, dan Prosedur
Rotasi jenis <1081> Antara +58º dan +64º; lakukan Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
penetapan menggunakan larutan zat 10 mg per ml. Hitung persentase senyawa sejenis lain dalam zat
dengan rumus:
pH <1071> Antara 4,5 dan 6,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan zat 100 mg per ml.
 ri 
   100
 rT  rC  
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 3,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 100º sampai 105º
selama 3 jam.
ri adalah respons puncak masing-masing senyawa
Hilangkan persyaratan sejenis lain; rT adalah total respons puncak semua
Kemurnian kromatografi Gunakan kromatogram cemaran; rC adalah respons puncak sefotaksim.
Larutan uji yang diperoleh pada Penetapan kadar,
– 2691 –

Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak kurang 1 mg per ml. Simpan dalam lemari pendingin,
lebih dari batas yang tertera pada Tabel 1. gunakan larutan dalam waktu 2 jam.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Tabel 1 tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan kolom
Nama Waktu retensi Batas berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
relatif (%) L1 dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
Deasetilsefotaksim 0,26 1,0 “autosampler” pada 4. Laju alir lebih kurang 1 ml
Sefetamet 0,52 1,0 per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Senyawa sejenis E 0,62 1,0
sefotaksim Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
Sefotaksim 1,0 - 0 100 0
N-Formil sefotaksim 1,8 1,0 25 80 20
E-Sefotaksim 2,2 1,0 40 60 40
Sefotaksim dimer 2,3 1,0 55 0 100
Sefotaksim dioksim 3,0 0,2 60 0 100
Cemaran yang tidak 65 100 0
- 0,2
diketahui 75 100 0
Total cemaran - 3,0
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
UJI 2 sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi puncak sefotaksim dengan puncak senyawa sejenis E
<931>. Catatan Lakukan Uji 2 jika terdapat sefotaksim tidak kurang dari 4,0. Lakukan
cemaran tiazolilglioksalat metiloksim, asam 7- kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
aminosefalosporanat, sefotaksim cincin lakton kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
terbuka, dan analog bromoasetil. pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0;
Dapar Buat larutan natrium fosfat dibasa anhidrat simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
P, dengan kadar 3,6 g per liter. Atur pH hingga 6,2 lebih dari 5,0%.
dengan penambahan asam fosfat P. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan A Campuran Dapar-asetonitril P (98:2). volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan
Larutan B Campuran Dapar-asetonitril P (40:60). Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Fase gerak Gunakan variasi campuran kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
kromatografi. dengan rumus:
Pengencer Buat larutan natrium fosfat dibasa
anhidrat P dan kalium fosfat monobasa P, dengan
 ri   CS 
kadar berturut-turut 4,6 g per liter dan       P  F 100
3,5 g per liter.  rS   CU 
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
saksama sejumlah Senyawa Sejenis E Sefotaksim ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
BPFI, larutkan dalam asetonitril P sejumlah 20% Larutan uji; rS adalah respons puncak sefotaksim
volume akhir dan Pengencer sejumlah 40% volume dalam Larutan baku; CS adalah kadar Sefotaksim
akhir, sonikasi hingga larut sempurna, encerkan Natrium BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
0,1 mg per ml. berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah potensi
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan sefotaksim dalam Sefotaksim Natrium BPFI dalam
kesesuaian sistem persediaan dan timbang saksama µg per mg; F adalah unit faktor konversi dalam
sejumlah Sefotaksim BPFI, larutkan dan encerkan 0,001 mg per µg. Masing-masing cemaran dan total
dengan Pengencer hingga diperoleh kadar senyawa cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel
sejenis E sefotaksim dan sefotaksim berturut-turut 2.
10 g per ml dan 1 mg per ml. Simpan dalam lemari
pendingin, gunakan larutan dalam waktu 2 jam. Tabel 2
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Nama Waktu retensi Batas
Sefotaksim Natrium BPFI, larutkan dan encerkan relatif (%)
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 10 g Tiazolilglioksalat 0,13 0,15
per ml. Simpan dalam lemari pendingin, gunakan metiloksim
larutan dalam waktu 2 jam. Asam 7- 0,41 0,15
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan Aminosefalosporanat
dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
– 2692 –

Deasetilsefotaksim 0,57 1,0 Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)


Sefotaksim cincin 0,60 0,15 0 100 0
lakton terbuka 7 100 0
0,71 0,15 9 80 20
16 80 20
Sefetamet 0,74 1,0 45 0 100
Sefotaksim 1,0 - 50 0 100
Senyawa sejenis E 1,08 1,0 55 100 0
sefotaksim 65 100 0
Sefotaksim dimer 1,26 1,0
E-Sefotaksim 1,34 1,0 Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Analog bromoasetil 1,48 0,15 sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Cemaran yang tidak - 0,2 seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
diketahui puncak sefetamet dengan puncak senyawa sejenis E
Total cemaran - 3,0 sefotaksim tidak kurang dari 1,5. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Perubahan
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2;
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lebih dari 1,5%. Lakukan kromatografi terhadap
Kromatografi <931>.
Larutan sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur
Dapar Larutkan 7,1 g natrium fosfat dibasa
respons puncak seperti tertera pada Prosedur. Hitung
anhidrat P dalam 1000 ml air, atur pH hingga 6,25
perbandingan respons puncak dengan rumus:
dengan penambahan asam fosfat P.
Larutan A Campuran Dapar-metanol P (86:14).
Larutan B Campuran Dapar-metanol P (60:40).  rU 
Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan    100
Larutan B. Lakukan seperti tertera pada Sistem  rS 
kromatografi.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang rU adalah respons puncak Larutan sensitivitas;
saksama sejumlah Sefetamet BPFI dan Senyawa rS adalah respons puncak sefotaksim dalam Larutan
Sejenis E Sefotaksim BPFI, larutkan dalam sesedikit baku. Perbandingan respons puncak antara 0,18% dan
mungkin metanol P, sonikasi jika perlu. Encerkan 0,22%. [Catatan Waktu retensi relatif tertera pada
dengan Larutan A hingga kadar masing-masing Tabel 1.]
0,08 mg per ml. Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan
kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan A hingga kadar sefetamet dan senyawa kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
sejenis E sefotaksim masing-masing 8 g per ml. jumlah dalam µg per mg sefotaksim, C16H17N5O7S2,
Simpan dalam lemari pendingin, gunakan larutan dengan rumus:
dalam waktu 24 jam.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah  rU   CS 
Sefotaksim Natrium BPFI, larutkan dan encerkan       P
dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang  rS   CU 
0,8 mg per ml. Simpan dalam lemari pendingin,
gunakan larutan dalam waktu 24 jam. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku, Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih Sefotaksim Natrium BPFI dalam mg per ml Larutan
kurang 1,6 g per ml. Simpan dalam lemari baku; CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan
pendingin, gunakan larutan dalam waktu 24 jam. uji berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan potensi sefotaksim dalam Sefotaksim Natrium BPFI
dan encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih dalam µg per mg.
kurang 0,8 mg per ml. Simpan dalam lemari pendingin,
gunakan larutan dalam waktu 24 jam. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja rapat.
tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan kolom
3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Tambahan persyaratan
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan
30º, “autosampler” pada 4. Laju alir lebih kurang injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril. Pada
1 ml per menit. Kromatograf diprogram sebagai etiket harus dicantumkan uji Cemaran organik yang
berikut: digunakan jika tidak menggunakan Uji 1.
– 2693 –

KAPSUL SEFRADIN Perubahan


Cephradine Capsules Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 ml asam hidroklorida 0,12 N.
Kapsul Sefradin mengandung sefradin, C16H19N3O4S, Alat tipe 1: 100 rpm
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% Waktu: 45 menit
dari jumlah yang tertera pada etiket dihitung sebagai Prosedur Lakukan penetapan jumlah sefradin,
jumlah sefradin, C16H19N3O4S, dan sefaleksin, C16H19N3O4S, yang terlarut dengan mengukur
C16H17N3O4S. serapan alikot yang telah disaring dengan penyaring
yang sesuai, jika perlu encerkan dengan Media
Perubahan disolusi, kemudian bandingkan dengan serapan
Baku pembanding Sefradin BPFI; tidak boleh larutan baku yang mengandung Sefradin BPFI yang
dikeringkan sebelum digunakan. Bentuk dihidrat dari diketahui kadarnya pada media yang sama, pada
sefradin. Simpan dalam wadah tertutup rapat, panjang gelombang serapan maksimum lebih
terlindung cahaya, di tempat dingin. Sefaleksin kurang 255 nm.
BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Bentuk monohidrat dari sefaleksin. Simpan dalam kurang dari 75% (Q), C16H19N3O4S, dari jumlah
wadah tertutup rapat. yang tertera pada etiket.

Perubahan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


Identifikasi
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Perubahan
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Fase gerak 1 Campuran n-heksana P– Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tetradekana P (95:5) Kromatografi <931>.
Fase gerak 2 Campuran asam sitrat 0,1 N– Fase gerak Buat campuran air-metanol P-natrium
dinatrium fosfat 0,1 N–larutan ninhidrin P (1:15) asetat 0,5 M-asam asetat 0,7 N (782:200:15:3). Jika
dalam aseton P (60:40:1,5). perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Penjerap Campuran silika gel P tanpa bahan sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>,
pengikat setebal 0,25 mm. saring larutan melalui penyaring membran dengan
Larutan baku Timbang sejumlah Sefradin BPFI, porositas 1 µm atau lebih kecil dan awaudarakan
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih sebelum digunakan.
kurang 3 mg per ml. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji Masukkan isi 1 kapsul, larutkan dan Sefradin BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga
encerkan dengan air hingga kadar sefadrin 3 mg per kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
ml, saring. Larutan resolusi Buat larutan dalam Fase gerak
Prosedur Masukkan lempeng kromatografi ke yang dalam tiap ml mengandung lebih kurang
dalam bejana berisi Fase gerak 1 sedalam 1 cm, 0,5 mg Sefradin BPFI dan 0,5 mg Sefaleksin BPFI.
biarkan fase gerak merambat setinggi lempeng. Larutan uji Timbang saksama isi tidak kurang dari
Angkat lempeng, biarkan fase gerak menguap. 20 kapsul dalam wadah yang sesuai dan sudah ditara,
Totolkan masing-masing 10 l Larutan uji dan hitung bobot rata-rata tiap kapsul. Campur serbuk
Larutan baku. Biarkan bercak mengering, masukkan hingga homogen. Timbang saksama serbuk yang
lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi Fase setara dengan lebih kurang 125 mg sefradin,
gerak 2, biarkan fase gerak merambat hingga lebih masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan
kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat 50 ml Fase gerak, sonikasi selama lebih kurang 15
lempeng, tandai batas rambat dan keringkan pada menit dan kocok secara mekanik selama lebih kurang
suhu 110 selama 10 menit. Warna dan harga Rf 10 menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan Saring larutan melalui penyaring dengan porositas
baku. 0,5 µm atau lebih halus, buang 5 ml filtrat pertama.
Gunakan filtrat sebagai Larutan uji.
Perubahan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,0%; dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler, x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1,0 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg, pada suhu
Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur
60º selama 3 jam, menggunakan lebih kurang
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
100 mg campuran isi dari 4 kapsul yang ditimbang retensi relatif sefaleksin dan sefradin masing-masing
saksama. adalah lebih kurang 0,8 dan 1,0; resolusi, R, antara
puncak sefaleksin dan sefradin tidak kurang dari 2,0.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
– 2694 –

pada Prosedur: simpangan baku relatif pada cahaya, simpan dalam lemari pendingin. Sangat
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. higroskopis.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Perubahan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Identifikasi
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung A. Spektrum serapan ultraviolet larutan yang
jumlah dalam µg sefadrin (jumlah sefradin dan diperoleh pada Penetapan kadar menunjukkan
sefaleksin) dalam serbuk kapsul dengan rumus: maksimum pada panjang gelombang lebih kurang
278 nm±1 nm, 361 nm±1 nm, dan 550 nm±2 nm.
 rU  Perbandingan serapan pada panjang gelombang
   0,25  C  P 361 nm terhadap 278 nm antara 1,70-1,90 dan
 rS  perbandingan serapan pada panjang gelombang
361 nm terhadap 550 nm antara 3,15-3,40.
rU dan rS berturut-turut adalah jumlah respons B. Lebur lebih kurang 1 mg zat dengan lebih
puncak sefradin dan sefaleksin dalam Larutan uji kurang 50 mg kalium pirosulfat P dalam krus
dan Larutan baku; C adalah kadar Sefradin BPFI porselen. Dinginkan, aduk dengan batang pengaduk
dalam mg per ml Larutan baku; P adalah potensi kaca, tambahkan 3 ml air, didihkan hingga larut.
Sefradin BPFI dalam µg per mg. Tambahkan 1 tetes fenolftalein LP dan tambahkan
larutan natrium hidroksida P 100 mg per ml, tetes
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup demi tetes sampai merah muda. Tambahkan 500 mg
rapat. natrium asetat P, 0,5 ml asam asetat 1 N, dan 0,5 ml
larutan nitroso R, garam P 2 mg per ml: segera
Tambahan persyaratan terjadi warna merah atau merah jingga. Tambahkan
Penandaan Jumlah sefadrin dinyatakan dalam 0,5 ml asam hidroklorida P dan didihkan selama
bentuk sefadrin anhidrat (C16H19N3O4S). 1 menit: warna merah tetap.
C. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
SIANOKOBALAMIN <931>.
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
Vitamin B12 seperti tertera pada Senyawa sejenis.
Cyanocobalamin Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Sianokobalamin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 50 µg per ml.
Gunakan larutan dalam waktu 1 jam.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 50 µg per ml. Gunakan larutan
dalam waktu 1 jam.
Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
dengan Larutan baku.

Perubahan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 12,0%;
Vitamin B12[68-19-9] lakukan pengeringan dalam hampa udara pada
C63H88CoN14O14P BM 1355,37 tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 105º
selama 2 jam, menggunakan lebih kurang 25 mg zat.
Perubahan
Sianokobalamin mengandung tidak kurang dari 96,0% Hilangkan persyaratan
dan tidak lebih dari 102.0%, C63H88CoN14O14P, Pseudo sianokobalamin Larutkan lebih kurang
dihitung terhadap zat kering. 1,0 mg zat dalam 20 ml air di dalam corong pisah
kecil, tambahkan 5 ml campuran volume sama
Pemerian Hablur atau amorf merah tua atau serbuk karbon tetraklorida P dan m-kresol P, kocok baik-
hablur merah. Bentuk anhidrat sangat higroskopis. baik selama lebih kurang 1 menit. Biarkan memisah,
Jika terpapar udara menyerap air lebih kurang 12%. pindahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah
kecil kedua, tambahkan 5 ml asam sulfat 5 N, kocok
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; larut dalam dan biarkan memisah sempurna (dapat dengan cara
etanol; tidak larut dalam aseton, dalam kloroform, sentrifus): lapisan atas tidak berwarna atau warnanya
dan dalam eter. tidak lebih tua dari campuran 0,15 ml kalium
permanganat 0,10 N dan 250 ml air.
Perubahan
Baku pembanding Sianokobalamin BPFI; tidak
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Lindungi dari
– 2695 –

Tambahan persyaratan Tabel


Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara Waktu Batas
Nama
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada retensi relatif (%)
Kromatografi <931>. Sianokobalamin 1,0 -
Larutan A Buat larutan dinatrium hidrogen fosfat P 7ß,8ß- 1,2 1,0
dengan kadar 10 g per liter. laktosianokobalamin
Fase gerak Buat campuran metanol P-Larutan A 50- 1,4 0,5
(26,5:73,5), atur pH hingga 3,5 dengan penambahan karboksisianokobalamin
asam fosfat P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu 34-metilsianokobalamin 1,5 2,0
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem 32- 1,6 1,0
seperti pada Kromatografi <931>. karboksisianokobalamin
Larutan kesesuaian sistem Larutkan 25 mg zat dalam 8-epi-sianokobalamin 2,5 1,0
10 ml air, hangatkan jika perlu. Biarkan dingin, Cemaran tidak diketahui - 0,5
tambahkan 5 ml larutan natrium tosilkloramida P 1,0 g Total cemaran - 3,0
per liter dan 0,5 ml asam hidroklorida 0,05 N, encerkan Abaikan puncak yang kurang dari 0,1%.
dengan air sampai 25 ml. Kocok, diamkan selama
5 menit. Pipet 1 ml larutan ini, encerkan dengan Fase Perubahan
gerak hingga 10 ml. Suntikkan segera. Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
Larutan batas kuantitatif Timbang sejumlah zat, Spektrofotometri seperti yang tertera pada
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
kadar 1 µg per ml. Gunakan dalam 1 jam. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan Sianokobalamin BPFI, larutkan dan encerkan
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar 1 mg per dengan air hingga kadar lebih kurang 30 µg per ml.
ml. Gunakan dalam 1 jam. [Catatan Sianokobalamin BPFI adalah sianokobalamin
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja yang terdispersi padat dalam manitol. Larutkan dan
tinggi dilengkapi dengan detektor 361 nm, kolom encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap tidak
berukuran 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L7 kurang dari 30 mg Sianokobalamin BPFI untuk
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu menyiapkan larutan baku.]
kolom pada 35o. Laju alir lebih kurang 0,8 ml per Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur 30 µg per ml.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
resolusi, R, antara sianokobalamin dan 7ß,8ß- uji pada panjang gelombang serapan maksimum
laktosianokobalamin tidak kurang dari 2,5. Lakukan lebih kurang 361 nm, menggunakan air sebagai
kromatografi terhadap Larutan batas kuantitatif, blangko. Hitung persentase sianokobalamin,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti C63H88CoN14O14P, dalam zat dengan rumus:
tertera pada Prosedur: perbandingan “signal to
noise” untuk puncak utama tidak kurang dari 5,0.
 AU   CS 
[Catatan Kromatogram Larutan kesesuaian sistem       100
harus menunjukkan dua puncak utama, sianokobalamin  AS   CU 
dan 7ß,8ß-laktosianokobalamin. Waktu retensi relatif
kedua puncak berturut-turut lebih kurang 1,0 dan 1,2.] AU dan AS beruturut-turut adalah serapan Larutan uji
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih dan Larutan baku; CS adalah kadar Sianokobalamin
kurang 20 µl) Larutan uji ke dalam kromatograf, BPFI dalam µg per ml Larutan baku; CU adalah
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak. kadar sianokobalamin dalam mg per ml Larutan uji
[Catatan Rekam kromatogram tidak kurang dari tiga berdasarkan bobot yang ditimbang.
kali waktu retensi puncak sianokobalamin.] Hitung
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rumus: rapat, tidak tembus cahaya. Simpan dalam suhu
ruang terkendali.
 ri 
   100
 rT  TABLET SIKLOFOSFAMIDA
Cyclophosphamide Tablets
ri adalah respon puncak setiap cemaran dari Larutan
uji; rT adalah jumlah semua respons puncak dari Tablet Siklofosfamida mengandung Siklofosfamida
Larutan uji. Masing-masing cemaran dan jumlah anhidrat, C7H15Cl2N2O2P, tidak kurang dari 90,0%
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
Tabel. pada etiket.
– 2696 –

Perubahan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak


Baku pembanding Siklofosfamida BPFI; Higroskopis. siklofosfamida dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, adalah kadar Siklofosfamida BPFI dalam mg per ml
dalam lemari pendingin. Larutan baku; V adalah volume media disolusi,
900 ml; L adalah kadar siklofosfamida dalam mg per
Perubahan tablet yang tertera pada etiket.
Identifikasi Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
A. Ekstraksi sejumlah serbuk tablet setara dengan kurang dari 75% (Q), siklofosfamida, C7H15Cl2N2O2P,
lebih kurang 50 mg siklofosfamida dengan 25 ml dari jumlah yang tertera pada etiket.
kloroform P, saring lebih kurang 2 ml larutan,
campur dengan 500 mg kalium bromida P. Uapkan Perubahan
kloroform, hilangkan sisa pelarut dengan hati-hati Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
dalam labu hampa udara kecil, gunakan residu untuk Prosedur untuk keseragaman kandungan.
penetapan: spektrum serapan inframerah residu yang Larutan asam perklorat Larutkan 2,35 ml asam
didispersikan dalam kalium bromida P antara 6,5 µm perklorat P dalam air dan encerkan dengan air
dan 1,4 µm menunjukkan maksimum hanya pada hingga 100 ml.
bilangan gelombang yang sama seperti pada Pereaksi Buat larutan 4-(p-nitrobenzil)piridin P
Siklofosfamida BPFI. dalam etilen glikol P hingga kadar 7,5 g per ml.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan natrium hidroksida Buat larutan natrium
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti hidroksida P dalam etanol encer P hingga kadar
yang diperoleh pada Penetapan kadar. 20 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Perubahan Siklofosfamida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Disolusi <1231> air hingga kadar 500 µg per ml.
Media disolusi: 900 ml air, awaudarakan. Larutan uji Buat larutan siklofosfamida anhidrat
Alat tipe 1: 100 rpm. 500 µg per ml yang dipersiapkan sebagai berikut:
Waktu: 45 menit. masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur yang
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair sesuai, tambahkan air hingga dua per tiga volume
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi labu, kocok sampai tablet hancur sempurna,
<931>. encerkan dengan air sampai tanda dan saring. Buang
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air 10 ml filtrat pertama
(30:70), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Prosedur Masukkan dalam tabung reaksi 27 mm x
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti 170 mm terpisah masing-masing 2,0 ml Larutan uji dan
tertera pada Kromatografi <931>. 2,0 ml Larutan baku. Pada setiap tabung tambahkan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 0,7 ml Larutan asam perklorat, campur dan panaskan
Siklofosfamida BPFI, larutkan dan encerkan hingga pada suhu 95º selama 10 menit. Dinginkan, tambahkan
kadar mendekati kadar Larutan uji. 1,0 ml natrium asetat LP, campur, tambahkan 1,6 ml
Larutan uji Gunakan alikot. Saring melalui Pereaksi, campur dan panaskan pada suhu 95º selama
penyaring dengan porositas 0,8 µm. 10 menit. Dinginkan, tambahkan 8,0 ml Larutan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja natrium hidroksida, campur. Dalam waktu 4 menit,
tinggi dilengkapi dengan detektor 195 nm dan kolom ukur serapan pada panjang gelombang serapan
3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir maksimum lebih kurang 560 nm menggunakan air
lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi sebagai blangko. Hitung persentase siklosfosfamida,
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur C7H15Cl2N2O2P, dalam tablet, dengan rumus:
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif
 AU   CS 
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.      100
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah  AS   CU 
volume sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung dan Larutan baku; CS adalah kadar Siklofosfamida
persentase siklofosfamida anhidrat, C7H15Cl2N2O2P, BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah
yang terlarut dengan rumus: kadar siklofosfamida anhidrat dalam mg per ml
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
 rU   CS  V  etiket.
      100
 rS   L 
– 2697 –

Perubahan masih diperbolehkan pada suhu 30°, hindari suhu di


Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara atas 30.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (30:70). SIKLOSPORIN
Saring dan awaudarakan. Cyclosporine
Larutan baku internal Timbang saksama lebih
kurang 185 mg etilparaben, masukkan dalam labu
tentukur 1000-ml, larutkan dengan 250 ml etanol P,
encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Siklosfosfamida BPFI, masukkan dalam labu tentukur
yang sesuai, tambahkan air hingga setengah volume
labu, kocok sampai larut. Tambahkan Larutan baku
internal setara dengan 10% volume akhir, encerkan
dengan air sampai tanda hingga kadar siklofosfamida
anhidrat 0,5 mg per ml.
Larutan uji persediaan Masukkan lebih kurang
10 tablet ke dalam labu tentukur yang sesuai,
tambahkan air hingga setengah isi labu, kocok selama [R-[R*,R*-(E)]]-Siklik(L-alanil-D-alanil-N-metil-L-
30 menit, encerkan dengan air sampai tanda. Saring, leusil-N-metil-L-leusil-N-metil-L-valil-3-hidroksi-
buang 40 ml–50 ml filtrat pertama. Diperoleh kadar N,4-dimetil-L-2-amino-6-oktenoil-L-α-aminobutiril-
siklofosfamida anhidrat 1 mg per ml. N-metilglisil-N-metil-L-leusil-L-valil-N-metil-L-
Larutan uji Pipet 25 ml Larutan uji persediaan leusil) [59865-13-3]
dan 5 ml Larutan baku internal ke dalam labu C62H111N11O12 BM 1202,61
tentukur 50-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Diperoleh kadar siklofosfamida anhidrat lebih Perubahan
kurang 0,5 mg per ml. Siklosporin mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tidak lebih dari 101,5% siklosporin A, C62H111N11O12,
tinggi dilengkapi dengan detektor 195 nm dan kolom dihitung terhadap zat kering.
berukuran 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Kelarutan Larut dalam aseton, dalam etanol, dalam
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak metanol, dalam eter, dalam kloroform, dan dalam
siklofosfamida dan etilparaben tidak kurang dari 2; diklorometana; sukar larut dalam hidrokarbon jenuh;
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak praktis tidak larut dalam air.
lebih dari 2%. [Catatan Waktu retensi relatif
siklofosfamida dan etilparaben berturut-turut 0,7 dan Perubahan
1,0]. Baku pembanding Siklosporin BPFI; tidak boleh
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
volume sama (lebih kurang 25 l) Larutan baku dan wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam lemari pembeku. Higroskopis. Campuran Resolusi
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Siklosporin BPFI; merupakan campuran siklosporin
Hitung persentase siklofosfamida anhidrat, dan siklosporin U (100:1). Tidak boleh dikeringkan
C7H15Cl2N2O2P, dalam tiap tablet dengan rumus: sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku.
Higroskopis. Lakukan pengerjaan di tempat kering.
 RU   CS 
     100
 RS   CU  Identifikasi Waktu retensi puncak utama
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
respons puncak siklofosfamida terhadap etilparaben
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Perubahan
Siklofosfamida BPFI dalam mg per ml Larutan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
baku; CU adalah kadar siklofosfamida anhidrat dalam lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler,
mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang dalam hampa udara pada tekanan tidak lebih dari
tertera pada etiket. 5 mmHg, pada suhu 60º selama 3 jam, menggunakan
lebih kurang 100 mg zat.
Perubahan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
rapat, disarankan pada suhu tidak lebih dari 25º, 20 bpj.
– 2698 –

Perubahan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama


Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak sejumlah Campuran Resolusi Siklosporin BPFI,
lebih dari 0,7 % dan total cemaran tidak lebih dari larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
1,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi kadar lebih kurang 1,25 mg per ml.
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
<931>. tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm,
Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuaian sistem, kolom 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
dan Larutan uji Lakukan seperti tertera pada ukuran partikel 3 µm-5 µm yang dihubungkan
Penetapan kadar. dengan pra-kolom baja tahan karat 0,25 mm x 1 m.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Pertahankan suhu kolom pada 80º. Laju alir lebih
Siklosporin BPFI, larutkan dan encerkan kurang 1,2 ml per menit. Lakukan kromatografi
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
0,01 mg per ml. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada pada Prosedur: resolusi, R, antara siklosporin U dan
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap siklosporin tidak kurang dari 1,0. [Catatan Waktu
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan retensi relatif siklosporin U dan siklosporin masing-
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: masing 0,95 dan 1,0.] Lakukan kromatografi
resolusi, R, antara siklosporin U dan siklosporin tidak terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
kurang dari 1,0. Lakukan kromatografi terhadap respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan lebih dari 1,0%.
baku relatif tidak lebih dari 10,0%. [Catatan Waktu Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
retensi relatif untuk siklosporin U dan siklosporin volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
berturut-turut adalah 0,95 dan 1,0.] Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak utama.
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Hitung persentase siklosporin, C62H111N11O12, dalam
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam zat dengan rumus:
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat  rU   CS 
dengan rumus:       P  100
 rS   CU 
 ri   CS 
      P  100 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
 rS   CU  siklosproin dari Larutan uji dan Larutan baku;
CS adalah kadar Siklosporin BPFI dalam mg per ml
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari Larutan baku; CU adalah kadar dalam mg per ml
Larutan uji; rS adalah respons puncak siklosporin dari Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; P
Larutan baku; CS adalah kadar Siklosporin BPFI dalam adalah potensi siklosporin dalam mg per mg
mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar dalam mg Siklosporin BPFI.
per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang;
P adalah potensi siklosporin dalam mg per mg Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Siklosporin BPFI. rapat, tidak tembus cahaya.

Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara LARUTAN ORAL SIKLOSPORIN
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Cyclosporine Oral Solution
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-tert- Larutan Oral Siklosporin adalah larutan siklosporin
butilmetileter P-air-asam fosfat P (430:50:520:1). dalam pembawa yang sesuai. Mengandung
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan siklosporin, C62H111N11O12, tidak kurang dari 90,0%
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
tertera pada Kromatografi <931>. pada etiket.
Pengencer Campuran asetonitril P-air (1:1).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Perubahan
Siklosporin BPFI, larutkan dan encerkan Baku pembanding Siklosporin BPFI; tidak boleh
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
1,25 mg per ml. wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, lemari pembeku. Higroskopis.
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 1,25 mg per ml.
– 2699 –

Perubahan Larutan baku Pipet Larutan baku persediaan ke


Identifikasi dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan
A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera Larutan baku internal 24% volume akhir, encerkan
pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis dengan butanol P hingga kadar etanol 10 mg per ml.
<281>. Larutan uji Pipet sejumlah volume zat,
Fase gerak 1 Gunakan etil eter P. tambahkan Larutan baku internal 24% volume
Fase gerak 2 Campuran etil asetat P–metil etil akhir, encerkan dengan butanol P hingga kadar
keton P–air–asam format P (60:40:2:1). etanol 10 mg per ml.
Penjerap Campuran silika gel 0,25 mm. Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
Larutan A Larutan bismut subnitrat P 17 mg per ml dengan detektor ionisasi nyala, kolom gelas 2 mm x
dalam asam asetat P 20%. 2 m, berisi bahan pengisi S3, gunakan nitrogen P
Larutan B Larutan kalium iodida P 400 mg per ml. sebagai gas pembawa dengan laju alir 35 ml per
Pengencer Metanol P-kloroform P (4:1). menit. Suhu injeksi 280, detektor 290, suhu kolom
Larutan baku Timbang sejumlah Siklosporin BPFI, diatur seperti:
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
lebih kurang 1 mg per ml. Suhu Kenaikan Suhu Waktu
Larutan uji Pipet sejumlah zat, encerkan dengan awal suhu akhir tunggu
Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. pada suhu
Penampak bercak 1 Campur 5 ml Larutan A, akhir
5 ml Larutan B dan 20 ml asam asetat glasial P, () (/menit) () (menit)
tambahkan air hingga 100 ml. Buat segar. 145 0 145 8
Penampak bercak 2 Hidrogen peroksida LP. 145 32 270 0
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
10 µl Larutan baku dan Larutan uji pada Penjerap. Lakukan kromatografi Larutan baku, rekam
Biarkan bercak mengering, masukkan lempeng ke kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak 1, pada Prosedur: simpangan baku relatif tidak lebih
hingga Fase gerak 1 merambat lebih kurang tiga per dari 2,0%. [Catatan Urutan elusinya adalah etanol,
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas propanol, dan butanol.]
rambat dan keringkan. Masukkan lempeng ke dalam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
bejana kromatografi yang berisi Fase gerak 2, volume sama (lebih kurang 1 µl) Larutan baku dan
hingga Fase gerak 2 merambat lebih kurang tiga per Larutan uji ke dalam kromatograf, [Catatan Jika
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas perlu atur sistem kromatografi untuk mendapatkan
rambat dan keringkan. Semprot lempeng dengan kromatogram yang baik.] rekam kromatogram dan
Penampak bercak 1. Segera semprot lagi dengan ukur respons puncak. Hitung persentase etanol,
Penampak bercak 2. Bercak siklosporin berwarna C2H5OH, dalam larutan dengan rumus:
coklat dengan harga Rf lebih kurang 0,45. Warna dan
harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan
 RU   CS 
Larutan baku. Abaikan bercak lain selain bercak       100
utama.  RS   CU 
B.Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang RU dan RS berturut-turut adalah rasio perbandingan
diperoleh pada Penetapan kadar. respons puncak etanol terhadap propanol dari
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. etanol dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah
Untuk larutan oral yang dikemas dalam wadah dosis kadar etanol dalam mg per ml Larutan uji
tunggal. berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat. Perubahan
Untuk larutan oral yang dikemas dalam wadah dosis Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
ganda. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Perubahan Fase gerak Buat campuran asetonitril P-
Etanol (jika tertera pada etiket) Antara 80,0% dan metanol P-air-asam fosfatP (550:50:400:0,5).
120,0% dari jumlah, C2H5OH, yang tertera pada etiket. Pengencer Buat campuran metanol P-kloroform P
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas (4:1).
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan baku internal Propanol P-butanol P Siklosporin BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga
(3:50). kadar lebih kurang 1 mg per ml. Gunakan larutan
Larutan baku persediaan Larutan etanol mutlak P segera setelah pembuatan.
50 mg per ml dalam butanol P.
– 2700 –

Larutan uji Pipet sejumlah volume zat, encerkan utama pada kromatogram dari Larutan baku seperti
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg tertera pada Penetapan kadar.
per ml. Gunakan larutan segera setelah pembuatan. B. Spektrum serapan inframerah zat yang
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm, kolom maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
4,6 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L16, laju alir sama seperti Sisplatin BPFI.
lebih kurang 1 ml per menit. Pertahankan suhu kolom C. Lakukan penetapan seperti tertera pada
50. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis <281>.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Fase gerak Campuran aseton P-asam nitrat 1 N
tertera pada Prosedur: faktor kapasitas 3-10; efisiensi (180:20).
kolom tidak kurang dari 700 lempeng teoritis; faktor Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
ikutan tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif Larutan baku Buat larutan baku
tidak lebih dari 1,5%. dalam dimetilformamida P yang mengandung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sisplatin BPFI 1,0 mg per ml.
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji Larutkan sejumlah zat dalam
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dimetilformamida P hingga kadar 1,0 mg per ml.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Penampak bercak Tambahkan 5,6 g timah(II)
persentase siklosporin, C62H111N11O12, dalam larutan klorida P pada 10 ml asam hidroklorida P, aduk
oral dengan rumus:
selama 5 menit. [Catatan tidak perlu semua padatan
larut]. Larutkan 200 mg kalium iodida P dalam 90 ml
 rU   CS 
      100 air. Campur kedua larutan. Abaikan endapan yang
 rS   CU  terbentuk, simpan larutan di tempat yang gelap.
Larutan dapat digunakan dalam waktu 1 minggu.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar 5 µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
siklosporin dalam mg per ml Larutan baku; CU kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
adalah kadar siklosporin dalam mg per ml Larutan kromatografi yang dilapisi kertas saring dan telah
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. dijenuhkan dengan Fase gerak selama 30 menit,
biarkan merambat lebih kurang 8 cm di atas garis
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
rapat.
biarkan Fase gerak menguap. Keringkan lempeng
dalam oven pada suhu lebih kurang 100° selama
SISPLATIN 1 menit, dinginkan. Semprot lempeng dengan
Cisplatin Penampak bercak, panaskan dalam oven pada suhu
lebih kurang 100° selama 5 menit, dinginkan dan
semprot lempeng dengan larutan kalium iodida P
(1 dalam 50) untuk memperjelas warna bercak: harga
Rf bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji
sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan baku.

Perubahan Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.


