Anda di halaman 1dari 14

Perubahan alamat Perusahaan

Untuk memperjelas pertanyaan kiranya perlu dibedakan


antara alamat dengan domisili Dalam Pasal 17 ayat (1) UU No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas ("UUPT") tentang tempat kedudukan
(domisili) dinyatakan bahwa Perseroan mempunyai tempat kedudukan di
daerah kota atau kabupaten dalam wilayah negara Republik Indonesia
yang ditentukan dalam anggaran dasar. Kemudian, pada Pasal 17 ayat (2)
dinyatakan bahwa tempat kedudukan (domisili) tersebut merupakan
kantor pusat Perseroan. Selanjutnya, Pasal 5
UUPT memberikan pembedaan antara tempat kedudukan
(domisili) dan alamat Perseroan.

Berdasarkan ketentuan kedua pasal di atas terlihat bahwa kedudukan


perseroan (domisili) adalah hal yang berbeda dengan alamat perusahaan.
Kedudukan perseroan (domisili) sebagaimana disebutkan di dalam
anggaran dasar, Perseroan berada di dalam suatu kota atau kabupaten.
Sedangkan, suatu alamat tidak wajib ditentukan di dalam anggaran dasar
tetapi hal tersebut dapat ditentukan oleh perseroan berada di
dalam wilayah suatu kedudukan perseroan (domisili) yang ditentukan di
dalam anggaran dasar.

Sebagai konsekuensi dari hal ini adalah perubahan alamat yang dilakukan
oleh perseroan yang masih berada dalam satu wilayah kota atau
kabupaten tidak memerlukan perubahan domisili dalam anggaran
dasarnya. Sebaliknya, apabila perubahan alamat tersebut menjadi berada
di luar wilayah kota/kabupaten yang dicantumkan dalam anggaran dasar,
maka hal ini akan mewajibkan perseroan untuk melakukan perubahan
domisili, sebagaimana diatur dalam Pasal 21 dan Pasal 23 UUPT.

Berdasarkan ketentuan Pasal 21 UUPT, perubahan anggaran dasar


terbagi menjadi dua kelompok yaitu perubahan anggaran dasar yang
harus mendapat persetujuan Menteri dan perubahan anggaran dasar
yang cukup diberitahukan kepada Menteri. Perubahan anggaran dasar
yang merubah tempat kedudukan sesuai dengan Pasal 21 ayat
(1) dan ayat (2) huruf a harus mendapat persetujuan Menteri dan
perubahan tersebut harus dinyatakan dalam akta notaris berbahasa
Indonesia. Dalam Pasal 23 ayat (1) UUPT dinyatakan bahwa Perubahan
anggaran dasar terkait dengan tempat kedudukan tersebut mulai berlaku,
sejak diterbitkannya keputusan menteri mengenai persetujuan perubahan
anggaran dasar.

Kewajiban yang Timbul dari Perubahan Alamat Perusahaan dan Dasar


Hukumnya

Dengan perubahan alamat suatu perusahaan maka terdapat beberapa


kewajiban yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan di antaranya
adalah:

1.     Perubahan Surat Izin Usaha Perdagangan ("SIUP")

 
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.
46/M-Dag/Per/9/2009 jo. No. 36/M-Dag/Per/9/2007 Tahun 2007 tentang
Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan ("Permendag 46/2009"):

Perubahan Perusahaan adalah perubahan data perusahaan yang


meliputi perubahan nama perusahaan, bentuk perusahaan, alamat
kantor perusahaan, nama pemilik/penanggung jawab, modal dan
kekayaan bersih, kelembagaan, kegiatan usaha, dan barang/jasa
dagangan utama (Pasal 1 ayat [5])

Setiap terjadi perubahan data perusahaan mewajibkan Pemilik,


Pengurus atau Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan
mengajukan Surat Permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan ("SP-
SIUP") perubahan dengan menggunakan formulir:

-          Lampiran I Permendag 46/2009 (SP SIUP); dan melampirkan

-          Lampiran II (Dokumen Permendag 46/2009 persyaratan


permohonan SIUP Baru, pendaftaran ulang, pembukaan Kantor
Cabang/Perwakilan, perubahan, pengganti yang hilang atau rusak,
dan contoh surat pernyataan)

Kemudian Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterima SP-
SIUP, Pejabat Penerbit SIUP menerbitkan SIUP perubahan dengan
menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
(Formulir SIUP Kecil/Menengah /Besar) (Pasal 14).

