PENULISAN HUKUM
Oleh:
201610110311219
FAKULTAS HUKUM
2023
PENGATURAN KERAHASIAAN IDENTITAS ANAK KORBAN KASUS
KEKERASAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DALAM SISTEM
PERADILAN ANAK DI INDONESIA
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum
Oleh:
ARIF WICAKSONO SANTOSO
201610110311219
FAKULTAS HUKUM
2023
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
NIM : 201610110311219
Fakultas : Hukum
iv
ABSTRAKSI
Identitas anak korban sebagai Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) kasus
kekerasan perlu dilindungi dari berbagai media dan pemberitaan. Oleh karena itu,
pengungkapan identitas ABH kasus kekerasan melalui media elektronik
merupakan sebuah pelanggaran, yaitu pada Pasal 19 ayat (1) UU SPPA. Pers
merupakan media informasi, pendidikan, dan hiburan, namun juga perlu
menimbang fungsinya sebagai kontrol sosial, sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) UU
Pers. Pasal 6 poin b dan Kode Etik Jurnalistik menyebutkan bahwa Pers
berkewajiban untuk menegakkan HAM. Pasal 7 ayat (2) UU Pers, para wartawan
bekerja sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik. Pasal 32 ayat (3) UU ITE, setiap
orang dilarang untuk memberikan akses informasi elektronik yang bersifat rahasia
menjadi informasi publik dengan keutuhan data yang tidak semestinya, atas dasar
merugikan orang lain (Pasal 36 UU ITE). Bentuk perlindungan hukum
pelanggaran publikasi identitas ABH melalui media elektronik dalam sistem
peradilan pidana anak yaitu pada Pasal 64 ayat (2) angka 7 UU Perlindungan
Anak dan Pasal 3 poin 9 UU SPPA bahwa ABH mendapatkan perlindungan
khusus dengan cara tidak dipublikasikan identitasnya melalui media massa untuk
menghindari labelisasi. Dalam Pasal 5 poin a dan i UU Perlindungan Saksi dan
Korban, ABH dilindungi haknya dan mendapatkan perlindungan khusus untuk
memperoleh perlindungan keamanan pribadi dan keluarga dan anak juga perlu
dirahasiakan identitasnya.
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada program studi Ilmu Hukum
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabat.
dalam penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk menyempurnakan tugas akhir ini. Semoga tulisan
Dalam penyusunan tugas akhir ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas berbagai macam bantuan,
bimbingan, dan segala partisipasi yang telah diberikan dalam pembuatan tugas
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaturan Kerahasiaan Identitas Anak Korban Kasus Kekerasan.........49
B. Perlindungan Hukum Pengungkapan Identitas Anak Korban.................56
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................63
B. Saran.........................................................................................................64
DAFTAR..............................................................................................................65
ix
DAFTAR SINGKATAN
UU : Undang-Undang
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
pada media massa (koran, majalah, tabloid) dan media elektronik (televisi,
radio, telepon). Namun, sekarang ini media baru muncul dengan adanya
teknologinya sama halnya dengan media baru internet dan media sosial
1
Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
1
mengelola semua informasi dan menyampaikan semua jenis komunikasi 2.
semua jenis informasi dari dan ke industri dan masyarakat dapat dilakukan
berkembang. Hal ini ditandai dengan pergeseran gaya hidup masyarakat yang
dan media sosial5. Hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh masalah
2
kelompok-kelompok kepentingan yang menyalahgunakan teknologi informasi
di negara berkembang seperti Indonesia yang rentan memiliki sistem dan pola
kehidupan masyarakat yang belum stabil. Perubahan pola hidup sosial dalam
tersebut, fasilitas kriminal yang berbeda dan beragam tidak diragukan lagi
bahwa untuk dapat memidana pelaku tindak pidana, harus dapat dibuktikan
adanya unsur kesalahan pada diri pelaku tindak pidana. Hal tersebut dapat
angka kejahatan yang dapat memunculkan aspek baru dalam kejahatan dalam
3
kejahatan terkadang dibebaskan atau tidak dapat ditindaklanjuti, semata-mata
korban kasus kekerasan melalui media elektronik berupa internet dan media
(KPAI), kasus pelanggaran hak anak mengalami penurunan pada tahun 2021
tersebut terlihat dari data pelaporan pelanggaran hak anak sejumlah 6.519
8
Databoks, “KPAI: Kasus Pelanggaran Hak Anak Menurun Pada 2021,” Katadata.co.id, 27 Januari 2022,
tersedia pada https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/27/kpai-kasus-pelanggaran-hak-anak-
menurun-pada-2021, diakses pada tanggal 28 Juni 2023.
4
kasus di tahun 2020 dan menurun menjadi 5.953 kasus di tahun 2021.9 Dengan
pelanggaran hak anak dengan melihat masih banyak kasus tersebut seperti
anak dari Pengurus Pusat GP Ansor berinisial JL. DO berstatus anak di bawah
umur, mengalami kekerasan oleh MDS (nama disamarkan), anak dari RAT,
yang nantinya sudah dipastikan akan memberikan dampak fisik dan psikis
David saat itu sedang bermain di rumah salah satu temannya berinisial
R, di Perumahan Green Permata, Kelurahan Ulujami, Kecamatan
Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Mantan pacar David saat itu mengirim
pesan singkat yang pada intinya memberi tahu niatan dia untuk
mengembalikan kartu pelajar. David pun lantas mengirim titik lokasi
rumah teman yang sedang dia kunjungi saat itu. Tak lama setelah lokasi
dikirim, mobil Jeep Rubicon warna hitam yang dikemudikan Mario
berhenti di depan rumah teman David tersebut. David lantas menghampiri
mobil tersebut yang ternyata di dalamnya ditumpangi oleh empat orang.