Cis-diaminadikloroplatinum [15663-27-1]
Cl2H6N2Pt BM 300,05 Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 1,0 %.
Sisplatin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan Perubahan
tidak lebih dari 102,0%, Cl2H6N2Pt, dihitung terhadap
Perbandingan kemurniaan ultraviolet [Catatan
zat anhidrat. [Perhatian Sisplatin sangat sitotoksik
Lakukan dengan sangat hati-hati untuk mencegah Bersihkan alat-alat kaca yang digunakan dengan
terhirupnya partikel dan kontak dengan kulit.] campuran asam hidroklorida P-asam nitrat P (3:1),
bilas saksama dengan air dan keringkan sebelum
Perubahan digunakan. Jangan gunakan bikromat P untuk
Baku pembanding Sisplatin BPFI; tidak boleh mencuci. Jangan gunakan aseton P atau udara tekan
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam untuk mengeringkan. Lindungi Larutan uji dari cahaya
wadah terutup rapat, terlindung cahaya. Transplatin dan gunakan dalam waktu 1 jam setelah penyiapan.]
BPFI; Kalium Trikloroaminaplatinat BPFI. Timbang 98,5 mg±0,5 mg zat yang telah digerus,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
Perubahan asam hidroklorida 0,1 N sampai tanda. Gunakan
Identifikasi pengaduk magnetik yang bersih dengan kecepatan
A. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram tinggi selama 5 menit dan sonikasi selama 10 detik
Larutan uji sesuai dengan waktu retensi puncak sampai larut sempurna, balikkan labu berkali-kali
– 2701 –

sampai partikel yang melekat pada leher labu terlepas. Transplatin Tidak lebih dari 2,0%. Lakukan
Ukur serapan spektrum ultraviolet menggunakan sel penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
2-cm dengan asam hidroklorida 0,1 N sebagai tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
blangko: perbandingan serapan pada panjang Fase gerak Buat larutan kalium fosfat monobasa
gelombang maksimum mendekati 301 nm terhadap 0,18 M, atur pH 3,2 dengan asam fosfat P, saring.
serapan minimum mendekati 246 nm, tidak kurang Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
dari 4,5. kurang 10 mg Transplatin BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur 200-ml, encerkan dengan larutan
Trikloroaminaplatinat Tidak lebih dari 1,0%. natrium klorida P 0,9% sampai tanda dan larutkan
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair dengan pengadukan secara mekanik selama 30 menit.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Larutan baku kerja Pipet 5 ml Larutan baku
<931>. persediaan kedalam labu tentukur 25-ml yang berisi
Fase gerak timbang 800 mg amonium sulfat P, lebih kurang 12 mg Sisplatin BPFI. Encerkan dengan
masukkan ke dalam labu tentukur 2000-ml, larutkan larutan natrium klorida P 0,9% sampai tanda, aduk
dan encerkan dengan air sampai tanda. Awaudarakan secara mekanik selama 30 menit sampai larut.
dan saring melalui penyaring membran sebelum Larutan baku Pipet 10 ml Larutan baku kerja ke
digunakan. pH larutkan ini 5,9±0,1. Jika perlu dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan 5,0 ml
lakukan penyesuaian tehadap kekuatan ion dari Fase larutan tiourea P (1 dalam 200) yang dibuat segar
gerak, untuk memenuhi syarat kesesuaian sistem dan 5,0 ml asam hidroklorida 1 N. Encerkan dengan
yang diperlukan. larutan natrium klorida P 0,9% sampai tanda.
Larutkan baku [Catatan Gunakan alat kaca aktinik Pindahkan lebih kurang 10 ml larutan ini ke dalam
rendah.] Timbang saksama sejumlah Kalium vial serum yang sesuai, tutup dan segel dengan
Trikloroaminaplatinat BPFI, larutkan dalam larutan lapisan politef, panaskan dalam blok pemanas dalam
natrium klorida P 0,9%, encerkan secara kuantitatif suhu 60°±0,5° selama 60 menit. Angkat dan
dengan pelarut yang sama hingga kadar lebih kurang dinginkan sampai suhu ruang.
6 µg per ml. Gunakan dalam waktu 4 jam. Larutan uji (1) Timbang saksama lebih kurang
Larutkan uji [Catatan Gunakan alat kaca aktinik 50 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
rendah.] Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, 100-ml, encerkan dengan larutan natrium klorida P
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan 0,9% sampai tanda, larutkan dengan pengadukan
dengan larutan natrium klorida P 0,9% sampai tanda. secara mekanik selama 30 menit.
Aduk dengan pengaduk mekanik selama 30 menit Larutan uji (2) pipet 10 ml Larutan uji (1) ke
agar larut sempurna. Gunakan dalam waktu 4 jam. dalam labu tentukur 50-ml, dan lakukan seperti pada
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan baku mulai dengan “Tambahkan 5,0 ml
tinggi dilengkapi dengan detektor 209 nm dan kolom larutan tiourea P (1 dalam 200)”.
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L14. Laju alir Larutan resolusi Masukkan lebih kurang 10 mg
lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi Sisplatin BPFI ke dalam labu tentukur 200-ml,
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur encerkan dengan larutan natrium klorida P 0,9%
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: sampai tanda, aduk secara mekanik selama
resolusi, R, antara puncak natrium klorida dan puncak 30 menit sampai larut. Pipet 10 ml larutan ini dan
trikloroaminaplatinat tidak kurang dari 2,0 dan 10 ml Larutan baku persediaan ke dalam labu
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak tentukur 50-ml, lakukan seperti pada Larutan baku,
lebih dari 3,0%. mulai dengan “tambahkan 5,0 ml larutan tiourea P
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah (1 dalam 200)”.
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
dan ukur respons puncak trikloroaminaplatinat. Waktu 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L9. Pertahankan
retensi relatif lebih kurang 1,0 untuk sisplatin dan 5,0 kolom pada suhu 45°. Laju alir lebih kurang 2,0 ml
untuk trikloroaminaplatinat. Hitung persentase per menit. Kondisikan kolom dengan cara
trikloroaminaplatinat dalam zat dengan rumus: pemompaan Fase gerak dengan laju alir lebih kurang
2,0 ml per menit selama 30 menit, kemudian 0,5 ml
per menit selama 30 menit dan kemudian 2,0 ml per
 rU  C  318,48 
      10    menit selama 30 menit. Lakukan kromatografi
 rS  W   357,58  terhadap Larutan resolusi: resolusi, R, tidak kurang
dari 1,7. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari baku: waktu retensi dari derivat transplatin antara
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar dalam 5,0 menit dan 9,0 menit, atau jika tidak lakukan
µg per ml Larutan baku dan W adalah bobot dalam modifikasi Fase gerak jika perlu dan kondisikan lagi
mg sisplatin yang digunakan; 318,48 dan 357,58 kolom. Efisiensi kolom, N, tidak kurang dari
berturut-turut adalah bobot molekul trikloroaminaplatinat 2500 lempeng teoritis; simpangan baku relatif pada
dan kalium trikloroaminaplatinat. penyuntikan ulang tidak lebih dari 4,0%.
– 2702 –

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah pijarkan pada suhu 800° selama 1 jam. Dinginkan
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan uji (2) dan dalam desikator dan timbang.
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak transplatin; Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
waktu retensi relatif sisplatin dan transplatin berturut- kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
turut adalah 1,0 dan 1,3. Hitung persentase transplatin Kromatografi <931>.
dalam zat dengan rumus: Fase gerak Buat campuran etil asetat P-metanol P-
dimetilformamida P-air yang telah diawaudarakan
 rU  (25:16:5:5). Saring dan awaudarakan.
 10   
C
 Larutan baku Timbang saksama sejumlah Sisplatin
 rS  W  BPFI, larutkan dan encerkan dengan dimetilformamida
P secara kuantitatif hingga kadar lebih kurang 1 mg
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari per ml. Gunakan dalam waktu 1 jam.
Larutan uji (2) dan Larutan baku; C adalah kadar Larutan uji Timbang saksama sejumlah lebih kurang
Transplatin BPFI dalam µg per ml Larutan baku 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukar 100-ml.
kerja; W adalah bobot zat dalam mg yang digunakan Larutkan dan encerkan dengan dimetilformamida P
pada pembuat Larutan uji (1). sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Kandungan platina Antara 64,42% dan 65,22%, tinggi dilengkapi dengan detektor 310 nm dan kolom
dihitung terhadap zat anhidrat. [Catatan Bersihkan 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L8. Laju alir
alat-alat kaca yang digunakan dengan asam lebih kurang 2,0 ml per menit. Lakukan kromatografi
nitrat P, bilas dengan air murni P untuk mencegah terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
terjadinya lapisan cermin dari endapan platina.] respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat, simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
masukkan ke dalam gelas piala 600 ml, tambahkan lebih dari 2,0%.
300 ml asam hidroklorida 0,1 N, larutkan perlahan- Prosedur suntikkan secara terpisah sejumlah
lahan dengan pemanasan sampai hampir mendidih volume sama (lebih kurang 40 µl) Larutan baku dan
di atas lempeng pemanas yang ditutup bantalan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
isolasi sambil sering diaduk dengan batang pengaduk kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
kaca. Jika sudah larut sempurna, pindahkan bantalan jumlah dalam mg sisplatin, Cl2H6N2Pt, dalam zat
isolasi dan didihkan selama lebih kurang 10 menit. dengan rumus:
Angkat gelas piala dari lempeng pemanas, biarkan
r 
dingin sampai 1 menit tanpa pengadukan, saring 100  C   U 
secara kuantitatif menggunakan kertas saring  rS 
porositas halus, lembut, tebal, dan bebas abu.
Kumpulkan filtrat dalam gelas piala 600 ml,
C adalah kadar Sisplatin BPFI dalam mg per ml
pindahkan secara sempurna dengan bantuan air
Larutan baku; rU dan rS berturut-berturut adalah
panas. Cuci kertas saring dengan air panas. Letakkan respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
gelas piala yang berisi campuran filtrat dan air cucian
di atas lempeng pemanas dan uapkan sampai lebih
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kurang 300 ml. Letakkan batang pengaduk kaca
rapat, terlindung cahaya.
dalam gelas piala dan panaskan larutan sampai
mendidih. Tambahkan perlahan-lahan tetes demi tetes
melalui bagian tengah gelas piala 10,0 ml hidrazina
hidrat P 85% [Perhatian Hidrazina adalah toksik.]
SISPLATIN UNTUK INJEKSI
Tambahkan 2 tetes natrium hidroksida 10 N, Cisplatin for Injection
didihkan 10 menit untuk menggumpalkan endapan
agar mudah disaring, dinginkan, saring secara Sisplatin untuk Injeksi adalah campuran terliofilisasi
kuantitatif melalui kertas saring porositas sedang, steril dari Sisplatin, Manitol, dan Natrium klorida.
halus, dan bebas abu. Bilas gelas piala dengan air Mengandung sisplatin, Cl2H6N2Pt, tidak kurang dari
panas, tuangkan air cucian melalui kertas saring. 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
Bersihkan gelas piala dan batang pengaduk dengan tertera pada etiket.
sepotong kertas saring yang sama dengan yang [Perhatian Sisplatin sangat sitotoksik. Lakukan
digunakan untuk menyaring. Letakkan kertas saring dengan sangat hati-hati dalam penanganan serbuk
yang berisi endapan dan kertas saring pembersih dan penyiapan larutan.]
dalam krus porselen nomer 1 yang sebelumnya
telah dipijarkan sampai bobot tetap. Keringkan di Perubahan
atas lempeng pemanas yang ditutup bantalan isolasi, Baku pembanding Sisplatin BPFI; tidak boleh
naikkan suhu perlahan-lahan sampai mengarang, dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
wadah terutup rapat, terlindung cahaya. Transplatin
– 2703 –

BPFI; Kalium Trikloroaminaplatinat BPFI; Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0% gunakan
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, formamida anhidrat sebagai larutan pengekstraksi.
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk Lakukan penetapan sebagai berikut: Masukkan lebih
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, kurang 50 ml formamida anhidrat ke dalam labu
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan titrasi dan titrasi dengan Pereaksi sampai akhir titrasi
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka secara elektrometrik. Gunakan formamida P yang
dalam lemari pembeku. telah dikeringkan untuk membilas alat suntik dari
kaca yang dilengkapi dengan jarum ukuran 22,
panjang lebih kurang 8 cm. Tambahkan bilasan
Perubahan kembali ke labu titrasi, jika perlu titrasi kembali isi
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada labu. Dengan alat suntik ambil 5 ml formamida P
Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis <281>. yang telah dititrasi, masukkan ke dalam wadah
Fase gerak Campuran aseton P-asam nitrat 1 N melalui tutup. Kocok wadah hingga larut. Dengan
(180:20). alat suntik yang sama, ambil semua larutan dari
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. dalam wadah, pindahkan ke dalam labu titrasi. Titrasi
Larutan baku Buat larutan baku dalam air yang sampai titik akhir titrasi, atur kecepatan yang
mengandung Sisplatin BPFI 1,0 mg per ml, larutan terendah untuk menghindarkan titrasi yang
natrium klorida P 9 mg per ml dan D-manitol P berlebihan.
10 mg per ml.
Larutan uji Larutkan seluruh isi dari 1 wadah Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
dengan air sampai diperoleh sisplatin 1,0 mg per ml,
berdasarkan kadar yang tertera pada etiket. Trikloroaminaplatinat Tidak lebih dari 1,0%.
Penampak bercak Tambahkan 5,6 g timah(II) Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
klorida P pada 10 ml asam hidroklorida P, aduk kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
selama 5 menit. [Catatan Tidak perlu semua padatan
Fase gerak, Larutan baku, dan Sistem
larut]. Larutkan 200 mg kalium iodida P dalam 90 ml
kromatografi Lakukan seperti tertera pada
air. Campur kedua larutan. Abaikan endapan yang Trikloroplatinat dalam Sisplatin.
terbentuk, simpan larutan di tempat yang gelap. Larutan uji Larutkan secara kuantitatif isi satu
Larutan dapat digunakan dalam waktu 1 minggu. wadah dalam alat kaca aktinik rendah hingga
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing diperoleh kadar sisplatin 0,5 mg per ml.
5 µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana tertera pada Trikloroaminaplatinat dalam Sisplatin.
kromatografi yang dilapisi kertas saring dan telah Hitung persentase trikloroaminaplatinat dalam zat
dijenuhkan dengan Fase gerak selama 30 menit, dengan rumus:
biarkan Fase gerak merambat lebih kurang 8 cm di
atas garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas  rU   CV 
rambat, biarkan Fase gerak menguap. Keringkan       0,1  318,48 
   357,58 
lempeng dalam oven pada suhu lebih kurang 100°  rS  W 
selama 1 menit, dinginkan. Semprot lempeng dengan
Penampak bercak, panaskan dalam oven pada suhu rU dan rS berturut-turut adalah respon puncak yang
lebih kurang 100° selama 5 menit, dinginkan dan diperoleh dari Larutan uji dan Larutan baku; C
semprot lempeng dengan larutan kalium iodida P adalah kadar dalam µg per ml Larutan baku; V
(1 dalam 50) untuk memperjelas warna bercak: harga adalah volume kandungan terkonstitusi dalam wadah,
Rf bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji dalam ml; W adalah bobot sisplatin per wadah yang
sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan baku. tertera pada etiket; 318,48 dan 357,58 berturut-turut
adalah bobot molekul trikloroaminaplatinat dan
Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan kalium trikloroaminaplatinat.
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera
pada Injeksi. Perubahan
Transplatin Tidak lebih dari 2,0%. Lakukan
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
2,0 unit Endotoksin FI per mg. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan baku persediaan, Larutan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat, lakukan penetapan baku kerja, Larutan baku, Larutan resolusi, dan
seperti tertera pada Penyaringan membran dalam Uji Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada uji
Sterilitas dari produk yang diuji. Transplatin dalam Sisplatin
Larutan uji (1) Larutkan secara kuantitatif
pH <1071> Antara 3,5 dan 6,2. Lakukan penetapan isi 1 wadah dalam air hingga diperoleh kadar sisplatin
dalam larutan terkonstitusi seperti tertera pada etiket, 0,5 mg per ml.
menggunakan Air Steril untuk Injeksi. Larutan uji (2) Lakukan seperti tertera pada uji
Transplatin dalam Sisplatin.
– 2704 –

Prosedur Lakukan seperti tertera pada uji Sistein Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
Transplatin dalam Sisplatin. Hitung persentase 98,5% dan tidak lebih dari 101,5%, C3H7NO2S.HCl,
transplatin dalam zat dengan rumus: sebagai L-sistein hidroklorida dihitung terhadap zat
kering.
r   CV 
0,1  U     Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih.
 rS  W 
Kelarutan Larut dalam air, dalam etanol, dan dalam
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak aseton.
dari Larutan uji (2) dan Larutan baku; C adalah
kadar Transplatin BPFI dalam µg per ml Larutan Perubahan
baku kerja; V adalah volume kandungan terkonstitusi Baku pembanding L-Sistein Hidroklorida
dalam wadah, dalam ml; W adalah bobot sisplatin Monohidrat BPFI; Lakukan pengeringan pada
per wadah yang tertera pada etiket tekanan tidak lebih dari 5 mmHg selama 24 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Persyaratan lain Memenuhi persyaratan Penandaan rapat, di tempat kering. L-Tirosin BPFI; tidak boleh
seperti tertera pada Injeksi. dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kromatografi cair kinerja tingi seperti tertera pada Identifikasi Spektrum serapan inframerah
Kromatografi <931>. zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam
Fase gerak, Larutan baku, dan Sistem kromatografi kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Sisplatin L-Sistein Hidroklorida BPFI.
Larutan uji Larutkan secara kuantitatif isi
1 wadah dalam dimetilformamida P hingga diperoleh Rotasi jenis <1081> Antara +5,7dan +6,8;
kadar sisplatin 1,0 mg per ml, sonikasi selama lakukan penetapan menggunakan larutan
5 menit, saring 5 ml larutan melalui penyaring 80 mg per ml dalam asam hidroklorida 6 N.
membran yang sesuai, buang 1 ml filtrat pertama.
Kumpulkan filtrat. Perubahan
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti Susut pengeringan <1121> Antara 8,0% dan
tertera pada Penetapan kadar dalam Sisplatin. Hitung 12,0%; lakukan penetapan pada suhu ruang dengan
jumlah dalam mg sisplatin, Cl2H6N2Pt, dalam wadah tekanan tidak lebih dari 5 mmHg selama 24 jam.
dengan rumus:
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,4%.
 rU 
   C  V Perubahan
 rS  Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,03%; lakukan
penetapan menggunakan larutan yang mengandung
rU dan rS berturut-berturut adalah respons puncak 330 mg sistein hidroklorida dan bandingkan
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar kekeruhan dengan 0,10 ml asam sulfat 0,020 N.
Sisplatin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; V
adalah volume kandungan terkonstitusi dalam wadah, Besi <331> Tidak lebih dari 30 bpj.
dalam ml.
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari
Perubahan 15 bpj.
Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
Padatan Steril seperti tertera pada Injeksi, terlindung Perubahan
cahaya. Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
lebih dari 0,5% dan total cemaran tidak lebih dari
2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
SISTEIN HIDROKLORIDA Fase gerak Buat campuran butil alkohol P-asam
Cysteine Hydrochloride asetat glasial P-air (3:1:1).
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
Larutan N-etilmaleimid Buat larutan N-etilmaleimid
40 mg per ml dalam etanol P.
Penampak bercak Larutkan 0,2 g ninhidrin P
dalam 100 ml campuran butil alkohol P-asam asetat
2 N (95:5).
Perubahan
L-Sistein hidroklorida monohidrat [7048-04-6] Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
L-Sistein hidroklorida anhidrat [52-89-1] kurang 20 mg L-Sistein Hidroklorida Monohidrat
C3H7NO2S.HCl.H2O BM 175,63 BPFI, larutkan dalam 10,0 ml air, tambahkan 10,0 ml
C3H7NO2S.HCl BM 157,62
– 2705 –

Larutan N-etilmaleimid, campur, diamkan larutan SULFAMETAZIN


selama 5 menit sebelum digunakan. Sulfadimidn
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Sulfamethazine
persediaan, encerkan hingga kadar 0,05 mg per ml.
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih
kurang 200 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
10-ml. larutkan dan encerkan sampai tanda.
Larutan uji Pipet 5 ml Larutan uji persediaan,
tambahkan 5,0 ml Larutan N-etilmaleimid. Diamkan
selama 5 menit sebelum digunakan.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama N1-(4,6-Dimetil-2-pirimidinil)sulfanilamida [57-68-1]
10 mg L-Tirosin BPFI, masukkan ke dalam labu C12H14N4O2S BM 278,33
tentukur 25-ml, tambahkan 10 ml Larutan baku
persediaan, encerkan sampai tanda. Perubahan
Prosedur Totolkan secara terpisah sejumlah Sulfametazin mengandung tidak kurang dari 99,0%
volume sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku, dan tidak lebih dari 100,5%, C12H14N4O2S, dihitung
Larutan kesesuaian sistem, dan Larutan uji pada terhadap zat kering.
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam
bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Pemerian Serbuk, putih sampai putih kekuningan;
Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat hingga dapat menjadi gelap pada pemaparan terhadap
tiga per empat tinggi lempeng, angkat lempeng, cahaya; rasa agak pahit; praktis tidak berbau.
tandai batas rambat, dan biarkan kering di udara.
Kemudian semprot dengan Penampak bercak, Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam
keringkan lempeng pada suhu antara 100 dan 105 eter; larut dalam aseton; sukar larut dalam etanol.
selama lebih kurang 15 menit. Amati bercak di bawah
cahaya putih: kromatogram dari Larutan kesesuaian Perubahan
sistem menunjukkan dua bercak yang terpisah dengan Baku pembanding Sulfametazin BPFI; tidak boleh
baik; intensitas bercak sekunder pada Larutan uji dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
tidak lebih besar dari bercak utama pada Larutan wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
baku.
Perubahan
Perubahan Identifikasi
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang A. Spektrum serapan inframerah zat yang
250 mg zat, masukkan ke dalam labu iodum. didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
Tambahkan 20 ml air dan 4 g kalium iodida P, maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
campur hingga larut. Dinginkan larutan dalam tangas seperti pada Sulfametazin BPFI.
es, tambahkan 5 ml asam hidklorida 3 N dan 25,0 ml B. Pada 100 mg tambahkan 10 ml air dan larutan
iodum 0,1 N LV, tutup, diamkan di tempat gelap natrium hidroksida P (1 dalam 250) secukupnya
selama 20 menit dalam tangas es. Titrasi kelebihan hingga memberikan warna merah muda pada kertas
iodum dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV. Mendekati fenolftalein P. Tambahkan 5 tetes tembaga(II) sulfat
titik akhir tambahkan 3 ml kanji LP. Lakukan LP: terbentuk endapan kuning hijau yang berubah
penetapan blangko. Hitung persentase sistein menjadi cokelat bila dibiarkan.
hidroklorida, C3H7NO2S.HCl, dalam zat dengan
rumus : Perubahan
Keasaman Ekstraksi 3,0 g zat dalam 150 ml air bebas
 VB  VS   N  F  karbon dioksida P pada suhu 70° selama lebih kurang
 W   100 5 menit, aduk sesekali agar tetap terbentuk suspensi.
Dinginkan dengan cepat dalam tangas es hingga suhu
20°±0,5°, dengan pengadukan mekanik. Saring segera
VB dan VS berturut-turut adalah volume titran dalam menggunakan pompa isap, tanpa pencucian keringkan
ml yang digunakan pada titrasi kembali blangko dan endapan dengan saksama dengan pengisapan.
zat uji; N adalah normalitas titran dalam mEq per ml; Tambahkan 2 tetes timolftalein LP pada 25,0 ml filtrat
F adalah faktor ekuivalen, 157,6 mg per mEq; W dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV. Pada
adalah bobot dalam mg zat uji. 25,0 ml filtrat kedua tambahkan 10 ml asam
hidroklorida P. Dinginkan hingga 15° dan titrasi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dengan natrium nitrit 0,1 M LV dengan cara seperti
baik. tertera pada Titrasi Nitrimetri dalam Titrimetri <711>.:
perbedaan volume natrium hidroksida 0,1 N yang
digunakan dengan volume natrium nitrit 0,1 M yang
digunakan tidak lebih dari 0,5 ml.
– 2706 –

Kejernihan dan warna larutan Larutkan 1,0 g zat Perubahan


dalam campuran 20 ml air dan 5 ml natrium Baku pembanding Sulfametoksazol BPFI; lakukan
hidroksida 1 N: larutan jernih dan warna tidak lebih pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam sebelum
tua dari kuning pucat. digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya. Sulfanilamida BPFI.
Jarak lebur <1021> Antara 197° dan 200°.
Identifikasi
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam, dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
menggunakan lebih kurang 1 g zat yang ditimbang P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
saksama. gelombang yang sama seperti pada Sulfametoksazol
BPFI.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat
10 µg per ml dalam larutan natrium hidroksida P
Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan (1 dalam 250) menunjukkan maksimum dan
penetapan menggunakan 200 mg zat. minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pada Sulfametoksazol BPFI; daya serap masing-
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari masing dihitung terhadap zat kering, pada panjang
20 bpj. gelombang serapan maksimum lebih kurang 257 nm
berbeda tidak lebih dari 2,0%
Cemaran umum <481> C. Larutkan lebih kurang 100 mg zat dalam 2 ml
Larutan uji Gunakan pelarut aseton P asam hidroklorida P, tambahkan 3 ml larutan
Larutan baku Gunakan pelarut aseton P natrium nitrit P (1 dalam 100) dan 1 ml larutan
Fase gerak Buat campuran etil asetat P-metanol P- natrium hidroksida P (1 dalam 10) yang mengandung
amonium hidroksida P (17:6:5) 10 mg 2-naftol P : terbentuk endapan merah jingga.
Penampak bercak Gunakan teknik penampak
bercak nomor 11.
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 168° dan 172°.
Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
pada Titrasi Nitrimetri dalam Titrimetri <711>. lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam.

Tiap ml natrium nitrit 0,1 M Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
setara dengan 27,83 mg C12H14N4O2S
Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup penetapan menggunakan 200 mg zat.
baik, tidak tembus cahaya.
Perubahan
Cemaran organik Tidak lebih dari 0,2%. Lakukan
SULFAMETOKSAZOL penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis
Sulfamethoxazole seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran etanol P-n-heptana P-
kloroform P-asam asetat glasial P (25:25:25:7).
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
Larutan baku A Larutkan 100 mg Sulfametoksazol
BPFI dalam 0,10 ml amonium hidroksida P, encerkan
dengan metanol P hingga 10,0 ml
Larutan baku B Larutkan 20 mg Sulfanilamida
N1-(5- metil-3-isoksazolil)sulfanilamida [723-46-6] BPFI dan 20 mg asam sulfanilat P dalam 10 ml
C10H11N3O3S BM 253,28 amonium hidroksida P, encerkan dengan metanol P
Sulfametoksazol mengandung tidak kurang dari hingga 100 ml. Pipet 2 ml larutan ke dalam labu
99,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C10H11N3O3S, tentukur 50-ml, tambahkan 10 ml amonium
dihitung terhadap zat kering. hidroksida P, encerkan dengan metanol P sampai
tanda.
Pemerian Serbuk hablur, putih sampai hampir putih; Larutan uji Larutkan 100 mg zat dalam 0,10 ml
praktis tidak berbau. amonium hidroksida P, encerkan dengan
metanol P hingga 10,0 ml.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam eter, Penampak bercak Larutkan 100 mg p-
dan dalam kloroform; mudah larut dalam aseton dan dimetilaminobenzaldehida P dalam 1 ml asam
dalam larutan natrium hidroksida encer; agak sukar hidroklorida P dan encerkan dengan etanol P hingga
larut dalam etanol. 100 ml.
– 2707 –

Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing penambahan natrium hidroksida 2 N dan encerkan
10 µl Larutan baku A, 25 µl Larutan baku B, dan dengan air hingga 1 liter.
10 µl Larutan uji pada lempeng kromatografi, Alat tipe 2: 75 rpm
biarkan bercak kering. Masukkan lempeng ke dalam Waktu: 30 menit
bejana kromatografi berisi Fase gerak biarkan Fase Larutan baku Timbang saksama lebih kurang
gerak merambat hingga lebih kurang tiga perempat 44 mg Telmisartan BPFI, masukkan ke dalam labu
tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan kering di tentukur 100-ml. Tambahkan 1 ml natrium
udara. Semprot lempeng dengan Penampak bercak. hidroksida 0,1 N dan encerkan dengan metanol P
Harga Rf sulfametoksazol, sulfanilamida, dan asam sampai tanda. Encerkan larutan ini dengan
sulfanilat berturut-turut lebih kurang 0,7; 0,5; dan Media disolusi hingga kadar lebih kurang
0,1. Bercak sulfanilamida atau asam sulfanilat yang 0,011 mg per ml.
diperoleh dari Larutan uji tidak lebih besar atau lebih Larutan uji (Untuk tablet mengandung 20 mg)
intensif dari bercak Larutan baku B. Saring sejumlah alikot melalui penyaring yang sesuai
dengan porositas 0,45 µm. Encerkan filtrat dengan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang Media disolusi (1:2).
500 mg zat, larutkan dalam campuran 20 ml asam Larutan uji (Untuk tablet mengandung 40 mg)
asetat glasial P dan 40 ml air, tambahkan 15 ml asam Saring sejumlah alikot melalui penyaring yang sesuai
hidroklorida P. Dinginkan hingga 15°, dan segera dengan porositas 0,45 µm. Encerkan filtrat dengan
titrasi dengan natrium nitrit 0,1 M LV, tetapkan titik Media disolusi (1:4).
akhir secara potensiometrik menggunakan elektrode Larutan uji (Untuk tablet mengandung 80 mg)
kalomel-platina. Saring sejumlah alikot melalui penyaring yang sesuai
dengan porositas 0,45 µm. Encerkan filtrat dengan
Tiap ml natrium nitrit 0,1 M Media disolusi (1:8).
setara dengan 25,33 mg C10H11N3O3S Prosedur Lakukan penetapan jumlah telmisartan,
C33H30N4O2, yang terlarut dengan mengukur serapan
Perubahan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup gelombang 296 nm menggunakan Media disolusi
baik, tidak tembus cahaya, pada suhu ruang. sebagai blangko. Hitung persentase telmisartan,
C33H30N4O2, yang terlarut dengan rumus:

TABLET TELMISARTAN  AU   CS   V 
Telmisartan Tablets          100
 AS   D  L
Tablet Telmisartan mengandung Telmisartan,
C33H30N4O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. dan Larutan baku; CS adalah kadar dalam mg per ml
Larutan baku; V adalah volume Media disolusi, 900
Perubahan ml; D adalah faktor pengenceran Larutan uji; dan L
Baku pembanding Telmisartan BPFI; tidak boleh adalah kandungan telmisartan yang tertera pada etiket
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam dalam mg per tablet.
wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis A Telmisartan Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
BPFI. kurang dari 75% (Q), C33H30N4O2, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Perubahan
Identifikasi Tambahan persyaratan
A. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji sesuai UJI 2
dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada Media disolusi: asam hidroklorida 0,1 N, 900 ml
Disolusi uji 1, menunjukkan maksimum dan Alat tipe 2: 75 rpm
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti Waktu: 45 menit
pada Telmisartan BPFI. Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan cara
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Kromatografi <931>.
diperoleh pada Penetapan kadar. Dapar Timbang sejumlah kalium dihidrogen fosfat
P, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
Perubahan 2,72 g per liter. Tambahkan 2 ml trietilamina P per
Disolusi <1231> liter larutan. Atur pH hingga 2,4 dengan penambahan
UJI 1 asam fosfat P.
Media disolusi: 900 ml dapar fosfat pH 7,5 yang Fase gerak Campuran asetonitril P-dapar (40:60).
dibuat dengan melarutkan 13,61 g kalium dihidrogen Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
fosfat P dalam 800 ml air, atur pH hingga 7,5 dengan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
– 2708 –

Larutan baku persediaan Timbang saksama  ri 


sejumah Telmisartan BPFI, masukkan ke dalam labu    100
tentukur yang sesuai, larutkan dalam metanol P  rS 
hingga 50% volume total labu. Lakukan sonikasi
untuk melarutkan, dinginkan sampai suhu ruang dan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
encerkan dengan Media disolusi hingga kadar lebih dalam Larutan uji; rs adalah respon puncak
kurang 0,44 mg per ml. telmisartan dalam Larutan uji.
Larutan baku Ukur saksama sejumlah Larutan
baku persediaan, encerkan dengan Media disolusi Perubahan
hingga kadar lebih kurang L/900 mg per ml. L adalah Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
jumlah telmisartan dalam mg per tablet seperti yang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tertera pada etiket. Kromatografi <931>.
Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui Pengencer Buat larutan natrium hidroksida 0,005 N
penyaring dengan porositas 0,45 µm dan buang dalam metanol P.
3 ml filtrat pertama. Dapar Timbang sejumlah ammonium dihidrogen
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi fosfat P, larutkan dan encerkan dengan air hingga
di lengkapi dengan detektor 298 nm dan kolom kadar 2,0 g per liter. Atur pH hingga 3,0 dengan
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan penambahan asam fosfat 1 M.
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per Fase gerak Campuran metanol P-dapar (70:30).
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 tertera pada Kromatografi <931>.
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Larutan baku persediaan Timbang saksama
tidak lebih dari 2,0%. sejumlah Telmisartan BPFI dan Senyawa Sejenis A
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Telmisartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Pengencer hingga kadar berturut-turut lebih kurang
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 0,8 mg per ml dan 0,1 mg per ml.
kromatogram dan ukur respons puncak utama tidak Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
kurang dari 1,6 kali waktu retensi telmisartan. Hitung persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
persentase telmisartan, C33H30N4O2, yang terlarut kadar berturut-turut lebih kurang 0,11 mg per ml dan
dengan rumus: 0,013 mg per ml. Saring larutan menggunakan
penyaring membran dengan porositas 0,45 µm.
Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 20 tablet
 rU 
  C S  V     100
1
 ke dalam labu tentukur yang sesuai dan tambahkan
 rS   
L Pengencer lebih kurang 80% volume labu. Kocok
hingga tablet hancur dan sonikasi lebih kurang
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak 10 menit. Dinginkan pada suhu ruang, encerkan
telmisartan dari Larutan uji dan Larutan baku; dengan Pengencer sampai tanda dan campur. Saring
CS adalah kadar Telmisartan BPFI dalam mg per ml larutan menggunakan penyaring membran dengan
Larutan baku; V adalah volume Media disolusi, porositas 0,45 μm. Encerkan secara kuantitatif
900 ml; L adalah jumlah telmisartan dalam mg per dengan Fase gerak hingga diperoleh kadar lebih
tablet yang tertera pada etiket. kurang 0,11 mg per ml.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kurang dari 80% (Q) telmisartan, C33H30N4O2, dari tinggi dilengkapi dengan detektor 298 nm dan
kolom 4,0 mm × 4 cm yang berisi bahan pengisi L1
jumlah yang tertera pada etiket.
dengan ukuran partikel 5 μm. Pertahankan suhu
kolom pada 40º. Laju alir lebih kurang 0,7 ml per
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
lebih dari 0,2%. Lakukan penetapan dengan cara
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
telmisartan dan senyawa sejenis A telmisartan tidak
Kromatografi <931>.
kurang dari 3; faktor ikutan puncak telmisartan tidak
Pengencer, Dapar, Fase gerak, Larutan uji, Sistem
lebih dari 2,0; faktor kapasitas, k’, tidak kurang dari
kromatografi, dan Kesesuaian sistem Lakukan seperti
1,5; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tertera pada Penetapan kadar.
tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
(lebih kurang 5 l) Larutan uji ke dalam volume sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku dan
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
semua respons puncak. Hitung persentase setiap
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
cemaran dalam tablet dengan rumus:
– 2709 –

persentase telmisartan, C33H30N4O2, dalam tablet panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
dengan rumus: 264 nm dan 271 nm berbeda tidak lebih dari 4,0%.
C. Larutan zat (1 dalam 200) menunjukkan reaksi
 rU   CS  Klorida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
      100 <291>.
 rS   CU 
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam.
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Telmisartan BPFI dalam Larutan baku; CU adalah Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
kadar telmisartan dalam Larutan uji berdasarkan
jumlah yang tertera pada etiket. Logam berat <371> Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan
penetapan dengan melarutkan 400 mg dalam 23 ml air
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah dan tambahkan 2 ml asam asetat 1 N.
tertutup baik, pada suhu ruang terkendali.
Perubahan
Cemaran umum <481>
Tambahan persyaratan Larutan uji Gunakan pelarut metanol P.
Penandaan Jika melakukan Disolusi uji 2, pada Larutan baku Gunakan pelarut metanol P.
etiket cantumkan “Disolusi uji 2”. Fase gerak Buat campuran metanol P-asam asetat
glasial P-air (8:1:1).
Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak
TETRAHIDROZOLIN HIDROKLORIDA nomor 3, semprot dengan hidrogen peroksida LP
Tetrahydrozoline Hydrochloride [Catatan Tutup lempeng dengan kaca untuk
memperlambat hilangnya bercak.]

