Anda di halaman 1dari 82

HALAMAN JUDUL

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PROSTITUSI


ONLINE YANG DILAKUKAN MUCIKARI MELALUI APLIKASI MICHAT
(Studi Kasus di Kota Makassar Tahun 2017-2019)

OLEH

AMIR

B111 16 080

SKRIPSI

Sebagai Syarat dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana pada


Departemen Hukum Pidana Program Studi Ilmu Hukum

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

i
PENGESAHAN SKRIPSI

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Diterangkan bahwa skripsi dari:

Nama : Amir

Nomor Pokok : B111 16 080

Bagian : Hukum Pidana

Judul : Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan


Prostitusi Online Yang Dilakukan Mucikari
Melalui Aplikasi MiChat (Studi Kasus Di Kota
Makassar Tahun 2017-2019).

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi

Makassar, Februari 2021

Pembimbing utama Pembimbing Pendamping

Dr. Dara Indrawati, S.H.,M.H. Dr. Audyna Mayasari Muin, S.H.,M.H.,CLA.


NIP. 19660827 199203 2 002 NIP. 19880927 201504 2 001

iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI

iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Amir

Nomor Induk Mahasiswa : B111 16 080

Jenjang Pendidikan : Strata-1 (S1)

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul: “Tinjauan Kriminologis

Terhadap Kejahatan Prostitusi Online Yang Dilakukan Mucikari

Melalui Aplikasi MiChat (Studi Kasus Di Kota Makassar Tahun 2017-

2019)” adalah BENAR merupakan hasil karya saya sendiri, bukan

merupakan pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

sebagian atau keseluruhan isi Skripsi ini hasil karya orang lain tanpa

menyebut sumbernya, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, Februari 2021

Amir

v
ABSTRAK

AMIR, NIM B11116080, “TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP


KEJAHATAN PROSTITUSI ONLINE YANG DILAKUKAN OLEH
MUCIKARI MELALUI APLIKASI MICHAT (Studi Kasus di Kota
Makassar Tahun 2017-2019)” di bawah bimbingan Dara Indrawati
selaku Pembimbing Utama dan Audyna Mayasari Muin selaku
Pembimbing Pendamping.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab
terjadinya kejahatan prostitusi online yang dilakukan oleh mucikari melalui
aplikasi MiChat di Kota Makassar dan untuk mengetahui upaya yang
dilakukan oleh aparat penegak hukum khususnya pihak kepolisian dalam
penanggulangan kejahatan prostitusi online yang dilakukan oleh mucikari
melalui aplikasi MiChat di Kota Makassar.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Hukum Polrestabe Makassar.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi lapangan melalui
wawancara langsung kepada narasumber atau petugas, penulis juga
melakukan penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan data dari
berbagai literatur-literatur, dokumen, laporan, arsip maupun sumber
lainnya. Selanjutnya data yang diperoleh, dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis kualitaif kemudian data tersebut disajikan secara deskriptif.

Adapun hasil penelitian ini yaitu: (1) Faktor penyebab terjadinya


kejahatan prostitusi online yang dilakukan oleh mucikari melalui aplikasi
MiChat di Kota Makassar diantaranya faktor ekonomi, faktor lingkungan,
faktor kemajuan teknologi, faktor peranan PSK dan pelanggan dan faktor
minimnya sanksi penyedia tempat. (2) Upaya yang dilakuan oleh pihak
kepolisian Polrestabes Makassar untuk menanggulangi kejahatan
prostitusi online yang dilakukan oleh mucikari melalui aplikasi MiChat di
Kota Makassar tersebut dengan melakukan upaya pre-emtif berupa
himbauan dari pihak yang berwenang mengenai sanksi hukum dan
siraman rohani. Upaya preventif berupa kegiatan penyuluhan, kerja sama
dengan instansi terkait, dan mengadakan patroli keliling dan
penggerebekan di tempat-tempat yang dianggap rawan terjadinya
prostitusi. Upaya represif berupa penindakan dan penerapan hukuman
bagi pelaku kasus prostitusi online melalui mucikari.

Kata Kunci: Kejahatan, Prostitusi Online, Mucikari, Aplikasi MiChat

vi
ABSTRACT

AMIR, NIM B11116080, “CRIMINOLOGICAL REVIEW OF ONLINE


PROSTITUTION CRIMES DONE BY MUCIKARI THROUGH MICHAT
APPLICATION (Case Study in Makassar City, 2017-2019)” under the
guidance of Dara Indrawati as the Main Guide and Audyna Mayasari
Muin as the Counselor.
This study aims to determine the causes of online prostitution
crimes committed by pimps through the MiChat application in Makassar
City and to find out the efforts made by law enforcement officials,
especially the police, in overcoming online prostitution crimes committed
by pimps through the MiChat application in Makassar City.
This research was conducted in the Makassar Polrestabes Law
area. The research method used is field studies through direct interviews
with sources or officers. The author also conducts library research by
collecting data from various literatures, documents, reports, archives and
other sources. Furthermore, the data obtained were analyzed using
qualitative analysis techniques then the data was presented descriptively.
The results of this study are: (1) The factors causing the occurrence
of online prostitution crimes committed by pimps through the MiChat
application in Makassar include economic factors, environmental factors,
technological advancement factors, the role of sex workers and customers
and the lack of sanctions for place providers. (2) The efforts made by the
Makassar Police to tackle online prostitution crimes committed by pimps
through the MiChat application in Makassar City by making pre-emptive
efforts in the form of appeals from the authorities regarding legal sanctions
and spiritual cleansing. Preventive efforts in the form of extension
activities, cooperation with related agencies, and conducting mobile
patrols and raids in places deemed prone to prostitution. Repressive
efforts in the form of prosecution and the application of penalties for
perpetrators of online prostitution cases through pimps.
Keywords: Crime, Online Prostitution, Pimps, MiChat Application

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa karena atas segala karunia rahmat dan hidayahnya sehingga

penulis dapat menyelesaikan salah satu kewajiban penulis selaku

mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yaitu berhasil

merampungkan tugas akhir skripsi yang berjudul “Tinjauan Kriminologis

Terhadap Kejahatan Prostitusi Online Yang Dilakukan Mucikari Melalui

Aplikasi MiChat (Studi Kasus Di Kota Makassar Tahun 2017-2019”

sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum.

Pada kesempatan ini penulis sangat mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada keluarga besar penulis yakni kedua orang tua

penulis atas segala kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis,

bimbingan berupa pembelajaran hidup yang mendidik penulis hingga bisa

seperti sekarang ini, serta terima kasih atas doa yang tak henti-hentinya

mereka panjatkan untuk kebaikan penulis. Semoga Tuhan membalas

segala kebaikan yang telah dilakukan oleh kedua orang tua penulis dan

senantiasa diberikan perlindungan dan kesehatan serta umur yang

panjang sehingga kelak penulis bisa membahagiakan dan

membanggakan mereka dengan pencapaian penulis nantinya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan dari

berbagai pihak oleh sebab itulah pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati, penulis ucapkan rasa terima kasih penulis kepada:

viii
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu M.A selaku Rektor Universitas

Hasanuddin, beserta jajaran pimpinan Universitas Hasanuddin.

2. Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin.

3. Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H selaku Wakil Dekan I Bidang

Akademik, Riset, dan Inovasi Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin, Dr. Syamsuddin Muchtar, S.H., M.H selaku Wakil

Dekan II Bidang Keuangan dan Sumber Daya Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin, Dr. Muhammad Hasrul, S.H., M.H selaku

Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Kemitraan, dan Alumni

Fakultas Hukum Universias Hasanuddin.

4. Dr. Maskun S.H., L.LM selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

5. Prof. Dr. Andi Muhammad Sofyan, S.H., M.H selaku Ketua

Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin.

6. Dr. Dara Indrawati, S.H.,M.H. selaku Pembimbing Utama Penulis

yang senantiasa memberikan arahan yang sangat membantu

penulis dalam rangka penyelesaian skripsi.

7. Dr. Audyna Mayasari Muin, S.H.,M.H.,CLA selaku Pembimbing

Pendamping Penulis yang senantiasa meluangkan waktu dalam

memberikan arahan, kritikan yang membangun dan saran yang

sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

ix
8. Tim Penilai Ujian Skripsi Prof. Dr. Andi Muhammad Sofyan, S.H.,

M.H dan Prof. Dr. Muhammad Said Karim, S.H., M.Hum atas

segala masukan yang bersifat konstruktif guna menyempurnakan

skripsi yang telah diselesaikan oleh penulis.

9. Kapolrestabes Kota Makassar yang telah memberikan izin

penelitian skripsi di Polrestabes Kota Makassar.

10. Kasat Reskrim Polrestabes Makassar dan jajarannya terkhusus

penyidik Satreskrim Polrestabes Makassar yang telah meluangkan

waktu untuk membahas terkait penelitian skripsi penulis.

11. Dosen Pengajar atas segala ilmu yang telah diberikan selama

penulis menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin.

12. Keluarga besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin angkatan

2016 DIKTUM yang bersama-sama berproses mulai dari semester

awal hingga menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin.

13. Kawan seperjuangan yang tergabung dalam Pejuang Lapar Andi

Resky, Tanto, Risman S.H, Aidil S.H, Wardiman S.H, Fitrah,

Ariwibowo S.H, Aswan, S.H dan Anwar S.H. yang selalu

memberikan kebersamaannya.

14. Pengelola Perpustakaan Hukum atas pelayanan yang optimal guna

mendukung proses pembelajaran penulis dan penelitian penulis.

x
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal ini disebabkan oleh

keterbatasan penulis baik dalam diri pribadi maupun di luar pribadi

penulis. Oleh sebab itulah penulis mengucapakan mohon maaf sebesar-

besarnya selain itu penulis juga meminta masukan dari berbagai pihak

guna pengembangan lanjutan dan penyempurnaan terhadap kajian dalam

skripsi ini.

Makassar, Februari 2021

Amir

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

PENGESAHAN SKRIPSI............................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................iii

PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI........................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.........................................................v

ABSTRAK...................................................................................................vi

ABSTRACT................................................................................................vii

KATA PENGANTAR................................................................................viii

DAFTAR ISI...............................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................6

C. Tujuan Penelitian.................................................................................7

D. Manfaat Penelitian...............................................................................7

E. Orisinalitas Penelitian...........................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................10

A. Kriminologi..........................................................................................10

1. Pengertian Kriminologi....................................................................10

2. Objek Kriminologi............................................................................16

3. Ruang Lingkup Kriminologi.............................................................20

B. Mucikari..............................................................................................22

C. Prostitusi Online.................................................................................25

1. Pengertian Prostitusi Online............................................................25

xii
2. Dasar Hukum Prostitusi Online.......................................................29

D. Aplikasi MiChat..................................................................................31

E. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan.............................................35

F. Upaya Penanggulangan Kejahatan....................................................39

BAB III METODE PENELITIAN................................................................41

A. Tipe Penelitian....................................................................................41

B. Lokasi Penelitian................................................................................41

C. Jenis dan Sumber data......................................................................42

D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................42

E. Analisis Data.......................................................................................43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS..........................................44

A. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Prostitusi Online yang


Dilakukan Mucikari melalui Aplikasi MiChat di Kota Makassar........44

1. Faktor Ekonomi............................................................................48

2. Faktor Lingkungan........................................................................49

3. Faktor Kemajuan Teknologi.........................................................50

4. Faktor Peranan PSK dan Pelanggan...........................................52

5. Faktor Minimnya Sanksi Penyedia tempat...................................53

B. Upaya Penanggulangan Kejahatan Prostitusi Online yang Dilakukan


Mucikari melalui Aplikasi MiChat di Kota Makassar.........................55

1. Upaya Pre-emtif...........................................................................55

2. Upaya Preventif............................................................................56

3. Upaya Represif.............................................................................58

xiii
BAB V PENUTUP......................................................................................64

A. Kesimpulan.........................................................................................64

B. Saran..................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................66

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi

membawa perubahan baru dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya

memiliki sisi positif sebagai penunjang untuk memudahkan dalam

melakukan aktifitas sehari-hari, akan tetapi juga berdampak negatif

termasuk di bidang kesusilaan yang akhir-akhir ini marak terjadi seperti

prostitusi online, penggunaan internet untuk tujuan seksual atau

menggunakan komputer untuk setiap bentuk ekspresi atau kepuasan

seksual (Cybersex).1 Maraknya berita di televisi akhir-akhir ini tentang

kasus prostitusi online yang melibatkan selebritis atau artis.

Berbagai macam kasus yang berkaitan dengan kejahatan tindak

pidana, maka prostitusi tidak dapat dilepaskan dari pembahasan

tentang mucikari. Sebagaimana diketahui bahwa adanya larangan

dalam melakukan mucikari yang diatur dalam Pasal 296 Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP).

Masalah prostitusi merupakan masalah yang rumit, oleh karena

itu, masalah ini sangat perlu perhatian khusus oleh masyarakat.

