Anda di halaman 1dari 145

i

ANALISIS PROKSIMAT MAGGOT BLACK SOLDIER FLY


(HERMETIA ILLUCENS) DENGAN MEDIA TUMBUH YANG
BERBEDA

OLEH:

A. AINUN JARIAH
05.03.18.1550

TUGAS AKHIR

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar


Sarjana Terapan pada Program Diploma IV

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN) GOWA
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2022
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :Analisis Proksimat Maggot Black Soldier Fly


(Hermetia illucens L.) dengan Media Tumbuh Yang
Berbeda
Nama : A. Ainun Jariah
NIRM : 05.03.18.1550
Jurusan : Peternakan
Prodi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Syamsuddin, M. Pd Soraya Faradila, S. Pt., M. Si


NIP. 19610702 199203 1 002 NIP. 19911101 201902 2 003
Menyetujui :

Mengetahui :
Direktur Polbangtan Gowa

Dr. Ir. Syaifud din M.P


NIP. 19650225 199203 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
iii

Penulis menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa laporan

Tugas Akhir dengan judu “Analisis Proksimat Maggot Black Soldier Fly

(Hermetia illucens L.) dengan Media Tumbuh yang Berbeda” adalah

hasil karya sendiri dengan araha dan bimbingan Drs. Syamsuddin, M.Pd

dan Soraya Faradila, S.Pt., M.Si dan belum diajukan dalam bentuk

apapun pada perguruan tinggi manapun. Data dan informasi yang dikutip

telah disebarkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka Tugas

AKhir ini.

Apabila pernyataan yang saya buat tidak benar adanya, maka saya

siap menerima sanksi/hukuman.

Gowa, Juli 2022


Penulis

A. Ainun Jariyah
iv

ABSTRAK

A. Ainun Jariyah (05.03.18.1550) “Analisis Proksimat Maggot Black


Soldier Fly (Hermetia illucens L.) dengan Media Tumbuh yang Berbeda”
(Dibimbing oleh: Drs. Syamsuddin M.Pd dan Soraya Faradila, S.Pt., M.Si)

Lalat Hermetia illucens atau dikenal dengan istilah lalat black soldier fly
(BSF) atau lalat tentara hitam. Merupakan sebagai pengganti sumber
protein yang selama ini memiliki harga yang tinggi. Potensi BSF ini dapat
dijadikan sebagai alternatif pakan unggas. Ketersediaan lalat BSF
melimpah di alam dan dapat dibudidaya secara massal. Penelitian ini
mengkaji mengenai analisis proksimat lalat BSF dengan media tumbuh
yang berbeda. Menggunakan media labu kuning, pisang kepok, dan ikan
tembang. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap
dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga jumlah unit percobaan yaitu
15. P1 = Labu kuning, P2 = Pisang kapok, dan P3 = Ikan tembang.
Dengan parameter yaitu air, protein, lemak, serat kasar. Kadar air tertinggi
pada perlakuan P1 dengan nilai 23,77%. Kadar protein tertinggi pada
perlakuan P3 dengan nilai 55,23%. Kadar lemakyang tertinggi pada
perlakuan P2 dengan nilai 57,64%, dan Kadar serat kasar tertinggi pada
perlakuan P1 dengan nilai 17,46. Dari hasil penelitian diatas bahwa
maggot yang baik dijadikan pakan adalah maggot yang memiliki
kandungan air < 14%, kandungan protein > 19%, kandungan lemak < 9%,
dan kandungan air <8%,. Maka media yang cocok diberikan pada maggot
yaitu media ikan tembang.
Kata Kunci: Maggot BSF, Proksimat, Labu Kuning, Pisang Kepok,
Ikan Tembang
v

ABSTRACT

A. Ainun Jariyah (05.03.18.1550) “A Proximate Analysis on Black Soldier


Flies (Hermetia illucens L.) with Different Growing Media” (Supervised by
Drs. Syamsuddin, M.Pd. & Soraya Faradila, S.Pt., M.Si.)

Black soldier flies (Hermetia illucens L.) are a substitute for a protein
source that has a high price. Concerning their potential, these BSFs can
be used as an alternative to poultry feed. In this study, the researcher
conducted a proximate analysis of BSFs using different growth media.
Those media were crookneck pumpkin, Saba banana, and sardinella. This
study employed a Completely Randomized Design (CRD) with 3
treatments and 5 replications, resulting in 15 experimental units. The
treatments were P1 (pumpkin), P2 (Saba banana), and P3 (sardinella).
The observed parameters were water, protein, fat, and crude fiber. The
employed extension methods were lectures and discussions using the
media of leaflets. Results showed that the highest water content was the
best found in P1 with a value of 23.77%. The highest protein content was
in P3 with a value of 55.23%. Meanwhile, the highest fat content was in P2
with a value of 57.64%. Furthermore, the highest crude fiber content was
in P1 with a value of 17.46. Apart from that, the best maggots used as
feed were those which have a water content of < 14%, protein content of >
19%, fat content of < 9%, and crude fiber content of < 8%. Therefore, the
suitable medium given to maggots is sardinellas because their protein
content reaches 55.23%. After that, the extension activities were carried
out by delivering the results of this study. The evaluation was conducted
afterward, showing the effectiveness of the extension activities reaching
81.37%, classified in the very effective category.

Keywords: Black Soldier Flies, Proximate Analysis, Crookneck


Pumpkin, Saba Banana, Sardinella.

Yogyakarta, September 5, 2022


Translated by
Phinisi Translation Service

Faizal Mansyur, S.Pd.


Person in Charge
vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas

berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun

Laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik, tidak lepas

dari dorongan dan bimbingan berbagai pihak yang telah membantu

Penulis, Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih tak terhingga kepada kedua orang tua saya, ayahanda

Penulis A. Syamsir Syamsu serta ibunda yang tersayang St. Hasiah

Wahid telah memberikan bimbingan serta kasih sayang dan cinta kasih

yang telah diberikan kepada Penulis. Selain itu, penulis ucapkan terima

kasih pula yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Drs. Syamsuddin, M. Pd dan Ibu Soraya Faradila, S. Pt., M. Si

selaku Dosen Pembimbing atas segala arahan, motivasi, kesabaran,

dan waktu yang diberikan dalam membimbing penyelesaian Laporan

Tugas Akhir ini.

2. Bapak P. Tandi Balla S.P, M.Si dan Ibu Urfiana Sara S.Pt., M. Si.,

selaku dosen penguji, terima kasih atas segala kritikan dan saran

yang telah diberikan kepada Penulis sehingga Penulis dapat

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik.

3. Dr. Ir. Syaifuddin M.P selaku Direktur Polbangtan Gowa.


vii

4. Urfiana Sara S.Pt., M.Si selaku ketua jurusan Penyuluhan Peternakan

dan Kesjahteraan Hewan.

5. Saudara-saudara Penulis Muthmainna S.Pi dan Suami Munawar

jamaluddin S.Pi. Sri Restu Wahyuni dan Suami Hendra Saputra yang

selama melakukan penelitian telah memberi arahan, saran, dorongan,

dan semangat serta bantuan dana kepada Penulis.

6. Partner Penulis yang jauh di Jakarta Muhammad Fazri yang selalu

bersedia menjadi bahu untuk bersandar disaat Penulis merasa lelah

dengan keadaan, bersedia menjadi telinga disaat Penulis

membutuhkan seorang pendengar yang dengan sabar mendengar

keluh kesah Penulis.

7. Kawan-kawan Penulis Merpati 8 yang telah menemani penulis dari

awal menjadi mahasiswa baru hingga telah memasuki masa afkhir,

Penulis banyak mengucapkan terima kasih karena tanpa kalian

Penulis bukanlah siapa-siapa, telah banyak kisah yang telah kita lalui

selama hampir 4 tahun ini. ada senang, sedih, tawa, dan tangis tapi

kita bisa lalui bersama-sama hingga detik ini. Semoga kawan-

kawanku di kemudian hari menjadi orang-orang yang sukses dan

meraih mimpi yang masing-masing pernah kita ceritakan waktu itu.

Selamat berjuang kawan-kawanku sampai jumpa di kemudian hari. I

Love You More Then You Know.


viii

8. Teman kelas Penulis D’ANYWARE bertemu teman-teman di kelas

membuat Penulis selalu senang dan betah mengikuti perkulihan

setiap hari.

9. Teman seperjuangan Dochtabus 2018 yang telah memberi dukungan

serta segala kebersamaan dalam melewati masa perkulihan.

10. Semua pihak yang telah banyak memberikan sumbangsih pemikiran

yang sangat berarti dalam penyelesaian penulisan proposal tugas

akhir ini.

11. Last but not least. Penulis ingin berterima kasih kepada diri saya

sendiri karena telah percaya bahwa saya melakukannya sendiri.

Terima kasih karena telah melakukan semua kerja keras ini walau

dengan banyak air mata. Terima kasih telah sabar melewati fase

melelahkan yang mengurus emosi, tenaga, dan uang. Terima kasih

karena telah menjadi satu-satunya orang yang menemani penulis

disaat penulis merasa terpuruk.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu segala kritikan dan

saran yang bersifat membangun Penulis akan senang hati menerima

dengan baik.

Gowa, Juli 2022

Penulis
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL I
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN TUGAS AKHIR Iii
ABSTRAK Iv
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI Ix
DAFTAR TABEL Xi
DAFTAR GAMBAR Xii
DAFTAR LAMPIRAN Xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Aspek Teknis 5
B. Aspek Penyuluhan 16
C. Kerangka Pikir 21
D. Hipotesis 22
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat 23
B. Alat dan Bahan 23
C. Pelaksanaan Kajian 24
D. Desain Penyuluhan 29
E. Analisis Kelayakan Usaha 33
E. Konsep dan Definisi Operasional 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Wilayah 38
B. Karakteristik Responden 42
x

C. Hasil Kajian 48
D. Pembahasan Hasil Kajian 49
E. Pelaksanaan Penyuluhan 56
F. Evaluasi Penyuluhan 58
G. Analisis Usaha 69
V. PENUTUP
A. Kesimpulan 74
B. Saran 74
DAFTAR PUSTAKA 76
LAMPIRAN 81
RIWAYAT HIDUP PENULIS 118
xi

DAFTAR TABEL

Nomor HAL
1. Alat-Alat Yang Digunakan Pada Saat Penelitian 23
2. Bahan-Bahan Yang Digunakan Pada Saat Penelitian 24
3. Jumlah Penduduk Kelurahan Bonto Rita Berdasarkan 39
Jenis Kelamin
4. Data Penduduk Berdasrkan Tingkat Pendidikan 40
5. Data Kelompok Tani Kelurahan Bonto Rita 41
6. Keadaan Populasi Ternak Di Wilayah Kelurahan Bonto 42
Rita, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng.
7. Umur Petani Responden 44
8. Tingkat Pendidikan Petani Responden 45
9. Klasifikasi Jenis Kelamin Responden 46
10. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden 46
11. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak 47
Rerata Hasil Prokaimat Maggot BSF Dengan 3 Media
12. Skala Nilai Tingkat Pemahaman Responden 48
13. Rata – Rata Perubahan Pengetahuan, Keterampilan, dan 59
14. Sikap Responden Kelompok Tani Baji Masungguh, 68

Kelurahan Bonto Rita, Kecamatan Bissappu, Kabupaten


Bantaeng
15. 70
Biaya Variabel dan Biaya Tetap
16. 72
Nilai BEP Produk
xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor HAL
1. Siklus Hidup Bsf 7
2. Skema Kerangka Pikir 21
3. Kandang Maggot Bsf 25
4. A). 1 Kg Media Labu Kuning, B). 1 Kg Media Pisang 26
Kapok, C). 1 Kg Media Ikan Tembang
5. Sampel Uji Laboratorium 27
6. Sintesis Lemak 53
7. Garis Kontinum Tingkat Pengetahuan pada Evaluasi Awal 60
8. Garis Kontinum Tingkat Pengetahuan pada Evaluasi 61
Akhir
9. Garis Kontinum Tingkat Keterampilan pada Evaluasi Awal 63
10. Garis Kontinum Tingkat Keterampilan pada Evaluasi 64
Akhir
11. Garis Kontinum Tingkat Sikap pada Evaluasi Awal 66
12. Garis Kontinum Tingkat Sikap pada Evaluasi Akhir 67
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor HAL
1. Jadwal Tentatif Pelaksanaan Tugas Akhir 82
2. Hasil Uji Laboratorium Kadar Air 83
3. Hasil Uji Laboratorium Kadar Protein 83
4. Hasil Uji Laboratorium Kadar Lemak 83
5. Hasil Uji Laboratorium Kadar Serat Kasar 83
6. Hasil SPSS Hasil Uji Laboratorium 84
7. Karakteristik Responden Kelompok Tani Baji Masungguh 91
8. Hasil Evaluasi Awal Pengetahuan Responden 92
9. Hasil Evaluasi Akhir Pengetahuan Responden 93
10. Hasil Evaluasi Awal Keterampilan Responden 94
11. Hasil Evaluasi Akhir Keterampilan Responden 95
12. Hasil Evaluasi Awal Sikap Responden 96
13. Hasil Evaluasi Akhir Sikap Responden 97
14. Lembar Persiapan Menyuluh 98
15. Sinopsis Penyuluhan 100
16. Kuesioner Penyuluhan 104
17. Leaflet Penyuluhan 108
18. Undangan Penyuuhan 109
19. Resume Penyuluhan Pertama 110
20. Resume Penyuluhan kedua 111
21. Daftar Hadir Petani 112
22. Dokumentasi 113
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan merupakan elemen penting dalam usaha budidaya ternak

secara intensif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil panen yang

baik, maka ketersediaan pakan diperlukan dalam jumlah, waktu, dan mutu

yang tepat. Peternak pada umumnya menggunakan pakan komersil

produksi pabrik untuk memenuhi kebutuhan pakan ternaknya. Salah satu

permasalahan di Indonesia adalah masih melakukan impor bahan pakan

untuk memenuhi kebutuhan produksi pakan buatan domestic (Hadadi dkk,

2010). Ketergantungan pabrik pakan terhadap bahan baku lokal yang

dapat digunakan sebagai sumber protein hewani pakan untuk mengurangi

ketergantungan pakan pabrik.

Kandungan protein, karbohidrat, serta lemak ialah nutrisi yang

diperlukan organisme untuk dipenuhi didalam tubuh sehingga bila nutrisi

tersebut tidak tercukupi maka kesehatan tubuh akan terganggu. Terdapat

sumber nutrisi hewani yakni nutrisi yang ada pada jenis serangga. Satu

diantaranya ada pada maggot, yang mana maggot sendiri dimanfaatkan

untuk pakan ternak. Media yang digunakan akan mempengarui

kandungan nutrisi maggot seperti halnya penelitian yang sudah dilakukan

Ardiansyah (2020) bahwa kandungan nutrisi maggot yang menggunkan

media 75% limbah buah dan 25% eceng gondok terfermentasi yaitu BK
sebesar 89.%, Abu 11%, PK 35.5%, LK12%, Ca 7%, BETN 7%, ME

2939,64 kcal/kg.
2

Kandungan nutrisi maggot dipengaruhi oleh media tumbuhnya.

Oleh sebab itu, guna menunjang pembudidayaan maggot, perlunya

mengetahui media yang optimal untuk tumbuh kembang maggot.

Kabupaten Bantaeng di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan

salah satu kabupaten yang memiliki tiga wilayah yaitu wilayah pesisir,

dataran rendah, dan dataran tinggi. Nelayan di kabupaten tersebar

dibeberapa lokasi. Yaitu di kecamatan Bissappu, Bantaeng, dan

Pajukukang. Pada saat produksi ikan melimpah (over produksi) dapat

menghasilkan ikan yang relatif banyak jenis ikan yang paling banyak

salah satunya ikan tembang. Ikan jenis tersebut kurang diminatif oleh

masyarakat sehingga banyak ikan yang menumpuk dan membusuk dan

menjadi limbah yang mencemari lingkungan. Ikan yang busuk itu dapat

dijadikan sebagai media tumbuh maggot BSF karena maggot BSF.

Labu Kuning Curcubita moschata merupkan jenis labu yang

popular di Indonesia jumlah produksinya melimpah namun tidak

diimbangi dengan pemanfaatan yang optimal (Sesilia dkk, 2015)

melihat kandungan gizi yang cikup tinggi dan cukup lengkap, karena

mengandung protein, lemak, karbohidrat, Vitamin A, B, C, magnesium,

fosfor, dan kalori (Devi R. dkk, 2018)., maka labu kuning berpotensi

untuk digunakan sebagai media tumbuh maggot BSF. Sama seperti

halnya labu kuning pisang merupakan salah satu tanaman yang banyak

di hasilkan di Indonesia. Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

menghasilkan sebanyak 3.675 kuintal, BPS (2021) namun produksinya


3

belum optimal sesekali digunakan olahan kue dan keripik selebihnya

dibiarkan menumpuk dan membusuk menjadi limbah yang

menyebabkan pencemaran lingkungan. Salah satu untuk

menganggulangi hal tersebut yaitu dapat digunakan sebagai media

tumbuh maggot BSF sehingga dapat menghasilkan pakan alternatif

terhadap unggas.

Hal inilah yang menjadi dasar peneliti ingin melakukan penelitian

terkait pakan alternatif, dengan harapan dapat menengetahui jenis

media yang tepat untuk meningkatkan nilai kandungan gizi maggot

sehingga dapat menjadi pakan alternatif ternak unggas. Dengan

demikian, diharapkan dapat mengurangi biaya produksi pakan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini, yakni:

1. Bagaimana kandungan nutrisi maggot BSF dengan media tumbuh

yang berbeda?

2. Bagaimana pengetahuan, sikap, dan keterampilan peternak terhadap

budidaya maggot dengan media tumbuh yang berbeda?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yakni:

1. Untuk mengetahui kandungan nutrisi maggot BSF dengan media

media tumbuh yang berbeda.


4

2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak

mengenai budidaya maggot dengan media pembiakan yang

berbeda.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Menambah pengetahuan penulis mengenai budidaya maggot dengan

media pembiakan yang berbeda.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan peternak

mengenai budidaya maggot dengan media pembiakan yang

berbeda.

3. referensi bagi penelitian selanjutnya, serta untuk pengembangan ilmu

pengetahuan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Teknis

1. Tinjauan Umum Maggot BSF

Maggot BSF dengan nama ilmiah Hermetia illucens mempunyai

klasifikasi taksonomi dibawah ini:

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Serangga
Ordo : Diptera
Family : Stratiomyidae
Genus : Hermetia
Species : Hermetia illucens

Ordo Diptera adalah ordo dengan urutan keempat yang

konsumsinya paling banyak oleh manusia. Ordo Diptera mempunyai 16

family. Diptera adalah kelompok serangga yang mempunyai kapasitas

reproduksi paling besar, daur hidup paling singkat, kecepatan

pertumbuhan yang tinggi, serta konsumsi pakannya bervariasi dari

jenis materi organik. Serangga menjadi sumber zat zinc paling baik

dengan kisaran nilai antara 61,6 sampai 340,5 mg/kg berat kering

(Ramos., dkk. 2014).