9
Admin KPAI, “Catatan Pelanggaran Hak Anak Tahun 2021 dan Proyeksi Pengawasan Penyelenggaraan
Perlindungan Anak Tahun 2023,” Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 24 Januari 2022, tersedia
pada https://www.kpai.go.id/publikasi/catatan-pelanggaran-hak-anak-tahun-2021-dan-proyeksi-pengawasan-
penyelenggaraan-perlindungan-anak-tahun-2022, diakses pada tanggal 28 Juni 2023.
5
Dua dari empat orang tersebut lalu keluar dari mobil dan membawa David
ke sebuah gang sepi. Di sanalah David dikeroyok hingga babak belur.
Kepolisian mengonfirmasi bahwa penganiayaan ini bermula setelah A,
yang juga teman dari Mario, mengadu jika dirinya mendapat perlakuan
kurang baik. Dari situlah Mario lantas mendatangi David yang sedang
berada di rumah temannya berinisial R di Pesanggrahan. "Kemudian
setelah MDS bertemu D, langsung meminta klarifikasi perihal perbuatan
tidak baik tersebut dan terjadi perdebatan yang berujung tindakan
penganiayaan terhadap saudara D," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan
Kombes Ade Ary Syam Indradi dalam keterangannya, Rabu (22/2). Orang
tua R pun mendengar keributan yang terjadi di depan rumahnya. Mereka
juga melihat David dalam posisi tergeletak di dekat Mario. Setelahnya,
orang tua R langsung membawa David ke RS Medika Permata Hijau
dengan dibantu oleh sekuriti komplek untuk mendapat penanganan medis.
"Selanjutnya pelaku diamankan oleh sekuriti komplek dan petugas dari
Polsek Pesanggrahan. Selanjutnya pelaku dibawa ke Polsek
Pesanggrahan," ucap Ade Ary. Ade Ary menyebut saat ini Mario telah
ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Ia dijerat Pasal 351 KUHP
tentang penganiayaan. "Tersangka MDS telah ditahan. Korban masih
belum dapat dimintai keterangan karena masih dirawat di RS," ujarnya.
Ketua Umum GP Ansor DKI Jakarta M Ainul Yaqin memastikan tim
Lembaga Bantuan Hukum GP Ansor turun mengawal kasus dugaan
penganiayaan ini. "Tim LBH GP Ansor sejak awal sudah mengawal kasus
ini sampai tuntas," kata Yaqin kepada CNNIndonesia.com, Rabu (22/2).
GP Ansor DKI menyatakan akibat perbuatan Mario itu David mengalami
luka serius di area wajah sebelah kanan, kepala, robek pada bibir. David
pun saat ini masih dalam kondisi tak sadarkan diri alias koma di ruang
ICU, Rumah Sakit Permata Hijau akibat luka yang dialaminya.10
disebutkan baik dalam bentuk inisial dan secara langsung tanpa menggunakan
segala bentuk identitas anak (pelaku pidana), anak sebagai korban, dan anak
sebagai saksi tindak pidana, wajib dirahasiakan dalam segala pemberitaan baik
10
CNN Indonesia, Februari 2023, pada https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230222111816-12-
916308/kronologi-david-anak-gp-ansor-dihajar-pengemudi-rubicon-sampai-koma.
11
Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
6
yang berkonflik dengan hukum baik sebagai korban maupun saksi tindak
pidana.12
Pada Pasal 3 UU SPPA, telah diatur mengenai hak anak yang diperoleh
anak selama proses peradilan pidana anak yang salah satunya yaitu hak
yang secara spesifik memuat aturan tersebut yaitu Pasal 19 UU SPPA dan
Pada Pasal 19 ayat (1) UU SPPA disebutkan mengenai kategori anak yang
dengan hukum, anak saksi, dan anak korban.14 Pada Pasal 19 ayat (2) UU
SPPA, identitas anak pada Pasal 19 ayat (1) tersebut mencakup nama, wajah,
alamat, nama orang tua dari ABH dan/atau anak yang berhadapan dengan
hukum dan hal lain yang menyebabkan jati diri ABH dan/anak yang
berhadapan dengan hukum terbongkar.15 Hal tersebut juga diatur dalam Pasal
12
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
13
UU SPPA, Pasal 3.
14
UU SPPA, Pasal 19 ayat (1).
15
UU SPPA, Pasal 19 ayat (2).
16
UU Perlindungan Anak, Pasal 64 ayat (2) angka 7.
