Anda di halaman 1dari 65

MODUL 2

BUKU PRAKTIKUM & SKILL LAB


BASIC PHARMACEUTICAL SCIENCE

Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Sultan Agung
2022

Alamat: JL. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054/SM


Telepon. (024) 6583584
Facsimile: (024) 6594366

1
Modul 2 : Basic Pharmaceutical Science
Buku Skill Lab/Praktikum

Copyright @ by School of Pharmacy, Faculty of Medicine


Islamic Sultan Agung University.
Printed in Semarang
printed: Oktober 2022

Designed by: tim modul


Cover Designed by: tim modul
Published by School of Pharmacy, Faculty of Medicine
Islamic Sultan Agung University
All right reserved

This publication is protected by Copyright law and permission should be obtained from publisher prior to
any prohibited reproduction, storage in a retrieval system, or transmission in any form by any means,
electronic, mechanical, photocopying, and recording or likewise
TIM MODUL

Drs. Purwito Soegeng P., M.Kes


(Koordinator Modul)

Dr. Indriyati Hadi Sulistyaningrum, M.Sc


(Sekretaris Modul)

apt. Azmi Rahmadani, M.Pharm.Sci


(Pelaksana Pembelajaran)

apt. Arifin Santoso, M.Sc


(Evaluasi dan Nilai Modul)
Kontributor
Core Disciplines:
1. Fisika Dasar
2. Matematika Dasar

Suplementary disiplin:
1. Logical Thinking
2. Islam Disiplin Ilmu
3. Kimia fisika
LBM 1. PRAKTIKUM 1
PENGUKURAN DASAR DAN KETIDAK PASTIAN PENGUKURAN

SASARAN PEMBELAJARAN

Mampu melakukan ketrampilan dan memahami pembelajaran tentang dasar-dasar pengukuran dan konsep
ketidakpastian yang akan diterapkan selama masa studi di Prodi Farmasi

Waktu : 170 menit

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu menggunakan dan memahami beberapa alat ukur dasar
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada hasil pengukuran tunggal dan berulang
3. Mampu mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam pengolahan hasil
pengukuran

II. DASAR TEORI


A. Alat Ukur Dasar
Pengamatan suatu gejala pada umumnya belumlah lengkap jika belum ada informasi yang
sedemikian memerlukan pengukuran suatu besaran fisis. Pengukuran adalah suatu teknik untuk
menyatakan suatu sifat dalam bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran
baku (standar) yang diterima sebagai satuan.
Alat ukur adalah perangkat untuk mennetukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas atau
variabel fisis. Pada umumnya alat ukur terbagi menjadi dua yaitu alat ukur analog dan digital. Ada
dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan sistem digital. Alat ukur analog memberikan hasil
ukuran yang bernilai kontinyu, misalnya penunjukan temperature dalam ditunjukkan oleh skala,
penunjuk jarum pada skala meter, atau penunjukan skala elektronik (Gambar 1.a). alat ukur digital
memberikan hasil pengukuran yang bernilai diskrit. Hasil pengukuran tegangan atau arus dari meter
digital merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit tertentu yang ditunjukka pada panel display-
nya (Gambar 1.b)
Gambar 1. Penunjukan meter analog dan meter digital
Setiap pengukuran selalu dianggap oleh ketidakpastian. Sumber ketidakpastian disebabkan
antara lain adanaya Nilai Skala Terkecil (NST, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan
paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta
ketrampilan pengamat. Dengan demikian amat sulit mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran
melalui pengukuran.
Tanpa menyatakan ketidakpastian suatu hasil pengukuran tidak banyak memberikan
informasi mengenai besaran yang diukur, mutu alat ukur dan ketelitian pengukuran. Ketidakpastian
suatu hasil pengukuran dapat memberikan informasi mengenai tingkat kepercayaan akan hasil
pengukuran, mutu alat yang digunakan dan ketelitian pengukuran tersebut.

Nilai Skala Terkecil (NST)


Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi, inilah
yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur bergantung pada NST ini. Pada
Gambar 2 di bawah ini tampak bahwa NST=0,25 satuan.

Gambar 2. Skala utama suatu alat ukur dengan NST = 0,25 satuan
Nonius
Skala nonius akan meningkatkan ketelitian pembacaan alat ukur. Umumnya terdapat suatu
pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah skala nonius yang akan menyebabkan garis
skala titik nol dan titik maksimum skala nonius berimpit dengan skala utama. Cara membaca
skalanya adalah sebagai berikut:
1. Baca posisi 0 dari skala nonius pada skala utama
2. Angka decimal (di belakang koma) dicari dari skala nonius yang berimpit dengan skala
utama
Kadang –kadang skala utama dengan skala nonius dapat berbentuk lingkaran seperti dapat
dijumpai pada meja putar alat spektroskopi.
B. Parameter alat ukur
Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami, diantaranya:
a. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variabel yang
diukur
b. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat untuk
membedakan satu pngukuran dengan lainnya
c. Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau variabel
yang diukur
d. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat ukur
e. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur
C. Ketidakpastian
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian
tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol,
kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan
lingkungan yang sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Hal ini disebabkan karena system yang
diukur mengalami suatu gangguan. Dengan demikian sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya
suatu besaran melalui pengukuran. Oleh sebab itu, setiap hasil pengukuran harus dilaporkan dengan
ketidakpastiannya. Ketidakpastian dibedakan menjadi dua, yaitu ketidakpastian mutlak dan relatif.
Masing-masing ketidakpastian dapat digunakan dalam pengukuran tunggal dan berulang.

D. Ketidakpastian Mutlak
Suatu nilai ketidakpastian yang disebabkan karena keterbatasan alat ukur itu sendiri. Pada
pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya digunakan bernilai setengah dari NST. Untuk
suatu besaran maka ketidakpastian mutlanya dalam pengukuran tunggal adalah:
∆ 𝑋 = ½ 𝑁𝑆𝑇…………….. (1)

Dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai berikut:


𝑋 = (𝑥 ± ∆𝑋)…………..(2)
Melaporkan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
adalah menggunakan kesalahan ½ rentang atau bisa juga menggunakan Standar Deviasi
Kesalahan ½ rentang
Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi seperti pada pengukuran
tunggal. Kesalahan ½ Rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan ketidakpastian pada
pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya adalah sebagai berikut:
a) Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variabel 𝑥 misalnya 𝑛 buah, yaitu 𝑥1 , 𝑥2 , … . . , 𝑥𝑛
b) Cari nilai rata-ratanya yaitu 𝑥̅
𝑥1 +𝑥2 +⋯+𝑥𝑛
𝑥̅ = ………….(3)
𝑛

c) Tentukan dari 𝑥𝑚𝑎𝑥 dan 𝑥𝑚𝑖𝑛 kumpulan data 𝑥 tersebut dan ketidakpastiannya dapat
dituliskan:
(𝑥𝑚𝑎𝑥−𝑥𝑚𝑖𝑛 )
∆𝑥 = 2
…..(4)

d) Penulisan hasilnya sebagai:


𝑥 = 𝑥̅ ± ∆𝑥……(5)

Untuk jelasnya, sebuah contoh dari hasil pengukuran (dalam mm) suatu besaran 𝑥 yang
dilakukan empat kali yaitu: 153,2; 153,6; 152,8; 153,0. Rata-ratanya adalah:
153,2 + 153,6 + 152,8 + 153,0
𝑥̅ = = 153,2 mm
4
Nilai terbesar dalam hasil pengukuran tersebut adalah 153,6 mm dan nilai terkecilnya adalah
152,8mm. maka rentang pengukuran adalah :
(153,6-152,8)=0,8 mm
Sehingga ketidakpastian pengukuran adalah
0,8
∆𝑥 =
= 0,4
2
Maka hasil pengukuran yang dilaporkan adalah 𝑥 = (153,2 ± 0,4)mm

Standar Deviasi
Bila dalam pengamatan dilakukan 𝑛 kali pengukuran dengan besaran 𝑥 dan terkumpul
data 𝑥1 , 𝑥2 , … . . , 𝑥𝑛 maka nilai rata-rata dari besaran ini adalah:
1 1
𝑋̅ = 𝑛 (𝑋1 + 𝑋2 + ⋯ + 𝑋𝑛 ) = 𝑛 ∑𝑛𝑗=1 𝑋𝑗 …….. (6)

Kesalahan dari nilai rata-rata ini terhadap nilai sebenarnya besaran 𝑥 (yang tidak mungkin kita
ketahui nilai benarnya 𝑥𝑛 ) dinyatakan oleh standar deviasi
2 2
∑𝑛 ̅
𝑗=1(𝑋𝑗 −𝑋 ) 𝑛 ∑𝑛 2 𝑛
𝑗=1 𝑋𝑗 −(∑𝑗=1 𝑋𝑗 )
𝑠𝑥 = √ =√ ……. (7)
(𝑛−1) 𝑛(𝑛−1)

Standar deviasi diberikan oleh persamaan (7), sehingga kita hanya dapat menyatakan bahwa nilai
benar dari besaran 𝑥 terletak dalam selang (𝑋̅ − 𝑠𝑥 ) sampai (𝑋̅ + 𝑠𝑥 ). Jadi penulisannua adalah
𝑋 = 𝑋̅ + 𝑠𝑥 .

E. Ketidakpastian relatif
Ketidakpastian relatif adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan hasil pengukuran
terdapat hubungan hasil pengukuran terhadap KTP yaitu:
∆𝑥
𝐾𝑇𝑃𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = 𝑥
……. (8)

Apabila menggunakan maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai:


𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 × 100%)..........(9)

F. Ketidakpastian pada Fungsi Variabel (Perambatan Ketidakpastian)


Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai oleh ketidakastian,
maka variabel ini akan disertai pula oleh ketidakpastian. Hal ini disebut sebagai perambatan
ketidakpastian. Untuk jelasnya ketidakpastian variabel yang merupakan hasil operasi variabel-
variabel lain ynag disertai oleh ketidakpastian akan disajikan dalam Tabel 1 berikut ini. Misalkan
dari suatu pengukuran diperoleh (𝑎 ± ∆𝑎) dan (𝑏 ± ∆𝑏). Kepada kedua hasil pengukuran tersebut
akan dilakukan operasi matematik dasar untuk memperoleh besaran baru
Tabel 1. Contoh perambatan ketidakpastian
Variabel yang Operasi Hasil Ketidakpastian
dilibatkan
𝑎 ± ∆𝑎 Penjumlahan 𝑝 =𝑎+𝑏 ∆𝑝 = ∆𝑎 + ∆𝑏
𝑏 ± ∆𝑏 Pengurangan 𝑞 =𝑎−𝑏 ∆𝑞 = ∆𝑎 + ∆𝑏
Perkalian 𝑟 =𝑎×𝑏 ∆𝑟 ∆𝑎 ∆𝑏
= +
𝑟 𝑎 𝑏
Pembagian 𝑎 ∆𝑠 ∆𝑎 ∆𝑏
𝑠= = +
𝑏 𝑠 𝑎 𝑏
Pangkat 𝑡 = 𝑎𝑛 ∆𝑡 ∆𝑎
=𝑛
𝑡 𝑎
G. Angka Berarti/Penting (Significant Figures)
Angka berarti (𝐴𝐵) menunjukkan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada hasil
pengukuran. 𝐴𝐵 berkaitan dengan 𝐾𝑇𝑃𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (dalam %). Semakin kecil 𝐾𝑇𝑃𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 maka semakin
tinggi mutu pengukuran atau semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan. Aturan
praktis yang menghubungkan antara 𝐾𝑇𝑃𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 dan 𝐴𝐵 adalah sebagai berikut:

𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔(𝐾𝑇𝑃𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 )…….. (10)

Sebagai contoh suatu hasil pengukuran dan cara menyajikannya untuk beberapa AB akan
disajikan dalam Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Contoh penggunaan 𝐴𝐵
Nilai yang terukur 𝐾𝑇𝑃𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (%) 𝐴𝐵 Hasil penulisan
1,202 × 103 0,1 4 (1,202 ± 0,001) × 103
1 3 (1,20 ± 0,01) × 103
10 2 (1,2 ± 0,1) × 103
III. ALAT DAN BAHAN
1. Jangka Sorong
2. Mikrometer Sekrup
3. Mistar
4. Neraca Ohauss
5. Stopwatch
6. Gelas ukur
7. Termometer
8. Benda padat homogen (balok, silinder, bola)
V. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Jangka Sorong
a. Perhatikan gambar jangka sorong di bawah ini!
b. Sebutkan bagian-bagian dari gambar jangka sorong yang ditandai, kemudian jelaskan fungsi
masing-masing bagian jangka sorong tersebut!
Tabel 1. Bagian-bagian Jangka Sorong dan Fungsinya’
No Nama Fungsi
1
2
3
4
5
c. Berapa skala terbesar dan terkecil yang ditunjukkan pada nomor 1 dan apa satuannya?
d. Berapa skala terbesar dan terkecil yang ditunjukkan pada nomor 2 dan apa satuannya?
e. Berdasarkan data yang Anda peroleh pada nomor c) dan d), bagaimana cara menentukan
ketelitian jangka sorong? Berapa besar ketelitian tersebut!
f. Ukurlah panjang, lebar dan tinggi balok masing-masing sebanyak 5 kali dan catat hasil
pengukurannya dalam tabel berikut!