Secara alamiah, maggot BSF dapat dijumpai pada limbah buah di

pasar dan pada tempat biodekomposer di berbagai tempat. Maggot

diketahui bukanlah sebagai hama, sebab bentuk dewasanya tidak

minat pada lingkungan manusia ataupun makanan. (Wahyuni dkk,


2021) Maggot yang dibudidayakan pada temperatur 27°C,

perkembangannya
6

lebih lambat (4 hari) daripada yang dibudidyakan pada temperatur

30°C, sedangkan pada temperatur 36°C, nyaris tidak ada pupa yang

sintas. Ini memperlihatkan bahwa pemasukan panas total (total heat

input) yang didapat oleh maggot yang di budidaya pada temperatur

30°C lebih cepat terpenuhi untuk memenuhi persyaratan

perkembangan ke tahap pupa, daripada maggot yang dibudidaya pada

temperatur 27°C (Rachmawati dkk, 2010).

Lalat Black Soldier Fly memiliki siklus hidup dengan cara

bermetamorfosis. Siklus BSF tidak sama dengan siklus hidup lalat

hijau, lalat hijau memiliki fase hidup lebih lama ketika menjadi lalat.

Fase lalat amat pendek, di fase lalat BSF tidak melakukan aktivitas

makan melainkan hanya minum. Lalat jantan akan mati sesudah kawin

kemudian lalat betina akan mati sesudah bertelur, telur yang dihasilkan

lalat betina sangat banyak. Banyak sedikitnya telur juga dipengaruhi

oleh suhu, makanan maggot dan waktu kawin (Dewi dkk., 2021) . Siklus

hidup BSF ditampilkan pada gambar berikut.


7

Gambar. 1. Siklus Hidup BSF

Tomberlin dkk (2002) dalam Wahyuni (2020) menyatakan

bahwasanya daur hidup BSF dari telur sampai jadi lalat dewasa

membutuhkan waktu antara 40 hingga 43 hari, tergantung pada kondisi

lingkungan serta pemberian media pakan. Rachmawati dkk (2010)

menyatakan bahwa satu ekor lalat betina BSF normal dapat

menghasilkan telur dengan kisaran 185-1235 telur. Penelitian lain

menyatakan bahwasanya seekor betina membutuhkan durasi 20-30

menit untuk bertelur dengan jumlah produksi telur berkisar 546-1505

butir dalam bentuk massa telur (Wahyuni, 2020).

Maggot dikenal sebagai dekomposer sebab kebiasaannya

memakan bahan-bahan organik. Maggot mengunyah makanan dengan

mulut yang bentuknya seperti pengait (hook). Maggot bisa tumbuh pada

bahan organik yang telah busuk. BSF dewasa tidak makan, namun

hanya memerlukan air karena nutrient hanya dibutuhkan untuk

bereproduksi pada fase maggot (Tomberlin, 2009).


8

2. Labu Kuning (Cucurbita Moschata)

Menurut Herbarium Medanese (MEDA) (2020), sistematika

tumbuhan buah labu kuning diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Cucurbitales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
Species : Cucurbita moschata
Labu mempunyai nama lain yaitu Cucurbita moschata (nama

ilmiah), pumpkin atau winter squash, squash pumpkin (nama inggris),

labu parang, labu ambon, labu merah, labu kastela, waluh (nama

Indonesia). Labu kuning (Cucurbita moschata) adalah tanaman yang

dapat dibudidayakan di dataran rendah ataupun di dataran tinggi dan

mempunyai manfaat kesehatan sebagai makanan anti diabetes. Labu

kuning diketahui mempunyai efek hipoglikemik dengan meningkatkan

level serum insulin, menurunkan glukosa darah,dan meningkatkan

toleransi glukosa Labu kuning merupakan sumber zat gizi yang baik

seperti sumber karoten, serat, dan rendah energi (Dodik dkk, 2020).

Total Labu kuning mengandung energi 29 kkal, air 91,20 g, protein

1,10 g, lemak 0,30 g, karbohidrat 6,60 g, kalsium 45,00 mg, fosfor

64 ,00 mg, besi 1,40 mg, vitamin A 180,00 SI, vitamin B1 0.08 mg,

vitamin C 52 mg (Sudarto, 2008). Kandungan gizi labu kuning dikenal

kaya akan karotenoid yang berfungsi sebagai antioksida dan beta


9

karoten yang mempunyai aktivitas biologis sebagai provitamin-A dan

berfungsi sebagai antioksidan. Labu kuning mengandung karotenoid

yang tinggi mencapai 160 mg/100 gr. Pigmen warna kuning, merah dan

oranye berfungsi sebagai prekursor vitamin A dan antioksidan

(Amanati, 2019).

Labu kuning (Cucurbita moschata) merupakan suatu jenis tanaman

sayuran menjalar dari famili Cucurbitaceae, yang tergolong dalam jenis

tanaman semusim yang setelah berbuah akan langsung mati. Batang

labu kuning menjalar cukup kuat, bercabang banyak, berbulu agak

tajam, dengan panjang batang yang mencapai 5-10 m. Daun labu

kuning berwarna hijau keabu-abuan, lebar dengan garis tengah

mencapai 20 cm, menyirip, ujung agak runcing, tulang daun tampak

jelas, berbulu agak halus dan agak lembek sehingga bila terkena sinar

matahari akan menjadi layu. Letak daun labu kuning ini berselang-

seling antara batang dengan panjang tangkai daun 15-20 cm (Nuraini,

2011)

Buah labu kuning berbentuk bulat pipih, lonjong atau panjang

dengan banyak alur (15-30 alur). Ukuran pertumbuhannya cepat sekali,

mencapai 35 0 g perhari. Buahnya besar dan warnanya bervariasi

(buah muda berwarna hijau, sedangkan yang lebih tua berwarna kuning

pucat). Daging buah tebalnya sekitar 3 cm dan rasanya agak manis.

Bobot buah rata-rata 3-5 kg. Untuk labu ukuran besar, beratnya ada

yang mencapai 20 kg per buah. Buah labu kuning mempunyai kulit


10

yang sangat tebal dan keras, sehingga dapat bertindak sebagai

penghalang laju respirasi, keluarnya air melalui proses penguapan,

maupun masuknya udara penyebab proses oksidasi. Hal tersebutlah

yang menyebabkan labu kuning relatif awet dibanding buah-buahan

lainnya. Daya awet dapat mencapai enam bulan atau lebih, tergantung

pada cara penyimpanannya. Namun buah yang telah dibelah harus

segera diolah karena akan sangat mudah rusak (Nuraini, 2011).

3. Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca Linn)

Pisang kapok (Musa paradisiaca Linn) merupakan jenis pisang

olahan yang paling sering diolah terutama dalam olahan pisang goreng,

keripik, dan sirup. Pisang kapok memiliki buah yang sedikit pipih dan

kulit yang tebal, jika sudah matang warna kulit akan menjadi kuning.

Abarita dkk, (2015) menyatakan Musa paradisiaca L memiliki tinggi

batang lebih dari 3 meter yang berwarna hijau, memiliki permukaan

daun yang mengkilat, bentuk pangkal daun yang kedua sisinya

membulat, warna punggung tulang daun hijau kekuningan, panjang

tangkai tandan 31-60 cm. bentuk jantung yang bulat, posisi buah lurus

terhadap tangkai, jumlah sisir pertandan 4-7 dengan buah per sisirnya

sebanyak 13-16 buah, panjang buah kurang dari15 cm dengan

bentukbuah lurus dengan ujung yang runcing, warna kulit buah belum

masak yaitu hijau, sedangkan jika sudah masak akan berwana kuning

dengan warna daging putih.


11

Klasifikasi tanaman pisang kepok menurut Lensi (2021), adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Order : Zingiberales
Family : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa paradisiaca
Pisang kepok (Musa paradisiaca Linn) adalah tanaman buah yang

berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang

kepok merupakan jenis buah yang paling umum ditemui tidak hanya di

perkotaan tetapi sampai ke pelosok desa. Buah pisang kepok

merupakan buah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia,

yang dapat dikonsumsi kapan saja dan pada segala tingkatan usia.

Pisang kepok dapat digunakan sebagai alternatif pangan pokok karena

mengandung karbohidrat yang tinggi, sehingga dapat menggantikan

sebagian konsumsi beras dan terigu. Pisang kepok merupakan pisang

berbentuk agak gepeng, bersegi dan kulit buahnya sangat tebal

dengan warna kuning kehijauan dan kadang bernoda coklat. (Lensi

2021).

Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang

cukup banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum

dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja


12

atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan

kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual

yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku

makanan (Lensi, 2021).

Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup lengkap, seperti

karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin

C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan sebagai

sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia (Lensi, 2021).

4. Ikan Tembang (Sardinella aurita)

Sistematika ikan tembang menurut Firdaus (2021) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Family : Clupeidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella aurita
Ikan tembang merupakan salah satu ikan peligis kecil, yang daerah

penyebarannya hamper terdapat di seluruh perairan Indonesia, dan

umumnya ditangkap di perairan-perain pantai karena daerah pantai

merupakan daerah yang sering terjadi kenaikan air (upwelling)

sumberdaya ini dapat membentuk biomassa yang sangat besar.

Ikan tembang memiliki bentuk badan memanjang dan gepeng.

Sisik-sisik duri terdapat dibagian bawah badan.awal sirip punggung


13

sedikit ke depan dari pertengahan badan, jari-jari lemah 16-19. Tapisan

insang halus berjumlah 60-80 pada busur insang pertama bagian

bawah. Ikan ini hidup bergerombol membentuk gelombang besar.

Ukurannya dapat mencapai 16 cm, namun umumnya 12,5 cm.

warnanya biru kehijauan pada bagian atas, putih perak pada bagian

bawah. Warna sirip-siripnya pucat kehijauan dan tembus cahaya.

Kompisisi kimia ikan tembang adalah sebagai berikut air 79,6%, protein

16,6%, dan lemak 2.0% (Mariana, 2018)

Ikan tembang (Sardinella aurita) memiliki ciri-ciri bentuk tubuh

langsing memanjang dan tidak begitu kompres. Sirip punggung berjari-

jari lemah 30-35 dan punggung berjari-jari keras 8, sirip dubur terdiri

dari dua jari-jari keras bergabung dengan 26-30 jari-jari lemah.

Kebanyakan ikan ini berwarna agak cerah yaitu warna tubuhnya yang

bertingkat, di bagian dorsal berwarna biru kemudian bagian sisik

keperak-perakan, dan putih bagian perut. Panjang tubuh ikan ini

biasanya mencapai 21 cm. (Firdaus, 2021).

5. Analisis Proksimat

Analisis proksimat merupakan analisis yang menggolongkan

komponen yang terdapat pada bahan pakan berdasarkan komposisi

kimia dan fungsinya (Sitio, 2019). Analisis proksimat pertama kali

dikembangkan oleh Henneberg dan Stokman di Jerman.

Analisis proksimat memiliki kelebihan seperti: Banyak laboratorium

yang menggunakan system ini untuk penelitian, biaya analisa lebih


14

murah, menghasilkan analisis secara garis besar dan dapat

menghitung total digestible nutrient (TDN). Analisis proksimat memiliki

kekurangan. Kekurangan analisis proksimat seperti: tidak menjelaskan

secara rinci kandungan gizi makanan, sering terjadi kekeliruan analisis

serat kasar, lemak kasar yang mempengaruhi nilai berat ekstrak tanpa

nitrogen BETN, proses lama dan tidak dapat menerangkan daya cerna

(Sitio, 2019).

Analisis proksimat terdiri atas 6fraksi yaitu kadar air, abu, protein,

lemak, dan BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen) (sulaiman dkk, 2014).

Berikut ini merupakan fraksi proksimat:

a. Air

Kadar air adalah persentase kandungan air pada suatu bahan.

Kadar air dapat diteentukan dengan berat basah (wet basis) atau berat

kering (dry basis). kadar air memiliki peran terhadap mutu pakan. Kadar

air pada pakan menentukan penerimaan, kesegaran dan daya tahan

pakan semak dan daya tahan pakan (Winarno, 2015). Semakin tinggi

kadar air dalam suatu pakan maka semakin besar rasio kerusakan

pakan (Sulaiman dkk, 2014). Fungsi air adalah sebagai media

transportasi zat-zat gizi, mengatur temperature suhu badan,

mempertahankan keseimbangan volume darah (Sulaiman dkk, 2014).

b. Protein

Analisis kadar protein digunakan untuk menghitung kadar protein

pada pakan. Protein adalah banyaknya kandungan nitrogen yang


15

terkandung dalam bahan dikali 6,25. (Isharyudoyono dkk, 2018).

Protein adalah zat organik yang mengandung karbon, hidrogen,

nitrogen, oksigen dan fosfor. Fungsi protein pada tubuh yaitu

memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme untuk

energi, metabolisme kedalam zat-zat vital tubuh, enzim-enzim esensial

dan hormon - hormon tertentu (Isharyudoyono dkk, 2018).

c. Lemak

Lemak kasar merupakan semua senyawa dalam pakan yang larut

dalam pelarut organik. Contoh pelarut organik antara lain ether,

petroleum, ether, dan cloroform. Lemak berfungsi untuk meningkatkan

nilai gizi dan kalori, memberikan energi, bahan pelarut vitamin,

memberikan rasa gurih pada pakan, menghemat penggunaan protein

dalam sintesis protein, sebagai pelumas saluran pencernaan,

memelihara suhu tubuh (Sunita, 2010).

d. Serat Kasar

Serat kasar adalah kumpulan dari semua serat yang tidak dapat

dicerna. Serat kasar sebagian besar berasal dari sel dinding tanaman

yang mengandung selulosa, pentosa, lignin (Suparjo, 2010). Serat

kasar tidak memiliki nilai gizi. Serat kasar berfungsi untuk memudahkan

proses pencernaan. Daya cerna serat kasar pada unggas dipengaruhi

oleh kadar serat pada pakan dan aktivitas mikroorganisme (Nonok dan

Eka, 2011).
16

B. Aspek Penyuluhan

1. Pengertian Penyuluhan Pertanian

Istilah penyuluhan pada dasarnya diturunkan dari kata “extension”

yang dipakai secara meluas di banyak kalangan. Dalam bahasa

indonesia istilah penyuluhan berasal dari kata dasar “suluh” yang

berarti memberi terang ditengah kegelapan. Penyuluhan Pertanian

adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha

agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan

dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan

sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,

efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta

meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup

(Pertanian dan Penyuluhan, 2009).

Penyuluhan merupakan cara pendidikan non – formal bagi

masyarakat, khususnya untuk para petani dan keluarganya di

pedesaan dengan tujuan agar sasaran mampu, sanggup dan

berswadaya memperbaiki usaha taninya, sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan dirinya maupun keluarganya. Penyuluhan

juga dapat diartikan sebagai perubahan perilaku (sikap, pengetahuan

dan keterampilan) petani, sehingga fungsi penyuluhan dapat tercapai,

yaitu sebagai penyebar inovasi penghubung antara petani.


17

Berdasarkan UU RI No. 16, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan (SP3K), Tahun 2006 disebutkan bahwa

sistem penyuluhan pertanian merupakan seluruh rangkaian

pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap

pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku usaha melalui

penyuluhan (Kusnadi, 2011). Perubahan perilaku yang ada diharapkan

petani lebih terbuka dalam menerima petunjuk dan bimbingan serta

lebih aktif dan dinamis dalam melakukan usaha taninya.

2. Tujuan Penyuluhan Pertanian

Andang dkk, (2021) Penyuluhan pertanian mempunyai dua tujuan yang

akan dicapai yaitu: tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan

jangka pendek adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah

pada usaha tani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap dan

tindakan petani keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan,

dan sikap. Dengan berubahnya perilaku petani dan keluarganya, diharapkan

dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efektif, dan efisien. Tujuan

jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan

kesejahteraan petani yang diharapkan pada terwujudnya perbaikan teknis

bertani (better farming), perbaikan usahatani (better business), dan perbaikan

kehidupan petani dan masyarakatnya (better living).

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2006, yang tertuang dalam BAB II Pasal 4, tentang fungsi sistem penyuluhan

pertanian meliputi : (1) memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan


18

pelaku usaha; (2) mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku

usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka

dapat mengembangkan usahanya; (3) meningkatkan kemampuan

kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha;

(4) membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan

organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi,

produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan; (5)

membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan

tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola

usaha; (6) menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap

kelestarian fungsi lingkungan dan (7) melembagakan nilai-nilai budaya

pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi

pelaku utama secara berkelanjutan.

3. Materi Penyuluhan Pertanian

Supriyanto dkk, (2016) Materi penyuluhan adalah segala sesuatu

yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan baik menyangkut ilmu

maupun teknologi yang sesuai kebutuhan sasaran, menarik, dapat

meningkatkan pendapatan, dan dapat memecahkan masalah yang

dihadapi sasaran. Materi atau pesan yang ingin disampaikan dalam

proses penyuluhan harus bersifat informatif, inovatif, persuasif, dan

entertainment agar mampu mendorong terjadinya perubahan-

perubahan kearah terjadinya pembaharuan dalam segala aspek


19

kehidupan masyarakat sasaran dan mewujudkan perbaikan mutu hidup

setiap individu warga masyarakat yang bersangkutan .

4. Metode Penyuluhan Pertanian

Metode penyuluhan pertanian merupakan cara menyampaikan

materi penyuluhan pertanian melalui media oleh penyuluh kepada

petani. Prinsip metode penyuluhan dapat digolongkan sesuai dengan

macam – macam pendekatan, yaitu:

a. Dari segi komunikasi, yaitu terdiri atas metode yang langsung

(penyuluh langsung berhadapan muka dengan sasaran), dan

metode yang tidak langsung atau (penyuluhan tidak langsung

berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi dengan

menyampaikan pesannya melalui media).

b. Dari segi pendekatan kepada sasaran, terdiri dari metode

berdasarkan perorangan (kunjungan ke rumah petani, surat

menyurat secara perorangan, demonstrasi, belajar praktik dan

hubungan telepon), dan metode dengan pendekatan kelompok

(pendekatan pertemuan, perlombaan, demonstrasi cara/hasil,

kursus tani, musyawarah, magang, hari lapangan petani).

c. Dari segi pendekatan massal, meliputi rapat, siaran pedesaan,

pemutaran film, penyebaran brosur, pemasangan spanduk, dll).


