Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN

DISTIRBUSI NORMAL DAN UJI HIPOTESIS

DOSEN PENGAMPU : FITRA WAHYUNI, M.Si


NAMA : NADILA OCTAVIA
NIM : 19010007
MATA KULIAH : BIOSTATIKA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEKANBARU MEDICAL CENTER
T.A 2022
DISTRIBUSI NORMAL

A. Definisi Distribusi Normal


Distribusi normal merupakan sebuah fungsi probabilitas yang menunjukkan distribusi
atau penyebaran suatu variabel. Fungsi tersebut umumnya dibuktikan oleh sebuah grafik
simetris yang disebut kurva lonceng (bell curve). Saat menandakan distribusi yang merata,
kurva akan memuncak di bagian tengah dan melandai di kedua sisinya dengan nilai yang
setara.
Distribusi normal, disebut pula distribusi Gauss, adalah distribusi
probabilitas yang paling banyak digunakan dalam berbagai analisis statistika.
Distribusi normal banyak digunakan dalam berbagai bidang statistika, misalnya
distribusi sampling rata-rata akan mendekati normal, meski distribusi populasi yang
berdistribusi normal diambil tidak.

B. Karakteristik Distribusi Normal


Saat menunjukkan nilai penyebaran data, distribusi normal memiliki sejumlah karakteristik
utama sebagai berikut :
1. Teori distribusi ini memiliki nilai mean, median, dan modus yang sama. Oleh karena itu,
distribusinya sering pula disebut unimodal.
2. Kurva distribusi selalu bersifat simetris dengan bentuk lonceng (bell curve). Titik puncak
kurva adalah nilai rata-rata. Nilai ini berada tepat di tengah kurva, sedangkan data
distribusi terletak di sekitar garis lurus yang ditarik ke bawah dari titik tengah tersebut.
3. Mean (nilai rata-rata) dan nilai standar deviasi akan menentukan bentuk dan lokasi
distribusi.
4. Jumlah luas daerah di bawah kurva normal bernilai 1, yakni ½ di sisi kiri dan ½ di sisi
kanan. Hal ini juga berlaku untuk seluruh distribusi probabilitas kontinu.
5. Dalam kurva distribusi, dapat disimpulkan jika setengah data populasi akan memiliki
nilai yang kurang dari angka rata-rata, sedangkan sebagian lagi memiliki nilai yang
lebih besar.
6. Masing-masing ekor kurva di kedua sisi memanjang tak berbatas. Dalam beberapa kasus
penghitungan distribusi, ekor kurva bahkan bisa memotong sumbu horizontal.
Z = Variabel normal standar X = Nilai variable random
µ = Rata-rata variable random
σ = Simpangan baku variable random

C. Sifat-Sifat Distribusi Normal


1. Rata-ratanya (mean) μ dan standard deviasinya = σ
2. Mode (maximum) terjadi di x=μ
3. Bentuknya simetrik thd x=μ
4. Titik belok tepat di x=μ±σ
5. Kurva mendekati nol secara asimptotis semakin x jauh dari x=μ
6. Total luasnya = 1

D. Ciri Distribusi Normal


1. Nilai Mean, Median Dan Modus Adalah Sama / Berhimpit.
2. Kurvanya Simetris
3. Asimptotik (Fungsi Yang Dibatasi Oleh Suatu Fungsi N N Yang Cukup Besar).
4. Luas Daerah Yang Terletak Dibawah Kurva Dan Diatas Garis Mendatar = 1
UJI HIPOTESIS

A. Definisi Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata Hupo dan Thesis. Hupo berarti sementara/ lemah
kebenarannya dan Thesis artinya penyataan/berarti teori. Dengan demikian, hipotesis berarti
pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Untuk menguji kebenaran sebuah
hipotesis digunakan pengujian yang disebut hipotesis.

B. Definisi Uji Hipotesis


Uji hipotesis adalah metode untuk mengetahui hubungan (association) antara variabel
yang bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara komparatif (comparation) dan korelatif
(correlation). Hal itulah yang mendasari pembagian uji hipotesis menjadi hipotesis
komparatif dan hipotesis korelatif.
Dalam bahasa inggris, terdapat perbedaan yang cukup jelas antara association,
comparation, dan correlation. Akan tetapi, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia,
ketiga kata tersebut diterjemahkan menjadi hubungan.
Pada tabel uji hipotesis, jenis hipotesis dibagi menjadi dua, yaitu komparatif dan
korelatif. Untuk menunjukkan bahwa metode yang dipakai untuk mencari hubungan
antarvariabel adalah metode komparatif, maka digunakan kata hubungan atau perbandingan.
Sedangkan untuk menunjukkan bahwa metode yang digunakan untuk mencari hubungan
antar variabel adalah metode korelatif, maka digunakan kata korelasi.

C. Rumusan Hipotesis
1. Hipotesis deskriptif
Hipotesis tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau
hubungan.
2. Hipotesis komparatif
Pernyataanyang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada
sampel yang berbeda.
3. Hipotesis hubungan (asosiatif)
Pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih.
4. Hipotesis korelatif
hipotesis yang menyatakan hubungan korelasional (simetrik) antara sesuatu dengan
sesuatu yang lain.
Kelima langkah pengujian hipotesis tersebut di atas dapat di ringkas seperti berikut.
Langkah 1 : Menentukan formulasi hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatifnya (Ha)
Langkah 2 : Memilih suatu taraf nyata (α) dan menentukan nilai table.
Langkah 3 : Membuat criteria pengujian berupa penerimaan dan penolakan H0.
Langkah 4 : Melakukan uji statistic
Langkah 5 : Membuat kesimpulannya dalam hal penerimaan dan penolakan H0.

D. Prosedur Pengujian Hipotesis


Prosedur pengujian hipotesis statistik adalah langkah-langkah yang di pergunakan
dalam menyelesaikan pengujian hipotesis tersebut. Berikut ini langkah-langkah pengujian
hipotesis statistik adalah sebagai berikut.
1. Menentukan Formulasi Hipotesis
Formulasi atau perumusan hipotesis statistic dapat di bedakan atas dua jenis, yaitu sebagai
berikut;
a. Hipotesis nol / nihil (HO)
Hipotesis nol adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang akan di uji.
Hipotesis nol tidak memiliki perbedaan atau perbedaannya nol dengan hipotesis sebenarnya.
b. Hipotesis alternatif/ tandingan (H1 / Ha)
Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang di rumuskan sebagai lawan atau tandingan dari
hipotesis nol. Dalam menyusun hipotesis alternatif, timbul 3 keadaan berikut.
1) H1 menyatakan bahwa harga parameter lebih besar dari pada harga yang di
hipotesiskan. Pengujian itu disebut pengujian satu sisi atau satu arah, yaitu pengujian sisi atau
arah kanan.
2) H1 menyatakan bahwa harga parameter lebih kecil dari pada harga yang di
hipotesiskan. Pengujian itu disebut pengujian satu sisi atau satu arah, yaitu pengujian sisi atau
arah kiri.
3) H1 menyatakan bahwa harga parameter tidak sama dengan harga yang di
hipotesiskan. Pengujian itu disebut pengujian dua sisi atau dua arah, yaitu pengujian sisi atau
arah kanan dan kiri sekaligus.
Secara umum, formulasi hipotesis dapat di tuliskan :

Apabila hipotesis nol (H0) diterima (benar) maka hipotesis alternatif (Ha) di tolak. Demikian
pula sebaliknya, jika hipotesis alternatif (Ha) di terima (benar) maka hipotesis nol (H0)
ditolak.
2. Menentukan Taraf Nyata (α)
Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan hasil
hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Semakin tinggi taraf nyata yang di gunakan,
semakin tinggi pula penolakan hipotesis nol atau hipotesis yang di uji, padahal hipotesis nol
benar.
Besaran yang sering di gunakan untuk menentukan taraf nyata dinyatakan dalam %,
yaitu: 1% (0,01), 5% (0,05), 10% (0,1), sehingga secara umum taraf nyata di tuliskan sebagai
α0,01, α0,05, α0,1. Besarnya nilai α bergantung pada keberanian pembuat keputusan yang
dalam hal ini berapa besarnya kesalahan (yang menyebabkan resiko) yang akan di tolerir.
Besarnya kesalahan tersebut di sebut sebagai daerah kritis pengujian (critical region of a test)
atau daerah penolakan ( region of rejection).
Nilai α yang dipakai sebagai taraf nyata di gunakan untuk menentukan nilai
distribusi yang di gunakan pada pengujian, misalnya distribusi normal (Z), distribusi t, dan
distribusi X². Nilai itu sudah di sediakan dalam bentuk tabel di sebut nilai kritis.
3. Menentukan Kriteria Pengujian
Kriteria Pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima atau
menolak hipotesis nol (Ho) dengan cara membandingkan nilai α tabel distribusinya (nilai
kritis) dengan nilai uji statistiknya, sesuai dengan bentuk pengujiannya. Yang di
maksud dengan bentuk pengujian adalah sisi atau arah pengujian.
a. Penerimaan Ho terjadi jika nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih besar daripada nilai
positif atau negatif dari α tabel. Atau nilai uji statistik berada di luar
nilai kritis.
b. Penolakan Ho terjadi jika nilai uji statistiknya lebih besar atau lebih kecil daripada nilai
positif atau negatif dari α tabel. Atau nilai uji statistik berada di luar nilai kritis.
Dalam bentuk gambar, kriteria pengujian seperti gambar di bawah ini

4. Menentukan Nilai Uji Statistik


Uji statistik merupakan rumus-rumus yang berhubungan dengan distribusi tertentu
dalam pengujian hipotesis. Uji statistik merupakan perhitungan untuk menduga parameter
data sampel yang di ambil secara random dari sebuah populasi.
Misalkan, akan di uji parameter populasi (P), maka yang pertama-tama di hitung adalah
statistik sampel (S).
5. Membuat Kesimpulan
Pembuatan kesimpulan merupakan penetapan keputusan dalam hal penerimaan atau
penolakan hipotesis nol (Ho) yang sesuai dengan kriteria pengujiaanya. Pembuatan
kesimpulan dilakukan setelah membandingkan nilai uji
statistik dengan nilai α tabel atau nilai kritis.
a. Penerimaan Ho terjadi jika nilai uji statistik berada di luar nilai kritisnya.
b. Penolakan Ho terjadi jika nilai uji statistik berada di dalam nilai kritisnya.
E. Jenis-Jenis Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dibedakan atas beberapa jenis berdasarkan kriteria yang
menyertainya.
1. Berdasarkan Jenis Parameternya
Didasarkan atas jenis parameter yang digunakan, pengujian hipotesis dapat
dibedakan atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Pengujian Hipotesis tentang Rata Rata
b. Pengujian Hipotesis tentang Proporsi
c. Pengujian Hipotesis tentang Varians
2. Berdasarkan Jumlah Sampelnya
Didasarkan atas ukuran sampelnya, pengujian hipotesis dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu sebagai berikut :
a. Pengujian Hipotesis Sampel Besar
b. Pengujian Hipotesis Sampel Kecil
3. Berdasarkan Jenis Distribusinya
Berdasarkan atas jenis distribusi yang digunakan, pengujian hipotesis dibedakan atas
empat jenis, yaitu sebagai berikut :
a. Pengujian Hipotesis dengan Distribusi Z
b. Pengujian Hipotesis dengan Distribusi t (t-student)
c. Pengujian Hipotesis dengan Distribusi (kai kuadrat)
d. Pengujian Hipotesis dengan Distribusi F (F-ratio)
4. Berdasarkan Arah atau Bentuk Formulasi Hipotesisnya
Didasarkan atas arah atau bentuk formulasi hipotesisnya, pengujian hipotesis
dibedakan atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Pengujian hipotesis dua pihak (two tail test)
b. Pengujian hipotesis pihak kiri atau sisi kiri
c. Pengujian hipotesis pihak kanan atau arah kanan
F. Kesalahan Dalam Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis, kesimpulan yang diperoleh hanya penerimaan atau penolakan
terhadap hipotesis yang diajukan, tidak berarti kita telah membuktikan atau tidak
membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Hal ini disebabkan kesimpulan tersebut hanya
merupakan inferensi didasarkan sampel.
Dalam pengujian hipotesis dapat terjadi dua jenis kesalahan, yaitu :
a. Kesalahan Jenis I
Kesalahan jenis I adalah karena H0 ditolak padahal kenyataannya benar. Artinya, kita
menolak hipotesis tersebut (H0) yang seharusnya diterima.
b. Kesalahan Jenis II
Kesalahan jenis II adalah kesalahan karena H0 diterima padahal kenyataannya salah. Artinya,
kita menerima hipotesis (H0) yang seharusnya ditolak.

Anda mungkin juga menyukai