Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH UANG SAKU, GAYA HIDUP DAN

PERILAKU MENABUNG TERHADAP POLA


KONSUMSI NON MAKANAN MAHASISWA
(Studi pada: Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Ismail Aziz
155020101111037

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

PENGARUH UANG SAKU, GAYA HIDUP DAN PERILAKU MENABUNG


TERHADAP POLA KONSUMSI NON MAKANAN MAHASISWA
(Studi pada: Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)
Yang disusun oleh :
Nama : Ismail Aziz
NIM : 155020101111037
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 19 September 2019

Malang, 14 Oktober 2019


Dosen Pembimbing,

Tyas Danarti Hascaryani, SE., ME.


NIP. 197505141999032001
PENGARUH UANG SAKU, GAYA HIDUP DAN PERILAKU MENABUNG TERHADAP
POLA KONSUMSI NON MAKANAN MAHASISWA
(Studi pada: Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)
Ismail Aziz
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang
Email : i.aziz18@outlook.co.id

ABSTRAK

Konsumsi sangat berpengaruh terhadap stabilitas perekonomian. Kebutuhan hidup manusia selalu
berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup saja,
akan tetapi juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti kebutuhan pakaian, rumah, pendidikan,
kesehatan dan lain sebagainya. Konsumsi merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk memenuhi
berbagai kebutuhan barang dan jasa. Pengeluaran konsumsi mahasiswa merupakan nilai belanja
yang dilakukan mahasiswa untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya. Secara garis besar kebutuhan
mahasiswa dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu kebutuhan makanan dan non
makanan. Pendapatan mahasiswa bisa berasal dari uang saku yang diberikan oleh orang tua,
beasiswa (jika penerima beasiswa), dan upah (jika bekerja). Konsumen mengkonsumsi kebutuhan
tersebut didasari faktor-faktor pendukung, faktor-faktor pendukung yaitu gaya hidup. Gaya hidup
secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang di identifikasikan oleh bagaimana seseorang
menghabiskan waktunya, apa yang dianggap penting dalam lingkungannya, dan apa yang mereka
pikirkan tentang diri mereka sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mngetahui pengaruh uang saku,
gaya hidup dan perilaku menabung pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya. Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Linier Berganda. Hasil dari Penelitian ini
adalah faktor uang saku, gaya hidu, dan perilaku menabung membuktikan adanya pengaruh positif
terhadap pola konsumsi non makanan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya.
Kata kunci: Konsumsi Non Makanan, Uang Saku, Gaya Hidup, Perilaku Menabung

A. PENDAHULUAN
Konsumsi sangat berpengaruh terhadap stabilitas perekonomian. Semakin tinggi tingkat
konsumsi, semakin tinggi pula perubahan kegiatan ekonomi. Kebutuhan hidup manusia selalu
berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup saja,
akan tetapi juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti kebutuhan pakaian, rumah, pendidikan,
kesehatan dan lain sebagainya. Konsumsi merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk memenuhi
berbagai kebutuhan barang dan jasa. Kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar merupakan kebutuhan
yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan atau
konsumsi suatu individu maupun keperluan pelayanan sosial tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya secara terus menerus, karena memang pada
dasarnya manusia tidak lepas dari kebutuhan dan tidak akan pernah puas. Kebutuhan manusia dapat
terpenuhi salah satunya melalui kegiatan konsumsi, dimana konsumen akan mengalokasikan
kekayaanya untuk pemenuhan kebutuhan. Konsumen mengkonsumsi kebutuhan tersebut juga didasari
faktor- faktor pendukung, yang mencakup pendapatan yang tinggi dan kebiasaannya atau gaya hidup
setiap konsumen. Pengeluaran konsumsi mahasiswa merupakan nilai belanja yang dilakukan
mahasiswa untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya. Secara garis besar kebutuhan mahasiswa
dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu kebutuhan makanan dan non makanan.
Seseorang mahasiswa akan terus menambah proporsi konsumsinya sebanding dengan tingkat
pertambahan dari penghasilan yang diterimanya sampai batas tertentu, penambahan pendapatan tidak
lagi menyebabkan bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi karena pada dasarnya kebutuhan
manusia akan makanan mempunyai titik jenuh. Sehingga terdapat kecenderungan bahwa semakin
tinggi pendapatan seseorang, semakin berkurang persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk
makanan. Pendapatan mahasiswa bisa berasal dari uang saku yang diberikan oleh orang tua, beasiswa
(jika penerima beasiswa), dan upah (jika bekerja). Uang saku dari orang tua adalah uang saku yang
diterima setiap bulan atau setiap minggu, dari uang saku inilah yang selanjutnya digunakan mahasiswa
dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk selanjutnya dialokasikan ke pengeluaran konsumsi mereka,
baik itu konsumsi rutin maupun tidak rutin. Banyak dari mahasiswa yang masih bergantung kepada
orang tua, tentu ketika ada keinginan yang tidak terpenuhi akan merasa terancam dengan tuntutan dan
perubahan gaya hidup yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, merasa takut gagal,
gelisah, dan tertekan takut akan di cap orang yang ketinggalan zaman apabila tidak mengikuti trend
masa kini. Konsumen mengkonsumsi kebutuhan tersebut didasari faktor-faktor pendukung, faktor-
faktor pendukung yaitu gaya hidup. Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang di
identifikasikan oleh bagaimana seseorang menghabiskan waktunya, apa yang dianggap penting dalam
lingkungannya, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri.
Berhubungan dengan biaya perkuliahan yang mahal, terkadang dijadikan alasan untuk
meminta tambahan uang saku. Tapi bagi mahasiswa yang tambahan uang saku tersebut tidak
dialokasikan sesuai dengan alasan tersebut. Terkadang, tambahan uang saku tersebut dipakai untuk
kebutuhanya diluar dari kebutuhan utamanya. Hal tersebut terjadi karena mahasiswa memiliki masalah
keuangan yang kompleks karena sebagian besar mahasiswa belum memiliki pendapatan, cadangan
dana juga terbatas untuk digunakaan setiap bulannya. Masalah lain yang dihadapi bisa karena
keterlambatan uang kiriman dari orang tua, atau uang bulanan habis sebelum waktunya, yang bisa
disebabkan oleh kebutuhan yang tidak terduga, ataupun disebabkan pengelolaan keuangan pribadi
yang salah (tidak adanya penganggaran), serta gaya hidup dan pengeluaran yang boros. Ada banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi, ada faktor-faktor ekonomi maupun faktor-faktor non
ekonomi. Faktor-faktor ekonomi seperti pendapatan, harga barang, pemilihan jenis barang, dan lain
sebagainya. Sedangkan faktor-faktor non ekonomi seperti psikoligis, demografi, lingkungan dan
budaya. Banyak penelitian memfokuskan pada faktor-faktor ekonomi sebagai penyebab pola konsumsi
tetapi dalam hal ini peneliti memasukkan faktor-faktor non ekonomi untuk membedakan pengaruh
terhadap pola konsumsi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas menjadi menarik untuk diteliti lebih
lanjut mengenai “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Non Makanan
Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya
Malang).

B. KAJIAN PUSTAKA
Teori Konsumsi
Konsumsi menurut (Mankiw,2000) “konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah
tangga konsumsi terdiri dari barang tidak tahan lama (non durable goods) adalah barang yang habis
dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian. Kedua barang tahan lama (durable goods) adalah
barang yang memiliki usia panjang seperti mobil, televisi, alat eletronik, dan lainnya. Ketiga, jasa
(services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan seperti
jasa potong rambut dan berobat ke dokter.

Teori Konsumsi John Maynard Keynes


Mankiw (2003), teori Keynes mengandalkan analisis statistik dan juga membuat dugaan
tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observaasi. Pertama dan terpenting Keynes menduga
bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to comsume) jumlah yang
dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kesimpulannya bahwa
pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya yang
bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi komsumsi keynes
sering ditulis sebagai berikut :
C = a + bY, a > 0, 0 < b < 1
Keterangan :
C = konsumsi
Y = Pendapatan disposible
a = kostanta
b = Kecendrungan mengkonsumsi marginal
Pendapatan disposible yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi,
sedangkan sisanya ditabung.
Yd = C + S
Yd = ( C0 + bYd) + S
S = -C0 + (1 – b ) Y
Keterangan :
C0 = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional sama dengan nol
B = kecondongan konsumsi marginal
C = Tingkat konsumsi
S = tingkat tabungan
Y = tingkat pendapatan nasional

Setiap tambahan penghasilan disposable akan dialokasikan untuk menambah konsumsi dan
tabungan. Besarnya tambahan pendapatan disposible yang menjadi tambahan tabungan disebut
kecendrungan menabung marjinal atau Marginal Propensity to Save (MPS). Sedangkan rasio antara
tingkat tabungan dengan pendapatan disposible disebut kecendrungan menabung rata-rata atau
Average Propensity to Save (APS).

Teori Konsumsi Ernest Engel


Sebuah generalisasi paling penting tentang perilaku konsumen adalah bahwa pendapatan yang
digunakan untuk belanja makanan cenderung menurun jika pendapatannya meningkat. Penemuan ini
pertama kali di kemukkan oleh seorang ekonom rusia, Ernest Engel dan dikenal sebagai hukum Engel.
Sebagai pelopor dalam penelitian tentang pengeluaran rumah tangga. Penelitian Engel melahirkan
empat butir kesimpulannya yang dirumuskan sebagi berikut :
1. Jika pendapatan meningkat, maka presentasi pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin
kecil.
2. Presentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada
tingkat pendapatan.
3. Presentase pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah relatif tetap dan tidak
tergantung pada tingkat pendapatan.
4. Jika pendapatan meningkat, maka presentase pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan,
rekreasi, barang mewah, dan tabungan semakin meningkat.

Teori Konsumsi Franco Modigliani


Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukakan oleh Franco Modiglini. Franco Modiglini
menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasar pada kenyataan bahwa pola
penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam
siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia
muda, tinggi dan usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi
sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif
(dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman masa muda mereka
dan usia tua akan mengambil tabungannya yang dibuatnya di masa usia menengah.
Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku
konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya
inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga atau
karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kekayaan orang menumpuk
kekayaan sepanjang hidup mereka dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja. Apabila terjadi
kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama.
Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien
pengganda dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti
perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran lainnya.
Teori Konsumsi James Dusenberry
Mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh
tingginya pendapatan yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak
mengurangi pengeluaran atau konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi,
terpaksa mengurangi besarnya tabungan. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga
akan bertambah tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan tabungan akan bertambah besar
dengan pesatnya. Kenyataan terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang kita telah
capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan
pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan dilain
pihak bertambahnya tabungan tidak begitu cepat.