7
Pasal 64 ayat (3) poin 2 UU Perlindungan Anak, menyebutkan bahwa
identitas anak korban dalam kasus kekerasan harus dijaga kerahasiaannya dari
media massa. Tujuan utamanya yaitu agar anak korban tidak mendapatkan
anak korban dan untuk mencegah dampak buruk di kemudian hari terhadap
anak tersebut.
melalui media internet merupakan sebuah isu yang kompleks dan sensitif.
untuk menjaga privasi anak. Privasi setiap anak perlu dihormati dan
hukum, anak memiliki berbagai macam hak, baik hak anak maupun hak
Anak, disebutkan bahwa berbagai macam hak anak dari segala aspek
pemerintah, dan negara.18 Salah satu hak anak yang menjadi kewajiban dan
bagi kerahasiaan identitas anak yang dapat dipublikasi pada media elektronik
yaitu inisial nama. Publikasi inisial nama dapat dilakukan oleh media massa
17
Pasal 64 ayat (3) poin 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
18
Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
19
Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
8
tanpa gambar seperti yang tertera pada Pasal 61 ayat (2) UU SPPA.20 Hal
tersebut dilakukan yaitu untuk membedakan satu anak dan anak lainnya,
yaitu pada Pasal 97, bahwa pelanggaran terhadap kerahasiaan identitas anak
yang dipublikasi dapat dikenakan pidana penjara maksimal 5 (lima) tahun dan
19 Ayat (1) UU SPPA, sehingga dapat dijatuhi pidana pada ketentuan Pasal 97
UU SPPA tersebut.
sebagai ABH yang masih berumur kurang dari 18 tahun. Tindakan publikasi
terhadap pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak. Anak perlu
dijelaskan bahwa identitas anak pada sistem peradilan pidana anak dilarang
20
UU SPPA, Pasal 61 ayat (2).
21
UU SPPA, Pasal 97.
9
untuk dipublikasi22. Dalam hal ini, setiap anak berhak untuk mendapatkan
dengan cara menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan. Hal tersebut ditujukan agar setiap anak
juga dikuatkan dengan adanya pengaturan hukum terhadap hak anak dalam
(selanjutnya: UUD 1945) yaitu pada Pasal 28B ayat (2) bahwa hak anak harus
dilindungi dari berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi agar anak dapat
terus hidup, tumbuh, dan berkembang.24 Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 juga
dalam bentuk dan dasar apapun dan berhak untuk mendapatkan perlindungan
sebagai manusia untuk hidup, tidak disiksa, dan berkembang tanpa adanya
merupakan berbagai hak yang melakat pada seorang individu yang perlu
merampas hak asasi manusia yang dijamin dalam bentuk hukum dalam sebuah
22
Undang-Undang Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, UU Nomor 11 Tahun 2012, LN Tahun 2012 No.
153 TLN No. 5332, selanjutnya disebut UU SPPA, Pasal 3.
23
Pasal 1 poin 2, Ibid.
24
Pasal 28B ayat (2) UUD 1945.
25
Pasal 28I, ayat (2), Ibid.
10
negara, termasuk di Indonesia yang mengakui dan menjunjung tinggi HAM
dihargai dan tidak didiskriminasi26. Setiap individu juga memiliki hak untuk
hidup tanpa disiksa27, bebas dari bentuk penyiksaan28, dan “setiap anak
memiliki hak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan” 29. Negara, terutama
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia 30. Hal tersebut perlu
peraturan hukum yang berlaku di Indonesia sesuai dengan Pasal 71 dan Pasal
72 UU HAM32.
Cinvention on the Rights of the Child (UNCRC), hak anak disebutkan dalam
pemenuhan hak anak baik dalam hak-hal sipil, politik, ekonomi, sosial, dan
kultural. Setiap anak pada umumnya berhak untuk bermain 33, berhak untuk
26
Pasal 3 ayat (3), UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
27
Pasal 4, Ibid.
28
Pasal 33, Ibid.
29
Pasal 66, Ibid.
30
Pasal 28I ayat (3), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
31
Pasal 8, UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
32
Pasal 71 dan 72 UU HAM.
33
Pasal 31, Ibid.
11
menyampaikan pendapatnya34, berhak untuk terbebas dari bentuk kekerasan 35,
juga memiliki hak yang perlu diperjuangkan, sama halnya manusia dan orang
Anak menjadi ABH dalam peradilan pidana. Selain diatur dalam UU SPPA,
tersebut dan bagaimana peran Pers sebagai pihak yang memberitakan hal
tersebut.
yang bersifat rahasia menjadi informasi publik dengan keutuhan data yang
tidak semestinya38. Selain itu, pada Pasal 36 UU ITE juga menyebutkan bahwa
tindakan pada Pasal 32 ayat (3) UU ITE dilarang karena dapat merugikan
orang lain39. Dengan mengetahui hal tersebut, setiap orang yang melanggar
34
Pasal 13, Ibid.
35
Pasal 19, Ibid.
36
Pasal 28, Ibid.
37
Pasal 2, UNCRC.
38
Pasal 32 ayat (3) UU ITE.
39
Pasal 36 UU ITE.
12
Perlindungan ABH juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
pemberitaan termasuk pelaku tindak pidana dan ABH. Pada Pasal 6 poin b UU
Pers dan Kode Etik Jurnalistik (selanjutnya: KEJ) disebutkan bahwa Pers
berkewajiban untuk menegakkan HAM40. Pada Pasal 7 ayat (2) UU Pers, para
dapat selalu bertanggung jawab secara sosial terhadap tugas profesi wartawan
dan hiburan, namun juga perlu menimbang fungsinya sebagai kontrol sosial 42.
diberikan pada pers tersebut tidak melanggar HAM warga negara dan
Selain KEJ, Dewan Pers juga membuat aturan yang mengatur kerahasiaan
tersebut, wartawan berperan serta dalam melindungi harkat dan martabat anak
40
Pasal 6 poin b UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
41
Pasal 7 ayat (2) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
42
Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
43
Peraturan Dewan Pers Nomor: 1/Paeraturan-DP/II/2019 tentang Pedoman Pemberitaan Ramah Anak.
13
hak anak pada Pasal 4, 5, 6, 7, dan 15 UU Pers, Undang-Undang Nomor 32
Dewan Pers.
identitas ABH terdapat pada poin 4 bahwa wartawan hanya mengambil visual
(gambar atau video) ABH tanpa mempublikasikan visual dan audio identitas
mendapatkan perlindungan khusus dan hak anak yang diatur dalam Pasal 19
ayat (1) UU SPPA, Pasal 63 ayat (2) poin 7 UU Perlindungan Anak, Pasal 6
KEJ, dan poin 4 Pedoman Pemberitaan Ramah Anak. Sanksi yang diberikan
apabila merujuk pada pelanggaran Pasal 19 Ayat (1) UU SPPA. Dalam ranah
Pers, pelanggaran terhadap Pasal 6 KEJ dapat diberi sanksi apabila terdapat
44
Poin 1 dan Poin 4 Peraturan Dewan Pers Nomor: 1/Peraturan-DP/II/2019 tentang Pedoman Pemberitaan
Ramah Anak.
45
Kode Etik Jurnalistik, hlm. 297.
14
Sedangkan, penyelesaian pelanggaran terhadap poin 4 Pedoman Pemberitaan
Ramah Anak dilaksanakan oleh Dewan Pers dengan tetap merujuk UU Pers.46
oleh Pers dapat terjadi. Pasalnya, para wartawan telah memiliki pedoman
Fakta tersebut menjadi teguran bagi wartawan dan pers Indonesia yang
penghakiman kepada DO, dan dampak negatif lainnya bagi DO. Selain itu,
46
Kode Etik Jurnalistik, hlm. 280.
15
Kasus pengungkapan identitas anak korban dalam kasus kekerasan melalui
B. RUMUSAN MASALAH
anak di Indonesia?
C. TUJUAN PENELITIAN
16
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan kerahasiaan identitas
anak di Indonesia.
1. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
17
b. Manfaat Praktis
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Penulis
Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga berguna sebagai syarat untuk
Hukum.
18
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan kepada
Indonesia.
c. Bagi Masyarakat
E. METODE PENELITIAN
kegiatan ilmiah untuk mempelajari gejala hukum yang ada, untuk dianalisis
47
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek (Jakarta, 2002) hlm. 6.
19
1. Metode Pendekatan Penelitian
pada data yang ada. Penulis menerapkan sifat penelitian hukum yuridis
20
informasi dari berbagai aspek mengenai persoalan yang sedang
jurnal hukum, kajian pustaka yang berkaitan, karangan ilmiah, dan lain
penelitian ini:
21
Bahan hukum primer dalam penulisan hukum ini
meliputi:
1) UUD 1945
Perlindungan Anak
Peradilan Anak
Asasi Manusia
22
9) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
sekunder di atas.
23
3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
jurnal hukum, kajian pustaka yang berkaitan, karangan ilmiah, dan lain
sebagainya.
Indonesia.
24
4. Teknik Analisis Bahan Hukum
F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I: PENDAHULUAN
penulis merangkai berbagai konstruksi ide dan gagasan sebagai tema yang
50
Sugiyono, Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2009, hlm. 8.
25
diuraikan secara umum ke khusus, hal-hal yang melatarbelakangi perlunya
penelitian terhadap tema tersebut, penulisan fakta atau kebijakan umum dan
penulisan hukum ini secara teoritis dan praktis (bagi masyarakat, pemerintah,
terhadap identitas anak korban dalam sistem peradilan pidana anak baik
26
diperoleh melalui data sekunder misalnya buku teks, jurnal, penelitian
dalam sistem peradilan pidana anak. Pada bab ini, dimuat berbagai informasi
hukum ini dikaji satu persatu sesuai dengan rumusan masalah yang ingin
hukum ini.
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Anak
bangsa dan negara di masa depan nantinya 54. Oleh karena itu, anak perlu
51
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Republik Indonesia, 2022, Definisi anak, diakses melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/anak,
pada 1 April 2023.
52
Pasal 1 ayat (1), Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
53
Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, CV. Mandar Maju, Bandung. 2009. hlm. 3.
54
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, Sinar Grafika, 2013, hlm. 8.
28
kesejahteraannya55. Berikut merupakan definisi dan pengertian anak
berikut:
kandungan ibunya58.
55
BAB I, Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
56
Konvensi Hak Anak, UNICEF, Pasal 1.
57
Pasal 1 ayat (5), UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
58
Pasal 1 ayat (1), Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
59
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
29
e. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, menyebutkan bahwa
anak. Anak dapat dikategorikan bukan sebagai anak atau telah dewasa
dengan rentang usia 16 tahun atau 18 tahun atau sesuai dengan peraturan
tersebut selesai. Artinya, seorang anak memiliki batas 18 tahun untuk anak
lingkungan64.
60
Pasal 45, KUHP.
61
Pasal 330, KUHPerdata.
62
Bisma Siregar, Keadilan Hukum dalam Berbagai aspek Hukum Nasional, (Jakarta : Rajawali, 1986), hlm.
105.
63
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Cetakan Kedua, (Bandung, P.T.Refika Aditama,
2010), hlm. 32.
64
R.A. Koesnan, Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia, (Bandung:Sumur, 2005), hlm. 113.
30
2. Tinjauan Anak Korban
Saksi dan Korban bahwa korban merupakan sebuah istilah yang merujuk
dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana 65.
65
Pasal 1 angka 3, UU Perlindungan Saksi dan Korban.
66
Pasal 12 ayat (1), UU Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
67
Pasal 13 ayat (2), Ibid.
68
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 284.
69
Suparman Marzuki, Pelecehan Seksual, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 1995, hlm, 197.
31
tersebut berbentuk perbuatan pelanggaran hukum pidana, termasuk
Korban dan KUHP, korban juga dapat dikaji melalui Pasal 1 ayat (3)
korban.
70
Abdussalam. 2010. Victimologi. Jakarta: PTIK, hlm. 5.
71
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga.
32
bertumpu pada suatu lingkungan alam. Kerugian jenis lingkungan hidup
dapat dilihat dengan adanya bencana alam dan bencana alam yang
martabat kemanusiaan. Oleh karena itu, anak perlu dilindungi agar hak-
insan yang sejahtera dan menjadi harapan negara dan bangsa. Selain itu,
dengan adanya perlindungan anak, anak juga perlu dilindungi dari segala
Anak memiliki hak yang sama dengan orang dewasa yang memiliki
harkat dan martabat, hak untuk memiliki kebebasan dan merdeka sesuai
72
Abdussalam, Op.cit., hlm. 6.
73
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Op.cit., hlm. 1.
33
sendiri. Selain itu, anak juga masih memiliki tingkat ketergantungan yang
tinggi terhadap orang dewasa. Artinya, apabila bukan orang dewasa yang
kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana 76. Anak
maupun anak saksi berhak atas segala hal perlindungan dan hak-haknya
74
Ibid., hlm. 2.
75
Ibid.
76
Pasal 1 angka 3, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
77
Pasal 89 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
78
Pasal 90, Ibid.
34
Oleh karena itu, perlindungan saksi dan korban perlu dilaksanakan dengan
pidana memiliki berbagai macam hak yang telah diatur dalam Pasal 5 UU
79
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
80
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
35
berbagai peraturan perundang-undangan terkait anak, dapat dilihat bahwa
tindak pidana anak. Anak dalam konteks tindak pidana perlu dilindungi
harkat dan martabat anak dan memulihkan kondisi fisik, psikis, dan sosial
anak yang diakibatkan oleh pihak lain. Dengan begitu, pemerintah turut
Perlindungan Anak
81
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
82
Pasal 59 ayat (1), Ibid.
36
dilindungi secara khusus dalam beberapa situasi dan kondisi,
Peradilan Anak
37
proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan, dalam sidang
Asasi Manusia
84
Pasal 1 angka 3-5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
85
Pasal 3, Ibid.
38
Hak anak juga diartikan sebagai bagian dari anak sebagai
86
Pasal 52 ayat (1) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
87
Pasal 52 ayat (2), Ibid.
88
Pasal 41 ayat (2), Ibid.
89
Pasal 58 ayat (1), Ibid.
90
Pasal 63, Ibid.
39
Anak Korban mengalami penderitaan secara fisik, mental,
berikut91:
yang disebutkan pada Pasal 5 di atas, korban juga memiliki hak untuk
91
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
40
psikologis92, yang diberikan sejak tahap penyelidikan hingga usai
sesuai UU tersebut93.
atau hal-hal perbuatan dan sebagainya untuk melindungi suatu hal 94.
92
Pasal 6, Ibid.
93
Pasal 8 ayat (1), Ibid.
94
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia, 2022, Definisi perlindungan, diakses melalui
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perlindungan, pada 2 April 2023.
95
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia, 2022, Definisi perlindungan, diakses melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hukum,
pada 2 April 2023.
41
pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau
aman baik secara fisik maupun mental, kepada korban dan saksi. Bentuk
pengadilan97.
dalam memenuhi hak dan memberikan bantuan rasa aman kepada saksi
yaitu prinsip pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia dan harkat
42
maupun pemerintah terhadap pengakuan dan perlindungan hukum itu
sendiri100.
peraturan lainnya. Melalui bentuk hukum tersebut, segala hal dan aspek
individu, hingga skala negara dan lain sebagainya. Setiap seseorang dapat
subhukum lainnya.
100
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak dan Markus Y. Huge, hal 72-73.
101
Dinni Harina Simanjuntak, Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Franchise Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997, 2011, Skripsi, USU Press, Medan.
43
c. Adanya keterkaitan dengan hak-hak warga negara.
lembaga peradilan102.
102
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu, 1989, Surabaya, hlm. 20.
44
3. Perlindungan Hukum bagi Anak
hukum terhadap anak melihat bahwa anak perlu mendapatkan hak dan
menyebutkan bahwa anak memiliki hak sebagai bagian dari hak manusia
untuk dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh berbagai pihak baik orang
Pasal 52 ayat (2) UU HAM menyebutkan hak anak merupakan hak asasi
manusia yang melekat pada diri anak untuk kepentingannya yang diakui
dan dilindungi oleh hukum, bahkan sejak anak masih dalam kandungan
ibunya106.
103
Santy Dellyana, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1988, hlm. 6.
104
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
105
Pasal 1 ayat (12), Ibid.
106
Pasal 52 ayat (2) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
45
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak.
Manusia.
Anak.
Anak.
anak, dan larang berbuat cabul dengan anak 107. Anak dilindungi oleh
anak yang dimiliki dari segala aspek kehidupan. Dengan seluruh hak yang
46
dalam melakukan pengawasan pelaksanaan perlindungan dan pemenuhan
berikut109:
perundang-undangan.
perlindungan anak.
108
Pasal 76 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
109
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Layanan Perlindungan dan Kesejahteraan, hlm. 3.
47
4. Berperan aktif dalam proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial
bagi anak.
melalui:
2. Kesehatan.
3. Kesejahteraan.
5. Kegiatan budaya.
48
BAB III
sisi lain, hukum juga dapat diartikan sebagai sebuah keputusan atau
pertimbangan oleh hakim dalam sebuah pengadilan vonis 110. Hukum dalam
legal baik dalam lingkup teori maupun praktik kehidupan sosial dalam
melalui media elektronik menjadi topik yang sensitif dan rumit. Alasannya
yaitu karena identitas korban anak harus dirahasiakan dalam situasi apa
110
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Republik Indonesia, 2022, Definisi hukum, diakses melalui
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hukum, pada 10 April 2023.
111
Yati Nurhayati, (2020), Pengantar Ilmu Hukum, Bandung: Nusa Media, hlm, 22.
49
pun demi melindungi privasi anak. Privasi setiap anak harus dihormati dan
membahayakan anak.
SPPA yaitu bahwa segala bentuk identitas anak baik sebagai pelaku tindak
pidana, anak sebagai korban, dan anak sebagai saksi tindak pidana, wajib
Dalam pemberitaan kasus kekerasan yang dialami oleh DO, pihak pers
112
Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
113
Undang-Undang Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, UU Nomor 11 Tahun 2012, LN Tahun 2012 No.
153 TLN No. 5332, selanjutnya disebut UU SPPA, Pasal 3.
50
lokasi rumah teman yang sedang dia kunjungi saat itu. Tak lama setelah
lokasi dikirim, mobil Jeep Rubicon warna hitam yang dikemudikan
Mario berhenti di depan rumah teman David tersebut. David lantas
menghampiri mobil tersebut yang ternyata di dalamnya ditumpangi
oleh empat orang. Dua dari empat orang tersebut lalu keluar dari mobil
dan membawa David ke sebuah gang sepi. Di sanalah David dikeroyok
hingga babak belur.114
secara jelas tanpa adanya nama samaran, inisial, atau hal lainnya. Hal
tersebut tidak diperbolehkan atas dasar bahwa anak (di bawah umur) perlu
hukum yang telah berusia 12 tahun, namun belum berusia 18 tahun, dan
anak yang berkonflik dengan hukum, anak saksi, dan anak korban.118 Pada
Pasal 19 ayat (2) UU SPPA, identitas anak pada Pasal 19 ayat (1) tersebut
mencakup nama, wajah, alamat, nama orang tua dari ABH dan/atau anak
yang berhadapan dengan hukum dan hal lain yang menyebabkan jati diri
114
CNN Indonesia, Februari 2023, pada https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230222111816-12-
916308/kronologi-david-anak-gp-ansor-dihajar-pengemudi-rubicon-sampai-koma.
115
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
116
Pasal 1 ayat (1), Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
117
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
118
UU SPPA, Pasal 19 ayat (1).
51
ABH dan/anak yang berhadapan dengan hukum terbongkar.119 Dengan
disebutkan.
dari media massa. Tujuan utamanya yaitu agar anak korban tidak
media elektronik yaitu inisial nama. Publikasi inisial nama dapat dilakukan
oleh media massa tanpa gambar seperti yang tertera pada Pasal 61 ayat (2)
subjek anak yang dimaksud dalam suatu perkara pidana. Dalam hal
pihak kepolisian telah menggunakan inisial nama untuk anak korban DO,
meskipun juga menggunakan inisial nama untuk pelaku Mario Dandi yang
52
Kepolisian mengonfirmasi bahwa penganiayaan ini bermula setelah
A, yang juga teman dari Mario, mengadu jika dirinya mendapat
perlakuan kurang baik. Dari situlah Mario lantas mendatangi David
yang sedang berada di rumah temannya berinisial R di Pesanggrahan.
"Kemudian setelah MDS bertemu D, langsung meminta klarifikasi
perihal perbuatan tidak baik tersebut dan terjadi perdebatan yang
berujung tindakan penganiayaan terhadap saudara D," kata Kapolres
Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Ary Syam Indradi dalam
keterangannya, Rabu (22/2).
Orang tua R pun mendengar keributan yang terjadi di depan
rumahnya. Mereka juga melihat David dalam posisi tergeletak di dekat
Mario. Setelahnya, orang tua R langsung membawa David ke RS
Medika Permata Hijau dengan dibantu oleh sekuriti komplek untuk
mendapat penanganan medis. “Selanjutnya pelaku diamankan oleh
sekuriti komplek dan petugas dari Polsek Pesanggrahan. Selanjutnya
pelaku dibawa ke Polsek Pesanggrahan," ucap Ade Ary.
Ade Ary menyebut saat ini Mario telah ditetapkan sebagai tersangka
dan ditahan. Ia dijerat Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan.
"Tersangka MDS telah ditahan. Korban masih belum dapat dimintai
keterangan karena masih dirawat di RS," ujarnya. Ketua Umum GP
Ansor DKI Jakarta M Ainul Yaqin memastikan tim Lembaga Bantuan
Hukum GP Ansor turun mengawal kasus dugaan penganiayaan ini.
"Tim LBH GP Ansor sejak awal sudah mengawal kasus ini sampai
tuntas," kata Yaqin kepada CNNIndonesia.com, Rabu (22/2). GP Ansor
DKI menyatakan akibat perbuatan Mario itu David mengalami luka
serius di area wajah sebelah kanan, kepala, robek pada bibir. David pun
saat ini masih dalam kondisi tak sadarkan diri alias koma di ruang ICU,
Rumah Sakit Permata Hijau akibat luka yang dialaminya.122
122
CNN Indonesia, Ibid.
123
UU SPPA, Pasal 97.
53
Berbagai aturan hak anak tersebut di atas, mengindikasikan bahwa anak
juga memiliki hak yang perlu diperjuangkan, sama halnya manusia dan
hingga ketika Anak menjadi ABH dalam peradilan pidana. Selain diatur
menjadi informasi publik dengan keutuhan data yang tidak semestinya 124.
Selain itu, pada Pasal 36 UU ITE juga menyebutkan bahwa tindakan pada
Pasal 32 ayat (3) UU ITE dilarang karena dapat merugikan orang lain125.
para wartawan bekerja sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik 127. KEJ
124
Pasal 32 ayat (3) UU ITE.
125
Pasal 36 UU ITE.
126
Pasal 6 poin b UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
127
Pasal 7 ayat (2) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
128
Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
54
Selain KEJ, Dewan Pers juga membuat aturan yang mengatur
visual (gambar atau video) ABH tanpa mempublikasikan visual dan audio
129
Poin 1 dan Poin 4 Peraturan Dewan Pers Nomor: 1/Peraturan-DP/II/2019 tentang Pedoman Pemberitaan
Ramah Anak.
55
B. Perlindungan Hukum Pengungkapan Identitas Anak Korban Kasus
Kekerasan
melalui bentuk hukum yang ada dan berlaku dan telah diatur sedemikian
dan Korban.
130
Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
131
Santy Dellyana, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1988, hlm. 6.
132
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
56
Pasal 1 ayat (12) UU Perlindungan Anak juga menyebutkan bahwa
anak memiliki hak sebagai bagian dari hak manusia untuk dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh berbagai pihak baik orang tua, keluarga,
(2) UU HAM menyebutkan hak anak merupakan hak asasi manusia yang
melekat pada diri anak untuk kepentingannya yang diakui dan dilindungi
kepastian hukum136.
133
Pasal 1 ayat (12), Ibid.
134
Pasal 52 ayat (2) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
135
Pasal 90, Ibid.
136
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
57
keamanan pribadi dan keluarga. Pasal 5 Perlindungan Saksi dan Korban
15 situasi dan kondisi anak perlu dilindungi oleh hukum. Terkait hukum
dilindungi haknya atas dasar anak tersebut merupakan ABH. Pasal 59 ayat
poin (9)138.
137
Pasal 59 ayat (2), Ibid.
138
Pasal 3, Ibid.
139
Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
58
Pengungkapan identitas anak korban melalui media elektronik
Subjek hukum ialah segala sesuatu yang memiliki hak dan kewajiban
segala perbuatan yang akibatnya telah diatur dalam sebuah hukum 143.
140
Satjipto Rahardjo, (2014), Ilmu Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hlm. 53.
141
Yati Nurhayati, Op.cit., hlm. 24.
142
Ibid., hlm. 45.
143
Ibid., hlm. 48.
59
Sebagai akibatnya, subjek hukum, peristiwa hukum, dan perbuatan
perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum kepada objek hukum
dengan keutuhan data yang tidak semestinya145. Dalam hal tersebut, Pasal
ayat (3) dapat dipidana paling lama 9 (sembilan tahun) dan/atau denda
Pasal 32 ayat (3) UU ITE dilarang karena dapat merugikan orang lain 147.
anak dan dapat dipidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun
144
Ibid., hlm. 50.
145
Pasal 32 ayat (3) UU ITE.
146
Pasal 49 ayat (3) UU ITE.
147
Pasal 36 UU ITE.
60
dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar
identitas anak korban kasus kekerasan melalui media elektronik juga tidak
menjunjung tinggi HAM. Hal tersebut didasarkan pada Pasal 7 ayat (2)
tanpa mempublikasikan visual dan audio identitas ABH atau hal-hal yang
148
Pasal 51 ayat (2) UU ITE.
149
Pasal 6 poin b UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
150
Pasal 7 ayat (2) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
151
Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
152
Peraturan Dewan Pers Nomor: 1/Paeraturan-DP/II/2019 tentang Pedoman Pemberitaan Ramah
Anak.
61
berhubungan dengan identitas anak.153 Dalam ranah Pers, pelanggaran
terhadap Pasal 6 poin b UU Pers dan KEJ dapat diberi sanksi apabila
Pers. Sedangkan, dalam UU Pers tidak ada aturan hukum terkait sanksi
153
Poin 1 dan Poin 4 Peraturan Dewan Pers Nomor: 1/Peraturan-DP/II/2019 tentang Pedoman
Pemberitaan Ramah Anak.
154
Kode Etik Jurnalistik, hlm. 297.
155
Kode Etik Jurnalistik, hlm. 280.
62
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
63
yaitu bahwa anak berhak untuk tidak dipublikasikan identitasnya. Dalam Pasal
5 poin a dan i UU Perlindungan Saksi dan Korban, ABH dilindungi haknya
dan mendapatkan perlindungan khusus untuk memperoleh perlindungan
keamanan pribadi dan keluarga dan anak juga perlu dirahasiakan identitasnya.
Pada Pasal 97 UU SPPA disebutkan bahwa pelanggaran terhadap kerahasiaan
identitas anak yang dipublikasi dapat dikenakan pidana penjara maksimal 5
(lima) tahun dan denda maksimal Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Dalam ranah media elektronik, Pasal 49 ayat (3) UU ITE memberikan
perlindungan hukum berupa sanksi yaitu bahwa setiap orang yang melanggar
Pasal 32 ayat (3) dapat diberikan sanksi pidana paling lama 9 (sembilan tahun)
dan/atau denda paling banyak yaitu Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Sedangkan, Pasal 51 ayat (2) UU ITE memberikan perlindungan hukum
berupa sanksi yaitu bahwa setiap orang yang melanggar Pasal 36 UU ITE
dapat dipidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah). Dalam ranah Pers,
pelanggaran terhadap Pasal 6 poin b UU Pers, KEJ, Pasal 7 ayat (2) UU Pers,
dan poin 4 Pedoman Pemberitaan Ramah Anak, dapat diberi sanksi apabila
terdapat pelanggaran diputuskan oleh organisasi wartawan/Dewan Pers sesuai
dengan KEJ dan UU Pers.
B. Saran
Hak privasi anak penting untuk dipahami dan dihormati dengan cara tidak
mengungkap identitas anak korban kekerasan untuk memberikan perlindungan
dan keamanan bagi anak dan keluarganya. Adanya pengungkapan identitas
anak korban dalam kasus kekerasan secara signifikan akan berdampak negatif
pada anak dan keluarga anak tersebut. Dalam konteks yang sama, pihak pers
tidak menjalankan peranan mereka untuk menegakkan Hak Asasi Manusia dan
memperjuangkan keadilan. Pihak pers terutama wartawan perlu merahasiakan
identitas anak dalam memberikan informasi tentang anak. Hal tersebut
dikhususkan terhadap anak yang diduga, disangka dan didakwa melakukan
pelanggaran hukum atau dipidana atas kejahatannya.
64
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004, hlm. 52.
Abdussalam. 2010. Victimologi. Jakarta: PTIK.
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek (Jakarta, 2002).
Bisma Siregar, Keadilan Hukum dalam Berbagai aspek Hukum Nasional, (Jakarta
: Rajawali, 1986).
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1989.
Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi
Informasi, PT Refika Aditama, Bandung, 2013.
Darwan Prints, Hukum Anak Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, Sinar Grafika, 2013.
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Cetakan Kedua, (Bandung,
P.T.Refika Aditama, 2010).
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2008.
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu,
1989, Surabaya.
R.A. Koesnan, Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia,
(Bandung:Sumur, 2005).
Santy Dellyana, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1988.
Satjipto Rahardjo, (2014), Ilmu Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitia Hukum, UI Press, Jakarta, 1984.
Soetjipto Rahardjo, Permasalahan Hukum Di Indonsia, Alumni, , Bandung, 1983.
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak dan Markus Y. Huge.
Sugiyono, Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2009.
Suharyo, Penelitian Hukum Tentang Penerapan Bantuan Timbal Balik Dalam
Masalah Pidana Terhadap Kasus kasus Cyber Crime, Badan Pembinaan
Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Ham RI, Jakarta.
65
Suparman Marzuki, Pelecehan Seksual, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 1995.
Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, CV. Mandar Maju, Bandung. 2009.
Yati Nurhayati, (2020), Pengantar Ilmu Hukum, Bandung: Nusa Media.
SKRIPSI/TESIS
Dinni Harina Simanjuntak, Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi
Franchise Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997, 2011,
Skripsi, USU Press, Medan.
WEBSITE
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, 2022, Definisi
modernisasi, diakses melalui
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/modernisasi, pada 14 Maret 2023.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, 2022, Definisi
anak, diakses melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/anak, pada 1
April 2023.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, 2022, Definisi
perlindungan, diakses melalui
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perlindungan, pada 2 April 2023.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, 2022, Definisi
perlindungan, diakses melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hukum,
pada 2 April 2023.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, 2022, Definisi
hukum, diakses melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hukum, pada 10
April 2023.
66
CNN Indonesia, Februari 2023, pada
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230222111816-12-916308/kro
nologi-david-anak-gp-ansor-dihajar-pengemudi-rubicon-sampai-koma.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Layanan Perlindungan dan
Kesejahteraan.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.
Konvensi Hak Anak, UNICEF.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Kitap Undang-Undang Hukum Pidana.
Kitap Undang-Undang Hukum Perdata.
Peraturan Dewan Pers Nomor 1/Peraturan-DP/II/2019 tentang Pedoman
Pemberitaan Ramah Anak.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara
Perlindungan terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang Berat.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
67