Anda di halaman 1dari 67

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


BABY BLUES PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BUNGKU TENGAH KECAMATAN BUNGKU TENGAH
KABUPATEN MOROWALI

SITI BADRIAH RUSLIN. L


P201901033

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini telah disetujui dan diperbaiki dihadapan Tim Penguji pada

Seminar proposal program studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan

Universitas Mandala Waluya

Kendari, Mei 2023

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sunarsih, SKM., M. Kes Apriyanti, S.Kep., Ns., M. Kes


NIDK : 09-1505-6001 NIDN : 09-0304-8901

Mengetahui,
Ketua Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan

Dewi Sari Pratiwi, S.kep.,Ns.,M.kes


NIDN : 09-2706-8605

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat danKarunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Baby Blues Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Bungku Tengah

Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali” guna memenuhi salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu

Keperawatan di Universitas Mandala Waluya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal ini masih jauh

dari kesempurnaan oleh karena saran-saran dari semua pihak yang sifatnya

membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan ini sangat Penulis harapkan.

Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa pula menghaturkan rasa terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Sunarsih, S. KM., M. Kes selaku

pembimbing I dan Ibu Apriyanti, S. Kep., Ns., M. Kes selaku pembimbing II

atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam

membimbing, mengarahkan, memberi saran maupun kritik sehingga proposal ini

menjadi lebih baik.

Tak lupa penulis haturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Ketua Yayasan Universitas Mandala Waluya

2. Rektor Univesitas Mandala Waluya

3. Para Wakil Rektor (Akademik, Non Akademik, Kemahasiswaan) Universitas

Mandala Waluya

4. Para Ketua Lembaga (LPPM, LPJM) Univesitas Mandala Waluya

iii
5. Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Mandala Waluya

6. Ketua Program Studi S1 KeperawatanUniversitas Mandala Waluya

7. Tim Penguji (masing-masing) : Tasman, SKM., M.Kes selaku penguji I,

kepada Sitti Masriwati, S.Kep.,Ns., M.Kes selaku penguji II dan kepada Asri

Dwi Novianti, S.Kep., Ns., M.Kepselaku penguji III.

8. Seluruh Dosen dan Staf/karyawan Univestitas Mandala Waluya yang telah

banyak membantu Penulis semasa pendidikan

9. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan, kasih sayang

sertamotivasi

10. Seluruh teman-teman khususnya Program Studi Keperawatan yang telah

memberikan bantuan dan motivasi kepada Penulis hingga selesainya proposal

ini.

Demikian proposal ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan

terutama Penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Univertas Mandala Waluya.

Kendari, April 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
..........................................................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... ix
SAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................
E. Kebaruan Penelitian...................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Masa Nifas.........................................................
B. Konsep baby blues.....................................................................................
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pikir Peneliti....................................................................................
B. Bagan Kerangka Teori...............................................................................
C. Bagan Kerangka Konsep Penelitian..........................................................
D. Variabel Penelitian....................................................................................
E. Definisi Operasional Dan Kriteria Obyektif..............................................
F. Hipotesis Penelitian...................................................................................

v
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Desain Penelitian......................................................................
B. Tempat dan waktu penelitian ....................................................................
C. Populasi Dan Sampel.................................................................................
D. Pengumpulan Data.....................................................................................
E. Instrument penelitian.................................................................................
F. Analisis data..............................................................................................
G. Pengolahan data.........................................................................................
H. Etika Penelitian .........................................................................................
I. Jadwal Penelitian ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kebaruan Penelitian .............................................................................


Tabel 4.1 Jadwal Penelitian...................................................................................

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian..................................................


Gambar 4.1 Desain penelitian Cross Sectional.....................................................

viii
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


ASEAN : Asosiation Of Sout East Asian Nations
USAID : United Stase Agency for International Development
WHO : World Health Organization
H0 : Hipotesis Nol
Ha : Hipotesis Alternative

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pengambilan Data Awal.


Lampiran 2 : Lembar Permintaan Menjadi Responden.
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Sebagai Responden.
Lampiran 4 : Lembar Kuisioner Penelitian.

x
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta

keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan

pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat

melahirkan (Sambas et al.,2022). Pada periode ini tubuh akan mengalami

perubahan baik fisiologis maupun psikologis. Proses adaptasi fisiologis

meliputi perubahan tanda-tanda vital, hematologi, sistem kardiovaskuler,

perkemihan, pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem endokrin dan organ

reproduksi, sedangkan proses adaptasi psikologis yaitu suatu proses yang

akan melewati tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua,

yaitu fase dependen(taking in), fase dependen-mandiri (taking hold), dan fase

interdependen (letting go) (Aifal.,2022)

Periode postpartum merupakan situasi krisis bagi ibu, pasangan

dan keluarga akibat berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik,

psikologis, maupun struktur keluarga yang memerlukan proses adaptasi

atau penyesuaian.Adaptasi secara fisik dimulai sejak bayi dilahirkan sampai

kembalinya kondisi tubuh ibu pada kondisi seperti sebelum hamil, yaitu

kurun waktu 6 sampai 8 minggu. Proses adaptasi psikologi pada seorang

ibu sudah dimulai sejak kehamilan. Kehamilan dan persalinan merupakan


peristiwa yang normal terjadi dalam hidup, namun banyak ibu yang

mengalami stres yang signifikan.

Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan

dengan bayinya, keadaan ini disebut postpartum blues atau baby blues.

Baby blues ditandai dengan tangisan singkat, perasaan kesepian atau ditolak,

cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa dan susah tidur. Perempuan banyak

melewati proses-proses yang cukup sulit dalam hidup mereka diantaranya

proses kehamilan, melahirkan dan nifas, serta proses perubahan peran

menjadi seorang ibu (Saputri.,2023).

Mengandung, melahirkan dan masa nifas merupakan suatu fase yang

membutuhkan dukungan dari berbagai pihak terutama suami dan keluarga.

Pada masa nifas ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun

emosi. Beberapa penyesuaian di butuhkan oleh beberapa wanita dalam

menghadapi aktivitas dan peran baru sebagai ibu pada minggu-minggu

pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun psikologis.

Perubahan psikologi yang dialami oleh seorang perempuan pada masa nifas

apabila tidak disikapi dengan bijak akan menimbulkan berbagai dampak yaitu

merasa sedih, jengkel, lelah, marah dan putus asa dan perasaan-perasaan

itulah yang membuat seorang ibu enggan mengurus bayinya yang oleh para

peneliti disebut baby blues (Ernawati et al.,2020).

Baby blues merupakan suatu sindroma gangguan afek yang ringan

sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan cenderung

memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang

2
waktu dua minggu. Baby blues menghilang dengan sendirinya jika mendapat

penanganan yang baik namun jika tidak maka akan berlanjut menjadi depresi

postpartum dan psikologis postpartum yang butuh penanganan professional

(Laitupa et al.,2023). Baby blues merupakan gangguan mood atau efek ringan

sementara yang terjadi pada hari pertama sampai hari ke 10 setelah persalinan

ditandai dengan tangisan singkat, perasaan kesepian, ditolak, cemas, bingung,

gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat tidur (Khasanah et al.,2022).

Baby blues merupakan salah satu masalah kesehatan mental

khususnya bagi para ibu yang baru saja melahirkan.Kondisi ini dapat

menimbulkan masalah dalam hubungan ibu dan bayi, gangguan

psikopatologis pada bayi dan keterlambatan perkembangan bayi.Ragam

gangguan terjadi karena perempuan yang mengalami sindrom baby blues

cenderung diliputi perasaan sedih sehingga kurang peka untuk memberikan

afek positif pada bayinya. Akibatnya, bayi juga tidak belajar mengembangkan

afek positif dan menimbulkan rasa kurang aman pada diri bayi dalam proses

perkembangan mereka kelak. Bayi-bayi dari ibu yang mengalami sindrom

baby blues cenderung mengalami gangguan orientasi, afek depresi, gangguan

tidur (irregular sleep) dan beberapa jenis gangguan fisik lain di samping

hambatan perkembangan verbal, gangguan perilaku dan keterlambatan

perkembangan skolastik (Darusman et al.,2019).

Menurut data World Health Organization (WHO), bahwa angka

kejadian baby blues di dunia berkisar antara 0,5%-60%.Angka kejadian

postpartum blues di Asia berkisar antara 3,5%-63,3%. Angka insiden baby

3
blues syndrome pada persalinan lebih banyak di bandingkan dengan pasca

persalinan yaitu 82,78% baby blues dan 17,21% pasca persalinan yang di

temukan lebih umum di antara ibu primigravida (68%) di Pakistan. Angka

insiden baby blues syndrome pada persalinan lebih banyak dibandingkan

dengan depresi pasca persalinan yaitu 82,78% baby blues dan 17,21% pasca

persalinan yang ditemukan lebih umum di antara ibu primigravida (68%)

(Yuliarna et al.,2023).

WHO (2018) mencatat prevalensi postpartum blues secara umum

dalam populasi dunia adalah 3-8% dengan 50% kasus terjadi pada usia

produktif yaitu 20-50 tahun. Di Indonesia, angka kejadian tersebut meningkat

pada tahun 2020 menjadi sekitar 70-80% ibu nifas mengalami baby blues

syndrome dan sekitar 10-13% nya berlanjut pada depresi pasca melahirkan

(Annisa et al.,2022).

Angka kejadian baby blues di Indonesia menurut (United Stase

Agency for International Development) (2016) terdapat 31 kelahiran per 1000

populasi.Indonesia menduduki peringkat keempat tertinggi di ASEAN setelah

Laos yaitu sebanyak 26 kelahiran per 1000 populasi dan Kamboja yaitu

sebanyak 25 kelahiran per 1000 populasi. Tingginya angka kejadian

postpartum blues pada ibu pasca melahirkan dapat menimbulkan dampak

yang signifikan terhadap keadaan psikologis ibu (Yunitasari at al.,2022).

Faktor-faktor yang mempengaruhi post partum blues pada umumnya

tidak berdiri sendiri sehingga tanda dan gejala post partum blues merupakan

hasil suatu mekanisme multi faktorial. Faktor pertama yaitu faktor hormonal,

4
berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin, dan kortisol. Faktor

kedua yaitu faktor aktivitas fisik yang disebabkan kelelahan fisik karena

aktivitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti popok. Faktor

ketiga yaitu faktor psikososial yang meliputi usia, paritas, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, dukungan suami dan keluarga, dan status kehamilan.

Penyebab tertinggi terjadinya post partum blues adalah kurangnya dukungan

suami dan keluarga terhadap ibu mulai masa kehamilan hingga pasca

persalinan (Nirwana, 2011).

Puskesmas Bungku Tengah sendiri jumlah persalinan oleh tenaga

kesehatan pada tahun 2021 sebanyak 229 persalinan. Tahun 2022 sebanyak

235 persalinan. Pada tahun 2023 di bulan Januari sampai juni tercatat

sebanyak 53 persalinan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

peneliti dengan bidan yang yang bertugas di pesukemas bungu tengah

mengatakan bahwa 53 ibu nifas yang melakukan kunjungan pasca melahirkan

sekitar 50% yang mengalami baby blues, dan berdasarkan hasil wawancara

pada 5 ibu nifas, 3 di antaranya mengatakan baru saja melahirkan anak

pertama, dan menceritakan bahwa mereka merasa mudah marah, mudah

tersinggung, mudah bersedih, sulit tidur, dan mudah merasa lelah.

Berdasarkan dari data yang dikumpulkan peneliti menarik kesimpulan

bahwa ibu mengalami gejala baby blues, kasus baby blues masih menjadi

masalah yang sangat penting untuk di perhatikan Karen Apabila keadaan

baby blues ini berlanjut maka akan menjadi keadaan yang lebih berat yaitu

depresi atau Psikosis Postpartum yang mengakibatkan perubahan mood

5
secara drastis dan sering memicu terjadinya tindakan ekstrim seperti bunuh

diri dan membunuh bayi yang baru dilahirkannya. Baby blues pada bayi dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi seperti keterlambatan

bahasa dan IQ yang rendah, selain itu dampak pada ibu adalah berkurangnya

jumlah produksi ASI yang berguna untuk asupan nutrisi bayi, dan ibu yang

mengalami depresi juga menghadapi kesulitan dalam memahami ekspresi

emosional bayinya. Kondisi ibu yang tidak mampu menjawab kebutuhan

bayinya secara benar, dapat menyebabkan stres pada bayi (Marwiyah at

al.,2022).

Belum adanya data yang menunjukkan kejadian Baby Blues di

wilayah kerja Puskesmas Bungku Tengah, maka peneliti ingin mengetahui

kejadian Baby Blues Syndrome di wilayah kerja Puskesmas Bungku Tengah.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Baby Blues Pada Ibu

Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Bungku Tengah Kecamatan Bungku

Tengah Kabupaten Morowali.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan usia dengan kejadian baby blues pada ibu nifas

di wilayah kerja puskesmas bungku tengah kecamatan bungku tengah

kabupten morowali?

2. Apakah ada hubungan dukungan suami dengan kejadian baby blues pada

ibu nifas di wilayah kerja puskesmas tengah kecamatan bungku tengah

kabupten morowali?

6
3. Apakah ada hubungan paritas dengan kejadian baby blues pada ibu

nifas di wilayah kerja puskesmas bungku tengah kecamatan bungku

tengah kabupten morowali?

4. Apakah ada hubungan ibu bekerja dengan kejadian baby blues pada ibu

nifas di wilayah kerja puskesmas bungku tengah kecamatan bungku tengah

kabupten morowali?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

baby blues pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Bungku Tengah

Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali.

2. Tujuan khusus

a. Menganalisis hubungan usia dengan kejadian baby blues pada ibu

nifas di wilayah kerja Puskesmas Bungku Tengah Kecamatan Bungku

Tengah Kabupten Morowali.

b. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan kejadian baby blues

pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Bungku Tengah kecamatan

bungku tengah Kabupten Morowali.

c. Menganalisis hubungan paritas dengan kejadian baby blues pada ibu

nifas di wilayah kerja Puskesmas Bungku Tengah Kecamatan Bungku

Tengah Kabupten Morowali

7
d. Menganalisis hubungan ibu bekerja dengan kejadian baby blues pada

ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Bungku Tengah Kecamatan

Bungku Tengah Kabupten Morowali.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi pendukung

perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan pustaka yang dapat

menjadi bahan bacaan ilmiah bagi yang membutuhkan dan sebagai

bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya

b. Manfaat bagi IPTEK

Hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian baby

blues pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas bungku tengah

kecamatan bungku tengah kabupaten morowali agar memperluas ilmu

pengetahuan dan memperkaya inovasi IPTEK terhadap pemanfaatan

penyuluhan faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian baby

blues pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas bungku tengah

kecamatan bungku tengah kabupaten morowali

c. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan

rujukan atau penelitian selanjutnya yang sifatnya lebih besar dan

bermanfaat untuk kemajuan ilmu keperawatan khususnya di Indonesia

2. Manfaat Praktis

8
a. Manfaat bagi Masyarakat

Diharapkan dengan hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan

masyarakat tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

baby blues pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas bungku tengah

kecamatan bungku tengah kabupaten morowali.

b. Manfaat bagi Puskesmas Bungku Tengah

Sebagai bahan masukan dan dapat di jadikan bahan informasi faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian baby blues pada ibu nifas di

wilayah kerja puskesmas bungku tengah kecamatan bungku tengah

kabupaten morowali.

E. Kebaruan Penelitian

Tabel 1. 1Kebaruan Penelitian

No Nama Peneliti Judul Penelitian Jenis variabel Perbedaan


1 Lina Wahyu Analisis Faktor - Varibel Bebas : Dwi Natalia
Susanti Faktor Penyebab Kesiapan Setiawati dkk
dkk(2017) Terjadinya kehamilan ibu, meneliti dengan
Baby Blues dukungan suami Varibel Bebas :
Syndrom Pada dan jenis Kesiapan kehamilan
Ibu Nifas persalinan ibu, dukungan
Variabel Terikat : suami dan jenis
beby blues persalinan
Variabel Terikat :
beby blues jumlah
sampel yang
digunakan sebanyak
72 responden.
sedangakan peneliti
melakukan
penelitian dengan
Variabel bebas
dalam penelitian ini
adalah Usia,
Dukungan suami,
Paritas, Pekerjaan

9
Variabel Terikat :
beby blues dengan
jumlah sampel yang
digunakan sebanyak
36 responden
2 Roza Aryani Faktor-Faktor Varibel Bebas : Roza Aryani dkk
dkk (2022) yang Usia, pendidikan, meneliti dengan
Berhubungan jenis persalinan, Varibel Bebas :
dengan Baby komplikasi Usia, pendidikan,
Blues Syndrome kelahiran serta jenis persalinan,
Pada Ibu dukungan komplikasi kelahiran
Post Partum di keluarga serta dukungan
RSUD dr. Zainoel Variabel Terikat : keluarga Variabel
Abidin Kota beby blues Terikat : beby blues
Banda Aceh dengan jumlah
populasi sebanyak
773 orang dan
sampel sebanyak 50
orang sedangkan
peneliti melakukan
penelitian dengan
Variabel bebas
dalam penelitian ini
adalah Usia,
Dukungan suami,
Paritas, Pekerjaan
Variabel Terikat :
beby blues dengan
jumlah populasi 39
sampel yang
digunakan sebanyak
36 responden
3 Dayang Faktor-faktor Varibel Bebas : Dayang
Mardhatillah yang Usia, paritas Mardhatillah RMP
RMP dkk Berhubungan pendidikan, dkk meneliti dengan
(2019) dengan Kejadian pekerjaan Variabel Varibel Bebas :
Postpartum Blues Terikat : beby Usia, paritas
di blues pendidikan,
Wilayah Kerja pekerjaan Variabel
Puskesmas Terikat : beby blues
Temindung Jumlah populasi 44
Tahun 2019 sampel yang
digunakan sebanyak
40 responden.
Sedangakan peneliti
melakukan

10
penelitian sedangkan
peneliti melakukan
penelitian dengan
Variabel bebas
dalam penelitian ini
adalah Usia,
Dukungan suami,
Paritas, Pekerjaan
Variabel Terikat :
beby blues dengan
jumlah populasi 39
sampel yang
digunakan sebanyak
36 responden
4 Uswatun Hubungan Varibel Bebas : Uswatun Kasanah
Kasanah Dungan Suami Dukungan suami meneliti dengan
(2016) Dalam Variabel Terikat : Varibel Bebas :
Pearawatan Masa beby blues Dukungan suami
Nifas Dengan Variabel Terikat :
Kejadian Baby beby blues jumlah
Blues populasi 32 ibu
nifas.Sedangakan
peneliti melakukan
penelitian dengan
Sedangakan peneliti
melakukan
penelitian sedangkan
peneliti melakukan
penelitian dengan
Variabel bebas
dalam penelitian ini
adalah Usia,
Dukungan suami,
Paritas, Pekerjaan
Variabel Terikat :
beby blues dengan
jumlah populasi 39
sampel yang
digunakan sebanyak
36 responden

5 Febrina Faktor–faktor Varibel Bebas : Febrina meneliti


(2021) yang Pendapatan,paritas dengan Varibel
berhubungan , dukungan bidan, Bebas :
dengan kejadian perencanaan Pendapatan,paritas,
Postpartum blues kehamilan,jenis dukungan bidan,

11
Di RSUD persalinan. perencanaan
Indrasari Rengat Variabel Terikat : kehamilan,jenis
Tahun 2016 beby blues persalinan.
Variabel Terikat :
beby blues
dengan jumlah
populasi 161, sampel
30 orang responden.
Sedangakan peneliti
melakukan
penelitian Dukungan
suami Variabel
Terikat : beby blues
jumlah populasi 32
ibu nifas.
Sedangakan peneliti
melakukan
penelitian dengan
Variabel bebas
dalam penelitian ini
adalah Usia,
Dukungan suami,
Paritas, Pekerjaan
Variabel Terikat :
beby blues dengan
jumlah populasi 39
sampel yang
digunakan sebanyak
36 responden
6 Evice Dukungan suami Varibel Bebas : Evicenna Naftuchah
nna Naftuchah dan keluarga Dukungan suami, Riani meneliti
Riani (2017) terhadap angka dukungan dengan Varibel
kejadian keluarga,. Bebas :
Baby blues Variabel Terikat : Dukungan suami,
Di beby blues dukungan keluarga,.
Puskesmas ii Variabel Terikat :
kembaran beby blues
banyumas dengan dengan 7
orang informan
primer ibu nifas, 4
orang informan
sekunder yang
terdiri dari bidan dan
orang tua informan
primer. Sedangakan
peneliti melakukan

12
penelitian dengan
Variabel bebas
dalam penelitian ini
adalah Usia,
Dukungan suami,
Paritas, Pekerjaan
Variabel Terikat :
beby blues dengan
jumlah populasi 39
sampel yang
digunakan sebanyak
36 responden

13
14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Konsep Dasar Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti

sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama

masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak

perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak

nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan

untuk menjadi patologis bila tidak di ikuti dengan perawatan yang baik

(Yuliana & Hakim, 2020)

Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan semula (sebelum hamil) ,dan berlangsung selama kira-kira 6

minggu (Yuliastanti at al., 2021). Masa nifas adalah di mulai sejak 2 jam

setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu

atau masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pemulihan kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra

hamil (Elis et al., 2019)


2. Tahapan masa nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga tahap (Yuliana & Hakim, 2020)

a. Masa Puerperium dini Suatu masa kepulihan dimana ibu

diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial

Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama

kurang lebih 6 minggu.

c. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan

sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan

mengalami komplikasi

3. Perubahan Psikologis

Pengalaman menjadi ibu tidaklah merupakan suatu hal yang selalu

menyenangkan bagi wanita.Realisasi tanggung jawab sebagai seorang

ibu merupakan faktor pemicu munculnya gangguan emosi, intelektual,

dan tingkah laku pada seorang wanita.Beberapa penyesuaian dibutuhkan

oleh seorang wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran barunya

sebagai seorang ibu. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan

baik, namun sebagian wanita tidak berhasil menyesuaikan diri dengan

baik. Sehingga mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan

berbagai gejala pskikologis. Dalam menjalani adaptasi masa nifas,

sebagian ibu dapat mengalami fase-fase sebagai berikut:

15
a. Fase Taking in

Merupakan fase pada waktu segera setelah persalinan dimana pada

masa ini ibu cenderung pasif.Berlangsung 24-48 jam jam setelah

kelahiran bayi. Ibu butuh banyak bantuan untuk melakukan hal yang

mudah dan juga dalam pengambilan keputusan.

b. Fase Taking Hold

Perubahan emosional yang dirasakan ibu setelah menjadi ibu dan

setelah ibu melihat bayinya untuk pertama kalinya dan pengalaman

merawat bayi. Fase taking Hold berlangsung antara hari ke 3-10.

Perasaan yang timbuh adalah perasaan khawatir pada ibu akan

ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam merawat bayi.

Berdasarkan hasil penelitian Taviyanda (2019), perubahan emosional

yang dirasakan ibu setelah menjadi ibu sebagian besar ibu merasa

senang dan mereka sangat tertarik dengan kehadiran bayi mereka,

walau rasa senang itu juga disertai dengan perasaan takut, cemas dan

bingung bagaimana memperlakukan bayi mereka untuk pertama

kalinya

c. Fase Letting Go

Merupakan fase dimana ibu nifas sudah menemukan peran sendiri. Ibu

mulai menerima peran barunya sebagai seorang ibu. Ibu belajar

menyusun rencana untuk melewati hari-hari baru dengan bayi dan

keluarga. Fase letting go berlangsung minggu ke 2 hingga minggu ke

16
4 nifas dan bisa lebih cepat tergantung kemampuan ibu beradaptasi

(Febriati et al., 2022).

4. Tanda bahaya masa nifas

Menurut (Ernawati et al 2022) tanda bahaya masa nifas adalah:

a. Terlalu Banyak Darah yang Keluar

Untuk normalnya, darah yang keluar saat masa nifas adalah 500-600

ml per 24 jam setelah bayi dilahirkan. Sama seperti saat sedang haid,

seorang wanita biasanya memakai pembalut untuk mencegah darah

nifas tembus di pada celana dalam. Seorang Ibu harus waspada jika

dalam waktu satu jam sudah ganti pembalut lebih dari 2 pembalut.

Ganti pembalut disini dalam artian karena terlalu banyak darah yang

keluar. Hal seperti ini menandakan jika masa nifas seperti ini sangat

berbahaya dan harus segera konsultasi ke Dokter.

b. Penglihatan Kabur

Mengalami rabun merupakan hal yang wajar yang terjadi pada setiap

orang. Hal ini disebabkan karena gangguan pada lensa mata yang

menyebabkan mata menjadi tidak sehat. Bagi seorang ibu yang

memiliki gangguan mata seperti mata minus biasanya disarankan

untuk melahirkan secara caesar. Hal ini dilakukan untuk keselamatan

Ibu karena khawatir minusnya akan semakin bertambah.Bagi seorang

ibu yang mengalami pandangan kabur setelah melahirkan, tentunya ini

harus segera di tanyakan ke bidan atau dokter terdekat.Pasalnya,

17
penglihatan kabur saat wanita mengalami nifas biasanya disebabkan

karena terlalu banyak darah yang keluar.

c. Sakit Kepala Berlebih Disertai Mual

Seiring dengan keluarnya darah setelah melahirkan seringkali

membuat wanita mengalami sakit kepala.Tapi hal ini memang wajar

karena kurangnya sel darah merah.Tapi untuk wanita yang mengalami

sakit kepala berlebih dan rasa mual, maka hal ini sudah tidak wajar

karena bisa menjadi penyebab gangguan penyakit yang disebabkan

oleh nifas. Pusing atau sakit kepala yang berlebihan harus segera

dibawa ke dokter untuk berkonsultasi. Jika dibiarkan terlalu lama akan

mengganggu kesehatan ibu yang baru melahirkan penanganan yang

cepat tentunya akan lebih mudah ditangani dari pada dibiarkan terlalu

lama.

d. Terjadi Pembengkakan Wajah dan Bagian Lainnya

Pembengkakan ini tidak hanya muncul pada wajah saja, namun juga

pada bagian kaki dan tangan sehingga membuat seorang ibu yang baru

saja melahirkan mengalami kesulitan berjalan karena pembengkakan

pada bagian kaki.Gejala pembengkakan pada kaki biasanya diawali

dengan munculnya varises yang semakin menjalar.Hal ini sebaiknya

segera diatasi sebelum merambat ke bagian tubuh lainnya.

e. Suhu Tubuh Mengalami Peningkatan

Suhu tubuh memang tidak bisa diprediksi, khususnya pada ibu hamil

dan setelah persalinan. Ini dikarenakan daya tahan tubuh setiap orang

18
berbeda-beda. Bagi ibu setelah melahirkan mungkin akan naik turun

seiring dengan proses persalinan yang menyebabkan dehidrasi. Tapi

hal ini hanya berlangsung selama 1 sampai 3 hari saja. Suhu tubuh

untuk ibu yang baru melahirkan umumnya 37-38 derajat celcius. Jika

suhu tubuh lebih dari itu maka sudah tidak wajar sehingga harus

kembali ke Rumah sakit untuk diperiksa.

f. Mengalami Depresi setelah Melahirkan

Mengalami depresi setelah melahirkan Depresi ibu melahirkan

biasanya dialami oleh wanita yang baru pertama kali melahirkan. Bagi

beberapa orang, ini merupakan proses instrospeksi terhadap waktu

yang merubah seseorang yang tadinya lajang dan sekarang memiliki

bayi. Pendarahan yang berlebihan seringkali disebabkan karena ibu

yang stres setelah melahirkan. Ini biasanya akan membuat ibu enggan

menyentuh bayinya karena terlalu stress. Jika sudah begini sebaiknya

dibawa ke rumah sakit atau ke psikologi agar dapat membantu

mengatasi perasaan depresinya.

g. Darah Nifas yang Berbau Menyengat

Bau darah pada nifas umumnya sama dengan bau darah haid. Bau

yang tidak enak atau lebih menyengat biasanya merupakan tanda

bahayanya masa nifas sehingga harus segera diatasi. Ini biasanya

diikuti oleh gumpalan darah yang lebih besar dan menyebabkan rasa

sakit pada vagina.