Prostitusi adalah sebuah bisnis yang merupakan salah satu bisnis yang

mendatangkan uang dengan sangat cepat, tidak perlu modal banyak

hanya beberapa tubuh yang secara profesional bersedia untuk

1
Barda Nawawi Arief, 2011, Pornografi, Pornoaksi dan Cybersex-Cyberporn, Pustaka
Magister, Semarang, hlm. 78.

1
dibisniskan. Prostitusi suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri

atau menjual jasa kepada umum untuk melakukan perbuatan-perbuatan

seksual dengan mendapatkan upah sesuai dengan apa yang di

perjanjikan sebelumnya. Pekerja prostitusi lebih di kenal dengan

Pekerja Seks Komersial (PSK).2

Masyarakat biasanya mengetahui prostitusi ini dilakukan di

sebuah daerah atau tempat, baik itu di pinggir jalan, pinggir rel,

lokalisasi ataupun tempat lainnya dengan cara pelaku menjajakkan

dirinya dan menunggu pelanggan pengguna jasanya datang. Dengan

adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini

serta pengaruh globalisasi cara-cara yang dilakukan dalam bertransaksi

sudah bermacam-macam, tidak lagi dengan saling bertemu di tempat-

tempat yang biasa menjajakan diri, menggunakan media internet

adalah salah satunya. Media ini memang lebih aman dan cepat jika

dibandingkan dengan langsung menjajakan diri di pinggir jalan atau

tempat lokalisasi.

Di dalam prostitusi juga terdapat beberapa pihak yang erat

hubungannya dan saling mempengaruhi satu sama lain dan menjadi

satu mata rantai yaitu Pekerja Seks Komersial (PSK) atau pelacur,

mucikari dan pelanggan. Seorang pelacur tidak dapat bekerja apabila

tidak ada pelanggan yang membutuhkan jasa dari pelacur dan mucikari

yang mengatur pertemuan di antara keduanya. Seseorang tidak hanya


2
Kondan Siregar, MA, 2015, Model Pengaturan Hukum Tentang Pencegahan Tindak
Pidana Prostitusi Berbasis Masyarakat Adat Dalihan Na Tolu, Penerbit Pertama Mitra
Handalan, Medan, hlm. 2.

2
dikatakan mucikari apabila menjadi penghubung tapi juga apabila

seseorang menyediakan sarana tempat seperti rumah atau kamar

dapat disebut sebagai mucikari. Dalam kegiatan prostitusi yang bersifat

massal, para pekerja seks komersial tidak secara langsung

berhubungan dengan pengguna jasa/pelanggannya. Tugas mucikarilah

sebagai penghubung kedua belah pihak, dari kedua belah pihak inilah

seorang mucikari akan mendapat fee atau komisi dari penerimaan PSK

yang presentasenya dibagi dan berdasarkan perjanjian.

Mucikari adalah seorang laki-laki atau wanita yang hidupnya

seolah-olah dibiayai oleh pelacur yang tinggal bersama-sama

dengannya, yang dalam pelacuran menolong, mencarikan langganan-

langganan dari hasil pelacuran tesebut ia mendapatkan bagiannya dan

menarik keuntungan dari pekerjaan yang dilakukan oleh pelacur. Yang

dimaksud dengan orang yang menarik keuntungan disini adalah

mucikari tersebut. Mucikari menyediakan jasa pelayanan yang berguna

bagi pelacur pelayanan tersebut bisa mencakup menyewa hotel yang

aman atau kamar bagi para pelacur untuk melaksanakan transaksi

bisnis mereka dan agar bisa menyaring pelanggan dengan harapan

dapat mengurangi ancaman bahaya, atau menghindari orang yang di

curigai sebagai polisi yang sedang menyamar . Tanpa adanya layanan

semacam ini pelacuran jalanan adalah bisnis yang sangat riskan dan

penuh dengan ancaman.

3
Prostitusi online ini adalah modus baru yakni dengan

menawarkan wanita melalui sebuah alamat web. Pemilik web ini

memajang foto-foto wanita tersebut dengan busana minim yang siap

melayani customer. Para peminat hanya cukup menghubungi Nomor

HP para mucikari tersebut yang ditampilkan di halaman web, kemudian

mucikari inilah yang mengantarkan pesanan ke kamar hotel atau ke

apartemen sesuai dengan keinginan pelanggan. 3

Mucikari pada saat ini telah menjadikan teknologi sebagai modus

pelaksanaannya, yaitu melalui aplikasi MiChat. Kebanyakan pasangan

itu mengaku kenalan lewat aplikasi MiChat, bernegosiasi, menyepakati

harga dan janjian bertemu di kamar kos. Semua dilakukan melalui

aplikasi tersebut.

Aplikasi MiChat dilengkapi pula dengan fitur chat baik secara

japri maupun grup, dan berbagi foto. Pada dasarnya tak beda jauh

dengan layanan pesan instan yang populer saat ini. Pengembang

MiChat, MICHAT PTE. LIMITED yang terdata berbasis di Singapura,

pun menyebut bahwa aplikasi ini juga dimaksudkan demi memudahkan

penggunanya untuk bisa terus berkomunikasi dengan keluarga dan

teman. Sama seperti layanan WhatsApp, Line, dan lainnya. Jika

kemudian MiChat kedapatan dipakai secara negatif, hal itu tentu bisa

terjadi di aplikasi lain. Tapi patut pula diingat bahwa MiChat sudah

beberapa kali dikaitkan dengan indikasi prostitusi online.

3
Sutarman, 2007, Cyber Crime Modus Operandi dan Penanggulangannya, Laksbang
PRESSindo, Yogyakarta, hlm. 67.

4
Mereka sering menggunakan aplikasi MiChat dalam melakukan

modus operandi terhadap calon pengguna. Pemakaian aplikasi ini

bertujuan untuk memudahkan wanita dalam membangun relasi dengan

calon pelanggan yang mau menggunakan jasa dari akun aplikasi

mereka, dikarenakan pada aplikasi ini tertulis jarak yang akan ditempuh

dan lokasi terkini guna memudahkan mereka untuk bertransaksi.

Untuk menarik pelanggan, mereka berusaha berpenampilan

menarik dengan menggunakan make-up yang lagi trend saat ini dan

pakaian yang sexy seperti menggunakan pakaian yang ketat. Setelah

itu mereka memasang foto-foto erotis di album foto dari akun yang

mereka gunakan, sebagai simbol bahwa mereka perempuan pekerja

panggilan yang siap untuk di booking out secara berkala. Foto-foto

yang mereka posting biasanya dengan pose-pose erotis dan sexy guna

menarik pelanggan yang membutuhkan jasa mereka.

Kasus mucikari prostitusi online melalui aplikasi MiChat juga

terjadi di kota Makassar, hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus

prostitusi yang terjadi. Seorang perempuan mucikari prostitusi online

berinisial AL (30), diciduk Kepolisian Polrestabes Makassar, Pada

Tahun 2019 di salah satu hotel di Kota Makassar. Mucikari itu

menjajakan wanita SMA lewat aplikasi Michat. Menurut Kasat Reskrim

Polrestabes Makassar, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Indratmoko,

modus pelaku menyiapkan kamar hotel terlebih dahulu kemudian

mencari pria hidung belang dengan menggunakan aplikasi Michat.

5
Dengan terbongkarnya kasus tersebut, maka sindikat prostitusi online

tersebut mulai muncul dari tahun-tahun sebelum terbongkarnya kasus

ini. Karena pihak kepolisian akan menelusurinya hingga menemukan

sindikat yang lebih besar terhadap kasus prostitusi online yang terjadi di

Kota Makassar.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

mengkaji dan menganalisisnya lebih dalam dengan mengangkat judul

“Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Prostitusi Online Yang

Dilakukan Mucikari Melalui Aplikasi MiChat (Studi Kasus Di Kota

Makassar Tahun 2017-2019)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya kejahatan prostitusi

online yang dilakukan mucikari melalui aplikasi MiChat di kota

Makassar ?

2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam

penanggulangan kejahatan prostitusi online yang dilakukan mucikari

melalui aplikasi MiChat di kota Makassar ?

6
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian

ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

kejahatan prostitusi online yang dilakukan mucikari melalui aplikasi

MiChat di kota Makassar.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian

dalam penanggulangan kejahatan prostitusi online yang dilakukan

mucikari melalui aplikasi MiChat di kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diterapkan maka

penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan menambah

bahan pustaka mengenai kejahatan mucikari prostitusi online

melalui aplikasi MiChat dan perlindungan hukumnya.

2. Manfaat Praktis

Sebagai sumbangan pemikiran untuk penyelesaian masalah

terhadap kasus kejahatan mucikari prostitusi online melalui aplikasi

MiChat sehingga dapat memberikan masukan kepada aparat

penegak hukum di dalam penyelesaian kasus-kasus tindak pidana

yang melibatkan mucikari prostitusi online melalui aplikasi MiChat.

7
E. Orisinalitas Penelitian

Untuk lebih memudahkan penelitian, maka dari itu penulis

mengambil sampel dua penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan

masalah dengan penelitian yang akan dilakukan penulis untuk dijadikan

perbandingan keorisinalitasan dari penulis.

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Andika Dwiyadi dengan

judul skripsi tinjauan kriminologis terhadap kejahatan prostitusi melalui

media elektronik. Penelitian ini dilaksanakan di Polda Sulawesi Selatan

dan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar. Hasil dan

pembahasan penelitian ini yaitu faktor-faktor penyebab terjadinya

kejahatan prostitusi melalui media elektronik adalah faktor

perkembangan teknologi yang disalahgunakan, faktor gaya hidup,

faktor ekonomi, faktor pendidikan yang rendah, faktor lingkungan

pergaulan bebas, faktor kurangnya pengawasan orang tua, faktor

kurangnya keimanan. Upaya penanggulangan yang dilakukan pihak

kepolisian menggunakan dua jenis upaya yaitu upaya preventif dan

represif.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Irma Pebrianti dengan

judul skripsi tinjauan kriminologis terhadap praktik prostitusi di Kota

Makassar Tahun 2010-2014. Penelitian ini dilaksanakan di Kota

Makassar seperti Jalan Sumba khususnya Hotel Virgo. Hasil dan

pembahasan penelitian ini yaitu faktor penyebab terjadinya prostitusi

di Kota Makassar adalah terdesak oleh kesukaran ekonomi, tidak ada

8
lapangan kerja, dan karena sakit hati. Upaya penanggulangan praktik

prostitusi adalah upaya preventif dan upaya represif.

Setelah mengkaji kedua penelitian terdahulu di atas maka dapat

disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis

berbeda karena penelitian dilaksanakan di Polrestabes Makassar dan

objek penelitiannya prostitusi online yang dilakukan mucikari melalui

aplikasi MiChat. Penelitian ini juga sesuai dengan bentuk kejahatan

mucikari yang sesuai dengan perkembangan teknologi sebab studi

kasus penelitian dari Tahun 2017-2019.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kriminologi

1. Pengertian Kriminologi

Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam hukum pidana yang

memberikan pemahaman yang mendalam tentang fenomena

kejahatan, sebab dilakukannya kejahatan dan upaya yang dapat

menanggulangi kejahatan, yang bertujuan untuk menekan laju

perkembangan kejahatan. Secara etimologi, kriminologi berasal dari

kata crime dan logos. Crime berarti kejahatan dan logos berarti ilmu

pengetahuan, sehingga kriminologi dapat diartikan sebagai ilmu

pengetahuan yang mempelajari kejahatan. Istilah kriminologi ini

berasal dari anthropolog Perancis bernama P.Topinard untuk

memperjelas dengan memberi keterangan yang cukup lengkap

tentang apa sebenarnya kriminologi.

M.A.W Bonger memberikan definisi Kriminologi sebagai ilmu

pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala-gejala kejahatan dan

tingkah laku yang tidak senonoh, sebab-musabab dan akibat-

akibatnya. M.A.W, Bonger lalu membagi kriminologi ini menjadi

kriminologi murni yang mencakup:4

a. Antropologi Kriminil adalah ilmu pengetahuan tentang manusia

yang jahat (somatic). Ilmu pengetahuan ini memberikan jawaban

4
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2001, Kriminologi, PT Rajawali Press, Jakarta,
hlm. 9.

10
atas pertanyaan tentang orang jahat dalam tubuhnya mempunyai

tanda-tanda seperti apa apakah ada hubungan antara suku

bangsa dengan kejahatan dan seterusnya;

b. Sosiologi Kriminil ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan

sebagai suatu gejala masyarakat, pokok persoalan yang dijawab

dari bidang ilmu ini adalah sampai dimana letak sebab-sebab

kejahatan dalam masyarakat;

c. Psikologi Kriminil yaitu ilmu pengetahuan tentang penjahat yang

dilihat dari sudut jiwanya;

d. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminal ialah ilmu tentang

penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf;

e. Penology ialah ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya

hukuman.

Rumusan kriminologi menurut Wolf Gang Savitr dan Jhonston

adalah suatu ilmu yang mengunakan metode ilmiah dalam

mempelajari dan menganalisa tentang keteraturan, keseragaman,

pola-pola dan faktor sebab musahab yang berhubungan dengan

kejahatan dan penjahat serta reaksi sosial terhadap keduanya. 5

Edwin H. Sutherland dan Donald R. Cressey bertolak dari

pandangan bahwa kriminologi adalah kesatuan pengetahuan

mengenai kejahatan sebagai gejala sosial, mengemukakan ruang

lingkup kriminologi mencakup proses-proses pembuatan hukum,

5
B. Simanjuntak, 1981, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, Tarsito, Bandung,
hlm. 5.

11
pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum. 6 Dan dalam

hubungan ini kriminologi dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian utama,

yakni:7

a. Sosiologi hukum sebagai analisa ilmiah atas kondisi-kondisi

berkembangnya hukum pidana;

b. Etiologi kejahatan, yang mencoba melakukan analisa ilmiah

mengenai sebab-sebab kejahatan;

c. Penologi yang menaruh perhatian pada pengendalian kejahatan.

