Anda di halaman 1dari 182

SUPLEMENI

FARMAKOPE
HERBAL
INDONESIA

2010

KElVIENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karen a atas rahmat dan
kanmianya Buku Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia ini dapat diselesaikan dan
diterbitkan.
Penggunaan obat bersumber dari alam di Indonesia merupakan bagian dari budaya dan
telah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak berabad-abad yang lalu. Namun demikian, secara
umum keamanan dan manfaat atau khasiatnya terhadap kesehatan belum sepenuhnya
didukung oleh hasil penelitian yang memadai. Mengingat hal tersebut dan menyadari bahwa
Indonesia sebagai mega centre tanaman obat dan bahan bersumber alam lainnya, maka perlu
adanya suatu standar bahan-bahan tersebut untuk digunakan masyarakat dalam berbagai
keperluan demi mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Buku ini merupakan suplemen dari Fam1akope Herbal Indonesia yang merupakan buku
standar di bidang Farmasi terutama untuk bahan baku beberapa simplisia dan ekstrak yang
berasal dari tumbuhan atau bahan alam lainnya, metode anal isis, prosedur dan instrumentnya,
bahan baku pembanding, sediaan umum, ketentuan umum, lampiran-lampiran dan penetapan
standar yang berkaitan dengan standardisasi di bidang farmasi.
Seperti halnya Farmakope Herbal Indonesia, pemilihan monografi simplisia dan ekstrak
pada Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia tetap bersumber dari Matelia Medika Indonesia
dan beberapa farmakope herbal manca negara yang memuat tumbuhan sejenis dengan yang
ada di Indonesia. Bahan-bahan terse but ditinjau dan dikaji kembali dengan didasarkan kepada
ketersediaannya di Indonesia serta menggunakan standar dan metode penetapan karakteristik
yang disesuaikan dengan standar yang berlaku secara nasional dan intemasional.
Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia berisikan ketentuan umum selia 60 monografi
simplisia dan ekstrak. Di samping itu terdapat lampiran-lampiran yang berisikan informasi dan
penjelasan metode analisis dan prosedur pengujian yang terdapat di dalam monografi, yang
mencakup pengujian dan penetapan secara umum, mikrobiologi, biologi, kimia dan fisika.
Farmakologi masih tetap belum dapat dimasukan ke dalam Suplemen I Farmakope Herbal
Indonesia ini karena belum banyak sumber data yang memenuhi syarat.
Panitia penyusun Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia yang dibentuk oleh Menteri
Kesehatan yang anggotanya terdiri dari Departemen Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM), para pakar dari berbagai perguruan tinggi farmasi dan kedokteran,
Badan Standarisasi Nasional (BSN), Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT),
telah melakukan penyusunan Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia ini melalui serangkaian
pembahasan teknis, redaksional dan pengesahan.
Dengan terbitnya Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia ini diharapkan dapat
melengkapi Farmakope Indonesia edisi Herbal untuk menjadi standar mutu bagi berbagai
kepentingan serta secara bertahap akan meningkatkan kualitas produksi bahan baku untuk
kepentingan industri obat tradisional sehingga mampu bersaing di dunia internasional.

iii
Kepada semua pihak yang telah berperan, serta berpartisipasi mulai dari persiapan
sampai terbitnya buku ini, kami ucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya.
Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan atas sumbangsihnya.

セ@
_______セ セ 。N@ Sri Indrawaty, Apt. M.Kes.
IP 195306211980122001

iv
DAFTAR lSI

Kata Pengantar .. ............ .. ...... ... .... ..... ... .... ....... ......... ..... .......... ... ........... ........ ..... ... ...... .. ... .... . III

Daftar lsi .... ..... ... ....... .. ........... ....................... ... ........... .. .. ..... .. ..... ....... ... .. .......... .... .... .... ..... .... v
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK 03.05/111/517110
Tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Penyusun Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia VII

Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia No. 21 09/MENKES/SKlXl20 11


Tentang Pemberlakuan Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia XII

Daftar Monografi XV

Daftar Lampiran XVI

Ketentuan Umum XVII

Monografi 1
Lampiran .. .... .... .............. ... ......... ... ...... ... ............. ................... ...... ........ .. .. ... ... ...... .... ... ...... .. . 121
Pereaksi, Larutan Pereaksi dan Larutan Volume dan Buret ... ... .... .... .. .... .. ...... ....... ....... .. .... . 146
Daftar Tabel
Tabel 1. Labu Tentukur, Pipet Volume dan Buret 123
Tabel 2. Lubang Pengayak Baku 137
Tabel 3. Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Derajat Halus .. .. .. ... ..... ... .... .......... ... .. ........ . 137
Indeks .... .. ..... ..... .. ... ...... ...... .. ..... ........ ... ... .... .... ..... ... .. ..... .. ........................ ........... ... .......... .... 150

v
vi
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I
DIREKTORAT JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Jalan H.R. Rasuna Said Blok X5 Kavling 4 - 9 Jakalta 12950
Telepon : (021) 5201590 Pesawat 2029, 8011 Faksimile: (021) 52964838 Kotak Pos : 203

KEPUTUSAN MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR HK.03.0S.lIIIS17/10
TENTANG
PEMBENTUKAN PANITIA PELAKSANA PENYUSUNAN SUPLEMEN I
FARMAKOPE HERBAL INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang a. bahwa Farmakope Herbal Indonesia perlu terus diperbaharui baik jumlah, jenis
parameter, maupun persyaratan dalam monografi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi;
b. bahwa untuk memperbaharui Farmakope Herbal Indonesia, perlu dibentuk Panitia
Pelaksana Penyusunan Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia;
c. bahwa berdasarkankan pertimbangan sebagaimana dimakslId dalam huruf a dan hurllf
b, perlu menetapkan Keplltllsan Menteri Kesehatan tentang Pembentukan Panitia
Pelaksana PenYllsunan Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia;

Mengingat I . Undang-Undang Nomor 36 Tahlln 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3781);
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 38l1Menkes/SKlIII12007 tentang Kebijakan
Obat Tradisional Nasional;
4. Keputllsan Menteri Kesehatan Nomor 2611Menkes/SKlIV/2009 tentang Pemberlakllan
Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575lMenkes/PerlXII2005 , tentang Organisasi
dan Tata Kerja Depaltemen Kesehatan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 439/Menkes/Per1VI/2009 .

MEMUTUSKAN :

Menetapkan
KESATU KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEMBENTUKAN
PANITlA PELAKSANA PENYUSUNAN SUPLEMEN I FARMAKOPE HERBAL
INDONESIA.

vii
KEDUA Susunan Panitia Pelaksana Penyusunan Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia,
selanjutnya disebut Panitia, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Kepuhlsan ini.
KETIGA Panitia sebagaimana dimaksud Diktum Kedua terdiri atas Panitia Pengarah, Panitia
Penyusun Monografi, dan Dewan Redaksi, dengan masing-masing tugas sebagai berikut:
1. Panitia Pengarah :
a. Memberikan arahan penyusunan Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia,
b. Membahas dan menetapkan naskah monografi yang akan dimuat dalam Sup Ie men I
Fannakope Herbal Indonesia,
c. Memberikan rekomendasi atas pembahasan seluruh naskah kepada Menteri
Kesehatan melalui Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
2. Panitia Penyusun Monografi :
a. Membantu Panitia Pengarah dalam menetapkan naskah monografi yang akan dimuat
dalam Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia.
b. Melaksanakan penyusunan naskah monografi yang akan dimuat Suplemen I
Farmakope Herbal Indonesia.
c. Memberikan rekomendasi atas hasil pembahasan monografi kepada Ketua Panitia
Pengarah.
3. Dewan Redaksi :
a. Membantu Panitia Pengarah dalam menyusun Draft Suplemen I Farmakope Herbal
Indonesia.
b. Memeriksa dan mengedit naskah Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia.
c. Memberikan rekomendasi atas hasil penyusunan naskah Suplemen I Farmakope
Herbal Indonesia kepada Ketua Panitia Pengarah.
KEEMPAT Dalam melaksanakan tugasnya Panitia bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan
melalui Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
KELIMA Pembiayaan yang timbul sebagai pelaksanaan tugas panitia dibeban.kan pada DIPA
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional.
KEENAM Keputusan ini mulai berlaku untuk tahun anggaran 20 I O.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 September 2010

viii
Sekretariat Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan
Produk Komplemen (BPOM)

III. DEWAN REDAKSI


Ketua Drs . Richard Panjaitan, Apt., SKM
Wakil Ketua Drs. lanahar Murad, Apt.
Sekretaris Drs. H. Purwadi, Apt., MM., ME.,
Anggota I. Dra. Nani Sukasediati, Apt., MS
2. Drs. Syahrial Taher, Apt.
3. Drs. Ketut Ritiasa, Apt.
4. Dra Ema Viaza, Apt
5. Pulan Widyanati, S.Si, Apt
6. Mia Permawati, S.Farm, Apt
7. Apriandi, S.Farm, Apt
8. Nofiyanti
9. Anwar Wahyudi,S.E

xi
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 21 09IMENKES/SKJXJ20 11
TENTANG
PEMBERLAKUAN SUPLEMEN I FARMAKOPE HERBAL INDONESIA
DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK TI'JDONESIA,

Menimbang a. bahwa untuk menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan perlu


memberlakukan Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pemberlakuan Suplemen I
Farmakope Herbal Indonesia ;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3609);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesi a Tahun 1998
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781);
4 . Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 3811Menkesi SKJIII/2007 tentang
Kebijakan Obat Tradisional Nasional;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2611Menkesi SKJIV 12009 ten tang
Pemberlakuan Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 206/Menkesl SKJII2011 ten tang
Pembentukan Panitia Penyusunan Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkesi PerNIIII20 10 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);

xii
MEMUTUSKAN :

Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEMBERLAKUAN


SUPLEMEN I FARMAKOPE HERBAL INDONESIA.

KESATU Mengesahkan dan memberlakukan Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia


sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEDUA Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Oktober 2011

RI KESEHATAN,
(

ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH

xiii
xiv
DAFTAR MONOGRAFI

1. Akar Wangi 31. Ekstrak Kental Daun Lidah Buaya


2. Ekstrak Kental Akar Wangi 32. Ekstrak Kering Getah Daun Lidah
3. Daun Alpukat Buaya
4 . Ekstrak Kental Daun Alpukat 33. Kulit Buah Manggis
5. Buah Cabe Merah 34. Daun Paliasa
6. Ekstrak Kental Buah Cabe Merah 35 . Ekstrak Kental Daun Paliasa
7. Herba Ceplukan 36. Daging Buah Paria
8. Ekstrak Kenta! Herba Ceplukan 37. Ekstrak Kental Daging Buah Paria
9. Kulit Buah Delima 38 . Biji Pinang
10. Buah Kapulaga 39. Ekstrak Kental Biji Pinang
11. Ekstrak Kental Buah Kapulaga 40. Ku!it Batang Pulasari
12. Kulit Kayu Rapat 4l. Ekstrak Kental Kulit Batang Pulasari
l3. Ekstrak Kental Kulit Kayu Rapat 42. Ekstrak Kental Daun Salam
14. Daun Kejibeling 43. Daun Sambung Nyawa
15. Ekstrak Kental Daun Kejibeling 44. Ekstrak Kental Daun Sambung Nyawa
16. Akar Kelembak 45 . Kayu Secang
17. Ekstrak Kental Akar Kelembak 46. Ekstrak Kental Kayu Secang
18. Daun Kepel 47. Herba Seledri
19. Ekstrak Kental Daun Kepel 48. Ekstrak Kental Herba Seledri
20. Buah Ketumbar 49. Daun Sendok
21. Ekstrak Kenta! Buah Ketllmbar 50. Ekstrak Kental Daun Sendok
22. Umbi Lapis Kucai 51 . Kulit Batang Sintok
23. Ekstrak Kental Umbi Lapis Kucai 52 . Ekstrak Kental Kulit Batang Sintok
24. Buah Lada Hitam 53. Daun Sirih
25. Ekstrak Kental Buah Lada Hitam 54. Ekstrak Kental Daun Sirih
26. Ekstrak Kental Daun Legundi 55. Rimpang Temu Ireng
27. Rimpang Lempuyang Gajah 56. Ekstrak Kental Rimpang Temu Ireng
28 . Ekstrak Kental Rimpang Lempuyang 57. Rimpang Temu Putih
Gajah 58 . Ekstrak Kental Rimpang Temu Putih
29. Rimpang Lempuyang Wangi 59. Dalln Wungu
30. Ekstrak Kental Rimpang Lempuyang 60. Ekstrak Kental Daun Wungu
Wangi

xv
DAFTAR LAMPIRAN

< 11 > Senyawa Identitas dan Pembanding Farmakope Herbal Indonesia


<21 > Peralatan Volumetrik
<31 > Tennometer
<41 > Timbangan
<51 > S pektrofotometri
<61 > Kromatografi
<71 > Penetapan Kadar Minyak Atsiri
<81 > Penetapan Kadar Abu Total
<82> Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
<83 > Penetapan Kadar Air
<91> Penetapan Kadar Sari Larut Air
<92> Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
<III > Penetapan Susut Pengeringan
< 121 > Pengayak dan Derajat Halus Serbuk
<141 > Pencucian Peralatan Kaca
<151 > Penetapan Kadar Flavonoid Total
<301 > Pembuatan Serbuk Simplisia
<311 > Pembuatan Ekstrak
<321 > Pembuatan Larutan Uji Simplisia
<40 I > Penjelasan Istilah Mikroskopik

xvi
KETENTUAN UMUM

KETENTUAN UMUM DAN PERSYARA T AN UMUM

Ketentuan umum dan persyaratan umum, untuk selanjutnya disebut "Ketentuan Umum".
Ketentuan Umum menetapkan prosedur singkat pedoman dasar untuk penafsiran dan
penerapan standar, pengujian, penetapan kadar, dan spesifikasi lain dari FHI.
Jika dibuat pengecualian terhadap Ketentuan Umum , maka dalam monografi atau
lampiran pengujian umum yang bersangkutan akan diungkapkan terlebih dahulu dan
dijelaskan secara khusus tujuan atau maksud pengecualian tersebut. Untuk menekankan bahwa
pengecualian seperti itu ada, Ketentuan Umum menggunakan ungkapan "kecuali dinyatakan
lain". Jadi, harus diterima sebagai kenyataan bahwa jika ada perbedaan dengan Ketentuan
Umum , maka ungkapan kata-kata khusus dalam standar, pengujian, penetapan kadar, dan
spesifikasi lain tersebut bersifat mengikat. Demikian juga, jika tidak ada kata-kata khusus
yang bertentangan, maka berlaku Ketentuan U mum.

FARMAKOPE

Fannakope ini bemama Fannakope Herbal Indonesia, berisi monografi simplisia dan
sediaan ekstrak. Fannakope ini merupakan standar simplisia dan ekstrak yang digunakan
untuk pengobatan. Singkatan nama buku ini adalah FHI.
Jika digunakan istilah FHI tanpa keterangan lain, selama periode berlakunya FHI 101,
maka yang dimaksudkan adalah Fannakope Herbal Indonesia dan semua suplemennya.

SYARATMUTU

Syarat mutu adalah semua paparan yang tertera dalam monografi merupakan syarat mutu
simplisa dan ekstrak yang bersangkutan. Suatu simplisia dan ekstrak tidak dapat dikatakan
bennutu ·FHI jika tidak memenuhi syarat mutu tersebut. Syarat mutu ini berlaku bagi simplisia
dan ekstrak dengan tujuan pemeliharaan kesehatan dan pengobatan, tidak berlaku untuk
keperluan lain.

xvii
SIMPLISIA

Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan
simplisia tidak lebih dari 60°.
Simplisia segar adalah bahan alam segar yang belum dikeringkan.
Simplisia Nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau
eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan
atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lain yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tumbuhannya.
Serbuk Simplisia Nabati adalah bentuk serbuk dari simplisia nabati, dengan ukuran
derajat kehalusan tertentu. Sesuai dengan derajat kehalusannya, dapat berupa serbuk sangat
kasar, kasar, agak kasar, halus dan sangat halus.
Serbuk simplisia nabati tidak boleh mengandung [ragmen jaringan dan benda asing yang
bukan merupakan komponen asli dari simplisia yang bersangkutan an tara lain telur nematoda,
bagian dari serangga dan hama serta sis a tanah.
Nama Latin Simplisia ditetapkan dengan menyebut nama marga (genus), nama jenis
(species) dan bila memungkinkan petunjuk jenis (varietas) diikuti dengan bagian yang
digunakan.
Nama Latin dengan pengecualian ditetapkan dengan menyebut nama marga untuk
simplisia yang sudah Lazim disebut dengan nama marganya.
Nama lain adalah nama Indonesia yang paling lazim, didahului dengan bagian
tumbuhan yang digunakan.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati
atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.

SUHU

Suhu Kecuali dinyatakan lain, semua suhu dalam FHI dinyatakan dalam derajat
Celcius(O).
Suhu ruang Suhu ruang adalah suhu pada ruang kerja. Suhu ruang terkendali adalah
suhu ruang yang diatur 15° sampai dengan 30°
Hangat Hangat adalah suhu 30° sampai dengan 40°
Sejuk Sejuk adalah suhu 8° sampai dengan 15°
Dingin Dingin adalah suhu yang kurang dari 8°
Lemari pendingin Lemat·i pendingin mempunyai suhu 2° sampai dengan 8°
Lemari pembeku Lemari pembeku mempunyai suhu -20° sampai dengan -10°
Penyimpanan Kecuali dinyatakan lain, simplisia disimpan di tempat terlindung dari
sinar matahari dan pada suhu ruang.

xviii
BOBOT DAN UKURAN

Bobot dan Ukuran yang digunakan dalam FHI adalah sistem metrik. Satuan bobot dan
ukuran serta singkatannya yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
kg : kilogram
g : gram
mg : miligram
llg : mikrogram
L : liter
mL : mililiter
llL : mikroliter
m : meter
em : sentimeter
mm : milimeter
nm : nanometer

KADAR LARUTAN

Molaritas diberi simbol M, adalah jumlah gram molekul zat yang dilarutkan dalam
pelarut hingga volume 1 L.
Normalitas diberi simbol N, adalah jumlah bobot ekuivalen zat yang dilarutkan dalam
pelarut hingga volume 1 L.
Persen bobot per bobot (bib) menyatakan jumlah gram zat dalam 100 g larutan atau
eampuran.
Persen bobot per volume (b/v) menyatakan jumlah gram zat dalam 100 mL larutan,
sebagai peJarut dapat digunakan air atau pelarut lain.
Persen volume per volume (v/v) menyatakan jumlah mL zat daJam 100 mL larutan.
Persen volume per bobot (v Ib) menyatakan jumlah mL zat dalam 100 g bahan.
Pernyataan persen tanpa penjelasan lebih lanjut untuk eampuran padat atau setengah
pad at, yang dimaksud adalah bib, untuk larutan dan suspensi suatu zat padat dalam eairan
yang dimaksud adalah b/v, untuk larutan eairan di dalam eairan yang dimaksud adalah vlv,
dan untuk larutan gas dalam eairan yang dimaksud adalah b/v.

PENAFSlRAN ANGKA, PENIMBANGAN DAN PENGUKURAN

Penafsiran Angka signifikan yang tertera pada FHI, tergantung pada tingkat ketelitian
yang dikehendaki. Bilangan yang merupakan batasan, mempunyai ketelitian sampai
persepuluh satuan angka terakhir bilangan yang bersangkutan; misalnya pemyataan tidak
kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% berarti tidak kurang dari 99,50% dan tidak
lebih dari 100,50%.

xix
Bilangan yang tidak merupakan batasan, mempunyai ketelitian 0,5 ke bawah dan ke atas
harga satuan angka terakhir bilangan yang bersangkutan; misalnya bilangan 10,0 mempunyai
nilai antara 9,95 dan 10,05.
Penimbangan dan Pengukuran Pengertian lebih kurang dalam pemyataan untuk
jumlah bah an yang diperIukan untuk pemeriksaan atau penetapan kadar, berarti bahwa jumlah
yang harus ditimbang atau diukur tidak boleh kurang dari 90% dan tidak boleh lebih dari
110% jumlah yang tertera. Hasil pemeriksaan at au penetapan kadar didasarkan pada
penimbangan atau pengukuran secara saksama sejumlah bahan tersebut.
Dengan pemyataan timbang saksama dimaksudkan bahwa penimbangan dilakukan
sedemikian rupa sehingga batas kesalahan penimbangan tidak boleh lebih dari 0,1% jumlah
yang ditimbang; misalnya dengan pemyataan timbang saksama 50 mg, berarti bahwa batas
kesalahan penimbangan tidak lebih dari 0,05 mg . Penimbangan saksama dapat juga
dinyatakan dengan menambahkan angka °dibelakang koma angka terakhir bilangan yang
bersangkutan; misalnya dengan pemyataan timbang 10,0 mg dimaksudkan bahwa
penimbangan harus dengan saksama.
Dengan pemyataan ukur saksama dimaksudkan bahwa pengukuran dilakukan dengan
memakai pipet atau buret yang memenuhi syarat yang tertera pada bobot dan ukuran.
Pengukuran saksama dapat juga dinyatakan dengan perkataan pipet at au dengan
menambahkan angka ° di belakang koma angka terakhir bilangan yang bersangkutan;
misalnya dengan pernyataan pipet 10 mL atau ukur 10,0 mL dimaksudkan bahwa pengukuran
harus dilakukan saksama.
Bobot Tetap Penimbangan dinyatakan sudah mencapai bobot tetap apabila perbedaan
dua kali penimbangan berturut-turut setelah dikeringkan atau dipijarkan selama 1 jam tidak
lebih dari 0,25% atau perbedaan penimbangan seperti tersebut di atas tidak melebihi 0,5 mg
pada penimbangan dengan timbangan analitik.

HAl\1PA UDARA

Hampa udara Kecuali dinyatakan lain, istilah dalam hampa udara dimaksudkan kondisi
tekanan udara kurang dari 20 mmHg.
Apabila dalam monografi disebutkan pengeringan dalam hampa udara di atas pengering,
dapat digunakan desikator vakum atau piston pengering vakum at au alat pengering vakum
lainnya yang sesuai.

PENGUJIAN DAN PENETAPAN KADAR

Alat Spesifikasi dari ukuran tertentu, jenis wadah atau alat dalam pengujian atau
penetapan kadar hanya diberikan sebagai rekomendasi. Apabila disebutkan labu tentukur at au
alat ukur, atau alat timbang dengan ketepatan tertentu, harus digunakan alat tersebut atau alat
lain dengan ketelitian paling sedikit sarna dengan alat tersebut. Apabila disebutkan wadah
kaca dengan aktinik rendah atau tidak tembus cahaya, dapat digunakan wadah bening yang
telah dilapisi bahan yang sesuai atau dibungkus agar kedap cahaya.

xx
Tangas uap Jika dinyatakan penggunaan tangas uap, yang dimaksud adalah tang as
dengan uap panas mengalir. Dapat juga digunakan pemanas lain yang dapat diatur, hingga
suhu sama dengan suhu uap mengalir.
Tangas air Jika dinyatakan penggunaan tangas air, tanpa menyebutkan suhu tertentu
yang dimaksud adalah tangas air yang mendidih kuat.
Prosedur Prosedur penetapan kadar dan pengujian diberikan untuk menetapkan
kesesuaian dengan persyaratan identitas, kadar, mutu, dan kemurnian yang tertera dalam FBI.
Semua bahan resmi yang beredar apabila diuj i menggunakan prosedur yang telah
ditetapkan dalam FBI harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam monografi.
Prosedur lain yang tidak tercantum dalam FBI dapat digunakan asal dapat dibuktikan
memberikan ketelitian dan ketepatan yang paling sedikit sama dengan metode FBI. Apabila
prosedur lain, atau metode altematif memberikan hasil yang berbeda dengan metode FBI,
maka yang dianggap benar adalah hasil yang menggunakan prosedur FBI.
Apabila dalam syarat kadar bahan dalam monografi ada pernyataan "dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan", zat yang bersangkutan tidak perlu dikeringkan terlebih dahulu
sebelum dilakukan penetapan kadar. Penetapan kadar dapat menggunakan zat yang belum
dikeringkan, kemudian hasilnya diperhitungkan terhadap zat yang telah dikeringkan dengan
menggunakan faktor yang diperoleh dari hasil penetapan susut pengeringan, seperti yang
tertera pada monografi yang bersangkutan.
Apabila dalam pengujian disebutkan "menggunakan zal yang sebelumnya lelah
dikeringkan dan tidak mengandung minyak menguap" dan tidak ada penjelasan mengenai cara
pengeringannya, maka digunakan cara seperti yang tertera pada Penetapan Susut Pengeringan
atau Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri. Jika dalam pengujian disebutkan
"menggunakan zat yang sebelumnya telah dikeringkan dan mengandung minyak menguap"
dan tidak ada penjelasan mengenai cara pengeringannya, maka digunakan cara seperti yang
tertera pada Penetapan Kadar Air lv/etode Destilasi.
Pemyataan "Iebih kurang" untuk bobot atau volume zat yang digunakan untuk pengujian
atau penetapan kadar, mempunyai makna dalam batas-batas 10% dari bobot atau volume yang
ditetapkan dan perhitungan hasilnya didasarkan atas bobot atau volume yang benar-benar
digunakan. Toleransi ini juga berlaku untuk ukuran-ukuran yang lain.
Penetapan blangko Apabila diperlukan koreksi terhadap suatu penetapan dengan cara
penetapan blangko, penetapan dilakukan menggunakan pereaksi yang sarna, cara yang sarna
seperti pada larutan atau campuran yang mengandung zat yang ditetapkan.
Pengenceran Apabila dinyatakan suatu larutan diencerkan "secara kuantitatif dan
bertahap", larutan tersebut diukur saksama dan diencerkan dengan air atau pelarut lain dengan
perbandingan tertentu dalam satu atau beberapa langkah.
Pemijaran sampai bobot tetap Kecuali dinyatakan lain pemyataan "Pijarkan sampai
bobot tetap ", dimaksudkan pemUaran harus dilanjutkan pada suhu 800° ± 25° hingga hasil
dua penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram zat yang digunakan;
penimbangan kedua dilakukan setelah dipijarkan lagi selama 15 menit.
Larutan Kecuali dinyatakan lain, larutan untuk pengujian atau penetapan kadar dibuat
dengan "Air" sebagai pelarut.
Air Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan air dalam pengujian dan penetapan
kadar adalah Air yang dimurnikan.

xxi
Setiap peralatan dan metode yang digunakan dalam pengujian dan penetapan kadar harus
divalidasi terlebih dahulu.
Semua alat ukur massa, volume dan suhu yang digunakan untuk pengujian dan
penetapan kadar harus dikalibrasi secara berkala oleh laboratorium yang terakreditasi.
Organoleptik Pernyataan "tidak berbau", ''praktis tidak berbau", "berbau khas lemah"
atau lainnya, ditetapkan dengan pengamatan setelah bahan terkena udara selama 15 men it.
Waktu 15 menit dihitung setelah wadah yang berisi tidak lebih dari 25 g bahan dibuka. Untuk
wadah yang berisi lebih dari 25 g bahan penetapan dilakukan setelah lebih kurang 25 g bahan
dipindahkan ke dalam cawan penguap 100 mL. Bau yang disebutkan hanya bersifat deskriptif
dan tidak dapat dianggap sebagai standar kemurnian dari bahan yang bersangkutan.

PENANDAAN

Penandaan Pada wadah harus diberi label yang berisi sekurang-kurangnya Nama
Indonesia dan Nama Latin simplisia.

SENYA W A IDENTITAS DAN PEMBANDING

Senyawa Identitas Kandungan kimia simplisia yang dapat digunakan untuk identifikasi.
Dalam hal senyawa identitas tidak tersedia, identifikasi simplisia dan sediaannya dapat
menggunakan zat pembanding.
Zat Pembanding Bahan yang sesuai sebagai pembanding dalam pengujian dan
penetapan kadar yang telah disetujui, yang dibuat, ditetapkan dan diedarkan. Jika suatu
pengujian atau penetapan kadar perlu menggunakan monografi dalam FHI sebagai
pembanding maka dapat digunakan suatu bahan yang memenuhi semua persyaratan monografi
FHI.
Daftar senyawa identitas dan pembanding tercantum dalam lampiran.

xxii
MONOGRAFI
AKARWANGI
Vetiveriae Zizanoides Radix

Akar wangi adalah akar serabut dari Vetiveria zizanoides (L.) Nash. ex Small., suku Poaceae
mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 2% . vlb

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa akar serabut berbentuk benang-benang silindris panjang dengan permukaan
bergaris membujur; diameter 1-4 mm; umumnya tidak lurus, diameter cabang 0,5-1 mm, bekas
patahan tidak rata; wama cokelat kekuningan atau cokelat muda; bau khas; tidak berasa.

I
1--1
1c

Simplisia akar wangi

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah sera but sklerenkim, trakea, epidermis terdiri dari 1 lapis sel berbentuk
segi empat, parenkim dengan sel minyak.

I. Serabut sklerenkim 2 . Trakea

1
3. Epidermis 4. Parenkim dengan set minyak

Fragmen serbuk simplisia akar wangi

Senyawa Identitas セM Vetivon


Struktur kimia :

CH 3

セMv・エゥカッョ@

Pota kromatografi
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <61> dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : Toluen P - aseton P (9:3)
Fase diam : Silika gel 60 F 254
Larutan uji : 10% dalam etanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti tertera pada
Kromatografi <61 >
Larutan pembanding : Eugenol 1% dalam toluen P
Volume penotolan : Totolkan 30 )..lL Larutan uji dan 20 )..lL Larutan pembanding
Deteksi : Anisaldehid-asam sulfat LP, panaskan lempeng pada suhu 100° selama 5 -
10 meni t dan UV 366

2
Keterangan :
S : Simplisia akar wangi
P : Pembanding engmol
Rj pembanding eugenol 0,73
Rx 1. 0,21
Rx 2.0,34
Rx 3.0,44
Rx 4.0,50
Rx 5.0,72
Rx 6.0,80
Rx 7.0,91
Rx 8. 1,05
Rx 9. 1,26

S P

Susut pengeringan < 111 > Tidak lebih dari 4%

Abu total < 81 > Tidak lebih dari 5,0%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,0%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 6,0%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 7,0%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 2% v/b
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71 >

EKSTRAK KENTAL AKAR WANGI


Vetiveriae Zizanioides Radix Extractum Spissum

Ekstrak kental akar wangi adalah ekstrak yang dibuat dari akar Vetiveria zizanioides (L.) Nash ex
Small, suku Poaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 10%. v/b

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 6,79%
Gunakan etanol P sebagai pelarut

3
Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; wama eokelat tua; bau khas aromatis; rasa pahit, pedas, tebal di lidah.

Senyawa Identitas セM Vetivon


Struktur kimia :
o

CH 3
セMv・エゥカッョ@

Kadar air <83> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 1,8%

Abu tidak tarut as am <82> Tidak lebih dari 0,5%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 10% v/b
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71 >

DAUN ALPUKAT
Perseae Americanae Folium

Daun alpukat adalah daun Persea americana Mill. , suku Lauraeeae, mengandung flavonoid total
tidak kurang dari 0,09% dihitung sebagai kuersetin

Identitas Simplisia
Pemerian Daun tunggal bentuk jorong sampai bulat telur memanjang, panjang helai daun 10 - 20
em , lebar 3 - 10 em, pangkal dan ujung daun meruneing, pinggir daun rata, kadang-kadang agak
menggulung ke atas, wama hijau hingga keeokelatan atau eokelat keunguan, bertulang menyirip,
panjang tangkai daun 1,5 - 5 em; tidak berbau; rasa pahit dan kelat.

4
Simplisia daun alpukat

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah epidermis atas dan tulang daun, epidermis bawah dengan stomata, rambut
penutup dan idioblast kristal, epidermis, mesofil dan kelenjar minyak, dan mesofil, sel minyak dan
berkas pengangkut.

I. Epidermis atas dan tulang daun 2. Epidermis bawah dengan stomata

3. Rambut penutup dan idioblast kristal 4. Epidermis, mesofil dan kelenjar


minyak

5
5. Mesofil, sel minyak dan berkas pengangkut

Fragmen serbuk daun alpukat.

Senyawa Identitas : Kuersetin


Struktur kimia :
OH

OH

HO

OH

OH 0

Kuersetin

Pola kromatografi
Lakukan kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : Kloroform P-metanol P-air (80: 12:2)
Fase diam : Silika gel F254
Larutan uji : 5% dalam etanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatograji <61 >
Larutan pembanding : Kuersetin 0,1% dalam etanol P
Volume penotolan : Totolkan 10 ilL Larutan uji dan 5 ilL Larutan pembanding
Deteksi : Alumunium klorida LP dan UV 366

6
Keterangan:
S: Simplisia daun alpukat
P: Pembanding kuersetin
RJ pembanding kuersetin 0,35
RJ 1. 0,10
RJ 2.0,20
RJ 3.0,35
RJ 4. 0,55
RJ 5. 0,65
RJ 6. 0,80

S P
Susut pengeringan < Ill> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 4,2%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,1 %

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 20,2%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 18,9%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 0,09% dihitung sebagai kuersetin
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151 > Metode 1

EKSTRAK KENTAL DAUN ALPUKAT


Perseae Americanae Folii Extractum Spissum

Ekstrak kental daun alpukat adalah ekstrak yang dibuat dari daun Persea americana Mill. , suku
Lauraceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 1,29% dihitung sebagai kuersetin.

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 28,02%
Gunakan etanol P sebagai pelarut

7
Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; warna cokelat kehitaman; bau khas; rasa pahit dan kelat.

Senyawa Identitas Kuersetin


Struktur kimia :
OH

OH

HO

OH

OH 0
Kuersetin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 14%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 5,0%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,0%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 1,29% dihitung sebagai kuersetin
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penelapan Kadar Flavonoid Total < 151 > Metode I

BUAH CABE MERAH


Capsici Annui Fructus

Buah cabe adalah buah masak Capsicum annuum L. , suku Solanaceae, mengandung kapsaisin tidak
kurang dari 0,06%.

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa potongan memanjang kisut, wama merah cokelat kehitaman, panjang 3,5-10 cm,
1ebar 0,5-2 cm; permukaan luar licin mengkilap; kulit buah liat, tebal lebih kurang 1 mm. Jika
dibelah terlihat banyak biji, berbentuk bulat atau segitiga pipih, garis tengah lebih kurang 2 mm,
wama kuning muda sampai kuning jingga kecokelatan; bau khas; rasa pedas.

8
2cm
Simplisia buah cabe

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah hipodermis meJintang, berkas pengangkut dan set endokarp berdinding
tebal.

I. Hipodermis melintang 2. Berkas pengangkut

3. Sel endokarp berdinding tebal

Fragmen serbuk simpJisia buah cabe

9
Senyawa Identitas Kapsaisin
Struktur kimia :
o

Kapsaisin

Pola kromatografi
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pad a Kromatografi <61> dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : Toluen P-etil aselat P (l : 1)
Fase diam : Silika gel 60 F 254
Larutan uji : 2% dalam etanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti tertera pada
Kromatografi <61 >
Lamtan pembanding : Kapsaisin 0,02% dalam etanol P
Volume penotolan : Totolkan 10 ).lL Larutan uji dan 20 セャl@ Larutan pembanding
Deteksi Asam sulfat 5% dalam etanol LP

Keterangan:
S : Simplisia buah cabe
P : Pembanding kapsaisin
Rj pembanding kapsaisin pada 0,46
Rj l.O,15
Rj2.0,28
Rj 3.0,31
Rj 4.0,46
Rj 5.0,53
Rj6.0,74
Rj7.0,91
Rj 8.0,96

s P

Susut pengeringan < 111> Tidak lebih dari 10%

Abu total < 81 > Tidak lebih dari 9,0%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,1%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 7,2%

10
Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 13,8%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar kapsaisin Tidak kurang dari 0,06%
Lakukan penetapan kadar dengan cam Kramatagrqfi cair ldne7ja tinggi sepelti yang tertera pada
Kramatagrqfi <61>
Fase gerak Metanal P- asam asetat P 5% (6 : 4) dengan isokratik.
Larntan pembanding Timbang saksama lebih kurang 50 mg kapsaisin masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL tambahkan metana I P sampai tanda. Pipet 2 mL larutan masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan metanal P sampai tanda.
Larntan uji Timbang saksama lebih kurang 2000 mg serbuk, buat larutan uji sesuai dengan
Pembuatan Larntan Uji Simplisia <321 > gunakan pelarut metana I P, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan metanal P sampai tanda.
Sistem kramatagrafi Lakukan seperti yang tertera pada Kramatagrafi < 61>. Kramatagraf cair
kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor UV 280 , kolom ODS C 18; 4,6 mm x 25 cm. Laju alir lebih
kurang I mLimenit.
Prasedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (Iebih kurang 20 jlL) Larutan uji dan
Larntan pembanding ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur respon puncak yang waktu
retensinya sama dengan pembanding. Hitung persentase kapsaisin dalam serbuk dengan rurnus:

Lu Cp x
=-x....;..-- 100,*
I... W

Lv = Luas area puncak Larutan uji


Lp = Luas area puncak Larutan pembanding
Cp = Kadar Larutan pembanding
V = Volume Larutan uji (dalam mL)
W= Bobot serbuk (dalam gram)

EKSTRAK KENTAL BUAH CABE MERAH


Capsici Annui Fructus Extractum Spissum

Ekstrak kental buah cabe merah adalah ekstrak yang dibuat dari buah Capsicum annuum L. , suku
Solanaceae, mengandung kapsaisin tidak kurang dari 0,29% .

Pembuatan Ekstrak <3 I I>


Rendemen Tidak kurang dari 16,8%
Gunakan etanal P sebagai pelarut

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental ; warna merah; bau khas; rasa pedas.
Senyawa Identitas Kapsaisin

11
Struktur kimia :

Kapsaisin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 21 %

Abu total <81 > Tidak lebih dari 3,4%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,5%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar kapsaisin Tidak kurang dari 0,29%
Lakukan penetapan kadar dengan eara Kromatografi cair Idnerja tinggi seperti yang tertera pada
Kromatografi <61>
Fase gerak Metanol P- asam asetat P 5% (6 : 4) dengan isokratik.
Larutan pembanding Timbang saksa rna lebih kurang 50 mg kapsaisin masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL tambahkan metanol P sampai tanda. Pipet 2 mL larutan masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan metanol P sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 400 mg ekstrak, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
mL, tambahkan metanol P sampai tanda.
Sistem /a-omatografi Lakukan seperti yang tertera pada Kromatografi < 61 > . Kromatograf cair
kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor UV 280, kolom ODS C 18; 4,6 mm x 25 em. Laju alir lebih
kurang 1 mLimenit.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sarna (lebih kurang 20 flL) Larutan uji dan
Larutan p embanding ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur respon puncak yang waktu
retensinya sarna dengan pembanding. Hitung persentase kapsaisin dalam ekstrak dengan rumus:

LII C p X
·-
Lp x W
100%

Lu = Luas area puncak Larutan uji


Lp = Luas area puncak Larutan pembanding
Cp = Kadar Larutan p embanding
V = Volume Larutan uji (dalam mL)
W = Bobot ekstrak (dalam gram)

HERBA CEPLUKAN
Physalis Minimae Herbae

Herba ceplukan adalah seluruh bagian tanaman Physalis minima L. , suku Solanaceae, mengandung
flavonoid total tidak kurang dari 0,86 % dihitung sebagai kuersetin

12
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa herba, heJaian daun wama cokelat kehitaman, rapuh, berkerut; batang cokeJat
kekuningan, tidak rata, bentuk tidak beraturan, bersudut; kelopak yang mendukung buah tip is,
bentuk seperti lonceng yang tidak beraturan, buah sejati berkerut, biji banyak. Tidak berbau, rasa
pahit.

Simplisia herba ceplukan

Mikroskopik
Fragmen pengenaJ adalah berkas pengangkut, rambut penutup, berkas pengangkut dengan rambut
kelenjar dan berkas pengangkut batang.

I. Berkas pengangkut 2. Rambut penutup

13
3. Berkas pengangkut dengan 4. Berkas pengangkut batang
rambut kelenjar

Fragmen serbuk simplisia herba ceplukan

Senyawa Identitas Fisalin A


Struktur kimia :

Fisalin A

Pola kromatografi
Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61> dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Toluen P-aseton P-asam asetat P (10: 10:1,5)
Fase diam Silika gel 60 F254
Larutan uji 10% dalam etanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti tertera pada
Kromatografi <61>
Larutan pembanding Kuersetin 0,5% dalam etanol P
Volume penotolan Totolkan 20 !J,L Larutan lセェゥ@ dan 1 !J,L Larutan pembanding
Deteksi Sitroborat LP, panaskan lempeng pada suhu 100° selama 5- 10 men it dan
UV 366

14
Keterangan :
S : Simplisia herba ceplukan
P : Pembanding kuersetin
RJ pembanding kuersetin 0,65
Rf 1.0,65
Rf2.0,70
Rf 3.0,85
Rf4.0,90

S P
Susut pengeringan < 111> Tidak lebih dari 10%

Abu total < 81> Tidak lebih dari 14,0%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 2,4%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 8,1%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 2,8%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar flavonoid total tidak kurang dari 0,86% dihitung sebagai kuersetin
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151 > Metode 2.
Gunakan kuersetin sebagai pembanding dan ukur pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 425 nm.

EKSTRAK KENTAL HERB A CEPLUKAN


Physalis Minimae Herbae Extractum Spissum

Ekstrak kental herba ceplukan adalah ekstrak yang dibuat dari herba Physalis minima L., suku
Solanaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 3,54 % dihitung sebagai kuersetin

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 9,6%
Gunakan elanol 70% LP sebagai pelarut.

15
Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; eokelat gelap; berbau tidak khas; rasa pahit.

Senyawa Identitas Fisalin A


Struktur kimia :

セ@ ""OH

Fisalin A

Kadar air <83 > Tidak lebih dari 11,7%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 12,2%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,7%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 3,54 % dihitung sebagai kuersetin
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151 > Metode 2.
Gunakan kuersetin sebagai pembanding dan ukur pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 425 nm.

KULIT BUAH DELIMA


Punicae Graniti Pericarpium

Kulit buah delima adalah kulit buah Punica granatum L., suku Punieaeeae, mengandung fenol total
tidak kurang dari 9,3 0% dihitung sebagai as am galat.

Identitas Simplisia
Pemerian Bentuk berupa potongan, seperempat bola atau setengah bola dengan garis tengah 3-5
em, tebal 3-5 mm, warna eokelat, tidak berbau, rasa agak pahit, sangat kelat. Pada bagian ujung
terdapat sisa dasar bunga berbentuk tabung, tinggi lebih kurang 1 em, lebar lebih kurang 1,5 em.
Permukaan dalam tabung berwarna eokelat tua, dalam tabung terdapat banyak sisa tangkai sari, di
dasar tabung terdapat sisa tangkai putik berbentuk silindris. Permukaan luar kulit buah agak kasar,
agak mengkilat, warna keeokelatan atau eokelat kemerahan sampai eokelat kehitaman, kadang-
kadang  terdapat  bereak­bereak  yang  agak  menonjol  berwarna  kehitaman.  Perrnukaan  dalam  kulit 
buah  liein  dan  berwarna  kuning  sampai  kuning  keeokelatan.  Terdapat  sisa  sekat  buah  dan  sisa 
tembuni  terutama  pada  bagian  ujung.  Permukaan  dalam  di  antara  sekat  buah  berbentuk  persegi 
empat  sampai  segi  enam  dengan  batas­batas jelas.  Di  dalam  sekat  tersebut  kadang­kadang  masih 

16 
terdapat biji. Biji berbentuk bulat panjang yang berusuk agak pipih. Bekas patahan kulit buah tidak
rata berbutir-butir, warna kuning sampai kecokelatan.

lem

Simplisia kulit buah delima

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah jaringan gabus dan kumpulan sel batu.

I. Jaringan gabus 2. Kumpulan sel batu

Fragmen serbuk simplisia kulit buah delima

Senyawa identitas Punikalin


Struktur kimia:

17
OH

HO

HO

HO
OH
HO

OH

HO

OH
Punikalin

Pola kromatografi
Lakukan kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : Toluen P-aseton P-asamformat P (6:6:1)
Fase diam : Silika gel 60 F 254
Larutan uji : 5% dalam elil asetat P
Larutan pembanding : Asam galat 0,1% dalam air
Volume penotolan : Totolkan 20 ilL Larutan uji dan 5 ilL Larutan pembanding
Deteksi Besi(lll) klorida 1% LP

Keterangan:
S : Simplisia kulit buah delima
P : Pembanding asam galat
Rf pembanding asam galat 0,58
Rf 1. 0,10-0,40
Rf 2.0,58
2

s p

18
Susut pengeringan <111 > Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 7,0%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 2,0%

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 37,0%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 16,0%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar fenol total tidak kurang dari 9,30% dihitung sebagai asam galat
Lakukan penetapan kadar dengan metode Folin - Ciocalteau
Larutan pembanding Timbang saksama 20 mg asam gal at, masukkan ke dalam labu tentukur 20-
mL, larutkan dengan 10 ml metanol P, tambahkan metanol P sampai tanda. Pipet masing-masing
0,1 ; 0,8; 0,6; 0,4; 0,2 dan 0,1 ml , masukkan masing-masing ke dalam labu tentukur 5-mL,
tambahkan metanol P sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama 20 g serbuk kulit delima dan buat ekstrak serbuk sesuai pembuatan
ekstrak < 311 >, larutkan ekstrak yang diperoleh dalam metanol P dengan kadar 0,1%. Pipet 0,5 ml
larutan ekstrak ke dalam labu tentukur 5-mL, tambahkan dengan 2,5 ml larutan reagen Folin-
Ciocalteu: air (1 :20) dan tambahkan larutan natrium karbonat P 7,5% dalam air suling sampai
tanda.
Larutan blangko Pipet 0,5 ml metanol P ke dalam labu tentukur 5-mL, tambahkan dengan 2,5 ml
larutan reagen Folin-Ciocalteu : air (1 :20) dan tambahkan larutan natrium karbonat P 7,5% dalam
air suling sampai tanda.
Pengukuran Panaskan Larutan pembanding, Larutan uji dan Larutan blangko dalam tangas air
suhu 45° selama 15 menit. Biarkan hingga suhu ruang, Ukur serapan masing-masing Larutan
pembanding, Larutan uji dan Larutan blangko secara Spektrofotometri pada panjang gelombang
765 nm . Buat kurva baku yang menggambarkan hubungan an tara serapan Larutan pembanding dan
kadar as am galat. Hitung kadar flavonoid total sebagai asam galat dengan menggunakan kurva baku
atau persamaan regresi. Dapat juga menggunakan perbandingan serapan Larutan pembanding
dengan Larutan uji yang nilainya mendekati dengan rumus :

= Mセ ク@ ャセ oN・@

Au = Serapan Lanltan uji


Ap = Serapan Larutan pembanding
As = Serapan Larutan blangko
C p = Kadar Larutan pembanding
V = Volume Lanltan uji sebelum pengenceran (dalam mL)
W = Bobot serbuk (dalam gram)
f = Faktor pengenceran Lanilan uji

19
BUAH KAPULAGA
Amomi Compacti Fructus

Buah kapulaga adalah buah Amomum compactum Soland. ex Maton., suku Zingiberaeeae,
mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,6% vlb.

Identitas Simplisia
Pemerian Buah sejati, buah kotak, bentuk hampir bulat, menggembung atau agak keriput, warna
keeokelatan atau kuning muda keeokelatan, bau khas aromatik, rasa agak pedas, panjang 1-1 ,8 em,
lebar sampai lebih kurang 1,5 em; pada permukaan terdapat 3 alur membujur yang membagi buah
menjadi 3 bagian; permukaan luar liein atau bergaris-garis membujur; buah beruang 3, dipisahkan
satu dengan yang lainnya oleh sekat, dalam ruang terdapat 2 deret biji yang saling berlekatan dan
menempel pada plasenta sumbu buah. Biji berwama eokelat kemerahan; panjang 3-5 mm, lebar 2-
3,S mm ; bentuk tidak beraturan, bersudut-sudut, permukaan biji berkerut-kerut.

セ@
J em

Simplisia buah kapulaga

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah sel-sel endokarp, jaringan epidermis luar, jaringan epikarp, dan perisperm
dengan kelenjar minyak.

I. Sel-sel endokarp 2. Jaringan epidermis luar

20
3. Jaringan epikarp 4. Perisperm dengan kelenjar minyak

Fragmen serbuk buah kapulaga

Senyawa Identitas Sineol


Struktur kimia :

Sineol

Pola kromatografi
Lakukan kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <61> dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak toluen P-aseton P (9 : 3)
Fase diam Silika gel 60 F254
Larutan uji 10% dalam etanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pad a
Kromatografi <61 >
Larutan pembanding Eugenol, 10% dalam etanol P
Volume penotolan : Totolkan masing-masing 20 IlL Larutan uji dan Lant/an pembanding pada
pelat
Deteksi Anisaldehid-asam sulfat LP, panaskan lempeng pad a suhu 100° selama 5 -
10 menit dan UV 366

21
Keterangan:
S: Simplisia buah kapulaga
P: Pembanding eugenol
Rj pembanding eugenol 0,76
Rj 1. 0,06
Rj 2.0,59
Rj 3. 0,68
Rj4.0,76
Rj5.0,81
Rj6.0,86
Rj7.0,94
Rj 8.0,98

S P

Susut pengeringan <111> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 12,3%

Abu tidak larut asarn <82> Tidak lebih dari 2,3%

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 10,7%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 2,7%

Kandungan }(jrnia Sirnplisia


Kadar rninyak atsiri Tidak kurang dari 1,6% vlb
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71>

EKSTRAK KENTAL BUAH KAPULAGA


Amomi Compacti Fructus Extractum Spissum

Ekstrak kental buah kapulaga adalah ekstrak yang dibuat dari buah Amomum compactum Soland. ex
Maton., suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 5%. vlb

Pernbuatan Ekstrak <311 >


Rendernen Tidak kurang dari 6,6%
Gunakan etanol P sebagai pelarut

22
Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; wama cokelat tua; bau khas; rasa agak pahit.

Senyawa Identitas Sineol


Struktur kimia :

Kadar air <83> Tidak lebih dari 27,3%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 6,0%

Abu tidak tarut asam <82> Tidak lebih dari 3,7%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 5% v/b
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71 >

Kulit Kayu Rapat


Parameriae Barbatae Cortex

Kulit kayu rapat adalah kulit batang dan kulit cabang Parameria barbata K. Schum., suku
Apocynaceae, mengandung tanin tidak kurang dari 0,7%.

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa potongan kulit berbentuk gelondong atau pipa, menggulung datar atau
melengkung, ringan, tidak padat, panjang 5-20 cm, tebal 2-7 mm. Permukaan luar kasar dan tidak
beraturan berwama cokelat sampai cokelat kelabu, lapisan periderm sering mengelupas. Permukaan
dalam berwama cokelat dengan garis-garis membujur. Pada kulit sering masih melekat jaringan
kayu berwarna putih kekuningan atau putih kecokelatan. Bekas patahan tidak rata dan tiap patahan
masih dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh getah yang menyerupai benang. Bau khas, rasa
kelat dan agak pahit, wama cokelat.

23
I---l
Icm

Simplisia kulit batang kayu rapat

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah jaringan parenkim, sklerenkim, peridenn, amilum, kristal kalsium oksalat
bentuk prisma dan sel batu.

I. Parenkim 2. Sklerenkim

. • , .I'
Nセ@

!
. '.
I

, .. •
.. . i
•" iエセ
\ .
. ' I.e
3.Periderm
• 4. Amilum

24
5. Kristal kalsium oksalat bentuk 6.Sel batu
prisma

Fragmen serbuk simplisia kayu rapat

Senyawa Identitas Katekin


Struktur kimia :

LO"
HO o
.",'\\\U
OH

OH

Katekin

Pola kromatografi
Lakukan kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : n-Butano/-asam asetat-air (4: 1:5 , fase atas)
Fase diam : SiJika gel 60 F 254
Larutan uji : 10% dalam Etano/ p, gunakan Larutan uji KLT sepeJii tertera pada
Kromatograji <61 >
Lanttan pembanding : Katekin 0,05% dalam Etanol P
Volume penotolan Totolkan 40 /-LL Larutan uji dan 5 /-LL Larutan pembanding
Deteksi : Besi(/ll)klorida LP

25
Keterangan:
S : Simplisia kayu rapat
P : Pembanding katekin
Rj Pembanding katekin 0,90
R.r 1. 0,10
5 Rj 2. 0,30
Rj 3. 0,55
Rj 4.0,75
4
Rj 5. 0,90

Susut pengeringan < 111> Tidak lebih dari 9,7 %

Abu total <81 > Tidak lebih dari 14,6 %

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 2,5 %

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 9,5%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 4,4 %

Kandungan Kimia SimpJisia


Kadar tanin tidak kurang dari 0,7%
Refluks 2 g (W) serbuk kulit kayu rapat dengan 100 mL air selama 30 menit, dinginkan dan
pindahkan ke dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan air sampai tanda, saring dengan kertas
saring. Buang 50 mL filtrat pertama. Pipet 50 mL filtrat ke dalam cawan porselen yang telah ditara,
keringkan di atas tangas air hingga bobot tetap (Tl).
Tambahkan 6 g serbuk kulit sapi ke dalam 80 mL fiitrat, kocok selama 60 menit dan saring. Pipet
50 mL filtrat ke dalam cawan porselen yang telah ditara, keringkan di atas tangas air hingga bobot
tetap (T2).
Masukkan 6 g serbuk kulit sapi ke dalam 80 mL air, kocok, saring. Pipet 50 mL filtrat ke dalam
cawan porselen yang telah ditara, keringkan di atas tangas air hingga bobot tetap (T3). Hitung kadar
tanin dalam % bib dalam zat, dengan rumus :

U1 - (T2 - 13) SOO}


= w

26
EKSTRAK KENTAL KULIT KA YU RAP AT
Parameriae Barbatae Cortecis Extractum Spissum

Ekstrak kental kulit kayu rapat adalah ekstrak yang dibuat dari kulit Parameria barbata K. Schum.,
suku Apocynaceae, mengandung tanin tidak kurang dari 5%.

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 11,2%
Gunakan etanol P sebagai pelarut

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; cokelat tua; bau khas; rasa kelat.
Senyawa Identitas Katekin
Struktur kimia :

セッ^@
HO o
-" ,\ 'V
OH

OH

(+)-Katekin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 13,2%

Abu total <81> Tidak lebih dari 0,9%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,4%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar tanin tidak kurang dari 5,0%
Refluks 0,2 g (W) ekstrak kulit kayu rapat dengan 100 mL air selama 30 menit, dinginkan dan
pindahkan ke dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan air sampai tanda, saring dengan kertas
saring. Buang 50 mL filtrat pertama. Pipet 50 mL filtrat ke dalam cawan porselen yang telah ditara,
keringkan di atas tangas air hingga bobot tetap (Tl).
Tambahkan 6 g serbuk kulit sapi ke dalam 80 mL filtrat, kocok selama 60 menit dan saring. Pipet
50 mL filtrat ke dalam cawan porselen yang telah ditara, keringkan di atas tangas air hingga bobot
tetap (T2).

27
Masukkan 6 g serbuk kulit sapi ke dalam 80 mL air, koeok, saring. Pipet 50 mL filtrat ke dalam
eawan porselen yang telah ditara, keringkan di atas tangas air hingga bobot tetap (T3). Hitung kadar
tanin dalam % bib dalam zat, dengan rumus :

, S{)O)

DAUN KEJIBELING
Sericocalycis crispi Folium

Daun kejibeling adalah daun Sericocalyx crispus (L.) Bremek, suku Aeanthaeeae, mengandung
flavonoid total tidak kurang dari 0,36% dihitung sebagai kuersetin.

Identitas SimpJisia
Pemerian Berupa helaian daun berbentuk jorong sampai bulat memanjang; ujung daun dan pangkal
daun meruneing; tepi daun bergerigi; panjang helaian daun 9-18 em, lebar 3-8 em; permukaan atas
sangat kasar, berwarna hijau tua sampai hitam kelabu; permukaan bawah kasar dan berwama lebih
pueat dari permukaan atas; bau lemah; rasa agak kelat dan agak pahit.

Simplisia daun kejibeling

28
Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah sistolit, rambllt penlltllp, epidermis bawah dengan litosis dan berkas
pengangkut.

