0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan4 halaman
Dokumen ini menjelaskan prosedur pengujian kuat tarik beton dengan menggunakan spesimen silinder. Spesimen ditempatkan sedemikian rupa sehingga timbul tegangan tarik, kemudian diuji hingga hancur. Kuat tarik dihitung berdasarkan rumus yang melibatkan beban hancur dan ukuran spesimen. Prosedur pengujian meliputi penandaan, pengukuran, penempatan spesimen, dan penggunaan peralatan bantu untuk mem
Dokumen ini menjelaskan prosedur pengujian kuat tarik beton dengan menggunakan spesimen silinder. Spesimen ditempatkan sedemikian rupa sehingga timbul tegangan tarik, kemudian diuji hingga hancur. Kuat tarik dihitung berdasarkan rumus yang melibatkan beban hancur dan ukuran spesimen. Prosedur pengujian meliputi penandaan, pengukuran, penempatan spesimen, dan penggunaan peralatan bantu untuk mem
Dokumen ini menjelaskan prosedur pengujian kuat tarik beton dengan menggunakan spesimen silinder. Spesimen ditempatkan sedemikian rupa sehingga timbul tegangan tarik, kemudian diuji hingga hancur. Kuat tarik dihitung berdasarkan rumus yang melibatkan beban hancur dan ukuran spesimen. Prosedur pengujian meliputi penandaan, pengukuran, penempatan spesimen, dan penggunaan peralatan bantu untuk mem
Pengujian kuat tarik dilakukan dengan menerapkan tegangan tarik secara
tidak langsung pada beton. Spesimen berbentuk silinder ditempatkan dan ditekan sedemikian rupa sehingga timbul tegangan tarik pada beton. Tes ini disebut juga split test atau Brazilian test karena merupakan metode yang dikembangkan di Brazil. Cara lain untuk menguji tegangan tarik langsung dari spesimen silinder atau prismatik adalah dengan memasang spesimen ke pelat baja dengan perekat Exopy. Potong ujung spesimen dengan penggiling berlian untuk menghilangkan efek pengecoran dan getaran. Kekuatan tarik beton dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
T = 2P/ld
Dimana :
T = kuat tarik beton (Mpa)
P = beban hancur (N) l = panjang spesimen (mm) d = diameter spesimen (mm) Prosedur Pengujian Kuat Tarik Beton
1. Pemberian tanda pada benda uji
Dengan menggunakan alat yang sesuai, gambar garis tengah pada setiap sisi ujung silinder dari benda uji , dengan memastikan bahwa dua garis tengah berada pada bidang aksial yang sama. Alternatifnya, Anda dapat menggunakan alat untuk menandai garis tengah berbentuk T di setiap ujung objek tiga bagian sebagai berikut: a. Sebuah baja kanal C – 100 yang kedua flensnya sudah diratakan dengan mesin. b. Bagian alas, B, dari perlengkapan berbentuk T yang diberi alur yang sesuai dengan tebal kedua flens baja kanal dan celah persegi empat untuk perletakan batang tegaknya. c. Bagian tegak C dari braket-T dipasang tegak lurus ke alas B. Bagian vertikal memiliki celah A, yang lebih panjang untuk memfasilitasi penandaan garis tengah di kedua ujung specimen. Rakitan berbentuk T tidak dipasang pada baja rel, tetapi dapat dipindahkan dan digeserka di kedua ujung baja kanal tanpa mengganggu posisi benda uji jika garis tengah ditandai di kedua sisi benda uji. 2. Peralatan bantu perletakan benda uji pada posisi uji Peralatan bantu ini terdiri dari tiga bagian, sebagai berikut: a. Bagian alas tempat untuk meletakkan bantalan bantu pembebanan bagian bawah dan benda uji silinder. b. Pelat atau batang bantu penekanan yang memenuhi persyaratan pada sus pasal 4.1, baik ukuran maupun kerataanya c. Dua buah bagian tegak yang kegunaanya untuk meletakkan benda uji pada posisi uji lengkap dengan pelat atau batang penekan tambahan dan bantalan bantu pembebenanya. 3. Pengukuran Tentukan diameter benda uji dengan ketelitian sampai 0.25 mm yang merupakan harga rata – arta dari tiga kali pengukuran diameter pada kedua ujung dan bagian tengah benda uji; pengukuran dilakukan pada garis tanda yang dibuat pada benda uji. Tentukan panjang benda uji dengan ketelitian hingga 2.5 mm yang merupakan harga rata – rata dari paling sedikit dua buah pengukuran pada bidang yang diberi tanda garis pada kedua ujung benda uji. 4. Prletakan benda uji pada posisi uji dengan berpedoman pada tanda garis tengah pada kedua ujung. a. letakkan sebuah dari dua bantalan bantu pembebanan yang terbuat dari kayu lapis pada tengah – tengah pelat menekan bagian – bagian bawah dari mesin uji. b. letakkan benda uji di atas bantalan bantu dari kayu lapis tersebut sedemikian rupa hingga tanda garis tengah pada benda uji terlihat tegak lurus terhadap titik tengah dan bantalan kayu lapis. c. letakkan bantalan kayu lapis lainya memanjang di atas silinder sedemikian rupa hingga bagian tengahnya tepat berpotongan dengan tanda garis tengah yang ada pada ujung silinder. d. atur posisi pengujian hingga tercapai kondisi sebagai berikut : Proyeksi dari bidang yang ditandai oleh garis tengah pada keduaujung benda uj tepat berpotongan dengan titik tengah meja penekanan bagian atas dari mesin meja penguji. Bila digunakan pelat atau batang penekan tambahan, titik tengahya dan titik tengah benda uji pada popsisi uji, harus berada tepat dibawah titik tengah meja penekan bagian atas dari mesin penguji. 5. Perletakan benda uji pada posisi uji dengan menggunakan peralatan bantu benda uji Cara meletakkannya adalah sebagai berikut. a. letakkan bantalan – bantalan bantu pembebanan dari kayu lapis, benda uji dan peralatan tambahan penekan (batang atau pelat penekan tambahan) secara sentris dengan menggunakan peralatan bantu perletakan benda uji. b. titik tengah pelat penekan tambahan dan titik tengah benda uji pada posisi uji harus berada tepat dibawah titik tengah penekan bagian atas. Referensi
Standar Nasional Indonesia (SNI 03-24912002) “Metode Pengujian Kuat Tarik
Belah Beton”
Standar Nasional Indonesia (SNI 03-28342000) “Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal”
Standar Nasional Indonesia (SNI 1974:2011) “Cara Uji Kuat Tekan Beton Dengan Benda Uji Silinder”