Kriminologi sebagai disiplin ilmu yang mempelajari kejahatan,

pada dasarnya sangat tergantung pada disiplin ilmu-ilmu lainnya

yang mempelajari kejahatan, bahkan dapat dikatakan bahwa

keberadaan kriminologi itu merupakan hasil dari berbagai disiplin

ilmu yang mempelajari kejahatan tersebut. Dengan demikian,

kriminologi itu bersifat “interdisipliner”, artinya suatu disiplin ilmu yang

tidak berdiri sendiri, melainkan hasil kajian dari ilmu lainnya terhadap

kejahatan. Pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan dari

berbagai disiplin ilmu terhadap suatu objek yang sama, yakni

kejahatan.8

Van Bemmele tanpa mempergunakan istilah interdisipliner,

mengemukakan bahwa “kriminologi sebagai suatu ilmu pengetahuan

yang bergerak ke dalam disiplin-disiplin lainnya seperti sosiologi,

6
Mulyana W. Kusumah, 1981, Aneka Permasalahan Dalam Ruang Lingkup Kriminologi,
Alumni, Bandung, hlm. 3.
7
Ibid, hlm. 4.
8
Teguh Prasetyo, 2011, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, Nusa Media, Bandung, hlm.
15.

12
biologi, psikologi, dan psikiatri. Karena sifatnya yang interdisipliner

tersebut itulah maka keberadaan dan perkembangan kriminologi

sangatlah ditentukan oleh perkembangan ilmu-ilmu lain tersebut

dalam mempelajari masalah kejahatan.9

Kriminologi merupakan sarana ilmiah bagi studi kejahatan dan

penjahat (crime and criminal). Dalam wujud ilmu pengetahuan,

kriminologi merupakan “the body of knowledge” yang ditunjang oleh

ilmu pengetahuan dan hasil penelitian dari berbagai disiplin,

sehingga aspek pendekatan terhadap obyek studinya luas sekali,

dan secara interdisipliner dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta

dalam pengertian yang luas mencakup pula kontribusi dari ilmu

eksakta.10 Kriminologi dengan cakupan kajiannya; orang yang

melakukan kejahatan, penyebab melakukan kejahatan, mencegah

tindak kejahatan, cara-cara menyembuhkan orang yang telah

melakukan kejahatan.11

Herman Mannheim mengemukakan bahwa arti penting penelitian

kriminologi sedikitnya mencakup:12

a. Akan menelusurkan atau paling sedikit mengurangi kepercayaan

yang salah terutama yang menyangkut sebab-sebab kejahatan

serta mencari berbagai cara pembinaan narapidana yang baik;

9
Ibid, hlm. 19.
10
Abintoro Prakoso, 2013, Kriminologi dan Hukum Pidana, Laksbang Grafika,
Yogyakarta, hlm. 14
11
Ibid, hlm. 2.
12
Topo Santoso dan Eva Achjani, Op.Cit., hlm. 35.

13
b. Dalam sisi positifnya suatu penelitian dapat bermanfaat untuk

meningkatkan pembinaan pelanggaran dan lebih jauh

menggantikan cara dalam pembinaan pelanggaran hukum;

c. Karena hasil penelitian kriminologi lambat laun memberikan hasil

terutama melalui penelitian kelompok kontrol dan penelitian

ekologis yang menyediakan bahan keterangan yang sebelumnya

tidak tersedia mengenai non delikuen dan mengenai ciri-ciri

berbagai wilayah tempat tinggal dalam hubungan dengan

kejahatan.

Sebagai suatu ilmu pengetahuan yang objeknya kejahatan,

dimana kejahatan merupakan suatu gejala sosial, maka kriminologi

pada dasarnya adalah suatu disiplin yang bersifat faktual. Teguh

Prasetyo mengartikan kriminologi bukan sebagai disiplin seperti

disiplin hukum yang bersifat “abstrak”, melainkan suatu disiplin ilmu

yang berbicara masalah“kenyataan”.13

Selain penjelasan di atas, beberapa definisi mengenai

kriminologi yang dinyatakan oleh sarjana-sarjana terkenal lainnya

ialah:14

a. Mr. Paul Moedigdo Moeliono menyatakan kriminologi adalah ilmu

pengetahuan yang ditunjang berbagai ilmu yang membahas

kejahatan sebagai masalah manusia;

13
Teguh Prasetyo, Loc. Cit.
14
Kartini Kartono, 2003, Pemimpin dan Kepemimpinan, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm. 134.

14
b. J. Constant menyatakan kriminologi adalah pengetahuan empiris,

bertujuan menentukan faktor – faktor sosiologis, ekonomis, dan

individual;

c. W. Sauer menyatakan bahwa kriminologi adalah ilmu

pengetahuan mengenai sifat-sifat jahat pribadi perorangan dan

bangsa-bangsa; objek penyelidikannya ialah kriminalitas dalam

kehidupan perorangan, serta kriminalitas dalam kehidupan

negara-negara dan bangsa-bangsa;

d. S. Seelig mengemukakan bahwa kriminologi adalah ajaran

tentang gejala-gejala kongkrit yaitu gejala badaniah dan rohaniah

mengenai kejahatan.

Definisi-definisi kriminologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli

di dalam buku Kriminologi L. Moeljatno ialah:15

a. Stephan Hurwitz, kriminologi dianggap bagian dari criminal

science yang dengan penelitian-penelitian empiris berusaha

memberi gambaran tentang fakta-fakta kriminalitas (etiologi

kriminalitas);

b. Thrsten Sellin, kriminologi dipakai untuk menggambarkan tentang

ilmu yang mempelajari tentang penjahat dan cara

menanggulanginya (treatment);

c. Moeljatno, kriminologi merupakan ilmu pengetahuan tentang

kejahatan dan tentang kelakuan jelek serta tentang orang

tersangkut pada kejahatan.


15
L. Moeljatno, 1982, Kriminologi, PT. Bina Aksara, Jakarta, hlm. 3.

15
Berdasarkan pengertian kriminologi dari para ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kriminologi pada dasarnya merupakan ilmu yang

mempelajari kejahatan, untuk memahami sebab-musabab terjadinya

kejahatan dan upaya apa yang dilakukan untuk menanggulangi

kejahatan.

2. Objek Kriminologi

Objek studi kriminologi meliputi kejahatan, pelaku atau

penjahat dan reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan pelaku

atau penjahat, berikut penjelasan mengenai kejahatan, pelaku atau

penjahat dan reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan pelaku atau

penjahat.

1. Kejahatan

a. Kejahatan menurut hukum (yuridis)

Kejahatan sebagai perbuatan yang telah ditetapkan oleh

negara sebagai kejahatan dalam hukum pidananya dan

diancam dengan suatu sanksi. Dengan mempelajari dan

meneliti perbuatan-perbuatan yang oleh undang-undang

dinyatakan sebagai kejahatan (tindak pidana). Kejahatan

adalah delik hukum (recht delicten) yaitu perbuatan-perbuatan

yang meskipun tidak ditentukan dalam undang-undang

sebagai peristiwa pidana, tetapi dirasakan sebagai perbuatan

yang bertentangan dengan tata hukum.16

16
Rusli Effendy, 1993, Ruang Lingkup Kriminologi, Alumni, Bandung, hlm. 1.

16
Setiap orang yang melakukan kejahatan akan diberi sanksi

pidana yang telah diatur dalam KUHP yang dinyatakan di

dalamnya sebagai kejahatan. Bahwa kejahatan sebagaimana

terhadap dalam perundang-undangan adalah setiap

perbuatan (termasuk kelalaian) yang dilarang oleh hukum

publik untuk melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa

pidana oleh negara.17

Pelanggaran terhadap norma hukum yang ditafsirkan atau

patut ditafsirkan sebagai perbuatan yang merugikan,

menjengkelkan, dan tidak boleh dibiarkan. 18 Dan ciri pokok

dari kejahatan adalah pelaku yang dilarang oleh negara

karena merupakan perbuatan yang merugikan bagi negara

dan terhadap perbuatan itu negara beraksi dengan hukum

sebagai upaya pamungkas.

b. Kejahatan menurut sosiologis

Kejahatan dalam sosiologis meliputi segala tingkah laku

manusia,walaupun tidak atau bukan ditentukan dalam

undang- undang, karena pada hakikatnya warga masyarakat

dapat merasakan dan menafsirkan bahwa perbuatan tersebut

menyerang dan merugikan masyarakat.19

Kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang

diciptakan oleh masyarakat. Walaupun masyarakat memiliki


17
J.E. Sahetapy, 1979, Teori Kriminologi Suatu Pengantar, Ghalia, Jakarta, hlm. 3.
18
Soedjono D, 1976, Penanggulangan Kejahatan, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 3.
19
R. Soesilo, 1985, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politea, Bogor, hlm. 13.

17
berbagai macam perilaku yang berbeda-beda, akan tetapi

memiliki pola yang sama. Gejala kejahatan terjadi dalam

proses interaksi antara bagian-bagian dalam masyarakat

yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perumusan

tentang kejahatan dengan kelompok-kelompok masyarakat

mana yang memang melakukan kejahatan.

Kejahatan (tindak pidana) tidak semata-mata dipengaruhi

oleh besar kecilnya kerugian yang ditimbulkannya atau

karena bersifat amoral, melainkan lebih dipengaruhi oleh

kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompoknya, sehingga

perbuatan-perbuatan tersebut merugikan kepentingan

masyarakat luas, baik kerugian materi maupun kerugian/

bahaya terhadap jiwa dan kesehatan manusia, walaupun tidak

diatur dalam undang-undang pidana. 20

2. Pelaku atau penjahat

Penjahat atau pelaku kejahatan merupakan para pelaku

pelanggar hukum pidana dan telah diputus oleh pengadilan atas

pelanggarannya dan dalam hukum pidana dikenal dengan istilah

narapidana. Para pelaku kejahatan biasanya dikarenakan bukan

karena pembawaan tetapi karena kecenderungan, kelemahan,

hawa nafsu dan karena kehormatan dan keyakinan. 21 Dalam

mencari sebab-sebab kejahatan, kriminologi positif, dengan

20
Abdussalam H.R, 2007, Kriminologi, Restu Agung, Jakarta, hlm. 16.
21
W. A. Bonger, 1982, Pengantar Tentang Kriminologi, Ghalia, Jakarta, hlm. 82.

18
asumsi dasar bahwa penjahat berbeda dengan bukan penjahat,

perbedaan mana ada pada aspek biologis, psikologis maupun

sosio-kultural.

Oleh karena itu dalam mencari sebab-sebab kejahatan

dilakukan terhadap narapidana atau bekas narapidana, dengan

cara mencarinya pada ciri-ciri biologisnya (determinis biologik)

dan aspek kultural (determinis kultural). Keberatan utama

terhadap kriminologi positivis, bukan saja asumsi dasar tersebut

tidak pernah terbukti, akan tetapi juga karena kejahatan

konstruksi sosial.22

3. Reaksi masyarakat terhadap kejahatan, pelaku dan korban

Dalam hal ini mempelajari dan meneliti serta membahas

pandangan serta tanggapan masyarakat terhadap perbutan-

perbuatan atau gejala yang timbul di masyarakat yang

dipandang sebagai merugikan atau membahayakan masyarakat

luas, tetapi undang-undang belum mengaturnya. Berdasarkan

studi ini bisa menghasilkan apa yang disebut sebagai

kriminalisasi, dekriminalisasi atau depenalisasi.

Dalam pengertian yuridis membatasi kejahatan sebagai

perbuatan yang telah ditetapkan oleh negara sebagai kejahatan

dalam hukum pidana dan diancam dengan suatu penetapan

dalam hukum pidana, itu merupakan dari reaksi negative

22
Abdussalam H.R, Op. Cit., hlm. 17.

19
masyarakat atas suatu kejahatan yang diwakili oleh para

pembentuk undang-undang.

Penjara itu diadakan untuk memberikan jaminan keamanan

kepada rakyat banyak, agar terhindar dari gangguan kejahatan.

Jadi pengadaan lembaga kepenjaraan itu merupakan respon

dinamis dari rakyat untuk menjamin keselamatan diri. 23 Dengan

begitu penjara merupakan tempat penyimpanan penjahat-

penjahat agar rakyat tidak terganggu, ada tindakan preventif agar

para penjahat tidak merajalela.

3. Ruang Lingkup Kriminologi

Ruang lingkup kriminologi sebagai objek studi adalah ilmu yang

mempelajari kejahatan yang seluas-luasnya, yakni penjahat,

kejahatan dan reaksi masyarakat terhadap keduanya. Kriminologi

dalam arti sempit adalah mempelajari kejahatan, sedangkan dalam

arti luas kriminologi mempelajari pemologi dan metode-metode yang

berkaitan dengan kejahatan dan masalah prevensi kejahatan dengan

tindakan-tindakan yang bersifat jahat.

Ruang lingkup kriminologi mencakup tiga hal pokok, yakni: 24

1. Proses pembuatan hukum pidana dan acara pidana (making

laws). Yang dibahas dalam proses pembuatan hukum pidana

yaitu:

23
Kartini Kartono, 2003, Pathologi Sosial, Rajawali Jilid III, Jakarta, hlm. 167.
24
A. S. Alam, 2010, Pengantar Kriminologi, Pustaka Refleksi Books, Makassar, hlm. 2.

20
a. Definisi kejahatan

b. Unsur-unsur kejahatan

c. Relativitas pengertian kejahatan

d. Penggolongan kejahatan

e. Statistik kejahatan

2. Etiologi kriminal, yang membahas tentang teori-teori yang

menyebabkan terjadinya kejahatan (breaking of laws). Yang

dibahas dalam etiologi kriminal (breaking of laws) adalah:

a. Aliran-aliran (mazhab) kriminologi

b. Teori-teori kriminologi

c. Berbagai perspektif kriminologi

3. Reaksi terhadap pelanggaran hukum (reacting toward the

breaking of laws). Reaksi dalam hal ini bukan hanya ditujukan

kepada pelanggar hukum berupa tindakan represif tetapi juga

reaksi terhadap calon pelanggar hukum berupa upaya-upaya

pencegahan kejahatan (criminal prevention). Yang dibahas dalam

bagian ketiga adalah perlakuan terhadap pelanggar-pelanggar

hukum (reacting toward the breaking of laws) antara lain:

a. Teori-teori penghukuman

b. Upaya-upaya penanggulangan/pencegahan kejahatan, baik

berupa tindakan pre-emtif, preventif, represif, dan rehabilitatif.

B. Mucikari

21
Mucikari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merujuk pada

kata Muncikari adalah induk semang bagi perempuan lacur atau

germo.25 Mucikari merupakan profesi dalam masyarakat yang diatur di

dalam KUHP dan sangat bertentangan dengan kesusilaan, disebutkan

istilah mucikari yang tergolong sebagai kejahatan kesusilaan yang

diatur dalamn BAB XIV Buku II KUHP.

Pengertian mucikari adalah seorang laki-laki atau wanita yang

hidupnya seolah-olah dibiayai oleh pelacur, yang dalam pelacuran

menolong mencarikan langganan-langganan dari hasil mana ia

mendapatkan bagiannya dan menarik keuntungan dari pekerjaan yang

dilakukan oleh pelacur. Yang dimaksud dengan orang yang menarik

keuntungan di sini adalah mucikari tersebut.

Mucikari merupakan orang yang berperan penting sebagai

perantara pekerja seks komersial (PSK). Pelaku mucikari tidak hanya

sebatas dari kalangan orang dewasa tapi anak-anak di bawah umurpun

juga melakoni pekerjaan tersebut. Di kalangan anak-anak yang masih

menyandang status sebagai pelajar sangatlah mudah untuk terjadinya

prostitusi dan terkadang hal inilah yang membuat para pelajar menjadi

korban bahkan sekaligus menjadi pelaku perdagangan orang dalam

seks atau prostitusi. Mucikari bertindak sebagai manager yang

mengelola hubungan antara pelacur dan pelanggan. 26

25
Umi Chulsum, 2006, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kashiko, Surabaya, hlm. 473.
26
Reno Bachtiar dan Edy Purnomo, 2007, Bisnis Prostitusi, Profesi yang
Menguntungkan, Pinus Book Publisher, Yogyakarta, hlm. 35.

22
Peran mucikari secara garis besar menjadi penghubung antara

pelanggan dengan pelacur yang ada dan melaksanakan profesi

mereka. Masing -masing pelanggan keinginan dan berbeda antara satu

dengan lainnya, akan tetapi standar mereka tetap pada kebutuhan dan

keinginan pemenuhan hasrat seksual, berusaha mendapatkan PSK

yang memiliki keadaan gambaran mereka. Sementara itu,kondisi yang

ada, akses, dan kontrol terhadap PSK bernilai atau tidak bernilai

(menurut pandangan subjektif para anggota yang bersangkutan)

menunjukkan suatu pola bahwa posisi struktural, seperti layaknya posisi

seorang pimpinan dalam perusahaan, dimana masing-masing bagian

dalam jaringan PSK mampu memahami tugas mereka, seorang

perantara PSK dalam jaringan sangat menentukan akses dan kontrol

terhadap pelanggan.27

Posisi struktural yang relatif lebih tinggi mempunyai akses dan

kontrol terhadap power dan reward atau sumber daya yang relatif lebih

besar dibanding mereka yang menduduki posisi struktural yang lebih

rendah, akan tetapi tidak langsung dapat menentukan pemberian

hukuman misalnya seperti para karyawan dengan pimpinan dalam

perusahaan, PSK tetap memiliki kebebasan dalam menjalankan

aktivitas mereka, dan tidak ada hak langsung dari pemiliki lokalisasi

misalnya untuk mengeluarkan seorang PSK dari tempatnya, selama ia

memberikan keuntungan bagi lokalisasi. Kondisi ini menyebabkan

27
Soedjono D, 1977, Pelacuran Ditinjau Dari Segi Hukum dan Kenyataan dalam
Mayarakat, PT Karya Nusantara, Bandung, hlm. 23.

23
kontak sosial (kontak personal) menjadi penting dalam tindakan

instrumental yang dilakukan seseorang. Kontak yang dituju adalah

sebuah kontak sosial yang mampu menyedikan atau memberikan

pengaruh dan informasi dalam rangka pencapaian kepentingan yang

dinginkan oleh aktor yang bersangkutan. Dalam usahanya tersebut,

tersebut mereka mengaktifkan hubungan emosi dan hubungan power.

Artinya mereka memodifikasi atau memanipulasi hubungan emosi dan

hubungan power, yang tidak menunutup kemungkinan untuk membina

hubungan hubangan sosial dengan para aktor dari unit lain guna

mendapatkan sumber daya yang tersedia itu.

Saling keterhubungan yang menyediakan pengaruh dan

informasi dalam rangka memperoleh atau memperebutkan PSK tertentu

tersebut, tanpa disadari membentuk pengelompokan sosial atau

jaringan tertentu, yang pada akhirnya melahirkan suatu strukrur sosial

tertentu pula yang berlaku sebagai pedoman dalam berinteraksi antar

anggotanya atau sebagai hukum kuasai jaringan, yang akhirnya

membatasi atau memberikan ketidakleluasaan bagi para anggotanya

dalam bertidak dan bersikap. Peran bagian pemasaran dalam aktivitas

seksual menunjukkan pola yang menghubungkan kepentingan antar

berbagai pihak. Tujuannya tetap melindungi dan memenuhi kebutuhan

pasokan sesuai dengan permintaan. Media promosi yang biasa

dilakukan oleh pihak pemasaran biasanya dilaksanakan dalam rangka

24
melaksanakan aktivitas dan kegiatan yang berhubungan dengan upaya

memperkenalkan distribusi baru.28

Sanksi pidana yang dapat dijatuhkan kepada yang melakukan

tindak pidana mucikari yaitu:

Pasal 296 KUHP

“Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan


perbutan cabul dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai
pencaharian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling
lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak lima
belas ribu rupiah’’

Pasal 506 KUHP

“Barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang


wanita dan menjadikannya sebagai pencaharian, diancam dengan
pidana paling lama satu tahun”

C. Prostitusi Online

1. Pengertian Prostitusi Online

Prostitusi atau juga bisa disebut pelacuran berasal dari bahasa

Latin yaitu pro-situare yang berarti membiarkan diri berbuat zina,

melakukan perbuatan persundalan, pencabulan, pergendakan.

Dalam bahasa Inggris prostitusi disebut prostitution yang artinya tidak

jauh beda dengan bahasa latin yaitu pelacuran, persundalan atau

ketunasusilaan. Orang yang melakukan perbuatan prostitusi disebut

pelacur yang dikenal juga dengan WTS atau Wanita Tuna Susila. 29

Menurut William Benton dalam Encyclopedia Britanica,

pelacuran dijelaskan sebagai praktek hubungan seksual yang

28
Koentjoro, 2004, ON THE SPOT: Tutur Sarang Pelacur, qalam, Yogyakarta, hlm. 45.
29
Kartini Kartono, 1997, Patologi Sosial Jil 1 Edisi 2, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm. 177.

25
dilakukan sesaat, yang kurang lebih dilakukan dengan siapa saja

(promiskuitas) untuk imbalan berupa uang.30 Sedangkan secara

terminologis, pelacuran atau prostutisi adalah penyediaan layanan

seksual yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan untuk

mendapatkan uang atau kepuasan. 31

Menurut Mulia, T.S.G et.al dalam ensiklopedia Indonesia

dijelaskan bahwa pelacuran itu bisa dilakukan baik oleh kamu wanita

maupun pria. Jadi ada persamaan predikat pelacuran antara laki-laki

dan wanita yang bersama-sama melakukan perbuatan hubungan

kelamin di luar perkawinan. Dalam hal ini cabul tidak hanya berupa

hubungan kelamin di luar nikah saja, akan tetapi termasuk pula

peristiwa homoseksual dan permainan-permainan seksual lainnya.32

Selanjutnya oleh Kartini Kartono dalam bukunya Patologi Sosial

memberikan definisi pelacuran adalah sebagai berikut: 33

a. Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri (persundalan)

dengan gejala jalan memperjualbelikan badan, kehormatan dan

kepribadian banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks

dengan imbalan pembayaran.

b. Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-

pola organisasi impuls/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak

30
Tahnh-Dam Truong, 1992, Pariwisata dan Pelacuran di Asia Tenggara, Terjemahan:
Moh. Arif, LP3ES, Jakarta, hlm. 115.
31
Robert P.Masland, Jr. David Estridge, 1987, Apa yang Ingin Diketahui Remaja Tentang
Seks, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 134.
32
Mulia, T.S.G, et.al dalam Ensiklopedi Indonesia yang sebagaimana dikutip oleh Kartini
Kartono, Patologi Sosial, hlm. 184.
33
Ibid, hlm. 185.

26
terintegrasi dalam bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa

kendali dengan banyak orang atau Promiskuitas, disertai

eksploitasi seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya.

c. Pelacuran ialah perbuatan perempuan atau laki-laki yang

menyerahkan badannya untuk berbuat cabul secara seksual

dengan mendapatkan upah.

G. May dalam bukunya Encyclopedia of Social Science yang

menekankan masalah barter atau perdagangan secara tukar-

menukar, yaitu menukar pelayanan seks dengan bayaran uang,

hadiah atau barang berharga lainnya. Pihak pelacur mengutamakan

motif-motif komersil atau alasan keuntungan materil. Sedangkan

pihak laki-laki mengutamakan pemuasan nafsu-nafsu seksual. 34

Menurut masyarakat luas prostitusi atau pelacuran adalah

persenggamaan antara pria dan wanita tanpa terikat piagam

pernikahan yang sah. Perbuatan ini dipandang rendah dari sudut

moral dan akhlak, dosa menurut agama, tercela dan jijik menurut

penilaian masyarakat di Indonesia. Akan tetapi pelacuran adalah

salah satu profesi dan lahan bisnis untuk tujuan ekonomi. 35

Prostitusi online berasal dari dua kata yang masing-masing

dapat berdiri sendiri yaitu prostitusi dan online. Prostitusi adalah

istilah yang sama dengan prostitusi. Prostitusi menurut soerjono

Soekanto dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang bersifat


34
G.May, 1997, Encyclopedia of Social Science, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm. 184.
35
Sahal Mahfudz, 1994, Nuansa Fiqh Sosial, LKis, Yogyakarta, hlm. 95.

27
menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan perbuatan-

perbuatan seksual dengan mendapat upah. Kata terakhir dari

prostitusi online menggambarkan tempat dimana aktivitas ini

dilakukan. Online merupakan istilah yang digunakan orang untuk

menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan internet atau dunia

maya. Dengan demikian prostitusi online adalah kegiatan

menawarkan jasa pelayanan seksual melalui dunia maya.

Pembahasan mengenai prostitusi online ini membahas

mengenai praktek prostitusi atau pelacuran menggunakan media

internet atau online sebagai sarana transaksi bagi mereka PSK dan

yang ingin menggunakan jasanya. Walaupun jika kita ingin perdalam

maknanya maka pengertian dari prostitusi online adalah transaksi

pelacuran yang menggunakan media internet sebagai sarana

penghubung antara PSK dengan yang ingin menggunakan jasanya.

Jadi internet hanya sarana penunjang atau penghubung saja. tidak

seperti pada umunya transaksi PSK yang menunggu pelanggannya

di pinggir-pinggir jalan. Semua defenisi yang disebutkan memiliki

masalanya sendiri karena didefenisikan dari masyarakat yang

berbeda yang pada dasarnya memiliki sandar sosial dan moral yang

berbeda-beda tentang prostitusi atau pelacuran.

2. Dasar Hukum Prostitusi Online

a. Dasar hukum prostitusi menurut KUHP

28
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tidak semua

pelaku dalam praktek prostitusi online ini dijerat ancaman

hukuman karena KUHP tidak melarang prostitusi ataupun

prostitusi online, KUHP hanya melarang prostitusi yang

bergelandangan dan berkeliaran di jalan dan di tempat umum.

