Anda di halaman 1dari 21

BPM RATRI RESTUNI

No. Dokumen : 1 / bpm / PNC / 2012


SOP
POSTNATAL No. Revisi : 1 / bpm / PNC / 2017
CARE
Tanggal Terbit : 10 Januari 2017

Halaman :

POSTNATAL CARE

A. Pengertian Asuhan kebidanan pada Ibu nafas adalah Asuhan yang di berikan
Pada Ibu Nifas. Biasanya berlangsung selama 40 hari atau sekitar
6minggu. Pada Asuhan ini Bidan memberikan Asuhan berupa
Memantau Involusi Uteri, Kelancaran ASI, dan Kondisi Ibu dan Anak.
B. Tujuan 1. Untuk mempercepat involusi uterus ( rahim )
2. Untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologisnya
3. Melaksanakan skrining yang komprehensif, deteksi dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, cara dan manfaat menyusui,
pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari
5. Memberikan pelayanan KB
6. Mendapatkan kesehatan emosi

C. Indikasi Ibu pasca persalinan, mulai dari 24 jam pertama hingga 6 minggu.

D. Kunjungan Masa Kunjungan masa nifas minimal dilakukan 4 kali selama masa nifas
Nifas
1. Kunjungan I ( 6 – 8 jam post partum )
a. Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi
g. Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik
2. Kunjungan ke-2 ( 6 hari post partum )
a. Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup
cairan
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak
ada tanda-tanda kesulitan menyusui
f. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir
3. Kunjungan ke-3 ( 2 minggu post partum )
a. Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
4. Kunjungan ke-4 ( 6 minggu post partum )
a. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
nifas
b. Memberikan konseling KB secara dini
E. Persiapan Alat 1. Tensi
2. Stetoskop
3. Sarung tangan (handscoon)
4. Kom berisi kapas sublimat dan air DTT
5. Bengkok
6. Larutan chlorine 0,5%

F. Prosedur 1. Mencuci tangan secara efektif dan memakai handscoon


2. Melakukan infrome consent
3. Memeriksa tanda vital sign (tensi, suhu, nadi dan pernafasan)
4. Melakukan pemeriksaan pada muka ibu (mata conjungtiva
pucat/tidak, sclera ikterus/tidak, muka odema/tidak
5. Melakukan pemeriksaan payudara: meminta pasien berbaring
dengan lengan kiri di atas kepala, kemudian palpasi payudara kiri
secara sistematis sampai ke ketiak, raba adanya masa, benjolan
yang membesar, pembengkakkan ata abses. Ulangi prosedur pada
lengan kanan dan palpasi payudara kanan hingga ketiak
6. Melakukan pemeriksaan abdomen:
a) Periksa bekas luka jika operasi baru
b) Palpasi untuk mendeteksi ada atau tidaknya uterus diatas
pubis (involusi uteri)
c) Palpasi untuk mendeteksi adanya masa atau kelembekan
(konsistensi uterus)
7. Memeriksa kaki untuk:
a) Varises vena
b) Kemerahan pada betis
c) Tulang kering, pergelangan kaki, jika adanya edema maka
perhatikan tingkat edema, pitting jika ada
d) Menekuk betis untuk memeriksa nyeri betis (tanda-tanda
human positif/tanda-tanda tromboflebitis)
8. Mengenakan handscoon
9. Membantu pasien pada posisi untuk pemeriksaan genetalia dan
perineum (dengan menggunakan handscoon dan memasang
perlak):
a) Memposisikan pasien litotomi
b) Melakukan vulva hygine
c) Perhatikan lochea (bau, warna dan konsistensi)
d) Perhatikan perineum (bekas jahitan)
10. Memberitahu klien tentang hasil pemeriksaan
11. Melepaskan handscoon dan menaruh dalam larutan klorin 0,5%
12. Pasien dirapikan dan membereskan alat
13. Mencuci tangan dengan sabun dang mengeringkan dengan handuk
yang bersih
14. Mendokumentasikan hasil tindakan

