gerak air dialirkan dengan pompa melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkanke datigum aliran fase gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen cairan karena perbedaan kekuatan interaksi antara salut-salut terhadap fase diam akan keluar dari kolom lebih dahulu dan sebaliknya. Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram (Lestari, 2014). Zona campuran kemudian digerakan dengan larutan suatu cairan atau gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus tersebut, yang berupa partikel-partikel yang ”diam“ (tidak bergerak, statisiones). Sehingga akibatnya masing-masing komponen dari campuran tersebut akan terbagi (terdistribusi) secara tidak merata antara alas yang “diam” dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat selanjutnya, masing-masing komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan yang berbeda (differential migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung lain dari alas tersebut pada waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah pemisahan diantara komponen-komponen yang ada (Hendayana, 2006). Prinsip Kerja HPLC Prinsip dasar HPLC adalah fase gerak air dialirkan dengan pompa melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkanke datigum aliran fase gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen cairan karena perbedaan kekuatan interaksi antara salut-salut terhadap fase diam akan keluar dari kolom lebih dahulu dan sebaliknya. Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram (Lestari, 2014). Zona campuran kemudian digerakan dengan larutan suatu cairan atau gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus tersebut, yang berupa partikel-partikel yang ”diam“ (tidak bergerak, statisiones). Sehingga akibatnya masing-masing komponen dari campuran tersebut akan terbagi (terdistribusi) secara tidak merata antara alas yang “diam” dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat selanjutnya, masing-masing komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan yang berbeda (differential migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung lain dari alas tersebut pada waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah pemisahan diantara komponen-komponen yang ada (Hendayana, 2006). Prinsip Kerja HPLC Prinsip dasar HPLC adalah fase gerak air dialirkan dengan pompa melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkanke datigum aliran fase gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen cairan karena perbedaan kekuatan interaksi antara salut-salut terhadap fase diam akan keluar dari kolom lebih dahulu dan sebaliknya. Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram (Lestari, 2014). Zona campuran kemudian digerakan dengan larutan suatu cairan atau gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus tersebut, yang berupa partikel-partikel yang ”diam“ (tidak bergerak, statisiones). Sehingga akibatnya masing-masing komponen dari campuran tersebut akan terbagi (terdistribusi) secara tidak merata antara alas yang “diam” dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat selanjutnya, masing-masing komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan yang berbeda (differential migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung lain dari alas tersebut pada waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah pemisahan diantara komponen-komponen yang ada (Hendayana, 2006). Prinsip Kerja HPLC Prinsip dasar HPLC adalah fase gerak air dialirkan dengan pompa melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkanke datigum aliran fase gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen cairan karena perbedaan kekuatan interaksi antara salut-salut terhadap fase diam akan keluar dari kolom lebih dahulu dan sebaliknya. Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram (Lestari, 2014). Zona campuran kemudian digerakan dengan larutan suatu cairan atau gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus tersebut, yang berupa partikel-partikel yang ”diam“ (tidak bergerak, statisiones). Sehingga akibatnya masing-masing komponen dari campuran tersebut akan terbagi (terdistribusi) secara tidak merata antara alas yang “diam” dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat selanjutnya, masing-masing komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan yang berbeda (differential migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung lain dari alas tersebut pada waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah pemisahan diantara komponen-komponen yang ada (Hendayana, 2006). Kromatografi adalah teknik pemisahan suatu campuran zat menggunakan fase gerak dan fase diam, dimana pemisahan terjadi akibat