Tetapi KUHP hanya melarang mucikari dan dapat dijerat ancaman

hukuman baik itu hukuman pidana kurungan maupun pidana

denda.

Larangan melakukan profesi mucikari terdapat dalam Pasal 506

KUHP yang menentukan bahwa:

“Barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang


wanita dan menjadikannya sebagai pencaharian, diancam dengan
pidana kurungan paling lama 1 tahun”.

Selain itu pada pasal lainnya, yaitu Pasal 296 KUHP yang isinya:

“Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan


perbuatan cabul dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai
pencaharian dan kebiasaan, diancam dengan pidana penjara
paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling
banyak lima belas ribu rupiah”.

b. Dasar hukum prostitusi online Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (UU ITE) tidak meyebutkan kata prostitusi

dalam semua pasalnya, kecuali pada Pasal 27 ayat (1) yang

berisikan tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang,

29
menyebutkan kata kesusilaan yang menyangkut kepada hal-hal

yang berbau pornografi. Pasal 27 UU ITE yaitu sebagai berikut:

(1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentrasmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang

memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.

c. Dasar hukum prostitusi online menurut Undang-Undang Nomor 44

Tahun 2008 Tentang Pornografi

Mengenai masalah prostitusi undang-undang ini menyebutkannya

dengan kata jasa pornografi yang terdapat pada Pasal 1 ayat (2)

yang isinya yaitu:

“Jasa pornografi adalah segala jenis layanan pornografi yang


disediakan oleh orang perseorangan atau korporasi melalui
pertunjukan langsung, televisi kabel, televise teresterial, radio,
telepon, internet dan komunikasi elektronik lainnya serta surat
kabar, majalah, dan barang cetakan lainnya”.

Praktek prostitusi yang diatur dalam Undang-undang ini diperjelas

pada Pasal 4 ayat (2) huruf d yang isinya mengenai larangan serta

pembatasan. Isi Pasal 4 ayat (2) huruf d yaitu:

“Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang


menawarkan atau menghilangkan, baik langsung maupun tidak
langsung layanan seksual”.

Untuk pekerja komersial sendiri, undang-undang pornografi

menyebutkannya pada Pasal 8 yang isinya yaitu :

“Setiap orang dilarang dengan sengaja atau atas persetujuan


dirinya menjadi objek atau model yang mengandung muatan
pornografi”.

30
Ketentuan sanksi-sanksi dalam undang-undang pornografi, diatur

pula secara spesifik merujuk kepada pihak-pihak yang terlibat.

Seperti pada Pasal 30 undang-undang pornografi, yang isinya

yaitu:

“Setiap orang yang menyediakan jasa pornografi sebagaimana


dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau pidana denda paling sedikit Rp.250.000.000,00 (dua
ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 3.000.000.000,00
(tiga milyar rupiah)”.

D. Aplikasi MiChat

Aplikasi MiChat dilengkapi pula dengan fitur chat baik secara

japri maupun grup, dan berbagi foto. Pada dasarnya tak beda jauh

dengan layanan pesan instan yang populer saat ini. Pengembang

MiChat, MICHAT PTE. LIMITED yang terdata berbasis di Singapura,

pun menyebut bahwa aplikasi ini juga dimaksudkan demi memudahkan

penggunanya untuk bisa terus berkomunikasi dengan keluarga dan

teman. Sama seperti layanan WhatsApp, Line, dan lainnya. Jika

kemudian MiChat kedapatan dipakai secara negatif, hal itu tentu bisa

terjadi di aplikasi lain. Tapi patut pula diingat bahwa MiChat sudah

beberapa kali dikaitkan dengan indikasi prostitusi online.

Fakta-fakta mengenai MiChat:36

1. Chat Gratis

36
Endah, “Pengertian Aplikasi MiChat”, https://metodeku.com/pengertian-aplikasi-michat/,
Pada tanggal 19 Juni 2020 Pukul 14.00 WITA.

31
Dengan aplikasi MiChat mengirim pesan lebih cepat dan hemat

kuota. Mengirim pesan ke siapa saja atau mengirim pesan di grup

dengan gratis.

2. Menggunakan Verifikasi Teman untuk Mencegah Pelecehan

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, kalian bisa

memverifikasi melalui teman kalian. Kalian hanya akan memerima

pesan dari teman-teman kalian yang terverifikasi. Kini kalian tidak

perlu khawatir lagi akan diganggu orang asing maupun iklan yang

mengganggu.

3. Bertemu dengan Teman-teman Baru

Untuk menemukan teman baru dengan aplikasi MiChat ini, kalian

bisa menggunakan fitur pengguna di Sekitar dan pesan dalam botol.

4. Dapat Berbagi dan Memindai Kode QR Guna Menambahkan Teman

Kalian juga bisa membagikan kode QR kalian dengan teman

ataupun menambahkan teman hanya dengan memindai kode QR

mereka.

5. Pesan dalam Botol

Untuk mencari seseorang yang special, kalian bisa melempar

maupun mengambil botol pesan. Pesan dalam botol ini mendukung

pesan teks, suara, dan video.

6. Dapat Mengirim Foto dengan Resolusi Tinggi

32
Tidak perlu khawatir lagi dengan kualitas foto yang kalian kirim

melalui aplikasi MiChat.

7. Trending Chat

Untuk menemukan seseorang dengan minat sama, kalian bisa

bergabung dalam ruangan chat yang diinginkan.

8. Emoji

Aplikasi MiChat ini juga disertai dengan emoji untuk

mengekspresikan emosi kalian.

9. Pesan Multimedia

Mengirim dan menerima video, foto, berkas, teks, dan pesan suara

juga bisa.

10. Chat Grup

Chat grup pada Aplikasi MiChat ini memuat hingga 500 anggota.

MiChat adalah sebuah aplikasi messenger besar yang desainnya

aplikasi ini memiliki kemiripan dengan aplikasi Wechat, sedangkan fitur

pencarian teman yang dimiliki aplikasi Michat tidak dimiliki oleh aplikasi

Wechat. Pada layanan aplikasi MiChat yang terkenal beberapa tahun

lalu ini adalah karena adanya kontroversial dengan aplikasi Tinder dan

BeeTalk yang sangat dekat dengan hubungannya prostitusi online.

Aplikasi ini bekerja ketika ada sesama pengguna aplikasi tersebut

dijarak tertentu hingga mencapai jarak 30 km, dengan begitu kita bisa

mengetahui pengguna sekitar yang secara bersamaan menggunakan

aplikasi MiChatnya.

33
Untuk mengetahui apakah dari pengguna akun tersebut

masyarakat biasa atau penyedia jasa layanan seks online dilihat dari

status yang tertera di foto profil, sehingga dengan begitu akan mudah

dalam membedakan apakah akun tersebut pengguna biasa atau orang

yang menggunakan media sebagai kegiatan operasional mereka dalam

prostitusi online.

Pengguna aplikasi MiChat bisa melakukan pemesanan

perempuan prostitusi online dengan menanyakan harga atau tipe

layanan yang mau digunakan, sehingga dengan begitu akan di jelaskan

berapa tarif yang harus anda bayar oleh perempuan penyedia jasa

tersebut lokasi mana kalian akan bertemu, pada pukul berapa dan hari

apa itu akan di ketahui setelah melakukan pemesanan melalui aplikasi

MiChat. 37

E. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan

Di dalam ilmu kriminologi ada faktor faktor penyebab terjadinya

kejahatan yang dapat dikategorikan ke dalam 2 (dua) faktor yaitu faktor

intern dan faktor ekstern.

A. Faktor Intern

37
Rival, Hengky Adin, 2012, Fenomena Perempuan Pekerja Seks Komersia Dengan
Menggunakan Aplikasi Chatting Internet Relay Chat Mirc Di Yogyakarta, jurnal S1
Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

34
1. Faktor Individual

Setiap individu memiliki kepribadian karakteristik dan tingkah

laku yang berbeda satu sama lainnya. Kepribadian ini dapat

dinilai dari cara dan bagaimana setiap individu itu berinteraksi

dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Seseorang individu

yang berperilaku baik di tengah masyarakat maka seseorang itu

akan dinilai baik dan mendapatkan penghargaan diri dari

masyarakat dan dapat dijadikan contoh bagi masyarakat di

sekitarnya. Tetapi jika seseorang berpeliku tidak baik maka

orang tersebut akan dinilai tidak baik dan timbul di benak

masyarakat bahwa orang tersebut akan menimbulkan masalah

dan kekacauan di masyarakat itu.

Lambroso juga mengatakan seorang penjahat dapat dilihat dari

keadaan fisiknya yang mana sangat berbeda dengan manusia

lainya, yaitu kejahatan merupakan bakat manusia yang dibawa

sejak lahir (criminal is born). Sesuai dengan pendapat Lambroso

pada Hypothese Pathologi menurutnya Type penjahat dipandang

dari sudut antropologi mempunyai tanda-tanda tertentu,

umpamanya isi tengkoraknya kurang bila dibandingkan oleh

orang lain, dan terdapat kelainan-kelainan pada tengkoraknya. 38

2. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi adalah faktor yang sering mengakibatkan

seseorang untuk berbuat kejahatan, dikarenakan ekonomi


38
Made Darma Weda, 1996. Kriminologi, PT Raja Grafindo, Jakarta, hlm. 16.

35
menjadi peran penting untuk meneruskan kehidupan yang lebih

jauh, karena adanya tekanan ekonomi yang sangat kuat maka

banyak orang mencari pekerjaan tanpa melihat kesehatan,

keamanan, bahaya, dan halal nya pekerjaan tersebut.

3. Faktor Keluarga

Peranan keluarga dalam menentukan pola tingkah laku anak

sebelum dewasa maupun sesudahnya sangat penting sekali bagi

perkembangan anak selanjutnya karena tidak seorangpun

dilahirkan langsung mempunyai sifat yang jahat, keluargalah

yang merupakan sumber pertama yang mempengaruhi

perkembangan anak.39

Perubahan dari kondisi rumah tangga seperti perceraian,

kekerasan dalam rumah tangga, dan lain-lain merupakan faktor

yang sangat penting bagi kejiwaan anggota keluarga.

Kebanyakan dari residivis berasal dari keluarga yang terpecah.

Sering kali kejahatan dilakukan dari hal-hal yang kecil sewaktu

anak-anak karena kurangnya pengawasan orang tua dan akan

menjadi kejahatan-kejahatan besar pada saat anak tersebut

dewasa.

4. Faktor Religi

Bila seseorang mempunyai keimanan dan ketaqwaan yang tipis

kemungkinan akan mudah melakukan kejahatan yang sangat

39
Andi Hamzah, 1986, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hlm. 59.

36
merugikan orang lain karena tidak dibentengi oleh ajaran agama.

Jika nilai-nilai keagamaan tidak ada dalam jiwa manusia maka

mereka akan mudah tergoda untuk melakukan hal-hal yang

bersifat merugikan orang lain.

B. Faktor Ekstern

1. Faktor Lingkungan

Peniruan dalam masyarakat memang mempunyai pengaruh

yang besar, bahwa banyak orang dalam kebiasaan hidupnya dan

pendapatnya sangat mengikuti keadaan lingkunganya.

Terjadinya kejahatan yang dilakukan seseorang salah satu

penyebabnya adalah faktor lingkungan atau pergaulan

masyarakat sekitarnya. Kejahatan yang merupakan suatu bentuk

gejala sosial yang tidak berdiri sendiri, melainkan adanya

korelasi dengan berbagai perkembangan kehidupan sosial, maka

untuk melakukan penyelidikan tentang tingkah laku jahat yang

dilakukan oeh penjahat haruslah memperhatikan keadaan

lingkungan dimana pelaku kejahatan berasal.

2. Faktor Sosial Budaya

Semua tingkah laku dipelajari dengan berbagai cara. Dengan

kata lain tingkah laku kejahatan yang dipelajari dalam kelompok

melalui interaksi dan komunikasi. Hal ini disebutkan dengan teori

asosiasi diferensial, yaitu: setiap orang akan menerima dan

mengikuti pola-pola perilaku yang dapat dilaksanakan,

37
Kegagalan untuk mengikuti pola tingkah laku menimbulkan

ikonsistensi dan ketidakharmonisan, Konflik budaya (conflict of

cultures) merupakan prinsip dasar dalam menjelaskan

kejahatan.40

3. Faktor Perkembangan Teknologi

Pada masa sekarang ini teknologi sebagai sarana pendukung

pembangunan yang wajib dikuasai oleh semua orang. Kita akan

tertinggal jika kita tidak menguasai teknologi tersebut, tapi sangat

disayangkan perkembangan teknologi yang sangat maju

memberikan efek-efek negatif di dalam kehidupan masyarakat.

Sarana-sarana seperti majalah, radio, surat kabar, media sosial

dan televis kadang-kadang secara tidak langsung memberikan

pelajaran kepada masyarakat tentang bagaimana melakukan

suatu kejahatan atau memudahkan melakukan kejahatan

ataupun menutupi kejahatan tersebut.

