Anda di halaman 1dari 23

REVIEW ARTIKEL : “Case Report: Abortus Spontan Incomplete by : Agus Putu

Agung”

KEPERAWATAN MATERNITAS

Oleh:
Rizky Lukman Saputra
NIM. 182310101125 (Kelas C)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Review Artikel
Mengenai Ibu Hamil dengan Abortus” ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas pada Program Studi Sarjana Keperawatan
Universitas Jember. Dalam penyusunan makalah ini, saya mendapat bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh karena itu, kami menyampaikan
terimakasih kepada:

1. Ns. Dini Kurniawati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat selaku Dosen


Penanggung Jawab Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
2. Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep., M.Kes.selaku Dosen Pembimbing
tugas makalah Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan
Abortus
3. Seluruh rekan kelas C angkatan 2018
4. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-satu

Meskipun saya telah mengumpulkan banyak referensi demi menunjang penyusunan


makalah ini, namun saya menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan. Saya
berharap dengan makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca, dan kami
mengharapkan masukan serta kritik/ saran dari pembaca untuk makalah ini.

Jember, 17 Maret 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu (AKI) sudah menjadi permasalahan kesehatan di dunia,
hal ini terjadi karena setiap hari sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi
kehamilan dan persalinan. Angka Kematian Ibu ini 99% terjadi di negara-negara
berkembang,1 dan sampai saat ini kematian ibu masih merupakan masalah utama
di bidang kesehatan ibu dan anak, sebab angka kematian ibu dan bayi merupakan
tolak ukur dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa. (Silitonga, Sitorus and
Yeni, 2017). Negara Indonesia memiliki prevalensi Angka Kematian Ibu (AKI)
yang relative tergolong tinggi diantara negara-negara ASEAN yang lain.
Penyebab yang paling utama kasus kematian ibu (KI) di Indonesia pada
umumnya adalah sebagai berikut; komplikasi kehamilan/persalinan yaitu
perdarahan (42%), eklampsi/preeklampsi (13%), abortus (11%), infeksi (10%),
partus lama/persalinan macet (9%) dan penyebab lain (15%). (Badan Pusat
Statistik et al., 2013)
Menurut WHO (2015) abortus merupakan masalah kesehatan reproduksi yang
perlu mendapatkan perhatian oleh msayarakat dan pemangku kebijakan serta
merupakan salah satu dari penyebab kematian wanita di seluruh dunia. Abortus
terbagi dua macam yakni abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus
spontan adalah kehilangan kehamilan pada usia <20 minggu atau janin yang
memiliki berat <500 gram. Frekuensi abortus spontan di Indonesia 10%-15% dari
6 juta kehamilan setiap tahunnya dan 2500 orang diantaranya berakhir dengan
kematian. Inilah yang menyebabkan masalah abortus harus mendapat perhatian,
sebab dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas maternal. Ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan kejadian abortus, salah satunya adalah fakor ibu;
yaitu umur ibu, paritas, usia kehamilan, tingkat pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, status ekonomi, berbagai penyakit medis, status gizi ibu dan riwayat
abortus.
Riskesdas tahun 2010 menunjukkan presentase keguguran di Indonesia
sebesar 4% pada kelompok perempuan pernah kawin usia 10–59 tahun.
Presentase kejadian abortus spontan di Indonesia berdasarkan kelompok umur
yaitu 3,8% pada kelompok umur 15–19 tahun, 5,8 % pada kelompok umur 20-24
tahun, 5,8% pada kelompok umur 25-29 tahun dan 5,7% pada kelompok umur
30-34 tahun (Kemenkes, 2015). Besarnya kemungkinan keguguran yang terjadi
pada wanita usia subur adalah 10%–25%. (Purwaningrum and Fibriana, 2017)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam review artikel ini adalah:
1. Apakah pengertian dari Abortus?
2. Apa saja factor penyebab dan factor risiko dari kejadian Abortus?
3. Apa saja tanda dan gejala dari Abortus?
4. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan (ASKEP) pada pasien Abortus?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan paper review artikel ini adalah agar mahasiswa dapat
lebih memahami mengenai konsep dasar Abortus dan bagaimana penatalaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien Abortus.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Penyakit