Tabel 2. Pengukuran panjang, lebar, dan tinggi balok


No Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)
1
2
3
4
5

g. Dari Tabel 2 di atas, hitung rata-rata dari pengukuran panjang, lebar dan tinggi !
h. Hitunglah selisih nilai setiap data dengan nilai rata-rata yang anda peroleh! Tuliskan
hasilnya dalam tabel berikut.

No Panjang/p (cm) |p-p ̅ |


1
2
3
4
5
Rata-rata (P ̅ )

No Lebar/l (cm) |l-l ̅ |


1
2
3
4
5
Rata-rata (L ̅ )

No Tinggi/t (cm) |t-t ̅ |


1
2
3
4
5
Rata-rata (T ̅ )
i. Hitunglah diameter sebanyak 5 kali sesuai langkah diatas?
j. Tulislah hasil pengukuran panjang, lebar dan tinggi ; dan diameter dalam bentuk sebagai
berikut
Hasil pengukuran = Rata-rata ± ketidakpastian
(cara pengukuran merupakan pengukuran berulang, digunakan standar deviasi; hasil hanya
disajikan menggunakan KTP mutlak)
k. Tentukan volum balok,bola dan KTP nya menggunakan perambatan ketidakpastian (nilai
volum dengan KTP mutlaknya). Nilai volum disajikan dengan KTP relatifnya (gunakan
konsep angka berarti
2. Mikrometer Sekrup
a. Perhatikan gambar mikrometer sekrup di bawah ini!

b. Sebutkan bagian-bagian dari gambar mikrometer skrup yang ditandai, kemudian jelaskan
fungsi masing-masing bagian mikrometer skrup tersebut!
Tabel 1. Bagian-bagian Mikrometer Sekrup dan Fungsinya’
No Nama Fungsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9

c. Pegang pemutar sehingga terlihat angka pada bagian nomor 5. Berapa skala terbesar dan
terkecilnya dan apa satuannya?
d. Berapa skala terbesar dan terkecil yang ditunjukkan pada nomor 7 dan apa satuannya?
e. Berapa batas ukur dan ketelitian mikrometer skrup?
f. Ukurlah panjang, lebar dan tinggi dari balok yang sudah disedikan masing-masing
sebanyak 5 kali dan catat hasil pengukurannya dalam tabel berikut!
Tabel 2. Pengukuran panjang, lebar, dan tinggi balok
No Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)
1
2
3
4
5
g. Dari Tabel 2 di atas, hitung rata-rata dari pengukuran panjang, lebar dan tinggi !
h. Hitunglah selisih nilai setiap data dengan nilai rata-rata yang anda peroleh! Tuliskan
hasilnya dalam tabel berikut.
No Panjang/p (cm) |p-p ̅ |
1
2
3
4
5
Rata-rata (P ̅ )

No Lebar/l (cm) |l-l ̅ |


1
2
3
4
5
Rata-rata (L ̅ )

No Tinggi/t (cm) |t-t ̅ |


1
2
3
4
5
Rata-rata (T ̅ )
i. Hitunglah diameter sebanyak 5 kali sesuai langkah diatas?
j. Tulislah hasil pengukuran panjang, lebar dan tinggi ; dan diameter dalam bentuk sebagai
berikut
Hasil pengukuran = Rata-rata ± ketidakpastian
(cara pengukuran merupakan pengukuran berulang, digunakan standar deviasi; hasil hanya
disajikan menggunakan KTP mutlak)
k. Tentukan volum balok,bola dan KTP nya menggunakan perambatan ketidakpastian (nilai
volum dengan KTP mutlaknya). Nilai volum disajikan dengan KTP relatifnya (gunakan
konsep angka berarti
3. Mistar
a. Perhatikan gambar mistar di bawah ini!

b. Berapa skala terbesar dan terkecilnya dan apa satuannya?


c. Berapa ketelitian mistar?
d. Ukurlah panjang, lebar dan tinggi dari balok yang sudah disedikan masing-masing
sebanyak 5 kali dan catat hasil pengukurannya dalam tabel berikut!
Tabel 2. Pengukuran panjang, lebar, dan tinggi balok
No Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)
1
2
3
4
5

e. Dari Tabel 2 di atas, hitung rata-rata dari pengukuran panjang, lebar dan tinggi !
f. Hitunglah selisih nilai setiap data dengan nilai rata-rata yang anda peroleh! Tuliskan
hasilnya dalam tabel berikut.
No Panjang/p (cm) |p-p ̅ |
1
2
3
4
5
Rata-rata (P ̅ )

No Lebar/l (cm) |l-l ̅ |


1
2
3
4
5
Rata-rata (L ̅ )
No Tinggi/t (cm) |t-t ̅ |
1
2
3
4
5
Rata-rata (T ̅ )

g. Tulislah hasil pengukuran panjang, lebar dan tinggi dalam bentuk sebagai berikut
Hasil pengukuran = Rata-rata ± ketidakpastian
h. Tentukan volum balok dan KTP nya menggunakan perambatan ketidakpastian (nilai volum
dengan KTP mutlaknya). Nilai volum disajikan dengan KTP relatifnya (gunakan konsep
angka berarti)

4. Neraca O’Haus
a. Perhatikan gambar neraca O’haus di bawah ini!

b. Sebutkan bagian-bagian dari gambar neraca O’haus yang ditandai, kemudian jelaskan
fungsi masing-masing bagian neraca O’haus tersebut!
Tabel 1. Bagian-bagian Neraca O’Haus dan Fungsinya’
No Nama Fungsi
1
2
3
4

c. Sebutkan skala terbesar dan terkecilnya dan apa satuannya?


d. Bagaimana cara mengkalibrasi neraca O’Haus tersebut?
e. Ambillah tiga buah benda, kemudian ukurlah massanya dengan menggunakan neraca
O’haus, kemudian catat hasil pengukurannya dalam tabel berikut (pengukuran tunggal
dengan KTP mutlak; ½ NST)!
f. Tentukan rapat massa dan gunakan perambatan ketidakpastiannya. Jangan lupa konversi
nilai KTP massa ke bentuk KTP relatif (dilakukan karena berbeda motode dalam
pengukurannya). Standar deviasi (volum) 66% sedangkan mutlak (massa) 50%
Tabel 2. Pengukuran Massa Benda
No Nama Benda Massa (….)
1
2
3

5. Termometer
a. Perhatikan gambar termometer di bawah ini!

b. Berapakah batas ukur termometer tersebut?


c. Berapakah skala terkecil dari termometer tersebut?
d. Berapakah ketelitian pengukuran dari termometer?
e. Jelaskan fungsi benang yang ada pada termometer?
f. Jelaskan cara menggunakan termometer yang baik dan benar!
g. Ambillah gelas ukur, isi gelas ukur tersebut dengan air, kemudian ukurlah suhu air tersebut
dengan menggunakan termometer! Berapakah suhu air tersebut?

7. Stopwatch
a. Ambillah stopwatch, amatilah kemudian sebutkan bagian-bagian yang ada dalam
stopwatch tersebut!
b. Berapakah batas maksimum dan minimum tekanan yang ditunjukkan stopwatch?
c. Berapakah skala terkecil masing-masing bagian skala yang ada dalam stopwatch tersebut?
d. Pegang nadi anda lalu hitung waktu yang dibutuhkan untuk 10 kali denyut nadi? Nyatakan
hasilnya dalam satuan sekon dan jam!

8. Gelas Ukur
a. Ambillah gelas ukur, kemudian amati!
b. Berapakah batas maksimum dan minimum yang ditunjukkan gelas ukur tersebut?
c. Berapakah skala terkecil masing-masing bagian skala yang ada dalam gelas ukur tersebut?
d. Masukkan air dalam gelas ukur, kemudian baca hasil skala yang terukur, nyatakan hasilnya
dalam satuan mks dan cgs

VI. TUGAS AKHIR

1. Tentukan NST jangka sorong, mikrometer sekrup, neraca O’haus, neraca pegas, termometer,
stopwatch.
2. Bagaimana menentukan NST dari alat ukur digital?
3. Perhatikan nonius pada jangka sorong dan mikrometer sekrup. Tentukan NST alat ukur tersebut
tanpa dan dengan nonius!
4. Katupkan jangka sorong Anda rapat-rapat tetapi jangan dipaksa keras-keras dan catat kedudukan
skala dalam keadaan ini. Bahas mengenai kedudukan titik nolnya
5. Ukurlah panjang, lebar dan tebal balok logam dengan jangka sorong masing-masing sebanyak lima
kali pada tempat yang berbeda-beda. Tentukan dimensi balok tersebut beserta KTP mutlak dan KTP
relatifnya.
6. Ukurlah diameter bola kecil Anda dengan mikrometer sekrup sebanyak 10 kali pada tempat-tempat
yang berbeda. Selanjutnya tentukan diameter bola kecil tersebut beserta KTP mutlak dan relatifnya.
VI. FORMAT LAPORAN AKHIR
Halaman Judul
Daftar Isi
I. Pendahuluan
II. Tujuan
III. Dasar Teori
IV. Prosedur Percobaan
V. Data dan Pembahasan
VI. Kesimpulan
Daftar Pustaka

VIII. KEPUSTAKAAN
- Halliday & Resnick. PHYSICS 3rd edition. Jhon Wileyand son, inc. New York, USA.
- PHYME University Laboratory Eksperimence of Physics, volume 4. 1994. PHYME series of
Pulication Gottigen. Germany
- Tippler, Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik, jilid 1. 1991. Erlangga. Jakarta.
- Darmawan D.B., 1984. Teori Ketidakpastian. Penerbit ITB
LBM I. PRAKTIKUM 2
PENGUKURAN OPTIK: PENENTUAN INDEKS BIAS

SASARAN PEMBELAJARAN

Mampu melakukan ketrampilan dan memahami pembelajaran tentang konsep dasar optic khususnya
penentuan indeks bias yang berhubungan dengan ilmu farmasi selanjutnya.

Waktu : 170 menit

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu melakukan pengukuran sudut deviasi dan sudut deviasi minimum pada prisma
2. Mampu menentukan indeks bias prisma

II. DASAR TEORI


Pengamatan suatu gejala pada umumnya belumlah lengkap jika belum ada informasi yang
sedemikian memerlukan pengukuran suatu besaran fisis. Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan
suatu sifat dalam Prisma yang akan membiaskan warna putih menjadi pelangi karena indeks bias material
bergantung pada panjang gelombang. Warna putih merupakan campuran dari semua panjang gelombang
tampak dan ketika tiba pada prisma akan belok sesuai dengan panjang gelombangnya.

Gambar 1. Prinsip dasar pembiasan pada prisma


Prisma adalah zat bening (transparan) terbuat dari kaca yang dibatasi oleh dua bidang datar dan
membentuk sudut tertentu yang berfungsi menguraikan (sebagai pembias) sinar yang mengenainya.
Permukaan ini disebut bidang pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang pembias disebut sudut
pembias (β). Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai
bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar
tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar datang dari zat optik
kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar
dibiaskan menjauhi garis normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat
yaitu dari kaca ke udara. Akibatnya, seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan mengalami
pembelokan arah dari arah semula.
Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu saat memasuki prisma dan
meninggalkan prisma. Jika sinar datang mula-mula dan sinar bias akhir diperpanjang, maka keduanya akan
berpotongan di suatu titik dan membentuk sudut yang disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi (δ) adalah
sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang mula-mula dengan sinar yang meninggalkan bidang
pembias atau pemantul.

Gambar 1. Sudut deviasi dalam pembiasan prisma

Gambar tersebut memperlihatkan bahwa berkas sinar tersebut dalam prisma mengalami dua kali
pembiasan sehingga antara berkas sinar masuk ke prisma dan berkas sinar keluar dari prisma tidak lagi
sejajar. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar.
Jadi, sudut deviasi dirumuskan sebagai:
δ=(𝑖1 +𝑟2 )-β
di mana :
δ : sudut deviasi
i1 : sudut datang pada prisma
r2 : sudut bias sinar meninggalkan prisma
β : sudut pembias prisma, yaitu i2 (sudut datang permukaan kedua) + r1 (sudut bias permukaan
pertama)
Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut datangnya cahaya ke prisma.
Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil. Sudut
deviasi akan mencapai minimum (δm atau δ = 0) jika sudut datang cahaya ke prisma sama dengan sudut
bias cahaya meninggalkan prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang masuk ke prisma akan
memotong prisma itu menjadi segitiga sama kaki, sehingga berlaku: i1 = r2 = i (dengan i adalah sudut datang
cahaya ke prisma) dan i2 = r1 = r (dengan r adalah sudut bias cahaya memasuki prisma). Oleh karena itu,
persamaan sudut deviasi di atas dapat dituliskan kembali dalam bentuk:
δ=(𝑖1 + 𝑟2 )-β
⟺ 𝛿𝑚 = (𝑖1 + 𝑖1 ) − 𝛽
⟺ 𝛿𝑚 = 2𝑖1 − 𝛽
𝛿𝑚 + 𝛽
𝑖1 =
2
Selain itu, sudut deviasi minimum juga bisa terjadi jika i2 = r1, maka dari rumus sudut pembiasan
prisma dapat ditulis kembali sebagai berikut:
𝛽 = 𝑖2 + 𝑟1
𝛽 = 𝑟1 + 𝑟1 = 2𝑟1
1
𝑟1 =
𝛽
2
Dalam pembiasan cahaya terdapat suatu hukum yang dikenal dengan Hukum Snellius. Hukum
Snellius adalah rumus matematika yang memberikan hubungan antara sudut datang dan sudut bias pada
cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotropik berbeda, seperti udara dan
gelas atau kaca. Nama hukum ini diambil dari matematikawan Belanda Willebrord Snellius, yang
merupakan salah satu penemunya. Hukum ini juga dikenal sebagai Hukum Descartes atau Hukum
Pembiasan. Hukum Snellius terdiri atas dua hukum, yaitu:
1. Hukum Snellius I

“Jika suatu cahaya melalui perbatasan dua jenis zat, maka garis
semula tersebut adalah garis sesudah sinar itu membias dan garis
normal di titik biasnya, ketiga garis tersebut terletak dalam satu bidang
datar.”
2. Hukum Snellius II

“Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias selalu konstan.
Nilai konstanta dinamakan indeks bias.”

𝑆𝑖𝑛 𝑖 𝑆𝑖𝑛 𝑖 𝑛2
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 ⟹ =
𝑆𝑖𝑛 𝑟 𝑆𝑖𝑛 𝑟 𝑛1

di mana:
n1 : indeks bias medium di sekitar prisma (biasanya adalah udara)
n2 : indeks bias prisma
Berdasarkan Hukum Snellius, maka besar sudut deviasi minimum dapat dinyatakan:
𝛿𝑚 + 𝛽
sin 𝑛2
⟺ 2 =
1 𝑛1
sin 𝛽
2
1 𝛿𝑚+𝛽
⟺ 𝑛2 sin 2 𝛽 = 𝑛1 sin s
2

LENSA POSITIF DAN NEGATIF (Waktu : 100 menit)

A. Tujuan
Menentukan jarak fokus dan indeks bias lensa positif dan negative.
B. Teori Dasar
Jarak Fokus Lensa :
Lensa positif yang berada di sebelah kanan lampu objek dapat membentuk bayangan nyata
(real) pada layar di sebelah kanannya. Hubungan jarak fokus (f), jarak benda (s) dan jarak bayangan
(s’) adalah :
1 1 1
= + … … … … (1)
f 𝑠 𝑠′
Untuk lensa negative, semua benda yang ada di depannya selalu membentuk bayangan
semu (virtual) yang berada didepannya juga, sehingga bayangan tersebut tidak mungkin terbentuk
pada layar di belakangnya. Agar tidak terbentuk bayangan nyata (real) pada layar, bendanya harus
semu yaitu berada di belakangnya. Dalam hal ini digunakan lensa positif yang membentuk
bayangan nyata pada layar di belakangnya, kemudian diantara lensa positif dan layar diletakkan
lensa negative, sedemikian sehingga bayangan nyata pada layar dapat terbentuk dengan cara
menggeser layarnya.
Benda semu untuk lensa negative adalah bayangan nyata pada layar yang dibentuk oleh
lensa positif. Jadi, jarak benda untuk lensa negative adalah jarak lensa negative ke layar, sedang
jarak bayangan untuk lensa negative adalah jarak lensa negative ke layar setelah layar digeser.
Dengan persamaan (1) dapat dihitung jarak fokus lensa negative, dengan catatan bahwa
jarak bendanya diberi tanda negative, karena bendanya adalah benda semu.

24
III. ALat dan Bahan, Prosedur, dan Data Pengamatan
PRAKTIKUM 1
Alat dan Bahan
1. Spektrometer Prisma 3. Lampu Natrium 5. Loupe
2. Transformator 4. Penjepit Prisma 6. Statif dan Klem

PROSEDUR KERJA
1. Letakkan prisma pada bangku optic. (gambar 2)
2. Ukur sudut puncak (sudut pembias) prisma (A).
3. Letakkan prisma seperti pada gambar 1, cari sinar biasnya kemudian putar bangku optic sehingga
posisi garis kuning berada paling tepi (tepat pada saat akan kembali).
4. Catat sudut 1 dan 2 kedua posisi teleskop di kanan dan kiri arah lurus sinar datang dimana masing-
masing posisi tersebut deviasinya (D) minimum. Selisih pembacaan sudut kedua posisi tersebut
sama dengan 2Dm. Jadi 1 - 2 = 2 Dm.
Catatan: Pada pembacaan sudut kedua posisi teleskop, spektrum garis kuning yang tampak harus tepat
pada perpotongan kedua benang silang yang juga tampak bersama dengan spektrum garis kuning tersebut.
Ketelitian = I menit ( 1/60= 0,00167)

Lampu-Na

Kolimator

Bangkuoptik

skala
teleskop

Gambar 2

25
Keterangan:
29 sd = 30 sp
1 sp = 29/30 sd
LC = 1 sd – 1 sp
LC = 1/30 sd (1 sd = 1/2O)
LC = 1/60O

Data Hasil Pengamatan:


Sudut Puncak Prisma:
1 − 2
1 (kanan) 2 (kiri) 1- 2 = 2 A 𝐴=
2

Sudut Deviasi Minimum:


1 − 2
1 (kanan) 2 (kiri) 1- 2 = 2 Dm 𝐷𝑚 =
2

Tentukan indeks bias bahan kaca prisma!

PRAKTIKUM 2
Alat dan Bahan
1. Bangku optic
2. Statif dan Klem
3. Lampu Objek
4. Layar
5. Mistar
6. Lensa positif
7. Lensa negative
Prosedur Percobaan
1. Menentukan jarak fokus lensa positif
2. Letakkan lensa positif diantara lampu objek dan layar, kemudian geserlah lensa sehingga
terbentuk bayangan jelas dan tajam pada layar

26
3. Ukur jarak lensa ke lampu objek (s), dan jarak lensa ke layar (s’) dengan mistar
4. Ulangi untuk jarak lampu objek ke layar dengan jarak yang berbeda
5. Menentukan jarak fokus lensa negative
6. Letakkan lensa positif diantara lampu objek dan layar, kemudian geserlah lensa sehingga
terbentuk bayangan nyata kira-kira sama besar dan terbalik dengan bendanya.
7. Letakkan lensa negative diantara lensa positif dan layar, dan ukurlah jarak lensa negative ke
layar (s)
8. Geserlah layar, sehingga tampak bayangan nyata, jelas, dan tajam, yang dibentuk oleh lensa
negative.
9. Ukurlah jarak lensa negative ke layar yang telah digeser tadi (s’) dengan mistar
10. Ulangi untuk jarak (s) yang berbeda
Data Hasil Pengamatan
Lensa positif
No. S (cm) S’ (cm)
1. +… +…
2. +… +…
3. +… +…
… +… +…
10. +… +…
Ṥ= S’ =
Lensa negatif
No. S (cm) S’ (cm)
1. +… +…
2. +… +…
3. +… +…
… +… +…
10. +… +…
Ṥ= S’ =
Dengan data yang diperoleh dari hasil percobaan, hitung jarak fokus rerata lensa positif
dan negative !

27
LBM 2 PRAKTIKUM KE-1
PENGENALAN DAN PENGGUNAAN ALAT GELAS-MENIMBANG DAN
PEMBUATAN LARUTAN BAKU

PRAKTIKUM I : PENGENALAN DAN PENGGUNAAN ALAT GELAS-MENIMBANG


Waktu : 200 menit
Tujuan Praktikum:
Mahasiswa mampu mengenal alat dan mengetahui cara menggunakan alat laboratorium
dengan baik dan benar

Dasar Teori:
Laboratorium tidak dapat dilepas di dalam dunia kefarmasian. Banyak aspek di kefarmasian
yang masih menggunakan alat dan laboratorium sebagai sarana untuk menunjang praktek
kefarmasian. Contohnya dalam dunia Quality control, seorang farmasis tidak terlepas dengan
penggunaan alat dan metode untuk menunjang ketepatan dalam menganalisis kandungan maupun
besarnya kadar obat.
Untuk dapat melakukan analisis senyawa kimia secara benar sehingga hasilnya akurat, maka
mahasiswa perlu memahami kegunaan dan dapat menggunakan secara benar peralatan yang
diperlukan. Sehubungan dengan itu maka beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
A. Cara Umum Membersihkan Alat-Alat Gelas
✓ Menggunakan larutan sabun atau detergen. Untuk kotoran yang tidak terlalu sulit dibersihkan, alat-
alat dapat dicuci dengan larutan sabun atau detergen dengan bantuan sikat pembersih. Setelah
disikat, dibilas dengan air kran sampai tidak ada busa bekas sabun. Terakhir dibilas dengan air
suling 1-2 kali, selanjutnya dikeringkan.
✓ Dengan cleansing mixture. Campuran pencuci ini digunakan untuk kotoran yang sangat sulit
dibersihkan. Alat-alat gelas yang bersangkutan diisi atau direndam dalam larutan K2Cr2O7 10%
dalam asam sulfat pekat. Kemudian dibiarkan beberapa jam (lebih baik semalam). Selanjutnya alat
tersebut dikeluarkan atau larutan bikromatnya dituang. Setelah dibilas dengan air suling beberapa
kali sampai bersih (kalau perlu diperiksa sampai bebas asam dengan lakmus) alat tersebut dibalik
dan dikeringkan.

28
✓ Alat gelas yang terbuat dari gelas borosilikat (a.l. merek pyrex, Jena, dll) dapat dikeringkan dalam
almari pengering pada suhu 100o/120o C. untuk alat-alat yang sangat kotor/dengan lapisan lemak
yang tebal dapat dipakai campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat pekat beruap, dengan
cara yang sama seperti di atas.
✓ PERINGATAN : Hati-hati bekerja dengan cleansing mixture ini. Berbahaya ! dapat merusak kulit
dan pakaian.
B. Mengeringkan Alat Gelas
✓ Alat-alat yang telah bersih dapat dikeringkan dengan membiarkannya dalam kedudukan terbalik,
kecuali alat-alat tertentu, agar cepat dikeringkan dalam almari pengering (oven). Awas untuk buret,
pipet volume, labu ukur, gelas ukur tidak boleh dikeringkan dalam almari pengering (dengan
pemanasan)
✓ Pipet volume dapat dikeringkan dengan meniupkan udara kering lewat blower setelah dibilas
dengan alcohol absolute (96%)
Beberapa alat laboratorium yang penting dan cara pemakaiannya
1. Gelas Kimia (beaker) :

Beaker secara umum berbentuk silinder dengan dasar yang bidang dan tersedia dalam
berbagai ukuran, yaitu ukuran 10, 20, 25 mL, 50 mL, 100 mL, 150 mL, 250 mL, 500 mL, 1 L, 2
L dan sebagainya.
Fungsi bekerglass:
a. wadah untuk memanaskan bahan terutama larutan atau dapat juga digunakan untuk wadah
untuk membuat larutan
b. sebagai pemanas, maksudnya adalah beaker glass digunakan untuk memanaskan bahan
atau larutan, misalnya memanaskan aquadest untuk membuat larutan NaOH.

29
2. Labu Erlenmeyer

Fungsi dan kegunaan Erlenmeyer Flask antara lain adalah:


a. Mengukur dan mencampur bahan-bahan analisa.
b. Untuk menampung larutan, bahan padat ataupun cairan.
c. Meracik dan menghomogenkan (melarutkan) bahan-bahan komposisi media,
d. Tempat kultivasi mikroba dalam kultur cair
e. Tempat untuk melakukan titrasi bahan

30
3. Gelas ukur

Gelas ukur dapat terbuat dari gelas (polipropilen) ataupun plastik. Dapat digunakan
untuk mengukur volume 10 hingga 2000 mL secara kasar (karena diameternya besar,
kesalahannya relative besar). Disarankan digunakan untuk mengukur volume larutan
yangbesarnya antara 20%-80% dari kapasitas gelas ukur. Untuk zat yang mudah menguap atau
rusak oleh udara digunakan gelas ukur bertutup.

4. Pipet (pipette, pipettor, chemical dropper)


a. Pipet ukur (measuring pipette) yang fungsinya adalah memindahkan larutan dengan berbagai
ukuran volume.

b. Pipet volume (volume pipette) berfungsi untuk memindahkan larutan dengan satu ukuran volume.

c. Pipet tetes (drop pipette) berfungsi membantu memindahkan cairan dari wadah yang satu
ke wadah yang lain dalam jumlah yang sangat kecil tetes demi tetes.

31
32
5. Buret

Buret adalah sebuah peralatan gelas laboratorium berbentuk silinder yang memiliki
garis ukur dan sumbat keran pada bagian bawahnya. Digunakan untuk meneteskan
sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang memerlukan presisi, seperti pada
eksperimen titrasi.
Yang perlu diperhatikan :
▪ Pada waktu mengisi buret saat akan titrasi, ujung buret (kran) harus penuh terisi larutan
▪ Ketika membaca/mengamati miniskus, mata harus horizontal dengan garis skala, hal ini
mengurangi kesalahan parallax
▪ Untuk memudahkan pengamatan kedudukan miniskus dapat dipakai secarik kertas putih, yang
separuhnya diberi warna hitam. Batas warna hitam ditempatkan 1-2 mm dibawah miniskus, maka
miniskus akan tampak lebih jelas. Kadang-kadang buret dilengkapi dengan garis biru vertical
pada bagian belakang buret untuk memudahkan pengamatan kedudukan miniskus (pembacaan
buret). Buret ini digunakan untuk titrasi atau untuk memindahkan sejumlah tertentu volume
larutan (identik dengan pipet berskala).

33
6. Tabung reaksi

Tabung reaksi atau Test Tube banyak digunakan oleh ahli kimia untuk menahan campuran, atau
jumlah kecil panas bahan kimia padat atau cair, terutama untuk percobaan kualitatif dan tes.

7. Kaca arloji

Kaca arloji terbuat dari kaca bening, terdiri dari berbagai ukuran diameter. Fungsi :
a. Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel.
b. Tempat saat menimbang bahan kimia.
c. Tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator
8. Corong

Corong terbuat dari plastik atau kaca tahan panas dan memiliki bentuk seperti gelas
bertangkai, terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek. Digunakan dengan meletakkan
kertas saring ke dalam corong tersebut. Fungsi :
a. Untuk menyaring campuran kimia dengan gravitasi
b. Untuk memasukkan cairan ke dalam wadah

34
9. Cawan

Cawan Porselin digunakan untuk mereaksikan zat dalam suhu tinggi, mengabukan kertas saring,
menguraikan endapan dalam gravimetric sehingga menjadi bentuk stabil.
10. Mortar dan pestle

Mortar dan Pestle adalah alat yang digunakan untuk menghancurkan suatu bahan atau sample
seperti daun, akar, seedling, biji, dan lain-lain, untuk tujuan isolasi DNA, RNA, atau protein.
Mortar adalah bagian wadahnya, sedangkan pestle adalah bagian batang yang dipegang. Lama
penggerusan sangat tergantung jenis bahan, kekuatan penggerus, dan keahlian menggunakan alat tersebut.

11. Spatula :

Spatula digunakan untuk mengambil obyek. Ada tiga jenis spatula untuk keperluan laboratorium:
a. Spatula yang terbuat dari logam (stainlessteel) digunakan untuk mengambil obyek yang
telah diiris untuk sediaan mikroskop.
b. Spatula politena atau tanduk, digunakan sebagai sendok untuk mengambil bahan kimia
padat.
c. Spatula nekel adalah spatula yang disepuh dengan nekel, digunakan sebagai sendok kecil
untuk mengambil bahan kimia.

35
12. Batang pengaduk
Terbuat dari kaca tahan panas, digunakan untuk mengaduk cairan di dalam gelas kimia.

13. Kawat kasa :

Kawat yang dilapisi dengan asbes, digunakan sebagai alas dalam penyebaran panas yang
berasal dari suatu pembakar.
14. Burner / pembakar spiritus :
Digunakan untuk memanaskan bahan kimia.

36
Dalam melakukan praktikum di laboratorium, mahasiswa diharapkan memiliki ketrampilan dalam
hal mengoperasikan dan menggunakan peralatan di laboratorium. Di sini dijabarkan beberapa ketrampilan
yang perlu mahasiswa kuasai.
1. CARA MENGADUK LARUTAN
A. Mengaduk pada Gelas Kimia
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengadukan di gelas kimia adalah
kontrol tangan yang cukup stabil pada saat mengaduk. Usahakan batang pengaduk tidak sampai
berbenturan dengan dinding atau dasar dari gelas kimia.

B. Mengocok Tabung Reaksi


pegang leher tabung reaksi dengan cukup kokoh lalu menepuk-nepukan tabung reaksi
tersebut pada telapak tangan yang lain secara perlahan.

C. Menggoyang Erlenmeyer
Pegang leher erlenmeyer dengan cukup kuat, lalu putar perlahan searah jarum jam.
Pastikan goyangan yang Anda lakukan tidak membuat cairan dalam labu erlenmeyer meluap ke
luar.

37
D. Mengocok Labu Volumetrik
.

Cara membuat kertas saring

1. Lipat kertas saring membentuk kerucut


2. Robek sedikit sudut lipatan sekitar sekitar setengah diameter, lipat bagian luar dan bagian
dalam kerucut, kemudian kaitkan.
3. Basahi dinding corong dengan akuades, agar dapat melekatkan kertas saring.
4. Tempatkan kertas saring pada corong.

2. CARA MEMEGANG PIPET TETES

Penggunaan pipet tetes yang tepat adalah dengan menekan bagian karet untuk
mengeluarkan udaranya terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam zat cair. Jika Anda
menekan bagian karet pada saat pipet di dalam zat cair, maka udara yang keluar dari pipet mungkin
saja bereaksi dengan zat cair yang akan diambil.
3. CARA MEMBUAT LARUTAN
Perhatikan gambar simualasi pembuatan larutan dari zat padat di bawah ini:

38
a. Masukan zat padat yang telah ditentukan massanya terlebih dahulu ke dalam gelas kimia
b. Tambahkan sedikit akuades untuk melarutkan zat padat
c. Aduk larutan sampai zat padat terlarut semuanya
d. Masukan larutan ke dalam labu volumetrik
e. Tambahkan akuades sampai batas skala labu volumetrik
4. MENGENCERKAN LARUTAN
Perhatikan gambar simualasi pengenceran larutan di bawah ini:

a. Ukur volum larutan yang akan diencerkan


b. Masukkan ke dalam labu ukur
c. Tambahkan akuades sampai batas skala labu volumetrik
d. Kocok labu volumetrik sampai larutan homogeny

5. CARA MENGUKUR VOLUME LARUTAN


Berikut langkah-langkah untuk mengukur suatu larutan menggunakan silinder ukur:
1. Simpan silinder ukur di meja yang kokoh, stabil dan memiliki permukaan yang rata.
2. Tuangkan larutan ke dalam silinder ukur.
3. Bacalah skala yang terbaca pada silinder ukur. Harus dipahami juga bahwa sifat permukaan
zat cair dibagi menjadi dua, yaitu meniskus (permukaan) cekung dan meniskus cembung.

39
Umumnya permukaan zat cair bersifat meniskus cekung. Contoh zat yang meniskus
cembung adalah air raksa.
4. Perhatian: posisikan mata sejajar dengan letak meniscus cembung/cekung dari zat cair.
Perhatikan gambar di bawah ini untuk mempermudah Anda dalam memahami penjelasan di
atas:

TEKNIK DASAR PENGGUNAAN PIPET FILER

Berikut langkah-langkah ketika memindahkan larutan dengan menggunakan pipet filler:


1. Pipet larutan sampai melewati batas skala pada pipet
2. Tempelkan ujung pipet ke dinding gelas kimia yang dimiringkan (posisi pipet harus tegak
lurus dan batas skala pada pipet sejajar dengan mata). Keluarkan larutan sampai tepat di
batas skala.
3. Pindahkan pipet ke wadah lain yang akan dimasukkan larutan tersebut. Keluarkan isi
larutan dalam pipet
4. Diamkan pipet sesaat hingga tidak ada larutan yang keluar lagi. Biarkan sisa larutan yang
ada di ujung pipet, jangan ditiup.

ALAT DAN BAHAN


Alat-alat dan bahan-bahan yang biasa digunakan dalam laboratorium farmasi.

40
TUGAS MAHASISWA
1. Amatilah alat – alat yang tersedia di depan meja anda dan tulis nama dan kegunaan dari masing-
masing alat.
2. Lakukan skill menggunakan alat praktikum di depan Anda sesuai dengan perintah yang ditentukan!

DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik (Edisi 4), Penulis: J. Basset, R.C.
Denney, G.H. Jeffery, J. Mendham, Penerbit: EGC,

41
LBM 3
PRAKTIKUM 2. PENGUKURAN KALORIMETRI

SASARAN PEMBELAJARAN

Mampu melakukan ketrampilan dan memahami pembelajaran tentang pengukuran kalorimetri


yang akan diterapkan pada masa studi di Prodi Farmasi

Topik ketrampilan : PENGUKURAN KALORIMETRI (PRAKTIKUM)

Waktu : 100 menit

I. Tujuan
1. Mempelajari dan memahami prinsip kerja kalorimeter
2. Menentukan kalor lebur es
3. Menentukan kalor jenis beberapa logam

II. Dasar Teori


Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu
perubahan atau rekasi kimia. Sedangkan kalorimetri adalah pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap
atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia. Dengan menerapkan prinsip humum Hess, kalor reaksi suatu reaksi
kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar, energy ikatan dan secara
eksperimen. Proses dalam kalorimeter berlangsung secara adiabatic, yaitu tidak ada energy yang lepas atau
masuk dari luar ke dalam kalorimeter.
Kalor yang dibutuhkan unbtuk menaikkan suhu kalorimeter sebesar 1 pada air dengan massa 1
gram disebut dengan tetapan kalorimetri. Dalam proses ini berlaku Azas Black yaitu:
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
𝑄𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝑄𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 + 𝑄𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑚1 𝑐(𝑇𝑝 − 𝑇𝑐 ) = 𝑚2 𝑐(𝑇𝑐 − 𝑇𝑑 ) + 𝐶(𝑇𝑐 − 𝑇𝑑 )
Keterangan:
𝑚1 = massa air panas
𝑚2 = massa air dingin
c = kalor jenis air
𝐶 = kapasitas kalorimeter
𝑇𝑝 = suhu air panas
𝑇𝐶 = suhu air campuran

42
𝑇𝑑 = suhu air dingin
Sedangkan hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk energy lain disebut dengan
termodinamika. Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan energy dalam suatu proses
termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada sistem dan jumlah kalor yang dipindahkan ke
sistem. Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan dan tidak spontan. Proses
spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar. Sedangkan reaaksi tidak spontan tidak terjadi
jika tanpa bantuan luar. Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi dari Kristal sempurna
murni pada suhu nol mutlak ialah nol. Kristal sempurna murni pada suhu nol mutlak menunjukkan
keteraturan tertinggi yang dimungkinkan dalam sistem termodinamika, jika suhu ditingkatkan sedikit diatas
0 °K, entropi meningkat. Entropi mutlak selalu mempunyai nilai positif.
Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c) dan perubahan suhu
(∆T), yang dinyatakan dengan persamaan yaitu:
𝑄 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇

Gambar 1. Kalorimeter
Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat pada
reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan
suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas perekasi kemdian dihitung kalor reaksi
dari reaksi sistem larutan tersebut.
Bentuk kalorimeter , beker aluminium dan gelas plastik jenis polistirin (busa) dapat digunakan
sebagai kalorimeter sederhana. Keuntungan menggunakan gelas plastic sebagai kalorimeter adalah murah
harganya dan setelah dipakai dapat dibuang. Sedangkan kalorimeter

43
Kalorimeter yang biasanya digunakan di laboratorium fisika umumnya berbentuk bejana silinder
dan terbuat dari logam. Bejana ini dilengkapi pengaduk dan diletakkan di dalam bejana yang lebih besar
yang disebut mantel/jaket yang berfungsi untuk mengurangi hilangnya kalor karena konveksi dan konduksi.

III. Metode Eksperimen


A. Alat
1. Kalorimeter
2. Termometer
3. Gelas ukur
4. Keping Es
5. Air
6. Neraca

B. Prosedur Percobaan
1. Menentukan nilai air kalorimeter
a. Timbanglah kalorimeter kosong dan pengaduknya !
b. Catat massa air setelah kalorimeter diisi air kira-kira ½ bagian !
c. Masukkan kalorimeter yang berisi air ke dalam selubung luarnya!
d. Tambahkan air mendidih sampai kira-kira ¾ bagian (catat suhu air mendidih) !
e. Catat suhu kesetimbangan !
f. Timbanglah kembali kalorimeter !
2. Menentukan kalor lebur es
a. Timbanglah kalorimeter kosong dan pengaduknya !
b. Catat massa air setelah kalorimeter diisi air kira-kira ½ bagian !
c. Masukkan kalorimeter yang berisi air ke dalam selubung luarnya dan mencatat temperature
mula-mula!
d. Masukkan potongan es kemudian tutup serta aduk!
e. Mencatat temperature keseimbangannya!
f. Timbanglah kembali kalorimeter!
3. Menentukan kapasitas kalor jenis logam
a. Kepingan logam yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam rongga penguap dan
panaskan !
b. Timbang kalorimeter serta pengaduknya !
c. Timbang kalorimeter serta pengaduknya setelah diisi air kira-kira 3/5 bagian !

44
d. Masukkan kalorimeter ke dalam selubung luarnya dan catat suhunya !
e. Catat suhu kepingan logam !
f. Masukkan kepingan logam ke dalam kalorimeter dan catat suhu saat setimbang !
g. Ulangi langkah 1 s/d 6 untuk logam yang lain !

IV. Lembar Kerja


No Massa Massa Suhu awal Suhu Massa
Kalorimeter Kalorimeter+air (T1) Campuran Kalorimeter
(m1) (m2) (T2) akhir (m3)

1. Hitung nilai air kalorimeter pada percobaan ini !


2. Hitung kalor lebur es dan bandingkan hasil percobaan dengan literature !
3. Hitung kapasitas kalor jenis logam dibandingkan dengan literature !
4. Apa pengaruh dari bentuk dan ukuran logam terhadap hasil yang diperoleh !
5. Berikan analisa dan kesimpulan dari hasil percobaan !

V. Daftar Pustaka
1. FW. Sears. 1993. Fisika untuk Universitas. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta
2. Halliday dan Resnick, Fisika I

LBM 2. Praktikum 2
PENGUKURAN TEGANGAN PERMUKAAN

45
SASARAN PEMBELAJARAN

Mampu melakukan ketrampilan dan memahami pembelajaran tentang pengukuran tegangan


permukaan yang akan diterapkan selama masa studi di Prodi Farmasi

Topik ketrampilan :

Waktu : 100 menit

I. Tujuan
1. Memahami konsep dasar prinsip percobaan tegangan permukaan
2. Mampu melakukan pengukuran tegangan permukaan dengan metode kenaikan pipa kapiler

II. Dasar Teori


Tegangan permukaan adalah besar gaya yang terdapat pada permukaan zat cair tiap satuan panjang.
Sebenarnya, tegangan (stress) juga dimiliki oleh zat padat. Tegangan pada zat padat jauh lebih besar dari
ada tegangan pada zat cair. Sesuai dengan teori partikel, menjelaskan bahwa antar partikel baik zat air,
padat dan gas memiliki gaya tarik- menarik. Pada zat padat jarak antar partikel sangat dekat dan gaya tarik-
menariknya sangat kuat, sehingga partikel-partikel hanya dapat bergerak ditempatnya. Hal ini akan
mengakibatkan bentuk dan volum zat padat selalu tetap. Pada zat cair, jarak antar artikelnya renggang dan
gaya tarik- menariknya tidak begitu kuat, sehingga partikel- partikelnya dapat bergerak bebas.Tetapi
gerakannya tidak dapat meninggalkan kelompoknya. Itulah sebabnya bentuk zat cair selalu berubah- ubah
sesuai dengan tempatnya. Pada gas,jarak antar partikelnya berjauhan dan gaya tarik- menarik antar
partikelnya sangat lemah. Akibatnya, gerakan pertikel-partikelnya sangat bebas dan tidak teratur. Itulah
sebabnya bentuk dan volum gas selalu berubah sesuai dengan bentuk wadahnya.
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut dengan daya kohesi.
Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan
daya adhesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi
perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada
permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan.
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan
yang tidak dapat bercampur. Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang
batas. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zat cair
itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan

46
garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan
senyawa organik tertentu antara lain sabun. Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan
menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua
zat cair tersebut akan mudah bercampur. Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa semakin tinggi
tegangan permukaan pada suatu bidang akan menyebabkan dua zat cair yang berbeda akan susah untuk
bercampur (stabil) yang dikarenakan adanya pembentukan permukaan baru.
Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang diperhatikan akan tetapi fenomena-fenomena
tersebut mempunyai hubungan dengan adanya tegangan permukaan. Sering terlihat peristiwa-peristiwa
alam yang tidak diperhatikan dengan teliti misalnya tetes-tetes zat cair pada pipa kran yang bukan sebagai
suatu aliran, laba-laba air yang berada di atas permukaan air, mainan gelembung-gelembung sabun, pisau
silet yang diletakkan perlahanlahan diatas permukaan zat cair yang terapung, dan naiknya air pada pipa
kapiler. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya gaya-gaya yang bekerja pada permukaan zat cair atau pada
batas antara zat cair dengan bahan lain. Yang dimaksud tegangan permukaan adalah suatu kemampuan atau
kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas pemukaannya lebih kecil yaitu
permukaan datar, atau bulat seperti bola atau ringkasnya didefinisikan sebagai usaha untuk membentuk luas
permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di permukaannya.
Seperti silet, berat dari silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit melengkung kebawah dimana silet itu
berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat cair namun zat cair dengan tegangan permukaannya
berusaha mempertahankan luas permukaannya sekecil mungkin.
Ada beberapa model peralatan yang sering digunakan untuk mengukur tegangan permukaan suatu
zat cair. Yang pertama adalah dengan metode pipa kapiler yaitu mengukur tegangan permukaan zat cair
dan sudut kelengkungannya dengan memakai pipa berdiameter. Salah satu ujung pipa tersebut dicelupkan
kedalam permukaan zat cair maka zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai ketinggian tertentu.
Pada percobaan ini salah satu aspek yang mudah diamati adalah tentang sifat zat cair yaitu apakah zat cair
itu adhesive atau non-adhesive. Pada zat cair yang adhesive berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil
daripada gaya adhesinya dan pada zat yang non-adhesive berlaku sebaliknya. Salah satu besaran yang
berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak (q) yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan zat
cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama
(gaya kohesi) dan gaya tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adhesi). Harga dari sudut kontak
ini berubah-ubah dari 0 sampai 180 derajat dan dibagi menjadi dua bagian yaitu : pada zat cair yang
adhesive besarnya sudut kontak ( q ) : 0 < q < 90 (derajat) dan pada zat cair nonadhesive besarnya (q) : 90
< q < 180 (derajat).
Tegangan permukaan dapat diukur dengan beberapa cara, seperti dengan tensiometer, cara drop
weight, cara bubble pressure, cara kenaikan pipa kapiler, dan lain-lain. Cara yang sering digunakan adalah