19
B. Konsep Baby Blues

1. Pengertian Baby Blues

Postpartum blues adalah kesedihan ataupun kemurungan yang

diakibatkan setelah melahirkan,terkadang hanya muncul untuk sementara

waktu, yakni kira-kira dua hari sampai dua minggu sejak bayi dilahirkan.

Adapun terdapat tanda dan gejala dari postpartum blues adalah

kurangnya rasa percaya diri, sukar menangis tanda ada sebab, sensitif

ataupun gampang tersinggung, cemas tanpa ada penyebab serta merasa

kurang mencintai bayinya (Siallagan et al., 2022).

baby blues suatu keadaan depresi bersifat sementara biasa dialami

oleh kebanyakan ibu yang baru melalui proses melahirkan karena

perubahan tingkat hormon, tanggung jawab baru akibat perluasan

keluarga dan pengasuhan terhadap bayi. Sedih juga depresi kerap hadir

pasca melahirkan sementara gejalanya muncul sekitar 2 atau 3 hari pasca

persalinan, kemudian akan hilang dalam rentang waktu selama satu

hingga dua minggu (Verda et al., 2022).

Postpartum blues atau baby blues syndrome merupakan sebuah

perubahan emosi dan suasana hati ibu yang terjadi setelah proses

kelahiran bayi yang dapat menjadikan ibu merasa mudah terharu, cemas

hingga mudah sekali tersinggung (Salat at al., 2021)

20
2. Jenis gangguan psikologi postpartum

Menurut (Alifah, 2016), jenis gangguan postpartum blues sebaagai

berikut:

a. Postpartum blues

Terjadi pada hari 1–10 setelah melahirkan dan hanya bersifat

sementara dengan gejala gangguan mood, rasa marah, mudah

menangis, sedih, nafsu makan menurun, sulit tidur.

b. Postpartum depression

Gejala yang timbul adalah perasaan sedih, tertekan, sensitif, merasa

bersalah, lelah cemas, dan dan tidak mampu merawat dirinya dan

banyinya.

c. Postpartum psikosis

Depresi berat yaitu dengan gejala proses pikir yang dapat mengancam

dan membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga

memrlukan pertolongan dari tenaga professional yaitu psikiater dan

pemberian obat.

3. Tanda Dan Gejala Baby Blues

Baby Blues adalah sebuah gangguan psikologis berupa emosi

tinggi yang terjadi pada sekitar 50-80% wanita setelah melahirkan,

gangguan ini mencapai puncak saat 3-5 hari setelah melahirkan dan

berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu pasca

melahirkan, ibu depresi dan lebih mudah menangis dari biasanya, merasa

marah, sedih, gelisah dan emosional sehingga ibu mengalami gangguan

21
tidur, ibu kurang perduli dengan bayinya, namun gejala ini tidak

mengganggu kemampuan seorang ibu untuk merawat bayinya sendiri di

saat-saat tertentu,emosi tak menentu,kerap tersinggung, kerap kehilangan

kesabaran, Ibu tidak percaya diri, cemas berlebihan, merasa bersalah dan

tidak berharga, cepat lelah dan mengalami pusing kepala. Menangis,

perasaan penolakan, penurunan minat pada seks dan mengalami

gangguan berat badan, kehilangan energi, agitasi atau kecemasan,

perasaan tidak berharga atau bersalah, sulit berkonsentrasi atau membuat

keputusan,gejala fisik seperti sering sakit kepala, nyeri dada, denyut

jantung cepat, mati rasa, kegoyahan atau pusing, dan sesak napas ringan

yang menandakan kecemasan, gejala ini mengganggu kemampuan

seorang wanita untuk merawat bayinya (Dewi., 2018).

Tanda gejala baby blues meliputi Perubahan mood yang cepat

(mood swing) seperti kesedihan, suka menangis, hilang nafsu makan,

gangguan tidur, mudah tersinggung, cepat lelah, cemas, tidak sabaran,

tidak percaya diri, sensitive, mudah tersinggung, kurang menyayangi

bayinya, dan merasa kesepian (Indriati at al., 2023).

4. Faktor Penyebeb Baby Blue

Faktor penyebab postpartum blues menurut (Irawati & Yuliani,

2014) yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Hormonal

Berupa perubahan kadar kortisol, estrogen, progesteron, prolaktin, dan

estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun

22
secara bermakna setelah melahirkan. Ternyata estrogen memiliki efek

supresi terhadap aktivitas enzim monoamine oksidase, yaitu suatu

enzim otak yang bekerja menginaktivasi, baik noradrenalin maupun

serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.

b. Faktor Demografi

Usia yang terlalu muda untuk melahirkan, sehingga dia memikirkan

tanggung jawabnya sebagai seorang ibu untuk mengurus anaknya.

Sedangkan postpartum blues banyak terjadi pada ibu primipara,

mengingat dia baru memasuki perannya sebagai seorang ibu, tetapi

tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada ibu yang pernah

melahirkan, yaitu jika ibu mempunyai riwayat postpartum blues

sebelumnya.

Usia dalam persalinan sering dikaitkan dengan masalah baby blues

syndrome. Usia yang terlalu muda untuk hamil akan memicu risiko

bagi ibu dan anak dari segi fisik dan psikis yaitu selama kehamilan

maupun persalinan. Usia ibu berpengaruh terhadap kejadian Baby

blues syndrome, dimana baby blues syndrome cenderung terjadi pada

usia <20 tahun dengan proporsi sebanyak 66,7% diikuti dengan

kelompok usia >35 tahun dengan proporsi sebanyak 53,8% dan

kejadian terendah ditemukan pada kelompok usia 20-35 tahun dengan

proporsi sebesar 54,5% (Almida et al.,2023).

Jumlah kelahiran di mana dengan bertambahnya jumlah anak maka

tanggung jawab kedua orang tua khususnya ibu akan semakin

23
banyak. Ibu primipara lebih berisiko mengalami baby blues syndrome

karena pada ibu primipara merupakan persalinan dan pengalaman

pertama sehingga ibu kurang siap untuk menghadapi persalinan.

Paritas (multipara) lebih mempengaruhi terjadinya baby blues

syndrome meskipun ibu multipara telah mempunyai pengalaman

sebelumnya tentang proses persalinan, perawatan bayi dan masa nifas,

baby blues syndrome dapat terjadi pada ibu multipara bisa di sebabkan

karena jumlah anak yang banyak dan jarak kelahiran yang terlalu

dekat akan memberikan respon yang berbeda pada ibu, tekanan

psikologis akan lebih meningkat dibandingkan dengan ibu yang

memiliki jumlah (Almida et al., 2023).

c. Faktor Psikologis

Berkurangnya perhatian keluarga terutama suami karena semua

perhatian tertuju pada anak yang baru lahir. Padahal usai persalinan

ibu merasa lelah dan sakit pasca persalinan membuat ibu

membutuhkan perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik si kecil

karena tidak sesuai dengan yang di inginkan juga bias memicu

postpartum baby blues.

Seorang suami merupakan salah satu anggota keluarga yang

sangat dekat dengan ibu Segala bentuk tindakan yang di

lakukan suami yang berkaitan dengan masa nifas ibu akan

berdapak pada keadaan psikologis ibu serta kelancaran ibu dalam

menjalani masa nifasnya.dukungan yang positif dari suami sangat

24
di perlukan dalam membantu kondisi ibu selama masa nifas.

Apabila suami tidak mendukung ibu.postpartum maka dapat

membuat ibu merasa sedih dan kewalahan dalam mengasuh bayinya

pada minggu pertama postpartum. Dukungan suami merupakan

bentuk interaksi yang di dalamnya terdapat hubungan yang saling

memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata.Sehingga

dapat memberikan rasa cinta dan perhatian (Fitrah et al,.2017).

d. Pengalaman Dalam Proses Kehamilan Dan Persalinan

Kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama kehamilannya akan turut

memperburuk kondisi ibu pasca melahirkan. Sedangkan pada

persalinan, hal-hal yang tidak menyenangkan bagi ibu mencakup

lamanya persalinan serta intervensi medis yang digunakan selama

proses persalinan, seperti ibu yang melahirkan dengan cara operasi

cesar (Sectio Caesarea) akan dapat menimbulkan perasaan takut

terhadap peralatan operasi dan jarum. Ada dugaan bahwa semakin

besar trauma fisik yang terjadi selama proses persalinan, akan semakin

besar pula trauma psikis yang muncul.

e. Faktor sosial

Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat

pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan,

riwayat gangguan jiwa sebelumnya, status sosial ekonomi, serta

keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga,

dan teman). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini. Apakah

25
suami, keluarga, dan teman memberi dukungan moril misalnya

dengan membantu dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga atau

beperan sebagai tempat ibu mengadu dan berkeluh kesah selama ibu

menjalani masa kehamilannya.

f. Faktor fisik

Kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyusui,

memandikan, mengganti popok, dan menimang menguras tenaga,

apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau keluarga yang lain.

