J3B917143 Fahrul Mochamad Reyhandita LA
J3B917143 Fahrul Mochamad Reyhandita LA
DI KABUPATEN PANGANDARAN
PROVINSI JAWA BARAT
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PERENCANAAN EKOWISATA SPIRITUAL
DI KABUPATEN PANGANDARAN
PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Akhir
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya
pada Program Studi Ekowisata
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Disetujui oleh,
Pembimbing
Diketahui oleh,
Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 3
D. Luaran 3
E. Kerangka Berpikir 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Perencanaan 5
B. Wisata, Pariwisata, dan Kepariwisataan 5
C. Ekowisata 6
D. Perencanaan Ekowisata 7
E. Budaya 7
F. Spiritual 7
G. Wisata Spiritual 8
H. Wisatawan 8
I. Motivasi, Persepsi, dan Preferensi 9
III. KONDISI UMUM 11
A. Letak dan Luas Kawasan 11
B. Sejarah Kawasan 12
C. Kondisi Fisik 13
1. Topografi kawasan 13
2. Iklim 13
3. Hidrologi 13
D. Kondisi Demografi 14
E. Kondisi Biotik 15
F. Kondisi Kepariwisataan 16
1. Obyek Wisata 16
2. Jumlah Pengunjung 16
G. Aksesibilitas 16
IV. METODE TUGAS AKHIR 19
A. Waktu dan Tempat 19
B. Alat dan Bahan 19
C. Jenis Data 19
D. Metode Pengambilan Data 20
1. Data Sumberdaya Wisata Spiritual 20
2. Data Masyarakat 21
3. Data Pengelola 21
4. Data Pengunjung 22
E. Analisis Data 22
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 23
A. Penyebaran Sumberdaya Spiritual 23
i
1. Gejala Alam 23
2. Kebudayaan 33
B. Penilaian Sumberdaya Spiritual Unggulan 42
C. Karakteristik, Persepsi dan Kesiapan Masyarakat 44
1. Karakteristik Masyarakat 44
2. Persepsi Masyarakat 45
3. Kesiapan Masyarakat 50
D. Karakteristik, Persepsi dan Kesiapan Pengelola 52
1. Karakteristik Pengelola 52
2. Persepsi Pengelola 53
3. Kesiapan Pengelola 57
E. Karakteristik, Motivasi, Persepsi dan Preferensi Pengunjung 59
1. Karakteristik Pengunjung 59
2. Motivasi Pengunjung 60
3. Persepsi Pengunjung 63
4. Preferensi Pengunjung 67
F. Rancangan Program Ekowisata 69
1. Rancangan Aktivitas 69
2. Rancangan Program 70
3. Rancangan Pengembangan Obyek Ekowisata Spiritual 73
G. Rancangan Media Promosi Ekowisata 73
VI. SIMPULAN DAN SARAN 75
A. Simpulan 75
B. Saran 75
DAFTAR PUSTAKA 77
LAMPIRAN 79
ii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk berdasarkan Kecamatan 14
2. Sex Ratio Penduduk menurut Kecamatan 14
3. Sarana Peribadatan di Kabupaten Pangandaran 15
4. Sarana Pendidikan di Kabupaten Pangandaran 15
5. Jenis Hotel di Kabupaten Pangandaran pada Tahun 2016 16
6. Aksesibilitas Kendaraan 17
7. Alat dan bahan 19
8. Jenis Data 19
9. Penilaian Sumberdaya Spiritual oleh Peneliti 43
10. Penilaian Sumberdaya Spiritual oleh Asesor 43
11. Karakteristik Responden Masyarakat 44
12. Karakteristik Responden Pengelola 52
13. Karakteristik Responden Pengunjung 59
14. Aktivitas pada Obyek Spiritual 69
15. Itinerary Program Napak Tilas Budaya Spiritual Pangandaran 70
16. Itinerary Program Telusur Goa Donan 72
17. Itinerary Program Jelajah Cikabuyutan 72
18. Itinerary Program Wisata Desa Cikalong 72
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka Berfikir Kegiatan Tugas Akhir 4
2. Peta Kabupaten Pangandaran 11
3. Metode Pengambilan Data Sumberdaya Spiritual 20
4. Gambaran teknik Snowball Sampling 21
5. Peta Penyebaran Sumberdaya Spiritual di Kabupaten Pangandaran 23
6. Batu Yonni Situs Mangunjaya 24
7. Indikator Penilaian Situs Mangunjaya 24
8. Mulut Goa Donan 25
9. Makam Adipati Raden Ronggo Segoro dan keturunan 26
10. Indikator Penilaian Goa Donan 27
11. Batu Situs Kandang Munding 28
12. Indikator Penilaian Situs Kandang Munding 28
13. Tempat bersemedi Cikabuyutan 29
14. Indikator Penilaian Cikabuyutan 30
15. Dolina (Mata Air) 31
16. Fasilitas di Cijumbleng 32
17. Indikator Penilaian Cijumbleng 32
18. Gedeng Mataram 33
19. Makam Eyang Jaga Pati 34
20. Indikator Penilaian Makam Gedeng Mataram 34
21. Makam Eyang Jaga Resmi 35
22. Sumur di Makam Eyang Mangkoyok 36
23. Indikator Penilaian Makam Eyang Jaga Resmi 36
24. Makam Eyang Dongkol dan istri 37
25. Indikator Penilaian Makam Dalem Dongkol 38
26. Makam Munggang Gandu 39
27. Indikator Penilaian Makam Munggang Gandu 40
28. Makam Sembah Agung 41
29. Indikator Penilaian Makam Sembah Agung 42
30. Penilaian Persepsi Ekologi berdasarkan Obyek 46
31. Penilaian Persepsi Ekologi berdasarkan Kawasan Sekitar Obyek 46
32. Penilaian Persepsi Ekonomi berdasarkan Pengembangan 47
33. Penilaian Persepsi Ekonomi berdasarkan Pemasukan Daerah 48
34. Penilaian Persepsi Ekonomi berdasarkan Industri Pariwisata 48
35. Penilaian Persepsi Sosial Budaya berdasarkan Nilai Obyek 49
36. Penilaian Persepsi Sosial Budaya berdasarkan Kepercayaan 50
37. Kesiapan Masyarakat dalam Perencanaan Ekowisata Spiritual 51
38. Persepsi Pengelola terhadap Ekologi berdasarkan Obyek 53
39. Persepsi Ekologi Pengelola berdasarkan Kawasan Sekitar Obyek 54
40. Penilaian Persepsi Ekonomi Pengelola berdasarkan Pengembangan 54
41. Persepsi Ekonomi Pengelola berdasarkan Pemasukan Daerah 55
v
42. Penilaian Persepsi Ekonomi Pengelola berdasarkan Industri Pariwisata 56
43. Penilaian Persepsi Sosial Budaya Pengelola berdasarkan Nilai Obyek 56
44. Penilaian Persepsi Sosial Budaya Pengelola berdasarkan Kepercayaan 57
45. Kesiapan Pengelola dalam Perencanaan Ekowisata Spiritual 58
46. Motivasi Pengunjung pada Obyek Spiritual 60
47. Motivasi Fisik terhadap Perencanaan Ekowisata Spiritual 61
48. Motivasi Budaya terhadap Perencanaan Ekowisata Spiritual 61
49. Motivasi Interpersonal terhadap Perencanaan Ekowisata Spiritual 62
50. Motivasi Status dan Prestise terhadap Perencanaan 62
51. Persepsi Pengunjung terhadap Ekologi berdasarkan Obyek 63
52. Persepsi Ekologi Pengunjung berdasarkan Kawasan Sekitar Obyek 64
53. Penilaian Persepsi Ekonomi Pengelola berdasarkan Pengembangan 64
54. Persepsi Ekonomi Pengunjung berdasarkan Pemasukan Daerah 65
55. Penilaian Ekonomi Pengunjung berdasarkan Industri Pariwisata 65
56. Penilaian Sosial Budaya Pengunjung berdasarkan Nilai Obyek 66
57. Penilaian Sosial Budaya Pengunjung berdasarkan Kepercayaan 66
58. Preferensi Pengunjung berdasarkan Motivasi Fisik 67
59. Preferensi Pengunjung berdasarkan Motivasi Budaya 68
60. Preferensi Pengunjung berdasarkan Motivasi Interpersonal 68
61. Preferensi Pengunjung berdasarkan Motivasi Status dan Prestise 69
62. Pengenalan Judul Video 73
63. Rancangan Audio Visual 74
64. Rancangan Poster Ekowisata Spiritual 74
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Tallysheet Data Sumberdaya Spiritual 82
2. Kuesioner Asesor 83
3. Kuesioner Masyarakat 87
4. Kuesioner Pengelola 91
5. Kuesioner Pengunjung atau Wisatawan 95
vii
viii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan kegiatan tugas akhir adalah merancang program wisata. Tujuan dapat
dicapai dengan melalui beberapa kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dalam
merancang program wisata. Kegiatan yang dilakukan yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menginventarisasi sumberdaya ekowisata spiritual di
Kabupaten Pangandaran.
2. Mengidentifikasi karakteristik, persepsi, dan kesiapan masyarakat terhadap
perencanaan ekowisata spiritual di Kabupaten Pangandaran.
3. Mengidentifikasi karakteristik, persepsi dan kesiapan pengelola untuk
kegiatan ekowisata spiritual di Kabupaten Pangandaran.
4. Mengidentifikasi karakteristik, persepsi, motivasi, dan preferensi wisatawan
terhadap perencanaan ekowisata spiritual di Kabupaten Pangandaran.
5. Merancang program dan media promosi ekowisata spiritual di Kabupaten
Pangandaran.
3
C. Manfaat
D. Luaran
E. Kerangka Berpikir
Variabel
Pengunjung:
SDE Spiritual: Masyarakat: Pengelola:
1. Karakteristik
1. Gejala Alam 1. Karakteristik 1. Karakteristik 2. Persepsi
2. Budaya 2. Persepsi 2. Persepsi 3. Motivasi
3. Kepercayaan 3. Kesiapan 3. Kesiapan 4. Preferensi
Kuesioner:
Observasi: Wawancara:
1. Tertutup
1. Dokumentasi 1. Panduan 2. Cluster Random Sampling
2. Talleysheet Wawancara 3. Accidental Sampling
Analisis Data
Luaran
Sasaran:
Semua Kalangan
A. Perencanaan
Pariwisata adalah suatu aktivitas kompleks, yang dapat dilihat sebagai suatu
sistem yang melibatkan banyak pihak. Pariwisata berperan besar dalam
pembangunan nasional karena memiliki cakupan yang sangat luas dari hasil
pendapatan dan menjadi penghasil devisa negara. Usaha yang terdapat dalam
pariwisata yaitu jasa penyedia daya tarik wisata, barang, transportasi, penginapan,
dan usaha lain. Pariwisata memanfaatkan potensi yang ada mulai dari daya tarik,
masyarakat, dan pemerintah sehingga mengangkatkan segi ekonomi, budaya dan
pendidikan (Rani 2014, Utama 2017). Pariwisata adalah segala sesuatu yang
mendukung kegiatan wisata dengan berbagai macam fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengelola dan pemerintah (UU No 10 Tahun 2009).
Kepariwisataan memiliki cakupan yang lebih luas dari pariwisata.
Kepariwisataan terdiri dari dua atau lebih industri baik perorangan, kelompok, atau
pemerintah dan seluruh kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan perjalanan yang
dilakukan seseorang. Selain itu kepariwisataan menjadi cara pemerintah untuk
meningkatkan perekonomian (Antariksa 2018).
C. Ekowisata
D. Perencanaan Ekowisata
E. Budaya
F. Spiritual
Spiritual adalah suatu hubungan manusia dengan tuhan atau terhadap suatu
hal lain. Spiritual berkaitan dengan pemaknaan, harapan, kepercayaan, dan tindakan
yang didasari oleh spiritualitas. Spiritual sangat sensitif karena berkaitan dengan
pola fikir dan kejiawaan seseorang. Spiritualitas sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan seseorang, baik fisik dan juga psikologis (Forman 2017).
Spiritual berasal dari Bahasa Latin spiritus, yang berarti “nafas kehidupan”.
Penggunaan kata spiritual dalam kehidupan sehari-hari berhubungan dengan jiwa
manusia atau immaterial, serta berhubungan dengan agama atau keyakinan.
Spiritualitas tidak hanya berkaitan dengan kesadaran dan pengalaman batin saja,
melainkan juga terkait dengan bagaimana individu berperilaku. Spiritualitas
sebagai suatu konsep yang dapat meliputi agama dan atau kepercayaan, namun
spiritualitas tidak hanya terbatas pada ruang agama atau kepercayaan saja
(McSherry 2006).