adanya perbedaan daya adsorpsi, kelarutan, partisi, ukuran moleul, ukuran ion dan tekanan uap pada komponen yang dibawa oleh fase gerak melaui fase diam (Dong, 2006 ; Lux, 2004). Dalam kromatografi fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair. Sedangkan High performance liquid chromatography (HPLC ) atau yang sering disebut kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) mulai dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an merupakan pengembangan terkini dari kromatografi cair kolom klasik, dimana pada KCKT ini terdapat pengembangan teknologi pada kolom, detektor yang lebih sensitif dan peka serta kemajuan teknologi pada pompa bertekanan tinggi yang menyebabkan KCKT menjadi suatu metode dengan sistem pemisahan zat yang cepat dan efisien (Johnson, 1991). Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) adalah teknik pemisahan fisiksuatu campuran zatzat kimia (analit) yang berdasarkan pada perbedaan distribusi masingmasing komponen campuran yang terpisah pada fase diam dibawah pengaruh fase gerak. Fase gerak dapat berupa gas atau zat cair dan fasediam dapat berupa zat cair atau zat padat. Keunggulan metode ini dibanding metode pemisahan lainnya terletak pada ketepatan analisis dan kepekaan yang tinggi serta cocok untuk memisahkan senyawa-senyawa yang tidak tahan pada pemanasan. (Susanti dan Dachriyanus, 2017). Keunggulan metoda ini dibanding metoda pemisahan lainnya terletak pada ketepatan analisis dan kepekaan yang tinggi serta cocok untuk memisahkan senyawa-senyawa nonvolatile yang tidak tahan pada pemanasan. Peningkatan kecepatan dan efisiensi pemisahannya terkait dengan peningkatan performa kolomnya yang menggunakan kolom dengan ukuran dimensi dan partikel yang jauh lebih kecil dari kolom yang dipakai pada kromatografi kolom konvensional, sehingga agar fase gerak dapat mengalir pada kolom, fase gerak dipompa dengan tekanan tinggi. Di samping itu, kinerja tingginya dalam analisis didukung dengan adanya berbagai sistem deteksi dengan kepekaan tinggi yang dapat diintegrasikan dengan sistem kromatografinya. Jenis Jenis HPLC 1. Kromatografi Adsorbsi Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor. 2. Kromatografi fase terikat (Kromatografi Partisi) Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon- hidrokarbon non- polar seperti dengan oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase terbalik. Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air atau dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat asam lemah atau basa lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur maka solut akan mengalami ionisasi atau protonasi. Terbentuknya spesies yang terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah dibanding jika solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat. 3. Kromatografi penukar ion HPLC penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di pasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaannya adalah polistiren resin. Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi Prinsip Kerja HPLC Prinsip dasar HPLC adalah fase gerak air dialirkan dengan pompa melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkanke datigum aliran fase gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen cairan karena perbedaan kekuatan interaksi antara salut- salut terhadap fase diam akan keluar dari kolom lebih dahulu dan sebaliknya. Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram (Lestari, 2014). Zona campuran kemudian digerakan dengan larutan suatu cairan atau gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus tersebut, yang berupa partikel-partikel yang ”diam“ (tidak bergerak, statisiones). Sehingga akibatnya masing-masing komponen dari campuran tersebut akan terbagi (terdistribusi) secara tidak merata antara alas yang “diam” dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat selanjutnya, masing-masing komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan yang berbeda (differential migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung lain dari alas tersebut pada waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah pemisahan diantara komponen-komponen yang ada (Hendayana, 2006). Terdapat Beberapa Komponen Utama dalam HPLC a. Pompa (Pump) Fase gerak dalam HPLC adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating),oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas. b. Injektor (injector) Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum : a. Stopped Flow b. Solvent Flowing Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan : a. Stop-Flow : Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi b. Septum : Septum yang digunakan pada HPLC sama dengan yang digunakan pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60 - 70 atmosfir Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut Kromatografi Cair kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan. c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10 μ dan dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel akan masuK ke dalam kolom. c. Kolom (Column) Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok : Elusi Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama analisis kromatografi berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah mempersingkat waktu retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada kolom. Dasar-dasar elusi gradien dijelaskan oleh Snyder. Elusi Gradien menawarkan beberapa keuntungan : a. Total waktu analisis dapat direduksi b. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah c. Ketajaman Peak bertambah (menghilangkan tailing) d. Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada peak Gradien dapat dihentikan sejenak atau dilanjutkan. Optimasi Gradien dapat dipilih dengan cara trial and error. Tabel 3. 1. berikut ini menunjukkan kompatibilitas dari bermacam-macarn mode kromatografi cair dengan analisis gradien. Dalam praktek, gradien dapat diformasi sebelum dan sesudah pompa. f. Reservoir fase gerak dan system treatment pelarut Peralatan KCKT modern dilengkapi dengan satu atau beberapa reservoir pelarut yang terbuat dari kaca atau stainless steel yang mampu memuat 200 sampai 1000 mL pelarut. Reservoir dilengkapi dengan suatu alat degasser yang dapat menghilangkan gas terlarut pada fase gerak (biasanya oksigen dan nitrogen) yang mengganggu analisis karena dapat membentuk gelembung pada kolom dan system detector. Degasser terdiri dari suatu pompa vakum, system destilasi, alat pemanas dan suatu system pengaduk pelarut Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk KCKT fase normal (fase diam KCKT lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk KCKT fase terbalik (fase diam kurang polar dibanding fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut. Pemilihan fase gerak didasarkan pada kriteria berikut : 1. Viskositas. Pelarut dengan viskositas rendah menghasilkan tekanan yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut dengan viskositas tinggi pada suatu kecepatan alir tertentu. 2. Transparansi terhadap UV J ika detector yang digunakan adalah detector UV, maka fase gerak harus transparan secara sempurna pada panjang gelombang yang digunakan 3. Indeks bias Jika detector yang digunakan adalah detector indek bias, maka perbedaan indeks bias antara pelarut dengan sampel harus besar. 4. Titik didih Titik didih fase gerak yang rendah diperlukan jika eluat akan dilakukan pemrosesan lebih lanjut supaya memudahkan dalam penguapannya. Di satu sisi, pelarut-pelarut dengan tekanan uap yang tinggi (yang berarti titik didihnya tinggi) pada suhu kamar cendrung menimbulkan gelembunggelembung uap dalam detektor 5. Kemurnian Tidak adanya senyawa lain yang mengganggu analisis 6. Lembam (inert) Fase gerak tidak boleh bereaksi dengan campuran analit. Jika sampel yang dianalisis sangat peka terhadap oksidasi, maka fase gerak dapat ditambah senyawa-senyawa antioksidan seperti 2, 6-di- ter-buti-p-kresol (BHT) dengan konsentrasi 0,05%. BHT dapat dihilangkan secara cepat dari eluen dengan penguapan, akan tetapi BHT menyerap di daerah UV di bawah 285 nm akan menghasilkan puncak yang tajam. Efisiensi sangat dipengaruhi oleh kapasitas dari kolom. Lempeng teoritis (N) Merupakan parameter yang menghitung efisiensi kromatografi. Menyatakan jumlah peristiwa partisi yang dialami oleh analit pada setiap saat yang dibawa oleh fase gerak selama elusi. Dimana semakin besar harga N akan memberikan puncak yang lebih efisien. Crawford Scientific, The Theory of HPLC Chromatographic Parameters. chromacademy diakses tanggal 27 Juni 2019.. Dong, M. 2006. Modern HPLC for Practicing Scientist. Canada: A John Wiley & Sons, Inc. Hal. 1- 13. Hendayana, Sumar., 2006, KIMIA PEMISAHAN Metode Kromatografi dan Elektroforensis Modern, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Johnson, .E. dan R. Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Terjemahan dari Basic Liquid Chromatography, oleh Padmawinata K. ITB: Bandung. Hal 3-9. Lestari, Wahyuni Sri. 2014. Validasi Metode Penetapan Kadar Aliskiren dalam Plasma darah secara In Vitro Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta Lux, P. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi. Tersedia di library.usu.ac/download/fmi pa/farmasi-effendy2 diakses pada 26 Juni 2019. Susanti , M. , & Dachriyanus. 2017. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Penerbit Andalas University Pess: Padang