Anda di halaman 1dari 7

KOMPARASI KEBIJAKAN PERGURUAN TINNGI

“PENERIMAAN MAHASISWA BARU”


Oleh: Muhammad WRTI Tabtila
(Pascasarjana PTIQ Manajemen Pendidikan Islam 2022)

PENDAHULUAN
Mahasiswa merupakan aset besar jangka panjang untuk sebuah perguruan tinggi. Maka dari
itu, PT akan menyeleksi siswa berkompeten sesuai dengan kebutuhan dan bisa memajukan PT ke
arah yang lebih baik. Dalam melakukan proses rekrutmen mahasiswa, PT tentu mempunyai
kriteria tersendiri yang harus dipenuhi. Apabila PT melakukan salah langkah dalam merekrut
mahasiswa, akan berakibat buruk bagi PT di masa yang akan datang.

PEMBAHASAN
Proses rekrutmen mahasiswa dapat dilihat dari beberapa hal, seperti karakter calon peserta,
latar belakang pendidikan, skill yang dimiliki, serta kecerdasan intelektual. Rekrutmen
adalah proses penarikan sekelompok kandidat untuk mengisi posisi atau jabatan yang kosong pada
suatu perusahaan atau organisasi. Perekrutan ini akan memikat calon tenaga kerja yang kompeten
untuk melamar pekerjaan tersebut.
Dalam penerimaan mahasiswa baru, calon mahasiswa akan melewati beberapa tahapan
pendaftaran hingga pengumuman hasil penyaringan. Sebelum melewati tahapan tersebut, calon
mahasiswa harus mengetahui persyaratan awal yang ditentukan oleh perguruan tinggi yang dituju.
Tahapan dalam penerimaan mahasiswa baru adalah :
1. Persyaratan awal
Persyaratan yang harus diketahui misalnya persyaratan tidak buta warna pada jurusan
teknik yang biasanya dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan tidak buta warna,
atau persyaratan penjurusan, jurusan mana saja yang dapat di tempuh oleh siswa dari jurusan
IPA, IPS, Bahasa atau semuanya bisa mengikuti.
2. Pendaftaran
Untuk SNMPTN atau PMDK bagi swasta pendaftaran dilakukan melalui undangan ke
SMA/SMK/MA yang telah berpartner dengan perguruan tinggi tersebut, sistem ini juga
berlaku untuk siswa bidik misi, secara online dapat diakses di http://snmptn.ac.id. Untuk
peserta SBMPTN biasanya dilakukan secara online baik bagi PTN maupun PTS, bidikmisi
SBMPTN juga dapat diakses secara online. Setelah membuka website tersebut masukkan
nama dan tanggal lahir, kemudian tanda bukti pendaftaran awal dicetak dan dibawa ke
bank yang ditunjuk dengan membawa uang yang dipersyaratkan. Setelah proses selesai,
maka calon mahasiswa mendapatkan KAP dan PIN untuk pendaftaran online. KAP dan PIN
tersebut digunakan untuk login kembali pada alamat pendaftaran, kemudian mengisi data
secara lengkap dan benar serta memilih PTN yang dituju. Terakhir, bukti pendaftaran dapat
dicetak (berupa tanda peserta SBMPTN) dan dibawa ketika ujian berlangsung. Untuk peserta
jalur mandiri pendaftaran juga dilakukan secara online melalui website masing-masing
perguruan tinggi yang dituju. Hal yang perlu dicermati adalah jadwal seleksi, biaya dan cara
pembayarannya serta hasil seleksi.
3. Proses Seleksi
Penyeleksian penerimaan mahasiswa baru memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan
perguruan tinggi yang dituju. Untuk penyeleksian PMDK atau SNMPTN tidak dilakukan
ujian tertulis tetapi berdasarkan seleksi administrasi kelengkapan berkas dan prasyarat yang
kemudian diseleksi oleh fakultas masing-masing dan ditetapkan dalam forum rapat pimpinan
peserta yang lulus SNMPTN atau PMDK.
Peserta SBMPTN dan Jalur mandiri harus melalui tahap ujian tertulis, dalam tahapan ini
peserta harus memilih sesuai jurusan IPA, IPS atau IPC pada tahap pendaftaran dan
mengetahui jadwal dan ruang penyeleksian. Penetapan lolos tidak nya peserta penyeleksian
ini didasarkan dari nilai yang diperoleh oleh peserta, apakah telah memenuhi rate sesuai
dengan kuota yang disediakan tiap jurusan. Pada penentuan jurusan ada dua pilihan jurusan
dan universitas sehingga ketika peserta tidak lolos pada grade pilihan pertama maka peserta
akan secara otomatis di seleksi pada pilihan kedua.
4. Pengumuman
Pengumuman hasil seleksi dapat dibuka pada web http://pengumuman.snmptn.ac.id atau
http://pengumuman.sbmptn.ac.id atau pada website universitas masing-masing (untuk jalur
mandiri). Yang perlu diperhatikan adalah tanggal pengumuman seleksi serta KAP dan PIN.
KAP dan PIN tersebut digunakan untuk dapat mengakses pengumuman.
5. Pendaftaran Ulang
Setelah calon mahasiswa dinyatakan lolos mereka harus segera melakukan validasi dengan
melakukan registrasi awal dan akhir pada website atau perguruan tinggi yang dituju sebagai
tanda bahwa calon mahasiswa masuk pada jurusan yang dipilih sesuai seleksi. Biasanya
tahap seleksi ini harus sesuai jadwal tidak boleh terlambat, karena keterlambatan dianggap
tidak mengambil hasil seleksi.1
Tahapan-tahapan diatas akan dilewati oleh calon mahasiswa sebagai prosedur penerimaan
mahasiswa baru. Tahapan tersebut sebagai validasi calon mahasiswa untuk mendapatkan bangku
kuliah pada jurusan dan perguruan tinggi yang dituju karena tingginya animo masyarakat untuk
kuliah pada perguruan tinggi tertentu, sehingga proses ini dilakukan sebagai proses seleksi dan
penyaringan serta pemenuhan kuota pada perguruan tinggi favorit.
Seleksi masuk perguruan tinggi negeri secara terpadu dan serentak sudah dimulai tahun
1976. Awalnya bernama SKALU kemudian berkembang menjadi SKASU dan berubah lagi
menjadi SIPENMARU dan UMPTN. Pada masa Reformasi, sistem seleksi itu berganti nama
menjadi SPMB, kemudian SNMPTN dan SBMPTN.
Penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri secara terpadu menggunakan tiga
seleksi, yakni Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), dan Seleksi Mandiri. SBMPTN menggunakan ujian
tertulis untuk menyaring calon mahasiswa, sementara SMNPTN menyaring calon mahasiswa
berprestasi secara akademik menggunakan nilai rapor SMA dan prestasi lainnya yang
berhubungan dengan program studi yang dipilih. Adapun seleksi mandiri diatur oleh masing-
masing PTN.
Sistem seleksi penerimaan mahasiswa PTN secara serentak mulai dikembangkan pada tahun
1976. Sebelumnya, setiap PTN mengembangkan sistem penerimaan mahasiswa barunya masing-

1
E. N. Jannah, D. K. Bayturrohman, and E. Kurniawan, “Pengembangan Aplikasi Penerimaan
Mahasiswa Baru Berbasis Android Dilengkapi dengan Fitur Push Notification,” J. Nas. Tek. Elektro dan
Teknol. Inf., vol. 6, no. 4, pp. 410–415, 2018.
masing. Sistem seperti ini dinilai tidak efisien seiring terus bertambahnya peserta ujian masuk
PTN.2
1. SKALU
Sistem seleksi penerimaan mahasiswa secara terpadu pertama kali disebut Sekretariat Kerja
Sama Antar-Lima Universitas (SKALU). Seleksi ini diadakan secara serentak oleh lima
perguruan tinggi negeri pada tahun 1976. Kelima PTN ini merupakan lima PTN paling
diminati (favorit) oleh para calon mahasiswa kala itu, yakni Universitas Indonesia (UI),
Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada
(UGM), dan Universitas Airlangga (UNAIR). Dengan sistem ujian masuk secara serentak
ini, para calon mahasiswa tidak lagi harus melakukan perjalanan jauh untuk menempuh
beberapa ujian masuk perguruan tinggi negeri favorit pilihannya. Sistem ini memudahkan
mahasiswa daerah yang ingin mencoba seleksi masuk universitas dari luar daerahnya. Calon
mahasiswa yang tinggal di Bandung, misalnya, tak mesti berangkat ke Surabaya untuk ikut
tes masuk UNAIR. Tahun 1977, sistem SKALU diperbaiki dengan mewajibkan calon
mahasiswa untuk membuat pilihan jurusan atau program studi. Dua tahun kemudian (1979),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) menyempurnakan sistem penerimaan
mahasiswa dengan nama Proyek Perintis yang terbagi dalam empat kategori.Kategori
pertama diberi nama Proyek Perintis I. Proyek tersebut merupakan ujian tertulis yang
melibatkan 10 perguruan tinggi atau lebih dikenal dengan nama Sekretariat Kerja Sama
Antar-Sepuluh Universitas (SKASU). Kesepuluh PTN itu adalah UI Jakarta, IPB Bogor, ITB
Bandung, UGM Yogyakarta, UNAIR Surabaya, UNPAD Bandung, UNDIP Semarang,
UNIBRAW Malang, ITS Surabaya, dan UNSU Medan. Dalam sistem ini, mahasiswa
diizinkan memilih tiga program studi di tiga perguruan tinggi.Selain menggunakan jalur
SKASU, empat PTN yakni IPB, UI, ITB, dan UGM menyelenggarakan penerimaan
mahasiswa baru tanpa ujian yang dikenal dengan nama Proyek Perintis II. Siswa yang
diterima dalam proyek ini adalah mereka yang terpandai di sekolahnya. Mereka diterima
tanpa tes melalui penelusuran prestasinya selama di sekolah tertentu.Sebanyak 23 perguruan
tinggi negeri lainnya di luar 10 PTN, SKASU, mengembangkan sistem seleksi yang mirip
Proyek Perintis I dengan nama Proyek Perintis III. Pada saat yang sama, 10 Institut Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (IKIP) mengembangkan sistem penerimaan mahasiswa barunya
dengan nama Proyek Perintis IV. Sistem seleksi PTN yang terbagi dalam empat proyek
perintis itu bertahan selama lima tahun dan berakhir pada tahun 1983.
2. Sipenmaru
Tahun 1983, Departemen Pendidikan dan kebudayaan memutuskan mengadopsi sistem
Proyek Perintis I dan II secara nasional dengan menghapus Proyek Perintis III dan IV. Sistem
baru ini dikenal sebagai Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru), sedangkan sistem
penerimaan tanpa ujian dikenal dengan nama Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK).
Sistem ini melibatkan seluruh PTN untuk melaksanakan ujian secara serentak dan terpadu.
Sedangkan metode penerimaan nonujian juga tetap berjalan. Bedanya, jika di Proyek Perintis
II PMDK hanya berlaku bagi pelajar terpandai di sekolah terpilih, sejak tahun 1983
cakupannya diperluas menjadi untuk semua siswa dan sekolah di Indonesia. Metode PMDK
ini memberikan kesempatan bagi para calon mahasiswa untuk dapat masuk ke dalam PTN
yang dituju berdasarkan minat dan tingkat kemampuan. Minat dan kemampuan tersebut
diukur dari nilai rapor dan prestasi mereka. Meski demikian, pada saat itu hanya beberapa

2
R. Yunida et al., “Sistem Informasi Seleksi Penerimaan Beasiswa Ptn Siswa / I,” vol. 6, no. 2, pp.
24–34, 2018
perguruan tinggi saja yang memberlakukan jalur masuk PMDK. Peserta ujian Sipenmaru
mempunyai lima pilihan studi dalam seleksi penerimaannya. Kelima pilihan itu tersebar
dalam dua pilihan untuk jurusan IPA, dua pilihan untuk jurusan IPS/Bahasa, dan universitas
terbuka. Sipenmaru hanya bertahan selama enam tahun dan berubah nama menjadi Ujian
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada 1989.
3. UMPTN
Sistem yang mengantikan Sipenmaru ini mulai dilaksanakan pada tahun 1989, bersamaan
dengan dihapusnya PMDK di hampir semua PTN. Sistem ujian tertulis serentak masih sama
dengan sistem sebelumnya. Perubahan terjadi pada Kelompok Ujian masuk di
UMPTN yang terbagi menjadi tiga, yakni Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS), dan Ilmu Pengetahuan Campuran (IPC) berdasarkan program studi yang
dipilih.
Pelaksanaan ujian dikoordinasikan dalam rayon-rayon, yaitu Rayon A meliputi PTN di
wilayah Sumatera, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Rayon B meliputi PTN
di wilayah Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan
Kalimantan Timur. Sedangkan, Rayon C meliputi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara,
Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Sistem penerimaan mahasiswa baru PTN itu bertahan
selama tiga belas tahun, yakni hingga 2001, menyusul keluarnya Surat Keputusan (SK)
Mendiknas Nomor 173/U/2001 tanggal 1 November 2001, yang mencabut ketentuan yang
mengatur tentang UMPTN. Melalui SK ini, Mendiknas lalu memberikan kewenangan dan
tanggung jawab pelaksanaan seleksi penerimaan mahasiswa baru kepada pimpinan PTN
masing-masing. Mulai tahun 2002, Paguyuban 45 rektor PTN se-Indonesia sepakat tetap
melaksanakan seleksi masuk secara bersama-sama. Untuk itu, mereka mengganti nama
UMPTN menjadi Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) meski mekanisme
pelaksanaannya tetap menggunakan pola UMPTN. SPMB dikelola oleh Perhimpunan
SPMB, sebuah badan hukum independen.Dalam perjalanannya, uang hasil seleksi
mahasiswa yang diterima dan dikelola Perhimpunan SPMB menuai polemik. Di satu sisi,
Perhimpunan SPMB adalah badan hukum independen sehingga dana yang diterima
bukanlah penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Di sisi lain, sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan RI Nomor 115/KMIK.06/2001 tentang Tata Cara Penggunaan PNBP
pada PTN, biaya seleksi ujian masuk PTN itu masuk dalam PNBP.
Polemik itu mendorong 41 perguruan tinggi negeri memutuskan keluar dari
keikutsertaannya sebagai anggota Perhimpunan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.
Keputusan tersebut diambil karena ada ketidakcocokan antara sejumlah rektor perguruan
tinggi negeri (PTN) Perhimpunan SPMB mengenai pengelolaan keuangan dari pendaftaran
calon mahasiswa baru. Sistem SPMB dengan menggunakan pola UMPTN itu berakhir tahun
2008 dan berganti nama menjadi SMNPTN.
Sistem seleksi SPMB berubah menjadi Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN). SNMPTN yang mulai dilaksanakan tahun 2008 ini lahir dari kritik
sejumlah PTN soal pengelolaan keuangan dalam proses seleksi penerimaan mahasiswa baru
(SPMB). Sistem baru itu berhasil meredam polemik terkait pengelolaan hasil seleksi
mahasiswa. SNMPTN ditangani oleh para rektor dari masing-masing perguruan tinggi. Uang
pendaftaran untuk seleksi masuk calon mahasiswa baru PTN itu masuk ke kas negara sebagai
pendapatan negara bukan pajak. Dalam perkembangannya, sistem SNMPTN disempurnakan
dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2010
tentang Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi yang
Diselenggarakan Pemerintah. Dalam peraturan itu disebutkan keharusan bagi PTN
menerima mahasiswa baru lewat seleksi nasional minimal 60 persen dan jalur mandiri
maksimal 40 persen. Bahkan, di Pasal 6 diatur, pola penerimaan mahasiswa baru secara
mandiri dilaksanakan setelah pelaksanaan pola penerimaan mahasiswa baru secara nasional.