Perubahan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
400 mg zat, masukkan ke dalam gelas piala 250 ml,
larutkan dalam 60 ml asam asetat glasial P, panaskan
jika perlu. Tambahkan 5 ml anhidrida asetat P, 5 ml
2-(1,2,3,4-Tetrahidro-1-naftil)-2-imidazolin
raksa(II) asetat LP dan 3 tetes merah kuinaldin LP
monohidroklorida [522-48-5]
dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV.
C13H16N2.HCl BM 236,74 Lakukan penetapan blangko dan koreksi bila perlu.
Tetrahidrozolin Hidroklorida mengandung tidak Tiap ml asam perklorat 0,1 N LV
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5%, setara dengan 23,67 mg C13H16N2.HCl
C13H16N2.HCl, dihitung terhadap zat kering.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Pemerian Padatan putih; tidak berbau. Melebur pada rapat.
suhu lebih kurang 256, disertai peruraian.

Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol; TETRAKAIN


sangat sukar larut dalam kloroform; praktis tidak Tetracaine
larut dalam eter.

Perubahan
Baku pembanding Tetrahidrozolin Hidroklorida
BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
Simpan dalam wadah tertutup rapat. Perubahan
2-(Dimetilamino)etil p-(butilamino)benzoat [94-24-6]
Identifikasi C15H24N2O2 BM 264,36
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Tetrakain mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan tidak lebih dari 102,0%, C15H24N2O2, dihitung
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang terhadap zat kering.
sama seperti pada Tetrahidrozolin Hidroklorida
BPFI. Pemerian Zat padat seperti lilin putih atau kuning
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat muda.
(250 µg per ml) menunjukkan maksimum dan
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; larut dalam
pada Tetrahidrozolin Hidroklorida BPFI: daya serap etanol, dalam eter, dalam benzena, dan dalam
masing-masing dihitung terhadap zat kering, pada kloroform.
– 2710 –

Perubahan dan Asam Aminobenzoat BPFI, larutkan dan


Baku pembanding Tetrakain Hidroklorida BPFI; encerkan dengan Pengencer hingga kadar tetrakain
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas hidroklorida lebih kurang 4,6 g per ml dan kadar
fosfor pentoksida P selama 18 jam sebelum masing-masing senyawa sejenis dan asam
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, aminobenzoat lebih kurang 4 g per ml.
terlindung cahaya. Tetrakain BPFI; tidak boleh Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari kadar 1 mg per ml.
pendingin; Asam Aminobenzoat BPFI. Senyawa Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Sejenis B Tetrakain BPFI. Senyawa Sejenis C tinggi dilengkapi dengan detektor 300 nm dan kolom
Tetrakain BPFI. 4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada
Perubahan 30, “autosampler” pada 4. Laju alir lebih kurang
Identifikasi 1,5 ml per menit. Kromatogram diprogram sebagai
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
berikut:
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
seperti pada Tetrakain BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai 0 80 20
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada 3 80 20
Penetapan kadar. 18 40 60
23 40 60
Hilangkan persyaratan 23,1 80 20
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 41 dan 46. 28 80 20

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
fosfor pentoksida P selama 18 jam. pada Prosedur: resolusi, R, antara tetrakain dan
senyawa sejenis B tetrakain tidak kurang dari 5,0;
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. simpangan baku relatif tetrakain pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 5,0%. [Catatan Waktu retensi
Hilangkan persyaratan relatif lihat pada Tabel.]
Kemurnian kromatografi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
larutkan dalam kloroform P hingga kadar 50 mg per Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
ml. kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah asam Hitung persentase asam aminobenzoat, senyawa
4-(butilamino)-benzoat dalam metanol P hingga sejenis B tetrakain, dan senyawa sejenis C tetrakain
kadar 0,2 mg per ml. dengan rumus:
Prosedur Lakukan kromatografi lapis tipis seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara  ri   CS 
terpisah masing-masing 5 µl Larutan uji dan Larutan       100
baku pada lempeng silika gel 0,25 mm. Masukkan  rS   CU 
lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi fase
gerak kloroform P-metanol P-isopropilamino P
(98:7:2) hingga merambat lebih kurang tiga per ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng dan biarkan dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak masing-
kering di udara. Amati lempeng di bawah cahaya masing cemaran dalam Larutan baku; CS adalah
ultraviolet 254 nm: bercak yang diperoleh dari kadar masing-masing cemaran dalam mg per ml
Larutan uji kecuali bercak utama, tidak lebih intensif Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per ml
dari bercak utama Larutan baku (0,4%) dan jumlah Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
intensitas bercak seperti ini tidak lebih dari 0,8%. Hitung persentase masing-masing cemaran lain
dalam zat dengan rumus:
Tambahan persyaratan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara  ri   CS   264,36 
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada         100
Kromatografi <931>.  rS   CU   300,82 
Larutan A, Larutan B, Larutan C, Fase gerak, dan ri adalah respons puncak masing-masing senyawa
Pengencer Lakukan seperti tertera pada Penetapan sejenis lain dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
kadar. dari Larutan baku; CS adalah kadar Tetrakain
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
Tetrakain Hidroklorida BPFI, Senyawa Sejenis B CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
Tetrakain BPFI, Senyawa Sejenis C Tetrakain BPFI, berdasarkan bobot yang ditimbang; 246,36 adalah
– 2711 –

bobot molekul tetrakain dan 300,82 adalah bobot Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
molekul tetrakain hidroklorida. Masing-masing 0 80 20
cemaran dan jumlah cemaran tidak lebih dari batas 3 80 20
yang tertera pada Tabel. 18 40 60
23 40 60
Tabel 23,1 80 20
Nama Waktu retensi Batas 28 80 20
relatif (%)
Asam aminobenzoat 0,3 0,4 Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Tetrakain hidroklorida 1 - kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Senyawa sejenis B pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5;
1,7 0,4
tetrakain simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Senyawa sejenis C lebih dari 0,73%.
2,1 0,4
tetrakain Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Cemaran yang tidak volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
- 0,4
diketahui Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Total cemaran - 0,8 kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Abaikan puncak lebih kecil dari 0,05% persentase tetrakain, C15H24N2O2, dalam zat dengan
rumus:
Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
 rU   CS   264,36 
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada         100
Kromatografi <931>. [Catatan Persiapkan Larutan  rS   CU   300,82 
baku dan Larutan uji segera sebelum digunakan atau
simpan pada suhu 2-8 dan terlindung cahaya.] rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan A Buat larutan 1,36 g per liter kalium fosfat Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
monobasa P dalam air yang dibuat sebagai berikut: Tetrakain Hidroklorida BPFI dalam mg per ml
larutkan 1,36 g kalium fosfat monobasa P dalam 600 ml Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per ml
air dan tambahkan 0,5 ml asam fosfat P. Encerkan Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang;
dengan air hingga 1 liter. 264,36 adalah bobot molekul tetrakain dan 300,82
Larutan B Gunakan asetonitril P. adalah bobot molekul tetrakain hidroklorida.
Larutan C Encerkan asam hidroklorida P hingga
kadar 1,0 ml per liter. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan rapat, tidak tembus cahaya.
Larutan B seperti tertera pada Sistem Kromatografi.
Pengencer Campuran asetonitril P-Larutan C
(20:80). TETRAKAIN HIDROKLORIDA
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Tetrakain Hidroklorida BPFI, larutkan dan
Tetracaine Hydrochloride
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
2-(Dimetilamino)etil p-(butilamino)benzoat
kurang 0,46 mg per ml. Sonikasi selama 5 menit.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku monohidroklorida [136-47-0]
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 0,046 mg per ml. C15H24N2O2.HCl BM 300,82
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
zat, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga Perubahan
Tetrakain hidroklorida mengandung tidak kurang dari
kadar lebih kurang 0,4 mg per ml. Sonikasi selama
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C15H24N2O2.HCl,
5 menit.
dihitung terhadap zat anhidrat.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
Pemerian Serbuk, hablur, halus, putih; tidak berbau;
kurang 0,04 mg per ml.
rasa sedikit pahit diikuti rasa kebas; bersifat
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
higroskopis. Larutan bersifat netral terhadap lakmus.
tinggi dilengkapi dengan detektor 300 nm dan kolom
4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; larut dalam
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada
etanol; tidak larut dalam benzena dan dalam eter.
30, suhu“autosampler” pada 4. Laju alir lebih Melebur pada lebih kurang 148°. Pada 2 polimorfis
kurang 1,5 ml per menit. Kromatogram diprogram yang lain dapat melebur masing-masing pada lebih
sebagai berikut: kurang 134° dan 139°. Campuran 2 bentuk polimorfis
tersebut dapat melebur antara 134° sampai 147°.
– 2712 –

Perubahan Larutan baku Timbang saksama sejumlah


Baku pembanding Tetrakain Hidroklorida BPFI; Tetrakain Hidroklorida BPFI, Senyawa Sejenis B
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas Tetrakain BPFI, Senyawa Sejenis C Tetrakain BPFI,
fosfor pentoksida P selama 18 jam sebelum dan Asam Aminobenzoat BPFI, larutkan dan
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, encerkan dengan Pengencer hingga kadar masing-
terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan masing lebih kurang 0,004 mg per ml.
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
hati-hati untuk menghindari kontaminasi.] larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari kadar lebih kurang 1 mg per ml.
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku. volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
Senyawa Sejenis B Tetrakain BPFI. Senyawa Sejenis Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
C Tetrakain BPFI. Asam Aminobenzoat BPFI. kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase asam aminobenzoat, senyawa
Perubahan sejenis B tetrakain, dan senyawa sejenis C tetrakain
Identifikasi dengan rumus:
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium  ri   CS 
bromida P menunjukkan maksimum hanya pada       100
bilangan gelombang yang sama seperti pada  rS   CU 
Tetrakain Hidroklorida BPFI.
B. Larutan 100 mg zat dalam 5 ml air
menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
tertera pada Uji identifikasi umum <291>. dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak masing-
C. Waktu retensi puncak utama Larutan uji masing cemaran dalam Larutan baku; CS adalah
sesuai dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh kadar masing-masing cemaran dalam mg per ml
pada Penetapan kadar. Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per ml
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%. Hitung persentase masing-masing cemaran lain
dalam zat dengan rumus:
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
 ri   CS 
      100
Perubahan
Syarat lain Jika pada etiket tertera Tetrakain
 rS   CU 
hidroklorida steril, memenuhi syarat uji Sterilitas
<71> dan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari ri adalah respons puncak masing-masing senyawa
0,7 unit Endotoksin FI per mg tetrakain hidroklorida, sejenis lain dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
jika pada etiket tertera tetrakain hidroklorida harus dari Larutan baku; CS adalah kadar Tetrakain
diproses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan baku;
injeksi, harus memenuhi syarat uji Endotoksin bakteri CU adalah kadar zat dalam mg per ml Larutan uji
<201> seperti tertera pada Tetrakain Hidroklorida berdasarkan bobot yang ditimbang. Masing-masing
untuk Injeksi. cemaran dan jumlah cemaran tidak lebih dari batas
yang tertera pada Tabel.
Hilangkan persyaratan
Kemurnian kromatografi Tabel
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Nama Waktu Batas
larutkan dalam air hingga kadar 50 mg per ml. retensi relatif (%)
Larutan baku dan Prosedur Lakukan seperti Asam aminobenzoat 0,3 0,4
tertera pada Tetrakain, mulai dari ”Buat Larutan Tetrakain hidroklorida 1 -
baku” Senyawa sejenis B
1,7 0,4
tetrakain
Tambahan persyaratan Senyawa sejenis C
2,1 0,4
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara tetrakain
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Cemaran yang tidak
- 0,4
Kromatografi <931>. diketahui
Dapar, Fase gerak, Pengencer, dan Sistem Total cemaran - 0,8
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan Abaikan puncak lebih kecil dari 0,05%
kadar.
– 2713 –

Perubahan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak


Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Tetrakain Hidroklorida BPFI dalam mg per ml
Kromatografi <931>. [Catatan Persiapkan Larutan Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per ml
baku dan Larutan uji segera sebelum digunakan atau Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
simpan pada suhu 2-8 dan terlindung cahaya.]
Dapar Buat larutan 1,36 g per liter kalium fosfat Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
monobasa P dalam air yang dibuat sebagai berikut: rapat, tidak tembus cahaya.
larutkan 1,36 g kalium fosfat monobasa P Penandaan Jika digunakan untuk sediaan injeksi,
dalam 600 ml air dan tambahkan 0,5 ml pada etiket dinyatakan steril atau harus diproses lebih
asam fosfat P. Encerkan hingga 1 liter. lanjut untuk pembuatan injeksi atau sediaan steril
Fase gerak Gunakan variasi campuran Dapar dan lainnya.
asetonitril P seperti tertera pada Sistem
Kromatografi.
Pengencer Campuran air-asetonitril P (80:20). TIMEROSAL
Larutan baku persediaan Timbang saksama Thimerosal
sejumlah Tetrakain Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 0,4 mg per ml. Sonikasi selama 5 menit.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 0,04 mg per ml.
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
zat, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 0,4 mg per ml. Sonikasi selama Etil (natrium o-merkaptobenzoato) merkuri [54-64-8]
5 menit. C9H9HgNaO2S BM 404,81
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih Perubahan
kurang 0,04 mg per ml. Timerosal mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tidak lebih dari 102,0%, C9H9HgNaO2S, dihitung
tinggi dilengkapi dengan detektor 300 nm dan kolom terhadap zat kering.
4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada Pemerian Serbuk hablur, warna krem muda; berbau
30, suhu“autosampler” pada 4. Laju alir lebih khas lemah; dipengaruhi oleh cahaya; pH larutan zat
kurang 1,5 ml per menit. Kromatogram diprogram (1 dalam 100) lebih kurang 6,7.
sebagai berikut:

Waktu (menit) Dapar (%) Asetonitril (%) Kelarutan Mudah larut dalam air; praktis tidak larut
0 80 20 dalam eter; larut dalam etanol.
3 80 20
18 40 60 Perubahan
23 40 60 Baku pembanding Timerosal BPFI; lakukan
23,1 80 20 pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
28 80 20 pentoksida P hingga bobot tetap sebelum digunakan.
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Senyawa Sejenis A Timerosal BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; Identifikasi
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
lebih dari 0,73%. dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam gelombang yang sama seperti pada Timerosal BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung B. Pada larutan zat (1 dalam 100) tambahkan
persentase tetrakain hidroklorida, C15H24N2O2.HCl, beberapa tetes perak nitrat LP: terbentuk endapan
dalam zat dengan rumus: kuning pucat.

 rU   CS  Tambahan persyaratan
      100 Identifikasi
 rS   CU  C. Waktu retensi puncak utama pada
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
– 2714 –

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; kadar timerosal dalam mg per ml Larutan uji B
Lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas berdasarkan bobot yang ditimbang; 200,59 adalah
fosfor pentoksida P hingga bobot tetap. bobot atom raksa; 271,50 adalah bobot molekul
raksa(II) klorida.
Hilangkan persyaratan
Zat larut dalam eter Residu tidak lebih dari 4 mg Hilangkan persyaratan
(0,8%); lakukan penetapan dengan cara sebagai Zat mudah terarangkan <411> Larutkan lebih
berikut: timbang saksama 500 mg zat, kocok dengan kurang 200 mg zat dalam 5 ml asam sulfat LP: warna
20 ml etil eter anhidrat P selama 10 menit. Saring, larutan tidak lebih tua dari warna Larutan padanan J.
uapkan eter dalam wadah yang telah ditara, keringkan
residu dalam hampa udara di atas fosfor pentoksida P Tambahan persyaratan
dan timbang. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Perubahan Kromatografi <931>.
Ion raksa Tidak lebih dari 0,70%; lakukan penetapan Larutan A Pada 2 liter air tambahkan 1,0 ml asam
dengan cara sebagai berikut: trifluoroasetat P hingga kadar 0,05%.
Pereaksi iodida Larutkan 33,20 g kalium iodida P Fase gerak Campuran metanol P-Larutan A
dalam 75 ml air di dalam labu tentukur 100-ml, (60:40).
tambahkan air sampai tanda. Larutan dibuat segar, Larutan persediaan 1 Timbang saksama sejumlah
simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Timerosal BPFI, larutkan dan encerkan hingga kadar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah raksa(II) lebih kurang 250 µg per ml.
klorida, masukkan ke dalam labu tentukur yang Larutan persediaan 2 Timbang saksama sejumlah
sesuai, larutkan dan encerkan hingga kadar lebih Senyawa Sejenis A Timerosal BPFI, larutkan dan
kurang 95 µg per ml. encerkan dengan campuran metanol P-air (90:10)
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah hingga kadar lebih kurang 250 µg per ml.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Larutan baku Pipet sejumlah Larutan persediaan 2,
larutkan dan encerkan hingga kadar lebih kurang encerkan hingga kadar lebih kurang 0,25 µg per ml.
5 mg per ml. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Larutan uji A Pipet sejumlah Larutan uji larutkan dan encerkan hingga kadar lebih kurang
persediaan, encerkan hingga kadar lebih kurang 1 mg 250 µg per ml.
per ml. Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan
Larutan uji B Pipet sejumlah Larutan uji persediaan 1 dan Larutan persediaan 2, encerkan
persediaan dan Larutan baku, encerkan hingga kadar hingga kadar masing-masing lebih kurang 25 µg per ml.
timerosal lebih kurang 1 mg per ml dan kadar Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
raksa(II) klorida P lebih kurang 9,5 µg per ml. dilengkapi dengan detektor 222 nm dan kolom 2,1 mm
Prosedur [Catatan Lindungi larutan dari cahaya × 10 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
sebelum pengukuran serapan.] Tandai 5 labu partikel 2 μm. Pertahankan suhu “autosampler” pada
tentukur 10-ml dengan C, D, E, F, dan R. Pipet 5 ml 4º. Laju alir lebih kurang 0,35 ml per menit. Lakukan
Larutan uji A ke dalam labu tentukur C dan D, pipet kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
5 ml Larutan uji B ke dalam labu tentukur E dan F rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
dan pipet 5 ml air ke dalam labu R. Encerkan labu C tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
dan E dengan air sampai tanda. Encerkan labu D, F, timerosal dan senyawa sejenis A timerosal tidak
dan R dengan Pereaksi iodida sampai tanda. Ukur kurang dari 3,5. Lakukan kromatografi terhadap
serapan ion tetraiodomerkurat pada panjang Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
gelombang serapan maksimum lebih kurang 323 nm puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
(diperoleh dari penetapan yang serupa yang disiapkan relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3%.
dengan mencampur 1,0 ml Larutan baku dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
5,0 ml Pereaksi iodida, encerkan dengan air hingga volume sama (lebih kurang 2,5 µl) Larutan baku dan
10,0 ml), gunakan air sebagai blangko. Rekam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
serapan larutan yang ada dalam labu C, D, E, F dan R kromatogram dan ukur semua respons puncak.
berturut-turut sebagai AC, AD, AE, AF, dan AR. Hitung Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
persentase ion raksa dalam zat dengan rumus : dengan rumus:

 AU   CS   200,59   ri   CS 
       100       100
 AS   CU   271,50   rS   CU 

AU adalah serapan Larutan uji yang diperoleh dari ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
persamaan: Au = (AD – AR– AC); AS adalah serapan Larutan uji; rS adalah respons puncak senyawa
Larutan baku yang diperoleh dari persamaan: sejenis A timerosal dari Larutan baku;
AS = (AF – AR – AE– AU); CS adalah kadar raksa(II) CS adalah kadar Senyawa Sejenis A Timerosal BPFI
klorida dalam mg per ml Larutan uji B; CU adalah dalam µg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
– 2715 –

timerosal dalam µg per ml Larutan uji berdasarkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
bobot yang ditimbang. Masing-masing cemaran dan volume sama (lebih kurang 2,5 µl) Larutan baku dan
jumlah cemaran tidak lebih dari batas yang tertera Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
pada Tabel. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase timerosal, C9H9HgNaO2S, dalam zat,
Tabel dengan rumus:
Nama Waktu retensi Batas
relatif  rU   CS 
Asam tiosalisilat 0,36 0,10       100
Timerosal 1,0 -  rS   CU 
Senyawa sejenis A 1,3 0,10
timerosal rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Cemaran lain - 0,10 utama dari Larutan uji dan Larutan baku;
Total cemaran - 1,0 CS adalah kadar Timerosal BPFI dalam µg per ml
Abaikan puncak lebih kecil dari 0,05% Larutan baku ; CU adalah kadar timerosal dalam µg
per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
Perubahan ditimbang.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. rapat, tidak tembus cahaya.
Larutan A Pada 2 liter air tambahkan 1,0 ml asam
trifluoroasetat P hingga diperoleh kadar 0,05%.
Fase gerak Campuran metanol P-Larutan A TIMOL
(60:40). Thymol
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Timerosal BPFI, larutkan dan encerkan
dengan air hingga kadar lebih kurang 250 µg per ml.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan hingga kadar 25 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
p-Simen-3-ol [89-83-8]
25 µg per ml. [Catatan Buat Larutan baku dan
C10H14O BM 150,22
Larutan uji pada kadar tidak lebih dari ± 10% dari
kadar yang telah diperkirakan.]
Timol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
Larutan cemaran persediaan Timbang saksama
tidak lebih dari 101,0%, C10H14O.
sejumlah Senyawa Sejenis A Timerosal BPFI, larutkan
dan encerkan dengan campuran metanol P-air (90:10)
Pemerian Hablur tidak berwarna kadang-kadang
hingga kadar lebih kurang 250 µg per ml.
berbentuk besar-besar, atau serbuk hablur putih; bau
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan
aromatis seperti bau timi; rasa pedas. Dipengaruhi
baku persediaan dan Larutan cemaran persediaan,
cahaya. Larutan dalam etanol netral terhadap lakmus.
encerkan hingga kadar masing-masing lebih kurang
25 µg per ml.
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter, dan
tinggi dilengkapi dengan detektor 222 nm dan kolom
dalam minyak zaitun; larut dalam asam asetat
2,1 mm × 10 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan
glasial, dalam minyak lemak dan atsiri.
ukuran partikel 2 μm. Pertahankan suhu
“autosampler” pada 4º. Laju alir lebih kurang
Tambahan persyaratan
0,35 ml per menit. Lakukan kromatografi
Baku pembanding Timol BPFI; tidak boleh
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak timerosal
pendingin
dan senyawa sejenis A timerosal tidak kurang dari
3,5; Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Perubahan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Identifikasi
tertera pada prosedur: faktor ikutan puncak timerosal
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif pada
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%. [Catatan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Waktu retensi relatif timerosal dan senyawa sejenis A
sama seperti pada Timol BPFI.
timerosal berturut-turut 1,0 dan 1,3.]
– 2716 –

B. Memenuhi persyaratan seperti tertera pada propilen glikol; tidak larut dalam eter dan dalam
Penetapan Jarak Lebur dan Suhu Lebur <1021>. sikloheksana.

Jarak lebur <1021> Antara 48º dan 51º, tetapi Perubahan


apabila dilebur, timol tetap cair pada suhu yang lebih Baku pembanding Timolol Maleat BPFI; tidak boleh
rendah. dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa Sejenis B
Sisa tidak menguap Tidak lebih dari 0,05%, lakukan Timolol Maleat BPFI. Senyawa Sejenis C Timolol
penetapan menggunakan lebih kurang 2 g zat yang Maleat BPFI. Senyawa Sejenis D Timolol Maleat BPFI.
ditimbang saksama, uapkan di atas tangas uap dan Senyawa Sejenis E Timolol Maleat BPFI. Senyawa
keringkan pada suhu 105º hingga bobot tetap. Sejenis F Timolol Maleat BPFI.

Perubahan Identifikasi
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang A. Spektrum serapan inframerah zat yang
100 mg zat, masukkan ke dalam labu iodum 250 ml didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
dan larutkan dalam 25 ml natrium hidroksida 1 N. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Tambahkan 20 ml larutan asam hidroklorida P sama seperti pada Timolol Maleat BPFI.
(1 dalam 2) panas dan segera titrasi dengan B. Spektrum serapan ultraviolet larutan
brom 0,1 N LV hingga 1 ml-2 ml sebelum titik akhir 25 µg per ml dalam asam hidroklorida 0,12 N
yang telah diperhitungkan. Panaskan larutan hingga menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
suhu antara 70º dan 80º, tambahkan 2 tetes jingga gelombang yang sama seperti pada Timolol Maleat
metil LP dan lanjutkan titrasi secara perlahan, goyang BPFI; serapan masing-masing dihitung terhadap zat
kuat setelah setiap penambahan. Jika warna jingga kering, pada panjang gelombang serapan maksimum
metil menjadi pucat, tambahkan 2 tetes brom 0,1 N lebih kurang 294 nm: berbeda tidak lebih dari 3,0%.
LV, kocok selama 10 detik, tambahkan 1 tetes jingga
metil LP, kocok kuat. Bila larutan menjadi merah Tambahan persyaratan
lanjutkan titrasi tetes demi tetes sambil dikocok, C. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
hingga warna hilang. Ulangi penambahan titran dan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
jingga metil LP bergantian hingga warna merah diperoleh pada Penetapan kadar.
hilang setelah penambahan jingga metil LP.
Rotasi jenis <1081> Antara -11,7º dan -12,5º,
Tiap ml brom 0,1 N LV lakukan penetapan menggunakan larutan yang
setara dengan 3,755 mg C10H14O mengandung 50 mg per ml dalam asam hidroklorida
1,0 N dengan menggunakan sumber cahaya lampu
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup raksa pada 405 nm.
rapat, tidak tembus cahaya.
pH <1071> Antara 3,8 dan 4,3; lakukan penetapan
menggunakan larutan dengan kadar 20 mg per ml.
TIMOLOL MALEAT
Timolol Maleate Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
100º hingga bobot tetap.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari


Garam (-)-1-(tert-butilamino)-3-[(4-morfolino-1,2,5- 20 bpj.
tiadiazol-3-il)oksi]-2-propanolmaleat (1:1) [26921-
17-5] Hilangkan persyaratan
C13H24N4O3S.C4H4O4 BM 432,49 Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera
Perubahan pada Kromatografi <931>.
Timolol Maleat mengandung tidak kurang dari 98,0% Fase gerak Buat campuran kloroform P-
dan tidak lebih dari 102,0%, C13H24N4O3S.C4H4O4, metanol P-amonium hidroksida P (80:20:1).
dihitung terhadap zat kering. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Timolol
Maleat BPFI, larutkan dalam metanol P dan encerkan
Pemerian Serbuk; putih hingga praktis putih; tidak secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan
berbau atau praktis tidak berbau. metanol P hingga kadar lebih kurang sebagai
berikut: 200 µg per ml (Larutan baku A = 0,4% dari
Kelarutan Larut dalam air, dalam etanol, dan dalam zat uji); 100 µg per ml (Larutan baku B = 0,2% dari
metanol; agak sukar larut dalam kloroform dan dalam
– 2717 –

zat uji) dan 50 µg per ml (Larutan baku C = 0,1% Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
dari zat uji). 0 84 16
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 2,4 84 16
500 mg zat, larutkan dalam 10,0 ml metanol P. 8 20 80
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 8,1 84 16
10 µl Larutan uji dan enceran Larutan baku (A, B 11 84 16
dan C) pada lempeng kromatografi silika gel P
setebal 0,25 mm, biarkan totolan mengering. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
yang berisi Fase gerak hingga merambat lebih seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat puncak timolol dan senyawa sejenis D timolol tidak
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan Fase gerak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap
menguap. Masukkan lempeng ke dalam bejana yang Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
berisi uap iodum selama 2 jam dan amati bercak di puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Bandingkan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
intensitas bercak selain bercak utama Larutan uji, 4,0%.
kecuali bercak anion maleat, dengan bercak utama Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan baku: tidak ada bercak lain yang volume sama (lebih kurang 2,5 μl) Larutan baku dan
intensitasnya lebih kuat dari bercak utama Larutan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
baku A (0,4%) dan jumlah intensitas semua bercak kromatogram dan ukur semua respons puncak.
lain, kecuali bercak lain yang intensitasnya lebih Hitung persentase masing-masing cemaran spesifik
lemah dari bercak utama Larutan baku C: tidak lebih dalam zat dengan rumus:
dari 1,0%.
 ri   CS 
Tambahan persyaratan       100
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara  rS   CU 
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, dan Pengencer, dari Larutan uji; rS adalah respons puncak cemaran
lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. yang sesuai dari Larutan baku; CS adalah kadar baku
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Timolol pembanding yang sesuai dalam µg per ml Larutan
Maleat BPFI, Senyawa Sejenis B Timolol Maleat baku; CU adalah kadar timolol maleat dalam µg per
BPFI, Senyawa Sejenis C Timolol Maleat BPFI, ml Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Senyawa Sejenis D Timolol Maleat BPFI, Senyawa Hitung persentase masing-masing cemaran tidak
Sejenis E Timolol Maleat BPFI, dan Senyawa Sejenis spesifik dalam zat dengan rumus:
F Timolol Maleat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar berturut-turut lebih  ri   CS 
kurang 1 µg per ml; 4 µg per ml; 4 µg per ml; 4 µg       100
per ml; 4 µg per ml; dan 4 µg per ml. Jika perlu  rS   CU 
sonikasi selama 0,5 menit.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama ri adalah respons puncak masing-masing
sejumlah Timolol Maleat BPFI, Senyawa cemaran tidak spesifik dari Larutan uji; rS adalah
Sejenis B Timolol Maleat BPFI, Senyawa Sejenis C respons puncak timolol dari Larutan baku;
Timolol Maleat BPFI, Senyawa Sejenis D CS adalah kadar Timolol Maleat BPFI dalam
Timolol Maleat BPFI, Senyawa Sejenis E µg per ml Larutan baku; CU adalah kadar timolol
Timolol Maleat BPFI, dan Senyawa Sejenis F maleat dalam µg per ml Larutan uji berdasarkan
Timolol Maleat BPFI, larutkan dan encerkan dengan bobot yang ditimbang. Masing-masing cemaran dan
Pengencer hingga kadar lebih kurang masing-masing jumlah cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
100 µg per ml. [Catatan Buat dalam keadaan segar pada Tabel. Abaikan puncak lebih kecil dari 0,05%.
dan analisa sesegera mungkin karena Senyawa
Sejenis E Timolol Maleat BPFI cepat terdegradasi.] Tabel
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Nama Waktu Batas
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga retensi relatif (%)
kadar lebih kurang 1 mg per ml. Senyawa sejenis B timolol 0,5 0,4
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Senyawa sejenis D timolol 0,8 0,4
tinggi dilengkapi dengan detektor 295 nm dan kolom Timolol maleat 1,0 -
2,1 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Senyawa sejenis E timolol 1,4 0,4
ukuran partikel 2,6 µm. Laju alir lebih kurang 0,4 ml Senyawa sejenis C timolol 1,8 0,4
per menit. Pertahankan suhu “autosampler” pada 4º. Senyawa sejenis F timolol 2,0 0,4
Kromatograf diprogram sebagai berikut: Cemaran lain - 0,10
Total cemaran - 1,0
– 2718 –

Perubahan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak timolol


Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dari Larutan uji dan Larutan baku. CS adalah kadar
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Timolol Maleat BPFI dalam µg per ml Larutan baku;
Kromatografi <931>. CU adalah kadar timolol maleat dalam µg per ml
Larutan A Encerkan 0,5 ml asam trifloroasetat P Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
dengan 1000 ml air.
Larutan B Encerkan 0,5 ml asam trifloroasetat P Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dengan 1000 ml asetonitril P. baik.
Pengencer Campuran metanol P-air (60:40).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem TIOPENTAL NATRIUM UNTUK INJEKSI
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian Thiopental Sodium for Injection
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Tiopental Natrium untuk Injeksi adalah campuran steril
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Timolol tiopental natrium dan natrium karbonat anhidrat sebagai
Maleat BPFI, larutkan dan encerkan dengan dapar. Mengandung, C11H17N2NaO2S, tidak kurang dari
Pengencer hingga kadar lebih kurang 100 µg per ml. 93,0% dan tidak lebih dari 107,0%, dari jumlah yang
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, tertera pada etiket.
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 100 µg per ml. Perubahan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Baku pembanding Tiopental BPFI; tidak boleh
sejumlah Timolol Maleat BPFI dan Senyawa sejenis dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
D Timolol Maleat BPFI, larutkan dan encerkan wadah tertutup rapat, lakukan pengerjaan pada
dengan Pengencer hingga kadar berturut-turut lebih tempat kering. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
kurang 100 µg per ml dan 10 µg per ml. pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua
tinggi dilengkapi dengan detektor 295 nm dan kolom isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
2,1 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
ukuran partikel 2,6 µm. Laju alir lebih kurang 0,4 ml belum dibuka dalam lemari pembeku.
per menit. Pertahankan suhu “autosampler” pada 4º.
Kromatograf diprogram sebagai berikut: Tambahan persyaratan
Identifikasi
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%) A. Timbang serbuk natrium tiopental untuk injeksi
0 84 16 setara 500 mg natrium tiopental, masukkan ke dalam
2,4 84 16 corong pisah yang berisi 10 ml air. Tambahkan 10 ml
8 20 80 asam hidroklorida 3 N dan ekstraksi dua kali masing-
8,1 84 16 masing dengan 25 ml kloroform P. Uapkan gabungan
11 84 16 ekstrak kloroform sampai kering. Tambahkan 10 ml
eter P, uapkan kembali, keringkan pada suhu 105º
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian selama 2 jam. Spektrum serapan inframerah residu
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak yang telah didispersikan dalam kalium bromida P
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara menunjukan maksimum hanya pada bilangan
puncak timolol dan senyawa sejenis D timolol tidak gelombang yang sama seperti pada Tiopental BPFI.
kurang dari 2. Lakukan kromatografi terhadap B. Pijarkan serbuk natrium tiopental untuk injeksi
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons setara dengan lebih kurang 500 mg natrium tiopental:
puncak seperti tertera pada Prosedur: fakor ikutan menunjukkan reaksi Natrium seperti tertera pada Uji
tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada Identifikasi Umum <291>.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Tambahan persyaratan
volume sama (lebih kurang 2,5 μl) Larutan baku dan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Kesempurnaan melarut <901> Campur 800 mg zat
Hitung persentase timolol maleat, dengan 10 ml air bebas karbon dioksida P: setelah
C 13 H 24 N 4 O 3 S.C 4 H 4 O 4 , dalam zat dengan 1 menit, larutan jernih dan bebas dari zat padat yang
rumus: tidak terlarut.

 rU   CS  Larutan terkonstitusi Pada saat akan digunakan,


      100 memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera
 rS   CU  pada Injeksi.
– 2719 –

Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih TRIHEKSIFENIDIL HIDROKLORIDA


dari 1,0 unit Endotoksin FI per mg tiopental natrium. Trihexyphenidyl Hydrochloride
Tambahan persyaratan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.

pH <1071> Antara 10,2 dan 11,2; lakukan penetapan


menggunakan larutan yang digunakan untuk uji
Kesempurnaan melarut.