Menurut (Purwaningrum and Fibriana, 2017) Abortus spontan merupakan
kejadian abortus yang berlangsung tanpa tindakan atau tanpa disengaja. Hal
tersebut berbeda dengan abortus buatan dan abortus terapeutik yang merupakan
abortus yang disengaja dilakukan dengan tujuan dan alasan tertentu. Klasifikasi
abortus spontan dibagi menjadi abortus iminens, abortus insipiens, abortus
inkompletus atau abortus komplet, abortus tertunda, abortus habitualis dan
abortus septik. Abortus iminens, disebut juga sebagai abortus spontan tingkat
permulaan. Bercak per vagina atau perdarahan yang lebih berat terjadi selama
kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu serta
dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita hamil. Secara keseluruhan,
sekitar setengah dari kehamilan ini akan berakhir dengan abortus. Abortus
insipiens, adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus. Abortus inkompletus, adalah pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam
uterus. Abortus kompletus, adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah
dikeluarkan. Missed abortion, adalah kematian janin berusia sebelum 20minggu,
tetapi janin mati tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Abortus
habitualis merupakan abortus spontan yang terjadi secara berturut-turut sebanyak
tiga kali atau lebih tanpa diketahui sebabnya.
2.2 Faktor penyebab dan factor risiko
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus yaitu kelainan pertumbuhan
hasil konsepsi seperti kelainan kromosom, lingkungan nidasi kurang sempurna,
dan pengaruh luar.; infeksi akut pneumonia, pielitis, demam tifoid,
toksoplasmosis dan HIV; abnormalitas saluran genital, serviks inkompeten,
dilatasi serviks berlebihan serta kelainan plasenta. Sebagian besar abortus
spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan
perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik
pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut dan akhirnya
perdarahan per vaginam yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili korialis belum
menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu penembusan sudah lebih dalam
hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian abortus spontan adalah riwayat
graviditas, jarak kehamilan, umur ibu, riwayat abortus, riwayat paparan asap
rokok dan usia menikah. Faktor risiko yang tidak berhubungan terhadap kejadian
abortus spontan adalah umur menarche, sifat kehamilan, riwayat status gizi,
riwayat ibu bekerja dan riwayat penyakit. Saran dari penelitian ini bagi peneliti
selanjutnya yaitu dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam
melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang faktor risiko yang
berhubungan dengan abortus spontan. (Purwaningrum and Fibriana, 2017)
2.3 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut. Apabila Asuhan Keperawatan pada kehamilan kurang dari 8
minggu, villi khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil
konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khorialis
sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta. Apabila mudigah yang
mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia dapat diliputi oleh lapisan
bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi
kurang oleh sebab diserap dan menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut
menjadi tipis. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan
ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan.
(Silitonga, Sitorus and Yeni, 2017)
2.4 Implementasi Keperawatan
Konsep implementasi keperawatan yang dapat diberikan yaitu:
1. Promotif
2. Preventif
Pencegahan aborsi dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
penyebab. Penyebabnya termasuk faktor ovum, faktor ibu (Gangguan saluran
genetik, gangguan sirkulasi plasenta, penyakit ibu, antagonis rhesus, usia ibu,
paritas), faktor ayah (usia lanjut, penyakit kronis), pertumbuhan faktor
pembuahan, faktor kromosom, endometrium faktor lingkungan, anemia, dan
pengaruh eksternal (Narkoba, status ekonomi, pendidikan dan pekerjaan di
Indonesia) Dalam faktor ibu, pada awal tiga semester kehamilan sangat
rentan terhadap aborsi yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan janin
dan malformasi, usia faktor wanita hamil yang berusia kurang dari 20 tahun
sangat rentan terhadap aborsi karena perempuan belum matang organ
reproduksi, sedangkan wanita hamil berusia di atas 35 tahun rentan terhadap
aborsi karena berkurangnya reproduksi fungsi, kelainan kromosom dan
adanya penyakit kronis, dan meningkatnya jumlah persalinan akan lebih
berisiko aborsi. Sosial ekonomi dan kondisi pendidikan ibu hamil miliki
dampak signifikan pada risiko aborsi, risiko aborsi lebih tinggi jika tingkat
pendidikan rendah dan posisi sosial rendah. (Agung, 2018)
3. Kuratif
4. Rehabilitatif
BAB III

KONSEP MASALAH (Review Artikel)