4. Faktor Pendidikan

Peran pendidikan dari si korban ataupun si pelaku itu sendiri

akan sangat berpengaruh menumbuhkan perilaku yang rasional

dan menurunkan atau mengurangi bertindak secara rasional.

Salah satu faktor yang menyebabkan seorang menjadi korban

pada umumnya adalah dikarenakan pendidikannya sangat

40
Hendrojono, 2005, Kriminologi Pengaruh Perubahan Masyarakat dan Hukum, Srikandi,
Surabaya, hlm. 78.

38
kurang, baik pendidikan formal maupun pendidikan informal.

Dalam hal pendidikan kebanyakan orang tua menyerahkan

sepenuhnya anak mutlak kepada sekolah tanpa memberi

perhatian yang cukup terhadap kepentingan pendidikan anak,

sedangkan kemampuan pendidikan di sekolah sangat lah

terbatas.

F. Upaya Penanggulangan Kejahatan

Penanggulangan kejahatan empirik terdiri atas tiga bagian

pokok, yaitu:41

1. Pre-Emtif

Yang dimaksud upaya Pre-emtif disini adalah upaya-upaya awal

yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya

tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan

kejahatan. secara Pre-emtif adalah menanamkan nilai-nilai/norma-

norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi

dalam diri seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk melakukan

pelanggaran/kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal

tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha pre-

emtif faktor niat menjadi hilang meskipun ada kesempatan. Cara

pencegahan ini berasal dari teori NKK, yaitu niat ditambah

kesempatan terjadi kejahatan. Contohnya, di tengah malam pada

saat lampu merah lalu lintas menyala maka pengemudi itu akan

berhenti dan mengikuti peraturan lalu lintas tersebut meskipun pada


41
A.S. Alam, Op.Cit, hlm. 79-80.

39
waktu itu tidak ada polisi yang berjaga. Hal itu selalu terjadi

dibanyak negara seperti Singapura, Sydney, dan kota besar lainnya

di dunia. Jadi dalam upaya pre-emtif faktor niat tidak terjadi.

2. Preventif

Upaya-upaya preventif ini adalah tindak lanjut dari upaya pre-emtif

yang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya

kejahatan. Dalam upaya preventif yang ditekankan adalah

menghilangkan kesempatan untuk dilakukannya kejahatan. Contoh,

ada orang ingin mencuri motor tetapi kesempatan itu dihilangkan

karena motor-motor yang ada ditempatkan di tempat penitipan

motor, dengan demikian kesempatan menjadi hilang dan tidak

terjadi kejahatan. Jadi dalam upaya preventif kesempatan ditutup.

3. Represif

Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana/ kejahatan

yang tindakannya berupa penegakan hukum (law enforcement)

dengan menjatuhkan hukuman.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalan penelitian hukum empiris.

Penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang

menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia,

baik perilaku verbal yang didapat dari wawancara maupun perilaku

40
nyata yang dilakukan melalui pengamatan langsung. Penelitian empiris

juga digunakan untuk mengamati hasil dari perilaku manusia yang

berupa peninggalan fisik maupun arsip.42

Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara

langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan

perundang-undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan

penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa

responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai

pelaksanaan penegakan hukum tersebut. 43

B. Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan terkait

dengan permasalahan dan pembahasan penulisan ini, maka penulis

melakukan penelitian dengan melakukan pengumpulan data dan

informasi di Wilayah Hukum Kepolisian Polrestabes Makassar.

Pemilihan daerah ini sebagai lokasi penelitian karena sesuai dengan

objek penelitian.

C. Jenis dan Sumber data

Jenis dan sumber data yang terhimpun dari hasil penelitian ini

diperoleh melalui penelitian lapangan dan kepustakaan, digolongkan ke

dalam 2 jenis data, yaitu:

42
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Empiris &
Normatif, Pustaka Pelajar, hlm. 280.
43
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm. 134.

41
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dan

penelitian secara langsung dengan pihak-pihak terkait.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan

terhadap berbagai macam bahan bacaan yang berkaitan dengan

objek kajian seperti literatur-literatur, dokumen, laporan, arsip,

maupun sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah dan tujuan

penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh data sebagaimana yang diharapkan,

maka penulis melakukan pengumpulan data dengan 2 cara, yaitu:

1. Teknik wawancara, yaitu mengumpulkan data secara langsung

melalui pembicaraan langsung dan terbuka dalam bentuk tanya

jawab terhadap narasumber atau petugas kepolisian.

2. Teknik studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dengan membaca

dan mengkaji berbagai literatur yang relevan dan berhubungan

langsung dengan objek penelitian yang dijadikan sebagai landasan

teoritis.

E. Analisis Data

Data-data yang telah diperoleh baik data primer maupun data

sekunder kemudian akan diolah dan dianalisis untuk menghasilkan

kesimpulan. Kemudian disajikan secara deskriptif, guna memberikan

pemahaman yang jelas dan terarah dari hasil penelitian nantinya.

Analisis data yang digunakan adalah analisis data yang berupaya

42
memberikan gambaran secara jelas dan konkrit terhadap objek yang

dibahas secara kualitatif dan kuantitatif dan selanjutnya data tersebut

disajikan secara deskripsi yaitu menjelaskan, menguraikan, dan

menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya

dengan penelitian ini, guna menjawab permasalahan yang diteliti.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Prostitusi Online yang


Dilakukan Mucikari melalui Aplikasi MiChat di Kota Makassar

Kejahatan prostitusi online yang dilakukan mucikari

menggunakan perangkat elektronik sebagai medianya seperti

43
smartphone yang sekarang ini dipakai oleh hampir semua kalangan di

masyarakat. Prostitusi yang menggunakan smartphone sebagai

medianya didukung oleh teknologi internet online yang memudahkan

penggunanya untuk berinteraksi, contohnya menggunakan media

sosial seperti aplikasi MiChat yang dapat dengan mudah digunakan

melalui smartphone. Media-media sosial tersebut yang harusnya

memudahkan pengguna untuk berinteraksi namun disalahgunakan

oleh pelaku prostitusi untuk melakukan kejahatan.

Kasus kejahatan prostitusi online yang dilakukan mucikari

melalui aplikasi MiChat sedang marak-maraknya terjadi di kota

Makassar, karena keberadaan kota Makassar sebagai kota

metropolitan di Provinsi Sulawesi Selatan. Sehingga memudahkan

dalam menjalankan aksi kejahatan tersebut. Hal inilah yang

menyebabkan prostitusi online masih menjadi masalah yang sangat

serius yang ditangani oleh Polrestabes Kota Makassar.

Persoalan kejahatan prostitusi online yang dilakukan mucikari

melalui aplikasi MiChat salah satu permasalahan yang sering terjadi di

kehidupan masyarakat tidak terkecuali di daerah hukum kepolisian

Polrestabes Kota Makassar. Berdasarkan hasil penelitian dan

pengambilan data yang diperoleh dari Polrestabes Kota Makassar,

maka menghasilkan beberapa hasil yang ditunjukkan oleh tabel di

bawah ini.

Tabel

44
Data Penanganan Kejahatan Prostitusi Online yang Dilakukan
Mucikari melalui Aplikasi MiChat yang Ditangani Polrestabes
Makassar
No Laporan Polisi Pelaku

1 LP.08/IX/2018/Polda Sulsel/Restabes Inisial S (20 Tahun)


MKS/19 September 2018
2 LP.144/IV/2020/Polda Sulsel/Restabes Pasangan Suami-Istri
MKS/10 April 2020
Sumber: Polrestabes Makassar
Dari data penanganan kejahatan prostitusi online yang dilakukan

mucikari melalui aplikasi MiChat yang Ditangani Polrestabes

Makassar, mengakibatkan pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus,

tahun 2018 terdapat 1 kasus, tahun 2019 tidak ditemukan kasus, dan

tahun 2020 terdapat 1 kasus.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui berbagai modus

operandi pada tahun 2018 yang dilakukan oleh pelaku inisal S (20

Tahun) seorang waria yang sering mangkal di Panaikang, namun

selama mangkal di Panaikang hanya sedikit pemasukan sedangkan

teman perempuannya yang mangkal di wisma banyak pelanggannya.

Olehnya itu pelaku merubah metode nya guna mendapatkan juga

penghasilan. Alhasilnya pelaku berperan dalam penyediaan layanan

seks komersial tersebut melalui Aplikasi MiChat dengan melibatkan

anak dibawah umur yaitu Sc (17 tahun), Gr (15 tahun), dan An (17

tahun) di salah satu wisma Jl. Pengayoman Makassar. Keuntungan

45
yang dihasilkan oleh pelaku dari tiap transaksi bisa Rp 100 ribu atau

Rp 200 ribu.

Modus operandi pada Tahun 2020 yang dilakukan oleh

pasangan suami istri yang melakukan pesta seks dengan melibatkan

14 orang, enam enam di antaranya merupakan perempuan yang

masih di bawah umur, sementara delapan lainnya adalah laki-laki

berada di dalam dua kamar hotel. Enam remaja perempuan tersebut

sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) yang terlibat prostitusi online

yang dipasarkan oleh mucikari melalui aplikasi MiChat. Mereka

memasang tarif Rp500.000 per PSK untuk satu kali kencan. Adapun

kronologi penggerebekan dilakukan oleh Dantim Penikam Polrestabes

Makassar Ipda Arif Muda, pada saat itu, timnya sedang melakukan

patroli strong point di sepanjang Jalan Veteran Selatan. Kemudian

melintas pengendara sepeda motor dengan gelagat mencurigakan.

Tak hanya itu, pengendara motor tersebut juga berbonceng tiga tanpa

mengenakan helm. Lalu Tim Penikam mencegat pengendara tersebut

dan dilakukan pemeriksaan. Ternyata pengendara tersebut tidak

membawa surat kelengkapan kendaraan. Tak berhenti di situ, Tim

Penikam kemudian menggeledah ponsel pelaku tersebut. Saat itulah,

Tim Penikam menemukan percakapan transaksi prostitusi online.

Pelaku pun mengakui, bahwa dirinya sedang menjalani transaksi

prostitusi online dan mengaku, mucikari bersama komplotannya masih

berada di salah satu hotel di Makassar. Atas perintah Dantim, Tim

46
Penikam menjemput para komplotan pelaku serta mucikari prostitusi

online di hotel yang dimaksud.

Dari berbagai modus operandi tersebut yang melibatkan anak,

penyidik merumuskan kualifikasi kejahatan prostitusi online yang

dilakukan mucikari melalui aplikasi MiChat dalam unsur-unsur tindak

pidana setiap orang yang menyediakan jasa pornografi yang

menawarkan atau mengiklankan baik langsung atau tidak langsung

layanan seksual atau dengan sengaja memberikan persetubuhan

terhadap anak sebagaimana dimaksud Pasal 30 Jo. Pasal 4 ayat 2

huruf D Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi.

atau Pasal 81 ayat 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang

Perpu No. 1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-

Undang Tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Prostitusi melalui media online ini terlihat seperti kasus

prostitusi-prostitusi lainnya, namun mengingat kasus prostitusi melalui

media online ini selalu melibatkan pihak ketiga sebagai perantara

dengan menentukan harga, mengirimkan foto dengan media

elektronik dan mengantarkan kepada pelanggan. Beberapa faktor-

faktor penyebab terjadinya kejahatan prostitusi melalui media

elektronik atau prostitusi online yang menjadi penyebab tingginya

potensi praktek prostitusi di Kota Makassar. Para perempuan yang

diperdagangkan pada awalnya yang hanya mengikuti pergaulan dan

gaya hidup yang selalu bergaul di tempat-tempat hiburan malam, ada

47
juga yang iseng karena kebutuhan ekonomi, tetapi lama-kelamaan

mereka akan dimanfaatkan oleh mucikari sebagai pihak ketiga untuk

diperdagangkan.

Menurut Aiptu Rizal, salah seorang penyidik di Polrestabes

Makassar dalam wawancara pada hari rabu, 14 Oktober 2020

menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya kejahatan prostitusi

online yang dilakukan mucikari melalui aplikasi MiChat di kota

Makassar antara lain:

1. Faktor Ekonomi

Rendahnya perekonomian yang dimiliki seseorang sampai rela

menjadi mucikari. Mereka rela menjual moral dan harga dirinya di

karenakan harus membiayai kebutuhan hidup sehari-harinya. Hal

inilah yang dilakukan oleh pelaku inisal S yang mengganti profesi

menjadi mucikari melalui aplikasi MiChat dengan keuntungan Rp

100 ribu-Rp 200 ribu per transaksi dan pelaku pasangan suami istri

dengan keuntungan tarif Rp 500 ribu per transaksi. Dengan

demikian faktor ekonomilah yang mendesak pelaku tersebut

berprofesi sebagai mucikari melalui aplikasi MiChat.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis pada

tanggal 24 Februari 2021 terhadap pelaku inisial S (20 Tahun)

bahwa yang menjadi motif pelaku dalam melakukann profesi

sebagai mucikari adalah karena biaya hidup yang sangat besar

48
dibandingkan dengan tersedianya lowongan pekerjaan. Dengan

demikian pelaku mau tidak mau harus bertahan hidup meskipun

berprofesi sebagai mucikari, bahkan pelaku rela menjadi waria

hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan mendorongnya

menjalankan mucikari prostitusi online untuk menambah

penghasilannya.