Dalam Lampiran II Permendag 46/2009 syarat-syarat yang diperlukan


dalam melaporkan perubahan data perseroan:

1.      Surat Permohonan SIUP (Lampiran I Permendag 46/2009);

2.      SIUP Asli;

3.      Neraca Perusahaan (tahun terakhir khusus untuk Perseroan


Terbatas);

4.      Data pendukung perubahan;

5.      Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3×4 cm (2


lembar).

2.     Kewajiban dibidang Perpajakan Nomor Pokok Wajib Pajak


("NPWP")

Bahwa berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak No. Per-62/PJ/2010 jo.


Per-41/PJ/2009 jo. Per-44/Pj/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (WP) dan/atau Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (PKP), Perubahan Data dan Pemindahan
Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak ("PerDirjen Pajak
62/2010").

 
Perubahan alamat tempat tinggal atau tempat kedudukan atau
tempat usaha keluar wilayah kerja KPP tempat Wajib Pajak
Terdaftar tidak termasuk dari definisi Perubahan Data WP atau PKP
(Pasal 1 Butir 15 PerDirjen Pajak), selanjutnya untuk permohonan
perubahan data untuk WP pindah dan/atau PKP pindah disampaikan ke
KPP/KP4/KP2KP tempat WP terdaftar untuk memberitahukan dan
memohon perubahan data (Pasal 1 Butir 19 PerDirjen Pajak).
Pemindahan WP atau PKP diartikan sebagai memindahkan administrasi
perpajakan Wajib Pajak dan/atau PKP dari tata usaha KPP lama ke tata
usaha KPP baru, karena alasan pindah tempat tinggal atau tempat
kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha (Pasal 1 Butir 16
PerDirjen Pajak 62/2010).

Bahwa mengenai perubahan alamat wajib pajak (perseroan) tidak


terikat kepada domisili perusahaan sebagaimana ditentukan di
dalam Anggaran Dasar, dalam hal wajib pajak (perseroan) melakukan
perpindahan alamat yang menjadi perhatian adalah mengenai wilayah
Kantor Pelayanan Pajak ("KPP"). Apabila perubahan alamat
mengakibatkan perubahan KPP maka wajib pajak yang bersangkutan
harus mengajukan permohonan perpindahan KPP kepada KPP lama
dan KPP baru dan mengenai tata cara pelaporan dan pemindahan
tersebut diatur dalam Pasal 5 dan Pasal 6 PerDirjen Pajak 62/2010.

3.     Perubahan Surat Keterangan Domisili Perusahaan ("SKDP")

 
Bahwa mengenai SKDP, sampai dengan saat ini tidak ada peraturan
khusus yang mengatur mengenai hal ini, untuk wilayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta peraturan yang bisa dijadikan dasar mengenai hal ini
terdapat dalam Peraturan Daerah DKI No. 1 Tahun 2006 tentang
Retribusi Daerah ("Perda DKI 1/2006"), walaupun tidak secara tegas
menyatakan SKD, namun SKD dapat digolongkan pada perizinan yang
berhubungan dengan Retribusi daerah, peraturan lainnya
adalah Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 506 Tahun 1989 tentang Pedoman Penyelengaraan
Pelayanan Masyarakat Dikantor Lurah DKI Jakarta ("KepGub
505/1989").

Berbeda yang telah jelaskan di atas bahwa pada dasarnya kedudukan


perusahaan adalah suatu domisili perusahaan. Berbeda dengan hal
tersebut bahwa walaupun SKDP (Surat Keterangan Domisili
Perusahaan) disebutkan sebagai surat keterangan Domisili, pada
kenyataannya adalah suatu surat keterangan yang dikeluarkan oleh
kelurahan mengenai alamat suatu perusahaan.

Dokumen yang diperlukan untuk melakukan pengurusan SKDP ini


sebagaimana terdapat di dalam KepGub 505/1989 yaitu:

1.      surat pengantar RT dan RW;

2.      KTP pemilik;

3.      Akta Notaris pendirian perusahaan;

 
Sedangkan Surat Keterangan Domisili ("SKD"), yang berhubungan
dengan kewajiban perpajakan digunakan dalam kaitannya dengan
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda ("P3B"). SKD digunakan
untuk membuktikan bahwa Wajib Pajak tertentu adalah subjek pajak
dalam negeri (residence) dari suatu Negara tertentu yang
menandatangani P3B. Dengan demikian, SKD tersebut harus
diterbitkan oleh Negara di mana seseorang atau badan terdaftar
sebagai Wajib Pajak dalam negeri. Sementara itu, negara lain yang
merupakan negara sumber penghasilan akan mengenakan tarif sesuai
P3B jika orang atau badan tersebut dapat menunjukkan SKD dari
negara mitra P3B-nya. SKD bagi Wajib Pajak Dalam Negeri diatur
dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-35/PJ/2010 tentang Surat
Keterangan Domisili Bagi Subjek Pajak Dalam Negeri Indonesia Dalam
Rangka Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda.

4.     Surat Tanda Daftar Perusahaan ("TDP")

Daftar Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut


atau berdasarkan ketentuan Undang-undang ini dan atau peraturan-
peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan
oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang
dari kantor pendaftaran perusahaan (Pasal 1 huruf a UU No. 3 Tahun
1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan).

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia


Nomor 37/M-Dag/Per/9/2007 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Perusahaan ("Permendag 37/2007")
 

Setiap perusahaan yang melakukan perubahan terhadap data yang


didaftarkan wajib melaporkan perubahan data kepada KPP
Kabupaten/Kota/Kotamadya setempat dengan mengisi formulir
pendaftaran sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.A sampai
dengan II.F Peraturan Menteri ini dan melampirkan dokumen
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI Peraturan Menteri ini.

1).   Kewajiban melaporkan perubahan data sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan oleh:

a.      PT paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal persetujuan


perubahan atau bukti penerimaan pemberitahuan perubahan dari
Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang peraturan
perundang-undangan; atau

b.      Koperasi, CV, Firma, perorangan, dan BUL paling lambat 3 (tiga)


bulan terhitung sejak tanggal perubahan (Pasal 10 Permen
37/2007 ayat [1] dan ayat [2])

Selanjutnya dalam Pasal 11 Permendag 37/2007 disebutkan bahwa


perubahan alamat perusahaan dapat mengakibatkan penggantian TDP,
masa berlaku TDP pengganti adalah sampai dengan masa berlaku TDP
diubah/diganti. TDP pengganti akan diterbitkan oleh Kepala Kantor
Pendaftaran Perusahaan (KPP) paling lambat 3 hari terhitung sejak
permohonan perubahan diterima secara benar dan lengkap.

 
Lampiran VI Permendag 37/2007:

Dokumen persyaratan perubahan daftar perusahaan untuk masing-


masing bentuk usaha adalah sebagai berikut :

1.      Asli dan fotokopi persetujuan perubahan atau bukti penerimaan


pemberitahuan

2.      perubahan dari Menteri Hukum dan HAM;dan

3.      TDP asli.

dalam hal perubahan alamat dan tidak mengubah domisili tidak


diwajibkan untuk melakukan perubahan anggaran dasar sehingga
persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tidak diperlukan

Konsekuensi dari Penundaan Izin karena Penggabungan

-          SIUP

Pasal 20 Permendag 46/2009:

1.      Pemilik atau Pengurus atau Penanggungjawab Perusahaan


Perdagangan yang telah memiliki SIUP, yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), Pasal 13 ayat (1),
Pasal 14, Pasal 17, Pasal 18 ayat (1) dikenakan sanksi administratif
berupa Peringatan Tertulis oleh Pejabat Penerbit SIUP.

2.      Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan


paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu 2
(dua) minggu terhitung sejak tanggal surat peringatan dikeluarkan
oleh Pejabat Penerbit SIUP.

3.      Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII
Peraturan ini.

Pasal 21 Permendag 46/2009:

1.      Pemilik, Pengurus, atau Penanggungjawab Perusahaan


Perdagangan yang telah memiliki SIUP, yang tidak menghiraukan
peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)
atau Pasal 5 huruf a, dikenakan sanksi admi         nistratif berupa
pemberhentian sementara SIUP.

2.      Pemberhentian sementara SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) paling lama 3 (tiga) bulan, dilakukan oleh Pejabat Penerbit SIUP
dengan mengeluarkan Keputusan Pemberhentian Sementara SIUP.

3.      Keputusan Pemberhentian Sementara SIUP sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) menggunakan Formulir sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VIII Peraturan Menteri ini.