G. Kebutuhan Dasar 1. Mobilisasi


Masa Nifas 2. Nutrisi
3. Eliminasi
4. Defekasi
5. Kebersihan diri
6. Istirahat
7. Seksual
8. Keluarga berencana
9. Senam hamil
H. Tanda-tanda 1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba
Bahaya Masa (melebihi biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih
Nifas dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam)
2. Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang keras
3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
4. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihatan
5. Pembengkakan pada wajah dan tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa
tidak enak badan
7. Payudara yang memerah, panas dan atau sakit
8. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
9. Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan atau pembengkakan
pada kaki
10. Merasa sangat sedih dan tidak mampu mengurus diri sendiri atau
bayi
11. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah
I. Daftar Pustaka Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi
Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu kebidanan. Edisi Keempat.
cetakan kedua. Jakarta: pt bina pustaka sarwono Prawirohardjo
Wulanda, Ayu Febri. 2012. Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba
Medika ( cetakan ketiga )

BPM RATRI RESTUNI

No. Dokumen : 1 / bpm / ANC / 2012


SOP
ANTENATAL No. Revisi : 1 / bpm / ANC / 2017
CARE
Tanggal Terbit : 10 Januari 2017

Halaman :

ANTENATAL CARE

A. Pengertian Asuhan kebidanan pada ibu hamil adalah asuhan yang diberikan Bidan
pada ibu hamil utuk mengetahui kesehatan ibu dan janin serta untuk
mencegah dan menangani secara dini kegawatdaruratan yang terjadi pada
saat kehamilan.
B. Tujuan 1. Tujuan umum
a. Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan
anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga
didapatkan ibu dan anak yang sehat.
2. Tujuan khusus
a. Mengenal dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin
dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas
b. Mengenal dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin
diderita sedini mungkin
c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
d. Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehat sehari-
hari
C. Kunjungan Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan
teratur. Bila kehamilan berjalan normal, jumlah kunjungan cukup 4x
yaitu 1x pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan 2x pada
trimester III. Dari satu kunjungan kekunjungan berikutnya sebaiknya
dilakukan pencatatan sebagai berikut :
1. Keluhan yang di rasakan oleh ibu hamil
2. Hasil pemeriksaan hasil kunjungan
a. Umum
1) Tekanan darah
2) Respirasi
3) Nadi
4) Temperatur tubuh
b. Abdomen
1) Tinggi fundus uteri
2) Letak janin
3) Presentasi janin
4) DJJ
c. Pemeriksaan tambahan
1) Proteinuria
2) Gloukosuria
3) Keton
D. Penatalaksanaan 1. Timbang BB dan ukur TB
Ante Natal Care 2. Ukur TD
3. Tentukan nilai status gizi buruk
4. Ukur TFU
5. Tentukan presentasi janin dan DJJ
6. Skrining Status imunisasi TT
7. Tablet FE minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Test laboratorium
9. Tatalaksana Kasus
10. Temu wicara / konseling
E. Standar 1. Standar 1 : Metode Asuahan
Pelayanan Ante Asuahan kebidanan dilakukan dengan metode manajamen,
Natal Care kebidanan dengan langkah : Pengumpulan data dan analisis data,
penentuan diagnosa perencananevaluasi dan dokumentasi.
2. Standar 2: Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien di lakukan
sacara sistematis berkisinambungan. Data yang dioeroleh dicatat
dan dianalisis.
3. Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
Bidan memlakukan kunjungan rumah dan berintraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
memotipasi ibu , suami dan anggota keluarganya agar mendorong
ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan teratur.
4. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memeberi sedikitnya 4x pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin
dengan seksama untuk menilai apakah pembengkakan
berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/
kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS,
(Penyakit Menular Seksual) / infeksi HIV (Human Imumuno
Deficiency Virus) ; memberikan pelayanan imunisasi , nasehat
dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang
diberikan oleh puskesmas, mereka harus mencatat data yang tepat
pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus
mampu megambil tindakan yang diperlikan dan merujuknya untuk
tindakan selanjutnya.
5. Standar 5 : Palpasi Abdomenal
Bidan melakukan pemeriksaan abdomenal secara seksama
dan melakukan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi
untuk pemeriksaan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan
bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin kedalam
rongga panggul, untuk mencari kelainan, serta melakukan rujukan
tetap waktu.
6. Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan / atau rujukan semua khasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidana menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah
pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsi
lainnya, serta mengambil tindakan  yang tepat dan merujuknya.
8. Standar 8 : Pemeriksaan Persalinan
Bidan memberipat kepadakan saran yang tepat pada ibu
hamil, suami serta keluarganya pada trimester ke tiga, untuk
memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman 
suasana yang menyengkan akan direncanakan dengan baik,
disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila
tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat, Bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
F. Tanda Bahaya 1. Keluar darah pada jalan lahir
2. Kejang
a. Pre eklamsi, yaitu penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, protenuria yang timbul karena kehamilan
b. Eklamsi, yaitu kelanjutan dari preeklamis berat dengan
tambahan gejala kejang-kejang dan koma
3. Keluar ari ketuban belum pada waktunya
4. Gerakan janin tidak ada atau berkurang
5. Nyeri hebat di perut, seperti pada abortus dan kehamilan ektopik
6. Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan muda
7. Selaput kelopak mata pucat
8. Demam
9. Pusing dan kaki bengkak
G. Daftar Pustaka Dewi,Vivian Nani Lia, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo S. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta : Bina Pustaka
Romauli S. 2011. Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika
BPM RATRI RESTUNI

