Artikel Kontes 15 Anang
Artikel Kontes 15 Anang
Sipil 15
1
Semarang, 20 – 21 Oktober
2021
1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur, Jl. Ir. H. Juanda 15, Samarinda
Email: anangakbar20@gmail.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur, Jl. Ir. H. Juanda 15, Samarinda
Email: aathfin@gmail.com
2
Fakultas Sains dan Teknologi, Univrsitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur, Jl. Ir. H. Juanda
Email: mna985@umkt.ac.id
4
Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat
Jl. Tengkawang 1, Samarinda
Email: farkhanmusyadad@gmail.com
ABSTRAK
Kalimantan timur merupakan salah satu paru-paru dunia karena hutannya yang luas. Hutan
yang luas membuat pulau ini dihidupi banyak flora dan fauna. Kayu galam (Maleleuca
Cajuputi), pohon yang hidup di daerah rawa ini merupakan kayu salah satu tumbuhan khas
pulau Kalimantan. Pohon ini sering digunakan dalam dunia konstruksi, seperti tiang
pondasi dan perancah (scaffolding). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik
dan mekanis kayu galam sebagai balok perancah pada pengecoran beton. Kayu galam
dikumpulkan dari distributor kemudian diolah dalam dua jenis sampel untuk selanjutnya
dilakukan pengujian penyerapan, kadar air dan kekuatan tekannya. Hasil dari analisis
didapatkan penyerapan kayu galam dengan kondisi kulit terpasang sebesar 56,7 % dan
tanpa kulit sebesar 32,5 %. Penyerapan pada kondisi kulit terpasang sebesar 98,3 % dan
kondisi tanpa kulit 82,5 %. Kemudian dari hasil pengujian kuat tekan didapatkan pada
sampel kulit lepas panjang 15 cm sebesar 25,23 MPa dan kulit terpasang 23,24 MPa.
Sedangkan pada kayu galam panjang 10 cm didapatkan pada sampel kulit lepas sebesar
17,25 MPa dan kondisi kulit terpasang 18,16 MPa. Didapatkan selisih kulit pada kayu
galam memiliki penyerapan yang cukup besar, 24,2 % dan kadar air sebesar 15,8 %. Dari
hasil kuat tekan diketahui kayu galam termasuk kayu dengan kelas mutu E25.
Kata kunci: Kayu galam, perancah, penyerapan, kadar air, kuat tekan
1. PENDAHULUAN
Kalimantan merupakan salah satu pulau terbesar ketiga di Indonesia dengan kurang lebih memiliki luas
740.000 km2 (Noorhidayah, 2021). Pulau ini juga dikenal dengan sebutan paru-paru dunia karena memiliki
hutan yang luas. Hutan di pulau Kalimantan memiliki luas, menurut Protection of Forest and Fauna, luas
hutan di kalimantan mencapai 40,8 juta hektar. Dari luas hutan tersebut membuat pulau Kalimantan
memiliki banyak spesias flora dan fauna di dalamnya, salah satunya adalah pohon galam.
Kayu galam (Melaleuca Cajuputi) merupakan kayu yang berasal dari pohon galam, spesies pohon ini
tumbuh pada daerah hutan rawa, dan kayu ini sering digunakan sebagai bahan konstruksi perumahan dan
memiliki kekuatan kayu kelas II (Arifin, 2020). Galam memiliki banyak manfaat, kulitnya dapat dijadikan
sebagai kertas, daun dari pohon ini digunakan sebagai obat, pada dunia konstruksi, kayu ini biasa digunakan
sebagai perancah (scaffolding) untuk menahan beban beton dan tiang pancang sederhana (Giesen, 2015).
Sedangkan menurut Purwanto (2014), pada dunia konstruksi, kayu galam banyak digunakan sebagai balok
penahan bekisting. Scaffolding merupakan sebuah sistem penyangga sementara yang dibuat untuk dapat
menahan beban konstruksi yang ada di atasnya (Ageng, 2021). Sistem perancah merupakan konstruksi
sementara, namun mempengaruhi keberhasilan suatu konstruksi bangunan.
Gambar 1. Kayu galam sebagai balok penahan sementara pada proyek SPAM Desa Sungai Kapih Samarinda
Penggunaan bahan alam sebagai sistem perancah pada dunia konstruksi merupakan metode konvensional,
dimana perancah modern menggunakan besi yang memiliki ketinggian yang dapat diatur dan kekuatan yang
pasti. Karena sistem perancah konvensional tidak memiliki kekuatan yang pasti, biasanya penggunaan kayu
galam hanya ditumpuk atau dipasang banyak agar dapat menahan beban, kondisi ini membuat penggunaan
perancah konvensional memiliki biaya yang mahal. Menurut Susilo (2019), perancah konvensional yang
digunakan pada dunia konstruksi memiliki biaya yang lebih mahal dibanding dengan perancah modern
dengan selisih 19% karena dipasang dengan jumlah yang banyak dan tidak beraturan.