Gaya hidup
Gaya Hidup adalah salah satu faktor internal yang berpengaruh dalam keputusan membeli
pada konsumen. Gaya hidup pada dasarnya adalah bagaimana seorang menusia itu hidup, bagaimana
seseorang menetapkan konsep dirinya, dan hal itu juga ditentukan oleh pengalaman masa lampau,
karakteristik bawaan, dan situasi tertentu. Segala aspek dar tingkah laku individu dipengaruhi oleh
gaya hidup, termasuk pola konsumsi individu tersebut. Gaya hidup yang dijalani individu dinilai
berefek pada kebutuhan dan keinginan mereka, demikian pula turut mempengaruhi perilaku mereka
dalam membeli dan menggunakan produk (Hawkins,2007). Pengertian gaya hidup menurut
(Kotler,2000) adalah pola hidup seseorang didunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan dari seseorang” dalam berinterasi dengan
lingkungannya. Dari berbagai sumber diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup
seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya
dan bagaimana mengalokasikan waktu. Gaya hidup mahasiswa dapat dibedakan dari daerah asalnya,
yaitu dari kota atau daerah non kota. Karena gaya hidup kota dan non kota sangat berbeda. Dapat
dilihat dari gaya hidup kota yang lebih mengikuti perkembangan zaman.

Perilaku Menabung
Menurut Keynes tabungan ditentukan oleh tingkat pendapatan saat ini (current income).
Sehingga tingginya tingkat tabungan rumah tangga tergantung pada besarnya pendapatan yang siap
dibelanjakan. Hasrat menabung dari pendapatan yang siap dibelanjakan tersebut akan meningkat
sesuai dengan tingkat pendapatan. Hipotesis pendapatan relatif yang dikemukakan Duesenberry
menganggap bahwa tabungan tidak hanya tergantung pada pendapatan sekarang tetapi juga pada
tingkat pendapatan sebelumnya dan konsumsi masa lalu. Fungsi tabungan jangka pendek pada
perekonomian cenderung bergerak ke atas seperti roda bergerigi sepanjang waktu. Jika pendapatan
tumbuh dalam angka waktu yang panjang, konsumen akan menyesuaikan perilaku belanja mereka ke
tingkat konsumsi yang lebih tinggi. Tetapi dalam jangka pendek mereka enggan untuk menurunkan
tingkat konsumsi walaupun pendapatan turun sewaktu-waktu. Tindakan menabung merupakan suatu
dorongan dari internal maupun eksternal yang mendorong mahasiswa untuk menabung. Apabila
mahasiswa memiliki motif menabung yang tinggi maka kemungkinan mahasiswa akan menabung dan
jumlah tabungan mahasiswa juga akan tinggi. Rumusan S = Y – C itulah yang selama ini populer
dikalangan masyarakat terutama para mahasiswa dimana tabungan merupakan sisa dari pedapatan
(income) yang diterima setelah diguanakan untuk memenuhi kebutuhan (consumtion). Pendapat
tersebut juga dikemukakan Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkomsumsi
(marginal propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan antara tabungan dan
pendapatan. Keynes menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh prilaku psikologis
modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan
seluruhnya untuk meningkatkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk
menabung.

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan penjelasan kerangka berfikir diatas, maka dapat
dikembangakan hipotesis penelitian sebagai berikut :
a. Pendapatan Uang Saku
H0 : Terdapat variabel pendapatan uang saku tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pola konsumsi non makanan.
H1 : Terdapat variabel pendapatan uang saku berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel pola konsumi non makanan.
b. Perilaku Gaya Hidup
H0 : Terdapat variabel perilaku gaya hidup tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pola konsumsi non makanan.
H1 : Terdapat variabel perilaku gaya hidup berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel pola konsumsi non makanan.
c. Perilaku Menabung
H0 : Terdapat variabel perilaku menabung berpengaruh positif dan signifikan terhadap pola
konsumsi non makanan.
H1 : Terdapat variabel perilaku menabung tidak berpangaruh positif dan signifikan terhadap
variabel pola konsumsi non makanan.

C. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang dikhususkan untuk pengolahan data-data berupa angka. Penelitian kuantitatif
dapat memudahkan peneliti dalam mengolah angka yang nantinya dilakukan dengan analisis regresi
menggunakan aplikasi SmartPLS.

Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh
pola konsumsi mahasiswa dilihat melalui uang saku, gaya hidup dan perilaku menabung dari setiap
mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

Data dan Sumber Data


Pada penelitian ini menggunakan Data Primer sebagai bahan penelitian yang nantinya akan
diolah. Data primer adalah data yang dikumpulkan dalam penelitian dan berasal dari tempat aktual
terjadinya peristiwa (Sekaran,2006). Sehingga data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, melalui wawancara maupun kuesioner. Data primer dipilih karena penelitian ini dilakukan
di lingkup Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, sehingga peneliti perlu
menyebar kuesioner agar bisa mendapatkan data dari para sampel yang dipilih.

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai
kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek populasi adalah Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. (Sugiyono,2016)

Skala Pengukuran Variabel


Pengukuran variabel ini digunakan untuk mendeskripsikan jawaban responden pada setiap
variabel agar peneliti dapat lebih mudah dalam memahaminya. Pengukuran variabel ini digunakan
untuk mengkaji setiap variabel yang telah ditentukan pada penelitian ini, antara lain variabel Pola
Konsumsi Non Makanan, variabel Uang Saku, variabel Gaya Hidup, variabel Perilaku Menabung.
Untuk mengukur variabel yang akan diteliti pada penelitian ini, maka dilakukan dengan menggunakan
cara five point likert. Skala likert tersebut berguna untuk menentukan persepsi ataupun pendapat dari
responden. Skala pengukuran likert yang telah disediakan dalam penelitian ini 1 sampai 5.
Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul tahap selanjutnya adalah tahap analisis. Dalam tahap analisis penulis
menggunakan sebuah apliasi untuk mengolah data yaitu SPSS. Namun sebelum tahap analisis data
dilakakukan maka penulis perlu menguji apakah data tersebut valid dan reable. Uji ini dilakukan untuk
meninjau seberapa valid suatu pertanyaan - pertanyaan yang diajukan kepada responden atau yang
dikenal uji validitas, serta mengukur tingkat reabilitas suatu jawaban responden dari suatu instrument
pertanyaan dengan metode uji reabilitas.

Analisis Regresi Linier Berganda


Teknik analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model
regresi berganda dengan program SPSS. Regresi linear berganda adalah regresi linear dimana sebuah
variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X). Peneliti
menggunakan uji regresi linear berganda karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

Method of Successive Interval (MSI)


Skala pengukuran sangat menentukan jenis analisis yang akan digunakan. Semakin tinggi
skala pengukuran, semakin tinggi pula jenis analisis yang dapat digunakan. Skala pengukuran
ditentukan oleh metode atau jenis alat ukur (instrumen) yang digunakan untuk pengumpulan data atau
pengukuran. Salah satu jenis alat ukur (instrumen) yang banyak digunakan adalah kuesioner dengan
menggunakan skala penilaian (skala Likert atau Rating scale) yang sering kali digunakan untuk
mengukur perilaku, sikap atau persepsi seseorang. Pengukuran dengan alat ukur yang menggunakan
skala Likert atau rating scale menghasilkan data yang memiliki skala ordinal, sehingga dalam
analisisnya seharusnya menggunakan uji statistik non parametrik (analisis data semikuantitatif). Dalam
prakteknya, di beberapa bidang ilmu untuk analisis data ordinal yang dihasilkan melalui pengukuran
dengan alat ukur yang menggunakan skala Likert atau rating scale digunakan kelompok uji statistik
parametrik (misalnya regresi linier).

Uji Asumsi Klasik


Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi
syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah data tersebut
harus terdistribusikan secara normal, tidak mengandung multikoloniaritas, dan heterokedastisitas.
Untuk itu sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda perlu dilakukan lebih dahulu
pengujian asumsi klasik (Ghozali,2006)

Uji Signifikan Simultan (Uji- T)


Uji t biasa dikenal dengan uji signifikasi terhadap masing-masing koefisien regresi diperlukan
untuk mengetahui signifikansi setidaknya pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat (Y), yang dilihat dari intepretasi hasil di kolom sig.

Uji Signifikan Simultan (Uji- F)


Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan)
terhadap variabel terikat. Signifikasi berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi.
Untuk melihat F tabel dalam pengujian hipotesis pada model regresi, perlu menentukan derajat bebas
atau degree of freedom (df) atau dikenal dengan df2 dan juga dalam F tabel disimbolkan dengan N2.

Uji Determinasi (Adjusted R Square)


Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau presentase total variasi dalam variabel
terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar hubungan dari beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien
determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi atau suatu variabel bisa dijelaskan
oleh perusahaan atau variasi pada variabel lain. Koefisien determinan (R2) pada intinya mengukur
seberapa kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin besar (mendekati
satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3) adalah besar terhadap
variabel terikat (Y).

D. HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Berikut ini dijelaskan gambaran umum tentang responden yang menjadi objek dalam
penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang. Kuesioner disebar kepada 105 responden jenis kelamin, jurusan dan
pendapatan uang saku perbulan.

Berdasarkan Jenis Kelamin


Berdasarkan jenis kelamin terbagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam
melakukan konsumsi jenis kelamin dapat mempengaruhi jenis kebutuhan yang harus dipenuhinya.
Bahwa jumlah responden berjenis laki-laki sebanyak 58 atau 55 % mahasiswa. Sedangkan perempuan
sebanyak 47 atau 45% mahasiswa.

Berdasarkan Jurusan
Jurusan merupakan salah satu program studi yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya malang. Dilihat dari jurusan, responden dikelompokkan dalam 3 jurusan.
Bahwa responden berdasarkan jurusan ilmu ekonomi sebanyak 67 atau 64% mahasiswa, jurusan
manajemen sebanyak 21 atau 20% mahasiswa dan jurusan akuntansi sebanyak 17 atau 16%
mahasiswa.

Berdasarkan Pendapatan Uang Saku


Pendapatan uang saku mahasiswa merupakan pendapatan yang diberikan oleh orang tua
mahasiswa untuk memenuhi kebutuhannya setiap hari terhadap pola konsumsinya. bahwa responden
berdasarkan pendapatan uang saku 500.000-1.500.000 sebanyak 48 atau 45% mahasiswa, berdasarkan
pendapatan uang saku 1.500.000-2.500.000 sebanyak 37 atau 35% mahasiswa, berdasarkan
pendapatan uang saku 2.500.000-3.500.000 sebanyak 15 atau 15% mahasiwa, dan berdasarkan
pendapatan uang saku 3.500.000-5.000.000 sebanyak 5 atau 5% mahasiswa.

Uji Instrumen Penelitian


Kuisioner dalam penelitian ini digunakan sebagai alat analisa. Oleh karena itu dalam analisa
yang dilakukan lebih bertumpu pada skor responden pada tiap-tiap amatan. Sedangkan benar tidaknya
skor responsi tersebut tergantung pada pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data yang baik
harus memenuhi 2 persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.

1. Uji Validitas
Pengujian validitas sangat diperlukan dalam suatu penelitian, khususnya yang menggunakan
kuisioner dalam memperoleh data. Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui keabsahan
menyakngkut pemahaman mengenai keabsahan antara konsep dan kenyataan empiris. Uji validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen.
Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur atau dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel
yang dimaksud. Bahwa nilai sig. r item pertanyaan lebih kecil dari 0.05 (α = 0.05) yang berarti tiap-
tiap item variabel adalah valid, sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut dapat digunakan
untuk mengukur variabel penelitian.

