Anda di halaman 1dari 4

HAIDAR DAN KUE ULANG TAHUN

Pada hari Rabu sore, terlihat seorang anak yang berjalan sendirian menyusuri jalanan kampung
sambil menikmati es teh yang baru saja ia beli. Suasana di kampung itu sepi dengan jalan yang belum
di aspal serta cuaca yang masih cukup panas. Anak itu bernama Haidar, dia mengenakan baju
berukuran besar yang bergambar batman serta sandal swallow berwarna merah. Haidar berjalan
pulang menuju rumahnya yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah temannya. Di perjalanan
Haidar teringat akan sesuatu.

“Seminggu lagi kan aku ulang tahun, kira-kira bang Tama dan bang Aksa ingat ga ya?” Gumamnya
sambil sesekali meneguk es teh yang ia pegang. “Wah, gawat kalau mereka tidak ingat.” Haidar
kemudian mempercepat langkahnya bahkan sampai berlari. Kemudian, sesampainya didepan pintu
rumahnya, Ia melihat Aksa sedang berbincang dengan seseorang melalui telepon. Karena penasaran,
Haidar mengendap endap melalui jendela rumahnya. Ia mendengar sesuatu.

“Halo Bang, ada apa?” Sapa Aksa ketika ia mengklik tombol berwarna hijau di layar hp nya.
Kemudian yang ditanya pun menjawab. “Sa, nanti Abang pulang telat ya, pulang sekolah Abang mau
lembur kerja, mungkin bisa sampaI jam 10 malam, biar minggu depan abang dapet gaji tambahan.”
“Ya gapapa bang.” ujar Aksa dengan wajah sedikit lesu. “Tolong kasih tau Haidar kalau abang pulang
telat, biar dia ga nyariin.” Ucap Tama dengan nada pelannya namun jelas

“Sia…” Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, ucapan Aksa terpotong dengan kalimat yang
selanjutnya Tama ucapkan. “Udah ya Sa, abang mau lanjut sekolah dulu, nanti kalau mau makan
masih ada telur sama mie.” Telepon pun dimatikan secara sepihak oleh Tama. Kemudian Aksa
kembali duduk di kursi ruang tamu sembari menonton kartun Spongebob di televisi.

“Yang barusan telepon bang Tama ya?.” Tanya Haidar secara tiba tiba. Aksa menoleh lalu berkata
“Iya dek, bang Tama bakal pulang telat soalnya dia mau lembur kerja”. Kemudian Aksa berdiri lalu
berjalan menuju kamarnya. Haidar mengekori Aksa sambil bertanya “Terus bang Tama bakal pulang
jam berapa?”. “Jam 10 an mungkin.” Ucap Aksa sembari ia membuka pintu kamarnya dan duduk di
kasur. Haidar pun ikut masuk ke kamar Aksa. Kemudian Ia duduk di lantai yang beralaskan tikar.
“Emmm Bang, inget ga? Besok ini aku ulang tahun yang ke 12”

Ucapan Haidar seperti tidak di hiraukan oleh Aksa, Ia hanya memasang muka datar sambil berkata
“Terus?”. “Bang, aku pengen di beliin roti sama es cream hehe”. Ucapan Haidar di sertai dengan
wajah yang penuh harap. Lalu Aksa menatap Haidar dan berkata “Duit abang ga cukup kalau buat
beliin roti, Haidar”. Ia berharap Haidar mengerti dengan kondisi ekonomi kehidupan mereka yang
sekarang.

Mendengar kalimat itu, wajah Haidar terlihat lesu. “Yah, gimana dong? Padahal Haidar pengen
banget di beliin kue kaya dulu waktu Mama sama Bapak masih ada”. “Yaudah bang minimal beliin
sandal baru lah bang. Liat tuh sandal Haidar udah kaya iman nya bang Aksa, alias tipis banget” Ucap
Haidar dengan kalimat sedikit mengejek. Ucapan Haidar pun hanya di balas dengan tawaan garing
dari Aksa

Pukul 21.30, di rumah mendiang Bapak Suyadi.

“Bang Tama mana ya? Jam segini kok belum pulang”. Itu suara Haidar yang berada di depan
rumahnya sambil sesekali menengok jam dinding yang berada di ruang tamu. Ia juga membawa
lotion nyamuk ber merk Autan. Tiba tiba terdengar suara motor yang berhenti di depan pagar
rumah. Haidar pun merasa penasaran, siapa mereka.

“Makasih Han, udah mau nganterin gue sampe rumah”. Ternyata itu Tama yang sedang berbicara
dengan temannya. “Siap, yaudah gue pulang ya”. Ucap Reyhan dengan senyuman yang terukir di
bibirnya. Setelah teman Tama yang bernama Reyhan pulang, Tama bergegas masuk ke rumahnya.
“Bang Tam” Ucapan Haidar sukses membuat Tama terkejut karena dia tidak menyadari bahwa
Haidar berada di depan rumahnya entah sejak kapan. Tama lalu mengajak Haidar untuk masuk ke
dalam rumah.

Tama ingin mengistirahatkan dirinya dengan duduk di kursi ruang tamu terlebih dahulu. Namun
belum sempat ia duduk di kursi, Haidar berkata “Bang Tam, besok Haidar ulang tahun, terus pengen
kue sama es krim bang” Suasana tiba tiba hening dengan wajah keduanya yang tidak saling menatap.
Tanpa di sadari ternyata Aksa sedari tadi bersender di pintu ruang tamu, mengamati Tama dan
Haidar. “Gausah di turutin dulu bang, gaji abang minggu ini kan udah buat beli buku sama bayar
listrik rumah” Itu ucapan Aksa yang secara tiba tiba membuyarkan lamunan Tama.

“Tapi bang Tam, Haidar pengen banget beli kue yang ada gambar spiderman nya terus ada lilin lilin
kecil” Ucap Haidar sembari mengayun ayunkan tangan Tama, berharap keinginannya akan di turuti
oleh Tama. “Dek, ga boleh kaya gitu, bang Tama itu baru pulang kerja, pasti dia cape pengen
istirahat” Ucapan Aksa sukses membuat Haidar diam tak berkutik. Mendengar hal itu, Tama hanya
bisa tersenyum lalu berucap. “Dek, kamu ulang tahunnya besok ini ya? Maaf banget bukannya abang
ga mau nurutin permintaan Haidar, tapi uang yang abang punya sekarang ga cukup buat beli roti
ulang tahun kamu besok.”.

Wajah Haidar langsung suram di sertai tatapan mata yang tidak menyenangkan. “Atau engga besok
abang beliin es krim dulu ya, kue nya minggu depan nunggu abang gajian lagi.” Haidar menanggapi
kalimat Tama yang kesekian kalinya dengan wajah kecewa serta bibir yang mengerucut. “Tapi Haidar
pengennya besok di beliin kue sama es krim, ga cuma es krim doang bang!”

Selesai mengatakan kalimat seperti itu, Haidar langsung berlari menerobos tubuh Aksa yang berada
di depan pintu dan masuk ke kamarnya. “Dik, apa susahnya sih nunggu sampai minggu depan?”
Ucap Aksa dengan nada keras agar Haidar mendengarnya. “Udah Sa, gausah ribut udah malem.”
Tetapi tiba tiba terdengar suara bantingan pintu. Tidak lain itu adalah aksi Haidar yang membanting
keras pintu kamarnya karena marah sebab permintaanya tidak di turuti oleh Tama.

Mereka berdua kaget akan suara bantingan pintu itu. “Ya Allah paringono sabar” Ucap Aksa dengan
menggelengkan kepalanya dan mengelus elus dadanya pelan. Ia tak menyangka bahwa adiknya akan
melakukan hal seperti itu. “Udah sholat isya belum? Mending sekarang sholat aja Sa, bareng abang
biar kamu ga emosi terus” Mereka pun lalu bergegas untuk wudhu dan melakukan acara sholat isya’
berjamaah, tanpa Haidar.

