Anda di halaman 1dari 30

NERACA PEMBAYARAN

LUAR NEGERI INDONESIA


PERTEMUAN 12
Perdagangan Luar Negeri
 perdagangan internasional adalah
kesepakatan perdagangan yang dilakukan
antara penduduk suatu negara dengan
penduduk negara lain.
 Adam Smith: Theory of Absolute
Advantage (teori keunggulan mutlak).
 suatu negara disebut memiliki keunggulan
mutlak dibandingkan negara lain apabila
negara tersebut dapat memproduksi
barang atau jasa yang tidak dapat
diproduksi negara lain.
Perdagangan internasional terjadi karena :
 1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan
jasa dalam negeri
 2. Keinginan memperoleh keuntungan dan
meningkatkan pendapatan negara
 3. Adanya perbedaan kemampuan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam mengolah sumber daya ekonomi
 4. Adanya kelebihan produk dalam negeri
sehingga perlu pasar baru untuk menjual
produk tersebut. Misalnya jepang yang
banyak memproduksi mobil sehingga jepang
mengekspor juga ke indonesia.
 5. Adanya perbedaan keadaan seperti
sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang
menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi.
Contohnya Indonesia memproduksi gas alam
cair. Jepang tidak mempunyai sumber gas
alam, tetapi mampu memproduksi mobil.
 6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu
barang.
 7. Keinginan membuka kerja sama,
hubungan politik dan dukungan dari negara
lain.
 8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak
satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.
Neraca Pembayaran
 balance of payment atau BOP adalah catatan
sitematis dari semua transaksi ekonomi
internasional (perdagangan, investasi,
pinjaman dsb) yang terjadi antara penduduk
dalam negeri suatu negara dan penduduk
luar negeri selama jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun), yang biasanya
dinyatakan dalam dolar AS.
 BOP juga merupakan salah satu indikator
fundamental ekonomi suatu negara di
samping variable-variabel ekonomi makro
lainnya, seperti laju pertumbuhan PDB,
tingkat pendapatan per kapita, tingkat inflasi,
tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang
domestik. (Tulus, T.H. Tambunan, Dr., 2001).
Neraca Pembayaran Luar Negeri
Tujuan utama pembuatan neraca pembayaran LN
adalah :
 1) Agar otoritas moneter pemerintah mengetahui
kedudukan (hubungan) keuangan internasional,
 2) Untuk membantu membuat kebijakan moneter
dan fisikal
 3) Mengambil kebijakan perdagangan dan
pembayaran (hubungan keuangan internasional).
• Transaksi kredit adalah transaksi yang
menimbulkan hak untuk menerima pembayaran
dari penduduk negara lain (tanda +).
• dan sebaliknya (Nopirin, 1990)
Sistematika Neraca Pembayaran LN
Indonesia
 1. Transaksi berjalan (Current Account)
 2. Modal diluar sektor moneter
 3.Selisih perhitungan (errors and
ommissions)
 4. Lalu lintas moneter
1. Transaksi/ Neraca Berjalan
 Ekspor dan impor barang tampak
 Ekspor dan Impor jasa
 Pembayaran pindahan neto ke luar negeri
 Sebelum krisis ekonomi 1997 transaksi
berjalan kita cenderung tiap tahun
mengalami defisit, karena :
 1) Besarnya pembayaran bunga pinjaman
 2) Besarnya pembayaran ongkos angkutan
dan asuransi
 3) Besarnya pembayaran jasa-jasa lain.
 Defisit transaksi berjalan selalu diusahakan
ditutup dengan surplus pada neraca modal
(lalulintas modal) melalui pinjaman luar
negeri.
2. Modal Diluar Sektor Moneter
• Neraca Modal karena menyangkut transaksi modal, yaitu
lalu lintas modal yang terdiri dari : (1) lalu lintas modal
pemerintah dan (2) lalu lintas modal swasta (investasi
langsung).
 Transaksi modal meliputi penanaman modal langsung,
utang – piutang jangka panjang maupun jangka pendek,
baik yang dilakukan pemerintah maupun oleh swasta.
 Lalu lintas modal pemerintah selama tahun 1997-1999
mengalami saldo positif (+) karena : (a) penerimaan
pinjaman pemerintah meningkat dan (b) pelunasan
pinjaman menurun akibat krisis ekonomi.
 Lalu lintas modal swasta menghasilkan saldo negatif ( - )
karena : (a) penanaman modal langsung (investor)
menurun drastis akibat capital flight, sedang, (b) lainnya
(pelunasan/ angsuran utang LN ) melonjak tinggi akibat
jatuh tempo.
3. Selisih perhitungan
 Pos ini merupakan rekening penyeimbang
apabila nilai transaksi-transaksi kredit tidak
sama dengan nilai transaksi debit (selisih
“jumlah saldo transaksi berjalan dan saldo
neraca modal”. dengan “lalu lintas moneter”).
Dengan demikian total nilai sebelah kredit dan
debit akan selalu sama.
 Hal ini disebabkan karena keadaan tidak
selalu memungkinkan adanya cukup
pengetahuan untuk menghasilkan pencatatan
yang cukup sempurna mengenai transaksi
internasional. Maka perlu menambah satu
rekening (pos) untuk kesalahan-kesalahan
(errors and omission) agar terdapat
keseimbangan ke dua sisi dari neraca
4. Lalu lintas moneter
 Transaksi (rekening) ini sering disebut
“accomodating” sebab merupakan transaksi yang
timbul sebagai akibat adanya transaksi lain.
Transaksi lain disebut “autonomus” sebab transaksi
ini timbul dengan sendirinya, tanpa dipengaruhi oleh
transaksi lain, seperti transaksi berjalan, transaksi
modal.
 Perbedaan antara transaksi autonomus debit dan
kredit diseimbangkan dengan transaksi “lalu lintas
moneter”. Yang termasuk dalam transaksi lalu
lintas moneter adalah mutasi dalam hubungan
dengan IMF, pasiva LN, aktiva LN.
 Defisit atau surplus neraca pembayaran dapat
diketahui dari rekening ini (Nopirin, 1990).
Aspek Likuiditas Neraca
Pembayaran Luar Negeri
Aspek likuiditas neraca pembayaran LN
 1. Cadangan Devisa
 2. Hutang Luar Negeri
 3. Kurs Valuta Asing dan Devaluasi
1. Cadangan devisa
 Devisa (foreign exchange) menurut pasal 1
UU No. 32/1964 adalah :
 a. Saldo bank resmi dari Bank Indonesia
 b. Valuta asing lainnya tidak termasuk uang
logam, yang mempunyai catatan kurs resmi
dari BI
 Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian devisa mencakup baik
valuta asing dalam bentuk simpanan dibank
maupun valuta asing dalam bentuk uang
tunai tidak termasuk uang logam), yang
kedua-duanya mempunyai catatan kurs
resmi di Bank Indonesia.
 Sejak Januari 1998 Bank Indonesia mengubah
konsep cadangan devisa resmi menjadi konsep
aktiva luar negeri bruto (gross foreign assets =
GFA). Di samping konsep GFA, Bank Indonesia
juga mengumumkan posisi cadangan luar negeri
bersih (net international reserve = NIR)
 Pengertian NIR adalah GFA dikurangi kewajiban-
kewajiban BI dalam valuta asing, yaitu :
 a. Utang dalam valuta asing dengan masa jatuh
tempo sampai dengan 1 tahun (termasuk
penggunaan dana pinjaman IMF)
 b. Kewajiban bersih valuta asing dalam rangka
transaksi forward (net forward position)
 c. Simpanan valuta asing bank-bank di BI dalam
rangka pemenuhan ketentuan GWM (Giro Wajib
Minimum) dalam valuta asing
 Catatan :
 1) Liquid reserve, termasuk emas, sekuritas
dalam valas, deposito luar negeri lainnya dan
special drawwing right (SDR)
 2) Others reserve terdiri dari : export draft,
deposito di cabang-cabang luar negeri bank
nasional dan deposito yang ditempatkan di bank-
bank asing untuk menggaransi L/C
 3) Claims forward terhadap non resident
dikurangi kewajiban forward
 4) FCDs = foreign currency deposits
 (Laporan Bank Indonesia, Tahun 2000)
2. Hutang Luar negeri
Penyebab meningkatnya hutang luar negeri :
• Defisit transaksi berjalan pada triwulan IV 2016
menurun sejalan dengan perbaikan
perekonomian dunia dan perekonomian
Indonesia. Defisit transaksi berjalan triwulan IV
2016 tercatat sebesar US$1,8 miliar (0,8% dari
PDB), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya sebesar US$4,7 miliar (1,9% dari
PDB), ditopang oleh perbaikan kinerja neraca
perdagangan barang dan pendapatan primer.
Surplus neraca perdagangan barang tercatat
meningkat didorong oleh peningkatan ekspor
seiring dengan perbaikan ekonomi negara-negara
mitra dagang dan meningkatnya harga komoditas
global.
 Meningkatnya Kebutuhan Investasi
 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
merilis realisasi investasi Triwulan IV (Oktober-
Desember) 2016 sebesar Rp 159,4 triliun,
meningkat 9,6% dibandingkan periode yang
sama Tahun 2015. Realisasi PMDN mencapai Rp
58,1 triliun, meningkat 25,8% dibandingkan
capaian periode yang sama tahun lalu,
sedangkan PMA mencapai Rp 101,3 triliun atau
tumbuh 2,1%. Realisasi investasi Januari-
Desember 2016 mencapai Rp 612,8 triliun,
meningkat 12,4% dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya, sebesar Rp 545,4
triliun
 Hal ini mendorong meningkatnya pinjaman LN,
terutama pinjaman sektor swasta. Di samping
kelangkaan dana, meningkatnya utang LN juga
didorong oleh perbedaan tingkat suku bunga.
 Meningkatnya Inflasi
Nopember 2017 3.30 %