2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan tingkat kemantapan, keajegan dan ketepatan suatu alat ukur atau
uji yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran relatif konsisten apabila dilakukan
pengukuran ulang. Uji ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana jawaban seseorang konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Teknik pengujian reliabilitas adalah dengan menggunakan nilai koefisien
reliabilitas alpha. Kriteria pengambilan keputusannya adalah apabila nilai dari koefisien reliabilitas
alpha lebih besar dari 0,6 maka variabel tersebut sudah reliabel (handal). bahwa nilai dari alpha
cronbach untuk semua variabel lebih besar dari 0,6. Dari ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya
maka semua variabel yang digunakan untuk penelitian sudah reliabel.

Uji Asumsi Klasik


Asumsi-asumsi klasik ini harus dilakukan pengujiannya untuk memenuhi penggunaan regresi
linier berganda. Setelah diadakan perhitungan regresi berganda melalui alat bantu SPSS for Windows,
diadakan pengujian uji asumsi klasik regresi. Hasil pengujian disajikan sebagai berikut :
Gambar 1 : Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz
ed Residual
N 105
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.75380567
Most Extreme Absolute .036
Differenc es Positive .036
Negative -.036
Kolmogorov-Smirnov Z .373
Asymp. Sig. (2-tailed) .999
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber : Data primer diolah, 2019


Dari hasil perhitungan didapat nilai sig. sebesar 0.999 atau lebih besar dari 0.05 maka
ketentuan H0 diterima yaitu bahwa asumsi normalitas terpenuhi.

Gambar 2 : Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 X1 .543 1.840
X2 .599 1.669
X3 .588 1.700
a. Dependent Variable: Y

Sumber : Data primer diolah, 2019


Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar
variabel bebas. Dengan demikian uji asumsi tidak adanya multikolinearitas dapat terpenuhi.
Gambar 3 : Uji Heterokedastisitas

Sumber : Data primer diolah, 2019


Dari hasil pengujian tersebut didapat bahwa diagram tampilan scatterplot menyebar dan tidak
membentuk pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain tidak terdapat gejala
heterokedastisitas. Dengan terpenuhi seluruh asumsi klasik regresi di atas maka dapat dikatakan model
regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sudah layak atau tepat. Sehingga
dapat diambil interpretasi dari hasil analisis regresi berganda yang telah dilakukan.

Analisis Regresi Linier Berganda


Gambar 4: Hasil analisis regresi linier berganda

Coefficientsa

Unstandardiz ed Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Cons tant) 2.441 1.842 1.325 .188
X1 .309 .092 .311 3.356 .001
X2 .329 .087 .333 3.775 .000
X3 .178 .074 .212 2.385 .019
a. Dependent Variable: Y

Sumber : data primer diolah, 2019


Berdasarkan tabel diatas model persamaan regresi berganda dalam penelitian ini yang
kemudian akan diinterpretasikan sebagai berikut :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Y=2,441 + 0,309 X1 + 0,329 X2 + 0,178 X3
Uji Hipotesis
Gambar 5: Hasil Uji F

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 886.977 3 295.659 37.863 .000a
Residual 788.678 101 7.809
Total 1675.655 104
a. Predictors : (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data primer diolah, 2019


Nilai F hitung sebesar 37,863. Sedangkan F tabel (α = 0.05 ; db regresi = 3 : db residual =
101) adalah sebesar 2,695. Karena F hitung > F tabel yaitu 37,863 > 2,695 atau nilai sig F (0,000) < α
= 0.05 maka model analisis regresi adalah signifikan.

Gambar 6: Hasil Uji T

Coefficientsa

Unstandardiz ed Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Cons tant) 2.441 1.842 1.325 .188
X1 .309 .092 .311 3.356 .001
X2 .329 .087 .333 3.775 .000
X3 .178 .074 .212 2.385 .019
a. Dependent Variable: Y

Sumber : data primer diolah, 2019


Berdasarkan sig t, dan pada tingkat signifikan a = 5% variabel independen uang saku, gaya
hidup, dan perilaku menabung secara individual mempengaruhi konsumsi non makanan dimana nilai
sig t masing-masing variabel lebih kecil dari α = 5% atau 0,05.

a. Uang Saku (X1)


Uji t test antara X1 (Uang Saku) dengan Y (Pola Konsumsi Non Makanan) menunjukkan t
hitung = 3,356. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 101) adalah sebesar 1,984. Karena t hitung
> t tabel yaitu 3,356 > 1,984 atau nilai sig t (0,001) < α = 0.05 maka pengaruh X1 (Uang Saku)
terhadap Pola Konsumsi Non Makanan adalah signifikan. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa Pola Konsumsi Non Makanan dapat dipengaruhi secara signifikan
oleh Uang Saku atau dengan meningkatkan Uang Saku maka Pola Konsumsi Non Makanan akan
mengalami peningkatan secara nyata.
b. Gaya Hidup (X2)
Uji t test antara X2 (Gaya Hidup) dengan Y (Pola Konsumsi Non Makanan) menunjukkan t
hitung = 3,775. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 101) adalah sebesar 1,984. Karena t hitung
> t tabel yaitu 3,775 > 1,984 atau nilai sig t (0,000) < α = 0.05 maka pengaruh X2 (Perilaku Gaya
Hidup) terhadap Pola Konsumsi Non Makanan adalah signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti H0
ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa Pola Konsumsi Non Makanan dapat
dipengaruhi secara signifikan oleh Gaya Hidup atau dengan meningkatkan Gaya Hidup maka Pola
Konsumsi Non Makanan akan mengalami peningkatan secara nyata.
c. Perilaku Menabung (X3)
Uji t test antara X3 (Perilaku Menabung) dengan Y (Pola Konsumsi Non Makanan)
menunjukkan t hitung = 2,385. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 101) adalah sebesar 1,984.
Karena t hitung > t tabel yaitu 2,385 > 1,984 atau nilai sig t (0,001) < α = 0.05 maka pengaruh X3
(Perilaku Menabung) terhadap Pola Konsumsi Non Makanan adalah signifikan pada alpha 5%. Hal ini
berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa Pola Konsumsi Non Makanan
dapat dipengaruhi secara signifikan oleh Perilaku Menabung atau dengan meningkatkan Perilaku
Menabung maka Pola Konsumsi Non Makanan akan mengalami peningkatan secara nyata.