No. Dokumen : 1 / bpm / APN / 2012


SOP
ASUHAN No. Revisi : 1 / bpm / APN / 2017
PERSALINAN
Tanggal Terbit : 10 Januari 2017
NORMAL
Halaman :

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

A. Pengertian Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada


persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan
komplikasi.
B. Tujuan menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya terintegrasi
dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang diinginkan (optimal).

C. Tanda-Tanda 1. Terjadinya His Persalinan


Permulaan Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
Persalinan kontraksi yang semakin pendek. His persalinan mempunyai sifat
pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur,
mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin
beraktifitas makin bertambah.
2. Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan serviks yang
menimbulkan pendataran tanpa pembukaan menyebabkan lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan
karena kapiler pembulu darah pecah.
3. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang
menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian besar ketuban baru
pecah menjelang pembukaan. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan berlangsug dalam waktu 24 jam.
4. Perubahan Serviks
Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti
pelunakan serviks, pendataran serviks dan pembukaan serviks.
D. Persiapan Alat 1. Persiapan diri

a. 1 buah kaca mata


b. Masker
c. Avron/celemek
d. Sepatu/sandal tertutup

2. Persiapan ibu dan bayi

a. 1 buah handuk
b. Alas bokong
c. Selimut untuk mengganti
d. Softex dan celana dalam
e. Pakaian ibu
f. Kain/sarung yang bersih dan kering (±5 buah)
g. Pakaian bayi dan topi bayi
h. 2 buah washlap

3. Pencegahan infeksi

a. 3 buah tempat sampah tertutup, untuk sampah kering, sampah


basah, dan sampah medis
b. 1 wadah larutan DTT untuk membersihkan ibu setelah
persalinan selesai
c. 2 wadah larutan kl 1 buah ember yang berisi air dan deterjen
d. orin 0,5% untuk membersihkan tempat ibu bersalin dan untuk
mencelupkan tangan saat melakukan dekontaminasi pada
sarung tangan yang sudah digunakan, dan satunya untuk
merendam alat selama 10 menit

4. 2 buah bak instrument

a. Partus set

1) 2 pasang hanscoen
2) 1 kateter nelaton
3) 2 buah klem koher
4) 1 buah ½ koher
5) 1 gunting episiotomy
6) 1 buah gunting tali pusat
7) Kain haa secukupnya
8) Pengikat tali pusat

b. Heacting set

1) 1 pasang handscoen
2) 1 buah dook
3) Pinset anatomi
4) 1 pinset sirugik
5) 1 gunting benang
6) Nailpoeder dengan jarumnya (jarum otot dan jarum kulit)
7) Kain has secukupnya