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada


(±)--Sikloheksil--fenil-1-piperidinpropanol
Identifikasi dan Logam berat dalam Tiopental
hidroklorida [52-49-3]
Natrium. Juga memenuhi syarat uji Sterilitas <71>,
C20H31NO.HCl BM 337,93
Keseragaman Sediaan <911>, dan Penandaan seperti
Triheksifenidil Hidroklorida mengandung tidak
tertera pada Injeksi.
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
C20H31NO.HCl, dihitung terhadap zat kering.
Perubahan
Penetapan kadar
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih; bau
Pengencer Timbang sejumlah natrium hidroksida,
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih lemah; melebur pada suhu lebih kurang 250.
kurang 4 g per liter.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam etanol
Tiopental BPFI, larutkan dan encerkan dengan dan dalam kloroform.
Pengencer hingga kadar lebih kurang 5 µg per ml.
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah Perubahan
serbuk dari 10 wadah natrium tiopental untuk injeksi, Baku pembanding Triheksifenidil Hidroklorida
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105 selama
kurang 50 mg per ml. 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, tertutup rapat. Senyawa Sejenis A Triheksifenidil
encerkan dengan Pengencer hingga kadar natrium BPFI.
tiopental 5 µg per ml.
Prosedur Ukur serapan Larutan baku, Larutan uji, Perubahan
dan Pengencer sebagai blangko pada panjang Identifikasi
gelombang serapan maksimum 304 nm. Hitung A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
persentase natrium tiopental, C11H17N2NaO2S, dalam dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
natrium tiopental untuk injeksi dengan rumus: P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Triheksifenidil
Hidroklorida BPFI.
 AU   CS   264,32 
        100 B. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B, dan C
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
 AS   CU   242,34  C. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan tertera pada Penetapan kadar.
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Tiopental
BPFI dalam g per ml Larutan baku; CU adalah Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
kadar tiopental natrium dalam g per ml Larutan uji lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam.
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; 264,32
adalah bobot molekul tiopental natrium dan 242,34 Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
adalah bobot molekul tiopental.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
Perubahan 20 bpj.
Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
padatan steril seperti tertera pada Injeksi. Tambahan persyaratan
pH <1071> Antara 5,2 dan 6,2; lakukan penetapan
menggunakan larutan dengan kadar 10 mg per ml.

Hilangkan persyaratan
Klorida Tidak kurang dari 10,3% dan tidak lebih dari
10,7% dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan;
– 2720 –

lakukan penetapan sebagai berikut: Timbang saksama Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
lebih kurang 1,2 g zat, larutkan dalam campuran 50 ml persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
metanol P, 5 ml asam asetat glasial P dan 5 ml air. kadar lebih kurang 0,002 mg per ml.
Tambahkan 3 tetes kuning eosin Y LP. Aduk dengan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
pengaduk magnetik dan titrasi dengan perak nitrat 0,1 sejumlah Senyawa Sejenis A Triheksifenidil
N LV hingga suspensi berwarna jingga kekuningan Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
yang terjadi selama titrasi berubah dengan tajam Larutan baku persediaan hingga kadar lebih kurang
menjadi merah. 0,01 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Tiap ml perak nitrat 0,1 N larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
setara dengan 3,545 mg Cl kadar lebih kurang 2 mg per ml.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Hilangkan persyaratan sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera puncak triheksifenidil dan senyawa sejenis A
pada Kromatografi <931>. triheksifenidil tidak kurang dari 4,0. Lakukan
Fase gerak Buat campuran heksana P- kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
isopropilamina P (98:2). kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Penampak bercak Larutkan 800 mg bismut pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
subnitrat P dalam campuran 40 ml air dan 10 ml asam penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%;
asetat glasial P (larutan A). Larutkan 8 g kalium perbandingan “Signal to noise” tidak kurang dari 50.
iodida P dalam 20 ml air (larutan B). Campur [Catatan Waktu retensi relatif tertera pada Tabel.]
sejumlah volume sama larutan A dan larutan B. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan baku Timbang saksama sejumlah volume sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan
Triheksifenidil Hidroklorida BPFI, larutkan dalam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
campuran kloroform P-isopropilamina P (98:2) kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
hingga kadar lebih kurang 2,5 mg per ml. Encerkan
dengan rumus:
secara kuantitatif larutan dengan campuran
kloroform P-isopropilamina P (98:2) hingga kadar
lebih kurang 500 µg per ml (Larutan baku A) dan  ri   CS 
      100
250 µg per ml (Larutan baku B).
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
 rS   CU 
dalam campuran kloroform P-isopropilamina P (98:2)
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
hingga kadar lebih kurang 50 mg per ml.
Larutan uji; rS adalah respons puncak triheksifenidil
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
hidroklorida dari Larutan baku; CS adalah kadar
10 µl Larutan uji, Larutan baku A, dan Larutan baku
Triheksifenidil Hidroklorida BPFI dalam mg per ml
B pada lempeng kromatografi silika gel P setebal
Larutan baku dan CU adalah kadar triheksifenidil
0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
kromatografi yang telah terisi dengan Fase gerak, ditimbang. Masing-masing cemaran dan total
biarkan merambat hingga lebih kurang tiga per empat cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, Tabel. Abaikan puncak lebih kecil dari 0,02%.
biarkan Fase gerak menguap dan semprot lempeng
dengan Penampak bercak kemudian dengan larutan Tabel
natrium nitrit P (4 dalam 100). Bandingkan intensitas Waktu retensi Batas
bercak lain kromatogram Larutan uji dengan bercak Nama
relatif (%)
utama Larutan baku. Tidak ada bercak sekunder Senyawa sejenis A
kromatogram Larutan uji yang lebih besar atau lebih 0,47 0,5
triheksifenidil
intensif dari bercak utama Larutan baku B (0,5%) dan Triheksifenidil 1,0 -
jumlah intensitas seluruh bercak selain bercak utama Cemaran lain - 0,10
dari Larutan uji tidak lebih dari 1,0%. Total cemaran - 0,5
Tambahan persyaratan Perubahan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatografi <931>.
Fase gerak dan Sistem kromatografi lakukan seperti Larutan A Tambahkan 0,2 ml trietilamina P dalam
tertera pada Penetapan kadar. 200 ml air dan campur. Atur pH hingga 4,0 dengan
Larutan baku persediaan Timbang saksama penambahan asam fosfat P.
sejumlah Triheksifenidil Hidroklorida BPFI, larutkan Fase gerak Campuran asetonitril P-Larutan A
dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih (75:25). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
kurang 0,02 mg per ml.
– 2721 –

penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Valsartan mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tertera pada Kromatografi <931>. tidak lebih dari 102,0% C24H29N5O3, dihitung
Larutan baku Timbang saksama sejumlah terhadap zat anhidrat.
Triheksifenidil Hidroklorida BPFI larutkan dan
encerkan dengan asetonitril P, hingga kadar lebih Tambahan persyaratan
kurang 0,2 mg per ml. Pemerian Serbuk higroskopis, putih atau hampir
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, putih.
larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga
kadar lebih kurang 0,2 mg per ml. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dalam etanol mutlak; sukar larut dalam metilena
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom
klorida.
3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 ml per
Perubahan
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Baku pembanding Valsartan BPFI; tidak boleh
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom ditentukan dikeringkan sebelum digunakan. Higroskopis. Simpan
dari puncak analit tidak kurang dari 1300 lempeng dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
teoritis: faktor ikutan tidak lebih dari 3,0 dan lemari pendingin. Senyawa Sejenis A Valsartan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak BPFI. Senyawa Sejenis B Valsartan BPFI. Senyawa
lebih dari 1,0 %. Sejenis C Valsartan BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Identifikasi
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam A. Spektrum serapan infra merah zat yang
kromatogram selama 3 kali waktu retensi didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
triheksifenidil dan ukur respons puncak utama. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Hitung persentase triheksifenidil hidroklorida, seperti pada Valsartan BPFI.
C20H31NO.HCl, dalam zat dengan rumus: B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
 rU   CS 
      100
 rS   CU  Serapan Ukur serapan larutan zat (1 dalam 20 ml
metanol P) pada panjang gelombang 420 nm.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari Serapan dibagi ketebalan sel tidak lebih dari 0,02.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Triheksifenidil Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%.
Larutan baku; CU adalah kadar triheksifenidil
hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
berdasarkan bobot yang ditimbang.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 10 bpj.
rapat.
Perubahan
Uji batas Senyawa sejenis A Valsartan Tidak lebih
VALSARTAN dari 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Valsartan Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran n heksana P- isopropil
alkohol P-asam trifloroasetat P (850:150:1). Saring
dan awaudarakan.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
sejenis A Valsartan BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01
mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Perubahan larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
N-p-(o-1H-Tetrazol-5-ilfenil)benzil-N-valeril-L- kadar lebih kurang 1 mg per ml. Lakukan sonikasi
Valin 137862-53-4 selama 5 menit.
C24H29N5O3 BM 435,52 Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Valsartan BPFI dan Senyawa Sejenis A
Valsartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
– 2722 –

gerak hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,04  rU   CS 


mg per ml.       100
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi  rS   CU 
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L40 dengan ukuran rU adalah respons puncak senyawa sejenis B valsartan
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 0,8 ml per menit. atau senyawa sejenis C valsartan dari Larutan uji; rS
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian adalah respons puncak senyawa sejenis B valsartan
atau senyawa sejenis C valsartan dari Larutan baku;
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
CS adalah kadar Senyawa sejenis B Valsartan BPFI
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
atau Senyawa sejenis C Valsartan BPFI dalam mg per
puncak senyawa sejenis A valsartan dan valsartan ml Larutan baku dan CU adalah kadar valsartan dalam
tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
senyawa sejenis A valsartan pada penyuntikan ulang ditimbang. Hitung persentase masing-masing cemaran
tidak lebih dari 5%. lain dalam zat dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan  ri   CS 
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam       100
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung  rS   CU 
persentase senyawa sejenis A valsartan dalam zat
dengan rumus: ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak valsartan
dari Larutan baku; CS adalah kadar Valsartan BPFI
 rU   CS 
      100 dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
 rS   CU  valsartan dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
bobot yang ditimbang. Masing-masing cemaran dan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak jumlah cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
senyawa sejenis A valsartan dari Larutan uji dan pada Tabel.
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis A Tabel
Valsartan BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU Cemaran Batas (%)
adalah kadar valsartan dalam mg per ml Larutan uji Senyawa sejenis B valsartan 0,2
berdasarkan bobot yang ditimbang. Senyawa sejenis C valsartan 0,1
Cemaran lain 0,1
Tambahan persyaratan Total cemaran 0,3
Uji batas senyawa sejenis B valsartan, senyawa
sejenis C valsartan dan senyawa sejenis lainnya Perubahan
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kadar. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kromatografi <931>.
Valsartan BPFI, Senyawa Sejenis B Valsartan BPFI Fase gerak Buat campuran asetonitril P-asam
dan Senyawa Sejenis C Valsartan BPFI, larutkan dan asetat glasial P-air (500:1:500). Saring dan
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar masing- awaudrakan.
masing lebih kurang 1 µg per ml. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Valsartan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Penetapan kadar kecuali gunakan detektor 225 nm. kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera tinggi dilengkapi dengan detektor 273 nm dan kolom
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa 3,0 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
sejenis B valsartan dan valsartan tidak kurang dari ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 0,4 ml
1,8; simpangan baku relatif puncak senyawa sejenis per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
B valsartan pada penyuntikan ulang tidak lebih dari baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
10,0% dan simpangan baku relatif puncak valsartan seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji volume sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
semua respons puncak. Hitung persentase senyawa kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
sejenis B valsartan dan senyawa sejenis C valsartan persentase valsartan, C24H29N5O3, dalam zat dengan
dalam zat dengan rumus: rumus:
– 2723 –

 rU   CS  asam sulfat P, uapkan hingga kering dan pijarkan:


      100 bobot residu tidak lebih dari 10 mg.
 rS   CU 
Perubahan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Garam amonium Pada 5 ml larutan zat (100 mg per
valsartan dari Larutan uji dan Larutan baku; ml) tambahkan natrium hidroksida 1 N sampai
CS adalah kadar Valsartan BPFI dalam mg per ml endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali,
Larutan baku; dan CU adalah kadar valsartan dalam hangatkan larutan: tidak terjadi bau amoniak.
mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
ditimbang. Perubahan
Timbal <401> Tidak lebih dari 50 bpj; larutkan
Perubahan 500 mg zat dalam 5 ml air dan pindahkan larutan ke
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dalam tabung pembanding warna (A). Tambahkan
rapat, pada suhu ruang terkendali, terlindung dari 15 ml larutan kalium sianida P (100 mg per ml).
panas dan kelembaban. Campur dan biarkan hingga larutan jernih. Masukkan
5 ml air ke dalam tabung pembanding warna yang
serupa (B), tambahkan 2,50 ml Larutan baku timbal
ZINK KLORIDA seperti tertera pada Uji Batas Logam Berat <371>
Zinc Chloride dan 15 ml larutan kalium sianida P (1 dalam 10).
Pada masing-masing tabung (A dan B) tambahkan
Zink Klorida [7646-85-7] 0,1 ml natrium sulfat LP. Campur dan biarkan selama
ZnCl2 BM 136,29 5 menit. Amati dengan latar belakang warna putih:
larutan A tidak lebih gelap dari larutan B.
Zink Klorida mengandung tidak kurang dari 97,0%
dan tidak lebih dari 100,5%, ZnCl2. Hilangkan persyaratan
Cemaran senyawa organik mudah menguap
<471> Metode I Memenuhi syarat.
Perubahan Perubahan
Pemerian Serbuk hablur atau granul hablur; putih Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 12 g
atau hampir putih, tidak berbau. Dapat berupa massa zat, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan
seperti porselen atau berbentuk silinder. Sangat dalam lebih kurang 500 ml air, tambahkan 12 g
mudah mencair. Larutan zat 100 mg per ml bereaksi amonium klorida P, encerkan dengan air sampai tanda.
asam terhadap lakmus. Pipet 25 ml larutan ini ke dalam gelas piala 400 ml,
tambahkan 100 ml air, 10 ml dapar amonium
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah hidroksida-amonium klorida LP dan 1 ml larutan hitam
larut dalam etanol dan dalam gliserin. Larutan dalam eriokrom P 0,5 mg per ml. Titrasi dengan dinatrium
air atau dalam etanol biasanya agak keruh, tetapi edetat 0,05 M LV sampai titik akhir berwarna biru tua.
kekeruhan hilang jika ditambahkan sedikit asam
hidroklorida. Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
setara dengan 6,815 mg ZnCl2
Identifikasi Larutan zat menunjukkan reaksi Zink
dan Klorida seperti tertera pada Uji Identifikasi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Umum <291>. rapat.
Oksiklorida Larutkan 1,0 g zat dalam 20 ml air,
tambahkan 20 ml etanol P dan campur. Pada 10 ml ZINK SULFAT
larutan, tambahkan 0,30 ml asam hidroklorida 1,0 N: Zinc Sulfate
larutan menjadi jernih.
Perubahan
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,03%; larutkan 1,0 g ZnSO4. xH2O
zat dalam 30 ml air: 20 ml larutan mengandung sulfat Asam sulfat, garam zink (1:1), hidrat
tidak lebih dari 0,20 ml asam sulfat 0,020 N. Zink sulfat anhidrat [7733-02-0] BM 161,44
Zink sulfat monohidrat BM 179,46
Perubahan Zink sulfat heptahidrat [7446-20-0] BM 287,56
Alkali dan alkali tanah Tidak lebih dari 1,0%
larutkan 2,0 g zat dalam lebih kurang 150 ml air Zink Sulfat mengandung satu atau tujuh molekul air
dalam labu tentukur 200-ml. Tambahkan sejumlah hidrat. Zink Sulfat monohidrat mengandung tidak
amonium sulfida LP hingga zink mengendap kurang dari 89,0% dan tidak lebih dari 90,4%,
sempurna, encerkan dengan air sampai tanda. Saring ZnSO4, setara dengan tidak kurang dari 99,0% dan
dengan penyaring kering dan buang sejumlah volume tidak lebih dari 100,5%, ZnSO4.H2O, dan zink sulfat
filtrat pertama. Pada 100 ml filtrat tambahkan 5 tetes heptahidrat mengandung tidak kurang dari 55,6% dan
– 2724 –

tidak lebih dari 61,0%, ZnSO4, setara dengan tidak Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 108,7%, setara dengan 8,072 mg ZnSO4
ZnSO4.7H2O.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Pemerian Hablur transparan atau jarum-jarum kecil; rapat.
serbuk hablur atau butir; tidak berwarna; tidak
berbau; larutan memberikan reaksi asam terhadap Tambahan persyaratan
lakmus. Penandaan Pada etiket dinyatakan bentuk
monohidrat atau heptahidrat. Pada etiket sediaan oral
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah atau parenteral yang mengandung zink sulfat,
larut dalam gliserol; tidak larut dalam etanol. cantumkan kandungan zink.

Identifikasi Larutan menunjukkan reaksi Zink


dan Sulfat, seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum ZINK UNDESILENAT
<291>. Zinc Undecylenate
Keasaman Penambahan jingga metil LP ke dalam Perubahan
larutan yang mengandung setara dengan 28 mg per
ml ZnSO4: tidak terjadi warna merah muda.

Alkali dan alkali tanah Tidak lebih dari 0,9%;


larutkan setara dengan 1,12 g, ZnSO4, dalam lebih
kurang 150 ml air, masukkan ke dalam labu tentukur Garam Zink dari asam 10-undesenoat [557-08-4]
200-ml. Tambahkan amonium sulfida LP secukupnya C22H38O4Zn BM 431,91
hingga zink mengendap sempurna, encerkan dengan
air sampai tanda. Campur dan saring melalui kertas Zink Undesilenat mengandung tidak kurang dari
saring kering, buang sejumlah filtrat pertama. Pada 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C22H38O4Zn,
100 ml filtrat berikutnya, tambahkan beberapa tetes dihitung terhadap zat kering.
asam sulfat P, uapkan dalam cawan yang telah ditara Pemerian Serbuk halus, putih.
hingga kering, pijarkan: bobot residu tidak lebih dari
5 mg. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol.
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 14 bpj;
lakukan penetapan menggunakan larutan setara Identifikasi
dengan 215 mg, ZnSO4, dalam 35 ml air. A. Pada lebih kurang 5 g zat dalam corong pisah,
asamkan dengan 25 ml asam sulfat 2 N, tambahkan
Perubahan 20 ml air, lakukan ekstraksi 2 kali, tiap kali dengan
Timbal <401> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan 25 ml eter P. Uapkan larutan eter hingga bau eter
penetapan menggunakan larutan sejumlah zat setara hilang. Tambahkan kalium permanganat LP tetes
dengan 250 mg, ZnSO4, dalam 5 ml air, masukkan ke demi tetes pada 1 ml residu: warna permanganat
dalam tabung pembanding warna A. Tambahkan hilang.
10 ml larutan kalium sianida P (1 dalam 10), campur B. 3 ml larutan dari residu untuk Identifikasi A
dan biarkan hingga jernih. Pada tabung pembanding memberikan reaksi seperti tertera pada Identifikasi B
warna yang lain (B) masukkan 5 ml air, tambahkan dalam Asam Undesilenat.
0,50 ml Larutan baku timbal (seperti tertera pada Uji C. Larutkan lebih kurang 100 mg zat dalam
Batas Logam Berat <371> dan 10 ml larutan kalium campuran 10 ml air dan 1 ml amonium hidroksida P,
sianida P (1 dalam 10). Pada Masing-masing tabung tambahkan beberapa tetes natrium sulfida LP:
tambahkan 0,1 ml natrium sulfida LP. Campur isi terbentuk endapan flokulen putih zink sulfida.
masing-masing tabung dan biarkan selama 5 menit,
amati dengan arah tegak lurus tabung dengan dasar Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,25%;
putih: warna larutan dalam tabung A tidak lebih gelap lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam.
dari warna larutan dalam tabung B.
Alkali dan alkali tanah Tidak lebih dari 1,0%;
Penetapan kadar Timbang saksama sejumlah zat didihkan 1,50 g zat dengan campuran 50 ml air dan
setara lebih kurang 170 mg, ZnSO4, larutkan dalam 10 ml asam hidroklorida P, saring selagi panas, cuci
100 ml air. Tambahkan 5 ml larutan Dapar amonium asam yang terpisah dengan lebih kurang 50 ml air
hidroksida-amonium klorida LP dan 0,1 ml hitam panas. Kumpulkan filtrat dan air cucian, basakan
eriokrom LP. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M dengan amonium hidroksida 6 N, tambahkan
LV hingga warna biru tua. amonium sulfida LP sampai zink mengendap
sempurna, encerkan dengan air sampai 200 ml,
campur dan saring. Pada 100 ml filtrat jernih
– 2725 –

tambahkan 0,5 ml asam sulfat P, uapkan hingga


kering dan pijarkan di atas api kecil hingga bobot
tetap: bobot residu tidak lebih dari 7,5 mg.

Perubahan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g
zat, masukkan ke dalam gelas piala, tambahkan
50,0 ml asam sulfat 0,1 N LV didihkan selama
10 menit atau hingga lapisan asam undesilinat jernih,
jika perlu tambahkan air untuk menjaga volume agar
tetap. Dinginkan dan pindahkan campuran dengan
bantuan air ke dalam corong pisah 500 ml, encerkan
dengan air hingga lebih kurang 250 ml dan ekstraksi
dua kali, tiap kali dengan 100 ml heksana P. Cuci
kumpulan heksana dengan air hingga cucian akhir
memberikan reaksi netral terhadap lakmus P,
tambahkan air cucian ke dalam lapisan air semula,
uapkan di atas tangas uap sampai lebih kurang
100 ml. Dinginkan, tambah 3 tetes jingga metil LP
dan titrasi kelebihan asam sulfat dengan natrium
hidroksida 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko.

Tiap ml asam sulfat 0,1 N


setara dengan 21,60 mg C22H38O4Zn

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


baik.
PEREAKSI, INDIKATOR
DAN LARUTAN
– 2726 –

UJI EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA <61> lampiran ini hanya berlaku pada produk dalam wadah
asli, bersegel, yang didistribusikan oleh produsen
PENDAHULUAN (lihat Tabel 1 untuk katagori produk). Uji efektivitas
antimikroba tidak dilakukan pada wadah, tetapi
Pengawet antimikroba adalah zat antimikroba yang diperlukan kehati-hatian untuk mencegah penggunaan
ditambahkan pada sediaan farmasi non-steril bentuk bahan wadah yang dapat berinteraksi dengan
larutan. Dosis pengawet yang ditambahkan adalah pengawet.
untuk melindungi sediaan terhadap pertumbuhan
mikroba yang ada atau yang masuk secara tidak PROSEDUR UJI FERTILITAS DAN
sengaja selama ataupun sesudah proses produksi. Pada KESESUAIAN METODE REKOVERI
sediaan steril dosis ganda, pengawet ditambahkan
untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang KETENTUAN UMUM
mungkin masuk pada pengambilan berulang. Satu
jenis atau lebih pengawet diperbolehkan pada semua Kemampuan prosedur untuk mendeteksi mikroba
sediaan steril dosis ganda. tantang dalam sediaan uji yang telah dinetralkan harus
Pengawet tidak boleh digunakan sebagai pengganti ditetapkan. Kesesuaian prosedur harus dipastikan
cara produksi yang baik atau semata-mata untuk kembali jika ada perubahan bahan atau metode atau
menurunkan populasi mikroba viabel dari produk perubahan sediaan yang berasal dari akibat kontak
tidak steril atau mengendalikan bioburdenpra- langsung bahan dan berpengaruh pada hasil pengujian.
sterilisasi dari formulasi sediaan dosis ganda pada Kemampuan media yang digunakan untuk
waktu diproduksi. Pengawet sesuai bentuk sediaan menumbuhkan mikroba dalam prosedur ini juga harus
dalam farmakope memenuhi syarat untuk Bahan ditetapkan.
Tambahan dalam Ketentuan Umum.
Semua zat antimikroba yang digunakan bersifat PERSIAPAN MIKROBA UJI
toksik. Untuk melindungi konsumen secara
maksimum, kadar pengawet yang efektif dalam Gunakan suspensi mikroba baku atau yang
kemasan akhir produk hendaknya di bawah tingkat disiapkan dengan teknik pemeliharaan biakan lot
toksik bagi manusia berdasarkan dosis obat yang benih sehingga mikroba viabel untuk inokulasi tidak
dianjurkan. Kadar pengawet yang ditambahkan dapat melebihi 5 pasase dari biakan induk. Tumbuhkan
dikurangi apabila bahan aktif dalam formulasi secara mikrob uji bakteri dan kapang secara terpisah (lihat
intrinsik mempunyai aktivitas antimikroba. Untuk Tabel 2).
semua produk injeksi dosis ganda atau produk lain Gunakan biakan mikroba berikut: Candida albicans
yang mengandung pengawet, harus menunjukkan (ATCC No. 10231), Aspergillus brasiliensis (ATCC
adanya efektivitas antimikroba baik sebagai sifat No. 16404), Escherichia coli (ATCC No. 8739),
bawaan dalam produk maupun yang dibuat dengan Pseudomonas aeruginosa (ATCC No. 9027) dan
penambahan pengawet. Staphylococcus aureus (ATCC No. 6538).
Efektivitas antimikroba juga harus ditunjukkan Mikroba viabel yang digunakan dalam prosedur ini
untuk semua produk dosis ganda berbasis air pada sebaiknya merupakan biakan segar (sebagai contoh
sediaan topikal, oral dan sediaan lain seperti tetes dalam fase pertumbuhan logaritma) kecuali untuk
mata, telinga, hidung, irigasi dan cairan dialisis. Untuk spora biakan A. brasiliensis. Kondisi biakan untuk
pengujian, sediaan bentuk larutan dengan aktivitas air biakan inokula dalam media yang sesuai yaitu
lebih dari 0,6. Soybean-Casein Digest atau Sabouraud Dextrose
Mikroba tantang digunakan umumnya berdasarkan Agar (lihat Tabel 2).
pada cemaran yang mungkin ada pada produk obat Untuk memanen biakan bakteri dan C.albicans
dengan mempertimbangkan sifat fisika, formulasi dan gunakan larutan salin LP steril sebagai pencuci
tujuan penggunaan. Mikroba tantang yang tercantum pertumbuhan di permukaan dan kumpulkan dalam
dalam pengujian ini tidak membatasi digunakannya wadah steril yang sesuai. Untuk memanen spora A.
mikroba spesies lain jika dianggap perlu untuk brasiliensis gunakan larutan salin LP steril yang
mengukur aktivitas biologi dari sistem pengawetan mengandung polisorbat 80 P 0,05%. Pembuatan
suatu sediaan. Mikroba tantang tambahan ini tidak suspensi spora sebaiknya secara aseptik misal disaring
masuk pembahasan dalam bab ini, tetapi mungkin melalui wol kaca steril untuk memisahkan hifa.
dapat ditambahkan padapenjelasan mikroba uji. Seluruh suspensi mikroba sebaiknya disiapkan untuk
memastikan bebas dari residu media pertumbuhan dari
PROSEDUR UMUM inokula misal disentrifus kemudian diresuspensi dalam
larutan steril yang sesuai.
Lampiran ini dimaksudkan untuk menunjukkan Cara lain, biakan mikroba persediaan dapat
efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan. ditumbuhkan dalam media cair yang sesuai misal
Pengawet antimikroba tersebut harus dinyatakan pada Soybean-Casein Digest Broth atau Sabouraud
etiket. Prosedur dan kriteria keberterimaan pada Dextrose Broth, sel dipanen dengan disentrifus, dicuci
– 2727 –

dan diresuspensi dalam larutan steril yang sesuai. pengenceran yang nyata, maka dapat digunakan
Suspensi mikroba yang digunakan untuk inokulasi inokula tingkat kerapatan lebih tinggi (misal 107-108),
sebaiknya diatur untuk mendapatkan jumlah mikroba sehingga 3log reduksi dapat diukur. Rekoveri tidak
lebih kurang 1 x 108 koloni per ml. Gunakan suspensi dapat dilaporkan kurang dari 1 koloni per lempeng
bakteri dan khamir dalam waktu 2 jam atau 24 jam dari rata-rata (atau 100 koloni per ml jika digunakan
bila disimpan pada suhu antara 2° dan 8°. Suspensi 1 ml inokula pada pengenceran 10-2 untuk lempeng
spora yang stabil dapat disiapkan dan dipelihara pada yang dibuat duplo).
suhu antara 2° dan 8° sampai 7 hari. [Catatan Penyaringan membran dapat digunakan untuk
Perkiraan kadar inokula dapat dilakukan dengan menyaring volume pengenceran lebih besarguna
pengukuran turbidimetri untuk mikroba tantang mengatasi kesulitan tersebut atau menetralisasi daya
kemudian dikonfirmasi dengan angka lempeng.] antimikroba.

FERTILITAS MEDIA
PENGUJIAN SEDIAAN
Media yang digunakan dalam prosedur ini harus
mampu menunjang pertumbuhan mikroba. Setiap bets KATEGORI SEDIAAN
media jadi dan setiap bets media yang disiapkan dari
media kering atau yang dibuat sendiri berdasarkan Untuk tujuan pengujian, sediaan dibagi menjadi
komposisi media harus diuji. empat kategori (lihat Tabel 1). Kriteria efektivitas
Untuk media padat, jumlah koloni yang antimikroba untuk sediaan tergantung cara
ditumbuhkan harus sedikitnya 50% dari nilai pemberiannya. Formulasi yang mengandung pengawet
perhitungan inokula yang telah dibakukan. Untuk diharapkan dapat memenuhi standar efikasi minimal
inokula segar yang baru disiapkan, pertumbuhan baik pada kemasan dosis ganda atau dosis tunggal.
mikroba sebanding dengan pertumbuhan mikroba dari
bets media yang telah teruji. Tabel 1. Kategori Sediaan

Kategori Uraian Sediaan


KESESUAIAN METODE PENGHITUNGAN 1. Injeksi, sediaan parenteral lain
DALAM SEDIAAN termasuk emulsi, sediaan tetes
telinga, sediaan tetes hidung steril,
Siapkan pengenceran 10-1 dengan menambahkan dan sediaan tetes mata yang dibuat
1 ml sediaan (bentuk cair) pada 9 ml salin LP atau dengan dasar atau pembawa air.
pengencer penetral lain. Lanjutkan ke tingkat 2. Sediaan topikal yang dibuat dengan
pengenceran 10-2 dan 10-3. Tambahkan sejumlah dasar atau pembawa air, sediaan tetes
mikroba tantang pada setiap pengenceran sediaan, hidung non-steril, dan emulsi,
campur dan kemudian tambahkan sejumlah volume termasuk sediaan yang dioleskan
yang sesuai ke dalam lempeng media untuk pada membran mukosa.
menghasilkan pertumbuhan kurang dari 250 koloni 3. Sediaan oral selain antasida, dibuat
per lempeng bakteri dan khamir (antara 25 dan dengan dasar atau pembawa air.
250 koloni) atau kurang dari 80 koloni per lempeng 4. Antasida yang dibuat dengan
untuk A. brasiliensis (antara 8 dan 80 koloni). pembawa air.
Lempeng sebaiknya dilakukan minimal duplo (makin
besar replikat dapat meminimalkan variabilitas PROSEDUR
perkiraan jumlah koloni). Pada prosedur ini, sebagai
kontrol positif dimasukkan inokula ke dalam salin LP. Pengujian dapat dilakukan dalam tiap lima wadah
Pindahkan volume salin LP yang sama tanpa inokula asli bila volume sediaan tiap wadahnya mencukupi
pada lempeng agar. Perkiraan rekoveri pertumbuhan dan wadah sediaan dapat ditusuk secara aseptik
koloni dari suspensi kontrol positif ini sedikitnya 50% (dengan jarum dan alat suntik melalui tutup karet
(dari rata-rata). elastomerik), atau dalam lima wadah bakteriologi
Jika sediaan yang diencerkan menunjukkan adanya bertutup steril, berukuran mencukupi untuk volume
antimikroba, perlu ditambahkan penetral khusus ke sediaan yang dipindahkan. Inokulasi tiap wadah
dalam media rekoveri. dengan satu inokula baku yang telah disiapkan dan
Kemampuan prosedur untuk mengukur efektivitas diaduk.Volume suspensi inokula yang digunakan
pengawet dapat dikompromikan jika metode antara 0,5% dan 1,0% dari volume sediaan untuk
mempersyaratkan kesesuaian tingkat pengenceran meminimalkan efek potensial pada sediaan. Kadar
(10-2 atau 10-3) koloni rekoveri (misal kesulitan mikroba uji yang ditambahkan pada sediaan (Kategori
mengukur 3log reduksi untuk inokula 10 5-106). Jika 1, 2, atau3) seperti halnya kadar akhir sediaan uji
tidak diperoleh penetral atau metode yang sesuai dan setelah diinokulasi antara 1 x 105 dan 1 x 106 koloni
kesesuaian metode mempersyaratkan tingkat per ml sediaan. Untuk sediaan Kategori 4 (antasida)
– 2728 –

kadar akhir sediaan uji setelah inokulasi antara 1 x 103 Mikroba Media Suhu Waktu Waktu
dan 1 x 104 koloni per ml sediaan. yang sesuai inkubasi inkubasi inkubasi
Kadar awal mikroba viabel dalam setiap sediaan uji inokulum rekoveri
diperkirakan berdasarkan kadar mikroba dalam mikroba
inokula baku yang ditetapkan dengan metode ALT. Candida Sabouraud 22,5o ± 44-52 3-5
albicans Dextrose 2,5o jam hari
Inkubasi wadah yang sudah diinokulasi pada suhu ATCC No. Broth;
22,5º±2,5º. Ambil sampel dari setiap wadah pada 10231 Sabouraud
interval yang sesuai seperti tertera pada Tabel 3. Dextrose
Amati dan catat setiap perubahan yang terjadi pada Agar
interval tersebut. Tetapkan dengan prosedur ALT Aspergillus Sabouraud 22,5o ± 6-10 3-7
jumlah koloni yang ada dari setiap sediaan uji untuk brasiliensis Dextrose 2,5o hari hari
interval yang digunakan seperti tertera pada lampiran ATCC No. Agar;
Uji Batas Mikroba <51>. Angka Lempeng Total 16404 Sabouraud
menggunakan replika lempeng minimal, dengan Dextrose
Broth
menghitung rata-rata jumlah koloni sebelum
penetapan kesimpulan koloni per ml. Jika digunakan
Tabel 3. Kriteria untuk Mikroba Uji
penyaringan membran, lakukan duplikasi membran
penyaring untuk setiap perkiraan.
Dengan menggunakan penghitungan kadar koloni Untuk Sediaan Kategori 1
per ml pada pengujian awal, hitung perubahan nilai
Bakteri Koloni tidak kurang dari 1,0 log reduksi dari
kadar koloni per ml dalam log10 untuk tiap mikroba
jumlah hitungan awal pada hari ke-7, tidak
pada interval pengujian dan nyatakan perubahan kadar kurang dari 3,0 log reduksi dari hitungan awal
sebagai log reduksi. Log reduksi adalah perbedaan pada hari ke-14, dan tidak meningkat sampai
antara nilai log10 koloni per ml kadar awal dalam dengan hari ke-28.
suspensi dan log10 koloni per ml yang bertahan hidup Kapang dan Koloni tidak meningkat dari jumlah hitungan
pada saat itu. khamir awal sampai hari ke-7, 14 dan 28.
Untuk Sediaan Kategori 2
KRITERIA EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA Bakteri Koloni tidak kurang dari 2,0 log reduksi dari
jumlah hitungan awal pada hari ke-14, dan
Persyaratan untuk efektivitas antimikroba dipenuhi tidak meningkat pada hari ke-14 sampai hari
ke-28.
jika kriteria yang tertera pada Tabel 3 dipenuhi (Lihat Kapang dan Koloni tidak meningkat dari jumlah hitungan
Hasil Uji pada Ketentuan Umum): Tidak terjadi khamir awal sampai hari ke-14 dan 28.
peningkatan lebih tinggi dari 0,5 log10 unit terhadap Untuk Sediaan Kategori 3
nilai log mikroba awal. Bakteri Koloni tidak kurang dari 1,0 log reduksi dari
jumlah hitungan awal pada hari ke-14 dan
Tabel 2. Kondisi Biakan untuk Penyiapan Inokula tidak meningkat pada hari ke-14 sampai hari
ke-28.
Mikroba Media Suhu Waktu Waktu Kapang dan Koloni tidak meningkat dari jumlah hitungan
yang sesuai inkubasi inkubasi inkubasi khamir awal sampai hari ke-14 dan 28.
inokulum rekoveri Untuk Sediaan Kategori 4
mikroba Bakteri, Koloni tidak meningkat dari jumlah hitungan
Escherichia Soybean- 32,5o± 18-24 3-5 kapang dan awal pada hari ke-14 dan 28.
coli ATCC Casein 2,5o jam hari khamir
No. 8739 Digest
Broth; UJI IDENTIFIKASI UMUM <291>
Soybean-
Casein
Berikut ini cara uji yang sering digunakan untuk
Agar
Pseudomon Soybean- 32,5o± 18-24 3-5
identifikasi zat yang tertera dalam Farmakope.
as Casein 2,5o jam hari [Catatan Uji ini tidak dimaksudkan untuk
aeruginosa Digest dilakukan terhadap campuran zat, kecuali jika
ATCC No. Broth; dinyatakan demikian.]
9027 Soybean-
Casein Alkaloid Larutkan beberapa mg zat yang diuji
Agar dalam 5 ml air, asamkan dengan asam hidroklorida 2
Staphyloco Soybean- 32,5o 18-24 3-5 N dan tambahkan 1 ml kalium iodobismutat asetat LP:
ccus aureus Casein ±2,5o jam hari
segera terbentuk endapan jingga atau merah jingga.
ATCC No. Digest
6538 Broth;
Soybean- Aluminium
Casein A. Tambahkan amonium hidroksida 6 N ke dalam
Agar larutan garam aluminium: terbentuk endapan berupa
– 2729 –