3.1 Analisis Artikel


Judul Artikel Case Report: Abortus Spontan Incomplete
Peneliti/Penyusun Agus Putu Agung, Puskesmas Nusa Penida I (Community and
Primary Health Care Center) Bali
Jurnal, edisi, Rev Prim Care Prac and Educ. 2018; 1(3): 141-146.
vol/no, tahun
Kasus Seorang pasien wanita atas nama NWM berusia 28 tahun
datang dengan suaminya ke Kesehatan Masyarakat dan
Utama Care Center mengeluhkan pecahnya selaput dan janin
dengan plasenta keluar di rumah, 3,5 jam sebelum pergi ke
Pusat Perawatan Kesehatan Masyarakat dan Utama
(Puskesmas). Ketika kejadian itu terjadi, pasien sudah di
rumah, dan pasien menarik plasenta sendiri. Pasien itu tidak
dalam aktivitas yang berat, dan tidak ada riwayat sebelumnya
pendarahan vagina sebelumnya. Pasien tidak demam dan
tidak menderita rasa sakit. Perhitungan hari pertama
menstruasi terakhir pada 30 April 2017, menunjukkan hal
yang kedua kehamilan berusia 22 minggu. Keguguran
kehamilan pertama pada usia kehamilan 17 minggu. Pasien
menderita mual yang parah dan muntah selama semester
pertama kehamilan dan dirawat di Puskesmas Nusa Penida I
selama empat hari dengan diagnosis hiperemik gravidarum.
Pasien tidak segera pergi ke Puskesmas karena harus
mengubur bayi mereka pertama di Setra. Setelah mengetahui
kejadiannya merembes darah dan timbul rasa sakit di perut
bagian bawah, Pasien meminta suaminya segera
membawanya ke rumah sakit Puskesmas
Masalah Masalahnya, dalam hal ini, bukan tentang manajemen untuk
abortus spontan inkontinensia berulang. aspek-aspek yang
menantang dari kasus ini adalah:
1) Cara menjaga pasien trauma psikologis karena satu detik
abortus;
2) Pola makan pasien yang buruk untuk orang hamil nutrisi
ibu yang menyebabkan anemia;
3) Sosial-ekonomi stres yang menambah gangguan psikologis
selama kehamilan; dan
4) Mencari penyebab utama penyebabnya keguguran berulang
pada pasien ini.
Pembahasan Kasus aborsi adalah masalah kesehatan masyarakat karena
memberi berdampak pada rasa sakit dan kematian ibu.
Abortus dapat menyebabkan komplikasi yang menyebabkan
kematian ibu. Menurut definisi, aborsi adalah akhir kehamilan
(berdasarkan konsekuensi tertentu) pada atau sebelum usia 20
minggu Kehamilan atau kehamilan belum bisa hidup di luar
rahim. Menurut kronologi proses bisa dibagi menjadi
dibatalkan secara spontan (terjadi tanpa intervensi dari luar
dan tanpa yang jelas sebab) dan aborsi buatan (abort action
yang sengaja dilakukan) dilakukan untuk menghilangkan
kehamilan sebelum usia 28 minggu kehamilan atau berat janin
sama dengan atau kurang dari 500 g). Berdasarkan kondisi
hasil konsepsi dalam rahim diuraikan pada beberapa jenis
aborsi kekaisaran, abortus nipis, aborsi tidak lengkap, aborsi
lengkap, melewatkan aborsi, dan aborsi biasa8. Komplikasi
aborsi yang bisa berujung pada kematian ibu adalah beberapa,
terutama karena perdarahan dan infeksi. Perdarahan secara
masif dapat menyebabkan anemia berat yang mengakibatkan
kematian ibu karena menyebabkan gagal ginjal dan syok, dan
infeksi dapat menyebabkan sepsis. Kondisi ini terjadi karena
sisa hasil konsepsi di situs plasenta, yang disebut dengan
batalkan tidak lengkap. Sisa hasilnya konsepsi ini harus dirilis
untuk menghentikan pendarahan segera.
Masalah yang dihadapi keluarga ini adalah kurangnya
kekompakan dalam menangani penyakit pasien sejak awal
hiperemesis gravidarum dalam tiga semester pertama
kehamilan, maka pasien merasa kurang diperhatikan oleh
keduanya mertua untuk menangani masalah membuat pasien
lebih stres. Stres psikologis juga disebabkan oleh pasien
ekonomi yang merintis bisnis fotokopi yang dianggap sangat
mahal dan memakan waktu lama untuk memulihkan itu adalah
modal bisnis. Agar pasien untuk lebih tenang dalam
menghadapi masalah, beri tahu pasien diperlukan pada
penyakitnya dan faktor risiko yang disebabkan oleh gangguan
psikologis. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam memberikan
informasi nutrisi sangat penting untuk menjelaskan nutrisi
yang memadai dan sesuai untuk hamil perempuan.
Memberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya
dukungan psikologis untuk pasien hamil dan pasien pasca
aborsi untuk menghindari trauma yang berlebihan dan
konsekuensi buruk pada kehamilan berikutnya, seperti kami
tahu pasien dengan pengalaman aborsi akan mengarah ke
potensial untuk kejadian aborsi lebih lanjut, terutama yang
terjadi berturut-turut lebih dari sekali.

3.2 Asuhan Keperawatan (Case Clinical)


A. Kasus
Seorang pasien wanita atas nama NWM berusia 28 tahun datang dengan
suaminya ke Kesehatan Masyarakat dan Utama Care Center mengeluhkan
pecahnya selaput dan janin dengan plasenta keluar di rumah, 3,5 jam sebelum
pergi ke Pusat Perawatan Kesehatan Masyarakat dan Utama (Puskesmas).
Ketika kejadian itu terjadi, pasien sudah di rumah, dan pasien menarik
plasenta sendiri. Pasien itu tidak dalam aktivitas yang berat, dan tidak ada
riwayat sebelumnya pendarahan vagina sebelumnya. Pasien tidak demam dan
tidak menderita rasa sakit. Perhitungan hari pertama menstruasi terakhir pada
30 April 2017, menunjukkan hal yang kedua kehamilan berusia 22 minggu.
Keguguran kehamilan pertama pada usia kehamilan 17 minggu. Pasien
menderita mual yang parah dan muntah selama semester pertama kehamilan
dan dirawat di Puskesmas Nusa Penida I selama empat hari dengan diagnosis
hiperemik gravidarum. Pasien tidak segera pergi ke Puskesmas karena harus
mengubur bayi mereka pertama di Setra. Setelah mengetahui kejadiannya
merembes darah dan timbul rasa sakit di perut bagian bawah, Pasien meminta
suaminya segera membawanya ke rumah sakit Puskesmas
B. Identitas Pasien
Nama : Ny. NWM
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Permpuan
Pekerjaan : Bidan
Pendidikan :D3 Kebidanan
Agama : Hindu
Tanggal masuk : 16 juli 2015
Tanggal Pengkajian : 20 juli 2015
Diagnosa medis : Abortus spontan inkomplit
C. Riwayat Kesehatan
Pasien hanya melakukan ANC (perawatan antenatal) sekali pada 6 Juli 2017
pada usia kehamilan 8 hingga 9 minggu. Pada pemeriksaan lab kapan ANC:
HGB 9,8 g / dl, gula darah 125 mg / dl, ultrasound GS (+), dan BJJ / Fetal
Heart Beat (+). Selama masa kehamilan nafsu makan pasien tidak bagus,
pasien hanya makan nasi tanpa lauk pauk. Pasien tidak bisa makan sayur dan
buah karena mereka merasa mual. Pasien telah memiliki keguguran selama
kehamilan pertama. Pada saat itu kehamilan berusia 17 minggu. Keguguran
terjadi di rumah keluarga di Denpasar dan langsung dibawa ke Puri Rumah
Sakit Raharja. Ada yang dilakukan kuretase dan dirawat di rumah sakit.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, ISK, dan
gangguan hormonal. Di keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
yang sama. Itu pengetahuan pasien tentang kesehatan dan kebersihan baik.
Itu pasien tidak memiliki riwayat keluarga penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, dan penyakit degeneratif lainnya.
D. Pengkajian
Pada pengkajian, tanda-tanda vital untuk tekanan darah 120/80 mmHg,
denyut nadi 84x / mnt, pernapasan 18x / mnt, tubuh suhu 36,7 ° C, indeks
massa tubuh 22,7, dan baik status nutrisi. Pemeriksaan fisik umum adalah
baik dan tidak ditemukan kelainan di paru-paru atau jantung. Investigasi
melakukan pemeriksaan darah lengkap dan USG. Dalam darah hematologis
lengkap Pemeriksaan menemukan kelainan, peningkatan leukosit 11,71.10 ^
3 / uL, dan HB rendah 10,8 g / dl, yang lainnya semua dalam batas normal.
Pada pemeriksaan USG melihat sisa jaringan menghasilkan konsepsi
intrauterin.
E. Analisa data dan Masalah
No Tanggal Data Etiologi Masalah Nama
dan
Paraf
1 17/03/20 DS : Klien Peluruhan Nyeri ®
mengeluh nyeri hasil
Akut Ns.
pada Abdomen konsepsi
DO : Klien berulang Rizky
tampak
meringis
kesakitan Stimulasi
P: post abortus pengeluaran
spontan mediator
Q: kram dan kimia :
nyeri seperti bradikinin,
saat haid serotonin,
R: abdomen prostaglandin,
S: 8 rentang histamine
(10)
T: saat
berbaring
maupun Spinal cord
menekuk perut

