1. PENDEKATAN UMUM
Pendekatan umum pelaksanaan pekerjaan, sesuai dengan arahan yang ada
dalam KAK, maka pelaksanaan pekerjaan ini akan dibagi menjadi beberapa
tahapan pekerjaan. Pentahapan pekerjaan ini dimaksudkan untuk menjaga
kualitas pekerjaan dengan menjaga pencapaian untuk masing-masing tahapan
yang telah ditentukan, sehingga diharapkan hasil akhir yang diperoleh melalui
pencapaian target pekerjaan pertahapan ini dapat menjaga kualitas serta tetap
sesuai dengan tujuan dan sasaran pekerjaan yang telah ditentukan.
Hal ini sesuai sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan, Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan serta Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 48 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum, serta Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM. 31 Tahun 2006 tentang Pedoman Proses
Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan serta Peraturan Menteri
Perhubungan PM 69 Tahun 2013 tentangTatanan Kebandarudaraan Nasional.
A. DASAR HUKUM
Dalam kegiatan studi ini, standar teknis yang digunakan merujuk kepada
peraturan nasional dan internasional seperti :
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075);
C. SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai dalam studi ini adalah tersusunnya produk
perencanaan dan desain yang memenuhi persyaratan dan kaidah-kaidah
peraturan perundangan yang berlaku.
D. LOKASI KEGIATAN
Lokasi kegiatan adalah di Bandara Baru Bulukumba, Desa Ara Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
Gambaran Umum Lokasi
Tahun Anggaran 2020 D-6
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
; CV. WIDYAH MITRA KONSULTAN
Gambar II.2. Proses penurunan penumpang pada Bandar Udara Internasional Adisutjipto
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2009
Sedangkan yang dimaksud dengan Holding Bay adalah apron yang relatif
kecil yang ditempatkan pada suatu tempat yang mudah dicapai di bandar
udara untuk parkir pesawat sementara. Tempat ini hanya digunakan jika
pintu masuk (gate) terpakai semua, hal ini biasa terjadi pada jam-jam
sibuk.
4. Apron
Apron merupakan tempat parkir pesawat yang terletak tepat di depan
pintu masuk (gate). Di tempat inilah pesawat menaikkan dan menurunkan
penumpang dan barang serta mengisi bahan bakar. Jumlah apron yang
tersedia biasanya sesuai dengan jumlah pintu masuk (gate) yang ada
pada gedung terminal.
2. Sistem Apron-Pintu
Apron merupakan penghubung antara gedung terminal dengan
lapangan udara. Apron mencakup daerah parkir pesawat dan daerah
untuk menuju ke area parkir pesawat. Luas daerah apron-pintu
didasarkan pada tiga faktor yaitu : jumlah pintu-hubung ke pesawat,
ukuran pintu-hubung, dan denah parkir pesawat di setiap pintu-
hubung.
Jumlah pintu-hubung (gate) yang dibutuhkan bergantung pada
jumlah pesawat yang harus ditampung selama jam rencana dan
berapa lama pesawat mendiami suatu pintu-hubung.
Sumber : Robert Horonjeff, Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara jilid 2. p.3
Gambar II.23. Konfigurasi meja pelayanan tiket dan lapor masuk bagasi
Sumber : Robert Horonjeff, Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara jilid 2,p.19
g. Keamanan
Pemeriksaan keamanan bagi seluruh penumpang pesawat
adalah merupakan faktor yang sangat penting yang harus
dilakukan di terminal bandar udara. Pemeriksaan dapat
dilakukan di berbagai tempat pada terminal, biasanya antara lobi
terminal dengan ruang penjualan dan pelayanan tiket serta
antara ruang penjualan dan pelayanan tiket dengan ruang
tunggu keberangkatan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
penumpang berjalan melalui magnetometer dan barang bawaan
diperiksa secara manual atau menggunakan sinar-X.