1.SistoJit 2. Rambut penutllp

3. Epidermis bawah dengan sel 4. Berkas pengangkllt


litosis

Fragmen serbllk simplisia dalln kejibeling

Senyawa Identitas Verbaskosid


Struktllr kimia :

HO OH
HO o
OH
HO o

o OH

OH

HO OH

Verbaskosid

Pola kromatografi
Lakllkan Kromatograji lapis t ipis seperti yang tertera pada Kromatografi <61 > dengan parameter
sebagai berikllt :
Fase gerak eli! asetal P - asam format P - air (8: 1: 1)
Fase diam Silika gel 60 F254

29
Lamtan uji 2% dalam etanol P, gunakan Larutan セャェゥ@ KLT seperti yang tertera pada
Kromatograji <61 >
Lamtan pembanding Rutin 0,2% dalam etanol P
Volume penotolan Totolkan 50 セl@ Larutan セャェゥ@ dan 1 !J.L Larutan pembanding
Deteksi Sitroborat LP, panaskan lempeng pad a suhu 100° selama 5 - 10  menit dan 
UV 366 

Keterangan : 
S : Simplisia daun kejibeling 
P : Pembanding mtin 
Rj  pembanding rutin  0,26 
Rx 1.  0,75 
Rx 2.1,17 
Rx 3.1,62
Rx 4.1,88
Rx 5.3,75

S  P 

Susut pengeringan < 111 >  Tidak lebih dari  9%  

Abu total <81 >  Tidal<  lebih dari  21,7%  

Abu tidak larut asam <82>  Tidak lebih dari  0,3%  

Sari larut air <91 >  Tidak kurang dari  5,1%  

Sari larut etanol <92>  Tidak kurang dari  13,2%  

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar flavonoid total Tidak  kurang dari  0,36%  dihitung sebagai  kuersetin 
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan  Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151 >  Metode 2
Gunakan  kuersetin  sebagai  pembanding  dan  ukur  pada  panjang  gelombang  serapan  maksimum 
lebih kurang  425  nm . 

30 
EKSTRAK KENTAL DAUN KEJIBELING
Strobilanthes Crispus Folii Extractum Spissum

Ekstrak kental daun kejibeling adalah ekstrak yang dibuat dari daun Strobilanthes crispus (L.) B1.,
suku Acanthaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 2,03% dihitung sebagai kuersetin .

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 15,3%
Gunakan etanol P sebagai pelarut

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; warna hijau kehitaman; bau tidak khas; rasa tidak khas

Senyawa Identitas Verbaskosid


Struktur kimia :
HO OH
HO o
OH
HO o

OH

OH

HO OH

Verbaskosid

Kadar air <83 > Tidak lebih dari 30%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 5,8%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 4,7%

Kanduugan Kimia Ekstrak


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 2,03% dihitung sebagai kuersetin
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151 > j\1etode 2
Gunakan kuersetin sebagai pembanding dan ukur pada panjang ァ・ャッュセ。ョ@ serapan maksimum
lebih kurang 425 nm.

31
AKAR KELEMBAK
Rhei Officinalis Radix

Akar kelembak adalah akar Rheum ojJicinale Baillon, suku Polygonaceae, mengandung 1,8-
dihidroksiantrakuinon tidak kurang dari 0,7%.

Identitas Simplisia
Pemerian Potongan padat, keras, bentuk hampir silindris, serupa kerucut atau bentuk kubus yang
melekuk, pipih atau tidak beraturan; kadang berongga; panjang 5-15 cm, lebar 3-10 cm; permukaan
yang terkelupas agak bersudut-sudut, umumnya diliputi serbuk berwarna hilling kecokelatan
terang, bagian dalam berwarna kuning putih keabuan dengan garis-garis cokelat kemerahan; bau
khas; rasa agak pahit, agak kelat.

Simplisia akar kelembak

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah periderm, kristal kalsium oksalat bentuk roset, amilurn dan berkas
pengangkut dengan penebalan tangga.

I. Periderm 2. Kristal kalsium oksalat bentuk


roset

32
3. Amilum 4. Berkas pengangkut dengan
penebalan tangga

Fragmen serbuk simplisia akar kelembak

Senyawa Identitas 1,8-dihidroksiantrakuinon


Struktur kimia :

OH o OH

o
1,8-dihidroksiantrakuinon

Pola kromatografi
Lakukan Kromatograji lapis tipis sepelti yang tertera pad a Kromatograji <61> dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak n-Heksan P-k!oroJorm P-etil asetat P (20 : 1: 1)
Fase diam Silika gel 60 F 254
Lanltan uji 5% dalam metano! P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatograji <61 >
Larutan pembanding 1,8-dihidroksiantrakuinon 0,1 % dalam metano! P
Volume penotolan Totolkan 50 )..lL Larutan uji dan 5 IJ.L Larutan pembanding
Deteksi Kalium hidroksida etano! LP

33
Keterangan :
8 S : Simplisia akar kelembak
P : Pembanding I,8-dihidroksiantrakuinon
7
Rj pembanding 1,8-dihidroksiantrakuinon 0,60
Rj 1. 0,10
Rj2.0,20
Rj3.0,30
6 Rj 4.0,40
Rj5.0,45
Rj6.0,60
5 Rj7.0,85
4
Rj8.0,95
3

S P

Susut pengeringan < III > Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 11,6%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,5%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 17,1%

Sari tarut etanol <92> Tidak kurang dari 13,7%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar 1,8-dihidroksiantrakuinon tidak kurang dari 0,7%
Lakukan penetapan kadar dengan cara Kromatograji lapis tipis-densitometri seperti yang tertera
pada Kromatograji <61 >
Fase gerak n-Heksan P -kloroform P - eti! asetat P (20 : 1 : 1)
Larutan pembanding 1,8-dihidroksiantrakuinon 0,1% dalam metanol P, buat enceran hingga
dipero1eh serapan yang mendekati serapan Larutan uji.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg serbuk, buat Larutan uji sesuai dengan
Pembuatan Larutan Uji Simplisia <321> gunakan pelarut metanol P , dalam labu tentukur 50-mL.
Pengukuran Totolkan 20 )..tL Larutan uji dan 2 )..tL enceran Larutan pembanding pada lempeng
silika gel 60 F 254 , eluasi dengan fase gerak, ukur pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 445 nm. Hitung persentase 1,8-dihidroksiantrakuinon dalam serbuk dengan rumus :

Au = Serapan Larutan uji


Ap = Serapan Larutan pembanding

34
Cp = Kadar Larutan pembanding
V = Volume Larutan uji (dalam mL)
W = Bobot serbuk (dalam gram)

EKSTRAK KENT AL AKAR KELEMBAK


Rhei Officinale Radici Extractum Spissum

Ekstrak kental akar kelembak adalah ekstrak yang dibuat dari akar Rheum afficinale Baillon, suku
Polygonaceae, mengandung 1,8-dihidroksiantrakuinon tidak kurang dari 3,6%

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 32,8%
Gunakan etanal P sebagai pelarut

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; wama cokelat tua; bau khas aromatik; rasa agak pahit dan kelat.

Senyawa Identitas 1,8-dihidroksiantrakuinon


Struktur kimia :
OH o OH

o
1,8-dihidroksiantrakuinon

Kadar air <83> Tidak lebih dari 13%

Abu total <81> Tidak lebih dari 2,3%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,2%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar 1,8-dihidroksiantrakuinon tidak kurang dari 3,26%
Lakukan penetapan kadar dengan cara Kramatagraji lapis tipis-densitametri seperti yang tertera
pada Kramatagraji <61>
Fase gerak n-Heksan P -klarafarm P - etil asetat P (20 : 1 : 1)
Larutan pembanding Timbang saksama lebih kurang 100 mg 1,8-dihidroksiantrakuinon, masukkan
ke dalam labu tentukur 100-mL tambahkan metanal P sampai tanda. Buat enceran hingga diperoleh
serapan yang mendekati serapan Larutan エセェゥN@
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 150 mg ekstrak, larutkan dalam 5 mL metanal P di
dalam tabung reaksi. Masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL tambahkan metanal P sampai tanda.
Saring, buang 5 mL filtrat pertama. Pipet 25 mL ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan metanal
P sampai tanda.

35
Pengukuran Totolkan masing-masing 1 ilL Larutan uji dan eneeran Larutan pembanding pada
lempeng silika gel 60 F 254 , eluasi dengan fase gerak, ukur pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 445 nm. Hitung persentase 1,8-dihidroksiantrakuinon dalam ekstrak
dengan rumus :

Au
CfI xAfj x V
= W x 100%

Au = Serapan Larutan uji


Ap = Serapan Larutan pembanding
Cp = Kadar Larutan pembanding
V = Volume Larutan uji sebelum pengenceran (dalam mL)
W = Bobot serb uk (dalam gram)

DAUNKEPEL
Stelechocarpus Buraholae Folium

Daun kepel adalah daun Stelechocarpus burahol (BI.) Hoole f. & Th., suku Annonaeeae,
mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,44% dihitung sebagai kuersetin

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa helaian daun tunggal, keras, tebal dan kaku, kedua permukaan mengkilat, warna
hijau keeokelatan, berbentuk lonjong atau bulat memanjang, runeing pada bag ian ujungnya, bertepi
rata, panjang 8-20 lebar 4-6 em bawah menonjol.

Simplisia daun kepeJ

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan stomata, epidermis atas dengan stomata,
parenkim dengan saluran hars, sklerida, parenkim dengan sklerenkim dan serabut sklerenkim

36
I. Epidermis bawah dengan stomata 2. Epidermis atas dengan stomata

3. Parenkim dengan saluran hars 4. Sklereida

5. Parenkim dengan sklerenkima 6. Serabut sk lerenkim

Fragmen serb uk simplisia daun kepel

Senyawa identitas 7, 3', 4' -trihidroksi, 5-metoksi flavonol


Struktur kimia :
OH

OH

HO

OH

7,3 ', 4'-trihidroksi, 5-metoksi flavonol

Pola kromatografi
Lakukan kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromalograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : Eti! aselal P - asam format P - air (8: 1: 1)
Fase diam : Silika gel 60 F 254
Larutan uji : 1% dalam elanol P, 20 !J.L
Larutan pembanding : Rutin 0,2% dalam elanoL P

37
Volume penotolan : Totolkan 30 ilL Larutan uji dan 1 ilL Larutan pembanding
Deteksi : Sitroborat LP, panaskan lempeng pada suhu 100° selama 5 - 10 menit dan
UV 366

Keterangan :
S : Simplisia daun kepel
P : Pembanding rutin
Rf pembanding rutin 0,26
Rx 1. 0,94
Rx 2. 1,23
Rx 3. 1,64
Rx 4.2 ,76
Rx 5.3,11
Rx 6.3 ,70

S P

Susut pengeringan < Ill > Tidak lebih dari 9%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 11,3 %

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0, 1%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 2,2%

Sari larut etano I <92> Tidak kurang dari 11 ,2%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 0,44% dihitung sebagai kuersetin
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total <151 > Metode 2
Gunakan kuersetin sebagai pembanding dan ukur pada panjang ge10mbang serapan maksimum
lebih kurang 425 nm .

EKSTRAK KENTAL DAUN KEPEL


Steiechocarpi Buraholis Folii Extractum Spissum

Ekstrak ken tal daun kepel adalah ekstrak yang dibuat dari daun Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.
f. & Th. , suku Annonaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 2,62% dihitung sebagai
kuersetin .

38
Pembuatan Ekstrak <311 >
Rendemen Tidak kurang dari 4,5%
Gunakan etanol P sebagai pelarut

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; wama hijau kehitaman; bau khas; tidak berasa.

Senyawa identitas 7,3 ' ,4' -trihidroksi, 5-metoksi flavonol


Struktur kimia:
OH

OH

HO

OH

7, 3', 4' -trihidroksi, 5-metoksi flavonol

Kadar air <83 > Tidak lebih dari 17,8%

Abu total <81> Tidak lebih dari 3,7%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,6%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 2,62% dihitung sebagai kuersetin.
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total <151 > Metode 2
Gunakan kuersetin sebagai pembanding dan ukur pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 425 nm.

BUAH KETUMBAR
Coriandri Sativi Fructus

Buah ketumbar adalah buah Coriandrum sativum L., suku Apiaceae, mengandung minyak atsiri
tidak kurang dari 0,30% vlb.

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa buah kremokarp, merikarp saling berlekatan pada tepi sehingga buah berbentuk
bulat; garis tengah 2-5 mm, warna kuning kecokelatan atau cokelat keunguan; pada ujung buah
terdapat lima sisa daun kelopak kecil dan satu stilokodium pendek; pada permukaan tiap merikarp
terdapat empat rusuk sekunder yang membujur, menonjol dan lurus; di antara rusuk sekunder

39
terdapat 5 rusuk primer membujur, berkelok-kelok dan kurang menonjol; gagang buah pendek atau
tidak ada. Buah yang diremas berbau khas; rasa lama kelamaan agak pedas.

I----i
1m
Simplisia buah ketumbar

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah sklerenkim, mesokarp dan endokarp.

1. Sklerenkim 2. Mesokarp

3. Endokarp

Fragmen serbuk simpJisia buah ketumbar

Senyawa Identitas Linalool


Struktur kimia :

40
Linalool

Pola kromatografi
Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : Toluen P-etil asetat P ( 93:7 )
Fase diam : Silika gel 60 F254
Lamtan uji : 10% dalam diklorometan P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera
pada Kromatograji <61 >
Lamtan pembanding : Linalool 1% dalam toluen P
Volume penotolan : Totolkan 10 )..lL Larutan uji dan 5 )..lL Larutan pembanding
Deteksi : Vanilin-asam sulfat LP, panaskan lempeng pada suhu 110° selama 5-1
menit
°
Keterangan :
S : Simplisia buah ketumbar
P : Pembanding linalool
Rj pembanding linalool 0,31
R;-1.0,12
R;-2.0,31

S P
Susut pengeringan < Ill > Tidak lebih dari 11 %

Abu total < 81 > Tidak lebih dari 8,4%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,8%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 15,4%

41
Sari larut etanoJ <92> Tidak kurang dari 10,8%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,30% v/b
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsid <71 >

EKSTRAK KENTAL BUAH KETUMBAR


Coriandri Sativi Fructus Extractum Spissum

Ekstrak kental buah ketumbar adalah ekstrak yang dibuat dari buah Coriandrum sativum L., suku
Apiaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,80% vlb.

Pembuatan Ekstrak <311>


Rendemen Tidak kurang dari 13,2%
Gunakan elanol P sebagai pelarut.

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; cokelat; bau khas; rasa agak pedas.

Senyawa Identitas Linalool


Struktur kimia :

Linalool

Kadar air <83> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 2,0%

Abu tidak Jarut asam <82> Tidak lebih dari 0,8%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,80% v/b
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsid <71>

42
UMBI LAPIS KUCAI
Allii schoenoprasi Bulbus

Umbi lapis kueai adalah umbi lapis Allium schoenoprasum L., suku LiJiaeeae, mengandung minyak
atsiri l,2% v/b.

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa umbi lapis, umumnya berbentuk bulat memanjang, t sampai 2 siung menyatu di
bagian pangkal, kadang-kadang seluruhnya diliputi beberapa selaput tip is, tiap siung berbentuk
bulat memanjang dengan satu bidang tegak agak eekung, rata atau agak menggembung, lebar 0,5-1
em, permukaan luar umbi wama putih. Oi bagian pangkal kadang-kadang terdapat akar serabut. Bau
khas aromatik, rasa agak pedas.

r----1
I em

Simplisia umbi lapis kueai

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah jaringan parenkim, berkas pengangkut dan kelenjar berisi minyak, berkas
pengangkut dan jaringan parenkim, dan berkas pengangkut dan kristal kalsium oksalat.

I. Berkas pengangkut dengan penebalan 2. Epidermis dengan kutikula dan


bentuk spiral parenkim

43
3. Epidermis 4. Serabut

5.Parenkim dengan kristal kalsium oksalat


bentuk prisma

Fragmen serbuk simplisia umbi kucai

Senyawa identitas : N,N'-bis(y-glutamil)-3 ,3'-(l ,2-propileneditio )dialanin


Struktur kimia :

セ@ セ@
H2 OOH

OH- C-
r
CH - C- C- C- N-
f
CH - - C - S- CH 2

H
H2 H2 H
H
H2 I
HO - - C - - C - C- C- - C - - N- - C- - C- - S--C- CH 3
II I H2 H2 II H I H2 H
o NH2 0 COOH

N,N'-bis(y-glu tamil)-3,3'-( 1,2-propileneditio )dialanin

Po]a kromatografi
Lakukan kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : Toluen P - aseton P (9: 1 )
Fase diam : Silika gel 60 F 254
Larutan uji : 5% dalam metanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pad a
Kromatograji <61 >
Larutan pembanding : Eugenol, hasil KL T preparative dari Minyak cengkeh
Volume penotolan : Totolkan 100 セl@ Larutan Ltji dan 10 セl@ Larutan pembanding
Deteksi : Anisaldehid-asam sulfat LP, panaskan lempeng pada suhu 105° selama 5-
10  menit 

44  
Keterangan :
S: Simpiisia umbi lapis kucai
P: Pembanding eugenol
RJ pembanding eugenol
RJI.0,05
RJ 2.0,22
Rr 3. 0,29
RJ4.0,44
RJ5.0,51
Rr 6.0,62
RJ 7.0,82
Rr 8.0,87
RJ 9.0,98

S P

Susut pengeringan <Ill> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81 > Tidal< lebih dari 5,9%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,8%

Sari larut air <91 > Tidal< kurang dari 5,4%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 7,6%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 1,2%
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71 >

EKSTRAK KENTAL UMBI LAPIS KUCAI


Allii Schoenoprasi Bulbi Extractum Spissum

Ekstrak kental umbi kucai adalah ekstrak yang dibuat dari umbi Allium schoenoprasum L., suku
Liliaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 4,5% v/ b.

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 6,4%
Gunakan etanol P sebagai pelarut

45
Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; warna coklat muda; bau khas; rasa pahit
Senyawa identitas : N,N'-bis(y-glutamil)-3,3'-(l ,2-propileneditio )dialanin
Struktur kimia :

o NH2 o COOH

OH-
II
C-
I
CH
I I
C - - - C - - - C- -- N - - - CH
H2 H2 H
H H
HO - - - C - - - C C ---C--- C--- N--- C - C- -S - -C - CH 3

II I H2 H2 II H I H2 H
o NH2 o COOH

N,N'-bis(y-glutamil)-3,3'-( 1,2-propiJeneditio )dialanin

Kadar air <83 > Tidak lebih dari 26,3%

Abu total <81> Tidak lebih dari 3,4%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,2%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 4,5% v/b
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71>

BUAH LADA HITAM


Piperis Nigri Fructus

Buah lada hitam adalah buah Piper nigrum L., suku Piperaceae, mengandung piperin tidak kurang
dari 5,80%.

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa buah berbentuk hampir bulat, wama cokelat kelabu sampai hitam kecokelatan,
garis tengah 2,5-6 mm; permukaan keriput kasar, menyerupai jala; pada ujung buah terdapat sisa
dari kepala putik yang tidak bertangkai; pada irisan membujur tampak perikarp yang tipis, sempit
dan berwarna gelap menyelubungi inti biji yang putih dari biji tunggal; perikarp melekat erat pada
biji; bau aromatik; rasa sangat pedas.

46
lem

Simplisia buah lada hitam

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah epidermis, sel batu, berkas pengangkut, sklerenkim dan pensperm,
parenkim dengan tetes minyak.

I. Epidermis 2.Sel batu

3. Berkas pengangkut 4. Sklerenkim dan peri sperm

47
5. Parenkim dengan tetes minyak

Fragmen serbuk simplisia buah lada hitam

Senyawa Identitas Piperin


Struktur kimia :

Piperin
o
o
Pola kromatografi
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Toluen P-etil asetat P ( 7:3 )
Fase diam Silika gel 60 F254
Larutan uji 5% dalam etanol P, gunakan Lanilan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatografi <61 >
Larutan pembanding Piperin 0,05% dalam etanol P
Volume penotolan Totolkan 20 セャl@ Larutan uji dan 5 セl@ Lan/tan pembanding
Deteksi Dragendorff LP

48
Keterangan :
S : Simplisia buah lada hitam
P : Pembanding piperin
RJ pembanding piperin 0,35
RJ 1.0,05
RJ2.0,35

S P
Susut pengeringan < III > Tidak lebih dari 11 %

Abu total < 81 > Tidak lebih dari 6, 1%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,5%

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 7,5%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 10,2%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar piperin Tidak kurang dari 5,80%
Lakukan penetapan kadar dengan cara Kromatografi lapis tipis-densitometri seperti yang te11era
pada Kromatograji <61 >
Fase gerak Dik!orometan P
Landan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg serbuk, buat lanltan uji sesuai dengan
pembuatan Larutan uji simplisia <321> gunakan pelarut etano! P, dalam labu tentukur 50-mL.
Pipet 10 mL ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan etano! P sampai tanda.
Larntan pembanding Timbang saksama lebih kurang 100 mg piperin, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL tambahkan etano! P sampai tanda, pipet 10 mL larutan masukkan ke dalam labu
tentukur I OO-mL tambahkan etano! P sampai tanda.
Pengukuran Totolkan masing-masing 5 セl@ Larutan uji dan enceran Lanttan pembanding pada
lempeng silika gel 60 F254 , eluasi dengan fase gerak, ukur pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 334 nm. Hitung persentase piperin dalam serbuk dengan nlmus :

Au = Serapan Landan uji


Ap = Serapan Lanttan pembanding

49
Cp = Kadar Larulan pembanding
V = Volume Larulan uji sebe!um pengenceran (dalam mL)
W = Bobot serbuk (dalam gram)
f = Faktor pengenceran Larulan uji

EKSTRAK KENTAL BUAH LADA HITAM


Piperis Nigri Fructus Extractum Spissum

Ekstrak kental buah lada hitam adalah ekstrak yang dibuat dari buah Piper nigrum L., suku
Piperaceae, mengandung piperin tidak kurang dari 48,60%.

Pembuatan Ekstrak <311>


Rendemen Tidak kurang dari 11 ,3%
Gunakan elanol P sebagai pelarut.

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; cokelat tua; bau khas; rasa pedas.
Senyawa Identitas Piperin
Struktur kimia :

<
Piperin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 14%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 1,7%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,2%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar piperin Tidak kurang dari 48,60%
Lakukan pen eta pan kadar dengan cara Kromalografi lapis lipis-densilomelri seperti yang tertera
pada Kromalograji <61>
Fase gerak Dikloromelan P
Larulan セuᄋゥ@ Timbang saksama lebih kurang 25 mg ekstrak, larutkan dalam 25 mL elano! P di dalam
tabung reaksi. Masukkan kedalam labu tentukur 50-mL tambahkan elano! P sampai tanda. Saring,
buang 5 mL filtrat pertama. Pipet 25 mL ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan elano! P
. sampai tanda .

50
Larutan pembanding Timbang saksama lebih kurang 100 mg piperin, masukkan ke dalam labu
tentukur lOO-mL tambahkan elano! P sampai tanda, pipet 10 mL larutan masukkan ke dalam labu
tentukur 4OO-mL tambahkan etano! P sampai tanda.
Pengvkvran Totolkan masing-masing 1 /-lL Larutan uji dan enceran Larutan pembanding pada
lempeng silika gel 60 F254, eluasi dengan fase gerak, ukur pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 334 nm. Hitung kadar piperin dalam ekstrak dengao rumus :

Au = Serapan Larutan vji


Ap = Serapan Larutan pembanding
Cp = Kadar Larutan pembanding
V = Volume Larutan uji sebe!um pengenceran (dalam mL)
W = Bobot serbuk (dalam gram)
f = Faktor pengenceran Larutan uji

EKSTRAK KENT AL DAUN LEGUNDI


Vitecis Trifoliae Folii Extractum Spissum

Ekstrak kental daun legund i adalah ekstrak yang dibuat dari daun Vitex trifo!ia L. , suku
Verbenaceae, mengandung viteksikarpin tidak kurang dari 5,90% .

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 11 ,6%
Gunakan elano! P sebagai pelarut.

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; cokelat tua; bau khas; rasa pahit.

Senyawa Identitas Viteksikarpin


Struktur kimia :
OH

OH 0
Viteksikarpin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 13 %

Abu total <81> Tidak lebih dari 2,9%

51
Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,5%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar viteksikarpin Tidak kurang dari 5,9%
Lakukan penetapan kadar dengan eara Kromatograji lapis tipis-densitometri seperti yang tertera
pada Kromatograji <61 >
Fase gerak Toluen P-etil asetat P (4:1).
Larutan セAゥ@ Timbang saksama lebih kurang 500 mg ekstrak, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
sari dengan 50 mL etanol 70% LP. Vorteks selama 10 menit. Masukkan kedalam labu tentukur 100-
mL,  tambahkan  etanol 70% LP sampai  tanda,  saring  dengan  kertas  saring,  buang  5  mL  filtrat  
pertama. Pipet 25  mL ke dalam labu tentukur 50­mL, tambahkan  etanol 70% LP sampai tanda.  
Larutan pembanding Timbang saksama lebih  kurang 50  mg viteksikarpin  masukkan  ke  dalam  labu  
tentukur 25­mL, tambahkan etanol 70% LP sampai  tanda.  
Pengukuran Totolkan  seeara  terpisah  masing­masing  2  flL  Larutan pembanding dan  Larutan uji
pada  lempeng  silika  gel  60  F Z54 , eluasi  dengan  fase  gerak,  ukur  pada  panjang  gelombang  serapan  
maksimum  lebih kurang 254 nm.  Hitung persentase viteksikarpin dalam ekstrak dengan rumus:  

Au = Serapan  Larutan 0i
Ap = Serapan Larutan pembanding
C p = Kadar Larutan pembanding
V = Volume Larutan uj; sebelum pengenceran (dalam mL) 
W = Bobot serbuk (dalam gram) 
f = Faktor pengeneeran Larutan uji

RIMPANG LEMPUYANG GAJAH


Zingiberis zerumbeti Rhizomae

Rimpang  lempuyang  gajah  adalah  rimpang  Zingiber zerumbet (L.) JE.Smith,  suku  Zingiberaeeae, 
mengandung minyak atsiri tidak kurang dari  0,50% v/ b. 

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa  irisan  rim pang  diameter  2­7  em,  tebal  0,2­0,4  em;  bagian  luar  belwama  eokelat 
kekuningan  sampai  belwama  kuning  pueat,  beralur­alur  memanjang;  bekas  patahan  tidak  rata  dan 
berserat; bau khas; rasa pedas, agak pahit. 

52 
Simplisia rimpang lempuyang gajah

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah parenkim dengan sel sekresi dan kristal kalsium oksalat berbentuk roset,
berkas pengangkut dengan penebalan tangga dan penebalan jala, sklerenkim, parenkim dengan butir
amilum .

I. Parenkim dengan sel sekresi dan 2. Berkas pengangkut dengan


kristal kalsium oksalat berbentuk roset penebalan tangga

3. Berkas pengangkut dengan 4. Sklerenkim


penebalan jala

53
5. Parenkim dengan butir amilum

Fragmen serbuk rimpang lempuyang gajah

Senyawa Identitas Zerumbon


Struktur kimia :
CH3

0
セ@

セ@ CH 3

H 3C

CH 3

Zerumbon

Pola kromatografi
Lakukan Kromatografi lapis tipis sepel1i yang tertera pada Kromatografi <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Toluen P - aseton P (9: 1 )
Fase diam Silika gel 60 F 254
Larutan uji 10% dalam etanol p, gunakan Lamtan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatografi <61 >
Larutan pembanding Eugenol 0,5% dalam etanol P
Volume penotolan Totolkan SilL Lamtan uji dan 1 ilL Lamtan pembanding
Deteksi Anisaldehid-asam sulfat LP, panaskan lempeng pada suhu 110° selama 5-
10  menit 

54 
Keterangan
S : Simplisia Lempuyang gajah
P : Pembanding eugenol
Rf pembanding eugenol 0,70
Rx 1.0,80
R,.2. 1,20
Rx3. 1,30

S P
Susut pengeringan < III > Tidak lebih dari 11 %

Abu total <81 > Tidak Jebih dari 6,3%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,7%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari J2,3%

Sari larut etanol <92 > Tidak kurang dari 13 ,5%

Kandungan Kirnia Sirnplisia


Kadar rninyak atsiri Tidak kurang dari 0,50% vlb
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Alsiri <71 >

EKSTRAK KENTAL RIMPANG LEMPUYANG GAJAH


Zingiberis Zerumbeti Rhizomae Extractum Spissum

Ekstrak kental rimpang lempuyang gajah adaJah ekstrak yang dibuat dari rimpang Zingiber
zerumbet (L.) 1.E. Smith, suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 2,30%
v/b.

Pernbuatan Ekstrak <311>


Rendernen Tidak kurang dari 5,5%
Gunakan etanol P sebagai pelarut.

55
Simplisia rimpang lempuyang wangi

Mikroskopik
Fragmen pen genal adalah butir amilum tunggal, bentuk lonjong atau bulat telur dengan salah satu
ujung mengecil dan mempunyai tonjolan; parenkim empulur; jaringan gabus; parenkim dengan sel
minyak berwarna kuning sampai kuning kecokelatan; berkas pengangkut dengan penebalan tangga
dan parenkim korteks.

