Kel 1o Manajemen Bencana 1
Kel 1o Manajemen Bencana 1
T.A 2023
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Hospital Disaster Plan”
Proses penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai rintangan selama
pengumpulan literatur dan penyusunannya. Namun dengan kesabaran dan ketekunan yang
dilandasi dengan rasa tanggung jawab selaku mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai
pihak, baik material maupun moril kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi maupun
susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para
pembaca.
ii
Daftar Isi
Hal
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................................6
A. Pengertian Bencana...............................................................................................................6
BAB III........................................................................................................................................14
BAB IV........................................................................................................................................27
PENUTUP...................................................................................................................................27
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bencana merupakan gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang
menyebabkan meluasnya kerugian jiwa, materi atau lingkungan. Bencana terjadi ketika
sumber daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai dalam mengatasi
ancaman (hazard). Bencana juga berarti proses dimana ada jarak antara kejadian alam
seperti tsunami, gempa bumi, badai dan sebagainya dengan kejadian bencana seperti
kehilangan, kematian dan sebagainya. Jarak antara kejadian alam dan kejadian bencana
sangat bergantung pada tingkat distribusi kerentanan yang terjadi (UU Penanganan
Bencana No. 24/2007).
Statistik bencana dunia tahun 1995 - 2006 menyebutkan bahwa trend bencana
terus menerus terjadi setiap tahun dengan jumlah korban dan kerugian ekonomis
semakin meningkat yang menunjukan bahwa bencana terjadi secara berkelanjutan.
Bencana alam yang terjadi di Indonesia antara lain Tsunami di Aceh pada tanggal 26
Desember 2004 yang menelan korban kurang lebih 170.000 orang meninggal, 500.000
orang kehilangan tempat tinggal dan belasan ribu anak jadi yatim piatu, bencana
meluapnya Lumpur Lapindo dan gempa bumi di Jogjakarta pada tahun 2007 yang
menyebabkan banyak korban menderita kerugian baik berupa kehilangan tempat
tinggal, kerugian ekonomi dan lain-lain.
Dampak bencana terhadap masyarakat antara lain kehilangan orang yang dicintai,
kehilangan rumah dan kepemilikan lain, kerusakan lingkungan, kerusakan struktur dan
fungsi sosial, trauma psikologis yang berkepanjangan/ respon pasca trauma akibat
keterpaparan terhadap korban cedera dan kematian, respon histeris saat bencana, tidak
adekuatnya koping strategis, kurangnya dukungan/support dan lain lain. Faktor yang
mempengaruhi respon individu terhadap bencana yang dialami adalah derajat atau
tingkat keterpaparan terhadap bencana, dan pandangan atau penerimaan individu
terhadap bencana yang dialami.
4
lain telah terbentuknya badan atau organisasi penanggulangan bencana antara lain
International Decade for Natural Disaster Reduction (IDNDR) tahun 1990-2000, World
Conference on Natural Disater Reduction di Yokohama tahun 1994, World
Conferencefor Disaster Reduction (WCDR) di Kobe tahun 2005. Organisasi tersebut
melakukan koordinasi dengan organisasi penanggulangan bencana lokal di daerah
bencana dan memberikan bantuan berupa materi, fasilitas dan personil dalam
penanggulangan bencana kepada negara negara di dunia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BENCANA
Bencana merupakan gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang
menyebabkan meluasnya kerugian jiwa, materi atau lingkungan. Bencana terjadi ketika
sumber daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai dalam mengatasi
ancaman (hazard). Beberapa tipe ancaman (hazards) yang menyebabkan bencana adalah
ancaman geofisik (Geo-hazard) seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus?
ancaman hidroklimatis (hydro-climatic hazard) seperti banjir, kebakaran hutan,
kekeringan? ancaman biologis (biological hazards) seperti penyebaran HIV, flu burung,
epidemik? ancaman tekhnologi (technological hazard) seperti kebakaran, polusi udara,
kecelakaan nuklir, industrial explosions, waste exposure, lumpur lapindo? dan ancaman
sosial (socialhazard) seperti kriminalitas/kekerasan, perang, konflik, kemiskinan absolut
dan terorisme.
Bencana juga berarti proses dimana ada jarak antara kejadian alam seperti sunami,
empa bumi, badai dan sebagainya dengan kejadian bencana seperti kehilangan,kematian
dan sebagainya. Jarak antara kejadian alam dan kejadian bencana sangat bergantung
pada tingkat distribusi kondisi kerentanan atau rawan bencana. Kondisi rawan bencana
atau kerentanan adalah kondisi atau karakteristik biologis, hidrologis,klimatologis,
geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan tekhnologi pada suatu wilayah untuk
jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.
6
No. 24 tahun 2007 :
c. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal tekhnologi, gagal
modernisasi, epidemi,dan wabah penyakit.
Dalam penanganan bencana perlu ada suatu organisasi atau sistem komando
kejadian bencana yang dibentuk oleh negara untuk menyusun panduan penanganan
bencana dan melakukan koordinasi terhadap personil, fasilitas, sistem komunikasi dan
transportasi dalam penanganan bencana. Organisasi ini sebelum menyusun Panduan
Penanganan Bencana (Emergency Operations Plan/EOP) terlebih dahulu melakukan
pengkajian terhadap lingkungan dan komunitas untuk mengetahui daerah yang beresiko
tinggi terkena bencana, tipe bencana yang mungkin terjadi baik bencana alam seperti
banjir, sunami, gunung meletus, maupun bencana akibat perbuatan manusia
misalnyakebakaran, kecelakaan dan lain lain. Pengkajian juga dilakukan terhadap
fasilitas penanganan bencana di tempat kejadian seperti tenaga/personil bantuan,
transportasi, farmakologi, alat dan bahan pertolongan kegawat daruratan (lokal facility),
organisasi penangan bencana lokal (Safety committee), kantor atau posko penanganan
7
bencana(Safety Officer or emergency department).
- Identifikasi sumber atau fasilitas penanganan bencana baik lokal, regional dan
negaraserta bagaimana menghubunginya.
8
- Pedoman penyelamatan diri bagi masyarakat dan melakukan latihan sebelum
bencana terjadi.
Pedoman Penanganan bencana juga termasuk struktur atau alur penanganan bencana
beserta tugas dan peran masing masing mulai dari penanganan di daerah bencana sampai
transportasi dan persiapan posko atau rumah sakit rujukan korban bencana. Petugas
penanganan bencana juga harus memiliki pengetahuan tentang bahasa, latar belakang budaya
dan aspek spiritual yang ada pada berbagai komunitas. Hal inidilatar bekangi oleh karena
kesulitan bahasa dapat meningkatkan ketakutan dan frustasipara korban, terdapat
kepercayaan dan praktek spiritual yang berbeda terhadap terapipengobatan, hygiene atau diet,
waktu dan tempat khusus untuk berdoa, ritual khususmenangani korban yang meninggal dan
lain lain.
9
(predisaster), penanganan saat bencana (during disaster) dan penangan setelah bencana (after
disaster) selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut :
Tindakan pencegahan dan mitigasi terdiri dari manajemen lingkungan, upaya fisik
dan teknis dalam mengatasi faktor resiko bencana, regulasi/legislasi/kebijakan
pembangunan yang mendukung pencegahan bencana, upaya penyadaran dan peningkatan
kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana, serta membangun kemitraan dan
jaringan (networking) dalam persiapan bencana. Selain melakukan tindakan pencegahan
dan mitigasi, perlu juga dipersiapkan alat peringatan dini dan kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Kegiatan peringatan dini dapat berupa
pemantauan yang terus menerus terhadap faktor resiko bencana disertai tanda alarm
peringatan akan terjadinya bencana.
Peringatan dini ini akan memberikan tanda kepada masyarakat agar siap siaga untuk
menyelamatkan diri dan keluarga, serta sebagai tanda kepada para petugas
penanggulangan bencana untuk mempersiapkan diri dalam membantu masyarakat dalam
menghadapi bencana.Pemantuan secara terus menerus terhadap faktor resiko bencana
adalah dengan menggunakan tekhnologi untuk mendeteksi dan memprediksi resiko
timbulnya danterjadinya bencana seperti tsunami dan gunung meletus. Informasi atau
peringatan tentang resiko terjadinya bencana berupa alarm bencana disebarkan kepada
masyarakatmelalui media televisi dan radio. Tekhnologi terbaru adalah dengan
10
memberikan informasi tentang resiko bencana atau alarm bahaya melalui handphone (HP)
sehingga individu yang tidak bisa atau tidak sempat menonton televisi tetap mendapatkan
informasi sehingga dapat mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terjadinya bencana.
Managemen penyelamatan korban bencana pada jumlah korban yang sangat banyak
maka perludilakukan tindakan triage.Triage adalah proses penentuan atau penyeleksian
pasien atau korban berdasarkanprioritas kebutuhan terhadap perawatan dan pengobatan.
Dalam penanganan bencanadengan korban yang banyak maka perlu dilakukan
penyeleksian pasien untuk menentukan korban yang perlu penanganan prioritas atau
segera dan korban yang bisa ditunda penanganannya.
Kategori tanda triage yang diberikan adalah berdasarkan derajat keparahan dari
cedera yang dialami oleh korban. Terdapat berbagai tanda triage yang dapat digunakan
di beberapa negara dan perawat bencana harus memahami sistem yang ada di
masyarakat atau negara tersebut. Salah satu contoh sistem triage oleh North Atlantic
Treaty Organization (NATO) adalah dengan menggunakan kode warna yang terdiri dari
11
warna merah, kuning, hijau dan hitam. Masing masing warna memiliki perbedaan
tingkatan prioritas yang secara jelas diuraikan sebagai berikut:
12
danketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupanbermasyarakat pada wilayah pasca bencana. Selain rehabilitasi dan
rekonstruksi fisik sarana dan prasarana serta lingkungan,juga perlu dilakukan rehabilitasi
terhadap mental dan psikologis korban bencana karenameskipun mengalami bencana
yang sama, beberapa individu dapat mengalami traumapsikologis yang berkepanjangan.
Beberapa respon yang biasanya terjadi adalah depresi,ansietas, gangguan psikosomatis
(fatigue, malaise, sakit kepala, gangguan salurangastrointestinal, kemerahan pada kulit),
posttraumatic disorder, keracunan zat, konflikinterpersonal, dan gangguan penampilan.
13
BAB III
Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk mengatur
proses pelayanan terhadap korban dan mengatur unsur penunjang yang mendukung proses
pelayanan sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Penanganan bencana di rumah
sakit pada sistem penanganan bencana adalah sebagai berikut:
A. PENANGANAN KORBAN
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk
mencegah resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi kejadian (triase satu),
area berkumpul (collecting area) untuk proses
evakuasi/transportasi ke IGD (triase dua) dan area teras IGD (triase tiga). Kegiatan definitif
dimulai sejak korban tiba di IGD.
Penanggung jawab : Ketua Tim Medical Suport
Tempat : lokasi kejadian/ area berkumpul/ teras IGD tempat perawatan
definitif
Prosedur :
Di lapangan: Tim Pra Hospital
1. Berangkat ke lokasi kejadan harus bersama dengan tim, minimal 2 (dua) orang.
2. Menilai situasi sekitar (Rapid Health Assassment) dan segera laporkan kembal kepada
RSJD dr. Amino Gondohutomo.
3. Berkoordinasi lapangan dengan petugas lain di lapangan pada awal kejadian (POLISI,
SAR, PLN atau Dinas lain yang lebih berkompeten).
4. Setelah lokasi dinyatakan aman oleh pihak yang lebih berkompeten, segera lakukan
triage lapangan (triase satu) sesuai dengan berat ringan nya kasus (Hijau, Kuning,
Merah)
5. Menentukan prioritas penanganan
6. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman
7. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami.
8. Lakukan triase evakuasi (triase dua) sesuai perkembangan kondisi korban selama di
tempat collecting area untuk menentukan prioritas transportasi korban ke IGD.
14
Di rumah sakit (IGD): Tim Intra Hospital
1. Lakukan triage Rumah Sakit (triase tiga) oleh tim medik.
2. Penempatan korban sesuai hasil triage.
3. Lakukan stabilisasi korban.
4. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada (Merah,
Kuning,Hijau atau hitam)
5. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (OK, ICU, atau ruang perawatan atau
kamar jenazah)
6. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun tempat
perawatan.
Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan, dokumen, dll ditempatkan
secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang maupun tertukar. Sedangkan barang
milik korban meninggal, setelah di dokumentasi oleh koordinator tim forensik, selanjutnya
diserahkan ke pihak kepolisian yang bertugas di forensik.
Tempat : Ruang Staf IGD
Penanggungjawab : KetuaTim logistik Prosedur :
1. Catat barang yang dilepaskan dari korban atau dibawa oleh korban
2. Bila ada keluarga maka barang tersebut diserahkan kepada keluarga korban dengan
menandatangani form catatan.
3. Tempatkan barang milik korban pada kantong plastik dan disimpan di lemari/ locker
terkunci.
4. Bila sudah 1 minggu barang milik korban belum diambil baik oleh pasien sendiri
maupun keluarganya, maka barang-barang tersebut diserahkan kepada Ka Sub Bag RT
Dan Umum dengan menandatangani dokumen serah terima, selanjutnya Ka Sub Bag
RT Dan Umum menghubungi pasien maupun keluarganya. Apabila dalam waktu 1
bulan barang belum diambil, maka barang tersebut diserahkan Ka. Sub Bag RT Dan
Umum ke Polsek Pedurungan.
Pada situasi bencana maka ruangan perawatan tertentu harus dikosongkan untuk
15
menampung sejumlah korban dan pasien-pasien diruangan tersebut harus dipindahkan ke
ruangan yang sudah ditentukan (lihat bahasan pengosongan ruangan)
Tempat : Ruang Dewaruci dan Ruang Ongkowijoyo
Penanggung jawab : Ka. Bidang Keperawatan
Prosedur :
1. Ka Bid Yan Keperawatan menginstruksikan ka ruangan yang dimaksud untuk
mengosongkan ruangan.
2. Ka Ruangan berkoordinasi ke kepala ruangan lain untuk memindahkan pasiennya
3. Ka Ruangan dan Wakil serta Perawat Primer menjelaskan pada pasien/ keluarganya
alasan pengosongan ruangan.
4. Ka Ruangan mencatat ruangan-ruangan tempat tujuan pasien pindah dan
menginstruksikan petugas billing untuk melakukan mutasi pada system billing.
5. Ka Ruangan melaporkan proses pengosongan ruangan kepada Ka. Bidang
Keperawatan.
6. Alternatif pertama untuk pengosongan ruangan di Ruang Yudistira akan tetapi jika
tidak mampu menampung jumlah korban, akan menggosongkan Ruang Dewaruci dan
Ruang Ongkowijoyo supaya dapat menampung lebih banyak korban
Makanan untuk pasien dan petugas, persiapan dan distribusinya dikoordinir oleh
Instalasi Gizi sesuai dengan permintaan tertulis yang disampaikan oleh kepala ruangan
maupun penanggungjawab pos. Makanan yang dipersiapkan dengan memperhitungkan
sejumlah makanan cadangan untuk antisipasi kedatangan korban baru maupun petugas baru/
relawan.
Tempat : Instalasi Gizi dan Posko Donasi (Makanan)
Penanggung Jawab : Ka Instalasi Gizi
Prosedur :
1. Instalasi Gizi mengkoordinasikan jumlah korban dan petugas yang ada ke ruangan/
posko sebelum mempersiapkan makanan pada setiap waktu makan.
2. Instalasi Gizi mengumpulkan semua permintaan makanan dari ruangan/ posko.
3. Instalasi mengkoordinir persiapan makanan dan berkolaborasi dengan posko donasi
makanan untuk mengetahui jumlah donasi makanan yang akan/ dapat didistribusikan.
16
E. PENGELOLAAN TENAGA RUMAH SAKIT
Pengaturan jumlah dan kualifikasi tenaga yang diperlukan saat penanganan bencana.
Tenaga yang dimaksud adalah SDM rumah sakit yang harus disiagakan serta
pengelolaannya saat situasi bencana
Tempat : Bagian Umum
Penanggung jawab : Ka Tim SDM
Prosedur :
1. Ka Bag Umum menginstruksikan Ka Bidang/ Bagian/ Ka Instalasi yang terkait untuk
kesiapan tenaga.
2. Koordinasi dengan pihak lain bila diperlukan tenaga tambahan/ volunteer dari luar
Rumah Sakit.
3. Dokumentasikan semua staf yang bertugas untuk setiap shift.
Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di RS ditertibkan
dan diarahkan pada tempat berkumpul yang ditentukan. Demikian pula korban diarahkan
untuk dikumpulkan pada ruangan/ area tempat berkumpul yang ditentukan.
Tempat/ area berkumpul : Lihat pembahasan ruangan dan area berkumpul terbuka
Penanggung jawab : Ka SATPAM
Prosedur :
1. Umumkan kejadian dan lokasi bencana melalui speaker dan informasikan agar korban
dipindahkan dan diarahkan ke area yang ditentukan.
2. Perintahkan Ka.ruangan terkait untuk memindahkan korban.
3. Koordinir proses pemindahan dan alur pengunjung ke area dimaksud.
Diperlukannya bantuan dari instansi lain untuk menanggulangi bencana maupun efek
dari bencana yang ada. Bantuan ini diperlukan sesuai dengan jenis bencana yang terjadi.
Instansi terkait yang dimaksud adalah BPBD (Badan Penenggulangan Bencana Daerah Jawa
Tengah), Dinas Kesehatan Propinsi, Kepolisian, Dinas Pemadam Kebakaran, SAR, PDAM,
PLN, TELKOM, PMI, dan RS MITRA, Intitusi Pendidikan Kesehatan, Perhotelan dan PHRI.
Tempat : Pos Komando
17
Penanggungjawab : Komandan RS Prosedur:
1. Koordinir persiapan rapat koordinasi dan komunikasikan kejadian yang sedang dialami
serta bantuan yang diperlukan
2. Hubungi instansi terkait untuk meminta bantuan sesuai kebutuhan
3. Bantuan instansi terkait dapat diminta kepada pemerintah Propinsi, Kabupaten/ Kota
dan Pusat, termasuk lembaga/ instansi/ militer/ polisi dan atau organisasi profesi.
Penyediaan obat dan bahan/ alat habis pakai dalam situasi bencana merupakan salah
satu unsur penunjang yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan, oleh karena itu
diperlukan adanya persediaan obat dan bahan/ alat habis pakai sebagai penunjang pelayanan
korban.
Tempat : Instalasi Farmasi
Penanggung Jawab : Kepala Instalasi Farmasi
Prosedur :
1. Menyiapkan persediaan obat & bahan/ alat habis pakai untuk keperluan penanganan
korban bencana.
2. Distribusikan jumlah dan jenis obat & bahan/ alat abis pakai sesuai dengan permintaan
unit pelayanan.
3. Membuat permintaan bantuan apabila perkiraan jumlah dan jenis obat & bahan/ alat
habis pakai tidak mencukupi kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan atau Kementrian
Kesehatan RI.
4. Bantuan obat & bahan/ alat habis pakai kepada LSM/ lembaga donor adalah pilihan
terakhir, namun apabila ada yang berminat tanpa ada permintaan, buatkan kriteria dan
persyaratannya
5. Siapkan tempat penyimpanan yang memadai dan memenuhi persyaratan penyimpanan
obat & bahan/ alat habis pakai
6. Buatkan pencatatan dan pelaporan harian
7. Lakukan pemusnahan/ koordinasikan ke pihak terkait apabila telah kadaluwarsa dan
atau tidak diperlukan sesuai dengan persyaratan
18
Individu/ kelompok organisasi yang berniat turut memberikan bantuan sebaiknya dicatat dan
diregistrasi secara baik oleh Bagian SDM, untuk selanjutnya diikutsertakan dalam membantu
proses pelayanan sesuai dengan jenis ketenagaan yang dibutuhkan.
Tempat : Pos Relawan
Penanggung Jawab : Ka.Tim SDM
Prosedur :
1. Lakukan rapid assessment untuk dapat mengetahui jenis dan jumlah tenaga yang
diperlukan
2. Umumkan kualifikasi dan jumlah tenaga yang diperlukan
3. Lakukan seleksi secara ketat terhadap identitas, keahlian dan keterampilan yang
dimiliki dan pastikan bahwa identitas tersebut benar (identitas organisasi profesi).
J. PENANGANAN KEAMANAN
19
K. PENGELOLAAN REKAM MEDIS
Semua korban bencana yang memerlukan perawatan dibuatkan rekam medis sesuai
dengan prosedur yang berlaku di Rumah Sakit. Pada rekam medis diberikan tanda khusus
untuk mengidentifikasi data korban dengan segera.
Tempat : Admission IGD
Penanggung jawab : Ka Instalasi Rekam Medik
Prosedur :
1. Siapkan sejumlah form rekam medis korban bencana untuk persiapan kedatangan korban
2. Kontrol dan pastikan semua korban sudah dibuatkan rekam medik
3. Registrasi semua korban pada system billing setelah dilakukan penanganan emergency.
L. IDENTIFIKASI KORBAN
Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label Identitas Bencana. Label
Identitas Bencana yang dipasangkan pada pasien berisi identitas dan hasil triage. Setelah
dilakukan tindakan life saving, label Identitas Bencana akan dilepas dan disimpan pada
rekam medik yang bersangkutan.
Tempat : Ruang Admission IGD, Kamar Jenazah
Penanggung jawab : Ka Instalasi Rekam Medik
Prosedur :
1. Pasangkan label IB pada semua lengan atas kanan korban hidup pada saat masuk
ruangan triage atau korban meninggal pada saat masuk kamar jenazah, serta dibuatkan
rekam mediknya.
2. Kontrol semua korban bencana dan pastikan sudah menggunakan label IB
20
Institusi, LSM, dll diterima dan didampingi oleh Direktur RS
Tempat : Ruangan Humas
Penanggung jawab : Ka.Instalasi Humas
Prosedur :
1. Semua rencana kunjungan tercatat pada Bagian Humas
2. Hubungi Direktur dan para Wakil Direktur, Dewan Pengawas, Pejabat Struktural
terkait untuk menerima kunjungan sesuai jenis kunjungan atau tamu yang akan hadir.
3. Siapkan ruangan rencana transit dan kebutuhan lainnya (makanan/ minuman) bila
dibutuhkan.
4. Siapkan informasi/ data korban dan perkembangannya, data kesiapan rumah sakit dan
proses pelayanannya.
5. Koordinasi ke Komandan regu satpam Rumah Sakit untuk persiapan pengamanannya
6. Koordinasikan Ka instalasi Sanitasi untuk kebersihan unit terkait
7. Siapkan dokumentasi team dokumentasi RS
N. PENGELOLAAN JENAZAH
21
O. EVAKUASI KORBAN KE LUAR RS
Atas indikasi medis, sosial, politik dan hukum, maupun permintaan negara yang
bersangkutan atau atas permintaan keluarga seringkali pasien/ korban pindah ataupun keluar
dari Rsjd dr. amino gondohutomo untuk dilakukan perawatan di rumah sakit tertentu di luar
RSJD dr. Amino Gondohutomo. Perpindahan/ evakuasi korban ini dilakukan atas persetujuan
tim medis dengan keluarga maupun negara yang bersangkutan bila korban adalah warga
negara asing. Kelengkapan dokumen medik serta persetujuan keluarga/ negara ybs diperlukan
untuk pelaksanaan proses evakuasi.
Tempat : IGD, Unit Perawatan
Penanggung jawab : Ketua medical support
Prosedur :
1. Pastikan adanya persetujuan medis, maupun persetujuan keluarga/ negara yang
bersangkutan sebelum proses evakuasi dilakukan
2. Koordinasikan rencana evakuasi korban kepada pihak/ Rumah Sakit penerima
3. Pastikan pasien dalam keadaan stabil dan siap untuk dievakuasi.
4. Siapkan ambulans sesuai standar untuk evakuasi pasien
5. Bila diperlukan hubungi pihak penerbangan untuk kesiapan transportasi pasien
6. Pastikan adanya tim medis yang mendampingi selama proses evakuasi
A. KEBAKARAN
Pada saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah : luka bakar,
trauma, sesak nafas, histeria (ggn.psikologis) dan korban meninggal.
Langkah -langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran :
1. Pindahkah korban ke tempat yang aman (lihat pembahasan area berkumpul)
22
• Ada kode merah (kebakaran)
• Lokasi kebakaran
2. Bila bangunan bertingkat, gunakan tangga darurat dan jangan gunakan lift.
4. Matikan alat-alat lain seperti : mesin anastesi, suction, alat-alat elektronik dll
Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik kita harus tahu:
1. Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
4. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana penanggulangan
bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
5. Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore atau malam
yang memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi bencana.
B. GEMPA BUMI
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah : trauma,
luka bakar, sesak nafas dan meninggal.
23
Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi
Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut petunjuk yang dapat dijadikan
pegangan:
• Di luar gedung : Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel
(titik kumpul). Rapatkan badan ke tanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban
dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.
• Di dalam lift
Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah
semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah.
Jika anda terjebak dalam lift, hubungi petugas dengan menggunakan interphone jika
tersedia.
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran.
24
C. KECELAKAAN OLEH KARENA ZAT-ZAT BERBAHAYA
Kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan atau
sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang mudah terbakar, zat- zat yang bersifat korosif,
beracun, zat-zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang terjadi adalah : keracunan, luka
bakar, trauma dan meninggal.
3. Apabila kecelakan yang berhubungan dengan gas beracun atau sejenisnya, Evakuasi
korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah angin di lokasi kejadian.
5. Tanggulangi tumpahan atau kebocoran, jika anda pernah mendapat pelatihan tentang hal
tersebut, tapi jangan mengambil resiko jika anda tidak pernah mendapatkan pelatihan
tentang cara menanggulangi tumpahan atau kebocaran zat-zat berbahaya.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan / kematian dan atau
meningkatnya suatu kejadian kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.” (Peraturan Menteri Kesehatan No.
949/Menkes/SK/VIII/2004).
2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan jumlah
kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya.
Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi KLB Keracunan Makanan massal :
1. Catat dan laporkan jumlah kejadian/keracunan yang terjadi di ruangan kepada Kepala
Bidang Keperawatan bila shift pagi atau pada hari kerja dan ke Perawat Supervisi bila
diluar jam kerja.
26
BAB IV
PENUTUP
Dalam penanganan bencana perlu ada suatu organisasi atau sistem komando
kejadian bencana yang dibentuk oleh negara untuk menyusun panduan penanganan bencana
dan melakukan koordinasi terhadap personil, fasilitas, sistem komunikasi dan transportasi
dalam penanganan bencana. Organisasi ini sebelum menyusun Panduan Penanganan Bencana
(Emergency Operations Plan/EOP) terlebih dahulu melakukan pengkajian terhadap
lingkungan dan komunitas untuk mengetahui daerah yang beresiko tinggi terkena bencana,
tipe bencana yang mungkin terjadi baik bencana alam seperti banjir, sunami, gunung meletus,
maupun bencana akibat perbuatan manusia misalnya kebakaran, kecelakaan dan lain lain.
Managemen penanggulangan bencana terdiri dari penanganan sebelum bencana
(predisaster), penanganan saat bencana (during disaster) dan penangan setelah bencana (after
disaster).
27
Daftar Pustaka
28