Anda di halaman 1dari 16

A.

UPAYA TERMINASI KEHAMILAN


1. OBSTETRI OPERATIF
1.1 Obsetri Operatif Pervagina
a. Forcep/Ekstraksi Cunam

Ekstraksi cunam adalah suatu tindakan bantuan persalinan di mana janin dilahirkan
dengan suatu tarikan cunam / forceps yang dipasang pada kepalanya.
Forceps / cunam : Forceps / cunam adalah alat bantu persalinan, terbuat dari logam,
terdiri dari sepasang (2 buah) sendok yaitu sendok cunam kiri dan sendok cunam
kanan.
Beberapa jenis forceps (gambar kiri ke kanan) : Naegele, Kjelland, Locking,
Simpson-Braun, Piper, Boerma, Tarnier. (catatan : proporsi ukuran dalam gambar
tidak sesuai).

Indikasi : Prinsip : keadaan yang memerlukan pertolongan persalinan kala dua yang
dipercepat, karena jika terlambat dapat membahayakan keadaan ibu dan / atau janin.
1. Indikasi ibu : preeklampsia / eklampsia, ruptura uteri membakat, penyakit
jantung, asma, dan lain-lain.
2. Indikasi janin : gawat janin.

Kontraindikasi :
1. Bayi prematur (karena kompresi pada tulang kepala yang belum matang / belum
memiliki kemampuan moulage yang baik dapat menyebabkan terjadi perdarahan
periventrikular.
2. Disproporsi sefalopelvik.

Syarat :
1. Janin aterm.
2. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi)
3. Pembukaan serviks sudah lengkap.
4. Kepala janin sudah engaged.
5. Selaput ketuban sudah pecah, atau jika belum, dipecahkan.

Kemungkinan kegagalan / error source :


1. Kesalahan menentukan posisi kepala janin
2. Ada disproporsi sefalopelvik yang tidak ditemukan sebelumnya
3. Ada jaringan ibu yang terjepit / terluka.

Risiko komplikasi :
1. Risiko komplikasi pada ibu : perdarahan, robekan jalan lahir, fistula, fraktur
tulang panggul, infeksi.
2. Risiko komplikasi pada bayi : memar jejas forceps pada kepala, fraktur tulang
tengkorak, perdarahan intrakranial, paralisis nervus fasial, asfiksia / tercekik,
sampai kematian janin.

b. Vakum Ekstraksi
Apa beda aspirasi vakum manual dengan vakum ekstraksi?
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip antara kepala janin dan alat
penarik mengikuti gerakan alat vakum ekstraktor. Ekstraktor vacum adalah alat yang
menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk melahirkan bayi dengan tarikan pada
kepala. Prinsip cara ini adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup
pada kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artifisial dan cup akan melekat
erat pada kepala bayi.

Indikasi : Prinsip : keadaan yang memerlukan pertolongan persalinan kala dua yang dipercepat,
karena jika terlambat dapat membahayakan keadaan ibu dan / atau janin.

Kontraindikasi :
1. Disproporsi sefalopelfik.
2. Ruptura uteri membakat.
3.Keadaan ibu di mana ibu tidak boleh mengejan, misalnya penyakit jantung berat,
preeklampsia berat, asma berat dan sebagainya.

Syarat : (umumnya serupa dengan syarat ekstraksi cunam)


1. Janin aterm.
2. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi)
3. Pembukaan serviks sudah lengkap (pada multigravida, dapat pada pembukaan minimal 7
cm).
4. Kepala janin sudah engaged.
5. Selaput ketuban sudah pecah, atau jika belum, dipecahkan.
6. tambahan, HARUS ada kontraksi uterus (his) dan tenaga mengejan ibu.

Tanda prosedur ekstraksi vakum gagal :

1. Mangkuk vakum terlepas, mungkin akibat tekanan negatif yang kurang, atau peningkatan
tekanan negatif yang terlalu cepat sehingga pembentukan kaput suksadeneum tidak sempurna,
atau ada bagian jaringan ibu yang terjepit, atau ada kebocoran pada alat, atau kemungkinan
adanya disproporsi sefalopelvik yang tidak terdeteksi sebelumnya.
2. Setelah setengah jam diusahakan dilakukan traksi, bayi belum lahir, ekstraksi vakum
dinyatakan gagal.