i. Koridor
Koridor merupakan tempat berlalu-lalang bagi penumpang dan
pengunjung antara ruang tunggu keberangkatan dan daerah
pusat terminal. Pada area koridor ini biasanya juga terdapat
ruang sewa untuk toko ataupun restoran/cafe. Lebar koridor
harus merupakan lebar yang dibutuhkan di tempat paling kritis,
yaitu lebar arus, bebas minimun di sekitar pintu masuk
restoran/toko, tempat telepon, atau tempat-tempat lapor-masuk
pada ruang tunggu keberangkatan.
k. Daerah-daerah Lainnya
Daerah-daerah lain ini dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu : Kegiatan perusahaan penerbangan - ruang eksklusif
perusahaan penerbangan, yang termasuk di sini seperti :
ruangan untuk awak pesawat, ruang tunggu VIP, kantor untuk
d. Konsep satelit
Konsep satelit terdiri dari sebuah gedung yang dikelilingi
oleh pesawat yang terpisah dari terminal utama dan
biasanya dicapai melalui penghubung (connector) yang
terletak pada permukaan tanah, di bawah tanah, atau di atas
tanah yang terpisah dari terminal dan biasanya diparkir
dalam posisi melingkar atau sejajar mengelilingi satelit.
e. Konsep linear
Terminal linear sederhana terdiri dari sebuah ruangan
tunggu bersama dan daerah pelayanan tiket dengan pintu ke
luar menuju apron pesawat. Konsep ini cocok untuk bandar
udara dengan tingkat kepadatan yang rendah.
f. Konsep transporter
Pesawat dan fungsi-fungsi pelayanan pesawat dalam
konsep transporter, letaknya terpisah dari terminal. Untuk
mengangkut penumpang yang akan naik ke pesawat atau
yang baru turun dari pesawat dari dan ke terminal,
disediakan kendaraan khusus.
Sumber : Robert Horonjeff, Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara jilid 2,p.43
dengan konsep yang dapat digunakan
KV = f ( E, F )
Dimana :
KV = Kualitas Visual
E = Kualitas Ekspresif
F = Kualitas Fungsional
Mobilisasi
Tenaga Kerja Timbulnya peluang usaha baru dalam hal
tenaga kerja proyek dan munculnya warung-warung yang
akan meningkatkan pendapatan penduduk setempat.
Kemungkinan terjadinya kerawanan sosial antara penduduk
setempat dengan tenaga kerja pendatang. Dampak yang
terjadi adalah dampak positif dan juga negatif yang perlu
dikelola.
Mobilitas Alat Berat dan Material Konstruksi
Sumber dampak terhadap penurunan kualitas udara adalah
kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi yang
berasal dari kendaraan pengangkut pada saat melewati
jalan proyek yang berupa jalan tanah. Kegiatan mobilisasi
alat berat dan material konstruksi diperkirakan akan
menimbulkan penurunan kualitas udara akibat peningkatan
kadar debu lokal, hal ini terjadi sebagai akibat
terhamburnya butiran tanah dan menyebur tertiup angin
pada saat kendaraan pengangkut alat berat dan material
konstruksi melewati jalan tanah (jalan proyek). Selain itu
dampak yang terjadi adalah peningkatan kebisingan pada
saat kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi.
Kebisingan berasal dari suara mesin kendaraan
pengangkut alat berat dan material konstruksi.
Pekerjaan Sipil
Pelaksanaan pembangunan akan berdampak pada
Kualitas Udara
Sumber dampak terhadap penurunan kualitas udara
adalah pada saat pembangunan jalan, bangunan dan
prasarana lainnya. Pekerjaan tersebut akan
menimbulkan debu lokal sehingga akan menurunkan
kualitas udara. dan secara estetika kurang baik yang
akan menyebabkan penurunan nilai estetika lingkungan
khususnya terhadap bangunan rumah sekitar jalan
PANJANG RUNWAY
Panjang suatu runway dipengaruhi faktor-faktor berikut ini:
1. Karakteristik Critical Aircraft
ARFL adalah panjang landasan minimum bagi pesawat untuk take off
pada keadaan standar yaitu pada kondisi MTOW, ketinggian nol
terhadap permukaan air laut, kondisi atmosfer standar, keadaan tanpa
angin, dan kemiringan runway nol. Namun dalam kenyataannya hampir
tidak pernah hal tersebut tercapai. Untuk itu, ICAO telah menetapkan
suatu persyaratan koreksi terhadap runway .
f. Lebar Runway
c.
