Anda di halaman 1dari 5

BUKU FIKSI (CERITA DONGENG)

RAJA BANGAU
Data Buku Karya Wilhelm Hauff
52 Halaman

Raja Bangau adalah salah satu dongeng karya Wilhelm Hauff yang paling terkenal.
Awalnya, dongeng ini dikenal dengan judul Sejarah Khalifah Bangau, sebelum akhirnya
Info singkat
digarap ulang dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Karena populer, dongeng ini
tentang
lalu dicetak menjadi buku cerita kemudian diterbitkan sebanyak 1 kali oleh PT Bhuana Ilmu
terbitan/edisi
Populer pada bulan September, 2010.

Tokoh utama pada buku fiksi dan karakternya


Tokoh utama yang pertama adalah Raja Chasid yang memiliki karakter bijaksana, suka
menolong orang lain, baik hati dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ini di buktikan saat
ia membeli buli-buli dari saudagar yang datang ke istana nya dan ia mau berubah menjadi
bangau. Selain itu, Raja Chasid memiliki karakter yang bisa mengayomi rakyatnya.
Ringkasan Karakternya ini terbukti saat rakyatnya menjadi sangat sedih sebab Raja Chasid dan Perdana
cerita Menteri pergi meninggalkan istana karena mereka berubah menjadi bangau.

Tokoh utama yang kedua adalah Mansor, Sang Perdana menteri di istana Raja Chasid.
Mansor memiliki karakter yang setia, baik hati dan selalu mengikuti perintah Rajanya.
Terbukti saat dia rela berubah menjadi bangau demi keinginan sang Raja yang ingin
membuktikan sihir dari buli buli berisi bubuk hitam. Selain itu, ia juga memiliki sifat
penyabar dan memiliki jiwa empati yang tinggi.

Ringkasan cerita Bab 1


Zaman dahulu kala di kota Bagdad Arab, hiduplah seorang raja muda bernama Chasid.
Suatu hari ada seorang saudagar datang ke istananya dengan membawa sebuah peti penuh
barang berharga. Bersama Perdana Menterinya, Mansor, Raja mengambil beberapa barang
dari peti itu lalu ia menemukan sebuah buli-buli berisi bubuk hitam dan di samping buli-buli
itu ada secarik kertas yang berisi tulisan dalam bahasa kuno. Raja kemudian bertanya kepada
saudagar tentang kegunaan buli-buli itu. Tetapi saudagar tersebut tidak mengetahui tentang
buli-buli itu dan berkata bahwa ia mendapatkan buli-buli itu dari saudagar yang lain. Karena
penasaran, Raja Chasid pun membeli buli-buli itu.

Setelah saudagar tersebut pergi, Raja kemudian memanggil seorang cendekiawan untuk
menerjemahkan tulisan yang ada di secarik kertas itu. Cendekiawan pun membaca surat itu
secara perlahan lalu berkata bahwa siapa yang menghirup bubuk hitam itu dan mengucapkan
kata ‘MUTABOR’, maka ia bisa berubah menjadi hewan apapun yang di inginkan dan
mengerti bahasanya. Lalu jika ingin kembali menjadi manusia, harus membungkuk 3 kali
menghadap timur dan mengucapkan kata ‘MUTABOR’. Cendekiawan itu berkata lagi,
bahwa saat menjadi hewan, orang itu tidak boleh tertawa karena ia bisa melupakan
mantranya dan menjadi hewan selamanya. Mendengar hal itu, Raja berharap bisa menjadi
seekor hewan.

Dan keesokan harinya, Raja Chasid bersama Perdana Menteri pergi meninggalkan istana.
Mereka mencari hewan untuk menguji sihir itu. Saat berkeliling, mereka tidak sengaja
melihat beberapa bangau di sebuah kolam. Melihat para bangau itu, Perdana Menteri
menyarankan untuk berubah menjadi bangau saja. Tanpa pikir panjang, Raja pun menyetujui
hal itu, kemudian mereka menghirup bubuk hitam yang ada di dalam buli-buli sambil
mengucapkan kata ‘MUTABOR’. Dan dalam waktu singkat, seluruh badan mereka berubah
menjadi bangau, bahkan mereka bisa berbicara dengan bangau lain yang ada di kolam itu.
Setelah berhasil menjadi bangau, Raja Chasid dan Perdana Menteri tak sengaja tertawa
karena mereka melihat perdebatan dua bangau di kolam. Seketika mereka tersadar dan
menyesal bahwa saat menjadi bangau tidak boleh tertawa, tetapi mereka sudah terlanjur lupa
akan mantra yang di gunakan untuk menjadi manusia kembali. Mereka terus berusaha untuk
mengingat kembali mantranya, tetapi usaha mereka sia-sia karena pada akhirnya mereka
menyerah untuk mengingat mantra itu. Dan sekarang yang hanya bisa mereka lakukan
hanyalah berjalan tanpa arah di sekitar kolam. Untuk mengisi perut pun, mereka hanya bisa
memakan buah-buahan. Selama menjadi bangau, sang Raja dan Perdana Menteri sering
terbang diatas kota Bagdad untuk melihat apa yang terjadi di kota itu.
.
Beberapa hari pertama, seluruh kota bersedih karena kehilangan Raja Chasid dan Perdana
Menterinya, tetapi hari berikutnya ada sebuah arak-arakan penobatan raja baru. Sang Raja
yang melihat hal itu dari atas atap rumah warga pun terkejut karena yang menjadi raja baru
di istananya adalah Mirza, putra dari penyihir yang dulu pernah ia hukum sekaligus penyihir
yang membuatnya menjadi seekor bangau. Kemudian Raja dan Perdana Menteri pergi
mencari cara untuk menghilangkan sihir itu. Saat matahari terbenam, mereka menemukan
istana yang telah hancur dan bernaung disana. Ketika berkeliling untuk mencari tempat yang
tenang di istana itu, mereka tiba-tiba mendengar suara tangisan. Tanpa pikir panjang, kedua
bangau itu langsung pergi ke tempat suara tangisan berasal.

Setelah ditelusuri, ternyata itu adalah suara tangisan seekor burung hantu. Mereka
kemudian berbincang dengan burung hantu itu dan saling menceritakan kisah masing-
masing. Ternyata burung hantu itu adalah putri dari India yang bernama Lusa. Lusa berubah
menjadi burung hantu karena di jebak oleh seorang penyihir bernama Kaschnur. Ternyata
Kaschnur adalah saudagar yang menjual buli-buli dan datang ke istana Raja Chasid. Putri
Lusa di jebak sebab ayahnya tidak setuju jika Lusa menikah dengan anak dari Penyihir
Kaschnur.

Kejadian itu bermula saat Kaschnur menyamar menjadi pelayan kerajaan dan memberikan
segelas minuman kepada Putri Lusa. Setelah meminum itu, Putri Lusa langsung berubah
menjadi burung hantu lalu pingsan karena terkejut. Ia kemudian di bawa oleh Kaschnur ke
istana tua ini. Kaschnur juga berkata kepada Lusa bahwa sihir burung hantu itu akan hancur
jika ada seseorang yang bersumpah menjadikan Lusa sebagai istrinya. Mengetahui kisah
Putri Lusa, Raja Chasid berkata bahwa nasib mereka saling berhubungan karena semua ini
ulah si penyihir jahat, Kaschnur.

