net/publication/309354681
CITATIONS
READS
2
14,982
1 author:
Tjandra Setiadi
Bandung Institute of Technology
222 PUBLICATIONS 1,262 CITATIONS
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Textile Wastewater Treatment by Aerobic Granular Sludge: from Laboratory to Pilot-Scale View project
All content following this page was uploaded by Tjandra Setiadi on 22 October 2016.
Oleh :
Prof. Dr. Tjandra Setiadi
Daftar Isi i
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
PUSTAKA
Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia maupun hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Planet bumi ini hampir 70% luas permukaannya diisi oleh air,
dengan sumber utamanya adalah air laut. Laut dan sumber-sumber air lain di alam ini
merupakan suatu mata rantai yang membentuk siklus yang dikenal sebagai daur
hidrologi (hydrology cycle). Pergerakan air secara alamiah dalam siklus hidrologi ini
dapat dilihat pada Gambar 1.1.
EVAPORASI
LAUT
Gambar 1.1 Daur Hidrologi
Jumlah air yang menguap setiap saat untuk mempertahankan daur hidrologi ini
adalah sekitar 13.000 kilometer kubik dan disebarkan secara merata ke seluruh
atmosfer bumi. Bagian terbesar dari air yang menguap ke udara tersebut berasal dari
air laut dan sisanya berasal dari air di danau, sungai, tanah lembab dan dari
permukaan daun berbagai tumbuhan. Pada kondisi lingkungan yang tepat, uap-uap air
ini dapat terkondensasi sehingga membentuk hujan, salju, embun dan kabut. Sebagian
uap air yang terkondensasi tersebut sewaktu jatuh mengalami penguapan dan kembali
ke atmosfer, sedangkan sisanya jatuh ke tanah, sungai, danau dan laut. Air yang jatuh
ke tanah sebagian mengalir ke sungai dan dikembalikan ke laut, sedangkan sisanya
meresap ke dalam tanah. Air yang menguap dan meninggalkan permukaan bumi
dalam
Bab 1 – 1
Pengolahan dan Penyediaan
siklus hidrologi, akan dikembalikan ke bumi dalam jumlah yang sama. Air yang
bergerak dalam suatu siklus hidrologi akan bersentuhan dengan bahan atau senyawa
lain, sehingga bahan-bahan tersebut terlarut ke dalam air. Jadi pada hakekatnya tidak
ada air yang betul-betul murni.
Komposisi bahan-bahan yang terkandung dalam jenis-jenis air yang telah disebutkan
di atas dapat dilihat pada Tabel 1.1
Bab1- 1-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab1- 1-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab1- 1-
Pengolahan dan Penyediaan
gangguan dalam penggunaan air tersebut. Oksigen, sebagai contoh, dapat diikat
dengan menggunakan sodium sulfit atau hydrazine. Sifat lumpur yang dapat melekat
pada logam peralatan proses dihilangkan dengan penambahan bahan-bahan organik
yang termasuk dalam golongan tanin, lignin atau alginat.
Bab1- 1-
BAB 2
KIMIA AIR
2.1 Pengantar
Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur. Sebuah molekul terbentuk dari
gabungan satu atau berbagai jenis atom. Sebagai contoh dua atom hidrogen digabung
untuk membentuk molekul gas hidrogen.
H + H € H2 (2.1)
Penambahan satu atom oksigen pada satu molekul gas hidrogen tersebut
menghasilkan molekul air.
H2 + O€ H2O (2.2)
Massa relatif suatu unsur didasarkan pada masa karbon -12. Jumlah massa
atom dalam suatu molekul disebut massa molekul (molecular mass). Massa atom
hidrogen adalah 1 dan massa atom oksigen adalah 16, sehingga massa molekul H2O
adalah 18.
Jumlah mol menyatakan perbandingan antara massa suatu zat terhadap massa
atom/ massa molekul zat tersebut. Satu mol zat terlarut dalam air, yang cukup untuk
membuat satu liter larutan disebut larutan satu molar.
Air adalah pelarut yang baik, oleh sebab itu di dalamnya air paling tidak
terlarut sejumlah kecil zat-zat anorganik dan organik. Dengan kata lain, tidak ada air
yang benar-benar murni dan ini menyebabkan dalam setiap analisis air ditemukan zat-
zat lain seperti disajikan pada Tabel 2.1.
Sifat/karakteristik air sangat dipengaruhi oleh zat-zat terlarut tersebut. Dari
Tabel 2.1 terlihat bahwa analisis air selalu dinyatakan dalam bentuk ion-ion. Ion
bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan negatif disebut anion. Sebagai
contoh, jika kristal garam dapur/natrium klorida, NaCl, dilarutkan dalam air, struktur
kristal tersebut akan terurai menjadi ion-ion seperti dinyatakan oleh reaksi berikut :
NaCl Na+ + Cl- (2.3)
Molekul NaCl adalah molekul yang stabil dan secara elektrolit molekul
tersebut bersifat netral. Jika molekul NaCl terlarut dalam air atom Na akan
‘menyerahkan’ sebuah elektronya ke atom klorida, sekaligus keduanya menjadi ion
karena bermuatan. Muatan tersebut yang membedakan ion-ion dari atomnya.
Bab 2 – Kimia 2
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
endapan. Kejadian ini ditunjukkan oleh tanda pada reaksi (2.3) di atas, tanda
tersebut menyatakan bahwa reaksi dapat berlangsung dalam dua arah dan terjadi
kesetimbangan.
(1) dan (2) adalah satuan yang menunjukkan berat masing-masing zat per satuan
volume adalah miligram per liter (mg/1). Part per million (ppm) tetap dipakai
terutama untuk menyatakan konsentrasi gas oksigen dan H2S terlarut. Dari Tabel
2.2 terlihat bahwa mg/1 mempunyai harga yang sama dengan ppm apabila
densitas larutan mempunyai harga 1,0.
(3) milieqivalent per liter (meq/1)
Dari kolom 3 Tabel 2.1 terlihat bahwa masing-masing kation atau anion
mempunyai berat atom atau berat radikal tertentu. Kolom 4 menyatakan berat
ekivalen yang didapat dari berat atom atau berat radikal dibagi dengan berat
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
valensi. Sebagai
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
contoh, natrium/sodium mempunyai valensi satu. Jika valensi ion adalah dua atau
lebih, maka berat ekivalen adalah 1/2, 1/3 dan seterusnya dari berat atom/radikal
tersebut.
Dari Tabel 2.2 terlihat bahwa meq/1 pada masing-masing ion didapat dari mg/l dibagi
dengan berat ekivalen (dari Tabel 2.1).
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
(4) dan (5) ekivalen per million dan grain per gallon jarang dipakai pada laporan
analisis air modern tapi dituliskan sebagai referensi jika ditemui.
(6) Ekivalen CaCO3 masih tetap dipakai pada perhitungan proses pelunakan air (water
softening) dan sebagai satuan standard untuk alkalinitas dan kesadahan
(hardness). Konsentrasi zat A dapat dinyatakan sebagai konsentrasi ekivalen dari
zat B menggunakan persamaan berikut :
(gr / l)A
x (gr / eq)B (gr / l)A dinyatakan sebagai B (2.4)
(gr /
eq)A
Persamaan (2.4) sangat berguna dalam kimia air, karena jumlah padatan terlarut
biasanya dinyatakan sebagai ekivalen CaCO3.
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
Penyelesaian :
(a) 1. Satu ekivalen kalsium karbonat :
[ 40 + 12 + 3(16) ] / 2 = 50 gr/eq = 50 mg/meq
2. Satu ekivalen NaCl :
(23 + 35,5)/1 = 58,5 gr/eq = 58,5 mg/meq
3. Dengan pers (2.4)
117 mg / l
58,5 mg / l x 50 mg/meq = 100 mg/1 NaCl sebagai CaCO3
(b) l. satu mol zat dibagi dengan valensinya sama dengan satu ekivalen (2.10 -3
mol/1) / 1 mol /eq = 2.10-3 eq/1
2. sehingga :
2.10-3 eq/1 x 50 gr/eq = 0,1 gr/l
= 100 mg/l NaCl sebagai CaCO3.
(7) Persen berat dipakai untuk menunjukkan konsentrasi yang tinggi seperti macam-
macam garam yang ditambahkan ke air untuk menaikkan densitas.
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
Lebih dari 45 jenis garam dapat dibentuk dari unsur/senyawa yang tercantum
pada Tabel 2.1. Masing-masing garam tersebut mempunyai sifat fisik dan kimia yang
berbeda-beda. Walaupun demikian, telaahan umum berikut ini akan sangat berguna :
l. Semua garam yang berasal dari Na dan K sangat larut dalam air. Garam-garam
klorida dan sulfat yang dibentuk olehnya bersifat netral, sedangkan garam
bikarbonat, karbonat, dan hidroksida bersifat alkali.
2. Garam klorida dari Ca, Mg, Ba dan Sr larut dalam air tapi ke larutan garam
sulfatnya mengikuti aturan sebagai berikut :
BaSO4 < SrSO4 < CaSO4 < MgSO4
Garam karbonat dan hidroksida dari Ca, Mg, Ba dan Sr semuanya mempunyai
kelarutan dalam air yang rendah dengan Mg(OH)2 mempunyai kelarutan yang
paling kecil pada air netral.
3. Garam klorida dan sulfat dari besi, mangan dan aluminium larut dalam air dan
larutannya bersifat asam. Garam-garam anorganik yang lain yang dibentuk dari
unsur-unsur tersebut (karbon dioksida, hidroksida, sulfida dan lain-lain) mempunyai
kelarutan yang rendah di air tapi larut dalam asam.
2.5 Kesetimbangan
Beberapa zat padat, terutama yang berbentuk kristal terionisasi dengan cepat
dalam air, seperti ditunjukkan pada reaksi di bawah ini :
CaO + H2O € Ca2+ + 2 OH- (2.6)
NaCl + H2O Na+ + Cl- + H2O (2.7)
Dari dua persamaan di atas, air dapat berfungsi sebagai reaktan / zat pereaksi atau
bukan. Jika air tidak berfungsi sebagai reaktan, air dapat diabaikan dalam persamaan.
Pada reaksi :
AxBy xA + yB (2.8)
padatan ionik
Persamaan kesetimbangan untuk reaksi tersebut dinyatakan sebagai berikut :
K = [A]x [B]y / [AxBy] (2.9)
dengan :
K = konstanta kesetimbangan zat-zat tersebut dalam air murni pada suhu tertentu
[A], [B] = konsentrasi A dan B pada saat kesetimbangan
Pada saat kesetimbangan fasa padat tidak berubah, karena laju pelarutan (dissolution)
dan pengendapan (precipitation) sama, sehingga :
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
dalam air. Harga salinitas tinggi pada air garam atau batuan garam (brine).
Salinitas NaCl adalah hal yang serupa, kecuali kandungan klorida ditentukan
dengan analisis yang dinyatakan sebagai NaCl.
5. Padatan Terlarut Total (Total Dissolved Solids / TDS)
TDS menunjukkan jumlah ion terlarut yang disajikan pada analisis air. TDS
ditentukan dengan cara pemanasan secara perlahan-lahan penguapan sejumlah
kecil air sampel (50-100 ml), kemudian sisa garam kering ditimbang. Hasilnya
dinyatakan sebagai mg/1 atau ppm. Jumlah TDS hasil evaporasi ini biasanya lebih
kecil daripada penjumlahan ion-ion yang ditentukan pada analisis, hal ini terjadi
karena adanya zat yang hilang pada saat terjadi evaporasi.
6. Densitas (density)
Densitas adalah berat per satuan volume yang dinyatakan sebagai g/l,
pound/gallon, kg/m, dan lain-lain.
7. Specific Gravity (Sp.Gr.)
Specific Gravity adalah nisbah antara densitas air yang dianalisis terhadap air
murni (tidak ada garam-garam terlarut) pada temperatur tertentu. Karena
merupakan perbandingan maka specific gravity tidak bersatuan. Specific gravity
biasanya diukur dengan hidrometer. Hidrometer dikalibrasi pada suhu 4°C dimana
densitas air murni tepat 1,000 g/l. Jika temperatur air yang dianalisis lebih besar
dari 4°C, temperatur yang terukur dicatat dan specific gravity dilaporkan sebagai :
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
Sampel 1 (satu), air diperoleh dari sumur yang dangkal (kurang dari 35 m) dan
berlumpur. Air tersebut akan dipakai pada sistem pendingin dan sebagai air umpan
boiler pada kilang gas. Kandungan oksigen dan pH air diukur pada saat pengumpulan
sampel. Sampel 1 ditandai dengan air segar, tapi dari inspeksi terhadap hasil analisis
air, air sumur tersebut lebih tepat disebut air payau. Air tidak mengandung ion
hidroksida dan karbonat, alkalinitas hanya disebabkan oleh adanya 165 mg/1
bikarbonat dan jika dinyatakan sebagai CaCO3.
Alkalinitas total sebagai CaCO3 = 165 x (50/61) = 135 mg/l. Untuk
perhitungan ini, konsentrasi bikarbonat diambil dari analisis air dan berat ekivalen
bikarbonat didapat dari Tabel 2.1.
Kesadahan dihitung untuk menentukan kapasitas pelunakan air yang
dibutuhkan jika air dipakai sebagai air umpan boiler. Kesadahan total sebagai CaCO3 :
= Ca2+ + Mg2+
= (101 x 50/20) + (28 x 50/12,2)
= 368 mg/1 sebagai CaCO3
Bab 2 – Kimia 2-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 2 – Kimia 2-
BAB 3
ZAT PENGOTOR DALAM AIR
KOMPONEN/
RUMUS KIMIA EFEK CARA PENGOLAHAN
SENYAWA
1. Turbidity Tidak ada - Air menjadi keruh - Koagulasi, pengendapan dan filtrasi
- Membentuk deposit pada pipa-pipa , alat-
lat, ketel dan lain-lain
2. Warna Tidak ada - Timbul buih dalam ketel - Koagulasi, filtrasi, klorinasi, adsorpsi
- Menghambat proses pengendapan pada dengan karbon aktif
penghilangan besi dan hot phosphate
softening
3. Hardness (kesadahan) Kalsium dan magnesium - Membentuk scale/kerak pada sistem - Pelunakan
yang dinyatakan dalam penukar pans, ketel, pipa - Distilasi
CaCO3 - Menghambat daya cuci dengan sabun - Pengolahan internal
4. Alkalinity (alkalinity) - Bikarbonat (H2CO3) - Timbul buih dan carry over, (lolosnya) - Pelunakan dengan kapur dan kapur
- Karbonat (CO3) padatan ke dalam uap panas soda
- Hidroksida (OH) mengakibatkan karatan pada pipa ketel - Demineralisasi
- dinyatakan sebagai CaCO3 - Bikarbonat dan karbonat menghasilkan - Penambahan asam
CO2 dalam uap panas, sehingga bersifat - Dealkilasi dengan penukar ion
korosif - Distilasi
5. Asam mineral bebas H2SO4, HCl, dan - Korosif - Netralisasi dengan alkali
sebagainya, dinyatakan
KOMPONEN/
RUMUS KIMIA EFEK CARA PENGOLAHAN
SENYAWA
7. pH Konsentrasi ion hidrogen - Perubahan pH dipengaruhi oleh keasaman - pH dapat dinaikkan dengan penambahan
pH = - log (H+) atau kebasaan dalam air. Air alam alkali dan sebaliknya dengan asam
biasanya pH 6-8
8. Sulfate SO42- - Menaikkan kandungan padatan dalam air - Demineralisasi
- Bereaksi dengan Ca membentuk CaSO4 - Distilasi
11. Silika SiO2 - Terbentuk kerak pada ketel dan sudu-sudu - Penghilanga secara proses panas dengan
turbin n garam Mg
- Demineralisasi
- Distilasi
12. Besi - Terbentuk deposit pada pipa-pipa dan - Aerasi
Fe2+
boiler - Koagulasi dan filtrasi
Fe3+ - Pelunakan kapur
- Penukar kation
14. Minyak Dinyatakan sebagai oil atau - Terbentuk kerak, lumpur dan buih dalam - Baffle separator
chloroform extracticible ketel - Stainers
matter - Koagulasi dan filtrasi dengan diatomaceous
earth
15. Oksigen O2 - Korosi - Deaerasi
- Sodium sulfite
- Hydrazine
- Zat pencegah korosi
16. Hidrogen sulfida H2S - Bau telur busuk - Aerasi
- Korosi - Klorinasi
- Penukar kation berbasa tinggi
17. Amoniak NH3 - Korosi pada tembaga dan seng - Penukar kation dengan zeolite hidrogen
- Klorinasi
- Deaerasi
18. Konduktifitas Dinyatakan dalam - Konduktifitas tinggi maka sifat korosi - Demineralisasi
micromhos, konduktansi makin tinggi - Pelunakan kapur, dsb
spesifik
19. Padatan larutan Tidak ada - Padatan terlarut menunjukkan jumlah zat- - Pelunakan kapur
zat terlarut - Penukar kation dengan zeolite hidrogen
- Menyebabkan buih - Demineralisasi
- Distilasi
20. Padatan tersuspensi Tidak ada - Menyebabkan deposit - Pengendapan
- Filtrasi dan koagulasi
21. Padatan total Tidak ada - Padatan total adalah padatan tersuspensi - Sama dengan 19 dan 20
3
3.2.1 Kesadahan
Kesukaran pembentukan busa oleh sabun dalam air merupakan indikasi
kesadahan air. Kesadahan air terutama diakibatkan oleh adanya ion-ion kalsium dan
magnesium. Sabun dalam air bereaksi lebih dulu dengan ion-ion ini sebelum dapat
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan air. Senyawa kalsium, magnesium
dan senyawa lain yang bereaksi dengan sabun, mempunyai ukuran yang disebut
kesadahan total (total hardness).
Kesadahan total dari sudut kationnya merupakan jumlah kesadahan kalsium
dan kesadahan magnesium, atau :
TH CaH + MgH (3.1)
kesadahan total dari sudut anionnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kesadahan
karbonat atau kesadahan sementara dan kesadahan non-karbonat atau kesadahan tetap,
sehingga dapat dituliskan sebagai berikut :
TH KH + NH (3.2)
dengan :
TH : Kesadahan Total
CaH : Kesadahan Kalsium = Kadar Ca2+
MgH : Kesadahan Magnesium = Kadar Mg2+
KH : Kesadahan Karbonat = Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2
NH : Kesadahan non-Karbonat = CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2, dsb.
Satuan yang dipakai untuk menyatakan kesadahan, adalah sebagai berikut :
- milival (mval) = miligram equivalent perliter
- mg/l = ppm sebagai CaCO3
- d
o
= Derajat kesadahan Jerman
= 5,6 mg CaO/liter
Hubungan antara satuan-satuan tersebut adalah sebagai
berikut : 1 mval = 50 mg/l sebagai CaCO3 = 2,8 °d
Kerugian yang dapat timbul akibat adanya kesadahan dalam air industri
diantaranya adalah pembentukan kerak dalam ketel dan sistem pendingin, selain itu
pemakaian sabun akan meningkat bila kesadahan terdapat dalam air pencuci.
didefinisikan sebagai ukuran dari kapasitas air untuk menetralkan asam. Alkalinitas
dalam air ada tiga jenis yaitu: alkalinitas hidroksida (OH-alkalinity), alkalinitas
karbonat (CO3-alkalinity) dan alkalinitas bikarbonat (HCO 3-alkalinity). Penentuan
alkalinitas dilakukan dengan titrasi menggunakan larutan HCI. Penetralan yang
dilakukan dengan indikator phenolphthalein, menghasilkan alkalinitas-P, sedangkan
bila digunakan indikator metil jingga akan dihasilkan alkalinitas-M. Reaksi yang
terjadi pada alkalinitas P dan M adalah sebagai berikut :
Alkalinitas-P, pH = 8,3
OH- + H+ <==> H2O (3.3)
CO3 + H+ <==> HCO3 (3.4)
Alkalinitas-M, pH = 4, 5
HCO3- + H+ <==> H2CO3 (3.5)
Ketiga jenis senyawa yang menyebabkan alkalinitas tersebut tidak dapat hadir
bersama-sama dalam air. sehingga hanya ada lima kemungkinan terdapatnya senyawa
penyebab alkalinitas, yaitu :
1. Hanya senyawa hidroksida (OH)
2. Hanya senyawa karbonat (CO32-)
3. Hanya senyawa bikarbonat (HCO3- )
4. CO32- dan HCO3-
5. OH- dan CO32-
Kemungkinan-kemungkinan di atas dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel
tersebut juga memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara alkalinitas dengan
kesadahan. Menaikkan alkalinitas berarti menaikkan kesadahan karbonat dan
mengurangi kesadahan non-karbonat. Air baku pada umumnya hanya mengandung
alkalinitas-M saja (hanya mengandung HCO3 saja) dengan pH sekitar 7. Alkalinitas
yang cukup tinggi diperlukan pada air umpan ketel untuk mencegah korosi, akan
tetapi kadar OH yang terlalu tinggi dapat menimbulkan "kerapuhan kaustik" (Caustic
Embrittlement).
Tabel 3.2 Alkalinitas dan hubungannya dengan kesadahan
M-alk & P-alk OH-alk CO3- alk HCO3-alk Total-alk
P = nil nil nil M M
2P < M nil 2P M-2P M
2P = M nil 2P nil M
2P > M 2P-M 2 (M-P) nil M
P=M M nil nil M
Bab 4 – Pengolahan 4
Pengolahan dan Penyediaan
Aeration
Group A
Process
Sedimentasi Clarification Lime Softening (cold) Lime Softening (hot)
Cooling Fire
Protection Paper
Filtration
Group B
Process
Mangeneee Zeolite Adsorption
Group C
Clear Water, Paper, Cooling, Rinsing, Potable, Beverage
Process (to end)
Almost Exclusive for low and medium pressure boilers Reverse Osmosis
Dealkalizer Degasification
Low and Medium Pressure Boilers Demineralization Processes
Ultra Filtration
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
4.1.1.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan/mengendapkan
zat-zat padat atau suspensi non-koloidal dalam air. Pengendapan dapat dilakukan
dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Cara yang sederhana adalah dengan
membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya. Setelah partikel-partikel
mengendap, maka air yang jernih dapat dipisahkan dari padatan yang semula
tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang lebih cepat adalah dengan melewatkan air
pada sebuah bak dengan kecepatan tertentu sehingga padatannya terpisah dari aliran
air dan jatuh ke dalam bak pengendap tersebut. Kecepatan pengendapan partikel-
partikel yang terdapat di dalam air bergantung kepada berat jenis, bentuk dan ukuran
partikel, viskositas air dan kecepatan aliran dalam bak pengendap. Hubungan ukuran
partikel dengan waktu pengendapan ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Waktu pengendapan untuk berbagai ukuran/diameter partikel
Diameter partikel Waktu pengendapan
Nama Partikel
(mm) pada ketinggian 1 ft
10 kerikil 0,3 detik
1 pasir kasar 3 detik
0,1 pasir halus 38 detik
0,01 lumpur 33 menit
0,001 bakteri 35 jam
0,0001 partikel tanah liat 230 hari
0,00001 partikel koloid 63 tahun
Alat sedimentasi terdiri atas dua jenis, yaitu jenis bak pengendap segi empat
(rectangular) seperti terlihat pada Gambar 4.2, dan jenis lingkaran (circular) seperti
terlihat pada Gambar 4.3. Jenis segi empat biasanya digunakan untuk laju alir air yang
besar, karena pengendaliannya dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan keuntungan
alat sedimentasi jenis lingkaran yaitu memiliki mekanisme pemisahan lumpur yang
sederhana. Proses sedimentasi biasanya dilakukan sebelum proses klarifikasi.