2. Faktor Lingkungan

Lingkungan menjadi salah satu faktor terjadinya mucikari. Di

zaman sekarang ini lingkungan sangat menentukan kehidupan.

Jika bergaul di lingkungan yang sehat tidak ada masalah.

Sebaliknya jika bergaul di lingkungan yang tidak sehatlah yang

bisa menjerumuskan ke dalam dunia prostitusi. Seperti yang

diungkapkan pelaku mucikari S, bahwa awalnya para perempuan

yang ia perdagangkan sedang bergaul di tempat-tempat hiburan

malam bersama teman-temannya yang sedang meminum

minuman keras hingga malam hari. Sehingga para anak muda

tersebut yang terbiasa bergaul di tempat hiburan malam dengan

meminum-minuman keras tersebut kenal dengan mucikari

prostitusi sehingga para perempuan tersebut dirawat oleh mucikari

dan terjerumus ke dalam dunia hitam prostitusi.

Sebagaimana hasil wawancara penulis terhadap pelaku suami

pada tanggal 22 Februari 2021 bahwa pelaku berkenalan dengan

istrinya di lingkungan prostitusi, sehingga dengan latar belakang

49
yang sama mereka dengan mudah menemukan jaringan prostitusi

di sekitarnya yang akan dipasarkan melalui aplikasi MiChat,

sehinggga niat dalam melakukan kejahatan prostitusi online

tersebut selalu ada karena didukung oleh lingkungan pasangan

suami istri yang sejalan satu sama lain..

3. Faktor Kemajuan Teknologi

Dibalik kemajuan teknologi di dunia yang sangat memudahkan

penggunanya untuk menemukan seseorang, berkomunikasi,

menggunakan media-media sosial. Namun juga mempunyai

dampak buruk bagi masyarakat. Berkembangnya teknologi

tersebut juga ikut berkembang pula mucikari pada bentuknya. Hal

ini terbukti dengan disalahgunakannya kemajuan teknologi

tersebut oleh orang-orang yang bekerja di dunia prostitusi sebagai

perantara atau mucikari dengan menggunakan smartphone.

Dengan adanya smartphone sebagai media prostitusi melalui

media elektronik atau prostitusi online, dengan memakai media

sosial seperti aplikasi MiChat, yang hanya dapat digunakan melalui

smartphone. Aplikasi MiChat tersebut yang digunakan oleh

mucikari sebagai perantara untuk berkomunikasi dengan

pelanggan prostitusi tersebut. Mucikari menawarkan perempuan

yang diperdagangkan dengan mengirim beberapa foto-foto

perempuan yang disertai dengan masing-masing harga yang

berbeda kepada pelanggan prostitusi.

50
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap

pelaku inisial S (20 Tahun) pada tanggal 24 Februari 2020 bahwa

pelaku merasakan dampak yang signifikan dalam menjalankan

aksinya, karena pelanggan biasanya hanya melakukan transaksi

melalui aplikasi. Karena dengan menggunakan aplikasi semua

terasa mudah dan cepat serta mengurangi resiko terungkapnya

modus kejahatan prostitusi. Pelaku mengakui bahwa aplikasi yang

sering digunakan adalah aplikasi MiChat karena dianggap fitur-

fiturnya memadai dan lengkap.

Pengguna aplikasi MiChat bisa melakukan pemesanan

perempuan prostitusi online dengan menanyakan harga atau tipe

layanan yang mau digunakan, sehingga dengan begitu akan di

jelaskan berapa tarif yang harus anda bayar oleh perempuan

penyedia jasa tersebut lokasi mana kalian akan bertemu, pada

pukul berapa dan hari apa itu akan di ketahui setelah melakukan

pemesanan melalui aplikasi MiChat. Jelas ini adalah dampak

buruk dengan perkembangan teknologi saat ini karena

disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu dengan memudahkan

mucikari melakukan kejahatan prostitusi.

4. Faktor Peranan PSK dan Pelanggan

Mengenai peranan PSK dan pelanggan dalam terjadinya

kejahatan prostitusi online yang dilakukan oleh mucikari melalui

aplikasi MiChat memiliki peranan yang cukup besar. Hal inilah yang

51
memberikan kesempatan mucikari dalam mencari jaringan

prostitusi online yang mempertemukan PSK dengan pelanggan.

Akibat sepinya pemasaran yang dilakukan oleh PSK sendiri,

sehingga dia meminta jasa mucikari untuk mencarikannya pasar

yang lebih luas guna menemukan banyak pelanggan. Latar

belakang inilah yang mengakibatkan munculnya berbagai jasa

mucikari di aplikasi MiChat. Sebagaimana yang dilakukan oleh

mucikari inisial S dan mucikari pasangan suami istri yang berhasil

memasarkan PSK di berbagai pelanggan. Hal ini dianggap mudah

dan cepat, karena hanya dengan bertransaksi maka pemesanan

akan diselesaikan. Permintaan banyaknya pelanggan membuat

mucikari juga membuat jaringan PSK yang luas, karena biasa

permintaan pelanggan memiliki tipe-tipe PSK yang berbeda, maka

mucikari harus tanggap dalam menyediakan permintaan tersebut.

Dengan demikian adanya peranan PSK dan pelanggan membuat

mucikari dapat menjalankan aksi kejahatan prostitusi online melalui

aplikasi MiChat.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pelaku inisial S

(20 Tahun) pada tanggal 24 Februari 2021 bahwa pelaku

memanfaatkan teman wanitanya untuk dijadikan sebagai PSK yang

akan dipasarkan melalui aplikasi MiChat. Pelaku mengakui bahwa

teman wanitanya sendirilah yang selalu menawarkan dirinya untuk

dipasarkan ke berbagai pelanggan. Hal ini dirasakan betul dampak

52
adanya mucikari yang bisa memperluas jaringan pasar prostitusi

online.

5. Faktor Minimnya Sanksi Penyedia tempat

Setelah terjadi transaksi antara PSK dan pelanggan, maka

langkah selanjutnya adalah melaksanakan pertemuan ditempat

yang telah disepakati melalui aplikasi MiChat. Mucikari yang

menginisiasi tempat prostitusi tersebut, sebagaimana yang telah

disepakati sebelumnya, mucikari memberikan berbagai opsi tempat

dalam mempertemukan langsung antara PSK dan pelanggan.

Tempatnya sangat variasi, tergantung besarnya tarif yang akan di

bayar. Mengenai tempat prostitusi tersebut merupakan

tanggungjawab mucikari dalam menyiapkannya, sehingga mucikari

mempunyai banyak akses mengenai berbagai tempat yang akan

dijadikan sebagai tempat prostitusi. Tempat salah satu penunjang

dalam banyaknya pelanggan yang akan menggunakan jasa PSK

yang dipasarkan oleh mucikari.

Mucikari menjalin kerjasama dengan berbagai pemilik tempat

guna menjalankan aksi prostitusinya dan pemilik tempat tersebut

berani menjadikan tempatnya sebagai tempat prostitusi dengan

besarnya tarif bayaran yang dibayarkan. Dengan demikian mudah

terjalin kerjasama mucikari dan pemilik tempat. Sebagaimana

dalam kasus ini, mucikari inisial S menjadikan tempat prostitusi di

wisma Jl. Pengayoman Makassar dan mucikari pasangan suami

53
istri menjadikan tempat prostitusi di hotel Jl. Veteran Selatan.

Dalam hal ini mucikari sangat mudah menjangkau wisma dan hotel

yang berada di pusat kota Makassar sebagai tempat bisnisnya.

Dari berbagai kasus tersebut masih minim sanksi yang dikenakan

pada penyedia tempat, dalam artian tidak ada pemilik wisma dan

pemilik hotel yang dijadikan tersangka. Dengan demikian akses

tempat selalu tersedia sehingga memudahkan mucikari melakukan

kejahatan prostitusi online melalui aplikasi MiChat.

Berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap pelaku

pasangan suami istri pada tanggal 22 Februari 2021 bahwa pelaku

mempunyai tempat prostitusi online yang sangat banyak di tengah-

tengah kota Makassar seperti hotel, karena menurutnya

penggunaan hotel yang menjadi tempat prostitusi didominasi oleh

permintaan pelanggannya. Sehingga mucikari dengan mudah

mendapatkan tempat tersebut karena didukung oleh tarif

pembayaran yang dikenakan begitu tinggi dan pemilik hotel

menganggap dirinya tidak merasa dirugikan karena tidak adanya

sanksi yang menjeratnya.

B. Upaya Penanggulangan Kejahatan Prostitusi Online yang


Dilakukan Mucikari melalui Aplikasi MiChat di Kota Makassar

Dalam menanggulangi terjadinya kasus kejahatan prostitusi

online yang dilakukan mucikari melalui aplikasi MiChat di kota

Makassar, pihak kepolisian telah melakukan berbagai upaya

penanggulangan kejahatan prostitusi online. Melihat kejahatan

54
prostitusi melalui media aplikasi MiChat yang sedang marak-maraknya

terjadi di Indonesia khususnya di Kota Makassar. Pihak kepolisian

Polrestabes Makassar bekerjasama dengan PPA (pelayanan

perempuan dan anak). Mereka bertindak dalam menanggulangi

kejahatan prostitusi online yang dilakukan mucikari. Keseriusan

kepolisian dalam menanggapi kasus kejahatan ini dibuktikan dengan

ditangkapnya dua orang mucikari prostitusi melalui media elektronik

atau online di Kota Makassar beberapa waktu lalu. Berdasarkan

wawancara dengan Aiptu Rizal, salah seorang penyidik di Polrestabes

Makassar dalam wawancara pada hari jumat, 16 Oktober 2020 yang

menyatakan bahwa pihak kepolisian telah melakukan upaya

penanggulangan yang bersifat pre-emtif, preventif dan represif.

1. Upaya Pre-emtif

Upaya pre-emtif, yaitu tindakan atau upaya-upaya awal yang

dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya

kejahatan prostitusi online yang dilakukan oleh mucikari melalui

aplikasi MiChat. Adapun upaya yang dilakukan oleh pihak

kepolisian sebagai berikut:

a. Himbauan dari pihak yang berwenang mengenai sanksi hukum

dan sanksi moral apabila ada seseorang yang melakukan

praktik kejahatan prostitusi online.

b. Siraman rohani, seperti sering mengikuti ceramah agama oleh

para pemuka agama.

55
Dalam upaya ini yang lebih ditekankan adalah menanamkan

nilai dan norma dalam diri seseorang. Sehingga meskipun ada

kesempatan untuk melakukan kejahatan prostitusi online tapi tidak

ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka kejahatan tidak

akan terjadi.

2. Upaya Preventif

Upaya pencegahan biasa juga disebut tindakan preventif.

Upaya ini merupakan upaya yang dilakukan secara sistematis,

terencana, terpadu dan terarah dengan tujuan untuk menjaga agar

kejahatan tersebut tidak timbul atau terjadi lagi. Dalam upaya

pencegahan ini juga dilakukan tindakan mempersempit ruang

gerak, mengurangi dan memperkecil pengaruhnya terhadap aspek-

aspek kehidupan lain.

Upaya pencegahan yang ditempuh oleh pihak kepolisian

Polrestabes Makassar guna meminimalisir kejahatan prostitusi

online yang dilakukan mucikari melalui aplikasi MiChat antara lain:

a. Pihak kepolisian melakukan penyuluhan hukum mengenai

bahaya kejahatan prostitusi di kalangan-kalangan yang

dianggap rawan akan kejahatan prostitusi melalui media

elektronik atau online.

b. Pihak kepolisian menjalin kerja sama dengan lembaga

pelayanan perempuan dan anak untuk memberikan kesadaran

terhadap hak dan kewajiban perempuan dan anak.

56
c. Pihak kepolisian bekerja sama dengan dinas sosial melakukan

penyuluhan bahaya penyakit yang ditimbulkan akibat prostitusi

di kalangan-kalangan yang dianggap rawan akan kejahatan

prostitusi.

d. Pihak kepolisian mengadakan patroli keliling daerah-daerah

yang dianggap rawan terjadinya kejahatan prostitusi.

e. Pihak kepolisian bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan

provider kartu telepon selular untuk melacak keberadaan

mucikari melalui media elektronik atau prostitusi online dengan

melacak nomor telepon selular dan melacak nomor IMEI

(International Mobile Equipment Identify) yang berfungsi

sebagai nomor identitas telepon selular yang sifatnya unik

karena tidak sama antara satu dengan yang lain. Usaha

tersebut dilakukan pihak kepolisian untuk mencari mucikari

pelaku prostitusi online melalui media elektronik yang

ditemukan di Kota Makassar.

f. Pihak kepolisian melakukan penggerebekan di tempat-tempat

yang dianggap rawan terjadinya prostitusi.

3. Upaya Represif

Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau

kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum (law

enforcement) dengan menjatuhkan hukuman. Upaya

penanggulangan secara konsepsional yang ditempuh setelah

57
terjadinya praktik prostitusi. Adapun upaya represif yang dilakukan

oleh pihak kepolisian Polrestabes Makassar dalam

menanggulangi kejahatan prostitusi online yang dilakukan oleh

mucikari melalui aplikasi MiChat adalah sebagai berikut :

a. Pihak kepolisian membentuk satuan fungsi untuk menangani

kasus prostitusi melalui media elektronik atau online. Satuan

fungsi tersebut melakukan penyamaran sehingga pelaku dapat

dikejar dan ditemukan

b. Pihak kepolisian mencari mucikari, pelanggan dan para pelacur

sebagai pelaku prostitusi melalui media elektronik dan di

serahkan kepada dinas sosial untuk melakukan rehabilitasi.