Uji Determinasi (R2)


Gambar 7. Hasil Uji Determinasi (R2)

Model Summaryb

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 .728a .529 .515 2.79440 2.575
a. Predictors: (Cons tant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y

Sumber : data primer diolah, 2019


Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh atau kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari analisis pada Tabel 4.10 diperoleh hasil adjusted R
(koefisien determinasi) sebesar 0,515. Artinya bahwa 51,5% variabel Pola Konsumsi Non Makanan
akan dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu Uang Saku(X1), Gaya Hidup (X2), dan Perilaku
Menabung (X3). Sedangkan sisanya 48,5% variabel Pola Konsumsi Non Makanan akan dipengaruhi
oleh variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Selain koefisien determinasi
juga didapat koefisien korelasi yang menunjukkan besarnya hubungan antara variabel bebas yaitu
Pendapatan Uang Saku, Perilaku Gaya Hidup, dan Perilaku Menabung dengan variabel Pola Konsumsi
Non Makanan, nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0.728, nilai korelasi ini menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel bebas yaitu Uang Saku (X1), Gaya Hidup (X2), dan Perilaku Menabung
(X3) dengan Pola Konsumsi Non Makanan termasuk dalam kategori kuat karena berada pada selang
0,6 – 0,8.

E. PEMBAHASAN

1. Peningkatan Uang Saku Mendorong Naiknya Konsumsi Non Makanan Mahasiswa FEB UB

Berdasarkan hasil penelitian, variabel uang saku (X1) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel pola konsumsi non makanan (Y). Dari hasil penelitian dapat ditunjukan dengan nilai
signifikansi sebesar 0,001 < 0,05 dengan nilai t hitung > t tabel 3,356 > 1,984 serta nilai koefisien
regresi 0,309. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dapat
dipengaruhi secara signifikan oleh Konsumsi Non makanan atau dengan meningkatkan Uang Saku
maka Konsumsi Non Makanan akan mengalami peningkatan secara nyata. Dapat disimpulkan bahwa
Uang Saku berpengaruh terhadap Konsumsi Non Makanan mahasiswa FEB UB. Pendapatan
berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran konsumsi. Namun apabila
pendapatan itu bertambah maka pengeluaranpun juga akan bertambah dengan mempertimbangkan pola
konsumsinya. Sejalan juga dengan teori Keynes dalam Mankiw (2003) yang menyatakan bahwa jika
pendapatan disponsibel meningkat, maka konsumsi pun juga akan meningkat. Kemudian teori Engel
dalam Nicholson (2002) menyatakan bahwa pendapatan yang digunakan untuk belanja makanan
cenderung menurun jika pendapatannya meningkat dan pendapatan meningkat maka presentase
pendapatan yang dibelanjakan untuk konsumsi non pangan juga meningkat.
Indikator Uang Saku ini meliputi orang tua memberikan uang saku sesuai dengan kebutuhan,
uang saku yang diterima disesuai dengan jumlah pendapatan orang tua, orang tua membebaskan
menggunakan uang saku, uang saku yang diberikan orang tua cenderung menyisihkan untuk
menabung, dan mendapatkan uang saku bukan hanya dari orang tua melainkan dari bekerja atau
beasiswa. Hal ini terbukti dengan penelitian yang dilakukan Astuti (2018) yang menyatakan bahwa,
konsumsi non makanan mahasiswa IPS FITK UIN Jakarta variabel Pendapatan (X1) secara parsial
berpengaruh positif terhadap Konsumsi Non Makanan. Kemudian juga dalam penelitian Denova
(2015) hubungan pendapatan dengan konsumsi tergantung dari pendapatan yang siap dibelanjakan.
Berdasarkan hasilnya bahwa konsumsi non makanan yang lebih besar dibandingkan dengan konsumsi
makanan.