I. Amilum 2. Parenkim empulur

3. Jaringan gabus 4. Parenkim dengan sel minyak

57
5. Berkas pengangkut dengan 6. Parenkim korteks
penebalan tangga

Fragmen serbuk rimpang lempuyang wangi

Senyawa Identitas Kurkumin


Struktur kimia :

o 0

HO

Kurkumin

Pola kromatografi
Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Klor%rm P-metanol P (95:5)
Fase diam Silika gel 60 F 254
Larutan uji 10% dalam etanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatograji <6 1>
Larutan pembanding Kurkumin 0,05% dalam etanol P
Volume penotolan Totolkan 20 iJ,L Larutan uji dan 5 iJ,L Larutan pembanding
Deteksi UV 366

58
Keterangan :
S : Simplisia lempuyang wangi
P : Pembanding kurkumin
Rj pembanding kurkumin 0,50
Rj 1. 0,05
Rj2.0,10
Rj 3.0,17
Rj4.0,30
Rj 5.0,50
Rj6.0,55
Rj 7.0,70
Rr8.0,80

S P

Susut pengeringan < 111 > Tidak lebih dari 11 %

Abu total <81 > Tidak lebih dari 6,2%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 3,4%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 7,8%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 6,6%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,80% v/b
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71 >

EKSTRAK KENTAL RIMPANG LEMPUYANG W ANGI


Zingiberis Aromaticae Rhizomae Extractum Spissum

Ekstrak kenta1 rimpang lempuyang wangi adalah ekstrak yang dibuat dari rimpang Zingiber
aromaticum Val. , suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 3,70% vlb.

59
Pembuatan Ekstrak <311 >
Rendemen Tidak kurang dari 5,2%
Gunakan elano! P sebagai pelarut.

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental ; cokelat tu a; bau khas; rasa pedas, kelat.

Senyawa Identitas Kurkurnin


Struktur kirnia :
o 0

HO OH

Kurkurnin

Kadar air < 83> Tidak lebih dari 13%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 2,9%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,0%

Kandungan }(jmia Ekstrak


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 3,70% v /b
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penelapan Kadar Minyak Atsiri <71 >

EKSTRAK KENTAL DAUN LIDAH BUAYA


Aloe Verae Folii Extractum Spissum

Ekstrak kental daun lidah buaya adalah ekstrak yang dibuat dari daging daun A!oe vera L., suku
Li liaceae, mengandung antrakinon total tidak kurang dari 1,00% dihitung sebagai aloin.

Pembuatan Ekstrak Potong pada pangkal dan ujung daun lidah buaya yang telah dicuci. Kupas
kulit, iris daging daun, rnasukkan I bagian irisan daging daun ke dalarn rnaserator, tarnbahkan 10
bagian elano! P. Rendam selarna 6 jam pertama sarnbil sesekali diaduk, diarnkan hingga 24 jam,
pisahkan maserat dengan cara penyaringan. Ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya 2 kali
dengan jenis dan jumlah pelarut yang sarna. Kurnpulkan sernua rnaserat, uapkan dengan penguap
vakurn atau penguap tekanan rendah hingga diperoleh ekstrak kenta!' Hitung rendernen yang
diperoleh, yaitu persentase bobot (bib) antara ekstrak ken tal dengan bobot daging daun segar.
Rendemen Tidak kurang dari 0,4%
Gunakan elano! P sebagai pelarut.

60
Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; hitam kecokelatan; bau khas; agak pahit.
Senyawa Identitas Aloin A
Struktur kimia :
OH o OH

OH

OH

Aloin A

Kadar air <83> Tidak lebih dari 12,5%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 4,9%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,5%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar antrakinon total Tidak kurang dari 1,00% dihitung sebagai aloin A
Lakukan penetapan kadar seperti yang tertera pada Spektrajatametri <51 >
Larutan pembanding Timbang saksama lebih kurang 50 mg aloin masukkan ke dalam labu tentukur
50-mL, tambahkan metanal P sampai tanda, buat enceran secara kuantitatif dan bertahap hingga
kadar Larutan pembanding 5, 10, 15 dan 20 セャァOュlN@
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg ekstrak, masukkan ke dalam tabung reaksi 15
mL, larutkan dengan 10 mL air panas, vorteks selama 5 menit, saring dalam keadaan panas.
Dinginkan filtrat, ekstraksi dengan 10 mL benzen dalam corong pisah. Pisahkan lapisan benzen,
masukkan lapisan air dalam tabung refluks, tambahkan 2 mL larutan besi(fff) klarida P 5% dan 1
mL asam klarida P. Panaskan pad a tangas air selama 10 menit, biarkan hingga dingin. Ekstraksi
cairan dengan 5 mL benzen dalam corong pisah . Pisahkan dan tuang lapisan benzen ke cawan
porselin, uapkan di atas tangas air dengan suhu sekitar 40° hingga kering. Larutkan residu dalam 5
mL larutan kalium hidraksida P 5% dalam metana! P. Pipet 1 mL, masukkan ke dalam labu
tentukur 50-mL, tambahkan kalium hidraksida P 5% dalam metana! P sampai tanda.
Larutan blangka Kalium hidraksida P 5% dalam metanal P
Pengukuran Ukur serapan secara Spektrajatametri pada panjang gelombang 506 nm . Hitung kadar
antrakinon total sebagai aloin dalam ekstrak dengan persamaan regresi atau rumus berikut :

Au = Serapan Larntan uji


Ap = Serapan Larutan pembanding
Cp = Kadar Larutan pembanding

61
v = Volume Larutan uji sebelum pengenceran (dalam mL)
W = Bobot serbuk (dalam gram)
f = Faktor pengeneeran Lanttan uji

EKSTRAK KERING GETAH DAUN LIDAH BUAYA


Secretum Aloe Verae Folii Extractum Siccum

Ekstrak kering getah daun lidah buaya adalah ekstrak yang dibuat dari getah daun Aloe vera (L.)
Webb. , suku Liliaeeae, mengandung antrakinon total tidak kurang dari 3,2 0% dihitung sebagai
aloin.

Pembuatan Ekstrak
Ambil daun lidah buaya serta pangkalnya, timbang sekitar 30 kg, iris pangkalnya seeara melintang
dalam keadaan segar, tampung getah yang keJuar di bawahnya dengan wadah nirkarat. Biarkan
getah menetes selama 6 jam. Potong kembaJi seeara meJintang selebar 3-4 em, jika tetesan
berhenti. Getah akan mengering dan disebut jadam. Rendam jadam dengan etanol P selama 8 jam
untuk menghilangkan kontaminan jamur dan bakteri, keringkan dengan tangas air. Ekstrak kering
siap untuk berbagai uji.

Rendemen Tidak kurang dari 0,03%


Gunakan etanol P sebagai pelarut.

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kering; kuning keeokelatan; bau khas; rasa pahit.

Senyawa Identitas Aloin A


Struktur kimia :
OH o OH

OH

OH

Aloin A

Po]a kromatografi
Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Etil asetat P-metanol P-air (100 : 13,5: 10)
Fase diam Silika gel 60 F254

62
Larutan uji 1% dalam metanol P, gunakan Larntan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatograji <61 >
Larutan pembanding Aloin 0,1 % dalam metanol P
Volume penotolan Totolkan masing-masing 5 )..lL Landan uji dan Larntan pembanding
Deteksi Kalium hidroksida etanol LP dan UV 366

Keterangan:
S : Ekstrak getah daun lidah buaya
P : Pembanding Aloin
Rj pembanding aloin 0,35
Rj I. 0,08
Rj 2.0 , 15
Rj -3. 0,35
Rr4.0 ,40

s p

Kadar air < 83> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 5,0%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 2,6%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar Antrakinon Total tidak kurang dari 3,20% dihitung sebagai aloin
Lakukan penetapan kadar seperti yang tertera pada Spektrofotometri <51 >
Larntan pembanding Timbang saksama lebih kurang 50 mg aloin pembanding masukkan dalam
labu tentukur 50-mL, tambahkan metanol P sampai tanda, buat enceran secara kuantitatif bertahap
hingga diperoleh kadar Larntan pembanding 5, 10, 15 dan 20 )..lg/mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg ekstrak, masukkan ke dalam tabung reaksi IS
mL, larutkan dengan 10 mL air panas, vorteks selama 5 menit, saring dalam keadaan panas.
Dinginkan filtrat, ekstraksi dengan 10 mL benzen dalam corong pisah. Pisahkan lapisan benzen,
masukkan lapisan air dalam tabung refluks, tambahkan 2 mL larutan besi(111) klorida P 5% dan 1
mL asam klorida P. Panaskan pada tangas air selama 10 menit, biarkan hingga dingin. Ekstraksi

63
eairan dengan 5 mL benzen dalam eorong pisah. Pisahkan dan tuang lapisan benzen ke eawan
porselin, uapkan di atas tangas air dengan suhu sekitar 40° hingga kering. Larutkan residu dalam 5
mL larutan kalium hidroksida P 5% dalam metanol P. Pipet 1 mL, masukkan ke dalam labu
tentukur 50-mL, tambaW<an kalium hidroksida P 5% dalam metanol P.
Larutan blangko Kalium hidroksida P 5% dalam metanol P
Ukur larutan seeara SpektroJotometri pada panjang gelombang 506 nm. Hitung persentase
antrakinon total sebagai aloin dalam ekstrak dengan rumus :

cp x セ ー@ _5.000
=---=-----
W

C p = kadar dalam )lg/mL dalam Larutan pembanding


Au = Serapan Larutan 14i
Ap = Serapan Larutan pembanding
W = Berat sampel dalam mg

KULIT BUAH MANGGIS


Garciniae Mangostanae Pericarpium

Kulit buah manggis adalah kulit buah Garcinia mangostana L. yang masak, suku Clusiaeeae,
mengandung a-mangostin tidak kurang dari 1,09%.

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa potongan padat, agak keras, bentuk seperempat bola atau setengah bola dengan
garis tengah 4-6 em, tebal 3-6 mm, bagian luar berwama eokelat tua, bagian dalam eokelat,
permukaan luar agak kasar, agak mengkilat, warna keeokelatan sampai. eokelat kehitaman,
permukaan dalam liein, bef\varna eokelat dan terdapat sisa sekat buah yang membagi buah menjadi
4 bagian atau lebih, bekas patahan tidak rata, berwama eokelat; tidak berbau, rasa pahit.

Simplisia kulit buah manggis

64
Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah sel batu, parenkim endokarp, parenkim eksokarp, periderm dan parenkim
mesokarp.

l. Sel batu 2. Parenkim endokarp

3. Parenkim eksokarp 4. Periderm

5. Parenkim meso karp

Fragmen serbuk simpiisia kulit buah manggis

Senyawa Identitas a-Mangostin


Struktur kimia :

65
a-Mangostin

Pota kromatografi
Lakukan Kramatagraji lapis tipis seperti yang tertera pad a Kramatagraji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Klarafarm P-etil asetat P (9: 1 )
Fase diam Silika gel 60 F 254
Larutan uji 5% daJam metana I P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada
Kramatagraji <61>
Larutan pembanding a-Mangostin 1% dalam metanal P
Volume penotolan Totolkan 50 ilL Larutan uji dan 5 ilL Larutan pembanding
Deteksi UV 254

Keterangan :
S : simplisia kulit buah manggis
P : Pembanding a-mangostin
Rj pembanding a-mangostin 0,53
'Rj 1.0,12
Rj2.0,53
Rj 3.0,84

S P
Susut pengeringan < III > Tidak lebih dari 10%

Abu total < 81 > Tidak lebih dari 2,9%

Abu tidak tarut asam <82> Tidak lebih dari 0,04%

66
Sari larut air <91> Tidak kurang dari 24,6%

Sari Jarut etanol <92> Tidak kurang dari 24,3%

Kandungan Kimia SimpJisia


Kadar Cl-mangostin Tidak kurang dari 1,09%
Lakukan penetapan kadar dengan eara Kromatografi lapis tipis-densitometri seperti yang tertera
pad a Kromatografi <61 >
Larutan uji Timbang saksama Jebih kurang 250 mg serbuk simplisia, buat larutan uji sesuai dengan
pembuatan Larutan uji simplisia <321> gunakan pelarut metana I P masukkan ke dalam labu
tentukur 10-mL, tambahkan metanal P sampai tanda. Pipet 2 mL larutan, masukkan ke dalam labu
tentukur 10-mL, tambahkan metanal P sampai tanda.
Lanltan pembanding Timbang saksama lebih kurang 50 mg a-mangos tin, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan metanal P sampai tanda.
Pengukuran Totolkan masing-masing 2 }iL seeara terpisah Lanltan p embanding dan Lanltan uji
pada lempeng silika gel 60 F 254 , kembangkan dengan fase gerak klarafarm P-etil asetat P (9: 1).
Ukur serapan bereak dengan Kramatagrafi lapis tipis-densitametri pad a panjang gelombang 320
nm. Hitung persentase a-mangostin dalam serbuk dengan rumus berikut :

Au
C11 x-xfxJl
Ap
= W x 100%

Au = Serapan Larutan uji


Ap = Serapan Lanltan pembanding
Cp = Kadar Lanttan pembanding
V = Volume Larutan uji sebelum pengenceran (dalam mL)
W = Bobot serbuk (dalam gram)
f = Faktor pengeneeran Larutan uji

DAUN PALIASA
Kleinhoviae Hospitae Folium

Daun paliasa adalah daun Kleinhavia haspita L. , suku Stereuliaeeae, mengandung flavonoid total
tidak kurang dari 1,00% dihitung sebagai rutin.

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa daun lebar, rapuh, beliangkai panjang, berbentuk jantung, panjang hingga 27 em,
Ie bar hingga 24 em, tulang daun menjari dan menyirip, ujung daun runeing, pangkal daun berlekuk;
warna hijau keeokelatan; bau khas; rasa kelat.

67
Simpiisia daun paiiasa

Mikroskopik
Fragmen pengenal adaiah epidermis atas dengan rambut penutup dan epidennis bawah bentuk
bergeiombang dengan stomata.

I. Epidermis atas dengan rambut 2. Epidermis bawah den gan stomata


penutup

Fragmen serbuk simpiisia daun paiiasa

Senyawa Identitas Rutin


Struktur kimia :

68
OH

OH

HO

oセB@
OH o
r 2

hセc
HO
00

HO
OH
Rutin

Pola kromatografi
Lakukan Kromatografl!apis tipis seperti yang tertera pada Kromatografl <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Eli! asetal P-asam format P-air (8: I: 1)
Fase diam Silika gel 60 F254
Larutan uji 1% dalam elano! P, gunakan Lamlan uji KLr seperti yang tertera pada
Kromalografl <61 >
Larutan pembanding Rutin 0,2 % dalam elano! P
Volume penotolan Totolkan 50 flL Lamlan z!ji dan 1 flL Lamlan p embanding
Deteksi Silroboral LP, panaskan lempeng pada suhu 100° selama 5 - 10 menit dan
UV366

69
Keterangan:
S : Simplisia daun paliasa
P : Pembanding rutin
Rj pembanding rutin 0,26
Rj 1. 0,12
Rj 2.0,26
Rj 3.0,34
Rj 4. 0,48
Rj 5.0,62
Rj 6.0,93

S P

Susut pengeringan < Ill > Tidak lebih dari 10%

Abu total < 81 > Tidak lebih dari 1O,7%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,0%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 21,1 %

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 15,6%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar flavonoid total tidak kurang dari 1,00% dihitung sebagai rutin
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151 > Me/ode 2
Gunakan rutin sebagai pembanding dan ukur pad a panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 425 nm.

EKSTRAK KENTAL DAUN P ALIASA


Kleinhoviae Hospitae Folii Extractum Spissum

Ekstrak kental daun paliasa adalah ekstrak yang dibuat dari daun Kleinhovia hospita L., suku
Sterculiaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 2,90% dihitung sebagai rutin.

70
Pembuatan Ekstrak <311>
Rendemen Tidak kurang dari 15%

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; hijau kehitaman; bau l<has; rasa agak pahit.

Senyawa identitas Rutin


Struktur kimia :
OH

OH

HO

oセB@
OH o
r 2

HJ:flC
HO
00
HO
OH
Rutin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 14%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 10,1 %

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,0%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 2,90% dihitung sebagai rutin
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total <151> Metode 2
Gunakan rutin sebagai pembanding dan ukur pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 425 nm.

DAGING BUAH PARIA


Momordicae Charantiae Pericarpium

Daging buah paria adalah bagian buah Momordica charantia L. yang telah dihilangkan bijinya,
suku Cucurbitaceae, mengandung セMウゥエッ・イャ@ tidak kurang dari 0,07%.

71
Identitas Simplisia
Pemerian Berupa irisan meiintang, tepi tidak rata, tidak beraturan, tebal 3-5 rnm; warna cokelat,
bagian iuar berwarna lebih tua dari bagian dalam; bau khas; rasa pahit.

セ@
5cm

Simplisia daging buah paria

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah rambut penutup, sklerenkim dan berkas pengangkut bentukjala.

I.Rambut penutup 2. Sklerenkim

3. Berkas pengangkut bentuk jala

Fragmen serbuk simpiisia daging buah paria

72
Senyawa Identitas Momordisin
Struktm kimia :

OH

Momordisin

Polakromatografi
Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : n-Helesan P-etil asetat P ( 8 : 2 )
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 4% dalam leloroform P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatograji <61 >
Larutan pembanding : ,B-sitosterol 0,025% dalam Kloroform P
Volume penotolan : Totolkan 5 J.lL Larutan uji dan 3 J.lL Lam/an pembanding
Deteksi : Vanilin-asam sulfat LP, panaskanlempeng pada 110° selama 5-10 menit

9
Keterangan :
8 S : Simplisia buah paria
P : Pembanding セMウゥエッ・イャ@
Rf pembanding セMウゥエッ・イャ@ 0,39
Rf 1. 0,04
Rf 2.0,12
7 Rr3.0,15
6 Rf 4. 0,35
Rf 5. 0,39
5 Rf 6. 0,50
4 Rf 7. 0,60
Rr 8. 0,90
Rf 9.0,98
3
2

S p

73
Susut pengeringan <Ill> Tidak lebih dari 15%

Abu total < 81> Tidak lebih dari 7,2%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,5%

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 8,5%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 2,4%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar p-sitosterol Tidak kurang dari 0,07 %
Lakukan penetapan kadar dengan cara Kromatografi lapis tipis-densitometri seperti yang tertera
pada Kromatografi <61>.
Fase gerak Heksan P-eti! asetat P (7:3)
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1000 mg serbuk simplisia, masukkan ke dalam labu
Erlenmeyer, sari dengan 25 mL etano! P. Masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL tambahkan
etano! P sampai tanda. Saring dengan kertas saring, buang 5 mL filtrat pertama. Pipet 10 mL ke
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan etano! P sampai tanda.
Larutan pembanding Timbang saksama lebih kurang 50 mg セMウゥエッ・イャL@ masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL tambahkan etano! P sampai tanda. Pipet 1 mL larutan masukkan ke dalam labu
tentukur 200-mL tambahkan etano! P sampai tanda.
Pengukuran Totolkan masing-masing 10 セl@ secara terpisah Larutan pembanding dan Lanttan uji
pada lempeng silika gel 60 F 254 , eluasi dengan fase gerak, semprot dengan Liebermann-Burchard
LP, panaskan lempeng pada suhu 110° selama 5 menit. Ukur pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 510 nm. Hitung persentase セMウゥエッ・イャ@ dalam serbuk dengan rumus :

c" xセヲv@
= :v クャPセ@

Au = Serapan Lanttan uji


Ap = Serapan Landan pembanding
Cp = Kadar Lanttan pembanding
V = Volume Lanttan uji sebe!um pengenceran (dalam mL)
W = Bobot serbuk (dalam gram)
f = Faktor pengenceran Lanttan uji

74
EKSTRAK KENTAL DAGING BUAH PARIA
Momordicae Charantiae Pericarpium Extractum Spissum

Ekstrak kental daging buah paria adalah ekstrak yang dibuat dari daging buah Momordica charanlia
L., suku Cucurbitaceae, mengandung セMウゥエッ・イャ@ tidak kurang dari 0,40% .

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 17%
Gunakan elanol P sebagai pelarut.

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; cokelat tua; bau khas; rasa pahit.

Senyawa Identitas Momordisin


Struktur kimia :

H
OH

,,
,,
'H CH 3

Momordisin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 9,2%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 9,0%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,7%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar p-sitosterol Tidak kurang dari 0,40%
Lakukan penetapan kadar dengan cara Kromalografi lapis lipis-densilomelri seperti yang tertera
pada Kromalografi <61 >.
Fase gerak Heksan P-elil aselal P (7:3)
Larulan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg ekstrak, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
sari dengan 25 mL elanol P. Masukkan kedalam labu tentukur 50-mL, tambahkan elanol P sampai
tanda. Saring dengan kertas saring, buang 5 mL filtrat pertama. Pipet 15 mL ke dalam labu tentukur
25-mL, tambahkan elanol P sampai tanda.

75
Lanttan pembanding Timbang saksama lebih kurang 50 mg セMウゥエッ・イャL@ masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL tambahkan etano! P sampai tanda. Pipet I mL larutan masukkan ke dalam labu
tentukur 200-mL tambahkan etano! P sampai tanda.
Pengukuran Totolkan masing-masing 10 ilL secara terpisah Larutan pembanding dan Larutan uji
pad a lempeng silika gel 60 F254 , eluasi dengan fase gerak, semprot dengan Liebermann-Burchard
LP, panaskan lempeng pada suhu 110° selama 5 menit. Ukur pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 510 nm. Hitung persentase セMウゥエッ・イャ@ dalam serbuk dengan rumus:

Au = Serapan Lanttan uji


Ap = Serapan Larutan pembanding
Cp = Kadar Lanttan pembanding
V = Volume Larutan uji sebelum pengenceran (dalam mL)
W = Bobot serbuk (dalam gram)
f = Faktor pengenceran Lanttan uji

BIJI PINANG
Arecae Cathecu Semen

Biji pi nang adalah biji Areca cathecu L., suku Arecaceae, mengandung tanin tidak kurang dari 1,8%
dihitung sebagai katekin.

Identitas Simplisia
Pemerian Biji keras, utuh atau berupa irisan. Biji utuh berbentuk kerucut pendek dengan ujung
membulat, jarang berbentuk hampir setengah bulatan, bagian pangkal agak datar dengan suatu
lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, pennukaan luar berwarna kecokelatan sampai cokelat
kemerahan, agak berlekuk-Iekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda; pada pangkal bUi
sering terdapat bagian-bagian dari kulit buah, warna putih. Pada bidang irisan biji tampak peri sperm
berwama cokelat tua dengan lipatan-lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang berwarna
agak keputih-putihan.

76
セ@
2cm

Simplisia biji pinang

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalahjaringan endosperm, perisperm, sel battl terpisah dan menggerombol.

I. Endosperm 2. Peri sperm

3. Sel batu

Fragmen serbuk simplisia biji pinang

Senyawa identitas Katekin


Struktur kimia:

77
OH

セoh@
HO o ..,",()
OH

OH

(+)-Katekin
Pola kromatografi
Lakukan kromatograji lapis tipis sesuai yang tertera pada Kromatograji <61> dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Eti! asetat P-metanol P-air (100: 13,5: 10)
Fase diam Silika gel 60 F254
Larutan uji 10% dalam metanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti tertera pada
Kromatograji <61 >
Larutan pembanding Katekin 0,1% dalam metanol P
Volume penotolan
Deteksi
° °
Totolkan 1 ilL Larutan uji dan 1 ilL Larutan pembanding
Besi{III) klorida 1% LP

Keterangan :
S : Simplisia biji pinang
P : Pembanding katekin
RJ pembanding katekin 0,60
RJl. 0,10
RJ 2.0,22
4
RJ3.0,60
RJ 4.0,73
3

S P

Susut pengeringan <Ill > Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 1,4%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,9%

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 8,87%

78
Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 11,03%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar tanin Tidak kurang dari 1,8%
Lakukan penetapan kadar secara SpektroJotometri <51 >
Larutan pembanding Keringkan pembanding katekin dalam oven pada suhu 105° sampai bobot
tetap. Timbang saksama lebih kurang 50 mg, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan
dengan eti! asetat P, sonikasi selama 5 menit. Pipet 2 mL larutan, masukkan ke dalam labu
Erlenmeyer bersumbat kaca 100 mL, tambahkan 50 mL eti! asetat P, sonikasi kembali selama 5
menit.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg serbuk, buat larutan uji sesuai dengan
pembuatan Larutan uji simplisia <321 > gunakan pelarut etano! 70% LP, dalam labu tentukur 10-
mL.  Saring,  uapkan  filtrat  yang  diperoleh,  keringkan  pada  suhu  105°  sampai  bobot  tetap.  lamtkan 
dengan  eti! asetat P, sonifikasi  selama  5  menit.  Pipet  2  mL  larutan,  masukkan  ke  dalam  labu 
Erlenmeyer  bersumbat  kaca  100  mL,  tambahkan  50  mL  eti! asetat P, sonikasi  kembali  selama  5 
menit. 
Larutan blanglw Eti! asetat P
Pengukuran Ukur  serapan  Larutan p embanding, Larutan uji dan  Larutan b!anglw secara 
spektrofotometri pada panjang gelombang 279 nm dan  300 nm.  Serapan  Larutan uji pada 300 run  tidak 
lebih dari 0 ,03. 
Hitung persentase katekin  dalam simplisia pada panjang gelombang 279 nm dengan rumus  : 

Au = Serapan  Larutan uji


Ap = Sera pan  Larutan pembanding
As = Serapan Larutan b!angko
Cp = Kadar Larutan pembanding
V = Volume Larutan uji sebe!um pengenceran (dalam mL)  
W = Bobot serb uk  (dalam gram)  
J = Faktor pengenceran Larutan uji

EKSTRAK KENTAL BIJI PINANG


Arecae Cathecu Seminis Extractum Spissum

Ekstrak  kental  biji  pinang  adalah  ekstrak  yang  dibuat  dari  biji  Areca cathecu L. , suku  Arecaceae, 
mengandung tanin  tidak kurang dari  5,2% dihitung sebagai katekin. 

Pembuatan Ekstrak <311 > 


Rendemen Tidak kurang dari  16,50 % 
Gunakan  etano! P sebagai pelarut 

79 
Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; cokelat kemerahan ; berbau lemah ; rasa kelat.

Senyawa Identitas Katekin


Struktur kimia :

LO"
HO o
.,"\\\\v
OH

OH
Katekin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 1,4%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,2%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar tanin Tidak kurang dari 5,2%
Lakukan penetapan kadar secara Spektrofotometri <51 >
Lat"utan pembanding Keringkan pembanding katekin dalam oven pada suhu 105° sarnpai bobot
tetap. Timbang saksama lebih kurang 50 mg, masukkan ke dalam labu tentukur 50-rnL, larutkan
dalam etil asetat P, sonikasi selama 5 menit. Pipet 2 mL larutan, masukkan ke dalam labu
Erlenmeyer bersumbat kaca 100 mL, tambahkan 50 mL eti! asetat P, sonikasi kembali selama 5
menit.
Larntan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg ekstrak, keringkan da1am oven pada suhu 105°
sampai bobot tetap. Masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dalam elil asetat P, sonikasi
selama 5 menit. Pipet 2 mL tarutan, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca 100 mL,
tambahkan 50 mL elil asetat P, sonikasi kembali selama 5 menit.
Larutan blangko Eti! asetat P
Pengukuran Ukur serapan Landan pembanding, Larntan uji dan Landan blangko secara
spektrofotometri pada panjang ge]ombang 279 nm dan 300 nm. Serapan Larutan uji pada 300 nm tidak
lebih dari 0,03. Hitung persentase katekin dalam ekstrak pada panjang gelombang 279 nm dengan
rumus:

____ N。Mセ⦅ セ@ l O gQ

Au = Serapan Larutan uji


Ap = Serapan Larntan pembanding
AB = Serapan Lantlan blangko
Cp = Kadar Lanttan p embandin

80
v = Volume Larutan uji sebelum pengenceran (dalam mL)
W = Bobot ekstrak (dalam gram)
f = Faktor pengeneeran Larutan uji

KULIT BATANG PULASARI


Alyxiae Reinwardtii Cortex

Kulit batang pulasari adalah kulit batang Alyxia reinwardtii Blume, suku Apoeynaeeae
mengandung skopoletin tidak kurang dari 0,15 %.

Identitas SimpJisia
Pemerian Berupa potongan kulit batang, mempunyai ukuran panjang hingga 10 em dan lebar
hingga 2,5 em, tebal hingga 4 mm , bentuk berlekuk membujur atau agak datar dan rapuh,
permukaan luar hal us, berwarna putih kekuningan , kadang-kadang terdapat sisa lapisan luar yang
tipis dan berwarna eokelat tua kehitaman, permukaan dalam kasar dengan garis-garis membujur,
bekas patahan tidak rata, berserat; bau harum; rasa agak pahit.