47
cara kenaikan pipa kapiler. Cara ini berdasarkan kenyataan bahwa kebanyakan cairan dalam pipa kapiler
mempunyai permukaan lebih tinggi daripada permukaan di luar pipa kapiler, yang disebabkan oleh gaya
akibat adanya tegangan permukaan. Ini terjadi bila cairan membasahi dinding. Pada umumnya zat cair
memiliki permukaan mendatar tetapi apabila zat cair bersentuhan dengan zat padat atau dinding bejana,
maka permukaan pada bagian tepi yang bersentuhan dengan dinding akan melengkung. Gejala
melengkungnya permukaan zat cair disebut dengan misniskus. Ada dua jenis miniskus yaitu meniscus
cekung dan miniskus cembung.
Besarnya cekungan dan kecembungan permukaan cairan ketika bersentuhan dengan zat padat
tergantung pada besar kecilnya sudut kontak yang terbentuk. Sudut kontak θ, adalah sudut yang dibentuk
oleh permukaan cairan yang bersentuhan dengan permukaan bidang padatan.
𝑟ℎ∆𝜌𝑔
𝛾=
2 cos 𝜃
Dimana
γ = tegangan permukaan
r = jari-jari pipa kapiler
ρ = berat jenis zat cair
g = gaya grafitasi
h = selisih tinggi permukaan zat cair dalam pipa kapiler dan tabung reaksi
θ = sudut kontak
III. Metode Eksperimen
A. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah
1. ALat:
• Pipa kapiler
• Neraca Mohr
• Gelas kimia
• Piknometer
2. Bahan:
• Aquades
• Larutan garam
• Larutan detergen
• Etanol

48
B. Prosedur Percobaan
1. Menentukan berat jenis aquades
i. menimbang piknometer dengan necara mohr
ii. memasukkan 50mL aquades kedalam piknometer
iii. menimbang piknometer yang telah diisi dengan aquades dengan neraca mohr
iv. menghitung berat jenis aquades
2. Menentukan tegangan permukaan aquades
i. aquades dari piknometer dimasukkan kedalam gelas kimia
ii. masukkan pipa kapiler yang telah diberi tanda sebatas tanda yang telah ditentukan
iii. mengukur tinggi kenaikan dalam pipa kapiler dengan penggaris
iv. menghitung volume aquades dalam pipa kapiler
v. menghitung jari-jari pipa kapiler
vi. menghitung tegangan permukaan aquades
3. Menentukan berat jenis larutan garam
i. menimbang piknometer dengan necara mohr
ii. memasukkan 50mL larutan garam kedalam piknometer
iii. menimbang piknometer yang telah diisi dengan larutan garam dengan neraca mohr
iv. menghitung berat jenis larutan garam
4. Menentukan tegangan permukaan larutan garam
i. larutan garam dari piknometer dimasukkan kedalam gelas kimia
ii. masukkan pipa kapiler yang telah diberi tanda sebatas tanda yang telah ditentukan
iii. mengukur tinggi kenaikan dalam pipa kapiler dengan penggaris
iv. menghitung volume larutan garam dalam pipa kapiler
v. menghitung jari-jari pipa kapiler
vi. menghitung tegangan permukaan larutan garam
5. Menentukan berat jenis larutan detergen
i. menimbang piknometer dengan necara mohr
ii. memasukkan 50mL larutan detergen kedalam piknometer
iii. menimbang piknometer yang telah diisi dengan larutan detergen dengan neraca mohr
iv. menghitung berat jenis larutan detergen
6. Menentukan tegangan permukaan larutan detergen
i. larutan detergen dari piknometer dimasukkan kedalam gelas kimia
ii. masukkan pipa kapiler yang telah diberi tanda sebatas tanda yang telah ditentukan

49
iii. mengukur tinggi kenaikan dalam pipa kapiler dengan penggaris
iv. menghitung volume larutan detergen dalam pipa kapiler
v. menghitung jari-jari pipa kapiler
vi. menghitung tegangan permukaan larutan detergen
7. Menentukan berat jenis etanol
i. menimbang piknometer dengan necara mohr
ii. memasukkan 50mL etanol kedalam piknometer
iii. menimbang piknometer yang telah diisi dengan etanol dengan neraca mohr
iv. menghitung berat jenis etanol
8. Menentukan tegangan permukaan etanol
i. etanol dari piknometer dimasukkan kedalam gelas kimia
ii. masukkan pipa kapiler yang telah diberi tanda sebatas tanda yang telah ditentukan
iii. mengukur tinggi kenaikan dalam pipa kapiler dengan penggaris
iv. menghitung volume etanol dalam pipa kapiler
v. menghitung jari-jari pipa kapiler
vi. menghitung tegangan permukaan etanol

IV. Lembar Kerja

Keterangan/ Aquades Larutan Larutan Detergen Etanol


Zat Cair Garam
Berat zat cair dalam pipa
kapiler (g)
Selisih tinggi permukaan
zat cair dalam pipa
kapiler dan gelas kimia
(cm)
Volume zat cair dalam
pipa kapiler (mL)
Jari-jari pipa kapiler
(cm)
ρ (g / mL)

ᵞ ( Dyne / cm)

V. Daftar Pustaka
1. FW. Sears, Mechanic, Heat & Sond,
2. Halliday dan Resnick, Fisika I

50
LBM 3
PRAKTIKUM 1. VISKOSITAS

SASARAN PEMBELAJARAN

Mampu melakukan ketrampilan dan memahami pembelajaran tentang zat alir dan konsep
viskositas yang akan diterapkan selama masa studi di Prodi Farmasi

Topik ketrampilan : VISKOSITAS FLUIDA CAIR

Waktu : 200 menit

I. Tujuan
1. Menentukan koefisien kekentalan zat cair dengan Hukum Stokes
2. Memahami variable yang mempengaruhi hambatan alir fluida cair terhadap debit aliran
sesuai dengan Hukum Poiseulle
II. Dasar Teori
A. Hukum Stokes
Bila sebuah benda digerakkan pada permukaan zat padat yang kasar maka akan mengalami
gaya gesekan. Analog dengan hal itu, maka sebuah benda yang bergerak dalam zat cair yang kental
akan mengalami gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan zat cair tersebut. Dalam hal ini
gaya gesekan pada benda yang bergerak dalam zat cair kental dapat diketahui melalui besar
kecepatan benda. Menurut hukum Stokes, gaya gesekan yang dialami oleh sebuah bola pejal yang
bergerak dalam zat cair yang kental adalah :
Fs=-6phrV .............................. (1)
dengan :
Fs : gaya gesekan zat cair (kg.m/𝑠 2 ),
h : koefisien kekentalan zat cair (N/𝑚2 .s )
r : jari-jari bola pejal (m)
V : kecepatan gerak benda dalam zat cair (m/s)
Selain gaya gesekan zat cair, juga sudah dikenal gaya berat dan gaya keatas.Dengan demikian, pada
sebuah bola pejal yang bergerak dalam zat cair yang kental (Gambar 1) akan mengalami ketiga
gaya tersebut, yaitu
SF = W + FA + FS ……...........(2)

51
(Gambar 1. Viskositas berdasar Hukum Stokes)
Bila bola pejal telah mencapai kecepatan tetap, maka resultan ketiga gaya tersebut akan sama
dengan nol, sehingga benda bergerak lurus beraturan. Besar kecepatannnya pada keadaan tersebut
dapat dinyatakan dengan
2𝑟 2 𝑔(𝜌−𝜌0 )
𝑉= ................... (3)
9𝜂

dengan: g : percepatan gravitasi (𝑚/𝑠 2 ) ; gunakan g = 9,87 𝑚/𝑠 2


𝜌 : massa jenis bola pejal (𝑚/𝑠 3 )
𝜌0 : massa jenis zat cair (𝑚/𝑠 3 )
Bila selama gerak lurus beraturan, bola memerluka waktu selama t untuk bergerak sejauh
y, maka persamaan (3) dapat diubah menjadi:
9𝜂𝑦
𝑡 = 2𝑔𝑟2 (𝜌−𝜌 )……………..(4)
0

B. Hukum Poiseulle
Fluida adalah zat yang dapat mengalir ( zalir ), yang dapat berupa gas atau pun zat cair. Salah
satu sifat yang dimiliki oleh fluida adalah viskositas. Viskositas merupakan sifat fluida yang
menghambat fluida tersebut saat mengalir. Kadang – kadang viskositas ini diserupakan dengan
kekentalan. Fluida yang kental ( viskos ) akan mengalir lebih lama dalam suatu pipa dari pada fluida
yang kurang kental.
Nilai koefisien viskositas suatu fluida sangat berpengaruh pada suhu. Pada suhu tinggi nilai
koefisien viskositas itu akan menurun. Artinya, fluida itu akan semakin encer jika suhunya semakin
tinggi.

52
Tabel 1 memuat contoh nilai koefisien bebrapa fluida untuk berbagai suhu.
Fluida Suhu (°C ) Koefisien viskositas
ŋ(mPa.s)
0 1,80
AIR 20 1,00
40 0,85
60 0,60
DARAH 37 4,0
Minyak mesin SAE 10 30 200
0 10.000
GLISERIN 20 1.410
60 81
UDARA 20 0.018
Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas fluida disebut viskosimeter. Paling tidak,
ada 2 prinsip dasar/ metode pengukuran viskositas tersebut. Salah satunya, metode pengukuran
berdasarkan laju aliran fluida dalam pipa kapiler vertikal saat menempuh jarak tertentu. Alat yang
digunakan sesuai dengan metode ini adalah viskosimeter ostwald yang asas kerjanya berdasarkan
hukum Poiseuille.
Hukum Poiseuille dituliskan sebagai
𝟖ɳ𝑳
∆P = 𝝅𝒓𝟒 𝑰𝒗

dengan : P = tekanan
ɳ = koefisien viskositas fluida
L= panjang pipa kapiler yang dilalui fluida
𝐼𝑣 = laju aliran volume
Hukum Poiseuille menyatakan bahwa cairan yang mengalir melalui suatu pipa akan
berbanding langsung dengan penurunan tekanan sepanjang pipa dan pangkat empat jari-jari pipa.
Berdasarkan hukum Poiseuille, dengan viskosimeter Ostwald dapat ditentukan viskositas
fluida jika h, α, L, dan V dapat diukur. Persamaan Poiseuille menjadi
𝜋 ℎ 𝑔 𝛼4
ɳ= 𝜌𝑡 (1)
8𝐿𝑉

dengan ρ = massa jenis cairan yang akan ditentukan viskositasnya; t = waktu pengaliran cairan
dari tanda a samapi B; α = jejari pipa kapiler yang panjangnya L; h = jarak antara bola kecil dan
besar.
Jika viskositas cairan ( dalam hal ini alkohol ) =c ρxtx dan viskositas air = c ρwtw maka viskositas
alkohol ɳ x terhadap viskositas air ɳ w adalah :

𝜌 𝑡
ɳ𝑥 = 𝜌 𝑥𝑡𝑥 𝑥 ɳ𝑤 (2)
𝑤 𝑤

53
Koefisien viskositas air ditentukan melalui interpolasi data dari tabel pada suhu yang sesuai.
Perangkat percobaan viskosimeter ostwald digunakan untuk menentukan koefisien
viskositas fluida, terutama yang encer. Fluida yang kental sebaiknya tidak menggunakan peralatan
ini karena waktu yang dibutuhkan fluida kental untuk turun melalui pipa kapiler jauh lebih lama
dibandingkan dengan yang encer.
Selain dengan viskosimeter Ostwald, mengukur koefisien viskositas fluida dapat
menggunakan metode stokes, yakni menentukan koefisien viskositas melalui pengukuran laju
terminal ( laju konstan) benda berbentuk bola dalam fluida yang akan diukur koefisien
viskositasnya yang dijatuhkan dari ats permukaan fluida.
Selama resultan gaya- gaya yang bekerja pada bola nol, maka bola mengalami laju terminal
( konstan ) dan berlaku rumus
2𝑟 2 𝑔
ɳ= (𝜌 − 𝜌0 ) (3)
9𝑣

dengan v = laju terminal


ρ = kerapatan bola
ρ0 = kerapatan fluida

Jika jarak AB = h, waktu bola dari A ke B adalah t, diameter bola d dan massanya m, maka
persamaan ( 3 ) akan menjadi
𝑔𝑡 𝑚 𝑑2 𝜌0
ɳ = 3ℎ [𝜋𝑑 − ] (4)
6

Perangkat percobaan viskosimeter ini lebih cocok digunakan untuk menentukan koefisien
viskositas fluida yang kental. Contoh penggunaan peralatan ini adalah untuk mengukur koefisien
viskositas gliserin, oli, atau minyak. Prinsip penghitungan berdasarkan pada kecepatan terminal bola
dalam fluida, melalui data berupa waktu untuk menempuh jarak tertentu.