5. 1 kom kapas DTT, 1 kom larutan DTT


6. 1 spuit 3 cc, 1 spuit 1 cc, 1 spuit 5/10 cc
7. Laenec, korentang, bengkok
8. Alat pemeriksaan TTV: tensimeter dan stetoskop,
thermometer,jam
9. Set infuse: cairan RL/D5%, selang infuse, abochet 16/18 cm,
plester
10. Obat-obatan

a. Lidocain
b. Oxytosin
c. Ergometrin
d. Vit. K
e. Tetes mata
f. Hepatitis B
g. Benang untuk menjahit
h. Bethadine

11. Tempat plasenta


12. Alat resusitasi

a. Meja yang bersih, datar dank eras


b. 1 buah kain untuk mengalas meja
c. 1 buah kain untuk mengganjal bahu bayi
d. 1 buah kain di gelar di atas perut ibu
e. Lampu sorot 60 watt
f. Alat penghisap lender (bola-bola karet/ de lee)
g. Balon dengan sungkupnya

h. Jam dinding
E. Prosedur Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1. Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang
dilakukan adalah: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-
tanda :
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada  rectum
dan vaginanya
c. Perineum menonjol
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi → tempat
datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih
dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm diatas tubuh bayi
a. Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik yang bersih
4. Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
dan mengeringkan  tangan dengan handuk pribadi yang kering dan
bersih
5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
pemeriksaan dalam
6. Masukan  oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan disinfeksi  tinggkat tinggi
atau steril
Memastikan Pembukaan Lengkap Dan keadaan Janin Bayi
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi
a. Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9
8. Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
a. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan


yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan korin
0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu proses pimpinan
meneran
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk 
meneran
Pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan dia merasa   nyaman
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk    meneran
14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan
bayi
16. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu
17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
letakan tangan yang lain di kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan-lahan saat kepala lahir
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika terjadi lilitan tali pusat
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua
tempat dan potong diantara kedua klem tersebut
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar
secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya
kearah bawah dan kearah luar sehingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah
atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior. Lahirnya
badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan tangan bagian bawah saat menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya
lahir
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas ( anterior ) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga
saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dan
dengan hati – hati membantu kelahiran kaki
Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut
ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila
tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang
memungkinkan)
26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi
diatas perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10
unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat  bayi. Melakukan urutan pada tali pusat
mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke dua  2 cm
dari klem pertama ke arah ibu
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan penguntungan tali pusat
diantara dua klem tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah
disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan
bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi
dikepala bayi
Penatalaksanaan Aktif  Persalinan Kala III
34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat
diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang tali pusat
dan klem dengan tangan yang lain
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas
( dorso – kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
ulangi prosedur diatas
a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
a. berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat:
1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Ulangi penegangna tali pusat 15 menit berikutnya
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta
manual
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
a. Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
b. Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi ( Fundus menjadi keras)
a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik masase
Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta
kedalam kantung plastik atau tempat khusus
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif
a. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera
lakukan penjahitan
Melakukan Prosedur paska persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi 
perdarahan pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit bayi cukup
menyusu dari satu payudara
b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu
44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri
antibiotika salep mata pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha kiri
anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan bayi didalam
jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakan
kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1
jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
Evaluasi
46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama paska persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua paska persalinan
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2
jam pertama paska persalinan
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal
50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan
bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu
tubuh normal (36,5-37,5 0C)
a. Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi
dan segera merujuk kerumah sakit
b. Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk
c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan
bayi kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi
dengan satu selimut
Kebersihan Dan keamanan
51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi ( 10 menit ), mencuci dan membilas peralatan
setelah didekontaminasi
52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk
memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI,
menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5%
56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%
membalikan bagian sarung tangan dalam ke luar dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang  mengalir
Pendokumentasian
58. Lengkapi patograf
F. Daftar Pustaka Marmi. 2012. INTRANATAL CARE Asuhan Kebidanan Pada
Persalinan. Yogyakata: Pustaka Pelajar
Rohani. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta:
Salemba Medika
Saadong Djuhadiah. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal:
Makassar

Anda mungkin juga menyukai