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
Inlet
flume
effluent
flume clarified
tube modules
effluent
sludge collector
to sludge
disposal
Gambar 4.2 Bak pengendapan jenis segi empat (rectangular)
peripheral
effluent flume
tube modules clarified
effluent
basin
inlet
4.1.1.2 Klarifikasi
Proses klarifikasi bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi, baik
yang kasar, halus atau bersifat koloid. Proses ini mencakup koagulasi, flokulasi dan
sedimentasi yang masing-masing merupakan langkah-langkah tersendiri dengan
persyaratan tertentu yang harus dipenuhi untuk memperoleh hasil yang dikehendaki.
Apabila ada kondisi yang merugikan salah satu dari ketiga langkah tersebut, maka
hasil yang diperoleh akan kurang memuaskan. Langkah-langkah proses klarifikasi
tersebut adalah sebagai berikut :
(i) Koagulasi
Koagulasi adalah proses penetralan partikel-partikel yang ada dalam air
sehingga sesamanya tidak saling tolak menolak dan dapat diendapkan bersama-
sama. Bahan kimia pengendap dimasukkan ke dalam air dan diaduk dengan cepat.
Hasil reaksi kimia yang terjadi disebut flok (floc) yaitu partikel bukan koloid yang
sangat halus.
(ii) Flokulasi
Flokulasi merupakan kelanjutan proses koagulasi, partikel-partikel halus hasil
koagulasi membentuk suatu gumpalan yang besar sehingga lebih mudah
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
Gambar 4.4 Klarifikasi air dengan flash mixing, flokulasi, dan pengendapan
Gambar 4.5 Alat klarifikasi dengan pengadukan dan koagulasi dalam alat yang sama
4.1.1.3 Aerasi
Aerasi adalah proses mekanis pencampuran air dengan udara. Tujuan aerasi
adalah sebagai berikut :
1. Membantu dalam pemisahan logam-logam yang tak diinginkan seperti besi (Fe)
dan mangan (Mn). Besi lebih sering ditemukan daripada mangan. Besi yang
terdapat dalam air biasanya berbentuk ferobikarbonat atau ferosulfat. Oksigen yang
dikontakkan dengan air akan merubah senyawa-senyawa tersebut menjadi
ferioksida yang tidak larut dalam air sehingga dapat dipisahkan dengan
menggunakan filter.
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
2. Menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air terutama yang bersifat korosif.
Contoh gas seperti ini adalah CO 2 yang dapat menurunkan pH air sehingga
membantu proses korosi pada logam. Proses penghilangan gas akan makin baik
dengan :
- kenaikan temperatur
- lamanya waktu kontak
- makin luasnya permukaan kontak antara air dengan udara
- banyaknya volume gas yang kontak dengan air
3. Menghilangkan bau, rasa dan warna yang disebabkan oleh mikroorganisma.
Penurunan kualitas air tersebut disebabkan oleh bahan organik yang mengalami
dekomposisi, sisa-sisa atau bahan-bahan hasil metabolisme mikroba.
Aerasi dilakukan dalam alat yang disebut aerator. Aerator jenis forced draft
fan diperlihatkan pada Gambar 4.6. Gambar 4.7 dan 4.8 memperlihatkan aerator jenis
coke- tray aerator dan pressure aerator yang berfungsi untuk mengoksidasi besi
terlarut menjadi besi yang tak larut dengan diikuti pemisahan melalui filter.
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
4.1.2 Filtrasi
Proses filtrasi bertujuan untuk menahan zat-zat tersuspensi (suspended matter)
dalam suatu fluida dengan cara melewatkan fluida tersebut melalui suatu lapisan yang
berpori-pori, misalnya : pasir, anthracite, karbon dan sebagainya. Fluida dapat berupa
cairan (zat-zat tersuspensi dalam cairan/slurry) atau gas. Zat-zat tersuspensi dapat
berukuran sangat halus atau kasar, kaku atau kenyal, berbentuk bulat atau sangat tidak
beraturan. Produk yang diinginkan dapat berupa filtrat atau padatan (cake).
Pada kondisi tertentu, filtrasi dapat digunakan untuk proses penjernihan air
dengan cara penyaringan langsung terhadap air baku.
Media penyaring (filter) dapat dioperasikan dengan baik untuk jangka waktu
tertentu, jika pressure drop meningkat sampai batas yang diizinkan, maka harus
dilakukan pembersihan filter dengan cara cuci balik (backwashing). Cuci-balik
dilakukan dengan cara mengalirkan air secara berlawanan arah dengan arah aliran
pada saat operasi selama 5 - 10 menit, setelah itu dilakukan pembilasan.
Filter dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan siklus operasinya
batch atau kontinu, produk yang diinginkan filtrat atau cake atau gaya pendorongnya
(driving force). Jenis filter yang dikenal berdasarkan gaya pendorong yang digunakan
antara lain jenis gravity filter (Gambar 4.9) dan pressure filter (Gambar 4.10)
Pressure filter cukup banyak digunakan karena memiliki beberapa
keuntungan, antara lain :
a. sedikit memerlukan tempat
b. pemasangannya mudah, murah dan cepat
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
dengan :
Uniformity = d60 = ukuran ayakan yang meloloskan 60% wt sampel yang dianalisa.