20

5. Media Penyuluhan Pertanian

Media penyuluhan pertanian adalah segala bentuk benda yang

berbasis pesan atau informasi yang dapat membantu kegiatan

penyuluhan pertanian. Hal ini dilakukan agar informasi yang

disampaikan bias lebih jelas dan mudah dipahami sesuai dengan tujuan

yang akan dicapai maka informasi tersebut perlu dikemas sesuai

dengan karakteristik dari setiap media yang digunakan. Pengertian

media penyuluhan adalah alat bantu penyuluh dalam melaksanakan

penyuluhan yang dapat merangsang sasaran suluh untuk dapat

menerima pesan-pesan penyuluhan, dapat berupa media tercetak,

terproyeksi, visual maupun audio-visual dan computer (Nuraini, 2015).

6. Evaluasi Penyuluhan Pertania

Program kegiatan yang direncanakan seharusnya diakhiri

dengan evaluasi dan dimulai dengan hasil evaluasi kegiatan

sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan dimaksudkan untuk melihat

kembali apakah suatu program atau kegiatan telah dapat dilaksanakan

sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang diharapkan. Dari kegiatan

evaluasi tersebut akan diketahui hal-hal yang telah dicapai, apakah

suatu program dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

Berdasarkan hasil evaluasi itu kemudian diambil keputusan, apakah

suatu program akan diteruskan, atau direvisi, atau bahkan diganti sama

sekali. Hal ini didasarkan pada pengertian evaluasi, yaitu suatu proses

pengumpulan informasi melalui pengumpulan data dengan


21

menggunakan instrumen tertentu untuk mengambil suatu keputusan.

Jadi, pada dasarnya evaluasi adalah suatu kegiatan yang menguji atau

menilai pelaksanaan suatu program (Thamrin dkk, 2011)

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah sintesa yang mencerminkan keterkaitan

antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk

memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis

penelitian yang berbentuk bagan alur yang dilengkapi penjelasan

kualitatif (Validitas dkk. 2019). Adapun kerangka pikir penelitian ini

dapat dilihat pada gambar 2

Media Tumbuh
1. Labu Kuning
2. Pisang Kepok Maggot BSF
3. Ikan Tembang

Protein, Lemak,
Proksimat
Serat Kasar,
Maggot BSF
Kandungan Air
22

Materi : Budidaya Maggot BSF Sebagai


Pakan Alternatif Bernutrisi Tinggi.
Metode: Ceramah dan Diskusi.
Media: PetaKonsep dan Leaflet

Penyuluhan

tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap peternak terhadap Budidaya Maggot Lalat
Tentara Hitam meningkat (Black Soldier Fly)

Gambar 2. Skema Kerangka Pikir


23

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian yang bertujuan mengarahkan dan memberikan pedoman dalam

pokok permasalahan serta tujuan penelitian. Maka dari uraian masalah

yang ada, dapat dimunculkan suatu hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada perbedaan kandungan nutrisi protein, lemak, kandungan air, dan

serat kasar pada maggot BSF pada media tumbuh yang berbeda.

2. Pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak tentang pemberian

media yang berbeda maggot BSF (Hermetia illucens) bertambah.


III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Kajian ini dilaksanakan pada Tangal 24 April - 13 Juni 2022

bertempat pada Jl. Bakri No. 23, Kelurahan Bonto Rita, Kecamatan

Bissappu, Kabupaten Bantaeng. Penyuluhan Pertama dilaksanakan

pada taggal 15 Juni 2022 di Bonto Rita, Kecamatan Bissappu,

Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Kemudian dilanjutkan

penyululuhan kedua pada tanggal 19 Juni 2022 Bonto Rita, Kecamatan

Bissappu, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

Tabel 1. Alat-alat yang digunakan pada saat penelitian


No Alat Fungsi
1. Biopond Wadah pemeliharaan
2. Kelambu Penutup wadah agar tidak
dikerubungi lalat
3. Pisau Alat pemotong media tumbuh
4. Timbangan Digital Alat menimbang media
5. Oven Mengeringkan media
6. Sarung Tangan dan Masker Pengaman pada saat pemberian
media
7. Alat Tulis Mencatat hasil pengamatan
26

Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan pada saat penelitian.

No Bahan Fungsi
1. Telur Maggot Fase pertama sebelum jadi maggot
2. Daun pisang kering Wadah telur agar tidak terkena
langsung pada media penetasan
3. Dedak Media Penetasan telur maggot
4. Air Dicampurkan dengan dedak
sebagai media penetasan telur
maggot
5. Labu Kuning, Pisang Kepok, Alat pemotong media tumbuh
dan Ikan Tembang

C. Pelaksanaan Kajian

1. Metode Pelaksanaan Kajian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, menggunakan

metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dimana ada 3 perlakuan, 5

kali ulangan sehingga diperoleh 15 unit percobaan, setiap perlakuannya

memiliki telur larva sebanyak 2 gram. bobot media tumbuh tiap unit

percobaan memilki berat 1 kg.

Adapun media perlakuan yang diberikan, sebagai berikut:

P1 : Labu Kuning,

P2 : Kulit Pisang Kepok, dan

P3 : Ikan Tembang Busuk.

a). Persiapan media penetasan

Media penetasan menggunakan dedak halus yang dicampurkan

dengar air, kemudian diaduk sampai rata. Campuran dedak dan seperti
27

bubur yang tidak terlalu cair. Masing-masing media penetasan

dimasukkan kedalam wadah biopond masing-masing 500 gram disetiap

wadah sebanyak 15 wadah. Letakkan daun pisang kering sebagai wadah

peletakan telur maggot BSF agartidak langsung menyetuh media dedak.

b). Persiapan kandang

Kadang yang digunakan adalah rak yang terbuat dari balok dan triplek

dengan ukuran panjang 2 meter, lebar 50 cm, dan tinggi 1,5 meter. Rak

tersebut memiliki 3 tingakatan sesuai dengan 3 perlakuan kajian.

Gambar 3. Kandang Maggot BSF


Sumber: Dokumentasi pribadi

c). Persiapan media pembesaran

Media yang digunakan yaitu media labu kuning, pisang kapok, dan

ikan tembang. Media tumbuh dipotong-potong kecil kemudian masing-

masing media ditimbang menggunakan timbangan digital sebanyak 1

kg setiap masing-masing media.


28

Gambar a Gambar b Gambar c


Gambar 4. a). 1 kg media labu kuning, b). 1 kg media pisang kapok, c). 1 kg
media ikan tembang
Sumber: Dokumentasi pribadi

d). Pemeliharaan Maggot BSF.

1. Maggot BSF yang sudah ditetaskan dan berumur 3-5 hari

dipersiapkan untuk dimasukan dalam media budidaya atau media

pembesaran yang dimana media pembesaran tersebut terdiri dari

tiga perlakuan media pembesaran berbeda yang terdiri dari labu

kuning, kulit pisang kepok, ikan tembang.

2. Media tumbuh labu kuning, pisang kapok, dan ikan tembang

diberikan pada maggot masing-masing 1 kg sehari setiap

perlakuan sampai umur 21 hari.

3. Pemanenan maggot BSF dilaukan pada umur 21 hari karena

berdasarkan siklus hidupnya maggot BSF bahwa pada tersebut

maggot BSF sudah tidak lagi makan dan minum.

e). Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu

menggunakan simple random sampling. Metode ini dilakukan jika


29

anggota populasi terdiri dari anggota yang homogen yang dimana cara

pengambilan sampel secara sederhana dilakukan dengan mengambil

Maggot dari tiap sisi wadah pembesaran.

f). Persiapan Sampel Uji Laboratorium

Setalah mengambil sampel, maggot dioven dengan suhu 110°c

sampai mencapai berat konstan. Kemudian dihalusukan menggunakan

blender sampai sehalus mungkin sehingga menjadi tepung. Setelah itu

ditimbang 100 gram persampel kemudian dimasukkan kedalam plastik

klip dan diberi label.

Gambar 5. Sampel Uji Laboratorium


Sumber: Dokumentasi pribadi

f). Parameter uji.

Parameter yang diamati yaitu kandungan nutrisi maggot

menggunakan Analisa proksimat yang meliputi: Protein, kadar air, serat

kasar, dan lemak. Pengumpulan data dilakukan yaitu uji laboratorium

bertempat di laboratorium Bioteknoteknologi terpadu peternakan

Universitas Hasanuddin. Uji laboratorium yang dilakukan dalam

penelitian ini yaitu dengan melakukan analisis kandungan gizi dengan


30

menggunakan metode analisis proksimat. Data tersebut akan

direkapitulasi kedalam tabulasi hasil pengujian gizi maggot BSF.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:

a) Hasil Uji proksimat yang dilakukan di laboratorium bioteknologi

terpadu peternakan unhas.

b) Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara menggunakan

kuesioner atau pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan.

c) Informasi yang diperlukan dapat beragam kedudukannya dalam

struktur sosial, seperti tokoh adat/agama, petani dan pemerintah

setempat.

d) Observasi yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati

langsung objek yang diteliti.

e) Dokumentasi, untuk melengkapi data yang diperoleh dalam kegiatan

penelitian.

3. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dengan bantuan microsoft excel dan

software SPSS versi 22. Data diperoleh diolah dengan sidik ragam

sesuai dengan rancangan acak lengkap (RAL). Adapun model

matematikanya adalah:

Yij=μ+ τi+ εij


31

Keterangan:
I = Perlakuan
j = Ulangan
μ = Nilai tengah umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
ɛij = Galat Percobaan ke-I dan ulangan ke-i
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-i

Analisis data yang dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrisi

yang meliputi Protein, lemak, serat kasar, dan kadar air pada maggot

(Hermetia illucens) pada media yang berbeda adalah analisis data

kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan

angka-angka, diperoleh dari hasil uji laboratorium.

Data dari hasil penelitian ini akan disajikan dalan bentuk tabel atau

grafik, kemudian dianalisis menggunakan anova pada software IBM

SPPS 22. Apabila menunjukkan beda nyata, Sig. lebih kecil dari 0.05

maka dilanjutkan dengan uji Duncan dengan tujuan untuk mengetahui

beda nyata terkecil antara perlakuan.

D. Desain Penyuluhan

Desain penyuluhan merupakan sebuah rancangan awal untuk

perencanaan program penyuluhan sebagai proses pemberdayaan

sumberdaya yang ada ditinjau dari berbagai pertimbangan aspek

analisis kebutuhan, masalah, tujuan yang akan dicapai, model serta

teknik penyuluhan yang digunakan agar proses transfer informasi dan


32

teknologi dapat diserap secara maksimal oleh sasaran. Pembuatan

desain penyuluhan dan penelitian ini dimulai dari perumusan masalah.

Potensi Maggot Black Soldier Fly yang digunakan sebagai pakan

alternatif untuk ternak unggas merupakan permasalahan dalam

penelitian ini. Selanjutnya, metode penyuluhan yang akan dilakukan

yaitu wawancara, ceramah, dan diskusi. Wawancara dilakukan pada

metode pendekatan perorangan sedangkan ceramah dan diskusi

dilakukan pada metode pendekatan kelompok. Begitupun media

penyuluhan yang akan digunakan adalah, Leaflet, Dan Lembar

Persiapan Menyuluh (LPM).

Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan informasi kepada

masyarakat tentang Maggot BSF merupakan insekta atau serangga

yang dapat dijadikan pakan alternatif yang terjangkau khususnya

kepada peternak. Tujuan penyuluhan juga diarahkan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap peternak terhadap

budidaya maggot BSF sebagai pakan alternatif.

1. Pelaksanaan Penyuluhan

Penyusunan desain penyuluhan pertanian untuk menyampaikan

materi hasil penelitian melalui tahap-tahap berikut:

a. Materi penyuluhan

Materi penyuluhan yang akan disuluhkan dalam kegiatan

penyuluhan adalah materi yang berkaitan dengan budidaya maggot

dengan media yang berbeda sebagai pakan alternatif.


33

b. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan yang digunakan dalam penyuluhan ini yaitu

menggunakan metode pendekatan kelompok dan individu terhadap

para peternak ayam broiler dan ayam ras petelur yang masih belum

mengetahui tentang Budidaya maggot sebagai pakan alternatif yang

bergizi tinggi untuk ternak.

c. Teknik Penyuluhan

Dalam rancangan penyuluhan ini menggunakan teknik penyuluhan

ceramah dan diskusi serta pengisian kuesioner.

d. Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang digunakan sebagai alat bantu peternak

berupa leaflet, kuesioner, dan lembar persiapan menyuluh (LPM).

2. Evaluasi Penyuluhan

a. Menetapkan tujuan evaluasi

Menetapkan tujuan evaluasi berfungsi untuk mengetahui tingkat

pengetahuan, sikap, dan keterampilan kelompok tani yang digunakan

untuk menganalisis secara deskriptif tentang penggambaran sikap

dengan menggunakan data skala ordinal yang alat ukurnya adalah

tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Adapun skor yang

digunakan adalah skor 4 sangat mengetahui (sm), skor 3 mengetahui

(m), skor 2 cukup (c), skor 1 tidak mengetahui (tm).


34

b. Menetapkan sampel dan populasi

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan teknik purposive

sampling (sampling pertimbangan), dan ditentukan secara langsung

dengan pertimbangan kebutuhan materi serta melihat potensi

peternakan dan jenis komoditas yang ada di Kelurahan Bissappu,

Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng. Populasi pada penelitian

adalah semua peternak unggas yang berada pada kelurahan Bonto

Rita (Dengan jumlah populasi peternak Unggas sebanyak 2.656

peternak, di Kelurahan Bonto Rita yang menjadi sampel dari hasil

purposive peternak ayam dengan tipe petelur dengan jumlah ayam

minimal 50 ekor adalah 25 orang).

c. Evaluasi hasil penyuluhan

Evaluasi penyuluhan dilakukan dengan dua cara yaitu yaitu

evaluasi awal dan evaluasi akhir dengan menggunakan kuesioner

jumlah pertanyaan sebanyak 15 pertanyaan. Terdiri dari 5 butir

pertanyaan tingkat pengetahuan, 5 butir pertanyaan tingkat

keterampilan, dan 5 butir pertanyaan tingkat sikap. Dimana seluruh

pertanyaan tersebut berkaitan dengan judul dan hasil penelitian.

Menggunakan skala penelitian terdiri dari skor terendah 1 dan skor

tertinggi 4. Jawaban dengan angka 4 sangat mengetahui, angka 3

mengetahui, angka 2 kurang mengetahui, dan angka 1 tidak

mengetahui.
35

d. Efektivitas Penyuluhan

Efektivitas penyuluhan diperoleh dari hasil evaluasi penyuluhan

yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan penyuluhan yang telah dilakukan terhadap peningkatan

perubahan perilaku sasaran. Efektivitas penyuluhan dapat dihitung

dengan menggunakan rumus :

Ps - Pr
x 100
Efektivitas penyuluhan = ( n . 4 . Q )− Pr
Keterangan :

Ps : Post Test
Pr : Pre Test
N : Jumlah Responden
4 : Nilai Jawaban Tertinggi
Q : Jumlah Pertanyaan

Keterangan penilaian yaitu sebagai berikut :

0 – 25% : kurang efektif


26 – 50% : cukup efektif
51 – 75% : efektif
76 – 100% : sangat efektif
36

E. Analisis Kelayakan Usaha

Biaya yang dihitung dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang

dikelurakan mulai dari bahan baku, biaya tenaga kerja yang bersifat

langsung atau tidak langsung, biaya variabel (Variable cost), dan biaya

tetap (Fixed cost). Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Return Cost ratio (R/C Ratio) adalah perbandingan antara

penerimaan dan biaya. Secara sistematik hal ini dituliskan:

R/C ratio = R / TC

Keterangan:

R : Penerimaan

TC : Total biaya (biaya tetap + biaya variabel)

Kriteria uji:

Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dijalankan

Jika R/C < 1, maka usaha tidak layakuntuk dijalankan

Benefit Cost ratio (B/C Ratio) digunakan sejauh mana efisiensi suatu

usaha itu dijalankan yang diporoleh dengan cara membandingkan antara

keuntungan dan biaya produksi

B/C ratio = B / TC
37

Keterangan:

B : Keuntungan (penerimaan – biaya produksi)

TC : Total biaya produksi

Analisa Break Even Point (BEP) adalah teknik analisa untuk

mempelajari hubungan antara volume penjualan dan probabilitas.

Analisa inijuga dikatakan sebagai analisa titik impas, yaitu satu metode

untuk menentukan titik tertentu dimana penjualan dapat menutupi biaya,

sekaligus menunjukkan besarnya keuntungan atau kerugian jika

penjualan melammpauatau berada pada bawah titik.

FC
BEP unit =
P−VC

FC
BEP rupiah = 1− VC
S

Keterangan:

Fc : biaya tetap

Vc : biaya variabel

P : Harga jual produk

S : Total Penjualan
38

F. Konsep dan Definisi operasional

Definisi operasional dibuat untuk menyamakan persepsi dalam

melaksanakan kegiatan penelitian untuk menghindari kekeliruan dalam

pembahasan penelitian ini makan beberapa konsep operasional

sebagai berikut:

1. Maggot adalah Maggot adalah organisme yang berasal dari

larva Black Soldier Fly (BSF) dan dihasilkan pada fase kedua setelah

fase telur dan sebelum fase pupa yang nantinya akan menjadi BSF

dewasa. Maggot BSF dalam penelitian ini akan digunakan sebagai

variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi sehingga menjadi

akibat karena adanya variabel independen.

2. Media tumbuh maggot adalah tempat yang berisi sumber pakan

yang dibutuhkan maggot untuk kelangsungan pertumbuhan maggot.

Media tumbuh dalam penelitian ini merupakan variabel independen

atau merupakan variabel yang mempengaruhi yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen

3. Media tumbuh yang berbeda adalah bermacam-macam media yang

tidak sama untuk mengetahui media terbaik untuk pertumbuhan

maggot.

4. Labu Kuning adalah salah satu media tumbuh yang sebagai

perlakuan yang diberikan kepada Maggot BSF. Labu kuning ini

merupakan perlakuan pertama (P1)


39

5. Pisang kapok adalah salah satu media tumbuh yang sebagai

perlakuan yang diberikan kepada Maggot BSF. Pisang kapok ini

merupakan perlakuan kedua (P2)

6. Ikan tembang adalah salah satu media tumbuh yang sebagai

perlakuan yang diberikan kepada Maggot BSF. Ikan Tembang ini

merupakan perlakuan ketiga (P3)

7. Analisis proksimat adalah analisa kimia yang mengidentifikasi

kandungan nutrisi yang terdapat pada maggot, dalam hal ini menjadi

parameter uji dalam penelitian ini.

8. Protein adalah salah satu parameter dalam penelitian ini yang

diindentifikasi melalui analisis proksimat dengan melakukan

pengujian di laboratorium.