Pekerjaan dapat mempengaruhi terjadinya baby blues di karenakan

beban kerja yang ada, konflik peran ganda yang menimbulkan

masalah baru bagi wanita yang bekerja yang akhirnya menimbulkan

gangguan emosional jika selama masa nifas tidak berjalan dengan

baik, wanita pekerja lebih banyak akan kembali pada rutinitas bekerja

setelah melahirkan dan cenderung memiliki peran ganda yang

menimbulkan gangguan emosional (Sambas et al.,2022).

5. Dampak Baby Blues

Baby Blues Syndrome dapat berpengaruh terhadap produksi Air

Susu Ibu (ASI) hal tersebut terjadi karena kondisi stress pada ibu akan

mengakibatkan pengeluaran hormone adrenalin dan kortisol sehingga

menghambat pengeluaran hormone prolactin dan oksitosin. Selain itu,

akan mempengaruhi hubungan ibu dan suami (Fatmawati,2015).

Gangguan Psikososial dapat menimbulkan masalah seperti

terputusnya ikatan tali kasih ibu dan anak. Ibu dengan gangguan

26
psikososial cenderung tidak memberikan ASI kepada bayinya

(Fatmawati et al., 2018).

Meskipun hanya bersifat sementara Baby Blues Syndrome di

khawatirkan berlanjut menjadi Post Partum Depression (PPD) atau

psikosis postpartum yang akan memberikan gejala lebih berat

berupa penolakan ibu terhadap kenyataan seperti merindukan masa

lajangnya yang tidak perlu repot mengurus bayi atau bahkan ingin

menyakiti bayi dan dirinya sendiri (Oktiriani, 2017).

Bayi-bayi dari ibu yang mengalami sindrom baby blues

cenderung mengalami gangguan orientasi, afek depresi, gangguan

tidur (regular sleep) dan beberapa jenis gangguan fisik lain di samping

hambatan perkembangan verbal, gangguan perilaku dan keterlambatan

perkembangan skolastik (Darusman et al.,2019)

Bantuan dari suami dan keluarga sangat berpengaruh dalam

keberhasilan ibu agar postpartum blues tidak berkembang menjadi

kondisi yang lebih berat seperti depresi postpartum. Hal-hal kecil dan

menyenangkan dapat membantu ibu dalam mengurangi stress pasca

persalinan seperti bercerita dan mengungkapkan perasaan pada suami

tentang apa yang diinginkan ibu, mencari suasana baru, melakukan

aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan, olah raga dan relaksasi,segera

istirahat ketika bayi tidur, mengkonsumsi makanan sehat, serta yang

paling penting menanamkan pemikiran positif yang sesuai realita

bahwa kehadiran seorang bayi bukanlah sebuah hal yang harus

27
ditakuti dan di cemaskan. Pemberian psikoedukasi pada ibu post

partum dapat menurunkan angka postpartum blues maupun depresi

postpartum. Selain psikoedukasi, beberapa alternatif yang terbukti

menurunkan postpartum blues diantaranya adalah dukungan sosial

pada ibu melalui bounding attachment atau skin to skin contact antara

ibu dan bayi pasca persalinan,kontak kulit 6 jam setiap hari selama 1

minggu dapat menurunkan post partum blues tanpa obat

(Purwati.,2020).

C. Kajian empiris

1. Penelitian oleh Wira Ekdeni Aifa (2022) dengan judul “Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Terjadinya Post Partum Blues Pada Ibu Post Partum

Di Puskesmas Umban Sari Pekanbaru” hasil penelitian didapatkan hasil

penelitian ini menunjukkan ibu post partum dengan umur yang beresiko

65,5%, tingkat pendidikan yang rendah 52,1%, dukungan keluarga yang

mendukung 71,2%. Hasil bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara pengetahuan (p 0,00) dan dukungan keluarga (p 0,028) yang

mempengaruhi terjadinya post partum blues pada ibu post partum, dan

tidak terdapat hubungan antara umur ibu post partum yang mempengaruhi

terjadinya post partum blues pada ibu post partum (0,605).

2. Penelitian oleh Sonia Aprilia (2022) dengan judul Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Syndrome Baby Blues Pada Ibu

Postpartum Di Klinik Bidan Ratna Dewi Kerinci Tahun 2022 Berdasarkan

hasil penelitian diketahui lebih dari separoh (52.6%) responden mengalami

28
kejadian baby blues, lebih dari separoh (60.5%) responden dengan usia

beresiko, lebih dari separoh (57.9%) responden dengan paritas primipara,

lebih dari separoh (68.4%) responden tidak mendapat dukungan sosial.

Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat hubungan usia (p value 0.024),

paritas (p value 0.010) dan dukungan sosial (p value 0.008) dengan

kejadian syndrome baby blues pada ibu postpartum di Klinik Bidan Ratna

Dewi Kerinci Tahun 2022.

3. Penilitan yang dilakukan Roza Aryani, Afriana, Faranita (2022) dengan

judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Baby Blues Syndrome

Pada Ibu Post Partum di RSUD dr. Zainoel Abidin Kota Banda Aceh

dengan Hasil analisa data bivariate menunjukkan ada hubungan usia

dengan baby blues syndrome pada ibu postpartum (ρ=0,018), pendidikan

(ρ=0.001), jenis persalinan (ρ=0,000), komplikasi kelahiran (ρ=0,025),

serta dukungan keluarga dengan baby blues syndrome pada ibu postpartum

(ρ=0,031). Ada hubungan antara, usia, pendidikan, jenis persalinan,

komplikasi kelahiran serta dukungan keluarga dengan baby blues

syndrome pada ibu postpartum.

29
30

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Peneliti

Ibu nifas usia kurang dari 20 tahun seorang wanita masih sangat rawan

untuk merawat bayi sehingga mengalami kesulitan untuk beradaptasi dalam

masa nifas. Sedangkan wanita yang usia tua atau lebih dari 35 tahun

cenderung mengalami lebih banyak beban psikologis seperti kesehatan fisik

yang menurun dan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi sehingga

lebih rentan mengalami baby blues.

Apabila suami tidak mendukung ibu nifas maka dapat membuat ibu

merasa sedih dan kewalahan dalam mengasuh bayinya pada minggu pertama

postpartum. Ibu nifas juga sangat membutuhkan dukungan berupa psikis dan

materil dari suami.

Gangguan postpartum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat

obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada

komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih

banyak pada wanita primipara.

Pekerjaan merupakan suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi

seseorang. Tuntutan peran ganda wanita sebagai ibu rumah tangga dan wanita

karir memerlukan investasi energi. Jika wanita kehabisan energi maka

keseimbangan mentalnya terganggu sehingga dapat menimbulkan stres. Stres

yang dimaksud disini adalah stres yang menyebabkan ketegangan atau

penderitaan psikis.
31

B. Bagan Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini:

Masa Nifas

Psikologi Fisiologis

Postpartum blues Hormonal

Faktor demografi :
Postpartum Depression usia dan paritas

Faktor fisik :
Postpartum Psikosis
Pekerjaan

Gejala : Faktor sosial :


a. Cemas pendidikan, status perkawinan,
b. Mudah marah kehamilan yang tidak diinginkan,
c. Sedih, gelisah riwayat gangguan jiwa
d. Perasaan kesepian atau sebelumnya, ekonomi, dukungan
ditolak sosial dari lingkungannya(suami,
e. Bingung keluarga, dan teman)
f. Letih
g. Pelupa
h. Perasaan putus asa sampai
ibu merasa enggan untuk
mengasuh bayi
i. Terjadi 1-10 hari

Sumber : (Marmi, 2012)


C. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian.

Variabel Independen Variabel Dependen

Usia

Dukungan suami

Baby Blues
Paritas

Ibu bekerja

keterangan :

: Variabel dependent yang diteliti.

: Variabel independent yang diteliti

: Garis penghubung variabel yang diteliti.

D. Variable penelitian

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

A. Variabel Bebas (Independen)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Usia, Dukungan suami,

Paritas, Ibu bekerja

B. Variabel Variabel Terikat (Dependen)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah baby blues

31
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Baby blues

Ibu nifas yang mengalami gangguan psikologis tanpa menyadari dirinya

mengalami baby blues dengan gejala cemas, sedih, mudah marah, dan

labilitas mood.

Instrument yang digunakan dari edinburgh postpartum depression scale

(EPDS) yang dikembangkan oleh Cox, Holden dan Sagovsky sejak tahun

1987. EPDS dipilih sebagai instrumen pada penelitian ini karena EPDS

merupakan instrumen baku dan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya

dinyatakan bahwa instrumen tersebut telah teruji dan diakui validitas dan

reliabilitasnya.