gel putih yang tidak larut dalam amonium hidroksida endapan biru tua.
6 N berlebih. B. Tambahkan natrium hidroksida 1 N berlebih: ter-
B. Tambahkan natrium hidroksida 1 N atau natrium bentuk endapan coklat kemerahan.
sulfida LP ke dalam larutan garam aluminium: ter- C. Tambahkan amonium tiosianat LP ke dalam
bentuk endapan berupa gel putih yang larut dalam larutan garam besi(III): terjadi warna merah tua yang
natrium hidroksida 1 N atau natrium sulfida LP tidak rusak oleh penambahan asam mineral encer.
berlebih.
Garam besi(II)
Amonium Tambahkan natrium hidroksida 1 N ber- A. Tambahkan kalium heksasianoferat(III) LP ke
lebih ke dalam garam amonium: terjadi uap amoniak dalam larutan garam besi(II): terbentuk endapan biru
yang dapat dikenal dari baunya dan mengubah warna tua yang tidak larut dalam asam hidroklorida 3 N,
kertas lakmus merah P menjadi biru. Hangatkan larut- tetapi terurai oleh natrium hidroksida 1 N.
an untuk mempercepat reaksi. B. Tambahkan natrium hidroksida 1 N ke dalam
larutan garam besi(II): terbentuk endapan putih
Antimon Tambahkan hidrogen sulfida LP ke kehijauan yang dengan cepat berubah menjadi hijau
dalam larutan senyawa antimon(III) yang sudah dan kemudian coklat jika dikocok.
diasamkan dengan asam hidroklorida P: terbentuk
endapan jingga antimon sulfida yang tidak larut dalam Bikarbonat Lakukan seperti yang tertera pada
amonium hidroksida 6 N, tetapi larut dalam amonium Karbonat.
sulfida LP.
Bismut
Asetat A. Larutkan garam bismut dalam asam nitrat P atau
A. Hangatkan asam asetat atau garamnya dengan asam hidroklorida P sedikit berlebih: terbentuk
asam sulfat P dan etanol P: terjadi etil asetat yang endapan putih pada pengenceran dengan air.
dapat dikenal dari baunya yang khas. Tambahkan hidrogen sulfida LP atau natrium sulfida
B. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam LP: endapan menjadi coklat yang larut dalam
larutan asetat netral: terjadi warna merah tua yang campuran hangat asam nitrat P dan air volume sama.
rusak dengan penambahan asam mineral. B. Pada 40 hingga 50 mg zat tambahkan 10 ml
C. Panaskan dengan sejumlah yang sama asam asam nitrat 2 N, didihkan selama 1 menit, biarkan
oksalat P: terjadi uap asam dengan bau khas asam dingin dan saring jika perlu. Pada 5 ml filtrat,
asetat. tambahkan 2 ml larutan tiourea P 10%: terbentuk
D. Larutkan 20 mg hingga 40 mg dalam 3 ml air, endapan jingga kekuningan. Tambahkan 4 ml larutan
tambahkan berturut-turut 0,25 ml larutan lantanum natrium fluorida P 2,5 %: warna larutan tidak hilang
nitrat P 5%, 0,1 ml iodum 0,1 N dan 0,05 ml selama 30 menit.
amonium hidroksida 2 N. Panaskan campuran hingga
mendidih, setelah beberapa menit: terbentuk endapan Bisulfit Lakukan seperti yang tertera pada Sulfit.
biru atau larutan warna biru tua.
Borat
Barium A. Asamkan 1 ml larutan borat dengan asam
A. Tambahkan asam sulfat 2 N ke dalam larutan hidroklorida P hingga bereaksi asam terhadap lakmus.
garam barium: terbentuk endapan putih yang tidak Tambahkan 3 atau 4 tetes larutan jenuh iodum LP dan
larut dalam asam hidroklorida P dan dalam asam 3 atau 4 tetes larutan polivinil alkohol P (1 dalam 50):
nitrat P. terjadi warna biru intensif.
B. Garam barium memberikan nyala hijau ke- B. Tambahkan asam sulfat P dan metanol P,
kuningan dalam nyala api yang tidak berwarna, dan campur, kemudian bakar: terjadi nyala api bertepi
jika dilihat melalui kaca hijau nyala berwarna biru. hijau.

Benzoat Bromida
A. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan A. Tambahkan klor LP tetes demi tetes ke dalam
netral benzoat: terbentuk endapan merah muda kekuningan. larutan bromida: terjadi brom bebas yang larut
B. Asamkan larutan pekat benzoat dengan asam dalam kloroform P pada pengocokan, lapisan
sulfat 2 N: terbentuk endapan asam benzoat yang kloroform berwarna merah sampai coklat
mudah larut dalam eter P. kemerahan.
B. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan
Besi Tambahkan amonium sulfida LP ke dalam bromida: terbentuk endapan putih kekuningan yang
larutan senyawa besi(II) atau besi(III): terbentuk tidak larut dalam asam nitrat P dan sedikit larut
endapan hitam yang larut dalam asam hidroklorida 3 dalam amonium hidroksida 6 N.
N dingin dengan membebaskan hidrogen sulfida. C. Ke dalam sejumlah zat uji setara dengan lebih
kurang 5 mg ion bromida di dalam tabung reaksi kecil
Garam besi(III) tambahkan 0,25 ml air, lebih kurang 75 mg timbal(IV)
A. Tambahkan kalium heksasianoferat(II) LP ke oksida P dan 0,25 ml asam asetat 5 N, kocok
dalam larutan asam dari garam besi(III): terbentuk perlahan-lahan. Keringkan bagian dalam atas tabung
– 2730 –

dengan kertas saring dan biarkan selama 5 menit. kobalt dan penyaring lain yang tersedia secara
Celup secarik kertas saring dalam setetes magenta komersial.
dekolorisasi LP dan segera masukkan ke dalam tabung B. Tambahkan natrium bitartrat LP ke dalam
reaksi: terjadi warna ungu dalam 10 detik dimulai dari larutan netral kalium, pekat atau cukup pekat
ujung kertas saring, yang dapat dibedakan dari warna (tergantung pada kelarutan dan kadar kalium):
merah magenta, yang terlihat sedikit pada ujung kertas terbentuk endapan hablur putih yang larut dalam
saring. amonium hidroksida 6 N dan dalam larutan alkali
hidroksida dan alkali karbonat. Pembentukan
Fosfat [Catatan Jika pada monografi dinyatakan endapan, yang biasanya lambat, dipercepat
untuk uji Fosfat, lakukan penetapan menggunakan uji dengan pengadukan atau penggoresan bagian
ortofosfat, jika tidak dinyatakan atau jika dilakukan dalam tabung reaksi dengan batang pengaduk.
pemijaran sebelum dilakukan uji gunakan uji Penambahan sedikit asam asetat glasial P atau
pirofosfat] etanol P dapat mempercepat pengendapan.
Ortofosfat
A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan Kalsium
netral ortofosfat: terbentuk endapan kuning yang A. Ke dalam larutan garam kalsium (1 dalam 20)
larut dalam asam nitrat 2 N dan dalam amonium tambahkan 2 tetes merah metil LP, dan netralkan
hidroksida 6 N. dengan amonium hidroksida 6 N. Tambahkan asam
B. Tambahkan amonium molibdat LP ke dalam hidroklorida 3 N tetes demi tetes hingga larutan asam
larutan asam dari ortofosfat: terbentuk endapan terhadap indikator. Tambahkan amonium oksalat LP:
kuning yang larut dalam amonium hidroksida 6 N. terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam
asetat 6 N, tetapi larut dalam asam hidroklorida P.
Pirofosfat B. Basahi garam kalsium dengan asam
A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan hidroklorida P: terjadi warna merah kekuningan
pirofosfat yang diperoleh dari pemijaran: terbentuk dalam nyala tidak berwarna.
endapan putih yang larut dalam asam nitrat 2 N dan C. Ke dalam 0,2 ml larutan netral yang mengandung
dalam amonium hidroksida 6 N. lebih kurang 40 µg ion kalsium tambahkan 0,5 ml
B. Tambahkan amonium molibdat LP: terbentuk larutan glioksal-bis(2-hidroksianil) P 0,2% dalam
endapan kuning yang larut dalam amonium hidroksi- etanol P, 9,2 ml natrium hidroksida 2 N dan 0,2 ml
da 6 N. natrium karbonat 1 M. Ekstraksi dengan 1 hingga
2 ml kloroform P dan tambahkan 1 hingga 2 ml air:
Hipofosfit lapisan kloroform berwarna merah.
A. Panaskan kuat-kuat: segera terbentuk fosfin D. Larutkan 20 mg dalam 5 ml asam asetat 5 N,
yang mudah terbakar. tambahkan 0,5 ml larutan kalium heksasianoferat(II) P
B. Tambahkan raksa(II) klorida LP ke dalam 5,0%: larutan tetap jernih. Tambahkan lebih kurang
larutan hipofosfit: terbentuk endapan putih yang 50 mg amonium klorida P: terbentuk endapan hablur
berubah menjadi abu-abu pada hipofosfit berlebih. putih.
C. Asamkan larutan hipofosfit dengan asam
sulfat P, hangatkan dengan tembaga(II) sulfat LP: Karbonat
terbentuk endapan merah. A. Tambahkan asam ke dalam karbonat atau
bikarbonat: terjadi gelembung gas tidak berwarna
lodida yang jika dialirkan ke dalam kalsium hidroksida LP
A. Tambahkan klor LP tetes demi tetes ke dalam segera membentuk endapan putih.
larutan iodida: terjadi iodum bebas yang memberi B. Tambahkan fenolftalein LP ke dalam larutan
warna kuning hingga merah pada larutan. Kocok dingin karbonat (1 dalam 20): terjadi warna merah,
larutan dengan kloroform P: lapisan kloroform sedangkan pada larutan dingin bikarbonat (1 dalam
menjadi ungu. Iodum yang dibebaskan juga 20): tidak terjadi perubahan warna atau hanya sedikit
memberikan warna biru dengan kanji LP. berwarna.
B. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan
iodida: terbentuk endapan kuning menggumpal seperti Klorat
dadih yang tidak larut dalam asam nitrat P dan dalam A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan
amonium hidroksida 6 N. klorat: tidak terbentuk endapan. Tambahkan asam
sulfit P: terbentuk endapan putih yang tidak larut
Kalium dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam amonium
A. Senyawa kalium memberikan warna ungu hidroksida 6 N.
dalam nyala api tidak berwarna, yang akan B. Pada pemijaran akan dihasilkan klorida yang
tertutup dengan adanya sedikit natrium. dapat diidentifikasi seperti yang tertera pada uji
Pengaruh warna kuning yang dihasilkan oleh Klorida.
natrium dapat dihilangkan dengan mengamati C. Tambahkan asam sulfat P pada senyawa klorat
melalui penyaring biru yang menahan emisi kering: terjadi letikan dan timbul gas kuning
natrium pada 589 nm tetapi melewatkan emisi
kehijauan.
kalium pada 404 nm. Juga dapat digunakan kaca
– 2731 –

[Perhatian Gunakan sedikit zat uji dan lakukan berwarna.


dengan sangat hati-hati pada pengujian ini.] C. Tambahkan asam sulfat 2 N atau sulfat yang
larut ke dalam larutan garam litium: tidak terbentuk
Klorida endapan (perbedaan dari stronsium).
A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan
klorida: terbentuk endapan putih seperti dadih yang Magnesium
tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam A. Tambahkan amonium klorida P ke dalam larutan
amonium hidroksida 6 N sedikit berlebih. garam magnesium, kemudian netralkan dengan
B. Pada uji amin klorida (termasuk alkaloida amonium karbonat LP: tidak terbentuk endapan.
klorida) tidak menunjukkan reaksi terhadap uji A, Tambahkan selanjutnya natrium fosfat dibasa LP:
tambahkan 1 tetes asam nitrat encer P dan 0,5 ml terbentuk endapan hablur putih, yang tidak larut dalam
perak nitrat LP pada larutan uji jika tidak amonium hidroksida 6 N.
dinyatakan lain pada monografi, lebih kurang 2 mg B. Ke dalam 0,5 ml larutan netral atau sedikit asam
ion klorida dalam 2 ml: terbentuk endapan putih tambahkan 0,2 ml larutan kuning titan P 0,1 % dan
seperti dadih. Sentrifus segera campuran dan 0,5 ml natrium hidroksida 0,1 N: terjadi kekeruhan
pisahkan beningan. Cuci endapan 3 kali, tiap kali merah terang yang perlahan-lahan berubah menjadi
dengan 1 ml asam nitrat P (1 dalam 100) dan endapan merah terang.
buang air cucian. Tambahkan tetes demi tetes
ammonia LP pada endapan: endapan segera larut. Mangan Tambahkan amonium sulfida LP ke dalam
C. Campur senyawa klorida kering dengan larutan garam mangan: terbentuk endapan merah
mangan dioksida P bobot sama, basahi dengan muda kekuningan, yang larut dalam asam asetat P.
asam sulfat P, dan panaskan perlahan: terbentuk
klor yang menghasilkan warna biru pada kertas Natrium
kanji iodida P basah. A. Senyawa natrium menimbulkan warna kuning
D. Masukkan ke dalam tabung reaksi sejumlah intensif dalam nyala api yang tidak berwarna
zat uji yang mengandung 10 hingga 15 mg ion B. Jika tidak dinyatakan lain pada monografi,
klorida, tambahkan 200 mg kalium bikromat P dan larutkan 100 mg senyawa natrium dalam 2 ml air,
1 ml asam sulfat P. Letakkan kertas saring yang tambahkan 2 ml larutan kalium karbonat P 15%,
dibasahi dengan 0,1 ml difenilkarbazida LP panaskan hingga mendidih: tidak terbentuk
menutupi tabung reaksi: kertas saring berubah endapan. Tambahkan 4 ml kalium piroantimonat
menjadi merah ungu. Kertas saring yang dibasahi LP dan panaskan sampai mendidih. Dinginkan
tidak boleh menyentuh larutan kalium bikromat. dalam es, jika perlu gores bagian dalam wadah
dengan batang pengaduk: terbentuk endapan.
Kobalt C. Ke dalam 0,5 ml larutan yang mengandung
A. Ke dalam larutan garam kobalt (1 dalam 20) lebih kurang 2 mg ion natrium tambahkan 1,5 ml
dalam asam hidroklorida 3 N, tambahkan larutan asam -metoksifenil asetat LP, dinginkan dalam es
panas segar 1-nitroso-2-naftol P (1 dalam 10) dalam selama 30 menit: terbentuk endapan hablur putih
asam asetat 9 N volume sama, panaskan di atas tangas ruah. Hangatkan dalam air pada suhu 20 dan aduk
uap: terbentuk endapan merah. selama 5 menit: endapan tidak larut. Tambahkan
B. Jenuhkan larutan garam kobalt dengan kalium 1 ml amonium hidroksida 2 N, endapan larut
klorida P, tambahkan kalium nitrit P dan asam asetat sempurna. Tambahkan 1 ml larutan amonium
P: terbentuk endapan kuning. karbonat P 16%: tidak terbentuk endapan.

Laktat Asamkan larutan laktat dengan asam Nitrat


sulfat P, kemudian tambahkan kalium permanganat A. Campur larutan nitrat dengan asam sulfat P
LP, dan panaskan: timbul asetaldehida, yang dapat volume sama, dinginkan, dan alirkan larutan
dikenal dari baunya yang spesifik. Lewatkan uap besi(II) sulfat P di atas campuran tersebut: terjadi
pada kertas saring yang telah dibasahi dengan warna coklat pada batas kedua cairan.
campuran volume sama larutan morfolin P 20% dan B. Panaskan nitrat dengan asam sulfat P dan
natrium nitroferisianida LP dalam air: terjadi warna logam tembaga: terjadi asap merah kecoklatan.
biru. C. Tambahkan kalium permanganat LP asam
pada nitrat: warna kalium permanganat tidak
Litium hilang (perbedaan dari nitrit) .
A. Basakan larutan garam litium yang cukup pekat D. Ke dalam campuran 0,1 ml nitrobenzena P dan
dengan natrium hidroksida P, tambahkan natrium 0,2 ml asam sulfat P tambahkan sejumlah zat uji yang
karbonat LP, dan didihkan: terbentuk endapan putih mengandung lebih kurang 1 mg ion nitrat, diamkan
yang larut dalam amonium klorida LP. selama 5 menit. Dinginkan dalam es, tambahkan 5 ml
B. Basahi garam litium dengan asam hidroklorida air perlahan-lahan dengan pengadukan, kemudian
P: terjadi warna merah tua dalam nyala api tidak
– 2732 –

5 ml natrium hidroksida 10 N dan 5 ml aseton P, B. Tambahkan asam hidroklorida P ke dalam


kocok dan diamkan: lapisan atas berwarna ungu tua. larutan garam raksa(I): terbentuk endapan putih yang
akan menjadi hitam pada penambahan amonium
Nitrit hidroksida 6 N.
A. Tambahkan asam mineral encer atau asam C. Tambahkan kalium iodida LP: terbentuk endapan
asetat 6 N pada nitrit: terjadi asap merah ke- kuning, dan setelah didiamkan berubah menjadi hijau.
coklatan.
B. Teteskan larutan pada kertas kanji iodida P: Salisilat
terjadi warna biru. A. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam
larutan encer salisilat: terjadi warna ungu.
Oksalat B. Tambahkan asam hidroklorida P ke dalam
A. Tambahkan kalsium klorida LP ke dalam larutan pekat salisilat: terbentuk endapan hablur
larutan netral atau alkalis oksalat: terbentuk putih asam salisilat yang melebur pada suhu antara
endapan putih, yang tidak larut dalam asam asetat 158° dan 161°.
6 N, tetapi larut dalam asam hidroklorida P.
B. Tambahkan larutan panas oksalat yang sudah Sitrat
diasamkan ke dalam kalium permanganat LP: larutan A. Larutkan atau suspensikan beberapa mg
tidak berwarna. garam sitrat dalam 1 ml air, tambahkan ke dalam
15 ml piridin P, dan kocok. Tambahkan 5 ml
Perak anhidrida asetat P ke dalam campuran, dan kocok:
A. Tambahkan asam hidroklorida P ke dalam terjadi warna merah muda.
larutan garam perak: terbentuk endapan putih B. Pada larutan netral zat seperti tertera pada
seperti dadih, yang tidak larut dalam asam nitrat P, monografi, tambahkan kalsium klorida P 5,5%:
tetapi mudah larut dalam amonium hidroksida 6 N. tidak terbentuk endapan, tetapi jika didihkan
B. Tambahkan amonium hidroksida 6 N dan terbentuk endapan putih yang larut dalam asam
sedikit formaldehida LP ke dalam larutan garam asetat P.
perak, kemudian hangatkan: terbentuk cermin C. Pada larutan zat seperti tertera pada
logam perak pada dinding tabung. monografi, tambahkan raksa(II) sulfat LP, saring
jika perlu. Tambahkan beberapa tetes larutan
Permanganat Larutan permanganat yang kalium permanganat P 1%: warna hilang dan
diasamkan dengan asam sulfat P akan hilang terbentuk endapan putih.
warnanya oleh hidrogen peroksida LP dan natrium
bisulfit LP, dalam keadaan dingin, dan oleh asam Sulfat
oksalat LP, dalam larutan panas. A. Tambahkan barium klorida LP ke dalam larutan
sulfat: terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam
Peroksida Asamkan larutan peroksida dengan asam hidroklorida P dan asam nitrat P.
asam sulfat P, tambahkan kalium bikromat LP: terjadi B. Tambahkan timbal(II) asetat LP ke dalam
warna biru tua. Kocok campuran dengan eter P larutan netral sulfat: terbentuk endapan putih yang
volume sama, biarkan memisah: lapisan eter berwarna larut dalam amonium asetat LP.
biru. C. Tambahkan asam hidroklorida P ke dalam
larutan sulfat: tidak terbentuk endapan (perbedaan
Raksa dari tiosulfat).
A. Celupkan lembaran tembaga yang mengkilap D. Tambahkan 0,1 ml iodum-kalium iodida LP ke
ke dalam larutan garam raksa yang bebas dari dalam suspensi yang didapat dari reaksi A: suspensi
asam nitrat berlebih: terjadi lapisan tipis yang tetap kuning (perbedaan dari sulfit dan ditionit), tetapi
setelah digosok menjadi mengkilap keperakan. dengan penambahan timah(II) klorida LP tetes demi
B. Tambahkan hidrogen sulfida LP ke dalam tetes: warna suspensi hilang (perbedaan dari iodat).
larutan senyawa raksa: terbentuk endapan hitam, Didihkan campuran: tidak terbentuk endapan
yang tidak larut dalam amonium sulfida LP dan berwarna (perbedaan dari selenat dan tungstat).
dalam asam nitrat 2 N mendidih.
Sulfit Campur asam hidroklorida 3 N dengan sulfit
Garam Raksa (II) atau bisulfit: terbentuk belerang dioksida yang
A. Tambahkan natrium hidroksida 1 N ke dalam menghitamkan kertas saring yang dibasahi dengan
larutan garam raksa: terbentuk endapan kuning. raksa(I) nitrat LP.
B. Tambahkan kalium iodida LP ke dalam
larutan netral: terbentuk endapan merah tua yang Tartrat
sangat mudah larut dalam pereaksi berlebih. A. Larutkan beberapa mg garam tartrat dalam
2 tetes larutan natrium periodat P (1 dalam 20).
Garam Raksa (I) Tambahkan 1 tetes asam sulfat 1 N dan setelah
A. Tambahkan natrium hidroksida 1 N pada 5 menit, tambahkan beberapa tetes asam sulfit P,
senyawa raksa(I) : terurai dan membentuk endapan kemudian beberapa tetes fukhsin-asam sulfit LP:
hitam. terjadi warna merah muda dalam waktu 15 menit.
– 2733 –

B. Ke dalam 10 hingga 20 mg zat uji yang tetapi larut dalam asam hidroklorida 3 N.
dilarutkan dalam 5 ml air, tambahkan 0,05 ml larutan B. Tambahkan amonium sulfida LP ke dalam
besi(II) sulfat P 1% dan 0,05 ml larutan hidrogen larutan netral atau alkalis: terbentuk endapan putih
peroksida P 3%: terjadi warna kuning yang tidak seperti pada uji A.
stabil. Setelah warna hilang tambahkan natrium C. Tambahkan kalium heksasianoferat(II) LP ke
hidroksida 2 N tetes demi tetes: terjadi warna biru dalam larutan garam zink: terbentuk endapan putih
intensif. yang tidak larut dalam asam hidroklorida 3 N.
C. Campur 0,1 ml larutan yang mengandung 1
sampai 2 mg asam tartrat P dengan 0,1 ml larutan
kalium bromida P 10%, 0,1 ml larutan resorsinol P UJI BATAS ARSEN <321>
2%, dan 3 ml asam sulfat P, panaskan di atas tangas
air selama 5 hingga 10 menit: terjadi warna biru tua Prosedur ini disusun untuk mendeteksi adanya
yang berubah menjadi merah jika larutan didinginkan cemaran arsenik dengan mengubah senyawa arsenik
dan dituang ke dalam air. dalam suatu senyawa pada uji terhadap arsen,
kemudian dilewatkan melalui larutan perak
Tembaga dietilditiokarbamat untuk membentuk komplek
A. Asamkan larutan senyawa tembaga(II) dengan berwarna merah. Warna merah yang terbentuk
asam hidroklorida P: terbentuk lapisan tipis merah dibandingkan, baik secara visual atau secara
logam tembaga pada permukaan logam besi yang spektrofotometri terhadap warna yang dihasilkan dari
mengkilap. cara yang sama menggunakan kontrol yang
B. Tambahkan amonium hidroksida 6 N berlebih mengandung sejumlah arsen setara dengan batasan
ke dalam larutan garam tembaga(II): terbentuk yang diberikan dalam masing-masing monografi.
endapan kebiruan, kemudian larutan menjadi Batas dinyatakan sebagai arsen (As), dan kadar
berwarna biru tua. arsenik tidak melebihi batas yang tertera dalam
C. Tambahkan kalium heksasianoferat(II) LP ke masing-masing monografi.
dalam larutan garam tembaga(II): terbentuk Kedua metode yang diberikan, berbeda hanya
endapan coklat kemerahan yang tidak larut dalam dalam perlakuan awal terhadap zat uji dan standar.
asam encer. Pada umumnya digunakan Metode I untuk bahan
anorganik, Metode II untuk bahan organik.
Timbal
A. Tambahkan asam sulfat 2 N ke dalam larutan Peralatan (Lihat gambar) terdiri dari sebuah
garam timbal: terbentuk endapan putih yang tidak arsen generator (a), dilengkapi dengan unit pembersih
larut dalam asam hidroklorida 3 N atau asam nitrat (c) dan tabung penyerap (e) dengan sambungan
2 N, tetapi larut dalam natrium hidroksida 1 N hangat terasah atau dengan dasar bola gelas dan soket
dan dalam amonium asetat LP. penyambung (b dan d) diantara unit-unit. Walaupun
B. Tambahkan kalium kromat LP ke dalam larutan demikian, alat lain yang sesuai, menggunakan prinsip
garam timbal bebas atau hampir bebas asam mineral: alat yang disebutkan dan diilustrasikan dapat
terbentuk endapan kuning yang tidak larut dalam digunakan.
asam asetat 6 N tetapi larut dalam natrium hidroksida
1 N. Penambahan

Tiosianat Tambahkan besi(III) klorida LP ke


dalam larutan tiosianat: terjadi warna merah yang
tidak rusak oleh asam mineral yang cukup pekat.`

Tiosulfat
A. Tambahkan asam hidroklorida P ke dalam
larutan tiosulfat: terbentuk endapan putih yang
segera berubah menjadi kuning, dan terbentuk
belerang dioksida yang menghitamkan kertas saring
yang dibasahi dengan raksa(I) nitrat LP.
B. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam
larutan tiosulfat: terjadi warna ungu tua yang cepat
hilang.

Zink Gambar Alat uji arsen


A. Tambahkan hidrogen sulfida LP dan natrium
asetat P ke dalam larutan garam zink: terbentuk Larutan persediaan arsen trioksida Timbang
endapan putih, yang tidak larut dalam asam asetat P, saksama 132,0 mg arsen trioksida P, yang
– 2734 –

sebelumnya sudah dikeringkan pada 105º selama dan 540 nm menggunakan spektrofotometer yang
1 jam, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml dan sesuai atau kolorimeter, menggunakan perak
larutkan ke dalam 5 ml larutan natrium hidroksida P dietilditiokarbamat LP sebagai blanko.
(1 dalam 5) Netralkan larutan dengan asam sulfat 2 N,
tambahkan kembali 10 ml asam sulfat 2 N kemudian Zat Kimia Pengganggu Logam atau garam logam
tambahkan air yang baru dididihkan dan didinginkan seperti kromium, kobalt, tembaga, raksa, molibdenum,
sampai tanda, campur. nikel, valadium dan perak dapat mengganggu
pelepasan arsen. Antimon dalam bentuk stibin
Larutan baku arsen Pipet 10 ml Larutan menghasilkan pengganggu positif pada pengembangan
persediaan arsen trioksida ke dalam labu tentukur warna menggunakan perak dietilditiokarbamat LP.
1000-ml, tambahkan 10 ml asam sulfat 2 N, kemudian Bila diperkirakan terdapat antimon, warna merah yang
tambahkan air yang baru dididihkan kemudian dihasilkan dalam 2 larutan perak dietilditiokarbamat
didinginkan sampai batas dan campur. Setiap ml dapat dibandingkan pada panjang gelombang serapan
Larutan baku arsen mengandung setara dengan 1 g maksimum antara 535 nm dan 540 nm menggunakan
Arsen (As). Simpan larutan ini ke dalam wadah kaca kolorimeter yang sesuai, dimana pada panjang
dan gunakan dalam waktu 3 hari. gelombang ini gangguan yang disebabkan oleh stibin
dapat diabaikan.
Metode I
Metode II
Larutan baku Pipet 3,0 ml Larutan baku arsen Catatan:
ke dalam labu generator dan encerkan dengan air (1) Perhatian Lakukan dengan hati-
sampai 35 ml. hati. Beberapa zat dapat bereaksi dengan
ledakan yang membahayakan bila dicampur
Larutan uji Jika tidak dinyatakan lain dalam dengan hidrogen peroksida.
masing-masing monografi, pindahkan ke dalam labu (2) Apabila terdapat campuran
generator sejumlah zat uji, dalam g, dihitung dengan mengandung halogen gunakan suhu lebih rendah
rumus: pada saat memanaskan zat uji dengan asam
3,0 sulfat P, hindari mendidihnya campuran dan
L tambahkan hidrogen peroksid dengan hati-hati
sebelum terjadi pengarangan, untuk mencegah
dimana L adalah batas arsen dalam ppm. Larutkan hilangnya arsen trivalen.
dalam air dan encerkan dengan air sampai 35 ml. (3) Apabila zat uji bereaksi dengan
asam sulfat 5 ml sangat cepat, dan sudah terjadi
Prosedur Perlakukan sama Larutan baku dan pengarangan pada penambahan 5 ml asam sulfat
Larutan uji seperti berikut. Tambahkan 20 ml asam P sebelum pemanasan, sebagai pengganti
sulfat 7 N, 2 ml kalium iodida LP, 0,5 ml timah (II) gunakan 10 ml asam sulfat encer dingin (1
klorida pekat LP dan 1 ml isopropanol P dan campur. dalam 2) dan tambahkan beberapa tetes
Diamkan pada suhu kamar selama 30 menit. hidrogen peroksida P sebelum pemanasan.
Tambahkan tabung slaber (c) dengan 2 gumpal kapas
yang sudah dicelupkan ke dalam larutan timbal II Larutan baku Pipet 3,0 ml Larutan baku arsen
asetat P. Hilangkan kelebihan larutan dengan diperas ke dalam labu generator, tambah 2 ml asam sulfat,
dan keringkan dengan vakum pada suhu kamar. Buat campur dan tambahkan sejumlah 30% hidrogen
jarak 2 mm diantara kedua gumpalan. Lumas kedua peroksida P yang digunakan dalam pembuatan
sambungan b dan d dengan pelumas yang sesuai Larutan uji. Panaskan campuran hingga terjadi asap
diperuntukkan untuk pelarut organik, dan sambung putih tebal, dinginkan tambahkan perlahan-lahan
unit pembersih ke dalam tabung penyerap (e). 10 ml air, dan panaskan lagi sampai terjadi asap putih
Pindahkan 3,0 ml perak dietilditiokarbamat LP ke tebal. Ulangi prosedur dengan menggunakan 10 ml air
dalam tabung penyerap. Tambahkan 3,0 g seng granul untuk menghilangkan sisa hidrogen peroksida.
(20 mesh) ke dalam campuran di dalam labu, segera Dinginkan dan encerkan dengan air sampai 35 ml.
sambung unit pembersih dan biarkan pelepasan
hidrogen dan pengembangan warna terjadi pada suhu Larutan uji Jika tidak dinyatakan lain dalam
ruang selama 45 menit. Putar labu secara perlahan masing-masing monografi masukkan ke dalam labu
dengan antara 10 menit. Lepaskan tabung penyerap generator sejumlah zat uji, dalam g, dihitung
dari generator dan unit pembersih dan pindahkan menggunakan rumus:
larutan absorpsi ke dalam sel absorpsi 1 cm. Warna
merah yang dihasilkan oleh Larutan uji tidak lebih 3.0
intensif dari yang dihasilkan Larutan baku. Bila L
diperlukan atau diinginkan, ukur absorpsi pada
panjang gelombang serapan maksimum antara 535 nm
– 2735 –

dimana L adalah batasan arsen dalam ppm. yang masih tertinggal dengan batang pengaduk kaca
Tambahkan 5 ml asam sulfat P dan beberapa manik tumpul, hangatkan selama lebih kurang 5 menit lagi.
kaca, ekstraksi dalam lemari asam, lebih baik Masukkan ke dalam labu kaca borosilikat yang
menggunakan lempeng pemanas dan pada suhu tidak sesuai, tambahkan 30 ml etanol P, dan 3 ml larutan
lebih dari 120º hingga terjadi pengarangan. (Mungkin kalium hidroksida P (9 dalam 10). Refluks dalam alat
diperlukan asam sulfat berlebih untuk membasahkan yang keseluruhannya terbuat dari kaca borosilikat
zat uji secara sempurna, tetapi jumlah volume yang selama 30 menit. Dinginkan larutan, tambahkan 30 ml
ditambahkan tidak lebih 10 ml). Tambahkan hati-hati air, masukkan ke dalam corong pisah. Tambahkan 4 g
tetes demi tetes 30% hidrogen peroksida P biarkan serbuk halus natrium sulfat dekahidrat P. Ekstraksi
reaksi terjadi dan panaskan kembali diantara satu kali dengan 150 ml eter P, kocok selama 2 menit,
penetesan. (Tambahkan dengan sangat hati-hati bila terbentuk emulsi, ekstraksi lagi 3 kali, tiap kali
beberapa tetes pertama dengan mencampur dengan 25 ml eter P. Kumpulkan ekstrak eter, bila
secukupnya, untuk menghindari reaksi cepat). perlu cuci dengan 50 ml air dengan menggoyang
Hentikan pemanasan bila terbentuk busa berlebih. Bila perlahan-lahan. Ulangi pencucian tiga kali, tiap kali
reaksi berkurang, panaskan hati-hati, goyangkan labu dengan 50 ml air dengan menggoyang lebih kuat.
sesekali untuk mencegah zat melekat pada dinding Pindahkan ekstrak eter yang telah dicuci ke dalam
labu yang kontak dengan pemanasan. Pertahankan labu tentukur 250-ml, tambahkan eter P sampai tanda.
kondisi oksidasi setiap saat selama ekstraksi dengan Uapkan 25,0 ml ekstrak eter hingga lebih kurang
menambahkan sedikit demi sedikit larutan hidrogen 5 ml. Tanpa pemanasan dan dengan bantuan aliran gas
peroksida P, jika campuran menjadi coklat atau gelap. inert atau hampa udara, lanjutkan penguapan hingga
Lanjutkan ekstraksi hingga zat organik terurai, lebih kurang 3 ml. Larutkan residu dalam isopropanol
naikkan suhu lempeng pemanas secara bertahap P secukupnya hingga kadar vitamin A setara 3 µg
hingga asap dari belerang trioksida dibebaskan dan sampai 5 µg per ml atau memberikan serapan dalam
larutan menjadi tidak berwarna atau berwarna kuning rentang 0,5 hingga 0,8 pada panjang gelombang
pucat. Dinginkan, tambahkan hati-hati 10 ml air, 325 nm.
campur dan uapkan sekali lagi hingga terjadi asap Prosedur Ukur serapan larutan pada panjang
tebal. Ulangi prosedur ini untuk menghilangkan sisa gelombang 310 nm, 325 nm dan 334 nm
hidrogen peroksida. Dinginkan, tambahkan hati-hati menggunakan sel kuarsa dan gunakan isopropanol P
10 ml air, bilas dinding labu dengan beberapa ml air, sebagai blangko. Hitung kadar Vitamin A, sebagai
dan encerkan dengan air hingga 30 ml. kadar retinol, C20H30O, dalam mg dengan rumus:

Prosedur Lakukan seperti yang tertera pada  0 ,549  A325 


Metode I  
 L  C  
Zat Kimia Pengganggu Lakukan seperti yang
tertera pada Metode I. Atau

 0 ,549  A325  
PENETAPAN KADAR VITAMIN A <511>  
 L  C  
METODE KIMIA
L adalah panjang sel, dalam cm; C adalah jumlah
Uji 1 sediaan uji dalam g, kapsul atau tablet dalam tiap 100
Cara ini digunakan untuk penetapan vitamin A ml larutan akhir isopropanol; [A325] adalah serapan
dalam sediaan farmasi. Lakukan penetapan secepat pada 325 nm yang telah dikoreksi dengan rumus:
mungkin, upayakan seminimum mungkin dari
pengaruh cahaya, oksigen dari udara dan zat
pengoksidasi lain, sebaiknya menggunakan alat kaca
A325   6 ,815  A325   2,555  A310   4 ,260  A334 
aktinik rendah dan gas inert.
Jika mengandung tokoferol, metode kromatografi Tiap mg vitamin A, sebagai retinol, C20H30O, setara
yang sesuai harus digunakan. dengan 3333 unit Vitamin A FI.
Larutan uji Timbang saksama, hitung, atau ukur Gunakan rumus pertama dimana A325 serapan pada
secara saksama sejumlah sediaan uji setara dengan 325 nm, mempunyai harga antara [A325]/1,030 dan
tidak kurang dari 0,15 mg retinol tetapi tidak boleh [A325]/0,970. Gunakan rumus kedua dimana [A325]
mengandung lemak lebih dari 1 g. Bila berbentuk mempunyai harga kurang dari A325/1,030.
kapsul, tablet atau bentuk padat lainnya yang tidak [Catatan Rentang batas kesalahan yang menunjukkan
dapat disabunkan secara efisien dengan cara yang tingkat ketidaksesuaian yang diharapkan pada hasil
diberikan, refluks dalam 10 ml air di atas tangas uap dari laboratorium yang berbeda pada P = 0,05,
selama lebih kurang 10 menit, hancurkan bagian padat adalah kira-kira ± 8%.]
– 2736 –

Uji 2 vitamin A, tetapi hanya puncak semua isomer trans


Cara ini digunakan untuk penetapan ester retinil yang digunakan untuk menghitung vitamin A.
murni atau disiapkan dari ester retinil murni menjadi Prosedur ini dapat digunakan untuk menentukan
eksipien dalam sediaan farmasi. vitamin A dalam bahan baku, tablet vitamin larut
Timbang saksama 25-100 mg zat, larutkan dalam minyak, kapsul vitamin larut minyak, tablet vitamin
5 ml pentana P dan encerkan dengan isopropanol P larut air dan minyak, kapsul vitamin larut air dan
hingga kadar vitamin A setara dengan kadar retinol 3- minyak, tablet vitamin dengan mineral larut air dan
4,5 g per ml. Ukur serapan larutan pada panjang minyak, kapsul vitamin dengan mineral larut air dan
gelombang 326 nm menggunakan sel kuarsa dan minyak.
gunakan isopropanol P sebagai blangko. Hitung kadar Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, Larutan
dalam mg vitamin A, sebagai retinol, C20H30O, dalam baku, Larutan uji dan Larutan kesesuaian sistem
zat yang digunakan dengan rumus: dibuat sebagai berikut:

 0 ,570  A326  Fase gerak Gunakan n-heksana P.


  Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah
 L  C   Vitamin A Asetat BPFI, larutkan dalam n-heksana P,
jika perlu encerkan secara bertahap dan kuantitatif
A326 adalah serapan pada 326 nm; L adalah panjang hingga kadar retinol lebih kurang 15 µg per ml.
sel, dalam cm; C adalah kadar Larutan uji dalam g [Catatan 1 mg retinil asetat setara dengan 0,872 mg
dalam tiap 100 ml. retinol.]
Tiap mg vitamin A, sebagai retinol, C20H30O, setara Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah Retinil
dengan 3333 unit vitamin A FI. Palmitat BPFI, larutkan dalam n-heksana P, jika perlu
encerkan secara bertahap dan kuantitatif hingga kadar
METODE KROMATOGRAFI retinol lebih kurang 15 µg per ml. [Catatan 1 mg
retinil palmitat setara dengan 0,546 mg retinol.]
Prosedur kromatografi cair kinerja tinggi berikut Larutan kesesuaian sistem Campur sejumlah
digunakan untuk penetapan vitamin A dalam sediaan volume sama Larutan baku 1 dan Larutan baku 2.
farmasi. Lakukan prosedur berikut, lindungi seluruh Larutan uji untuk bahan baku Timbang saksama
larutan yang mengandung dan berasal dari larutan uji sejumlah retinil asetat atau retinil palmitat setara
dan baku pembanding dari udara dan cahaya, dengan 15 mg retinol, masukkan ke dalam labu
sebaiknya menggunakan gas inert dan alat kaca tentukur 100 ml, larutkan dan encerkan dengan
aktinik rendah. n-heksana P sampai tanda dan kocok. Pipet 5 ml
Jika pada prosedur disebutkan menggunakan ester larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan
vitamin A (retinil asetat atau retinil palmitat), gunakan dengan n-heksana P sampai tanda dan kocok.
sesuai bentuk kimia yang ada dalam bahan baku. Larutan uji tablet Timbang dan serbukkan tidak
kurang dari 20 tablet. Pindahkan sejumlah serbuk
Baku pembanding Retinil Asetat BPFI (Vitamin tablet tidak lebih dari 7,5 g, setara dengan tidak
A); Pada saat digunakan, gunting ujung kapsul, kurang dari 1 mg vitamin A, sebagai retinol,
keluarkan dan timbang larutan. Buang bagian yang (C20H30O), ke dalam tabung sentrifuga yang memiliki
tidak digunakan setelah kapsul dibuka. Simpan dalam tutup ulir berlapis polytef. Tambahkan 2 ml dimetil
wadah tertutup rapat, simpan pada tempat dingin dan sulfoksida P dan 3 ml n-heksana P per g serbuk tablet,
kering atau pada lemari pendingin, lindungi dari kocok selama 45 menit pada tangas air pada suhu 60.
cahaya. [Catatan Gunakan Vitamin A BPFI, semua [Catatan Atur pengocok untuk memastikan bahwa
bentuk trans retinil asetat, untuk penetapan bentuk campuran dalam tabung tercampur dengan sempurna
sediaan farmasi yang pada etiket mencantumkan dan menyeluruh.] Sentrifus pada kecepatan 3000 rpm
mengandung retinol atau ester Vitamin A (retinil selama 10 menit dan pindahkan lapisan heksana ke
asetat atau retinil palmitat).] Retinil Palmitat BPFI; dalam labu tentukur. Tambahkan 3 ml n-heksana P
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan per g serbuk tablet ke dalam lapisan dimetil sulfoksida
dalam lemari pendingin, terlindung cahaya. P, kocok kuat selama 5 menit, pindahkan lapisan
heksana ke dalam labu tentukur yang sama. Ulangi
Uji 1 ekstraksi dengan penambahan 3 bagian n-heksana P.
Cara ini merupakan prosedur netral dengan cara Encerkan ekstrak dengan n-heksana P dalam labu
melarutkan sampel langsung ke dalam heksan P dan tentukur sampai tanda. Encerkan volume larutan ini
menyuntikkan ke dalam kromatograf cair atau dengan n-heksana P untuk mendapatkan kadar 15 g
ekstraksi sampel dengan terlebih dahulu melarutkan per ml vitamin A, sebagai retinol (C20H30O). [Catatan
sampel dalam dimetil sulfoksida P dan lakukan Pengenceran mungkin tidak diperlukan.]
ekstraksi cair-cair untuk vitamin A menggunakan Larutan uji kapsul Pindahkan tidak kurang dari
heksan P. Meskipun metode kromatografi dapat 20 isi kapsul ke dalam wadah yang sesuai, aduk dan
memisahkan bentuk 13-cis dan semua isomer trans timbang. Pindahkan sejumlah campuran tidak lebih
– 2737 –

dari 7,5 g, setara dengan tidak kurang dari 1 mg C20H30O, dalam µg per ml Larutan baku 1 atau
vitamin A, sebagai retinol (C20H30O), ke dalam tabung Larutan baku 2 dan CU adalah kadar vitamin A,
sentrifuga yang bersumbat ulir berlapis polytef sebagai retinol, C20H30O, dalam g per ml Larutan uji
[Catatan Untuk kapsul gelatin keras, buang bagian berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
yang tidak digunakan, buka cangkang kapsul tidak
kurang dari 20 kapsul, pindahkan kapsul, masukkan Uji 2
ke dalam wadah yang sesuai dan gerus hingga Prosedur ini dilakukan dengan mencampurkan
terbentuk massa yang homogen. Pindahkan sebagian sampel dengan asam sulfat metanolat, ekstraksi
massa, setara tidak kurang dari 1 mg vitamin A, dengan 2,2,4-trimetilpentana P. Persiapan sampel
sebagai retinol, (C20H30O), ke dalam tabung dapat digunakan untuk formulasi yang mengandung
sentrifuga yang bersumbat ulir berlapis polytef.] vitamin A, D dan E. Termasuk juga tablet vitamin
Tambahkan 2 ml dimetil sulfoksida P dan 3 ml n- larut minyak, kapsul vitamin larut minyak, tablet
heksana P per g isi kapsul, kocok selama 45 menit vitamin larut air dan minyak, kapsul vitamin larut air
pada tangas air pada suhu 60. [Catatan Atur dan minyak, tablet vitamin dengan mineral larut air
pengocok untuk memastikan bahwa campuran dalam dan minyak dan kapsul vitamin dengan mineral larut
tabung tercampur dengan sempurn dan menyeluruh.] air dan minyak.
Sentrifus pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, Larutan
dan pindahkan lapisan heksana dengan cara dipipet ke baku, Larutan uji, Larutan kesesuaian sistem dan
dalam labu tentukur. Tambahkan 3 ml n-heksana P Pereaksi dibuat sebagai berikut:
per g isi kapsul ke dalam lapisan dimetil sulfoksida P, Fase gerak Campuran n-heksana P-etil asetat P
kocok kuat selama 5 menit, pindahkan lapisan (99,7:0,3).
heksana P dengan cara dipipet ke dalam labu tentukur Larutan asam sulfat metanolat 3 N Tambahkan
yang sama. Ulangi ekstraksi dengan penambahan 9 ml asam sulfat P ke dalam 80 ml metanol P dalam
3 bagian n-heksana P. Encerkan ekstrak dengan labu tentukur 100 ml dengan hati-hati. Dinginkan dan
n-heksana P dalam labu tentukur sampai tanda. encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Encerkan volume larutan ini dengan n-heksana P Larutan natrium askorbat-pirogalol Masukkan
untuk mendapatkan kadar 15 g per ml vitamin A, 10 g natrium askorbat P dan 5 g pirogalol P ke dalam
sebagai retinol, (C20H30O). [Catatan Pengenceran labu tentukur 100-ml, tambahkan air secukupnya
mungkin tidak diperlukan.] hingga terlarut. Tambahkan 1,7 ml asam sulfat P dan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada encerkan dengan air sampai tanda.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Larutan lecitin Timbang saksama sejumlah lecitin,
dilengkapi dengan detektor 325 nm dan kolom 4,6 mm larutkan dan encerkan dengan 2,2,4-trimetilpentana P
x 15 cm, berisi bahan pengisi L8 dengan ukuran hingga kadar lebih kurang 5 mg per ml.
partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah Retinil
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Asetat BPFI, larutkan dalam 2,2,4-trimetilpentana P,
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak hingga kadar retinol lebih kurang 15 µg per ml.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah Retinil
semua bentuk trans retinil asetat dan semua bentuk Palmitat BPFI, larutkan dalam 2,2,4-trimetilpentana
trans retinil palmitat tidak kurang dari 10. Lakukan P, hingga kadar retinol lebih kurang 15 µg per ml.
kromatografi terhadap Larutan baku 1 atau Larutan Larutan kesesuaian sistem Campur sejumlah
baku 2, rekam kromatogram dan ukur respons puncak volume sama Larutan baku 1 dan Larutan baku 2.
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif Larutan uji tablet [Catatan Persiapan ini dapat
pada penyuntikan ulang Larutan baku 1 atau Larutan digunakan untuk menentukan vitamin A, vitamin D
baku 2 tidak lebih dari 3,0%. dan vitamin E yang terdapat dalam formulasi. Jumlah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sampel dapat disesuaikan dengan serapan dari
volume sama (lebih kurang 40 µl) Larutan baku 1 atau vitamin tertentu.] Timbang dan serbukkan tidak
Larutan baku 2 dan Larutan uji ke dalam kromatograf, kurang dari 20 tablet. Pindahkan sejumlah serbuk
rekam kromatogram, ukur respons puncak utama. tablet setara dengan antara 0,4 mg dan 2,5 mg retinol.
Hitung persentase, vitamin A, sebagai retinol, Tambahkan 0,5 g natrium bikarbonat P, 1,5 ml
C20H30O, dalam bagian vitamin A yang digunakan Larutan lecitin dan 12,5 ml 2,2,4-trimetilpentana P,
dengan rumus: dispersikan menggunakan vortex. Tambahkan 6 ml
Larutan natrium askorbat-pirogalol, kocok perlahan
dan awaudarakan. Lanjutkan pengocokan selama
 rU  C S 
    100 12 menit. Tambahkan 6 ml dimetil sulfoksida P, aduk
 rS  CU  dengan vortex hingga membentuk suspensi, kocok
selama 12 menit dan awaudarakan. Tambahkan 6 ml
Larutan asam sulfat metanolat 3 N, aduk dengan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
vortex hingga membentuk suspensi dan kocok selama
semua bentuk ester retinil Larutan uji dan Larutan
12 menit. Tambahkan 12,5 ml 2,2,4-trimetilpentana P,
baku 1 atau Larutan baku 2; CS adalah kadar retinol,
– 2738 –

aduk dengan vortex hingga membentuk suspensi,


 rU  C S 
kocok selama 10 menit. Sentrifus selama 10 menit     100
untuk memisahkan larutan emulsi dan beningan. Jika  rS  CU 
diperlukan, larutkan beningan dengan 2,2,4-
trimetilpentana P hingga mendekati kadar Larutan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
baku. semua bentuk trans ester retinil Larutan uji dan
Larutan uji kapsul [Catatan Persiapan ini dapat Larutan baku 1 atau Larutan baku 2; CS adalah kadar
digunakan untuk menentukan vitamin A, vitamin D retinol, C20H30O, dalam µg per ml Larutan baku 1 atau
dan vitamin E yang ada dalam formulasi. Jumlah Larutan baku 2 dan CU adalah kadar vitamin A,
sampel dapat disesuaikan dengan serapan dari
sebagai retinol, C20H30O, dalam g per ml Larutan uji
vitamin tertentu.] Timbang tidak kurang dari
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. [Catatan
20 kapsul ke dalam botol timbang yang telah ditara.
Gunakan 26,5 ml volume akhir Larutan uji untuk
Gunakan pemotong tajam jika diperlukan, buka kapsul
menghitung kadar nominal.]
hati-hati, tanpa kehilangan bagian cangkang,
pindahkan isi ke dalam gelas piala 100 ml. Cuci
Uji 3
dengan eter P untuk hilangkan semua isi yang masih
Prosedur ini dilakukan dengan penyabunan baku
menempel pada cangkang kapsul. Buang hasil cucian
pembanding dan zat, dilanjutkan dengan ekstraksi
dan keringkan cangkang kapsul dengan bantuan aliran
cair-cair vitamin A dari zat dengan campuran
udara. Timbang berat cangkang kapsul kosong ke
n-heksana P-metilena klorida P (3:1). Bentuk 13-cis
dalam botol timbang yang telah ditara dan hitung berat
dan semua bentuk trans isomer vitamin A dapat
bersih isi kapsul. Timbang sejumlah isi kapsul, setara
dikarakterisasi dan dihitung. Prosedur ini dapat
dengan lebih kurang 2,5 mg vitamin A, sebagai
digunakan untuk tablet vitamin larut minyak, kapsul
retinol, C20H30O, berdasarkan yang tertera pada etiket.
vitamin larut minyak, tablet vitamin larut air dan
Tambahkan 0,5 g natrium bikarbonat P; 1,5 ml
minyak, kapsul vitamin larut air dan minyak, tablet
Larutan lecithin; 12,5 ml 2,2,4-trimetilpentana P dan
vitamin dengan mineral larut air dan minyak, kapsul
aduk dengan vortex. Tambahkan 6 ml Larutan
vitamin dengan mineral larut air dan minyak.
natrium askorbat-pirogalol, kocok perlahan dan
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, Larutan
awaudarakan. Lanjutkan pengocokan selama 12 menit.
baku, Larutan uji dan Pereaksi dibuat sebagai berikut:
Tambahkan 6 ml dimetil sulfoksida P, aduk dengan
vortex hingga membentuk suspensi, kocok selama
Fase gerak Campuran n-heksana P-isopropanol P
12 menit. Tambahkan 6 ml Larutan asam sulfat
(92:8).
metanolat 3 N, aduk dengan vortex hingga
Pelarut ekstraksi Campuran n-heksana P-metil
membentuk suspensi, kocok selama 12 menit.
klorida P (3:1).
Tambahkan 12,5 ml 2,2,4-trimetilpentana P, aduk
Larutan kalium hidroksida Timbang saksama
dengan vortex hingga membentuk suspensi, kocok
sejumlah kalium hidroksida P, larutkan dan encerkan
selama 10 menit. Sentrifus selama 10 menit untuk
dengan air hingga kadar lebih kurang 800 mg per ml.
memisahkan larutan emulsi dan beningan. Jika
[Catatan Hati-hati memasukkan kalium hidroksida P
diperlukan, larutkan beningan dengan 2,2,4-
ke dalam air, campur dan dinginkan.]
trimetilpentana P hingga mendekati kadar Larutan
Pengencer Timbang saksama sejumlah pirogalol P
baku.
larutkan dan encerkan dengan etanol P hingga kadar
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
lebih kurang 10 mg per ml.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Retinil
dilengkapi dengan detektor 325 nm dan kolom 4,6 mm
Asetat BPFI atau Retinil Palmitat BPFI, Encerkan
x 25 cm, berisi bahan pengisi L24 dengan ukuran
dengan Pengencer hingga kadar retinol, C20H30O,
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit.
8,5 g per ml. Pindahkan 10 ml larutan ke dalam labu
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Erlenmeyer 125 ml bersumbat, tambahkan 5 ml air,
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
5 ml Pengencer, 3 ml Larutan kalium hidroksida.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Tutup rapat, kocok pada tangas air selama 15 menit
semua bentuk trans retinil asetat dan semua bentuk
trans retinil palmitat tidak kurang dari 8,0; simpangan pada suhu 60°±5 dan dinginkan pada suhu ruang.
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Tambahkan 7 ml air dan 25,0 ml Pelarut ekstraksi.
3,0%. Tutup rapat, kocok kuat selama 60 detik. Bilas bagian
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah labu dengan 60 ml air dan diamkan selama 10 menit
volume sama (lebih kurang 40 µl) Larutan baku 1 atau hingga lapisan terpisah. Pipet lapisan organik untuk
Larutan baku 2 dan Larutan uji ke dalam disuntikkan ke dalam kromatograf. Larutan baku
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons mengandung retinol 3,4 g per ml.
puncak utama. Hitung persentase, vitamin A sebagai Larutan uji kapsul Timbang tidak kurang dari
retinol, C20H30O, dalam bagian vitamin A yang 20 kapsul dalam botol timbang yang telah ditara. Buka
digunakan dengan rumus: kapsul, tanpa kehilangan bagian cangkang, masukkan
isi ke dalam gelas piala 100 ml. Cuci dengan eter P
– 2739 –

untuk hilangkan semua isi yang masih menempel pada ester retinil Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
cangkang kapsul. Buang hasil cucian dan keringkan kadar retinol, C20H30O, dalam g per ml Larutan baku
cangkang kapsul dengan bantuan aliran udara. dan CU adalah kadar vitamin A, sebagai retinol,
Timbang berat cangkang kapsul kosong dalam botol C20H30O, dalam g per ml Larutan uji berdasarkan
timbang yang telah ditara dan hitung berat bersih isi jumlah yang tertera pada etiket.
kapsul. Pindahkan sejumlah isi kapsul, setara dengan
1,3 mg retinol ke dalam labu Erlenmeyer 125 ml Uji 4
bersumbat. Tambahkan 5 ml air, 15 ml Pengencer dan Prosedur ini dilakukan dengan ekstraksi cair-cair
3 ml Larutan kalium hidroksida. Tutup rapat, kocok vitamin A dengan heksana P, uapkan heksana dan
pada pengocok mekanik tangas air selama 15 menit rekonstitusikan residu dalam campuran tetrahidrofuran
pada suhu 60°±5 dan dinginkan pada suhu ruang. P-asetonitril P (1:1). Prosedur ini dapat digunakan
Tambahkan 7 ml air dan 25,0 ml Pelarut ekstraksi. untuk vitamin A dalam larutan oral vitamin larut dalam
Tutup rapat, kocok kuat selama 60 detik atau lebih air dan minyak, larutan oral vitamin dan mineral yang
lama jika diperlukan sampai ekstraksi sempurna. Bilas larut dalam air dan minyak.
labu dengan 60 ml air dan diamkan selama 10 menit Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, Larutan
sampai lapisan terpisah. [Catatan Tidak boleh baku, Larutan uji dan Pengencer dibuat sebagai
dikocok, karena akan menyebabkan terbentuk emulsi.] berikut:
Pipet lapisan organic, jika perlu encerkan secara Fase gerak Campuran metanol P-asetonitril P-
bertahap dan kuantitatif dengan Pelarut ekstraksi n-heksana P (46,5:46,5:7,0).
hingga kadar retinol 3,4 g per ml. Pengencer Campuran tetrahidrofuran P-asetonitril
Larutan uji tablet Serbukkan beberapa jumlah P (1:1).
tablet. Pindahkan sejumlah serbuk tablet setara dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Retinil
1,3 mg retinol ke dalam labu Erlenmeyer 125 ml Asetat BPFI atau Retinil Palmitat BPFI, larutkan dan
bersumbat. Tambahkan 5 ml air, 15 ml Pengencer dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar retinol,
3 ml Larutan kalium hidroksida. Tutup rapat, kocok C20H30O, 0,33 mg per ml.
pada pada pengocok mekanik tangas air selama Larutan uji sediaan cair Ukur saksama sejumlah
15 menit pada suhu 60°±5 dan dinginkan pada suhu volume larutan oral, setara dengan lebih kurang retinol
ruang. Tambahkan 7 ml air dan 25,0 ml Pelarut 3,3 mg, masukkan ke dalam corong pisah 500 ml yang
ekstraksi. Tutup rapat, kocok kuat selama 60 detik berisi 10 ml air dan 20 ml etanol mutlak P.
atau lebih lama jika diperlukan sampai ekstraksi Tambahkan 150 ml heksana P, tutup dan kocok
sempurna. Bilas labu dengan 60 ml air dan diamkan selama 1 menit. Tambahkan lagi 150 ml heksana P,
selama 10 menit sampai lapisan terpisah. [Catatan tutup, kocok dan diamkan hingga lapisan terpisah.
Tidak boleh dikocok, karena akan menyebabkan Buang lapisan air dan saring ekstrak heksana melalui
terbentuk emulsi.] Pipet lapisan organik dan encerkan natrium sulfat anhidrat P ke dalam labu alas bulat
dengan Pelarut ekstraksi hingga kadar retinol 3,4 g 500 ml. Uapkan larutan hingga kering dengan bantuan
per ml. penguap berputar pada tangas air suhu 65. Segera
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada tambahkan 10,0 ml Pengencer, goyang hingga residu
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi larut dan saring.
dilengkapi dengan detektor 335 nm dan kolom 6,2 mm Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
x 8 cm, berisi bahan pengisi L3. Laju alir lebih kurang Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
4 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada 40. dilengkapi dengan detektor 265 nm dan kolom 4,6 mm
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam x 50 cm (dibuat dari gabungan dua kolom 4,6 mm x
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 25 cm), berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada 1,5 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada 40.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
volume sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
persentase vitamin A, sebagai retinol, C20H30O, dalam volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
bagian vitamin A yang digunakan dengan rumus: Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase vitamin A, sebagai retinol, C20H30O, dalam
 rT 1  CS 
    100 bagian vitamin A yang digunakan dengan rumus:
 rT 2  CU 
 rU  C S 
rT1 dan rT2 berturut-turut adalah jumlah respons     100
puncak dari semua bentuk trans ester retinil dan 13-cis  rS  CU 
– 2740 –

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari W adalah bobot sediaan dalam g; V adalah 50,0 ml
semua bentuk trans ester retinil Larutan uji dan dikurangi volume pelarut yang digunakan dalam buret
Larutan baku; CS adalah kadar retinol, C20H30O, dalam untuk mencapai volume labu tentukur-100 ml.
g per ml Larutan baku dan CU adalah kadar vitamin Metode lain dapat digunakan dalam penentuan
A, sebagai retinol, C20H30O, dalam g per ml Larutan bobot jenis, tergantung jenis sediaan (misal formulasi
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. non air). Jika wadah kurang dari 25 ml, dapat
digunakan gelas ukur dengan skala lebih kecil dan
jumlah pelarut disesuaikan.
ISI MINIMUM <861> Prosedur alternatif yaitu tuangkan isi dari 10 wadah
ke dalam 10 gelas ukur yang sesuai, hingga seluruh isi
Ruang Lingkup Pengujian dan spesifikasi berikut keluar dengan sempurna. Catat volume dari masing-
digunakan untuk sediaan krim, gel, losio, salep, pasta, masing isi wadah.
serbuk, aerosol dan sediaan semprot yang dikemas
dalam wadah. Untuk mengurangi pengaruh udara yang Kriteria Penerimaan
terperangkap dalam produk yang dinyatakan dalam
volume, penetapan isi minimum menggunakan bobot Tahap Jumlah Kriteria penerimaan
dari volume dengan menghitung bobot jenis sediaan. wadah
Tahap 1 10 Rata-rata isi bersih dari 10
Tujuan Penetapan isi minimum bertujuan untuk wadah tidak kurang dari
memastikan bahwa jumlah sediaan yang dimasukkan jumlah yang tertera pada
ke dalam wadah sesuai dengan jumlah yang tertera etiket
pada etiket. Untuk bobot atau volume
sediaan ≤ 60 g atau 60 ml
Prosedur untuk sediaan bukan aerosol - Isi bersih masing-masing
Untuk wadah yang diberi etiket bobot wadah tidak kurang dari
Ambil sebanyak 10 wadah, hilangkan semua etiket 90% jumlah yang tertera
yang dapat mempengaruhi bobot selama isi wadah pada etiket
dikeluarkan. Bersihkan dan keringkan dengan - Jika terdapat 1 wadah yang
sempurna bagian luar wadah dengan cara yang sesuai, kurang dari 90% lakukan
kemudian timbang satu per satu. Keluarkan isi secara pengujian terhadap 20
kuantitatif dari masing-masing wadah, potong ujung wadah tambahan (tahap 2)
wadah, jika perlu cuci dengan pelarut yang sesuai, Untuk bobot atau volume
hati-hati agar tutup dan bagian lain wadah yang pada sediaan > 60 g atau 60 ml
awal telah ditimbang tidak terpisah. Keringkan dan - Isi bersih masing-masing
timbang kembali masing-masing wadah kosong wadah tidak kurang dari
beserta bagian-bagiannya yang telah ditimbang pada 95% jumlah yang tertera
penimbangan pertama. Tetapkan bobot bersih masing- pada etiket
masing isi wadah dan rata-rata isi bersih dari seluruh - Jika terdapat 1 wadah yang
wadah. Perbedaan antara kedua penimbangan adalah kurang dari 95% lakukan
bobot bersih isi wadah. pengujian terhadap 20
wadah tambahan (tahap 2)
Untuk wadah yang diberi etiket volume Tahap 2 20 Rata-rata isi bersih dari total
Lakukan prosedur yang sama seperti tertera pada 30 wadah tidak kurang dari
Untuk wadah yang diberi etiket bobot. Ubah bobot ke jumlah yang tertera pada
volume menggunakan perhitungan bobot jenis. etiket.
Pendekatan yang disarankan untuk menetapkan bobot Untuk bobot atau volume
jenis zat uji sebagai berikut: sediaan ≤ 60 g atau 60 ml
1. Tara labu tentukur 100-ml berisi 50,0 ml pelarut Tidak lebih 1 dari 30 wadah
yang dapat bercampur dengan sediaan yang diuji. yang isinya kurang dari 90%
2. Masukkan lebih kurang 25 ml sediaan, kemudian jumlah yang tertera pada
kocok hingga tercampur rata. etiket
3. Timbang kembali labu tentukur (W). Untuk bobot atau volume
4. Tambahkan pelarut melalui buret sampai tanda, sediaan > 60 g atau 60 ml
sambil diaduk perlahan. Catat volume yang Tidak lebih 1 dari 30 wadah
digunakan dalam buret. yang isinya kurang dari 95%
5. Hitung bobot jenis zat uji dengan rumus: jumlah yang tertera pada
etiket
– 2741 –

Prosedur untuk sediaan aerosol dan semprot selama pengujian berlangsung dan menjaga agar
Ambil sebanyak 10 wadah, hilangkan semua etiket gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian
yang dapat mempengaruhi bobot pada waktu isi dari alat, termasuk lingkungan tempat alat diletakkan
wadah dikeluarkan. Bersihkan dan keringkan dengan tidak boleh menimbulkan gerakan, goncangan atau
sempurna bagian luar wadah dengan cara yang sesuai, getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat
dan timbang satu per satu. Keluarkan isi tiap wadah perputaran alat pengaduk. Akan lebih baik apabila alat
dengan menggunakan cara yang aman, misalnya yang digunakan memungkinkan pengamatan contoh
dengan pendinginan untuk menurunkan tekanan dalam dan alat pengaduk selama pengujian berlangsung.
wadah, buka katup, dan tuang. Keluarkan isi yang Wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar
tertinggal dengan pelarut yang sesuai, kemudian bilas setengah bola dengan dimensi dan kapasitas sebagai
dengan sejumlah kecil metanol P. Panaskan wadah, berikut: untuk kapasitas nominal 1000 ml, tinggi
katup, dan bagian lain wadah pada suhu 100º selama 160 mm hingga 210 mm, diameter dalam 98 mm
5 menit. Dinginkan dan timbang kembali tiap wadah hingga 106 mm; untuk yang berkapasitas nominal
beserta bagiannya. Perbedaan antara penimbangan 2000 ml, tinggi 280 mm hingga 300 mm, diameter
pertama dan penimbangan wadah kosong adalah bobot dalam 98 mm hingga 106 mm; untuk kapasitas
bersih isi wadah. Lakukan perhitungan bobot bersih nominal 4000 ml, tinggi 280 mm hingga 300 mm dan
pada masing-masing wadah yang diuji. diameter dalam 145 mm hingga 155 mm. Tepi bagian
atas wadah melebar. Untuk mencegah penguapan
Kriteria Penerimaan dapat digunakan suatu penutup2 yang cocok. Batang
Bobot bersih isi wadah masing-masing dari 10 wadah logam berada pada posisi sedemikian sehingga
yang diuji tidak kurang dari jumlah yang tertera pada sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari
etiket. sumbu vertikal wadah, berputar dengan halus dan
tanpa goyangan yang berarti yang dapat
mempengaruhi hasil uji. Suatu alat pengatur
UJI DISOLUSI <1231> kecepatan digunakan sehingga memungkinkan
untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dan mempertahankan kecepatan seperti tertera dalam
dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi dalam batas lebih kurang
masing-masing monografi untuk sediaan yang 4%.
digunakan secara oral. Pada lampiran ini, satuan Komponen batang logam dan keranjang yang
sediaan yang dimaksud adalah 1 tablet atau 1 kapsul merupakan bagian dari pengaduk terbuat dari baja
atau sejumlah yang ditentukan. Dari jenis alat yang tahan karat tipe 316 atau bahan lain yang inert sesuai
diuraikan di sini, gunakan salah satu sesuai dengan dengan spesifikasi pada Gambar 1. Dapat juga
yang tertera dalam masing-masing monografi. Bila digunakan keranjang berlapis emas setebal 0,0001 inci
pada etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, (2,5 m). Sediaan dimasukkan ke dalam keranjang
sedangkan dalam masing-masing monografi, uji yang kering pada tiap awal pengujian. Selama
disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus pengujian berlangsung jarak antara bagian dasar
dinyatakan untuk sediaan lepas tunda, prosedur dan dalam wadah dan keranjang adalah 25 mm  2 mm.
interpretasi yang tertera pada sediaan lepas tunda
dapat digunakan, kecuali dinyatakan lain pada masing-
masing monografi. Untuk kapsul gelatin keras atau
lunak dan tablet salut gelatin, yang tidak memenuhi
syarat uji disolusi, ulangi uji sebagai berikut:

- Jika media disolusi yang dinyatakan pada masing-


masing monografi adalah air atau media dengan pH
kurang dari 6,8 gunakan media yang sama dengan
penambahan pepsin yang dimurnikan hingga
aktivitas tidak lebih dari 750.000 Unit per 1000 ml.
- Untuk media dengan pH 6,8 atau lebih besar, dapat
ditambahkan pankreatin hingga aktivitas protease
tidak lebih dari 1750 Unit FI per 1000 ml.

Baku pembanding Gunakan Tablet lepas lambat


Klorfeniramin Maleat BPFI, Tablet Prednison BPFI .