Risiko komplikasi :
1. Risiko komplikasi ibu : perdarahan, robekan / trauma jalan lahir, fistula, infeksi.
2. Risiko komplikasi janin : ekskoriasi kulit kepala, sefalhematoma / subgaleal hematoma,
nekrosis kulit kepala

1.2 Seksio Sesarea

Seksio sesarea adalah suatu tindakan operatif untuk mengeluarkan janin/ bayi dari rongga
rahim dengan cara membuat insisi pada abdomen dan dinding uterus dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Pada saat ini seksio sesarea menjadi trend
di masyarakat karena berbagai alasan, seperti ketakutan akan membesarnya ukuran lumen
vagina karena persalinan pervaginam, dianggap lebih praktis dan modern serta mengikuti
jaman, atau sebagai upaya mengurangi kesakitan dalam proses persalinan.

Syarat :
1. Uterus dalam keadaan utuh (karena pada sectio cesarea, uterus akan diinsisi). Jika terjadi
ruptura uteri, maka operasi yang dilakukan adalah laparotomi, dan tidak disebut sebagai sectio
cesarea, meskipun pengeluaran janin juga dilakukan per abdominam.
2. Berat janin di atas 500 gram. Indikasi :
Prinsip :
1) keadaan yang tidak memungkinkan janin dilahirkan per vaginam, dan/atau
2) keadaan gawat darurat yang memerlukan pengakhiran kehamilan / persalinan segera, yang
tidak mungkin menunggu kemajuan persalinan per vaginam secara fisiologis.

1. Indikasi ibu : panggul sempit absolut, tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi,
stenosis serviks / vagina, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri membakat.

2. Indikasi janin : kelainan letak, prolaps talipusat, gawat janin


Berdasarkan insisi / teknik yang dilakukan, terdapat beberapa jenis sectio cesarea :
1. sectio cesaria klasik : insisi abdomen vertikal di garis median, kemudian insisi uterus juga
vertikal di garis median. Dilakukan pada keadaan yang tidak memungkinkan insisi di segmen
bawah uterus misalnya akibat perlekatan pasca operasi sebelumnya atau pasca infeksi, atau ada
tumor di segmen bawah uterus, atau janin besar dalam letak lintang, atau plasenta previa
dengan insersi di dinding depan segmen bawah uterus. Komplikasinya adalah perdarahan yang
terjadi akan sangat banyak karena jaringan segmen atas korpus uteri sangat vaskular. 2. sectio
cesarea transperitonealis profunda : insisi abdomen vertikal di garis median (atau dapat juga
horisontal mengikuti garis kontur kulit di daerah suprapubik), kemudian plica vesicouterina
digunting dan disisihkan, kemudian dibuat insisi pada segmen bawah uterus di bawah irisan
plica yang kemudian dilebarkan secara tumpul dengan arah horisontal. Segmen bawah uterus
relatif kurang vaskular dibandingkan korpus uteri, sehingga diharapkan perdarahan yang
terjadi tidak seberat dibandingkan pada sectio cesarea cara klasik - GAMBAR –
3. sectio cesarea yang dilanjutkan dengan histerektomi (cesarean hysterectomy).
4. sectio cesarea transvaginal.
Risiko komplikasi : 1. Komplikasi ibu : perdarahan banyak, infeksi, perlekatan organ-organ
pelvis pascaoperasi. 2. Komplikasi janin : depresi susunan saraf pusat janin akibat penggunaan
obat-obatan anestesia (fetal narcosis).

Rangkuman
Vakum ekstraksi dan seksio sesarea merupakan tindakan yang digunakan untuk terminasi
kehamilan dengan indikasi adanya penghambat persalinan atau persalinan berisiko.
B. POST PARTUM FISIOLOGIS

1 Pendahuluan
Persalinan merupakan periode yang penting bagi perempuan dan keluarganya. Perempuan
melahirkan bayi yang dikandungnya selama 38 hingga 40 minggu melalui persalinan. Selama
periode pasca persalinan akan terjadi berbagai perubahan baik perubahan fisiologis dan
psikologis sehingga dibutuhkan perawatan yang tidak kalah pentingnya dari perawatan ibu
hamil. Bila dalam perubahan tersebut ibu pasca melahirkan mengalami gangguan baik fisik
atau psikologis maka dapat berdampak terganggunya peran barunya sebagai ibu.