Mereka lalu menyusun rencana untuk bisa menjadi manusia kembali. Lusa bercerita
bahwa setiap sebulan sekali, Kaschnur akan datang ke istana yang telah hancur ini bersama
para penyihir yang lain untuk saling menceritakan hal-hal yang sudah para penyihir itu
lakukan, dan ini kesempatan Raja Chasid serta Perdana Menteri untuk mengetahui kembali
mantranya. Tetapi sebelum menunjukkan tempat dimana para penyihir itu berkumpul, Putri
Lusa berkata bahwa ada satu syarat yang harus dipenuhi, yaitu salah satu di antara kedua
bangau itu harus melamar Putri Lusa. Awalnya Raja Chasid meminta Perdana Menteri untuk
menikahi Putri Lusa, tetapi karena Perdana Menteri sudah berumur tua sedangkan Raja
Chasid masih muda dan lajang, maka dengan rasa terpaksa Raja Chasid melamar Putri Lusa.
Baru setelah itu, Putri Lusa menunujukkan jalan dan tempat dimana Kaschnur dan para
penyihir lain berkumpul. Mereka melewati lorong yang gelap dan akhirnya sampai di sebuah
ruangan yang temboknya sudah setengah hancur.
Dengan hati-hati mereka bertiga bersembunyi di balik tembok ruangan itu untuk
mengintip para penyihir. Di dalam ruangan itu mereka melihat Kaschnur bercerita tentang
dia yang berhasil menjebak Raja Chasid dan Perdana Menteri. Lalu ada salah satu penyihir
yang bertanya tentang mantra yang digunakan untuk menjebak Raja Chasid. Dengan cepat,
Kaschnur pun memberitahu mantranya yaitu sebuah kata dari bahasa Latin yang berbunyi
‘Mutabor’. Karena suara Kaschnur terdengar sangat jelas, Raja Chasid dan Perdana Menteri
segera keluar dari istana itu dengan perasaan senang karena akhirnya mereka bisa
mengetahui mantranya. Sesampainya di luar istana, sang Raja berkata bahwa ia akan
menikahi Putri Lusa untuk membalas kebaikan Putri Lusa. Setelah mengatakan itu, Raja
Chasid dan Perdana Menteri melihat ke arah timur dan membungkukkan leher mereka tiga
kali sambil berseru ‘MUTABOR’.

Seketika Raja Chasid dan Perdana Menteri berubah menjadi manusia kembali. Keduanya
berpelukan sambil menangis dan tertawa. Lalu mereka berdua melihat ke sekeliling dan
terkejut, karena di sana berdirilah seorang gadis muda yang sangat cantik. Ternyata itu
adalah Putri Lusa yang sebelumnya menjadi seekor burung hantu. Lusa bisa berubah menjadi
manusia karena sang Raja telah melamar dan akan menikahi Putri Lusa. Dengan begitu sihir
burung hantu tersebut telah hancur.

Kemudian Raja dan Putri Lusa saling tersenyum dan sepertinya mereka telah jatuh cinta.
Setelah kejadian itu, Ketiganya kembali ke Bagdad bersama-sama. Rakyat kota sangat
bahagia melihat sang Raja yang mereka kira sudah meninggal ternyata masih hidup. Dan
setelah mengetahui bahwa Kaschnur adalah penyihir yang jahat, rakyat langsung
berbondong-bondong ke istana untuk menyeret keluar Penyihir Kaschnur dan Mirza si raja
penipu. Kemudian Raja Chasid menghukum keduanya. Kaschnur akan di gantung dan Mirza
di perintahkan untuk memilih antara di gantung atau berubah menjadi bangau.

Mirza memilih untuk berubah menjadi bangau dengan meminum bubuk ajaib. Mirza
berubah menjadi seekor bangau yang hidup dalam sangkar seumur hidupnya. Setelah
kejadian itu, Raja Chasid menikahi Putri Lusa dan hidup bahagia. Cerita ini pun berlanjut
ketika sang Raja dan Perdana Menteri bercerita kepada Putri Lusa dan anak-anak Raja
Chasid mengenai masa-masa saat mereka menjadi bangau. Raja akan menirukan Perdana
Menteri ketika dia berubah menjadi bangau dan membuat semua orang tertawa.

Kelebihan Kekurangan
Isi buku Ceritanya menarik dan tidak Ada beberapa bagian cerita yang
(cerita) membosankan kerena penulis mampu dirasa kurang pas yaitu ketika Raja
menyajikan isi cerita yang di buat Chasid yang tiba tiba menikah dengan
seolah-olah nyata walaupun dengan Putri Lusa dan memiliki 2 anak,
tokoh hewan. Selain itu, konflik yang padahal di bagian cerita yang
ada di buku ini tergolong ringan, sebelumnya, hanya membahas tentang
sehingga para pembaca khususnya Raja Chasid yang menghukum
anak anak tetap bisa memahami alur Kaschnur dan Mirza. Jadi tidak
ceritanya. diceritakan secara rinci tentang
menikahnya Raja Chasid dengan Putri
Lusa. Dan juga tidak diceritakan
Tanggapan bagaimana rakyat bisa langsung
penulis percaya bahwa Kaschnur dan Mirza
adalah penyihir jahat dan penipu.
Bahasa yang digunakan baku, sopan Ada nama gelar yang sulit diucapkan
dan tidak berbelit-belit sehingga yaitu “Penyihir Kaschnur”. Ada
mudah dipahami oleh pembaca. Ada beberapa kata kurang pantas bagi
Bahasa juga beberapa kata asing yang di sertai anak-anak yang membaca buku cerita
yang pengertian kata tersebut. Contohnya ini, contohnya seperti kata “cerewet”.
digunakan kata MUTABOR yang dalam bahasa Serta penggunaan kata “lajang” yang
Latin berarti “berubah”. mungkin sulit di pahami oleh anak-
anak.
Ketika berubah menjadi bangau,
bahasa yang digunakan pun masih
menggunakan bahasa Indonesia.