Mereka diajar dan di didik dalam pengetahuan agama untuk

dapat kembali ke masyarakat sebagai warga masyarakat yang

baik.

c. Pihak kepolisian memberikan teguran kepada pemilik hotel dan

wisma yang dijadikan sebagai tempat prostitusi.

d. Pihak kepolisian memberikan penerapan hukum melalui proses

penyidikan kemudian selanjutnya diserahkan kepada pihak

yang berwenang.

Usaha penanggulangan praktek prostitusi online melalui aplikasi

MiChat sekarang seperti yang telah saya sebutkan pada bab

sebelumnya, baik itu menyangkut kepentingan hukum perorangan dan/

atau masyarakat tidaklah mudah seperti yang dibayangkan karena

58
tidak mungkin untuk menghilangkannya. Tindakan kejahatan atau

kriminal akan tetap ada selama manusia masih ada dipermukaan bumi

ini.

kecenderungan sebagian masyarakat yang bersikap permissive

yakni sikap yang acuh tak acuh, mengabaikan dan seakan-akan

merestui perbuatan demikian. Perbuatan ini adalah salah satu puncak

kejahilan. Betapa merosotnya moral, falsafah dan pandangan hidup

seperti ini. Kematian aspek spiritual ini dikarenakan infasi kultur-kultur

dari barat yang diadopsi oleh para pemuda kita. Berbagai tayangan

program televisi yang tidak mendidik, produksi film-film baik dalam

maupun luar negeri menunjukkan indikasi seperti ini. Tayangan-

tayangan ini menggiring paradigma para pemuda dalam memandang

keseluruhan realitas dalam kerangka materi keduniawian. Tentu saja

ini akan menghancurkan nilai-nilai religi yang merupakan falsafah

hidup bangsa kita.

Para pemuda yang berkarakter hedonis dan memiliki

kecenderungan akan pola perilaku konsumtif. Berbagai produk

dipasarkan dalam skala besar-besaran dengan dikemas iklan-iklan

yang menarik, modernisasi alat-alat elektronik sehingga berbagai alat

elektronik tersebut menjadi semacam kebutuhan primer,

perkembangan mode fashion Beberapa faktor inilah diatas yang

membuat para pemuda kita cenderung akan sikap konsumtif yang

tinggi. Perilaku konsumtif ini tidak diimbangi dengan tingkat ekonomi

59
sehingga mereka cenderung mencari uang dengan jalan melacur demi

membiayai pola hidup konsumtif tingkat tinggi mereka.

Akibat kebodohan dan kekurang-tahuan akan hakikat hidup

manusia merupakan salah satu hal yang menjerumuskan kedalam

jurang kegelapan ini. Dari sinilah seharusnya para pendidik dan kaum

moralis harus memperdalam falsafah etika dan pandangan dunia agar

dalam melakukan terapi akhlak tidak salah dalam mendidik paradigma

kepada masyarakat yang menyimpang. Intinya diperlukan suatu

revolusi ideologi dan intelektual yang progresif dikalangan para

pemuda.

Minimnya perangkat hukum yang dimiliki negara lain serta tidak

adanya sanksi pidana yang tegas yang biasa dikenakan terhadap para

pelaku kejahatan prostitusi ini. Kita melihat salah satu keberhasilan

Negara-negara yang Islam dalam memberantas prostitusi adalah

sanksi pidana yang dikenakan terhadap para pezinah yang tidak main-

main. Mereka menerapkan hukuman cambuk bagi para pezinah ghairu

muhshan (belum menikah) dan cambuk serta hukuman rajam bagi

pezina muhshan (sudah menikah). Sementara di negara kita apabila

zina yang dilakukan atas dasar suka sama suka hanya diberi

peringatan dan bimbingan saja, kecuali para pelaku germo dan human

trafficking (perdagangan orang) dalam perspektif eksploitasi seksual

serta pelaku delik perselingkuhan yang dijerat dengan pidana penjara.

60
Salah satu faktor yang paling penting yakni tidak adanya political

will dari pemerintah. Bahwa, disinyalir adanya campur tangan dari

pihak aparat keamanan dalam hal pelaksana praktek prostitusi

berkedok aplikasi MiChat. Jasa keamanan dan perlindungan dari para

penegak hukum inilah yang seringkali menyulitkan dalam praktek

pencegahan dan pemberantasan bisnis-bisnis prostitusi online ini yang

menurut saya mungkin tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan

diseluruh dunia.

Berbagai upaya telah dilakukan pihak Kepolisian Resort Kota

Makassar dalam menanggulangi kasus kejahatan prostitusi online

melalui aplikasi MiChat yang dilakukan oleh mucikari yang sedang

marak-maraknya terjadi di Indonesia, mulai dari upaya pre-emtif,

preventif, maupun upaya represif. Seperti yang dikatakan Aiptu Rizal

salah seorang penyidik di Polrestabes Makassar dalam melakukan

penanganan kasus kejahatan prostitusi online melalui aplikasi MiChat

yang dilakukan oleh mucikari melalui terdapat beberapa kendala yang

menghambat penanganan kasus kejahatan ini.

Aiptu Rizal menjelaskan bahwa satuan yang ia bentuk untuk

menangani kasus prostitusi online mengalami kendala yang

menghambat, yaitu sulitnya mencari para pelaku mucikari prostitusi

online dikarenakan prostitusi melalui media elektronik atau prostitusi

online ini berbeda dengan jenis prostitusi biasa. Prostitusi melalui

media aplikasi MiChat ini berbeda karena prostitusi jenis seperti ini

61
tidak menyediakan tempat secara khusus. Tempat yang sering

digunakan para pelaku prostitusi melalui media elektronik atau

prostitusi online ini berganti-ganti di beberapa hotel dan wisma di Kota

Makassar tidak hanya menetap pada satu tempat saja seperti

prostitusi biasa.

Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa nomor telepon selular

yang digunakan untuk melakukan transaksi dalam prostitusi melalui

media Aplikasi MiChat ini berganti-ganti dan banyak menggunakan

nomor telepon selular dan terkadang nomor telepon selular yang

digunakan sudah tidak aktif sehingga sulit untuk melacak keberadaan

para pelaku. Kemudian penjelasan selanjutnya yang menjadi kendala

yaitu sulitnya melakukan penggerebekan di lokasi-lokasi yang sudah di

ketehaui melalui pelacakan anggota tim kepolisian yang menangani

kasus prostitusi seperti ini karena lokasi-lokasi tersebut merupakan

hotel berbintang yang selalu digunakan di Kota Makassar.

Selanjutnya yang menjadi kendala adalah ketika mengumpulkan

para saksi yang begitu sulit. Dikarenakan rata-rata yang menjadi saksi

adalah perempuan-perempuan yang di pekerjakan yang tidak mau

terlibat dalam kasus ini dan memilih untuk tidak datang untuk diminta

menjadi saksi. Kendala selajutnya yang di alami kepolisian dalam

menanggapi kasus prostitusi melalui aplikasi MiChat ini yaitu dalam

identitas pelaku. Identitas pelaku yang berganti dengan menggunakan

62
nama samaran untuk menghilangkan jejaknya dapat menyulitkan para

aparat kepolisian dalam menangani kasus.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Terjadinya kejahatan prostitusi online yang dilakukan oleh mucikari

melalui aplikasi MiChat dipengaruhi oleh beberapa faktor

63
diantaranya faktor ekonomi karena terdesak dengan kebutuhan

ekonomi, faktor lingkungan karena dalam pergaulan, faktor

kemajuan teknologi karena penyalahgunaan teknologi, faktor

peranan PSK dan pelanggan karena jaringan pasar prostitusi,

faktor minimnya sanksi penyedia tempat karena tidak ada pemilik

tempat yang dikenakan sanksi.

2. Upaya-upaya yang dilakuan oleh pihak kepolisian Polrestabes

Makassar untuk menanggulangi kejahatan prostitusi online yang

dilakukan oleh mucikari melalui aplikasi MiChat di Kota Makassar

dengan melakukan upaya pre-emtif berupa himbauan dari pihak

yang berwenang mengenai sanksi hukum dan siraman rohani.

Upaya preventif berupa kegiatan penyuluhan hukum dan kerjasama

dengan berbagai pihak. Upaya represif berupa penindakan dan

penerapan hukuman bagi pelaku.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang penulis peroleh, maka penulis

mengajukan beberapa saran yang diharapkan mampu memberikan

solusi dalam upaya penanggulangan kejahatan prostitusi online yang

dilakukan oleh mucikari melalui aplikasi MiChat di Kota Makassar,

yaitu:

64
1. Hendaknya kepolisian lebih jeli dalam proses penyidikan untuk

menentukan yang mana korban karena tipu muslihat mucikari, dan

yang memang sukarela untuk bergabung dalam jaringan prostitusi

online.

2. Perlu adanya upaya pembenahan khususnya di bidang teknologi

dan informasi pada struktur kepolisian agar secara cepat dapat

menangani kasus yang berhubungan dengan teknologi dan

informasi.

DAFTAR PUSTAKA

A. S. Alam, 2010, Pengantar Kriminologi, Pustaka Refleksi Books,


Makassar.

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya


Bakti, Bandung.

Abdussalam H.R, 2007, Kriminologi, Restu Agung, Jakarta.

Abintoro Prakoso, 2013, Kriminologi dan Hukum Pidana, Laksbang


Grafika, Yogyakarta.

65
Andi Hamzah, 1986, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana,
Ghalia Indonesia, Jakarta.

B. Simanjuntak, 1981, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, Tarsito,


Bandung.

Barda Nawawi Arief, 2011, Pornografi, Pornoaksi dan Cybersex-


Cyberporn, Pustaka Magister, Semarang.

G.May, 1997, Encyclopedia of Social Science, PT. Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Hendrojono, 2005, Kriminologi Pengaruh Perubahan Masyarakat dan


Hukum, Srikandi, Surabaya.

J.E. Sahetapy, 1979, Teori Kriminologi Suatu Pengantar, Ghalia, Jakarta.

Kartini Kartono, 1997, Patologi Sosial Jil 1 Edisi 2, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

___________, 2003, Pemimpin dan Kepemimpinan, PT Raja Grafindo


Persada, Jakarta.

___________, 2003, Pathologi Sosial, Rajawali Jilid III, Jakarta.

Koentjoro, 2004, ON THE SPOT: Tutur Sarang Pelacur, qalam,


Yogyakarta.

Kondan Siregar, MA, 2015, Model Pengaturan Hukum Tentang


Pencegahan Tindak Pidana Prostitusi Berbasis Masyarakat Adat
Dalihan Na Tolu, Penerbit Pertama Mitra Handalan, Medan.

L. Moeljatno, 1982, Kriminologi, PT. Bina Aksara, Jakarta.


Made Darma Weda, 1996. Kriminologi, PT Raja Grafindo, Jakarta.

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum


Empiris & Normatif, Pustaka Pelajar.

Mulyana W. Kusumah, 1981, Aneka Permasalahan Dalam Ruang Lingkup


Kriminologi, Alumni, Bandung.

R. Soesilo, 1985, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politea, Bogor.

Reno Bachtiar dan Edy Purnomo, 2007, Bisnis Prostitusi, Profesi yang
Menguntungkan, Pinus Book Publisher, Yogyakarta.

66
Robert P.Masland, Jr. David Estridge, 1987, Apa yang Ingin Diketahui
Remaja Tentang Seks, Bumi Aksara, Jakarta.

Rusli Effendy, 1993, Ruang Lingkup Kriminologi, Alumni, Bandung.

Sahal Mahfudz, 1994, Nuansa Fiqh Sosial, LKis, Yogyakarta.

Soedjono D, 1976, Penanggulangan Kejahatan, Ghalia Indonesia,


Jakarta.

___________, 1977, Pelacuran Ditinjau Dari Segi Hukum dan Kenyataan


dalam Mayarakat, PT Karya Nusantara, Bandung.

Sutarman, 2007, Cyber Crime Modus Operandi dan Penanggulangannya,


Laksbang PRESSindo, Yogyakarta.

Tahnh-Dam Truong, 1992, Pariwisata dan Pelacuran di Asia Tenggara,


Terjemahan: Moh. Arif, LP3ES, Jakarta.

Teguh Prasetyo, 2011, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, Nusa Media,


Bandung.

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2001, Kriminologi, PT Rajawali


Press, Jakarta.

Umi Chulsum, 2006, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kashiko, Surabaya.

W. A. Bonger, 1982, Pengantar Tentang Kriminologi, Ghalia, Jakarta.

Jurnal

Rival, Hengky Adin, 2012, Fenomena Perempuan Pekerja Seks Komersia


Dengan Menggunakan Aplikasi Chatting Internet Relay Chat Mirc Di
Yogyakarta, jurnal S1 Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana (KUHP).

67
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi.

68

Anda mungkin juga menyukai