Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Haji

Kata al-Hajj menurut bahasa berarti menyengaja.


Karena itu menurut istilah syari’at Islam, ia berarti
menyengaja mengunjungi Ka’bah di Mekah untuk
melakukan beberapa rangkaian amal ibadah menurut
rukun dan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
syara’.
Haji merupakan rukun Islam yang kelima dan pokok
ibadah yang keempat, yang diperintahkan setelah
disyari’atkan ketiga pokok ibadah sebelumnya, yakni:
ibadah salat, ibadah puasa Ramadhan, dan ibadah
zakat.
Tujuan Haji

Haji sebagai ibadah fisik, ibadah rohani, dan ibadah dana,


bertujuan untuk memusatkan segala yang dimiliki hanya tertuju
kepada Allah, dan dilaksanakan bukan di tempat yang sepi,
melainkan di tempat berkumpulnya orang banyak.
Ibadah Haji pertama kali disyari’atkan pada tahun keenam Hijrah,
sebagaimana Firman Allah SWT:
 ۚ ‫ِان َاو َل َﺑ ْﻴ ٍﺖ و ِﺿ َﻊ ِﻟﻠﻨﺎ ِس ﻟَـﻠ ِﺬ ْي ِﺑ َﺒﻜ َﺔ ُﻣ ٰﺒ َﺮﻛًﺎ و ُﻫﺪً ى ﻟ ْﻠ ٰﻌﻠَ ِﻤ ْﻴ َﻦ‬
"Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk
manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi
dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam."

ْ
ِ ‫اﻟﻨﺎ َ ِس ِﺣﺞ اﻟ َﺒ ْﻴ ِﺖ َﻣﻦ‬ َ  ‫ۚ و َﻣ ْﻦ دَ َﺧﻠَﻪٗ ﻛَﺎ َن ٰا ِﻣﻨًﺎ‬
‫ۗ و ِ ِ َﻋﻠَﻰ‬ َ  ‫ﺖ ﻣ َﻘﺎ ُم ِا ْﺑ ٰﺮ ِﻫ ْﻴ َﻢ‬ ٌ ۢ ٰ‫ِﻓ ْﻴ ِﻪ ٰاﻳ‬
ٌ ‫ﺖ َﺑﻴ ٰﻨ‬
‫ۗ و َﻣ ْﻦ ﻛ َ َﻔ َﺮ َﻓ ِﺎ ن ﷲَ َﻏ ِﻨﻲ َﻋﻦ ِ ْاﻟ ٰﻌﻠ ِﻤﻴﻦ‬
َ  ‫اﺳﺘَ َﻄﺎ َع ِاﻟَ ْﻴ ِﻪ َﺳ ِﺒ ْﻴ ًﻼ‬
ْ
"Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam
Ibrahim. Barang siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia.
Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang
yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa
mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 96-97)
Filosofi Haji
pakaian ihram melambangkan kezuhudan manusia sebagai latihan
untuk kembali kepada fitrahnya yang asli, yaitu sehat dan suci-bersih.
Dengan pakaian seragam putih, mereka berkumpul melakukan Ukuf
di ‘Arafah. Kata ukuf berarti berhenti, sedang kata ‘arafah berarti naik-
mengenali.
Dari makna bahasa ini dapat diperoleh suatu hikmah, bahwa Ukuf di
‘Arafah, pada hakekatnya, adalah suatu usaha di mana secara fisik,
tubuh kita berhenti di Padan ‘Arafah, lalu jiwa-spiritual kita naik
menemui Allah swt. Ukuf di ‘Arafah ini memberikan rasa keharuan
dan menyadarkan mereka akan yaumul mahsyar, yang ketika itu,
manusia diminta untuk mempertanggung jawabkan atas segala
yang telah dikerjakannya selama di dunia. Di Padan ‘Arafah itu,
manusia insaf dengan sesungguhnya akan betapa kecilnya dia dan
betapa agungnya Allah, serta dirasakannya bahwa semua manusia
sama dan sederajat di sisi Allah, sama-sama berpakaian putih-putih,
memuji, berdoa, sambil mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan
semesta alam.
Ibadah thawwaf dan sa’i yang dilakukan secara serempak dalam
suasana khusyu’ mengesankan keagungan Allah. Bacaan-bacaan
yang dikumandangkan mensucikan dan mentauhidkan Allah
memberi makna bahwa kaum muslim harus hidup dinamis,
senantiasa penuh gerak dan perjuangan, bahkan pengorbanan
demi untuk menggapai keridhaan Allah swt.
Peristiwa sa’i mengingatkan manusia akan perlunya hidup sehat
disertai usaha sungguh-sungguh dan perjuangan habis-habisan
dalam meraih kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan
paripurna.
Pada bulan haji, umat Islam se dunia mengadakan pertemuan
tahunan secara besar-besaran, yang pesertanya berdatangan
dari seluruh penjuru dunia, yang terdiri atas berbagai bangsa.
Mereka semua dipersatukan di bawa lindungan Ka’bah. Ka’bah-
lah yang menjadi lambang persatuan dan kesatuan umat.
Pertemuan seperti inilah yang perlu dimanfaatkan oleh umat
Islam dalam rangka pembinaan dan pembangunan masyarakat
Islam baik nasional maupun internasional.
Hukum Haji
Sebagaimana tercantum dalam buku Himpunan Putusan
Tarjih Kitab Haji halaman 187.
Haji adalah salah satu rukun islam yang diwajibkan bagi
yang mampu, sebagaimana perintah Allah SWT dalam Al
Qur’an Surat Ali Imran ayat 97.
“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke
Baitullah[*]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam.”
[*] Yaitu: orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan
alat-alat pengangkutan serta sehat jasmani dan
perjalananpun aman.
Juga di dalam QS. Al Hajj : 27-28
“dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus[*] yang datang dari segenap penjuru
yang jauh (27)
supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan
supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah
ditentukan[**] atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka
berupa binatang ternak[***]. Maka makanlah sebahagian daripadanya
dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang
sengsara dan fakir.”
[*] Unta yang kurus menggambarkan jauh dan sukarnya yang
ditempuh oleh jemaah haji.
[**] Hari yang ditentukan ialah hari raya haji dan hari tasyriq, Yaitu
tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
[***] Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-
binatang yang Termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
Juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “ Agama
Islam itu berdiri atas 5 perkara ; 1. Bersaksi bahwa tidak
ada sesembahan kecuali Allah dan Muhammad utusan
Allah, 2. Mengerjakan Sholat, 3. Mengeluarkan Zakat, 4.
Berhaji ke Baitullah, 5. Puasa Ramadhan (HR. Bukhari)
Dalam hadits yang lain rasulullah bersabda, “
Barangsiapa berhaji karena Allah dengan tidak berbuat
kotor, tidak berkata cabul dan tidak berbuat fasik,
pastilah ia pulang kembali sebagai anak yang baru
dilahirkan oleh ibunya.

Anda mungkin juga menyukai