2c

Simplisia Kulit Batang Pulasari

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah jaringan gabus dengan sel batu , parenkim korteks dan sel batu, sel batu
tunggal atau berkelompok, parenkim berisi kristal kalsium oksalat, kristal kalsium oksalat dan sel
batu dan serabut sklerenkim.

81
1. Jaringan gabus dengan sel batu 2. Parenkim korteks dan sel batu

3. Sel batu tunggal atau berkelompok 4. Parenkim berisi kristal kalsium


oksalat

5. Kristal kalsium oksalat dan sel batu 6. Serabut sklerenkim

Fragmen serbuk simplisia kulit batang pulasari

Senyawa identitas Skopoletin


Struktur kimia :

Skopoietin

Pola kromatografi
Lakukan kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <61> dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : Diklorometan P
Fase diam : Silika gel 60 F 254
Larutan uji : 1% daiam etanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pad a
Kromatografi <61 >
Larutan pembanding : Skopoietin 0,1% dalam etanol P

82
Volume penotolan : Totolkan 20 ilL Lanltan uji dan 5 ilL Lanttan pembanding
Deteksi : UV 366

Keterangan :
S : Simplisia kulit batang pulosari
P : Pembanding skopoletin
RJ pembanding skopoletin 0,55
RJ 1. 0,10
RJ 2.0,20
RJ 3.0,30
RJ 4.0,40
RJ 5.0,55

S P

Susut pengeringan <Ill> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 5,5%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 2,1 %

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 15,7%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 10,8%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar Skopoletin Tidak kurang dari 0,15%
Lakukan penetapan kadar dengan cara Kromatograji lapis tipis-densitometri seperti yang tertera
pada Kromatograji <61 >
Fase gerak Dik!orometan P
Lanttan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg serbuk, buat larutan uji sesuai dengan
pembuatan Larutan uji simplisia <321> gunakan pelarut etano! P, dalam labu tentukur 50-mL.
Pipet 10 mL ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan etano! P sampai tanda.
Lanttan pembanding Timbang saksama lebih kurang 100 mg skopoletin, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL tambahkan etano! P sampai tanda, pipet 10 mL larutan masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL tambahkan etano! P sampai tanda.
Pengukuran Totolkan masing-masing 5 ilL Lanttan uji dan Lanttan pembanding pada lempeng
silika gel 60 F 254 , eluasi dengan fase gerak, ukur pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 334 nm. Hitung persentase skopoletin dalam serbuk dengan rumus :

83
Au = Serapan Larutan uji
Ap = Serapan Lanltan pembanding
Cp = Kadar Larutan pembanding
V = Volume Larutan uji sebe!um pengenceran (dalam mL)
W = Bobot serbuk (dalam gram)
f = Faktor pengenceran Larutan uji

EKSTRAK KENT AL KULIT BATANG PULASARI


Alyxyae Reinwardtii Cortecis Extractum Spissum

Ekstrak kental kulit batang puJasari adalah ekstrak yang dibuat dari kulit batang A!yxia renwardtii
Blume, suku Apocynaceae, mengandung skopoletin tidak kurang dari 0,45%.

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 12,4%
Gunakan etano! P sebagai pelarut

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental ; warna cokelat; bau khas; rasa pahit.

Senyawa Identitas: Skopoletin


Struktur kimia :
HO o

Skopoletin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 18,4%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 0,3%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,1%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar skopoietin Tidak kurang dari 0,45%
Lakukan penetapan kadar dengan cara Kromatograji lapis tipis-densitometri seperti yang tertera
pada Kromatograji. <61 >
Fase gerak Dik!orometan P
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg ekstrak, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
mL,  tambahkan  etano! P sampai  tanda. 
Larutan pembanding Timbang  saksama  lebih  kurang  100  mg  skopoietin,  masukkan  ke  daJam  labu 
tentukur  100­mL  tambahkan  etano! P sampai  tanda,  pipet  10  mL larutan  masukkan  ke dalam  labu 
tentukur 100­mL tambahkan etano! P sampai  tanda. 

84 
Pengukuran Totolkan masing-masing 5 flL Larntan uji dan Larntan pembanding pada lempeng
silika gel 60 F254 , eluasi dengan fase gerak, ukur pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 334 nm. Hitung persentase skopoletin dalam serbuk dengan rumus :

• - -.......- - x t OO%

Au = Serapan Larutan uji


Ap = Serapan Larntan pembanding
Cp = Kadar Lanttan p embanding
V = Volume Larutan uji sebelum pengenceran (dalam mL)
W = Bobot serbuk (dalam gram)
f = Faktor pengenceran Larutan uji

EKSTRAK KENTAL DAUN SALAM


Syzygii Polyanthi Folii Extractum Spissum

Ekstrak ken tal daun salam adalah ekstrak yang dibuat dari daun Syzygium polyanthum (Wight)
Walp. , suku Myrtaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 1,14% dihitung sebagai
kuersitrin .

Pembuatan E.kstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 12,2%
Gunakan etanol P sebagai pelarut.

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental ; hijau kehitaman; bau khas; rasa agak pahit dan kelat.

Senyawa identitas Kuersitrin


Struktur kimia :

OH

OH
セ@

HO 0
セ@

OH 0
CH 3

OH
OH

Kuersitrin

85
Kadar air <83> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 10,1 %

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,8%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 1,14% dihitung sebagai kuersitrin
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151 > A1etode 2
Gunakan kuersitrin sebagai pembanding dan ukur pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 425 nm.

DAUN SAMBUNGNYAWA
Gynurae Procumbensis Folium

Daun sambung nyawa adalah daun Gynura procumbens (Lour) Merr. , suku Asteraeeae,
mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,20% dihitung sebagai kaempferol.

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa helaian daun berwarna hijau keeokelatan, tidak berbau, tidak berasa, bentuk bulat
telur, panjang 1,5-6 em dan lebar 0,5-3,5 em, ujung daun runeing, pangkal daun runeing atau
meruneing, tepi daun bergerigi. Tangkai daun 0,5-1 ,5 em. Kedua permukaan daun berambut halus.

2cm

Simplisia daun sam bung nyawa

86
Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan stomata, rambut penutup dan tetes minyak;
epidermis atas; rambut penutup multi seluler dan berkas pengangkut dengan penebalan cincin dan
spiral.

2. Epidermis atas

3. Rambut penutup multi seluler 4. Berkas pengangkut dengan penebalan


cincin dan spiral

Fragmen serbuk simplisia daun sam bung nyawa

Senyawa identitas 3-metoksi-5-hidroksi -7 -asetil-4'-ribosilflavon


Struktur kimia :
o

°h H
H

OH OH
OH
H
CH3

OH 0

3-metoksi-5-hidroksi-7-asetil-4'-ribosilflavon

Pola kromatografi
Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak n-Heksan P-eti! asetat P-asamformat P (6:4 :0,2)
Fase diam Silika gel 60 F 254
Larutan uji 10% dalam eti! asetat P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatograji <61 >
Larutan pembanding Kaemferol 0,1 % dalam metanol P
Volume penotolan Totolkan 10 ilL Larutan uji dan 1 ilL Larutan pembanding
Deteksi Sitroborat LP, panaskan lempeng pada suhu 100° selama 5 - 10 menit dan
UV 366

87
Keterangan:
S: Simplisia daun sambung nyawa
P: Pembanding kaempferol
RJ pembanding kaempferol 0,36
RJ 1. 0,16
RJ 2. 0,20
RJ 3.0,36
RJ 4.0,88

S P

Susut pengeringan < Ill > Tidak Jebih dari 10%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 7,2%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,2%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 7,9%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 3,9%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 0,20% dihitung sebagai kaempferol
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151 > Metode 2
Gunakan kaempferol sebagai pembanding dan ukur pada panjang gelombang 414 nm

EKSTRAK KENT AL DAUN SAMBUNG NYAW A


Gynurae Procumbensis Folii Extractum Spissum

Ekstrak kental daun sambung nyawa adalah ekstrak yang dibuat dari daun Gymlra procumbens
(Lour) Merr., suku Asteraceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 2,70% dihitung
sebagai kaempferol.

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 7,2%
Gunakan etanol P sebagai pelarut.

88
Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; cokelat; bau khas; rasa agak pahit.
Senyawa identitas 3-metoksi-5-hidroksi-7 -asetil-4'-ribosilflavon
Struktur kimia :

°h H
H

OH
H

OH
OH
CH3

OH 0

3-metoksi-5-hidroksi-7 -aseti 1-4'-ribosi lflavon

Kadar air <83> Tidak lebih dari 11 %

Abu total <81 > Tidak lebih dari 3,1 %

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,6%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 2,7% dihitung sebagai kaempferol
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151> Metode 2
Gunakan kaempferol sebagai pembanding dan ukur pada panjang gelombang 414 nm

KAYUSECANG
Caesalpiniae Sappanis Lignum

Kayu secang adalah serutan at au potongan-potongan kayu Caesalpinia sappan L., suku Fabaceae,
mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,16% vlb.

Identitas Simplisia
Pemerian Bentuk berupa serutan atau potongan-potongan kayu, keras, padat, warna merah, merah
jingga, atau kuning, tidak berbau, rasa kelat.

89
I-----t
2cm

Simplisia kayu secang

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah berkas pengangkut, sklerenkim, sklerenkim dengan kristal kalsium
oksalat dan berkas pengangkut bemoktah.

I. Berkas pengangkut 2. Sklerenkim

3. Sklerellkim dengan kristal kalsium 4. Berkas pengangkut bernoktah


oksalat

Fragmen serbuk simplisia kayu secang

Senyawa Identitas Brazilin


Struktur kimia :

90
OH

H
HO
セイM@

o
HO
H

Brazilin

Pola kromatografi
Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61> dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : Toluen P-etil asetat P-metanol P-asam format P (4:6: 1:0,5)
Fase diam : Silika gel 60 F 254
Larutan uj i : 1% dalam metanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatograji <61>
Larutan pembanding : Brazilin 0,1% dalam metanol P
Volume penotolan
: Sinar tampak
°
: Totolkan 1 ilL Larutan uji dan 5 ilL Larutan pembanding
Deteksi

S : Serbuk kayu secang


P : Pembanding brazilin
Rf pembanding brazilin 0,68
Rf 1. 0,48
Rf 2.0,55
Rf3.0,60
Rr 4. O,68
Rf5.0,74

S P

Susut pengeringan <111> Tidak lebih dari 5%

Abu total <81> Tidak lebih dari 2,0%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,5%

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 1,0%

91
Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 1,4%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,16% v/b
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar lvfinyak Atsiri <71 >

EKSTRAK KENTAL KAYU SECANG


Caesalpiniae Sappanis Ligni Extractum Spissum

Ekstrak kental kayu secang adalah ekstrak yang dibuat dari kayu Caesa!pinia sappan L., suku
Fabaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,20% v/b.

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 8,8%
Gunakan etano! P sebagai pelarut.

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kenta!; kuning kecokelatan; bau khas ; rasa agak pahit dan ketat.
Senyawa Identitas Brazilin
Struktur kimia :
OH

H
HO

o
HO
H

Brazilin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 10%

Abu total <8 1> Tidak lebih dari 1,4%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,6%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,20% v/b
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71 >

92
HERBA SELEDRI
Apii Graveolentis Herba

Herba seledri adalah herba Apium graveolens L., suku Apiaeeae, mengandung flavonoid total tidak
kurang dari 0,60% dihitung sebagai apiin.

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa daun tipis, rapuh, bentuk belah ketupat miring, panjang 2-8 em, lebar 2-5 em,
pangkal dan ujung anak daun runeing, panjang tangkai anak daun 1-3 em; wama hijau tua; bau dan
rasa khas.

3cI11

Simplisia daun seledri

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan stomata; epidermis atas dengan stomata; berkas
pengangkut dan sel sekresi; periderm.

stomata

93
3. Berkas pengangkut dan sel 4. Periderm
sekresi

Fragmen serbuk simplisia herba seledri

Senyawa Identitas Apiin

g
Struktur kimia :

OH

Zッセo|@ 0
hoセ@
OH

OH 0

Apiin

Pola kromatografi
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <61> dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Toluen P-n-butanol P-asam asetat P-air (2:2: 1:5, gunakan lapisan atas)
Fase diam Selulosa mikrobriotal
Larutan uji 10% dalam etanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatografi <61 >
Larutan pembanding Apiin 0, 1% dalam etanol P
Volume penotolan Totolkan 20 J.lL Larutan uji dan 2 J.lL Larutan pembanding
Deteksi Sitroborat LP, panaskan lempeng pada suhu 100 0 selama 5-10 menit dan
UV 366

94
Keterangan:
S : Simplisia herba seledri
P : Pembanding apiin
Rj pembanding apiin 0,30
Rjl.O,10
Rj2.0,20
Rj3.0,30
Rj4.0,40
Rj5.0,65
Rj 6.0,80

S p

Susut pengeringan <111> Tidak lebih dari 13%

Abu total <81> Tidak lebih dari 19,3%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 4,2%

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 10,3%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 5,2%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 0,60% dihitung sebagai apiin
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Tota! <151> Metode 2
Gunakan apiin sebagai pembanding dan ukur pada panjang gelombang 384 nm

EKSTRAK KENT AL HERBA SELEDRI


Apii Graveolentis Herbae Extractum Spissum

Ekstrak ken tal herba seledri adalah ekstrak yang dibuat dari herba Apium graveolens L., suku
Apiaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 1,70% dihitung sebagai apiin.

95
Pembuatan Ekstrak <311>
Rendemen Tidak kurang dari 26,3%
Gunakan etanol P sebagai pelamt.

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; hijau tua; bau dan rasa khas.

Senyawa identitas Apiin

g
Stmktur kimia :

OH

ᄚhoセ|@ 0

hoセ@
OH

OH 0

Apiin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 16,1 %

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,6%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 1,70% dihitung sebagai apiin
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151> Metode 2
Gunakan apiin sebagai pembanding dan ukur pada panjang gelombang serapan maksimum 384 nm

DAUNSENDOK
Plantaginis Majoris Folium

Daun sendok adalah daun Plantago major L., suku Plantaginaeeae mengandung flavonoid total
tidak kurang dari 0,5% dihitung sebagai mtin.

Identitas Simplisia
Pemerian Daun tungga1, bertangkai; helai daun berbentuk bulat telur sampai lanset melebar,
panjang 5-10 em, lebar 4-9 em; ujung daun dan pangkal daun agak membulat; tepi daun rata;
permukaan atas daun liein; tulang daun 5-7, menjari menuju ujung daun, menonjol pada permukaan
bawah; panjang tangkai daun sampai 25 em, wama hijau kelabu sampai hijau keeokelatan; praktis
tidak berbau; rasa agak kelat.

96
セ@
[em
Simplisia daun sendok

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan stomata, berkas pengangkut dengan penebalan
tangga, berkas pengangkut dengan penebalan spiral, sklerenkim dan rambut kelenjar.

1. Epidermis bawah dengan 2. Berkas pengangkut dengan


stomata penebalan tangga

3. Berkas pengangkut 4. Sklerenkim


dengan penebalan spiral

97
5. Rambut kelenjar

Fragmen serbuk simplisia daun sendok

Sen yaw a identitas Baikalein


Struklur kimia :

HO

HO

OH 0

Baikalein

Pota kromatografi
Lakukan kromatograji lapis tipis sesuai yang tertera pada Kromatograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : asam asetat P 15%
Fase diam : Seluiosa mikrokristal
Larutan uji : 5% dalam metanol P, gunakan Lanttan uji KLT seperti tertera pada
Kromatograji <61 >
Larutan pembanding : Rutin 0,1% dalam metanol P
Volume penotoian : Totolkan 20 )..I.L Lanttan uji dan 5 )..I.L Lanttan pembanding
Deteksi : Sitroborat LP, panaskan lempeng 110° selama 5-10 menit dan UV 366

98
Keterangan:
S : Simplisia daun sendok
P : Pembanding rutin
Rf pembanding rutin 0,50
Rf 1. 0,10
Rf 2.0,45
Rf 3.0,50
Rf4 . 0,75

S P
Susut pengeringan < 111 > Tidak lebih dari 9%

Abu total < 81> Tidak lebih dari 8,0%

Abu tidak larut asam < 82> Tidak lebih dari 1,2%

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 17,0%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 4 ,2%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar flavonoid total tidak kurang dari 0,5 % dihitung sebagai rutin
Lakukan penetapan seperti yang tertera pada Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151 > Metode 2
Gunakan rutin sebagai pembanding dan ukur pada panjang ge10mbang serapan maksimum lebih kurang
425 nm .

EKSTRAK KEN TAL DAUN SENDOK


Plantaginis Majoris Folii Extractum Spissum

Ekstrak kental daun sendok adalah ekstrak yang dibuat dari daun Plantago major L., suku
Plantaginaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 2,9% dihitung sebagai rutin.

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 8,7%
Gunakan elanol P sebagai pelarut.

99
Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental ; cokelat tua; bau khas ; rasa agak kelat.

Senyawa identitas Baikalein


Struktur kimia :

HO

HO

OH 0

Baikalein

Kadar air <83 > Tidak lebih dari 8,2%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 0,9%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,4%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 2,9% dihitung sebagai rutin
Lakukan penetapan seperti yang tertera pada Penetapan Kadar Flavonoid Total <151 > Metode 2
Gunakan rutin sebagai pembanding dan ukur pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
425 nm.

KULIT BATANG SINTOK


Cinnamomi Sintoe Cortex

Kulit batang sintok adalah kulit batang Cinnamommum sintoc Bl., suku Lauraceae, mengandung
minyak atsiri tidak kurang dari 1,40% v/b.

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa kepingan tebal 3-6 mm , tidak menggulung, tidak banyak retak, bagian luar
berwarna kelabu tua, tengah dan di dalam berwarna putih kemerah-merahan hingga jingga cokelat;
bau khas; rasa agak kelat, agak pahit.

100
Kulit batang sintok

Mikroskopik
Fragmen pengenaJ adalah amilum, sklerida, parenkim, parenkim dengan deretan sklereida, serabut
skelenkim dengan sklereida, parenkim korteks, kristal kalsium oksalat.

1. Amilum 2. Sklereida

3. Parenkim dengan deretan sklereida 4 . Serabut sklerenkim dengan sklereida

101
5. Parenkim korteks 6. Kristal kalsium oksalat

Fragmen serbuk simplisia kulit batang sintok

Senyawa Identitas Eugenol


Struktur kimia :

Eugenol

Pol a kromatografi
Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Toluen P-etil asetat P (93:7)
Fase diam Silika gel 60 F254
Larutan uji 6% dalam metanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatograji <61 >
Lamtan pembanding Eugenol 1% dalam toluen P
Volume penotolan Totolkan masing-masing 20 IlL Lamtan uji dan Larutan pembanding
Deteksi Vanilin-asam sulfat LP, panaskan lempeng pada suhu 110° selama 5-10
menit

102
Keterangan :
S : Simplisia kulit batang sintok
P : Pembanding eugenol
7 RJ pembanding eugenol 0,5
RJ 1. 0,06
6 RJ 2. 0,19
RJ3. 0,31
RJ 4 . 0,38
RJ 5. 0,50
RJ 6. 0,81
5
RJ 7. 0,93
4
3

.2

s P

Susut pengeringan < 111 > Tidak lebih dari 10%

Abu total < 81 > Tidak lebih dari 7,0%

Abu tidak larut asarn <82> Tidak lebih dari 6,0%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 1,2%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 12,6%

Kandungan Kirnia Sirnplisia


Kadar rninyak atsiri Tidak kurang dari 1,40% vlb
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71 >

EKSTRAK KENTAL KULIT BATANG SINTOK


Cinnamomi Sintoc Cortecis Extractum Spissum

Ekstrak kental kulit batang sintok adalah ekstrak yang dibuat dari kulit batang Cinnamomum sintoc
Bl. , suku Lauraceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,00% vlb .

Pernbuatan Ekstrak <311 >


Rendernen Tidak kurang dari 11 %

103
Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; eokelat kemerahan; bau khas; rasa agak pahit.
Senyawa Identitas Eugenol
Struktur kimia :

Eugenol

Kadar air <83> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 4,5%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 4,3%

Kandungan J(jmia Ekstrak


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 1,00%
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71 >

DAUNSIRIH
Piperis Betle Folium

Daun sirih adalah daun Piper betle L. , suku Piperaeeae, mengandung flavonoid total tidak kurang
dari 0 ,8% dihitung sebagai rutin.

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa helaian daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, ujung runeing, pangkal
berbentuk jantung atau agak bulat, sedikit berlekuk, tepi daun rata agak menggulung, panjang 5-18
em, lebar 3-12 em; warna daun hUau keeokelatan hingga eokelat, permukaan bawah kasar, kusam,
berwarna lebih muda dari permukaan atas. Tulang daun permukaan atas agak tenggelam,
permukaan bawah menonjol , tangkai daun bulat, panjang 1,5-3 em; bau khas ; rasa pedas.

104
Simplisia Daun Sirih

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan sel minyak, epidermis atas dan berkas
pengangkut dengan penebalan berbentuk tangga.

I. Epidennis bawah dengan sel 2. Epidermis atas


minyak

3. Berkas pengangkut dengan


penebalan berbentuk tangga

Fragmen serbuk simplisia daun sirih

105
Senyawa Identitas Alilpirokatekol
Struktur kimia :

OH

OH

Alilpirokatekol

Pola kromatografi
Lakukan kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <6] > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Toluen P-etil asetat P (93 :7)
Fase diam Silika gel 60 F 254
Larutan uji 2% dalam metanol P, gunakan Lanttan uji KLT seperti teliera pada
Kromatograji <61 >
Larutan pembanding Eugenol 0,2% dalam metanol P
Volume penotolan Totolkan 20 )lL Larutan uji dan 3 )lL Larutan pembanding
Deteksi Vanilin-asam sulfat LP , panaskan lempeng pada suhu 110° selama 5-10
menit

Keterangan:
7 S: Simplisia daun sirih
6 P: Pembanding eugenol
RJ pembanding eugenol 0,56
R.r1.0,14
RJ 2.0,26
RJ 3.0,36
5 RJ 4.0,40
R.r 5.0,56
4 RJ6 . 0,90
3 RJ 7.0,98

S P

Susut pengeringan < 111 > Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 3,7%

106
Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,1 %

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 14,4%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 8,1%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 0,8% v/b dihitung sebagai rutin
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total <151 > Metode 2
Gunakan rutin sebagai pembanding dan ukur pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
425 nm.

EKSTRAKKENTAL DAUN SIRIH


Piperis Betle Folii Extractum Spissum

Ekstrak kental daun sirih adalah ekstrak yang dibuat dari daun Piper betle L., suku Piperaceae,
mengandung flavonoid total tidak kurang dari 2,4% dihitung sebagai rutin.

Pembuatan Ekstrak <311>


Rendemen Tidak kurang dari 5,0%
Gunakan etanol P sebagai pelarut.

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; hijau; bau khas; rasa agak pahit dan pedas.

Senyawa Identitas Alilpirokatekol


Struktur kimia :

OH

OH

Alilpirokatekol

Kadar air <83> Tidak lebih dari 10%

Abu total <8 1> Tidak lebih dari 0,3 %

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,1%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 2,4% dihitung sebagai rutin
Lakukan pen etapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total <151 > Metode 2
Gunakan rutin sebagai pembanding dan ukur pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
425 nm.

107
RIMPANG TEMU lRENG
Curcumae Aeruginosae Rhizomae

Rimpang temu ireng adalah rimpang Curcuma aeruginosa Roxb., suku Zingiberaeeae, mengandung
minyak atsiri tidak kurang dari 1,89% v/b.

Identitas Simplisia
Pemerian Berupa kepingan, bag ian tengah berwarna abu-abu kehitaman, pipih, keras, lebar 1-5
em, tebal sampai 0,5 em, tepi agak melengkung, permukaan berwama eokelat kelabu atau eokelat,
batas korteks dengan silinder pusat jelas, bekas patahan agak rata, tidak berserat; bau khas; rasa
sangat pahitlama-Jama menimbulkan rasa teba!.

lem

Simplisia rimpang temu ireng

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah amilum, parenkim dengan tetes minyak, sklerenkim, berkas pengangkut
dan periderm.

I . Amilum 2. Parenkim dengan tetes minyak

108
3. Sklerenkim 4. Berkas pengangkut

5. Periderm

Fragmen serbuk simplisia rimpang temu ireng

Senyawa Identitas Kurzerenon


Struktur kimia :
o

Kurzerenon

Pola kromatografi
Lakukan Kroma/ograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Toluen P - aseton P (9 : I )
Fase diam Silika gel 60 F254
Lanltan uji 10% dalam etanol P, gunakan Lam/an uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatograji <61 >
Larutan pembanding Eugenol 0,5% dalam etano! P
Volume penotolan Totolkan 5f1.L Lanltan uji dan I f1.L Larutan pembanding
Deteksi Anisa!dehid-asam sulfat LP, panaskan lempeng pad a suhu 110° selama 5-
10 menit

109
Keterangan:
S : Simplisia rimpang temu ireng
P : Pembanding eugenol
R; pembanding eugenol 0,53
Rj 1. 0,40
Rj 2. 0,53
Rj3.0,58
Rj 4.0 ,71
Rj 5. 0,84

S P
Susut pengeringan <111 > Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 7,0%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,7%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 12,3%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 5,8%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 1,89% vlb
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsir; <71 >

EKSTRAK KENTAL RIMPANG TEMU lRENG


Curcumae Aeruginosae Rhizomae Extractum Spissum

Ekstrak kental rim pang temu ireng adalah ekstrak yang dibuat dari rimpang Curcuma aeruginosa
Roxb., suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 11,00% v/b.

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 13,9%

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; cokelat tua; bau l<has; rasa pahit.

110
Senyawa Identitas Kurzerenon
Struktur kimia :

Kurzerenon

Kadar air <83 > Tidak lebih dari 18,1%

Abu total <81> Tidak lebih dari 8,4%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,2%

Kandungan Kimia Ekstral<


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 11,00% v/b
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71>

RIMPANG TEMU PUTIH


Curcumae zedoariae Rhizomae

Rimpang temu putih adalah rimpang Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe, suku Zingiberaceae,
mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,10% v/b.

Identitas Simplisia
Pemerian Rimpang berbentuk kepingan pipih, ringan, bentuk hampir bundar hingga jorong atau
berbentuk tidak beraturan, tebal 2-5 mm. Permukaan luar tidak rata, berkerut, benvarna cokelat
muda kekuningan hingga cokelat kelabu. Bidang irisan berwarna lebih muda dibanding dengan
permukaan luar. Kulit rimpang tipis lebih kurang 2 mm. Bekas patahan rata, warna kuning muda
hingga kuning muda kecokelatan.

III
Simpiisia rimpang temu putih

Mikroskopik
Fragmen pengenai adaiah parenkim dengan tetes minyak, butir amiium, sel sekresi dan periderm.

I. Parenkim dengan tetes minyak 2. Butir amilum

3. Sel sekresi 4. Periderm

Fragmen serbuk simplisia rimpang temu putih

Senyawa Identitas Zedoaron


Struktur kimia :

112
Zedoaron

Pota kromatografi
Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Toluen P-etil asetat P (93 : 7)
Fase diam Silika gel 60 F 254
Larutan uji 10% dalam metanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pad a
Kromatograji <61 >
Larutan pembanding Eugenol 1% dalam toluen P
Volume penotolan Totolkan 20 ilL Larutan uji dan 5 ilL Larutan p embanding
Deteksi Vanilin - asam sulfat LP, panaskan lempeng pada suhu 110° setama 5-1 °
menit

Keterangan:
11 S : Simplisia rimpang temu putih
P : Pembanding eugenol
Rf pembanding eugenol 0,5
Rf l. 0,09
Rf 2.0,12
10 Rj 3.0,18
9 Rf 4. 0,20
8 Rf 5.0,26
Rf 6.0,32
7
Rf 7.0,40
8
5
Rf 8.0,50
Rf 9.0,55
Rf 10.0,70
Rf 11 .0,97

S P

Susut pengeringan < Ill > Tidak lebih dari 10%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 3,9%

Abu tidak tarut asam <82> Tidak lebih dari 2,8%

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 5%

113
Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 12,5%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,10% vlb
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penelapan Kadar lvfinyak Alsiri <71 >

EKSTRAK KENTAL RIMP ANG TEMU PUTIH


Curcumae Zedoariae Rhizomae Extractum Spissum

Ekstrak kental rimpang temu putih adalah ekstrak yang dibuat dari rimpang Curcuma zedoaria
(Berg.) Roscoe, suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,70% vlb.

Pembuatan Ekstrak <3 11 >


Rendemen Tidak kurang dari 7,3%
Gunakan elanol P sebagai pelarut.

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; kuning kecokelatan; bau khas ; rasa pahit.