2. Peningkatan Gaya Hidup Mendorong Naiknya Konsumsi Non Makanan Mahasiswa FEB UB

Berdasarkan hasil penelitian, variabel gaya hidup (X2) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel konsumsi non makanan (Y). Dari hasil penelitian dapat ditunjukan dengan nilai
signifikasi sebesar 0,000 < 0,05 signifikan pada alpha 5% dengan nilai t hitung > t tabel 3,775 > 1,984
serta nilai koefisien regresi 0,329. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa Konsumsi Non Makanan dapat dipengaruhi secara signifikan oleh Gaya Hidup
atau dengan meningkatkan Gaya Hidup maka Konsumsi Non Makanan akan mengalami peningkatan
secara nyata. Dapat disimpulkan bahwa Gaya Hidup berpengaruh terhadap Konsumsi Non Makanan
mahasiswa FEB UB. Hal ini terjadi karena gaya hidup seseorang selalu mengalami perkembangan
sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin modern. Di zaman yang semakin modern dan serba
canggih seperti sekarang ini tidak menutup kemungkinan mahasiswa untuk terlihat lebih baik dari yang
lainnya. Hal inilah yang membuat semakin beragamnya kebutuhan mahasiswa seperti konsumsi non
makanan yaitu kebutuhan penunjang penampilan ataupun yang lainnya. Hal ini sejalan dengan teori
siklus hidup yang dikemukakan oleh Franco Modligani dalam Astuti (2018). Teori ini menyatakan
bahwa konsumsi seseorang dipengaruhi masa dalam siklus hidupnya, dimana pola konsumsi seseorang
terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama yaitu dari seseorang berumur nol tahun hingga berusia
tertentu dimana orang tersebut dapat menghasilkan pendapatan sendiri. Bagian kedua yaitu dimana
seseorang berusaha kerja (dapat menghasilkan pendapatan sendiri) hingga ia tepat pada saat berusia
tidak bisa berkerja. Bagian ketiga yaitu ketika seseorang pada usia tua dimana orang tersebut tidak
mampu lagi menghasilkan pendapatan sendiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa gaya hidup seseorang
tergantung dimana posisi siklus hidupnya saat itu.
Menurut Chaney dalam penelitian Astuti (2018), gaya hidup adalah pola-pola tindakan untuk
membedakan antara satu orang dengan orang lain atau gaya hidup adalah seperangkat praktik dan
sikap yang masuk akal dalam konteks tertentu. Gaya juga diartikan sebagai cara-cara terpola dalam
menginvestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial atau simbolik, dengan
berarti gaya hidup adalah bermain dengan identitas dari seseorang tersebut. Kemudian juga dalam
penelitian dari Khaeriunnisa (2018), bahwa konsumsi dipandang sebagai pemenuhan kebutuhan yang
bersifat fisik dan biologis manusia, tetapi berkaitan dengan aspek-aspek sosial budaya. Gaya hidup
merupakan bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah bergantung pada zaman atau
keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Gaya hidup bisa dilihat dari cara berpakaian,
kebiasaan, dan lain-lainnya. seiring dengan perkembangan zaman, budaya konsumen pun semakin
kompleks dalam melakukan kegiatan konsumsi.

3. Peningkatan Perilaku Menabung Mendorong Naiknya Konsumsi Non Makanan Mahasiswa


FEB UB
Berdasarkan hasil penelitian, variabel perilaku menabung (X3) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel konsumsi non makanan (Y). Dari hasil penelitian dapat ditunjukan dengan
nilai signifikasi sebesar 0,001 < 0,05 signifikan pada alpha 5% dengan nilai t hitung > t tabel 2,385 >
1,984 serta nilai koefisien regresi 0,178. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa Konsumsi Non Makanan dapat dipengaruhi secara signifikan oleh Perilaku
Menabung atau dengan meningkatkan Perilaku Menabung maka Konsumsi Non Makanan akan
mengalami peningkatan secara nyata. Dapat disimpulkan bahwa perilaku menabung berpengaruh
terhadap konsumsi non makanan mahasiswa FEB UB. Konsumsi mahasiswa dapat diliat dari jumlah
pendapatan yang diterima dikurangi dengan jumlah sisa tabungan. Sehingga dapat diliat seberapa
jumlah konsumsi mahasiswa perbulannya dan pendapatan uang saku yang diterima. Dari hasil temuan,
dalam kepentingan menabung mahasiswa FEB UB sering membandingkan harga sebelum melakukan
pembelian. Dalam konteks ini mahasiswa FEB UB sering dihadapkan dengan kondisi seperti ini yang
menjadi tolak ukur untuk hidup hemat dan juga menabung. Kemudian dari hasil penyebaran kuesioner
dalam kepentingan menabung, membandingkan harga sebelum melakukan pembelian memiliki
presentase pemilih sangat setuju yang paling besar dengan 49%. Dimana sebagai mahasiswa FEB UB
tentunya mempertimbangkan harga sebelum melakukan pembelian.
Kemudian dengan temuan lainnya bahwa untuk kepentingan menabung juga
mempertimbangkan keuangan diawal dengan menyisihkan uang untuk menabung, tindakan ini juga
merupakan salah satu faktor dari perilaku menabung yang dilakukan oleh mahasiswa FEB UB.
Kemudian juga selalu berhati-hati dalam melakukan penganggaran disetiap bulannya. Ketika
mahasiswa FEB UB ingin menabung mereka cenderung memilih untuk melakukan menabung dengan
jangka panjang dan memiliki target untuk masa depan. Dengan demikian temuan peneliti menunjukkan
bahwa mahasiswa FEB UB melakukan aktivitas menabung ketika awal bulan dengan
mempertimbangkan konsumsinya. Pada penelitian ini yang ditemukan kontradiktif ketika perilaku
menabung naik maka konsumsi non makanan akan menurun sesuai dengan hipotesis. Tetapi dalam
temuan malahan meningkat. Hal ini terjadi karena responden mahasiswa FEB UB sudah bisa
memahami terkait Konsumsi Non Makanan mereka yang setiap bulannya juga tidak terlalu boros
untuk dikeluarkan dan juga mereka memilih untuk menabung untuk keperluan jangka panjang mereka.
Kemudian mahasiswa FEB UB juga mengurangi pengeluaran yang tidak seperlunya mereka keluarkan
demi menyisihkan untuk menabung. Peningkatan Konsumsi Non Makanan yang dilakukan mahasiswa
FEB UB tentunya sudah memiliki gambaran atau rincian harga yang ingin mereka perbelikan sesuai
dengan kebutuhan.

F. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel mana sajakah yang mempunyai pengaruh
pada Pola Konsumsi Non Makanan. Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah
variabel Uang Saku (X1), Gaya Hidup (X2) dan Perilaku Menabung (X3) sedangkan variabel terikat
yang digunakan adalah Pola Konsumsi Non Makanan (Y). Berdasarkan pada penghitungan analisis
regresi linier berganda, dapat diketahui :
1. Uang saku merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi non makanan. Dimana
ketika uang saku mereka mengalami kenaikan, maka konsumsi non makanan yang dilakukan akan
ikut mengalami kenaikan. Maka dalam hal ini perlu adanya pengalokasian uang saku yang diterima
dari pemberian orang tua dapat dialokasikan untuk menabung sehingga bisa dipergunakan untuk
jangka panjang.
2. Gaya hidup juga mempengaruhi pada konsumsi non makanan. Dimana dalam penelitian ini
diperoleh bahwa gaya hidup mahasiswa FEB UB dipengaruhi oleh lingkungan dan teman bermain.
Ketika mahasiswa FEB UB memiliki gaya hidup tinggi, maka biasanya akan diikuti dengan
pengeluaran ekonomi yang tinggi. Maka untuk hal ini diperlukan adanya pengaturan diri agar tidak
terpengaruh dengan hal-hal yang kurang bermanfaat, seperti memilih lingkungan dan teman bermain.
3. Perilaku menabung juga mempengaruhi konsumsi non makanan. Namun pada temuan peneliti
mendapatkan hasil temuan baru. Dimana pada hipotesis penelitian menyebutkan berpengaruh negatif
dan tidak signifikan variabel perilaku menabung terhadap konsumsi non makanan. Hal ini
menunjukkan bahwa mahasiswa FEB UB akan melakukan aktivitas menabung ketika awal bulan
dengan mempertimbangkan konsumsinya. Sesuai dengan temuan pada kuesioner mahasiswa FEB UB
mempunyai sikap setuju terhadap perilaku menabung. Namun pada saat yang sama ternyata
pengeluaran konsumsi non makanan juga ikut meningkat. Seperti yang terjadi mahasiswa FEB UB
sudah memahami terkait konsumsi non makanan mereka yang setiap bulannya juga tidak terlalu boros
untuk dikeluarkan dan juga mereka memilih untuk menabung untuk keperluan jangka panjang mereka.
Kemudian mahasiswa FEB UB juga mengurangi pengeluaran yang tidak seperlunya mereka keluarkan
demi menyisihkan untuk menabung.

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain. Adapun saran yang diberikan, antara lain:
1. Diharapkan setiap mahasiswa dapat mempertahankan serta meningkatkan pelayanan terhadap
perilaku gaya hidup, karena variabel perilaku gaya hidup mempunyai pengaruh yang dominan dalam
mempengaruhi konsumsi non makanan, diantaranya yaitu melakukan konsumsi dengan gaya hidup
yang sesuai pada lingkungan ataupun keluarga dan teman bermain dalam penyelesaian masalah
sehingga konsumsi non makanan akan meningkat. Gaya hidup sudah mempengaruhi pola konsumsi
mahasiswa yang notabennya belum mendapatkan penghasilan. Maka dari itu mahasiswa harus bisa
mengendalikan diri dalam menentukan konsumsinya.
2. Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting dalam
mempengaruhi konsumsi non makanan diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan
bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dengan mempertimbangkan variabel-
variabel lain yang merupakan variabel lain diluar variabel yang sudah masuk dalam penelitian ini.

G. DAFTAR PUSTAKA
Ambo, Khaeratunnisa. 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Skripsi dari
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Amstrong, Gary dan Kotler. 2000. Dasar-Dasar Pemasaran. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Prenhalindo.
Astuti, Tri Puji. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Mahasiswa IPS
FITK UIN Jakarta. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Assael, H. 1984. Consumer Behavior and Marketing Action. Boston: Kent Publishing Company.
Deliarnov. 1995. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Diulio, Eugene A. 1993. Teori Makro Ekonomi. Cetakan keempat. Jakarta: Erlangga.
Hawkins, D.I , Best, R.J, dan Coney, K.A. 2007.Consumer Behavior: Implication for Marketing
Strategy. Plano-Texas: Bussiness Publication.
Imam Gozali. 2006. Aplikasi Analisis Multiviete Dengan Program IBM SPSS 23. Semarang: UNDIP.
John, Mowen, C, dan Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid 1 Edisi ke 5.Jakarta: Erlangga.
Mangkoesoebroto, Guritno. 1998.Teori Ekonomi Makro. Yogyakarta: STIE YKPN.
Mankiw, N. Gregory. 2000. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.
Nicholson,Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate. Jakarta: Erlangga.
Nopirin. 1997. Ekonomi Makro. Cetakan Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Perkasa, Andi Agung. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi UNHAS. Skripsi
pada Universitas Negeri Hasanuddin Makassar.
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro Ekonomi & Makro
Ekonomi) Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Reksoprayitno, Soediyono. 2000. Ekonomi Makro (Pengantar Analisis Pendapatan Nasional), Edisi
Kelima. Cetakan Kedua, Yogyakarta: Liberty.
Samuelson, Paul A. Dan Nordhaus William D. 1996. Makro Ekonomi. Edisi ketujuhbelas. Cetakan
ketiga. Jakarta: Erlangga.
Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen Edisi revisi. Jakarta: Prenada Media.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : PT Alfabet.
Tobing, Denova RL. 2015. Analisis Hubungan Antara Pendapatan dengan Perilaku Konsumsi
Mahasiswa FEB UB. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Uma, Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.

Anda mungkin juga menyukai