9. Air adalah salah satu parameter dalam penelitian ini yang

diindentifikasi melalui analisis proksimat dengan melakukan

pengujian di laboratorium.

10. Lemak adalah salah satu parameter dalam penelitian ini yang

diindentifikasi melalui analisis proksimat dengan melakukan

pengujian di laboratorium.

11. Serat kasar adalah salah satu parameter dalam penelitian ini yang

diindentifikasi melalui analisis proksimat dengan melakukan

pengujian di laboratorium.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Wilayah

1. Letak geografis dan luas wilayah

Menurut Kecamatan Bissappu dalam angka (2021) kelurahan Bonto

Rita merupakan salah satu dari 11 kelurahan yang terdapat di Kecamatan

Bissappu. Luas wilayah Kelurahan Bonto Rita adalah 1,64 Km 2 1.640.000

M2 setara dengan 164 Hektar. Yang terbagi atas 10 RW dan 22 RT.

Batas-batas wilayah administrasi Kelurahan Bonto Rita adalah

sebagai berikut, sebelah:

a) Barat berbatasan dengan Kelurahan Bonto Atu.,

b) Timur berbatasan dengan Kelurahan Karatuang dan Pallantikang,

c) Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tappanjeng.,

d) Utara berbatasan dengan Desa Bonto Tiro.

Bonto Rita merupakan wilayah bukan pantai dengan ketinggian 0 -

200 m dpl dengan klasifikasi swakarya. Jarak Kelurahan Bonto Rita

dengan pusat pemerintahandari Ibukota Kabupaten Bantaeng sebagai

pusat pemerintahan kabupaten 4 km dan dari Ibukota Kecamatan

sebagai pusat pemerintahan kecamatan adalah 5 km.

2. Iklim dan suhu

Kelurahan Bonto Rita merupakan dataran rendah. Persentase

kemiringannya berkisar antara 2 sampai 8 % dengan karakteristik

tanahnya terdiri atas 2 jenis tanah yaitu tanah, yaitu mediteran dan
regosol.Kelurahan ini memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan

kemarau.
42

Musim hujan jatuh pada bulan Maret – Agustus dengan curah hujan 24-

69 mm/bulan dengan jumlah rata-rata 42,33 mm/bulan (Ari, 2021) dan

kemarau jatuh pada bulan September – Februari. Adapun suhu udara

berkisar 22-32°C.

3. Sumberdaya Manusia

a. Penduduk

Berdasarkan monograf Kelurahan Bonto Rita diketahui bahwa

memiliki jumlah penduduk 5.647 jiwa terdiri dari laki-laki 2.766 jiwa dan

perempuan 2881 jiwa. Sebaran penduduk kelurahan tersebut di atas

dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Jumlah penduduk Kelurahan Bonto Rita Berdasarkan Jenis


Kelamin
JENIS KELAMIN JUMLAH
RW RT
LK PR PENDUDUK
1 126 145 271
1
2 38 30 68
1 101 101 202
2
2 169 171 340
1 135 145 280
3
2 116 133 249
1 160 175 335
4
2 98 88 186
1 248 262 510
5 2 109 120 229
3 96 90 186
1 155 161 316
6
2 106 111 217
1 127 136 263
7
2 131 138 269
1 75 76 151
8
2 75 73 148
1 132 130 262
9
2 180 205 385
1 142 142 284
10 2 109 102 211
3 138 147 285
JUMLAH 2766 2881 5647
Sumber Data :Kantor Kelurahan Bonto Rita, Tahun 2022
43

Tabel selanjutnya adalah jumlah penduduk berdasarkan tingkat

pendidikan karena pendidikan sangat berpengaruh dalam hal

mengelolah usaha taninya. Penduduk yang berpendidikan lebih tinggi

lebih cepat menerima hal – hal baru dan bermanfaat serta diharapkan

pola fikir semakin rasional dibandingkan dengan yang berpendidikan

lebih rendah.

Jumlah penduduk di Kelurahan Bonto Rita berdasarkan tingkat

pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak Sekolah 1.356 31.82

SD 1.289 30.24

SMP 601 14.10

SMA 740 17.36

D3 3 0.07

S1 273 6.41

Jumlah 4262 100

Tabel 4. Data penduduk bersarkan tingkat pendidikan

Sumber: Kantor Lurah Bonto Rita, 2021

Dengan melihat tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi

masyarakat Kelurahan Bonto Rita merupakan masyarakat dengan

tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah yaitu banyaknya

penduduk yang rata – rata hanya tamat SD, ini dikarenakan jika tenaga

sudah dapat digunakan untuk bekerja dikebun dan disawah maka


44

mereka lebih memilih bekerja dibandingkan bersekolah padahal tingkat

pendidikan yang tinggi dapat berpengaruh pada usaha taninya.

b. Kelompok tani

Jumlah kelembagaan tani yang ada di Kelurahan Bonto Rita

sampai dengan Tahun 2022 ini sebanyak 9 kelompok tani, 3 kelompok

ternak, 1 Gapoktan, dan 4 kelompok wanita tani. Rincian kelas

kelompok tani dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini

Tabel 5. Data Kelompok Tani Kelurahan Bonto Rita


Kelas Kelompok
No. Kelurahan/Desa
Pemula Lanjut Madya Utama

1. Tala – Tala - √ - -

2. Kayu Lompoa - √ - -

3. Garegea - √ - -

4. Pattonga - √ - -

5. Barana Loe - √ - -

6. Mangngarabbe - √ - -

7. Parang Labbua - √ - -

8. Baji Masunggu √ - - -

9. Julu Atia √ - - -

10. KT. Parang Labbua √ - - -

11. KT. Krisna √ - - -

12. KT. Lingkar Mandiri √ - - -

13. KWT Tala – Tala Indah √ - - -

14. KWT Kayangan √ - - -

15. KWT Harapan Kita √ - - -


45

16. KWT Anggrek √ - - -

17. Gapoktan Bonto Rita √ - - -

Jumlah 10 7 - -

Sumber Data : BPP Kecamatan Bissappu 2022

c. Kelembagaan kelompok tani

Kelembagaan berperan sebagai mitra pemerintah dalam

pembangunan masyarakat dan kelembagaan petani merupakan sarana

penunjang kegiatan saprodi, saprotan, pemasaran dan lain-lain

sehingga memudahkan petani dalam menjalankan kegiatan usaha

taninya.

Kelembagaan kelompok tani juga diperlukan dalam upaya

meningkatkan daya saing petani dalam pengembangan sistem

agribisnis. Upaya peningkatan daya saing semakin diperlukan dalam

menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas. Kelompok tani

yang berada dalam wilayah kelurahan Bonto Rita, Kecamatan

Bissappu, Kabupaten Bantaeng berjumlah 17 dengan jumlah anggota

yang tercatat resmi sebanyak 548 orang.

4. Populasi Ternak

Tabel 6. Keadaan Populasi Ternak di Wilayah Kelurahan Bonto Rita,


Kecamatn Bissappu, Kabupaten Bantaeng.
No. Jenis Tenak Jumlah Ternak (ekor) Persentase (%)

1. Kerbau 15 0.20

2. Sapi 458 6.14

3. Itik 165 2.21

4. Ayam Ras 3.415 45.83


46

5. Ayam Buras 3.287 44.12

6. Kambing 110 1.47

Jumlah 7.450 100.00

Sumber: BPP Kecamatan Bissappu 2021

Tabel 6 menjelaskan bahwa jumlah ternak berdasrkan penggunaannya

di Kelurahan Bonto Rita, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng,

ternak ayam ras memiliki populasi paling tinggi yaitu sebesar 3.415

ekor atau 45.83%. ternak kerbau memiliki jumlah yang paling edikit

yaitu 15 ekor atau 0.20%. populasi ternak terbanyak dikarenakan

sebagian besar adalah peternak berusaha ayam ras.

B. Karakteristik Responden

Karakteristik petani adalah ciri – ciri atau sifat yang dimiliki oleh

petani yang ditampilkan oleh pola pikir, sikap dan Tindakan terhadap

lingkungannya. Petani memiliki karakteristik yang beragam seperti

umur, penddikan, pengalaman berusaha tani/ternak, jumlah ternak.

Kelompok tani merupakan kelembagaan di tingkat petani yang

dibentuk untuk secara langsung mengorganisir para petani dalam

berusahatani. Kementerian Pertanian mendefinisikan kelompok tani

sebagai kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar

kesamaan: kepentingan, kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber

daya), dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha

anggota. Kelompok tani dibentuk oleh dan untuk petani, guna


47

mengatasi masalah bersama dalam usahatani serta menguatkan posisi

tawar petani, baik dalam pasar sarana maupun pasar produk pertanian

(Hermanto, 2011).

Karakteristik responden adalah kriteria yang mencakup beberapa

subjek penelitian yang akan diberikan kepada para kelompok tani yang

menjadi responden didalam subjek penelitian yang dilakukan. Dalam

penentuan responden yang dilakukan berbagai pertimbangan seperti

kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan seperti sosial,

ekonomi, sumber daya serta keakraban untuk meningkatkan dan

mengembangkan usaha anggota. Jumlah anggota tani yaitu 25 petani

disesuaikan dengan kondisi kelompok taninya dan usaha tani yang

dikerjakan.

Karakteristik umum responden pada penelitian ini dibedakan atas:

1). umur, 2). pendidikan, 3). jenis kelamin, 4). jumlah tanggungan

keluarga dan 5). pengalaman beternak. Jumlah responden yang dipilih

pada kajian ini sebanyak 25 orang responden yang merupakan anggota

kelompok tani Baji Masungguh, Kelurahan Bonto Rita, Kecamatan

Bissappu, Kabupaten Bantaeng.

1. Umur Petani Responden

Umur responden merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap proses adopsi dan inovasi teknologi serta dalam melakukan

atau mengambil keputusan dan dapat bekerja secara optimal serta


48

produktif. Pengolongan Tingkat umur respoden dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 7. Umur Petani Responden


Umur Jumlah (Umur) Persentase (%)
19 – 25 3 12
26 – 32 2 8
33 – 39 4 16
40 – 46 9 36
47 – 53 4 16
54 – 60 3 12
Jumlah 25 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022.

Pada segi usia responden tersebut masih tergolong poduktif

sesuai degan dnata BPS (2021) bahwa penduduk terbagi dari tiga

golongan yaitu penduduk usia belum produktif < 15 tahun, penduduk

usia produkti 15 – 64 tahun, dan penduduk usia non produktif > 64

tahun. Berdasarkan tabel 4.3 di atas, petani yang berusia 40 – 46 tahun

yang tergabung dalam Kelompok Tani Baji Masungguh, dalam segi usia

responden tersebut masih tergolong poduktif. Aktivitas yang tinggi pada

kelompok tani tentunya harus didukung oleh kemampuan fisik yang

mumpuni dari para anggotanya sehingga dapat meningkatkan

produktivitas yang ditargetkan. Selain itu, dapat mempengaruhi proses

penerimaan materi atau inovasi yang disampaikan.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti Pendidikan

formal yang ditempuh pada bangku sekolah. Tingkat pendidikan

responden merupakan salah satu faktor yang mempegaruhi proses

adopsi suatu inovasi yang disampaikan.


49

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Petani Responden


Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
SD 18 72
SLTP 5 20
SLTA 2 8
Jumlah 25 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022

Tabel 8. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden

tertinggi adalah SD. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan responden beragam namun sebagian besar memiliki

pendidikan yang rendah, yaitu pada tingkat pendidikan SD sehingga

dapat disimpulkan bahwa responden tersebut masih lambat dalam

penyerapan inovasi dan teknologi baru pertanian, dibandigkan dengan

tingkat pendidikan SLTA.

3. Jenis Kelamin

Keragaman responden berdasarkan jenis kelamindapat ditunjukkan

pada tabel 9.

Tabel 9. Klasifikasi Jenis Kelamin Responden


Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)
(Orang)

Laki-laki 21 84

Perempuan 4 16

Jumlah 25 100

Sumber data primer yang diolah 2022


50

Berdasarkan karakteristik responden menurut jenis kelamin pada 9.

Terlihat bahwa responden laki-laki sebanyak 21 orang dengan

persentase 84%. Sedangkan yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 4 orang dengan persentase 16%. Sebagian besar responden

berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 86%. Hal tersebut dikarenakan

usaha peternakan membutuhkan tenaga ekstra untuk mengerjakannya,

akan tetapi tidak menghalangi wanita untuk bisa beternak.

4. Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga petani responden merupakan salah

satu pendukung dalam melakukan kegiatan berusaha tani. Jumlah

tanggungan keluarga petani responden dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden


Tanggungan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

0 3 12

1 5 20

2 5 20

3 5 20

4 4 16

5 3 12

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

Tabel 10 menunjukkan bahwa responden memiliki jumlah

tanggungan keluarga yang cukup besar sehingga Kelompok Tani Baji

Masungguh tergolong aktif dalam berusaha tani karena sebagian besar


51

memiliki tuntutan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. semakin

besar jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin besar juga

biaya yang harus dicari untuk menanggung kehidupan keluarga.

Sebaliknya, semakin kecil jumlah tanggungan keluarga maka akan

semakin kecil biaya yang diperlukan untuk menghidupi keluarga.

5. Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak merupakan faktor yang paling penting yang

harus dimiliki oleh seseorang peternak dalam meningkatkan

produktifitas dan kemampuan kerjanya dalam usaha peternakan.

lamanya beternak responden di Kelurahan Bonto Rita Kecamatan

Bissappu dapat dilihat pada Tabel 11 berikut :

Tabel 11. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak


Pengalaman Beternak
Jumlah (Orang) Persentase (%)
(tahun)
0–8 6 24
9 – 16 5 20
17 – 24 5 20
25 – 32 4 16
33 – 40 2 8
≥ 41 3 12
Jumlah 25 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa pengalaman beternak

yang dimiliki masyarakat di Kelurahan Bonto Rita, kecamatan Bissappu

termasuk tinggi. Hal ini menujukkan bahwa pengalaman beternak

responden paling banyak pengalaman beternak 0-8 tahun, dengan hal ini

peternak tersebut belum memiliki cukup pengalaman dan pengetahuan

yang ditunjukkan dengan lamanya mereka menjadi peternak, menurut


52

Halim (2017) menyatakan bahwa, semakin banyak Pengalaman Beternak

diharapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peternakan semakin

meningkat. Sehingga responden yang termasuk dalam kategori yang

tinggi adalah peternak yang memiliki pengalaman beternak 9 sampai ≥ 41

tahun

C. Hasil Kajian

Berdasarkan kajian yang telah dilaksanakan dan dianalisis

Proksimat Maggot Black Soldier Fly maka/sehingga. Pengujian hasil

kajian ini, menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan 3

perlakuan. Media kajian ini, sebagai perlakuan terdiri dari labu kuning,

pisang kapok, dan ikan tembang. Masing-masing perlakuan memiliki 5 kali

ulangan. Pengujian 3 perlakuan yaitu (P1, P2, P3). P1 = menggunakan

media tumbuh labu kuning, P2 = menggunakan media tumbuh pisang

kepok, dan P3 = Menggunakan media tumbuh ikan tembang.

Data hasil uji laboratorium diolah menggunakan analisis sidik ragam

atau analysis of variance (ANOVA) dengan software IBM SPPS 22.

Sebagaimana pada Tabel 10. Tabel tersebut menunjukkan hasilnya beda

nyata, Sig. (P<0.05) maka dilanjutkan dengan uji ducan. Uraian hasil

kajian dapat diamati pada Tabel 12.

Tabel 12. Rerata Hasil Proksimat 3 Media


Parameter P1 P2 P3
53

Air (%) 23,77 ± 0.53c 4,70 ± 1.48a 13,23 ± 1.67b

Protein (%) 29,23 ± 0.67b 25,06 ± 0.32a 55,13 ± 0.42c

Lemak (%) 20,74 ± 0.11a 57,64 ± 0.13c 21,15 ± 0.12b

Serat Kasar (%) 17,46 ± 0.39c 7,86 ± 0.38a 9,23 ± 0.62b

*P1 (Media tumbuh menggunakan labu kuning), P2 (Media tumbuh menggunakan pisang kepok) P3 (Media
tumbuh menggunakan ikan tembang). Dianalisa di Lab. Bioteknologi Peternakan Terpadu UNHAS 2022

D. Pembahasan Hasil Kajian

1. Air

Hasil analisis sidik ragam atau analysis of variance (ANOVA) media

tumbuh yang berbeda pada Maggot Lalat Tentara Hitam (Black Soldier

Fly) berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan air. Berdasarkan

Tabel 12 menunjukkan kandungan air tertinggi pada perlakuan P1 dan

kandungan air terendah pada perlakuan P2.

Hasil uji Duncan menunjukan bahwa perlakuan P1 berbeda nyata

(P<0.05) dengan P2, dan P3., perlakuan P2 berbeda nyata (P<0.05)

dengan P1, dan P3., perlakuan P3 berbeda nyata (P<0.05) dengan P1,

dan P2.

Kandungan air yang paling tinggi berada pada P1 23.77%,

kemudian P3 sebesar 13,23%, dan paling rendah pada P2 sebesar

4.70%. Kandungan air yang tinggi pada P1 menggunakan media labu

kunig. Kandungan air yang terendah pada P2 menggunakan media

pisang kapok. Dari hasil kajian Sari dkk (2018) mengatakan bahwa labu

kuning memiliki kandungan air sebesar 89.22%. Hasil tersebut lebih


54

tinggi jika dibandingkan dengan kandungan air pisang kapok dari

penelitian Zunggaval (2017) yaitu 57.76%. Nilai kandungan air yang

terdapat dalam media mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kadar maggot yang dihasilkan, Semakin tinggi kandungan air media

tumbuh maggot semakin tinggi kandungan air Maggot. Karena maggot

ini memiliki kandungan air yang cukup banyak serta kandungan air juga

berpengaruh penting dalam pakan namun dalam dosis yang pas dan

tidak berlebihan.

Kandungan air yang berlebihan dalam pakan akan mempengaruhi

kandungan nutrisi pakan, dimana air yang terkandung dalam pakan

akan memicu tumbuhnya jamur, bakteri dan mikroorganisme berpotensi

mempercepat terjadinya penurunan kandungan nutrisi pakan., Namun

demikian kandungan air dalam pakan akan berpengaruh juga terhadap

daya cerna ayam dan tingkat konsumsi pakan (Nasruddin, 2010). Dari

hasil uji laboratorium masing-masing perlakuan dapat dilihat pada tabel

4.6. P1 memiliki kandungan air sebesar 23.77%, P2 sebesar 4,70%,

dan P3 sebesar 13,23%. Kadar air pakan yang dihasilkan untuk semua

perlakuan hanya pada P2 dan P3 yang memenuhi persyaratan untuk

kadar air pakan menurut SNI 8173-3-2015 yaitu sebesar Maksimum

14%.