Senyawa identitas Zedoaron


Struktur kimia :

Zedoaron

Kadar air <83> Tidak lebih dari 14%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 0,7%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,3%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,70% v/b
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penelapan Kadar Minyak Alsiri <71 >

114
DAUNWUNGU
GraptophyUi Picti Folium

Daun wungu adalah daun Graptophy llum p icturn (L.) Griff. , suku Aeanthaeeae, mengandung
fl avonoid total tidak kurang dari 0,46% dihitung sebagai rutin.

Identitas Simplisia
Pemerian Bentuk berupa lembaran daun kering agak menggulung, warna hijau keeokelatan,
bentuk jorong, dengan panjang 8- J Oem, lebar 3-5 em, ujung daun mengkerut, pangkal daun
laneip, pinggir daun agak berombak. Tangkai daun lebih kurang I em, warna ungu kehijauan
sampai ungu kehitaman. Tulang daun menyirip; sangat menonjol; warna ungu kehitaman.

1---1

Simplisia Daun Wungu

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan stomata, epidermis atas, sisik kelenjar, sel
litosis , berkas pengangkut dan rambut penutup .

I. Epidermi s bawah dengan stomata 2. Epidermis atas

115
3. Sisik kelenjar 4. Sel litosis

5. Berkas pengangkut 6. Rambut penutup

Fragmen serbuk simpiisia daun wungu

Senyawa Identitas Rutin


Struktur kimia :
OH

OH

HO

oセh@
OH o
r
2

HO
HJflC
0C
HO
OH

Rutin

Pola kromatografi
Lakukan Kromatografllapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografl <61 > dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak Etil asetat P-asam format P-asam asetat glasiai P-air (100: 11 :11 :20)
Fase diam Silika ge160 F 254

116
Larutan uji 10% dalam etano! P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatografi <61>
Larutan pembanding Rutin 0,05% dalam etano! P
Volume penotolan
Deteksi
°
Totolkan 1 セl@ Larutan uji dan 1 セl@ Larutan pembanding
Sitroborat LP, panaskan lempeng pada suhu 110° selama 5-10 menit dan
UV 3 66

Keterangan:
S : Simplisia daun wungu
P : Pembanding rutin
Rf pembanding rutin 0,47
Rf 1. 0,26
Rf 2.0 ,32
Rr 3.0,47
Rf 4.0,63
Rf 5.0 ,76

S P

Susut pengeringan < III > Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 15 ,6%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,8%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 33 ,9%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 13 ,0%

Kandungan Kimia Simplisia


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 0,46% dihitung sebagai rutin
Lakukan penetapan kadar sebagai berikut:
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg serbuk, masukkan ke dalam Erlenmeyer,
tambahkan 21 mL metano! P dan 0,6 mL asam k!orida P 57%, refluks pada suhu 70° selama 30
menit. Uapkan hasil hidrolisis dengan rotavapor selama lebih kurang 5-10 menit, masukkan ke
dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan aseton P sampai tanda, kocok. Pipet 20 mL larutan ke

117
dalam corong pisah, tambahkan air suling 20 mL. Lakukan ekstraksi tiga kali berturut-turut
menggunakan eti! asetal P 15 mL, 10 mL dan 5 mL. Kumpulkan fraksi etil asetat, masukkan ke
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan eti! asetal P sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ke dalam
labu tentukur 25-mL, tambahkan 1 mL larutan aluminium klarida 5% LP dan larutan 5% asam
asetat P dalam metanal P sampai tanda.
Larutan pembanding Timbang saksama lebih kurang 10 mg rutin, masukkan ke dalam Erlenmeyer,
tambahkan 21 mL metanal P dan 0,6 mL asam klarida P 57%, refluks pada suhu 70° selama 30
menit. Uapkan hasil hidrolisis dengan rotavapor selama lebih kurang 5-10 menit, masukkan ke
dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan asetan P sampai tanda, kocok. Pipet 20 mL larutan ke
dalam corong pisah, tambahkan air suling 20 mL. Lakukan ekstraksi tiga kali berturut-turut
menggunakan etil asetat P 15 mL, 10 mL dan 5 mL. Kumpulkan fraksi etil asetat, masukkan ke
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan eli! aselat P sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ke dalam
labu tentukur 25-mL, tambahkan 1 mL larutan aluminium klarida 5% LP dan larutan 5% asam
asetat P dalam metanol P sampai tanda.
Larutan blangka Larutan uji tanpa penambahan larutan aluminium klarida 5% LP
Pengukuran Ukur serapan ketiga larutan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 425 nm.
Hitung persentase rutin dalam serbuk dengan rumus :

" A. - As Cpx V
= Ap . x 1V
- As
1009(,

Au = Serapan Larutan uji


Ap = Serapan Larutan pembanding
A8 = Serapan Larutan blangka
Cp = Kadar Larutan p embanding
V = Volume Larutan pembanding (dalam mL)
W = Bobot serbuk (dalam gram)

EKSTRAK KENTAL DAUN WUNGU


GraptophylJi Picti Folii Extractum Spissum

Ekstrak kental daun wungu adalah ekstrak yang dibuat dari daun Graptaphyllum pictum (L.) Griff.,
suku Acanthaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 1,63% dihitung sebagai rutin.

Pembuatan Ekstrak <311 >


Rendemen Tidak kurang dari 6,4%
Gunakan elanal P sebagai pelarut.

Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; hijau; bau khas; rasa pahit.

Senyawa Identitas Rutin


Struktur kimia :

118
OH

OH

HO

oセh@
OH o
r o
2

HO
HJflC
0
HO
OH

Rutin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 0,4%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,08%

Kandungan Kimia Ekstrak


Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 1,63%
Lakukan penetapan kadar sebagai berikut:
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg ekstrak, masukkan ke dalam Erlenmeyer,
tambahkan 21 mL metanal P dan 0,6 mL asam klarida P 57%, refluks pada suhu 70° selama 30
menit. Uapkan hasil hidrolisis dengan rotavapor selama lebih kurang 5-10 menit, masukkan ke
dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan asetan P sampai tanda, kocok. Pipet 20 mL larutan ke
dalam corong pisah, tambahkan air suling 20 mL. Lakukan ekstraksi tiga kali berturut-turut
menggunakan eti! aselat P 15 mL, 10 mL dan 5 mL. Kumpulkan fraksi eti! asetat, masukkan ke
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan eti! asetat P sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ke dalam
labu tentukur 25-mL, tambahkan 1 mL larutan aluminium klarida 5% LP dan larutan 5% asam
asetat P dalam metanal P sampai tanda.
Lanttan pembanding Timbang saksama lebih kurang 10 mg rutin, masukkan ke dalam Erlenmeyer,
tambahkan 21 mL metanal P dan 0,6 mL asam klarida P 57%, refluks pada suhu 70° selama 30
menit. Uapkan hasil hidrolisis dengan rotavapor selama lebih kurang 5-10 menit, masukkan ke
dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan asetan P sampai tanda, kocok. Pipet 20 mL larutan ke
dalam corong pisah, tambahkan air suling 20 mL. Lakukan ekstraksi tiga kali belturut-turut
menggunakan etil asetat P 15 mL, 10 mL dan 5 mL. Kumpulkan fraksi etil asetat, masukkan ke
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan eti! asetat P sampai tanda . Pipet 10 mL lanltan ke dalam
labu tentukur 25-mL, tambahkan 1 mL larutan aluminium klarida 5% LP dan larutan 5% asam
asetat P dalam metanal P sampai tanda.
Lanttan blangka Larutan uji tanpa penambahan larutan aluminium klarida 5% LP
Pengukuran Ukur serapan ketiga larutan secara spektrofotometIi pada panjang gelombang 425 run.
Hitung persentase rutin dalam ekstrak dengan rumus :

119
Cp x V
c = Aup --As
As
x
11
100'99

Au = Serapan Larutan uji


Ap = Serapan Larutan pembanding
As = Serapan Larutan blangko
C p = Kadar Larutan pembanding
V = Volume Larutan pembanding (dalam mL)
W = Bobot esktrak (dalam gram)

120
LAMPIRAN
SENYAWA IDENTITAS DAN PEMBANDING
FARMAKOPE HERBAL INDONESIA <11>

SENY A W A IDENTITAS

(+) Katekin Kurkumangosida 


セM Vetivon Kurkumin 
1,8-dihidroksiantrakuinon Kurzerenon 
7,3', 4'-trihidroksi, 5-metoksi flavonol Linalool 
3­metoksi­5­hidroksi­7­asetil­4'- Luteolin 
ribosilflavon  Miristisin 
Abrusosida A  Momordisin 
Alilpirokatekol  Pinostrobin 
Alisin  Piperin 
Aloin A  Punikalin 
Andrografolid  Rutin 
Asam anakardat  Shogaol 
Asiatikosida  Sinamaldehid 
Baikalein  Sinensetin 
Brazilin  Sineol 
Etil p­metoksisinamat  Skopoletin 
Falerin  Terpinen­4­o1 
Filantin  Tetrahidroalstonin 
Fisalin A  Tilirosida 
Galangin  Trans-anetol
Isodeoksielefantopin  Verbaskosid 
lsokuers i tri n  Viteksikarpin 
Kapsaisin  Xantorizol 
Kubebin  Zerumbon 
Kuersetin  Zedoaron 
Kuersitrin 

PEMBANDING FARMAKOPE HERBAL INDONESIA  

1,8­dihidroksiantrakuinon  Asam galat 
p­sitosterol  Asiatikosida 
Alilsistein  Brazilin 
Aloin  Etil p­metoksisinamat 
Andrografolid  Eugenol 
Apiin  Falerin 

121 
Isodeoksielefantopin Sinamaldehid
Isokuersitrin Sinensetin
Kaempferol Sineol
Kapsaisin Skopoletin
Katekin Stigmasterol
Kubebin Tetrahidroalstonin
Kuersetin Tilirosida
Kurkumin Trans-anetol
Linalool Verbaskosid
Luteolin Viteksikarpin
Pinostrobin Xantorizol
Piperin Zerumbon
Rutin

122
PERALATAN VOLUMETRIK <21>

Sebagian besar peralatan volumetrik yang digunakan dalam FHI adalah peralatan yang
dikalibrasi pada suhu 20 0 , sedangkan penggunaan alat tersebut di laboratorium pada suhu
ruang.
Penggunaan untuk memperoleh derajat ketelitian yang diinginkan dalam penetapan
kadar menurut FHI, termasuk diantaranya pengukuran secara volumetrik dan pemyataan
bahwa suatu pengukuran "diukur saksama", alat harus dipilih dan digunakan dengan hati-hati.
Ukuran buret harus sedemikian hingga volume titran tidak kurang dari 30% volume nominal.
Bila volume titran yang diukur kurang dari 10 mL, umumnya diperlukan buret 10 mL atau
mikroburet.
Rancangan alat volumetrik merupakan faktor penting dalam menjamin kesaksamaan.
Misalnya panjang skala dari gelas ukur harus tidak kurang dari 5 kali diameter dalam; ujung
buret dan pipet harus membatasi laju aliran agar tidak lebih dari 500 flL per detik.
Standar kesaksamaan toleransi kapasitas untuk labu tentukur, pipet volume dan buret
harus sesuai dengan yang tertera pada Tabel 1.
Pipet volume dan pipet ukur yang dikalibrasi sebagai pemindah (td), cairan pada pipet
volume harus dialirkan dalam posisi tegak lurus dan disentuhkan pada dinding labu
penampung untuk mengeluarkan sisa pada ujung pipet. Pembacaan volume pada buret harus
dapat diperkirakan hingga mendekati 0,01 mL untuk buret 25 mL dan 50 mL, dan hingga
mendekati 0,005 mL untuk buret 5 mL dan 10 mL. Pipet yang dikalibrasi secara khusus (tc)
umumnya digunakan untuk pengukuran cairan ken tal seperti sirup, dalam hal demikian labu
tentukur dapat dipakai sebagai pengganti pipet tersebut. Untuk itu pipet atau labu tentukur
harus dibilas sampai bersih dan bilasan ditambahkan pada bagian cairan yang diukur.

T a b e I 1 L a bu Tentuku r, P'Ipe t V o Iume dan Buret


Labu tentuku
Volume yang dinyatakan (mL) 10 25 50 100 250 500 1000
Batas kesalahan (mL) 0,02 0,03 0,05 0,08 0,12 0,15 0,30
Batas kesalahan (%) 0,20 0,12 0,10 0,08 0,05 0,03 0,03
Pipet volume
Volume yang dinyatakan (mL) 1 2 5 10 25 50 100
Batas kesalahan (mL) 0,006 0,006 0,01 0,02 0,03 0,05 0,08
Batas kesalahan (%) 0,60 0,30 0,20 0,20 0,12 0,10 0,08
Buret
Volume yang dinyatakan (mLl 10 (tipe mikro) 25 50
Pembagian skala (mL) 0,02 0,10 0,10
Batas kesalahan (mL) 0,02 0,03 0,05

123
TERMOMETER <31>

Tennometer yang dimaksud adalah termometer dari jenis air raksa dalam kaca dan
kolom di atas cairan diisi dengan nitrogen. Tennometer dapat dikalibrasi untuk pencelupan
keselumhan atau pencelupan sebagian. Sepanjang dapat dilaksanakan, setiap termometer hams
digunakan sesuai dengan kondisi pencelupan seperti pada saat dikalibrasi.
Kalibrasi untuk pencelupan keseluruhan meliputi pencelupan termometer sampai bagian
atas kolom raksa dengan sisa batang termometer dibiarkan pada suhu mango Kalibrasi untuk
pencelupan sebagian meliputi pencelupan tennometer hingga bagian yang ditandai dengan
goresan pada bagian depan tennometer dan menyisakan batang tennometer yang dibiarkan
berhubungan dengan suhu ruang. Untuk penggunaan pada kondisi pencelupan lain, diperlukan
koreksi terhadap batang yang muneul hingga diperoleh pembacaan suhu yang benar.

TIMBANGAN <41>

Pada pengujian dan penetapan kadar menurut FHI diperlukan penggunaan timbangan
yang beragam dalam kapasitas , kepekaan dan reprodusibilitas. Kecuali dinyatakan lain, jika
zat dinyatakan "timbang saksama" untuk penetapan kadar, maka penimbangan harus
dilakukan dengan neraca analitik. Keeuali dinyatakan lain, untuk uji batas secara titrimetri ,
penimbangan hams memungkinkan diperolehnya angka signifikan dari bobot analit setara
dengan angka signifikan dari kadar titran. Setiap timbangan yang digunakan dalam pengujian
maupun penetapan kadar hams dikalibrasi secara berkala.

SPEKTROFOTOMETRI <51>

PENGUKURAN SERAPAN ULTRAVIOLET DAN CAHAYA TAMPAK

SpektroJotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi


elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering digunakan
dalam analisis farmasi meliputi spektroskopi serapan ultraviolet, cahaya tampak, inframerah
dan serapan atom. Pengukuran spektrofotometri di dalam daerah cahaya tampak, semula
disebut k%rimetri, tetapi istilah "kolorimetri" lebih tepat digunakan untuk persepsi tentang
warna.

Kegunaan Komparatif Daerah Spektrum

Untuk sebagian besar bahan atau zat pengukuran spektmm dalam daerah ultraviolet dan
cahaya tampak dapat dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan yang lebih baik daripada
dalam daerah inframerah-dekat dan inframerah. Untuk menghasilkan pengukuran yang baik,

124
larutan yang diukur sebaiknya memberikan serapan sebesar 0,2-0,8 di daerah ultraviolet atau
eahaya tampak.
Spektrum ultraviolet dan eahaya tampak suatu zat pada umumnya tidak mempunyai
derajat spesifikasi yang tinggi. Walaupun demlkian, spektrum tersebut sesuai untuk
pemeriksaan kuantitatif untuk berbagai zat, spektrum tersebut bermanfaat sebagai tambahan
untuk identifikasi.

Teori dan Istilah

Daya dari suatu berkas radiasi akan berkurang sehubungan dengan jarak yang
ditempuhnya melalui medium penyerap. Daya tersebut juga akan berkurang sehubungan
dengan kadar molekul atau ion yang terserap dalam medium. Faktor daya dan medium
menentukan proporsi dari kejadian total energi yang timbul. Penurunan daya radiasi
monokromatis yang melalui medium penyerap yang homogen dinyatakan seeara kuantitatif
oleh Hukum Lambert-Beer, log (1/1) = A = abc; istilah tersebut didefinisikan sebagai berikut :
A = Serapan
T = % Transmi tan
a = Serapan jenis
b = tebal sel (em)
c = konsentrasi

Prosedur Spektrofotometri Serapan

Petunjuk operasional rinei dari spektrofotometer diberikan oleh pabrik. Untuk


mendapatkan hasil yang absah, harus dipahami keterbatasan, sumber kesalahan potensial dan
variasi alat. Petunjuk penggunaan untuk pemeliharaan, pembersihan, dan kalibrasi alat serta
teknik penanganan sel serapan harus diikuti sesuai petunjuk. Hal-hal berikut ini penting untuk
diperhatikan.
Periksa instrumen untuk ketepatan kalibrasi. Jika digunakan sumber radiasi yang
berkesinambungan, harus diperhatikan panjang gelombang dan skala fotometriknya; jika
digunakan sumber garis spektra, yang harus diperiksa hanya skala fotometrik. Sejumlah
sumber energi radiasi yang mempunyai garis spektra yang sesuai intensitasnya, mempunyai
ruang yang cukup pada rentang spektra yang dipilih. Sumber spektra kalibrasi tunggal untuk
UV dan cahaya tampak yang terbaik adalah lampu merkuri-kuarsa, menggunakan panjang
gelombang 253,7; 302,25; 313,16; 334,15; 365,48; 404,66 dan 435,83 nm. Merkuri-kaca juga
digunakan di atas 300 nm. Panjang gelombang 486,13 dan 656,28 nm dapat juga
menggunakan lampu hidrogen. Skala panjang gelombang dapat dikalibrasi dengan kaca
penyaring yang sesuai, yang digunakan pada pita serapan daerah UV dan cahaya tampak. Kaca
baku yang mengandung didimium (eampuran proseodimium dan neodimium) banyak
digunakan meskipun kaca yang mengandung holmium lebih baik. Larutan baku holmium
oksida telah menggantikan penggunaan kaea holmium.
Jika perbedaan lebih dari ± 1 nm pada panjang gelombang 200--400 nm, dan lebih dari ±
3 nm pada panjang gelombang 400-600 nm, maka perlu dilakukan rekalibrasi.

125
Untuk memeriksa skala fotometrik, dapat digunakan kalium bikromat dengan
konsentrasi tertentu.
Pengukuran serapan kuantitatif biasanya menggunakan larutan zat pada sel yang sesuai.
Karena pelarut dan jendela sel keduanya menyerap cahaya, harus dilakukan koreksi pada
pengukuran serapan. Penetapan kadar menggunakan spektrofotometri biasanya menggunakan
panjang gelombang untuk puncak serapan spektra zat yang diuji. Spektrofotometer yang
berbeda menunjukkan perbedaan yang kecil pada puncak panjang gelombang yang nyata.
Untuk hasil yang baik membutuhkan pembandingan pada panjang gelombang serapan
maksimum.
Larutan uji Bahan uji yang ditetapkan dengan menggunakan spektrofotometer UV at au
cahaya tampak umumnya dilarutkan dalam suatu pelarut tertentu. Untuk menghasilkan
pengukuran yang baik, larutan yang diukur sebaiknya memberikan serapan sebesar 0,2-0,8 di
daerah ultraviolet atau cahaya tampak. Harus diperhatikan agar pelamt yang digunakan bebas
dari kontaminan yang memberikan serapan pada daerah spektra yang digunakan.
Perhitungan Penggunaan spektrofotometri serapan dalam penetapan kadar dan
pengujian umumnya mempersyaratkan penggunaan pembanding. Beberapa pengukuran,
temtama pada penetapan kadar, rumus yang ada digunakan untuk menghitung hasil yang
diinginkan. Bilangan konstanta biasanya termasuk dalam rumus. Penurunan rumus berikut
menunjukkan pendekatan logika pada penetapan konstanta yang terdapat pada rumus
penetapan kadar yang tertera pada beberapa monografi.
Hubungan hukum Lambert-Beer absah untuk larutan pembanding (P) dan larutan uji (U)
(1) Ap = abCp
(2) A" = abCu
Ap adaJah serapan larutan pembanding, Cp adalah konsentrasi larutan pembanding, Au
adalah serapan larutan uji dan Cu adaJah konsentrasi Jarutan uji. lika C p dan C, ditunjukkan
dengan unit yang sarna dan serapan dari kedua larutan diukur menggunakan sel pembanding
yang mempunyai dimensi yang sama, daya serap (a) dan ketebalan sel (b) sarna, maka kedua
rumus dapat digabung untuk menetapkan CII

(3) C
u
= CP セ@ A
P

lumlah contoh uji bentuk padat yang digunakan untuk anal isis biasanya dinyatakan
dalam mg. Petunjuk pengenceran diberikan pada penetapan kadar dan konsentrasi enceran
larutan yang digunakan untuk pengukuran serapan, biasanya dinyatakan daJam flg per mL.
lumlah dalam mg bahan uji dari senyawa atau bentuk sediaan padat untuk analisis, mengikuti
volume (Vu) dalam L, konsentrasi (C') yang didapat dari jumlah zat uji yang terkandung dalam
bobot (Wu) dalam mg dari senyawa [Catatan C, dinyatakan dalam j1g per mL atau mg per L).

(4) W =VC
1I If Ii

Bentuk rumus yang ditunjukkan pada penetapan kadar dalam monografi zat padat dapat
ditumnkan dengan mengganti C" pada rumus (3) ke dalam rumus (4). Pada rangkuman

126
digunakan rumus (4) dengan pertimbangan keperluan konversi beberapa unit untuk mencapai
kesamaan pada rumus (5), hingga diperoleh rumus akhir

(5) W = VC
II /I fl
セ@ A
f'

Penurunan yang sarna digunakan pada rumus yang tertera pada monografi untuk zat cair
yang kadarnya ditetapkan dengan menggunakan metoda spektrofotometri serapan . Untuk
sediaan cair, hasil perhitungan umumnya dinyatakan dalam jumlah mg bahan tiap mL sediaan .
ladi perlu untuk memasukkan dalam rumus tambahan persyaratan volume (V) dalam mL
larutan uji yang digunakan.
Penetapan kadar pada daerah sinar tampak biasanya untuk membandingkan kesesuaian
serapan Larutan uji dan Larutan p embanding yang mengandung sejumlah Pembanding yang
lebih kurang sarna. Pada keadaan tertentu, dibolehkan tidak menggunakan Pembanding. Hal
ini dapat dilakukan jika kadar ditetapkan dengan menggunakan metoda spektrofotometri.
Untuk analisa rutin dibuat kurva baku dari Larutan p embanding sebelumnya. Kadar Larutan
uji dapat ditetapkan dengan menginterpolasikan pada kurva baku.
Kurva baku harus selalu dikonfinnasi secara teratur, dan dibuat baru pada penggunaan
spektrofotometer atau pereaksi baru.
Penetapan kadar dengan metoda spektrofotometri lebih baik dilakukan dengan penyiapan
langsung dan menggunakan kurva baku. lika penetapan kadar dilakukan tidak rutin, jangan
gunakan kurva baku tetapi gunakan perbandingan langsung dengan Pembanding yang
jumlahnya lebih kurang setara dengan bahan uji dan diperlakukan sarna.
Perbandingan Visual lika wama atau kekeruhan dibandingkan secara langsung, tabung
pembanding warna yang digunakan, diameter dalam dan semua bahan yang digunakan harus
sesuai. Untuk pembanding wama, tabung halus dapat dilihat dari bagian atas pada latar
belakang putih dengan sumber cahaya berasal dari dasar tabung. U ntuk pembanding
kekeruhan, tabung harus dapat dilihat secara horisontal dengan latar belakang gelap dan
sumber cahaya langsung dari sisi tabung.
Pada penetapan uji batas yang menggunakan pembanding wama dalam dua wadah yang
serupa (misal tabung pembanding - padanan wama), lebih baik menggunakan alat yang sesuai
daripada dengan mata telanjang.

KROMATOGRAFI <61 >

Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses
migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase, salah satu diantaranya
bergerak secara berkesinambungan dengan arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu
menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorbsi, partisi,
kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul at au kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-
masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik.

127
Bagian ini membahas istilah dan prosedur yang digunakan dalam kromatografi serta
memberikan infonnasi umum. Persyaratan khusus uji kromatografi dan penetapan kadar zat,
tennasuk fase diam dan fase gerak, tertera dalam masing-masing monografi.
Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi di antara dua fase,
satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa
zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang tereluasi lebih awal
atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh aliran suatu
pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat
penjerap, seperti halnya penjerap alumina yang diaktifkan, silika gel, dan resin penukar ion,
atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase
gerak. Dalam proses terakhir ini suatu lapisan cairan pada suatu penyangga yang inert
berfungsi sebagai fase diam. Partisi merupakan mekanisme pemisahan utama dalam
kromatografi gas-cair. Dalam praktek, seringkali pemisahan disebabkan oleh suatu kombinasi
efek adsorpsi dan partisi.
Jenis-jenis kromatografi dalam analisis kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam
penetapan kadar dan pengujian pada FHI adalah Kromatografi Lapis Tipis (KLT),
Kromatografi Gas (KG), dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). KLT umumnya lebih
banyak digunakan untuk tujuan identifikasi, karen a mudah dan sederhana serta memberikan
pilihan fase diam yang lebih luas dan berguna untuk pemisahan masing-masing senyawa
secara kuantitatif dari suatu campuran. KG dan KCKT keduanya membutuhkan peralatan yang
lebih rumit dan umumnya merupakan metode dengan resolusi tinggi yang dapat
mengidentifikasi serta menetapkan secara kuantitatif bahan dalam jumlah yang sangat kecil.
Penggunaan pembanding dalam uji identifikasi Dalam KLT, perbandingan jarak
rambat suatu senyawa tertentu terhadap jarak rambat fase gerak, diukur dari titik penotolan
sampai titik yang memberikan intensitas maksimum pada bercak, dinyatakan sebagai harga Rf
senyawa tersebut. Perbandingan jarak ram bat suatu senyawa tertentu dengan jarak rambat
pembanding dinyatakan sebagai harga Rx. Harga Rf berubah sesuai kondisi percobaan karena
itu identifikasi sebaiknya dilakukan menggunakan pembanding dan bahan uji pada lempeng
yang sarna.
Untuk maksud ini kromatogram dibuat dengan menotolkan Larutan uji, Larutan
pembanding, dan suatu campuran Larutan uji dan Larutan pembanding dalam jumlah yang
kurang lebih sarna pada lempeng lapis tipis, dalam satu garis lurus sejajar dengan tepi bawah
lempeng kromatografi. Tiap penotolan contoh mengandung zat uji yang bobotnya kurang lebih
sarna. Jika zat uji yang diidentifikasi dan pembanding itu sarna, terdapat kesesuaian dari harga
Rf pada semua kromatogram, dan kromatogram dari campuran menghasilkan bercak tunggal,
yaitu Rx adalah 1,0.
Penetapan letak bercak yang dihasilkan KLT letaknya dapat ditetapkan dengan : (1)
pengamatan langsung jika senyawanya tampak pada cahaya tampak, ultraviolet gelombang
pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366 nm); (2) pengamatan dengan cahaya tampak
atau ultraviolet setelah disemprot dengan larutan penampak bercak.
Pada KG dan KCKT waktu retensi R, adalah waktu antara saat penyuntikan contoh dan
munculnya puncak contoh yang tereluasi, sedangkan waktu retensi relatif Rr adalah

128
perbandingan R, bahan uji, pembandi ng dan campuran keduanya terhadap waktu retensi baku
internal. R, dan Rr dapat digunakan sebagai parameter identifikasi.
Larutan uji atau turunannya, Lamtan pembanding serta larutan campuran kedua bahan
tersebut sarna banyak dapat disuntikkan berturut-turut menggunakan kolom dan kondisi
kromatografi yang sarna.
Penyimpangan harga Rr dan R, yang diukur untuk bahan uji dari harga yang diperoleh
untuk pembanding dan campuran, tidak boleh melampaui taksiran keandalan yang ditentukan
secara statistik dari penetapan kadar pembanding secara berulang.
Identifikasi kromatografi dengan metode ini pada kondisi tertentu, memberikan petunjuk
identitas yang jelas, namun tetap diperlukan konfirmasi lain untuk identifikasi yang absah.