8
G. Wisata Spiritual
Perbedaan wisata spiritual dengan wisata religi adalah tidak terdapat norma
atau kaidah agama, melainkan sesuai dengan keinginan mendapatkan suatu nilai
keyakinan dan motivasi hidup. Objek yang berpotensi menjadi atraksi wisata adalah
objek yang memiliki nilai spiritual yang tinggi (Sutama 2013). Wisata Spiritual
adalah aktivitas yang menyederhanakan fenomena yang kompleks, sehingga
wisatawan hanya memahami sebagian dari fenomena yang terjadi. Wisata Spiritual
berdampak kepada perubahan pandangan dan perilaku masyarakat dalam
melakukan perjalanan wisata, karena selain dapat beribadah juga berkesempatan
mengunjungi objek wisata (Subawa & Widhiasthini 2013, Sharpley 2016). Wisata
spiritual merupakan perwujudan dari dimensi spiritualitas manusia, terlepas dari
ajaran agamanya. Permintaan terhadap wisata spiritual tidak terlalu dipengaruhi
oleh tingkat pendapatan, sehingga berpotensi untuk dipasarkan ke seluruh lapisan
masyarakat (Pratiekto 2017). Motivasi wisatawan dalam wisata spiritual adalah
bersenang-senang, mengenal budaya setempat, mencari pengalaman baru, dan
meningkatkan prestise (Kusuma & Suryasih 2016).
Obyek wisata spiritual memiliki tiga sifat yaitu keagamaan, gejala alam dan
kebudayaan (Avenzora & Pratiekto 2013). Obyek yang bersifat keagamaan
memiliki nilai religius dan sejarah yang cukup dikenal oleh masyarakat sekitar,
contoh tempat beribadah dan perayaan agama. Obyek yang bersifat gejala alam
memiliki keterkaitan antara perilaku manusia dengan alam, contoh ritual
penyembahan terhadap laut, gua, sungai, danau atau gunung yang dikeramatkan.
Obyek yang bersifat kebudayaan berhubungan dengan kepercayaan masyarakat
terhadap leluhurnya dan budaya turun temurun, contoh situs, makam keramat dan
upacara adat. Spiritual menjadi bisnis wisata yang dapat memberikan dampak yang
baik bagi kelestarian budaya spiritual. Kondisi ini menciptakan suatu kreasi yang
dapat dinikmati. Kreasi tercipta dari inovasi masa kini yang diterapkan pada tradisi
ritual lama, tanpa merubah nilai spiritual yang ada. Perubahan tersebut
dimaksudkan untuk memberikan makna baru pada dasar kebudayaan spiritual
(Suwardi 2007).
H. Wisatawan
B. Sejarah Kawasan
Kabupaten Pangandaran pada awalnya ditempati oleh para nelayan dari Suku
Sunda lebih tepatnya Desa Pananjung. Alasan para pendatang memilih daerah
Pangandaran karena kondisi ombak yang kecil sehingga mudah untuk mencari ikan.
Pangandaran memiliki tanjung yang digunakan untuk menyimpan perahu yang
dalam Bahasa Sunda disebut andar. Para sesepuh memberi nama Desa Pananjung
karena diambil dari Bahasa Sunda pangnanjung-nanjungna yang berarti paling
subur atau paling makmur. Kawasan Pananjung merupakan wilayah kerajaan Galuh
Tanduran berpusat di Pananjung, Pangandaran yang memiliki kesenian Ronggeng
Gunung oleh "pengagung" Galuh Tanduran bernama Dewi Rengganis atau Dewi
Samboja dan berdampingan dengan kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di
Putrapinggan, Kalipucang sekitar abad 14 masehi. Kerajaan tersebut memiliki
peradaban yang cukup maju dan dikenal sebagai kerajaan maritim yang sangat kuat.
Prajurit dari kerajaan Galuh Tanduran dan Galuh Pangauban diminta
bantaunnya oleh Patih Unus untuk berperang melawan Portugis di Selat Malaka
pada abad ke 16. Namun kerajaan Pananjung ini hancur oleh para Bajo (Bajak Laut)
karena pihak kerajaan tidak bersedia menjual hasil bumi. Pada masa pemerintahan
13
C. Kondisi Fisik
1. Topografi kawasan
Topografi Kabupaten Pangandaran berupa pegunungan di utara dengan
ketinggian 1050 mdpl dan terus menurun hingga pantai di selatan. Kabupaten
Pangandaran memiliki panjang pantai 91 Km. Ketinggian 0-200 mdpl tersebar
mulai dari Kecamatan Cimerak, Kecamatan Cigugur, Kecamatan Cijulang,
Kecamatan Parigi, bagian selatan Kecamatan Sidamulih dan Kecamatan
Pangandaran, hingga bagian timur Kecamatan Padaherang. Ketinggian 200-1050
mdpl tersebar mulai dari Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Langkaplancar,
bagian utara Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Sidamulih, hingga sedikit
bagian utara Kecamatan Parigi.
2. Iklim
Kabupaten Pangandaran beriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim
kemarau (musim timur) dan musim penghujan (musim barat) dengan curah hujan
rata-rata per tahun sekitar 1.647 mm, kelembapan udara antara 85-89% dengan suhu
20-30⁰C. Musim timur dan musim barat akan mempengaruhi musim penangkapan
ikan di perairan Pangandaran. Musim timur terjadi pada bulan Mei sampai Oktober,
pada musim ini laut tidak berombak besar dan perairan dalam keadaan tenang,
sehingga penangkapan ikan tidak terganggu. Musim barat terjadi pada bulan
November sampai April, pada musim ini banyak sebagian nelayan tidak melakukan
penangkapan ikan karena ombak yang besar dan curah hujan yang relatif banyak.
3. Hidrologi
Terdapat empat Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Pangandaran,
yaitu DAS Cimedang, DAS yang bermuara di Teluk Parigi, DAS yang bermuara di
Teluk Pangandaran, dan DAS Citanduy. Sungai-sungai di bagian barat Kabupaten
Pangandaran bermuara ke Cimedang, sungai-sungai di bagian tengah Kabupaten
Pangandaran bermuara ke Teluk Parigi dan Teluk Pangandaran, sedangkan sungai-
sungai di bagian timur Kabupaten Pangandaran bermuara ke Citanduy.
14
D. Kondisi Demografi
F. Kondisi Kepariwisataan
1. Obyek Wisata
Kabupaten Pangandaran memiliki berbagai obyek wisata yang diminati oleh
turis mancanegara dan domestik. Kawasan yang memiliki banyak obyek dan jumlah
kunjungannya cukup tinggi memiliki beberapa fasilitas yang dapat mendukung
kegiatan wiasta seperti transportasi, penginapan, tempat makan dan toko penjual
oleh-oleh tersedia hampir di setiap obyek wisata. Terdapat lima obyek unggulan di
Pangandaran yaitu Pantai, Cukang Taneuh, Taman Wisata Alam, Cagar Alam dan
Desa Nelayan. Aktivitas wisata yang sering dilakukan adalah berenang, bermain di
pantai dan sungai. Kabupaten Pangandaran memiliki obyek wisata lain yang tidak
hanya berfokus pada laut dan pantai, sehingga banyak kegiatan wisata lain yang
bisa dilakukan.
2. Jumlah Pengunjung
Pangandaran mengalami masa puncak dengan kunjungan wisatawan lebih
dari 1 juta orang pertahun pada tahun 2000-an. Jumlah kunjungan wisatawan ke
Kabupaten Pangandaran sempat menurun pada tahun 2004 hingga tahun 2007
dikarenakan bencana tsunami yang menerjang sebagian kawasan Pangandaran.
Pemerintah membuat program Pariwisata Mendukung Keanekaragaman Hayati
pada tahun 2008 untuk membangkitan kembali pariwisata Pangandaran. Pariwisata
Pangandaran kembali dengan terus meningkatnya kunjungan wisatawan setiap
tahunnya, terhitung dari tahun 2017 sebanyak 2.058.453 orang hingga tahun 2018
sebanyak 2.789.905 orang dengan pemasukan PAD sektor wisata sebesar
Rp.13.949.525.000. Kegiatan wisata di Kabupaten Pangandaran didukung dengan
adanya sarana prasarana berupa penginapan, rumah makan dan transportasi yang
memadai.
Tabel 5 Jenis Hotel di Kabupaten Pangandaran pada Tahun 2016
Hotel Kamar Tempat Tidur Jumlah tamu
Jenis Hotel
(Unit) (Buah) (Buah) WNI WNA
Bintang 2 71 125 2.782 1.523
Non bintang
< 10 Kamar 90 563 734 66.585 2.531
10-24 Kamar 80 1.192 1.779 95.616 186
24-40 Kamar 21 632 1.014 58.278 553
41-100 Kamar 12 693 1.284 72.521 1.335
>100 Kamar 1 134 282 8.136 392
Jumlah 206 3.285 5.218 303.918 6.520
Sumber: Profil Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2017
G. Aksesibilitas
C. Jenis Data
Jenis data yang dibutuhkan terdiri dari data sumberdaya, pengelola,
pengunjung, dan masyarakat. Setiap data diambil berdasarkan beberapa metode
yang telah ditentukan. Setiap metode berbeda tergantung pada jenis data yang
diambil.
Tabel 8 Jenis Data
No. Jenis Data Klasifikasi Metode
1. Sumberdaya a. Kepemilikan Observasi, Studi
ekowisata b. Lokasi Literatur, dan
spiritual c. Aktivitas Wawancara
d. Data Material (Bentuk, Bahan, Letak)
e. Data Immaterial (Sejarah, Filosofi, Nilai,
Pemanfaatan, Aturan)
2. Masyarakat Karakteristik, persepsi, penilaian, dan kesiapan Kuesioner dan
wawancara
3. Pengelola Karakteristik, persepsi, penilaian, dan kesiapan Kuesioner dan
wawancara
4. Pengunjung Karakteristik, motivasi, persepsi, penilaian, dan Kuesioner dan
preferensi wawancara
20
Observasi
(Identifikasi dan Inventarisasi)
Wawancara
(Snowball Sampling)
4. Data Pengunjung
Data pengunjung meliputi karakteristik, motivasi, persepsi, penilaian dan
preferensi. Data karakteristik meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, asal
kedatangan, pekerjaan, agama, lama kunjungan, jumlah kunjungan dan waktu
kunjungan. Data motivasi, persepsi, penilaian dan preferensi meliputi pendapat
pribadi pengunjung terhadap obyek wisata dan alasan untuk mengunjungi obyek.
Metode yang digunakan adalah dengan wawancara dan menyebarkan kuesioner.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, yaitu daftar pertanyaan yang
jawabannya telah disediakan oleh peneliti. Cara ini dianggap efektif karena
responden hanya memberikan tanda centang (√) pada kolom yang disediakan.
Teknik dalam pengambilan sampel responden adalah teknik accidental sampling.
Teknik ini berupa penentuan sampel tanpa sengaja (accidental), peneliti mengambil
sampel siapa saja yang ditemuinya pada saat itu dikarenakan sulit didapatkan
(Kriyantono 2012). Teknik ini dipilih karena jumlah responden yang terbatas
karena merupakan obyek wisata minat khusus.
E. Analisis Data
Keunikan 5.0
Kelangkaan 3.7
Keindahan 4.0
Seasonality 2.4
Sensitivitas 3.6
Aksesibilitas 4.7
1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 7 Indikator Penilaian Situs Mangunjaya
25
Keunikan 5.3
Kelangkaan 3.1
Keindahan 5.3
Seasonality 2.7
Sensitivitas 4.2
Aksesibilitas 6.0
1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 10 Indikator Penilaian Goa Donan
Penilaian terhadap Goa Donan berdasarkan tujuh indikator penilaian sangat
bervariasi. Penilaian terhadap indikator keunikan mendapatkan nilai 5.3 yang
berarti agak setuju. Keunikan obyek ini terletak pada ukuran ruangan di dalam goa
yang besar dipercaya menjadi tempat berkumpul pada jaman dahulu. Kelangkaan
mendapatkan nilai 3.1 yang berarti agak tidak setuju. Obyek ini merupakan salah
satu goa yang terdapat di Kecamatan Kalipucang. Keindahan mendapatkan nilai 5.3
yang berarti agak setuju. Keindahan obyek ini terletak pada bentuk goa yang
memiliki ruangan-ruangan yang luas serta sejarahnya. Seasonalitas mendapatkan
nilai 2.7 yang berarti agak tidak setuju. Obyek ini dapat dikunjungi setiap waktu.
Sensitivitas mendapatkan nilai 4.2 yang berarti biasa saja. Kurangnya pengunjung
menyebabkan pengelola belum terfokus pada keamanan sumberdaya dan
pengunjung. Aksesibilitas mendapatkan nilai 6 yang berarti setuju. Goa Donan
berada tepat disamping jalan raya sehingga sangat mudah untuk dikunjungi. Nilai
Sosial mendapatkan nilai 4 yang berarti biasa saja. Obyek ini sudah tidak menjadi
sumber elemen utama ekonomi masyarakat dikarenakan rendahnya angka
kunjungan.
c. Situs Kandang Munding
Situs Kandang Munding terletak di Bagolo Kolot, Desa Bagolo, Kecamatan
Kalipucang. Akses menuju situs cukup mudah karena terletak di bukit dekat jalan
perkampungan Pantai Karapyak dan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 30
meter. Luas situs sekitar setengah hektare dengan lima batu besar yang berdekatan
sehingga membentuk lorong, tebing batuan ditumbuhi akar pohon dan tanaman
rambat. Situs Kandang Munding tidak memiliki perlakuan khusus dari masyarakat,
namun dipercaya bahwa situs ini berkaitan dengan hilangnya kerbau yang
dipelihara oleh masyarakat.
28
Keunikan 5.3
Kelangkaan 3.6
Keindahan 5.1
Seasonality 2.6
Sensitivitas 3.2
Aksesibilitas 5.0
1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 12 Indikator Penilaian Situs Kandang Munding
29
Keunikan 4.4
Kelangkaan 3.4
Keindahan 4.9
Seasonality 2.7
Sensitivitas 3.7
Aksesibilitas 4.6
1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 14 Indikator Penilaian Cikabuyutan
Penilaian terhadap Cikabuyutan berdasarkan tujuh indikator penilaian sangat
bervariasi. Penilaian terhadap indikator keunikan mendapatkan nilai 4.4 yang
berarti biasa saja, bentuk petilasan atau tempat peninggalan tidak terlalu berbeda
dengan hal serupa lainnya hanya cerita yang menjadi nilai lebihnya. Kelangkaan
mendapatkan nilai 3.4 yang berarti agak tidak setuju, karena dapat dijumpai di
lokasi lain hanya dengan cerita yang berbeda. Keindahan mendapatkan nilai 4.9
yang berarti agak setuju, karena berada di dekat pantai yang merupakan obyek
wisata sehingga memiliki pemandangan yang indah. Seasonalitas mendapatkan
nilai 2.7 yang berarti agak tidak setuju, karena obyek ini dapat dikunjungi setiap
waktu. Sensitivitas mendapatkan nilai 3.7 yang berarti biasa saja, karena kegiatan
yang dilakukan tidak terlalu mengganggu obyek dan hal lain disekitarnnya.
Aksesibilitas mendapatkan nilai 4.6 yang berarti agak setuju, karena dapat di akses
menggunakan mobil namun memiliki kondisi jalan yang rusak dan tidak ada
kendaraan umum untuk menuju lokasi. Nilai Sosial mendapatkan nilai 4.6 yang
berarti agak setuju, karena masyarakat tidak terlalu berfokus pada obyek
spiritualnya melainkan pada obyek alamnya.
31
e. Cijumbleng
Cijumbleng berada di Desa Cikalong, Kecamatan Sidamulih. Cijumbleng
merupakan sumber mata air yang berasal dari sungai bawah tanah yang juga sering
disebut Dolina. Mata air ini pada awalnya berukuran kecil, namun masyarakat
menggali dan memperluas ukuran lubang untuk mengairi pesawahan. Masyarakat
mempercayai bahwa Cijumbleng tidak akan mengalami kekeringan, karena terbukti
ketika mata air ini mampu mengairi pesawahan lebih dari 50 hektar. Cijumbleng
juga dihuni oleh berbagai jenis ikan, sehingga beberapa masyarakat sering 29
menangkapnya. Penangkapan ikan yang terlalu banyak membuat kekhawatiran
terhadap ekosistem mata air, sehingga beredar cerita bahwa Cijumbleng dihuni oleh
ikan berukuran besar yang menjaga tempat tersebut untuk menghindari
penangkapan ikan. Namun saat ini di sekitaran Cijumbleng telah dipenuhi oleh
aktivitas manusia seperti perkebunan dan pemukiman. Banyaknya aktivitas di
sekitar Cijumbleng menyebabkan masyarakat membuat jalan setapak untuk
mempermudah akses, dan pada tahun 2001 jalan setapak tersebut diperbaiki agar
lebih menunjang kegiatan. Akses yang mudah menyebabkan masyarakat tidak
hanya memanfaatkan Cijumbleng sebagai sumber mata air, masyarakat juga
menjadikan Cijumbleng sebagai tempat wisata. Masyarakat melihat peluang
dengan keindahan mata air yang jernih dapat menarik minat wisatawan. Masyarakat
mulai membersihkan lahan dan menyediakan fasilitas seperti tempat duduk dan
saung untuk pengunjung, serta menawarkan paket wisata untuk menikmati budaya
di lokasi Cijumbleng.
Keunikan 5.3
Kelangkaan 5.0
Keindahan 5.4
Seasonality 2.9
Sensitivitas 4.3
Aksesibilitas 4.7
1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 17 Indikator Penilaian Cijumbleng
Penilaian terhadap Cijumbleng berdasarkan tujuh indikator penilaian sangat
bervariasi. Penilaian terhadap indikator keunikan mendapatkan nilai 5.3 yang
berarti agak setuju. Keunikan obyek ini terletak pada ukuran dan volume mata air
yang sangat besar, air yang keluar mampu mengairi persawahan ketika musim
kemarau sehingga masyarakat tidak pernah kekurangan air. Kelangkaan
mendapatkan nilai 5 yang berarti agak setuju. Sumber mata air yang berasal dari
sungai bawah tanah dan memiliki ukuran yang cukup besar sangat jarang ditemui.
Keindahan mendapatkan nilai 5.4 yang berarti agak setuju. Keindahan obyek ini
33
terletak pada warna air yang hijau pada air dan lingkungannya yang didominasi oleh
tanaman hijau. Seasonalitas mendapatkan nilai 2.9 yang berarti agak tidak setuju.
Cijumbleng dapat dikunjungi setiap waktu kecuali ketika hujan, karena kondisi air
menjadi keruh sehingga mengurangi keindahan. Fasilitas yang tersedia di
Cijumbleng juga belum memadai ketika terjadi hujan, seperti kurangnya gazebo
dan jalan yang licin. Sensitivitas mendapatkan nilai 4.3 yang berarti biasa saja.
Aktivitas yang dilakukan tidak terjadi kontak fisik dengan sumberdaya. Pengunjung
dilarang untuk berenang di sumber mata air, selain kedalamannya yang belum
diketahui masyarakat sepenuhnya tetap memanfaatkan air dari Cijumbleng.
Aksesibilitas mendapatkan nilai 4.7 yang berarti agak setuju. Cijumbleng dapat
diakses dengan mudah karena kondisi jalan yang baik, namun tidak ada kendaraan
umum dan tempat parkir yang dekat dengan Cijumbleng. Nilai Sosial mendapatkan
nilai 5 yang berarti agak setuju. Cijumbleng bukan sumberdaya utama pada tradisi
masyarakat, namun tradisi masyarakat yang berkaitan dengan padi dan hasil tani
lainnya tentu membutuhkan air terutama dari Cijumbleng.
2. Kebudayaan
a. Makam Gedeng Mataram
Makam Gedeng Mataram berada di Desa Paledah, Kecamatan Padaherang.
Makam Gedeng Mataram memiliki sejarah yang berkaitan dengan Eyang Jaga Pati
yang merupakan saudara dari Eyang Jaga Resmi. Eyang Jaga Pati atau adik dari
Jaga Resmi. Gedeng Mataram adalah salah satu utusan kerajaan mataram yang
ditugaskan untuk membawa seorang putri dari Kerajaan Pajajaran, namun tidak
berhasil dituntaskan dan memilih menetap di Gunung Bojogede. Eyang Jaga Pati
merupakan seorang tokoh yang diperintahkan untuk membantu menjaga Gunung
Bojogede dari penjajah Belanda.
Makam Gedeng Mataram terletak menyendiri di bukit yang tidak jauh dari
pemukiman warga dan pemakaman umum yang memiliki luas sekitar 1 hektare.
Makam tersebut diberi pagar dan kanopi demi keselamatan karena setiap sisi
makam merupakan jurang. Makam Eyang Jaga Pati bersamaan dengan pemakaman
umum, namun ditempatkan di dataran yang lebih tinggi. Makam tersebut berada
disebuah bangunan seperti gazebo. Makam-makam tersebut diberikan kanopi pada
tahun 2019 agar para peziarah tidak terkena hujan atau panas. Makam Gedeng
Mataram hanya berjarak 500 meter dengan Makam Jaga Pati.
Keunikan 4.1
Kelangkaan 3.7
Keindahan 4.3
Seasonality 2.7
Sensitivitas 4.0
Aksesibilitas 5.0
1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 20 Indikator Penilaian Makam Gedeng Mataram
Penilaian terhadap Makam Gedeng Mataram berdasarkan tujuh indikator
penilaian sangat bervariasi. Penilaian terhadap indikator keunikan mendapatkan
nilai 4.1 yang berarti biasa saja. Bentuk dan ukuran makam seperti makam pada
umumnya, namun yang membedakan adalah adanya bangunan yang menutupi
makam tersebut. Kelangkaan mendapatkan nilai 3.7 yang berarti biasa saja. Makam
seorang tokoh pahlawan dapat ditemui di beberapa tempat, namun Makam Gedeng
Mataram tetap dihormati dan termasuk ke dalam budaya masyarakat. Keindahan
mendapatkan nilai 4.3 yang berarti biasa. Bentuk dan warna dari makam seperti
35
Keunikan 4.1
Kelangkaan 4.1
Keindahan 4.4
Seasonality 3.1
Sensitivitas 5.2
Aksesibilitas 5.0
1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 23 Indikator Penilaian Makam Eyang Jaga Resmi
37
Keunikan 4.6
Kelangkaan 3.0
Keindahan 5.0
Seasonality 4.1
Sensitivitas 4.2
Aksesibilitas 4.7
Nilai Sosial 5.3
1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 25 Indikator Penilaian Makam Dalem Dongkol
Penilaian terhadap Makam Dalem Dongkol berdasarkan tujuh indikator
penilaian sangat bervariasi. Penilaian terhadap indikator keunikan mendapatkan
nilai 4.6 yang berarti agak setuju. Makam tersebut memilikisejarah budaya yang
tetap dijalankan jarang ditemui pada makam keramat lainnya. Kelangkaan
mendapatkan nilai 3 yang berarti agak tidak setuju, karena setiap tempat memiliki
tokoh dalam perkembangan wilayahnya namun sedikit yang terus dikenal dan
dihormati oleh masyarakatnya. Keindahan mendapatkan nilai 5 yang berarti setuju,
karena ukuran bangunan yang besar dan berwarna putih memberikan kesan megah.
Seasonalitas mendapatkan nilai 4.1 yang berarti biasa saja, karena makam dapat
dikunjungi setiap saat namun kegiatan berziarah dilakukan setiap minggu.
Sensitivitas mendapatkan nilai 4.2 yang berarti biasa saja, karena perawatan yang
rutin dan bangunan yang kuat serta lingkungan yang mendukung membuat obyek
tidak rentang terhadap sesuatu kecuali bencana alam. Aksesibilitas mendapatkan
nilai 4.7 yang berarti agak setuju, karena akses menuju makam mudah, namun tidak
terdapat tempat parkir yang luas dan tidak terdapat kendaraan umum menuju desa.
Nilai Sosial mendapatkan nilai 5.3 yang berarti agak setuju. Masyarakat tetap
menjalankan budaya yang ditinggalkan Eyang Dongkol yaitu sistem pemerintahan
dan pertania sehingga kondisi desa cukup makmur.
39
Keunikan 4.4
Kelangkaan 3.4
Keindahan 4.9
Seasonality 2.7
Sensitivitas 3.7
Aksesibilitas 4.6
Nilai Sosial 4.6
1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 27 Indikator Penilaian Makam Munggang Gandu
Penilaian terhadap Makam Munggang Gandu berdasarkan tujuh indikator
penilaian sangat bervariasi. Penilaian terhadap indikator keunikan mendapatkan
nilai 4.4 yang berarti biasa saja. Makam Munggang Gandu sama seperti makam
keramat pada umumnya. Kelangkaan mendapatkan nilai 3.4 yang berarti agak tidak
setuju, karena setiap tempat memiliki tokoh dalam perkembangan wilayahnya.
Keindahan mendapatkan nilai 4.9 yang berarti agak setuju, karena memiliki ukiran
kayu yang merupakan pohon ketapang sebagai ciri makam pada zaman dulu.
Seasonalitas mendapatkan nilai 2.7 yang berarti agak tidak setuju, karena makam
dapat dikunjungi setiap saat. Sensitivitas mendapatkan nilai 3.7 yang berarti biasa
saja, karena makam dapat menampung banyak peziarah tanpa harus berdekatan
dengan makam. Aksesibilitas mendapatkan nilai 4.6 yang berarti agak setuju,
karena akses menuju makam mudah. Nilai Sosial mendapatkan nilai 4.6 yang
berarti agak setuju. Masyarakat tetap menjalankan budaya yang ditinggalkan meski
terdapat pencampuran dengan budaya dari tokoh lain yaitu Eyang Dongkol.
e. Makam Sembah Agung
Makam Sembah Agung berada di Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang.
Makam Sembah Agung memiliki sejarah yang berkaitan dengan penyebaran
Agama Islam. Kawasan ini memiliki tiga makam keramat, yaitu makam Sembah
Agung, makam Sembah Wangsa Manggala, dan makam Sembah Tafsirudin yang
berasal dari kerajaan mataram dan kerajaan Cirebon. Ketiga makam tersebut berada
di dalam bangunan masing-masing yang berbeda tempat. Musholla juga disediakan
disamping makam dan kamar mandi untuk bersih-bersih dan wudhu.