ALIRAN ZAT CAIR MELALUI PEMBULUH


Apabila sebuah lempengan kaca diletakan di atas permukaan zat cair kemudian digerakan
dengan kecepatan V, maka molekul di bawahnya akan terjadi adhesi lapisan zat cair pada permukaan
kaca bagian di bawahnya.
Demikian pada aliran zat cair dalam pembuluh dapat digambarkan sebagai berikut:

54
P1 P
A F 2

Volume zat cair yang mengalir melalui penampang tiap detiknya disebut debit (Q).
𝑣
Q = 𝑡 maka menurut Poiseuille

𝜋𝑟4(P1−P2)
Q = (hukum Poiseuille)
8𝜂𝐿

Q= jumlah zat cair yang mengalir perdetik (flow rate)


𝜼 = viskositas. Satuan pascal:
Untuk air : 10-3 pas pada 200 C
Untuk darah : 3-4 X 10-3 pas tergantung kepada prosentase sel darah merah dalam darah
(hematokrit).
r = jari-jari pembuluh (meter)
L = panjang dalam meter
P1, P2 = tekanan
Jadi aliran fluida yang mengalir pada suatu penampang akan dipengaruhi oleh jari-jari
penampang, tekanan, viskositas fluida, dan panjang penampang.

III. Metode Eksperimen


A. Alat dan Bahan
1. Alat dan Bahan Percobaan 1 (Hukum Stokes; viskositas bola jatuh)
i. Tabung Stokes
ii. Mistar
iii. Mikrometer Skrup
iv. Neraca Ohauss (Triple Beam; 311 g; 0,01 g)
v. Penjepit bola
vi. Bola pejal (dengan jari-jari bervariasi)
vii. Stopwatch
viii. Airometer/Hidrometer (massa jenis < 1 g/cm3)
ix. Termometer (-10 s/d 100)
2. Alat dan Bahan Percobaan 2 (Hukum Poiseulle; viskositas dan suhu)
3. Alat dan Bahan Percobaan 2 (Hukum Poiseulle; factor yang mempengaruhu viskositas)
• Gelas ukur

55
• Pipa kapiler
• Set infuse
• Tabung cairan infuse
• Cairan dengan 3 jenis viskositas
B. Prosedur eksperimen
Metode Percobaan I
1. Memasukkan fluida yang akan diukur koefisien viskositasnya ke dalam tabung.
2. Mengukur kerapatan fluida dengan densitometer.
3. Mengukur suhu fluida dalam tempat lain.
4. Menyiapkan sekitar 5 bola besi yang diameternya sama, kemudian menimbang dan
mengukur diameternya.
5. Menetapkan dua posisi tali atas dan bawah berjarak 5-10 cm, dengan bagian atas minimal
20 cm di bawah permukaan.
6. Melepaskan bola diatas permukaan fluida (tidak terlau jauh dengan permukaan fluida).
7. Menghidupkan stopwatch 1 oleh praktikan 1 saat bola tepat dengan garis A.
8. Menghidupkan stopwatch 2 oleh praktikan 2 saat bola tepat dengan garis B.
9. Kemudian mematikan stopwatch secara bersama-sama oleh satu praktikan.
10. Selisih waktu kedua stopwatch adalah waktu bola menempuh jarak AB.
11. Selanjutnya, kecepatan terminal dapat dihitung melalui jarak antara kedua tali dibagi
dengan waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tersebut.
12. Melakukan prosedur yang sama, minimal 4 kali.

Metode Percobaan 2
1. Memasang tabung viskosimeter yang telah bersih pada statip dan klem secara vertikal.
2. Memasukkan air sebanyak 6 ml ke dalam viskosimeter.
3. Mengukur suhu air di tempat yang lain.
4. Menghisap air dalam viskosimeter hingga permukaan di atas garis tanda A, kemudian
penghisap dilepaskan
5. Saat permukaan fluida tepat berhimpit dengan garis A stopwatch 1 dihidupkan oleh
praktikan 1.
6. Saat permukaan fluida tepat berhimpit dengan garis B stopwatch 2 dihidupkan oleh
praktikan 2.
7. Selisih waktu kedua stopwatch merupakan waktu yang diperlukan fluida menempuh jarak
AB.

56
8. Mengulangi langkah (3) hingga (7) beberapa kali, minimal 4 kali.
9. Mengulangi langkah (1) hingga (8) dengan fluida lain (misal alkohol).
10. Setelah dipakai, viskosimeter dibersihkan dengan alkohol kemudian ditutup dengan peniup
(blower).
Metode Percobaaan 3
1. Panjang pembuluh Terhadap Hambatan Alir
i. siapkan tabung penampung masing pembuluh kapiler dengan panjang berbeda
ii. tampung masing-masing aliran fluida selama 1 menit
iii. ukur volume masing-masing penampungan hitung debitnya
2. Diameter Pembuluh Terhadap Hambatan Alir
i. siapkan tabung penampung masing pembuluh dengan diameter berbeda
ii. tampung masing-masing aliran fluida selama 1 menit
iii. ukur volume masing-masing penampungan hitung debitnya
3. Viskositas zat cair Terhadap Hambatan Alir
i. siapkan tabung penampung masing pembuluh dengan kekentalan cairan berbeda
ii. tampung masing-masing aliran fli=uida selama 1 menit
iii. ukur volume masing-masing penampungan hitung debitnya
4. Tekanan Pembuluh Terhadap Hambatan Alir
i. siapkan tabung penampung masing pembuluh dengan tekanan (ditunjukan
kedudukan/tinggi) cairan berbeda
ii. tampung masing-masing aliran fluida selama 1 menit
iii. ukur volume masing-masing penampungan hitung debitnya

IV. Lembar Kerja


Percobaan 1
Percobaan ke Diameter Bola Massa Bola t1 t2 ∆t
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX

57
X

Percobaan 2
Percobaan ke Stopwatch I Stopwatch II Selisih (t) Selisih2 (t2)
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X

Percobaan 3
(asisten)

Daftar Pustaka

1. Halliday & Resnick, 1978, Fisika,Edisi ketiga, jilid 1( Terjemahan Pantur Silaban Ph.D), hal 46,
Erlangga, Jakarta.
2. M. Nelkon & P. Parker, 1975, Advanced Level Physics , pp 174 - 176, Thrid Edition, Heinemann
Educational Books, London.

58
LBM 3. SKILL LAB 2

PENYAJIANDAN INTERPRETASI PELUANG

Sasaran Pembelajaran:
Mampu melakukan perhitungan peluang, memahami konsep dasar peluang (permutasi dan
kombinasi), interpretasi atau memaknai nilai peluang (sifat-sifat peluang)

Topik ketrampilan: Perhitungan peluang dan menyimpulkan arti nilai peluang

Rencana Pembelajaran:
Waktu : 2 X 100 menit
Panduan Tutor :
a. Memberikan penjelasan konsep peluang dan sifat peluang, perhitungan peluang dan
menyimpulkan arti nilai peluang (100 menit)
b. Memberikan tugas untuk mahasiswa (Tugas dikumpulkan di kertas) dan kemudian
dibahas oleh tutor (100 menit)
Tugas Mahasiswa : Melakukan perhitungan perhitungan peluang dan menyimpulkan makna
nilai peluang

Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum modul ini adalah:
1. Dapat mengaplikasikan perhitungan peluang dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
2. Dapat mengambil kesimpulan atau makna nilai peluang

DASAR TEORI

A. KONSEP PERMUTASI DAN KOMBINASI


Seringkali muncul persoalan tentang cara menghitung berbagai kemungkinan pada saat memilih
sampel dari suatu populasi tertentu. Dalam berapa macam cara suatu pemilihan sampel yang diambil dari
suatu populasi tertentu dapat dilakukan? Pada dasarnya persoalan ini sama dengan persoalan dalam mencari
jumlah cara menyususn atau mengatur suatu himpunan obyek tertentu.
Sering pula terbetik pemikiran – pemikiran tentang:
- dalam berapa cara 6 orang dapat duduk berjejer dalam suatu deretan sebuah bangku jika yang pria harus
duduk paling ujung?
- berapakah caranya buku yang berbeda dapat diatur dalam sebuah rak menurut tahun penerbitannya?
- dalam memilih responden untuk penelitian sebanyak 25 orang dan 10 orang harus terdiri dari wanita yang
mandiri dalam mencari penghasilan, berapa caranya?
Untuk menjawab permasalahan ini konsep permutasi dan konmbinasi dapat digunakan untuk
memecahkannya.

Permutasi
Permutasi adalah susunan-susunan yang dibentuk dari angota-anggota suatu himpunan dengan
mengambil seluruh atau sebagian anggota himpunan dan memberi arti pada urutan anggota dari
masing-masing susunan tersebut

59
Pada permutasi ututan dari anggota sangat diperhatikan. Contohnya, jika kita mempunyai himpunan
{a,b,c}, letak huruf “a” pada susunan pertama berbeda artinya dengan pada susunan kedua. Susunan
huruf “ab” berbeda dengan huruf “ba”, sehingga ab ≠ ba; ac ≠ ca; bc ≠ cb
Simbol yang digunakan pada permutasi adalah huruf “P”

Jumlah permutasi dari suatu himpunan yang terdiri dari n obyek yang berbeda secara keseluruhan
menjadi n!, dinyatakan sebagai :

nPn = n!

Contoh: Permutasi dari tiga kelereng A,B,C adalah: 3P3 = 3! = 3.2.1 =6

Bila himpunan terdiri atas n anggota dan diambil sebanyak r, dan r ≤ n, maka banyaknya susunan
yang dapat dibuat adalah :

n!
nPr =
(n − r )!

Contoh: 1. Bila diketahui n = 4 dan r = 2 maka

4! 4! 4.3.2.1
4P2 = = = = 12
(4 − 2)! 2! 2 .1

2. Bila diketahui suatu himpunan {a,b.c} sehingga n = 3. Jika diambil salah satu maka
banyaknya susunan yang diperoleh adalah:

3! 3! 3.2.1
3P1 = = = =3
(3 − 1)! 2! 2.1

3. Diketahui kata “SELAMPIR”


a). Berapa banyak gabungan huruf yang dapat dibentuk dari kata “SELAMPIR” bila
seluruhnya digunakan ?
b). Berapa banyak kata yang dapat dibentuk jika huruf s dan huruf e terdapat secara
bersama-sama?
c). Berapa banyak kata yang dapat dibentuk jika huruf s dan huruf e tidak terdapat secara
bersama-sama?

JAWAB: Kata “SELAMPIR” terdiri dari 8 huruf, sehingga n = 8


a). Permutasi seluruh huruf adalah
8P8 = 8! = 8.7.6.5.4.3.2.1 = 40.320

b). Berarti huruf s dan e dianggap sebagai satu huruf sehingga n = 7. Jadi
permutasinya adalah
7P7 = 7! = 7.6.5.4.3.2.1 = 5.040

c). Jika tidak terdapat bersama-sama, maka permutasinya adalah:


n! – 2(7!) = 8! – 2 (7!) = 40.320 – 2. 5.040 = 30.240

60
Permutasi keliling adalah suatu permutasi yang dibuat dengan menyusun angota-anggota suatu
himpunan secara melingkar. Dalam permutasi ini yang menjadi persoalan adalah letak kedudukan
relatif dari obyek tertentu terhadap obyek yang lainnya.Untuk mencari jumlah permutasi dalam dalam
susunan keliling kitaharus mengkonstantir kedudukan salah satu obyek secara arbriter dan kemudian
menghitung jumlah permutasi obyek yang masih tertinggal seperti bila obyek yang bersangkutan
tersusun secara berjajar
Banyaknya permutasi dari n anggota yang disusun secara melingkar adalah :
(n – 1 )!
Contoh: Ada berapa cara duduk dari 8 anggota DPR dalam rapat yang mengelilingi sebuah meja
bundar?
Jawab: (n-1)! = (8-1)! = 7! = 5.040 cara

Kombinasi
Kombinasi adalah susunan-susunan yang dibentuk dari angota-anggota suatu himpunan dengan
mengambil seluruh atau sebagian dari anggota himpunan tanpa memberi arti pada urutan anggota dari
masing-masing susunan tersebut.
Pada kombinasi urutan anggota tidak mempunyai arti atau tidak diperhatikan sehingga jika kita
mempunyai himpunan {a,b,c} maka susunan : ab = ba; ac = ca dan bc = cb.
Simbol yang digunakan pada kombinasi adalah huruf “C”
Rumusannya :
Jumlah kombinasi pada r dari n obyek yang berbeda dinyatakan sebagai

n n! n n!
( r)= atau Cr =
r!(n − r )! r!(n − r )!

4! 4!
Contohnya: 1. 4C3 = ( 34 ) = = = 4
3!(4 − 3)! 3!1!

2. Dari 7 anggota panitia kemerdekaan dipilih dua orang untuk menjadi ketua dan
wakilnya, tanpa menentukan siapa yang menjadi ketua atau wakilnya, maka
pilihan yang diperolehnya adalah :
7 7! 7! 5.040
7C2 = (2) = = = = 21 pilihan
2!(7 − 2)! 2!5! 240
Contoh soal
Dalam suatu kelompok yang terdiri dari 4 laki-laki dan 3 perempuan dipilih 3 orang pengurus yang
terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perempuan. Hitung kombinasinya!
Jawab : Dimisalkan, 4 laki-laki = {L1, L2, L3, L4}
3 perempuan = {P1, P2, P3}
4! 4!
2 laki-laki dipilih dari 4 laki-laki = 4C2 = = =6
2!(4 − 2)! 2!2!
3! 3!
1 perempuan dipilih dari 3 perempuan = 3C1 = = =3
1!(3 − 1)! 1!2!
Banyaknya pilihan untuk membuat pengurus adalah : 6 x 3 = 18

Perbedaan perhitungan antara permutasi dan kombinasi


Bila dari himpunan {a,b,c} diambil tiga obyek, maka banyaknya permutasi dan kombinasi yang
diperoleh adalah:

61
4! 4!
Permutasi : 4P3 = = = 4.3.2.1 = 24
(4 − 3)! 1!
4! 4!
Kombinasi : 4C3 = ( 34 ) = = = 4
3!(4 − 3)! 3!1!

A. PELUANG ATAU PROBABILITAS


Untuk mengetahui karakteristik suatu populasi sering dilakukan dengan menganalisis
hanya sebagian data saja (atau sering disebut sampel). Berdasarkan informasi yang terkandung
dalam sampel, dilakukan pengambilan kesimpulan terhadap populasinya. Dasar logika dari
proses pengambilan kesimpulan tentang suatu populasi dengan menganalisis data sampel
adalah probabilitas. Jika ada kepastian bahwa suatu peristiwa akan terjadi, maka peluang
terjadinya peristiwa itu adalah 1. Jika tidak ada peluang sama sekali bahwa suatu peristiwa
akan terjadi, maka peluangnya adalah 0.
Konsep probabilitas berhubungan dengan pengertian eksperimen atau percobaan yang
menghasilkan “hasil” yang tidak pasti. Dala maksud, eksperimen yang diulang-ulang dalam
kondisi yang sama akan memberikan “hasil” yang berbeda-beda. Contohnya: Percobaan:
pengukuran waktu reaksi kimia; maka hasil adalah lama reaksi.
• Ruang sampel merupakan himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan
• Titik sampel merupakan setiap unsur/elemen/anggota dari ruang sampel
• Kejadian merupakan hasil dari suatu percobaan yang mempunyai sifat tertentu.
Himpunan bagian dari ruang sampel.
Contoh:
Dua buah uang logam dilemparkan. Tentukan yang dimaksud dengan percobaan, ruang sampel,
dan titik sampel! Serta berikan contoh tentang kejadian!
Jawab:
Percobaan: pelemparan dua buah uang logam
Ruang sampel: S = {AA,AG,GA,GG}
Terdapat empat titik sampel, yaitu: {AA,AG,GA,GG}
Kejadian:
D= paling sedikit satu gambar muncul
D={AG,GA,GG}

B. SIFAT-SIFAT PROBABILTAS

SIFAT-SIFAT PROBABILITAS KEJADIA N A


Dengan pengetahuan tentang kejadian A dan peluang kejadiannya, yaitu P(A) = m/n, maka dapat
diketahui sifat-sifat dari P(A), yaitu:
1. 0 < P(A) < 1, artinya apabila A merupakan himpunan bagian dari S, yaitu A  S, maka
banyaknya anggota A selalu lebih sedikit dari banyaknya anggota S, yaitu n(A) < n(S), sehingga:
0 < n(A) <1 atau 0 < P(A) < 1
n(S)
2. Dalam hal A = 0 (himpunan kosong), artinya A tidak terjadi pada S, maka n(A) = 0, sehingga
𝑛(𝐴) 0
𝑃(𝐴) = 𝑛(𝑆) = 𝑛 = 0
3. Jika A = S, maksimum banyaknya anggota A sama dengan banyaknya anggota S,
𝑛(𝐴) 𝑛
maka n(A) = n(S) = n, sehingga: 𝑃(𝐴) = = =1
𝑛(𝑆) 𝑛
n(S)
Jika 1,2 dan 3 digabungkan maka diperoleh sifat:
0 < P(A) < 1

62
Apabila P(A) = 0, dikatakan A kejadian yang mustahil terjadi dan,
apabila P(A) = 1, dikatakan A kejadian yang pasti terjadi.

C. PROBABILITAS KEJADIAN MAJEMUK A  B DAN A  B


Kita ingat kembali teori himpunan, bahea bila A dan B merupakan dua himpunan dalam himpunan
semesta, maka gabungan (union) dari A dan B adalah himpunan baru yang anggotanya terdiri atas anggota
A atau anggota B atau anggota keduanya dan ditulis:
A  B = {x є S | x є A atau x є B}
Banyaknya anggota himpunan A  B adalah:
n (A  B) = n(A) + n(B) – n(A  B)
Menurut definisi:
Bila A dan B merupakan kejadian sembarang pada ruang sampel S, maka gabungan
kejadian A dan B ditulis A  B adalah kumpulan semua titik sampel yang ada pada A atau B atau pada
kedua-duanya. Kejadian A  B disebut kejadian majemuk. Dan kejadian A  B yaitu kumpulan titik sampel
yang ada pada A dan B juga disebut kejadian majemuk.
Probabilitas kejadian A  B dirumuskan sebagai:

P(A  B) = P(A) + P(B) – P(A  B)


Jika probabilitas kejadian majemuk terdiri atas tiga kejadian A, B, dan C, maka ditulis dengan A  B  C
sebagai berikut:
P(A  B  C) = P(A) + P(B) + P(C) – P(A  B) – P(A  C) – P(B  C) + P(A  B  C)

D. PROBABILITAS BERSYARAT
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kejadian yang saling terkait satu sama lainnya dan
kejadian yang satu menjadi syarat untuk terjadinya kejadian yang lain.
Dalam probabilitas, suatu kejadian A terjadi dengan syarat kejadian B lebih dahulu terjadi
atau akan terjadi atau diketahui terjadi, dikatakan sebagai kejadian A bersyarat B yang ditulis
A/B. Notasi ini bukan berarti A dibagi B.
Probabilitas terjadinya kejadian A bila kejadian B telah terjadi disebut probablitas bersyarat
yang ditulis P(A/B) dan dirumuskan sebagai:

P( A  B)
P( A / B) = , P( B)  0
P( B)
Untuk dua kejadian yang saling bebas maka berlaku rumus:

P(A/B) = P(A) dan P(A/B) = P(B)

Dan
P(A  B) = P(A/B).P(B)

Contoh:
1. Misalkan populasi penduduk di suatu desa dibagi menurut jenis kelamin dan status
pekerjaan sebagai berikut:
Jenis kelamin Bekerja Menganggur Jumlah
Laki-laki 460 40 500
Wanita 140 260 400
Jumlah 600 300 900

63
Diambil seorang dari mereka untuk ditugaskan melakukan promosi barang di suatu
kota. Bila ternyata yang terpilih adalah status yang bekerja, berapakah probabilitasnya
bahwa dia:
a) Laki-laki
b) Wanita
Jawab:
Misalkan: A = kejadian terpilihnya sarjana telah bekerja
B = kejadian bahwa dia laki-laki
a). n(A  B) = 460, maka P(A  B) = 460/900
n(A) = 600, maka P(A) = 600/900
460
P( A  B) 900 460 23
P( B / A) = = = =
P( A) 600 600 30
900

b). B = kejadian bahwa dia wanita


dengan cara yang sama seperti itu maka diperoleh:
140 7
P( B / A) = =
600 30

TUGAS MAHASISWA
Kerjakan soal-soal dibawah ini dan kumpulkan hasilnya:
1. Berapakah kemungkinan jumlah kombinasi yang dapat dibuat bila ada 4 orang A, B, C, D
ingin membuat suatu panitia yang terdiri dari tiga orang saja?
2. Merupakan contoh penggunaan kombinasi dalam penghitungan probabilitas.
Dalam suatu kotak terdapat 5 bola merah, 3 bola putih dan 2 bola hitam, diambil satu
persatu sebanyak 3 kali dan tanpa pengembalian.
Hitunglah:
a. Probabilitas dalam 3 kali pengambilan tersebut akan terdapat 1 bola merah, 1 bola putih
dan 1 bola hitam.
b. Terdapat 3 bola merah
c. Terdapat 2 bola putih dan 1 hitam
d. Pengambilan: I harus merah
II harus putih
III harus hitam

3. Berapa banyak cara yang dapat diperoleh seandainya ada 10 orang yang ingin menonton,
namun bangku kosong yang tersedia hanya ada 4 buah?
4. Seorang mahasiswa memiliki probabilitas lulus dalam ekonomi makro = 0,6, lulus dalam
ekonomi mikro = 0,4 dan lulus kedua matakuliah tersebut = 0,24. Hitung probabilitas
bahwa mahasiswa tersebut akan lulus dalam ekonomi makro atau ekonomi mikro atau
keduanya
5. Sebuah kelas mempunyai 120 siswa, 60 diantaranya belajar bahasa Perancis, 50 siswa
belajar bahasa Spanyol, serta 20 siswa belajar bahasa Perancis dan Spanyol. Bila dari kelas
tersebut dipilih secara random, maka hitunglah probabilitas dari
a. Siswa belajar bahasa Perancis atau Spanyol

64
b. Siswa sama sekali tidak belajar bahasa Perancis ataupun Spanyol
6. Dua buah dadu dilempar satu kali, maka berapakah probabilitasnya akan keluar:
a. Jumlah mata dadu 4 atau lebih kecil dari 4
b. Jumlah mata dadu 5
c. Jumlah mata dadu 7 atau lebih besar dari 7
7. Satu kartu diambil secara acak dari satu set kartu bridge yang lengkap. Bila kejadian
terpilihnya kartu As = A dan B = kejadian terpilihnya kartu wajik, hitunglah P(A  B)
8. Peluang seorang mahasiswa lulus Matematika adalah 2/3 dan peluang ia lulus Bahasa
Inggris adalah 4/9. Bila peluang lulus sekurang-kurangnya satu mata kuliah tersebut di atas
adalah 4/5, berapa peluang ia lulus kedua matakuliah tersebut?

65

Anda mungkin juga menyukai