Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : GIOVANNO HOTLAN DAMANIK
KELAS : XI-ATPH
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
GURU MATA PELAJARAN : IBU ESTER SINAGA

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya
Proposal budidaya tanaman bawang merah. Berkat limpahan rahmat dan karunia-NYA, maka
penyusunan proposal ini dapat berjalan dengan lancar tanpa ada kendala yang berarti.
Penyusunan proposal ini bertujuan sebagai tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia, di
samping itu proposal ini juga bertujuan sebagai bahan referensi yang dapat di gunakan dalam
menambah wawasan mengenai Budidaya Tanaman Bawang Merah.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proposal ini.
Penyusunan proposal ini semoga dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca agar lebih memahami
penyusunan proposal dan Budidaya Tanaman Bawang Merah.
Penulis menyadari bahwa baik isi maupun penyajian proposal ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai
penyempurnaan proposal ini, sehingga dikemudian hari proposal ini dapat lebih bermanfaat bagi
pembaca.

Silau Marihat, 21 Januari 2023

Giovanno Hotlan Damanik


BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Bawang adalah komoditas bumbu yang paling banyak digunakan di Indonesia. Masyarakat
Indonesia tidak pernah lepas dari yang namanya bawang, khususnya bawang merah. Bawang
merah sering dijadikan berbagai olahan yang banyak digemari masyarakat luas. Seperti bawang
goreng, kerupuk bawang, sambal bawang dan masih banyak lagi. Bawang merupakan tanaman
yang menghasilkan buah melalui umbi. Layaknya singkong, bawang tumbuh didalam tanah
dengan menghasilkan banyak siung dalam satu bongkahan bawang. Bawang sendiri mempunyai
aroma yang khas. Namun apabila dikonsumsi terlalu banyak bawang dapat menyebabkan aroma
yang tidak sedap.

1. 2 Rumusan Masalah

Bagaimana ciri fisik bawang merah?

Bagaimana habitat bawang merah?

Bagaimana teknik pembudidayaan bawang merah?

1. 3 Tujuan

Mengetahui cirri fisik dari bawang merah.

Mengetahui habitat asli bawang merah.

Mengetahui teknik pembudidayaan bawang merah.


BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Ciri Fisik Bawang Merah

Sama halnya seperti tumbuhan lain, bawang merah mempunyai ciri fisik yang membedakannya
dengan tumbuhan lain. Tanaman bawang merah terdiri dari akar, batang, umbi, daun, bunga,
buah dan biji. Tanaman ini termasuk tanaman semusim, berumbi lapis, berakar serabut, dan
berdaun silindris seperti pipa serta memiliki batang sejati yang bentuknya seperti cakram tipis
dan pendek sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata tunas. Bawang merah
memperbanyak diri dengan umbi lapis (perkembang biakan secara vegetatif). Bawang merah
adalah tanaman semusim yang berbentuk rumput.

Ciri morfologi tanaman bawang merah yaitu batangnya sangat pendek dan hampir tidak
kelihatan. Akarnya merupakan akar serabut dan memiliki daun tunggal yang banyak. Daun
tersebut akan membengkak membentuk umbi lapis. Ada begitu banyak manfaat bawang merah
dalam kehidupan manusia, diantaranya adalah menurunkan kadar kolestrol jahat yang berada di
dalam tubuh, yakni dengan kandungan senyawa sulfide yang terdapat pada bawang. Kemudian
membantu melancarkan perearan darah, menambah nafsu makan, mencegah kanker dan
sebagainya. Disamping itu, bawang merah mengandung vitamin B dan vitamin C. Bawang
merah mudah ditanam dimana saja, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Suhu yang
paling baik dalam penanaman bawang adalah 30 derajat celcius.
2. 2 Habitat Bawang Merah

Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang beriklim kering dengan suhu yang
agak panas dan tempat terbuka dengan penyinaran sekitar 75%, dan hidup di dataran rendah
maupun dataran tinggi 0-900 diatas permukaan laut. Dan suhu berkisar antara 25-32 derajat
Celcius(Soedarsao,2012).
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis
tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-
70 %. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol,
dan alluvial, yaitu lempung berpasir atau lempung berdebu dengan PH tanah 5,5-6,5 dan drainase
serta aerasi tanah yang baik. Selain itu kondisi tanah pada penanaman bawang merah harus
subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik (Soedarsao,2012).

