Anda di halaman 1dari 9

Cendekia Medika : Jurnal STIKES Al-Ma’arif Baturaja Vol.7 No.

2, September 2022
P-ISSN: 2503-1392
E-ISSN: 2620-5424

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP PENINGKATAN


KONSUMSI SAYURAN PADA ANAK PRA SEKOLAH
(3-6 TAHUN)

EFFECT OF STORYTELLING METHODS ON INCREASED VEGETABLE


CONSUMPTION IN PRESCHOOLERS
(3-6 YEAR)

Apriyanti Aini 1 , Sagita Darma Sari2 , Nersi Juliyani 3


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdurahman Palembang1,2,3
E-mail : 1apriyantiaini6@gmail.com, 2sagitadarmasari98@gmail.com
3nersijuliyani07@gmail.com

ABSTRAK

Sayur merupakan salah satu kelompok makanan yang sangat baik untuk kesehatan anak usia pra sekolah
dan sebagai sumber zat gizi bagi kesehatan manusia, kurangnya konsumsi sayur pada anak dapat
berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak. Karena anak bisa memiliki peluang besar untuk menderita
gizi buruk. Pada dasarnya ada cara untuk meningkatkan konsumsi sayur pada anak yaitu mendongeng.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh metode mendongeng terhadap peningkatan konsumsi
sayur pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di TK Arimbi Palembang 2022. Desain penelitian ini adalah
desain Eksperimen. Sampel penelitian ini adalah anak PAUD usia 3-6 tahun yang diperoleh dengan teknik
purposive sampling dengan populasi 30 anak PAUD dan sampel 15 anak. Kegiatan mendongeng diberikan 3
kali dalam 1 minggu kepada sample. Data dianalisis dengan menggunakan uji-t. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebelum metode mendongeng digunakan, terdapat 8 anak (53,3%) dalam kategori
cukup, dan 7 anak (46,7%) dalam kategori kurang. Sedangkan setelah dilakukan metode mendongeng,
terdapat 9 anak (60%) dalam kategori baik, dan 6 anak (40%) dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil
analisis bivariat dengan uji-t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan p-value < 0,05 yang
menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara pengaruh metode mendongeng terhadap
peningkatan konsumsi sayur.

Kata Kunci : Konsumi Sayur, Metode Bercerita

ABSTRACT

Vegetable is one of the food groups that are very good for the health of pre-school age children and as a
source of nutrients for human health, lack of vegetable consumption in children can be bad for children's
growth and development. Because children can have a great opportunity to suffer from malnutrition.
Basically, there is a method to increase the vegetables consumption for children namely storytelling. This
study was conducted to determine the effect of storytelling method on the increase of vegetable consumption
for preschoolers (3-6 years old) in arimbi kindergarten palembang 2022. The design of this research was an
Experiment design. The samples of this research were pre-school children aged 3-6 years obtained by
purposive sampling technique with a population of 30 pre-school children and a sample of 15 children. The
storytelling activities were given 3 times in 1 week to the sample. The data was analyzed by using t-test. The
results showed that before the storytelling method was used, there were 8 children (53.3%) in the sufficient
category, and 7 children (46.7%) in the less category. Meanwhile, after the storytelling method was carried
out, there were 9 children (60%) in the good category, and 6 children (40%) in the sufficient category. Based
on the results of bivariate analysis using the t-test, a significance value of 0.000 was obtained with a p-value
<0.05, indicating a very significant relationship between the effect of the storytelling method on increasing
vegetable consumption.

Keywords: Vegetable Consumtion, Storytelling Method

124
Cendekia Medika : Jurnal STIKES Al-Ma’arif Baturaja Vol.7 No. 2, September 2022
P-ISSN: 2503-1392
E-ISSN: 2620-5424

PENDAHULUAN dibandingkan dengan remaja dengan tingkat


ekonomi keluarga yang tinggi 3.
Bercerita atau mendongeng adalah cerita
khayal yang dianggap tidak benar-benar Kekurangan konsumsi sayur pada anak dapat
terjadi, baik oleh penuturnya maupun oleh berakibat buruk bagi tumbuh kembang anak.
pendengarnya. Dongeng tidak terikat oleh Anak dapat mempunyai peluang besar untuk
ketentuan normatif dan faktual tentang menderita kurang gizi karena makanan dapat
pelaku, waktu dan tempat. Pelakunya adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan nutrisi anak
makhluk-makhluk khayal yang memiliki 4
.
kebijaksanaan atau kekurangan untuk
mengantur masalah manusia dengan segala Diperkirakan sebanyak 80% anak-anak di
macam cara. Dongeng diceritakan terutama dunia ini yang tidak menyukai sayur-mayur
untuk hiburan, walaupun banyak juga yang padahal sayur-mayur merupakan
melukiskan kebenaran atau bahkan moral 9. penyumbang utama untuk nutrisi dan diet
seimbang pada anak-anak dan orang dewasa
8
Sayur merupakan kelompok bahan makanan .
dari bahan nabati (tumbuh-tumbuhan). Sayur
Salah satu penyebab rendahnya konsumsi
adalah bahan makanan yang berasal dari
sayur pada anak karena kurangnya
tumbuhan. Bagian tumbuhan yang dapat
pengetahuan dan sikap mengabaikan
dibuat antara lain dari daun (sebagaian besar
pentingnya makan sayur. Tidak efektifnya
sayur adalah daun), batang (wortel dalah
pendidikan gizi pada anak sejak dini
umbi batang), bunga (jantung pisang), buah
berdampak pada pengetahuan yang kurang
muda(Labu), sehingga dapat dikatakan
tentang pola konsumsi makanan yang sehat
bahwa semua bagian tumbuhdapat dijadikan
dan seimbang saat dewasa, sehingga
bahan makanan sayur. Sebagai Negara tropis,
menyebabkan perilaku yang salah Oleh
Indonesia sangat kaya akan sayur. Oleh karna
karena itu, diperlukan suatu metode edukasi
itu, patut disayangkan jika konsumsi sayur
gizi untuk meningkatkan pengetahuan anak
masyarakat masih relatif rendah
mengenai pentingnya makan sayur dan buah
dibandingkan Negara lain yang bukan
setiap hari. Sehingga, perlu dilakukan
penghasilan sayur 2.
intervensi sejak dini supaya anak-anak
mendapat kesehatan yang optimal 6.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi
buah dan sayur diantaranya pengetahuan dan Masa anak-anak merupakan masa dimana
tingkat ekonomi keluarga. Pengetahuan seluruh potensi anak tumbuh dan
berpengaruh secara signifikan terhadap berkembang secara pesat. Setiap anak
perilaku konsumsi buah dan sayur, dimana memiliki perkembangan yang berbeda satu
pengetahuan gizi dapat meningkatkan 22% sama lain tergantung pada pola asuh dan
konsumsi buah dan sayur 11. Pada remaja pemenuhan nutrisi anak dalam mendukung
Indonesia menunjukkan bahwa terdapat tumbuh kembang anak secara optimal.
hubungan yang signifikan antara tingkat Terdapat proporsi yang cukup besar pada
ekonomi keluarga dengan perilaku konsumsi anak di dunia yang tidak memenuhi
buah dan sayur dengan persentase kurang rekomendasi WHO dalam konsumsi sayur
konsumsi buah dan sayur yaitu sebanyak dan buah, yakni setidaknya 400 gram/hari
95,0% pada remaja dengan tingkat ekonomi Hal ini disebabkan karena anak sudah dapat
rendah dan sebanyak 91,9% pada remaja memilih-milih makanan yang disukainya,
dengan tingkat ekonomi tinggi. Remaja yang hanya mau makan makanan tertentu saja dan
tingkat ekonomi keluarganya rendah cenderung menghindari makan sayur 7.
berpeluang 1,675 kali untuk berperilaku
kurang konsumsi buah dan sayur Anak usia sekolah disebut juga
perkembangan masa pertengahan dan akhir
125
Cendekia Medika : Jurnal STIKES Al-Ma’arif Baturaja Vol.7 No. 2, September 2022
P-ISSN: 2503-1392
E-ISSN: 2620-5424

anak yang merupakan kelanjutan dari masa Berdasarkan data hasil observasi di TK
awal anak. Permulaan masa pertengahan dan Arimbi Palembang menunjukan bahwa ada
akhir ini ditandai dengan terjadinya 30 populasi anak di TK Arimbi Palembang
perkembangan fisik, motorik, kognitif, kemudian didapatkan sampel 15 anak. Dari
meningkatkan daya pikir anak dan 15 anak ada anak yang suka dengan sayur
psikososial anak. Para pendidik melabelkan dan ada anak yang tidak suka dengan sayur,
akhir masa kanak-kanak dengan usia sekolah jika gangguan makan tersebut terjadi dalam
dasar. Pada usia tersebut anak diharapkan jangka waktu yang lama, maka akan
memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang menyebabkan gangguan pada pertumbuhan
dianggap penting untuk keberhasilan dan perkembangan anak.
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa.
Namun bagi banyak orang tua masa kanak- Dari anak yang suka dengan sayur yaitu
kanak akhir merupakan usia yang dengan cara berbagai macam bentuk sayur,
menyulitkan dimana anak tidak lagi mau seperti wortel yang dibentuk seperti beruang,
menuruti perintah dan dimana ia lebih brokoli, kentang yang dibentuk bola-bola,
banyak dipengeruhi oleh teman-teman bayam, kangkung, dan juga ibu yang
sebaya daripada oleh orang tua maupun memaksa anak untuk mau makan sayur
anggota keluarga lain. sehingga membuat suasana makan tidak
nyaman dan anak menjadi rewel.
Secara umum menganjurkan konsumsi
sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat Dari anak yang tidak suka dengan sayur yaitu
sejumlah 400 gram perorang perhari, yang disebabkan oleh sayur nya yang pahit, tidak
terdiri dari 250 gram sayur (setara dengan 2 enak, orang tua nya yang tidak
1/2 porsi atau 2 1/2 gelas sayur setelah memperkenalkan sayur sejak dini, dan ketika
dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram buah. makan nasi hanya ada lauk pauk tanpa sayur
(setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran dan juga anak banyak mengonsumsi makan
sedang atau 1 1/2 potong pepaya ukuran yang ringan seperti bakso, cilor, mie, dan
sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang). makanan ringan. Oleh sebab itu anak tidak
Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi suka dengan sayur dan tidak mau
sayuran dan buah-buahan 300-400 gram mengonsumsi sayur.
perorang perhari bagi anak balita dan anak
usia sekolah, dan 400-600 gram perorang
perhari bagi remaja dan orang dewasa. METODE
Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran
konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut Desain penelitian ini menggunakan desain
adalah porsi sayur 6. observasi dengan pendekatan pretest-posttest
desaign. Sampel penelitian ini adalah anak-
Anak usia pra sekolah (usia 4-6 tahun) anak di TK Arimbi Palembang. Pengambilan
mempunyai karakteristik, antara lain sampel yang akan digunakan dalam
meningkatnya autonomi (kemampuan penelitian ini adalah dengan menggunakan
mandiri dalam perilaku makan), mempunyai non probility sampling dengan tehnik
pengalaman sosial yang lebih luas, purposive sampling sebanyak 15 anak.
meningkatnya kemampuan bahasa dan Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah
meningkatnya kemampuan kontrol tingkah anak usia 3-6 tahun di TK Arimbi
laku. Pada saat ini, anak belajar tentang Palembang, orangtua mengizinkan anak
makanan baru dan menerimanya, untuk menjadi responden, hadir saat
meningkatkan kemampuan makan dan pemberian metode bercerita dan orangtua
menentukan pilihan makanan sehat dan pola yang menyediakan sayur dirumah. Variabel
makan yang berguna untuk tahap baik pada independen yaitu metode bercerita dan
saat usia anak 3-6 tahun. variabel dependen yaitu konsumsi sayur.
126
Cendekia Medika : Jurnal STIKES Al-Ma’arif Baturaja Vol.7 No. 2, September 2022
P-ISSN: 2503-1392
E-ISSN: 2620-5424

Teknik pengumpulan data yang digunakan mempelajari atau mengetahui antara variabel
dalam penelitian ini adalah lembar observasi. penelitian dengan cara mengamati dan
Untuk mengetahui jumlah konsumsi sayur mengindentifikasi variabel independen dan
perhari, sedangkan metode bercerita dependen dikumpulkan dalam satu waktu
menggunakan wayang kartun. Analisa data yang bersamaan. Adapun tehnik
yang digunakan yaitu uji Wilcoxon dengan pengumpulan data yang dilakukan dalam
menggunakan program SPSS. penelitian ini adalah dengan cara melakukan
observasi (pengamatan langsung).
Hasil dari penelitian mengenai Pengaruh
HASIL Metode bercerita terhadap peningkatan
konsumsi sayuran pada anak pra sekolah (3-6
Penelitian ini menggunakan metode
tahun) akan dijelaskan dalam bentuk tabel
experiment dengan menggunakan study
distribusi frekuensi.
longitudinal yang bertujuan untuk
Analisis Univariat distribusi frekuensi dan presentase dari tiap
Analisis Univariat yaitu menganalisis variabel independen (Metode Bercerita) dan
terhadap tiap variabel dari hasil tiap variabel dependen (Peningkatan Konsumsi
penelitian untuk menghasilkan distribusi Sayuran pada anak pra sekolah 3-6 tahun) 10.
frekuensi dan presentase dari tiap variabel Hasil analisis data disesuaikan dalam bentuk
analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau tabel dan diuraikan secara narasi sebagai
mendeskripsikan karateristik setiap variabel berikut:
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui

Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua

Pendidikan Orangtua Frekuensi (%)

SD 2 13,3%
SMP 3 20%

SMA 10 66,7%

Total 15 100%

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan berpendidikan SMP, dan 10 orangtua


bahwa terdapat 2 (13,3%) yang (66,7%) yang berpendidikan SMA.
berpendidikan SD, 3 orangtua (20%) yang

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Konsumsi Sayur Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Metode Bercerita
Sebelum Sesudah
Konsumsi Sayur
Frekuensi % Frekuensi %
Baik 0 0% 9 60%

Cukup 8 53,3% 6 40%

Kurang 7 46,7% 0 0%

127
Cendekia Medika : Jurnal STIKES Al-Ma’arif Baturaja Vol.7 No. 2, September 2022
P-ISSN: 2503-1392
E-ISSN: 2620-5424

Berdasarkan tabel 2 terlihat tidak ada kategori kurang. Setelah dilakukan metode
responden yang mendapatkan kategori baik bercerita, terlihat peningkatan yang cukup
dalam mengkonsumi sayur-mayur. Terdapat signifikan pada tabel diatas. Terdapat 9 orang
8 orang (53,3%) responden yang (60%) responden yang termasuk dalam
mendapatkan kategori cukup dan terdapat 7 kategori baik dan 6 orang (40%) responden
orang (46,7%) responden yang mendapatkan yang termasuk kategori cukup.

Tabel 3
Pengaruh Konsumsi Sayur Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Metode Bercerita
Konsumsi Sayur Sampel Rata-Rata

Sebelum 15 4,87%
Sesudah 15 8,00%

Berdasarkan Tabel 3 menunjukan rata-rata pengaruh metode bercerita terhadap


konsumsi sayur responden sebelum peningkatan konsumsi sayuran pada anak pra
dilakukan metode bercerita adalah 4,87% dan sekolah (3-6 tahun). Untuk mengetahui
sesudah dilakukan metode bercerita rata-rata hubungan antar variabel maka digunakan uji
konsumsi sayur responden 8,00%. Sehingga t-test yang sebelumnya terlebih dahulu
dapat disimpulkan bahwa sesudah dilakukan Dilakukan uji normalitas dengan statistics
metode bercerita mengalami peningkatan one sample dengan apabila hasil 𝜌
daripada sebelum dilakukan metode value(>0,05) artinya data berdistribusi dan
bercerita. selanjutnya dilakukan uji statistic. Uji
statistic yang digunakan adalah t-test yang
Analisis Bivariat artinya bila 𝜌 value< 0,05 yang artinya ada
Analisis bivariat yaitu untuk melihat hubungan (signifikan) dan bila 𝜌 value> 0,05
hubungan antara dua variabel. Dalam hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna.
variabel yang akan di analisis adalah variabel

a. Uji Nomalitas

Konsumsi Sayur P value N Hasil


Sebelum 0,499 15 Normal
Sesudah 0,347 15 Normal

Berdasarkan hasil uji statistic one sample 0,05 sehingga dinyatakan semua data
kolmograv sminorv test menunjukan bahwa berdistribusi normal.
semua data memiliki nilai 𝜌 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 >

b. Uji Paired t-test

Konsumsi Sayur Mean Standar Deviasi 𝝆 𝒗𝒂𝒍𝒖𝒆 N


(SD)

Sebelum 4,87 1.302 0.000 15


Sesudah 8,00 1.000 0.000 15

128
Cendekia Medika : Jurnal STIKES Al-Ma’arif Baturaja Vol.7 No. 2, September 2022
P-ISSN: 2503-1392
E-ISSN: 2620-5424

Berdasarkan uji-t berpasangan seperti yang Menurut asumsi peneliti kurangnya anak
ditunjukan pada tabel 4.5 diperoleh 𝜌 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 dalam mengkonsumsi sayuran yaitu bisa dari
pada kelompok perlakuan yaitu 0,000 orangtua nya juga karena jika pendidikan
(<0,05) dan ada kelompok kontrol 0,000 orangtua rendah maka tingkat konsumsi
(<0,005) Yang berarti menunjukan terjadi sayuran nya juga rendah, pada dasarnya
pengaruh sebelum dan sesudah dilakuka orangtua juga harus memberi motivasi pada
nmetode bercerita. Pengaruh metode anak nya agar mau mengkonsumsi sayuran
bercerita sebelum 4,87 dan pada sesudah dan harus bisa memberikan anak nya makan
8,00. sayur jadi orangtua nya juga harus mengajari
makan sayur dimulai sejak dini. Sebaliknya
Hal tersebut menunjukan bahwa kelompok untuk orangtua yang berpendidikan tinggi,
tersebut meningkat. Sehingga dari hasil uji jika orangtua mempunyai pendidikan tinggi
statistik paired t-test dapat disimpulkan maka mudah bagi orangtua untuk
bahwa ada pengaruh sesudah dilakukan menjelaskan keuntungan dari konsumsi sayur
metode bercerita. dan kekurangan jika tidak mengkonsumsi
sayur. Orangtua juga bisa mempelajari anak
Penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon nya agar mau konsumsi sayur dan
untuk menentukan perbedaan konsumsi sayur memberikan pengaruh untuk anak nya.
sebelum dan sesudah dilakukan metode
bercerita, hasil analisis uji Wilxocon dengan Berdasarkan tabel 2 dari 15 responden
program SPSS didapat 0,000 dengan nilai p- sebelum dilakukan metode bercerita Peneliti
value <0,05 artinya ada perbedaan konsumsi ini terdiri dari 15 responden kemudian
sayur sebelum dan sesudah dilakukan metode sebelum metode bercerita didapatkan8
bercerita di TK Arimbi palembang Tahun responden (53,3 %) kategori cukup, 7
2022. responden (46,7 %) dengan kategori kurang.
Setelah itu dilakukan metode bercerita
PEMBAHASAN didapatkan 9 responden (60 %) dengan
kategori baik, 6 responden (40 %) dengan
Berdasarkan hasil penelitian dapat kategori cukup..
disimpulkan mayoritas pendidikan yaitu 10
orangtua (66,7%) yang berpendidkan SMA. Penelitian ini dilakukan oleh Hanna Harnida
Hal ini sesuai dengan teori Ari Suryandi (2018) yang berjudul “ Pengaruh Metode
(2018). Pendidikan orangtua dapat Storytelling Terhadap Perilaku Konsumsi
mempengaruhi konsumsi sayur, karena jika Sayur Pada Anak Prasekolah (3-6 tahun).
pendidikan orangtua rendah maka tidak dapat Dari 35 responden sebelum dilakukan
mengetahui manfaat dan dampak dari tidak metode bercerita terdapat 5 responden
mengkonsumsi sayur dan juga tidak bisa (14,3%) dengan kategori baik, 20 responden
mencontohkan mengkonsumsi sayur dengan (57,1%) dengan kategori cukup, dan 10
baik dan benar, sebaliknya jika pendidikan responden (28,6%) dengan kategori kurang.
orangtua tinggi besar kemungkinan orangtua Kemudian setelah dilakukan metode
bisa mengetahui manfaat dan dampak dari bercerita terdapat perubahan yang signifikan
konsumis sayur, dan juga bisa memberikan yaitu dari 8 responden (22,9%) dengan
contoh untuk anak-anak nya dalam kategori baik, 20 responden (57,2%) dengan
mengkonsumsi sayuran serta memberikan kategori cukup, dan 7 responden (20%)
kreatifas pada saat anak tidak mau konsumsi dengan kategori kurang.
sayur. Orangtua bisa memberi kreatifitas,
misalnya bisa membuat sayuran dengan Menurur Hanna Harnida (2018) pengaruh
berbagai bentuk dan juga memberikan storytelling terhadap perilaku konsumsi sayur
motivasi pada anak nya agar mau pada anak prasekolah sblum dilakukan anak
mengkonsumsi sayuran. prasekolah di panti asuhan sumber kasiih
129
Cendekia Medika : Jurnal STIKES Al-Ma’arif Baturaja Vol.7 No. 2, September 2022
P-ISSN: 2503-1392
E-ISSN: 2620-5424

sangat kurang dan banyak juga anak yang signifikan karena adanya pengaruh
prasekolah masih tidak suka untuk memakan sebelum dan sesudah dikakukan nya metode
sayur karna rasa sayur kurang enak, pait, bercerita.
tidak ada rasa dan sangat bosan dengan sayur
karna bentuknya begitu oleh itu storytelling Penelitian di pengaruhi oleh penelitian yang
(mendongeng) yang menceritakan tentang berjudul “ Pengaruh Metode Storytelling
toko-toko yang dapat mempengaruhi perilaku Terhadap Perilaku Konsumsi Sayur Pada
konsumsi sayur pada anak prasekolah. Anak Prasekolah (3-6 tahun)”. Pengaruh
metode storytelling terhadap perilaku
Storytelling terdiri dari story berarti cerita konsumsi sayur pada anak prasekolah
dan telling berarti pencerita. Penggambungan sesudah diberikan storytelling sanagt baik
dua kata storytelling disebut juga bercerita karena anak-anak sudah mulai menyukai
atau juga menceritakan cerita. Selain itu sayur untuk dikonsumsi setiap hari agar
storytelling disebut juga bercerita atau memperkuat tubuh sehat dan sangat baik
mendongeng seperti yang dikemukakan oleh untuk kesehatan, storytelling (mendongeng)
Malan, mendongeng adalah bercerita yang menceritakan tentang toko-toko yang
berdasarkan tradisi lisan. Storytelling membahas sang legenda yang suka makan
merupakan usaha yang dilakukan oleh sayur seperti si kancil yang suka mencuri
pendongeng dalam menyampaikan isi ketimun dan masih banyak cerita-cerita yang
perasaan, buah pikiran atau sebuah serita menarik anak-anak untuk mengkonsumsi
kepada anak serta lisan 1. sayur. Sayur sangat bagus untuk tubuh kita
dan sistem ketebalan tubuh karena sayur
Disamping itu, storytelling sangat bermanfaat sangat penting bagi kesehatan buat anak
sekali bagi guru seperti halnya dikemukakan prasekolah karna anak-anak mudah terserang
oleh Loban, menyatakan bahwa storytelling berbagai penyakit dan sistem imun anak
dapat menjadi motivasi untuk lebih muda di serang dari pada sistem imun
mengembangkan daya kesadaran, orang dewasa5.
memperluas imajinasi anak, orangtua atau
meningkatkan kegiatan storytelling pada Perilaku konsumsi sayur sesudah diberikan
berbagai kesempatan seperti ketika anak- Storytelling dari 35 responden didapatkan 7
anak sedang bermain, anak menjelang tidur responden diddapatkan kurang mengetahui
atau guru sedang membahas tema digunakan tentang konsumsi sayur, 20 responden
metode storytelling. didapatkan cukup pengetahuan tentang
konsumsi sayur sedangkan 8 responden yang
Menurut asumsi peneliti terjadinya sudah paham dan memahami berbagai
peningkatan sesudah dilakukan metode macam-macam jenis sayuran karna sayur
bercerita yaitu karena guru dan orangtua sangat penting oleh tubuh kita dan kesehatan
melakukan metode bercerita dan bisa kita, apabila tubuh kita kekurangan sayur
membuat anak menarik untuk mendengarkan dapat menginfeksi berbagai penyakit dan
nya. Metode bercerita juga sering dilakukan daya tahan tubuh jika tidak mau
agar anak tidak mudah bosan dalam belajar, mengkonsumsi sayur.
para guru juga banyak memberikan motivasi
pada saat dilakukan metode bercerita, dan Menurut asumsi peneliti konsumsi sayur
juga bisa memperluas imajinsi anak. sebelum dan sesudah dilakukan metode
bercerita mempunyai pengaruh yang
Penelitian ini yang terdiri dari 15 responden signifikan karena ada nya perubahan pada
pada konsumsi sayur sebelum dilakukannya saat sudah dilakukan metode bercerita
metode bercerita terdapat rata-rata 4,87% dimana memiliki pengaruh yang baik
kemudian setelah dilakukan metode bercerita terhadap peningkatan konsumsi sayuran pada
menjadi 8,00% hal ini merupakan pengaruh anak pra sekolah (3-6 tahun) dimana dengan
130
Cendekia Medika : Jurnal STIKES Al-Ma’arif Baturaja Vol.7 No. 2, September 2022
P-ISSN: 2503-1392
E-ISSN: 2620-5424

bercerita, kita secara tidak langsung 1. Distribusi hasil dari konsumsi sayur
memberikan masukan kepada anak tentang sebelum dilakukan metode bercerita
pentingnya makan sayur bagi kesehatan dan diTK Arimbi Palembang Tahun 2022 ada
sistem imun tubuh. Karena pada dasarnya 15 responden kemudian setelah dilakukan
anak usia pra sekolah mudah terserang observasi terdapat 8 responden (53,3%)
berbagai penyakit dan bakteri yang siap menunjukan kategori cukup dan 7
menyerang tubuh anak-anak. Oleh karena itu responden (46,7%) menunjukan kategori
mengkonsumsi sayur sangat berperang kurang.
penting bagi tubuh kita. 2. Distribusi hasil konsumsi sayur sesudah
dilakukan metode bercerita di TK Arimbi
Dari data dapat dilihat dari analisa data Palembang Tahun 2022 ada 15 responden
dengan menggunakan uji t-test ditemukan setelah dilakukan observasi lagi terdapat
hasil p value 0,000. Dimana p < 0,05 jadi HO 9 responden (60%) menunjukan kategori
ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat baik dan 6 responden (40%) menunjukan
disimpulkan bahwa adanya hubungan yang kategori cukup.
signifikan antara pengaruh metode bercerita 3. Pengaruh Metode Bercerita Terhadap
dan peningkatan konsumsi sayuran pada anak Peningkatan Konsumsi Sayuran pada
pra sekolah (3-6 tahun) di TK Arimbi anak pra sekolah (3-6 tahun) di TK
Palembang. Arimbi Palembang Tahun 2022 dengan
uji T ditemukan hasil p yaitu 0,000.
Sayur merupakan kelompok bahan makanan Dimana p <0,05 jadi HO ditolak dan H1
dari bahan nabati (tumbuh-tumbuhan). diterima. Sehingga dapat disimpulkan
Bagian tumbuhan yang dapat dibuat antara adanya hubungan signifikasi yang sangat
lain dari daun, batang (wortel dalah, umbi signifikan antara metode bercerita
batang), bunga (jantung pisang), buah muda denganpeningkatan konsumsi sayur pada
(labu), sehingga dapat dikatakan bahwa anak pra sekolah (3-6 tahun) di TK
semua bagian tumbuhan dapat dijadikan Arimbi Palembang Tahun 2022.
bahan makanan sayur 2.
SARAN
Menurut asumsi peneliti bahwa konsumsi
sayur khususnya anak yang tidak suka 1. Bagi subjek penelitian
dengan sayur harus bisa membuat anak Dapat menambah wawasan terkait
menyukai dan mau konsumsi sayur yaitu konsumsi sayur pada anak sekolah serta
dengan membuat sayur itu lebih menarik sebagai media pengembangan
untuk dilihat dan menjelaskan melewati kompetensi diri sesuai dengan keilmuwan
bercerita tadi serta memberikan kata-kata yang diperoleh selama perkuliahan.
motivasi agar anak tergerak untuk 2. Bagi TK Arimbi Palembang
mengkonsumsi sayur. Dan juga jangan Memberikan informasi guna menambah
membuat si anak memakan makanan ringan pengetahuan mengenai pengetahuan
yang sering, karena hal tersebut membuat dasar, manfaat dan akibat kurang
anak lebih menyukai makanan ringan dari konsumsi sayur pada anak-anak di TK
pada makan sayur. Orangtua responden juga Arimbi Palembang.
harus menjelaskan bahwa makanan ringan itu 3. Bagi peneliti lain
tidak baik untuk tubuh kita dan juga untuk Peneliti lain diharapkan dapat menjadi
dia. data dasar bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian dalam konteks
KESIMPULAN ruang lingkup yang sama, sehingga
sumber dari sebuah kutipan yang terdapat
Beberapa kesimpulan yang ditarik dari hasil dalam penelitian ini dapat dijadikan
penelitian ini:
131
Cendekia Medika : Jurnal STIKES Al-Ma’arif Baturaja Vol.7 No. 2, September 2022
P-ISSN: 2503-1392
E-ISSN: 2620-5424

referensi dan pembanding dalam


membandingkan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aliyah. 2017. Metode Bercerita.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2. Astawa. 2018. Pengertian Sayur. Jakarta:
Badai Pustaka
3. Farida. 2007. Tingkat Konsumsi Sayur.
Yogyakarrta: Pustaka Pelajar
4. Fitriani. 2018. Gizi. Jakarta: Pustaka
Pelajar
5. Harnida, Hanna. 2018. Pengaruh Metode
Storytelling Terhadap Perilaku Konsumsi
Sayur Pada Anak Pra Sekkolah.
Jogyakarta: Cemerlang Publishing
6. Kemenkes, RI. 2017. Kecukupan
Mengonsumsi Sayuran. Jakarta: Badai
Pustaka
7. Kro;ner. 2011. Tumbuh Kembang.
Jakarta: Pustaka Pelajar
8. Maryam. 2012. Gizi dan buah. Jakarta:
Pustaka Pelajar
9. Musfiroh. 2018. Bercerita. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
10. Notoadmodjo. 2015. Pemilihan Metode
Bercerita. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
11. Van. 2001. Buah dan Sayur. Jakarta:
Pustaka Pelajar
12. World health organization (WHO). 2018.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
konsumsi sayur. Jakarta: Rhineka Cipta
13. Anita. 2016. Pengertian Anak Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

132

Anda mungkin juga menyukai