Abstract: Indonesia is one of the salt importing countries, although most of its territory is the sea. The
current pattern of salt distribution needs to be reviewed, since in reality the production of salt farmers
is abundant, but not yet fully absorbed by the salt processing companies. In addition there is a
considerable price disparity in salt price between producer and consumer areas. Therefore, in this
study we analyze two conditions, which include the salt ditribution pattern in upstream and
downstream. Where the upstream area is from the salt producer areas in Madura, there are
Bangkalan, Sampang, Pamekasan, and Sumenep to the Salt Processing Factory (PPG). While the
downstream area is from the Salt Processing Factory (PPG) to the consumer areas in Jakarta and
Denpasar. By using the optimum salt distribution and transportation patterns by the optimization
model, there is a decrease in shipping cost per year for each PPG when compared to the current
conditions. From PPG Gresik, the cost can be reduced by 26.57% or 7.9 Billion annually, from PPG
Surabaya can be reduced by 24.33% or by 7.8 Billion per year and from PPG Sidoarjo can be reduced
17.20% or by 10, 2 billion per year. Thus the price of salt in Jakarta can be decreased by 12% and in
Denpasar can be decreased by 8%.
Keywords: salt, distribution, multimoda transport
Alamat korespondensi:
Hasan Iqbal Nur, Departemen Teknik Transportasi Laut, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, e-mail: hasaniqbaln@gmail.com
69
70 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 8, Nomer 1, September 2017
sehingga, perusahaan dapat melakukan sebesar 31,07% per tahun atau sebesar
penghematan biaya pengiriman per Rp5.202.533.158/tahun.
tahun dengan besaran tertentu sesuai PPG Sidoarjo, pengiriman
dengan hasil perhitungan. kondisi eksisting menghasilkan biaya
Sebagaimana terlihat pada Tabel 2. total pengiriman sebesar
Rp.28.690.863.991/tahun, sedangkan
Pada PPG Gresik, pengiriman pada perhitungan model menghasilkan
kondisi eksisting menghasilkan biaya total biaya yang lebih murah, yakni
total pengiriman sebesar Rp. Rp23.053.519.847/tahun. Sesuai tabel
22.918.463.627/tahun, sedangkan pada di atas, bahwa penghematan yang
perhitungan model menghasilkan total dapat dilakukan oleh pabrik Sidoarjo
biaya yang lebih murah, yakni dalam proses pengiriman pada sektor
Rp16.468.818.658/tahun. Sesuai tabel hulu untuk memenuhi kebutuhannya
di atas, bahwa penghematan yang adalah sebesar 19,65% per tahun atau
dapat dilakukan oleh pabrik Sidoarjo sebesar Rp. 5.637.344.144/tahun.
dalam proses pengiriman pada sektor Analisis Perbandingan Harga
hilir lebih besar angka Garam
penghematannya dikarenakan pada Untuk mengetahui perbedaan
sektor hilir pengiriman ke Jakarta pada harga garam di konsumen pada
kondisi eksisting menggunakan truk wilayah Jakarta dan Denpasar, harus
petikemas yang mana pada kondisi diketahui terlebih dahulu biaya untuk
jarak yang jauh akan menghasilkan produksi garam konsumsi ber-yodium
biaya pengiriman yang relatif per Kg di pabrik pengolahan garam
bertambah mahal. Sehingga, dimana sebenarnya biaya produksi
penghematan adalah sebesar28,14% garam per kg tidaklah mahal, menurut
per tahun atau hasil wawancara diperoleh bahwa
sebesarRp.6.449.644.969/tahun. biaya produksi hanya Rp1.156/Kg
PPG Surabaya, pengiriman dimana rata–rata perusahaan
kondisi eksisting menghasilkan biaya mengambil keuntungan sebesar 36%
total pengiriman sebesar sehingga harga jual garam menjadi
Rp.16.746.145.361/tahun, sedangkan Rp1.572/Kg. Biaya produksi garam
pada perhitungan model menghasilkan pada pabrik disini diperoleh dari harga
total biaya yang lebih murah yakni Rp. beli garam pada petani sesuai dengan
11.543.612.203/tahun. Sesuai tabel di peraturan pemerintah yakni sebesar
atas, bahwa penghematan yang dapat Rp550/Kg dengan rata-rata kualitas
dilakukan oleh pabrik Surabaya dalam garam petani di PulauMadura adalah
proses pengiriman pada sektor hulu kualitas KW2.
untuk memenuhi kebutuhannya adalah
Hasan Iqbal Nur: Model Transportasi Multimoda Distribusi Garam … 75
Pedagang Eceran (PE). Dimana setiap pemasaran Denpasar adalah 8%. Pada
daerah PB dan PE mengambil untung kondisi eksisting terdapat pihak lain
yang berbeda tergantung daerah yang terlibat atau memegang peran
pemasaran. Dimana pada wilayah penting dalam rantai pasok
pemasaran Jakarta PB mengambil perdagangan bisnis garam pada daerah
keuntungan dalam rantai pemasaran hilir dimana menurut perhitungan
garam sebesar 14,8% serta sebesar kondisi eksisting sebenarnya harga
16,6% untuk pedagang eceran. garam harusnya lebih murah daripada
Sedangkan untuk wilayah pemasaran di lapangan.
Denpasar-Bali, pedagang besar rata- KESIMPULAN
rata mengambil keuntungan sebesar Untuk menghasilkan pengiriman
22% dan pedagang eceran sebesar28%. dengan minimum biaya dan jumlah
Menurut hasil perhitungan harga kebutuhan Pabrik Pengolah Garam
garam di tingkat konsumen pada harga (PPG) dapat terpenuhi pada kondisi
tertinggi adalah dua kali lipat hulu, maka masing–masing PPG
dibandingkan harga jual di pabrik. mengambil pasokan garam pada
Dimana margin harga terendah dan daerah tertentu dengan ketentuan
tertinggi adalah sebesar 33% yang sebagai berikut.
diambil dari margin perubahan harga a. Gresik
garam per periode 1 minggu dari - Sampang: Moda Truk Engkel 16
perubahan harga garam terendah Ton, sebanyak 12 Truk dengan
sampai tertinggi sesuai harga lapangan frekuensi 362 kali/tahun,
dari data Pasar. pengiriman 65.695 ton/tahun
Pada Tabel 3 adalah selisih dengan unit cost Rp90.006/ton;
perbandingan antara harga garam - Pamekasan: Moda Truk Engkel 16
kondisi eksisting dan harga garam Ton, sebanyak 1 Truk dengan
dengan perhitungan model. Dimana Frekuensi 313 kali/tahun,
terlihat adanya selisih antara eksisting pengiriman 3.398 ton/tahun, unit
dan model baik di harga konsumen cost Rp108.613/ton;
tertinggi maupun pada harga - Sumenep: Moda Truk Engkel 16
konsumen terendah. Rata-rata Ton, sebanyak 1 Truk dengan
penurunan harga garam di Jakarta Frekuensi 235 kali/tahun,
dengan menggunakan model adalah pengiriman 2.806 ton/tahun, unit
sebesar 12% sedangkan rata–rata cost Rp133.296/ton.
penurunan harga garam, jika b. Surabaya
menggunakan model pada wilayah
76 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 8, Nomer 1, September 2017