Selain cover buku yang cukup Gambar yang ada di bagian teka teki
menarik, di setiap halaman buku ini berbeda jauh dengan ilustrasi gambar
Tampilan
juga terdapat ilustrasi gambar dan yang ada di bagian cerita buku. Tidak
Fisik
kegiatan tokoh. Di akhir halaman ada ada foto atau gambar ilustrasi tokoh
Buku
tiga teka-teki disertai gambar dan Wilhelm Hauff sang pengarang cerita.
kunci jawaban yang dapat di jawab Di buku tersebut hanya ada 1 judul,
dengan mudah oleh anak-anak yang maka tidak ada bagian bab dan sub
membaca buku ini. Ilustrasi gambar bab. Juga tidak di sertakan berapa kali
dalam buku ini tidak hanya berwana buku tersebut dicetak.
hitam putih, tetapi colourfull sehingga
dapat memanjakan mata para
pembaca. Ukuran huruf di setiap
halamannya pun cukup besar sehingga
masih dapat di baca walaupun saat
membaca, buku tersebut tidak berada
langsung di depan mata.
Di setiap halaman (depan dan
belakang) terdapat nomor halaman
sehingga saat membaca ulang,
pembaca dapat menemukan halaman
yang dicari dengan mudah. Di
halaman terakhir ada juga ringkasan
singkat tentang pengarang cerita dan
ada sinopsis cerita dari awal sampai
akhir. Nama penerbit, tahun terbit dan
penerjemah juga di tuliskan dalam
buku ini.

Penilaian terhadap buku Dengan mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan baik dari segi isi cerita,
bahasa yang digunakan dan tampilan fisik buku. Secara keseluruhan buku
tersebut dapat dinilai baik karena dari segi fisik buku memiliki banyak
kelebihan, seperti terdapat banyak gambar ilustrasi yang memudahkan pembaca
untuk memahami alur cerita. Selain itu, alur cerita yang di sajikan penuh
kejutan dan tidak membosankan, mungkin inilah alasan mengapa
cerita/dongeng tersebut menjadi dongeng Hauff yang paling terkenal. Bahasa
yang di gunakan juga mudah dipahami karena baku dan tidak terlalu formal.
Data Penulis Wilhelm Hauff
Wilhelm Hauff lahir pada tanggal 29 November 1802 di Stuttgart, Jerman. Ia
lahir dalam keluarga burgher yang berbudaya. Hauff muda kehilangan ayahnya
ketika dia berusia 7 tahun, dan pendidikan awalnya ia peroleh sendiri di
perpustakaan kakek dari pihak ibu di Tubingen, tempat ibunya pindah setelah
kematian ayahnya. Kemudian pada 1818 dia dikirim ke Klosterschue di
Blaubeuren, dan pada tahun 1820 mulai belajar di Universitas Tubingen,
Jerman. Dalam 4 tahun ia menyelesaikan studi filosofis dan teologisnya di
Tubinger Stift, yaitu sebuah aula tempat tinggal dan pengajaran di Jerman. Lalu
pada tahun 1827, Hauff menikahi seorang gadis yang telah lama di cintainya.
Hauff bekerja sebagai tutor dan pernah menjadi editor surat kabar JF Cotta
Morgenblatt. Selama menjadi penyair dan sastrawan, Hauff telah menulis
puluhan buku dan novel berbahasa Jerman. Awalnya ia terkenal karena novel-
novel romantis dan historisnya. Namun kemudian dia lebih dikenal sebagai
penulis dongeng Hauff Fairy Tales. Tetapi Karena sebuah penyakit serius,
Hauff dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 18 November 1827 saat dirinya
berusia 24 tahun.

Anda mungkin juga menyukai