41
Keunikan 4.1
Kelangkaan 3.0
Keindahan 4.9
Seasonality 2.6
Sensitivitas 4.4
Aksesibilitas 4.9
Nilai Sosial 4.6
1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 29 Indikator Penilaian Makam Sembah Agung
Penilaian terhadap Makam Sembah Agung berdasarkan tujuh indikator
penilaian sangat bervariasi. Penilaian terhadap indikator keunikan mendapatkan
nilai 4.1 yang berarti biasa saja. Makam Sembah Agung sama seperti makam
keramat pada umumnya, yang membedakan adalah terdapat tiga makam dengan
bangunan besar yang saling berdekatan. Kelangkaan mendapatkan nilai 3 yang
berarti agak tidak setuju, karena tidak terdapat suatu hal yang terjadi dan seperti
makam keramat pada umumnya. Keindahan mendapatkan nilai 4.9 yang berarti
agak setuju, karena ketiga bangunan memiliki ukuran yang cukup besar dengan
tanaman hias di sekitaran makam tersebut. Seasonalitas mendapatkan nilai 2.6 yang
berarti agak tidak setuju, karena makam dapat dikunjungi setiap saat. Sensitivitas
mendapatkan nilai 4.4 yang berarti biasa saja, karena makam dapat menampung
banyak peziarah. Aksesibilitas mendapatkan nilai 4.9 yang berarti agak setuju,
karena akses menuju makam mudah namun tidak terdapat kendaraan umum. Nilai
Sosial mendapatkan nilai 4.6 yang berarti agak setuju, karena pengikut dari Sembah
Agung, Sembah Wangsa Manggala, dan Sembah Tafsirudin tetap melakukan ziarah
meski sebagian memiliki tujuan yang dianggap menyimpang.
tanaman hijau, serta warna air yang jernih. Penilaian keindahan terhadap Goa
Donan terletak pada batuan goa yang memiliki bentuk yang menarik dan warna
batuan kapur basah yang tersinari cahaya memberikan kesan yang mewah.
Penilaian seasonalitas tertinggi yaitu pada Makam Dalem Dongkol. Nilai
yang didapatkan pada indikator seasonalitas sebesar 1.9 yang berarti tidak setuju.
Penilaian ini didapatkan karena hampir semua obyek dapat didatangi setiap saat,
namun Makam Dalem Dongkol memiliki waktu tertentu dalam mengadakan acara
do’a bersama yang dilakukan satu tahun sekali. Acara tahunan panen padi yang
merupakan peninggalan Eyang Dongkol juga sering dilakukan. Acara ini diikuti
oleh seluruh masyarakat Desa Cikalong, dengan mengadakan syukuran dan makan
bersama.
Penilaian sensitivitas paling tinggi terdapat pada Makam Sembah Agung.
Nilai yang didapatkan sebesar 5.9 yang berarti setuju. Penilaian ini didapatkan
karena kegiatan berziarah yang dilakukan mendapatkan anggapan yang berbeda.
Kegiatan berziarah biasa dilakukan oleh umat Muslim untuk mendoakan leluhur
atau orang yang sudah meninggal. Kegiatan ini bersifat sensitif karena kurangnya
pemahaman terhadap aturan dan niat akan menimbulkan kesalahpahaman.
Penilaian aksesibilitas tertinggi didapatkan oleh Goa Donan. Nilai yang
didapatkan pada indikator ini sebesar 6.3 yang berarti setuju. Nilai tersebut
didapatkan karena lokasi Goa Donan berada tepat di samping jalan raya dan mulut
goa berjarak sekitar 20 meter dari pintu masuk kawasan. Pengunjung tidak perlu
berjalan jauh setelah turun dari kendaraan. Jarak antara obyek dengan ibukota
kecamatan tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu sekitar 7 menit saja.
Penilaian indikator nilai sosial paling tinggi yaitu Makam Dalem Dongkol.
Nilai yang didapatkan sebesar 6.2 yang berarti setuju. Eyang Dalem Dongkol
memiliki sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal kehidupan masyarakat Desa
Cikalong. Kebudayaan yang diturunkan hingga saat ini tetap dipercaya sebagai
elemen budaya dan menjadi identitas regional masyarakat Desa Cikalong sebagai
desa budaya.
1. Karakteristik Masyarakat
Perencanaan ekowisata spiritual yang dibuat akan memberikan dampak, baik
secara langsung atau tidak langsung kepada masyarakat. Masyrakat merupakan
faktor yang terkena dampak atau bahkan berperan dalam perencanaan ekowisata
spiritual. Peran masyarakat tersebut sebagai penunjang kegiatan ekowisata
spiritual. Karakteristik masyarakat yang diidentifikasi meliputi jenis kelamin, usia,
status pernikahan, pendiidkan terakhir, pekerjaan, pendapatan perbulan dan agama.
Tabel 11 Karakteristik Responden Masyarakat
No. Karakteristik Jumlah Persentasi (%)
1. Jenis Kelamin Laki Laki 31 72
Perempuan 12 28
2. Usia <6 tahun - -
6-12 tahun - -
13-22 tahun - -
23-45 tahun 11 26
46-60 tahun 21 49
>60 tahun 11 26
45
a. Ekologi
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 30 Penilaian Persepsi Ekologi berdasarkan Obyek
Persepsi masyarakat terhadap ekologi berdasarkan obyek cukup beragam
(Gambar 30). Pandangan masyarakat terhadap kelestarian obyek spiritual
mendapatkan nilai tertinggi yaitu 5,7 yang berarti setuju. Masyarakat ingin tetap
menjaga obyek sebagai bentuk peninggalan dan bentuk penghormatan kepada
leluhurnya. Obyek spiritual yang ada dapat menjadi pengingat dan bahkan
mempererat hubungan antar masyarakat, sehingga kelestariannya harus tetap
terjaga.
Penilaian terendah terdapat pada persepsi obyek spiritual tertara dengan baik.
Persepsi ini mendapatkan nilai 4,5 yang berarti biasa saja. Penilaian tersebut
diberikan karena masyarakat melihat kurangnya perawatan terhadap obyek
spiritual. Sebagian obyek spiritual berada pada konsidi kotor dan bahkan berpindah
tempat karena perilaku orang yang tidak bertanggungjawab. Kurangnya rasa peduli
dan pengelolaan terhadap obyek spiritual. Masyarakat berharap dengan
perencanaan ekowisata spiritual dapat menjadikan obyek menjadi lebih baik.
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 31 Penilaian Persepsi Ekologi berdasarkan Kawasan Sekitar Obyek
47
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 32 Penilaian Persepsi Ekonomi berdasarkan Pengembangan
Persepsi masyarakat terhadap ekonomi berdasarkan pengembangan cukup
beragam (Gambar 32). Kegiatan wisata sangat berpengaruh terhadap ekonomi
masyarakat sekitar kawasan. Pandangan masyarakat terhadap menciptakan bisnis
wisata dan membuka lapangan kerja mendapatkan nilai tertinggi yaitu 4,9 yang
berarti agak setuju. Masyarakat lebih memilih pekerjaannya saat ini. Masyarakat
belum melihat peluang bisnis dan tidak terlalu bergantung pada obyek spiritual di
daerahnya. Namun masyarakat juga setuju jika obyek spiritual dapat memberikan
lapangan kerja dan menciptakan bisnis baru.
Penilaian terendah terdapat pada persepsi menarik investor untuk kerjasama
dan mendorong pembangunan fasillitas. Persepsi tersebut ini mendapatkan nilai 4,3
yang berarti biasa saja. Penilaian tersebut diberikan karena kondisi obyek spiritual
saat ini tidak memungkinkan. Rendahnya tingkat kunjungan menyebabkan tidak
ada peluang untuk meyakinkan para investor. Pembangunan fasilitas juga terhenti
karena kendala biaya. Masalah pada pendanaan hanya bisa bergantung pada
bantuan dan sumbangan saja.
48
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 33 Penilaian Persepsi Ekonomi berdasarkan Pemasukan Daerah
Persepsi masyarakat terhadap ekonomi berdasarkan pemasukan daerah cukup
beragam (Gambar 33). Pandangan masyarakat terhadap pendapatan souvenir
mendapatkan nilai tertinggi yaitu 5,6 yang berarti setuju. Masyarakat menilai
dengan adanya kegiatan wisata masyarakat dapat menjual barang atau makanan
khas daerahnya khususnya Pangandaran. Budaya Masyarakat Pangandaran yang
tetap dijaga sehingga makanan dan kerajinan khas dapat dikenalkan kepada para
wisatawan.
Penilaian terendah terdapat pada persepsi pendapatan dari tiket masuk.
Persepsi ini mendapatkan nilai 3,8 yang berarti biasa saja. Penilaian tersebut
diberikan karena pengelolaan yang kurang menyebabkan beberapa obyek tidak
memiliki penjagaan sehingga setiap orang dapat berkunjung. Pemasukan dari
pengunjung biasanya diterima oleh juru kunci dan digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari. Masyarakat berharap dengan perencanaan yang baik akan
menyebabkan wisata spiritual memberikan pemasukan.
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 34 Penilaian Persepsi Ekonomi berdasarkan Industri Pariwisata
49
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 35 Penilaian Persepsi Sosial Budaya berdasarkan Nilai Obyek
Persepsi masyarakat terhadap sosial budaya berdasarkan nilai obyek cukup
beragam (Gambar 35). Pandangan masyarakat terhadap mendorong dan
menghidupkan kembali nilai budaya dan juga meningkatkan pengetahuan untuk
melestarikan budaya mendapatkan nilai tertinggi yaitu 5,9 yang berarti setuju.
Masyarakat menilai budaya yang ada semakin lama semakin memudar. Generasi
penerus harus tetap mengenal dan menjaga kebudayaan yang ada, karena
bagaimana juga hal tersebut merupakan warisan nenek moyang.
Penilaian terendah terdapat pada persepsi memaksimalkan nilai obyek dalam
kehidupan sehari-hari dan media interpretasi untuk menggugah kepuasan. Persepsi
tersebut mendapatkan nilai 5,2 yang berarti agak setuju. Penilaian tersebut
diberikan karena tidak semua obyek berkaitan dengan rutinitas sehari-hari. Media
Interpretasi juga tidak terlalu dibutuhkan, hanya petunjuk arah yang dirasa sangat
penting.
50
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 36 Penilaian Persepsi Sosial Budaya berdasarkan Kepercayaan
Persepsi masyarakat terhadap sosial budaya berdasarkan keagamaan dan
kepercayaan cukup beragam (Gambar 36). Pandangan masyarakat terhadap
menumbuhkan rasa berperilaku sesuai kaidah agama mendapatkan nilai tertinggi
yaitu 5,8 yang berarti setuju. Masyarakat menyatakan kegiatan di obyek spiritual
selalu mendapatkan anggapan yang tidak sesuai dengan ajaran Agama Islam.
Pengelolaan obyek spiritual yang baik diharapkan dapat menumbuhkan nilai
kebudayaan dan menghilangkan anggapan yang tidak sesuai dengan kaidah.
Penilaian terendah terdapat pada persepsi meningkatkan kebahagiaan karena
rasa cinta terhadap obyek. Persepsi ini mendapatkan nilai 5 yang berarti agak setuju.
Penilaian tersebut diberikan karena rasa cinta yang berlebihan ditakutkan mengarah
kepada kesesatan dan fanatisme. Menghormati dan menghargai obyek spiritual
dirasa sudah cukup.
3. Kesiapan Masyarakat
Peran masyarakat dalam perencanaan ekowisata spiritual memiliki pengaruh
yang sangat penting. Peran penting tersebut terkait dengan kesiapan masyarakat
dalam kegiatan wisata spiritual. Kesiapan masyarakat menentukan tingkat
keberhasilan dalam mengelola obyek spiritual. Kesiapan masyarakat dalam
kegiatan wisata terdiri dari berbagai aspek, mulai dari penyediaan fasilitas, sikap,
dan perilaku terhadap pengunjung. Kesiapan masyarakat memiliki penilaian yang
cukup beragam pada setiap aspek.
51
Keterangan: 1: Sangat Tidak Siap, 2: Tidak Siap, 3: Agak Tidak Siap, 4: Biasa Saja, 5: Agak Siap,
6: Siap, 7: Sangat Siap
Gambar 37 Kesiapan Masyarakat dalam Perencanaan Ekowisata Spiritual
Kesiapan masyarakat dalam ikut serta membantu pengelolaan obyek spiritual
memiliki penilaian yang beragam (Gambar 37). Penilaian terhadap aspek mencegah
terjadinya pergeseran budaya mendapatkan nilai tertinggi yaitu 6,1 yang berarti
siap. Masyarakat sangat menjaga kebudayaan lokal yang telah turun temurun
dilakukan. Pergeseran budaya pada kegiatan wisata karena kunjungan wisatawan
dari luar daerah sangat dihindari. Oleh karena itu masyarakat siap dalam mencegah
terjadinya pergeseran budaya.
Penilaian terendah terdapat pada aspek menyediakan jaminan kesehatan bagi
wisatawan. Aspek ini mendapatkan nilai 5 yang berarti agak siap. Penilaian tersebut
diberikan karena kurangnya pengalaman dalam memberikan pertolongan pertama.
Masyarakat siap untuk mengantarkan menuju tenaga yang lebih ahli. Seiring waktu
diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kesiapan agar wisatawan lebih
terjamin.
52
1. Karakteristik Pengelola
Pengelola merupakan aspek penting dalam perencanaan ekowisata spiritual
di Kabupaten Pangandaran. Peran pengelola menjadi titik tumpu dalam manajemen
obyek spiritual. Karakteristik pengelola obyek ekowisata spiritual di Kabupaten
Pangandaran cukup beragam. Karakteristik yang diidentifikasi yaitu jenis kelamin,
usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan per bulan, lama
mengelola dan agama.
Tabel 12 Karakteristik Responden Pengelola
No. Karakteristik Jumlah Persentasi (%)
1. Jenis Kelamin Laki Laki 10 100
Perempuan - -
2. Usia <6 tahun - -
6-12 tahun - -
13-22 tahun - -
23-45 tahun 1 10
46-60 tahun 3 30
>60 tahun 6 60
3. Status Pernikahan Belum Menikah - -
Menikah 10 100
4. Penddikan Terakhir SD/MI 5 50
SMP/MTs 2 20
SMA/SMK 3 30
Diploma - -
Sarjana - -
5. Pekerjaan Juru Kunci 3 30
Petani 4 40
PNS 2 20
BUMN - -
Pegawai Swasta - -
Pedagang 1 10
6. Pendapatan Per Bulan <Rp500.000 - -
Rp500.000 - Rp1.000.000 3 30
Rp1.000.000 - Rp3.000.000 7 70
Rp3.000.000 - Rp5.000.000 - -
>Rp5.000.000 - -
7. Lama Mengelola 1 - 2 Tahun - -
3 - 5 Tahun - -
6 – 10 Tahun 4 40
>10 Tahun 6 60
8. Agama Islam 10 100
Katolik - -
Protestan - -
Hindu - -
Budha - -
Konghucu - -
Karakteristik pengelola didominasi oleh laki-laki karena pemilihan juru kunci
lebih banyak diturunkan pada laki-laki sebab perempuan lebih rawan. Sebagian
besar pengelola obyek spiritual di Kabupaten Pangandaran berusia > 60 tahun
dengan persentasi 60 persen. Status pernikahan didominasi dengan status menikah
dengan persentasi 100 persen. Pendidikan terakhir responden pengelola sebagian
53
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 38 Persepsi Pengelola terhadap Ekologi berdasarkan Obyek
Persepsi pengelola terhadap ekologi berdasarkan obyek memiliki nilai yang
relatif sama yaitu setuju (Gambar 38). Responden penglola secara keseluruhan
berpendapat setuju dengan persepsi ekologi berdasarkan obyek. Penilaian tertinggi
yang didapatkan yaitu persepsi terhadap Pandangan positif terhadap obyek dan
perlindungan keaslian obyek spiritual. Persepsi ini mendapatkan nilai 6,4 yang
berarti setuju. Obyek spiritual sebagian besar mendapatkan pandangan negatif dan
mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Pengelola siap untuk mencegah agar obyek
dapat diterima oleh masyarakat. Penilaian terendah terdapat pada persepsi obyek
spiritual tertara dengan baik. Persepsi ini hanya mendapat nilai 5,9. Penilaian
tersebut diberikan karena penataan terhadap obyek akan mengurangi keaslian
obyek spiritual.
54
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 39 Persepsi Ekologi Pengelola berdasarkan Kawasan Sekitar Obyek
Persepsi pengelola terhadap ekologi berdasarkan kawasan sekitar obyek
memiliki nilai yang relatif sama yaitu setuju (Gambar 39). Penilaian tertinggi
ditunjukan pada persepsi memilimalisir kerusakan ekologi dengan nilai 6,3 yang
berarti setuju. Pengelola menilai dengan menjaga kerusakan lingkungan akan
memberikan kenyamanan yang lebih bagi pengunjung. Hampir semua obyek
spiritual memiliki pemandangan alam yang menarik.
Penilaian terendah terdapat pada persepsi meningkatkan infrastruktur obyek
dengan nilai 5,8. Penilaian tersebut diberikan karena perbaikan infrastruktur tidak
menjadi prioritas utama. Biaya infrastruktur yang terlalu mahal menyebabkan
pengelola lebih berfokus pada fasilitas penunjang kegiatan di dekat obyek spiritual.
b. Ekonomi
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 40 Penilaian Persepsi Ekonomi Pengelola berdasarkan Pengembangan
55
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 41 Persepsi Ekonomi Pengelola berdasarkan Pemasukan Daerah
Persepsi ekonomi berdasarkan pemasukan daerah memiliki nilai yang cukup
beragam (Gambar 41). Pandangan pengelola terhadap pendapatan souvenir
mendapatkan nilai tertinggi yaitu 6,2 yang berarti setuju. Pengelola menilai
masyarakat di sekitar obyek spiritual memiliki kekhasan daerah sehingga dapat
menjual kerajian atau makanan khas kepada pengunjung. Masyarakat tetap menjaga
budayanya.
Penilaian terendah terdapat pada persepsi pendapatan dari tiket masuk.
Persepsi ini mendapatkan nilai 5 yang berarti agak setuju. Penilaian tersebut
diberikan karena pengelola sebagian besar tidak terlalu setuju dengan sistem tiket
pada obyek spiritual. Ticketing dinilai dapat mengurangi kehormatan obyek
spiritual yang dianggap menguangkan obyek. Namun sebagian pengelola lebih
setuju dengan istilah bantuan atau sumbangan yang dapat membantu pembangunan
fasilitas obyek spiritual.
56
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 42 Penilaian Persepsi Ekonomi Pengelola berdasarkan Industri Pariwisata
Penilaian persepsi ekonomi berdasarkan industri pariwisata cukup beragam
(Gambar 42). Penilaian tertinggi pengelola terhadap omset penjualan meningkat
dan meningkatkan permintaan produk lokal mendapatkan nilai 5,8 yang berarti
setuju. Pengelola menyatakan dengan adanya perencanaan ekowiata spiritual akan
memberikan peluang bagi pelaku usaha untuk meningkatkan omsetnya khususnya
produk lokal. Kegiatan ekowisata spiritual akan meningkatkan kunjungan
wisatawan khususnya dari luar daerah.
Penilaian terendah terdapat pada menambah peningkatan biro perjalanan.
Persepsi ini mendapatkan nilai 5,1 yang berarti agak setuju. Penilaian tersebut
diberikan karena kurangnya biro perjalanan yang mengarahkan kepada obyek-
obyek spiritual. Pengelola juga tidak terlalu fokus pada promosi kepada biro
perjalanan.
c. Sosial Budaya
Memaksimalkan nilai obyek dalam
5.7
kehidupan sehari-hari
Meningkatkan pengetahuan terhadap makna
6.0
obyek
Mendorong dan menghidupkan kembali nilai
6.0
budaya
Meningkatkan dan memfasilitasi minat
6.1
eksplorasi
Media interpretasi untuk menggugah
5.7
kepuasan
Meningkatkan pengetahuan untuk
6.3
melestarikan budaya
Kesadaran untuk mencintai obyek 6.4
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 43 Penilaian Persepsi Sosial Budaya Pengelola berdasarkan Nilai Obyek
57
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 44 Penilaian Persepsi Sosial Budaya Pengelola berdasarkan Kepercayaan
Persepsi pengelola terhadap sosial budaya berdasarkan keagamaan dan
kepercayaan relatif sama yaitu setuju (Gambar 44). Nilai tertinggi terdapat pada
persepsi menumbuhkan rasa berperilaku sesuai kaidah agama dengan nilai 6,4.
Sebagian besar masyarakat masih menganggap kegiatan spiritual bersifat syirik,
sehingga pengelola selalu mengingatkan peziarah agar selalu ingat dengan Tuhan
agar sesuai dengan kaidah agama. Penilaian terendah terdapat pada persepsi
meningkatkan kebahagiaan karena rasa cinta terhadap obyek. Persepsi ini
mendapatkan nilai 5,8. Penilaian tersebut diberikan karena pengelola menghindari
kepada sifat fanatisme, sehingga pengelola berharap agar pengunjung mempunyai
rasa cinta secukupnya dan tidak berlebihan.
3. Kesiapan Pengelola
Perencanaan ekowisata spiritual memiliki pengaruh terhadap pengelola.
Pengelola merupakan faktor utama dalam perencanaan ekowisata spiritual di
Kabupaten Pangandaran. Keberhasilan perencanaan ekowisata spiritual sangat
terpengaruh pada kesiapan dari pengelola obyek. Kesiapan tersebut dapat berupa
keterlibatan pengelola dalam kegiatan perencanaan ekowisata spiritual. Kesiapan
pengelola menghasilkan nilai yang cukup beragam.
58
Keterangan: 1: Sangat Tidak Siap, 2: Tidak Siap, 3: Agak Tidak Siap, 4: Biasa Saja, 5: Agak Siap,
6: Siap, 7: Sangat Siap
Gambar 45 Kesiapan Pengelola dalam Perencanaan Ekowisata Spiritual
Kesiapan pengelola dalam perencanaan ekowisata spiritual memiliki
penilaian yang beragam (Gambar 45). Penilaian terhadap menjaga kelestarian
obyek mendapatkan nilai tertinggi yaitu 6,6 yang berarti sangat siap. Pengelola
sangat siap untuk menjaga kelestarian obyek dengan mencegah terjadinya
pergeseran budaya.
Penilaian terendah terdapat pada aspek meningkatkan mutu SDM. Aspek ini
mendapatkan nilai 5,4 yang berarti agak siap. Penilaian tersebut diberikan karena
hampir seluruh obyek tidak memiliki pengelolaan yang baik. Ketersediaan
sumberdaya manusia juga minim karena hampir semua obyek spiritual hanya
dikelola oleh juru kunci.
59
1. Karakteristik Pengunjung
Karakteristik pengunjung terdiri dari jenis kelamin, usia, asal kedatangan,
status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan, agama, jumlah
kunjungan, lama kunjungan dan waktu kunjungan (Tabel 13). Keterkaitan
pengunjung dalam perencanaan ekowisata spiritual di kabupaten Pangandaran yaitu
pengunjung memiliki peran yang sangat penting. Peran tersebut berhubungan
dengan pembuatan program wisata.
Tabel 13 Karakteristik Responden Pengunjung
No. Karakteristik Jumlah Persentasi (%)
1. Jenis Kelamin Laki Laki 10 100
Perempuan - -
2. Usia <6 tahun - -
6-12 tahun - -
13-22 tahun - -
23-45 tahun 5 50
46-60 tahun 4 40
>60 tahun 1 10
3. Asal Kedatangan Pangandaran 6 60
Luar Pangandaran 4 40
4. Status Pernikahan Belum Menikah 4 40
Menikah 6 60
5. Penddikan Terakhir SD/MI - -
SMP/MTs 2 20
SMA/SMK 6 60
Diploma - -
Sarjana 2 20
6. Pekerjaan Juru Kunci - -
Petani 1 10
PNS 4 40
BUMN - -
Pegawai Swasta 2 20
Pedagang 3 30
7. Pendapatan Per Bulan <Rp500.000 - -
Rp500.000 - Rp1.000.000 1 10
Rp1.000.000 - Rp3.000.000 6 60
Rp3.000.000 - Rp5.000.000 3 30
>Rp5.000.000 - -
8. Agama Islam 10 100
Katolik - -
Protestan - -
Hindu - -
Budha - -
Konghucu - -
9. Jumlah Kunjungan 1 – 2 Kali - -
3 – 5 Kali 1 10
6 – 10 Kali 5 50
>10 Kali 4 40
10. Lama Kunjungan <1 Jam 2 20
1 – 3 Jam 8 80
5 Jam - -
>5 Jam - -
60
Motivasi
Interpersonal
40%
Motivasi
Fisik
60%
Motivasi Budaya
0%
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 47 Motivasi Fisik terhadap Perencanaan Ekowisata Spiritual
Penilaian motivasi fisik terhadap perencanaan ekowisata spiritual
mendapatkan nilai yang cukup beragam (Gambar 47). Penilaian tertinggi yang
didapatkan yaitu motivasi mendapatkan spirit baru. Nilai yang didapatkan sebesar
5,8 yang berarti setuju. Perencanaan yang dibuat dapat memberikan dampak yang
lebih beragam. Penilaian fisik terendah yaitu berpartisipasi dalam kegiatan spiritual
secara fisik. Nilai yang didapatkan sebesar 5 yang berarti agak setuju. Pengunjung
lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat spiritualitas seperti ziarah dan semedi.
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 48 Motivasi Budaya terhadap Perencanaan Ekowisata Spiritual
62
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 49 Motivasi Interpersonal terhadap Perencanaan Ekowisata Spiritual
Penilaian motivasi interpersonal terhadap perencanaan ekowisata spiritual
mendapatkan nilai yang cukup beragam (Gambar 49). Penilaian tertinggi yaitu
mendapatkan keberkahan dengan nilai 5,3 yang berarti agak setuju. Pengunjung
sebagian besar melakukan kegiatan spiritual untuk mendapatkan keberkahan dari
Tuhan. Penilaian terendah yaitu mendapatkan kesehatan dengan nilai 4,3 yang
berarti biasa saja. Motivasi dalam melakukan berziarah lebih kepada beribadah dan
tidak terlalu fokus pada kesehatan.
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 50 Motivasi Status dan Prestise terhadap Perencanaan
63
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 51 Persepsi Pengunjung terhadap Ekologi berdasarkan Obyek
Penilaian persepsi pengunjung terhadap ekologi berdasarkan obyek memiliki
nilai yang beragam (Gambar 51). Penilaian tertinggi yang didapatkan yaitu
kelestarian obyek spiritual. Persepsi ini mendapatkan nilai 5,8 yang berarti setuju.
Pengunjung akan kehilangan tempat yang biasa didatangi dan perlu dilestarikan
untuk dikenalkan ke orang lain yang belum mengetahui. Dengan adanya
perencanaan ekowisata spiritual diharapkan dapat menjadi media agar obyek wisata
spiritual lebih dikenal. Penilaian terendah terdapat pada persepsi obyek spiritual
tertara dengan baik. Persepsi ini mendapat nilai 5,3 yang berarti agak setuju.
Penilaian tersebut diberikan karena sebagian besar responden lebih setuju untuk
tidak merubah kondisi obyek yang berpengaruh pada kesakralan obyek spiritual.
64
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 52 Persepsi Ekologi Pengunjung berdasarkan Kawasan Sekitar Obyek
Persepsi pengunjung terhadap ekologi berdasarkan kawasan sekitar obyek
memiliki nilai yang cukup bervariasi (Gambar 52). Penilaian tertinggi ditunjukan
pada persepsi meningkatkan infrastruktur obyek dengan nilai 5,8 yang berarti
setuju. Infrastruktur menuju obyek spiritual sebagian besar memiliki jalur yang
kurang baik sehingga perlu ditingkatkan. Penilaian terendah terdapat pada persepsi
menetibkan lahan parkir liar dengan nilai 4,7. Penilaian tersebut diberikan karena
pengunjung sudah merasa aman dengan lahan parkir yang tersedia.
b. Ekonomi
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 53 Penilaian Persepsi Ekonomi Pengelola berdasarkan Pengembangan
Penilaian persepsi ekonomi berdasarkan pengembangan oleh responden
pengelola cukup beragam (Gambar 53). Pandangan pengunjung terhadap membuka
lapangan kerja mendapatkan nilai tertinggi yaitu 5,4 yang berarti agak setuju.
Perencanaan ekowisata spiritual akan membuka lapangan kerja baru. Penilaian
terendah terdapat pada persepsi menciptakan bisnis wisata dengan nilai 4,1 yang
berarti biasa saja. Penilaian tersebut diberikan karena kondisi obyek spiritual yang
belum memungkinkan untuk membangun bisnis wisata.
65
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 54 Persepsi Ekonomi Pengunjung berdasarkan Pemasukan Daerah
Persepsi ekonomi berdasarkan pemasukan daerah memiliki nilai yang cukup
beragam (Gambar 54). Pandangan pengunjung terhadap memberikan peluang usaha
transportasi mendapatkan nilai tertinggi yaitu 5,7 yang berarti setuju. Kabupaten
Pangandaran memiliki sedikit angkutan umum khususnya angkutan umum antar
desa. Penilaian terendah terdapat pada persepsi pendapatan dari tiket lahan parkir.
Persepsi ini mendapatkan nilai 5,1 yang berarti agak setuju. Penilaian tersebut
diberikan karena lahan parkir tidak dikenakan biaya karena dekat dengan obyek,
sehingga pendapatan dari parkir tidak terlalu besar.
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 55 Penilaian Ekonomi Pengunjung berdasarkan Industri Pariwisata
Penilaian persepsi ekonomi berdasarkan industri pariwisata cukup beragam
(Gambar 55). Penilaian tertinggi yaitu mendorong industri rumah tangga dengan
nilai 5,6 yang berarti setuju. Dengan adanya perencanaan ekowiata spiritual akan
memberikan peluang bagi industri rumah tangga untuk lebih banyak berproduksi.
Kegiatan ekowisata spiritual akan meningkatkan kunjungan wisatawan. Penilaian
terendah terdapat pada bahan pertimbangan industri pariwisata. Persepsi ini
mendapatkan nilai 4,2 yang berarti biasa saja. Penilaian tersebut diberikan karena
masih kurangnya industri pariwisata pada obyek-obyek spiritual.
66
c. Sosial Budaya
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 56 Penilaian Sosial Budaya Pengunjung berdasarkan Nilai Obyek
Penilaian pengunjung terhadap sosial budaya berdasarkan nilai obyek cukup
beragam (Gambar 56). Penilaian persepsi terhadap mendorong dan menghidupkan
kembali nilai budaya mendapatkan nilai tertinggi yaitu 5,9. Pengunjung tidak
merasakan budaya yang khas dari sebagian besar masyarakat. Penilaian terendah
terdapat pada persepsi meningkatkan dan memfasilitsi minat eksplorasi dengan
nilai 5 yang berarti agak setuju. Kurangnya faktor yang dapat meningkatkan minat
eksplorasi yaitu sumberdaya manusia khususnya pemandu wisata.
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 57 Penilaian Sosial Budaya Pengunjung berdasarkan Kepercayaan
67
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 58 Preferensi Pengunjung berdasarkan Motivasi Fisik
Penilaian preferensi pengunjung berdasarkan motivasi fisik mendapatkan
nilai yang beragam (Gambar 58). Penilaian tertinggi yaitu meyakini makna dan
fungi prosesi spiritual dalam kehidupan dengan nilai 5,8 yang berarti setuju.
Keyakinan dalam kehidupan mengingatkan diri bahwa hidup tidak hanya di dunia,
sehingga dalam menjalani kehidupan harus didasari oleh keyakinan. Penilaian
terendah terdapat pada masalah dalam kehidupan sehari-hari. Persepsi ini
mendapatkan nilai 5,2 yang berarti agak setuju. Penilaian tersebut diberikan karena
responden lebih memilih untuk beribadah ketika menghadapi masalah dan obyek
spiritual sering dijadikan untuk perantara.
68
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 59 Preferensi Pengunjung berdasarkan Motivasi Budaya
Penilaian preferensi pengunjung berdasarkan motivasi budaya mendapatkan
nilai yang beragam (Gambar 59). Penilaian tertinggi yaitu mengetahui kegiatan
yang memiliki nilai spiritual dengan nilai 6 yang berarti setuju. Pengunjung dapat
lebih banyak mengetahui kebudayaan disuatu daerah. Penilaian terendah terdapat
pada memahami nilai yang terkandung dalam setiap atribut. Persepsi ini
mendapatkan nilai 5,4 yang berarti agak setuju. Penilaian tersebut diberikan karena
responden tidak ingin terlalu detail dan cukup untuk mengetahui.
0 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Penilaian
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 60 Preferensi Pengunjung berdasarkan Motivasi Interpersonal
Penilaian preferensi pengunjung berdasarkan motivasi interpersonal
mendapatkan nilai yang beragam (Gambar 60). Penilaian tertinggi yaitu terhadap
ahli spiritual dengan nilai 5,8 yang berarti setuju. Pengunjung lebih mempercayai
informasi dari ahli spiritual. Penilaian terendah terdapat pada motivasi terhadap
antar pengunjung. Persepsi ini mendapatkan nilai 5,1 yang berarti agak setuju.
Penilaian tersebut diberikan karena untuk menghindari kesalahpahaman antar
pengunjung.
69
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja, 5: Agak
Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
Gambar 61 Preferensi Pengunjung berdasarkan Motivasi Status dan Prestise
Penilaian preferensi pengunjung berdasarkan motivasi status dan prestise
mendapatkan nilai yang beragam (Gambar 61). Penilaian preferensi tertinggi
dengan cara mengunjungi obyek spiritual. Preferensi ini mendapatkan nilai 5,8
yang berarti setuju. Pengunjung ingin mendapatkan informasi yang benar mengenai
obyek spiritual. Penilaian terendah terdapat pada berfoto dengan obyek sebagai
rekoleksi. Persepsi ini mendapatkan nilai 5,2 yang berarti agak setuju. Penilaian
tersebut diberikan karena berkunjung ke obyek spiritual merupakan kepuasan batin
dan untuk rekoleksi lebih memilih obyek di sekitar obyek spiritual.
1. Rancangan Aktivitas
Rancangan aktivitas dibuat berdasarkan potensi yang terdapat di Kabupaten
Pangandaran. Aktivitas yang dibuat berfokus pada obyek spiritual dan ditambahkan
dengan potensi lainnya. Potensi tambahan pada obyek spiritual akan membuat
program menjadi lebih menarik (Tabel 14).
Tabel 14 Aktivitas pada Obyek Spiritual
No. Aktivitas Lokasi
1. Berziarah Makam Gedeng Mataram, Makam Eyang Jaga Resmi, Makam
Dalem Dongkol, Makam Munggang Gandu, Makam Sembah
Agung
2. Pengenalan Sejarah Situs Mangunjaya, Goa Donan, Cikabuyutan, Makam Gedeng
Mataram, Makam Eyang Jaga Resmi, Makam Dalem Dongkol,
Makam Sembah Agung
3. Fotografi Goa Donan, Cikabuyutan, Cijumbleng
4. Tracking Cikabuyutan
Kegiatan ziarah dilakukan dengan mengunjungi beberapa obyek makam.
Kegiatan ziarah diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan
mengenai nilai kehidupan. Peziarah diharapkan dapat meneladani sifat dari leluhur
yang dimakamkan di obyek tersebut. Kegiatan berziarah dilakukan di beberapa
kecamatan yaitu Kecamatan Padaherang, Kecamatan Kalipucang, Kecamatan
Sidamulih dan Kecamatan Cijulang. Pemanduan dalam kegiatan berziarah
dilakukan oleh juru kunci. Peziarah akan dipandu dalam memahami nilai-nilai
spiritual, sejarah makam dan fungsi makam di masyarakat.
70
untuk bersemedi di dalam goa. Kegiatan semedi ini menjadi media renungan yang
menggambarkan kondisi gelap di dalam kubur. Peserta yang mengikuti kegiatan ini
diharapkan akan lebih menghargai setiap proses kehidupan.
Tabel 16 Itinerary Program Telusur Goa Donan
No. Kegiatan Durasi Tempat
1. Registrasi Pos Jaga
2. Persiapan, Pengarahan 20 Menit Mulut Goa
3. Penjelasan sejarah goa 10 Menit Pintu 1 mulut goa menuju Pintu 2 mulut goa
4. Ziarah 10 Menit Makam Adipati Raden Ronggo Segoro
5. Penelusuran goa 30 Menit Goa dalam
6. Semedi 5-10 Menit Dekat mulut goa
7. Breafing 10 Menit Mulut goa
2) Jelajah Cikabuyutan
Jelajah Cikabuyutan dilakukan untuk mengunjungi lokasi petilasan mulai dari
sumber air, goa hingga pantai. Peserta akan diajak untuk berkeliling dan melihat
obyek dengan pemandangan alam yang menghiasi di sepanjang perjalanan. Tujuan
dari kegiatan ini adalah mendapatkan gambaran perjuangan Embah Anggasinga
Wencana yang melakukan perjalanan jauh untuk melawan VOC, menyadarkan
pengunjung kepada keindahan alam yang diciptakan oleh tuhan dan membuat tubuh
lebih sehat karena banyak bergerak.
Tabel 17 Itinerary Program Jelajah Cikabuyutan
No. Kegiatan Durasi Tempat
1. Registrasi Rumah Juru Kunci
2. Persiapan, Pengarahan 10 Menit Rumah Juru Kunci
3. Penjelasan sejarah kawasan 10 Menit Sumber air
4. Penjelajahan menuju goa 15 Menit
5. Penjelasan goa 10 Menit Goa
6. Penjelajahan menuju pantai 15 Menit
7. Istirahat 30 Menit Pantai Karang Nini
8. Perjalanan kembali 10 Menit
8. Breafing 10 Menit Rumah Juru Kunci
dengan foto dan video mengenai obyek. Pada setiap obyek juga diberikan nama
obyek. Penutupan video terdiri dari ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam proses kegiatan pengambilan dokumentasi dan pembuatan media
promosi.
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi NJ. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Impilkasi. Jakarta: Prenada
Media.
Sharpley R. 2016. Tourism and Spirituality: An Evolving Relationship.
International Journal of Tourism and Spirituality I (1): 8-24.
Subawa NS dan Widhiasthini, N S. 2013. Wujud revitalisasi wisata spiritual sebagai
ekspansi kapitalisme pariwisata. Sosiohumaniora XV (1): 15-25.
Sukadijo RG. 2000. Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata sebagai
Systematic Linkage. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sumarsono. 2010. Sosiolingisik. Politik XXI (2): 187-192.
Sunaryo B. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.
Sutama IK. 2013. Pariwisata Spiritual di Bali dari Perspektif Stakeholder’s
Pariwisata. Perhotelan dan Pariwisata III (2): 1-14.
Suwardi. 2007. Dunia Hantu, Mistik, dan Wisata Spiritual di Pesisir Selatan.
Humaniora XII (1): 1-9.
Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Kanisius.
Umar H. 2003. Business an Introduction. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Utama IGBR. 2017. Pemasaran Wisata. Yogyakarta: Andi.
Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Widyosiswoyo S. 2006. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia.
79
LAMPIRAN
80
81
Sejarah
Filosofi
Pemanfaatan
Aturan
83
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI EKOWISATA
SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data berupa penilaian terhadap
sumberdaya ekowisata spiritual untuk penyusunan Tugas Akhir dengan judul
“Perencanaan Ekowisata Spiritual di Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat”.
Identitas Penyebar Kuesioner
Nama : Fahrul Mochamad Reyhandita Lokasi Penyebaran :...............
NIM : J3B917143 Tanggal Penyebaran :...............
A. Karakteristik Asesor
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai!
1. Nama :...............
2. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
3. Umur:
a. > 6 tahun d. 23 – 45 tahun
b. 6 – 12 tahun e. 46 – 60 tahun
c. 13 –22 tahun f. > 60 tahun
4. Status Pernikahan:
a. Belum Menikah b. Menikah
5. Pendidikan Terakhir:
a. SD d. Diploma (D1 / D2 / D3)
b. SMP e. Sarjana (S1 / S2 / S3)
c. SMA
6. Pekerjaan:
a. Juru Kunci d. Pegawai BUMN / BUMD
b. Petani e. Pegawai Swasta
c. PNS f. Lainnya...............
7. Pendapatan per Bulan:
a. < Rp500.000 d. Rp3.000.000 – Rp5.000.000
b. Rp500.000 – Rp1.000.000 e. > Rp5.000.000
c. Rp1.000.000 – Rp3.000.000
8. Agama:
a. Islam d. Hindu
b. Katolik e. Budha
c. Protestan f. Konghucu
84
Nilai
No. Aspek
1 2 3 4 5 6 7
4. Seasonalitas
a. Hal tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati
beberapa saat pada hari tertentu
b. Hal tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati
pada hari-hari tertentu dalam minggu tertentu
c. Dinamika perilaku hal tersebut hanya muncul
dan dapat dinikmati beberapa jam dalam
periode bulan tertentu
d. Hal tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati
pada bulan dalam tahun tertentu
e. Hal tersebut hanya dapat dinikmati dalam
waktu singkat pada kondisi tahun tertentu
f. Hal tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati
dalam waktu singkat pada periode maksimal 3
tahun sekali
g. Hal tersebut hanya dapat dinikmati oleh
kelompok atau kalangan tertentu
5. Sensitivitas
a. Hal tersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran
pengunjung pada jumlah tertentu
b. Kualitas hal tersebut tidak terpengaruh oleh
kehadiran pengunjung pada jarak tertentu
c. Kuantitas hal tersebut tidak terpengaruh oleh
kehadiran pengunjung pada jarak tertentu
d. Kehadiran pengunjung tidak mempengaruhi
terjadinya hal lain yang terjadi di sekitarnya
e. Kehadiran pengunjung tidak mempengaruhi
kualitas terjadinya hal lain yang terjadi di
sekitarnya
f. Kehadiran pengunjung tidak mempengaruhi
kuantitas terjadinya hal lain yang terjadi di
sekitarnya
g. Kehadiran pengunjung untuk menikmati secara
physical contact tidak mempengaruhi secara
permanen kualitas dan kuantitas terjadinya hal
tersebut dan hal lainnya yang terkait
h. Daya dukung fisik lokasi tidak terganggu oleh
penggunaan kegiatan pengunjung
i. Daya dukung ekologis lokasi tidak terganggu
oleh penggunaan kegiatan pengunjung
6. Aksesibilitas
a. Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
dalam waktu maksimal 2 jam dari ibukota
kabupaten
b. Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
dalam waktu maksimal 1 jam dari ibukota
kecamatan
c. Dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan
roda empat
86
Nilai
No. Aspek
1 2 3 4 5 6 7
d. Lokasi dapat dijangkau tanpa harus
melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki
melebihi 2 km
e. Kendaraan umum menuju lokasi beroperasi
setidaknya 16 jam dalam sehari
f. Dapat dijangkau dengan segala cuaca
g. Pada musim penghujan lokasi hanya dapat
dijangkau oleh kendaraan tertentu
7. Nilai Sosial
a. Hal tersebut diyakini dan dipercaya oleh
masyarakat setempat mempunyai sejarah yang
sangat kuat dengan cikal bakal dan
perkembangan berkehidupan komunitas
masyarakat tertebut
b. Hal tersebut masih digunakan sebagai salah
satu sumber elemen kehidupan sosial budaya
keseharian masyarakat setempat
c. Hal tersebut masih digunakan sebagai salah
satu sumber elemen budaya pada berbagai
upacara budaya dalam dinamika budaya
masyarakat setempat
d. Hal tersebut hanya digunakan sebagai salah
satu sumber elemen budaya pada upacara
budaya tertentu dalam dinamika sosial budaya
masyarakat setempat
e. Hal tersebut masih digunakan sebagai salah
satu sumber elemen ekonomi utama bagi
kehidupan sosial ekonomi keseharian
masyarakat setempat
f. Hal tersebut masih digunakan sebagai salah
satu sumber elemen ekonomi bagi kehidupan
sosial ekonomi keseharian masyarakat
setempat
g. Hal tersebut masih digunakan sebagai salah
satu identitas regional bagi masyarakat
setempat
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja,
5: Agak Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI EKOWISATA
SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data berupa karakteristik,
persepsi, dan kesiapan untuk penyusunan Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan
Ekowisata Spiritual di Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat”.
Identitas Penyebar Kuesioner
Nama : Fahrul Mochamad Reyhandita Nomor Responden :...............
NIM : J3B917143 Lokasi Penyebaran :...............
Tanggal Penyebaran :...............
A. Karakteristik Responden
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai!
1. Nama :...............
2. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
3. Umur:
a. > 6 tahun d. 23 – 45 tahun
b. 6 – 12 tahun e. 46 – 60 tahun
c. 13 –22 tahun f. > 60 tahun
4. Status Pernikahan:
a. Belum Menikah b. Menikah
5. Pendidikan Terakhir:
a. SD d. Diploma (D1 / D2 / D3)
b. SMP e. Sarjana (S1 / S2 / S3)
c. SMA
6. Pekerjaan:
a. Petani d. Pegawai Swasta
b. PNS e. Lainnya...............
c. Pegawai BUMN / BUMD
7. Pendapatan per Bulan:
a. < Rp500.000 d. Rp3.000.000 – Rp5.000.000
b. Rp500.000 – Rp1.000.000 e. > Rp5.000.000
c. Rp1.000.000 – Rp3.000.000
8. Agama:
a. Islam d. Hindu
b. Katolik e. Budha
c. Protestan f. Konghucu
88
B. Persepsi
Beri tanda centang (√) pada jawaban yang menurut Anda paling tepat pada
kolom yang telah disediakan!
1. Bagaimana persepsi Anda mengenai pengaruh perencanaan ekowisata
spiritual di Kabupaten Pangandaran terhadap ekologi?
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
Obyek
1. Perlindungan keaslian obyek spiritual
2. Perawatan obyek spiritual secara rutin
3. Pandangan positif terhadap obyek spiritual
4. Meminimalisir kerusakan obyek spiritual
5. Pengembangan edukasi terhadap spiritual
6. Kelestarian obyek spiritual
7. Obyek spiritual tertata dengan baik
Kawasan sekitar obyek
1. Meminimalisir kerusakan ekologi
2. Mengatur tata ruang kawasan
3. Menertibkan lahan parkir liar
4. Memaksimalkan potensi obyek kawasan
5. Meningkatkan kualitas kebersihan kawasan
6. Meningkatkan infrastruktur obyek spiritual
7. Meningkatkan daya dukung kawasan
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja,
5: Agak Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
2. Bagaimana persepsi Anda mengenai pengaruh perencanaan ekowisata
spiritual di Kabupaten Pangandaran terhadap ekonomi?
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
Pengembangan
1. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal
2. Meningkatkan penghasilan masyarakat
3. Mendorong pembangunan fasilitas pendukung
perekonomian
4. Mendorong pengembangan wilayah dan sektor
ekonomi baru
5. Menarik investor untuk melakukan kerjasama
6. Meningkatkan pendapatan daerah
7. Menciptakan bisnis wisata
Pemasukan daerah setempat
1. Pendapatan dari tiket masuk
2. Pendapatan dari tiket lahan parkir
3. Memberikan peluang usaha bagi usaha tempat
makan
4. Memberikan peluang usaha transportasi
5. Memberikan peluang usaha penginapan
6. Pendapatan souvenir
7. Pendapatan pemandu wisata
89
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
Industri pariwisata
1. Meningkatkan permintaan terhadap produk
lokal
2. Mempertahankan industri pariwisata
3. Sumber pajak daerah
4. Bahan pertimbangan bagi industri pariwisata
5. Menambah peningkatan bagi biro perjalanan
6. Mendorong industri rumah tangga untuk ikut
berperan
7. Omset penjualan meningkat
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja,
5: Agak Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
3. Bagaimana persepsi Anda mengenai pengaruh perencanaan ekowisata
spiritual di Kabupaten Pangandaran terhadap sosial budaya?
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
Nilai obyek
1. Kesadaran untuk mencintai obyek
2. Meningkatkan pengetahuan untuk melestarikan
budaya derah
3. Media interpretasi untuk menggugah rasa
kepuasan kunjungan
4. Meningkatkan dan memfasilitasi minat
eksplorasi
5. Mendorong dan menghidupkan kembali nilai
budaya masyarakat setempat
6. Meningkatkan pengetahuan terhadap makna
obyek
7. Memaksimalkan nilai obyek dalam kehidupan
keseharian masyarakat setempat
Keagamaan atau kepercayaan
1. Meningkatkan toleransi dan kerukunan umat
beragama
2. Menjaga nilai religius
3. Menumbuhkan rasa untuk berperilaku sesuai
kaidah agama
4. Menghilangkan pandangan negatif
5. Meningkatkan kebahagiaan karena rasa cinta
terhadap obyek
6. Menyelaraskan norma dan nilai religius
sehingga terjadi harmonisasi
7. Mempertahankan pemahaman nilai-nilai
kepercayaan terhadap obyek
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja,
5: Agak Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
90
C. Kesiapan
Beri tanda centang (√) pada jawaban yang menurut Anda paling tepat pada
kolom yang telah disediakan!
Bagaimana kesiapan Anda terhadap perencanaan ekowisata spiritual di
Kabupaten Pangandaran?
Kesiapan
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
1. Mendukung adanya perencanaan ekowisata
spiritual
2. Memberikan pelayanan mengenai kegiatan
wisata
3. Mengembangkan informasi wisata
4. Mempromosikan obyek wisata
5. Mengembangkan potensi obyek
6. Melakukan koordinasi dengan para pihak
7. Menjamin kesejahteraan masyarakat lokal
8. Melakukan evaluasi dengan pihak terkait
9. Menyediakan jaminan kesehatan bagi
wisatawan
10. Menjaga kelestarian obyek
11. Menyediakan fasilitas umum yang memadai
12. Menigkatkan mutu SDM
13. Menyediakan media interpretasi wisata
14. Menyediakan akses yang memadai
15. Mencegah terjadinya pergeseran budaya
Keterangan: 1: Sangat Tidak Siap, 2: Tidak Siap, 3: Agak Tidak Siap, 4: Biasa Saja, 5:
Agak Siap, 6: Siap, 7: Sangat Siap
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI EKOWISATA
SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data berupa karakteristik,
persepsi, dan kesiapan untuk penyusunan Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan
Ekowisata Spiritual di Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat”.
Identitas Penyebar Kuesioner
Nama : Fahrul Mochamad Reyhandita Nomor Responden :...............
NIM : J3B917143 Lokasi Penyebaran :...............
Tanggal Penyebaran :...............
A. Karakteristik Responden
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai!
1. Nama :...............
2. Jenis Kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan
3. Umur:
a. > 6 tahun d. 23 – 45 tahun
b. 6 – 12 tahun e. 46 – 60 tahun
c. 13 –22 tahun f. > 60 tahun
4. Status Pernikahan: a.Belum Menikah b. Menikah
5. Pendidikan Terakhir:
a. SD d. Diploma (D1 / D2 / D3)
b. SMP e. Sarjana (S1 / S2 / S3)
c. SMA
6. Pekerjaan:
a. Juru Kunci d. Pegawai BUMN / BUMD
b. Petani e. Pegawai Swasta
c. PNS f. Lainnya...............
7. Pendapatan per Bulan:
a. < Rp500.000 d. Rp3.000.000 – Rp5.000.000
b. Rp500.000 – Rp1.000.000 e. > Rp5.000.000
c. Rp1.000.000 – Rp3.000.000
8. Lama Mengelola
a. 1-3 Tahun b. 3-5 Tahun c. 6-10 Tahun d. >10 Tahun
9. Agama:
a. Islam d. Hindu
b. Katolik e. Budha
c. Protestan f. Konghucu
92
B. Persepsi
Beri tanda centang (√) pada jawaban yang menurut Anda paling tepat pada
kolom yang telah disediakan!
1. Bagaimana persepsi Anda mengenai pengaruh perencanaan ekowisata
spiritual di Kabupaten Pangandaran terhadap ekologi?
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
Obyek
1. Perlindungan keaslian obyek spiritual
2. Perawatan obyek spiritual secara rutin
3. Pandangan positif terhadap obyek spiritual
4. Meminimalisir kerusakan obyek spiritual
5. Pengembangan edukasi terhadap spiritual
6. Kelestarian obyek spiritual
7. Obyek spiritual tertata dengan baik
Kawasan sekitar obyek
1. Meminimalisir kerusakan ekologi
2. Mengatur tata ruang kawasan
3. Menertibkan lahan parkir liar
4. Memaksimalkan potensi obyek kawasan
5. Meningkatkan kualitas kebersihan kawasan
6. Meningkatkan infrastruktur obyek spiritual
7. Meningkatkan daya dukung kawasan
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja,
5: Agak Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
2. Bagaimana persepsi Anda mengenai pengaruh perencanaan ekowisata
spiritual di Kabupaten Pangandaran terhadap ekonomi?
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
Pengembangan
1. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal
2. Meningkatkan penghasilan masyarakat
3. Mendorong pembangunan fasilitas pendukung
perekonomian
4. Mendorong pengembangan wilayah dan sektor
ekonomi baru
5. Menarik investor untuk melakukan kerjasama
6. Meningkatkan pendapatan daerah
7. Menciptakan bisnis wisata
Pemasukan daerah setempat
1. Pendapatan dari tiket masuk
2. Pendapatan dari tiket lahan parkir
3. Memberikan peluang usaha bagi usaha tempat
makan
4. Memberikan peluang usaha transportasi
5. Memberikan peluang usaha penginapan
6. Pendapatan souvenir
7. Pendapatan pemandu wisata
93
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
Industri pariwisata
1. Meningkatkan permintaan terhadap produk
lokal
2. Mempertahankan industri pariwisata
3. Sumber pajak daerah
4. Bahan pertimbangan bagi industri pariwisata
5. Menambah peningkatan bagi biro perjalanan
6. Mendorong industri rumah tangga untuk ikut
berperan
7. Omset penjualan meningkat
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja,
5: Agak Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
3. Bagaimana persepsi Anda mengenai pengaruh perencanaan ekowisata
spiritual di Kabupaten Pangandaran terhadap sosial budaya?
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
Nilai obyek
1. Kesadaran untuk mencintai obyek
2. Meningkatkan pengetahuan untuk melestarikan
budaya derah
3. Media interpretasi untuk menggugah rasa
kepuasan kunjungan
4. Meningkatkan dan memfasilitasi minat
eksplorasi
5. Mendorong dan menghidupkan kembali nilai
budaya masyarakat setempat
6. Meningkatkan pengetahuan terhadap makna
obyek
7. Memaksimalkan nilai obyek dalam kehidupan
keseharian masyarakat setempat
Keagamaan atau kepercayaan
1. Meningkatkan toleransi dan kerukunan umat
beragama
2. Menjaga nilai religius
3. Menumbuhkan rasa untuk berperilaku sesuai
kaidah agama
4. Menghilangkan pandangan negatif
5. Meningkatkan kebahagiaan karena rasa cinta
terhadap obyek
6. Menyelaraskan norma dan nilai religius
sehingga terjadi harmonisasi
7. Mempertahankan pemahaman nilai-nilai
kepercayaan terhadap obyek
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja,
5: Agak Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
94
C. Kesiapan
Beri tanda centang (√) pada jawaban yang menurut Anda paling tepat pada
kolom yang telah disediakan!
Bagaimana kesiapan Anda terhadap perencanaan ekowisata spiritual di
Kabupaten Pangandaran?
Kesiapan
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
1. Mendukung adanya perencanaan ekowisata
spiritual
2. Memberikan pelayanan mengenai kegiatan
wisata
3. Mengembangkan informasi wisata
4. Mempromosikan obyek wisata
5. Mengembangkan potensi obyek
6. Melakukan koordinasi dengan para pihak
7. Menjamin kesejahteraan masyarakat lokal
8. Melakukan evaluasi dengan pihak terkait
9. Menyediakan jaminan kesehatan bagi
wisatawan
10. Menjaga kelestarian obyek
11. Menyediakan fasilitas umum yang memadai
12. Menigkatkan mutu SDM
13. Menyediakan media interpretasi wisata
14. Menyediakan akses yang memadai
15. Mencegah terjadinya pergeseran budaya
Keterangan: 1: Sangat Tidak Siap, 2: Tidak Siap, 3: Agak Tidak Siap, 4: Biasa Saja, 5:
Agak Siap, 6: Siap, 7: Sangat Siap
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI EKOWISATA
SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data berupa karakteristik,
motivasi, preferensi, dan persepsi untuk penyusunan Tugas Akhir dengan judul
“Perencanaan Ekowisata Spiritual di Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat”.
Identitas Penyebar Kuesioner
Nama : Fahrul Mochamad Reyhandita Nomor Responden :...............
NIM : J3B917143 Lokasi Penyebaran :...............
Tanggal Penyebaran :...............
A. Karakteristik Responden
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai!
1. Nama :...............
2. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
3. Umur:
a. > 6 tahun d. 23 – 45 tahun
b. 6 – 12 tahun e. 46 – 60 tahun
c. 13 –22 tahun f. > 60 tahun
4. Asal kedatangan:
a. Pangandaran b. Luar Pangandaran
5. Status Pernikahan:
a. Belum Menikah b. Menikah
6. Pendidikan Terakhir:
a. SD d. Diploma (D1 / D2 / D3)
b. SMP e. Sarjana (S1 / S2 / S3)
c. SMA
7. Pekerjaan:
a. Juru Kunci d. Pegawai BUMN / BUMD
b. Petani e. Pegawai Swasta
c. PNS f. Lainnya...............
8. Pendapatan per Bulan:
a. < Rp500.000 d. Rp3.000.000 – Rp5.000.000
b. Rp500.000 – Rp1.000.000 e. > Rp5.000.000
c. Rp1.000.000 – Rp3.000.000
96
9. Agama:
a. Islam d. Hindu
b. Katolik e. Budha
c. Protestan f. Konghucu
10. Jumlah kunjungan:
a. 1 – 2 kali c. 6 – 10 kali
b. 3 – 5 kali d. > 10 kali
11. Lama kunjungan:
a. <1 jam d. > 5 jam
b. 1 – 3 jam e. lainnya...............
c. 5 jam
12. Waktu kunjungan:
a. Rutin setiap bulan e. Libur nasional
b. Rutin setiap tahun f. Waktu khusus terkait obyek
c. Hari besar keagamaan spiritual
d. Peristiwa khusus bersifat
pribadi ..
B. Motivasi ..
1. Apa motivasi Anda melakukan kegiatan wisata? *Coret yang tidak perlu
a. Motivasi Fisik (Rekreasi / Liburan / Kesehatan)*
b. Motivasi Budaya (Melihat pertunjukan budaya)
c. Motivasi Interpersonal (Mengunjungi Saudara / Kerabat / Teman)*
d. Motivasi Status dan Prestise (Bisnis / Dinas / Pendidikan / Profesi / Hobi)*
..
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
a. Mendapatkan pencerahan
b. Mendapatkan kesehatan
c. Mendapatkan keberkahan
d. Mendapatkan ilmu spiritual
e. Mendapatkan ketenangan
f. Mendapatkan semangat baru
g. Mendapatkan edukasi
4. Motivasi Status dan Prestise
a. Meningkatkan wawasan atau pengetahuan
spiritual
b. Menigkatkan interaksi sosial
c. Menigkatkan status dan prestise
d. Menambah referensi obyek spiritual
e. Menambah kepuasan rohani
f. Meningkatkan idealisme
g. Menigkatkan nilai-nilai material
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja,
5: Agak Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
C. Preferensi
..
Beri tanda centang (√) pada jawaban yang menurut Anda paling tepat pada
kolom yang telah disediakan!
1. Apa preferensi Anda dalam melakukan kegiatan wisata berdasarkan motivasi
Fisik?
Kepuasan
No. Preferensi
1 2 3 4 5 6 7
1. Masalah dalam kehidupan sehari-hari
2. Ziarah atau Berdoa
3. Mengikuti prosesi spiritual
4. Mencari pemahaman spiritual
5. Menyelaraskan alam pikir dan alam rasa
6. Mengunjungi obyek yang memiliki nilai
religi
7. Meyakini makna dan fungsi prosesi spiritual
dalam kehidupan
Keterangan: 1: Sangat Tidak Puas, 2: Tidak Puas, 3: Agak Tidak Puas, 4: Biasa Saja, 5:
Agak Puas, 6: Puas, 7: Sangat Puas
98
D. Persepsi
Beri tanda centang (√) pada jawaban yang menurut Anda paling tepat pada
kolom yang telah disediakan!
1. Bagaimana persepsi Anda mengenai pengaruh perencanaan ekowisata
spiritual di Kabupaten Pangandaran terhadap ekologi?
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
Obyek
1. Perlindungan keaslian obyek spiritual
2. Perawatan obyek spiritual secara rutin
3. Pandangan positif terhadap obyek spiritual
4. Meminimalisir kerusakan obyek spiritual
5. Pengembangan edukasi terhadap spiritual
6. Kelestarian obyek spiritual
7. Obyek spiritual tertata dengan baik
Kawasan sekitar obyek
1. Meminimalisir kerusakan ekologi
2. Mengatur tata ruang kawasan
3. Menertibkan lahan parkir liar
4. Memaksimalkan potensi obyek kawasan
5. Meningkatkan kualitas kebersihan kawasan
6. Meningkatkan infrastruktur obyek spiritual
7. Meningkatkan daya dukung kawasan
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja,
5: Agak Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
2. Bagaimana persepsi Anda mengenai pengaruh perencanaan ekowisata
spiritual di Kabupaten Pangandaran terhadap ekonomi?
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
Pengembangan
1. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal
2. Meningkatkan penghasilan masyarakat
3. Mendorong pembangunan fasilitas pendukung
perekonomian
4. Mendorong pengembangan wilayah dan sektor
ekonomi baru
5. Menarik investor untuk melakukan kerjasama
6. Meningkatkan pendapatan daerah
7. Menciptakan bisnis wisata
Pemasukan daerah setempat
1. Pendapatan dari tiket masuk
2. Pendapatan dari tiket lahan parkir
3. Memberikan peluang usaha bagi usaha tempat
makan
4. Memberikan peluang usaha transportasi
5. Memberikan peluang usaha penginapan
6. Pendapatan souvenir
7. Pendapatan pemandu wisata
100
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
Industri pariwisata
1. Meningkatkan permintaan terhadap produk
lokal
2. Mempertahankan industri pariwisata
3. Sumber pajak daerah
4. Bahan pertimbangan bagi industri pariwisata
5. Menambah peningkatan bagi biro perjalanan
6. Mendorong industri rumah tangga untuk ikut
berperan
7. Omset penjualan meningkat
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja,
5: Agak Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
3. Bagaimana persepsi Anda mengenai pengaruh perencanaan ekowisata
spiritual di Kabupaten Pangandaran terhadap sosial budaya?
Penilaian
No. Persepsi
1 2 3 4 5 6 7
Nilai obyek
1. Kesadaran untuk mencintai obyek
2. Meningkatkan pengetahuan untuk melestarikan
budaya derah
3. Media interpretasi untuk menggugah rasa
kepuasan kunjungan
4. Meningkatkan dan memfasilitasi minat
eksplorasi
5. Mendorong dan menghidupkan kembali nilai
budaya masyarakat setempat
6. Meningkatkan pengetahuan terhadap makna
obyek
7. Memaksimalkan nilai obyek dalam kehidupan
keseharian masyarakat setempat
Keagamaan atau kepercayaan
1. Meningkatkan toleransi dan kerukunan umat
beragama
2. Menjaga nilai religius
3. Menumbuhkan rasa untuk berperilaku sesuai
kaidah agama
4. Menghilangkan pandangan negatif
5. Meningkatkan kebahagiaan karena rasa cinta
terhadap obyek
6. Menyelaraskan norma dan nilai religius
sehingga terjadi harmonisasi
7. Mempertahankan pemahaman nilai-nilai
kepercayaan terhadap obyek
Keterangan: 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Agak Tidak Setuju, 4: Biasa Saja,
5: Agak Setuju, 6: Setuju, 7: Sangat Setuju
RIWAYAT HIDUP