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT), zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus
yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata, umumnya digunakan
lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan
pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorpsi, partisi, atau kombinasi kedua efek,
yang tergantung dari jenis lempeng, cara pembuatan, dan jenis pelarut yang digunakan. KLT
dengan lapis tipis penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Perkiraan
identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dengan harga Rf yang identik dan ukuran
yang hampir sarna, dengan menotolkan bahan uji dan pembanding pad a lempeng yang sarna.
Pembandingan visual ukuran bercak dapat digunakan untuk memperkirakan kadar secara semi
kuantitatif. Pengukuran kuantitatif dimungkinkan, bila digunakan densitometer, atau bercak
dapat dikerok dari lempeng, kemudian diekstraksi dengan pelarut yang sesuai dan diukur
secara spektrofotometri. Pada KLT dua dimensi, lempeng yang telah dikembangkan diputar
90° dan dikembangkan lagi, umumnya menggunakan bejana lain yang dijenuhkan dengan
sistem pelarut yang berbeda.
Alat Alat dan bahan untuk kromatografi lapis tipis adalah sebagai berikut :
Lempeng kromatograji, dengan tebal serba rata dan ukuran yang sesuai, umumnya 20 x
20 cm. Jika tidak dinyatakan lain, lempeng lapis tipis yang digunakan dalam FHI adalah
lempeng silika atau selulosa "pra lapis" (lempeng siap pakai) .
Rak penyimpanan, digunakan untuk menempatkan lempeng selama pengeringan atau
untuk membawa lempeng. Rak berisi lempeng harus disimpan dalam suatu desikator atau
harus dapat ditutup kedap untuk melindungi lempeng terhadap pengaruh lingkungan, setelah
diangkat dari lemari pengering.
Zat penjerap, terdiri dari bahan penjerap yang halus, umumnya berdiameter 5 セャュ@ hingga
40 セュ@ yang sesuai untuk kromatografi. Zat penjerap dapat dilapiskan langsung pada lempeng
kaca atau dengan menggunakan perekat Paris (kalsium sulfat terhidrasi 5% hingga 15%), pasta
kanj i atau perekat lain. Perekat Paris tidak dapat memberikan permukaan yang keras seperti
pada pasta kanj i, tetapi tidak terpengaruh oleh pereaksi penyemprot yang bersifat oksidator
kuat. Zat penjerap dapat mengandung zat berfluoresensi yang menyerap cahaya ultraviolet
untuk membantu penampakan bercak.

129
Bejana kromatograji, yang dapat memuat satu atau lebih lempeng dan dapat ditutup
kedap. Bejana dapat dilengkapi dengan rak penyangga, yang dapat menyangga lempeng yang
saling membelakangi, dengan tutup bejana pada tempatnya.
Alat sablon, umumnya terbuat dari plastik, digunakan sebagai alat bantu untuk penotolan
Larutan uji dan Larutan pembanding pada jarak seperti yang dibutuhkan, serta untuk
membantu penandaan lempeng.
Pipet mikro, yang dapat mengeluarkan eairan sejumlah volume tertentu. Jumlah total
Larutan uji dan Larutan pembanding yang harus ditotolkan, tertera pada masing-masing
monografi.
Alat penyemprot pereaksi, yang dapat menyemprotkan butir-butir hal us serta tahan
terhadap pereaksi.
Lampu ultraviolet, yang sesuai untuk pengamatan dengan panjang gelombang 254
sampai 366 nm.
Penjenuhan bejana Tempatkan kertas saring dalam bejana kromatografi. Tinggi kertas
saring 18 em dan lebarnya sarna dengan lebar bejana. Masukkan sejumlah larutan
pengembang ke dalam bejana kromatografi, hingga tingginya 0,5 sampai 1 em dari dasar
bejana. Tutup kedap dan biarkan hingga kertas saring basah seluruhnya. Kertas saring harus
selalu tereelup ke dalam larutan pengembang pada dasar bejana. Keeuali dinyatakan lain pada
masing-masing monografi , prosedur KLT dilakukan dalam bejana jenuh.
Larutan uji KL T Timbang saksama lebih kurang 1 g serbuk simplisia, rendam sambil
dikoeok di atas penangas air dengan 10 mL pelarut yang sesuai selama 10 menit. Masukkan
filtrat ke dalam labu tentukur 10-mL tambahkan pelarut sampai tanda.
Prosedur KL T Totolkan Lamtan uji dan Lamtan pembanding, menurut eara yang
tertera pada masing-masing monografi dengan jarak antara 1,5 sampai 2 em dari tepi bawah
lempeng, dan biarkan mengering. Gunakan alat sablon untuk menentukan tempat penotolan
dan jarak rambat, beri tanda pada jarak rambat.
Tempatkan lempeng pada rak penyangga, hingga tempat penotolan terletak di sebelah
bawah, dan masukkan rak ke dalam bejana kromatografi. Larutan pengembang dalam bejana
harus meneapai tepi bawah lapisan penjerap, totolan jangan sampai terendam. Letakkan tutup
bejana pada tempatnya dan biarkan sistem hingga fase gerak merambat sampai batas jarak
rambat. Keluarkan lempeng dan keringkan di udara, dan amati bereak dengan sinar tampak,
ultraviolet gelombang pendek (254 nm) kemudian dengan ultraviolet gelombang panjang (366
nm). Ukur dan eatat jarak tiap bereak dari titik penotolan serta eatat panjang gelombang untuk
tiap bereak yang diamati. Tentukan harga Rf atau Rx. Jika diperlukan, semprot bereak dengan
pereaksi penampak bereak, amati dan bandingkan kromatogram bahan uji dengan
kromatogram pembanding.
KLT Densitometri Alat untuk pengukur kuantitatif seeara langsung pada lempeng KLT
adalah densitometer yang terdiri dari alat mekanik yang menggerakkan lempeng atau alat
pengukur sepanjang sumbu x dan sumbu y, perekam, integrator atau komputer yang sesuai;
dan untuk zat yang memberikan respon terhadap UV-eahaya tampak, fotometer dengan
sumber eahaya, alat optik yang mampu menghasilkan eahaya monokromatis dan foto sel
dengan sensitivitas yang sesuai, digunakan untuk mengukur pantulan. Pada kondisi dimana
fluoresensi diukur, diperlukan filter yang sesuai untuk meneegah eahaya yang digunakan

130
untuk eksitasi mencapai fotosel dengan membiarkan emisi yang spesifik dapat lewat. Rentang
linearitas dari alat pencacah harus diverifikasi.
Jika perlu lakukan penotolan pada lempeng tidak kurang dari 3 larutan baku dari zat
yang ditetapkan, dengan kadar diantara perkiraan zat dalam larutan uji (misal: 80%, 100%,
] 20%). Jika perlu lakukan derivatisasi dengan pereaksi dan rekam pantulan atau fluorosensi
pada kromatogram. Gunakan hasil pengukuran untuk perhitungan jumlah zat dalam Larutan
UJl.

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan teknik pemisahan dengan fase diam
padat dan fase gerak cair yang umumnya dilakukan dalam suhu ruang. Pemisahan diperoleh
dari proses partisi, adsorpsi, atau penukar ion, tergantung dari tipe fase diam yang digunakan.
Zat yang dianalisis dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Metode ini umumnya digunakan
untuk analisis zat yang tidak stabil terhadap panas. Sebagian besar analisis zat menggunakan
kromatografi partisi yang dapat selesai dalam waktu 30 menit.
Alat Kromatografi cair kinerja tinggi terdiri atas reservoar berisi fase gerak, pompa yang
mendorong fase gerak melewati sistem dengan tekanan tinggi, injektor yang memasukkan
sampel ke dalam fase gerak, kolom kromatografi, detektor dan alat pengumpul data misalnya
komputer, integrator atau perekam.
Sistem pompa Sistem pompa KCKT mengalirkan fase gerak dari reservoar ke dalam
kolom dengan pipa bertekanan tinggi. Umumnya tekanan operasional hingga 5000 psi atau
lebih tinggi, dengan laju alir hingga lebih kurang 10 mL per menit. Pompa untuk analisis
kuantitatif harus terbuat dari bah an inert terhadap fase gerak yang korosif dan mampu
mengantarkan fase gerak dengan kecepatan tetap dengan fluktuasi minimal selama waktu
tertentu.
Injektor Tempat memasukkan Larutan uji ke dalam kolom dapat berupa injektor manual,
injektor "loop" atau otomatis dengan "autosampler".
K%m Untuk analisis bahan uji, pemisahan terjadi karena partisi bahan uji dalam
Larutan uji antara fase gerak dan fase diam. Sistem yang berupa fase diam polar dan fase
gerak non-polar disebut sebagai fase normal, susunan yang berlawanan yaitu fase gerak polar
dan fase diam non-polar dinamakan kromatografi fase balik. Kromatografi partisi hampir
selalu digunakan untuk bahan uji yang mudah larut dalam hidrokarbon dengan berat molekul
kurang dari ] 000. Afinitas bahan uji pada fase diam dan waktu retensinya pada kolom diatur
dengan membuat fase gerak lebih atau kurang polar. Polaritas fase gerak dapat diubah dengan
merubah komposisi dari komponen-komponennya.
Kolom yang digunakan untuk pemisahan analitik biasanya memiliki diameter dalam 2
sampai 5 mm; diameter kolom yang lebih besar digunakan untuk pemisahan kromatografi
preparatif. Kolom dapat dipanaskan untuk meningkatkan efisiensi pemisahan, tetapi jarang di
at as suhu 60° karena berpotensi untuk terjadi degradasi fase diam atau penguapan fase gerak.
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, kolom digunakan pada suhu ruang.
Kromatografi penukar ion digunakan untuk memisahkan zat larut air yang dapat
terionisasi dengan berat molekul lebih kecil dari 1500. Fase diam biasanya menggunakan resin
organik sintetis; resin penukar kation mengandung sisi aktif bermuatan negatif digunakan

131
untuk memisahkan zat basa misal amina, sementara resin penukar anion memiliki sisi aktif
bermuatan positif digunakan untuk pemisahan zat bermuatan negatif, misal gugus fosfat,
sulfonat atau karboksilat.
Detektor Metode KCKT kompendial banyak yang menggunakan detektor
spektrofotometer. Detektor terdiri dari sel yang dapat dialiri dan dipasang pada bagian akhir
kolom. Radiasi sinar UV melewati sel ke detektor. Komponen yang dieluasi dari kolom masuk
ke sel untuk menyerap radiasi dan menghasilkan perubahan tingkat energi yang dapat diukur.
Tersedia detektor dengan panjang gelombang tetap atau bervariasi. Detektor panjang
gelombang tetap pada satu panjang gelombang biasanya 254 nm.
Alat pengumpul data Alat pengumpul data menerima dan menyimpan luaran detektor
dan mencetak kromatogram lengkap dengan tinggi puncak, luas puncak, identifikasi bahan uji
dan variabel metoda. Alat ini juga digunakan untuk memprogram kromatografi cair,
mengontrol banyak variabel dan memungkinkan analisis dalam waktu panjang tanpa
pengawasan.
Data juga dapat dikumpulkan pada perekam sederhana untuk pengukuran manual atau
pada integrator terpisah. Kemampuan perekam beragam mulai dari menghasilkan cetakan luas
puncak sampai menyediakan kromatogram yang luas dan tinggi puncaknya sudah dihitung,
serta mampu menyimpan data untuk proses berikutnya.
Cara Kerja Komposisi fase gerak secara signifikan mempengaruhi kinerja kromatografi
dan resolusi zat ke dalam campuran yang akan dikromatografi. Untuk analisis kuantitatif yang
akurat harus digunakan pelarut dan pereaksi dengan kemumian tinggi. Air untuk penetapan
harus bermutu tinggi yaitu memiliki konduktivitas dan serapan UV yang rendah.
Pereaksi yang digunakan pada detektor jenis khusus (misalnya elektrokimia,
spektrometer massa) membutuhkan toleransi tambahan untuk penetapan jenis gangguan
tertentu. Komposisi zat memiliki efek yang lebih besar dibanding suhu terhadap faktor
kapasitas, k'.
Dalam kromatografi partisi, koefisien partisi dan pemisahan dapat diu bah dengan
penambahan komponen lain dalam fase gerak. Dalam kromatografi penukar ion, pH dan
kekuatan ion seperti juga perubahan komposisi fase gerak dapat mempengaruhi faktor
kapasitas. Teknik untuk mengubah komposisi pelarut secara berkesinambungan selama proses
kromatografi disebut eluasi gradien atau pengaturan pelarut. Hal ini kadang-kadang digunakan
untuk kromatografi pada campuran kompleks komponen yang perbedaan faktor kapasitasnya
besar. Detektor yang peka terhadap perubahan pelarut seperti refraktometer diferensial sukar
digunakan pada teknik eluasi gradien.
Detektor harus memiliki rentang dinamik linier yang luas dan bahan yang akan diukur
harus bebas dari zat pengganggu. Rentang dinamik linier zat adalah rentang an tara respon
sinyal detektor yang sebanding dengan jumlah zat. Rentang ini harus tiga kali lebih luas untuk
fleksibilitas maksimum dalam analisis. Sistem KCKT dikalibrasi dengan membuat kurva
respon puncak dalam perbandingan terhadap konsentrasi Pembanding yang diketahui dengan
menggunakan prosedur baku ekstemal atau baku internal.
Jika digunakan injektor otomatis atau "autosampler", akan diperoleh hasil kuantitatif
terpercaya dengan membandingkan langsung respon puncak Lamtan uji dan Lamtan
pembanding. Jika digunakan injektor berupa siring yang tidak reprodusibel pada tekanan

132
tinggi, hasil kuantitatif yang baik didapatkan dengan menggunakan pembanding internal yang
ditambahkan ke dalam Larutan uji dan Larutan pembanding. Hitung perbandingan respon
puncak zat dan baku internalnya.

PENETAP AN KADAR MINYAK ATSIRI < 71 >

Tirnbang saksa rna sejurnlah bahan yang diperkirakan rnengandung 0,3 rnL minyak atsiri,
masukkan ke dalam labu alas bulat 1 L, tarnbahkan 200 sampai 300 mL air suling, hubungkan labu
dengan pendingin dan btrret berskala Untuk minyak atsiri dengan bobot jenis lebih kecil dari 1,
tambahkan 0,2 mL toluen atau xylen ke dalam btrret. Panaskan dengan tangas udara, sehingga
penyulingan berlangsung dengan lambat tetapi teratlU". Setelah penyulingan selesai, biarkan selama
tidak kurang dari 15 memt, catat volume minyak atsiri pada blU"et. Kadar minyak atsiri dihitung
dalam % vlb.

-

T

'-' _ _ '- _ _ A

133
PENETAPAN KADAR ABU TOTAL <81>

Timbang saksama 2 sampai 3 g bahan uji yang telah dihaluskan dan masukkan ke dalam
krus silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,
dinginkan dan timbang.
Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, aduk, saring
melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan dalam krus
yang sarna. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan dan pijarkan hingga bobot tetap. Kadar
abu total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % bib.

PENET APAN KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM <82>

Oidihkan abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dengan 25 mL asam
klorida encer LP selama 5 menit. Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring
melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan dalam krus hingga bobot
tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan
dalam % bib.

PENETAPAN KADAR AIR <83>

Alat Labu 500 mL (A) hubungkan dengan pendingin air balik (C) melalui alat
penampung (B) yang dilengkapi dengan tabung pencrima 5 mL (E) yang berskala 0,1 mL.
Panaskan menggunakan pemanas listrik yang suhunya dapat diatur atau tangas minyak.
Bagian atas labu tabung penyambung (D) sebaiknya dibungkus dengan asbes.

134
D

Pereaksi Toluenjenuh air Kocok sejumlah toluen P dengan sedikit air, biarkan memisah
dan buang lapisan air.
Prosedur 8ersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asarn pencuci, bilas dengan
air, kemudian keringkan dalam lemari pengering. Timbang saksama sejumlah bah an yang
diperkirakan mengandung 1 sampai 4 mL air, masukkan ke dalam labu kering. Jika zat berupa
pasta, timbang dalam sehelai lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher labu.
Untuk zat yang dapat menyebabkan gejolak mendadak saat mendidih, tambahkan batu didih
secukupnya. Masukkan lebih kurang 200 mL toluen jenuh air ke dalam labu, pasang rangkaian
alat. Masukkan toluenjenuh air ke dalam tabung penerima (E) melalui pendingin sampai leher
alat penampung (8). Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.
Setelah toluen mulai mendidih, atur penyulingan dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes
tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan
hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan
toluen jenuh air, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan pada sebuah
kawat tembaga dan telah dibasahi dengan toluen jenuh air. Lanjutkan penyulingan selama 5
menit. Dinginkan tabung penerima hingga suhu ruang. Jika ada tetes air yang melekat, gosok

135
tabung pendingin dan tabung penerima dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat
tembaga dan dibasahi dengan toluen jenuh air hingga tetesan air turun. Baca volume air
setelah air dan toluen memisah sempurna. Kadar air dihitung dalam % vlb.

PENETAPAN KADAR SARI LARUT AIR <91>

Timbang saksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang telah dikeringkan di udara.
Masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100 mL air jenuh kloroform, kocok berkali-
kali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering
dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105° dan ditara, panaskan sisa pada
suhu 105° hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari larut air.

PENETAPAN KADAR SARI LARUT ETANOL <92>

Timbang saksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang telah dikelingkan di udara.
Masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100 mL etanol 95% P, kocok berkali-kali
selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam. Saring cepat untuk menghindarkan penguapan
etanol, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah
dipanaskan 105° dan ditara, panaskan sisa pada suhu 105° hingga bobot tetap. Hitung kadar
dalam % sari larut etanol.

PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN <111>

Susut pengeringan adalah pengurangan berat bahan setelah dikeringkan dengan cara
yang telah ditetapkan. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, simplisia
harus dalam bentuk serbuk dengan derajat halus nomor 8, suhu pengeringan 105° dan susut
pengeringan ditetapkan sebagai berikut : Timbang saksama 1 sampai 2 g simplisia dalam botol
timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan dan ditara.
Ratakan bahan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan
setebal lebih kurang 5 sampai 10 mm, masukkan dalam ruang pengering, buka tutupnya,
keringkan pad a suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol
dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu ruang.

136
PENGAYAK DAN DERAJAT HALUS SERBUK <121>

Pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang eoeok dengan penampang
melintang yang sarna di seluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor yang
menunjukkan jumlah lubang tiap em dihitung searah dengan kawat.

u ang PengayakBaku
Tbl2Lb
a e
Perbandingan kira-kira Penyimpangan
Lebar nominal
Nomor Garis tengah jumlah luas lubang rata-rata maksimum
lubang
pengayak nominal kawat セイィ。、ー@ luaspengayak lubang
(mm)
(%L (%1
2 3,35 1,73 43 3,2
3 2,00 0,998 45 3,3
4 1,68 0,860 44 3,3
6 1,20 0,614 44 3,6
8 0,710 0,445 38 3,9
10 0,600 0,416 35 4,2
12 0,500 0,347 35 4,4
14 0,420 0,286 35 4,5
18 0,355 0,222 38 4,8
24 0,250 0,173 35 5,2
34 0,180 0, 119 36 5,6
40 0,150 0,104 35 6,3
48 0,125 0,087 35 6,5
60 0,105 0,064 39 7,0
68 0,090 0,059 36 7,3
80 0,075 0,052 35 8,1
120 0,053 0,032 39 9,1

Tabel 3. Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Derajat Ralus


Nomor Pengayak Ukuran Untuk mendapat
()lm) derajat kehalusan
8 2360 Serbuk sangat kasar
20 850 Serbuk kasar
40 425 Serbuk agak kasar
60 250 Serbuk halus
80 180 Serbuk sangat halus

DERAJAT HALUS SERBUK

Derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak.


Jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan satu nomor, dimaksudkan bahwa semua
serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut.
Jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan dua nomor, dimaksudkan bahwa semua
serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui
pengayak dengan nomor tertinggi.

137
PENCUCIAN PERALATAN KACA <141>

Keberhasilan dalam penetapan menurut FHI tergantung pada kebersihan peralatan yang
digunakan. Salah satu bahan yang paling efektif untuk membersihkan peralatan kaca adalah
Asam nitrat P panas. Metode yang efektifuntuk membersihkan bahan organik pada kaca tanpa
pemanasan adalah menggunakan campuran pembersih Asam pencuci.
Kaca cenderung menyerap asam kromat sehingga membutuhkan pembilasan lama.
Bahan pembersih alkali seperti natrium fosfat tribasa dan deterjen sintetik juga sangat
berguna, tetapi diperlukan waktu pembilasan lebih lama. Perlakuan khusus diperlukan untuk
membersihkan wadah yang digunakan pada pengukuran secara optik dan harus dihindari
penggunaan asam kromat dan larutan basa kuat.
Campuran pembersih asam kromat sangat korosif' dan higroskopis sehingga harus
disimpan dalam bOlol bersumbat kaca di tempa! y ang aman. Jika campuran menjadi
berwGl'na hijau tidak boleh dikembalikan ke dalam botol penyimpan dan harus dibuang
menurut p eraturan yang berlaku.

PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL < 151 >

Metode 1
Lakukan penctapan kadar seperti tertera pada Spektrojotometri <51 >
Pereaksi
Larutan HMT : Larutan heksametilentetramin 0,5% b/v
Larutan asam asetat glasial 5 % v/v dalam metanol P
Larutan aluminium klorida : Larutan Aluminium klorida 2% dalam Asam asetat glasial P
Larutan uji Kecuali dinyatakan lain timbang saksama sejumlah 200 mg simplisia atau ekstrak
yang setara dengan 200 mg serbuk simplisia, masukkan ke dalam labu alas bulat, tambahkan
berturut-turut 1 mL larutan HMT, 20 mL aseton P dan 2 mL larutan asam klorida P, refluks
selama 30 menit. Saring menggunakan kapas, masukkan filtrat ke dalam labu tentukur 100-
mL. Refluks kembali residu dengan 20 mL aseton P selama 30 menit, saring dan cam pur
filtrat ke dalam labu tentukur 100-mL. Tambahkan aseton P sampai tanda. Pipet 20 mL ke
dalam corong pisah, tambahkan 20 mL air dan ekstraksi 3 kali, tiap kali menggunakan 15 mL
eti! asetat P. Masukkan fase etil asetat dalam labu tentukur 50-mL tambahkan eti! asetat P
sampai tanda.
Enceran Larutan uji Pipet 10 mL Larutan uji ke dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan
larutan asam asetat glasial 5% v/v dalam metanol P sampai randa.
Larutan uji dengan larutan aluminium klorida Pi pet 10 mL Larutan uji ke dalam labu tentukur
25 -mL, tambahkan 1 mL larutan aluminium klorida dan larutan asam asetat glasial 5% v/v
dalam metanol P sampai tanda.

138
Larutan Pembanding tanpa larutan aluminium klorida Larutan pembanding flavonoid 0,1%
dalam etil asetat P. Buat pengenceran hingga diperoleh serapan yang mendekati serapan
Larutan uji
Larutan Pembanding dengan larutan aluminium klorida Larutan pembanding ditambah 1 mL
larutan aluminium klorida
Pengukuran Lakukan pengukuran 30 menit setelah penambahan larutan aluminium klOl-ida
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang yang sesuai seperti tertera pada
monografi. Hitung kadar flavonoid total sebagai flavonoid pembanding seperti tertera pada
monografi dengan rumus :

% Kadar flavonoid total dihitung sebagai flavonoid pembanding seperti tertera


pada monografi
Cp Konsentrasi Larutan pembanding
Au Serapan Larutan uji dengan larutan aluminium klorida
Abu Serapan Larutan uji tanpa larutan aluminium klorida
Ap = Serapan Larutan pembanding dengan larutan aluminium klorida
A bp Serapan Larutan pembanding tanpa larutan aluminium klorida
1,25 Faktor Konstanta

Metode 2
Larutan uji untuk simplisia
Timbang saksama lebih kurang 1g serbuk simplisia, ekstraksi dengan 25 mL etanol P kocok
dengan kecepatan 200 rpm selama 24 jam. Saring ke dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan
etanol 80% melalui penyaring sampai tanda.
Larutan uji untuk ekstrak
Timbang saksama lebih kurang 0,1 - 1 g ekstrak, larutkan dalam 10 mL etanol 80%, sentrifus
1000 x gravitasi selama 10 menit. Masukkan beningan ke dalam labu tentukur 25-mL
ekstraksi residu dua kali, tiap kali dengan 5 mL etanol 80%. Kumpulkan beningan ke dalam
labu tentukur yang sarna, tambahkan etanol 80% sampai tanda.
Larutan uji untuk ekstrak cair
LTkur saksama sejumlah volume ekstrak cair, encerkan dengan etanol 80% sampai kadar yang
sesuai untuk kolorimetri.
Larutan pembanding Timbang saksama kurang lebih 10 mg pembanding, larutkan dalam
etanol 80%, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan etanol 80% hingga
kadar 25,50 dan 100 セァ@ I mL.
Pengukuran Pipet secara terpisah 0,5 mL Larutan uji dan Larutan pembanding, tambahkan
pada masing-masing 1,5 mL etanol P, 0,1 mL aluminium klorida P 10%, 0,1 mL natrium
asetat 1M dan 2,8 mL air suling. Kocok dan diamkan selama 30 menit pad a suhu ruang. Ukur
serapan pada panjang gelombang serapan maksimum. Lakukan pengukuran blangko dengan
cara yang sarna, tanpa penambahan aluminium klorida, buat koreksi seperlunya.

139
Metode 3
Larutan uji Lakukan seperti yang tertera pada Metode 2
Larutan pembanding Timbang saksama lebih kurang 20 mg pembanding, larutkan dalam
metanol P, buat pengenceran secara kuantitatif j ika perJu bertahap hingga kadar 500, 1000 dan
2000 Ilg / mL.
Pengukuran Pipet secara terpisah 1 mL Lamtan uji dan Larutan pembanding, tambahkan pada
masing-masing 2 mL 2,4-dinitraJenilhidrazin P 1% dan 2 mL metanal P, panaskan pad a suhu 50°
selama 50 menit, dinginkan pada suhu ruang. Tambahkan 5 mL kalium hidraksida P 1% dalam
metanal P 70%, diamkan pad a suhu ruang selama 2 menit. Pipet 1 mL campuran, tambahkan 5 mL
metana I P, sentrifus 1000 x gravitasi selama 10 menit. Masukkan beningan ke dalam labu tentukur
25-mL, tambahkan metanal P sampai tanda. Ukur serapan pada panjang gelombang serapan
maksimum.

PEMBUATAN SERBUK SIMPLISIA <301>

Pembuatan serbuk simplisia merupakan proses awal pembuatan ekstrak. Serbuk


simplisia dibuat dari simplisia utuh atau potongan-potongan halus simplisia yang sudah
dikeringkan melalui proses pembuatan serbuk dengan suatu alat tanpa menyebabkan
kerusakan atau kehilangan kandungan kimia yang dibutuhkan dan diayak hingga diperoleh
serbuk dengan derajat kehalusan tertentu. Derajat kehalusan serbuk simplisia terdiri dari
serbuk sangat kasar, kasar, agak kasar, halus dan sangat halus.
Kecuali dinyatakan lain, derajat kehalusan serbuk simplisia untuk pembuatan ekstrak
merupakan serbuk simplisia halus seperti tertera pada Pengayak dan derajat halus serbuk
<121>.

PEMBUATAN EKSTRAK <311>

Buat ekstrak daTi serbuk kering simplisia dengan cara maserasi menggunakan pelarut
yang sesuai. Gunakan pelarut yang dapat menyari sebagian besar metabolit sekunder yang
terkandung dalam serbuk simplisia. Jika tidak dinyatakan lain gunakan etanol 70% P.
Masukk:an satu bagian serbuk kering simplisia ke dalam maserator, tambahkan 10 bagian
pelarut. Rendam selama 6 jam pertama sambi I sekali-sekali diaduk, kemudian diam.kan selama

140
18 jam. Pisahkan maserat dengan cara pengendapan, sentrifugasi, dekantasi atau filtrasi .
Ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang
sama.
Kumpulkan semua maserat, kemudian uapkan dengan penguap vakum atau penguap
tekanan rendah hingga diperoleh ekstrak kenta!.
Hitung rendemen yang diperoleh yaitu persentase bobot (bi b) antara rendemen dengan
bobot serbuk simplisia yang digunakan dengan penimbangan. Rendemen harus mencapai
angka sekurang-kurangnya sebagaimana ditetapkan pada masing-masing monografi ekstrak.
Pembuatan ekstrak bisa dilakukan dengan cara lain seperti perkolasi, sokletasi atau
"counter current".

PEMBUATAN LARUTAN UJI SIMPLISIA <321>

Timbang sejumlah serbuk kering simplisia, refluks selama 30 menit menggunakan jenis
dan jumlah pelarut yang sesuai, saring, refluks kembali residu dengan cara yang sarna
sebanyak 2 kali. Kumpulkan filtrat ke dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan pelarut
sampai tanda.