Effective size = d10 = ukuran ayakan yang meloloskan 10% wt sampel yang dianalisa.
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
Ca Mg
D D
D
Mg D
Mg D
Ca
Ca
H HH
H
H
Na H H H
Na
Na HHH
Na H
Na
Na Na
Na
Na
Na H
Na
Na H
H
HH
H
Na H
CaNa H
H
Ca
NaNa
OH
Na Na OH OH
OH
OH
OH OH
Ca
Mg
Mg Ca
OH
Mg
Ca OH
Na
Na
Na Na
Na H OH
Na H OH
Na H OH H
Na OH
Na H OH
Na
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
seperti sulfonat, phosphonat, atau phenolat, dan gugus fungsi pada resin penukar asam
lemah adalah karboksilat.
Gugus fungsi pada resin penukar anion adalah senyawa amina (primer/R-NH 2,
sekunder/R-N2H, tersier/R-R'2N) dan gugus ammonium kuartener (R-NR' 3/tipe I, R-
R'3N+OH/tipe II), dengan R' menyatakan radikal organik seperti CH 3. Resin anion
yang mempunyai gugus fungsi ammonium kuartener disebut resin penukar anion basa
kuat dan resin penukar anion basa lemah mempunyai gugus fungsi selain ammonium
kuartener.
Konsentrasi asam keseluruhan yang dihasilkan oleh reaksi (4.17) disebut Free
Mineral Acid (FMA). Jika nilai FMA turun, berarti kemampuan resin mendekati titik-
habis dan regenerasi harus dilakukan. Reaksi pada tahap regenerasi adalah sebagai
berikut :
Ca CaCl2
Mg MgCl2
2R 2Na + 2HCl(aq) ↔ 2HR(s) (4.18)
2NaCl
Fe (s) 2FeCl2 (aq)
+
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
Ca
Mg Ca
2HCO Mg
+ 2 HR(s)↔ 2R + 2H CO (aq) (4.19)
2Na 3 2 3
2Na
Fe (aq) Fe (s)
Larutan regenerasi dan reaksi yang terjadi pada tahap regenerasi identik dengan resin
penukar kation asam kuat.
H2CO3 HCO3
+ ROH(s) ↔ R + H2O (4.21)
H2SiO3 (aq) HSiO3 (s)
Regenerasi :
SO4 Na2SO4
2R 2Cl + 2NaOH(aq) ↔ 2ROH(s) 2NaCl (4.22)
2NO3 (aq) + 2NaNO3 (s)
HCO3 NaHCO3
R HSiO3 (s) + NaOH(aq) ↔ ROH(s) + (4.23)
NaHSiO3 (aq)
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
2HCl
2Cl
2NO3 (aq)
2NO3 (s)
Resin penukar anion basa lemah dapat diregenerasi dengan NaOH, NH 4OH atau N2CO3
seperti ditunjukkan oleh reaksi di bawah ini :
SO4 H2SO4
3RNH2 2Cl + NaOH ↔ 2RNH2 2HCl (4.25)
2NO3 2 HNO3
acid
caustic
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
ke kemampuan pertukaran awal, maka ekivalen ion yang digantikan harus sama
dengan ion yang dihilangkan selama tahap layanan. Jadi secara teoritik, jumlah
larutan regenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan jumlah ion (dalam ekivalen)
yang dihilangkan (kebutuhan larutan regenerasi teoritik). Operasi regenerasi agar
resin mempunyai kapasitas seperti semula sangat mahal, oleh sebab itu maka
regenerasi hanya dilakukan untuk menghasilkan sebagian dari kemampuan pertukaran
awal. Upaya tersebut berarti bahwa regenerasi ditentukan oleh tingkat regenerasi
(regeneration level) yang diinginkan. Tingkat regenerasi dinyatakan sebagai jumlah
larutan regenerasi yang digunakan per volume resin. Perbandingan kapasitas operasi
yang dihasilkan pada tingkat regenerasi tertentu dengan kapasitas pertukaran yang
secara teoritik yang dapat dihasilkan pada tingkat regenerasi itu disebut efisiensi
regenerasi. Efisiensi regenerasi resin penukar kation asam kuat yang diregenerasi
dengan H2 anion basa kuat yang diregenerasi dengan NaOH antara 20-50%, oleh
sebab itu pemakaian larutan regenerasi 2-5 kali lebih besar dari kebutuhan teoritik.
Pada resin penukar kation asam lemah dan resin penukar anion basa lemah efisiensi
dapat mendekati harga 100%, atau dengan kata lain kebutuhan larutan regenerasi
untuk resin penukar golongan lemah lebih sedikit. Hal tersebut dapat dijelaskan
dengan dua alasan. Pertama, kekariban resin golongan lemah dengan ion H dan ion
OH lebih besar dibandingkan dengan resin golongan kuat. Kedua, nilai koefisien
selektivitas untuk regenerasi adalah kebalikan dari koefisien selektivitas untuk
pertukaran awal.
Besaran untuk menyatakan tingkat efisiensi penggunaan larutan regenerasi
adalah nisbah regenerasi (regeneration ratio) yang didefinisikan sebagai berat
larutan regenerasi dinyatakan dalam ekivalen atau gram CaCO3 dibagi dengan beban
pertukaran ion yang dinyatakan dalam satuan yang sama. Semakin rendah nisbah
regenerasi, semakin efisien penggunaan larutan regenerasi. Harga nisbah regenerasi
merupakan kebalikan harga efisiensi regenerasi. Operasi regenerasi dilakukan dengan
mengalirkan larutan regenerasi dari atas.
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
Gambar 4.15 Penghilangan gas dengan menggunakan blower (Forced Draft Aerator)
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 4 – Pengolahan 4-
Pengolahan dan Penyediaan
Bab 4 – Pengolahan 4-
BAB 5
PENGOLAHAN AIR UMPAN KETEL
Reaksi di atas pada suatu saat akan mencapai keadaan kesetimbangan dan korosi tidak
akan berlanjut; akan tetapi adanya oksigen terlarut dan pH air yang rendah akan
mengakibatkan terganggunya kesetimbangan dan reaksi bergeser ke sebelah kanan.
Reaksi yang terjadi akibat adanya oksigen dan pH yang rendah adalah sebagai berikut
:
4 Fe(OH)2 + O2 + 2 H2O ↔ Fe(OH)3 (5.2)
2 H2 + O2 ↔ 2 H2O (5.3)
Pembentukan busa
Pembentukan busa (foaming) adalah peristiwa pembentukan gelembung-
gelembung di atas permukaan air dalam drum boiler. Penyebab timbulnya busa adalah
adanya kontaminasi oleh zat-zat organik atau zat-zat kimia yang ada dalam air ketel
tidak terkontrol dengan baik. Busa dapat mempersempit ruang pelepasan uap-panas
(steam-release space) dan dapat menyebabkan terbawanya air serta kotoran-kotoran
bersama-sama uap air. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh hal ini adalah terjadinya
endapan dan korosi pada logam-logam dalam sistem ketel. Untuk mengatasi
permasalahan di atas perlu diterapkan persyaratan terhadap air umpan ketel.
Bab 5 – Pengolahan Air Umpan 5
Pengolahan dan Penyediaan
Persyaratan
tersebut bergantung kepada tekanan kerja ketel seperti terlihat di Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Persyaratan air ketel pada berbagai tekanan kerja
Tekanan ketel Padatan total Alkalinitas Padatan Silika*
(psig) (ppm) (ppm) tersuspensi (ppm)
0-300 3500 700 300 125
301-450 3000 600 250 90
451-600 2500 500 150 50
601-750 2000 400 100 35
751-900 1500 300 60 20
901-1000 1250 250 40 8
1001-1500 1000 200 20 2.5
1501-2000 750 150 10 1.0
di atas 2000 500 100 5 0.5
sangat tinggi sehingga banyak lumpur yang terbentuk. Hal ini dapat menaikkan
jumlah blow down. Pengolahan air umpan ketel dengan penambahan bahan-bahan
kimia yang dilakukan tanpa pengolahan pendahuluan (pengolahan eksternal) juga
memperbesar kemungkinan pembentukan kerak pada sistem sebelum ketel dan pada
saluran-saluran air umpan.
bahan organik yang masuk golongan tannin, lignin atau alginat. Bahan-bahan
organik ini perlu dipilih dan diproses sedemikian rupa sehingga efektif dan stabil
pada tekanan operasi ketel. Pengeluaran lumpur dari ketel dilakukan dengan cara
blow down.
(3) Menyediakan perlindungan anti busa untuk memungkinkan pemekatan padatan
terlarut dan tersuspensi dalam air ketel sampai taraf tertentu tanpa terjadi carry
over. Pembentukan carry-over dapat terjadi akibat disain ketel yang kurang baik,
alat pemisah steam dan air yang tidak efektif atau akibat level air yang tinggi.
Busa dapat terbentuk akibat adanya padatan yang terlarut atau tersuspensi dalam
air, alkalinitas atau akibat masuknya material yang dapat merangsang
pembentukan busa seperti kondensat steam yang terkontaminasi oleh minyak.
Penggunaan senyawa-senyawa pencegah pembentukan busa (anti foam agents),
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini, akan tetapi cara yang lebih
ekonomis adalah dengan melakukan pengolahan air yang baik, peningkatan blow
down dari ketel dan menghilangkan senyawa yang dapat membantu pembentukan
busa dari kondensat steam yang didaur ulang (recycle).
(4) Menghilangkan oksigen dari air dan menyediakan alkalinitas yang cukup untuk
mencegah korosi ketel. Sejumlah oksigen dapat terbawa dalam air umpan ketel
meskipun sudah melewati tahap deaerasi. Kandungan oksigen ini harus
dihilangkan untuk mencegah terjadinya korosi. Bahan kimia untuk menghilangkan
oksigen (chemical oxygen scavenger) yang biasa digunakan adalah natrium sulfit
dan hydrazine. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah sebagai berikut :
2 Na2SO3 + O2 € 2 Na2SO4 (5.10)
N2H4 + O2 € H 2O + N 2 (5.11)
Natrium sulfit digunakan pada proses ini karena alasan-alasan seperti :
mempunyai kecepatan reaksi yang cepat pada temperatur rendah, mudah untuk
diumpankan dan sisa yang tidak bereaksi dapat dianalisis dengan mudah.
Hydrazine dapat digunakan untuk menghilangkan oksigen tanpa menambah
jumlah kandungan padatan terlarut atau padatan tersuspensi. Hydrazine hanya
dapat bereaksi dengan oksigen bebas pada suhu tinggi, dan boiler dengan tekanan
di bawah 400 psig tidak dapat menggunakan senyawa ini. Hydrazine yang tidak
bereaksi akan menambah kandungan ammonia dan nitrogen bebas di air boiler.
Hydrazine baik digunakan jika pemakaian natrium sulfit menghasilkan impurities
pada kukus yang dapat
merusak katalis dan pada tekanan tinggi natrium sulfit akan menambah padatan
terlarut di air boiler. Oleh sebab itu hydrazine lebih banyak dipakai pada plant
yang menggunakan boiler tekanan tinggi. Jumlah hydrazine yang ditambahkan
sama dengan jumlah oksigen terlarut dan berlebih 100 % untuk menjaga agar
kandungan minimum di air umpan tetap sebesar 0,05 - 0,1 ppm. Hydrazine adalah
larutan beracun dan harus ditangani secara hati-hati.