2 Konsep Postpartum Fisiologi


Postpartum atau nifas atau istilah lain dari puerperium merupakan periode interval antara
persalinan dengan kembalinya organ-organ reproduksi ke kondisi normal sebelum kehamilan.
Periode ini juga dikenal dengan istilah kehamilan trimester keempat. Pada periode ini seorang
wanita beradaptasi secara fisik dan psikologis. Masa ini dimulai ketika seorang wanita selesai
melahirkan hingga 6 minggu pasca melahirkan atau hingga organ reproduksi tubuh kembali ke
posisi sebelum hamil. Walaupun periode ini dapat berahir pada minggu keenam namun setiap
wanita memiliki waktu berbeda-beda dalam waktu berakhirnya periode post partum.

Masa postpartum dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu masa immediate, early dan late
postpartum. Masa immediate postpartum atau dikenal istilah lain kala IV merupakan periode
satu jam pertama setelah ibu melahirkan. Early postpartum merupakan periode minggu
pertama ibu pasca melahirkan. Late postpartum merupakan periode minggu kedua hingga
minggu keenam ibu pasca melahirkan.

3 Adaptasi fisiologi, psikologi, dan psikososial ibu postpartum

Adaptasi Fisiologis
Pada periode postpartum terjadi perubahan tanda-tanda vital yang merupakan kondisi fisiologis
ibu, diantaranya:
1. Suhu badan
Pada 24 jam pertama pasca melahirkan ibu akan mengalami peningkatan suhu tubuh hingga
380C yang kemungkinan bisa diakibatkan dehidrasi atau kondisi normal postpartum
leukositosis. Bila suhu yang tinggi ini berlanjut hingga lebih dari 24 jam yang disertai tanda-
tanda infeksi maka ibu dapat dicurigai mengalami infeksi.

2. Nadi
Pada periode postpartum ibu dapat mengalami dua kondisi yaitu bradikardi atau takikardi.
Kondisi bradikardi terjadi karena peredaran darah mulai kembali ke peredaran darah pusat
pasca plasenta lahir. Peningkatan peredaran darah pusat terjadi karena peningkatan stroke
volume dan denyut jantung yang rendah untuk meningkatkan keadekuatan sirkulasi maternal.
Sedangkan bila nadi teraba takikardi dapat diindikasikan ibu mengalami nyeri, ansietas,
fatique, dehidrasi, hipovolemia, anemia atau infeksi.

3. Tekanan darah
Tekanan darah dapat mengalami perubahan tergantung pada posisi ibu dan tangan yang
digunakan untuk mengukur tekanan darah. Tekanan darah pasca melahirkan juga dapat
dikaitkan dengan kondisi ibu selama kehamilan. Tekanan darah yang mencapai 140/90 mmHg
atau lebih patut dicurigai adanya preeklampsia. Bila tekanan darah mengalami peningkatan
dapat mengindikasikan adanya nyeri atau ansietas. Penurunan tekanan darah dapat
mengindikasikan dehidrasi atau hipovolemia sebagai akibat dari perdarahan masif. Tekanan
darah yang mengalami penurunan juga dapat dipengaruhi oleh posisi ibu atau hipotensi
ortostatik.

4. Pernafasan
Kondisi pernafasan ibu tidak banyak mengalami perubahan selama periode postpartum
sehingga pernafasan normal perlu tetap dipertahankan. Pernafasan normal adalah 12 hingga 20
kali permenit.

Selama periode postpartum beberapa sistem organ ibu mengalami perubahan mulai dari organ
reproduksi hingga sistem muskoloskeleteal
1. Sistem reproduksi
a. Uterus
Uterus akan mengalami proses involusi yaitu proses kembalinya ke bentuk sebelum hamil
dimana prosesnya dimulai saat plasenta lahir. Ukuran plasenta mengalami perubahan, ketika
1-2 jam sejak ibu melahirkan posisi fundus uteri berada dipertengahan, kira-kira 2 cm
dibawah umbilikus dengan berat 1000 gram. Ketika 12 jam setelah melahirkan fundus akan
naik 1 cm diatas umbilikus. 24 jam setelah melahirkan ukuran uterus sama dengan ukuran
kehamilan 20 minggu. Setiap 24 jam fundus mengalami penurunan sebesar 1-2 cm.
Sedangkan pada hari ke enam post partum ukuran fundus berada diantara umbilikus dan
simfisis pubis. Uterus tidak dapat teraba setelah 2 minggu pasca partus.