PENGUJIAN MIKROSKOPIK <401>

Pada pengujian mikroskopik, digunakan pereaksi air, fluoroglusin LP dan kloralhidrat LP.
Istilah mikroskopik
Amilum atau pati Salah satu metabolit yang secara kimia merupakan senyawa karbohidrat
yang komplek (polimer) dan pada sel berupa butiran . Secara miroskopis butiran amilum atau
pati dari jenis tumbuhan tertentu berbentuk khas sehingga dapat dijadikan sebagai identitas
tumbuhan tersebut. Untuk melihat adanya amilum digunakan media air.
Berkas pengangkut Merupakan sekelompokjaringan yang terdiri dari floem dan xilem, dengan
atau tanpa kambium.
Endodermis Lapisan sel (biasanya satu lapis) yang membatasi korteks dan silinder pusat, dan
secara mikroskopis sangat nyata pada struktur akar. Pada dinding radial dan melintangnya,
endodermis mengandung selapis suberin yang dikenal sebagai pita kaspari . Pada batang, telah
dibuktikan bahwa bagian korteks terdalam batang memiliki sifat kimiawi dan fisiologi yang
serupa dengan endodermis, walaupun secara morfologi tidak terlihat.
Endokarp Jaringan yang paling dalam dari perikarp.
Endosperm Salah satu bagian biji di samping embrio dan kulit b(ji yang berfungsi sebagai
tempat cadangan makanan seperti patio

141
Epidermis Jaringan yang membentuk lapisan penutup di pennukaan tumbuhan. Secara
mikroskopis sebagian besar bentuk selnya beragam dan untuk tumbuhan tertentu berbentuk
khas sehingga dapat digunakan sebagai identitas. Pada epidermis dapat juga ditemukan sel
penutup stomata, berbagai ram but, sel sekresi dan sel sklerenkim. Sifat khas dari epidermis
bagian tumbuhan di atas tanah terdapat lapisan kutikula pad a dinding luar dan kutinisasi yang
terjadi pada sebagian atau seluruh dinding lainnya.
Epikarp (eksokarp/kulit luar) Jaringan paling luar dari perikarp.
Floem Alat translokasi atau pengangkut zat hara organik hasil fotosintesis ke seluruh bagian
lain dari tumbuhan. Secara mikroskopis floem terdiri dari sel tapis dan komponen pembuluh
tapis disertai sel pengantar. Di samping itu terdapat pula parenkim, parenkim jari-jari empulur,
serat dan sklereid floem. Bentuk sel-sel floem jenis tumbuhan tertentu dapat dijadikan sebagai
identitas tumbuhan tersebut.
ldioblas Sel yang memiliki isi yang berbeda dari sel sekelilingnya, misalnya mengandung
enzim, minyak, lendir dan harsa.
Jaringan palisade ataujaringan tiang Salah satu jaringan yang ada pada mesofil daun, selnya
lebih kompak, berbentuk memanjang tegak lurus terhadap pennukaan helai daun, langsung di
bawah epidennis atas.
Jaringan sekresi Kumpulan sel khas yang tersebar, meliputi sel sekresi, ruang atau rongga
sekresi, saluran sekresi dan latisifer.
Kolenkim Jaringan hidup yang erat hubungannya dengan parenkim, dan sebagai penyokong
dalam organ yang muda, terdiri atas sel-sel dengan dinding yang biasanya menebal tidak
sarna. Kolenkim tersusun sebagai berkas atau silinder dekat pennukaan kortek pada batang,
tangkai daun dan sepanjang tulang daun besar pada helai daun. Kolenkim jarang ditemukan
pada akar.
Korteks Jaringan yang terletak antara epidennis dan silinder pusat (silinder ikatan pembuluh)
pada batang dan an tara epidermis dan endodemis pada akar. Sebagian besar korteks berisi sel-
sel parenkim.
Kristal kalsium oksalat Salah satu zat ergastik berupa kristal yang umum ditemukan pada
tumbuhan . Berbagai bentuk kristal seperti drus yaitu kristal prisma dengan ujung yang
runcing. Kristal ini dapat digunakan sebagai identitas tumbuhan. Kristal lain yang dapat
ditemukan adalah kalsium karbonat dan kalsium malat, walaupun jarang.
Kutikula Lapisan lilinlmalamlwax pada pennukaan epidennis dari bagian tumbuhan yang
terletak di atas tanah.
Litosis Sel yang mengandung sistolit yaitu penumpukan kalsium nitrat atau kalsium oksalat di
ujung struktur tangkai. Tangkai berupa tonjolan dari dinding ke arah dalam sel. Litosis atau
sistolit dapat dijadikan sebagai identitas tumbuhan tertentu.
Mesofil Bagian utama helai daun yang banyak mengandung kloroplas dan ruang antar sel.
Mesofil terdiri dari jaringan tiang (palisade) dan jaringan spon (bunga karang). Jaringan tiang
lebih kompak, sedangkan jaringan spon memiliki ruang antar sel yang luas. Jaringan tiang
bentuknya memanjang tegak lurus terhadap permukaan helai daun.

142
Mesokarp (daging buah) Bagian dari peri karp yang terletak antara epikarp dan endokarp.
Parenkim Jaringan sinambung dalam korteks akar, batang dan mesofil daun, jari-jari empulur
dan jaringan pembuluh . Sel parenkim bentuknya beragam, sering kali bersegi banyak.
Fungsinya antara lain dalam fotosintesis, penyimpanan bahan. Parenkim dapat juga
membentuk struktur tambahan seperti jaringan sekresi.
Periderm Jaringan komplek yang terdiri dari jaringan gabus atau felem, kambium gabus atau
felogen danfeloderm (sel hidup yang dibentuk felogen ke arah dalam). Felogen terletak dekat
permukaan bagian bawah epidermis atau pada epidermis itu sendiri. Felogen membentuk
felem (jaringan gabus) ke arah luar.
Perikarp Dikenal juga sebagai dinding buah atau kulit buah, yang secara struktur terdiri dari
eksokarp (epikarp), meso karp dan endokarp.
Perisikel Perikambium yang terletak di sebelah dalam endodermis, bagian terluar dari silinder
pusat dan terdiri atas beberapa lapisan sel yang berbatasan dengan berkas pengangkut sering
merupakan identitas karena pembentukan sklerenkim.
Perisperm Jaringan yang mengandung persediaan makanan dan dibentuk di luar kantung
embrio.
Rambut kelenjar Merupakan modifikasi epidermis dan berupa sel sekresi yang kandungan
utamanya minyak atsiri. Rambut kelenjar bentuknya bermacam-macam dan dapat dijadikan
identitas tumbuhan.
Rambut penutup Merupakan modifikasi epidermis tapi bukan berupa sel sekresi. Banyak
bentuk rambut penutup yang dapat digunakan sebagai identitas tumbuhan.
Rambut sisik Salah satu jenis rambut (trikoma) yang memipih dan bersel banyak, dapat
ditemukan tanpa tangkai (sesil).
Sel batu Sel berdinding teba!. Bentuk sel batu dengan macam penebalannya sangat bervariasi
dan digunakan sebagai identitas tumbuhan.
Sel gabus Sel dari jaringan gabus atau felem. Sel berbentuk lempeng, tersusun rapat dan
dindingnya mengandung suberin (zat gabus). Jaringan gabus dapat digunakan sebagai identitas
tumbuhan.
Serabut Sel berbentuk isodiametrik, berdinding tebal dan umumnya berlignin.
Serat Berdasarkan letaknya dibagi menjadi serat xi/em dan serat ekstra xi/em (luar xilem).
Berdasarkan tebal dinding dan jumlah noktah, serat xilem terdiri dari serat libriform dan serat
trakeid. Serat libriform dindingnya am at tebal dan jumlah noktahnya sedikit.
Sklereid Terdapat pada berbagai bagian tumbuhan, misalnya tempurung kelapa hampir
seluruhnya terdiri dari sklereid. Ada 4 macam sklereid yaitu brakisklereid (sel batu berbentuk
hampir isodiametrik); makrosklereid (berbentuk batang sering ditemukan dalam kulit biji);
osteosklereid (berbentuk tulang dengan ujung-ujungnya yang membesar kadang-kadang
sedikit bercabang); asterosklereid (bercabang atau bentuk bintang, sering terdapat pada daun).

143
Sklerenkim Jaringan yang dibentuk oleh sel-sel yang mengalami penebalan, dapat
mengandung lignin. Fungsi utamanya sebagai penyokong, kadang-kadang sebagai pelindung.
Secara umum, sklerenkim dibagi menjadi serat (fibres) dan sklereid. Bentuk serat dan atau
sklereid dapat dijadikan identitas tumbuhan.
Spiral Salah satu jenis penebalan dari komponen trakea. Komponen trakea adalah sel yang
membentuk pembuluh kayu. Bentuk penebalan komponen trakea dapat dijadikan sebagai
identitas suatu bag ian tumbuhan.
Stoma (stomata) atau mulut daun Merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh dua
sel epidennis yakni sel penutup. Dengan mengubah bentuknya, sel penutup mengatur
pelebaran dan penyempitan celah. Sel stoma dikelilingi oleh sel tetangga yang bentuknya bisa
sarna atau berbeda. Struktur dan letak sel penutup, serta jumlah, ukuran, letak sel tetangga
stoma dapat dijadikan identitas bagian tumbuhan. Stoma terdapat pada seluruh bagian
tumbuhan di atas tanah.
Testa Suatu lapisan sel yang terletak antara peri karp dan endospenn.
Tetes minyak Dapat berupa tetes minyak atsiri dan minyak Jemak.
Trakeid Salah satu unsur trakeal (di samping komponen trakea). Merupakan sel panjang
dengan ujung runcing tanpa lubang. Sel komponen trakea memiliki lubang yang biasanya
terletak pada dinding ujung, kadang-kadang lubang tersebut terdapat pada dinding lateral.
Tulang daun Bagian helai daun yang berguna untuk pengokoh dan berfungsi sebagai berkas
pengangkut. Pada beberapa tumbuhan; pad a tulang daun ditemukan kristal-kristal yang dapat
digunakan sebagai identitas daun terse but.
Xilem Dari segi struktur dan fungsi adalah jaringan komplek. Berfungsi dalam pengangkutan
air, penyimpanan makanan, serta penyokong. Sel-sel pengangkut air dikenal sebagai trakeid
dan trakea.

144
PEREAKSI
PEREAKSI, LARUTAN PEREAKSI DAN
LARUTAN PENAMPAK BERCAK
PEREAKSI DAN LARUTAN PEREAKSI

P = Pereaksi LP = Larutan Pereaksi

Air H 20 Air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan penukar ion,
osmosis balik atau proses lain yang sesuai.
Aluminium klorida 6H 20 P AIC!}.6H 20 pereaksi, mengandung tidak kurang dari 98,0%
AICb.6H 20
Amonia pekat P Amonium Hidroksida P, Larutan NH3 25 % (13,5 M), murni pereaksi.
Amonia LP Encerkan 400 mL Amonia Pekat P dengan air hingga 1000 mL. Larutan
mengandung antara 9,5% dan 10,5% NH 3 .
Anisaldehida P 4-Metoksibensaldehida, CH 30.C 6H 4CHO, mumi pereaksi.
Asam asetat P Larutan C2H402, mumi peraksi, mengandung tidak kurang dari 32,5% dan
tidak lebih dari 33,5% C 2H 40 2.
Asam asetat encer LP Larutan C2H402, murni pereaksi, mengandung tidak kurang dari 5,7%
dan tidak lebih dari 6,3% C2H 40 2;
Asam asetat glasial P Larutan C 2H 402, mumi pereaksi, mengandung tidak kurang dari 99,5%
dan tidak lebih dari 100,5% C 2H 402.
Asam formiat P Larutan HC0 2H, mumi pereaksi, mengandung tidak kurang dari 90,0%
CH 2 0 2 .
Asam indigo sulfonat LP Larutkan 1 g indigo karmin P dalam 25 mL asam sulfat P,
tambahkan 25 mL as am sulfat P lagi dan encerkan dengan air secukupnya hingga 1.000 mL.
(pengenceran dilakukan dengan menuangkan larutan ke dalam sebagian besar air, kemudian
encerkan dengan air secukupnya hingga 1.000 mL).
Asam klorida P Larutan HCl, mumi pereaksi, mengandung lebih kurang 25,0% HC!.
Asam klorida 1 N Larutan HCI, tiap 1.000 mL larutan mengandung 34,46 g HCl. Encerkan
85 mL asam klorida P dengan air hingga 1.000 mL
Asam Idorida 0,1 N Larutan HCI, Encerkan 100 mL asam klorida 1 N dengan air hingga
1000 mL.
Asam nitrat P Larutan HN03, mumi pereaksi, mengandung tidak kurang dari 69,0% dan
tidak lebih dari 71,0% HN03.
Asam Pencuci Natrium bikromat 200 g, air 100 mL, asam sulfat 1.500 mL. Larutkan Natrium
bikromat dalam air, secara perlahan-lahan dan hati-hati tambahkan as am sulfat.
Asam sulfat P H 2S0 4, murni pereaksi, mengandung tidak kurang dari 98,0% H 2S0 4.
Asam sulfat LP Larutan H 2S04, mengandung tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari
96,0% H 2S04.

146
Asam sulfat encer LP Larutan Asam sulfat 10% yang dibuat dengan cara menambahkan
secara hati-hati 57 mL asam sulfat P ke dalam lebih kurang 100 mL air, dinginkan hingga
suhu kamar dan encerkan dengan air hingga 1.000 mL.
Aseton P (CH3)2CO, murni peraksi.
Asetonitril P Metif sianida P, CH3CN, murni pereaksi.
Besi(III) klorida P FeCb.6H 20, murni pereaksi.
Bismut nitrat P Bi(N0 3)3.5H 20, murni pereaksi, mengandung tidak kurang dari 98,0%
Bi(N03h·5H 20.
Butanol P CH 3(CH 2hCH 20H, murni pereaksi.
Dietilamina P (C2HShNH, murni pereaksi, mengandung tidak kurang dari 99,0% (C2Hs)2NH.
Dikloroetan P Etilendiklorida, (CH2)2Ch, murni pereaksi.
Diklorometan P Metilendiklorida, (CH3)2CI 2, murni pereaksi.
2,4-Dinitrofenilhidrazin P 2,4-C6H3(N02)2NHNH2, murni pereaksi.
2,4 Dinitrofenilhidrazin 1 % LP Larutkan 1 g zat dalam 2 mL asam sulfat LP, encerkan
dengan metanol P hingga 100 mL
Etano) 70% LP Encerkan 737 mL etanol 95% P dengan air secukupnya hingga 1.000 mL.
EtanoJ 90% LP Encerkan 948 mL etanol 95% P dengan air secukupnya hingga 1.000 mL.
Etanol 95% P Etil alkohol, C2HsOH, murni peraksi.
Eter P Dietileter, (C 2HshO, murni pereaksi.
Eter minyak tanah P Petroleum eter, eter minyak tanah antara 40° sampal 60°, murnl
pereaksi.
Etil asetat P CH3COOC2HS, murni pereaksi.
Floroglusinol P C6H3(OH)J.2H 20, murni pereaksi.
Floroglusinol LP Larutan floroglusinol P 1% b/v dalam etanol (90%) P.
Heksa-metilen tetramini P (CH2)6N4, mumi pereaksi.
Heksa-metilen tetramini LP Larutan heksametilen tetramin 0,5 % b/v.
Heksan P, C6H14, murni pereaksi.
Iso-propanol P Propan-2-ol, CH 3CHOHCH 3, murni pereaksi.
Kalium hidroksida P KOH, murni pereaksi, mengandung tidak kurang dari 85,0% alkali
jumlah dihitung sebagai KOH dan tidak lebih dari 4,0% K2C0 3 .
Kalium hidroksida 15% LP Larutkan 15 g kalium hidroksida dengan air secukupnya hingga
100 mL.
Kalium iodida P KI, mumi pereaksi.

147
Kloralhidrat P C2H3Ch02, murni pereaksi, mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak
lebih dari 100,5% C2H3Ch02.
Kloralhidrat LP Larutkan 50 g kloralhidrat P dalam 20 mL air.
Kloroform P CH 3Cl, murni peraksi.
Metanol P Metil alkohol, CH 30H, murni pereaksi.
Natrium hidroksida P NaOH, mumi pereaksi.
Natrium hidroksida 0,1 N Larutkan 4,0 g NaOH dalam air hingga 1000 mL.
Natrium karbonat P Na2C03, murni pereaksi.
Silika gel 60 F 254 Mengandung lebih kurang 13% CaS04.JhH20 dan lebih kurang 1,5%
indikator fluorosein yang berfluorosensi pad a panjang gelombang 254 nm.
Toluen P C 6 H sCH 3 , mumi pereaksi.
Vanilin P C SH S0 3, mumi pereaksi, mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari
103,0% CgH S0 3 , dihitung sebagai zat yang telah dikeringkan.

LARUTAN PENAMP AK BERCAK

Aluminium k]orida LP Larutan Aluminium klorida 6H 20 P 5%, dalam etanol P.


Anisaldehida-asam sulfat LP Larutan segar campuran 0,5 mL anisaldehida P, 10 mL asam
asetat glasial P, 85 mL metanol P dan 5 mL as am sulfat P.
Asam sulfat 5% dalam etanol LP Asam sulfat P 5 % dalam etanol P.
Besi(III) klorida 1 % LP Larutan 1 g Besi(III) klorida dalam air hingga 100 mL.
Biru permanen LP Fast Blue Salt B (FBS) reagent, Larutkan 500 mg 3.3' dimetoksibifenil-
4.4' bis(diazonium) diklorida dalam  100  mL air. 
Dragendorff LP Campur  20  mL  larutan  bismuth  subnitrat  P  40%  b/v  dalam  asam  nitrat  P 
dengan 50 mL kalium  iodida P  54,4% b/v,  diamkan sampai memisah sempurna. Ambil  larutan 
jemih dan encerkan dengan air secukupnya hingga 100  mL. 
Folin-Ciocalteu Fenol LP Masukkan  100  g  natrium  tungstat P,  25  g  natrium  molibdat P,  700 
mL  air,  50  mL  asam  fosfat  P  dan  100  mL  asam  klorida  P,  ke  dalam  labu  1500  mL.  Refluks 
campuran  dengan  hati­hati  selama  lebih  kurang  10  jam,  kemudian  tambahkan  150  g  litium 
sulfat P,  50  mL air,  dan  beberapa  tetes  brom  P,  didihkan  campuran,  tanpa  kondensor,  selama 
lebih  kurang  15  men it,  atau  hingga kelebihan  brom  hi lang.  Dinginkan,  dan  encerkan  dengan 
air hingga  100  mL,  dan saring.  Filtrat tidak memberikan wama kehijauan.  Sebelum digunakan 
encerkan  1 bagian filtrat dan  1 bagian air. 
Kalium hidroksida etanol LP Larutan kalium hidroksida P  11,2% b/v  dalam  etanol  (90%)  P 
(2N).  Larutan dibuat segar. 

148 
Kalium hidroksida etanol LP Larutkan lebih kurang 34 g kalium hidroksida P dalam 20 mL
air dan tambahkan etanol bebas aldehida P hingga 1000 mL. Biarkan larutan dalam botol
tertutup rapat selama 24 jam. Kemudian enap tuangkan beningan secara cepat ke dalam botol
yang sesuai, bertutup rapat.
Liebermann Bourchard LP Campurkan 5 bagian volume asam sulfat P dengan 50 bagian
volume etanol 95% P. Tambahkan hati-hati 5 bagian volume asam asetat anhidrid ke dalam
campuran tersebut, dinginkan.
Sitroborat LP larutkan 5 g asam sitrat P dan 5 g asam borat P dalam etanol P hingga 100
mL.
Vanilin-asam sulfat LP Larutkan 5 g vanilin P dalam asam sulfat P hingga 100 mL.

149
INDEKS
INDEKS FHII

A Asam sulfat P, 146 D


Aseton P, 147
Asetonitril P, 147
Abu tidak larut asam, 134 Daging buah paria, 71
Penetapan kadar,
Abu total, penetapan kadar, ) 34 Daun alpukat, 4
Air, Daun kejibeling, 28
Air, penetapan kadar, 134 Daun kepel, 36
B
Akar kelembak, 32 Daun paliasa, 67
Akar wangi, 1 Daun sambung nyawa, 86
Benzen P,
Aloe verae folii extractum Daun sendok, 96
Besi(III) klorida 1% LP, 148
spissum, 60 Daun sirih, I 04
Biji pala,
Aluminium klorida LP, 148 Daun wungu, 115
Biji pinang, 7,6
Aluminium klorida P, Dietilamina P, 147
Biru permanen LP, 148
Alyxiae reinwardtii cortex 81 Dikloroetan P, 147
.. . \ -:
Alyxyae reinwardtll corteclS
Bismut nitrat P, 147
Diklorometan P, 147
Buah cabe merah, 8
extractum spissum, 84 Dragendorff LP, 148
Buah kapulaga, 20
Amomi compacti fructus, 20
Buah ketumbar, 39
Amomi compacti fructus
Buah lada hi tam, 46 E
extractum spissum, 22
Butanol P, 147
Amonia LP, 146
Amonia pekat P, 146 Ekstrak kental akar
Anisaldehid-asam sulfat LP, 148 C kelembak, 35
Anisaldehida P, 146 Ekstrak kental akar wangi, 3
Apii graveolentis herba, 93 Ekstrak kental biji pinang, 79
Caesalpiniae sappanis ligni
Apii graveolentis herbae Ekstrak kental buah cabe
extractum spissum, 92
extractum spissum, 95 merah, II
Caesalpiniae sappanis
Arecae cathecu semen, 76 Ekstrak kental buah
lignum, 89
Arecae cathecu seminis kapulaga 22
Capsici annui fructus
extractum spissum, 79 Ekstrak ken tal buah
extractum spissum, II
Asam asetat 10% LP, ketumbar, 42
Capsici annui fructus, 8
Asam asetat 15% LP, Ekstrak kental buah lada
Coriandri sativi fructus
Asam asetat 2N LP, hitam, 50
extractum spissum, 42
Asam asetat encer LP, 146 Ekstrak kental daging buah
Coriandri sativi fructus , 39
Asam asetat glasial P, 146 paria, 75
Curcumae aeruginosae
Asam asetat P , 146 Ekstrak kental daun alpukat 7
rhizomae extractum
Asam fonniat P, 146 Ekstrak kental daun
spissum, 110
kejibeling, 31
Asam indigo sulfonat LP, 146 Curcumae aeruginosae
Ekstrak kental daun kepel, 38
Asam klorida P, 146 rhizomae, 108
Ekstrak kental daun legundi, 51
Asam klorida O,IN LP, 146 Curcumae zedoariae
Ekstrak ken tal daun lidah
Asam klorida 1N LP, 146 rhizomae extractum
buaya, 60
Asam nitrat P, 146 spissum, 114
Ekstrak kental daun paliasa, 7(
Asam pencucl, 146 Curcumae zedoariae
Ekstrak kental daun salam,
Asam sulfat 5% dalam rhizomae, II I
Ekstrak kental daun
etanol LP, 148
sambung nyawa, 88
Asam sulfat encer LP , 147
Ekstrak kental daun sendok, 9
Asam sui fat LP, 146

150
Ekstrak kental daun sirih, 10 7 Gynurae procumbensis folii Kromatografi cair kinerja
Ekstrak kental daun wungu, I IR extractum spissum, XX tinggi , 131
Ekstrak kental herba Gynurae procumbensis Kromatografi lapis tipis,
ceplukan, 15 folium, R(i identifikas i secara, 129
Ekstrak kental herba seledri, 95 Kromatografi lapis tipis-
Ekstrak kental kayu secang, 9'2 densitometri ,  130  
Ekstrak kental kulit batang H Kromatografi ,  127  
pulosari, 84 Klilit batang pul asari,  81  
Ekstrak kental ku lit batang Heksa-metilen tetramini LP, 147 Kulit  batang sintok,  100  
sintok, 103 Heksa-metilen tetramini P, 147 Kulit buah  delima,  16  
Ekstrak kental kulit kayu Heksan P, l,.j 7 Kulit  buah manggis,  64  
rapat, 27 Herba ceplukan, 1'2 Kulit  kaYlI  rapat,  23  
Ekstrak kental rimpang Herba meniran ,
lempuyang gajah, 55 Herba seledri, 93
Ekstrak kental rimpang L
lempuyang wangi, 59
Ekstrak kental rimpang temll I Larui.a n penampak bercak,  148  
ireng, 110 Liebermann­burchard  LP,  149  
Ekstrak kental umbi lapis Iso-propanol P, l,.j 7
kucai , 45
Ekstrak kental kulit batang M
pulosari, 84 J
Metanol  P,  148  
Ekstrak kering getah dalln Minyak atsiri, penetapan  
lidah buaya, 62 K kadar,  1J3  
EtanoI70%LP,147 Momordicae charantiae  
EtanoI70%, Kadar abu tidak larut asam, perIcarplum  7 1  
EtanoJ 90% LP , 147 penetapan, 134 Momordicae charantiae  
FtanoI95 % P, 14 7 Kadar abu total, penetapan, 134 pericarpium  extractum  
Hanoi 95% P, Kadar air, pen etapan , 134 splssum  75  
Etanol P, Kadar minyak atsiri ,
Eter minyak tanah P, 14 7 penetapan, 133
Eter P, 147 Kadar sari larut dalam air, N
Etil asetat P, 147 penetapan, 136
EtilasetatP, 147 Kadar sarI larut dalam Natrium  hidroksida  P,  148  
etanol , penetapan, 13G Natrium hidroksida 0,1  N, 148  
Kalium hidroksida 15% LP, 14 7
F Kalium hidroksid a etanol
LP, 148 o 
Floroglusinol P, 14 7 Kalium hidroksida P, 14 7
Floroglusinol LP , 147 Kalium iodida , 147
Folin-Ciocalteu fenol LP, 148 Kayu secang, 89
Ketentuan umum, xvii

KJeinhoviae hospitae folii
G extractum spissum, 70 Pembanding farmakope 
Kleinhoviae hospitae folium, 67 herbal  indonesia ,  121  
Graptophy lli Plctl folii Kloralhidrat LP, 148 Pembuatan ekstrak,  140  
extractum spissum, 118 Kloralhidrat P, 148 Pembuatan  larutan  uj i  
Graptophylli picti folium , 11 5 Kloroform P, 148 simplisia,  141  

151  
Pembuatan serbuk simplisia, 140 Rhei officinal is radix, 32 Vitecis trifoliae folii
Pencucian peralatan kaca, 138 Rimpang lempuyang gajah, 52 extractum spissum, 5 I
Penetapan kadar abu tidak Rimpang lempuyang wangi, 56
larut asam, 134 Rimpang temu ireng, 108
Penetapan kadar abu total, 134 Rimpang temu putih, 111
Penetapan kadar air, 134
Penetapan kadar flavonoid
w
total, 138 s
Penetapan kadar minyak
atsiri, 133 Sari larut air, penetapan
x
Penetapan kadar sari larut kadar, 136
air, 136 Sari larut etanol, penetapan y
Penetapan kadar sari larut kadar, 136
etanol, 136 Secretum aloe verae folii Yodium LP,
Penetapan susut extractum siccum, 62
pengenngan, 136 Senyawa identitas, 12 I
Pengayak dan derajat halus Sericocalycis crispi folium, 28 z
serbuk , 137 Silika gel 60 F 254
Pengujian mikroskopik, 141 Sitroborat LP, Zingiberis aromaticae
Penjelasan istilah Spektrofotometri, 124 rhizomae extractum
mikroskopik, 14 I Stelechocarpi buraholis folii spissum, 59
Peralatan volumetrik, 123 extractum spissum, 38 Zingiberis aromaticae
Pereaksi dan larutan Stelechocarpus buraholae rhizomae, 56
pereaksi, 146 folium , 36 Zingiberis zerumbeti
Perseae americanae folii Strobilanthes crispus folii rhizomae extractum
ex tractum spissum· 15 extractum spissum, 3 I spissum, 55
Perseae americanae folium- 4 Susut pengeringan, 136 Zingiberis zerumbeti
Physalis minimae herbae· I 2 Syzygii polyanthi folii rhizomae, 52
physalis minimae herbae extractum spissum,
Extractum spissum· 15
Piperis betle folii extractum
spissum, 107 T
Piperis betle folium- 104
Piperis nigri fructus- 46 Termometer, 124
Piperis nigri fructus Timbangan, 124
Extractum spissum· 50 Toluen P, 148
Plantaginis majoris folii
extractum spissum' 99
Plantaginis majoris folium, 96 U
Punicae graniti pericarpium- 16 Umbi Lapis Kucai , 43

Q v
Vanilin P, 148
R Vanilin-asam sulfat LP, 149
Vetiveriae zizanioides radix
Rhei officinale radici extractum spissum, 3
extractum spissum, 35 Vetiveriae zizanoides radix, I

152

Anda mungkin juga menyukai