2. Protein

Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA Tabel 12. Media yang

berbeda pada maggot lalat tentara hitam (Black Soldier Fly)


55

berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan protein. Hal ini

menunjukkan ada pengaruh nyata antar media tumbuh yang berbeda

terhadap kandungan protein Maggot.

Karena dari hasil uji anova menujukkan ada pengaruh nyata media

tumbuh yang berbeda terhadap kandungan protein maggot, maka

dilanjutkan uji lanjut beda nyata terkecil. Hasil uji Duncan menunjukan

bahwa perlakuan P1 berbeda nyata (P<0.05) dengan P2, dan P3,

perlakuan P2 berbeda nyata (P<0.05) dengan P1, dan P3., perlakuan

P3 berbeda nyata (P<0.05) dengan P1, dan P2.

Kandungan protein yang paling tinggi berada pada perlakuan P3

yaitu sebesar 55.13%. Selanjutnya diikuti perlakuan P1 sebesar

29,23%. Nilai kandungan protein paling rendah berada pada P2 yaitu

sebesar 25.06%. Kandungan protein yang tinggi terdapat pada

perlakuan P3 yaitu terdapat pada media ikan tembang, sedangkan

pada kandungan protein paling rendah terdapat pada percobaan P2

yaitu pada media pisang kapok. Mariana (2018) mengatakan bahwa

nilai protein ikan tembang sebesar 16.6%. Sedangkan nilai protein pada

pisang kapok menurut Rusdiana (2015) sebesar 1.79%. Tingginya

kandungan protein maggot pada perlakuan P3 bersumber dari asam

amino media (Cicilia dan Susila, 2017). Jenis asam amino pada maggot

Hermetia illucens yaitu asam glutamat, asam aspartate, alanine, tirosin,

valin, lisin dan keusin (Suciati dan Faruq, 2017).


56

Komposisi media mempunyai pengaruh yang cukup signifikan

terhadap kadar maggot yang dihasilkan. Kandungan protein maggot

BSF sangat ditentukan oleh kandungan protein media tumbuhnya.

Semakin tinggi kandungan protein media tumbuh maggot maka

semakin tinggi kandungan protein maggotnya.

I. Gusti (2016) Menambahkan bahwa protein berguna untuk

menggantikan sel-sel tubuh yang rusak, untuk pertumbuhan, dan juga

merupakan unsur pembentukan telur. Dari hasil uji laboratorium

masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.. P1 memiliki

kandungan protein sebesar 29.23%, P2 sebesar 25.06%, dan P3

sebesar 55.13%. Kadar protein maggot yang dihasilkan untuk semua

perlakuan memenuhi persyaratan untuk kadar protein untuk pakan

terak unggas menurut SNI 8173-3-2015 yaitu Minimum 19%.

3. Lemak

Dari hasil analisis sidik ragam atau analysis of variance (ANOVA)

media yang berbeda pada maggot lalat tentara hitam (Black Soldier Fly)

berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan protein. Berdasarkan

tabel 4.6 menunjukkn kandungan protein tertinggi pada perlakuan P2

dan kandungan protein terenda pada perlakuan P1.

Hasil uji Duncan menunjuukan bahwa perlakuan P1 berbeda nyata

(P<0.05) dengan P2, dan P3., perlakuan P2 berbeda nyata (P<0.05)

dengan P1, dan P3., perlakuan P3 berbeda nyata (P<0.05) dengan P1,

dan P2.
57

Kandungan lemak yang paling tinggi berada pada perlakuan P2

yaitu sebesar 57.64%, kemudian P3 sebesar 21.15%. Nilai kandungan

protein paling rendah berada pada P1 yaitu sebesar 20.74%.

Kandungan lemak yang tinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu

terdapat pada media PisangKepok, sedangkan pada kandungan lemak

paling rendah terdapat pada percobaan P1 yaitu pada media labu.

Suryalita (2019) mengatakan bahwa nilai kandungan lemak pada

pisang kapok sebesar 0.31%, sedangkan nilai kandungan lemak labu

kuning menurut Gumolung (2019) sebesar 0.18%. Nilai lemak pisang

kapok terbilang rendah tetapi setalah diberikan pada maggot BSF

sebagai media tumbuh atau pakan buat maggot nilai kandungan lemak

pada maggot meningkat menjadi 57.64%. Hal ini disebabkan karena

nilai kandungan karbohidrat yang terkandung pada pisang kapok

terbilang tinggi yaitu sebesar 27% (Suryalita, 2019). Lemak terbentuk

dari pecahan karbohidrat menjadi glukosa. Lalu, apabila glukosa telah

mencukupi maka tidak terbetuk lemak. Namun, apabila glukosa di

dalam darah melebihi yang seharusnya, maka glukosa berubah

menjadi lemak. Proses sintesis lemak

Glukosa Piruvat Gliserol

Glukosa asetilKo-A Asam Lemak

Gliserol + Asam Lemak = Lemak

Gambar 6. Sintesis Lemak


dari Karbohidrat
58

Gari gambar 6. Di atas menujukkan bahwa sintesis lemak dari

karbohidrat diawali dengan penguraian glukosa, lalu berhidrolisis

menjadi piruvat, kemudian diubah menjadi gliserol. Glukosa yang tidak

diubah menjadi energi, disintesis menjadi asetilKo-A, kemudian menjadi

asam lemak. Gliser dan asam lemak menghasilkan lemak.(wahjuni,

2013).

Lemak yang tinggi pada tubuh ternak akan mengakibatkan

terjadinya kenaikan kadar LDL yaitu lipoprotein yang kaya akan

kolestrol (Junarti, dkk 2019). Hasil uji laboratorium masing-masing

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.. P1 memiliki kandungan lemak

sebesar 20.74%, P2 sebesar 57.64%, dan P3 sebesar 21.15%. Hal ini

menunjukkan bahwa kandungan lemak pada kajian tidak memenuhi

persyaratan pada SNI 8173-3-2015 yang menyatakan nilai maksimal

kandungan lemak pada pakan sebesar 7%.

4. Serat Kasar

Hasil analisis sidik ragam atau analysis of variance (ANOVA)

media yang berbeda pada maggot lalat tentara hitam (Black Soldier Fly)

berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan protein. Berdasarkan

tabel 4.6 menunjukkan kandungan protein tertinggi pada perlakuan P1

dan kandungan protein terenda pada perlakuan P2.

Hasil uji Duncan menunjuukan bahwa perlakuan P1 berbeda nyata

(P<0.05) dengan P2, dan P3., perlakuan P2 berbeda nyata (P<0.05)


59

dengan P1, dan P3., perlakuan P3 berbeda nyata (P<0.05) dengan P1,

dan P2.

Kandungan serat kasar yang paling tinggi berada pada perlakuan

P1 yaitu sebesar 17.46%, kemudian dilanjutkan dengan P3 sebesar

9.23%. Nilai kandungan Serat Kasar paling rendah berada pada P2

yaitu sebesar 7.86%. Kandungan serat kasar yang tinggi terdapat pada

perlakuan P1 yaitu terdapat pada media labu kuning, sedangkan pada

kandungan serat paling rendah terdapat pada percobaan P2 yaitu pada

media pisang kepok. Nilai kandungan serat kasar pada labu kuning

yang dikemukakan oleh Sari (2018) yaitu sebesar 1.15%. Sedangkan,

nilai kandungan serat kasa pada pisang kapok menurut Suryalita (2019)

yaitu sebesar 0.5%. Nilai kandungan diatas menunjukkan bahwa nilai

kandungan serat kasar labu kuning cenderung lebih tinggi dibandingkan

nilai kandungan serat kasar pisang kapok. Sehingga serat kasar yang

dihasilkan maggot dengan media labu kuning lebih tinggi dibandingkan

serat kasar yang dihasilkan maggot dengan media pisang kapok.

Serat kasar yang tinggi pada maggot tidak dapat dijadikan pakan

unggas, dikarenakan unggas memiliki kemampuan yang rendah dalam

memanfaatkan serat kasar tetapi tetap membutuhkan dalam jumlah

kecil serta dapat mepengaruhi histologi saluran pencernaan (sAnonim,

2020). Dari hasil uji laboratorium masing-masing perlakuan dapat dilihat

pada tabel 4.6. P1 memiliki kandungan serat kasar sebesar 17.74%, P2

sebesar 7.86%, dan P3 sebesar 9.23%. Hal ini menunjukkan bahwa


60

kandungan serat kasar pada kajian hanya pada P2 yang memenuhi

persyaratan pada SNI 8173-3-2015 yang menyatakan nilai maksimal

kandungan serat kasar pada pakan sebesar 6-8%.

Dari hasil kajian diatas bahwa maggot yang baik dijadikan pakan

adalah maggot yang memiliki kandungan air < 14%, kandungan protein

> 19%, kandungan lemak < 7%, dan kandungan serat kasar <8%. Maka

media yang cocok diberikan pada maggot yaitu media ikan tembang,

sebagai pengganti protein hewani. Namun pemberian maggot terhadap

ayam diperlukan takaran pas dikarenakan kandungan protein dan

lemak pada maggot sangat tinggi. Pakan Maggot hanya diberikan satu

kali dalam sehari pada ayam yang berumur 2 minggu. Pemberiannya

dilakukan dengan cara mencampurkan dengan jagung 50%, dedak

25%, dan Maggot 25%. Jagung dan dedaknya diberikan pada pagi hari,

maggot diberikan pada sore hari. pemberian pakan maggot tidak

diberikan full maggot 100% karena jika diberikan pakan maggot 100%

akan mengakibatkan kelebihan protein dan lemak pada maggot. Hal ini

menyebabkan kerontokan bulu pada ayam dan ayam menjadi kanibal.

Selain itu, kadar ammonia pada kandang akan bertambah

menyebabkan ayam terkenah penyakit pernafasan.

E. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

Sasaran yang ingin dicapai pada pelaksanaan kegiatan penyuluhan

adalah adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan serta sikap

petani maupun peternak terhadap inovasi baru yang disampaikan


61

sehingga diharapkan dapat diadopsi. Pada pelaksanaan kegiatan

penyuluhan dilakuakan pendekatan berupa pendekatan individu dan

kelompok yang dilaksanakan di kelurahan Bonto Rita, Kecamatan

Bissappu, Kabupaten Bantaeng.

Responden dalam penyuluhan yang dilaksanakan di kelompok tani

Baji Masungguh, Kelurahan Bonto Rita dengan kisaran umur 19-60

tahun. Paling banyak berjenis kelamin Laki-laki sebanyak 21 orang

dengan persentase 84% sedangkan yang berjenis kelamin

peremmpuan sebanyak 4 orang dengan persentase 16%, dengan

tingkat Pendidikan responden tergolong rendah dimana Pendidikan

responden mayoritas tamat SD Sederajat yang tertinggi yaitu 18 orang

dengan persentase 72%, kemudian dengan tingkat Pendidikan

terendah kedua yaitu SLTP yaitu 5 orang responden dengan

persentase 20%, dan tingkat Pendidikan yang tertinggi yaitu SLTA

dengan jumlah 2 orang jika dipersentasekan sebanyak 8%.

Pengalaman beternak yang masih rendah dimana mayoritas responden

memiliki pengalam beternak 0-10 tahun sebanyak 10 orang, 11-20

tahun sebanyak 6 orang, 21-30 tahun sebanyak 4 orang, 31-40 tahun

sebanyak 2 orang, dan 41-50 tahun sebanyak 3 orang.

Oleh karena itu adanya kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan

diharapkan memberikan perubahan-perubahan terutama pada perilaku

serta pola pikir, baik dari dirinya dan mampu membawa keluarganya,

untuk itu perlu adanya kegiatan penyuluhan yang ditunjang dengan alat
62

pendukung penyuluhan lainnya seperti leaflet, Lcd, dan Leptop agar

mempermudah responden dalam mengadopsi inovasi yang

disampaikan.

Kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan di kelompok tani Baji

Masungguh, Kelurahan Bonto Rita, Kecamatan Bissappu, Kabupaten

Bantaeng disusun dengan rancangan penyuluhan berikut ini:

1 Materi : Budidaya Maggot Black Soldier Fly Sebagai

. Pakan Alternatif Bernutrisi Tinggi.

2 Tujuan : Meningkatkan pengetahuan, sikap, serta

. keterampilan peternak terhadap Budidaya

Maggot Black Soldier Fly Sebagai Pakan

Alternatif Bernutrisi Tinggi.

3 Sasaran : Kelompok Tani Baji Masungguh

4 Metode : Kelompok dan individu

5 Teknik : Ceramah dan diskusi

6 Media : Leafleat, lembar persiapan menyuluh (LPM)

. dan kuesioner

F. Evaluasi Penyuluhan Pertanian


63

Evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis

untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana tujuan

program penyuluhan pertanian di suatu wilayah dapat dicapai sehingga

dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk mengambil

keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program

penyuluhan yang dilakukan (Utami, 2018).

Evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan untuk mengetahui

respons kelompok tani dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dengan

metodependekatan individu dan kelompok degan teknik ceramah dan

diskusi. Media yang digunakan yaitu peta singkap dan leaflet. Dalam

hal ini yang diukur adalah tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap

responden sebelum dan sesudah mengikuti penyuluhan. Materi

penyuluhan dilakukan dengan menggunakan rating scale kemudian

ditabulasi dan diolah menggunakan ari continuum.

1) Skala Penilaian (Rating scale)

Secara umum skala penilaian diperoleh dari data kualitatif

kemudian dibuat kuantitatif. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel

4.9, berikut ini:

Tabel 12. Skala nilai tingkat pemahaman responden

No Uraian Evaluasi Nilai Kriteria


.

1. Pengetahuan 4 3 2 1

2. Keterampilan 4 3 2 1
64

3. Sikap 4 3 2 1

Sumber: Data sekunder setelah diolah, 2022

Berdasrkan pada tabel diatas, uraian penilaian evaluasi terbagi

atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Memiliki nilai pemahaman

(Nilai kriteria) responden terdiri dari skor terendah 1 san skor tertinggi 4.

Jawaban dengan angka 4 sangat mengetahui, angka 3 mengetahui,

angka 2 kurang mengetahui, dan angka 1 tidak mengetahui.

1). Aspek Pengetahuan Responden

a. Evaluasi Awal

Tingkat pengetahuan peternak (responden) dapat di artikan

sebagai kenyataan yang dimengerti dan diketahui oleh peternak

Budidaya Maggot Black Soldier Fly Sebagai Alternatif Pakan Bernutrisi

Tinggi

Evaluasi awal tingkat pengetahuan yang diperoleh dari 25

responden dapat dinilai sebagai berikut:

Skor yang diperoleh : 240

Skor tertinggi yang diperoleh : 25 × 5 × 4 = 500

Skor terendah yang diperoleh : 20 × 5 × 1 = 125

Jumlah Skor 240


Persentase= = ×100 %=48 %
Skor Tertinggi 500

Jika digambarkan dengan garis kontinum adalah sebagai berikut:


48%
0
0% 25% 50% 75% 100%
TM KM M SM

f
65

0 125 250 375 500


0
240

Gambar 7. Garis kontinum tingkat pengetahuan pada evaluasi awal

Keterangan :

TM : Tidak Mengetahui

KM : Kurang Mengetahui

M : Mengetahui

SM : Sangat Mengetahui

Garis kontinum di atas menunjukkan bahwa sebelum melakukan

penyuluhan, pengetahuan tentang budidaya Maggot BSF sebagai

pakan alternative bernutrisi tinggi berada pada skor 240 dengan

persentase 48%. Masih berada pada kriteria “Kurang Mengetahui”.

Artinya responden secara umum masih belum mengetahui tentang

budidaya Maggot BSF sebagai pakan alternative bernutrisi tinggi. Hal

itu dikarenakan petani belum pernah melihat dan tau apa kegunaan

Maggot BSF.

b). Evaluasi Akhir

Evaluasi akhir dari tingkat pengetahuan yang diperoleh dari 25

responden dapat dinilai sebagai berikut :

Skor yang diperoleh : 459

Skor tertinggi yang diperoleh : 25 × 5 × 4 = 500


66

Skor terendah yang diperoleh : 25 × 5 × 1 = 125

Jumlah Skor 456


Persentase= = × 100 %=91,8 %
Skor Tertinggi 500

Jika digambarkan dengan garis kontinum adalah sebagai berikut:

0 91,8%
0% 25% 50% 75% 100%

TM KM M SM

0 125 250 375 500


459

Gambar 8. Garis kontinum tingkat pengetahuan pada evaluasi akhir

Keterangan :

TM : Tidak Mengetahui

KM : Kurang Mengetahui

M : Mengetahui

SM : Sangat Mengetahui

Garis kontinum di atas menunjukkan bahwa setelah penyuluhan

dilakukan, pengetahuan tentang budidaya Maggot BSF sebagai pakan


67

alternative bernutrisi tinggi berada pada skor 459 atau persentase

91.8% berarti sudah berada pada kriteria “Sangat Mengetahui”.

Penyuluhan mengenai budidaya Maggot BSF sebagai pakan

alaternatif bernutrisi tinggi. Tingkat pengetahuan responden sebelum

mengikuti penyuluhan berada pada kategori Kurang Mengetahui (KM)

dengan nilai 240 atau 48%, dan meningkat 216 atau 43,2% dengan

kategori Sangat Mengetahui (SM) dengan nilai 459 atau 91,8% setelah

mengikuti kegiatan penyuluhan. Artinya bahwa responden baru

mengetahui dan memahami tentang budidaya Maggot BSF sebagai

pakan alternative bernutrisi tinggi setalah dilakukannya penyuluhan. Hal

ini dikarenakan responden mengikuti kegiatan penyuluhan dengan

metode pendekatan individu dan kelompok dengan menggunakan

teknik ceramah dan diskusi pada pertemuan kelompok tani baji

masungguh sehingga responden melihat dan mendengar secara

langsung materi yang disuluhkan.

2). Aspek Keterampilan Responden

a. Evaluasi Awal

Evaluasi awal tingkat keterampilan yang diperoleh dari 25

responden dapat dinilai sebagai berikut:

Skor yang diperoleh : 239

Skor tertinggi yang diperoleh : 25 × 5 × 4 = 500

Skor terendah yang diperoleh : 20 × 5 × 1 = 125


68

Jumlah Skor 239


Persentase= = ×100 %=47.8 %
Skor Tertinggi 500

Jika digambarkan dengan garis kontinum adalah sebagai berikut:

0 47.8%
0% 25% 50% 75% 100%
TT KT T ST
M

0 125 250 375 500


239 0

Gambar 9. Garis kontinum tingkat keterapilan pada evaluasi awal

Keterangan :

TT : Tidak Terampil

KT : Kurang Terampil

T : Terampil

ST : Sangat Terampil

Garis kontinum di atas menunjukkan bahwa sebelum melakukan

penyuluhan, keterampilan tentang budidaya Maggot BSF sebagai

pakan alternative bernutrisi tinggi berada pada skor 239 dengan

persentase 47.8%. Masih berada pada kriteria “Kurang Terampil”.