Kriteria objektif :

Ya : jika nilai jawaban responden mencapai skor ≥ 10

Tidak : jika nilai jawaban responden mencapai skor < 10

2. Usia

Lama waktu hidup dimulai sejak dilahirkan sampai pada saat penelitian

dilakukan yang dibuktikan dengan kartu tanda pengenal lama hidup ibu

sejak lahir hingga mencapai ulang tahun terakhirnya pada saat wawancara

dilakukan.

Kriteria objektif :

B Beresiko : Risiko apabila berumur <20 thn dan > 35 tahun

32
Tidak beresiko : Tidak risiko apabila berumur 20-35 tahun

3. Dukungan Suami

Bentuk motivasi dari suami terhadap ibu nifas

Alat ukur ini menggunakan skala likert dengan 6 alternatif jawaban yaitu

sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), agak tidak setuju (ATS), agak

setuju (AS), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Setiap respon aitem

favorable akan diberi skor 1 untuk STS, 2 untuk TS, 3 untuk ATS, 4 untuk

AS, dan 5 untuk S, dan 6 untuk SS. Pada respon aitem unfavorable akan

diberi skor 6 untuk STS, 5 untuk TS, 4 untuk ATS, 3 untuk AS, 2 untuk S,

dan 1 untuk SS.

Kriteria objektif :

Mendukung : jika nilai jawaban responden mencapai skor ≥ 50

Tidak mendukung : jika nilai jawaban responden mencapai skor < 50

4. Parietas

Jumlah anak yang pernah dilahirkan baik lahir hidup maupun lahir mati

Kriteria objektif :

Primipara : Bila pernah melahirkan 1 kali

Multipara : Bila pernah melahirkan 2-5 kali

Grandemultipar : Bila pernah melahirkan >5 kali

33
5. Ibu bekerja

Kegiatan utama yang dilakukan responden dan mendapat penghasilan atas

kegiatan tersebut serta masih dilakukan pada saat di wawancarai.

Kriteria objektif :

Bekerja : PNS, guru, pedagang, karyawan swasta

Tidak bekerja : Ibu Rumah Tanga

F. Hipotesis Penilitian

1. Usia

H0 : Tidak ada hubungan usia dengan kejadian baby blues pada ibu nifas

di wilayah kerja Puskesmas Bungku Tengah kecamatan bungku

tengah Kabupten Morowali.

Ha : Ada hubungan usia dengan kejadian baby blues pada ibu nifas di

wilayah kerja puskesmas bungku tengah kecamatan bungku tengah

Kabupten Morowali.

2. Dukungan suami

H0 : Tidak ada hubungan dukungan suami dengan kejadian baby blues

pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas bungku tengah

kecamatan bungku tengah Kabupten Morowali.

Ha : Ada hubungan dukungan suami dengan kejadian baby blues pada

ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas bungku Tengah kecamatan

bungku tengah kabupten morowali.

34
3. Paritas

H0 :Tidak ada hubungan paritas dengan kejadian baby blues pada ibu

nifas di wilayah kerja puskesmas bungku tengah kecamatan

bungku tengah kabupten morowali.

Ha : Ada hubungan paritas dengan kejadian baby blues pada ibu nifas di

wilayah kerja puskesmas bungku tengah kecamatan bungku tengah

kabupten morowali.

4. Ibu bekerja

H0 : Tidak ada hubungan ibu berkerja dengan kejadian baby blues pada

ibu nifas di wilayah kerja puskesmas bungku tengah kecamatan

bungku tengah kabupaten morowali.

Ha : Ada hubungan ibu bekerja dengan kejadian baby blues pada ibu

nifas di wilayah kerja puskesmas bungku tengah kecamatan bungku

tengah kabupten morowali.

35
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan desain penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain cross-sectional dimana jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi variabel independent dan dependent hanya satu kali

pada satu saat (Nursalam, 2016). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian baby blues pada ibu

nifas di wilayah kerja puskesmas Bungku Tengah kecamatan Bungku Tengah

kabupaten Morowali yang di analisis secara kuantitatif observasi di lakukan

dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada responden.

Adapun desain penelitian ini cross sectional sebagai berikut :

Populasi
(Sampel)

Faktor (+) Faktor (-)

Efek (+) Efek(-) Efek (+) Efek(-)

Gambar 4.1 Desain penelitian Cross Sectional

39
B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di wilayah kerja puskesmas bungku

tengah kecamatan bungku tengah kabupaten morowali

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan juni 2023 di puskesmas

bungku tengah kecamatan bungku tengah kabupaten morowali.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah obyek penelitian secara keseluruhan yang akan di teliti

dan memiliki karakteristik tertentu. (Notoadmodjo, 2012) Populasi

dalam penelitian ini adalah ibu nifas di wilayah kerja puskesmas bungku

tengah kecamatan bungku tengah kabupaten morowali yaitu sejak bulan

Juli-Juni tahun 2023.

2. Sampel

Sampel adalah bagian yang di ambil dari sebagian atau

keseluruhan obyek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi terjangkau (Notoadmodjo,2012). Penentuan sampel dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara accidental sampling. Menurut

Sugiyono bahwa accidental sampling adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data ( Sugiyono,2009 ).

40
Dikarenakan populasi dalam penelitian ini tidak diketahui jumlahnya,

maka sampel yang digunakan yaitu ibu nifas yang peneliti temui selama

bulan Juli.

a. Kriteria Inklusi :

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili

sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam,

2008). Dalam penelitian ini yang menjadi kriteria inklusi adalah

1) Responden yang bersedia menjadi responden.

2) Responden yang dapat baca tulis.

3) Responden adalah ibu nifas

b. Kriteria Ekslusi :

Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian, seperti halnya ada hambatan etis, menolak menjadi

responden atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk

dilakukan penelitian (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini yang

menjadi kriteria eksklusi adalah:

1) Ada jawaban quisioner yang tidak di isi oleh responden

2) Responden yang tidak koperatif

41
D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah materi atau

kumpulan fakta yang akan dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat

penelitian berlangsung yaitu kuesioner edinburgh postpartum depression

scale,usia, dukungan suami, paritas, pekerjaan.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari puskesmas dan dalam penelitian ini adalah

data yang sudah tercatat di buku tahunan puskesmas bungku tengah.

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memeperoleh informasi dari

responden. Penelitian ini akan menggunakan kuesioner tertutup. Kuisioner

tertutup merupakan daftar pertanyaan yang alternative jawabannya telah

disediakan oleh peneliti. Instrumen baby blues yang digunakan yaitu

instrument dari edinburgh postpartum depression scale (EPDS) yang

dikembangkan oleh Cox, Holden dan Sagovsky sejak tahun 1987.

EPDS dipilih sebagai instrumen pada penelitian ini karena EPDS

merupakan instrumen baku dan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya

dinyatakan bahwa instrumen tersebut telah teruji dan diakui validitas dan

reliabilitasnya. Uji validitas tersebut juga telah dilakukan pada berbagai

budaya dan tersedia dalam berbagai bahasa. Hasil uji coba tersebut

didapatkan nilai sensivitasnya 86% dan spesivitasnya 78% (Ningrum, 2017).

42
Jumlah pertanyaan instrumen EPDS ada 10 item, dimana pertanyaan-

pertanyaan tersebut mudah dipahami, yang memungkinkan klien dapat

mengisinya serta tidak membuat klien kelelahan saat menjawab kuesioner

tersebut.

Pertanyaan dalam instrumen tersebut diklasifikasikan dengan tanda

(*) dan tanpa tanda (*). Pertanyaan tanpa tanda (*) yakni pertanyaan 1,2, dan

4, kotak jawaban teratas diberi nilai nol (0) dan kotak jawaban yang terendah

diberi nilai tiga (3). Pertanyaan dengan tanda (*) yakni nomor 3,5,6,7,8,9,10

kotak jawaban teratas diberi nilai tiga (3) dan kotak jawaban yang paling

rendah diberi nilai nol (0). Nilai maksimum EPDS adalah 30 dengan interval

0-9 normal, ≥ 10 baby blues.

Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur dukungan suami yang

dikembangkan oleh Rohmah (2014). Skala ini disusun berdasarkan aspek

dukungan sosial yaitu aspek emosional, aspek instrumental, aspek informatif,

dan aspek penghargaan. Skala dukungan sosial memiliki nilai reliabilitas

0,973 dengan daya diskriminasi aitem bergerak antara 0,464-0,896.

Alat ukur ini terdiri dari 32 aitem, terdiri dari 16 aitem favorable dan

16 aitem unfavorable. Alat ukur ini menggunakan skala likert dengan 6

alternatif jawaban yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), agak

tidak setuju (ATS), agak setuju (AS), setuju (S), dan sangat setuju (SS).

Setiap respon aitem favorable akan diberi skor 1 untuk STS, 2 untuk TS, 3

untuk ATS, 4 untuk AS, dan 5 untuk S, dan 6 untuk SS. Pada respon aitem

43
unfavorable akan diberi skor 6 untuk STS, 5 untuk TS, 4 untuk ATS, 3 untuk

AS, 2 untuk S, dan 1 untuk SS.

F. Analisis data

Analisis statistik dapat digunakan pada data kuantitatif atau data yang

dikuantifikasi, analisis data yang didasarkan pada kualitas isi berdasarkan

kode atau kata kunci yang telah ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2013).