ALAT

Alat 1 (Tipe Keranjang)


Alat terdiri dari sebuah wadah bertutup yang terbuat Gambar 1 Pengaduk Bentuk Keranjang
dari kaca atau bahan transparan1 lain yang inert;
sebuah motor, suatu batang logam yang digerakkan 1
Bahan tidak boleh menyerap, bereaksi, atau
oleh motor; dan keranjang berbentuk silinder. Wadah mengganggu spesimen yang diuji.
tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang 2
Penutup yang digunakan tetap memberikan
sesuai, berukuran sedemikian sehingga dapat keleluasaan untuk memasukkan termometer dan
mempertahankan suhu di dalam wadah pada 370,50 pengambilan cuplikan.
– 2742 –

Alat 2 (Tipe Dayung) Alat 3 (Silinder Kaca Bolak-Balik)


Sama seperti Alat 1, kecuali pada alat ini digunakan Alat terdiri dari satu rangkaian labu kaca beralas
dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai rata berbentuk silinder; rangkaian silinder kaca yang
pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian
sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap bergerak bolak balik; penyambung inert dari baja
titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan tahan karat (tipe 316 atau yang setara) dan kasa
halus tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati polipropilen yang terbuat dari bahan yang sesuai, inert
diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. dan tidak mengabsorbsi, dirancang untuk
Dayung memenuhi spesifikasi pada Gambar 2. Jarak menyambungkan bagian atas dan alas silinder yang
25 mm  2 mm antara daun dan bagian dalam dasar bergerak bolak balik; dan sebuah motor serta sebuah
wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung. kemudi untuk menggerakkan silinder bolak balik
Daun dan batang logam yang merupakan satu secara vertikal dalam labu dan jika perlu silinder
kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert dapat digeser secara horizontal dan diarahkan ke
yang sesuai. Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar deretan labu yang lain. Labu tercelup sebagian di
wadah sebelum dayung mulai diputar. Sepotong kecil
bahan yang tidak bereaksi seperti gulungan kawat dalam suatu tangas air yang sesuai dengan ukuran
berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu di
mengapungnya sediaan. Alternatif pemberat (sinker) dalam wadah pada 370  0,50 selama pengujian
ditunjukkan pada Gambar 2a. Alat lain yang dapat berlangsung. Bagian dari alat, termasuk lingkungan
mencegah mengapungnya sediaan dan telah tempat alat diletakkan tidak boleh menimbulkan
divalidasi dapat digunakan. gerakan, goncangan atau getaran signifikan di luar
yang disebabkan oleh gerakan halus silinder yang
bergerak turun-naik. Suatu alat pengatur kecepatan
digunakan sehingga memungkinkan untuk memilih
dan mempertahankan kecepatan bolak balik seperti
tertera dalam monografi dalam batas lebih kurang
5%. Akan lebih baik apabila alat yang digunakan
memungkinkan pengamatan contoh dan silinder
selama pengujian berlangsung. Wadah dilengkapi
dengan penutup yang berada tetap pada tempatnya
untuk mencegah penguapan selama pengujian
dilakukan. Setiap komponen harus memenuhi ukuran
seperti tertera pada Gambar 3 kecuali dinyatakan lain
dalam masing-masing monografi.

Gambar 2 Pengaduk Bentuk Dayung

Gambar 2a Pemberat (sinker) Gambar 3 Alat 3 (Silinder kaca bolak balik)


– 2743 –

Alat 4 (Sel Yang Dapat Dialiri)


Alat terdiri dari sebuah wadah dan sebuah pompa
untuk Media disolusi; sebuah sel yang dapat dialiri;
sebuah tangas air yang dapat mempertahankan suhu
Media disolusi pada 37º ± 0,5º (Gambar 2 dan
Gambar 3). Ukuran sel dinyatakan dalam masing-
masing monografi.
Pompa mendorong Media disolusi ke atas melalui
pompa sel. Pompa memiliki kapasitas aliran antara
240 ml per jam dan 960 ml per jam, dengan laju alir
baku 4 ml, 8 ml dan 16 ml per menit. Alat
memberikan aliran konstan (± 5% dari laju alir); profil
aliran adalah sinusoidal dengan 120 ± 10 pulsa/denyut
per menit. Pompa tanpa denyut juga dapat digunakan. Gambar 4a Alat pemegang tablet untuk sel besar
Bagaimanapun juga, uji disolusi menggunakan sel
yang dapat dialiri harus memperhatikan laju aliran dan
denyut.
Sel (Gambar 4 dan Gambar 5 ) terbuat dari bahan
yang inert dan transparan, dipasang vertikal dengan
suatu sistem penyaring (seperti tertera pada masing-
masing monografi) yang mencegah lepasnya partikel
tidak larut dari bagian atas sel; diameter sel baku
adalah 12 mm dan 22,6 mm; bagian bawah yang
meruncing umumnya diisi dengan butiran kaca kecil
dengan diameter lebih kurang 5 mm yang diletakkan
pada bagian ujung untuk mencegah cairan masuk ke
dalam tabung; terdapat suatu alat pemegang tablet
(Gambar 4a dan Gambar 5a) untuk meletakkan
bentuk sediaan tertentu, misalnya tablet tatahan. Sel
tercelup dalam sebuah tangas air dan suhu
dipertahankan 37º ± 0,5º.
Alat menggunakan mekanisme penjepit dan dua
cincin bentuk O untuk menahan sel. Pompa terpisah
dari unit disolusi untuk melindungi unit disolusi dari
getaran yang berasal dari pompa. Posisi pompa tidak
boleh lebih tinggi dari posisi labu penampung. Gambar 5 Sel kecil untuk tablet dan kapsul
Sambungan pipa harus sependek mungkin. Gunakan
pipa politef dengan diameter dalam 1,6 mm dan
sambungan yang ujungnya melebar dan inert secara
kimia.

Gambar 5a Alat pemegang tablet untuk sel kecil

KESESUAIAN ALAT
Penetapan uji kesesuaian dari uji disolusi meliputi
kesesuaian terhadap ukuran dan toleransi untuk alat
seperti tersebut diatas. Sebagai tambahan, parameter
uji kritis dipantau secara periodik selama pengujian,
meliputi: volume, suhu media disolusi, kecepatan
Gambar 4 Sel besar untuk tablet dan kapsul rotasi (alat 1 dan alat 2), kecepatan turun naik (alat 3)
– 2744 –

dan laju alir media (alat 4) Penetapan kinerja Bila digunakan alat otomatis untuk pengambilan
penerimaan uji disolusi dilakukan secara periodik. sampel ataupun peralatan yang dimodifikasi, hasil
Kesesuaian untuk masing masing alat dilakukan verifikasi alat tersebut harus menunjukkan hasil yang
dengan verifikasi kinerja. sama dengan alat yang baku seperti tertera pada
ketentuan umum.
Verifikasi kinerja, Alat 1 dan 2 Lakukan pengujian
masing-masing wadah menggunakan 1 tablet Media disolusi Gunakan media disolusi yang sesuai
Prednison BPFI sesuai dengan kondisi operasional seperti tertera pada masing-masing monografi.
yang ditentukan. Pengukuran volume dilakukan pada suhu antara 20º
Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh dan 25º . Bila Media disolusi adalah suatu larutan
berada dalam rentang yang diperbolehkan seperti dapar, atur pH larutan sedemikian hingga berada
tertera pada sertifikat dari tablet yang bersangkutan. dalam batas 0,05 satuan pH yang tertera pada masing-
masing monografi. [Catatan Gas terlarut dapat
Verifikasi kinerja, Alat 3 Lakukan pengujian membentuk gelembung yang dapat merubah hasil
masing-masing wadah menggunakan 1 tablet lepas pengujian. Oleh karena itu gas terlarut harus
lambat Klorfeniramin Maleat BPFI sesuai dengan dihilangkan terlebih dahulu sebelum pengujian
kondisi operasional yang ditentukan. Alat dianggap dimulai. Salah satu metoda deaerasi sebagai berikut:
sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang Panaskan media, sambil diaduk perlahan, hingga
yang diperbolehkan dalam sertifikat dari tablet yang suhu 41º, segera saring menggunakan vakum dengan
bersangkutan. penyaring berporositas 0,45µm atau kurang, dengan
pengadukan yang kuat, dan pengadukan yang terus
menerus sambil divakum selama lebih kurang 5 menit.
PROSEDUR Cara deaerasi lain yang sudah divalidasi dalam
menghilangkan gas terlarut dapat digunakan].
Alat 1 dan Alat 2
Waktu Pengambilan cuplikan harus dilakukan pada
SEDIAAN LEPAS SEGERA waktu yang dinyatakan dengan toleransi  2%. Bila
dalam spesifikasi hanya terdapat satu waktu,
Masukkan sejumlah volume (±1%) Media disolusi pengujian dapat diakhiri dalam waktu yang lebih
seperti tertera pada masing- masing monografi ke singkat bila persyaratan jumlah minimum yang
dalam wadah pada alat yang sesuai, jalankan terlarut telah dipenuhi.
pemanas alat hingga Media disolusi mencapai suhu
37º±0,5º, hentikan alat, angkat termometer. Masukkan Prosedur untuk Gabungan sampel untuk sediaan
1 unit sediaan ke dalam masing-masing wadah, jaga lepas segera Gunakan prosedur ini bila prosedur
agar gelembung udara tidak menempel pada untuk gabungan sampel dinyatakan pada masing-
permukaan sediaan, dan segera operasikan alat pada masing monografi. Lakukan seperti pada Prosedur
kecepatan yang sesuai dengan yang tertera pada pada Alat 1 dan Alat 2 pada sediaan lepas segera.
masing-masing monografi. Dalam interval waktu yang Campur sejumlah sama filtrat larutan dari enam atau
ditentukan, atau pada tiap waktu yang tertera ambil duabelas contoh yang diambil, dan gunakan gabungan
sejumlah sampel pada daerah pertengahan antara sampel sebagai sampel uji. Tentukan nilai rata-rata
permukaan Media disolusi dan bagian atas keranjang jumlah zat terlarut dalam gabungan sampel.
atau dayung, tidak kurang dari 1 cm dari dinding
wadah [Catatan Bila pengambilan sampel dinyatakan
pada beberapa waktu, ganti jumlah volume alikot SEDIAAN LEPAS LAMBAT
yang diambil dengan sejumlah volume Media disolusi
yang sama yang bersuhu 37º, atau bila ini dapat Lakukan sesuai dengan Sediaan lepas segera.
menunjukkan bahwa penggantian media tidak
diperlukan, lakukan koreksi perubahan volume pada Media disolusi Lakukan seperti pada Sediaan lepas
perhitungan. Jaga labu tetap tertutup selama segera.
pengujian dan amati suhu pada saat pengadukan
sesuai waktu yang dibutuhkan]. Lakukan analisis Waktu Waktu pengambilan cuplikan umumnya tiga
seperti tertera pada masingmasing monografi, titik, dinyatakan dalam satuan jam.
menggunakan metode penetapan kadar yang sesuai. [Catatan Ganti alikot yang diambil untuk analisis
[Catatan : Larutan Uji disaring segera pada saat dengan sejumlah volume sama media disolusi yang
sampling kecuali proses penyaringan tidak baru pada suhu yang dinyatakan dalam monografi
diperlukan. Gunakan penyaring yang inert yang tidak atau jika dapat ditunjukkan bahwa penggantian media
menyebabkan absorbsi zat aktif atau dapat tidak diperlukan, lakukan koreksi terhadap perubahan
mempengaruhi analisis]. Ulangi pengujian volume dalam perhitungan. Jaga wadah agar selalu
menggunakan sediaan uji tambahan bila diperlukan.
– 2745 –

tertutup selama penetapan dan periksa suhu seperti yang tercantum pada masing-masing
campuran uji pada waktu tertentu.] monografi.
Tahap dapar [Catatan Pada tahap ini gunakan
SEDIAAN LEPAS TUNDA dapar yang terlebih dahulu dipanaskan hingga suhu
37º ± 0,5º]. Buang larutan asam dari labu, tambahkan
Gunakan metoda A atau metoda B dan alat yang ke dalam labu 1000 ml dapar fosfat pH 6,8, yang
ditentukan dalam masing-masing monografi. Kecuali dibuat dengan cara mencampur asam hidroklorida 0,1
dinyatakan lain pengambilan cuplikan harus dilakukan N dengan natrium phosfat berbasa tiga 0,2 M (3:1),
pada waktu yang dinyatakan dengan toleransi  2%. jika perlu atur pH hingga 6,8 ± 0,05 dengan
penambahan asam hidroklorida 2 N atau natrium
Metode A hidroksida 2 N. [Catatan Penggantian media disolusi
Prosedur (kecuali dinyatakan lain dalam masing- dapat juga dilakukan dengan mengeluarkan labu
masing monografi) berisi larutan asam dari alat dan menggantinya
Tahap asam Masukkan 750 ml asam hidroklorida dengan labu lain yang berisi larutan dapar dan
0,1 N dalam wadah dan pasang alat. Biarkan media memindahkan sediaan uji ke dalam labu yang berisi
hingga suhu 37º ± 0,5º. Masukkan satu satuan sediaan larutan dapar tersebut]
ke dalam alat, tutup wadah, jalankan alat pada Jalankan kembali alat selama 45 menit atau selama
kecepatan yang tertera pada masing-masing waktu yang dinyatakan dalam masing- masing
monografi. monografi. Pada akhir periode pengujian, ambil
Setelah 2 jam pengujian tahap asam, ambil sejumlah cairan alikot, lakukan penetapan kadar
sejumlah cairan alikot dan lanjutkan segera seperti terhadap alikot menggunakan metoda penetapan yang
tertera pada tahap dapar. sesuai seperti dinyatakan dalam masing-masing
Lakukan penetapan kadar terhadap alikot monografi.
menggunakan metoda penetapan yang sesuai, seperti Penetapan dapat diakhiri dalam periode yang lebih
dinyatakan dalam masing-masing monografi. singkat dari yang dinyatakan untuk Tahap dapar bila
Tahap dapar [Catatan Lakukan penambahan dapar persyaratan jumlah minimum terlarut dipenuhi pada
dan pengaturan pH dalam waktu tidak lebih dari waktu lebih awal.
5 menit].
Jalankan alat pada kecepatan seperti tertera pada Alat 3
monografi, tambahkan 250 ml larutan natrium fosfat
berbasa tiga 0,2 M yang bersuhu 37º±0,5º ke dalam SEDIAAN LEPAS SEGERA
labu. Jika perlu atur pH hingga 6,8 ± 0,05 dengan Masukkan sejumlah volume media disolusi ke
penambahan asam hidroklorida 2 N atau natrium dalam labu, pasang alat, biarkan media disolusi hingga
hidroksida 2 N. Lanjutkan pengujian selama 45 menit suhu 37º± 0,5º, keluarkan termometer dari alat.
atau selama waktu seperti dinyatakan pada masing- Masukkan satu unit sediaan pada masing- masing dari
masing monografi. Pada akhir periode pengujian, enam silinder, hati-hati jangan sampai ada gelembung
ambil sejumlah cairan alikot. Lakukan penetapan udara pada permukaan tiap unit sediaan, segera
kadar terhadap alikot menggunakan metoda penetapan jalankan alat seperti tertera pada masing-masing
yang sesuai seperti dinyatakan dalam masing masing monografi. Pada gerakan turun naik, silinder bergerak
monografi. melalui jarak total 9,9 cm hingga 10,1 cm. Dalam
Penetapan dapat diakhiri dalam periode yang lebih selang waktu yang dinyatakan atau pada setiap waktu
singkat dari yang dinyatakan untuk Tahap dapar bila yang dinyatakan, naikkan silinder, dan ambil sebagian
persyaratan jumlah minimum terlarut dipenuhi pada larutan uji dari tengah-tengah antara permukaan media
waktu lebih awal. disolusi dan alas masing-masing labu. Lakukan
penetapan kadar seperti tertera pada masing-masing
Metode B monografi. Jika perlu, ulangi pengujian dengan
Prosedur (kecuali dinyatakan lain dalam masing- sediaan lain.
masing monografi)
Tahap asam Masukkan 1000 ml asam hidroklorida Media disolusi Lakukan seperti tertera pada Sediaan
0,1 N dalam labu dan pasang alat. Biarkan media lepas segera pada Alat 1 dan Alat 2.
hingga suhu 37º ± 0,5º. Masukkan satu unit sediaan ke
dalam alat, tutup wadah, jalankan alat pada kecepatan Waktu Lakukan seperti tertera pada Sediaan lepas
yang tercantum dalam masing-masing monografi. segera pada Alat 1 dan Alat 2.
Setelah 2 jam pengujian tahap asam, ambil
sejumlah cairan alikot dan lanjutkan segera seperti SEDIAAN LEPAS LAMBAT
tercantum pada tahap dapar.
Lakukan penetapan kadar terhadap alikot Lakukan seperti tertera pada Sediaaan lepas segera
menggunakan metoda penetapan kadar yang sesuai, pada Alat 3.
– 2746 –

Media disolusi Tabel Penerimaan 1. Lanjutkan pengujian sampai tiga


Lakukan seperti tertera pada Sediaan lepas lambat tahap kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S1
pada Alat 1 dan Alat 2. atau S2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut
seperti tertera pada masing-masing monografi,
Waktu Lakukan seperti tertera pada Sediaan lepas dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket, angka
lambat pada Alat 1 dan Alat 2. 5%, 15%, dan 25% dalam tabel adalah persentase
terhadap kadar yang tertera pada etiket, dengan
Alat 4 demikian mempunyai arti yang sama dengan Q.

SEDIAAN LEPAS SEGERA Tabel Penerimaan 1

Masukkan butiran kaca ke dalam sel seperti yang Tahap Jumlah Kriteria Penerimaan
dinyatakan dalam masing-masing monografi. yang diuji
Masukkan 1 unit sediaan di atas butiran atau pada S1 6 Tiap unit sediaan tidak
sebuah kawat pembawa jika dinyatakan dalam kurang dari Q + 5%
monografi. Pasang bagian atas penyaring, dan
kencangkan bagian-bagiannya dengan penjepit yang S2 6 Rata-rata dari 12 unit (S1 +
sesuai. Masukkan Media disolusi yang sebelumnya S2) adalah sama dengan
sudah dipanaskan hingga suhu 37º ± 0,5º dengan atau lebih besar dari Q, dan
pompa melalui bagian dasar sel dengan laju alir tidak satu unitpun yang
seperti tertera pada masing-masing monografi dan lebih kecil dari Q – 15%
ukur dengan ketelitian 5%. Kumpulkan larutan tiap
fraksi pada tiap waktu yang ditentukan. Lakukan S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1
penetapan kadar seperti tertera pada masing-masing +S2+S3) adalah sama atau
monografi. Jika perlu ulangi pengujian dengan sediaan lebih besar dari Q, tidak
lain. lebih dari 2 unit sediaan
yang lebih kecil dari Q –
Media disolusi Lakukan seperti tertera pada Sediaan 15% dan tidak satu unitpun
lepas segera pada Alat 1 dan Alat 2. yang lebih kecil dari Q –
25%.
Waktu Lakukan seperti tertera pada Sediaan lepas
segera pada Alat 1 dan Alat 2. Sediaan lepas segera gabungan sampel Kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
SEDIAAN LEPAS LAMBAT persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif terlarut dari
Gabungan sampel sesuai dengan Tabel Penerimaan
Lakukan seperti tertera pada Sediaan lepas segera 2. Lanjutkan pengujian sampai tiga tahap kecuali bila
pada Alat 4. hasil pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Harga Q
adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti tertera
Media disolusi Lakukan seperti tertera pada Sediaan pada masing-masing monografi, dinyatakan dalam
lepas segera pada Alat 4. persentase terhadap kadar yang tertera pada etiket.

Waktu Lakukan seperti tertera pada Sediaan lepas Tabel Penerimaan Gabungan sampel
segera pada Alat 4.
Tahap Jumlah Kriteria Penerimaan
SEDIAAN LEPAS TUNDA yang
diuji
Lakukan seperti tertera pada Sediaan lepas tunda, S1 6 Rata-rata jumlah zat terlarut
pada Alat 1 dan Alat 2 menggunakan media yang telah tidak kurang dari Q + 10%
ditentukan. S2 6 Rata-rata jumlah zat terlarut
(S1 + S2) adalah sama dengan
Waktu Lakukan seperti tertera pada Sediaan lepas atau lebih besar dari Q + 5%
tunda pada Alat 1 dan Alat 2. S3 12 Rata-rata jumlah zat terlarut
(S1 + S2 + S3) adalah sama
INTERPRETASI atau lebih besar dari Q
Sediaan Lepas Segera
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing Sediaan Lepas Lambat
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif
terlarut dari unit sediaan yang diuji sesuai dengan terlarut dari unit sediaan yang diuji sesuai dengan
– 2747 –

Tabel Penerimaan 3. Lanjutkan pengujian sampai tiga Sediaan Lepas Tunda


tahap kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap L1
atau L2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut Tahap asam
seperti tertera pada masing-masing monografi, Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
dinyatakan dalam persentase terhadap kadar yang monografi, persyaratan tahap tersebut dipenuhi jika
tertera pada etiket. Q adalah nilai rata-rata dari Qi, jumlah zat aktif terlarut berdasarkan persentase
jumlah zat aktif yang terlarut pada tiap-tiap dosis per kandungan yang tertera pada etiket sesuai dengan
interval waktu. Jika dalam monografi menyatakan Tabel Penerimaan 4. Lakukan penetapan sampai tahap
lebih dari satu rentang waktu, kriteria penerimaan 3 kecuali jika kedua tahap asam dan dapar memenuhi
pada Tabel Penerimaan 3 berlaku pada masing- persyaratan pada tahap sebelumnya.
masing rentang waktu.
Tabel Penerimaan 3
Tabel Penerimaan 2
Tahap Jumlah Kriteria Penerimaan
Tahap Jumlah Kriteria Penerimaan yang diuji
yang diuji A1 6 Tidak satupun jumlah zat aktif
L1 6 Tidak satu nilaipun diluar yang terlarut melebihi 10%.
rentang penerimaan yang
dinyatakan dan tidak satupun A2 6 Rata-rata jumlah zat aktif yang
nilai yang kurang dari jumlah terlarut dari 12 unit sediaan
yang dinyatakan pada waktu (A1+A2) tidak lebih dari 10%
penetapan akhir. dan tidak satu unitpun dari
L2 6 Nilai rata-rata dari 12 unit jumlah zat aktif yang terlarut
sediaan (L1 +L2) terletak dalam lebih dari 25%.
tiap rentang penerimaan yang A3 12 Rata-rata jumlah zat aktif yang
dinyatakan dan tidak kurang terlarut dari 24 unit sediaan
dari jumlah yang dinyatakan (A1+A2+ A3) tidak lebih dari
pada waktu pengujian akhir; 10%, dan tidak satupun dari
tidak satupun yang lebih 10% jumlah zat aktif terlarut lebih
dari jumlah yang tertera pada dari 25%.
etiket diluar tiap rentang
penerimaan yang dinyatakan; Tahap dapar
dan tidak ada satupun yang Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
lebih dari 10% dari jumlah monografi, persyaratan dipenuhi jika jumlah zat aktif
yang tertera pada etiket di terlarut dari unit sediaan uji memenuhi Tabel
bawah jumlah yang dinyatakan Penerimaan 5. Lakukan penetapan hingga tahap 3
pada waktu pengujian akhir. kecuali hasil pada tahap sebelumnya telah memenuhi.
L3 12 Nilai rata-rata dari 24 unit Nilai Q pada Tabel Penerimaan 5 adalah 75% terlarut,
sediaan (L1 +L2+L3) terletak kecuali dinyatakan lain pada masing-masing
dalam tiap rentang penerimaan monografi. Nilai Q yang dinyatakan pada masing-
yang dinyatakan dan tidak masing monografi adalah jumlah total zat aktif terlarut
kurang dari jumlah yang pada kedua tahap asam dan tahap dapar, dinyatakan
dinyatakan pada waktu dalam persen terhadap kadar yang tertera pada etiket.
pengujian akhir; tidak lebih dari Nilai 5%, 15% dan 25% pada Tabel Penerimaan 5
2 dari 24 unit sediaan yang diuji adalah persentase terhadap kadar yang tertera pada
lebih dari 10% dari jumlah etiket hingga nilai-nilai ini dan Q memilki satuan yang
yang tertera pada etiket di luar sama.
rentang yang dinyatakan; tidak
lebih dari 2 dari 24 unit sediaan Tabel Penerimaan 4
yang diuji lebih dari 10% dari
jumlah yang tertera pada etiket Tahap Jumlah Kriteria Penerimaan
di bawah jumlah yang yang diuji
dinyatakan pada waktu B1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang
pengujian akhir; dan tidak dari Q + 5%.
satupun dari keseluruh unit B2 6 Rata-rata dari 12 unit sediaan
yang diuji lebih dari 20% dari (B1+B2) sama atau lebih besar
jumlah yang tertera pada etiket dari Q dan tidak satu unit sediaan
diluar tiap rentang yang pun yang kurang dari Q-15%.
dinyatakan, atau lebih dari 20% B3 12 Rata-rata dari 24 unit sediaan
dari jumlah yang tertera pada (B1+B2+ B3) sama atau lebih
etiket di bawah jumlah yang besar dari Q, tidak lebih dari 2
dinyatakan pada waktu unit sediaan kurang dari Q-15%
pengujian akhir. dan tidak satu unitpun yang
kurang dari Q-25%.
– 2748 –

WADAH <1271> pelepasan alkali dari kaca dalam kondisi spesifik.


Jumlah alkali sangat kecil dalam beberapa kasus
WADAH KACA ketahanan kaca, sehingga memerlukan ketelitian untuk
semua rincian uji dan penggunaan alat berkualitas dan
Wadah kaca untuk penggunaan farmasi adalah presisi tinggi. Pelaksanaan pengujian dengan
wadah yang berkontak langsung dengan sediaan menggunakan kaca material baku secara berulang
farmasi. Kaca yang digunakan untuk wadah sediaan akan membantu untuk memastikan akurasi metode.
farmasi terbuat dari kaca borosilikat (netral) atau kaca Uji ini harus dilakukan pada tempat yang relatif bebas
soda kapur. Kaca borosilikat mengandung sejumlah asap dan debu yang berlebihan. Seleksi uji tertera pada
oksida borat, alumunium oksida, alkali dan atau Tabel 1 dan Tabel 2.
oksida alkali dan oksida alkali tanah. Kaca borosilikat
mempunyai ketahanan hidrolitik tinggi dan ketahanan Tabel 1 Penetapan Tipe Kaca
kejut panas yang tinggi, karena sifat khas komposisi
kimia kaca tersebut; kaca ini dikelompokkan sebagai Tipe wadah Uji Tujuan
kaca Tipe I. Kaca soda kapur adalah kaca silika yang Membedakan kaca
mengandung oksida logam alkali, terutama natrium Uji Serbuk borosilikat Tipe I dari
I, II, III
oksida dan oksida alkali tanah, terutama kalsium Kaca kaca soda kapur Tipe
oksida. Kaca soda kapur mempunyai ketahanan II dan III
hidrolitik menengah karena sifat khas komposisi kimia
kaca tersebut; kaca ini dikelompokkan sebagai kaca Permukaan bagian dalam wadah kaca yang berkontak
Tipe III. Permukaan bagian dalam wadah kaca dapat langsung dengan sediaan farmasi dan kualitas
dilapisi, misalnya untuk meningkatkan ketahanan permukaan ditentukan dengan Uji Permukaan Kaca
hidrolitik. Pelapisan wadah kaca Tipe III dapat untuk ketahanan hidrolitik. Uji Goresan Permukaan
meningkatkan ketahanan hidrolitik dari menengah ke dapat digunakan untuk menentukan apakah ketahanan
tingkat lebih tinggi, sehingga terjadi perubahan hidrolitik yang tinggi adalah karena komposisi kimia
pengelompokkan menjadi kaca Tipe II. atau pelapisan terhadap permukaan. Jika tidak,
Rekomendasi berikut dapat digunakan untuk perbandingan data dari Uji Serbuk Kaca dan Uji
kesesuaian tipe wadah kaca yang sesuai untuk wadah Permukaan Kaca dapat digunakan pada Tabel 2.
sediaan farmasi, berdasarkan uji ketahanan hidrolitik.
Wadah kaca Tipe I umumnya digunakan untuk Tabel 2 Penetapan Ketahanan Hidrolitik
sediaan parenteral dan bukan parenteral. Wadah kaca Permukaan Bagian Dalam
Tipe II biasanya digunakan untuk kemasan sediaan
produk cair parenteral dan bukan parenteral bersifat Tipe
asam dan netral. Wadah kaca Tipe II (kesesuaian Uji Tujuan
wadah
ditunjukkan dengan data stabilitas) digunakan untuk I, II, III Uji Permukaan Menentukan
sediaan parenteral bersifat alkali. Wadah kaca Tipe III Kaca ketahanan hidrolitik
biasanya tidak digunakan untuk sediaan parenteral lapisan bagian
atau serbuk untuk parenteral, kecuali jika data uji dalam, untuk
stabilitas yang sesuai menunjukkan bahwa kaca Tipe membedakan antara
III tersebut memenuhi syarat untuk sediaan parenteral. gelas Tipe I dan
Permukaan bagian dalam wadah kaca dapat dilapisi Tipe II dengan
untuk meningkatkan ketahanan hidrolitik. Permukaan ketahanan hidrolitik
luar wadah kaca dapat dilapisi untuk mengurangi yang tinggi dan
gesekan atau untuk perlindungan terhadap abrasi atau gelas Tipe III
pecah. Pelapisan permukaan luar dilakukan dengan ketahanan
sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi hidrolitik sedang.
permukaan dalam wadah. I, II Uji Goresan Jika diperlukan,
Untuk melindungi isi dari cahaya, kaca dapat diberi Permukaan atau tentukan apakah
warna dengan penambahan sejumlah kecil oksida perbandingan data ketahanan hidrolitik
logam yang diuji dan memenuhi persyaratan pada Uji Serbuk Kaca yang tinggi adalah
Transmisi cahaya untuk wadah kaca berwarna. dan Uji Ketahanan karena pelapisan
Wadah jernih atau tidak berwarna atau tembus cahaya Kaca bagian dalam atau
dapat dibuat tidak tembus cahaya dengan komposisi kimia
menggunakan lapisan buram, dikecualikan dari dari wadah kaca.
persyaratan Transmisi Cahaya untuk wadah kaca
berwarna. Wadah kaca harus memenuhi spesifikasi masing-
masing untuk identitas dan ketahanan hidrolitik
UJI SPESIFIK permukaan untuk diklasifikasikan sebagai Tipe I, II
atau III. Tipe I atau Tipe II untuk produk sediaan cair
Kombinasi uji serbuk kaca dan uji permukaan kaca parenteral dapat diuji dengan arsenik yang dapat
untuk uji ketahanan hidrolitik dapat menunjukan tipe diekstraksi.
kaca. Ketahanan hidrolitik ditetapkan dengan
– 2749 –

Ketahanan Hidrolitik natrium hidroksida 0,1 N dan 50 ml etanol P,


encerkan dengan Air murni hingga 100 ml. Untuk uji
Alat sensitivitas, tambahkan 100 ml Air bebas karbon
dioksida P dan 0,05 ml asam hidroklorida 0,02 N ke
OTOKLAF Gunakan otoklaf yang mampu dalam 0,1 ml larutan merah metil, larutan akan
mempertahankan suhu 121°±1 dilengkapi dengan berwarna merah: diperlukan tidak lebih dari 0,1 ml
termometer atau thermocouple yang telah dikalibrasi, natrium hidroksida 0,02 N untuk mengubah warna
biarkan pengukuran terjadi pada suhu sistem otoklaf menjadi kuning. Perubahan warna merah menjadi
dan rekam, pengukur tekanan, pengatur ventilasi dan kuning sesuai dengan perubahan pH 4,4 (merah)
rak yang cukup untuk menampung wadah uji di atas menjadi pH 6,0 (kuning).
batas air. Bersihkan otoklaf dan seluruh alat lainnya
dengan Air murni. Uji Serbuk Kaca
Uji serbuk kaca dapat dilakukan baik pada batang
LUMPANG DAN ALU Gunakan lumpang dan alu kaca yang digunakan untuk pembuatan wadah atau
terbuat dari baja-diperkeras yang dibuat menurut wadah seperti tabung, vial, dan botol.
spesifikasi pada Gambar 1.
Larutan uji
Bilas bahan yang akan diuji dengan Air murni dan
keringkan dalam oven. Bungkus tidak kurang dari tiga
bahan uji dengan kertas bersih dan gerus menjadi
pecahan berukuran tidak lebih dari 30 mm, kemudian
pecahan kaca yang sudah digerus secara kasar bagi
menjadi 2 bagian masing-masing lebih kurang 100 g.
Masukkan ke dalam lumpang 30-40 g potongan
berukuran antara 10 dan 30 mm yang diambil dari
salah satu sampel, masukkan alu pada tempatnya dan
pukul dengan palu sekali. Ayak serbuk kaca melalui
pengayak nomor 25. Ulangi prosedur hingga semua
bagian pecahan kaca melewati pengayak. Goyang
pengayak dengan tangan sebentar, kemudian
pindahkan pecahan kaca yang tersisa dari pengayak
nomor 25 dan pengayak nomor 40. Gerus kembali
bagian yang tersisa tesebut dan ulangi prosedur hingga
tersisa 10 g serbuk kaca pada pengayak nomor 25.
Bagian yang tidak terayak dapat diayak melalui
Lumpang dan Alu Khusus Untuk Menyerbukkan pengayak nomor 50. Pasang kembali susunan
Kaca (Ukuran dalam mm) pengayak dan goyang secara mekanik selama 5 menit.
Pindahkan ke dalam botol timbang serbuk kaca yang
ALAT LAIN Diperlukan juga satu set pengayak melewati pengayak nomor 40 dan bagian yang tersisa
yang terbuat dari baja tahan karat dengan ukuran 25, pada pengayak nomor 50. Ulangi prosedur
40 dan 50 mesh (seperti tertera pada Pengayak dan penggerusan dan pengayakan untuk sampel kedua
derajat halus serbuk <1141>); pengocok-saringan hingga diperoleh dua sampel serbuk yang beratnya
mekanik atau mesin penyaring yang dapat digunakan masing-masing lebih dari 10 g.
untuk menyaring serbuk, alat ukur suhu, palu baja Sebarkan hasil ayakan pada selembar kertas kaca
magnetik, magnet permanen, botol timbang, sumbat, dan lewatkan magnet melalui hasil ayakan tersebut
metal foil (contohnya aluminum, besi tahan karat), untuk menghilangkan partikel besi. Masukkan hasil
oven udara panas yang mampu mempertahankan suhu ayakan ke dalam gelas piala untuk dibersihkan.
140°±5, timbangan kapasitas sampai 500 g dengan Tambahkan 30 ml aseton P dan bersihkan serbuk kaca
akurasi 0,005 g, desikator dan tangas ultrasonik. yang tertinggal pada kertas kaca menggunakan batang
kaca berlapis plastik, masukkan ke dalam gelas piala.
Pereaksi Biarkan hingga mengendap dan enaptuangkan
AIR BEBAS KARBON DIOKSIDA Gunakan Air sebanyak mungkin aseton. Tambahkan sejumlah 30 ml
murni yang telah dididihkan selama 5 menit atau lebih aseton P, goyang, enaptuangkan dan tambahkan
dan biarkan hingga dingin, tidak boleh menyerap sejumlah aseton P. Masukkan gelas piala ke dalam
karbon dioksida dari udara atau Air murni yang ultrasonik hingga gelas piala terbenam sebatas aseton.
memiliki resitivitas tidak kurang dari 18 Mohm-cm. Ultrasonik selama satu menit. Goyang gelas piala,
biarkan hingga diam dan enaptuangkan aseton
LARUTAN MERAH METIL (Uji Permukaan sebanyak mungkin, kemudian ulangi ultrasonik. Jika
Kaca) Larutkan 50 mg merah metil P dalam 1,86 ml terlihat kekeruhan, ulangi pembersihan dengan
ultrasonik hingga aseton jernih. Enaptuangkan aseton.
– 2750 –