Penentuan lebar runway adalah berdasarkan tabel berikut ini.
g. Runway Shoulder
Runway shoulder harus dirancang dengan kekuatan yang cukup untuk
menahan pesawat yang tergelincir tanpa mengakibatkan kerusakan
struktural pada pesawat dan juga harus mampu menyangga kendaraan
darat yang beroperasi pada bahu seperti peralatan pemeliharaan dan
tangki bahan bakar. Selain itu bahu runway juga harus berfungsi sebagai
penahan erosi yang disebabkan oleh semburan jet pesawat.
h. Runway Strip
Runway strip ialah daerah yang meliputi struktur perkerasan, bahu, dan
daerah yang dibersihkan, dikeringkan, dan dipadatkan, termasuk di
dalamnya runway dan stopway, yang ditujukan untuk mengurangi resiko
pesawat tergelincir dari runway dan untuk melindungi pesawat yang
terbang di atasnya selama proses take-off dan landing. Daerah ini juga
harus mampu menahan peralatan pemadam kebakaran, tabrakan,
penyelamatan, dan pembersih salju yang beroperasi pada kondisi
normal.
1. Panjang runway strip
Sebuah runway strip membentang dimulai dari sebelum threshold
sampai melewati ujung runway atau stopway dengan jarak
sekurang-kurangnya:
-60 m untuk code number 2, 3, atau 4
-60 m untuk code number 1 dan jenisnya IFR
-30 m untuk code number 1 dan jenisnya VFR
j. Stopway
Stopway ialah suatu daerah persegi di darat yang terletak di ujung take
off runway yang ditujukan untuk mengantisipasi pesawat yang berhenti
jika terjadi pembatalan take off. Stopway tidak harus tersedia. Oleh
karena itu, panjang stopway tidak ditentukan. Akan tetapi, jika stopway
dibuat harus memiliki kekuatan perkerasan yang sama dengan runway
sehingga mampu menahan beban pesawat. Pertambahan panjang
perkerasan di ujung runway (stopway) ini akan memberikan kelonggaran
bagi operator pesawat untuk menambah MTOW sehingga dapat
mengurangi kemiringan naik pesawat(climb rate) ataupun melakukan
pembatalan take off dengan aman.
k. Clearway
Clearway ialah daerah persegi yang terletak di darat ataupun di air, yang
tak terganggu (tanpa halangan) dan tidak dikeraskan, yang dipilih dan
disiapkan sebagat daerah yang tepat yang memungkinkan pesawat
mengubah kemiringan naiknya (climb rate). Dengan adanya clearway di
ujung take off runway, operator pesawat terbang dapat menambah
MTOW pesawatnya karena kemiringan naiknya dapat dikurangi,
sementara operator yakin bahwa tak ada halangan pada clearway.
l. Declared Distance
Adalah jarak yang diinformasikan pada pilot berkenaan dengan
keterbatasan suatu landasan untuk melayani berbagai manuver dari
pesawat yang Landing dan Take off pada landasan tersebut. Declared
Distances meliputi LDA, TORA, ASDA dan TODA.
Take-off Distance
Take-off distance adalah jarak yang diperlukan pesawat untuk take-off
sampai mencapai ketinggian aman, yaitu setinggi 10,7 m (35 ft) dari
permukaan landasan. Berdasarkan kondisi mesin pesawat, ada dua jenis
take-off distance, yaitu:
1. Critical Engine Inoperative
Yang dimaksud dengan Critical Engine Inoperative adalah jarak yang
dibutuhkan untuk lepas landas dimana keadaan mesin telah
mencapai keadaan kritis yaitu pada saat kecepatan siap lepas
landas.