Selain tujuan-tujuan di atas, pengolahan internal juga harus mencegah korosi
dan pembentukan kerak pada sistem air umpan serta memberikan perlindungan korosi
dalam sistem kondensat-uap.
Penambahan soda kaustik, soda abu atau campuran senyawa-senyawa fosfat
dapat dilakukan untuk mengatasi alkalinitas air yang terlalu rendah.
Air pendingin (cooling water) adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar
panas dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya. Sistem yang
dilalui oleh aliran air pendingin disebut sebagai sistem air pendingin (cooling water
system). Sistem air pendingin dibagi dalam dua jenis, yaitu jenis resirkulasi dan jenis
sekali- lewat (once-through). Pada jenis resirkulasi, air pendingin yang telah
digunakan, digunakan kembali untuk keperluan yang sama, sedangkan pada sistem
sekali-lewat air yang telah digunakan langsung dibuang. Jenis resirkulasi dibagi lagi
dalam dua jenis, yaitu resirkulasi terbuka dan resirkulasi tertutup. Pada sistem
resirkulasi terbuka sebagian air yang telah digunakan diuapkan untuk mendinginkan
bagian air sisanya. Pada sistem resirkulasi tertutup, pendinginan kembali tidak dengan
cara memanfaatkan panas laten penguapan, melainkan dengan menggunakan suatu
jenis alat penukar panas.
Pada sub-bab berikut, akan dijelaskan mengenai persyaratan air pendingin
serta metoda pengendalian terhadap masalah yang sering timbul pada sistem air
pendingin. Metoda pengendalian tersebut meliputi sistem air pendingin resirkulasi
terbuka, sistem air pendingin resirkulasi tertutup, dan sistem air pendingin sekali-
lewat.
melebihi batas kritis akan menambah biaya operasi. Jika kadar inhibitor turun di bawah
batas kritis, bukan saja menjadi tidak efektif, tetapi dapat pula menyebabkan pitting.
6.3 Sistem Air Pendingin dengan Resirkulasi Tertutup dan Sistem Air
Pendingin Sekali-Lewat
Sistem air pendingin dengan resirkulasi tertutup membutuhkan sejumlah kecil
air make-up untuk mengurangi gangguan. Air demin atau kondensat uap, biasanya
digunakan sebagai sebagai air make-up.
Pada sistem air pendingin sekali-lewat, tidak ada proses pemekatan. Jika
proses pemekatan tidak terjadi, maka kadar padatan terlarut relatif sama dengan air
umpan. Kekurangan pada sistem ini adalah terjadi kenaikan temperatur, sehingga
perlu usaha untuk menurunkan temperatur tersebut.
Pengolahan seringkali dimaksudkan untuk mencegah atau meminimumkan
kerak atau korosi dan juga berfungsi untuk mengurangi fouling yang disebabkan oleh
padatan tersuspensi dan organisme laut. Chemicals yang digunakan untuk maksud
tersebut identik dengan yang dipakai untuk resirkulasi terbuka, kecuali pada
pengendalian korosi. Pemakaian inhibitor korosi pada sistem ini sama sekali tidak
praktis, sehingga masalah korosi ditangani dengan cara melapisi permukaan peralatan
dengan serat yang diperkuat dengan plastik, semen, atau menggunakan peralatan yang
tahan terhadap korosi.
1. Benefield, Weand dan Judkins, Process Chemical for Water and waste treatment,
Prentise Hall Inc., New Jersey, 1982.
2. Dow Chemical Company, Dowex SBR-P Anion Exchange Resin, Applications,
Recommendations, Michigan, 1984.
3. Drew Chenllcal Corp., Drew Principle of Industrial Water Treatment, edisi ke 3,
New Jersey, 1979.
4. Eckenferlder, W. W., Patoczka, J. dan Watkin, A. T., Wastewater Treatment,
Chem. Eng., Sept. 2, 60-74, 1985.
5. Jones, Loyd W., Corrosion and Water Technology for Petroleum Producers,
OGCI Publications, Oklahoma, 1988
6. Kunin, Robert dan Robert J. Myers, Ion Exchange Resins, John Willey and Sons
Inc., NY, 1952.
7. Kunin, Robert, Elements of ion Exchange, John Willey and Sons Inc., NY, 1952.
8. Lorch, Walter (ed), Handbook of Water Purification, Mc Graw Hill, London,
1981.
9. Mahajan, S. P. Pollution control in Process Industries, Tata-McGraw Hill
Pub.Co.Ltd., New Delhi, 1985.
10. Montgomery, James M., Water Treatment, Principles and Design, John Willey
and Sons, NY, 1985.
11. Nalco Chemical Company, The Nalco Water Handbook, Frank N Kemmer (ed),
Mc Graw Hill, NY, 1979.
12. Nemerow, N. L. Industrial Water Poluttion-Origins, Characteristics and
Treatments, Addison-Wesley Pub.Co., Reading, Massachusetts, 1978.
13. Peavy, H. S., Rowe, D. R. dan Tehobanoglous, G. Environmental Engineering ,
McGraw Hill Book Co., New York, 1986.
14. Peavy, Howard S., Donald R. Rowe dan George Tehobanoglus, Environmental
Engineering, McGraw-Hill Book Company, NY, 1986.
15. Rohm and Hass, Amberlite Summary Chart, Ion Exchange Resins, Properties and
Applications, Philadelphia, 1978.
16. Sundstrom, D.W. dan Klei, H.E., Wastewater Treatment, Prentice Hall Inc.,
Englewood Cliffs, N.J, 1979.
17. Walters, J.K dan Wint, A., Industrial Effluent Treatment-Volume 2 : Air and
Noise, Applied Science Pub. Ltd, London, 1981.
View publication stats