Setelah proses persalinan hormon estrogen dan progesteron mengalami penurunan yang
menyebabkan sel-sel pada otot uterus mengalami autolisis, sehinggan proses ini
menyebabkan ukuran uterus mengalami perubahan bentuk seperti sebelum hamil. Bila
uterus mengalami kegagalan kembali ke ukuran sebelum hamil atau disebut subinvolusi,
maka dapat dicurigai adanya sisa plasenta yang tertinggal dan mengalami infeksi.

Lokia merupakan cairan yang keluar dari vagina. Lokia terbagi menjadi tiga yaitu lokia
rubra, serosa dan alba. Lokia rubra berwarna kemerahan dimana merupakan cairan vagina
yang berisi darah yang keluar setelah proses persalinan. Lokia serosa berwarna merah muda
atau coklat dimana merupakan cairan vagina berisi leukosit dan darah. Lokia alba berwarna
putih merupakan cairan vagina yang keluar setelah lokia serosa dan berisi lebih banyak
leukosit.

b. Serviks
Pasca melahirkan serviks menjadi lembek dan terbuka lebar, maka dengan kondisi ini
memungkinkan terjadi ekstraksi manual plasenta. Serviks juga mengalami edema selama 3
hingga 4 bulan. Ostium interna dapat menutup seperti sebelum kehamilan tetapi bentuk
ostium eksterna dapat berubah bentuk dengan kondisi sedikit lebih terbuka.

c. Vagina
Pasca partus vagina mengalami edema, laserasi serta sedikit rugae. Mukosa vagina
mengalami atrofi dan ketebalan vagina tidak dapat kembali seperti semula hingga produksi
estrogen kembali seperti semula. Vagina cenderung mengalmi kekeringan hingga
menyebabkan dispareunia.
d. Perineum
Perineum mengalami edema dan memar pasca melahirkan dan dibagian ini dapat ditemukan
episiotomi atau laserasi. Penyembuhan episiotomi membutuhkan waktu 4 hingga 6 bulan

e. Abdomen
Sehari setelah melahirkan abdomen tampak menonjol sehingga terlihat seperti masih hamil.
Kondisi abdomen akan mengendur dan dibutuhkan waktu 6 minggu untuk bisa kembali ke
kondisi seperti sebelum hamil. Kulit abdomen akan mendapatkan kembali elastisitasnya
seperti sebelum hamil, namun strie masih menetap.

2. Sistem kardiovaskular
Setelah 48 jam pasca persalinan terjadi peningkatan cardiac output yang diakibatkan
peningkatan stroke volume. Peningkatan stroke volume dikarenakan adanya peningkatan
aliran balik darah ke sistem vena maternal yang diakibatkan penurunan aliran darah uterus
dan mobilisasi cairan ekstravaskular. Secara bertahap cardiac output akan kembali secara
normal seperti sebelum hamil pada 6 hingga 12 minggu pasca melahirkan.

Selama periode postpartum beberapa komponen darah mengalami perubahan diantaranya


faktor-faktor pembekuan darah dan komponen darah lain seperti hematokrit, hemoglobin,
leukosit, neutrofil mengalami perubahan. Pada hematokrit dan hemoglobin selama 7 hari
postpartum mengalami peningkatan dikarenakan adanya penurunan volume plasma darah.
Sedangkan pada faktor-faktor pembekuan darah jugan mengalami perubahan, diawali
dengan peningkatan di masa kehamilan kemudian akan mengalami penurunan pada periode
immediate postpartum. Jumlah leukosit dan neutrofil juga mengalami peningkatan selama
periode postpartum.