Artinya responden secara umum masih belum mengetahui dan

memahami tentang cara budidaya Maggot BSF sebagai pakan

alternatif bernutrisi tinggi, sehingga petani belum terampil dalam

melakukan budidaya Maggot BSF. Hal itu dikarenakan petani belum

pernah melakukan budidaya Maggot BSF.

b) Evaluasi Akhir
69

Evaluasi akhir tingkat Keterampilan yang diperoleh dari 25

responden dapat dinilai sebagai berikut:

Skor yang diperoleh : 457

Skor tertinggi yang diperoleh : 25 × 5 × 4 = 500

Skor terendah yang diperoleh : 20 × 5 × 1 = 125

Jumlah Skor 457


Persentase= = × 100 %=66 %
Skor Tertinggi 500

Jika digambarkan dengan garis Kontinum adalah sebagai berikut:


91.4%
0
0% 25% 50% 75% 100%
TT KT T ST
M

0 125 250 375 500


457 0

Gambar 10. Garis kontinum tingkat keterampilan pada evaluasi akhir

Keterangan :

TT : Tidak Terampil

KT : Kurang Terampil

T : Terampil

ST : Sangat Terampil

Garis kontinum di atas menunjukkan bahwa setelah penyuluhan

dilakukan keterampilan responden mengenai Budidaya Maggot Black


70

Soldier Fly Sebagai Pakan Alternatif Bernutrisi Tinggi sebesar 457 atau

91.4% yang berada dalam kategori ”Sangat Terampil”.

Penyuluhan mengenai budidaya Maggot BSF sebagai pakan

alaternatif bernutrisi tinggi. Tingkat keterampilan responden sebelum

mengikuti penyuluhan berada pada kategori Kurang Terampil (KT)

dengan nilai 239 atau 47.8%, dan meningkat 91 atau 18.2% dengan

kategori Sangat Terampil (ST) dengan nilai 457 atau 91.4% setelah

mengikuti kegiatan penyuluhan. Artinya bahwa responden baru

mengetahui dan memahami tentang cara budidaya Maggot BSF

sebagai pakan alternatif bernutrisi tinggi setalah dilakukannya

penyuluhan. Hal ini dikarenakan responden mengikuti kegiatan

penyuluhan dengan metode pendekatan individu dan kelompok dengan

menggunakan teknik ceramah dan diskusi pada pertemuan kelompok

tani baji masungguh sehingga responden melihat dan mendengar

secara langsung materi yang disuluhkan.

3). Aspek Sikap Responden

a. Evaluasi Awal

Evaluasi awal tingkat Sikap yang diperoleh dari 25 responden

dapat dinilai sebagai berikut:

Skor yang diperoleh :226

Skor tertinggi yang diperoleh : 25 × 5 × 4 = 500

Skor terendah yang diperoleh : 20 × 5 × 1 = 125


71

Jumlah Skor 226


Persentase= = ×100 %=45,2 %
Skor Tertinggi 500

Jika digambarkan dengan garis kontinum adalah sebagai berikut:

0
45,2%
0% 25% 50% 75% 100%
TS KS S SS

0 125 250 375 500


0
226

Gambar 11. Garis kontinum tingkat sikap pada evaluasi awal

Keterangan :

TT : Tidak Setuju

KT : Kurang Setuju

T : Setuju

ST : Sangat Setuju

Garis kontinum Setelah penyuluhan dilakukan sikap responden

mengenai Budidaya Maggot Black Soldier Fly Sebagai Pakan Alternatif

Bernutrisi Tinggi menunjukkan nilai sebesar 226 atau 45,2% yang

berada dalam kategori ”Kurang Setuju”. Artinya responden secara

umum masih belum mengambil sikap dalam budidaya Maggot BSF

sebagai pakan alternatif bernutrisi tinggi. Hal itu dikarenakan petani

belum mengetahui manfaat dan kegunaan melakukan budidaya Maggot

BSF.

b). Evaluasi AKhir


72

Evaluasi akhir tingkat Sikap yang diperoleh dari 25 responden

dapat dinilai sebagai berikut:

Skor yang diperoleh : 449

Skor tertinggi yang diperoleh : 25 × 5 × 4 = 500

Skor terendah yang diperoleh : 20 × 5 × 1 = 125

Jumlah Skor 449


Persentase= = × 100 %=89.8 %
Skor Tertinggi 500

Jika digambarkan dengan garis kontinum adalah sebagai berikut:


0 89.8%
0% TS 25% KS 50% SM 75% ST 100%

0 125 250 375 500


0
449

Gambar 12. Garis kontinum tingkat Sikap pada evaluasi akhir

Keterangan :

TT : Tidak Setuju

KT : Kurang Setuju

T : Setuju

ST : Sangat Setuju

Garis kontinum setelah penyuluhan dilakukan sikap responden

mengenai Budidaya Maggot Black Soldier Fly Sebagai Pakan Alternatif

Bernutrisi Tinggi sebesar 449 atau 89,8% yang berada dalam kategori

”Sangat Setuju”.
73

Penyuluhan mengenai budidaya Maggot BSF sebagai pakan

alaternatif bernutrisi tinggi. Tingkat sikap responden sebelum mengikuti

penyuluhan berada pada kategori Kurang Terampil (KS) dengan 226

atau 45,2%, dan meningkat 223 atau 44.7% dengan kategori Sangat

Terampil (SS) dengan nilai 449 atau 89.8% setelah mengikuti kegiatan

penyuluhan. Artinya bahwa terjadi peningkatan sikap responden dalam

mengadopsi inovasi yang telah disampaikan dalam penyuluhan tentang

budidaya Maggot BSF sebagai pakan alternatif bernutrisi tinggi setalah

dilakukannya penyuluhan. Dimna sebelum dilaksanakan penyuluhan

tingkat sikap responden berada pada katekogori kurang setuju dan

setelah dilaksamakan penyuluhan tingkat sikap responden meningkat

menjadi sangat setuju. Hal ini dikarenakan responden mengikuti

kegiatan penyuluhan dengan metode pendekatan individu dan

kelompok dengan menggunakan teknik ceramah dan diskusi pada

pertemuan kelompok tani baji masungguh sehingga responden melihat

dan mendengar secara langsung materi yang disuluhkan.

Tabel. 13. Rata – Rata Perubahan Pengetahuan, Keterampilan, Dan


Sikap Responden Kelompok Tani Baji Masungguh, Kelurahan
Bonto Rita, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng

Deskripsi Nilai Tes % Tes % Perubahan %


Max Awal Akhir Nilai

Pengetahuan 500 240 48 456 91,2 216 43,2

Keterampilan 500 293 58,6 457 91,4 164 32,8

Sikap 500 226 45,2 449 89,8 223 44,6


74

Jumlah 759 1.362 603

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2022

2. Efektivitas penyuluhan

Ps−Pr
Efektivitas Penyuluhan = ×100 %
( n .4 .Q )−Pr
1.362−759
= × 100 %
( 23.4 .15 )−759
603
= ×100 %
741
= 81,37%
Evaluasi penyuluhan merupakan salah satu bagian untuk

menentukan efektivitas dan dampak penyuluhan sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai (Nuraeni dan Faradila 2021). Aspek yang diukur dalam

pelaksanaan penyuluhan adalah efektivitas program penyuluhan dan

perubahan perilaku responden. Berdasarkan hasil perhitungan efektivitas

penyuluhan menunjukkan bahwa efektivitas penyuluhan yang telah

dilaksanakan berada pada kategori sangat efektif dengan persentase skor

81,37%. Hal tersebut mencerminkan bahwa program penyuluhan direspon

oleh sasaran.

G. Analisis Usaha

Analisis usaha jika usaha budidaya Maggot BSF dijalankan.

Kapasistas produksi Maggot BSF menghasilkan 80 kg dari 20 gram


75

telur Maggot BSF. Jika yang akan dijual Maggot Basah produksinya

tetap 80 kg. Namun, jika yang akan dijual Maggot kering produksinya

70 kg. Harga jual maggot basah Rp. 50.000,- per-kg, sedangkan

harga jual untuk maggot kering Rp. 100.000,- per-kg. total biaya

variabel dan biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah:

Tabel 15. Biaya variabel dan biaya tetap


NO Kegiatan Harga Barang Jumlah

Unit Harga

A Biaya Variabel

Telur Maggot 20 gram Rp 8.000 Rp 160.000

Limbah Organik 10 kg - -

Dedak Padi 10 kg Rp.2000 Rp 20.000

Pur Ayam 10 kg Rp 4.000 Rp 40.000

Biaya Listrik - - Rp.150.000

Gaji Pekerja 2 Rp. 150.000 Rp. 300.000

Jumlah Rp. 670.000

B Biaya Tetap

Mesin Pencacah 1 Rp 850.000 Rp. 850.000

Biopond 5 Rp. 150.000 Rp. 750.000

Baskom Penetasan 5 Rp. 30.000 Rp. 150.000

Kandang Lalat 2x1x2 - Rp. 500.000 Rp. 500.000

Tm Jumlah Rp. 2.250.000

Total Rp. 2.970.000


76

Sumber: Data primerdiolah 2022

a. Biaya total/ Total Cost (TC)

Biaya total produksi budidaya maggot yaitu jumlah keseluruhan

biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan.

TC = Fixed Cost (FC) + Variable Cost (VC)

= 2.250.000 + 670.000 = 2.970.000

b. Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan merupakan jumlah produk yang dihasilkan dalam

jumlah fisik maupun bentuk mata uang. Penerimaan penjualan Maggot

BSF yaitu:

1. Maggot BSF basah = 80 kg × 50.000

= 4.000.000

2. Maggot BSF kering = 70 kg × 100.000

= 7.000.000

Pendapatan atau keuntungan merupakan uang yang diperoleh dari

selisih jumlah yang diterima dari penjualan Maggot BSF dengan total

biaya pengeluaran. Keuntungan penjualan Maggot BSF yaitu:

1. Maggot BSF basah = 4.000.000 – 2.970.000

= 1.030.000

2. Maggot BSF kering = 7.000.000 – 2.970.000

= 4.030.00

c. Return Cost Ratio R/C Ratio


77

Return cost ratio (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan

penjualan dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

4.000 .000
R/C Rasio Maggot basah = = 1,34
2.970 .000

7.000.000
R/C Rasio Maggot kering = = 2,35
2.970.000

Hasil ini menunjukkan bahwa nilai R/C rasio Maggot basah sebesar

1,34 ini menunjukkan jika Rp.1.000 yang dikeluarkan maka akan

menghasilkan Rp. 1.340. R/C rasio Maggot kering sebesar 2,35 ini

menunjukkan jika Rp. 1000 yang dikeluarkan maka akan menghasilkan

Rp. 2.350. Hal ini sesuai dengan kriteria kelayakan usaha jika R/C > 1,

usaha layak untuk dijalankan dan jika R/C < 1, usaha tidak layak untuk

dijalankan.

d. Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit Cost Ratio (B/C) digunakan untuk menentukan sejauh

mana efisiensi suatu usaha dijalankan dengan cara membagikan

keuntungan penjual dengan total biaya produksi.

1.030.000
B/C Rasio Maggot basah = = 0,34
2.970.000

4.030 .000
B/C Rasio Maggot kering = = 1,35
2.970 .000

Hal ini menunjukkan bahwa nilai Benefit Cost Ratio (B/C) pada

Maggot basah sebesar 0,34 dan Maggot kecing sebesar 1,35 ini

menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan mendapatkan keuntungan

karena B/C rasio Maggot basah 0,34 artinya jika pedagang


78

mengeluarkan biaya Rp. 1000 maka akan mendapatkan keuntungan

sebesar Rp. 340. B/C rasio pada Maggot kering sebesar 1.35 artinya

setiap mengeluarkan biaya Rp.1000 maka akan mendapatkan

keuntungan sebesar Rp.1340

e. Break Even Point (BEP)

Perhitungan Break Even Point (BEP) dilakukan untuk mendapatkan

standar minimal suatu penjual yang diperkenankan pada kegiatan

produksi.

Tabel 16. Nilai BEP produk


No. Jenis Maggot BEP (kg) BEP (Rp)

1. Maggot Basah 47,24 kg 2.500.000

2. Maggot Kering 24,88 kg 2.500.000

Sumber: Data Primer diolah 2022

Tabel 15 di atas menunjukkan titk impas penjualan maggot. Hal ini

berarti maggot basah harus terjual sebanyak 47,24 kg dan

menghasilkan Rp. 2.500.000. Sedangkan pada maggot kering harus

terjual sebanyak 24,88 kg dan menghasilkan uang Rp. 2.500.000.

wijayanti dkk., (2015) menyatakan apabila penjualan kurang dari BEP

maka suatu usaha akan mengalami kerugian dan sebaliknya jika

penjualan melebihi BEP maka usaha tersebut akan mendapatkan

keuntungan. Maka dari itu penjualan maggot harus mecapai titik impas

BEP agar usaha tidak mengalami kerugian.


79

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kajian bahwa analisis proksimat Maggot BSF dengan

media tumbuh yang berbeda, yaitu dengan media tumbuh labu kuning,

pisang kapok, dan ikan tembang, memiliki perbedaan. Maggot yang baik

dijadikan pakan adalah maggot yang memiliki kandungan air < 14%,

kandungan protein > 19%, kandungan lemak < 9%, dan kandungan serat

kasr <8%. Maka media yang cocok diberikan pada maggot yaitu media

ikan tembang, sebagai pengganti protein hewani. Namun, pemberian

maggot sesuai dengan takaran dikarenakan tingginya kandungan protein

dan lemak pada maggot.

Setelah penyuluhan dilakukan pada kelompok tani Baji Masungguh

menunjukkan respon baik dari sasaran, sertanya meningkatnya tingkat

pengetahuan, yang awalnya kurang mengetahui menjadi sangat

mengetahui. Pada tingkat keterampilan, yang awalnya kurang terampil

menjadi sangat terampil, dan tingkat sikap meningkat yang awalnya

kurang setuju menjadi sangat setuju. Pada tingkat pendidikan meningkat

sebesar 43,2%, pada tingkat keterampilan meningkat sebesar 32,8%, dan

pada tingkat sikap 44,6%. Dengan efektivitas penyuluhan sebesar 81,37.

Hal tersebut mencerminkan bahwa program penyuluhan direspon oleh

sasaran.

B. Saran
80

Dari hasil kajian ini saran yang dapat diberikan yaitu perlunya

dilakukan penelitian lebih lanjut denga media jenis lain dan menggunakan

metode penelitian yang berbeda. Diperlukan penelitian mengenai

pengaplikasian pakan Maggot BSF ternak ayam dikarenakan tingginya

kandungan protein dan lemak pada maggot membuat perlunya dilakukan

dengan takaran yang pas sehingga tidak membuat performa ayam

menurun.
81

DAFTAR PUSTAKA

Ambarita M. D. Y., Bayu E. S., Setiado H.,2015, Identifikasi Morfologi


Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang, Jurnal
Agroekoteknologi, 1911-1924.
Andang Andiani Listyowati, Asri, Sumaryanto. 2021. “Hubungan
Karakteristik Peternak Terhadap Respons Pembuatan Briket Bio-
Arang Berbahan Dasar Kotoran Kambing Dan Serbuk Gergaji Di
Desa Tampingan Kecamatan Tegalrejo.” Jurnal Penelitian
Peternakan Terpadu 3 (5): 6.
Angelina I. O. 2016. Analisis Kadar Lemak pada Tepung Ampas Kelapa.
Jurnal Tehcnopreneur. 4 (1): 19-23

Anonim, 2006. Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 16 tentang


Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
Departemen Pertanian.

Ari. 2021. Programa Penyuluhan Pertanian. Balai Penyuluhan Pertanian


Kabupaten Bantaeng

Badan Pengkajian dan Pekembangan Perdagangan. 2018. Kebijakan-


Kebijakan Persaingan Usaha di Sektor Perunggasan. Pusat
Pengkajian Perdagamgan Dalam Negeri. Indonesia.

BPS. 2021. Kecamatan Bissappu dalam Angka. Badan Pusat Statisti.


Bantaeng

____. 2020. Peternakan Dalam Angka 2020.Badan Pusat Statistik


Indonesia. Indonesia

Badan Standardisasi Nasional. SNI 8173-3-2015. Pakan Ayam Ras


Pedaging masa akhir (Broiler Finisher)

Diener S, M. nandayure, S. F. R. Gutierez, C. Zurr-brugg, dan K. Tocjner.


2011a. Biological Treatment of Mu-nicipalOrganic Waste Using
Black Soldier Flye Larvae, Waste Biomas Valorz. PP 357-363. Doi
=10.1007/s12649.011.9079.1

Direktorat Jenderal Perikanan. 1998. Laporan Dan Prosiding


Pengembangan Teknologi Pembenhan Budidaya Air Tawar,
Payau, Dan Laut. Direktorat Jenderal Perikanan. Indonesia

Dewi, R. K., Ardiansyah, F., & Fadhlil, R. C. (2021). Kualitas Fisik dan
82

Kimianya. In Fapet.Unisla.Ac.Id. http://fapet.unisla.ac.id/wp-


content/uploads/2021/07/Revisi-Layout-Maggot-Ok-104hlm-15-x-
23-cm-2.pdf

Dodik Briawan, Widya Lestari Nurpratama, W. Ri. (2020). Indonesian


Journal of Human Nutrition. Indonesian Journal of Human
Nutrition, 7(2),
139–152.https://www.researchgate.net/profile/Fajar_Ari_Nugroho/
publication/
314713055_Kadar_NF_Kb_Pankreas_Tikus_Model_Type_2_Diab
etes_Mellitus_dengan_Pemberian_Tepung_Susu_Sapi/links/
5b4dbf09aca27217ff9b6fcb/Kadar-NF-Kb-Pankreas-Tikus-Model-
Type-2-Diabetes-Melli.

Feringo, T. 2019. Analisis Kadar Air, Kadar Abu, Kadar Abu Tak Larut
Asam dan Kadar Lemak pada Makanan Ringan di Balai Riset dan
Standarisasi Industri Medan.Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Medan.

Fitriyah, N. L. 2017. Identifikasi Stok Ikan Tembang (Sardinella aurita)


dengan Pendekatan Morfometri yang didaratkan di Probolinggo
dan Muncar Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan
Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang.

Firdaus M. Heberta. 2021. Studi Pembuatan Konsentrat Protein Ikan


Tembang (SardinellaFimbriata) dengan Penggunaan Larutan
Ekstraksi Isopropil Alkohol. Skripsi. Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara: Medan.