Keringkan serbuk, pertama letakkan gelas piala pada 0,02 N per gram sampel. Ulangi uji jika nilai tertinggi
lempeng hangat, kemudian panaskan pada oven dan terendah yang diperoleh berbeda dari yang tertera
pengering suhu 140 selama 20 menit. Pindahkan pada Tabel 3.
serbuk kering dari masing-masing gelas piala ke
dalam botol timbang terpisah, sumbat botol timbang Tabel 3 Rentang yang diperbolehkan untuk hasil uji
dan dinginkan pada desikator.
Nilai rerata penggunaan Rentang yang diperbolehkan
Metode asam hidroklorida per g untuk hasil uji
serbuk kaca (ml/g) (dari nilai rerata)
Pengisian dan Pemanasan Timbang saksama lebih < 0,10 25%
kurang 10 g serbuk kering dan bersih ke dalam dua 0,10-0,20 20%
labu Erlenmeyer terpisah. Pipet 50 ml Air bebas > 0,20 10%
karbon dioksida, masukkan ke dalam masing-masing
labu Erlenmeyer (Larutan uji). Masukkan 50 ml Air Catatan Jika diperlukan titik akhir yang tajam,
bebas karbon dioksida ke dalam labu Erlenmeyer pindahkan larutan jernih ke dalam labu Erlenmeyer
ketiga yang digunakan sebagai blangko. Masukkan 250 ml terpisah. Bilas serbuk tiga kali, tiap kali
serbuk hingga tersebar merata ke dasar labu, kocok dengan 15 ml Air bebas karbon dioksida, tambahkan
perlahan. Tutup labu dengan kaca netral atau bilasan ke dalam larutan utama. Tambahkan 0,05 ml
alumunium foil yang sebelumnya dibilas dengan Air Larutan metil merah. Titrasi dan hitung seperti
murni atau dengan gelas piala terbalik. Tempatkan sebelumnya. Lakukan blangko dengan 45 ml Air bebas
ketiga labu Erlenmeyer ke dalam otoklaf yang berisi karbon dioksida dan 0,05 ml Larutan metil merah.
air pada suhu ruang. Lakukan prosedur sebagai
berikut: Batas
1. Masukkan termometer yang sudah dikalibrasi ke Volume tidak melebihi nilai yang tertera pada Tabel 4.
dalam wadah melalui lubang yang sesuai dengan
diameter termokopel dan hubungkan ke alat Tabel 4 Batas uji untuk uji serbuk kaca
pengukuran luar. Cara lainnya, gunakan Volume maksimum HCl 0,02 N per
termometer dalam pada otoklaf. Volume
g serbuk uji (ml)
2. Tutup otoklaf atau tutup secara aman, tetapi pengisian (ml)
Tipe I Tipe II dan III
biarkan lubang ventilasi terbuka. Semua 0,1 0,85
3. Mulai merekam suhu secara otamatis terhadap
waktu dan panaskan otoklaf dengan kecepatan Uji Permukaan Kaca
tetap hingga uap keluar dari lubang ventilasi
secara terus menerus setelah 20-30 menit dan Penetapan volume pengisian Volume pengisian
pertahankan uap yang keluar selama 10 menit. adalah volume Air murni yang diisikan ke dalam
Untuk otoklaf yang menggunakan generator uap, wadah untuk uji. Untuk vial, botol, tabung, dan siring,
tidak perlu untuk mempertahankan suhu pada volume pengisian adalah 90% dari kapasitas penuh.
100 selama 10 menit. Untuk ampul volume ini sampai setinggi bahu.
4. Tutup lubang ventilasi dan naikkan suhu dari
100° hingga 121° dengan kecepatan 1° per menit Vial dan botol Pilih secara acak 6 vial atau botol
selama 20-22 menit; kering dari lot sampel atau 3 jika kapasitas lebih dari
5. Pertahankan suhu pada 121°±1° selama 30±1 100 ml dan hilangkan kotoran atau cemaran. Timbang
menit dihitung mulai dari suhu yang diinginkan wadah kosong dengan ketelitian 0,1 gram. Letakkan
tercapai; wadah pada permukaan horizontal, isi dengan Air
6. Turunkan suhu hingga 100° dengan kecepatan murni pada lebih kurang tepi lingkaran, hindari
0,5° per menit, buka lubang ventilasi untuk kelebihan dan terbentuknya gelembung udara. Atur
mencegah hampa udara selama 40-44 menit; garis permukaan cairan penuh. Timbang wadah yang
7. Jangan membuka otoklaf sebelum suhu turun sudah diisi untuk memperoleh massa dari air,
hingga 95°; nyatakan pada 2 desimal untuk wadah yang
8. Keluarkan wadah dari otoklaf menggunakan mempunyai volume kurang atau sama dengan 30 ml
tindakan keselamatan yang sesuai, dinginkan dan nyatakan dalam 1 desimal untuk wadah yang
hingga suhu ruang selama lebih kurang 30 menit, mempunyai volume lebih dari 30 ml. Hitung nilai
hindari pendinginan tiba-tiba. rerata kapasitas penuh dalam ml dan kalikan dengan
0,9. Volume ini, dinyatakan dalam satu desimal adalah
Titrasi Masukkan ke dalam tiga labu masing- volume pengisian untuk lot wadah.
masing lebih kurang 0,05 ml Larutan metil merah.
Segera lakukan titrasi Larutan blangko dengan asam Katrid dan siring Pilih secara acak 6 siring atau
hidroklorida 0,02 N, kemudian titrasi Larutan uji katrid kering, tutup lubang kecil (mulut katrid, luer
hingga warna larutan sama dengan Larutan blangko. dari siring), menggunakan bahan inert. Lakukan
Kurangi volume titrasi Larutan uji dengan Larutan penetapan kapasitas volume pengisian seperti pada
blangko. Hitung nilai rata-rata asam hidroklorida Vial dan botol.
– 2751 –

Ampul Letakkan tidak kurang dari 6 ampul kering sebelumnya dibilas dengan Air murni. Masukkan
pada bidang rata, permukaan horisontal dan isi dengan wadah ke dalam otoklaf.
Air murni melalui buret sampai air mencapai titik A, Tutup otoklaf dan lakukan prosedur otoklaf langkah
yaitu posisi badan ampul menurun pada bahu ampul 1-8 seperti pada Uji serbuk kaca, kecuali suhu
(seperti tertera pada Gambar 2). Baca kapasitas, dipertahankan pada 121°±1 selama 60±1 menit. Jika
nyatakan dalam 2 desimal dan hitung nilai reratanya. penangas air digunakan untuk mendinginkan sampel,
Volume pengisian untuk lot ampul tertentu, hati-hati jangan sampai air menyentuh tutup ampul
dinyatakan dalam 1 desimal. Volume pengisian dapat sehingga mengkontaminasi larutan ekstraksi. Larutan
juga ditetapkan dengan penimbangan. ektraksi dianalisis dengan titrasi menurut cara berikut
ini.

Metode Lakukan titrasi dalam waktu 1 jam setelah


wadah dikeluarkan dari otoklaf.
Gabungkan cairan yang diperoleh dari wadah dan
campur. Masukkan volume seperti tertera pada Tabel
5 ke dalam labu tentukur. Masukkan volume sama Air
bebas karbon dioksida ke dalam labu ke dua sebagai
blangko. Tambahkan 0,05 ml Larutan merah metil ke
dalam masing-masing labu untuk tiap 25 ml cairan.
Titrasi blangko dengan asam hidroklorida 0,01 N.
Pengisian volume ampul (sampai dengan titik A) Titrasi Larutan uji dengan asam yang sama sampai
warna larutan sama dengan warna blangko. Kurangi
Uji Lakukan penetapan pada wadah yang tidak nilai yang diperoleh untuk Larutan uji dengan nilai
digunakan. Volume cairan uji diperlukan untuk yang diperoleh dari titrasi blangko dan nyatakan
penetapan akhir ditunjukkan seperti tertera pada Tabel dalam ml asam hidroklorida 0,01 N per 100 ml
5. Larutan uji. Nyatakan nilai titrasi kurang dari 1,0 ml
dalam 2 desimal dan nilai titrasi lebih atau sama
Tabel 5 Volume Cairan Uji dan Volume Titran dengan 1,0 ml dalam 1 desimal.

Volume Volume cairan Jumlah titrasi Batas Hasil atau rerata hasil jika titrasi dilakukan
pengisian untuk satu titrasi lebih dari satu kali adalah tidak lebih besar dari nilai
(ml) (ml) yang dinyatakan dalam Tabel 6.
<3 25,0 1
3-30 50,0 2 Tabel 6 Batas nilai untuk uji permukaan kaca
30-100 100,0 2 Volume pengisian Volume maksimum HCl
> 100 100,0 3 0,01 N per 100 ml Larutan uji
(ml) (ml)
Metode Tipe I dan II Tipe III
Pencucian Sebelum penetapan, bersihkan cemaran 1 2,0 20,0
atau debu. Sesaat sebelum pengujian, bilas masing- 1-2 1,8 17,6
masing wadah secara hati-hati sedikitnya dua kali 2- 3 1,6 16,1
dengan Air murni. Segera sebelum uji, kosongkan 3-5 1,3 13,2
wadah, bilas satu kali dengan Air murni, kemudian 5-10 1,0 10,2
dengan Air bebas karbon dioksida dan biarkan 10-20 0,80 8,1
mengering. Lakukan prosedur pengeringan dari 20-50 0,60 6,1
pembilasan pertama dalam waktu 20 sampai 30 50-100 0,50 4,8
menit. Panaskan ampul tertutup dalam tangas air atau 100-200 0,40 3,8
dalam oven-udara panas pada suhu lebih kurang 40 200-500 0,30 2,9
selama lebih kurang 2 menit sebelum dibuka untuk  500 0,20 2,2
menghindari tekanan saat dibuka. Jangan dibilas
sebelum uji. Uji goresan permukaan

Pengisian dan Pemanasan Wadah diisi dengan Air Uji goresan permukaan digunakan sebagai tambahan
bebas karbon dioksida sampai volume pengisian. untuk uji permukaan kaca dalam menentukan
Wadah dalam bentuk katrid atau siring pra pengisian permukaan kaca telah dilapisi dan atau membedakan
ditutup dengan cara yang sesuai dengan bahan yang kaca Tipe I dan Tipe II. Sebagai alternatif dari Uji
tidak mempengaruhi pengujian. Masing-masing serbuk kaca atau Uji Permukaan Kaca. Uji goresan
wadah, termasuk ampul ditutup dengan bahan inert permukaan dapat dilakukan pada sampel yang tidak
seperti kaca netral atau alumunium foil yang digunakan atau pada sampel yang sudah digunakan
pada Uji Permukaan Kaca.
– 2752 –

Metode Persiapan uji

Vial dan botol Volume Larutan uji tertera pada Potong wadah kaca dengan gergaji yang dilengkapi
Tabel 5. Bilas wadah dua kali menggunakan Air dengan roda gerinda basah, seperti roda berlian,
murni, isi wadah hingga penuh dengan campuran pemotong kaca. Pilih bagian yang mewakili ketebalan
1 bagian asam florida P dan 9 bagian asam dinding kaca dan ratakan sehingga dapat dipasang
hidroklorida P dan biarkan selama 10 menit. pada spektrofotometer. Setelah dipotong, cuci dan
Kosongkan wadah dan bilas hati-hati lima kali dengan keringkan, lindungi agar tidak merusak permukaan.
Air murni. Sebelum melakukan pengujian, bilas satu Jika potongan terlalu kecil untuk ditempatkan pada
kali lagi dengan Air murni. Masukkan wadah ke dalam wadah sampel, tutupi bagian yang terbuka dengan
otoklaf dan lakukan prosedur seperti pada Uji kertas buram atau pita, dengan syarat lebar potongan
Permukaan Kaca. Jika hasil yang diperoleh jauh lebih lebih besar dari celah. Sebelum ditempatkan dalam
besar dari hasil yang diperoleh dari permukaan aslinya wadah sampel, cuci, keringkan dan bersihkan bagian
(5-10 kali), sampel mempunyai permukaan yang potongan dengan tisu lensa. Pasang potongan dengan
dilapisi. [Catatan Asam florida sangat berbahaya. bantuan malam (wax) atau dengan cara lain yang
Meskipun dalam jumlah kecil dapat menimbulkan sesuai, hati-hati agar tidak meninggalkan sidik jari
cedera.] atau tanda lainnya.

Ampul, katrid, dan siring Lakukan seperti tertera Metode


pada Vial dan Botol. Jika ampul, katrid dan siring
tidak dilapisi, nilai yang diperoleh sedikit lebih rendah Letakkan potongan dalam spektrofotometer dengan
dari uji sebelumnya. [Catatan Ampul, katrid dan silinder poros paralel dengan celah dan sinar tegak
siring terbuat dari gelas tipe I yang biasanya tidak lurus terhadap bagian permukaan dan minimalkan
diperlukan pelapisan permukaan bagian dalam.] pengaruh karena pantulan cahaya. Ukur transmisi
potongan dengan blangko udara pada panjang
Perbedaan antara wadah kaca tipe I dan tipe II gelombang 290-450 nm, secara berkesinambungan
atau dengan interval 20 nm.
Hasil yang diperoleh dari Uji gores permukaan
dibandingkan dengan hasil dari Uji permukaan kaca. Batas
Untuk wadah kaca tipe I, hasil yang diperoleh
mendekati hasil Uji permukaan kaca. Untuk wadah Transmisi spektrum cahaya yang melalui wadah
kaca tipe II, hasil yang diperoleh jauh melebihi Uji kaca berwarna untuk produk non parenteral tidak lebih
permukaan kaca dan keduanya mirip, tetapi tidak dari 10% pada panjang gelombang 290-450 nm, tidak
lebih besar dari hasil yang diperoleh dari wadah kaca tergantung pada jenis dan kapasitas wadah kaca.
tipe III pada jumlah pengisian yang sama. Transmisi spektrum cahaya yang melalui wadah kaca
berwarna untuk produk parenteral tidak lebih dari
Cemaran batas yang tertera pada Tabel 7.
Arsen
Tabel 7 Batas transmisi spektrum cahaya yang melalui
Arsen <321> Tidak lebih dari 0,1 bpj; sebagai wadah kaca berwarna untuk produk parenteral
Larutan uji gunakan 35 ml air dari satu wadah kaca
Tipe I atau Tipe II atau untuk wadah lebih kecil 35 ml Persentase maksimun transmisi
isi gabungan beberapa wadah kaca Tipe I atau Tipe II, spektrum cahaya pada panjang
lakukan penetapan seperti tertera pada Prosedur Jumlah gelombang antara 290 nm dan 450 nm
dalam Uji permukaan kaca. volume (ml) Wadah kaca yang Wadah kaca
ditutup dengan dengan sumbat
Fungsionalitas pemanasan
<1 50 25
Transmisi spektrum cahaya yang melalui wadah 1-2 45 20
kaca berwarna. 2-5 40 15
5-10 35 13
Alat 10-20 30 12
 20 25 10
Spektrofotometer ultraviolet dan cahaya tampak,
dilengkapi dengan detektor fotodioda atau tabung
fotomultiplier yang digabung dengan Integrating-
sphare.
– 2753 –

PEREAKSI, INDIKATOR DAN LARUTAN

Tambahan dan Revisi

Amonium pirolidinditiokarbamat P Asam 1- Alizarin Natrium Sulfonat P Merah alizarin S;


pirolidin karboditioat, garam amnonium; C14H7NaO7S.H2O; BM 360,3; [130-22-3]; CI
C5H12N2S2; BM 164,29; [5108-96-3]; gunakan 58005; murni pereaksi.
mutu pereaksi yang sesuai. Pemerian Serbuk, cokelat kekuningan atau
kuning jingga.
Asam asetat encer LP Asam asetat 1 N; Encerkan Kelarutan mudah larut dalam air, membentuk
60,0 ml asam asetat glasial P dengan air hingga warna kuning, sukar larut dalam etanol.
1000 ml.
Sisa penguapan Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan Alizarin Natrium Sulfonat LP Larutkan 100 mg
penetapan dengan menguapkan 50 ml zat di atas Alizarin Natrium Sulfonat dalam 100 mL air,
tangas uap, dan keringkan residu pada suhu 105º saring.
selama 2 jam: bobot residu tidak lebih dari 1 mg.
Klorida Tidak lebih dari 2 bpj; lakukan Asam 1-naftilasetat Asam (naftalen-1-il)asetat;
penetapan seperti tertera pada Uji Pereaksi, C12H10O2; BM 186,2.
menggunakan 5 ml zat. Pemerian Serbuk hablur putih hingga kuning.
Sulfat Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan Kelarutan Sukar larut dalam air, larut dalam
penetapan seperti tertera pada Uji Pereaksi Metode aseton.
I, menggunakan 10 ml zat. Titik lebur Lebih kurang 135°.
Logam berat Tidak lebih dari 2 bpj; lakukan Gunakan mutu pereaksi yang sesuai, kadar tidak
penetapan seperti tertera pada Uji pereaksi, kurang dari 95%.
menggunakan 20 ml zat: uapkan di atas tangas uap
hingga kering. Tambahkan 2 ml asam asetat encer Besi(III) sulfat P Fe2(SO4)3; BM 399,87; [10028-
P pada sisa, encerkan dengan air hingga 25 ml dan 22-5]; murni pereaksi.
tambahkan 10 ml asam sulfida LP: warna cokelat Pemerian Serbuk putih keabu-abuan atau hablur
yang terjadi tidak lebih tua dari larutan rombik. Sangat higroskopis.
pembanding yang mengandung 0,04 mg timbal dan
2 ml asam asetat encer P. Dapar borat pH 8,0 Gunakan Dapar borat alkalis
seperti yang tertera pada Larutan dapar dalam
Asam hidroklorida encer LP 10%; Buat Larutan.
campuran 226 ml asam hidroklorida P dengan air
secukupnya hingga 1000 ml. Dapar borat pH 9,0 Gunakan Dapar borat alkalis
seperti yang tertera pada Larutan dapar dalam
Asam nitrat encer LP Encerkan 143 ml asam Larutan.
nitrat P dengan air hingga 1000 ml.
N-Etilmaleimid P 1-etil-1H-pirol 2,5-dion,
Asam oktansulfonat, garam natrium Natrium 1- C6H7NO2; BM 125,12; gunakan mutu pereaksi
oktansulfonat, C8H17NaO3S, C8H17NaO3S. H2O; yang sesuai.
BM 216,27. Anhidrat, BM 234,27. Gunakan mutu
pereaksi yang sesuai dengan kadar tidak kurang 1,10-Fenantrolin P Ortofenantrolin;
dari 99,0%. C12H8N2.HCl; BM 198,22; murni pereaksi.

Asam trifluoroasetat P C2HF3O2; BM 114,02. Fenantrolin monohidroklorida monohidrat P


Mengandung tidak kurang dari 99%. C12H8N2.HCl.H2O; BM 234,69; gunakan mutu
Pemerian Cairan tidak berwarna. pereaksi yang sesuai.
Kelarutan bercampur dengan eter, dengan
aseton, dengan etanol, dengan benzen, dengan Gliserin P Gliserol; murni pereaksi.
karbon tetraklorida dan dengan heksan.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih Gliserin basa LP Pada 200 g gliserin P tambahkan
kurang 300 mg zat, larutkan dalam 25 ml air dan air hingga diperoleh bobot total 235 g. Kemudian
25 ml etanol P. Titrasi dengan natrium hidroksida tambahkan 140 ml natrium hidroksida 1 N dan 50
0,1 N LV. Tentukan titik akhir secara ml air.
potensiometrik. Lakukan penetapan blangko.
Heksamin P Gunakan Metenamin P.
Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan
11,40 mg C2HF3O2. Hitam eriokrom T, Natrium Klorida Triturat
hingga halus 100 mg hitam eriokrom T P dengan
Asam sulfat encer LP (10%) Tambahkan secara 10 g natrium klorida P.
hati-hati 57 ml asam sulfat P ke dalam lebih
kurang 100 ml air, dinginkan hingga suhu ruang Hitam eriokrom T LP Larutkan 200 mg hitam
dan encerkan dengan air hingga 1000 ml. eriokrom T dan 2g hidroksilamin klorida P dalam
methanol P hingga 50 mL.
– 2754 –

Kalium biftalat P (Kalium ftalat asam; garam


asam monokalium ftalat; baku asidimetrik kalium
hidrogen ftalat), KHC6H4(COO)2; BM 204,22.
Gunakan mutu pereaksi kalium hidrogen ftalat;
baku asidimetrik.

Kalium besi(III) sianida LP Larutkan 1 g kalium


besi(III) sianida P dalam 10 ml air. Buat larutan
segar.

Kloramin T P Natrium tosilkloramida; natrium-p-


toluensulfonkloramida; C7H7ClNNaO2S.3H2O; BM
281,69. Murni pereaksi.

Larutan baku nikel LP Larutkan 4,78 g Nikel(II)


sulfat heptahidrat P dalam air, encerkan hingga
1000 ml. Segera sebelum digunakan, encerkan
10 ml larutan diatas hingga 1000 ml.

Merah metil LP 2 Pada 1,86 ml natrium


hidroksida 0,1 N dan 50 ml etanol P, tambahkan
50 mg merah metil P dan encerkan dengan air
sampai 100 ml.

Metanol bebas aldehida P CH3OH; BM 32,04.


Larutkan 25 g Iodum P dalam 1 liter metanol P dan
tuangkan larutan dengan pengadukan konstan ke
dalam 400 ml natrium hidroksida 1 N. Tambahkan
150 ml air, diamkan selama 16 jam. Saring dan
didihkan dibawah kondensor refluks hingga bau
iodoform hilang. Distilasi larutan melalui distilasi
terfraksi. Mengandung tidak lebih dari 0,001%
aldehida dan keton.

Metenamin P Heksametilentetramina; urotropin;


uriton; heksamin; C6H12N4; BM 140,19; murni
pereaksi.

Natrium tosilkloramida P Gunakan Kloramin P.

Tioasetamida gliserin basa LP Campur 0,2 ml


tioasetamida LP dan 1 ml gliserin basa LP, dan
panaskan dalam penangas air mendidih selama 20
detik. Segera gunakan campuran.

Tembaga(II) tartrat alkali LP Larutan Fehling.


Larutan tembaga (A) Larutkan perlahan-lahan
34,66 g hablur tembaga(II) sulfat P, dalam air
hingga 500 ml. Simpan larutan dalam wadah kecil
tertutup kedap.
Larutan alkali tartrat (B) Larutkan 173 g hablur
kalium natrium tartrat P dan 50 g natrium
hidroksida P dalam air hingga 500 ml. Simpan
larutan dalam wadah tahan alkali.
Segera sebelum digunakan campurkan Larutan
A dan Larutan B sejumlah volume sama.

Zirkonil nitrat P ZrO(NO3)2 BM 231,23;


Gunakan mutu pereaksi yang sesuai.
INDEKS
- I. 1 -

INDEKS SUPLEMEN III FI V

Asam sulfat encer LP, 2753 E


A Asam trifluoroasetat P, 2753 Efedrin Hidroklorida, 2478
Akseroftol, 2417 Asam Valproat, 2440 Efedrin Hidroklorida, tablet,
Albuterol Sulfat, 2686 Asam Valproat, larutan oral, 2479
Alizarin Natrium Sulfonat LP, 2442 Ekonazol Nitrat, 2480
2753 Asebutolol Hidroklorida, 2443 Emetin Hidroklorida, 2482
Alizarin Natrium Sulfonat P, Asetaminofen, 2660 Emetin Hidroklorida, injeksi,
2753 Asetosal, tablet, 2435 2483
Aloksiprin, 2417 Asetosal Didapar, tablet, 2436 Enfluran, 2484
Aloksiprin, tablet, 2419 Asetosal untuk Larutan Oral, Ergometrin Maleat, 2485
Alopurinol, 2420 tablet efervesen, 2438 Ergonovin Maleat, 2485
Alumina dan Magnesia, Asiklovir, krim, 2445 Ergometrin Maleat, tablet, 2486
suspensi oral, 2423 Azatadin Maleat, 2446 Ergonovin Maleat, tablet, 2486
Alumina, Magnesia, dan Azatioprin, 2448 Ergotamin Tartrat dan Kofein,
Simetikon, suspensi oral, Azitromisin, 2450 tablet, 2487
2424 Azitromisin, tablet, 2453 Eritromisin, salep, 2491
Amfoterisin B, salep, 2425 Azitromisin untuk suspensi oral, Eritromisin, tablet, 2490
Amobarbital Natrium, 2426 2457 Eritromisin Etilsuksinat, 2493
Amobarbital Natrium untuk Eritromisin Etilsuksinat, tablet,
injeksi, 2427 B 2495
Amoksisilin Natrium, 2427 Benzokain, 2459 Eritromisin Stearat, 2496
Amonium pirolidinditiokarbamat Besi(III) sulfat P, 2753 Eritromisin Stearat, tablet, 2498
P, 2753 Bupivakain Hidroklorida dalam Estradiol Sipionat, 2498
Ampisilin, tablet, 2430 injeksi Dekstrosa, 2461 Etilmorfin Hidroklorida, 2500
Antazolin Hidroklorida, 2432 Etinil Estradiol, 2501
Apomorfin Hidroklorida, 2433 D
Asam 1-naftilasetat, 2753 Dapar borat pH 8,0, 2753 F
Asam Aminokaproat, tablet, Dapar borat pH 9,0, 2753 1,10-Fenantrolin P, 2753
2434 Deksametason Natrium Fosfat, Fenantrolin monohidroklorida
Asam asetat encer LP, 2753 2462 monohidrat P, 2753
Asam Asetilsalisilat, tablet, Deksklorfeniramin Maleat, Fenilefrin Hidroklorida, 2502
2435 tablet, 2466 Fenitoin, 2505
Asam Asetilsalisilat Didapar, Dekualinium Klorida, 2467 Fenitoin Natrium, 2507
tablet, 2436 Dibekasin Sulfat, 2469 Fenitoin, suspensi oral, 2509
Asam Asetilsalisilat untuk Difenoksilat Hidroklorida, 2470 Fenoterol Hidrobromida, 2511
Larutan Oral, tablet efervesen, Dipiron, 2609 Flufenazin Enantat, 2513
2438 Disopiramida, 2471 Flukloksasilin Natrium, 2514
Asam hidroklorida encer LP, Doksorubisin Hidroklorida, Fluokortolon Heksanoat, 2516
2753 2472 Fluokortolon Pivalat, 2517
Asam nitrat encer LP, 2753 Doksorubisin Hidroklorida Fluoksetin, tablet, 2518
Asam oktansulfonat, garam untuk injeksi, 2475 Fluosinolon Asetonida, 2521
natrium, 2753 Droperidol, 2477 Flurasepam Hidroklorida, 2522
Asam Salisilat, 2438 Flurbiprofen Natrium, 2524
Furosemida, 2526
- I. 2 -

Furosemida, injeksi, 2528 Pankuronium Bromida, 2658 Kodein Hidroklorida, 2582


Furosemida, tablet, 2529 Protamin Sulfat, 2678 Kokain Hidroklorida, 2583
Ringer, 2643 Kresol, 2584
G Sisplatin untuk, 2702 Krim
Garam Oralit, 2656 Skopolamin Hidrobromida, Asiklovir, 2445
Gemfibrosil, tablet, 2530 2534 Kuinidin Sulfat, 2585
Gentian Violet, 2531 Tiopental Natrium untuk, 2718 Kuinin Hidroklorida, 2587
Gliserin basa LP, 2753 Iodum, 2539
Gliserin P, 2753 Isi Minimum, 2740 L
Isoniazid, 2539 Larutan baku nikel LP, 2754
H Isosorbid Mononitrat, tablet Larutan Oral
Heksamin P, 2753 lepas lambat, 2541 Asam Valproat, 2442
Hidrokuinon, 2532 Siklosporin. 2698
Hiosin Hidrobromida, 2533 K Larutan Oral-Topikal
Hiosin Hidrobromida, injeksi, Kalium besi(III) sianida LP, Lidokain Hidroklorida, 2592
2534 2754 Lignokain Hidroklorida, 2592
Hiosin Hidrobromida, tablet, Kalium biftalat P, 2754 Levodopa, 2588
2535 Kalium Guaiakolsulfonat, 2548 Levotiroksin Natrium, tablet,
Hitam eriokrom T LP, 2753 Kalium Permanganat, 2548 2590
Hitam eriokrom T, Natrium Kamfer, 2549 Lidokain Hidroklorida, larutan
Klorida, 2753 Kaolin Ringan, 2550 oral-topikal, 2592
Kapsul Lignokain Hidroklorida, larutan
I Indometasin, 2538 oral-topikal, 2592
Idoksuridin, 2536 Klofazimin, 2574 Linestrenol, 2594
Indometasin, 2536 Sefradin, 2693 Loratadin, 2595
Indometasin, kapsul, 2538 Kaptopril, 2551 Lorazepam, tablet, 2599
Injeksi Karbamazepin, 2552
Amobarbital Natrium untuk, Karbamazepin, suspensi oral, M
2427 2555 Magnesium Oksida, 2602
Karbamazepin, tablet, 2557 Manitol, 2603
Bupivakain Hidroklorida
Karisoprodol, 2560 Mepiramin Maleat, 2606
dalam Dekstrosa, 2461
Ketokonazol, 2562 Merah metil LP 2, 2754
Doksorubisin Hidroklorida
Ketorolak Trometamin, tablet, Merkaptopurin, 2607
untuk, 2475
2563 Metamizol Natrium, 2609
Emetin Hidroklorida, 2483
Klaritromisin, tablet, 2568 Metampiron, 2609
Furosemida, 2528
Klemastin Fumarat, 2570 Metanol bebas aldehida P, 2754
Hiosin Hidrobromida, 2534
Metoklopramida, 2617 Klofazimin, 2572 Metaproterenol Sulfat, 2610
Metronidazol, 2622 Klofazimin, kapsul, 2574 Metenamin P, 2754
Natrium Bikarbonat, 2639 Klomifen Sitrat, 2576 Metildopa, tablet, 2612
Natrium Hidrogen Bikarbonat, Kloramin T P, 2754 Metilprednisolon Asetat, 2613
2639 Klordiazepoksida Hidroklorida, Metil Salisilat, 2614
Natrium Klorida Majemuk, tablet, 2565 Metil Testosteron, 2616
2643 Klorheksidin Hidroklorida, 2578 Metoklopramida, injeksi, 2617
Natrium Tiosulfat, 2648 Klorokuin, 2580 Metoklopramida, tablet, 2619
Neostigmin Metilsulfat, 2651 Klorokuin Sulfat, 2566 Metoprolol Tartrat, 2620
Kodein Fosfat, 2581 Metronidazol, injeksi, 2622
- I. 3 -

Metronidazol, tablet, 2623 Perfenazin, 2663 Skopolamin Hidrobromida,


Mikonazol Nitrat, 2625 Pilokarpin Hidroklorida, 2664 tablet, 2535
Morfin Hidroklorida, 2626 Pirantel Pamoat, 2666 Sulfadimidin, 2705
Piridostigmin Bromida, 2669 Sulfametazin, 2705
N Pirilamin Maleat, 2607 Sulfametoksazol, 2706
Nadolol, 2628 Povidon Iodum, 2669 Suspensi Oral
Nafazolin Nitrat, 2630 Prazosin Hidroklorida, tablet, Alumina dan Magnesia, 2423
Naproksen Natrium, tablet, 2632 2670 Alumina, Magnesia dan
Natrium Bikarbonat, 2634 Prednison, 2671 Simetikon, 2424
Natrium Hidrogen Karbonat, Prometazin Teoklat, 2672 Azitromisin untuk, 2457
2634 Propilen Glikol, 2673 Fenitoin, 2509
Natrium Bikarbonat, injeksi, Propiliodon, 2675 Karbamazepin, 2555
2639 Propil Tiourasil, 2676
Natrium Hidrogen Karbonat, Protamin Sulfat, 2676 T
injeksi, 2639 Protamin Sulfat, injeksi, 2678 Tablet
Natrium Bikarbonat, tablet, Pseudoefedrin Hidroklorida, Aloksiprin, 2419
2639 2679 Ampisilin, 2430
Natrium Hidrogen Karbonat, Asam Aminokaproat, 2434
tablet, 2639 R Asam Asetilsalisilat, 2435
Natrium Klorida, 2640 Repaglinida, 2680 Asam Asetilsalisilat Didapar,
Natrium Klorida Majemuk, Repaglinida, tablet, 2682 2436
injeksi, 2643 Retinol, 2417 Asetosal, 2435
Natrium Nitroprusida, 2644 Riboflavin 5'-Natrium Fosfat, Asetosal Didapar, 2436
Natrium Salisilat, 2645 2684 Azitromisin, 2453
Natrium Sitrat, 2647 Ringer, injeksi, 2643 Deksklorfeniramin Maleat,
Natrium Tiosulfat, 2648 2466
Natrium Tiosulfat, injeksi, 2648 S Efedrin Hidroklorida, 2479
Natrium tosilkloramida P, 2754 Salbutamol Sulfat, 2686 Ergometrin Maleat, 2486
Neomisin Sulfat, 2649 Salep Ergonovin Maleat, 2486
Neostigmin Bromida, 2650 Amfoterisin B, 2425 Ergotamin Tartrat dan Kofein,
Neostigmin Metilsulfat, 2650 Eritromisin, 2491 2487
Neostigmin Metilsulfat, injeksi, Salisilamida, 2687 Eritromisin, 2490
2651 Sefotaksim Natrium, 2689 Eritromisin Etilsuksinat, 2495
N-Etilmaleimid P, 2753 Sefradin, kapsul, 2693 Eritromisin Stearat, 2498
Niasinamida, 2654 Sianokobalamin, 2694 Fluoksetin, 2518
Nikotinamida, 2651 Siklofosfamida, tablet, 2695 Furosemida, 2529
Nitrazepam, 2653 Siklosporin, 2697 Gemfibrosil, 2530
Noretilsteron, tablet, 2654 Siklosporin, larutan oral, 2698 Hiosin Hidrobromida, 2535
Noretindron, tablet, 2654 Sisplatin, 2700 Karbamazepin, 2557
Sisplatin untuk injeksi, 2702 Ketorolak Trometamin, 2563
P Sistein Hidroklorida, 2704 Klaritromisin, 2568
Pankuronium Bromida, injeksi, Skopolamin Hidrobromida, Klordiazepoksida Hidroklorida,
2658 2533 2565
Parasetamol, 2660 Skopolamin Hidrobromida, Levotiriksin Natrium, 2590
Penetapan Kadar Vitamin A, injeksi, 2534 Lorazepam, 2599
2735 Metildopa, 2612
- I. 4 -

Metoklopramida, 2619 U
Metronidazol, 2623 Uji
Naproksen Natrium, 2632 Batas Arsen, 2733
Natrium Bikarbonat, 2639 Disolusi, 2741
Natrium Hidrogen Bikarbonat, Efektivitas Antimikroba, 2726
2639 Identifikasi Umum, 2728
Noretilsteron, 2654
Noretindron, 2654 V
Prazosin Hidroklorida, 2670 Valsartan, 2721
Repaglinida, 2682 Vitamin A, 2417
Siklofosfamida, 2695 Vitamin B12, 2694
Skopolamin Hidrobromida,
2536 W
Skopolamin Hidrobromida, Wadah, 2748
2535
Telmisartan, 2707 Z
Tablet Efervesen Zink Klorida, 2723
Asam Asetilsalisilat untuk Zink Sulfat, 2723
Larutan Oral, 2438 Zink Undesilenat, 2724
Asetosal untuk Larutan Oral, Zirkonil nitrat, P, 2754
2438
Tablet Lepas Lambat
Isosorbid Mononitrat, 2541
Telmisartan, tablet, 2707
Tembaga(II) tartrat alkali LP,
2754
Tetrahidrozolin Hidroklorida,
2709
Tetrakain, 2709
Tetrakain Hidroklorida, 2711
Timerosal, 2713
Timol, 2715
Timolol Maleat, 2716
Tioasetamida gliserin basa LP,
2754
Tiopental Natrium untuk injeksi,
2718
Triheksifenidil Hidroklorida,
2719
- I. 5 -
- I. 6 -

Anda mungkin juga menyukai