Salin-Laporan Kasus Neck
Salin-Laporan Kasus Neck
OLEH :
1. Raja Arfeliantry (20220305008)
2. Theophila Monica Cristy (20220305009)
3. Janita Ruth Laidya Pardede (20220305012)
4. Ria Novianti Sukan (20220305018)
5. Mail Kholik (20220305020)
2. Etiologi
Etiologi NEC hingga saat ini belum dapat dipastikan, namun diyakini erat
kaitannya dengan terjadinya iskemik intestinal, faktor koloni bakteri dan faktor
makanan. Iskemik menyebabkan rusaknya dinding saluran cerna, sehingga rentan pada
invasi bakteri. NEC jarang terjadi sebelum tindakan pemberian makanan dan sedikit
terjadi pada bayi yang mendapat ASI. Bagaimananapun sekali pemberian makanan
dimulai, hal itu cukup untuk menyebabkan proliferasi bakteri yang dapat menembus
dinding saluran cerna yang rusak dan menghasilkan gas hidrogen. Gas tersebut bisa
berkumpul dalam dinding saluran cerna (pneumotosis intestinalis) atau memasuki vena
portal. Dapat juga disebabkan karena bayi lahir prematur dan berat badanya sangat
rendah, dari ibu yang mengkonsumsi kokain. Menurut (Berman, 2021).
Etiologi necrotizing enterocolitis (NEC) adalah imaturitas usus bayi, iskemia usus,
kerusakan permeabilitas mukosa usus, dan perubahan kolonisasi bakteri dalam usus.
Imaturitas Usus
Bayi prematur dan/atau bayi berat lahir rendah memiliki usus yang belum
sempurna, sehingga saat mendapatkan asupan enteral terjadi jejas intestinal dengan
respons yang tidak adekuat . Semakin rendah usia gestasi semakin tinggi risiko
NEC, disebabkan imaturitas gastrointestinal, sirkulasi, dan sistem imun.
Iskemia Usus
Hipoperfusi sirkulasi mesenterikus akan menyebabkan intestinal mengalami
hipoksia / iskemia, kerusakan, nekrosis dan akhirnya perforasi. Iskemia dapat
terjadi pada bayi dengan penyakit jantung bawaan, polisitemia, dan intrauterine
growth restriction.
Kerusakan Permeabilitas Mukosa Usus
Formula hyperosmolar dapat mengubah permeabilitas mukosa usus dan
mengakibatkan kerusakan yang memicu terjadinya NEC. Volume pemberian
minum, waktu pemberian minum, serta peningkatan minum enteral yang terlalu
cepat pada bayi diduga turut berperan terjadinya NEC. Pemberian ASI terbukti
dapat mencegah terjadinya NEC, karena ASI mengandung faktor imunoprotektif
dan local growth-promoting factors yang tidak ada pada susu formula. Faktor
imunoprotektif itulah yang dapat mencegah kerusakan mukosa usus dan mencegah
invasi bakteri patogen.
Perubahan Kolonisasi Mikroorganisme Usus
Pemberian asupan secara enteral menjadi substrat terjadinya proliferasi bakteri,
diikuti invasi mukosa usus yang telah rusak oleh bakteri yang memproduksi gas.
Terbentuknya gas usus intramural (pneumatosis intestinalis) bersifat progresif
menyebabkan nekrosis transmural atau gangren usus.
Faktor risiko necrotizing enterocolitis (NEC) menurut (Moss RL, 2019) sebagai
berikut :
Bayi dengan penyakit jantung bawaan, malformasi kongenital
(gastroskisis, penyakit Hirschsprung), hipoksia neonatal, dan hipoglikemia
Pemberian nutrisi enteral yang terlalu agresif pada bayi
Pemberian susu formula pada bayi baru lahir
Penggunaan obat-obatan saat ibu hamil, seperti H2-bloker untuk refluk
gastroesofageal, indometasin untuk penutupan patent ductus arteriosus, transfusi
darah, dan paparan antibiotik yang tidak rasional
Ibu hamil yang merokok
Gangguan aliran darah plasenta janin, seperti insufisiensi plasenta dari penyakit
akut (misalnya hipertensi pada kehamilan), penyakit kronis (misalnya diabetes),
atau penyalahgunaan kokain pada ibu hamil
3. Manifestasi klinis
Menurut (Atici, 2020) manifestasi klinis pada NEC meliputi :
a. Distensi perut atau adanya nyeri tekan
b. Toleransi minum yang buruk
c. Muntah kehijauan atau cairan kehijauan keluar melalui pipa
d. lambung
e. Darah pada feses
f. Tanda-tanda umum gangguan sistemik :
Apneu
Terus mengantuk atau tidak sadar
Demam atau hipotermi
g. Gastrointestinal:
Makanan intoleransi
Perut kembung
Perut tegang
Emesis
Okultisme darah / kotor dalam tinja
Perut massa
4. Patofisiologi disertai pathway
Berbagai penelitian menunjukan pathogenesis necrotizing enterocolitis (NEC)
bersifat multifaktorial. Hasil pemeriksaan histologi pada usus yang direseksi terlihat
usus pada NEC mengalami inflamasi dan kerusakan mukosa yang kemudian
berkembang menjadi nekrosis transmural atau gangrene. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan perforasi usus dan peritonitis. Inflamasi dan nekrosis dapat terjadi pada
semua bagian usus, tetapi yang paling sering adalah bagian distal ileum dan proksimal
kolon (Bubberman, 2018).
