Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

NECROTIZING ENTEROCOLITIS (NEC) PADA


RSPAD GATOT SOEBROTO

OLEH :
1. Raja Arfeliantry (20220305008)
2. Theophila Monica Cristy (20220305009)
3. Janita Ruth Laidya Pardede (20220305012)
4. Ria Novianti Sukan (20220305018)
5. Mail Kholik (20220305020)

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI NERS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
TAHUN 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Enterokolitis nekrotikans (necrotizing en-terocolitis, NEC) merupakan sindrom
multifaktorial nekrosis iskemik intestinal akut dan menjadi salah satu penyebab
kegawatan gastrointestinal pada neonatus. Kemajuan unit perawatan neonatus
menyebabkan NKB yang mampu bertahan hidup bertambah sehingga insiden NEC juga
bertambah. Angka kematian akibat NEC berkisar antara 15%-30%, lebih tinggi pada bayi
dengan usia gestasi yang lebih muda, dan merupakan salah satu penyebab kematian
terbanyak di neonatal intensive care unit (NICU). Angka kematian dapat mencapai 40%
pada neonatus yang mengalami NEC dengan perforasi dan membutuhkan intervensi
bedah.1 Neonatus dengan NEC juga lebih sering mengalami infeksi nosokomial, asupan
nutrisi yang tidak adekuat, pertumbuhan yang lambat, insiden displasia bronkopulmonal
dan retinopati prematuritas lebih tinggi, serta membutuhkan waktu perawatan intensif
yang lama (Beeby, 2018).
Penyebab NEC belum diketahui secara jelas sampai saat ini, tetapi beberapa hal yang
diduga menjadi penyebab, yaitu respon hipereaktivitas sistem imun, iskemik, infeksi,
pengenalan makanan enteral, kolonisasi mikroflora yang abnormal, ataupun respon
terhadap translokasi mikroflora pada saluran cerna. Imaturitas sel epitel intestinal dan
mekanisme respons imun traktus gastrointestinal pada NKB memudahkan terjadinya
kerusakan sawar intestinal dan kolonisasi abnormal mikroflora. Paparan terhadap
beragam bakteri nosokomial di NICU dan ketidakmampuan respon sistem imun terhadap
kolonisasi mikroflora abnormal memudahkan terjadi NEC pada NK (Lin, 2018).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kolonisasi abnormal saluran cerna
berkaitan erat dengan NEC, tetapi semuanya memperlihatkan bahwa tidak ada mikroflora
patogen tunggal yang secara konsisten berkaitan dengan perkembangan terjadinya NEC.
Mikroflora Clostridium sp., Klebsiella pneumoniae, E. coli, Enterobacter, dan
Staphylococci banyak ditemukan pada saluran cerna NKB dengan NEC. Translokasi
mikroflora patogen akibat imaturitas sawar intestinal juga dipengaruhi diversitas
mikroflora pada saluran cerna. Studi yang menggunakan pemeriksaan mikrobiologi
molekular menunjukkan bahwa pada pasien NEC terdapat low diversity mikroflora
dibandingkan dengan pasien tanpa NEC sebagai akibat penggunaan antibiotik yang lama.
Low diversity mikroflora ini dapat meningkatkan risiko translokasi mikroflora patogen
sehingga memudahkan terjadinya NEC (Wendelboe, 2020).
Pemberian ASI telah diketahui dapat menurunkan insiden NEC dengan menurunkan
kolonisasi bakteri patogen, membantu pertumbuhan mikroflora non- patogen, maturasi
sawar intestinal, dan memperbaiki respon pro-inflamasi. Hunter dkk6 mengemukakan
bahwa ASI dapat menstimulasi mikroflora saluran cerna yang didominasi oleh
Bifidobacteria sedang susu formula dapat mempromosikan mikroflora yang lebih
beragam, didominasi oleh Enterobacteriaceae, Bacteroides,Clostridia, serta lebih sedikit
Bifidobacteria. Terdapat 3 studi pada bayi kurang bulan dan cukup bulan yang
mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan kolonisasi Bifidobacteria pada kelompok
yang diberi ASI maupun susu formula, tetapi secara konsisten menunjukkan
kecenderungan prevalensi Clostridia yang rendah pada kelompok ASI (Hunter, 2019).
Bayi yang dilahirkan secara bedah kaisar mengala- mi penundaan kolonisasi
mikroflora saluran cerna. Kolonisasi awal pada bayi yang lahir bedah kaisar tersebut
didominasi oleh bakteri lingkungan seperti Clostridia, E. coli, dan Streptococci. Studi
oleh Penders dkk menyebutkan bahwa bayi yang lahir secara bedah kaisar mempunyai
jumlah Bifidobacterium dan Bacteroides yang lebih sedikit dan lebih sering terkolonisasi
oleh C. difficile dibanding bayi yang lahir per vaginam. Sebaliknya, terdapat juga
beberapa studi yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan mikroflora baik pada bayi
yang lahir per vaginam maupun bedah kaisar (Wang Y, 2019).
Berbagai interaksi antara mikroflora normal dan pejamu dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen. Mikroflora normal seperti Bifidobacterium sp. dan
Lactobacillus sp. yang juga dikenal sebagai probiotik telah diketahui dapat mencegah
NEC dengan mengatur keseimbangan antara mikroflora komensal dan patogen pada
saluran cerna. Meta- analisis terhadap beberapa uji klinis acak tersamar ganda
menyebutkan bahwa pemberian probiotik pada NKB dapat menurunkan insidens NEC
(menurunkan risiko relatif NEC sebesar 0,35 dan mortalitas sebesar 0,41). Hasil terbaik
dengan memberikan dua atau lebih spesies dan atau kombinasi Bifidobacterium sp. dan
Lactobacillus acidophilus (Bell, 2019).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Enterokolitis nekrotikans pada anak
2. Tujuan khusus
 Untuk mengetahui pengertian NEC
 Untuk mengetahui etiologi NEC
 Untuk mengetahui manifestasi klinis NEC
 Untuk mengetahui patofisiologi disertai pathway dari NEC
 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari NEC
 Serta dapat mengetahui asuhan keperawatan yang di lakukan pada anak dengan
enterokolitis nekrotikana
BAB ll
ISI
A. Konsep dasar
1. Pengertian
Necrotizing enterocolitis(NEC) atau enterokolitis nekrotikan adalah suatu kondisi
abdomen akut yang umum terlihat pada periode neonatal. "Necrotizing" berarti
kematian jaringan, "entero" mengacu pada usus kecil, "colo" ke usus besar, dan "itis"
berarti peradangan. Necrotizing Enterocolitis merupakan penyakit saluran pencernaan
yang terjadi pada bayi baru lahir, kejadiannya lebih banyak terjadi pada bayi prematur
(Lin PW, 2018).
Necrotizing enterocolitis (NEC) awalnya hanya memengaruhi lapisan dalam usus,
tetapi bisa berkembang ke lapisan luar sehingga dapat membentuk lubang. Jika kondisi
ini terjadi, bakteri yang normalnya terdapat di dalam usus akan keluar dari usus ke
rongga perut (peritoneum) dan menyebabkan peritonitis. Jika tidak segera diatasi,
kondisi ini bisa menyebabkan infeksi parah dan komplikasi lain yang serius. Pada
beberapa kasus, necrotizing enterocolitis atau enterokolitis nekrotikans bahkan dapat
menyebabkan kematian. Necrotizing enterocolitis (NEC) adalah penyakit inflamasi
intestinal akut neonatus yang menyebabkan iskemia, nekrosis, dan akhirnya perforasi
dinding usus. NEC terutama menyerang bayi prematur (90%), dan hanya 10% kasus
NEC terjadi pada bayi lahir cukup bulan. NEC merupakan penyebab mortalitas dan
morbiditas yang tinggi di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) (Berseth, 2018).