3. Sistem Gastrointestinal
Segera pascamelahirkan, pencernaan ibu mulai aktif. Biasanya ibu akan merasa lapar karena
energi yang dikeluarkan saat melahirkan. Selain lapar, ibu juga merasa haus karena asupan
oral yang kurang dan proses diaforesis. Konstipasi merupakan masalah umum yang sering
dialami oleh ibu postpartum. Motilitas usus mengalami penurunan selama beberapa hari
postpartum. Trauma perineum, episiotomi dan konstipasi menyebabkan ketidaknyamanan
serta menganggu eliminasi usus. Awal konstipasi biasanya terjadi dalam 2 hingga 3 hari dan
akan kembali normal pada 8 hingga 14 hari postpartum.

4. Sistem Urinari
Ginjal akan kembali ke fungsi normal pada 2 hingga 3 bulan postpartum. Urin ibu akan
bercampur dengan protein, aseton, laktosa. Ibu postpartum juga dapat mengalami
proteinuria ringan. Perubahan selama kehamilan menyebabkan kandung kemih
pascamelahirkan mengalami peningkatan kapasitas dan penurunan sensitifitas otot. Selama
persalinan, uretra, kandung kemih dan jaringan sekitar meatus urinary dapat mengalami
edema dan trauma, sehingga akan mengalami penurunan sensitifitas terhadap urin.

Ibu postpartum beresiko mengalami overdistensi kandung kemih disertai pengosongan urin
yang tidak lengkap. Retensi urin dan overdistensi kandung kemih dapat menyebabkan dua
komplikasi yaitu infeksi saluran kemih dan perdarahan postpartum.

5. Sistem Muskuloskeletal
Pada satu hingga dua hari pertama pascamelahirkan banyak wanita mengalami kelelahan
otot dan nyeri terutama pada bagian bahu, leher dan lengan karena pengerahan tenaga untuk
persalinan. Selama beberapa hari pertama pasca melahirkan, kadar hormon relaksin secara
bertahap mereda dan ligamen serta tulang panggul mulai kembali pada posisi sebelum
hamil. Proses perubahan ini menyebabkan nyeri pinggul dan sendi yang mengganggu
ambulasi namun bersifat sementara.

6. Sistem Integumen
Banyak perubahan kulit yang terjadi selama kehamilan disebabakan peningkatan kadar
hormon estrogen, progesteron dan perangsang melanosit, namun ketika memasuki periode
postpartum terjadi penurunan cepat kadar hormon. Hal ini menyebabkan kondisi kulit
berangsur-angsur kembali ke keadaan tidak hamil. Striae gravidarum (stretch mark) yang
berkembang selama kehamilan di bagian perut, secara bertahap akan memudar ke warna
keperakan namun tidak dapat menghilang secara menyeluruh. Ibu postpartum juga
mengalami rambut rontok yang dimulai pada 4 hingga 20 minggu dan akan tumbuh kembali
pada 4 hingga 15 bulan mendatang.

7. Sistem Neurologi
Periode awal postpartum, wanita memiliki perubahan neurologis yang bersifat sementara,
seperti rasa kebas dikaki dan rasa pusing akibat anestesi oleh karena itu preventif cedera
karena jatuh menjadi prioritas. Rasa tidak nyaman dan fatique karena persalinan sering
dirasakan wanita pasca melahirkan. Ibu postpartum juga merasakan ketidaknyamanan dan
ketidakmampuan untuk tidur karena afterpains, ketidaknyamanan karen episiotomi, rasa
sakit pada otot dan pembengkakan payudara.

Rasa sakit kepala pada daerah frontal dan bilateral dapat terjadi di awal pasca persalinan
yang dapat dikarenakan hasil dari perubahan cairan dan elektrolit. Nyeri kepala yang timbul
bersamaan dengan penglihatan kabur, fotofobia, proteinuria dan nyeri perut juga dapat
mengarah ke perburukan preeklampsia.

8. Sistem Endokrin
Pasca plasenta dilahirkan maka kadar hormon plasenta seperti estrogen, progesteron dan
laktogen menurun drastis maka selanjutnya hormon chorionic gonadotropin mulai tersedia
selama tiga hingga empat minggu. Jika ibu tidak menyusui, maka hormon hipofisis prolaktin
yang menstimulasi sekresi susu kembali ke tingkat sebelum hamil di sekitar satu hingga 2
minggu pasca persalinan.