Pada tahun 2011, SNMPTN menerapkan perubahan dengan dua jalur penerimaan mahasiswa
baru. Jalur pertama secara seleksi tes tertulis dan jalur kedua secara undangan. Undangan
khusus diberikan pada lulusan terbaik di SMA atau SLTA tertentu untuk mengikuti ujian
secara terpisah. Pendaftaran jalur undangan dilakukan dengan melibatkan sekolah dan siswa,
sementara jalur tes tertulis dilakukan individu tanpa melibatkan sekolah. Tahun 2013,
SNMPTN kembali direvisi menjadi jalur undangan yang dulunya bernama Penelusuran
Minat dan Kemampuan (PMDK). Sementara, seleksi tertulis yang sebelumnya bernama
SNMPTN dinamakan Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN). Pendaftaran SBMPTN pun
dilakukan secara daring yang dilakukan oleh individu dengan pilihan kelompok IPA, IPS,
dan IPC. SMNPTN 2013 mengalami perubahan kuota dalam penerimaan mahasiswa baru,
yakni 50 persen jatah kursi PTN diisi melalui SNMPTN atau jalur undangan dan 30 persen
melalui SBMPTN atau ujian tertulis. Sisanya, 20 persen seleksi mandiri diserahkan PTN
untuk menentukan sendiri sistem dan seleksi penerimaan mahasiswa barunya. Pada
SBMPTN 2013, untuk kelompok ujian Saintek (IPA), siswa dapat memilih tiga program
studi sains dan teknologi. Bagi kelompok ujian Soshum (IPS), siswa bisa memilih tiga
program studi sosial dan humaniora. Adapun kelompok ujian Campuran (IPC) dapat
memilih program studi campuran dari kedua kelompok itu. Sistem ini berakhir Tahun 2016
bersamaan dengan berakhirnya Pemerintahan Presiden SBY-Budiono dan digantikan
dengan Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Oktober 2016.
4. SBMPTN 2017
Setelah dibentuk kementerian baru oleh Pemerintahan Jokowi-JK, seleksi penerimaan
mahasiswa baru selanjutnya di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi, bukan lagi Kemendikbud. Kemendikbud menangani pendidikan dasar dan menengah
(SD-SLTA), sementara perguruan tinggi ditangani kementerian baru. Selanjutnya, melalui
Peraturan Menristek dan Dikti Nomor 126 Tahun 2016 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru
Program Sarjana pada PTN, penerimaan mahasiswa diatur dengan tiga jalur. Pertama, jalur
SNMPTN, seleksi berdasarkan penelusuran prestasi akademik calon mahasiswa. Kedua,
jalur SBMPTN, yaitu seleksi berdasarkan hasil ujian tertulis dengan metode cetak (paper
based testing) atau komputer (computer based testing) atau kombinasi hasil ujian tertulis dan
ujian keterampilan calon mahasiswa. Ketiga, seleksi mandiri, yaitu seleksi yang diatur dan
ditetapkan oleh masing-masing PTN. Peraturan tersebut juga mengatur alokasi daya
tampung tiap jalur, yakni SNMPTN dan SBMPTN paling sedikit 30 persen dari daya
tampung program studi, dan seleksi mandiri paling banyak 30 persen dari daya tampung
program studi. Peraturan itu juga mengatur, penerimaan mahasiswa baru jalur SNMPTN bisa
dilakukan sebelum ujian sekolah atau ujian nasional. Adapun pelaksanaan SBMPTN yang
berdasarkan ujian tertulis atau kombinasi hasil ujian tertulis dan ujian keterampilan
dilaksanakan setelah ujian akhir sekolah atau ujian nasional. Sedangkan ujian seleksi mandiri
harus dilakukan setelah ujian SBMPTN dan dapat menggunakan nilai tes SBMPTN yang
difasilitasi oleh panitia pusat. Kementerian Ristek dan Dikti mencatat, penerimaan
mahasiswa baru lewat jalur SBMPTN dalam terus meningkat. Tahun 2015, jumlah
mahasiswa yang diterima lewat jalur tertulis (SBMPTN) sebanyak 115.788 orang dan pada
2016 sebanyak 126.804 orang. Tahun 2017, sebanyak 148.066 mahasiswa baru diterima di
85 perguruan tinggi negeri lewat jalur tes tertulis (SBMPTN). Mahasiswa yang diterima
tersebut mencapai 14,36 persen dari total pendaftar sebanyak 797.738 orang. Mereka yang
lulus seleksi itu menyusul 101.906 siswa yang lebih dulu dinyatakan diterima melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2017.