Oktober 2017 3.58 %

September 2017 3.72 %

Agustus 2017 3.82 %

Juli 2017 3.88 %

Juni 2017 4.37 %

Mei 2017 4.33 %

April 2017 4.17 %

Maret 2017 3.61 %

Februari 2017 3.83 %

Januari 2017 3.49 %

Desember 2016 3.02 %

Nopember 2016 3.58 %

Oktober 2016 3.31 %

September 2016 3.07 %

Agustus 2016 2.79 %

Juli 2016 3.21 %

Juni 2016 3.45 %

Mei 2016 3.33 %

April 2016 3.60 %


Posisi Pinjaman Luar Negeri Indonesia
• Berdasarkan Statistik Utang Luar Negeri (SULNI) saja,
utang luar negeri Indonesia dikelompokkan berdasarkan
tiga kelompok peminjam, yaitu pemerintah, bank sentral,
dan swasta. Pada akhir 2016, jumlah total utang luar
negeri Indonesia tercatat sebesarr $317,08 miliar tumbuh
sebesar 2,04 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat
berjumlah $310,73 miliar.
• Pada 2016, utang luar negeri Indonesia yang
terkonsentrasi pada sektor sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan mencapai $165,74 miliar. Sedangkan,
sektor dengan proporsi utang luar negeri terendah pada
2016 adalah pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan dengan nilai $7,7 miliar.
• Bank Indonesia (BI) melansir data terbaru mengenai posisi
utang luar negeri Indonesia. Per Januari 2017, utang luar
negeri Indonesia tercatat sebesar USD 320,28 miliar atau
setara dengan Rp 4.274 triliun (kurs hari ini). Angka utang
ini naik cukup tinggi dibanding bulan sebelumnya atau
Desember 2016 yang tercatat hanya USD 316,40 miliar.
3. Kurs Valuta Asing dan Devaluasi
Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Sifat
pasar ada yang tetap, berubah-ubah atau diawasi. Maka
dikenal beberapa sistem kurs devisa:
1) Sistem Kurs Devisa Tetap (Fixed Exchange Rate)
 Pada standar kertas seperti sekarang, yang dimaksud fixed
exchange rate adalah suatu sistem devisa di mana
pemerintah menetapkan tingkat kurs mata uang negara
tersebut dengan mata-mata uang negara lain dan
brusahauntuk mempertahankannya dengan berbagai
kebijakan secara sadar, seperti :
 a. Tindakan-tindakan tidak langsung berupa : (1)
pembelian mata uang sendiri dengan mata uang asing oleh
Bank Sentral atau (2) sebaliknya penjualan mata uang
sendiri apabila tingkat kurs dipasar melonjak di atas tingkat
kurs yang ditetapkan.
 b. Tindakan-tindakan langsung berupa penjatahan devisa
pada tingkat kurs yang ditetapkan. Dalam hal ini tidk ada
“pasar devisa” dalam arti sebenarnya.
2) Sistem Kurs Mengambang (Floating/ Flexible
Exchange Rate)
 Pada sistem ini kurs satu mata uang dengan mata
uang lain dibiarkan untuk ditentukan secara bebas
oleh tarik-menarik kekuatan pasar.
 Keuntungan sistem ini bahwa tingkat kurs yang
berlaku selalu sama dengan tingkat kurs
keseimbangan, sehingga tidak ada pasar gelap, tidak
ada masalah surplus atau defisit neraca pembayaran
(Boediono, 1994).
3) Perencanaan Devisa (Exchange Control)
 Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh
transaksi valuta asing. Tujuannya untuk mencegah
aliran modal ke luar.
 Menghadapi jumlah devisa yang lebih kecil
dibandingkan perminataan, maka pemerintah
melakukan alokasi di dalam penggunaannya yakni
dengan melakukan multiple exchange rata.
Dalam rangka melaksanakan sistem deivsa bebas,
Indonesia telah mengesahkan Undang-undang No. 24
tahun 1999 tentang lalu lintas Devisa dan Sistem Nilai
Tukar.
1) Sistem Devisa bebas
 Undang-undang No. 24 tahun 1999 ini menegaskan
bahwa Indonesia tetap menganut sistem devisa,
sehingga memungkinkan setiap penduduk dapat
dengan bebas memiliki dan menggunakan devisa yang
dimilikinya.
 Prinsip devisa bebas tetap dipertahankan dengan
pertimbangann Indonesia masih memerlukan dana luar
negeri untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan yang
belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari dalam negeri
dalam rangka lebih mempercepat pembangunan. Selain
itu, aliran modal masuk tersebut juga diperlukan untuk
menutup defisit transaksi berjalan yang sebelum krisis
mencapai sekitar 3% dari PDB.
2 Karena itu dalam undang-undang ini diatur
mengenai pelaporan dan pemantauan kegiatan lalu
lintas devisa:
 a. Bank Indonesia berwenang meminta keterangan
dan data mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang
dilakukan oleh penduduk.
 b. Setiap penduduk diwajibkan untuk memberikan
keterangan dan data dimaksud, secara langsung
atau melalui pihak lain yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
 c. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.1/9/PBI/1999,
mengatur kewajiban bank dan LKNB menyampaikan
keterangan dan data mengenai kegiatan lalu – lintas
devisa, meliputi transaksi devisa, posisi aset dan
kewajiban finansial kepada Bank Indonesia.
DEVALUASI
 ¨ Dalam kenyataan kurs valuta asing tidak
stabil karena kenaikan harga umum di suatu
negara berbeda dengan kenaikan harga umum
negara lain (partner)
 ¨ Rumus Teori Purchasing Power Parity (PPP)

 IHDx / IHDn
 Pn-x = ------------------
 IHFx / IHFn

 Keterangan :
Pn-x = Paritas Daya Beli Tahun s/d x
 IHD = Indeks Harga Konsumen Dalam Negeri
 IHF = Indeks Harga Konsumen Luar Negeri
 n = tahun dasar
 x = tahun x
Rasio paritas yang semakin tinggi berarti kenaikan
harga umum dalam negeri lebih tinggi dibandingkan
luar negeri. dengan kata lain terjadi penilaian lebih
(overvalue) terhadap mata uang dalam negeri.
Tujuan Devaluasi :
 (1) Untuk merangsang perluasan ekspor akibat
penerimaan yang bertambah dari para eksportir
 (2) Untuk menurunkan impor karena bertambah
mahal akibat kenaikan kurs.
 (3) Dengan meningkatnya ekspor dan menurunnya
impor maka neraca pembayaran seimbang (tidak
defisit) dan diharapkan cadangan devisa akan
bertambah.
ASPEK SOLVABILITAS NERACA
PEMBAYARAN LUAR NEGERI

 Bagaimana peran ekspor-impor terhadap


perekonomian nasional bisa dilihat dari
berbagai indikator, seperti :
 (1) saldo transaksi berjalan,
 (2) rasio ekspor-impor terhadap PDB dan
(3) dinilai tukar perdagangan (terms of
trade)
contoh
 Di masa lalu, data neraca perdagangan
berdampak tinggi pada pasar forex
mengingat pengaruhnya yang langsung
pada nilai tukar mata uang suatu
negara terhadap negara partner
dagangnya.
 pada dekade terakhir ini pengaruhnya
tampak semakin berkurang seiring dinamika
pasar, dibandingkan dengan indikator
fundamental lainnya yang lebih berdampak
pada perekonomian.
 Namun demikian, dalam jangka pendek,
dampak neraca perdagangan masih terlihat
pada pergerakan nilai tukar mata uang,
terutama jika data yang dirilis menyimpang
jauh dari perkiraan para pelaku pasar.
 Sebagai dampak neraca perdagangan defisit,
mata uang negara partner dagang cenderung
menguat, sedangkan mata uang negara
tersebut cenderung melemah terhadap
mata uang negara partner dagang.
 Pelemahan nilai tukar mata uang dalam jangka
panjang bisa mengakibatkan harga produk-
produk yang diimpor dari mancanegara
menjadi lebih mahal dibanding produk-produk
yang diekspor.
 negara tersebut semestinya dapat mengurangi
ketergantungan pada produk impor dan
menggenjot ekspor, agar ke depan tak lagi
mengalami defisit.
 Namun, jika impor tetap tinggi, maka lama-
kelamaan bisa menggerogoti kekayaan negara
 Negara dengan neraca perdagangan
defisit akan cenderung untuk
memperlemah (men-devaluasi) nilai
tukar mata uangnya agar bisa membuat
harga produk-produk ekspornya lebih
kompetitif.
 Produk-produk ekspor yang lebih kompetitif
diharapkan akan meningkatkan volume
ekspor, dan pada akhirnya mempersempit
defisit neraca perdagangan.
 Jika nanti neraca perdagangan kembali
surplus, maka dalam jangka panjang, nilai
tukar mata uang negara tersebut dapat
kembali menguat.

Anda mungkin juga menyukai