2. Etiologi
Etiologi NEC hingga saat ini belum dapat dipastikan, namun diyakini erat
kaitannya dengan terjadinya iskemik intestinal, faktor koloni bakteri dan faktor
makanan. Iskemik menyebabkan rusaknya dinding saluran cerna, sehingga rentan pada
invasi bakteri. NEC jarang terjadi sebelum tindakan pemberian makanan dan sedikit
terjadi pada bayi yang mendapat ASI. Bagaimananapun sekali pemberian makanan
dimulai, hal itu cukup untuk menyebabkan proliferasi bakteri yang dapat menembus
dinding saluran cerna yang rusak dan menghasilkan gas hidrogen. Gas tersebut bisa
berkumpul dalam dinding saluran cerna (pneumotosis intestinalis) atau memasuki vena
portal. Dapat juga disebabkan karena bayi lahir prematur dan berat badanya sangat
rendah, dari ibu yang mengkonsumsi kokain. Menurut (Berman, 2021).
Etiologi necrotizing enterocolitis (NEC) adalah imaturitas usus bayi, iskemia usus,
kerusakan permeabilitas mukosa usus, dan perubahan kolonisasi bakteri dalam usus.
 Imaturitas Usus
Bayi prematur dan/atau bayi berat lahir rendah memiliki usus yang belum
sempurna, sehingga saat mendapatkan asupan enteral terjadi jejas intestinal dengan
respons yang tidak adekuat . Semakin rendah usia gestasi semakin tinggi risiko
NEC, disebabkan imaturitas gastrointestinal, sirkulasi, dan sistem imun.
 Iskemia Usus
Hipoperfusi sirkulasi mesenterikus akan menyebabkan intestinal mengalami
hipoksia / iskemia, kerusakan, nekrosis dan akhirnya perforasi. Iskemia dapat
terjadi pada bayi dengan penyakit jantung bawaan, polisitemia, dan intrauterine
growth restriction.
 Kerusakan Permeabilitas Mukosa Usus
Formula hyperosmolar dapat mengubah permeabilitas mukosa usus dan
mengakibatkan kerusakan yang memicu terjadinya NEC. Volume pemberian
minum, waktu pemberian minum, serta peningkatan minum enteral yang terlalu
cepat pada bayi diduga turut berperan terjadinya NEC. Pemberian ASI terbukti
dapat mencegah terjadinya NEC, karena ASI mengandung faktor imunoprotektif
dan local growth-promoting factors yang tidak ada pada susu formula. Faktor
imunoprotektif itulah yang dapat mencegah kerusakan mukosa usus dan mencegah
invasi bakteri patogen.
 Perubahan Kolonisasi Mikroorganisme Usus
 Pemberian asupan secara enteral menjadi substrat terjadinya proliferasi bakteri,
diikuti invasi mukosa usus yang telah rusak oleh bakteri yang memproduksi gas.
Terbentuknya gas usus intramural  (pneumatosis intestinalis) bersifat progresif
menyebabkan nekrosis transmural atau gangren usus.
Faktor risiko necrotizing enterocolitis  (NEC) menurut (Moss RL, 2019) sebagai
berikut :
 Bayi dengan penyakit jantung bawaan, malformasi kongenital
(gastroskisis, penyakit Hirschsprung), hipoksia neonatal, dan hipoglikemia
 Pemberian nutrisi enteral yang terlalu agresif pada bayi
 Pemberian susu formula pada bayi baru lahir
 Penggunaan obat-obatan saat ibu hamil, seperti H2-bloker untuk refluk
gastroesofageal, indometasin untuk penutupan patent ductus arteriosus, transfusi
darah, dan paparan antibiotik yang tidak rasional
 Ibu hamil yang merokok
 Gangguan aliran darah plasenta janin, seperti insufisiensi plasenta dari penyakit
akut (misalnya hipertensi pada kehamilan), penyakit kronis (misalnya diabetes),
atau penyalahgunaan kokain pada ibu hamil

3. Manifestasi klinis
Menurut (Atici, 2020) manifestasi klinis pada NEC meliputi :
a. Distensi perut atau adanya nyeri tekan
b. Toleransi minum yang buruk
c. Muntah kehijauan atau cairan kehijauan keluar melalui pipa
d. lambung
e. Darah pada feses
f. Tanda-tanda umum gangguan sistemik :
 Apneu
 Terus mengantuk atau tidak sadar
 Demam atau hipotermi
g. Gastrointestinal:
 Makanan intoleransi
 Perut kembung
 Perut tegang
 Emesis
 Okultisme darah / kotor dalam tinja
 Perut massa
4. Patofisiologi disertai pathway
Berbagai penelitian menunjukan pathogenesis necrotizing enterocolitis (NEC)
bersifat multifaktorial. Hasil pemeriksaan histologi pada usus yang direseksi terlihat
usus pada NEC mengalami inflamasi dan kerusakan mukosa yang kemudian
berkembang menjadi nekrosis transmural atau gangrene. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan perforasi usus dan peritonitis. Inflamasi dan nekrosis dapat terjadi pada
semua bagian usus, tetapi yang paling sering adalah bagian distal ileum dan proksimal
kolon (Bubberman, 2018).
NEC lebih sering dialami bayi prematur, terutama usia gestasi <35 minggu.
Dinding usus pada bayi prematur memiliki barrier yang belum matang
dengan junction sel epitel meningkat, lapisan mukus yang mucin,  faktor trefoil
berkurang, dan jumlah sel Paneth menurun. Perkembangan usus bayi yang belum
sempurna, diikuti faktor risiko yang terjadi saat atau setelah kelahiran, mengakibatkan
akuisisi mikrobioma usus bayi.
Mikrobioma usus ikut berperan meregulasi perkembangan dan fungsi enteric
nervous system (ENS). Mikrobioma pada perkembangan usus awal pasca kelahiran
mempengaruhi kepadatan serat saraf myenteric, jumlah neuron nitrergik, dan motilitas
usus. Sistem imun dan mikrobioma usus bayi yang belum berkembang menyebabkan
adaptasi usus bayi tidak sempurna saat pemberian asupan enteral, sehingga terjadi NEC
(Clark, 2020).
Sumber : dos Santos, 2018

5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
1. Darah lengkap dengan hitung jenis
Hitung jenis leukosit bisa normal, tetapi biasanya meningkat, trombositopenia
sering terlihat. 50 % kasus terbukti NEC, jumlah platelet < 50.000 uL
2. Kultur
Specimen darah, urin, feses, dan Cairan serebrospinal sebaiknya diperiksa
untuk kemungkinan adanya virus, bakteri, dan jamur yang patogen.
3. Elektrolit
Gangguan elektrolit seperti hiponatremia dan hipernatremia serta hiperkalemia
sering terjadi.
4. Analisa gas darah
Asidosis metabolik, ataupun campuran asidosis metabolic dan respiratorik
mungkin terlihat.
5. Sistem koagulasi
Jika dijumpai trombositopenia ataupun perdarahan screening koagulopati lebih
lanjut harus dilakukan. Prothrombin Time memanjang, Partial Thromboplastin
time memanjang, penurunan fibrinogen dan peningkatan produk pemecah
fibrin, merupakan indikasi terjadinya disseminated intravascular coagulation
(DIC).
b. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen adalah modalitas pilihan saat ini untuk evaluasi neonatus
diduga memiliki NEC. Waktu tindak lanjut foto polos abdomen tergantung pada
keparahan dari NEC dan dapat bervariasi 6-24 jam. Namun, foto polos abdomen
juga diperlukan pada setiap saat kemerosotan klinis akut (Eaton, 2018).