NEC lebih sering dialami bayi prematur, terutama usia gestasi <35 minggu.
Dinding usus pada bayi prematur memiliki barrier yang belum matang
dengan junction sel epitel meningkat, lapisan mukus yang mucin, faktor trefoil
berkurang, dan jumlah sel Paneth menurun. Perkembangan usus bayi yang belum
sempurna, diikuti faktor risiko yang terjadi saat atau setelah kelahiran, mengakibatkan
akuisisi mikrobioma usus bayi.
Mikrobioma usus ikut berperan meregulasi perkembangan dan fungsi enteric
nervous system (ENS). Mikrobioma pada perkembangan usus awal pasca kelahiran
mempengaruhi kepadatan serat saraf myenteric, jumlah neuron nitrergik, dan motilitas
usus. Sistem imun dan mikrobioma usus bayi yang belum berkembang menyebabkan
adaptasi usus bayi tidak sempurna saat pemberian asupan enteral, sehingga terjadi NEC
(Clark, 2020).
Sumber : dos Santos, 2018
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
1. Darah lengkap dengan hitung jenis
Hitung jenis leukosit bisa normal, tetapi biasanya meningkat, trombositopenia
sering terlihat. 50 % kasus terbukti NEC, jumlah platelet < 50.000 uL
2. Kultur
Specimen darah, urin, feses, dan Cairan serebrospinal sebaiknya diperiksa
untuk kemungkinan adanya virus, bakteri, dan jamur yang patogen.
3. Elektrolit
Gangguan elektrolit seperti hiponatremia dan hipernatremia serta hiperkalemia
sering terjadi.
4. Analisa gas darah
Asidosis metabolik, ataupun campuran asidosis metabolic dan respiratorik
mungkin terlihat.
5. Sistem koagulasi
Jika dijumpai trombositopenia ataupun perdarahan screening koagulopati lebih
lanjut harus dilakukan. Prothrombin Time memanjang, Partial Thromboplastin
time memanjang, penurunan fibrinogen dan peningkatan produk pemecah
fibrin, merupakan indikasi terjadinya disseminated intravascular coagulation
(DIC).
b. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen adalah modalitas pilihan saat ini untuk evaluasi neonatus
diduga memiliki NEC. Waktu tindak lanjut foto polos abdomen tergantung pada
keparahan dari NEC dan dapat bervariasi 6-24 jam. Namun, foto polos abdomen
juga diperlukan pada setiap saat kemerosotan klinis akut (Eaton, 2018).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah untuk mendapatkan data pada klien. Pada
klien NEC, data yang perlu dikaji meliputi menurut (Paulsen, 2019) :
a. Identitas klien dan keluarga
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal, tempat tanggal
lahir, pekerjaan dan pendidikan.
b. Keluhan utama : Pasien dengan NEC biasanya mengeluh adanya distensi
abdomen.
c. Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat dari keluhan utama, berisi tentang
penyakit yang sedang dialami mencakup
Provocatif/Paliatif : Pada pasien NEC biasanya keaadaan akan
memburuk jika diberi makan.
Qualitas/Quantitas : Kualitas keluhan pasien NEC tergantung pada
tingkat keparahan NEC.
Region/radiasi : Pasien NEC akan merasakan keluhan di daerah
perut.
Skala : Pasien NEC terutama pasien bayi biasanya akan mudah
rewel.
Timing : Biasanya keluhan dirasakan dalam waktu bertahap.
d. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien dengan NEC biasanya ditemukan adanya riwayat gangguan
pencernaan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Penilaiaan keadaan umum : Menilai keadaan umum pasien meliputi
keadaan sakit pasien, tingkat kesadaran, tanda- tanda vital dan hal
umum yang mencolok. Pada pasien dengan NEC mungkin letargi
dapat menjadi tampilan awal.
2) Pemeriksaan Sistemik.
Sistem pernafasan
Pada pasien dengan NEC mungkin ditemukan adanya apnea
Sistem kardiovaskular
Pada pasien dengan NEC mungkin akan ditemukan bradikardi,
serta perfusi perifer yang buruk.
Sistem pencernaan
Pada pasien dengan NEC ditemukan adanya distensi abdomen,
bunyi usus yang kemungkinan tidak ada, edema di daerah
abdomen dan darah di dalam feses
Sistem muskuloskeletal
Pada pasien dengan NEC ditemukan adanya perubahan aktifitas,
seperti mudah menangis terutama pada pasien bayi.
Sistem integumen
Pada pasien dengan NEC mungkin ditemukan adanya eritema
pada dinding abdomen serta suhu badan yang tidak stabil.
Sistem neurosensori
Pada pasien dengan NEC mungkin ditemukan kondisi letargi.
Sistem endokrin
Pada pasien dengan NEC mungkin akan ditemukan adanya
hipoglikemi.
Sistem genitourinaeius
Pada pasien dengan NEC biasanya tidak ditemukan adanya
gangguan dalam sistem ini.
Aktivitas sehari-hari.
Aktivitas sehari-hari yang perlu dikaji meliputi : nutrisi (pasien
NEC biasanya mengalami penurunan pola makan), eliminasi
(mungkin akan ditemukan darah dalam feses pada pasien NEC),
pola istirahat/tidur, personal hygiene serta pola aktivitas sebelum
dan selama sakit
2. Analisis data
No. Data Etiologi (Faktor Risiko) Masalah
keperawatan
1. DS: Imatur paru dan imatur Pola nafas tidak
imunologi
Ibu pasien mengatakan 1 efektif
hari setelah kelahiran bayi
Bakteri
mengalami sesak nafas
DO:
Pneumonia
- bayi masih tampak sesak
- tampak retraksi dinding dada
- bayi terpasang N-CPAP Pengembangan paru
Terganggu
dengan seting PEEP 6 cmH2O
dan FiO2 21%
retraksi dinding dada
- tanda-tanda vital : Suhu 38,8
meningkat (kompensasi)
nadi 198 x/mnt, RR : 60 x/mnt
- riwayat penggunaan
sesak nafas
ventilator CPAP yang lama
(sejak 1 hari setelah lahir)
- bayi lahir premature dengan
umur kehamilan 32-33 minggu
- hasil foto thorak : tampak
infitrat pada suprahiller kanan
kiri, Pneumonia
2. DS: Imatur imunitas Risiko
Ibu pasien mengatakan 1 Ketidakseimbangan
hari setelah lahir bayi TLR4 terganggu (komponen elektrolit
imun epitel jaringan usus)
muntah-muntah berwarna
hijau kecoklatan
Bakteri NEC
DO:
- riwayat muntah-muntah
Perlekatan fibrosa
berwarna hijau
kecoklatan
Obstruksi
- Hasil lab:
Na: 130 mmol/L
Refluks diafragma
(menurun)
Cl: 87 mmol/L
(menurun)
Muntah
hasil foto radiologi :
dilatasi gaster, tampak
Output berlebih
penebalandinding small
intestine, suspect NEC
Ketidakseimbangan elektrolit
grade 1
3. DS : - Imatur paru Risiko infeksi
DO :
- tanda-tanda vital : Suhu imatur imunologi
38,8 ° C, nadi 198
x/mnt, RR : 60 x/mnt Bakteri Pneumonia
- CRT > 2 detik
- hasil laboratorium NEC
leukosit = 19.38 103 /uL
procalcitonin = 0,79 Risiko infeksi
ng/mL (> 0,5 risiko
tinggi sepsis berat)
neutrophil : 70,2 %
(meningkat)
- hasil foto thorak :
tampak infitrat pada
suprahiller kanan kiri,
pneumonia
- hasil foto radiologi :
dilatasi gaster, tampak
penebalan dinding small
intestine, suspect NEC
grade 1
4. DS: - NEC Defisit nutrisi
DO:
Pengkajian ABCD Nutrisi Dilatasi gaster
- Antopometri
BB saat lahir (tgl. 2-11-2019) Bising usus menurun
= 1800 gr
BB saat ini (tgl. 2-12-2019) = Absorbsi menurun
1620 gr
PB =43cm Intake menurun
Lingkar kepala = 29 cm
-Biokimia Metabolism meningkat
albumin : 2,72 d/dL (menurun)
-Clinical Sign Nutrisi kurang dari kebutuhan
Tubuh
pasien tampak sesak dan ada
retraksi dinding dada
BB menurun
warna kulit pucat
pasien terpasang OGT
-Diet
diit enteral : ASI 8x20cc
parenteral : D10%, aminosteril
6% 132 cc, Lipid 20% 50 cc
3. Prioritas Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
c. Risiko infeksi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
. Kode Diagnosis Kode Kriteria Hasil Kode INTERVENSI
1. 00032 Ketidakefektifan 1780 Respiratory status : 3320 Oxygen Therapy
pola nafas VentilaIon Bersihkan mulut,
Respiratory status: hidung dan secret
Definisi : Pertukaran Airway patency trakea
udara inspirasi Vital sign Status Pertahankan jalan
dan/atau ekspirasi nafas yang paten
tidak adekuat Setelah dilakukan Atur peralatan
3391
Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk
menambah intake oral
Pemberian cairan lV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
Merokok infeksi
- Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan
diagnosis yang tepat , diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien (Zed, 2019).
- Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan kontak dengan
klien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subyektif dan obyektif dari
klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain (Zed, 2019)
A. Analisa Data
No. BATASAN KARAKTERISTIK ETIOLOGI DIAGNOSA
1. DS : - Pola BAB tidak Konstipasi
DO : teratur
Pasien tampak lemas
Perut terasa keras Eliminasi feses tidak
Pasien tampak belum BAB lancer
Pasien tampak BAB dipancing dengan
rectal tube Konstipasi
2. DS : - Neck Resiko Infeksi
DO :
Pasien tampak kuning (hiperbilirubin) Kondisi tubuh yang
Perut tampak besar lemah
TTV :
HR : 146 x/menit Leukosit yang tinggi
RR : 48 x/menit
S : 36,9 0C Resiko Infeksi
SpO2 : 99 %
Hasil Laboratorium
Leukosit : 25000/µL (tinggi)
Neutrofil : 47% (menurun)
Hasil Radiologi Thoracoabdominal :
Pneumonia neonatus, curiga aspirasi
3. DS : - Sulit BAB Resiko Nutrisi
DO : Kurang Dari
Keadaan umum : lemah Perut terasa begah Kebutuhan Tubuh
Konjungtiva anemis
Pasien tampak muntah 2 kali Nafsu makan
B. Prioritas Masalah
C. Intervensi Keperawatan
No KOD DIAGNOSA KOD NOC KOD NIC
. E E E
1. 0001 kontipasi Eliminasi Menajemen
1 defekasi efektif pengeluran feses
Definisi Gejala konstifasi Monitor
Penurunan frekuensi terkontrol pengeluran
atau kesulitan Setelah dilakukan feses
pengeluran feses asuhan keperawatan frekuensi,
3x24 jam pasien konsitensi,
mencapai bowel bentuk, warna
eliminesion degan Monitor
kriteria hasil: perstatik/
Pola BAB teratur bising usu
Feses lembek dan adanya
berbentuk impaksi
Feses keluar Monitor dan
degan mudah identifikasi
faktor
penyebab dan
gejala
konstipasi.
2. 0008 Resiko Infeksi 0702 Status Imunitas Kontrol Infeksi
5
Definisi Setelah dilakukan Perlindungan
Rentan mengalami asuhan keperawatan 6550 Infeksi
invasi dan 3x24 jam, risiko Monitor tanda
multiplikasi infeksi dapat diatasi dan gejala
organisme patogenik dengan kriteria infeksi
yang dapat hasil : sistemik dan
mengganggu Tidak ada infeksi local
kesehatan. berulang Monitor hasil
Tidak ada angka leukosit
Faktor Risiko benjolan dan hasil lab
Gangguan Berat badan lainnya
peristalsis dalam rentang Batasi
Gangguan yang diharapkan pengunjung
integritas kulit Suhu tubuh dalam Pertahankan
Vaksinasi tidak rentang yang teknik aseptik
adekuat diharapkan pada pasien
Kurang Kulit utuh yang beresiko
pengetahuan untuk Mukosa utuh Ajarkan
menghindari Jumlah WBC pasien dan
pemanjanan dalam batas keluarga
pathogen norma tentang tanda-
Malnutrisi tanda infeksi
Obesitas dan
Merokok melaporkan
Faktor yang
berhubungan/
faktor risiko:
- Asupan diet
kurang
Populasi beresiko:
- Faktor biologis -
Kesulitan
ekonomi Kondisi
terkait: -
Ketidakmampuan
mengabsorpsi
nutrient
- Ketidakmampuan
mencerna
makanan
- Ketidakmampuan
makan
- Gangguan
psikososial
D. Implementasi
NO HARI/TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON/HASIL
1. Rabu, 21-12-2020 Konstipasi Mengidentifikasi faktor Perut kembung dan
penyebab dan gejala dari keras
konstipasi
Memonitor pengeluaran Pasiem tampak
feses, frekuensi, belum BAB
konsistensi, bentuk, dan
warna
Memonitor Bising usus pasien
peristaltik/bising usus 7x/menit
2. Kamis, 22-12-2023 Resiko infeksi Memonitor ttv pasien Akral hangat,
HR : 150 x/menit,
S:36,5 0C,
RR :50x/m,
SPO2 : 98%
Memonitor peristaltik Bising usus 7x/m
bising usus Hasil
Memonitor hasil leukosit:25000/µL
laboratorium leukosit Neutrofil : 47%
dan hasil lainnya
3. Jumat, 23-12-2022 Resiko Nutrisi Kurang Dari Memonitor turgor Capilary Refill : <3
Kebutuhan Tubuh kulit detik
Mencatat tanggal Pasien terakhir
buang air besar BAB tanggal 17
terakhir Desember 2022
E. Evaluasi
NO HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
1. RABU 21-12-2022 konstipasi S:-
A: konstipasi
P: belum teratasi
- Monitor ttv
- Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
2. Kamis 22-12-2023 Resiko infeksi S:-
O:
TTV : HR : 146x/m
RR : 48x/m
S : 36,90C
SPO2 : 99%
Hasil lab
- Leukosit : 25000/µL
- Neutrofil : 47%
Hasil radiologi
- Thoracalabdominal, pneumonia eonates, curiga
aspirasi
A : resiko infeksi
Beeby PJ, Jeffery H. Risk factors for necrotizing enterocolitis: the influence of gestasional age.
Arch Dis Child 2018:67:432-5
Lin PW, Nasr TR, Stoll BJ. Necrotizing enterocolitis: recent scientific advances in
patophysiology and prevention. Semin Perinatol 2018;32:70-82.
Wendelboe AM, Smelser C, Lucero CA, McDonald LC. Cluster of necrotizing enterocolitis in a
neonatal intensive care unit. Am J Infect control 2020;38:144-8
Hunter CJ, Upperman JS, Ford HR, Camerini V. Understanding the susceptibility of the
premature infants to necrotizing enterocolitis. Pediatr Res 2019;63:117- 23.
Wang Y, Hoenig JD, Malin KJ, Qamar A, Petrof EO, Sun J, dkk. 16S rRNA gene based analysis
of fecal microbiota for preterm infants with and without necrotizing enterocolitis. ISME J
2019;3:944-54.
Berseth CL. Feeding strategies and necrotizing enterocolitis. Curr Opin Pediatr 2018;17:170-3.
Moss RL, Kalish LA, Duggan C. Clinical parameters do not adequately predict outcome in
necrotizing enterocolitis: a multi-institusional study. J Perinatol 2019;28:665-774
Atici, A., Karaman, A., Zenciroǧlu, A., Karaman, I., Afşarlar, Ç.E., Yilmaz, E., Okumuş, N.,
Çavuşoǧlu, Y.H., Özgüner, I.F., Erdoǧan, D., 2020. Factors affecting mortality in stage 3b
necrotizing enterocolitis. Turk. J. Pediatr. 56: 133–137
Bubberman, J.M., Zoonen, A. Van, Bruggink, J.L.M., Heide, M. Van Der, Berger, R.M.F., Bos,
A.F., Kooi, E.M.W., Hulscher, J.B.F., 2018. Necrotizing Enterocolitis Associated with
Congenital Heart Disease : a Different Entity ? J. Pediatr. Surg.
doi:10.1016/j.jpedsurg.2018.11.012
Clark, R.H., Gordon, P., Walker, W.M., Laughon, M., Smith, P.B., Spitzer, A.R., 2012.
Characteristics of patients who die of necrotizing enterocolitis. J. Perinatol. 32: 199–204.
doi:10.1038/jp.2020.65
dos Santos, I.G.G., Mezzacappa, M.A., Alvares, B.R., 2018. Radiological findings associated
with the death of newborns with necrotizing enterocolitis. Radiol. Bras. 51: 166–171.
doi:10.1590/0100-3984.2017.0040
Eaton, S., Rees, C.M., Hall, N.J., 2018. Current Research on the Epidemiology, Pathogenesis,
and Management of Necrotizing Enterocolitis. Neonatology. doi:10.1159/000458462