Hipotalamus

Cortex
cerebri

Persepsi nyeri

Nyeri Akut
2 17/03/20 DS: Klien Infeksi Risiko ®
mengatakan brucella
Infeksi Ns.
setelah terjadi
pendarahan Rizky
vagina serta
nyeri perut, Membran
kemudian janin
terjadi sedikit pecah
peluruhan
konsepsi
DO:
1.klien post Aborsi
abortus spontan
spontan dan inkomplit
melakukan
persalinan
pervaginam
Persalinan
pervagina
2. Klien tampak
meringis
kesakitan dan Risiko infeksi
memegangi
perutnya

3. peningkatan
leukosit
11,71.10 ^ 3 /
uL, dan HB
rendah 10,8 g /
dl

F. Diagnosa
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d Ds:Klien mengatakan nyeri pada
abdomen, do: klien tampak menahan nyeri.
2. . Resiko infeksi b.d Pecah ketuban dini d.d peningkatan leukosit 11,71.10
^ 3 / uL, dan HB rendah 10,8 g / dl
G. Intervensi
No Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kep. Hasil
1 17/03/20 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan
b.d tindakan pengkajian
agen cedera keperawatan 3 x24 nyeri secara
biologis d.d jam diharapkan komprehensif
Ds:Klien nyeri akut pada termasuk
mengatakan pasien berkurang lokasi,
nyeri pada dengan kriteria hasil karakteristik,
abdomen, do: : durasi,
klien tampak 1. Nyeri yang frekuensi,
menahan dilaporkan kualitas, dan
nyeri dari skala 8 faktor
menjadi 5 presipitasi
2. Tidak ada 2. Kaji ulang
ekspresi tanda-tanda
menahan vital
nyeri dan 3. Lakukan
ungkapan kompres
secara dingin selama
verbal. fase akut
3. Pasien sesuai
kembali keperluan
merasakan 4. Ajarkan
kenyamanan tentang teknik
non
farmakologi
(napas
dalam)
5. Kolaborasi
untuk
pemberian
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri

2 17/03/20 Resiko infeksi Setelah 1. Kaji ulang


b.d Pecah dilakukan tanda-tanda
ketuban dini perawatan 3x24 vital
d.d jam diharapkan 2. Bantu klien
peningkatan resiko infeksi membersihkan
leukosit pasien menurun area
dengan kriyeria perineum
hasil: 3.
Leukosit 6000- Instruksikan
10.000 klien atau
Suhu 36,5 oC keluarga
untuk
menginspeksi
tanda
tanda
abnormal
pada
perineum
(seperti
infeksi, kulit
pecah,
gatal, keluar
cairan
abnormal)
4.
Kolaborasikan
pemberian
antibotik
5. Analisa
hasil
pemeriksaan
laboratorium

H. Implementasi
No Tanggal No Pukul Tindakan Respon Nama
Dx Paraf
1 17/3/20 1,2 08.00 Mengkaji dan TD: 100/570 Ns
mengukur mmHG
Rizky
tanda-tanda N:
vital 123x/menit
R: 22x/ menit
S: 38ºC

2 17/3/20 1 08.05 Melakukan Pasien Ns.


kompres merasa
Rizky
dingin selama nyaman saat
fase akut diberikan
sesuai kompres
keperluan dingin

3 17/3/20 1 08.20 Memberikan Pasien Ns.


analgetik meminum
Rizky
untuk obat
mengurangi analgenik
nyeri sesuai sesuai
anjuran anjuran
dokter dokter

4 17/3/20 1 08.45 Instruksikan Klien Ns


klien dan mengikuti
Rizky
keluarga instruksi
untuk yang
menginspeksi diberikan
tanda tanda untuk
abnormal melakukan
pada inspeksi
perineum adanya tanda
(infeksi, kulit tanda
pecah, gatal, abnormal
keluar cairan pada
abnormal perineum
misalnya pus) (infeksi, kulit
pecah, gatal,
keluar cairan
abnormal
misalnya pus

5 17/3/20 1 08.59 Melakukan Pasien Ns


pengkajian mengatakan
Rizky
nyeri secara skala nyer
komprehensif berkuran
termasuk menjadi 7
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas, dan
faktor
presipitasi

6 17/3/20 1 10.00 Mengajarkan Pasien lebih


tentang teknik tenang saat
non nmempraktik
farmakologi kan napas
(napas dalam) dalam

7 17/3/20 2 10.30 Menganalisa Pasien


hasil bersedia
pemeriksaan untuk
laboratorium dianalisa

8 17/3/20 2 10.45 Mengkolabora Pasien


sikan menerima
pemberian untuk
antibiotik diberikan
antibiotik

9 17/3/20 2 11.00 Membantu Pasien setuju


klien untuk
membersihkan Dibantu
perineum dalam
membersihka
n area
perineum

I. Evaluasi
No Tanggal/jam No Dx Kep Evaluasi Paraf dan
nama
1 17/03/20 1 S: Pasien Ns. Rizky
mengatakan
08.45
nyeri
sudah
berkurang
menjadi
skala 7
O: Skala
nyeri dari 8
menjadi
7. Pasien
merasa
sedikit
lebih nyaman
A: Masalah
Belum
teratasi
P: Lanjutkan
intervensi

2 17/03/20 2 S: Pasien Ns Rizky


mengatakan
terdapat Post
persalinan
pervaginam
akibat
abortus
spontan
brucellosis
O: Leukosit
16,6X109/L
Suhu 39oC
A: Masalah
Belum
teratasi
P: Lanjutkan
intervensi
BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Abortus dapat terjadi secara spontan atau secara buatan.
Abortus spontan ialah suatu mekanisme alamiah untuk
mengeluarkan hasil konsesi yang abnormal. Abortus dapat dialami
oleh semua ibu hamil, faktor penyebabnya dapat meliputi faktor
janin, faktor dari ibu, faktor lingkungan, dan infeksi yang disebabkan
oleh beberapa virus. Kejadian abortus diduga mempnyai efek
terhadap kehamilan yang berikutnya, baik pada timbulnya penyulit
kehamilan maupun pada hasil kehamilan. Sebagai perawat kita
mempunyai peran dalam penanganan abortus dengan memberikan
asuhan keperawatan yang tepat. Kita dapat membantunya dalam
proses pengobatan baik itu farmakologi maupun non-farmakologi.
Perawat juga mempunyai kewajiban untuk selalu menjaga status
nutrisi, pola istirahat, dan kondisi psikososial dari pasien. Dengan
begitu kita dapat mencegah terjadinya faktor resiko dari abortus dan
dapat mencegah terjadinya kematian ibu.
5.2 Saran
a. Saran untuk Pembaca
1. Pembaca diharapkan memahami isi dari makalah ini guna untuk
menambah wawasan tentang ibu hamil dengan abortus.
2. Pembaca tidak lagi memandang suatu tindakan abortus
dengan sebelah mata.
b. Saran untuk Pasien
1. Bagi pasien disarankan dapat semaksimal mungkin menjaga pola
istirahat dan asupan nutrisinya.
2. Lebih memperhatikan aktivitas, sebaiknya hindari aktivitas berat untuk
mengurangi nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. P. (2018) „Abortus Spontan Incomplete‟, Journal of Maternal-Fetal and


Neonatal Medicine, pp. 141–146.
Badan Pusat Statistik et al. (2013) „Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
2012‟, Sdki, p. 16. doi: 10.1111/j.1471-0528.2007.01580.x.
Kemenkes (2015) profil-kesehatan-Indonesia-2015.

Purwaningrum, E. D. and Fibriana, A. I. (2017) „Faktor Risiko Kejadian Abortus


Spontan‟, Higeia Jorunal Of Public Health, 1(3), pp. 84–94.
Silitonga, J. M., Sitorus, R. J. and Yeni (2017) „Faktor-Faktor Penyebab Kejadian
Abortus Spontan Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang‟,
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(2), pp. 100–108. doi:
10.26553/jikm.2016.8.2.100-108.

Anda mungkin juga menyukai