5. SBMPTN 2018
Tahun 2018, sistem seleksi masih tetap mengacu pada mekanisme sebelumnya dengan
sedikit perubahan. Jalur penerimaan mahasiswa baru di PTN (SNMPTN) tahun 2018
dilakukan berdasarkan hasil penelusuran prestasi akademik siswa yang bersumber dari
Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Sedangkan jalur SBMPTN dilakukan
berdasarkan hasil ujian tertulis dengan metode Ujian Tulis Berbasis Cetak (UTBC) atau
Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), atau kombinasi hasil ujian tulis dan ujian
keterampilan calon mahasiswa. Adapun seleksi mandiri diatur dan ditetapkan oleh masing-
masing PTN dan dapat memanfaatkan nilai hasil SBMPTN.Dari sisi alokasi daya tampung
tiap prodi PTN, jalur SNMPTN dan SBMPTN paling sedikit 30 persen sedangkan jalur
seleksi mandiri paling banyak 30 persen dari daya tampung. Adapun jumlah peserta
pelaksanaan SBMPTN 2018 yang berdasarkan ujian berbentuk UTBK ditingkatkan. Model
ujian UTBK ini menjadi embrio model penerimaan mahasiswa baru melalui Pusat Layanan
Tes (Test Center). Sedangkan untuk jalur seleksi mandiri, dilaksanakan sendiri oleh masing-
masing PTN setelah pengumuman SBMPTN. Tahun 2018, SBMPTN diikuti oleh 860.001
peserta atau meningkat 8 persen dibanding tahun sebelumnya. Mereka mengikuti ujian
tertulis baik Tulis Berbasis Cetak (UTBC) dan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).
Peserta ujian berbasis cetak sebanyak 833.820 peserta dan ujian tulis berbasis komputer
sebanyak 26.181 peserta. Hasilnya, sebanyak 165.831 peserta atau 19,28 persen dari total
peserta dinyatakan lulus SBMPTN 2018 yang tersebar di 85 PTN. Penilaian hasil ujian
masuk perguruan tinggi melalui SBMPTN pada tahun 2018 tidak lagi dengan cara
konvensional. Sebelumnya, jawaban benar diberi skor + 4 , jawaban salah diberi nilai -1, dan
tidak menjawab diberi skor nol.Sistem penilaian tahun 2018 menggunakan penilaian tiga
tahap. Tahap pertama, seluruh jawaban peserta SBMPTN 2018 akan diproses dengan
memberi skor 1 (satu) pada setiap jawaban yang benar, dan skor 0 (nol) untuk setiap jawaban
yang salah atau tidak dijawab/kosong. Tahap berikutnya dengan menggunakan pendekatan
Teori Respons Butir (Item Response Theory), yakni setiap soal akan dianalisis
karakteristiknya, di antaranya adalah tingkat kesulitan relatifnya terhadap soal yang lain
dengan mendasarkan pada pola respons jawaban seluruh peserta tes. Dengan menggunakan
permodelan matematika, dapat diketahui tingkat kesulitan soal-soal yang dikategorikan
mudah, sedang, maupun sulit. Tahap terakhir, karakteristik soal yang diperoleh pada Tahap
II, kemudian digunakan untuk menghitung skor setiap peserta. Soal-soal sulit akan
mendapatkan bobot yang lebih tinggi dibanding soal-soal yang lebih mudah. Tahap-tahap
penghitungan skor ini dilakukan oleh tim yang memiliki kompetensi di bidang pengujian,
pengukuran, dan penilaian.
6. SBMPTN 2019
Berdasarkan Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Permenristekdikti) Nomor 60 Tahun 2018, kuota SBMPTN diperbesar dari semula 30
persen menjadi 40 persen, sementara kuota SNMPTN dikurangi dari 30 persen menjadi 20
persen dari daya tampung tiap prodi. Adapun sisanya adalah jalur mandiri yang menjadi
kewenangan masing-masing perguruan tinggi kuotanya tetap, yakni 30 persen.
