Anda di halaman 1dari 2

Dari sisi perpajakan, ketentuan pajak jasa katering tertulis dalam Pajak Penghasilan

Pasal 23 Ayat 1 seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
244/PMK.03/2008.
Suatu usaha dapat disebut sebagai jasa boga atau katering dengan beberapa
kriteria sebagai berikut:
1. Sebagai jasa penyediaan makanan dan minuman dimana terdapat peralatan
yang lengkap untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan penyajian
sementara penyajiannya diantar ke lokasi yang diinginkan oleh pemesan.
2. Penyajian makanan dan minuman di lokasi yang diinginkan oleh pemesan
dapat dilakukan dengan atau tanpa peralatan dan petugasnya.
3. Yang tidak termasuk dalam pengertian jasa katering yaitu penjualan
makanan dan minuman yang dilakukan melalui tempat penjualan berupa
toko, kios, dan sejenisnya untuk menjual makanan dan minuman tersebut,
baik penjualan secara langsung maupun penjualan secara tidak langsung.

Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Jasa Katering


Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) yaitu PPh Pasal 23 Ayat 1 huruf c
angka 2 mengatur bahwa penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan
 jasa teknik,
 jasa manajemen,
 jasa konstruksi,
 jasa konsultan
 dan jasa lain (seperti jasa catering dll)
selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong
oleh pihak yang wajib membayarkan sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto.
Dengan kata lain, jasa katering yang masuk dalam jasa lain dikenakan PPh
Pasal 23.

Pengecualian Pajak atas Jasa Catering


Meskipun ketentuan pajak atas jasa katering dikenakan PPh Pasal 23 namun ada
pengecualian pajak yang harus diketahui. Dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan terdapat dua pasal yang menyebutkan:
 Atas penghasilan dari jasa yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
akan dikenai pemotongan PPh Pasal 21 oleh pengguna jasa yang
merupakan pemotong PPh Pasal 21;
 Penghasilan dari jasa yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23 adalah
penghasilan dari jasa yang ada dalam Pasal 23 yang dilakukan oleh Wajib
Pajak Badan.
Maka terdapat kesimpulan bahwa tidak semua jenis jasa katering dapat dikenakan
Pajak Penghasilan Pasal 23.
 Apabila jasa katering itu dilaksanakan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi atau
bisa dikatakan sebagai usaha rumahan tanpa adanya kebijakan perusahaan
atau badan usaha, berarti pajak penghasilan yang dikenakan adalah PPh
Pasal 21.
 Apabila jasa katering tersebut termasuk ke Wajib Pajak Badan, maka tentu
dikenai pemotongan PPh Pasal 23.

Anda mungkin juga menyukai