Agar penggunaan kayu galam dalam dunia konstruksi dapat digunakan secara efisien dan maksimal, maka
kekuatan dan sifat-sifat kayu galam harus diketahui. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengethaui sifat
fisik dan sifat mekanis kayu galam sebagai perancah penahan beban pengecoran.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi kekuatan kayu sudah diatur dalam SNI 7973-2013 tentang Spesifikasi Desain Untuk Konstruksi
Kayu, pada Tabel 1 nilai desain dan modulus elastisitas lentur acuan adalah sebagai berikut.
Modulus Elasisitas
Nilai Desain Acuan (MPa)
Kode mutu Acuan (MPa)
Fb Ft Fc Fv Fc⊥ E Emin
E25 26,0 22,9 18,0 3,06 6,11 25.000 12.500
E24 24,4 21,5 17,4 2,87 5,74 24.000 12.000
E23 23,2 20,5 16,8 2,73 5,46 23.000 11.500
E22 22,0 19,4 16,2 2,59 5,19 22.000 11.000
E21 21,3 18,8 15,6 2,50 5,00 21.000 10.500
E20 19,7 17,4 15,0 2,31 4,63 19.000 10.000
E19 18,5 16,3 14.5 2,18 4,35 19.000 9.500
E18 17,3 15,3 13,8 2,04 4,07 17.000 9.000
E17 16,5 14,6 13,2 1,94 3,89 16.000 8.500
E16 15,0 13,2 12,6 1,76 3,52 15.000 8.000
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya oleh (Arha, 2021) yaitu penggunaan kayu
galam pada studi kasus pembangunan jembatan SPAM Desa Sungai Kapih. Kayu galam digunakan sebagai
balok penumpu, balok penahan dan balok distribusi untuk proses pengecoran plat lantai jembatan.
Didapatkan kapasitas penampang sebesar 2.744.159 N.mm, kapasitas geser 27.924,81 N dan lendutan yang
diizinkan 8,33 mm. Pemasangan kayu galam sebagai balok dipasang tidak beraturan dan tanpa perhitungan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ridwan et al. (2016), dengan melakukan pengujian kuat tekan sejajar
serat, uji tarik sejajar serat dan uji geser sejajar serat dan uji lentur pada kayu galam sebagai tiang pancang
pada tanah lunak. Didapatkan kuat tekan sejajar serat 457,31 kg/cm2, tegangan tarik 779,83 kg/cm2, kuat
geser sejajar serat 104,39 kg/cm2, dan tegangan lentur sebesar 1101,67 kg/cm2. Kemudian analisa
dilanjutkan dalam aplikasi Plaxis. Berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Ridwan, pada penelitian ini
pengujian kayu galam meliputi pengujian fisik, yaitu kadar air dan penyerapan, serta dilakukan pengujian
mekanis berupa pengujian kuat tekan sejajar serat.
Kemudian pada penelitian Talim (2017), dengan tujuan untuk menghitung kuat tekuk pada sistem perancah
bangunan (scaffolding) modern dengan metode analisis langsung. Analisa dihitung menggunakan bantuan
software SAP 2000 dengan varias 6 pembebanan yang diaplikasikan pada perancah. Didapatkan kuat tekan
terendah sebelum terjadi tekuk adalah sebesar 18,24 kN dan nilai kuat lentur sebelum terjadi buckling
sebesar 64,29 kN.
3. METODE
Penelitian dilakukan dilakukan dengan melakukan pengujian sifat fisik dan sifat mekanis kayu galam.
Penelitian dilaksanakan di laboratorium material teknik sipil Universitas Muhammadiyah Kalimantan
Timur dengan waktu penelitian selama satu bulan. Penelitian ini memperhatikan standar keamanan
COVID-19 dengan tahapan sebagai berikut.
Tahap pengumpulan bahan, mengumpulkan kayu galam dengan membeli dari distributor dengan ukuran
kayu galam berdiameter atas 5 cm, diameter bawah 8 cm dan panjang 3,5 meter.
Tahap persiapan material, memotong kayu galam yang sudah dikumpulkan dengan ukuran yang
dibutuhkan. Kayu galam dipotong dengan panjang 10 cm sebanyak 10 buah dan 15 cm sebanyak 10 buah
untuk pengujian kuat tekan seperti Gambar 3. Dari 10 buah tersebut, 5 buah benda uji kayu galam kulitnya
dilepas. Kemudian ukuran 5 cm untuk pengujian penyerapan dan kadar air.