Keesokan harinya, pukul 9 pagi, sudah terdengar ketukan pintu di depan kamar Tama. Itu adalah
Haidar yang mencoba membangunkan Tama karena hari ini hari ulang tahun Haidar. Aksa secara
tidak sengaja melihat aksi Haidar itu, lalu berkata. “Dek mending bangunin bang Tama buat makan
darip…” Belum selesai berbicara, tiba tiba pintu kamar Tama terbuka, menampilkan Tama dengan
wajah mengantuknya dan rambut yang urak urakan.

“Ada apa sih? Masih pagi kok udah ribut” Ucap Tama sembari mengusak matanya. “Ayo bang makan
bareng, Aksa udah masak mie sama goreng telur”. Tama pun hanya mengangguk lalu merangkul
Haidar dan Aksa menuju dapur untuk makan bersama. Selesai acara makan pagi, Haidar menagih
omongan Tama yang akan membelikan Haidar es krim hari ini. Karena Tama lebih memilih untuk
berdamai dan tidak ingin ribut, ia menuruti permintaan Haidar untuk membeli es krim.

“Yaudah ayo kalau mau beli es krim, belinya di warung depan situ aja ya” “Tapi abang mau mandi
dulu, cuman bentar kok” . Ucap Tama dengan sedikit tersenyum. “Siap bang”. Setelah Tama selsai
mandi, merek langsung menuju warung yang menjual es krim. Sampai di warung, Haidar memilih es
krim yang harganya paling mahal. Tama pun hanya bisa pasrah karena ia tidak ingin ribut dengan
Haidar dan membuat adiknya itu menangis.

Saat perjalanan pulang dari toko es krim, Tama melihat ada kertas berisi lowongan pekerjaan yang
tertempel di dinding toko fotocopy. Ia pun berpikir bahwa ini adalah kesempatan bagus untuk
mencari uang tambahan dan bisa membelikan kue untuk Haidar . “Dek, kamu berani kan pulang
sendiri ke rumah? ini abang mau ketemu sama temen”. Haidar menatap Tama lalu berkata “Berani
bang, makasi buat es krimnya, kue nya Haidar tunggu nanti sore ya”. Tidak bisa di pungkiri bahwa
Haidar masih tetap menginginkan kue itu. “Yaudah sana hati hati”.

Senyum lebar tercetak di wajah Haidar, dan ia pun langsung berlari menuju rumahnya. Tama lalu
menghampiri toko fotocopy yang sedang mencari karyawan tambahan itu. Ia mengamati toko
tersebut dan melihat ada 1 orang yang sedang sibuk menghitung lembaran kertas dengan sangat
cekatan. “Permisi mas”. Tama memelankan suaranya. Tidak ada jawaban dari orang tersebut. Lalu
Tama berkata sekali lagi dengan nada yang lumayan keras.

“Permisi mas, saya mau ngelamar jadi karyawan di sini” Tiba tiba orang tersebut menatap Tama dan
menjawab “Nama nya siapa bang?Punya keahlian ga bang? Kok mau kerja di sini”. Mereka berdua
lalu berbincang bincang sebentar, tentang mengapa Tama ingin bekerja di toko itu, tentang Tama
yang ternyata sudah bekerja dengan sistem shift shift an di sebuah rumah makan padang, dan hal
yang membuat Arya terkejut, ternyata Tama masih duduk di bangku kelas 12 SMA. Karena Arya
merasa iba dengan Tama, pagi itu Tama langsung di perbolehkan bekerja dan tanpa syarat.

Tetapi Tama terlihat heran, karena baru kali ini ia langsung di terima kerja. “Alasan mas nya langsung
di terima kerja, soalnya saya baru nempel kertas itu kemarin, jadi mas nya ini orang pertama yang
dateng ke saya buat ngelamar jadi karyawan di sini.” Tama merasa senang dan bersyukur, ia merasa
bahwa Tuhan selalu ada di sisinya, menolongnya setiap saat, terutama saat ia ingin menyerah
dengan kehidupannya saat ini.