Jaraknya dimulai dari titik start pesawat sampai titik dimana pesawat
sudah mencapai ketinggian 35 feet diatas permukaan tanah. Jarak
ini sama dengan Take Off Distance Available (TODA).
m. Operasi Runway
Menurut sistem pengoperasiannya, secara umum runway dapat dibagi
menjadi 2 jenis.
1. Non-Instrumental Runway
Yaitu runway yang dimaksudkan untuk pesawat yang
menggunakan prosedur pendaratan secara visual (pilot
memperhitungkan pendaratan berdasarkan penglihatannya).
2. Instrument Runway
Yaitu runway yang dimaksudkan untuk pesawat yang
menggunakan prosedur pendaratan secara instrument(pilot
mendaratkan pesawat secara otomatis). Instrument runway
dibagi menjadi empat jenis:
n. Taxiway
Taxiway adalah bagian dari lapangan terbang yang disediakan untuk
jalur pergerakan pesawat dari dan ke runway. Fungsi utama taxiway
adalah sebagai jalan keluar masuk bagi pesawat dari runway menuju ke
apron atau bangunan terminal dan sebaliknya, atau dari runway menuju
ke bagian-bagian yang lain dari lapangan terbang (misalnya hanggar
pesawat). Taxiway diatur sedemikian rupa sehingga pesawat-pesawat
tidak saling mengganggu, baik yang akan menuju ke runway maupun
yang berasal dari runway. Rutenya dipilih sebagai jarak terpendek dari
bangunan terminal menuju ke ujung landasan yang dipakai untuk awal
take-off.
Jenis-Jenis Taxiway
1. Aircraft stand taxiway
Yaitu bagian dari apron yang didesain sebagai taxiway dan
dimaksudkan hanya untuk menyediakan akses ke aircraft stands.
2. Apron taxiway
Yaitu bagian dari sistem taxiway yang terletak pada suatu apron dan
dimaksudkan untuk menyediakan jalur taxi melintasi apron.
3. Parallel taxiway
Yaitu taxiway yang letaknya memanjang sejajar dengan panjang
runway.
4. Exit taxiway
p. Taxiway Curve
Jika direncanakan belokan yang tajam dan radiusnya tidak cukup
memadai untuk memungkinkan roda pesawat tetap berada dalam
Jarak antara holding bay dengan sumbu runway tidak boleh kurang dari
nilai yang diberikan dalam tabel berikut :
t. Apron
Apron adalah suatu daerah yang ditentukan di dalam aerodrome,
dimaksudkan untuk mengakomodasi pesawat untuk keperluan
menaikkan/menurunkan penumpang atau kargo, pengisian bahan bakar,
parkir, atau perawatan. Luas daerah apron harus didesain sedemikian
u. Aircraft stand
Aircraft stand adalah daerah pada apron yang dimaksudkan untuk
memarkir pesawat. Jarak minimum dari sebuah pesawat yang berada
dalam aircraft stand dengan bangunan/pesawat/objek lain tidak boleh
kurang dari nilai clearance yang diberikan dalam tabel berikut.
v. Apron
a. Ukuran Apron
Ukuran apron tergantung dari tipe dan besar pesawat, ruang yang
dibutuhkan pesawat untuk masuk atau keluar parkir, serta ruang
yang dibutuhkan pesawat untuk berputar. Secara keseluruhan apron
harus dapat menunjang kelancaran lalu lintas di lapangan terbang,
terutama di saat padat.
b. Kekuatan Apron
Tiap bagian apron harus dapat menampung lalu lintas lapangan
terbang. Namun ada bagian tertentu dari apron yang bertugas
menampung volume lalu-lintas terpadat serta menampung pesawat
yang sedang berhenti atau bergerak pelan. Sebab itulah apron
memerlukan kekuatan yang lebih besar dibandingkan runway.
c. Kemiringan Apron
Kemiringan suatu apron, termasuk tempat parkir pesawat, harus
dibuat sedemikian agar tidak terjadi genangan air di permukaan
apron. Kemiringan di tempat parkir pesawat tidak boleh lebih dari
1%.
d. Letak Apron
x. Analisis Angin
Penentuan orientasi arah runway dilakukan dengan menggunakan wind
rose. Wind rose adalah suatu grafik yang menunjukkan distribusi
kecepatan dan presentase arah angina pada suatu daerah yang
digunakan untuk membantu perencana lapangan terbang dalam
menentukan jumlah dan orientasi runway. Untuk membuat winrose
diperlukan data-data mengenai arah dan kecepatan angina pada suatu
daerah yang akurat agar data tersebut reliable untuk jangka waktu yang
tidak terbatas.
2) Pelaksanaan Pekerjaan
A. Persiapan Pekerjaan
Inventarisasi dan kompilasi data sekunder yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini meliputi :
Data Topografi, Fisiografi dan Meteorologi.
Data Fasilitas Bandara eksisting.
Data/Informasi Daerah.
Data Lalu Lintas Angkutan Udara.
B. Pekerjaan Survey Lapangan
Pekerjaan Survey Lapangan diantaranya meliputi :
i. Pengukuran dan Pemetaan Topografi
Pengukuran dan Pemetaan Topografi dimaksudkan untuk
memetakan keadaan dan situasi bandar udara dengan ketelitian
yang dapat dipertanggung jawabkan, sesuai dengan cakupan studi
yang dilaksanakan, meliputi :
(a) Orientasi Lapangan
(b) Pemasangan Patok Tetap / BM
(c) Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal/Poligon
o Electrical System.
B. PROGRAM KERJA
1. LINGKUP PEKERJAAN RTT SISI UDARA
Lingkup pekerjaan studi ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
3) Pekerjaan Persiapan
Sebelum memulai rangkaian pekerjaan layanan jasa konsultansi ini, maka
konsultan harus melakukan langkah persiapan berupa penyusunan
program kerja yang mencakup :
f) Penjelasan dan maksud tujuan pekerjaan secara mendetail.
g) Penyusunan detail metodologi pelaksanaan pekerjaan.
h) Pembuatan program kerja yang meliputi :
1) Program detail kegiatan.
2) Jadwal pelaksanaan pekerjaan.
3) Perlengkapan dan organisasi kerja.
4) Penyediaan tenaga ahli.
i) Menyiapkan checklist data, kuesioner dan form-form penelitian yang
diperlukan untuk pengumpulan data informasi.
j) Studi kepustakaan/literatur.
4) Pelaksanaan Pekerjaan
J. Persiapan Pekerjaan
Inventarisasi dan kompilasi data sekunder yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini meliputi :
Data Topografi, Fisiografi dan Meteorologi.
Data Fasilitas Bandara eksisting.
Data/Informasi Daerah.
Data Lalu Lintas Angkutan Udara.
K. Pekerjaan Survey Lapangan
Pekerjaan Survey Lapangan diantaranya meliputi :
iii. Pengukuran dan Pemetaan Topografi
Pengukuran dan Pemetaan Topografi dimaksudkan untuk
memetakan keadaan dan situasi bandar udara dengan ketelitian
yang dapat dipertanggung jawabkan, sesuai dengan cakupan studi
yang dilaksanakan, meliputi :
(a) Orientasi Lapangan
Pengukuran Jarak
• Alat yang digunakan adalah EDM atau Total Station
yang telah dicek (kalibrasi) terhadap jarak basis yang
telah diketahui jaraknya.
• Setiap pengamatan jarak paling sedikit 3 kali
pembacaan dan kemudian diratakan.
• Temperatur dan tekanan udara dicatat untuk hitungan
koreksi refraksi.
Pengamatan Matahari
• Menggunakan Prisma Reoloff.
• Pengamatan matahari minimal 2 seri untuk pagi dan 2
seri untuk sore hari.
• Pengamatan dilakukan pada saat tinggi matahari 200
- 400 .
Syarat-syarat Administrasi
Syarat-syarat Teknis
(8). Gambar Desain/Perencanaan terinci;
(9). Spesifikasi Teknis Pekerjaan;
(10). Perhitungan Volume Pekerjaan (Bill of Quantities);
(11). Prakiraan Biaya Pekerjaan (Engineer Estimate) dan analisa harga
satuan;
(12). Informasi tambahan.