2. 3 Pembudidayaan Bawang Merah

Bawang merah atau Allium cepa merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai
masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit,
kekurangan unsur mikro, dan hal lain yang menyebabkan produksi menurun. Cara agar
mengatasi masalah-masalah tersebut adalah salah satunya dengan peningkatan produksi bawang
merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (K-3), sehingga petani dapat berkarya dan
berkompetisi di era perdagangan bebas. Cara pembudidayaan bawang merah dimulai dari
pengolahan tana sampai pasca panen.

2. 4 Pengolahan Tanah

Pembuatan bedengan pada lahan 120-180 cm. Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis
0,5-1 ton/ 1000 m2 dilukur kemudian digaru (biarkan + 1 minggu) diantara bedengan
pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm. Apabila pH
tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk
rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan
GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu
lalu taburkan merata di atas bedengan.
2. 5 Pemilihan Bibit

 Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.


 Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi
masih ada daunnya)
 Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit
umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)

2. 6 Jarak Tanam

Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok

Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron

2. 7 Cara Tanam

 Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air )
 Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA
 Simpan selama 2 hari sebelum tanam
 Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam
permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.
2. 8 Pengamatan Hama

Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal
dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-
benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya
diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau
VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua
dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.

Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai
kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga
kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan
PESTONA.

Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala
serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu
dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di
tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.

2. 9 Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang
gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat
penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang

Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran
bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan
kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes
disebut melem).
2. 10 Pemupukan pemeliharaan/susulan

Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan
Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang,
pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat
menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.

Pemupukan dilakukan 2 kali ( dosis per 1000 m2 ) :

2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl

4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl

Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan
tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan
terganggu pertumbuhannya. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20
kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.

2. 11 Pengairan

Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman
pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk
mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh
telah mencapai lebih 90 % Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah .
Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan
bedengan pertanaman.

2. 12 Panen dan Pasca Panen

Panen

> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55 70 hari, dataran tinggi
umur 70 - 90 hari.

> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek

> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat
menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)
Pasca Panen

Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari
dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua
selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi
dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang
terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.

Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan
baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.Bawang merah (Allium cepa)
merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses
budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan.
Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang
menyebabkan produksi menurun.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tahapan terpenting dalam pembudidayaan bawang merah adalah penyiapan bibit dengan varietas
yang unggul.

Komponen utama dalam media tanam adalah penyiapan lahan dengan penggemburan tanah yang
baik, penyebaran pupuk yang merata dan pencegahan gulma.

Pemeliharaan bawang merah harus dilakukan secara rutin untuk menghasilkan produksi yang
berkualitas.

Bawang merah siap dipanen ketika usia nya telah memasuki 74 hari atau 2,5 bulan

Bawang merah termasuk dalam jenis tumbuhan yang rentan terhadap penyakit tumbuhan. Baik
yang berasal dari gulma maupun mikroba-mikroba kecil yang tidak terlihat.

Saran

Sebelum ditanam, bibit bawang dikeringkan terlebih dahulu.

Pemberian pupuk dilakukan secara rutin agar bawang merah dapat tumbuh dengan subur dan
terhindar dari berbagai macam penyakit.

Pada saat pemanenan, sebaiknya bawang merah tidak ditempatkan ditempat yang bersuhu tinggi,
karena akan menyebabkan turunnya kualitas dari bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA

Sudarsao, 2012. Pembudidayaan Bawang Merah. Bandung : Sinar Biru

Thio,Adhi.2015.Morfologi BawangMerah.(online).Http://www.softilmu.com/2015/morfologi
bawang merah.(online). Diakses pada 30 September 2016

Anda mungkin juga menyukai