Halim S., 2017. “Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap Motivasi


Beternak Sapi Potong Di Kelurahan Bangkala Kecamatan Maiwa".
Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin : Makassar

Junarti Nurinsan,Ngitung Rosdiana, Hiola St. Fatma. Pengaruh pemberian


tepung rumput laut pada ransum broiler terhadap kadar lemakdan
kolestrol. Bionature. 20 (1): p-ISSN 1411-4720

Kepala Badan Ketahanan Pangan. 2021. Direktor Perkembangan


Konsumsi Pangan 2021. Kementerian Pertanian. Indonesia.

Kusnadi, Dedi. 2011. Dasar - Dasar Penyuluhan Pertanian.


http://books.google.com/books?id=gYeKXOcifiAC&pgis=1.
Lensi, Yuniarti. 2021. Pemanfaat Kulit Pisang Kepok Dalam Meminimalisir
Limbah Kulit Pisang. Diploma thesis. Uin Fatmawati Sukarno :
83

Bengkulu
Mariana, A. 2018. Penggunaan cuka fermentasi Nira lontar (Borassus
flabellifer L.) untuk pengawetan ikan tembang (Sardinella fimbriata)
yang dikeringkan. Skirpsi. Uniiversitas Hasanuddin. Makassar
Morales-Ramos JA, Rojas MG, Shapiro-Ilan DI. 2014. Mass production of
bene icial organisms invertebrates and entomopathogens.
Cambridge (US): Academic Press.

Nasruddin. 2010. “Komposisi Nutrisi Pakan Ayam Ras Pedaging


MasaAkhir (Broiler Finisher) dari Beberapa Bahan Pakan Lokal”.
21 (6): 14-23

Newton GL, Sheppard DC, Thompson SA, Savage SI. 1995. Soldier fly
beneits: House ly control, manure volume reduction and manure
nutrient recycling [Laporan Tahunan]. Diambil dari UGA Animal &
Dairy Science.

Nuraeni, and Soraya Faradila. 2021. “Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap


Minat Pemuda Dalam Beternak Sapi Potong.” Jurnal Agrisistem :
Seri Sosek Dan Penyuluhan 17 (2): 94–98.
https://doi.org/10.52625/j-agr-sosekpenyuluhan.v17i2.199.

Nuraini, Ida. 2015. Pengertian Media Penyuluhan Pertanian. Media


Penyuluhan Pertanian.

Rahman, A. P. S. 2022. Analisis Kandungan Proksimat dan Kandungan


Natinutrien Ekstrak Daun Kelor (Mouring oleifera Lamk). Skripsi.
Makassar: Program Studi Farmasi Unhas.

Prof. DR. IR. I. Gusti. NYM. GDE Bidura, MS. Bahan Makanan Ternak.
Bahan Ajar. Fakultas Peternakan. Universitas Udayana: Denpasar

Rusdiana, Syauqy Ahmad. 2015. Pengaruh Pemberian pisang kapok


(Musa Paradisiaca) terhadapkadar trigliserida tikus Sparague
dawley Pra sindrom metabolic. Jurnal of nutrition collage: 4 (2):
585-592

Rosaini, H., R. Rasyid dan V. Hagramida. 2015. Penetapan kadar protein


secara kjeldahl beberapa makanan olahan kerang remis
(Corbiculla moltkiana Prime.) dari Danau Singkarak. Jurnal
Farmasi Higea. 7 (2): 120–127

Sari N. P., Putri W. D. R.. 2018. “Pengaruh Lama Penyimpanan Dan


Metode Pemasakan Terhadap Karakteristik Fisikokimia Labu
Kuning (Cucurbita moshchata)” 6 (1): 17–27.
84

Suryalita. 2019. Review Beraneka Ragam Jenis Pisang dan Manfaatnya.


Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas Indonesia. Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas UIN Alauddin
Makassar: Makassar.

Supriyanto, nurdayati, Ahadiati. 2016. “Faktor - Faktor Yang


Mempengaruhi Perubahan Perilaku Peternak Terhadap
Pengobatan Dan Pencegahan Nematodiasis Pada Kambing.”
Jurnal Triton 7 (1): 61–76.

Thamrin, Muhammad, Hadriman Khair, and Ade Ryantika. 2011. “Evaluasi


Program Penyuluhan Pertanian Dan Pengaruh Faktor Sosial
Ekonomi Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah.” Jurnal
Agrium 16 (3).

Udang-undang RI No. 3 tahun 2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan


Penyuluhan Pertanian.

Undang -Undang No 52 Tahun 2009 tentang Metode Penyuluhan


Pertanian.

Tomberlin JK, Sheppard DC, Joyce JA. 2002. Selected lifehistory traits of
black soldier lies (Diptera: Stratiomyidae) reared on three artificial
diets. Annals Entomol Soc Amer 95(3): 379-86.

_______, Sheppard DC. 2002. Factors influencing mating and oviposition


of black soldier lies (Diptera: Stratiomyidae) in a colony. J Entomol
Sci 37(4): 34552.

______, D.C. Sheppard, and J.A. Joyce. 2002. Selected Life-History Traits
of Black Soldier flies (Diptera: Stratiomyidae) Reared on Three
Artificial Diets. Ann.Entomol.Soc.Am. 95(3):379-386.

Utami, Bekti Nur. 2018. Petunjuk Praktik Evaluasi Penyuluhan Pertanian


Pengujian Instrumen Evaluasi.

Wahjuni Sri. 2013. Metabolisme Biokimia. Udayana University Press:


Denpasar.

Wahyuni, 2015 Kualitas Karkas Ayam Broiler Yang Diberi Tepung Ulat
Hongkong Sebagai Alternatif Meat And Bone Meal. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

_______, Dewi R. K., Ardiansyah F., Fadhlil R. C.. 2021. Maggot BSF
Kualitas fisik dan kimia. Jawa Timur.
85

Validitas, U., Reliabilitas, U., Klasik U. A., & Berganda, A. R. (2019). Jurnal
Ilmiah, Manajemen Sumberdaya Manusia. 2(3), 419-435/

Wardhana a,h. 2016. Black Soldier Fly (Hermetia illucens) Sebagai


Sumber Protein Alternatif Untuk Pakan Ternak. Vol 26 No. 2 Thn
2016.

Zakaria,A. 2002. Standar Teknis Media Penyuluhan Pertanian, Badan


Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Departemen
Pertanian.

Zunggaval R.R., 2017. “Pengaru h Varietas Pisang Terhadap kualitas


Tepung Pisang dan Bolu Kukus". Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Katolik Soegijapranata : Sematang.
86

LAMPIRAN
87

Lampiran 1. Jadwal Tentatif pelaksanaan Tugas Akhir.

JADWAL TENTATIF PELAKSANAAN TUGAS AKHIR PROGRAM D-IV


JURUSAN PERTANIAN DAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN) GOWA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

NO. URAIAN KEGIATAN WAKTU/PELAKSANAAN

1. Identifikasi Masalah Lapangan 14 Maret – 19 Maret 2022

(1 Minggu)

2. Penyusunan Proposal dan Seminar 21 Maret – 08 April 2022


Proposal (3 Minggu)

Pelaksanaan Kajian Tugas Akhir


3. 11 April – 03 Juni 2022
(8 Minggu)

Penyusunan Laporan Tugas Akhir


4. 06 Juni - 24 Juni 2022
(3 Minggu)

5. Seminar Hasil (3 Minggu) 27 Juni – 15 Juli 2022

6. Ujian Koperehensif dan Perbaikan 18 Juli – Agustus 2022


Laporan (3 Minggu)
88

Lampiran 2. Hasil Uji Laboratorium Kadar Air

PERLAKUAN AIR RATA-RATA


U1 U2 U3 U4 U5
P1 24,57 23,43 23,33 23,45 24,07 23,77
P2 4,27 6,97 2,87 4,5 4,89 4,7
P3 15,96 11,73 12,01 13,41 13,04 13,23

Lampiran 3. Hasil Uji Laboratorium Kadar Protein

PERLAKUAN AIR RATA-RATA


U1 U2 U3 U4 U5
P1 24,57 23,43 23,33 23,45 24,07 23,77
P2 4,27 6,97 2,87 4,5 4,89 4,7
P3 15,96 11,73 12,01 13,41 13,04 13,23

Lampiran 4. Hasil Uji Laboratorium Kadar Lemak

PERLAKUAN LEMAK RATA-RATA


U1 U2 U3 U4 U5
P1 20,74 20,85 20,63 20,85 20,63 20,74
P2 57,64 57,78 57,51 57,59 57,68 57,64
P3 21,28 21,03 21,15 21,24 21,05 21,15

Lampiran 5. Hasil Uji Laboratorium Kadar Serat Kasar

PERLAKUAN SERAT KASAR RATA-RATA


U1 U2 U3 U4 U5
P1 17,46 17,07 17,85 17,51 17,41 17,46
P2 8,25 7,48 7,86 7,63 8,08 7,86
P3 8,53 9,43 9,74 8,98 9,47 9,23
89

Lampiran 6. Hasil SPSS Hasil Uji Laboratorium

DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.
ONEWAY AIR BY PELAKUAN
  /STATISTICS DESCRIPTIVES
  /MISSING ANALYSIS
  /POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).

Oneway

Output Created 20-Jun-2022 17:02:30


Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
15
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based
on cases with no missing data for any
variable in the analysis.
Syntax ONEWAY AIR BY PELAKUAN
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).

Resources Processor Time 00:00:00.016


Elapsed Time 00:00:00.015

Descriptives
AIR
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std.
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
P1 5 23.7700 .53423 .23891 23.1067 24.4333 23.33 24.57
P2 5 4.7000 1.48010 .66192 2.8622 6.5378 2.87 6.97
P3 5 13.2300 1.67778 .75033 11.1468 15.3132 11.73 15.96
Total 15 13.9000 8.16654 2.10859 9.3775 18.4225 2.87 24.57
90

ANOVA
AIR
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 912.529 2 456.264 258.700 .000
Within Groups 21.164 12 1.764
Total 933.693 14

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

AIR
Duncan
Subset for alpha = 0.05
PELAK
UAN N 1 2 3
P2 5 4.7000
P3 5 13.2300
P1 5 23.7700
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
91

ONEWAY PROTEIN BY PELAKUAN
  /STATISTICS DESCRIPTIVES
  /MISSING ANALYSIS

  /POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).

Oneway
Notes
Output Created 20-Jun-2022 17:03:40
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
15
Data File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are
based on cases with no missing
data for any variable in the analysis.
Syntax ONEWAY PROTEIN BY
PELAKUAN
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).

Resources Processor Time 00:00:00.015


Elapsed Time 00:00:00.016

Descriptives
PROTEIN
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std.
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
P1 5 29.2300 .67897 .30364 28.3869 30.0731 28.15 29.97
P2 5 25.0600 .32148 .14377 24.6608 25.4592 24.67 25.46
P3 5 55.1300 .42131 .18841 54.6069 55.6531 54.78 55.78
Total 15 36.4733 13.77621 3.55700 28.8443 44.1023 24.67 55.78
92

ANOVA
PROTEIN
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2654.006 2 1327.003 5.366E3 .000
Within Groups 2.967 12 .247
Total 2656.974 14

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

PROTEIN
Duncan
Subset for alpha = 0.05
PELAK
UAN N 1 2 3
P2 5 25.0600
P1 5 29.2300
P3 5 55.1300
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

ONEWAY LEMAK BY PELAKUAN
  /STATISTICS DESCRIPTIVES
  /MISSING ANALYSIS

  /POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).

Oneway
Notes
Output Created 20-Jun-2022 17:04:40
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
15
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based
on cases with no missing data for any
variable in the analysis.
93

Syntax ONEWAY LEMAK BY PELAKUAN


/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).

Resources Processor Time 00:00:00.031


Elapsed Time 00:00:00.031

Descriptives
LEMAK
95% Confidence Interval
for Mean
Std.
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
P1 5 20.7500 .09925 .04438 20.6268 20.8732 20.63 20.85
P2 5 57.6400 .10075 .04506 57.5149 57.7651 57.51 57.78
P3 5 21.1500 .11113 .04970 21.0120 21.2880 21.03 21.28
Total 15 33.1800 17.90394 4.62278 23.2651 43.0949 20.63 57.78

ANOVA
LEMAK
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4487.587 2 2243.794 2.081E5 .000
Within Groups .129 12 .011
Total 4487.716 14

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets
LEMAK
Duncan
Subset for alpha = 0.05
PELAK
UAN N 1 2 3
P1 5 20.7500
P3 5 21.1500
P2 5 57.6400
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

ONEWAY SERAT_KASAR BY PELAKUAN

  /STATISTICS DESCRIPTIVES

  /MISSING ANALYSIS
  /POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).
94

Oneway
Notes
Output Created 20-Jun-2022 17:05:52
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
15
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based
on cases with no missing data for any
variable in the analysis.
Syntax ONEWAY SERAT_KASAR BY
PELAKUAN
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).

Resources Processor Time 00:00:00.032


Elapsed Time 00:00:00.016

Descriptives
SERAT_KASA
R

95% Confidence Interval


for Mean

Std. Std. Lower Upper Maximu


N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum m

P1 5 17.4600 .27803 .12434 17.1148 17.8052 17.07 17.85


P2 5 7.8600 .31536 .14103 7.4684 8.2516 7.48 8.25
P3 5 9.2300 .47702 .21333 8.6377 9.8223 8.53 9.74
Total 15 11.5167 4.40157 1.13648 9.0792 13.9542 7.48 17.85
95

ANOVA
SERAT_KASAR
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 269.616 2 134.808 1.000E3 .000
Within Groups 1.617 12 .135
Total 271.234 14

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

SERAT_KASAR
Duncan
Subset for alpha = 0.05
PELAK
UAN N 1 2 3
P2 5 7.8600
P3 5 9.2300
P1 5 17.4600
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
96

Lampiran 7. Karakteristik Responden Kelompok Tani Baji


Masungguh

Jenis Tingkat Tanggungan Pengalaman


Kelamin Pendidikan Keluarga Beternak

No Nama Umur
.

1. Misi L 50 SD 5 30

2. Muh Ali L 40 SMP 5 10

3. Bakri L 39 SD 1 10

4. Sariama P 37 SD 3 0

5. Fatimah Ahmad P 23 SMA 0 0

6. Suriani P 39 SD 2 0

7. Sabaria P 32 SMP 2 0

8. Lukman L 32 SMP 1 10

9. Angga L 19 SMA 0 1

10. Jamaluddin L 40 SD 5 15

11. Salam L 44 SD 1 20

12. Haruna L 51 SD 3 30

13. Salama L 40 SD 4 5

14. dedy Harun L 24 SD 0 18

15. Muh. Yusuf L 45 SD 2 20

16. Simon L 60 SD 4
97

50

17. Kasman L 41 SD 3 20

18. Salakking L 38 SD 4 10

19. Sultan L 46 SD 3 25

20. Sattu L 53 SD 4 35

21.