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah untuk mendapatkan data pada klien. Pada
klien NEC, data yang perlu dikaji meliputi menurut (Paulsen, 2019) :
a. Identitas klien dan keluarga
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal, tempat tanggal
lahir, pekerjaan dan pendidikan.
b. Keluhan utama : Pasien dengan NEC biasanya mengeluh adanya distensi
abdomen.
c. Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat dari keluhan utama, berisi tentang
penyakit yang sedang dialami mencakup
 Provocatif/Paliatif : Pada pasien NEC biasanya keaadaan akan
memburuk jika diberi makan.
 Qualitas/Quantitas : Kualitas keluhan pasien NEC tergantung pada
tingkat keparahan NEC.
 Region/radiasi : Pasien NEC akan merasakan keluhan di daerah
perut.
 Skala : Pasien NEC terutama pasien bayi biasanya akan mudah
rewel.
 Timing : Biasanya keluhan dirasakan dalam waktu bertahap.
d. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien dengan NEC biasanya ditemukan adanya riwayat gangguan
pencernaan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Penilaiaan keadaan umum : Menilai keadaan umum pasien meliputi
keadaan sakit pasien, tingkat kesadaran, tanda- tanda vital dan hal
umum yang mencolok. Pada pasien dengan NEC mungkin letargi
dapat menjadi tampilan awal.
2) Pemeriksaan Sistemik.
 Sistem pernafasan
Pada pasien dengan NEC mungkin ditemukan adanya apnea
 Sistem kardiovaskular
Pada pasien dengan NEC mungkin akan ditemukan bradikardi,
serta perfusi perifer yang buruk.
 Sistem pencernaan
Pada pasien dengan NEC ditemukan adanya distensi abdomen,
bunyi usus yang kemungkinan tidak ada, edema di daerah
abdomen dan darah di dalam feses
 Sistem muskuloskeletal
Pada pasien dengan NEC ditemukan adanya perubahan aktifitas,
seperti mudah menangis terutama pada pasien bayi.
 Sistem integumen
Pada pasien dengan NEC mungkin ditemukan adanya eritema
pada dinding abdomen serta suhu badan yang tidak stabil.

 Sistem neurosensori
Pada pasien dengan NEC mungkin ditemukan kondisi letargi.
 Sistem endokrin
Pada pasien dengan NEC mungkin akan ditemukan adanya
hipoglikemi.
 Sistem genitourinaeius
Pada pasien dengan NEC biasanya tidak ditemukan adanya
gangguan dalam sistem ini.
 Aktivitas sehari-hari.
Aktivitas sehari-hari yang perlu dikaji meliputi : nutrisi (pasien
NEC biasanya mengalami penurunan pola makan), eliminasi
(mungkin akan ditemukan darah dalam feses pada pasien NEC),
pola istirahat/tidur, personal hygiene serta pola aktivitas sebelum
dan selama sakit

2. Analisis data
No. Data Etiologi (Faktor Risiko) Masalah
keperawatan
1. DS: Imatur paru dan imatur Pola nafas tidak
imunologi
 Ibu pasien mengatakan 1 efektif
hari setelah kelahiran bayi
Bakteri
mengalami sesak nafas
DO:
Pneumonia
- bayi masih tampak sesak
- tampak retraksi dinding dada
- bayi terpasang N-CPAP Pengembangan paru
Terganggu
dengan seting PEEP 6 cmH2O
dan FiO2 21%
retraksi dinding dada
- tanda-tanda vital : Suhu 38,8
meningkat (kompensasi)
nadi 198 x/mnt, RR : 60 x/mnt
- riwayat penggunaan
sesak nafas
ventilator CPAP yang lama
(sejak 1 hari setelah lahir)
- bayi lahir premature dengan
umur kehamilan 32-33 minggu
- hasil foto thorak : tampak
infitrat pada suprahiller kanan
kiri, Pneumonia
2. DS: Imatur imunitas Risiko
 Ibu pasien mengatakan 1 Ketidakseimbangan
hari setelah lahir bayi TLR4 terganggu (komponen elektrolit
imun epitel jaringan usus)
muntah-muntah berwarna
hijau kecoklatan
Bakteri NEC
DO:
- riwayat muntah-muntah
Perlekatan fibrosa
berwarna hijau
kecoklatan
Obstruksi
- Hasil lab:
Na: 130 mmol/L
Refluks diafragma
(menurun)
Cl: 87 mmol/L
(menurun)
Muntah
hasil foto radiologi :
dilatasi gaster, tampak
Output berlebih
penebalandinding small
intestine, suspect NEC
Ketidakseimbangan elektrolit
grade 1
3. DS : - Imatur paru Risiko infeksi
DO :
- tanda-tanda vital : Suhu imatur imunologi
38,8 ° C, nadi 198
x/mnt, RR : 60 x/mnt Bakteri Pneumonia
- CRT > 2 detik
- hasil laboratorium NEC
leukosit = 19.38 103 /uL
procalcitonin = 0,79 Risiko infeksi
ng/mL (> 0,5 risiko
tinggi sepsis berat)
neutrophil : 70,2 %
(meningkat)
- hasil foto thorak :
tampak infitrat pada
suprahiller kanan kiri,
pneumonia
- hasil foto radiologi :
dilatasi gaster, tampak
penebalan dinding small
intestine, suspect NEC
grade 1
4. DS: - NEC Defisit nutrisi
DO:
Pengkajian ABCD Nutrisi Dilatasi gaster
- Antopometri
BB saat lahir (tgl. 2-11-2019) Bising usus menurun
= 1800 gr
BB saat ini (tgl. 2-12-2019) = Absorbsi menurun
1620 gr
PB =43cm Intake menurun
Lingkar kepala = 29 cm
-Biokimia Metabolism meningkat
albumin : 2,72 d/dL (menurun)
-Clinical Sign Nutrisi kurang dari kebutuhan
Tubuh
pasien tampak sesak dan ada
retraksi dinding dada
BB menurun
warna kulit pucat
pasien terpasang OGT
-Diet
diit enteral : ASI 8x20cc
parenteral : D10%, aminosteril
6% 132 cc, Lipid 20% 50 cc

3. Prioritas Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
c. Risiko infeksi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
. Kode Diagnosis Kode Kriteria Hasil Kode INTERVENSI
1. 00032 Ketidakefektifan 1780 Respiratory status : 3320 Oxygen Therapy
pola nafas VentilaIon  Bersihkan mulut,
Respiratory status: hidung dan secret
Definisi :  Pertukaran Airway patency trakea
udara inspirasi Vital sign Status  Pertahankan jalan
dan/atau ekspirasi nafas yang paten
tidak adekuat Setelah dilakukan  Atur peralatan

asuhan keperawatan oksigenasi


Batasan 3x24 jam,  Monitor aliran
karakteristik : ketidakefektifan pola oksigen
 Penurunan nafas pada pasien  Pertahankan posisi
tekanan dapat teratasi dengan pasien
inspirasi/ekspirasi kriteria hasil :  Onservasi adanya
 Penurunan  Menunjukkan tanda tanda
pertukaran udara jalan nafas yang hipoventilasi
per menit paten (tidak  Monitor adanya
 Menggunakan merasa tercekik, kecemasan pasien
otot pernafasan irama nafas, terhadap oksigenasi
tambahan frekuensi
 Nasal flaring pernafasan dalam 3105 Vital sign Monitoring
 Dyspnea rentang normal,  Monitor TD, nadi,
 Orthopnea tidak ada suara suhu, dan RR
 Perubahan nafas abnormal).  Catat adanya
penyimpangan  Tanda Tanda fluktuasi tekanan
dada vital dalam darah
 Nafas pendek rentang normal  Auskultasi TD pada
 Assumption of 3- (tekanan darah, kedua lengan dan
point position nadi, pernafasan) bandingkan
 Pernafasan  Monitor kualitas dari
pursed-lip nadi
 Tahap ekspirasi  Monitor frekuensi
berlangsung dan irama
sangat lama pernapasan
 Peningkatan  Monitor suara paru
diameter anterior-  Monitor pola
posterior pernapasan
 Pernafasan rata- abnormal
rata/minimal  Monitor suhu,
warna, dan
Faktor yang kelembaban kulit
berhubungan :  Monitor sianosis
 Hiperventilasi perifer
 Deformitas  Monitor adanya
tulang cushing triad
 Kelainan bentuk (tekanan nadi yang
dinding dada melebar, bradikardi,
 Penurunan peningkatan sistolik)
energi/kelelahan  Identifikasi
 Perusakan/ penyebab dari
pelemahan perubahan vital sign
muskulo-skeletal
 Obesitas
 Posisi tubuh
 Kelelahan otot
pernafasan
 Hipoventilasi
sindrom
 Nyeri
 Kecemasan
 Disfungsi
Neuromuskuler
 Kerusakan
persepsi/kognitif
 Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang
 Imaturitas
Neurologis

2. 00061 Risiko 1882        Fluid balance 3542 Fluid management


       Hydration
ketidakseimbangan  Timbang
       Nutritional Status :
elektrolit Food and Fluid popok/pembalut jika
       Intake
diperlukan
Definisi :   Pertahankan catatan
Berisiko mengalami Setelah dilakukan
intake dan output
perubahan kadar asuhan keperawatan
yang akurat
elektrolít serum yang 3x24 jam, risiko
 Monitor status
dapat mengganggu ketidakseimbangan
hidrasi (kelembaban
kesehatan elektrolit pada pasien
membran mukosa,
dapat teratasi dengan
Faktor Risiko : nadi adekuat,
       Defisiensi volume
kriteria hasil :
tekanan darah
cairan Mempertahankan
       
ortostatik ), jika
urine output sesuai
Diare
        dengan usia dan BB, diperlukan
Disfungsi endokrin
        BJ urine normal, HT  Monitor vital sign
Kelebihan volume
        normal  Monitor masukan
cairan Tekanan darah, nadi,
        makanan / cairan
Gangguan mekanisme
        suhu tubuh dalam dan hitung intake
regulasi batas normal kalori harian
(mis.,diabetes, Tidak ada tanda tanda
         Kolaborasikan
isipidus, sindrom dehidrasi, pemberian cairan IV
ketidaktepatan sekresi Elastisitas turgor kulit
       
 Monitor status
hormon antidiuretik) baik, membran nutrisi
Disfungsi ginjal
        mukosa lembab, tidak  Berikan cairan IV
Efek samping obat
        ada rasa haus yang pada suhu ruangan
(mis, medikasi, drain) berlebihan  Dorong masukan
Muntah
       
oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
 Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
 Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
memburuk
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi
Hypovolemia
Management

3391
        Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
        Pelihara IV line
        Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
        Monitor tanda vital
        Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
        Monitor berat badan
        Dorong pasien untuk
menambah intake oral
        Pemberian cairan lV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan

3. 00004 Risiko Infeksi 0702 Status Imunitas 6550 Perlindungan Infeksi


 Monitor tanda dan
Definisi Setelah dilakukan gejala infeksi sistemik
Rentan mengalami asuhan keperawatan dan local
invasi dan multiplikasi 3x24 jam, risiko  Monitor hasil angka
organisme patogenik infeksi pada luka leukosit dan hasil lab
yang dapat pasien dapat diatasi lainnya
mengganggu dengan kriteria hasil :  Batasi pengunjung
kesehatan.  Tidak ada infeksi  Pertahankan teknik
berulang aseptic pada pasien
Faktor Risiko  Tidak ada benjolan yang beresiko
 Gangguan  Berat badan dalam  Inspeksi kondisi luka
peristalsis rentang yang operasi
 Gangguan diharapkan  Anjurkan peningkatan
integritas kulit  Suhu tubuh dalam mobilitas dan latihan
 Vaksinasi tidak rentang yang dengan tepat
adekuat diharapkan  Ajarkan pasien dan
 Kurang  Kulit utuh keluarga tentang
pengetahuan untuk  Mukosa utuh tanda-tanda infeksi
menghindari  Jumlah WBC dan melaporkan pada
pemanjanan dalam batas petugas kesehatan
pathogen normal  Ajarkan pasien dan
 Malnutrisi keluarga tentang cara
 Obesitas untuk menghindari

 Merokok infeksi

Stasis cairan tubuh


4. 00002 Ketidakseimbangan 0819  Nutritional 6550 Nutrition Management
Status :
nutrisi kurang dari          Kolaborasi dengan
 Nutritional
kebutuhan tubuh Status : food and ahli gizi untuk
Fluid Intake
menentukan jumlah
 Nutritional
Definisi Status: nutrient kalori dan nutrisi yang
Asupan nutrisi tidak Intake dibutuhkan pasien.
cukup untuk          Berikan informasi
Setelah dilakukan
memenuhi kebutuhan tentang kebutuhan nutrisi
asuhan keperawatan
metabolik
3x24 jam,
1020 Nutrition Monitoring
ketidakseimbangan
Batasan  BB pasien dalam
nutrisi kurang dari
Karakteristik batas normal
kebutuhan tubuh
 Bising usus  Monitor adanya
pada pasien dapat
penurunan berat
hiperaktif diatasi dengan kriteria badan
 Kurang makanan hasil :  Monitor interaksi
 Kurang informasi  Adanya anak atau orangtua
 Kurang minat peningkatan berat selama makan
pada makanan badan sesuai  Monitor lingkungan
 Penurunan berat dengan tujuan selama makan
badan dengan  Berat badan ideal  Jadwalkan
asupan makanan sesuai dengan pengobatan dan
adekuat tinggi badan perubahan pigmentasi
 Kesalahan  Mampu  Monitor turgor kulit
konsepsi mengidentifikasi  Monitor kekeringan,
 Kesalahan kebutuhan nutrisi rambut kusam, dan
informasi  Tidak ada tanda- mudah patah
 Mambran mukosa tanda malnutrisi  Monitor mual dan
Pucat  Menunjukkan muntah
peningkatan  Monitor kadar
Faktor risiko fungsi pengecapan albumin, total
 Faktor biologis dan menelan protein, Hb, dan
 Faktor ekonomi  Tidak terjadi kadar Ht
 Ketidakmampuan penurunan berat  Monitor pertumbuhan
untuk badan yang berarti dan perkembangan
mengabsorbsi  Monitor pucat,
nutrien kemerahan, dan
 Ketidakmampuan kekeringan jaringan
untuk mencerna konjungtiva
makanan  Monitor kalori dan
 Ketidakmampuan intake nutrisi
menelan makanan  Catat adanya edema,
 Faktor psikologis hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
 Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

- Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan
diagnosis yang tepat , diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien (Zed, 2019).
- Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan kontak dengan
klien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subyektif dan obyektif dari
klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain (Zed, 2019)
A. Analisa Data
No. BATASAN KARAKTERISTIK ETIOLOGI DIAGNOSA
1. DS : - Pola BAB tidak Konstipasi
DO : teratur
 Pasien tampak lemas
 Perut terasa keras Eliminasi feses tidak
 Pasien tampak belum BAB lancer
 Pasien tampak BAB dipancing dengan
rectal tube Konstipasi
2. DS : - Neck Resiko Infeksi
DO :
 Pasien tampak kuning (hiperbilirubin) Kondisi tubuh yang
 Perut tampak besar lemah
 TTV :
HR : 146 x/menit Leukosit yang tinggi
RR : 48 x/menit
S : 36,9 0C Resiko Infeksi
SpO2 : 99 %
 Hasil Laboratorium
Leukosit : 25000/µL (tinggi)
Neutrofil : 47% (menurun)
 Hasil Radiologi Thoracoabdominal :
Pneumonia neonatus, curiga aspirasi
3. DS : - Sulit BAB Resiko Nutrisi
DO : Kurang Dari
 Keadaan umum : lemah Perut terasa begah Kebutuhan Tubuh
 Konjungtiva anemis
 Pasien tampak muntah 2 kali Nafsu makan

 Pasien tampang terpasang OGT menurun

(Orofaringeal Gastritic Tube)


 Pasien tampak mendapatkan ASI 1 cc Menurunnya intake
 Pasien tampak mendapatkan Infus makanan
PG2 : 14,5 ml/jam
Lipid : 0,6 ml/jam
Heparin : 0,1 ml/jam

B. Prioritas Masalah

C. Intervensi Keperawatan
No KOD DIAGNOSA KOD NOC KOD NIC
. E E E
1. 0001 kontipasi  Eliminasi Menajemen
1 defekasi efektif pengeluran feses
Definisi  Gejala konstifasi  Monitor
Penurunan frekuensi terkontrol pengeluran
atau kesulitan Setelah dilakukan feses
pengeluran feses asuhan keperawatan frekuensi,
3x24 jam pasien konsitensi,
mencapai bowel bentuk, warna
eliminesion degan  Monitor
kriteria hasil: perstatik/
 Pola BAB teratur bising usu
 Feses lembek dan adanya
berbentuk impaksi
 Feses keluar  Monitor dan
degan mudah identifikasi
faktor
penyebab dan
gejala
konstipasi.
2. 0008 Resiko Infeksi 0702 Status Imunitas Kontrol Infeksi
5
Definisi Setelah dilakukan Perlindungan
Rentan mengalami asuhan keperawatan 6550 Infeksi
invasi dan 3x24 jam, risiko  Monitor tanda
multiplikasi infeksi dapat diatasi dan gejala
organisme patogenik dengan kriteria infeksi
yang dapat hasil : sistemik dan
mengganggu  Tidak ada infeksi local
kesehatan. berulang  Monitor hasil
 Tidak ada angka leukosit
Faktor Risiko benjolan dan hasil lab
 Gangguan  Berat badan lainnya
peristalsis dalam rentang  Batasi
 Gangguan yang diharapkan pengunjung
integritas kulit  Suhu tubuh dalam  Pertahankan
 Vaksinasi tidak rentang yang teknik aseptik
adekuat diharapkan pada pasien
 Kurang  Kulit utuh yang beresiko
pengetahuan untuk  Mukosa utuh  Ajarkan
menghindari  Jumlah WBC pasien dan
pemanjanan dalam batas keluarga
pathogen norma tentang tanda-
 Malnutrisi tanda infeksi
 Obesitas dan
 Merokok melaporkan

 Stasis cairan tubuh pada petugas


kesehatan
 Ajarkan
pasien dan
keluarga
tentang cara
untuk
menghindari
infeksi
3. Resiko Nutrisi Status nutrisi: Monitor Nutrisi :
Kurang Dari Nutrisi terpenuhi  Monitor turgor
Kebutuhan Tubuh Setelah dilakukan kulit dan
asuhan keperawatan mobilitas
Definisi Diagosis: 3x24 jam status  Identifikasi
Asupan nutrisi tidak nutisi bayi terpenuhi abdormalitas
cukup degan kriteria hasil: eliminasi
untuk memenuhi  Adanya bowel
kebutuhan peningkatan berat Menajemen
metabolic badan sesuai saluran cerna
Batasan degan tujuan  Catat tanggal
karakteristik:  Berat badan ideal buang air
- Kram abdomen sesuai degan besar terakhir
- Nyeri abdomen tinggi badan  Monitor
- Gangguan sensasi  Mampu buang air
rasa mengidentifikasi besar
- Berat badan 20% kebutuhan Tubuh termasuk
atau lebih dibawah  Tidak ada tanda – frekuensi,
rentang badan ideal tanda malnutrisi konsistensi,
- Kerapuhan kapiler  Menunjukan bentuk , vol
- Diare peningkatan ume dan
- Kehilangan rambut fungsi pengecap warna degan
berlebihan dan menelan cara yang
- Enggan makan  Tidak terjadi tepat
- Asupan makanan penurunan berat  Monitor
kurang dari badan yang bising usu
recommended daily
allowance (RDA) berarti
- Bising usus
hiperaktif
- Kurang informasi
- Kurang minat pada
makanan
- Tonus otot
menurun
- Kesalahan
informasi

Faktor yang
berhubungan/
faktor risiko:
- Asupan diet
kurang
Populasi beresiko:
- Faktor biologis -
Kesulitan
ekonomi Kondisi
terkait: -
Ketidakmampuan
mengabsorpsi
nutrient
- Ketidakmampuan
mencerna
makanan
- Ketidakmampuan
makan
- Gangguan
psikososial
D. Implementasi
NO HARI/TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON/HASIL
1. Rabu, 21-12-2020 Konstipasi  Mengidentifikasi faktor  Perut kembung dan
penyebab dan gejala dari keras
konstipasi
 Memonitor pengeluaran  Pasiem tampak
feses, frekuensi, belum BAB
konsistensi, bentuk, dan
warna
 Memonitor  Bising usus pasien
peristaltik/bising usus 7x/menit
2. Kamis, 22-12-2023 Resiko infeksi  Memonitor ttv pasien  Akral hangat,
HR : 150 x/menit,
S:36,5 0C,
RR :50x/m,
SPO2 : 98%
 Memonitor peristaltik  Bising usus 7x/m
bising usus  Hasil
 Memonitor hasil leukosit:25000/µL
laboratorium leukosit Neutrofil : 47%
dan hasil lainnya
3. Jumat, 23-12-2022 Resiko Nutrisi Kurang Dari  Memonitor turgor  Capilary Refill : <3
Kebutuhan Tubuh kulit detik
 Mencatat tanggal  Pasien terakhir
buang air besar BAB tanggal 17
terakhir Desember 2022
E. Evaluasi
NO HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
1. RABU 21-12-2022 konstipasi S:-

O: pasien tampak lemas, perut terasa keras, pasien


belum BAB

A: konstipasi

P: belum teratasi
- Monitor ttv
- Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
2. Kamis 22-12-2023 Resiko infeksi S:-

O:
TTV : HR : 146x/m
RR : 48x/m
S : 36,90C
SPO2 : 99%
Hasil lab
- Leukosit : 25000/µL
- Neutrofil : 47%
Hasil radiologi
- Thoracalabdominal, pneumonia eonates, curiga
aspirasi
A : resiko infeksi

P : teratasi sebagian, intervensi di lanjutkan.


3. Jumat 23-12-2022 Ketidakseimbangan nutrisi S:-
kurang dari kebutuhan
tubuh O:
Keadaan umum lemah
- Konjungtiva anemis
- Pasien muntah 2x
- Pasien tampak terpasang orofaringeal gastritic
tube
Pasien mendapatkan ASI 1cc
Hasil lab
- PG2 :14,5 ml/jam
- Lipid : 0,6 ml/jam
- Heparin : 0.1 ml/jam

A : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh

P : teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan


DAFTAR PUSTAKA

Beeby PJ, Jeffery H. Risk factors for necrotizing enterocolitis: the influence of gestasional age.
Arch Dis Child 2018:67:432-5

Lin PW, Nasr TR, Stoll BJ. Necrotizing enterocolitis: recent scientific advances in
patophysiology and prevention. Semin Perinatol 2018;32:70-82.

Wendelboe AM, Smelser C, Lucero CA, McDonald LC. Cluster of necrotizing enterocolitis in a
neonatal intensive care unit. Am J Infect control 2020;38:144-8

Hunter CJ, Upperman JS, Ford HR, Camerini V. Understanding the susceptibility of the
premature infants to necrotizing enterocolitis. Pediatr Res 2019;63:117- 23.

Wang Y, Hoenig JD, Malin KJ, Qamar A, Petrof EO, Sun J, dkk. 16S rRNA gene based analysis
of fecal microbiota for preterm infants with and without necrotizing enterocolitis. ISME J
2019;3:944-54.

Bell MJ. Neonatal necrotizing enterocolitis. N Engl J Med 2019;298:281-2

Lin PW, Stoll BJ. Necrotizing enterocolitis. Lancet. 2018;368:1271-83.

Berseth CL. Feeding strategies and necrotizing enterocolitis. Curr Opin Pediatr 2018;17:170-3.

Berman L, Moss RL. Necrotizing enterocolitis: an update. Semin Neonatol 2021;16:145-50.

Moss RL, Kalish LA, Duggan C. Clinical parameters do not adequately predict outcome in
necrotizing enterocolitis: a multi-institusional study. J Perinatol 2019;28:665-774

Atici, A., Karaman, A., Zenciroǧlu, A., Karaman, I., Afşarlar, Ç.E., Yilmaz, E., Okumuş, N.,
Çavuşoǧlu, Y.H., Özgüner, I.F., Erdoǧan, D., 2020. Factors affecting mortality in stage 3b
necrotizing enterocolitis. Turk. J. Pediatr. 56: 133–137

Bubberman, J.M., Zoonen, A. Van, Bruggink, J.L.M., Heide, M. Van Der, Berger, R.M.F., Bos,
A.F., Kooi, E.M.W., Hulscher, J.B.F., 2018. Necrotizing Enterocolitis Associated with
Congenital Heart Disease : a Different Entity ? J. Pediatr. Surg.
doi:10.1016/j.jpedsurg.2018.11.012

Clark, R.H., Gordon, P., Walker, W.M., Laughon, M., Smith, P.B., Spitzer, A.R., 2012.
Characteristics of patients who die of necrotizing enterocolitis. J. Perinatol. 32: 199–204.
doi:10.1038/jp.2020.65

dos Santos, I.G.G., Mezzacappa, M.A., Alvares, B.R., 2018. Radiological findings associated
with the death of newborns with necrotizing enterocolitis. Radiol. Bras. 51: 166–171.
doi:10.1590/0100-3984.2017.0040

Eaton, S., Rees, C.M., Hall, N.J., 2018. Current Research on the Epidemiology, Pathogenesis,
and Management of Necrotizing Enterocolitis. Neonatology. doi:10.1159/000458462

Anda mungkin juga menyukai