 
-          TDP

1.      Perubahan alamat suatu perusahaan mewajibkan perusahaan untuk


melakukan pelaporan perubahan alamat tersebut (Pasal 11 ayat (1)
Permendag 37/2007);

2.      Perusahaan yang tidak melaporkan perubahan alamat, daftar


perusahaannya dihapus, TDP dinyatakan tidak berlaku, dan
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU-
WDP (Pasal 11 ayat (6) Permendag 37/2007).

3.      Dalam hal perusahaan melakukan kelalaian untuk melaporkan


kewajiban ini maka perusahaan tersebut akan dikenakan sangsi
berupa:

a.      Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diberikan paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan
tenggang waktu 2 (dua) minggu terhitung sejak tanggal surat
peringatan dikeluarkan oleh Pejabat Penerbit SIUP;

b.      Dalam hal peringatan tertulis tersebut tidak dihiraukan dikenakan


sanksi administratif berupa pemberhentian sementara SIUP paling
lama 3 (tiga) bulan.

Melihat konsekuensi di atas sebaiknya tetap dilakukan pelaporan,


sambil meminta rekomendasi dari instansi terkait atas perubahan izin-
izin tersebut sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-
undangan. Apabila masih dalam tahap dilakukan penggabungan
(merger) maka terhadap perusahaan yang selamat (surviving company)
harus melakukan kewajiban pelaporan perubahan setelah merger, untuk
perusahaan yang akan menggabungkan diri resiko tidak
memperpanjang izin-izin adalah kemungkinan pihak ketiga tidak mau
melakukan perbuatan hukum dengan perusahaan, sampai izin-izin
perusahaan disesuaikan.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat.

Dasar Hukum :

1.      Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ;

2.      Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar


Perusahaan;

3.      Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 tahun 2006


tentang Retribusi Daerah;

4.      Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor


506 Tahun 1989 Tentang Pedoman Penyelengaraan Pelayanan
Masyarakat Dikantor Lurah DKI Jakarta;

5.      Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-35/PJ/2010 tentang Surat


Keterangan Domisili Bagi Subjek Pajak Dalam Negeri Indonesia Dalam
Rangka Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda

6.      Peraturan Terkait Surat Izin Usaha Perdagangan :

a.      Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M-


Dag/Per/9/2007 Tahun 2007 Tentang Penerbitan Surat Izin Usaha
Perdagangan;

b.      Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 46/M-


Dag/Per/9/2009 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
36/M-Dag/Per/9/2007 Tentang Penerbitan Surat Izin Usaha
Perdagangan;

c.      Surat Edaran Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri


Nomor 01/Pdn/Se/01/2010 Tahun 2010 Tentang Percepatan
Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Dan Tanda Daftar
Perusahaan (TDP).

7.      Peraturan Terkait Dengan Tanda Daftar Perusahaan :

a.      Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 37/M-


Dag/Per/9/2007 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran
Perusahaan;

b.      Surat Edaran Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri


Nomor 01/Pdn/Se/01/2010 Tahun 2010 Tentang Percepatan
Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Dan Tanda Daftar
Perusahaan (TDP).

8.      Peraturan Mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak :

a.      Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-62/PJ/2010 tentang


perubahan kedua Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per 44/Pj/2008;

b.      Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-41/PJ/2009 tentang


perubahan pertama Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per 44/Pj/2008;

c.      Per-44/Pj/2008 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor


Pokok Wajib Pajak Dan/Atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Perubahan Data Dan Pemindahan Wajib Pajak Dan/Atau Pengusaha
Kena Pajak,
 

KLINIK TERKAIT:Pengangkatan Kembali Pengurus


PerseroanApakah Perubahan Data Perseroan Diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara?Cara Mendaftarkan Nama
UsahaPerubahan Nama PT terhadap Izin-izin Terdahulu
Back »

 DISCLAIMER · KATEGORI · MITRA · KIRIM PERTANYAAN

 KONSULTASI DENGAN PENGACARA

Ke Atas · Berita · Search
Lihat Versi Desktop
Home · Tentang Kami · Redaksi · Pedoman Media Siber · Kode Etik · Kebijakan
Privasi · Bantuan dan FAQ · Karir ·
Copyright © 2020 hukumonline.com, All Rights Reserved
 

113Shares

Anda mungkin juga menyukai