1. Analisis univariat

Analisis Univariat merupakan analisa yang dilakukan dengan

menganalisis setiap variabel yang berasal dari hasil penelitian. Analisis

ini berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran

sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi

informasi yang bermanfaat, dan pengolahan datanya hanya satu variabel

saja, makanya dikatakan univariat.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat menggunakan uji korelasi yang merupakan uji

statistik yang bertujuan untuk mencari hubungan diantara dua variabel

atau lebih. Karena skala data yang digunakan merupakan data kategorik,

maka statistik uji yang digunakan adalah uji chi kuadrat dengan formula

sebagai berikut:

( fo−fh )2
X2 =Ʃ
fh

Keterangan:

X2 = Chi Kuadrat

fo = Frekuensi Yang Diobservasi

44
fh = Frekuensi Yang Diharapkan

Ʃ = Sigma

Dengan kriteria penolakan:

i. jika X2 hitung > X2 tabel dan P Value < α = 0,05, maka tolak H 0, dan Ha

diterima yang berarti ada hubungan

ii. jika X2 hitung < X2 tabel dan P value > α = 0,05, maka H0 diterima

yang berarti tidak ada hubungan.

selanjutnya untuk melihat keeratan hubungan antara variabel

dependent dengan variabel independen digunakan uji koefisien phi

dengan rumus

φ= √
x2
n

Keterangan:

X2 = Nilai Chi

n = Besar Sampel

Dengan intervensi sebagai berikut

Nilai 0,01-0,25-Tingkat hubungan lemah

Nilai 0,26-0,50-Tingkat hubungan sedang

Nilai 0,51-0,75-Tingkat hubungan kuat

Nilai 0,761,00 Tingkat hubungan sangat kuat. (Sugiono,2011).

G. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan dua cara yaitu secara elektronik

menggunakan system komputerisasi

45
a. Editing yaitu pemeriksaan kuesioner yang telah terkumpul dari hasil

pengisian kuesioner

b. Codding, atau mengkodi data adalah pemberian kode sangat di perlukan

terutama dalam rangka pengelolaan data data secara manual menggunakan

kalikulator maupun dengan komputer.

c. Entry, yaitu memasukkan data dalam program komputer untuk dilakukan

analisis lanjut

d. Tabulating, yaitu langkah memasukan data - data hasil penelitian kedalam

tabel- tabel sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan

H. Etika Penilaian

Dalam penelitian ini, masalah etika sangat di perhatikan dengan

menggunakan metode seperti :

1. Informend consent (lembar persetujuan)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti

dengan memberikan lembar pesetujuan. Lembar persetujuan tersebut di

berikan sebelum penelitian dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuan lembar persetujuan agar responden mengerti

maksud dan tujuan penilian serta mengetahui dampaknya.

2. Anonymity (tanpa nama)

Di lakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar

alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentially (kerahasiaan)

46
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok tertentu saja yang di laporkan sebagai hasil penelitian.

I. Jadwal Penelitian
Table 4.1 Jadwal Penelitian

Bulan (minggu ke-)


No
Kegiatan april Mei Juni Juli Agustus
.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Izin Peneliti
5. Pengumpulan Data (Meneliti)
6. Pengolahan Data & Analisis Data
7. Penyusunan Laporan
8. Seminar Hasil
9. Revisi Hasil
10. Seminar Skripsi
11. Pengumpulan Skripsi

47
DAFTAR PUSTAKA

Alifah, F. N. (2016). Hubungan Faktor Psikososial Terhadap Kejadian Post


Partum Blues di Ruang Nifas RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. 1–104.
Anggraeni, N., Kebidanan, A., & Husada, N. (2014). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Post Partum Blues.
Almida, E. N., Dahlia, Y., & Shammakh, A. A. (2023). Hubungan Usia Dan
Paritas Terhadap Kejadian Baby Blues Syndrome Pada Ibu Postpartum Di
Kecamatan Sambelia, Lombok Timur. Nusantara Hasana Journal, 2(11),
30-36.
Annisa, A., Saputra, M. I. R., Agnesfadia, S., & Gumelar, P. Y. (2022, August).
Pengaruh Olahraga terhadap Fenomena Baby Blues Syndrome
(Postpartum Blues) pada Ibu Nifas (Postpartum). In Prosiding Seminar
Nasional Spencer.
Aryani, R., Afriana, A., & Faranita, F. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Baby Blues Syndrome Pada Ibu Post Partum di RSUD dr. Zainoel
Abidin Kota Banda Aceh. Journal Of Healthcare Technology And
Medicine, 8(2), 1325-1336.
Darusman, D., & Sari, M. (2019). Hubungan Peran Petugas Kesehatan dan
Dukungan Keluarga dengan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Baby Blues di
Banda Aceh. Jurnal Serambi Akademica, 7(6), 808-816.
Dewi, N. W. S. P. K. (2018). Penyembuhan Baby Blues Syndrome dan Post-
Partum Depression Melalui Chandra Namaskara dan Brahmari Pranayama.
Jurnal Yoga Dan Kesehatan, 1(1), 1-14.
Ernawati, D., Merlin, W. O., & Ismarwati, I. (2020). Kejadian Postpartum Blues
pada Ibu Postpartum di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Ners
dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 7(2), 203-212.
Ernawati., Wa Mina, L, I., Amriati, M dan Rusni Mato. Postpartum Care,
Panduan Perawatan Ibu Setelah Melahirkan. Jawa Tengah: CV. Amerta
Media.
Elis, A., Maryam, A., Sakona, Y., & Kasmawati, K. (2019). Analisis Hubungan
Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas Di
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.
Fatmawati, D. A. (2015) ‘Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap kejadian
Post Partum Blues’, Jurnal Eduhealth, 5(2).
Febriati, L. D., Zakiyah, Z., & Ratnaningsih, E. (2022). Hubungan Pendidikan dan
Pekerjaan terhadap Adaptasi Perubahan Psikologi pada Ibu Nifas. In
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu (Vol. 4, No. 1, pp. 287-
294).
Fitrah, A. K., & Helina, S. (2017). Hubungan Dukungan Suami Terhadap
Kejadian Postpartum Blues Di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki
Kota Pekanbaru Tahun 2017. Jurnal Ibu Dan Anak, 5(1), 17-25.
Irawati, D., & Yuliani, F. (2014). Pengaruh Faktor Psikososial dan Cara
Persalinan Terhadap Terjadinya Post Partum Blues Pada Ibu Nifas (Studi
di Ruang Nifas RSUD Bosoeni Mojokerto). E-Proceeding of Management
ISSN : 2355-9357, 6(1 April)
Indriati, M., Rahmawati, N., & Astriani, A. (2023). Pengetahuan Ibu Nifas
Mengenai Baby Blues di Ruangan Rawat Inap Nifas RSUD Kota
Bandung. Jurnal Sehat Masada, 17(1), 30-38.
Khasanah, R. N., Novitasari, E., & Widowati, N. O. (2022). Hubungan Dukungan
Suami dengan Kejadian Post Partum Blues pada Ibu Primipara. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Rustida, 9(2), 159-164.
Laitupa, S. A. K., Purwanti, E., & Hidayati, L. N. (2023). Pengalaman Baby blues
Syndrome Pada Ibu Postpartum di Kabupaten Merauke. Journal of
Pharmaceutical and Health Research, 4(1), 117-121.
Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Puerperium Care.”
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marwiyah, N., Suwardiman, D., Mutia, H. K., Alkarimah, N. A., Rahayu, R.,
Nuraeni, N., & Uzzakiyyah, I. (2022). Faktor Determinan yang
Mempengaruhi terjadinya Postpartum Blues pada Ibu Nifas. Faletehan
Health Journal, 9(01), 89-99.
Oktiriani, I. (2017) Perilaku Baby Blues Syndrome Pada Ibu Pasca Melahirkan Di
Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunung Pati.
Purwati, P., & Noviyana, A. (2020). Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kejadian
Postpartum Blues. Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika
Kesehatan, 10(2), 1-4
Salat, S. Y. S., Satriaawati, A. C., & Permatasari, D. (2021). Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kejadian Post Partum Blues: The Relationship Between
Family Support With Events Of Post Partum Blues. Jurnal Ilmiah
Kebidanan (Scientific Journal of Midwifery), 7(2), 116-123.
Saputri, R., Mariyana, W., & Sari, R. I. (2023). Hubungan Ibu Nifas Usia Remaja
Terhadap Kejadian Postpartum Blues Di Wilayah Kecamatan Nalumasari
Jepara. Detector: Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan, 1(1), 124-135.
Siallagan, A., Saragih, H., Rante, E., & Desri, R. (2022). Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Kejadian Baby Blues pada Ibu Postpartum di Desa Pulau
Terap Tahun 2022. JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan),
7(4), 336-343.
Susanti, L. W., & Sulistiyanti, A. (2017). Analisis Faktor-Faktor Penyebab
Terjadinya Baby Blues Syndrom Pada Ibu Nifas. Infokes: Jurnal Ilmiah
Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, 7(2).
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Sambas, E. K., Novia, R., & Hersoni, S. (2022). Faktor-Faktor Determinan Baby
Blues Pada Ibu Postpartum. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal
Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi, 22(1), 147-156.
Verda, N. K., & Nuraidha, A. (2022). Strategi Coping Pada Ibu Pasca Persalinan
Untuk Mengantisipasi Terjadinya Baby Blues. Jurnal Sudut Pandang,
2(12), 98-103
Yuliana, W., & Hakim, B. N. (2020). Emodemo Dalam Asuhan Kebidanan Masa
Nifas. Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.
Yuliastanti, T., & Nurhidayati, N. (2021). Faktor Predisposisi Yang Berhubungan
Dengan Kunjungan Ibu Nifas Di Puskesmas Boyolali 2. Jurnal Kebidanan,
222-234.
Yuliarna, Y., Sari, N., Karmila, K., Ginting, S., Sartika, E., & Khadijah, N.
(2023). Hubungan Komplikasi Kehamilan Dan Persalinan Dengan Baby
Blues Syndrom Pada Ibu Pasca Persalinan Di Klinik Elly Kec. Medan
Helvetia Tahun 2022. Jurnal Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan, 2(1), 171-
182.
Yunitasari, E., & Suryani, S. (2020). Post partum blues; Sebuah tinjauan literatur.
Wellness and healthy magazine, 2(2), 303-307.
Lampiran 1
Lampiran 2

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN


Kepada
Yth. Bapak/ibu...............
Di
Tempat
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian mahasiswa dalam memenuhi
tugas akhir Pada Program Studi Ilmu Keperawatan, maka saya :
Nama : Siti Badriah Ruslin. L
NM : P201901033
Akan melakukan penelitian dengaan judul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Baby Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bungku Tengah Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali”. Untuk
kepentingan tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berkenan menjadi
subyek penelitian (dijadikan sampel). Identitas dan informasi yang berkaitan
dengan Bapak/Ibu dirahasiakan oleh peneliti.
Atas partisipasi dan dukungannya, saya ucapkan terima kasih.

Bungku Juni 2023

Siti badriah Ruslin. L


Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Menyatakan menjadi subjek (responden) dalam penelitian dari :
Nama : Siti Badriah Ruslin. L
NM : P201901033
Judul : “Faktor-Faktor Yang mempengaruhi kejadian baby blues
Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Bungku Tengah Kecamatan
Bungku Tengah Kabupaten Morowali”
Informasi yang diberikan pada penelitian ini tidak akan memberikan
dampak dan risiko apa pun pada subjek penelitian, karena semata-mata untuk
kepentingan peneliti.Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai
hal-hal yang belum dimengerti dan telah mendapatkan jawaban yang jelas.
Dengan demikian saya menyatakan dengan suka rela untuk ikut sebagai
subjek dalam penelitian ini.

Bungku Juli, 2023

(.........................)
Lampiran 3

THE EDINBURGH POSTNATAL DEPRESSION SCALE


(NDONESIAN –TRANSLATION)

Nomor Responden :
Umur :
Status Perkawinan :
Tanggal :
Jumlah anak :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Instruksi :
Setelah anda melahirkan bayi, kami ingin mengetahui bagaimana perasaan
anda selama 7 hari ini. Di bawah ini ada sebuah contoh pertanyaan yang
dilengkapi dengan jawabannya.
Saya merasa bahagia :
a. Ya, hampir setiap waktu
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak, tidak sama sekali
Jika ibu menjawab point b, jawaban ini berarti : Saya kadang-kadang merasa
bahagia. Silahkan jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah dengan cara yang sama.
Selama 7 hari belakangan ini :
1. Saya dapat tertawa dan melihat sisi yang menyenangkan dari suatu hal :
a. Sebanyak-banyaknya
b. Sekarang ini tidak terlalu banyak
c. Sedikit
d. Tidak sama sekali
2. Saya gembira menghadapi segala sesuatu
a. Sebanyak-banyaknya
b. Berkurang sedikit dari biasanya
c. Sangat kurang dari biasanya
d. Hampir tidak pernah
3. Saya menyalahkan diri sendiri secara tidak semestinya bila keadaan menjadi
buruk *:
a. Ya, hampir selalu
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak ,tidak pernah
4. Saya merasa khawatir atau cemas tanpa alasan yang jelas.
a. Tidak, tidak sama sekali
b. Hampir tidak pernah
c. Ya, kadang-kadang
d. Ya, sangat sering
5. Saya merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelas* :
a. Ya, cukup sering
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak, tidak banyak
d. Tidak sama sekali
6. Segala sesuatu terasa membebani saya* :
a. Ya, hampir selalu saya tidak bisa mengatasinya
b. Ya, kadang-kadang saya tidak bisa mengatasinya sebaik biasanya
c. Tidak, hampir selalu saya bisa mengatasinya dengan baik
d. Tidak, saya bisa mengatasinya dengan baik seperti biasa
7. Saya merasa tidak bahagia hingga saya merasa sulit untuk tidur * :
a. Ya, hampir setiap waktu
b. Ya,kadang-kadang
c. Tidak terlau sering
d. Tidak sama sekali
8. Saya merasa sedih dan jengkel tidak menentu * :
a. Ya, hampir setiap waktu
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak, tidak banyak
d. Tidak sama sekali
9. Saya merasa sangat tidak bahagia hingga saya menangis * :
a. Ya, hampir setiap waktu
b. Ya, cukup sering
c. Tidak begitu sering
d. Tidak sama sekali
10. Pikiran untuk melukai diri sendiri telah terjadi pada saya * :
a. Ya, hampir setiap waktu
b. Ya, cukup sering
c. Hanya sesekali
d. Tidak pernah
Dukungan Suami

Petunjuk Pengisian
Pada bagian ini terdapat 32 pernyataan. Setiap pernyataan disediakan
alternatif jawaban (STS, TS, ATS, AS, S, SS) yang akan Anda pilih sesuai
dengan keadaan sebenarnya saat ini.
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
ATS : Agak Tidak Setuju
AS : Agak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Contoh :
Pernyataan STS TS ATS AS S SS
Saya menyayangi anak saya X

Anda diharapkan dapat memberikan jawaban pada semua pernyataan


dengan cara memberi tanda (X) pilihan jawaban yang telah disediakan pada
kolom jawaban. Bacalah setiap pernyataan yang tersedia dan mohon untuk tidak
melewatkan satu nomor pun.

N
PERNYATAAN STS TS ATS AS S SS
O
Saya merasa suami tetap
1 mencintai saya walaupun telah
memiliki bayi
Suami selalu memberikan uang
2 untuk mencukupi kebutuhan
bayi kami
Suami saya memberikan
3 penjelasan bagaimana cara
mengasuh bayi yang baik
Suami saya meluangkan
4 waktunya untuk bermain
bersama bayi kami
Ketika saya sedih dengan
5
kondisi bayi kami, suami saya
justru tidak peduli
Suami saya tidak peduli saat
6 saya membutuhkan biaya untuk
bayi kami
Suami saya jarang memberi
7 nasehat tentang bagaimana
menghadapi bayi
Saya jarang dilibatkan dalam
8 acara keluarga oleh suami
dikarenakan memiliki bayi
Suami saya memberi semangat
9 ketika saya lelah mengurusi
bayi kami
Suami saya memberikan izin
saya mengikuti kegiatan (arisan,
10
pengajian) di samping
mengasuh bayi kami
Suami saya selalu siap
11 memberikan saran dan nasehat
ketika saya membutuhkan
Suami saya mudah menerima
12 keadaan bahwa kami memiliki
bayi
Suami saya sering
13 membandingkan keadaan bayi
kami dengan bayi lain
Saya merasa kesulitan
mendapatkan uang dari suami
14
untuk mencukupi kebutuhan
bayi kami
Ketika saya mengalami
hambatan dalam mengasuh bayi
15
kami, suami saya tidak pernah
memberikan saran
Suami saya lebih memilih
16
meluangkan waktunya sendirian
Ketika saya sedih, suami selalu
17
mendengarkan keluh kesah saya
Suami selalu membantu
18 mengurus bayi kami ketika di
rumah
Suami saya sering mencarikan
19 informasi terkait perkembangan
bayi
Suami saya mengajak saya dan
20
bayi kami ke acara yang
diadakan di lingkungan
kerjanya
Suami saya cuek ketika diajak
21
berbicara mengenai bayi kami
Saya tidak mendapatkan
22 bantuan materi (uang) dari
suami
Suami tidak memberikan
informasi untuk membantu
23 kemajuan perkembangan bayi
kami, meskipun saya sedang
merasa kebingungan
Kesibukan suami membuat saya
24 selalu sendirian mengurus bayi
kami
Suami saya mendengarkan
dengan penuh perhatian ketika
25
saya bercerita mengenai bayi
kami
Suami saya memberikan saya
26 waktu istirahat dan mengambil
alih mengasuh bayi kami
Ketika saya merasa lelah dan
menyerah mengurus bayi kami,
27
suami sering memberikan
pengarahan untuk saya
Suami saya selalu memberikan
28 waktunya untuk mengajak saya
dan bayi kami berpiknik
Suami saya menunjukkan
29 ketidakpeduliannya saat saya
mengasuh bayi kami
Suami menyerahkan seluruh
30 pengasuhan bayi kami pada
saya dan tidak ikut campur
Suami saya tidak memberikan
31 pengarahan pada saya untuk
mengasuh bayi kami
Saya merasa lebih sering
32 menghabiskan waktu bersama
bayi kami tanpa suami

Anda mungkin juga menyukai