Kayu galam
Tahap akhir, data yang didapatkan dari hasil pengujian dianalisis untuk kemudian ditarik kesimpulan.
Adapun bagan alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.
Gambar 4. Bagan alir penelitian
4. PEMBAHASAN
Pengujian Fisik
Pada kayu galam dilakukan pengujian fisik, antara lain pengujian kadar air dan penyerapan. Adapun
data yang didapatkan dari hasil penimbangan adalah sebagai berikut.
Kadar air yang tinggi pada kayu galam ini juga dibuktikan dengan kondisi kayu galam yang pada bagian
tengahnya dalam kondisi basah, terutama pada kayu galam dengan ukuran diamter yang besar.
Pengujian Mekanis
Kemudian kayu galam dilakukan pengujian mekanis. Pengujian mekanis yang dialakukan dengan
menguji kuat tekan searah serat pada sampel kayu galam dengan tinggi 15 cm dan 10 cm. Adapun data
hasil pengujian kuat tekan kayu galam tinggi 15 cm dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Gambar 5. Kondisi serat dan bagian tengah kayu galam yang basah
5. KESIMPULAN
Kayu galam merupakan kayu dengan kadar air yang tinggi, dengan kondisi kulit masih terpasang memiliki kadar
air 98,3 % dan tanpa kulit 82,5 %. Penyerapan pada kondisi dengan kulit sebesar 56,7 % dan tanpa kulit 32,5 %.
Kuat tekan pada sampel kayu galam berukuran panjang 15 cm dengan kondisi kulit masih terpasang memiliki
kuat tekan rata-rata sebesar 23,24 MPa dan tanpa kulit sebesar 25,23 MPa. Sampel kayu berukuran 10 cm kondisi
kulit terpasang sebesar 18,16 MPa dan tanpa kulit sebesar 17,25 MPa.
Kulit pada kayu galam tidak memberikan perubahan kekuatan tekan terhadap kayu galam. Semakin besar
diameter ukuran kayu galam semakin rendah kekuatan tekan yang didapatkan karena kondisi bagian tengah kayu
galam masih terdapat banyak kandungan air.
Berdasarkan kuat tekan kayu galam didapatkan sebesar 18 MPa, maka menurut SNI 7973-2013 kayu ini
termasuk kayu mutu E25.
DAFTAR PUSTAKA
Ageng, P., & Handana, G. (2021). Peramalan Rental Scaffolding Untuk Mengantisipasi Lonjakan
Permintaan Menggunakan Metode Double Exponential Smoothing Berbasis Web (Studi
Kasus : CV Nutama Grahindo Scaffolding). Respository Universitas Pembangunan Veteran
Yogyakarta.
Arha, A. A., Fahira, A. R., Rismalasari, N. N., & Asnan, M. N. (2021). Studi Analisis Kekuatan Pada
Konstruksi Bekisting Pengecoran Beton Proyek Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum
di Desa Sungai Kapih Kota Samarinda. Jurnal Ristekdikti.
Arifin, Firmanul, Y., Hamidah, Siti, & Firmana, Y. (2015). Teknik Budidaya Kayu Gelam (Melaleuca
Cajuputi) Secara Generatif. Jurnal ULM.
Badan Standarisasi Nasional. (2013). SNI 7973-2013 tentang Spesifikasi Desain Untuk Konstruksi
Kayu. Badan Standarisasi Nasional.
Giesen, W. (2015). Melaleuca Cajuputi (gelam) - a Useful Species and an Option For Paludiculture in
Degraded Peatlands. Sustainable Peatlands for People and Climate (SPPC) Project. Westland
International.
Noorhidayah. (2006). Potensi Dan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Di Hutan Kalimantan Dan
Upaya Observasinya. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 3(2), 95-107.
Purwanto, D. (2014). Physical Mecanical Properties Cement Board From Galam Bark Wood Waste.
Journal of Industrial Research, 8(3).
Ridwan, M., Samang, L., Tjaronge, M. W., & Ramli, M. (2016). Studi Parameter Dan Pengaruh
Penggunaan Tiang Kayu Galam Pada Tanah Lunak. Jurnal Inersia Politeknik Negeri
Samarinda, 8(2), 39-46.
Susilo, E. (2019). Analisis Biaya Bekisting Konvensional Dan Bekisting Semi-Sistem Pada Kolom
Bangunan Gedung. Tesis Universitas Islam Indonesia.
Talim, M., & Teruna, D. R. (2017). Analisis Pengaruh Kuat Tekuk Pada Sistem Perancah Bangunan
(Scaffolding) Dengan Metode Analisa Langsung (Direct Analysis Method). Thesis Institusi
Universitas Sumatera Utara.