Penerimaan mahasiswa mulai tahun 2019 tidak lagi menggunakan ujian tulis berbasis
kertas dan komputer yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Tes tertulis dilakukan
lewat ujian tulis berbasis komputer (UTBK) yang dapat diikuti calon mahasiswa kapan saja
selama periode ujian, maksimal dua kali tes. Penyelenggara UTBK dilakukan oleh Lembaga
Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) yang merupakan lembaga nirlaba penyelenggara tes
masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) bagi calon mahasiswa baru. Jadwal tes UTBK
dilaksanakan 24 kali pada hari Sabtu dan Minggu. Peserta yang bisa mengikuti tes adalah
lulusan 2017-2019. Setiap peserta dapat mengikuti tes maksimal dua kali dan setiap
mengikuti tes peserta dikenakan biaya 200.000 rupiah. Siswa SMA/SMK yang belum lulus
tahun 2019 juga bisa mengikuti tes UTBK sehingga mereka sudah mempunyai skor untuk
ikut seleksi. UTBK menggunakan dua materi tes, yakni tes pontensi akademik dan tes
kompetensi akademik. Peserta dapat menggunakan nilai tertingginya untuk mendaftarkan
program studi yang diinginkan pada dua kali kesempatan UTBK. Berdasarkan nilai UTBK
itu kemudian calon mahasiswa mendaftar ke Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN) di 85 perguruan tinggi negeri di Tanah Air. Berdasarkan data
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek dan Dikti), peserta UTBK
2019 sebanyak 877.853 orang, 714.652 orang di antaranya mendaftar SBMPTN. Mereka
yang lulus SBMPTN 2019 berjumlah 168.742, tersebar di 85 PTN. SBMPTN berbasis
UTBK itu dinilai efisien. Selain para peserta mendapat nilai UTBK lebih dulu sehingga
mereka bisa menakar kemampuan, SBMPTN ini membuat tak ada keramaian yang memicu
kemacetan dan kesibukan di setiap PTN. Selain itu, metode ini juga mencegah kecurangan.
7. SBMPTN 2020
Penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri 2020 dilaksanakan
berdasarkan Permendikbud Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru
Program Sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri. Aturan yang ditetapkan oleh Mendikbud
Nadiem Makarim pada 24 Januari 2020 tersebut mengatur tiga jalur penerimaan mahasiswa
baru sarjana PTN, yakni seleksi nasional, seleksi bersama, dan jalur lainnya. Seleksi
Nasional Masuk PT (SNMPTN) dilakukan berdasarkan hasil penelurusan prestasi akademik,
nonakademik, dan/atau portofolio calon mahasiswa. Seleksi Bersama Masuk PNT
(SBMPTN) dilakukan berdasarkan hasil UTBK dan dapat ditambah dengan kriteria lain
sesuai dengan talenta khusus yang ditetapkan PTN yang bersangkutan. Sedangkan seleksi
lainnya dilakukan berdasarkan seleksi dan tata cara yang ditetapkan oleh masing-masing
pemimpin PT. Perbedaan penerimaan mahasiswa baru tahun 2020 dengan 2019 terlihat dari
daya tampung yang diatur. Daya tampung penerimaan mahasiswa baru 2020 untuk tiap
program studi pada PTN diatur sebagai berikut. Daya tampung SNMPTN ditetapkan paling
sedikit 20 persen. Daya tampung SBMPTN selain PTN badan hukum ditetapkan paling
sedikit 40 persen. Daya tampung SBMPTN pada PTN badan hukum ditetapkan paling
sedikit 30 persen. Daya tampung seleksi lainnya selain PTN badan hukum ditetapkan paling
banyak 30 persen. Sedangkan daya tampung seleksi lainnya pada PTN badan hukum
ditetapkan paling banyak 50 persen.

PENUTUP
Mengikuti perkembangan penerimaan dan recrutmen mahasiswa baru adalah sesuatu yang
semakin rumit dan kriteria yang semakin tinggi, oleh sebab itu PT bekerja sama dengan banyak
lembaga pendidikan lainnya mulai dari pemerintahan hingga lembaga teknologi untuk membantu
kegiatan penerimaan mahasiswa baru yang diadakan setiap tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai