Chairil Anwar
Chairil Anwar
Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan puisinya
yang berjudul Nisan pada tahun 1942, saat itu ia baru berusia 20 tahun.
[6] Hampir semua puisi yang ia tulis merujuk pada kematian.[6] Namun saat
pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk
dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak
sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.
Ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta, Chairil jatuh cinta pada Sri
Ayati, tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk
mengungkapkannya.