Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muh.

Arya Syah Putra


Kelas : XI IPS 1

Kisah Si Penebang Pohon

Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk


menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan keadaan kerja
yang bakal diterima sungguh-sungguh baik, sehingga si calon penebang pohon
itu bahkan bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.
Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan
area kerja yang semestinya diselesaikan dengan sasaran waktu yang telah
ditetapkan kepada si penebang pohon. Hari pertama bekerja, ia berhasil
merobohkan 8 batang pohon.
Petang hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan
memberikan pujian dengan lapang dada, “Hasil kerjamu sungguh luar lazim!
Saya sungguh-sungguh terpukau dengan kemampuanmu menebang pohon-
pohon itu.
Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu”.
Amat bersemangat oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja
lebih keras lagi, tapi ia Cuma berhasil merobohkan 7 batang pohon.
Hari ketiga, ia bekerja lebih keras lagi, tapi kesudahannya tetap tak memuaskan
bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, kian sedikit pohon yang
berhasil dirobohkan.
“Sepertinya saya telah kehilangan kecakapan dan kekuatanku, bagaimana saya
dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir
penebang pohon merasa malu dan putus asa.
Dengan kepala tertunduk ia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas
hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tak paham apa yang telah
terjadi.
Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir kamu
mengasah kapak?” “Memacu kapak? Saya tak punya waktu untuk itu, saya
sungguh-sungguh sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore
dengan sekuat energi”.
Kata si penebang. “Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja?
Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu dapat menebang pohon dengan
hasil luar lazim.
Hari-hari selanjutnya, dengan energi yang sama, mengaplikasikan kapak yang
sama tapi tak diasah, kamu tahu sendiri, kesudahannya kian menurun. Maka,
sesibuk apa saja, kamu semestinya menyempatkan waktu untuk mengasah
kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan energi yang sama dan hasil yang
optimal.
Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan langsung kembali bekerja!”
instruksi sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap
terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai
mengasah kapak.
Sama seperti si penebang pohon, kita bahkan setiap hari, dari pagi hingga
malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas berkala .
Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama
pentingnya, merupakan istirahat sebentar mengasah dan mengisi hal-hal baru
untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual.Seandainya kita mampu
memegang irama kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi
dinamis, berwawasan dan selalu baru !

Anda mungkin juga menyukai