Adaptasi Psikologis Ibu dengan Postpartum


Periode postpartum merupakan periode untuk melakukan adaptasi untuk seluruh keluarga
terutama ibu terhadap kelahiran anggota keluarga baru. Adaptasi psikologis postpartum
cenderung bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh budaya setempat. Perasaan yang ibu rasakan
ini merupakan perasaan yang normal. Seorang wanita dalam proses transisinya menjadi
seorang, Rubin (1977) menjelaskan tiga fase yaitu fase taking-in, taking-hold, dan letting-go.

1. Taking-in
Disebut juga fase dependent. Selama hari pertama atau kedua pasca melahirkan ibu cenderung
pasif dan masih membutuhkan pertolongan keluarga lain. Ibu baru masih cenderung mengikuti
nasehat anggota keluarga lain dan cenderung berdiam diri serta masih berfokus terhadap
dirinya sendiri dan masih terkejut ketika sudah memiliki bayi. Pada periode ini ibu baru butuh
berbicara mengenai kehamilan dan persalinannya.
2. Taking Hold
Disebut juga dependent-independent. Periode ini dapat berlangsung dari hari pertama hingga
beberapa minggu. Fase ini ibu mulai menggali kembali pengalaman selama hamil dan
persalinan serta memperbaiki kondisi tubuhnya pascapersalinan. Periode ini ibu baru menjadi
lebih aktif dalam merawat bayinya secara mandiri dan dapat mengekspresikan ketertarikannya
dalam merawat bayinya. Ibu mulai terbuka untuk menerima pembelajaran dari orang lain. Bila
ibu menyusui, ibu mulai merasa khawatir dengan kualitas susu yang keluar dari payudaranya
dan kemampuannya dalam merawat bayinya.

3. Letting Go
Disebut juga fase interdependent. Periode ini ibu mulai mendefinisikan kembali perannya dan
menjadi lebih nyaman dengan perannya menjadi seorang ibu dalam kewajibannya untuk
merawat bayinya serta dalam pengambilan keputusan. Orangtua biasanya membutuhkan waktu
dalam hitungan minggu atau bulan agar nyaman dengan perannya sebagai orangtua.

Pada dua hingga tiga minggu postpartum, banyak ibu baru akan merasakan pengalaman
memiliki anggota keluarga baru, ketidaknyamanan postpartum, perubahan gambaran tubuhnya
dan kenyataan bahwa ia hamil tidak lama. Ketika seorang wanita melahirkan pertama kalinya
maka dia akan merasakan pengalaman “baby blues”, dimana akan timbul perasaan kewalahan,
kelelahan, perubahan mood secara cepat, mudah marah, mudah menangis, anoreksia, insomnia
dan fatique. Baby blues ini dapat terjadi pada semua usia, paritas, sosial ekonomi dan etnis
grup. Walaupun penyebab baby blues belum diketahui secara pasti, namun faktor pendukung
dari ibu seperti perubahan level hormon, tidur yang kurang, ketidaknyamanan fisik ikut
mempengaruhi kondisi psikologis ibu baru. Baby blues merupakan hal yang normal dan
berbeda dengan depresi postpartum.

Adaptasi Psikososial ibu dengan postpartum


Psikososial merupakan perkembangan psikologis seseorang dalam interaksinya dengan
lingkungan sosial. Dinamika keluarga berubah secara drastis dengan kelahiran bayi. Keluarga
belajar tentang keahlian baru dalam perannya menjadi orangtua. Pada hari pertama atau kedua
pasca melahirkan, seorang wanita masih berkonsentrasi dengan kondisinya sendiri, sedangkan
keluarga lain berharap lebih terhadap peran barunya sebagai ibu, maka hal inilah yang dapat
menyebabkan ibu mengalami stres. Menurut Mc.Gowan (1977) mengidentifikasi tiga jenis
stressor pada masa postpartum yaitu:
1. Stressor fisiologis, meliputi penyesuaian metabolisme fungsi kelenjar, kelelahan fisik dan
kondisi kurang tidur, penurunan level hormon, efek samping dari obat serta riwayat
kehamilan.
2. Stressor psikologis dapat bersifat kultural, psikoseksual dan emosional
3. Stressor lingkungan meliputi masalah keuangan, kematian anggota keluarga dan konflik
pernikahan

Menurut Mercer (1985) untuk mencapai peran ibu dapat terjadi melalui empat tahap yaitu
anticipatory, formal, informal dan personal stage.
1. Tahap anticipatory
Tahap ini dimulai selama periode kehamilan meliputi pemilihan dokter dan lokasi untuk
proses persalinan agar ibu dapat
2. Tahap formal
Tahap ini dimulai ketika bayi telah lahir hingga 4-6 minggu. Sebagian besar perilaku ibu
masih dipengaruhi oleh orang lain. Tugas utama pada tahapan ini adalah untuk menjadi
akrab dengan bayi sehingga orangtua dapat menjalin kasih sayang dengan bayinya.
3. Tahap informal
Pada tahapan ini dapat tumpang tindih dengan tahap formal dimana pada tahapan ini ibu
mulai membuat keputusan dengan pilihannya sendiri. Tahap ini dimulai ketika ibu belajar
mengenai bahasa isyarat bayinya sehingga ibu dapat merespon kebutuhan bayinya secara
tepat.
4. Tahap personal
Tahap ini merupakan tahap akhir dari tercapainya peran ibu dimana ibu dapat merasakan
harmonisasi antara perannya sebagai ibu serta merasakan nyaman ketika ibu memiliki bayi.
Tahap ini dapat tercapai sekitar empat bulan.
C. ASUHAN KEPERAWATAN POSTNATAL NORMAL

PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan pada ibu dengan postpartum meliputi pengkajian fisik,
psikologis dan psikososial
1. Pengkajian fisik
a. Tanda-tanda vital : periksa peningkatan suhu pada 24 jam pertama postpartum
atau lebih dari 24 jam, periksa nadi dan tekanan darah jika mengalami takikardi
dan hipotensi curigai tanda-tanda syok hemoragik
b. Sistem reproduksi : periksa TFU dengan palpasi abdomen waspada terhadap
perdarahan atau subinvolusi, periksa jumlah serta karakteristik lochea, inspeksi
perineum apakah terdapat edema, memar, palpasi payudara waspada adanya
bendungan.
c. Sistem kardiovaskular : kaji nadi dan tekanan darah, sirkulasi perifer dengan
capillary refill time, warna kulit serta tanda-tanda tromboflebitis.
d. Sistem gastrointestinal : kaji konstipasi serta bising usus
e. Sistem urinary : kaji distensi kandung kemih serta retensi urin
f. Sistem muskuloskeletal : kaji nyeri terutama pada bagian bahu, leher dan lengan,
kaji pada bagian abdomen ada tidaknya diastasis rekti
g. Sistem integumen : inspeksi adanya melasma pada kulit wajah, spider nevi serta
palmar erythema, stretch mark pada kulit abdomen
h. Sistem neurologi : kaji adanya rasa kebas pada kaki dan pusing untuk mencegah
resiko jatuh pada ibu postpartum
i. Sistem endokrin : kaji sekresi ASI ibu
2. Pengkajian psikologis
a. Kaji fase transisi ibu berada pada tahap apa
b. Kaji rasa mudah menangis, putus asa, kecewa, kurang tidur atau gejala-gejala
yang mengarah pada baby blues dan depresi postpartum
3. Pengkajian psikososial
a. Kaji support system pada ibu
b. Kaji waktu tidur dan istirahat
c. Kaji interaksi ibu dengan keluarga dan teman-teman
d. Kaji interaksi ibu dengan bayinya

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal
2. Resiko cedera berhubungan dengan efek hipotensi ortostatik
3. Ansietas berhubungan dengan antisipasi fatique dan ketidaknyamanan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
traktus gastrointestinal
NOC NIC
Management bowel (0430)
 (0501) Eliminasi 1. Monitor gerakan usus melliputi frekuensi, kosistensi,
bowel volume dan warna
 (0500) Kontinensia 2. Monitor suara usus
bowel 3. Berikan air hangat setelah makan
4. Instruksikan makan-makanan tinggi serat
5. Ajarkan pasien mengurangi makanan bergas
Diagnosa Keperawatan : Resiko cedera berhubungan dengan efek hipotensi
ortostatik
NOC NIC
(1909) Mencegah Mencegah Jatuh (6490)
perilaku jatuh
1. Identifikasi perilaku dan faktor yang beresiko jatuh
(1912) Kejadian jatuh 2. Identifikasi karakteristik lingkungan pasien yang
berpotensi menyebabkan jatuh
3. Bantu pasien untuk melakukan toileting
4. Periksa tekanan darah saat ibu dalam posisi terlentang
dan duduk dengan menggunakan lengan yang sama
5. Tinggikan kepala tempat tidur selama beberapa menit
sebelum ibu mencoba berdiri
6. Instruksikan ibu untuk menekuk lututnya dan
menggerakkan kakinya terus-menerus ketika ibu
berdiri pertama kali
7. Sarankan ibu untuk mandi secara singkat atau
menggunakan bantuan kursi agar mandinya bisa
secara duduk
Diagnosa Keperawatan : Ansietas berhubungan dengan antisipasi fatique dan
ketidaknyamanan
NOC NIC

 Tingkat ansietas (1211) Dukungan emosional (5270)


 Motivasi (1209)
1. Gunakan komunikasi terapeutik untuk
 Tingkat stres (1212)
mendengarkan keluhan ibu dan membangun
hubungan saling percaya.
2. Bantu ibu mengenali kekuatan personal dan
mekanisme koping selama sakit.
3. Bantu ibu mengenali sumber dukungan baik dari
perseorangan maupun kelompok.
4. Berikan informasi tentang kondisi kesehatan janin
dengan jelas.
5. Kolaborasi dengan psikiater jika dibutuhkan
EVALUASI
Ada beberapa indikator untuk mengevaluasi kondisi masalah keperawatan tersebut:
1. Konstipasi terdiri dari mampu mengosongkan tinja tiap 3 hari, otot-otot spingter mampu
mengendalikan proses defekasi, bising usus normal, minum banyak air dan makan
makanan tinggi serat.
2. Resiko cedera terdiri dari ibu tidak jatuh ketika berdiri, berjalan, duduk, ke kamar mandi
3. Kecemasan terdiri dari tidak adanya pernyataan cemas dari ibu, terkajinya sumber
dukungan dan mekanise koping.

Rangkuman
1. Periode postpartum merupakan waktu antara persalinan dengan kembalinya organ-organ
reproduksi ke kondisi normal sebelum kehamilan dimana membutuhkan waktu enam
minggu.
2. Ibu yang berada pada periode postpartum akan mengalami adaptasi fisiologis, psikologis
dan psikososial
3. Adaptasi fisiologis ibu postpartum meliputi semua sistem mulai dari sistem reproduksi
hingga sistem endokrin dimana sistem ini mengalami perubahan kembali ke bentuk seperti
sebelum hamil
4. Adaptasi psikologis ibu post partum meliputi tiga fase yaitu taking-in, taking-hold dan
letting go
5. Adaptasi psikososial ibu postpartum merupakan adaptasi perkembangan psikologis ibu
pasca melahirkan dalam interaksinya dengan lingkungan sosial, maka untuk menurunkan
resiko depresi post partum perlu dukungan semua support system.

Daftar Pustaka

Beckmann, Ling, Barzansky, Herbert, Laube. 2006. Obstetrics and gynecology. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Corwin, Arbour. 2007. Postpartum fatigue and evidence based interventions. The American
Journal of Maternal/ Child Nursing, 32(4), 215-220.
Dochterman, Butcher and Bulechek. 2008. Nursing Interventions Classifications (NIC). USA
: Mosby
Morhead, Johnson, Maas and Swanson. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA
: Mosby
Olds, London, Ladewig. 1995. Maternal Newborn Nursing: A Family-Centered Approch.
California: Benjamin/Cummings Publishing
Walker. 2007. Managing excessive weight gain during pregnancy and the postpartum period.
Journal of Obstetric, Gynecologic, and Neonatal Nursing, 36(5), 490-500.
Latihan Soal
1. Jelaskan teori proses terjadinya involusi pada ibu postpartum?
2. Jelaskan gambaran lokhea pada ibu post partum?
3. Jelaskan perubahan psikologis yang dapat terjadi pada ibu postpartum?
4. Sebutkan diagnosa keperawatan yang muncul pada ibu postpartum?

Anda mungkin juga menyukai