Sesampainya di rumah, Haidar langsung memakan es krim tersebut. Rupanya ia sudah mengincar es
krim itu sejak lama, karena biasanya ia hanya membeli es krim yang harganya 2 ribu saja. Selesai
memakan es krim Haidar lalu mencari Aksa, ia ingin pergi bermain bersama teman temannya. Lalu
Haidar melihat Aksa yang terlihat sedang mencuci piring di dapur.

“Bang Aksa? Haidar boleh main ga ke rumahnya Abdul?”. Abdul adalah teman sekelas Haidar,
mereka sangat dekat, apalagi jika Abdul bertemu Tama, mereka sudah seperti kakak beradik namun
beda ibu. Aksa pun memperbolehkan Haidar, tetapi dengan syarat. “Boleh, tapi nanti adzan dhuhur
pulang dulu, makan siang sama sholat, terus kalau mau main lagi pulangnya jangan sore-sore”. Ucap
Aksa lalu melanjutkan acara mencuci piring. “Siap Bang”. Setelah di perbolehkan, Haidar langsung
bergegas keluar dan menuju ke rumah Abdul.
Pukul 5 sore di toko fotocopy terlihat Tama dan Mas Arya si pemilik toko fotocopy sedang
berbincang bincang mengenai gaji. “Bang gajinya mau harian mingguan apa bulanan?.” Tama
terkaget kaget ia baru kali ini mendengar bahwa gajinya bisa di ambil secara harian. “Harian aja
bang”. Mas Arya pun langsung memberikan uang sebesar 100 ribu kepada Tama.

“Bang ini serius buat saya? saya baru kerja beberapa jam di sini”. Arya tidak ragu ragu memberikan
uang sebesar itu untuk Tama, baginya Tama bekerja dengan penuh kerja keras, cekatan bahkan
seperti tidak merasa lelah. “Serius atuh bang, kalau mau pulang sekarang juga boleh, soalnya habis
ini bakal di gantiin sama karyawan yang ngambil shift sore.” Mendengar hal itu, Tama langsung
pamit dengan Mas Arya, tak lupa ia mengucapkan rasa terimakasihnya kepada Arya.

Tetapi Tama tak langsung pulang ke rumah, ia mendatangi toko kue terlebih dahulu. Kebetulan
masih ada kue yang bergambar spiderman, ia teringat bahwa Haidar ingin sekali kue itu. Lalu Tama
langsung membeli kue itu walaupun harganya 50 ribu. Semua itu ia lakukan hanya untuk
membahagiakan adik tersayangnya, Haidar. Selesai membeli kue, ia langsung pulang ke rumah.
Tama tak sabar melihat reaksi senang adiknya karena sudah ia belikan kue.

“Assalamualaikum, Bang Tama pulang” Tama masuk ke rumahnya, ia mendapati Haidar yang sudah
pulang dari bermain, dan sekarang sedang menonton televisi bersama Aksa.“Waalaikumsalam bang”
Tama lalu menunjukan bungkusan plastik yang ia bawa kepada Haidar sambil tersenyum. “Dek, liat
abang bawa apa”. Karena penasaran, Haidar langsung berdiri dan mengambil bungkusan itu lalu
membuka isinya. Betapa kagetnya Haidar, ternyata kardus itu berisikan sebuah kue dengan 3 lilin di
atasnya dan tulisan Happy Birthday.

“Selamat ulang tahun Haidar” . Ucap Tama dengan suara yang penuh semangat. Haidar terkejut
bukan kepalang, ia sangat merasa senang karena bang Tama benar benar membelikannya kue hari
ini. “Sealamat ulang tahun juga dek”. Ucap Aksa dengan senyum yang melebar. Mereka kemudian
mengucapkan kalimat kalimat harapan, doa dan tidak lupa memakan kue itu.

Suasana rumah sore itu di warnai dengan kebahagiaan dari ketiga anak Pak Suyadi dan Ibu Rahma.
Mereka, Tama, Haidar dan Aksa merasa bahwa kebahagiaan kembali hadir menyelimuti kehidupan
mereka walaupun kebahagiaan yang hanya sementara, tetapi mereka tetap bersyukur bahwa Tuhan
selalu punya kejutan yang tidak mereka sangka. Terimacash

Anda mungkin juga menyukai