B. Keluaran (Kuantitatif)
Keluaran/hasil yang diharapkan dari pelaksanaan pekerjaan Pembuatan
Rancangan Teknik Terinci ( RTT ) Fasilitas Sisi Udara Bandar Udara
Bulukumba, adalah sebagai berikut :
Syarat-syarat Umum
Syarat-syarat Administrasi
Syarat-syarat Teknis
(b) Gambar Desain/Perencanaan terinci;
(c) Spesifikasi Teknis Pekerjaan;
(d) Perhitungan Volume Pekerjaan (Bill of Quantities);
(e) Prakiraan Biaya Pekerjaan (Engineer Estimate) dan analisa harga
satuan; Informasi tambahan
3. PELAPORAN
Konsultan harus menyerahkan laporan sesuai dengan tahapan dan
kemajuan pekerjaan yang telah dicapai kepada Pemberi Tugas yang meliputi
1. Laporan Pendahuluan (Inception Report )
Laporan Pendahuluan (Inception Report ) antara lain berisi :
1) Uraian kegiatan yang akan dilakukan oleh Konsultan Pelaksana
dalam pelaksanaan pekerjaan termasuk rencana kegiatan survey
lapangan berikut lampiran-lampiran (Check List Data, Kuisioner
dan Form) yang diperlukan untuk pengumpulan data dan
informasi;
2) Analisis awal mengenai kondisi eksisting dilokasi pekerjaan studi
yang akan dilaksanakan, berdasarkan studi kepustakaan/data
sekunder yang telah diperoleh.
3) Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) copy.
6. Album Gambar
Album gambar berisikan :
(1). Gambar-gambar rencana detail kebutuhan fasilitas sisi udara
yang melingkupi rencana detail runway, taxiway, apron, marka,
drainase, fasilitas jalan inspeksi, pagar pengaman dan kebutuhan
fasilitas telekomunikasi, navigasi udara serta penyediaan listrik
sisi udara.
(2). Album Gambar Detail Rencana untuk fasilitas sisi udara, dibuat
dikertas kalkir (asli) berukuran A1 sebanyak 1 (satu) set dan blue
print sebanyak 5 (lima) set.
Tim Konsultasi Jasa Konsultasi Rancangan Teknik Terinci Sisi Udara Bandara Baru Di
Kabupaten Bulukumba. di Provinsi Sulawesi Selatan, akan melibatkan tenaga ahli dari
berbagai disiplin ilmu seperti uraian berikut ini :
A. TENAGA YANG DIBUTUHKAN Kebutuhan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung
Teknis Kualifikasi minimal dari personil yang dipersyaratkan untuk pekerjaan ini
adalah sebagai berikut:
I. Tenaga Ahli Profesional
1) Ahli Perencanaan Bandar Udara sebagai Ketua Tim (Team Leader)
Team Leader Ahli Perencana Bandar Udara (1 orang)
berpendidikan S1 Arsitektur/Teknik Sipil memiliki minimal Kualifikasi
SKA Ahli Teknik Landasan Terbang (206) – Madya/ahli Teknik
Arsitektur (101) – Madya yang masih berlaku, Pengalaman
minimal 4 (empat) tahun, sesuai dengan penugasan dan
keahliannya di Bidang perencanaan Bandar Udara;
2) Ahli Konstruksi Runway (Pavement) (1 orang)
berpendidikan S1 Teknik Sipil memiliki kualifikasi SKA Ahli Teknik
Landsan Terbang (206) - Muda yang masih berlaku, Pengalaman
minimal 4 (empat) tahun sesuai dengan penugasan dan keahliannya
di Bidang perencanaan Konstruksi Runway, Taxiway dan Apron;
3) Ahli Drainase, (1 orang)
TEAM LEADER
TIM TEKNIS
Andi Fahrullah Fajar,ST
Ahli Geodesi
Ahmad Djamping,ST
GARIS KOORDINASI
GARIS INSTRUKSI