Mulki L 60 SD 2 50

22. Cari' L 46 SMP 3 20

23

Kamiseng L 55 SD 2 41

24. Kamaruddin L 46 SMP 1 25

25. Ansar L 53 SD 1 38
98

Lampiran 8. Hasil Evaluasi Awal Pengetahuan Responden

JAWABAN RESPONDEN

NO. RESPONDEN PENGETAHUAN

1 2 3 4 5 JUMLAH

1. Misi 3 3 4 4 3 17

2. Muh Ali 3 4 3 3 4 17

3. Bakri 3 3 0 0 0 6

4. Sariama 4 4 4 2 4 18

5. Fatimah Ahmad 2 3 4 4 4 17

6. Suriani 2 1 3 4 4 14

7. Sabaria 2 2 3 2 4 13

8. Lukman 1 1 2 4 2 10

9. Angga 1 1 1 1 2 6

10. Jamaluddin 1 1 2 1 2 7

11. Salam 1 1 1 1 2 6

12. Haruna 1 1 2 1 2 7

13. Salama 2 1 1 1 1 6

14. dedy Harun 2 1 2 1 1 7

15. Muh. Yusuf 3 1 2 1 1 8

16. Simon 3 1 2 1 1 8

17. Kasman 2 1 2 1 3 9

18. Salakking 2 1 3 1 3 10

19. Sultan 1 1 1 3 2 8

20. Sattu 1 1 1 3 1 7

21. Mulki 1 1 1 3 2 8
99

22. Cari' 3 1 1 2 1 8

23 Kamiseng 2 1 1 2 1 7

24. Kamaruddin 2 1 1 2 1 7

25. Ansar 2 1 1 1 4 9

JUMLAH 50 38 48 49 55 240
100

Lampiran 9. Hasil Evaluasi Akhir Pengetahuan Responden

JAWABAN RESPONDEN

NO. RESPONDEN PENGETAHUAN

1 2 3 4 5 JUMLAH

1. Misi 4 4 4 4 3 19

2. Muh Ali 4 4 4 3 4 19

3. Bakri 4 4 4 4 0 16

4. Sariama 4 4 4 3 4 19

5. Fatimah Ahmad 4 4 4 4 4 20

6. Suriani 3 4 4 4 4 19

7. Sabaria 4 4 4 3 4 19

8. Lukman 4 4 3 4 3 18

9. Angga 4 4 3 3 3 17

10. Jamaluddin 4 4 4 0 3 15

11. Salam 4 3 3 4 3 17

12. Haruna 4 3 3 4 4 18

13. Salama 4 3 4 4 4 19

14. dedy Harun 3 4 4 4 4 19

15. Muh. Yusuf 4 4 3 3 4 18

16. Simon 4 4 4 3 4 19

17. Kasman 4 4 4 3 4 19

18. Salakking 4 4 3 4 3 18

19. Sultan 4 4 4 4 4 20

20. Sattu 4 4 3 4 4 19

21. Mulki 3 4 3 4 4 18
101

22. Cari' 4 4 3 4 3 18

23 Kamiseng 4 4 3 3 3 17

24. Kamaruddin 4 4 4 4 4 20

25. Ansar 4 4 4 3 4 19

JUMLAH 97 97 90 87 88 459
102

Lampiran 10. Hasil Evaluasi Awal Ketereampilan Responden

JAWABAN RESPONDEN

NO. RESPONDEN KETERAMPILAN

1 2 3 4 5 JUMLAH

1. Misi 1 0 3 3 3 10

2. Muh Ali 1 3 2 3 3 12

3. Bakri 2 1 3 1 4 11

4. Sariama 2 2 2 1 3 10

5. Fatimah Ahmad 3 2 2 1 2 10

6. Suriani 4 1 3 2 3 13

7. Sabaria 2 1 2 1 1 7

8. Lukman 2 1 2 1 1 7

9. Angga 1 3 2 1 1 8

10. Jamaluddin 4 1 2 1 1 9

11. Salam 1 1 2 2 3 9

12. Haruna 1 1 3 3 3 11

13. Salama 1 3 1 3 3 11

14. dedy Harun 4 3 1 2 2 12

15. Muh. Yusuf 3 2 1 2 2 10

16. Simon 3 3 1 1 4 12

17. Kasman 0 2 2 1 4 9

18. Salakking 2 2 2 2 3 11

19. Sultan 2 2 3 3 3 13

20. Sattu 2 2 1 3 2 10

21. Mulki 1 1 2 3 1 8
103

22. Cari' 1 1 2 2 1 7

23 Kamiseng 1 1 2 1 1 6

24. Kamaruddin 1 1 2 1 1 6

25. Ansar 1 3 1 1 1 7

JUMLAH 48 43 49 45 56 239
104

Lampiran 11. Hasil Evaluasi Akhir Keterampilan Responden

JAWABAN RESPONDEN

NO. RESPONDEN KETERAMPILAN

1 2 3 4 5 JUMLAH

1. Misi 4 4 4 4 3 19

2. Muh Ali 4 3 3 4 3 17

3. Bakri 3 1 4 3 4 15

4. Sariama 4 4 4 4 3 19

5. Fatimah Ahmad 4 3 4 4 4 19

6. Suriani 4 4 4 4 4 20

7. Sabaria 3 3 4 3 4 17

8. Lukman 3 4 3 4 4 18

9. Angga 3 4 4 4 3 18

10. Jamaluddin 4 3 3 4 4 18

11. Salam 3 4 4 4 4 19

12. Haruna 4 4 3 4 4 19

13. Salama 4 4 4 4 4 20

14. dedy Harun 4 4 4 3 4 19

15. Muh. Yusuf 4 0 4 3 3 14

16. Simon 4 4 3 4 4 19

17. Kasman 4 3 3 4 4 18

18. Salakking 3 4 4 3 4 18

19. Sultan 3 3 3 4 4 17

20. Sattu 4 3 4 4 3 18

21. Mulki 4 4 4 4 4 20
105

22. Cari' 4 4 4 3 4 19

23 Kamiseng 4 4 4 4 4 20

24. Kamaruddin 3 4 4 4 4 19

25. Ansar 4 4 3 4 3 18

JUMLAH 92 86 92 94 93 457
106

Lampiran 12. Hasil Evaluasi Awal Sikap Responden

JAWABAN RESPONDEN

NO. RESPONDEN SIKAP

1 2 3 4 5 JUMLAH

1. Misi 2 2 3 3 1 11

2. Muh Ali 3 3 3 3 1 13

3. Bakri 2 2 3 3 1 11

4. Sariama 4 1 3 3 1 12

5. Fatimah Ahmad 2 1 3 3 1 10

6. Suriani 3 1 2 3 1 10

7. Sabaria 1 2 3 3 3 12

8. Lukman 1 2 2 2 2 9

9. Angga 1 1 1 2 1 6

10. Jamaluddin 4 2 1 1 1 9

11. Salam 2 2 2 1 1 8

12. Haruna 2 1 3 1 1 8

13. Salama 1 1 1 2 1 6

14. dedy Harun 4 2 1 2 2 11

15. Muh. Yusuf 1 2 3 1 2 9

16. Simon 1 1 2 1 3 8

17. Kasman 4 1 2 1 1 9

18. Salakking 2 3 1 2 1 9

19. Sultan 2 3 1 2 1 9

20. Sattu 1 1 1 3 1 7

21. Mulki 1 1 1 3 2 8
107

22. Cari' 1 2 2 1 1 7

23 Kamiseng 2 2 1 2 1 8

24. Kamaruddin 2 2 3 1 1 9

25. Ansar 1 2 1 1 2 7

JUMLAH 50 43 49 50 34 226
108

Lampiran 13. Hasil Evaluasi Akhir Sikap Responden

JAWABAN RESPONDEN

NO. RESPONDEN SIKAP

1 2 3 4 5 JUMLAH

1. Misi 4 4 3 4 4 19

2. Muh Ali 4 4 3 4 4 19

3. Bakri 4 4 3 4 4 19

4. Sariama 4 4 3 4 4 19

5. Fatimah Ahmad 4 4 3 4 4 19

6. Suriani 4 0 2 4 4 15

7. Sabaria 3 4 3 4 4 18

8. Lukman 4 4 2 4 4 19

9. Angga 3 4 1 4 4 18

10. Jamaluddin 4 4 1 4 4 19

11. Salam 4 4 2 4 4 19

12. Haruna 4 4 3 4 0 15

13. Salama 3 4 1 4 4 18

14. dedy Harun 3 0 1 4 4 14

15. Muh. Yusuf 4 0 3 4 4 16

16. Simon 4 4 2 4 4 20

17. Kasman 4 4 2 4 0 16

18. Salakking 4 4 1 4 4 19

19. Sultan 4 4 1 4 4 19

20. Sattu 3 4 1 4 4 19

21. Mulki 3 4 1 4 4 18
109

22. Cari' 3 4 2 4 4 18

23 Kamiseng 3 4 1 4 4 18

24. Kamaruddin 3 4 3 4 4 18

25. Ansar 3 4 1 4 4 18

JUMLAH 90 88 88 100 92 449


110

Lampiran 14. Lembar Persiapan Menyuluh

LEMBAR PERSIAPAN MENYULUJ (LPM)


Judul : Budidaya Maggot Lalat Tentara Hitam (Black
Soldier Fly) Sebagai Pakan Alternatif Bernutrisi
Tinggi.
Tujuan : Peternak diharapkan dapat mengetahui apa itu
Maggot BSF, kegunaan, dan keunggulan Maggot
BSF sebagai pakan alternative bernutrisi tinggi.
Sasaran : Peternak
Metode : Ceramah dan Diskusi
Media : Folder, Leaflet, dan Kuesioner
Tempat : Rumah Ketua kelompok tani Baji Masungguh,
Kelurahan Bonto Rita, Kecamatan Bissappu,
Kabupaten Bantaeng.
Waktu : 7 menit

Keterangan
Pokok Waktu Kegiatan Waktu
Kegiatan

Pendahulua  Pembagian Membagikan lembar


n Leaflet 10Menit leafletke petermak
Salam pembukaan
dan
 Perkenalan diteruskan.dengan
obrolan yang
menfokuskan pada
materi yang akan
dibawakan
 Penjelasan
Tujuan
Menjelaskan kepada
sasaran tentang
111

diadakannya
penyuluhan dan hasil
yang akan dicapai

Isi  Penyampaian Memperkenalkan apa


apa itu Maggot itu Maggot BSF
BSF 50
 Penyampaian Menit Menjelaskan
kegunaan dan kandungan nutrisi
unggulan
yang terkandung
Maggot BSF
 Diskusi dalam Maggot BSF
Memberikan
kesempatan kepada
peternak untuk
bertanya

Penutup  Penutup 5 Menit Salam Penutup

Bantaeng, 2022

A. Ainun Jariyah
112

Lampiran 15. Sinopsis Penyuluhan

SINOPSIS

Judul Materi : Budidaya Maggot BSF Sebagai Pakan


Alternatif Bernutrisi Tinggi
Bagian Awal :
A. Latar Belakang
Pesatnya pertumbuhan industri pakan mengakibatkan semakin

banyaknya jenis pakan komersial yang beredar di pasaran. Semakin

banyak jenis pakan yang beredar, sebenarnya belum dapat menjamin

kualitas yang baik. Persaingan antar pabrik pakan menyebabkan

kebingungan tersendiri bagi para peternak, dalam menentukan pilihannya

untuk membeli kebutuhan pakan. Disisi lain, peternak menginginkan harga

yang relatif lebih murah, tapi pakan yang diperoleh lebih produktif.

Padahal pakan yang murah belum tentu menjamin produktivitasnya. Hal

ini menjadi stimulasi pengembangan riset-riset berbasis pemanfaatan

insekta sebagai sumber protein alternatif lain untuk pemenuhan protein

dimana terdapat syarat yang dijadikan sebagai bahan baku pakan. Syarat

yang dimaksud antara lain: 1) tidak berbahaya bagi ternak; 2) Kontinuitas;

3) kaya nutrisi, dan 4) tidak bersaing dengan manusia (Ummul, 2020).

protein, karbohidrat, serta lemak ialah nutrien yang diperlukan

organisme untuk dipenuhi didalam tubuh sehingga bila nutrisi tersebut tidak

tercukupi maka kesehatan tubuh akan terganggu. Nutrisi sendiri berperan

untuk pertumbuhan serta perkembangan organisme. Terdapat sumber nutrisi


113

hewani yakni nutrisi yang ada pada jenis hewan. Satu diantaranya ada pada

maggot, yang mana maggot sendiri dimanfaatkan untuk pakan ternak.

B. Tujuan

Tujuan melakukan penyuluhan tentang budidaya maggot BSF,

sebagai berikut:

1. Memberi ilmu dan inovasi baru untuk peternak cara budidaya maggot

BSF sebagai paka alternatif bernutrisi tinggi dengan harga yang

terjangkau dibandingkan pakan komersial.

2. Mengajak peternak untuk melakukan budidaya Maggot BDF sebagai

pakan alternative bernutrisi tinggi.

C. Kegunaan

Kegunaan dan keunggulan melakukan budidaya Maggot BSF, yaitu:

1. Sebagai Pakan Alternatif

2. Harga yang terjangkau

3. Mudah dicerna oleh ternak

4. Memiliki kandungan nutrisi yang tinggi

Bagian Isi

Alat:

 Biopond

 Kelambu Jaring

 Pisau

Bahan:

 Telur Maggot
114

 Dedak

 Air

 Media Tumbuh

Cara Budidaya:

a). Persiapan media penetasan

Media penetasan menggunakan dedak halus yang dicampurkan

dengar air, kemudian diaduk sampai rata. Campuran dedak dan seperti

bubur yang tidak terlalu cair. Masing-masing media penetasan

dimasukkan kedalam wadah biopond masing-masing 500 gram disetiap

wadah sebanyak 15 wadah. Letakkan daun pisang kering sebagai wadah

peletakan telur maggot BSF agartidak langsung menyetuh media dedak.

b). Persiapan kandang

Kadang yang digunakan adalah rak yang terbuat dari balok dan

triplek dengan ukuran panjang 2 meter, lebar 50 cm, dan tinggi 1,5

meter. Rak tersebut memiliki 3 tingakatan sesuai dengan 3 perlakuan

kajian.

c). Persiapan media pembesaran

Media yang digunakan yaitu media labu kuning, pisang kapok,

dan ikan tembang. Media tumbuh dipotong-potong kecil kemudian


115

masing-masing media ditimbang menggunakan timbangan digital

sebanyak 1 kg setiap masing-masing media.

d). Pemeliharaan Maggot BSF.

1. Maggot BSF yang sudah ditetaskan dan berumur 3-5 hari

dipersiapkan untuk dimasukan dalam media budidaya atau media

pembesaran yang dimana media pembesaran tersebut terdiri dari

tiga perlakuan media pembesaran berbeda yang terdiri dari labu

kuning, kulit pisang kepok, ikan tembang.

2. Media tumbuh labu kuning, pisang kapok, dan ikan tembang

diberikan pada maggot masing-masing 1 kg perhari setiap

perlakuan sampai umur 21 hari.

3. Pemanenan maggot BSF dilaukan pada umur 21 hari karena

berdasarkan siklus hidupnya maggot BSF bahwa pada tersebut

maggot BSF sudah tidak lagi makan dan minum.

Bagian Akhir
Budidaya Maggot BSF memiliki manfaat bagi peternak selain
digunakan sebagai pakan ternak sendiri, maggot juga dapat dijual dan
memiliki keuntungan yang tinggi.
Bantaeng, 14 Juni 2022

A. Ainun Jariyah
116

Lampiran 16. Kuesioner Penyuluhan

KUESIONER PENYULUHAN

Nama : A. Ainun Jariah


NIRM : 05.03.18.1550
Status : Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa
Prodi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
Jurusan : Peternakan
Daftar pernyataan ini bertujuan untuk mengetahui dampak
dari hasil kegiatan penyuluhan oleh penyuluh atau dari pihak lain
berdasarkan jawaban dari responden.

A. Identitas Responden:

1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur : Tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan
5. Status Perkawinan :
6. Agama :
7. Pendidikan :
8. Pekerjaan Tetap :
9. Pengalaman Bertani :
10. Hewan Ternak yang dimiliki :
11.Jumlah Tanggungan : Orang
B. Skala Kognitif atau Pengetahuan
1. Apakah Bapak/Ibu Tahu Apa itu Maggot BSF?
a. Larva Lalat Black Soldier Fly
b. Belatung
c. Cacing Tanah
d. Ulat
2. Apakah Bapak/Ibu Mengetahui Kegunaan dan Manfaat Maggot BSF?
117

a. Sebagai pakan ternak yang bergizi tinggi dan sebangai pengurai


limbah organik
b. Sebagai pakan ternak yang bergizi tinggi
c. Sebagai pengurai limbah organik
d. Sebagai hama
3. Apakah Bapak/Ibu mengetahi keunggulan menggunakan maggot
sebagai pakan ternak?
a. Harga terjangakau dan kandungan nutrisi yang tinggi
b. Mudah dicera oleh ternak
c. Tidak bau amis
d. Tidak ribet
4. Menurut Bapak/Ibu Nutrisiapa yang terkandung dalam Maggot BSF?
a. Protein, Lemak, Serat Kasar, Air
b. Protein, Air
c. Lemak, Serat Kasar
d. Air
5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui berapalama siklus hidup Maggot
BSF?
a. 40-43 Hari
b. 25 Hari
c. 20 Hari
d. 10 Hari
C. Skala Psikomotorik atau Keterampilan
1. Berapa Lama Waktu Budidaya Maggot Hingga Panen?
a. 21 Hari
b. 15 Hari
c. 10 Hari
d. 5 Hari
2. Berapa Kilo Gram Media pakan yang diberikan kepada Maggot BSF?
a. 1 Kg/Hari
b. 700 gram/Hari
118

c. 500 gram/Hari
d. 200 gram/Harii
3. Apa nama wadah yang digunakan tempat budidaya Maggot BSF??
a. biopond
b. baskom
c. ember
d. gelas
4. Bagaimana cara mengatasi hama pada Maggot BSF?
a. Kandang Biopond Maggot ditutup menggunakan kelambu jaring
dan sekitar biopond diberi kapur ajaib
b. aimpan ditempat yang sejuk
c. Semprot menggunakan pembasmi serangga
d. Diamkan saja sampai hamanya hilang
5. Media tumbuh apa yang baik untuk Maggot BSF?
a. Labu Kuning, Pisang, Kepok, Ikan Tembang
b. Pisang Kepok
c. Telur dan air garam
d. Kotoran
D. Skala Afektif atau Sikap
2. Setelah saya mengetahui kandungan nutrisi maggot dan manfaat
maggot, saya akan Budidaya Maggot BSF untuk dijadikan pakan
ternak unggas dan ikan
a. Sangat Setu
b. Setuju
c. Kurang Setuju
d. Tidak setuju
3. Keunggulan Maggot BSF adalah memiliki harga terjangkau, cara
budidaya yang mudah dan tanpa riber, mudah dicerna oleh ternak,
memiliki kandungan yang bernutrisi tinggi.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
119

c. Kurang Setuju
d. Tidak Setuju
4. Saya menggunakan Maggot BSF sebagai pakan alternatif karena
Memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, Mudah dicerna oleh ternak
dan harga terjangkau.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Kurang Setuju
d. Tidak Setuju
5. Jika ada peternak yang melakukan budidaya Maggot BSF saya akan
Belajar pada peternak yang budidaya Maggot cara budidaya Maggot.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Kurang Setuju
d. Tidak Setuju
5. Saya Menggunakan Media Labu, Pisang, dan Ikan Tembang, karena
Memiliki kandungan Nutrisi tinggi.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Kurang Setuju
d. Tidak Setuju
120

Lampiran 17. Leaflet Penyuluhan


121

Lanpiran 18. Undangan Penyuluhan

UNDANGAN

Kepada Yth. Bpk/Ib Bantaeng, 17 Juni 2022

Di

Tempat

Sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Tugas Akhir


Mahasiswa Semester VIII Jurusan Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan
Hewan T. A 2021/ 2022, dimohon kehadiran Bapak/Ibu pengurus dan anggota
kelompok tani dalam pertemuan kelompok yang akan dilaksanakan pada:

Hari/tanggal : Minggu, 19 Juni 2022

Jam : 13.30 WITA - Selesai

Tempat : Rumah Ketua Kelompok Tani Baji Masungguh

Materi : Budidaya Maggot BSF Sebagai Pakan Alternatif Bernutrisi Tinggi

Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Hormat kami,
Mahasiswa
Pendamping

A. Ainun Jariyah

Tembusan :
1. Kepala Desa/Kelurahan
2. Penyuluh Pertanian Desa/Kelurahan
122

Lampiran 19. Resume Penyuluhan Pertama

Lampiran 20. Resume Penyuluhan Kedua


123
124

Lampiran 21. Daftar Hadir Petani


125

Lampiran 22. Dokumentasi

Gambar 6. Proses pembuatan kandang

Media Penetasan

Telur maggot sudah mulai menetas


126

Prosespemotogan media tumbuh

Media tumbuh yang sudah ada maggotnya

Proses pemberian pada Maggot


127

Maggot Usia 20 Hari


128

Proses pemanena Maggot BSF

Proses mengoven Maggot

Proses penghalusan Maggot


129

Pelaksanaan Penyuluhan Satu

Pelaksanaan Penyuluhan 2
130

RIWAYAT HIDUP

A. Ainun Jariah Nirm 05.03.18.1550. Telah lahir


seorang gadis kecil pada tangal 21 Juli 1999, di
sebuah kota kecil yaitu Kabupaten Bantaeng.
Penulis merupakan anak bungsuh dari 5
bersaudara, dari pasangan yang saling mencintai
Ayahanda A. Syamsir Syamsu dan Ibunda St.
Hasiah Wahid.

Pertama kali menginjakkan kaki di pendidikan


formal pada tahun 2005 di SD INPRES
TAPPANJENG lulus pada tahun 2011, pada tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP NEGERI 1
BANTAENG lulus pada tahun 2014. Setelah tamat pada sekolah
menengah pertama, penulis melanjutkan ke SMA NEGERI 1 BANTAENG
dan tamat pada tahun 2017. Dan pada tahun 2018 penulis terdaftar
sebagai Mahasiswa di Politeknik Pembangunan Pertanian
(POLBANGTAN) Gowa jurusan Penyuluhan Peternakan dan
Kesejahteraan Hewan sampai detik ini penulis telah menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini.

Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha.


Penulis berhasil menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Semoga dengan
penulisan Laporan Tugas Akhir ini mampu memberikan konribusi positif
bagi dunia pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai