Anda di halaman 1dari 2

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/293335437

Jurnal Seperti Apa?

Research · February 2016


DOI: 10.13140/RG.2.2.17106.66243

CITATIONS READS
0 1,369

1 author:

Syifaul Fuada
Universitas Pendidikan Indonesia
239 PUBLICATIONS   1,323 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kuliah Kerja Nyata Tematik Pencegahan & Penanggulangan Dampak Covid-19 UPI Tahap II 2020 View project

Moodle-based LMS for Education View project

All content following this page was uploaded by Syifaul Fuada on 07 February 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Seperti Apa?
SURAT edaran Ditjen Dikti Kemendikbud tertanggal 27 Januari 2012 telah menuai banyak kontroversi dengan
berbagai alasan. Pasalnya selain skripsi, syarat kelulusan S-1 ditambah lagi dengan keharusan menulis karya
ilmiah di jurnal ilmiah. Tentu perjuangan ini dirasa begitu berat, karena menulis karya ilmiah untuk dipublikasikan
pada jurnal ilmiah terakreditasi tak semudah membalikkan telapak kaki.

Ada beberapa kelompok yang mengatakan bahwa hal ini merupakan usaha pemerintah untuk menekan
pengagguran terdidik. Ada pula yang mengatakan bahwa ini merupakan sebuah ajang gengsi belaka walaupun
tidak logis. Namun ada baiknya jika kita mengulasa berbagai sisi positif dan negatif kebijakan ini.

Dilihat dari segi positif, skripsi, TA, dan tulisan ilmiah lainnya begitu banyak. Produk-produk tersebut sebenarnya
berkualitas, namun sayangnya, produk-produk tersebut pada akhirnya hanya memenuhi rak perpustakaan dan
menjadi koleksi perguruan tinggi. Artinya, tidak ada langkah selanjutnya untuk menyosialisasikan produk-produk
tersebut, terlebih lagi dapat dimanfaatkan oleh insan lain yang hendak mencari referensi dari penelitian yang
sudah ada.

Keberadaan jurnal ilmiah tentu dapat memudahkan kita untuk mencari literatur-literatur. Terlebih lagi, jumlah
mahasiswa Indonesia berjumlah sekira 4.657.483 orang. Seandainya, karya ilmiah dari semua mahasiswa
Indonesia dipublikasikan di jurnal ilmiah, berapa banyak literatur yang akan kita miliki?

Namun, pertanyaannya, jurnal seperti apa? Misalnya, tiap jurnal ilmiah hanya dapat menampung 15 tulisan per
tahun. Lalu yang lain dikemanakan? Apakah jurnal ilmiah yang ada mampu menampung semua karya ilmiah
milik mahasiswa Indonesia yang sedemikian banyak? Pertanyaan lainnya, apakah dosen pembimbing mampu
untuk membimbing/mereview sedemikian banyak jurnal dari mahasiswa? Padahal, dosen pun mempunyai
kesibukan sendiri.

Pada akhirnya, kondisi ini akan melahirkan berbagai jurnal ilmiah yang asal-asalan dan kualitasnya
dipertanyakan. Belum lagi ada mahasiswa "mokong", atau meminta orang lain untuk membuatkan karya tulis.
Tentu hal ini malah mengakibatkan kejahatan di dunia pendidikan seperti plagiarisme.

Jurnal ilmiah nasional pun jelas kriterianya, yakni ada tim penilai untuk melihat isi dan kualitas penelitiannya.
Tapi sekali lagi, jumlah mahasiswa tidak sebanding dengan jumlah jurnalnya,

Sebagai insan terdidik, penulis menilai, kewajiban menulis karya ilmiah itu perlu. Kewajiban ini akan
mencerminkan hasil pembelajaran kita sesuai dengan bidang keilmuan yang kita tekuni. Tidak usah gusar, kita
masih punya waktu untuk mempersiapkan diri. Mari berkarya untuk membawa perubahan ke arah yang lebih
baik.

Syifaul Fuada
Universitas Negeri Malang (UM)
Pengurus di Workshop Elektro(//rfa)

Sumber:kampus.okezone.com

1/1
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai